GENDER BUDGET STATEMENT (PERNYATAAN ANGGARAN GENDER) Nama K/L Unit Organisasi Unit Eselon II/Satker Program Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Output Kegiatan Analisa Situasi : Kementerian Pertanian : Direktorat Jenderal Prasarana Dan Sarana Pertanian : Direktorat Pengelolaan Air Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian Pengelolaan Air untuk Pertanian Meningkatnya partisipasi anggota P3A (terdiri dari petani laki-laki dan perempuan) dalam pendayagunaan dan pengelolaan irigasi partisipatif di 32 Propinsi Terehabilitasinya jaringan irigasi untuk pertanian dengan pola partisipatip yang melibatkan petani laki-laki dan perempuan 1. Laporan pelaksanaan pengelolaan irigasi partisipatip yang responsive gender sebanyak 750 laporan. 2. Pengembangan irigasi partisipatif yang responsive gender di 750 paket di 32 propinsi. Indonesia merupakan negara peng-import beras terbesar, pada tahun 1984 berhasil mencapai Swasembada beras. Salah satu pendukung keberhasilan peningkatan produksi beras adalah pembangunan irigasi, penyuluhan di bidang pembangunan pertanian serta pengelolaan irigasi yang berkelanjutan tapi masih di dominan oleh laki-laki (Laki-laki 90%, Perempuan 10%). Pada tahun 1990-an Indonesia mulai import beras lagi, hal ini antara lain karena dukungan prasarana irigasi banyak yang menurun fungsinya, apalagi setelah Indonesia mengalami krisis multi dimensi pada tahun 1997 dan gangguan iklim seperti El Nino dll. Penurunan fungsi prasarana irigasi tersebut dipicu juga oleh pemahaman sebagian besar petani bahwa pengelolaan irigasi merupakan tanggung jawab pemerintah sepenuhnya, memicu rendahnya partisipasi petani dalam pengelolaan prasarana irigasi yang selama ini hanya bisa di laksanakan oleh laki-laki. Kenyataan di lapangan banyak perempuan yang telah berpartisipasi dalam menjalankan fungsi prasarana irigasi tetapi kurang dianggap keterlibatannya selama ini sehingga aspek gender belum diperhitungkan. Untuk itu Implementasi di lapangan diwujudkan melalui pendekatan pengelolaan irigasi partisipatif yang sensitife gender dengan melibatkan laki-laki dan perempuan, pendekatan pengelolaan partisipatif ini sebenarnya sudah lama dikenal didalam sistem pengelolaan desa tradisional. Akan tetapi kearifan tradisional/lokal belum dikembangkan. Oleh sebab itu melalui kebijakan pemberdayaan petani, maka partisipasi dan peran serta petani (laki-laki 70 % dan perempuan 30%) pemakai air yang tergabung pada kelompok P3A dalam pengelolaan irigasi akan semakin ditingkatkan sehingga merasa memiliki terhadap hasil pembangunan prasarana irigasi yang selama ini di dominasi oleh laki-laki (90%). Atas dasar pengalaman dan informasi dari beberapa propinsi sebenarnya partisipasi petani yang sensitife gender dalam pengelolaan irigasi cukup dapat diandalkan dengan memberikan kesempatan yang sama dan kepercayaan (Laki-laki dan perempuan) dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan. Beberapa kesenjangan tekait peran gender dapat diuraikan sebagai berikut : Akses : Akses Perempuan terhadap akses IPTEK, pengelolaan irigasi, dan Pelatihan usahatani/ P3A lebih rendah dibanding Lelaki dan jarang dilibatkan Kontrol : Laki-laki memiliki kontrol terhadap terhadap sumberdaya lahan, pengelolaan air irigasi/pembagian air yang lebih tinggi dibanding perempuan Partisipasi : Anggota kelompok tani/ P3A umumnya laki-laki sehingga merekalah yang lebih banyak memperoleh pembinaan Manfaat : Untuk manfaat yang dapat diterima oleh kedua jenis kelamin menyebabkan tidak seimbang karena keanggotaan P3A tidak ada terwakili perempuan. Contohnya pada saat lahan perlu air sedangkan petani tidak menjadi anggota P3A, bu tani kebingungan karena suaminya tidak ada/ merantau dan dia tidak tahu bagaimana caranya mendapatkan jatah selain diluar kebiasaan. Rencana Aksi Alokasi Anggaran Output Kegiatan Dampak/hasil Output Kegiatan Kegiatan / Sub Kegiatan Pengembangan Pengelolaan Irigasi Partisipatif yang responsife gender meliputi : Rehab Jaringan Irigasi untuk pertanian dengan pola Partisipatip yang melibatkan petani laki-laki maupun perempuan mulai dari tahap persiapan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan dan manfaat yang diperoleh. Tujuan (1) Meningkatkan rasa kebersamaan, rasa memiliki dan rasa tanggung jawab dalam pengelolaan irigasi antara pemerintah; pemerintah daerah dan P3A/GP3A (laki-laki dan perempuan). (2) Terpenuhinya pelayanan irigasi yang memenuhi harapan petani (laki-laki dan perempuan) melalui upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan irigasi yang berkelanjutan. Aktivitas 1 Pengembangan PUG dlm mendukung PSP (Pusat) - Koordinasi dan Sinkronisasi pengarusutamaan Gender Dalam Mendukung PSP - Sosialisasi dan Bimbingan Pengarusutamaan Gender Dalam Mendukung PSP - Monitoring dan Evaluasi Pengarusutamaan Gender Dalam Mendukung PSP - Pengembangan PUG pada lokasi PIP Dlm Mendukung PSP - Identifikasi dan Verifikasi Data Terpilah Prasarana Dan Sarana Pertanian Aktivitas 2 Pengembangan PUG dlm mendukung PSP pada lokasi PIP (Daerah) Kegiatan ini merupakan kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani/ P3A dengan mengubah perilaku petani dalam pengelolaan air irigasi dan kelembagaan dengan melibatkan laki-laki dan perempuan. Kegiatan dilaksanakan di 32 Propinsi, Sumber daya Dana Rp. 100.000.000,(Inputs) SDM (peserta kelompok tani/ P3A) Jaringan irigasi untuk pertanian dengan pola Partisipatip, sarana penunjang dan pedoman Pengembangan PUG dlm mendukung PSP pada lokasi PIP Anggaran Rp. 75.000.000.000,SDM Fasilitator pendamping, kelompok tani/ P3A (laki-laki 70% dan perempuan 30%), Sarana Pengembangan PUG dlm mendukung PSP pada lokasi PIP, Bahan praktek Penunjang Terehabilitasinya dan terpeliharanya infrastruktur irigasi dengan baik dengan rasa kebersamaan, rasa memiliki dan rasa tanggung jawab oleh kelompok P3A (laki-laki maupun perempuan) Meningkatnya fungsi layanan pengelolaan irigasi partisipatip yang manfaatnya dapat dirasakan oleh petani (laki-laki maupun perempuan) dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani. Jakarta, Juni 2012 Sekditjen PSP Ir. Abdul Madjid NIP. 195810181986031003