7 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Mengajar
a. Definisi mengajar
tmemiliki pengetahuan atau keterampilan yang lebih dari pada yang
diajar, untuk memberikan suatu pengertian, kecakapan atau ketangkasan.
Kegiatan mengajar meliputi penyampaian pengetahuan, menularkan sikap,
kecakapan atau keterampilan yang diatur sesuai dengan lingkungan dan
menghubungkannya dengan subyak yang sedang belajar. Untuk memberikan
batasan mengajar, berikut ini disajikan definisi mengajar yang dikemukakan
oleh beberapa ahli:
1. Menurut Rusli Lutan (1988 : 376) menyatakan bahwa:
“Pengajaran merupakan seperangkat kegiatan sengaja dan berencana dan
seseorang atau person (P) yang memiliki kelebihan pengetahuan atau
keterampilan untuk disampaikan kepada orang lain sebagai sasaran atau
obyek (O), yang belum berkembang pengetahuan, keteranpilan atau
bahkan sifat-sifat biologis tertentu, dan informasi atau keterampilan itu
disampaikan melalui saluran atau metode tertentu, yang kemudian
mendapat respond dan obyek sekaligus berperan sebagai subyek.”
2. Menurut Soenaryo Basoeki (1994 : 73) menyatakan bahwa:
“Mengajar berarti memberikan pelajaran, usaha agar siswa memperoleh
pngertian, kecakapan atau ketangkasan tentang sesuatu yang diajarkan
yang mencakup semua factor yang merangkum seluruh situasi
pengajaran yang meliputi siswa, kegiatannya, guru, azaz-azaz mengajar,
lingkungan mengajar, tujuan yang ingin dicapai dan evaluasi.”
3. Menurut Chauhan dalam Husdarta & Yha M. Saputra (2000 :
3)menyatakan bahwa:
“Mengajar
adalah
upaya
guru
dalam
memberikan
rangsangan,
bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses
belajar.”
7
8
Berdasarkan batasan-batasan mengajar di atas dapat disimpulkan bahwa,
mengajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks yang didalamnya terdapat
beberapa komponen yang saling berkaitan yang bertujuan untuk mempengaruhi
atau meningkatkan pengetahuan atau keterampilan siswa menjadi lebih baik.
Ditinjau dan pelaksanaannya, unsure pokok dalam proses mengajar terdiri
beberapa elemen yaitu:”(1) guru yang berpengalaman dan terampil, (2) siswa
yang sedang berkembang, (3) informasi atau keterampilan, (4) saluran atau
metode penyampaian informasi/keterampilan dan (5) respon atau perubahan
pelaku pada siswa (Rusli Lutan, 1988 : 376)”.
Hal yang terpenting dan diperhatiakn dalam mengajar yaitu, guru harus
mampu membelajarkan siswa menjadi aktif melaksakan tugas ajar yang
diberikan. Apabila siswa aktif melaksanakan tugas ajar yang diberikan, maka
akan terjadi perubahan-perubahan kearah positif dan tujuan mengajar akan
tercapai dengan baik.
b. Mengajar Yang Efektif
Mengajar adalah membimbing siswa agar mengalami proses belajar.
Dalam belajar siswa menghendaki hasil belajar yang efektif bagi dirinya.
Untuk itu guru dituntut dapat membantu siswanya, sehingga pada waktu
mengajar dapat dilakukan dengan efektif. Menurut Rusli Lutan (1988 : 381)
efektifitas pengajaran meliputi beberapa unsur yaitu:”(1) pemanfaatan waktu
aktif berlatih, (2) lingkungan yang efektif, (3) karakteristik guru dan siswa, (4)
pengelolaan urupanm balik.”
Diantara empat elemen tersebut elemen yang dominan pengaruhnya pada
efektifitas pengajaran adalah pemanfaatan waktu aktif berlatih. Lebih lanjut
Rusli Lutan (1988 : 381) mengemukakan “jumlah waktu yang dihabiskan siswa
untuk aktif belajar, merupakan indikator utama dan efektifitas pengajaran”.
Konsep jumlah waktu aktif berlatih erat dengan kemampuan management guru
dalam mengelola proses belajar dan kesediaan serta ketekunan siswa untuk
melaksanakan tugas-tugas gerak yang diajarkan.
9
Seorang guru bertugas mengelola proses pengajaran berupa aktifitas
merencanakan dan mengorganisasikan semua aspek kegiatan, tidak saja
susunan pengalaman atau tugas-tugas ajar, tetapi juga penciptaan kondisi
lingkungan belajar yang efektif.
Menurut Husdarta & Yudha M. Saputra (2000 : 4) mengemukakan:
Tugas utama guru adalah untuk menciptakan iklim atau atmosfir supaya
proses belajar terjadi dikelas atau lapangan . ciri utama terjadinya proses
pembelajaran adalah siswa dapat secara aktif ikut terlibat di dalam proses
pembelajaran. Pada guru harus selalu berupaya agar para siswa
dimotivasi untuk lebih berperan. walau demikian guru tetap berfungsi
sebagai pengelola proses belajar dan pembelajaran.
Pendapat diatas menunjukkan bahwa, dalam pengaturan lingkungan
belajar bertujuan agar siswa terlibat secara aktif dalam proses balajar mengajar.
Seoang guru harus mampu menerapkan cara mengajar efektif. Untuk itu guru
harus memiliki beberapa kemampuan dalam menyampaikan tugas ajar, agar
tujuan pengajaran dapat berhasil.
Menurut Slameto (1995 : 92-94) untuk melaksanakan mengajar yang
efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:
(1) Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik, (2) Guru harus banyak
menggunakan metode pada waktu mengajar, (3) Motivasi, sangat
berperan pada kemajuan, perkembangan siswa selanjutnya melalui proses
belajar, (4) kurikulum yang baik dan seimbang, (5) Guru perlu
mempertimbangkan perbedaan individual, (6) Guru membuat
perencanaan sebelum pengajaran, (7) Pengaruh guru yang sugesif perlu
diberikan kepada siswa untuk lebih giat belajar, (8) Guru harus memiliki
keberanian pada siswanya, juga masalah-masalah yang timbul waktu
proses belajar mengajar berlangsung, (9) Guru harus mampu
menciptakan suasana yang demokratis.
Mengajar yang efektif menampakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh
setiap guru. Syarat-syarat seperti diatas harus dipahami dan dilakukan oleh
seorang guru, agar proses mengajar belajar dapat berjalan dengan baik dan
memperoleh hasil belajar yang optimal.
c. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
10
Dalam proses belajar mengajar seorang guru merumuskan tujuan yang
hendak dicapai. Dalam hal ini seorang guru harus memiliki kepandaian dalam
merumuskan tujuan pengajaran yang akan dilakukan. Sudjana (2001 : 40)
merumuskan formula pembalajaran sebagai berikut, “Pb=tp (m s x y z).
Formula tersebut diartikan bahwa, pembelajaran (Pb), adalah fungsi (t),
pendidik (p), untuk pembelajaran (m), peserta didik (s), terhaap materi
pelajaran (x), untuk mencapai hasil belajar (y), yang menimbulkan pengaruh
belajar (z)”
Rumus formula pembelajaran diatas mengandung keragaman masalah
dan pemahaman terhadap setiap unsur yang terkandung didalamnya. Sebagai
contoh, unsure x (materi pelajaran) tidak hanya menunjukan mata pelajaran
tertentu, tetapi mengandung berbagai aspek bahan pembelajaran yang harus
dikuasai oleh peserta didik.
Hasil belajar (y) dapat mencakup perubahan perilaku peserta didik dalam
kognisi, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dapat pula berupa penguasaan
pengetahuan tertentu, sosok peserta didik yang mandiri, kebebasan berfikir dan
lain sebagainya.
Pengaruh belajar (z) terdiri atas perubahan taraf hidup peserta didik
setelah mengikuti pembelajaran seperti perolehan atau peningkatan penampilan
diri dan pendidikan. Pengaruh belajar juga dapat digambarkan dengan upaya
peserta didik dalam menularkan hasil belajarnya kepada orang lain, atau
partisipasi peserta didik dalam kegiatan lainnya.
Upaya pembelajaran (m) dapat melambangkan pendekatan dalam
pembelajaran. Membelajarkan dapat pula menggambarkan kegiatan untuk
membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar seperti kegiatan
membimbing, mengajar (membelajarkan) atau melatih.
Unsur peserta didik (s) dapat melambangkan penamaan orang yang
melakukan kegiatan belajarseperti siswa, mahasiswa atau peserta latihan.
Sedangkan unsure pendidik (p) terdiri dan berbagai penamaan yang terdiri atas
guru, Pembimbing pelatih atau lain-lain.
11
Secarasingkat formula pembelajaran tersebut diatas menggambarkan
interaksi atas unsur-unsur yang terlibat dalam pembelajaran yaitu pendidik,
peserta didik, materi, proses dan pengaruh kegiatan pembelajaran. jika unsureunsur tersebut dapat dilaksanankan dengan baik, maka tujuan pembelajaran
dapat tercapai dengan baik pula.
d. Peranan Guru
Dalam kegiatan belajar megajar, Seorang guru mempunyai tugas yang
cukup komplek. Guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan
memberi fasilitas belajaruntuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung
jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam proses belajar mengajar,
membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran
hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar suatu
proses yang dinamis dalam segala fase perkembangan siswa.
Slameto (1995 : 97) mengemukakan, secara lebih rinci tugas guru
berpusat pada:
1. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi
pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
2. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang
memadai.
3. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilainilai dan penyesuaian diri.
Tugas-tugas seperti diatas harus dipahami dan diperhatikan dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar. Untuk keberhasilan dalam menjalankan
tugasnya, seorang guru harus memiliki beberapa kemampuan.
Menurut Soenaryo Basoeki (1994 : 75) hal-hal yang harus dimiliki
seorang guru meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
Kecakapan dan keterampilan teknis.
Kasih sayang kepada anak-anak.
Memahami karakteristik perkembangan anak-anak.
Dapat memilih metode yang sesuai.
Bijaksana.
Hal-hal seperti diatas harus dimiliki oleh seorang guru. Proses belajar
mengajar akan dapat berjalan dengan lancer, jika guru memiliki kemampuankemampuan seperti diatas, sehingga tujuan pengajaran yang telah ditetapkan
12
dapat dicapai dengan baik. Hal-hal seperti diatas dijelaskan secara singkat
sebagai berikut:
1) Kecakapan dan Keterampilan Teknis
Seorang guru harus menguasai materi yang diajarkan. Guru harus
memiliki kecakapan dan keterampilan teknis dari materi pelajaran yang
diajarkan baik secara teori maupun praktek. Agar memperoleh hasil yang
optimal, guru harus mampu berkomunikasi dan dapat menggunakan
bahasa yang tepat dan efektif. Guru harus mampu menerangkan sesuatu
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menangkap apa yang dimaksud oleh
guru.
Kemampuan seorang guru menyampaikan materi pelajaran adalah
sangat penting agar tercipta kondisi belajar yang kondusif. Suatu sifat yang
mudah diterima anak didik adalah semangatdan kegairahan guru
membawakan pembicaraan, Dalam sikap dan mampu menumbuhkan
suasanan belajar yang gembira dan menarik. Dalam suasana yang
demikian pengajaran akan mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
2) Kasih sayang kepada anak-anak
Kasih
sayang
guru
kepada
siswanya
akan
Nampak
pada
perhatiannya. Perlakukan dan tegur sapanya,semuanya dapat dirasakan
oleh siswanya. Kasih sayang guru juga akan Nampak pada sikap
yangdapat menahan diri dan penyabar. Perasaanmendapat perhatian dan
mendapat kasih ayang guru tersebut menimbulkan kepercayaan diri kepada
siswa. Dan kepercayaan itu akan timbul minat, perhatia dan kemauan yang
kuat serta akan timbul kesanggupan menerima dan mengasimilasikan
bahan yang disajikan oleh guru. sehingga materi pelajaran dapat masuk
pada diri siswanya.
3) Memahami perkembangan karakteristik anak
Guru akan berhasil dalam tugasnya, jika dapat memahami sifat-sifat
dan karakteristik perkembangan siswa. baik karakteristik fisik, mental
serta emosional dan sosial. Dengan pemahaman terhadap sifat-sifat dan
13
karakteristik siswa pada kelompok-kelompok usia tertentu. maka
penanganan guru terhadap proses belajar dapat disesuaikan dengan
kelompok usia siswa, sehingga hasil optimal yang diharapkan dapat
tercapai. Dalam hal ini seorang guru harus mampu menangani atau
membelajarkan siswa sesuai dengan sifat dan karakteristik anak agar
tujuan pembelajaran dapat berhasil dengan baik.
4) Memilih metode mengajar yang tepat
Memilihmetode
mengajar
yang
baik
dan
tepat
merupakan
kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru. Metode mengajar
merukan cara yang digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan
materi pelajaran, agar materi pelajaran dapat diterima siswanya secara
efektif.
Menurut Sugiyanto & Sudjarwo (1991 : 368) metode mengajar
keterampilan gerak yang sering digunakan antara lain “(1) Metode praktek
keseluruhan, (2) Metode praktek bagian, (3) metode Drill, (4) Metode
pemecahan masalah”.
Berdasarkan metode-metode diatas, maka seorang guru harus
mengerti dan memahami diri masing-masingmetode tersebut, seorang guru
harus mampu menerapkan metode mengajar yang tepat sesuai dengan
kondisi siwa dan tujuan yang hendak dicapai.
5) Bijaksana
Guru dalam mengajar atau mendidik akan menghadapi siswa, situasi
dan lingkungan sekolah yang berbeda-beda serta peralatan yang terbatas.
Karena itu harus dapat mempertimbangkan keadaan yang serba terbatas,
keadaan yang berlainan dan selalu berubah dengan tindakan yang tepat.
Disamping itu guru harus memupuk kerjasama antara sesame guru, guru
dengan orang tua murid, antara guru dengan petugas-petugas dilingkungan
sekolah, dan antara guru dengan masyarakat sekitasnya.
2. Kurikulum 2013
Dalam teori kurikulum (Anita Lie, 2012) keberhasilan suatu kurikulum
merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep
14
ideal tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik dan
tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana, tata kelola pelaksanaan
kurikulum --termasuk pembelajaran-- dan penilaian pembelajaran dan kurikulum.
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar”
(standard-based
education),
dan
teori
kurikulum
berbasis
kompetensi
(competency- based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan
adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci
menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis
kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi
peserta
didik
dalam
mengembangkan
kemampuan
untuk
bersikap,
berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan guru
(taughtcurriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan
pembelajaran di sekolah,kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar
langsung peserta didik
(learned-curriculum) sesuai
dengan
latar
belakang,
karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung
individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar
seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
a. Karakteristik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dirancangdengankarakteristiksebagai berikut:
1) Mengembangkan
keseimbanganantarapengembangansikapspiritual
dan
sosial, rasaingintahu,kreativitas,kerjasamadengan kemampuanintelektualdan
psikomotorik;
2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman
belajarterencana
dimanapesertadidikmenerapkanapayang
dipelajaridi
Sekolah ke masyarakatdan memanfaatkan masyarakatsebagai sumber
belajar;
3) Mengembangkansikap,pengetahuan,danketerampilansertamenerapkannya
dalam berbagai situasi disekolah dan masyarakat;
15
4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan,danketerampilan;
5) Kompetensidinyatakandalambentukkompetensiintikelasyangdirincilebih
lanjutdalam kompetensidasar mata pelajaran;
6) Kompetensi
inti
kelas
menjadi
unsur
pengorganisasi
(organizing
elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan
dalam kompetensi inti;
7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
b. Tujuan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Untuk mencapai tujuan tersebut proses pembelajaran di sekolah dasar
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, danperkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
c. Standar Kompetensi Lulusan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31
ayat(3) mengamanatkan
menyelenggarakan
bahwa
pemerintah
mengusahakan
dan
satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang- undang. Atas dasar amanat
tersebut telah diterbitkan Undang-Undang Nomor 20Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang
Dasar
Negara
Republik
16
Indonesia
Tahun
1945.
Sedangkan
Pasal
3 menegaskan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional diperlukan profil kualifikasi kemampuan lulusan yang
dituangkan dalam standar kompetensi lulusan.Menurut Permendikbud nomor
54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan yang dimaksud Standar
Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap,pengetahuan,danketerampilan.
Standar Kompetensi Lulusan SDdan PaketA
SD/MI/SDLB/Paket A
Kualifikasi Kemampuan
Dimensi
Sikap
Memilikiperilakuyangmencerminkan
sikaporangberiman,berakhlakmulia,berilmu,percaya
diri,danbertanggungjawab dalam berinteraksisecara efektif
Pengetahuan
Memilikipengetahuan
faktual dankonseptualberdasarkanrasa
denganlingkungansocialdan
alam
di
lingkunganrumah,sekolah,dantempatbermain.
ingin tahunya tentangilmu pengetahuan,teknologi,seni,dan
budaya
dalam
wawasankemanusiaan,kebangsaan,
kenegaraan,danperadabanterkaitfenomena dan kejadian di
Keterampilan
lingkunganrumah,sekolah,dantempatbermain
Memilikikemampuanpikir dan tindakyangproduktif dan
kreatif dalam ranah abstrakdan konkretsesuaidenganyang
ditugaskankepadanya.
d. Tingkat Kompetensi
Tingkat Kompetensi merupakan kriteria capaian Kompetensi yang
bersifat generik yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada setiap tingkat
kelas dalam rangka pencapaian Standar Kompetensi Lulusan. Tingkat
Kompetensi terdiri atas 8 (delapan) jenjang yang harus dicapai oleh peserta
17
didik secara bertahap dan berkesinambungan. Tingkat Kompetensi tersebut
diterapkan dalam hubungannya dengan tingkat kelas sejak peserta didik
mengikuti pendidikan TK/RA, Kelas I sampai dengan Kelas XII jenjang
pendidikan
dasar
dan
menengah.Tingkat
Kompetensi
dikembangkan
berdasarkan kriteria; (1) Tingkat perkembangan peserta didik, (2) Kualifikasi
kompetensi Indonesia, (3) Penguasaan kompetensi yang berjenjang. Selain itu
Tingkat Kompetensi juga memperhatikan; tingkat kerumitan/kompleksitas
kompetensi, fungsi satuan pendidikan, dan keterpaduan antar jenjang yang
relevan.
Setiap Tingkat Kompetensi berimplikasi terhadap tuntutan proses
pembelajaran dan penilaian. Hal ini bermakna bahwa pembelajaran dan
penilaian pada tingkat yang sama memiliki karakteristik yang relatif sama
dan memungkinkan terjadinya akselerasi belajar dalam 1 (satu) Tingkat
Kompetensi. Selain itu, untuk Tingkat Kompetensi yang berbeda menuntut
pembelajaran dan penilaian dengan fokus dan penekanan yang berbeda
pula.Semakin tinggi Tingkat Kompetensi, semakin kompleks intensitas
pengalaman
belajar
peserta
didik
dan
proses
pembelajaran
serta
penilaian.Uraian Kompetensi Inti untuk setiap Tingkat Kompetensidisajikan
dalam tabel di bawah ini.
1. Tingkat Kompetensi 1
(TingkatKelas I-II SD/MI/SDLB/PAKETA)
KOMPETEN
SI Spiritual
Sikap
Sikap Sosial
DESKRIPSIKOMPETENSI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yangdianutnya
2. Menunjukkan perilakujujur, disiplin,tanggungjawab,
santun,peduli,dan percaya diridalam berinteraksi dengan
Pengetahuan
keluarga,teman,danguru
3. Memahami pengetahuanfaktual dengancaramengamati
mendengar,melihat,membaca danmenanya berdasarkan
rasa ingin tahu tentangdirinya, makhlukciptaan Tuhan dan
kegiatannya, danbenda-benda yangdijumpainyadi rumah dan
18
di sekolah
Keterampilan
4. Menyajikanpengetahuan faktual dalam bahasayangjelas
danlogis,dalamkarya yangestetis,dalam gerakan yang
mencerminkan anaksehat, dandalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anakberiman dan
berakhlakmulia
2. TingkatKompetensi2
(TingkatKelas III-IVSD/MI/SDLB/PAKETA)
KOMPETEN
DESKRIPSIKOMPETENSI
Sikap
SI Spiritual Menerima,menjalankan,danmenghargai ajaran
agamayangdianutnya
Sikap Sosial
Menunjukkan perilakujujur,
disiplin,tanggungjawab,santun,peduli,dan percaya diridalam
berinteraksi dengan keluarga,teman,guru,dan tetangganya.
Pengetahuan
Memahami pengetahuan faktual dengancaramengamati
danmenanya berdasarkan rasaingin
tahutentangdirinya,makhlukciptaanTuhan dan
Keterampilan
Menyajikanpengetahuan
faktual
dalam bahasayangjelas,
kegiatannya,danbenda-benda
yangdijumpainya
dirumah,di
karya yangestetis,dalam gerakan
sistematisdanlogis,dalam
sekolah dan tempatbermain
yangmencerminkan anaksehat,dandalam
tindakanyangmencerminkan perilaku anakberiman dan
berakhlakmulia
3. TingkatKompetensi3(TingkatKelas V-VI SD/MI/SDLB/PAKETA)
KOMPETENSI
DESKRIPSIKOMPETENSI
Sikap Spiritual Menerima,menjalankan,danmenghargai ajaran agama yangdianutnya
Sikap Sosial
Menunjukkan perilakujujur,
disiplin,tanggungjawab,santun,peduli,dan percaya diridalam
berinteraksi dengan keluarga,teman,guru,dan tetangganya sertacinta
19
tanah air.
Pengetahuan
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan
caramengamati,menanya dan mencoba berdasarkanrasa ingin tahu
tentangdirinya,makhlukciptaan Tuhan dan kegiatannya, danbendabenda yangdijumpainyadi rumah, disekolahdantempatbermain.
Keterampilan
Menyajikanpengetahuan faktual dan konseptual dalambahasa yang
jelas, sistematis, logis dan kritis,dalam karyayang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
e. Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu, Pendekatan SAINTIFIK, Model
pembelajaran, Penilaian Autentik.
1) Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran
Tematik
Terpadu
atau
dikenal
dengan
PTP
dikembangkan pertama kali pada tahun 1970-an. PTP ini sudah terbukti
secara empiric berhasil memacu percepatan dana meningkatkan kapasitas
memori peserta didik untuk waktu yang panjang. Premis utama PTP adalah
bahwa peserta didik memerlukan peluang-peluang tambahan untuk
menggunakan talentanya, menyediakan waktu bersama yang lain untuk
secara cepat mengkonseptualisasi dan mensintesis. Implementasi PTP
menuntut kemampuan guru dalam mentransformasikan materi pembelajaran
di kelas, hal ini menuntut guru untuk memahami materi apa yang diajarkan
dan bagaimana mengaplikasikan dalam lingkungan mengajar. Ciri dari PTP
itu sendiri pun menurut (kemendiknas:2014:16) adalah sebagai berikut:
a. Berpusat pada anak
b. Membersihkan pengalaman langsung pada anak.
c. Pemisahan antar muatan pelajaran tidak begitu jelas (menyatu dalam satu
pemahaman dalam kegiatan).
d. Menyajikan konsep dari berbagai pelajaran dalam satu proses
pembelajaran (saling terkait antar muatan pelajaran satu dengan lainnya).
20
e. Bersifat luwes (keterpaduan berbagai muatan pelajaran)
f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak (melalui proses dan hasil belajarnya).
2) Kekuatan tema dalam proses pembelajaran
Anak pada usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret,
mulai menunjukkan perilaku cara memandang sesuatu secara obyektif,
berpikir
secara
mempergunakan
operasional
hubungan
untuk
mengklasifikasikan
sebab-akibat,
prinsip
benda-benda,
ilmiah
sederhana
(kemendiknas:2014:16) .Oleh karena itu pembelajaran yang tepat adalah
mengaitkan konsep materi pembelajaran dalam satu kesatuan yang berpusat
pada tema. sehingga peran tema dalam proses pembelajaran ialah sebagai
pemersatu kegiatan pembelajaran dengan memadukan beberapa muatan
pelajaran sekaligus
yang sudah disiapkan pemerintah dan sudah
dikembangkan menjadi subtema dan satuan pembelajaran.
3) Tahapan Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran
tematik
terpadu
menurut
(kemendiknas:2014:16)
memiliki beberapa tahapan, yaitu
1. Memilih atau menetapkan tema
2. Melakukan analisis SKL, KI, Kompetensi dasar dan membuat indicator
3. Membuat hubungan pemetaan antara kompetensi dasar dan indicator
dengan tema
4. Membuat jaringan Kompetensi Dasar
5. Menyusun silabus tematik
6. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tematik terpadu.
4) Model-Model Pembelajaran Tematik Terpadu
Kegiatan
pembelajaran
merupakan
proses
pendidikan
yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
potensi
mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin
meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan
dirinya
untuk
hidup
dan
untuk
bermasyarakat,
berbangsa,
serta
berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena itu,
21
kegiatan pembelajaran dan model-model pembelajaran diarahkan untuk
memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi kompetensi yang
diharapkan.
Pembelajaran terpadu dapat diimplementasikan dalam berbagai
model. Menurut Robin Fogarty dalam kemendiknas (2014:11) ada sepuluh
model PTP, yaitu:
1.
Model penggalan (fragmented model). Model ini diimplementasikan
dengan pemaduan yang terbatas dalam satu pelajaran.
2.
Model keterhubungan (connected model). Model ini diimplementasikan
berbasis pada anggapan bahwa beberapa substansi pembelajaran
berinduk pada mata pelajaran tertentu.
3.
Model sarang (nested model). Model ini diimplementasikan dengan
memadukan berbentuk penguasaan konsep ketrampilan melalui sebuah
kegiatan pembelajaran.
4.
Model urutan/rangkaian (sequenced model). Model ini memadukan
topik- topik antar mata pelajaran yang berdeda.
5.
Model berbagi (shared/participative model). Model ini merupakan
pemaduan pembelajaran akibat munculnya tumpang-tindih atau ide
pada dua mata pelajaran atau lebih.
6.
Model jaring laba-laba (webbed model). Model ini berangkat dari
pendekatan tematis sebagai acuan dasar bahan dan kegiatan
pembelajaran.
Tema
yang
dibuat
dapat
mengikat
kegiatan
pembelajaran, baik dalam mata pelajaran tertentu maupun antar mata
pelajaran.
7.
Model galur (threaded model). Model ini memadukan bentuk-bentuk
ketrampilan.bentuk model ini terfokus pada meta kurikulum.
8.
Model celupan (immersed model). Model ini dirancang untuk
membantu peserta didik dalam menyaring dan memadukan berbagai
pengalaman
dan
pengetahuan
dihubungkan
dengan
medan
pemakaiannya. Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk mewadahi tukar
pengalaman dan pemanfaatan pengalaman masing-masing.
22
9.
Model jejaring (networked model). Model ini merupakan model
pemaduan pembelajaran yang mengandalkan kemungkinan perubahan
konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk
ketrampilan baru setelah peserta didik mengadakan studi lapangan
dalam situasi,kondisi, maupun konteks yang berbeda.
10. Model terpadu(integrated model). Model ini merupakan pemaduan
sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama
dalam sebuah topik tertentu.
Lebih
lanjut,
strategi
pembelajaran
harus
diarahkan
untuk
memfasilitasi pencapaian kompetensi yang telah dirancang dalam dokumen
kurikulum agar setiap individu mampu menjadi pebelajar mandiri sepanjang
hayat. dan yang pada gilirannya mereka menjadi komponen penting untuk
mewujudkan masyarakat belajar. Kualitas lain yang dikembangkan
kurikulum dan harus terealisasikan dalam proses pembelajaran antara lain
kreativitas, kemandirian, kerja sama, solidaritas, kepemimpinan, empati,
toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta
meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.
Lebih lanjut dalam metode pembelajaran pelaksanaan kurikulum 2013
imas (2014;6-8) menyatakan ada 8 model metode yang dapat digunakan
yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Metode pembelajaran kolaborasi
Metode pembelajaran individual
Metode pembelajaran teman sebaya
Model pembelajaran sikap
Metode pembelajaran bermain
Metode pembelajaran kelompok
Metode pembelajaran mandiri
Metode pembelajaran multimodel
5) Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Pendekatan SAINTIFIK
Di dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk menemukan
sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi
baru
dengan
yangsudah
ada
dalam
ingatannya,
dan
melakukan
23
pengembangan menjadi informasiatau kemampuan yang sesuai dengan
lingkungan dan jaman tempat dan waktu ia hidup. Kurikulum 2013
menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan
begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang
memiliki
kemampuan
untuk
secara
aktif
mencari,
mengolah,
mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran
harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik
untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya.
Pembuatan tema diharapkan memperhatikan kondisi peserta didik,
lingkungan sekitar dan kompetensi guru dengan prosentase penyajian
disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia. Guru diharapkan tidak
terkonsentrasi pada salah satu mata pelajaran, melainkan harus tetap
memperhatikan prosentase penyajiannya. Misalnya saja pendidikan jasmani
dan kesehatan yang sifatnya bisa dilakukan didalam kelas, bisadilakukan
oleh guru kelas. Sedangkan gerakan yang memerlukan fisik,gerakan bebas,
tetap dilakukan diluar kelas/ lapangan olahraga.
Proses
dilaksanakan
pembelajaran
menggunakan
kurikulum
2013
pendekatan
untuk
semua
SAINTIFIK.
jenjang
Aspek-aspek
pendekatan Saintifik terintegrasi pada pendekatan ketrampilan dan metode
ilmiah.
Helmenstine (2013) dalam kemendiknas (2014:15) menjelaskan
bahwa langkah-langkah dalam metode ilmiah meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Melakukan pengamatan
Menentukan hipotesis
Merancang eksperimen
Menguji hipotesis
Menerima,menolak, atau merevisi hipotesis
Membuat kesimpulan
Pendekatan SAINTIFIK mengedepankan pada penalaran induktif
dibandingkan penalaran deduktif. Penalaran deduktif melihat fenomena
umum untuk kemudian menarik kesimpulan yang spesifik. Sebaliknya
penalaran induktif memandang fenomena secara spesifik kemudian ditarik
24
kesimpulan secara keseluruhan. Sejatinya penalaran induktif menempatkan
bukti-bukti spesifik kedalam relasi ide yang lebih luas.
Sudarwan
(2013) dalam kemendiknas (2014:15) menekankan
penerapan pendekatan Saintifik meliputi: mengamati, menanya, mencoba,
mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata
pelajaran.
Lebih spesifik lagi dijelaskan oleh McCollum (2009) dalam
kemendiknas (2014:15) mengenai komponen-komponen penting dalam
mengajar dalam pendekatan Saintifik ialah:
1. Menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingin tahuan
( Foster a sense of wonder),
2. Meningkatkan keterampilan mengamati (encourage observation),
3. Melakukan analisis (push for analysis)
4. Berkomunikasi (Require communication)
Dari beberapa pendapat tersebut pendekatan Saintifik yang digunakan
di Indonesia saat ini ialah yang telah diatur dalam permendikbud Nomor 81
A tahun 2013 bahwasanya pembelajaran terdiri atas lima pengalamn belajar
pokok yaitu:
a. Mengamati
b. Menanya
c. Mengumpulkan informasi/eksperimen
d. Mengasosiasikan/ mengolah informasi
e. Mengkomunikasikan
6) Penerapan Model Dalalm Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran
menggunakan
tematik
berbagai
terpadu
model
dapat
dilaksanakan
pembelajaran.Model
dengan
pembelajaran
merupakan suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
25
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman
bagi
para
perancang
pembelajaran
dan
para
pembelajar
dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Berikut ini akan dibahas beberapa model pembelajaran dari sekian
model yang telah banyak dikembangkan, antara lain: Model Pembelajaran
Langsung, Model Pembelajaran Kooperatif, Pembelajaran Kontekstual,
Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing, Problem Based Learning.
a. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana
peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan
keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber
belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan
pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik
melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa
yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses pembelajaran
langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau
yang disebut dengan instructional effect.
Ciri-ciri model pembelajaran langsung antara lain:

Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar

Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung
berlangsung dan berhasilnya pengajaran
b. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif antara lain:

Untuk menuntaskan materi belajar, siswa belajar dalam kelompok
secara kooperatif

Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan
heterogen
26

Jika dalam kelas terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin
yang berbeda, maka diupayakan agar tiap kelompok berbaur

Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada
perorangan
Tujuan :

Hasil Belajar Akademik. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugastugas akademik

Penerimaan terhadap keragaman. Siswa dapat menerima temantemannya yang beraneka latar belakang.

Pengembangan ketrampilan sosial. Sintaks kegiatan pembelajaran
kooperatif
c. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran Kontekstual mengasumsikan bahwa secara natural
pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan
seseorang melalui pencarian hubungan masuk akal dan bermanfaat.
Melalui pemaduan materi yang dipelajari dengan pengalaman keseharian
siswa akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam.
Siswa akan mampu menggunakan pengetahuannya untuk menyelesaikan
masalah-masalah
baru
dan
belum
pernah
dihadapinya
dengan
peningkatan pengalaman dan pengetahuannya. Siswa diharapkan dapat
membangun pengetahuannya yang akan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari dengan memadukan materi pelajaran yang telah diterimanya
di sekolah.
Pembelajaran Kontekstual merupakan satu konsepsi pengajaran dan
pembelajaran yang membantu guru mengaitkan bahan subjek yang
dipelajari
dengan
situasi
dunia
sebenarnya
dan
memotivasikan
pembelajar untuk membuat kaitan antara pengetahuan dan aplikasinya
dalam kehidupan harian mereka sebagai ahli keluarga, warga masyarakat,
dan pekerja.
Pembelajaran Kontekstual adalah sebuah sistem belajar yang
didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila
27
mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima,
dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka
bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman
yang
sudah
mereka
2007:14).Pembelajaran
miliki
sebelumnya
Kontekstual
(Elaine
adalah
B.
suatu
Johnson,
pendekatan
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
penuh
untuk
dapat
menemukan
materi
yang
dipelajari
dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan meraka (Sanjaya,
2005:109).
Berdasarkan
pengertian
di
atas
dapat
dijelaskan
bahwa
Pembelajaran Kontekstual adalah mempraktikkan konsep belajar yang
mengaitkan materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata siswa.
Siswa
secara
bersama-sama
membentuk
suatu
sistem
yang
memungkinkan mereka melihat makna di dalamnya.
Dalam Pembelajaran Kontekstual, ada delapan komponen yang
harus ditempuh, yaitu:

Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna,

Melakukan pekerjaan yang berarti,

Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri,

Bekerja sama,

Berpikir kritis dan kreatif,

Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang,

Mencapai standar yang tinggi, dan

Menggunakan penilaian otentik (Elaine B. Johnson, 2007: 65-66).
Di sisi lain, Hernowo (2005:93) menawarkan langkah-langkah
praktis menggunakan strategi pebelajaran Kontekstual/Contextual
Teaching Learning.

Kaitkan setiap mata pelajaran dengan seorang tokoh yang sukses
dalam menerapkan mata pelajaran tersebut.
28

Kisahkan terlebih dahulu riwayat hidup sang tokoh atau temukan caracara sukses yang ditempuh sang tokoh dalam menerapkan ilmu yang
dimilikinya.

Rumuskan dan tunjukkan manfaat yang jelas dan spesifik kepada anak
didik berkaitan dengan ilmu (mata pelajaran) yang diajarkan kepada
mereka.

Upayakan agar ilmu-ilmu yang dipelajari di sekolah dapat memotivasi
anak didik untuk mengulang dan mengaitkannya dengan kehidupan
keseharian mereka.

Berikan kebebasan kepada setiap anak didik untuk mengkonstruksi
ilmu yang diterimanya secara subjektif sehingga anak didik dapat
menemukan sendiri cara belajar alamiah yang cocok dengan dirinya.

Galilah kekayaan emosi yang ada pada diri setiap anak didik dan
biarkan mereka mengekspresikannya dengan bebas.

Bimbing mereka untuk menggunakan emosi dalam setiap
pembelajaran sehingga anak didik penuh arti (tidak sia-sia dalam
belajar di sekolah).
d. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Discovery Learning)
Discovery Learning adalah proses belajar yang di dalamnya tidak
disajikan suatu konsep dalam bentuk jadi (final), tetapi siswa dituntut
untuk mengorganisasi sendiri cara belajarnya dalam menemukan konsep.
Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be
defined as the learning that takes place when the student is not presented
with subject matter in the final form, but rather is required to organize it
him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Dasar ide Bruner
ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan
aktif dalam belajar di kelas.
Bruner memakai metode yang disebutnya DiscoveryLearning, di
mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk
akhir (Dalyono, 1996:41). Metode Discovery Learning adalah memahami
konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai
29
kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila
individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui
observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses
tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah
the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind
(Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
Dalam Konsep Belajar, sesungguhnya metode Discovery Learning
merupakan pembentukan kategori-kategori atau konsep-konsep, yang
dapat memungkinkan terjadinya generalisasi. Sebagaimana teori Bruner
tentang kategorisasi yang nampak dalam Discovery, bahwa Discovery
adalah pembentukan kategori-kategori, atau lebih sering disebut sistemsistem coding. Pembentukan kategori-kategori dan sistem-sistem coding
dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi (similaritas & difference)
yang terjadi diantara obyek-obyek dan kejadian-kejadian (events). Bruner
memandang bahwa suatu konsep atau kategorisasi memiliki lima unsur,
dan siswa dikatakan memahami suatu konsep apabila mengetahui semua
unsur dari konsep itu, meliputi:

Nama;

Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif;

Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak;

Rentangan karakteristik;

Kaidah (Budiningsih, 2005:43).
Bruner menjelaskan bahwa pembentukan konsep merupakan dua
kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang
berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi
dan menempatkan contoh-contoh (obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa)
ke dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria tertentu.
Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif
dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan
kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan
30
memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini
dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana
siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang
belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui.
Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat
berjalan dengan baik dan lebih kreatif. Untuk memfasilitasi proses
belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi bahan
pelajaran
sesuai
dengan
tingkat
perkembangan
kognitif
siswa.
Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan
siswa dalam berpikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui
tiga tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu:
enactive, iconic, dan symbolic. Tahap enaktive, seseorang melakukan
aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya,
artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan
pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan
sebagainya. Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau
dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya,
dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk
perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi). Tahap symbolic,
seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak
yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan
logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbolsimbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.
Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol.
Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan
sistem simbolnya. Secara sederhana teori perkembangan dalam fase
enactive, iconic dan symbolic adalah anak menjelaskan sesuatu melalui
perbuatan (ia bergeser ke depan atau kebelakang di papan mainan untuk
menyesuaikan beratnya dengan berat temannya bermain) ini fase
31
enactive. Kemudian pada fase iconic ia menjelaskan keseimbangan pada
gambar atau bagan dan akhirnya ia menggunakan bahasa untuk
menjelaskan prinsip keseimbangan ini fase symbolic (Syaodih, 85:2001).
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan
sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat
membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan
tujuan (Sardiman, 2005:145).
Hal yang menarik dalam pendapat Bruner yang menyebutkan:
hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi
seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika.
Dalam metode Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam
bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan
menghimpun
menganalisis,
informasi,
membandingkan,
mengintegrasikan,
mengkategorikan,
mereorganisasikan
bahan
serta
membuat kesimpulan-kesimpulan.
Langkah-langkah model pembelajaran penemuan terbimbing
(discovery learning) adalah sebagai berikut:

Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data
secukupnya. Perumusaannya harus jelas dan hilangkan pernyataan
yang multi tafsir

Berdasarkan data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses,
mengorganisir, dan menganlisis data tersebut. Dalam hal ini
bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja
bimbingan lebih mengarah kepada langkah yang hendak dituju,
melalui pertanyaan-pertanyaan.

Siswa menyusun prakiraan dari hasil analisis yang dilakukannya

Bila dipandang perlu, prakiraan yang telah dibuat siswa tersebut
hendaknya diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk
32
meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah
yang hendak dicapai.

Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran prakiraan
tersebut, maka verbalisasi prakiraan sebaiknya disrahkan juga kepada
siswa untuk menyusunnya. Disamping itu perlu diingat pula bahwa
induksi tidak menjamin 100% kebenaran prakiraan.

Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru
menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah
hasil penemuan itu benar.
e. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Model
pembelajaran
berbasis
masalah
adalah
pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal untuk
mendapatkan pengetahuan baru. Seperti yang diungkapkan oleh Suyatno
(2009 : 58) bahwa: ”Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah
proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran dimulai berdasarkan
masalah dalam kehidupan nyata siswa dirangsang untuk mempelajari
masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman telah mereka miliki
sebelumnya (prior knowledge) untuk membentuk pengetahuan dan
pengalaman baru”. Sedangkan menurut Arends (dalam Trianto 2007 : 68)
menyatakan
bahwa:
”Model
pembelajaran
berdasarkan
masalah
merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan
permasalahan
yang
autentik
dengan
maksud
untuk
menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan
berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya
diri”. Model pembelajaran berdasarkan masalah juga mengacu pada
model pembelajaran yang lain seperti yang diungkapkan oleh
diungkapkan oleh Trianto (2007 : 68) : ”Model pembelajaran
berdasarkan masalah) mengacu pada Pembelajaran Proyek (Project
Based Learning), Pendidikan Berdasarkan Pengalaman (Experience
33
Based Education), Belajar Autentik (Autentic Learning), Pembelajaran
Bermakna (AnchoredInstruction)”.
Berbagai pengembang menyatakan bahwa ciri utama model
pembelajaran berdasarkan masalah ini dalam Trianto (2007 : 68) adalah:





Pengajuan pertanyaan atau masalah.
Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
Penyelidikan autentik
Menghasilkan produk atau karya.
Kolaborasi.
f. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL)
adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai
media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi,
sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktifitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk
digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik
dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses
inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding
question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek
kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam
kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik
dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam
sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBL merupakan investigasi
mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi
atensi dan usaha peserta didik.
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya
belajar yang berbeda, maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan
kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi)
34
dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan
melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek
merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal
ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Pembelajaran
operasionalisasi
Berbasis
konsep
Proyek
“Pendidikan
dapat
Berbasis
dikatakan
sebagai
Produksi”
yang
dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai
institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja di dunia
usaha dan industri harus dapat membekali peserta didiknya dengan
“kompetensi terstandar” yang dibutuhkan untuk bekerja dibidang
masing-masing. Dengan pembelajaran “berbasis produksi” peserta didik
di SMK diperkenalkan dengan suasana dan makna kerja yang
sesungguhnya di dunia kerja. Dengan demikian model pembelajaran
yang cocok untuk SMK adalah pembelajaran berbasis proyek.
Peran instruktur atau guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek
sebaiknya sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk
mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan
inovasi dari siswa. Beberapa hambatan dalam implementasi metode
Pembelajaran Berbasis Proyek antara lain berikut ini:

Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus
disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.

Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena
menambah biaya untuk memasuki system baru.

Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana
instruktur memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu
transisi yang sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak
menguasai teknologi.

Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan
listrik bertambah.
Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam proses
pembelajaran, dan akan lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar
35
tidak monoton, beberapa contoh perubahan lay-out ruang kelas, seperti:
traditional class (teori), discussion group (pembuatan konsep dan
pembagian tugas kelompok), lab tables (saat mengerjakan tugas mandiri),
circle (presentasi). Buatlah suasana belajar menyenangkan, bahkan saat
diskusi dapat dilakukan di taman, artinya belajar tidak harus dilakukan di
dalam ruang kelas.
Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen
kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: (1)
berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta
didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4)
bermuatan
nilai,
etika,
estetika, logika, dan kinestetika, dan (5)
menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan
berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan,
kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
Guru
memberikan
kemudahan
untuk
proses
ini,
dengan
mengembangkan suasana belajar yang memberi kesempatan peserta didik
untuk menemukan, menerapkan
sadar
dan
ide-ide
mereka
sendiri,
menjadi
secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk
belajar. Guru mengembangkan kesempatan belajar kepada peserta didik
untuk meniti anak tangga yang membawa peserta didik kepemahaman
yang lebih tinggi, yang semula dilakukan dengan bantuan guru tetapi
semakin lama semakin mandiri. Bagi peserta didik, pembelajaran harus
bergeser dari “diberi tahu” menjadi “aktif mencari tahu”.
Di dalam pembelajaran, peserta didik mengkonstruksi pengetahuan
bagi dirinya. Bagi peserta didik, pengetahuan yang dimilikinya bersifat
dinamis, berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang
lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas,
dan dari yang bersifat konkrit menuju abstrak. Sebagai manusia yang
sedang berkembang, peserta didik telah, sedang, dan/atau akan
mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni sensori motor,
pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal. Secara
36
umum jenjang pertama terjadi sebelum seseorang memasuki usia
sekolah, jejang kedua dan ketiga dimulai ketika seseorang menjadi
peserta didik di jenjang pendidikan dasar, sedangkan jenjang keempat
dimulai sejak tahun kelima dan keenam sekolah dasar.
Proses pembelajaran terjadi secara internal pada diri peserta
didik. Proses tersebut mungkin saja terjadi akibat dari stimulus luar yang
diberikan guru, teman, lingkungan. Proses tersebut mungkin pula terjadi
akibat dari stimulus dalam diri peserta didik yang terutama disebabkan
oleh rasa ingin tahu. Prosespembelajaran dapat pula terjadi sebagai
gabungan dari stimulus luar dan dalam.Dalam proses pembelajaran, guru
perlu mengembangkan kedua stimulus pada diri setiap peserta didik.
Di dalam pembelajaran, peserta didik difasilitasi untuk terlibat
secara aktif mengembangkan potensi dirinya menjadi kompetensi. Guru
menyediakan pengalaman belajar bagi peserta didik untuk melakukan
berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi
yang dimiliki mereka menjadi kompetensi yang ditetapkan dalam
dokumen kurikulum atau lebih. Pengalaman belajar tersebut semakin
lama semakin meningkat menjadi kebiasaan belajar mandiri dan ajeg
sebagai salah satu dasar untuk belajar sepanjang hayat.
Dalam suatu kegiatan belajar dapat terjadi pengembangan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan dalam kombinasi dan penekanan yang
bervariasi. Setiap kegiatan belajar memiliki kombinasi dan penekanan
yang berbeda dari kegiatan belajar lain tergantung dari sifat muatan yang
dipelajari. Meskipun demikian, pengetahuan selalu menjadi unsur
penggerak untuk pengembangan kemampuan lain.
7) Pembelajaran Langsung dan Tidak Langsung
Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus proses pembelajaran
yaitu proses pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak
langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana
peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan
keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber
37
belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan
pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik
melakukan kegiatan belajar mengamati,
menanya,
mengumpulkan
informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa
yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses pembelajaran
langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang
disebut dengan instructional effect.
Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang
terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam
kegiatan
khusus.
Pembelajaran
tidak
langsung
berkenaan
dengan
pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan tentang nilai
dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata
pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan
moral dan perilaku dilakukan oleh seluruhmata pelajaran dan dalam setiap
kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu,
dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan yang terjadi
selama belajar di sekolah dan di
luar dalam kegiatan kokurikuler dan
ekstrakurikuler terjadi proses pembelajaran untuk mengembangkan moral
dan perilaku yang terkait dengan sikap.
Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung
terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung
berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan
dari KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam
suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD
pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan
pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI2.
Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:
a. mengamati;
b. menanya;
c. mengumpulkan informasi;
38
d. mengasosiasi; dan
e. mengkomunikasikan.
Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai
kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
8) PerencanaanPembelajaran
Tahappertama
perencanaan
dalam
pembelajaran
menurutstandar
pembelajaranyangdiwujudkandengan
penyusunanrencanapelaksanaan
pembelajaran
prosesyaitu
kegiatan
(RPP).Rencana
pelaksanaanpembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan
secara rinci dari suatu materipokok atau tema tertentu yang mengacu pada
silabus.RPP
mencakup:
(1)
data
sekolah,
matapelajaran,
dan
kelas/semester;(2)materipokok;(3)alokasiwaktu;(4)tujuanpembelajaran,KDd
an
indikator
pencapaian
kompetensi;
(5)
materi
pembelajaran;
metodepembelajaran;(6)media,alatdansumberbelajar;(7)langkahlangkahkegiatan
pembelajaran;
dan
(8)penilaian.
Prinsip
mengembangkanatau menyusun RPPadalah sebagai berikut.
a. RPPdisusungurusebagaiterjemahandariidekurikulumdanberdasarkan
silabusyangtelahdikembangkanditingkat
nasionalkedalambentuk
rancanganproses pembelajaran untukdirealisasikan dalam pembelajaran.
b. RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan
dalam silabus dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal
peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial,
emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang
budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
c. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
d. Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta
didik sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses
pembelajaran dalam RPP dirancang dengan berpusat pada peserta didik
untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas,
inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar
dan kebiasaan belajar.
39
e. Mengembangkan budaya membaca dan menulis.
f. Proses pembelajaran dalam RPP dirancang untuk mengembangkan
kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi
dalam berbagai bentuk tulisan.
g. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut.
h. RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif,
penguatan, pengayaan, dan remedi. Pemberian pembelajaran remedi
dilakukan setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian dilakukan, hasilnya
dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik dapat teridentifikasi.
Pemberian pembelajaran diberikan sesuai dengan kelemahan peserta
didik.
i. Keterkaitan dan keterpaduan.
j. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara
KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan
sumber belajar
dalam
satu
keutuhan
pengalaman
belajar.
RPP
disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan
lintas matapelajaran untuk sikap dan keterampilan, dan keragaman
budaya.
k. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
l. RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi
dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan
situasi dan kondisi.
Komponendan Sistematika RPP
RPPpalingsedikitmemuat:(1)tujuanpembelajaran,(2)materipembelajara
n,(3)metode pembelajaran,(4) sumber belajar,dan(5) penilaian.
B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan dari rumusan masalah sebagaimana yang sudah diuraikan
sebelumnya, maka komponen evaluasi yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu
komponen “proses” yaitu menyangkut proses penerapan kurikulum 2013 yang
40
dilakukan oleh guru penjas selama pembelajaran tahun ajaran 2014/2015 tersebut
dilaksanakan.
Atas dasar permasalahan penelitian serta dukungan teoritis, maka diperoleh
kerangka acuan yang melibatkan komponen evaluasi yang digunakan. Komponen
evaluasi tersebut memuat gagasan-gagasan konseptual yang merupakan sumber
rujukan pengembangan indikator dan sekaligus berfungsi sebagai acuan evaluasi.
Komponen “proses” dalam pembelajarannya pada dasarnya berkaitan dengan
penerapan kurikulum 2013 di tahun ajaran 2014/2015 seperti standart kompetensi,
tingkat kompetensi, konsep pembelajaran , pendekatan , model pembelajaran,
penilaian pembelajaran telah sesuai dengan indikator-indikator yang menunjukkan
komponen “proses”.
Download