mengukur kualitas belanja pemerintah dalam apbn

advertisement
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
MENGUKUR KUALITAS BELANJA
PEMERINTAH DALAM APBN
Kunjungan Studi Lapangan Universitas Negeri Lampung
Jakarta, 27 Mei 2015
1
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
OUTLINE
3
Pendahuluan
3
Peran/Fungsi APBN dan Siklus Anggaran
3
Menuju Belanja Pemerintah yang (Lebih)
Berkualitas
3
Kebijakan Belanja Pemerintah dalam APBN
2
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
Pendahuluan
3
1. Tujuan pembangunan?
– Pertumbuhan
– Stabilitas ekonomi
– Pengurangan pengangguran
2. Fungsi pemerintah dalam pembangunan?
– Nonekonomi
– Ekonomi
3. Instrumen pemerintah untuk pencapaian:
– Kebijakan moneter dan keuangan
– Kebijakan sektor riil dan perdagangan
– Kebijakan fiskal
3
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
KEBIJAKAN FISKAL
Adalah pengelolaan pengeluaran pemerintah dan perpajakan untuk
mempengaruhi ekonomi (alokasi sumberdaya, produksi, dan distribusi
pendapatan)
Tujuannya?
Stabilitas ekonomi makro
& pertumbuhan:
-Pendapatan
- Belanja
-Pembiayaan
Redistribusi pendapatan
dan jaring pengaman
sosial
Penyediaan barang dan
jasa
(khususnya barang
publik)
• Fokus makro fiskal pada besaran defisit, apakah ekspansif atau kontraktif
• Ekspansif atau kontraktif tergantung pada dampak total dari perubahan
Pendapatan, Belanja untuk barang dan jasa, Perubahan dalam transfer atau
subsidi  bersifiat countercyclical
• Aspek micro-fiscal juga sangat menentukan efektivitas kebijakan fiskal
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
PERUBAHAN SISTEM PENGANGGARAN
s.d. 2004
1. Anggaran Rutin & Anggaran
Pembangunan
2. Pendekatan Sektor :
Sektor/Subsektor/Program
(berbeda ant Rutin & Proyek)
3. Klasifikasi Ekonomi : Belanja
Rutin menurut Jenis & Belanja
Pembangunan menurut Sektor
4. Pengelola Anggaran : Instansi
untuk Belanja Rutin &
Proyek/Bagian Proyek untuk
Belanja Pembangunan
5. Dokumen Anggaran :
• DUK/DUP/LK dan Satuan 3
• DIK/SKOR/DIKS untuk
Belanja Rutin
• DIP/SKOP/DIPP untuk
Belanja Pembangunan
Mulai 2005
1. Anggaran Terpadu
2. Pendekatan Fungsi: Fungsi/Sub
Fungsi, Program, Kegiatan
3. Klasifikasi Ekonomi :
Jenis Belanja
Menurut
4. Pengelola Anggaran :
Kementerian sebagai Pengguna
Anggaran, Satuan Kerja sebagai
Kuasa Pengguna Anggaran
5. Dokumen Anggaran : RKA-KL
Satuan Anggaran DIPA
6.
Penyusunan Anggaran Belanja
Negara Berjangka menengah
(Medium Term Expenditure
Framework/MTEF)
7.
Penyusunan Anggaran Berbasis
Kinerja
3
Peran/Fungsi APBN dan Siklus
Anggaran
6
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
Peran dan Fungsi APBN
 APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara
yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
 APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang
ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang.
Fungsi Otorisasi
dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja tahun bersangkutan
Fungsi
Perencanaan
Pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan
Fungsi
Pengawasan
Pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
Fungsi Alokasi
Anggaran harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan
sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian
Fungsi Distribusi
Kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
Fungsi Stabilisasi
Alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
7
PERAN DAN FUNGSI APBN (2)
Fungsi APBN
 Alokasi
 Distribusi
 Stabilisasi
Pertumbuhan
Ekonomi yang
Berdaya Saing dan
Inklusif
Stabilitas Ekonomi
dan Keuangan
Fiskal yang
Sustainable
Keseimbangan
Eksternal
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
Kesejahteraan
Masyarakat dan
Perlindungan Sosial
8
8
Peran APBN dalam Pembangunan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi
yang berdaya saing dan
inklusif
 Belanja Negara (Pusat dan Daerah) -Infrastruktur,
Pendidikan (SDM), UMKM
 Pelayanan Masyarakat
 Insentif Fiskal (PPh, PPN, BM)
 Penjaminan Pemerintah dan Dukungan PPP
Stabilitas Ekonomi dan
Sistem Keuangan
 Defisit fiskal, rasio utang PDB,
 Manajemen anggaran dan kas pemerintah
 Manajemen risiko fiskal (kebijakan contingency,
DDO, BSF, FKSSK)
 Kebijakan PPN dan BM bahan pangan
3
Keseimbangan Eksternal
 Fasilitas Perdagangan Internasional, KITE
 Insentif fiskal BM, BK, PPh, PPN
 Konversi energi, pengurangan subsidi BBM
4
Kesejahteraan
Masyarakat dan
Perlindungan Sosial
 Bantuan sosial, BOS, Subsidi pangan, dana
bencana alam dan stabilisasi pangan
 Program jaminan kesehatan dan ketenagakerjaan
 Transfer ke daerah (DAK)
5
Fiskal yang Sustainable
 Optimalisasi pendapatan negara
 Produktivitas dan efisiensi belanja negara
1
2
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
9
Konsep dalam Penyusunan Belanja Pemerintah
KESEJAHTERAAN
RAKYAT
Teknokratis
SINERGI
Politis
Administratif
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
10
SIKLUS PENYUSUNAN APBN
Arah Kebijakan
dan Prioritas
Pemba-ngunan
Nasional (Januari)
1
2
Resource
Envelope,
Rancangan RKP
dan Pagu Indikatif
(Maret)
PERSETUJUAN DPR
(BANGGAR)
3
SB
Perpres
DIPA K/L
(31 Desember)
DIPA
Rincian Anggaran
Belanja Pem Pusat
(Akhir November)
Keppres
PERSETUJUAN DPR
(KOMISI)
11
4
Pagu Anggaran
(Pertengahan Juni)
KMK
8
7
PERSETUJUAN DPR
(KOMISI)
Pokok-pokok
Kebijakan Fiskal,
Kerangka Ekonomi
Makro dan RKP
(Pertengahan Mei)
5
RAPBN
(Agustus)
RUU & NK
6
APBN
(Akhir Oktober)
UU
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
PERSETUJUAN DPR
(BANGGAR)
11
11
SIKLUS APBN...(2)
Realisasi Akhir
Tahun
Realisasi
Akhir Tahun
2013
2014
2015
NK & RAPBN
RUU APBN
KEM -PPKF
Resources Envelope
Pagu Alokasi
UU APBN
LKPP
Des/
Jan
Feb
Mar
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Des/
Jan
NK & RAPBNP
RUU APBNP
Pagu Indikatif
Pagu Anggaran
UU APBNP
Lapsem I
Realisasi APBN Bulanan
12
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
12
TIME FRAME PENYUSUNAN RAPBN
PERIODE
UNIT
PERENCANAAN
PENYUSUNAN
KEMENTERIAN
KEUANGAN
(JAN – APRIL)
(MEI - JULI)
REPUBLIK INDONESIA
PEMBAHASAN
(AGT – OKT)
Pembahasan
RAPBN, RUU
APBN, Nota
Keuangan,
DHP RKA-K/L
dan DHP RDP
BUN
13
8
Pembicaraan
Pendahuluan RAPBN
(KEM, PPKF dan RKP)
(20 Mei)
DPR
Penetapan Arah
Kebijakan dan
Prioritas
Pembangunan
PRESIDEN
9
4
Penetapan Keppres
RABPP dan DHP RDP
BUN
6
Penyusunan KEM,
PPKF dan
Pembicaraan
Pendahuluan
16
Penyusunan
RAPBN, RUU
APBN, Nota
Keuangan,
DHP RKA-K/L
dan DHP RDP
BUN
Penetapan
Alokasi
Anggaran
K/L
Penyusunan
dan
Pengesahan
DIPA
21
Pengesahan
UU APBN
15
17
PENELAAHAN RKA-K/L
Evaluasi, Outlook, dan
usulan inisiatif baru 2
5
PENELAAHAN RKA-K/L
K/L
Persetujuan
RUU APBN
12
11
TRILATERAL MEETING
KEMEN. PPN/
BAPPENAS
14
Penetapan
KEM dan
PPKF
Penetapan
Pagu Anggaran
K/L
Penyusunan
resource
envelope,
usulan
kebijakan
APBN dan
Penyusunan
Pagu
Indikatif
20
7
3
PRATRILATERAL MEETING
KEMENKEU
c.q DJA
1
PENETAPAN
(NOV – DES)
Penyusunan
Perpres
RABPP
19
18
Penyusunan
RKA-K/L dan
Reviu RKA-K/L
oleh APIP K/L
10
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
Penyesuaian
RKA-K/L ,Reviu RKA-K/L
oleh APIP K/L, dan Konsep
DIPA
13
 Asumsi Dasar Ekonomi Makro
 Parameter
 Realisasi tahun lalu
 Kebijakan Fiskal
Pendapatan
Negara
Pajak
Belanja Negara
Belanja
Pemerintah Pusat
PNBP
Hibah
Surplus/Defisit
Hibah
Pembiayaan
Dalam Negeri
Luar Negeri
14
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
14
-Asumsi Dasar
Ekonomi Makro
-Parameter
-Realisasi Tahun Lalu
-Kebijakan -kebijakan
APBN dan Sasaran
Pembangunan
Rupiah
Murni
PNBP
Kapasitas Fiskal
Hibah
?=
Surplus/
Defisit max
3% (kumulatif)
Kebutuhan Fiskal
Belanja
Alamiah
• DBH
• DAU
• Otsus
Belanja
Nondiscretionary
•Pegawai
•Barang Operasional
•Bunga Utang
•Subsidi
•Anggaran Pendidikan
• Sebagian Belanja Lainnya
Belanja
Discretionary
• Barang Non
Operasional
• Belanja Modal
• Bantuan Sosial
• Sebagian Belanja
Lainnya
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
Kebutuhan Pembiayaan
•
•
•
•
•
PMN
Cicilan Pokok
Defisit
Dana Bergulir
SLA
15
15
Rapat
Paripurna
DPR RI
Presiden
Menyampaikan
RUU APBN
beserta Nota
Keuangannya
(Agustus)
Raker Banggar
Raker
Komisi
Raker
Banggar
Rapat
Paripurna
PANJA ASUMSI
DASAR, KEBIJAKAN
FISKAL,
PENDAPATAN,
DEFISIT, DAN
PEMBIAYAAN
Raker Komisi
DPR RI
dengan Mitra
Kerja
Pemerintah
Laporan dan
Pengesahan
Hasil Panja
Laporan Hasil
Pembahasan
PANJA KEBIJAKAN
BELANJA
PEMERINTAH
PUSAT
Pendapat
Akhir Mini
Fraksi
Persetujuan /
Penolakan
Fraksi
PANJA KEBIJAKAN
TRANSFER KE
DAERAH
Pendapat
Akhir
Pemerintah
Pendapat
Akhir
Pemerintah
TIM PERUMUS
DRAFT RUU
TENTANG APBN
Pengambilan
Keputusan
16
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
16
Peningkatan Koordinasi dan Sinergi
Bappenas
Kemenkeu
RPJPN
Kementerian
Negara
RPJMN
RKP
Lembaga
APBN
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
17
MENJAGA KESINAMBUNGAN FISKAL:
• Memperkuat Kapasitas Fiskal
 Optimalisasi Penerimaan Perpajakan
 Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak
Mengendalikan
Defisit Anggaran:
• Meningkatkan Kualitas Belanja:
 Memperbesar Alokasi Belanja Produktif: Belanja
Modal untuk Infrastruktur;
 Mengendalikan Belanja Subsidi, Belanja Barang
Operasional, dan Biaya Perjalanan Dinas ;
• Meningkatkan Pendapatan Negara yang tidak
Mengendalikan
Keseimbangan Primer
Menurunkan Rasio Utang
terhadap PDB
dibagihasilkan dan Non-Earmarking;
• Memperbaiki Struktur Belanja Negara, dengan al.
Membatasi (caping) Belanja Terikat, Belanja
Mandatori (Mandatory Spending), dan Subsidi.
• Mengendalikan Defisit Anggaran
• Mengendalikan Pembiayaan dari Pinjaman
• Memperkuat Pertumbuhan Ekonomi
18
Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja
No.
Sebelum PBK
Setelah PBK
1.
Orientasi pada sasaran/keluaran 
Pengawasan pra pelaksanaan
Orientasi pada hasil Pengawasan
pasca pelaksanaan
2.
Anggaran dialokasikan menurut
program dan sasaran/keluaran
Anggaran dialokasikan menurut
program dan sasaran/keluaran, dan
hasil
3.
Fleksibiltas pengguna anggaran rendah
Fleksibiltas pengguna anggaran tinggi
4.
Menjaga disiplin fiskal melalui disiplin
Menjaga disiplin fiskal melalui
penggunaan jenis belanja sesuai dengan optimalisasi capaian kinerja sesuai
rencana awal
diskresi manajer dalam mengolah
input
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
Peningkatan implementasi PBK
• Penyempurnaan rumusan kinerja (output, outcome)
• Penajaman keterkaitan antara dokumen perencanaan
dan penganggaran (RKA-K/L dan DIPA)
• Optimalisasi pelaksanaan monitoring dan evaluasi 
Penerapan reward dan punishment
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
20
Meningkatkan Kualitas Laporan &
Pertanggungjawaban
Meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan K/L  Berdasarkan hasil
audit BPK  trend WTP mengalami peningkatan
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
21
Harmonisasi hubungan antar kelembagaan
Hubungan kelembagaan antara Pemerintah dan DPR
 Antisipasi konstelasi politik di parlemen
 Perlu disiapkan mekanisme teknis kemungkinan terburuk
apabila RAPBN yang diajukan pemerintah tidak disetujui
DPR
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
22
3
Menuju Belanja Pemerintah yang
(Lebih) Berkualitas
23
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
3
Menuju Belanja Pemerintah yang
(Lebih) Berkualitas
Kebijakan Fiskal
Kerangka Kebijakan Fiskal
Strategi untuk APBN Sehat (Quality Spending for
Sustainable Budget)
Kerangka Belanja Yang Berkualitas
Tantangan Peningkatan Kualitas Belanja
24
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
KEBIJAKAN FISKAL
 Instrumen fiskal adalah APBN: volume? defisit? Pajak?
Belanja?
 Persepsi sebagian masyarakat: APBN bisa
menyelesaikan segala permasalahan
 APBN dan kebijakan fiskal mempunyai saling
keterkaitan dan saling ketergantungan dengan sektor
lainnya
 Untuk mencapai tujuan utama kebijakan fiskal, maka
kebijakan fiskal harus berkoordinasi dan sinergi
dengan berbagai kebijakan makro lainnya.
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
FISCAL RULE DALAM PENYUSUNAN APBN
Anggaran Pendidikan 20% APBN  UUD 1945 pasal 31 (4)
DAU minimal 26% PDN Netto  UU 33 Tahun 2004
Anggaran Kesehatan 5%  UU 36 Tahun 2009
Dana Desa 10% dari transfer ke daerah (secara bertahap) 
UU Desa
 Maksimal Defisit 3% (Konsolidasi APBN dan APBD)  UU 17
Tahun 2003
 Outstanding Utang 60% PDB  UU 17 Tahun 2003




26
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
26
KERANGKA KEBIJAKAN FISKAL
Social Welfare
Financing
Pro-Growth
Fiscal
Sustainability
ProEnviro
nment
Stabilization
ProJob
Budget
Constrains
Pro- Poor
Alocation
Distribution
APBN
Fiscal Policy:
- Pajak
- Belanja
Sustainable
Development
27
STRATEGI UNTUK APBN SEHAT: QUALITY SPENDING UNTUK
SUSTAINABLE BUDGET
Optimalisasi
pendapatan, Efisiensi
& meningkatkan bel
modalinfrastruktur
Balance
Productivity
Sustainable
Budget
Mitigasi perubahan
iklim, konservasi
lingkungan, &
menjaga iklim
investasi
Quality spending
Resilience
Cadangan risiko fiskal &
fleksibilitas pasal krisis
UU APBN serta
fleksibilitas
penyesuaian subsidi
energi
Prudent
Defisit terkendali & debt
ratio turun
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
KERANGKA BELANJA YANG BERKUALITAS
Efisiensi
Alokasi
Productive
Indikator
Output/outcome
berkualitas (productive)
Utilized
Memberi manfaat yg
optimal (utilized)
Value Added
Efisiensi Teknis
Efisiensi
Ekonomi
Welfare
Berdampak positif
(value added)
Prasyarat Quality spending
Alokasi sesuai kebutuhan, menjaga ketepatan pada sektor kunci, mendukung
fungsi pokok (money follow function) fokus penguatan penganggaran
Efisiensi alokasi
Efisiensi Teknis
Efisiensi Ekonomi
Mekanisme /business process pelaksanaan yg simple (birokrasi yg efisien) serta
penguatan SDM (percepatan penyerapan, perbaikan pola, kualitas
output/outcome) fokus memperlancar pelaksanaan agar sesuai rencana
Terjaganya stabilitas makro ekonomi, infrastruktur yg memadai untuk
mendukung daya saing dan kepastian hukum fokus mendorong iklim yang
kondusif bagi pencapaian target pembangunan
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
TANTANGAN PENINGKATAN KUALITAS BELANJA
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
30
30
3
Kebijakan Belanja Pemerintah
31
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
APBN SEBAGAI KEBIJAKAN PUBLIK (1)
• Kebijakan Publik harus memenuhi syarat:
– Theoretically sound
– Administratively feasible
– Politically accepted: pajak, subsidi
• Proses penyusunan APBN dilakukan dalam 3 tahap:
– Tahap Teknokratis:
Tantangan: Efisiensi vs partisipasi, informasi dan teknik yang akurat
– Tahap Politis: persetujuan dari DPR
Tantangan : mengakomodasi proses politik, dengan tetap menjaga
governance dan pencapaian sasaran
– Tahap Administratif:
Tantangan : Kecepatan vs menjaga tata kelola, transparansi, dan
akuntabilitas dalam pelaksanaan APBN
• Dibanding kebijakan lain, APBN lebih rigid karena beberapa
khas dari kebijakan fiskal
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
32
APBN SEBAGAI KEBIJAKAN PUBLIK (2)
• APBN dan kebijakan fiskal mempunyai peran yang besar dalam
perekonomian. Namun dalam pelaksanaannya, APBN lebih
rigid karena beberapa khas dari kebijakan fiskal yang tata
kelolanya harus dipenuhi:
– Merupakan dokumen perundangan sekaligus dokumen politik 
memerlukan persetujuan DPR
– Fiscal rule, regulasi yang mengatur APBN
– Banyaknya pihak yang terlibat (Pemerintah, BI, DPR, BPK)
– Proses yang panjang (top-down, botttom-up)
• Agar lebih efektif APBN harus lebih fleksibel dalam merespon
suatu shock.
• Karena dilema fleksibilitas dan rigiditas, maka berpotensi
mengalami kegagalan kebijakan (policy failure):
– non implementation, dan
– unsuccessful implementation
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
33
POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL TERKAIT
BELANJA PEMERINTAH PUSAT, APBNP 2015
1. Penghematan Subsidi BBM dengan skema kebijakan fixed subsidy:
Premium tanpa subsidi dan Solar Rp1.000/ltr untuk setiap level harga,
dan termasuk karena perubahan asumsi (ICP dan kurs).
2. Penghematan subsidi LPG karena perubahan asumsi (ICP dan kurs).
3. Pengalokasian tambahan anggaran untuk berbagai program prioritas
(sesuai visi misi Presiden), meliputi:
a. Dukungan sektor pendorong pertumbuhan (pangan, energi, maritim,
partiwisata, dan industri)
b. Pemenuhan kewajiban dasar (pendidikan, kesehatan, dan
perumahan)
c. Pengurangan kesenjangan antar kelas pendapatan dan antar wilayah
d. Pembangunan infrastruktur konektivitas.
4. Efisiensi belanja melalui penghematan belanja perjalanan dinas untuk
di-refocusing ke kegiatan yang prioritas dan lebih produktif sesuai
usulan K/L.
5. Mengakomodir perubahan nomenklatur K/L.
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
34
KEBIJAKAN PENGHEMATAN ANGGARAN PERJADIN
DAN REFOCUSING
1.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi belanja, Pemerintah melakukan kebijakan penghematan
anggaran perjalanan dinas/konsinyering
2.
Mekanisme  K/L mengidentifikasi kegiatan yang akan dihemat, memastikan tidak
mencairkan, dan mengusulkan pemanfaatannya (untuk penajaman program/kegiatan prioritas
nasional yang lebih produktif) melalui revisi DIPA Tahun 2015
3.
Hal yang harus diperhatikan  K/L tetap menjaga capaian target kinerja outcome/output
(Miliar Rupiah)
ANGGARAN PERJALANAN
DINAS/MEETING KONSINYERING
NO
KODE BA
KEMENTERIAN NEGARA / LEMBAGA *)
APBN 2015
ALOKASI TA
2015
PENGHEMATAN
UNK
DIREFOCUSING
1
023
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
88.309,1
6.393,5
2.756,5
2
025
KEMENTERIAN AGAMA
56.440,0
3.704,6
2.166,8
3
024
KEMENTERIAN KESEHATAN
47.758,8
3.004,5
1.458,8
4
018
KEMENTERIAN PERTANIAN
15.879,3
2.386,4
822,7
5
6
022
033
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
44.933,9
81.338,2
1.454,8
2.185,9
771,9
752,5
7
010
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
7.240,9
1.249,7
592,9
8
026
KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
5.251,9
1.230,7
574,6
9
032
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
6.726,0
1.254,4
505,4
10
013
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
10 K/L DENGAN PENGHEMATAN TERBESAR
K/L Lainnya
JUMLAH
9.688,7
363.566,8
283.743,1
647.309,9
774,9
23.639,5
18.150,5
41.790,0
494,6
10.896,8
5.922,8
16.819,6
*) Berdasarkan Surat MK No. S.794/MK.2/2014
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
35
Anggaran Infrastruktur 2011-2015 1)
(triliun rupiah)
2015
2011
2012
2013
2014
Real
Real
Real
APBNP
APBN
APBNP
91,2
122,6
134,9
149,4
155,4
209,9
41,8
16,0
6,2
1,4
25,8
56,5
25,3
6,7
1,6
32,6
63,5
26,0
7,7
1,9
35,9
63,8
27,3
9,3
3,3
45,7
68,1
35,0
5,9
3,7
42,7
105,0
52,5
5,9
46,4
2. Non K/L
23,0
22,8
21,0
28,5
35,9
80,5
a.l 1
2
3
4
0,4
6,1
0,3
6,3
0,9
1,3
10,5
1,6
0,2
2,8
12,4
1,0
1,8
3,4
14,5
1,0
1,2
4,5
29,7
1,4
1,0
1,0
2,5
2,5
3,0
4,6
6,0
1,2
3,0
5,1
5,1
-
-
0,6
0,9
0,8
0,8
3,5
0,3
5,0
0,6
2,0
1,0
3,0
1,0
2,0
1,0
28,8
1,0
114,2
145,5
155,9
177,9
191,3
290,3
Uraian
1. K/L
033
022
020
091
-
5
6
7
8
9
KEMEN PU dan PERA *
KEMENHUB
KEMEN ESDM
KEMENPERA *
K/L Lainnya
Risiko Kenaikan Harga Tanah (land capping)
VGF (termasuk Cadangan VGF)
Belanja Hibah
Dana Alokasi Khusus
Tambahan Otonomi Khusus Infrastruktur Prov. Papua & Papua
barat
Investasi Pemerintah untuk Infrastruktur
Penjaminan Pemerintah pada Proyek Percepatan Pembangunan
Pembangkit Tenaga Listrik menggunakan Batubara
Penyertaan Modal Negara
LPDB KUKM
Total
* Sejak APBNP 2015 KEMEN PU DAN PERA merupakan penggabungan dari
KEMENPU dan KEMENPERA
1) Angka
K/L pada APBNP 2015 bersifat sementara
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
36
Anggaran Kemiskinan 2011-20151)
(triliun rupiah)
Uraian
I. KLASTER I
2011
2012
2013
2014
APBNP
2015
APBN
APBNP
49,3
62,3
88,8
102,9
113,6
131,4
1,5
1,8
3,3
5,1
5,1
6,4
2 Subsidi Pangan (Raskin)
16,5
19,1
20,3
18,8
18,9
18,9
3 Bantuan Operasional Sekolah
23,7
32,1
45,1
47,5
61,0
65,7
4 Bantuan Operasional Kesehatan
0,7
1,0
1,0
1,1
6,4
7,4
5 Jaminan Kesehatan Masyarakat
6,3
7,2
8,2
20,0
20,0
20,4
6 Program KB Keluarga Miskin
0,0
0,5
0,5
0,9
1,4
1,4
7 Perlindungan Sosial Lainnya
0,5
0,6
10,3
0,5
0,6
11,1
15,0
16,8
18,4
15,0
5,6
27,2
1 PNPM Perkotaan
2,2
2,1
2,4
2,0
1,2
1,5
2 PNPM Pedesaan
9,3
10,6
9,7
11,7
2,3
2,6
3 Infrastruktur Perdesaan
3,2
3,7
5,8
3,1
1,7
2,1
4 PNPM Bidang Pariwisata
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
5 Perluasan Lapangan Kerja
0,2
0,3
0,4
0,4
0,3
0,2
2,9
3,2
1,5
5,3
2,6
3,5
2,9
3,2
1,5
5,3
2,6
3,5
7,1
11,3
10,2
10,9
13,9
16,0
1 Program Listrik Murah
0,1
0,3
0,6
0,7
0,9
1,0
2 Program Rumah Murah
3,8
6,3
1,8
5,0
6,0
6,8
3 Peningkatan Kehidupan Nelayan
0,1
0,9
0,9
0,8
0,1
0,6
4 Program Air Bersih untuk Rakyat
3,0
3,8
7,0
6,6
6,9
7,6
74,3
93,5
119,0
134,1
135,7
178,1
1 PKH
II. KLASTER II
III. KLASTER III
1 KUR dan Pemberdayaan Koperasi
IV. KLASTER IV
JUMLAH TOTAL
1) Angka
pada APBNP 2015 masih merupakan RAPBNP 2015
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
37
Anggaran Ketahanan Pangan 2011-2015
(triliun rupiah)
Uraian
2011
2012
2013
Real
Real
Real
2014
2015
APBNP APBN APBNP
I. Kementerian Negara/Lembaga
1. 018 Kementerian Pertanian
2. 033 Kementerian PU dan PERA
20,1
16,0
4,2
23,3
18,2
5,1
22,2
15,9
6,3
19,5
13,6
5,9
21,9
15,9
6,1
43,0
32,8
10,2
II. Non K/L
1. Subsidi
a. Subsidi Pangan
b. Subsidi Pupuk
c. Subsidi Benih
d. Subsidi bunga kredit resi gudang
2. Belanja Lain-lain
a. Cadangan Beras Pemerintah
b. Cadangan Stabilisasi Pangan
c. Cadangan Benih Nasional
d. Cadangan Ketahanan Pangan
3. Transfer ke Daerah (DAK)
a. DAK Irigasi
b. DAK Pertanian
37,6
33,0
16,5
16,3
0,1
0,0
1,5
1,0
0,5
3,1
1,3
1,8
40,8
33,1
19,1
14,0
0,1
0,0
4,5
2,0
1,4
0,3
0,7
3,2
1,3
1,9
42,4
38,3
20,3
17,6
0,4
0,0
4,0
1,6
2,5
48,7
40,8
18,2
21,0
1,6
0,0
3,0
1,0
2,0
0,0
4,9
2,3
2,6
64,2
55,6
18,9
35,7
0,9
0,0
3,5
1,5
2,0
0,0
5,1
2,4
2,7
75,1
59,4
18,9
39,5
0,9
0,0
3,5
1,5
2,0
0,0
12,2
5,5
6,7
57,7
64,1
64,6
68,2
86,1
118,1
Total
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
38
Anggaran Pendidikan 2011-2015
(triliun Rupiah)
Uraian
2011
2012
2013
2014
2015
105,4
117,2
126,2
128,3
154,4
67,3
30,4
7,6
159,0
77,2
33,5
6,6
186,6
79,7
38,8
7,8
214,1
76,6
44,6
7,1
238,8
53,3
42,7
49,4
9,0
254,2
b. DAK Pendidikan
0,9
10,0
1,0
10,0
0,9
11,1
1,2
10,0
0,6
10,0
c. DAU yang diperkirakan untuk anggaran pendidikan
104,3
113,9
128,1
135,6
135,0
d. Tambahan Penghasilan Guru PNSD
3,7
2,9
2,4
1,9
1,1
e. Tunjangan Profesi guru
18,5
30,6
43,1
60,5
70,3
f. Otsus yang diperkirakan untuk anggaran pendidikan
2,7
3,3
3,7
4,1
4,2
g. Dana insentif daerah
1,4
1,4
1,4
1,4
1,7
h. Bantuan Operasional Sekolah
i. DPPID pendidikan
16,8
23,6
23,4
24,1
31,3
0,6
-
-
-
-
2,6
7,0
5,0
8,4
-
266,9
310,8
345,3
375,5
408,5
1. Anggaran Pendidikan Melalui Belanja Pemerintah Pusat
a.
b.
c.
d.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Kementerian Agama
Kementerian Negara/Lembaga lainnya
2. Anggaran Pendidikan Melalui Transfer Ke Daerah
a. DBH yang diperkirakan untuk anggaran pendidikan
3. Anggaran Pendidikan Melalui Pengeluaran Pembiayaan
Anggaran Pendidikan
Total Belanja Negara
Rasio Anggaran Pendidikan
*)
*)
1.320,8 1.548,3 1.726,2 1.876,9 1.984,1
20,2
20,1
20,0
20,0
20,6
*) INTEGRITAS
Pada tahun 2015, anggaran
pendidikan pada Ditjen Pendidikan Tinggi
dialihkan dari Kemendikbud
ke Kemenristek dan
Dikti
• PROFESIONALISME
• SINERGI
• PELAYANAN
• KESEMPURNAAN
39
Fungsi Alokasi APBN Menjangkau Masyarakat Desa
 Dialokasikan kepada setiap desa
 Dasar Perhitungan: jumlah penduduk, angka
kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan
geografis
 Digunakan terutama untuk membiayai pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat desa
 Dialokasikan 10% Transfer ke Daerah
 APBN

APBD

Rekening Kas Desa
 Tahap I, II : April dan
Agustus @ 40%
 Tahap III : Oktober 20%
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
40
TRANSFER KE DAERAH TERUS MENGALAMI
PENINGKATAN
700,0
647,0
596,5
600,0
513,3
480,6
Triliun Rupiah
500,0
411,3
400,0
344,7
292,4
300,0
308,6
253,3
226,2
200,0
129,7
150,5
100,0
0,0
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
TRANSFER DAERAH DAN DANA DESA
Transfer ke Daerah diarahkan untuk terus memperbaiki keseimbangan antara
pusat dan Daerah serta antardaerah
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
41
Profil Belanja Negara : Belanja Mengikat Dominan
• Sebesar Rp1.278,8 T (76,0%)
dari belanja negara dalam
APBN 2013 dialokasikan
untuk belanja mengikat
Belanja Negara, APBN 2013
Mengikat:
76,0%
Tidak
Mengikat:
24,0%
• Sebesar Rp404,3 T (24,0%)
dari belanja negara dalam
APBN 2013 dialokasikan
untuk belanja tidak mengikat
Belanja
Mengikat
Rupiah)
Belanja
Non
Diskresi(triliun
(Triliun
Rp)
Belanja Tidak Mengikat (triliun Rupiah)
Pegawai;
241,3
Barang;
37,0
Transfer ke
Daerah; 528,6
Subsidi; 317,2
Bunga Utang;
113,2
Belanja dari
PNBP/BLU;
36,9
Bantuan
Sosial; 4,0
42
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
PROFIL REALISASI BELANJA NEGARA
300.000,0
250.000,0
Pola Realisasi Bulanan Belanja Negara, 2013
200.000,0
150.000,0
100.000,0
50.000,0
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Belanja Pemerintah Pusat
Jun
Jul
Agust
Transfer ke Daerah
Sep
Okt
Nop
Des
Belanja Negara
Perkembangan Belanja K/L 2005-2013
Triliun Rupiah
700,0
600,0
88,3
92,0
89,5
91,8
90,9
90,5
93,7
89,3
90,0
80,0
70,0
60,0
50,0
40,0
30,0
20,0
10,0
-
76,5
500,0
400,0
300,0
200,0
100,0
2005
2006
2007
APBN
2008
APBNP
2009
LKPP
2010
2011
2012
(%)
100,0
2013
% LKPP thd APBNP
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
43
TERIMA KASIH
INTEGRITAS • PROFESIONALISME • SINERGI • PELAYANAN • KESEMPURNAAN
44
Download