i. pendahuluan - IPB Repository

advertisement
I. PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Industri minyak sawit dan hasil olahannya merupakan salah satu industri unggulan yang
dimiliki negara Indonesia dalam menghadapai era perdagangan bebas. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (2010), Indonesia memiliki perkebunan kelapa sawit yang luas yaitu sekitar 4.888.000 Ha
dengan produksi minyak sawit mentah (MSMn) sebesar 13.872.602 ton pada tahun 2009. Sebagian
MSMn ini digunakan sebagai bahan baku pada pembuatan minyak goreng kelapa sawit. Nilai tambah
yang diperoleh dari minyak sawit dibandingkan dengan minyak lain adalah kandungan karotenoid
yang memberikan warna merah kekuningan, serta setara dengan 60.000 IU aktivitas vitamin A.
Menurut Sundram et al. (2003), minyak sawit mentah memiliki kandungan karotenoid sebesar 500 –
700 ppm, khususnya β-karoten sebesar 375 ppm (Rukmini 1994). Pigmen karotenoid terdiri dari α, β,
γ- karoten dan likopen yang diperlukan bagi tubuh sebagai prekursor vitamin A. Oleh karena itu,
minyak sawit sangat bermanfaat untuk mengatasi masalah defisiensi vitamin A di Indonesia.
Selain karotenoid, minyak sawit juga memiliki kandungan tokoferol cukup tinggi, yaitu 500 –
800 ppm (Sundram et al. 2003). Tokoferol merupakan senyawa alami yang memiliki aktivitas vitamin
E yang sama pentingnya dengan vitamin A. Tokoferol memiliki beberapa bentuk isomer yaitu α-, β-,
γ-, dan δ-tokoferol. Aktivitas biologis terbesar dimiliki oleh komponen α-tokoferol (Bjorneboe 1990).
Selain itu, minyak sawit juga mengandung vitamin E dalam bentuk lain yaitu tokotrienol, khususnya
γ-tokotrienol. Kedua senyawa tersebut merupakan salah satu antioksidan alami yang dapat diperoleh
dari makanan.
Tokoferol sebagai antioksidan berperan melindungi integritas membran termasuk stabilitas
fisik seluruh sel di dalam tubuh. Di dalam sel, sebagian besar α-tokoferol ditemukan dalam fraksi
mitokondria dan retikulum endoplasma. Pada mitokondria, α-tokoferol ditemukan pada membran
dalam sebesar 83.7 % dan membran luar 14.3 % (Zingg & Azzi 2006). Fosfolipid membran sel
mengandung asam lemak tak jenuh, sehingga mudah mengalami lipid peroksidasi. Membran
mitokondria dan retikulum endoplasma memiliki fosfolipid yang mengandung asam lemak tak jenuh
lebih banyak dari membran plasma. Salah satu sel yang rentan terhadap lipid peroksidasi adalah
eritrosit. Membran eritrosit mengandung asam lemak tak jenuh ganda yang tinggi dan konsentrasi
oksigen yang tinggi sebagai dampak fungsinya dalam mengangkut oksigen ke seluruh tubuh (Gropper
et al. 2009). Peroksidasi membran sel eritrosit dapat menyebabkan hemolisis karena tidak cukupnya
zat yang melawan reaksi oksidasi pada ikatan sulfihidril di dinding eritrosit. Hal ini merupakan gejala
dan tanda yang berkaitan dengan anemia dan hiperbilirubinemia (Smith-Whitley 2004).
Selama ini proses pengolahan minyak sawit mentah menjadi minyak goreng meliputi
penghancuran karotenoid secara besar-besaran untuk memperoleh minyak goreng yang tidak berwarna
atau berwarna kuning saja yang lebih disukai konsumen (Edem 2002). Proses pemurnian minyak
sawit mentah juga menurunkan kandungan tokoferol didalamnya. Menurut Arora et al. (2006),
sebanyak 50 % tokoferol hilang selama proses pemurnian minyak menggunakan metode konvensional.
Oleh karena itu dikembangkan proses pengolahan minimal yang dapat meminimumkan kerusakan
karotenoid dan tokoferol dalam minyak sawit.
Program SawitA merupakan suatu program terapan yang menghasilkan produk baru berbasis
minyak sawit mentah (MSMn) tanpa mengalami proses pemucatan (bleaching). Produk minyak sawit
yang dihasilkan berasal dari minyak sawit mentah (MSMn) atau crude palm oil (CPO) yang diproses
secara minimal sehingga secara alami masih mengandung tokoferol, tokotrienol dan karotenoid.
1
Produk minyak sawit mentah yang disebut SawitA ini juga menjadi solusi baru dalam mengatasi
kekurangan vitamin A di Indonesia. Produk SawitA diberikan secara cuma-cuma selama dua bulan
kepada responden yang berasal dari keluarga prasejahtera menurut data daerah setempat disertai
penyuluhan mengenai manfaat dan cara penggunaannya.
Pelaksanaan tahap pertama program ini dilaksanakan di Kabupaten Bogor dan diharapkan
menjadi model percontohan untuk penerapan pada kabupaten-kabupaten berikutnya. Mengingat
produk berbasis minyak sawit mentah ini merupakan produk baru yang akan bersentuhan langsung
dengan makanan sehari-hari masyarakat, maka perlu untuk mengetahui penerimaan sensori terhadap
produk ini yang dapat mempengaruhi persepsi konsumen dalam mengkonsumsi suatu makanan seperti
rasa, aroma dan warna. Meskipun secara teoritis terbukti bahwa minyak sawit mentah mempunyai
kandungan karotenoid dan tokoferol jauh lebih tinggi dibandingkan minyak sawit komersial, akan
tetapi hal itu belum menjamin bahwa ketersediaan biologis di dalam tubuh juga akan demikian. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui ketersediaan biologis antioksidan khususnya
tokoferol dari minyak sawit mentah dibandingkan antara sebelum dan sesudah pengkonsumsian.
1.2
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki tujuan umum, yaitu mengsosialisasikan pada masyarakat mengenai
manfaat dan cara penggunaan minyak sawit mentah sebagai sumber vitamin A dan E untuk perbaikan
status kesehatan masyarakat Indonesia, mulai dari Kabupaten Bogor.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1.
Mengidentifikasi karakterisik responden berdasarkan aspek sosiodemografi.
2.
Menganalisis penerimaan sensori dan perilaku responden mengkonsumsi minyak sawit mentah.
3.
Menganalisis hubungan faktor-faktor yang berkaitan dengan pemilihan jenis produk berbasis
minyak sawit mentah.
4.
Menganalisis pengaruh mengkonsumsi minyak sawit mentah (MSMn) terhadap konsentrasi αtokoferol eritrosit dibandingkan antara sebelum dan sesudah pengkonsumsian.
1.3
MANFAAT HASIL PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai produk minyak sawit dan
manfaatnya bagi masyarakat, memberikan pengetahuan, dan informasi tentang manfaat konsumsi
minyak sawit mentah terhadap konsentrasi α-tokoferol eritrosit yang berfungsi dalam menjaga
ketahanan membran eritrosit terhadap senyawa reaktif dan mencegah terjadinya hemolisis. Selain itu,
informasi-informasi dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi pemerintah dalam
mengatasi kekurangan vitamin A di Indonesia melalui pengkonsumsian minyak sawit mentah ke
dalam penyiapan pangan sehari-hari, dalam hal ini produk SawitA.
2
Download