ANALISIS TERHADAP TERJEMAHAN BUKU TA’LIMAL -MUTA’ALIM KARYA SYAIKH ALZARNUZI OLEH ROFIUDIN (Dosen STAI Ma’arif Kalirejo Lampung) ABSTRACT Translation is a process of reading and transforming an idea from a source language into a target language in the form of word, phrase, sentence, and text consisting denotation and connotation meanings.Ta’lim al-Muta’allim is a widely used textbook in traditional Islamic boarding house (salafi) in Indonesian context both in its Arabic written language and its Indonesian translation version. The translation version itself seems to have applied a word-for-word translation method.This research focuses on: (1) whether the translation of Ta’lim alMuta’allim suits the Indonesia grammatical rules, and (2) the method used by a translator in translating Ta’lim alMuta’allim.This research is a qualitative descriptive in nature for it analyzes the translation work. The data were Indonesia sentences taken from Ali As’ad’s translation work of Ta’lim alMuta’allim.The result of analysis shows that Ali As’ad’s translation belongs to the following characteristics: (1) the readability of the work is not that good, (2) the accuracy is good enough, (3) the flexibility and understandability are poor. Those findings have something to do with the word-for-word translation method used by the translator. Key Word : Terjemahan, Ta’lim al-Muta’allim A. PENDAHULUAN Penerjemahan merupakan sebuah aktifitas membaca dan pengalihan pesan atau ide dari apa yang dikehendaki oleh penulis bahasa sumber (Bsu) berupa pesan yang dikemas dalam bentuk kata, frase, kalimat dan keutuhan teks yang mengandung nuansa makna denotatif maupun konotatif. Pada proses penerjemahan itu, penerjemah mereproduksi keseluruhan pesan penulis kedalam bahasa sasaran (Bsa). Oleh karena itu dalam proses penerjemahan terjadi kolaborasi yang simultan antara penulis teks Bsu, penerjemah dan penerima pesan sebagai pembaca teks. Dalam menterjemahkan suatu teks Bsu, diperlukan kejelian dalam menginterperetasikan pesan dalam setiap kalimat. Kalimat yang baik dapat membuat pembaca dengan mudah memahami makna dan isi yang terkadung dalam sebuah karya. Sementara itu, betapa pun bagusnya pikiran, gagasan dan pengalaman yang dipaparkan dalam sebuah karya tulis, namun tidak didukung oleh penggunaan kalimat yang efektif maka pesan yang ada dalam Bsu tidak akan dipahami dengan baik. Proses pemahaman makna sebuah teks merupakan hal sangat penting, karena tanpa pemahaman makna yang tepat, jelas dan wajar dari Bsu, maka tidak akan memberikan pemahaman maksimal dalam bahasa sasara. Kitab Ta’lim al-Muta’allim merupakan salah satu kitab yang digunakan dalam pembelajaran di pesantrenpesantren salaf. Pembelajarannya ada yang menggunakan kitab yang masih berbahasa Arab, dan tidak sedikit yang menggunakan buku terjemahan. Penerjemahan yang dilakukan para santri dan kyai di pesantren salaf cenderung menggunakan metode kata demi kata secara literlek. Kondisi ini mengakibatkan kurangnya kemampuan santri dalam menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, karena penerjemahan yang dilakukan bukanlah mengalihkan ide atau pesan Bsu kedalam Bsa, tetapi mengalihkan bahasa satu ke bahasa lain perkata dan umumnya berbahasa Jawa. Hal ini mengakibatkan para santri tidak mampu menangkap ide secara tepat sesuai dengan yang ada dalam bahasa sumber. Dari permasalahan di atas, pertanyaan penelitian kemudian dirumuskan : (1) Apakah penulisan buku terjemahan Ta’lim al- Muta’allim sudah sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.(2) bagaimanakah metode yang digunakah penerjemah dalam menerjemahkan buku terjemahan Ta’lim alMuta’allim.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah buku terjemahan Ta’lim al- Muta’allim sudah sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia dan untuk mengetahui metode yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan buku terjemahan Ta’lim al- Muta’allim. Jika tujuan penelitian ini dapat dicapai, maka hasilnya akan memberikan sumbangsih pemikiran bagi para penerjemah dalam melakukan terjemahan kedalam bahasa Indonesia. B. PEMBAHASAN a. Definisi Penerjemahan Setiap pakar mendefinisikan penerjemahan dengan variasi yang beragam. Berikut ini beberapa contoh batasan tentang penerjemahan: Nida menyatakan :” Translation consists of reproducing in the receptor language the closest natural equivalence of the source language message first in terms of meaning and secondly in terms of style”. 1 Definisi di atas menyatakan bahwa menerjemahkan adalah memproduksi padanan yang wajar dan yang paling dekat dengan pesan bahasa sumber kedalam bahasa sasaran yaitu yang berhubungan dengan arti dan gaya bahasa. Dalam hal ini yang penting adalah pesan dari bahasa sumber tersampaikan kepada bahasa sasaran secara lentur. Newmark menyatakan :” Translation is rendering the meaning of a text into another language in the way that the author intended the text”. 2 Sementara Larson mengemukakan : ’Translation is transferring the meaning of the source language into the receptor language. This is done by going from the form of the first language to the formof a second language by way of semantic structure. It is meaning which is being transferred and must be held constan Definisi-definisi di atas menggambarkan bahwa penerjemahan merupakan sebuah aktivitas membaca apa yang dikehendaki dan di tuju oleh penulis bahasa sumber yang berupa pesan yang dikemas dalam bentuk kata, frase, kalimat dan keutuhan teks yang mengandung nuansa makna denotatif maupun konotatif dan mereproduksi keseluruhan pesan itu kedalam bahasa yang dipahami oleh penerima pesan. Nida, Eugine A and Taber, Charles R, The Theory and Practice of Translation. Leiden : E.J. Brill,h.12, 1962, hlm.54 2 Newmark,P, A Textbook of Translation, United Kindom: Prentice Hlml International, (UK) Ltd, 1988, hlm. 5 1 b. Jenis - Jenis Penerjemahan Banyak ahli yang mengemukakan jenis-jenis 3 penerjemahan di antaranya Suryawinata berpendapat bahwa penerjemahan dibagi menjadi empat jenis yaitu : 1. Penerjemahan menurut tujuannya terdiri atas ; a. Penerjemahan pragmatis yaitu penerjemahan yang sangat mementingkan keakuratan (accuracy) misalnya penerjemahan dokumendokumen teknis. b. Penerjemahan Estetis-Puitis yaitu penerjemahan yang mengutamakan emosi, perasaan dan dampak efektif seperti penerjemahkan puisi. c. Penerjemahan Etnografi yaitu penerjemahan yang mengutamakan penyajian kontek budaya dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. d. Penerjemahan Linguistik yaitu penerjemahan yang mengutamakan ekuivalensi kebahasaan dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran. 2. Penerjemahan dilihat dari hasil akhir terjemahan yaitu: a. Penerjemahan harfiah yaitu penerjemahan kata demi kata dalam teks aslinya. b. b.Penerjemahan yang disebut alih bahasa yang memiliki derajat kesetiaan 60 % - 70 %. c. Saduran yaitu penerjemahan yang hanya mengambil ide-ide pokok bahasa sumbernya, sedangkan penulisannya bebas dengan menggunakan bahasa sendiri. 3 Suryawinata, Zuchridin, Terjemahan ; Pengantar Teori dan Praktek, Jakarta, Depdikbud, Dirjen Dikti, PPLPTK, 1989, hlm. 3 d. Penerjemahan dinamis yaitu penerjemahan dengan mencari kesepadanan atau ekuivalensi yang sedekat mungkin dengan teks aslinya dalam bahasa sumber, tidak kata demi kata atau kalimat perkalimat tetapi memperhatikan makna teks secara keseluruhan. 3. Penerjemahan dilihat dari materi yang diterjemahkan yaitu penerjemahan teks-teks ilmu pengetahuan dan budaya. 4. Penerjemahan dilihat dari media penyampaian pesan yaitu penerjemahan yang dilakukan secara tulisan maupun lisan. Dari pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa terdapat beragam pembagian penerjemahan dengan berbagai kategori tergantung pada bentuk, tujuan dan hasil akhir yang diinginkan dari hasil teks yang akan diterjemahkan. c. Metode Penerjemahan Metode penerjemahan berarti cara yang digunakan oleh penerjemah dalam mengungkapkan makna dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran. Newmark. 4 menyatakan bahwa metode penerjemahan dapat dilihat dari segi penekannya terhadap bahasa sumber dan bahasa sasaran. Metode penerjemahan yang penekannya terhadap bahasa sumber dijelaskan Newmark sebagai berikut : 1. Penerjemahan kata demi kata Dalam metode penerjemahan kata demi kata (word-forword translation), biasanya kata-kata teks sasaran langsung diletakkan dibawah versi teks sumber atau disebut interlinier translation. Metode penerjemahan ini 4 Newmar,Opcit, hlm. 45-47 sangat terikat pada tataran kata dengan mempertahankan susunan kata. Dalam melakukan terjemah, penerjemah hanya mencari padanan kata dalam bahasa sumber dalam bahasa sasaran. 2. Penerjemahan harfiah Penerjemahan literal (literal translation) atau disebut juga penrjemahan lurus (linier translation) berada di antara penerjemahan kata demi kata dan penerjemahan bebas (free translation), Dalam proses penerjemahannya, penerjemah mencari konstruksi gramatikal BSu yang sepadan atau dekat dengan Bsa. 3. Penerjemahan setia Dalam penerjemahan setia (faithful translation), penerjemah berupaya mereproduksi makna kontekstual dari teks asli dengan tepat dalam batasan-batasan struktur gramatikal teks sasaran. Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan bahasa sumber sehingga hasil erjemahan kadanG-kadang masih terasa kaku dan seringkali asing. 4. Penerjemahan semantik Penerjemahan semantik (semantic translation) lebih luwes dari penerjemahan setia. Penerjemahan ini lebih fleksibel dengan bahasa sasaran dengan mempertimbagkan unsure estetika bahasa sumber dengan cara mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran. Dan untuk segi penekanan terhadap bahasa sasaran, metode penerjemahan sebagai berikut : 1. Penerjemahan dengan adabtasi/saduran Penerjemahan adabtasi atau saduran adalah bentuk penerjemahan yang paling bebas dan dekat dengan bahasa sasaran.penerjemahan ini bisa digunakan pada bentuk puisi dan drama. Tema, karakter dan laur cerita tetap dipertahankan. Kebudayaan bahasa sumber dikonversi kedalam bahasa sasaran dan teksnya ditulis kembali. Sementara dalam karangan ilmiah, logika diutamakan. 2. Penerjemahan bebas Penerjemahan bebas adalah penulisan kembali tanpa melihat bentuk aslinya dengan mengutamakan isi dari pada bentuk teks bahasa sumber. 3. Penerjemahan idiomatik Disini pesan bahasa sumber disampaikan kembali tetapi ada penyimpangan nuansa makna karena mengutamakan kosa kata sehari-hari yang idiomnya tidak ada dalam bahasa sumber tetapi biasa dipakai dalam bahas sasaran. 4. Penerjemahan komunikatif Penerjemahan komunikatif (communicative translation) berupaya untuk menterjemahkan makna kontekstual dalam teks bahasa sumber, baik aspek kebahasaan maupun aspek isinya, agar dapat diterima dan dimengerti oleh pembaca. 1. Teori Tanda Baca Tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan dalam bahasa tulis yang berfungsi agar seorang pembaca dapat memahami tulisan yang dimaksud oleh penulis”. 5 Dan tanda baca yang digunakan adalah : a. Tanda titik (.) dipakai pada (1) akhir kalimat,(2) singkatan nama orang, (3) singkatan gelar,(4) 5 Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia ( Edisi Revisi), Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2006, hlm.71-72 jabatan, pangkat dan sapaan,(5) singkatan umum, (6) dibelakang angka atau huruf dalam satu bagan, ikhtisar atau daftar,(7) memisahkan angka atau jam, menit dan detik yang menunjukkan waktu, (8) memisahkan angka jam, menit dan detik yang menunjukkan jangka waktu. b. Tanda titik tidak dipakai : (1) untuk memisahkan angka ribuan, jutaan dan seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah, (2) dalam singkatan yang terdiri dari huruf awal kata atau suku kata atau gabungan keduanya yang diperlakukan sebagai kata atau dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat,(3) dalam singkatan lambing kimia, satuan ukuran takaran, timbangan dan mata uang, (4) pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel dan sebagainya, (5) dibelakang alamat pengirim, tanggal surat dan nama serta alamat penerima surat, (6) dalam singkatn nama resmi lembaga, badan atau organisasi dan dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata yang ditulis dengan huruf capital. c. Tanda koma (,) dipakai : 910 di antara unsur– unsur dalam suatu perincian, (2) dalam kalimat majemuk setara yang menggunakan konjungsi tetapi, melainkan.(3) memisahkan anak kalimat dan induk kalimat, (4) dibelakang kata atau ungkapan pengubung antar kalimat yang terdapat pada posisi awal, (5) di belakang kata seruan,(6) memisahkan petikan langsung dari bagian lain, (7) di antara unsur–unsur alamat yang ditulis berurutan, (8) menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya, (9) diantara d. e. f. g. tempat penerbitan, nama penerbit dan tahun penerbit, (10) diantara nama orang dan gelar akademik (11) di muka angka persepuluhan, (12) untuk mengapit keterangan tambahan, aposisi, sisipan dan sebagainya, (13) di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat bila perlu untuk menghindari salah baca. Tanda titik koma (;) dipakai : (1) untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara, (2) untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara yang tidak memakai konjungsi. Tanda titik dua ( : ) dipakai : (1) pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian, (2) sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian, (3) dalam teks drama, sesudah kata yang menunjukkan pelaku percakapan, (40 di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat dalam kitab suci atau di antara judul dan anak judul suatu karangan. Tanda hubung dipakai : (1) untuk menyambung suku kata yang terpisah karena pergantian baris, (2) menyambung unsur-unsur kata ulang, (3) menyambung huruf kata yang dieja, (4) untuk memperjelas hubungan bagianbagian ungkapa, (5) merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang mulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan – an, singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata,(6) merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Tanda pisah ( - ) dipakai : (1) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan, (2) menegaskan adanya aposisi, (3) diantara dua bilangan atau tunggal yang berarti “ sampai dengan”. h. Tanda ellipsis (…..) dipakai : (1) untuk menggambarkan kalimat yang terputus – putus, (2) menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan. i. Tanda petik dipakai : (1) mengapit petikan langsung, ujaran langsung, (2) mengapit judul, apabila dipakai dalam kalimat, (3) mengapit istilah ilmiah”. 6 2. Teori Kalimat Efektif Kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung dengan sempurna. Kalimat efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan penulis tergambar lengkap dalam pikiran si penerima (pembaca) persis apa yang disampaikan. Oleh karena itu kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan informasi secara sempurna. Razak menjelaskan bahwa kalimat efektif mempunyai empat ciri yaitu kesatuan, kehematan, penekanan dan kevariasian “. 7 Keempat ciri tersebut dijelaskan sebagai berikut : a. Kesatuan Betapapun bentuk kalimat, baik kalimat inti maupun kalimat luas, agar tetap berkedudukan sebagai kalimat efektif, haruslah mengungkapkan sebuah ide pokok atau Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia, Bandung, Angkasa, 1984, hlm. 23, 7 Abdul Razak, Kalimat Efektif ( Struktur, Gaya dan Variasi), Jakarta, Gramedia, 1985 , hlm. 3 , 6 satu kesatuan pikiran. Kesatuan bisa dibentuk jika keselarasan antara subjek- predikat, predikat-objek dan predikat- keterangan. b. Kehematan Kehematan adalah adanya hubungan jumlah kata yang digunakan dengan luasnya jangkauan makna yang diacu. Sebuah kalimat dikatakan hemat bukan karena jumlah katanya sedikit, sebaliknya dikatakan tidak hemat karena jumlah katanya terlalu banyak. Yang utama adalah seberapa banyakkah kata yang bermanfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, untuk penghematan kata perlu diperhatikan pengulangan subjek kalimat, menghindarkan hiponim, pemakaian kata depan ‘dari’ dan ‘dari pada’. c. Penekanan Penekanan dalam kalimat adalah upaya pemberian aksentuasi, pementingan atau pemusatan perhatian pada salah satu unsur atau bagian kalimat, agar unsur atau bagian kalimat yang diberi penegasan itu lebih mendapat perhatian dari pembaca. Setiap kalimat mempunyai sebuah ide pokok. Dalam penulisan ada berbagai cara untuk memberi penekanan pada kalimat antara lain pemindahan letak frase dan mengulang kata-kata yang sama. d. Kevariasian Kelincahan dalam penulisan tergambar dalam struktur kalimat yang digunakan. Ada kalimat yang pendek, dan ada kalimat yang panjang. Penulisan yang mempergunakan kalimat dengan pola kalimat yang sama akan membuat suasana menjadi monoton atau datar, sehingga akan menimbulkan kebosanan pada pembaca Sekilas tentang Kitab ta’lim al Muta’allim Kitab Ta’lim al- Muta’allim merupakan salah satu karya Syaikh Zarnuji. Kitab ini dikenal banyak oleh santri pada pesantren salaf. Kitab ini dikarang untuk memberikan solusi kepada para penuntut ilmu agar dapat memetik manfaat terhadap ilmu yang mereka pelajari. Di dalam kitab ini juga terdapat petunjuk atau metode yang harus dijalankan oleh penuntut ilmu, mulai dari niat yang ditanamkan sampai proses menuntut ilmu itu berlangsung. Kitab Ta’lim al -Muta’allim, jika dilihat isinya merupakan kitab adab yang didalamnya menjelaskan tentang adab menuntut ilmu yang berisi tentang nasihat dan hukum yang berkaitan dengan belajar. Hukumhukum menuntut ilmu dirujuk dari beberapa Hadits Nabi saw yang merupakan nasihat biasa dan bukan sebagai hujjah Secara umum kitab Ta’lim al-Muta’allim berisi 13 fasal yaitu (1) pengertian ilmu dan fiqih serta keutamaannya,(2) niat diwaktu belajar, (3) memilih ilmu, guru, teman dan ketabahan berilmu,(4) mengagungkan ilmu dan ahli ilmu (5) sungguh-sungguh, kontinuitas dan cita-cita luhur, (6) permulaan belajar, ukuran belajar dan tata tertibnya, (7) bertawakkal, (8) masa belajar, (9) kasih sayang dan nasihat, (10) mengambil pelajaran, (11) wara’ pada masa belajar, (12) hal- hal yang membuat mudah hafal dan mudah lupa, (13) hal – hal yang mendatangkan rizki dan menjauhkan dan yang memperpanjang usia serta memperpendeknya. Kitab Ta’lim al-Muta’allim karya Zarnuji ini merupakan refrensi wajib bagi santri pemula di pesantren–pesantren salaf di Indonesia. Berbagai buku terjemahan kitab ini bermunculan, tetapi yang lebih terkenal adalah buku terjemahan karya Ali As’ad, Ali As’ad merupakan alumni IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Syari’ah dan Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta dibawah asuhan KH. Ali Ma’sum tahun 1983. Beberapa karya terjemahan Ali As’ad adalah : Syawahid alfiyah ibnu aqil (1973), Ibnu Aqil ( 1973), fath al Mu’in bi syarhi Qurrat al ‘Ain (1974), Ta’lim al Muta’allim ( 1974), Irsyad al Ibad ( 1976’ Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah kepustakaan. Data penelitian merupakan kalimat-kalimat terjemahan kitab Ta’lim al-Muta’allim penerjemah Ali As’ad. Analisa data dilakukan dengan melakukan beberapa cara yaitu : 1. Uji yaitu accuracy test merupakan uji keakuratan untuk mengecek apakah makna yang dipindahkan dari Bsu sama dengan yang ada di Bsa. 2. Uji readability tes adalah uji keterbacaan untuk menyatakan derajat kemudahan apakah sebuah terjemahan itu mudah dipahami maksudnya atau tidak. 3. Uji naturalness test merupakan uji kewajaran untuk melihat apakah bentuk terjemahan alamiah atau sudah tepat dengan gaya bahasa Bsa atau belum. 4. Uji comprehension testing adalah uji keterpahaman dilakukan untuk mengetahui apakah terjemahan yang dihasilkan dapat dimengerti dengan benar oleh penutur Bsa atau tidak. Dari hasil analisa penulis terhadap kitab terjemahan Ta’lim al-Muta’allim karya Syaikh Zarnuji, penerjemah Ali As’ad dengan judul asli “ Ta’lim al Muta’allim Tariq al Ta’allum”, ditemukan berbagai permasalahan penerjemahan yang dijelaskan sebagai berikut 1. Tingkat Keakuratan Hasil Terjemahan Kitab Ta’lim al-Muta’allim Karya Ali As’ad Dari hasil uji akurasi, ditemukan bahwa hasil terjemahan kitab Ta’lim al-Muta’allim karya Ali As’ad memilikit tingkat keakuratan yang baik. Artinya bahwa informasi yang disampaikan dalam Bsa ada kesepadanan isi informasi seperti yang terkandung dalam Bsu dan semua informasidalam Bsu sudah ada pada terjemahan dalam Bahasa. 2. Tingkat Keterbacaan Hasil Terjemahan Kitab Ta’lim al-Muta’allim Karya Ali As’ad Dari hasil uji tingkat keterbacaan yang meliputi pilihan kata, bangun kalimat, tanda baca, marjin, ejaan dan spasi antar baris ditemukan bahwa hasil terjemahan kitab Ta’lim al-Muta’allim ini memiliki tingkat keterbacaan kurang baik. Beberapa kesalahan seperti ditampilkan pada tabel berikut: Tabel.1 Klasifikasi Kesalahan Penulisan dalam Terjemahan Kitab Ta’lim al-Muta’allim karya Ali As’ad Fa Topik sal Bentuk kesalahan I 1. Penggunaan tanda h.3 titik h.3 2. Penulisan Frase h.4,5,7 3.Penggunaan tanda Pengertian Ilmu dan Fiqih serta keutamaanny a Halaman koma 4.Penggunaan koma II Niat diwaktu 1. Penulisan belajar tokoh h.7 titik nama h.14 h.14 2.Penulisan partikel III Memilih guru, 1.Penggunaan teman dan koma ketabahan 2.Penggunaan berilmu seru 3. Penulisan tokoh IV Mengagungka 1.Penggunaan n ilmu dan titik koma ahli ilmu 2.Penulisan tokoh tanda h.15 h.16 tanda h.17 nama tanda h.25,28,29 h.25,28,29 nama Kesalahan–kesalahan penulisan penerjemahan di atas dijabarkan sebagai berikut : Fasal I. Pengertian Ilmu dan Fiqih serta keutamaannya a. Penggunaan tanda titik (.) dan transliterasi frase yang tidak sesuai dengan pedoman transliterasi dan tata cara penulisan kata, terdapat pada halaman 3 yaitu Terjemahannya : Ketahuilah bahwa yang fardlu bagi setiap muslim itu bukanlah menuntut segala macam ilmu. Tapi hanyalah “ ilmul Hal” (= ilmu tingkah laku/ keadaan, maksudnya pengetahuan – pengetahuan yang selalu diperlukan dalam menunjang kehidupan agamanya). Seperti dikatakan :” Ilmu yang paling utama adalah “ ilmul Hal dan perbuatan paling utama yaitu memelihara Al-Hal”. 8 Kalimat di atas termasuk kalimat majemuk setara dengan menggunakan kata penghubung tetapi. Penggunaan tanda titik (.) setelah kata ilmu menurut penulis tidak sesuai dengan kaidah penulisan dalam kalimat majemuk setara, seharusnya kata penghubung yang sesuai adalah tanda koma (,) yang menghubungkan kalimat setara pertama dengan kalimat setara berikutnya. Sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia tentang penggunaan tanda koma (,) yaitu digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya, yang didahului oleh kata tetapi atau melainkan”. 9 Transliterasi frase “ ilmul Hal” di atas tidak tepat karena tidak sesuai dengan pedoman transliterasi tentang cara penulisan kata. Setiap kata, baik kata kerja (fi’il), kata benda (isim) maupun huruf (harf) ditulis secara terpisah. Oleh karena itu frase “ ilmul hal” selayaknya ditulis “ilmu al-Hal” dan “Al-Hal” ditulis menjadi “al-Hal. Terjemahan di atas seharusnya ditulis sebagai berikut: “Ketahuilah, bahwa yang diwajibkan bagi setiap muslim itu bukanlah menuntut segala macam ilmu, akan tetapi yang 8 Ali As’ad, Bimbingan bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan, Kudus Menara Kudus, 1978, hlm. 3. 9 Henry Guntur Tarigan, Opcit, hlm. 149 diwajibkan itu adalah ilmu pengetahuan yang menunjang kehidupan agamanya seperti dikatakan :” Ilmu yang paling utama adalah “ ilmu tingkah laku dan perbuatan paling utama yaitu memelihara tingkah laku”. b. Penggunaan tanda koma (,) yang tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia terdapat pada halaman 4 yaitu: Terjemahannya : Wajib pula mengetahui ilmu – ilmu lain yang menjadi penghantar atau perantara kewajibannya, karena wasilah atau perantara pada perbuatan Fardlu itu Fardlu pula hukumnya; demikian pula pada perbuatan Wajib, hukumnya juga Wajib”. 10 Terjemahan di atas termasuk kalimat majemuk bertingkat yang terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Wajib pula mengetahui ilmu – ilmu lain yang menjadi penghantar atau perantara kewajibannyaInduk kalimat Karena wasilah atau perantara pada perbuatan kalimat Anak Penggunaan tanda koma (,) setelah kata ‘kewajibannya’ adalah tidak sesuai dengan kaidah penulisan dalam kalimat majemuk bertingkat. Anak kalimat hendaknya mengiringi induk kalimat. Dalam kaidah tata bahasa Indonesia tentang penggunaan tanda koma (,) yaitu : tanda koma (,) tidak dipakai untuk memisahkan anak 10 Ali As’ad, , hlm.4 kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimat”. 11 Terjemahan seharusnya ditulis : ” Wajib pula mengetahui ilmu – ilmu lain yang menjadi perantaranya karena perantara suatu perbuatan wajib itu hukumnya wajib, demikian pula pada perbuatan wajib, hukumnya juga wajib. c. Penggunaan titik koma (;) yang tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia teredapat pada halaman 7 yaitu. Terjemahannya: Adapun mempelajari ilmu yang keperluannya hanya dalam waktu – waktu tertentu, hukumnya adalah fardlu kifayah. Berarti bila dalam suatu daerah telah terdapat orang yang mengetahuinya, maka cukuplah bagi orang lain; tetapi kalau sama sekali tidak ada, maka seluruh penduduk daerah itu menanggung dosanya. Pembahasan: Penggunaan tanda titik koma (;) setelah kata ‘lain’ di atas, tidak sesuai dengan kaidah penulisan dalam kalimat majemuk setara, seharusnya kata penghubung yang sesuai adalah tanda koma (,) yang menghubungkan kalimat setara pertama dengan kalimat setara berikutnya. Sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia penggunaan tanda koma adalah untuk memisahkan 11 Zainal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta, Akademika pressindo, 2002, hlm.211 kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi atau melainkan. Terjemahan di atas seharusnya ditulis sebagai berikut : Adapun mempelajari ilmu yang keperluannya hanya dalam waktu–waktu tertentu hukumnya adalah fardlu kifayah. Berarti bila dalam suatu daerah telah terdapat orang yang mengetahuinya, maka cukuplah bagi orang lain, tetapi kalau sama sekali tidak ada, maka seluruh penduduk daerah itu menanggung dosanya. Fasal II. Niat di Waktu Belajar a. Transliterasi penulisan tokoh tidak sesuai dengan pedoman transliterasi tentang cara penulisan kata serta penulisan partikelbelum tepat, terdapat pada halaman 14 yaitu : Terjemahannya: Guru kita sendiri, yaitu Syaikhul Imam burhanul Aimmah Aly Abu Bakar- semoga Allah mensucikan ruhnya yang mulya ituadalah juga memerintahkan kami waktu mau pulang ke daerah agar menulis buku tersebut, dan kamipunmelakukannya. Pembahasan: Penulisan nama tokoh dalam terjemahan di atas tidak sesuai dengan pedoman transliterasi tentang cara penulisan kata. Partikel ‘pun’ juga seharusnya ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Terjemahan di atas selayaknya ditulis sebagai berikut : Guru kita sendiri, yaitu Syaikh al Imam burhan al Aimmah Aly Abu Bakar- semoga Allah mensucikan ruhnya yang mulya itu- adalah juga memerintahkan kami waktu mau pulang ke daerah agar menulis buku tersebut, dan kami punmelakukannya. Fasal III. Memilih ilmu, guru, teman dan Ketabahan berilmu a. Penggunaan tanda koma (,) yang tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia terdapat pada halaman 15 yaitu : Terjemahannya: Hendaknya lebih dahulu mempelajari Tauhid, mengenali Allah lengkap dengan dalilnya. Karena orang yang imannya hanya taqlid- sekali pun menurut pendapat kita sudah syah, adalah tetap berdosa, karena ia tidak mau beristidlal dalam masalah ini. Pembahasan: Penggunaan tanda koma setelah kata ‘berdosa’ tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia karena tanda koma tidak digunakan untuk memisahkah anak kalimat ari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimat. Terjemahan di atas seharusnya ditulis sebagai berikut : Hendaknya lebih dahulu mempelajari Tauhid, mengenali Allah lengkap dengan dalilnya. Karena orang yang imannya hanya taqlid- sekali pun menurut pendapat kita sudah syah, adalah tetap berdosa karena ia tidak mau beristidlal dalam masalah ini. a.Penggunaan tanda seru (!) yang tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia terdapat pada halaman 18 ya Terjemahannya: Ketahuilah!!! Sabar dan tabah itu pangkal keutamaan dalam segala hal, tetapi jarang yang bisa melakukan. Pembahasan: Tanda seru (!) digunakan setelah pengungkapan atau pernyatan yang berupa seruan atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan atau pun rasa emosi yang kuat. Tanda seru dalam kaidah tata bahasa Indonesia ditulis hanya satu kali. Terjemahan di atas seharusnya ditulis sebagai berikut : Ketahuilah! Sabar dan tabah itu pangkal keutamaan dalam segala hal, tetapi jarang yang bisa melakukan. Fasal IV. Mengagungkan Ilmu dan Ahli Ilmu a.Penggunaan tanda titik koma (;) dan penulisan nama tokoh yang tidak tepat terdapat pada halaman 25 yaitu : Terjemahannya: Suatu hikayat: Khalifah Harun Ar Rasyid mengirim puteranya kepada Al Ashma’iy agar diajar ilmu dan adab. Pada suatu hari, khalifah Al-Ashma’iy berwudlu dan membasuh sendiri kakinya, sedang putera khalifah cukup menuang air pada kaki tersebut. Maka, Khalifah pun menegur dan ujarnya: “ Puteraku saya kirim kemari agar engkau ajar dan didik; tetapi mengapa tidak kau perintahkan agar satu tangannya menuang air dan tangan satunya lagi membasuh kakimu? Pembahasan: Penggunaan tanda titik koma pada setelah kata ‘ajar dan didik’ pada karya terjemahan di atas tidaklah tepat karena kedua kalimat tersebut merupakan kalimat majemuk setara. Penghubung yang tepat adalah tanda koma (,). Demikian juga dengan penulisan nama tokoh yang seharusnya ditulis Harun al- Rasyid, al Ashma’iy. Terjemahan di atas seharusnya ditulis sebagai berikut : Suatu hikayat: Khalifah Harun al- Rasyid mengirim puteranya kepada al Ashma’iy agar diajar ilmu dan adab. Pada suatu hari, khalifah al-Ashma’iy berwudlu dan membasuh sendiri kakinya, sedang putera khalifah cukup menuang air pada kaki tersebut. Maka, Khalifah pun menegur dan ujarnya: “ Puteraku saya kirim kemari agar engkau ajar dan didik, tetapi mengapa tidak kau perintahkan agar satu tangannya menuang air dan tangan satunya lagi membasuh kakimu? Dalam melakukan penerjemahan, penerjemah menggunakan metode penerjemahan harfiah. Dalam proses penerjemahannya, penerjemah mencari konstruksi gramatikal Bsu yang sepadan atau dekat dengan Bsa. Dari hasil penerjemahan di atas, terasa sekali penerjemah melakukan penerjemahan kata demi kata, kemudian ia menyesuaikan susunan kata-katanya sesuai dengan gramatikal Bsa. 3. Tingkat Kewajaran Hasil Terjemahan Kitab Ta’lim al-Muta’allim Karya Ali As’ad Dari hasil uji tingkat kewajaran ditemukan bahwa hasil terjemahan memiliki tingkat kewajaran yang rendah. Hal ini dianalisa dari pemertahanan makna harfiah yang terdapat dalam Bsu yang kemudian terasa janggal dalam Bsa. Hasil terjemahan masih belum terasa tepat dengan gaya bahasa Bsa. 4. Tingkat Keterpahaman Hasil Terjemahan Kitab Ta’lim al-Muta’allim Karya Ali As’ad. C. KESIMPULAN Dari hasil analisis terjemahan kitab Ta’lim al-Muta’allim di atas, disimpulkan sebagai berikut : Pertama,Ditemukan kesalahan dalam penulisan tanda baca yaitu: tanda titik, tanda koma, tanda titik koma, tanda seru. Kedua,Ditemukan kesalahan dalam penulisan frase dan nama tokoh. Ketiga,Metode penerjemahan yang dilakukan adalah penerjemahan harfiah yang kemudian disesuaikan dengan gramatikal Bsa. DAFTAR PUSTAKA Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003. Abdul Chaer,Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia ( Edisi Revisi), Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2006. Abdul Razak, Kalimat Efektif (Struktur, Gaya dan Variasi), Jakarta, Gramedia, 1985. Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia, Bandung, Angkasa, 1984. Larson, M.L, Meaning- Based Translation: A Guide to Cross Language Equivalence, Lanham, Univesity Press of Amerika, Inc, 1984 Nida, Eugine A and Taber, Charles R, The Theory and Practice of Translation. Leiden : E.J. Brill, 1962. Zainal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta, 2002.