perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN KEJADIAN KANKER SERVIKS INVASIF SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Fanny Aprilia Savitri G0009076 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PRAKATA Alhamdulillah hirobbil’aalamin, segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmatnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Hubungan Perilaku Seksual dan Kejadian Kanker Serviks Invasif”. Penelitian tugas karya akhir ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa penelitian tugas karya akhir ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh rasa hormat ucapan terima kasih yang dalam saya berikan kepada: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Heru Priyadi S., dr., Sp.OG (K) selaku Pembimbing Utama yang telah menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini. 3. Novi Primadewi, dr., Sp.THT-KL, M.Kes. selaku Pembimbing Pendamping yang tak henti-hentinya bersedia meluangkan untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini. 4. Dr. Hj. Sulistyowati, dr., Sp.OG (K) selaku Penguji Utama yang telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 5. Dr. Senyum Indrakila, dr., Sp.M selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 6. Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, M.Sc., Ph.D, yang telah memberikan arahan dalam bidang statistik dalam penyusunan skripsi ini. 7. Muthmainah, dr., M.Kes selaku Tim Skripsi FK UNS, atas kepercayaan, bimbingan, koreksi dan perhatian yang sangat besar sehingga terselesainya skripsi ini. 8. Yang tercinta kedua orang tua saya, Ayah Suleman dan Ibu Mas’anah dan seluruh keluarga besar yang senantiasa mendoakan tiada henti, dan memberikan support dalam segala hal sehingga terselesaikannya penelitian ini. 9. Sahabat-sahabat terdekat Priyanka, Regina, Dewi, Wulan, serta teman-teman angkatan 2009 atas semangat dan bantuan yang tak henti-henti dan waktu yang selalu tersedia. 10. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu proses penelitian tugas karya akhir ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan. Surakarta, Nopember 2012 Fanny Aprilia Savitri commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI PRAKATA……………. .............................................................................................. v DAFTAR ISI ............................................................................................................... vi DAFTAR TABEL dan GAMBAR .............................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. x BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................................... 1 B. Perumusan Masalah...................................................................................... 2 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 2 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... ............... 3 BAB II. LANDASAN TEORI A. Kanker Serviks ......................................................................... .................. 4 B. Gambaran dan Stadium Invasif Kanker Serviks ............................... ......... 7 C. Perilaku Seksual ..................................................................................... ... 11 D Kerangka Pemikiran ...................................................................................18 E. Hipotesis …………...................................................................................19 BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ....................................................... ....... ..........................20 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................20 C. Subjek Penelitian ......................................................................................20 D. Teknik Sampling.........................................................................................21 E. Besar Sampel.............................................................................................. 21 F. Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................ ......... 21 G. Definisi Operasional Variabel Penelitian............................................... .... 22 H. Rancangan Penelitian ................................................. ............................... 24 I. Instrumen Penelitian......................................................................... .......... 25 J. Teknik Analisis Data Statistik .................................................................... 25 BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Sampel Penelitian .................................................................28 1. Karakteristik Sampel Berdasarkan Data Kontinyu .............................28 2. Karakteristik Sampel Berdasarkan Data Kategorikal .........................28 B. Analisis Statistik ........................................................................................ 30 1. Hubungan Usia Coitarche dan Kejadian Kanker Serviks Invasif ..... 30 2. Hubungan Riwayat Jumlah Pasangan Seksual dan Kejadian Kanker Serviks Invasif .................................................................................... 31 3. Hubungan Riwayat Penyakit Menular Seksual dan Kanker Serviks Invasif ................................................................................................ 32 4. Hubungan Riwayat Penggunaan Alat Kontrasepsi dan Kanker Serviks Invasif ................................................................................................ 33 5. Hubungan Perilaku Seksual dan Kanker Serviks Invasif .................. 34 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V. PEMBAHASAN ......................................................................... ............... 35 A. Hubungan Usia Coitarche dan Kejadian Kanker Serviks Invasif .............35 B. Hubungan Riwayat Jumlah Pasangan Seksual dan Kejadian Kanker Serviks Invasif .......... .............................................................................................. 36 C. Hubungan Riwayat Penyakit Menular Seksual dan Kejadian Kanker Serviks Invasif .......................................................................................... 37 D. Hubungan Riwayat Penggunaan Alat Kontrasepsi dan Kanker Serviks Invasif ........... ............................................................................................ 38 E. Hubungan Usia Coitarche, Riwayat Jumlah Pasangan Seksual, Riwayat Penyakit Menular Seksual dan Kejadian Kanker Serviks Invasif ........ .... 38 BAB VI. PENUTUP A. Simpulan ......................................................................................... ......... 40 B. Saran .......................................................................................... ............... 40 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 42 LAMPIRAN commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL DAN GAMBAR Gambar 2.1 Anatomi Serviks Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Gambar 2.3 Gambaran Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Tabel 2.1 Stadium Klinis Kanker Serviks Menurut Sistem FIGO Tabel 4.1 Karakteristik Sampel Data Kontinyu Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Riwayat Pernah Menderita Penyakit Menular Seksual (PMS) Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Riwayat Pasangan Seksual Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Riwayat Penggunaan Alat Koktrasepsi Tabel 4.5 Analisis Bivariat Hubungan Usia Coitarche dan Kejadian Kanker Serviks Invasif Tabel 4.6 Analisis Bivariat Hubungan Riwayat Jumlah Pasangan Seksual dan Kejadian Kanker Serviks Invasif Tabel 4.7 Analisis Bivariat Hubungan Riwayat Penyakit Menular Seksual dan Kejadian Kanker Serviks Invasif Tabel 4.8 Analisis Bivariat Hubungan Riwayat Penggunaan Alat Kontrasepsi dan Kejadian Kanker Serviks Invasif Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Hubungan Usia Coitarche, Riwayat Penyakit Menular Seksual, dan Riwayat Kontrasepsi dengan Kejadian Kanker Serviks Invasif commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden Lampiran 2 Lembar Pengumpul Data Lampiran 3 Data Responden Lampiran 4 Analisis Data SPSS Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian Lampiran 6 Surat Bukti Selesai Penelitian commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karsinoma serviks atau kanker leher rahim adalah karsinoma yang tumbuh di daerah leher rahim (serviks), yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Swierzewski, 1999). Kanker serviks invasif adalah kanker yang telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya. Kanker serviks merupakan salah satu penyakit yang menimbulkan dampak psikologis yang luas bagi pasien dan keluarga pasien. Setiap satu jam satu perempuan Indonesia meninggal karena kanker serviks atau kanker mulut rahim (Tempo, 2011). Berdasarkan data Research Cancer United Kingdom (UK), angka kejadian kanker serviks di Asia Tenggara tahun 2008 sebesar 8,3 per 100.000 wanita per tahun. Termasuk Indonesia dengan angka kejadian 13,9 per 100.000 wanita per tahun dan turut menyumbangkan 2831 kematian akibat kanker serviks dari total 6948 kematian di Asia Tenggara (WHO, 2010). Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian kanker serviks, salah satunya adalah faktor ginekologis yang berhubungan dengan perilaku seksual. Faktor ginekologis adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan organ reproduksi wanita. Dalam penelitiannya, Kim dan Goldie (2008) menyebutkan salah satunya adalah infeksi Human papillomavirus commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 (HPV) tipe 16 dan 18 risiko tinggi onkogenik adalah penyebab 70% kasus kanker serviks. Usia pertama melakukan hubungan seksual dan jumlah pasangan seksual juga berpengaruh terhadap kejadian kanker serviks. Menurut Rasjidi (2008) berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Berdasar penelitian Winer (2006) penggunaan kontrasepsi kondom secara inkonsisten dapat meningkatkan risiko infeksi HPV. Sedangkan penyakit menular seksual non-HPV yang dialami menurut Rasjidi (2008) dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi sekunder oleh HPV karena adanya lesi pada organ genital pasien. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mencari hubungan antara perilaku seksual dan kejadian kanker serviks invasif. B. Perumusan Masalah 1. Apakah terdapat hubungan antara usia pertama melakukan hubungan seksual dan kejadian kanker serviks invasif? 2. Apakah terdapat hubungan antara jumlah pasangan seksual atau riwayat pernikahan dan kanker serviks invasif? 3. Apakah terdapat hubungan antara riwayat kontrasepsi dan kejadian kanker serviks invasif? 4. Apakah terdapat hubungan antara riwayat penyakit menular seksual dan kejadian kanker serviks invasif? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui hubungan usia pertama melakukan hubungan seksual dan kejadian kanker serviks invasif commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3 2. Mengetahui hubungan jumlah pasangan seksual dan kajadian kanker serviks invasif 3. Mengetahui hubungan riwayat kontrasepsi dan kejadian kanker serviks invasif 4. Mengetahui hubungan riwayat penyakit menular seksual dan kejadian kanker serviks invasif D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan perilaku seksual terhadap kejadian kanker serviks invasif b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan untuk penelitian mengenai kanker serviks. 2. Manfaat Aplikatif a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai perilaku seksual yang berhubungan dengan kejadian kanker serviks invasif kepada para wanita umumnya b. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada tenaga medis agar dapat menjadi acuan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan terutama mengenai kejadian kanker serviks commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 BAB II LANDASAN TEORI A. Kanker Serviks Struktur organ reproduksi wanita terdiri dari organ internal dan eksternal. Organ internal terdiri dari: dua ovarium dan dua tuba fallopii atau saluran telur, uterus, dan vagina. Sedangkan organ eksternal secara keseluruhan disebut vulva dan terdiri dari struktur-struktur yang tampak dari luar mulai dari pubis sampai ke perineum:mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris, vestibulum yang berbentuk seperti buah almond di dalam labia minora (Price dan Wilson, 2006). Serviks atau leher rahim merupakan suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Bagian bawah serviks yang terletak di vagina dinamakan porsio uteri (pars vaginalis servisis uteri), sedangkan yang berada di atas vagina disebut pars supra vaginalis servisis uteri. Saluran yang terdapat pada serviks, disebut kanalis servikalis, berbentuk sebagai saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks, berbentuk sel-sel torak bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum, dan pintu di vagina disebut ostium uteri eksternum (Winkjosastro, 2006). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5 Gambar 2.1 Anatomi Serviks Pada awal perkembangan embriologi, serviks dan vagina bagian atas dilapisi dengan epitel silindris. Pada perkembangan intra uterin selanjutnya, epitel silindris vagina secara progresif digantikan dengan epitel pipih (epitel skuamosa). Pada masa neonatologi, vagina sudah dilapisi dengan epitel pipih sementara itu epitel silindris hanya dijumpai pada kanalis endoservikalis dan bagian tengah ektoservik. Secara makroskopik, epitel silindris terlihat berwarna merah oleh karena hanya satu lapis sehingga pembuluh darah dibalik epitel terlihat dengan jelas. Batas pertemuan antara epitel pipih dan silindris berada di sekitar ostium uteri eksternum - external os dan dinamakan squamocollumnar junction. Selama hidup, terutama pada masa remaja dan kehamilan pertama, epitel pipih yang metaplastik menutupi epitel silindris sehingga squamocollumnar junction yang baru menjadi lebih dekat dengan external os dan dapat memasuki kanalis endoservikal. Zona transformasi adalah daerah commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6 epitel pipih yang metaplastik yang terletak di antara kedua squamocollumnar junction tersebut (Widjanarko, 2009). Gambar 2.2 Squamocollumnar Junction Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan dan perkembangan sel-sel yang tidak terkontrol dan abnormal. Kanker dapat dicetuskan oleh faktor eksternal dan faktor internal yang memicu terjadinya proses karsinogenesis (proses pembentukan kanker). Faktor eksternal dapat berupa infeksi, radiasi, zat kimia tertentu, dan juga konsumsi tembakau, sedangkan mutasi (baik yang diturunkan maupun akibat metabolisme), hormon, dan kondisi sistem imun merupakan faktor internal (American Cancer Society, 2008). Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah kanker yang tumbuh di daerah leher rahim (serviks). Kanker serviks ini biasanya merupakan kanker yang tumbuh perlahan yang sering tidak menunjukkan gejala tetapi dapat diketahui dengan Pap test rutin (suatu prosedur dimana sel serviks dipulas dan dilihat dengan mikroskop). Kanker serviks hampir selalu disebabkan oleh commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 infeksi human papillomavirus (HPV) (CancerNet, 2012). Kanker serviks ini sebagian besar merupakan karsinoma sel skuamosa. Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona transformasi). B. Gambaran dan Stadium Invasif Kanker Serviks Kanker serviks umumnya tidak memunculkan gejala hingga sel-sel serviks yang abnormal dan mengganas mulai menginvasi jaringan sekitarnya. Dengan kata lain, gejala baru muncul bila telah terjadi kanker invasif. Di saat ini terjadi, gejala yang umum muncul adalah perdarahan pervaginam yang abnormal, yaitu perdarahan spontan yang terjadi di antara dua siklus menstruasi. Perdarahan ini dapat pula muncul setelah melakukan hubungan seksual akibat tergesernya tumor pada waktu koitus. Perdarahan menstruasi dapat menjadi lebih lama dan lebih banyak daripada biasanya. Pada wanita yang telah menopause, perdarahan abnormal ini yang menjadi keluhan utama dan membawa wanita pergi ke dokter (American Cancer Society, 2007). Selain perdarahan abnormal, keputihan juga merupakan gejala yang sering ditemukan. Getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Warnanya pun menjadi kekuningan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. Perdarahan spontan saat defekasi dapat pula ditemukan. Hal ini terjadi akibat tergesernya tumor eksofitik dari serviks oleh skibala. Adanya perdarahan abnormal pervaginam saat defekasi perlu dicurigai kemungkinan adanya commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 kanker serviks uteri tingkat lanjut.Gejala-gejala hematuria dan atau perdarahan per rektal timbul bila tumor sudah menginvasi vesika urinaria atau rektum. Jika terjadi perdarahan kronik, maka penderita akan mengalami anemia, kehilangan berat badan, lelah dan gejala konstitusional lainnya (Randall, 2005). Pada pemeriksaan fisik dapat terlihat lesi pada daerah serviks. Beberapa lesi dapat tersembunyi di kanal bagian endoserviks, namun dapat diketahui melalui pemeriksaan bimanual. Semakin lebar diameter lesi maka semakin sempit jarak antara tumor dengan dinding pelvis (Randall, 2005). Setelah diagnosis kanker ditegakkan, stadium kanker juga dipastikan. Stadium klinis kanker serviks ditentukan berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti: kolposkopi, sistoskopi, dan proktoskopi. Penentuan stadium kanker serviks mengikuti sistem internasional yang ditetapkan Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO). Berdasarkan sistem ini kanker diklasifikasikan dari stadium 0 (disebut kanker in situ [CIS] atau Carsinoma Intraepithelial Neoplasia [CIN]) sampai stadium 4 (kanker yang telah bermetastase ke bagian tubuh yang lain). Stadium in situ menunjukkan perubahan sitologi dan morfologi sel epitelial. Stadium invasif kanker serviks adalah stadium dimana lesi kanker telah menyebar hingga melewati membran basal epitel. Stadium invasif kanker serviks diawali oleh stadium in situ yang menunjukkan morfologi kanker kecuali invasi ke stroma (Johnson, 1960). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 Gambar 2.3 Gambaran kanker serviks commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 Tabel 2.1 Stadium klinis kanker serviks menurut sistem FIGO Stadium 0 Karsinoma in situ, karsinoma intraepitelial Stadium I Karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke korpus uteri diabaikan) Stadium IA Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik, lesi yang dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang sangat superfisial dikelompokkan sebagai stadium Ib. Kedalaman invasi stroma tidak lebih dari 5 mm dan lebarnya t idak lebih dari 7 mm Stadium IA1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm Stadium IA2 Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm Stadium IB Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis lebih dari IA Stadium IB1 Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm Stadium IB2 Besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm Stadium II Lesi tidak menyebar ke dinding panggul atau vagina bagian bawah, tetapi telah melibatkan rahim Stadium IIA Telah melibatkan parametrium vagina, Stadium IIB Lesi telah menyebar (parametrium) Stadium III Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan sampai dinding panggul. Kasus dengan hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain. Stadium IIIA Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum mencapai dinding panggul Stadium IIIB Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal Stadium IV Lesi telah menyebar (metastase) ke organ atau area tubuh lainnya ke tetapi belum jaringan melibatkan sekeliling serviks Stadium IVA Lesi telah menyebar ke ureter atau rectum Stadium IVB Lesi telah menyebar ke organ selain organ di rongga panggul, seperti hati atau paru-paru atau organ abdominal (Swierzewski, 2010) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 C. Perilaku seksual Dari segi biologis semua makhluk hidup mulai dari binatang sampai dengan manusia, mempunyai aktivitas masing-masing. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang luas, sepanjang kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain: berjalan, berbicara, bekerja, menulis, membaca, berpikir dan seterusnya. Aktivitas atau perbuatan manusia tidak terjadi secara sporadic (timbul dan hilang pada saat-saat tertentu), tetapi selalu ada kelangsungan kontinuitas antara satu perbuatan dengan perbuatan berikutnya. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar, perilaku dikatakan wajar apabila ada penyesuaian diri yang diselaraskan peran manusia sebagai makhluk individu, sosial dan berketuhanan (Purwanto, 1999). Keunikan perilaku berbeda dari yang lainnya. Jadi tiap-tiap manusia memiliki ciri-ciri, sifat-sifat tersendiri yang membedakan dari manusia lainnya. Pengalaman-pengalaman masa lalu dan aspirasi-aspirasinya untuk masa yang akan datang menentukan perilaku di masa kini dan arena tiap orang mempunyai pengalaman dan aspirasi yang berbeda-beda, maka perilaku di masa kini pun berbeda-beda (Purwanto,1999). Seksual adalah rangsangan atau dorongan yang timbul berhubungan dengan seks (Notoatmodjo, 2007). Seksualitas diartikan sebagai sebuah identitas individu yang secara sosial dibangun berdasarkan komponen biologis, kepercayaan, nilai, minat, daya tarik, harapan dan tingkah laku (Walsh, 2007). Seksualitas bukan semata-mata bagian intrinsik dari seseorang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 tetapi juga meluas sampai berhubungan dengan orang lain. Kesehatan seksual telah didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek somatik, emosional, intelektual dan sosial dari kehidupan seksual, dengan cara yang positif memperkaya dan meningkatkan kepribadian, dan komunikasi (Manurung, 2010). Perilaku seksual: usia coitarche lebih awal, jumlah pasangan seksual lebih dari satu, penggunaan kondom secara inkonsisten, dan riwayat terinfeksi penyakit menular seksual dapat meningkatkan risiko terifenksi HPV onkogenik (Schorge dkk, 2008; Winer, 2006; Rasjidi, 2008). 1. Usia coitarche atau usia pertama melakukan hubungan seks Dalam perkembangannya organ reproduksi wanita mengalami perubahan secara bertahap. Tahapan ini dipengaruhi oleh sistem hormonal. Perkembangan organ reproduksi wanita dipengaruhi oleh estrogen dan akan mencapai maturitas setelah dewasa. Wanita yang menikah di usia muda lebih berisiko menderita kanker serviks daripada wanita yang menikah setelah dewasa. Pada usia tersebut kondisi rahim seorang remaja putri sangat sensitif. Serviks remaja lebih rentan terhadap stimulus karsinogenik karena terdapat proses metaplasia skuamosa yang aktif, yang terjadi di dalam zona transformasi selama periode perkembangan. Sedangkan menurut Rasjidi (2008) sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia dewasa maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan berisiko terkena kanker serviks lima kali. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 2. Jumlah pasangan seksual Berganti-ganti pasangan secara tidak langsung dapat meningkatkan kejadian kanker serviks. Hal ini dikarenakan infeksi HPV terjadi pada wanita yang aktif secara seksual. Selain itu penyakit menular seksual dapat menjadi jalan infeksi sekunder oleh HPV. Apabila pasangan seksual telah terinfeksi HPV maka penularan virus dapat terjadi. Hal ini juga tidak menentukan bahwa memiliki satu pasangan memastikan tidak tertularnya infeksi HPV. Dalam penelitiannya Kahn (2009) menyebutkan infeksi HPV bisa didapat beberapa bulan setelah berhubungan seksual: sebuah studi universitas di Amerika Serikat melaporkan bahwa wanita yang baru pertama melakukan hubungan seksual dengan pasangan tunggal, 30% menjadi HPV positif dalam satu tahun. 3. Riwayat penyakit menular seksual Faktor risiko mayor untuk kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV) yang ditularkan secara seksual. Lebih dari 20 tipe HPV yang berbeda mempunyai hubungan dengan kanker serviks. Cancer Research UK pun melaporkan bahwa infeksi HPV merupakan prekursor terjadinya kanker serviks. Infeksi HPV terjadi dalam persentase yang besar pada wanita yang aktif secara seksual. Kebanyakan dari infeksi virus ini sembuh sempurna dalam beberapa bulan hingga tahun, dan hanya sebagian kecil saja yang berkembang menjadi suatu kanker. Ini berarti bahwa diperlukan faktor-faktor penting lainnya yang harus ada untuk mencetuskan suatu proses karsinogenesis (Garcia, 2009). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 Selain infeksi HPV, infeksi virus herpes simpleks juga dapat dikaitkan dengan kejadian kanker serviks. Walaupun semua virus herpes simpleks (HSV) tipe 2 belum didemonstrasikan pada sel tumor, teknik hibridisasi in situ telah menunjukkan bahwa terdapat HSV RNA spesifik pada sampel jaringan wanita dengan displasia serviks. Infeksi herpes simplex virus-2 (HSV-2) memungkinkan HPV masuk ke lapisan epitel lebih mengganggu dalam, inflamasi yang respon imun disebabkan terhadap HPV dan virus herpes infeksi HSV menstimulasi DNA HPV untuk bereplikasi dan berintegrasi pada DNA sel epitel serviks (Rusmana, 2009). Infeksi trikomonas, sifilis, dan gonokokus ditemukan berhubungan dengan kanker serviks. Namun infeksi ini dipercaya muncul akibat hubungan seksual dengan banyak pasangan dan tidak dipertimbangkan sebagai faktor risiko kanker serviks secara langsung (Rasjidi, 2008). Pada infeksi vagina dapat terjadi keputihan dan mengganggu stabilitas epitel serviks. Saputra (2011) menyebutkan bahwa virus HPV hidup di daerah yang lembab, persisnya dalam cairan vagina yang diidap oleh penderita keputihan (leukorea) akan mempermudah terjadinya infeksi HPV. 4. Riwayat kontrasepsi Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi hormonal per-oral menyebabkan wanita sensitif terhadap HPV yang dapat menyebabkan adanya peradangan pada genitalia sehingga berisiko untuk terjadinya kanker serviks. commit to user Pil kontrasepsi oral akan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 menyebabkan defisiensi asam folat yang mengurangi metabolisme nitrogen sedangkan estrogen kemungkinan menjadi salah satu kofaktor yang membuat replikasi DNA HPV. Kontrasepsi hormonal per-oral berperan sebagai alat yang mempengaruhi karsinogenesis serviks (Bicho, 2009). Hal ini terjadi sejak diketahuinya peran estrogen yang memiliki efek trophic dalam meningkatkan pertumbuhan sel. Wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal berupa pil dalam jangka lama memiliki risiko kanker serviks uteri. Menurut penelitian Vanankovit (2008), Bertram (2004), dan Tiffany (2009) penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka lama dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks. Selain itu estrogen juga berperan pada proses metaplasia skuamosa serviks. Gelombang estrogen menetapkan lactobacilli sebagai bagian dari flora normal vagina. Mikroorganisme ini menghasilkan asam laktat, yang menurunkan pH vaginal menjadi 4 atau kurang. Epitel kolumnar endoserviks terpapar setelah pubertas pada kadar keasaman dari lingkungan vagina. Kerusakan pada epitel kolumnar yang tereversi disebabkan oleh kadar keasaman yang dihasilkan oleh proliferasi dari cadangan sel stroma epitel kolumnar dasar, dan hal ini akan menggantikan epitel dengan epitel imatur, undifferentiated, stratified, skuamosa, dan epitel metaplastik (Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM FK UI). Serviks wanita peka terhadap stimuli karsinogenik oleh karena adanya metaplasia skuamosa pada zona transformasi yang berhubungan dengan siklus perubahan endokrinologi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 yang berhubungan dengan siklus haid. Penggunaan kontrasepsi hormonal mempengaruhi kadar estrogen tubuh sehingga siklus hormonal wanita juga terganggu. Sebenarnya metaplasia skuamosa adalah proses normal, namun adanya pengaruh dari infeksi virus HPV terjadi perubahan seluler atipik pada zona transformasi yang dinamakan CIN – Cervical Intraepithelial Neoplasia yang merupakan cikal bakal dari kanker serviks. Estrogen dapat menginduksi transaktivasi genom Human papillomavirus, epitel skuamosa serviks mempunyai reseptor estrogen sehingga pemberian estrogen dapat meningkatkan proliferasi epitel. Estrogen juga dapat menginduksi onkogenesis secara langsung pada epitel serviks (Rusmana, 2009). Selain itu penggunaan kontrasepsi hormonal menyebabkan wanita merasa aman berhubungan seksual dengan pasangan yang tidak menggunakan kondom. Berdasarkan penelitian Winer (2006), disebutkan bahwa tidak menggunakan kondom atau menggunakannya secara tidak konsisten dapat meningkatkan faktor risiko terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV) yang merupakan faktor prekursor kanker serviks. dalam penelitiannya disebutkan bahwa tidak ditemukan lesi intraepitel skuamosa serviks pada 32 wanita berisiko kanker serviks per tahun yang pasangannya menggunakan kondom secara konsisten dan ditemukan 14 insiden lesi terdeteksi pada 97 wanita berisiko kanker serviks per tahun yang pasangannya tidak menggunakan kondom atau menggunakannya secara tidak konsisten. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 Kontrasepsi dengan menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau Intra Uterine Device (IUD) merupakan suatu metode kontrasepsi dengan cara memasukkan alat kecil yang terbuat dari plastik ke dalam uterus melalui vagina dan dibiarkan di tempatnya. AKDR adalah suatu alat berukuran kecil, terbuat dari plastik yang dibalut dengan kawat halus tembaga dengan benang monofilamen pada ujung bawahnya (American Academy of Family Physicians, 1998). AKDR ditempatkan di dalam cavum uteri dengan bagian benang monofilamen memanjang sampai bagian atas vagina. Pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi di servik yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus-menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker servik (Manuaba, 2001). Insersi AKDR dengan benang, pada cavum uteri dapat ditemukan adanya bakteri yang mana hal ini dimungkinkan oleh adanya penyebaran infeksi ke arah atas dari vagina melalui benang pada ujung bawah AKDR tersebut (Darmani, 2003). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 D. Kerangka Pemikiran Usia coitarche >18 th Riwayat penyakit menular seksual Riwayat penggunaan alat kontrasepsi Kondom 1. AKDR 2. KB hormonal 3. Tanpa alat kontrasepsi Pernah Tidak pernah Riwayat jumlah pasangan seksual 1 Meningkatkan risiko infeksi HPV HPV – prekursor kanker serviks Kanker Serviks Gambar 2.4 Kerangka pemikiran hubungan perilaku seksual tehadap kejadian kanker serviks invasif. commit to user >1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 E. Hipotesis 1. Terdapat hubungan antara usia pertama melakukan hubungan seks (coitarche) dan kejadian kanker serviks invasif. 2. Terdapat hubungan antara jumlah pasangan seksual dan kejadian kanker serviks invasif 3. Terdapat hubungan antara riwayat kontrasepsi dan kejadian kanker serviks invasif 4. Terdapat hubungan antara riwayat penyakit menular seksual dan kejadian kanker serviks invasif. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan kasus kontrol (case control). Penelitian ini bersifat observasional karena peneliti hanya mengamati (mengukur) variabel yang diteliti, tidak dengan sengaja memberikan perlakuan (intervensi). Penelitian ini merupakan penelitian analitik karena bertujuan mengamati hubungan variabel-variabel atau pengaruh sebuah atau sejumlah variabel terhadap variabel lainnya. Penelitian ini merupakan kasus kontrol karena penelitian dimulai dengan menentukan kelompok penelitian berdasarkan jenis penyakit. B. Lokasi penelitian Pengambilan data dilakukan di Poliklinik Obsgin RSUD Dr. Moewardi dan direncanakan berlangsung selama 4 bulan yaitu awal bulan Juni hingga akhir September 2012. C. Subjek penelitian Subjek penelitian adalah wanita yang datang berobat di Poliklinik Obsgin RSUD Dr. Moewardi. Sampel adalah pasien yang secara klinis menderita kanker serviks stadium invasif (stadium I-IV) yang ditunjukkan oleh hasil rekam medik pasien. 1. Kriteria inklusi: a. pasien dengan diagnosis kanker serviks yang sudah menikah commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 b. pasien dengan diagnosis kanker ginekologi selain kanker serviks yang sudah menikah c. berobat ke Poliklinik Obsgin RSUD Dr. Moewardi pada bulan JuniSeptember 2012. 2. Kriteria ekslusi adalah pasien yang menolak menjadi responden penelitian D. Teknik sampling Sampel pada penelitian ini diambil dengan metode fixed- disease sampling. Fixed-disease sampling (Murti, 2006) merupakan prosedur pencuplikan berdasarkan status pengambilan subjek, sedang status paparan subjek bervariasi mengikuti status pengambilan subjek yang sudah fixed. Pada pengambilan sampel ini, kelompok kasus dan kelompok kontrol berasal dari satu populasi sumber, sehingga peneliti dapat melakukan perbandingan yang valid antara kedua kelompok studi. E. Besar sampel Menurut Murti (2006), rasio jumlah subjek dan jumlah variabel bebas dalam analisis multivariat tidak boleh kurang dari 5:1. n = 15-20 subjek pervariabel bebas Dalam penelitian ini terdapat 4 variabel bebas, maka jumlah subjek yang diperlukan adalah 4 x (15-20) sampel sehingga jumlah minimum sampel 4 x 15 = 60 orang. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 F. Identifikasi variabel penelitian 1. Variabel terikat :kejadian kanker serviks invasif. 2. Variabel bebas :perilaku seksual subjek penelitian yang terdiri dari: usia pertama melakukan hubungan seks (coitarche), jumlah pasangan seksual atau riwayat pernikahan, riwayat kontrasepsi, dan riwayat penyakit menular seksual. G. Definisi operasional variabel penelitian Variabel terikat adalah kejadian kanker serviks invasif. Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dan liang senggama (vagina). International Federation of Obstetrics and Gynecology (FIGO) mengklasifikasikan stadium 0 adalah stadium non-invasif dan stadium I-IV adalah stadium invasif (The New England Journal of Medicine, 2007). Variabel bebas adalah perilaku seksual. Perilaku seksual adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia yang dapat diamati secara langsung maupun tidak oleh orang lain (Purwanto, 1999) dan berhubungan dengan seks, antara lain: 1. Usia pertama melakukan hubungan seks (coitarche) adalah usia pertama kali responden melakukan hubungan seks atau usia pertama menikah 2. Jumlah pasangan seksual, adalah jumlah pasangan seksual responden dari pasangan seksual pertama hingga terdiagnosis kanker serviks atau riwayat pernikahan responden commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 3. Riwayat kontrasepsi dalam penelitian ini adalah kontrasepsi hormonal yang meliputi pil kontrasepsi kombinasi, pil progestin, suntik progestin, suntik kombinasi, susuk, dan koyo KB. 4. Riwayat penyakit menular seksual, adalah riwayat penyakit menular seksual (gonorrhea, sifilis, herpes genitalis, kandidiasis, kondiloma akuminata) yang pernah dialami responden sebelum terdiagnosis menderita kanker serviks commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 H. Rancangan penelitian commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 I. Instrumen penelitian Instrumen penelitian utama yang digunakan adalah lembar persetujuan pasien dan Lembar Pengumpul Data (LPD). J. Teknik analisis data statistik Karakteristik sampel data kontinyu (misal usia dan tahun) di deskripsikan dalam n, mean, SD, Minimum, dan Maksimum. Karakteristik sampel data kategorikal (misal jenis kontrasepsi) dideskripsikan dalam n dan persen. Analisis dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik ganda. Analisis regresi logistik ganda adalah alat statistik yang sangat kuat untuk menganalisis pengaruh antara sebuah paparan dan penyakit dan dengan serentak mengontrol pengaruh sejumlah faktor perancu potensial. Menurut Murti (2006), model regresi logistik seharusnya dapat digunakan untuk: 1. Mengukur pengaruh antara variabel respon dan variabel prediktor setelah mengontrol pengaruh prediktor (kovariat) lainnya 2. Keistimewaan analisis regresi ganda logistik dibanding analisis ganda linier adalah kemampuannya mengkonversi koefisien regresi menjadi Odds Ratio (OR). Untuk variabel prediktor yang berskala katagorial, maka rumus OR = Exp (bi) Rumus yang digunakan: ln =a+ + commit to user + perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 dimana: p : probabilitas wanita dengan kanker serviks stadium invasif 1-p : probabilitas wanita bukan kanker serviks stadium invasif : odd ln p - : konstanta regresi variabel bebas : usia pertama kawin - 0= 1 = > 18 tahun : riwayat PMS 0 = pernah 1 = tidak pernah : jumlah pasangan seksual 0=1 1= 2 2=>2 Interpretasi: OR = 1 Tidak ada hubungan OR > 1 Ada hubungan positif. Perilaku seksual; usia coitarche, riwayat PMS, dan jumlah pasangan seksual, meningkatkan risiko kejadian kanker serviks invasif. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27 M OR < 1 Ada hubungan negatif. Perilaku seksual; usia coitarche, riwayat PMS, dan jumlah pasangan seksual, menurunkan risiko kejadian kanker serviks. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian mengenai hubungan perilaku seksual dan kejadian kanker serviks invasif telah dilaksanakan pada bulan Juni-September 2012 di Poli Obsgin RSUD Dr. Moewardi. Sampel penelitian berjumlah 80 sampel yang terdiri dari 60 pasien penderita kanker serviks invasif dan 20 pasien kanker ginekologis selain kanker serviks. Berikut disampaikan hasil penelitian dalam bentuk tabel. A. Karakteristik Sampel Penelitian 1. Karakteristik Sampel Berdasarkan Data Kontinyu Tabel 4.1 Karakteristik sampel data kontinyu Variabel Usia coitarche n 80 Mean 19.06 SD 4.241 Min 12 Maks 32 Tabel 4.1 menunjukkan rata-rata usia coitarche responden pada penelitian adalah 19 tahun. 2. Karakteristik Sampel Berdasarkan Data Kategorikal Tabel 4.2 Distribusi sampel berdasarkan riwayat pernah menderita Penyakit Menular Seksual (PMS) No Riwayat PMS Frekuensi (n) % 1 Pernah 26 32.5 2 Tidak pernah 54 67.5 Jumlah 80 100 Tabel 4.2 menunjukkan 32.5% responden pernah menderita penyakit menular seksual (kandidiasis, herpes genitalis, gonore,kondiloma akuminata, sipilis). commit to user 28 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 4.3 Distribusi sampel berdasarkan riwayat pasangan seksual No 1 2 Riwayat pasangan seksual 1 2 Jumlah Frekuensi (n) 77 3 80 % 96.3 3.8 100 Tabel 4.3 menunjukkan hampir seluruh responden (96.3%) memiliki riwayat satu pasangan seksual. Tabel 4.4 Distribusi sampel berdasarkan riwayat penggunaan alat kontrasepsi No 1 2 3 4 5 6 Riwayat KB AKDR Pil KB Susuk KB Suntik KB Steril Tidak KB Jumlah Frekuensi (n) 26 1 5 18 3 27 80 % 32.5 1.3 6.3 22.5 3.8 33.8 100 Tabel 4.4 menunjukkan alat kontrasepsi AKDR paling banyak digunakan responden sebesar 32.5% diikuti suntik KB (22.5%), susuk KB (6.3%), dan pil KB (1.3%). Sedangkan 33.8% responden tidak menggunakan alat kontrasepsi. commit to user 29 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id B. Analisis Statistik Pada tahap ini dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat serta arah hubungannya. 1. Hubungan usia coitarche dan kejadian kanker serviks invasif Tabel 4.5 Analisis bivariat hubungan usia coitarche dan kejadian kanker serviks invasif Diagnosis Kanker Non Kanker kanker Total serviks serviks Variabel Usia th coitarche Usia coitarche >18th 32 11 43 28 9 37 OR 1.069 p 0.897 Tabel 4.5 analisis bivariat terhadap hubungan usia coitarche dan kejadian kanker serviks invasif menunjukkan hubungan tidak signifikan (p = 0.897). Pasien dengan usia coitarche tahun memiliki risiko untuk mengalami kejadian kanker serviks invasif dengan frekuensi 1.069 kali lebih tinggi daripada usia coitarche >18 tahun (OR = 1.069; CI 95% = 0.387 s.d 2.955; p = 0,897), tetapi hasil ini belum mengontrol pengaruh dari variabel lainnya. commit to user 30 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Hubungan riwayat jumlah pasangan seksual dan kanker serviks invasif Tabel 4.6 Analisis bivariat hubungan riwayat jumlah pasangan seksual dan kejadian kanker serviks invasif Variabel Diagnosis Kanker Non Kanker kanker Total serviks serviks Riwayat 1 pasangan seksual 57 20 77 Riwayat >=2 pasangan seksual 3 0 3 OR 0.74 p 0.308 Tabel 4.6 analisis bivariat terhadap hubungan riwayat jumlah pasangan seksual dan kejadian kanker serviks invasif menunjukkan hubungan tidak signifikan (p = 0.308). Pasien dengan riwayat satu pasangan seksual memiliki risiko untuk mengalami kejadian kanker serviks invasif dengan frekuensi 0.74 kali lebih rendah daripada pasien dengan riwayat jumlah pasangan = 0.74; CI 95% = 0.65 s.d 0.85; p = 0,308), tetapi hasil ini belum mengontrol pengaruh dari variabel lainnya. commit to user 31 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Hubungan riwayat penyakit menular seksual dan kanker serviks invasif Tabel 4.7 Analisis bivariat hubungan riwayat penyakit menular seksual dan kejadian kanker serviks invasif Variabel Diagnosis Kanker Non Kanker kanker Total serviks serviks Pernah PMS 25 1 26 Tidak pernah PMS 35 19 54 OR 13.57 p 0.002 Tabel 4.7 analisis bivariat terhadap hubungan riwayat penyakit menular seksual dan kejadian kanker serviks invasif menunjukkan hubungan signifikan (p = 0.002). Pasien dengan riwayat penyakit menular seksual memiliki risiko untuk mengalami kejadian kanker serviks invasif dengan frekuensi 13.57 kali lebih tinggi daripada pasien tanpa riwayat penyakit menular seksual (OR = 13.57; CI 95% = 1.70 s.d 108.13; p = 0.002), tetapi hasil ini belum mengontrol pengaruh dari variabel lainnya. commit to user 32 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Hubungan riwayat penggunaan alat kontrasepsi dan kanker serviks invasif Tabel 4.8 Analisis bivariat hubungan riwayat penggunaan alat kontrasepsi dan kejadian kanker serviks invasif Variabel Diagnosis Kanker Non Kanker kanker Total serviks serviks Riwayat KBhormonal 38 18 56 Riwayat nonhormonal 22 2 24 OR 5.21 p 0.024 Tabel 4.8 analisis bivariat terhadap hubungan riwayat penggunaan kontrasepsi dan kejadian kanker serviks invasif menunjukkan hubungan signifikan (OR = 5.21; CI 95% = 1.103 s.d 24.607; p = 0.024). Riwayat kontrasepsi hormonal (pil kontrasepsi kombinasi, pil progestin, suntik progestin, suntik kombinasi, susuk, dan koyo KB) meningkatkan risiko mengalami kanker serviks invasif sebesar 5.21 kali. commit to user 33 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5. Hubungan perilaku seksual dan kanker serviks invasif Data yang telah diambil dalam penelitian ini diolah menggunakan uji analisis regresi logistik ganda, dengan uji tersebut maka dapat diketahui apakah hubungan antarvariabel secara statistik bermakna. Tabel 4.9 Hasil analisis regresi logistik ganda hubungan usia coitarche, riwayat jumlah pasangan seksual, riwayat penyakit menular seksual dan riwayat kontrasepsi dengan kejadian kanker serviks invasif Variabel bebas Usia coitarche th Pernah PMS Riwayat KB-hormonal Pasangan seksual N observasi = 80 Nagelkerke R² = 27.3% -2 loglikehood ratio =73.69 Adjusted Odds Ratio (AOR) 1.34 11.37 4.11 0 CI 95% Batas Batas bawah atas 0.43 1.37 0.82 0 4.08 94.28 20.70 . p 0.624 0.024 0.087 1 Tabel 4.9 menunjukkan wanita yang pernah menderita Penyakit Menular Seksual (PMS) memiliki risiko untuk mengalami kanker serviks invasif 11.37 kali lebih besar dibanding dengan wanita yang tidak pernah menderita PMS (AOR = 11.37; CI 95% = 1.37 s.d 94.28; p = 0.024). Hubungan ini telah mengontrol pengaruh usia coitarche, riwayat pasangan seksual, dan riwayat kontrasepsi. Nagelkerke R2 = 27.3% artinya dengan model analisis regresi logistik ganda, variabel riwayat usia coitarche, riwayat penyakit menular seksual, riwayat pasangan seksual dan riwayat kontrasepsi secara bersamaan di dalam model regresi logistik mampu menjelaskan tingkat kejadian kanker serviks sebesar 27.3%. commit to user 34 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Penelitian dengan judul “Hubungan Perilaku Seksual dan kejadian Kanker Serviks Invasif” dilakukan di RSUD Dr. Moewardi sejak bulan Juni - September 2012. Dari total responden tersebut telah dilakukan pemisahan dengan cara pengeluaran dari penelitian untuk yang memenuhi syarat ekslusi dan dimasukkan dalam penelitian untuk yang memenuhi syarat inklusi. Berdasarkan pemisahan ini didapatkan 60 pasien kanker serviks invasif dan 20 pasien kanker ginekologis selain kanker serviks. A. Hubungan Usia Coitarche dan Kejadian Kanker Serviks Invasif Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian kanker serviks. Usia pertama melakukan hubungan seksual dan jumlah pasangan seksual juga berpengaruh terhadap kejadian kanker serviks. Menurut Rasjidi (2008) berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Pada penelitian ini, terdapat hubungan antara usia pertama melakukan hubungan seksual (coitarche) dan kejadian kanker serviks invasif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa usia coitarche dapat meningkatkan risiko mengalami kanker serviks invasif tetapi tidak bermakna secara statistik (OR = 1.069; CI 95% = 0.387 s.d 2.955; p = 0.897 ). Wanita yang menikah usia <20 tahun memiliki risiko mengalami kanker serviks 5 kali lebih besar (Setyarini, 2009). Penelitian Irvianty (2011) juga menunjukkan bahwa usia coitarche <20 tahun meningkatkan risiko mengalami kanker serviks 2.286 kali lebih besar commit to user 35 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dibanding pasien dengan usia coitarche >20 tahun serta tidak memiliki hubungan bermakna dengan kejadian kanker serviks (OR = 2.286; p = 0.056). B. Hubungan Riwayat Jumlah Pasangan Seksual dan Kejadian Kanker Serviks Invasif Kahn (2009) menyebutkan infeksi HPV bisa didapat beberapa bulan setelah berhubungan seksual: sebuah studi universitas di Amerika Serikat melaporkan bahwa wanita yang baru pertama melakukan hubungan seksual dengan pasangan tunggal, 30% menjadi HPV positif dalam satu tahun. Hasil penelitian Franceschi (2009) menunjukkan berganti pasangan seksual mempunyai OR = 1,5. Individu yang sering berganti pasangan seksual (multisexualpatner) akan meningkatkan risiko terkena kanker serviks. Hal ini disebabkan perilaku seksual berganti pasangan seksual akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Hasil analisis menunjukkan hubungan tidak signifikan (OR = 0.74; CI 95% = 0.65 s.d 0.85; p = 0.308). Belum dapat dikatakan bahwa riwayat satu pasangan seksual dapat mengurangi risiko terkena kanker serviks sebab dalam penelitian ini belum menggali informasi secara terbuka mengenai jumlah sebenarnya riwayat pasangan seksual responden. Pada penelitian Khasbiyah (2004) juga gagal menunjukkan hubungan pasangan seksual dan kejadian kanker serviks (p > 0.05). commit to user 36 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id C. Hubungan Riwayat Penyakit Menular Seksual dan Kejadian Kanker Serviks Invasif Berdasarkan hasil analisis data juga terdapat hubungan yang kuat dan secara statistik signifikan antara riwayat penyakit menular seksual dan kejadian kanker serviks invasif (AOR = 13.57; CI 95% = 1.70 s.d 108.13; p = 0.002). Hasil analisis menunjukkan bahwa wanita dengan riwayat pernah mengalami PMS memiliki risiko 13.57 kali lebih besar mengalami kanker serviks dibanding wanita tanpa riwayat PMS. Hasil ini sesuai dengan teori Rasjidi (2008) yang menyebutkan penyakit menular seksual non-HPV yang dialami dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi sekunder oleh HPV karena adanya lesi pada organ genital pasien. Selain itu Saputra (2011) juga menyebutkan bahwa virus HPV hidup di daerah yang lembab, persisnya dalam cairan vagina yang diidap oleh penderita keputihan (leukorea) akan mempermudah terjadinya infeksi HPV. Keputihan yang dibiarkan terusmenerus tanpa diobati serta Penyakit Menular Seksual (PMS) yaitu penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual antara lain sifilis, gonore, herpes simpleks, HIV-AIDS, kutil kelamin dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks (Arisusilo, 2012). Dalam penelitiannya Suraiya (2011) didapatkan bahwa infeksi seksual (factor loading 0.694) bersama usia pertama kali melakukan hubungan seksual, dan pemakaian kontrasepsi merupakan faktor pendukung yang mempengaruhi peningkatan penderita kanker serviks di RS Pirngadi Medan sebesar 1.528. commit to user 37 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id D. Hubungan Riwayat Kontrasepsi dan Kejadian Kanker Serviks Invasif Dari hasil penelitian ini didapat bahwa riwayat kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko terkena kanker serviks invasif dan signifikan secara statistik (OR = 5.21; CI 95% = 1.103 s.d 24.607; p = 0.024). Riwayat kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko mengalami kanker serviks 5.21 kali lebih tinggi dibanding pasien tanpa riwayat kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal yang dimaksud meliputi pil kontrasepsi kombinasi, pil progestin, suntik progestin, suntik kombinasi, susuk, koyo KB. Hasil penelitian Setyarini (2009) di RSUD Dr. Moewardi menunjukkan ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi oral dengan kejadian kanker serviks dan meningkatkan risiko mengalami kanker serviks sebesar 0.20 kali. Has (2009) dalam penelitiannya juga didapat bahwa menggunakan kontrasepsi pil meningkatkan risiko mengalami kanker serviks sebesar 5.445 kali lebih besar. Pasien dengan riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal kombinasi memiliki risiko mengalami kanker serviks 17,9 kali lebih besar dibanding dengan pasien yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi (Pratiwi, 2010). Kontrasepsi hormonal per-oral berperan sebagai alat yang mempengaruhi karsinogenesis serviks (Bicho, 2009). Hal ini terjadi sejak diketahuinya peran estrogen yang memiliki efek trophic dalam meningkatkan pertumbuhan sel. commit to user 38 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id E. Hubungan Usia Coitarche, Riwayat Jumlah Pasangan Seksual, Riwayat Penyakit Menular Seksual, Riwayat Kontrasepsi dan Kejadian Kanker Serviks Invasif Hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan wanita yang pernah penderita Penyakit Menular Seksual (PMS) memiliki risiko untuk mengalami kanker serviks invasif 11.37 kali lebih besar dibanding dengan wanita yang tidak pernah menderita PMS (AOR = 11.37; CI 95% = 1.37 s.d 94.28; p = 0.024). Hubungan ini telah mengontrol pengaruh usia coitarche, riwayat pasangan seksual, dan riwayat kontrasepsi. Nagelkerke R2 = 27.3% artinya dengan model analisis regresi logistik ganda, variabel riwayat usia coitarche, riwayat penyakit menular seksual, dan riwayat kontrasepsi secara bersamaan di dalam model regresi logistik mampu menjelaskan tingkat kejadian kanker serviks sebesar 27.3%. commit to user 39 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB VI PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data regresi logistik ganda, dapat disimpulkan: 1. Terdapat hubungan positif antara usia coitarche dan kejadian kanker serviks invasif. Usia coitarche kanker serviks sebesar 1.34 kali 2. Riwayat jumlah pasangan seksual belum dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan dengan kejadian kanker serviks invasif sebab lembar pengumpul data dalam penelitian ini belum menggali informasi secara terbuka mengenai jumlah sebenarnya riwayat pasangan seksual responden 3. Terdapat hubungan positif antara riwayat kontrasepsi yang meliputi pil kontrasepsi kombinasi, pil progestin, suntik progestin, suntik kombinasi, susuk, dan koyo KB terhadap kejadian kanker serviks invasif. Riwayat kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko mengalami kanker serviks invasif sebesar 4.11 kali 4. Terdapat hubungan positif antara riwayat penyakit menular seksual dan kejadian kanker serviks invasif. Pernah menderita PMS meningkatkan risiko mengalami kanker serviks invasif sebesar 11.37 kali commit to user 40 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id B. Saran 1. Mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan perilaku seksual terhadap kejadian kanker serviks invasif dengan jumlah sampel yang representatif, populasi yang lebih luas, dan lebih mengontrol variabel perancu. 2. Pemberian edukasi mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian kanker serviks kepada wanita pada umumnya commit to user 41