BAB I

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Integrasi
a. Pengertian Integrasi
Menurut Susanto, Integrasi adalah ”Salah satu proses dan hasil
kehidupan sosial, dan merupakan alat yang bertujuan untuk membentuk suatu
kesatuan kebudayaan yang homogen”. (Emiliana dkk, 1997:4)
Sedangkan menurut Suryaman integrasi adalah “Sebagai pengendalian
terhadap konflik dan penyimpangan dalam suatu sistem sosial, dan adanya
keteraturan dan saling ketergantungan tingkah laku yang terkoordinasi dalam
suatu kelompok sosial”. (Emiliana dkk, 1997:4)
Menurut Widjaja integrasi diartikan sebagai keserasian satuan-satuan
yang terdapat dalam suatu sistem (bukan penyeragaman tetapi
hubungan satuan-satuan yang sedemikian rupa sehingga tidak
merugikan masing-masing satuan) dimana yang baik saling
mendukung dan saling menguntungkan, dan masing-masing masih
tetap memiliki identitasnya sendiri. (Emiliana dkk, 1997:4)
Menurut Howard Wrigins Integrasi berarti “Penyatuan bangsa-bangsa
yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih
utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak menjadi
satu bangsa”. ( Winarno, 2006:10)
Myron Weiner membedakan 5 tipe integrasi yaitu : “integrasi nasional,
integrasi wilayah, integrasi nilai, integrasi elit-massa, dan integrasi tingkah
laku (tindakan integratif)”. (Winarno, 2006:10)
Sementara itu menurut Sjamsuddin konsep integrasi dapat dilihat dari
dua dimensi, yaitu:
dimensi proses dan dimensi hasil. Dari dimensi proses, integrasi
merupakan usaha pengendalian antar kelompok agar dapat
menghindarkan konflik antara satu dengan yang lainya. Atau dengan
kata lain, integrasi merupakan
commit toupaya
user untuk menjembatani perbedaanperbedaan yang dilahirkan oleh faktor-faktor teritorial termasuk kultur
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
dengan mengurangi kesenjangan-kesenjangan yang ditimbulkan oleh
faktor-faktor tersebut. Dan dari dimensi hasil, integrasi merupakan
tingkat keserasian antar kelompok pada suatu waktu tertentu. Atau
dengan kata lain integrasi merupakan suatu kondisi dimana konflik
antar etnik sangat kecil dan kerja sama antar etnik sangat kuat.
(Emiliana dkk, 1997:5)
Lain halnya dengan Ogburn dan Ninkoff, integrasi sosial merupakan
“Suatu ikatan sosial berdasarkan pada nilai dan norma yang disepakati
bersama dan memberi tuntunan tentang bagaimana individu berperilaku”.
(Suminar dkk, 2003:3)
Menurut Onwuka “The word integration suggests a process of
structural linkage between two or more parts of a system or systems. Its
essence can be discerned from the functionalist view of society”. ( Segun
oshewolo, 2011:3)
Artinya bahwa kata integrasi menunjukkan proses keterkaitan
struktural antara dua atau lebih bagian dari sistem atau sistem . Esensinya
dapat dilihat dari pandangan fungsionalis masyarakat.
Menurut Anele captures the functionalist perspectives thus
functionalism sees human society as a social system comprising subunits or interdependent parts. These sub-units are interdependent on
each other and are functionally interrelated. What this means is that
every phenomenon found in the society performs useful functions
towards the survival of the entire system or society. It equally means
that the sub-units of the society otherwise referred to as social
institutions – the family, religion, polity, economy, education,
technology; are integrated and interdependent and all perform useful
functions towards the survival and stability of the society. ( Segun
oshewolo, 2011:3)
Pernyataan di atas berarti perspektif fungsionalis mempunyai
pandangan bahwa fungsionalisme melihat masyarakat manusia sebagai suatu
sistem sosial yang terdiri dari sub-unit atau bagian saling tergantung. Ini subunit yang saling bergantung satu sama lain dan secara fungsional saling
terkait. Apa artinya ini adalah
bahwa
setiap fenomena yang ditemukan di
commit
to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
masyarakat melakukan fungsi yang berguna untuk keberlangsungan hidup
seluruh sistem atau masyarakat. Ini sama artinya bahwa sub-unit masyarakat
lain disebut sebagai institusi sosial - keluarga, agama, politik, ekonomi,
pendidikan, teknologi, yang terintegrasi dan saling tergantung dan semua
melakukan fungsi yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan stabilitas
masyarakat.
Menurut Ojukwu, Federalism and integration are two concepts that
are interwined.This is because federalism, which is adjusdged to be
an integrative mechanism, seeks to promote unity and harmony
among diverse ethnic groups in plural polity. It therefore implies that
the existence of ethnic diversities and cleavages engenders the need
for integrative efforts. Notabaly, a major problem facing new states,
particulary developing new ones , with numerous cultural, linguistic
and social diversities, is that of national integration (Ibaba Samuel
Ibaba,2009:7).
Artinya bahwa federalisme dan integrasi adalah dua konsep yang
saling terkait. Ini adalah karena federalisme, yang diputuskan menjadi
mekanisme integratif, berusaha untuk
meningkatkan persatuan dan
kerukunan antar kelompok etnis dalam pemerintahan plural. Oleh karena itu
menyiratkan bahwa keberadaan keragaman etnis dan yang menimbulkan
perpecahan perlu upaya integratif. Khususnya, masalah utama yang dihadapi
negara-negara baru, khususnya mengembangkan yang baru, dengan
keragaman budaya, linguistik dan sosial, merupakan integrasi nasional.
Dari beberapa pengertian di atas maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa pengertian integrasi adalah penyatuan unsur-unsur yang
terdiri dari perbedaan suku, ras, kebudayaan, agama, serta kepercayaan
untuk membentuk suatu kesatuan kebudayaan yang homogen dan
pengendalian terhadap konflik dalam suatu sistem sosial.
b. Faktor-faktor pendorong dan penghambat integrasi
Faktor pendorong integrasi menurut Ogburn dan Ninkoff adalah:
1) Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil mengisi kebutuhan
commit to user
satu sama lain;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
2) Tercapai semacam konsensus mengenai norma-norma dan nilai-nilai
sosial
3) Norma-norma cukup lama konsisten dan tidak berubah-ubah. (Suminar
dkk,2003 :3)
Faktor pendorong integrasi menurut Sunyoto Usman adalah :
1) Masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai fundamental
yang dapat dijadikan rujukan bersama.
2) Masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus memiliki croos cutting
affiliation sehingga menghasilkan croos cutting loyality.
3) Masyarakat berada diatas saling ketergantungan diantara unit-unit sosial
yang terhimpun didalamnya dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi.
(Winarno,2006 :10)
Menurut Hendropuspito faktor pendorong integrasi adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Pembinaan kesadaran nasional.
Perwujudan keadilan sosial dan prinsip sub-solidaritas.
Pengawasan sosial yang intensif.
Tekanan dari luar.
Bahasa kesatuan.
Lambang kesatuan. ( Emiliana dkk ,1997:5)
Susanto melihat bahwa “Integrasi antar kelompok hanya akan
terwujud apabila anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil mengisi
kebutuhan satu sama lain, tercapai semacam konsensus mengenai normanorma atau nilai-nilai”. (Emiliana dkk , 1997:5)
Suryaman mengemukakan bahwa “Terwujudnya integrasi antar
kelompok sangat dipengaruhi oleh faktor komunikasi, solidaritas kelompok,
faktor budaya dan agama serta daya tampung sosial”. (Emiliana dkk ,1997:5)
Menurut Koenjaraningrat faktor yang mendorong integrasi, yaitu
“Bersumber dari kerja sama secara sosial, ekonomi, dan politik serta usaha
hidup berdampingan”. (Emiliana dkk, 1997:5)
Sementara itu, Suseno mengemukakan bahwa:
Mudah tidaknya tercapai integrasi sangat tergantung dari apa yang
disebut sebagai “rukun”, yang artinya berada dalam keadaan selaras,
tenang, dan tenteram, tanpa ada perselisihan dan pertentangan,
bersatu, saling membantu sama lainya, menghilangkan ketegangan
dalam masyarkat atau menyingkirkan unsur-unsur yang dapat
menimbulkan perselisihan
dantokeresahan.
(Emiliana dkk, 1997:5)
commit
user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
Sedangkan faktor penghambat integrasi menurut O’Brien, Schrag dan
Martin antara lain:
1) Ketidaksesuaian anggota kelompok mengenai tujuan kehidupan sosial
kemasyarakatan yang telah disepakati.
2) Norma dan nilai sosial yang ada sudah tidak mampu lagi membantu
anggota masyarakat dadalam mencapai tujuan individu dan kelompok.
3) Norma dan nilai kelompok yang telah disepakati anggota kelompok
bertentangan satu sama lainnya.
4) Sanksi sudah menjadi lemah bahkan tidak dilaksanakan dengan
konsekuen.
5) Tindakan anggota masyarakat telah bertentangan dengan norma dan nilai
kelompok. (Suminar dkk, 2003:3)
Koenjaraningrat
mengemukakan
bahwa
“Faktor-faktor
yang
menghambat integrasi adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
c.
Konflik yang ditimbulkan oleh beberapa sumber antara lain perbedaan
sumber penghidupan atau mata pencaharian.
Adanya pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari suku bangsa lain.
Adanya fanatisme.
Adanya dominasi dari salah satu suku bangsa.
Adanya permusuhan antar suku secara adat. (Emilina, 1997:5)
Unsur-unsur Integrasi
Menurut Roucek bahwa unsur-unsur terpenting dalam
pengintegrasian dan solidaritas kelompok antara lain kemargaan;
perkawinan; persamaan agama; persamaan bahasa dan adat;
kesamaan tanah; wilayah; tanggung jawab atas pekerjaan sama;
tanggung jawab dalam mempertahankan eksistensi; ekonomi; ikatan
lembaga yang sama; pertahanan bersama; kerjasama/bantuan
bersama; dan pengalaman, tindakan dan kehidupan bersama.
(Suminar dkk ,2003:4)
Sedangkan menurut
Hendropuspito bahwa “Unsur-unsur yang
menghambat integrasi terdiri dari perbedaan suku dan ras, kebudayaan,
agama, serta kepercayaan, daerahisme, dan masalah mayoritas dan
minoritas”. (Emiliana dkk, 1997:5)
Selain itu, dalam mencakup ciri-ciri kebudayaan, masyarakat dan
kepribadian secara sistematis-konseptual, Parsons tidak membuang waktu
dengan menyajikan prasyarat fungsional unsur-unsur dasar aksi. Prasyarat
commit to user
itu tidak hanya berkaitan dengan masalah-masalah internal unsur-unsur aksi,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
akan tetapi juga mengenai artikulasi satu dengan lainya. Menurut Parsons
agar terjadi integrasi, prasyarat yang harus dipenuhi adalah: “ a) Suatu
sistem sosial harus mempunyai peran masing-masing/ harus menempatkan
posisinya sendiri-sendiri. b) Suatu sistem sosial harus menghindari
kepentingan sendiri yang dapat
menimbulkan perpecahan/ konflik”.
(Soerjono Soekanto, 1986:33-34)
2.
a.
Tinjauan Tentang Masyarakat
Pengertian Masyarakat
Menurut Sri wiyarti (1997:22) pengertian masyarakat mempunyai
dua arti ialah dalam arti konkrit ialah setiap kesatuan sosial, segenap
kesatuan siosial yang terdiri atas himpunan atau kesatuan–kesatuan
sosial yang terdiri atas himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia
yang hidup bersama, karena ada hubungan diantara mereka.
Hubungan tersebut bersifat timbal balik, misalnya tolong menolong.
Dalam arti abstrak ialah negara, gereja, suku bangsa, masyarakat dan
hidup bermasyarakat adalah dua hal yang berlainan, meskipun kedua
hal yang berkaitan satu dengan yang lainnya.
Menurut Koentjaraningrat masyarakat adalah “ Kesatuan hidup
manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang
bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas yang sama”.
(Awan Mutakin, 2004:25)
Menurut Harsoyo yang dimaksud masyarakat adalah “Setiap
kelompok manusia yang lama hidup dan bekerjasama sehingga mereka itu
mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai suatu
kesatuan sosial dengan batas –batas tertentu”. (Ardinarto, 2007:36)
Hasan Sadilly berpendapat bahwa pengertian masyarakat adalah
“Golongan besar atau kecil terdiri atas beberapa manusia, yang dengan atau
karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi
satu sama lain.” (Awan Mutakin, 2004:25)
Sedangkan
Menurut
Hendropuspito
(1991:75)
memberikan
pengertian bahwa masyarakat adalah “Kesatuan yang tetap dari orang-orang
yang hidup di daerah dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
berdasarkan kebudayaan yang sama untuk mencapai kepentingan yang sama
pula”.
Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa yang dimaksud masyarakat adalah sekelompok orang yang hidup
bersama dalam suatu tempat tertentu dan saling mengadakan hubungan
antar satu orang dengan yang lainya dan bekerja sama dalam kelompokkelompok berdasarkan kebudayaan yang sama untuk mencapai kepentingan
yang sama pula.
b.
Ciri-ciri Masyarakat
Secara lebih lanjut Hendropuspito (1991:75-78) menjelaskan ciri-ciri
masyarakat adalah sebagai berikut : “ 1) Memiliki wilayah yang sama
dengan batas-batas geografis yang jelas. 2) Ada kesatuan penduduk. 3)
Terdiri dari kelompok-kelompok yang mempunyai fungsi yang berbeda. 4)
Mengemban fungsi umum. 5) Memiliki kebudayaan yang sama”.
Sedangkan ciri-ciri masyarakat menurut Astrid S. Susanto (1999:15)
adalah sebagai berikut:
1) Adanya sejumlah orang.
2) Tinggal dalam suatu daerah tertentu dalam ikatan geografis yang sama.
3) Mengadakan atau mempunyai hubungan yang membentuk suatu sistem
hubungan antar manusia.
4) Mereka aktif terikat karena memiliki kepentingan bersama.
5) Mempunyai tujuan bersama dan bekerjasama.
6) Mengadakan ikatan atau kesatuan berdasarkan unsur-unsur yang
sebelumnya.
7) Berdasarkan pengalaman ini akhirnya tercipta solidaritas persamaan
membagi secara bersama.
8) Sadar akan independensi satu sama lain.
9) Berdasarkan sistem yang terbentuk maka dengan sendirinya
membentuk norma-norma.
10) Berdasarkan unsur-unsur diatas akhirnya membentuk kebudayaan
bersama melalui hubungan antar manusia.
Sedangkan karakteristik masyarakat ideal adalah sebagai berikut :
“ Ruang publik yang bebas, demokratisasi, toleransi, pluralisme, keadilan sosial,
partisipasi
sosial,
dan
www.crayonpedia.org/mw/)
supremasi hukum”.
commit to user
(Ira
Merdeka,
2010,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki
akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, mereka berhak melakukan
kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat,
berkumpul, serta mempublikasikan informasi kepada publik.
2) Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi
sehingga mewujudkan masyarakat yang demokratis. Untuk menumbuhkan
demokratisasi dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran
pribadi, kesetaraan, dan kemandirian serta kemampuan untuk berperilaku
demokratis kepada orang lain dan menerima perlakuan demokratis dari
orang lain. Demokratisasi dapat terwujud melalui penegakkan pilar-pilar
demokrasi yang meliputi :
a) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
b) Pers yang bebas
c) Supremasi hukum
d) Perguruan Tinggi
e) Partai poilitik
3) Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan
politik dan sikap sosial yang berbeda dalam masyarakat, sikap saling
menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh
orang/kelompok lain.
4) Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat
yang majemuk disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai
nilai positif dan merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
5) Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang
proporsional antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu
terhadap lingkungannya.
6) Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih dari
rekayasa, intimidasi, ataupun
intervensi
commit
to user penguasa/pihak lain, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
masyarakat memiliki kedewasaan dan kemandirian berpolitik yang
bertanggungjawab.
7) Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya
keadilan. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang
memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.
c.
Pembagian Masyarakat
Menurut
Abu Ahmadi (1984:83) dipandang dari terbentuknya
masyarakat dapat di bagi menjadi:
1) Masyarakat paksaan misalnya: negara, masyarakat tawanan dan lainlain.
2) Masyarakat merdeka yang dapat di bedakan menjadi:
a) Masyarakat natur yaitu masyarakat yang terjadi dengan sendirinya
seperti gerombolan dan suku, yang bertalian karena hubungan daerah
atau keturunan dan biasanya masih sederhana sekali keberadaannya.
b) Masyarakat kultur yaitu masyarakat yang terjadi karena kepentingan
keduniaan atau kepercayaan, misalnya: koperasi, kongsi,
perekonomian, gereja dan sebagainya.
Menurut Berger membedakan dua jenis masyarakat yaitu:
1)
2)
Masyarakat kuno (gemeinscaft) adalah suatu masyarakat yang memiliki
kebudayaan masih sederhana. Masyarakat ini memiliki sifat integrasi
yang tinggi dan bersatu atau homogen dalam suatu keteraturan
beragama serta memiliki peralatan hidup dan komunikasi yang masih
sederhana. Jenis masyarakat ini lebih menonjolkan sifat kekeluargaan
dan keterikatan sosial yang ditandai dengan suatu keakraban.
Masyarakat modern (gesellscaft) adalah masyarakat yang telah
mengalami proses segmentasi atau pluralisasi atau deferensiasi.
Masyarakat modern ini terbagi ke dalam bentuk segmen-segmen
masyarakat yang saling berhubungan dalam rangka mempertahankan
hidup dan kehidupanaya. Sikap hidup pada masyarakat modern lebih
menonjolkan sikap hidup individual, sehingga nilai-nilai sosial yang
ada dalam masyarakat termasuk nilai-nilai pengikat dari para anggota
masyarakat sebagai kolektifitas sering terabaikan. Hal ini Nampak pada
masyarakat yang tinggal di kota terutama kota besar yang disebut
sebagai masyarakat kota lebih mementingkan dirinya daripada
kepentingan orang lain. (Darsono, 2004:42)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
3.
Tinjauan Tentang Kelompok
a. Pengertian Kelompok
Menurut Andersen dan Parker, “Kelompok adalah kesatuan dari dua atau
lebih individu yang mengalami interaksi psikologis satu sama lain”. (Sri
Wiyarti, 2007:36)
Menurut Dr. P.Y. Bouman, “Kelompok atau golongan pada umumnya
adalah kesatuan-kesatuan sosial yang dikuasai oleh perasaan persatuan”. (Sri
Wiyarti, 2007:38)
Menurut Cartwright & Zander (1971:20), Kelompok adalah agregat
sosial dimana anggota-anggotanya yang saling tergantung, dan setidaktidaknya memiliki potensi untuk melakukan interaksi satu sama lain.
Kelompok adalah suatu kolektif yang terdiri atas berbagai organisme
dimana eksistensi semua anggota sangat penting untuk memuaskan
berbagai kebutuhan individu. Artinya, kelompok merupakan suatu alat
untuk mendapatkan berbagai kebutuhan individu. Individu menjadi milik
kelompok karena mereka mendapatkan berbagai kepuasan ssebaik
mungkin melalui organisasi yang tidak dengan mudah mereka dapatkan
melalui cara lainnya (Ichwan Muis, 2010, http://ichwanmuis.com).
Sedangkan
menurut
Wekley dan
Yulk
mengemukakan
bahwa
“Kelompok merupakan suatu kumpulan orang yang berinteraksi satu sama lain
secara teratur dalam suatu periode tertentu, dan merasakan adanya ketergantungan
diantara mereka dalam rangka mencapai satu atau lebih tujuan bersama” (Ichwan
Muis, 2010, http://ichwanmuis.com).
Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa kelompok adalah kesatuan dari dua atau lebih individu atau kesatuankesatuan sosial yang mengalalami interaksi dan dikuasai oleh perasaan persatuan
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelangsungan Hidup Kelompok
Apabila kelompok telah terbentuk, maka dengan sendirinya diusahakan
mempertahankan dirinya/hidupnya.
Menurut
Sri Wiyarti
(2007:38-39)
kelangsungan hidup dari tiap-tiap kelompok sosial tersebut dipengaruhi oleh
to user
beberapa faktor, yaitu: “faktor commit
psikologis
dan faktor sosial”.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)
Faktor psikologis meliputi :
a) Tiap-tiap anggota takut dicela oleh anggota lainya.
b) Bahwa
tiap-tiap
anggota
memerlukan
perasaan
aman
dan
membutuhkan perlindungan dari kelompoknya.
2)
Faktor Sosial meliputi :
a) Adanya norma kelompok.
b) Jumlah atau banyaknya koordinasi antara anggota kelompok
menentukan berlangsungnya kelompok.
c) Kelompok sebagai tempat perwujudan dari kebutuhan.
c.
Macam-Macam Kelompok Sosial
Menurut Sri Wiyarti (2007:39-41) masyarakat terdiri atas macammacam kesatuan sosial, karena itu dapat dibedakan kedalam beberapa jenis
atas dasar berbagai ukuran. Ukuran yang dipakai bermacam-macam, yaitu : “
masyarakat diukur dari sudut besar kecilnya jumlah anggota dari tiap-tiap
kelompok, masyarakat ditinjau dari derajat interaksi sosial dalam kelompok
tersebut, ditinjau dari sudut kepentingan dan wilayah, ditinjau dari sudut
berlangsungnya suatu kepentingan, dan ditinjau dari sudut derajat
organisasinya”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Masyarakat diukur dari sudut besar kecilnya jumlah anggota dari tiap-tiap
kelompok kesatuan sosial.
Menurut George Simmel, “Bahwa besar kecilnya jumlah anggota
dalam kesatuan sosial itu akan mempengaruhi interaksi sosial dalam
kelompok tersebut”. Penelitiannya dimulai dari kelompok-kelompok
yang terkecil yang terdiri atas satu orang sebagai fokus hubungan sosial,
yang dinamakan :”monad”. Kemudian penelitian dikembangkan ke
kelompok yang terdiri atas dua sebagai fokus hubungan sosial, yang
dinamakan : “daye”, dan ke kelompok yang terdiri atas tiga orang, yang
disebut : “triad”, dan kelompok
commit tokecil
user lainnya. Penelitiannya kemudian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
diteruskan dengan memperbandingkan dengan kelompok –kelompok
yang besar. Analisa tersebut, dikembangkan lebih jauh oleh Leopold van
Wiese dan Howard Becker.
2) Masyarakat ditinjau dari derajat intetraksi sosial dalam kelompok
tersebut.
Ditinjau dari sudut derajat interaksi sosial dalam kelompok dapat
dibedakan, ada kelompok yang derajat interaksi soaialnya erat sekali, ada
yang kurang erat. Yang erat hubunganya diantaraya ialah: keluarga,
rukun tetangga masyarakat desa dan lain-lain. Mereka satu sama lain
saling kenal mengenal. Adapun mereka yang kurang erat hubunganya
,misalnya: kelompok-kalompok sosial di kota-kota besar, perserikatanperserikatan dan negara
3) Ditinjau dari sudut kepentingan dan wilayah
Ketentuan yang terbentuk karena wilayah yang sama, misalnya
community
(masyarakat
setempat)
biasanya
tidak
mempunyai
kepentingan yang tertentu yang bersifat khusus,tetapi para anggotanya
sadar bahwa mereka adalah merupakan suatu ketentuan sosial. Lain
halnya suatu kesatuan sosial yang dibentuk karena adanya kepentingan
tertentu, misalnya asociation (perserikatan). Disini mereka sedikitnya
sadar akan adanya kepentingan-kepentingan bersama.
4) Ditinjau dari sudut berlangsungnya suatu kepentingan
Kadang-kadang suatu keturunan yang sama tidak selalu hidup
bersama-sama terus melainkan akan memisah untuk mendirikan keluarga
baru dan selanjutnya mencari penghidupan sendiri. Ditinjau dari sudut
kepentingan untuk memenuhi kebutuhan hidup ini, keturunan merupakan
suatu kesatuan sosial yang lain dengan kesatuan sosial yang kepentingan
sosialnya relatif lebih tetap misalnya, community.
5) Ditinjau dari sudut derajat organisasiya
Kelompok-kelompok sosial itu ada yang mempunyai organisasi
yang tinggi , tetapi ada juga kelompok sosial yang organisasinya sangat
user
sederhana atau hampircommit
tidak toterorganisir
dengan baik atau dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
dikatakan mempunyai derajat organisasi yang rendah. Kelompok sosial
yang mempunyai derajat organisasi yang tinggi, misalnya negara segala
perangkatnya. Sedangkan yang derajat organisasinya rendah, misalnya
kerumunan orang-orang di jalan, di pasar.
4. Tinjauan Tentang Muhammadiyah
a. Pengertian Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriah atau
18 Nopember 1912 Miladiyah, oleh almarhum KHA. Dahlan, yang disusun
dengan majlis-majlis (bagian-bagian)nya, mengikuti peredaran zaman serta
berdasarkan ”Syura” yang dipimpin oleh hikmah kebijakkan dalam
permusyawaratan atau muktamar .
Menurut Hamdan Hambali (2006:8) Muhammadiyah adalah suatu
organisasi merupakan alat perjuangan untuk mencapai suatu cita-cita.
Muhammdiyah didirikan diatas (berlandaskan) dan untuk
mewujudkan pokok pikiran yang merupakan prinsip-prinsip/
pendirian- pendirian bagi kehidupan dan perjuangan. Pokok pikiran /
prisip / pendirian yang dimaksud itu adalah hak nilai hidup
Muhammadiyah secara ideologis.
Menurut Hamdan Hambali (2006:31) Muhammadiyah adalah suatu
organisasi yang bersifat sebagai Gerakan, ialah yang mempunyai ciri-ciri
tertentu yang antara lain adalah :
1)
2)
3)
4)
5)
Muhammdiyah adalah sebagai subjek / pemimpin dan masyarakat
semuanya adalah objek yang dipimpinnya.
Lincah ( dinamis ), maju (progresif), selalu di muka dan militan.
Revolusioner.
Mempunyai pimpinan yang kuat, cakap, tegas, dan berwibawa.
Mempunyai organisasi yang susunannya lengkap dan selalu tepat / up to
date.
Menurut Hamdan Hambali (2006:39) “Muhammadiyah adalah suatu
persyarikatan yang merupakan “Gerakan Islam”, maksud gerakanya adalah
“Dakwah Islam dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar” yang ditujukan kepada dua
bidang, perseorangan dan masyarakat”.
Menurut Hamdan Hambali (2004:46) “Muhammadiyah adalah
commit to user
gerakan berasas islam, bercita-cita dan berkerja untuk terwujudnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, untuk melaksanakan fungsi dan
misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah dimuka bumi”.
b. Fungsi dan Misi Muhammadiyah
Menurut Hamdan Hambali (2006:55) fungsi dan misi Muhammadiyah
adalah sebagai berikut:
1)
2)
3)
Berdasarkan keyakianan dan cita-cita hidup yang bersumberkan ajaran
Islam yang murni, Muhammdiyah menyadari kewajibannya, berjuang
dan mengajak segenap golongan dan bangsa Indonesia untuk mengatur
dan membangun tanah air dan Negara Republik Indonesia, sehingga
merupakan masyarakat dan negara yang adil dan makmur, sejahtera
bahagia, materiil dan spirituiil yang diridhoi Allah SWT.
Mengingat perkembangan sejarah keyataan bangsa Indonesia sampai saat
ini, semua yang ingin dilaksanakan dicapai oleh Muhammadiyah
daripada keyakianan dan cita-cita hidupnya, bukanlah hal yang baru dan
hakekatnya adalah sesuatu yang wajar.
Sedang pola perjuangan Muhammadiyah dalam melaksanakan dan
mencapai keyakinan dan cita-cita hidupnya dalam masyarakat Negara
Republik Indonesia, Muhammdiyah menggunakan dakwah islam dan
amar ma’ruf nahi munkar dalam arti dan proporsi yang sebenar-benarnya,
sebagai jalan satu-satunya.
c. Sifat Muhammadiyah
Menurut Hamdan Hambali (2006:41-42) Muhammadiyah memiliki dan
wajib memelihara sifat-sifatnya yaitu: “ 1) Menciptakan perdamaian dan
kesejahteraan. 2) Memperluas persaudaraan umat islam. 3) Pengetahuan yang
luas mengenai ajaran islam. 4) Agamis dan kemasyarakatan. 5) Mentaati segala
peraturan hukum yang berlaku. 6) Mengajak kebaikan dan mencegah
kemungkaran. 7) Cinta damai dalam bermasyarakat. 8) Kerjasama dan
membela kepentingan sesama umat islam. 9) Bersama-sama membangun
negara untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur yang diridhai Allah.
10) Bersifat adil serta korektif kedalam dan keluar dengan bijaksana”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
d. Pokok-Pokok Ajaran Muhammadiyah
Menurut
Abdul
Munir
(2000:53-55)
pokok-pokok
ajaran
Muhammadiyah yaitu: ” bidang kepercayaan, bidang ibadah (ritual), bidang
sosial dan politik”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)
Bidang Kepercayaan
Kepercayaan tentang Tuhan atau akidah tauhid dapat dirangkum sebagai
berikut:
a) Hanya Tuhan yang kuasa menentukan nasib manusia dan meminta
pertolongan.
b) Manusia harus bekrja keras mencari rizki dan menyerahkan hasilnya
pada kehendak Allah yang mutlak sebagai rahasia Tuhan dan
maksudnya tidak bisa diketahui.
c) Tidak percaya pada kekuatan dan kekeramatan kuburan siapa atau
apapun.
d) Tidak ada hari keramat baik atau buruk.
e) Memahami ajaran islam dari buku tarjih atau langsung dari Al
Qur’an dan Hadits dengan akal.
f) Tidak menganggap Al Qur’an sebagai benda keramat.
2)
Bidang ibadah (Ritual)
Ajaran bidang ini meliputi:
a) Tidak slametan dan tahlilan.
b) Ziarah kubur untuk mengingat akhirat bukan minta berkah.
c) Tidak memakai sorban atau peci haji.
d) Kedekatan pada Tuhan adalah kunci nasib dan segala persoalan
hidup.
e) Menyembelih kambing aqiqah sesudah anak lahir.
f) Membaca zikir sesudah sholat wajib sendiri-sendiri tanpa suara keras.
g) Segera sholat jamaah di rumah, mushola, atau masjid.
h) Tidak menyelenggarakan upacara pertunangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
i) Memisahkan tempat duduk pria dan wanita dalam rapat, pengajian,
dan lainya.
j)
3)
Tidak makan minum dalam pesta dengan cara berdiri.
Bidang sosial dan politik
Ajaran yang disebut muamalat atau ibadah umum ini meliputi:
a) Tidak mematuhi ulama atau kiai dengan mencium tangan, tidak
mematuhi kecuali ajaran islam.
b) Tidak membawa sajadah bergambar dan tasbih atau mengharuskan
memakai peci dalam sholat.
c) Memelihara kebersihan pekerjaan secara halal.
d) Rumahnya bersih dari hiasan yang melanggar hukum islam seperti
foto bintang film.
e) Disiplin mengikuti kegiatan pengajian, rapat, dan kegiatan organisasi.
f) Mengucap salam ketika bertemu sesama muslim.
g) Hidup dan berpakaian sederhana, tetapi senang membantu orang lain.
h) Pesta perkawinan secara sederhana, tanpa kesenian apapun.
i) Menyekolahkan anak ke sekolah Muhammadiyah atau negeri.
j)
Tidak memakai cincin (bagi pria) apalagi emas.
k) Hanya mendukung partai islam atau organisasi politik sesuai jiwa
ajaran islam.
l) Aktif dalam politik untuk dakwah mengajak masuk islam bagi yang
belum islam dan memurnikannya bagi yang sudah masuk islam.
e. Perkembangan Muhammadiyah
Perkembangan internal Muhammadiyah dalam menghadapi tantangan
dunia luar tampaknya menunjukkkan dinamika tersendiri ditubuh organisasi
ini. Pada periode awal sejak kepemimpinan Kyai Dahlan (tahun 1912-1923)
sampai pada era kepemimpinan Kyai Ibrahim, Kyai Hisyam, Kyai Mas
Mansyur, dan Ki Bagus Hadikusuma (tahun 1942-1953) Muhammadiyah
menunjukkan dinamika selain dalam membangun tatanan gerakan yang
commit
to user
fundamental (meletakkan dasar
faham
keagamaan, pendidikan, dan sosial-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
kemasyarakatan) juga terlibat dalam proses menghadapi perjuangan
kemerdekaan pada masa penjajahan dan awal kemerdekaan.
Pada era Orde Baru dinamika Muhammadiyah juga menunjukkan hal
yang menarik. Tahun 1968 dalam muktamar ke-37 di Yogjakarta
Muhammadiyah merumuskan langkah menjadikan (memperbarui) gerakannya
yang meliputi aspek ideologi, khitah perjuangan, gerakan dan cita-cita hidup
Muhammadiyah. Muhammadiyah pada masa kepemimpinan Kyai AR.
Fakhrudin cukup mengalami perkembangan yang positif terutama dalam
konsolidasi organisasi, pertumbuhan kuantitatif amal usaha, dan membangun
hubungan yang baik dengan pemerintah serta berbagai pihak yang ternyata
untuk kepentingan kemajuan Muhammadiyah sendiri.
Pada muktamar ke-43 tahun 1995 di Aceh M. Amin Rais terpilih
sebagai ketua PP Muhammadiyah untuk periode 1995-2000. Kehadiran DR.
Amien Rais dalam memimpin Muhammadiyah menunjukkan dinamika yang
cukup tinggi. Muhammadiyah mengembangkan diri selain dalam amal usaha
sebagaimana selama ini menjadi andalan, juga dalam gerakan pemikiran dan
belakangan dalam dinamika politik nasional. Dalam dinamika politik bahkan
Muhammadiyah mampu mengangkat peran Muhammadiyah secara lebih
artikulatif dengan mengangkat isu soal suksesi kepemimpinan nasional pada
tahun 1993 tentang persoalan bangsa dan Negara. Langkah dinamik Amien
Rais adalah mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN) pada tanggal 23 Mei
1998, dan mengundurkan diri dari ketua PP Muhammadiyah.
Dari pemaparan di
muka tampak bahwa
dinamika gerakan
Muhammadiyah sepanjang sejarah menunjukkan keragaman yang menarik,
dengan tetap
menjadikan dirinya berada dalam koridor sebagai gerakan
sosial-keagamaan sebagai gerakan Dakwah Islam.
5. Tinjauan Tentang NU
a. Pengertian NU
Islam tradisional Indonesia, yang terorganisir kedalam NU sejak tahun
to user
1926, merupakan fenomenacommit
yang unik
di dunia Islam. NU didirikan di
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926, bertepatan dengan tanggal 26 Rajab
1344 H oleh para ulama yang pada umumnya menjadi pengasuh pondok
pesantren. Kelahiran NU merupakan muara dari rangkaian kegiatan yang
mempunyai mata rantai hubungan dengan berbagai keadaan, peristiwa yang
dialami bangsa Indonesia sebelumnya, dengan latar belakang tradisi
keagamaan, masalah sosial politik, dan kultural yang terjalin dalam suatu
keterkaitan. Para ulama pada umumnya telah memiliki jamaah (komunitas
warga yang menjadi anggota kelompoknya) dengan ikatan hubungan yang
akrab, yang terbentuk dalam pola hubungan santri-kiai, terutama pada
masyarakat di lingkungan pondok pesantrenya. Pola hubungan santri-santrikiai telah mampu mewarnai mewarnai, bahkan membentuk subkultur
tradisional Islam tersendiri di Indonesia. Oleh karena itu, kehadiran NU dapat
dipandang sebagai upaya untuk mewadahi, melembagakan, mengembangkan
langkah kegiatan serta gerakan para ulama yang telah dilakukan dan
berlangsung sebelumnya. Para ulama pondok pesantren yang tergabung
dalam NU secara umum dapat dikatakan memiliki kesamaan wawasan
pandangan dan tradisi keagamaan yang berlandaskan paham ahl al-sunnah
wal aljama’ah.
Menurut Ibralim Anis, Nahdlatul Ulama bisa diartikan kebangkitan
ulama. Kata Al-Nahdlah secara etimologis berarti kemampuan
kekuatan dan loncatan atau terobosan dalam mengupayakan
kemajuan masyarakat atau lainya dan secara epistemologi dapat
didefinisikan menerima segala aktivitas kemajuan
yang
berperadaban lama dari sisi yang lebih baru disertai kemampuan
melakukan rekonstruksi dan reformasi (Rozikin Daman, 2001:43).
Menurut Ellyasa (1994:1) “NU sendiri sesungguhnya merupakan
suatu perhimpunan ulama fiqh (para ulama yang berpengetahuan luas dalam
yurisprudensi Islam) dan ulama tarekat suf’i”.
. Menurut Anderson NU pada hakekatnya merupakan suatu organisasi
keagamaan yang tidak memiliki gagasan apapun tentang intergrasi
regional, nasionalisasi industri dan kebijaksanaan luar negeri, namun
paling terhadap isu-isu keagamaan murni dan sangat berhasil dalam
membela kelompok inti inner core mereka sendiri (Ellyasa, 1994:3).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
b. Prinsip-Prinsip Ajaran NU :
Menurut Rozikin Daman (2001:54-82) prinsip-prinsip yang memberikan nuansa
spesifik pada NU adalah: “ paham ahl al-sunnah wa al-jama’ah, paham teologi
asy’ariyah dan maturudiyah, paham mahdzhab, ajaran tasawuf, paham keulamaan,
dan tradisi pesantren dan masyarakat pedesaan
Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Paham Ahl al-sunnah wa al-jamaah’ah.
Dalam pandangan NU (secara eksplisit) faham al-sunnah wa al-jama’ah
dapat dirumuskan sebagai pandangan yang berpegang teguh kepada tradisi
pemikiran dan menggunakan jalan pendekatan al-madzhab sebagai
berikut :
a) Dalam bidang hukum islam, menganut ajaran-ajaran dari salah satu
Imam Madzhab Empat yang dalam praktek para kiai adalah penganut
kuat Madzhab Syafi’i.
b) Dalam soal-soal tauhid, menganut ajaran-ajaran Imam Abu Hasan alasy’aru dan Imam Abu Mansur al Maturidi.
c) Dalam bidang tasawuf menganut dasar-dasar ajaran Imam Abu Qosim
al Junaid.
2) Paham Teologi Asy’ariyah dan Maturudiyah
Menurut Murtadha Al-Zabidi bahwa apabila disebut ahl al- sunnah wa
aljama’ah dalam teologi maka yang dimaksud adalah penganut Asya’ari
dan Maturidi. Dengan demikian apabila NU menganut teologi ahl alsunnah wa aljama’ah, maka yang dimaksud adalah NU mengikuti
pemikiran Imam Asy’ari dan Imam Maturidi. Ciri khas dari teologi ahl alsunnah wa aljama’ah adalah :
a) Mengutamakan Al-quran dan Sunnah (Hadits), disamping juga
mempergunakan akal, oleh karena itu paham ini lebih mendahulukan
dalil naqli daripada dalil aqli.
b) Akal diperlukan dan bertugas untuk memberikan argumentasi rasional
dari dalil naqli tersebut, sehingga berusaha menjaga keseimbangan
commit
user
dalam penggunaan antara
rasiotodan
nas.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
c) Tidak mudah mengkafirkan atau memusyrikkan orang yang berbuat
dosa, atau karena sesuatu sebab belum dapat melaksanakan aqidah
dengan murni, setelah berusaha sekuat mungkin.
3) Paham Madzhab
Dalam memahami persoalan-persoalan hukum fiqh NU mengikuti
salah satu madzhad empat, terutama mengikuti madzhab Syafi’i yang
dikenal ajaranya yang moderat.
4) Ajaran Tasawuf
NU sebagai penganut paham ahl al-sunnah wa al-jama’ah adalah
penganut dan penghayat tasawuf. NU menyelaraskan antara tasawuf,
terutama Al-Junaid Al Baghdadi dan Al Ghazali dengan tauhid Asy’ariyah
dan Maturidiyah serta hukum fiqh sesuai dengan salah satu madzhab sunni
yang empat.
5) Paham Keulamaan
Gelar ulama atau kiai merupakan pengakuan dari masyarakat atas
kepribadiannya secara utuh sebagai panutan umat. Melalui otoritas yang
dimiliki, para ulama menjadi tempat bergantung masyarakat sekitarnya
untuk mendapatkan jalan keluar bagi persoalan-persoalan yang mereka
alami bukan hanya dalam masalah kerohanaian atau keagamaan melainkan
juga masalah-masalah di luar keagamaan.
6) Tradisi Pesantren Dan Masyarakat Pedesaan
Sejak awal berdirinya hingga sekarang basis kekuatan NU bertumpu
pada pesantren dan masyarakat pedesaan dengan berbagai aspek tradisi
yang terlekat dan menjadi cirinya, sehingga NU disebut sebagai
organisasinya pesantren dan masyarakat pedesaan yang kemudian lebih
dikenal sebagai organisasi Islam tradisional.
Upaya dalam rangka melestarikan tradisi pesantren adalah membangun
solidaritas dan kerja sama antara pesantren, antara lain melalui
pengembangan tradisi:
a) Keluarga terdekat (nasab maupun persemendaan) untuk menjadi
commit to user
penerus atau penggantinya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
b) Jaringan aliansi perkawinan antar keluarga kiai.
c) Transmisi pengetahuan secara berantai dan berkesinambungan dari kiai
kepada santri, adakalanya dengan pemberian restu dan kewenangan
(ijazah) kepada santrinya untuk mengajar kitab ilmu tertentu.
d) Pendirian pesantren baru oleh keturunannya atau santrinya atas restu
dan izin kyai.
c. Pedoman Perilaku Warga NU
Menurut Rozikin Daman (2001:75) pedoman perilaku warga NU, baik
sebagai pedoman tingkah laku perorangan maupun organisasi, yaitu:
1)
2)
3)
4)
Menjunjung tinggi nilai-nilai maupun norma-norma ajaran islam.
Mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.
Menjunjung tinggi sifat keikhlasan, berkhidmat, dan berjuang.
Menjunjung tinggi persaudaraan (al ukhuwwah), persatuan (al ittihad)
serta kasih mengasihi.
5) Meluhurkan kemuliaan moral (al akhlak al karimah), dan menjunjung
tinggi kejujuran (al sidqu) dalam berfikir, bersikap, dan bertindak.
6) Menjunjung tinggi kesetiaan (loyalitas) kepada agama, bangsa, dan
Negara.
7) Menjunjung tinggi nilai amal, kerja dan prestasi, sebagai bagian dari
ibadah kepada AllahSWT.
8) Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan serta ahli-ahlinya.
9) Selalu siap menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang membawa
manfaat bagi kemaslahatan manusia.
10) Menjunjung tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong, memacu, dan
mempercepat perkembangan masyarakat.
d. Perkembangan NU
NU didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 oleh para
ulama yang pada umumnya menjadi pengasuh pondok pesantren. NU
merupakan organisasi sosial keagamaan seperti halnya Muhammadiyah,
tertua dan terbesar ke-2 di Indonesia. Pada dua dasawarsa pertama setelah
pendiriannya, kegiatan NU lebih terfokus pada usaha pembinaan keagamaan
sesuai dengan aliran paham
yang diyakininya, disamping
membina
masyarakat dalam bidang pendidikan, sosial, dan perekonomian. NU telah
mampu menunjukkan kemampuan mempertahankan gerakan dan peranannya
commit to user
dalam era sejarahnya yang panjang. NU yang dikenal dan diidentifikasikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
sebagai organisasi sayap tradisional Islam dengan berbasis masyarakat
pesantren dan pedesaan telah memberikan sumbangan pada perkembangan
budaya dan peradaban Islam di Indonesia kepada kehidupan masyarakatnya.
NU sebagai organisasi sosial keagamaan mendasarkan gerak
perjuangannya pada paham keagamaan yang berakar pada tradisi pemikiran
ahl al-sunnah wa al jama’ah yang mereka identifikasikan sebagai kelompok
modern.
Perilaku dan sikap politik NU sering berubah dengan melakukan
reposisi (pergeseran peran posisi) dalam percaturan politik. Sebagai contoh,
pada tahun 1952 NU keluar dari Masyumi dan tampil sebagai partai politik
yang berdiri sendiri. Tahun 1973 berfusi dengan PPP kemudian tahun 1984
keluar dari PPP dan menyatakan menanggalkan kegiatan politik dengan
konsep kembali ke khitah 1926, gerakan kebudayaannya. Kemudian PBNU
mendeklarasikan berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa sebagai wadah
aspirasi warga NU.
6. Tinjauan Perbedaan antara NU dan Muhammadiyah
Menurut
Abdul
Munir
(2000:53-55)
bahwa
perbedaan
antara
Muhammadiyah dan NU dapat dibedakan melalui beberapa perihal yaitu: “ 1)
Kepercayaan, 2) Ibadah, 3) Sosial dan politik”.
Hal tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini:
Tabel 1 : Perbedaan antara NU dan Muhammadiyah
No.
1.
Perihal
Kepercayaan
NU
a) Allah
minta
tempat
Muhammadiyah
me- a) Hanya Allah tempat meminta
pertolongan
pertolongan.
dengan perantara.
b) Percaya pada kekua- b) Tidak percaya pada kekuatan
tan ( kelebihan ke-
dan
kekeramatan
mampuan seorang
siapa atau apa pun.
commit to user
kuburan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
wali ” karomah”.
c) Memahami
Islam
ajaran c) Memahami ajaran Islam dari
dari
buku
buku tarjih atau langsung dari
tarjih atau langsung
Al Qur’an dan Al Hadits
dari Al Qur’an dan
dengan akal
Al Hadits dengan
akal serta pedekatan
budaya lokal.
2.
Ibadah
a) Slametan
dan a) Tidak slametan dan tahlilan.
tahlilan.
b) Membaca
dzikir b) Membaca dzikir sesudah salat
sesudah salat wajib
wajib sendiri-sendiri tanpa
sendiri-sendiri deng-
suara keras.
an suara keras.
c) Melaksanakan amal c) Hanya melaksanakan amal
ibadah yang sudah
ibadah
yang
sudah
ada
ada tutunan dalam
tutunan dalam Al Quran dan
Al Quran dan Al
Al Hadits.
Hadits serta ijtihad
dari guru atau ulama
mereka.
3.
Sosial dan
politik
a) Mematuhi
atau
kiai
ulama a) Tidak mematuhi ulama atau
dengan
mencium tangan.
kiai
tangan,
dengan
mencium
tidak
mematuhi
kecuali ajaran islam.
b) Tidak harus anak ke b) Menyekolahkan
sekolah
negeri.
NU
atau
sekolah
anak
ke
Muhammadiyah
atau negeri.
c) Aktif dalam dakwah c) Aktif
commit to user
dalam
dakwah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
mengajak
islam
masuk
bagi
belum
yang
dan
mematuhi
Islam
ajaran
bagi
mengajak masuk islam bagi
yang
belum
memurnikan
bagi
dan
yang
sudah masuk islam.
yang
sudah masuk islam
dengan pendekatan
budaya lokal.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah merupakan rambu-rambu pikiran berdasarkan
teori yang relevan. Penelitian membutuhkan kerangka guna mempermudah tujuan
penelitian yang hendak dicapai. Kerangka teori mencakup pokok-pokok pikiran
yang menggambarkan sudut permasalahan yang diajukan penulis dalam penelitian
ini adalah tentang integrasi masyarakat antara kelompok NU dan Muhammadiyah
di Dukuh Driyan, Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen.
Integrasi adalah penyatuan unsur-unsur yang terdiri dari perbedaan suku,
ras, kebudayaan, agama, serta kepercayaan untuk membentuk suatu kesatuan
kebudayaan yang homogen dan pengendalian terhadap konflik dalam suatu sistem
sosial. Indonesia adalah negara Berbhineka Tunggal Ika yang berarti walaupun
berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Indonesia terdiri berbagai macam suku, ras,
adat istiadat, kebudayaan, serta agama. Dengan keanekaragaman tersebut
Indonesia
bisa
dikatakan
negara
yang
majemuk.
Kemajemukan
dan
keanekaragaman tersebut dapat menjadi salah satu faktor terjadinya konflik yang
mengancam integrasi masyarakat.
Adapun faktor yang mendorong integrasi, yaitu bersumber dari kerja sama
secara sosial, ekonomi, dan politik serta usaha hidup berdampingan. Selain itu,
mudah tidaknya tercapai integrasi sangat tergantung dari apa yang disebut sebagai
“rukun”, yang artinya berada dalam keadaan selaras, tenang, dan tenteram, tanpa
commit to user
ada perselisihan dan pertentangan, bersatu, saling membantu sama lainya,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
menghilangkan ketegangan dalam masyarkat atau menyingkirkan unsur-unsur
yang dapat menimbulkan perselisihan dan keresahan.
Sedangkan faktor-faktor yang menghambat integrasi diantaranya, konflik
yang ditimbulkan oleh beberapa sumber antara lain perbedaan sumber
penghidupan atau mata pencaharian, adanya pemaksaan unsur-unsur kebudayaan
dari suku bangsa lain, adanya fanatisme, adanya dominasi dari salah satu suku
bangsa, dan adanya permusuhan antar suku secara adat.
Adapun solusi untuk meningkatkan integrasi antara kelompok NU dan
Muhammadiyah di Dukuh Driyan, Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran,
Kabupaten Sragen yaitu, dengan menghargai perbedaan yang ada, rasa toleransi
diantara kedua kelompok tersebut, dan komunikasi yang baik diantara kedua
kelompok tersebut.
Adapun skema dari pemikiran di atas adalah sebagi berikut:
MASYARAKAT
NAHDATUL ULAMA
MUHAMMADIYAH
INTEGRASI
FAKTOR PENDORONG
FAKTOR PENGHAMBAT
INTEGRASI MASYARAKAT
SOLUSI
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi atau tempat penelitian merupakan tempat di mana dilakukannya
penelitian, sehingga peneliti memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini akan
dilakukan di Dukuh Driyan, Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Kabupaten
Sragen. Alasan atau pertimbangan penulis mengambil lokasi tersebut karena di
Dukuh Driyan, Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran memiliki permasalahan
tentang integrasi masyarakat antara kelompok Muhammadiyah dan NU. Sehingga
di Dukuh Driyan, Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen peneliti
akan memperoleh data yang dibutuhkan.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan dalam sebelas bulan, yang dimulai pada
bulan Februari 2012 sampai dengan Nopember 2012. Berikut ini gambar lokasi
waktu kegiatan penelitian yang penulis lakukan:
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Penelitian
No
Jenis Kegiatan
Tahun 2012
Feb Maret - MeiApril
1
Pengajuan Judul
2
Penyusunan
Juni
Proposal
3
Ijin Penelitian
4
Pengumpulan Data
5
Analisis Data
6
Laporan Penelitian
commit to user
30
Juli
Agust Sept- NopOkt
Des
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
B. Bentuk Dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Dalam penelitian ini bentuk yang digunakan adalah bentuk deskriptif
kualitatif karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata, kalimat, pencatatan,
dokumen maupun arsip yang gemlike arti yang sangat lebih dari sekedar angka
atau frekuensi.
Data yang diungkap bersifat kualitatif, sebab tidak menggambarkan
angka atau jumlah yang memiliki perbandingan. Data tersebut berupa keterangan,
pendapat, konsep, atau tanggapan maupun respon yang berhubungan dengan
obyek.
Penelitian kualitatif datanya bersifat kualitas dalam bentuk verbal, yakni
berwujud kata-kata serta merupakan suatu penelitian yang menekankan pada
masalah proses serta makna, sehingga bentuk penelitian kualitatif yang baik
adalah kualitatif deskriptif.
2. Strategi Penelitian
Strategi penelitian yang digunakan adalah strategi penelitian tunggal
terpancang. Mengenai model ini HB. Sutopo menjelaskan sebagai berikut:
“Bentuk penelitian terpancang (embeded research) yaitu penelitian
kualitatif yang sudah menentukan fokus penelitian berupa variabel utamanya yang
akan dikaji berdasarkan tujuan dan minat penelitiannya sebelum peneliti ke
lapangan studinya” (HB. Sutopo, 2002: 41-42).
Untuk itu maksud dari strategi tunggal terpancang dalam penelitian ini,
mengandung pengertian sebagai berikut: tunggal artinya hanya ada satu lokasi
yaitu di Dukuh Driyan, Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen.
Sedang terpancang artinya hanya pada tujuan untuk mengetahui integrasi
masyarakat antara kelompok Muhammadiyah dan NU di Dukuh Driyan, Desa
Sidodadi, Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
C. Sumber Data
Menurut HB. Sutopo (2002: 50-54) menyatakan bahwa “Sumber data
dalam penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa, atau aktivitas, tempat
atau lokasi, benda, beragam gambar dan rekaman, dokumen atau arsip”.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menggunakan sumber data berupa informan,
tempat, dan peristiwa, serta dokumen. Lebih lanjut penjelasannya sebagai berikut:
1. Informan
Informan adalah orang yang dianggap mengetahui permasalahan yang
akan dikaji serta mengetahui secara mendalam tentang data-data yang diperlukan,
sehingga akan diperoleh informasi tentang permasalahan yang akan dikaji. Jenis
sumber data ini dalam penelitian pada umumnya dikenal sebagai responden.
Manusia sebagai sumber data perlu dipahami, bahwa mereka terdiri dan beragam
individu dan memiliki beragam posisi. Oleh karena itu di dalam memilih siapa
yang akan menjadi informan, peneliti wajib memahami posisi dengan beragam
peran serta yang ada sehingga dapat diperoleh informasi pernyataan maupun katakata yang diperoleh dari informan yang disebut data primer atau sering disebut
sebagai informan kunci (key informan). Adapun informan dalam penelitian ini
adalah:
a.
Kepala Desa Sidodadi atau yang mewakili
b.
Pihak Muhammadiyah
c.
Pihak NU
d.
Warga Dukuh Driyan, Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Kabupaten
Sragen. ( dapat dilihat di lampiran 1)
2. Tempat dan Peristiwa
Tempat dan peristiwa yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan
penelitian merupakan salah satu sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian
ini. Dalam penelitian ini penulis mengambil tempat di Dukuh Driyan, Desa
Sidodadi, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Sedangkan peristiwa yang
dimaksud adalah integrasi masyarakat antara kelompok Muhammadiyah dan
kelompok NU.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
3. Dokumen
Menurut
Soegiyono
(2010:329)
menyatakan
bahwa
“Dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu”.
Sedangkan menurut Lexy J. Moleong (2008:216) menyatakan bahwa
“Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film”. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang
berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita,
biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto,
gambar hidup, sketsa. Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan dengan cara
mempelajari buku-buku, laporan-laporan, peraturan, arsip-arsip ataupun dokumen
lainnya yang relevan dengan permasalahan penelitian.
D. Teknik Sampling (cuplikan)
Dalam penelitian kualitatif sampel akan ditunjukkan oleh peneliti dengan
mempertimbangkan bahwa sampel itu mengenai dengan masalah yang diteliti,
jujur, dapat dipercaya, dan datanya bersifat obyektif. Sehingga dalam penelitian
kualitatif, teknik sampling yang biasa digunakan adalah purposive sampling.
Menurut Goetz & Le Compte “Purposive sampling yaitu teknik
mendapatkan
sampel
dengan
memilih
individu-individu
yang
dianggap
mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya
untuk menjadi sumber data”. (HB. Sutopo, 2002:185)
Jadi dalam metode ini beberapa objek penelitian dipilih, kemudian dari
yang terpilih tersebut dijadikan sumber data yang akan mengungkap permasalahan
yang telah dirumuskan. Dengan kata lain metode pengambilan sampel yang
digunakan dengan teknik informan kunci (key informan) yaitu peneliti mengambil
orang-orang kunci untuk dijadikan sumber data. Maka penulis menggunakan
sampel Kelompok Muhammadiyah dan Kelompok NU di Dukuh Driyan, Desa
Sidodadi, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen.
Untuk pengambilan sampel dari warga masyarakat, peneliti mendasarkan
pada pendapat Suharsimi Arikunto (2007:95) yang mengemukakan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
jika jumlah anggota subjek dalam populasi hanya meliputi antara 100
hingga 150 orang, dan dalam pengumpulan data peneliti menggunakan
angket, sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya. Akan tetapi
apabila peneliti menggunakan teknik wawancara (interview) atau
pengamatan (observasi), jumlah tersebut dapat dikurangi menurut teknik
pengambilan sampel sesuai dengan kemampuan peneliti.
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Goetz & Le Comte dalam HB. Sutopo (2002:58) “Adapun
strategi pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum dapat
dikelompokkan ke dalam dua cara yaitu metode atau teknik pengumpulan data
yang berupa interaktif dan non interaktif”. Metode interaktif meliputi wawancara
mendalam, observer yang berperan dalam beberapa tingkatan. Sedangkan yang
non interaktif meliputi mencatat atau mengumpulkan dokumen atau arsip dan juga
observasi tak berperan.
Untuk memperoleh dan menyusun data penelitian, penulis menggunakan
teknik sebagai berikut:
1. Wawancara Mendalam
Wawancara merupakan suatu teknik untuk mendekati sumber informasi
dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan secra sistematis dan
berdasarkan kepada tujuan penelitian. HB. Sutopo mengemukakan:
Wawancara di dalam penelitian kualitatif pada umumnya dilakukan
dengan pertanyaan yang bersifat open-ended, dan mengarah pada
kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak formal
terstruktur, guna menggali pandangan subyek yang diteliti tentang
banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi
penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam (HB. Sutopo,
2002: 59).
Maka dari itu Penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam
(indepth interviewing), karena dengan wawancara mendalam peneliti akan
memperoleh data daripara informan, dengan maksud agar dapat mengungkap
permasalahan yang akan diteliti melalui pertanyaaan atau sikap, baik melalui nada
bicara, mimik, ataupun sorot matanya.
Pada penelitian ini penulis melaksanakan teknik wawancara dengan
commit to user
mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi berkaitan dengan masalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
yang ingin dibahas kepada narasumber tentang integrasi masyarakat antara
Kelompok NU dan Muhammadiyah di Dukuh Driyan, Desa Sidodadi, Kecamatan
Masaran, Kabupaten Sragen.
Wawancara ini dilakukan berdasarkan pedoman wawancara (lihat
lampiran 1), dan hasil wawancara serta foto-foto kegiatan wawancara bisa dilihat
di lampiran 2 dan lampiran 3.
2. Observasi
Menurut HB. Sutopo (2002:64) bahwa observasi adalah “menggali data
dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat, atau lokasi dan benda, serta
rekaman gambar”.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi langsung nonpartisipatif atau tidak berperan, di mana dalam kegiatan pengumpulan data
kehadiran peneliti tidak diketahui oleh orang atau subyek yang diamati. Peneliti
dalam hal ini bermain di luar sistem. Teknik observasi yang digunakan adalah
pengamatan langsung terhadap integrasi masyarakat di Dukuh Driyan, Desa
Sidodadi, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen.
3. Analisis Dokumen
“Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu”. (Soegiyono,
2010: 329).
Sedangkan
Suharsimi
Arikunto
(2006:158)
menyatakan
bahwa
“Dokumen artinya barang-barang tertulis”. Menurut HB. Sutopo (2002:54)
mengemukakan bahwa “Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Dokumen dan
arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau
aktivitas tertentu”.
Oleh karena itu dokumen dan arsip bukan hanya menjadi sumber data
yang penting bagi penelitian kesejarahan, tetapi juga dalam penelitian kualitatif
pada umumnya. Jadi analisis dokumen ini dapat dikaji melalui arsip-arsip yang
relevan serta benda-benda fisik lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
Dokumen dan record digunakan untuk keperluan penelitian, menurut
Guba dan Lincoln alasan menggunakan dokumen dan record adalah :
Merupakan sumber yang stabil, kaya, dan mendorong; Berguna sebagai
bukti untuk suatu pengujian; Keduanya berguna dan sesuai dengan
penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks,
lahir dan berada dalam konteks; Record relatif murah dan tidak sukar
diperoleh, tetapi dokumen harus dicari dan ditemukan; Keduanya tidak
reaktif sehingga sukar ditemukan dengan teknik kajian isi; Hasil
pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh
pengetahuan terhadap sesuatu
yang diselidiki. (Lexy J.
Moleong ,2008:217)
Menurut Krippendorff (1991:63) menyatakan bahwa “Analisis Isi adalah
suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru
(replicable) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya”.
Menurut Krippendorff (1991:63) menyatakan bahwa “Rangkaian disain
analisis isi meliputi pembentukan data, reduksi data, penarikan inferensi, dan
penganalisisan yang membantu analisis isi melakukan validasi langsung,
pengujian kesesuaian hasilnya dengan metode-metode lain”.
F. Validitas Data
Suatu penelitian untuk menjamin keabsahan data yang diperoleh, maka
validitas datanya dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
Trianggulasi
Pengertian
trianggulasi
menurut
Lexy
J.
Moleong
(2008:330)
berpendapat bahwa “Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan datanya
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk pengecekan atau sebagai
bahan pembanding terhadap data itu”.
Menurut HB. Sutopo (2002:78-82) menyebutkan bahwa ada 4 macam
trianggulasi yaitu: “trianggulasi data, trianggulasi metode, trianggulasi peneliti,
dan trianggulasi teori”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
a. Trianggulasi Data, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih
mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang
berbeda.
b. Trianggulasi Metode, jenis trianggulasi ini bisa dilakukan oleh
seseorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi
dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang
berbeda.
c. Trianggulasi Peneliti, hasil penelitian baik data atau simpulan
mengenai
bagian
tertentu
atau
keseluruhannya
bisa
diuji
validitasnya dari beberapa peneliti.
d. Trianggulasi Teori, trianggulasi ini dilakukan peneliti dengan
menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas
permasalahan yang dikaji.
Tahap ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa data yang diperoleh
sesuai dengan realitas di lokasi penelitian, untuk menjamin validitas data ini
digunakan teknik trianggulasi data. Trianggulasi data dengan maksud menguji
keabsahan data yang dilakukan peneliti dengan mengambil data yang sama dari
sumber yang berbeda seperti Kelompok Muhammadiyah dan Kelompok NU di
Dukuh Driyan, Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen.
Hasil trianggulasi data lihat lampiran 4 dan 5.
G. Analisis Data
Menurut Lexy J. Moelong (2008:280) “Analisis Data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data”.
Sedangkan Soegiyono (2010:335) menyatakan bahwa :
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih
mana yang penting dan commit
yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan
to user
sehingga dapat mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
Menurut Mattew B. Miles & A. Michael Huberman (1992:16)
menyatakan bahwa “Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut,
berulang dan terus-menerus”. Adapun alur kegiatan dalam proses analisa ini
adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Kegiatan ini digunakan untuk memperoleh informasi yang berupa kalimatkalimatyang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumen. Data
yang diperoleh masih berupa data yang mentah yang tidak teratur, sehingga
diperlukan analisis agar data menjadi teratur.
2. Reduksi Data
Merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara
sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
diverifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam
aneka
macam
cara
melalui
seleksi,
ringkasan
atau
uraian
singkat,
menggolongkannya dalam suatu pola yang lebih luas.
3. Penyajian Data
Merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dalam
penelitian kualitatif berupa teks yang bersifat naratif.
4. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi
Kesimpulan akhir akan diperoleh dengan menguji kebenaran, kekokohan,
dan kecocokan data yakni yang merupakan validitasnya.
Keempat komponen utama tersebut merupakan suatu rangkaian dalam
proses analisis data yang satu dengan yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan,
dimana komponen yang satu merupakan langkah menuju komponen yang lain.
Untuk lebih jelasnya proses analisis tersebut dapat dilihat dalam gambar
berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
I
Pengumpulan Data
2
Reduksi Data
3
Sajian Data
4
Verifikasi/pengambilan
Kesimpulan
Gambar 2. Analisis Data Model Interaktif (HB. Sutopo, 2002: 96)
H. Prosedur Penelitian
Kegiatan penelitian ini direncanakan melalaui beberapa tahapan, yaitu
“(1) persiapan, (2) pengumpulan data, (3) analisis data, dan (4) penyusunan
laporan penelitian” (HB. Sutopo, 2002: 187-190).
Untuk lebih jelasnya, masing-masing akan diuraikan sebagai berikut:
1. Persiapan
a.
Mengurus perijinan penelitian.
b.
Menyusun protokol penelitian, pengembangan pedoman pengumpulan data
dan menyusun jadwal kegiatan penelitian.
2. Pengumpulan Data
a.
Mengumpulkan data di lokasi studi dengan melakukan observasi, wawancara
mendalam, dan mencatat serta mengumpulkan dokumen yang ada.
b.
Melakukan review dan pembahasan beragam data yang telah terkumpul.
c.
Memilah dan mengatur data sesuai kebutuhan.
3. Analisis Data
a.
Menentukan teknik analisis data yang tepat sesuai proposal penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
b.
Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian dicross
checkkan dengan temuan di lapangan.
c.
Setelah dapat data yang sesuai intensitas kebutuhan maka dilakukan proses
verifikasi dan pengayaan dengan mengkonsultasikan dengan orang yang
dianggap lebih ahli.
d.
Setelah selesai, baru dibuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
4. Penyusunan Laporan Penelitian
a.
Penyusunan laporan awal.
b.
Review laporan: pertemuan diadakan dengan mengundang kurang lebih 2
orang yang cukup memahami penelitian untuk mendiskusikan laporan yang
telah disusun sementara.
c.
Perbaikan laporan sesuai dengan rekomendasi hasil diskusi.
d.
Penyusunan laporan akhir.
commit to user
Download