Jurnal keuangan & Bisnis Volume 3 No. 3, November 2011 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN KOMUNIKASI INTERN TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI PADA RS. ESTOMIHI MEDAN T.Teviana ([email protected]) Dosen Universitas Negeri Medan ABSTRACT Work effectiveness organization is determined by the leader style of leadership and communication skill. This study aims to determine and explain the influence of leadership style and effectiveness of internal communications to employees working on Estomihi Hospital Medan. There are 124 employees as population and 55 as samples. Data collection techniques were used through questionnaire that measure by the Likert scale and statistically processed were using the method of path analysis. The results showed that the combination of leadership styles and effectiveness of internal communications to work with R square value of 0.648. Characteristics of the leadership style influence the effectiveness of working. On the other hand, internal communication has an influence on the effectiveness.Thus the purpose of this study have been completed, where all the variables correlated with each other. Keyword: Leadership Style, Internal Communication, Work Effectiveness keunggulan masing-masing yang akan membedakannya dengan gaya kepemimpinan lainnya. Selain gaya kepemimpinan, komunikasi intern juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam mewujudkan efektivitas kerja yang positif. Komunikasi intern adalah proses penyampaian pesan-pesan yang berlangsung antar anggota organisasi, dapat berlangsung antara pimpinan dengan bawahan, pimpinan dengan pimpinan, maupun bawahan dengan bawahan. Komunikasi intern akan lebih efektif, jika berbagai faktor yang mendukung keberhasilan dapat digunakan secara bersamasama. Faktor-faktor tersebut diantaranya : berusaha memperoleh umpan balik, menggunakan bahasa yang benar dengan diikuti gerakan badan untuk memperjelas isi pesan, dan bila perlu dilakukan pengulangan dalam hal penyampaian, menempatkan diri baik sebagai penyampai maupun penerima. Efektivitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan, dengan kata lain efektifitas kerja adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target ( kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai, dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya. RS. ESTOMIHI merupakan salah satu Rumah Sakit swasta yang bergerak di bidang PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan yaitu terwujudnya efektivitas kerja yang positif. Untuk mewujudkan efektivitas kerja yang positif tentunya bukan merupakan usaha yang mudah, karena dipengaruhi beberapa faktor diantaranya : lingkungan kerja, tata ruang kantor, suasana kerja, gaya kepemimpinan dan komunikasi baik intern maupun ekstern dan lain sebagainya. Berkaitan dengan hal tersebut dalam penelitian ini hanya akan membahas faktor gaya kepemimpinan dan komunikasi intern. Keberhasilan suatu organisasi sangat ditentukan oleh pemimpin dan gaya kepemimpinannya dalam organisasi. Gaya kepemimpinan merupakan cara yang dilakukan oleh seseorang yaitu pemimpin dalam menjalin suatu hubungan dan mempengaruhi bawahannya untuk bekerja sama secara sukarela dalam mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan untuk mencapai hal yang diinginkan oleh pemimpin. Setiap pemimpin biasanya mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda antara satu dengan yang lain, dan setiap gaya kepemimpinan tentunya memiliki 200 2011 T. Teviana jasa kesehatan yang juga merupakan salah satu pusat rujukan pelayanan kesehatan yang berusaha memberikan pelayanan menyeluruh dibidang kesehatan secara cermat dan tepat.. Rumah sakit ini terdiri dari 50 kamar dengan kapasitas ±100 tempat tidur pasien. Dengan didukung tenaga medis yang professional serta sarana dan prasarana yang modern dan lengkap serta tarif yang terjangkau oleh masyarakat pada umumnya. Dalam penelitian awal, beberapa pegawai di Rumah Sakit Estomihi menyatakan bahwa gaya kepemimpinan di Rumah sakit tersebut belum efektif karena pimpinan lebih fokus terhadap hasil kerja daripada hubungan dengan para bawahannya sebagai orang yang melaksanakan pekerjaan, sehingga komunikasi intern yang terjadi di rumah sakit tersebut pun dianggap kurang efektif. mempemgaruhi orang lain untuk berupaya pula mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Dalam hal ini dapat dilihat bahwa, kepemimpinan erat kaitannya dengan orang lain , bagaimana seseorang yang dikatakan pemimpin berinteraksi dengan bawahan atau pengikut sehingga dengan sendirinya para bawahan melakukan hal yang diinginkan oleh atasan. Pengertian Gaya Kepemimpinan Menurut Husnan (2002) gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Tjiptono (2002) gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Sementara itu, pendapat lain menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain (Hersey, 2004). Davis dan John W. Newstrom (2000) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Rumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah ” Apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan dan komunikasi intern terhadap efektifitas kerja pegawai pada RS.ESTOMIHI Medan?” KAJIAN PUSTAKA Gaya Kepemimpinan Pengertian Kepemimpinan Sayuti (2000) kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing dan mempengaruhi pikiran, perasaaan, tindakan dan tingkah laku orang lain untuk digerakkan ke arah tujuan tertentu. Wexley & L.A. Yulk (2003) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka. Gibson et.al. (2002), Kepemimpinan adalah suatu upaya penggunaan jenis pengaruh bukan paksaan untuk memotivasi orangorang mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa kepemimpinan adalah sebuah upaya Model Kepemimpinan Model kepemimpinan didasarkan pada pendekatan yang mengacu kepada hakikat kepemimpinan yang berlandaskan pada perilaku dan keterampilan seseorang yang berbaur kemudian membentuk gaya kepemimpinan yang berbeda. Beberapa model yang menganut pendekatan ini, di antaranya adalah sebagai berikut : 1. Model Kepemimpinan Kontinum (Otokratis-Demokratis). Hersey (2004) berpendapat bahwa pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang 201 200 - 211 Jurnal Keuangan & Bisnis menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis. 2. Model Kepemimpinan Likert (Likert’s Management System). Likert dalam Stoner (2001) menyatakan bahwa dalam model kepemimpinan dapat dikelompokkan dalam empat sistem, yaitu sistem otoriter, otoriter yang bijaksana, konsultatif, dan partisipatif. Penjelasan dari keempat sistem tersebut adalah seperti yang dijelaskan dibawah ini: Dalam sistem otoriter (Sangat Otokratis) pimpinan menentukan semua keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan, dan memerintahkan semua bawahan untuk menjalankannya. Untuk itu, pemimpin juga menentukan standar pekerjaan yang harus dijalankan oleh bawahan. Sistem Otoriter Bijak (Otokratis Paternalistik). Perbedaan dengan sistem sebelumnya adalah terletak kepada adanya fleksibilitas pimpinan dalam menetapkan standar yang ditandai dengan meminta pendapat kepada bawahan. Selain itu, pimpinan dalam sistem ini juga sering memberikan pujian dan bahkan hadiah ketika bawahan berhasil bekerja dengan baik. Namun demikian, pada sistem inipun, sikap pemimpin yang selalu memerintah tetap dominan. Sistem Konsultatif. Kondisi lingkungan kerja pada sistem ini dicirikan adanya pola komunikasi dua arah antara pemimpin dan bawahan. Pemimpin dalam menerapkan kepemimpinannya cenderung lebih bersifat menudukung. Selain itu sistem kepemimpinan ini juga tergambar pada pola penetapan target atau sasaran organisasi yang cenderung bersifat konsultatif dan memungkinkan diberikannya wewenang pada bawahan pada tingkatan tertentu. Sistem Partisipatif. Pada sistem ini, pemimpin memiliki gaya November kepemimpinan yang lebih menekankan pada kerja kelompok sampai di tingkat bawah. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemimpin biasanya menunjukkan keterbukaan dan memberikan kepercayaan yang tinggi pada bawahan. Sehingga dalam proses pengambilan keputusan dan penentuan target pemimpin selalu melibatkan bawahan. Dalam sistem inipun, pola komunikasi yang terjadi adalah pola dua arah dengan memberikan kebebasan kepada bawahan untuk mengungkapkan seluruh ide ataupun permasalahannya yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan. 3. Model Kepemimpinan Managerial Grid. Dalam model manajerial grid yang disampaikan oleh Blake dan J. Mouton (2001) memperkenalkan model kepemimpinan yang ditinjau dari perhatiannya terhadap tugas dan perhatian pada orang. Kedua sisi tinjauan model kepemimpinan ini kemudian diformulasikan dalam tingkatan-tingkatan, yaitu antara 0 sampai dengan 9. Grid 1.1 disebut Impoverished leadership (Model Kepemimpinan yang Tandus), dalam kepemimpinan ini si pemimpin selalu menghidar dari segala bentuk tanggung jawab dan perhatian terhadap bawahannya. 1. Grid 1.9 disebut Country Club leadership (Model Kepemimpinan Perkumpulan), pimpinan lebih mementingkan hubungan kerja atau kepentingan bawahan, sehingga hasil/tugas kurang diperhatikan 2. Grid 5.5 disebut Middle of the road (Model Kepemimpinan Jalan Tengah), di mana si pemimpin cukup memperhatikan dan mempertahankan serta menyeimbangkan antara moral bawahan dengan keharusan penyelesaian pekerjaan pada tingkat yang memuaskan, di mana hubungan antara pimpinan dan bawahan bersifat kebapakan. 3. Grid 9.1 disebut Task leadership (Model Kepemimpinan Tugas), 202 2011 T. Teviana kepemimpinan ini bersifat otoriter karena sangat mementingkan tugas/hasil dan bawahan dianggap tidak penting karena sewaktu-waktu dapat diganti. 4. Grid 9.9 disebut Team leadership (Model Kepemimpinan Tim), pimpinan menaruh perhatian besar terhadap hasil maupun hubungan kerja, sehingga mendorong bawahan untuk berfikir dan bekerja (bertugas) serta terciptanya hubungan yang serasi antara pimpinan dan bawahan. terbaik dalam situasi-situasi yang cukup menguntungkan. 5. Model Kepemimpinan Tiga Dimensi. Model kepemimpinan ini dikembangkan oleh Redin yang pada dasarnya merupakan pengembangan dari model yang dikembangkan oleh Universitas Ohio dan model Managerial Grid. Perbedaan utama dari dua model ini adalah adanya penambahan satu dimensi pada model tiga dimensi, yaitu dimensi efektivitas. Secara umum, dimensi efektivitas lingkungan terdiri dari dua bagian, yaitu dimensi lingkungan yang tidak efektif dan efektif. 6. Model Kepemimpinan Situasional Model kepemimpinan ini dikembangkan oleh Hersey dan Blancard, model kepemimpinan situasional mencoba mengkombinasikan proses kepemimpinan dengan situasi dan kondisi yang ada. Pada dasarnya, konsepsi gaya kepemimpinan situasional menekankan kepada perilaku pimpinan dengan bawahan saja, yang dihubungkan dengan tingkat kematangan dan kesiapan bawahannya. Kematangan dalam hal ini diartikan sebagai kemauan dan kemampuan dari bawahan untuk bertanggung jawab dalam mengarahkan perilaku sendiri. Menurut Ramdhan (2004) merumuskan ada 4 (empat) perilaku dasar kepemimpinan situasional, yaitu : a. Perilaku direktif Perilaku direktif adalah perilaku yang diterapkan apabila pimpinan dihadapkan pada tugas yang rumit dan bawahan belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut, atau pimpinan berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Pimpinan menjelaskan apa yang perlu dan harus dikerjakan. b. Perilaku konsultatif Perilaku konsultatif adalah perilaku yang diterapkan ketika Berdasarkan uraian di atas, model kepemimpin yang paling baik adalah Grid 9.9, dimana perhatian pimpinan terhadap hasil kerja dan hubungan dengan para bawahan sama-sama tinggi. 4. Model Kepemimpinan Kontingensi. Model kepemimpinan kontingensi dikembangkan oleh Fiedler. Gaya kepemimpinan yang paling sesuai bagi sebuah organisasi bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja. Terdapat tiga variabel utama yang cenderung menentukan apakah situasi menguntukang bagi pemimpin atau tidak. Ketiga variabel utama tersebut adalah : hubungan pribadi pemimpin dengan para anggota kelompok (hubungan pemimpin-anggota); kadar struktur tugas yang ditugaskan kepada kelompok untuk dilaksanakan (struktur tugas); dan kekuasaan dan kewenangan posisi yang dimiliki (kuasa posisi). Berdasar ketiga variabel utama tersebut, Fiedler menyimpulkan bahwa : para pemimpin yang berorientasi pada tugas cenderung berprestasi terbaik dalam situasi kelompok yang sangat menguntungkan maupun tidak menguntungkan sekalipun; para pemimpin yang berorientasi pada hubungan cenderung berprestasi 203 200 - 211 Jurnal Keuangan & Bisnis bawahan telah termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Di sini pimpinan hanya perlu memberi penjelasan yang lebih terperinci dan membantu mereka untuk mengerti dengan meluangkan waktu membangun hubungan yang baik dengan mereka. c. Perilaku partisipatif Perilaku partisipatif diterapkan apabila pegawai telah mengenal teknik-teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang dekat dengan pimpinan. Pimpinan meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan mereka, untuk lebih melibatkan mereka dengan keputusan-keputusan kerja, dan untuk mendengarkan saransaran mereka mengenai peningkatan kinerja. d. Perilaku delegatif Perilaku delegatif diterapkan apabila bawahan telah sepenuhnya paham dan efisien dalam kinerja tugas, sehingga pimpinan dapat melepaskan mereka untuk menjalankan tugasnya sendiri. November penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Pengertian Komunikasi Intern Komunikasi intern adalah proses penyampaian pesan-pesan yang berlangsung antar anggota organisasi, dapat berlangsung antara pimpinan dengan bawahan, pimpinan dengan pimpinan maupun bawahan dengan bawahan. Muhammad (2001) mengatakan bahwa komunikasi intern atau internal adalah komunikasi yang yang dikirimkan kepada anggota dalam suatu organisasi. Dengan kata lain penerima pesan dalam komunikasi intern adalah orang orang dalam organisasi. Komponen-komponen dalam proses komunikasi intern Menurut Muhammad (2001) komponen-komponen dalam komunikasi intern terdiri dari : a. Pengirim (communicator) Pengirim adalah individu atau orang yang mengirim pesan baik berupa ide, gagasan, fakta-fakta dan sejenisnya yang ingin disampaikan kepada penerima. b. Pesan (Message) Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima, pesan ini bisa berupa verbal maupun non verbal. c. Saluran (Channel) Saluran adalah jalan yang dilalui pesan dari si pengirim kepada si penerima. d. Penerima Pesan (Communicant) Penerima pesan adalah orang yang menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang diterima. e. Umpan Balik (Feed Back) Umpan balik adalah respon terhadap pesan yang dikirimkan kepada si pengirim pesan. Komunikasi Intern Pengertian Komunikasi Menurut Widjaya (2002), komunikasi pada umumnya diartikan sebagai hubungan atau kegiatankegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan atau diartikan pula sebagai saling tukar-menukar pendapat sebagai kontak antara manusia baik individu maupun kelompok. Menurut Sopiah (2008), komunikasi didefenisikan sebagai penyampaian atau pertukaran informasi dari pengirim kepada penerima, baik secara lisan, tertulis, maupun menggunakan alat komunikasi. Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah Dimensi-Dimensi Komunikasi Intern . a) Komunikasi ke bawah (downward communication) Menurut Handoko (2001) komunikasi ke bawah yaitu 204 2011 T. Teviana komunikasi yang dimulai dari manajer puncak kemudian mengalir ke bawah melalui tingkatan-tingkatan manajemen sampai ke pegawai lini dan personalia paling bawah. b) Komunikasi ke atas (upward communication) Komunikasi ke atas yaitu komunikasi yang digunakan untuk mensuplai informasi kepada tingkatan manajemen atas, tentang apa yang terjadi pada tingkatan bawah. bekerja sama dengan berkualitas, rapi, bersih, teliti, dan indah. Pemanfaatan waktu merupakan penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan kebijakan perusahaan agar pekerjaan selesai tepat pada waktu yang ditetapkan. Alat Ukur Efektivitas Kerja Menurut. Steers (2000), ada beberapa alat ukur efektivitas kerja, yaitu : 1. Kemampuan Adaptasi Setiap orang yang masuk ke dalam organisasi dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan orang yang bekerja didalamnya maupun dengan tugas pekerjaan yang ada di dalam organisasi tersebut. Jika kemampuan menyesuaikan diri ini dapat berjalan maka tujuan organisasi dapat tercapai. 2. Kepuasan kerja. Tingkat rasa puas individu bahwa mereka mendapat imbalan yang setimpal, dari bermacam-macam aspek situasi pekerjaan dan organisasi tempat mereka berada. 3. Prestasi Kerja. Suatu penyelesaian tugas pekerjaan yang sudah dibebankan sesuai dengan target yang telah ditentukan, bahkan ada yang melebihi target yang telah ditentukan sebelumnya. Efektivitas Kerja Pengertian Efektivitas Kerja Menurut Siagian (2002), efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan, artinya pelaksanaan suatu pekerjaan dinilai baik atau sangat tergantung pada penyelesaian kerja tersebut, bagaimana cara melaksanakan dan berapa yang telah dikeluarkan untuk itu. Menurut Gie (2000) efektivitas adalah keadaan yang menimbulkan hasil seperti yang dikehendaki yang terjadi akibat sejumlah rangkaian efektivitas jasmaniah dan rohaniah yang dilakukan oleh manusia. Sedangkan menurut Hidayat (2010), efektifitas kerja adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai, dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa efektivitas kerja adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas,dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Kuantitas kerja berarti karyawan harus berupaya dengan sekuat tenaga untuk mencapai hasil kerja yang sesuai dengan target. Kualitas kerja berarti karyawan harus memiliki mind set, keterampilan, pengetahuan, dan niat baik untuk Sedangkan menurut Gibson et.al. (2002) menyebutkan bahwa organisasi harus mempunyai alat ukur terhadap efektifitas kerja sebagai berikut : 1. Produksi, menggambarkan kemampuan organisasi untuk memproduksi jumlah dan mutu output yang sesuai dengan permintaan lingkungan. 2. Efisiensi, ukuran efisiensi meliputi tingkat laba modal atau harta, biaya per unit, sisa dan pembuangan, periode waktu mesin tidak aktif, dan sebagainya. 3. Kepuasan, penyusunan konsep organisasi sebagai suatu sistem sosial mengharuskan kita memperhatikan keuntungan yang 205 200 - 211 Jurnal Keuangan & Bisnis diterima oleh para pesertanya maupun oleh para pelanggannya. Populasi dan Sampel Populasi Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan / pegawai RS.ESTOMIHI MEDAN yang berjumlah 124 orang. 4. Adaptasi, kemampuan adaptasi adalah sampai seberapa jauh organisasi dapat menanggapi perubahan intern dan ekstern. 5. Perkembangan, usaha pengembangan yang biasa adalah program pelatihan bagi tenaga manajemen dan non-manajemen, tetapi sekarang ini pengembangan organisasi telah bertambah banyak macamnya dan meliputi sejumlah pendekatan psikologis dan sosiologis. Tabel 1 Jumlah karyawan pada RS.ESTOMIHI MEDAN No Bagian Jlh Karyawan 1 Medis 22 2 Paramedis 55 3 Keperawatan 14 4 Paramedis Non 33 Keperawatan Non Medis Jumlah 124 Sumber : RS.ESTOMIHI MEDAN Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Jubaedah (2009) dengan judul “Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Kompetensi Komunikasi”. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa Gaya Kepemimpinan berkorelasi secara positif dengan kompetensi komunikasi. Sampel Pada penelitian ini penulis tidak mengambil seluruh populasi sebagai sampel.Untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil digunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 10% (Umar, 2004). Rumus Slovin: Penelitian selanjutnya juga dilakukan oleh Madiono (2004) melakukan penelitian dengan judul ”Peranan Gaya Kepemimpinan yang Efektif dalam Upaya Meningkatkan Semangat dan Kegairahan Kerja Karyawan di Toserba Sinar Mas Sidoarjo” menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang Efektif memiliki korelasi positif terhadap peningkatan semangat dan kegairahan kerja karyawan. Keterangan: n = Jumlah sampel N = Ukuran Populasi E = Tingkat Kesalahan Berdasarkan rumus diatas dapat diketahui jumlah sampel dengan cara : Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah yang telah peneliti kemukakan diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah “Ada pengaruh yang positif antara gaya kepemimpinan dan komunikasi intern terhadap efektivitas kerja pegawai pada RS.ESTOMIHI Medan”. n = 55 responden Maka jumlah sampel yang akan diambil adalah berjumlah 55 orang. Untuk hasil dari pengambilan sampel per bagian adalah sebagai berikut: METODE PENELITIAN Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di ESTOMIHI yang berlokasi JL.Sisingamangaraja No. 235 Medan. November RS. di 206 2011 T. Teviana Tabel 2 Perhitungan Pembagian Sampel No 1 2 3 4 Bagian Medis Paramedis Keperawatan Paramedis Non Keperawatan Non Medis Jumlah Variabel Penelitian Operasional dan Populasi 22 55 14 33 124 Sampel 22 / 124 x 55 = 9,7 55 / 124 x 5 5= 24,3 14 / 124 x 55 = 6,2 33 / 124 x 55 = 14,6 Jumlah 10 24 6 15 55 - Saluran - Pesan / symbol - Komunikan / penerima Defenisi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah : Variabel bebas (X1) : Gaya Kepemimpinan Variabel bebas (X2) : Komunikasi Intern Variabel Terikat (Y) : Efektivitas Kerja c. Efektivitas Kerja Efektivitas kerja pegawai adalah suatu efek atau akibat yang dikehendaki dan sejumlah rangkaian aktivitas jasmaniah dan rohaniah yang dilakukan olah pegawai untuk mancapai tujuan.Adapun indikator dari efektivitas kerja yaitu : 1. Kuantitas Kerja 2. Kualitas Kerja 3. Pemanfaatan Waktu Defenisi Operasional a. Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku yang digunakan oleh seseorang dalam menjalankan kepemimpinannya. Adapun indikator dari Gaya Kepemimpinan yaitu: Impoverished leadership (Model Kepemimpinan yang Tandus) Team leadership (Model Kepemimpinan Tim). Country Club leadership (Model Kepemimpinan Perkumpulan) Task leadership (Model Kepemimpinan Tugas). Middle of the road (Model Kepemimpinan Jalan Tengah) Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah survei. Survei dilakukan dengan menyebarkan kuesioner, melalui pengisian daftar pertanyaan dengan jawaban tertutup. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Jalur (Path Analysis). Perhitungan analisis jalur ini akan menggunakan program SPSS (Statistical Packages for the Social Science ) versi 15.00 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Gaya Kepemimpinan (X1) b. Komunikasi Intern Komunikasi Intern yaitu proses penyampaian pesan-pesan yang berlangsung antar anggota organisasi. Dapat berlangsung antara pimpinan dengan bawahan, pimpinan dengan pimpinan, maupun bawahan dengan bawahan.Adapun indikator dari Komunikasi Intern yaitu: - Komunikator / pengirim Semua pernyataan untuk variabel Gaya Kepemimpinan (X1) dinyatakan valid, karena telah memenuhi syarat r hitung > r tabel. 207 200 - 211 Jurnal Keuangan & Bisnis Tabel 3 Hasil Perhitungan Reliabilitas Angket Variabel X1 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Efektivitas Kerja (Y) Semua pernyataan untuk variabel Efektivitas Kerja (Y) dinyatakan valid, karena telah memenuhi syarat r hitung > r tabel. Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items Tabel 5 Hasil Perhitungan Reliabilitas Angket Variabel Y N of Items .749 .747 Sumber : Data Primer Diolah 10 Reliability Statistics Dari hasil perhitungan reliabilitas diperoleh nilai Alpha Cronbach sebesar 0,749. Nilai tersebut lebih besar dari nilai r tabel pada taraf signifikan 95% dengan alpha 5% dan df-2=55-2=53; yaitu 0,228 jadi dapat dinyatakan bahwa pernyataan dalam variabel Gaya Kepemimpinan (X1) ini adalah reliabel (0,749>0,228). Cronbach's Alpha 10 Analisis Jalur Kerangka hubungan antar jalur (X1,X2,Terhadap Y) Kerangka hubungan antara jalur (X1,X2,terhadap Y) dapat dibuat melalui persamaan variabel sebagai berikut: Tabel 4 Hasil Perhitungan Reliabilitas Angket Variabel X2 Reliability Statistics .922 .924 Sumber : Data Primer Diolah N of Items Dari hasil perhitungan reliabilitas diperoleh nilai Alpha Cronbach sebesar 0,891. Nilai tersebut lebih besar dari nilai r tabel pada taraf signifikan 95% dengan alpha 5% dan df2=55-2=53; yaitu 0,228, jadi dapat dinyatakan bahwa pernyataan dalam variabel Efektivitas Kerja (Y) ini adalah reliabel (0,891>0,228). Semua pernyataan untuk variabel Komunikasi Intern (X2) dinyatakan valid, karena telah memenuhi syarat r hitung > r tabel. Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .891 .887 Sumber : Data Primer Diolah Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Komunikasi Intern (X2) Cronbach's Alpha Based on Standardized Items November Y Py X 1 Py X 2 Dengan demikian persamaan diagram jalur diatas Y = 0,135X1 +0,734X2 +ε Dimana nilai ε = 0,352 N of Items 10 Menguji Koefisien Secara Keseluruhan (Simultan) Pengaruh pemberian insentif, promosi jabatan secara gabungan terhadap kepuasan kerja dapat dilihat dari hasil perhitungan dalam model summary, khususnya angka R square. Dari hasil penelitian diperoleh besarnya angka R square adalah 0,648 yang berarti bahwa pengaruh pemberian insentif, promosi jabatan terhadap kepuasan kerja secara gabungan adalah 64,8% .Adapun sisanya sebesar 35,2% dipengaruhi oleh faktor lain. Dari hasil perhitungan reliabilitas diperoleh nilai Alpha Cronbach sebesar 0,922. Nilai tersebut lebih besar dari nilai r table pada taraf signifikan 95% dengan alpha 5% dan df-2=55-2=53; yaitu 0,228, jadi dapat dinyatakan bahwa pernyataan dalam variabel Komunikasi Intern (X2) ini adalah reliabel (0,922 >0,228). 208 2011 T. Teviana Untuk mengetahui kebenaran uji hipotersis secara keseluruhan model jalur tersebut digunakan nilai F sebagai mana tertera dalam tabel ANNOVA yaitu: Tabel 6 Model Summary Model R Adjusted R Square R Square Std. Error of the Estimate 1 .805a .648 .634 2.985 a. Predictors: (Constant),komunikasi intern, gaya kepemimpinan Sumber : Data Primer Diolah Adapun hipotesisnya berbunyi sebagai berikut: Ho : tidak ada pengaruh antara gaya kepemimpinan dan komunikasi intern terhadap efektivitas kerja pegawai. Hi : ada pengaruh antara gaya kepemimpinan dan komunikasi intern terhadap efektivitas kerja pegawai Y(Efektivitas Kerja) adalah sebesar 1,8%. 2. Pengaruh yang melalui hubungan kerelatif dengan X2 (Komunikasi intern) Pyx1.rx1x2.Pyx2 = (0,135).(0,412).(0,734) = 0,040. nilai ini berarti bahwa kekuatan variabel X1 (Gaya Kepemimpinan) dan melalui hubungannya dengan variabel X2(Komunikasi intern) adalah sebesar 4%. 3. Pengaruh X1 (Gaya Kepemimpinan) ke Y (Efektivitas Kerja) secara total = 0,018. + 0,040. = 0,058. pengaruh secara total maksudnya adalah pengaruh X1 (Gaya Kepemimpinan) secara langsung dan juga melalui hubungannya terhadap X2 (Komunikasi intern) adalah sebesar 5,8%. Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan syarat: Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima dan Hi ditolak Dari tabel anova didapatkan F hitung sebesar 47,839 dan nilai F tabel dihitung dengan ketentuan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk) = n – k, dimana k adalah jumlah variabel bebas, maka dk = 55-2 = 53, dan diperoleh nilai F tabelnya adalah 3,172. Sehingga diperoleh nilai F hitung > F tabel : 47,839 > 3,172.maka Ho ditolak dan Hi diterima, disimpulkan bahwa ada pengaruh antara gaya kepemimpinan dan komunikasi intern terhadap efektivitas kerja. Besarnya Pengaruh Proporsional Pengaruh X2 (Komunikasi Intern) 1. Pengaruh langsung: Pyx2.Pyx2 = (0,734).(0,734) = 0,538. nilai ini berarti bahwa kekuatan X2 (Komunikasi Intern) yang secara langsung menetukan perubahanperubahan Y(Efektivitas Kerja) adalah sebesar 53,8%. 2. Pengaruh yang melalui hubungan kerelatif dengan X1 (Gaya Kepemimpinan) Pyx2.rx1x2.Pyx1 = (0,734).(0,412).(0,135) = 0,040. nilai ini berarti bahwa kekuatan variabel X2 (Komunikasi Intern) dan melalui hubungannya dengan variabel X1 (Gaya Kepemimpinan) adalah sebesar 4%. 3. Pengaruh X2 (Komunikasi Intern) ke Y (Efektivitas Kerja) secara Secara Pengaruh Gaya Kepemimpinan 1. Pengaruh langsung: Pyx1.Pyx1 = (0,135).(0,135) = 0,018. nilai ini berarti bahwa kekuatan X1 (Gaya Kepemimpinan) yang secara langsung menentukan perubahan-perubahan 209 200 - 211 Jurnal Keuangan & Bisnis total = 0,538+ 0,040= 0,578. pengaruh secara total maksudnya adalah pengaruh X2 (Komunikasi Intern) secara langsung dan juga melalui hubungannya terhadap X1 (Gaya Kepemimpinan) adalah sebesar 57,8%. November signifikan antara Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Intern terhadap Efektivitas Kerja Pegawai pada Rumah Sakit Estomihi Medan dapat diterima. SIMPULAN dan SARAN Simpulan 1. Kekuatan X1 (Gaya Kepemimpinan) yang secara langsung menentukan perubahanperubahan Y (Efektivitas kerja) adalah sebesar 1,8 % (0,018) dan melalui hubungannya dengan X2 (Komunikasi Intern) sebesar 4%(0,04). Dengan demikian, secara total X1 (Gaya Kepemimpinan) menentukan perubahan Y (Efektivitas kerja) sebesar 5,8% (0,058). 2. Kekuatan X2 (Komunikasi Intern) yang secara langsung menentukan perubahanperubahan Y (Efektivitas kerja) adalah sebesar 53,8%. (0,538.) dan melalui hubungannya dengan X1 (Gaya Kepemimpinan) sebesar 4% (0,040.) .Dengan demikian, secara total X2 (Komunikasi Intern) menetukan perubahan Y (Efektivitas kerja) sebesar 57,8% (0,578). 3. X1 (Gaya Kepemimpinan) dan X2 (Komunikasi Intern) secara bersama-sama mempengaruhi Y (Efektivitas kerja) sebesar 64,8%. Besarnya pengaruh secara proporsional yang disebabkan oleh variable lainnya diluar variable X1 (Gaya Kepemimpinan) dan X2 (Komunikasi Intern) yaitu sebesar 35,2%. 4. Untuk uji t diperoleh bahwa t hitung untuk masing-masing variabel independent (Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Intern) lebih besar dari t tabel, yaitu (2,203 >2,000) (7,931> 2,000) dengan taraf α sebesar 5%. Hal ini menjelaskan bahwa masing-masing variabel independen (Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Intern) berpengaruh terhadap variabel dependen (Efektivitas Kerja). Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 55 orang pegawai Rumah Sakit Estomihi Medan diperoleh hasil bahwa gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh secara langsung terhadap efektivitas kerja yaitu sebesar 0,018 begitu juga untuk komunikasi intern memiliki pengaruh secara langsung terhadap efektivitas kerja yaitu sebesar 0,538. Dari perhitungan R square juga diperoleh nilai R2 = 0,648 yang berarti gaya kepemimpinan dan komunikasi intern memberikan pengaruh sebesar 64,8% sedangkan 35,2% dipengaruhi faktor lain seperti karakteristik organisasi, karakteristik pekerja, kebijaksanaan manajemen dan lainlain. Untuk teori yang menyatakan adanya pengaruh antara gaya kepemimpinan dan efektivitas kerja, diterima apabila t hitung >t tabel pada taraf signifikan 95% atau alpha 5%. Untuk koefisien variabel gaya kepemimpinan (X1) diperoleh t hitung (2,203) > ttabel (2,000). Hal ini membuktikan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap efektivitas kerja (Y). Untuk teori yang menyatakan adanya pengaruh antara Komunikasi Intern dan Efektivitas Kerja, diterima apabila t hitung >t tabel pada taraf signifikan 95% atau alpha 5%. Untuk koefisien variabel komunikasi intern (X2) diperoleh t hitung (7,931) > t tabel (2,000). Hal ini membuktikan bahwa komunikasi intern berpengaruh terhadap efektivitas kerja (Y). Hasil pengujian hipotesis diperoleh bahwa F hitung > F tabel yaitu 47,839 > 3,172. Hasil diatas membuktikan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh Saran Berdasarkan hasil penelitian di atas,berikut akan dikemukakan beberapa saran,yaitu 1. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa Gaya Kepemimpinan memberikan pengaruh terhadap Efektivitas Kerja pegawai. Oleh karena itu Pimpinan Rumah 210 2011 T. Teviana Sakit Estomihi Medan hendaknya dapat menciptakan kepemimpinan tim yang baik, dimana perhatian pimpinan terhadap hasil kerja tinggi begitu juga terhadap hubungan dengan para bawahan, sehingga efektivitas kerja pegawai dapat terus meningkat.Sesuai dengan pendapat Blake dan Mouton kepemimpinan yang berhasil itu adalah kepemimpinan yang memberikan perhatian tinggi baik terhadap hasil tugas maupun hubungan dengan para bawahannya. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komunikasi Intern berpengaruh terhadap peningkatan Efektivitas Kerja pegawai. Oleh karena itu pimpinan dan para pegawai Rumah Sakit Estomihi Medan hendaknya menciptakan dan menjaga Komunikasi intern, baik komunikasi vertical maupun komunikasi horizontal, agar dapat meningkatkan efektivitas kerja yang organisasi. 3. Penelitian ini masih bersifat umum, karena terlihat masih banyak faktor lain yang mempengaruhi efektivitas kerja pegawai, maka penulis menyarankan bagi peneliti selanjutnya untuk menggunakan variabel lain selain variabel dalam penelitian ini untuk diteliti pada masa yang akan dating, seperti kepuasan kerja, kebijakan manajemen,pelatihan dan lainnya. Handoko, T.Hani. (2001). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi Kedua, Cetakan Kesebelas, Yogyakarta, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, Hersey, Paul. (2004). Kunci Sukses Pemimpin Situasional. Jakarta, Delaprasata Hidayat.Efektivitas Kerja. http://dansite.wordpress.com, Tanggal Akses 10 November 2010) Husnan, Suad. (2002). Manajemen Personalia. Yogyakarta, BPFE. Jubaedah, Eda. (2009).Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Kompetensi Komunikasi Dalam Organisasi.Bandung. http: //www. pdfssearch.com/ Analisis Hubungan-Gaya- Kepemimpinan -DanKompetensi –Komunikasi. Madiono, Eddy. (2004). Peranan Gaya Kepemimpinan yang Efektif dalam Upaya Meningkatkan Semangat dan Kegairahan Kerja Karyawan di Toserba Sinar Mas Sidoarjo. http://puslit.petra.ac.id/journals/management/ Muhammad, Arni. (2001). Komunikasi Organisasi. Jakarta, Bumi Aksara Ramdhan, Muhammad. (2004). Memimpin Sesuai Keadaan. Makalah, Jakarta, Sayuti (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia : Pendekatan Sekuler. Jakarta, Muhammadiyah University Press. Siagian, Sondang P. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Ketiga belas. Jakarta, Bumi Aksara Sopiah. (2008). Perilaku Organisasi.Yogyakarta, Andi Steers, M. Richard. (2000). Efektivitas Organisasi. Jakarta, Erlangga Stoner, JAF. (2001). Human Resource Management. New Jersey, Prentice Hall. Tjiptono, Fandy. (2002). Total Quality Manajement. Yogyakarta, Andi Umar, Husein. (2004). Metode Riset Bisnis. Bandung, Mandar Maju Wexley, KN, and L.A. Yulk. (2003). Organizational Behavior and Personal Psychology. Boston, Richard D. Irwin, Inc Widjaya, H.A.W. (20020. Ilmu Komunikasi. Jakarta, Rineka Cipta DAFTAR PUSTAKA Blake, R. & J. Mouton (2001). Management and Leadership in Nursing and Health Care : An Experiential Approach. 2nd Edition. New York, Springer Publishing Company. Davis, Keith dan John W. Newstrom. (2000). Perilaku Kerja Manusia. Jakarta, Erlangga. Gibson, James, Ivancevich & Donnely. (2002). Organisasi Dan Manajemen. Perilaku Struktur Proses. Jakarta, Erlangga Gie, The Liang. (2000). Pengkajian Efektivitas Loka Bina Karya Dalam Penanganan Permasalahan Kesejahteraan Sosial. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial. Jakarta 211