perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH

advertisement
i
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PENGARUH FDI, INFLASI DAN EKSPOR
TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA PERIODE (1981 - 2010)
DENGAN PENDEKATAN
ERROR CORRECTION MODEL – ENGLE GRANGER
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat untuk
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
DWIKI KHRISNAWARDHANI
NIM. F0108060
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user
ii
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
iii
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
iv
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
HALAMAN MOTTO
The harder the conflict, the more glorious the triumph.
(Thomas Paine)
If you can dream it, then you can do it.
(Walt Disney)
Be miserable. Or motivate yourself. Whatever has to be done, it’s always
your choice.
(Wayne Dyer)
One good about music, when it hits you, you feel no pain.
(Bob Marley)
Fashion should be a form of escapism and not a form of imprisonment.
(Alexander McQueen)
commit to user
v
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan jalan-Nya sehingga skripsi ini
berhasil diselesaikan
Orang tua dan Kakak yang sangat saya cintai, yang tidak ada hentinya
mendoakan dan memberi dukungan kepada saya
Dosen Pembimbing serta Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret yang senantiasa memberikan ilmu serta motivasi
kepada saya
Sahabat sekaligus keluarga yang selalu mendukung, berbagi suka duka dan
bersama – sama meraih mimpi
Teman sekaligus senior dan adik tingkat yang telah memberikan
pengalaman dan kesan tidak terlupakan selama masa perkuliahan.
commit to user
vi
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH FDI, INFLASI DAN
EKSPOR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA PERIODE (1981 –
2010) DENGAN PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL-ENGLE
GRANGER” guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan baik moral maupun material. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati penulis menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang
tulus kepada:
1.
Ibu Dr. Siti Aisyah Tri Rahayu, S.E., M.Si. selaku pembimbing skripsi
yang telah dengan sabar, meluangkan waktunya untuk membimbing dan
mengajarkan penulis mengenai banyak hal terkait dengan penulisan skripsi
ini.
2.
Dr. Wisnu Untoro, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi.
3.
Drs. Supriyono, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.
4.
Ibu Izza Marfuhah, S.E., M.Si., selaku Sekertaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan yang telah banyak membantu penulis selama masa studi.
commit to user
vii
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.
Bapak Kresno Sarosa Pribadi dan Ibu Dwi Prasetyani selaku dosen dan
motivator yang telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan,
baik dalam hal akademis, organisasi dan hal – hal lain diluar kegiatan
kampus.
6.
Bapak Lukman Hakim dan Bapak Sutanto selaku tim penguji skripsi.
7.
Ibu Nurul Istiqomah selaku dosen pembimbing akademik.
8.
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret (Bapak
BRM. Bambang Irawan, Bapak Hery, Ibu Evy, Bapak AM. Susilo, Bapak
Sutomo, dll) yang telah memberikan banyak ilmu, bimbingan, dan
motivasi kepada penulis.
9.
Bapak, Ibu, dan Kakak atas kasih sayang, doa, kesabaran, motivasi dan
kepercayaan yang selalu diberikan kepada penulis.
10.
Ibu Retno, Bapak Hari dan Rias atas kasih sayang, doa dan dukungannya
baik moral maupun materil kepada penulis selama ini.
11.
Sahabat sekaligus keluarga selama di Solo (Olol, Juma, Ajeng, Aya,
Priska, Mamong, Noval, Aryo, Abi, Deary, Kotek) dan di Jakarta
(Ratihkus, Ratih, Icha, Dita, Yayang, Fikri, Agung, Ryan, Wishnu, Alvin,
Andreas, Dika, Uki) atas dukungan dan kebersamaannya selama ini.
12.
Senior dan adik tingkat sekaligus keluarga besar di Himpunan Mahasiswa
Jurusan Ekonomi Pembangunan (HMJEP) yang telah memberikan banyak
pengalaman berharga dan kesan yang mendalam bagi penulis.
13.
Teman – teman seperjuangan Ekonomi Pembangunan 2008.
14.
Almamater kebanggaan penulis, Universitas Sebelas Maret.
commit to user
viii
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan
di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat memeberikan manfaat bagi
berbagai pihak.
Surakarta, 3 Oktober 2012
Penulis
Dwiki Khrisnawardhani
commit to user
ix
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………..
i
Halaman Persetujuan ……………………………………………
ii
Halaman Pengesahan ……………………………………………
iii
Halaman Motto ………………………………………………….
iv
Halaman Persembahan ………………………………………….
v
Kata Pengantar …………………………………………………..
vi
Daftar Isi ………………………………………………………...
ix
Daftar Tabel ……………………………………………………..
xii
Daftar Gambar …………………………………………………..
xiii
Daftar Lampiran …………………………………………………
xiv
Abstrak …………………………………………………………..
xv
Abstract ………………………………………………………….
xvi
Bab I Pendahuluan
I.1
Latar Belakang ………………………………………….
1
I.2
Rumusan Masalah ………………………………………
6
I.3
Tujuan Penelitian ……………………………………….
7
I.4
Manfaat Penelitian ……………………………………...
7
Bab II Landasan Teori
II.1
Ekonomi Makro ……………………………………….
9
II.1.1
Permasalahan Makro Ekonomi ………………….
13
II.1.2
Kebijakan Makro Ekonomi ……………………...
17
II.2 Pertumbuhan Ekonomi …………………………………
commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id
II.3 Perekonomian Internasional ……………………………
x
digilib.uns.ac.id
30
II.3.1
Globalisasi ……………………………………….
31
II.3.2
Investasi Asing …………………………………..
32
II.3.3
Perdagangan Internasional ………………………
37
II.4 Inflasi ……………………………………………………
41
II.5 Studi Empirik Sebelumnya ……………………………..
44
II.6 Hubungan antar Variabel ……………………………….
51
II.6.1
FDI terhadap Perekonomian ……………………..
52
II.6.2
Inflasi terhadap Perekonomian …………………..
53
II.6.3
Ekspor terhadap Perekonomian ………………….
54
II.7 Kerangka Pemikiran …………………………………….
55
II.8 Hipotesis ………………………......................................
56
Bab III Metode Penelitian
III.1 Ruang Lingkup Penelitian ………………………………
57
III.2 Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data …………
57
III.3 Definisi Operasional Variabel ………………………….
58
III.3.1
Perekonomian Indonesia …………………………
58
III.3.2
Inflasi ……………………………………………..
59
III.3.3
Investasi Asing Langsung (FDI) …………………
59
III.3.4
Ekspor …………………………………………….
60
III.4 Metode Analisis Data ……………………………………
60
III.4.1
Uji Pemilihan Fungsi Model Empiris …………….
60
III.4.2
Uji Stasioneritas …………………………………..
62
III.4.2.1 Uji Akar Unit (Unit Root Test) ………………..
63
III.4.2.2 Uji Derajat Integrasi (Integration Test) ……….
65
commit to user
Uji Kointegrasi (Cointegration
Test) ……………..
65
III.4.3
xi
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
III.4.4
Error Correction Model-Engle Granger (ECM-EG) ..
67
Bab IV Analisis dan Pembahasan
IV.1 Deskripsi Perkembangan Variabel ………………………..
71
IV.1.1
Perkembangan Variabel PDB ………………………
71
IV.1.2
Perkembangan Variabel FDI ……………………….
73
IV.1.3
Perkembangan Variabel Inflasi …………………….
74
IV.1.4
Perkembangan Variabel Ekspor ……………………
76
IV.2 Hasil dan Analisis Data ……………………………………
77
IV.2.1
Uji Pemilihan Fungsi Model Empiris ………………..
77
IV.2.2
Uji Stasioneritas …………………………………….
78
IV.4.2.1 Uji Akar Unit (Unit Root Test) ………………….
79
IV.2.2.2 Uji Derajat Integrasi (Integration Test) …………
80
IV.2.3
Uji Kointegrasi (Cointegration Test) ……………….
82
IV.2.4
Error Correction Model-Engle Granger (ECM-EG) ..
84
IV.2.5
Interpretasi Ekonomi ……………………………….
86
IV.2.5.1 Pengaruh FDI terhadap Perekonomian …………
86
IV.2.5.2 Pengaruh Inflasi terhadap Perekonomian ……….
88
IV.2.5.3 Pengaruh Ekspor terhadap Perekonomian ………
90
Bab V Kesimpulan dan Saran
V.1 Kesimpulan ………………………………………………
92
V.2 Saran ……………………………………………………..
94
Daftar Pustaka ……………………………………………………..
96
commit to user
xii
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data dan Sumbernya …………………………………
57
Tabel 4.1 Hasil Uji MWD Model Linier ………………………..
78
Tabel 4.2 Hasil Uji MWD Model Log-linier ……………………
78
Tabel 4.3 Hasil Uji Akar Unit Ordo 0 …………………………..
79
Tabel 4.4.Hasil Uji Derajat Integrasi …………………………….
80
Tabel 4.5 Hasil Uji Kointegrasi ………………………………….
82
Tabel 4.6 Hasil Uji Residual Regresi Kointegrasi ……………….
83
commit to user
xiii
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Grafik Perkembangan PDB ………………………
71
Gambar 4.2 Grafik Perkembangan FDI ……………………….
73
Gambar 4.3 Grafik Perkembangan Inflasi ……………………..
75
Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Ekspor ……………………..
76
Gambar 4.5 Pola Data Ordo 0 dan Ordo 1 ……………………..
81
commit to user
xiv
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data ………………………………………………..
101
Lampiran 2 Uji Fungsi Model Empiris …………………………
102
Lampiran 3 Uji Akar Unit DF dan ADF ……………………….
104
Lampiran 4 Uji Derajat Integrasi DF dan ADF ………………..
108
Lampiran 5 Uji Kointegrasi dan Residual ……………………...
112
Lampiran 6 Hasil Regresi ECM – EG ………………………….
113
Lampiran 7 Surat Pernyataan …………………………………..
114
commit to user
xv
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PENGARUH FDI, INFLASI DAN EKSPOR TERHADAP
PEREKONOMIAN INDONESIA PERIODE (1981 - 2010) DENGAN
PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL – ENGLE GRANGER
ABSTRAK
Dwiki Khrisnawardhani
F0108060
Penelitian ini menganalisis tentang pengaruh yang dihasilkan oleh
investasi asing langsung (FDI), inflasi dan ekspor terhadap perekonomian
Indonesia dengan menggunakan data time series periode 1981 – 2010. Analisis ini
dilakukan dengan menggunakan pendekatan Error Correction Model – Engle
Granger. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa investasi asing langsung (FDI)
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Hal
ini terkait dengan kondisi pasar domestik yang kecil menyebabkan rate of return
dari modal rendah. Selain itu fasilitas pendukung penyelenggaraan investasi juga
masih kurang memadai. Sedangkan untuk variabel inflasi dan ekspor memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Inflasi sesuai dengan
teori memiliki pengaruh negatif sedangkan ekspor memiliki pengaruh positif
khususnya dalam jangka panjang.
Kata kunci: Perekonomian Indonesia, FDI, Inflasi, Ekspor, ECM-EG
commit to user
xvi
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
THE EFFECTS OF FDI, INFLATION AND EXPORTS TO INDONESIA’S
ECONOMY: TIMES SERIES DATA 1981 – 2010 BY USING ERROR
CORRETION MODEL – ENGLE GRANGER APPROACH
ABSTRACT
Dwiki Khrisnawardhani
F0108060
This study analyzed the effects of foreign direct investment (FDI),
inflation and exports to Indonesia’s economy by using time series data of the
period 1981 to 2010. The Error Correction Model – Engle Granger (ECM-EG) is
used in this study as a model. These results indicate that foreign direct investment
(FDI) has no significant effect on the Indonesia’s economy. It is associated with a
small domestic market conditions cause the rate of return on capital is low.
Moreover, supporting facilities for the implementation of the investment are still
inadequate. As for the inflation and export variables have a significant effect on
the Indonesia’s economy. According to the theory, inflation has a negative effect,
while exports have a positive effect especially in the long run.
Key word: Indonesia’s economy, FDI, inflation, exports, ECM-EG
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH FDI, INFLASI DAN EKSPOR TERHADAP
PEREKONOMIAN INDONESIA PERIODE (1981 - 2010) DENGAN
PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL – ENGLE GRANGER
ABSTRAK
Dwiki Khrisnawardhani
F0108060
Penelitian ini menganalisis tentang pengaruh yang dihasilkan oleh
investasi asing langsung (FDI), inflasi dan ekspor terhadap perekonomian
Indonesia dengan menggunakan data time series periode 1981 – 2010. Analisis ini
dilakukan dengan menggunakan pendekatan Error Correction Model – Engle
Granger. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa investasi asing langsung (FDI)
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Hal
ini terkait dengan kondisi pasar domestik yang kecil menyebabkan rate of return
dari modal rendah. Selain itu fasilitas pendukung penyelenggaraan investasi juga
masih kurang memadai. Sedangkan untuk variabel inflasi dan ekspor memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Inflasi sesuai dengan
teori memiliki pengaruh negatif sedangkan ekspor memiliki pengaruh positif
khususnya dalam jangka panjang.
Kata kunci: Perekonomian Indonesia, FDI, Inflasi, Ekspor, ECM-EG
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
THE EFFECTS OF FDI, INFLATION AND EXPORTS TO INDONESIA’S
ECONOMY: TIMES SERIES DATA 1981 – 2010 BY USING ERROR
CORRETION MODEL – ENGLE GRANGER APPROACH
ABSTRACT
Dwiki Khrisnawardhani
F0108060
This study analyzed the effects of foreign direct investment (FDI),
inflation and exports to Indonesia’s economy by using time series data of the
period 1981 to 2010. The Error Correction Model – Engle Granger (ECM-EG) is
used in this study as a model. These results indicate that foreign direct investment
(FDI) has no significant effect on the Indonesia’s economy. It is associated with a
small domestic market conditions cause the rate of return on capital is low.
Moreover, supporting facilities for the implementation of the investment are still
inadequate. As for the inflation and export variables have a significant effect on
the Indonesia’s economy. According to the theory, inflation has a negative effect,
while exports have a positive effect especially in the long run.
Key word: Indonesia’s economy, FDI, inflation, exports, ECM-EG
commit to user
1
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar belakang
Pengaruh
investasi
asing
langsung
(FDI)
dan
ekspor
terhadap
perekonomian sebuah negara menurut beberapa ekonom berdasarkan penelitian
yang telah mereka lakukan ada yang bersifat negatif maupun positif. Beberapa
ekonom yang menyatakan bahwa investasi asing langsung (FDI) dan ekspor
memiliki pengaruh terhadap perekonomian sebuah negara diantaranya yaitu
Jayachandran dan Seilan (2010), Wijeweera (2010), Khaliq dan Noy (2007),
Miankhel dkk (2009), Centikaya dan Endorgan (2010), Kogid dkk (2010) dan Lee
(2010). Hal lain dikemukakan oleh Nasir (2009), Magnus dan Fosu (2008), dan
Kustituanto (1999) yang menyatakan bahwa investasi asing langsung (FDI) dan
ekspor tidak memiliki pengaruh terhadap perekonomian sebuah negara.
Inflasi sebagai salah satu fenomena ekonomi juga mengalami perdebatan
mengenai pengaruhnya terhadap perekonomian sebuah negara secara keseluruhan.
Perdebatan terjadi diantara sebagian besar ekonom yang mengatakan bahwa
inflasi memberikan pengaruh yang negatif, namun sebagian lainnya mengatakan
bahwa inflasi memberikan pengaruh yang positif terhadap perekonomian sebuah
negara. Ekonom yang menyatakan bahwa inflasi memiliki pengaruh positif
terhadap perekonomian sebuah negara ialah Iqbal dan Nawaz (2010). Sedangkan
yang
berpendapat
bahwa
inflasi
memiliki
pengaruh
negatif
terhadap
perekonomian sebuah negara diantaranya Gylfason (1998) serta Gokal dan Hanif
(2004).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
Investasi asing langsung (FDI) merupakan salah satu alternatif sumber
dana pembangunan yang relatif lebih aman dibandingkan pinjaman luar negeri
(Krugman, 2009:163). Investasi asing langsung (FDI) memiliki keunggulan yakni
transfer langsung teknologi, peningkatan penggunaan tenaga kerja serta perolehan
pelajaran dari perusahaan FDI melalui efek demonstrasi. Investasi asing langsung
(FDI) merupakan salah satu upaya dalam pembentukan organisasi internasional,
dimana tidak hanya terjadi perpidahan dana dan perluasan kontrol dari perusahaan
di home countries ke perusahaan di host countries, namun juga terjadi
pembentukan organisasi yang sesuai dengan perusahaan di home countries.
Khaliq dan Noy (2007) melakukan analisis mengenai investasi asing
langsung (FDI) dan pertumbuhan ekonomi sebagai bukti empiris dari data sektoral
di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh investasi asing
langsung (FDI) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode tahun 1997 –
2006. Berdasakan hasil yang diperoleh melalui pengujian sektoral, diketahui
bahwa pada level agregat sebagian besar sektor menunjukan pengaruh yang
positif dari investasi asing langsung (FDI) terhadap pertumbuhan ekonomi.
Namun hal lain terjadi pada sektor ekstraktif, dimana ditemukan bahwa investasi
asing langsung (FDI) memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Hal ini disebabkan karena investasi asing langsung (FDI) yang
dilakukan pada sektor ekstraktif biasanya tidak perduli terhadap lingkungan dan
cenderung mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Lain halnya dengan Nasir (2009) yang juga menganalisis pengaruh
investasi asing langsung (FDI) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dimana
commit to user
hasil yang diperoleh bertolak belakang dengan hasil yang ditemukan oleh Khaliq
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan Noy (2007). Pada penelitian ini, Nasir (2009) menggunakan data time series
periode tahun 1971 – 2005 dengan pendekatan error correction model (ECM).
Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa tidak ada pengaruh yang dihasilkan oleh
investasi aisng langsung (FDI) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini
menurut Nasir (2009) disebabkan oleh ketidakpastian trend aliran masuk investasi
asing langsung di Indonesia.
Hasil yang sama juga diperoleh Kustituanto (1999) yang melakukan
analisis mengenai peranan penanaman modal asing langsung (PMA) terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan menggunakan pendekatan yang sama
yakni error correction model (ECM), Kustituanto (1999) membuktikan bahwa
penanaman modal asing langsung (PMA) tidak memiliki pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berbeda dengan Nasir (2009), Kustituanto
(1999) menyatakan bahwa yang menjadi alasan tidak adanya pengaruh yang
dihasilkan oleh penanaman modal asing langsung (PMA) ialah karena kecilnya
pasar domestik sehingga rate of return dari modal rendah serta kurang lengkapnya
fasilitas yang disediakan guna mendukung pelaksanaan penanaman modalasing
langsung (PMA).
Selain investasi, ekspor juga merupakan salah satu variabel pembentuk
PDB yang keberadaannya dianggap dapat memperkuat pertumbuhan ekonomi di
sebuah negara. Khususnya bagi negara berkembang yang mengantungkan
perekonomiannya
pada
perdagangan
internasional,
pemerintah
biasanya
melakukan upaya – upaya untuk meningkatkan kemampuan ekspornya sehingga
dapat dengan mudah diterima pasar internasional yang semakin lama semakin
commit to user
kompetitif. Pada kenyataannya, perdagangan internasional dapat memberikan
perpustakaan.uns.ac.id
4
digilib.uns.ac.id
manfaat bagi negara – negara yang terlibat sekaligus dapat menjadi bencana bagi
negara – negara tersebut apabila kemampuan eksportir dan pemerintahnya tidak
mampu berkompetisi dengan negara - negara lain yang terlibat dalam siklus bisnis
perdagangan internasional.
Jayachandran dan Seilan (2010) melakukan analisis mengenai pengaruh
investasi asing langsung (FDI) dan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di
India. Analisis ini menggunakan pendekatan kausal Granger dalam melihat
hubungan timbal balik yang dihasilkan oleh investasi asing langsung (FDI),
ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian ini diketahui bahwa investasi
asing langsung (FDI) dan ekspor memberikan pengaruh yang positif terhadap
pertumbuhan ekonomi, sedangkan pertumbuhan ekonomi tidak memberikan
pengaruh terhadap investasi asing langsung (FDI) dan ekspor. Menurut Wijeweera
(2010) investasi asing langsung (FDI) mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
melalui peningkatan penggunaan tenaga kerja, sedangkan ekspor dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan efisiensi.
Keberadaan inflasi sebagai salah satu fenomena yang tidak dapat
dipisahkan dari perekonomian di setiap negara merupakan satu hal yang terus
menjadi perhatian bagi pemegang kendali otoritas moneter. Pentingnya
pengendalian inflasi didasari oleh pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan
tidak stabil akan memberikan dampak buruk bagi perekonomian (Bank Indonesia,
2009).
Gylfason (1998) melakukan analisis mengenai ekspor, inflasi dan
pertumbuhan ekonomi pada 160 negara pada periode tahun 1985 – 1994 dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5
digilib.uns.ac.id
menemukan bahwa tingkat inflasi yang tinggi dan melimpahnya sumber daya
alam (SDA) menyebabkan ekspor dan pertumbuhan yang rendah. Hal ini terjadi
karena negara yang kaya akan sumber daya alam (SDA) harus mampu mengatur
kekayaan mereka dan melakukan penyesuaian dengan pertumbuhan yang
berkelanjutan dari sektor modern sehingga sumber daya alam (SDA) tidak habis
begitu saja.
Iqbal dan Nawaz (2009) juga melakukan analisis mengenai dampak inflasi
terhadap pertumbuhan ekonomi dan hubungan non linier antara inflasi dan
investasi di Pakistan. Penelitian ini menggunakan dua batas inflasi yakni 6% dan
11%. Inflasi dengan batas pertama (6%) memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan inflasi diantara kedua batas yaitu 6%
- 11% dan inflasi di atas batas kedua (11%) memiliki pengaruh negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat inflasi
maka akan semakin memperburuk kondisi perekonomian sebuah negara.
Hubungan non linier antara inflasi dengan investasi juga menunjukan bahwa
semakin tinggi tingkat inflais maka akan mengurangi jumlah investasi di sebuah
negara.
Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa ekonom yang telah dijelaskan
sebelumnya, diketahui masih terjadi perdebatan mengenai pengaruh yang
dihasilkan oleh investasi asing langsung (FDI), inflasi dan ekspor terhadap
perekonomian sebuah negara. Guna melengkapi penelitian – penelitian
sebelumnya, penulis memilih untuk melakukan penelitian terkait ketiga variabel
tersebut untuk dilihat pengaruhnya terhadap perekonomian di Indonesia.
commit to user
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pendekatan Error Correction Model (ECM) yang memiliki beberapa
keunggulan diantaranya dapat melihat pengaruh baik jangka pendek maupun
jangka panjang secara bersamaan, menjaga konsistensi data pada first difference
sehingga terhindar dari spurious regression, mengkaji konsisten atau tidaknya
model empiris dengan teori ekonomi, dan mampu menggunakan lebih banyak
variabel dalam menganalisis fenomena ekonomi dipilih untuk digunakan dalam
penelitian kali ini. Pendekatan Error Correction Model – Engle Granger (ECMEG) secara spesifik digunakan dalam penelitian ini karena dianggap memiliki
model yang tepat dan banyak digunakan dalam melihat permasalahan seperti
masalah yang diangkat dalam penelitian kali ini.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membuat penelitian dengan
judul: “Pengaruh investasi asing langsung (FDI), inflasi dan ekspor terhadap
perekonomian Indonesia periode (1981 – 2010) dengan pendekatan Error
Correction Model – Engle Granger (ECM-EG)” guna melengkapi dan
memperkuat penelitian sebelumnya.
I.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas yang menunjukannya adanya
keterkaitan antara investasi asing langsung (FDI), inflasi dan ekspor terhadap
perekonomian Indonesia, maka permasalahan yang akan di analisis dalam
penelitian ini ialah sebagai berikut :
1.
Bagaimana pengaruh
investasi asing langsung (FDI) terhadap
perekonomian Indonesia pada periode tahun 1981 - 2010?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.
7
digilib.uns.ac.id
Bagaimana pengaruh inflasi terhadap perekonomian Indonesia pada
periode tahun 1981 - 2010?
3.
Bagaimana pengaruh ekspor terhadap perekonomian Indonesia pada
periode tahun 1981 - 2010?
I.3
Tujuan Penelitian
Tujuan yang dapat diperoleh dari penelitian ini ialah sebagai berikut:
1.
Untuk melihat pengaruh investasi asing langsung (FDI) terhadap
perekonomian Indonesia pada periode tahun 1981 - 2010.
2.
Untuk melihat pengaruh inflasi terhadap perekonomian Indonesia pada
periode tahun 1981 - 2010.
3.
Untuk melihat pengaruh ekspor terhadap perekonomian Indonesia pada
periode tahun 1981 - 2010.
I.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini ialah sebagai berikut:
Bagi penulis
1.
Dapat menjadi bahan aplikasi dalam penggunaan dan penerapan teori –
teori yang telah diterima selama masa perkuliahan khususnya ilmu - ilmu
yang terkait dengan penelitian ini.
2.
Dapat menjadi media dalam mengasah wawasan penulis terkait dengan
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini .
3.
Diharapkan dapat memperkaya penelitian sebelumnya, sekaligus dapat
commit
to userselanjutnya.
dijadikan pembelajaran bagi
penelitian
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bagi Pemerintah dan Bank Sentral
1.
Diharapkan dapat menjadi salah satu pengetahuan tambahan bagi pihak
pemerintah dalam melihat kondisi perekonomian Indonesia pada periode
tahun 1981 – 2010, sehingga dapat dijadikan pelajaran untuk tahun –
tahun yang akan datang.
2.
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam
mengambil kebijakan yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan
investasi asing langsung (FDI) dan ekspor di Indonesia.
3.
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Bank Sentral dalam
melaksanakan otoritas moneter khususnya dalam menjaga stabilitas
tingkat inflasi pasca krisis moneter yaitu dengan mengoptimalkan fungsi
Inflation Targeting Framework (ITF).
commit to user
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1
Ekonomi Makro
Ekonomi makro bukan merupakan ilmu yang fokus pada faktor – faktor
produksi dan perilaku industri individual, melainkan fokus terhadap determinan
(penentu) output nasional total (Case dan Fair, 2007: 1). Ekonom mikro dan
makro memiliki perspektif yang berbeda dalam melihat perekonomian. Apabila
ekonom mikro mengatakan bahwa harga bersifat fleksibel dan dapat
menyesuaikan diri dalam mempertahankan keseimbangan, maka para ekonom
makro menyebutkan bahwa harga lebih sering bersifat lengket dimana harga
dianggap sulit untuk menyesuaikan diri dalam mempertahankan keseimbangan
antara kuantitas yang diminta dengan kuantitas yang ditawarkan.
Perkembangan ekonomi makro merupakan perkembangan yang terjadi
pada abad 20 mengenai pemahaman dalam menghadapi krisis ekonomi dan
merangsang pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Depresi besar yang terjadi di
Amerika Serikat pada tahun 1930-an, mendorong para ekonom dalam mengamati
dan membahas kondisi ekonomi makro. Bahasan ini kemudian menjadi
pengembangan dari teori ekonomi makro model klasik oleh John Maynard
Keynes.
Sebelum depresi besar terjadi, model klasik atau yang sering disebut
equilibrium pasar banyak diterapkan oleh para ekonom dalam melihat persoalan
ekonomi secara luas. Ekonom klasik tidak banyak membahas mengenai masalah
pengangguran, inflasi, ketidakstabilan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Para
commit to user
ekonom pada masa ini percaya akan sistem pasar bebas yang dapat mewujudkan
perpustakaan.uns.ac.id
10
digilib.uns.ac.id
tingkat kegiatan ekonomi yang efisien dalam jangka panjang. Selain itu mereka
menyakini bahwa permasalahan ekonomi mungkin saja terjadi dan dapat
mengganggu pertumbuhan ekonomi, namun resesi yang terjadi akan dapat
menyesuaikan dirinya untuk kembali ke titik keseimbangan.
Berdasarkan pandangan para ekonom pada mahzab klasik dalam suatu
perekonomian seringkali terjadi dimana jumlah keseluruhan penawaran barang
(penawaran agregat) pada penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu diimbangi
oleh permintaan atas barang- barang tersebut (permintaan agregat) yang sama
besarnya. Pendapat ini berlaku apabila perekonomian hanya terdiri dari 2 sektor,
dimana tidak ada masyarakat yang menabung dan para pengusaha yang
melakukan investasi. Namun kenyataannya, pada perekonomian modern
masyarakat akan menyisihkan uangnya untuk ditabung dan tabungan inilah yang
dipinjamkan kepada para pengusaha untuk kemudian diberdayakan menjadi
sebuah bentuk investasi. Investasi ini yang nantinya menambah jumlah barang
modal yang tersedia dan meningkatkan kemampuan perekonomian dalam
menghasilkan barang – barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Analisis
yang dilakukan oleh ahli ekonomi mahzab klasik lebih bertumpu pada masalah
penawaran agregatnya, sedangkan pada kenyataannya penawaran agregat yang
tidak diimbangi oleh permintaan agregat akan menjadi sumber dari kemunduran
perekonomian. Penyesuaian yang dikatakan oleh para ekonom mahzab klasik
terhadap kemunduran perekonomian tidak terbukti pada depresi besar yang terjadi
pada tahun 1930-an. Masalah pengangguran yang semakin tinggi dan bertahan
lama hingga bertahun – tahun menyababkan John Maynard Keynes berinisiatif
untuk mengembangkan teori yang telah diperkenalkan sebelumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11
digilib.uns.ac.id
Karya besar yang dihasilkan oleh Keynes pada saat itu ialah The General
Theory of Employment, Interest and Money. Teori ini mengatakan bahwa bukan
harga dan upah yang menentukan tingkat pengangguran melainkan tingkat
permintaan agregat atas barang dan jasa. Menurut Keynes, penggunaan tenaga
kerja penuh merupakan hal yang jarang terjadi dan hal tersebut disebabkan oleh
kurangnya permintaan agregat dalam perekonomian. Dalam meningkatkan
permintaan agregat, Keynes mengatakan bahwa pemerintah dapat melakukan
intervensi terhadap perekonomian dengan mendorong permintaan agregat.
Peranan permintaan agregat dan penentu pembelanjaan agregat itu sendiri
menurut Keynes (dalam Sukirno, 2004: 84) ialah sebagai berikut:
1.
Peranan permintaan agregat
Analisis mengenai peranan permintaan agregat dilakukan pada berbagai
golongan masyarakat dalam menentukan tingkat kegiatan ekonomi yang akan
dicapai oleh sebuah perekonomian. Hasil analisis tersebut mengatakan bahwa
tingkat ekonomi suatu negara ditentukan oleh kemampuan untuk membayar
barang dan jasa yang diminta tersebut. Semakin besar permintaan akan barang dan
jasa, maka akan semakin besar pula tingkat produksi yang dicapai oleh sektor
perusahaan. Peningkatan ini secara otomatis akan meningkatkan kegiatan
perekonomian, jumlah tenaga kerja dan penggunaan faktor – faktor produksi
dalam sebuha negara.
2.
Penentu pembelanjaan agregat
Dalam analisisnya, Keynes membagi pengeluaran agregat menjadi 2 jenis
pengeluaran yakni pengeluaran konsumsi oleh rumah tangga dan penanaman
modal atau investasi oleh pihak pengusaha. Namun kenyataan yang terjadi pada
commit to user
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kondisi makro ekonomi pada saat ini, pengeluaran agregat juga meliputi
pengeluaran pemerintah dan ekspor. Faktor – faktor yang menjadi penentu
pembelanjaan agregat ialah sebagai berikut:
a. Konsumsi rumah tangga
Besarnya pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh sektor rumah
tangga tergantung pada besarnya pendapatan rumah tangga tersebut. Apabila
terjadi kanaikan pada jumlah pendapatannya, maka jumlah konsumsi yang
dilakukan pun akan semakin meningkat. Namun jumlah pengeluaran konsumsi
yang dilakukan tidak sepenuhnya sejumlah dengan pendapatan yang diperoleh,
melainkan hanya sebagian kecil atau sebagian besa dari total pendapatannya
sesuai dengan kecendrungan rumah tangga tersebut dalam menggunakan
pendapatannya.
b. Investasi
Penanaan modal yang dilakukan oleh pihak pengusaha ditentukan oleh 2
faktor yaitu efisiensi marjinal modal dan suku bung (Sukirno, 2004: 86). Efisiensi
marjinal modal menggambarkan tingkat pengembalian modal yang akan diperoleh
dari kegiatan investasi yang dilakukan. Seorang pengusaha akan menanamkan
modalnya apabila tingkat efisiensi marjinal modalnya lebih tinggi dari tingkat
suku bunga. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa besarnya jumlah investasi
yang dilakukan oleh pengusaha tergantung pada nilai modal dan tingkat
pengembalian modalnya lebih besar dari tingkat suku bunga.
c. Pengeluaran pemerintah
Pemerintah
tidak
hanya
bertindak
sebagai
pengatur
kegiatan
perekonomian tapi juga dapat mempengaruhi tingkat pengeluaran agregat dalam
commit to user
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perekonomian. Dalam kegiatannya melakukan pemungutan pajak, pemerintah
dapat mengurangi jumlah pengeluaran agregat. Namun pendapatan yang berasal
dari pajak tersebut dibelanjakan kembali oleh pemerintah dalam berbagai hal
kaitannya dengan pembangunan yang terjadi sehingga pengeluaran agregat
kembali meningkat. Bahkan seringkali pemerintah melakukan pembelanjaan yang
melebihi jumlah pendapatan dari pajak tersebut.
d. Ekspor
Perkembangan yang terjadi secara terus menerus menyebabkan banyak
negara mengalami saling ketergantungan,. Hal ini terkait dengan kebutuhan
masyarakat yang tidak dapat dipenuhi oleh sektor industri di dalam negaranya
sendiri. Sebuah negara akan melakukan kegiatan perdagangan lintas negara dalam
rangka memenuhi kebutuhan masyarakat di negara lain. Kegiatan perdagangan
lintas negara seperti ini disebut dengan ekspor. Kemajuan yang sangat pesat dari
sektor industri di berbagai belahan dunia khususnya dalam melakukan ekspor
dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi negara pengekspor.
II.1.1
Permasalahan Makro Ekonomi
Perekonomian merupakan sektor yang memiliki peranan paling penting
dalam menjalankan sebuah pemerintahan pada sebuah negara. hal ini dibuktikan
dengan dampak yang dirasakan oleh sektor lain manakala perekonomian sebuah
negara mengalami gangguan yang disebabkan oleh masalah – masalah internal
maupun eksternal negara. Terlebih lagi, ketidakstabilan perekonomian sebuah
negara juga akan menyebabkan kurangnya tingkat kepercayaan pihak asing
terhadap negara tersebut.
commit to user
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Semua perekonomian tentu tidak akan terlepas dari permasalahan tukar
tambah (trade off) dalam mencapai tujuan makro ekonomi. Tujuan utama dari
makro ekonomi ialah peningkatan output yang tinggi, pertumbuhan yang cepat,
tingkat pengangguran yang rendah dan harga – harga yang stabil. Permasalahan
inti yang sering dihadapi dalam suatu perekonomian ialah sebagai berikut:
1.
Inflasi
Inflasi ialah suatu proses kenaikan harga yang berlaku dalam suatu
perekonomian (Sukirno, 2004:14). Suatu ekonomi pasar menggunakan harga
sebagai ukuran dalam melihat nilai – nilai ekonomi. Kenaikan inflasi dalam suatu
periode menyebabkan kekhawatiran masyarakat akan pendapatan mereka yang
terus tergerus. Hal inilah yang pada akhirnya menyebabkan inefisiensi ekonomi.
2.
Pengangguran
Pengangguran menuru Sukirno (2004: 13) ialah suatu keadaan dimana
seorang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan perkerjaan tetapi
belum dapat memperolehnya. Sedangkan menurut Case dan Fair (2007: 6)
pengangguran merupakan tanaga kerja yang menganggur dan menjadi indikator
utama
kesehatan
perekonomian.
Faktor
utama
penyebab
munculnya
pengangguran ialah kurangnya pengeluaran agregat. Oleh karena itu terdapat
hubungan antara tingkat pendapatan nasional yang dicapai dengan penggunaan
tenaga kerja. Semakin tinggi pendapatan nasional sebuah negara maka akan
semakin banyak penggunaan tenaga kerjanya. Penggunaan tenaga kerja yang
dimaksut kaitanya dengan semakin tinggi pengeluaran agregat menunjukan
semakin tinginya permintaan agregat sehingga kegiatan produksi juga semakin
banyak dilakukan.
commit to user
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi
adalah
perkembangan
kegiatan
dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat bertambah (Sukirno, 2004: 9). Perekonomian seringkali cenderung
mengalami fluktuasi jangka pendek. Ukuran dalam melihat perekonomian ialah
dengan melihat output agregatnya. Permasalahan terjadi ketika barang dan jasa
yang diproduksi lebih sedikit, yang beredar lebih sedikit dan standar hidup rata –
rata masyarakatnya menurun. Hal ini menyebabkan banyak perusahaan yang
memotong jumlah produksinya sampai memberhentikan pekerjanya. Perlu
diperhatikan jika pertumbuhan output lebih besar dari tingkat pertumbuhan
populasinya, maka ada peningkatan jumlah barang dan jasa yang diproduksi per
orang. Oleh karena itu, pengambil kebijakan tidak hanya bertugas untuk
memperbaiki fluktuasi output selama siklus bisnis, namun juga bertugas untuk
membuat kebijakan dalam rangka peningkatan pertumbuhan jangka panjang.
4.
Ketidakstabilan kegiatan ekonomi
Perekonomian di suatu negara tidak selalu berkembang secara teratur dari
suatu periode ke periode lainnya. Ada kalanya perekonomian mengalami
perkembangan pesat, namun juga tidak jarang perekonomian tidak berkembang
dengan baik bahkan cenderung mengalami kemunduran. Perkembangan yang
sangat pesat dapat menimbulkan kemunduran yang serius dalam kegiatan
perekonomian. Dalam jangka panjang ketidakstabilan perekonomian dapat
menimbulkan ketidakpastian dan hal ini akan berdampak buruk terhadap
perekonomian secara keseluruhan. Ahli ekonomi berpendapat bahwa dalam suatu
commit to user
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perekonomian
yang
mengandalkan
mekanisme
pasar,
maka
kondisi
perekonomiannya akan cenderung bersifat tidak stabil.
5.
Ketidakeimbangan neraca pembayaran
Perekonomian terbuka menunjukan bahwa perekonomian di suatu negara
memiliki hubungan ekonomi dengan negara lain khususnya dalam hal ekspor
impor. Penerapan sistem perekonomian terbuka ini memiliki keuntungan
sekaligus kerugian bagi negara yang menjalankannya. Keuntungan yang diperoleh
dari menganut sistem perekonomian terbuka ini ialah bahwa perdagangan
internasional memberikan sumbangan yang cukup penting bagi pertumbuhan
ekonomi. Seperti misalnya kegiatan ekspor yang memberikan peluang bagi
perusahaan – perusahaan dalam negeri untuk mengembangkan pasarnya ke pasar
internasional. Selain itu kegiatan impor juga memberikan sumbangan terhadap
perekonomian, karena melalui impor perusahaan dapat memperoleh faktor - faktor
produksi yang dibutuhkan dalam proses produksinya. Namun di samping itu,
penerapan sistem perekonomian terbuka juga memberikan dampak negatif bagi
perekonomian. Seperti misalnya, kelebihan dalam penggunaan barang impor akan
menyebabkan masyarakat menjadi konsumtif dan mengurangi tingkat produksi
dalam negeri. Hal ini akan memacu munculnya pengangguran yang semakin
besar. Mengenai laporan keuangan akan arus kas yang berasal dari luar negeri dan
keluar negeri dijelaskan dalam sebuah neraca pembayaran yang memiliki dua
neraca penting yakni neraca perdagangan dan neraca keseluruhan. Neraca
pembayaran suatu negara dikatakan baik apabila bernilai surplus. Artinya
pemasukan dari luar negeri lebih besar dari pada pengeluaran ke luar negeri.
Kondisi neraca pembayaran yang defisit akibat impor yang berlebihan akan
commit to user
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memberikan dampak buruk bagi kestabilan perekonomian. Seperti yang sudah
dijelaskan di atas bahwa kegiatan impor yang berlebihan dapat menghambat
produksi dalam negeri. Hal ini juga akan mengakibatkan nilai valuta asing
melonjak sehingga barang impor menjadi mahal. Kegiatan ekonomi yang buruk
akan menimbulkan turunnya keinginan pengusaha untuk melakukan investasi.
II.1.2
Kebijakan Makro Ekonomi
Pemerintah dan Bank Sentral merupakan pihak – pihak yang memiliki
otoritas dalam membuat kebijakan kaitannya dengan penyelesaian berbagai
masalah ekonomi di Indonesia. Terdapat 3 jenis kebijakan menurut Case dan Fair
(2007: 7) yang telah digunakan oleh pemerintah dan Bank Sentral dalam
mempengaruhi ekonomi makro yaitu:
1.
Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Kebijakan ini dilakukan melalui keputusan mengenai perpajakan dan pengeluaran.
Pajak yang dikumpulkan oleh pemerintah dan berasal dari masyarakat, diolah
kembali menjadi pengeluaran pemerintah dalam bentuk penyediaan fasilitas bagi
masyarakat. Peran pajak dan pengeluaran pemerintah ini memiliki pengaruh yang
besar terhadap perekonomian. Kebijakan fiskal terdiri dari 2 jenis yaitu kebijakan
fiskal ekspansif dan kebijakan fiskal kontraktif. Kebijakan fiskal ekspansif ialah
pemotongan pajak dan peningkatan belanja oleh pemerintah dengan tujuan
mengeluarkan perekonomian dari stagnansi. Sedangkan yang disebut dengan
kebijakan fiskal kontraktif ialah peningkatan pajak dan pemotongan pengeluaran
oleh pemerintah dengan tujuan membawa perekonomian keluar dari inflasi.
2.
Kebijakan moneter
commit to user
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kuantitas uang yang beredar dalam prekonomian juga merupakan salah
satu hal penting yang harus diperhatikan selain pajak dan pengeluaran pemerintah.
Kuantitas uang dapat mempengaruhi tingkat output, tingkat bunga, tingkat
penganguran dan tingkat harga secara keseluruhan. Itulah yang menjadi alasan
mengapa kuantitas uang yang beredar dalam suatu perekonomian penting untuk
dikontrol jumlahnya sehingga tidak memberikan dampak buruk terhadap
perekonomian secara keseluruhan. Dalam hal ini kebijakan moneter merupakan
sebuah alat bagi Bank Sentral dalam mengatur atau mengontrol jumlah uang yang
beredar dalam suatu perekonomian.
3.
Kebijakan pertumbuhan atau sisi penawaran
Kebijakan pemerintah dalam meingkatkan pertumbuhan juga terlihat dari
kebijakan pertumbuhan atau sisi penawaran. Kebijakan ini berfokus pada
peningkatan penawaran agregat dengan cara mendorong pertumbuhan potensial
output dan pendapatan agregat.
Menurut Samuelson (2004: 77) bahwa tujuan dari kebijakan makro
ekonomi ialah dalam hal penggunaan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal
untuk mengurangi kecendrungan penurunan siklus bisnis dan pengangguran. Ilmu
makro ekonomi mengamati sumber – sumber penyebab pengangguran yang
berlangsung secara terus – menerus. Selanjutnya mencari alternatif pemulihannya
seperti meningkatkan permintaan atau membentuk kembali lembaga pasar tenaga
kerja. Dalam hal mengendalikan inflasi, kebijakan makro ekonomi memberikan
alternatif pemulihan melalui kebijakan moneter atau fiskal, sistem nilai tukar dan
peran bank sentral sebagai lembaga independent.
commit to user
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan menurut Sukirno (2004: 22), tujuan dari diadakannya
kebijakan makro ekonomi ialah sebagai berikut:
1.
Menstabilkan keiatan ekonomi
2.
Mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi
3.
Menghindari masalah inflasi
4.
Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang kuat
5.
Mengkuatkan neraca pambayaran dan kurs valuta asing
II.2
Pertumbuhan Ekonomi
Ukuran paling penting dalam melihat perekonomian sebuah negara yaitu
melalui jumlah produk domestik brutonya (PDB). PDB ialah jumlah barang dan
jasa yang diproduksi oleh sebuah negara selama satu tahun dan merupakan bagian
dari pendapatan nasional. PDB merupakan pengukuran paling luas dari total
output barang dan jasa. Indikator dalam menghitung PDB terdiri dari jumlah nilai
konsumsi (C), investasi bruto (I), pembelanjaan pemerintah atas barang dan jasa
(G) dan ekspor netto (X) yang dihasilkan oleh suatu negara dalam periode satu
tahun.
PDB = C +I +G +X
Perlu dikatahui bahwa barang dan jasa yang dihitung dalam PDB
merupakan barang dan jasa akhir, bukan merupakan barang perantara. Barang
perantara yang dimaksut ialah barang yang diproduksi oleh suatu perusahaan
untuk kemudian digunakan lagi dalam proses berikutnya. Dalam menghindari
perhitungan ganda selain dengan mengelompokan barang dan jasa menjadi barang
dan jasa akhir atau perantara, dapat pula dilkukan perhitungan pada nilai tambah
commit to user
dari suatu produk yang diproduksi oleh perusahaan. Nilia tambah (value added)
perpustakaan.uns.ac.id
20
digilib.uns.ac.id
ialah selisih antara nilai barang ketika meninggalkan suatu tahap produksi dengan
biaya barnag itu ketika memasuki tahap tersebut.
Dalam menghitung nilai PDB menurut Case and Fair (2007: 24), terdapat
dua jenis pendekatan yang sering digunakan yaitu pendekatan pengeluaran dan
pendekatan pendapatan. Kedua jenis pendekatan tersebut memiliki penjelasan
sebagai berikut:
1.
Pendekatan pengeluaran
Pendekatan pengeluaran adalah metode dalam menghitung PDB dengan
cara menjumlahkan seluruh pengeluaran atau jumlah total yang dibelanjakan pada
semua barang akhir selama periode tertentu. Kategori utama pengeluaran yang
digunakan dalam pendekatan ini terdiri dari:
a. Pengeluaran konsumsi pribadi (C)
Pengeluaran konsumsi pribadi (C) yang merupakan belanja rumah tangga
atas barang dan jasa. Terdapat 3 kategori dalam pengeluaran konsumen,
diantaranya barang tahan lama, barang tidak tahan lama, dan jasa.
b. Investasi swasta bruto dalam negeri (I)
Investasi swasta bruto dalam negeri (I) yang merupakan belanja
perusahaan dan rumah tangga atas modal baru. Investasi ini terdiri dari investasi
non perumahan, investasi perumahan dan perubahan persediaan bisnis. Investasi
non perumahan merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan dalam
bentuk mesin, alat, pabrik dll. Sedangkan investasi perumahan merupakan
pengeluaran oleh perusahaan dan rumah tangga atas bangunan apartemen atau
rumah baru. Terakhir yang dimaksut dengan perubahan persediaan bisnis ialah
jumlah perubahan persediaan perusahaan selama satu periode. Persediaan adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21
digilib.uns.ac.id
barang yang diproduksi oleh perusahaan saat ini, namun disimpan untuk dijual
pada waktu yang akan datang.
c. Pengeluaran pemerintah (G)
Pengeluaran pemerintah (G) yang merupakan pengeluaran dalam bentuk
belanja dan investasi bruto pemerintah.pengeluaran yang dilakukan pemerintah
beberapa dihitung sebagai konsumsi dan beberapa lainnya dihitung sebagai
investasi bruto pemerintah.
d. Ekspor netto (X)
Ekspor netto (X) yang merupakan hasil pengurangan dari total ekspor
yang diperoleh dengan jumlah impor yang dikeluarkan oleh suatu negara.
2.
Pendekatan pendapatan
Pendekatan ini didasari oleh konsep pendapatan nasional dimana terdiri
dari 8 butir pendapatan. Pendapatan tersebut terdiri dari:
a. Kompensasi karyawan
Pendapatan ini merupakan pendapatan terbesar dari 7 butir lainnya. Upah
dan gaji yang dibayarkan pada rumah tangga oleh perusahaan dan pemerintah
termasuk tambahannya seperti kontrbusi perusahaan atas dana pensiun dan
asuransi sosial.
b. Pendapatan perusahaan perseorangan
Pendapatan ini merupakan pendapatan bisnis yang bukan berasal dari
perseroan.
c. Pendapatan sewa
Pendapatan ini termasuk dalam pendapatan minor. Pendapatan ini
merupakan pendapatan yang diterima oleh pemilik properti dalam bentuk sewa.
commit to user
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Laba perseroan terbatas
Pendapatan ini merupakan pendapatan terbesar kedua setelah kompensasi
karyawan. Pendapatan ini merupakan pendapatan yang berasal dari bisnis
korporasi.
e. Bunga netto
Bunga netto merupakan bunga yang dibayarkan oleh bisnis. Bunga yang
dibayarkan oleh pemerintah dan rumah tangga tidak dihitung dalam PDB karena
dianggap tidak berasal dari produksi barang dan jasa.
f. Pajak tak langsung dikurangi subsidi
Pajak ini merupakan pajak penjualan, beacukai, dan biaya lisensi
dikurangi subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah dimana pemerintah tidak
menerima barang dan jasa sebagai imbalannya.
g. Pembayaran transfer bisnis netto
Pembayaran transfer netto oleh bisnis pada pihak lain sehingga menjadi
pendapatan bagi pihak tersebut.
h. Surplus perusahaan pemerintah
Pendapatan ini merupakan pendapatan perusahaan – perusahaan
pemerintah.
Pendapatan nasional adalah pendapatan total negara. Pendapatan nasional
merupakan pendapatan total warga suatu negara, bukan pendapatan penduduk
negara itu, sehingga dalam perhitungannya kita berawal dari PDB sebelum beralih
ke pendapatan nasional bruto (PNB). Dalam menghitung pendapatan nasional
maka susunan yang perlu diperhatikan ialah sebagai berikut:
commit to user
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PDB
§ Plus:
penerimaan pendapatan faktor dari negara lain di dunia
§ Minus: pembayaran pendapatan faktor pada negara lain di dunia
Sama dengan PNB
§ Minus: depresiasi
Sama dengan produk nasional netto (PNN)
§ Minus: perbedaan statistik
Sama dengan Pendapatan Nasional
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam
jangka panjang. terdapat 3 aspek yang perlu diperhatikan di dalamnya yakni
proses, output per kapita dan jangka panjang. pertumbuhan ekonomi merupakan
suatu proses yang menunjukan bagaimana perekonomian berkembang dari tahun
ke tahunnya. Pertumbuhan di setiap negara tentu berbeda, namun meskipun
berbeda secara individual, negara – negara yang berkembang secara pesat
memiliki karakteristik umum mengenai factor pertumbuhannya. Karakteristik
yang dimaksut ialah sebagai berikut:
1.
Sumber daya manusia
Banyak ekonom yang menyebutkan bahwa tenaga kerja merupakan
faktor paling penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Negara
mungkin dapat membeli teknologi canggih, namun tanpa adanya tenaga kerja atau
sumber daya manusia yang dapat menggunakan alat tersebut secara terampil dan
terlatih tentu alat tersebut tidak akan berguna secara optimal. Oleh karena itu perlu
adanya perbaikan dalam berbagai hal kaitannya dengan peningkatan kualitas
tenaga kerja.
commit to user
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Sumber daya alam
Bagi beberapa negara modern, kemajuan yang mereka dapatkan bukan
berasal dari melimpahnya sumber daya alam di negara mereka. Melainkan berasal
dari sektor – sektor yang lebih bergantung pada kualitas tenaga kerja dan modal.
Namun bagi beberapa negara lainnya, sumber daya alam merupakan faktor pokok
pertumbuhan ekonomi. Seperti misalnya negara kecil yang kaya akan sumber
daya alam seperti Hong Kong memiliki volume perdagangan internasional besar
yang dapat menopang pertumbuhan ekonominya.
3.
Pembentukan modal
Modal yang diperlukan dalam pertumbuhan ekonomi juga meliputi
struktur – struktur seperti jalan raya, pembangkit tenaga listrik, peralatan dan
persediaan barang. Pemerintah melakukan investasi yang disebut social overhead
capital, yang terdiri dari proyek skala besar seperti jalan, air, kesehatan
masyarakat dll. Investasi yang dilakukan pemerintah inilah yang menjadi modal
untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi.
4.
Teknologi dan investasi
Penemuan dan kemajuan teknologi yang terus menerus menjadi salah
satu faktor terjadinya peningkatan produktifitas sebuah negara.
Berikut ini dijelaskan teori – teori mengenai pertumbuhan ekonomi yang
dikemukakan oleh para ahli ekonomi dan dibedakan menjadi 2 yakni teori mahzab
klasik dan modern :
1.
Teori mahzab Klasik
a. Adam Smith
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
25
digilib.uns.ac.id
Adam Smith (1723 – 1790) terkenal dengan teori nilainya yaitu teori
yang menyelidiki faktor – faktor yang menentukan nilai atau harga suatu barang.
Dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of the
Nations (1776) sering disebutkan Wealth of Nations yang memiliki makna
bagaimana perekonomian (kapitalis) tumbuh. Menurut Adam Smith terdapat 2
aspek utama dalam pertumbuhan ekonomi, yakni:
1) Pertumbuhan Output (PDB) total
2) Pertumbuhan Penduduk
Dalam menganalisis pertumbuhan output, Adam smith melihat sistem
produksi suatu negara terdiri dari 3 unsur pokok, yakni:
1) Sumber – sumber alam yang tersedia (SDA)
2) Sumber daya manusia (SDM)
3) Stok barang capital yang ada
Menurut Adam smith, sumber daya alam ialah hal yang paling mendasar
dari kegiatan produksi. Jumlah sumber daya alam yang tersedia adalah batas
maksimum pertumbuhan ekonomi suatu negara. Selain dari sumber daya alam,
sumber daya manusia dianggap memiliki peranan yang penting juga terhadap
pertumbuhan ekonomi. Namun dalam proses pertumbuhan output, sumber daya
manusia memiliki peranan yang pasif dimana jumlah penduduk akan
menyesuaikan diri dengan kebutuhan akan tenaga kerja. Artinya berapapun
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi maka akan tersedia
jumlah tenaga kerja yang mengalami peningkatan atau penurunan seiring dengan
berkembangnya populasi penduduk. Selain dari 2 hal tersebut, terdapat stok
commit to user
26
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kapital yang secara aktif menentukan tingkat output. Menurut Adam smith, apa
yang terjadi pada tingkat output tergantung pada apa yang terjadi pada stok kapital
dan laju pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan stok kapital
(Boediono, 1985: 9).
b. David Ricardo
David Ricardo (1772 – 1823) mengembangkan teori pertumbuhan klasik
secara lebih lanjut. Penjabaran yang dilakukan oleh David Ricardo dianggap lebih
tajam dan baik dalam konsepnya dibandingkan dengan Adam smith. Namun
secara keseluruhan kedua ahli ekonomi ini memiliki kesimpulan yang tidak terlalu
berbeda.
Secara umum, penjabaran mengenai pertumbuhan ekonomi yang
dijelaskan oleh David Ricardo masih sama dimana jumlah faktor produksi tidak
dapat bertambah hingga pada akhirnya bertindak sebagai faktor pembatas dalam
proses pertumbuhan suatu masyarakat (Boediono, 1985: 17). Sedangkan
perbedaannya terletak pada penggunaan alat analisa mengenai distribusi
pendapatan.
Perekonomian menurut David Ricardo ditandai oleh ciri - ciri sebagai
berikut:
1) Tanah terbatas jumlahnya
2) Tenaga kerja meningkat atau menurun sesuai dengan tingkat upah di
atas atau di bawah tingkat upah minimum
commit to user
27
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Akumulasi kapital terjadi apabila tingkat keuntungan yang diperoleh
pemilik kapital berada di atas tingkat keuntungan minimal yang
diberlakukan bagi semua yang melakukan investasi
4) Berkembangnya teknologi dari waktu ke waktu
5) Sektor pertanian yang dominan
Dengan
keterbatasan
tanah
maka pertumbuhan
penduduk
akan
menghasilkan produk marginal yang semakin menurun. Hal ini yang dinamakan
hukum produk marginal yang semakin menurun atau The Law of Diminishing
Return. Dimana selama penduduk yang bekerja pada tanah tersebut memilki
jumlah upah di atas tingkat upah minimal, maka penduduk akan terus bertambah
dan hal ini dapat menurunkan produk marginal tenaga kerja hingga selanjutnya
menekan ke bawah tingkat upah kerja. Sebaliknya apabila tingkat upah ternyata
mengalami penurunan hingga di bawah tingkat upah minimum maka jumlah
penduduk akan menurun dan tingkat upah kembali mengalami kenaikan hingga
batas minimum.
The Law of Diminishing Return berbunyi: “apabila salah satu input tetap,
sedangkan input – input lain ditambah penggunaannya maka tambahan output
yang dihasilkan dari setiap unit tambahan input variabel tersebut mula – mula
menaik akan tetapi kemudian mengalami penurunan, apabila input tersebut terus
ditambah” (Boediono, 1985: 18).
2.
Teori Modern
a. Harrord – Domar
commit to user
28
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Teori Harrord – Domar merupakan perkembangan langsung dari teori
makro Keynes jangka pendek yang menjadi satu dengan jangka panjang. Inti yang
dikemukakan dari teori ini ialah aspek yang menyangkut peranan investasi dalam
jangka panjang. Dalam teori Keynes dijelaskan bahwa investasi mempengaruhi
permintaan agregat tetapi tidak mempengaruhi penawaran agregat. Sedangkan
Harrord – Domar melihat kondisi ini dalam perspektif jangka panjang. Menurut
Harrord – Domar, investasi akan mempengaruhi permintaan sekaligus penawaran
agregat melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi.
Laju pertumbuhan natural menurut pandangan Harrord – Domar secara
sederhana ialah presentase pertumbuhan satuan tenaga kerja efisien per tahun,
sebagai isyarat pertumbuhan seimbang maka output dan kapital harus juga
tumbuh dengan laju pertumbuhan yang sama.
b. Solow – Swan
Robert Solow dan Trevor Swan memiliki model pertumbuhan ekonomi
yang sering disebut model pertumbuhan Neo Klasik. Model Solow dan Swan
memusatkan analisisnya pada pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital,
kemajuan teknologi dan output yang saling berinteraksi dalam proses
pertumbuhan ekonomi (Boediono, 1985: 81).
Solow dan Swan menggunakan bentuk fungsi yang lebih mudah
dimanipulasikan secara aljabar. Beberapa anggapan mengenai model Neo Klasik
yaitu:
1) Tenaga kerja mengalami pertumbuhan dengan tingkat laju pertumbuhan
tertentu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29
digilib.uns.ac.id
2) Adanya fungsi produksi yang berlaku bagi setiap periode
3) Adanya kecenderungan untuk menabung oleh masyarakat yang
dinyatakan sebagai proporsi tertentu dari output
4) Seluruh tabungan masyarakat diinvestasikan
Dalam melihat keseimbangan jangka panjang, Solow mengatakan bahwa
kondisi keseimbangan jangka panjang akan tercapai apabila kapital per kapita
mencapai suatu tingkat yang stabil. Selain itu posisi keseimbangan jangka panjang
laju pertumbuhan output juga bisa dilihat dari ciri bahwa output per kapita adalah
konstan dan penduduk tumbuh sesuai dengan yang diasumsikan. Sedangkan
mengenai stabilitas keseimbangan tersebut, Solow dan Swan meyakini bahwa
apabila perekonomian dalam keadaan yang tidak stabil maka akan ada kekuatan –
kekuatan yang cenderung membawa kembali perekonomian tersebut pada posisi
keseimbangan jangka panjang. Solow dan Swan juga melihat tingkat tabungan per
kapita pada posisi keseimbangan adalah konstan. Apabila masyarakat tidak
menabung, maka uangnya akan dikonsumsikan. Itulah sebabnya konsumsi per
kapita juga dianggap konstan pada posisi keseimbangan jangka panjang. Terakhir
berkaitan dengan imbalan yang diterima oleh masing – masing faktor produksi
dimana output total akan habis terbagi antara pemilik kapital dengan pemilik
faktor produksi (Boediono, 1985: 93)
Solow (dalam Khaliq dan Noy, 2007) menyebutkan bahwa dalam
neoklasik kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat diuraikan dari tingkat
pertumbuhan input seperti teknologi, modal, tenaga kerja, aliran masuk FDI atau
dengan memasukan variabel – variabel tambahan ke dalam persamaan seperti
commit to user
impor, ekspor dll. Findlay (dalam Khaliq dan Noy, 2007) mengembangkan model
perpustakaan.uns.ac.id
30
digilib.uns.ac.id
Solow dan berasumsi bahwa tingkat pertumbuhan difusi teknologi adalah fungsi
peningkat FDI. Penambahan modal asing dapat meningkatkan modal dalam
negeri.
Mankiw, Romer and Weil (dalam Khaliq dan Noy, 2007) ikut
memodifikasi model Solow dan berargumen bahwa dengan menghilangkan
akumulasi modal manusia pada model Solow dapat menjadi penyebab biasnya
estimasi dari koefisien simpanan dan pertumbuhan populasi. Mereka meyakini
bahwa variasi pendapatan per kapita dalam setiap negara merupakan fungsi
variasi dari tingkat simpanan, tingkat pertumbuhan populasi dan tingkat
produktifitas tenaga kerja.
II.3
Perekonomian Internasional
Perekonomian dunia saat ini tidak dapat berjalan sendiri, masing –
masing negara memiliki sikap saling ketergantungan satu sama lain.
Perekonomian terbuka merupakan suatu sistem perekonomian yang melakukan
kegiatan ekspor dan impor dengan negara - negara lain di dunia ini. Melakukan
kegiatan perdagangan internasional merupakan kegiatan yang lazim dilakukan
oleh berbagai negara. Namun kepentingan dalam melakukan kegiatan ekspor
impor ini berbeda di setiap negara. Selain melakukan kerja sama dalam hal
perdagangan, berbagai negara juga melakukan kerjasama dalam hal penanaman
investasi atau yang disebut dengan penanaman investasi asing langsung (PMA)
atau dalam bahasa asing disebut Foreign Direct Investment (FDI). Banyak negara
yang menanamkan investasinya ke negara lain untuk memperoleh keuntungan
lebih. Namun hal ini didasari oleh kondisi negara tujuan penerima investasi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
31
digilib.uns.ac.id
karena tentu saja ini akan menjadi pertimbangan yang cukup penting bagi para
investor.
II.3.1
Globalisasi
Globalisasi telah terjadi sejak beberapa abad lalu semenjak negara –
negara Eropa menjelajah ke berbagai belahan dunia dan melakukan penjajahan.
Perkembangan ini telah meningkatkan perpindahan penduduk Eropa ke negara –
negara terjajah, dan melakukan penanaman investasi asing di negara terjajah
bahkan melakukan perdagangan luar negeri atas barang – barang yang berasal dari
negara terjajah.
Globalisasi dapat dikatakan sebagai ketergantungan antar negara dan
warga negaranya. Globalisasi meliputi dimensi politik, sosial, budaya dan
ekonomi. Dalam sektor ekonomi, globalisasi terfokus pada perdagangan
internasional barang dan jasa, meningkatnya pergerakan lintas batas tenaga kerja,
hingga meluasnya aliran keuangan internasional.
Perkembangan yang terjadi hingga saat ini disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya:
1.
Perkembangan politik dunia
2.
Peningkatan praktek perdagangan bebas
3.
Perkembangan perusahaan multinasional
4.
Perkembangan investasi portofolio
5.
Kemajuan teknologi
Umumnya para ahli ekonomi mendukung pentingnya peranan globalisasi
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dunia. Oleh sebab itu, usaha
commit to user
32
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengurangan pajak impor dan pendorong pengaliran investasi sangat ditekankan.
Namun
dalam
pelaksanaannya,
terdapat
kebaikan
dan
keburukan
atas
perkembangan globalisasi yang sangat pesat. Di bawah ini dijelaskan mengenai
kebaikan dan keburukan tersebut menurut Sukirno (2004: 381).
Kebaikan globalisasi diantaranya:
1.
Dapat meningkatkan produksi dunia.
2.
Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara.
3.
Meluaskan pasar untuk hasil produksi dalam negeri.
4.
Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik.
5.
Menyediakan dana tambahan untuk pelaksanaan pembangunan ekonomi.
Sedangkan keburukan dari globalisasi diantaranya:
1.
Menghambat pertumbuhan sektor industri manufaktur.
2.
Memperburuk kondisi neraca pembayaran.
3.
Kondisi sektor keuangan yang semakin tidak stabil.
4.
Memperburuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
II.3.2
Investasi Asing
Investasi ialah pengeluaran atau pembelanjaan atas penanaman modal
atau pengeluaran perusahaan untuk membeli barang – barang modal dan
perlengkapan – perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan dalam
memproduksi barang dan jasa di masa mendatang (Sukirno, 2004: 121). Investasi
merupakan komponen utama kedua pebentuk pengeluaran agregat. Total investasi
commit to user
33
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sosial melibatkan investasi asing, investasi pemerintah dan investasi tidak
berwujud yang merupakan modal manusia dan peningkatan pengetahuan.
Investasi merupakan salah satu unsur PDB yang paling sering mengalami
perubahan ketika pengeluaran atas barang dan jasa turun selama masa resesi,
Sebagian besar penurunan itu berasal dari pengeluaran investasi. Apabila seorang
pengusaha mengeluarkan uangnya untuk membeli barang – barang modal, maka
pengeluaran tersebut dinamakan investasi. Dalam sebuah negara yang menganut
sistem perekonomian terbuka, terdapat tiga sumber utama modal asing yaitu
pinjaman luar negeri (debt), penanaman modal asing langsung (Foreign Direct
Investment), dan investasi portofolio.
Penanaman modal asing langsung (FDI) merupakan investasi yang
dilakukan oleh pihak swasta asing ke suatu negara (Setyowati dkk, 2008).
Sedangkan menurut Krugman (1996: ) foreign direct investment (FDI) ialah arus
modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau
memperluas perusahaannya di negara lain. Oleh karena itu tidak hanya terjadi
perpindahan sumber daya, tapi juga terjadi pemberlakuan kontrol terhadap
perusahaan di luar negeri. Investasi ini bisa dalam bentuk cabang perusahaan
multinasional, anak perusahaan multinasional, lisensi, joint venture atua lainnya.
Dalam ilmu makro ekonomi, investasi memainkan dua peran penting
yakni:
1.
Investasi merupakan komponen pembelanjaan yang besar dan memberikan
pengaruh pada perubahan permintaan dan siklus bisnis.
commit to user
34
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Investasi mengarah pada akumulasi modal. Tambahan akan saham
bangunan dan peralatan memberikan pengaruh terhadap peningkatan
output potensial negara dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Dalam membangun sebuah perekonomian harus dimiliki Social
Overhead Capital yaitu proyek – proyek raksasa yang diperlukan untuk
memperlancar bisnis dan perdagangan seperti jalan raya, rel kereta api, serta
sarana umum lainnya. Dalam hal ini pihak pemerintah dan swasta mengeluarkan
jumlah investasi yang sangat besar.
Teori pertumbuhan endogenous yang ditemukan oleh Romer (dalam
Khaliq dan Noy, 2007) menyebutkan bahwa teori teknologi berubah menjadi teori
proses produksi. Teori pertumbuhan endogenous dibagi menjadi 2 hal penting
yang menunjukan pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertama,
melalui mempengaruhi range produk yang tersedia. Kedua, melalui pengaruh
pada modal pengetahuan yang dapat diperoleh dari penelitian dan pembangunan.
Keynes meyakini bahwa jumlah investasi yang dilakukan oleh pengusaha
salah satunya ditentukan oleh suku bunga. Suku bunga menjadi pertimbangan
bagi para pengusaha untuk melakukan investasi. Tapi disamping itu Keynes
mengakui bahwa terdapat faktor - faktor lain yang menentukan perilaku
pengusaha dalam berinvestasi, yakni keadaan ekonomi saat ini dan masa
mendatang, juga perkembangan teknologi yang kian meluas. Menurut Keynes,
pada umumnya investasi yang dilakukan oleh para pengusaha lebih kecil dari
jumlah tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga pada waktu dicapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh. Oleh karena itu perbelanjaan agregat dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
35
digilib.uns.ac.id
perekonomian jumlahnya lebih rendah dari produksi barang dan jasa pada tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh.
Menurut Samuelson (2004: 138), faktor – faktor yang menentukan
tingkat investasi di suatu perekonomian ialah sebagai berikut:
1.
Pendapatan (revenue)
Investasi bergantung pada tingkat pendapatan (revenue) yang dihasilkan
oleh sebuah aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Beberapa peneliti menemukan
bahwa investasi sangat sensitif terhadap siklus bisnis, oleh karena itu apabila
kondisi bisnis sedang mengalami ketidakstabilan maka investasi akan langsung
terkena dampaknya sehingga bukan tidak mungkin tingkat investasi akan
mengalami penurunan.
2.
Biaya
Penentu selanjutnya yaitu biaya. Dalam menghitung biaya investasi atas
barang – barang yang bertahan lama (bertahun – tahun) akan lebih rumit
dibandingkan dengan menghitung biaya komoditas. Hal ini disebabkan oleh suku
bunga yang harus dibayarkan peminjam untuk mendanai modal dan pajak yang
harus dibayarkan perusahaan atas pendapatan yang mereka terima.
3.
Ekspektasi
Selain 2 hal di atas, investasi juga ditentukan oleh ekspektasi laba dan
kepercayaan bisnis. Investasi merupakan spekulasi terhadap pendapatan (revenue)
di masa mendatang dari suatu investasi yang telah ditanamkan. Keputusan yang
diambil dalam proses investasi merupakan keputusan yang berdasarkan ramalan –
ramalan. Ramalan mengenai masa depan memiliki resiko yang besar, oleh karena
commit to user
36
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
itu perlu berhati – hati dalam melakukan ramalan khususnya yang berkaitan
dengan bisnis.
Bagi negara berkembang seperti Indonesia, dibutuhkan dana yang sangat
besar dalam melaksanakan program pembangunan. Sumber pembiayaan dapat
berasal dari dalam maupun luar negeri. FDI merupakan salah satu alternatif
pembiayaan luar negeri yang dianggap potensial. FDI lebih penting dalam
menjamin kelangsungan pembangunan dibandingkan dengan sumber yang lain
(Panayotou, dalam Sarwedi, 2002).
Perkembangan
zaman
yang
membawa
perkembangan
pada
perekonomian global sebagai dampak dari liberalisasi, privatisasi, inovasi dan
teknologi, mendorong terjadinya pertumbuhan yang positif pada FDI di dunia.
Feldstein (2000) meyakini bahwa sebagai salah satu jenis aliran modal bebas, FDI
memiliki beberapa keunggulan. Pertama, aliran modal tersebut mengurangi resiko
dari kepemilikan modal dengan melakukan diversifikasi melalui investasi. Kedua,
integritas global pasar modal dapat memberikan spread yang baik dalam
pembentukan corporate governance, accounting rules dan legalitas. Ketiga,
mobilitas modal secara global membatasi pemerintah dalam menciptakan
kebijakan yang salah.
Dalam
usaha
untuk
mendorong
pertumbuhan
ekonomi
pada
perekonomian terbuka, maka diperlukan kondisi bisnis yang menarik bagi
investor asing dan dalam negeri. Kebijakan diterapkan dengan tujuan mencapai
tingkat tabungan dan investasi yang tinggi dalam sektor yang produktif dan untuk
memastikan bahwa bisnis dilakukan dengan teknik yang tepat guna. Dalam
commit to user
37
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mencapai tujuan ini, maka dibutuhkan iklim makro ekonomi yang stabil, jaminan
hak milik baik bagi investasi berwujud maupun hak intelektual, memberikan nilai
tukar yang memungkinkan pihak investor memperoleh keuntungan, dan
memelihara kestabilan politik serta perekonmian negara. Iklim makro ekonomi
yang stabil memiliki arti bahwa pajak ada pada tingkat yang masuk akal dan dapat
diprediksi, inflasi rendah sehingga para pemberi pinjaman tidak perlu khawatir
inflasi akan menghabiskan investasi mereka.
Menurut Nasir (2009), terdapat beberapa hal yang dapat ditransfer
melalui kegitan penanaman modal asing langsung (FDI) dan menguntungkan bagi
negara tujuan. Pertama, FDI dapat menguntungkan negara tujuan melalui transfer
langsung teknologi. Kedua, perusahaan domestik di negara tujuan dapat
mengambil pelajaran dari perusahaan FDI melalui efek demonstrasi. Ketiga,
terdapat efek kompetisi dimana perusahaan domestik dapat meningkatkan
efisiensi perusahaan mereka dalam berkompetisi dengan perusahaan FDI.
Terakhir, efek lain dari FDI dapat terjadi melalui perpindahan tenaga kerja
diantara perusahaan. Hal ini dapat terjadi pada pasar kompetisi sempurna dimana
terdapat mobilitas sempurna tenaga kerja.
II.3.3
Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional merupakan salah satu jalan bagi sebuah
negara dalam melakukan pembangunan ekonomi. Beberapa jenis barang yang
dibutuhkan dalam pembangunan berasal dari luar negeri dan ini salah satu alasan
mengapa sebuah negara harus melakukan impor. Dalam memenuhi faktor
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
38
digilib.uns.ac.id
produksi yang dibutuhkan dalam pembangunan, pemerintah hanya memiliki 3
kemungkinan yakni:
1.
Melakukan lebih banyak ekspor untuk meningkatkan impor
2.
Membuat barang produksi dalam negeri untuk menggantikan barang –
barang impor
3.
Memberlakukan transfer internasional dari satu negara ke negara lainnya
untuk keperluan membayar barang impor
Dengan adanya saling ketergantungan dan semakin terbukanya
perekonomian dunia, maka kegiatan perdagangan internasional menjadi semakin
penting peranannya terhadap perekonomian sebuah negara. Perdagangan
internasional sebagai suatu bentuk kegiatan dalam perekonomian memiliki
peranan yang penting dalam usaha peningkatan pendapatan per kapita. Selain itu
perdagangan internasional juga disebut sebagai suatu mekanisme dalam
mewujudkan ketidakseragaman internasional. Melalui berbagai interaksi yang
pada akhirnya meghasilkan kekuatan yang berbeda di tiap negaranya, baik dalam
hal pembangunan maupun pendapatannya.
Berikut ialah beberapa teori yang menjadi dasar dari pelaksanaan
perdagangan internasional :
1.
Teori Keunggulan Komparatif
David Ricardo menyebutkan, meskipun suatu negara mengalami
kerugian absolut atau tidak mempunyai keunggulan absolut dalam memproduksi
barang bila dibandingkan dengan negara lain, maka perdagangan internasional
commit to user
akan saling menguntungkan kedua belah pihak, asalkan negara tersebut masih
perpustakaan.uns.ac.id
39
digilib.uns.ac.id
melakukan spesialisasi produksi terhadap barang yang memiliki harga relatif lebih
rendah dari negara lain. Negara yang dapat menghasilkan barang yang memiliki
harga relatif lebih murah dari negara lain disebut memiliki keunggulan
komparatif.
Keunggulan komparatif menurut David Ricardo ialah keunggulan yang
dimiliki sebuah negara dari melakukan spesialisasi produksi terhadap suatu barang
yang memiliki harga relatif lebih rendah dibandingkan negara lain. Asumsi
mengenai teori Comparative Advantages menurut David Ricardo ialah sebagai
berikut:
a. Hanya ada 2 negara yang melakukan perdagangan internasional
b. Hanya ada 2 barang yang diperdagangkan
c. Masing – masing negara hanya memiliki 2 unit faktor produksi
d. Skala produksi bersifat “constant return to scale”, dimana harga relatif
barang – barang tersebut adalah sama pada berbagai kondisi produksi
e. Berlaku teori nilai tenaga kerja, dimana nilai atau harga dari suatu barang
adalah sama dengan atau dapat dihitung dari jumlah waktu (jam kerja)
tenaga kerja yang dipakai dalam memproduksi barang tersebut
Syarat perdagangan agar menguntungkan kedua belah pihak ialah dengan
menentukan kurs tukar perdagangan yang terletak diantara harga relatif masing –
masing negara yang bersangkutan sebelum dilakukannya perdagangan.
2.
Teori Keunggulan Kompetitif
Inti dari teori ini ialah keunggulan suatu negara di dalam persaingan
commit to user
global selain ditentukan oleh keunggulan komparatif yang dimiliki dan adanya
40
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
proteksi atau bantuan fasilitas dari pemerintah, juga sangat ditentukan oleh
keunggulan kompetitifnya. Keunggulan kompetitif ini tidak hanya dimiliki oleh
suatu negara, tapi juga dimiliki oleh perusahaan – perusahaan negara tersebut
secara individu atau kelompok. Perbedaan lain antara keunggulan komparatif
dengan keunggulan kompetitif ialah bahwa keunggulan kompetitif bersifat lebih
dinamis dengan perubahan - perubahan misalnya teknologi dan sumber daya
manusia (Tambunan, 2001).
Terdapat dua unsur penting dalam perdagangan internasional, pertama
komponen pengeluaran akan ditambah dengan ekspor bersih yang dapat
menambah permintaan agregat dan kedua perekonomian terbuka memiliki
multiplier yang berbeda karena sebagian besar pengeluaran akan mengalir ke
seluruh dunia.
Perdagangan internasional memerikan pengaruh terhadap PDB dengan
cara yang sama dengan investasi atau pengeluaran pemerintah. Apabila ekspor
bersih mengalami peningkatan, maka akan ada kenaikan permintaan agregat untuk
output domestik. Oleh karena itu ekspor bersih memiliki efek multiplier terhadap
output, namun mulitiplier output perekonomian terbuka cenderung lebih kecil
dibandingkan multiplier output pada perekonomian tertutup karena adanya
kebocoran pengeluaran untuk impor.
Perhitungan multiplier pada perekonomian terbuka ialah seperti di bawah
ini:
commit to user
41
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dimana, MPS merupakan marginal propensity to save (kecendrungan
marjinal untuk menabung) dan MPm merupakan marginal propensity to import
(kecendrungan
marjinal
untuk
impor).
Dalam
perekonomian
tertutup,
kecendrungan untuk impor dianggap = 0.
Sistem
perdagangan
terbuka
dapat
mendorong
persaingan
dan
penggunaan teknologi yang lebih tepat. Kebijakan perdagangan dibutuhkan untuk
menjaga agar tarif dan hambatan dalam perdagangan rendah, sehingga negara
dapat memastikan bahwa perusahaan – perusahaan dalam negeri akan terdorong
untuk melakukan kompetisi karena perusahaan asing diijinkan untuk memasuki
pasar dalam negeri ketika para produsen domestik menjual barangnya pada harga
yang tinggi atau memonopoli suatu sektor tertentu.
II.4
Inflasi
Dalam sebuah perekonomian, harga akan terus berubah seiring dengan
perubahan yang terjadi di pasar. Ketika harga mengalami peningkatan, maka
peningkatan tersebut dapat menyebabkan inflasi yang lebih besar atau mungkin
saja tidak. Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga secara keseluruhan.
Sedangkan deflasi ialah penurunan tingkat harga secara keseluruhan.
Dalam menghitung tingkat harga keseluruhan,dapat digunakan beberapa
jenis angka indeks diantaranya GDP deflator, indeks harga konsumen (IHK) dan
indeks harga produsen (IHP). Indeks harga juga dapat digunakan untuk
menghitung inflasi. Diantara ketiga angka indeks tersebut, yang paling sering
digunakan ialah IHK dan IHP. IHK dihitung tiap bulannya oleh biro statistik
dengan menggunakan kelompok yang mewakili “keranjang pasar” yang dibeli tiap
commit to user
42
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bulannya oleh konsumen. Sedangkan IHP ialah ukuran harga yang diterima
produsen untuk produk pada semua tahap proses produksi.
Faktor - faktor yang menjadi penyebab inflasi diantaranya ialah tingkat
pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan dalam memproduksi
barang dan jasa, serta tuntutan akan kenaikan upah para pekerja. Selain dari faktor
tersebut, inflasi juga dapat disebabkan oleh kenaikan harga barang impor, jumlah
uang beredar yang melebihi jumlah produksi dan penawaran barang serta
kekacauan situasi politik dan ekonomi sebagai akibat dari pemerintahan yang
kurang bertanggungjawab. Inflasi memiliki dampak yang buruk terhadap
perekonomian seperti halnya pengangguran karena inflasi dapat menurunkan
tingkat kemakmuran masyarakat. Inflasi yang cenderung lebih tinggi dari
perkiraan akan menguntungkan pihak debitur, sedangkan inflasi yang cenderung
lebih rendah dari perkiraan akan menguntungkan pihak kreditur.
Inflasi terdiri dari inflasi demand-pull yang artinya inflasi yang diawali
oleh peningkatan permintaan agregat dan inflasi cost-push yang artinya inflasi
yang disebabkan oleh peningkatan biaya. Peningkatan biaya produksi dapat
menyebabkan terjadinya stagflasi dalam sebuah perekonomian dimana jumlah
output turun pada saat bersamaan dengan kenaikan harga. Salah satu cara yang
dapat digunakan untuk menghindari hilangnya output yang disebabkan oleh
goncangan biaya ialah dengan cara menaikkan tingkat harga lebih tinggi dari apa
yang terjadi tanpa tindakan kebijakan.
Sama seperti halnya penyakit, inflasi merupakan penyakit dalam
perekonomian yang memiliki tingkat keparahan. Urutan dari tingkatan tersebut
yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1.
43
digilib.uns.ac.id
Inflasi rendah
Inflasi rendah merupakan kenaikan harga secara perlahan dan dapat
diramalkan. Inflasi pada tingkat ini hanya memiliki satu digit angka. Umunya
pada perekonomian yang mengalami inflasi rendah, masyarakat masih percaya
bahwa harga – harga pada barnag dan jasa tidak akan terlalu jauh keluar garis
batas normal.
2.
Inflasi melambung
Inflasi melambung memiliki dua digit angka. Ketika inflasi melambung
secara terus – menerus, maka dapat terjadi distorsi ekonomi. Dalam kondisi
seperti ini maka nilai uang terus tergerus sehingga masyarakat hanya memiliki
sejumlah uang untuk kebutuhan sehari – hari. Selain itu kegiatan di pasar modal
juga memburuk akibat modal yang banyak terbang keluar negeri.
3.
Hiperinflasi
Hiperinflasi memiliki tiga digit angka. Inflasi jenis ini akan sangat
merusak tatanan perekonomian, harga – hraga terus meningkat hingga jutaan
bahkan milyaran rupiah.
Inflasi mungkin saja terjadi karena sistem. Hal ini terjadi apabila harga
meningkat dan menyebabkan biaya produksi semakin meningkat sehingga terjadi
kenaikan harga atas barang – barang yang diproduksi. Namun masyarakat
membentuk ekspektasi mereka atas dasar perilaku penetapan harga sebelumnya.
Hal ini tentu akan membuat perusahaan terus meningkatkan harga barang –
barang yang diproduksinya, sehingga permintaan kemudian menurun.
Ketika ahli ekonomi tidak sependapat dengan target inflasi yang
sesungguhnya, maka sebagian dari ahli ekonomi tersebut mengatakan bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
44
digilib.uns.ac.id
inflasi atau kenaikan harga merupakan angin segar bagi perekonomian. Inflasi
rendah yang dianggap tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi,
bertolak belakang dengan inflasi melambung atau hiperinflasi yang dapat
menimbulkan permasalahan serius pada pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu,
meskipun biaya inflasi terlihat sederhana, Bank Sentral tidak akan mentolenransi
tingkat inflasi yang tinggi. Hal inilah yang menjadi latar belakang dibuatnya target
atau standar tingakt inflasi yang berguna untuk mengekang inflasi dan
memperlambat pertumbuhan output dan menaikan pengangguran (Samuelson,
2004: 390).
II.5
Studi Empirik Sebelumnya
Jayachandran dan Seilan (2010) melakukan studi mengenai hubungan
antara perdagangan, investasi asing langsung (FDI) dan pertumbuhan ekonomi di
India dalam periode 1970 – 2007. Dalam literatur dijelaskan mengenai hubungan
positif antara perdagangan, investasi asing langsung dan pertumbuhan ekonomi.
Dalam teori pertumbuhan ekonomi dapat menstimulasi aliran masuk investasi
asing langsung. Begitu juga sebaliknya, perdagangan dan investasi asing langsung
juga dapat menstimulasi majunya pertumbuhan ekonomi. Studi ini menggunakan
uji kointegrasi dalam melihat hubungan jangka panjangnya dan kausal Granger
dalam melihat hubungan yang terjadi di antara ketiga variabel tersebut. Hasil
kontegrasi menunjukan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang.
Sedangkan hasil dari analisis kausalitas Granger menunjukan bahwa arah
hubungan kausal terjadi dari ekspor ke tingkat pertumbuhan dan tidak ada
hubungan kausal dari investasi asing langsung ke ekspor. Arah hubungan kausal
commit to user
terjadi dari ekspor ke tingkat pertumbuhan dan tidak hubungan kausal dari tingkat
45
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pertumbuhan ke ekspor, dan arah hubungan kausal dari investasi asing langsung
ke tingkat pertumbuhan dan tidak ada hubungan kausal dari tingkat pertumbuhan
ke penanaman modal asing. Dengan kata lain, investasi asing langsung dan ekspor
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Tapi
bagaimanapun tinggi atau rendahnya pertumbuhan ekonomi tidak memiliki efek
terhadap investasi asing langsung dan ekspor di India. Pertumbuhan ekonomi,
perdagangan dan investasi asing langsung memiliki hubungan yang saling
menguatkan dibawah kebijakan pintu terbuka.
Nasir (2009) menganalisis peran investasi asing langsung terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan menggunakan data time series tahun
1971 – 2005. Kerangka ekonometrik yang digunakan dalam analisis ini ialah
kointegrasi dan error correction model (ECM). Hasil regresi menunjukan bahwa
investasi asing langsung memiliki kointegrasi terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia pada periode waktu penelitian. Meskipun demikian, hubungan jangka
panjang diketahui tidak signifikan menurut hasil variasi dari aliran investasi asing
ke Indonesia. Hal ini disebabkan oleh tidak pastinya trend aliran masuk investasi
asing langusng di Indonesia. Terkait dengan aliran masuk investasi asing langsung
di Indonesia, pemerintah dapat mempengaruhi investasi asing langsung melalui
kebijakan moneter dan perdaangan. Di sisi lain, beberapa variabel kontrol
menunjukan hubungan jangka panjang yang signifikan dengan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Aliran investasi asing yang berfluktuasi akan memberikan
dampak pada kinerja perekonomian, kondisi politik dan regulasi investasi di
sebuah negara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
46
digilib.uns.ac.id
Kustituanto (1999) melakukan penelitian mengenai peranan penanaman
modal asing langsung (PMA) terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia
dengan mengunakan pendekatan error correction model (ECM). Dalam penelitian
ini ditemukan bahwa investasi asing langsung (FDI) baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh kecilnya pasar domestik sehingga rate of
return dari modal rendah dan kurang tersedianya fasilitas pendukung seperti
transportasi, tenaga kerja terampil dan teknologi.
Wijeweera (2010) melakukan analisis stochastic frontier mengenai
pertumbuhan ekonomi dan aliran masuk FDI. Penelitian ini meliputi 45 negara
dengan periode 1997 – 2004. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa aliran masuk
FDI memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi hanya karena
peningkatan ketrampilan tenaga kerja, bukan berdasarkan peningkatan efisiensi.
Sedangkan perdagangan terbuka atau internasional dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dalam hal peningkatan efisiensi. Negara miskin dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonominya dengan mengambil langkah – langkah
seperti melakukan pemabatasan pada tingkat korupsinya, meningkatkan
pendidikannya, dan mendorong perkembangan FDI.
Magnus dan Fosu (2008) melakukan analisis kausalitas bivariat antara
aliran masuk FDI dan pertumbuhan ekonomi di Ghana. Hubungan kausalitas
antara FDI dan PDB yang dianalisis dalam penelitian ini merupakan periode
sebelum dan sesudah Structure Adjusment Programme (SAP) yaitu reformasi
kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh Ghana. Penelitian ini juga menjelaskan
commit to user
arah hubungan antara dua variabel berdasarkan uji non-kausalitas Granger. Data
47
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang digunakan merupakan data time series dari 1970 – 2002. Penelitian ini
menemukan bahwa tidak ada hubungan sebab akibat diantara FDI dan
pertumbuhan ekonomi pada total periode sampel sebelum dan sesudah periode
SAP. Namun pada periode setelah SAP, berdasarkan analisis granger terbukti
bahwa FDI berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Khaliq dan Noy (2007) menganalisis investasi asing langsung dan
pertumbuhan ekonomi sebagai bukti empiris dari data sektoral di Indonesia.
Penelitian ini menginvestigasi dampak investasi asing langsung terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia menggunakan data sektoral pada periode 1997
– 2006. Pada level agregat investasi asing langsung memiliki dampak yang positif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketika menguji perbadaan dampak antar sektor,
hasil estimasi menunjukan bahwa komposisi masalah pada investasi asing
langsung memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada level
agregat, investasi asing langsung memiliki hubungan positif signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Namun pada sektor utama, investasi asing langsung
memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil
ini mendukung pernyataan bahwa investasi asing ekstraktif tidak mendorong
pertumbuhan
pemerintah
ekonomi.
untuk
lebih
Banyak
penelitian
memperhatikan
yang
formula
mungkin
kebijakan
menyarankan
yang
akan
memaksimalkan keuntungan aliran masuk investasi asing langsung.
Miankhel dkk (2009) melakukan analisis VAR multivariat mengenai
FDI, ekspor dan pertumbuhan ekonomi di Asia Selatan dan negara berkembang
terpilih. Penelitian ini mengadopsi kerangka time series dari Vector Error
commit to user
Correction Models (VECM) untuk melihat hubungan dinamis antara ekspor, FDI
48
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan PDB untuk 6 negara berkembang (Chile, India, Mexico, Malaysia, Pakistan
dan Thailand).
Masing – masing negara memiliki level pertumbuhan yang
berbeda sehingga kita dapat mengidentifikasi dampak dari ekspor dan FDI
terhadap pertumbuhan ekonomi di setiap level yang berbeda. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa di Asia Selatan terdapat bukti bahwa sesuai dengan hipotesis
ekspor menentukan pertumbuhan. Dalam jangka panjang, diidentifikasikan bahwa
pertumbuhan PDB sebagai faktor umum yang menentukan peningkatan variabel
lainnya seperti ekspor dalam kasus Pakistan dan FDI dalam kasus India. Pada
negara – negara Amerika Latin seperti Mexico dan Chile diketahui bahwa terdapat
perbedaan hubungan jangka pendek tetapi dalam jangka panjang ekspo
rmempengaruhi pertumbuhan FDI dan output. Sedangkan untuk negara – negara
Asian Timur diketahui terdapat hubungan kausal langsung dan tidak langsung
diantara pertumbuhan ekonomi dan FDI di Thailand, dimana untuk Malaysia tidak
ditemukan hubungan diantara kedua variabel tersebut.
Cetinkaya dan Erdogan (2010) melakukan penelitian mengenai hubungan
antara PDB, Impor, dan Ekspor dalam kasus Turki dengan menggunakan metode
analisis VAR. Analisis ini menggunakan data PDB, ekspor dan impor Turki
periode Januari 2002 – Maret 2010. Ketika ketiga data tersebut telah dklasifikasi,
terlihat penurunan pada bulan Oktober 2008 yang merupakan dampak dari
terjadinya
krisis keuangan global. Selama krisis, nilai proporsional impor
menurun lebih cepat dibandingkan dengan nilai ekspornya. Langkah analisisnya
terdiri dari pengujian akar unit, kausalitas granger dan analisis VAR. Dalam
pengujian kausalitas granger, ditentukan bahwa impor adalah alasan dari PDB dan
PDB adalah alasan dari ekspor. Disini juga ditentukan bahwa terdapat hubungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49
digilib.uns.ac.id
kausalitas mutual diantara ekspor dan impor. Hasil dari analisis ini menunjukan
bahwa impor penting bagi pertumbuhan dan peningkatan volume ekspor akan
meningkatkan pertumbuhan sebuah negara. Berdasarkan penelitian ini, terlihat
bahwa perubahan yang terjadi pada PDB, ekspor dan impor selalu terjadi pada
periode yang sama meskipun proporsi perubahannya berbeda.
Lee (2010) menganalisis interaksi dinamis jangka pendek dan jangka
panjang antara ekspor, impor dan pendapatan di Pakistan menggunakan Granger
Causality. Melalui analisis ini dapat ditemukan bukti pendukung hipotesis yang
menjelaskan hubungan timbal balik antara ekspor dengan pertumbuhan ekonomi
dan juga impor dengan pertumbuhan ekonomi. Namun sebaliknya tidak
ditemukan bukti pendukung hipotesis yang menjelaskan hubungan jangka panjang
antara ekspor maupun impor dengan pertunbuhan ekonomi. Secara statistik ekspor
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap impor dalam jangka panjang.
Namun koefisien jangka panjang PDB tidak signifikan secara statistik, hal ini
menunjukan bahwa PDB tidak mempengaruhi impor dalam jangka panjang. Studi
ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan langsung jangka pendek diantara PDB
dan ekspor. Awalnya ekspor memberikan pengaruh terhadap impor dan impor
mempengaruhi pendapatan. Secara umum studi ini meyakinkan bahwa ekspor dan
impor memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, melihat
ekspor dan impor memiliki hubungan langsung dan tidak langsung terhadap
pendapatan Pakistan.
Gylfason (1998) melakukan analisis mengenai ekspor, inflasi dan
pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan data cross section yang
commit to user
meliputi 160 negara pada periode tahun 1985 – 1994. Hasil dari analisis ini
50
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyatakan bahwa pada periode 1985 – 1994 tingkat inflasi yang tinggi dan
melimpahnya sumber daya alam mengakibatkan ekspor dan pertumbuhan yang
rendah. Menurut teori ekonomi dan pendapat ahli, seperti yang telah diketahui
bahwa ekspor, investasi dan pendidikan adalah sumber potensial yang penting
dalam pertumbuhan ekonomi (World Bank, dalam Gylfason, 1994). Meskipun
demikian, negara - negara kecil umumnya mengekspor lebih output mereka
dibandingkan dengan negara – negara besar tanpa perlu tumbuh dengan cepat,
cateris paribus.
Gokal dan Hanif (2004) melakukan analisis mengenai hubungan antara
inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan teori ekonomi
klasik mengenai teori sisi penawaran. Dimana menekankan pentingnya dorongan
untuk menabung dan berinvestasi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
nasional. Teori Keynessian memiliki kerangka AD-AS, model yang lebih luas
menjelaskan hubungan antara inflasi dan pertumbuhan. Dalam kasus di Fiji,
dilakukan
pendekatan
regresi
analog
untuk
mengidentifikasi
variabel
makroekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan. Penelitian ini menjelaskan
bahwa terjadi hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi sesuai dengan
teori dan literatur empiris. Selain menjelaskan mengenai hubungan antara inflasi
dan pertumbuhan ekonomi, penelitian ini juga menjelaskan untungnya menjaga
stabilitas harga. Dalam menanggulangi masalah inflasi, dibutuhkan konsistensi
dalam menjaga kebijakan moneter dengan tingkat inflasi rendah dan ekspektasi
inflasi.
Iqbal dan Nawaz (2009) melakukan penelitian mengenai dampak inflasi
commit to user
terhadap pertumbuhan ekonomi dan hubungan non linier antara inflasi dan
perpustakaan.uns.ac.id
51
digilib.uns.ac.id
investasi di Pakistan. Penelitian ini menggunakan data time series periode 1961 –
2008. Inflasi dibagi menjadi 2 batas yakni 6% dan 11%. Inflasi dengan batas
pertama (6%) berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Inflasi dengan batas 6% - 11% atau diantara kedua batas yang telah ditentukan
berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Terkahir inflasi
dengan batas kedua (11%) berpengarh negatif signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Dalam melihat hubungan non linier antara inflasi dan investasi,
digunakan batas inflasi 7%. Hasil analisis menunjukan tingkat inflasi di bawah
7% memiliki pengaruh positif tapi tidak signifikan, sementara dengan tingkat
inflasi di atas 7% diketahui bahwa inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap
investasi. Penemuan tersebut menyediakan beberapa saran mengenai kebijakan
yang harus diambil, salah satunya yaitu dengan menjaga nilai inflasi untuk tetap di
bawah 6% dan Bank Sentral diharuskan fokus pada kebijakan tersebut sehingga
tercipta pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Kogid dkk (2010) melakukan analisis mengenai faktor determinan dari
pertumbuhan ekonomi di Malaysia dengan menggunakan kointegrasi multivariat
dan analisis kausalitas. Penelitian ini menganalisis faktor – faktor yang
menstimulasi dan menjaga pertumbuhan ekonomi. Faktor determinan yang
dimaksut yaitu pengeluaran konsumsi, pengeluaran pemerintah, ekspor, nilai
tukar, dan penanaman modal asing langsung di Malaysia tahun 1970 sampai
dengan 2007. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa penelitian ini menggunakan
analisis kointegrasi dan pendekatan kausalitas oleh Johansen dan ECM untuk
menganalisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan faktor determinan
yang telah disebutkan di atas. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
52
digilib.uns.ac.id
kointegrasi jangka panjang dan hubungan sebab akibat jangka pendek antara
pertumbuhan ekonomi dengan faktor determinan. Berdasarkan tes individual
hanya pengeluaran konsumsi dan ekspor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi, sedangkan faktor determinan lainnya tidak memiliki pengaruh yang
besar. Studi ini menekankan bahwa pengeluaran konsumsi dan ekspor berperan
penting sebagai faktor determinan bagi pertumbuhan ekonomi di Malaysia.
II.6
Hubungan antar Variabel
II.6.1
FDI terhadap Perekonomian
Investasi riil dapat dibedakan menjadi 2 yaitu investasi bruto dan
investasi netto, investasi pemerintah dan investasi swasta serta investasi domestik
dan investasi asing. Pengaruh investasi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi
merupakan aspek penting bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia.
Foreign Direct Investment (FDI) dinilai merupakan cara yang lebih efektif untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Melalui FDI modal asing dapat
memberikan peranannya terhadap pembangunan nasional. Oleh sebab itu, negara
berkembang seperti Indonesia berusaha memberikan insentif kepada para investor
asing yang masuk dalam bentuk FDI. Di sisi lain, negara investor juga
memberikan insentif kepada sektor swasta berupa insentif pajak, jaminan dan
asuransi atas investasi untuk mendorong FDI ke negara – negara berkembang.
Melalui kegiatan investasi, masyarakat dimungkinkan untuk dapat terus
meningkatkan kegiatan ekonominya melalui penyerapan tenaga kerja, sehingga
dapat meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf hidup
commit
to user ialah sebagai berikut:
masyarakat. Aspek penting pengadaan
investasi
53
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
Meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional yang diikuti
dengan penambahan kesempatan kerja
2.
Pertambahan barang modal yang dapat dimanfaatkan dalam proses
produksi di masa mendatang
3.
Investasi selalu diikuti dengan perkembangan teknologi
Hal – hal tersebutlah yang kemudian dapat meningkatkan kegiatan
ekonomi melalui peningkatan produksi sehingga pendapatan per kapita pun akan
mengalami peningkatan (Sukirno, 2004: 121). Hubungan FDI dan pertumbuhan
jelas diidentifikasi pada model pertumbuhan neoklasik. Model pertumbuhan
neoklasik menganggap bahwa kemajuan teknologi dan tenaga kerja adalah
eksogen dan berargumen bahwa FDI meningkatkan tingkat pendapatan hanya
pada jangka pendek. Pertumbuhan jangka panjang hanya dapat ditingkatkan
melalui teknologi dan pertumbuhan populasi (Solow, dalam Miankhel dkk, 2009).
II.6.2
Inflasi terhadap Perekonomian
Seperti yang terjadi pada negara - negara berkembang lainnya, inflasi di
Indonesia merupakan salah satu dari berbagai penyakit ekonomi makro yang
sangat
meresahkan.
Pada
umunya
pemerintah
Indonesia
lebih
sering
menggunakan instrumen moneter sebagai alat untuk meredam inflasi. Namun
perlu diingat bahwa instrumen moneter lebih banyak dipakai untuk jangka
pendek. Jadi apabila instrumen ini terus digunakan di negara berkembang, maka
dapat diperkirakan bahwa pendekatan ini tidak akan mampu mengatasi masalah
inflasi yang notabennya bersifat jangka panjang.
commit to user
54
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Inflasi juga merupakan hambatan struktural dalam perekonomian di
Indonesia yang belum sepenuhnya dapat diatasi. Apabila mau menghilangkan
hambatan struktural tersebut, maka mau tidak mau pemerintah harus memberikan
perhatiannya terhadap pembangunan ekonomi khususnya di sektor riil. Dengan
melakukan pembenahan di sektor riil secara tepat, maka kekuatan fundamental
perekonomian Indonesia dapat diperkokoh.
Inflasi yang tinggi merupakan gejala dari permasalahan pengaturan
ekonomi, ketidaksempurnaan institusi, dan faktor lainnya yang bersama – sama
memperburuk keadaan ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Inflasi yang tinggi bisa
memperlambat ekspor dan pertumbuhan melalui satu atau banyak hal (Gylfason,
1998).
II.6.3
Ekspor terhadap perekonomian
Perdagangan internasional memungkinkan negara – negara bergerak
melebihi keterbatasan sumber daya dan kendala atas produksi yang sebelumnya
terjadi. Ketika negara – negara melakukan spesialisasi dan memproduksi barang
yang
memiliki
keunggulan
komparatif,
maka
negara
tersebut
dapat
memaksimalkan kombinasi output mereka dan mengalokasikan sumber daya
mereka secara lebih efisien.
Fungsi penting dari kegiatan ekspor ialah untuk memperoleh keuntungan
dan meningkatkan pendapatan nasional yang pada akhirnya menaikkan jumlah
output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi,
maka tingkat kemiskinan dapat diatasi secara perlahan dan pembangunan ekonomi
commit
dapat terus ditingkatkan (Jhingan,
1996:to).user
Ekspor yang lebih besar dari impor
55
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akan meningkatkan pendapatan negara, sebaliknya apabila ekspor lebih kecil dari
impor maka pendapatan negara akan berkurang. Itulah gambaran dari hubungan
positif negatif ekspor terhadap perekonomian secara umum.
Ekspor akan mendorong pertumbuhan suatu negara dengan memperbesar
kapasitas konsumsi suatu negara dan meningkatkan output dunia, serta
menyajikan akses ke sumber daya yang langka dan pasar internasional yang
potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa adanya produk – produk
tersebut, maka negara – negara miskin tidak akan mampu mengembangkan
kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya.
Peningkatan ekspor menyebabkan peningkatan pada jumlah faktor
produksi karena terjadi increasing return to scale dimana kenaikan output lebih
besar daripada kenaikan input yang menyebabkan tingkat return to scale
meningkat, hal ini disebabkan karena peningkatan ekspor menunjukan bahwa
perusahaan melayani pasar asing yang lebih besar (Makki dan Somwaru, dalam
Miankhel, 2004).
II.7
Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini dijelaskan mengenai perekonomian Indonesia secara
umum beserta permasalahannya baik yang berasal dari sektor internal maupun
sektor eksternal. Dimana permasalahan tersebut akan memberikan dampak
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Indikator ekonomi
yang difokuskan untuk dianalisis dalam penelitian ini ialah mengenai pengaruh
inflasi, ekspor dan penanaman modal asing langsung terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
commit to user
56
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Inflasi
Investasi Asing Langsung
Ekspor
GDP
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
II.8
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran serta uraian dan tujuan yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian yang akan
dibuktikan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut :
1.
Diduga investasi asing langsung (FDI) berpengaruh positif terhadap
perekonomian Indonesia periode tahun 1981 - 2010.
2.
Diduga inflasi berpengaruh negatif terhadap perekonomian Indonesia
periode tahun 1981 – 2010.
3.
Diduga ekspor berpengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia
periode tahun 1981 – 2010.
commit to user
57
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini ialah ekonomi makro terbuka, dimana yang
menjadi pembahasan merupakan permasalahan ekonomi yang tidak hanya berasal
dari dalam negeri namun juga dari pihak asing atau luar negeri. Penelitian ini
menganalisis seberapa besar pengaruh investasi asing langsung (FDI), inflasi dan
ekspor terhadap perekonomian di Indonesia. Penelitian ini bersifat kuantitatif
dengan menggunakan data sekunder runtut waktu (time series) tahunan periode
tahun 1981 – 2010.
III.2
Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang bersifat runtut waktu (time series). Objek yang dibahas dalam penelitian ini
ialah Indonesia dimana indikator ekonomi yang diangkat menjadi variabel yaitu
investasi asing langsung (FDI), inflasi, ekspor dan perekonomian Indonesia yang
ditunjukan dengan PDB. Data tahunan dari periode 1981 - 2010 tersebut didapat
dari berbagai sumber. Adapun sumber dari data – data tersebut tersaji di bawah
ini:
Tabel 3.1 Data dan Sumbernya
No Data
Sumber
1
Perekonomian Indonesia (PDB)
World Bank
2
Investasi Asing Langsung (FDI)
World Bank
3
Inflasi (INF)
IMF
4
Ekspor (X)
commit to user
World Bank
58
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
III.3
Definisi Operasional Variabel
III.3.1 Perekonomian Indonesia
Perekonomian sebuah negara dapat dilihat dari jumlah produk domestik
bruto (PDB) atau dalam bahasa asing disebut gross domestic product (GDP). PDB
yang digunakan merupakan PDB menurut harga konstan dengan tahun dasar
2000. Pengertian dari PDB menurut harga konstan itu sendiri ialah nilai barang
dan jasa yang diproduksi oleh sebuah negara dan dihitung berdasarkan tahun dasar
tertentu. Data disajikan dalam satuan US$. Hal ini menunjukan bahwa data telah
dikonversikan dari mata uang dalam negeri menggunakan exchange rates pada
tahun yang sama dengan berlakunya nilai PDB tersebut. Rumus yang digunakan
untuk menghitung PDB dengan menggunakan pendekatan pengeluaran ialah
sebagai berikut:
PDB = C + I + G+ (X – M)
Dimana :
PDB
= nilai semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara
C
= pengeluaran rumah tangga
I
= investasi
G
= pengeluaran pemerintah
X
= ekspor
I
= impor
commit to user
(3.1)
59
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
III.3.2 Inflasi
Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga secara umum dan terus
menerus. Dalam penelitian ini data yang digunakan sebagai variabel inflasi yaitu
indeks harga konsumen (IHK) dengan tahun dasar 2000 sebagai acuannya.
Indikator yang sering digunakan untuk menghitung inflasi yaitu indeks harga
konsumen (IHK). Dimana perubahan indeks harga konsumen (IHK) dari waktu
ke waktu mengambarkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
masyarakat. Rumus menghitung inflasi menggunakan IHK ialah sebagai berikut:
(3.2)
Dimana:
IHKt = Indeks Harga Konsumen pada tahun t
IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen pada tahun t-1
III.3.3 Investasi Asing Langsung (FDI)
Investasi asing langsung (FDI) merupakan salah satu alternatif
pembiayaan yang berasal dari luar negeri. Menurut sebagian pengamat, FDI ini
merupakan sumber pembiayaan luar negeri yang paling potensial. FDI adalah
aliran masuk bersih investasi asing di sebuah perusahaan yang beroperasi dalam
perekonomian sebuah negara. Data FDI yang digunakan pada penelitian ini
merupakan data tahunan dengan satuan US$.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
60
digilib.uns.ac.id
III.3.4 Ekspor
Ekspor dapat diartikan menjual barang produksi dalam negeri di pasar
internasional. Kegiatan ini dapat menghasilkan pendapatan bagi negara
pengekspor. Pendapatan tersebut merupakan salah satu indikator ekonomi yang
dapat meningkatkan PDB negara pengekspor tersebut. Ekspor bisa bersifat positif
maupun negatif. Apabila nilai ekspor lebih besar daripada impor maka ekspor
bersifat positif. Sebaliknya apabila nilai ekspor lebih kecil daripada impor maka
ekspor bersifat negatif. Nilai ekspor inilah yang mempengaruhi kondisi neraca
perdagangan. Data ekspor yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
tahunan dengan satuan US$.
III.4
Metode Analsis Data
III.4.1 Uji Pemilihan Fungsi Model Empiris
Pemilihan fungsi model empiris dibutuhkan dalam sebuah penelitian
karena teori ekonomi tidak sepenuhnya menjelaskan bagaimana sebaiknya fungsi
model empiris yang digunakan. Bentuk fungsi model empiris terdiri dari bentuk
linier, log linier atau bentuk lainnya. Meskipun bentuk log linier dianggap lebih
dapat mengurangi tingkat variasi data yang akan digunakan, namun uji pemilihan
fungsi model empiris tetap harus dilakukan agar model yang dipilih sesuai dengan
jenis penelitian yang sedang dikerjakan.
Terdapat beberapa jenis metode yang dapat digunakan dalam pengujian
model, diantaranya Box Cox, metode yang dikembangkan oleh MacKinnon,
White dan Davidson atau yang lebih dikenal dengan MWD test, metode Bara dan
commit to user
McAleer atau yang biasa disebut dengan B-M test dan metode yang
61
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dikembangkan oleh Zarembka pada tahun 1968 (Rahayu, 2007: 80). Pada
penelitian ini akan digunakan MacKinnon, White dan Davidson atau MWD test
untuk memilih fungsi model empiris yang paling tepat.
Dalam penggunaan MWD test, langkah awal yang harus dikerjakan yaitu
dengan membuat dua model regresi seperti berikut:
1.
ECM linier berganda
DPDBt = β0 + β1 DFDIt + β2 DINFt + β3 DXt +β4 et
(3.3)
Dimana:
2.
DPDB
= PDBt – PDBt-1
DFDI
= FDIt – FDIt-1
DINF
= INFt – INFt-1
DX
= Xt – Xt-1
et
= error term
ECM log linier
DLPDBt = β0 + β1 DLFDIt + β2 DINFt + β3 DLXt +β4 et
(3.4)
Dimana:
DLPDB
= LPDBt – LPDBt-1
DLFDI
= LFDIt – LFDIt-1
DINF
= INFt – INFt-1
DLX
= LXt – LXt-1
et
= error term
Dari persamaan (3.3) dan (3.4) tersebut kemudian mulai dilakukan
pengujian model melalui langkah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1.
62
digilib.uns.ac.id
Meregresi persamaan (3.3) kemudian didapat nilai fitted dari PDB yang
diberinama PDBF.
2.
Meregresi persamaan (3.4) kemudian didapat nilai fitted dari LPDB yang
diberinama LPDBF.
3.
Kemudian mencari nili Z1 dengan mengurangkan nilai log dari PDBF
dengan LPDBF.
4.
Kemudian mencari nilai Z2 dengan mengurangkan nilai antilog LPDBF
dengan PDBF.
5.
Meregresi persamaan (3.3) yang telah ditambahkan variabel Z1 sebagai
variabel penjelas.
DPDBt = β0 + β1 DFDIt + β2 DINFt + β3 DXt +β4 et +Z1
(3.5)
Apabila Z1 signifikan secara statistik, maka H0 (model linier) ditolak.
Sedangkan apabila Z2 tidak signifikan secara statistik, maka H0 (model
linier) diterima.
6.
Meregresi persamaan (3.4) yang telah ditambahkan variabel Z2 sebagai
variabel penjelas.
DLPDBt = β0 + β1 DLFDIt + β2 DINFt + β3 DLXt +β4 et + Z2
(3.6)
Apabila Z2 signifikan secara statistik, maka Ha (model log-linier) ditolak.
Sedangkan apabila Z2 tidak signifikan secara statistik, maka Ha (model
log-linier) diterima.
III.4.2 Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas merupakan uji awal terhadap variabel – variabel yang
digunakan dalam penelitian. Uji ini dilakukan untuk melihat stasioner atau
commit to user
tidaknya variabel – variabel yang digunakan di dalam model. Sebuah variabel
perpustakaan.uns.ac.id
63
digilib.uns.ac.id
dikatakan stasioner apabila nilai hitung mutlaknya lebih besar dari nilai kritis
mutlaknya. Uji stasioneritas meliputi 2 bagian pengujian, yang pertama ialah uji
akar unit (unit root test). Uji ini dilakukan pada setiap variabel secara individual
pada ordo 0 atau tingkat level. Pengujian yang kedua yaitu uji derajat integrasi
(integration test). Uji ini dilakukan pada setiap variabel secara individual dimulai
pada ordo 1 atau tingkat 1st difference. Apabila variabel telah stasioner pada ordo
1 atau tingkat 1st difference, maka dapat diketahui derajat integrasinya berada
pada ordo 1 atau tingkat 1st difference. Namun apabila variabel belum stasioner
pada ordo 1 atau tingkat 1st difference, maka pengujian terus dilakukan pada
tingkat selanjutnya sampai variabel tersebut stasioner.
III.4.2.1 Uji Akar Unit (Unit Root Test)
Salah satu yang menjadi karakteristik dari data time series untuk variabel
– variabel ekonomi umumnya memiliki tren atau bersifat tidak stasioner karena
nilai rata – ratanya yang cenderung berubah. Regresi yang menggunakan data
tidak stasioner pada umumnya akan menghasilkan regresi yang lancung (spurious
regression) ditandai dengan nilai t-statistik dan koefisien determinasi (R-squares)
yang tinggi tetapi nilai dw-nya rendah (di bawah 0,5). Dengan menggunakan data
yang tidak stasioner maka hasil yang didapatkan bukan lagi distribusi yang kita
kenal (t dan F). Dengan demikian tidak dapat dilakukan metode klasik seperti
biasa. Oleh karena itu sangat dibutuhkan data yang stasioner demi menunjang
keabsahan secara statistik variabel – variabel yang akan dianalisis.
Pengujian ini penting dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
digunakan stasioner (non-stochastic) atau tidak stasioner (memiliki stochastic
commit to user
64
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
trend). Jika diketahui stasioner maka tidak ada akar – akar unit, sebaliknya jika
diketahui tidak stasioner maka ada akar – akar unit.
Secara statistik, sebuah data time series dikatakan stasioner apabila
memiliki rata – rata, varian dan kovarian dari seluruh variabel tersebut tidak
dipengaruhi oleh waktu. Dalam menguji akar – akar unit dapat dilakukan dengan
menggunakan metode uji akar unit Dickey-Fuller (DF). Dalam uji akar unit yang
menggunakan pendekatan Dickey-Fuller (DF) maka disarankan untuk melakukan
regresi berikut ini:
(3.7)
(3.8)
(3.9)
Dengan menambahkan variabel
sebagai variabel
penjelas (independen) pada persamaan (3.7), (3.8) dan (3.9) maka diperoleh
pengujian di atas dengan menggunakan pendekatan Augmented Dickey-Fuller
(ADF) sehingga menjadi:
(3.10)
(3.11)
(3.12)
Dimana:
= variabel yang diamati
commit to user
65
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
= tren
= jumlah lag optimal yang bisa menggunkan kriteria SIC (Schwarz
Information Criteria)
= error term.
Nilai t-statistik dari koefisien
dikenal sebagai
(tau test) dari
ADF-test. Nilai ini yang kemudian di bandingkan dengan nilai absolut ADF-tabel.
Jika lebih besar maka signifikan atau dapat diartikan bahwa tidak terdapat akar –
akar unit (stasioner), sebaliknya jika lebih lebih kecil maka tidak signifikan atau
dapat diartikan bahwa terdapat akar –akar unit (tidak stasioner).
III.4.2.2 Uji Derajat Integrasi (Integration Test)
Uji derajat integrasi (integration test) dilakukan untuk
melihat pada
derajat ke berapa variabel yang digunakan dalam penelitian akan stasioner.
Pengujian ini merupakan kelanjutan dari pengujian sebelumnya yaitu uji akar unit
(unit root test). Apabila diketahui bahwa variabel yang diamati belum stasioner
pada pengujian sebelumnya, maka dilakukan pengujian ini hingga ditemukan pada
derajat ke berapa variabel tersebut stasioner.
III.4.3 Uji Kointegrasi
Beberapa macam metode dapat digunakan untuk mengidentifikasi ada
tidaknya hubungan kointegrasi di antara variabel. Termasuk diantaranya yaitu Uji
Engel-Granger atau uji Augmented Engle-Granger dan Johansen Cointegration
Test. Uji Engel-Granger digunakan untuk model yang memiliki dari satu
commit to user
66
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
persamaan saja. Sedangkan Johansen Cointegration Test lebih cocok digunakan
pada pengujian yang memiliki lebih dari satu persamaan.
Hubungan kointegrasi terjadi apabila dua atau lebih variabel diketahui
memiliki hubungan atau keseimbangan jangka panjang. Kointegrasi dapat
dilakukan jika variabel terikat stasioner pada derajat yang sama dengan satu
variabel bebas. Terkadang dapat dijumpai dua variabel yang masing – masing
tidak stasioner, tetapi kombinasi liniear di antara dua variabel tersebut merupakan
time series yang stasioner. Kombinasi liniear dari dua atau lebih variabel bisa
stasioner, meskipun secara individual variabel – variabel tersebut tidak stasioner.
Persamaan kointegrasi dari variabel dalam penelitian ini ialah:
(3.13)
Dimana:
LPDBt
= pendapatan nasional konstan pada tahun t
LFDIt
= investasi asing langsung pada tahun t
INFt
= tingkat inflasi pada tahun t
LXt
= ekspor pada tahun t
β0
= konstanta
= residual
= periode waktu (tahun t)
Metode kointegrasi Engle-Granger menggunakan dua tahap Augmented
Dickey-Fuller (ADF).
commit to user
Pertama, variabel dalam level diuji secara individual
perpustakaan.uns.ac.id
67
digilib.uns.ac.id
menggunakan metode ADF dan pada umumnya variabel – variabel tersebut tidak
stasioner. Kedua, variabel dependen diregresi dengan variabel penjelasnya dan
kemudian dilakukan pengujian terhadap residual regresi tersebut. Berikut model
Augmented Engle-Granger (AEG):
(3.14)
Dimana:
= residual dari persamaan (3.13)
= lag optimal dari variabel dependent
= error term
Kemudian hasil t-ADF dibandingkan dengan nilai – nilai kritis
MacKinnon untuk menguji apakah model tersebut terkointegrasi atau tidak
terkointegrasi.
III.4.4 Error Correction Model-Engle Granger (ECM-EG)
Dalam penelitian yang menggunakan jenis data time series, pembuatan
model dinamis sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini berkaitan dengan
pembuatan model dari suatu sistem ekonomi dan hubungannya dengan perubahan
waktu. Analisis dinamis meliputi deskripsi variabel endogen sebagai fungsi dari
himpunan variabel eksogen periode tahun berlaku, masa lalu dan masa mendatang
(Insukindro: 1992). Penurunan dan isu statistik merupakan dua hal penting
kaitannya dengan model dinamis. Penurunan model dinamis dapat dilakukan
dengan beberapa cara, salah satunya yaitu dengan pendekatan fungsi biaya
commit to user
68
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kuadrat (quadratic cost function). Pendekatan fungsi biaya kuadrat (quadratic cost
function) dapat menghasilkan beberapa model dinamis, salah satunya model
koreksi kesalahan (Error Correction Model) ynag akan digunakan dalam
penelitian kali ini. Sedangkan isu stastistik dalam model dinamis, khususnya yang
menggunakan pendekatan kountegrasi
juga penting untuk diperhatikan agar
terhindar dari regresi yang lancung.
Dalam menggunakan Error Correction Model (ECM) maka dibutuhkan
variabel – variabel yang stasioner dan terkointegrasi. Oleh karena itu pengujian
sebelumnya, yaitu uji akar unit (unit root test), uji derajat integrasi (integration
test) dan uji kointegrasi (cointegration test) diperlukan. Model time series yang
telah tekointegrasi akan mengalami keseimbangan jangka panjang. Namun untuk
jangka pendek, terjadinya ketidakseimbangan masih mungkin terjadi yang
disebabkan oleh adanya error term. ECM merupakan metode yang dapat
digunakan untuk mengkoreksi ketidakseimbangan jangka pendek menuju
keseimbangan jangka panjang tersebut. ECM merupakan bentuk dari VAR yang
terestriksi. Restriksi ini tidak hanya terjadi karena adanya error term namun juga
karena variabel – variabel yang digunakan tidak stasioner secara individual.
Keunggulan dari penggunaan ECM selain dapat melihat pengaruh dari
jangka pendek dan jangka panjang sekaligus, yaitu bahwa hasil persamaannya
berada pada tingkat first difference, oleh karena itu model yang digunakan
terhindar dari masalah spurious regression. Tidak seperti persamaan first
difference sederhana, ECM dapat memberikan banyak informasi jangka oanjang
dari data yang tersedia.
commit to user
69
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ECM dianggap relatif lebih unggul jika dibandingkan dengan Partial
Adjusmnet Model (PAM) karena kemampuan ECM yang meliputi lebih banyak
variabel dalam menganalisis fenomena ekonomi baik jangka pendek maupun
jangka panjang serta ECM dapat mengkaji konsisten atau tidaknya model empirik
dengan teori ekonomi (Insukindro, 1999). Terlebih lagi, ECM dilengkapi dengan
upaya dalam menyelesaikan permasalahan terhadap persoalan yang dihadapi oleh
data runtut waktu (time series).
Kelebihan lain dari formula ECM ialah model telah ditentukan dengan
benar, dimana ketidakseimbangan error stasioner. Kita dapat menghitung R2
dengan aman tanpa takut terjadi masalah spurious correlation. Tidak ada alasan
akan terjadinya masalah autokorelasi pada persamaan. Di dalam ECM juga sudah
terdapat parameter untuk jangka panjang dan jangka pendek seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Pemisahan yang jelas antara parameter jangka panjang
dan jangka pendek dalam ECM menjadikan ini alat yang tepat untuk menilai
validitas dari implikasi teori jangka panjang. Selain itu, variabel dalam ECM
dengan representasi setara normalnya kurang berkorelasi tinggi. Faktanya variabel
tersebut cenderung orthogonal, itulah mengapa korelasi diantara variabel tersebut
sering mendekati nol.
ECM yang digunakan pada penelitian kali ini ialah ECM-Engle Granger.
Pada prinsipnya teori ini mengatakan bahwa variabel – variabel yang diamati
membentuk suatu himpunan variabel yang terkointegrasi. Sebuah model dikatakan
sahih apabila variabel – variabelnya terkointegrasi dan menghasilkan residual
yang stasioner. Setelah melalui pengujian kointegrasi, kemudian persamaan (3.13)
commit to user
70
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diregresi kembali dengan menambahkan variabel ECT1 menjadi persamaan di
bawah ini:
DLPDB = β0 + β1 DLFDI + β2 DINF + β3 DLX + ECT1
(3.15)
Dimana:
DLPDB
= Pertumbuhan ekonomi yang ditunjukan oleh PDB
DLFDI
= Jumlah investasi asing langsung di Indonesia
DINF
= Tingkat inflasi tahunan
DLX
= Jumlah ekspor yang dilakukan Indonesia
β0
= Konstanta
β1
= Koefisien jangka pendek penanaman modal asing langsung
β2
= Koefisien jangka pendek tingkat inflasi
β3
= Koefisien jangka pendek ekspor
ECT1
= LFDIt-1 + INFt-1 + LXt-1 – LPDBt-1
commit to user
71
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
IV.1
Deskripsi Perkembangan Variabel
IV.1.1 Perkembangan Variabel PDB
PDB merupakan nilai keseluruhan pembelanjaan barang dan jasa dalam
perekonomian di suatu negara dalam setahun. Komponen dalam PDB meliputi
konsumsi rumah tangga, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor netto
(ekspor – impor). Ukuran perekonomian sebuah negara dapat dilihat dari nilai
PDB yang mewakili pembelanjan negara tersebut selama satu tahun. Oleh karena
itu, dalam penelitian ini PDB dijadikan indikator dalam melihat perekonomian
Indonesia. Variabel PDB yang digunakan dalam penelitian ini memiliki satuan
US$, kemudian di log (L) sehingga memiliki satuan yang sama dengan variabel –
variabel lainnya. Perkembangan PDB dari tahun 1981 – 2010 dijelaskan dalam
grafik berikut:
Gambar 4.1 Grafik Perkembangan PDB
commit to user
72
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
LPDB
12.6
12.4
12.2
12.0
11.8
11.6
11.4
11.2
11.0
1985
1990
1995
2000
2005
2010
Berdasarkan grafik perkembangan PDB di atas, dapat diketahui bahwa
jumlah PDB Indonesia relatif mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Namun
pada tahun 1997, tahun dimana Indonesia mengalami krisis keuangan Asia atau
yang lebih dikenal dengan krisis moneter dapat dilihat mengalami penurunan
kondisi ekonomi yang ditandai dengan menurunnya jumlah PDB. Pada tahun
1997, Indonesia merupakan negara yang mengalami penurunan pertumbuhan
paling drastis hingga mencapai 15% dibandingkan negara – negara Asia lainnya.
Krisis ini membawa dampak yang sangat besar, khususnya yang berkaitan dengan
nilai tukar. Tidak hanya itu, krisis ini juga berdampak pada tingginya tingkat
inflasi sehingga menurunkan daya beli masyarakat, yang berakhir pada penurunan
jumlah PDB pada tahun tersebut akibat turunnya tingkat konsumsi rumah tangga.
Pada tahun 2008, krisis kembali melanda Indonesia yang disebabkan oleh
runtuhnya bisnis properti di AS. Krisis ini menyebabkan nilai tukar rupiah sempat
tertekan, tingkat inflasi sempat mengalami kenaikan hingga 12.56%, dan kondisi
pasar uang yang melemah menyebabkan semakin sempitnya pintu masuk bagi
Indonesia ke pasar uang dunia. Namun, perlu diketahui bahwa dampak yang
user lain yang banyak menyimpan
diterima Indonesia tidak sebesar commit
negara to
– negara
73
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dananya di lembaga keuangan di AS. Meskipun konsumsi rumah tangga
mengalami penurunan, namun pengeluaran pemerintah terus ditingkatkan agar
pertumbuhan ekonomi tetap terjaga. Pengeluaran pemerintah ini ditandai dengan
tergerusnya cadangan devisa Indonesia pada tahun tersebut. Hal ini menyebabkan
kondisi PDB Indonesia tetap mengalami kenaikan meskipun mengalami sedikit
keterlambatan
IV.1.2 Perkembangan Variabel FDI
Investasi asing langsung (FDI) merupakan salah satu alternatif
pembiayaan yang berasal dari luar negeri. Menurut beberapa ekonom, FDI
dianggap sebagai sumber pembiayaan dari luar negeri yang potensial dan relatif
lebih aman dibandingkan pembiayaan yang berasal dari utang luar negeri.
Kaitannya dengan investasi yang perlu diperhatikan ialah tingkat suku bunga,
ketersediaan modal dan ketersediaan kesempatan. Selain itu, kondisi ekonomi dan
politik sebuah negara juga menjadi bahan pertimbangan para investor dalam
melakukan investasi di sebuah negara. Indonesia merupakan negara berkembang
yang kondisi ekonominya sempat mengalami guncangan pada tahun 1997 dan
2008. Untuk melihat apakah terdapat pengaruh dari krisis yang sempat terjadi
terhadap FDI, maka dijelaskan dalam perkembangan FDI di Indonesia pada grafik
di bawah ini, dimana variabel FDI menggunakan satuan US$, kemudian di log (L)
sehingga memiliki satuan yang sama dengan variabel – variabel lainnya
Gambar 4.2 Grafik Perkembangan FDI
commit to user
74
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
LFDI
10
8
6
4
2
0
1985
1990
1995
2000
2005
2010
Indonesia mulai membuka jalan masuknya investasi asing (FDI) sejak
tahun 1967. Perkembangan FDI terus mengalami kenaikan hingga pada tahun
1997, krisis moneter melanda Indonesia yang menyebabkan penurunan tajam
jumlah FDI di Indonesia hingga mencapai angka US$ 9.563.140.525. Penurunan
ini masih terus terjadi hingga tahun 2000, dimana jumlah FDI pada saat itu
bernilai minus US$ 4.550.355.286. Setelah tahun 2000, jumlah FDI Indonesia
terus mengalami perbaikan yang ditunjukan dengan peningkatan hingga tahun
2008. Hingga pada saat dampak dari krisis global melanda Indonesia, jumlah FDI
kembali mengalami penurunan. Namun penrurunan yang terjadi tidak separah
ketika krisis moneter tahun 1997. Indonesia yang semula tidak dilirik investor
karena dianggap rentan terhadap guncangan krisis, saat ini menjadi salah satu
alternatif investasi yang menjanjikan. Hal ini karena Indonesia berhasil
meningkatkan perekonomiannya di tengah badai krisis keuangan global. Namun
banyaknya investor asing yang menanamkan modalnya di Indonesia, juga menjadi
ancaman instabilitas pasar ketika investor asing ini menarik modalnya secara tiba
– tiba.
commit
IV.1.3 Perkembangan Variabel
Inflasito user
75
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Inflasi merupakan salah satu masalah dalam perekonomian yang tidak
dapat dihindari oleh setiap negara. Satu – satunya yang memungkinkan ialah
menjaga tingkat inflasi agar teteap stabil dan tidak menggerus kesejahteraan
masyarakat di sebuah negara. Salah satu indikator yang sering digunakan untuk
menghitung inflasi yaitu indeks harga konsuen (IHK). Penelitian ini menggunakan
IHK dengan tahun dasar 2000 sebagai acuan dalam menghitung inflasi.
Perkembangan inflasi pada periode tahun 1981 – 2010 dapat dilihat pada grafik di
bawah ini:
Gambar 4.3 Grafik Perkembangan Inflasi
INF
60
50
40
30
20
10
0
1985
1990
1995
2000
2005
2010
Pada masa orde baru tahun 1990-an, Indonesia berhasil menahan tingkat
inflasi dengan rata – rata di bawah 10%. Namun ketika krisis moneter yang
sempat melanda Indonesia pada tahun 1997 terjadi, pergerakan inflasi sangat
cepat hingga menyentuh angka 77.63% pada tahun 1998. Namun hal lain terjadi
pada tahun 1999, dimana pemerintah berhasil menahan tingkat inflasi dengan
commit
to user angka 2.01% yang merupakan
kebijakan yang sangat ketat hingga
mencapai
76
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
angka paling rendah yang pernah dicapai Indonesia. Kondisi inflasi belum dapat
dikatakan stabil, karena pada tahun 2000 – 2006 kembali mengalami kenaikan
yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak di pasar internasional yang
menyebabkan pemerintah berusaha menghapus subsidi BBM. Bank Indonesia
selaku Bank Sentral kemudian merumuskan kebijakan yang disebut dengan
inflation targeting framework (ITF) yang isinya menjaga stabilitas tingkat inflasi
untuk tetap berada di bawah 6%.
IV.1.4 Perkembangan Variabel Ekspor
Bagi negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, maka ekspor
merupakan kegiatan yang biasa dilakukan dalam usaha meningkatkan pendapatan
negara. Banyak negara yang menerapkan proteksionisme untuk melindungi pasar
domestik dari banyaknya barang – barang impor yang masuk ke dalam negeri.
Sedangkan dalam hal ekspor, setiap negara melakukan spesialisasi terhadap
produknya agar dapat bersaing dengan produk – produk negara lain di pasar
internasional. Hal ini terkait dengan ekspor yang tinggi dapat meningkatkan PDB,
sedangkan impor yang tinggi dapat mengurangi PDB. Nilai ekspor yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan nilai ekspor bruto (belum dikurangi
impor) dengan satuan US$ yang telah di log (L). Perkembangan ekspor pada
tahun 1981 – 2010 dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Ekspor
commit to user
77
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
LX
12.0
11.6
11.2
10.8
10.4
10.0
1985
1990
1995
2000
2005
2010
Pengembangan kesepakatan perdagangan regional seperti AFTA dan
APEC, peraturan mengenai perdagangan global (WTO) dan peraturan non
ekonomi kaitannya dengan perdagangan seperti ISO, ILO dan lain – lain
menyebabkan berkurangnya fleksibilitas pengembangan ekspor dalam negeri.
Kepedulian masyarakat asing akan kesehatan dan lingkungan menyebabkan
sulitnya produk Indonesia menembus pasar internasional. Indonesia sendiri
merupakan negara pengekspor bagi negara – negara maju di dunia terutama
Amerika Serikat, Australia, dan Jerman. Jumlah ekspor yang dihasilkan oleh
Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hanya saja penurunan
tajam terjadi pada tahun 2008, dimana jumlah penurunan hampir menyentuh
angka Rp. 11.9 Milyar. Namun kemunduran yang terjadi pada ekspor saat itu masi
terlindungi oleh kondisi konsumsi domestik dimana impor barang khususnya yang
berasal dari China belum semarak saat ini.
IV.2
Hasil dan Analisis Data
IV.2.1 Uji Pemilihan Fungsi Model Empiris
commit to user
78
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengujian ini diperlukan untuk mengetahui model mana yang paling
tepat untuk digunakan dalam penelitian kali ini. Jenis model yang diujikan pada
penelitian kali ini ialah model linier dan model log linier. Sedangkan metode
pengujian yang digunakan yaitu MacKinnon, White dan Davidson atau yang lebih
dikenal MWD test. Hipotesis dalam pengujian untuk model linier pada penelitian
kali ini adalah apabila Z1 signifikan secara stastitik maka H0 ditolak, sedangkan
apabila Z1 tudak signifikan secara statistik maka H0 diterima. Begitu juga yang
berlaku pada model log linier dimana apabila Z2 signifikan secara statistik maka
Ha ditolak, sedangkan apabila Z2 tidak signifikan secara statistik maka Ha
diterima. Hasil dari uji MWD yang telah dilakukan oalah sebagai berikut:
1.
Model Linier
Tabel 4.1 Hasil Uji MWD pada Model Linier
Variabel
Koefisien
t-statistik
Prob.
Z1
-230545.8
-6.312957
0.0000
Hasil uji MWD pada model linier menunjukan bahwa Z1 signifikan
secara statistik pada tingkat signifikansi 5% dilihat dari nilai probabilitasnya yaitu
0.0000. Hal ini artinya H0 ditolak atau model linier tidak dapat digunakan pada
penelitian kali ini.
2.
Model Log Linier
Tabel 4.2 Hasil Uji MWD pada Model Log Linier
Variabel
Koefisien
commit to user t-statistik
Prob.
79
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Z2
1.39x10-5
1.890812
0,0703
Hasil uji MWD pada model log linier menunjukan bahwa Z2 tidak
signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5% dilihat dari nilai
probabilitasnya yaitu 0.0703. Hal ini artinya Ha diterima atau model log linier
dapat digunakan pada penelitian kali ini.
IV.2.2 Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas merupakan salah satu tahapan yang diperlukan dalam
menganalisis jenis data time series. Pengujian ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya regresi lancung pada pengolahan data mengunakan
metode OLS (Ordinary Least Square). Uji ini merupakan salah satu prasyarat
dalam melakukan analisis dengan menggunakan model dinamis ECM (Error
Correcton Model). Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan uji stasioneritas
yang meliputi uji akar unit (unit root test), uji derajat integrasi (integration test)
dan uji kointegrasi (contegration test).
IV.2.2.1 Uji Akar Unit (Unit Root Test)
Uji akar unit (unit root test) yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan dua metode yaitu Dickey-Fuller (DF) dan Augmented DickeyFuller (ADF). Uji ini digunakan untuk melihat tingkat stasioneritas dari masing –
masing variabel. Apabila nilai hitung mutlak DF dan ADF lebih besar dari nilai
kritis mutlak DF dan ADF maka variabel tersebut stasioner, sebaliknya apabila
nilai hitung mutlak DF dan ADF lebih kecil dari nilai kritis mutlak DF dan ADF
maka variabel tersebut tidak stasioner.
commit to user
80
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.3 Hasil Uji Akar Unit pada Ordo 0
Nilai Hitung Mutlak
Nilai Kritis Mutlak
Variabel
DF
ADF
DF
ADF
LPDB
-0.926299
-2.078440
-3.679322
-4.323979
LFDI
-2.257309
-2.201037
-3.679322
-4.309824
INF
-4.567247*
-4.488006*
-3.679322
-4.309824
LX
-0.170175
-3.079349
-3.679322
-4.309824
Keterangan: signifikan pada 1% ditandai *
signifikan pada 5% ditandai **
signifikan pada 10% ditandai ***
Berdasarkan tabel di atas, dengan tingkat signifikansi 5% diketahui
bahwa hanya terdapat satu variabel yang stasioner yaitu variabel inflasi.
Sedangkan ketiga variabel lainnya yaitu perekonomian (PDB), investasi asing
langsung (FDI) dan ekspor (X) belum stasioner pada ordo 0. Hal ini berlaku pada
kedua pendekatan, baik Dickey-Fuller (DF) dan Augmented Dickey-Fuller
(ADF).
IV.2.2.2 Uji Derajat Integrasi (Integration Test)
Uji derajat integrasi dibutuhkan untuk melihat pada derajat berapa data
yang diamati dalam penelitian ini stasioner. Pengujian ini dimulai dengan uji
stasioneritas pada derajat satu. Apabila data tersebut masih belum stasioner pada
derajat satu, maka perlu dilakukan uji pada derajat berikutnya sampai data yang
diamati bersifat stasioner.
Uji derajat integrasi yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
dua metode seperti uji akar unit (unit root test) sebelumnya yaitu Dickey-Fuller
commit to user
81
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(DF) dan Augmented Dickey-Fuller (ADF). Apabila nilai hitung mutlak DF dan
ADF lebih besar dari nilai kritis mutlak DF dan ADF, maka variabel tersebut
bersifat stasioner. Sebaliknya apabila nilai hitung mutlak DF dan ADF lebih kecil
dari nilai kritis mutlak DF dan ADF, maka variabel tersebut tidak stasioner.
Tabel 4.4 Hasil Uji Derajat Integrasi pada Ordo 1
Nilai Hitung Mutlak
Nilai Kritis Mutlak
Variabel
DF
ADF
DF
ADF
DLPDB
-3.861268*
-3.916864**
-3.689.194
-3.580.623
DLFDI
-6.545330*
-6.450013*
-3.689.194
-4.323.979
DINF
-6.504901*
-6.373371*
-3.699.871
-4.339.330
DX
-7.144293*
-7.006284*
-3.689.194
-4.323.979
Keterangan: signifikan pada 1% ditandai *
signifikan pada 5% ditandai **
signifikan pada 10% ditandai ***
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa semua nilai hitung mutlak baik
menggunakan metode Dickey-Fuller (DF) ataupun Augmented Dickey-Fuller
(ADF) diketahui lebih besar dari nilai kritis mutlak. Pada metode Dickey-Fuller
(DF) semua variabel telah stasioner pada tingkat signifikansi 1%. Sedangkan pada
metode Augmented Dickey-Fuller (ADF) hanya satu variabel yaitu perekonomian
(PDB) yang stasioner pada tingkat signifikansi 5%, sedangkan ketiga variabel
lainnya yaitu investasi asing langsung (FDI), inflasi (IND) dan ekspor (X) telah
stationer pada tingkat signifikansi 1%. Secara keseluruhan, hal ini menunjukan
bahwa semua variabel yang digunakan dalam penelitian kali ini telah stasioner
pada tingkat satu atau ordo 1.
commit
to pada
user Ordo 0 dan Ordo 1
Gambar 4.5 Pola
Data
82
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
IV.2.3 Uji Kointegrasi (Cointegration Test)
Uji kointegrasi dilakukan untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan
kointegrasi di antara variabel. Hubungan kointegrasi terjadi apabila dua atau lebih
variabel diketahui memiliki hubungan atau keseimbangan jangka panjang.
Kointegrasi hanya dapat dilakukan apabila variabel dependen stasioner pada
derajat yang sama dengan variabel independennya.
Engle and Granger (1987) menyebutkan bahwa kombinasi linier dari dua
atau lebih variabel bisa saja stasioner pada I(0), meskipun secara individual
variabel – variabel tersebut tidak stasioner I(1). Persamaan kointegrasi dari
variabel – variabel dalam penelitian ini ialah:
commit to user
83
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil kointegrasi dari persamaan di atas ialah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil Uji Kointegrasi
Koefisien
t-statistik
Prob.
LFDI
-0.007249
-1.528946
0.1384
INF
-0.004620
-2.977684
0.0062
LX
0.822758
32.93028
0.0000
Hasil tersebut menggambarkan hubungan jangka panjang yang terjadi
antara variabel – variabel independen yaitu investasi asing langsung (FDI), inflasi
(INF) dan ekspor (X) terhadap variabel dependennya yaitu perekonomian (PDB).
§
Investasi asing langsung (FDI) memiliki koefisien negatif dan tidak
signifikan pada tingkat signifikansi 5% terhadap perekonomian Indonesia
dalam jangka panjang. Artinya, dalam jangka panjang aliran masuk FDI
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian
Indonesia.
§
Inflasi (INF) memiliki pengaruh negatif signifikan pada tingkat
signifikansi 5% terhadap perekonomian Indonesia dalam jangka panjang.
Artinya, dalam jangka panjang naiknya tingkat inflasi sebesar satu persen
akan menurunkan perekonomian sebesar 0.46 persen dan inflasi dalam
jangka panjang berpengaruh signifikan terhadap perekonomian.
§
Ekspor (X) memiliki pengaruh positif signifikan pada tingkat signifikansi
5% terhadap perekonomian Indonesia dalam jangka panjang. Artinya,
dalam jangka panjang commit
peningkatan
to userekspor sebesar satu persen akan
84
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meningkatkan perekonomian sebesar 82.27 persen dan ekspor dalam
jangka panjang berpengaruh signifikan terhadap pererkonomian.
Kemudian dari hasil kointegrasi tersebut dapat ditemukan nilai residual
regresi kointegrasi yang selanjutnya diuji menggunakan metode Augmented
Dickey-Fuller (ADF) untuk melihat stasioner atau tidaknya nilai residual tersebut.
Tabel 4.6 Hasil Uji Residual Regresi Kointegrasi
ADF hitung
Nilai kritis
-4.416022*
5%
Prob. 0.0078
-4.309.824
Keterangan: signifikan pada 1% ditandai *
signifikan pada 5% ditandai **
signifikan pada 10% ditandai ***
Hasil tersebut menunjukan bahwa nilai hitung mutlak residual lebih besar
dari nilai kritis residual, yakni -4.416022 > -4.309824. Hasil kointegrasi tersebut
memiliki dua arti penting dalam penelitian ini, pertama bahwa residual tersebut
telah stasioner pada ordo 0 dengan tingkat signifikansi 1%. Kedua hasil ini
sekaligus menunjukan bahwa variabel – variabel yang diamati pada penelitian ini
telah terkointegrasi dalam jangka panjang.
IV.2.4 Error Correction Model (ECM)
Error Correction Model (ECM) yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan model Error Correction Model-Engle Granger (ECM-EG). Model
ini digunakan untuk menjelaskan hubungan jangka pendek variabel – variabel
independen yaitu investasi asing langsung (FDI), inflasi (INF) dan ekspor (X)
terhadap variabel dependennya yakni perekonomian Indonesia yang ditandai
commit to user
85
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan produk domestik bruto (PDB). Sedangkan dalam melihat hubungan jangka
panjangnya dapat dilihat dari hasil regresi kointegrasi seperti yang telah dijelaskan
di atas. Hasil pengolahan data menggunakan software E-Views 6 dapat dilihat di
bawah ini:
DLPDB = 0.082907 + 0.001264 DLFDI – 0.002961 DINF + 0.094380
(4.160669)
DLX
(1.569419)
R2
= 0.662691
F
= 11.78786 (0.000019)
(0.448362)
(-4.303054)
- 0.002368 ECT1
(-2.211590)
Dimana:
DLPDB
= Pertumbuhan ekonomi Indonesia
DLFDI
= Jumlah investasi asing langsung di Indonesia
DINF
= Tingkat inflasi di Indonesia
DLX
= Jumlah ekspor yang dilakukan Indonesia
ECT1
= Error Correction Term (LFDIt-1 + INFt-1 + LXt-1 – LPDBt-1)
β0
= Intersep
β1, β2, β3
= Koefisien regresi ECM dalam jangka pendek
β4
= Koefisien regresi error correction term (ECT)
Persamaan di atas menggambarkan hubungan yang terjadi pada variabel
– variabel independen terhadap variabel dependen dalam jangka pendek.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
§
86
digilib.uns.ac.id
Investasi asing langsung (FDI) memiliki koefisien positif namun tidak
signifikan pada tingkat signifikansi 5% terhadap perekonomian Indonesia
dalam jangka pendek. Artinya, dalam jangka pendek aliran masuk FDI
tidak memilki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian
Indonesia.
§
Inflasi (INF) memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap tingkat
signifikansi 5% terhadap perekonomian Indonesia dalam jangka pendek.
Artinya, dalam jangka pendek kenaikan inflasi sebesar satu persen akan
menurunkan perekonomian sebesar 0.29 persen dan inflasi dalam jangka
pendek berpengaruh signifikan terhadap perekonomian.
§
Ekspor (X) memiliki koefisien positif namun tidak signifikan terhadap
tingkat signifikansi 5% terhadap perekonomian Indonesia dalam jangka
pendek. Artinya, dalam jangka pendek ekspor tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
Berdasarkan persamaan di atas, dapat diketahui bahwa nilai Error
Correction Term (ECT1) menunjukan angka - 0.002368 dengan probabilitas
sebesar 0.0368. Hal ini menunjukan bahwa ECT1 signifikan pada tingkat
signifikansi 5%. Sekaligus menjelaskan bahwa spesifikasi model ECM-EG yang
digunakan dalam penelitian ini tepat dan mampu menjelaskan variasi dinamis.
ECM-EG pada penelitian ini juga lolos dari semua uji asumsi klasik. Dengan
demikian dapat disimpulkan model yang digunakan dalam penelitian ini sudah
sahih dan selaras dengan hasil yang diperoleh melalui regresi kointegrasi. Nilai
koefisien determinasi (R2) yang menunjukan angka 0.662691 menunjukan bahwa
66.27% dari variasi variabel perekonomian Indonesia dapat dijelaskan oleh variasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
87
digilib.uns.ac.id
variabel penanaman modal asing langsung, inflasi dan ekspor. Sedangkan sisanya
33.73% dijelaskan oleh variabel – variabel lain di luar model.
IV.2.5 Interpretasi Ekonomi
IV.2.5.1 Pengaruh FDI terhadap Perekonomian Indonesia
Berdasarkan hasil estimasi menggunakan metode Error Correction
Model-Engle Granger (ECM-EG) untuk jangka pendek, nilai koefisien investasi
asing langsung sebesar 0.001264 dengan probabilitas 0.6579 mengindikasi bahwa
investasi asing langsung (FDI) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perekonomian Indonesia. Begitu juga pada jangka panjangnya, investasi asing
langsung (FDI) dengan nilai koefisien sebesar -0.007249 dengan probabilitas
sebesar 0.1384 menunjukan bahwa investasi asing langsung (FDI) tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi asing langsung (FDI) secara umum tidak
memiliki pengaruh terhadap perekonomian Indonesia baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan
bahwa investasi asing langsung (FDI) berpengaruh positif terhadap perekonomian
Indonesia. Dalam jangka pendek peningkatan investasi asing langsung (FDI) akan
mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini sesuai dengan manfaat
investasi asing langsung (FDI) menurut Nasir (2009), dimana melalui investasi
asing langsung (FDI) negara tujuan investasi dapat memperoleh bantuan modal,
transfer langsung teknologi, pengembangan manajemen perusahaan domestik
yang diperoleh dari perusahaan asing melalui demonstrasi, dan peningkatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
88
digilib.uns.ac.id
kualitas tanaga kerja. Faktor – faktor inilah yang menjadi beberapa indikator
dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Namun, hasil estimasi dalam penelitian ini tidak menunjukan pengaruh
yang dihasilkan oleh investasi asing langsung (FDI) terhadap perekonomian di
Indonesia. Tidak terlihatnya pengaruh yang dihasilkan oleh investasi asing
langsung (FDI) terhadap perekonomian di Indonesia disebabkan oleh faktor risk
country yaitu pasar domestik yang kecil memnyebabkan rate of return dari modal
rendah dan kurang tersedia fasilitas pendukung seperti transportasi, tenaga kerja
terampil, dan teknologi (Kustituanto, 1999)
Carkoviv dan Levine (dalam Khaliq, 2005) melakukan observasi terkait
hubungan antara FDI dengan pertumbuhan ekonomi dan menemukan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang dihasilkan oleh FDI terhadap pertumbuhan ekonomi,
maupun dampaknya terhadap modal manusianya. Alvaro (2003) mengatakan
bahwa FDI pada sektor primer cenderung memiliki pengaruh negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi, sedangkan untuk sektor manufaktur FDI memberikan
pengaruh yang positif. Dalam beberapa studi kausalitas mengatakan bahwa
hubungan antara FDI dengan pertumbuhan ekonomi ialah searah. Artinya
pertumbuhan ekonomi justru yang mempengaruhi besarnya FDI yang masuk,
sedangkan FDI tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini
terkait dengan kondisi perekonomian yang stabil dan iklim bisnis yang menarik
bagi investor sehingga mereka mau menanamkan modalnya di negara tersebut.
Hanson (dalam Wijeweera, 2010) berpendapat bahwa perusahaan
multinasional dapat membatasi perusahaan dalam negeri dalam mengurangi usaha
yang dapat meningkatkan keuntungan bahkan hal ini dapat mendorong naiknya
commit to user
89
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kerugian produksi bagi perusahaan dalam negeri. Jika kerugian tersebut lebih
besar dari pertumbuhan produktifitas yang dihasilkan oleh investasi multinasional,
maka pengaruh negatif akan terjadi pada pertumbuhan ekonomi. FDI yang
memenuhi investasi dalam negeri juga dapat berbahaya bagi pertumbuhan
ekonomi negara tujuan investasi. Pengamat ekonomi menyatakan bahwa
meskipun
beberapa
negara
memilih
FDI
daripada
investasi
domestik,
kelongggaran pajak dan insentif lainnya, hal ini hanya akan mempertegas
terjadinya kegagalan pasar.
IV.2.5.2 Pengaruh Inflasi terhadap Perekonomian Indonesia
Berdasarkan hasil estimasi menggunakan metode Error Correction
Model-Engle Granger (ECM-EG) diketahui bahwa inflasi berpengaruh negatif
terhadap perekonomian Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Kedua pengaruh yang dihasilkan oleh inflasi terhadap perekonomian
Indonesia tersebut bersifat signifikan. Dengan nilai koefisien sebesar -0.002961
untuk jangka pendek dan sebesar -0.004620 untuk jangka panjang membuktikan
bahwa inflasi memberikan pengaruh negatif sesuai dengan teori yang berlaku.
Secara umum, maka dapat disimpulkan bahwa hasil estimasi menunjukan inflasi
berpengaruh negatif signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa
inflasi berpengaruh negatif terhadap perekonomian Indonesia. Inflasi merupakan
sebuah fenomena ekonomi yang tidak dapat dihindari oleh setiap perekonomian di
dunia. Inflasi yang tinggi dapat menggerus kesejahteraan masyarakat, dimana
kenaikan harga yang tidak diiringi oleh kenaikan pendapatan akan menyebabkan
commit to user
sulitnya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dalam sebuah
perpustakaan.uns.ac.id
90
digilib.uns.ac.id
perekonomian yang sedang mengalami inflasi, biasanya pemerintah mengambil
kebijakan untuk menaikkan tingkat suku bunga agar masyarakat kembali
meningkatkan tabungannya. Namun tingkat suku bunga yang tinggi akan
menyebabkan investor mengurungkan niatnya dalam berinvestasi. Turunnya
investasi menyebabkan berkurangnya pengeluaran agregat dan hal ini dapat
memperlambat pertumbuhan ekonomi di sebuah negara. Terlebih lagi, inflasi
merupakan gejala manajemen ekonomi yang buruk, ketidaksempurnaan institusi
dan faktor lainnya yang bersama – sama dapat memperburuk performa ekspor dan
pertumbuhan ekonomi. Fenomena inilah yang menyebabkan inflasi mungkin saja
terjadi karena sistem. Inflasi rendah dianggap tidak terlalu berpengaruh terhadap
perekonomian, namun inflasi melambung atau hiperinflasi dapat menimbulkan
permasalahan serius pada perekonomian. Oleh sebab itu Bank Sentral tidak akan
mentolenransi tingkat inflasi yang tinggi.
Hasil ini diperkuat oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Gokal dan Hanif pada tahun 2004 dengan judul “Relationship between Inflation
and Economic Growth” yang menjelaskan hubungan inflasi dan pertumbuhan
ekonomi dengan menggunakan kerangka AD-AS sesuai dengan teori Keynessian.
Dalam kasusnya di Fiji, terbukti bahwa inflasi memiliki hubungan langsung
terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, penelitian ini juga menjelaskan
pentingnya menjaga kestabilan harga. Termasuk peran Bank Sentral dalam
menjaga konsistensi tingkat inflasi yang rendah.
IV.2.5.3 Pengaruh Ekspor terhadap Perekonomian Indonesia
Berdasarkan hasil estimasi menggunakan metode Error Correction
commit to user
Model-Engle Granger (ECM-EG) diketahui bahwa untuk jangka pendek, ekspor
perpustakaan.uns.ac.id
91
digilib.uns.ac.id
memiliki koefisien positif namun tidak signifikan terhadap perekonomian yang
ditunjukan dengan nilai koefisien sebesar 0.094380. Sedangkan untuk jangka
panjang, ekspor berpengaruh positif signifikan ditunjukan dengan nilai koefisien
sebesar 0.822758. Kondisi ini secara umum menunjukan bahwa dalam jangka
pendek ekspor tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian
Indonesia, sedangkan untuk jangka panjang ekspor memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa
ekspor berpengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini terkait
dengan perbedaan peran ekspor pada negara besar, kecil dan sangat kecil. Negara
besar cenderung tidak bergantung pada ekspor mereka dibandingkan dengan
negara kecil seperti Indonesia. Itu sebabnya, Indonesia berusaha meningkatakan
ekspor mereka sebagai salah satu indikator usaha dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonominya.
Bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia, untuk melihat
pertumbuhan dibutuhkan barang – barang modal yang dapat mendukung
peningkatan output, namun kenyataannya barang – barang modal di Indonesia
masih bergantung pada impor. Untuk memperoleh barang modal, maka
dibutuhkan peningkatan pendapatan dan ekspor merupakan salah satu jalan dalam
usaha meningkatkan pendapatan. Hal ini menunjukan, perdagangan internasional
memiliki peran penting bagi Indonesia sebagai negara sedang berkembang dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi.
Hasil ini diperkuat dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Redlin
dengan judul “Trade Openness and Economic Growth: A Panel Causality
commit to user
92
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Analysis” yang menjelaskan bahwa perdagangan terbuka akan memberikan
dampak positif signifikan pada jangka panjang sedangkan untuk jangka pendek
memberikan dampak positif namun tidak signifikan karena adanya penyesuaian
dengan peningkatan pendapatan. Hal ini menunjukan adanya perbedaan pengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi bagi negara berendapatan rendah dan negara
berpendapatan tinggi.
commit to user
93
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1
Kesimpulan
Dalam penelitian ini, variabel – variabel seperti investasi asing langsung
(FDI), inflasi dan ekspor periode tahun (1981 – 2010) digunakan untuk dianalisis
pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia. Variabel – variabel tersebut
diketahui secara langsung maupun tidak langsung memiliki pengaruh terhadap
perekonomian Indonesia. Investasi dalam hal ini yaitu investasi asing langsung
dan ekspor yang merupakan faktor pembentuk PDB dianalisis bersama dengan
inflasi yang merupakan salah satu kendala dalam setiap perekonomian.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini ialah sebagai berikut:
1.
Investasi asing langsung (FDI) di Indonesia merupakan sebuah alternatif
pembiayaan yang dianggap lebih menguntungkan dibandingkan dengan utang luar
negeri. Keberadaan investasi asing langsung (FDI) tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perekonomian di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh risk
country yaitu pasar domestik yang kecil menyebabkan rate of return dari modal
rendah dan kurang tersedianya fasilitas pendukung seperti transportasi, teknologi
dan tenaga kerja yang termpil. Selain itu rumitnya proses pengurusan izin
birokrasi di Indonesia juga menjadi penghambat kurangnya investasi asing
langsung di Indonesia. Dampak langsung dari investasi aisng langsung (FDI) yang
terasa di Indonesia baru berasal dari meningkatnya kesempatan kerja, sedangkan
commit to user
kemampuan produksi perusahaan – perusahaan domestik yang belum mengalami
94
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
peningkatan serius menyebabkan keberadaan perusahaan multinasional malah
dapat menjadi ancaman bagi perusahaan domestik yang tidak mampu bersaing.
2.
Inflasi di Indonesia merupakan satu permasalahan ekonomi yang
seringkali terjadi. Inflasi merupakan suatu fenomena yang dapat memperburuk
kondisi perekonomian. Hal ini terbukti dengan hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini dimana naiknya inflasi akan menyebabkan penurunan kinerja
perekonomian. Baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, inflasi
memiliki
pengaruh
secara
langsung
yang
signifikan
terhadap
kondisi
perekonomian Indonesia. Hal ini berarti bahwa penentuan target tingkat inflasi
yang dilakukan oleh Bank Indonesia selaku Bank Sentral melalui Inflation Target
Framework (ITF) memiliki peranan penting dalam menjaga kestabilan tingkat
inflasi di Indonesia.
3.
Globalisasi merupakan salah satu penyebab terjadinya ketergantungan
sebuah negara dengan negara lain khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan
yang berasal dari perdagangan internasional. Banyaknya negara yang terlibat
dalam perdagangan internasional menyebabkan setiap negara melakukan
spesialisai dan proteksi terhadap barang – barang produksinya. Sesuai dengan
hasil estimasi dalam penelitian ini, keberadaan ekspor di Indonesia memiliki
dampak yang positif bagi perekonomian di jangka panjang. Sedangkan untuk
jangka pendek, ekspor di Indonesia tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perekonomian. Hal ini disebabkan dalam jangka pendek, ekspor di
Indonesia harus melakukan penyesuaian terhadap kondisi negara pengimpor,
fluktuasi nilai tukar dan faktor – faktor lain yang mendukung banyaknya jumlah
to user
permintaan atas barang ekspor dicommit
Indonesia.
Selain di wilayah Asia, Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id
95
digilib.uns.ac.id
merupakan sebuah negara yang menjadi salah satu pengekspor utama bagi negara
– negara di Amerika Serikat dan Eropa. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan
perdagangan internasional khususnya ekspor memiliki peran penting bagi negara
berkembang seperti Indonesia.
V.2
Saran
Saran untuk pihak – pihak yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan
investasi asing langsung (FDI) dan ekspor, juga pihak yang terkait dengan
penyelesaian masalah inflasi sebagai upaya dalam meningkatakan pertumbuhan
ekonomi ialah sebagai berikut:
1.
Dalam upaya meningkatkan jumlah investasi asing langsung (FDI) ke
Indonesia, pemerintah diharapkan dapat mempermudah proses pengurusan izin –
izin terkait penyelenggaraan investasi asing langsung (FDI). Keberadaaan
investasi asing langsung (FDI) yang memiliki potensi dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, hendaknya menjadi perhatian bagi pemerintah dan
perusahaan domestik untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan tenaga
kerja dalam mendukung transfer teknologi yang berasal dari investasi asing
langsung (FDI). Selain itu, kondisi ekonomi yang merupakan magnet nagi
investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia, hendaknya dapat dijaga
kestabilannya.
2.
Dalam menghadapi masalah inflasi, keberadaan Bank Sentral selaku
pembuat kebijakan moneter sangat dibutuhkan. Pembentukan Inflation Targetting
Framework (ITF) sebagai strategi dalam mengantisipasi tekanan inflasi
merupakan langkah yang tepat yang diambil oleh Bank Indonesia. Dalam
commit to user
96
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjalankan strategi ini, Bank Indonesia perlu secara tegas menentukan
instrument kebijakan yang digunakan apakah base money atau suku bunga. Selain
itu, kebijakan moneter yang dibuat oleh Bank Indonesia hendaknya lebih
disosialisasikan agar pelaku ekonomi dapat dengan jelas melihat pergerakan
variabel – variabel makro ekonomi.
3.
Ekspor di Indonesia memiliki peranan yang cukup penting dalam upaya
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah diharapkan lebih fokus dalam
melakukan proteksi terhadap barang – barang yang diproduksi dari dalam negeri.
Hal ini terkait dengan semakin banyaknya produk – produk asing yang masuk ke
Indonesia sehingga memberikan tekanan terhadap produsen domestik. Dengan
proteksi dan produksi yang ditingkatkan, maka akan diperoleh jumlah ekspor
netto yang besar sehingga pertumbuhan ekonomi akan turut mengalami
peningkatan. Usaha ini harus terus dilakukan untuk menjaga pengaruh positif dari
ekspor dimana jumlah ekspor harus lebih besar dibandingkan jumlah impornya.
Selain itu, pemerintah hendaknya terus memberikan informasi mengenai kondisi
negara tujuan ekspor agar para produsen atau eksportir dapat melakukan
pencegahan atas hal – hal yang dapat menghambat kegiatan ekspornya.
commit to user
97
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. 2009. Laporan Perekonomian Indonesia 2009. Jakarta: Bank
Indonesia.
Boediono. 1985. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE.
Case, Karl E. dan Ray C. Fair. 2007. Prinsip - prinsip Ekonomi: Edisi ke 8.
Jakarta: Erlangga.
Cetinkaya, Murat and Savas Erdogan. 2010. VAR Analysis of the Relation
between GDP, Import and Export: Turkey Case. International Research
Journal of Finance and Economics, Issue 55, pp. 135 – 145.
Feldstein, Martin. 2000. Aspects of Global Economic Integration: Outlook for
The Future. National Bureau of Economic Research (NBER) Working
Paper No. 7899.
Gokal, Vikesh and Subrina Hanif. 2004. Relationship between Inflation ad
Economic Growth. Working Paper of Economic Departement Reserve
Bank of Fiji.
Gylfason, Thorvaldur. 1999. Exports, Inflation, and Growth. World Development
Elsevier, Vol. 27(6), pp. 1031 – 1057.
Jayachandran, G. and A. Seilan. 2010. A Causal Relationship between Trade,
Foreign Direct Investment and Economic Growth for India. International
Research Journal of Finance and Economics, Issues 42, pp. 74 – 88.
commit to user
98
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jhingan, M. L. 1996. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Khaliq, Abdul and Ilan Noy. 2007. Foreign Direct Investment and Economic
Growth: Empirical Evidence from Sectoral Data in Indonesia. Working
Papers 200726, University of Hawaii at Manoa, Department of
Economics.
Kogid, Mori dkk. 2010. Determinant Factors of Economic Growth in Malaysia:
Multivariate Cointegration and Causality Analysis. European Journal of
Economics, Finance and Administrative Sciences, Issue 24, pp. 123 - 137.
Krugman, Paul R. dan Maurice Obstfeld. 2009.International Economics: Theory
& Policy 8th Edition. USA: Pearson Education, Inc.
Krugman, Paul R. dan Maurice Obstfeld. 1996. Ekonomi Internasional: Teori dan
Kebijakan Edisi 2. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kustituanto, Bambang. 1999. Peranan Penanaman Modal Aaing (PMA) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, Vol. 14, No. 2, Hal. 1 – 13.
Lee, Chew Ging. 2010. Exports, Imports and Economic Growth: Evidence from
Pakistan. European Journal of Scientific Research, Vol. 45, No.3, pp. 422
- 429.
Magnus, Frimpong Joseph and Oteng Abayi Eric Fosu. 2008. Bivariate Causality
Analysis between FDI Inflows and Economic Growthin Ghana.
commit to user
99
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
International Research Journal of Finance and Economics, Issue 15, pp.
103 - 112.
Miankhel, Adil K., Shandre Mugan T., and Kaliappa Kalirajan. 2009. Foreign
Direct Investment, Exports and Economic Growth in South Asia and
Selected Emerging Countries: A Multivariate VAR Analysis. Center for
Contemporary Asian Studies Working Paper No. 23.
Nasir, Iqbal and Saima Nawaz. 2009. Investment, Inflation and Economic Growth
Nexus. The Pakistan Development Review: Pakistan Institute of
Development Economics, Vol. 48, Page 863 – 874.
Nasir, Muhammad. 2009. The Role of Foreign Direct Investment on Indonesian
Economic Growth. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 8, No. 2, Hal. 92 105.
Nuryati, Yati, Hermanto Siregar dan Anny Ratnawati. 2006. Dampak Kebijakan
Inflation Targeting terhadap Beberapa Variabel Makroekonomi di
Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan – Juni, Hal. 113 134.
Rahayu, Siti A T. 2007. Modul Laboratorium Ekonometrika. Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Samuelson, Paul A. and William D. Nordhaus. 2004. Ilmu Makro Ekonomi.
Jakarta: PT Media Global Edukasi.
commit to user
100
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sarwedi. 2002. Investasi Asing Langsung di Indonesia dan Faktor yang
Mempengaruhinya. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4, No. 1, Hal.
17 - 35.
Setyowati, Eni dkk. 2008. Kausalitas Investasi Asing terhadap Pertumbuhan
Ekonomi:
Error
Correction
Model.
Jurnal
Ekonomi
dan
Studi
Pembangunan, Vol. 9, No. 1, Hal 69 - 88.
Spiegel, Shari. 2007. Macroeconomic and Growth Policies. New York: United
Nation, Department for Economic and Social Affairs.
Suhel. Analisis Model Vector Autoregression (VAR) terhadap Hubungan antara
Pertumbuhan Ekonomi dengan Penanaman Modal Asing (PMA) di
Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan Hal 96-113.
Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Thomas, R. L.1993. Introductory Econometrics Second Edition. New York:
Longman Publishing.
Wijeweera, Albert. 2010. Economic Growth and FDI Inflows: A Stochastic
Frontier Analysis. The Journal of Developing Areas Vol. 43 No. 2 pp. 143
– 158.
commit to user
101
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
102
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 1
Data
Tahun
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
PDB
FDI
INFLASI EKSPOR
Millions Millions
Millions
US$
US$
2000 - %
US$
63614.14
930.07
12.6 26785.64
64316.49
1433.12
9.8 24373.05
69751.17
1688.57
11.5 24774.87
74753.83
1150.26
10.3 26396.51
77353.43
1534.65
4.7 24336.75
81967.19
1205.61
5.9 28039.34
86311.45
1645.30
9.3 32138.99
91797.13
2276.68
8.1 32477.25
100136.63
2535.32
6.3 34665.71
109150.51
3768.96
7.8 35829.01
118895.24
4675.08
9.3 42556.87
127480.07
5211.14
7.6 48391.87
136727.57
5358.29
9.7 51347.52
147036.92
5194.58
8.5 56452.26
159382.67
9788.29
9.3 60811.04
171563.95
13040
6.9 65408.37
179627.23
9261.39
6.3 70510.20
156048.06 - 301.75
58.0 78395.48
157282.61 - 1935.29
20.8 53461.82
165021.01 - 4550.35
3.7 67621.17
171033.50 - 2325.02
11.5 68057.31
178729.11
116.44
11.7 67229.10
187273.02 - 448.48
6.8 71186.46
196694.49
1342.83
6.1 80816.80
207891.46
5347.18
10.4 94233.45
219327.47
2785.83
13.1 103096.61
233243.85
3705.07
6.0 111904.13
247270.44
4538.94
9.8 122572.46
258584.63
2239.38
6.1 110695.02
274370.87
5793.15
5.9 127216.08
commit to user
LPDB
LFDI
INF
LX
10.804
10.808
10.844
10.874
10.888
10.914
10.936
10.963
11.001
11.038
10.075
11.105
11.136
11.167
11.202
11.234
11.254
11.193
11.197
11.218
11.233
11.252
11.272
11.294
11.318
11.314
11.368
11.393
11.413
11.438
8.968
9.156
9.222
9.061
9.186
9.081
9.216
9.357
9.404
9.576
9.670
9.717
9.729
9.715
9.991
10.115
9.966
0
0
0
0
8.066
0
9.128
9.728
9.445
9.569
9.657
9.350
9.763
12.6
9.8
11.5
10.3
4.7
5.9
9.3
8.1
6.3
7.8
9.3
7.6
9.7
8.5
9.3
6.9
6.3
58.0
20.8
3.7
11.5
11.7
6.8
6.1
10.4
13.1
6.0
9.8
6.1
5.9
10.428
10.387
10.394
10.422
10.386
10.448
10.507
10.512
10.540
10.554
10.629
10.685
10.711
10.752
10.784
10.816
10.848
10.894
10.728
10.830
10.833
10.828
10.852
10.908
10.974
11.013
10.049
11.088
11.044
11.105
103
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 2
Uji Fungsi Model Empiris
MWD Test
(Linier)
Dependent Variable: PDB
Method: Least Squares
Date: 09/17/12 Time: 22:26
Sample: 1981 2010
Included observations: 30
Variable
Coefficient
C
FDI
INF
X
Z1
51812.91
1.059311
-374.4877
1.666512
-230545.8
R-squared
0.986513
Adjusted R-squared 0.984355
S.E. of regression
7649.127
Sum squared resid
1.46E+09
Log likelihood
-308.1037
F-statistic
457.1655
Prob(F-statistic)
0.000000
Std. Error
t-Statistic
4279.672 12.10675
0.433890 2.441429
154.2571 -2.427686
0.061899 26.92298
36519.46 -6.312957
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
commit to user
Prob.
0.0000
0.0220
0.0227
0.0000
0.0000
150421.2
61154.45
20.87358
21.10712
20.94829
1.976524
104
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Log Linier)
Dependent Variable: LPDB
Method: Least Squares
Date: 09/17/12 Time: 22:26
Sample: 1981 2010
Included observations: 30
Variable
Coefficient
C
LFDI
INF
LX
Z2
3.875178
0.014795
-0.000229
0.721532
1.39E-05
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.979696
0.976447
0.067474
0.113819
41.04702
301.5640
0.000000
Std. Error
t-Statistic
0.548444 7.065773
0.012504 1.183137
0.002754 -0.083103
0.058601 12.31261
7.34E-06 1.890812
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
commit to user
Prob.
0.0000
0.2479
0.9344
0.0000
0.0703
11.83327
0.439655
-2.403134
-2.169602
-2.328425
1.316337
105
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 3
Unit Akar Unit
DF Test
Null Hypothesis: LPDB has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-0.926299
-3.679322
-2.967767
-2.622989
0.7651
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: LFDI has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-2.257309
-3.679322
-2.967767
-2.622989
0.1918
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: INF has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-4.567247
Test critical values: 1% level
-3.679322
5% level
-2.967767
10% level
-2.622989
commit to user
0.0011
106
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: LX has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-0.170175
-3.679322
-2.967767
-2.622989
0.9318
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
commit to user
107
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ADF Test
Null Hypothesis: LPDB has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-2.078440
-4.323979
-3.580623
-3.225334
0.5349
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: LFDI has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-2.201037
-4.309824
-3.574244
-3.221728
0.4714
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: INF has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-4.488006
-4.309824
-3.574244
-3.221728
0.0066
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
commit to user
108
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Null Hypothesis: LX has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-3.079349
-4.309824
-3.574244
-3.221728
0.1298
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
commit to user
109
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 4
Uji Derajat Integrasi
DF Test
Null Hypothesis: D(LPDB) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-3.861268
-3.689194
-2.971853
-2.625121
0.0066
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(LFDI) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-6.545330
-3.689194
-2.971853
-2.625121
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(INF) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-6.504901
Test critical values: 1% level
-3.699871
5% level
-2.976263
10% level
-2.627420
commit to user
0.0000
110
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(LX) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-7.144293
-3.689194
-2.971853
-2.625121
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
commit to user
111
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ADF Test
Null Hypothesis: D(LPDB) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-3.916864
-4.323979
-3.580623
-3.225334
0.0247
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(LFDI) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-6.450013
-4.323979
-3.580623
-3.225334
0.0001
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(INF) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-6.373371
-4.339330
-3.587527
-3.229230
0.0001
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
commit to user
112
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Null Hypothesis: D(LX) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-7.006284
-4.323979
-3.580623
-3.225334
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
commit to user
113
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 5
Uji Kointegrasi
Dependent Variable: LPDB
Method: Least Squares
Date: 09/17/12 Time: 22:23
Sample: 1981 2010
Included observations: 30
Variable
Coefficient
C
LFDI
INF
LX
2.965534
-0.007249
-0.004620
0.822758
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.976792
0.974114
0.070737
0.130096
39.04208
364.7654
0.000000
Std. Error
t-Statistic
0.276070 10.74198
0.004741 -1.528946
0.001551 -2.977684
0.024985 32.93028
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
Prob.
0.0000
0.1384
0.0062
0.0000
11.83327
0.439655
-2.336139
-2.149312
-2.276371
1.123606
Uji Akar Unit pada Residual
Null Hypothesis: RESID02 has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values: 1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-4.416022
-4.309824
-3.574244
-3.221728
0.0078
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
commit to user
114
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 6
Hasil Regresi Error Corrrection Model – Engle Granger
Dependent Variable: DLPDB
Method: Least Squares
Date: 09/18/12 Time: 08:21
Sample (adjusted): 1982 2010
Included observations: 29 after adjustments
Variable
Coefficient
C
DLFDI
DINF
DLX
ECT1
0.082907
0.001264
-0.002961
0.094380
-0.002368
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.662691
0.606473
0.026195
0.016468
67.21802
11.78786
0.000019
Std. Error
t-Statistic
0.019926 4.160669
0.002820 0.448362
0.000688 -4.303054
0.060137 1.569419
0.001071 -2.211590
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
commit to user
Prob.
0.0004
0.6579
0.0002
0.1296
0.0368
0.050402
0.041757
-4.290898
-4.055157
-4.217067
1.066108
115
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Download