BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktiva Tetap Setiap

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Aktiva Tetap
Setiap perusahaan menggunakan berbagai aktiva tetap, seperti peralatan,
perabotan, alat-alat, mesin-mesin, bangunan, dan tanah. Aset tetap (fix asset)
merupakan aset jangka panjang atau aset yang relative permanen. Aset berwujud atau
tangible asset merupakan aset berwujud atau terlihat secara fisik. Aset tersebut
dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai
bagian operasi normal.
Peranan aset tetap ini sangatlah besar dalam perusahaan baik ditinjau dari segi
fungsinya, dari segi jumlah dana yang diinvestasikan, dari segi pengelolaannya yang
melibatkan banyak orang, maupun dari segi pengawasannya yang agak rumit.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia, dalam buku Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (2011:16,2) bahwa yang dimaksud dengan aktiva tetap adalah:
“Aktiva tetap adalah aset berwujud yang:
Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administrasi; dan
Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
7
Soemarso S.R (2005:20) dalam bukunya berjudul “Akuntansi Suatu
Pengantar”, menuliskan secara berpoin yaitu:
“Aset tetap yaitu aset berwujud yang :
1. Masa manfaatnya lebih dari satu tahun.
2. Digunakan dalam kegiatan perusahaan.
3. Dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan.
4. Nilainya cukup besar.
Pengertian aktiva tetap menurut Mulyadi dalam bukunya Sistem Akuntansi
(2001:591) yaitu:
“Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai
manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk
melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali.”
Sedangkan pengertian aktiva tetap menurut Sunarto dan Teguh Ernawati
dalam bukunya Akuntansi Aktiva Tetap (2003:77) adalah:
“Aktiva tetap adalah aktiva yang mempunyai manfaat dalam jangka panjang
lebih dari satu tahun dipergunakan secara aktif untuk kegiatan usaha dan tidak
dimaksudkan untuk dijual kembali dalam rangka untuk memperoleh laba.”
Aktiva tetap merupakan bagian utama dalam suatu perusahaan. Penentuan
apakah suatu pengeluaran yang berhubungan dengan aktiva tetap (penyusutan,
perolehan, dan lain-lain) merupakan suatu aktiva atau beban dapat berpengaruh
signifikan dalam hasil operasi yang dilaporkan perusahaan. Oleh karena itu,
perusahaan perlu untuk membuat kebijakan khusus mengenai aktiva tetap untuk
menghindari salah saji dalam laporan keuangan.
8
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk dapat diakui
sebagai aktiva tetat, suatu aset harus berwujud dan memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
b. Tidak dimaksudkan untuk dijual kembali untuk memperoleh laba.
c. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk dipergunakan.
d. Biaya perolehan aset tetap dapat diukur secara handal.
e. Dipergunakan dalam kegiatan operasional perusahaan.
2.2
Nilai Perolehan
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.16 Tahun
2011 (2011:16.2) mengenai nilai perolehan adalah:
“Nilai Perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai
wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada
saat perolehan”
Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada
awalnya harus diakui sebesar biaya perolehan. Komponen biaya perolehan meliputi :
1. Harga Perolehannya
Bea Impor
Pajak Pembelian
2. Biaya-biaya yang dapay diatribusikan secara langsung
Biaya Imbalan kerja
Biaya Penyiapan Lahan Untuk Pabrik
Biaya Handling dan Penyerahan awal
Biaya Perakitan dan Instalasi
Biaya Pengujian Aset
9
Komisi Profesional
3. Estimasi Awal Biaya Pembongkaran dan Pemindahan Aset Tetap dan
Restorasi Lokasi Aset.
2.3
Pencatatan Perolehan Aktiva Tetap
Aktiva tetap yang ada dalam perusahaan dapat diperoleh dengan berbagai
cara, dimana masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga
perolehan. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing cara untuk mendapatkan aktiva
tetap.
1.
Pembelian Tunai
Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat di buku-
buku dengan jumlah yang dikeluarkan. Dalam jumlah uang yang dikeluarkan untuk
memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan
agar aktiva tetap tersebut siap untuk dipakai, seperti biaya angkut, premi asuransi
dalam perjalanan,biaya balik nama, biaya pemasangan, dan biaya percobaan.
Semua biaya tersebut dikapitalisasikan sebagai perolehan aktiva tetap
tersebut. Apabila dalam pembelian aktiva tetap tersebut ada potongan tunai, maka
potongan tersebut merupakan pengurangan terhadap harga faktur, tidak memandang
apabila potongan itu didapat atau tidak. Apabila dalam suatu perolehan lebih dari satu
macam aktiva tetap maka harus dialokasikan pada masing-masing aktiva tetap.
Jurnal yang dibuat saat pembelian tunai aktiva tetap adalah :
Dr.
Cr.
Aktiva Tetap
xxx
Kas
xxx
10
2.
Pembelian Dengan Angsuran
Pembelian-pembelian atas aktiva tetap perusahaan seringkalio dilakukan
dengan cara pembelian secara angsuran dalam melakukan pembelian secara angsuran
biasanya dilakukan dengan menyerahkan sebagaian uang dari harga aktiva tersebut
sebagai uang muka dan selanjutnya dalam melakukan pelunasan yaitu dengan cara
pembayaran angsuran sesuai dengan waktu, jumlah dan bunga yang sudah disepakati.
Jurnal yang dibuat saat pembelian aktiva tetap dengan cara angsuran adalah:
Dr.
Cr.
Aktiva Tetap
xxx
Hutang Usaha
xxx
Kas
xxx
Angsuran pertama = Harga Pokok : Jumlah Cicilan =
xxx
Bunga Pertama =
=
xxx
=
xxx
%
x
sisa cicilan
Jumlah yang Harus Dibayar
Jurnal yang Dibuat saat melakukan pembayaran angsuran :
Dr.
Cr.
Hutang Usaha
xxx
Biaya Bunga
xxx
Kas
xxx
11
3.
Penerbitan Surat-Surat Berharga
Jika perusahaan memperoleh aktiva tetap dengan cara mengeluarkan surat-
surat berharga (misalnya penerbitan saham obligasi). Maka dasar pencatatan aktiva
tetap tersebut adalah nilai pasar. Surat berharga pada saat pembelian apabila harga
pasar saham atau obligasi itu tidak diketahui, maka harga perolehan aktiva tetap
ditentukan sebesar harga pasar aktiva tetap tersebut. Kadang-kadang harga pasar surat
berharga dan aktiva tetap yang ditukar keduaduanya tidak diketahui, maka dalam
keadaan seperti ini nilai pertukaran dipakai pencatatan harga perolehan aktiva tetap
dan nilai-nilai surat berharga yang ditukarkan.
Jurnal yang dibuat jika laba adalah :
Dr.
Cr.
Aktiva Tetap
xxx
Modal Saham/Obligasi
xxx
Agio
xxx
Sedangkan jika rugi adalah :
Dr.
Cr.
4.
Aktiva Tetap
xxx
Disagio
xxx
Modal Saham/Obligasi
xxx
Perolehan Aktiva Tetap Dengan Cara Pertukaran Dengan Aktiva Lain
Aktiva tetap menurut cara ini diperoleh dengan cara menukarkan aktiva tetap
yang dimiliki oleh perusahaan dengan aktiva tetap lainnya yang dimiliki oleh pihak
lain. Transaksi penukaran aktiva tetap bisa bersihtanpa tambahan-tambahan lain atau
bisa juga ditambah dengan transaksi tambahan lainnya (boot).
12
Dalam perolehan aktiva tetap dengan cara pertukaran ini, maka dalam
perlakuan akuntransinya terdiri dari 2 macam kasus, yaitu:
a. Pertukaran yang Bersifat Khusus
Transaksi dalam kasus ini ditandai dengan harga pasar aktiva tetap yang
ditukarkan tidak diketahui, aktiva tetap yang saling ditukarkan adalah sejenis dan
dalam hal aktiva tetap ditransfer kepada perusahaan disebabkan adanya reorganisasi
pada aktiva perusahaan.
Dengan konsep conservatism yang dianut, maka apabila ada suatu kerugian
harus diakui, sedang jika mengalami keuntungan maka pengakuannya ditangguhkan
sehingga laba tersebut sudah dapat direalisasikan.
b. Pertukaran Yang Bersifat Umum (general case)
Keadaan suatu pertukaran akan dinyatakan general case apabila aktiva tetap
yang ditukarkan tidak sejenis, atau aktiva tetap tersebut sejenis tapi tidak termasuk ke
dalam productive asset dan biaya kedua aktiva tetap tersebut dapat diketahui nilai
pasarnya.
Apabila aktiva tetap yang baru diperoleh perusahaan dengan cara pertukaran
dengan aktiva lama maka akan dinilai sebesar nilai pasar yang wajar dari aktiva yang
baru tersebut atau senilai dengan aktiva yang lama yang diserahkan dalam pertukaran,
jika, nilai pasar aktiva tersebut lebih mudah diketahui daripada nilai pasar aktiva yang
baru.
Apabila proses pembentukan pendapatan dianggap telah selesai, maka selisih
antara nilai pasar yang digunakan sebagai dasar pertukaran dengan nilai buku aktiva
tetap yang digunakan sebagai dasar pertukaran dengan nilai buku aktiva tetap yang
dipertukarkan harus diakui sebagai gain atau loss.
13
Jurnal yang dibuat saat mendapatkan keuntungan saat pertukaran aset tetap
adalah:
Dr.
Cr.
Aktiva Tetap (baru)
xxx
Akm. Penyusutan Aktiva Tetap (lama)
xxx
Aktiva Tetap (lama)
xxx
Laba Pertukaran
xxx
Sedangkan jurnal yang dibuat saat mengalami kerugian adalah:
Dr.
Cr.
Aktiva Tetap (baru)
xxx
Akm. Penyusutan Aktiva Tetap (lama)
xxx
Rugi pertukaran
xxx
Aktiva Tetap (lama)
xxx
Kas
xxx
5. Perolehan Aktiva Tetap Dengan Cara Membangun Sendiri
Suatu perusahaan mungkin membuat sendiri aktiva tetap yang diperlukan,
seperti gedung, alat-alat dan perabot pembuatan aktiva tetap ini biasanya dengan
tujuan untuk menekan biaya operasional perusahaan memanfaatkan fasilitas yang
tidak terpakai (idle capacity) dengan keinginan mendapatkan mutu yang lebih baik.
14
a.
Biaya Overhead yang Dibebankan
Seperti yang telah diketahui dalam pembuatan suatu produk itu memerlukan
biaya-biaya yang dapat mendukung pembentukan produk tersebut seperti biaya bahan
langsung, biaya upah langsung, dan biaya tidak langsung (overhead cost). Dalam
pembuatan aktiva semua biaya yang dapat di bebankan langsung seperti bahan, upah
langsung dan overhead langsung tidak menimbulkan masalah dalam menentukan
harga pokok aktiva yang dibuat. Sedangkan untuk menentukan jumlah biaya
overhead, apalagi ada kegiatan produksi yang lain maka timbul kesulitan,karena
biasanya ada biaya yang sama-sama di bayar atau dibebankan untuk semua kegiatan.
Untuk menetapkan berapa besar biaya overhead yang akan dibebankan terhadap
produk yang dibangun sendiri itu ada 2 cara. Cara yang pertama yaitu biaya overhead
yang dibebankan adalah kenaikan atau tambahan biaya overhead sedangkan cara
kedua adalah biaya yang dibebankan bukan saja kenaikan biaya overhead tetapi biaya
overhead tetap secara pro-rata baik untuk kegiatan biasa maupun untuk kegiatan
pembangunan sendiri.
b.
Laba rugi dari pembangunan aktiva
Dalam hal harga pokok aktiva yang di buat, apabila aktiva yang di buat
tersebut lebih rendah dari pada harga beli luar, maka sselisihnya merupakan
penghematan biaya yang tidak bisa diakui sebagai laba. Tetapi apabila harga pokok
aktiva yang dibuat tersebut lebih tinggi dari harga beli di luar (dengan kualitas yang
sama) maka selisih yang ada harus diakui sebagai kerugian, sehingga aktiva akan
dicatat dengan jumlah sebesar harga normal.
c.
Biaya bunga dalam masa pembangunan
apabila suatu perusahaan falam pembuatan aktivanya menggunakan dana
yang berasal dari pinjaman, maka bunga pinjaman selama masa pembuatan aktiva
dikapitalisasikan dalam harag perolehan active. Setelah aktiva selesai dibuat, maka
15
biaya bunga pinjaman dibebankan sebagai biaya dalam periode tersebut. Biaya-biaya
lain yang timbul dalam masa pembuatan aktiva akan dibebankan sebagai perolehan
aktiva tetap.
6. Perolehan Aktiva Tetap Dari Sumbangan
Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara ditemukan sendiri atau dari
sumbangan pihak lain, maka transaksi ini disebut dengan non reciprocal transfer atau
transfer yang tidak memerlukan umpan balik.
Aktiva ini harus dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau berdasarkan
penilaian yang dilakukan oleh pihak-pihak independen (appraisal company) dan
dikredit modal donasi (donation capital).
Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Dr.
Cr.
Aktiva Tetap
xxx
Modal Donasi
xxx
7. Perolehan Aktiva Tetap Dengan Cara Sewa Guna Usaha (Leasing)
Pengertian sewa guna usaha (leasing) menurut Surat Keputusan Bersama
Mentri Keuangan, Perdagangan dan Mentri Perindustrian No.32/M/SK/2/1974
yang ditemukan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (2004:30.1), adalah:
“Leasing
adalah
setiap
pembiayaan
perusahaan
dalam
bentuk
penyediaan barang- modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala
disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli
barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu
leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama”.
16
Cara pencatatan perolehan ini tergantung dari jenis leasing yang di mabil oleh
perusahaan, leasing dibagi menjadi 2 yaitu:
a.
Capital Lease
aktiva yang diperoleh dengan cara ini dicatat sebagai aktiva tetap dalam
kelompok tersendiri dan juga harus diamortisasi. Kewajiban sewa guna usahanya pun
disajikan terpisah dari kewajiban lainnya, biasanya cara ini diambil bial aktiva
tersebut disewa lebih dari 2 tahun.
b.
Operating Lease
Bila perusahaan memilih cara ini maka pencatatan angsuran tiap bulan tidak
dianggap sebagai aktiva tetap tetapi langsung merupakan biaya sewa aktiva yang
diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa guna usaha,
meskipun pembayaran dilakukan dalam jumlah yang tidak sama tiap periode.
2.4
Penyusutan Aktiva Tetap
Bagi para akuntan, penyusutan buakan merupakan masalah penilaian tetapi
merupakan alat untuk alokasi biaya. Aset tidak disusutkan berdasarkan penurunan
nilai pasar wajar, tetapi berdasarkan pembenahan sitematis terhadap beban. Menurut
Kieso dalam bukunya “intermediate Accounting” dituliskan bahwa:
“Penyusutan (depreciation) didefinisikan sebagai proses akuntansi dalam
mengalokasikan biaya aset berwujud ke beban dengan cara yang sistematis dan
rasional selama periode yang diharapkan mendapat manfaat dari pengguna aset
tersebut.” (kieso, weigandt and warfield; 2005:520)
17
Sedangkan pengertian penyusutan menurut Soemarso S.R dalam bukunya
yang berjudul “Akuntansi Suatu Pengantar” dinyatakan bahwa “Penyusutan
adalah
pembebanan
biaya
yang
disebabkan
pemakaian
aset
tetap”
(Soemarso,2005:24)
2.4.1
Faktor-Faktor Dalam Menentukan Beban Penyusutan
Ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah beban
penyusutan yang diakui setiap periode. Tiga faktor tersebut adalah :
Harga Perolehan / Biaya Awal Aset Tetap
Jumlah kas yang dibayarkan dan diberikan untuk memperoleh suatu aset pada
saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi tepat yang
siap untuk dipergunakan.
Nilai Sisa / Nilai residu
Jumlah neto yang diharapkan dapat diperoleh pada akhir masa manfaat suatu
aset setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan.
Masa Manfaat / Umur Ekonomis
Periode suatu aset diharapkan digunakan oleh perusahaan atau jumlah
produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset perusahaan.
18
2.4.2
Metode Perhitungan Penyusutan
Menurut PSAK no.16 Tahun 2011 penyusutan dapat dilakukan dengan
metode yang dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Dasar Waktu
a.
Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
b.
Metode Pembebanan Menurun
- Metode Jumlah Angka Tahun (sum of the year digit method)
- Metode Saldo Menurun / Saldo Menurun Ganda (declining /
double declining balance method)
2. Dasar Penggunaan
-
Metode Jam Jasa (service hour method)
-
Metode Unit Produksi (productive output method)
3. Dasar Kriteria Lainnya
-
Metode Berdasarkan Jenis dan Kelompok (Group And Composite
Methode)
-
Metode Anuitas (Anuity Method)
-
Sistem Persediaan (inventory system)
2.4.2.1 Metode Garis Lurus (straight line method)
Dalam Metode Garis Lurus, biaya penyusutan dialokasikan berdasarkan
berjalannya waktu, dalam jumlah beban yang sama selama masa manfaat aset tetap
berwujud tersebut.
19
Menurut Waluyo dalam bukunya berjudul “Akuntansi Pajak”’ , menghitung
penyusutan dalam metode garis lurussebagai berikut:
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x (Harga Perolehan-Nilai Residu)
Biaya Penyusutan = Biaya Perolehan-Nilai Residu
Masa Manfaat
Tarif Penyusutan =
100%
Masa Manfaat
Contoh : Harga perolehan aset tetap Rp 300.000.000,00 ; nilai residu Rp
40.0000.000,00 ; masa manfaat aset tetap 5 tahun.
Tarif Penyusutan = 100% = 20%
5
Biaya Penyusutan = 20% (Rp 300.000.000,00 – Rp 40.000.000,00)
= Rp 52.000.000,00/thn
Tabel 2.1 Daftar Penyusutan Menggunakan Metode Garis Lurus
Th
Biaya
Biaya
Akumulasi
Penyusutan
Penyusutan
Penyusutan
1
Rp 300.000.000
Rp 52.000.000
Rp 52.000.000
Rp 248.000.000
2
Rp 300.000.000
Rp 52.000.000
Rp 104.000.000
Rp 196.000.000
3
Rp 300.000.000
Rp 52.000.000
Rp 156.000.000
Rp 144.000.000
4
Rp 300.000.000
Rp 52.000.000
Rp 208.000.000
Rp 92.000.000
20
Nilai Buku
5
Rp 300.000.000
Rp 52.000.000
Rp 260.000.000
Rp 40.000.000
Sumber : Waluyo (2008:94)
2.4.2.2 Metode Jumlah Angka Tahun (sum of the year)
metode ini sering disebut jumlah angka tahun yang akan menghasilkan jumlah
penyusutan yang semakin menurun dari tahun ke tahun.
Menurut Waluyo dalam bukunya berjudul “Akuntansi Pajak”, menyusun
penyusutan dengan metode jumlah angka tahun sebagai berikut :
Biaya Penyusutan =Angka tahun yang dibalik x (Harga Perolehan–Nilai Residu)
Jumlah Angka Tahun
Contoh: Harga Perolehan aset tetap Rp 300.000.000 ; Nilai Residu Rp 45.000.000 ;
Masa Manfaat aset tetap 5 tahun.
Jumlah Angka Tahun = 1+2+3+4+5 = 15
Biaya penyusutan selama 5 Tahun:
Ke-1 = 5/15 x (Rp 300.000.000 – Rp 45.000.000) = Rp 85.000.000
Ke-2 = 4/15 x (Rp 255.000.000)
= Rp 68.000.000
Ke-3 = 3/15 x (Rp 255.000.000)
= Rp 51.000.000
Ke-4 = 2/15 x (Rp 255.000.000)
= Rp 34.000.000
Ke-5 = 1/15 x (Rp 255.000.000)
= Rp 17.000.000
21
Tabel 2.2 Daftar Penyusutan Sum Of The Year
(dalam Rupiah)
th
Harga
Tarif
Perolehan
Biaya
Akumulasi
penyusutan
Penyusutan
Nilai Buku
1
300.000.000
5/15
85.000.000
85.000.000
215.000.000
2
300.000.000
4/15
68.000.000
153.000.000
147.000.000
3
300.000.000
3/15
51.000.000
204.000.000
96.000.000
4
300.000.000
2/15
34.000.000
238.000.000
62.000.000
5
300.000.000
1/15
17.000.000
255.000.000
45.000.000
Sumber: Waluyo (2008:96)
2.4.2.3`Metode Saldo Menurun / Saldo Menurun Ganda (declining/double
declining balance method)
Dalam metode ini, besarnya biaya penyusutan semakin lama menjadi lebih
kecil dari tahun ke tahun, dengan dasar pemikiran bahwa kapasitas aset tetap dalam
memberikan jasanya dari tahun ke tahun semakin menurun.
Menurut Waluyo dalam bukunya berjudul “Akuntansi Pajak”, menghitung
penyusutan dengan saldo menurun / saldo menurun ganda sebagai berikut:
Biaya Penyusutan = Tarif x (Harga Perolehan-Akumulasi Penyusutan)
22
Biaya Penyusutan = Tarif x Nilai Buku Awal Periode
Tarif Peneyusutan =
100%
x2
Masa Manfaat
Contoh : Harga Perolehan Rp 300.000.000 ; Nilai Residu Rp 40.000.000 ; Masa
manfaat aset tetap 5 tahun.
Tarif Penyusutan = (100% / 5) x 2 = 40%
Biaya Penyusutan Selama 5 Tahun :
Ke-1 = 40% x Rp 300.000.000
= Rp 120.000.000
Ke-2 = 40% x (Rp 300.000.000-Rp 120.000.000)
= Rp 72.000.000
Ke-3 = 40% x (Rp 180.000.000-Rp 72.000.000)
= Rp 43.200.000
Ke-4 = 40% x (Rp 108.000.000-Rp 43.200.000)
= Rp 25.000.000
Tabel 2.3 Daftar Penyusutan Menggunakan Metode Saldo menurun/Saldo
Menurun Ganda
(dalam Rupiah)
th
Harga Perolehan Biaya Penyusutan
Akumulasi
Nilai Buku
Penyusutan
1
300.000.000
120.000.000
120.000.000
180.000.000
2
300.000.000
72.000.000
192.000.000
108.000.000
3
300.000.000
43.200.000
235.200.000
64.800.000
4
300.000.000
25.920.000
261.120.000
38.880.000
23
5
300.000.000
260.000.000
40.000.000
(1,120.000)
Sumber: Waluyo (2008:97)
2.4.2.4 Metode Jam Jasa (Service Hour Method)
Pada metode ini besarnya penyusutan dihitung dengan mendasarkan pada
teori bahwa pembelian aset tetap ditunjukan dari jumlah jam jasa langsung dan dalam
metode ini mengakui estimasi masa manfaat aset tetap yang diukur dalam jam jasa.
Menurut Waluyo dalam bukunya “Akuntansi Pajak”, menghitung
penyusutan dengan metode jam jasa sebagai berikut:
Tarif Penyusutan perJam = Harga Perolehan-Nilai Residu
Estimasi Total Jam Jasa
Biaya Penyusutan = Jam Jasa yang Digunakan x Tarif Penyusutan per Jam
Contoh: Harga perolehan aset tetap Rp 100.000.000; estimasi total jam jasa sebesar
20.000 jam; Nilai Residu Rp 5.000.000 dan Masa Manfaat 5 tahun. Taksiran jam jasa
yang digunakan setiap tahunnya telah diketahui.
Tarif Penyusutan per Jam = Rp 100.000.000 – Rp 5.000.000
20.000 jam
= Rp 4.750 per Jam
Biaya Penyusutan selama 5 tahun:
24
Ke-1 = 3000 Jam x Rp 4.750 = Rp 14.250.000
Ke-2 = 5000 Jam x Rp 4.750 = Rp 23.750.000
Ke-3 = 5000 Jam x Rp 4.750 = Rp 23.750.000
Ke-4 = 4000 Jam x Rp 4.750 = Rp 19.000.000
Ke-5 = 3000 Jam x Rp 4.750 = Rp 14.250.000
Tabel 2.4 Daftar Penyusutan Menggunakan Metode Jam Jasa
(dalam Rupiah)
th
Harga
Jam
Biaya
Akumulasi
Nilai Buku
Perolehan
Jasa
Penyusutan
Penyusutan
1
100.000.000
3000
14.250.000
14.250.000
85.750.000
2
100.000.000
5000
23.750.000
38.000.000
62.000.000
3
100.000.000
5000
23.750.000
61.750.000
38.250.000
4
100.000.000
4000
19.000.000
80.750.000
19.250.000
5
100.000.000
3000
14.250.000
95.000.000
5.000.000
total
20.000 95.000.000
Sumber: Waluyo (2008:98)
2.4.2.5 Metode Unit Produksi (productive output method)
25
Dalam metode unit produksi, taksiran manfaat dinyatakan dalam kapasitas
produksi yang dapat dihasilkan. Kapasitas produksi ini dapat dinyatakan dalam
bentuk jam pemakaian atau urut-urut kegiatan lainnya.
Menurut Waluyo dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Pajak”,
menghitung penyusutan dengan metode unit produksi sebagai berikut:
Tarif Penyusutan per Unit : Harga Perolehan-Nilai Residu
Kapasitas Produksi
Biaya Penyusutan = Unit yang diproduksi x Tarif Penyusutan per Unit
Contoh: Harga perolehan suatu aset tetap Rp 25.000.000; taksiran masa manfaat 5
tahun; taksiran nilai residu Rp 2.500.000; taksiran kapasitas produksi 5.000.000 unit.
Produksi selama 5 tahun sebagai berikut:
Tahun Ke-1
= 1.600.000 unit
Tahun Ke-2
= 1.400.000 unit
Tahun Ke-3
= 1.000.000 unit
Tahun Ke-4
= 600.000 unit
Tahun Ke-5
= 400.000 unit
Tarif penyusutan per unit = Rp 25.000.000 – Rp 2.500.000
5.000.000 unit
= Rp 4,50 per Unit
26
Biaya Penyusutan selama 5 tahun:
Ke-1 = 1.600.000 unit x Rp 4,50 = Rp 7.200.000
Ke-2 = 1.400.000 unit x Rp 4,50 = Rp 6.300.000
Ke-3 = 1.000.000 Unit x Rp 4,50 = Rp 4.500.000
Ke-4 = 600.000 Unit x Rp 4,50 = Rp 2.700.000
Ke-5 = 400.000 Unit Rp 4,50 = Rp 1.800.000
Tabel 2.5 daftar penyusutan menggunakan metode Unit produksi
Th Hasil Produksi
Biaya Penyusutan
Akumulasi
Nilai Buku
Penyusutan
Rp 25.000.000
1
1.600.000unit
Rp 7.200.000
Rp 7.200.000
Rp 17.800.000
2
1.400.000unit
Rp 6.300.000
Rp 13.500.000
Rp 11.500.000
3
1.000.000unit
Rp 4.500.000
Rp 18.000.000
Rp 7.000.000
4
600.000unit
Rp 2.700.000
Rp 20.700.000
Rp 4.300.000
5
400.000unit
Rp 1.800.000
Rp 22.500.000
Rp 2.500.000
Sumber: Waluyo (2008:99)
27
Download