BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah sangat berkaitan dengan pertumbuhan dan kepadatan penduduk. Semakin besar pertumbuhan penduduk dapat menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk ditinggali. Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin besar dari waktu ke waktu juga memberikan dampak terhadap peningkatan kebutuhan akan sarana dan prasarana di suatu wilayah. Salah satu dampak yang terjadi akibat pertumbuhan jumlah penduduk ialah peningkatan jumlah penggunaan air bersih. Air bersih ini akan digunakan oleh manusia untuk melakukan kegiatan produksi maupun konsumsi sehari-hari seperti kegiatan industri, pertanian, peternakan, memasak, mencuci, mandi, dan sebagainya. Setiap kegiatan produksi dan konsumsi air bersih oleh manusia tidak dapat lepas dari residu atau sisa dari kegiatan tersebut yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi atau sering disebut dengan air limbah. Kegiatan penduduk yang terus meningkat berdampak pada semakin meningkatnya volume air limbah yang dihasilkan. Hal ini seringkali tidak didukung oleh penyediaan prasarana sanitasi lingkungan yang seimbang. Sebagai produk akhir dalam pemakaian air bersih selama melakukan aktivitas kehidupan, air limbah memerlukan penanganan yang memadai 1 karena dapat memberi dampak yang cukup serius bagi lingkungan dan manusia jika tidak dikelola dengan baik. Dampak tersebut antara lain mencemari sumber air baku yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih (Mukhtasor, 2007). Pencemaran merupakan salah satu dampak negatif dari kegiatan manusia dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup (Sastrawijaya, 1999). Kegiatan tersebut dapat berupa kegiatan pembangunan fisik dan kegiatan biologi manusia. Kegiatan pembangunan fisik seperti kegiatan industri, produksi, dan ekonomi, sedangkan kegiatan biologi manusia adalah seperti mandi, masak, mencuci, dan kakus. Kegiatan-kegiatan ini baik langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik yang bersifat positif dan perlu dikembangkan, maupun yang berdampak negatif yang perlu dicegah dan ditanggulangi. Penurunan kualitas atau rusaknya keseimbangan suatu lingkungan hidup antara lain disebabkan oleh meningkatnya tingkat pencemaran (Supradata, 2005). Baik pencemaran pada komponen atmosfer, hidrosfer, maupun litosfer akibat limbah buangan pertanian, rumah tangga, dan industri yang telah melampaui ambang batas yang telah ditentukan. Pencemaran tersebut terjadi akibat jumlah beban yang dibuang ke dalam saluran atau perairan sungai telah melampaui kesanggupan alami air sungai guna memurnikannya kembali (self purification). Air limbah yang paling banyak dibuang dan mencemari badan air (sungai) di daerah perkotaan adalah air limbah yang berasal dari limbah 2 rumah tangga (domestik). Sekitar 50-75% dari beban organik yang berada di dalam sungai berasal dari limbah domestik (Nelwan, 2011). Akibat dari pembuangan limbah yang tidak berada pada tempatnya ini akan mengakibatkan munculnya berbagai macam penyakit saluran pencernaan, penyakit saluran pernapasan, dan penyakit lainnya. Salah satu contoh kasus di Kali Mas Surabaya pada tahun 2000 menunjukkan bahwa sumber pencemaran perairan sungai terbesar berasal dari limbah cair rumah tangga (87%), dan sisanya (13%) berasal dari limbah cair industri (Fakhrizal, 2004). Jenis air limbah sendiri ada dua, yaitu air limbah blackwater dan air limbah greywater (Muti, 2011). Air limbah blackwater berasal dari kotoran manusia yang perlu pengolahan terlebih dahulu sebelum dibuang ke alam karena mengandung bakteri patogen . Pada umumnya blackwater ditampung ke dalam septic tank atau langsung disalurkan ke sewage system untuk kemudian diolah dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik. Untuk air limbah greywater berasal dari kegiatan dapur (tempat cuci piring), air bekas mencuci pakaian, dan air mandi yang biasanya langsung dibuang ke saluran drainase (selokan) atau ke perairan umum (sungai). Sungai sebagai tempat aliran air dan saluran irigasi juga merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup di lingkungan sekitar yang patut dirawat dan dijaga kebersihannya. Sebagai sungai yang melewati wilayah ibukota provinsi, sudah pasti beban sungai-sungai tersebut untuk memenuhi kebutuhan penduduk lebih besar daripada sungai lainnya di Daerah 3 Istimewa Yogyakarta. Kota Yogyakarta yang dilewati tiga sungai tersebut memiliki tekanan penduduk terhadap sumberdaya alam, termasuk sungai yang cukup besar. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk Kota Yogyakarta yang cukup besar, berdasarkan Sensus Penduduk 2010 berjumlah 387.086 jiwa (BPS, 2010), dengan proporsi laki-laki dan perempuan yang hampir setara. Ancaman serius bagi sungai yang melintasi wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi adalah pembuangan limbah langsung ke tubuh air tanpa diolah terlebih dahulu. Limbah yang mengancam Sungai Gajah Wong berasal dari kegiatan industri dan rumah tangga. Sejumlah kegiatan industri yang berada di sepanjang Sungai Gajah Wong antara lain adalah pabrik susu, pabrik penyamakan kulit, industri tahu dan tempe, serta Kebun Binatang Gembira Loka. Sebagian besar industri tersebut telah membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sendiri. Untuk limbah domestik sendiri kebanyakan belum diolah melalui IPAL melainkan langsung dibuang ke sungai. Di Sungai Gajah Wong sebenarnya telah terdapat komunitas atau paguyuban pemerhati sungai. Paguyuban Kampung Hijau Gambiran di Kecamatan Umbulharjo yang cukup membantu Pemerintah Kota dalam menekan volume limbah cair dari permukiman masyarakat langsung dibuang ke tubuh sungai. Kedepannya komunitas ini masih perlu dibina supaya dapat mewujudkan Sungai Gajah Wong yang bersih dan lestari. Permasalahan yang paling sulit ialah merubah perilaku dan budaya 4 masyarakat sekitar sungai supaya sadar dan ikut menjaga sungai agar dapat dimanfaatkan secara lestari khususnya di wilayah Kota Yogyakarta. Gambar 1.1 menunjukkan perbandingan kondisi Sungai Gajah Wong pada tahun 2010 dan 2012. Dari gambar tersebut tampak pencemaran limbah yang semakin parah di tahun 2012 yang ditunjukkan dengan warna air sungai semakin keruh. Gambar 1.1 Kondisi Sungai Gajah Wong Bagian Hilir, Kecamatan Pleret (Kiri : Tahun 2010, Kanan : Tahun 2012) (Foto : Hartono) Kota Yogyakarta dari tahun ke tahun semakin padat ditinjau dari perbandingan luas wilayah dengan jumlah penduduknya. Luas wilayah Kota Yogyakarta sekitar 32,5 Km2 dengan jumlah penduduk 387.086 jiwa sehingga berdasarkan hasil perhitungan memiliki kepadatan penduduk 11.910 jiwa/Km2. Hal tersebut membawa dampak terhadap perkembangan fisik dan prasarana kota disamping dari dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup. Perkembangan kota yang pesat secara langsung dan tidak langsung juga diiringi dengan meningkatnya kebutuhan air bersih, sanitasi, dan permukiman. 5 Oleh karena air merupakan kebutuhan pokok yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia, maka peningkatan jumlah penduduk dengan berbagai aktivitasnya juga mempengaruhi jumlah dan kualitas air bersih yang ada. Persoalan yang kemudian muncul ialah proses penggunaan dan pembuangan air dari aktivitas keseharian penduduk kemudian menjadi air limbah dan langsung dibuang ke lingkungan sekitarnya tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Sebagian besar bahan pencemar yang ditemukan di perairan laut berasal dari kegiatan manusia di daratan (Dahuri R., 2003). Permasalahan air limbah diperparah dengan sistem drainase yang buruk akibat adanya penyumbatan sehingga menyebabkan penggenangan limbah cair. Penumpukan limbah cair ini berpengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup masyarakat yang tinggal di sekitar daerah tersebut. Oleh karena air bekas cucian, air dari kamar mandi, dan air limbah dapur dapat dikategorikan sebagai limbah yang mengandung deterjen serta mikroorganisme (Slamet S.J., 2009). Selain itu buangan ekskreta, yaitu tinja dan urin manusia termasuk berbahaya karena dapat menjadi media penyebaran utama bagi wabah penyakit. Berdasarkan kondisi tersebut maka diperlukan suatu kajian untuk mengetahui sejauh mana peran masyarakat dan pemerintah dalam mengelola air limbah domestik (rumah tangga) serta bagaimana sistem pengelolaan air limbah domestik yang telah dilakukan oleh pemerintah di Sub DAS Gajah Wong. Diharapkan nantinya dengan hasil kajian yang diperoleh dapat 6 dijadikan sebagai informasi yang berguna bagi masyarakat dan acuan bagi pemerintah dalam melakukan perencanaan pengelolaan lingkungan ke arah yang lebih baik. 1.2. Perumusan Masalah Daerah penelitian mengambil lokasi di Sub DAS Gajah Wong yang secara administratif mengalir mulai dari Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, hingga Kabupaten Bantul. Sub DAS Gajah Wong merupakan bagian dari DAS Opak dengan luas sekitar 34,63 Km2. Sub DAS ini memiliki potensi ekonomi di sektor industri selain daripada sektor pertanian, baik industri besar, sedang, kecil dan industri rumah tangga. Banyaknya industri dan penduduk yang berada di Sub DAS Gajah Wong mengakibatkan terjadi tekanan terhadap lahan dan lingkungan yang berimbas pada banyak dilakukannya perubahan penggunaan lahan, seperti misalnya dari lahan pertanian menjadi permukiman atau pabrikpabrik industri. Perubahan penggunaan lahan dan limbah-limbah dari aktivitas manusia tersebut dapat mempengaruhi kualitas lingkungan sekitar. Akibat pesatnya kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh manusia mengakibatkan terjadinya penurunan daya dukung lingkungan, sehingga obyek kajian dari penelitian ini adalah “Peran Masyarakat dan Pemerintah dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik di Sub DAS Gajah Wong.” 7 Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan pokokpokok permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengelolaan air limbah domestik di Sub DAS Gajah Wong? 2. Bagaimana peran masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan air limbah domestik di Sub DAS Gajah Wong? 3. Langkah-langkah apa saja yang dapat dijadikan solusi dalam pengelolaan air limbah domestik di Sub DAS Gajah Wong? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian ini ialah : 1. Mengetahui sistem pengelolaan air limbah domestik di Sub DAS Gajah Wong; 2. Mengkaji tentang peran masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan air limbah domestik di Sub DAS Gajah Wong; 3. Menyusun alternatif strategi yang dapat dijadikan sebagai solusi pengelolaan air limbah domestik di Sub DAS Gajah Wong. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut, khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah; 8 2. Memberikan informasi bagi masyarakat dan pemerintah dalam pengambilan kebijakan tentang pengelolaan lingkungan hidup yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah. 3. Sebagai salah satu sumber bacaan dalam pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang lingkungan hidup; dan 1.5. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian terdahulu mengenai air limbah domestik dan pencemaran air sudah pernah dilakukan, akan tetapi terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut terletak pada metode penelitian dan metode analisis yang digunakan. Penelitian sebelumnya sebagian besar fokus pada kualitas air limbah rumah tangga yang dibuang dengan menggunakan metode analisis laboratorium serta penentuan strategi pengelolaan air limbah dengan metode deskriptif kualitatif biasa. Penelitian ini lebih ditekankan pada peranan masyarakat dan pemerintah dalam mengelola air limbah domestik dengan menggunakan metode survei, wawancara, dan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penentuan strategi pengelolaan air limbah domestik menggunakan metode SWOT (Strength-Weakness-Opportunity-Threat) dan matriks SWOT. Penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan berkaitan dengan obyek kajian air limbah domestik yang lebih dirinci pada Tabel 1.1. 9 Tabel 1.1 Penelitian yang Berkaitan dengan Air Limbah Domestik No 1 2 Peneliti Wadono (1992) Nurmayanti (2002) Judul dan lokasi Evaluasi Pencemaran Air Sungai Gajah Wong Yogyakarta ditinjau dari Gatra Biota, Fisik, dan Kimia Akibat Buangan Limbah Industri di Bagian Wilayah Kotamadya Yogyakarta Kontribusi Limbah Domestik Terhadap Kualitas Air Kali Garang Semarang - - - - - - 4 Suwarno (2010) Kerjasama Antar Daerah Melalui Skema Kartamantul dalam Penanganan dan Pengelolaan Air Limbah - Tujuan Mengevaluasi bahan pencemar dari berbagai air buangan yang masuk ke sungai Meneliti pengaruh kualitas air sungai terhadap ketahanan hidup ikan Mempelajari kemampuan proses swa-pentahiran Sungai Gajah Wong dari pengaruh pencemar Mengkaji korelasi antara jumlah penduduk terhadap kualitas air Mengidentifikasi jenis limbah domestik yang dibuang ke Kali Garang Membandingkan antara parameter limbah industri dan domestik Mengetahui faktor yang mempengaruhi keberlangsungan kerjasama dalam penanganan dan Metode Survei dan analisis laboratorium Hasil - Terdapat perubahan parameter kualitas air seperti BOD, DO, pH, dll dari stasiun 1-5 - Perubahan tersebut masih berada di bawah ambang batas maksimum untuk bahan baku air minum dan irigasi Survei lapangan dan analisis laboratorium - Tingkat pencemaran disebabkan oleh limbah domestik cukup tinggi - Penduduk merupakan faktor utama penyebab pencemaran air - Secara keseluruhan tingkat pencemaran oleh zat terlarut yang dilakukan oleh industri lebih besar daripada domestik - Kerjasama Kartamantul dipengaruhi oleh ketersediaan SDM, pendanaan, prasaranasarana, manajemen pengelolaan Survei analisis kualitatif dan 10 pengelolaan air limbah - Mengetahui peranan Sekber Kartamantul dari 5 Astuti (2010) Manajemen Pengelolaan Air Limbah di Balai IPAL Sewon Bantul Tahun 2009 - Mengetahui manajemen pengelolaan air limbah di Balai IPAL Sewon Bantul Survei analisis kualitatif dan - 6 Hartono (2012) Peran Masyarakat dan Pemerintah dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik di Sub DAS Gajah Wong - Mengetahui sistem pengelolaan air limbah domestik - Mengetahui peran masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan air limbah domestik - Merumuskan solusi pengelolaan air limbah domestik Survei lapangan dan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif - - - - air limbah, kewenangan, tanggapan masyarakat dan dunia usaha, peran pihak ketiga, sosialisasi, dan pengaduan masyarakat Manajemen pengelolaan air limbah dinilai cukup baik meliputi perencanaan, pengorganisasian, dan penggerakan pelaksanaan Penggunaan sistem saluran drainase, septictank pribadi, septictank komunal, bak penampungan khusus, serta IPAL komunal Masyarakat berperan dalam kegiatan iuran, perawatan, dan pengelolaan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah domestik Peraturan pemerintah yang ada belum diimplementasikan secara nyata Perlu implementasi nyata dari peraturan yang dibuat oleh pemerintah dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pengelolaan air limbah 11 Penelitian sebelumnya yang meneliti mengenai pencemaran Sungai Gajah Wong telah dilakukan oleh Wadono, Nurwidjojo (1992), dengan judul penelitian Evaluasi Pencemaran Air Sungai Gajah Wong Yogyakarta ditinjau dari Gatra Biota, Fisik, dan Kimia Akibat Buangan Limbah Industri di Bagian Wilayah Kotamadya Yogyakarta. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu : Mengevaluasi bahan pencemar dari berbagai air buangan yang masuk ke sungai, meneliti pengaruh kualitas air sungai terhadap ketahanan hidup ikan, serta mempelajari kemampuan proses swa-pentahiran Sungai Gajah Wong dari pengaruh pencemar. Metode yang digunakan adalah survei dan analisis laboratorium untuk mengetahui besar pencemaran dan pengaruhnya terhadap kehidupan ikan. Berikutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Nurmayanti (2002) dengan judul Kontribusi Limbah Domestik Terhadap Kualitas Air Kali Garang Semarang. Penelitian ini memiliki tujuan untuk : Mengkaji korelasi antara jumlah penduduk terhadap kualitas air, mengidentifikasi jenis limbah domestik yang dibuang ke Kali Garang, dan membandingkan antara parameter limbah industri dan domestik. Metode yang digunakan sama dengan sebelumnya, yakni survei lapangan dan analisis di laboratorium untuk menguji kualitas air Kali Garang. Penelitian Suwarno, Budhi Harso (2010) yang berjudul Kerjasama Antar Daerah Melalui Skema Kartamantul dalam Penanganan dan Pengelolaan Air Limbah memiliki tujuan : Mengetahui faktor yang mempengaruhi keberlangsungan kerjasama dalam penanganan dan 12 pengelolaan air limbah dan mengetahui peranan dari Sekber Kartamantul. Metode survei lapangan dan analisis kualitatif digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian tersebut. Selanjutnya Astuti, Feri (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Manajemen Pengelolaan Air Limbah di Balai IPAL Sewon Bantul Tahun 2009. Merumuskan tujuan penelitiannya adalah guna mengetahui manajemen pengelolaan air limbah di Balai IPAL Sewon Bantul. Penggunaan metode survei lapangan dan analisis kualitatif untuk mencapai tujuan penelitian. 1.6. Batasan Penelitian Supaya penelitian ini lebih terarah dan berjalan secara optimal, maka perlu dilakukan pembatasan penelitian dalam ruang lingkup berikut ini : 1. Pengelolaan adalah usaha sadar dan terpadu untuk mencapai suatu tujuan yang telah disepakati bersama; 2. Peran pemerintah ialah jika seseorang atau sekelompok orang telah menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia atau mereka telah menjalankan peranannya; 3. Peran serta atau partisipasi masyarakat jika kegiatan atau proses tersebut melibatkan masyarakat; 4. Limbah cair domestik adalah air yang telah digunakan yang berasal dari rumah tangga atau permukiman, termasuk air buangan dari WC, kamar mandi, tempat cuci, dan tempat memasak; 5. Peran masyarakat dan pemerintah yang diteliti berada pada daerah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. 13