BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kehamilan 2.1.1 Definisi Menurut

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kehamilan
2.1.1
Definisi
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional( FIGO ), kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Prawirohardjo, S, 2009)
2.1.2
Proses Kehamilan
Untuk terjadi kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum
(fertilisasi), dan nidasi (implantasi), plasentasi(Prawirohardjo, S, 2009)
2.1.2.aSpermatozoa
Spermatozoa terdiri atas tiga bagian yaitu kaput atau kepala yang
berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung bahan nucleus, ekor, dan bagian
yang silindrik (leher) menghubungkan kepala dengan ekor, dengan getaran
ekornya spermatozoa dapat bergerak cepat.(Prawirohardjo, S, 2009)
Jutaan spermatozoa ditumpahkan di forniks vagina dan disekitar porsio
pada waktu koitus,hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke kavum
uteri dan tuba, dan hanya beberapa ratus dapat sampai kebagian ampula tuba di
mana spermatozoa dapat memasuki ovum yang dapat dibuahi,hanya satu
spermatozoa yang mempunyai kemampuan (kapisitasi) untuk membuahi,pada
spermatozoa ditemukan peningkatan konsentrasi DNA di nukleusnya, kaputnya
lebih mudah menembus dinding ovum oleh karena diduga dapat melepaskan
hialuronidase(Prawirohardjo, S, 2009)
2.1.2.bOvum
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di
genital ridge,tiap bulannya wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari
indung telur,ovum dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-mikrofilamen
fimbria infundibulum kearah ostium tuba abdominale, dan disalurkan terus kearah
Universitas Sumatera Utara
medial,pada waktu dilahirkan, bayi mempunyai sekurang-kurangnya 750.000
oogonium, jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikelfolikel, pada anak berumur 6 – 15 tahun ditemukan 439.000 oogonium dan pada
umur 6 – 15 tahun ditemukan 439.000 oogonium dan pada umur 16 – 25 tahun
hanya 34.000 oogonium, pada masa menopause semua oogonium menghilang.
(Prawirohardjo, S, 2009)
2.1.2.cFertilisasi
Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan
spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba,fertilisasi meliputi
penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri
dengan fusi materi genetik,hanya satu spermatozoa yang telah mengalami proses
kapisitasi mampu melakukan penetrasi membran sel ovum,untuk mencapai ovum
sperma harus melewati
korona radiate (lapisan sel di luar ovum) dan zona
pleusida (suatu bentuk glikoprotein ekstraselular), yaitu dua lapisan yang
menutupi dan mencegah ovum mengalami fertilisasi lebih dari satu spermatozoa.
Suatu komplemen khusus di permukaaan kepala spermatozoa kemudian mengikat
glikoprotein di zona pelusida, pengikatan ini memicu akrosom melepaskan enzim
yang membantu spermatozoa menembuas zona pelusida.
Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi korteks
ovum.Granula korteks di dalam ovum berfusi dengan membrane plasma sel,
sehingga enzim di dalam granula-granula dikeluarkan secara eksositosis ke zona
pelusida.
Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus kehilangan membrane nukleusnya yang
tinggal hanya pronukleusnya, sedangkan ekor spermatozoa dan mitokondrianya
berdegenerasi, masuknya spermatozoa membangkitkan nukleus ovum yang masih
dalam metafase untuk proses pembelahan selanjutnya (pembelahan meiosis
kedua),ovum sekarang hanya mempunyai pronukleus yang haploid,pronukleus
spermatozoa juga telah mengandung jumlah kromosom yang haploid.
Kedua pronukleus saling mendekati dan bersatu membentuk zigot yang
terdiri atas bahan genetik dari perempuan dan laki-laki.
Universitas Sumatera Utara
Dari penyatuan itu mungkin menghasilkan:
1)
XX – zigot akan menghasilkan bayi perempuan
2)
XY – zigot akan menghasilkan bayi laki-laki
Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailahpembelahan zigot yang berjalan
lancar dan dalam 3 hari sampaidalam stadium morula, hasil konsepsi ini dengan
ukuran tetap bergerak kearah rongga rahim oleh arus dan getaran silia serta
kontraksi tuba, selama dalam perjalanan ke kavum uteri morula mengalami
pembelahan – pembelahan menjadi blastula. (Prawirohardjo, S, 2009)
2.1.2.dNidasi
Nidasi adalah peristiwa tertanamnya atau bersarangnya sel telur yang telah
dibuahi ke dalam endometrium, sel telur yang telah dibuahi (zigot) akan segera
menjadi blastomer, rada hari ketiga 16 blastomer disebut morula. Pada hari
keempat di dalam morula akan terbentuk rongga, bangunan ini disebut blastula.
Dua struktur penting di dalam blastula adalah:
1)
Lapisan luar disebut trofoblast, yang akan menjadi plasenta
2)
Emblastu (inner cell mass) yang akan menjadi janin
Pada hari ke-4 blastula masuk kedalam endrometrium dan pada hari ke-6
menempel pada endrometrium, pada hari ke-10 seluruh blastula sudah terbenam
dalam endometrium dengan demikian nidasi sudah selesai tempat nidasi biasanya
pada dinding belakang didaerah fundus uteri.( kusmiyati, 2008 )
2.1.2.ePlasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. setelah
nidasi embrio kedalam endometrium, plasentasi dimulai,pada manusia plasentasi
berlangsung sampai 12 -18 minggu setelah fertilisasi. (Prawirohardjo, S, 2009)
Terjadinya implantasimendorong sel blastula mengadakan deferensiasi, sel
yang dekat dengan ruang eksoderm membentuk “entoderm” dan yolk sac
(kantung yolk) sedangkan sel yang lain membentuk”ectoderm” dan ruangan
amnion. Plat embrio (embryonal plate) terbentuk diantara dua ruangan yaitu
ruangan amniondan kantung yolk, plat embrio terdiri dari unsur ectoderm,
endoderm, dan mesoderm, ruangan amnion
dengan cepat mendekati korion
Universitas Sumatera Utara
sehingga jaringan yang terdapat antara amnion dan embrio padat dan berkembang
menjadi tali pusat.(Prawirohardjo, S, 2009)
Pada permulaan kantung yolk berfungsi sebagai pembentuk darah bersama
dengan hepar, limfe, dan sumsum tulang, pada minggu kedua sampai ketiga
terbentuk bakal jantung dengan pembuluh darahnya yang menuju body stalk
(bakal tali pusat), jantung bayi mulai dapat dideteksipada minggu keenam sampai
delapan dengan mempergunakan ultrasonografi atau doppler,pembuluh darah
pada body stalk terdiri dari arteri umbilikalis dan vena umbilikalis.Cabang arteri
dan vena umbilikalis masuk ke vili korialis sehingga dapat melakukan pertukaran
nutrisi dan sekaligus membuang hasil metabolisme yang tidak diperlukan.
(Prawirohardjo, S, 2009)
Vili korialis menghancurkan desidua sampai pembuluh darah, mulai
dengan pembuluh darah vena pada hari ke-10 sampai ke-11 setelah konsepsi.
Bagian desidua yang tidak dihancurkan membagi plasenta menjadi sekitar 15
sampai 20 kotiledon maternal, sedangkan dari sudut fetus, maka plasenta dibagi
menjadi 200 kotiledon fetus,setiap kotiledon fetus terus bercabang dan bercabang
di tengah aliran darah untuk menjalankan fungsinya memberikan nutrisi,
pertumbuhan, dan perkembangan janin dalam rahim ibu tetapi dipisahkan
langsung oleh lapisan trofoblas dinding pembuluh darah janin,fungsinya
dilakukan berdasarkan sistem osmosis dan enzimatik serta pinositosis, situasi
plasenta demikian disebut system plasenta-hemokorial.(Prawirohardjo, S, 2009)
2.2 Antenatal Care
2.2.1 Defenisi
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan
obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian
kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan( Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil,
Poedji Rochjati, 2003).
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Tujuan Antenatal Care
Perawatan antenatal mempunyai tujuan agar kehamilan dan persalinan
berakhir dengan:
1)
Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan nifas tanpa
trauma fisik maupun mental yang merugikan.
2)
Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental.
3)
Ibu sanggup merawat dan memberi ASI kepada bayinya.
4)
Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti keluarga
berencana setelah kelahiran bayinya. ( Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil,
Poedji Rochjati, 2003, hlm. 42 ).
2.2.3
Kunjungan Asuhan Antenatal
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan secara berkala dan teratur.
Jumlah kunjungan minimal empat kali: satu kali pada trimester I, satu kali pada
trimester II, dan dua kali pada trimester III.
Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi menjadi beberapa
tahap, seperti :
2.2.3.aKunjungan ibu hamil yang pertama (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan
trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.
2.2.3.bKunjungan ibu hamil yang keempat (K4)
Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
kesehatan pada trimester III, usia kehamilan >24 minggu.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan antenatal
sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama masa kehamilan dengan
distribusi kontak sebagai berikut :
a.
Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12 minggu.
b.
Minimal 1 kali pada trimester II, usia kehamilan 13-28 minggu.
c.
Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia kehamilan > 28 minggu.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4
Jadwal pemeriksaan
Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), pemeriksaan kehamilan
berdasarkan kunjungan antenatal dibagi atas:
2.2.4.aKunjungan Pertama (K1)
Meliputi: (1) Identitas/biodata, (2) Riwayat kehamilan, (3) Riwayat
Kebidanan, (4) Riwayat kesehatan, (5) Riwayat sosial ekonomi, (6) Pemeriksaan
kehamilan dan pelayanan kesehatan, (7) Penyuluhan dan konsultasi.
2.2.4.b Kunjungan Kedua ( K2 )
Meliputi: (1) Identitas/biodata, (2) Riwayat kehamilan, (3) Imunisasi TT,
(4) Pemeriksaankehamilan dan pelayanan kesehatan, (5) Penyuluhan dan
konsultasi.
2.2.4.c Kunjungan Ketiga ( K3 )
Meliputi: (1) Anamnesa (keluhan/masalah), (2) Pemeriksaan kehamilan
dan pelayanan kesehatan, (3) Konseling biaya dan kondisi kegawat daruratan.
2.2.4.dKunjungan Keempat (K4)
Meliputi : (1) Anamnese (keluhan/masalah) (2) Pemeriksaan kehamilan
dan pelayanan kesehatan. (3) Pemeriksaan Psikologis. (4) Pemeriksaan
laboratorium bila ada indikasi/diperlukan. (5) Diagnosa akhir (kehamilan normal,
terdapat penyulit, terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan risiko tinggi), (6)
Sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan).
Menurut Muchtar (2005). Jadwal pemeriksaan antenatal yang dianjurkan
adalah:
a.
Pemeriksaan pertama kali yang ideal yaitu sedini mungkin ketika haid
terlambat satu bulan.
b.
Periksa ulang 1 kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan.
c.
Periksa ulang 2 kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan.
d.
Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan.
e.
Periksa khusus bila ada keluhan atau masalah.
Universitas Sumatera Utara
Dari satu kunjungan ke kunjungan berikutnya sebaiknya dilakukan
pencatatan seperti pada tabel 2.1:
Tabel 2.1 Pemeriksaan Kehamilan
PEMERIKSAAN KEHAMILAN
K1
K2
K3
K4
Tinggi Badan
√
√
√
√
Berat Badan
√
√
√
√
Tekanan Darah
√
√
√
√
Tinggi Fundus Uteri
-
√
√
√
Posisi Janin
-
√
√
√
Imunisasi TT
√
√
√
√
Pemberian Tablet Zat Besi
√
√
√
√
Tes Penyakit Menular Seksual
√
√
√
√
Konseling
√
√
√
√
USG (Ultrasonografi)
√
√
√
√
Perawatan Gigi
√
√
√
√
A. Menilai Kesejahteraan Janin
1. Untuk menilai kesejahteraan janin pada kehamilan resiko tinggi dapat
dilakukan berbagai jenis pemeriksaan atau pengumpulan informasi, baik
yang diperoleh dari ibu hamil maupun dari pemeriksaan oleh petugas
kesehatan.
Berbagai jenis pemeriksaan tersebut adalah:
i. Pengukuran tinggi fundus uteri terutama > 20 minggu yang akan
disesuaikan dengan usia kehamilan saat pemeriksaan dilakukan.
Tinggi fundus yang normal sama dengan usia kehamilan.
ii. Gerakan menendang atau tendangan janin ( 10 gerakan / 12 jam
iii. Gerakan janin
Universitas Sumatera Utara
iv. Gerakan janin yang menghilang dalam waktu 48 jam dikaitkan dengan
hipoksia berat atau janin meninggal
v. Denyut jantung janin
vi. Ultrasonografi
2. Bila usia kehamilan memasuki 34 minggu, selain pemeriksaan di atas, juga
dilakukan pula pemeriksaan tentang:
i. Penilaian Besar janin, letak dan presentasi
ii. Penilaian luas panggul(Prawirohardjo, S, 2009)
1.2.5
Edukasi Kesehatan Bagi Ibu Hamil
Tidak semua ibu hamil dan keluarganya mendapat pendidikan dan
konseling kesehatan yang memadai tentang kesehatan reproduksi, terutama
tentang kehamilan dan upaya untuk menjaga agar kehamilan tetap sehat dan
berkualitas, kunjungan antenatal memberi kesempatan bagi petugas kesehatan
untuk memberikan informasi kesehatan esensial bagi ibu hamildan keluarganya
termasuk rencana persalinan ( di mana, penolong, dana, pendamping, dan
sebagainya ) dan cara merawat bayi, beberapa informasipenting tersebut adalah
sebagai berikut:
2.2.5.aNutrisi yang adekuat
A.
Kalori
Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya adalah
2.500 kalori, jumlah kalori yang berlebih dapat menyebabkan obesitas dan hal ini
merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklamsia, jumlah pertambahan
berat badan sebaiknya tidak melebihi 10-12kg selama hamil. (Prawirohardjo, S,
2009)
B.
Protein
Jumlah protein yang diperlukan ibu hamil adalah 85 gram per hari,
defisiensi
protein
dapat
menyebabkan
prematur,
anemia,
dan
edema.
(Prawirohardjo, S, 2009 )
Universitas Sumatera Utara
C.
Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari, kalsium
dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan
rangka. (Prawirohardjo, S, 2009)
D.
Zat Besi
Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan asupan
zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg/ hari terutama setelah trimester
kedua.(Prawirohardjo, S, 2009)
E.
Asam Folat
Selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi
pematangan sel, jumlah asam folat yang dibutuhkan bagi ibu hamil adalah 400
mikrogram per hari.(Prawirohardjo, S, 2009)
2.2.5.bPerawatan Payudara
Payudara perlu disiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat segera
berfungsi dengan baik pada saat diperlukan, masase payudara untuk
mengeluarkan sekresi, sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan benar karena
masase yang salah dapat menimbulkan kontraksi pada rahim. Basuhan lembut
pada aerola dan puting susu akan dapat mengurangi retak dan lecet pada area
tersebut. Untuk sekresi yang mengering pada puting susu, lakukan pembersihan
dengan menggunakan campuran gliserin dan alkohol. Karena payudara menegang,
sensitif, dan menjadi lebih berat, maka sebaiknya gunakan penopang payudara
yang sesuai.( Ilmu Kebidanan, Sarwono Prawirohadjo, 2009, hlm. 286 ).
2.2.5.cPerawatan Gigi
Paling tidak dibutuhkan dua kali pemeriksaan gigi selama kehamilan, yaitu
pada trimester pertama dan ketiga. Penjadualan untuk trimester pertama terkait
dengan hiperemesis dan ptialisme ( produksi liur yang berlebihan ) sehingga
kebersihan rongga mulut harus selalu terjaga, dianjurkan untuk selalu menyikat
gigi setelah makan karena ibu hamil sangat rentan terhadap terjadinya carries.(
Ilmu Kebidanan, Sarwono Prawirohadjo, 2009, hlm. 287 )
Universitas Sumatera Utara
2.2.5.dKebersihan Tubuh dan Pakaian
Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan, perubahan anatomik
pada perut, area genitalia/lipat paha, dan payudaramenyebabkan lipatan-lipatan
kulit menjadi lebih lembab dan mudah terinvestasi oleh mikroorganisme,
sebaiknya gunakan pancuran atau gayung pada saat mandi, tidak dianjurkan
berendam dalam bathtub, gunakan pakaian yang longgar, bersih dan nyaman dan
hindarkan sepatu ber-hak tinggi (high heels) dan alas kaki yang keras (tidak
elastis) serta korset penahan perut. ( Ilmu Kebidanan, Sarwono Prawirohadjo,
2009, hlm. 287 )
2.2.5.eImunisasi
Imunisasi Tetanus Toksoid memberikan kekebalan aktif terhadap tetanus.
Juga dapat digunakan untuk pencegahan ( Imunisasi Pasif ) maupun pengobatan
penyakit tetanus. Kepada ibu hamil, imunisasi diberikan sebanyak 2 kali, yaitu
pada saat kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan.
Vaksin ini disuntikkan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5mL.
Efek samping dari tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan,
yaitu berupa kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri. (Generasi Sehat Melalui
Imunisasi, Lilis Lisnawati, 2011, hlm. 63).
Pertama tanyakan apakah ibu hamil pernah mendapat suntikan tetanus
toksoid (TT), bila sudah, tanyakan kapan diperolehnya, ibu hamil yang belum
pernah mendapat TT, pada kehamilan sebelumnya atau pada waktu akan menjadi
pengantin, maka perlu mendapat dua kali suntikan TT dengan jarak satu bulan, TT
yang pertama diberikan pada kunjungan antenatal yang pertama, bila sudah
pernah, maka cukup diberikan sekali selama kehamilan, suntikan TT melindungi
ibu dan bayinya dari penyakit tetanus neonatorum. (Asuhan Kebidanan Antenatal,
Salmah, 2006, hlm.115 ).
2.2.6 Pelaksana Pelayanan Antenatal
Pelaksana pelayanan antenatal adalah dokter, bidan (bidan puskesmas,
bidan di desa, bidan di praktek swasta), pembantu bidan, perawat yang sudah
dilatih dalam pemeriksaan kehamilan ( Depkes RI, 2002 ).
Universitas Sumatera Utara
Download