BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sabun digunakan sebagai bahan pembersih kotoran, terutama kotoran yang bersifat sebagai lemak atau minyak dengan cara mengemulsikan lemak atau minyak. Untuk menghindari rasa kering pada kulit akibat pemakaian sabun diperlukan bahan yang tidak saja meminyaki kulit tetapi juga berfungsi untuk membentuk sabun yang lunak, misalnya asam lemak bebas, gliserol, lanolin, paraffin lunak, dan minyak almond, bahan sintetik ester asam sulfosuksinat. Bahan-bahan tersebut selain meminyaki kulit juga dapat menstabilkan busa dan berfungsi sebagai plasticizers. Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan minyak alamiahberkualitas tinggi yang diperoleh dari santan kelapa segar. Kandungan asam lemak terutama asam laurat dan oleat dalam VCO, dapat berfungsi untuk melembutkan kulit, peningkat penetrasi, moisturizer dan mempercepat penyembuhan pada kulit. Disamping itu, VCO aman digunakan pada kulit karena tidak mengiritasi. Terkait dengan aktivitasnya, VCO ternyata juga memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Perbedaan antara VCO dengan minyak kelapa (klentik). Minyak kelapa biasa memiliki kadar air dan asam lemak bebas yang cukup tinggi. Dan ini merugikan kesehatan, warnanya pun kecokelatan hingga cepat berbau tengik. Sedangkan VCO memiliki kadar air dan asam lemak bebas yang rendah, ini menguntungkan bagi kesehatan, warnanya pun bening dan berbau harum( Herlambang, 2005). Minyak kelapa ini juga sering digunakan sebagai masker muka, dan body lotion. Kulit halus, elastis, dan kuat, dipengaruhi oleh jaringan konektif di seluruh tubuh. Peran VCO disini adalah berfungsi sebagai pelembut sekaligus mecegah terjadinya bercak di kulit karena proses penuaan, dan melindungi kulit dari sengatan sinar matahari. Penggunaan paling mutakhir dari VCO, sebagai bahan penbuatan sabun (Herlambang, 2005). 1 2 Sabun transparan sendiri memiliki penampilan yang mewah dan berkelas. Transparansinya menimbulkan kesan alami dan menarik. Oleh karena itu, sabun transparan umumnya ditujukan untuk segmen pasar menengah ke atas, sebagai sabun kecantikan atau perawatan. Sebagai sabun premium, sabun transparan dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang berkualitas dan bermanfaat bagi kesehatan dan kecantikan kulit. Bahan dasar sabun transparan sama dengan sabun padat biasa, yaitu minyak kelapa. Namun dalam beberapa tahun terakhir, pembuatan sabun transparan tidak lagi menggunakan minyak kelapa, melainkan minyak kelapa murni. Karakteristik minyak kelapa murni yang lebih tahan panas, tidak mudah terdegradasi, mengandung asam lemak jenuh, serta memiliki warna dan aroma yang lebih baik dibanding minyak kelapa, memberikan keunggulan tersendiri pada produk perawatan kulit dan kecantikan. Selain itu, minyak kelapa murni dihasilkan melalui proses ekstraksiyang menjaga komponen aktif biologis, seperti vitamin E dan polifenol. Oleh karena itu, penggunaannya dalam sabun transparan tidak hanya sebagai bahan baku, tetapi juga memberi nilai tambah pada produk (Kailaku, 2011). Vitamin C atau asam askorbat merupakan salah satu antioksidan yang larut dalam air yang paling penting, yaitu hadir dalam jumlah tinggi dalam kulit.Salah satu penemuan paling awal dari manfaat vitamin C pada kulit adalah pengamatan yang merangsang sintesis kolagen dalam fibroblas dermal (Weber, 2009). Vitamin C memiliki efek fisiologis yang penting pada kulit, termasuk menghambat melanogenesis, promosi biosintesis kolagen danpencegahan pembentukan radikal bebas, oleh karena itu vitamin C memainkan peran penting dalam mencegah proses penuaan kulit dan dapat digunakan untuk produk perawatan kulit kosmetik (Austria, et al., 1997) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka rumusan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh konsentrasi Virgin Coconut Oil (VCO) sebagai emollient terhadap sifat fisik dan stabilitas vitamin C sabun transparan?. 3 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi VCO terhadap sifat fisik dan stabilitas bahan aktif dari sabun transparan vitamin C yang di buat dengan berbagai variasi konsentrasi VCO terhadap meliputi uji pH, stabilitas fisik, stabilitas busa, uji kadar vitamin C, dan uji validasi. D. Tinjauan Pustaka 1.Vitamin C Vitamin C atau asam askorbat berwarna putih, terbentuk kristal, dan bersifat larut dalam air. Proses pengolahan makanan dan penyimpanan dapat mengakibatkan kehilangan vitamin C yang cukup banyak karena lain larut dalam air, vitamin ini juga mudah teroksidasi, terutama oleh adanya senyawa alkali, panas, dan cahaya matahari. Pada proses penyimpanan yang lama, penumbuhan, perajangan, dan penyerutan akan menurunkan kandungan vitamin C pada bahan makanan, terutama sayuran dan buah-buahan. Agar kandungan vitamin C dapat dipertahankan semaksimal mungkin maka pengetahuan tentang pengolahan perlu dipahami. Kebutuhan vitamin C setiap hari kurang lebih 60 mg(Aulian, 2001). Gambar 1. Struktur Asam Askorbat (Weber, 2009) Vitamin C ini mempunyai dua bentuk, yaitu bentuk oksidasi (bentuk dehydro) dan bentuk reduksi. Kedua ini mempunyai aktivitas biologi. Dalam makanan bentuk reduksi yang terbanyak. Bentuk reduksi dapat terus teroksidasi menjadi diketogulonic acid yang inaktif. Keadaan vitamin C inaktif ini sering terjadi pada proses. Di dalam suasana asam vitamin ini lebih stabil daripada dalam basa yang menjadi inaktif (Soeharto, 1991). 4 Vitamin C mudah larut dalam air dan mudah rusak oleh oksidasi, panas, dan alkali (Winarno, 1984). Vitamin C tidak terdistribusi secara luas dalam bahan makanan seperti kebanyakan vitamin yang lain. Vitamin C ditemukan hampir sepenuhnya dalam makanan nabati, yaitu sayuran dan buahan segar, tetapi tidak ditemukan dalam serealia atau sayuran kecang-kacangan yang kering. Jumlah yang sangat sedikit terdapat dalam makanan hewani seperti hati dan ginjal mentah. Susu segar mengadung sedikit vitamin C dan beberapa dari vitamin C ini tidak rusak setelah pasteurisasi (Gaman and Sherrington, 1994). Pada manfaat vitamin C pada kulit untuk pengurangan kerut, perbaikanwarna kulit dan tekstur malam dan mekanismenya untuk peningkatan kolagen kulit, mengurangi perpindahan pigmen dari melanosit ke keratinosit (Epstein, 2009). Vitamin C mempunyai sifat yang penting sebagai antioksidan yang mempengaruhi redoks-potensial tubuh (status relatif dalam oksidasi/reduksi zatzat yang larut dalam air di dalam dan di luar sel). Seperti halnya dengan vitamin E fungsi askorbat adalah sebagai sumber reducing equivalentdi seluruh tubuh. Tetapi hanya beberapa reaksi enzim sudah diperlihatkan secara khusus membutuhkan vitamin C seperti proses hidroksilasi yang menggunakan molekul oksigen dan sering mempunyai kofaktor Fe++ atau Cu++. Dalam reaksi tersebut asam askorbat mempunyai 2 peranan: (1) sebagai sumber elektron untuk mereduksi oksigen (misalnya sebagai kosubstrat) atau (2) sebagai zat pelindung untuk memelihara status reduksi besi (Fe)(Linder, 1992). Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan mudah rusak selama pemrosesan dan penyimpanan. Laju perusakan meningkat karena kerja logam, terutama tembaga dan besi, dan juga oleh kerja enzim. Pendedahan oksigen, pemanasan yang terlalu lama dengan adanya oksigen, dan pendedahan terhadap cahaya semuanya merusak kandungan vitamin C makanan. Enzim yang mengandung tembaga atau besi dalam gugus prostetifnya merupakan katalis yang efisien untuk penguraian asam askorbat. Enzim paling penting dalam golongan ini adalah asam askorbat oksidase, fenolase, sitokrom oksidase, dan peroksidase (Deman, 1997). 5 Fungsi vitamin C sebagai berikut: a. Pada kulit vitamin C memiliki sifat antioksidan yang melindungi kulit dari kerusakan yang disebabkan oleh radiasi ultraviolet, polusi udara, dan asap. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa vitamin C memiliki beberapa efek antipenuaan, dengan cara mencegah munculnya kerutan halus pada kulit. Vitamin C juga berperan dalam merangsang sel-sel dalam dermis untuk memproduksi kolagen, sehingga menerapkan persiapan kulit yang mengandung vitamin ini mungkin beberapa nilai (Yosipovitch, 2009). b. Vitamin C diperlukan untuk pembentukan semua jaringan tubuh, terutama untuk pembentukan jaringan ikat. Jaringan ikat adalah bahan pembungkus yang terpisah, yang melingdungi dan menyangga berbagai organ. c. Membantu absorpsi zat besi dalam usus halus(Gaman and Sherrington, 1994). d. Berfungsi dalam pembentukan bahan interseluler. e. Pembentukan sel darah merah, dan membantu perkembangan sel dan menyembuhan luka, serta proteksi demam(Auliana, 2001) f. Produksi kolagen, pencernaan, pembentukan tulang dan gigi yang halus, penyimpanan yodium, pertumbuhan jaringan, penyembuhan, kekebalan terhadap infeksi (Dwijayanthi, 2011) Pada stabilitas vitamin C, vitamin C bersifat sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh luar yang menyebabkan kerusakan seperti suhu, konsentrasi gula dan garam, pH, oksigen, enzim, katalisator logam, konsentrasi awal baik dalam larutan maupun sistem model, dan rasio antara asam askorbat dan dehidro asam askorbat. Karena banyaknya faktor-faktor yang berpengaruh tersebut, maka mekanisme perubahannya sukar dipelajari. Bahkan kadang-kadang pola perubahan dalam penelitian yang menggunakan sistem model tidak sama dengan pola perubahan pada proses pengolahan bahan pangan yang mengandung asam askorbat (Andarwulan dan Koswara, 1989). 2. VCO (Virgin Coconut Oil) Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak yang dihasilkan dari kernel segar dan dewasa dari kelapa (Cocos nucifera L.) melalui mekanik dan alami cara baik dengan penggunaan panas atau tidak asalkan tidak menyebabkan perubahan 6 atau transformasi minyak. VCO memiliki banyak keuntungan, meliputi mempertahankan manfaat kesehatan dari vitamin dan antioksidan, antimikroba dan aktivitas antivirus dari komponen asam laurat,VCO juga digunakan untuk meningkatkan kecantikan, memperbaiki dan melembabkan kondisi kulit kita serta digunakan sebagai penyakit untuk penyakit ringan seperti diare dan radang kulit. Dan menemukan bahwa tingkat penyembuhan luka meningkat pada kulit tikus yang diobati dengan VCO topikal (Mansor, et al, 2012). Virgin Coconut Oil (VCO) diekstraksi langsung dari daging kelapa segar. Ekstraksi santan dari daging kelapa parut, ini diikuti dengan penambahan enzim atau proses penuaan selama beberapa jam, atau dengan proses mekanis menggunakan centrifuge secara terus menerus. Untuk menjaga kualitas dari minyak kelapa murni, tingkat kelembaban harus dijaga minimum. Philippine National Standar Virgin Coconut Oil menentukan tingkat kelembaban maksimum 0,2%. Minyak yang di hasilkan berwarna, bebas sedimen, dengan aroma alami kelapa segar, dan bebas dari bau tengik atau rasa. Minyak kelapa, meskipun yang paling stabil yang sangat jenuh, masih memiliki sekitar 10% lemak tak jenuh yang rentan terhadap peroksidasi yang menyebabkan ketengikan (Carandang, 2008). 3. Sabun Sabun merupakan kosmetik dengan daya pembersih dan dibuat dengan mereaksikan lemak-lemak dan basa dalam jumlah yang berlebihan.Ini dilakukan dengan mencampurkan bahan dasar dan memanaskannya. Basa yang terlibat pada proses ini biasanya jumlahnya yang berlebihan, maka dalam kebanyakan sabun masih terdapat sisa-sisa basa sehingga sabun banyak bersifat basa (Rostamailis, 2005). Sabun mandi merupakan senyawa natrium dengan asam lemak yang digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, berbusa dengan atau tanpa zat tambahan lain serta tidak menyebabkan iritasi pada luka (Badan Standarisasi Nasional, 1994). Jenis sabun ada 2 jenis sabun yang dikenal yaitu sabun padat (batang) dan sabun cair. Sabun padat dibedakan atas 3 jenis, yaitu sabun opaque, translucent, dan transparan (Hernani et al., 2010). 7 Sabun transparan merupakan salah satu jenis sabun yang memiliki penampilan menarik karena penampakannya. Selain itu, sabun transparan bisa menjadi alternatif sediaan obat dengan penampakan yang lebih menarik (Hernani et al., 2010). Sabun transparan merupakan pembersih yang dibuat dengan mereaksikan secara kimia antara basa natrium atau basa kalium dan asam lemak yang berasal dari minyak nabati atau lemak hewani yang umumnya ditambahkan zat pewangi atau antiseptik yang digunakan untuk membersihkan tubuh manusia dan tidak membahayakan kesehatan.Sabun yang berkualitas baik harus memiliki daya detergensi yang tinggi, dapat diaplikasikan pada berbagai jenis bahan dan tetap efektif walaupun digunakan pada suhu dan tingkat kesadahan air yang berbedabeda (Badan Standarisasi Nasional, 1994). Sabun termasuk golongan deterjen karena mempunyai sifat menurunkan tegangan permukaan suatu zat. Karena itu, bila sabun dipakai membersihkan sesuatu harus menggunakan air untuk melarutkannya, dan membuat busa dan mengadakan emulsifikasi/ kotoran yang menempel dikulit. Sabun dengan air sudah tidak dapat berbusa, bahkan ia akan membentuk garam-garam kapur dan magnesium yang tidak larut air (Rostamailis, 2005). Terdapat beberapa spesifikasi persyaratan mutu sabun yang harus dipenuhi agar sabun layak digunakan dan dipasarkan. Spesifikasi persyaratan mutuyang harus dipenuhi pada produk sabun menurut SNI 06-3532-1994 meliputi: kadar air, jumlah asam lemak, alkali bebas, asam lemak bebas, dan minyak mineral (Badan Standarisasi Nasional, 1994). Sabun dapat dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak. Pada proses saponifikasi minyak, akan diperoleh produk samping yaitu gliserol, sedangkan sabun yang diperoleh dengan proses netralisasi tidak menghasilkan gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi antara asam lemak bebas dengan alkali (Kirk et al., 1954). Biasanya dikenal dengan istilah proses saponifikasi yang merupakan reaksi pemutusan rantai trigliserida melalui reaksi dengan natrium hidroksida (NAOH). Proses saponifikasi minyak 8 akan menghasilkan produk sampingan yaitu gliserol (Ghaim dan Elizabeth, 1995). Reaksi kimia pada proses saponifikasi trigliserida dapa dilihat pada gambar 1. Gambar 2. Proses saponifikasi trigliserida (Helmenstine, 2001) Kedua gugus tersebut dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga sabun dapat mengikat kotoran berupa minyak atau lemak yang menempel di kulit (Ghaim dan Elizabeth, 1995). E. Landasan Teori Supandi (tanpa tahun) melakukan penelitian tentang VCO merupakan minyak alamiah berkualitas tinggi yang diperoleh dari santan kelapa segar. Kandungan asam lemak terutama asam laurat dan oleat dalam VCO, dapat berfungsi untuk melembutkan kulit, peningkat penetrasi, moisturizer dan mempercepat penyembuhan pada kulit. Disamping itu, VCO aman digunakan pada kulit karena tidak mengiritasi. Supandi menyatakan bahwa sabun transparan dari minyak nilam menggunakan VCO sebagai bahan tambahan untuk menghambatan bakteri. Pada kulit vitamin C memiliki sifat antioksidan yang melindungi kulit dari kerusakan yang disebabkan oleh radiasi ultraviolet, polusi udara, dan asap. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa vitamin C memiliki beberapa efek antipenuaan, dengan cara mencegah munculnya kerutan halus pada kulit (Yosipovitch, 2009). Peran VCO adalah berfungsi sebagai pelembut sekaligus mecegah terjadinya 9 bercak di kulit karena proses penuaan, dan melindungi kulit dari sengatan sinar matahari. Penggunaan paling mutakhir dari VCO, sebagai bahan penbuatan sabun (Herlambang, 2005). Pada penelitian Supandi dilakukan untuk berupa perbedaan pengaruhi penggunaan VCO sebagai emollient pada stabilitas dan sifat fisik sabun transparan vitamin C dengan semakin tinggi kadar VCO dalam formulasi semakin tinggi kualitas sabun transparan. F. Hipotesis Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh data ilmiah tentang formulasi sediaan sabun transparan vitamin C yang dipengaruhi oleh konsentrasi VCO dalam sabun. Semakin besar kadar VCO dalam formulasi sabun transparan vitamin C semakin meningkat stabilitas sabun transparan vitamin C.