siaran pers

advertisement
SIARAN PERS
Pusat HUMAS Departemen Perdagangan
Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110
Phone/Fax: 021-23528400/23528456
www.depdag.go.id
Mendag Kunjungi Pasar Modern dan Pasar Tradisional :
Pasar Tradisional Harus Terus Direvitalisasi
Jakarta, 7 Juli 2009 – Departemen Perdagangan terus berkomitmen untuk mendorong
pemberdayaan pasar tradisional agar posisi pasar tradisional semakin kuat dan mampu
bersaing di tengah maraknya pertumbuhan pasar modern. Melanjutkan komitmen Perpres
112/2007 dan Permendag 53/2008, Menteri Perdagangan RI Mari Elka Pangestu
melakukan pemantauan ke beberapa toko modern dan pasar tradisional di Jakarta antara
lain pasar Glodok (4/7), minimarket di kawasan Otista dan Condet (6/7), dan pasar
tradisional Bendungan Hilir/Benhil (7/7).
"Pemantauan yang kami lakukan bukan dalam rangka mencari pelanggaran. Tetapi
tujuannya untuk melihat implementasi dari Perpres 112/2007 dan Permendag 53/2008
secara langsung, apakah kondisi di lapangan sudah sesuai dan berimbang dengan
peraturan tersebut," kata Mendag.
Dari hasil pemantauan, harga beberapa kebutuhan pokok seperti minyak goreng dan gula
di pasar Benhil masih stabil, walaupun harga sayur mayur mangalami sedikit kenaikan
dikarenakan masuknya musim kemarau, seperti cabe merah dari Rp 13.000,-/kg menjadi
Rp 14.000,-/kg; bawang merah dari Rp 13.000,-/kg menjadi Rp 14.000,-/kg; dan cabe
rawit merah dari Rp 20.000,- menjadi Rp 25.000,-/kg. Stok barang sampai saat ini cukup,
dan keadaan pasar juga masih ramai dengan pembeli. Frekuensi pembeli di pasar ini juga
cukup sering, rata-rata 2 hari sekali mereka berbelanja di pasar ini.
Pasar Benhil merupakan pasar yang dapat dijadikan contoh terhadap pasar lain dilihat
dari kebersihan, zonasi dan pengaturan pasar tersebut. Banyak pedagang sayur yang
berjualan di luar pasar, tetapi hanya sampai pukul 07.00 saja, sedangkan di dalam pasar
pedagang rata-rata menjual barang kebutuhan pokok dan buka hingga menjelang sore
hari.
Sedangkan dari pemantauan terhadap beberapa pasar modern atau minimarket,
keberadaannya dinilai tidak mematikan warung atau toko tradisional yang berada di
dekatnya. Sebuah minimarket di Condet misalnya, di sekelilingnya terdapat banyak toko
tradisional yang omzetnya tetap stabil dan pasarnya masih banyak. Hal ini dimungkinkan
karena adanya perbedaan jenis barang yang dijual, segmentasi pasar dan jam
operasinya. ”Barang yang dijual di minimarket berbeda dengan di pasar tradisional.
Masyarakat masih membeli kebutuhan barang-barang segar seperti sayur, daging, dan
ayam di pasar tradisional, sedangkan berbelanja di minimarket lebih kepada barangbarang kebutuhan sesaat yang saat itu juga perlu dibeli. Segmentasi pembeli juga
berbeda, minimarket memang ramainya malam hari, karena rata-rata pembeli banyak di
atas jam 7 malam setelah jam pulang kantor," jelas Mari.
Tidak ada permasalahan atas jam buka/tutup pasar modern, juga tidak ada persaingan
yang tidak sehat antara pasar tradisional dan pasar modern. Untuk minimarket seperti
Alfamart atau Indomaret, diperbolehkan buka 24 jam karena dalam Perpres 112/2007
diatur untuk pasar modern yang luasnya di bawah dari 400 meter persegi dibebaskan jam
operasinya. Sedangkan pasar modern yang luasnya lebih dari itu hanya dibolehkan buka
dari pukul 10.00 hingga 22.00. Sementara untuk pasar tradisional, jam operasinya mulai
dari jam 06.00 pagi.
Sebagaimana diatur dalam Perpres 112/2007 dan Permendag 53/2008, kriteria pasar
yang baik ketentuannya sudah jelas. Untuk dapat tumbuh dan berkembang serasi, saling
memerlukan, saling memperkuat serta saling menguntungkan dengan pasar modern,
pasar tradisional harus segera berbenah diri baik dari segi fisik maupun tata kelola pasar.
Untuk menguatkan posisi pasar tradisional seiring pesatnya pertumbuhan pasar modern,
kondisi pasar tradisional yang tidak bersih, tidak nyaman dan tidak aman harus segera
dibenahi karena dapat mengancam keberadaan pasar tradisional serta jutaan pedagang
kecil yang ada di pasar tradisional.
Upaya revitalisasi pasar harus pula diikuti oleh partisipasi aktif pemerintah daerah.
Menurut Mendag, Pemda dapat membina toko tradisional atau warung di daerahnya
seoptimal mungkin agar bisa bersaing dengan minimarket yang ada di sekitar permukiman
warga. ”Kita akan himbau Pemda untuk memetakan keberadaan minimarket dan minta
mereka untuk memperbaiki fisik dan manajemen pasar tradisional agar dapat mendorong
perekonomian daerah, termasuk menghasilkan pendapatan daerah,” lanjut Mendag.
Mendag menilai toko tradisional sebenarnya memiliki pangsa pasar yang berbeda dengan
toko modern. Namun tetap membutuhkan pembinaan dan perlindungan Pemda agar tetap
bisa bertahan. Mendag juga mengingatkan pemda agar mengatur jumlah izin usaha ritel
modern serta lokasinya untuk mencegah munculnya persaingan yang tidak sehat.
”Pemda diharapkan dapat segera menerbitkan peraturan daerah yang sejalan dengan
Perpres 112/2007 dan Permendag 53/2008 yang mengatur masalah bisnis ritel di
Indonesia,” jelas Mendag.
--selesai-Informasi lebih lanjut hubungi:
Kepala Pusat Humas
Departemen Perdagangan
Telp/Fax:021-2352400/23528456
Email: [email protected]
Download