Terpadu, Proses Belajar Sains dan Literasi di SD

advertisement
ISSN
2460 - 3996
IK
L
HL
AS - BER AMA
Edisi 16
Maret 2017
Media Komunikasi
Pendidikan Dasar
di Jawa Barat
Terpadu,
Proses Belajar
Sains dan Literasi
di SD Negeri
Utama Mandiri 1
Kota Cimahi
“Dengan proses belajar terpadu antara sains dan literasi, didukung
dengan budaya baca yang tumbuh dengan baik, sekolah ini
merupakan sekolah literat sekaligus saintifik,” ujar Paul Weisenfeld,
Executive Vice President Research Triangle Institute (RTI) Amerika usai
mengunjungi SD Negeri Utama Mandiri 1 Kota Cimahi (21/3/2017).
Paul mengaku kagum atas integrasi yang padu antara proses belajar
sains dan literasi di sekolah ini. Menyaksikan proses belajar IPA dan
Matematika di kelas IV, Paul mengaku apresiatif pada guru yang telah
berhasil memadukan pembelajaran literasi (membaca dan menulis)
dalam proses pembelajaran sains. Lebih dari itu, pembelajaran
literasi juga didukung dengan beragam program budaya baca di
sekolah semisal sudut baca, bangku baca, saung baca, roda pintar,
duta baca, dan sokongan perpustakaan yang relatif hidup.
Paul juga memuji kepala sekolah dan jajaran guru yang telah
mengelola sekolah dengan baik. Menurutnya, manajemen sekolah
tampak sangat mendukung bagi proses pembelajaran sains dan
literasi. Peran serta masyarakat terhadap sekolah ini juga baik.
Komite sekolah dan orangtua berpartisipasi aktif mendukung
manajemen dan pembelajaran di sekolah.
Kepala SDN Utama Mandiri 1 Cimahi Cucum Suminar mengaku
kerja kerasnya mengelola sekolah terbayar ketika menyaksikan
para guru dapat memfasilitasi pembelajaran aktif dan efektif.
“Anak-anak tampak betah belajar di sekolah ini sehingga sering
kali sudah waktu pulang mereka masih di sekolah,” tuturnya.
Kinerja siswa tercermin pada beragam pajangan karya siswa yang
menghiasi kelas, papan pajangan, dan majalah dinding di sekolah.
Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan
Kota Cimahi Nana Suyatna berterima kasih kepada RTI yang telah
melaksanakan program USAID di Kota Cimahi. “Kami sangat
terbantu dalam mengembangkan pendidikan dasar kelas dunia,”
ucap Nana, yang mengaku telah memulai langkah-langkah
menjamin keberlanjutan dampak program. [DS]
Tiga Daerah Mitra Sabet Anugerah Literasi
Wakil Walikota Sudiarto, Bupati Abu Bakar, dan
Bupati Uu Ruzanul Ulum terima Piagam
Anugerah Literasi Prioritas dari Dirjen Dikdas
Hamid Muhammad (20/3)
Tiga daerah mitra USAID PRIORITAS di
Jawa Barat, yakni Kota Cimahi, Kabupaten
Bandung Barat, dan Kabupaten Tasikmalaya,
menerima anugerah literasi dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
“Semoga anugerah ini tidak membuat kami
terlena, namun justeru bisa lebih meningkatkan
mutu pendidikan dan minat baca,” ungkap Uu.
yang menyebut pendidikan dan budaya baca
sebagai modal masyarakat sejahtera.
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Kemendikbud Hamid Muhammad
menyatakan, tiga daerah tersebut telah
secara konsisten mengawal program
pengentasan buta huruf yang digagas USAID
dan Kemendikbud sejak 2012 lalu.
“Penghargaan ini hasil kerja keras seluruh
lapisan masyarakat dan pemerintah menggugah
kesadaran pentingnya membaca,” kata Bupati
Abubakar. “Untuk program literasi, kita bentuk
tim relawan hingga tingkat desa dan saya
mengapresiasi kerja keras tim ini,” katanya.
Bupati Tasikmalaya Uu Ruzanul Ulum, Bupati
Bandung Barat Abu Bakar, dan Wakil
Walikota Cimahi Sudiarto, yang menghadiri
acara penganugerahan, mengaku bahagia
meraih anugerah literasi.
Sementara itu, Sudiarto mengandalkan
program Cimahi Reading Habit (CRH) untuk
menumbuhkan taraf literasi masyarakat
Cimahi. CRH terbukti efektif menggerakkan
budaya membaca di Cimahi. [DS]
PRIORITASkeun diterbitkan oleh USAID PRIORITAS Jawa Barat sebagai media komunikasi untuk mendorong pembaharuan pendidikan dasar.
Isi buletin ini merupakan tanggung jawab konsorsium program USAID PRIORITAS dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat.
Kabar Utama
UPI, UIN, Konsorsium, dan Sekolah Mitra
Siap Rawat dan Sebarkan Dampak
Menjelang akhir program USAID PRIORITAS, Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK) Jawa Barat UPI, UIN Bandung, LPTK
konsorsium, dan sekolah binaannya menyatakan komitmen kuat
untuk merawat praktik baik dampak program. Komitmen tersebut
mengemuka pada pertemuan LPTK mitra USAID PRIORITAS dan
konsorsiumnya (UPI, UIN, Unpas, Uninus, STIE Siliwangi, dan IAID
Ciamis), sekolah mitra/lab LPTK, Disdik dan Kemenag Kota
Bandung. Pertemuan juga dihadiri Direktur USAID PRIORITAS
Stuart Weston dan Teaching-Learning Advisor Lynne Hill.
“Para dosen yang telah dilatih USAID merupakan aset penting yang
potensial untuk menjamin sustainabilitas program USAID di
LPTK,” ujar Rektor UPI Prof Furqon, Ph.D, saat memberikan
tanggapan atas presentasi dosen UPI E Kosasih dan guru SDN
Sukarasa 3-4 Bandung Lilis Widiawati yang berbagi praktik baik
perkuliahan, pembelajaran, dan pengembangan literasi sekolah. Prof
Furqon mengatakan, model-model yang dikembangkan USAID
PRIORITAS ini perlu dipelihara dan disebarluaskan.
Sementara Rektor UIN Bandung Prof Dr Mahmud M.Si
mengatakan, “Kami akan mengoptimalkan asosiasi sarjana
pendidikan Islam untuk menindaklanjuti pengembangan
sumberdaya pendidik dan tenaga kependidikan sesuai model yang
dikembangkan oleh USAID.”
Dr Aan Hasanah (berdiri) tunjukkan apresiasi pada program USAID
PRIORITAS dan nyatakan komitmen untuk memelihara dan
mengembangkan praktik baik dampak program (14/2).
Dr Aan Hasanah, M.Ed, Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Bandung, menyebut
keberhasilan guru di sekolah mencerminkan keberhasilan LPTK
dalam menyiapkan calon guru. “Untuk itu, kemitraan antara LPTK
dengan sekolah merupakan suatu keniscayaan yang selalu
membawa manfaat timbal-balik, bagi LPTK dan sekolah,” tutur Aan.
Mutualisme simbiotik dalam kemitraan LPTK-sekolah seperti itu
juga diakui oleh Ani Sumiani, guru MTs Negeri 2 Kota Bandung,
saat tampil berbagi pengalaman. Sementara itu, soal perkuliahan
dan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), Mohamad Ilham
Argiansyah, mahasiswa FTK UIN Bandung, mengatakan, “proses
perkuliahan yang sangat praktis dan melibatkan partisipasi aktif
mahasiswa itu telah memudahkan saya dalam melaksanakan PPL.”
Rektor UPI Prof Furqon (kedua kanan) dan jajaran pimpinan UIN, Unpas,
STAI Siliwangi, IAID Ciamis, dan Uninus tandatangani pernyataan komitmen
menjamin sustainabilitas praktik baik dampak program, disaksikan oleh
Stuart Weston, Lynne Hill, dan Koordinator USAID PRIORITAS Jabar Erna
Irnawati (paling kiri) (14/2).
Sebelumnya, dosen IPA FTK UIN Yudi Dirgantara mengatakan,
“Saya puas melihat mahasiswa antusias mengikuti perkuliahan dan
saat devaluasi kinerjanya bagus-bagus.” Pertemuan ini menghasilkan
sejumlah rencana tindak-lanjut LPTK dan sekolah. [DS]
Gencarkan Diseminasi
di Lingkungan Madrasah
Di dua belas daerah kab/kota mitra USAID PRIORITAS Jabar, baru
264 dari 2016 MI dan baru 445 dari 1504 MTs yang sudah dapat
manfaat program. Dari segi guru, baru 1248 dari 20115 orang guru
MI dan baru 2143 dari 27374 orang guru MTs. Dari sisi dana,
sebesar 95.56% merupakan dana mandiri madrasah dan baru
4,44% bersumber dari dana DIPA Kemenag kab/kota.
Demikian terungkap pada lokakarya diseminasi praktik baik
madrasah tingkat Jawa Barat di Cirebon, Kamis (13/10/2016). Atas
dasar itu, Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag
Jabar Abudin Malik Arief menaruh apresiasi terhadap Kemenag
kab/kota yang telah dan berkomitmen untuk terus
menyebarluaskan praktik baik PRIORITAS ke madrasah non mitra.
“Kanwil bukan hanya mengawal diseminasi di tingkat kab/kota
melainkan juga memfasilitasi alokasi pendanaannya sesuai dengan
kebijakan nasional,” ujar Abudin.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Balai Diklat Keagamaan (BDK)
2
Aep Saefudin Firdaus (kedua kanan), Abudin Malik Arief (keempat kanan),
dan para kepala Kantor Kemenag kab/kota teken komitmen diseminasi
praktik baik USAID PRIORITAS (13/10/2016).
Jawa Barat Aep Syaefudin Firdaus memandang perlu segera
diseminasi PRIORITAS. “Perlu lebih banyak melatih fasilitator agar
lebih banyak lagi forum pelatihan bisa dilaksanakan sehingga dapat
menjangkau lebih banyak guru madrasah,” tutur Aep.
Aep juga berharap terjadi transfer wawasan, keterampilan, dan
inovasi secara baik agar madrasah lebih siap menjamin
keberlanjutan program USAID PRIORITAS. [DS]
keun Nomor 16
Kabar Utama
Modul IV dan Pendampingan
Ajarkan Konsep Dasar secara Mudah dan Benar
Dalam TOT Modul 4 dan Pendampingan (21/2), terungkap, selama
ini, 'garis tinggi' segitiga selalu digambarkan tegak dan didefinisikan
sebagai garis yang ditarik dari titik sudut secara tegak lurus terhadap
alas, dan alas selalu dianggap horizontal di bagian bawah segitiga.
Akibatnya, siswa mengalami kesalahan dalam menentukan garis
tinggi segitiga yang miring. Padahal, alas itu lebih tepat digambarkan
sebagai 'sisi' di hadapan titik sudut tersebut atau perpanjangan sisi
tersebut dalam hal segitiga tumpul. Maka, garis tinggi segitiga
tepatnya didefinisikan sebagai garis yang ditarik dari titik sudut tegak
lurus terhadap sisi di hadapannya atau terhadap perpanjangan sisi
tersebut.
“Wah, kalau begitu, kita harus mereformulasi pengertian garis tinggi
segitiga dan cara mengajarkannya,” tukas Ahmad Sukaryo, kepala
SDN 1 Lung Benda Kab Cirebon, setelah berhasil membuat
rumusan sendiri pengertian garis tinggi segitiga.
“Modul 4 berfokus pada isi materi ajar di SD/MI dan SMP/MTs guna
memantapkan dan memperkaya pemahaman konsep para guru
sehingga mampu mengembangkan bahan ajar dan memudahkan para
Pemangku Kepentingan Provinsi
Ingin Jaga Keberlanjutan
Ida Ningrum usulkan
revisi RPJMD (24/2)
Segenap pemangku kepentingan pendidikan di Jawa Barat
bertekad merawat dan mengembangkan dampak program
melalui serangkaian upaya strategis (24/2/2017).
Kepala Seksi Bina PAUDNI dan Dikdas Disdikbud Jabar Aang
Karyana mengatakan, Disdikbud Jabar berkomitmen
mengamankan kesinambungan praktik baik USAID PRIORITAS.
Kepala Sub Bidang Pendidikan Bappeda Jabar Ida Ningrum
mengaku, pihaknya kini berupaya melakukan revisi RPJMD,
terkait kewenangan tingkat provinsi terhadap mutu pendidikan
dasar. “Replikasi saja semua praktik yang baik itu,” ujarnya.
Inge Wahyuni, Kepala Sub Bagian Pendidikan Biro Yanbangsos
Setda Jabar, sebut pihaknya dapat membuat surat edaran yang
berisi anjuran untuk melanjutkan praktik yang baik di sekolah
dan madrasah.
Jatnika, Sekretaris Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag
Jabar, “Untuk memastikan keberlanjutan, kami melakukan
kemitraan dengan Balai Diklat Kementerian Agama,” ujarnya.
Menghimpun data
ukuran tinggi
badan guna
menguji operasi
konsep
Matematika.
siswa memahami konsep-konsep” tutur Erna Irnawati,
koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat. Lebih jauh Erna
mengatakan, modul 4 juga dimaksudkan untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan siswa yang diakibatkan oleh miskonsepsi dalam
praktik pembelajaran seperti contoh kasus di atas. “Kita berharap,
guru sekolah dasar dapat menanamkan kepada anak konsepkonsep ilmiah dasar secara mudah dan benar,” pungkas Erna. [DS]
Penyebaran Praktik Baik
Saat program USAID PRIORITAS berakhir medio 2017 ini,
segenap sekolah/madrasah, daerah kab/kota, dan perguruan
tinggi mitra bertekad untuk memelihara dan terus
menyebarluaskan pelbagai praktik yang baik. Setiap pihak
membuktikan komitmen sustainabilitas dengan berbagai
cara.
“Praktik-praktik yang baik ini perlu terus dirawat dan
didiseminasikan ke kampus dan sekolah lain melalui
berbagai media dan kegiatan,” tutur Rektor UPI Bandung
Prof Furqon, PhD. “PPL model kolaborasi yang
dikembangkan USAID PRIORITAS telah masuk dalam
panduan PPL Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Bandung,” ujar Rektor UIN Bandung Prof Dr Mahmud, M.Si
Untuk menjamin sustainabilitas dan diseminasi, Kab
Bandung Barat, misalnya, telah menerbitkan tiga peraturan
bupati tentang penataan guru, penggabungan sekolah, dan
penataan kepala sekolah. Dalam rangka pengembangan
profesi guru berkelanjutan, pemerintah Bandung Barat juga
menempuh tiga kebijakan: penambahan fasilitator daerah,
diseminasi tingkat gugus, dan pembentukan gugus model.
“Kami adopsi semua program PRIORITAS,” kata Wakil
Bupati Bandung Barat Yayat T Soemitra [DS]
Kemenag Kuningan
sebarkan USAID
PRIORITAS ke madrasah
non mitra MTs AlMutawaly (2527/8/2016).
Aep Syaefudin Firdaus, Kepala BDK Kemenag Jabar, memadukan
modul USAID PRIORITAS dengan modul-modul BDK
melibatkan fasilitator daerah (fasda) USAID PRIORITAS. [DS]
Maret 2017
3
Praktik yang Baik
SDN 2 Sukasari Banjarsari Ciamis
Berubah, Jadi Rujukan, lalu Jadi Pembina
Bermitra dengan USAID PRIORITAS, SD Negeri 2 Sukasari mengalami perubahan dalam
berbagai aspek: pembelajaran, manajemen, budaya membaca, dan peran serta masyarakat.
Sontak sekolah dasar di sekelilingnya merasa “cemburu” dengan prestasinya. Muncullah
permintaan diseminasi dari sekolah-sekolah di Kecamatan Banjarsari. Kemajuan SD 2
Sukasari dan peranannya dalam diseminasi ini membuat Kemendikbud menobatkannya
sebagai Sekolah Pembina.
Big Book untuk Pembelajaran
Pembelajaran literasi di kelas awal
memerlukan alat yang mengoptimalkan
keterampilan menulis dan membaca siswa.
Karakteristik siswa kelas awal dengan
rentang konsentrasi pendek perlu media
belajar berupa gambar atau objek yang
menarik perhatian.
Untuk menarik minat baca siswa kelas awal,
guru SDN 2 Sukasari menggunakan media
big book (buku besar), buku bacaan dengan
ukuran, tulisan, dan gambar yang besar. Big
book yang baik memiliki cerita singkat (1015 halaman), pola kalimat jelas, gambar
memiliki makna, jenis dan ukuran huruf
jelas terbaca, serta jalan cerita mudah
dipahami sehingga guru dan siswa dapat
membaca bersama dengan baik.
Big book digunakan guru saat melakukan
pemodelan membaca atau membaca
bersama. “Dengan big book kami memberi
siswa pengalaman membaca, membantu
siswa memahami buku, melibatkan siswa
secara aktif dalam pembelajaran,
mengenalkan kepada siswa berbagai jenis
bahan bacaan, memberi contoh membaca
yang baik, dan menyediakan contoh teks
yang baik,” papar Ibu Susi Widianingsih,
guru yang sudah membuat banyak big book.
Guru memilih big book yang isi cerita dan
topiknya sesuai minat siswa atau tema
pelajaran. Agar pilihan big book lebih
bervariasi, para guru dan bahkan siswa
membuat big book sendiri. “Guru harus
membuat sendiri big book sesuai
karakteristik dan kebutuhan siswa,” ujar
Bapak Edi, Kepala SDN 2
Sukasari, yang sekarang
menjadi pengawas.
Permintaan Diseminasi
Kemajuan SDN 2 Sukasari menggugah
sekolah lain di Kecamatan Banjarsari untuk
mengadakan diseminasi pelatihan praktik
yang baik. Sekolah pelopor diseminasi
adalah 10 sekolah di Gugus 6 Banjarsari,
yaitu SDN 1 Banjarsari, SDN 2 Banjarsari,
SDN 1 Ratawangi, SDN 2 Ratawangi, SDN I
Ciherang, SDN 1 Cicapar, SDN 2 Cicapar,
SDN 1 Ciulu, SDN 2 Ciulu, dan SDN 3
Kawasen.
Setiap sekolah mengirimkan enam guru
dari kelas 1-VI dan kepala sekolah sehingga
total peserta adalah 70 orang. Biaya
kegiatan berasal dari dana sekolah alokasi
dana BOS Pusat untuk Peningkatan Kualitas
Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
“Kami ingin meningkatkan keterampilan
menyusun perencanaan pembelajaran
(RPP) dan LK, melaksanakan pembelajaran
(real teaching) dan melaksanakan evaluasi
pembelajaran,” ujar Pak Ijudin, panitia
pelatihan.
Bapak Enting Sumiati, Kepala SDN 3
Kawasen yang menjadi peserta, mengakui
kegiatan diseminasi pelatihan praktik yang
baik sangat bermanfaat dan menyenangkan.
Kepala UPTD Pendidikan dan Kebudayaan
Kecamatan Banjarsari Dede Sarto
mengapresiasi pelaksanaan kegiatan
diseminasi. Menurutnya, Gugus 6 adalah
gugus terdepan di Banjarsari bahkan di
Kabupaten Ciamis.
Sekolah Pembina
Beragam big book
karya guru dan siswa.
SDN 2 Sukasari juga terpilih menjadi salah
satu dari 259 Sekolah Pembina tingkat
nasional oleh Kemendikbud. Sekolah ini
menyisihkan ribuan SD dari 402 kab/kota
se-Indonesia, termasuk tiga sekolah
unggulan dari Ciamis.
Sekolah pembina bertugas: (1)
menyelenggarakan sistem pendidikan
berkualitas; (2) mengembangkan inovasi
pendidikan dengan segala aspek
pendukungnya; (3) melakukan diseminasi
inovasi pendidikan kepada sekolah dasar
lain; dan (4) memfasilitasi pembinaan
sekolah dasar lain dengan prinsip maju
bersama.
Lingkungan sekolah
menjadi taman
membaca.
4
Kadisdik Ciamis Toto Marwoto berharap
semua SD di Ciamis seperti sekolah ini.
Hasil karya siswa ditempel di dinding kelas.
Ada buku bacaan, sudut baca, kereta baca.
Menurutnya, itu semua menggambarkan
proses pembelajaran yang baik di
kelas.[DS/MIR]
keun Nomor 16
Praktik yang Baik
MI Cokroaminoto Kuningan
Kemajuan Madrasah Sedot Dukungan Berbagai Pihak
Proses belajar di MI Cokroaminoto berjalan aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Kepala madrasah dan para guru menerapkan hasil
pelatihan USAID PRIOTITAS dalam pembelajaran, manajemen, dan budaya baca. Hasil karya siswa terpajang di setiap kelas dan papan
pajangan di lingkungan sekolah. Dukungan komite, orangtua, masyarakat, dan perpustakaan daerah menggenapkan kemajuan madrasah.
Bermain Gambar Amati Gejala Surya
“Anak-anak, coba sebutkan salah satu
ciptaan Allah di dunia ini,” tanya Bu Nunung
Pujawati mengawali pembelajaran di kelas 2
MI Cokroaminoto (28/02/2017).
“Bumi, Bu,” ujar Ayla Nur Aini.
“Matahari, Bu,” kata Usti Elsiana Agustin.
“Betul, Anak-anak, sekarang kita akan
belajar tentang matahari melalui permainan
gambar. Kalian akan mengamati pergantian
matahari pada saat pagi, siang, dan sore
hari,” urai Bu Nunung.
Media gambar digunakan agar siswa
tertarik mempelajari gejala alam. Ketua
kelompok dipersilakan mengambil gambar
di depan kelas. Ada yang mendapatkan
gambar matahari pagi, siang, atau sore hari.
Semua siswa dengan riang-gembira
membahas gambar matahari dalam
kelompok. Setiap kelompok terdiri atas
lima siswa itu asyik berdiskusi tentang
gambar matahari tersebut.
Di kelompok Anggrek yang
mendapatkan gambar
matahari sore, tampak salah
satu anggotanya menuliskan
pada lembar kerja apa yang
mengemuka dalam diskusi,
seperti berikut:
 Matahari pada pagi hari
berada di sebelah timur;
 Bayangannya di sebelah
barat;
Memajang hasil karya untuk mendapatkan feedback sekaligus
menjadi sumber belajar baru bagi siswa lain.
 Udaranya serasa sejuk;
 Pepohonannya terlihat indah.
Usai diskusi kelompok, ketua kelompok
maju ke depan untuk menceritakan hasil
diskusi kelompok. Ia menggambarkan
gejala-gejala alam sesuai posisi matahari
pagi, siang, atau sore. Anggota kelompok
lain kemudian diberi kesempatan untuk
berkomentar terhadap presentasi itu.
Setelah semua kelompok mendapat giliran
presentasi, setiap kelompok memasang hasil
diskusinya di papan pajangan kelas. Semua
tampak riang dan gembira karena karyanya
dipasang.
“Senang dan asyik. Gambarnya bagus.
Seneng tulisan kami dipajang,” tulis Ferdi
Aliansyah dari kelompok Melati saat
menulis kesan-kesan refleksi di akhir proses
belajar. [ASB]
Orangtua Mengecat Ruang Kelas
Kerjasama Perpusipda
Sebagai dukungan nyata menunjang mutu pembelajaran, ketua komite sekolah
Haryadi dorong paguyuban orangtua mengecat seluruh ruang kelas di tahun 2016.
Program itu muncul ketika sedang menyusun rencana tindak lanjut sekolah setelah
study visit.
“Ini luar biasa, sekolah jemput bola untuk
dikunjungi,” kata Ucu Suryana, Kepala
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah
Kab. Kuningan, saat MI Cokroaminoto
mengajak kerjasama.
Hal pertama yang dilakukan adalah rapat kepala sekolah bersama pengurus komite
sekolah, wali kelas, dan guru. Salah satu keputusannya, program pengecatan harus
melalui paguyuban orangtua per kelas agar lebih terarah. Penyampaian informasi pun
harus disertai satu orang anggota komite dan satu guru senior didampingi wali kelas.
Sekolah mengundang orangtua per kelas di satu hari. “Kami mengundang paguyuban
orangtua per kelas agar lebih
terarah dan fokus,” ucap Kepala
Madrasah Ibu Tatat Pujiati. Dengan
cara ini Ibu Tatat mengantisipasi
protes dengan komunikasi yang
baik.
Bentuk peran serta orangtua
tergantung pada keinginan
orangtua. Ada yang menyumbang
tenaga, cat, dan/atau makanan. “Ini
bersifat sukarela sesuai
kemampuan dan kesediaan masingmasing,” ujar Tatat menambahkan.
[ASB]
Maret 2017
Selain mendapatkan kunjungan mobil
perpustakaan keliling secara berkala, MI
Cokro dan beberapa sekolah mitra juga
mendapatkan pelatihan asistensi tata kelola
perpustakaan secara baik dan benar.
“Selama bertugas di sini sebagai guru
sampai jadi kepala madrasah, baru kali ini
dikunjungi oleh perpustakaan daerah,” ujar
Kepala Madrasah Tatat Pujiati.
Rencana kerja kepala Perpusipda adalah
mengadaptasi pola program budaya baca
dan pojok baca di MI Cokro kepada
seluruh sekolah/madrasah.
Sudah dimasukkan dalam database sekolah
yang dikunjungi Perpusipda, MI Cokro dan
sekolah/madrasah mitra akan tetap
dikunjungi, meski program USAID
PRIORITAS sudah berakhir. [ASB]
5
Praktik yang Baik
MTs Al-Mukhtariyah Bandung Barat
Semula Cibiran Kini Jadi Incaran
Terlecut oleh USAID PRIORITAS, kepala madrasah menerapkan hasil
pelatihan MBS di tingkat madrasah. Dibentuklah tim pengembang madrasah dan
tim pengembang budaya baca yang merupakan gabungan dari pihak manajemen
(kamad dan wakamad), perwakilan guru, staf tata usaha, dan komite madrasah.
Tanpa buang waktu, tim ini segera menyusun program madrasah
dan, usai digodog, segera disosialisasikan, dilaksanakan, dan dievaluasi.
terus didampingi oleh guru yang sudah
dilatih lebih awal. Kini semua guru mampu
menerapkan model CTL.
Lingkungan sekitar sekolah menjadi
sumber belajar aktif yang sangat produktif.
Siswa belajar Bahasa Inggris secara terpadu
dengan praktik percobaan sains, belajar
Bahasa Indonesia di alam terbuka dan
mewawancarai para pihak dalam rangka
belajar IPS dan mata pelajaran lain. Bahkan,
proses belajar Ilmu Fiqih pun gunakan CTL.
Guru telah terampil membuat lembar
kerja dengan pertanyaan tingkat tinggi dan
proyek kegiatan yang merangsang
kreatifitas siswa. Diskusi kelompok dan
presentasi sudah menjadi pengalaman
siswa keseharian. Bahkan lorong-lorong
sekolah dimanfaatkan guru untuk proses
belajar yang mengasyikkan bagi para siswa.
Belajar Bahasa Inggris
sambil praktik
membuat masakan.
Siswa sajikan bahan
dan proses memasak
dengan berbahasa
Inggris.
Pembelajaran
Demonstrasi percobaan IPA tentang
pengaruh penutupan tanah dengan
tumbuhan terhadap volume air yang
dilakukan tiga siswa MTs Al-Mukhtariyah
menginspirasi pejabat Kementerian Agama
dari 20 provinsi tentang pentingnya
pembelajaran aktif di madrasah pada acara
'Konferensi Praktik Terbaik Program Kerja
Sama Peningkatan Mutu Madrasah' di
Jakarta, Kamis (1/12/2016).
”Hipotesis kami adalah tanah yang
ditumbuhi tanaman dapat menyerap air
dan mencegah erosi,” kata Zulfikar Eka,
salah seorang siswa.
Media penelitian siswa terbuat dari tiga
botol air minum kemasan 600 ml yang
bagian tengahnya dibuka berbentuk persegi
berukuran 5x12 cm. Setiap botol diisi 500
gr tanah dan penutup botolnya dibuka.
Botol A hanya diberi tanah tanpa tanaman,
botol B diberi sedikit tanaman, dan botol
C diberi tanaman yang rimbun.
“Di setiap ujung kepala botol ada wadah
penampung air yang keluar dari botol. Pada
wadah penampung air botol A, kami
masukkan alat pendeteksi banjir yang
dibuat pada pelajaran Fisika,” tukas Ihwan,
siswa lainnya.
6
Setiap botol disiram air sebanyak 600 ml
secara bersamaan. Hasilnya, botol C
mengeluarkan 530 ml air, sedangkan botol
A dan B tetap mengeluarkan 600 ml air. Air
yang dikeluarkan botol C warnanya juga
lebih jernih dibanding botol A dan B yang
sangat keruh. Botol A tampak lebih cepat
mengeluarkan air sehingga memenuhi
wadah penampung air dan membunyikan
alarm alat pendeteksi banjir ketika air
mencapai batas tertentu.
“Tanah yang ditumbuhi tanaman rimbun
ternyata dapat menyerap air lebih baik dan
mencegah erosi. Sementara tanah yang
tidak ada tanaman atau sedikit tanaman,
volume air yang dikeluarkan sama dengan
air yang masuk ke tanah dan tanahnya juga
terbawa air sehingga menyebabkan erosi.
Belajar dari percobaan ini, kita harus
menjaga kelestarian hutan dan melakukan
reboisasi pada tanah-tanah yang gundul
agar penyerapan air lebih baik dan
mencegah erosi atau tanah longsor,” papar
Hilmi Azmi, siswa lainnya.
Manajemen
Guru-guru yang belum dilatih diwajibkan
mengamati proses pembelajaran guru yang
sudah dilatih. Setelah itu, para guru ini
dilatih, menerapkannya di ruang kelas, dan
Hasil karya siswa dipajang di setiap ruang
kelas sehingga siswa merasa bangga,
atmosfer akademik tumbuh, dan siswa
mendapat sumber belajar baru. Karyakarya siswa dihimpun pada galeri
madrasah, pernah dipamerkan pada
showcase tingkat kabupaten, pameran
tingkat provinsi, dan bahkan unjuk karya
dan kinerja madrasah tingkat nasional di
Kemendikbud RI.
Kepala madrasah mendukung penuh
semua kebutuhan pembelajaran mulai dari
ATK, sarana, penataan ruang kelas dengan
segala perabotannya, hingga penataan
lingkungan madrasah. Segala kebutuhan
pembelajaran dibahas pada tingkat
perencanaan sekaligus dibahas kebutuhan
anggarannya secara tripartit, pihak
manajemen, guru, dan komite madrasah.
Peran Serta Masyarakat
Madrasah terus merajut kemitraan dengan
berbagai pihak luar untuk meningkatkan
kualitas madrasah. Beberapa kemitraan
yang sudah dibangun adalah dengan PT
Indonesia Power, TISERA, ormas Islam,
dokter Korea, dan masjid besar
Rajamandala.
Budaya Baca
Perpustakaan ditata lebih apik, koleksinya
lebih bervariasi dan up-to-date, dan
dilengkapi dengan sistem layanan digital.
Kini guru dan siswa kerap memanfaatkan
perpustakaan sebagai ruang pembelajaran
juga. Siswa menerbitkan majalah dinding
secara reguler dan membentuk kelompok
gemar membaca yang disebut reading club.
Sudut baca hadir di setiap kelas. Demikian
pula dengan rak-rak buku di setiap bidang
tembok, koridor, dan lorong sehingga bisa
diakses warga sekolah.[DS]
keun Nomor 16
Praktik yang Baik
Kiri: gerakan membaca senyap. Kanan: salah satu karya siswa berupa kerangka cerita hasil membaca berbentuk diagram tulang ikan.
SMPN 2 Sumber Kab Cirebon
Sekolah dengan Kepemimpinan Pembelajaran
Seiring program USAID PRIORITAS, SMP Negeri 2 Sumber melakukan perbaikan-perbaikan
manajemen sekolah ke arah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Sekolah melakukan
reorientasi penyelenggaraan pendidikan dengan melibatkan peran serta masyarakat.
Masyarakat berperan penting dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan pendidikan,
terutama membantu sekolah membangun moralitas siswa dan memenuhi keperluan anak.
Kepala sekolah Bapak Heri Purnama memiliki
komitmen tinggi untuk meningkatkan peran
serta masyarakat, bekerjasama dengan
orangtua dan masyarakat luas, menciptakan
suasana kondusif dan menyenangkan bagi
siswa dan warga sekolah. Dia berupaya agar
masyarakat tidak hanya memasukkan anak ke
sekolah dan berkonsultasi tentang masalah
pembelajaran anak. tetapi juga ikut serta
dalam perawatan dan pembangunan fisik
sekolah. Antara lain dengan menyumbangkan
dana, barang, dan/atau waktu dan tenaga.
Bahkan orangtua bisa terlibat dalam kegiatan
sekolah, termasuk pembelajaran. Semua ini
diarahkan untuk kepentingan pembelajaran
sebagai inti pendidikan sekolah.
Pembelajaran
Di SMP Negeri 2 Sumber, pembelajaran pada
jam pertama dimulai dengan membaca
AlQuran. Pada proses pembelajaran seluruh
guru sudah menggunakan pembelajaran aktif.
Siswa berinteraksi dengan sumber belajar,
menggali pikirannya sendiri, mencari informasi
tambahan, memecahkan masalah,
mengembangkan pertanyaan atas informasi
yang diperoleh, berdiskusi kelompok, dan
presentasi. Siswa juga memajang hasil karya
yang tertata baik di lingkungan sekolah.
Seluruh ruang kelas di SMP Negeri 2 Sumber
sudah menciptakan lingkungan kelas yang
mendorong siswa belajar, dengan pengaturan
perabot dan tempat duduk yang bervariasi
yang memungkinkan siswa melakukan diskusi,
memudahkan siswa bermain peran, berdebat
atau observasi aktivitas kelompok.
Maret 2017
Sekolah menyediakan alat dan bahan yang
dibutuhkan guru dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas melalui koperasi
sekolah di antaranya ; kertas plano, kertas
warna, spidol, lem, kater, gunting.
Perpustakaan
Dalam mengoptimalkan perpustakaan, sekolah
membuat perpustakaan lebih menarik dan
mudah diakses siswa, menambah koleksi
buku-buku yang menarik baik fiksi maupun
non fiksi, ada tempat baca lesehan,
penambahan buku siswa melalui infak buku
dari siswa untuk siswa, dan penambahan buku
dari para mahasiswa IAIN Cirebon yang
melakukan penelitian. Mahasiswa juga
menyediakan papan pajang hasil karya siswa.
Budaya Baca
Kepala sekolah memiliki komitmen tinggi
dalam mensukseskan program budaya baca
serta menyosialisasikan program budaya baca
kepada orangtua siswa melalui komite
sekolah. Dia berinisiatif menciptakan budaya
baca dengan membuat pojok baca di dalam
kelas yang berisi buku-buku non paket yang
dimanfaatkan siswa dengan baik. Dia juga
membuat lorong baca, taman baca dan
memajang buku-buku bacaan di tempat yang
mudah dijangkau, mengadakan lomba,
pameran buku dan bekerjasama dengan Bank
Jabar Banten (BJB) untuk pengadaan payung
pada taman baca, bekerjasama dengan Garuda
Food dalam pengadaan Kanopi untuk penutup
rak buku pada lorong baca/taman baca.
Peran Serta Masyarakat
Sekolah menjalin kerjasama dengan berbagai
pihak terkait untuk mendapat informasi,
antara lain: (1) Polsek Sumber tentang tata
tertib lalu lintas, bahaya narkoba, dan bela
negara, (2) Koramil Sumber tentang
penggunaan senjata organik TNI, jenis-jenis
senjata, (3) Puskesmas Sumber tentang
kesehatan dan bantuan kacamata gratis untuk
200 siswa. Selain itu, ada beberapa bantuan
dari masyarakat melalui paguyuban kelas
seperti penambahan bangunan ruang yaitu
ruang guru seluas 3x12M, pengadaan alat
marchingband dan peralatan karawitan.
Lingkungan Sekolah
Sekolah menunjuk seorang koordinator (Sri
Agustin Mulyaningsih, S.Pd) untuk menangani
kebersihan, ketertiban, keamanan,
kerindangan. Kini sekolah memiliki WC yang
bersih, wastafel, tempat sampah, ventilasi
udara. Ada pula kegiatan lomba penataan kelas
dengan piala bergilir, pemanfatan halaman
kelas dengan apotik hidup, warung hidup dan
pembuatan kompos cair.
Prestasi non Akademik
Manajemen berbasis sekolah juga telah
mendorong prestasi non akademik yang telah
diraih pada tingkat SMP, di antaranya:
 Lomba pidato bulan bahasa di
UNSWAGATI Cirebon juara I dan Juara III
tahun 2015;
 DISDIK Balai pengembangan bahasa
daerah dan kesenian dalam lomba dongeng
basa Cerbon-Dermayu Putri meraih juara
III pada tahun 2015;
 SMAN 1 Dukupuntang lomba orasi
tentang lingkungan hidup meraih juara III
pada tahun 2015;
 KKN STAIMA Cirebon Lomba Hapalan
Alquran Juara I 2015;
 SMA Yadika Cirebon Olimpiade
matematika juara III tahun 2015.
7
Praktik yang Baik
Dorong
Keprofesian
Guru
Upaya strategis perbaikan kualitas
pendidikan adalah meningkatkan mutu dan
kompetensi para guru. Hal itulah yang
menjadi alasan Kepala Kemenag Indramayu
Yayat Hidayat berkomitmen menyebarkan
praktik pembelajaran yang baik kepada
para guru madrasah.
Pada tahun lalu, Kementerian Agama
Kabupaten Indramayu telah menetapkan
31 madrasah yang diproyeksikan sebagai
Madrasah Model. Madrasah ini merupakan
hasil kerja sama antara Kementerian Agama
Kabupaten Indramayu dengan USAID
PRIORITAS Jawa Barat. Ke-31 sekolah ini
terdiri atas 17 MI dan 14 MTs yang
tersebar di seluruh wilayah Kabupaten
Indramayu. Penetapan madrasah mitra ini
didasarkan pada SK Kepala Kemenag No.
046/2016 tentang Penetapan Madrasah
Mitra pada Program USAID PRIORITAS.
“Penetapan madrasah mitra merupakan
langkah awal peningkatan kualitas
madrasah di Indramayu. Tiga puluh satu
madrasah mitra ini dilatih metode
pembelajaran yang baik dan menarik
sehingga para murid tidak bosan di kelas,”
ujar Yayat Hidayat.
Diseminasi praktik pembelajaran yang baik
telah dirasakan oleh 108 orang guru MI
dan 996 guru MTs dengan total
pembiayaan mandiri sebesar Rp. 21,6 juta
untuk jenjang MI dan Rp.199,2 juta untuk
Kepala Kemenag Yaya Hidayat (kiri) dan Ketua KKM MTs Maman (kanan)
berkolaborasi gencarkan diseminasi.
jenjang MTs.
Dalam menyukseskan kegiatan diseminasi
tersebut ada beberapa tahapan yang
dilakukan oleh Kantor Kementerian Agama
Indramayu.
1. Membentuk payung hukum/regulasi
berupa SK Kepala Kemenag agar setiap
madrasah wajib melakukan diseminasi.
Hal ini merupakan bentuk “intervensi”
positif yang dilakukan oleh Kepala
Kemenag agar setiap madrasah mau
melakukan kegiatan peningkatan mutu
melalui diseminasi atau pelatihan yang
lain. Penggunaan bantuan operasional
madrasah (BOM) salah satunya bisa
dialokasikan untuk kegiatan peningkatan
kualitas guru;
2. Pengarahan secara langsung oleh Kepala
Kemenag tentang pentingnya kegiatan
Pokoknya Membaca
diseminasi program USAID PRIORITAS;
3. Kepala Kemenag membentuk Tim
Pengembangan Mutu yang terdiri atas
fasilitator daerah (fasda) dan unsur seksi
pendidikan madrasah Kemenag;
4. Evaluasi pelaksanaan program per
semester;
5. Showcase hasil karya siswa dan guru di
lingkungan Kemenag.
Tentu masih banyak pekerjaan rumah yang
harus diselesaikan oleh Kemenag
Indramayu. Masih ada 1.309 orang guru MI
dan 638 orang guru MTs yang belum
merasakan manfaat dari diseminasi praktik
pembelajarn yang baik ini. Harapannya
selama 5 tahun ke depan para guru di
lingkungan Kemenag bisa merasakan
manfaat kegiatan ini. [AC/DS]
Kabupaten Indramayu. Dengan segala sumber daya yang ada, ia
memodifikasi game yang sedang popular menjadi slogan untuk
meningkatkan budaya baca. Slogan tersebut adalah Pokeca (Pokoke
Maca) yang dalam Bahasa Indonesia berarti ‘yang penting
membaca.’
“Diawali dengan basmalah, saya merancang tempat siswa membaca.
Tujuannya agar hubungan siswa lebih dekat dengan buku tanpa
harus terkesan dipaksa. Terciptalah ruang baca lesehan di koridor
sekolah dengan papan nama Pokeca. Saya sengaja bikin slogan
Pokeca agar anak-anak lebih tertarik untuk membaca. Membaca
tidak hanya di ruang kelas, tapi di luar kelas juga. Anak-anak bisa
sambil menikmati udara segar di taman sekolah dan juga di koridor
sekolah. Pokoknya membaca saja,” papar Etin.
Membiasakan anak didik dengan buku bacaan tanpa harus
memaksa adalah salah satu cara terbaik untuk meningkatkan
kemampuan literasi siswa di lingkungan sekolah. Hal inilah yang
dilakukan oleh Bu Etin Takyatin, Guru SDN Sleman Lor II
8
Kegiatan membaca bersama dilakukan rutin setiap hari selama 15
menit oleh semua siswa dan seluruh warga sekolah. Sementara itu,
setiap waktu senggang, siswa dan warga pun tak lupa membaca.
Tentunya, di tengah minimnya minat baca, ide seperti ini menjadi
strategi yang sangat baik untuk meningkatkan minat baca siswa
maupun warga yang ada di sekolah. [AC]
keun Nomor 16
Praktik yang Baik
Cerita
Singkat
Bergambar
Bangun
Minat
Baca
Siswa membaca dongeng secara berkelompok.
Ibu Rani Usnani, guru kelas I
SDN Sukamurni 02 Kab. Bekasi
memasuki ruangan kelas dengan
setumpuk buku cerita. Kehadirannya
disambut antusias oleh siswa. Hampir
semua siswa menghampirinya agar
mendapat sebuah buku.
“Bu, Amel baca buku Jalak yang Baik Hati,
ya!” pinta seorang anak sambil
mengacungkan tangan di sela kerumunan
teman-temannya.
“Debi, juga Bu!” seorang anak lain meminta
judul buku yang sama. Ia meminta sambil
merajuk, lalu menghampiri dan memegang
lengan Bu Rani. Sejenak suasana pun
menjadi riuh.
Dengan lembut Bu Rani menenangkan
anak-anak dan meminta mereka duduk di
kursi masing-masing. “Anak-anakku, semua
buku yang Ibu bawa hari ini pasti menarik
hati kalian. Ibu akan bagikan, Amel dan
Debi kalian berdua baca buku Jalak yang
Baik Hati, Alfaro baca buku Periuk Ajaib,
…” Rani pun kemudian membagi habis
buku yang dibawanya kepada seluruh
muridnya. Ada satu buku yang harus dibaca
berdua, ada pula yang dibaca sendiri.
Kegiatan seperti itu dilakukan Rani hampir
setiap hari sejak awal semester pertama
tahun ajaran ini. Kesadaran akan
pentingnya kemampuan membaca yang
baik bagi siswa mendorongnya untuk
berinovasi, menemukan cara terbaik yang
Maret 2017
efektif dan menyenangkan dalam mengajar
membaca. Harapannya bukan sekedar
siswa lancar membaca, tetapi minat baca
siswa juga meningkat. Hanya 9 dari 40
siswa di kelasnya yang berasal dari
PAUD/TK, dan setelah dilakukan asesmen
lebih dari 75% siswa belum lancar
membaca. Hal ini menjadi tantangan
tersendiri baginya.
“Sudah sejak 2006 saya mengajar di kelas
awal. Saya sudah pernah mengajar
membaca menggunakan berbagai metode
seperti SAS, mengeja, juga media
pembelajaran seperti kartu huruf dan
kartu kata. Setelah mengikuti pelatihan
Buku Bacaan Berjenjang dan Bigbook, saya
disadarkan bahwa membaca perlu
dilatihkan. Berbekal pengalaman dan hasil
pengamatan, saya menemukan fakta bahwa
hampir semua anak kelas I lebih tertarik
dengan-buku cerita bergambar yang tipis
dengan teks yang sederhana, ukuran huruf
cukup besar, dan mudah dibaca. Inilah yang
kemudian mendorong saya
mengembangkan Buku Cerita Singkat
Bergambar untuk mempercepat siswa
belajar membaca dan sekaligus
menumbuhkembangkan minat bacanya.”
Awalnya Rani mencari dan mengumpulkan
buku cerita bergambar. Namun terkendala
dengan sedikitnya koleksi pustaka milik
sekolah, sementara untuk membeli buku
cerita seperti ini relatif mahal karena
dicetak fullcolor menggunakan kertas
mengkilat yang cukup tebal. Akhirnya Rani
berkreasi sendiri, mengarang cerita singkat
khas anak-anak dengan mengadaptasi dari
buku cerita dan dongeng, mengetiknya
dengan huruf berukuran besar (arial 1824), menambahkan gambar berwarna yang
diambil dari internet, di-print out, lalu
dijilid.
Secara singkat Rani memaparkan langkah
yang ditempuhnya dalam menggunakan
Buku Cerita Bergambar buatannya;
“Pertama saya bagikan sebuah buku kepada
setiap siswa yang lancar membaca untuk
membaca mandiri. Kedua, kepada siswa
yang belum lancar membaca saya berikan
sebuah buku untuk dibaca berpasangan.
Saya persilakan mereka untuk mengamati
buku -sampul, gambar, dan teks- dan
mencoba membaca teks singkat di bawah
gambar. Selanjutnya saya menghampiri
pasangan siswa yang belum lancar
membaca secara bergiliran untuk
mencontohkan membaca teks yang ada
pada buku mereka. Tidak lama, hanya 2-3
kali saja. Setelah itu saya pun beralih ke
pasangan lain.”
Rani menyatakan keyakinannya bahwa
ketertarikan terhadap bacaan, kesenangan
dan kepuasan saat belajar membaca
menjadi kunci keberhasilan belajar
membaca siswa di kelas awal.
Terbukti pada semester kedua, 35 dari 40
siswa kelas I sudah lancar membaca,
sedangkan lima siswa lainnya sudah
mampu mebaca kata namun belum lancar.
Hal lain yang menggembirakan adalah
tumbuhnya gairah dan semangat membaca
siswa karena suasana menyenangkan di
kelas saat kegiatan membaca dilakukan.
[SMD]
9
Praktik yang Baik
Pahami Unsur Intrinsik Cerita
Adaptasi Diagram Tulang Ikan
(Ishikawa Fishbone)
Dina Yunita Indah, SDN Leuwigajah 5 Kota Cimahi
Siswa kelas V SDN Leuwigajah 5
Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi
melakukan kegiatan membaca suatu cerita.
Mereka mampu membaca dengan lancar
namun belum mampu memahami dan
mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik
yang terkandung dalam cerita. Saya
mencoba memanfaatkan diagram tulang
ikan (ishikawa fishbone) untuk membantu
siswa memahami unsur intrinsic cerita.
Dengan diagram ini, saya berharap dapat
membantu mengarahkan siswa memahami
dan menguraikan unsur intrinsik suatu
cerita dengan baik.
Langkah-langkah penerapan diagram
Ishikawa yang diperkenalkan Kaoru
Ishikawa (1968) adalah sebagai berikut.
1. Siswa membentuk kelompok kecil yang
terdiri dari lima orang;
2. Setiap siswa dalam kelompok tersebut
membaca cerita yang berjudul Malin
Kundang dengan saksama.
3. Guru membimbing siswa cara pengisian
diagram tulang ikan, yaitu bagian kepala
ikan diisi dengan judul cerita; bagian
tulang ikannya diisi dengan uraian unsur
intrinsik cerita yang terdiri dari tema,
amanat, latar, alur, tokoh dan penokohan;
4. Setiap kelompok diberi kesempatan
berdiskusi untuk menentukan unsur
intrinsik cerita, lalu menuangkan temuan
mereka dalam diangram tulang ikan;
5. Setiap perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya.
Kelompok lainnya memberikan
tanggapan. Selama proses presentasi
guru memberikan penguatan untuk
memantapkan pemahaman siswa;
6. Setiap siswa memilih satu cerita dari
beberapa cerita yang disiapkan oleh
guru, lalu secara individu menentukan
unsur intrinsic cerita tersebut dan
menuangkannya dalam diagram tulang
ikan masing-masing (individu);
7. Searah jarum jam, hasil kerja siswa
ditukar, dibaca, dan ditanggapi oleh siswa
lain;
8. Hasil karya dikembalikan ke pemiliknya
untuk disempurnakan dengan merujuk
pada hasil review temannya;
9. Setelah disempurnakan, hasil karya siswa
diportofoliokan;
10. Di akhir pembelajaran, saya dan siswa
menyimpulkan hasil diskusi.
Pembelajaran dengan mengadaptasi
diagram tulang ikan ini membuat siswa
lebih aktif dan kreatif. Proses pembelajaran
menjadi lebih menarik karena siswa
mampu menuangkan pemahaman
bacaannya berupa hasil analisa unsur
intrinsik ke dalam bentuk diagram tulang
ikan, Selain itu, mereka juga menghias
karya sesuai kreativitas masing-masing.***
Bermain Simulasi Ganjil-Genap
Sagetti, SDN Kihapit Kota Cimahi
berada di belakangnya secara berselang.
Langkah kegiatannya sebagai berikut:
1.Siswa menyebutkan bilangan 1 sampai
dengan 30;
2.Siswa menerima kartu bilangan sesuai
dengan nomor masing-masing pada daftar
siswa;
Sebagian siswa kelas II mengalami kesulitan
menentukan mana bilangan genap dan
mana bilangan ganjil. Untuk mengatasi ini,
saya membuat kartu dari kertas HVS
berukuran folio yang dipotong menjadi dua
bagian. Setiap kartu memuat satu nilai
angka. Inilah kartu untuk permainan
Simulasi Genap-Ganjil.
Saya letakkan kartu bilangan 1-30
berderet di atas meja. Lalu saya pisahkan
bilangan ganjil dengan cara menggesernya
ke depan sehingga terlihat jelas deretan
kartu bilangan ganjil berada di depan.
Sementara deretan kartu bilangan genap
10
3.Guru meminta siswa yang memegang
kartu 5 s.d. 20 berdiri di depan kelas;
4.Siswa berdiri berurutan, terkecil di
sebelah kanan dan terbesar di sebelah kiri;
5.Siswa paling kanan maju satu langkah ke
depan, siswa kedua dari kanan mundur
satu langkah;
6.Siswa ketiga dari sebelah kanan maju satu
langkah, siswa keempat dari sebelah kanan
mundur satu langkah, dan begitulah sampai
dengan nomor 20. Sehingga semua siswa
yang memegang bilangan ganjil berbaris di
depan, dan bilangan genap berbaris di
belakang;
7.Siswa yang berbaris di depan diminta
menyebutkan bilangan yang dipegangnya
secara berurutan dari sebelah kanan ke
sebelah kiri, dan siswa yang tidak berdiri
(memegang kartu 21-30) mencatatnya di
buku tulis;
8.Siswa yang berbaris di belakang diminta
menyebutkan bilangan yang dipegangnya
secara berurutan dari sebelah kanan ke
sebelah kiri, dan siswa yang tidak berdiri
mencatatnya di buku tulis;
9.Guru memberitahukan bahwa bilangan
yang dipegang siswa yang berbaris di depan
itu adalah bilangan ganjil dan yang dipegang
di baris belakang adalah bilangan genap
10.Semua siswa kembali duduk kemudian
mencatat bilangan ganjil dan bilangan genap
yang tadi dipraktikkan.
Saya kemudian mengajak siswa yang
membawa kartu 21-30 untuk bermain
Simulasi Genap-Ganjil seperti yang
dilakukan sebelumnya.***
keun Nomor 16
Praktik yang Baik
Benang Kasur Bantu Siswa
Temukan Luas Permukaan Bola
Iyon Maryono, Dosen UIN Bandung
Pembelajaran kali ini mencoba
memecahkan masalah yang sering dihadapi
oleh kebanyakan siswa berkaitan dengan
pemahaman terhadap luas permukaan bola.
Menurut psikologi kognitif, Santrock (2011:
372) mengemukakan bahwa: “Pada usia
remaja aktifitas kognitif terpenting di
antaranya adalah penalaran dan
pengambilan keputusan. Dalam bernalar
dan mengambil keputusan remaja lebih
dominan dengan cara memonitor dan
mengelola pengalaman aktual dibandingkan
dengan proses analitis.” Ini menunjukkan
bahwa proses pembelajaran pada usia
remaja sebaiknya melalui pengalaman
belajar aktual yang dialami sendiri. Misalnya,
dalam materi luas permukaan bola
sebaiknya guru menyajikan pembelajaran
melalui penemuan dengan menggunakan
benda konkret daripada menyajikan
secara analitis.
Persentase daya ingat seseorang
dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang
dialaminya. Edgar Dale menggambarkan
persentase hal yang diingat seseorang
dalam kerucut pembelajaran Dale (Dale's
cone of learning) seperti pada Gambar 1.
Berdasarkan kerucut tersebut, hasil
pembelajaran yang diperoleh melalui
pengalaman nyata atau simulasi pengalaman
nyata cenderung akan diingat sebanyak
90%. Semakin menuju puncak kerucut,
persentase yang diingat semakin menurun.
melalui simulasi
penemuan luas
permukaan bola dengan
bantuan alat-alat yang
sederhana yaitu: benang
kasur, bola, karton,
gunting dan lem.
Proses pembelajaran inti
diawali dengan membuat
lingkaran yang
diameternya sama dengan
diameter bola. Kedua,
siswa membuka benang
kasur yang meliliti seluruh
permukaan bola. Ketiga,
siswa melilitkan benang
kasur untuk memenuhi
seluruh daerah lingkaran.
Jika satu lingkaran sudah penuh, dibuatlah
lingkaran baru dengan diameter yang sama
untuk dililiti sisa tali. Terus diulangi lagi
sampai seluruh benang kasur yang berasal
dari permukaan bola habis dipakai meliliti
daerah lingkaran. Tampaklah bagi siswa
jumlah lingkaran yang berhasil dipenuhi
oleh lilitan benang kasur. Terakhir, siswa
menarik kesimpulan rumus luas permukaan
bola untuk kemudian dibuatkan laporan
proses percobaan dan kesimpulannya
sebagai bahan presentasi kelompok.
Berdasarkan hasil refleksi, kegiatan berhasil
mengaktifkan seluruh siswa dan tujuan
Gambar 1: Kerucut Pembelajaran Dale
pembelajaran berhasil dicapai, yakni siswa
dapat menjelaskan asal mula rumus luas
permukaan bola. Oleh karena itu, maka
siswa dapat membedakan luas permukaan
bola dan luas daerah lingkaran secara logis,
bahkan memperkuat kembali pemahaman
terhadap konsep luas daerah lingkaran.
Temuan yang paling menggembirakan
adalah semua siswa dapat menjelaskan
bahwa rumus luas permukaan bola
merupakan empat kali luas lingkaran
dengan jari-jari yang sama dengan bola
tersebut.***
Meskipun demikian, proses pembelajaran
tidak harus dari pengalaman langsung,
tetapi bisa dimulai dengan jenis pengalaman
yang paling sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan kelompok siswa yang dihadapi
dengan pertimbangan-pertimbangan
tertentu. Pengalaman nyata (langsung) atau
simulasi pengalaman nyata akan
memberikan informasi dan gagasan yang
terkandung dalam pengalaman tersebut,
karena pembelajaran melibatkan berbagai
indera, misalnya indra penglihatan,
pendengaran, perasaan, penciuman, dan
peraba (Dale, 1946:38). Oleh karena itu,
maka simbol dan gagasan yang abstrak
dapat lebih mudah dipahami dan diserap
manakala diberikan dalam bentuk
pengalaman nyata.
Berdasarkan teori yang dikemukakan di
atas, maka dalam program pendampingan
kami merancang suatu pembelajaran
Karya siswa
Maret 2017
11
Literasi
Wakil Walikota Cimahi Sudiarto kunjungi stan pameran SMPN 3 Kota Cimahi
yang terpilih oleh LPMP Jabar menjadi sekolah SPMI (Sistem Penjaminan
Mutu Internal)
Proses validasi bahan bacaan di SMPN 8 Kota Bogor, guru dan tim siswa memeriksa buku-buku sebelum dibaca oleh siswa agar cocok dengan kebutuhan siswa.
Pohon Geulis
(Gerakan Literasi)
SDN Sukarasa 3-4
Bandung memuat
catatan siswa tentang
judul buku, pengarang,
penerbit, dan isi buku
yang telah dibacanya.
Wakil Bupati Indramayu
H. Supendi (tengah),
Ketua DPRD
Taufik Hidayat (kiri),
dan Kepala Kantor
Kemenag H.Yayat
Hidayat (kanan) dalam
peluncuran Gerakan
Literasi Madrasah
(28/10/2016).
Karya Farah Fadhila,
siswa SD Panembahan 2
Kab Cirebon, sabet juara
nasional menggambar.
Buletin PRIORITASkeun
Stuart Weston, Anwar Holil
Erna Irnawati
Dindin Solahudin
Dindin Solahudin, Rudi Sopiana
Irwan Rudiansyah
Pribadi, Fery Apriadi, Ipin Rohana,
A.Syaeful Bahri, Iin Rahmawati,
Arief T. Cahyana
Tata Usaha: Ika Prasari Cessnarsi
Bendahara: Eka Rosmitalia
Distributor: Kastam Yanto, Deby Riyanto
Dewan Penasehat:
Penanggung Jawab:
Pemimpin Redaksi:
Dewan Redaksi:
TI & Fotografi:
Koordinator Daerah:
Guru MTsN Garut Rina Rosmayana (kiri) daulat siswa membacakan
salah satu haiku dari buku antologi haiku karyanya berjudul Salikur
Rasa yang mendapat apresiasi tinggi dari BAPUSIPDA Garut dengan
dibedah pada acara Pameran Buku di Islamic Center Garut. Rina juga
memfasilitasi workshop menulis haiku bagi pelajar yang hadir pada
bedah buku tersebut (4/8/2016).
USAID PRIORITAS (Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for
Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students) merupakan program
lima tahun yang didanai oleh USAID dan dirancang untuk meningkatkan akses
pendidikan dasar yang berkualitas. Program USAID PRIORITAS dirancang
berdasarkan pengalaman dan pelajaran yang dipetik dari program Decentralized
Basic Education (DBE) yang telah dilaksanakan pada tahun 2005-2010. Di Jawa
Barat, USAID PRIORITAS meneruskan dukungan terbatas terhadap
kabupaten/kota mitra DBE menyatakan kesediaan dan terpilih untuk menjadi
mitra program. USAID PRIORITAS memberikan dukungan dan pembinaan
secara penuh kepada kabupaten/kota baru di Jawa Barat selama 2012-2017.
Alamat: Jl. Sindang Sirna No. 38 Bandung 40153 Tlp 022-2003133 Fax 022-2007266 Email: [email protected] www.prioritaspendidikan.org
12
keun Nomor 16
Download