daftar isi - Gereja Kristus Yesus

advertisement
Tahap 6, No. 9
Mei – Juni 2014
DAFTAR ISI
Ayub • Mazmur • Markus
Redaksi ............................................................................................. 3
Mengenal Penderitaan Berdasarkan Kitab Ayub............................... 4
Renungan Tanggal 1 – 28 Mei 2014 . ................................................ 6
Kenaikan Tuhan Yesus, Pentakosta dan Buah Roh........................... 34
Renungan Tanggal 29 Mei - 14 Juni 2014 ....................................... 35
Mengenal Kristus Melalui Kitab Markus.......................................... 54
Renungan Tanggal 15 - 30 Juni 2014 .............................................. 55
Daftar Gereja Sinode GKY ............................................................... 71
Diterbitkan oleh:
Sub Bid. Pembinaan Warga Gereja
Sinode Gereja Kristus Yesus
Ketua:
Pdt. Joni Sugicahyono
Editor Umum: GI. Purnama
Penulis:
Pdt. Joni Sugicahyono, Pdt. Souw Suharwan,
GI. Jokhana, GI Purnama
Alamat Redaksi
: Jl. Mangga Besar I/74, Jakarta 11180.
Telepon: (+62-21) 6010405-08.
Website: www.gky.or.id • e-Mail: [email protected]
Dapatkan dan bacalah renungan GEMA melalui:
1. Buku renungan.
2. Online di website GKY (www.gky.or.id - bagian literatur GEMA).
3. Unduh ke perangkat telepon genggam:
- www.fourteenfloor.com/files/gema-id-201405.jar
(GEMA bahasa Indonesia bulan Mei 2014).
- www.fourteenfloor.com/files/gema-id-201406.jar
(GEMA bahasa Indonesia bulan Juni 2014).
4. Unduh ke perangkat Android dan Apple (iPhone, iPad, iPod
Touch):
- www.gky.or.id lalu klik download pada salah satu dari 2 pilihan
(Android atau IOS).
Gerakan Membaca Alkitab sejak tahun 1999
diterbitkan dwibulanan dalam bahasa Indonesia dan Mandarin.
Redaksi 
Salam sejahtera dalam kasih Kristus.
Orang Kristen seharusnya hidup dalam pengharapan. Tanpa pengharapan, semua usaha dan jerih payah kita merupakan kesia-siaan.
Oleh karena itu, tanpa pengharapan, hidup kita akan biasa-biasa saja,
dan kita tidak akan pernah berjuang untuk mencapai apa pun dalam
hidup kita. Sebaliknya, pengharapan akan membuat kita rela bekerja
keras, rela menghadapi kesulitan dan tantangan, bahkan rela berkorban. Sebagai orang Kristen, bila hidup kita biasa-biasa saja dan kita
tidak pernah berjuang untuk melaksanakan kehendak Allah, hal itu
berarti bahwa kita telah kelihangan pengharapan atau kita tidak memahami pengharapan apakah yang kita miliki di dalam Kristus.
Pada tahun 2014 ini, rakyat Indonesia menghadapi Pemilu Legislatif serta Pemilihan Presiden. Pemilu Legislatif telah berakhir dan
kita berharap bahwa hasil Pemilu tahun ini bisa lebih baik daripada
pemilu-pemilu sebelumnya. Semoga para anggota DPR yang terpilih
tidak berjuang untuk mencari keuntungan, tetapi berjuang untuk kepentingan masyarakat. Kita juga berharap bahwa pemerintahan yang
akan terbentuk kelak sesudah Pemilihan Presiden adalah pemerintahan yang akan berhasil memperbaiki dan mengubah Indonesia menjadi
negara yang makmur dan berdaulat.
Pada edisi ini, kita akan merenungkan kitab Ayub, Injil Markus, beberapa pasal kitab Mazmur, serta merenungkan peristiwa Kenaikan
Tuhan Yesus dan Pentakosta. Kitab Ayub membicarakan masalah yang
selalu aktual sepanjang masa, yaitu masalah penderitaan yang menimpa orang beriman. Injil Markus adalah kitab Injil terpendek yang
membicarakan tentang Kristus. Peristiwa Kenaikan Tuhan Yesus ke
Surga itu amat penting karena tanpa peristiwa tersebut, Roh Kudus
tidak akan dicurahkan pada hari Pentakosta. Tanpa Roh Kudus, orang
Kristen tidak akan memiliki kuasa (kekuatan) untuk melaksanakan
Amanat Agung Kristus, yaitu menjadikan semua bangsa sebagai murid
Kristus (Matius 28:18-20). Tanpa Roh Kudus, orang Kristen tidak akan
sanggup (berani) menjadi saksi Kristus (Kisah Para Rasul 1:8). Tanpa
Roh Kudus, orang Kristen tidak akan memiliki kualitas kehidupan yang
memancarkan kehidupan seperti Kristus dari dalam kehidupannya.
Buah Roh Kudus (kualitas kehidupan seperti Kristus) itulah yang akan
menjadi fokus perenungan kita menjelang Pentakosta. Semoga GEMA
edisi ini menjadi berkat bagi kita semua.
Mengenal Penderitaan Berdasarkan Kitab Ayub
P
ergumulan hidup yang dahsyat dan bertubi-tubi membuat Ayub amat
menderita secara fisik maupun secara psikis (kejiwaan). Dalam keadaan
seperti itu, karakter Ayub nampak amat mengesankan. Dia memperlihatkan
ketabahan yang heroik. Pada akhirnya, kehidupan Ayub dipulihkan: Ia dikaruniai anak-anak lagi serta menerima berkat materi yang berganda.
Apakah kisah Ayub merupakan fakta sejarah atau cerita fiktif?
Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa kisah Ayub merupakan
sejarah, bukan cerita fiktif. Pertama, perhatikan kesamaan cara Alkitab
memperkenalkan Ayub (Ayub 1:1), Elkana (1 Samuel 1:1), dan Zakharia
(Lukas 1:5). Bila Elkana dan Zakharia diakui sebagai tokoh nyata dalam
sejarah, mengapa kita keberatan terhadap kesejarahan Ayub? Kedua,
ada dukungan dari kitab lain yang menyatakan bahwa Ayub adalah tokoh yang benar-benar ada dalam sejarah. Dalam Yehezkiel 14:14, nama
Ayub disebutkan bersama dengan Nuh dan Daniel. Dalam Yakobus 5:11,
Ayub disebut sebagai teladan dalam hal ketekunan bagi orang Kristen
yang sedang menghadapi penderitaan atau penganiayaan. Bila Ayub
adalah seorang tokoh fiktif, tidak mungkin nama Ayub dikutip dalam kedua bagian Alkitab di atas.
Jikalau Allah itu adil dan penuh kasih, mengapa orang benar seperti
Ayub dibiarkan menderita sangat hebat (Ayub 1:1, 18)?
Ada beberapa hal yang perlu disadari: Pertama, Allah tidak pernah
merancang penderitaan. Yang Dia rancang adalah damai sejahtera dan
masa depan yang penuh harapan. Ada tiga penyebab penderitaan manusia, yaitu dosa, dunia, dan Iblis. Dalam kasus Ayub, Iblis diizinkan
untuk menguji kesejatian iman Ayub dalam batas yang Allah tetapkan.
Kasih karunia Allah memampukan Ayub untuk menghadapi penderitaan yang terburuk sekalipun dengan iman yang teguh kepada Allah dan
bersandar kepada-Nya. Kedua, manusia tidak mungkin memahami
maksud dan tujuan Allah dalam mengizinkan penderitaan menimpa
hamba-hamba-Nya. Allah digerakkan oleh pertimbangan-pertimbangan
Pribadinya dan jalan-jalan-Nya tak mungkin terselami (37:5). Ketiga,
Allah ingin memurnikan iman dan kehidupan orang percaya sebagaimana emas dimurnikan oleh api (23:10, bandingkan dengan 1 Petrus
1:6-7). Ujian meningkatkan kesalehan, integritas dan kerendahhatian
umat-Nya (42:1-10). Keempat, meskipun cara Allah mengizinkan pergumulan hidup nampak ”kejam” dan Dia seperti “diam” saja (seperti ang-
gapan Ayub), akhirnya nampak belas kasihan dan kemurahan Allah yang
penuh (42:7-17; Yakobus 5:11). Dia tidak diam, tetapi Dia turut bekerja
memakai pergumulan hidup untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Roma 8:28). Yakinilah bahwa Allah berdaulat
penuh untuk mengatur dan memelihara dunia. Dia berkuasa atas Iblis
dan “misi” Iblis menggoda manusia dibatasi oleh izin Tuhan. Pencobaan
yang diizinkan Allah merupakan ujian iman untuk membuat kita hidup
lebih dekat dengan Tuhan dan bersandar penuh kepada-Nya.
Apakah Iblis bebas untuk datang dan pergi menghadap Tuhan di surga
sesuka hati (Ayub 2:1-2)? Siapakah yang dimaksud dengan “anak-anak
Allah” itu?
Ayub sama sekali tidak tahu bahwa di balik panggung kehidupannya,
terdapat percakapan antara Tuhan dan Iblis. Gleason L. Archer memberikan
beberapa pertimbangan. Pertama, Setelah Iblis jatuh karena memberontak
terhadap Allah (2 Petrus 2:4), wilayah kerjanya masih cukup luas sehingga
Iblis dapat berhadapan dengan penghulu malaikat, Mikhael (Yudas 9), bahkan Iblis dapat bercakap-cakap dengan Allah untuk mengajukan dakwaan
(Zakharia 3:1). Kedua, sebelum peristiwa penyaliban Kristus, Iblis sekalisekali dapat masuk ke sidang pengadilan di hadapan Allah untuk menuntut keadilan, yaitu agar Allah menjatuhkan hukuman secara keras terhadap dosa manusia atau terhadap ketidaktulusan motivasi orang beriman
kepada Tuhan. Oleh karena itu, Iblis disebut ”pendakwa” yang mendakwa orang-orang Kristen siang dan malam (Wahyu 12:10). Secara terbatas
dan sekali-sekali, ia bisa datang kepada Allah di hadapan para malaikat di
surga yang disebut sebagai anak-anak Allah (Ayub 1:6; 2:1; 38:7). Ketiga,
Jika sidang pengadilan ilahi ini diadakan di surga, surga bagian manakah itu?
Menurut 2 Korintus 12:2, ketika Paulus mengatakan bahwa dia diangkat ke
tingkat ketiga dari surga untuk melihat kemuliaan di atas, dengan demikian
maka sekurang-kurangnya, surga terdiri dari tiga tingkat. Adegan dalam
Ayub pasal 2 diduga bukan di tingkat paling tinggi dan paling mulia di mana
kekejian dan kenajisan tidak diperkenankan masuk ke kota Allah (Wahyu
21:27). Adegan itu mungkin saja terjadi di tingkat yang lebih rendah, sehingga ketika Tuhan mengadakan sidang ilahi-Nya, Iblis bisa datang sebagai
tamu yang tak diundang. Kita perlu menyadari bahwa sekalipun Iblis memiliki kuasa, dia tidak mahakuasa. Bila dia akan mencobai orang beriman, dia
harus minta persetujuan Allah. Setelah diizinkan, barulah ia dapat melangkah. Allah membatasi wilayah dan motif kerjanya. Saat Anda menghadapi
pergumulan berat, berdoalah mohon Tuhan menguatkan agar Anda dapat
melewatinya (Ayub 23:10; 1 Korintus 10:13). [Souw]
Kamis
Integritas dan Kesalehan
1
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 1-2
Kata “integritas” berarti: “mutu, sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan
yang memancarkan kewibawaan.” Kata “kesalehan” berarti: “ketaatan
(kepatuhan) dalam menjalankan ibadah” atau “kesungguhan menunaikan ajaran agama.” Jadi, integritas berkenaan dengan karakter, sifat
atau kepribadian seseorang, sedangkan kesalehan berkaitan dengan
iman seseorang kepada Allahnya. Ayub memiliki keduanya, yaitu bahwa
ia adalah seorang yang berintegritas tinggi, sekaligus ia adalah seorang
yang saleh (bandingkan dengan 1:1, 8).
Integritas dan kesalehan Ayub nampak dalam tiga hal: Pertama, integritasnya (termasuk kejujurannya) membuat Ayub dapat dipercaya
saat berbisnis. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila kekayaan Ayub
terus bertambah banyak. Hal ini juga menunjukkan bahwa Tuhan memberkati bisnisnya (1:3). Kedua, ia berperan sebagai imam yang setia mendoakan anak-anaknya (1:4-5). Ayub adalah seorang yang peka secara
rohani. Dia tidak hanya memperhatikan hidupnya sendiri, tetapi juga
memperhatikan perbuatan dan perkataan anak-anaknya. Oleh karena
itu, ia mempersembahkan sepuluh korban bakaran untuk kesepuluh
anaknya. Ketiga, secara tidak langsung, Iblis mengakui bahwa kehidupan
Ayub itu berintegritas dan takut akan Allah sebab Allah melindunginya.
Iblis tidak percaya bahwa kualitas hidup seperti itu dapat dipertahankan jika Tuhan tidak melindungi Ayub (1:8-12). Melalui ujian yang Tuhan
izinkan kepadanya, nampak jelas bahwa dia adalah seorang yang berintegritas dan saleh. Jalanilah hidup rutinitas Anda (bersekolah, bekerja,
berbisnis, melayani, bersosialisasi dengan lingkungan, dan sebagainya)
dengan hidup secara berintegritas dan saleh di hadapan Tuhan serta sesama agar Anda dapat menjadi saksi-Nya. [Souw]
Ayub 1:22
“Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa
dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.”
Jumat
Saat Anda Tak Mampu
Memahami Situasi Terburuk
2
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 3
Ayub tidak mengetahui bahwa dibalik penderitaan yang dia hadapi
ada skenario besar untuk menguji integritas dan kesalehannya. Tuhan
mengizinkan Iblis untuk menguji Ayub dengan cara apa saja, asal nyawanya tidak diusik (1:12; 2:6). Iblis pun menyerang Ayub untuk mematikan imannya. Harta benda Ayub—yaitu hewan-hewan yang jumlahnya
amat banyak—lenyap dirampas musuh. Kesepuluh anaknya mati akibat
bencana alam (1:13-19). Bahkan, kesehatan Ayub diserang Iblis dengan
barah yang busuk dari telapak kaki sampai ke ujung kepala (2:7-8).
Dalam ketidakmengertiannya, penderitaan yang sangat berat membuat Ayub menyesali keberadaannya di dunia. Ia berandai-andai bahwa seandainya ia tidak pernah dilahirkan, ia tidak perlu menanggung
penderitaan yang begitu hebat (3:3-7). Bahkan, ia berharap agar tidak
merasakan getirnya kehidupan, “mengapa aku tidak mati waktu aku lahir atau binasa waktu aku keluar dari kandungan?” (3:11-19). Ia tidak
mengerti mengapa ia tetap hidup walaupun penderitaan datang silih
berganti. Dalam keadaan seperti itu, mati nampak lebih menyenangkan
daripada hidup (3:20-24). Sekalipun kesal, Ayub tidak mengutuki Tuhan.
Dia putus asa, tetapi tidak mengumpat Tuhan. Ia merasa sesak, tetapi
tidak menuduh Tuhan berlaku kurang adil. Ayub tidak berbuat dosa dengan perkataan dan sikap hatinya.
Memahami penderitaan dan penyebabnya tidaklah mudah. Mungkin kita sering seperti Ayub yang mempertanyakan mengapa penderitaan menimpa kita. Kita berdoa dengan sungguh-sungguh, tetapi jalan keluar dari kesulitan tak kunjung datang. Pergumulan hidup apa pun yang
menyusahkan kita jangan sampai membuat kita berbuat dosa melalui
ucapan maupun tindakan kita. Saat kita tidak mampu memahami situasi
terburuk, berdoalah meminta bimbingan dan kekuatan Tuhan. [Souw]
Roma 8:37
“Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang
menang oleh Dia yang telah mengasihi kita.”
Sabtu
Hati-hati dalam Menilai Orang
3
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 4-5
Ketika diminta untuk menilai keadaan dan kepribadian seseorang yg kita
kenal, pada umumnya kita akan menilai dari sisi positif serta sisi negatif.
Saat menilai sisi negatif, berhati-hatilah terhadap kecenderungan menghakimi karena pemahaman kita terbatas.
Elifas memiliki kecenderungan untuk menghakimi sehingga ia salah
dalam mengambil kesimpulan tentang Ayub. Awalnya, Elifas memuji kearifan Ayub berkenaan dengan orang-orang yang memerlukan uluran tangannya, tetapi kemudian pujian tersebut berubah menjadi kritik pedas
(4:3-6). Pengalaman hidupnya dijadikan standar untuk menyimpulkan
bahwa “orang yang membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia
menuainya juga” (4:8). Dengan kata lain, Elifas menganggap malapetaka
yang dialami Ayub sebagai tuaian atas apa yang telah dia tabur di masa
lalu. Elifas menuduh bahwa Ayub telah melakukan dosa yang mengakibatkan kehancuran hidupnya (5:17-18). Oleh karena itu, Ayub harus
bertobat agar Allah memberkati dia (5:18-27).
Kita perlu berhati-hati ketika menilai orang. Jika kita tidak hati-hati,
penilaian kita akan menjadi penghakiman. Tuhan tidak mengizinkan kita
menghakimi karena kita bisa jatuh dalam kesalahan yang sama. Yang
berhak menghakimi adalah Tuhan sendiri (Roma 2:1-3). Kita perlu belajar untuk tidak menghakimi orang lain, terutama orang yang sedang
menderita. Seharusnya kita mendoakan dan mendorong orang yang sedang menjalani pergumulan yang berat agar tabah, bukan mengkritik
atau memberi penilaian yang sembrono. Mintalah hikmat Tuhan agar
kita dapat menghibur mereka yang tertimpa musibah dengan kata-kata
yang tepat, sekaligus menciptakan suasana persaudaraan. [Souw]
Roma 2:1
“Karena itu, hai manusia, siapa pun juga engkau, yang menghakimi
orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam
menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena
engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.”
Minggu
Ketika Tekanan Hidup Mendera
4
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 6-7
Ayub menggambarkan hidupnya yang penuh tekanan sebagai penderitaan ganda—tubuh dan jiwa—yang dahsyat. Ayub menganggap penderitaannya berasal dari Allah dan semakin terasa berat karena temantemannya berusaha menyalahkan dia. Perasaan bahwa Allah adalah
penyebab kesusahan diungkapkan secara gamblang, “Karena anak panah dari Yang Mahakuasa tertancap pada tubuhku, dan racunnya diisap
oleh jiwaku; kedahsyatan Allah seperti pasukan melawan aku.” (6:4; lihat juga 7:19-21). Dia merasa bahwa “serangan” Allah terhadap dirinya
begitu hebat, padahal firman-Nya tidak pernah dia sangkal (6:10). Seandainya dia dianggap telah berbuat dosa, dia tidak mengerti masalah apa
yang membuat hukuman Allah terasa terlalu berat untuk dia tanggung
(7:20). Dia bertanya-tanya mengapa Allah tidak mengampuni pelanggarannya dan mengapa dia mengalami kesusahan yang terasa melampaui
kewajaran (7:21). Sahabat-sahabatnya yang diharapkan berempati saat
melihat keadaannya malah memperparah penderitaannya.
Ayub menganggap sahabat-sahabatnya tidak dapat dipercaya karena
sikap dan perlakuan mereka berubah kepada dirinya (6:15-18). Seharusnya mereka mengucapkan kata-kata yang menguatkan dan menghibur, bukan mencela terus-menerus (6:25-27). Jiwanya terguncang hebat
tanpa ada orang yang mengerti keadaannya. Sekalipun jalan-jalan-Nya
sulit untuk dipahami, Ayub tetap beriman kepada Tuhan. Ketika Tuhan
mengizinkan kesulitan menimpa hidup kita, ada dua hal yang perlu kita
ingat. Pertama, hadapilah kesulitan itu, jangan menyerah atau putus
asa, sebab sesudah kita bisa mengakhiri pertandingan iman dengan
baik, Tuhan akan memberikan mahkota yang mulia. Kedua, tetaplah
beriman kepada Tuhan. Sekalipun jalan-jalan-Nya sulit dipahami. Tuhan
pasti akan membuka jalan saat jalan kita terasa buntu. [Souw]
Mazmur 73:26
“Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap,
gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.”
Senin
Tidak Mengenai Sasaran
5
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 8
Apa yang akan Anda lakukan kepada seseorang yang sedang tenggelam
di kolam renang? Apakah Anda akan mengatakan: “Hei, bukankah kamu
tidak bisa berenang? Mengapa berenang di tempat yang dalam? Kalau
mau berenang, pilihlah tempat yang dangkal supaya kamu tidak tenggelam!” Walaupun nasihat itu nampaknya bijak, orang yang sedang
tenggelam tidak memerlukan nasihat. Yang dia perlukan adalah Anda
terjun ke kolam untuk menolong dia.
Bildad—sahabat Ayub—menasihati Ayub seolah-olah Ayub membutuhkan nasihat teoritis agar sadar dari keterpurukannya. Bildad meyakini bahwa anak-anak Ayub menerima ganjaran dari pelanggaran yang
mereka perbuat dan Ayub membiarkannya (8:4). Dia berteori bahwa
orang saleh dan berintegritas yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan tidak akan ditimpa malapetaka sedahsyat itu. Kesengsaraan Ayub
pastilah disebabkan karena Ayub telah melakukan dosa. Tidak mungkin orang benar mengalami penderitaan seperti itu. Jika Ayub hidupnya
benar, Allah yang penuh rahmat pasti akan membelanya (8:5-6). Akan
tetapi, kenyataan tidak demikian. Oleh sebab itu, Bildad mengajak Ayub
bertobat dari dosa dan pelanggaran yang dia perbuat.
Sahabat yang baik mampu berempati dan menghibur ketika kawannya terpuruk. Ia akan menopangnya dan menolongnya untuk bangkit
kembali. Sebab itu, hikmat untuk mendorong dengan kata-kata sangat
diperlukan. Tanpa hikmat, nasihat kita tidak akan mengenai sasaran.
Nasihat Bildad yang cenderung menghakimi dan menyalahkan itu tidak
diperlukan dan tidak bisa menjadi solusi. Nasihat semacam itu akan makin menyusahkan sahabat kita, bahkan tidak jarang menimbulkan sakit
hati dan perselisihan. Lebih bijak jika kita mendoakan dan memahami
keadaannya tanpa menghakimi. [Souw]
Amsal 10:31
“Mulut orang benar mengeluarkan hikmat,
tetapi lidah bercabang akan dikerat.”
10
Selasa
Wasit
6
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 9-10
Saat Ayub mengatakan: “tidak ada wasit di antara kami yang dapat memegang kami berdua” (9:33), yang dimaksudkan adalah bahwa tidak ada
yang mampu menjadi pelerai atau pendamai antara Allah dengan dirinya ketika dia menggugat Allah. Alasannya, di satu sisi, teman-temannya
tidak bertindak sebagai wasit yang baik yang mengambil keputusan
setelah mendengar pandangannya dan pandangan Allah sekaligus. Di
sisi lain, tidak ada seorang pun yang dapat menghakimi Allah. Ayub
mengatakan, “Dia bukan manusia seperti aku, sehingga aku dapat menjawab-Nya: Mari besama-sama menghadap pengadilan” (9:32). Tidak
ada gunanya membawa Allah ke pengadilan sebab manusia tidak akan
menang dalam adu argumentasi dengan Allah. Manusia yang terbatas
tidak mungkin mampu menjawab semua pertanyaan Allah (9:3-4).
Dalam keterbatasannya, Ayub masih mempunyai pemahaman yang
benar tentang Allah. Akan tetapi, dia tidak mengerti mengapa ia yang
hidup secara saleh dan mengabdikan hidup kepada-Nya harus menanggung derita seberat itu. Ia menentang argumen bahwa Allah menghukum orang yang berbuat dosa dan menolong mereka yang tidak bersalah (9:21-22). Menurutnya, keputusan Allah mengizinkan penderitaan
kepada orang benar merupakan misteri yang tak terkuak dan melampaui akal manusia yang terbatas (10:1-22).
Ketika iman kita berada di titik terbawah karena berbagai tekanan
hidup yang menghimpit, milikilah pemahaman yang benar tentang Allah
dan kedaulatan-Nya. Dia tidak pernah berjanji untuk meniadakan masalah, tetapi dia menjanjikan bimbingan dan pertolongan agar kita dapat
melewati masa-masa sulit. Tetaplah beriman walaupun jalan-jalan-Nya
sulit dimengerti. [Souw]
Roma 11:33
“O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah!
Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya
dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!”
11
Rabu
Separuh Kebenaran
7
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 11
Separuh atau setengah kebenaran bukanlah kebenaran sejati. Kebenaran sejati adalah kebenaran yang sempurna dan tidak mempunyai celah
bagi kekeliruan dan kesalahan. Komentar Zofar, sahabat Ayub, tentang
penderitaan Ayub mengungkapkan kebenaran, sekaligus kekeliruan.
Kebenaran yang Zofar ungkapkan adalah bahwa dasar kehidupan
orang beriman adalah pertobatan dan ketaatan. Ia mengemukakan empat langkah menuju pertobatan: Pertama, menyediakan hati (11:13a).
Kedua, menadahkan tangan kepada Allah (11:13b). Ketiga, menjauhi
kejahatan (11:14a). Keempat, tidak membiarkan kecurangan dalam kemahnya (11:14b). Singkatnya, diri Ayub sendiri dan lingkungannya harus
dibersihkan dari dosa. Kebenaran lain yang diungkapkan Zofar adalah
bahwa Tuhan akan memberkati mereka yang menyucikan hidupnya dengan kedamaian dan keamanan. Ayub dapat mengangkat muka tanpa
cela dan berdiri teguh tanpa takut (11:15). Ayub akan melupakan kesusahannya. Kehidupannya akan lebih cemerlang daripada siang hari
(11:16-17). Pengharapan akan membuat Ayub merasa aman, tidur dengan tenteram, dan berbaring tanpa gangguan (11:18-19). Jika tidak, ia
sama seperti orang jahat lainnya (11:20).
Sebaliknya, Zofar keliru karena melupakan kenyataan bahwa ada
waktunya Tuhan mengizinkan penderitaan bagi orang-orang benar agar
mereka semakin tangguh di dalam Tuhan (1 Korintus 10:13). Zofar juga
salah dalam pandangan bahwa Ayub harus bertobat karena Alkitab tidak menjamin bahwa orang percaya bebas dari penderitaan. Namun,
Tuhan menjamin bahwa Dia akan menyertai kita. Penghiburan melalui
janji-janji Allah merupakan kebenaran. Namun, penghiburan harus disertai kepekaan agar tidak menjadi penghakiman. [Souw]
2 Timotius 4:2
“Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya,
nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah
dengan segala kesabaran dan pengajaran”
12
Kamis
Tak Ada Yang Dapat Disombongkan
8
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 12
Zofar tampil seperti orang yang hebat dan berhikmat dengan pandangan
bahwa orang yang menderita pasti berdosa sehingga pantas mendapat
hukuman. Ayub menanggapi dengan mengatakan bahwa pandangan seperti itu merupakan rahasia umum yang sudah dia ketahui (12:1-3). Zofar ingin menyadarkan Ayub dari keberdosaannya, tetapi perkataannya
tidak meneduhkan hati, melainkan menghina dan membuat Ayub menjadi bahan tertawaan. Ayub mengenal Allah karena ia bergaul denganNya, tetapi ia ditertawakan (12:4-6). Hikmat Zofar merupakan arogansi
rohani karena bersifat menghakimi dan menuduh tanpa dasar.
Ayub menyadari bahwa Allah berdaulat atas segala sesuatu. Saat kedaulatan Allah dikontraskan dengan ketidakberdayaan manusia (12:1325), tidak ada seorang pun yang pantas menyombongkan diri di hadapan
Allah. Dialah yang memiliki segala hikmat dan kekuatan (12:13).
Kemudian, Ayub menjabarkan kedaulatan Allah yang tak terhingga.
Kedaulatan-Nya meliputi penguasaan alam semesta (12:15, 22). Dia
menguasai orang yang tersesat maupun yang menyesatkan (12:16).
Dia berkuasa atas para menteri (12:17a), para hakim (12:17b), para raja
(12:18), para imam (12:19), para tua-tua (12:20), para pemuka (12:21),
bangsa-bangsa di dunia (12:23), dan para pemimpin dunia (12:24). Tidak
ada yang dapat menandingi keperkasaan dan kedasyatan kekuatan-Nya.
Apakah yang bisa disombongkan oleh manusia yang terbatas? Menyombongkan diri hanyalah menunjukkan kebodohan.
Hikmat sejati tidak akan membuat seseorang menjadi sombong.
Sebaliknya, hikmat akan membuat seseorang semakin merendahkan
diri karena menyadari siapa dirinya di hadapan Tuhan. Jika Anda ingin
disebut sebagai seorang yang berhikmat, jauhkanlah kesombongan dari
kehidupan Anda! [Souw]
Ayub 12:13
“Tetapi pada Allahlah hikmat dan kekuatan,
Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian.”
13
Jumat
Dapatkah Orang-Mati Hidup Lagi?
9
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 13-14
Pengakuan Iman Rasuli adalah landasan iman, sekaligus kesaksian kepada dunia, mengenai apa yang kita percayai. Salah satu pernyataan dalam
pengakuan iman tersebut adalah, “Aku percaya kepada... kebangkitan
tubuh dan hidup yang kekal.” Ayub juga percaya tentang kebangkitan,
tetapi kebangkitan masih merupakan misteri sehingga ia bertanya kepada Allah, “Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi?” (14:14). Pertanyaan itu dia lontarkan karena dia ingin mendapat konfirmasi dari Allah.
Pemahaman Ayub tentang kebangkitan masih samar-samar.
Kebangkitan tubuh merupakan sumber pengharapan bagi masa depan orang percaya. Jika tidak ada kebangkitan orang mati, kehidupan
manusia akan lemah seperti bunga yang menjadi layu. Tanpa kebangkitan, manusia akan lenyap seperti bayang-bayang (14:1-6). Singkatnya,
sewaktu hidup, manusia mengalami banyak kesulitan; dan setelah mati,
manusia akan hilang lenyap. itulah nasib manusia bila tidak ada kebangkitan tubuh.
Jika tidak ada kebangkitan dari kematian, kehidupan manusia tidak
mempunyai harapan. Ketika sebuah pohon ditebang, ia masih mempunyai harapan untuk tumbuh kembali karena ia akan bersemi kembali
waktu hujan turun. Bagaimana dengan manusia? Ketika dia mati, ia tak
berdaya (14:10-14). Walaupun samar-samar, Ayub menaruh harapan
bahwa suatu hari kelak, ketika dia dibangkitkan, akan tiba giliran bagi
dia untuk menghadap Tuhan (14:14).
Kebangkitan tubuh merupakan pengharapan di masa depan yang
dapat memotivasi kita untuk terus hidup dan berjuang sampai garis
akhir. Inilah kunci untuk memenangkan kehidupan yang penuh dengan
pergumulan. [Souw]
1 Korintus 15:13-14
“Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak
dibangkitkan. Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka siasialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.”
14
Sabtu
Kekerasan Verbal vs Kasih Karunia
10
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 15
Kekerasan verbal adalah penggunaan kata-kata yang tajam dan menyakitkan untuk menyerang seseorang. Hal itulah yang dilakukan oleh Elifas. Semakin lama, perkataan Elifas semakin tajam dan tanpa perasaan.
Ia tak berbelaskasihan terhadap Ayub yang sedang berduka.
Perhatikan perkataan Elifas kepada Ayub yang dimulai dengan kesombongan dan ejekan, lalu menyalahkan dan menganggap Ayub sebagai pembual (15:2-6). Perhatikan pertanyaan-pertanyaan sindirian Elifas
yang sangat tendensius (15:7-9). Secara kasar dan tanpa perasaan, Elifas menginterogasi seorang yang sedang terguncang dan hancur akibat
penderitaan (15:11-16). Ia mengingatkan nasib orang-orang jahat. Ia
dan sahabat-sahabatnya tidak terkejut menyaksikan apa yang menimpa
Ayub karena mereka beranggapan bahwa penyebab malapetaka adalah
karena Ayub melawan Allah. Kesimpulan Elifas adalah bahwa Ayub
mengalami apa yang pantas dia alami (15:21-35).
Gaya komunikasi Elifas biasa dilakukan oleh mereka yang cenderung kasar dan tak berperasaan. Walaupun mungkin tidak selalu sebrutal Elifas, setidaknya gaya berkomunikasi seperti Elifas ini sangat menyudutkan. Charles Swindoll menyebut orang-orang yang melontarkan
kata-kata yang tak berbelaskasihan itu sebagai orang–orang yang tidak
memiliki kasih karunia.
Hindari dan buang jauh-jauh kekerasan verbal karena selain menyakiti perasaan orang lain, perkataan seperti itu tidak sesuai dengan gaya
hidup kristiani yang penuh kasih karunia Allah. Kembangkanlah kasih
karunia secara verbal, yaitu menggunakan kata-kata berempati dan turut merasakan apa yang dirasakan orang-orang yang kurang beruntung.
Jadilah sahabat doa bagi mereka. [Souw]
Mazmur 34:14-15
“Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapanucapan yang menipu; jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik,
carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya!”
15
Minggu
Kasih Karunia dalam Penderitaan
11
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 16-17
Kehidupan manusia umumnya semakin lama semakin sulit, baik dalam
hal pernikahan, pendidikan anak, pekerjaan, kesehatan, studi, komunikasi antar pribadi, dan sebagainya. Oleh karena itu, kita memerlukan kasih karunia untuk bisa memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi sesama, apalagi Ayub yang mengalami penderitaan secara fisik dan psikis.
Ketika dibombardir dengan tuduhan-tuduhan tak berbelaskasihan
oleh teman-temannya, sedangkan Allah tidak menjawab seruannya,
Ayub merespons secara spontan: Pertama, ia muak terhadap mereka,
terutama terhadap Elifas yang sombong dan tak berperasaan, sehingga Ayub mengatakan, “Penghibur sialan kamu semua!” (16:2). Kedua,
dia merasa tertekan bukan hanya karena perkataan Elifas, tetapi juga
karena Allah diam. Ia merasa lelah karena Allah seolah-olah telah membuang dia dan keluarganya (16:7-8). Perhatikan perkataan Ayub selanjutnya yang penuh emosional tentang ketidakhadiran Allah (16:9-22).
Ketiga, hati Ayub terasa remuk (17:1-16) sehingga ia berdoa meminta
agar kematian menjemput dia (17:1, 11-16). Ayub merasa tidak sanggup
menahan beban kehidupan yang mahaberat dan dia merasa telah sampai ke dasar kehidupan yang paling rendah. Ayub sangat membutuhkan
kasih karunia yang berlimpah-limpah dari Allah agar dia kuat dan tabah
menghadapi penderitaan yang tak terperikan itu.
Jika Anda pernah dan sedang berhadapan dengan kondisi seperti
Ayub (walaupun tidak separah dia), Anda membutuhkan kasih karunia
yang berlimpah-limpah. Mintalah kepada Tuhan agar ia menguatkan hidup Anda. Berkonsultasilah dengan hamba Tuhan di gereja Anda dan
berdoalah dalam kelompok orang beriman agar mereka dapat mendoakan pergumulan Anda. [Souw]
2 Korintus 1:5
“Sebab sama seperti kami mendapat bagian berlimpah-limpah
dalam kesengsaraan Kristus, demikian pula oleh Kristus
kami menerima penghiburan berlimpah-limpah.”
16
Senin
Pengharapan
12
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 18-19
Kaum materialis berpendapat bahwa manusia berasal dari ketiadaan
dan akan kembali pada ketiadaan. Saat tubuh manusia hancur, hidup
pun akan hancur total. Ajaran materialisme sama sekali tidak mampu
menawarkan kehidupan yang berpengharapan dan bermakna. Ungkapan Ayub sangat kontras dengan pendapat Kaum materialis. Bagi Ayub,
sekalipun kulit tubuhnya dan dagingnya sangat rusak (19:26), tetapi
karena Penebusnya hidup, ia akan hidup pula (19:25). Dengan kata lain,
ia berpendapat bahwa saat tubuh manusia hancur, jiwanya akan diselamatkan oleh Penebusnya. Inilah pengharapan Ayub!
Ayub menyatakan pengharapannya secara terbuka kepada Bildad
yang menuduhnya sebagai orang fasik (18:5). Menurut Bildad, orang
yang jahat seperti Ayub tidak memiliki pengharapan, baik di dunia saat
ini maupun di dunia yang akan datang. Di dunia saat ini, Ayub akan terus
menderita secara fisik maupun kejiwaan (18:6-19). Di dunia yang akan
datang, Ayub akan menerima nasib buruk (18:20-21). Menurut Ayub,
karena relasinya dengan Tuhan baik, tidak ada hal yang lain kecuali Allah
yang menjadi tumpuan pengharapan imannya. Pengharapannya membuat hidupnya bergairah, sekalipun ia harus menanggung berbagai penderitaan yang berat.
Hidup yang kita jalani jalin-menjalin menjadi satu antara sukacita
dan dukacita, antara tertawa dan air mata. Kadang-kadang kebahagiaan
menghampiri, tetapi kadang-kadang kesedihan yang mendatangi kita.
Selama kita masih memiliki pengharapan di dalam Kristus, kita pasti
mampu bangkit kembali. Jadikanlah Kristus sebagai pusat, sekaligus
kepala hidup kita. Kristus adalah sumber pengharapan kita yang akan
membuat kita berdiri teguh dan iman kita tak tergoyahkan oleh kondisi
apa pun. [Souw]
Roma 12:12
“Bersukacitalah dalam pengharapan,
sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa.”
17
Selasa
Tuduhan Palsu
13
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 20
Ketika membaca Alkitab, kita akan dikejutkan oleh fakta bahwa tokohtokoh Alkitab yang saleh pun ada yang mendapat tuduhan palsu. Mereka
tidak bersalah, tetapi kepada mereka dituduhkan apa yang tak pernah
mereka lakukan. Contoh klasik dari seorang yang mendapat tuduhan
palsu adalah Yusuf. Saat Yusuf menjadi orang kepercayaan Potifar—majikannya, istri Potifar memfitnah dengan menuduh bahwa Yusuf telah
memperkosa dirinya. Akibatnya Yusuf dipenjarakan.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Zofar. Untuk kedua kalinya, ia
menuduh Ayub dengan tuduhan palsu. Hatinya tidak sabar lagi ingin
membalas komentar Ayub yang dia anggap telah menghinanya (20:1-3),
padahal sebenarnya tidak. Ia hanya tidak sepaham dengan pandangan
Zofar. Hatinya yang pahit belum melembut ketika ia menantikan giliran
untuk berbicara kembali. Ia langsung melancarkan tuduhan palsu!
Zofar menuduh Ayub sebagai orang fasik. Tanpa belas kasihan, label
orang fasik dikenakan kepada Ayub yang sedang menderita. Menurutnya, ada empat akibat yang akan diterima oleh orang fasik. Pertama,
orang fasik hanya sementara saja menikmati hasil kejahatannya (20:511). Kedua, Tuhan akan menghukum orang fasik dan menimpakan semua perbuatan dosanya kepada dirinya sendiri (20:12-19). Ketiga, orang
fasik tidak akan merasakan kedamaian hidup (20:20-22). Keempat, murka Tuhan akan terus mengejar orang fasik (20:23-29).
Bila Anda mendapat tuduhan palsu, bagaimana Anda bereaksi?
Kita bisa belajar dari Ayub berdasarkan pembicaraan selanjutnya dalam
kitab Ayub. Pertama, setelah mendengarkan dengan sabar apa yang dituduhkan oleh Zofar kepadanya, Ayub menjawab dengan sopan (21:13). Kedua, Ayub berdoa bagi mereka yang telah menuduhnya agar Tuhan
mengampuni dosa-dosa mereka (42:7-9). [Souw]
Matius 5:11
“Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya
dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat”
18
Rabu
Waspadai Teologi Sukses
14
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 21
Teologi Sukses adalah paham yang mengajarkan bahwa umat yang percaya kepada Tuhan Yesus akan mengalami kelimpahan hidup, baik secara ekonomi maupun kesehatan. Mereka bukan saja menerima berkat
rohani, tetapi juga berkat jasmani. Teologi sukses nampaknya benar sebagian, tetapi keliru di bagian lain. Memang benar bahwa Tuhan berjanji
untuk memelihara umat-Nya, namun pemeliharaan-Nya tidak meniadakan salib yang harus dipikul orang beriman. Pemeliharaan-Nya tidak
identik dengan semakin ditambahkannya berkat jasmani. Dia hadir saat
kita sehat maupun sakit, saat kita kaya maupun miskin.
Zofar adalah penganut teologi sukses. Dia berpendapat bahwa orang
benar selalu sukses dan orang fasik selalu malang. Kesuksesan dan kesehatan merupakan tanda pemeliharaan Allah, sedangkan kemiskinan,
penyakit dan penderitaan adalah tanda absennya Allah dalam kehidupan (pasal 20). Ayub membantah dengan mengatakan bahwa kenyataan
hidup tidak selalu begitu. Ada orang fasik yang tetap hidup sehat dan
berumur panjang (21:7), bahkan sampai dapat melihat cucu-cucu mereka (21:8, 11). Rumah mereka aman jauh dari hukuman Allah. Ternak
mereka terus bertambah banyak (21:9-10). Sekalipun mereka mengabaikan Allah dalam hidup ini, hidup mereka kaya dan sukses (21:12-15.
Ayub mempertanyakan apakah orang fasik seperti itu diperkenan Allah?
Tentunya tidak! (21:16-26). Ayub memohon kepada Zofar agar tidak
menggolongkan dirinya sebagai orang fasik hanya karena melihat apa
yang dia alami (21:22-34).
Pengajaran teologi sukses memang enak didengar telinga karena
setiap orang pasti mendambakan kekayaan dan kesehatan. Akan tetapi, teologi sukses merupakan penyimpangan dari doktrin yang sehat.
Waspadalah agar kita tidak menjadi seperti Zofar. [Souw]
Lukas 9:23
“Setiap orang yang mau mengikut Aku, Ia harus menyangkal dirinya,
memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”
19
Kamis
Ketika Anda Dituduh Munafik
15
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 22
Orang munafik adalah orang yang hidup secara pura-pura (yang nampak
bukanlah yang sebenarnya). Tuhan Yesus menegur kemunafikan orangorang Farisi dan para ahli Taurat lebih keras daripada perbuatan jahat
lainnya. Tuhan Yesus menyebut mereka munafik karena gaya hidup mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka ajarkan, tetapi kritikan Elifas yang menuduh Ayub munafik hanyalah praduga tanpa dasar. Elifas
geram dan tak dapat mengontrol diri saat menghadapi Ayub yang dinilainya berpura-pura hidup saleh, tetapi sebenarnya jahat.
Menurut Elifas, Ayub menderita karena ia munafik. Ia pura-pura
saleh, padahal “dengan sewenang-wenang engkau menerima gadai dari
saudara-saudaramu dan merampas pakaian orang-orang yang melarat”
(22:6). Selanjutnya, Elifas menuduh, “Orang yang kehausan tidak kau
beri minum air dan orang yang kelaparan tidak kauberi makan” (22:7),
“Janda-janda kau suruh pergi dengan tangan hampa, dan lengan yatim
piatu kau remukkan (22:9). Ayub tetap tidak membalas. Tuduhan tanpa
belas kasihan itu kejam karena Ayub tidak seperti itu. Label munafik
dikenakan kepada Ayub tanpa dasar. Elifas salah dalam menyimpulkan
apa yang Ayub alami.
Kemunafikan sangat dibenci Allah dan harus diperangi. Bila Anda dituduh
munafik, padahal tuduhan itu tidak benar, apakah Anda akan menyerang
balik dengan tuduhan yang sama? Menyerang balik bukanlah solusi terbaik.
Mintalah pengampunan bagi orang yang bersalah kepada Anda. Tanyakan
dasar tuduhan tersebut secara sopan dan hormat. Mengapa ia menuduh
tanpa bukti? Mintalah kepadanya agar jangan asal menuduh. [Souw]
1 Petrus 3:15
“Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan!
Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan
jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab
dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu,
tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat
20
Jumat
Kualitas Hidup Seperti Emas
16
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 23-24
Emas adalah logam mulia, yaitu logam yang tahan terhadap oksidasi
serta korosi (karat). Berbeda dengan kayu yang menjadi abu bila dibakar,
emas tetap emas bila dibakar, walaupun wujudnya menjadi cair pada
suhu sekitar 1000°C. Ayub mengerti gambaran tentang emas (23:10).
Sekalipun hidup ini penuh misteri dan Allah nampak diam, Ayub beriman
bahwa Allah hidup dan sedang menguji hidupnya. Api pencobaan akan
memurnikan dia. Seolah-olah, Ayub berkata kepada sahabat-sahabatnya, “Hai Elifas, Bildad dan Zofar, sekalipun aku tak mampu menemukan
hadirat Allah, aku yakin bahwa Dia hidup dan mengetahui jalan hidupku.
Dia tahu jalan yang kutempuh. Aku percaya kepada-Nya. Setelah ujian
ini berlalu, Dia akan membenarkan aku, sebab Dia tahu bagaimana aku
hidup di hadapan-Nya. Aku akan timbul seperti emas yang sudah teruji
oleh api pencobaan. Aku bersaksi bahwa aku menuruti jalan-jalan-Nya
dan firman-Nya aku simpan dalam hatiku” (23:11-12). “Hai sahabatku,
aku tidak mampu memberikan alasan tentang apa yang Allah izinkan,
tapi aku percaya kepada-Nya. Aku tidak mengerti mengapa Allah tidak
melangkah dan menghentikan orang licik yang menggeser batas tanah
dan merampas kawanan ternak. Mengapa Allah tidak menghentikan
orang yang merampas keledai milik yatim piatu dan lembu betina milik
seorang janda. Aku tidak mengerti mengapa Allah tidak melangkah masuk serta menghentikan kejahatan.” (24:2-25).
Ayub tidak mengetahui semua hal yang terjadi dalam dunia ini.
Sekalipun demikian, Allah memegang kendali kehidupan ini. Hidup ini
terkadang merupakan misteri ilahi. Namun demikian, kita perlu mempunyai iman yang kuat seperti Ayub. Allah terkadang mengizinkan api
pencobaan dalam hidup kita agar kita dimurnikan, sehingga kualitas hidup kita bagaikan emas murni yang sudah teruji. [Souw]
Ayub 23:10
“Karena Ia tahu jalan hidupku,
seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.”
21
Sabtu
Menjadi Konselor Bijak
17
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 25-27
Dalam ilmu konseling, ada tiga hal mendasar yang harus dilakukan
seorang konselor saat membimbing konseli (orang yang dibimbing):Pertama, mendengarkan konseli mengutarakan masalah dan pergumulannya (Listening). Kedua, menerima konseli apa adanya tanpa kecurigaan
(Acceptance). Ketiga, berempati untuk merasakan apa yang dirasakan
oleh konseli (Empathy). Tanpa ketiga hal itu, dapat dipastikan bahwa
proses konseling pasti tidak dapat berjalan dengan baik.
Bildad bukan konselor yang baik karena dia bukan pendengar yang
baik. Dia tidak berusaha mengerti masalah dan pergumulan sahabatnya,
bahkan dia tidak memiliki perasaan empati. Oleh karena itu, Ayub tidak
merasa ditolong dan dibimbing, melainkan dihakimi secara kejam (percakapan pertama di pasal 8 dan percakapan kedua di pasal 18).
Perhatikanlah pada sesi ketiga proses percakapan itu (25:1-6). Bildad sama sekali tidak menyentuh persoalan yang dihadapi Ayub, malah
mengucapkan ucapan filosofis yang melantur dan berbelit-belit, tidak
menyentuh esensi pergumulan Ayub. Selain itu, respons Ayub menunjukkan bahwa Bildad bukan konselor yang bijaksana. Ayub terpaksa melepaskan kata-kata sindiran—karena merasa telah dihakimi secara menyakitkan (26:2-4)—serta melancarkan serangan balik bagaikan pedang
yang ditusukkan ke dada Bildad (27:1-23).
Membimbing orang yang sedang bermasalah memang tidak mudah.
Sekalipun demikian, kita perlu belajar mendengarkan, menerima dan
berempati kepada orang yang sedang menghadapi pergumulan. Jika
Anda tidak mempunyai ketiga unsur mendasar itu, lebih baik diam dan
tidak berkomentar. Berdoalah agar Tuhan menyediakan seorang pembimbing yang baik, sehingga orang itu dapat menerima keadaannya dan
dapat mengatasi pergumulannya. [Souw]
Roma 12:15
“Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita
dan menangislah dengan orang yang menangis.”
22
Minggu
Asal Hikmat dan Akal Budi
18
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 28-29
Charles Swindoll, seorang pendeta senior dan mantan rektor Dallas
Theological Seminary mengatakan, “Bisa saja Anda memperoleh gelar
doktor dan tidak pernah mendapatkan hikmat dan akal budi. Anda tidak bisa memperoleh sikap takut akan Tuhan dari pelajaran yang lebih
tinggi. Di universitas terbaik pun, tak ada program tentang takut akan
Tuhan. Sumber takut akan Tuhan adalah Allah dan hanya Allah.”
Benar bahwa sumber hikmat dan akal budi adalah Allah. Ayub bertanya, “Hikmat itu, dari manakah datangnya, atau akal budi, di manakah
tempatnya?” (28:20). Selanjutnya, dia menjawab sendiri, “tetapi kepada
manusia Ia berfirman: Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat,
dan menjauhi kejahatan itulah akal budi” (28:28). Ayub berpendapat
bahwa orang mampu menemukan perhiasan dan logam berharga dengan menggali tanah,tetapi orang itu tidak akan menemukan hikmat
(28:1-4). Orang juga mampu ke luar angkasa dan mengungkap misteri
di dalamnya, tetapi hikmat tidak ditemukan di sana. Pendeknya, hikmat
dan akal budi tidak diperoleh dari keajaiban alam dan penemuan yang
mengungkap misteri alam, tetapi hikmat datangnya dari Allah, Pencipta alam semesta. Ayub menyimpulkan bahwa mencari hikmat dengan
usaha manusia adalah membuang waktu.
Karena hikmat dan akal budi bersumber dari Allah, kita perlu berpikir
sesuai dengan pikiran Allah. Menggunakan hikmat berarti memandang
kehidupan sebagaimana Allah melihatnya. Pandanglah pergumulan hidup sebagaimana Allah memandangnya. Berderaplah seirama dengan
ritme Allah ketika kita hidup dalam keluarga dan mendidik anak, bekerja,
berusaha, berpikir, dan sebagainya. Pergunakanlah akal budi dalam merespons pergumulan dan tantangan kehidupan sesuai dengan keinginan
Allah. [Souw]
Amsal 9:10
“Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan dan
mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.”
23
Senin
Ketika Situasi Memburuk
19
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 30
Apa yang terjadi saat seorang anak Tuhan menghadapi situasi yang
memburuk? Ada dua macam respons. Respons pertama adalah menyalahkan diri dan lingkungan, bahkan menyalahkan Tuhan, iman melemah,
dan akhirnya mundur dari Tuhan. Respons kedua adalah menyadari kelemahan sekaligus mempercayai Tuhan yang layak disandari, sehingga
imannya semakin teguh. Saat menghadapi situasi yang memburuk,
iman Ayub semakin teguh. Dalam Ayub 30, Ayub nampak kecewa terhadap lingkungan dan Tuhan, namun kekecewaan itu adalah ekspresi dari
ketidakmengertiannya atas situasi yang dia hadapi. Sekalipun demikian,
iman Ayub tetap teguh dan tak tergoyah. Perkataan “tetapi sekarang”
(30:1) menunjukkan situasi yang memburuk. Anak muda yang sebelumnya menghargai dia sekarang sudah tidak menghargai. Orang tua yang
sebelumnya berstatus rendahan dibandingkan dirinya sekarang menganggap dia seperti seonggok sampah yang menjijikkan, sehingga ia menjadi bahan olokan dan mereka menjauhkan diri. (30:1, 9-10). Dulu dia
merasa diberkati Tuhan dengan keluarga yang harmonis, harta benda
yang melimpah, dan kesehatan yang prima, sekarang ia kehilangan berkat Allah. Rasa nyeri sekujur tubuhnya menusuk tulang tak henti-hentinya. Tubuhnya semakin kurus, kulitnya menghitam dan mengelupas. Dia
memohon pemulihan, tetapi Tuhan diam (30:17-22, 30-31). Dia mencari
pembelaan Tuhan, tetapi Tuhan tidak menjawab (31:35-37).
Ketika menghadapi situasi yang memburuk, ingatlah hal ini: Pertama,
mengingat berkat di masa lalu memberi alasan untuk tetap bersyukur.
Kedua, membicarakan pencobaan yang terjadi saat ini membuat kita
dapat mengesampingkan kesombongan kita. Ketiga, mengingat janji
Tuhan dalam firman-Nya menumbuhkan harapan. [Souw]
2 Timotius 4:5
“Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal,
sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil
dan tunaikanlah tugas pelayananmu!”
24
Selasa
Integritas yang Teruji Waktu
20
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 31
Ayub adalah seorang yang memiliki integritas. Dalam berbagai aspek
kehidupan, dia bersih dan tak bercela. Dalam aspek seksual, dia merasa
tidak berdosa, tidak ada hawa nafsu yang tersembunyi (31:1). Dalam
aspek kejujuran, dia tidak pernah berdusta (31:5-6). Dalam aspek kehidupan rumah tangga, dia tidak pernah berzinah dengan seorang
perempuan yang bukan istrinya (31:9-11). Dalam aspek kepemimpinan,
dia tidak menyalahgunakan kekuasaan dan menekan orang lain (31:1315). Dalam aspek sosial, dia tak pernah bersikap kejam terhadap orangorang lemah. Dalam aspek kepemilikan harta, dia tak pernah bersikap
materialistis dan serakah (31:24-25, 28). Dia berani mempertanggungjawabkan hidupnya baik di hadapan Tuhan maupun manusia.Integritas
Ayub juga telah teruji oleh waktu. Dia tidak membiarkan kepalsuan dan
kelicikan mampir dalam seluruh hidupnya. Dia berani membuka diri di
hadapan Allah (31:35-37) dan mengadakan pembelaan diri di hadapanNya dan teman-temannya bahwa dia bersih dan tak bersalah.
Integritas menolong kita untuk berdiri teguh. Sebaliknya, tanpa integritas, kita akan berkompromi dengan dosa dan ketidakbenaran. Setiap
aspek hidup kita membutuhkan integritas, termasuk dalam aspek kehidupan rumah tangga, bisnis, pekerjaan, sosial, ibadah, persahabatan,
maupun kehidupan pribadi. Seseorang disebut sebagai orang yang
berintegritas bila apa yang dipikirkan sama dengan apa yang diucapkan. Orang yang berintegritas adalah orang yang sama saat sendirian di
dalam kamar dan saat berada dalam kehidupan bersama di masyarakat.
Orang yang berintegritas adalah orang yang sama pada waktu di gereja
dan saat berada dalam keluarga. Tuhan menghendaki agar umat-Nya hidup berintegritas. Apakah hidup Anda berintegritas? [Souw]
Amsal 2:21-22
“Karena orang jujurlah akan mendiami tanah dan orang yang tak
bercelalah yang akan tetap tinggal di situ, tetapi orang fasik akan
dipunahkan dari tanah itu dan pengkhianat akan dibuang dari situ.”
25
Rabu
Sopan dan Hormat Kepada
Orang yang Lebih Tua
21
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 32-33
Ketika Elihu muncul dalam percakapan dengan Ayub, awalnya dia bersikap sopan dan hormat terhadap orang yang lebih tua—baik terhadap
Ayub maupun ketiga sahabatnya. Oleh karena itu, Elihu baru mulai berbicara setelah yang lain selesai berbicara. Namun, lama kelamaan, ia
menjadi marah kepada mereka, bahkan sikap sopan dan rasa hormatnya
pun luntur (32:1-5). Baginya, pengalaman hidup dan usia lanjut tidak
selalu membuat seseorang menjadi berhikmat (32:6-9). Nampaknya dia
tidak sabar lagi ketika menyaksikan perdebatan yang terjadi antara Ayub
dan ketiga sahabatnya. Ketiga sahabat Ayub mempersalahkan Ayub tanpa mampu membuktikan kesalahannya (32:12), bahkan mereka berdalih bahwa hanya Allah yang dapat mengalahkan Ayub (32:13), padahal
merekalah yang gagal (32:15). Ia merasa memiliki hikmat lebih dari yang
lain karena ia merasa tumpat (penuh) dengan kata-kata(32:17-22). Artinya, dia ingin melampiaskan kata-kata yang selama ini dia tahan.
Dalam pasal 33, Elihu mengungkapkan pendapatnya dengan banyak dogma, namun tidak menolong Ayub keluar dari masalahnya. Dia
mengatakan sesuatu yang sebenarnya sudah dipahami Ayub. Sikapnya
mulai menjadi tidak sopan ketika ia meminta Ayub duduk manis mendengarkan pandangannya yang penuh hikmat (33:31-33). Elihu bersikap
sok tahu dan sok pintar. Ia merasa lebih tahu soal kehidupan daripada
yang lain. Yang lebih tidak sopan, ia berbicara dengan nada marah.
Kita harus bersikap sopan dan hormat terhadap orang yang lebih
tua, bukan hanya karena kita orang Timur, tetapi karena Tuhan menghendaki agar kita bersikap seperti itu, sehingga kita bisa menjadi kesaksian bagi mereka yang belum percaya kepada Kristus. [Souw]
1 Timotius 5:1-2
“Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan
tegorlah dia sebagai bapa. Tegorlah orang-orang muda sebagai
saudaramu, perempuan-perempuan tua sebagai ibu dan perempuanperempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian.”
26
Kamis
Mengasah Kepekaan & Kepedulian
22
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 34-35
Kepekaan dan kepedulian bagaikan pisau yang perlu diasah agar bisa
dipergunakan dengan baik. Kedatangan Elihu tidak meredam gejolak jiwa dan kegalauan Ayub—melainkan menambah beban rasa bersalah—karena Elihu tidak memiliki kepekaan dan kepedulian. Walaupun
ia menganggap dirinya berhikmat, ia sebenarnya sama seperti ketiga teman Ayub yang telah meninju Ayub yang tak berdaya.
Ada beberapa tuduhan yang disampaikan Elihu. Pertama, ia menuduh
Ayub telah menghujat Allah dan bersekutu dengan orang-orang jahat
untuk melakukan kejahatan (34:5-9). Kedua, ia menuduh Ayub sebagai
pembenci keadilan dan telah menyalahkan Allah (34:16-17). Ketiga, ia
menuduh Ayub menyombongkan diri dan berbuat curang sehingga harus meminta pengampunan Allah atas dosa-dosanya (34:31-33). Keempat, ia menuduh Ayub berbicara tanpa pengetahuan karena menjawab
seperti orang jahat (34:35-36). Kelima, ia menuduh Ayub menambah
dosanya dengan pelanggaran dan melakukan kekerasan fisik (34:37).
Terhadap tuduhan seperti itu, Ayub hanya terdiam tidak menjawab. Jiwanya lelah mendengar tuduhan-tuduhan tak berdasar itu. Jelas bahwa
Elihu tidak mengasah kepekaan dan kepedulian terhadap Ayub.
Di tengah masyarakat yang semakin individualis dan egosentris, kita
perlu mengasah kepekaan dan kepedulian kepada sesama yang sedang
menderita, khususnya teman-teman seiman. Di antara mereka, ada
yang sedang bergumul dengan penyakit, menghadapi masalah ekonomi
karena di-PHK, terseret kasus narkoba, mengalami kecelakaan lalu lintas, mengalami KDRT, dan sebagainya. Mendoakan, mengunjungi, dan
menghibur merupakan hal mendasar yang akan mengasah kepekaan
dan kepedulian kita. [Souw]
1 Tesalonika 5:15
“Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat
dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik,
terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang.”
27
Jumat
Transendensi dan Imanensi Allah
23
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 36-37
Ada perubahan mengejutkan di akhir perkataan Elihu. Kebenaran yang
dipaparkan dan ucapannya semakin masuk akal, terutama tentang pribadi Allah dan karya-Nya. Dia menggambarkan Allah sebagai Allah yang
transenden dan sekaligus imanen. Transendensi Allah menunjuk kepada
Allah yang tak terhampiri, jauh, tak terselami jalan-jalan-Nya, Allah yang
Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi. Imanensi Allah menunjuk kepada kedekatan, kepedulian, dan pengertian Allah terhadap ciptaan-Nya.
Allah adalah Immanuel, Allah yang beserta dengan kita.
Ada tiga kebenaran yang disampaikan Elihu tentang transendensi
dan imanensi Allah. Pertama, Allah itu perkasa, namun tidak memandang hina apa pun dan siapa pun. Konsekuensinya, kita harus menjaga
diri dan tidak berpaling kepada kejahatan (36:5-21). Kedua, Allah itu mulia dalam kekuasaan-Nya. Konsekuensinya, kita harus menjunjung tinggi
perbuatan-Nya (36:22-33). Ketiga, Allah itu Mahakuasa. Konsekuensinya, kita harus mendengarkan firman-Nya dan takut akan Dia (37:1-24).
Teologi yang sangat luar biasa! Masalahnya, Alkitab tidak menjelaskan
apakah Elihu hidup sesuai dengan apa yang dia percayai atau tidak. Ayub
memahami Allah, sekaligus mewujudkan dalam hidup sehari-hari.
Pengajaran Elihu menegaskan bahwa mempelajari firman Tuhan tentang pribadi dan karya Allah seharusnya membuat kita gentar. Pengenalan akan Allah yang benar seharusnya membuat kita semakin mengasihi
Dia, semakin mengejar kekudusan, dan semakin menaati kehendak-Nya
dalam kehidupan nyata. Mempelajari tentang Allah dalam firman-Nya
bukan hanya sekedar untuk menambah pengetahuan, melainkan harus
membuat kita semakin sungguh-sungguh mengasihi Dia dan semakin
berakar, bertumbuh, dan berbuah ke arah Dia. [Souw]
Kolose 2:7
“Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia,
hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan
kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.”
28
Sabtu
Teguran yang Mempertobatkan
24
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 38
Ketika teguran Tuhan datang, ada dua macam respons, yaitu bersikap
rendah hati dan bertobat atau mengeraskan hati dan tidak mau bertobat. Bagaimana sikap Ayub ketika ditegur Tuhan dalam pasal 38-39?
Mulai pasal 38-42, Tuhan berbicara kepada Ayub dan Ayub menjawab. Ayub mendengar firman-Nya yang secara langsung ditujukan kepadanya dari dalam badai. Allah sama sekali tidak menjawab pertanyaan
Ayub. Dia tidak meminta maaf karena berdiam diri begitu lama. Dia tidak menyampaikan alasan mengapa Ayub mengalami penderitaan yang
dalam. Saat berfirman, Allah memulai dengan teguran. Mengapa Ayub
perlu ditegur? Karena Ayub cenderung terlalu percaya diri sehingga dia
bersikap arogan dan berani menantang Allah yang dianggap sebagai pihak yang setara dengannya (pasal 31)
Allah menantang pengetahuan Ayub (38:2-3) atas alam semesta
(38:4-38). Allah tidak bermaksud menguji Ayub, sebab sudah jelas bahwa Ayub tidak memahami seluruh alam semesta (38:21). Tujuan Allah
adalah agar Ayub menempatkan diri secara tepat di hadapan Penciptanya. Teguran Allah lewat pertanyaan-pertanyaan retoris yang panjang
(pertanyaan untuk direnungkan yang tidak membutuhkan jawaban)
membuat Ayub bertobat dari keangkuhan dan rasa percaya diri yang
berlebihan, lalu merendahkan diri di hadapan Allah (39:34-38).
Teguran Tuhan lewat firman-Nya bisa membuat kita kurang nyaman
karena teguran itu menuntut kita untuk rela berubah. Akan tetapi, seharusnya respons terhadap teguran adalah bersyukur dan kesediaan untuk
taat. Teguran akan membentuk iman dan karakter kita serta mengubah
hidup kita dari kecenderungan merasa nyaman dengan kemapanan. Lewat teguran, Allah membentuk kita untuk menjadi semakin rendah hati
dan semakin menyerupai Dia. [Souw]
Amsal 12:1
“Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan,
tetapi siapa membenci teguran,adalah dungu.”
29
Minggu
Pemeliharaan Allah Atas Ciptaan-Nya
25
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 39
Ayub 39 berbicara mengenai pemeliharaan Allah terhadap makhluk di
bumi. Allah telah menaruh kekuasaan-Nya di alam semesta ini, sehingga
alam semesta termasuk bumi dan segala isinya berjalan secara alamiah
karena topangan tangan Allah yang tak terlihat. Allah memberondong
Ayub dengan sejumlah pertanyaan yang semuanya memiliki jawaban
sama, yaitu “tidak”, sebab Ayub tidak hadir saat ada binatang yang mencari mangsa, melahirkan anak, beraktivitas, dan sebagainya. Tanpa bantuan manusia, Allah memelihara mereka. Contoh pertanyaan yang Allah
ajukan adalah, ”Dapatkah engkau memburu mangsa untuk singa betina
dan memuaskan selera singa-singa muda, kalau mereka merangkak di
dalam sarangnya, mengendap di bawah semak belukar? Siapakah yang
menyediakan mangsa bagi burung gagak, apabila anak-anaknya berkaok-kaok kepada Allah, berkeliaran karena tidak ada makanan?” (39:1-3).
Tentu saja jawaban Ayub adalah “tidak dapat” karena Ayub tidak hadir
saat singa mencari mangsa.
Ayub tidak tahu kapan kambing gunung atau rusa beranak (39:4-7).
Ayub tidak hadir saat keledai liar mencari rumput hijau di alam bebas
(39:8-11). Ayub tidak dapat memberi tenaga pada kuda agar kuda itu
memiliki kekuatan untuk berperang (39:22-28). Burung elang yang terbang sangat jauh dan rajawali yang terbang sangat tinggi semuanya dipelihara Allah (39:29-30).
Tidak ada alasan bagi Ayub untuk tidak bersyukur dan merendahkan
diri di hadapan-Nya, demikian juga dengan Anda. Sehebat apa pun pergumulan yang sedang Anda alami, percayalah bahwa Allah memelihara
dan tidak meninggalkan Anda. Bersyukurlah kepada-Nya. [Souw]
Matius 6:26
“Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur
dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung,
namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga.
Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?”
30
Senin
Siapakah Manusia?
26
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 40-41
Ukuran manusia terlalu kecil bila dibandingkan dengan benda-benda angkasa yang Allah taruh di alam semesta. Manusia juga merupakan makhluk yang lemah dan tak berdaya bila dibandingkan dengan dua binatang
yang disebut dalam pasal 40-41, yaitu kuda nil (behemoth, 40:10-19)
dan buaya (lewiatan, 40:20-41:25). Sebenarnya yang dimaksud dengan
kedua binatang di atas masih belum jelas. Behemoth digambarkan sebagai mempunyai kekuatan yang dahsyat dan merupakan binatang terhebat pertama yang dibuat Allah (40:11-14), sehingga binatang tersebut
tidak mungkin dapat ditangkap oleh manusia (40:19). Lewiatan digambarkan sebagai binatang yang ganas serta sulit ditangkap dan dijinakkan
(40:20-21, 24). Giginya mengerikan dan kulitnya amat kuat. Badannya
keras seperti besi sehingga kebal terhadap senjata tajam (41:5-6, 14,
17-20). Binatang besar ini mempunyai kuasa gaib, seperti memancarkan bunga api dari dalam mulutnya (41:9-11). Lewiatan ini amat hebat
sehingga ia tidak mengenal rasa takut. Makhluk lain takut kepadanya
sehingga ia disebut raja atas segala binatang yang ganas (41:24-25).
Manusia begitu kecil dan lemah bila dibandingkan dengan binatang-binatang di atas. Sekalipun demikian, Allah memberi mandat kepada manusia—sebagai makhluk yang kecil dan lemah—untuk memelihara alam ciptaan-Nya. Tuhan memberi kuasa kepada manusia untuk
memenuhi bumi dan menaklukkannya (Kej 1:28). Kita dipanggil untuk
merawat lingkungan hidup, melestarikan bumi agar tetap hijau, menjaga ekosistem. Kiranya panggilan Allah untuk merawat bumi menjadi
panggilan kita bersama, sehingga bumi tetap go green. [Souw]
Mazmur 8:4-6
“Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang
yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?
Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah
dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.”
31
Selasa
Komunitas Doa
27
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 42
Orang percaya perlu berada dalam komunitas orang beriman, tempat
untuk saling bertumbuh dan saling mengasihi, dan saling mendoakan,
khususnya saat menghadapi pergumulan berat. Ayub, Elifas, Bildad dan
Zofar merupakan contoh komunitas seperti itu. Setelah Ayub “mencabut perkataannya” (42:6), yaitu menyesali kesalahan dan dosanya,
Tuhan mengampuni dia dan meminta dia mendoakan sahabat-sahabatnya yang telah menimbulkan murka Tuhan karena mereka tidak berkata
benar tentang Dia (42:7). Sebutan “hamba-Ku” merupakan pengakuan
Tuhan yang membenarkan Ayub. Sahabat-sahabat Ayub diminta Tuhan
untuk membawa tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan
kepada Ayub yang mempersembahkan binatang-binatang itu sebagai
korban bakaran serta berdoa memohon belas kasihan-Nya agar Allah
mengampuni dosa sahabat-sahabatnya (42:8).
Ada tiga berkat yang diterima Ayub ketika ia mendoakan para sahabatnya. Pertama, Tuhan menerima permintaan Ayub (42:9). Artinya,
dosa sahabat-sahabatnya diampuni Tuhan dan relasi di antara mereka
dipulihkan. Kedua, Tuhan memulihkan keadaan Ayub (42:10-15). Dia
menerima berkat jasmani dua kali lipat dan mendapat 10 anak. Ketiga,
Ayub dikaruniai umur panjang dan keturunan yang banyak (42:16-17).
Orang Kristen perlu berdoa secara pribadi dan secara bersama (komunal). Ada dua macam doa secara komunal, yaitu doa dalam kelompok
besar (persekutuan doa dengan seluruh jemaat) dan doa dalam kelompok kecil. Dalam kelompok besar, kita bisa merasakan kebersamaan seluruh jemaat. Dalam kelompok kecil, kita bisa saling mendoakan sampai
menyangkut masalah-masalah pribadi. Apakah Anda memiliki komunitas doa. [P]
Efesus 6:18b
“Berdoalah setiap waktu di dalam roh dan
berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan
yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus.”
32
Rabu
Rayakan Kehadiran-Nya
28
Mei
Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 23-24
Bagi orang Israel, Tabut Perjanjian melambangkan kehadiran Allah di
tengah umat-Nya. Tabut Perjanjian juga melambangkan identitas, pengharapan, dan keistimewaan bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah.
Tabut Perjanjian berkali-kali berpindah tempat (pernah dirampas orang
Filistin dan pernah di rumah Abinadab pada masa pemerintahan Saul).
Saat Daud menjadi raja, Tabut Perjanjian dibawa ke Yerusalem. Peristiwa penting ini membawa sukacita besar. Menurut LXX (Perjanjian Lama
dalam Bahasa Yunani), Mazmur 24—yang merupakan respons atas kembalinya Tabut Perjanjian ke Yerusalem—dinyanyikan setiap hari minggu
oleh orang Yahudi dalam ibadah harian mereka sebagai nyanyian respons untuk menyambut kemuliaan kehadiran Allah di tengah umat-Nya.
Keagungan kehadiran Allah membuat Daud melontarkan pertanyaan
tentang siapa yang layak atau diizinkan untuk menghadap Allah (24:3).
Daud memahami bahwa Allah adalah Pencipta yang mulia dan
berdaulat (24:1-2), sehingga tidak semua orang boleh datang menghadap Allah. Hanya mereka yang sempurna secara moral yang boleh menghadap Allah (24:3-6, bandingkan dengan Mazmur 15). Namun, orang
Israel maupun non-Israel bukanlah orang yang “bersih tangannya dan
murni hatinya.” Sekalipun demikian, kasih karunia Allah berkenan untuk
tetap hadir dan “berkemah” (berdiam) di tengah umat-Nya yang berdosa (24:7-10 menggambarkan kedatangan TUHAN sebagai Pahlawan
yang memenangkan pertempuran). Dalam Perjanjian Baru, Yesus Kristus
lewat pengorbanan-Nya di kayu Salib telah membuka jalan masuk kepada Allah, sehingga kita—yang berdosa dan tidak layak—telah menjadi
“orang-orang yang dibenarkan” sehingga boleh menghadap Allah. Oleh
karena itu, mari kita rayakan kehadiran Allah di tengah kita. [J]
Roma 3:23-24
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan
kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan
cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.”
33
Kenaikan Tuhan Yesus, Pentakosta dan Buah Roh
P
eristiwa Kenaikan Kristus Yesus adalah sebuah peristiwa bersejarah
yang penting. Allah menggenapi rencana keselamatan-Nya ke dalam
sejarah umat manusia melalui satu paket sejarah penebusan di dalam
karya Kristus. Peristiwa Kenaikan Yesus tidak bisa dipisahkan dari peristiwa kelahiran, kematian dan kebangkitan Yesus serta Pentakosta. Tanpa
kelahiran tidak ada kematian. Tanpa kematian tidak ada kebangkitan dan
tanpa kebangkitan tidak ada kenaikan. Dan tanpa kenaikan tidak ada
Pentakosta, Roh Kudus dikaruniakan ke dalam diri orang percaya. Oleh
sebab itu peristiwa Kenaikan Yesus adalah satu peristiwa yang sangat
penting sama dengan kelahiran, kematian, kebangkitan, Pentakosta dan
Kedatangan Kristus kembali. Namun demikian, tidak seperti peringatan
Jumat Agung (kematian) dan Paskah (kebangkitan)—apalagi dibandingkan Natal (kelahiran)—peringatan Kenaikan Tuhan Yesus dan Pentakosta
hampir-hampir tidak memperoleh perhatian serius dari orang Kristen.
Bahkan hampir-hampir tidak terdengar gemanya. Bahkan mungkin banyak orang Kristen yang tidak terlalu menaruh perhatian serius terhadap
kedua peristiwa ini. Padahal baik Kenaikan maupun Pentakosta adalah
rangkaian peristiwa yang penting dalam sejarah penebusan yang langsung berkaitan dengan keberadaan gereja dan umat Tuhan masa kini. Kenaikan Tuhan Yesus mengingatkan kita akan janji Yesus bahwa anak-anak
Tuhan tidak ditinggalkan sendirian di dunia ini. Tuhan Yesus menjanjikan Roh Kudus. Janji kedatangan Roh Kudus yang akan tinggal di dalam
diri orang percaya itu digenapi pada hari Pentakosta. Roh Kudus sudah
datang dan tinggal di dalam diri orang-orang yang percaya kepada Kristus. Roh Kuduslah yang menanamkan kekudusan Allah di dalam diri kita.
Ia melakukannya pada saat Ia mengembangkan karakter kita yang seperti Kristus—karakter atau watak yang memperlihatkan buah Roh. Buah
Roh menyatakan apa yang Allah harapkan dari umat-Nya dalam watak
mereka. Buah Roh adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan
diri (Galatia 5:22-23). Dalam sebelas hari ke depan kita akan merenungkan serangkaian renungan : mulai dari satu renungan tentang Kenaikan
Yesus, sembilan renungan Pra Pentakosta tentang buah Roh dan satu renungan Pentakosta. Saya berdoa kiranya bulan Mei-Juni tahun ini kita
dapat memperingati Kenaikan Tuhan Yesus dan Pentakosta dengan lebih
baik dan bermakna dan membawa kita bertumbuh semakin mengasihi
Tuhan. [JS]
34
Kamis
Kuasa untuk Menjadi Saksi Kristus
Bacaan Alkitab hari ini: Kisah Para Rasul 1:1-11
29
Mei
Kenaikan Kristus
Tuhan Yesus naik ke sorga adalah sebuah peristiwa bersejarah yang sungguhsungguh terjadi. Tetapi sesaat sebelum Yesus naik ke sorga, Ia memberi pesan ini,
“...kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu
akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kisah Rasul 1:8). Ini adalah sebuah janji Tuhan tentang kedatangan pribadi ketiga dari Allah Tritunggal, yaitu Allah Roh Kudus. Kalau sebuah
janji dijanjikan di saat-saat terakhir sebelum berpisah, maka dapat dipastikan janji
itu pasti sangat penting supaya diingat dan tidak mudah dilupakan oleh penerima
janji. Alkitab mencatat paling tidak tiga kali Tuhan menjanjikan Roh Kudus. Pertama, pada malam terakhir sebelum Tuhan Yesus ditangkap, tiga kali Yesus menjanjikan kedatangan Roh Kudus (Yohanes 14:26, 15:26, 16:7). Kedua, Janji kedatangan Roh Kudus itu dijanjikan Yesus setelah Ia bangkit (Yohanes 20:19-23). Janji
yang ketiga, yaitu sesaat sebelum Yesus naik ke sorga, Yesus berkata “kamu akan
menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi
saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung
bumi.” (Kisah Rasul 1:8). Di sini dihubungkan secara langsung antara kuasa Roh
Kudus dan menjadi saksi Kristus. Ini diucapkan paling akhir sebelum Yesus naik ke
sorga menjadi janji dan pesan yang paling penting. Dan dalam kalimat yang paling
penting ini Tuhan berbicara tentang menerima kuasa dari Roh Kudus langsung
berhubungan dengan menjadi saksi Kristus.
Kenaikan Kristus ke surga bukan hanya merupakan suatu catatan sejarah,
tetapi juga suatu amanat bagi kita. Yesus naik ke Sorga dan tugas-Nya dikerjakan
oleh kita. Namun kita tidak ditinggalkan sendirian, Ia menjanjikan Roh Kudus yang
memberi kita kuasa untuk menjadi saksi-Nya. Barangsiapa merayakan hari kenaikan Tuhan Yesus, dia juga harus mengingat pesan Yesus sebelum Ia naik ke sorga
: Pergilah ke seluruh dunia untuk menyaksikan Injil-Nya. [JS]
Kisah Para Rasul 1:8
“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas
kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di
seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
35
Jumat
Kasih
Bacaan Alkitab hari ini: Roma 5:1-11
30
Mei
Pra-Pentakosta
Kasih Kristen berbeda dengan kasih dunia. Kasih dunia, misalnya dalam pandangan para filsuf Yunani klasik yang menjadi akar kebudayaan Barat adalah kasih yang
menanjak. Mengapa mengasihi? Mereka akan menjawab mengasihi karena ada
sesuatu yang kurang dari dirinya. Oleh sebab itulah manusia mudah mengasihi
sesuatu yang lebih tinggi, lebih indah, lebih atas daripada dirinya. Allah para filsuf
Yunani adalah Allah yang statis yang tidak campur tangan lagi terhadap kehidupan
manusia. Mengapa? Karena dalam pengertian mereka, Allah adalah sempurna,
tidak kekurangan sesuatu apapun. Karena tidak kekurangan sesuatu apa pun,
maka Allah tidak mengasihi. Kalau mengasihi berarti Allah kekurangan sesuatu.
Dan Allah yang kekurangan sesuatu bukan Allah. Jadi Allah tidak mengasihi manusia dan segala ciptaan-Nya. Betapa mengerikannya punya Allah seperti itu?
Puji Tuhan kita tidak punya Allah seperti itu. Allah Alkitab adalah yang kasihNya bukan menanjak, tetapi menurun. Dalam Roma 5 disaksikan kasih Kristus
adalah kasih yang menurun. Setelah berbicara tentang hasil pembenaran kita
oleh karena karya Kristus, Paulus membahas bahwa saat kita masih lemah,
durhaka, tidak baik, jelek, jahat, berdosa, masih seteru Allah, Allah mengasihi
kita (Roma 5:6-10). Inilah keagungan kasih Allah di dalam Kristus.
Seperti itu pun seharusnya kita mengasihi. Memang mudah untuk
mengasihi orang yang selalu baik kepada kita. Tidak sulit untuk mengasihi
orang yang selalu menyenangkan hati kita. Semua itu biasa. Dunia melakukan hal itu. Tetapi kita diperintahkan mengasihi bukan yang di atas kita,
tetapi yang jauh di bawah kita. Mengasihi orang yang menjengkelkan hati
kita, yang banyak kelemahan dan kejelekannya. Itulah panggilan kita. Tuhan
Yesus memerintahkan murid-murid untuk mengamalkan kasih kepada musuh, mendoakan para penganiaya dan berbuat baik kepada para pembenci
mereka (Matius 5:44; Lukas 6:27). Inilah keagungan kasih Kristen. Itulah
yang diperintahkan Alkitab untuk kita amalkan. [JS]
Roma 5:8
“Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena
Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”
36
Sabtu
Sukacita
Bacaan Alkitab hari ini: Filipi 2:17-3:1a
31
Mei
Pra-Pentakosta
Sukacita adalah sebuah kata yang menyenangkan dan kita inginkan. Sukacita adalah rencana Allah bagi manusia sejak awal. Lalu, kita lihat diri
kita dan sekeliling kita, kalau sukacita dimaksudkan Allah sejak mula,
mengapa realitasnya kita tidak bisa bersukacita. Maka masalah mulai
muncul! Banyak yang berpikir bahwa sukacita hanya bisa ia raih dengan
bersenang-senang. Banyak orang mencari kesenangan tetapi tidak menemukan sukacita. Tetapi justru orang yang mengejar kesenangan itu
menandakan kurangnya sukacita. Kita bisa memiliki segala hal yang menyenangkan tanpa sukacita, tetapi sebaliknya kita bisa memiliki sukacita
tanpa hal yang menyenangkan. Kondisi Rasul Paulus di dalam penjara,
saat menulis surat Filipi ini bisa dikatakan tidak menyenangkan. Namun
saat kita membaca surat Filipi kita menemukan ia banyak sukacita.
Sebaliknya banyak orang juga mengira bahwa sukacita hanya bisa diperoleh jika hidup bebas masalah. Benarkah demikian? Sukacita tidak
berarti bebas dari segala masalah. Rasul Paulus yang menulis surat Filipi,
berkali-kali menulis, ”Aku bersukacita, aku mengucap syukur, aku berdoa dengan sukacita, dstnya.” (Filipi 1:4, 18; 2:17, 18, 28, 29; 3:1; 4:4,
10). Dia tulis itu bukan setelah ia bebas dari masalah, tetapi justru pada
saat ia masih dalam penjara dengan kemungkinan segera dihukum mati.
Namun dari suratnya kita tahu Paulus sangat bersukacita. Masalah tidak
mampu merampas sukacita dari hidupnya. Sesungguhnya kekuatan ini
juga bisa kita diteladani dan alami. Kita bisa merasa tidak ada masalah
tetapi tetap tidak ada sukacita. Sebaliknya kita boleh mengalami banyak
masalah tetapi tetap bisa bersukacita. Adalah Roh Kudus yang memberi
sukacita sejati, karena di hadapan Tuhan ada sukacita berlimpah-limpah
dan kenikmatan kekal (1 Tesalonika 1:6; Mazmur 16:11). [JS]
Mazmur 16:11
“Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan;
di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah,
di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.”
37
Minggu
Damai Sejahtera
Bacaan Alkitab hari ini: Yohanes 14:15-31; 20:19-23
1
Juni
Pra-Pentakosta
Hidup orang Kristen sejati ditandai dengan adanya buah Roh. Dalam Galatia
5:22-23, Paulus menjelaskan tentang buah Roh, yang disebutkannya adalah:
kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri. Seumpama pohon dengan buahnya, kita
dapat mengelompokkan sembilan kata ini ke dalam tiga tandan buah. Tandan
pertama terdiri dari kasih, sukacita dan damai sejahtera. Hal ini berbicara tentang relasi kita dengan Allah. Tandan kedua terdiri dari kesabaran, kemurahan
dan kebaikan. Ini berbicara tentang relasi kita dengan sesama. Tandan yang
terakhir adalah kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Yang terakhir ini berbicara tentang relasi kita dengan diri sendiri. Dua hari berturut-turut
kita sudah merenungkan kasih dan sukacita. Sekarang kita akan merenungkan
tentang sifat ketiga dari tandan pertama buah Roh, yaitu damai sejahtera.
Damai sejahtera yang sejati terjadi ketika kita diperdamaikan dengan Allah
melalui perantaraan Kristus, sehingga kita bisa berdamai dengan orang lain dan
dengan diri sendiri. Sebelum mati disalibkan Yesus berbicara tentang damai
sejahtera dan setelah bangkit, Yesus berbicara pula tentang topik damai sejahtera (Yohanes 14:26-27, 20:19, 21). Damai sejahtera yang dimaksud oleh Yesus
adalah pemberian-Nya yang berbeda dengan pengertian dunia. Kita sudah dimeteraikan Roh Kudus menjadi anak-anak Allah. Itu sebabnya kita tidak perlu
merasa gelisah pada waktu menghadapi kesulitan. Damai sejahtera yang stabil
tidak akan terpengaruh oleh kekuatiran. Terlalu mudah gelisah, kuatir, cemas,
takut dan merasa tidak ada jalan lain, menyatakan tidak adanya damai sejahtera dalam hati kita. Ini merupakan tanda bahaya untuk manusia yang hidup
dalam zaman modern, hidup yang makin lama makin tegang. Damai sejahtera
yang sesungguhnya tidak dipengaruhi oleh ancaman dan kesulitan apapun dari
luar. Maukah kita memiliki damai sejahtera seperti ini? [JS]
Yohanes 14:27
“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan
kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh
dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”
38
Senin
Kesabaran
Bacaan Alkitab hari ini: Galatia 5:16-26
2
Juni
Pra-Pentakosta
Surat Galatia mengajarkan bahwa sejatinya hidup orang Kristen adalah
hidup yang sangat indah dan mulia. Hidup yang tidak dapat ditemukan
dalam dunia ini. Sesungguhnya hidup di dalam Kristus adalah hidup yang
mulia karena sekalipun kita masih bertubuh manusia yang berdosa,
yang sering kali membawa kita pada apa yang tidak kita kehendaki, yaitu perbuatan-perbuatan daging—yang berlawanan dengan keinginan
Roh—ternyata, Puji Tuhan; Tuhan telah memberikan kuasa kepada kita
untuk dapat mengalahkannya. Kuasa itu berasal dari Roh Kudus yang
telah melahirbarukan dan menyertai kita. Roh Kudus inilah yang memperbarui karakter hidup kita, sehingga kita memiliki nilai hidup yang berbeda dari orang-orang yang belum percaya yaitu hidup yang dipimpin
oleh Roh Kudus (Galatia 5:16-23).
Kehidupan yang indah itu ditandai dengan buah Roh. Dalam Galatia 5:2223, Paulus menjelaskan buah Roh sebagai: “Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,...” Kasih adalah perintah yang terutama (Matius 22:37-39).
Sukacita sejati hanya didapatkan di dalam Kristus. Damai sejahtera sesungguhnya terjadi ketika kita diperdamaikan dengan Allah. Melalui ketiga hal
inilah relasi kita dengan Allah dibereskan. Setelah relasi kita dengan Tuhan
dibereskan, maka akan muncul sifat berikutnya dari buah Roh yang akan
membereskan relasi kita dengan sesama. Sifat itu adalah kesabaran (Galatia
5:22). Sabar dalam kesulitan maupun sabar terhadap sesama (Kolose. 1:11,
3:12-13). Sabar menanggung kesengsaraan demi Kristus (2Korintus 1:6). Sabar terhadap ketidakadilan, sabar menantikan kedatangan Tuhan kembali
(2 Korintus 11:19-20, Yakobus 5:7). Semuanya itu secara otomatis akan timbul dalam hidup ketika kita sungguh-sungguh hidup dalam pimpinan Roh
Kudus dan melekat pada Kristus, Tuhan kita. (Yohanes. 15:4-5). [JS]
Kolose 3:12
“Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan
dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan,
kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.”
39
Kata Sambutan HUT GKY
Pembaca yang Budiman,
Kita patut bersyukur kepada Tuhan untuk AnugerahNYA yang begitu besar. Pada Hari Ulang Tahun GKY yang
ke-69 ini, jumlah anggota jemaat GKY telah mencapai
17.000 orang. Sesuai dengan tema GKY tahun 2014, yaitu
To Know Him and To Make Him Known, kita mengharapkan pertumbuhan secara kualitas ( To Know Him) maupun
secara kuantitas (To Make Him Known). Oleh karena itu,
kami mengajak seluruh anggota jemaat untuk bersatu hati
bertumbuh di dalam Tuhan serta meluaskan pekerjaan
penginjilan dengan membuka ladang baru (church Planting) di berbagai
tempat.
Dalam jangka waktu sekitar 10 tahun terakhir ini, jumlah anggota GKY
telah meningkat dari sekitar 8000 orang menjadi sekitar 17.000 orang. Di
samping GKY, dalam kurun waktu yang sama, ada berbagai gereja lain yang
meningkat secara tajam. Ada gereja yang meningkat dari dua juta orang
menjadi tiga setengah juta orang dan ada gereja yang meningkat dari ratusan ribu orang menjadi 2,2 juta orang. Sebagai gereja yang masih mempertahankan pemakaian bahasa Mandarin, GKY terpanggil untuk melayani
orang-orang Tionghoa baik di kota besar maupun di daerah yang masih belum terjangkau oleh gereja-gereja lain yang berbahasa Mandarin, bahkan
GKY terpanggil untuk melayani sampai ke luar negeri.
Di tahun-tahun mendatang, marilah kita berjuang “selama masih siang”
(Yohanes 9:4) untuk menjadi berkat bagi banyak orang melalui pelayanan
misi dan pelayanan sosial. Marilah kita menanggalkan semua perhitungan
manusiawi yang menghalangi kita untuk mengambil kesempatan yang diberikan Tuhan dalam melaksanakan Amanat Agung Kristus, termasuk perhitungan untung rugi. Sebaliknya, marilah kita mengembangkan kepekaan terhadap pimpinan Roh Kudus dan bersandar kepada anugerah Tuhan. Marilah
kita membangun gereja baru yang sesuai dengan karakteristik kultur gereja
Mandarin dan pola GKY (ajaran, ibadah, organisasi, administrasi, pelayanan), tetapi kita juga tidak mengabaikan kesempatan untuk menjadi berkat
bagi seluruh bangsa. Yang satu harus dilakukan, yang lain jangan diabaikan.
Selamat Ulang Tahun GKY! Tuhan Yesus memberkati Gereja-Nya. Amin.
Pdt. Bambang SN
Sekum Sinode GKY
40
HUT GKY Ke-69
Selasa
Kemurahan
Bacaan Alkitab hari ini: 2 Korintus 9:1-15
3
Juni
Pra-Pentakosta
Kemurahan adalah buah Roh yang seharusnya menjadi ciri khas
orang-orang yang sudah diselamatkan. Oleh karena keselamatan
diperoleh secara cuma-cuma karena kemurahan Allah, maka konsekuensi logisnya adalah orang yang sudah diselamatkan seharusnya
memiliki hati yang penuh kemurahan. Tetapi sayang sekali, kenyataannya sering kali jauh dari keadaan yang seharusnya itu. Kemurahan
adalah suatu karakter yang penuh kebaikan dan murah hati terhadap
orang lain. Oleh sebab itu kemurahan diwujudkan melalui sebuah
pemberian; bisa berupa memberi hidup, waktu, perhatian, pengampunan, dana, bantuan dan lain-lain. Oleh sebab itulah Paulus berkali-kali mengingatkan jemaat Korintus tentang kemurahan hati ini.
Paulus mengingatkan tentang pelayanan kepada orang-orang kudus
(9:1). Pemberian itu sebagai bukti kemurahan hati yang dilakukan
dengan kerelaan hati dan bukan karena paksaan karena Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (9:2, 5, 7). Paulus mengingatkan konsep tabur tuai : orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak
juga (9:6). Jemaat Korintus mampu memberi oleh karena Allah yang
terlebih dulu melimpahkan kepada mereka segala kasih karunia yang
menjadikan mereka berkelebihan dalam kebajikan (9:8). Pada akhirnya pelayanan ini mengakibatkan melimpahnya ucapan syukur kepada Allah (9:12, 15).
Jikalau kita mengamini kemurahan adalah buah Roh yang dapat dirasakan oleh saudara-saudara kita, sudahkah dalam hidup kita menunjukkan hidup yang penuh kemurahan? Kita diselamatkan semata-mata
karena kemurahan Allah, sudah selayaknya kita sebagai anak-anak Allah
yang Mahapemurah menunjukkan hati yang penuh kemurahan. [JS]
Lukas 6:36
“Hendaklah kamu murah hati,
sama seperti Bapamu adalah murah hati.”
41
Rabu
Kebaikan
Bacaan Alkitab hari ini: Filipi 4:2-23
4
Juni
Pra-Pentakosta
Kebaikan adalah salah satu sifat dasar Allah. Allah itu baik. Segala yang Allah
lakukan itu baik. Kebaikan adalah sebuah kata tindakan artinya selalu melakukan apa yang terhormat secara etika dan moral. Allah menginginkan kita baik
sebagaimana Ia adalah baik. Kebaikan juga adalah buah Roh yang tidak berdiri
sendiri, tetapi selalu bersama-sama dengan kesabaran dan kemurahan dalam
kaitannya dengan relasi terhadap sesama. Ketiga hal ini bersama-sama dan
sungguh indah jika dinyatakan dalam hidup kita. Dalam bagian akhir surat
Filipi Paulus membahas tentang kebaikan ini. Setelah memberikan beberapa
nasihat, Paulus meminta jemaat Filipi untuk melakukan kebaikan : menolong
rekannya yang bersama-sama beberapa rekan yang lain berjuang bersamasama dengannya untuk mengabarkan Injil. Ia juga melanjutkan bahwa kebaikan yang dilandasi motif yang murni itu hendaknya dilakukan dengan sukacita
dan menjadi kesaksian yang baik bagi semua orang (4:3-5). Kebaikan yang
seperti itu tidak akan membawa hidup kepada kekuatiran, tetapi justru damai sejahtera Allah (4:6-7, 9). Selain itu, Paulus juga menyaksikan kebaikan
jemaat Filipi yang turut ikut mengambil bagian dalam kesusahannya dengan
beberapa kali mengirimkan bantuan kepadanya (4:14, 16, 18). Kebaikan mereka itu dinilai Paulus sebagai suatu persembahan yang harum dan korban
yang disukai dan berkenan kepada Allah yang pada akhirnya akan membawa
berkat dan kemuliaan Allah (4:18-20).
Sungguh indah jika setiap anak Tuhan bisa meneladani kebaikan seperti
ini. Sebuah kebaikan yang memperbesar buah-buah Injil (4:17). Maukah, di
saat menjelang peringatan Pentakosta ini kita melakukan kebaikan yang tidak
menghiraukan pamrih ataupun balasan. Kebaikan sejati yang mengalir dari
motivasi yang suci, yang rela mengorbankan diri sendiri untuk membangun
orang lain; kebaikan yang digerakkan oleh Roh Kudus dan menjadi cermin sifat Tuhan sendiri. [JS]
Filipi 4:5
“Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang.
Tuhan sudah dekat! “
42
Kamis
Kesetiaan
Bacaan Alkitab hari ini: Matius 25:14-30
5
Juni
Pra-Pentakosta
Dalam perumpamaan tentang talenta yang terkenal ini, hamba-hamba yang dipercayakan talenta oleh tuannya dinilai bukan berdasarkan
berapa banyak yang dihasilkan atau hal-hal lain, tetapi dinilai karena
kesetiaannya. Baik hamba yang dipercayakan lima atau dua talenta,
dinilai sebagai hamba yang baik dan setia (25:21, 23). Sebaliknya
seorang hamba lain yang hanya dipercayakan satu talenta itu dinilai
jahat dan malas karena ia tidak setia (25:26). Oleh sebab itu di sini kita
belajar betapa pentingnya menjadi orang yang setia, karena berdasar
kesetiaan itulah Tuhan akan menilai dan menghakimi kita. Kata kesetiaan (Inggris : faithfull) di dalamnya mengandung pengertian iman. Jadi
kesetiaan berhubungan erat dengan iman kepada Allah yang setia. Kesetiaan terhadap hal yang kecil sebenarnya adalah ujian karakter yang
paling dapat dipastikan yang membawa kepada kepercayaan yang
semakin besar. Seperti tadi telah kita baca, Yesus berkata, “...engkau
telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku
akan memberikan kepadamu tangggung jawab dalam perkara yang
besar.” (25:23). Kesetiaan bukanlah ketaatan kepada sesuatu yang tidak ada dasarnya. Kesetiaan adalah satu kesungguhan hati untuk tetap
jujur dan terus menerus bertanggung jawab kepada apa yang harus
kita patuhi. Kesetiaan dimanifestasikan dengan melaksanakan apa
yang sudah dijanjikan atau dipercayakan. Allah yang setia menghendaki anak-anak-Nya juga setia.
Sebuah refleksi buat kita, sejauh mana kita sebagai orang Kristen setia kepada Tuhan dalam hidup kita sehari-hari? Apakah kita sudah setia
dalam hal-hal kecil seperti janji-janji yang kita buat, pemanfaatan waktu
kita, apa yang kita baca dan lihat, kesetiaan kepada pasangan hidup kita
dan hidup sesuai prinsip kebenaran Firman Tuhan yang kita yakini? [JS]
Wahyu 2:10c
“Hendaklah engkau setia sampai mati,
dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.”
43
Jumat
Kelemahlembutan
Bacaan Alkitab hari ini: Matius 11:28-30
6
Juni
Pra-Pentakosta
Ketika kita mendengar kelemahlembutan sering kita artikan sebagai gabungan lemah dan lembut. Pengertian yang negatif terhadap kelemahlembutan karena kita belum memahami bahwa
dalam Alkitab berarti gabungan antara kekuatan, kelembutan dan
rendah hati. Pada dasarnya natur manusia adalah sombong dan
egois. Tetapi ketika Roh Kudus memenuhi hati seseorang, ia akan
menjadi rendah hati, taat dan lemah lembut. Dalam Alkitab—selain Musa (Bilangan 12:3)— Yesus adalah teladan teragung kelemahlembutan. Yesus berkata, ”Marilah kepada-Ku, semua yang
letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu...karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu
akan mendapat ketenangan.” (Matius 11:28-29). Roh Kristus yang
lemah lembut terlihat jelas pada saat Yesus tergerak hati-Nya
oleh belas kasihan saat melihat orang banyak yang telantar seperti domba tanpa gembala (Matius 9:36-38). Dan puncaknya pada
saat disalib, Ia tidak mengasihani diri-Nya sendiri, tetapi justru
memikirkan orang lain : penjahat yang percaya yang disalibkan
bersama-Nya, masa depan Maria, ibu-Nya serta murid yang dikasihi-Nya, Yohanes (Lukas 23:42-43; Yohanes 19:25-27). Kelemahlembutan seperti ini bukan sifat yang alamiah. Hanya Roh Allah
yang berdiam secara supranatural di dalam diri orang percaya
yang bisa membuatnya berespons dengan lemah lembut terhadap
setiap penganiayaan.
Saat kita melihat orang menderita karena sakit, fitnah, permusuhan, kesepian ataupun jatuh dalam dosa; sudahkah kita—seperti Tuhan Yesus—berbelas kasihan menolong mereka dengan
lemah lembut tanpa membiarkan dosa tetap berlangsung? [JS]
Matius 5:5
“Berbahagialah orang yang lemah lembut
karena mereka akan memiliki bumi.”
44
Sabtu
Penguasaan Diri
Bacaan Alkitab hari ini: 2 Timotius 4:1-18
7
Juni
Pra-Pentakosta
Tandan buah Roh terakhir, yang menutup semuanya adalah penguasaan
diri. Dari buah yang dikerjakan oleh Roh Kudus, penguasaan diri adalah
bungkus dari keseluruhan buah yang ada. Tanpa penguasaan diri maka
semuanya, yaitu : kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan,
kebaikan kesetiaan dan kelemahlembutan akan sia-sia. Bila seseorang tidak
bisa menguasai diri dan kemarahannya meledak-ledak, maka kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, dan seterusnya akan hilang dalam sekejab
mata. Oleh sebab itu penguasaan diri mutlak diperlukan dalam hidup orang
percaya. Penguasaan diri berarti kemampuan untuk mengendalikan diri.
Namun kemampuan itu bukan berasal dari kekuatan sendiri, tetapi dari Roh
Kudus. Roh Kuduslah yang memimpin dan mengendalikan sehingga kita
bisa digerakkan, dicerahkan dan dipimpin-Nya. Paulus saat berbicara tentang pelayanan kepada Timotius, ia menasehatkan betapa pentingnya penguasaan diri ini. Paulus berkata, “Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal,
sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah
tugas pelayananmu!” (4:5). Di dalam ayat ini Paulus menyebut penguasaan
diri dibutuhkan dan mendahului hal yang lain.
Jika kita mampu menguasai diri, kita akan sanggup menanggung penderitaan dengan sabar, sanggup memberitakan Injil baik atau tidak baik waktunya
dan sanggup pula menuntaskan tugas-tugas pelayanan yang lain. Bahkan kita
bisa berkata seperti Paulus, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik,
aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman” (4:7). Ini terjadi jika kita telah sanggup menguasai diri. Menjelang Pentakosta ini, marilah
kita melatih diri dalam pimpinan Roh Kudus untuk menguasai diri sendiri mulai dari hal sederhana seperti mengendalikan makanan dan minuman, dalam
hal berpakaian, dalam hal hobi, kesukaan sampai mengendalikan amarah dan
mengendalikan keinginan-keinginan jasmani lainnya. [JS]
Amsal 16:32
“Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai
dirinya, melebihi orang yang merebut kota.”
45
Sisipan Ucapan
Selamat Pentakosta
Minggu
Pentakosta
Bacaan Alkitab hari ini: Kisah Para Rasul 2:1-40
8
Juni
Pentakosta
Ketika tiba hari Pentakosta, Roh Kudus dikaruniakan kepada dunia ini bagi
orang percaya. Pentakosta berarti hari kelima puluh setelah kebangkitan
Tuhan Yesus. Setelah bangkit, Tuhan Yesus selama empat puluh hari berulang
kali menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Yesus menyatakan bahwa
Ia adalah Tuhan yang hidup. Maut dan Iblis tidak berkuasa mencengkeram
baik hidup maupun mati-Nya. Yesus telah bangkit dan hidup! Inilah pengharapan terbesar bagi orang percaya. Setelah itu Yesus naik ke sorga dengan
satu pesan, ”Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan BapaKu. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi
dengan kekuasaan dari tempat tinggi” (Lukas 24:49). Sepuluh hari kemudian,
Roh Kudus turun ke dunia. Peristiwa ini terjadi satu kali dalam sejarah, yaitu
hari Pentakosta. Dari kedatangan Pribadi ketiga Allah Tritunggal ini kita dapat
merenungkan beberapa makna penting Pentakosta.
Pertama, Roh Kudus yang dijanjikan turun, menjadi karunia dan sumber segala berkat serta Penolong dalam hati dan tinggal dalam diri kita
selama-lamanya. Setiap orang yang menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, berarti Roh Kudus turun atas dirinya dan memperoleh kelahiran
baru. Kedua, Roh Kudus turun, maka mulai hari itu kita tidak lagi sendirian. Ada Roh Tuhan bersama kita. Roh Tuhan itu, yaitu Roh Kudus tinggal
dalam diri kita. Roh Kudus menolong, menguatkan, menghibur, menopang, menuntun hidup kita. Khususnya saat kita mengalami pergumulan
hidup yang berat, kita akan merasakan betapa manisnya pencurahan kasih yang diberikan Roh Kudus kepada kita. Ketiga, Roh Kudus turun, Roh
itu memberi kekuatan dan keberanian kepada kita untuk mengabarkan
Injil kepada manusia berdosa. [JS]
Kisah Para Rasul 2:38
“Jawab Petrus kepada mereka:
“Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu
dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu,
maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.”
47
Senin
Iman Pada Yang Tidak Terlihat
9
Juni
Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 25-26
Dalam dunia yang menganut filosofi bahwa kita tidak dapat “mempercayai” sesuatu yang tidak bisa diraba, dilihat, didengar, dikecap, dan
dibaui oleh panca indera, mustahil bagi manusia yang sudah jatuh ke
dalam dosa untuk mempercayai Allah jika bukan karena pekerjaan
dan anugerah Allah. Mazmur 25 menceritakan realita pengalaman
pemazmur yang indah tentang iman kepercayaan dan kebergantungan
totalnya kepada Tuhan. Hal-hal pahit yang dialami Daud dalam kehidupan—seperti dikejar-kejar musuh, pemberontakan anaknya (Absalom),
kejatuhan dalam dosa perzinahan, dukacita atas anak yang meninggal,
dan sebagainya—membuat kita semakin melihat dan menyadari kebobrokan manusia berdosa di hadapan Allah.
Saat menghadapi kesulitan hidup yang kita alami, ada banyak hal
yang dapat mengikis iman percaya kita. Namun, seperti Daud, biarlah
kita belajar untuk mengenal dan memahami jalan Tuhan dengan hati
terbuka. Sekalipun Daud mempunyai relasi yang baik dengan Tuhan
semenjak masa mudanya, Daud tetap terbuka terhadap pimpinan dan
ajaran Allah. Daud sadar bahwa ia masih belum mengikuti dan memahami jalan Tuhan dengan sempurna (25:4-5, 8-9, 12, 14). Kita bersyukur
bahwa Allah itu penuh kasih setia terhadap perjanjian-Nya (25:10). Ia
tidak meninggalkan kita sekalipun kita telah jatuh ke dalam dosa. Sebaliknya, Ia senantiasa “menunjukkan jalan kepada orang yang sesat”
(25:8). Oleh karena itu, dalam setiap situasi kehidupan, marilah kita
“mengangkat jiwa” kita kepada Allah serta membuka hati untuk Allah
berkarya dan menunjukkan jalan-Nya bagi kita. Iman berarti tetap mempercayai dan menantikan Allah. [J]
1 Petrus 1:8
“Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun
kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia,
sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira
karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan”
48
Selasa
Allah Diam
10
Juni
Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 27-28
Allah menjawab doa. Namun kadangkala, di dalam ketekunan kita berdoa, kita mendapati bahwa Allah diam. Saat Allah diam, kita bisa merasa
bingung, frustasi, bahkan kehilangan iman. Bagi Daud, bila Allah diam,
dia menjadi “seperti orang yang turun ke liang kubur” (28:1). Sekalipun
demikian, Daud tidak berhenti berharap dan berdoa kepada Tuhan. Ia
menanti pertolongan serta jawaban Tuhan (28:1-2). Situasi sulit yang
muncul—seperti saat kita berhadapan dengan orang yang memusuhi
kita, saat kita berada di wilayah yang rawan kejahatan, dan saat doa
kita belum terkabul—bisa membuat kita kehilangan akal dan tergoda
utk mencari jalan pintas, tidak mencari pertolongan Tuhan. Bila kita
menghadapi situasi seperti itu, ingatlah dan tirulah teladan Daud yang
berkata, “Kepada-Mu, ya TUHAN, … aku berseru” (28:1).
Daud mempunyai keyakinan yg kokoh di dalam Allah, bahwa tidak
ada pertolongan dan kekuatan sejati selain dari Allah. Tanpa penyertaan Allah, kita lemah. Allah tidak selamanya membisu. Keyakinan bahwa
Allah bekerja tepat pada waktu-Nya menuntut kita untuk percaya bahwa Allah mampu bekerja melampaui logika kita. Kebisuan Allah pada
akhirnya berujung dengan terlihatnya keagungan pekerjaan Allah (bandingkan dengan Ayub 42:2, 5), sehingga saat mendapat jawaban doa,
kita dapat mengatakan, “Terpujilah TUHAN, karena Ia telah mendengar
suara permohonanku” (Mazmur 28:6). Tetaplah berdoa dan berseru walaupun Allah nampak membisu, sebab meninggalkan Allah jauh lebih
fatal daripada perasaan ditinggalkan atau masalah sebesar apa pun yg
menjerat kita. Kebisuan Allah tidak berarti bahwa Ia berhenti bekerja,
sehingga kita perlu ragu atau berhenti berdoa dan berharap pada-Nya.
Dalam iman, Ia menunggu waktu yg tepat untuk berbicara. [J]
Mazmur 28:7
“TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya.
Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku,
dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya.”
49
Rabu
Jangan Lupa mengucap Syukur!
11
Juni
Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 29-30
Pentahbisan Bait Suci dalam 30:1 bisa menunjuk kepada Pentahbisan Bait
Suci yang dibangun pada zaman Raja Salomo (1 Raja-raja 8:63), Pentahbisan Bait Suci yang dibangun pada zaman Ezra (Ezra 6:16), serta Pembersihan Bait Suci dari barang-barang najis (berhala-berhala yang dimasukkan ke Bait Suci atas perintah Antiokhus Epifanes—penjajah Yunani)
pada zaman Makabe—pahlawan Yahudi—di abad kedua BC. Pentahbisan
ketiga ini dirayakan terus sampai zaman Tuhan Yesus dan disebut sebagai Hari Raya Pentahbisan Bait Allah (Yohanes 10:22). Sekalipun mazmur
ucapan syukur ini dipakai sebagai nyanyian bersama umat Allah, sebenarnya mazmur ini bersumber dari pengalaman pribadi Daud yang dihukum
Allah setelah selesai menghitung seluruh pasukannya (2 Samuel 24). Berkat yang ia nikmati menghasilkan rasa aman dan percaya diri yang terlalu
besar (Mazmur 30:7), sehingga saat Daud mulai menyombongkan diri,
Allah sedikit “menghimpitnya” untuk membuatnya tersadar (30:8).
Kapankah ucapan syukur yang tulus sungguh-sungguh muncul di
hati kita? Mungkin kita sungguh-sungguh bersyukur saat Tuhan datang
menolong di “detik-detik terakhir,” saat kita amat terdesak, tak menemukan jalan keluar, dan putus asa. Namun, masihkah kita bersyukur bila
kita berhasil meraih berbagai kesuksesan? Selanjutnya, apakah kesuksesan membuat kita terlena sehingga kita menyombongkan diri? (lihat
Ulangan 8:11-18). Tuhan Yesus memberi peringatan yang keras terhadap orang yang menyombongkan kekayaan yang tidak bisa dia bawa
saat jiwanya diambil (Lukas 12:16-21). Saat meraih kesuksesan, jangan
melupakan Allah. Akuilah segala perbuatan tangan-Nya. Dengan demikian, kita akan menemukan alasan yang tidak terbatas untuk senantiasa
“menyanyikan syukur” bagi Tuhan. [J]
Mazmur 30:13
“… supaya jiwaku menyanyikan mazmur bagi-Mu
dan jangan berdiam diri. TUHAN, Allahku,
untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu.”
50
Kamis
Tetap Mengasihi-Nya
12
Juni
Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 31-32
Daud pernah mengalami masa-masa yang begitu genting dan ketakutan
yang begitu mencekam saat dikejar-kejar oleh Saul (1 Samuel 23). Dalam
masa ketakutan yang amat sangat, Yonatan menguatkan kepercayaan
Daud kepada Tuhan (1 Samuel 23:15-16). Ketika Anda berkata bahwa
Anda beriman kepada Allah, apakah Anda sungguh-sungguh percaya
kepada-Nya? Perkataan Daud, “Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan
nyawaku; .., ya TUHAN, Allah yang setia,” (Mazmur 31:6) menyatakan
bahwa Daud percaya secara total kepada Allah. Kalimat yang sama diucapkan oleh Tuhan Yesus ketika Ia disalibkan (Lukas 23:46) dan oleh
Stefanus ketika ia dirajam batu hingga mati (Kisah Para Rasul 7:59). Hal
ini menyatakan betapa pentingnya kita mempercayai Allah yang setia
serta menyerahkan totalitas hidup kita ke dalam tangan Tuhan.
Kepercayaan kepada Allah yang setia tidak meniadakan kesulitan,
pencobaan, dan penderitaan. Namun, penderitaan dan kesesakan juga
tidak dapat meniadakan kesetiaan Allah bagi mereka yang mengasihi Dia.
Pemazmur mengontraskan bersandar kepada berhala dengan bersandar
kepada TUHAN (31:7). Pemazmur menyadari bahwa hanya Tuhan yang
mampu menolong dan menyelamatkan. Berhala tidak dapat melakukan
apa-apa (Lihat 115:4-9; Ulangan 4:28,29). Di saat kesesakan, pemazmur
menyangka bahwa ia terbuang dari hadapan Tuhan (Mazmur 31:23).
Namun, ketika ia mengangkat jiwanya kepada Tuhan, ia mendapati bahwa Allah menunjukkan kasih dan pertolongan-Nya secara ajaib (31:22).
Kepada siapa kita menggantungkan hidup kita di tengah kesulitan, penderitaan, dan kefanaan dunia ini? Tidak ada yang dapat memberikan
jaminan yang lebih pasti selain Allah yang akan menjaga hidup kita sampai kekekalan. Kekuatan sejati hanya dapat kita temukan di dalam Allah.
Dalam situasi apa pun, tetaplah kasihi Allah! [J]
Mazmur 31:25
“Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu,
hai semua orang yang berharap kepada TUHAN!”
51
Jumat
Pujian Hari Ini
13
Juni
Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 33-34
Orang-orang pada zaman dulu mengandalkan kuda sebagai cermin kekuatan militer sebuah kerajaan. Pada masa kini, yang diandalkan manusia umumnya adalah jabatan atau kekuasaan. Daud, sangat sadar
bahwa imannya tidak boleh berlandaskan kekuatan fisik, melainkan harus berlandaskan Allah yang Maha Kuasa (33:16-19). Daud telah sering
mengalami dan melihat bagaimana Allah melepaskan orang beriman
dari tangan musuh (34:5-8, 18). Dia sadar bahwa orang beriman juga
bisa mengalami krisis, teror, dan kematian. Sepanjang sejarah, banyak
orang beriman yang dianiaya, dijadikan mangsa binatang buas, ditelantarkan, dibunuh, dan sebagainya (Roma 8:35-36, Ibrani 11:32-40). Walaupun Allah dapat menyelamatkan umat-Nya, kadang-kadang—dengan
alasan yang hanya diketahui Allah—Ia “membiarkan” umat-Nya jatuh ke
tangan musuh. Sekalipun demikian, “Tuhan dekat kepada mereka yang
patah hati dan remuk jiwanya..” (Mazmur 34:19). Orang benar yang
sungguh-sungguh percaya kepada-Nya tidak akan kehilangan pengharapan di dalam Allah yang telah menjamin mereka.
Pujian Daud dalam Mazmur 34 berasal dari pemahaman yang benar
akan Allah. Pujian itu tidak semata-mata berlandaskan pengalaman hidup yang penuh sukacita, namun juga dukacita (34:2). Memuji Tuhan
adalah ciri wajar dari kehidupan umat yang telah mengalami anugerahNya (33:1), Ia adalah Allah bangsa-bangsa dan Allah Pencipta yang Mahakuasa (33:6-11), Allah yang berdaulat atas sejarah (33:12-19)—semua
ini menjadi alasan untuk menaikkan pujian bagi Allah. Hanya di dalam
pengenalan yang benar akan Dia, hati kita dapat bersukacita dan menaikkan pujian bagi-Nya. Kiranya Tuhan memberi kita sebuah pujian pada
hari ini untuk mengingatkan kita akan kebaikan dan kebesaran-Nya, apa
pun yang mungkin sedang kita hadapi. [J]
Mazmur 34:2
“Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu;
puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku.”
52
Sabtu
Tetaplah Setia
14
Juni
Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 35
Kejahatan di dunia ini adalah akibat dari dosa. Manusia yang telah
tercemar dosa, tidak mungkin bebas dari kejahatan. Ketika ada orang
benar yang tertindas oleh kejahatan, naluri alamiah yang muncul adalah
bahwa kejahatan mereka harus diganjari. Mazmur ini merupakan genre
(jenis sastra) mazmur “kutukan”, yaitu mazmur yang berisi permohonan
agar Tuhan menunjukkan keadilan-Nya dengan menghukum orang yang
melakukan kejahatan. Doa seperti ini bukan bersumber dari keinginan
membalas dendam karena perasaan benci, melainkan karena kerinduan
agar kebenaran Tuhan ditegakkan. Pemazmur percaya bahwa ia dapat
mengandalkan keadilan Tuhan di tengah sistem peradilan manusia yang
tidak dapat diandalkan.
Sering kali orang Kristen menyerah dan berkompromi karena tidak
yakin apakah dirinya masih dapat bertahan menghadapi kerasnya hidup dalam dunia bila dia berlaku benar. Banyak orang berseru seperti
pemazmur, “Sampai berapa lama, Tuhan, Engkau memandangi saja?”
(35:17, bandingkan dengan ayat 22). Saat kita menghadapi kejahatan, marilah kita meneladani iman Daud yang mendasari mazmur ini.
Pemazmur mempercayai keadilan, kemahakuasaan, dan kepedulian
Allah, betapa pun suramnya hidup ini. Iman merupakan sumber kekuatan untuk tetap berserah dan bertahan untuk mengikuti jalan Tuhan.
Percayalah bahwa keadilan dan kebenaran Allah akan selalu dinyatakan
pada waktu-Nya. Dengan berlaku setia, iman akan menjadi “suatu bukti tentang adilnya penghakiman Allah, yang menyatakan bahwa kamu
layak menjadi warga Kerajaan Allah, kamu yang sekarang menderita
karena Kerajaan itu” (2 Tesalonika 1:5). Percayalah bahwa Allah tetap
duduk di takhta-Nya untuk menghakimi secara adil (bandingkan dengan
Wahyu 16:5-7). [J]
Mazmur 37:3
“Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik,
diamlah di negeri dan berlakulah setia.”
53
Mengenal Kristus Melalui Kitab Markus
M
arkus adalah penulis Kitab Injil yang memperoleh bahan-bahannya
terutama dari Rasul Petrus. Sekalipun Injil Markus adalah Injil yang paling ringkas bila dibandingkan dengan Injil yang lain, kadang-kadang Markus
bisa menceritakan peristiwa yang terjadi secara lebih terperinci daripada
Injil yang lain. Misalnya, Perhatikan bahwa gambaran tentang situasi kapal
saat Tuhan Yesus meredakan angin ribut dalam Markus 4:35-41 lebih terperinci daripada gambaran dalam Matius 8:23-27 dan Lukas 8:22-25. Perhatikan pula bahwa hanya di Injil Markus disebutkan bahwa Tuhan Yesus pergi
ke rumah Simon (Petrus) dan Andreas (Markus 1:29). Oleh karena itu, Injil
Markus bisa dikatakan sebagai kitab Injil yang ditulis dari sudut pandang
Rasul Petrus.
Perkataan “Injil tentang Yesus Kristus” (Markus 1:1) bisa berarti “Kabar Baik mengenai Yesus Kristus” dan bisa pula berarti “Kabar baik yang
dibawa oleh Yesus Kristus”. Saat Tuhan Yesus memulai pelayanan-Nya,
Markus menyebutkan bahwa Tuhan Yesus memberitakan Injil Allah
(1:14). Hal ini berarti bahwa Injil atau Kabar Baik itu berasal dari Allah.
Injil atau Kabar Baik itu adalah berita yang menyangkut Kerajaan Allah
dan yang menuntut respons berupa “bertobat dan percaya”(1:15). Respons “bertobat” berarti bahwa manusia harus meninggalkan cara hidup
lama yang berdosa dan yang tidak mencapai standar Kerajaan Allah serta
menggantinya dengan cara hidup yang baru. Respons “percaya berarti
bahwa manusia harus bersandar kepada tindakan Allah menyelamatkan
manusia berdosa melalui apa yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus Kristus.
Kita perlu memahami bahwa Kerajaan Allah itu memiliki aspek masa depan dan masa kini. Aspek masa depan Kerajaan Allah menunjuk kepada
pemerintahan Allah secara total pada masa depan, sedangkan aspek
masa kini Kerajaan Allah menunjuk kepada diberlakukannya kehendak
Allah pada masa kini. Dalam Matius 12:28 dijelaskan bahwa saat Tuhan
Yesus mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, hal itu berarti bahwa Kerajaan Allah sudah datang. Pada masa kini, Iblis masih diberi keleluasaan untuk menggoda manusia agar tidak menaati kehendak Allah. Akan
tetapi, pada akhir zaman, keleluasaan Iblis akan dihentikan dan manusia
akan bebas melakukan kehendak Allah. Karena persyaratan untuk bisa
menjadi warga Kerajaan Allah ditentukan oleh sikap terhadap Tuhan
Yesus Kristus, renungan kitab Markus ini akan difokuskan kepada siapa
Kristus dan apa yang telah Dia lakukan. Dengan demikian, diharapkan
bahwa semua pembaca akan menjadi warga Kerajaan Allah. [P]
54
Minggu
Wibawa Sang Raja
15
Juni
Bacaan Alkitab hari ini: Markus 1
Banyak orang salah mengerti tentang siapakah Yesus Kristus itu. Saat
merayakan Natal, gambaran sebagian orang adalah bahwa Yesus Kristus itu adalah bayi lemah yang dikejar-kejar oleh Raja Herodes sehingga
orang tuanya harus mengungsi ke Mesir. Saat merayakan Jumat Agung,
sebagian orang menganggap Yesus Kristus sebagai seorang lemah yang
tidak berdaya menghadapi penyaliban. Saat merayakan Paskah, tidak
semua orang Kristen menyadari bahwa peristiwa kebangkitan itu merupakan perayaan kemenangan atas kuasa dosa dan kuasa maut.
Pasal pertama Injil Markus ini mengungkapkan berbagai fakta yang
menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang berwibawa: Pertama, pelayanan Tuhan Yesus didahului oleh pelayanan Yohanes Pembaptis yang berperan sebagai pembuka jalan (1:1-4). Sebagai pembuka
jalan, Yohanes Pembaptis mengakui bahwa Tuhan Yesus lebih berkuasa
dan lebih mulia daripada dirinya (1:7-8). Kedua, Yesus Kristus memiliki
otoritas Ilahi. Saat Ia memberi diri untuk dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, kesatuan Tuhan Yesus dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus diperlihatkan (diumumkan) melalui langit yang terkoyak, Roh Kudus yang
turun ke atas diri Tuhan Yesus, serta pengumuman yang disampaikan
sendiri oleh Allah Bapa (1:9-11). Otoritas Ilahi Tuhan Yesus itu nampak
jelas saat Dia memanggil murid-murid-Nya untuk mengikut Dia (1:1620), saat Dia mengajar orang banyak (1:21-22), dan saat Dia mengusir roh jahat (1:23-26, 34). Perhatikan bahwa keempat murid pertama
Tuhan Yesus—yaitu Simon, Andreas, Yakobus, dan Yohanes—dipanggil
dalam keadaan sebagai nelayan aktif (1:16, 19), bukan sebagai pengangguran. Perhatikan pula bahwa Tuhan Yesus melaksanakan rencana-Nya
sendiri, bukan mengikuti keinginan massa (1:37-38). [P]
Markus 1:22
“Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya,
sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa,
tidak seperti ahli-ahli Taurat.”
55
Senin
Kristus Datang untuk Orang Berdosa
16
Juni
Bacaan Alkitab hari ini: Markus 2
Perkataan “Kristus datang untuk (memanggil) orang berdosa” (bandingkan dengan 2:17) tidaklah berarti bahwa Tuhan Yesus menolak atau tidak peduli terhadap orang yang hidup secara baik-baik, melainkan bahwa sasaran pelayanan Tuhan Yesus adalah orang-orang yang menyadari
bahwa dirinya adalah orang berdosa. Orang yang menganggap dirinya
sebagai orang baik-baik adalah orang yang sulit menyadari bahwa dirinya memerlukan Tuhan Yesus.
Saat Tuhan Yesus mengatakan kepada orang lumpuh yang dibawa
kepada-Nya, “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” (2:5), orang lumpuh itu tidak tersinggung karena dia pasti menyadari keberdosaannya.
Sebaliknya, para ahli Taurat yang mendengar perkataan Tuhan Yesus itu
menganggap Tuhan Yesus telah menghujat Allah melalui perkataan-Nya.
Akan tetapi, mereka menjadi kebingungan karena Tuhan Yesus sanggup
membuat orang lumpuh menjadi bisa berjalan. Kemampuan Tuhan
Yesus menyembuhkan orang sakit itu membuat para ahli Taurat tidak
berani menyangkal secara terang-terangan wewenang Tuhan Yesus untuk mengampuni dosa.
Ketidaksadaran akan keberdosaan diri mereka membuat para ahli
Taurat dari golongan Farisi tidak cukup rendah hati untuk menyambut
kehadiran Tuhan Yesus. Sikap mereka amat kontras dengan sikap terbuka yang ditunjukkan oleh para pemungut cukai dan orang-orang yang
sadar bahwa diri mereka adalah orang berdosa (2:15). Mengesankan
pula untuk disimak bahwa ketika Lewi—sang pemungut cukai itu—menerima panggilan Tuhan Yesus untuk mengikut Dia, Lewi langsung memberi respons dengan meninggalkan pekerjaannya. Bagaimana respons
Anda saat Tuhan Yesus memanggil Anda untuk mengikuti Dia? [P]
Markus 2:17b
“Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit;
Aku datang bukan untuk memanggil orang benar,
melainkan orang berdosa.”
56
Selasa
Tuhan atas Hari Sabat
17
Juni
Bacaan Alkitab hari ini: Markus 3
Pemahaman Tuhan Yesus terhadap peraturan-peraturan dalam kitab
Taurat berbeda jauh dengan pemahaman para ahli Taurat. Para ahli Taurat berusaha memerinci apa yang termasuk dalam hukum Taurat tanpa
memahami maksud sebenarnya dari peraturan tersebut. Akibatnya, hukum Taurat menjadi beban berat bagi orang-orang pada zaman Tuhan
Yesus. Akibat lain adalah penerapan dari hukum Taurat menjadi terasa
aneh bila kita berpikir dengan akal sehat tanpa sikap apriori (keyakinan
terhadap suatu pendapat tanpa berpikir atau tanpa peduli dengan apa
yang sebenarnya). Sebagai contoh, orang Yahudi tetap melepaskan ternak mereka pada hari Sabat dan membawa ternak mereka ke tempat
minuman. Mereka juga akan segera menolong anak atau ternak mereka
yang terperosok ke dalam sumur pada hari Sabat (bandingkan dengan
Lukas 13:15; 14:5). Yang aneh, mereka beranggapan bahwa tindakan
Tuhan Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat itu merupakan
pelanggaran terhadap peraturan Sabat (Markus 3:1-5).
Bagi Tuhan Yesus, peraturan Sabat—bahkan juga peraturan hukum
Taurat yang lain—diberikan Allah bukan untuk menjadi beban yang
tidak masuk akal, melainkan diberikan untuik kepentingan manusia
(Markus 2:27). Tuhan Yesus adalah penafsir hukum Taurat yang paling
tepat karena Dia adalah Tuhan (Penguasa) atas hari Sabat. Memahami
maksud sebenarnya dari pemberian hukum Taurat ini penting agar kita
tidak salah dalam menerapkan peraturan-peraturan dalam Alkitab. Di
Indonesia, kita bisa membaca atau mendengar tentang berbagai keputusan pengadilan yang “aneh” (tidak memenuhi rasa keadilan masyarakat) yang dilandasi oleh pemahaman yang dangkal tentang hukum. [P]
Markus 2:27-28
Lalu kata Yesus kepada mereka:
“Hari Sabat diadakan untuk manusia
dan bukan manusia untuk hari Sabat,
jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.”
57
Rabu
Guru yang Hebat
18
Juni
Bacaan Alkitab hari ini: Markus 4
Tuhan Yesus adalah Guru yang Hebat. Orang banyak yang mendengar
pengajaran Tuhan Yesus merasa takjub karena Tuhan Yesus mengajar
sebagai orang yang berkuasa (1:22). Wibawanya berasal dari diri-Nya
sendiri. Perkataan-Nya sesuai dengan tindakan-Nya. Dia bukan hanya
mengajar, tetapi dia juga menyembuhkan orang sakit dan mengusir rohroh jahat. Belas kasihan-Nya bukan hanya diucapkan, tetapi diwujudkan
secara nyata melalui perbuatan-Nya. Kehebatan Tuhan Yesus sebagai
seorang Guru bukan hanya terlihat dari wibawa-Nya, tetapi juga dari
cara Tuhan Yesus mengajar.
Walaupun isi pengajaran Tuhan Yesus tidak selalu mudah untuk dimengerti, pada umumnya Tuhan Yesus mengajar secara sederhana dengan memakai perumpamaan. Yang dipakai sebagai bahan perumpamaan bisa berupa hal-hal yang terjadi pada masa itu, tetapi bisa pula berupa
cerita-cerita masa lampau. Tidak penting bagi kita untuk mempersoalkan
apakah cerita yang dipakai dalam perumpamaan Tuhan Yesus adalah
peristiwa yang benar-benar pernah terjadi atau bukan, karena yang penting bukan perumpamaannya, melainkan makna yang terkandung dalam
perumpamaan tersebut. Perlu diperhatikan bahwa setiap perumpamaan
hampir selalu memiliki sebuah pesan utama. Dalam mempelajari sebuah
perumpamaan, yang paling penting adalah mencari pesan utama perumpamaan itu. Jangan terjebak untuk mengartikan setiap detil dari perumpamaan tersebut. Bila Tuhan Yesus sendiri sudah menjelaskan arti perumpamaan yang dia pakai, jangan menafsir dengan tafsiran yang berbeda.
Misalnya perumpamaan tentang penabur dalam 4:3-8 yang dijelaskan
oleh Tuhan Yesus dalam 4:13-20 sebagai empat cara menanggapi firman
Allah. Pemakaian perumpamaan sebagai alat untuk mengajar ini merupakan teladan dan tantangan bagi para pengajar Alkitab—termasuk para
guru sekolah minggu—untuk mengajar secara kreatif. [P]
Markus 4:2a
“Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka.”
58
Kamis
Dia Memberikan yang Terbaik
19
Juni
Bacaan Alkitab hari ini: Markus 5
Banyak orang menganggap dirinya berharga, tetapi tidak banyak orang
yang menganggap diri orang lain itu berharga. Banyak orang berani
mengorbankan hartanya untuk kesembuhan diri sendiri atau keluarga
dekat, tetapi tidak banyak orang yang bersedia mengorbankan hartanya
untuk orang lain. Kita mudah merasa kasihan melihat orang yang menderita, tetapi tidak mudah bagi kita untuk mengorbankan harta kita untuk orang tersebut.
Dalam bacaan hari ini, kita bisa membaca bahwa bagi Tuhan Yesus,
orang yang kerasukan roh jahat di daerah Gerasa itu lebih berharga
daripada dua ribu ekor babi (5:1-13). Pada masa kini, harga dua ribu
ekor babi itu bisa mencapai puluhan milyar rupiah. Sikap para pemilik
babi yang meminta Tuhan Yesus meninggalkan daerah mereka (5:14-17)
mewakili sikap banyak orang di sepanjang masa yang menolak Tuhan
Yesus karena mereka beranggapan bahwa hidup dalam ketaatan kepada
Tuhan Yesus akan mengakibatkan kerugian secara finansial.
Kita tidak bisa mengikut Tuhan Yesus bila motivasi kita adalah mencari keuntungan secara finansial. Alasan yang paling tepat untuk menjadi
pengikut Tuhan Yesus adalah karena Tuhan Yesus mempedulikan kita dan
ingin memberikan yang terbaik kepada kita. Sekalipun demikian, harus
kita ingat bahwa yang terbaik bagi kita itu kadang-kadang tidak seperti
yang kita pikirkan. Bagi Yairus, yang terbaik adalah kesembuhan anaknya
(5:22-24, 35-42). Bagi seorang perempuan yang sudah dua belas tahun
menderita pendarahan, yang terbaik adalah berhentinya pendarahan
(5:25-34). Bagi para pemilik babi, kehilangan babi akan membuat mereka belajar untuk lebih menghargai manusia daripada babi. [P]
Markus 5:13
“Yesus mengabulkan permintaan mereka.
Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu.
Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi
jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya.”
59
Jumat
Hati-Nya Tergerak Oleh Belas Kasihan
20
Juni
Bacaan Alkitab hari ini: Markus 6
Perkembangan media komunikasi visual—misalnya televisi —memiliki
dampak positif maupun negatif. Dari satu sisi, media komunikasi visual
membuat kita bisa memahami berbagai hal secara lebih menyeluruh.
Dari sisi lain, media komunikasi visual juga bisa membuat kita terbiasa
melihat penderitaan, kekerasan, kemerosotan moral, dan sebagainya,
sehingga hati kita sama sekali tidak tergerak ketika melihat hal-hal itu.
Dalam bacaan hari ini, hati Tuhan Yesus tergerak ketika melihat orang
banyak yang berada dalam keadaan lelah dan terlantar seperti domba
tanpa gembala (6:34; bandingkan dengan Matius 9:36). Bila kita memperhatikan kehidupan dan pelayanan Tuhan Yesus, ada dua hal umum
yang membuat Tuhan Yesus bertindak, yaitu penderitaan dan iman. Di
satu sisi, Tuhan Yesus tidak bisa diam saja ketika melihat ada orang yang
sakit, terlantar, dirasuk setan (atau roh jahat), atau sedang bersedih
(karena anggota keluarganya meninggal). Di sisi lain, Tuhan Yesus juga
tidak bisa bersikap tidak peduli terhadap orang yang beriman atau yang
menggantungkan hidupnya kepada-Nya. Sebaliknya, Tuhan Yesus tidak
melakukan banyak hal di daerah asalnya sendiri, karena orang-orang di
sana menutup pintu hati mereka (6:1-6a)
Kita harus waspada agar hati kita tidak menjadi keras karena kita
menutup mata terhadap penderitaan dan kebutuhan yang muncul di
sekitar kita. Memang, kita hanya bisa membantu orang yang bersedia
untuk kita bantu. Akan tetapi, jangan sampai masalah yang kita hadapi
menutup pintu hati kita. Ingatlah bahwa Tuhan Yesus telah lebih dulu
meninggalkan kenyamanan surga dan datang ke dunia yang jahat ini untuk menyelamatkan kita. [P]
Markus 6:34
“Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak,
maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka,
karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala.
Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.”
60
Sabtu
Tuhan Yesus Melihat Hati
21
Juni
Bacaan Alkitab hari ini: Markus 7
Apa yang penting bagi Tuhan Yesus berbeda dengan apa yang penting
bagi orang Farisi. Orang Farisi mementingkan adat istiadat yang bisa
dilihat oleh orang banyak, sedangkan Tuhan Yesus mementingkan perbuatan yang dilandasi oleh ketulusan hati. Orang Farisi mementingkan masalah mencuci tangan sebelum makan, sedangkan Tuhan Yesus
mengabaikan hal-hal seperti itu (7:2-5). Dengan perkataan lain, Orang
Farisi mementingkan kemasan dari hukum Taurat, sedangkan Tuhan
Yesus mementingkan inti dari hukum Taurat.
Bagi Tuhan Yesus, inti dari seluruh tuntutan Allah dalam hukum Taurat adalah mengasihi. Bagi orang Farisi, ketaatan kepada rincian aturan—
yang oleh Tuhan Yesus disebut sebagai adat istiadat manusia—dianggap lebih penting daripada kewajiban mengasihi (atau menghormati)
orang tua (7:9-13). Tuhan Yesus berpandangan bahwa menjaga kondisi
hati amat penting karena hati adalah sumber pikiran dan pikiran adalah
sumber perbuatan. Bila hati kita baik dan suci, kita akan melakukan halhal yang baik dan suci. Bila hati kita busuk, kita akan sulit menghindari
perbuatan yang jahat (7:20-23; Amsal 4:23). Bila kita mengikuti berbagai
aturan, tetapi hati kita sebenarnya jahat, ketaatan kita hanya merupakan kemunafikan. Bila hati kita baik dan suci, ketaatan kita akan dilandasi oleh ketulusan. Terhadap para ahli Taurat yang mementingkan adat
istiadat, Tuhan Yesus memberikan terguran keras, “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa
ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka
ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.” (Markus 7:6b-8). [P]
1 Samuel 16:7b
“Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah;
manusia melihat apa yang di depan mata,
tetapi TUHAN melihat hati.”
61
Minggu
Tuhan Yesus Menuntut Ketegasan
22
Juni
Bacaan Alkitab hari ini: Markus 8
Seorang yang hendak menjadi pengikut Tuhan Yesus tidak bisa hanya
menjadi penonton, melainkan harus memberi respons melalui sikap
yang tegas. Sesudah Tuhan Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya,
“Kata orang, siapakah Aku ini?” (8:27), Tuhan Yesus melanjutkan dengan
pertanyaan berikutnya, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” (8:29).
Tuhan Yesus tidak puas bila murid-murid-Nya hanya ikut-ikutan! Bahkan, Tuhan Yesus menginginkan agar murid-murid-Nya mengikuti Dia
dengan kesadaran penuh akan konsekuensi yang harus mereka tanggung (8:34).
Setiap orang yang ingin menjadi pengikut Tuhan Yesus harus bersedia menyangkal diri (mengubah cara berpikir dan cara menjalani hidup).
Rencana penebusan, yaitu bahwa Kristus harus menanggung banyak
penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli
Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari, merupakan rencana
yang tidak masuk akal dan merugikan bagi Petrus (8:31-32). Akan tetapi,
berpikir berdasarkan sudut pandang Allah merupakan salah satu tuntutan Kristus (8:33).
Bila kita bersedia menanggalkan cara berpikir kita dan mulai berpikir
dari sudut pandang Allah, barulah kita bisa melakukan hal-hal besar bagi
Allah. Saat Tuhan Yesus menuntut murid-murid-Nya untuk memberi
makan orang banyak, para murid harus rela menyerahkan tujuh roti dan
beberapa ekor ikan yang mereka miliki kepada Tuhan Yesus. Di tangan
Tuhan Yesus, tujuh roti dan beberapa ekor ikan itu dapat dipakai untuk
memberi makan empat ribu orang sampai kenyang. Bila kita bersedia
menyangkal diri dan memikul salib (8:34), kita akan bisa melakukan halhal yang melampaui kemampuan alamiah kita. [P]
Markus 8:34
“Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya
dan berkata kepada mereka: “Setiap orang yang mau mengikut Aku,
ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.”
62
Senin
Keagungan & Kerendahhatian Kristus
23
Juni
Bacaan Alkitab hari ini: Markus 9
Dalam bacaan Alkitab hari ini (9:1-7), Petrus, Yakobus, dan Yohanes diberi kesempatan untuk melihat kemuliaan Tuhan Yesus yang berubah
rupa dan bersama-sama dengan Elia dan Musa. Hal ini tidak berarti
bahwa sebelum peristiwa itu, Tuhan Yesus kurang mulia. Akan tetapi
hal itu berarti bahwa sebelum saat itu, kemuliaan Tuhan Yesus hanya
nampak secara samar-samar. Dalam peristiwa itu, Elia dan Musa dipilih
untuk mendampingi Tuhan Yesus karena dalam Perjanjian Lama, kuasa
Allah ditunjukkan kepada banyak orang secara paling terang benderang
dalam pelayanan mereka.
Yang menarik, setelah Tuhan Yesus menampakkan kemuliaan-Nya,
istilah yang Dia pakai untuk menyebut diri-Nya adalah “Anak Manusia”
dan istilah itu dipakai saat Tuhan Yesus menyampaikan tentang penderitaan dan penghinaan yang akan Dia terima (9:12). Saat itu pun, Tuhan
Yesus juga menyebut tentang kebangkitan-Nya dari antara orang mati
(9:9-10). Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa melalui peristiwa penampakan kemuliaan Tuhan Yesus itu, kemuliaan dan kerendahhatian Tuhan Yesus bersatu. Dia seharusnya disembah dan dimuliakan,
tetapi Dia bersedia dihina dan menderita, bahkan penderitaan yang
akan Dia hadapi adalah puncak penderitaan yang dapat dialami manusia
pada saat itu, yaitu menderita karena disalibkan untuk menebus dosa
umat manusia.
Pada masa kini, kita bisa meyakini bahwa Tuhan Yesus telah menyediakan tempat di surga bagi setiap orang percaya. Sekalipun masa depan
kita telah terjamin, hal itu tidak berarti bahwa kita bisa hidup seenaknya
saat ini, melainkan kita harus memakai hidup kita untuk melayani Tuhan
melalui pelayanan kita kepada sesama. [P]
Markus 9:31b
Ia berkata kepada mereka: “Anak Manusia akan diserahkan
ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia,
dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit.”
63
Selasa
Kristus Menawarkan Keselamatan
24
Juni
Bacaan Alkitab hari ini: Markus 10
Pertanyaan, “Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” (10:17) menunjukkan bahwa si penanya
beranggapan bahwa hal memperoleh hidup kekal (atau bisa kita sebut
sebagai “keselamatan”) bergantung pada perbuatan. Keyakinan bahwa
keselamatan bergantung pada perbuatan bukan hanya keyakinan orang
kaya itu saja, tetapi keyakinan banyak orang di segala zaman. Pernyataan Tuhan Yesus, “Hanya satu lagi kekuranganmu,” (10:21) menunjukkan
bahwa tuntutan berupa perbuatan untuk memperoleh keselamatan itu
adalah tuntutan kesempurnaan. Tanpa kesempurnaan dalam perbuatan, tidak mungkin seseorang bisa memperoleh keselamatan! Orang kaya
itu telah menuruti perintah-perintah Allah yang dia ketahui sejak masa
mudanya (10:19-20). Akan tetapi, Tuhan Yesus melihat adanya masalah
yang sangat mendasar pada diri orang kaya itu, yaitu keterikatan atau
ketergantungan pada hartanya (10:21). Sayangnya, orang kaya itu tidak
bisa melepaskan diri dari ketergantungannya kepada harta sehingga dia
tidak bisa masuk ke dalam Kerajaan Allah (10:22-23).
Sebenarnya, memang tidak ada seorang pun yang sanggup memenuhi semua tuntutan Allah dalam hukum Taurat (Roma 3:20, 28;
Galatia 2:16; 3:11). Hanya Kristus yang sanggup memenuhi seluruh tuntuan Allah melalui kematian-Nya di kayu salib. Keberhasilan Kristus memenuhi seluruh tuntutan Allah itu dibuktikan oleh kebangkitan-Nya dari
antara orang mati. Setiap orang yang meyakini tentang kematian Kristus
untuk orang berdosa dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati akan
memperoleh keselamatan. Inilah Injil atau Kabar Baik itu. [P]
Galatia 2:16
“Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena
melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus
Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus,
supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus
dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat.”
64
Rabu
Otoritas Tuhan Yesus
25
Juni
Bacaan Alkitab hari ini: Markus 11
Otoritas adalah hak atau wewenang untuk bertindak atau untuk mengatur. Salah satu penyebab permasalahan yang muncul dalam pelayanan
Tuhan Yesus disebabkan karena ketidakmengertian para imam kepala,
para ahli Taurat, dan orang-orang Fairsi tentang otoritas Tuhan Yesus.
Sebenarnya, ketidakmengertian mereka itu disebabkan karena sikap
keras kepala. Mereka tidak mau tunduk terhadap otoritas Tuhan Yesus.
Hal ini berbeda dengan sikap orang banyak yang lebih terbuka terhadap
otoritas Tuhan Yesus saat mereka melihat penyembuhan orang sakit,
pengusiran setan, dan mujizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus.
Dalam bacaan Alkitab hari ini, kontras kedua macam sikap di atas
terlihat jelas. Para pemilik keledai tanpa ragu-ragu merelakan keledai
mereka untuk dipakai oleh Tuhan Yesus (11:1-7), sedangkan imamimam kepala, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mempertanyakan
otoritas Tuhan Yesus yang mengusir para pedagang yang berjual beli di
halaman Bait Allah serta membalikkan meja-meja para penukar uang
dan bangku-bangku para pedagang merpati (11:15-18, 27-28). Semua
reaksi negatif yang ditunjukkan oleh para imam kepala dan para ahli
Taurat dilatarbelakangi oleh ketidaksediaan untuk mengakui otoritas
Tuhan Yesus (11:28).
Injil Yohanes menguraikan secara terus terang bahwa Tuhan Yesus
adalah Allah—Sang Pencipta—yang menjadi manusia (Yohanes 1:1-3,
14). Dialah yang menciptakan dunia (termasuk manusia), tetapi dunia
(manusia) tidak mengenal Dia dan tidak bersedia menerima Dia (1:1011), artinya tidak bersedia mengakui otoritas keilahian-Nya. Seandainya
manusia bersedia menerima Dia, tentulah manusia tidak akan mempertanyakan otoritas Tuhan Yesus! [P]
Markus 11:28b
“Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu?
Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu,
sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?”
65
Kamis
Dia Datang untuk Kita
26
Juni
Bacaan Alkitab hari ini: Markus 12
Seorang yang belum benar-benar mengenal kasih Kristus mungkin saja
beranggapan bahwa tuntutan Allah agar kita mengasihi Dia dengan
segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan segenap kekuatan
serta mengasihi sesama seperti diri sendiri (12:29-31) sebagai tuntutan
yang berlebihan. Akan tetapi bila kita mengingat apa yang telah Kristus
lakukan bagi kita, jelaslah bahwa tuntutan tersebut merupakan tuntutan yang wajar.
Dalam perumpamaan tentang kebun anggur (12:1-9), kebun anggur itu merupakan gambaran tentang bangsa Israel. Penggarap kebun
anggur itu adalah para pemimpin Israel. Dalam perumpamaan Tuhan
Yesus ini, para pemimpin Israel yang dimaksud adalah para pemimpin
agama Yahudi, yaitu para ahli Taurat, imam-imam kepala, dan orangorang Farisi. Pemilik kebun anggur adalah Allah sendiri. Hamba-hamba
yang diutus oleh Pemilik kebun anggur menunjuk kepada para nabi yang
umumnya ditolak, dianiaya, bahkan ada yang dibunuh. Anak Pemilik Kebun adalah Yesus Kristus, Sang Anak Tunggal Allah. Perumpamaan ini
menunjukkan bahwa Tuhan Yesus sadar benar bahwa kedatangan-Nya
adalah untuk mati di tangan para pemimpin agama Yahudi.
Sadarkah Anda bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Tunggal Allah yang
diutus oleh Allah untuk menebus dosa manusia berdosa? Dia datang
bukan untuk kepentingan diri-Nya sendiri, melainkan untuk menderita
sampai mati di kayu salib bagi kita! Oleh karena itu, tidakkah wajar bila
tuntutan Allah adalah agar kita mengasihi Dia dengan keseluruhan diri
kita (hati, jiwa, akal budi, kekuatan)? [P]
Yohanes 1:10-12
“Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi
dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya,
tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi
semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi
anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya”
66
Jumat
Cara Pandang yang Berbeda
27
Juni
Bacaan Alkitab hari ini: Markus 13
Cara pandang Tuhan Yesus berbeda dengan cara pandang murid-muridNya. Saat murid-murid Tuhan Yesus menyaksikan Bait Allah, mereka terpesona oleh kekokohan bangunan Bait Allah. Akan tetapi, Tuhan Yesus
memiliki cara pandang yang berbeda. Tuhan Yesus mengetahui bahwa
bangunan Bait Allah yang amat kokoh itu akan runtuh dan menjadi rata
dengan tanah (13:1-2). Perbedaan cara pandang itu disebabkan karena
para murid hanya bisa melihat hal-hal yang kelihatan pada saat itu dan
tidak bisa melihat apa yang belum terjadi, sedangkan Tuhan Yesus memandang segala sesuatu dari sudut pandang global, baik secara tempat
maupun waktu.
Tuhan Yesus mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan, bukan hanya mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di Palestina, tetapi
juga peristiwa-peristiwa yang terjadi di seluruh dunia. Cara pandang
yang bersifat global ini membuat Dia melihat segala sesuatu dengan cara
yang berbeda. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila Tuhan Yesus
sering kali mengemukakan pemikiran yang tidak terduga oleh para pendengarnya. Dalam pasal ini, para murid pasti tidak menyangka bahwa
pembicaraan tentang Bait Allah akan berlanjut menjadi perbincangan
tentang akhir (atau kesudahan) zaman (13:4). Perlu diingat bahwa pengertian tentang akhir zaman bisa bermacam-macam. Dalam waktu dekat,
kesudahan zaman adalah runtuhnya kota Yerusalem dengan Bait Allah
di dalamnya seperti perbincangan dalam 13:1-2. Dalam waktu jauh,
akhir zaman yang ditandai oleh penyiksaan (13:19), penyesatan (13:22)
serta berbagai gejala (bencana) alam (13:24-25), dan diakhiri dengan
kedatangan Tuhan Yesus kedua kali (13:26) yang masih kita nantikan
penggenapannya. Semoga kita semua ditemukan sedang berjaga-jaga
saat Tuhan Yesus datang kembali. [P]
Markus 13:23
“Hati-hatilah kamu!
Aku sudah terlebih dahulu mengatakan semuanya ini kepada kamu.”
67
Sabtu
Keunikan Pelayanan Tuhan Yesus
28
Juni
Bacaan Alkitab hari ini: Markus 14
Pelayanan Tuhan Yesus yang diuraikan dalam Kitab-kitab Injil ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus itu unik. Dia berbeda kualitas—dalam segala
hal—dengan tokoh-tokoh lain di bumi ini. Perbedaan kualitas ini bukan
hanya disebabkan karena sesungguhnya Dia adalah Allah sejati, tetapi
juga karena kualitas kemanusiaan-Nya tanpa cacat. Dia adalah teladan
bagi kita! Bacaan hari ini menunjukkan beberapa keunikan dari pelayanan Tuhan Yesus.
Pertama, pelayanan Tuhan Yesus tidak membeda-bedakan orang.
Tuhan Yesus mempedulikan orang-orang yang diabaikan atau diremehkan oleh para pemimpin agama. Mengapa perempuan dalam 14:3 itu
rela memecahkan botol minyak narwastu yang mahal harganya untuk
mengurapi kepala Tuhan Yesus? Karena masyarakat pada waktu itu meremehkan wanita, tetapi Tuhan Yesus menghargai wanita.
Kedua, Tuhan Yesus rela menanggung risiko dalam pelayanan-Nya,
bahkan Dia secara sadar menghadapi penderitaan sampai di kayu salib.
Oleh karena itu, Dia sadar bahwa tidak lama lagi Dia akan mati dan dikuburkan (bandingkan dengan 14:8). Dia sadar betul bahwa salah seorang
murid-Nya (Yudas) akan berkhianat (14:18) dan salah seorang murid
yang lain (Petrus) akan menyangkal Dia (14:30). Sekalipun demikian, Dia
membiarkan pengkhianatan dan penyangkalan itu terjadi karena Dia
taat terhadap kehendak Allah.
Ketiga, Tuhan Yesus mengandalkan kekuatan doa. Ketika Dia akan
berhadapan dengan maut di kayu salib, Dia tidak mau melarikan diri
melainkan Dia berdoa di Taman Getsemani. Dia meyakini kuasa doa. Banyak orang mengakui kuasa doa, tetapi tidak banyak orang bersungguhsungguh mengandalkan doa saat menghadapi masalah berat. [P]
Markus 14:38
“Berjaga-jagalah dan berdoalah,
supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan;
roh memang penurut, tetapi daging lemah.”
68
Minggu
Kristus Menerima Ketidakadilan
29
Juni
Bacaan Alkitab hari ini: Markus 15
Apa yang terjadi terhadap Tuhan Yesus merupakan ketidakadilan yang
luar biasa. Tuhan Yesus—Hakim yang Agung itu—membiarkan diri-Nya
dihakimi oleh hakim-hakim yang sama sekali tidak adil. Tuhan Yesus—
yang sama sekali tidak melakukan dosa—dituduh dengan tuduhan
palsu, diperlakukan secara kasar (diludahi, dipukul, dihina) dan dijatuhi
hukuman terberat pada masa itu yang biasanya dijatuhkan kepada para
penjahat besar, yaitu hukuman salib.
Hal yang paling menarik dari sikap Tuhan Yesus dalam menghadapi
perlakuan yang tidak semestinya itu adalah bahwa Dia sama sekali tidak
membela diri. Dia membiarkan saja orang banyak berlaku tidak semestinya terhadap Dia. Pada saat itu—dan bahkan sampai Dia disalibkan di
kayu salib—Tuhan Yesus menempatkan diri dalam posisi manusia berdosa yang sudah sepantasnya menerima hukuman Allah (bandingkan
dengan Yesaya 53:7). Untuk kita—manusia berdosa—Tuhan Yesus rela
untuk tidak diperlakukan secara semestinya, padahal sebenarnya Dia
adalah Allah yang harus dipuji dan dimuliakan. Dia rela untuk turun dari
status paling tinggi ke status paling rendah untuk mengangkat derajat
manusia berdosa,
Sikap Tuhan Yesus dalam menghadapi ketidakadilan itu merupakan
teladan bagi kita (Filipi 2:5-8). Bila kita hendak melayani orang lain, kita
harus rela untuk merendahkan diri dan juga rela untuk direndahkan.
Kita harus rela untuk diperlakukan tidak semestinya. Kita harus rela melepaskan apa yang menjadi hak kita. Yang menjadi sumber harga diri
kita seharusnya bukanlah sikap orang lain terhadap diri kita, melainkan
penghargaan Allah terhadap diri kita. [P]
Yesaya 53:7
“Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka
mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian;
seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang
menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.”
69
Senin
Respons Terhadap Kebangkitan Kristus
30
Juni
Bacaan Alkitab hari ini: Markus 16
Doktrin tentang kebangkitan Kristus (bersama dengan doktrin tentang
kematian Kristus) merupakan doktrin terpenting dalam kepercayaan Kristen. Sekalipun demikian, tidak mudah mempercayai doktrin tersebut. Bagi
murid-murid Tuhan Yesus pun, tidak mudah mempercayai bahwa Tuhan
Yesus benar-benar telah bangkit sebelum mereka melihat sendiri Kristus
yang bangkit, padahal masalah kebangkitan ini telah disebutkan secara
samar-samar dalam Perjanjian Lama dan kemudian diberitakan secara
terus terang oleh Tuhan Yesus (8:31; 9:9, 31; 10:34; 14:28).
Bila kita memperhatikan betapa sulitnya para murid Tuhan Yesus
untuk mempercayai kebangkitan Tuhan Yesus, tidak mengherankan bila
orang-orang pada masa kini pun amat sulit untuk mempercayai kebangkitan Kristus. Sekalipun demikian, berita tentang kebangkitan merupakan bagian dari berita Injil yang sama sekali tidak boleh diabaikan. Tanpa
kebangkitan Tuhan Yesus, kita tidak akan bisa memiliki pengharapan
tentang kebangkitan diri kita sendiri pada saat kedatangan Tuhan Yesus
kedua kali. Tanpa kebangkitan Tuhan Yesus, kita tidak memiliki pengharapan akan masa depan.
Dari sisi penelitian terhadap naskah-naskah kuno—terutama naskahnaskah asli Alkitab—yang membicarakan atau menyinggung tentang
kebangkitan Kristus, pembuktian terhadap berita tentang kebangkitan
Kristus amat meyakinkan dan dapat dipertanggungjawabkan dari sudut
pandang ilmu hukum. Dari sisi lain, benar bahwa diperlukan iman untuk
mempercayai berita tentang kebangkitan Kristus. [P]
1 Korintus 15:3-4
“Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu,
yaitu apa yang telah kuterima sendiri,
ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita,
sesuai dengan Kitab Suci,
bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan,
pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci.”
70
DAFTAR GEREJA SINODE GKY
GKY BALIKPAPAN
- 25 Agustus 1996 Jl. Mayjen Sutoyo RT 44 No. 1A (Depan Radar AURI-Gunung Malang), Balikpapan 76113.
Telp. (0542) 441008. Fax (0542) 441108.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 09.00, 17.00
GKY BANDAR LAMPUNG
- 30 Maret 2008 Hotel Grand Anugerah, Jl. Raden Intan No. 132, Bandar Lampung. Telp. (0721) 472474.
Sekretariat : Perum Aman Jaya, Jl. Slamet Riyadi Blok A No.15, Teluk Betung 35228.
Telp. (0721) 472474.
Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 08.00
- 20 Mei 2012 GKY BENGKULU
Jl.Ahmad Yani No.15A1-B, Bengkulu.
Kebaktian Umum I: Minggu, Pk.17.00
GKY BUMI SERPONG DAMAI
- 7 Februari 1993 Nusa Loka Blok E-8 No. 7, Sektor 14, Serpong, Tangerang 15330.
Telp. (021) 5382274, 5383577. Fax (021) 5381942.
Kebaktian Umum I, II & IV, III : Minggu, Pk. 07.00, 09.30, 17.00
GKY CIBUBUR
- 22 September 2006 Sentra Eropa Blok A No. 18, Kota Wisata Cibubur, Jakarta 16967. Telp. (021) 84931120.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00
GKY CIMONE
- 11 September 1983 Cimone Mas Permai I, Jl. Jawa No. 11A, Tangerang 15114. Telp. (021) 5525727.
Fax (021) 55794389.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00
GKY CITRA GARDEN
- 27 November 1994 Jl. Citra Garden II Blok O9 No. 1, Jakarta 11830. Telp. (021) 5453529, 54398490.
Fax (021) 54398093.
Kebaktian Umum I, II, III, IV : Minggu, Pk. 06.30, 08.00, 10.30, 17.00
GKY GADING SERPONG
- 19 Desember 2010 Ruko L Agricola Blok B8-10, Paramount Serpong, Tangerang 15810.
Telp. (021) 29429530-31. Fax (021) 29429532.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 09.30, 17.00
GKY GERENDENG
- 24 Agustus 1986 Jl. Pos Gerendeng I, Tangerang 15113. Telp. (021) 5523925. Fax (021) 5589182.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 09.30
GKY GREEN VILLE
- 4 Januari 1981 Green Ville Blok AZ No. 1, Jakarta 11510. Telp. (021) 5605586 (Hunting). Fax (021) 5659353
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00
English Worship Service : Minggu, Pk. 10.00
GKY GUANGZHOU
- 6 November 2011 Zion Church (Lantai 2), Ren Ming Zhong Lu No. 392, Guangzhou. Stasiun MTR Ximenkou
Exit A. Mobile : +8613570099579.
Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 16.00
GKY HONGKONG
- 1 Desember 2013 1 Haven of Hope Road, Tseung Kwan O, New Territories, Hong Kong
Mobile: + 8526 2786171, + 8526 1047093
Kebaktian Umum : Minggu, Pk. 10.30
GKY JAMBI
Hotel Aston, Jl. Sultan Agung No. 99, Jambi
Telp. (0711) 922 9168
73
- 23 Februari 2014 Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk.09.00
GKY KARAWACI
- 10 April 2005 Gedung Dynaplast Lt. 8, Jl. M.H. Thamrin No. 1, Lippo Village, Karawaci 15811.
Telp. (021) 93823230
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk.07.30, Pk. 10.00, 17.00
GKY KEBAYORAN BARU
- 26 April 1998 Jl. Kebayoran Baru No. 79, Jakarta 12120. Telp. (021) 72792735. Fax (021) 72793017.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00
GKY KELAPA GADING
- 6 Juni 1993 Jl. Boulevard Raya Blok TB II No. 1-4, Jakarta 14240. Telp. (021) 4520563-64
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.00, 09.30, 17.00
GKY KUTA BALI
- 5 Juli 1998 Jl. Sunset Road, Dewi Sri II, Kuta-Bali 80361. Telp. (0361) 488126, 7440078.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 08.00, 10.00, 18.00
GKY LUBUK LINGGAU
- 30 November 1997 Jl. Bukit Barisan 13, Lubuk Linggau 31622. Telp. (0733) 323989.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 17.00
GKY MAKASSAR - 3 Oktober 1993 Jl. Andalas 57-59, Makassar 90517. Telp. (0411) 3652424, 3652526, 3624466.
Fax (0411) 3652444.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 18.00
GKY MANGGA BESAR
- 3 Juni 1945 Jl. Mangga Besar I No. 74, Jakarta 11180. Telp. (021) 6399585. Fax (021) 6499261.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.00, 09.30, 17.00
English Worship Service : Minggu, Pk. 09.30
GKY MEDAN
- 10 November 2006 -
Jl. Thamrin No. 53 No. 13, Medan 20232. Telp. (061) 4550678. Fax (061) 4550677.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 10.30
GKY MUARA BARU
- 1 Januari 1995 Jl. Pluit Raya Selatan, Ruko Grand Pluit Mall Blok B No.7-8, Muara Baru, Jakarta 14450. Telp. (021) 6613711
Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 10.00
GKY NIAS
- 18 Juli 2010 Jl. Baluse No. 6, Km 2,5 Simpang Megahill, Gunung Sitoli, Nias 22815. Telp. (0639) 21253.
Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 09.00
GKY PALEMBANG
- 22 Juli 1984 Jl. Krakatau 445/129, Palembang 30125. Telp. (0711) 314037. Fax (0711) 350476.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00
GKY PALOPO
- 12 Juni 1995 Jl. Durian 79, Palopo 91921. Telp. (0471) 22201.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 17.00
GKY PAMULANG
- 14 Februari 1993 Jl. Reny Jaya Blok S-IV/15, Pamulang, Tangerang 15416. Telp. (021) 7434179.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 17.00
GKY PANTAI INDAH KAPUK
- 8 Februari 2009 Jl. Pantai Indah Selatan II Blok V No. 1C, Pantai Indah Kapuk, Jakarta 14460.Telp. (021) 33393737.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00,
GKY PEKANBARU
- 15 Januari 2006 Jl. Tuanku Tambusai, Komp. Puri Nangka Sari F10-11, Pekanbaru 28000.
Telp. (0761) 571132. Fax (0761) 571142.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 10.00
GKY PLUIT
- 13 Januari 1974 Jl. Pluit Permai Dalam I No. 9, Jakarta 14450. Telp. (021) 6696826. Fax (021) 6621312.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.00, 09.30, 17.00
- 8 Februari 2009 Jl. Pantai Indah Selatan II Blok V No. 1C, Pantai Indah Kapuk, Jakarta 14460.Telp. (021) 33393737.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00,
74
GKY PONTIANAK
- 18 November 2007 Komp. Ruko Ahmad Yani, Sentra Bisnis Megamal G21-22, Pontianak 78124.
Telp. (0561) 743930. Fax (0561) 743931. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk.10.00, Pk.17.00
GKY PURI INDAH
- 6 Oktober 1991 Jl. Kembang Elok VI Blok I No. 9, Jakarta 11610. Telp. (021) 58300321 (hunting). Fax (021) 58300320.
Kebaktian Umum I, II, III, IV : Minggu, Pk. 06.30, 08.00, 10.30, 17.00
GKY SIANTAN
- 29 September 1996 Jl. Gusti Situt Machmud Gg. Selat Karimata II Blok G No.7-8, Pontianak 78242, Telp. (0561) 885897
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 17.00
GKY SINGAPURA
- 29 Jun 2008 Grace (Singapore Chinese Christian) Church, 14 Queen Street, nearest MRT: Bras Basah MRT, Singapore
188536. Mobile : +65 9761 0900
- Kebaktian Umum I: Minggu, Pk.10.00.
Le Danz, 222 Queen Street #01-01/02, Singapore 188550.
- Kebaktian Umum II: Minggu, Pk.14.30.
Grace (Singapore Chinese Christian) Church, 14 Queen Street, nearest MRT: Bras Basah MRT, Singapore
188536. Mobile : +65 9761 0900
GKY SUNTER
- 13 Juli 1986 Jl. Metro Kencana VI Blok Q No.43, Jakarta 14350. Telp. (021) 65831877. Fax (021) 65831871.
Kebaktian Umum I, II & IV, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00
GKY SURABAYA
- 4 November 2007 Jl. Pemuda 19-21, Grand Surabaya Hotel (Ex Garden Hotel Lama), sebelah Bank Mandiri, depan Wisma BII,
Surabaya. Telp. (031) 5995399
Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 09.00
GKY SYDNEY
- 8 Maret 2009 UTS Haymarket CM05C.01.31 (Building 5C, Level 1, Lecture Theatre 31), 31 Quay Street - Haymarket
(di sebelah pintu masuk Market City parking). Sydney, Australia, NSW 2000.
Mobile : +61 0425888915. Home : +61 0280655180
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 09.00, 11.00
GKY TANJUNG PINANG
Jl. Ir. Sutami No. 59, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Telp. (021) 6613422/23. Fax (021) 6680882.
Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 16.00
GKY TELUK GONG - 2 November 1986 Jl. Teluk Gong Raya No.1, Jakarta 14450. Telp. (021) 6613422/23. Fax (021) 6680882.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00
GKY VILLA TANGERANG INDAH
- 25 Desember 1994 Villa Tangerang Indah Blok EF 1 No. 2-4, Tangerang 15132. Telp. (021) 5513267. Fax (021) 5532852.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 18.00
GKY YOGYAKARTA
- 15 September 1996 Auditorium Sekolah Bhinneka Tunggal Ika, Jl. Kranggan No. 11A, Yogyakarta 55233.
Sekretariat : Jl. Kranggan No. 7, Yogyakarta 55233. Telp. (0274) 7110147. Fax (0274) 6415509.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00
75
Download