1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Forum Air Dunia ke II di Den Haag tahun 2000 (dalam M uhjidin, 2011) 3 menyebutkan sekitar 3600 km air yang dipergunakan oleh manusia, tak kurang dari 70%nya digunakan untuk pertanian (irigasi). Indonesia menggunakan sekitar 85% air untuk irigasi. Angka penggunaan air untuk irigasi ini sangat tinggi disebabkan sebagian besar petani padidi Indonesia masih menggunakan sistem konvensional atau sistem genangan karena mereka meyakini padi merupakan tanaman akuatik yang akan tetap hidup hanya jika terus-menerus digenangi. Hardjow igeno dan Rayes, 2005 dalam Fatchan Nurrochmad, 2007 mengatakan bahwa tanaman padi jika dilihat dari sisi botani, terutama sistem perakaran, sebenarnya bukan merupakan tumbuhan air tetapi tumbuh dengan baik pada lahan tergenang dan mempunyai sifat semiakuatis. Kebutuhan air irigasi sistem konvensional akan menimbulkan konflik pemenuhan kebutuhan air seiring pertambahan penduduk jika tidak dibarengi pengelolaan ketersediaan air yang baik. Sistem irigasi hemat air telah diterapkan sebagai solusi mengoptimum kan penggunaan air dengan tidak mengurangi hasil produksi padi. Fatchan Nurrochmad (2007) mengatakan, sistem pemberian air pola penggenangan-pembasahan (PP) merupakan pola terbaik dengan penghematan 33,8 % terhadap pola penggenangan terus-menerus (PTM ). Irigasi bertujuan memberikan air untuk memenuhi kebutuhan tanaman, maka asasnya irigasi diberikan pada waktu persediaan lengas tanah kurang mendukung pertumbuhan tanaman dan tidak diberikan jika persediaan lengas tanah cukup (Tejoyuwono dkk., 1983). Sistem genangan dinilai boros air karena saat ta nah mencapai titik jenuh, tanah sudah tidak mampu lagi menahan air, kelebihan air dalam tanah tersebut (root zone) akan mengalir sebagai air gravitasi lewat proses perkolasi dan proses ini akan berlangsung terus-menerus selama sawah masih digenangi. 1 2 M ulyono (1980) mengatakan, kehilangan air terbanyak adalah melalui perkolasi, yaitu berkisar antara 1-14 cm/hari, sedangkan evapotranspirasi relatif kecil dengan rerata 5 mm/hari. Penelitian di Taiwan juga menunjukkan hasil yang sejalan bahwa untuk tanah pasiran, perkolasi dapat mencapai di atas 10 cm/hari dan hanya 1 mm/hari untuk tanah liat (Y uh Piau H su, 1979 dalam M ulyono, 1981). Laju perkolasi sangat bergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1 3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi (Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, 1986). Eko Rusdianto (2008) melakukan pengkajian tentang efisiensi 5 (lima) sistem irigasi dan hasil yang diperoleh, kehilangan air terbesar akibat perkolasi adalah pada sistem genangan (TRI -1) yaitu 183,71 mm/musim. Hal ini membuktikan bahwa perkolasi tidak hanya dipengaruhi oleh jenis tanah tapi juga sistem pemberian air. Sistem irigasi hemat air akan berhasil jika tanah mampu mengikat air optimal untukmenyediakan air bagi tanaman. Kendalanya adalah tidak semua tanah sawah memiliki sifat -sifat yang menunjang kemampuan tanah mengikat air, sehingga dibutuhkan cara untuk memperbaiki dan mengoptimalkan kemampuan tanah mengikat air. Sifat-sifat tanah dapat direkayasa sedemikian rupa dengan bahan tambahan sehingga tanah dapat berfungsi secara optimal dalam mengikat air. Rekayasa tanah ini dengan kata lain disebut pengkondisian tanah. Bahan pengkondisian tanah yang dimaksud adalah bahan organik berupa pupuk organik padat. Pupuk organik padat dapat mendorong meningkatkan daya mengikat air tanah danmempertinggi jumlah air tersedia untuk kebutuhantanaman (Jum in, 2002 dalam Yasid dkk., 2011). Bahan organik membantu mengikat butiran liat mebentuk ikatan butiran yang lebih besar sehingga memperbesar ruang -ruang udara diantara butiran (Schjonning, 2007). P enelitian Tejoyuwono, 1999 dalam Suntoro W. A., 2003 membuktikan, penambahan pupuk kandang di Andisol mampu meningkatkan pori memegang airsebesar 4,73 % ( dari 69,8 % menjadi 73,1 %). 3 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1.Pengaruh penambahan bahan organik terhadap sifat-sifat fisik tanah 2.Pengaruh pemberian bahan organik terhadap kemampuan tanah mengikat air. 1.3 Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi petani dalam menggunakan air irigasi secara efisien. 1.4 Keaslian Penelitian Penelitian ini melakukan pengkajian tentang kemampuan mengikat air tanah sawah yang berkomposisi dengan bahan organik, serta sifat-sifat fisiknya. Penelitian menggunakan dua jenis tanah sawah sebagai sampel yaitu di Bantul dan M aguwo dalam komposisi yang berbeda dari penelitian -penelitian sebelumnya. Penelitian ini pula mencari komposisi tanah dan bahan organik yang memiliki kemampuan mengikat air optimum. 1.5 Batasan Penelitian Penelitian ini perlu dibatasi untuk lebih terarah pada tujuan penelitian dan diketahui sebatas mana penelitian ini dilakukan. Batasan penelitian ini yaitu: 1. Penelitian ini menggunakan sampel tanah sawah dari Bantul da n M aguwo, Yogyakarta. 2. Pengukuran evaporasi tanpa pengaruh curah hujan. 3. Bahan organik yang digunakan adalah pupuk organik kascing.