ISSN 2460 - 3996 IK L HL AS - BER AMA Edisi 16 Maret 2017 Media Komunikasi Pendidikan Dasar di Jawa Barat Terpadu, Proses Belajar Sains dan Literasi di SD Negeri Utama Mandiri 1 Kota Cimahi “Dengan proses belajar terpadu antara sains dan literasi, didukung dengan budaya baca yang tumbuh dengan baik, sekolah ini merupakan sekolah literat sekaligus saintifik,” ujar Paul Weisenfeld, Executive Vice President Research Triangle Institute (RTI) Amerika usai mengunjungi SD Negeri Utama Mandiri 1 Kota Cimahi (21/3/2017). Paul mengaku kagum atas integrasi yang padu antara proses belajar sains dan literasi di sekolah ini. Menyaksikan proses belajar IPA dan Matematika di kelas IV, Paul mengaku apresiatif pada guru yang telah berhasil memadukan pembelajaran literasi (membaca dan menulis) dalam proses pembelajaran sains. Lebih dari itu, pembelajaran literasi juga didukung dengan beragam program budaya baca di sekolah semisal sudut baca, bangku baca, saung baca, roda pintar, duta baca, dan sokongan perpustakaan yang relatif hidup. Paul juga memuji kepala sekolah dan jajaran guru yang telah mengelola sekolah dengan baik. Menurutnya, manajemen sekolah tampak sangat mendukung bagi proses pembelajaran sains dan literasi. Peran serta masyarakat terhadap sekolah ini juga baik. Komite sekolah dan orangtua berpartisipasi aktif mendukung manajemen dan pembelajaran di sekolah. Kepala SDN Utama Mandiri 1 Cimahi Cucum Suminar mengaku kerja kerasnya mengelola sekolah terbayar ketika menyaksikan para guru dapat memfasilitasi pembelajaran aktif dan efektif. “Anak-anak tampak betah belajar di sekolah ini sehingga sering kali sudah waktu pulang mereka masih di sekolah,” tuturnya. Kinerja siswa tercermin pada beragam pajangan karya siswa yang menghiasi kelas, papan pajangan, dan majalah dinding di sekolah. Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Cimahi Nana Suyatna berterima kasih kepada RTI yang telah melaksanakan program USAID di Kota Cimahi. “Kami sangat terbantu dalam mengembangkan pendidikan dasar kelas dunia,” ucap Nana, yang mengaku telah memulai langkah-langkah menjamin keberlanjutan dampak program. [DS] Tiga Daerah Mitra Sabet Anugerah Literasi Wakil Walikota Sudiarto, Bupati Abu Bakar, dan Bupati Uu Ruzanul Ulum terima Piagam Anugerah Literasi Prioritas dari Dirjen Dikdas Hamid Muhammad (20/3) Tiga daerah mitra USAID PRIORITAS di Jawa Barat, yakni Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Tasikmalaya, menerima anugerah literasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Semoga anugerah ini tidak membuat kami terlena, namun justeru bisa lebih meningkatkan mutu pendidikan dan minat baca,” ungkap Uu. yang menyebut pendidikan dan budaya baca sebagai modal masyarakat sejahtera. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud Hamid Muhammad menyatakan, tiga daerah tersebut telah secara konsisten mengawal program pengentasan buta huruf yang digagas USAID dan Kemendikbud sejak 2012 lalu. “Penghargaan ini hasil kerja keras seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah menggugah kesadaran pentingnya membaca,” kata Bupati Abubakar. “Untuk program literasi, kita bentuk tim relawan hingga tingkat desa dan saya mengapresiasi kerja keras tim ini,” katanya. Bupati Tasikmalaya Uu Ruzanul Ulum, Bupati Bandung Barat Abu Bakar, dan Wakil Walikota Cimahi Sudiarto, yang menghadiri acara penganugerahan, mengaku bahagia meraih anugerah literasi. Sementara itu, Sudiarto mengandalkan program Cimahi Reading Habit (CRH) untuk menumbuhkan taraf literasi masyarakat Cimahi. CRH terbukti efektif menggerakkan budaya membaca di Cimahi. [DS] PRIORITASkeun diterbitkan oleh USAID PRIORITAS Jawa Barat sebagai media komunikasi untuk mendorong pembaharuan pendidikan dasar. Isi buletin ini merupakan tanggung jawab konsorsium program USAID PRIORITAS dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat. Kabar Utama UPI, UIN, Konsorsium, dan Sekolah Mitra Siap Rawat dan Sebarkan Dampak Menjelang akhir program USAID PRIORITAS, Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Jawa Barat UPI, UIN Bandung, LPTK konsorsium, dan sekolah binaannya menyatakan komitmen kuat untuk merawat praktik baik dampak program. Komitmen tersebut mengemuka pada pertemuan LPTK mitra USAID PRIORITAS dan konsorsiumnya (UPI, UIN, Unpas, Uninus, STIE Siliwangi, dan IAID Ciamis), sekolah mitra/lab LPTK, Disdik dan Kemenag Kota Bandung. Pertemuan juga dihadiri Direktur USAID PRIORITAS Stuart Weston dan Teaching-Learning Advisor Lynne Hill. “Para dosen yang telah dilatih USAID merupakan aset penting yang potensial untuk menjamin sustainabilitas program USAID di LPTK,” ujar Rektor UPI Prof Furqon, Ph.D, saat memberikan tanggapan atas presentasi dosen UPI E Kosasih dan guru SDN Sukarasa 3-4 Bandung Lilis Widiawati yang berbagi praktik baik perkuliahan, pembelajaran, dan pengembangan literasi sekolah. Prof Furqon mengatakan, model-model yang dikembangkan USAID PRIORITAS ini perlu dipelihara dan disebarluaskan. Sementara Rektor UIN Bandung Prof Dr Mahmud M.Si mengatakan, “Kami akan mengoptimalkan asosiasi sarjana pendidikan Islam untuk menindaklanjuti pengembangan sumberdaya pendidik dan tenaga kependidikan sesuai model yang dikembangkan oleh USAID.” Dr Aan Hasanah (berdiri) tunjukkan apresiasi pada program USAID PRIORITAS dan nyatakan komitmen untuk memelihara dan mengembangkan praktik baik dampak program (14/2). Dr Aan Hasanah, M.Ed, Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Bandung, menyebut keberhasilan guru di sekolah mencerminkan keberhasilan LPTK dalam menyiapkan calon guru. “Untuk itu, kemitraan antara LPTK dengan sekolah merupakan suatu keniscayaan yang selalu membawa manfaat timbal-balik, bagi LPTK dan sekolah,” tutur Aan. Mutualisme simbiotik dalam kemitraan LPTK-sekolah seperti itu juga diakui oleh Ani Sumiani, guru MTs Negeri 2 Kota Bandung, saat tampil berbagi pengalaman. Sementara itu, soal perkuliahan dan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), Mohamad Ilham Argiansyah, mahasiswa FTK UIN Bandung, mengatakan, “proses perkuliahan yang sangat praktis dan melibatkan partisipasi aktif mahasiswa itu telah memudahkan saya dalam melaksanakan PPL.” Rektor UPI Prof Furqon (kedua kanan) dan jajaran pimpinan UIN, Unpas, STAI Siliwangi, IAID Ciamis, dan Uninus tandatangani pernyataan komitmen menjamin sustainabilitas praktik baik dampak program, disaksikan oleh Stuart Weston, Lynne Hill, dan Koordinator USAID PRIORITAS Jabar Erna Irnawati (paling kiri) (14/2). Sebelumnya, dosen IPA FTK UIN Yudi Dirgantara mengatakan, “Saya puas melihat mahasiswa antusias mengikuti perkuliahan dan saat devaluasi kinerjanya bagus-bagus.” Pertemuan ini menghasilkan sejumlah rencana tindak-lanjut LPTK dan sekolah. [DS] Gencarkan Diseminasi di Lingkungan Madrasah Di dua belas daerah kab/kota mitra USAID PRIORITAS Jabar, baru 264 dari 2016 MI dan baru 445 dari 1504 MTs yang sudah dapat manfaat program. Dari segi guru, baru 1248 dari 20115 orang guru MI dan baru 2143 dari 27374 orang guru MTs. Dari sisi dana, sebesar 95.56% merupakan dana mandiri madrasah dan baru 4,44% bersumber dari dana DIPA Kemenag kab/kota. Demikian terungkap pada lokakarya diseminasi praktik baik madrasah tingkat Jawa Barat di Cirebon, Kamis (13/10/2016). Atas dasar itu, Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Jabar Abudin Malik Arief menaruh apresiasi terhadap Kemenag kab/kota yang telah dan berkomitmen untuk terus menyebarluaskan praktik baik PRIORITAS ke madrasah non mitra. “Kanwil bukan hanya mengawal diseminasi di tingkat kab/kota melainkan juga memfasilitasi alokasi pendanaannya sesuai dengan kebijakan nasional,” ujar Abudin. Pada kesempatan yang sama, Kepala Balai Diklat Keagamaan (BDK) 2 Aep Saefudin Firdaus (kedua kanan), Abudin Malik Arief (keempat kanan), dan para kepala Kantor Kemenag kab/kota teken komitmen diseminasi praktik baik USAID PRIORITAS (13/10/2016). Jawa Barat Aep Syaefudin Firdaus memandang perlu segera diseminasi PRIORITAS. “Perlu lebih banyak melatih fasilitator agar lebih banyak lagi forum pelatihan bisa dilaksanakan sehingga dapat menjangkau lebih banyak guru madrasah,” tutur Aep. Aep juga berharap terjadi transfer wawasan, keterampilan, dan inovasi secara baik agar madrasah lebih siap menjamin keberlanjutan program USAID PRIORITAS. [DS] keun Nomor 16 Kabar Utama Modul IV dan Pendampingan Ajarkan Konsep Dasar secara Mudah dan Benar Dalam TOT Modul 4 dan Pendampingan (21/2), terungkap, selama ini, 'garis tinggi' segitiga selalu digambarkan tegak dan didefinisikan sebagai garis yang ditarik dari titik sudut secara tegak lurus terhadap alas, dan alas selalu dianggap horizontal di bagian bawah segitiga. Akibatnya, siswa mengalami kesalahan dalam menentukan garis tinggi segitiga yang miring. Padahal, alas itu lebih tepat digambarkan sebagai 'sisi' di hadapan titik sudut tersebut atau perpanjangan sisi tersebut dalam hal segitiga tumpul. Maka, garis tinggi segitiga tepatnya didefinisikan sebagai garis yang ditarik dari titik sudut tegak lurus terhadap sisi di hadapannya atau terhadap perpanjangan sisi tersebut. “Wah, kalau begitu, kita harus mereformulasi pengertian garis tinggi segitiga dan cara mengajarkannya,” tukas Ahmad Sukaryo, kepala SDN 1 Lung Benda Kab Cirebon, setelah berhasil membuat rumusan sendiri pengertian garis tinggi segitiga. “Modul 4 berfokus pada isi materi ajar di SD/MI dan SMP/MTs guna memantapkan dan memperkaya pemahaman konsep para guru sehingga mampu mengembangkan bahan ajar dan memudahkan para Pemangku Kepentingan Provinsi Ingin Jaga Keberlanjutan Ida Ningrum usulkan revisi RPJMD (24/2) Segenap pemangku kepentingan pendidikan di Jawa Barat bertekad merawat dan mengembangkan dampak program melalui serangkaian upaya strategis (24/2/2017). Kepala Seksi Bina PAUDNI dan Dikdas Disdikbud Jabar Aang Karyana mengatakan, Disdikbud Jabar berkomitmen mengamankan kesinambungan praktik baik USAID PRIORITAS. Kepala Sub Bidang Pendidikan Bappeda Jabar Ida Ningrum mengaku, pihaknya kini berupaya melakukan revisi RPJMD, terkait kewenangan tingkat provinsi terhadap mutu pendidikan dasar. “Replikasi saja semua praktik yang baik itu,” ujarnya. Inge Wahyuni, Kepala Sub Bagian Pendidikan Biro Yanbangsos Setda Jabar, sebut pihaknya dapat membuat surat edaran yang berisi anjuran untuk melanjutkan praktik yang baik di sekolah dan madrasah. Jatnika, Sekretaris Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Jabar, “Untuk memastikan keberlanjutan, kami melakukan kemitraan dengan Balai Diklat Kementerian Agama,” ujarnya. Menghimpun data ukuran tinggi badan guna menguji operasi konsep Matematika. siswa memahami konsep-konsep” tutur Erna Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat. Lebih jauh Erna mengatakan, modul 4 juga dimaksudkan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan siswa yang diakibatkan oleh miskonsepsi dalam praktik pembelajaran seperti contoh kasus di atas. “Kita berharap, guru sekolah dasar dapat menanamkan kepada anak konsepkonsep ilmiah dasar secara mudah dan benar,” pungkas Erna. [DS] Penyebaran Praktik Baik Saat program USAID PRIORITAS berakhir medio 2017 ini, segenap sekolah/madrasah, daerah kab/kota, dan perguruan tinggi mitra bertekad untuk memelihara dan terus menyebarluaskan pelbagai praktik yang baik. Setiap pihak membuktikan komitmen sustainabilitas dengan berbagai cara. “Praktik-praktik yang baik ini perlu terus dirawat dan didiseminasikan ke kampus dan sekolah lain melalui berbagai media dan kegiatan,” tutur Rektor UPI Bandung Prof Furqon, PhD. “PPL model kolaborasi yang dikembangkan USAID PRIORITAS telah masuk dalam panduan PPL Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Bandung,” ujar Rektor UIN Bandung Prof Dr Mahmud, M.Si Untuk menjamin sustainabilitas dan diseminasi, Kab Bandung Barat, misalnya, telah menerbitkan tiga peraturan bupati tentang penataan guru, penggabungan sekolah, dan penataan kepala sekolah. Dalam rangka pengembangan profesi guru berkelanjutan, pemerintah Bandung Barat juga menempuh tiga kebijakan: penambahan fasilitator daerah, diseminasi tingkat gugus, dan pembentukan gugus model. “Kami adopsi semua program PRIORITAS,” kata Wakil Bupati Bandung Barat Yayat T Soemitra [DS] Kemenag Kuningan sebarkan USAID PRIORITAS ke madrasah non mitra MTs AlMutawaly (2527/8/2016). Aep Syaefudin Firdaus, Kepala BDK Kemenag Jabar, memadukan modul USAID PRIORITAS dengan modul-modul BDK melibatkan fasilitator daerah (fasda) USAID PRIORITAS. [DS] Maret 2017 3 Praktik yang Baik SDN 2 Sukasari Banjarsari Ciamis Berubah, Jadi Rujukan, lalu Jadi Pembina Bermitra dengan USAID PRIORITAS, SD Negeri 2 Sukasari mengalami perubahan dalam berbagai aspek: pembelajaran, manajemen, budaya membaca, dan peran serta masyarakat. Sontak sekolah dasar di sekelilingnya merasa “cemburu” dengan prestasinya. Muncullah permintaan diseminasi dari sekolah-sekolah di Kecamatan Banjarsari. Kemajuan SD 2 Sukasari dan peranannya dalam diseminasi ini membuat Kemendikbud menobatkannya sebagai Sekolah Pembina. Big Book untuk Pembelajaran Pembelajaran literasi di kelas awal memerlukan alat yang mengoptimalkan keterampilan menulis dan membaca siswa. Karakteristik siswa kelas awal dengan rentang konsentrasi pendek perlu media belajar berupa gambar atau objek yang menarik perhatian. Untuk menarik minat baca siswa kelas awal, guru SDN 2 Sukasari menggunakan media big book (buku besar), buku bacaan dengan ukuran, tulisan, dan gambar yang besar. Big book yang baik memiliki cerita singkat (1015 halaman), pola kalimat jelas, gambar memiliki makna, jenis dan ukuran huruf jelas terbaca, serta jalan cerita mudah dipahami sehingga guru dan siswa dapat membaca bersama dengan baik. Big book digunakan guru saat melakukan pemodelan membaca atau membaca bersama. “Dengan big book kami memberi siswa pengalaman membaca, membantu siswa memahami buku, melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, mengenalkan kepada siswa berbagai jenis bahan bacaan, memberi contoh membaca yang baik, dan menyediakan contoh teks yang baik,” papar Ibu Susi Widianingsih, guru yang sudah membuat banyak big book. Guru memilih big book yang isi cerita dan topiknya sesuai minat siswa atau tema pelajaran. Agar pilihan big book lebih bervariasi, para guru dan bahkan siswa membuat big book sendiri. “Guru harus membuat sendiri big book sesuai karakteristik dan kebutuhan siswa,” ujar Bapak Edi, Kepala SDN 2 Sukasari, yang sekarang menjadi pengawas. Permintaan Diseminasi Kemajuan SDN 2 Sukasari menggugah sekolah lain di Kecamatan Banjarsari untuk mengadakan diseminasi pelatihan praktik yang baik. Sekolah pelopor diseminasi adalah 10 sekolah di Gugus 6 Banjarsari, yaitu SDN 1 Banjarsari, SDN 2 Banjarsari, SDN 1 Ratawangi, SDN 2 Ratawangi, SDN I Ciherang, SDN 1 Cicapar, SDN 2 Cicapar, SDN 1 Ciulu, SDN 2 Ciulu, dan SDN 3 Kawasen. Setiap sekolah mengirimkan enam guru dari kelas 1-VI dan kepala sekolah sehingga total peserta adalah 70 orang. Biaya kegiatan berasal dari dana sekolah alokasi dana BOS Pusat untuk Peningkatan Kualitas Pendidik dan Tenaga Kependidikan. “Kami ingin meningkatkan keterampilan menyusun perencanaan pembelajaran (RPP) dan LK, melaksanakan pembelajaran (real teaching) dan melaksanakan evaluasi pembelajaran,” ujar Pak Ijudin, panitia pelatihan. Bapak Enting Sumiati, Kepala SDN 3 Kawasen yang menjadi peserta, mengakui kegiatan diseminasi pelatihan praktik yang baik sangat bermanfaat dan menyenangkan. Kepala UPTD Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Banjarsari Dede Sarto mengapresiasi pelaksanaan kegiatan diseminasi. Menurutnya, Gugus 6 adalah gugus terdepan di Banjarsari bahkan di Kabupaten Ciamis. Sekolah Pembina Beragam big book karya guru dan siswa. SDN 2 Sukasari juga terpilih menjadi salah satu dari 259 Sekolah Pembina tingkat nasional oleh Kemendikbud. Sekolah ini menyisihkan ribuan SD dari 402 kab/kota se-Indonesia, termasuk tiga sekolah unggulan dari Ciamis. Sekolah pembina bertugas: (1) menyelenggarakan sistem pendidikan berkualitas; (2) mengembangkan inovasi pendidikan dengan segala aspek pendukungnya; (3) melakukan diseminasi inovasi pendidikan kepada sekolah dasar lain; dan (4) memfasilitasi pembinaan sekolah dasar lain dengan prinsip maju bersama. Lingkungan sekolah menjadi taman membaca. 4 Kadisdik Ciamis Toto Marwoto berharap semua SD di Ciamis seperti sekolah ini. Hasil karya siswa ditempel di dinding kelas. Ada buku bacaan, sudut baca, kereta baca. Menurutnya, itu semua menggambarkan proses pembelajaran yang baik di kelas.[DS/MIR] keun Nomor 16 Praktik yang Baik MI Cokroaminoto Kuningan Kemajuan Madrasah Sedot Dukungan Berbagai Pihak Proses belajar di MI Cokroaminoto berjalan aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Kepala madrasah dan para guru menerapkan hasil pelatihan USAID PRIOTITAS dalam pembelajaran, manajemen, dan budaya baca. Hasil karya siswa terpajang di setiap kelas dan papan pajangan di lingkungan sekolah. Dukungan komite, orangtua, masyarakat, dan perpustakaan daerah menggenapkan kemajuan madrasah. Bermain Gambar Amati Gejala Surya “Anak-anak, coba sebutkan salah satu ciptaan Allah di dunia ini,” tanya Bu Nunung Pujawati mengawali pembelajaran di kelas 2 MI Cokroaminoto (28/02/2017). “Bumi, Bu,” ujar Ayla Nur Aini. “Matahari, Bu,” kata Usti Elsiana Agustin. “Betul, Anak-anak, sekarang kita akan belajar tentang matahari melalui permainan gambar. Kalian akan mengamati pergantian matahari pada saat pagi, siang, dan sore hari,” urai Bu Nunung. Media gambar digunakan agar siswa tertarik mempelajari gejala alam. Ketua kelompok dipersilakan mengambil gambar di depan kelas. Ada yang mendapatkan gambar matahari pagi, siang, atau sore hari. Semua siswa dengan riang-gembira membahas gambar matahari dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri atas lima siswa itu asyik berdiskusi tentang gambar matahari tersebut. Di kelompok Anggrek yang mendapatkan gambar matahari sore, tampak salah satu anggotanya menuliskan pada lembar kerja apa yang mengemuka dalam diskusi, seperti berikut: Matahari pada pagi hari berada di sebelah timur; Bayangannya di sebelah barat; Memajang hasil karya untuk mendapatkan feedback sekaligus menjadi sumber belajar baru bagi siswa lain. Udaranya serasa sejuk; Pepohonannya terlihat indah. Usai diskusi kelompok, ketua kelompok maju ke depan untuk menceritakan hasil diskusi kelompok. Ia menggambarkan gejala-gejala alam sesuai posisi matahari pagi, siang, atau sore. Anggota kelompok lain kemudian diberi kesempatan untuk berkomentar terhadap presentasi itu. Setelah semua kelompok mendapat giliran presentasi, setiap kelompok memasang hasil diskusinya di papan pajangan kelas. Semua tampak riang dan gembira karena karyanya dipasang. “Senang dan asyik. Gambarnya bagus. Seneng tulisan kami dipajang,” tulis Ferdi Aliansyah dari kelompok Melati saat menulis kesan-kesan refleksi di akhir proses belajar. [ASB] Orangtua Mengecat Ruang Kelas Kerjasama Perpusipda Sebagai dukungan nyata menunjang mutu pembelajaran, ketua komite sekolah Haryadi dorong paguyuban orangtua mengecat seluruh ruang kelas di tahun 2016. Program itu muncul ketika sedang menyusun rencana tindak lanjut sekolah setelah study visit. “Ini luar biasa, sekolah jemput bola untuk dikunjungi,” kata Ucu Suryana, Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Kab. Kuningan, saat MI Cokroaminoto mengajak kerjasama. Hal pertama yang dilakukan adalah rapat kepala sekolah bersama pengurus komite sekolah, wali kelas, dan guru. Salah satu keputusannya, program pengecatan harus melalui paguyuban orangtua per kelas agar lebih terarah. Penyampaian informasi pun harus disertai satu orang anggota komite dan satu guru senior didampingi wali kelas. Sekolah mengundang orangtua per kelas di satu hari. “Kami mengundang paguyuban orangtua per kelas agar lebih terarah dan fokus,” ucap Kepala Madrasah Ibu Tatat Pujiati. Dengan cara ini Ibu Tatat mengantisipasi protes dengan komunikasi yang baik. Bentuk peran serta orangtua tergantung pada keinginan orangtua. Ada yang menyumbang tenaga, cat, dan/atau makanan. “Ini bersifat sukarela sesuai kemampuan dan kesediaan masingmasing,” ujar Tatat menambahkan. [ASB] Maret 2017 Selain mendapatkan kunjungan mobil perpustakaan keliling secara berkala, MI Cokro dan beberapa sekolah mitra juga mendapatkan pelatihan asistensi tata kelola perpustakaan secara baik dan benar. “Selama bertugas di sini sebagai guru sampai jadi kepala madrasah, baru kali ini dikunjungi oleh perpustakaan daerah,” ujar Kepala Madrasah Tatat Pujiati. Rencana kerja kepala Perpusipda adalah mengadaptasi pola program budaya baca dan pojok baca di MI Cokro kepada seluruh sekolah/madrasah. Sudah dimasukkan dalam database sekolah yang dikunjungi Perpusipda, MI Cokro dan sekolah/madrasah mitra akan tetap dikunjungi, meski program USAID PRIORITAS sudah berakhir. [ASB] 5 Praktik yang Baik MTs Al-Mukhtariyah Bandung Barat Semula Cibiran Kini Jadi Incaran Terlecut oleh USAID PRIORITAS, kepala madrasah menerapkan hasil pelatihan MBS di tingkat madrasah. Dibentuklah tim pengembang madrasah dan tim pengembang budaya baca yang merupakan gabungan dari pihak manajemen (kamad dan wakamad), perwakilan guru, staf tata usaha, dan komite madrasah. Tanpa buang waktu, tim ini segera menyusun program madrasah dan, usai digodog, segera disosialisasikan, dilaksanakan, dan dievaluasi. terus didampingi oleh guru yang sudah dilatih lebih awal. Kini semua guru mampu menerapkan model CTL. Lingkungan sekitar sekolah menjadi sumber belajar aktif yang sangat produktif. Siswa belajar Bahasa Inggris secara terpadu dengan praktik percobaan sains, belajar Bahasa Indonesia di alam terbuka dan mewawancarai para pihak dalam rangka belajar IPS dan mata pelajaran lain. Bahkan, proses belajar Ilmu Fiqih pun gunakan CTL. Guru telah terampil membuat lembar kerja dengan pertanyaan tingkat tinggi dan proyek kegiatan yang merangsang kreatifitas siswa. Diskusi kelompok dan presentasi sudah menjadi pengalaman siswa keseharian. Bahkan lorong-lorong sekolah dimanfaatkan guru untuk proses belajar yang mengasyikkan bagi para siswa. Belajar Bahasa Inggris sambil praktik membuat masakan. Siswa sajikan bahan dan proses memasak dengan berbahasa Inggris. Pembelajaran Demonstrasi percobaan IPA tentang pengaruh penutupan tanah dengan tumbuhan terhadap volume air yang dilakukan tiga siswa MTs Al-Mukhtariyah menginspirasi pejabat Kementerian Agama dari 20 provinsi tentang pentingnya pembelajaran aktif di madrasah pada acara 'Konferensi Praktik Terbaik Program Kerja Sama Peningkatan Mutu Madrasah' di Jakarta, Kamis (1/12/2016). ”Hipotesis kami adalah tanah yang ditumbuhi tanaman dapat menyerap air dan mencegah erosi,” kata Zulfikar Eka, salah seorang siswa. Media penelitian siswa terbuat dari tiga botol air minum kemasan 600 ml yang bagian tengahnya dibuka berbentuk persegi berukuran 5x12 cm. Setiap botol diisi 500 gr tanah dan penutup botolnya dibuka. Botol A hanya diberi tanah tanpa tanaman, botol B diberi sedikit tanaman, dan botol C diberi tanaman yang rimbun. “Di setiap ujung kepala botol ada wadah penampung air yang keluar dari botol. Pada wadah penampung air botol A, kami masukkan alat pendeteksi banjir yang dibuat pada pelajaran Fisika,” tukas Ihwan, siswa lainnya. 6 Setiap botol disiram air sebanyak 600 ml secara bersamaan. Hasilnya, botol C mengeluarkan 530 ml air, sedangkan botol A dan B tetap mengeluarkan 600 ml air. Air yang dikeluarkan botol C warnanya juga lebih jernih dibanding botol A dan B yang sangat keruh. Botol A tampak lebih cepat mengeluarkan air sehingga memenuhi wadah penampung air dan membunyikan alarm alat pendeteksi banjir ketika air mencapai batas tertentu. “Tanah yang ditumbuhi tanaman rimbun ternyata dapat menyerap air lebih baik dan mencegah erosi. Sementara tanah yang tidak ada tanaman atau sedikit tanaman, volume air yang dikeluarkan sama dengan air yang masuk ke tanah dan tanahnya juga terbawa air sehingga menyebabkan erosi. Belajar dari percobaan ini, kita harus menjaga kelestarian hutan dan melakukan reboisasi pada tanah-tanah yang gundul agar penyerapan air lebih baik dan mencegah erosi atau tanah longsor,” papar Hilmi Azmi, siswa lainnya. Manajemen Guru-guru yang belum dilatih diwajibkan mengamati proses pembelajaran guru yang sudah dilatih. Setelah itu, para guru ini dilatih, menerapkannya di ruang kelas, dan Hasil karya siswa dipajang di setiap ruang kelas sehingga siswa merasa bangga, atmosfer akademik tumbuh, dan siswa mendapat sumber belajar baru. Karyakarya siswa dihimpun pada galeri madrasah, pernah dipamerkan pada showcase tingkat kabupaten, pameran tingkat provinsi, dan bahkan unjuk karya dan kinerja madrasah tingkat nasional di Kemendikbud RI. Kepala madrasah mendukung penuh semua kebutuhan pembelajaran mulai dari ATK, sarana, penataan ruang kelas dengan segala perabotannya, hingga penataan lingkungan madrasah. Segala kebutuhan pembelajaran dibahas pada tingkat perencanaan sekaligus dibahas kebutuhan anggarannya secara tripartit, pihak manajemen, guru, dan komite madrasah. Peran Serta Masyarakat Madrasah terus merajut kemitraan dengan berbagai pihak luar untuk meningkatkan kualitas madrasah. Beberapa kemitraan yang sudah dibangun adalah dengan PT Indonesia Power, TISERA, ormas Islam, dokter Korea, dan masjid besar Rajamandala. Budaya Baca Perpustakaan ditata lebih apik, koleksinya lebih bervariasi dan up-to-date, dan dilengkapi dengan sistem layanan digital. Kini guru dan siswa kerap memanfaatkan perpustakaan sebagai ruang pembelajaran juga. Siswa menerbitkan majalah dinding secara reguler dan membentuk kelompok gemar membaca yang disebut reading club. Sudut baca hadir di setiap kelas. Demikian pula dengan rak-rak buku di setiap bidang tembok, koridor, dan lorong sehingga bisa diakses warga sekolah.[DS] keun Nomor 16 Praktik yang Baik Kiri: gerakan membaca senyap. Kanan: salah satu karya siswa berupa kerangka cerita hasil membaca berbentuk diagram tulang ikan. SMPN 2 Sumber Kab Cirebon Sekolah dengan Kepemimpinan Pembelajaran Seiring program USAID PRIORITAS, SMP Negeri 2 Sumber melakukan perbaikan-perbaikan manajemen sekolah ke arah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Sekolah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan dengan melibatkan peran serta masyarakat. Masyarakat berperan penting dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan pendidikan, terutama membantu sekolah membangun moralitas siswa dan memenuhi keperluan anak. Kepala sekolah Bapak Heri Purnama memiliki komitmen tinggi untuk meningkatkan peran serta masyarakat, bekerjasama dengan orangtua dan masyarakat luas, menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan bagi siswa dan warga sekolah. Dia berupaya agar masyarakat tidak hanya memasukkan anak ke sekolah dan berkonsultasi tentang masalah pembelajaran anak. tetapi juga ikut serta dalam perawatan dan pembangunan fisik sekolah. Antara lain dengan menyumbangkan dana, barang, dan/atau waktu dan tenaga. Bahkan orangtua bisa terlibat dalam kegiatan sekolah, termasuk pembelajaran. Semua ini diarahkan untuk kepentingan pembelajaran sebagai inti pendidikan sekolah. Pembelajaran Di SMP Negeri 2 Sumber, pembelajaran pada jam pertama dimulai dengan membaca AlQuran. Pada proses pembelajaran seluruh guru sudah menggunakan pembelajaran aktif. Siswa berinteraksi dengan sumber belajar, menggali pikirannya sendiri, mencari informasi tambahan, memecahkan masalah, mengembangkan pertanyaan atas informasi yang diperoleh, berdiskusi kelompok, dan presentasi. Siswa juga memajang hasil karya yang tertata baik di lingkungan sekolah. Seluruh ruang kelas di SMP Negeri 2 Sumber sudah menciptakan lingkungan kelas yang mendorong siswa belajar, dengan pengaturan perabot dan tempat duduk yang bervariasi yang memungkinkan siswa melakukan diskusi, memudahkan siswa bermain peran, berdebat atau observasi aktivitas kelompok. Maret 2017 Sekolah menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas melalui koperasi sekolah di antaranya ; kertas plano, kertas warna, spidol, lem, kater, gunting. Perpustakaan Dalam mengoptimalkan perpustakaan, sekolah membuat perpustakaan lebih menarik dan mudah diakses siswa, menambah koleksi buku-buku yang menarik baik fiksi maupun non fiksi, ada tempat baca lesehan, penambahan buku siswa melalui infak buku dari siswa untuk siswa, dan penambahan buku dari para mahasiswa IAIN Cirebon yang melakukan penelitian. Mahasiswa juga menyediakan papan pajang hasil karya siswa. Budaya Baca Kepala sekolah memiliki komitmen tinggi dalam mensukseskan program budaya baca serta menyosialisasikan program budaya baca kepada orangtua siswa melalui komite sekolah. Dia berinisiatif menciptakan budaya baca dengan membuat pojok baca di dalam kelas yang berisi buku-buku non paket yang dimanfaatkan siswa dengan baik. Dia juga membuat lorong baca, taman baca dan memajang buku-buku bacaan di tempat yang mudah dijangkau, mengadakan lomba, pameran buku dan bekerjasama dengan Bank Jabar Banten (BJB) untuk pengadaan payung pada taman baca, bekerjasama dengan Garuda Food dalam pengadaan Kanopi untuk penutup rak buku pada lorong baca/taman baca. Peran Serta Masyarakat Sekolah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak terkait untuk mendapat informasi, antara lain: (1) Polsek Sumber tentang tata tertib lalu lintas, bahaya narkoba, dan bela negara, (2) Koramil Sumber tentang penggunaan senjata organik TNI, jenis-jenis senjata, (3) Puskesmas Sumber tentang kesehatan dan bantuan kacamata gratis untuk 200 siswa. Selain itu, ada beberapa bantuan dari masyarakat melalui paguyuban kelas seperti penambahan bangunan ruang yaitu ruang guru seluas 3x12M, pengadaan alat marchingband dan peralatan karawitan. Lingkungan Sekolah Sekolah menunjuk seorang koordinator (Sri Agustin Mulyaningsih, S.Pd) untuk menangani kebersihan, ketertiban, keamanan, kerindangan. Kini sekolah memiliki WC yang bersih, wastafel, tempat sampah, ventilasi udara. Ada pula kegiatan lomba penataan kelas dengan piala bergilir, pemanfatan halaman kelas dengan apotik hidup, warung hidup dan pembuatan kompos cair. Prestasi non Akademik Manajemen berbasis sekolah juga telah mendorong prestasi non akademik yang telah diraih pada tingkat SMP, di antaranya: Lomba pidato bulan bahasa di UNSWAGATI Cirebon juara I dan Juara III tahun 2015; DISDIK Balai pengembangan bahasa daerah dan kesenian dalam lomba dongeng basa Cerbon-Dermayu Putri meraih juara III pada tahun 2015; SMAN 1 Dukupuntang lomba orasi tentang lingkungan hidup meraih juara III pada tahun 2015; KKN STAIMA Cirebon Lomba Hapalan Alquran Juara I 2015; SMA Yadika Cirebon Olimpiade matematika juara III tahun 2015. 7 Praktik yang Baik Dorong Keprofesian Guru Upaya strategis perbaikan kualitas pendidikan adalah meningkatkan mutu dan kompetensi para guru. Hal itulah yang menjadi alasan Kepala Kemenag Indramayu Yayat Hidayat berkomitmen menyebarkan praktik pembelajaran yang baik kepada para guru madrasah. Pada tahun lalu, Kementerian Agama Kabupaten Indramayu telah menetapkan 31 madrasah yang diproyeksikan sebagai Madrasah Model. Madrasah ini merupakan hasil kerja sama antara Kementerian Agama Kabupaten Indramayu dengan USAID PRIORITAS Jawa Barat. Ke-31 sekolah ini terdiri atas 17 MI dan 14 MTs yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Indramayu. Penetapan madrasah mitra ini didasarkan pada SK Kepala Kemenag No. 046/2016 tentang Penetapan Madrasah Mitra pada Program USAID PRIORITAS. “Penetapan madrasah mitra merupakan langkah awal peningkatan kualitas madrasah di Indramayu. Tiga puluh satu madrasah mitra ini dilatih metode pembelajaran yang baik dan menarik sehingga para murid tidak bosan di kelas,” ujar Yayat Hidayat. Diseminasi praktik pembelajaran yang baik telah dirasakan oleh 108 orang guru MI dan 996 guru MTs dengan total pembiayaan mandiri sebesar Rp. 21,6 juta untuk jenjang MI dan Rp.199,2 juta untuk Kepala Kemenag Yaya Hidayat (kiri) dan Ketua KKM MTs Maman (kanan) berkolaborasi gencarkan diseminasi. jenjang MTs. Dalam menyukseskan kegiatan diseminasi tersebut ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh Kantor Kementerian Agama Indramayu. 1. Membentuk payung hukum/regulasi berupa SK Kepala Kemenag agar setiap madrasah wajib melakukan diseminasi. Hal ini merupakan bentuk “intervensi” positif yang dilakukan oleh Kepala Kemenag agar setiap madrasah mau melakukan kegiatan peningkatan mutu melalui diseminasi atau pelatihan yang lain. Penggunaan bantuan operasional madrasah (BOM) salah satunya bisa dialokasikan untuk kegiatan peningkatan kualitas guru; 2. Pengarahan secara langsung oleh Kepala Kemenag tentang pentingnya kegiatan Pokoknya Membaca diseminasi program USAID PRIORITAS; 3. Kepala Kemenag membentuk Tim Pengembangan Mutu yang terdiri atas fasilitator daerah (fasda) dan unsur seksi pendidikan madrasah Kemenag; 4. Evaluasi pelaksanaan program per semester; 5. Showcase hasil karya siswa dan guru di lingkungan Kemenag. Tentu masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh Kemenag Indramayu. Masih ada 1.309 orang guru MI dan 638 orang guru MTs yang belum merasakan manfaat dari diseminasi praktik pembelajarn yang baik ini. Harapannya selama 5 tahun ke depan para guru di lingkungan Kemenag bisa merasakan manfaat kegiatan ini. [AC/DS] Kabupaten Indramayu. Dengan segala sumber daya yang ada, ia memodifikasi game yang sedang popular menjadi slogan untuk meningkatkan budaya baca. Slogan tersebut adalah Pokeca (Pokoke Maca) yang dalam Bahasa Indonesia berarti ‘yang penting membaca.’ “Diawali dengan basmalah, saya merancang tempat siswa membaca. Tujuannya agar hubungan siswa lebih dekat dengan buku tanpa harus terkesan dipaksa. Terciptalah ruang baca lesehan di koridor sekolah dengan papan nama Pokeca. Saya sengaja bikin slogan Pokeca agar anak-anak lebih tertarik untuk membaca. Membaca tidak hanya di ruang kelas, tapi di luar kelas juga. Anak-anak bisa sambil menikmati udara segar di taman sekolah dan juga di koridor sekolah. Pokoknya membaca saja,” papar Etin. Membiasakan anak didik dengan buku bacaan tanpa harus memaksa adalah salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa di lingkungan sekolah. Hal inilah yang dilakukan oleh Bu Etin Takyatin, Guru SDN Sleman Lor II 8 Kegiatan membaca bersama dilakukan rutin setiap hari selama 15 menit oleh semua siswa dan seluruh warga sekolah. Sementara itu, setiap waktu senggang, siswa dan warga pun tak lupa membaca. Tentunya, di tengah minimnya minat baca, ide seperti ini menjadi strategi yang sangat baik untuk meningkatkan minat baca siswa maupun warga yang ada di sekolah. [AC] keun Nomor 16 Praktik yang Baik Cerita Singkat Bergambar Bangun Minat Baca Siswa membaca dongeng secara berkelompok. Ibu Rani Usnani, guru kelas I SDN Sukamurni 02 Kab. Bekasi memasuki ruangan kelas dengan setumpuk buku cerita. Kehadirannya disambut antusias oleh siswa. Hampir semua siswa menghampirinya agar mendapat sebuah buku. “Bu, Amel baca buku Jalak yang Baik Hati, ya!” pinta seorang anak sambil mengacungkan tangan di sela kerumunan teman-temannya. “Debi, juga Bu!” seorang anak lain meminta judul buku yang sama. Ia meminta sambil merajuk, lalu menghampiri dan memegang lengan Bu Rani. Sejenak suasana pun menjadi riuh. Dengan lembut Bu Rani menenangkan anak-anak dan meminta mereka duduk di kursi masing-masing. “Anak-anakku, semua buku yang Ibu bawa hari ini pasti menarik hati kalian. Ibu akan bagikan, Amel dan Debi kalian berdua baca buku Jalak yang Baik Hati, Alfaro baca buku Periuk Ajaib, …” Rani pun kemudian membagi habis buku yang dibawanya kepada seluruh muridnya. Ada satu buku yang harus dibaca berdua, ada pula yang dibaca sendiri. Kegiatan seperti itu dilakukan Rani hampir setiap hari sejak awal semester pertama tahun ajaran ini. Kesadaran akan pentingnya kemampuan membaca yang baik bagi siswa mendorongnya untuk berinovasi, menemukan cara terbaik yang Maret 2017 efektif dan menyenangkan dalam mengajar membaca. Harapannya bukan sekedar siswa lancar membaca, tetapi minat baca siswa juga meningkat. Hanya 9 dari 40 siswa di kelasnya yang berasal dari PAUD/TK, dan setelah dilakukan asesmen lebih dari 75% siswa belum lancar membaca. Hal ini menjadi tantangan tersendiri baginya. “Sudah sejak 2006 saya mengajar di kelas awal. Saya sudah pernah mengajar membaca menggunakan berbagai metode seperti SAS, mengeja, juga media pembelajaran seperti kartu huruf dan kartu kata. Setelah mengikuti pelatihan Buku Bacaan Berjenjang dan Bigbook, saya disadarkan bahwa membaca perlu dilatihkan. Berbekal pengalaman dan hasil pengamatan, saya menemukan fakta bahwa hampir semua anak kelas I lebih tertarik dengan-buku cerita bergambar yang tipis dengan teks yang sederhana, ukuran huruf cukup besar, dan mudah dibaca. Inilah yang kemudian mendorong saya mengembangkan Buku Cerita Singkat Bergambar untuk mempercepat siswa belajar membaca dan sekaligus menumbuhkembangkan minat bacanya.” Awalnya Rani mencari dan mengumpulkan buku cerita bergambar. Namun terkendala dengan sedikitnya koleksi pustaka milik sekolah, sementara untuk membeli buku cerita seperti ini relatif mahal karena dicetak fullcolor menggunakan kertas mengkilat yang cukup tebal. Akhirnya Rani berkreasi sendiri, mengarang cerita singkat khas anak-anak dengan mengadaptasi dari buku cerita dan dongeng, mengetiknya dengan huruf berukuran besar (arial 1824), menambahkan gambar berwarna yang diambil dari internet, di-print out, lalu dijilid. Secara singkat Rani memaparkan langkah yang ditempuhnya dalam menggunakan Buku Cerita Bergambar buatannya; “Pertama saya bagikan sebuah buku kepada setiap siswa yang lancar membaca untuk membaca mandiri. Kedua, kepada siswa yang belum lancar membaca saya berikan sebuah buku untuk dibaca berpasangan. Saya persilakan mereka untuk mengamati buku -sampul, gambar, dan teks- dan mencoba membaca teks singkat di bawah gambar. Selanjutnya saya menghampiri pasangan siswa yang belum lancar membaca secara bergiliran untuk mencontohkan membaca teks yang ada pada buku mereka. Tidak lama, hanya 2-3 kali saja. Setelah itu saya pun beralih ke pasangan lain.” Rani menyatakan keyakinannya bahwa ketertarikan terhadap bacaan, kesenangan dan kepuasan saat belajar membaca menjadi kunci keberhasilan belajar membaca siswa di kelas awal. Terbukti pada semester kedua, 35 dari 40 siswa kelas I sudah lancar membaca, sedangkan lima siswa lainnya sudah mampu mebaca kata namun belum lancar. Hal lain yang menggembirakan adalah tumbuhnya gairah dan semangat membaca siswa karena suasana menyenangkan di kelas saat kegiatan membaca dilakukan. [SMD] 9 Praktik yang Baik Pahami Unsur Intrinsik Cerita Adaptasi Diagram Tulang Ikan (Ishikawa Fishbone) Dina Yunita Indah, SDN Leuwigajah 5 Kota Cimahi Siswa kelas V SDN Leuwigajah 5 Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi melakukan kegiatan membaca suatu cerita. Mereka mampu membaca dengan lancar namun belum mampu memahami dan mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam cerita. Saya mencoba memanfaatkan diagram tulang ikan (ishikawa fishbone) untuk membantu siswa memahami unsur intrinsic cerita. Dengan diagram ini, saya berharap dapat membantu mengarahkan siswa memahami dan menguraikan unsur intrinsik suatu cerita dengan baik. Langkah-langkah penerapan diagram Ishikawa yang diperkenalkan Kaoru Ishikawa (1968) adalah sebagai berikut. 1. Siswa membentuk kelompok kecil yang terdiri dari lima orang; 2. Setiap siswa dalam kelompok tersebut membaca cerita yang berjudul Malin Kundang dengan saksama. 3. Guru membimbing siswa cara pengisian diagram tulang ikan, yaitu bagian kepala ikan diisi dengan judul cerita; bagian tulang ikannya diisi dengan uraian unsur intrinsik cerita yang terdiri dari tema, amanat, latar, alur, tokoh dan penokohan; 4. Setiap kelompok diberi kesempatan berdiskusi untuk menentukan unsur intrinsik cerita, lalu menuangkan temuan mereka dalam diangram tulang ikan; 5. Setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Kelompok lainnya memberikan tanggapan. Selama proses presentasi guru memberikan penguatan untuk memantapkan pemahaman siswa; 6. Setiap siswa memilih satu cerita dari beberapa cerita yang disiapkan oleh guru, lalu secara individu menentukan unsur intrinsic cerita tersebut dan menuangkannya dalam diagram tulang ikan masing-masing (individu); 7. Searah jarum jam, hasil kerja siswa ditukar, dibaca, dan ditanggapi oleh siswa lain; 8. Hasil karya dikembalikan ke pemiliknya untuk disempurnakan dengan merujuk pada hasil review temannya; 9. Setelah disempurnakan, hasil karya siswa diportofoliokan; 10. Di akhir pembelajaran, saya dan siswa menyimpulkan hasil diskusi. Pembelajaran dengan mengadaptasi diagram tulang ikan ini membuat siswa lebih aktif dan kreatif. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik karena siswa mampu menuangkan pemahaman bacaannya berupa hasil analisa unsur intrinsik ke dalam bentuk diagram tulang ikan, Selain itu, mereka juga menghias karya sesuai kreativitas masing-masing.*** Bermain Simulasi Ganjil-Genap Sagetti, SDN Kihapit Kota Cimahi berada di belakangnya secara berselang. Langkah kegiatannya sebagai berikut: 1.Siswa menyebutkan bilangan 1 sampai dengan 30; 2.Siswa menerima kartu bilangan sesuai dengan nomor masing-masing pada daftar siswa; Sebagian siswa kelas II mengalami kesulitan menentukan mana bilangan genap dan mana bilangan ganjil. Untuk mengatasi ini, saya membuat kartu dari kertas HVS berukuran folio yang dipotong menjadi dua bagian. Setiap kartu memuat satu nilai angka. Inilah kartu untuk permainan Simulasi Genap-Ganjil. Saya letakkan kartu bilangan 1-30 berderet di atas meja. Lalu saya pisahkan bilangan ganjil dengan cara menggesernya ke depan sehingga terlihat jelas deretan kartu bilangan ganjil berada di depan. Sementara deretan kartu bilangan genap 10 3.Guru meminta siswa yang memegang kartu 5 s.d. 20 berdiri di depan kelas; 4.Siswa berdiri berurutan, terkecil di sebelah kanan dan terbesar di sebelah kiri; 5.Siswa paling kanan maju satu langkah ke depan, siswa kedua dari kanan mundur satu langkah; 6.Siswa ketiga dari sebelah kanan maju satu langkah, siswa keempat dari sebelah kanan mundur satu langkah, dan begitulah sampai dengan nomor 20. Sehingga semua siswa yang memegang bilangan ganjil berbaris di depan, dan bilangan genap berbaris di belakang; 7.Siswa yang berbaris di depan diminta menyebutkan bilangan yang dipegangnya secara berurutan dari sebelah kanan ke sebelah kiri, dan siswa yang tidak berdiri (memegang kartu 21-30) mencatatnya di buku tulis; 8.Siswa yang berbaris di belakang diminta menyebutkan bilangan yang dipegangnya secara berurutan dari sebelah kanan ke sebelah kiri, dan siswa yang tidak berdiri mencatatnya di buku tulis; 9.Guru memberitahukan bahwa bilangan yang dipegang siswa yang berbaris di depan itu adalah bilangan ganjil dan yang dipegang di baris belakang adalah bilangan genap 10.Semua siswa kembali duduk kemudian mencatat bilangan ganjil dan bilangan genap yang tadi dipraktikkan. Saya kemudian mengajak siswa yang membawa kartu 21-30 untuk bermain Simulasi Genap-Ganjil seperti yang dilakukan sebelumnya.*** keun Nomor 16 Praktik yang Baik Benang Kasur Bantu Siswa Temukan Luas Permukaan Bola Iyon Maryono, Dosen UIN Bandung Pembelajaran kali ini mencoba memecahkan masalah yang sering dihadapi oleh kebanyakan siswa berkaitan dengan pemahaman terhadap luas permukaan bola. Menurut psikologi kognitif, Santrock (2011: 372) mengemukakan bahwa: “Pada usia remaja aktifitas kognitif terpenting di antaranya adalah penalaran dan pengambilan keputusan. Dalam bernalar dan mengambil keputusan remaja lebih dominan dengan cara memonitor dan mengelola pengalaman aktual dibandingkan dengan proses analitis.” Ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada usia remaja sebaiknya melalui pengalaman belajar aktual yang dialami sendiri. Misalnya, dalam materi luas permukaan bola sebaiknya guru menyajikan pembelajaran melalui penemuan dengan menggunakan benda konkret daripada menyajikan secara analitis. Persentase daya ingat seseorang dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang dialaminya. Edgar Dale menggambarkan persentase hal yang diingat seseorang dalam kerucut pembelajaran Dale (Dale's cone of learning) seperti pada Gambar 1. Berdasarkan kerucut tersebut, hasil pembelajaran yang diperoleh melalui pengalaman nyata atau simulasi pengalaman nyata cenderung akan diingat sebanyak 90%. Semakin menuju puncak kerucut, persentase yang diingat semakin menurun. melalui simulasi penemuan luas permukaan bola dengan bantuan alat-alat yang sederhana yaitu: benang kasur, bola, karton, gunting dan lem. Proses pembelajaran inti diawali dengan membuat lingkaran yang diameternya sama dengan diameter bola. Kedua, siswa membuka benang kasur yang meliliti seluruh permukaan bola. Ketiga, siswa melilitkan benang kasur untuk memenuhi seluruh daerah lingkaran. Jika satu lingkaran sudah penuh, dibuatlah lingkaran baru dengan diameter yang sama untuk dililiti sisa tali. Terus diulangi lagi sampai seluruh benang kasur yang berasal dari permukaan bola habis dipakai meliliti daerah lingkaran. Tampaklah bagi siswa jumlah lingkaran yang berhasil dipenuhi oleh lilitan benang kasur. Terakhir, siswa menarik kesimpulan rumus luas permukaan bola untuk kemudian dibuatkan laporan proses percobaan dan kesimpulannya sebagai bahan presentasi kelompok. Berdasarkan hasil refleksi, kegiatan berhasil mengaktifkan seluruh siswa dan tujuan Gambar 1: Kerucut Pembelajaran Dale pembelajaran berhasil dicapai, yakni siswa dapat menjelaskan asal mula rumus luas permukaan bola. Oleh karena itu, maka siswa dapat membedakan luas permukaan bola dan luas daerah lingkaran secara logis, bahkan memperkuat kembali pemahaman terhadap konsep luas daerah lingkaran. Temuan yang paling menggembirakan adalah semua siswa dapat menjelaskan bahwa rumus luas permukaan bola merupakan empat kali luas lingkaran dengan jari-jari yang sama dengan bola tersebut.*** Meskipun demikian, proses pembelajaran tidak harus dari pengalaman langsung, tetapi bisa dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pengalaman nyata (langsung) atau simulasi pengalaman nyata akan memberikan informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman tersebut, karena pembelajaran melibatkan berbagai indera, misalnya indra penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba (Dale, 1946:38). Oleh karena itu, maka simbol dan gagasan yang abstrak dapat lebih mudah dipahami dan diserap manakala diberikan dalam bentuk pengalaman nyata. Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas, maka dalam program pendampingan kami merancang suatu pembelajaran Karya siswa Maret 2017 11 Literasi Wakil Walikota Cimahi Sudiarto kunjungi stan pameran SMPN 3 Kota Cimahi yang terpilih oleh LPMP Jabar menjadi sekolah SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) Proses validasi bahan bacaan di SMPN 8 Kota Bogor, guru dan tim siswa memeriksa buku-buku sebelum dibaca oleh siswa agar cocok dengan kebutuhan siswa. Pohon Geulis (Gerakan Literasi) SDN Sukarasa 3-4 Bandung memuat catatan siswa tentang judul buku, pengarang, penerbit, dan isi buku yang telah dibacanya. Wakil Bupati Indramayu H. Supendi (tengah), Ketua DPRD Taufik Hidayat (kiri), dan Kepala Kantor Kemenag H.Yayat Hidayat (kanan) dalam peluncuran Gerakan Literasi Madrasah (28/10/2016). Karya Farah Fadhila, siswa SD Panembahan 2 Kab Cirebon, sabet juara nasional menggambar. Buletin PRIORITASkeun Stuart Weston, Anwar Holil Erna Irnawati Dindin Solahudin Dindin Solahudin, Rudi Sopiana Irwan Rudiansyah Pribadi, Fery Apriadi, Ipin Rohana, A.Syaeful Bahri, Iin Rahmawati, Arief T. Cahyana Tata Usaha: Ika Prasari Cessnarsi Bendahara: Eka Rosmitalia Distributor: Kastam Yanto, Deby Riyanto Dewan Penasehat: Penanggung Jawab: Pemimpin Redaksi: Dewan Redaksi: TI & Fotografi: Koordinator Daerah: Guru MTsN Garut Rina Rosmayana (kiri) daulat siswa membacakan salah satu haiku dari buku antologi haiku karyanya berjudul Salikur Rasa yang mendapat apresiasi tinggi dari BAPUSIPDA Garut dengan dibedah pada acara Pameran Buku di Islamic Center Garut. Rina juga memfasilitasi workshop menulis haiku bagi pelajar yang hadir pada bedah buku tersebut (4/8/2016). USAID PRIORITAS (Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students) merupakan program lima tahun yang didanai oleh USAID dan dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas. Program USAID PRIORITAS dirancang berdasarkan pengalaman dan pelajaran yang dipetik dari program Decentralized Basic Education (DBE) yang telah dilaksanakan pada tahun 2005-2010. Di Jawa Barat, USAID PRIORITAS meneruskan dukungan terbatas terhadap kabupaten/kota mitra DBE menyatakan kesediaan dan terpilih untuk menjadi mitra program. USAID PRIORITAS memberikan dukungan dan pembinaan secara penuh kepada kabupaten/kota baru di Jawa Barat selama 2012-2017. Alamat: Jl. Sindang Sirna No. 38 Bandung 40153 Tlp 022-2003133 Fax 022-2007266 Email: [email protected] www.prioritaspendidikan.org 12 keun Nomor 16