PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO Oleh: Wahyu Purwiyastuti, S.S., M.Hum Dra. Emy Wuryani, M.Hum Disampaikan dalam Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat (IbM) Bekerjasama dengan ASITA Di Hotel Pose In Surakarta, 17 Januari 2014 1 PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO Wahyu Purwiyastuti dan Emy Wuryani UKSW – Salatiga PENDAHULUAN Dusun Ceto, desa Gumeng, kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Jawa Tengah merupakan desa adat yang mayoritas penduduknya memeluk agama Hindu-Jawa. Masyarakat dusun Ceto terdiri dari 140 KK dan 436 jiwa, laki-laki berjumlah 211 jiwa dan perempuan 225. Agama dan kepercayaan yang dianut mayoritas warga dusun Ceto adalah Hindu. Jumlah umat Hindu di dusun Ceto adalah 431 jiwa dan sisanya beragama Islam yang berjumlah 5 orang (wawancara dengan Kepala Dusun Ceto). Di lokasi ini terdapat candi Ceto yang digunakan oleh penduduk sebagai tempat pemujaan dan tempat pertapaan bagi kalangan penganut agama asli Jawa atau Kejawen. Selain candi Ceto, terdapat pula patung dewi Saraswati, sumber mata air dan Candi Kethek yang memiliki bentuk seperti punden berundak dan puncak tertinggi yang diyakini sebagai lambang kekuasaan. Candi Ceto termasuk kawasan Cagar Budaya dan salah satu obyek wisata yang dikunjungi wisatawan, karena itu pengunjung yang masuk ke sana dikenai tiket masuk sebesar Rp 3.000/orang untuk wisatawan domestik dan Rp 10.000 untuk wisatawan asing. Pada saat hari besar umat Hindu, tradisi dan upacara-upacara yang dilaksanakan dipusatkan di candi Ceto. Peserta yang secara rutin mengikuti prosesi tradisi dan upacara berasal dari kecamatan Jenawi, Ngargoyoso, dan dari luar daerah antara lain dari Bali. Dalam sebulan rata-rata ada 100 wisatawan yang datang langsung dari Bali untuk melakukan ritual di komplek Candi Ceto. Mereka menginap di rumah-rumah penginapan yang ada di tempat itu. Mulai 2 tahun 2007 jumlah pengunjung di kompleks candi ini meningkat. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 Jumlah Wisatawan Candi Ceto No 1 2 3 4 5 6 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 JUMLAH Wisatawan Mancanegara 443 610 824 1.239 1.935 2.328 7.379 Wisatawan Domestik 13.537 15.765 13.851 17.029 15.803 20.108 96.093 Pada umumnya wisatawan berkunjung di tempat ini berkisar 1 – 3 hari. Pada tahun 2004 terdapat 3 usaha penginapan yang mendapat bantuan 10 juta rupiah dari pemerintah Kabupaten Karanganyar untuk membangun kamar untuk penginapan yaitu Mekarsari, Adem Ayem dan Puri Lawu. Pada tahun 2012 jumlah penginapan bertambah menjadi 11. Mutu akomodasi dan pelayanan masih sangat sederhana. Kebersihan kamar dan kamar mandi, maupun penataan tempat tidur masih belum memadai. PEMBERDAYAAN DAN MOTIVASI Pemberdayaan merupakan bentuk dari proses perubahan sosial menuju ke arah masyarakat yang hidup lebih baik dan sejahtera. Salah satu ciri utama dari pemberdayaan adalah menitikberatkan pada peran dan partisipasi masyarakat sejak dari proses perencanaan sampai dengan pelaksanaan dan pemeliharaan. Pemerintah dan instansi lain mempunyai tugas sebagai fasilitator dan motivator bagi masyarakat yang menjadi sasaran pemberdayaan. Menurut Moh. Ali Aziz dalam buku Model – model Pemberdayaan Masyarakat (Suhartini dkk., 2009: 135) ada beberapa tahapan yang harus dilalui dalam melakukan pemberdayaan: 1) Membantu masyarakat menemukan masalahnya. 2) Melakukan kajian permasalahannya secara partisipatif dengan cara diskusi kelompok, curah 3 pendapat, maupun pertemuan – pertemuan secara periodik. 3) Menentukan skala prioritas masalah, memilah dan memilih maslah yang paling mendesak untuk diselesaikan. 4) Mencari cara penyelesaian masalah yang sedang dihadapi antara lain dengan cara pendekatan sosio kultural yang ada dalam masyarakat. 5) Melaksanakan tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, dan 6) mengevaluasi seluruh rangkaian dan proses pemberdayaan untuk menilai sejauh mana keberhasilan dan kegagalannya. Merujuk pada teori pemberdayaan tersebut di atas, maka keterlibatan akademisi dalam memberdayakan masyarakat pelaku bisnis di kawasan candi Ceto sangat diperlukan. Sepanjang sejarahnya, masyarakat Hindu Ceto secara tidak langsung mendapat mandat dari para leluhur untuk tetap melestarikan warisan budaya leluhur. Salah satu contoh adalah mereka bertanggungjawab mengelola kompleks Candi Ceto, peninggalan Brawijaya V. Masyarakat Ceto sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan yang direpresentasi melalui figur Dewi Saraswati yang dilukiskan berada di atas angsa dan disebelahnya ada burung merak. Angsa adalah jenis binatang unggas yang memiliki sifat-sifat yang baik yaitu tidak suka berkelahi dan suka hidup harmonis. Angsa juga memiliki kemampuan memilih makanan. Meskipun makanan itu bercampur dengan air kotor tetapi yang masuk ke perutnya adalah hanya makanan yang baik saja, sedangkan air yang kotor keluar dengan sendirinya. Dalam melayani wisatawan, kelompok pelaku usaha warung setiap hari melayani wisatawan dengan menyediakan aneka makanan dan minuman. Tamu, ibaratnya adalah “Raja” yang wajib dilayani dengan baik dan bertanggunggjawab. Pelaku usaha warung di kawasan candi Ceto wajib menyediakan sajian makanan dan minuman yang sehat dan berkualitas. Hal ini perlu diperhatikan supaya kesan yang diperoleh wisatawan selama berkunjung ke area candi bersifat positif, bahkan bisa menjadi sarana promosi yang “hidup” bagi kawasan wisata candi Ceto. Salah satu jenis kegiatan yang diarahkan untuk memberdayakan masyarakat adalah pelatihan tentang kemasan produk makanan. Pengetahuan 4 tentang bahaya produk kemasan makanan ternyata masih sangat awam bagi masyarakat. Pemahaman yang diberikan dalam pelatihan bertujuan untuk memberikan wawasan yang lebih mendalam kepada kelompok usaha homestay dan kuliner sehingga pelayanan kepada wisatawan akan diberikan secara berkualitas pada sisi kesehatan dan penampilan. Kegiatan memotivasi masyarakat merupakan bagian penting selain memberdayakan masyarakat. Motivasi merupakan suatu kekuatan seseorang yang dapat menentukan kualitas perilaku dalam melaksanakan kegiatan dan kehidupannya di masyarakat. Menurut Victor H. Vroom, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya. Maksudnya adalah jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah. Pada prinsipnya kegiatan akademisi dalam membangun motivasi terhadap pelaku usaha di kawasan candi Ceto selama ini tidak mengalami kendala. Pendekatan partisipatif merupakan pilihan yang tepat untuk memulai interaksi dan sosialisasi. Berbagai permasalahan terkait aktivitas berwirausaha telah ditemukan selama proses pemberdayaan sehingga motivasi yang diberikan adalah memperkuat rasa percaya diri yang dibangun berbasis potensi sosial budaya masyarakat Ceto. MENUJU PERUBAHAN Meski sudah berlangsung cukup lama, bisnis penginapan dan kuliner di kawasan candi Ceto sampai sekarang dikelola sebagai usaha sampingan. 5 Masyarakat secara umum belum memiliki perhatian dan pengertian tentang masalah-masalah standar kebutuhan pada bisnis penginapan (homestay) terutama untuk kebutuhan tanggung jawab pelayanan pada wisatawan, kebersihan dan kerapian penginapan, dekorasi yang ada di kamar tamu, maupun di ruang tamu atau lobby penginapan, jendela terlalu kecil, bahkan ada yang tanpa jendela, kamar mandi terlalu kecil/sempit. Sikap dan tingkah laku yang ramah kepada wisatawan juga masih kurang, bahkan disiplin diri dalam melayani dan komunikasi dengan tamu dianggap tidak penting. Dalam bidang kuliner, sarana warung makanan dan cinderamata juga berlangsung secara konvensional. Komponen ini sangat penting karena erat kaitannya dengan kebutuhan makan dan minum serta oleh-oleh atau kenangkenangan dalam bentuk barang tertentu. Di kawasan candi Ceto, wisatawan pada umumnya kurang tertarik untuk membeli cinderamata. Jenis barang yang diminati wisatawan umumnya tongkat kayu bertuah dan tasbih. Komponen lainnya adalah sarana makan dan minum. Di lokasi ini terdapat 13 warung yang menjual kebutuhan tersebut. Semua pemilik warung tidak memiliki pembukuan untuk usaha warungnya. Dalam hal sarana makan dan minum hal yang sangat perlu diperhatikan adalah variasi barang, menu, fasilitas, harga, dan kebersihan lingkungan. Mereka pada umumnya tidak mencantumkan harga barang yang dijual sehingga apabila wisatawan akan membeli barang yang dijual selalu menanyakan harga barang tersebut. Permasalahan yang dihadapi kelompok ini umumnya ketidaktahuan mereka mengenai berbagai cara memasarkan barang yang dijualnya, tidak tahu jenis makanan atau minuman yang dibutuhkan wisatawan, cara membuat aneka makanan dan masakan yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan, serta bagaimana mengelola sebuah usaha warungan. Pemberdayaan yang dilakukan terhadap pelaku usaha di kawasan candi Ceto antara lain: 1) mengelola sebuah usaha jasa penginapan yang professional untuk 6 dapat meningkatkan layanan dan lama tinggal wisatawan di lokasi dusun Ceto; dan 2) mengelola usaha warung makan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama berkunjung di lokasi itu sehingga wisatawan mau datang dan membeli produk yang dijajakan oleh pemilik warung. Permasalahan dalam bidang kewirausahaan tersebut diatasi menggunkan pendekatan partisipatif dalam bentuk kegiatan-kegiatan sarasehan, pelatihan-pelatihan, dan pendampingan. Beberapa kegiatan telah dilaksanakan dalam memberdayakan masyarakat antara lain: Membangun motivasi berwirausaha melalui pengenalan kewirausahaan; Memberikan pengetahuan pentingnya mengelola sebuah usaha jasa yang professional melalui workshop manajemen usaha jasa pariwisata; Memberikan keterampilan usaha jasa pariwisata melalui pelatihan-pelatihan untuk jasa penginapan dan warung. Pemberdayaan di kalangan pelaku usaha penginapan dan kuliner candi Ceto menciptakan situasi perubahan yang sangat signifikan. Dengan segala keterbatasan, perubahan yang dilakukan telah membuka wawasan pelaku bisnis untuk meningkatkan kegiatan dan pelayanannya. Dalam memberdayakan para pelaku usaha penginapan dan kuliner di kawasan candi Ceto, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah bagaimana pariwisata bisa dinikmati masyarakat dan bukan sebagian masyarakat saja. Pariwisata dalam konsep seperti ini diharapkan akan berdampak secara berkesinambungan. Dampak yang nyata adalah meningkatnya pendapatan bagi masyarakat lokal. Pada usaha jasa penginapan misalnya, konsep homestay diharapkan dapat memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Lebih menarik karena ada interaksi dengan tuan rumah (karakter) b. Salah satu upaya seperti orang yang datang lebih tertarik untuk tinggal lebih lama. c. Karakter yang dimaksud adalah karakter asli yang kemudian dimodifikasi. 7 Pelaku usaha penginapan dan kuliner dapat memulai untuk menghitung peluang bisnis pariwisata di kawasan Ceto bisa dimulai dari langkah mereaksi jumlah kunjungan wisata yang semakin meningkat ke arah candi. Sebuah penginapan bisa dikelola dengan memenuhi beberapa target berikut ini: a. Apakah penginapan tersebut bersih? Hygene dan sanitasinya harus diperhatikan. b. Bagaimana masyarakat pelaku usaha menonjolkan potensi mereka dan mengembangkan dusun? c. Apakah masyarakat merasa perlu menciptakan merk dagang terhadap usaha mereka? d. Apakah persoalan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat menjadi kendala dalam mengembangkan usaha serta meningkatkan motivasi berwirausaha. SIMPULAN Pemberdayaan yang dilakukan terhadap pelaku bisnis penginapan dan warung di kawasan candi diakui masyarakat merupakan media yang sangat efektif dalam meningkatkan layanan pada wisatawan. Motivasi yang diberikan oleh kalangan akademisi secara realistis mampu membangun rasa percaya diri yang kuat bagi kelompok pelaku bisnis. Dalam pertemuan rutin antara kelompok pelaku bisnis direspons positif karena unsur-unsur perubahan dalam perilaku bisnis mampu memberikan nilai tambah secara ekonomi maupun kepuasan rohani. Pemberdayaan yang telah berlangsung pada tahun 2013 diharapkan direspons oleh berbagai pihak terkait sehingga semangat serta keahlian masyarakat dalam melayani wisatawan dapat terus diperbaharui sesuai standar pelayanan yang dibutuhkan masyarakat. 8