prioritas pendidikan

advertisement
ISSN
2303 - 0852
Edisi 15
Apr-Agst
2016
USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan
Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa
PRIORITAS PENDIDIKAN
Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik
Wakil Dubes AS Amati Penggunaan
Buku Bacaan Berjenjang
Tangerang Selatan, Banten – Wakil Duta Besar Amerika
Serikat, Brian McFeeters dan Dirjen Dikdasmen Kemendikbud,
Hamid Muhammad, mengunjungi SDN Jelupang 2, dalam acara
simbolik serah terima 8 juta buku bacaan berjenjang. Keduanya
mengunjungi kelas 1 dan III yang sedang belajar dengan
menggunakan buku bacaan berjenjang.
Dirjen Dikdasmen Kemendikbud, Hamid Muhammad (kiri), dan Wakil
Duta Besar Amerika, Brian McFeeters (kanan), melihat kegiatan
membaca di kelas dengan buku bacaan berjenjang di SDN Jelupang 2,
Tangerang Selatan.
Pada kunjungan tersebut, mereka juga didampingi Wakil Walikota
Tangerang Selatan, Benyamin Davnie, Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi Banten, Engkos Kosasih beserta Direktur USAID
Indonesia, Andrew Sisson, dan Direktur program USAID
PRIORITAS, Stuart Weston. Para pejabat tersebut, juga secara
bergantian mencoba menggunakan buku untuk membimbing
siswa membaca bersama. (Anw/Anl)
Baca selengkapnya di halaman 2.
Persiapkan Calon Guru Profesional
Kemenag-USAID PRIORITAS
Reformasi LPTK-PTKIN
Bogor - Kementerian Agama RI melalui
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
menggandeng USAID PRIORITAS untuk
meningkatkan mutu penyiapan calon guru
profesional di LPTK PTKIN (Perguruan
Tinggi Keagamaan Islam Negeri).
“Kami akan mereformasi proses penyiapan
calon guru di LPTK PTKIN. Ke depan,
lulusan LPTK PTKIN diharapkan lebih siap
menjadi guru profesional untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di
madrasah dan sekolah,” kata Prof Dr
Kamaruddin Amin, Direktur Jenderal
Pendidikan Islam, Kemenag, di sela-sela
acara diskusi dengan 38 Dekan Tarbiyah
UIN/IAIN se-Indonesia untuk mendapat
masukan dalam menyusun rencana
reformasi LPTK PTKIN di Bogor, (22/6).
“Selama ini masih tampak adanya
kesenjangan antara teori dan konten yang
diajarkan di kampus dengan praktik di
madrasah. Akibatnya, proses perkuliahan
dan pelatihan di kampus di samping kurang
relevan, juga kurang menarik, dan
kurang mendukung peningkatan
mutu pembelajaran,” katanya lagi.
Menurut guru besar Universitas
Alaudin Makassar itu, program
Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, Prof Dr
reformasi LPTK PTKIN ini akan
Kamaruddin Amin, dan Direktur Program USAID
mengambil praktik baik yang
PRIORITAS, Stuart Weston, menandatangani pengembangan
sudah dikembangkan USAID
kerja sama peningkatan mutu madrasah dan LPTK PTKIN.
PRIORITAS. Ada tiga hal utama
yang dikembangkan dalam rangka
reformasi LPTK PTKIN tersebut. Pertama,
tersebut. “Kami sudah melatih fasilitator
menyusun grand design reformasi LPTK
dari LPTK mitra, melatih dan mendampingi
yang akan dimulai pada tahun 2017. Kedua,
madrasah mitra LPTK dalam menerapkan
seluruh dosen Fakultas Tarbiyah akan dilatih pembelajaran dan manajemen yang baik,
memfasilitasi perkuliahan dengan
dan mengembangkan modul dan buku
pendekatan yang lebih menekankan pada
sumber perkuliahan yang menggunakan
praktik. Ketiga, mengembangkan madrasah
pendekatan pembelajaran aktif. Dari
lab mitra LPTK PTKIN untuk menjadi
langkah ini, kami berharap dapat
tempat praktik mengajar yang baik bagi
meningkatkan kualitas perkuliahan
mahasiswa.
penyiapan calon guru di LPTK PTKIN,”
kata
dia dalam penjelasannya di acara
Lynne Hill, Adviser Teaching and Learning
diskusi
tersebut. (Anw)
USAID PRIORITAS, menyampaikan
dukungannya untuk rencana Kemenag
Berita lainnya di halaman 3.
Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org - www.siapbelajar.com
PRIORITAS - Nasional
Buat Siswa Antusias Membaca
Tangerang Selatan, Banten - “Ayo,
anak-anak ikuti saya membaca bersama!”
seru Wakil Duta Besar Amerika Serikat,
Brian McFeeters yang fasih berbahasa
Indonesia sambil mencoba praktik
menggunakan buku bacaan berjenjang yang
berjudul 'Kebun Binatang'. Para siswa kelas
IA antusias mengikuti instruksinya.
Dirjen Dikdasmen Kemendikbud Hamid
Muhammad, dan para pejabat yang hadir
juga mencoba mengajar menggunakan buku
bacaan berjenjang bantuan USAID yang
dibagikan ke 13.000 SD dan MI tersebut.
Buku bacaan berjenjang adalah buku yang
digunakan guru sebagai alat bantu belajar
membimbing kelompok siswa sesuai tingkat
kemampuan membaca dalam pembelajaran
membaca di kelas awal SD/MI. Buku ini
digunakan untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menumbuhkan minat
baca siswa.
“Buku ini akan membantu siswa
meningkatkan kemampuan membaca dan
meningkatkan kenikmatan membaca.
Semakin bagus kemampuan membaca
seorang siswa, semakin baik kemampuan
belajar mereka,” kata Wakil Dubes AS itu.
2
3
Wakil Duta Besar Amerika, Brian McFeeters (duduk), mengajak siswa kelas 1 SDN Jelupang 2
membaca bersama dengan buku besar. Beliau bersama Dirjen Dikdasmen Kemendikbud, Hamid
Muhammad (berdiri) melihat implementasi penggunaan buku bacaan berjenjang di sekolah tersebut.
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Kemendikbud, Hamid
Muhammad, mengatakan, pemberian bukubuku ini sangat membantu pendidikan di
Indonesia. Dia mengharapkan buku-buku
tersebut dapat benar-benar dimanfaatkan.
"Tujuannya adalah bagaimana semua
penduduk termasuk anak-anak di sekolah
gemar membaca, gemar menulis, dan literet.
Literet adalah bisa mengakses informasi,
memahami informasi yang dia akses, dan
bisa menggunakan informasi tersebut untuk
hal-hal yang berguna," katanya di sela-sela
acara. (Anl/Anw)
“Banyak Membaca Membantu dalam Pembelajaran”
Tangerang Selatan, Banten - Program budaya baca
yang sudah dilaksanakan SDN Jelupang 2 dalam
setahun terakhir, mulai membuahkan hasil. Setiap siswa
dalam sebulan, rata-rata membaca 3-8 buku bacaan.
Pada acara serah terima 8 juta buku bacaan berjenjang
yang diselenggarakan di sekolah mitra USAID
PRIORITAS itu, para siswa menunjukkan dampak dari
program budaya baca.
Qisty, siswa kelas III, mengaku suka sekali membaca.
Dia setiap hari membaca buku-buku cerita yang ada di
pojok baca kelasnya. Dia juga rutin ke toko buku
bersama ibunya. Setiap minggu, 2-3 buku habis
dibacanya.
”Buku ini berjudul Cinderella. Buku ini ceritanya
tentang seorang putri yang baik hati dan tidak
sombong. Cinderella orangnya sabar dan suka
menolong. Aku ingin baik seperti Cinderella dan aku
suka membantu mamahku membersihkan kamar tidurku. Kata
Mamahku, nama Qisty artinya baik hati. Aku mau jadi anak yang
baik hati dan sayang sama keluargaku,” kata Qisty saat
menceritakan beberapa buku yang sudah dibacanya.
Raisya, siswa kelas V menceritakan kegiatan membaca yang
dilakukan di sekolahnya. Dia menjadi lebih senang membaca
setelah setiap hari terbiasa diminta gurunya membaca.
Menurut Syafiq, teman sekelas Raisya, ”Dengan membaca kami
menjadi lebih banyak tahu dan dapat banyak informasi.
Membaca juga membantu kami dalam pembelajaran. Waktu
kami belajar IPA, guru mengajak kami praktik membuat magnet
2
Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016
(Kiri) Qisty siswa kelas III dengan lugas menceritakan isi beberapa buku
yang sudah dibacanya. (Kanan) Syafiq dan Raisya siswa kelas V
menunjukkan laporan hasil percobaan praktik membuat magnet buatan
yang menjadi lebih baik dan lebih mudah dibuat karena mereka banyak
membaca buku. Mereka menunjukkan dampak program budaya baca
yang dilaksanakan di sekolahnya.
buatan dan membuat laporannya. Kami tidak sulit membuat
laporan karena kami sudah membaca buku tentang gaya magnet.”
Kepala SDN Jelupang 2, Sari SPd, mengaku sekolahnya sudah
berubah drastis setelah bermitra dengan USAID PRIORITAS.
Guru-gurunya terbiasa mengajar yang membuat siswa aktif dan
menghasilkan karya kreatif. ”Guru-guru juga rutin mendampingi
siswa saat kegiatan membaca,” tukasnya. (Anw)
PRIORITAS - Nasional
Reformasi LPTK-PTKIN
Manfaatkan Program USAID PRIORITAS
Jakarta - Rencana Kemenag yang akan mereformasi LPTK PTKIN
(Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri), akan memanfaatkan
pengalaman program USAID PRIORITAS yang dilaksanakan dengan
17 LPTK, termasuk di dalamnya 7 LPTK-PTKIN, yaitu UIN ArRaniry Aceh, IAIN Sumatra Utara, UIN Sultan Maulana Hasanudin
Banten, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, UIN Walisongo
Semarang, UIN Sunan Ampel Surabaya, dan UIN Alaudin Makassar.
Menurut Ajar Budi Kuncoro, Manajer Senior untuk Koordinasi
Perguruan Tinggi dan Pemangku Kepentingan USAID PRIORITAS,
rencana Kemenag untuk meningkatkan mutu LPTK-PTKIN akan
mendukung penyebarluasan praktik-praktik yang baik di LPTLK
dalam rangka menyiapkan calon guru yang berkualitas.
“Kami telah mengembangkan beberapa program untuk mendukung
peningkatan mutu LPTK, di antaranya, integrasi LPTK dengan
sekolah/madrasah, melatih dosen LPTK dalam meningkatkan kualitas
perkuliahan dan manajemen berbasis sekolah agar dalam proses
perkuliahan relevan dengan kebutuhan pembelajaran dan
manajemen di sekolah,” kata Budi pada paparannya di acara diskusi
dengan 38 Dekan Tarbiyah UIN/IAIN se-Indonesia untuk mendapat
masukan dalam menyusun rencana reformasi LPTK PTKIN di Bogor
(22/6).
Selain itu, lanjutnya, USAID PRIORITAS juga melaksanakan program
peningkatan kualitas program pendidikan profesi guru (PPG) dan
praktik pengalaman lapangan (PPL), serta membuat program
penelitian tindakan kelas antara guru dan dosen untuk
Para dekan UIN-IAIN berdiskusi di kelompok kecil membahas rencana
implementasi peningkatan mutu dosen dalam rangka reformasi LPTK
PTKIN.
meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.Usai paparan, peserta
di dalam kelompok kecil berdiskusi untuk mengidentifikasi
program-program USAID PRIORITAS yang relevan untuk
diadaptasi dalam rangka reformasi LPTK. Pada sesi presentasi,
mereka menyampaikan program USAID PRIORITAS sangat
relevan untuk dikembangkan di LPTK-PTKIN.
Menurut Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) IAIN
Pontianak, Dr Lailial Muhlifah, salah seorang peserta,
pengembangan madrasah lab atau madrasah mitra LPTK sangat
diperlukan untuk mendukung penyiapan calon guru. ”Kita perlu
memberikan pengalaman yang baik bagi mahasiswa calon guru
saat praktik mengajar di madrasah lab atau madrasah mitra. Kita
perlu menyiapkan madrasah lab ini secara baik,” tukasnya. (Anw)
Dampingi 34 Daerah
Sinergikan Renstra
Pendidikan
Diana Damey Pakpahan, Kasubbid Kebijakan Biro Perencanaan dan
Kerja Sama Luar Negeri Kemendikbud, mempresentasikan Renstra
Kemendikbud yang menjadi rujukan kabupaten/ kota dalam menyusun
renstra pendidikan di Surabaya.
Jakarta - Untuk menjamin keberlanjutan praktik-praktik yang baik,
USAID PRIORITAS mendampingi 34 kabupaten/kota mitra dalam
mereviu rencana strategis (renstra) pendidikan-nya. Program ini
ditujukan untuk daerah mitra yang baru saja menyelenggarakan
Pilkada serentak lalu.
“USAID PRIORITAS membantu daerah mitra untuk mereviu dan
menyelaraskan renstra pendidikannya dengan lima komponen
praktik-praktik yang baik, yaitu pembelajaran aktif, manajemen
berbasis sekolah, budaya baca, tata kelola guru, dan pendidikan
inklusif,” kata Dr Aos Santosa, spesialis Tata Kelola dan Manajemen
Pendidikan USAID PRIORITAS.
Para pemangku kepentingan, seperti bupati, DPRD, dinas pendidikan,
Bappeda, dan unsur dewan pendidikan diundang dalam pertemuan
reviu renstra pendidikan yang digelar di 7 provinsi mitra. Perwakilan
LPTK mitra dan perwakilan dari Kemendikbud juga dilibatkan.
Pada pertemuan di Surabaya, Diana Damey Pakpahan, Kasubag
Kebijakan Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri
Kemendikbud, menyampaikan bahwa pertemuan yang diprakarsai
USAID PRIORITAS ini sangat penting, terutama untuk menyamakan
persepsi tentang tujuan pendidikan dari pusat hingga
kabupaten/kota. Dia memaparkan Renstra Kemendikbud tahun
2015-2019 yang merupakan implementasi dari Nawacipta
Presiden Jokowi menjadi renstra nasional. ”Renstra pendidikan
nasional ini menjadi sumber rujukan, selain RPJMD dalam
pembuatan renstra di daerah,” katanya pada perwakilan 9 daerah
di Jawa Timur (1/6).
Menurut Faisal, Kabid Perencanaan Dinas Pendidikan Sidrap,
Sulawesi Selatan, pihaknya menjadi lebih mengerti alur
penyusunan renstra pendidikan. ”Renstra yang sudah ada akan
kami revisi disesuaikan dengan indikator renstra Kemendikbud.
Kami juga akan memasukkan program inklusi yang sebelumnya
tidak ada dalam renstra pendidikan daerah kami,” kata Faisal.
Hasil dari kegiatan tersebut, 34 daerah telah menyeleraskan
renstra pendidikannya dengan renstra pendidikan nasional, dan
memasukkan 6 komponen praktik-praktik yang baik, seperti
penataan dan pemerataan guru, pengembangan keprofesian
berkelanjutan, pembelajaran aktif, MBS, budaya baca, dan
pendidikan inklusif dengan anggaran indikatif lebih dari 1,13 milyar
untuk 5 tahun. (Kom)
Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016
3
PRIORITAS - Nasional
1
2
3
(1) Para guru membawa hasil karya siswa dalam pertemuan MGMP di Korda 1
Banjarnegara, untuk mengevaluasi dan meningkatkan kualitas hasil karya siswa.
(2) Kegiatan lesson study menjadi bagian dari kegiatan MGMP yang dilakukan dalam tiga
tahap, yaitu mulai membuat rencana, implementasi, dan evaluasi/refleksi hasil
implementasi pembelajaran yang semuanya dilaksanakan bersama.
(3) Wahyuning Widhiati dan Subagyo saat berbagi pengalamannya menghidupkan
KKG/MGMP dalam acara Kopi Darat Diskusi Pendidikan.
Begini Cara ‘Hidupkan’ KKG/MGMP
Lebih dari 20 tahun KKG (Kelompok Kerja Guru) dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
menjadi wadah yang disediakan untuk guru dalam meningkatkan kompetensinya.Tetapi, banyak KKG
dan MGMP yang mati suri atau tidak aktif lagi. Dua orang fasilitator daerah USAID PRIORITAS berbagi
pengalamannnya menghidupkan KKG dan MGMP pada Kopi Darat Diskusi Pendidikan dengan tema
“Apa Kabar Kelompok Kerja Guru dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran?” yang diadakan Balitbang
Kemendikbud dan ACDP (Analytical and Capacity Development Partnership) di Jakarta (8/6).
Jakarta - KKG dan MGMP yang difasilitasi dengan ragam kegiatan
yang sesuai dengan kebutuhan guru untuk meningkatkan
kompetensinya, membuat guru tertarik mengikuti pertemuan rutin
guru tersebut dan berdampak pada peningkatan kualitas
pembelajaran di kelas. KKG dan MGMP juga menjadi tempat untuk
berbagi pengalaman keberhasilan pembelajaran atau menyelesaikan
masalah yang ditemui dalam pembelajaran. Melalui forum tersebut,
para guru jadi bisa saling belajar dari pengalaman sesama guru.
Hal itu disampaikan Wahyuning Widhiati, sekretaris MGMP bahasa
Inggris Banjarnegara, Jawa Tengah, dan Subagyo Pengawas Sekolah
Dasar (SD) yang menjadi pendamping KKG di Kecamatan Taman,
Sidoarjo. Keduanya adalah fasilitator pembelajaran USAID
PRIORITAS yang melatih dan mendampingi guru dan kepala
sekolah, yang salah satu strateginya memanfaatkan forum
KKG/MGMP.
Subagyo menyatakan bahwa sebelumnya KKG di tempatnya lebih
sering dijadikan tempat berkumpul guru-guru hanya untuk ngobrol,
makan bersama, bahkan hanya untuk kegiatan arisan. Adanya
program USAID PRIORITAS, program pengembangan keprofesian
berkelanjutan (PKB), dan dukungan kebijakan Bupati Sidoarjo yang
mengeluarkan Perbup Nomor 38/2013 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, membuat dia berinisiatif untuk memberdayakan KKG
di daerah dampingannya.
“Perbup Nomor 38/2013 salah satu isinya mewajibkan guru untuk
menyisihkan 5% dana tunjangan profesi pendidik (TPP) untuk
peningkatan kompetensinya. Hal ini menjadi peluang bagi saya untuk
4
Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016
mendorong guru meningkatkan kompetensinya terkait program
PKB dengan memanfaatkan USAID PRIORITAS yang kegiatannya
secara terjadwal dilaksanakan di KKG,” katanya.
Dengan inisiatifnya Subagyo melakukan sosialisasi kepada kepala
sekolah dan guru tentang, mengidentifikasi pelatihan yang
dibutuhkan guru, berkoordinasi dengan dinas pendidikan, K3S, dan
fasilitator daerah (Fasda) USAID PRIORITAS untuk menyusun
jadwal kegiatan pelatihan guru secara berkelanjutan di KKG.
“Dampak dilaksanakannya KKG yang optimal antara lain guru
sudah menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi,
penataan kelas lebih kreatif, hasil karya siswa lebih bervariasi dan
dipajangkan,” jelas Subagyo.
Wahyuning mengungkapkan bahwa pertemuan MGMP bahasa
Inggris di tempatnya kini menjadi sesuatu yang ditunggu, karena
selalu ada hal baru yang dilatihkan, implementatif, dan sesuai
dengan kebutuhan guru. Pertemuan rutin yang dilaksanakan
MGMP bahasa Inggris di tempatnya adalah setiap hari Selasa
dengan mengangkat tema yang aktual.
“Dengan berjalannya kegiatan MGMP, dampak yang sudah kami
rasakan antara lain dalam kancah lomba penulisan karya ilmiah di
Kabupaten Banjarnegara, sekarang guru bahasa Inggris juga banyak
ambil peran, yang sebelumnya sering dikuasai mapel Matematika
dan IPA. Bahkan guru bahasa Inggris bisa menjadi juara 1 lomba
penelitian tindakan kelas (PTK) dan guru berprestasi tahun 2016.
Selain itu, media sosial marak akan posting pembelajaran di kelas
sebagai ajang tukar pengalaman guru,” papar Wahyuning.
(Anw/Tif)
PRIORITAS - Nasional
LPTK Perlu Latih Guru
Secara Kontinu
Hal itu disampaikan pada kegiatan
Lokakarya Perencanaan Bisnis Strategis
LPTK-USAID PRIORITAS yang dihadiri
para dosen Universitas Syiah Kuala,
Universitas Islam Negeri Ar Raniry,
Universitas Muhammadiyah Aceh,
Universitas Al Muslim Bireuen, Universitas
Jabal Gafur Pidie dan Universitas Serambi
Mekkah serta perwakilan dari Dinas
Pendidikan dan Kanwil Kemenag Aceh,
yang dilaksanakan di Banda Aceh beberapa
waktu lalu.
Rektor Universitas Syiah Kuala,
Prof Dr Ir Samsul Rizal MEng
BANDA ACEH — Rektor Universitas
Syiah Kuala, Prof Dr Samsul Rizal MEng,
menyatakan bahwa lembaga pendidikan
tenaga kependidikan (LPTK) perlu melatih
guru secara kontinu agar guru selalu
terlatih dan mendapatkan ilmu yang baru.
“Di Jepang, setiap musim panas sekolah
diliburkan, guru-guru masuk ke universitas
untuk belajar kembali selama satu bulan,
memperoleh ilmu baru dan mengembangkan diri dalam pembelajaran,” Prof Samsul
menjelaskan pengalaman saat menjadi
mahasiswa di Jepang. Dia berharap guru di
Aceh secara berkala dapat kembali ke
universitas untuk belajar saat libur sekolah.
Kegiatan yang bertema “Peluang dan
Tantangan LPTK sebagai Service Provider”
membahas berbagai topik, di antaranya
identifikasi, dan pemetaan mitra potensial,
sumber daya, donor yang bisa diakses, dan
bentuk layanan yang bisa diberikan, untuk
memperkuat peran LPTK sebagai penyedia
layanan atau service provider yang
menyediakan pelatihan sesuai kebutuhan
guru.
Peran LPTK diharapkan dapat memberikan
kontribusi signifikan dalam berbagai
pelatihan seperti pembelajaran
PAKEM/CTL, MBS, penelitian tindakan
kelas (PTK), penyusunan dan
pengembangan renstra pendidikan,
penataan dan pemerataan guru, dan
berbagai aspek pendidikan yang lain.
Selama ini USAID PRIORITAS bermitra
dengan 17 LPTK telah melaksanakan
berbagai kegiatan, di antaranya:
(1) memfasilitasi dosen dalam pelatihan
praktik yang baik dalam pembelajaran
dan manajemen berbasis sekolah;
(2) melibatkan dosen dalam pelatihan dan
pendampingan sekolah di tingkat
kabupaten/kota dan sekolah,
(3) melatih sekolah lab dan sekolah mitra
LPTK terpilih;
(4) melaksanakan penelitian tindakan kelas
antara dosen bersama guru;
(5) membantu LPTK dalam
mengembangkan kurikulum pendidikan
guru pra dan dalam jabatan;
(6) mendukung pengembangan LPTK
sebagai penyedia layanan (service
provider) untuk pendidikan dalam
jabatan;
(7) mendukung pelaksanaan workshop
pendidikan profesi guru (PPG) dan
praktik pengalaman lapangan (PPL)
yang efektif. (Tmk)
Prof Dr Warsono, Rektor Universitas Negeri Surabaya:
Guru Baik dari LPTK yang Baik
Prof Dr Warsono.
Surabaya - Pelatihan yang
diikuti para dosen LPTK perlu
menjadi momentum refleksi
bagi para dosen, apakah selama
ini sudah melaksanakan
pembelajaran yang baik
sehingga menghasilkan calon
guru yang baik pula. Hal itu
disampaikan Rektor Universitas
Negeri Surabaya (Unesa), Prof
Dr Warsono MS di sela
Lokakarya Nasional 'Praktik
yang Baik dalam Pembelajaran
di Kelas Awal SD/MI dan
SMP/MTs (28/4).
Menurut dia, kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru.
"Guru yang baik itu diproduksi oleh LPTK yang baik pula dari
cara mengajarnya. Saya sudah mengikuti perkembangan program
USAID-PRIORITAS yang memberikan banyak manfaat bagi
LPTK. Lokakarya ini menjadi kesempatan yang bagus bagi para
dosen untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman
sekaligus menjadi bahan refleksi," katanya.
Pada pelatihan yang diikuti 95 dosen dari 16 LPTK mitra itu (2628/4) para dosen juga melakukan kegiatan praktik mengajar di
kampus. Praktik mengajar di kampus dipusatkan di Unesa dan
UIN Sunan Ampel Surabaya. (Dkd)
Prof Dr Amsal Bachtiar (tengah), Direktur Pendidikan Tinggi Agama Islam
Kementerian Agama, melihat buku bacaan berjenjang.
Prof Dr Amsal Bachtiar, Direktur Diktis Kemenag:
Literasi Bentuk Karakter Ilmiah
Semarang - Direktur Pendidikan Tinggi Agama Islam (Diktis) Kemenag, Prof Dr Amsal Bachtiar, pada pelatihan Modul III untuk dosen-dosen LPTK mitra di Jawa Tengah, mengapresiasi pelatihan dan
hibah buku dari USAID PRIORITAS (5/3). “Saya telah membuktikan
sendiri metode dan pendekatan yang dilatihkan sangat efektif untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Apalagi dengan program literasi
untuk MI dan MTs. Hal itu sangat baik untuk pembentukan karakter
ilmiah siswa dan guru,” katanya setelah melihat modul, buku sumber
dan modul literasi USAID PRIORITAS. (Af/Arz)
Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016
5
PRIORITAS - Provinsi
Sekolah Pedalaman Yahukimo,
Gunakan Buku Bacaan Berjenjang
Tim Yasumat-USAID PRIORITAS sedang memodelkan membaca bersama dan membaca terbimbing kapada siswa di sekolah pedalaman Yahukmo.
Yahukimo, Papua — Tim Yayasan Sosial untuk Masyarakat
Terpencil (Yasumat) dan USAID PRIORITAS mulai melatih para
guru di sekolah-sekolah pedalaman Yahukimo dalam memanfaatkan
buku bacaan berjenjang (B3). Buku tersebut digunakan untuk
meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa di daerah
pedalaman Yahukimo.
Sejumlah 43 sekolah mitra di Yahukimo, masing-masing akan
mendapat lebih dari 600 buku bacaan berjenjang. Sebelum
mendapatkan buku, para guru dilatih oleh Tim Yasumat. Mereka
memodelkan kepada para guru, cara mengajar membaca bersama,
terbimbing, dan membaca mandiri dengan menggunakan buku
bacaan berjenjang.
Isi buku bacaan berjenjang disesuaikan dengan kemampuan
membaca siswa. Mulai satu halaman yang terdiri dari satu kata
sampai yang terdiri dari beberapa paragraf. Setiap halaman juga
dilengkapi gambar yang relevan dengan teks,
“Semua siswa sangat menikmati kegiatan membaca dengan buku
bacaan berjenjang. Semua sekolah yang kami dampingi, tidak ada
buku bacaan. Jadi bantuan USAID ini sangat membantu sekali,”
kata Ester Yahuli, koordinator program Pendidikan Yasumat. (Hry)
Ada Buku di Kelas Buat Siswa
Papua Senang Membaca
Manokwari Selatan, Papua Barat - Para siswa SD Inpres 74 Siwi, mulai
menunjukkan kesenangannya dalam membaca. Buku-buku bacaan bantuan
USAID PRIORITAS, yang diletakkan di sudut-sudut baca kelas, menarik minat
siswa untuk membaca. Menurut Kepala SD Inpres 74 Siwi, Musa Winawoda,
biasanya siswa membaca buku sebelum
pembelajaran dimulai atau saat jam istirahat. Mereka
mengambil buku-buku bacaan yang disukainya.
“Selama ini memang tidak ada yang dibaca anakanak. Buku dari USAID sangat bermanfaat sekali,”
katanya.
Memang masih banyak siswa kelas awal yang belum
lancar membaca, tetapi gambar-gambar pada bukubuku bacaan tersebut menarik minat mereka untuk
membaca. Kini setiap jam istirahat atau saat guru
sedang tidak mengajar, banyak siswa yang terlihat
membaca buku-buku bacaan.
Praktik serupa juga terjadi di sekolah mitra lainnya,
seperti di SD Inpres 08 Oransbari, SD Inpres 08
Oransbari, SD inpres Gayabaru Momiwaren, dan
SD Inpres 30 Ransiki. USAID PRIORITAS memberi
bantuan 150 buku bacaan untuk setiap SD mitra di
Provinsi Papua Barat. Setiap sekolah juga mendapat
600 buku bacaan berjenjang untuk meningkatkan
kemampuan dan minat membaca siswa. (Sds)
6
Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016
Buku-buku bacaan yang disediakan
di kelas, membuat para siswa
tertarik untuk membacanya.
PRIORITAS - Praktik yang Baik
seorang siswa mendeskripsikan wortel yang
dipegangnya. Begitu seterusnya sampai kegiatan
membaca selesai.
Galang Program
Selanjutnya guru mengeluarkan papan Flanel
Orangtua
Mengajar
untuk siswa belajar menyusun kata dengan kartu
huruf. “Wortel terdiri dari huruf apa saja? Coba
kamu susun,” kata guru. Seorang siswa mencoba
menempel huruf yang menyusun kata wortel.
Ternyata dia keliru menempel huruf e dengan
huruf a. Teman di sebelahnya diminta guru untuk
membantu memperbaikinya.
Di akhir pembelajaran, guru mengeluarkan
potongan kertas yang berisi ciri-ciri sayuran yang
sudah dibaca dan dibawa siswa. Untuk menguji
Pada kegiatan membaca terbimbing dengan judul buku ‘sayuran’, Reni mengajak siswanya
pemahaman siswa, guru memberikan satu
membawa sayuran agar belajar lebih bermakna.
sayuran kepada salah seorang siswa, dan siswa itu
mengambil potongan kertas yang berisi ciri-ciri
sayuran yang sesuai. Siswa tampak menikmati
kegiatan membaca tersebut.
Bawa Sayuran Saat
Belajar Membaca
Cimahi, Jawa Barat - Reni Damayanti SH, guru kelas II SDN
Sosial 1 Cimahi, sudah dua bulan ini menggunakan buku bacaan
berjenjang untuk mengajari siswanya membaca. Dia tertarik
menggunakan buku tersebut setelah melihat rekannya, Dwi
Setioningsih, guru kelas I yang memodelkan mengajar dengan
menggunakan buku bantuan USAID tersebut. Reni sendiri
sebenarnya belum mendapatkan pelatihan dari USAID PRIORITAS,
tetapi melalui pendampingan fasilitator daerah, Dewi Cahyanti, SSi,
yang datang ke sekolahnya, dia memanfaatkan untuk belajar cara
meningkatkan kemampuan dan minat membaca siswa.
Menurut Dewi, perkembangan kemampuan siswa membaca
meningkat signifikan setelah belajar membaca dengan buku bacaan
berjenjang. “Di kelas saya ada dua orang siwa yang belum lancar
membaca dan menulis. Setelah rutin selama 4 bulan didampingi,
mereka sekarang sudah bisa membaca dan membuat resume dari
hasil bacaannya,” katanya bangga. (Anw)
Reni mengajak 6 siswanya untuk mengikuti kegiatan membaca
terbimbing. Kegiatan tersebut sudah dijadwalkan secara rutin yang
dilaksanakan seminggu 3 kali yaitu pada Senin, Rabu dan Jumat.
Waktunya sekitar 20-30 menit.
Pada pertemuan ke tiga, Reni menggunakan buku bacaan
berjenjang yang berjudul Sayuran. Sebelumnya, para siswa sudah
diminta untuk membawa sayuran seperti yang ada di dalam buku.
”Sayuran ini untuk membuat pembelajaran menjadi lebih konkret
dan menarik perhatian siswa,” kata Dewi yang mendampingi
pembelajaran.
Di awal, Reni meminta siswa menebak judul cover buku. Sebagian
besar siswa berhasil menebak dengan benar judul buku tersebut.
”Kegiatan menebak atau memprediksi ini untuk melatih keberanian
siswa menyampaikan pikirannya yang disampaikan dengan katakatanya sendiri,” kata Dewi lagi.
Sebelum membuka halaman kedua, guru meminta siswa
mengeluarkan sayuran yang dibawanya. Ada yang membawa wortel,
brokoli, terong, dan sayuran lainnya seperti yang ada di dalam
cerita isi buku. Kemudian guru membimbing siswa membaca buku
secara bergantian.
Pada setiap halaman buku, kiri tertulis satu kalimat yang terdiri dari
tiga kata, dan dilengkapi gambar satu halaman penuh yang sesuai
dengan kalimat tersebut. Misalnya pada halaman kedua tertulis,
”Lihat tomat ini! Guru menutup kata tomat pada semua buku, dan
siswa yang kebagian membaca diminta menebak kata yang ditutup.
Siswa berhasil menebak dengan benar, karena gambar yang ada
pada halaman tersebut sudah dikenali oleh siswa.
Setelah membaca, siswa diminta meraba sayuran tersebut dan
mendeskripsikannya secara lisan. “Wortel warnanya oranye.
Bentuknya panjang. Kalau dimakan rasanya manis,” ucap salah
Murni (kiri), guru SDLB Maccini mendampingi Nur Hidayah, siswa ABK
dengan downsyndrome, belajar membaca dengan buku berjenjang.
Buat Siswa ABK Jadi Lancar Membaca
Maros, Sulawesi Selatan - SDLB Maccini Baji, Maros, adalah
salah satu sekolah nonmitra yang mendapat bantuan 600 buku
bacaan berjenjang. Murni, salah seorang guru SDLB tersebut,
rutin menggunakan buku bacaan berjenjang untuk mendampingi
siswanya yang berkebutuhan khusus belajar membaca.
Seperti saat dia membimbing membaca Nurhidayah, siswa
downsyndrome yang sudah bisa mengeja huruf per huruf. Dengan
memakai buku jenjang 1A, dia membimbing siswanya membaca
dan menghitung jumlah serangga yang ada dalam gambar.
Sekarang Nurhidayah dapat menyebut kata dengan benar dan
menghitung jumlah semut yang ada dalam gambar.
Guru lainnya, Sarianah, juga berhasil membuat Ade Rezki
Ramadhan, siswa yang juga downsyndrome berhasil lancar
membaca. Ade sebelumnya dipindahkan dari SD karena selalu
tinggal kelas sehingga membutuhkan bimbingan khusus. Sarianah
sangat bangga dan terharu bisa membuatnya lancar membaca.
“Buku bacaan berjenjang menjadi media yang efektif untuk
mengajar siswa ABK belajar membaca,” katanya. (Ham/Anw)
Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016
7
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Siswa Wajo Juara I Nasional
Menulis Cerpen dan Ini Kiat-Kiatnya
Wajo, Sulawesi Selatan - Siswa kelas VIII
SMPN 4 Tanasitolo Wajo, Muhammad Isrul,
menjadi juara pertama lomba menulis cerita
(LMC) tingkat SMP se-Indonesia yang
diselenggarakan oleh Ditjen Dikdasmen,
Kemendikbud pada November 2015 lalu.
Cerpennya berhasil menyisihkan 2.043
naskah cerpen dari seluruh Indonesia.
Cerpen yang berjudul “Piala di atas
Dangau” juga dimuat di majalah sastra
bergengsi Horison.
Sekolah juga memiliki taman baca
yang membuat siswa nyaman dan
mudah mendapatkan buku bacaan.
Sekolah juga membuat buku kontrol
membaca. Dalam buku tersebut,
siswa harus menceritakan kembali
secara singkat isi buku yang dibacanya.
Siswa yang paling banyak membaca dan
paling bagus resumenya diangkat jadi
raja dan ratu baca setiap bulannya,”
jelas Amkayus.
Rajin membaca merupakan salah satu kiat
Isrul. “Saya selalu menjadwalkan waktu
untuk membaca buku. Dengan sering
membaca, kita bisa lebih banyak ide dan
kosa kata,” kata penyuka buku sejarah dan
inspiratif ini.Yang juga penting, lanjutnya,
harus sering berlatih menulis.
Menurutnya, kebiasaan membaca dan
menulis membuat siswa lebih mudah
menuangkan gagasannya dalam tulisan,
termasuk membuat cerpen. Untuk bisa
juara sampai tingkat nasional, ada beberapa
trik yang dia terapkan dalam membimbing
siswa.
Menurut Amkayus, guru bahasa Indonesia
yang menjadi pembimbing Isrul, program
budaya baca yang dikenalkan USAID
PRIORITAS di SMPN 4 Tanasitolo telah
mendorong siswa untuk rajin membaca.
“Di setiap kelas kita membuat sudut baca.
Pertama, siswa diajak membaca bersamasama cerpen-cerpen yang pernah juara
sebelumnya. “Cerpen yang juara adalah yang
menginspirasi, yang kadang terbit dari
pengalaman pribadi,” ujarnya. Kedua, cerpen
dibuat rancangannya terlebih dahulu. Ketiga,
Muhammad Isrul, siswa SMPN 4 Tanasitolo,
menerima penghargaan dari Bupati Wajo, Andi
Burhanuddin Unru, karena prestasinya menjuarai
penulisan cerpen tingkat nasional.
rancangan diturunkan dalam tulisan secara
bertahap paragraf per paragraf. “Setiap
selesai satu paragraf, saya bimbing siswa
baik dari segi kosa kata, pengembangan
ceritanya, dan lain-lain,” katanya.
Keempat, mengatur konflik dalam cerita.
“Agar cerita menarik, konflik-konflik dalam
cerita harus dimunculkan namun diatur
penempatannya dengan baik,” katanya lagi.
Hasilnya, siswanya berhasil menjadi juara 1
tingkat nasional membuat cerpen. (Ajb)
Manfaatkan Lingkungan,
Guru Pelosok Gunung Jadi Guru Berprestasi
Khasbi Istanto, menunjukkan piala dan
penghargaan yang diraihnya.
Purbalingga, Jawa
Tengah – Tidak tahu
belajarlah, tidak bisa
bersungguh-sungguhlah,
mustahil cobalah', begitu
prinsip hidup dari Khasbi
Istanto, guru MI NU 2
Tangkisan, Mrebet, Purbalingga
yang baru saja memenangi
kompetisi guru berprestasi
Kementerian Agama (Kemenag) tingkat
Jawa Tengah di Grand Wahid Salatiga (18-21/8). Khasbi mengaku
unsur yang paling unggul dalam kompetisi tersebut adalah penilaian
terhadap karya inovasinya yang berbasis pada pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar.
“Dari tahun 2013, setelah dilatih oleh USAID PRIORITAS, saya
menjadi tersadar bahwa menggunakan media berbasis lingkungan
sebagai sumber belajar bagi siswa sangat efektif untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Sejak saat itu sampai sekarang saya telah
membuat 25 media pembelajaran inovatif yang menggunakan
barang-barang dari lingkungan sekitar,” kata guru yang telah 10
tahun mengabdi di madrasah itu.
Sejumlah 25 alat peraga inovatif berbasis lingkungan yang telah
dibuat dipresentasikan kepada Dewan Juri yang telah ditunjuk
8
Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016
Kemenag Jateng. Mulai dari media Garis Bilangan Batang Singkong
(Gabil Basing) untuk pengurangan dan penjumlahan, Pohon Minta
Tolong (Pamitong) dalam pembelajaran IPS dan bahasa Indonesia,
Bakul Telur Kerajaan (IPS), Pohon Nusantara (IPS dan PPKN),
Tampok Sakti untuk belajar perkalian, Batok Perkalian Berulang,
dan berbagai media inovatif lain.
Khasbi menyampaikan bahwa penggunaan alat berbasis lingkungan
ini mampu mengatasi keterbatasan alat peraga, biaya, dan
membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Hal tersebut
sesuai dengan basis pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (PAKEM) yang di implementasikan di madrasah
dampingan USAID PRIORITAS ini.
“Anak-anak menjadi sangat bersemangat ketika belajar. Mereka
juga lebih mudah memahami pembelajaran, karena saya mencoba
membuat kontekstual dengan benda-benda yang mereka temui di
rumah, di desa, di kebun, dan di lingkungan mereka tinggal,”
ungkap putra ke empat dari pasangan Sutarno dan Mistiyah ini.
Khasbi mencontohkan, yaitu ketika membelajarkan IPS dan bahasa
Indonesia dengan Media Pamitong, dia mencoba mengangkat
realitas pencemaran air oleh sebuah pabrik. Siswa di posisikan
sebagai pohon dan lingkungan yang meminta tolong akibat
pencemaran. Kemudian siswa disimulasikan juga berdiskusi dengan
menjadi pemuda yang mensolusikan realitas pencemaran tersebut
dalam bentuk tulisan yang berbasis literasi informasi. Hal itu akan
membuat siswa lebih sensitif terhadap lingkungannya. Selanjutnya
Khasbi akan mengikuti kompetisi guru madrasah berprestasi
nasional yang akan diselenggarakan pada November 2016.
(Arz)
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Kerja Sama Efektif GPK, Guru Kelas, dan Orang
Tua dalam Pendidikan Inklusif di SDN Giwangan
Kiri: GPK sedang mengobservasi
perkembangan ABK. Dalam
observasi ini, orang tua biasanya
dihadirkan untuk mengetahui
perkembangan anaknya.
Kanan: Para siswa ABK sedang
belajar membuat mozaik di ruang
sumber yang didampingi GPK.
Yogyakarta - SDN Giwangan merupakan
salah satu sekolah penyelenggara pendidikan inklusif terlama di Yogyakarta. Sekolah
ini merupakan mitra Universitas Negeri
Yogyakarta (UNY) terkait program
kemitraan dengan USAID PRIORITAS
untuk meningkatkan mutu sekolah mitra
LPTK. Ada 19 siswa ABK (anak berkebutuhan khusus) yang tersebar di semua kelas.
“Siswa ABK yang belajar di sekolah ini
kebanyakan ABK dengan ADHD (Attention
Deficit Hyperactivity Disorder atau gangguan
pemusatan perhatian/konsentrasi dan
hiperaktif), tuna daksa, tuna grahita, dan
autis,” kata Jubaidi, Kepala SDN Giwangan.
Para guru kelas di sekolah ini juga telah
mendapatkan pelatihan dari USAID
PRIORITAS. Mereka dilatih mengelola
pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individu siswa dan penerapan PAKEM.
Saat ini ada 8 orang GPK, satu orang GPK
dibantu dari Dinas Pendidikan Provinsi DIY,
dua orang GPK dibiayai dari Bosda kota,
dan lima orang GPK dibiayai oleh orang tua
murid yang mampu. Sekolah juga memiliki
forum inklusif orang tua siswa ABK. Pihak
sekolah dan orang tua rutin mengadakan
pertemuan untuk mendiskusikan tentang
manajemen sekolah dan kendala-kendala
dalam pengelolaan pendidikan inklusif.
Berikut adalah beberapa strategi
pembelajaran yang diterapkan sekolah
dalam memfasilitasi ABK, terutama yang
melibatkan kerja sama GPK, guru kelas, dan
orang tua:
1. Integratif, siswa ABK dan nonABK berbaur belajar bersama dalam satu kelas.
2. GPK membimbing ABK di kelas agar bisa
belajar bersama siswa nonABK dengan
nyaman, dan sebaliknya.
3. Setiap Jum'at dan Sabtu, siswa ABK
belajar di ruang inklusif/ruang sumber
untuk melihat perkembangan belajar
siswa ABK.
4. Sekolah mendatangkan Psikolog setiap
Kamis. Jika ada siswa ABK yang membutuhkan terapi, bisa langsung
diterapi.
5. Para guru GPK rutin
saling bertemu untuk
berbagi pengalaman
dalam membimbing
siswa ABK.
6. GPK menyusun
program pembelajaran
individual (PPI) berdasarkan
hasil asesmen kompetensi
dan diserahkan kepada guru
kelas. PPI yang sudah
disusun dikirim ke Dikpora
untuk mendapat masukkan.
7. Kepala sekolah, guru kelas,
dengan GPK setiap tahun
bertemu mengevaluasi PPI,
untuk mengetahui
perkembangan dan masalah
yang dihadapi.
8. GPK mendapat honor
setiap bulan dari sekolah
dan dari dinas pendidikan
kota.
9. Orang tua siswa bisa
langsung berkomunikasi
dengan GPK untuk
mengetahui perkembangan
dan kendala yang dialami
oleh anaknya.
Untuk proses evaluasi siswa
ABK dilakukan dengan cara
sebagai berikut. (1) GPK
bekerja sama dengan guru
kelas dengan memberikan
tugas bersama; (2) ABK yang tidak
mempunyai GPK akan ditanyakan langsung
ke guru kelas; (3) UTS dan UAS diserahkan
ke GPK; (4) Untuk ABK tuna grahita, low
vision, dan autis, soalnya dibuat khusus oleh
GPK. (Wsa)
Dampingi Siswa ABK
dengan Kartu Gambar
Batu, Jawa Timur - Qoriatul Azizah,
Fasilitator daerah dan guru SDN
Qoriatul Azizah.
Punten 02 Batu ini baru saja
mendapatkan penghargaan guru
berprestasi III Provinsi Jatim 2016.
Terpilih menjadi fasilitator dan mengikuti sejumlah
pelatihan yang diselenggarakan oleh USAID
PRIORITAS diakuinya memberi peran yang besar
dalam kemenangannya. “Saya mendapat banyak ilmu
setelah ikut pelatihan USAID PRIORITAS, salah satu
melaksanakan pembelajaran yang melayani perbedaan
individu di kelas,” terangnya,
Kebetulan di kelasnya yakni kelas IV ada dua anak
berkebutuhan khusus (ABK) lambat belajar.
Dibutuhkan keahlian dan kesabaran yang ekstra
untuk menangani siswa ABK sehingga pembelajaran
tetap berjalan normal dan siswa dapat mengikuti
pembelajaran.
Azizah punya beberapa strategi khusus, salah satunya
adalah membuat beragam kartu gambar dan kartu
huruf. Saat kedua siswa tersebut tidak paham dengan
pembelajaran yang disampaikannya, Azizah membuat
gambar di kartu dan ditunjukkan kepada siswa ABK.
Mereka juga lebih mudah mengeja dan memahami
tulisan saat Azizah menyodorkan kartu huruf.
Hasilnya, kedua siswa tersebut bisa mengikuti
pembelajaran. Strategi penanganan siswa ABK yang
berbeda dengan yang lain inilah yang dianggap oleh
tim juri guru berprestasi menarik, dan Azizah meraih
peringkat ketiga. (Ida)
Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016
9
PRIORITAS - Praktik yang Baik
1
3
2
(1) Para siswa sedang membuat pesawat kertas dengan didampingi guru. (2) Bersiap menerbangkan pesawat kertas. (3) Hasil laporan siswa setelah mencoba menerbangkan
tiga pesawat kertas yang berbeda.
Cara Asyik Belajar Konsep Energi Gerak
dengan Pesawat Kertas
Oleh Hani Purwanti
Guru Kelas IV A SD Ngoto
Bantul, Yogyakarta - Mainan pesawat berbahan kertas yang
biasanya hanya dibvuat bermain-main digunakan dalam
pembelajaran siswa kelas IV A SD Ngoto. Mereka pagi itu belajar
tentang konsep 'perubahan gerak akibat pengaruh udara'
Gurunya, Hani Purwanti, memulai pembelajaran dengan
menjelaskan tentang perubahan gerak akibat pengaruh udara. Dia
bertanya kepada siswanya, ”Apakah kamu pernah membuat
pesawat mainan dari kertas? Bagaimana supaya pesawat kertas
dapat terbang dengan baik?”
Ariel Fernando, siswa yang duduk di depan guru langsung
mengangkat tangannya. “Saya pernah Bu, banyak yang sudah saya
buat. Ada yang bisa terbang ada yang tidak bisa terbang. Tergantung
modelnya. Apalagi sayapnya Bu,” jawab Ariel.
Mendengar jawaban Ariel, Ibu Hani tesenyum dan memberikan
apresiasi kepada Ariel. “Menarik bukan? Dengan bentuk berbeda,
pesawat ada yang terbang dengan baik namun ada yang kurang
baik. Itu yang akan kita pelajari hari ini. Kenapa bisa terjadi
demikian? Kita akan melakukan percobaan untuk menjawab
pertanyaan, bagaimana agar pesawat kertas dapat terbang dengan
baik?,” katanya sambil membagikan lembar kerja kepada siswa dan
3 buah kertas A4.
Setelah membagikan lembar kerja dan kertas HVS kosong, guru
mengajak siswa ke depan kelas. Kemudian menunjukkan contoh
sebuah pesawat kertas dan menerbangkannya. Siswa terlihat
mengamati dengan teliti. Siswa secara mandiri kemudian mencoba
membuat model pesawat kertas sesuai kreasinya.
Attar, salah satu ketua kelompok mencoba menerbangkan pesawat
kertas pertama hasil karya bersama- teman-temannya. Ternyata
hasilnya kurang bagus. Kemudian dia mengubah model pesawat
kertasnya pada percobaan kedua dan ketiga.
Siswa mengamati apakah pesawat keras buatannya sudah sesuai
dan dapat terbang dengan baik, jika belum sempurna siswa diminta
menemukan apa penyebabnya. Siswa juga mengamati pesawat
kertas mana yang hasilnya paling bagus.
Siswa membuat laporan hasil kerjanya secara individu dan
memandu serta menjelaskan kepada siswa
format penulisan laporan. Satu laporan
terbaik dipilih guru kemudian siswa yang
bersangkutan diminta membacakan di depan
kelas dan siswa lain menanggapi.
“Pesawat saya ada yang terbang berbalik dan
ada yang menukik lalu jatuh. Tapi ada yang
terbang dengan mulus. Saya belajar tentang
cara pergerakan pesawat dengan model
besar kecilnya. Saya juga tahu semakin sempit
sayap pesawat maka jarak jatuh pesawat
kertas semakin pendek. Padahal awalnya saya
pikir semakin lebar permukaan pesawat
kertas maka jarak jatuhnya akan semakin
pendek,” kata Alifian salah seorang siswa
dalam presentasinya.
Lembar kerja siswa yang dibuat guru untuk
memandu siswa melakukan percobaan.
10
Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Ada Pelangi di Baskomku
Siswa Kelas VC SDN Ngaglik 01 Kota Batu saat
mempraktikkan pembiasan cahaya matahari
menjadi pelangi di halaman sekolah.
baskom dan terbentuklah pelangi. Pantulan
pelangi ditangkap oleh kertas sehingga akan
tampak dalam kertas putih. “Saya berhasil
menangkap pelangi,” teriak Kelompok
Merah. “Saya juga, keren,” sahut Kelompok
Biru. Selanjutnya setiap kelompok mencatat
warna apa saja yang muncul dalam pantulan
pelangi di kertas putih tadi.
Oleh Helmina Spd
Guru Kelas V, SDN Ngaglik 01
Di awal siswa saya ajak menyanyi lagu
Pelangi, tapi liriknya diganti. “Kata-kata
merah-kuning-hijau diganti mejikuhibiniu
singkatan dari merah-jingga-kuning-hijaubiru-nila-ungu.
Batu, Jawa Timur - Saya ingin
menunjukkan proses terjadinya pelangi
kepada siswa saat pelajaran IPA. Saya
mengajak siswa untuk melakukan percobaan
terjadinya pelangi. Siang itu matahari cukup
terik, tepat di jam 11.30 WIB anak anak
kelas VC berkelompok di lapangan sekolah.
Dua jam terakhir adalah jam pelajaran IPA.
Siswa serentak menyanyikan lagu Pelangi
sambil membuat lingkaran di setiap
kelompok. Sebelumnya, siswa sudah
menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan yakni baskom yang diisi air,
cermin datar, dan kertas putih sebagai layar.
Siswa melakukan percobaan terjadinya
pelangi melalui proses mencoba sendiri,
mengasosiasi, dan mengomunikasikan
konsep yang akan mereka pelajari. “Wihhh
seru Bu, berarti kita bisa menangkap pelangi
ya?” teriak Safira, siswa Kelas VC.
Selesai menyanyikan lagu, siswa mendapat
lembar kerja proses membuat pelangi.
Langkah awal siswa harus berada pada
tempat dimana sinar matahari bersinar
sangat terik. Lalu cahaya matahari tersebut
dibiaskan dan diuraikan oleh air dalam
Ada juga beberapa kelompok yang belum
berhasil menangkap pelangi karena menangkap cahaya matahari dan memantulkan
lewat cermin datar adalah bagian tersulit.
Setiap siswa dituntut keterampilan memfokuskan cermin pada cahaya matahari.
Selanjutnya siswa berdiskusi tentang
bagaimana proses terjadinya pelangi dalam
percobaan ini, apa peran cermin datar, air
dalam baskom, kegunaan kertas, warna apa
saja yang tertangkap layar, warna apa yang
terluar, warna apa yang terdalam.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi
bahan diskusi yang dapat di deskripsikan
kemudian dikomunikasikan lewat kegiatan
presentasi. Pembelajaran diakhiri dengan
kegiatan presentasi dan pemajangan hasil
laporan percobaan.
Kegiatan ini dapat dikembangkan dengan
menggunakan bahan lain, untuk melihat
pelangi “buatan” yakni dapat pula digunakan
prisma, keping CD bekas, atau air yang
disemprotkan.
Seismograf Sederhana untuk Belajar Gempa
Bekasi, Jawa Barat - Nunung, guru kelas V SDN Hegarmukti I,
menjelaskan bahwa setelah minggu lalu siswa belajar
mengidentifikasi gejala alam dan bencana yang terjadi di Indonesia,
hari itu siswa akan belajar membuat alat pendeteksi gempa dari
bahan sederhana. “Topiknya terkait kompetensi dasar memahami
gejala alam yang terjadi di Indonesia dan sekitarnya,” kata Nunung.
Alat dan bahan yang digunakan adalah kayu dan papan untuk rangka
dan alas, tali rafia, botol bekas air mineral ukuran 600ml yang diisi
kerikil atau pasir, spidol kecil, jarum, kertas, dan pisau. Langkah
pembuatan seismograf sebagai berikut: 1) buat rangka penyangga
dan alas dari kayu; 2) lubangi tutup botol bekas sehingga bisa
dimasukkan spidol; 3) lubangi juga bagian bawah botol lalu
masukkan tali; 4) isi botol dengan kerikil, lalu tutup kembali; 5)
gantung botol dengan spidol ke bawah, tepat di atas alas kertas HVS
putih.
Cara kerja seismograf ini sederhana. Ketika terjadi guncangan atau
gempa, getarannya akan mengayun botol berisi kerikil. Ujung botol
yang sudah dipasangi spidol akan berayun bolak-balik membentuk
garis-garis. Semakin besar getaran akibat guncangan tersebut, maka
semakin panjang garis yang terbentuk. Pola garis-garis bentukan
spidol itu mencerminkan tingkat skala gempa. Melalui seismograf ini,
siswa bisa belajar secara konkret tentang gempa. (Smd)
Seismograf karya salah satu kelompok siswa kelas V.
Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016
11
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Percobaan Temukan
Bahan Tape Terbaik
Oleh Mukhlis SPd
Guru SMPN 2 Takalar
Takalar, Sulawesi Selatan – Tak cuma
singkong atau beras ketan yang bisa diolah
menjadi tape. Jagung, pisang, hingga sukun
pun bisa dibuat menjadi tape. Seperti yang
dilakukan siswa SMPN 2 Takalar.
Guru IPA kelas IX SMPN 2 Takalar, Mukhlis
mengatakan, siswanya sengaja menggunakan
ketiga bahan tersebut lantaran merupakan
hasil Bumi yang ada di Kabupaten Takalar.
“Saya mencoba mengarahkan siswa dengan
pembelajaran aktif untuk membuat
percobaan bioteknologi menghasilkan tape
dari berbagai macam bahan makanan
seperti sukun, pisang dan talas dan ternyata
berhasil dengan baik,” ujar Mukhlis.
Sebagai langkah awal, para siswa dalam
pelajaran IPA oleh pak Mukhlis diminta
mengamati tekstur dan mencoba rasa
masing-masing produk bioteknologi
sederhana tape yang sudah umum di
masyarakat yaitu dari bahan singkong dan
beras ketan. Setelah itu, mereka diminta
membuat tape dari bahan-bahan makanan
yang mereka pilih sendiri seperti jagung,
kentang, sukun, talas, pisang tua, dan ubi
jalar.
Prosedur pembuatannya adalah
sebagai berikut: setiap kelompok
siswa memilih masing-masing bahan
yang akan dijadikan tape, yaitu pisang
tua, jagung, sukun, talas, kentang dan
ubi jalar. Bahan makanan tersebut
dicuci sampai bersih dan kemudian
dikukus menggunakan panci.
Setelah dikukus, bahan makanan
dikupas dan dipotong sesuai selera
sambil diamati tekstur dan rasanya.
Bahan kemudian ditaburi ragi yang
sudah dihaluskan dan dibungkus daun
pisang dengan rapat. Setelah itu
disimpan dalam plastik atau wadah
lain yang tertutup rapat di
laboratorium selama tiga hari untuk
proses fermentasi.
“Bahan harus tertutup rapat agar
tidak ada bakteri lain yang bisa
mencampuri proses-proses
fermentasi dan menghasilkan rasa
berbeda,” ujar Mukhlis, salah satu
fasilitator daerah USAID PRIORITAS
Takalar yang konsisten menerapkan
pembelajaran aktif di sekolahnya.
bahan berhasil
berubah menjadi
tape. “Namun setelah
kami amati dan kami
rasakan, rasanya
berbeda-beda,” ujar
Fatriasi Amiruddin,
salah seorang siswa
Salah satu kelompok sedang melakukan percobaan membuat tape
kelas IX yang
dari bahan pisang.
melakukan
percobaan. Kentang
setelah menjadi 1tape
berangan-angan memasarkannya suatu saat.
ternyata rasanya menjadi hambar dan talas
“Agar jadi produk alternatif yang lebih
menjadi sama sekali tidak enak, dengan bau
menjual, seperti kue dan sebagainya, kita
yang sangat menyengat. “Strukturnya
bisa campur dengan bahan-bahan lainnya,”
menjadi gembur berair dengan warna
ujar Fatriasi sambil mencicipi bahan
kecoklatan dan tidak cocok jadi makanan,”
makanan baru itu.
ujar Buya Ibnu Fulqan, siswa lainnya.
Sebelumnya Pak Mukhlis juga berhasil
Sementara sukun, pisang tua dan jagung
membimbing siswa-siswinya untuk
rasanya berubah jadi unik, kecut-kecut
menghasilkan energi baterai dari buah pare.
manis dan enak. “Hasil percobaan untuk
Sebuah penemuan yang mendapatkan
ketiga bahan ini, kami simpulkan bisa
apresiasi luar biasa dari Pemda Takalar.
menjadi alternatif makanan yang bisa
“Pembelajaran aktif yang kita lakukan
dijual,” tegas Mukhlis. Keberhasilan
memang merangsang siswa untuk banyak
percobaan ini membuat beberapa siswa
berkreasi,” ujarnya.
yang langsung melakukan percobaan
2
Uji Makanan Karbohidrat Tertinggi
Oleh Muhammad Sahnan SPd
Guru IPA SMP Al Azhar Medan, Sumatra Utara
Medan, Sumatra Utara - Kandungan nutrisi dalam
bahan makanan bisa diketahui dengan menggunakan
indikator uji makanan atau reagen. Inilah yang dilakukan
dalam pembelajaran kelas VII kali ini. Reagen yang digunakan
untuk menguji kadar karbohidrat adalah benedict. Reagen
ini berwarna oranye. Setelah sampel yang diuji ditetesi
benedict akan terjadi perubahan warna.
Tujuan pembelajaran kali ini, siswa dapat melakukan uji
karbohidrat dan menemukan kadar karbohidrat dalam
makanan. Alat yang digunakan untuk uji karbohidrat ini
adalah bunsen, tusuk gigi, sendok, pisau/cutter, mortar,
tabung reaksi dan pipet tetas.
Bahan-bahan yang diperlukan adalah larutan benedict,
sayuran segar, umbi-umbian, dan buah-buahan. Dalam
percobaan ini setiap kelompok menguji bahan-bahan yang
berbeda. Misalnya kelompok sereal yang melakukan
Setelah hari ketiga, ternyata semua
12
Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016
Laporan hasil percobaan siswa menemukan
makanan dengan karbohidrat tertinggi.
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Belajar Adaptasi dan Seleksi Alam dari Kupu-Kupu yang Punah
Oleh Tina Mardiana SPd
Guru SMPN 1 Bendahara, Aceh Tamiang
papan triplek yang sudah dilapisi kain hitam.
Selanjutnya, siswa dibagi menjadi 5
kelompok kecil (sesuai jumlah media).
Di setiap kelompok, seorang siswa
bertugas memegang papan triplek yang
berisi kupu-kupu Biston betularia. Siswa
lain bertindak sebagai predator dengan
cara menghitung jumlah kupu-kupu dari
jarak yang semakin jauh. Siswa yang
menjadi predator menggunakan lembar
pengamatan.
Jumlah kupu-kupu yang terlihat adalah
kupu-kupu yang akan dimangsa oleh
mereka (predator). Kupu-kupu yang tidak
terlihat adalah kupu-kupu yang selamat dan
akan meneruskan generasi Biston betularia.
Gambar Kiri: Siswa melakukan pengamatan di halaman
sekolah. Gambar Kanan: Media Biston Betularia
BANYAK siswa mengaku senang belajar
Biologi karena apa yang dipelajari dekat
dengan kehidupan sehari-hari. Tetapi Biologi
yang faktual tidak cukup hanya teori saja,
karena belajar Biologi perlu pemahaman
mendalam, terutama dalam mengajarkan
siswa untuk mengaplikasikan ilmu Biologi
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena
itu, kami membuat media sederhana untuk
memberi pemahaman materi Adaptasi dan
Seleksi Alam yaitu menggunakan media
Kupu-Kupu “Biston betularia”.
Bahan yang digunakan adalah papan triplek,
paku kecil, kain berwarna hitam, gunting,
kertas warna (putih, kuning, hijau, biru,
merah, hitam), peniti kecil dan selotip
perekat. Papan triplek dipotong dengan
ukuran 30 X 40 cm sebanyak 4 lembar.
Selanjutnya papan triplek yang sudah
dibentuk dan ditutup dengan kain hitam
yang dianalogikan sebagai jelaga/asap hitam
akibat pencemaran udara. Potong kertas
menjadi bentuk kupu-kupu masing-masing
warna beberapa buah. Gunakan peniti
sebagai badan kupu-kupu. Bungkus peniti
dengan kertas yang warnanya sama dengan
sayap kupu-kupu. Kemudian badan kupukupu yang terbuat dari peniti dipasang di
percobaan pada kismis, kurma, dan sereal. Sedangkan kelompok sayuran hijau
melakukan percobaan pada jamur, brokoli, dan bunga kol. Guru lalu menjelaskan apa itu
uji karbohidrat, dan langkah-langkah pengujian yang harus dilakukan. "Silakan kalian
temukan, makanan apa yang karbohidratnya paling tinggi?" katanya lagi.
Langkah-langkah uji karbohidrat diuraikan pada lembar kerja. "Haluskan bahan-bahan
yang ada dengan mortar dan beri sedikit air. Masukkan beberapa tetes dari dari bahan
tersebut ke dalam tabung reaksi lalu teteskan benedict dengan perbandingan 1:1 ke
dalam tabung reaksi. Lihat perubahan warnanya," kata salah seorang siswa membaca
langkah-langkah uji karbohidrat. Teman kelompoknya melakukan sesuai instruksinya.
Percobaan belum selesai, bahan yang sudah bercampur di dalam tabung reaksi tersebut
kemudian dibakar dengan bunsen. Hasil dari percobaan kelompok sereal, kurma yang
berwarna kuning kecoklatan setelah ditetesi benedict menjadi berwarna hijau toska
dan setelah dibakar menjadi berwarna merah bata menunjukkan kadar karbohidrat
yang tinggi. Kismis yang berwarna cokelat muda, setelah ditetesi benedict menjadi hijau
tua dan setelah dibakar menjadi warna cokelat kekuningan, menunjukkan kadar
karbohidratnya sedang. Sereal yang berwarna putih susu setelah ditetesi benedict
berubah warna menjadi biru muda dan setelah dibakar menjadi biru kehijauan yang
menunjukkan kadar karbohidratnya yang rendah. Kelompok ini menyimpulkan bahwa
kurma memiliki kadar karbohidrat lebih tinggi ketimbang kismis dan sereal.
Proses berikutnya adalah menganalisis
lembar pengamatan siswa. Hasilnya kupukupu yang berwarna cerah lebih banyak
yang menjadi mangsa predator, sedangkan
yang berwarna gelap hanya sedikit menjadi
mangsa. Hal tersebut terjadi karena kupukupu yang berwarna gelap lebih sulit
terlihat oleh predator karena lingkungan
tertutup oleh jelaga atau asap polusi.
Kesimpulannya, kupu-kupu Biston betularia
yang berwarna cerah punah akibat tidak
mampu beradaptasi terhadap lingkungan
yang berubah menjadi gelap dan kotor pada
masa revolusi industri di Inggris. Sebelum
revolusi industri, Biston betularia yang
berwarna hitam banyak dimangsa oleh
predator. Tetapi saat revolusi industri
terjadi dan asap hitam mencemari udara,
Biston betularia yang berwarna gelap lebih
adaptif dibanding dengan yang berwarna
cerah. Peristiwa ini terjadi karena adanya
proses adaptasi dan seleksi alam.
Dengan menggunakan media ini, siswa
memahami keterkaitan antara adaptasi
dengan seleksi alam. Siswa dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan agar
tetap lestari dan terhindar dari kepunahan.
“Saya jadi mengerti mengapa ada hewan
yang mengalami kepunahan, sedangkan
hewan lainnya ada yang masih bertahan
hidup dan tetap lestari.” kata Winda, salah
seorang siswa kelas IX.
Lembar pengamatan warna kupu-kupu.
Begitupun kelompok sayuran yang menguji dengan jamur, brokoli, dan bunga kol. Jamur
memiliki kadar karbohidrat yang lebih rendah, brokoli memiliki kandungan sedang, dan
bunga kol tinggi. Percobaan kelompok sayuran ini mematahkan dugaan awal mereka
yang mengatakan bahwa sayuran berdaun hijau memiliki kadar karbohidrat yang
rendah. Setiap kelompok membuat laporan kemudian mempresentasikannya di depan
kelas dan kelompok lain menanggapinya.
Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016
13
PRIORITAS - Praktik yang Baik
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Gunakan
Rumus Luas
Permukaan
Balok untuk
Tentukan Harga
Jual Lemari
Tangerang, Banten – Akidin MPd, guru
matematika MTsN Tigaraksa Banten,
mengajak siswa kelas VIII. MTsN 2
Tangerang, menemukan rumus luas
permukaan balok untuk diterapkan dalam
pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.
Guru membuka sesi pembelajaran dengan
menunjukkan sebuah gambar kepada para
siswa dan menanyakan gambar apakah yang
ditampilkan. “Kotak obat,” jawab seorang
siswa. “Bentuknya apa?” tanya Pak Akidin.
“Ada yang kubus, ada yang balok,” jawab
siswa.
Guru membagikan lembar kerja (LK) dan
model balok dari kotak kemasan ke setiap
kelompok siswa. Siswa membuka kotak
kemasan tersebut sehingga tampak jaringjaringnya dan ditempelkan di kertas karton.
Lalu siswa memberi nomor pada setiap
bidang kotak dan menuliskan bagian-bagian
panjang, lebar, dan tinggi pada jaring-jaring
seperti gambar di bawah.
Setiap kotak dari jaring-jaring yang berbentuk persegi panjang dituliskan rumus luasnya. Setelah menemukan rumus setiap
bidang dan menggabungkan semua rumus
tersebut, siswa melakukan penyederhanaan
rumus dan menarik kesimpulan bahwa rumus luas permukaan balok 2 (pl + lt + pt).
Kemudian guru mengundang dua siswa
perwakilan dari salah satu kelompok untuk
mempresentasikan hasilnya. Ternyata
kelompok lainnya memiliki jawaban yang
sama, sehingga
guru
melanjutkan
ke tahapan
selanjutnya,
yaitu
menugaskan siswa
untuk
mencari luas
permukaan
Guru sedang mendampingi siswa di kelompok kecil menemukan luas balok dari jaring-jaring model
balok dari kotak bekas kemasan.
sebuah balok dengan panjang 12 cm, lebar
8 cm dan tinggi 6 cm.
Dengan menggunakan rumus yang sudah
ditemukan bersama, para siswa melakukan
penghitungan sebagai berikut:
Luas permukaan balok
= 2 (pl + pt + lt)
= 2 (96 + 72 + 48)= 432 cm2
Guru lalu memberi dua soal yang
menggunakan masalah yang dapat ditemui
dalam kehidupan sehari-hari.
Soal pertama adalah “Nesti ingin
membungkus kotak kado menggunakan
sampul kertas kado yang berbentuk balok
dengan panjang 25 cm, lebar 12 cm dan
tinggi 10 cm sehingga luas kertas kado
minimal yang dibutuhkan Nesti untuk
membungkus kotak tersebut?”
Soal kedua adalah “Seorang tukang kayu
akan membuat lemari berbentuk balok
pesanan pelanggannya. Panjang, lebar dan
tinggi masing-masing 1m, 0,5 m dan 2 m.
jika harga kayu Rp 200.000 / m2, harga
politur (pewarna) Rp 150.000/m2. Harga
asesorisnya Rp.100.000 dan biaya jasa
pembuatannya Rp 500.000, berapa harga
jual lemari tersebut?”
Guru berkeliling kelas untuk mendampingi
proses kerja kelompok dan bertanya jawab
dengan para siswa. “Kebutuhan kayu dapat
dicari berdasarkan luas permukaannya.
Berapa luas permukaannya? Apakah
sudah ada yang tahu?” tanya guru.
“Luas permukaannya 7m2,”
jawab salah seorang siswa.
“Nah, harga kayu permeter Rp
200.000. Jadi berapa biaya
kayunya?” tanya guru. “7 x
Rp200.000, Pak,” jawab siswa.
“Lemari akan dilapisi dengan plitur. Harga
14
Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016
politur Rp150.000 /m2.Yang mau diplitur
berapa luasnya? 7 m2. Berarti 7 dikalikan
harga plitur, lalu dijumlahkan dengan biaya
lain. Kita bisa menemukan harga lemari itu,”
jelas guru lagi.
Selanjutnya perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil kerja mereka.
Untuk soal pertama, siswa menemukan
bahwa luas permukaan balok adalah
1.340 cm2. Berikut adalah hasil
perhitungannya:
= 2 (pl + pt + lt) = 2 {(25 x 12) + (25 x 10)
+ (12x10)}
= 2 (300+250+120)
= 600 + 500 + 240
= 1340 cm2
Sementara untuk soal kedua, siswa
menemukan bahwa harga jual lemari adalah
Rp 3.050.000. Berikut adalah hasil
perhitungan siswa untuk mendapatkan
harga lemari:
2 (pl+pt+lt) = 2 {(1x1/2) + (1x2) + (2.1/2)}
= 2 (0,5 + 2 + 1)
= 7 m2
Harga jual lemari = (harga kayu x luas
permukaan) + (politur x luas permukaan) +
asesoris + jasa
= (200.000x7)+(150.000x7)+100.000+
500000
= Rp 3.050.000,“Jadi kalian sudah mampu menghitung
harga jual lemari. Kalian bisa menghitung
dari mulai berapa modal, sampai harga jual.
Bukan hanya untuk buat lemari, tapi banyak
hal yang dapat menggunakan rumus
permukaan balok,” kata Akidin.
Pembelajaran ditutup dengan kegiatan
refleksi. (Tif/Anl)
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Inspirasi Puisi dari Pohon Kata
Oleh Rina Rosmayana,
Guru MTsN Garut
8. Selanjutnya window shopping atau belanja
hasil karya. Dalam searah jarum jam, siswa
diminta berbelanja pilihan kata yang tidak
dimiliki untuk menambah koleksinya.
10. Tugas kelompok selesai, tibalah pada
tugas yang sesungguhnya, yakni menulis
puisi bertema keindahan alam dan
pengalaman yang pernah dialami. Peserta
didik mengerjakan LK 2 yang di dalamnya
ada informasi tentang Haiku (bentuk puisi
baru sepanjang empat larik dengan pola 65-4-3 suku kata perlarik), Sonian (jenis puisi
baru puisi), dan puisi bebas beserta tiga
contohnya. Dengan berbekal pilihan kata
yang ada dalam pohon kata siswa diminta
menulis puisi minimal tiga buah.
Pohon kata buatan guru untuk media siswa membuat puisi. Media ini membantu siswa memperkaya
kosa kata dalam membuat puisi.
Garut, Jawa Barat - Setiap tahun, saat
menjelaskan pembelajaran “menulis puisi”
pada siswa kelas VII semester 2, siswa
spontan mengeluh kesulitan. Kali ini saya
mengajarkan puisi menggunakan pohon
kata untuk mengatasi permasalahan
kesulitan dan ketidakberanian siswa
menulis puisi.
Langkah pembelajarannya sebagai berikut:
1. Dalam apersepsi saya membangun
motivasi siswa dengan bermain kata melalui
larik berantai. Saya mengatakan satu larik
tentang puisi bertema keindahan alam
sesuai kompetensi dasar yang akan
dipelajari. Lariknya sebagai berikut
“Rembulan penuh// .......//Merenda kisah.
Mentari tersenyum//..........//Dalam
dekap//.......
Kunci jawabannya: “Rembulan penuh//
Malam bertabur bintang// Merenda kisah”
Puisi kedua kuncinya “Mentari tersenyum//
Bersanding awan// Dalam dekap//
Menghangat.
Dari kegiatan memotivasi siswa hasil
dibahas tentang pola puisi Haiku (5-7-5
suku kata per barisnya), Sonian(6-5-4-3
suku kata tiap barisnya) dan siswa akan
mempelajari puisi bebas yang tidak terikat
pola tertentu.
2. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari 6
orang siswa.
3. Selanjutnya siswa mengamati gambar
yang berhubungan dengan keindahan alam
dalam LK 1 lalu mengisi matrik yang
disediakan dengan pilihan kata yang
terinspirasi dari gambar dalam LK 1. Dalam
hal ini siswa sudah memiliki pemahaman
kata abstrak dan kata konkret.
4. Setiap anggota kelompok adu cepat
menyebutkan satu kata dilanjutkan searah
jarum jam, dan siswa selanjutnya tidak
boleh menyebutkan kata yang sama.
Masing-masing anggota minimal
mengumpulkan 10 kata untuk satu objek
gambar yang diamati.
5. Kelompok yang tercepat menyelesaikan
mengerjakan LK 1 diberi tanda bintang sesuai rangking. LK 1 diisi dalam matrik yang
diperbesar menggunakan kertas plano.
6. Sebelumnya siswa ditugaskan membuat
daun-daun kecil yang sesuai kreasinya.
Langkah berikutnya siswa diminta
menuliskan kata-kata yang ada di matrik ke
daun. Kata-kata konkret yang ditulis dapat
membangun imajinasi siswa sehingga
memiliki nilai rasa tertentu yang dapat
dinikmati oleh panca indra baik
penglihatan, pendengaran, perabaan,
ataupun perasaan. Siswa juga diperbolehkan mencantumkan turunan katanya.
Misalnya “desir, desiran, berdesir, mendesir.
Diharapkan dengan ini siswa memiliki kosa
kata yang lebih kaya.
7. Selesai menuangkan kata-kata dalam
daun, siswa adu cepat kembali merangkai
daun tersebut dalam pohon yang disusun
di kertas plano. Masing-masing siswa dalam
kelompok memiliki jenis daun dan warna
daun yang berbeda sehingga mereka
mengenali pilihan kata yang dimilikinya.
11. Terakhir, menyimpulkan pembelajaran
yang telah dilaksanakan, refleksi siswa, dan
memberikan tugas terstruktur mandiri
berlatih menulis puisi lalu dikirim kepada
guru melalui sms untuk dikomentari.
Hal yang berharga dari pengalaman
pembelajaran ini, menulis puisi memerlukan
pilihan kata yang tepat dan memiliki nilai
keindahan. Dengan pohon kata tersebut
secara tidak langsung anak belajar diksi dan
kosa kata yang sangat berguna saat menulis
sebuah puisi.
Melalui kegiatan ini siswa sampai tidak
menyadari bahwa kegiatan yang
dilakukannya ujung-ujungnya harus menulis
puisi. Salah satu siswa bertanya, “Bu,
bagaimana lagi permainannya?” Dari
pertanyaan itu saya sadar bahwa pada
pertemuan ini siswa benar benar terhanyut
sedang bermain bukan sedang belajar.
Tetapi ada hal yang perlu diperbaiki,
terutama dalam pengelolaan waktunya.
Pembelajaran ini dilakukan dalam dua kali
pertemuan. Sebaiknya dibuat dalam tiga kali
pertemuan karena harus ada proses
perenungan saat menuangkan dari pohon
kata ke dalam puisi.
Dampak perubahan dari menulis puisi
melalui “Pohon Kata” siswa aktif
mengumpulkan kosa kata dengan pilihan
kata yang tepat, siswa juga menganggap
bahwa menulis puisi tidak sulit terbukti
dengan hasil refleksi mereka banyak yang
menulis, “Saya senang menulis puisi melalui
pohon kata.”
Ketuntasan untuk kompetensi dasar ini pun
90 persen di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM). Alhamdulillah, sampai saat ini
untuk mewadahi minat menulis puisi, saya
membuat grup di Facebook ‘Sonian MTsN
Garut’ yang beranggotakan guru bahasa
Indonesia yang memberikan komentar dan
apresiasi terhadap postingan siswa.
Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016
15
PRIORITAS - Praktik yang Baik
UPI dan Sekolah Mitra Kembangkan Kelas Literat
Papan Tulis
Papan
Tulis
L
e
m
a
r
i
Meja
Pusat Diskusi
(Pusat Pembelajaran)
Papan
Pajangan
Papan
Pajangan
Sudut
Baca
Lemari
Portofolio
Pajangan
Karya Seni
Tempat Cuci
Tangan
Sudut
Menulis
Area
Baca
Papan-Pajangan
Sudut
Bidang Studi
- IPA
- IPS
- Matematika
- Bahasa Indonesia
- Agama
- Bahasa Inggris
- SBDP
- Bahasa Sunda
Lemari
Buku
Desain kelas literat yang dikembangkan Tatat Hartati di SD 3.4 Sukasari.
Bandung, Jawa Barat - Tatat Hartati PhD, dosen PGSD
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), mengembangkan penelitian
optimalisasi MBS untuk membangun kelas literat dan kemampuan
literasi siswa SD. Penelitian ini dilakukan di SDN 3.4 Sukarasa
Bandung. ”Pelatihan yang saya dikuti di USAID PRIORITAS
memberi inspirasi untuk menbuat penelitian ini,” kata Tatat saat
berkunjung ke kantor USAID PRIORITAS beberapa waktu lalu.
Tatat bersama Dwi Heryanto, rekan sejawatnya di UPI, memilih
model penelitian dan pengembangan dengan modifikasi 4D, yaitu
define, atau tahap pengumpulan informasi dengan studi literatur
dan studi lapangan, design atau tahap merancang draf awal, develop
atau tahap mengembangkan kelas literat, dan disseminate atau tahap
menyebarluaskan desain kelas literat.
Penelitian yang didanai oleh Kemenristekdikti tersebut telah
menghasilkan desain kelas literat dan media pembelajaran
multiliterasi, termasuk desain optimalisasi MBS dan guru untuk
keberhasilan kelas literat ini. ”Kelas literat adalah lingkungan kelas
yang mendukung peningkatan kemampuan siswa dalam membaca,
menulis, dan berkreasi. Kami telah menemukan desain kelas yang
dapat mengoptimalkan kemampuan literasi siswa,” kata Tatat lagi.
Ciri-ciri desain kelas literat, menurut Tatat, harus menyediakan
beragam kebutuhan siswa untuk belajar. Dia memetakan kelas
literat seperti pada gambar di atas. Tempat duduk siswa ditata
berbentuk huruf U sebagai pusat pembelajaran. Di kelas tersebut
juga disediakan sudut baca, area baca, sudut menulis, dan sudut
bidang studi yang dipelajari siswa SD. Sementara untuk papan
pajangan hasil karya siswa, ditempatkan di 3 sudut ruangan.
“Tujuannya agar hasil karya siswa tersebut mudah dibaca dan
menjadi sumber belajar juga bagi siswa,” kata Tatat.
Setelah diterapkan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelas
literat berpengaruh secara signifikan terhadap hasil pembelajaran
berbasis multiliterasi di sekolah dasar kelas rendah, khususnya di
kelas II SDN 3.4 Sukarasa Bandung. “MBS, seperti dukungan orang
tua siswa juga sangat berperan dalam pengadaan kelas literat dan
keberhasilan pembelajaran,” kata Tatat. (Anw)
Mahasiswa Pun Nikmati
Mengajar Pembelajaran Aktif
Makassar, Sulawesi Selatan - Sebanyak 80 mahasiswa UIN
Alauddin Makassar dari 8 program studi (prodi) diantaranya prodi
pendidikan agama Islam, fisika, matematika, bahasa Indonesia,
manajemen pendidikan Islam, dan bahasa Inggris, mendapatkan
pelatihan metode pembelajaran aktif USAID PRIORITAS, di salah
satu aula universitas tersebut (31/7). Selama tiga hari mereka
dilatih pembelajaran aktif mulai dari implementasi PAKEM,
keterampilan informasi, pertanyaan tingkat tinggi, mengelola kelas
dan hasil karya siswa, dan lain-lain. Mereka juga melakukan simulasi
mengajar di hadapan teman-temannya, dan langsung terjun
mengajar ke beberapa madrasah mitra UIN Alauddin yaitu MTs
Madani dan MI Madani.
Kurnia, salah seorang mahasiswa tarbiyah semester tujuh
mengatakan program pelatihan model USAID PRIORITAS ini
sangat berarti baginya. “Saya berlatih mengajar dengan
menggunakan metode pembelajaran aktif. Ternyata siswa menjadi
antusias, kreatif dan terlibat aktif dalam pembelajaran,” ujarnya.
Sementara mahasiswi lainnya, Intan, merasakan banyak pengalaman
baru dengan metode yang ia pakai. “Ternyata masih banyak yang
belum saya ketahui, dan perlu lebih banyak praktik,” ujarnya.
“Di prodi manajemen pendidikan Islam, mahasiswa langsung
menerapkan bagaimana mengelola kelas untuk implementasi
PAKEM. Kapan siswa harus bekerja dalam kelompok dan kapan
16
Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016
Dua mahasiswa calon guru Univeristas Islam Negeri Alauddin Makassar
menunjukkan hasil karya siswa setelah pulang dari praktik mengajar di MI
Madani.
individu. Bagaimana membuat lembar kerja yang mendorong siswa
berpikir tingkat tinggi. Sebelumnya mereka belum banyak praktik
menyangkut hal ini,” ujar Syamsudduha, dosen UIN Alauddin
Makassar yang menjadi fasilitator pelatihan. Pelatihan ini
merupakan bagian dari pembekalan untuk Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) mahasiswa yang akan terjun ke madrasah selama
dua bulan. (Ajb)
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Usul KUA Dikembangkan Jadi Kantor UPTD Kemenag
guru di lapangan
sehingga kami bisa
memutuskan tindak
lanjut apa yang harus
dilakukan,” terang
Mahfud.
Jenderal Pendidikan Madrasah Kemenag,
menyebut kerja sama Kemenag dan USAID
PRIORITAS ini membantu pihaknya untuk
memetakan penataan dan pemerataan
distribusi guru dan meningkatkan
kompetensi guru madrasah.
Dalam kegiatan
tersebut hadir
beberapa perwakilan
lembaga seperti
pengurus wilayah
Muhammadiyah,
persatuan guru
madrasah Indonesia
(PGMI) Jawa Timur,
Prof Dr Mochammad Isom, Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, dan perwakilan
Kemenag, dalam acara lokakarya tata kelola guru madrasah.
Kemenag tingkat
kabupaten, yaitu
Kantor Kemenag Kabupaten Blitar,
Jakarta - Menindaklanjuti hasil lokakarya
Pamekasan, dan Jombang.
Penataan dan Pemerataan Guru (PPG) dan
Program Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
Perwakilan dari Kabupaten Blitar menguntuk guru madrasah, USAID PRIORITAS
usulkan optimalisasi Pengawas Madrasah di
dan Kemenag Provinsi Jawa Timur
tingkat kecamatan dengan memanfaatkan
menggelar Konsultasi Publik Tata Kelola
Kantor Urusan Agama (KUA) juga dijadikan
Guru Madrasah di Surabaya (17/5). Kepala
sebagai kantor UPTD (unit pelaksana teknis
Kanwil Kemenag Jatim Mahfud Shodar MAg daerah) sehingga pengawas tidak terpusat di
mengungkapkan, kegiatan ini diperlukan
kabupaten dan perkembangan madrasah di
untuk memetakan kondisi guru madrasah
tingkat kecamatan lebih mudah dipantau.
di Jawa Timur, apa saja yang harus
Selanjutnya, hasil kegiatan tersebut
diperbaiki, berapa guru yang belum sarjana,
ditindaklanjuti
pada lokakarya tata kelola
dan sebagainya.
guru madrasah yang bekerja sama dengan
“Harapannya dengan kegiatan ini kami bisa
Kemenag Pusat di Jakarta (3/6). Prof Dr
memetakan permasalahan-permasalahan
Mochammad Isom, Sekretaris Direktorat
“Kita akan mengawali penerapan tata kelola
guru madrasah ini di Jawa Timur. Kita akan
kloning ke provinsi lainnya,” tukas Prof
Isom. Dia juga menyetujui rencana
memanfaatkan KUA di tingkat kecamatan
untuk penguatan layanan pendidikan
madrasah dan akan dikoordinasikan dengan
direktorat terkait di Kemenag.
USAID PRIORITAS membantu Kemenag
memetakan kebutuhan guru di madrasah
yang sesuai dengan kualifikasi akademik,
sertifikasi profesional guru, rasio jumlah
guru dan siswa, dan kebutuhan guru di
madrasah, serta meningkatkan layanan
madrasah berbasis kecamatan. Khususnya
bagi kecamatan yang jumlah madrasahnya
besar, yaitu di atas 70 madrasah.
”Hal itu untuk memastikan adanya efisiensi
dan efektivitas kecukupan guru di
madrasah. Termasuk, membantu
merumuskan peta kebutuhan program
pelatihan guru madrasah yang relevan dari
sisi jenis, materi, dan biaya pelatihan yang
diperlukan berdasar data kebutuhan pelatihan individu guru,” kata Mark Heyward,
Penasehat Tata Kelola dan Manajemen
Pendidikan USAID PRIORITAS. (Adr/Lut)
Perubahan Terjadi di Sekolah Mitra Papua Barat
Manokwari Selatan, Papua Barat Biasanya para guru yang sudah mendapat
pelatihan, akan sulit ditemukan jejaknya ketika
kembali ke sekolah. Pandangan itu
disampaikan tim Dinas Pendidikan Manokwari Selatan yang memonitoring sekolah
mitra USAID PRIORITAS. Pandangan itu
berubah setelah melihat sekolah mitra yang
dikunjungi, ternyata semua telah mencoba
menerapkan hasil pelatihan.
Menurut Thera Auri, Kabid Pendidikan Dasar
Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pariwisata
Manokwari Selatan, pembelajaran aktif mulai
diterapkan. ”Saya melihat para guru mulai
memanfaatkan sumber belajar yang beragam,
siswa belajar dalam kelompok-kelompok
kecil, hasil karya siswa juga dipajang di mading kelas,” katanya.
Di beberapa sekolah, guru juga telah mengembangkan buku besar
sebagai alat peraga pembelajaran. Papan pajangan untuk
memamerkan hasil karya siswa mulai tersedia di kelas, termasuk
tempat portofolio untuk menyimpan hasil karya siswa.
Budaya membaca juga sudah mulai dilaksanakan. Kepala SD Inpres
Watariri dan SD YPK Oransbari misalnya, meminta kepada guru
Guru-guru sekolah mitra
di Manokwari Selatan
mulai terbiasa
menerapkan
pembelajaran aktif.
Seperti yang dilakukan
Satriani Arsyad, guru SD
Inpres Gaya Baru yang
menggunakan media
kartu kata untuk
mengajarkan siswanya
membaca.
kelas agar anak-anak dimulai membudayakan membaca senyap.
Walau masih banyak anak yang belum bisa membaca, keharusan
memegang buku dilaksanakan. Program membaca senyap dimulai
pertama kali di SD 30 Ransiki. Awalnya hanya setiap hari Sabtu
pagi, selama 30 menit untuk percobaan. “Kebiasaan ini sudah mulai
mendapatkan hasil, banyak siswa yang lebih memilih mencari buku
saat istirahat,” tutur Halijah, kepala sekolah. (Sds)
Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016
17
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Ketika Menulis
Menjadi Sebuah
Kegembiraan
Oleh Irma Fitriani,
Guru Kelas II SDIT Adzkia Sukabumi
Literasi adalah kemampuan yang
sangat penting dikuasai oleh siswa. Di
SDIT Adzkia I, program literasi khusus
dilaksanakan selama semester 1 yang
terintegrasi dalam pembelajaran
bahasa Indonesia. Produk akhirnya
berupa buku karangan siswa yang
dicetak rapi.
Pelaksanaan Program
Program literasi ini bertujuan mendidik
siswa senang membaca dan menulis, serta
melatih mereka untuk mampu menuangkan
pengalaman, ide-ide, mimpi, dan harapan
mereka ke dalam bentuk tulisan. Melalui
pembelajaran ini, diharapkan siswa menjadi
senang dan terbiasa membaca dan menulis.
Draf beberapa buku karangan siswa kelas 1I SDIT Adzkia. Covernya mereka beri judul dan digambar
sesuai imajinasinya. Isi buku juga ditulis dengan kata-kata mereka sendiri. Kebiasaan membaca
membantu siswa dalam menuangkan ide-idenya dalam tulisan.
Untuk memperkaya ide-ide siswa dalam
menulis, sekolah menggiatkan kegiatan
membaca yang dilaksanakan 15 menit
sebelum pembelajaran dimulai. Buku-buku
bacaan yang menarik disediakan di semua
sudut baca kelas.
misalnya cerita fabel, kisah nabi, atau kisah
lainnya. Lalu siswa diminta menceritakan
kembali dan menggambar tokoh yang
diceritakan di buku gambar. Guru
membimbing dan mengarahkan siswa
membuat cerita utuh. Pada tahap ini siswa
masih melakukannya secara lisan. Kalaupun
ditulis, siswa mencoba menuliskan secara
sederhana di buku tulis.
Kegiatan membaca berhasil memperluas
wawasan siswa dan memengaruhi pola pikir,
cara berbicara, serta pola tingkah laku
mereka. Kebiasaan membaca ini diharapkan
dapat memperkuat mental siswa dan
mampu mengatasi persoalan hidup karena
terinspirasi dari buku yang dibaca.
Untuk menambah wawasan ide cerita yang
akan mereka kembangkan dalam karangan,
siswa perlu diajak berkunjung ke perpustakaan untuk membaca. Siswa juga sering
diminta membawa buku cerita dari rumah
masing-masing untuk saling ditukar dan
dibaca teman-temannya.
Membuat Festival Literasi
Ada enam tahapan kegiatan literasi yang
dijadikan program khusus di kelas II SDIT
Adzkia. Tahapannya sebagai berikut:
1. Pramenulis
Pada tahap ini, siswa belajar mencurahkan
gagasan tentang sesuatu, baik itu berupa
mendeskripsikan benda, gambar, lingkungan
sekitar, profesi ataupun peristiwa yang
sedang terjadi, sampai menjadi satu cerita
yang utuh dan bermakna. Guru memberi
contoh terlebih dahulu, misalnya
mendeskripsikan sebuah vas bunga. Secara
bersama-sama membuat beberapa kalimat
sehingga membentuk deskripsi lengkap
tentang vas bunga. Lalu siswa diminta untuk
menceritakan deskripsinya tentang sebuah
benda di depan kelas secara lisan.
Berikutnya guru bercerita di depan kelas,
18
2. Draf Kasar
Pada tahap ini siswa dilatih membuat cerita
berdasar tema yang ditentukan guru, misal
tentang pengalaman yang mengesankan,
cita-cita, mimpi, dan sebagainya. Lalu siswa
membuat karangan berdasar ide mereka
sendiri. Hasil tulisan siswa dikumpulkan
dalam sebuah buku khusus, dan buku ini
yang dinamakan “draf kasar.”
3. Konferensi
Pada tahap ini, siswa diminta menceritakan
hasil karya mereka di depan kelas. Guru
dan siswa lainnya menyimak dan mengomentari hasil karya itu dan memberi masukan ide cerita agar isi ceritanya bisa
berkembang lebih baik lagi. Kegiatan itu
sekaligus melatih siswa berkomunikasi dan
berani tampil di depan kelas.
4. Revisi
Revisi adalah proses di mana siswa memilih
Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016
satu cerita menarik dan paling diminati dari
draf kasar untuk dijadikan buku. Guru
memberi masukan ataupun tambahan ide
agar cerita menjadi lebih hidup. Di sini guru
berperan cukup besar dalam membantu
siswa menampilkan hasil karya terbaik
mereka, tanpa menghilangkan orisinalitas
pemikiran dan ide mereka.
5. Dumi Buku
Setelah final direvisi, mereka menulis ulang
ke dalam kertas yang baru dengan
menambahkan gambar, judul, biodata, dan
hal lain yang dianggap perlu. Format buku
inilah yang dinamakan dumi buku yang siap
masuk percetakan untuk dibukukan.
6. Pencetakan Buku
Proses selanjutnya dimatangkan di
percetakan. Pada tahap ini buku mengalami
pengeditan layout tulisan maupun gambar
agar layak cetak tanpa menghilangkan ide
dan kreativitas siswa dalam hal konten
cerita maupun gambar. Diupayakan agar
keaslian karya mereka tetap dapat terlihat
jelas. Hanya sedikit dipoles agar terlihat
lebih menarik. Hasil buku yang dicetak dan
dumi buku ditampilkan pada acara Festival
Literasi untuk dilihat oleh orangtua dan
diberikan kepada mereka. Siswa sangat
bangga dengan hasil karyanya.
Pada kegiatan ini, guru memang perlu
bersabar dan telaten membimbing siswa.
Tapi hasilnya luar biasa, siswa mampu
menghasilkan buku yang dicetak indah
seperti buku-buku yang mereka lihat di
toko buku. Kini, menulis menjadi sebuah
kegembiraan bagi siswa.
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Galang Buku Bekas Layak Baca untuk Sudut Baca
animo siswa untuk membaca, Ogi Suprayogi, kepala sekolah,
menggalang dukungan dari berbagai pihak.
“Wali kelas mengumumkan untuk pengumpulan sumbangan buku
bacaan layak baca dari orang tua siswa,” cerita Ogi. Hasilnya,
terkumpul tak kurang dari seratus buku bacaan seperti fiksi anak
yang diperoleh dari sumbangan orangtua.
Siswa kelas VI yang lulus sekolah, dihimbau memberi kenangkenangan berupa buku bacaan yang layak baca. Masyarakat yang
berkunjung ke sekolah juga diajak untuk mendukung program ini.
Upaya tersebut direspon positif oleh mereka. “Kini koleksi buku
bacaan di sekolah kami sudah mencapai enam ratus buku, yang
semula hanya seratus lima puluh,” kata Ogi menambahkan.
Siswa SDI Al-Amanah sedang menulis judul-judul buku bekas yang
disumbangkan untuk sudut baca di kelasnya.
TANGERANG SELATAN – Kegiatan program membaca yang
sudah berjalan lebih dari setahun di SDI Al-Amanah mulai
mendapatkan banyak dukungan. Sebelumnya sekolah ini hanya
memiliki 150 buku bacaan bantuan dari USAID PRIORITAS. Melihat
Kini setiap siswa dari total lima ratus siswa dapat menikmati buku
bacaan yang menarik di sudut kelas. Penggalangan buku bacaan
layak baca akan terus dilakukan untuk memperkaya bahan bacaan
sekolah.
Selain mengembangkan program membaca 15 menit sebelum
pembelajaran dimulai, pada setiap Kamis siswa membaca selama
20 menit dan 40 menit untuk menulis dan menceritakan hasil
bacaannya. “Usai membaca siswa diberikan kebebasan untuk
menulis rangkuman bacaan, bercerita di depan kelas, atau
membuat jurnal baca. Total kegiatan tersebut selama enam puluh
menit,” kata Ogi lagi. (Anl)
Perpustakaan Suplai Buku untuk Sudut Baca di Kelas
“Setiap siswa
memiliki buku
catatan untuk
membuat
resume,” kata
Garnis Cipta
Prawesti guru
bahasa Indonesia
kelas VIII.
Siswa SMPN 1 Cikoneng saat membaca senyap.
Ciamis, Jawa Barat – Para siswa duduk
berkelompok di dalam kelas. Masingmasing membaca buku bacaan. Ada yang
membaca cerita rakyat, novel, atau bukubuku ilmu pengetahuan. Buku-buku
tersebut tersedia di sudut baca kelas. Itulah
suasana pagi di SMPN 1 Cikoneng.
Kegiatan membaca senyap dilakukan 15
menit setiap pagi sesudah membaca Al
Quran dan sebelum pembelajaran dimulai.
SMPN 1 Cikoneng juga mempunyai jam
membaca bersama setiap Jumat selama 25
menit. Jam membaca bersama ini dipakai
untuk membaca buku dan membuat
catatan dari buku yang dibaca oleh siswa.
Setiap kelas
memiliki sudut
baca. Perpustakaan
sekolah yang
mengelola dan
menyediakan
buku-buku untuk
sudut baca di
setiap kelas. “Buku di kelas diganti sesuai
dengan permintaan kelas tersebut. Kalau
buku-bukunya telah selesai dibaca, maka
siswa membawanya ke perpustakaan untuk
ditukar,” kata Dadan Ramdhani, petugas
perpustakaan.
Penggantian buku secara berkala ini
membuat buku-buku selalu berganti di
sudut baca kelas. Dengan jumlah koleksi
1.700 buku fiksi dan 1.564 buku nonfiksi,
maka perpustakaan mampu menyediakan
buku untuk sembilan kelas yang ada.
Perpustakaan juga menyediakan “Kereta
Baca” untuk mendekatkan buku kepada
siswa. Siswa bisa memilih buku bacan di
Kereta Baca saat mereka istirahat.
Perpustakaan SMPN 1 Cikoneng tidak
terlalu besar, namun penataannya sangat
apik. Buku-buku dipajang di rak-rak rendah.
Tersedia juga meja-meja baca kecil di atas
karpet merah biru. Buku-buku mata
pelajaran dipisahkan dalam ruangan khusus
sehingga tidak memenuhi ruang
perpustakaan. “Kami selalu membeli buku
bacaan baru setiap tahun dengan
menggunakan dana BOS,” tambah Dadang.
Penggunaan dana BOS untuk membeli buku
ini sudah dilakukan sejak tahun 2014, sejak
SMPN 1 Cikoneng mendapatkan pelatihan
Budaya Baca dari USAID PRIORITAS.
Program Budaya Baca di SMPN 1 Cikoneng
masuk menjadi program sekolah. “Kegiatan
dan anggaran program budaya baca ada di
RKAS,” jelas Dindin Hardi kepala sekolah.
Kepala Sekolah juga mengupayakan infaq
buku dari orangtua siswa setiap tahunnya.
Orangtua membelikan buku bacaan untuk
anaknya saat sekolah mengadakan bazar
buku. Dengan cara ini buku yang disumbang
orangtua adalah buku-buku yang cocok
untuk dibaca siswa SMP.
“Sebab buku yang dijual dalam bazar buku
sudah diseleksi oleh penerbit bersama guru
bahasa Indonesia,” kata Elsye Rosliana,
guru bahasa Indonesia. “Bazar yang
dilakukan di awal tahun kemarin kami
mendapatkan infaq buku senilai Rp. 45 juta
dari orangtua,” imbuhnya. (Hw)
Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016
19
DOKUMENTASI USAID PRIORITAS
Sururi, Buka Jendela Dunia untuk Masyarakat Terpencil
Ridwan Sururi, tinggal di lereng Gunung Slamet, tepatnya di Desa
Serang, Kecamatan Kutayasa, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.
Masyarakat desa di sini kesulitan mengakses buku bacaan dan
minat baca mereka juga relatif rendah. Sururi tergerak untuk
menggunakan kudanya yang bernama Luna untuk membawa buku
keliling ke sekolah, ke rumah warga, dan tempat ibadah di sekeliling
desanya. Dia namakan aktivitasnya dengan sebutan Kuda Pustaka
Gunung Slamet. USAID ikut membantu upaya Sururi. (Arz)
Setiap bulan, Kuda Pustaka rata-rata melayani lebih dari 500 buku yang
dipinjam. Semua dipinjamkan secara cuma-cuma atau gratis.
Sururi menjalani kegiatan ini sejak Desember 2014. Pada 15 Juni 2016,
USAID PRIORITAS memberikan bantuan sebanyak 792 buku bacaan
berjenjang untuk Kuda Pustaka Sururi. Buku yang paling banyak dipinjam
anak-anak adalah buku dari USAID. Sampai-sampai ada anak dan orang
tua yang ingin memintanya. ”Mau saya pakai untuk belajar membaca anak
saya,” kata mereka.
Sejak USAID memberi bantuan buku bacaan berjenjang yang
di dalamnya ada buku besar, Ridwan Sururi mulai mengajak
para siswa membaca bersama dengan buku besar.
USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai oleh USAID, yang diimplementasikan oleh Research Triangle Institute (RTI), Education
Development Center (EDC), dan World Education (WE). USAID PRIORITAS dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas di Indonesia,
khususnya untuk: (1) Meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah; (2) Meningkatkan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan
kabupaten/kota; (3) Meningkatkan dukungan koordinasi di dalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan/ pelatihan guru dan pemerintah di semua jenjang.
dari newsletter ini
bukan
pendapat resmi dari USAID atau pemerintah Amerika Serikat.
20
PrioritasIsiPendidikan:
Edisi
11merepresentasikan
April - Juni 2015
Download