BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Merger dan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tinjauan Teoritis
2.1.1. Merger dan Akuisisi
2.1.1.1. Pengertian Merger dan Akuisisi
Merger merupakan suatu kebijakan yang diambil perusahaan dalam rangka
melakukan ekspansi eksternal perusahaan. Bapepam menyebut istilah merger dan
akuisisi sebagai penggabungan usaha, peleburan usaha, dan pengambilalihan.
Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dengan pengakuisisi
menanggung aset dan kewajiban perusahaan target. Suatu merger harus
mendapatkan persetujuan setidaknya 50 persen pemegang saham dari masingmasing perusahaan. (Brealey et al., 2007:206)
Menurut Sjahrial (2009:327), merger merupakan peleburan secara lengkap
satu perusahaan dengan perusahaan lain. Perusahaan yang utama mempertahankan
nama dan identitasnya, dan ia memeroleh aktiva dan hutang dari perusahaan yang
meleburkan diri. Sesudah suatu merger, perusahaan yang meleburkan diri tadi
setuju menjadi suatu wujud bisnis yang tersendiri. Merger atau penggabungan
usaha ini dilakukan untuk mencapai suatu sinergi. Namun seringkali sinergi ini
tidak tercapai secara optimal. Dalam kebanyakan kasus merger malah merugikan
bagi perusahaan pengakuisisi karena biaya yang dibutuhkan dalam mengakuisisi
perusahaan lain sangatlah besar.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan menurut Sjahrial (2009:328) akuisisi saham adalah suatu cara
untuk memeroleh perusahaan lain dengan membeli hak suara saham secara tunai,
penyertaan saham atau surat berharga lainnya. Proses ini sering dimulai dengan
suatu penawaran tersendiri dari manajemen suatu perusahaan kepada perusahaan
lainnya yang disebut dengan suatu penawaran tender yang ditujukan langsung
kepada pemegang saham perusahaan target. Kemudian para pemegang saham
tersebut memilih untuk menerima penawaran tender saham-saham mereka dengan
mempertukarkan secara tunai atau dengan surat berharga lain tergantung
penawaran. Sedangkan akuisisi aktiva adalah cara suatu perusahaan dapat secara
efektif memeroleh perusahaan lain dengan membeli sebagian besar atau semua
aktivanya, sama halnya dengan membeli suatu perusahaan. Banyak orang yang
bingung dalam membedakan merger dan akuisisi, tetapi sebenarnya merger dan
akuisisi memiliki pengertian yang sama, yaitu suatu cara penggabungan usaha,
hanya merger berarti penggabungan semua aset dan kewajiban dalam satu
perusahaan, sedangkan akuisisi merupakan pembelian saham atau aset perusahaan
lain (Ross, 2006.)
2.1.1.2. Klasifikasi Merger dan Akuisisi
Menurut Ross (2002:818) merger dapat diklasifikasi ke dalam 3 tipe,
yaitu:
A. Merger Horizontal
Merger horizontal adalah merger yang terjadi antar dua atau lebih
perusahaan yang berada dalam lini bisnis atau industri yang sama. Salah
Universitas Sumatera Utara
satu tujuan dari merger horizontal adalah untuk meningkatkan daya saing
melalui efisiensi dan untuk meningkatkan pangsa pasar, karena perusahaan
yang melakukan merger horizontal biasanya adalah perusahaan yang dulu
bersaing. (Brealey et al., 2007:207)
B. Merger Vertikal
Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan
yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi.
Merger ini dilakukan oleh perusahaan hulu terhadap perusahaan hilir, atau
sebaliknya, perusahaan hilir terhadap perusahaan hulu. Keuntungan yang
daat diperoleh dari merger vertikal ini antara lain adalah terjaminnya
pemasokan bahan baku, penekanan biaya transaksi, dan terciptanya
koordinasi yang lebih baik di dalam perusahaan.
C. Merger Konglomerat
Merger konglomerat adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih
perusahaan yang masing-masing perusahaan bergerak dalam industri yang
tidak terkait. Apabila merger konglomerat ini dilakukan secara terus
menerus oleh suatu perusahaan maka akan tercipta konglomerasi. Tujuan
utama merger konglomerat adalah untuk mencapai pertumbuhan badan
usaha dengan cepat dan mendapatkan hasil yang lebih baik (Brealey,
2007:207).
Selain tiga tipe merger yang telah disebutkan, Sartono (2001:366) menambahkan
satu tipe merger yang lain, yaitu merger kongenerik, yaitu penggabungan dua
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang sejenis atau dalam industri yang sama tetapi tidak memproduksi
produk yang sama maupun tidak ada keterkaitan supplier.
2.1.1.3 Motif dan Alasan Merger dan Akuisisi
Menurut Moin (2003) ada beberapa motif yang mendorong suatu
perusahaan dalam melakukan merger dan akuisisi, yaitu:
A. Motif Ekonomi
Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu
meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham.
B. Motif Sinergi
Jika nilai perusahaan setelah merger lebih besar daripada nilai masingmasing perusahaan sewaktu terpisah maka merger tersebut masuk akal.
Nilai yang lebih besar ini disebut sinergi (Sjahrial, 2009:335).
Menurut Ross,et al. (2006) sumber-sumber sinergi dapat bersumber dari :
a. Peningkatan Pendapatan
Peningkatan pendapatan dapat diperoleh dari meningkatnya kemampuan
pemasaran perusahaan, keuntungan strategi, dan meningkatnya kekuatan
pasar.
b. Penurunan Biaya
Skala ekonomis adalah salah satu faktor penurunan biaya dapat terjadi.
Skala ekonomis menyangkut rata-rata biaya per satuan barang-barang dan
jasa yang diproduksi. Jika biaya produksi per satuan turun karena tingkat
Universitas Sumatera Utara
produksi meningkat, maka skala ekonomis terjadi (Sjahrial, 2009:338).
Faktor lain adalah ekonomis pada integrasi vertikal, sumber daya yang
melengkapi, dan eliminasi atas inefisiensi manajemen.
c. Keuntungan dari Pajak
Sumber sinergi ini mencakup faktor kerugian operasi bersih, kapasitas
utang yang tidak digunakan, dan dana surplus.
d. Biaya Modal
Pengurangan biaya modal juga dapat terjadi apabila dilakukan merger.
Dalam menerbitkan sekuritas, perusahaan yang melakukan merger juga
mencapai skala ekonomi. (Ross et al., 2003:825)
Di samping motif-motif di atas, merger terkadang dilakukan dengan alasan yang
meragukan (Brealy et al., 2007:207), yaitu :
A. Diversifikasi
Menurut Syahyunan (2013:137) alasan diversifikasi dalam melakukan
merger tidak masuk akal, karena diversifikasi tidaklah menimbulkan
manfaat karena tidak menciptakan pertambahan nilai dimana pasar akan
menentukan nilai perusahaan berdasarkan risiko yang tidak bisa dihindari.
B. Bootstrapping Game
Dengan dilakukannya merger dan akuisisi akan menciptakan pandangan
bahwa pasti akan tercipta peningkatan laba bagi perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi tersebut. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk
mengelabui investor. Membeli perusahaan dengan rasio harga-laba rendah
dapat meningkatkan laba per saham. Tetapi peningkatan ini tidak akan
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan harga saham yang lebih tinggi. Peningkatan laba jangka
pendek akan diimbangi oleh pertumbuhan laba masa depan yang lebih
rendah (Brealey, et al., 2007:212). Jika pasar cerdas maka mereka akan
menyadari bahwa perusahaan yang bergabung seharusnya dinilai dengan
merata-ratakan jumlah nilai perusahaan ketika masih belum bergabung
(Ross, 2006:838).
Sartono (2001:373) mengemukakan bahwa ada lima alasan suatu perusahaan
melakukan merger dan akuisisi, yaitu :
A. Economies of Scale
Dengan merger perusahaan dapat mencapai skala operasi yang ekonomis.
Yang dimaksud dengan skala yang ekonomis adalah skala operasi dengan
biaya rata-rata terendah. Tidak jarang dengan melakukan merger maka
duplikasi fasilitas operasi dapat dihilangkan, begitu juga dengan usaha
pemasaran daat lebih efisien, sistem akuntansi akan lebih baik, pengadaan,
dan proses roduksi dapat dikonsolidasikan. Sales force dapat dikurangi untuk
menghindari duplikasi usaha pemasaran yang menyangkut wilayah. Dengan
merger dapat diperoleh sinergysm, yaitu nilai keseluruhan lebih besar dari
penjumlahan nilai bagian-bagiannya (4+4=10).
B. Memperbaiki Manajemen
Beberapa perusahaan dikelola dengan cara yang kurang efisien. Kurangnya
motivasi untuk mencapai profit yang tinggi, kurangnya keberanian untuk
mengambil risiko sering mengakibatkan perusahaan kalah dalam persaingan.
Universitas Sumatera Utara
Dengan merger maka perusahaan dapat mempertahankan karyawannya hanya
ada tingkat yang benar-benar diperlukan sehingga kemakmuran pemegang
saham dapat ditingkatkan. Di samping itu efisisensi serta produktivitas
karyawan dapat ditingkatkan (Sartono,2001:374).
C. Penghematan Pajak
Penghematan pajak dapat dilakukan dengan melakukan merger oleh
perusahaan yang memiliki kerugian pajak dengan perusahaan yang
menghasilkan laba, dimana perusahaan yang mengakuisisi akan menaikkan
kombinasi pendapatan setelah pajak dengan mengurangkan pendapatan
sebelum pajak dari perusahaan yang diakuisisi (Syahyunan, 2013:136).
D. Diversifikasi / Risk Reduction
Cara ini memang paling mudah yakni dengan menggabungkan dua
perusahaan yang berbeda maka kini dimiliki jenis usaha yang lebih besar tana
harus melakukan dari awal.
E. Meningkatkan Corporate Growth Rate
Melalui
merger
ataupun
akuisisi
perusahaan
dapat
meningkatkan
pertumbuhannya. Hal ini dimungkinkan karena penguasaan jaringan
pemasaran yang lebih luas, manajemen yang lebih baik, dan efisiensi yang
lebih tinggi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.4. Akuntansi dalam Merger dan Akuisisi
Ketika suatu perusahaan mengakuisisi perusahaan lain, Ross et al.
(2006:825) membagi perlakuan akuntansi menjadi 2, yaitu:
a. Metode Pembelian
Metode pembelian dalam akuisisi merupakan metode dimana perusahaan
pengakuisisi membeli suatu perusahaan berdasarkan nilai pasarnya. Dalam
metode inilah dikenal istilah goodwill. Goodwill adalah selisih antara
harga beli yang dikeluarkan perusahaan pengakuisisi dengan nilai pasar
dari aset individual yang diakuisisi (Ross et al., 2006:825). Sebagai
contoh, perusahaan A mengakuisisi perusahaan B dengan metode
pembelian. Perusahaan B memiliki kas sebesar Rp200.000.000 dan
bangunan dengan nilai buku Rp100.000.000. Setelah dilakukan penilaian,
ditentukan nilai pasar bangunan perusahaan B adalah Rp125.000.000,
maka nilai pasar perusahaaan B adalah Rp300.000.000. Kemudian
perusahaan A membayar Rp375.000.000 kepada perusahaan B. Selisih
antara nilai pasar dan jumlah yang dibayar perusahaan A yaitu sebesar
Rp75.000.000 dicatat sebagai goodwill.
Goodwill ini kemudian akan
diamortisasi dalam jangka waktu tertentu.
b. Pooling of Interest
Berbeda dengan metode pembelian, metode pooling of interest tidak
melihat nilai pasar yang berlaku. Total aset yang terdapat pada perusahaan
baru berada pada level yang sama dengan jumlah aset dari masing-masing
perusahaan yang bergabung.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.5. Keunggulan dan Kelemahan Merger dan Akuisisi
Menurut Moin (2003) keunggulan merger dan akuisisi antara lain adalah
sebagai berikut :
a. Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas.
b. Memeroleh kemudahan dana atau pembiayaan
c. Memeroleh karyawan yang lebih berpengalaman
d. Mendapatkan pelanggan yang lebih mapan tanpa harus merintis dari awal
e. Memeroleh sistem operasional dan administratif yang mapan
f. Mengurangi risiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen
baru
g. Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru
h. Memeroleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang lebih cepat
Syahyunan (2013:136) menjelaskan keunggulan dan kelemahan merger dan
akuisisi :
a. Keunggulan Merger
Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah dibanding
dengan pengambilalihan yang lain.
b. Kelemahan Merger
Dibandingkan dengan akuisisi, merger memiliki beberapa kekurangan , yaitu
harus adanya persetujuan dari para pemegang saham masing-masing
perusahaan, sedangkan untuk mendapatkan persetujuan tersebut diperlukan
waktu yang lama.
Universitas Sumatera Utara
c. Keunggulan Akuisisi
1) Akuisisi saham tidak memerlukan rapat pemegang saham maupun suara
pemegang saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran
bidding firm, mereka dapat menahan sahamnya dan tidak menjual kepada
pihak bidding firm.
2) Dalam akuisisi saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan
langsung dengan pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan
melakukan tender over sehingga tidak diperlukan persetujuan manajemen
perusahaan.
3) Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen perusahaan, akuisisi
saham dapat digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak
bersahabat.
4) Akuisisi aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan
mayoritas suara pemegang saham seperti pada akuisisi saham sehingga
tidak ada halangan bagi pemegang saham minoritas jika mereka tidak
menyetujui akuisisi.
d. Kelemahan Akuisisi
1) Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui
pengambilaihan tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya
anggaran dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua per tiga (sekitar
67%) suara setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi.
2) Apabila perusahaan mengambilalih seluruh perusahaan yang dibeli, maka
terjadi merger.
Universitas Sumatera Utara
Sjahrial (2009:341) mengemukakan beberapa cara untuk menghindari
kesalahan dalam melakukan akuisisi, yaitu:
a.
Jangan abaikan nilai pasar
Nilai pasar yang sekarang berlaku mewakili pendapat para investor
mengenai nilai perusahaan (di bawah manajemen yang ada). Penggunaan
nilai ini sebagai suatu titik awal.
b.
Perkirakan hanya pertambahan aliran kas
Penting untuk memperkirakan pertambahan aliran kas sebagai hasil dari
akuisisi. Analisis akuisisi harus fokus hanya pada penciptaan yang baru
pada pertambahan aliran kas dari akuisisi yang diusulkan.
c.
Menggunakan tingkat diskonto yang benar
Tingkat diskonto harus menjadi tingkat keuntungan yang diharakan untuk
pertambahan aliran kas yang terkait dengan akuisisi, dan harus
menggambarkan risiko yang terkait dengan penggunaan dana, bukan
sumber.
d.
Waspadalah terhadap biaya transaksi
Suatu akuisisi mungkin melibatkan biaya transaksi yang nyata, meliputi
biaya untuk investasi bank, biaya untuk bidang hukum dan kebutuhankebutuhan untuk keterbukaan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Kinerja Keuangan
2.1.2.1. Pengertian Kinerja Keuangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), kinerja adalah sesuatu
yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja (tentang peralatan).
Dalam suatu perusahaan, kinerja keuangan adalah alat untuk mengukur
kedudukan keuangan perusahaan tersebut dalam suatu periode tertentu dengan
melakukan analisa terhadap laporan keuangan perusaha
2.1.2.2. Metode Analisa Kinerja Keuangan
Courties dalam Harahap (2011:300) melihat tiga aspek penting dalam
menganalisis laporan keuangan yaitu sebagai berikut:
1.
Profitabilitas
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang digambarkan oleh
return on investment (ROI). Ia melihat ROI ini digambarkan lebih rinci
lagi oleh rasio profit margin dan capital turnover.
2.
Management Performence
Mencakup kebijakan kredit, persediaan, administrasi dan struktur modal
dan aset. Analisis-analisis ini dianggap dapat menilai prestasi manajemen.
3.
Solvency
Yaitu kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya. Solvency ini
digambarkan oleh arus kas, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Riyanto (2001) analisis terhada rasio keuangan dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu :
a. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari
waktu yang lalu (historical ratio) atau dengan rasio-rasio yang yang
diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang
lama.
b. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (company ratio) dengan
rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio
industri/rasio rata-rata/rasio standar) untuk waktu yang sama.
Ross (2002:10) mengklasifikasi rasio keuangan menjadi empat kelompok :
A. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas memperlihatkan seberapa besar kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba. Yang termasuk dalam rasio profitabilitas menurut
Brealey, Myers, Marcus (2007:80) adalah margin laba, margin laba operasi,
pengembalian atas aset atau return on assets (ROA), pengembalian atas
ekuitas atau return on equity (ROE), rasio pembayaran dividen, rasio laba
ditahan, dan pertumbuhan ekuitas dari laba ditahan.
B. Rasio Aktivitas
Melalui rasio aktivitas dapat diketahui seberapa baik suatu perusahaan
mengelola aset yang dimilikinya. Rasio aktivitas berhubungan dengan
efektivitas dan efisiensi, itu sebabnya rasio aktivitas disebut juga dengan rasio
efisiensi (Brealey et al., 2007:79). Masih menurut Brealey, yang termasuk
dalam rasio aktivitas / efisiensi ini adalah total perputaran aset, rata-rata
Universitas Sumatera Utara
periode penagihan, perputaran persediaan, dan jumlah hari penjualan
persediaan.
C. Rasio Leverage
Rasio leverage ini mengukur hubungan antara pendanaan yang diperoleh dari
kreditor atau hutang dengan pendanaan dari pemilik atau pemegang saham.
Penggunaan hutang yang terlalu besar dalam pendanaan suatu perusahaan
juga meningkatkan risiko perusahaan (Ross, 2002:13). Rasio leverage terdiri
atas rasio utang jangka panjang, rasio utang jangka panjang-ekuitas, rasio
total utang, tingkat kemampuan membayar bunga, dan rasio cakupan kas.
Menurut Brigham dan Houston (2001) keputusan penggunaan utang atau
leverage
mengharuskan
perusahaan
untuk
menyeimbangkan
hasil
pengembalian yang lebih tinggi terhada kenaikan risiko.
D. Rasio Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan untuk menjual sebuah aset guna mendapatkan
kas pada waktu singkat. Aset yang likuid dapat diubah menjadi kas dengan
cepat dan murah (Brealey et al., 2007:77). Jadi rasio likuiditas adalah rasio
yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Yang termasuk dalam rasio likuiditas adalah modal kerja
bersih terhadap aset, rasio lancar. rasio cepat, dan rasio kas.
Sedangkan pada tahun 2006 Ross et al. (2006:33) membagi kinerja keuangan
menjadi lima area, yaitu:
A. Short-term solvency, merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
Universitas Sumatera Utara
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Rasio yang termasuk ke dalam
kelompok ini adalah current ratio dan quick ratio.
B. Activity, merupakan kemampuan perusahaan dalam mengendalikan investasi
yang tertanam dalam aset perusahaan. Rasio yang termasuk ke dalam
kelompok activity adalah total assest turnover, receivable turnover, dan
inventory turnover.
C. Financial leverage, yaitu untuk mengetahui bagaimana struktur pendanaan
perusahaan, baik dari utang maupun ekuitas. Ke dalam kelompok ini
termasuk debt ratio dan interest coverage.
D. Profitability,
untuk
mengetahui
perusahaan
mana
yang
potensi
keuntungannya tinggi. Rasio yang termasuk adalah profit margin, return on
assets, return on equity, dan payout ratio.
E. Value, yaitu untuk menghitung nilai perusahaan. Untuk dapat mengetahui
nilai perusaan digunakan price-to-earnings (P/E) ratio, dan dengan
menghitung market price dan dividend yield.
Dalam penelitian analisis perbedaaan kinerja keuangan sebelum dan setelah
merger dan akuisisi ini, peneliti akan menggunakan beberapa rasio yang dianggap
akan mewakili empat kelompok rasio keuangan di atas untu mengetahui posisi
keuangan perusahaan, yaitu :
1) Net Profit Margin (NPM)
Rasio
ini
digunakan
untuk
mengetahui
proporsi
pendapatan
yang
berhubungan dengan laba bersih. Apabila net profit margin adalah 3,86%
Universitas Sumatera Utara
berarti bahwa setia Rp1,- penjualan mampu menghasilkan laba bersih sebesar
Rp0,0386.
2) Return on Assets (ROA)
Return on assets atau dapat juga disebut return on investment menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan
(Agus Sartono,2001:123). Apabila return on investment sebesar 5,31% berarti
bahwa dengan menggunakan Rp1.000 aktiva akan menghasilkan laba bersih
sebesar Rp53,10.
3) Return on Equity (ROE)
Pengembalian atas ekuitas saham biasa atau return on equity (ROE) menurut
Brigham dan Houston (2001) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
pengembalian atas saham ekuitas saham biasa, atau tingkat pengembalian atas
investasi pemegang saham. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya
utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga
akan semakin besar.
4) Total Assets Turnover (TATO)
Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauhmana kemampuan dana yang
tertanam dalam keseluruhan aktiva perusahaan berputar dalam satu periode
tertentu, yaitu dengan membagi penjualan dengan total aktiva (Brigham dan
Houston ,2001).
5) Current Ratio (CR)
Current ratio dihitung untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Perubahaan rasio
Universitas Sumatera Utara
lancar bisa menyesatkan karena dapat saja terjadi ketika modal kerja bersih
tidak berubah tetapi current ratio berubah. Untuk itu perusahaan lebih suka
menggunakan investasi jangka pendek bersih terhadap utang jangka pendek
ketika menghitung current ratio. (Brealey et al., 2007:78)
6) Quick Ratio
Rasio ini digunakan karena persediaan tidak dapat dijual secara fleksibel,
yaitu kapanpun dan dengan harga berapun, maka manajer seringkali lebih
memusatkan perhatian kepada kas, sekuritas, dan piutang.
7) Debt Ratio
Debt ratio dihitung untuk mengetahui seberapa besar aktiva perusahaan yang
didanai oleh utang. Debt ratio sebesar 58,03% berarti bahwa dari total aktiva
yang dimilki perusahaan sebesar 58,03% nya dibiayai dengan utang. Semakin
besar risiko ini, semakin besar pula risiko yang dihadapi perusahaan, dan
investor akan meminta pengembalian yang lebih tinggi (Sartono,2001:121).
8) Earning per Share (EPS)
Earning per share dihitung untuk dapat mengetahui besarnya laba atau
earning per lembar saham yang akan dibagikan perusahaan kepada para
pemegang saham.
9) Price-to-Earnings Ratio (PER)
Price-to-earnings ratio menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga
saham terhadap earning perusahaan. atau disebut juga dengan pendekatan
multiplier dihitung untuk mengetahui berapa kali nilai earning yang
tercermin dalam harga suatu saham.
Universitas Sumatera Utara
Harahap (2011:298) menjabarkan keunggulan dan keterbatasan penggunaan
analisis rasio sebagai berikut:
A. Keunggulan Analisis Risiko
1) Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan
2) Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit
3) Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4) Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi (Z-score)
5) Menstandarisir ukuran peusahaan.
6) Lebih mudah membandingkan satu perusahaan dengan perusahaan lain
atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik.
7) Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa
yang akan datang
B. Keterbatasan analisis risiko
1) Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
2) Keterbatasan yang dimiliki akuntansi yang menjadi keterbatasan teknik,
seperti nilai yang terkandung bukan merupakan nilai pasar, klasifikasi
dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio, dan banyaknya
perhitungan rasio yang mengandung taksiran.
Universitas Sumatera Utara
3) Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan
kesulitan menghitung rasio.
4) Setiap perusahaan menggunakan teknik dan standar akuntansi yang tidak
selalu sama.
2.2.
Penelitian Terdahulu
Berikut adalah Tabel 2.1 yang merupakan ringkasan penelitian-penelitian
yang sejenis yang telah dilakukan sebelumnya.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
Nama
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Metode
Analisis
Hasil Analisis
1.
Novi Puji Manajemen Laba dan
Kinerja Keuangan
Lestari
Perusahaan Pengakuisisi
(2011)
Sebelum dan Setelah
Merger
Proxy
discretionary
accruals
Merger tidak
berengaruh terhadap
kenaikan laba,
terhadap kinerja
keuangan berpengaruh
negatif
2.
Siti Fatimah Analisis Perbedaan
(2013)
Kinerja Keuangan
Sebelum dan Sesudah
Akuisisi (Pada
Perusahaan Publik yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 20072009)
Paired
Sampel T
test,
Wilcoxon
Sign Rank
Test
Kinerja keuangan
pengakuisisi yang
diukur dengan rasio
keuangan tidak
menunjukkan
perbedaan antara
sebelum dan sesudah
akuisisi.
Universitas Sumatera Utara
No.
Nama
Peneliti
(Tahun)
3.
Putri
Novaliza
dan Atik
Djajanti
(2013)
4.
Vally Auqie Dampak Merger dan
(2013)
Akuisisi Terhadap
Abnormal Return dan
Kinerja Keuangan Bidder
Firm di Sekitar Tanggal
Pengumuman Merger dan
Akuisisi pada Perusahaan
yang Terdaftar pada BEI
Periode 2009-2011
2.3.
Metode
Analisis
Judul Penelitian
Analisis Pengaruh Merger
dan Akuisisi Terhadap
Kinerja Perusahaan
Publik di Indonesia
(Periode 2004-2011)
Hasil Penelitian
Uji Paired Merger dan akuisisi
Sample
T- tidak memberikan
test
pengaruh terhadap
kinerja keuangan,
hanya pada Return on
assets yang
mengalami perbedaan
sebelum dan setelah
merger dan akuisisi
One Sample Tidak ada dampak
T-Test,
signifikan yang
Wilcoxon
diterima oleh
Signed Rank pemegang saham
Test, Paired bidder firm. Terjadi
Sample
T- penurunan pada AR,
CAR, dan ROA.
Test
Kerangka Penelitian
Merger dan akuisisi adalah suatu kegiatan ekspansi eksternal dengan
kebijakan penggabungan dan pengambilalihan perusahaan. Dengan merger dan
akuisisi perusahaan berharap kinerja akan lebih baik, baik kinerja operasional,
kinerja manajemen maupun kinerja finansial. Perbaikan kinerja yang menciptakan
nilai tambah ini disebut dengan sinergi, yang dapat bersumber dari peningkatan
pendapatan, penurunan biaya, keuntungan dari pajak, penurunan biaya modal dan
perbaikan manajemen.Untuk mengetahui apakah merger dan akuisisi benar-benar
dapat memberikan dampak positif bagi perusahaan maka dilakukanlah suatu
analisis terhadap laporan keuangan yang dapat dilakukan dengan analisis rasio
keuangan sebelum dan setelah merger dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Berbagai penelitian terdahulu telah dilakukan untuk melakukan analisa
terhadap perbedaan kinerja keuangan sebelum dan setelah melakukan merger dan
akuisisi ini, namun hasil yang ditunjukkan berbeda-beda. Banyak hasil penelitian
yang menyatakan tidak terdapat perbedaan pada kinerja keuangan, bahkan
beberapa penelitian menunjukkan bahwa setelah merger dan akuisisi terjadi
penurunan terhadap kinerja keuangan. Berdasarkan latar belakang dan perumusan
masalah yang telah dikemukakan sebelumnya maka model kerangka konseptual
yang menjelaskan bagaimana perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum
dan sestelah merger dan akuisisi ditunjukkan pada gambar 2.1.
Sebelum
Sesudah
Kinerja Keuangan
Kinerja Keuangan
1. Current ratio
2. Quick ratio
1. Current ratio
≠
2. Quick ratio
3. Total assest
turnover
3. Total assets
turnover
4. Return on assets
4. Return on assets
5. Return on equity
5. Return on equity
6. Net profit margin
6. Net profit margin
7. Debt Ratio
7. Debt Ratio
8. Earning per Share
8. Earning per Share
9. Price Earning
Ratio
9. Price Earning
Ratio
Gambar 2.1.
Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
2.4. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan teoritis dan
kerangka penelitian yang telah disebutkan di atas maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
Ha
: Kinerja keuangan perusahaan manufaktur sebelum merger dan akuisisi
berbeda dengan setelah merger dan akuisisi
Ha1
: Current ratio perusahaan manufaktur sebelum merger dan akuisisi
berbeda setelah merger dan akuisisi
Ha2
: Quick ratio perusahaan manufaktur sebelum merger dan akuisisi
berbeda setelah merger dan akuisisi
Ha3
: Total assets turnover perusahaan manufaktur sebelum merger dan
akuisisi berbeda setelah merger dan akuisisi
Ha4
: Return on assets perusahaan manufaktur sebelum merger dan akuisisi
berbeda setelah merger dan akuisisi
Ha5
: Return on equity perusahaan manufaktur sebelum merger dan akuisisi
berbeda setelah merger dan akuisisi
Ha6
: Net profit margin perusahaan manufaktur sebelum merger dan akuisisi
berbeda setelah merger dan akuisisi
Ha7
: Debt ratio perusahaan manufaktur sebelum merger dan akuisisi berbeda
setelah merger dan akuisisi
Ha8
: Earninng per share perusahaan manufaktur sebelum merger dan
akuisisi
Ha9
berbeda setelah merger dan akuisisi
: Price-to-earnings ratio perusahaan manufaktur sebelum dan setelah
akuisisi berbeda setelah merger dan akuisisi
Universitas Sumatera Utara
Download