KEBIJAKAN HUTANG DITINJAU DARI KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL Carrolin Email: [email protected] Maria Rio Rita* Email: [email protected] *Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Satya Wacana ABSTRACT The purpose of this study is to examine level of debt reviewed by managerial ownership and institutional ownership. Sample in this study are all manufacturing companies listed on the Indonesian Stock Exchange from 2011 and 2012. Total sample in this study are 30 companies, which get from purposive sampling method. Data in this study were analyzed using non parametric test. The result from these study shows that there are no different between managerial ownership in low and high debt, but there are different between institutional ownership in low and high debt. Keywords: Debt Policy, Managerial Ownership, Institutional Ownership. LATAR BELAKANG Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau pemegang saham, untuk mencapai tujuan tersebut, maka pemilik modal menyerahkan wewenang untuk mengelola perusahaannya kepada manajer. Namun seiring berjalannya waktu, dengan kewenangan yang dimiliki manajer seringkali bertindak bertentangan dengan tujuan utama perusahaan dan hanya mementingkan kepentingannya saja. Hal ini yang nantinya akan menimbulkan konflik kepentingan antara manager dengan pemegang saham, yang biasa disebut konflik keagenan. Penyebab konflik kepentingan antara manager dengan pemegang saham atau pemilik ini diantaranya adalah keputusan dalam hal pendanaan perusahaan. Menurut Kusnaeni (2012), sumber pendanaan perusahaan terdiri 2 hal, yaitu sumber intern dan sumber ekstern. Sumber 1 intern merupakan sumber utama dalam perusahaan untuk membiayain investasi dalam aktiva tetap atau pengeluaran modal, terutama untuk perusahaan yang mempunyai resiko usaha besar. Sedangkan dana yang berasal dari ekstern meliputi hutang dan modal dari pemilik perusahaan. Pendanaan perusahaan dari luar atau hutang ini perlu dipertimbangkan oleh perusahaan jika pendanaan yang berasal dari modal sendiri mengalami kekurangan atau defisit. Rebecca dan Siregar (2012), corporate governance merupakan mekanisme yang digunakan untuk mengurangi agency problem dengan meningkatkan pemantauan terhadap tindakan manajemen, membatasi perilaku oportunistik manajer, dan mengurangi risiko informasi yang ditanggung oleh pemegang saham. mekanisme Corporate Governance dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok internal mechanism (mekanisme internal) yang terdiri dari dewan direksi atau komisaris, kepemilikan manajerial dan komposisi eksekutif. Kelompok kedua yaitu external mechanism (mekanisme eksternal) yang terdiri dari pengendalian oleh pasar dan level debt financing (Purwantini, 2011). Manager cenderung menggunakan hutang yang besar untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan, hal tersebut berkaitan dengan kontrol manager. Dalam mengurangi penggunaan hutang tersebut yang dilakukan oleh manajer maka dengan meningkatkan kepemilikan saham manajerial. Adanya peningkatan tersebut memaksa manajer untuk menaggung resiko sebagai konsekuensi dari setiap keputusannya (Nengsi, 2013). Selain itu, untuk mengontrol penggunaan hutang yang dilakukan oleh pihak manajer dengan meningkatkan kepemilikan institusional. Semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh pihak institusional maka semakin efektif usaha memonitoring karena dapat mengendalikan perilaku opportunistik yang dilakukan oleh manajer (Abdullah, 2009) 2 Karinaputri (2012), perusahaan memilih pendanaan dari pihak ekternal (hutang), maka perusahaan akan memperoleh keuntungan penghematan pajak atas laba perusahaan. Selain itu hutang juga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan yang menggunakan hutang akan dipercaya oleh pasar karena telah memiliki kemampuan dan prospek yang cerah serta mendapat kepercayaan investor. Selain itu, penggunaan hutang yang terlalu besar akan meningkatkan risiko kebangkrutan perusahaan jika perusahaan tidak dapat membayar hutang dan bunganya yang mengancam posisi manajer. Sebagai objek penelitian difokuskan pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia untuk tahun 2011 sampai dengan 2012. Dasar pertimbangannya memfokuskan pada perusahaan manufaktur adalah perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan oprasional sendiri seperti membeli bahan baku, pengelolahan bahan hingga menjadi produk siap jual. Sehingga perusahaan manufaktur membutukan sumber dana jangka panjang untuk membiayai operasi perusahaan salah satunya dengan berhutang (Sitanggang, 2011). Berdasarkan uraian di atas, dirumuskan persoalan penelitian: apakah terdapat perbedaan kepemilikan manjerial dan kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang yang tercermin dari tinggi dan rendahnya hutang? LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Agency Theory Hardiningsih dan Oktaviani (2012), manajer memiliki tujuan pribadi yang bersaing dengan tujuan memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Manajer diberi kekuasaan oleh pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham, untuk membuat keputusan, dan hal ini menciptakan konflik potensial atas kepentingan yang disebut teori keagenan (agency theory). Masalah keagenan muncul dalam dua bentuk yaitu antara pemilik perusahaan (principal) dengan 3 manajemen (agent) dan hubungan antara pemegang saham dengan pemilik obligasi (pemberi kredit). Menurut Jensen dan Meckling (1976), agency problem akan terjadi bila proporsi kepemilikan atas saham perusahaan kurang dari 100% sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan dirinya dan sudah tidak berdasarkan maksimalisasi nilai dalam pengambilan keputusan pendanaan. Kondisi tersebut merupakan konsekuensi dari pemisahan fungsi pengelola dengan fungsi kepemilikan, manajemen tidak akan menanggung resiko atas kesalahan dalam pengambilan keputusan, resiko tersebut sepenuhnya ditanggung pemegang saham (Principal). Oleh karena itu manajemen cenderung melakukan pengeluaran yang bersifat konsumtif dan tidak produktif untuk kepentingan pripribadinya, seperti peningkatan gaji dan status. Menurut Mursalim (2009), untuk mengurangi agecy problem dengan meningkatkan peranan outsider dalam memonitoring perusahaan, eksistensi kepemilikan manajerial, peningkatan pembayaran dividen dan pendanaan melalui hutang. Mekanisme Good Corporate Governance Mekanisme corporate governance merupakan seperangkat tata cara, prosedur atau aturan main yang jelas antar berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan praktek tata kelola perusahan (Anyta, 2011). Menurut Purwantini (2011), Penelitian mengenai Corporate Governance menghasilkan berbagai mekanisme yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa tindakan tim manajemen benar-benar untuk kepentingan pemegang saham. Corporate Governance terdiri atas dua mekanisme, yaitu mekanisme internal dan mekanisme eksternal. Walsh dan Seward (1990) dalam Anyta (2011) menyatakan bahwa, “internal, organizationally based mechanisms of corporate control and external, market-based control mechanisms can be employed to help align the diverse interests of managers and shareholders”. 4 Kebijakan Hutang Hutang merupakan keputusan yang sangat penting dalam perusahaan. Dimana kebijakan hutang merupakan salah satu bagian dari kebijakan perusahaan. Kebijakan Hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas oprasional perusahaan (Rahmawati, 2012). Taswan (2003) menyatakan besar kecilnya persentase hutang yang digunakan oleh perusahaan, dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya kepemilikan manajerial (insiders ownership), kepemilikan institusional (institutional ownership), kebijakan dividen, resiko bisnis, profitabilitas dan pertumbuhan. Kepemilikan Manajerial Menurut Schroeder et al. (2001) dalam Christiawan dan Tarigan (2007), kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan yang ditunjukkan dengan besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer (diungkapkan dalam catatan atas laporan kuangan). Kepemilikan Institusional Tarjo (2008) mendefinisikan kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional memiliki arti yang penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Mentoring tersebut tentu akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang ckup besar dalam pasar modal. Kebijakan Manajerial dan Kebijakan Hutang 5 Menurut Christiawan dan Tarigan (2007), sebagai seorang manajer sekaligus pemegang saham, ia tidak ingin perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau bahkan kebangkrutan. Kesulitan keuangan atau kebangkrutan usaha akan merugikan ia sebagai manajer atau sebagai pemegang saham. Sebagai manajer akan kehilangan insentif dan pemegang saham, akan kehilangan return bahkan dana yang diinvestasikan. Cara untuk menurunkan resiko ini adalah dengan menurunkan tingkat debt yang dimiliki perusahaan. Debt yang tinggi akan meningkatkan resiko kebangkrutan perusahaan, karena perusahaan mengalami finacial distress. Karena itulah maka manajer akan berusaha menekan jumlah debt serendah mungkin. Tindakan ini di sisi lain tidak menguntungkan karena perusahaan hanya mengandalkan dana dari pemegang saham. Perusahaan tidak bisa berkembang dengan cepat, dibandingkan jika perusahaan menggunakan dana dari kreditor. Temuan Faisal (2004) dan Herdianingsih dan Oktaviani (2012) tingginya tingkat kepemilikan manajerial di suatu perusahaan akan menurunkan Debt Equty Ratio karena manajer akan berhati-hati dalam menggunakan dana yang berasal dari hutang tersebut dan manajer tidak ingin perusahaan tersebut mengalami resiko kebangkrutan karena akan mengancam dia sebagai manger sekaligus pemegang saham. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang akan diuji adalah sebagai berikut: H1: Terdapat perbedaan kepemilikan manajerial pada tingkat hutang yang tinggi atau rendah. Kepemilikan Institusional dan Kebijakan Hutang Yuniatie dan Destriana (2010) menyatakan bahwa semakin tingginya kepemilikan institusional maka keberadaan investor institusional untuk memonitor perilaku manajemen akan semakin efektif. Adanya monitoring yang efektif oleh investor institusional menyebabkan pnggunaan hutang menurun, karena peranan hutang sebagai salah satu alat memonitoring agency 6 cost sudah diambil alih oleh investor institusional. Pernyataan tersebut di dukung oleh peneliti Masdupi (2005) dan Taswan (2003). Menurut Indahningrum dan Handayani (2009) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki wewenang yang besar sehingga akan memilih proyek yang memiliki resiko yang tinggi dengan harapan memperoleh untung atau laba yang tinggi oleh karena itu untuk membiayai proyek tersebut maka memilih pembiayaan melalui hutang. Apabila proyeknya berhasil maka pemegang saham akan mendapatkan sisa dari pelunasan hutang beserta bunganya. H2: Terdapat perbedaan kepemilikan institusional pada tingkat hutang yang tinggi atau rendah. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), sedangkan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 dengan kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan sampel yang menyajikan Laporan Keuangan selama tahun 2011-2012, yang disajikan dalam mata uang rupiah. 2. Perusahaan yang mempunyai data lengkap yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam pengumpulan sampel yang dipilih menggunakan metode purposive judgement sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu sesuai yang dikehendaki oleh peneliti. Tabel 1. Teknik Pengambilan Sampel Keterangan Perusahaan manufaktur yang terdaftar tahun 2011-2012 Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dengan mata uang asing tahun 2011- 7 Jumlah 135 (33) 2012 Perusahaan yang tidak memiliki data kepemilikan manajerial tahun 2011-2012 Perusahaan yang tidak memiliki data kepemilikan institusitusional tahun 2011-2012 Jumlah Perusahaan Total Sampel yang Diuji (15x2 tahun) (82) (10) 20 30 Sumber: www.idx.co.id Jenis dan Sumber data Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain atau didapat secara tidak langsung dari sumber utama (perusahaan), dalam bentuk sudah jadi yang bersifat dokumenter. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Data publikasi laporan keuangan tahunan perusahaan (financial report). Data ini diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI) (www.idx.co.id). Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Tabel 2. definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Kebijakan Hutang (DER) Indikator Pengukur ………….............................. (1) Kepemilikan Manajerial (KM) ................. (2) Kepemilikan Instusional (KI) ...…..... (3) Langkah Analisis Data a. Teknik yang dilakukan dengan membagi kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional yang naik dan yang turun dengan menggunakan rata-rata (mean). b. Uji Normalitas Data Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Level of Significant yang digunakan adalah 0,05. Data berdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) hasil perhitungan dalam komputer lebih dari 0,005. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS20. 8 c. Uji Beda Uji beda dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non parametik (Mann-Whitney U) untuk pengujian hipotesis. Mann-Whitney U bertujuan untuk menguji perbedaan rata-rata dua kelompok yang Indipendent. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Penelitian ini menggunakan dua (2) variabel indipenden yaitu kepemilikan manajerial (X1) dan kepemilikan institusional (X2), sedangkan variabel dependenya kebijakan hutang (Y). Tabel 3. Statisitk Deskriptif Variabel Penelitian DER (%) Kepemilikan Manajerial (KM) (%) Kepemilikan Institusional (KI) (%) Minimum 0.310 0.016 5.720 Maksimum 0.626 25.620 95.060 Mean 0.249 5.077 43.207 Sumber: Data Sekunder yang diolah (2015) Dalam tabel 3 untuk variabel dependent DER mempunyai nilai minimum yaitu 0.310 artinya bahwa total jumlah hutang jangka panjang terendah adalah sebesar 0.310 dari ekuitas perusahaan. Nilai makasimum yaitu 0.626 artinya bahwa total hutang jangka panjang terbesar perusahaan sebesar 0.626 daru total ekuitasnya. Nilai rata-rata sebesar 0.249 artinya bahwa selama periode penelitian rata-rata perusahaan yang memiliki hutang jangka panjang adalah sebesar 0.249 dari total ekuitasnya. Hal ini berarti perusahaan yang menggunakan sumber hutang lebih kecil daripada menggunakan modalnya sendri. Kepemilikan manajerial mempunyai nilai minimum yaitu 0.016 artinya bahwa saham yang dimiliki manager terendah adalah 0.016 dari total saham yang beredar. Nilai maksimum sebesar 25.620 artinya kepemilikan saham oleh manager sebesar 25.620 dari total saham yang beredar. Nilai rata-ratanya sebesar 5.077 yang artinya rata-rata saham yang dimiliki manager 9 yaitu 5.077 dari total saham yang beredar. Hal ini menunjukkan bahawa kepemilikan saham oleh manager lebih sedikit dari total saham yang berdar. Kepemilikan institusional mempunyai nilai minimum yaitu 5.720 artinya bahwa saham yang dimiliki institusi terendah sebesar 5.720 dari total saham yang beredar. Nilai maksimumnya yaitu sebesar 95.060 artinya bahwa kepemilikan saham tertinggi yang dimiliki oleh institusi sebesar 95.060 dari total saham yang beredar. Tabel 4. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnova Statistic DER 0.160 KM 0.265 KI 0.106 a. Lilliefors Significance Correction Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2015) df Sig. 30 30 30 0.047 0.000 0.200* Tabel 4 menunjukkan angka signifikansi DER sebesar 0.047 atau p = 0.047 artinya 0.047 < 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel DER menunjukkan distribusi yang tidak normal. Pada variabel KM menunjukkan angka signifikansi sebesar 0.000 atau p = 0.000 artinya 0.000 < 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel KM menunjukkan distribusi yang tidak normal. Sedangkan pada variabel KI menunjukkan signifikansi sebesar 0.200 atau p = 0.200 artinya 0.200 > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel KI menunjukan distribusi normal. Hasil Pengujian Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji beda Nonparametric Test yaitu Mann-Whitney. Uji beda ini digunakan untuk mengetahui perbedaan median dua (2) kelompok bebas apabila skala data variabel terkait adalah ordinal atau interval atau ratio yang tidak berdistribusi normal. Uji ini dilakukan karena asumsi normalitas tidak terpenuhi. Tabel 5. Hasil Pengujian Mann-Whitney Kepemilikan Manajerial Berdasarkan Tingkat Hutang T_KM N Mean Rank Sum of Ranks 10 DER Tinggi DER Rendah Total Asynp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: T_KM 10 20 30 12.30 17.10 123.00 342.00 0.159 Dari tabel 5 menunjukkan Mean Rank KM antara DER yang tinggi dengan DER yang rendah adalah berbeda. Pada KM dengan DER yang tinggi menunjukan rata-rata peringkat (Mean Rank) sebesar 12.30. Angka tersebut lebih kecil dari KM dengan DER yang rendah yaitu sebesar 17.10. Hasil test untuk hipotesis pertama (H1) dengan p-value = 0.159. Dari hasil p-value sebesar 0.159 maka hipotesis pertama (H1) ditolak karena 0.159 > 0.05. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara KM pada tingkat hutang tinggi ataupun rendah. Hal tersebut dimungkinkan kepemilikan manajerial bukan faktor penentu dalam pengambilan keputusan terutama kebijakan hutang. Alasan yang kedua dalam penelitian ini perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial diatas rata-rata 5.077% sebanyak 5 perusahaan saja (33%) sehingga manajer tidak dapat mengambil keputusan dalam kebijakan hutang berdasarkan atas keinginannya. Temuan ini sejalan dengan Pithaloka (2009), yang menyatakan bahwa ada atau tidaknya kepemilikan manajerial, manajer tetap konsisten dengan kewajibannya yaitu memakmurkan para pemegang saham dan tidak mempunyai hak kendali dalam keputusan hutang karena banyak dikendalikan oleh pemilik saham mayoritas seperti pihak institusional. Tabel 6. Hasil Pengujian Mann-Whitney Kepemilikan Institusional Berdasarkan Tingkat Hutang T_KI N Mean Rank Sum of Ranks DER Tinggi 16 19.94 319.00 DER Rendah 14 10.43 146.00 Total 30 Asynp. Sig. (2-tailed) 0.003 a. Grouping Variable: T_KI Dari tabel 6 menunjukkan Mean Rank KI antara DER yang tinggi dengan DER yang rendah adalah berbeda. Pada KM dengan DER yang tinggi menunjukan mean rank sebesar 11 20.13. Angka tersebut lebih besar dari KM dengan DER yang renda yaitu sebesar 10.21. Hasil pvalue sebesar 0.003 maka hipotesis kedua (H2) diterima karena 0.002 < 0.05. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara KI pada tingkat hutang tinggi ataupun rendah. Hutang yang meningkat nenunjukkan adanya pengawasan yang baik dari pihak pemegang hutang sehingga meningkatkan minat kepemilikan institusional untuk memiliki saham perusahaan. (Murtiningtyas, 2012). Hal terusebut sejalan dengan Indahningrum dan Handayani (2009), pemilik saham institusional memiliki wewenang yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemegang saham yang lain. Oleh karena itu, pihak institusional dapat memilih dan menentukan proyek yang lebih beresiko, dengan harapan akan memperoleh keuntungan yang tinggi. Untuk membiayai proyek tersebut, perushaan memilih pembiayaan melalui hutang. Dengan kebijakan tersebut, mereka dapat mengalihkan penangguhan risiko kepada pihak kreditor apabila proyek gagal, tetapi jika proyek tersebut berhasil maka perusahaan akan membayar kreditor sejumlah tertentu yang serupa bunga dan sisa dari pembayaran hutang itu akan diberikan kepada pemegang saham. Sehingga peranan kreditor berkepentingan untuk memonitor perusahaan atas hutangnya. PENUTUP Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional pada tingkat hutang tinggi atau rendah pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2011 sampai dengan 2012. Kesimpulan yang dapar ditarik adalah: 1. Tidak ada perbedaan kepemilikan manajerial pada tingkat hutang yang tinggi atau rendah pada perusahaan disektor manufaktur tahun 2011-2012. 12 2. Terdapat perbedaan kepemilikan institusional pada tingkat hutang yang tinggi atau rendah pada perusahaan disektor manufaktur tahun 2011-2012 . Implikasi Penelitian 1. Adanya kepemilikan institusional di suatu perusahaan yang bertujuan untuk memonitor secara optimal perusahaan dan manajer. Serta, meminimalisasi penyelewenganpenyelewengan yang dilakukan oleh manajer terutama dalam menggunakan hutang. 2. Kreditor memilih kepemilikan institusional diatas rata-rata dari industri manufaktur karena adanya pengawasan yang baik dari pihak institusional, maka kreditor percaya bahwa perusahaan tersebut dapat menggembalikan hutang beserta bunganya. Keterbatasan dan Saran Penelitian Penelitian ini belum memasukkan variabel ukuran perusahaan yang diduga menjadi faktor pertimbangan dalam menentukan level hutang perusahaan dan mempengaruhi kemudahan suatu perusahaan dalam memperoleh sumber pendanaan baik eksternal maupun internal perusahaan maka untuk penelitian selanjutnya menambahkan variabel ukuran perusahaan (Bhakti, 2013). DAFTAR PUSTAKA Abdullah, W. D. 2009. Kebijakan Dividen dan Struktur Kepemilikan terhadap Kebijakan Hutang: Sebuah Perspektif Agency Theory. Jurnal Keuangan Perbankan 13 (2). Anyta. 2011. Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Govermance terhadap Voluntary Corporate Governance Disclosure. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/26929/1/SKRIPSI-ANYTAx(r) diakses pada tahun 2014 Bhakti, A. D 2013. Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 20092011. Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/viewFile/750/689 diakses pada tahun 2014 Christiawan, Y. Y. dan Tarigan, J. 2007. Kepemilikan Manajerial: Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra, 9 (1). 13 Erni, M. 2005. Analisis Dampak Struktur Kepemilikan pada Kebijakan Hutang dalam Mengkontrol Konflik Keagenan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 2 (1): 57-69. Faisal, M. 2004. Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Set Kesempatan Investasi, Kepemilikan Manajerial dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia). Tesis Magister Manajemen Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/11620/1/2004MM3278.pdf diakses pada tahun 2015. Hardinigsih, P. dan Oktaviani, R. M. 2012. Derteminan Kebijakan Hutang (Dalam Agency Theory dan Packing Order Theory). Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, 1 (1): 11-24. Indahningrum, R. P. dan Handayani, R. 2009. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow, dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan akuntansi, 11 (3), Desember: 189-207. Jensen, M. C, dan Meckling, W. H. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, October 1976, 3 (4): 305-360. http://ssrn.com/abstract=94043 diakses pada tahun 2014. Karinaputri, N. 2012. Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Profitabilitas dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010). Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/35789/1/KARINAPUTRI.pdf diakses pada tahun 2013. Kusnaeni, D. 2012. Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan pada Industri Konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka Jakarta. http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdftesis2/40806.pdf diakses pada tahun 2013. Larasati, E. 2011. Pengaruh Kepemilikan Manjerial, Kepemilikan Institusional dan Kebijakan Dividen terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Ekonomi Bisnis 16 (2). Mursalim. 2009. Simultanitas Akitvisme Institusional, Struktur Kepemilikan, Kebijakan Dividen dan Hutang dalam Mengurangi Konflik Keagenan (Studi Empiris pada Perusahaan Go Publik di Indonesia). Universitas Muslim Indonesia. https://smartaccounting.files.wordpress.com/2011/03/simultanitas-aktivisme-institusionastruktur-kepemilikanm-kebijakan-dividen-dan-utang-dalam-mengurangi-konflikkeagenan.pdf diakses pada tahun 2014 Murtiningtyas, A. I. 2012. Kebijakan Dividen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Resiko Bisnis terhadap Kebijakan Hutang. Accounting Analysis Journal 1 (2) Universitas Negeri Semarang Pithaloka, N. D. 2009. Pengaruh Faktor-Faktor Intern Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang: dengan Pendekatan Pecking Order Theory. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Lampung. http://feakuntansi.unila.ac.id/skripsi/0511031013/NINA%20DIAH%20PITHALOKA.pdf diakses pada tahun 2015 Purba, L. J. R. 2011. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang (Studi Kasus pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro http://eprints.undip.ac.id/28642/1/Skripsi06.pdf diakses pada tahun 2013. 14 Purwantini, V. T. 2011. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan dan Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Pada Perusahaan-Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). STIE AUB Surakarta. http://ejournal.stie-aub.ac.id/e-journal/index.php/probank/article/viev/69 diakses pada tahun 2014 Rahardja, M. D. S. 2012. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di BEI). Diponegoro Journal of Accounting, 1 (1): 1-15. http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/accounting. Diakses pada tahun 2014 Rahmawati, A. N. 2012. Analisis Faktor Kebijakan Hutang yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 20062010). Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/35630/1/Skripsi_RAHMAWATI_Apriliana.pdf diakses pada tahun 2014. Rebecca, Y. dan Siregar, S. V. 2012. Pengaruh Corporate Governance Index, Kepemilikan Keluarga, dan Kepemilikan Institusional terhadap Biaya Ekuitas dan Biaya Utang: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Simposium Nasional Akuntansi 15. Sitanggang, L.S. 2011. pengaruh Laba bersih dan Arus Kas Operasi terhadap Dividen Tunai pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/26899 diakses pada tahun 2015 Tarjo. 2008. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan Leverage terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham serta Cost of Equity Capital. Simposium Nasional Akuntansi XI. Taswan. 2003. Analisis Pengaruh Insider Ownership, Kebijakan Hutang dan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, September 2003. Jurnal Bisnis dan Ekonomi 9 (2):149-163. Yunitae dan Destriana, N. 2010. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kebijakan Hutang pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 12 (1). 15