BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktiva Tetap Setiap perusahaan menggunakan berbagai aktiva tetap, seperti peralatan, perabotan, alat-alat, mesin-mesin, bangunan, dan tanah. Aset tetap (fix asset) merupakan aset jangka panjang atau aset yang relative permanen. Aset berwujud atau tangible asset merupakan aset berwujud atau terlihat secara fisik. Aset tersebut dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian operasi normal. Peranan aset tetap ini sangatlah besar dalam perusahaan baik ditinjau dari segi fungsinya, dari segi jumlah dana yang diinvestasikan, dari segi pengelolaannya yang melibatkan banyak orang, maupun dari segi pengawasannya yang agak rumit. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia, dalam buku Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2011:16,2) bahwa yang dimaksud dengan aktiva tetap adalah: “Aktiva tetap adalah aset berwujud yang: Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrasi; dan Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. 7 Soemarso S.R (2005:20) dalam bukunya berjudul “Akuntansi Suatu Pengantar”, menuliskan secara berpoin yaitu: “Aset tetap yaitu aset berwujud yang : 1. Masa manfaatnya lebih dari satu tahun. 2. Digunakan dalam kegiatan perusahaan. 3. Dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan. 4. Nilainya cukup besar. Pengertian aktiva tetap menurut Mulyadi dalam bukunya Sistem Akuntansi (2001:591) yaitu: “Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali.” Sedangkan pengertian aktiva tetap menurut Sunarto dan Teguh Ernawati dalam bukunya Akuntansi Aktiva Tetap (2003:77) adalah: “Aktiva tetap adalah aktiva yang mempunyai manfaat dalam jangka panjang lebih dari satu tahun dipergunakan secara aktif untuk kegiatan usaha dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam rangka untuk memperoleh laba.” Aktiva tetap merupakan bagian utama dalam suatu perusahaan. Penentuan apakah suatu pengeluaran yang berhubungan dengan aktiva tetap (penyusutan, perolehan, dan lain-lain) merupakan suatu aktiva atau beban dapat berpengaruh signifikan dalam hasil operasi yang dilaporkan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan perlu untuk membuat kebijakan khusus mengenai aktiva tetap untuk menghindari salah saji dalam laporan keuangan. 8 Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk dapat diakui sebagai aktiva tetat, suatu aset harus berwujud dan memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. b. Tidak dimaksudkan untuk dijual kembali untuk memperoleh laba. c. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk dipergunakan. d. Biaya perolehan aset tetap dapat diukur secara handal. e. Dipergunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. 2.2 Nilai Perolehan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.16 Tahun 2011 (2011:16.2) mengenai nilai perolehan adalah: “Nilai Perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan” Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus diakui sebesar biaya perolehan. Komponen biaya perolehan meliputi : 1. Harga Perolehannya Bea Impor Pajak Pembelian 2. Biaya-biaya yang dapay diatribusikan secara langsung Biaya Imbalan kerja Biaya Penyiapan Lahan Untuk Pabrik Biaya Handling dan Penyerahan awal Biaya Perakitan dan Instalasi Biaya Pengujian Aset 9 Komisi Profesional 3. Estimasi Awal Biaya Pembongkaran dan Pemindahan Aset Tetap dan Restorasi Lokasi Aset. 2.3 Pencatatan Perolehan Aktiva Tetap Aktiva tetap yang ada dalam perusahaan dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing cara untuk mendapatkan aktiva tetap. 1. Pembelian Tunai Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat di buku- buku dengan jumlah yang dikeluarkan. Dalam jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan agar aktiva tetap tersebut siap untuk dipakai, seperti biaya angkut, premi asuransi dalam perjalanan,biaya balik nama, biaya pemasangan, dan biaya percobaan. Semua biaya tersebut dikapitalisasikan sebagai perolehan aktiva tetap tersebut. Apabila dalam pembelian aktiva tetap tersebut ada potongan tunai, maka potongan tersebut merupakan pengurangan terhadap harga faktur, tidak memandang apabila potongan itu didapat atau tidak. Apabila dalam suatu perolehan lebih dari satu macam aktiva tetap maka harus dialokasikan pada masing-masing aktiva tetap. Jurnal yang dibuat saat pembelian tunai aktiva tetap adalah : Dr. Cr. Aktiva Tetap xxx Kas xxx 10 2. Pembelian Dengan Angsuran Pembelian-pembelian atas aktiva tetap perusahaan seringkalio dilakukan dengan cara pembelian secara angsuran dalam melakukan pembelian secara angsuran biasanya dilakukan dengan menyerahkan sebagaian uang dari harga aktiva tersebut sebagai uang muka dan selanjutnya dalam melakukan pelunasan yaitu dengan cara pembayaran angsuran sesuai dengan waktu, jumlah dan bunga yang sudah disepakati. Jurnal yang dibuat saat pembelian aktiva tetap dengan cara angsuran adalah: Dr. Cr. Aktiva Tetap xxx Hutang Usaha xxx Kas xxx Angsuran pertama = Harga Pokok : Jumlah Cicilan = xxx Bunga Pertama = = xxx = xxx % x sisa cicilan Jumlah yang Harus Dibayar Jurnal yang Dibuat saat melakukan pembayaran angsuran : Dr. Cr. Hutang Usaha xxx Biaya Bunga xxx Kas xxx 11 3. Penerbitan Surat-Surat Berharga Jika perusahaan memperoleh aktiva tetap dengan cara mengeluarkan surat- surat berharga (misalnya penerbitan saham obligasi). Maka dasar pencatatan aktiva tetap tersebut adalah nilai pasar. Surat berharga pada saat pembelian apabila harga pasar saham atau obligasi itu tidak diketahui, maka harga perolehan aktiva tetap ditentukan sebesar harga pasar aktiva tetap tersebut. Kadang-kadang harga pasar surat berharga dan aktiva tetap yang ditukar keduaduanya tidak diketahui, maka dalam keadaan seperti ini nilai pertukaran dipakai pencatatan harga perolehan aktiva tetap dan nilai-nilai surat berharga yang ditukarkan. Jurnal yang dibuat jika laba adalah : Dr. Cr. Aktiva Tetap xxx Modal Saham/Obligasi xxx Agio xxx Sedangkan jika rugi adalah : Dr. Cr. 4. Aktiva Tetap xxx Disagio xxx Modal Saham/Obligasi xxx Perolehan Aktiva Tetap Dengan Cara Pertukaran Dengan Aktiva Lain Aktiva tetap menurut cara ini diperoleh dengan cara menukarkan aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan dengan aktiva tetap lainnya yang dimiliki oleh pihak lain. Transaksi penukaran aktiva tetap bisa bersihtanpa tambahan-tambahan lain atau bisa juga ditambah dengan transaksi tambahan lainnya (boot). 12 Dalam perolehan aktiva tetap dengan cara pertukaran ini, maka dalam perlakuan akuntransinya terdiri dari 2 macam kasus, yaitu: a. Pertukaran yang Bersifat Khusus Transaksi dalam kasus ini ditandai dengan harga pasar aktiva tetap yang ditukarkan tidak diketahui, aktiva tetap yang saling ditukarkan adalah sejenis dan dalam hal aktiva tetap ditransfer kepada perusahaan disebabkan adanya reorganisasi pada aktiva perusahaan. Dengan konsep conservatism yang dianut, maka apabila ada suatu kerugian harus diakui, sedang jika mengalami keuntungan maka pengakuannya ditangguhkan sehingga laba tersebut sudah dapat direalisasikan. b. Pertukaran Yang Bersifat Umum (general case) Keadaan suatu pertukaran akan dinyatakan general case apabila aktiva tetap yang ditukarkan tidak sejenis, atau aktiva tetap tersebut sejenis tapi tidak termasuk ke dalam productive asset dan biaya kedua aktiva tetap tersebut dapat diketahui nilai pasarnya. Apabila aktiva tetap yang baru diperoleh perusahaan dengan cara pertukaran dengan aktiva lama maka akan dinilai sebesar nilai pasar yang wajar dari aktiva yang baru tersebut atau senilai dengan aktiva yang lama yang diserahkan dalam pertukaran, jika, nilai pasar aktiva tersebut lebih mudah diketahui daripada nilai pasar aktiva yang baru. Apabila proses pembentukan pendapatan dianggap telah selesai, maka selisih antara nilai pasar yang digunakan sebagai dasar pertukaran dengan nilai buku aktiva tetap yang digunakan sebagai dasar pertukaran dengan nilai buku aktiva tetap yang dipertukarkan harus diakui sebagai gain atau loss. 13 Jurnal yang dibuat saat mendapatkan keuntungan saat pertukaran aset tetap adalah: Dr. Cr. Aktiva Tetap (baru) xxx Akm. Penyusutan Aktiva Tetap (lama) xxx Aktiva Tetap (lama) xxx Laba Pertukaran xxx Sedangkan jurnal yang dibuat saat mengalami kerugian adalah: Dr. Cr. Aktiva Tetap (baru) xxx Akm. Penyusutan Aktiva Tetap (lama) xxx Rugi pertukaran xxx Aktiva Tetap (lama) xxx Kas xxx 5. Perolehan Aktiva Tetap Dengan Cara Membangun Sendiri Suatu perusahaan mungkin membuat sendiri aktiva tetap yang diperlukan, seperti gedung, alat-alat dan perabot pembuatan aktiva tetap ini biasanya dengan tujuan untuk menekan biaya operasional perusahaan memanfaatkan fasilitas yang tidak terpakai (idle capacity) dengan keinginan mendapatkan mutu yang lebih baik. 14 a. Biaya Overhead yang Dibebankan Seperti yang telah diketahui dalam pembuatan suatu produk itu memerlukan biaya-biaya yang dapat mendukung pembentukan produk tersebut seperti biaya bahan langsung, biaya upah langsung, dan biaya tidak langsung (overhead cost). Dalam pembuatan aktiva semua biaya yang dapat di bebankan langsung seperti bahan, upah langsung dan overhead langsung tidak menimbulkan masalah dalam menentukan harga pokok aktiva yang dibuat. Sedangkan untuk menentukan jumlah biaya overhead, apalagi ada kegiatan produksi yang lain maka timbul kesulitan,karena biasanya ada biaya yang sama-sama di bayar atau dibebankan untuk semua kegiatan. Untuk menetapkan berapa besar biaya overhead yang akan dibebankan terhadap produk yang dibangun sendiri itu ada 2 cara. Cara yang pertama yaitu biaya overhead yang dibebankan adalah kenaikan atau tambahan biaya overhead sedangkan cara kedua adalah biaya yang dibebankan bukan saja kenaikan biaya overhead tetapi biaya overhead tetap secara pro-rata baik untuk kegiatan biasa maupun untuk kegiatan pembangunan sendiri. b. Laba rugi dari pembangunan aktiva Dalam hal harga pokok aktiva yang di buat, apabila aktiva yang di buat tersebut lebih rendah dari pada harga beli luar, maka sselisihnya merupakan penghematan biaya yang tidak bisa diakui sebagai laba. Tetapi apabila harga pokok aktiva yang dibuat tersebut lebih tinggi dari harga beli di luar (dengan kualitas yang sama) maka selisih yang ada harus diakui sebagai kerugian, sehingga aktiva akan dicatat dengan jumlah sebesar harga normal. c. Biaya bunga dalam masa pembangunan apabila suatu perusahaan falam pembuatan aktivanya menggunakan dana yang berasal dari pinjaman, maka bunga pinjaman selama masa pembuatan aktiva dikapitalisasikan dalam harag perolehan active. Setelah aktiva selesai dibuat, maka 15 biaya bunga pinjaman dibebankan sebagai biaya dalam periode tersebut. Biaya-biaya lain yang timbul dalam masa pembuatan aktiva akan dibebankan sebagai perolehan aktiva tetap. 6. Perolehan Aktiva Tetap Dari Sumbangan Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara ditemukan sendiri atau dari sumbangan pihak lain, maka transaksi ini disebut dengan non reciprocal transfer atau transfer yang tidak memerlukan umpan balik. Aktiva ini harus dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh pihak-pihak independen (appraisal company) dan dikredit modal donasi (donation capital). Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut: Dr. Cr. Aktiva Tetap xxx Modal Donasi xxx 7. Perolehan Aktiva Tetap Dengan Cara Sewa Guna Usaha (Leasing) Pengertian sewa guna usaha (leasing) menurut Surat Keputusan Bersama Mentri Keuangan, Perdagangan dan Mentri Perindustrian No.32/M/SK/2/1974 yang ditemukan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (2004:30.1), adalah: “Leasing adalah setiap pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang- modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama”. 16 Cara pencatatan perolehan ini tergantung dari jenis leasing yang di mabil oleh perusahaan, leasing dibagi menjadi 2 yaitu: a. Capital Lease aktiva yang diperoleh dengan cara ini dicatat sebagai aktiva tetap dalam kelompok tersendiri dan juga harus diamortisasi. Kewajiban sewa guna usahanya pun disajikan terpisah dari kewajiban lainnya, biasanya cara ini diambil bial aktiva tersebut disewa lebih dari 2 tahun. b. Operating Lease Bila perusahaan memilih cara ini maka pencatatan angsuran tiap bulan tidak dianggap sebagai aktiva tetap tetapi langsung merupakan biaya sewa aktiva yang diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa guna usaha, meskipun pembayaran dilakukan dalam jumlah yang tidak sama tiap periode. 2.4 Penyusutan Aktiva Tetap Bagi para akuntan, penyusutan buakan merupakan masalah penilaian tetapi merupakan alat untuk alokasi biaya. Aset tidak disusutkan berdasarkan penurunan nilai pasar wajar, tetapi berdasarkan pembenahan sitematis terhadap beban. Menurut Kieso dalam bukunya “intermediate Accounting” dituliskan bahwa: “Penyusutan (depreciation) didefinisikan sebagai proses akuntansi dalam mengalokasikan biaya aset berwujud ke beban dengan cara yang sistematis dan rasional selama periode yang diharapkan mendapat manfaat dari pengguna aset tersebut.” (kieso, weigandt and warfield; 2005:520) 17 Sedangkan pengertian penyusutan menurut Soemarso S.R dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Suatu Pengantar” dinyatakan bahwa “Penyusutan adalah pembebanan biaya yang disebabkan pemakaian aset tetap” (Soemarso,2005:24) 2.4.1 Faktor-Faktor Dalam Menentukan Beban Penyusutan Ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah beban penyusutan yang diakui setiap periode. Tiga faktor tersebut adalah : Harga Perolehan / Biaya Awal Aset Tetap Jumlah kas yang dibayarkan dan diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi tepat yang siap untuk dipergunakan. Nilai Sisa / Nilai residu Jumlah neto yang diharapkan dapat diperoleh pada akhir masa manfaat suatu aset setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan. Masa Manfaat / Umur Ekonomis Periode suatu aset diharapkan digunakan oleh perusahaan atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset perusahaan. 18 2.4.2 Metode Perhitungan Penyusutan Menurut PSAK no.16 Tahun 2011 penyusutan dapat dilakukan dengan metode yang dapat dikelompokan sebagai berikut: 1. Dasar Waktu a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method) b. Metode Pembebanan Menurun - Metode Jumlah Angka Tahun (sum of the year digit method) - Metode Saldo Menurun / Saldo Menurun Ganda (declining / double declining balance method) 2. Dasar Penggunaan - Metode Jam Jasa (service hour method) - Metode Unit Produksi (productive output method) 3. Dasar Kriteria Lainnya - Metode Berdasarkan Jenis dan Kelompok (Group And Composite Methode) - Metode Anuitas (Anuity Method) - Sistem Persediaan (inventory system) 2.4.2.1 Metode Garis Lurus (straight line method) Dalam Metode Garis Lurus, biaya penyusutan dialokasikan berdasarkan berjalannya waktu, dalam jumlah beban yang sama selama masa manfaat aset tetap berwujud tersebut. 19 Menurut Waluyo dalam bukunya berjudul “Akuntansi Pajak”’ , menghitung penyusutan dalam metode garis lurussebagai berikut: Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x (Harga Perolehan-Nilai Residu) Biaya Penyusutan = Biaya Perolehan-Nilai Residu Masa Manfaat Tarif Penyusutan = 100% Masa Manfaat Contoh : Harga perolehan aset tetap Rp 300.000.000,00 ; nilai residu Rp 40.0000.000,00 ; masa manfaat aset tetap 5 tahun. Tarif Penyusutan = 100% = 20% 5 Biaya Penyusutan = 20% (Rp 300.000.000,00 – Rp 40.000.000,00) = Rp 52.000.000,00/thn Tabel 2.1 Daftar Penyusutan Menggunakan Metode Garis Lurus Th Biaya Biaya Akumulasi Penyusutan Penyusutan Penyusutan 1 Rp 300.000.000 Rp 52.000.000 Rp 52.000.000 Rp 248.000.000 2 Rp 300.000.000 Rp 52.000.000 Rp 104.000.000 Rp 196.000.000 3 Rp 300.000.000 Rp 52.000.000 Rp 156.000.000 Rp 144.000.000 4 Rp 300.000.000 Rp 52.000.000 Rp 208.000.000 Rp 92.000.000 20 Nilai Buku 5 Rp 300.000.000 Rp 52.000.000 Rp 260.000.000 Rp 40.000.000 Sumber : Waluyo (2008:94) 2.4.2.2 Metode Jumlah Angka Tahun (sum of the year) metode ini sering disebut jumlah angka tahun yang akan menghasilkan jumlah penyusutan yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Menurut Waluyo dalam bukunya berjudul “Akuntansi Pajak”, menyusun penyusutan dengan metode jumlah angka tahun sebagai berikut : Biaya Penyusutan =Angka tahun yang dibalik x (Harga Perolehan–Nilai Residu) Jumlah Angka Tahun Contoh: Harga Perolehan aset tetap Rp 300.000.000 ; Nilai Residu Rp 45.000.000 ; Masa Manfaat aset tetap 5 tahun. Jumlah Angka Tahun = 1+2+3+4+5 = 15 Biaya penyusutan selama 5 Tahun: Ke-1 = 5/15 x (Rp 300.000.000 – Rp 45.000.000) = Rp 85.000.000 Ke-2 = 4/15 x (Rp 255.000.000) = Rp 68.000.000 Ke-3 = 3/15 x (Rp 255.000.000) = Rp 51.000.000 Ke-4 = 2/15 x (Rp 255.000.000) = Rp 34.000.000 Ke-5 = 1/15 x (Rp 255.000.000) = Rp 17.000.000 21 Tabel 2.2 Daftar Penyusutan Sum Of The Year (dalam Rupiah) th Harga Tarif Perolehan Biaya Akumulasi penyusutan Penyusutan Nilai Buku 1 300.000.000 5/15 85.000.000 85.000.000 215.000.000 2 300.000.000 4/15 68.000.000 153.000.000 147.000.000 3 300.000.000 3/15 51.000.000 204.000.000 96.000.000 4 300.000.000 2/15 34.000.000 238.000.000 62.000.000 5 300.000.000 1/15 17.000.000 255.000.000 45.000.000 Sumber: Waluyo (2008:96) 2.4.2.3`Metode Saldo Menurun / Saldo Menurun Ganda (declining/double declining balance method) Dalam metode ini, besarnya biaya penyusutan semakin lama menjadi lebih kecil dari tahun ke tahun, dengan dasar pemikiran bahwa kapasitas aset tetap dalam memberikan jasanya dari tahun ke tahun semakin menurun. Menurut Waluyo dalam bukunya berjudul “Akuntansi Pajak”, menghitung penyusutan dengan saldo menurun / saldo menurun ganda sebagai berikut: Biaya Penyusutan = Tarif x (Harga Perolehan-Akumulasi Penyusutan) 22 Biaya Penyusutan = Tarif x Nilai Buku Awal Periode Tarif Peneyusutan = 100% x2 Masa Manfaat Contoh : Harga Perolehan Rp 300.000.000 ; Nilai Residu Rp 40.000.000 ; Masa manfaat aset tetap 5 tahun. Tarif Penyusutan = (100% / 5) x 2 = 40% Biaya Penyusutan Selama 5 Tahun : Ke-1 = 40% x Rp 300.000.000 = Rp 120.000.000 Ke-2 = 40% x (Rp 300.000.000-Rp 120.000.000) = Rp 72.000.000 Ke-3 = 40% x (Rp 180.000.000-Rp 72.000.000) = Rp 43.200.000 Ke-4 = 40% x (Rp 108.000.000-Rp 43.200.000) = Rp 25.000.000 Tabel 2.3 Daftar Penyusutan Menggunakan Metode Saldo menurun/Saldo Menurun Ganda (dalam Rupiah) th Harga Perolehan Biaya Penyusutan Akumulasi Nilai Buku Penyusutan 1 300.000.000 120.000.000 120.000.000 180.000.000 2 300.000.000 72.000.000 192.000.000 108.000.000 3 300.000.000 43.200.000 235.200.000 64.800.000 4 300.000.000 25.920.000 261.120.000 38.880.000 23 5 300.000.000 260.000.000 40.000.000 (1,120.000) Sumber: Waluyo (2008:97) 2.4.2.4 Metode Jam Jasa (Service Hour Method) Pada metode ini besarnya penyusutan dihitung dengan mendasarkan pada teori bahwa pembelian aset tetap ditunjukan dari jumlah jam jasa langsung dan dalam metode ini mengakui estimasi masa manfaat aset tetap yang diukur dalam jam jasa. Menurut Waluyo dalam bukunya “Akuntansi Pajak”, menghitung penyusutan dengan metode jam jasa sebagai berikut: Tarif Penyusutan perJam = Harga Perolehan-Nilai Residu Estimasi Total Jam Jasa Biaya Penyusutan = Jam Jasa yang Digunakan x Tarif Penyusutan per Jam Contoh: Harga perolehan aset tetap Rp 100.000.000; estimasi total jam jasa sebesar 20.000 jam; Nilai Residu Rp 5.000.000 dan Masa Manfaat 5 tahun. Taksiran jam jasa yang digunakan setiap tahunnya telah diketahui. Tarif Penyusutan per Jam = Rp 100.000.000 – Rp 5.000.000 20.000 jam = Rp 4.750 per Jam Biaya Penyusutan selama 5 tahun: 24 Ke-1 = 3000 Jam x Rp 4.750 = Rp 14.250.000 Ke-2 = 5000 Jam x Rp 4.750 = Rp 23.750.000 Ke-3 = 5000 Jam x Rp 4.750 = Rp 23.750.000 Ke-4 = 4000 Jam x Rp 4.750 = Rp 19.000.000 Ke-5 = 3000 Jam x Rp 4.750 = Rp 14.250.000 Tabel 2.4 Daftar Penyusutan Menggunakan Metode Jam Jasa (dalam Rupiah) th Harga Jam Biaya Akumulasi Nilai Buku Perolehan Jasa Penyusutan Penyusutan 1 100.000.000 3000 14.250.000 14.250.000 85.750.000 2 100.000.000 5000 23.750.000 38.000.000 62.000.000 3 100.000.000 5000 23.750.000 61.750.000 38.250.000 4 100.000.000 4000 19.000.000 80.750.000 19.250.000 5 100.000.000 3000 14.250.000 95.000.000 5.000.000 total 20.000 95.000.000 Sumber: Waluyo (2008:98) 2.4.2.5 Metode Unit Produksi (productive output method) 25 Dalam metode unit produksi, taksiran manfaat dinyatakan dalam kapasitas produksi yang dapat dihasilkan. Kapasitas produksi ini dapat dinyatakan dalam bentuk jam pemakaian atau urut-urut kegiatan lainnya. Menurut Waluyo dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Pajak”, menghitung penyusutan dengan metode unit produksi sebagai berikut: Tarif Penyusutan per Unit : Harga Perolehan-Nilai Residu Kapasitas Produksi Biaya Penyusutan = Unit yang diproduksi x Tarif Penyusutan per Unit Contoh: Harga perolehan suatu aset tetap Rp 25.000.000; taksiran masa manfaat 5 tahun; taksiran nilai residu Rp 2.500.000; taksiran kapasitas produksi 5.000.000 unit. Produksi selama 5 tahun sebagai berikut: Tahun Ke-1 = 1.600.000 unit Tahun Ke-2 = 1.400.000 unit Tahun Ke-3 = 1.000.000 unit Tahun Ke-4 = 600.000 unit Tahun Ke-5 = 400.000 unit Tarif penyusutan per unit = Rp 25.000.000 – Rp 2.500.000 5.000.000 unit = Rp 4,50 per Unit 26 Biaya Penyusutan selama 5 tahun: Ke-1 = 1.600.000 unit x Rp 4,50 = Rp 7.200.000 Ke-2 = 1.400.000 unit x Rp 4,50 = Rp 6.300.000 Ke-3 = 1.000.000 Unit x Rp 4,50 = Rp 4.500.000 Ke-4 = 600.000 Unit x Rp 4,50 = Rp 2.700.000 Ke-5 = 400.000 Unit Rp 4,50 = Rp 1.800.000 Tabel 2.5 daftar penyusutan menggunakan metode Unit produksi Th Hasil Produksi Biaya Penyusutan Akumulasi Nilai Buku Penyusutan Rp 25.000.000 1 1.600.000unit Rp 7.200.000 Rp 7.200.000 Rp 17.800.000 2 1.400.000unit Rp 6.300.000 Rp 13.500.000 Rp 11.500.000 3 1.000.000unit Rp 4.500.000 Rp 18.000.000 Rp 7.000.000 4 600.000unit Rp 2.700.000 Rp 20.700.000 Rp 4.300.000 5 400.000unit Rp 1.800.000 Rp 22.500.000 Rp 2.500.000 Sumber: Waluyo (2008:99) 27