Tahap 6, No. 9 Mei – Juni 2014 DAFTAR ISI Ayub • Mazmur • Markus Redaksi ............................................................................................. 3 Mengenal Penderitaan Berdasarkan Kitab Ayub............................... 4 Renungan Tanggal 1 – 28 Mei 2014 . ................................................ 6 Kenaikan Tuhan Yesus, Pentakosta dan Buah Roh........................... 34 Renungan Tanggal 29 Mei - 14 Juni 2014 ....................................... 35 Mengenal Kristus Melalui Kitab Markus.......................................... 54 Renungan Tanggal 15 - 30 Juni 2014 .............................................. 55 Daftar Gereja Sinode GKY ............................................................... 71 Diterbitkan oleh: Sub Bid. Pembinaan Warga Gereja Sinode Gereja Kristus Yesus Ketua: Pdt. Joni Sugicahyono Editor Umum: GI. Purnama Penulis: Pdt. Joni Sugicahyono, Pdt. Souw Suharwan, GI. Jokhana, GI Purnama Alamat Redaksi : Jl. Mangga Besar I/74, Jakarta 11180. Telepon: (+62-21) 6010405-08. Website: www.gky.or.id • e-Mail: [email protected] Dapatkan dan bacalah renungan GEMA melalui: 1. Buku renungan. 2. Online di website GKY (www.gky.or.id - bagian literatur GEMA). 3. Unduh ke perangkat telepon genggam: - www.fourteenfloor.com/files/gema-id-201405.jar (GEMA bahasa Indonesia bulan Mei 2014). - www.fourteenfloor.com/files/gema-id-201406.jar (GEMA bahasa Indonesia bulan Juni 2014). 4. Unduh ke perangkat Android dan Apple (iPhone, iPad, iPod Touch): - www.gky.or.id lalu klik download pada salah satu dari 2 pilihan (Android atau IOS). Gerakan Membaca Alkitab sejak tahun 1999 diterbitkan dwibulanan dalam bahasa Indonesia dan Mandarin. Redaksi Salam sejahtera dalam kasih Kristus. Orang Kristen seharusnya hidup dalam pengharapan. Tanpa pengharapan, semua usaha dan jerih payah kita merupakan kesia-siaan. Oleh karena itu, tanpa pengharapan, hidup kita akan biasa-biasa saja, dan kita tidak akan pernah berjuang untuk mencapai apa pun dalam hidup kita. Sebaliknya, pengharapan akan membuat kita rela bekerja keras, rela menghadapi kesulitan dan tantangan, bahkan rela berkorban. Sebagai orang Kristen, bila hidup kita biasa-biasa saja dan kita tidak pernah berjuang untuk melaksanakan kehendak Allah, hal itu berarti bahwa kita telah kelihangan pengharapan atau kita tidak memahami pengharapan apakah yang kita miliki di dalam Kristus. Pada tahun 2014 ini, rakyat Indonesia menghadapi Pemilu Legislatif serta Pemilihan Presiden. Pemilu Legislatif telah berakhir dan kita berharap bahwa hasil Pemilu tahun ini bisa lebih baik daripada pemilu-pemilu sebelumnya. Semoga para anggota DPR yang terpilih tidak berjuang untuk mencari keuntungan, tetapi berjuang untuk kepentingan masyarakat. Kita juga berharap bahwa pemerintahan yang akan terbentuk kelak sesudah Pemilihan Presiden adalah pemerintahan yang akan berhasil memperbaiki dan mengubah Indonesia menjadi negara yang makmur dan berdaulat. Pada edisi ini, kita akan merenungkan kitab Ayub, Injil Markus, beberapa pasal kitab Mazmur, serta merenungkan peristiwa Kenaikan Tuhan Yesus dan Pentakosta. Kitab Ayub membicarakan masalah yang selalu aktual sepanjang masa, yaitu masalah penderitaan yang menimpa orang beriman. Injil Markus adalah kitab Injil terpendek yang membicarakan tentang Kristus. Peristiwa Kenaikan Tuhan Yesus ke Surga itu amat penting karena tanpa peristiwa tersebut, Roh Kudus tidak akan dicurahkan pada hari Pentakosta. Tanpa Roh Kudus, orang Kristen tidak akan memiliki kuasa (kekuatan) untuk melaksanakan Amanat Agung Kristus, yaitu menjadikan semua bangsa sebagai murid Kristus (Matius 28:18-20). Tanpa Roh Kudus, orang Kristen tidak akan sanggup (berani) menjadi saksi Kristus (Kisah Para Rasul 1:8). Tanpa Roh Kudus, orang Kristen tidak akan memiliki kualitas kehidupan yang memancarkan kehidupan seperti Kristus dari dalam kehidupannya. Buah Roh Kudus (kualitas kehidupan seperti Kristus) itulah yang akan menjadi fokus perenungan kita menjelang Pentakosta. Semoga GEMA edisi ini menjadi berkat bagi kita semua. Mengenal Penderitaan Berdasarkan Kitab Ayub P ergumulan hidup yang dahsyat dan bertubi-tubi membuat Ayub amat menderita secara fisik maupun secara psikis (kejiwaan). Dalam keadaan seperti itu, karakter Ayub nampak amat mengesankan. Dia memperlihatkan ketabahan yang heroik. Pada akhirnya, kehidupan Ayub dipulihkan: Ia dikaruniai anak-anak lagi serta menerima berkat materi yang berganda. Apakah kisah Ayub merupakan fakta sejarah atau cerita fiktif? Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa kisah Ayub merupakan sejarah, bukan cerita fiktif. Pertama, perhatikan kesamaan cara Alkitab memperkenalkan Ayub (Ayub 1:1), Elkana (1 Samuel 1:1), dan Zakharia (Lukas 1:5). Bila Elkana dan Zakharia diakui sebagai tokoh nyata dalam sejarah, mengapa kita keberatan terhadap kesejarahan Ayub? Kedua, ada dukungan dari kitab lain yang menyatakan bahwa Ayub adalah tokoh yang benar-benar ada dalam sejarah. Dalam Yehezkiel 14:14, nama Ayub disebutkan bersama dengan Nuh dan Daniel. Dalam Yakobus 5:11, Ayub disebut sebagai teladan dalam hal ketekunan bagi orang Kristen yang sedang menghadapi penderitaan atau penganiayaan. Bila Ayub adalah seorang tokoh fiktif, tidak mungkin nama Ayub dikutip dalam kedua bagian Alkitab di atas. Jikalau Allah itu adil dan penuh kasih, mengapa orang benar seperti Ayub dibiarkan menderita sangat hebat (Ayub 1:1, 18)? Ada beberapa hal yang perlu disadari: Pertama, Allah tidak pernah merancang penderitaan. Yang Dia rancang adalah damai sejahtera dan masa depan yang penuh harapan. Ada tiga penyebab penderitaan manusia, yaitu dosa, dunia, dan Iblis. Dalam kasus Ayub, Iblis diizinkan untuk menguji kesejatian iman Ayub dalam batas yang Allah tetapkan. Kasih karunia Allah memampukan Ayub untuk menghadapi penderitaan yang terburuk sekalipun dengan iman yang teguh kepada Allah dan bersandar kepada-Nya. Kedua, manusia tidak mungkin memahami maksud dan tujuan Allah dalam mengizinkan penderitaan menimpa hamba-hamba-Nya. Allah digerakkan oleh pertimbangan-pertimbangan Pribadinya dan jalan-jalan-Nya tak mungkin terselami (37:5). Ketiga, Allah ingin memurnikan iman dan kehidupan orang percaya sebagaimana emas dimurnikan oleh api (23:10, bandingkan dengan 1 Petrus 1:6-7). Ujian meningkatkan kesalehan, integritas dan kerendahhatian umat-Nya (42:1-10). Keempat, meskipun cara Allah mengizinkan pergumulan hidup nampak ”kejam” dan Dia seperti “diam” saja (seperti ang- gapan Ayub), akhirnya nampak belas kasihan dan kemurahan Allah yang penuh (42:7-17; Yakobus 5:11). Dia tidak diam, tetapi Dia turut bekerja memakai pergumulan hidup untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Roma 8:28). Yakinilah bahwa Allah berdaulat penuh untuk mengatur dan memelihara dunia. Dia berkuasa atas Iblis dan “misi” Iblis menggoda manusia dibatasi oleh izin Tuhan. Pencobaan yang diizinkan Allah merupakan ujian iman untuk membuat kita hidup lebih dekat dengan Tuhan dan bersandar penuh kepada-Nya. Apakah Iblis bebas untuk datang dan pergi menghadap Tuhan di surga sesuka hati (Ayub 2:1-2)? Siapakah yang dimaksud dengan “anak-anak Allah” itu? Ayub sama sekali tidak tahu bahwa di balik panggung kehidupannya, terdapat percakapan antara Tuhan dan Iblis. Gleason L. Archer memberikan beberapa pertimbangan. Pertama, Setelah Iblis jatuh karena memberontak terhadap Allah (2 Petrus 2:4), wilayah kerjanya masih cukup luas sehingga Iblis dapat berhadapan dengan penghulu malaikat, Mikhael (Yudas 9), bahkan Iblis dapat bercakap-cakap dengan Allah untuk mengajukan dakwaan (Zakharia 3:1). Kedua, sebelum peristiwa penyaliban Kristus, Iblis sekalisekali dapat masuk ke sidang pengadilan di hadapan Allah untuk menuntut keadilan, yaitu agar Allah menjatuhkan hukuman secara keras terhadap dosa manusia atau terhadap ketidaktulusan motivasi orang beriman kepada Tuhan. Oleh karena itu, Iblis disebut ”pendakwa” yang mendakwa orang-orang Kristen siang dan malam (Wahyu 12:10). Secara terbatas dan sekali-sekali, ia bisa datang kepada Allah di hadapan para malaikat di surga yang disebut sebagai anak-anak Allah (Ayub 1:6; 2:1; 38:7). Ketiga, Jika sidang pengadilan ilahi ini diadakan di surga, surga bagian manakah itu? Menurut 2 Korintus 12:2, ketika Paulus mengatakan bahwa dia diangkat ke tingkat ketiga dari surga untuk melihat kemuliaan di atas, dengan demikian maka sekurang-kurangnya, surga terdiri dari tiga tingkat. Adegan dalam Ayub pasal 2 diduga bukan di tingkat paling tinggi dan paling mulia di mana kekejian dan kenajisan tidak diperkenankan masuk ke kota Allah (Wahyu 21:27). Adegan itu mungkin saja terjadi di tingkat yang lebih rendah, sehingga ketika Tuhan mengadakan sidang ilahi-Nya, Iblis bisa datang sebagai tamu yang tak diundang. Kita perlu menyadari bahwa sekalipun Iblis memiliki kuasa, dia tidak mahakuasa. Bila dia akan mencobai orang beriman, dia harus minta persetujuan Allah. Setelah diizinkan, barulah ia dapat melangkah. Allah membatasi wilayah dan motif kerjanya. Saat Anda menghadapi pergumulan berat, berdoalah mohon Tuhan menguatkan agar Anda dapat melewatinya (Ayub 23:10; 1 Korintus 10:13). [Souw] Kamis Integritas dan Kesalehan 1 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 1-2 Kata “integritas” berarti: “mutu, sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan.” Kata “kesalehan” berarti: “ketaatan (kepatuhan) dalam menjalankan ibadah” atau “kesungguhan menunaikan ajaran agama.” Jadi, integritas berkenaan dengan karakter, sifat atau kepribadian seseorang, sedangkan kesalehan berkaitan dengan iman seseorang kepada Allahnya. Ayub memiliki keduanya, yaitu bahwa ia adalah seorang yang berintegritas tinggi, sekaligus ia adalah seorang yang saleh (bandingkan dengan 1:1, 8). Integritas dan kesalehan Ayub nampak dalam tiga hal: Pertama, integritasnya (termasuk kejujurannya) membuat Ayub dapat dipercaya saat berbisnis. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila kekayaan Ayub terus bertambah banyak. Hal ini juga menunjukkan bahwa Tuhan memberkati bisnisnya (1:3). Kedua, ia berperan sebagai imam yang setia mendoakan anak-anaknya (1:4-5). Ayub adalah seorang yang peka secara rohani. Dia tidak hanya memperhatikan hidupnya sendiri, tetapi juga memperhatikan perbuatan dan perkataan anak-anaknya. Oleh karena itu, ia mempersembahkan sepuluh korban bakaran untuk kesepuluh anaknya. Ketiga, secara tidak langsung, Iblis mengakui bahwa kehidupan Ayub itu berintegritas dan takut akan Allah sebab Allah melindunginya. Iblis tidak percaya bahwa kualitas hidup seperti itu dapat dipertahankan jika Tuhan tidak melindungi Ayub (1:8-12). Melalui ujian yang Tuhan izinkan kepadanya, nampak jelas bahwa dia adalah seorang yang berintegritas dan saleh. Jalanilah hidup rutinitas Anda (bersekolah, bekerja, berbisnis, melayani, bersosialisasi dengan lingkungan, dan sebagainya) dengan hidup secara berintegritas dan saleh di hadapan Tuhan serta sesama agar Anda dapat menjadi saksi-Nya. [Souw] Ayub 1:22 “Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.” Jumat Saat Anda Tak Mampu Memahami Situasi Terburuk 2 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 3 Ayub tidak mengetahui bahwa dibalik penderitaan yang dia hadapi ada skenario besar untuk menguji integritas dan kesalehannya. Tuhan mengizinkan Iblis untuk menguji Ayub dengan cara apa saja, asal nyawanya tidak diusik (1:12; 2:6). Iblis pun menyerang Ayub untuk mematikan imannya. Harta benda Ayub—yaitu hewan-hewan yang jumlahnya amat banyak—lenyap dirampas musuh. Kesepuluh anaknya mati akibat bencana alam (1:13-19). Bahkan, kesehatan Ayub diserang Iblis dengan barah yang busuk dari telapak kaki sampai ke ujung kepala (2:7-8). Dalam ketidakmengertiannya, penderitaan yang sangat berat membuat Ayub menyesali keberadaannya di dunia. Ia berandai-andai bahwa seandainya ia tidak pernah dilahirkan, ia tidak perlu menanggung penderitaan yang begitu hebat (3:3-7). Bahkan, ia berharap agar tidak merasakan getirnya kehidupan, “mengapa aku tidak mati waktu aku lahir atau binasa waktu aku keluar dari kandungan?” (3:11-19). Ia tidak mengerti mengapa ia tetap hidup walaupun penderitaan datang silih berganti. Dalam keadaan seperti itu, mati nampak lebih menyenangkan daripada hidup (3:20-24). Sekalipun kesal, Ayub tidak mengutuki Tuhan. Dia putus asa, tetapi tidak mengumpat Tuhan. Ia merasa sesak, tetapi tidak menuduh Tuhan berlaku kurang adil. Ayub tidak berbuat dosa dengan perkataan dan sikap hatinya. Memahami penderitaan dan penyebabnya tidaklah mudah. Mungkin kita sering seperti Ayub yang mempertanyakan mengapa penderitaan menimpa kita. Kita berdoa dengan sungguh-sungguh, tetapi jalan keluar dari kesulitan tak kunjung datang. Pergumulan hidup apa pun yang menyusahkan kita jangan sampai membuat kita berbuat dosa melalui ucapan maupun tindakan kita. Saat kita tidak mampu memahami situasi terburuk, berdoalah meminta bimbingan dan kekuatan Tuhan. [Souw] Roma 8:37 “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang oleh Dia yang telah mengasihi kita.” Sabtu Hati-hati dalam Menilai Orang 3 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 4-5 Ketika diminta untuk menilai keadaan dan kepribadian seseorang yg kita kenal, pada umumnya kita akan menilai dari sisi positif serta sisi negatif. Saat menilai sisi negatif, berhati-hatilah terhadap kecenderungan menghakimi karena pemahaman kita terbatas. Elifas memiliki kecenderungan untuk menghakimi sehingga ia salah dalam mengambil kesimpulan tentang Ayub. Awalnya, Elifas memuji kearifan Ayub berkenaan dengan orang-orang yang memerlukan uluran tangannya, tetapi kemudian pujian tersebut berubah menjadi kritik pedas (4:3-6). Pengalaman hidupnya dijadikan standar untuk menyimpulkan bahwa “orang yang membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga” (4:8). Dengan kata lain, Elifas menganggap malapetaka yang dialami Ayub sebagai tuaian atas apa yang telah dia tabur di masa lalu. Elifas menuduh bahwa Ayub telah melakukan dosa yang mengakibatkan kehancuran hidupnya (5:17-18). Oleh karena itu, Ayub harus bertobat agar Allah memberkati dia (5:18-27). Kita perlu berhati-hati ketika menilai orang. Jika kita tidak hati-hati, penilaian kita akan menjadi penghakiman. Tuhan tidak mengizinkan kita menghakimi karena kita bisa jatuh dalam kesalahan yang sama. Yang berhak menghakimi adalah Tuhan sendiri (Roma 2:1-3). Kita perlu belajar untuk tidak menghakimi orang lain, terutama orang yang sedang menderita. Seharusnya kita mendoakan dan mendorong orang yang sedang menjalani pergumulan yang berat agar tabah, bukan mengkritik atau memberi penilaian yang sembrono. Mintalah hikmat Tuhan agar kita dapat menghibur mereka yang tertimpa musibah dengan kata-kata yang tepat, sekaligus menciptakan suasana persaudaraan. [Souw] Roma 2:1 “Karena itu, hai manusia, siapa pun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.” Minggu Ketika Tekanan Hidup Mendera 4 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 6-7 Ayub menggambarkan hidupnya yang penuh tekanan sebagai penderitaan ganda—tubuh dan jiwa—yang dahsyat. Ayub menganggap penderitaannya berasal dari Allah dan semakin terasa berat karena temantemannya berusaha menyalahkan dia. Perasaan bahwa Allah adalah penyebab kesusahan diungkapkan secara gamblang, “Karena anak panah dari Yang Mahakuasa tertancap pada tubuhku, dan racunnya diisap oleh jiwaku; kedahsyatan Allah seperti pasukan melawan aku.” (6:4; lihat juga 7:19-21). Dia merasa bahwa “serangan” Allah terhadap dirinya begitu hebat, padahal firman-Nya tidak pernah dia sangkal (6:10). Seandainya dia dianggap telah berbuat dosa, dia tidak mengerti masalah apa yang membuat hukuman Allah terasa terlalu berat untuk dia tanggung (7:20). Dia bertanya-tanya mengapa Allah tidak mengampuni pelanggarannya dan mengapa dia mengalami kesusahan yang terasa melampaui kewajaran (7:21). Sahabat-sahabatnya yang diharapkan berempati saat melihat keadaannya malah memperparah penderitaannya. Ayub menganggap sahabat-sahabatnya tidak dapat dipercaya karena sikap dan perlakuan mereka berubah kepada dirinya (6:15-18). Seharusnya mereka mengucapkan kata-kata yang menguatkan dan menghibur, bukan mencela terus-menerus (6:25-27). Jiwanya terguncang hebat tanpa ada orang yang mengerti keadaannya. Sekalipun jalan-jalan-Nya sulit untuk dipahami, Ayub tetap beriman kepada Tuhan. Ketika Tuhan mengizinkan kesulitan menimpa hidup kita, ada dua hal yang perlu kita ingat. Pertama, hadapilah kesulitan itu, jangan menyerah atau putus asa, sebab sesudah kita bisa mengakhiri pertandingan iman dengan baik, Tuhan akan memberikan mahkota yang mulia. Kedua, tetaplah beriman kepada Tuhan. Sekalipun jalan-jalan-Nya sulit dipahami. Tuhan pasti akan membuka jalan saat jalan kita terasa buntu. [Souw] Mazmur 73:26 “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.” Senin Tidak Mengenai Sasaran 5 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 8 Apa yang akan Anda lakukan kepada seseorang yang sedang tenggelam di kolam renang? Apakah Anda akan mengatakan: “Hei, bukankah kamu tidak bisa berenang? Mengapa berenang di tempat yang dalam? Kalau mau berenang, pilihlah tempat yang dangkal supaya kamu tidak tenggelam!” Walaupun nasihat itu nampaknya bijak, orang yang sedang tenggelam tidak memerlukan nasihat. Yang dia perlukan adalah Anda terjun ke kolam untuk menolong dia. Bildad—sahabat Ayub—menasihati Ayub seolah-olah Ayub membutuhkan nasihat teoritis agar sadar dari keterpurukannya. Bildad meyakini bahwa anak-anak Ayub menerima ganjaran dari pelanggaran yang mereka perbuat dan Ayub membiarkannya (8:4). Dia berteori bahwa orang saleh dan berintegritas yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan tidak akan ditimpa malapetaka sedahsyat itu. Kesengsaraan Ayub pastilah disebabkan karena Ayub telah melakukan dosa. Tidak mungkin orang benar mengalami penderitaan seperti itu. Jika Ayub hidupnya benar, Allah yang penuh rahmat pasti akan membelanya (8:5-6). Akan tetapi, kenyataan tidak demikian. Oleh sebab itu, Bildad mengajak Ayub bertobat dari dosa dan pelanggaran yang dia perbuat. Sahabat yang baik mampu berempati dan menghibur ketika kawannya terpuruk. Ia akan menopangnya dan menolongnya untuk bangkit kembali. Sebab itu, hikmat untuk mendorong dengan kata-kata sangat diperlukan. Tanpa hikmat, nasihat kita tidak akan mengenai sasaran. Nasihat Bildad yang cenderung menghakimi dan menyalahkan itu tidak diperlukan dan tidak bisa menjadi solusi. Nasihat semacam itu akan makin menyusahkan sahabat kita, bahkan tidak jarang menimbulkan sakit hati dan perselisihan. Lebih bijak jika kita mendoakan dan memahami keadaannya tanpa menghakimi. [Souw] Amsal 10:31 “Mulut orang benar mengeluarkan hikmat, tetapi lidah bercabang akan dikerat.” 10 Selasa Wasit 6 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 9-10 Saat Ayub mengatakan: “tidak ada wasit di antara kami yang dapat memegang kami berdua” (9:33), yang dimaksudkan adalah bahwa tidak ada yang mampu menjadi pelerai atau pendamai antara Allah dengan dirinya ketika dia menggugat Allah. Alasannya, di satu sisi, teman-temannya tidak bertindak sebagai wasit yang baik yang mengambil keputusan setelah mendengar pandangannya dan pandangan Allah sekaligus. Di sisi lain, tidak ada seorang pun yang dapat menghakimi Allah. Ayub mengatakan, “Dia bukan manusia seperti aku, sehingga aku dapat menjawab-Nya: Mari besama-sama menghadap pengadilan” (9:32). Tidak ada gunanya membawa Allah ke pengadilan sebab manusia tidak akan menang dalam adu argumentasi dengan Allah. Manusia yang terbatas tidak mungkin mampu menjawab semua pertanyaan Allah (9:3-4). Dalam keterbatasannya, Ayub masih mempunyai pemahaman yang benar tentang Allah. Akan tetapi, dia tidak mengerti mengapa ia yang hidup secara saleh dan mengabdikan hidup kepada-Nya harus menanggung derita seberat itu. Ia menentang argumen bahwa Allah menghukum orang yang berbuat dosa dan menolong mereka yang tidak bersalah (9:21-22). Menurutnya, keputusan Allah mengizinkan penderitaan kepada orang benar merupakan misteri yang tak terkuak dan melampaui akal manusia yang terbatas (10:1-22). Ketika iman kita berada di titik terbawah karena berbagai tekanan hidup yang menghimpit, milikilah pemahaman yang benar tentang Allah dan kedaulatan-Nya. Dia tidak pernah berjanji untuk meniadakan masalah, tetapi dia menjanjikan bimbingan dan pertolongan agar kita dapat melewati masa-masa sulit. Tetaplah beriman walaupun jalan-jalan-Nya sulit dimengerti. [Souw] Roma 11:33 “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!” 11 Rabu Separuh Kebenaran 7 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 11 Separuh atau setengah kebenaran bukanlah kebenaran sejati. Kebenaran sejati adalah kebenaran yang sempurna dan tidak mempunyai celah bagi kekeliruan dan kesalahan. Komentar Zofar, sahabat Ayub, tentang penderitaan Ayub mengungkapkan kebenaran, sekaligus kekeliruan. Kebenaran yang Zofar ungkapkan adalah bahwa dasar kehidupan orang beriman adalah pertobatan dan ketaatan. Ia mengemukakan empat langkah menuju pertobatan: Pertama, menyediakan hati (11:13a). Kedua, menadahkan tangan kepada Allah (11:13b). Ketiga, menjauhi kejahatan (11:14a). Keempat, tidak membiarkan kecurangan dalam kemahnya (11:14b). Singkatnya, diri Ayub sendiri dan lingkungannya harus dibersihkan dari dosa. Kebenaran lain yang diungkapkan Zofar adalah bahwa Tuhan akan memberkati mereka yang menyucikan hidupnya dengan kedamaian dan keamanan. Ayub dapat mengangkat muka tanpa cela dan berdiri teguh tanpa takut (11:15). Ayub akan melupakan kesusahannya. Kehidupannya akan lebih cemerlang daripada siang hari (11:16-17). Pengharapan akan membuat Ayub merasa aman, tidur dengan tenteram, dan berbaring tanpa gangguan (11:18-19). Jika tidak, ia sama seperti orang jahat lainnya (11:20). Sebaliknya, Zofar keliru karena melupakan kenyataan bahwa ada waktunya Tuhan mengizinkan penderitaan bagi orang-orang benar agar mereka semakin tangguh di dalam Tuhan (1 Korintus 10:13). Zofar juga salah dalam pandangan bahwa Ayub harus bertobat karena Alkitab tidak menjamin bahwa orang percaya bebas dari penderitaan. Namun, Tuhan menjamin bahwa Dia akan menyertai kita. Penghiburan melalui janji-janji Allah merupakan kebenaran. Namun, penghiburan harus disertai kepekaan agar tidak menjadi penghakiman. [Souw] 2 Timotius 4:2 “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran” 12 Kamis Tak Ada Yang Dapat Disombongkan 8 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 12 Zofar tampil seperti orang yang hebat dan berhikmat dengan pandangan bahwa orang yang menderita pasti berdosa sehingga pantas mendapat hukuman. Ayub menanggapi dengan mengatakan bahwa pandangan seperti itu merupakan rahasia umum yang sudah dia ketahui (12:1-3). Zofar ingin menyadarkan Ayub dari keberdosaannya, tetapi perkataannya tidak meneduhkan hati, melainkan menghina dan membuat Ayub menjadi bahan tertawaan. Ayub mengenal Allah karena ia bergaul denganNya, tetapi ia ditertawakan (12:4-6). Hikmat Zofar merupakan arogansi rohani karena bersifat menghakimi dan menuduh tanpa dasar. Ayub menyadari bahwa Allah berdaulat atas segala sesuatu. Saat kedaulatan Allah dikontraskan dengan ketidakberdayaan manusia (12:1325), tidak ada seorang pun yang pantas menyombongkan diri di hadapan Allah. Dialah yang memiliki segala hikmat dan kekuatan (12:13). Kemudian, Ayub menjabarkan kedaulatan Allah yang tak terhingga. Kedaulatan-Nya meliputi penguasaan alam semesta (12:15, 22). Dia menguasai orang yang tersesat maupun yang menyesatkan (12:16). Dia berkuasa atas para menteri (12:17a), para hakim (12:17b), para raja (12:18), para imam (12:19), para tua-tua (12:20), para pemuka (12:21), bangsa-bangsa di dunia (12:23), dan para pemimpin dunia (12:24). Tidak ada yang dapat menandingi keperkasaan dan kedasyatan kekuatan-Nya. Apakah yang bisa disombongkan oleh manusia yang terbatas? Menyombongkan diri hanyalah menunjukkan kebodohan. Hikmat sejati tidak akan membuat seseorang menjadi sombong. Sebaliknya, hikmat akan membuat seseorang semakin merendahkan diri karena menyadari siapa dirinya di hadapan Tuhan. Jika Anda ingin disebut sebagai seorang yang berhikmat, jauhkanlah kesombongan dari kehidupan Anda! [Souw] Ayub 12:13 “Tetapi pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian.” 13 Jumat Dapatkah Orang-Mati Hidup Lagi? 9 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 13-14 Pengakuan Iman Rasuli adalah landasan iman, sekaligus kesaksian kepada dunia, mengenai apa yang kita percayai. Salah satu pernyataan dalam pengakuan iman tersebut adalah, “Aku percaya kepada... kebangkitan tubuh dan hidup yang kekal.” Ayub juga percaya tentang kebangkitan, tetapi kebangkitan masih merupakan misteri sehingga ia bertanya kepada Allah, “Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi?” (14:14). Pertanyaan itu dia lontarkan karena dia ingin mendapat konfirmasi dari Allah. Pemahaman Ayub tentang kebangkitan masih samar-samar. Kebangkitan tubuh merupakan sumber pengharapan bagi masa depan orang percaya. Jika tidak ada kebangkitan orang mati, kehidupan manusia akan lemah seperti bunga yang menjadi layu. Tanpa kebangkitan, manusia akan lenyap seperti bayang-bayang (14:1-6). Singkatnya, sewaktu hidup, manusia mengalami banyak kesulitan; dan setelah mati, manusia akan hilang lenyap. itulah nasib manusia bila tidak ada kebangkitan tubuh. Jika tidak ada kebangkitan dari kematian, kehidupan manusia tidak mempunyai harapan. Ketika sebuah pohon ditebang, ia masih mempunyai harapan untuk tumbuh kembali karena ia akan bersemi kembali waktu hujan turun. Bagaimana dengan manusia? Ketika dia mati, ia tak berdaya (14:10-14). Walaupun samar-samar, Ayub menaruh harapan bahwa suatu hari kelak, ketika dia dibangkitkan, akan tiba giliran bagi dia untuk menghadap Tuhan (14:14). Kebangkitan tubuh merupakan pengharapan di masa depan yang dapat memotivasi kita untuk terus hidup dan berjuang sampai garis akhir. Inilah kunci untuk memenangkan kehidupan yang penuh dengan pergumulan. [Souw] 1 Korintus 15:13-14 “Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka siasialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.” 14 Sabtu Kekerasan Verbal vs Kasih Karunia 10 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 15 Kekerasan verbal adalah penggunaan kata-kata yang tajam dan menyakitkan untuk menyerang seseorang. Hal itulah yang dilakukan oleh Elifas. Semakin lama, perkataan Elifas semakin tajam dan tanpa perasaan. Ia tak berbelaskasihan terhadap Ayub yang sedang berduka. Perhatikan perkataan Elifas kepada Ayub yang dimulai dengan kesombongan dan ejekan, lalu menyalahkan dan menganggap Ayub sebagai pembual (15:2-6). Perhatikan pertanyaan-pertanyaan sindirian Elifas yang sangat tendensius (15:7-9). Secara kasar dan tanpa perasaan, Elifas menginterogasi seorang yang sedang terguncang dan hancur akibat penderitaan (15:11-16). Ia mengingatkan nasib orang-orang jahat. Ia dan sahabat-sahabatnya tidak terkejut menyaksikan apa yang menimpa Ayub karena mereka beranggapan bahwa penyebab malapetaka adalah karena Ayub melawan Allah. Kesimpulan Elifas adalah bahwa Ayub mengalami apa yang pantas dia alami (15:21-35). Gaya komunikasi Elifas biasa dilakukan oleh mereka yang cenderung kasar dan tak berperasaan. Walaupun mungkin tidak selalu sebrutal Elifas, setidaknya gaya berkomunikasi seperti Elifas ini sangat menyudutkan. Charles Swindoll menyebut orang-orang yang melontarkan kata-kata yang tak berbelaskasihan itu sebagai orang–orang yang tidak memiliki kasih karunia. Hindari dan buang jauh-jauh kekerasan verbal karena selain menyakiti perasaan orang lain, perkataan seperti itu tidak sesuai dengan gaya hidup kristiani yang penuh kasih karunia Allah. Kembangkanlah kasih karunia secara verbal, yaitu menggunakan kata-kata berempati dan turut merasakan apa yang dirasakan orang-orang yang kurang beruntung. Jadilah sahabat doa bagi mereka. [Souw] Mazmur 34:14-15 “Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapanucapan yang menipu; jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya!” 15 Minggu Kasih Karunia dalam Penderitaan 11 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 16-17 Kehidupan manusia umumnya semakin lama semakin sulit, baik dalam hal pernikahan, pendidikan anak, pekerjaan, kesehatan, studi, komunikasi antar pribadi, dan sebagainya. Oleh karena itu, kita memerlukan kasih karunia untuk bisa memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi sesama, apalagi Ayub yang mengalami penderitaan secara fisik dan psikis. Ketika dibombardir dengan tuduhan-tuduhan tak berbelaskasihan oleh teman-temannya, sedangkan Allah tidak menjawab seruannya, Ayub merespons secara spontan: Pertama, ia muak terhadap mereka, terutama terhadap Elifas yang sombong dan tak berperasaan, sehingga Ayub mengatakan, “Penghibur sialan kamu semua!” (16:2). Kedua, dia merasa tertekan bukan hanya karena perkataan Elifas, tetapi juga karena Allah diam. Ia merasa lelah karena Allah seolah-olah telah membuang dia dan keluarganya (16:7-8). Perhatikan perkataan Ayub selanjutnya yang penuh emosional tentang ketidakhadiran Allah (16:9-22). Ketiga, hati Ayub terasa remuk (17:1-16) sehingga ia berdoa meminta agar kematian menjemput dia (17:1, 11-16). Ayub merasa tidak sanggup menahan beban kehidupan yang mahaberat dan dia merasa telah sampai ke dasar kehidupan yang paling rendah. Ayub sangat membutuhkan kasih karunia yang berlimpah-limpah dari Allah agar dia kuat dan tabah menghadapi penderitaan yang tak terperikan itu. Jika Anda pernah dan sedang berhadapan dengan kondisi seperti Ayub (walaupun tidak separah dia), Anda membutuhkan kasih karunia yang berlimpah-limpah. Mintalah kepada Tuhan agar ia menguatkan hidup Anda. Berkonsultasilah dengan hamba Tuhan di gereja Anda dan berdoalah dalam kelompok orang beriman agar mereka dapat mendoakan pergumulan Anda. [Souw] 2 Korintus 1:5 “Sebab sama seperti kami mendapat bagian berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus, demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan berlimpah-limpah.” 16 Senin Pengharapan 12 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 18-19 Kaum materialis berpendapat bahwa manusia berasal dari ketiadaan dan akan kembali pada ketiadaan. Saat tubuh manusia hancur, hidup pun akan hancur total. Ajaran materialisme sama sekali tidak mampu menawarkan kehidupan yang berpengharapan dan bermakna. Ungkapan Ayub sangat kontras dengan pendapat Kaum materialis. Bagi Ayub, sekalipun kulit tubuhnya dan dagingnya sangat rusak (19:26), tetapi karena Penebusnya hidup, ia akan hidup pula (19:25). Dengan kata lain, ia berpendapat bahwa saat tubuh manusia hancur, jiwanya akan diselamatkan oleh Penebusnya. Inilah pengharapan Ayub! Ayub menyatakan pengharapannya secara terbuka kepada Bildad yang menuduhnya sebagai orang fasik (18:5). Menurut Bildad, orang yang jahat seperti Ayub tidak memiliki pengharapan, baik di dunia saat ini maupun di dunia yang akan datang. Di dunia saat ini, Ayub akan terus menderita secara fisik maupun kejiwaan (18:6-19). Di dunia yang akan datang, Ayub akan menerima nasib buruk (18:20-21). Menurut Ayub, karena relasinya dengan Tuhan baik, tidak ada hal yang lain kecuali Allah yang menjadi tumpuan pengharapan imannya. Pengharapannya membuat hidupnya bergairah, sekalipun ia harus menanggung berbagai penderitaan yang berat. Hidup yang kita jalani jalin-menjalin menjadi satu antara sukacita dan dukacita, antara tertawa dan air mata. Kadang-kadang kebahagiaan menghampiri, tetapi kadang-kadang kesedihan yang mendatangi kita. Selama kita masih memiliki pengharapan di dalam Kristus, kita pasti mampu bangkit kembali. Jadikanlah Kristus sebagai pusat, sekaligus kepala hidup kita. Kristus adalah sumber pengharapan kita yang akan membuat kita berdiri teguh dan iman kita tak tergoyahkan oleh kondisi apa pun. [Souw] Roma 12:12 “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa.” 17 Selasa Tuduhan Palsu 13 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 20 Ketika membaca Alkitab, kita akan dikejutkan oleh fakta bahwa tokohtokoh Alkitab yang saleh pun ada yang mendapat tuduhan palsu. Mereka tidak bersalah, tetapi kepada mereka dituduhkan apa yang tak pernah mereka lakukan. Contoh klasik dari seorang yang mendapat tuduhan palsu adalah Yusuf. Saat Yusuf menjadi orang kepercayaan Potifar—majikannya, istri Potifar memfitnah dengan menuduh bahwa Yusuf telah memperkosa dirinya. Akibatnya Yusuf dipenjarakan. Hal yang sama juga dilakukan oleh Zofar. Untuk kedua kalinya, ia menuduh Ayub dengan tuduhan palsu. Hatinya tidak sabar lagi ingin membalas komentar Ayub yang dia anggap telah menghinanya (20:1-3), padahal sebenarnya tidak. Ia hanya tidak sepaham dengan pandangan Zofar. Hatinya yang pahit belum melembut ketika ia menantikan giliran untuk berbicara kembali. Ia langsung melancarkan tuduhan palsu! Zofar menuduh Ayub sebagai orang fasik. Tanpa belas kasihan, label orang fasik dikenakan kepada Ayub yang sedang menderita. Menurutnya, ada empat akibat yang akan diterima oleh orang fasik. Pertama, orang fasik hanya sementara saja menikmati hasil kejahatannya (20:511). Kedua, Tuhan akan menghukum orang fasik dan menimpakan semua perbuatan dosanya kepada dirinya sendiri (20:12-19). Ketiga, orang fasik tidak akan merasakan kedamaian hidup (20:20-22). Keempat, murka Tuhan akan terus mengejar orang fasik (20:23-29). Bila Anda mendapat tuduhan palsu, bagaimana Anda bereaksi? Kita bisa belajar dari Ayub berdasarkan pembicaraan selanjutnya dalam kitab Ayub. Pertama, setelah mendengarkan dengan sabar apa yang dituduhkan oleh Zofar kepadanya, Ayub menjawab dengan sopan (21:13). Kedua, Ayub berdoa bagi mereka yang telah menuduhnya agar Tuhan mengampuni dosa-dosa mereka (42:7-9). [Souw] Matius 5:11 “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat” 18 Rabu Waspadai Teologi Sukses 14 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 21 Teologi Sukses adalah paham yang mengajarkan bahwa umat yang percaya kepada Tuhan Yesus akan mengalami kelimpahan hidup, baik secara ekonomi maupun kesehatan. Mereka bukan saja menerima berkat rohani, tetapi juga berkat jasmani. Teologi sukses nampaknya benar sebagian, tetapi keliru di bagian lain. Memang benar bahwa Tuhan berjanji untuk memelihara umat-Nya, namun pemeliharaan-Nya tidak meniadakan salib yang harus dipikul orang beriman. Pemeliharaan-Nya tidak identik dengan semakin ditambahkannya berkat jasmani. Dia hadir saat kita sehat maupun sakit, saat kita kaya maupun miskin. Zofar adalah penganut teologi sukses. Dia berpendapat bahwa orang benar selalu sukses dan orang fasik selalu malang. Kesuksesan dan kesehatan merupakan tanda pemeliharaan Allah, sedangkan kemiskinan, penyakit dan penderitaan adalah tanda absennya Allah dalam kehidupan (pasal 20). Ayub membantah dengan mengatakan bahwa kenyataan hidup tidak selalu begitu. Ada orang fasik yang tetap hidup sehat dan berumur panjang (21:7), bahkan sampai dapat melihat cucu-cucu mereka (21:8, 11). Rumah mereka aman jauh dari hukuman Allah. Ternak mereka terus bertambah banyak (21:9-10). Sekalipun mereka mengabaikan Allah dalam hidup ini, hidup mereka kaya dan sukses (21:12-15. Ayub mempertanyakan apakah orang fasik seperti itu diperkenan Allah? Tentunya tidak! (21:16-26). Ayub memohon kepada Zofar agar tidak menggolongkan dirinya sebagai orang fasik hanya karena melihat apa yang dia alami (21:22-34). Pengajaran teologi sukses memang enak didengar telinga karena setiap orang pasti mendambakan kekayaan dan kesehatan. Akan tetapi, teologi sukses merupakan penyimpangan dari doktrin yang sehat. Waspadalah agar kita tidak menjadi seperti Zofar. [Souw] Lukas 9:23 “Setiap orang yang mau mengikut Aku, Ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” 19 Kamis Ketika Anda Dituduh Munafik 15 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 22 Orang munafik adalah orang yang hidup secara pura-pura (yang nampak bukanlah yang sebenarnya). Tuhan Yesus menegur kemunafikan orangorang Farisi dan para ahli Taurat lebih keras daripada perbuatan jahat lainnya. Tuhan Yesus menyebut mereka munafik karena gaya hidup mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka ajarkan, tetapi kritikan Elifas yang menuduh Ayub munafik hanyalah praduga tanpa dasar. Elifas geram dan tak dapat mengontrol diri saat menghadapi Ayub yang dinilainya berpura-pura hidup saleh, tetapi sebenarnya jahat. Menurut Elifas, Ayub menderita karena ia munafik. Ia pura-pura saleh, padahal “dengan sewenang-wenang engkau menerima gadai dari saudara-saudaramu dan merampas pakaian orang-orang yang melarat” (22:6). Selanjutnya, Elifas menuduh, “Orang yang kehausan tidak kau beri minum air dan orang yang kelaparan tidak kauberi makan” (22:7), “Janda-janda kau suruh pergi dengan tangan hampa, dan lengan yatim piatu kau remukkan (22:9). Ayub tetap tidak membalas. Tuduhan tanpa belas kasihan itu kejam karena Ayub tidak seperti itu. Label munafik dikenakan kepada Ayub tanpa dasar. Elifas salah dalam menyimpulkan apa yang Ayub alami. Kemunafikan sangat dibenci Allah dan harus diperangi. Bila Anda dituduh munafik, padahal tuduhan itu tidak benar, apakah Anda akan menyerang balik dengan tuduhan yang sama? Menyerang balik bukanlah solusi terbaik. Mintalah pengampunan bagi orang yang bersalah kepada Anda. Tanyakan dasar tuduhan tersebut secara sopan dan hormat. Mengapa ia menuduh tanpa bukti? Mintalah kepadanya agar jangan asal menuduh. [Souw] 1 Petrus 3:15 “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat 20 Jumat Kualitas Hidup Seperti Emas 16 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 23-24 Emas adalah logam mulia, yaitu logam yang tahan terhadap oksidasi serta korosi (karat). Berbeda dengan kayu yang menjadi abu bila dibakar, emas tetap emas bila dibakar, walaupun wujudnya menjadi cair pada suhu sekitar 1000°C. Ayub mengerti gambaran tentang emas (23:10). Sekalipun hidup ini penuh misteri dan Allah nampak diam, Ayub beriman bahwa Allah hidup dan sedang menguji hidupnya. Api pencobaan akan memurnikan dia. Seolah-olah, Ayub berkata kepada sahabat-sahabatnya, “Hai Elifas, Bildad dan Zofar, sekalipun aku tak mampu menemukan hadirat Allah, aku yakin bahwa Dia hidup dan mengetahui jalan hidupku. Dia tahu jalan yang kutempuh. Aku percaya kepada-Nya. Setelah ujian ini berlalu, Dia akan membenarkan aku, sebab Dia tahu bagaimana aku hidup di hadapan-Nya. Aku akan timbul seperti emas yang sudah teruji oleh api pencobaan. Aku bersaksi bahwa aku menuruti jalan-jalan-Nya dan firman-Nya aku simpan dalam hatiku” (23:11-12). “Hai sahabatku, aku tidak mampu memberikan alasan tentang apa yang Allah izinkan, tapi aku percaya kepada-Nya. Aku tidak mengerti mengapa Allah tidak melangkah dan menghentikan orang licik yang menggeser batas tanah dan merampas kawanan ternak. Mengapa Allah tidak menghentikan orang yang merampas keledai milik yatim piatu dan lembu betina milik seorang janda. Aku tidak mengerti mengapa Allah tidak melangkah masuk serta menghentikan kejahatan.” (24:2-25). Ayub tidak mengetahui semua hal yang terjadi dalam dunia ini. Sekalipun demikian, Allah memegang kendali kehidupan ini. Hidup ini terkadang merupakan misteri ilahi. Namun demikian, kita perlu mempunyai iman yang kuat seperti Ayub. Allah terkadang mengizinkan api pencobaan dalam hidup kita agar kita dimurnikan, sehingga kualitas hidup kita bagaikan emas murni yang sudah teruji. [Souw] Ayub 23:10 “Karena Ia tahu jalan hidupku, seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.” 21 Sabtu Menjadi Konselor Bijak 17 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 25-27 Dalam ilmu konseling, ada tiga hal mendasar yang harus dilakukan seorang konselor saat membimbing konseli (orang yang dibimbing):Pertama, mendengarkan konseli mengutarakan masalah dan pergumulannya (Listening). Kedua, menerima konseli apa adanya tanpa kecurigaan (Acceptance). Ketiga, berempati untuk merasakan apa yang dirasakan oleh konseli (Empathy). Tanpa ketiga hal itu, dapat dipastikan bahwa proses konseling pasti tidak dapat berjalan dengan baik. Bildad bukan konselor yang baik karena dia bukan pendengar yang baik. Dia tidak berusaha mengerti masalah dan pergumulan sahabatnya, bahkan dia tidak memiliki perasaan empati. Oleh karena itu, Ayub tidak merasa ditolong dan dibimbing, melainkan dihakimi secara kejam (percakapan pertama di pasal 8 dan percakapan kedua di pasal 18). Perhatikanlah pada sesi ketiga proses percakapan itu (25:1-6). Bildad sama sekali tidak menyentuh persoalan yang dihadapi Ayub, malah mengucapkan ucapan filosofis yang melantur dan berbelit-belit, tidak menyentuh esensi pergumulan Ayub. Selain itu, respons Ayub menunjukkan bahwa Bildad bukan konselor yang bijaksana. Ayub terpaksa melepaskan kata-kata sindiran—karena merasa telah dihakimi secara menyakitkan (26:2-4)—serta melancarkan serangan balik bagaikan pedang yang ditusukkan ke dada Bildad (27:1-23). Membimbing orang yang sedang bermasalah memang tidak mudah. Sekalipun demikian, kita perlu belajar mendengarkan, menerima dan berempati kepada orang yang sedang menghadapi pergumulan. Jika Anda tidak mempunyai ketiga unsur mendasar itu, lebih baik diam dan tidak berkomentar. Berdoalah agar Tuhan menyediakan seorang pembimbing yang baik, sehingga orang itu dapat menerima keadaannya dan dapat mengatasi pergumulannya. [Souw] Roma 12:15 “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita dan menangislah dengan orang yang menangis.” 22 Minggu Asal Hikmat dan Akal Budi 18 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 28-29 Charles Swindoll, seorang pendeta senior dan mantan rektor Dallas Theological Seminary mengatakan, “Bisa saja Anda memperoleh gelar doktor dan tidak pernah mendapatkan hikmat dan akal budi. Anda tidak bisa memperoleh sikap takut akan Tuhan dari pelajaran yang lebih tinggi. Di universitas terbaik pun, tak ada program tentang takut akan Tuhan. Sumber takut akan Tuhan adalah Allah dan hanya Allah.” Benar bahwa sumber hikmat dan akal budi adalah Allah. Ayub bertanya, “Hikmat itu, dari manakah datangnya, atau akal budi, di manakah tempatnya?” (28:20). Selanjutnya, dia menjawab sendiri, “tetapi kepada manusia Ia berfirman: Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi” (28:28). Ayub berpendapat bahwa orang mampu menemukan perhiasan dan logam berharga dengan menggali tanah,tetapi orang itu tidak akan menemukan hikmat (28:1-4). Orang juga mampu ke luar angkasa dan mengungkap misteri di dalamnya, tetapi hikmat tidak ditemukan di sana. Pendeknya, hikmat dan akal budi tidak diperoleh dari keajaiban alam dan penemuan yang mengungkap misteri alam, tetapi hikmat datangnya dari Allah, Pencipta alam semesta. Ayub menyimpulkan bahwa mencari hikmat dengan usaha manusia adalah membuang waktu. Karena hikmat dan akal budi bersumber dari Allah, kita perlu berpikir sesuai dengan pikiran Allah. Menggunakan hikmat berarti memandang kehidupan sebagaimana Allah melihatnya. Pandanglah pergumulan hidup sebagaimana Allah memandangnya. Berderaplah seirama dengan ritme Allah ketika kita hidup dalam keluarga dan mendidik anak, bekerja, berusaha, berpikir, dan sebagainya. Pergunakanlah akal budi dalam merespons pergumulan dan tantangan kehidupan sesuai dengan keinginan Allah. [Souw] Amsal 9:10 “Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.” 23 Senin Ketika Situasi Memburuk 19 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 30 Apa yang terjadi saat seorang anak Tuhan menghadapi situasi yang memburuk? Ada dua macam respons. Respons pertama adalah menyalahkan diri dan lingkungan, bahkan menyalahkan Tuhan, iman melemah, dan akhirnya mundur dari Tuhan. Respons kedua adalah menyadari kelemahan sekaligus mempercayai Tuhan yang layak disandari, sehingga imannya semakin teguh. Saat menghadapi situasi yang memburuk, iman Ayub semakin teguh. Dalam Ayub 30, Ayub nampak kecewa terhadap lingkungan dan Tuhan, namun kekecewaan itu adalah ekspresi dari ketidakmengertiannya atas situasi yang dia hadapi. Sekalipun demikian, iman Ayub tetap teguh dan tak tergoyah. Perkataan “tetapi sekarang” (30:1) menunjukkan situasi yang memburuk. Anak muda yang sebelumnya menghargai dia sekarang sudah tidak menghargai. Orang tua yang sebelumnya berstatus rendahan dibandingkan dirinya sekarang menganggap dia seperti seonggok sampah yang menjijikkan, sehingga ia menjadi bahan olokan dan mereka menjauhkan diri. (30:1, 9-10). Dulu dia merasa diberkati Tuhan dengan keluarga yang harmonis, harta benda yang melimpah, dan kesehatan yang prima, sekarang ia kehilangan berkat Allah. Rasa nyeri sekujur tubuhnya menusuk tulang tak henti-hentinya. Tubuhnya semakin kurus, kulitnya menghitam dan mengelupas. Dia memohon pemulihan, tetapi Tuhan diam (30:17-22, 30-31). Dia mencari pembelaan Tuhan, tetapi Tuhan tidak menjawab (31:35-37). Ketika menghadapi situasi yang memburuk, ingatlah hal ini: Pertama, mengingat berkat di masa lalu memberi alasan untuk tetap bersyukur. Kedua, membicarakan pencobaan yang terjadi saat ini membuat kita dapat mengesampingkan kesombongan kita. Ketiga, mengingat janji Tuhan dalam firman-Nya menumbuhkan harapan. [Souw] 2 Timotius 4:5 “Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!” 24 Selasa Integritas yang Teruji Waktu 20 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 31 Ayub adalah seorang yang memiliki integritas. Dalam berbagai aspek kehidupan, dia bersih dan tak bercela. Dalam aspek seksual, dia merasa tidak berdosa, tidak ada hawa nafsu yang tersembunyi (31:1). Dalam aspek kejujuran, dia tidak pernah berdusta (31:5-6). Dalam aspek kehidupan rumah tangga, dia tidak pernah berzinah dengan seorang perempuan yang bukan istrinya (31:9-11). Dalam aspek kepemimpinan, dia tidak menyalahgunakan kekuasaan dan menekan orang lain (31:1315). Dalam aspek sosial, dia tak pernah bersikap kejam terhadap orangorang lemah. Dalam aspek kepemilikan harta, dia tak pernah bersikap materialistis dan serakah (31:24-25, 28). Dia berani mempertanggungjawabkan hidupnya baik di hadapan Tuhan maupun manusia.Integritas Ayub juga telah teruji oleh waktu. Dia tidak membiarkan kepalsuan dan kelicikan mampir dalam seluruh hidupnya. Dia berani membuka diri di hadapan Allah (31:35-37) dan mengadakan pembelaan diri di hadapanNya dan teman-temannya bahwa dia bersih dan tak bersalah. Integritas menolong kita untuk berdiri teguh. Sebaliknya, tanpa integritas, kita akan berkompromi dengan dosa dan ketidakbenaran. Setiap aspek hidup kita membutuhkan integritas, termasuk dalam aspek kehidupan rumah tangga, bisnis, pekerjaan, sosial, ibadah, persahabatan, maupun kehidupan pribadi. Seseorang disebut sebagai orang yang berintegritas bila apa yang dipikirkan sama dengan apa yang diucapkan. Orang yang berintegritas adalah orang yang sama saat sendirian di dalam kamar dan saat berada dalam kehidupan bersama di masyarakat. Orang yang berintegritas adalah orang yang sama pada waktu di gereja dan saat berada dalam keluarga. Tuhan menghendaki agar umat-Nya hidup berintegritas. Apakah hidup Anda berintegritas? [Souw] Amsal 2:21-22 “Karena orang jujurlah akan mendiami tanah dan orang yang tak bercelalah yang akan tetap tinggal di situ, tetapi orang fasik akan dipunahkan dari tanah itu dan pengkhianat akan dibuang dari situ.” 25 Rabu Sopan dan Hormat Kepada Orang yang Lebih Tua 21 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 32-33 Ketika Elihu muncul dalam percakapan dengan Ayub, awalnya dia bersikap sopan dan hormat terhadap orang yang lebih tua—baik terhadap Ayub maupun ketiga sahabatnya. Oleh karena itu, Elihu baru mulai berbicara setelah yang lain selesai berbicara. Namun, lama kelamaan, ia menjadi marah kepada mereka, bahkan sikap sopan dan rasa hormatnya pun luntur (32:1-5). Baginya, pengalaman hidup dan usia lanjut tidak selalu membuat seseorang menjadi berhikmat (32:6-9). Nampaknya dia tidak sabar lagi ketika menyaksikan perdebatan yang terjadi antara Ayub dan ketiga sahabatnya. Ketiga sahabat Ayub mempersalahkan Ayub tanpa mampu membuktikan kesalahannya (32:12), bahkan mereka berdalih bahwa hanya Allah yang dapat mengalahkan Ayub (32:13), padahal merekalah yang gagal (32:15). Ia merasa memiliki hikmat lebih dari yang lain karena ia merasa tumpat (penuh) dengan kata-kata(32:17-22). Artinya, dia ingin melampiaskan kata-kata yang selama ini dia tahan. Dalam pasal 33, Elihu mengungkapkan pendapatnya dengan banyak dogma, namun tidak menolong Ayub keluar dari masalahnya. Dia mengatakan sesuatu yang sebenarnya sudah dipahami Ayub. Sikapnya mulai menjadi tidak sopan ketika ia meminta Ayub duduk manis mendengarkan pandangannya yang penuh hikmat (33:31-33). Elihu bersikap sok tahu dan sok pintar. Ia merasa lebih tahu soal kehidupan daripada yang lain. Yang lebih tidak sopan, ia berbicara dengan nada marah. Kita harus bersikap sopan dan hormat terhadap orang yang lebih tua, bukan hanya karena kita orang Timur, tetapi karena Tuhan menghendaki agar kita bersikap seperti itu, sehingga kita bisa menjadi kesaksian bagi mereka yang belum percaya kepada Kristus. [Souw] 1 Timotius 5:1-2 “Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah dia sebagai bapa. Tegorlah orang-orang muda sebagai saudaramu, perempuan-perempuan tua sebagai ibu dan perempuanperempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian.” 26 Kamis Mengasah Kepekaan & Kepedulian 22 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 34-35 Kepekaan dan kepedulian bagaikan pisau yang perlu diasah agar bisa dipergunakan dengan baik. Kedatangan Elihu tidak meredam gejolak jiwa dan kegalauan Ayub—melainkan menambah beban rasa bersalah—karena Elihu tidak memiliki kepekaan dan kepedulian. Walaupun ia menganggap dirinya berhikmat, ia sebenarnya sama seperti ketiga teman Ayub yang telah meninju Ayub yang tak berdaya. Ada beberapa tuduhan yang disampaikan Elihu. Pertama, ia menuduh Ayub telah menghujat Allah dan bersekutu dengan orang-orang jahat untuk melakukan kejahatan (34:5-9). Kedua, ia menuduh Ayub sebagai pembenci keadilan dan telah menyalahkan Allah (34:16-17). Ketiga, ia menuduh Ayub menyombongkan diri dan berbuat curang sehingga harus meminta pengampunan Allah atas dosa-dosanya (34:31-33). Keempat, ia menuduh Ayub berbicara tanpa pengetahuan karena menjawab seperti orang jahat (34:35-36). Kelima, ia menuduh Ayub menambah dosanya dengan pelanggaran dan melakukan kekerasan fisik (34:37). Terhadap tuduhan seperti itu, Ayub hanya terdiam tidak menjawab. Jiwanya lelah mendengar tuduhan-tuduhan tak berdasar itu. Jelas bahwa Elihu tidak mengasah kepekaan dan kepedulian terhadap Ayub. Di tengah masyarakat yang semakin individualis dan egosentris, kita perlu mengasah kepekaan dan kepedulian kepada sesama yang sedang menderita, khususnya teman-teman seiman. Di antara mereka, ada yang sedang bergumul dengan penyakit, menghadapi masalah ekonomi karena di-PHK, terseret kasus narkoba, mengalami kecelakaan lalu lintas, mengalami KDRT, dan sebagainya. Mendoakan, mengunjungi, dan menghibur merupakan hal mendasar yang akan mengasah kepekaan dan kepedulian kita. [Souw] 1 Tesalonika 5:15 “Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang.” 27 Jumat Transendensi dan Imanensi Allah 23 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 36-37 Ada perubahan mengejutkan di akhir perkataan Elihu. Kebenaran yang dipaparkan dan ucapannya semakin masuk akal, terutama tentang pribadi Allah dan karya-Nya. Dia menggambarkan Allah sebagai Allah yang transenden dan sekaligus imanen. Transendensi Allah menunjuk kepada Allah yang tak terhampiri, jauh, tak terselami jalan-jalan-Nya, Allah yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi. Imanensi Allah menunjuk kepada kedekatan, kepedulian, dan pengertian Allah terhadap ciptaan-Nya. Allah adalah Immanuel, Allah yang beserta dengan kita. Ada tiga kebenaran yang disampaikan Elihu tentang transendensi dan imanensi Allah. Pertama, Allah itu perkasa, namun tidak memandang hina apa pun dan siapa pun. Konsekuensinya, kita harus menjaga diri dan tidak berpaling kepada kejahatan (36:5-21). Kedua, Allah itu mulia dalam kekuasaan-Nya. Konsekuensinya, kita harus menjunjung tinggi perbuatan-Nya (36:22-33). Ketiga, Allah itu Mahakuasa. Konsekuensinya, kita harus mendengarkan firman-Nya dan takut akan Dia (37:1-24). Teologi yang sangat luar biasa! Masalahnya, Alkitab tidak menjelaskan apakah Elihu hidup sesuai dengan apa yang dia percayai atau tidak. Ayub memahami Allah, sekaligus mewujudkan dalam hidup sehari-hari. Pengajaran Elihu menegaskan bahwa mempelajari firman Tuhan tentang pribadi dan karya Allah seharusnya membuat kita gentar. Pengenalan akan Allah yang benar seharusnya membuat kita semakin mengasihi Dia, semakin mengejar kekudusan, dan semakin menaati kehendak-Nya dalam kehidupan nyata. Mempelajari tentang Allah dalam firman-Nya bukan hanya sekedar untuk menambah pengetahuan, melainkan harus membuat kita semakin sungguh-sungguh mengasihi Dia dan semakin berakar, bertumbuh, dan berbuah ke arah Dia. [Souw] Kolose 2:7 “Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.” 28 Sabtu Teguran yang Mempertobatkan 24 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 38 Ketika teguran Tuhan datang, ada dua macam respons, yaitu bersikap rendah hati dan bertobat atau mengeraskan hati dan tidak mau bertobat. Bagaimana sikap Ayub ketika ditegur Tuhan dalam pasal 38-39? Mulai pasal 38-42, Tuhan berbicara kepada Ayub dan Ayub menjawab. Ayub mendengar firman-Nya yang secara langsung ditujukan kepadanya dari dalam badai. Allah sama sekali tidak menjawab pertanyaan Ayub. Dia tidak meminta maaf karena berdiam diri begitu lama. Dia tidak menyampaikan alasan mengapa Ayub mengalami penderitaan yang dalam. Saat berfirman, Allah memulai dengan teguran. Mengapa Ayub perlu ditegur? Karena Ayub cenderung terlalu percaya diri sehingga dia bersikap arogan dan berani menantang Allah yang dianggap sebagai pihak yang setara dengannya (pasal 31) Allah menantang pengetahuan Ayub (38:2-3) atas alam semesta (38:4-38). Allah tidak bermaksud menguji Ayub, sebab sudah jelas bahwa Ayub tidak memahami seluruh alam semesta (38:21). Tujuan Allah adalah agar Ayub menempatkan diri secara tepat di hadapan Penciptanya. Teguran Allah lewat pertanyaan-pertanyaan retoris yang panjang (pertanyaan untuk direnungkan yang tidak membutuhkan jawaban) membuat Ayub bertobat dari keangkuhan dan rasa percaya diri yang berlebihan, lalu merendahkan diri di hadapan Allah (39:34-38). Teguran Tuhan lewat firman-Nya bisa membuat kita kurang nyaman karena teguran itu menuntut kita untuk rela berubah. Akan tetapi, seharusnya respons terhadap teguran adalah bersyukur dan kesediaan untuk taat. Teguran akan membentuk iman dan karakter kita serta mengubah hidup kita dari kecenderungan merasa nyaman dengan kemapanan. Lewat teguran, Allah membentuk kita untuk menjadi semakin rendah hati dan semakin menyerupai Dia. [Souw] Amsal 12:1 “Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan, tetapi siapa membenci teguran,adalah dungu.” 29 Minggu Pemeliharaan Allah Atas Ciptaan-Nya 25 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 39 Ayub 39 berbicara mengenai pemeliharaan Allah terhadap makhluk di bumi. Allah telah menaruh kekuasaan-Nya di alam semesta ini, sehingga alam semesta termasuk bumi dan segala isinya berjalan secara alamiah karena topangan tangan Allah yang tak terlihat. Allah memberondong Ayub dengan sejumlah pertanyaan yang semuanya memiliki jawaban sama, yaitu “tidak”, sebab Ayub tidak hadir saat ada binatang yang mencari mangsa, melahirkan anak, beraktivitas, dan sebagainya. Tanpa bantuan manusia, Allah memelihara mereka. Contoh pertanyaan yang Allah ajukan adalah, ”Dapatkah engkau memburu mangsa untuk singa betina dan memuaskan selera singa-singa muda, kalau mereka merangkak di dalam sarangnya, mengendap di bawah semak belukar? Siapakah yang menyediakan mangsa bagi burung gagak, apabila anak-anaknya berkaok-kaok kepada Allah, berkeliaran karena tidak ada makanan?” (39:1-3). Tentu saja jawaban Ayub adalah “tidak dapat” karena Ayub tidak hadir saat singa mencari mangsa. Ayub tidak tahu kapan kambing gunung atau rusa beranak (39:4-7). Ayub tidak hadir saat keledai liar mencari rumput hijau di alam bebas (39:8-11). Ayub tidak dapat memberi tenaga pada kuda agar kuda itu memiliki kekuatan untuk berperang (39:22-28). Burung elang yang terbang sangat jauh dan rajawali yang terbang sangat tinggi semuanya dipelihara Allah (39:29-30). Tidak ada alasan bagi Ayub untuk tidak bersyukur dan merendahkan diri di hadapan-Nya, demikian juga dengan Anda. Sehebat apa pun pergumulan yang sedang Anda alami, percayalah bahwa Allah memelihara dan tidak meninggalkan Anda. Bersyukurlah kepada-Nya. [Souw] Matius 6:26 “Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?” 30 Senin Siapakah Manusia? 26 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 40-41 Ukuran manusia terlalu kecil bila dibandingkan dengan benda-benda angkasa yang Allah taruh di alam semesta. Manusia juga merupakan makhluk yang lemah dan tak berdaya bila dibandingkan dengan dua binatang yang disebut dalam pasal 40-41, yaitu kuda nil (behemoth, 40:10-19) dan buaya (lewiatan, 40:20-41:25). Sebenarnya yang dimaksud dengan kedua binatang di atas masih belum jelas. Behemoth digambarkan sebagai mempunyai kekuatan yang dahsyat dan merupakan binatang terhebat pertama yang dibuat Allah (40:11-14), sehingga binatang tersebut tidak mungkin dapat ditangkap oleh manusia (40:19). Lewiatan digambarkan sebagai binatang yang ganas serta sulit ditangkap dan dijinakkan (40:20-21, 24). Giginya mengerikan dan kulitnya amat kuat. Badannya keras seperti besi sehingga kebal terhadap senjata tajam (41:5-6, 14, 17-20). Binatang besar ini mempunyai kuasa gaib, seperti memancarkan bunga api dari dalam mulutnya (41:9-11). Lewiatan ini amat hebat sehingga ia tidak mengenal rasa takut. Makhluk lain takut kepadanya sehingga ia disebut raja atas segala binatang yang ganas (41:24-25). Manusia begitu kecil dan lemah bila dibandingkan dengan binatang-binatang di atas. Sekalipun demikian, Allah memberi mandat kepada manusia—sebagai makhluk yang kecil dan lemah—untuk memelihara alam ciptaan-Nya. Tuhan memberi kuasa kepada manusia untuk memenuhi bumi dan menaklukkannya (Kej 1:28). Kita dipanggil untuk merawat lingkungan hidup, melestarikan bumi agar tetap hijau, menjaga ekosistem. Kiranya panggilan Allah untuk merawat bumi menjadi panggilan kita bersama, sehingga bumi tetap go green. [Souw] Mazmur 8:4-6 “Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.” 31 Selasa Komunitas Doa 27 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 42 Orang percaya perlu berada dalam komunitas orang beriman, tempat untuk saling bertumbuh dan saling mengasihi, dan saling mendoakan, khususnya saat menghadapi pergumulan berat. Ayub, Elifas, Bildad dan Zofar merupakan contoh komunitas seperti itu. Setelah Ayub “mencabut perkataannya” (42:6), yaitu menyesali kesalahan dan dosanya, Tuhan mengampuni dia dan meminta dia mendoakan sahabat-sahabatnya yang telah menimbulkan murka Tuhan karena mereka tidak berkata benar tentang Dia (42:7). Sebutan “hamba-Ku” merupakan pengakuan Tuhan yang membenarkan Ayub. Sahabat-sahabat Ayub diminta Tuhan untuk membawa tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan kepada Ayub yang mempersembahkan binatang-binatang itu sebagai korban bakaran serta berdoa memohon belas kasihan-Nya agar Allah mengampuni dosa sahabat-sahabatnya (42:8). Ada tiga berkat yang diterima Ayub ketika ia mendoakan para sahabatnya. Pertama, Tuhan menerima permintaan Ayub (42:9). Artinya, dosa sahabat-sahabatnya diampuni Tuhan dan relasi di antara mereka dipulihkan. Kedua, Tuhan memulihkan keadaan Ayub (42:10-15). Dia menerima berkat jasmani dua kali lipat dan mendapat 10 anak. Ketiga, Ayub dikaruniai umur panjang dan keturunan yang banyak (42:16-17). Orang Kristen perlu berdoa secara pribadi dan secara bersama (komunal). Ada dua macam doa secara komunal, yaitu doa dalam kelompok besar (persekutuan doa dengan seluruh jemaat) dan doa dalam kelompok kecil. Dalam kelompok besar, kita bisa merasakan kebersamaan seluruh jemaat. Dalam kelompok kecil, kita bisa saling mendoakan sampai menyangkut masalah-masalah pribadi. Apakah Anda memiliki komunitas doa. [P] Efesus 6:18b “Berdoalah setiap waktu di dalam roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus.” 32 Rabu Rayakan Kehadiran-Nya 28 Mei Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 23-24 Bagi orang Israel, Tabut Perjanjian melambangkan kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Tabut Perjanjian juga melambangkan identitas, pengharapan, dan keistimewaan bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah. Tabut Perjanjian berkali-kali berpindah tempat (pernah dirampas orang Filistin dan pernah di rumah Abinadab pada masa pemerintahan Saul). Saat Daud menjadi raja, Tabut Perjanjian dibawa ke Yerusalem. Peristiwa penting ini membawa sukacita besar. Menurut LXX (Perjanjian Lama dalam Bahasa Yunani), Mazmur 24—yang merupakan respons atas kembalinya Tabut Perjanjian ke Yerusalem—dinyanyikan setiap hari minggu oleh orang Yahudi dalam ibadah harian mereka sebagai nyanyian respons untuk menyambut kemuliaan kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Keagungan kehadiran Allah membuat Daud melontarkan pertanyaan tentang siapa yang layak atau diizinkan untuk menghadap Allah (24:3). Daud memahami bahwa Allah adalah Pencipta yang mulia dan berdaulat (24:1-2), sehingga tidak semua orang boleh datang menghadap Allah. Hanya mereka yang sempurna secara moral yang boleh menghadap Allah (24:3-6, bandingkan dengan Mazmur 15). Namun, orang Israel maupun non-Israel bukanlah orang yang “bersih tangannya dan murni hatinya.” Sekalipun demikian, kasih karunia Allah berkenan untuk tetap hadir dan “berkemah” (berdiam) di tengah umat-Nya yang berdosa (24:7-10 menggambarkan kedatangan TUHAN sebagai Pahlawan yang memenangkan pertempuran). Dalam Perjanjian Baru, Yesus Kristus lewat pengorbanan-Nya di kayu Salib telah membuka jalan masuk kepada Allah, sehingga kita—yang berdosa dan tidak layak—telah menjadi “orang-orang yang dibenarkan” sehingga boleh menghadap Allah. Oleh karena itu, mari kita rayakan kehadiran Allah di tengah kita. [J] Roma 3:23-24 “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.” 33 Kenaikan Tuhan Yesus, Pentakosta dan Buah Roh P eristiwa Kenaikan Kristus Yesus adalah sebuah peristiwa bersejarah yang penting. Allah menggenapi rencana keselamatan-Nya ke dalam sejarah umat manusia melalui satu paket sejarah penebusan di dalam karya Kristus. Peristiwa Kenaikan Yesus tidak bisa dipisahkan dari peristiwa kelahiran, kematian dan kebangkitan Yesus serta Pentakosta. Tanpa kelahiran tidak ada kematian. Tanpa kematian tidak ada kebangkitan dan tanpa kebangkitan tidak ada kenaikan. Dan tanpa kenaikan tidak ada Pentakosta, Roh Kudus dikaruniakan ke dalam diri orang percaya. Oleh sebab itu peristiwa Kenaikan Yesus adalah satu peristiwa yang sangat penting sama dengan kelahiran, kematian, kebangkitan, Pentakosta dan Kedatangan Kristus kembali. Namun demikian, tidak seperti peringatan Jumat Agung (kematian) dan Paskah (kebangkitan)—apalagi dibandingkan Natal (kelahiran)—peringatan Kenaikan Tuhan Yesus dan Pentakosta hampir-hampir tidak memperoleh perhatian serius dari orang Kristen. Bahkan hampir-hampir tidak terdengar gemanya. Bahkan mungkin banyak orang Kristen yang tidak terlalu menaruh perhatian serius terhadap kedua peristiwa ini. Padahal baik Kenaikan maupun Pentakosta adalah rangkaian peristiwa yang penting dalam sejarah penebusan yang langsung berkaitan dengan keberadaan gereja dan umat Tuhan masa kini. Kenaikan Tuhan Yesus mengingatkan kita akan janji Yesus bahwa anak-anak Tuhan tidak ditinggalkan sendirian di dunia ini. Tuhan Yesus menjanjikan Roh Kudus. Janji kedatangan Roh Kudus yang akan tinggal di dalam diri orang percaya itu digenapi pada hari Pentakosta. Roh Kudus sudah datang dan tinggal di dalam diri orang-orang yang percaya kepada Kristus. Roh Kuduslah yang menanamkan kekudusan Allah di dalam diri kita. Ia melakukannya pada saat Ia mengembangkan karakter kita yang seperti Kristus—karakter atau watak yang memperlihatkan buah Roh. Buah Roh menyatakan apa yang Allah harapkan dari umat-Nya dalam watak mereka. Buah Roh adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (Galatia 5:22-23). Dalam sebelas hari ke depan kita akan merenungkan serangkaian renungan : mulai dari satu renungan tentang Kenaikan Yesus, sembilan renungan Pra Pentakosta tentang buah Roh dan satu renungan Pentakosta. Saya berdoa kiranya bulan Mei-Juni tahun ini kita dapat memperingati Kenaikan Tuhan Yesus dan Pentakosta dengan lebih baik dan bermakna dan membawa kita bertumbuh semakin mengasihi Tuhan. [JS] 34 Kamis Kuasa untuk Menjadi Saksi Kristus Bacaan Alkitab hari ini: Kisah Para Rasul 1:1-11 29 Mei Kenaikan Kristus Tuhan Yesus naik ke sorga adalah sebuah peristiwa bersejarah yang sungguhsungguh terjadi. Tetapi sesaat sebelum Yesus naik ke sorga, Ia memberi pesan ini, “...kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kisah Rasul 1:8). Ini adalah sebuah janji Tuhan tentang kedatangan pribadi ketiga dari Allah Tritunggal, yaitu Allah Roh Kudus. Kalau sebuah janji dijanjikan di saat-saat terakhir sebelum berpisah, maka dapat dipastikan janji itu pasti sangat penting supaya diingat dan tidak mudah dilupakan oleh penerima janji. Alkitab mencatat paling tidak tiga kali Tuhan menjanjikan Roh Kudus. Pertama, pada malam terakhir sebelum Tuhan Yesus ditangkap, tiga kali Yesus menjanjikan kedatangan Roh Kudus (Yohanes 14:26, 15:26, 16:7). Kedua, Janji kedatangan Roh Kudus itu dijanjikan Yesus setelah Ia bangkit (Yohanes 20:19-23). Janji yang ketiga, yaitu sesaat sebelum Yesus naik ke sorga, Yesus berkata “kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kisah Rasul 1:8). Di sini dihubungkan secara langsung antara kuasa Roh Kudus dan menjadi saksi Kristus. Ini diucapkan paling akhir sebelum Yesus naik ke sorga menjadi janji dan pesan yang paling penting. Dan dalam kalimat yang paling penting ini Tuhan berbicara tentang menerima kuasa dari Roh Kudus langsung berhubungan dengan menjadi saksi Kristus. Kenaikan Kristus ke surga bukan hanya merupakan suatu catatan sejarah, tetapi juga suatu amanat bagi kita. Yesus naik ke Sorga dan tugas-Nya dikerjakan oleh kita. Namun kita tidak ditinggalkan sendirian, Ia menjanjikan Roh Kudus yang memberi kita kuasa untuk menjadi saksi-Nya. Barangsiapa merayakan hari kenaikan Tuhan Yesus, dia juga harus mengingat pesan Yesus sebelum Ia naik ke sorga : Pergilah ke seluruh dunia untuk menyaksikan Injil-Nya. [JS] Kisah Para Rasul 1:8 “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” 35 Jumat Kasih Bacaan Alkitab hari ini: Roma 5:1-11 30 Mei Pra-Pentakosta Kasih Kristen berbeda dengan kasih dunia. Kasih dunia, misalnya dalam pandangan para filsuf Yunani klasik yang menjadi akar kebudayaan Barat adalah kasih yang menanjak. Mengapa mengasihi? Mereka akan menjawab mengasihi karena ada sesuatu yang kurang dari dirinya. Oleh sebab itulah manusia mudah mengasihi sesuatu yang lebih tinggi, lebih indah, lebih atas daripada dirinya. Allah para filsuf Yunani adalah Allah yang statis yang tidak campur tangan lagi terhadap kehidupan manusia. Mengapa? Karena dalam pengertian mereka, Allah adalah sempurna, tidak kekurangan sesuatu apapun. Karena tidak kekurangan sesuatu apa pun, maka Allah tidak mengasihi. Kalau mengasihi berarti Allah kekurangan sesuatu. Dan Allah yang kekurangan sesuatu bukan Allah. Jadi Allah tidak mengasihi manusia dan segala ciptaan-Nya. Betapa mengerikannya punya Allah seperti itu? Puji Tuhan kita tidak punya Allah seperti itu. Allah Alkitab adalah yang kasihNya bukan menanjak, tetapi menurun. Dalam Roma 5 disaksikan kasih Kristus adalah kasih yang menurun. Setelah berbicara tentang hasil pembenaran kita oleh karena karya Kristus, Paulus membahas bahwa saat kita masih lemah, durhaka, tidak baik, jelek, jahat, berdosa, masih seteru Allah, Allah mengasihi kita (Roma 5:6-10). Inilah keagungan kasih Allah di dalam Kristus. Seperti itu pun seharusnya kita mengasihi. Memang mudah untuk mengasihi orang yang selalu baik kepada kita. Tidak sulit untuk mengasihi orang yang selalu menyenangkan hati kita. Semua itu biasa. Dunia melakukan hal itu. Tetapi kita diperintahkan mengasihi bukan yang di atas kita, tetapi yang jauh di bawah kita. Mengasihi orang yang menjengkelkan hati kita, yang banyak kelemahan dan kejelekannya. Itulah panggilan kita. Tuhan Yesus memerintahkan murid-murid untuk mengamalkan kasih kepada musuh, mendoakan para penganiaya dan berbuat baik kepada para pembenci mereka (Matius 5:44; Lukas 6:27). Inilah keagungan kasih Kristen. Itulah yang diperintahkan Alkitab untuk kita amalkan. [JS] Roma 5:8 “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” 36 Sabtu Sukacita Bacaan Alkitab hari ini: Filipi 2:17-3:1a 31 Mei Pra-Pentakosta Sukacita adalah sebuah kata yang menyenangkan dan kita inginkan. Sukacita adalah rencana Allah bagi manusia sejak awal. Lalu, kita lihat diri kita dan sekeliling kita, kalau sukacita dimaksudkan Allah sejak mula, mengapa realitasnya kita tidak bisa bersukacita. Maka masalah mulai muncul! Banyak yang berpikir bahwa sukacita hanya bisa ia raih dengan bersenang-senang. Banyak orang mencari kesenangan tetapi tidak menemukan sukacita. Tetapi justru orang yang mengejar kesenangan itu menandakan kurangnya sukacita. Kita bisa memiliki segala hal yang menyenangkan tanpa sukacita, tetapi sebaliknya kita bisa memiliki sukacita tanpa hal yang menyenangkan. Kondisi Rasul Paulus di dalam penjara, saat menulis surat Filipi ini bisa dikatakan tidak menyenangkan. Namun saat kita membaca surat Filipi kita menemukan ia banyak sukacita. Sebaliknya banyak orang juga mengira bahwa sukacita hanya bisa diperoleh jika hidup bebas masalah. Benarkah demikian? Sukacita tidak berarti bebas dari segala masalah. Rasul Paulus yang menulis surat Filipi, berkali-kali menulis, ”Aku bersukacita, aku mengucap syukur, aku berdoa dengan sukacita, dstnya.” (Filipi 1:4, 18; 2:17, 18, 28, 29; 3:1; 4:4, 10). Dia tulis itu bukan setelah ia bebas dari masalah, tetapi justru pada saat ia masih dalam penjara dengan kemungkinan segera dihukum mati. Namun dari suratnya kita tahu Paulus sangat bersukacita. Masalah tidak mampu merampas sukacita dari hidupnya. Sesungguhnya kekuatan ini juga bisa kita diteladani dan alami. Kita bisa merasa tidak ada masalah tetapi tetap tidak ada sukacita. Sebaliknya kita boleh mengalami banyak masalah tetapi tetap bisa bersukacita. Adalah Roh Kudus yang memberi sukacita sejati, karena di hadapan Tuhan ada sukacita berlimpah-limpah dan kenikmatan kekal (1 Tesalonika 1:6; Mazmur 16:11). [JS] Mazmur 16:11 “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.” 37 Minggu Damai Sejahtera Bacaan Alkitab hari ini: Yohanes 14:15-31; 20:19-23 1 Juni Pra-Pentakosta Hidup orang Kristen sejati ditandai dengan adanya buah Roh. Dalam Galatia 5:22-23, Paulus menjelaskan tentang buah Roh, yang disebutkannya adalah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Seumpama pohon dengan buahnya, kita dapat mengelompokkan sembilan kata ini ke dalam tiga tandan buah. Tandan pertama terdiri dari kasih, sukacita dan damai sejahtera. Hal ini berbicara tentang relasi kita dengan Allah. Tandan kedua terdiri dari kesabaran, kemurahan dan kebaikan. Ini berbicara tentang relasi kita dengan sesama. Tandan yang terakhir adalah kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Yang terakhir ini berbicara tentang relasi kita dengan diri sendiri. Dua hari berturut-turut kita sudah merenungkan kasih dan sukacita. Sekarang kita akan merenungkan tentang sifat ketiga dari tandan pertama buah Roh, yaitu damai sejahtera. Damai sejahtera yang sejati terjadi ketika kita diperdamaikan dengan Allah melalui perantaraan Kristus, sehingga kita bisa berdamai dengan orang lain dan dengan diri sendiri. Sebelum mati disalibkan Yesus berbicara tentang damai sejahtera dan setelah bangkit, Yesus berbicara pula tentang topik damai sejahtera (Yohanes 14:26-27, 20:19, 21). Damai sejahtera yang dimaksud oleh Yesus adalah pemberian-Nya yang berbeda dengan pengertian dunia. Kita sudah dimeteraikan Roh Kudus menjadi anak-anak Allah. Itu sebabnya kita tidak perlu merasa gelisah pada waktu menghadapi kesulitan. Damai sejahtera yang stabil tidak akan terpengaruh oleh kekuatiran. Terlalu mudah gelisah, kuatir, cemas, takut dan merasa tidak ada jalan lain, menyatakan tidak adanya damai sejahtera dalam hati kita. Ini merupakan tanda bahaya untuk manusia yang hidup dalam zaman modern, hidup yang makin lama makin tegang. Damai sejahtera yang sesungguhnya tidak dipengaruhi oleh ancaman dan kesulitan apapun dari luar. Maukah kita memiliki damai sejahtera seperti ini? [JS] Yohanes 14:27 “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” 38 Senin Kesabaran Bacaan Alkitab hari ini: Galatia 5:16-26 2 Juni Pra-Pentakosta Surat Galatia mengajarkan bahwa sejatinya hidup orang Kristen adalah hidup yang sangat indah dan mulia. Hidup yang tidak dapat ditemukan dalam dunia ini. Sesungguhnya hidup di dalam Kristus adalah hidup yang mulia karena sekalipun kita masih bertubuh manusia yang berdosa, yang sering kali membawa kita pada apa yang tidak kita kehendaki, yaitu perbuatan-perbuatan daging—yang berlawanan dengan keinginan Roh—ternyata, Puji Tuhan; Tuhan telah memberikan kuasa kepada kita untuk dapat mengalahkannya. Kuasa itu berasal dari Roh Kudus yang telah melahirbarukan dan menyertai kita. Roh Kudus inilah yang memperbarui karakter hidup kita, sehingga kita memiliki nilai hidup yang berbeda dari orang-orang yang belum percaya yaitu hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus (Galatia 5:16-23). Kehidupan yang indah itu ditandai dengan buah Roh. Dalam Galatia 5:2223, Paulus menjelaskan buah Roh sebagai: “Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,...” Kasih adalah perintah yang terutama (Matius 22:37-39). Sukacita sejati hanya didapatkan di dalam Kristus. Damai sejahtera sesungguhnya terjadi ketika kita diperdamaikan dengan Allah. Melalui ketiga hal inilah relasi kita dengan Allah dibereskan. Setelah relasi kita dengan Tuhan dibereskan, maka akan muncul sifat berikutnya dari buah Roh yang akan membereskan relasi kita dengan sesama. Sifat itu adalah kesabaran (Galatia 5:22). Sabar dalam kesulitan maupun sabar terhadap sesama (Kolose. 1:11, 3:12-13). Sabar menanggung kesengsaraan demi Kristus (2Korintus 1:6). Sabar terhadap ketidakadilan, sabar menantikan kedatangan Tuhan kembali (2 Korintus 11:19-20, Yakobus 5:7). Semuanya itu secara otomatis akan timbul dalam hidup ketika kita sungguh-sungguh hidup dalam pimpinan Roh Kudus dan melekat pada Kristus, Tuhan kita. (Yohanes. 15:4-5). [JS] Kolose 3:12 “Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.” 39 Kata Sambutan HUT GKY Pembaca yang Budiman, Kita patut bersyukur kepada Tuhan untuk AnugerahNYA yang begitu besar. Pada Hari Ulang Tahun GKY yang ke-69 ini, jumlah anggota jemaat GKY telah mencapai 17.000 orang. Sesuai dengan tema GKY tahun 2014, yaitu To Know Him and To Make Him Known, kita mengharapkan pertumbuhan secara kualitas ( To Know Him) maupun secara kuantitas (To Make Him Known). Oleh karena itu, kami mengajak seluruh anggota jemaat untuk bersatu hati bertumbuh di dalam Tuhan serta meluaskan pekerjaan penginjilan dengan membuka ladang baru (church Planting) di berbagai tempat. Dalam jangka waktu sekitar 10 tahun terakhir ini, jumlah anggota GKY telah meningkat dari sekitar 8000 orang menjadi sekitar 17.000 orang. Di samping GKY, dalam kurun waktu yang sama, ada berbagai gereja lain yang meningkat secara tajam. Ada gereja yang meningkat dari dua juta orang menjadi tiga setengah juta orang dan ada gereja yang meningkat dari ratusan ribu orang menjadi 2,2 juta orang. Sebagai gereja yang masih mempertahankan pemakaian bahasa Mandarin, GKY terpanggil untuk melayani orang-orang Tionghoa baik di kota besar maupun di daerah yang masih belum terjangkau oleh gereja-gereja lain yang berbahasa Mandarin, bahkan GKY terpanggil untuk melayani sampai ke luar negeri. Di tahun-tahun mendatang, marilah kita berjuang “selama masih siang” (Yohanes 9:4) untuk menjadi berkat bagi banyak orang melalui pelayanan misi dan pelayanan sosial. Marilah kita menanggalkan semua perhitungan manusiawi yang menghalangi kita untuk mengambil kesempatan yang diberikan Tuhan dalam melaksanakan Amanat Agung Kristus, termasuk perhitungan untung rugi. Sebaliknya, marilah kita mengembangkan kepekaan terhadap pimpinan Roh Kudus dan bersandar kepada anugerah Tuhan. Marilah kita membangun gereja baru yang sesuai dengan karakteristik kultur gereja Mandarin dan pola GKY (ajaran, ibadah, organisasi, administrasi, pelayanan), tetapi kita juga tidak mengabaikan kesempatan untuk menjadi berkat bagi seluruh bangsa. Yang satu harus dilakukan, yang lain jangan diabaikan. Selamat Ulang Tahun GKY! Tuhan Yesus memberkati Gereja-Nya. Amin. Pdt. Bambang SN Sekum Sinode GKY 40 HUT GKY Ke-69 Selasa Kemurahan Bacaan Alkitab hari ini: 2 Korintus 9:1-15 3 Juni Pra-Pentakosta Kemurahan adalah buah Roh yang seharusnya menjadi ciri khas orang-orang yang sudah diselamatkan. Oleh karena keselamatan diperoleh secara cuma-cuma karena kemurahan Allah, maka konsekuensi logisnya adalah orang yang sudah diselamatkan seharusnya memiliki hati yang penuh kemurahan. Tetapi sayang sekali, kenyataannya sering kali jauh dari keadaan yang seharusnya itu. Kemurahan adalah suatu karakter yang penuh kebaikan dan murah hati terhadap orang lain. Oleh sebab itu kemurahan diwujudkan melalui sebuah pemberian; bisa berupa memberi hidup, waktu, perhatian, pengampunan, dana, bantuan dan lain-lain. Oleh sebab itulah Paulus berkali-kali mengingatkan jemaat Korintus tentang kemurahan hati ini. Paulus mengingatkan tentang pelayanan kepada orang-orang kudus (9:1). Pemberian itu sebagai bukti kemurahan hati yang dilakukan dengan kerelaan hati dan bukan karena paksaan karena Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (9:2, 5, 7). Paulus mengingatkan konsep tabur tuai : orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga (9:6). Jemaat Korintus mampu memberi oleh karena Allah yang terlebih dulu melimpahkan kepada mereka segala kasih karunia yang menjadikan mereka berkelebihan dalam kebajikan (9:8). Pada akhirnya pelayanan ini mengakibatkan melimpahnya ucapan syukur kepada Allah (9:12, 15). Jikalau kita mengamini kemurahan adalah buah Roh yang dapat dirasakan oleh saudara-saudara kita, sudahkah dalam hidup kita menunjukkan hidup yang penuh kemurahan? Kita diselamatkan semata-mata karena kemurahan Allah, sudah selayaknya kita sebagai anak-anak Allah yang Mahapemurah menunjukkan hati yang penuh kemurahan. [JS] Lukas 6:36 “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” 41 Rabu Kebaikan Bacaan Alkitab hari ini: Filipi 4:2-23 4 Juni Pra-Pentakosta Kebaikan adalah salah satu sifat dasar Allah. Allah itu baik. Segala yang Allah lakukan itu baik. Kebaikan adalah sebuah kata tindakan artinya selalu melakukan apa yang terhormat secara etika dan moral. Allah menginginkan kita baik sebagaimana Ia adalah baik. Kebaikan juga adalah buah Roh yang tidak berdiri sendiri, tetapi selalu bersama-sama dengan kesabaran dan kemurahan dalam kaitannya dengan relasi terhadap sesama. Ketiga hal ini bersama-sama dan sungguh indah jika dinyatakan dalam hidup kita. Dalam bagian akhir surat Filipi Paulus membahas tentang kebaikan ini. Setelah memberikan beberapa nasihat, Paulus meminta jemaat Filipi untuk melakukan kebaikan : menolong rekannya yang bersama-sama beberapa rekan yang lain berjuang bersamasama dengannya untuk mengabarkan Injil. Ia juga melanjutkan bahwa kebaikan yang dilandasi motif yang murni itu hendaknya dilakukan dengan sukacita dan menjadi kesaksian yang baik bagi semua orang (4:3-5). Kebaikan yang seperti itu tidak akan membawa hidup kepada kekuatiran, tetapi justru damai sejahtera Allah (4:6-7, 9). Selain itu, Paulus juga menyaksikan kebaikan jemaat Filipi yang turut ikut mengambil bagian dalam kesusahannya dengan beberapa kali mengirimkan bantuan kepadanya (4:14, 16, 18). Kebaikan mereka itu dinilai Paulus sebagai suatu persembahan yang harum dan korban yang disukai dan berkenan kepada Allah yang pada akhirnya akan membawa berkat dan kemuliaan Allah (4:18-20). Sungguh indah jika setiap anak Tuhan bisa meneladani kebaikan seperti ini. Sebuah kebaikan yang memperbesar buah-buah Injil (4:17). Maukah, di saat menjelang peringatan Pentakosta ini kita melakukan kebaikan yang tidak menghiraukan pamrih ataupun balasan. Kebaikan sejati yang mengalir dari motivasi yang suci, yang rela mengorbankan diri sendiri untuk membangun orang lain; kebaikan yang digerakkan oleh Roh Kudus dan menjadi cermin sifat Tuhan sendiri. [JS] Filipi 4:5 “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! “ 42 Kamis Kesetiaan Bacaan Alkitab hari ini: Matius 25:14-30 5 Juni Pra-Pentakosta Dalam perumpamaan tentang talenta yang terkenal ini, hamba-hamba yang dipercayakan talenta oleh tuannya dinilai bukan berdasarkan berapa banyak yang dihasilkan atau hal-hal lain, tetapi dinilai karena kesetiaannya. Baik hamba yang dipercayakan lima atau dua talenta, dinilai sebagai hamba yang baik dan setia (25:21, 23). Sebaliknya seorang hamba lain yang hanya dipercayakan satu talenta itu dinilai jahat dan malas karena ia tidak setia (25:26). Oleh sebab itu di sini kita belajar betapa pentingnya menjadi orang yang setia, karena berdasar kesetiaan itulah Tuhan akan menilai dan menghakimi kita. Kata kesetiaan (Inggris : faithfull) di dalamnya mengandung pengertian iman. Jadi kesetiaan berhubungan erat dengan iman kepada Allah yang setia. Kesetiaan terhadap hal yang kecil sebenarnya adalah ujian karakter yang paling dapat dipastikan yang membawa kepada kepercayaan yang semakin besar. Seperti tadi telah kita baca, Yesus berkata, “...engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tangggung jawab dalam perkara yang besar.” (25:23). Kesetiaan bukanlah ketaatan kepada sesuatu yang tidak ada dasarnya. Kesetiaan adalah satu kesungguhan hati untuk tetap jujur dan terus menerus bertanggung jawab kepada apa yang harus kita patuhi. Kesetiaan dimanifestasikan dengan melaksanakan apa yang sudah dijanjikan atau dipercayakan. Allah yang setia menghendaki anak-anak-Nya juga setia. Sebuah refleksi buat kita, sejauh mana kita sebagai orang Kristen setia kepada Tuhan dalam hidup kita sehari-hari? Apakah kita sudah setia dalam hal-hal kecil seperti janji-janji yang kita buat, pemanfaatan waktu kita, apa yang kita baca dan lihat, kesetiaan kepada pasangan hidup kita dan hidup sesuai prinsip kebenaran Firman Tuhan yang kita yakini? [JS] Wahyu 2:10c “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” 43 Jumat Kelemahlembutan Bacaan Alkitab hari ini: Matius 11:28-30 6 Juni Pra-Pentakosta Ketika kita mendengar kelemahlembutan sering kita artikan sebagai gabungan lemah dan lembut. Pengertian yang negatif terhadap kelemahlembutan karena kita belum memahami bahwa dalam Alkitab berarti gabungan antara kekuatan, kelembutan dan rendah hati. Pada dasarnya natur manusia adalah sombong dan egois. Tetapi ketika Roh Kudus memenuhi hati seseorang, ia akan menjadi rendah hati, taat dan lemah lembut. Dalam Alkitab—selain Musa (Bilangan 12:3)— Yesus adalah teladan teragung kelemahlembutan. Yesus berkata, ”Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu...karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” (Matius 11:28-29). Roh Kristus yang lemah lembut terlihat jelas pada saat Yesus tergerak hati-Nya oleh belas kasihan saat melihat orang banyak yang telantar seperti domba tanpa gembala (Matius 9:36-38). Dan puncaknya pada saat disalib, Ia tidak mengasihani diri-Nya sendiri, tetapi justru memikirkan orang lain : penjahat yang percaya yang disalibkan bersama-Nya, masa depan Maria, ibu-Nya serta murid yang dikasihi-Nya, Yohanes (Lukas 23:42-43; Yohanes 19:25-27). Kelemahlembutan seperti ini bukan sifat yang alamiah. Hanya Roh Allah yang berdiam secara supranatural di dalam diri orang percaya yang bisa membuatnya berespons dengan lemah lembut terhadap setiap penganiayaan. Saat kita melihat orang menderita karena sakit, fitnah, permusuhan, kesepian ataupun jatuh dalam dosa; sudahkah kita—seperti Tuhan Yesus—berbelas kasihan menolong mereka dengan lemah lembut tanpa membiarkan dosa tetap berlangsung? [JS] Matius 5:5 “Berbahagialah orang yang lemah lembut karena mereka akan memiliki bumi.” 44 Sabtu Penguasaan Diri Bacaan Alkitab hari ini: 2 Timotius 4:1-18 7 Juni Pra-Pentakosta Tandan buah Roh terakhir, yang menutup semuanya adalah penguasaan diri. Dari buah yang dikerjakan oleh Roh Kudus, penguasaan diri adalah bungkus dari keseluruhan buah yang ada. Tanpa penguasaan diri maka semuanya, yaitu : kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan kesetiaan dan kelemahlembutan akan sia-sia. Bila seseorang tidak bisa menguasai diri dan kemarahannya meledak-ledak, maka kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, dan seterusnya akan hilang dalam sekejab mata. Oleh sebab itu penguasaan diri mutlak diperlukan dalam hidup orang percaya. Penguasaan diri berarti kemampuan untuk mengendalikan diri. Namun kemampuan itu bukan berasal dari kekuatan sendiri, tetapi dari Roh Kudus. Roh Kuduslah yang memimpin dan mengendalikan sehingga kita bisa digerakkan, dicerahkan dan dipimpin-Nya. Paulus saat berbicara tentang pelayanan kepada Timotius, ia menasehatkan betapa pentingnya penguasaan diri ini. Paulus berkata, “Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!” (4:5). Di dalam ayat ini Paulus menyebut penguasaan diri dibutuhkan dan mendahului hal yang lain. Jika kita mampu menguasai diri, kita akan sanggup menanggung penderitaan dengan sabar, sanggup memberitakan Injil baik atau tidak baik waktunya dan sanggup pula menuntaskan tugas-tugas pelayanan yang lain. Bahkan kita bisa berkata seperti Paulus, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman” (4:7). Ini terjadi jika kita telah sanggup menguasai diri. Menjelang Pentakosta ini, marilah kita melatih diri dalam pimpinan Roh Kudus untuk menguasai diri sendiri mulai dari hal sederhana seperti mengendalikan makanan dan minuman, dalam hal berpakaian, dalam hal hobi, kesukaan sampai mengendalikan amarah dan mengendalikan keinginan-keinginan jasmani lainnya. [JS] Amsal 16:32 “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.” 45 Sisipan Ucapan Selamat Pentakosta Minggu Pentakosta Bacaan Alkitab hari ini: Kisah Para Rasul 2:1-40 8 Juni Pentakosta Ketika tiba hari Pentakosta, Roh Kudus dikaruniakan kepada dunia ini bagi orang percaya. Pentakosta berarti hari kelima puluh setelah kebangkitan Tuhan Yesus. Setelah bangkit, Tuhan Yesus selama empat puluh hari berulang kali menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Yesus menyatakan bahwa Ia adalah Tuhan yang hidup. Maut dan Iblis tidak berkuasa mencengkeram baik hidup maupun mati-Nya. Yesus telah bangkit dan hidup! Inilah pengharapan terbesar bagi orang percaya. Setelah itu Yesus naik ke sorga dengan satu pesan, ”Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan BapaKu. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi” (Lukas 24:49). Sepuluh hari kemudian, Roh Kudus turun ke dunia. Peristiwa ini terjadi satu kali dalam sejarah, yaitu hari Pentakosta. Dari kedatangan Pribadi ketiga Allah Tritunggal ini kita dapat merenungkan beberapa makna penting Pentakosta. Pertama, Roh Kudus yang dijanjikan turun, menjadi karunia dan sumber segala berkat serta Penolong dalam hati dan tinggal dalam diri kita selama-lamanya. Setiap orang yang menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, berarti Roh Kudus turun atas dirinya dan memperoleh kelahiran baru. Kedua, Roh Kudus turun, maka mulai hari itu kita tidak lagi sendirian. Ada Roh Tuhan bersama kita. Roh Tuhan itu, yaitu Roh Kudus tinggal dalam diri kita. Roh Kudus menolong, menguatkan, menghibur, menopang, menuntun hidup kita. Khususnya saat kita mengalami pergumulan hidup yang berat, kita akan merasakan betapa manisnya pencurahan kasih yang diberikan Roh Kudus kepada kita. Ketiga, Roh Kudus turun, Roh itu memberi kekuatan dan keberanian kepada kita untuk mengabarkan Injil kepada manusia berdosa. [JS] Kisah Para Rasul 2:38 “Jawab Petrus kepada mereka: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” 47 Senin Iman Pada Yang Tidak Terlihat 9 Juni Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 25-26 Dalam dunia yang menganut filosofi bahwa kita tidak dapat “mempercayai” sesuatu yang tidak bisa diraba, dilihat, didengar, dikecap, dan dibaui oleh panca indera, mustahil bagi manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa untuk mempercayai Allah jika bukan karena pekerjaan dan anugerah Allah. Mazmur 25 menceritakan realita pengalaman pemazmur yang indah tentang iman kepercayaan dan kebergantungan totalnya kepada Tuhan. Hal-hal pahit yang dialami Daud dalam kehidupan—seperti dikejar-kejar musuh, pemberontakan anaknya (Absalom), kejatuhan dalam dosa perzinahan, dukacita atas anak yang meninggal, dan sebagainya—membuat kita semakin melihat dan menyadari kebobrokan manusia berdosa di hadapan Allah. Saat menghadapi kesulitan hidup yang kita alami, ada banyak hal yang dapat mengikis iman percaya kita. Namun, seperti Daud, biarlah kita belajar untuk mengenal dan memahami jalan Tuhan dengan hati terbuka. Sekalipun Daud mempunyai relasi yang baik dengan Tuhan semenjak masa mudanya, Daud tetap terbuka terhadap pimpinan dan ajaran Allah. Daud sadar bahwa ia masih belum mengikuti dan memahami jalan Tuhan dengan sempurna (25:4-5, 8-9, 12, 14). Kita bersyukur bahwa Allah itu penuh kasih setia terhadap perjanjian-Nya (25:10). Ia tidak meninggalkan kita sekalipun kita telah jatuh ke dalam dosa. Sebaliknya, Ia senantiasa “menunjukkan jalan kepada orang yang sesat” (25:8). Oleh karena itu, dalam setiap situasi kehidupan, marilah kita “mengangkat jiwa” kita kepada Allah serta membuka hati untuk Allah berkarya dan menunjukkan jalan-Nya bagi kita. Iman berarti tetap mempercayai dan menantikan Allah. [J] 1 Petrus 1:8 “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan” 48 Selasa Allah Diam 10 Juni Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 27-28 Allah menjawab doa. Namun kadangkala, di dalam ketekunan kita berdoa, kita mendapati bahwa Allah diam. Saat Allah diam, kita bisa merasa bingung, frustasi, bahkan kehilangan iman. Bagi Daud, bila Allah diam, dia menjadi “seperti orang yang turun ke liang kubur” (28:1). Sekalipun demikian, Daud tidak berhenti berharap dan berdoa kepada Tuhan. Ia menanti pertolongan serta jawaban Tuhan (28:1-2). Situasi sulit yang muncul—seperti saat kita berhadapan dengan orang yang memusuhi kita, saat kita berada di wilayah yang rawan kejahatan, dan saat doa kita belum terkabul—bisa membuat kita kehilangan akal dan tergoda utk mencari jalan pintas, tidak mencari pertolongan Tuhan. Bila kita menghadapi situasi seperti itu, ingatlah dan tirulah teladan Daud yang berkata, “Kepada-Mu, ya TUHAN, … aku berseru” (28:1). Daud mempunyai keyakinan yg kokoh di dalam Allah, bahwa tidak ada pertolongan dan kekuatan sejati selain dari Allah. Tanpa penyertaan Allah, kita lemah. Allah tidak selamanya membisu. Keyakinan bahwa Allah bekerja tepat pada waktu-Nya menuntut kita untuk percaya bahwa Allah mampu bekerja melampaui logika kita. Kebisuan Allah pada akhirnya berujung dengan terlihatnya keagungan pekerjaan Allah (bandingkan dengan Ayub 42:2, 5), sehingga saat mendapat jawaban doa, kita dapat mengatakan, “Terpujilah TUHAN, karena Ia telah mendengar suara permohonanku” (Mazmur 28:6). Tetaplah berdoa dan berseru walaupun Allah nampak membisu, sebab meninggalkan Allah jauh lebih fatal daripada perasaan ditinggalkan atau masalah sebesar apa pun yg menjerat kita. Kebisuan Allah tidak berarti bahwa Ia berhenti bekerja, sehingga kita perlu ragu atau berhenti berdoa dan berharap pada-Nya. Dalam iman, Ia menunggu waktu yg tepat untuk berbicara. [J] Mazmur 28:7 “TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya.” 49 Rabu Jangan Lupa mengucap Syukur! 11 Juni Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 29-30 Pentahbisan Bait Suci dalam 30:1 bisa menunjuk kepada Pentahbisan Bait Suci yang dibangun pada zaman Raja Salomo (1 Raja-raja 8:63), Pentahbisan Bait Suci yang dibangun pada zaman Ezra (Ezra 6:16), serta Pembersihan Bait Suci dari barang-barang najis (berhala-berhala yang dimasukkan ke Bait Suci atas perintah Antiokhus Epifanes—penjajah Yunani) pada zaman Makabe—pahlawan Yahudi—di abad kedua BC. Pentahbisan ketiga ini dirayakan terus sampai zaman Tuhan Yesus dan disebut sebagai Hari Raya Pentahbisan Bait Allah (Yohanes 10:22). Sekalipun mazmur ucapan syukur ini dipakai sebagai nyanyian bersama umat Allah, sebenarnya mazmur ini bersumber dari pengalaman pribadi Daud yang dihukum Allah setelah selesai menghitung seluruh pasukannya (2 Samuel 24). Berkat yang ia nikmati menghasilkan rasa aman dan percaya diri yang terlalu besar (Mazmur 30:7), sehingga saat Daud mulai menyombongkan diri, Allah sedikit “menghimpitnya” untuk membuatnya tersadar (30:8). Kapankah ucapan syukur yang tulus sungguh-sungguh muncul di hati kita? Mungkin kita sungguh-sungguh bersyukur saat Tuhan datang menolong di “detik-detik terakhir,” saat kita amat terdesak, tak menemukan jalan keluar, dan putus asa. Namun, masihkah kita bersyukur bila kita berhasil meraih berbagai kesuksesan? Selanjutnya, apakah kesuksesan membuat kita terlena sehingga kita menyombongkan diri? (lihat Ulangan 8:11-18). Tuhan Yesus memberi peringatan yang keras terhadap orang yang menyombongkan kekayaan yang tidak bisa dia bawa saat jiwanya diambil (Lukas 12:16-21). Saat meraih kesuksesan, jangan melupakan Allah. Akuilah segala perbuatan tangan-Nya. Dengan demikian, kita akan menemukan alasan yang tidak terbatas untuk senantiasa “menyanyikan syukur” bagi Tuhan. [J] Mazmur 30:13 “… supaya jiwaku menyanyikan mazmur bagi-Mu dan jangan berdiam diri. TUHAN, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu.” 50 Kamis Tetap Mengasihi-Nya 12 Juni Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 31-32 Daud pernah mengalami masa-masa yang begitu genting dan ketakutan yang begitu mencekam saat dikejar-kejar oleh Saul (1 Samuel 23). Dalam masa ketakutan yang amat sangat, Yonatan menguatkan kepercayaan Daud kepada Tuhan (1 Samuel 23:15-16). Ketika Anda berkata bahwa Anda beriman kepada Allah, apakah Anda sungguh-sungguh percaya kepada-Nya? Perkataan Daud, “Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; .., ya TUHAN, Allah yang setia,” (Mazmur 31:6) menyatakan bahwa Daud percaya secara total kepada Allah. Kalimat yang sama diucapkan oleh Tuhan Yesus ketika Ia disalibkan (Lukas 23:46) dan oleh Stefanus ketika ia dirajam batu hingga mati (Kisah Para Rasul 7:59). Hal ini menyatakan betapa pentingnya kita mempercayai Allah yang setia serta menyerahkan totalitas hidup kita ke dalam tangan Tuhan. Kepercayaan kepada Allah yang setia tidak meniadakan kesulitan, pencobaan, dan penderitaan. Namun, penderitaan dan kesesakan juga tidak dapat meniadakan kesetiaan Allah bagi mereka yang mengasihi Dia. Pemazmur mengontraskan bersandar kepada berhala dengan bersandar kepada TUHAN (31:7). Pemazmur menyadari bahwa hanya Tuhan yang mampu menolong dan menyelamatkan. Berhala tidak dapat melakukan apa-apa (Lihat 115:4-9; Ulangan 4:28,29). Di saat kesesakan, pemazmur menyangka bahwa ia terbuang dari hadapan Tuhan (Mazmur 31:23). Namun, ketika ia mengangkat jiwanya kepada Tuhan, ia mendapati bahwa Allah menunjukkan kasih dan pertolongan-Nya secara ajaib (31:22). Kepada siapa kita menggantungkan hidup kita di tengah kesulitan, penderitaan, dan kefanaan dunia ini? Tidak ada yang dapat memberikan jaminan yang lebih pasti selain Allah yang akan menjaga hidup kita sampai kekekalan. Kekuatan sejati hanya dapat kita temukan di dalam Allah. Dalam situasi apa pun, tetaplah kasihi Allah! [J] Mazmur 31:25 “Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap kepada TUHAN!” 51 Jumat Pujian Hari Ini 13 Juni Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 33-34 Orang-orang pada zaman dulu mengandalkan kuda sebagai cermin kekuatan militer sebuah kerajaan. Pada masa kini, yang diandalkan manusia umumnya adalah jabatan atau kekuasaan. Daud, sangat sadar bahwa imannya tidak boleh berlandaskan kekuatan fisik, melainkan harus berlandaskan Allah yang Maha Kuasa (33:16-19). Daud telah sering mengalami dan melihat bagaimana Allah melepaskan orang beriman dari tangan musuh (34:5-8, 18). Dia sadar bahwa orang beriman juga bisa mengalami krisis, teror, dan kematian. Sepanjang sejarah, banyak orang beriman yang dianiaya, dijadikan mangsa binatang buas, ditelantarkan, dibunuh, dan sebagainya (Roma 8:35-36, Ibrani 11:32-40). Walaupun Allah dapat menyelamatkan umat-Nya, kadang-kadang—dengan alasan yang hanya diketahui Allah—Ia “membiarkan” umat-Nya jatuh ke tangan musuh. Sekalipun demikian, “Tuhan dekat kepada mereka yang patah hati dan remuk jiwanya..” (Mazmur 34:19). Orang benar yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya tidak akan kehilangan pengharapan di dalam Allah yang telah menjamin mereka. Pujian Daud dalam Mazmur 34 berasal dari pemahaman yang benar akan Allah. Pujian itu tidak semata-mata berlandaskan pengalaman hidup yang penuh sukacita, namun juga dukacita (34:2). Memuji Tuhan adalah ciri wajar dari kehidupan umat yang telah mengalami anugerahNya (33:1), Ia adalah Allah bangsa-bangsa dan Allah Pencipta yang Mahakuasa (33:6-11), Allah yang berdaulat atas sejarah (33:12-19)—semua ini menjadi alasan untuk menaikkan pujian bagi Allah. Hanya di dalam pengenalan yang benar akan Dia, hati kita dapat bersukacita dan menaikkan pujian bagi-Nya. Kiranya Tuhan memberi kita sebuah pujian pada hari ini untuk mengingatkan kita akan kebaikan dan kebesaran-Nya, apa pun yang mungkin sedang kita hadapi. [J] Mazmur 34:2 “Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku.” 52 Sabtu Tetaplah Setia 14 Juni Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 35 Kejahatan di dunia ini adalah akibat dari dosa. Manusia yang telah tercemar dosa, tidak mungkin bebas dari kejahatan. Ketika ada orang benar yang tertindas oleh kejahatan, naluri alamiah yang muncul adalah bahwa kejahatan mereka harus diganjari. Mazmur ini merupakan genre (jenis sastra) mazmur “kutukan”, yaitu mazmur yang berisi permohonan agar Tuhan menunjukkan keadilan-Nya dengan menghukum orang yang melakukan kejahatan. Doa seperti ini bukan bersumber dari keinginan membalas dendam karena perasaan benci, melainkan karena kerinduan agar kebenaran Tuhan ditegakkan. Pemazmur percaya bahwa ia dapat mengandalkan keadilan Tuhan di tengah sistem peradilan manusia yang tidak dapat diandalkan. Sering kali orang Kristen menyerah dan berkompromi karena tidak yakin apakah dirinya masih dapat bertahan menghadapi kerasnya hidup dalam dunia bila dia berlaku benar. Banyak orang berseru seperti pemazmur, “Sampai berapa lama, Tuhan, Engkau memandangi saja?” (35:17, bandingkan dengan ayat 22). Saat kita menghadapi kejahatan, marilah kita meneladani iman Daud yang mendasari mazmur ini. Pemazmur mempercayai keadilan, kemahakuasaan, dan kepedulian Allah, betapa pun suramnya hidup ini. Iman merupakan sumber kekuatan untuk tetap berserah dan bertahan untuk mengikuti jalan Tuhan. Percayalah bahwa keadilan dan kebenaran Allah akan selalu dinyatakan pada waktu-Nya. Dengan berlaku setia, iman akan menjadi “suatu bukti tentang adilnya penghakiman Allah, yang menyatakan bahwa kamu layak menjadi warga Kerajaan Allah, kamu yang sekarang menderita karena Kerajaan itu” (2 Tesalonika 1:5). Percayalah bahwa Allah tetap duduk di takhta-Nya untuk menghakimi secara adil (bandingkan dengan Wahyu 16:5-7). [J] Mazmur 37:3 “Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia.” 53 Mengenal Kristus Melalui Kitab Markus M arkus adalah penulis Kitab Injil yang memperoleh bahan-bahannya terutama dari Rasul Petrus. Sekalipun Injil Markus adalah Injil yang paling ringkas bila dibandingkan dengan Injil yang lain, kadang-kadang Markus bisa menceritakan peristiwa yang terjadi secara lebih terperinci daripada Injil yang lain. Misalnya, Perhatikan bahwa gambaran tentang situasi kapal saat Tuhan Yesus meredakan angin ribut dalam Markus 4:35-41 lebih terperinci daripada gambaran dalam Matius 8:23-27 dan Lukas 8:22-25. Perhatikan pula bahwa hanya di Injil Markus disebutkan bahwa Tuhan Yesus pergi ke rumah Simon (Petrus) dan Andreas (Markus 1:29). Oleh karena itu, Injil Markus bisa dikatakan sebagai kitab Injil yang ditulis dari sudut pandang Rasul Petrus. Perkataan “Injil tentang Yesus Kristus” (Markus 1:1) bisa berarti “Kabar Baik mengenai Yesus Kristus” dan bisa pula berarti “Kabar baik yang dibawa oleh Yesus Kristus”. Saat Tuhan Yesus memulai pelayanan-Nya, Markus menyebutkan bahwa Tuhan Yesus memberitakan Injil Allah (1:14). Hal ini berarti bahwa Injil atau Kabar Baik itu berasal dari Allah. Injil atau Kabar Baik itu adalah berita yang menyangkut Kerajaan Allah dan yang menuntut respons berupa “bertobat dan percaya”(1:15). Respons “bertobat” berarti bahwa manusia harus meninggalkan cara hidup lama yang berdosa dan yang tidak mencapai standar Kerajaan Allah serta menggantinya dengan cara hidup yang baru. Respons “percaya berarti bahwa manusia harus bersandar kepada tindakan Allah menyelamatkan manusia berdosa melalui apa yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus Kristus. Kita perlu memahami bahwa Kerajaan Allah itu memiliki aspek masa depan dan masa kini. Aspek masa depan Kerajaan Allah menunjuk kepada pemerintahan Allah secara total pada masa depan, sedangkan aspek masa kini Kerajaan Allah menunjuk kepada diberlakukannya kehendak Allah pada masa kini. Dalam Matius 12:28 dijelaskan bahwa saat Tuhan Yesus mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, hal itu berarti bahwa Kerajaan Allah sudah datang. Pada masa kini, Iblis masih diberi keleluasaan untuk menggoda manusia agar tidak menaati kehendak Allah. Akan tetapi, pada akhir zaman, keleluasaan Iblis akan dihentikan dan manusia akan bebas melakukan kehendak Allah. Karena persyaratan untuk bisa menjadi warga Kerajaan Allah ditentukan oleh sikap terhadap Tuhan Yesus Kristus, renungan kitab Markus ini akan difokuskan kepada siapa Kristus dan apa yang telah Dia lakukan. Dengan demikian, diharapkan bahwa semua pembaca akan menjadi warga Kerajaan Allah. [P] 54 Minggu Wibawa Sang Raja 15 Juni Bacaan Alkitab hari ini: Markus 1 Banyak orang salah mengerti tentang siapakah Yesus Kristus itu. Saat merayakan Natal, gambaran sebagian orang adalah bahwa Yesus Kristus itu adalah bayi lemah yang dikejar-kejar oleh Raja Herodes sehingga orang tuanya harus mengungsi ke Mesir. Saat merayakan Jumat Agung, sebagian orang menganggap Yesus Kristus sebagai seorang lemah yang tidak berdaya menghadapi penyaliban. Saat merayakan Paskah, tidak semua orang Kristen menyadari bahwa peristiwa kebangkitan itu merupakan perayaan kemenangan atas kuasa dosa dan kuasa maut. Pasal pertama Injil Markus ini mengungkapkan berbagai fakta yang menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang berwibawa: Pertama, pelayanan Tuhan Yesus didahului oleh pelayanan Yohanes Pembaptis yang berperan sebagai pembuka jalan (1:1-4). Sebagai pembuka jalan, Yohanes Pembaptis mengakui bahwa Tuhan Yesus lebih berkuasa dan lebih mulia daripada dirinya (1:7-8). Kedua, Yesus Kristus memiliki otoritas Ilahi. Saat Ia memberi diri untuk dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, kesatuan Tuhan Yesus dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus diperlihatkan (diumumkan) melalui langit yang terkoyak, Roh Kudus yang turun ke atas diri Tuhan Yesus, serta pengumuman yang disampaikan sendiri oleh Allah Bapa (1:9-11). Otoritas Ilahi Tuhan Yesus itu nampak jelas saat Dia memanggil murid-murid-Nya untuk mengikut Dia (1:1620), saat Dia mengajar orang banyak (1:21-22), dan saat Dia mengusir roh jahat (1:23-26, 34). Perhatikan bahwa keempat murid pertama Tuhan Yesus—yaitu Simon, Andreas, Yakobus, dan Yohanes—dipanggil dalam keadaan sebagai nelayan aktif (1:16, 19), bukan sebagai pengangguran. Perhatikan pula bahwa Tuhan Yesus melaksanakan rencana-Nya sendiri, bukan mengikuti keinginan massa (1:37-38). [P] Markus 1:22 “Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat.” 55 Senin Kristus Datang untuk Orang Berdosa 16 Juni Bacaan Alkitab hari ini: Markus 2 Perkataan “Kristus datang untuk (memanggil) orang berdosa” (bandingkan dengan 2:17) tidaklah berarti bahwa Tuhan Yesus menolak atau tidak peduli terhadap orang yang hidup secara baik-baik, melainkan bahwa sasaran pelayanan Tuhan Yesus adalah orang-orang yang menyadari bahwa dirinya adalah orang berdosa. Orang yang menganggap dirinya sebagai orang baik-baik adalah orang yang sulit menyadari bahwa dirinya memerlukan Tuhan Yesus. Saat Tuhan Yesus mengatakan kepada orang lumpuh yang dibawa kepada-Nya, “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” (2:5), orang lumpuh itu tidak tersinggung karena dia pasti menyadari keberdosaannya. Sebaliknya, para ahli Taurat yang mendengar perkataan Tuhan Yesus itu menganggap Tuhan Yesus telah menghujat Allah melalui perkataan-Nya. Akan tetapi, mereka menjadi kebingungan karena Tuhan Yesus sanggup membuat orang lumpuh menjadi bisa berjalan. Kemampuan Tuhan Yesus menyembuhkan orang sakit itu membuat para ahli Taurat tidak berani menyangkal secara terang-terangan wewenang Tuhan Yesus untuk mengampuni dosa. Ketidaksadaran akan keberdosaan diri mereka membuat para ahli Taurat dari golongan Farisi tidak cukup rendah hati untuk menyambut kehadiran Tuhan Yesus. Sikap mereka amat kontras dengan sikap terbuka yang ditunjukkan oleh para pemungut cukai dan orang-orang yang sadar bahwa diri mereka adalah orang berdosa (2:15). Mengesankan pula untuk disimak bahwa ketika Lewi—sang pemungut cukai itu—menerima panggilan Tuhan Yesus untuk mengikut Dia, Lewi langsung memberi respons dengan meninggalkan pekerjaannya. Bagaimana respons Anda saat Tuhan Yesus memanggil Anda untuk mengikuti Dia? [P] Markus 2:17b “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” 56 Selasa Tuhan atas Hari Sabat 17 Juni Bacaan Alkitab hari ini: Markus 3 Pemahaman Tuhan Yesus terhadap peraturan-peraturan dalam kitab Taurat berbeda jauh dengan pemahaman para ahli Taurat. Para ahli Taurat berusaha memerinci apa yang termasuk dalam hukum Taurat tanpa memahami maksud sebenarnya dari peraturan tersebut. Akibatnya, hukum Taurat menjadi beban berat bagi orang-orang pada zaman Tuhan Yesus. Akibat lain adalah penerapan dari hukum Taurat menjadi terasa aneh bila kita berpikir dengan akal sehat tanpa sikap apriori (keyakinan terhadap suatu pendapat tanpa berpikir atau tanpa peduli dengan apa yang sebenarnya). Sebagai contoh, orang Yahudi tetap melepaskan ternak mereka pada hari Sabat dan membawa ternak mereka ke tempat minuman. Mereka juga akan segera menolong anak atau ternak mereka yang terperosok ke dalam sumur pada hari Sabat (bandingkan dengan Lukas 13:15; 14:5). Yang aneh, mereka beranggapan bahwa tindakan Tuhan Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat itu merupakan pelanggaran terhadap peraturan Sabat (Markus 3:1-5). Bagi Tuhan Yesus, peraturan Sabat—bahkan juga peraturan hukum Taurat yang lain—diberikan Allah bukan untuk menjadi beban yang tidak masuk akal, melainkan diberikan untuik kepentingan manusia (Markus 2:27). Tuhan Yesus adalah penafsir hukum Taurat yang paling tepat karena Dia adalah Tuhan (Penguasa) atas hari Sabat. Memahami maksud sebenarnya dari pemberian hukum Taurat ini penting agar kita tidak salah dalam menerapkan peraturan-peraturan dalam Alkitab. Di Indonesia, kita bisa membaca atau mendengar tentang berbagai keputusan pengadilan yang “aneh” (tidak memenuhi rasa keadilan masyarakat) yang dilandasi oleh pemahaman yang dangkal tentang hukum. [P] Markus 2:27-28 Lalu kata Yesus kepada mereka: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.” 57 Rabu Guru yang Hebat 18 Juni Bacaan Alkitab hari ini: Markus 4 Tuhan Yesus adalah Guru yang Hebat. Orang banyak yang mendengar pengajaran Tuhan Yesus merasa takjub karena Tuhan Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa (1:22). Wibawanya berasal dari diri-Nya sendiri. Perkataan-Nya sesuai dengan tindakan-Nya. Dia bukan hanya mengajar, tetapi dia juga menyembuhkan orang sakit dan mengusir rohroh jahat. Belas kasihan-Nya bukan hanya diucapkan, tetapi diwujudkan secara nyata melalui perbuatan-Nya. Kehebatan Tuhan Yesus sebagai seorang Guru bukan hanya terlihat dari wibawa-Nya, tetapi juga dari cara Tuhan Yesus mengajar. Walaupun isi pengajaran Tuhan Yesus tidak selalu mudah untuk dimengerti, pada umumnya Tuhan Yesus mengajar secara sederhana dengan memakai perumpamaan. Yang dipakai sebagai bahan perumpamaan bisa berupa hal-hal yang terjadi pada masa itu, tetapi bisa pula berupa cerita-cerita masa lampau. Tidak penting bagi kita untuk mempersoalkan apakah cerita yang dipakai dalam perumpamaan Tuhan Yesus adalah peristiwa yang benar-benar pernah terjadi atau bukan, karena yang penting bukan perumpamaannya, melainkan makna yang terkandung dalam perumpamaan tersebut. Perlu diperhatikan bahwa setiap perumpamaan hampir selalu memiliki sebuah pesan utama. Dalam mempelajari sebuah perumpamaan, yang paling penting adalah mencari pesan utama perumpamaan itu. Jangan terjebak untuk mengartikan setiap detil dari perumpamaan tersebut. Bila Tuhan Yesus sendiri sudah menjelaskan arti perumpamaan yang dia pakai, jangan menafsir dengan tafsiran yang berbeda. Misalnya perumpamaan tentang penabur dalam 4:3-8 yang dijelaskan oleh Tuhan Yesus dalam 4:13-20 sebagai empat cara menanggapi firman Allah. Pemakaian perumpamaan sebagai alat untuk mengajar ini merupakan teladan dan tantangan bagi para pengajar Alkitab—termasuk para guru sekolah minggu—untuk mengajar secara kreatif. [P] Markus 4:2a “Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka.” 58 Kamis Dia Memberikan yang Terbaik 19 Juni Bacaan Alkitab hari ini: Markus 5 Banyak orang menganggap dirinya berharga, tetapi tidak banyak orang yang menganggap diri orang lain itu berharga. Banyak orang berani mengorbankan hartanya untuk kesembuhan diri sendiri atau keluarga dekat, tetapi tidak banyak orang yang bersedia mengorbankan hartanya untuk orang lain. Kita mudah merasa kasihan melihat orang yang menderita, tetapi tidak mudah bagi kita untuk mengorbankan harta kita untuk orang tersebut. Dalam bacaan hari ini, kita bisa membaca bahwa bagi Tuhan Yesus, orang yang kerasukan roh jahat di daerah Gerasa itu lebih berharga daripada dua ribu ekor babi (5:1-13). Pada masa kini, harga dua ribu ekor babi itu bisa mencapai puluhan milyar rupiah. Sikap para pemilik babi yang meminta Tuhan Yesus meninggalkan daerah mereka (5:14-17) mewakili sikap banyak orang di sepanjang masa yang menolak Tuhan Yesus karena mereka beranggapan bahwa hidup dalam ketaatan kepada Tuhan Yesus akan mengakibatkan kerugian secara finansial. Kita tidak bisa mengikut Tuhan Yesus bila motivasi kita adalah mencari keuntungan secara finansial. Alasan yang paling tepat untuk menjadi pengikut Tuhan Yesus adalah karena Tuhan Yesus mempedulikan kita dan ingin memberikan yang terbaik kepada kita. Sekalipun demikian, harus kita ingat bahwa yang terbaik bagi kita itu kadang-kadang tidak seperti yang kita pikirkan. Bagi Yairus, yang terbaik adalah kesembuhan anaknya (5:22-24, 35-42). Bagi seorang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan, yang terbaik adalah berhentinya pendarahan (5:25-34). Bagi para pemilik babi, kehilangan babi akan membuat mereka belajar untuk lebih menghargai manusia daripada babi. [P] Markus 5:13 “Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya.” 59 Jumat Hati-Nya Tergerak Oleh Belas Kasihan 20 Juni Bacaan Alkitab hari ini: Markus 6 Perkembangan media komunikasi visual—misalnya televisi —memiliki dampak positif maupun negatif. Dari satu sisi, media komunikasi visual membuat kita bisa memahami berbagai hal secara lebih menyeluruh. Dari sisi lain, media komunikasi visual juga bisa membuat kita terbiasa melihat penderitaan, kekerasan, kemerosotan moral, dan sebagainya, sehingga hati kita sama sekali tidak tergerak ketika melihat hal-hal itu. Dalam bacaan hari ini, hati Tuhan Yesus tergerak ketika melihat orang banyak yang berada dalam keadaan lelah dan terlantar seperti domba tanpa gembala (6:34; bandingkan dengan Matius 9:36). Bila kita memperhatikan kehidupan dan pelayanan Tuhan Yesus, ada dua hal umum yang membuat Tuhan Yesus bertindak, yaitu penderitaan dan iman. Di satu sisi, Tuhan Yesus tidak bisa diam saja ketika melihat ada orang yang sakit, terlantar, dirasuk setan (atau roh jahat), atau sedang bersedih (karena anggota keluarganya meninggal). Di sisi lain, Tuhan Yesus juga tidak bisa bersikap tidak peduli terhadap orang yang beriman atau yang menggantungkan hidupnya kepada-Nya. Sebaliknya, Tuhan Yesus tidak melakukan banyak hal di daerah asalnya sendiri, karena orang-orang di sana menutup pintu hati mereka (6:1-6a) Kita harus waspada agar hati kita tidak menjadi keras karena kita menutup mata terhadap penderitaan dan kebutuhan yang muncul di sekitar kita. Memang, kita hanya bisa membantu orang yang bersedia untuk kita bantu. Akan tetapi, jangan sampai masalah yang kita hadapi menutup pintu hati kita. Ingatlah bahwa Tuhan Yesus telah lebih dulu meninggalkan kenyamanan surga dan datang ke dunia yang jahat ini untuk menyelamatkan kita. [P] Markus 6:34 “Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.” 60 Sabtu Tuhan Yesus Melihat Hati 21 Juni Bacaan Alkitab hari ini: Markus 7 Apa yang penting bagi Tuhan Yesus berbeda dengan apa yang penting bagi orang Farisi. Orang Farisi mementingkan adat istiadat yang bisa dilihat oleh orang banyak, sedangkan Tuhan Yesus mementingkan perbuatan yang dilandasi oleh ketulusan hati. Orang Farisi mementingkan masalah mencuci tangan sebelum makan, sedangkan Tuhan Yesus mengabaikan hal-hal seperti itu (7:2-5). Dengan perkataan lain, Orang Farisi mementingkan kemasan dari hukum Taurat, sedangkan Tuhan Yesus mementingkan inti dari hukum Taurat. Bagi Tuhan Yesus, inti dari seluruh tuntutan Allah dalam hukum Taurat adalah mengasihi. Bagi orang Farisi, ketaatan kepada rincian aturan— yang oleh Tuhan Yesus disebut sebagai adat istiadat manusia—dianggap lebih penting daripada kewajiban mengasihi (atau menghormati) orang tua (7:9-13). Tuhan Yesus berpandangan bahwa menjaga kondisi hati amat penting karena hati adalah sumber pikiran dan pikiran adalah sumber perbuatan. Bila hati kita baik dan suci, kita akan melakukan halhal yang baik dan suci. Bila hati kita busuk, kita akan sulit menghindari perbuatan yang jahat (7:20-23; Amsal 4:23). Bila kita mengikuti berbagai aturan, tetapi hati kita sebenarnya jahat, ketaatan kita hanya merupakan kemunafikan. Bila hati kita baik dan suci, ketaatan kita akan dilandasi oleh ketulusan. Terhadap para ahli Taurat yang mementingkan adat istiadat, Tuhan Yesus memberikan terguran keras, “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.” (Markus 7:6b-8). [P] 1 Samuel 16:7b “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” 61 Minggu Tuhan Yesus Menuntut Ketegasan 22 Juni Bacaan Alkitab hari ini: Markus 8 Seorang yang hendak menjadi pengikut Tuhan Yesus tidak bisa hanya menjadi penonton, melainkan harus memberi respons melalui sikap yang tegas. Sesudah Tuhan Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, “Kata orang, siapakah Aku ini?” (8:27), Tuhan Yesus melanjutkan dengan pertanyaan berikutnya, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” (8:29). Tuhan Yesus tidak puas bila murid-murid-Nya hanya ikut-ikutan! Bahkan, Tuhan Yesus menginginkan agar murid-murid-Nya mengikuti Dia dengan kesadaran penuh akan konsekuensi yang harus mereka tanggung (8:34). Setiap orang yang ingin menjadi pengikut Tuhan Yesus harus bersedia menyangkal diri (mengubah cara berpikir dan cara menjalani hidup). Rencana penebusan, yaitu bahwa Kristus harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari, merupakan rencana yang tidak masuk akal dan merugikan bagi Petrus (8:31-32). Akan tetapi, berpikir berdasarkan sudut pandang Allah merupakan salah satu tuntutan Kristus (8:33). Bila kita bersedia menanggalkan cara berpikir kita dan mulai berpikir dari sudut pandang Allah, barulah kita bisa melakukan hal-hal besar bagi Allah. Saat Tuhan Yesus menuntut murid-murid-Nya untuk memberi makan orang banyak, para murid harus rela menyerahkan tujuh roti dan beberapa ekor ikan yang mereka miliki kepada Tuhan Yesus. Di tangan Tuhan Yesus, tujuh roti dan beberapa ekor ikan itu dapat dipakai untuk memberi makan empat ribu orang sampai kenyang. Bila kita bersedia menyangkal diri dan memikul salib (8:34), kita akan bisa melakukan halhal yang melampaui kemampuan alamiah kita. [P] Markus 8:34 “Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” 62 Senin Keagungan & Kerendahhatian Kristus 23 Juni Bacaan Alkitab hari ini: Markus 9 Dalam bacaan Alkitab hari ini (9:1-7), Petrus, Yakobus, dan Yohanes diberi kesempatan untuk melihat kemuliaan Tuhan Yesus yang berubah rupa dan bersama-sama dengan Elia dan Musa. Hal ini tidak berarti bahwa sebelum peristiwa itu, Tuhan Yesus kurang mulia. Akan tetapi hal itu berarti bahwa sebelum saat itu, kemuliaan Tuhan Yesus hanya nampak secara samar-samar. Dalam peristiwa itu, Elia dan Musa dipilih untuk mendampingi Tuhan Yesus karena dalam Perjanjian Lama, kuasa Allah ditunjukkan kepada banyak orang secara paling terang benderang dalam pelayanan mereka. Yang menarik, setelah Tuhan Yesus menampakkan kemuliaan-Nya, istilah yang Dia pakai untuk menyebut diri-Nya adalah “Anak Manusia” dan istilah itu dipakai saat Tuhan Yesus menyampaikan tentang penderitaan dan penghinaan yang akan Dia terima (9:12). Saat itu pun, Tuhan Yesus juga menyebut tentang kebangkitan-Nya dari antara orang mati (9:9-10). Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa melalui peristiwa penampakan kemuliaan Tuhan Yesus itu, kemuliaan dan kerendahhatian Tuhan Yesus bersatu. Dia seharusnya disembah dan dimuliakan, tetapi Dia bersedia dihina dan menderita, bahkan penderitaan yang akan Dia hadapi adalah puncak penderitaan yang dapat dialami manusia pada saat itu, yaitu menderita karena disalibkan untuk menebus dosa umat manusia. Pada masa kini, kita bisa meyakini bahwa Tuhan Yesus telah menyediakan tempat di surga bagi setiap orang percaya. Sekalipun masa depan kita telah terjamin, hal itu tidak berarti bahwa kita bisa hidup seenaknya saat ini, melainkan kita harus memakai hidup kita untuk melayani Tuhan melalui pelayanan kita kepada sesama. [P] Markus 9:31b Ia berkata kepada mereka: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit.” 63 Selasa Kristus Menawarkan Keselamatan 24 Juni Bacaan Alkitab hari ini: Markus 10 Pertanyaan, “Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” (10:17) menunjukkan bahwa si penanya beranggapan bahwa hal memperoleh hidup kekal (atau bisa kita sebut sebagai “keselamatan”) bergantung pada perbuatan. Keyakinan bahwa keselamatan bergantung pada perbuatan bukan hanya keyakinan orang kaya itu saja, tetapi keyakinan banyak orang di segala zaman. Pernyataan Tuhan Yesus, “Hanya satu lagi kekuranganmu,” (10:21) menunjukkan bahwa tuntutan berupa perbuatan untuk memperoleh keselamatan itu adalah tuntutan kesempurnaan. Tanpa kesempurnaan dalam perbuatan, tidak mungkin seseorang bisa memperoleh keselamatan! Orang kaya itu telah menuruti perintah-perintah Allah yang dia ketahui sejak masa mudanya (10:19-20). Akan tetapi, Tuhan Yesus melihat adanya masalah yang sangat mendasar pada diri orang kaya itu, yaitu keterikatan atau ketergantungan pada hartanya (10:21). Sayangnya, orang kaya itu tidak bisa melepaskan diri dari ketergantungannya kepada harta sehingga dia tidak bisa masuk ke dalam Kerajaan Allah (10:22-23). Sebenarnya, memang tidak ada seorang pun yang sanggup memenuhi semua tuntutan Allah dalam hukum Taurat (Roma 3:20, 28; Galatia 2:16; 3:11). Hanya Kristus yang sanggup memenuhi seluruh tuntuan Allah melalui kematian-Nya di kayu salib. Keberhasilan Kristus memenuhi seluruh tuntutan Allah itu dibuktikan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Setiap orang yang meyakini tentang kematian Kristus untuk orang berdosa dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati akan memperoleh keselamatan. Inilah Injil atau Kabar Baik itu. [P] Galatia 2:16 “Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat.” 64 Rabu Otoritas Tuhan Yesus 25 Juni Bacaan Alkitab hari ini: Markus 11 Otoritas adalah hak atau wewenang untuk bertindak atau untuk mengatur. Salah satu penyebab permasalahan yang muncul dalam pelayanan Tuhan Yesus disebabkan karena ketidakmengertian para imam kepala, para ahli Taurat, dan orang-orang Fairsi tentang otoritas Tuhan Yesus. Sebenarnya, ketidakmengertian mereka itu disebabkan karena sikap keras kepala. Mereka tidak mau tunduk terhadap otoritas Tuhan Yesus. Hal ini berbeda dengan sikap orang banyak yang lebih terbuka terhadap otoritas Tuhan Yesus saat mereka melihat penyembuhan orang sakit, pengusiran setan, dan mujizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Dalam bacaan Alkitab hari ini, kontras kedua macam sikap di atas terlihat jelas. Para pemilik keledai tanpa ragu-ragu merelakan keledai mereka untuk dipakai oleh Tuhan Yesus (11:1-7), sedangkan imamimam kepala, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mempertanyakan otoritas Tuhan Yesus yang mengusir para pedagang yang berjual beli di halaman Bait Allah serta membalikkan meja-meja para penukar uang dan bangku-bangku para pedagang merpati (11:15-18, 27-28). Semua reaksi negatif yang ditunjukkan oleh para imam kepala dan para ahli Taurat dilatarbelakangi oleh ketidaksediaan untuk mengakui otoritas Tuhan Yesus (11:28). Injil Yohanes menguraikan secara terus terang bahwa Tuhan Yesus adalah Allah—Sang Pencipta—yang menjadi manusia (Yohanes 1:1-3, 14). Dialah yang menciptakan dunia (termasuk manusia), tetapi dunia (manusia) tidak mengenal Dia dan tidak bersedia menerima Dia (1:1011), artinya tidak bersedia mengakui otoritas keilahian-Nya. Seandainya manusia bersedia menerima Dia, tentulah manusia tidak akan mempertanyakan otoritas Tuhan Yesus! [P] Markus 11:28b “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?” 65 Kamis Dia Datang untuk Kita 26 Juni Bacaan Alkitab hari ini: Markus 12 Seorang yang belum benar-benar mengenal kasih Kristus mungkin saja beranggapan bahwa tuntutan Allah agar kita mengasihi Dia dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan segenap kekuatan serta mengasihi sesama seperti diri sendiri (12:29-31) sebagai tuntutan yang berlebihan. Akan tetapi bila kita mengingat apa yang telah Kristus lakukan bagi kita, jelaslah bahwa tuntutan tersebut merupakan tuntutan yang wajar. Dalam perumpamaan tentang kebun anggur (12:1-9), kebun anggur itu merupakan gambaran tentang bangsa Israel. Penggarap kebun anggur itu adalah para pemimpin Israel. Dalam perumpamaan Tuhan Yesus ini, para pemimpin Israel yang dimaksud adalah para pemimpin agama Yahudi, yaitu para ahli Taurat, imam-imam kepala, dan orangorang Farisi. Pemilik kebun anggur adalah Allah sendiri. Hamba-hamba yang diutus oleh Pemilik kebun anggur menunjuk kepada para nabi yang umumnya ditolak, dianiaya, bahkan ada yang dibunuh. Anak Pemilik Kebun adalah Yesus Kristus, Sang Anak Tunggal Allah. Perumpamaan ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus sadar benar bahwa kedatangan-Nya adalah untuk mati di tangan para pemimpin agama Yahudi. Sadarkah Anda bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Tunggal Allah yang diutus oleh Allah untuk menebus dosa manusia berdosa? Dia datang bukan untuk kepentingan diri-Nya sendiri, melainkan untuk menderita sampai mati di kayu salib bagi kita! Oleh karena itu, tidakkah wajar bila tuntutan Allah adalah agar kita mengasihi Dia dengan keseluruhan diri kita (hati, jiwa, akal budi, kekuatan)? [P] Yohanes 1:10-12 “Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya” 66 Jumat Cara Pandang yang Berbeda 27 Juni Bacaan Alkitab hari ini: Markus 13 Cara pandang Tuhan Yesus berbeda dengan cara pandang murid-muridNya. Saat murid-murid Tuhan Yesus menyaksikan Bait Allah, mereka terpesona oleh kekokohan bangunan Bait Allah. Akan tetapi, Tuhan Yesus memiliki cara pandang yang berbeda. Tuhan Yesus mengetahui bahwa bangunan Bait Allah yang amat kokoh itu akan runtuh dan menjadi rata dengan tanah (13:1-2). Perbedaan cara pandang itu disebabkan karena para murid hanya bisa melihat hal-hal yang kelihatan pada saat itu dan tidak bisa melihat apa yang belum terjadi, sedangkan Tuhan Yesus memandang segala sesuatu dari sudut pandang global, baik secara tempat maupun waktu. Tuhan Yesus mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan, bukan hanya mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di Palestina, tetapi juga peristiwa-peristiwa yang terjadi di seluruh dunia. Cara pandang yang bersifat global ini membuat Dia melihat segala sesuatu dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila Tuhan Yesus sering kali mengemukakan pemikiran yang tidak terduga oleh para pendengarnya. Dalam pasal ini, para murid pasti tidak menyangka bahwa pembicaraan tentang Bait Allah akan berlanjut menjadi perbincangan tentang akhir (atau kesudahan) zaman (13:4). Perlu diingat bahwa pengertian tentang akhir zaman bisa bermacam-macam. Dalam waktu dekat, kesudahan zaman adalah runtuhnya kota Yerusalem dengan Bait Allah di dalamnya seperti perbincangan dalam 13:1-2. Dalam waktu jauh, akhir zaman yang ditandai oleh penyiksaan (13:19), penyesatan (13:22) serta berbagai gejala (bencana) alam (13:24-25), dan diakhiri dengan kedatangan Tuhan Yesus kedua kali (13:26) yang masih kita nantikan penggenapannya. Semoga kita semua ditemukan sedang berjaga-jaga saat Tuhan Yesus datang kembali. [P] Markus 13:23 “Hati-hatilah kamu! Aku sudah terlebih dahulu mengatakan semuanya ini kepada kamu.” 67 Sabtu Keunikan Pelayanan Tuhan Yesus 28 Juni Bacaan Alkitab hari ini: Markus 14 Pelayanan Tuhan Yesus yang diuraikan dalam Kitab-kitab Injil ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus itu unik. Dia berbeda kualitas—dalam segala hal—dengan tokoh-tokoh lain di bumi ini. Perbedaan kualitas ini bukan hanya disebabkan karena sesungguhnya Dia adalah Allah sejati, tetapi juga karena kualitas kemanusiaan-Nya tanpa cacat. Dia adalah teladan bagi kita! Bacaan hari ini menunjukkan beberapa keunikan dari pelayanan Tuhan Yesus. Pertama, pelayanan Tuhan Yesus tidak membeda-bedakan orang. Tuhan Yesus mempedulikan orang-orang yang diabaikan atau diremehkan oleh para pemimpin agama. Mengapa perempuan dalam 14:3 itu rela memecahkan botol minyak narwastu yang mahal harganya untuk mengurapi kepala Tuhan Yesus? Karena masyarakat pada waktu itu meremehkan wanita, tetapi Tuhan Yesus menghargai wanita. Kedua, Tuhan Yesus rela menanggung risiko dalam pelayanan-Nya, bahkan Dia secara sadar menghadapi penderitaan sampai di kayu salib. Oleh karena itu, Dia sadar bahwa tidak lama lagi Dia akan mati dan dikuburkan (bandingkan dengan 14:8). Dia sadar betul bahwa salah seorang murid-Nya (Yudas) akan berkhianat (14:18) dan salah seorang murid yang lain (Petrus) akan menyangkal Dia (14:30). Sekalipun demikian, Dia membiarkan pengkhianatan dan penyangkalan itu terjadi karena Dia taat terhadap kehendak Allah. Ketiga, Tuhan Yesus mengandalkan kekuatan doa. Ketika Dia akan berhadapan dengan maut di kayu salib, Dia tidak mau melarikan diri melainkan Dia berdoa di Taman Getsemani. Dia meyakini kuasa doa. Banyak orang mengakui kuasa doa, tetapi tidak banyak orang bersungguhsungguh mengandalkan doa saat menghadapi masalah berat. [P] Markus 14:38 “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.” 68 Minggu Kristus Menerima Ketidakadilan 29 Juni Bacaan Alkitab hari ini: Markus 15 Apa yang terjadi terhadap Tuhan Yesus merupakan ketidakadilan yang luar biasa. Tuhan Yesus—Hakim yang Agung itu—membiarkan diri-Nya dihakimi oleh hakim-hakim yang sama sekali tidak adil. Tuhan Yesus— yang sama sekali tidak melakukan dosa—dituduh dengan tuduhan palsu, diperlakukan secara kasar (diludahi, dipukul, dihina) dan dijatuhi hukuman terberat pada masa itu yang biasanya dijatuhkan kepada para penjahat besar, yaitu hukuman salib. Hal yang paling menarik dari sikap Tuhan Yesus dalam menghadapi perlakuan yang tidak semestinya itu adalah bahwa Dia sama sekali tidak membela diri. Dia membiarkan saja orang banyak berlaku tidak semestinya terhadap Dia. Pada saat itu—dan bahkan sampai Dia disalibkan di kayu salib—Tuhan Yesus menempatkan diri dalam posisi manusia berdosa yang sudah sepantasnya menerima hukuman Allah (bandingkan dengan Yesaya 53:7). Untuk kita—manusia berdosa—Tuhan Yesus rela untuk tidak diperlakukan secara semestinya, padahal sebenarnya Dia adalah Allah yang harus dipuji dan dimuliakan. Dia rela untuk turun dari status paling tinggi ke status paling rendah untuk mengangkat derajat manusia berdosa, Sikap Tuhan Yesus dalam menghadapi ketidakadilan itu merupakan teladan bagi kita (Filipi 2:5-8). Bila kita hendak melayani orang lain, kita harus rela untuk merendahkan diri dan juga rela untuk direndahkan. Kita harus rela untuk diperlakukan tidak semestinya. Kita harus rela melepaskan apa yang menjadi hak kita. Yang menjadi sumber harga diri kita seharusnya bukanlah sikap orang lain terhadap diri kita, melainkan penghargaan Allah terhadap diri kita. [P] Yesaya 53:7 “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.” 69 Senin Respons Terhadap Kebangkitan Kristus 30 Juni Bacaan Alkitab hari ini: Markus 16 Doktrin tentang kebangkitan Kristus (bersama dengan doktrin tentang kematian Kristus) merupakan doktrin terpenting dalam kepercayaan Kristen. Sekalipun demikian, tidak mudah mempercayai doktrin tersebut. Bagi murid-murid Tuhan Yesus pun, tidak mudah mempercayai bahwa Tuhan Yesus benar-benar telah bangkit sebelum mereka melihat sendiri Kristus yang bangkit, padahal masalah kebangkitan ini telah disebutkan secara samar-samar dalam Perjanjian Lama dan kemudian diberitakan secara terus terang oleh Tuhan Yesus (8:31; 9:9, 31; 10:34; 14:28). Bila kita memperhatikan betapa sulitnya para murid Tuhan Yesus untuk mempercayai kebangkitan Tuhan Yesus, tidak mengherankan bila orang-orang pada masa kini pun amat sulit untuk mempercayai kebangkitan Kristus. Sekalipun demikian, berita tentang kebangkitan merupakan bagian dari berita Injil yang sama sekali tidak boleh diabaikan. Tanpa kebangkitan Tuhan Yesus, kita tidak akan bisa memiliki pengharapan tentang kebangkitan diri kita sendiri pada saat kedatangan Tuhan Yesus kedua kali. Tanpa kebangkitan Tuhan Yesus, kita tidak memiliki pengharapan akan masa depan. Dari sisi penelitian terhadap naskah-naskah kuno—terutama naskahnaskah asli Alkitab—yang membicarakan atau menyinggung tentang kebangkitan Kristus, pembuktian terhadap berita tentang kebangkitan Kristus amat meyakinkan dan dapat dipertanggungjawabkan dari sudut pandang ilmu hukum. Dari sisi lain, benar bahwa diperlukan iman untuk mempercayai berita tentang kebangkitan Kristus. [P] 1 Korintus 15:3-4 “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci.” 70 DAFTAR GEREJA SINODE GKY GKY BALIKPAPAN - 25 Agustus 1996 Jl. Mayjen Sutoyo RT 44 No. 1A (Depan Radar AURI-Gunung Malang), Balikpapan 76113. Telp. (0542) 441008. Fax (0542) 441108. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 09.00, 17.00 GKY BANDAR LAMPUNG - 30 Maret 2008 Hotel Grand Anugerah, Jl. Raden Intan No. 132, Bandar Lampung. Telp. (0721) 472474. Sekretariat : Perum Aman Jaya, Jl. Slamet Riyadi Blok A No.15, Teluk Betung 35228. Telp. (0721) 472474. Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 08.00 - 20 Mei 2012 GKY BENGKULU Jl.Ahmad Yani No.15A1-B, Bengkulu. Kebaktian Umum I: Minggu, Pk.17.00 GKY BUMI SERPONG DAMAI - 7 Februari 1993 Nusa Loka Blok E-8 No. 7, Sektor 14, Serpong, Tangerang 15330. Telp. (021) 5382274, 5383577. Fax (021) 5381942. Kebaktian Umum I, II & IV, III : Minggu, Pk. 07.00, 09.30, 17.00 GKY CIBUBUR - 22 September 2006 Sentra Eropa Blok A No. 18, Kota Wisata Cibubur, Jakarta 16967. Telp. (021) 84931120. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00 GKY CIMONE - 11 September 1983 Cimone Mas Permai I, Jl. Jawa No. 11A, Tangerang 15114. Telp. (021) 5525727. Fax (021) 55794389. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00 GKY CITRA GARDEN - 27 November 1994 Jl. Citra Garden II Blok O9 No. 1, Jakarta 11830. Telp. (021) 5453529, 54398490. Fax (021) 54398093. Kebaktian Umum I, II, III, IV : Minggu, Pk. 06.30, 08.00, 10.30, 17.00 GKY GADING SERPONG - 19 Desember 2010 Ruko L Agricola Blok B8-10, Paramount Serpong, Tangerang 15810. Telp. (021) 29429530-31. Fax (021) 29429532. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 09.30, 17.00 GKY GERENDENG - 24 Agustus 1986 Jl. Pos Gerendeng I, Tangerang 15113. Telp. (021) 5523925. Fax (021) 5589182. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 09.30 GKY GREEN VILLE - 4 Januari 1981 Green Ville Blok AZ No. 1, Jakarta 11510. Telp. (021) 5605586 (Hunting). Fax (021) 5659353 Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00 English Worship Service : Minggu, Pk. 10.00 GKY GUANGZHOU - 6 November 2011 Zion Church (Lantai 2), Ren Ming Zhong Lu No. 392, Guangzhou. Stasiun MTR Ximenkou Exit A. Mobile : +8613570099579. Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 16.00 GKY HONGKONG - 1 Desember 2013 1 Haven of Hope Road, Tseung Kwan O, New Territories, Hong Kong Mobile: + 8526 2786171, + 8526 1047093 Kebaktian Umum : Minggu, Pk. 10.30 GKY JAMBI Hotel Aston, Jl. Sultan Agung No. 99, Jambi Telp. (0711) 922 9168 73 - 23 Februari 2014 Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk.09.00 GKY KARAWACI - 10 April 2005 Gedung Dynaplast Lt. 8, Jl. M.H. Thamrin No. 1, Lippo Village, Karawaci 15811. Telp. (021) 93823230 Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk.07.30, Pk. 10.00, 17.00 GKY KEBAYORAN BARU - 26 April 1998 Jl. Kebayoran Baru No. 79, Jakarta 12120. Telp. (021) 72792735. Fax (021) 72793017. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00 GKY KELAPA GADING - 6 Juni 1993 Jl. Boulevard Raya Blok TB II No. 1-4, Jakarta 14240. Telp. (021) 4520563-64 Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.00, 09.30, 17.00 GKY KUTA BALI - 5 Juli 1998 Jl. Sunset Road, Dewi Sri II, Kuta-Bali 80361. Telp. (0361) 488126, 7440078. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 08.00, 10.00, 18.00 GKY LUBUK LINGGAU - 30 November 1997 Jl. Bukit Barisan 13, Lubuk Linggau 31622. Telp. (0733) 323989. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 17.00 GKY MAKASSAR - 3 Oktober 1993 Jl. Andalas 57-59, Makassar 90517. Telp. (0411) 3652424, 3652526, 3624466. Fax (0411) 3652444. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 18.00 GKY MANGGA BESAR - 3 Juni 1945 Jl. Mangga Besar I No. 74, Jakarta 11180. Telp. (021) 6399585. Fax (021) 6499261. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.00, 09.30, 17.00 English Worship Service : Minggu, Pk. 09.30 GKY MEDAN - 10 November 2006 - Jl. Thamrin No. 53 No. 13, Medan 20232. Telp. (061) 4550678. Fax (061) 4550677. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 10.30 GKY MUARA BARU - 1 Januari 1995 Jl. Pluit Raya Selatan, Ruko Grand Pluit Mall Blok B No.7-8, Muara Baru, Jakarta 14450. Telp. (021) 6613711 Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 10.00 GKY NIAS - 18 Juli 2010 Jl. Baluse No. 6, Km 2,5 Simpang Megahill, Gunung Sitoli, Nias 22815. Telp. (0639) 21253. Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 09.00 GKY PALEMBANG - 22 Juli 1984 Jl. Krakatau 445/129, Palembang 30125. Telp. (0711) 314037. Fax (0711) 350476. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00 GKY PALOPO - 12 Juni 1995 Jl. Durian 79, Palopo 91921. Telp. (0471) 22201. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 17.00 GKY PAMULANG - 14 Februari 1993 Jl. Reny Jaya Blok S-IV/15, Pamulang, Tangerang 15416. Telp. (021) 7434179. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 17.00 GKY PANTAI INDAH KAPUK - 8 Februari 2009 Jl. Pantai Indah Selatan II Blok V No. 1C, Pantai Indah Kapuk, Jakarta 14460.Telp. (021) 33393737. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, GKY PEKANBARU - 15 Januari 2006 Jl. Tuanku Tambusai, Komp. Puri Nangka Sari F10-11, Pekanbaru 28000. Telp. (0761) 571132. Fax (0761) 571142. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 10.00 GKY PLUIT - 13 Januari 1974 Jl. Pluit Permai Dalam I No. 9, Jakarta 14450. Telp. (021) 6696826. Fax (021) 6621312. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.00, 09.30, 17.00 - 8 Februari 2009 Jl. Pantai Indah Selatan II Blok V No. 1C, Pantai Indah Kapuk, Jakarta 14460.Telp. (021) 33393737. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 74 GKY PONTIANAK - 18 November 2007 Komp. Ruko Ahmad Yani, Sentra Bisnis Megamal G21-22, Pontianak 78124. Telp. (0561) 743930. Fax (0561) 743931. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk.10.00, Pk.17.00 GKY PURI INDAH - 6 Oktober 1991 Jl. Kembang Elok VI Blok I No. 9, Jakarta 11610. Telp. (021) 58300321 (hunting). Fax (021) 58300320. Kebaktian Umum I, II, III, IV : Minggu, Pk. 06.30, 08.00, 10.30, 17.00 GKY SIANTAN - 29 September 1996 Jl. Gusti Situt Machmud Gg. Selat Karimata II Blok G No.7-8, Pontianak 78242, Telp. (0561) 885897 Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 17.00 GKY SINGAPURA - 29 Jun 2008 Grace (Singapore Chinese Christian) Church, 14 Queen Street, nearest MRT: Bras Basah MRT, Singapore 188536. Mobile : +65 9761 0900 - Kebaktian Umum I: Minggu, Pk.10.00. Le Danz, 222 Queen Street #01-01/02, Singapore 188550. - Kebaktian Umum II: Minggu, Pk.14.30. Grace (Singapore Chinese Christian) Church, 14 Queen Street, nearest MRT: Bras Basah MRT, Singapore 188536. Mobile : +65 9761 0900 GKY SUNTER - 13 Juli 1986 Jl. Metro Kencana VI Blok Q No.43, Jakarta 14350. Telp. (021) 65831877. Fax (021) 65831871. Kebaktian Umum I, II & IV, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00 GKY SURABAYA - 4 November 2007 Jl. Pemuda 19-21, Grand Surabaya Hotel (Ex Garden Hotel Lama), sebelah Bank Mandiri, depan Wisma BII, Surabaya. Telp. (031) 5995399 Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 09.00 GKY SYDNEY - 8 Maret 2009 UTS Haymarket CM05C.01.31 (Building 5C, Level 1, Lecture Theatre 31), 31 Quay Street - Haymarket (di sebelah pintu masuk Market City parking). Sydney, Australia, NSW 2000. Mobile : +61 0425888915. Home : +61 0280655180 Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 09.00, 11.00 GKY TANJUNG PINANG Jl. Ir. Sutami No. 59, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Telp. (021) 6613422/23. Fax (021) 6680882. Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 16.00 GKY TELUK GONG - 2 November 1986 Jl. Teluk Gong Raya No.1, Jakarta 14450. Telp. (021) 6613422/23. Fax (021) 6680882. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00 GKY VILLA TANGERANG INDAH - 25 Desember 1994 Villa Tangerang Indah Blok EF 1 No. 2-4, Tangerang 15132. Telp. (021) 5513267. Fax (021) 5532852. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 18.00 GKY YOGYAKARTA - 15 September 1996 Auditorium Sekolah Bhinneka Tunggal Ika, Jl. Kranggan No. 11A, Yogyakarta 55233. Sekretariat : Jl. Kranggan No. 7, Yogyakarta 55233. Telp. (0274) 7110147. Fax (0274) 6415509. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00 75