ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga SKRIPSI PENGARUH KADAR ASAM OLEAT PADA SISTEM NLC DENGAN LIPID SETIL ALKOHOL : ASAM OLEAT DIBANDINGKAN DENGAN SLN TERHADAP LAJU PELEPASAN APMS AFINA F A 051111074 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA DEPARTEMEN FARMASETIKA SURABAYA 2015 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga SKRIPSI PENGARUH KADAR ASAM OLEAT PADA SISTEM NLC DENGAN LIPID SETIL ALKOHOL : ASAM OLEAT DIBANDINGKAN DENGAN SLN TERHADAP LAJU PELEPASAN APMS AFINA F A 051111074 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA DEPARTEMEN FARMASETIKA SURABAYA 2015 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi saya dengan judul “Pengaruh Kadar Asam Oleat Pada Sistem NLC Dengan Lipid Setil Alkohol : Asam Oleat Dibandingkan dengan SLN Terhadap Laju Pelepasan APMS” untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet, digital library Perpustakaan Universitas Airlangga atau media lain untuk kepentingan akademik sebatas dengan Undang- Undang Hak Cipta. Demikian pernyataan persetujuan publikasi skripsi ini saya buat dengan sebenarnya. Surabaya, September 2015 Afina F. A NIM.05111074 ii Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Afina F. A Nim : 05111074 Fakultas : FARMASI Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil tugas akhir yang saya tulis dengan judul : Pengaruh Kadar Asam Oleat Pada Sistem NLC Dengan Lipid Setil Alkohol : Asam Oleat Dibandingkan dengan SLN Terhadap Laju Pelepasan APMS Adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari diketahui bahwa skripsi ini menggunakan data fiktif atau hasil plagiarisme, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan kelulusan dan atau pencabutan gelar yang saya peroleh. Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Surabaya, September 2015 Afina F. A NIM.051111074 iii Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga Lembar Pengesahan PENGARUH KADAR ASAM OLEAT PADA SISTEM NLC DENGAN LIPID SETIL ALKOHOL: ASAM OLEAT DIBANDINGKAN DENGAN SLN TERHADAP LAJU PELEPASAN APMS SKRIPSI Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga 2015 Oleh : AFINA F A NIM : 051111074 Skripsi ini telah disetujui oleh: Pembimbing Utama Pembimbing Serta Prof. Dr.Widji Soeratri, DEA, Apt. Dr. Noorma Rosita, Apt., M.Si NIP. 195110061977092001 NIP. 196512251991022001 iv Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karuniaNya sehingga diselesaikannya penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Kadar Asam Oleat Pada Sistem NLC Dengan Lipid Setil Alkohol: Asam Oleat Dibandingkan dengan SLN Terhadap Laju Pelepasan APMS” untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Selama penyelesaian skripsi ini dukungan dan dorongan yang diberikan sangat membantu dalam menghadapi masalah dan hambatan yang ada. Pada kesempatan ini ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. Prof. Dr. Widji Soeratri, DEA, Apt. selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktu untuk membimbing 2. Dr. Noorma Rosita, M.Si selaku pembimbing serta yang telah memberikan mencurahkan waktu dan ilmu yang sangat bermanfaat selama proses pengerjaan skripsi 3. Dr. Tristiana Erawati, M.Si. dan Dr. Dwi Setyawan, M. Si.,selaku dosen penguji yang memberikan banyak masukan 4. Prof Dr. Tutuk Budiati M.S. Apt. selaku dosen wali yang telah banyak membimbing saya selama empat tahun ini 5. Seluruh dosen dan staff Departemen Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas Airlangga 6. Rekan-rekan SLN-NLC APMS ’15 (M. Kemal Indra, Nur Sukma Aini R, Fransisca Dita M, Angguni A. S) yang telah bekerjasama dan sangat banyak membantu dalam proses pengerjaan skripsi v Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 7. Teman- teman Lab Farmasetika beserta kakak-kakak S2 (Mbak Ushie, Mbak Nurul, Mbak Karin, dan Mas Teguh) 8. Teman- teman kelas C 2011 (CTM) yang teristimewa Natasha Era, Meida Ayu, Alfiah Rizqi, Naili Uswatun, dan Anggita Dian. Terima kasih atas semangat yang diberikan 9. Oktavia Indah Ambarsari sebagai sejawat terkasih, atas dukungan, bantuan, dan kebersamaan selama masa kuliah 10. Dewi, Nubila, Najmah, Glaveria, Riska, Shafitri, dan Imroatus sebagai sahabat terkasih dan penopang dibalik layar 11. Andre Maulana, kakak dan sahabat terbaik yang selalu berbagi dan menasihati. 12. Kedua orang tua tercinta, Moh Rumli dan Lutfiyah, atas pengertian, pengorbanan dan kasih sayang dalam mendidik saya 13. Seluruh pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dibidang farmasi. Terima kasih atas segala kritik dan saran yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini. Surabaya, September 2015 Penulis, vi Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga RINGKASAN PENGARUH KADAR ASAM OLEAT PADA SISTEM NLC DENGAN LIPID SETIL ALKOHOL : ASAM OLEAT DIBANDINGKAN DENGAN SLN TERHADAP LAJU PELEPASAN APMS AFINA F. A. Nanostructured Lipid Carrier (NLC) merupakan sistem penghantaran obat baru hasil pengembangan dari Solid Lipid Nanoparticle (SLN) dimana keduanya memiliki banyak keistimewaan. Konsep NLC dikembangkan untuk memperbaiki beberapa permasalahan yang timbul pada sistem SLN yaitu jumlah penjerapan obat yang terlalu rendah, keluarnya obat dari sistem selama penyimpanan, dan kandungan air yang terlalu tinggi pada dispersi SLN (Müller et al., 2002). Pada penelitian ini dibuat sistem SLN dan NLC dengan kadar lipid 10% yang terdiri dari lipid setil alkohol dan asam oleat. APMS digunakan sebagai model obat yang dijerap dalam sistem SLN dan NLC. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas sistem SLN dan NLC dalam hal ini laju pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC pada setiap formula. Sistem SLN tidak mengandung asam oleat dan sistem NLC dibuat dengan perbedaan rasio setil alkohol : asam oleat 9,5:0,5; 9:1; dan 8,5;1,5. Penggunaan asam oleat sebagai minyak dalam NLC berperan penting dalam menurunkan proses kristalisasi dan meningkatkan penurunan modifikasi keteraturan kristal asam stearat, serta merupakan faktor utama yang mempengaruhi kecepatan pelepasan bahan aktif dalam sistem NLC (Woo et al., 2014). Sistem SLN dan NLC dibuat dengan cara panas menggunakan metode High Shear Homogenization. Evaluasi karakteristik yang dilakukan pada sistem SLN dan NLC adalah pemeriksaan organoleptis, ukuran partikel, pH, viskositas, dan efisiensi penjebakan. Pada pemeriksaan ukuran partikel sistem NLC dengan kadar asam oleat tertinggi (1,5%) memiliki ukuran partikel terkecil yaitu 1347,03 ± 196,01 nm pada formula base dan 276,8 ± 49,43 nm pada formula dengan APMS. SLN memiliki ukuran paling besar yaitu 2267,67 ± 222,72 nm vii Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga pada formula base dan 2336,4 ± 1118,203 nm pada formula dengan APMS. pH seluruh formula berada pada rentang 3,96-4,13. Adapun nilai viskositas seluruh formula berada pada rentang 800-1200 cps. Efisiensi penjebakan terbesar terdapat pada formula NLC-APMS dengan kadar asam oleat terbesar (1,5%) yaitu 27.60± 0.4229 % dan terkecil adalah SLN-APMS 13.463 ± 0.2953. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran laju pelepasan (flux) APMS dari sistem SLN dan NLC menggunakan perangkat uji disolusi Apparatus 5-Paddle Over disk. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan statistik ANOVA satu arah diperoleh harga laju pelepasan (flux) keempat formula tidak memiliki perbedaan bermakna. viii Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRACT EFFECTS OF OLEIC ACID IN NLC SYSTEM WITH CETYL ALCOHOL : OLEIC ACID AS LIPID COMPARED WITH SLN SYSTEM ON RELEASE PROFILE OF PMCA AFINA F A Nanostructured lipid carriers (NLC) was the second generation of Solid Lipid Nanoparticles (SLN) that was developed by mixing solid lipid and liquid lipids. This concept has some advanteges such as giving more modulation of drug release, increasing drug loading and prevent its leakage. In this study, p-methoxycinnamic (PMCA), cetyl alcohol (CA) and oleic acid (OA) was used as lipids that aimed to investigate the influence of increasing OA ratio on release of PMCA from SLN and NLCs system. Tween 80 was used as surfactant and propylene glycol as co-surfactant. SLN and NLC were prepared by hot High Shearing Homogenization (HSH) technique. SLN and NLC were evaluated on particle size, pH, viscosity, and entrapment efficiency (EE). NLC with highest OA (1,5%) hs the smallest particle size 1347,03 ± 196,01 nm for NLC base 276,8 ± 49,43 nm for NLC-PMCA. EE was significantly influenced by OA content. NLC-PMCA with 1,5% OA has the highest EE (27.60± 0.4229 %). The release study of SLN-PMCA and NLC-PMCA were evaluated using USP dissolution Aparatus 5-Paddle Over Disk. Based on statistical analysis using ANOVA One Way, it showed there were no significant differences between flux of SLN-PMCA and NLCsPMCA with different content of OA. Keyword : NLC, SLN, Drug Release, Oleic Acid (OA), Cetyl Alcohol (CA), Drug release ix Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .............................................................................. v RINGKASAN ........................................................................................ VII ABSTRACT ............................................................................................ IX DAFTAR GAMBAR ............................................................................. XII DAFTAR TABEL ................................................................................ XIV DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... XV BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 5 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 5 1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6 2.1 Nanostructured Lipid Carriers (NLC) ......................................... 6 2.1.1 Kelebihan dan kekurangan ...................................................... 6 2.1.2 Komponen penyusun ............................................................... 7 2.1.3 Teknik pembuatan ................................................................... 8 2.1.4 Karakterisasi NLC ................................................................. 11 2.2 Pelepasan ................................................................................... 14 2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan........................ 17 2.2.2 Uji pelepasan ......................................................................... 18 2.3 Asam p-Metoksisinamat ............................................................ 19 2.4 Setil alkohol ............................................................................... 20 2.5 Asam oleat ................................................................................. 21 2.6 Tween 80.................................................................................... 21 2.7 Propilenglikol ............................................................................. 23 BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ................................................. 25 3.1 Uraian Kerangka Konseptual ..................................................... 25 3.2 Kerangka Konseptual ................................................................. 28 BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................... 29 4.1 Bahan Penelitian ........................................................................ 29 4.2 Alat Penelitian............................................................................ 29 4.3 Prosedur Penelitian .................................................................... 30 4.3.1 Analisis kualitatif bahan penelitian ....................................... 32 4.3.2 Pembuatan kurva baku APMS dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 .............................................................................................. 33 4.3.3 Pembuatan kurva baku APMS dalam larutan dapar fosfat .... 34 4.3.4 Pembuatan NLC .................................................................... 36 4.3.5 Uji homogenitas dan perolehan kembali APMS dalam sistem SLN dan NLC ..................................................................................... 39 x Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 4.3.6 Uji karakteristik NLC ............................................................ 39 4.3.7 Uji pelepasan APMS dari sistem NLC .................................. 41 4.4 Analisis Data .............................................................................. 44 4.4.1 Perhitungan parameter pelapasan APMS dari sistem NLC ... 44 4.4.2 Analisis statistika ................................................................... 45 BAB V HASIL PENELITIAN................................................................ 46 5.1 Pemeriksaan Kualitatif Bahan Penelitian ................................... 46 5.1.1 Pemeriksaan kualitatif APMS................................................ 46 5.1.2 Pemeriksaan kualitatif setil alkohol ....................................... 48 5.1.3 Pemeriksaan kualitatif asam oleat ......................................... 49 5.2 Penentuan kurva baku APMS .................................................... 51 5.2.1 Kurva baku dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 ............. 51 5.2.2 Kurva baku dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05 ........... 53 5.3 Pemeriksaan pengaruh bahan tambahan terhadap serapan APMS 55 5.4 Hasil uji homogenitas dan peroleh kembali APMS dalam sistem SLN maupun NLC .................................................................................. 56 5.5 Penentuan Karakteristik Sistem SLN-NLC APMS .................... 56 5.5.1 Hasil pemeriksaan organoleptis sistem SLN-NLC APMS .... 56 5.5.2 Hasil pengukuran ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS . 57 5.5.3 Hasil pengukuran polydispersity index (pi) ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS .................................................................... 58 5.5.4 Hasil pengukuran pH sistem SLN-NLC ................................ 60 5.5.5 Hasil penentuan viskositas sistem SLN-NLC ........................ 60 5.5.6 Hasil penentuan efisiensi penjebakan sistem SLN-NLC APMS 61 5.6 Hasil Uji Pelepasan APMS dari Sistem SLN-NLC ................... 62 5.6.1 Penentuan profil pelepasan .................................................... 62 5.6.2 Hasil perhitungan laju pelepasan (fluks) apms dari sistem SLN-NLC ........................................................................................... 62 BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................... 65 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 70 7.1 Kesimpulan ................................................................................ 70 7.2 Saran .......................................................................................... 70 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 71 xi Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Tipe struktur NLC (Mäder, 2006) ....................................... 14 Gambar 2. 2 Struktur Asam p-Metoksisinamat ........................................ 19 Gambar 2. 3 Struktur Setil Alkohol ......................................................... 20 Gambar 2. 4 Struktur Asam Oleat ............................................................ 21 Gambar 2. 5 Struktur Tween 80 ............................................................... 22 Gambar 2. 6 Struktur Propilenglikol ........................................................ 23 Gambar 3. 1 Skema Kerangka Konseptual .............................................. 28 Gambar 4. 1 Skema Kerja Penelitian ....................................................... 31 Gambar 5. 1 Hasil pemeriksaan spektra IR APMS .................................. 46 Gambar 5. 2 Spektra IR APMS berdasarkan pustaka............................... 47 Gambar 5. 3 Termogram DTA APMS ..................................................... 47 Gambar 5. 4 Hasil pemeriksaan spektra IR setil alkohol ......................... 48 Gambar 5. 5 Spektra IR setil alkohol berdasarkan pustaka ...................... 49 Gambar 5. 6 Termogram DTA setil alkohol ............................................ 49 Gambar 5. 7 Hasil pemeriksaan spektra IR asam oleat ............................ 50 Gambar 5. 8 Spektra IR asam oleat berdasarkan pustaka ........................ 50 Gambar 5. 9 Profil serapan larutan baku kerja APMS pada larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 ........................................................................... 52 Gambar 5. 10 Kurva baku serapan APMS dalam larutan dapar asetat pH 4.2 ± 0.2........................................................................................... 52 Gambar 5. 11 Profil serapan larutan baku kerja APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05 ............................................................... 53 Gambar 5. 12 Kurva baku serapan APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05......................................................................................... 54 Gambar 5. 13 Serapan larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2, APMS, SLN base, NLC base, SLN APMS, dan NLC APMS dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 ........................................................................... 55 Gambar 5. 14 Serapan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05, APMS, SLN base, NLC base, SLN APMS, dan NLC APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 ........................................................................ 55 xii Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga Gambar 5. 15 Diagram ukuran partikel sistem SLN dan NLC APMS dengan lipid 10% (setil alkohol:asam oleat) .................................... 58 Gambar 5. 16 Diagram homogenitas ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS dengan lipid 10% (setil alkohol:asam oleat) ........................ 59 Gambar 5. 17 Diagram efisiensi penjebakan sistem SLN dan NLC APMS ......................................................................................................... 61 Gambar 5. 18 Kurva hubungan antara waktu (menit) dan jumlah kumulatif APMS yang lepas dari sistem SLN maupun NLC .......... 63 Gambar 5. 19 Histogram laju pelepasan APMS dari sistem SLN maupun NLC ................................................................................................. 64 xiii Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR TABEL Tabel IV. 1 Larutan Baku Kerja APMS dalam dapar asetat pH 4,2 ± 0,234 Tabel IV. 2 Larutan Baku Kerja APMS dalam Dapar Fosfat pH 7,2 ± 0,05 ......................................................................................................... 35 Tabel IV. 3 Formulasi Sistem NLC ......................................................... 36 Tabel V. 1 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel APMS ........................... 47 Tabel V. 2 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel setil alkohol .................. 48 Tabel V. 3 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel asam oleat ..................... 50 Tabel V. 4 Nilai serapan APMS pada berbagai kadar dalam larutan dapar asetat pH 4.2 ± 0.2 pada panjang gelombang maksimum 304,0 nm52 Tabel V. 5 Nilai serapan APMS pada berbagai kadar dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05 pada panjang gelombang maksimum 285,0 nm ......................................................................................................... 54 Tabel V. 6 Hasil perolehan kembali APMS dalam sistem SLN-NLC dengan lipid setil alkohol:asam oleat .............................................. 56 Tabel V. 7 Hasil pemeriksaan organoleptis sistem SLN-NLC APMS dengan lipid setil alkohol:asam oleat .............................................. 57 Tabel V. 8 Ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS .............................. 58 Tabel V. 9 Homogenitas ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS......... 59 Tabel V. 10 pH sistem SLN-NLC APMS ................................................ 60 Tabel V. 11 Viskositas sistem SLN-NLC APMS .................................... 60 Tabel V. 12 Efisiensi Penjebakan Sistem SLN-NLC APMS ................... 61 Tabel V. 13 Hasil Uji HSD Efisiensi Penjerapan ..................................... 62 Tabel V. 14 Laju pelepasan APMS dalam sistem SLN-NLC .................. 63 Tabel V. 15 Hasil uji ANOVA satu arah laju pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC.................................................................................. 64 xiv Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Sertifikat Analisis APMS ................................................ 74 LAMPIRAN 2 Sertifikat analisis Asam Oleat ......................................... 75 LAMPIRAN 3 Sertifikat Analisis Setil Alkohol ...................................... 76 LAMPIRAN 4 Sertifikat Analisis Tween 80 ........................................... 77 LAMPIRAN 5 Sertifikat Analisis Propilenglikol .................................... 78 LAMPIRAN 6 Sertifikat Analisis Natrium Asetat................................... 79 LAMPIRAN 7 Sertifikat Analisis Asam Asetat Glasial .......................... 80 LAMPIRAN 8 Sertifikat Hasil Uji Viskositas Sistem SLN-NLC APMS 81 LAMPIRAN 9 Tabel Efisiensi Penjebakan ............................................. 82 LAMPIRAN 10 Hasil Uji pelepasan APMS dari Sistem SLN dan NLC . 83 LAMPIRAN 11 Data Hasil Pengolahan Statistik ANOVA Satu Arah .... 97 LAMPIRAN 12 Tabel Hasil Pengukuran Ukuran Partikel Rata-Rata Sistem SLN-NLC APMS .............................................................. 100 LAMPIRAN 13 Tabel Hasil Pengukuran pH sediaan SLN-NLC APMS ....................................................................................................... 101 xv Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanostructured penghantaran obat Lipid baru Carrier hasil (NLC) pengembangan merupakan dari Solid sistem Lipid Nanoparticle (SLN) dimana keduanya memiliki banyak keistimewaan. Kedua sistem ini memberikan sifat adesif yang sangat berperan penting dalam menimbulkan sifat oklusifitas, efek hidrasi pada kulit, peningkatan absorbsi dan penetrasi aktif, serta efek pelepasan terkendali. Konsep NLC dikembangkan untuk memperbaiki beberapa permasalahan yang timbul pada sistem SLN yaitu jumlah penjerapan obat yang terlalu rendah, keluarnya obat dari sistem selama penyimpanan, dan kandungan air yang terlalu tinggi pada dispersi SLN (Müller et al., 2002). NLC memberikan fleksibilitas yang lebih baik dalam memodulasi pelepasan obat, meningkatkan jumlah penjerapan obat, dan menghindari kebocoran penjerapan. Pada NLC, campuran lipid padat dan lipid cair menghasilkan bentuk padat pada suhu kamar hingga suhu 40ºC. (Souto and Müller, 2007). Selain itu, sistem nanopartikel dengan ukuran partikelnya yang sangat kecil terbukti memiliki kemampuan dalam mempertahankan stabilitas fisika dan kimia dari bahan aktif dan menjamin kontak antara bahan aktif dan kulit dan penetrasi bahan aktif ke dalam kulit. (Li and Ge, 2012). Sifat-sifat bahan yang digunakan dalam penyusunan sistem NLC sangat berpengaruh pada karakter fisika kimia, stabilitas, dan pelepasan yang diperoleh. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam 1 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 2 pemilihan fase lipid yang akan digunakan, diantaranya jarak titik lebur, morfologi kristal, viskositas, dan polaritas (Qian et al., 2011). Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan karakterisasi sistem SLN-APMS dimana SLN dengan lipid setil alkohol dapat menghasilkan efektifitas penjerapan 68,54% dan ukuran partikel 119,25 nm, sementara SLN yang dibuat dari lipid asam stearat memiliki efektifitas penjerapan 58,8% dan ukuran partikel dalam rentang 575-2107 nm (Rahmawan et al., 2012). APMS merupakan salah satu konstituen yang terkandung dalam minyak atsiri dalam rimpang kering tanaman kencur (Kaempferia galanga) yang dilaporkan memiliki aktivitas analgesik dan antiinflamasi (Vittalrao et al., 2011). Mekanisme kerja APMS sebagai antiinflamasi adalah melalui hambatan enzim sikolooksigense (COX) 1 dan 2 (Ekowati dan Diyah, 2010). Sebagai antiinflamasi, profil pelepasan prolonged release diharapkan dapat meningkatkan efektivitas APMS. Pada penelitian ini, dilakukan penjerapan APMS dalam sistem penghantaran SLN dan NLC yang keduanya memiliki perbedaan pada ada tidaknya lipid cair. Danya lipid cair/minyak dalam sistem NLC diharapkan dapat meningkatkan efektivitas penjerapan APMS di dalam matriks lipid sehingga dapat memberikan profil pelepasan prolonged release yang lebih optimal. Salah satu lipid cair yang telah sering digunakan dalam kombinasi matriks lipid NLC adalah asam oleat. Penggunaan asam oleat sebagai minyak dalam NLC berperan penting dalam menurunkan proses kristalisasi dan meningkatkan penurunan modifikasi keteraturan kristal asam stearat, serta merupakan faktor utama yang mempengaruhi kecepatan pelepasan bahan aktif dalam sistem NLC. Perbedaan titik lebur antara lipid padat dan lipid cair menyebabkan proses kristalisasi lipid Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 3 padat terjadi lebih awal dan menyebabkan lipid cair berada pada bagian luar matriks bersama bahan obat dan membentuk drug-enrich shell yang dapat memicu profil pelepasan segera (Hu et al., 2005). Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Woo et al., (2014), hasil analisis Differential Scanning Calorimetry (DSC) menunjukkan keberadaan asam oleat pada matriks asam stearat dapat mengacak susunan kisi kristal yang mengakibatkan penurunan derajat keteraturan kristal dan hal tersebut berakibat pada peningkatan efisiensi penjerapan. Selain lipid padat dan lipid cair, komponen penyusun sistem NLC adalah emulgator. Dalam memilih emulgator harus memperhatikan tegangan antarmuka, kinetika adsorbsi, kemampuan dalam menginterfensi pertumbuhan kristal dan nukleasi, serta kemampuan dalam mencegah agregasi partikel (Qian et al., 2011). Seluruh jenis surfaktan non ionik memiliki potensi kecil dalam menimbulkan sensitivitas kulit oleh karena itu jenis surfaktan ini sangat direkomendasikan untuk penggunaan dermal (Kovacevic et al., 2011). Salah satu contoh surfaktan non ionik yang aman dan sering digunakan dalam sediaan farmasi adalah tween 80. Untuk meningkatkan stabilitas droplet yang dihasilkan, penggunaan kosurfaktan sangat bermanfaat. Propilenglikol merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai kosurfaktan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Loo et al., (2012), NLC dengan propilenglikol menghasilkan ukuran partikel lebih kecil, memiliki persentase peningkatan hidrasi kulit lebih besar, dan menurunkan Transepidermal Water Loss (TEWL) daripada NLC tanpa propilenglikol. Sementara menurut Chanana and Sheth dalam Loo et al. (2012) bahwa propilenglikol dalam emulsi membantu menurunkan ukuran partikel dan meningkatkan stabilitas fisika disebabkan oleh peningkatan viskositas emulsi. Keuntungan penggunaan propilenglikol, selain dapat berfungsi Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 4 sebagai kosurfaktan, propilenglikol juga dapat berfungsi sebagai enhancer. Kombinasi antara sistem NLC yang memiliki sifat oklusif dengan enhancer yang dapat memodifikasi stratum korneum sebagai barier kulit yang utama, merupakan cara yang menjanjikan dalam penghantaran obat melalui kulit (Vitorino et al., 2013). Profil pelepasan obat merupakan suatu parameter penting untuk desain dan evaluasi suatu sistem penghantaran obat (Mühlen et al., 1997). Modifikasi profil pelepasan obat sebagai fungsi dari matriks lipid, kadar surfaktan, dan parameter produksi dapat mungkin dilakukan untuk mendapatkan profil pelepasan yang diinginkan. Dengan mengetahui pengaruh faktor-faktor tersebut profil pelepasan obat dari NLC dapat dibuat menjadi pelepasan tertunda, pelepasan dipercepat, atau keduanya jika diinginkan terdapat dosis inisial pada penggunaan obat (Müller et al., 2000). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hu et al. (2005), konsentrasi asam oleat di bawah 15% dalam kombinasi bersama asam stearat pada sistem NLC merupakan faktor utama yang mempengaruhi profil pelepasan obat pada tahap awal pelepasan, sementara konsentrasi asam oleat 30% merupakan konsentrasi optimal yang dapat memberikan efisiensi penjerapan 69,95% dengan kapasitas muatan 3,5%. Berdasarkan uraian tersebut, maka pada penelitian ini dilakukan uji pelepasan pada sistem penghantaran Solid Lipid Nanoparticle (SLN) dan Nanostructured Lipid Carrier (NLC) dengan kadar lipid 10% terdiri dari setil alkohol dan asam oleat dengan rasio yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kadar asam oleat pada profil peleasan APMS dari sistem SLN dan NLC. Sebagai surfaktan digunakan Tween 80 dan sebagai kosurfaktan digunakan propilenglikol. Dengan kombinasi tersebut, diharapkan terbentuk sistem NLC yang dapat melepas APMS dalam dua fase, yaitu pelepasan segera dan pelepasan diperlama Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 5 (Müller et al., 2002) sehingga efektifitas APMS sebagai analgesik antiinflamasi dapat ditingkatkan. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh kadar asam oleat pada pelepasan APMS dari sistem SLN maupun NLC dengan kadar lipid 10% yang terdiri dari setil alkohol : asam oleat (10:0; 9,5:0,5; 9:1; dan 8,5:1,5), tween 80, dan propilenglikol? 1.3 Tujuan Penelitian Menentukan parameter pelepasan APMS dari sistem SLN maupun NLC dengan kadar lipid 10% yang terdiri dari setil alkohol : asam oleat (10:0; 9,5:0,5; 9:1; dan 8,5:1,5), tween 80, dan propilenglikol. 1.4 Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan ilmiah dalam pengembangan formulasi sediaan topikal APMS dengan sistem penghantaran NLC sehingga dapat meningkatkan efektifitas APMS sebagai analgesik antiinflamasi. Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanostructured Lipid Carriers (NLC) Nanostructured Lipid Carriers (NLC) adalah sistem penghantaran dimana partikel lipid parsial-kristal berjari-jari ≤100 nm tersebar dalam fase air yang mengandung pengemulsi, sebagai sistem penghantaran yang potensial dan memiliki beberapa keuntungan dalam keadaan tertentu bila dibandingkan dengan sistem koloid lainnya (Tamjidi et al., 2013). Matriks NLC merupakan campuran molekul lipid spasial yang berbeda, biasanya campuran lipid padat dan cair, yang membuat susunan kristal matriks yang lebih tidak sempurna untuk mengakomodasi molekul obat lebih dari SLN dan tetap dalam wujud padat pada suhu kamar meski mengandung lipid cair/minyak (Chen et al., 2010). Sistem NLC membentuk sebuah platelet padat dengan minyak yang nampak diantara platelet padat dan lapisan surfaktan (Mäder, 2006). 2.1.1 Kelebihan dan kekurangan Sebagai sistem penghantaran obat, NLC memiliki beberapa kelebihan diantaranya : 1. Struktur NLC (tipe imperfection, amorf, dan multiple) dapat mengakomodasi lebih banyak obat dan menurunkan resiko kebocoran selama penyimpanan dibandingkan dengan SLN (Zhuang et al., 2010). 2. Memberikan perlindungan terhadap bahan-bahan yang labil secara kimia dengan mencegah degradasi kimia. 3. Menurunkan jumlah air dalam partikel emulsi. 6 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 7 4. NLC dengan ukuran partikelnya yang kecil menjamin kontak antara bahan aktif dan menjamin penetrasi obat kedalam kulit (Li and Ge, 2012). 5. Membentuk lapisan tipis pada permukaan kulit sehingga memiliki efek controlled ucclusion dan skin hidration. 6. Meningkatkan biovailabilitas bahan aktif di kulit dan dapat membentuk skin targeting sistem. 7. Memberikan stabilitas fisika untuk formulasi topikal (Müller et al., 2007). 2.1.2 a. Komponen penyusun Lipid Padat dan Lipid Cair Istilah lipid secara umum digunakan untuk struktur trigliserida, gliserida, asam lemak, steroid, dan lilin (Mäder, 2006). Manfaat penggunaan lipid sebagai sistem penghantaran obat untuk rute topikal adalah sifat lipid yang dapat ditoleransi dengan baik , menurunkan resiko iritasi lokal, dan memiliki toksisitat yang rendah. Pada sistem NLC, digunakan kombinasi lipid padat (lemak) dan lipid cair (minyak) yang termasuk dalam kategori Generally Recognized as Safe Status (GRAS) seperti tristearin, campuran mono-, di-, dan triasilgliserol, asam lemak, dan beeswax (Souto and Müller, 2007). Adanya minyak atau lipid cair pada sistem NLC ini memberikan kelebihan sistem NLC dalam hal penjebakan obat karena pada umumnya bahan obat lebih larut dalam minyak daripada lipid padat (Tamjidi et al., 2013) dan adanya minyak dapat menurunkan keteraturan kisi kristal matriks lipid disebabkan oleh perbedaan panjang rantai karbon lipid pada dan minyak (Souto and Müller, 2007). Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 8 b. Emulgator Beberapa jenis emulgator yang telah banyak digunakan untuk membentuk sistem NLC adalah jenis poloxamer, polisorbat, lesitin, dan asam empedu. Diketahui bahwa kombinasi emulgator dapat menurunkan aglomerasi partikel secara signifikan (Mäder, 2006). Jenis emulgator dapat mempengaruhi kecepatan pelepasan obat dalam sistem NLC. Pada penelitian yang dilakukan oleh Chen et al., (2010) menunjukkan bahwa sistem NLC yang menggunakan emulgator soybean phosphatidylcholine (SPC) memberikan pelepasan yang lebih lambat dibanding dengan Myverol, sementara untuk efektivitas penjebakan, Myverol memberikan penjebakan yang lebih besar dibanding SPC. Penggunaan Polyhidroxy surfactant sebagai emulgator pada konsentrasi 1% (b/b) dapat menghasilkan diameter partikel rata-rata 200 nm dan kecenderungan kristalisasi partikel meningkat sejalan dengan peningkatan panjang rantai hidrofilik jenuh dari surfaktan. (Kovacevic et al., 2011). 2.1.3 a. Teknik pembuatan High Shear Homogenization and Ultrasound Metode ini merupakan teknik dispersi yang mudah dan paling sering digunakan. Pada metode ini leburan lipid didispersikan pada fase air pada suhu yang sama dengan pengadukan mekanik atau sonikasi (Singhal et al., 2011). Terdapat pengaruh kecepatan pengadukan, waktu emulsifikasi, dan kondisi pendinginan terhadap ukuran partikel dan nilai zeta potensial. Peningkatan kecepatan pengadukan lebih berpengaruh pada nilai Polydispersity Index (PI) dibanding pada penurunan ukuran partikel. Dengan metode ini, Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 9 kualitas dispersi masih kurang baik karena masih dijumpai mikropartikel dan untuk penggunaan metode ultrasound, terdapat kemungkinan kontaminasi logam (Mäder, 2006). b. High Pressure Homogenization Metode High Pressure Homogenization menggunakan tekanan tinggi (100-2000 bar) untuk mendorong lipid cair melalui celah sempit. Pada umumnya konsentrasi lipid yang digunakan 5 sampai 10%. Pada metode ini digunakan shear stress dan cavitation sebagai gaya yang dapat merubah pertikel menjadi ukuran submikron. Terdapat dua pendekatan dalam proses pembentukan sistem NLC menggunakan metode HPH, yaitu Hot Homegenization Technique dan Cold Homegenization Technique. Pada kedua teknik ini, pertama obat dilarutkan atau didispersikan pada lipid yang dileburan pada suhu 5-10º C diatas titik leburnya. Pada Hot Homegenization Technique, bahan aktif yang telah didispersikan pada lelelah lipid didispersikan pada larutan surfaktan encer pada suhu yang sama dengan pengadukan menggunakan high shear device seperti Ultra-Turrax sehingga membentuk pre-emulsi lalu dihomogenkan menggunakan piston gap homogenizer untuk membentuk nanoemulsi o/w panas dan didinginkan pada suhu kamar. Pada suhu kamar, lipid akan mengalamai rekristalisasi dan membentuk nanopartikel. Pada Cold Homegenization Technique terdapat perbedaan cara pendinginan dengan Hot Homegenization Technique. Pada Cold Homogenization Technique, leburan lipid yang telah berisi bahan aktif didinginkan secara cepat menggunakan es atau nitrogen cair. Keuntungan dari teknik ini adalah untuk mencegah degradasi bahan aktif oleh panas, partisi obat ke dalam fase air Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 10 selama proses homogenisasi, dan mengurangi paparan panas terhadap sampel (Singhal et al., 2011). c. Microemulsion Technique Pada metode ini campuran lipid dileburkan terlebih dahulu kemudian bahan aktif dimasukkan kedalam leburan lipid. Pada suhu yang sama, siapkan campuran air, surfaktan, dan kosurfaktan untuk membentuk fase air dan kemudain fase air dimasukkan ke dalam leburan lipid dengan pengadukan sedang. Untuk menghasilkan mikroemulsi dibutuhkan perbandingan yang tepat dari setiap bahan yang digunakan. Mikroemulsi yang telah terbentuk kemudian didispersikan ke dalam fase air dengan perbanding mikroemulsi panas dan fase air (1:25 – 1:50) dengan kecepatan pengadukan sedang (Singhal et al., 2011). d. Solvent Emulsification-Evaporation Technique Pada metode ini, bahan-bahan lipofilik dan bahan aktif yang hidrofob dilarutkan dalam pelarut organik yang tidak campur dengan air (contoh : sikloheksana, diklorometana, toluena, dan kloroform) kemudian larutan tersebut diemulsifikasikan ke dalam fase air menggunakan High Speed Homogenizer untuk meningkatkan efisiensi emulsifikasi, emulsi yang terbentuk dilewatkan pada microfluidizer. Tahap akhir adalah penguapan pelarut organik dengan pengadukan mekanik pada suhu kamar sehingga diperoleh presipitasi lipid nanopartikel (Singhal et al., 2011). e. Solvent Emulsification-Diffusion Technique Pada metode ini, pelarut yang digunakan adalah pelarut yang campur sebagian dengan air, misalnya : benzil alkohol, butil laktat, etil asetat, dll. Pada awalnya, baik pelarut maupun air harus dalam keadaan jenuh untuk menjamin keseimbangan termodinamik dari Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 11 kedua cairan. Leburan lipid kemudian dilarutkan dalam air jenuh pelarut organik (fase organik/ fase internal) dan kemudian diemulsifikasi ke dalam pelarut organik jenuh air yang mengandung emulgator dengan diaduk menggunakan magnetic stirrer sehingga membentuk sistem emulsi o/w, emulsi ini kemudian diencerkan dengan air (1:5-1:10) agar pelarut berdifusi ke dalam fase air dan kemudian terjadi agregasi lipid nanopartikel. Kondisi ini dilakukan pada suhu kamar atau suhu dibawah kelarutan lipid dengan kecepatan pengadukan yang dipertahankan konstan. Tahap akhir adalah proses penghilangan pelarut dengan vacuum distillation atau lyophilization (Singhal et al., 2011). 2.1.4 Karakterisasi NLC Karakterisasi lipid dalam sistem NLC sangat penting dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan sifat lipid yang dipengaruhi oleh parameter pembuatan atau adanya interaksi dengan bahan-bahan pembentuk sistem dan bahan aktif. Parameter penting dalam karakterisasi NLC adalah ukuran partikel, bentuk partikel, jenis modifikasi lipid, dan derajat kristalisasi Modifikasi lipid dan derajat kristalisasi sangat berhubungan dengan penjebakan obat dan kecepatan pelepasan (Mäder, 2006). 2.1.4.1 Ukuran partikel NLC Ukuran partikel NLC dapat diamati dengan menggunakan beberapa alat seperti Photon correlation spectroscopy (PCS), Laser Diffraction (LD), Atomic force microscopy (AFM), dan Transmission Electron Microscopy (TEM), Scanning Electron Microscopy (SEM), Scanning Tunneling Microscopy (STM) dan Freeze Fracture Electron Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 12 Microscopy (FFEM). PCS dan LD menggunakan prinsip efek hamburan cahaya yang digunakan untuk menghitung ukuran partikel. Perhitungan yang tidak pasti dapat terjadi pada partikel yang berbentuk nonspheric. Kedua metode ini memiliki keterbatasan dalam pengkuran partikel dengan populasi ukuran partikel yang berbeda. Sementara TEM dapat mengukur ukuran partikel secara langsung. (Mäder, 2006). 2.1.4.2 Morfologi partikel NLC Untuk mengetahui morfologi partikel NLC, dapat digunakan Transmission Electron Microscopy (TEM) yang mampu memenunjukkan mikrostruktur seperti misel, kristalin, emulsi, dan nanopartikel (Hou et al., 2003). Selain TEM, dapat digunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Metode SEM dilakukan dengan cara mengencerkan sampel dengan aqua destilata kemudian diletakkan pada plat alumunium yang telah dilapisi pita karbon pada kedua sisinya dan dikeringkan dalam desikator. Sampel kemudian dilapisi emas agar terkonduksi dan diamati pada tegangan 25kV (Vitorino et al., 2011). Pada penelitian sebelumnya, diketahui morfologi partikel SLN-APMS dengan lipid setil alkohol berbentuk spheric sementara lipid asam stearat berbentuk oval (Rahmawan et al., 2012). 2.1.4.3 Efisiensi penjebakan Efesiensi penjebakan atau entrapment efficiency (Ee) adalah presentase bahan aktif yang terjebak di dalam partikel lipid. Untuk bahan aktif yang bersifat lipofilik biasanya memiliki nilai Ee antara 90-98%. Pada penelitian sebelumnya, diketahui efisiensi penjebakan APMS dalam sistem SLN dengan lipid setil alkohol adalah 68,54% (Rahmawan et al., 2012). Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 13 entrapment efficiency (Ee) dan Drug Loading Capacity (L) dapat dihitung dengan persamaan berikut : = = − − 100% 100% Keterangan : Wa : Jumlah obat yang ditambahkan ke dalam sistem Ws : Jumlah bahan obat bebas dalam supernatan Wl : Jumlah lipid yang digunakan dalam sistem 2.1.4.4 Tipe NLC (Muller et al., 2002) Terdapat tiga tipe NLC yang dipengaruhi oleh proses pembuatan dan komposisi campuran matriks lipid yang terbentuk. Tiga tipe tersebut yaitu : a. The Imperfect Type Tipe ini dapat mengakomodasi lebih banyak bahan aktif karena susunan matriksnya yang tidak sempurna. Tipe ini dapat diperoleh dengan cara mencampur lipid padat dengan sejumlah kecil minyak. Disebabkan oleh perbedaan panjang rantai antara asam lemak dan campuran mono-, di-, dan triasilgliserol tipe NLC ini tidak dapat membentuk struktur kristal yang teratur (Souto and Müller, 2007). b. The Amorphous Type Tipe ini diperoleh dengan mencampur lipid khusus yang tidak mengalami rekristalisasi lagi setelah homogenisasi dan pendinginan seperti hydroxyoctacosanylhydroxystearate dan isopropyl myristate. Lipid ini mampu membentuk partikel lipid yang amorf yang dapat menghindari terjadinya rekristalisasi dan menurunkan kebocoran obat karena matriks lipid mempertahankan bentuk α-polimorfisme (Souto and Müller, 2007). Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 14 c. The multiple type Tipe ini hampir sama dengan emulsi w/o/w yang pada tipe ini terdiri dari minyak dalam lipid padat dalam dispersi air dimana matriks lipid padat mengandung nanokompartemen tipis dari minyak. Tipe ini dapat diperoleh dengan cara mencampur lipid padat dengan jumlah minyak yang tinggi. Tipe NLC dapat dilihat pada gambar 2.1 Gambar 2. 1 Tipe struktur NLC (Mäder, 2006) 2.2 Pelepasan Profil pelepasan obat merupakan suatu parameter penting untuk desain dan evaluasi suatu sistem penghantaran obat (Mühlen et al., 1997). Pelepasan obat dari partikel lipid terjadi secara difusi dan bersamaan dengan degradasi partikel lipid dalam tubuh (Mäder, 2006; Dubey, 2012). Modifikasi profil pelepasan obat sebagai fungsi dari matriks lipid, kadar surfaktan, dan parameter produksi dapat mungkin dilakukan untuk mendapatkan profil pelepasan yang diinginkan. Dengan mengetahui pengaruh faktor-faktor tersebut profil pelepasan obat dari NLC dapat dibuat menjadi pelepasan tertunda, pelepasan dipercepat, atau keduanya jika diinginkan terdapat dosis inisial pada penggunaan obat (Müller et al., 2000). Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 15 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mühlen et al. (1997) profil pelepasan bahan obat dari matriks lipid dapat diatur berdasarkan sifat dasar lipid, suhu produksi, dan konsentrasi surfaktan yang digunakan. Suhu yang tinggi dan konsentrasi surfaktan yang tinggi dapat menghasilkan profil pelepasan segera (brust release). Kelarutan bahan obat dalam fase air pada suhu kamar juga mempengaruhi profil pelepasan obat. Saat kelarutan obat pada fase air menurun selama proses pendinginan, obat akan mengalami re-partisi ke dalam fase lipid yang juga mengalami penurunan suhu, inti partikel lipid yang mengalami kristalisasi selama pendinginan tidak dapat menampung obat, sehingga obat akan berada pada permukaan partikel lipid dan akan menghasilkan pelepasan segera (brust release). Pada sistem NLC dimana terdapat penambahan lipid cair pada sistem, memiliki kelebihan dalam hal penjebakan akibat penurunan modifikasi keteraturan kisi kristal dan karena bahan obat pada umumnya memiliki kelarutan yang lebih besar pada lipid cair/minyak dibandingkan lipid padat. Kapasitas penjebakan yang tinggi lebih baik ini juga dapat menghasilkan profil pelepasan prolonged release (Chen et al., 2010). Pada sistem NLC ini obat dapat memiliki dua pelepasan yaitu kelarutan pada fase air untuk bahan obat yang tidak terjerap matriks, dan mekanisme difusi untuk bahan obat yang terjebak matriks lipid. Untuk bahan bahan obat yang terlepas dari fase air, pelepasannya bergantung terhadap kelarutannya dalam fase air, maka persamaan yang digunakan untuk menentukan jumlah obat yang terlepas adalah persamaan Noyes and Witney : Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 16 = . ( − )………………………………………….(1) Dimana dC/dt adalah jumlah obat yang terlepas per satuan waktu, K adalah konstanta pelepasan orde satu, C adalah kadar obat yang terlarut, dan Cs adalah kelarutan bahan obat. Pelepasan bahan aktif dari matriks menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Higuchi berdasarkan hukum Fick pertama dan kemudian diterapkan untuk difusi obat padat yang terdispersi dalam bentuk matriks yang homogen. Persamaan dari Hukum Higuchi : = [ (2 − = . . ) . ] / ………………………………(2) / …………………………………………...(3) Berdasarkan persamaan (3) tersebut jumlah obat yang lepas adalah sebanding dengan akar kuadrat A (jumlah obat dalam matriks), Cs adalah kelarutan obat dalam matriks, dan t adalah waktu. Laju pelepasan dQ/dt dari persamaan diatas dapat digambarkan dengan membuat kurva hubiungan antara Q (jumlah obat yang terlepas per satuan waktu) dan √ (waktu). Slope yang diperoleh merupakan fluks pelepasan yang menujukkan banyaknya obat yang lepas per satuan waktu. Laju pelepasan dQ/dt dapat diatur kecepatannya dengan meningkatkan Cs (kelarutan obat) (Sinko and Singh, 2011). Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 17 2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi profil pelepasan obat dalam sistem NLC, yaitu: 1. Jenis lipid dan afinitas bahan aktif terhadap pembawa Komposisi matriks lipid yang berbeda akan menghasilkan profil pelepasan yang berbeda. Setiap jenis lipid memiliki susunan kristal dan modifikasi kristal, titik lebur, nilai hydrophilic lypophilic balance (HLB) yang berbeda. Hal tersebut menyebabkan afinitas bahan aktif yang akan dijebak menjadi berbeda untuk setiap jenis lipid yang berbeda (Dubey, 2012). Semakin besar afinitas pembawa terhadap bahan obat maka semakin kecil pelepasan dari pembawa. Sebaliknya, obat yang memiliki afinitas kecil terhadap pembawa maka jumlah obat yang dilepaskan juga semakin besar (Sinko and Singh, 2011). 2. Kelarutan bahan aktif dalam lipid Kelarutan bahan obat merupakan penentu pelepasannya dari sediaan, dan ketika kelarutan obat bergantung pada pH, maka adanya perubahan pH lingkungan menyebabkan perubahan kelarutan obat dan merubah pula mekanisme pelepasannya (Badaway and Hussain, 2007). 3. Ukuran partikel sistem koloid Ukuran partikel suatu sistem koloid merupakan faktor krusial pada pelepasan bahan obat selain faktor di dalam partikelnya (Dubey, 2012). Semakin besar ukuran partikel sistem, maka jarak difusi yang perlu ditempuh molekul bahan aktif terlepas dari sistem semakin besar, sehingga pelepasan dapat diperlambat. 4. Skripsi Viskositas Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 18 Viskositas mempengaruhi mobilitas atau kemudahan pergerakan bahan aktif untuk terlepas dari pembawa. Semakin viskus sediaan, akan semakin besar hambatan pelepasan yang berakibat semakin lama waktu difusi bahan aktif, begitu pula sebaliknya (Anggraeni et al., 2012). 2.2.2 Uji pelepasan (Waghmare, 2012) Terdapat dua metode uji pelepasan obat secara in vitro, yaitu : a. Tabung Dialisis NLC ditempatkan dalam tabung dialysis prewashed yang dapat ditutup kedap udara. Tabung didialisis dalam media disolusi yang sesuai pada suhu kamar , sampel dikeluarkan dari media disolusi pada interval waktu yang sesuai, disentrifugasi dan dilakukan analisis kadar obat menggunakan metode analisis yang sesuai (spektrofotometri UV-VIS, HPLC, dll). Kondisi sink perlu dijaga dalam media disolusi. Kekurangan metode ini adalah kurangnya pengenceran langsung sistem SLN atau NLC oleh media disolusi. b. Franz Diffusion Cell Sistem SLN atau NLC ditempatkan dalam chamber donor dari Franz Diffusion Cell dan ditutup menggunakan membran selofan, kemudian didialisis menggunakan media disolusi yang sesuai (simulasi cairan lambung/usus/plasma) pada suhu kamar. Sampel lalu dikeluarkan dari media disolusi pada interval waktu yang sesuai dan dilakukan analisis kadar obat menggunakan metode instrumental yang sesuai. Kondisi sink media perlu dipertahankan. Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 19 2.3 Asam p-Metoksisinamat Asam p-Metoksisinamat (APMS) merupakan senyawa aktif hasil hidrolisis dari etil p-Metoksisinamat (EPMS) yang berasal dari ekstrak tanaman Kampferia galanga atau kencur : 4-Methoxy cinnamic acid, 4-Methoxycinnamate, P- Nama Kimia Hidroxy Methyl Cinnamate, P-Methoxy cinnamic acid. Rumus molekul :CH2OC6H4CH=CHCO2H Rumus Bangun : Gambar 2. 2 Struktur Asam p-Metoksisinamat Pemerian : kristal jarum berwarna putih BM : 178,1846 Titik didih : 317ºC (Chemical dictionary) Titik Lebur : 173-175 ºC Log P : 2,68 pKa : 4,04 Stabilitas : stabil dalam suhu ruangan dan tekanan normal. APMS merupakan bentuk aktif dari EPMS dan mempunyai aktivitas analgesic dan antiinflamasi (Vittalrao, 2011). Mekanisme kerja APMS sebagai analgesic antiinflamasi adlaah dengan hambatan pada enzim siklooksigenase 1 dan 2 (COX-1 dan COX-2) (Umar, 2012). Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 20 2.4 Setil alkohol (Rowe et al., 2009) Sinonim : Alcohol cetylicus; 1-hexadecanol; n-hexadecyl alcohol Nama kimia : Hexadecan-1-ol Berat Molekul : 242.44 Rumus Molekul : C16H34O Rumus Bangun : Gambar 2. 3 Struktur Setil Alkohol Pemerian : merupakan substansi dari lilin, berbentuk serpihan putih, granul, kubus, memiliki karakter bau yang menyengat dan tidak berasa. Titik didih : 316-344ºC Titik lebur : 45-52 ºC Densitas : 0,908 g/cm3 Kelarutan : mudah larut dalam etanol (95%) dan eter, kelarutan meningkat dengan peningkatan suhu, praktis tidak larut dalam air, pada saat melebur dapat campur dengan lemak, parafin padat atau cair dan isoporpil miristat. Viskositas : ≈ 7 mPa s (7 cP) pada 50 ºC Stabilitas dan penyimpanan : setil alkohol stabil dengan adanya asam, basa, cahaya, atau udara, tidak berubah menjadi tengik. Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan tempat yang kering. Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 21 2.5 Asam oleat (Rowe et al., 2009) Sinonim : 9,10-octadecenoic acid; asam cis-9-octadecenoat; Acidum oleicum; Crodolene; Crossential 094; Emersol; Glycon. Nama kimia : (Z)-9-Octadecenoic acid Berat Molekul : 282.47 Rumus Molekul : C18H34O2 Rumus Bangun : Gambar 2. 4 Struktur Asam Oleat Pemerian : minyak dengan warna kekuningan hingga coklat pucat, minyak lipid dengan bau dan rasa menyerupai lemak. Titik didih : 286 ºC pada 13.3 kPa (100 mmHg) (mengalami dekomposisi pada 80–100 ºC) Titik lebur : 13-14 ºC Densitas : 0,895 g/cm3 Kelarutan : campur dengan benzene, kloroform, etanol (95%), eter, heksana, minyak atsiri, dan fixed oil, praktis tidak larut dalam air. Viskositas : 26 mPa s (26 cP) pada 25 ºC Stabilitas dan penyimpanan : dengan adanya paparan udara, asam oleat secara bertahap mengabsorbsi oksigen, warna semakin gelap, dan bau semakin menyengat, pada tekanan atmosfer, akan mengalami dekomposisi jika dipanaskan pada suhu 80–100 ºC. 2.6 Tween 80 (Rowe et al., 2009) Sinonim Skripsi : Polisorbat 80 Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 22 Nama kimia : Polyoxyethilene 20 sorbitan mono oleate Berat Molekul : 1310 Rumus Molekul : C64H124O26 Rumus Bangun : Gambar 2. 5 Struktur Tween 80 Pemerian : mempunyai bau khas dan rasa pahit yang hangat, pada suhu 25 ºC berwarna kuning. Titik didih 149 ºC Kelarutan : mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan etil asetat, tidak larut dalam paraffin cair dan minyak lemak. Viskositas : 425 mPa s pada 25 ºC Stabilitas dan penyimpanan : stabil terhadap elektrolit, asam, dan basa lemah, terjadi saponifikasi dengan adanya asam atau basa kuat. Merupakan ester asam oleat yang sensitiv terhadap oksidasi. Bersifat higroskopis dan apabila akan digunakan, harus diukur kandungan airnya dan dikeringkan bila perlu. Dapat membentuk peroksida bersama surfaktan polioksietilen lainnya. Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan ditempat yang kering dan sejuk. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Radomska and Dobrucki (2000) tween 80 pada sistem NLC dengan lipid cair Epicurone Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 23 135 secara signifikan memiliki viskositas yang lebih rendah dibandingkan dengan sistem NLC dengan tween 60. 2.7 Propilenglikol (Rowe et al., 2009) Sinonim :1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2- hydroxypropanol; methyl ethylene glycol; methyl glycol; propane-1,2diol; propylenglycolum Nama kimia : 1,2-Propanediol Berat Molekul : 76,09 Rumus Molekul : C3H8O2 Rumus Bangun : Gambar 2. 6 Struktur Propilenglikol Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, berasa manis, sedikit berasa pahit menyerupai gliserin Titik didih : 188ºC Titik lebur : -59 ºC Densitas : 1.038 g/cm3 pada 20ºC Kelarutan : campur dengan aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan air; larut pada 6 bagian eter; tidak campur dengan minyak mineral dan fixed oil, namun dapat melarutkan beberapa minyak esensial. Tegangan permukaan Viskositas Skripsi : 40,1mN/m (40.1 dynes/cm) pada 25 ºC : 58,1 mPa s (58,1 cP) pada 20 ºC Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 24 Stabilitas dan penyimpanan : pada suhu dingin, propilenglikol stabil pada wadah yang tertutup rapat, namun pada suhu tinggi dan keadaan terbuka, dapat menyebabkan oksidasi menghasilkan propionaldehid, asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat. Secara kimia stabil ketika dicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau air; larutan dalam air dapat disterilisasi dengan autoklaf. Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa propilenglikol dapat mempengaruhi ukuran partikel NLC dan stabilitas fisika. NLC dengan penambahan propilenglikol memiliki ukuran partikel yang lebih kecil (188,40 ± 2,72 nm) dibandingkan NLC tanpa propilenglikol (193 ± 1,33 nm) yang berakibat pada peningkatan stabilitas fisika NLC (Loo et al.,2012). Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Uraian Kerangka Konseptual NLC sebagai generasi baru dari SLN merupakan sistem lipid nanopartikel yang menggabungkan lipid padat dan lipid cair sebagai pembawa. Adanya lipid cair pada sistem NLC dapat menurunkan keteraturan kisi kristal dari matriks lipid yang terbentuk sehingga NLC memiliki kelebihan dalam hal mengakomodasi lebih banyak obat dan menurunkan resiko kebocoran selama penyimpanan (Souto and Müller, 2007; Zhuang et al., 2010). Efektifitas penjerapan yang baik pada NLC dapat menghasilkan profil pelepasan prolonged release dan meningkatkan stabilitas bahan obat, selain itu penggunaan lipid sebagai sistem pembawa dapat ditoleransi dengan baik oleh kulit sehingga dapat menurunkan resiko iritasi selama penggunaan (Souto and Müller, 2007). Sifat-sifat bahan yang digunakan dalam penyusunan sistem NLC sangat berpengaruh pada karakter fisika kimia, stabilitas, dan profil pelepasan NLC yang dibuat. Profil pelepasan obat merupakan suatu parameter penting untuk desain dan evaluasi suatu sistem penghantaran obat (Mühlen et al., 1997). Profil pelepasan obat merupakan fungsi dari matriks lipid, kadar surfaktan, dan parameter pembuatan. Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi profil pelepasan obat, dapat dilakukan modifikasi profil pelepasan dengan mengubah faktorfaktor tersebut (Müller et al., 2000). Selain itu untuk mendapatkan pelepasan yang optimal, kelarutan bahan aktif dalam pembawa harus diperhatikan, dimana bahan aktif harus mendekati kelarutan jenuhnya (Donovan and Flanagan, 1996). 25 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 26 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hu et al. (2005) dan Woo et al. (2014), Penggunaan asam oleat sebagai minyak dalam NLC berperan penting dalam menurunkan proses kristalisasi dan meningkatkan penurunan modifikasi keteraturan kristal asam stearat, serta merupakan faktor utama yang mempengaruhi kecepatan pelepasan bahan aktif dalam sistem NLC. Perbedaan titik lebur antara lipid padat dan lipid cair menyebabkan proses kristalisasi lipid padat terjadi lebih awal dan menyebabkan lipid cair berada pada bagian luar matriks bersama bahan obat dan membentuk drug-enrich shell yang dapat memicu profil pelepasan segera. Konsentrasi asam oleat di bawah 15% dalam kombinasi bersama asam stearat pada sistem NLC merupakan faktor utama yang mempengaruhi profil pelepasan obat pada tahap awal pelepasan, sementara konsentrasi asam oleat 30% merupakan konsentrasi optimal yang dapat memberikan efisiensi penjerapan 69,95% dengan kapasitas muatan 3,5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar asam oleat pada karakter dan profil pelepasan NLC-APMS dengan lipid setil alkohol dan asam oleat yang terbentuk dengan mengubah kadar asam oleat pada empat formulasi yaitu 0%; 0,5%; 1%; dan 1,5% asam oleat dari total emulsi. Lipid padat setil alkohol, pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa setil alkohol dapat menghasilkan efektivitas penjerapan yang lebih besar dan ukuran partikel yang lebih kecil daripada SLN yang dibuat dari lipid asam stearat (Rahmawan et al., 2012). Untuk meningkatkan stabilitas droplet yang dihasilkan, digunakan Tween 80 sebagai surfaktan dan propilenglikol sebagai kosurfaktan. Dalam formulasi sistem ini terdapat tiga bahan yang dapat berfungsi sebagai enhancer yaitu Tween 80, propilenglikol, dan asam oleat sehingga dapat meningkatkan penetrasi bahan aktif melalui stratum korneum. Sebagai Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 27 model obat, digunakan Asam p-Metoksisinamat (APMS) yang akan dijerap dalam sistem NLC untuk meningkatkan efektifitasnya sebagai analgesik antiinflamasi dengan profil pelepasan dua fase, yaitu brust release dan prolonged release. Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 28 3.2 Kerangka Konseptual Nanostructured Lipid Carrier (NLC) Metode pembuatan Komponen Penyusun Kosurfaktan : Propilenglikol Surfaktan : Tween 80 Lipid Lipid cair : Asam Oleat Lipid padat : Cetil Alkohol Penurunan keteraturan kisi kristal Menurunkan tegangan permukaan Bentuk polimorfisme - Karakter Sistem NLC - Efektifitas penjebakan Kapasitas penjebakan Ukuran partikel Profil pelepasan Meningkatkan efektivitas obat Gambar 3. 1 Skema Kerangka Konseptual Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penlitian ini bila tidak dinyatakan lain, memiliki kemurnian pharmaceutical grade, antara lain asm p-metoksisinamat, setil alkohol, asam oleat, tween 80, propilenglikol, etanol pro analisis, dan aquadest. Dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 dibuat dari C2H4O2 (asam asetat glasial) dan C2H3NaO2 (Natrium asetat anhidrat) pro analisis. Dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 dibuat dari Na2HPO4 (Narium fosfat dibasa) dan NaH2PO4 (natrium fosfat monobasa) pro analisis. 4.2 Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Ultra-Turax High Shear Homogenizer, One Fourier Transform Infrared (FTIR), Spektrometer Perkin Elmer Instrument, Differential Thermal Analysis (DTA), DelsaTM Nano Submicron Particle Size and Zeta Potential Dynamic Light Scattering, pH meter, Double Beam UV Spectrophotometer Shimadzu UV-1800, rangkaian alat uji disolusi (pengaduk bentuk paddle) Erweka Tipe DT 820, sel difusi dengan membran selofan, magnetik stirrer, hot plate Dragon Lab MS H-Pro, neraca analitik, penangas air, dan alat-alat gelas. 29 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 30 4.3 Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris dengan tujuan menentukan pengaruh kadar asam oleat (0%; 0,5%; 1%; 1,5%) pada pelepasan APMS dari sistem NLC. Tahap pertama dalam penelitian ini adalah melakukan analisis kualitatif bahan penelitian, yaitu APMS, setil alkohol, dan asam oleat. Kemudian dilakukan pembuatan kurva baku APMS dalam larutan dapar asetat 4,2 ± 0,2 dan dalam larutan dapar fosfat 7,4 ± 0,05. Tahap selanjutnya adalah pembuatan sistem NLC, yang kemudian diuji karakteristiknya dan uji pelepasan APMS dari sistem NLC. Penentuan uji pelepasan dilakukan dengan mengamati nilai serapan APMS pada panjang gelombang maksimum menggunakan spektrofotometri UV-Vis, sehingga diperoleh nilai serapan yang kemudian digunakan untuk mengetahui profil dan laju pelepasan (fluks) APMS dari sistem NLC. Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali. Tahap akhir merupakan analisis data menggunakan one way ANNOVA. Skema kerja dapat dilihat pada gambar 4.1 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 31 Pemeriksaan kualitatif bahan penelitian Pembuatan Kurva Baku APMS : Dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 dan larutan dapar fosfat pH 7,2 ± 0,05 Pembuatan sistem SLN-NLC dengan lipid 10% Formula I : SLN-APMS dengan lipid setil alkohol Formula III : NLC-APMS dengan Asam oleat 0,5 % Uji Karakteristik sistem NLC : Organoleptis Ukuran partikel Viskositas Efisiensi Penjebakan pH Formula IV : NLC-APMS dengan asam oleat 1% Formula V : NLC-APMS dengan asam oleat 1,5 % Uji Pelepasan : - Pengukuran APMS yang terlepas dari sistem NLC - Perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas dari sistem NLC - Perhitungan laju pelepasan (fluks) APMS yang terlepas dari sistem. Analisis Data Gambar 4. 1 Skema Kerja Penelitian Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 32 4.3.1 Analisis kualitatif bahan penelitian Pemeriksaan kualitatif bahan penelitian meliputi APMS, setil alkohol, dan asam oleat. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan sertifikat analisis srta pemeriksaan berikut: 1. Organoleptis Pemeriksaan organoleptis dilakukan secara visual meliputi pemeriksaan bentuk, warna, dan bau. Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan sertifikat analisis. 2. Spektra serapan inframerah Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan teknik pellet KBr pada panjang gelombang (λ) 400-4000 cm-1. Sebanyak 1 mg zat digerus dengan 100 mg serbuk KBr kering kemudian ditekan/dikompresi dengan penekan hidrolik yang dilengkapi dengan alat penarik uap air agar diperoleh lempeng tipis yang ditembus cahaya. Lempeng dipindai pada panjang gelombang 400-4000 cm-1. Spektra inframerah yang diperoleh dari sampel dibandingkan dengan spektra inframerah dari pustaka (Depkes RI, 1995). 3. Pemeriksaan suhu lebur Penentuan suhu lebur dilakukan dengan alat Differetial Thermal Analysis (DTA). Bahan ditimbang 3-5 mg dan dimasukkan ke dalam sample pan, kemudian ditutup. Sample pan kemudian dimasukkan dalam sample holder. Sebagai sample pan digunakan Alumunium crucible dengan suhu maksimal 350ºC. Program pemanasan dijalankan dengan laju 5ºC/menit, waktu kesetimbangan setelah suhu awal melebur tercapai. Hasil pengujian suhu lebur yang diperoleh dibandingkan dengan pustaka (Depkes RI, 1995: O’Neil 2001). Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 33 4.3.2 Pembuatan kurva baku APMS dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 a. Pembuatan larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 Untuk penentuan efisiensi penjebakan digunakan larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 yang dibuat dengan menambahkan 368 mL asam asetat 0,2 M (diperoleh dengan mengencerkan 11,5 mL asam asetat glasial dalam 1 L aqua bebas CO2) ke dalam 132 mL Na asetat 0,2 M (diperoleh dengan melarutkan 16,4 gram Na asetat anhidrat dalam 1 L aqua bebas CO2) kemudian ditambahkan 5,8 gram NaCl dan selanjutnya ditambahkan aquadest hingga volum 1 L. b. Pembuatan larutan baku induk APMS 100 ppm Ditimbang dengan seksama 10,0 mg APMS, dilarutkan dalam 10,0 mL etanol kemudian ditambahkan larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 sampai volume 100,0 mL pada labu ukur dan dikocok sampai homogen. c. Pembuatan larutan baku kerja APMS Dibuat larutan baku kerja PAMS melalui pengenceran larutan baku induk APMS dengan larutan dapat asetat pH 4,2 ± 0,2 sehingga diperoleh larutan baku kerja dengan konsentrasi 0,15; 1,0; 2,0; 4,0; 6,0; 8,0 dan 12,0 ppm. Larutan ini kemudian digunakan untuk menentukan panjang gelombang maksimal APMS dan membuat kurva baku. Digunakan larutan blanko dapar asetat pH 4,2 ± 0,2. Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 34 Tabel IV. 1 Larutan Baku Kerja APMS dalam dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 Kadar APMS Volume Larutan Baku Volume akhir Pengenceran dalam Larutan Induk yang Dipipet dengan Dapar Asetat pH 4,2 ± (μg/mL) (mL) 0,2 50,0 1,0 0,5 25,0 0,5 2,0 1,0 25,0 4,0 0,5 10,0 5,0 2,0 25,0 8,0 3,0 10,0 12,0 d. Penentuan panjang gelombang maksimal Panjang gelombang maksimum ditentukan dengan menggunakan larutan baku kerja APMS konsentrasi 2,0 dan 12,0 μg/mL. nilai absorbsi tiap-tiap konsentrasi diamati dengan spektrofotomtri UV-VIS pada rentang panjang gelombang 200-400 nm. Sebagai blanko digunakan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2. Panjang gelombang maksimum adalah panjang gelombang dengan serapan maksimum. e. Penentuan persamaan kurva baku Kurva baku dibuat dengan melakukan pengukuran larutan baku kerja pada panjang gelombang maksimum terhadap blanko yang berisi media solusi. Dari hasil pengamatan dibuat kurva serapan vs kadar, kemudian dibuat perssamaan regresi y= bx + a (kadar sebagai aksis dan serapan sebagai ordinat). Linieritas ditunjukkan dengan harga r, dikatakan linier bila harga r yang diperolah lebih besar dari nilai r tabel. 4.3.3 Pembuatan kurva baku APMS dalam larutan dapar fosfat a. Pembuatan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 Sebagai media difusi digunakan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 yang dibuat dengan menambahkan 50,0 mL NaH2PO4 0,2 M Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 35 (diperoleh dengan melarutkan 27,589 gram NaH2PO4 dalam 1 L aqua bebas CO2) ke dalam 450,0 mL NaH2PO4 0,1 M (diperoleh dengan melarutkan 14,196 NaH2PO4 dalam 1 L aqua bebas CO2) dan ditambahkan aquadest hingga volume 1 L. b. Pembuatan larutan baku induk APMS 100 ppm Ditimbang dengan seksama 10,0 mg APMS, dilarutkan dalam 10,0 mL etanol kemudian ditambahkan larutan dapar fosfat pH 7,2 ± 0,05 sampai volume 100,0 mL pada labu ukur dan dikocok sampai homogen. c. Pembuatan larutan baku kerja APMS Dibuat larutan baku kerja APMS melalui pengenceran larutan baku induk APMS dengan larutan dapat fosfat pH 7,2 ± 0,05 sehingga diperoleh larutan baku kerja dengan konsentrasi 0,5; 1,0; 2,0; 4,0; 6,0; 8,0; 10; 12,0; 15,0; 20,0 dn 30,0 μg/mL. Larutan ini kemudian digunakan untuk menentukan panjang gelombang maksimal APMS dan membuat kurva baku. Digunakan larutan blanko dapar fosfat pH 7,2 ± 0,05. Tabel IV. 2 Larutan Baku Kerja APMS dalam Dapar Fosfat pH 7,2 ± 0,05 Kadar APMS Volume Larutan Baku Volume akhir Pengenceran dalam Larutan Induk yang Dipipet dengan Dapar Asetat pH 4,2 ± (μg/mL) (mL) 0,2 0,5 0,5 100,0 1,0 0,5 50,0 2,0 0,5 25,0 4,0 1,0 25,0 6,0 3,0 50,0 8,0 2,0 25,0 10,0 1,0 10,0 12,0 3,0 25,0 15,0 15,0 100,0 20,0 2,0 10,0 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 36 d. Penetuan panjang gelombang maksimum Panjang gelombang maksimum ditentukan dengan menggunakan larutan baku kerja APMS konsentrasi 2,0 dan 12,0 μg/mL. nilai absorbsi tiap-tiap konsentrasi diamati dengan spektrofotomtri UV-VIS pada rentang panjang gelombang 200400 nm. Sebagai blanko digunakan dapar fosfat pH 7,2 ± 0,05. Panjang gelombang maksimum adalah panjang gelombang dengan serapan maksimum. e. Penentuan persamaan kurva baku Kurva baku dibuat dengan melakukan pengukuran larutan baku kerja pada panjang gelombang maksimum terhadap blanko yang berisi media solusi. Dari hasil pengamatan dibuat kurva serapan vs kadar, kemudian dibuat perssamaan regresi y= bx + a (kadar sebagai aksis dan serapan sebagai ordinat). Linieritas ditunjukkan dengan harga r, dikatakan linier bila harga r yang diperolah lebih besar dari nilai r tabel. 4.3.4 Pembuatan NLC a. Formulasi sistem NLC Bahan APMS Setil alkohol Asam oleat Tween 80 propilenglikol Dapar asetat Tabel IV. 3 Formulasi Sistem NLC Konsentrasi Formula Fungsi I II III Bahan aktif 8,7 %* 8,7 % 8,7 % Lipid padat 10 % 9,5 % 9% Lipid cair 0,5 % 1% Surfaktan 12 % 12 % 12 % Ko20 % 20 % 20 % surfaktan Fase air Ad 40 Ad 40 Ad 40 mL mL mL IV 8,7 % 8,5 % 1,5 % 12 % 20 % Ad mL Keterangan : *% b/v Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A 40 ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 37 b. Cara pembuatan NLC NLC-APMS dibuat dengan melebur lipid pada suhu 60ºC menggunakan hot plate ditambahkan APMS dalam sambil gelas diaduk beker, kemudian perlahan dengan menggoyang-goyangkan beker hingga APMS larut. Lalu ditambahkan tween 80 panas, kemudian diaduk dengan UltraTurax High Shear Homogenizer dengan kecepatan 3200 rpm selama 2 menit pada suhu 60 ± 0,5ºC. Setelah ditambahkan propilenglikol panas dan diaduk lagi dengan kecepatan dan waktu yang sama, lalu ditambahkan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 panas hingga volum 20,0 mL. setelah itu dilakukan High Shear Homogenization selama 8 menit dengan kecepatan 24000 rpm. Tahap selanjutnya adalah tahap pendinginan yang dilakukan dengan cara memindahkan emulsi tersebut dari High Shear Homogenizer ke aats hot plate, kemudian diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 500 rpm hingga mencapai suhu kamar. Tahap akhir adalah penimbangan NLC yang diperoleh untuk mengetahui berat akhir NLC. Skema pembuatan sistem SLN maupun NLC dapat dilihat pada gambar 4.2. Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 38 Setil Alkohol + Asam Oleat Dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 Lelehkan pada suhu 60ºC di atas hot plate + APMS (asam p-Metoksi sinamat) Panaskan pada suhu 70 ºC di atas hot plate + Tween 80 panas (70 ± 0,5 ºC) Aduk dengan Ultra-Turax Homogenizer 3400 rpm selama 2’ dengan suhu 90 ± 0,5 ºC) + Propilenglikol panas (70 ± 0,5 ºC) Aduk dengan Ultra-Turax Homogenizer 3400 rpm selama 2’ dengan suhu 70 ± 0,5 ºC) Fase lipid + Dapar asetat panas pH 4,2 ± 0,2 ad 40,0 mL High Shear Homogenization selama 8’ dengan kecepatan 24000 rpm Pre-emulsi Aduk menggunakan magnetic stirrer 500 rpm hingga mencapai suhu kamar NLC-APMS Gambar 4. 2 Skema Pembuatan NLC dengan Metode High Shear Homogenization Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 39 4.3.5 Uji homogenitas dan perolehan kembali APMS dalam sistem SLN dan NLC Uji homogenitas dan perolehan kembali dilakukan dengan menimbang 50,0 mg sediaan SLN atau NLC APMS pada gelas beker, kemudian ditambahkan 1 mL etanol dan ±5 mL dapar asetat. Campuran tersebut kemudian disonikasi selama 30 menit untuk merusak sistem SLN dan NLC sehingga baik APMS yang terjebak dalam matrik maupun yang berada pada fase air dapat terlarut. Setelah disonikasi, ditambahkan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 ad tepat tanda dalam labu ukur 25,0 mL. larutan disaring menggunakan kertas saring, kemudian dpipet 5,0 mL dan diencerkan kembali ad 25,0 mL dalam labu ukur 25,0 mL. hasil pengenceran disaring menggunakan milipore. Larutan yang telah disaring kemudian diukur serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 200-400 nm. Serapan yang diperoleh dikonversikan menjadi kadar dengan memasukkan ke dalam persamaan garis regresi yang telah diperoleh dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2. Dilakukan tiga kali repliasi untuk setiap sediaan kemudian dihitung nilai simpangan baku dan % KV nya. 4.3.6 Uji karakteristik NLC 1. Pemeriksaan organoleptis NLC Pemeriksaan organoleptis dilakukan secara visual meliputi pemeriksaan warna, bau, dan konsistensi SLN. 2. Pemeriksaan ukuran NLC Pemeriksaan ukuran partikel rata-rata dan distribusi ukuran partikel NLC dilakukan dengan menggunakan DelsaTM Nano. Sistem NLC yang diencerkan menggunakan aqua bebas CO2 kemudian dimasukkan dalam kuvet dan Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 40 dilakukan pengamatan pada sudut 165º dan suhu 25ºC. Data yang dihasilkan merupakan ukuran partikel yang dihitung dari fluktuasi rata-rata intensitas hamburan cahaya. 3. Penentuan pH Penetuan pH dilakukan menggunakan alat pH meter dengan cara sebagai berikut : pH meter dikalibrasi menggunakan larutan dapar standar pH 4,0 lalu elektroda dibersihkan dan dikeringkan. Ditimbang 1 gram NLC lalu diencerkan dengan 9 mL aqua bebas CO2, diaduk menggunakan magnetic stirrer sampai homogen. Kemudian elektroda dimasukkan ke dalam NLC yang telah diencerkan, terakhir amati dan catat angka yang ditunjukkan oleh pH meter. 4. Penentuan viskositas Penentuan kekentalan viskositas NLC yang dilakukan dihasilkan untuk melihat akibat pengaruh penambahan bahan lain seperti surfaktan dan akibat pengaruh metode pembuatan. Pengukuran viskositas dilakukan menggunakan alat viscometer Brookfiled Cone and Plate dengan kecepatan putar 20 rpm. sejumlah sampel dimasukkan ke dalam gelas kemudian dicelupi rotor yang sesuai. Alat dijalankan dan amati angka yang tertera pada skala. 5. Uji efisiensi penjebakan Uji efisiensi penjebakan dilakukan dengan menimbang 100 mg dspersi NLC yang diencerkan dengan 10,0 mL dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 dan ditempatkan pada tabung kaca, kemudian disentrifugasi selama 45 menit dengan kecepatan Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 41 1000 rpm. Supernatant diambil dan dianalisis dengan spektrofotometer untuk mengetahui APMS yang tidak terjebak. Selanjutnya kadar APMS yang tidak terjebak dalam sistem NLC (Cf) dihitung dengan persamaan kurva baku. Jumlah bahan aktif yang terjebak dalam NLC (DE = Drug Entrapment) dihitung dengan rumus : (%) = − 100% Ct adalah konsentrasi awal APMS yang digunakan dalam membuat suspensi. Selanjutnya dihitung rata-rata dan harga simpangan baku efisiensi penjebakan APMS dalam sistem NLC. 4.3.7 Uji pelepasan APMS dari sistem NLC a. Pembuatan media disolusi Media disolusi yang digunakan adalah dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05. Cara pembuatan dapar fosfat adalah dengan menambahkan 50,0 mL NaH2PO4 0,2 M (diperoleh dengan melarutkan 27,589 gram NaH2PO4 dalam 1 L aqua bebas CO2) ke dalam 450,0 mL NaH2PO4 0,1 M (diperoleh dengan melarutkan 14,196 NaH2PO4 dalam 1 L aqua bebas CO2) dan ditambahkan aquadest hingga volume 1 L. b. Penyiapan membran difusi Membran difusi yang digunakan dalam uji pelepasan APMS dari sistem NLC ini adalah membran selofan. Cara preparasinya adalah dengan menggunting membran sesuai ukuran disk kemudian direndam Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 42 dengan aquadest satu malam (± 12 jam). Sesaat sebelum digunakan, membran ditiriskan sampai tidak ada air yang menempel. c. Perangkat alat uji pelepasan Alat dan perlengkapan yang digunakan dalam laju pelepasan APMS dari sistem NLC adalah rangkaian alat uji disolusi HansonResearch SR-6 yang dilengkapi dengan sel difusi serta pengaduk berbentuk paddle. Sel difusi terbuat dari bahan stailess steel berbentuk silinder pipih. Tempat penampung sampel mempunyai garis tengah 2,9 cm dengan tebal 0,4 cm. sebagai pengaman untuk mencegah kebocoran, sel difusi dilengkapi dengan karet penyekat berbentuk ring sebagai penghubung antara tempat sampel dengan penghubungnya. d. Penyiapan sel difusi Gelas arloji dan sudip ditimbang dalam kondisi kosong kemudian NLC-APMS ditimbang ± 2 gram. Selanjutnya sel difusi diisi dengan NLC-APMS dan permukaannya diratakan dengan sudip. Menimbang kembali gelas arloji dan sudip beserta sisa NLC-APMS, kemudian dihitung jumlah NLC-APMS yang masuk pada sel difusi. Diatasnya dipasang ring penyekat dari karet unutk mencegah kebocoran, lalu diklem dengan lempengan sel yang lain dnegan rapat. e. Pengukuran APMS yang terlepas dari sistem SLN dan NLC Sel difusi yang telah berisi NLC-APMS dimasukkan dalam tabung uji disolusi yang berisi larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 sebanyak 500 mL. suhu percobaan diatur pada 32ºC ± 0,5 ºC, paddle diputar dengan kecepatan 100 rpm. Larutan sampel diambil sebanyak 5,0 mL menggunakan spuit injeksi pada waktu 0, 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, 300, 360, 420, 480, 540, 600 dan 660 menit. Setiap Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 43 pengambilan sampel diganti dengan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 dengan jumlah dan suhu yang sama. Cuplikan diamati serapannya menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang maksimum APMS sesuai penentuan panjang gelombang maksimum APMS dalam dapar fosfat. Konsentrasi APMS dalam cuplikan dihitung dengan menggunakan persamaan regresi kurva baku APMS dalam dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05. Untuk memperhitungkan pengenceran 5,0 mL media pelepasan, kadar terukur dikoreksi dengan persamaan Wurster : = ′ + ( ) Keterangan : Cn : Kadar sebenarnya setelah dikoreksi C’n : Kadar terbaca (hasil perhitungan dari nilai serapan sample yang tebaca pada spektrofotometer dalam ppm) Cs : kadar terbaca dari sampel sebelumnya Vs : Volume sampel Vm : Volume media f. Penentuan jumlah kumulatif APMS yang terlepas dari sistem SLN dan NLC Penentuan jumlah kumulatif APMS yang terlepas dari sistem NLC per satuan luas membran (μg/cm2) tiap waktu diperoleh dari konsentrasi (μg/mL) yang diperoleh setiap waktu ditambah koreksi Wurster kemudian dikalikan dengan jumlah media (500 mL) dan selanjutnya dibagi luas permukaan membran. g. Penentuan profil pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC Dibuat kurva hubungan antara jumlah kumulatif APMS yang terlepas per satuan luas membran (μg/cm2) terhadap akar waktu (menit1/2) dari setiap sistem NLC. Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 44 h. Penentuan kecepatan pelepasan (fluks) APMS dari sistem SLN dan NLC Dari gambar profil pelepasan APMS yang dihasilkan, ditentukan keadaan steady state terlebih dahulu, selanjutnya dibuat persamaan regresi pada daerah steady state tersebut. Berdasarkan hukum difusi Higuchi, slope dari persamaan regresi tersebut merupakan kecepatan pelepasan (fluks) APMS dari sistem NLC. Kondisi steady state adalah kondisi dimana membran berada dalam keadaan jenuh atau proses difusi sudah berjalan konstan. 4.4 Analisis Data 4.4.1 Perhitungan parameter pelapasan APMS dari sistem NLC a. Penentuan Jumlah Kumulatif APMS yang Terlepas dari Sistem NLC Penentuan jumlah kumulatif APMS yang terlepas per satuan luas membran tiap waktu (μg/cm2), dihitung dari konsentrasi yang diperoleh setiap waktu (μg/mL) ditambah faktor koreksi Wurster kemudian dikalikan dengan jumlah media (500 mL) dan selanjutnya dibagi luas permukaan membran. Langkah berikutnya dibuat kurva hubungan antara jumlah kumulatif APMS yang terlepas (μg/cm2) terhadap akar waktu (menit1/2). b. Penentuan profil pelepasan APMS dari sistem NLC Profil pelepasan APMS pada suhu 32ºC ± 0,5 ºC merupakan rerata hubungan antara jumlah APMS yang terlepas (μg/cm2) vs akar waktu (menit1/2). Data diperoleh dari replikasi tiga kali pengamatan. c. Skripsi Penentuan kecepatan pelepasan (fluks) APMS dari sistem NLC Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 45 Dari kurva yang dihasilkan antara jumlah kumulatif APMS yang terlepas (μg/cm2) vs akar waktu (menit1/2) jika mengikuti persamaan linier maka fluks ditentukan dengan menghitung slope dari persamaan garis linier. Namun, jika kurva yang dihasilkan mengikuti persamaan non linier, maka fluks ditentukan dengan menghitung area dibawah kurva pelepasan APMS. Area dibawah kurva dihitung menggunakan rumus trapesium. 4.4.2 Analisis statistika Harga laju pelepasan (Fluks) APMS dianalisis dengan statistika menggunakanmetode analisis varian (ANOVA) satu arah untuk mengetahui apakah ada perbedaan fluks yang bermakna antara sistem SLN dan NLC. Dari hasil analisis tersebut diperoleh nilai harga F hitung yang kemudian dibandingkan dengan F table dan dilakukan uji HSD (Honestly Significant Difference). Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Pemeriksaan Kualitatif Bahan Penelitian Untuk memastikan bahwa bahan-bahan pembentuk sistem SLN maupun NLC memiliki kemurnian yang sesuai dengan pustaka, maka dilakukan pemeriksaan kualitatif APMS, setil alkohol, dan asam oleat untuk kemudian dibandingkan dengan pustaka. Uji kualitatif tersebut terdiri dari organoleptis, profil spektra inframerah, dan termogram DTA. 5.1.1 Pemeriksaan kualitatif APMS Hasil pemeriksaan spektra IR dan suhu lebur APMS dapat dilihat pada gambar 5.1, gambar 5.2 dan 5.3. Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitatif APMS yang dapat dilihat pada table V.1, spektra APMS dibandingkan dengan spektra IR APMS dari pustaka, terlihat bahwa APMS yang digunakan dalam penelitian memberikan serapan beberapa gugus pada bilangan gelombang yang sesuai dengan rentang dalam pustaka, begitu juga hasil pemeriksaan suhu lebur menggunakan DTA yang sesuai dengan suhu lebur dalam pustaka. Gambar 5. 1 Hasil pemeriksaan spektra IR APMS 46 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 47 Gambar 5. 2 Spektra IR APMS berdasarkan pustaka (www.sigmaaldrich.com) Gambar 5. 3 Termogram DTA APMS Tabel V. 1 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel APMS Pemeriksaan Organoleptis Suhu Lebur Identifikasi spektra inframerah Gugus : -C=O -C-O Pengamatan Serbuk berwarna putih 174,1oC Bilangan gelombang (cm-1) : Pustaka Serbuk berwarna putiha) 173 – 175oCb) Bilangan gelombang (cm-1)c): 1687,19 1116,29;1191,27;1217,22 1254,31 1623,23 1598,20 2847,18 1640-1820 1110-1300 -C=C alkena 1600-1650 -C=C aromatik 1475-1600 O-H karboksilat 2400 – 3400 Keterangan : a) Pustaka berdasarkan sertifikat analisis yang didapatkan b) Chemicalland21.com c) Fessenden & Fessenden, 1999 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 48 5.1.2 Pemeriksaan kualitatif setil alkohol Hasil pemeriksaan spektra IR setil alkohol dan spektra IR berdasarkan pustaka dapat dilihat pada gambar 5.4, gambar 5.5, dan gambar 5.6. Berdasarkan kualitatif setil alkohol yang dapat dilihat pada table V.2, terlihat bahwa setil alkohol yang digunakan dalam penelitian memberikan serapan beberapa gugus pada bilangan gelombang yang sesuai dengan rentang dalam pustaka, namun suhu lebur setil alkohol berbeda 0,8 oC dari rentang yang terdapat dalam pustaka. Tabel V. 2 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel setil alkohol Pemeriksaan Organoleptis Suhu Lebur Identifikasi spektra inframerah Gugus : -C=O -C-O -C=C alkena -C=C aromatik O-H karboksilat O-H alkohol Pengamatan Butiran berwarna putih 53,8oC Bilangan gelombang (cm-1) : Pustaka (Rowe et al., 2009) Butiran berwarna putih 47-53 oC Bilangan gelombang (cm-1): 1686,27 1116,31; 1172,28; 1191,30; 1217,29; 1254,28; 1288,33 1622,29 1512,30; 1598,28 2848,27; 2971,26 3466,26 1640-1820 1110-1300 1600-1650 1475-1600 2400 – 3400 3400 – 3650 Gambar 5. 4 Hasil pemeriksaan spektra IR setil alkohol Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 49 Gambar 5. 5 Spektra IR setil alkohol berdasarkan pustaka (sdbs.db.aist.go.jp) Gambar 5. 6 Termogram DTA setil alkohol 5.1.3 Pemeriksaan kualitatif asam oleat Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitatif asam oleat yang dapat dilihat pada table V.3, asam oleat yang digunakan dalam penelitian memberikan serapan beberapa gugus pada bilangan gelombang yang sesuai dengan rentang dalam pustaka. Hasil pemeriksaan spektra IR asam oleat dan spektra IR berdasarkan pustaka dapat dilihat pada gambar 5.7 dan gambar 5.8. Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 50 Tabel V. 3 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel asam oleat Pemeriksaan Organoleptis Pengamatan Cairan kental berwarna kuning kecoklatan Bilangan gelombang (cm-1) : Identifikasi spektra IR Gugus : -C=O 1737,18 -C-O 1171,32 -C=C alkena 1640,30 -C=C aromatik 1473,18 O-H karboksilat 2917,20 Keterangan : a) Fessenden & Fessenden, 1999 Pustaka Cair berwarna kekuningan coklat. Bilangan gelombang (cm-1)a): 1640-1820 1110-1300 1600-1650 1475-1600 2400 – 3400 Gambar 5. 7 Hasil pemeriksaan spektra IR asam oleat Gambar 5. 8 Spektra IR asam oleat berdasarkan pustaka (sdbs.db.aist.go.jp) Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 51 5.2 Penentuan kurva baku APMS Penentuan kurva baku APMS dilakukan dalam dua larutan yaitu larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 sebagai fase air pada sistem SLN mapun NLC dan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 sebagai media uji pelepasan. 5.2.1 Kurva baku dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 Kurva baku APMS dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 ini digunakan untuk perhitungan kadar dalam uji homogenitas dan efisiensi penjebakan sistem SLN dan NLC. Tahapan penentuan kurva baku APMS dalam dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 µ= 0,998 adalah dengan menentukan panjang gelombang maksimum APMS dan kemudian penentuan kurva baku APMS. 5.2.1.1 Hasil penentuan panjang gelombang maksimum dalam dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 Panjang gelombang maksimum APMS dalam dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 ditentukan dengan melakukan scanning seperti pada gambar 5.9 terhadap larutan baku kerja APMS pada kadar 1 ppm dan 12 ppm. Berdasarkan hasil penentuan panjang gelombang maksimum APMS diperoleh panjang gelombang maksimum APMS dalam dapar asetat 304,0 nm. 5.2.1.2 Hasil Penentuan kurva baku APMS dalam larutan dapar asetat pH 4.2 ± 0.2 Kurva baku APMS diperoleh dari hasil pengukuran serapan larutan baku kerja APMS dalam larutan dapar asetat pH 4.2 ± 0.2 dengan berbagai kadar pada panjang gelombang maksimum APMS dalam larutan dapar asetat (304,0 nm). Hasil pengukuran larutan baku kerja APMS dapat dilihat pada tabel V.4. Berdasarkan hasil perhitungan gabungan dari Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 52 tiga kali replikasi diperoleh persamaan regresi y= 0.1348x - 8.429 x10-3 dengan koefisien korelasi 0.9998. APMS 12 ppm APMS 1 ppm Gambar 5. 9 Profil serapan larutan baku kerja APMS pada larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 Tabel V. 4 Nilai serapan APMS pada berbagai kadar dalam larutan dapar asetat pH 4.2 ± 0.2 pada panjang gelombang maksimum 304,0 nm Kadar (ppm) 0,1563 1,0200 2,0400 4,0800 6,1200 8,1600 12,2400 Serapan 0,018 0,128 0,264 0,536 0,817 1,094 1,641 2 serapan 1.5 1 y = 0.1348x - 0.0084 R² = 1 0.5 0 0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 kadar (ppm) Gambar 5. 10 Kurva baku serapan APMS dalam larutan dapar asetat pH 4.2 ± 0.2 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 53 5.2.2 Kurva baku dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05 Tahapan penentuan kurva baku APMS dalam dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 adalah dengan menentukan panjang gelombang maksimum APMS dan kemudian penentuan kurva baku APMS. 5.1 Hasil penentuan panjang gelombang maksimum Panjang gelombang maksimum APMS dalam dapar asetat ditentukan dengan melakukan scanning terhadap larutan baku kerja APMS pada kadar 0,5 ppm dan 15 ppm yang berbeda pada panjang gelombang 200-400 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Berdasarkan hasil penentuan panjang gelombang maksimum APMS diperoleh panjang gelombang maksimum APMS dalam dapar fosfat 285,0 nm seperti yang terlihat pada gambar 5.11 APMS 15ppm APMS 0.5ppm Gambar 5. 11 Profil serapan larutan baku kerja APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 54 5.2 Hasil penentuan kurva baku APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05 Kurva baku APMS diperoleh dari hasil pengukuran serapan larutan baku kerja APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05 dengan kadar 0,5; 1,0; 2,0; 4,0; 6,0; 8,0; 10,0; 12,0; 5,0; 20,0; 30,0 ppm pada panjang gelombang maksimum APMS dalam larutan dapar fosfat (285,0 nm). Berdasarkan hasil perhitungan gabungan dari tiga kali replikasi diperoleh persamaan regresi y = 0.11610x + 0.0285 dengan koefisien korelasi 0.99895. Tabel V. 5 Nilai serapan APMS pada berbagai kadar dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05 pada panjang gelombang maksimum 285,0 nm Kadar (ppm) 0.505 1.010 2.020 4.040 6.060 8.080 10.100 12.120 15.150 20.200 Serapan 0.0530 0.1090 0.2350 0.4780 0.7430 0.9700 1.2280 1.5010 1.8390 2.4310 4 serapan 3 2 y = 0.115x + 0.020 R² = 0.994 1 0 0 10 20 30 40 kadar (ppm) Gambar 5. 12 Kurva baku serapan APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 55 5.3 Pemeriksaan pengaruh bahan tambahan terhadap serapan APMS Pemeriksaan pengaruh bahan tambahan terhadap serapan APMS dilakukan dengan scanning panjang gelombang dapar asetat pH 4,2 ± 0,2, larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05, APMS dalam dapar asetat pH 4,2 ± 0,2, APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05, SLN base, NLC base, SLN APMS, serta NLC APMS. Gambar 5. 13 Serapan larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2, APMS, SLN base, NLC base, SLN APMS, dan NLC APMS dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 Gambar 5. 14 Serapan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05, APMS, SLN base, NLC base, SLN APMS, dan NLC APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 56 Berdasarkan hasil scanning panjang gelombang, diketahui bahwa bahan-bahan yang digunakan pada sistem SLN maupun NLC tidak mempengaruhi serapan APMS pada panjang gelombang maksimalnya. 5.4 Hasil uji homogenitas dan peroleh kembali APMS dalam sistem SLN maupun NLC Tabel V. 6 Hasil perolehan kembali APMS dalam sistem SLN-NLC dengan lipid setil alkohol:asam oleat Formula Rata-rata Perolehan % KV kembali ± SB (%) (10:0)-APMS 114,48 ± 1,16 1,02 (9,5:5)-APMS 105,94 ± 1,48 1,40 (9:1)-APMS 104, 38 ± 0,18 0,17 (8,5:1,5)-APMS 102,46 ± 1,25 1,22 Dari keempat formula, berdasarkan table V.6 diatas uji homogenitas APMS berada pada rentang 102,46-114,48% kadar yang memenuhi persyaratan penetapan kadar bahan aktif dalam sediaan jadi yaitu 80-120% (ICH Harmonised Tripartite Guidline, 2005) dan memiliki nilai %KV 0,18-1,48% yang menunjukkan proses pembuatan sistem SLN maupun NLC memiliki presisi yang baik. 5.5 Penentuan Karakteristik Sistem SLN-NLC APMS Dilakukan penentuan karakteristik SLN-APMS maupun NLC- APMS berupa orgnaoleptis, ukuran partikel, pH, viskositas, serta efisiensi penjebakan. 5.5.1 Hasil pemeriksaan organoleptis sistem SLN-NLC APMS Hasil pemerikasaan organoleptis sistem SLN-APMS dan NLC- APMS pada berbagai formula dapat dilihat pada tabel V.7 berikut. Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 57 Tabel V. 7 Hasil pemeriksaan organoleptis sistem SLN-NLC APMS dengan lipid setil alkohol:asam oleat Formula Warna Pengamatan Bau (10:0)-Base Putih Tidak berbau (9,5:5)- Base Putih Tidak berbau (9:1)- Base (8,5:1,5)- Base Putih Putih Tidak berbau Tidak berbau (10:0)-APMS Putih Tidak berbau (9,5:5)-APMS Putih Tidak berbau (9:1)-APMS (8,5:1,5)-APMS Putih kekuningan Putih kekuningan Tidak berbau Tidak berbau Konsistensi Setengah padat, kental Setengah padat, kental Setengah padat, encer Setengah padat, encer Setengah padat, kental Setengah padat, kental Setengah padat, kental Setengah padat, kental Berdasarkan hasil pemeriksaan organoleptis, pada formula SLN maupun NLC base, semakin tinggi kadar asam oleat, semakin encer konsistensi sediaan, dan pada penamban APMS, terjadi perubahan warna menjadi putih kekuningan pada peningkatan jumlah asam oleat pada sistem NLC. 5.5.2 Hasil pengukuran ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS Hasil pemerikasaan ukuran partikel sistem SLN-APMS dan NLC-APMS pada berbagai formula dapat dilihat pada tabel V.8 dan gambar 5.15. berdasarkan pengukuran partikel menggunakan Delsa Nano, semakin tinggi kadar asam oleat dalam rasio lipid, semakin kecil ukuran partikel matriks lipid. Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga Ukuran partikel rata-rata (nm) 58 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 Base APMS (10:0) (9,5:0,5) (9:1) (8,5:1,5) SLN dan NLC kadar lipid 10% (setil alkohol:asam oleat) Gambar 5. 15 Diagram ukuran partikel sistem SLN dan NLC APMS dengan lipid 10% (setil alkohol:asam oleat) Tabel V. 8 Ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS Formula Rerata ukuran partikel ± SB Base 2267,67 ± 222,72 SLN APMS 2336,4 ± 1118,203 Base 2896,56 ± 1539,54 NLC (95:5) APMS 1620,36 ± 289,78 Base 1482,6 ± 231,89 NLC (90:10) APMS 338,1 ± 7,35 Base 1347,03 ± 196,01 NLC (85:15) APMS 276,8 ± 49,43 5.5.3 %KV 9,82 47,86 53,15 17,88 15,64 2,17 14,55 17,86 Hasil pengukuran polydispersity index (pi) ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS Hasil pemerikasaan homogenitas ukuran partikel sistem SLN- APMS dan NLC-APMS pada berbagai formula dapat dilihat pada tabel V.9 berikut dan gambar 5.16. berdasarkan gambar 5.16 terlihat pada Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 59 peningkatan kadar asam oleat, baik pada formula SLN maupun NLC mengalami penurunan nilai PI yang menunjukkan distribusi ukuran partikel yang semakin homogen. Tabel V. 9 Homogenitas ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS Formula SLN NLC (95:5) NLC (90:10) NLC (85:15) Base APMS Base APMS Base APMS Base APMS PI ± SB 0,633 ± 0,028 0,759 ± 0,213 0,768 ± 0,259 0,596 ± 0,049 0,474 ± 0,03 0,155 ± 0,002 0,476 ± 0,052 0,157 ± 0,021 %KV 4,47 28,05 33,83 8,30 6,68 1,84 10,95 13,98 Polydispersity Index (PI) 1.2 1 0.8 0.6 Base 0.4 APMS 0.2 0 (10:0) (9,5:0,5) (9:1) (8,5:1,5) SLN-NLC kadar lipid 10% (setil alkohol:asam oleat) Gambar 5. 16 Diagram homogenitas ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS dengan lipid 10% (setil alkohol:asam oleat) Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 60 5.5.4 Hasil pengukuran pH sistem SLN-NLC Hasil pemerikasaan pH sistem SLN-APMS dan NLC-APMS pada berbagai formula dapat dilihat pada tabel V.10 berikut: Tabel V. 10 pH sistem SLN-NLC APMS Formula PI ± SB Base 4.08 ± 0.094 SLN APMS 4.12 ± 0.037 Base 4.12 ± 0.412 NLC (95:5) APMS 4.13 ± 0.041 Base 4.12 ± 0.068 NLC (90:10) APMS 3.97 ± 0.009 Base 4.09 ± 0.061 NLC (85:15) APMS 3.96 ± 0.021 5.5.5 %KV 0.518 1.499 0.237 1.648 0.988 2.304 0.915 1.016 Hasil penentuan viskositas sistem SLN-NLC Hasil penentuan viskositas formula SLN dan NLC APMS dapat dilihat pada tabel V.11 berikut: Tabel V. 11 Viskositas sistem SLN-NLC APMS Formula Viskositas (cps) SLN-APMS 982,4 NLC (95:5) –APMS 1170 NLC (90:10) –APMS 1105 NLC (85:15) –APMS 801,9 Pada tabel V.11 dapat dilihat bahwa NLC(8,5:1,5) dengan kadar asam oelat tertinggi memiliki nilai viskositas yang paling rendah, dan NLC (9,5:0,5) dengan kadar asam oelat terendah memiliki viskositas yang paling tinggi. Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 61 5.5.6 Hasil penentuan efisiensi penjebakan sistem SLN-NLC APMS Hasil pemerikasaan ukuran partikel sistem SLN-APMS dan NLC-APMS pada berbagai formula dapat dilihat pada tabel V.12. Berdasarkan hasil uji HSD pada table V.13 dan histogram pada gambar 5.15 diketahui terdapat perbedaan efektivitas penjerapan yang signifikan dari setiap formula. Semakin tinggi kadar asam oleat, semakin tinggi efisiensi penjebakannya. Efisiensi Penjebakan (%) Tabel V. 12 Efisiensi Penjebakan Sistem SLN-NLC APMS Formula Rata-Rata EP ± SB (%) % KV SLN-APMS NLC (95:5)-APMS NLC (90:10)-APMS NLC (85:15)-APMS 13.463 ± 0.2953 17.15 ± 0.3730 18.39 ± 0.0890 27.60± 0.4229 2.19 2.17 0.48 1.53 30 25 20 15 10 5 0 SLN-APMS NLC (95:5)APMS NLC (90:10)APMS NLC (85:15)APMS formula Gambar 5. 17 Diagram efisiensi penjebakan sistem SLN dan NLC APMS Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 62 Sampel Tabel V. 13 Hasil Uji HSD Efisiensi Penjerapan Hasil Uji HSD untuk derajat kepercayaan (α) 0.05 N 1 2 3 4 SLN 3 NLC95 3 NLC90 3 NLC85 3 Sig. 5.6 1.34633 1.71457 1.83927 2.79457 1.000 1.000 1.000 1.000 Hasil Uji Pelepasan APMS dari Sistem SLN-NLC Hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas dari masing-masih formula dalam dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 dapat dilihat selengkapnya pada lampiran. Hasil profil uji pelepasan dari keempat formula kemudian dibandingkan dalam bentuk grafik dan dihitung laju pelepasan (flux) APMS dari masing-masing formula. Nilai flux keempat formula kemudian dianalisis menggunakan ANOVA satu arah dengan uji HSD untuk mengetahui apakah ada perbedaan flux yang signifikan antara keempat formula. 5.6.1 Penentuan profil pelepasan Perbanding profil pelepasan sistem SLN-APMS maupun NLC- APMS dapat dilihat pada gambar 5.17. 5.6.2 Hasil perhitungan laju pelepasan (fluks) apms dari sistem SLN-NLC Hasil Perhitungan Laju pelepasan APMS dalam sistem SLN dan NLC dapat dilihat pada tabel V.14. Berdasarkan hasil uji HSD pada table V.15, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada flux Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 63 dari keempat formula karena nilai signifikan level (0,285) lebih besar dari 0,05. 1200 Jumlah kumulatif/cm2 (µg/cm2) 1000 800 NLC(85:15)-APMS 600 NLC(90:10)-APMS 400 NLC(95:5)-APMS 200 SLN-APMS 0 0 200 400 600 800 -200 -400 Waktu (menit) Gambar 5. 18 Kurva hubungan antara waktu (menit) dan jumlah kumulatif APMS yang lepas dari sistem SLN maupun NLC Tabel V. 14 Laju pelepasan APMS dalam sistem SLN-NLC Formula Rata-rata laju pelepasan ± SB (µg/cm2.menit) % KV SLN-APMS 1,2758 ± 0,0562 4,4071 NLC (95:5)-APMS 1,2296 ± 0,0918 7,4701 NLC (90:10)-APMS 1,4101 ± 0,0823 5,8382 NLC (85:15)-APMS 1,2538 ± 0,1272 10,14811 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga Laju Pelepasan (µg/cm2.menit) 64 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 (10:0) (9,5:5) (9:1) (8,5:1,5) Formula Gambar 5. 19 Histogram laju pelepasan APMS dari sistem SLN maupun NLC Tabel V. 15 Hasil uji ANOVA satu arah laju pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC Jumlah kuadrat Rata-rata kuadrat df F Antar grup .059 3 .020 Dalam grup .104 8 .013 Total .162 11 Skripsi Pengaruh kadar asam.... 1.509 Afina F.A Sig. .285 ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris yang bertujuan untuk membandingkan efektivitas sistem SLN dan NLC dalam hal ini laju pelepasan APMS sebagai model obat dari sistem SLN dan NLC dengan kadar lipid 10% pada setiap formula. Sistem SLN tidak mengandung asam oleat dan sistem NLC dibuat dengan perbedaan rasio setil alkohol : asam oleat. Tahap awal penelitian ini adalah melakukan uji kualitatif APMS, setil alkohol, dan asam oleat untuk mengetahui kemurnian ketiga bahan tersebut melalui pemeriksaan organolpetis, spektra IR dan suhu lebur untuk kemudian dibandingkan dengan pustaka. Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitatif organoleptis, spektra IR, maupun suhu lebur, baik APMS, setil alkohol, maupun asam oleat memiliki karakteristik yang sesuai dengan pustaka. Adapun perbedaan suhu lebur pada setil alkohol yang digunakan dalam penelitian ini yang suhu leburnya lebih tinggi 0,8 C dari rentang pustaka, hal ini dapat disebabkan oleh kemurnian bahan setil alkohol yang digunakan. Setil alkohol juga mengandung stearil alkohol yang memiliki jumlah atom C lebih banyak sehingga dapat meningkatkan suhu leburnya (Rowe et al., 2009) Tahap selanjutnya adalah pembuatan sistem SLN maupun NLC dengan cara panas menggunakan metode High Shear Homogenization dengan alat Ultra-Turrax pada kecepatan 24000 rpm selama 8 menit terbagi dalam empat cycle. Suhu pemanasan sangat penting diperhatikan selama proses pembuatan untuk menghindari pemanasan berlebihan yang dapat menurunkan stabilitas obat maupun sediaan akibat proses oksidasi. 65 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 66 Pada penetapan kadar APMS dalam uji homogenitas, perhitungan efisiensi penjebakan, dan uji pelepasan, digunakan metode spektrofotometri UV-VIS yang diawali dengan penentuan panjang gelombang maksimal dan penetapan kurva baku. Penentuan panjang gelombang maksimal dan pembuatan kurva baku APMS dilakukan dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 sebagai fase air dan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 sebagai media pada uji pelepasan. Kurva baku APMS dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 digunakan untuk penetapan kadar APMS pada uji homogenitas dan efisiensi penjebakan sistem SLN dan NLC. Adapapun kurva baku APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 digunakan untuk penetapan kadar APMS yang terlepas pada uji pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC. Dari hasil penentuan panjang gelombang maksimal, diperoleh panjang gelombang maksimal (λ) APMS dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 304,0 nm sementara dalam larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 diperoleh panjang gelombang maksimal (λ) 285,0 nm. Perbedaan panjang gelombang maksimal APMS dalam kedua larutan dapar tersebut disebabkan oleh adanya gugus OH sebagai gugus auksokrom pada struktur asam asetat yang dapat menggeser serapan maksimal APMS ke arah yang lebih panjang atau disebut pergeseran batokromik (Pavia et al., 2009). Adapun persamaan garis dari kedua kurva baku telah memenuhi persayratan linearitas. Untuk memastikan bahwa bahan tambahan tidak mengganggu serapan APMS, dilakukan pemeriksaan pengaruh bahan tambahan pada serapan APMS dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 sebagai fase air sistem dan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 sebagai media pada uji pelepasan. Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa bahan penyusun sistem SLN maupun NLC tidak memberikan serapan APMS pada panjang gelombang maksimalnya. Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 67 Pada setiap pembuatan formula dilakukan tiga kali replikasi untuk menjamin repetabilitas proses pembuatan yang ditunjukkan oleh nilai simpangan baku atau %KV pada penetapan kadar APMS dalam sediaan. Dari keempat formula, kadar APMS berada pada rentang 102,46114,48% kadar yang memenuhi persyaratan penetapan kadar bahan aktif dalam sediaan jadi yaitu 80-120% (ICH Harmonised Tripartite Guidline, 2005) dan memiliki nilai %KV 0,18-1,48% yang menunjukkan proses pembuatan sistem SLN maupun NLC dianggap memiliki repetabilitas yang baik. Tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah penentuan karakteristik sistem SLN maupu NLC meliputi pemeriksaan organoleptis, ukuran partikel, pH, viskositas, dan efisiensi penjebakan. Pada pemeriksaan organoleptis yang terdiri dari warna, bau, dan konsistensi, dari keempat formula, terjadi penurunan konsistensi pada sistem NLC base dengan rasio setil alkohol : asam oleat 9:1 dan 8,5:1,5. Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan jumlah asam oleat sebagai lipid cair yang dapat menurunkan keteraturan kisi kristal yang berakibat pada penurunan titik lebur sistem NLC (Souto and Müller, 2007). Penurunan titik lebur berbanding lurus dengan penurunan konsistensi suatu zat dari padat menuju cair, oleh karena itu, peningkatan kadar asam oleat menurunkan konsistensi sistem NLC. Sementara pada sistem NLC-APMS dengan rasio setil alkohol : asam oleat 9:1 dan 8,5:1,5 memiliki warna putih kekuningan dibanding formula lain yang berwarna putih. Perbedaan warna ini dapat disebabkan oleh jumlah asam oleat yang berwarna kuning lebih tinggi dibandingkan dengan formula lainnya. Berdasarkan hasil pengukuran ukuran partikel rata-rata, SLN dan NLC base terjadi penurunan ukuran partikel sebanding dengan peningkatan jumlah asam oleat. Namun pada sistem SLN dan NLC Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 68 dengan APMS, SLN dengan APMS memiliki ukuran partikel yang lebih besar dibandingkan dengan basenya. Pada sistem NLC dengan APMS, terjadi penurunan ukuran partikel sebanding dengan peningkatan jumlah asam oleat. Hal ini dapat mengalami proses pelarutan dalam asam oleat karena APMS larut dalam pelarut organik (Bovine Metabolome Database, 2015). Sementara pada seluruh formula, diperoleh pH pada rentang 3,954,13 yang memenuhi rentang pH sediaan maupun rentang pH kulit 4,006,00 (Zlotogorski, 1987). Penentuan efisiensi penjebakan APMS dalam sistem SLN maupun NLC dilakukan dengan metode sentrifugasi. Berdasarkan analisis statistik menggunakan ANOVA satu arah, terdapat perbedaan efisiensi penjebakan secara bermakna dari keempat formula, semakin tinggi kadar asam oleat semakin besar efisiensi penjebakannya. Formula NLC dengan rasio setil alkohol : asam oleat 8,5:1,5 memiliki nilai efisiensi penjebakan tertinggi yaitu 27.60 ± 0.4229% dan formula SLN memiliki efisiensi penjebakan terendah yaitu 13.463 ± 0.2953%. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah asam oleat pada sistem yang berfungsi sebagai lipid cair yang dapat menurunkan keteraturan kisi kristal setil akohol sehingga dapat memuat bahan obat lebih banyak (Zuang et al., 2010), selain itu asam oleat juga dapat melarutkan APMS sehingga jumlah APMS yang terjebak dalam matriks lipid lebih besar dibandingkan dengan sistem SLN yang tidak mengandung asam oleat. Setelah penentuan karakteristik dilakukan, dilanjutkan dengan uji pelepasan sistem SLN maupun NLC pada keempat formula. Uji pelepasan dilakukan dengan tiga kali replikasi pada masing-masing formula. Pada uji pelepasan keempat formula diperoleh jumlah kumulatif APMS yang terlepas tidak berbeda bermakna dan berada pada rentang 3244%. Pada penelitain ini diketahi bahwa nilai efisiensi penjebakan APMS Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 69 dalam matriks lipid berada pada rentang 13-28% sehingga APMS yang berada di fase air sekitar 72-87%, hal ini menujukkan bahwa obat yang terlepas selama 720 menit dari keempat formula masih berasal dari fase luar, yaitu fase air. Berdasarkan hasil analisis statistik ANOVA satu arah, diketahui tidak terdapat perbedaan bermakna pada laju pelepasan (flux) dari keempat formula. Secara teori, laju pelepasan suatu obat dipengaruhi oleh ukuran partikel, viskositas (Sinko and Singh, 2011), dan efisiensi penjebakan obat dalam matriks lipid. Berdasarkan hukum difusi Fick II, luas permukaan partikel berbanding lurus dengan jumlah obat yang berdifusi (Sinko and Singh, 2011), semakin kecil ukuran partikel semakin besar luas permukaannya sehingga jumlah yang berdifusi semakin besar. Pada penelitian ini diperoleh ukuran partikel menurun seiring dengan bertambahnya jumlah asam oleat, namun penurunan ukuran partikel ini tidak memberikan pengaruh pada laju pelepasan APMS dari keempat formula. Faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah afinitas bahan obat dengan bahan pembawa. Semakin besar afinitas pembawa terhadap bahan obat maka semakin kecil pelepasan dari pembawa. Sebaliknya, obat yang memiliki afinitas kecil terhadap pembawa maka jumlah obat yang dilepaskan juga semakin besar (Sinko and Singh, 2011). Adanya asam oleat dalam penyusun matriks lipid menyebabkan afinitas APMS dalam lipid lebih besar sehingga menghambat pelepasan. Uji pelepasan pada penelitian ini merupakan hasil yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga afinitas APMS dalam asam oleat dapat menghilangkan pengaruh ukuran partikel matriks lipid. Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil uji pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC yang dengan kadar lipid 10% terdiri dari setil alkohol : asam oleat (10:0; 9,5:0,5; 9:1; dan 8,5:1,5), tween 80, dan propilenglikol selama 720 menit disimpulkan bahwa peningkatan jumlah asam oleat belum mempengaruhi laju pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC. 7.2 Saran Perlu dilakukan uji pelepasan APMS yang lebih lama untuk mengetahui pengaruh peningkatan jumlah asam oleat pada laju pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC. 70 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR PUSTAKA Bhaskar, K., Anbu, J., Ravichandiran, V., Venkateswarlu, V., & Rao, Y. M. 2009. Lipid Nanoparticle for TranSBermal Delivery of Flurbiprofen: Formulation, In Vitro, Ex Vivo and In Vivo Studies. BioMed Central , p.1-15. Chen, C. C., Tsai, T. H., Huang, Z. R., & Fang, J. Y. 2010. Effects of Lipophilic Emulsifiers on The Oral Administration of Lovastatin from Nanostructured Lipid Carriers: Physicochemical Characterization and Pharmacokinetics. European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics Vol.74 , p.474-482. Donovan, M. D., & Flanagan, D. R. 1996. Bioavailability of Disperse Dosage Forms. In H. A. Lieberman, M. M. Rieger, & G. S. Banker, Pharmaceutical Dosage Form: Disperse Sistem 2nd (pp. 315-370). Marcel Dekker, Inc. Dubey, A., P., P., & J., V. K. 2012. Nanostructured Lipid Carriers: A Novel Topical Drug Delivery Sistem. International Journal of PharmTech Research Vol.4 No.2 , p.705-714. Hu, F. Q., Jiang, S. P., Du, Y. Z., Ye, Y. Q., & Zeng, S. 2005. Preparation and Characterization of Stearic Acid Nanostructured Lipid Carriers by Solvent Diffusion Method in An Aqueous Sistem. Colloids and Surfaces B: Biointerfaces , p.167-173. Kovacevic, A., Savic, S., Vuleta, G., Keck, C. M., & Müller, R. H. 2011. Polyhydroxy Surfactants for The Formulation Of Lipid Nanoparticles (SLN nad NLC): Effect on size, Physical Stability and Particle Matrix Structure. International Journal of Pharmaceutics , p.163-172. Li, B., & Ge, Z. Q. 2012. Nanostructured Lipid Carrier Improve Skin Permeation and Chemical Stability of Idebenone. AAPS PharmSci Tech Vol.13 No.1 , p.276-283. Loo, C. H., Basri, M., Ismail, R., Lau, H. N., Tejo, B. A., Kanthimathi, M. S., et al. 2013. Effect of Compositions in Nanostructured Lipid Carriers (NLC) on Skin Hydration and Occlusion. International Journal of Nanomedicine , p.13-22. Mäder, K. 2006. Solid Lipid Nanoparticles as Drug Carriers. In V. P. Torchilin, Nanoparticulate as Drug Carrier (pp. 187-205). London: Imperial College Press. Mühlen, A. Z., Schwarz, C., & Mehnert, W. 1997. Solid Lipd Nanoparticles (SLN) for Controlled Drug Delivery-Drug Release nad Release Mechanism. European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics Vol.45 , p.149-155. 71 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 72 Müller, R. H., Mäder, K., & Gohla, S. 2000. Solid Lipid Nanoparticles (SLN) for Controlled Drug Delivery- A Review of The State of The Art. European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics , p.161-177. Müller, R. H., Petersen, R. D., Hommos, A., & Pardeike, J. 2007. Nanostructured Lipid Carriers (NLC) in Cosmetic Dermal Products Vol.59. Advanced Drug Delivery Reviews , p.522-530. Müller, R. H., Radtke, M., & Wissing, S. A. 2002. Solid Lipid Nanoparticles (SLN) and Nanostructured Lipid Carriers (NLC) in Cosmetic and Dermatological Preparation. Advance Drug Delivery Reviews , p.S131-S155. Qian, C., Decker, E. A., Xiao, H., & McClements, D. J. 2012. Solid Lipid Nnao Particles : Effect of Carrier Oil and Emulsifier Type on Phase Behavior and Physical Stability. J Am Oil Chem Soc , p.17-28. Radomska, Radomska, A., & Dobrucki, R. 2000. The Use of Some Ingredients for Microemulsion Preparation Containing Retinol and Its Ester. International Journal of Pharmaceutics , p.131-134. Rahmawan, T. G., Rosita, N., & Erawati, T. 2012. Characterisation of Solid Lipid Nanoparticles p-Methoxycinnamic Acid (SLN-APMS) Formulated With Different Lipid Component: Stearic Acid and Cetyl Alcohol . PharmaScientia Vol.1 No.1 , p.16-20. Rowe, R. C., Sheskey, P. J., & Quinn, M. E. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition. London: Pharmaceutical Press. Singhal, G. B., Patel, R. P., Prajapati, B. G., & Patel, N. A. 2011. Solid Lipid Nanoparticles and Nano Lipid Carriers: As Novel Solid Lipid Based Drug Carrier. International Research Journal of Pharmacy Vol.2 , p.40-52. Sinko, P. J., & Singh, Y. 2011. Martin's Physical Pharmacy and Pharmaceutical Science- Physical Chemical and Biopharmaceutical Principle in The Pharmaceutical Science 6th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business. Souto, E. B., & Müller, R. H. 2007. Lipid Nanoparticles (Solid Lipid Nanoparticle and Nanosturctured Lipid Carriers) for Cosmetic, Dermal, and Transdermal Aplication. In D. Thassu, M. Deleers, & Y. Pathak, Nanoparticulate Drug Delivery Sistem (pp. 213-229). New York: Informa Healthcare USA, Inc. Tamjidi, F., Shahedi, M., Varshosaz, J., & Nasirpour, A. 2013. Nanostructured Lipid Carriers (NLC): A potential delivery Sistem for Bioactive Food Molecules. Innovative Food Science and Emerging Technologies Vol.19 , p.29-43. Umar, M. I., Asmawi, M. Z., Sadikun, A., Atangwo, I. J., Yam, M. F., Altaf, R., et al. 2012. Bioactivity-Guided Isolation of Ethyl-p- Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 73 methoxycinnamate, an Anti-Inflammatory Constituent, from Kaempferia Galanga L. Extract. Molecules Vol.17 , p.8720-8734. Vitorino, C., Alves, L., Antunes, F. E., Sousa, J. J., & Pais, A. C. 2013. Design of Dual Nanostructired Lipid Carrier Formulation Based on Physicochemical, Rheological, and Mechanical Properties. J. Nanopart Res , p.1-14. Vitorino, C., Carvalho, F. A., Almeida, A. J., Sousa, J. J., & Pais, A. C. 2011. The Size of Solid Lipid Nanoparticles: An Interpretation from Experimental Design. Colloids and Surfaces B: Biointerfaces Vo.84 , p.117-130. Vittalrao, M. A., Shanbag, T., Kumari, M., Bairy, K. L., & Shenoy, S. 2011. Evaluation of Antiinflammatory And Analgesic Activities of Alcoholic Extract of Kaempferia Galanga in Rats. Indian J Physiol Pharmacol Vol.55 No.1 , p.13-24. Waghmare, A. S., Grampurohit, N. D., Gadhave, M. V., Gaikwad, D. D., & Jadhav, S. L. 2012. Solid Lipid Nanoparticles: A Promising Drug Delivery Sistem. International Research Journal of Pharmacy Vol.3 No.4 . Woo, J. O., Misran, M., Lee, P. F., & Tan, L. P. 2014. Development of a Controlled Release of Salicylic Acid Loaded Stearic Acid-Oleic Acid Nanoparticles in. The Scientific Worl Journal , p.1-10. Zhuang, C. Y., Li, N., Wang, M., Zhang, X. N., Pan, W. S., Peng, J. J., et al. 2010. Preparation and Characterization of Vinpocetine Loaded Nanstructured Lipd Carriers (NLC) for Improved Oral Bioavailability. International Journal of Pharmaceutics Vol.394 , p.179-185. Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Lampiran 1. Sertifikat Analisis APMS 74 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 75 LAMPIRAN 2 Lampiran 2. Sertifikat analisis Asam Oleat Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 76 LAMPIRAN 3 Lampiran 3. Sertifikat Analisis Setil Alkohol Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 77 LAMPIRAN 4 Lampiran 4. Sertifikat Analisis Tween 80 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 78 LAMPIRAN 5 Lampiran 5. Sertifikat Analisis Propilenglikol Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 79 LAMPIRAN 6 Lampiran 6. Sertifikat Analisis Natrium Asetat Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 80 LAMPIRAN 7 Lampiran 7. Sertifikat Analisis Asam Asetat Glasial Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 81 LAMPIRAN 8 Lampiran 8. Sertifikat Hasil Uji Viskositas Sistem SLN-NLC APMS Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 82 LAMPIRAN 9 Lampiran 9. Tabel Efisiensi Penjebakan Formula SLN-APMS NLC (95:5)-APMS NLC (90:10)-APMS NLC (85:15)-APMS Skripsi Efisiensi Penjebakan 1 2 3 13.877 13.307 13.206 17.660 16.991 16.786 18.513 18.300 18.365 27.046 28.069 27.699 Pengaruh kadar asam.... Rata-Rata ± SB % KV 13.463 ± 0.2953 17.15 ± 0.3730 18.39 ± 0.0890 27.60± 0.4229 2.19 2.17 0.48 1.53 Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 83 LAMPIRAN 10 Lampiran 10. Hasil Uji pelepasan APMS dari Sistem SLN dan NLC 1. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula I replikasi 1 Waktu Serapan Kadar (ppm) Koreksi wurster (ppm) Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml) Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2) 5 0.205 1.512 1.512 756 114.545 10 0.204 1.503 1.51812 759.06 115.009 15 0.215 1.599 1.62915 814.575 123.420 30 0.256 1.956 2.00214 1001.07 151.677 45 0.288 2.234 2.2997 1149.85 174.220 60 0.344 2.722 2.81004 1405.02 212.882 90 0.413 3.322 3.44326 1721.63 260.853 120 0.47 3.775 3.92948 1964.74 297.688 150 0.53 4.376 4.56823 2284.115 346.078 180 0.48 3.932 4.16799 2083.995 315.757 210 0.68 5.629 5.90431 2952.155 447.296 240 0.72 6.003 6.33834 3169.17 480.177 300 0.83 6.96 7.35537 3677.685 557.225 360 0.80 6.664 7.12897 3564.485 540.073 420 0.94 7.883 8.41461 4207.305 637.470 480 1.05 8.84 9.45044 4725.22 715.942 540 1.15 9.719 10.41784 5208.92 789.230 600 1.26 10.685 11.48103 5740.515 869.775 660 1.37 11.651 12.55388 6276.94 951.052 720 1.27 10.764 11.78339 5891.695 892.681 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 84 Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula I replikasi 2 Waktu Serapan Kadar (ppm) Koreksi wurster (ppm) Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml) Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2) 5 0.137 0.920 0.920 460.183 69.725 10 0.031 -0.002 0.007 3.514 0.532 15 0.068 0.320 0.329 164.513 24.926 30 0.136 0.912 0.924 462.021 70.003 45 0.197 1.443 1.464 732.028 110.913 60 0.222 1.660 1.696 848.031 128.490 90 0.338 2.670 2.722 1361.118 206.230 120 0.35 2.774 2.853 1426.686 216.165 150 0.444 3.592 3.699 1849.608 280.244 180 0.473 3.845 3.988 1993.766 302.086 210 0.522 4.271 4.452 2226.218 337.306 240 0.565 4.645 4.869 2434.693 368.893 300 0.661 5.481 5.751 2875.674 435.708 360 0.785 6.560 6.885 3442.678 521.618 420 0.897 7.535 7.926 3962.859 600.433 480 0.969 8.161 8.628 4313.849 653.613 540 1.073 9.067 9.614 4807.224 728.367 600 1.173 9.937 10.575 5287.718 801.169 660 1.091 9.223 9.961 4980.570 754.632 720 1.357 11.538 12.368 6184.215 937.002 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 85 2. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula I replikasi 3 Waktu Serapan Kadar (ppm) Koreksi Wurster (ppm) Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml) Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2) 5 0.061 0.259 0.259 129.460 19.615 10 0.064 0.285 0.288 143.810 21.789 15 0.121 0.781 0.787 393.277 59.587 30 0.184 1.329 1.343 671.334 101.717 45 0.182 1.312 1.339 669.278 101.406 60 0.257 1.965 2.004 1002.208 151.850 90 0.335 2.644 2.703 1351.458 204.766 120 0.395 3.166 3.252 1625.772 246.329 150 0.457 3.705 3.823 1911.401 289.606 180 0.517 4.228 4.382 2191.025 331.973 210 0.571 4.698 4.894 2447.150 370.780 240 0.638 5.281 5.524 2762.195 418.514 300 0.758 6.325 6.622 3310.792 501.635 360 0.905 7.604 7.964 3982.104 603.349 420 0.999 8.423 8.858 4429.178 671.088 480 1.119 9.467 9.987 4993.483 756.588 540 1.201 10.181 10.795 5397.650 817.826 600 1.308 11.112 11.828 5914.175 896.087 660 1.406 11.965 12.792 6396.192 969.120 720 1.435 12.217 13.164 6582.213 997.305 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 86 3. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula II replikasi 1 Waktu Serapan Kadar (ppm) Koreksi wurster (ppm) Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml) Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2) 5 0.04 0.076 0.076 38.077 5.769 10 0.046 0.128 0.129 64.567 9.783 15 0.11 0.685 0.687 343.712 52.078 30 0.178 1.277 1.286 643.048 97.432 45 0.187 1.356 1.377 688.599 104.333 60 0.213 1.582 1.617 808.518 122.503 90 0.315 2.470 2.521 1260.292 190.953 120 0.337 2.661 2.737 1368.375 207.329 150 0.43 3.470 3.573 1786.379 270.664 180 0.474 3.853 3.990 1995.202 302.303 210 0.53 4.341 4.516 2258.159 342.145 240 0.584 4.811 5.030 2514.850 381.038 300 0.804 6.725 6.993 3496.258 529.736 360 0.877 7.361 7.695 3847.552 582.962 420 0.895 7.517 7.925 3962.685 600.407 480 0.947 7.970 8.453 4226.556 640.387 540 1.189 10.076 10.639 5319.495 805.984 600 1.276 10.833 11.497 5748.466 870.980 660 1.299 11.034 11.805 5902.720 894.351 720 1.294 10.990 11.872 5936.129 899.414 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 87 4. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula II replikasi 2 Waktu Serapan Kadar (ppm) Koreksi wurster (ppm) Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml) Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2) 10 0.098 0.581 0.581 290.470 44.011 15 0.13 0.859 0.865 432.626 65.549 30 0.184 1.329 1.344 671.910 101.805 45 0.162 1.138 1.166 582.822 88.306 60 0.213 1.582 1.621 810.444 122.795 90 0.265 2.034 2.089 1044.637 158.278 120 0.333 2.626 2.701 1350.718 204.654 150 0.372 2.966 3.067 1533.562 232.358 180 0.406 3.262 3.393 1696.345 257.022 210 0.462 3.749 3.913 1956.342 296.416 240 0.507 4.141 4.342 2170.909 328.926 300 0.685 5.690 5.932 2966.199 449.424 360 0.768 6.412 6.712 3355.831 508.459 420 0.765 6.386 6.750 3374.837 511.339 480 0.804 6.725 7.153 3576.480 541.891 540 0.939 7.900 8.395 4197.574 635.996 600 1.115 9.432 10.006 5002.959 758.024 660 1.143 9.676 10.344 5171.965 783.631 720 1.202 10.189 10.954 5477.089 829.862 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 88 5. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula II replikasi 3 Waktu Serapan Kadar (ppm) Koreksi wurster (ppm) Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml) Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2) 10 0.064 0.285 0.285 142.51 21.59 15 0.101 0.607 0.610 304.95 46.20 30 0.123 0.799 0.807 403.72 61.17 45 0.2 1.469 1.486 742.78 112.54 60 0.266 2.043 2.075 1037.33 157.17 90 0.358 2.844 2.896 1447.90 219.37 120 0.371 2.957 3.037 1518.69 230.10 150 0.457 3.705 3.815 1907.71 289.04 180 0.487 3.966 4.114 2056.78 311.63 210 0.486 3.958 4.145 2072.26 313.98 240 0.595 4.906 5.133 2566.38 388.84 300 0.803 6.717 6.992 3496.05 529.70 360 0.866 7.265 7.608 3803.78 576.33 420 0.872 7.317 7.732 3866.22 585.79 480 1.177 9.972 10.460 5230.04 792.43 540 1.224 10.381 10.969 5484.43 830.97 600 1.265 10.738 11.430 5714.75 865.87 660 1.266 10.746 11.546 5772.79 874.66 720 1.319 11.208 12.114 6057.16 917.75 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 89 6. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula III replikasi 1 Waktu Serapan Kadar (ppm) Koreksi wurster (ppm) Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml) Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2) 10 -0.158 -1.647 -1.647 -823.54 -124.77 15 -0.133 -1.430 -1.446 -722.98 -109.54 30 -0.052 -0.725 -0.755 -377.65 -57.22 45 -0.002 -0.289 -0.327 -163.69 -24.80 60 0.04 0.076 0.035 17.62 2.67 90 0.138 0.929 0.889 444.46 67.34 120 0.197 1.443 1.412 705.85 106.94 150 0.291 2.261 2.244 1122.11 170.01 180 0.356 2.826 2.833 1416.27 214.58 210 0.422 3.401 3.435 1717.61 260.24 240 0.486 3.958 4.026 2013.12 305.01 300 0.598 4.933 5.041 2520.28 381.86 360 0.748 6.238 6.395 3197.69 484.49 420 0.866 7.265 7.485 3742.37 567.02 480 1.017 8.579 8.872 4435.79 672.09 540 1.112 9.406 9.784 4892.09 741.22 600 1.256 10.659 11.132 5565.75 843.29 660 1.337 11.364 11.943 5971.53 904.77 720 1.394 11.860 12.553 6276.39 950.96 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 90 7. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula III replikasi 2 Waktu Serapan Kadar (ppm) Koreksi wurster (ppm) Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml) Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2) 10 -0.218 -2.169 -2.169 -1084.63 -164.33 15 -0.127 -1.377 -1.399 -699.48 -105.98 30 -0.073 -0.907 -0.943 -471.38 -71.42 45 -0.033 -0.559 -0.604 -301.86 -45.73 60 0.028 -0.028 -0.078 -39.20 -5.94 90 0.1 0.598 0.548 273.96 41.51 120 0.178 1.277 1.233 616.38 93.39 150 0.241 1.826 1.794 896.92 135.89 180 0.299 2.330 2.317 1158.44 175.52 210 0.356 2.826 2.836 1418.13 214.86 240 0.431 3.479 3.517 1758.63 266.46 300 0.539 4.419 4.492 2246.00 340.30 360 0.645 5.342 5.459 2729.37 413.54 420 0.772 6.447 6.617 3308.73 501.32 480 0.865 7.256 7.491 3745.67 567.52 540 0.982 8.275 8.582 4291.09 650.16 600 1.097 9.275 9.666 4832.89 732.25 660 1.21 10.259 10.742 5371.00 813.78 720 1.156 9.789 10.375 5187.31 785.95 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 91 8. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula III replikasi 3 Waktu Serapan Kadar (ppm) Koreksi wurster (ppm) Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml) Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2) 10 -0.125 -1.360 -1.360 -679.93 -103.02 15 -0.096 -1.107 -1.121 -560.54 -84.93 30 -0.003 -0.298 -0.323 -161.37 -24.45 45 -0.056 -0.759 -0.787 -393.50 -59.62 60 0.058 0.233 0.198 98.78 14.96 90 0.147 1.007 0.974 487.23 73.82 120 0.204 1.503 1.481 740.31 112.16 150 0.274 2.113 2.105 1052.44 159.46 180 0.341 2.696 2.709 1354.56 205.23 210 0.402 3.227 3.267 1633.49 247.49 240 0.456 3.697 3.769 1884.61 285.54 300 0.56 4.602 4.711 2355.66 356.91 360 0.665 5.516 5.671 2835.59 429.63 420 0.787 6.577 6.788 3394.07 514.25 480 0.794 6.638 6.915 3457.41 523.85 540 1 8.431 8.774 4387.04 664.70 600 1.111 9.397 9.824 4912.22 744.27 660 1.235 10.477 10.998 5498.81 833.15 720 1.321 11.225 11.851 5925.43 897.79 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 92 9. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula IV replikasi 1 Waktu Serapan Kadar (ppm) Koreksi wurster (ppm) Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml) Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2) 10 0.035 0.033 0.033 16.31 2.47 15 0.062 0.268 0.268 133.97 20.29 30 0.136 0.912 0.915 457.33 69.29 45 0.184 1.329 1.342 670.76 101.63 60 0.229 1.721 1.746 873.23 132.30 90 0.3 2.339 2.382 1190.80 180.42 120 0.354 2.809 2.875 1437.48 217.80 150 0.421 3.392 3.486 1743.09 264.10 180 0.462 3.749 3.877 1938.46 293.70 210 0.512 4.184 4.350 2174.79 329.51 240 0.573 4.715 4.922 2461.16 372.90 300 0.652 5.403 5.657 2828.51 428.56 360 0.761 6.351 6.660 3329.85 504.52 420 0.664 5.507 5.879 2939.50 445.37 480 0.786 6.569 6.996 3497.93 529.99 540 1.021 8.614 9.107 4553.40 689.91 600 1.079 9.119 9.698 4848.86 734.67 660 1.112 9.406 10.076 5038.06 763.34 720 1.305 11.086 11.850 5924.95 897.72 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 93 10. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula IV replikasi 2 Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml) Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2) -0.002 -1.08 -0.16 0.041 20.65 3.13 0.929 0.929 464.73 70.41 0.198 1.451 1.461 730.47 110.67 60 0.254 1.939 1.963 981.41 148.70 90 0.342 2.705 2.748 1374.05 208.19 120 0.426 3.436 3.506 1753.11 265.62 150 0.502 4.097 4.202 2101.01 318.33 180 0.567 4.663 4.809 2404.35 364.29 210 0.632 5.228 5.421 2710.52 410.68 240 0.69 5.733 5.978 2989.05 452.88 300 0.808 6.760 7.062 3531.21 535.03 360 0.944 7.944 8.314 4156.83 629.82 420 0.862 7.230 7.679 3839.71 581.77 480 1.091 9.223 9.745 4872.38 738.24 540 1.261 10.703 11.317 5658.27 857.31 600 1.371 11.660 12.381 6190.47 937.95 660 1.35 11.477 12.315 6157.38 932.93 720 1.59 13.566 14.518 7259.16 1099.87 Waktu Serapan Kadar (ppm) Koreksi wurster (ppm) 10 0.031 -0.002 15 0.036 0.041 30 0.138 45 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 94 11. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula IV replikasi 3 Waktu Serapan Kadar (ppm) Koreksi wurster (ppm) Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml) Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2) 10 0.024 -0.063 -0.063 -31.54 -4.78 15 0.077 0.398 0.398 198.77 30.11 30 0.13 0.859 0.863 431.39 65.36 45 0.198 1.451 1.463 731.60 110.84 60 0.239 1.808 1.835 917.27 138.98 90 0.329 2.591 2.636 1317.96 199.69 120 0.409 3.288 3.358 1679.04 254.40 150 0.477 3.879 3.983 1991.39 301.72 180 0.569 4.680 4.822 2411.14 365.32 210 0.614 5.072 5.261 2630.36 398.54 240 0.672 5.577 5.816 2908.11 440.62 300 0.808 6.760 7.056 3527.81 534.51 360 0.926 7.787 8.150 4075.10 617.44 420 1.023 8.631 9.072 4536.15 687.29 480 1.152 9.754 10.281 5140.66 778.88 540 1.03 8.692 9.317 4658.54 705.83 600 1.233 10.459 11.171 5585.37 846.26 660 1.248 10.590 11.406 5702.94 864.08 720 1.26 10.694 11.616 5808.11 880.01 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 95 12. Tabel hasil perhitungan laju pelepasan (flux) APMS Formula SLN APMS NLC(95:5) APMS NLC(90:10) APMS NLC(85:15) APMS Skripsi Flux 1a 1.2138 1b 1.2636 1c 1.3499 2a 1.2727 2b 1.102 2c 1.3143 3a 1.5265 3b 1.3552 3c 1.3487 4a 1.1067 4b 1.4171 4c 1.2376 Rata-rata SB % KV 1.275767 0.056225 4.407129 1.229667 0.091858 7.470121 1.410133 0.082326 5.838202 1.2538 0.127237 10.14811 Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 13. Tabel hasil Perhitungan %APMS yang terlepas dari sistem SLN dan NLC selama 720 menit Berat Sediaan dalam Disk (µg) Jumlah APMS dalam disk (µg) %Recovery Jumlah APMS total (µg) Kumulatif pada jam ke-12 (µg/cm2) APMS yg terlepas (µg) % terlepas dari dalam disk 1826600 15891.42 110.28 17525.06 892.68 5891.688 33.619 1829900 15920.13 110.28 17556.72 937 6184.2 35.224 1923600 16735.32 110.28 18455.71 997.3 6582.18 35.665 1852300 16115.01 110.49 17805.47 899.41 5936.106 33.339 1900000 16530 110.49 18263.99 830.71 5482.686 30.019 1898600 16517.82 110.49 18250.53 917.76 6057.216 33.189 1905700 16579.59 104.38 17305.77 949.59 6267.294 36.215 1912000 16634.4 104.38 17362.98 784.71 5179.086 29.828 2026400 17629.68 104.38 18401.86 895.55 5910.63 32.120 2104100 18305.67 102.46 18755.98 897.7 5924.82 31.589 2196800 19112.16 102.46 19582.31 1099.71 7258.086 37.064 2095300 18229.11 102.46 18677.54 879.81 5806.746 31.089 96 Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 97 LAMPIRAN 11 Lampiran 11. Data Hasil Pengolahan Statistik ANOVA Satu Arah 1. Flux ANOVA flux Sum of Squares Between Groups Within Groups Total .059 .104 .162 Df Mean Square 3 8 11 .020 .013 F Sig. 1.509 .285 Multiple Comparisons flux Tukey HSB 95% Confidence Interval (I) sampe Mean (J) sampe Difference (I-J) NLC 85 NLC 90 -.1563333 .0929596 .391 -.454023 .141356 NLC 95 .0241333 .0929596 .993 -.273556 .321823 -.0219667 .0929596 .995 -.319656 .275723 NLC 85 .1563333 .0929596 .391 -.141356 .454023 NLC 95 .1804667 .0929596 .285 -.117223 .478156 SLN NLC 90 SLN NLC 95 SLN Skripsi Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound .1343667 .0929596 .509 -.163323 .432056 NLC 85 -.0241333 .0929596 .993 -.321823 .273556 NLC 90 -.1804667 .0929596 .285 -.478156 .117223 SLN -.0461000 .0929596 .958 -.343789 .251589 NLC 85 .0219667 .0929596 .995 -.275723 .319656 NLC 90 -.1343667 .0929596 .509 -.432056 .163323 NLC 95 .0461000 .0929596 .958 -.251589 .343789 Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 98 2. Efisiensi Penjebakan ANOVA EP Sum of Squares Between Groups Within Groups Total Df 342.788 .795 343.583 Mean Square 3 8 11 F 114.263 .099 Sig. 1.150E3 .000 Multiple Comparisons flux Tukey HSD (J) sampe NLC 85 NLC 90 -.1563333 .0929596 .391 -.454023 .141356 NLC 95 .0241333 .0929596 .993 -.273556 .321823 -.0219667 .0929596 .995 -.319656 .275723 NLC 85 .1563333 .0929596 .391 -.141356 .454023 NLC 95 .1804667 .0929596 .285 -.117223 .478156 SLN NLC 90 SLN NLC 95 SLN Skripsi Mean Difference (I-J) Std. Error 95% Confidence Interval (I) sampe Sig. Lower Bound Upper Bound .1343667 .0929596 .509 -.163323 .432056 NLC 85 -.0241333 .0929596 .993 -.321823 .273556 NLC 90 -.1804667 .0929596 .285 -.478156 .117223 SLN -.0461000 .0929596 .958 -.343789 .251589 NLC 85 .0219667 .0929596 .995 -.275723 .319656 NLC 90 -.1343667 .0929596 .509 -.432056 .163323 NLC 95 .0461000 .0929596 .958 -.251589 .343789 Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 99 3. % APMS Terlepas dari sistem SLN dan NLC ANOVA Terlepas Sum of Squares Between Groups Within Groups Total 11.805 52.264 64.070 df Mean Square 3 8 11 F 3.935 6.533 Sig. .602 .632 Multiple Comparisons Dependent Variable:Terlepas 95% Confidence Interval Tukey HSB (I) sampel (J) sampel NLC 85 NLC 90 NLC 95 NLC 95 Upper Bound .526333 2.086948 .994 -6.15681 7.20948 .954 -5.61814 7.74814 .870 -8.27181 5.09448 NLC 85 -.526333 2.086948 .994 -7.20948 6.15681 NLC 95 .538667 2.086948 .993 -6.14448 7.22181 SLN -2.115000 2.086948 .747 -8.79814 4.56814 NLC 85 -1.065000 2.086948 .954 -7.74814 5.61814 -.538667 2.086948 .993 -7.22181 6.14448 -2.653667 2.086948 .604 -9.33681 4.02948 NLC 85 1.588667 2.086948 .870 -5.09448 8.27181 NLC 90 2.115000 2.086948 .747 -4.56814 8.79814 NLC 95 2.653667 2.086948 .604 -4.02948 9.33681 SLN Skripsi Lower Bound 1.065000 2.086948 NLC 90 SLN Sig. -1.588667 2.086948 SLN NLC 90 Mean Difference (I-J) Std. Error Pengaruh kadar asam.... Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 100 LAMPIRAN 12 Lampiran 12. Tabel Hasil Pengukuran Ukuran Partikel Rata-Rata Sistem SLN-NLC APMS Formula replikasi Base SLN APMS Base NLC (95:5) APMS Base NLC (90:10) APMS Base NLC (85:15) APMS Skripsi 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Diameter rata-rata (nm) 2053,3 2497,9 2251,8 1727,7 1654,6 3626,9 1499,8 2642,6 4547,3 1295,2 1851,3 1714,6 1522,9 1691,7 1233,2 346,4 335,5 332,4 1199,3 1272,4 1569,4 315,1 221,0 294,3 PI 0,593 0,652 0,654 0,664 0,560 1,055 0,463 0,743 1,098 0,528 0,643 0,619 0,433 0,510 0,480 0,159 0,155 0,152 0,404 0,525 0,500 0,143 0,188 0,140 Pengaruh kadar asam.... Rerata diameter (nm) ± SB %KV 2267,67 ± 222,72 9,82 2336,4 ± 1118,203 47,86 2896,56 ± 1539,54 53,15 1620,36 ± 289,78 17,88 1482,6 ± 231,89 15,64 338,1 ± 7,35 2,17 1347,03 ± 196,01 14,55 276,8 ± 49,43 17,86 Afina F.A ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga 101 LAMPIRAN 13 Lampiran 13. Tabel Hasil Pengukuran pH sediaan SLN-NLC APMS Formula Base SLN APMS Base NLC (95:5) APMS Base NLC (90:10) APMS Base NLC (85:15) Skripsi APMS Replikasi pH 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4,08 4,19 3,96 4,15 4,16 4,07 4,18 4,11 4,08 4,13 4,08 4,18 4,15 4,03 4,19 3,96 3,98 3,98 4,13 4,00 4,13 3,98 3.96 3.93 Pengaruh kadar asam.... Rata-rata pH ± SB 4.08 ± 0.094 %KV 2.304 4.12 ± 0.037 0.915 4.12 ± 0.412 1.016 4.13 ± 0.041 0.988 4.12 ± 0.068 1.648 3.97 ± 0.009 4.09 ± 0.061 3.96 ± 0.021 0.237 1.499 0.518 Afina F.A