skripsi pengaruh kadar asam oleat pada sistem nlc dengan lipid

advertisement
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI
PENGARUH KADAR ASAM OLEAT PADA SISTEM
NLC DENGAN LIPID SETIL ALKOHOL : ASAM
OLEAT DIBANDINGKAN DENGAN SLN TERHADAP
LAJU PELEPASAN APMS
AFINA F A
051111074
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMASETIKA
SURABAYA
2015
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI
PENGARUH KADAR ASAM OLEAT PADA SISTEM
NLC DENGAN LIPID SETIL ALKOHOL : ASAM
OLEAT DIBANDINGKAN DENGAN SLN TERHADAP
LAJU PELEPASAN APMS
AFINA F A
051111074
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMASETIKA
SURABAYA
2015
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI ILMIAH
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi saya
dengan judul “Pengaruh Kadar Asam Oleat Pada Sistem NLC Dengan
Lipid Setil Alkohol : Asam Oleat Dibandingkan dengan SLN
Terhadap
Laju
Pelepasan
APMS”
untuk
dipublikasikan
atau
ditampilkan di internet, digital library Perpustakaan Universitas
Airlangga atau media lain untuk kepentingan akademik sebatas dengan
Undang- Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi skripsi ini saya
buat dengan sebenarnya.
Surabaya, September 2015
Afina F. A
NIM.05111074
ii
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: Afina F. A
Nim
: 05111074
Fakultas
: FARMASI
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil tugas akhir yang saya
tulis dengan judul :
Pengaruh Kadar Asam Oleat Pada Sistem NLC Dengan Lipid Setil
Alkohol : Asam Oleat Dibandingkan dengan SLN Terhadap Laju
Pelepasan APMS
Adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila
dikemudian hari diketahui bahwa skripsi ini menggunakan data fiktif atau
hasil plagiarisme, maka saya bersedia menerima sanksi berupa
pembatalan kelulusan dan atau pencabutan gelar yang saya peroleh.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Surabaya, September 2015
Afina F. A
NIM.051111074
iii
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Lembar Pengesahan
PENGARUH KADAR ASAM OLEAT PADA SISTEM
NLC DENGAN LIPID SETIL ALKOHOL: ASAM
OLEAT DIBANDINGKAN DENGAN SLN TERHADAP
LAJU PELEPASAN APMS
SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi
pada
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
2015
Oleh :
AFINA F A
NIM : 051111074
Skripsi ini telah disetujui
oleh:
Pembimbing Utama
Pembimbing Serta
Prof. Dr.Widji Soeratri, DEA, Apt. Dr. Noorma Rosita, Apt., M.Si
NIP. 195110061977092001
NIP. 196512251991022001
iv
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karuniaNya sehingga diselesaikannya penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh
Kadar Asam Oleat Pada Sistem NLC Dengan Lipid Setil Alkohol:
Asam Oleat Dibandingkan dengan SLN Terhadap Laju Pelepasan
APMS” untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
Selama penyelesaian skripsi ini dukungan dan dorongan yang
diberikan sangat membantu dalam menghadapi masalah dan hambatan
yang ada. Pada kesempatan ini ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada :
1.
Prof. Dr. Widji Soeratri, DEA, Apt. selaku pembimbing utama
yang telah meluangkan waktu untuk membimbing
2.
Dr. Noorma Rosita, M.Si selaku pembimbing serta yang telah
memberikan mencurahkan waktu dan ilmu yang sangat
bermanfaat selama proses pengerjaan skripsi
3.
Dr. Tristiana Erawati, M.Si. dan Dr. Dwi Setyawan, M.
Si.,selaku dosen penguji yang memberikan banyak masukan
4.
Prof Dr. Tutuk Budiati M.S. Apt. selaku dosen wali yang telah
banyak membimbing saya selama empat tahun ini
5.
Seluruh dosen dan staff Departemen Farmasetika Fakultas
Farmasi Universitas Airlangga
6.
Rekan-rekan SLN-NLC APMS ’15 (M. Kemal Indra, Nur
Sukma Aini R, Fransisca Dita M, Angguni A. S) yang telah
bekerjasama dan sangat banyak membantu dalam proses
pengerjaan skripsi
v
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
7.
Teman- teman Lab Farmasetika beserta kakak-kakak S2 (Mbak
Ushie, Mbak Nurul, Mbak Karin, dan Mas Teguh)
8.
Teman- teman kelas C 2011 (CTM) yang teristimewa Natasha
Era, Meida Ayu, Alfiah Rizqi, Naili Uswatun, dan Anggita Dian.
Terima kasih atas semangat yang diberikan
9.
Oktavia Indah Ambarsari sebagai sejawat terkasih, atas
dukungan, bantuan, dan kebersamaan selama masa kuliah
10. Dewi, Nubila, Najmah, Glaveria, Riska, Shafitri, dan Imroatus
sebagai sahabat terkasih dan penopang dibalik layar
11. Andre Maulana, kakak dan sahabat terbaik yang selalu berbagi
dan menasihati.
12. Kedua orang tua tercinta, Moh Rumli dan Lutfiyah, atas
pengertian, pengorbanan dan kasih sayang dalam mendidik saya
13. Seluruh pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu
pengetahuan dibidang farmasi. Terima kasih atas segala kritik dan saran
yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini.
Surabaya, September 2015
Penulis,
vi
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
RINGKASAN
PENGARUH KADAR ASAM OLEAT PADA SISTEM NLC
DENGAN LIPID SETIL ALKOHOL : ASAM OLEAT
DIBANDINGKAN DENGAN SLN TERHADAP LAJU
PELEPASAN APMS
AFINA F. A.
Nanostructured Lipid Carrier (NLC) merupakan sistem
penghantaran obat baru hasil pengembangan dari Solid Lipid
Nanoparticle (SLN) dimana keduanya memiliki banyak keistimewaan.
Konsep NLC dikembangkan untuk memperbaiki beberapa permasalahan
yang timbul pada sistem SLN yaitu jumlah penjerapan obat yang terlalu
rendah, keluarnya obat dari sistem selama penyimpanan, dan kandungan
air yang terlalu tinggi pada dispersi SLN (Müller et al., 2002).
Pada penelitian ini dibuat sistem SLN dan NLC dengan kadar lipid
10% yang terdiri dari lipid setil alkohol dan asam oleat. APMS digunakan
sebagai model obat yang dijerap dalam sistem SLN dan NLC. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas sistem SLN dan
NLC dalam hal ini laju pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC pada
setiap formula. Sistem SLN tidak mengandung asam oleat dan sistem
NLC dibuat dengan perbedaan rasio setil alkohol : asam oleat 9,5:0,5; 9:1;
dan 8,5;1,5. Penggunaan asam oleat sebagai minyak dalam NLC berperan
penting dalam menurunkan proses kristalisasi dan meningkatkan
penurunan modifikasi keteraturan kristal asam stearat, serta merupakan
faktor utama yang mempengaruhi kecepatan pelepasan bahan aktif dalam
sistem NLC (Woo et al., 2014).
Sistem SLN dan NLC dibuat dengan cara panas menggunakan
metode High Shear Homogenization. Evaluasi karakteristik yang
dilakukan pada sistem SLN dan NLC adalah pemeriksaan organoleptis,
ukuran partikel, pH, viskositas, dan efisiensi penjebakan. Pada
pemeriksaan ukuran partikel sistem NLC dengan kadar asam oleat
tertinggi (1,5%) memiliki ukuran partikel terkecil yaitu 1347,03 ± 196,01
nm pada formula base dan 276,8 ± 49,43 nm pada formula dengan
APMS. SLN memiliki ukuran paling besar yaitu 2267,67 ± 222,72 nm
vii
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
pada formula base dan 2336,4 ± 1118,203 nm pada formula dengan
APMS. pH seluruh formula berada pada rentang 3,96-4,13. Adapun nilai
viskositas seluruh formula berada pada rentang 800-1200 cps. Efisiensi
penjebakan terbesar terdapat pada formula NLC-APMS dengan kadar
asam oleat terbesar (1,5%) yaitu 27.60± 0.4229 % dan terkecil adalah
SLN-APMS 13.463 ± 0.2953.
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran laju pelepasan (flux)
APMS dari sistem SLN dan NLC menggunakan perangkat uji disolusi
Apparatus 5-Paddle Over disk. Berdasarkan hasil analisis data
menggunakan statistik ANOVA satu arah diperoleh harga laju pelepasan
(flux) keempat formula tidak memiliki perbedaan bermakna.
viii
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
ABSTRACT
EFFECTS OF OLEIC ACID IN NLC SYSTEM WITH CETYL
ALCOHOL : OLEIC ACID AS LIPID COMPARED WITH SLN
SYSTEM ON RELEASE PROFILE OF PMCA
AFINA F A
Nanostructured lipid carriers (NLC) was the second generation of Solid
Lipid Nanoparticles (SLN) that was developed by mixing solid lipid and
liquid lipids. This concept has some advanteges such as giving more
modulation of drug release, increasing drug loading and prevent its
leakage. In this study, p-methoxycinnamic (PMCA), cetyl alcohol (CA)
and oleic acid (OA) was used as lipids that aimed to investigate the
influence of increasing OA ratio on release of PMCA from SLN and
NLCs system. Tween 80 was used as surfactant and propylene glycol as
co-surfactant. SLN and NLC were prepared by hot High Shearing
Homogenization (HSH) technique. SLN and NLC were evaluated on
particle size, pH, viscosity, and entrapment efficiency (EE). NLC with
highest OA (1,5%) hs the smallest particle size 1347,03 ± 196,01 nm for
NLC base 276,8 ± 49,43 nm for NLC-PMCA. EE was significantly
influenced by OA content. NLC-PMCA with 1,5% OA has the highest EE
(27.60± 0.4229 %). The release study of SLN-PMCA and NLC-PMCA
were evaluated using USP dissolution Aparatus 5-Paddle Over Disk.
Based on statistical analysis using ANOVA One Way, it showed there
were no significant differences between flux of SLN-PMCA and NLCsPMCA with different content of OA.
Keyword : NLC, SLN, Drug Release, Oleic Acid (OA), Cetyl Alcohol
(CA), Drug release
ix
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
RINGKASAN ........................................................................................ VII
ABSTRACT ............................................................................................ IX
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. XII
DAFTAR TABEL ................................................................................ XIV
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... XV
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1
Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah ........................................................................ 5
1.3
Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
1.4
Manfaat Penelitian ....................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6
2.1
Nanostructured Lipid Carriers (NLC) ......................................... 6
2.1.1 Kelebihan dan kekurangan ...................................................... 6
2.1.2 Komponen penyusun ............................................................... 7
2.1.3 Teknik pembuatan ................................................................... 8
2.1.4 Karakterisasi NLC ................................................................. 11
2.2
Pelepasan ................................................................................... 14
2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan........................ 17
2.2.2 Uji pelepasan ......................................................................... 18
2.3
Asam p-Metoksisinamat ............................................................ 19
2.4
Setil alkohol ............................................................................... 20
2.5
Asam oleat ................................................................................. 21
2.6
Tween 80.................................................................................... 21
2.7
Propilenglikol ............................................................................. 23
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ................................................. 25
3.1
Uraian Kerangka Konseptual ..................................................... 25
3.2
Kerangka Konseptual ................................................................. 28
BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................... 29
4.1
Bahan Penelitian ........................................................................ 29
4.2
Alat Penelitian............................................................................ 29
4.3
Prosedur Penelitian .................................................................... 30
4.3.1 Analisis kualitatif bahan penelitian ....................................... 32
4.3.2 Pembuatan kurva baku APMS dalam larutan dapar asetat pH
4,2 ± 0,2 .............................................................................................. 33
4.3.3 Pembuatan kurva baku APMS dalam larutan dapar fosfat .... 34
4.3.4 Pembuatan NLC .................................................................... 36
4.3.5 Uji homogenitas dan perolehan kembali APMS dalam sistem
SLN dan NLC ..................................................................................... 39
x
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
4.3.6 Uji karakteristik NLC ............................................................ 39
4.3.7 Uji pelepasan APMS dari sistem NLC .................................. 41
4.4
Analisis Data .............................................................................. 44
4.4.1 Perhitungan parameter pelapasan APMS dari sistem NLC ... 44
4.4.2 Analisis statistika ................................................................... 45
BAB V HASIL PENELITIAN................................................................ 46
5.1
Pemeriksaan Kualitatif Bahan Penelitian ................................... 46
5.1.1 Pemeriksaan kualitatif APMS................................................ 46
5.1.2 Pemeriksaan kualitatif setil alkohol ....................................... 48
5.1.3 Pemeriksaan kualitatif asam oleat ......................................... 49
5.2
Penentuan kurva baku APMS .................................................... 51
5.2.1 Kurva baku dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 ............. 51
5.2.2 Kurva baku dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05 ........... 53
5.3
Pemeriksaan pengaruh bahan tambahan terhadap serapan APMS
55
5.4
Hasil uji homogenitas dan peroleh kembali APMS dalam sistem
SLN maupun NLC .................................................................................. 56
5.5
Penentuan Karakteristik Sistem SLN-NLC APMS .................... 56
5.5.1 Hasil pemeriksaan organoleptis sistem SLN-NLC APMS .... 56
5.5.2 Hasil pengukuran ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS . 57
5.5.3 Hasil pengukuran polydispersity index (pi) ukuran partikel
sistem SLN-NLC APMS .................................................................... 58
5.5.4 Hasil pengukuran pH sistem SLN-NLC ................................ 60
5.5.5 Hasil penentuan viskositas sistem SLN-NLC ........................ 60
5.5.6 Hasil penentuan efisiensi penjebakan sistem SLN-NLC APMS
61
5.6
Hasil Uji Pelepasan APMS dari Sistem SLN-NLC ................... 62
5.6.1 Penentuan profil pelepasan .................................................... 62
5.6.2 Hasil perhitungan laju pelepasan (fluks) apms dari sistem
SLN-NLC ........................................................................................... 62
BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................... 65
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 70
7.1
Kesimpulan ................................................................................ 70
7.2
Saran .......................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 71
xi
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Tipe struktur NLC (Mäder, 2006) ....................................... 14
Gambar 2. 2 Struktur Asam p-Metoksisinamat ........................................ 19
Gambar 2. 3 Struktur Setil Alkohol ......................................................... 20
Gambar 2. 4 Struktur Asam Oleat ............................................................ 21
Gambar 2. 5 Struktur Tween 80 ............................................................... 22
Gambar 2. 6 Struktur Propilenglikol ........................................................ 23
Gambar 3. 1 Skema Kerangka Konseptual .............................................. 28
Gambar 4. 1 Skema Kerja Penelitian ....................................................... 31
Gambar 5. 1 Hasil pemeriksaan spektra IR APMS .................................. 46
Gambar 5. 2 Spektra IR APMS berdasarkan pustaka............................... 47
Gambar 5. 3 Termogram DTA APMS ..................................................... 47
Gambar 5. 4 Hasil pemeriksaan spektra IR setil alkohol ......................... 48
Gambar 5. 5 Spektra IR setil alkohol berdasarkan pustaka ...................... 49
Gambar 5. 6 Termogram DTA setil alkohol ............................................ 49
Gambar 5. 7 Hasil pemeriksaan spektra IR asam oleat ............................ 50
Gambar 5. 8 Spektra IR asam oleat berdasarkan pustaka ........................ 50
Gambar 5. 9 Profil serapan larutan baku kerja APMS pada larutan dapar
asetat pH 4,2 ± 0,2 ........................................................................... 52
Gambar 5. 10 Kurva baku serapan APMS dalam larutan dapar asetat pH
4.2 ± 0.2........................................................................................... 52
Gambar 5. 11 Profil serapan larutan baku kerja APMS dalam larutan
dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05 ............................................................... 53
Gambar 5. 12 Kurva baku serapan APMS dalam larutan dapar fosfat pH
7.4 ± 0.05......................................................................................... 54
Gambar 5. 13 Serapan larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2, APMS, SLN
base, NLC base, SLN APMS, dan NLC APMS dalam larutan dapar
asetat pH 4,2 ± 0,2 ........................................................................... 55
Gambar 5. 14 Serapan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05, APMS, SLN
base, NLC base, SLN APMS, dan NLC APMS dalam larutan dapar
fosfat pH 7,4 ± 0,05 ........................................................................ 55
xii
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Gambar 5. 15 Diagram ukuran partikel sistem SLN dan NLC APMS
dengan lipid 10% (setil alkohol:asam oleat) .................................... 58
Gambar 5. 16 Diagram homogenitas ukuran partikel sistem SLN-NLC
APMS dengan lipid 10% (setil alkohol:asam oleat) ........................ 59
Gambar 5. 17 Diagram efisiensi penjebakan sistem SLN dan NLC APMS
......................................................................................................... 61
Gambar 5. 18 Kurva hubungan antara waktu (menit) dan jumlah
kumulatif APMS yang lepas dari sistem SLN maupun NLC .......... 63
Gambar 5. 19 Histogram laju pelepasan APMS dari sistem SLN maupun
NLC ................................................................................................. 64
xiii
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR TABEL
Tabel IV. 1 Larutan Baku Kerja APMS dalam dapar asetat pH 4,2 ± 0,234
Tabel IV. 2 Larutan Baku Kerja APMS dalam Dapar Fosfat pH 7,2 ± 0,05
......................................................................................................... 35
Tabel IV. 3 Formulasi Sistem NLC ......................................................... 36
Tabel V. 1 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel APMS ........................... 47
Tabel V. 2 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel setil alkohol .................. 48
Tabel V. 3 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel asam oleat ..................... 50
Tabel V. 4 Nilai serapan APMS pada berbagai kadar dalam larutan dapar
asetat pH 4.2 ± 0.2 pada panjang gelombang maksimum 304,0 nm52
Tabel V. 5 Nilai serapan APMS pada berbagai kadar dalam larutan dapar
fosfat pH 7.4 ± 0.05 pada panjang gelombang maksimum 285,0 nm
......................................................................................................... 54
Tabel V. 6 Hasil perolehan kembali APMS dalam sistem SLN-NLC
dengan lipid setil alkohol:asam oleat .............................................. 56
Tabel V. 7 Hasil pemeriksaan organoleptis sistem SLN-NLC APMS
dengan lipid setil alkohol:asam oleat .............................................. 57
Tabel V. 8 Ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS .............................. 58
Tabel V. 9 Homogenitas ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS......... 59
Tabel V. 10 pH sistem SLN-NLC APMS ................................................ 60
Tabel V. 11 Viskositas sistem SLN-NLC APMS .................................... 60
Tabel V. 12 Efisiensi Penjebakan Sistem SLN-NLC APMS ................... 61
Tabel V. 13 Hasil Uji HSD Efisiensi Penjerapan ..................................... 62
Tabel V. 14 Laju pelepasan APMS dalam sistem SLN-NLC .................. 63
Tabel V. 15 Hasil uji ANOVA satu arah laju pelepasan APMS dari sistem
SLN dan NLC.................................................................................. 64
xiv
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Sertifikat Analisis APMS ................................................ 74
LAMPIRAN 2 Sertifikat analisis Asam Oleat ......................................... 75
LAMPIRAN 3 Sertifikat Analisis Setil Alkohol ...................................... 76
LAMPIRAN 4 Sertifikat Analisis Tween 80 ........................................... 77
LAMPIRAN 5 Sertifikat Analisis Propilenglikol .................................... 78
LAMPIRAN 6 Sertifikat Analisis Natrium Asetat................................... 79
LAMPIRAN 7 Sertifikat Analisis Asam Asetat Glasial .......................... 80
LAMPIRAN 8 Sertifikat Hasil Uji Viskositas Sistem SLN-NLC APMS 81
LAMPIRAN 9 Tabel Efisiensi Penjebakan ............................................. 82
LAMPIRAN 10 Hasil Uji pelepasan APMS dari Sistem SLN dan NLC . 83
LAMPIRAN 11 Data Hasil Pengolahan Statistik ANOVA Satu Arah .... 97
LAMPIRAN 12 Tabel Hasil Pengukuran Ukuran Partikel Rata-Rata
Sistem SLN-NLC APMS .............................................................. 100
LAMPIRAN 13 Tabel Hasil Pengukuran pH sediaan SLN-NLC APMS
....................................................................................................... 101
xv
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nanostructured
penghantaran
obat
Lipid
baru
Carrier
hasil
(NLC)
pengembangan
merupakan
dari
Solid
sistem
Lipid
Nanoparticle (SLN) dimana keduanya memiliki banyak keistimewaan.
Kedua sistem ini memberikan sifat adesif yang sangat berperan penting
dalam menimbulkan sifat oklusifitas, efek hidrasi pada kulit, peningkatan
absorbsi dan penetrasi aktif, serta efek pelepasan terkendali. Konsep NLC
dikembangkan untuk memperbaiki beberapa permasalahan yang timbul
pada sistem SLN yaitu jumlah penjerapan obat yang terlalu rendah,
keluarnya obat dari sistem selama penyimpanan, dan kandungan air yang
terlalu tinggi pada dispersi SLN (Müller et al., 2002). NLC memberikan
fleksibilitas yang lebih baik dalam memodulasi pelepasan obat,
meningkatkan jumlah penjerapan obat, dan menghindari kebocoran
penjerapan. Pada NLC, campuran lipid padat dan lipid cair menghasilkan
bentuk padat pada suhu kamar hingga suhu 40ºC. (Souto and Müller,
2007). Selain itu, sistem nanopartikel dengan ukuran partikelnya yang
sangat kecil terbukti memiliki kemampuan dalam mempertahankan
stabilitas fisika dan kimia dari bahan aktif dan menjamin kontak antara
bahan aktif dan kulit dan penetrasi bahan aktif ke dalam kulit. (Li and Ge,
2012).
Sifat-sifat bahan yang digunakan dalam penyusunan sistem NLC
sangat berpengaruh pada karakter fisika kimia, stabilitas, dan pelepasan
yang diperoleh. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam
1
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
2
pemilihan fase lipid yang akan digunakan, diantaranya jarak titik lebur,
morfologi kristal, viskositas, dan polaritas (Qian et al., 2011).
Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan karakterisasi sistem
SLN-APMS dimana SLN dengan lipid setil alkohol dapat menghasilkan
efektifitas penjerapan 68,54% dan ukuran partikel 119,25 nm, sementara
SLN yang dibuat dari lipid asam stearat memiliki efektifitas penjerapan
58,8% dan ukuran partikel dalam rentang 575-2107 nm (Rahmawan et al.,
2012).
APMS merupakan salah satu konstituen yang terkandung dalam
minyak atsiri dalam rimpang kering tanaman kencur (Kaempferia
galanga) yang dilaporkan memiliki aktivitas analgesik dan antiinflamasi
(Vittalrao et al., 2011). Mekanisme kerja APMS sebagai antiinflamasi
adalah melalui hambatan enzim sikolooksigense (COX) 1 dan 2 (Ekowati
dan Diyah, 2010). Sebagai antiinflamasi, profil pelepasan prolonged
release diharapkan dapat meningkatkan efektivitas APMS. Pada
penelitian ini, dilakukan penjerapan APMS dalam sistem penghantaran
SLN dan NLC yang keduanya memiliki perbedaan pada ada tidaknya
lipid cair. Danya lipid cair/minyak dalam sistem NLC diharapkan dapat
meningkatkan efektivitas penjerapan APMS di dalam matriks lipid
sehingga dapat memberikan profil pelepasan prolonged release yang
lebih optimal.
Salah satu lipid cair yang telah sering digunakan dalam kombinasi
matriks lipid NLC adalah asam oleat. Penggunaan asam oleat sebagai
minyak dalam NLC berperan penting dalam menurunkan proses
kristalisasi dan meningkatkan penurunan modifikasi keteraturan kristal
asam stearat, serta merupakan faktor utama yang mempengaruhi
kecepatan pelepasan bahan aktif dalam sistem NLC. Perbedaan titik lebur
antara lipid padat dan lipid cair menyebabkan proses kristalisasi lipid
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
3
padat terjadi lebih awal dan menyebabkan lipid cair berada pada bagian
luar matriks bersama bahan obat dan membentuk drug-enrich shell yang
dapat memicu profil pelepasan segera (Hu et al., 2005). Selain itu,
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Woo et al., (2014), hasil
analisis
Differential
Scanning
Calorimetry
(DSC)
menunjukkan
keberadaan asam oleat pada matriks asam stearat dapat mengacak
susunan kisi kristal yang mengakibatkan penurunan derajat keteraturan
kristal dan hal tersebut berakibat pada peningkatan efisiensi penjerapan.
Selain lipid padat dan lipid cair, komponen penyusun sistem NLC
adalah emulgator. Dalam memilih emulgator harus memperhatikan
tegangan antarmuka, kinetika adsorbsi, kemampuan dalam menginterfensi
pertumbuhan kristal dan nukleasi, serta kemampuan dalam mencegah
agregasi partikel (Qian et al., 2011). Seluruh jenis surfaktan non ionik
memiliki potensi kecil dalam menimbulkan sensitivitas kulit oleh karena
itu jenis surfaktan ini sangat direkomendasikan untuk penggunaan dermal
(Kovacevic et al., 2011). Salah satu contoh surfaktan non ionik yang
aman dan sering digunakan dalam sediaan farmasi adalah tween 80.
Untuk
meningkatkan
stabilitas
droplet
yang
dihasilkan,
penggunaan kosurfaktan sangat bermanfaat. Propilenglikol merupakan
salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai kosurfaktan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Loo et al., (2012), NLC dengan
propilenglikol menghasilkan ukuran partikel lebih kecil, memiliki
persentase peningkatan hidrasi kulit lebih besar, dan menurunkan
Transepidermal Water Loss (TEWL) daripada NLC tanpa propilenglikol.
Sementara menurut Chanana and Sheth dalam Loo et al. (2012) bahwa
propilenglikol dalam emulsi membantu menurunkan ukuran partikel dan
meningkatkan stabilitas fisika disebabkan oleh peningkatan viskositas
emulsi. Keuntungan penggunaan propilenglikol, selain dapat berfungsi
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
4
sebagai kosurfaktan, propilenglikol juga dapat berfungsi sebagai
enhancer. Kombinasi antara sistem NLC yang memiliki sifat oklusif
dengan enhancer yang dapat memodifikasi stratum korneum sebagai
barier kulit yang utama, merupakan cara yang menjanjikan dalam
penghantaran obat melalui kulit (Vitorino et al., 2013).
Profil pelepasan obat merupakan suatu parameter penting untuk
desain dan evaluasi suatu sistem penghantaran obat (Mühlen et al., 1997).
Modifikasi profil pelepasan obat sebagai fungsi dari matriks lipid, kadar
surfaktan, dan parameter produksi dapat mungkin dilakukan untuk
mendapatkan profil pelepasan yang diinginkan. Dengan mengetahui
pengaruh faktor-faktor tersebut profil pelepasan obat dari NLC dapat
dibuat menjadi pelepasan tertunda, pelepasan dipercepat, atau keduanya
jika diinginkan terdapat dosis inisial pada penggunaan obat (Müller et al.,
2000). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hu et al. (2005),
konsentrasi asam oleat di bawah 15% dalam kombinasi bersama asam
stearat pada sistem NLC merupakan faktor utama yang mempengaruhi
profil pelepasan obat pada tahap awal pelepasan, sementara konsentrasi
asam oleat 30% merupakan konsentrasi optimal yang dapat memberikan
efisiensi penjerapan 69,95% dengan kapasitas muatan 3,5%.
Berdasarkan uraian tersebut, maka pada penelitian ini dilakukan
uji pelepasan pada sistem penghantaran Solid Lipid Nanoparticle (SLN)
dan Nanostructured Lipid Carrier (NLC) dengan kadar lipid 10% terdiri
dari setil alkohol dan asam oleat dengan rasio yang berbeda. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kadar asam oleat pada profil
peleasan APMS dari sistem SLN dan NLC. Sebagai surfaktan digunakan
Tween 80 dan sebagai kosurfaktan digunakan propilenglikol. Dengan
kombinasi tersebut, diharapkan terbentuk sistem NLC yang dapat melepas
APMS dalam dua fase, yaitu pelepasan segera dan pelepasan diperlama
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
5
(Müller et al., 2002) sehingga efektifitas APMS sebagai analgesik antiinflamasi dapat ditingkatkan.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh kadar asam oleat pada pelepasan APMS dari
sistem SLN maupun NLC dengan kadar lipid 10% yang terdiri dari setil
alkohol : asam oleat (10:0; 9,5:0,5; 9:1; dan 8,5:1,5), tween 80, dan
propilenglikol?
1.3
Tujuan Penelitian
Menentukan parameter pelepasan APMS dari sistem SLN maupun
NLC dengan kadar lipid 10% yang terdiri dari setil alkohol : asam oleat
(10:0; 9,5:0,5; 9:1; dan 8,5:1,5), tween 80, dan propilenglikol.
1.4
Manfaat Penelitian
Melalui
penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjadi
dasar
pertimbangan ilmiah dalam pengembangan formulasi sediaan topikal
APMS dengan sistem penghantaran NLC sehingga dapat meningkatkan
efektifitas APMS sebagai analgesik antiinflamasi.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nanostructured Lipid Carriers (NLC)
Nanostructured Lipid Carriers (NLC) adalah sistem penghantaran
dimana partikel lipid parsial-kristal berjari-jari ≤100 nm tersebar dalam
fase air yang mengandung pengemulsi, sebagai sistem penghantaran yang
potensial dan memiliki beberapa keuntungan dalam keadaan tertentu bila
dibandingkan dengan sistem koloid lainnya (Tamjidi et al., 2013).
Matriks NLC merupakan campuran molekul lipid spasial yang
berbeda, biasanya campuran lipid padat dan cair, yang membuat susunan
kristal matriks yang lebih tidak sempurna untuk mengakomodasi molekul
obat lebih dari SLN dan tetap dalam wujud padat pada suhu kamar meski
mengandung lipid cair/minyak (Chen et al., 2010). Sistem NLC
membentuk sebuah platelet padat dengan minyak yang nampak diantara
platelet padat dan lapisan surfaktan (Mäder, 2006).
2.1.1 Kelebihan dan kekurangan
Sebagai sistem penghantaran obat, NLC memiliki beberapa
kelebihan diantaranya :
1.
Struktur NLC (tipe imperfection, amorf, dan multiple) dapat
mengakomodasi lebih banyak obat dan menurunkan resiko kebocoran
selama penyimpanan dibandingkan dengan SLN (Zhuang et al.,
2010).
2.
Memberikan perlindungan terhadap bahan-bahan yang labil secara
kimia dengan mencegah degradasi kimia.
3.
Menurunkan jumlah air dalam partikel emulsi.
6
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
7
4.
NLC dengan ukuran partikelnya yang kecil menjamin kontak antara
bahan aktif dan menjamin penetrasi obat kedalam kulit (Li and Ge,
2012).
5.
Membentuk lapisan tipis pada permukaan kulit sehingga memiliki
efek controlled ucclusion dan skin hidration.
6.
Meningkatkan biovailabilitas bahan aktif di kulit dan dapat
membentuk skin targeting sistem.
7.
Memberikan stabilitas fisika untuk formulasi topikal (Müller et al.,
2007).
2.1.2
a.
Komponen penyusun
Lipid Padat dan Lipid Cair
Istilah lipid secara umum digunakan untuk struktur trigliserida,
gliserida, asam lemak, steroid, dan lilin (Mäder, 2006). Manfaat
penggunaan lipid sebagai sistem penghantaran obat untuk rute topikal
adalah sifat lipid yang dapat ditoleransi dengan baik , menurunkan
resiko iritasi lokal, dan memiliki toksisitat yang rendah. Pada sistem
NLC, digunakan kombinasi lipid padat (lemak) dan lipid cair
(minyak) yang termasuk dalam kategori Generally Recognized as
Safe Status (GRAS) seperti tristearin, campuran mono-, di-, dan
triasilgliserol, asam lemak, dan beeswax (Souto and Müller, 2007).
Adanya minyak atau lipid cair pada sistem NLC ini memberikan
kelebihan sistem NLC dalam hal penjebakan obat karena pada
umumnya bahan obat lebih larut dalam minyak daripada lipid padat
(Tamjidi et al., 2013) dan adanya minyak dapat menurunkan
keteraturan kisi kristal matriks lipid disebabkan oleh perbedaan
panjang rantai karbon lipid pada dan minyak (Souto and Müller,
2007).
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
8
b.
Emulgator
Beberapa jenis emulgator yang telah banyak digunakan untuk
membentuk sistem NLC adalah jenis poloxamer, polisorbat, lesitin,
dan asam empedu. Diketahui bahwa kombinasi emulgator dapat
menurunkan aglomerasi partikel secara signifikan (Mäder, 2006).
Jenis emulgator dapat mempengaruhi kecepatan pelepasan obat
dalam sistem NLC. Pada penelitian yang dilakukan oleh Chen et al.,
(2010) menunjukkan bahwa sistem NLC yang menggunakan
emulgator
soybean
phosphatidylcholine
(SPC)
memberikan
pelepasan yang lebih lambat dibanding dengan Myverol, sementara
untuk efektivitas penjebakan, Myverol memberikan penjebakan yang
lebih besar dibanding SPC. Penggunaan Polyhidroxy surfactant
sebagai emulgator pada konsentrasi 1% (b/b) dapat menghasilkan
diameter partikel rata-rata 200 nm dan kecenderungan kristalisasi
partikel meningkat sejalan dengan peningkatan panjang rantai
hidrofilik jenuh dari surfaktan. (Kovacevic et al., 2011).
2.1.3
a.
Teknik pembuatan
High Shear Homogenization and Ultrasound
Metode ini merupakan teknik dispersi yang mudah dan paling
sering digunakan. Pada metode ini leburan lipid didispersikan pada
fase air pada suhu yang sama dengan pengadukan mekanik atau
sonikasi (Singhal et al., 2011). Terdapat pengaruh kecepatan
pengadukan, waktu emulsifikasi, dan kondisi pendinginan terhadap
ukuran partikel dan nilai zeta potensial. Peningkatan kecepatan
pengadukan lebih berpengaruh pada nilai Polydispersity Index (PI)
dibanding pada penurunan ukuran partikel. Dengan metode ini,
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
9
kualitas dispersi masih kurang baik karena masih dijumpai
mikropartikel dan untuk penggunaan metode ultrasound, terdapat
kemungkinan kontaminasi logam (Mäder, 2006).
b.
High Pressure Homogenization
Metode
High
Pressure
Homogenization
menggunakan
tekanan tinggi (100-2000 bar) untuk mendorong lipid cair melalui
celah sempit. Pada umumnya konsentrasi lipid yang digunakan 5
sampai 10%. Pada metode ini digunakan shear stress dan cavitation
sebagai gaya yang dapat merubah pertikel menjadi ukuran submikron.
Terdapat dua pendekatan dalam proses pembentukan sistem NLC
menggunakan metode HPH, yaitu Hot Homegenization Technique
dan Cold Homegenization Technique. Pada kedua teknik ini, pertama
obat dilarutkan atau didispersikan pada lipid yang dileburan pada
suhu 5-10º C diatas titik leburnya.
Pada Hot Homegenization Technique, bahan aktif yang telah
didispersikan pada lelelah lipid didispersikan pada larutan surfaktan
encer pada suhu yang sama dengan pengadukan menggunakan high
shear device seperti Ultra-Turrax sehingga membentuk pre-emulsi
lalu dihomogenkan menggunakan piston gap homogenizer untuk
membentuk nanoemulsi o/w panas dan didinginkan pada suhu kamar.
Pada suhu kamar, lipid akan mengalamai rekristalisasi dan
membentuk nanopartikel. Pada Cold Homegenization Technique
terdapat perbedaan cara pendinginan dengan Hot Homegenization
Technique. Pada Cold Homogenization Technique, leburan lipid yang
telah berisi bahan aktif didinginkan secara cepat menggunakan es
atau nitrogen cair. Keuntungan dari teknik ini adalah untuk mencegah
degradasi bahan aktif oleh panas, partisi obat ke dalam fase air
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
10
selama proses homogenisasi, dan mengurangi paparan panas terhadap
sampel (Singhal et al., 2011).
c.
Microemulsion Technique
Pada metode ini campuran lipid dileburkan terlebih dahulu
kemudian bahan aktif dimasukkan kedalam leburan lipid. Pada suhu
yang sama, siapkan campuran air, surfaktan, dan kosurfaktan untuk
membentuk fase air dan kemudain fase air dimasukkan ke dalam
leburan lipid dengan pengadukan sedang. Untuk menghasilkan
mikroemulsi dibutuhkan perbandingan yang tepat dari setiap bahan
yang digunakan. Mikroemulsi yang telah terbentuk kemudian
didispersikan ke dalam fase air dengan perbanding mikroemulsi
panas dan fase air (1:25 – 1:50) dengan kecepatan pengadukan
sedang (Singhal et al., 2011).
d.
Solvent Emulsification-Evaporation Technique
Pada metode ini, bahan-bahan lipofilik dan bahan aktif yang
hidrofob dilarutkan dalam pelarut organik yang tidak campur dengan
air (contoh : sikloheksana, diklorometana, toluena, dan kloroform)
kemudian larutan tersebut diemulsifikasikan ke dalam fase air
menggunakan High Speed Homogenizer untuk meningkatkan
efisiensi emulsifikasi, emulsi yang terbentuk dilewatkan pada
microfluidizer. Tahap akhir adalah penguapan pelarut organik dengan
pengadukan mekanik pada suhu kamar sehingga diperoleh presipitasi
lipid nanopartikel (Singhal et al., 2011).
e.
Solvent Emulsification-Diffusion Technique
Pada metode ini, pelarut yang digunakan adalah pelarut yang
campur sebagian dengan air, misalnya : benzil alkohol, butil laktat,
etil asetat, dll. Pada awalnya, baik pelarut maupun air harus dalam
keadaan jenuh untuk menjamin keseimbangan termodinamik dari
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
11
kedua cairan. Leburan lipid kemudian dilarutkan dalam air jenuh
pelarut organik (fase organik/ fase internal) dan kemudian
diemulsifikasi ke dalam pelarut organik jenuh air yang mengandung
emulgator dengan diaduk menggunakan magnetic stirrer sehingga
membentuk sistem emulsi o/w, emulsi ini kemudian diencerkan
dengan air (1:5-1:10) agar pelarut berdifusi ke dalam fase air dan
kemudian terjadi agregasi lipid nanopartikel. Kondisi ini dilakukan
pada suhu kamar atau suhu dibawah kelarutan lipid dengan kecepatan
pengadukan yang dipertahankan konstan. Tahap akhir adalah proses
penghilangan pelarut dengan vacuum distillation atau lyophilization
(Singhal et al., 2011).
2.1.4
Karakterisasi NLC
Karakterisasi lipid dalam sistem NLC sangat penting dilakukan
untuk mengetahui adanya perubahan sifat lipid yang dipengaruhi oleh
parameter pembuatan atau adanya interaksi dengan bahan-bahan
pembentuk sistem dan bahan aktif. Parameter penting dalam karakterisasi
NLC adalah ukuran partikel, bentuk partikel, jenis modifikasi lipid, dan
derajat kristalisasi Modifikasi lipid dan derajat kristalisasi sangat
berhubungan dengan penjebakan obat dan kecepatan pelepasan (Mäder,
2006).
2.1.4.1 Ukuran partikel NLC
Ukuran partikel NLC dapat diamati dengan menggunakan
beberapa alat seperti Photon correlation spectroscopy (PCS), Laser
Diffraction (LD), Atomic force microscopy (AFM), dan Transmission
Electron Microscopy (TEM), Scanning Electron Microscopy (SEM),
Scanning Tunneling Microscopy (STM) dan Freeze Fracture Electron
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
12
Microscopy (FFEM). PCS dan LD menggunakan prinsip efek hamburan
cahaya yang digunakan untuk menghitung ukuran partikel. Perhitungan
yang tidak pasti dapat terjadi pada partikel yang berbentuk nonspheric.
Kedua metode ini memiliki keterbatasan dalam pengkuran partikel
dengan populasi ukuran partikel yang berbeda. Sementara TEM dapat
mengukur ukuran partikel secara langsung. (Mäder, 2006).
2.1.4.2 Morfologi partikel NLC
Untuk mengetahui morfologi partikel NLC, dapat digunakan
Transmission Electron Microscopy (TEM) yang mampu memenunjukkan
mikrostruktur seperti misel, kristalin, emulsi, dan nanopartikel (Hou et al.,
2003). Selain TEM, dapat digunakan Scanning Electron Microscopy
(SEM). Metode SEM dilakukan dengan cara mengencerkan sampel
dengan aqua destilata kemudian diletakkan pada plat alumunium yang
telah dilapisi pita karbon pada kedua sisinya dan dikeringkan dalam
desikator. Sampel kemudian dilapisi emas agar terkonduksi dan diamati
pada tegangan 25kV (Vitorino et al., 2011). Pada penelitian sebelumnya,
diketahui morfologi partikel SLN-APMS dengan lipid setil alkohol
berbentuk spheric sementara lipid asam stearat berbentuk oval
(Rahmawan et al., 2012).
2.1.4.3 Efisiensi penjebakan
Efesiensi penjebakan atau entrapment efficiency (Ee) adalah
presentase bahan aktif yang terjebak di dalam partikel lipid. Untuk bahan
aktif yang bersifat lipofilik biasanya memiliki nilai Ee antara 90-98%.
Pada penelitian sebelumnya, diketahui efisiensi penjebakan APMS dalam
sistem SLN dengan lipid setil alkohol adalah 68,54% (Rahmawan et al.,
2012).
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
13
entrapment efficiency (Ee) dan Drug Loading Capacity (L) dapat
dihitung dengan persamaan berikut :
=
=
−
−
100%
100%
Keterangan :
Wa
: Jumlah obat yang ditambahkan ke dalam sistem
Ws
: Jumlah bahan obat bebas dalam supernatan
Wl
: Jumlah lipid yang digunakan dalam sistem
2.1.4.4 Tipe NLC (Muller et al., 2002)
Terdapat tiga tipe NLC yang dipengaruhi oleh proses pembuatan
dan komposisi campuran matriks lipid yang terbentuk. Tiga tipe tersebut
yaitu :
a.
The Imperfect Type
Tipe ini dapat mengakomodasi lebih banyak bahan aktif karena
susunan matriksnya yang tidak sempurna. Tipe ini dapat diperoleh dengan
cara mencampur lipid padat dengan sejumlah kecil minyak. Disebabkan
oleh perbedaan panjang rantai antara asam lemak dan campuran mono-,
di-, dan triasilgliserol tipe NLC ini tidak dapat membentuk struktur kristal
yang teratur (Souto and Müller, 2007).
b.
The Amorphous Type
Tipe ini diperoleh dengan mencampur lipid khusus yang tidak
mengalami rekristalisasi lagi setelah homogenisasi dan pendinginan
seperti hydroxyoctacosanylhydroxystearate dan isopropyl myristate. Lipid
ini mampu membentuk partikel lipid yang amorf yang dapat menghindari
terjadinya rekristalisasi dan menurunkan kebocoran obat karena matriks
lipid mempertahankan bentuk α-polimorfisme (Souto and Müller, 2007).
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
14
c.
The multiple type
Tipe ini hampir sama dengan emulsi w/o/w yang pada tipe ini
terdiri dari minyak dalam lipid padat dalam dispersi air dimana matriks
lipid padat mengandung nanokompartemen tipis dari minyak. Tipe ini
dapat diperoleh dengan cara mencampur lipid padat dengan jumlah
minyak yang tinggi. Tipe NLC dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2. 1 Tipe struktur NLC (Mäder, 2006)
2.2 Pelepasan
Profil pelepasan obat merupakan suatu parameter penting
untuk desain dan evaluasi suatu sistem penghantaran obat (Mühlen
et al., 1997). Pelepasan obat dari partikel lipid terjadi secara difusi
dan bersamaan dengan degradasi partikel lipid dalam tubuh (Mäder,
2006; Dubey, 2012). Modifikasi profil pelepasan obat sebagai fungsi
dari matriks lipid, kadar surfaktan, dan parameter produksi dapat
mungkin dilakukan untuk mendapatkan profil pelepasan yang
diinginkan. Dengan mengetahui pengaruh faktor-faktor tersebut
profil pelepasan obat dari NLC dapat dibuat menjadi pelepasan
tertunda, pelepasan dipercepat, atau keduanya jika diinginkan
terdapat dosis inisial pada penggunaan obat (Müller et al., 2000).
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
15
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mühlen et al.
(1997) profil pelepasan bahan obat dari matriks lipid dapat diatur
berdasarkan sifat dasar lipid, suhu produksi, dan konsentrasi
surfaktan yang digunakan. Suhu yang tinggi dan konsentrasi
surfaktan yang tinggi dapat menghasilkan profil pelepasan segera
(brust release). Kelarutan bahan obat dalam fase air pada suhu
kamar juga mempengaruhi profil pelepasan obat. Saat kelarutan obat
pada fase air menurun selama proses pendinginan, obat akan
mengalami re-partisi ke dalam fase lipid yang juga mengalami
penurunan suhu, inti partikel lipid yang mengalami kristalisasi
selama pendinginan tidak dapat menampung obat, sehingga obat
akan berada pada permukaan partikel lipid dan akan menghasilkan
pelepasan segera (brust release).
Pada sistem NLC dimana terdapat penambahan lipid cair
pada sistem, memiliki kelebihan dalam hal penjebakan akibat
penurunan modifikasi keteraturan kisi kristal dan karena bahan obat
pada umumnya memiliki kelarutan yang lebih besar pada lipid
cair/minyak dibandingkan lipid padat. Kapasitas penjebakan yang
tinggi lebih baik ini juga dapat menghasilkan profil pelepasan
prolonged release (Chen et al., 2010).
Pada sistem NLC ini obat dapat memiliki dua pelepasan yaitu
kelarutan pada fase air untuk bahan obat yang tidak terjerap matriks,
dan mekanisme difusi untuk bahan obat yang terjebak matriks lipid.
Untuk bahan bahan obat yang terlepas dari fase air, pelepasannya
bergantung terhadap kelarutannya dalam fase air, maka persamaan
yang digunakan untuk menentukan jumlah obat yang terlepas adalah
persamaan Noyes and Witney :
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
16
=
. (
− )………………………………………….(1)
Dimana dC/dt adalah jumlah obat yang terlepas per satuan
waktu, K adalah konstanta pelepasan orde satu, C adalah kadar obat
yang terlarut, dan Cs adalah kelarutan bahan obat.
Pelepasan bahan aktif dari matriks menggunakan persamaan
yang dikembangkan oleh Higuchi berdasarkan hukum Fick pertama
dan kemudian diterapkan untuk difusi obat padat yang terdispersi
dalam bentuk matriks yang homogen.
Persamaan dari Hukum Higuchi :
= [ (2 −
=
. .
)
. ]
/
………………………………(2)
/
…………………………………………...(3)
Berdasarkan persamaan (3) tersebut jumlah obat yang lepas
adalah sebanding dengan akar kuadrat A (jumlah obat dalam
matriks), Cs adalah kelarutan obat dalam matriks, dan t adalah
waktu. Laju pelepasan dQ/dt dari persamaan diatas dapat
digambarkan dengan membuat kurva hubiungan antara Q (jumlah
obat yang terlepas per satuan waktu) dan √ (waktu). Slope yang
diperoleh merupakan fluks pelepasan yang menujukkan banyaknya
obat yang lepas per satuan waktu. Laju pelepasan dQ/dt dapat diatur
kecepatannya dengan meningkatkan Cs (kelarutan obat) (Sinko and
Singh, 2011).
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
17
2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi profil
pelepasan obat dalam sistem NLC, yaitu:
1.
Jenis lipid dan afinitas bahan aktif terhadap pembawa
Komposisi matriks lipid yang berbeda akan menghasilkan
profil pelepasan yang berbeda. Setiap jenis lipid memiliki susunan
kristal dan modifikasi kristal, titik lebur, nilai hydrophilic
lypophilic
balance
(HLB)
yang
berbeda.
Hal
tersebut
menyebabkan afinitas bahan aktif yang akan dijebak menjadi
berbeda untuk setiap jenis lipid yang berbeda (Dubey, 2012).
Semakin besar afinitas pembawa terhadap bahan obat maka
semakin kecil pelepasan dari pembawa. Sebaliknya, obat yang
memiliki afinitas kecil terhadap pembawa maka jumlah obat yang
dilepaskan juga semakin besar (Sinko and Singh, 2011).
2.
Kelarutan bahan aktif dalam lipid
Kelarutan bahan obat merupakan penentu pelepasannya dari
sediaan, dan ketika kelarutan obat bergantung pada pH, maka
adanya perubahan pH lingkungan menyebabkan perubahan
kelarutan obat dan merubah pula mekanisme pelepasannya
(Badaway and Hussain, 2007).
3.
Ukuran partikel sistem koloid
Ukuran partikel suatu sistem koloid merupakan faktor
krusial pada pelepasan bahan obat selain faktor di dalam
partikelnya (Dubey, 2012). Semakin besar ukuran partikel sistem,
maka jarak difusi yang perlu ditempuh molekul bahan aktif
terlepas dari sistem semakin besar, sehingga pelepasan dapat
diperlambat.
4.
Skripsi
Viskositas
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
18
Viskositas
mempengaruhi
mobilitas
atau
kemudahan
pergerakan bahan aktif untuk terlepas dari pembawa. Semakin
viskus sediaan, akan semakin besar hambatan pelepasan yang
berakibat semakin lama waktu difusi bahan aktif, begitu pula
sebaliknya (Anggraeni et al., 2012).
2.2.2 Uji pelepasan (Waghmare, 2012)
Terdapat dua metode uji pelepasan obat secara in vitro, yaitu :
a.
Tabung Dialisis
NLC ditempatkan dalam tabung dialysis prewashed yang
dapat ditutup kedap udara. Tabung didialisis dalam media disolusi
yang sesuai pada suhu kamar , sampel dikeluarkan dari media
disolusi pada interval waktu yang sesuai, disentrifugasi dan
dilakukan analisis kadar obat menggunakan metode analisis yang
sesuai (spektrofotometri UV-VIS, HPLC, dll). Kondisi sink perlu
dijaga dalam media disolusi. Kekurangan metode ini adalah
kurangnya pengenceran langsung sistem SLN atau NLC oleh
media disolusi.
b.
Franz Diffusion Cell
Sistem SLN atau NLC ditempatkan dalam chamber donor dari
Franz Diffusion Cell dan ditutup menggunakan membran selofan,
kemudian didialisis menggunakan media disolusi yang sesuai
(simulasi cairan lambung/usus/plasma) pada suhu kamar. Sampel lalu
dikeluarkan dari media disolusi pada interval waktu yang sesuai dan
dilakukan analisis kadar obat menggunakan metode instrumental
yang sesuai. Kondisi sink media perlu dipertahankan.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
19
2.3 Asam p-Metoksisinamat
Asam p-Metoksisinamat (APMS) merupakan senyawa aktif hasil
hidrolisis dari etil p-Metoksisinamat (EPMS) yang berasal dari ekstrak
tanaman Kampferia galanga atau kencur
: 4-Methoxy cinnamic acid, 4-Methoxycinnamate, P-
Nama Kimia
Hidroxy Methyl Cinnamate, P-Methoxy cinnamic acid.
Rumus molekul :CH2OC6H4CH=CHCO2H
Rumus Bangun
:
Gambar 2. 2 Struktur Asam p-Metoksisinamat
Pemerian
: kristal jarum berwarna putih
BM
: 178,1846
Titik didih
: 317ºC (Chemical dictionary)
Titik Lebur
: 173-175 ºC
Log P
: 2,68
pKa
: 4,04
Stabilitas
: stabil dalam suhu ruangan dan tekanan normal.
APMS merupakan bentuk aktif dari EPMS dan mempunyai
aktivitas analgesic dan antiinflamasi (Vittalrao, 2011). Mekanisme kerja
APMS sebagai analgesic antiinflamasi adlaah dengan hambatan pada
enzim siklooksigenase 1 dan 2 (COX-1 dan COX-2) (Umar, 2012).
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
20
2.4 Setil alkohol (Rowe et al., 2009)
Sinonim
: Alcohol cetylicus; 1-hexadecanol; n-hexadecyl alcohol
Nama kimia
: Hexadecan-1-ol
Berat Molekul
: 242.44
Rumus Molekul : C16H34O
Rumus Bangun
:
Gambar 2. 3 Struktur Setil Alkohol
Pemerian
: merupakan substansi dari lilin, berbentuk serpihan
putih, granul, kubus, memiliki karakter bau yang menyengat dan tidak
berasa.
Titik didih
: 316-344ºC
Titik lebur
: 45-52 ºC
Densitas
: 0,908 g/cm3
Kelarutan
: mudah larut dalam etanol (95%) dan eter, kelarutan
meningkat dengan peningkatan suhu, praktis tidak larut dalam air, pada
saat melebur dapat campur dengan lemak, parafin padat atau cair dan
isoporpil miristat.
Viskositas
: ≈ 7 mPa s (7 cP) pada 50 ºC
Stabilitas dan penyimpanan : setil alkohol stabil dengan adanya
asam, basa, cahaya, atau udara, tidak berubah menjadi tengik. Disimpan
dalam wadah tertutup rapat dan tempat yang kering.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
21
2.5 Asam oleat (Rowe et al., 2009)
Sinonim
: 9,10-octadecenoic acid; asam cis-9-octadecenoat;
Acidum oleicum; Crodolene; Crossential 094; Emersol; Glycon.
Nama kimia
: (Z)-9-Octadecenoic acid
Berat Molekul
: 282.47
Rumus Molekul : C18H34O2
Rumus Bangun
:
Gambar 2. 4 Struktur Asam Oleat
Pemerian
: minyak dengan warna kekuningan hingga coklat
pucat, minyak lipid dengan bau dan rasa menyerupai lemak.
Titik didih
: 286 ºC pada 13.3 kPa (100 mmHg) (mengalami
dekomposisi pada 80–100 ºC)
Titik lebur
: 13-14 ºC
Densitas
: 0,895 g/cm3
Kelarutan
: campur dengan benzene, kloroform, etanol (95%),
eter, heksana, minyak atsiri, dan fixed oil, praktis tidak larut dalam air.
Viskositas
: 26 mPa s (26 cP) pada 25 ºC
Stabilitas dan penyimpanan : dengan adanya paparan udara, asam
oleat secara bertahap mengabsorbsi oksigen, warna semakin gelap, dan
bau semakin menyengat, pada tekanan atmosfer, akan mengalami
dekomposisi jika dipanaskan pada suhu 80–100 ºC.
2.6 Tween 80 (Rowe et al., 2009)
Sinonim
Skripsi
: Polisorbat 80
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
22
Nama kimia
: Polyoxyethilene 20 sorbitan mono oleate
Berat Molekul
: 1310
Rumus Molekul : C64H124O26
Rumus Bangun
:
Gambar 2. 5 Struktur Tween 80
Pemerian
: mempunyai bau khas dan rasa pahit yang hangat, pada
suhu 25 ºC berwarna kuning.
Titik didih
149 ºC
Kelarutan
: mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan etil
asetat, tidak larut dalam paraffin cair dan minyak lemak.
Viskositas
: 425 mPa s pada 25 ºC
Stabilitas dan penyimpanan : stabil terhadap elektrolit, asam, dan
basa lemah, terjadi saponifikasi dengan adanya asam atau basa kuat.
Merupakan ester asam oleat yang sensitiv terhadap oksidasi. Bersifat
higroskopis dan apabila akan digunakan, harus diukur kandungan airnya
dan dikeringkan bila perlu. Dapat membentuk peroksida bersama
surfaktan polioksietilen lainnya. Disimpan dalam wadah tertutup rapat
dan ditempat yang kering dan sejuk.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Radomska and
Dobrucki (2000) tween 80 pada sistem NLC dengan lipid cair Epicurone
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
23
135 secara signifikan memiliki viskositas yang lebih rendah dibandingkan
dengan sistem NLC dengan tween 60.
2.7 Propilenglikol (Rowe et al., 2009)
Sinonim
:1,2-Dihydroxypropane;
E1520;
2-
hydroxypropanol; methyl ethylene glycol; methyl glycol; propane-1,2diol; propylenglycolum
Nama kimia
: 1,2-Propanediol
Berat Molekul
: 76,09
Rumus Molekul : C3H8O2
Rumus Bangun
:
Gambar 2. 6 Struktur Propilenglikol
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, berasa
manis, sedikit berasa pahit menyerupai gliserin
Titik didih
: 188ºC
Titik lebur
: -59 ºC
Densitas
: 1.038 g/cm3 pada 20ºC
Kelarutan
: campur dengan aseton, kloroform, etanol (95%),
gliserin, dan air; larut pada 6 bagian eter; tidak campur dengan minyak
mineral dan fixed oil, namun dapat melarutkan beberapa minyak esensial.
Tegangan permukaan
Viskositas
Skripsi
: 40,1mN/m (40.1 dynes/cm) pada 25 ºC
: 58,1 mPa s (58,1 cP) pada 20 ºC
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
24
Stabilitas dan penyimpanan : pada suhu dingin, propilenglikol stabil pada
wadah yang tertutup rapat, namun pada suhu tinggi dan keadaan terbuka,
dapat menyebabkan oksidasi menghasilkan propionaldehid, asam laktat,
asam piruvat, dan asam asetat. Secara kimia stabil ketika dicampur
dengan etanol (95%), gliserin, atau air; larutan dalam air dapat
disterilisasi dengan autoklaf.
Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa propilenglikol dapat
mempengaruhi ukuran partikel NLC dan stabilitas fisika. NLC dengan
penambahan propilenglikol memiliki ukuran partikel yang lebih kecil
(188,40 ± 2,72 nm) dibandingkan NLC tanpa propilenglikol (193 ±
1,33 nm) yang berakibat pada peningkatan stabilitas fisika NLC (Loo et
al.,2012).
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Uraian Kerangka Konseptual
NLC sebagai generasi baru dari SLN merupakan sistem lipid
nanopartikel yang menggabungkan lipid padat dan lipid cair sebagai
pembawa. Adanya lipid cair pada sistem NLC dapat menurunkan
keteraturan kisi kristal dari matriks lipid yang terbentuk sehingga NLC
memiliki kelebihan dalam hal mengakomodasi lebih banyak obat dan
menurunkan resiko kebocoran selama penyimpanan (Souto and Müller,
2007; Zhuang et al., 2010). Efektifitas penjerapan yang baik pada NLC
dapat menghasilkan profil pelepasan prolonged release dan meningkatkan
stabilitas bahan obat, selain itu penggunaan lipid sebagai sistem pembawa
dapat ditoleransi dengan baik oleh kulit sehingga dapat menurunkan
resiko iritasi selama penggunaan (Souto and Müller, 2007).
Sifat-sifat bahan yang digunakan dalam penyusunan sistem NLC
sangat berpengaruh pada karakter fisika kimia, stabilitas, dan profil
pelepasan NLC yang dibuat. Profil pelepasan obat merupakan suatu
parameter penting untuk desain dan evaluasi suatu sistem penghantaran
obat (Mühlen et al., 1997). Profil pelepasan obat merupakan fungsi dari
matriks lipid, kadar surfaktan, dan parameter pembuatan. Dengan
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi profil pelepasan obat,
dapat dilakukan modifikasi profil pelepasan dengan mengubah faktorfaktor tersebut (Müller et al., 2000). Selain itu untuk mendapatkan
pelepasan yang optimal, kelarutan bahan aktif dalam pembawa harus
diperhatikan, dimana bahan aktif harus mendekati kelarutan jenuhnya
(Donovan and Flanagan, 1996).
25
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
26
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hu et al. (2005)
dan Woo et al. (2014), Penggunaan asam oleat sebagai minyak dalam
NLC berperan penting dalam menurunkan proses kristalisasi dan
meningkatkan penurunan modifikasi keteraturan kristal asam stearat, serta
merupakan faktor utama yang mempengaruhi kecepatan pelepasan bahan
aktif dalam sistem NLC. Perbedaan titik lebur antara lipid padat dan lipid
cair menyebabkan proses kristalisasi lipid padat terjadi lebih awal dan
menyebabkan lipid cair berada pada bagian luar matriks bersama bahan
obat dan membentuk drug-enrich shell yang dapat memicu profil
pelepasan segera. Konsentrasi asam oleat di bawah 15% dalam kombinasi
bersama asam stearat pada sistem NLC merupakan faktor utama yang
mempengaruhi profil pelepasan obat pada tahap awal pelepasan,
sementara konsentrasi asam oleat 30% merupakan konsentrasi optimal
yang dapat memberikan efisiensi penjerapan 69,95% dengan kapasitas
muatan 3,5%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar asam
oleat pada karakter dan profil pelepasan NLC-APMS dengan lipid setil
alkohol dan asam oleat yang terbentuk dengan mengubah kadar asam
oleat pada empat formulasi yaitu 0%; 0,5%; 1%; dan 1,5% asam oleat
dari total emulsi. Lipid padat setil alkohol, pada penelitian sebelumnya
diketahui bahwa setil alkohol dapat menghasilkan efektivitas penjerapan
yang lebih besar dan ukuran partikel yang lebih kecil daripada SLN yang
dibuat dari lipid asam stearat (Rahmawan et al., 2012). Untuk
meningkatkan stabilitas droplet yang dihasilkan, digunakan Tween 80
sebagai surfaktan dan propilenglikol sebagai kosurfaktan. Dalam
formulasi sistem ini terdapat tiga bahan yang dapat berfungsi sebagai
enhancer yaitu Tween 80, propilenglikol, dan asam oleat sehingga dapat
meningkatkan penetrasi bahan aktif melalui stratum korneum. Sebagai
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
27
model obat, digunakan Asam p-Metoksisinamat (APMS) yang akan
dijerap dalam sistem NLC untuk meningkatkan efektifitasnya sebagai
analgesik antiinflamasi dengan profil pelepasan dua fase, yaitu brust
release dan prolonged release.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
28
3.2 Kerangka Konseptual
Nanostructured Lipid Carrier (NLC)
Metode pembuatan
Komponen Penyusun
Kosurfaktan :
Propilenglikol
Surfaktan :
Tween 80
Lipid
Lipid cair :
Asam Oleat
Lipid padat :
Cetil Alkohol
Penurunan keteraturan kisi
kristal
Menurunkan tegangan
permukaan
Bentuk polimorfisme
-
Karakter Sistem NLC
-
Efektifitas penjebakan
Kapasitas penjebakan
Ukuran partikel
Profil pelepasan
Meningkatkan efektivitas obat
Gambar 3. 1 Skema Kerangka Konseptual
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penlitian ini bila tidak
dinyatakan lain, memiliki kemurnian pharmaceutical grade, antara
lain asm p-metoksisinamat, setil alkohol, asam oleat, tween 80,
propilenglikol, etanol pro analisis, dan aquadest. Dapar asetat pH 4,2
± 0,2 dibuat dari C2H4O2 (asam asetat glasial) dan C2H3NaO2
(Natrium asetat anhidrat) pro analisis. Dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05
dibuat dari Na2HPO4 (Narium fosfat dibasa) dan NaH2PO4 (natrium
fosfat monobasa) pro analisis.
4.2 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
Ultra-Turax High Shear Homogenizer, One Fourier Transform
Infrared (FTIR), Spektrometer Perkin Elmer Instrument, Differential
Thermal Analysis (DTA), DelsaTM Nano Submicron Particle Size
and Zeta Potential Dynamic Light Scattering, pH meter, Double
Beam UV Spectrophotometer Shimadzu UV-1800, rangkaian alat uji
disolusi (pengaduk bentuk paddle) Erweka Tipe DT 820, sel difusi
dengan membran selofan, magnetik stirrer, hot plate Dragon Lab
MS H-Pro, neraca analitik, penangas air, dan alat-alat gelas.
29
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
30
4.3 Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris
dengan tujuan menentukan pengaruh kadar asam oleat (0%; 0,5%;
1%; 1,5%) pada pelepasan APMS dari sistem NLC.
Tahap pertama dalam penelitian ini adalah melakukan
analisis kualitatif bahan penelitian, yaitu APMS, setil alkohol, dan
asam oleat. Kemudian dilakukan pembuatan kurva baku APMS
dalam larutan dapar asetat 4,2 ± 0,2 dan dalam larutan dapar fosfat
7,4 ± 0,05. Tahap selanjutnya adalah pembuatan sistem NLC, yang
kemudian diuji karakteristiknya dan uji pelepasan APMS dari sistem
NLC. Penentuan uji pelepasan dilakukan dengan mengamati nilai
serapan APMS pada panjang gelombang maksimum menggunakan
spektrofotometri UV-Vis, sehingga diperoleh nilai serapan yang
kemudian digunakan untuk mengetahui profil dan laju pelepasan
(fluks) APMS dari sistem NLC. Dilakukan replikasi sebanyak tiga
kali. Tahap akhir merupakan analisis data menggunakan one way
ANNOVA.
Skema kerja dapat dilihat pada gambar 4.1
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
31
Pemeriksaan kualitatif bahan penelitian
Pembuatan Kurva Baku APMS :
Dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 dan larutan
dapar fosfat pH 7,2 ± 0,05
Pembuatan sistem SLN-NLC dengan lipid 10%
Formula I :
SLN-APMS
dengan lipid setil
alkohol
Formula III :
NLC-APMS
dengan Asam
oleat 0,5 %
Uji Karakteristik sistem NLC :
Organoleptis
Ukuran partikel
Viskositas
Efisiensi Penjebakan
pH
Formula IV :
NLC-APMS
dengan asam oleat
1%
Formula V :
NLC-APMS
dengan asam oleat
1,5 %
Uji Pelepasan :
- Pengukuran APMS yang terlepas dari
sistem NLC
- Perhitungan jumlah kumulatif APMS yang
terlepas dari sistem NLC
- Perhitungan laju pelepasan (fluks) APMS
yang terlepas dari sistem.
Analisis Data
Gambar 4. 1 Skema Kerja Penelitian
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
32
4.3.1 Analisis kualitatif bahan penelitian
Pemeriksaan kualitatif bahan penelitian meliputi APMS, setil
alkohol, dan asam oleat. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan sertifikat
analisis srta pemeriksaan berikut:
1.
Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis dilakukan secara visual meliputi
pemeriksaan bentuk, warna, dan bau. Hasil yang diperoleh kemudian
dibandingkan dengan sertifikat analisis.
2.
Spektra serapan inframerah
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan teknik pellet
KBr pada panjang gelombang (λ) 400-4000 cm-1. Sebanyak 1 mg zat
digerus
dengan
100
mg
serbuk
KBr
kering
kemudian
ditekan/dikompresi dengan penekan hidrolik yang dilengkapi dengan
alat penarik uap air agar diperoleh lempeng tipis yang ditembus
cahaya. Lempeng dipindai pada panjang gelombang 400-4000 cm-1.
Spektra inframerah yang diperoleh dari sampel dibandingkan dengan
spektra inframerah dari pustaka (Depkes RI, 1995).
3.
Pemeriksaan suhu lebur
Penentuan suhu lebur dilakukan dengan alat Differetial
Thermal Analysis (DTA). Bahan ditimbang 3-5 mg dan dimasukkan
ke dalam sample pan, kemudian ditutup.
Sample pan kemudian
dimasukkan dalam sample holder. Sebagai sample pan digunakan
Alumunium crucible dengan suhu maksimal 350ºC. Program
pemanasan dijalankan dengan laju 5ºC/menit, waktu kesetimbangan
setelah suhu awal melebur tercapai. Hasil pengujian suhu lebur yang
diperoleh dibandingkan dengan pustaka (Depkes RI, 1995: O’Neil
2001).
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
33
4.3.2 Pembuatan kurva baku APMS dalam larutan dapar asetat pH
4,2 ± 0,2
a.
Pembuatan larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2
Untuk penentuan efisiensi penjebakan digunakan larutan
dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 yang dibuat dengan menambahkan 368
mL asam asetat 0,2 M (diperoleh dengan mengencerkan 11,5 mL
asam asetat glasial dalam 1 L aqua bebas CO2) ke dalam 132 mL
Na asetat 0,2 M (diperoleh dengan melarutkan 16,4 gram Na
asetat anhidrat dalam 1 L aqua bebas CO2) kemudian
ditambahkan 5,8 gram NaCl dan selanjutnya ditambahkan
aquadest hingga volum 1 L.
b.
Pembuatan larutan baku induk APMS 100 ppm
Ditimbang dengan seksama 10,0 mg APMS, dilarutkan
dalam 10,0 mL etanol kemudian ditambahkan larutan dapar
asetat pH 4,2 ± 0,2 sampai volume 100,0 mL pada labu ukur dan
dikocok sampai homogen.
c.
Pembuatan larutan baku kerja APMS
Dibuat larutan baku kerja PAMS melalui pengenceran
larutan baku induk APMS dengan larutan dapat asetat pH 4,2 ±
0,2 sehingga diperoleh larutan baku kerja dengan konsentrasi
0,15; 1,0; 2,0; 4,0; 6,0; 8,0 dan 12,0 ppm. Larutan ini kemudian
digunakan untuk menentukan panjang gelombang maksimal
APMS dan membuat kurva baku. Digunakan larutan blanko
dapar asetat pH 4,2 ± 0,2.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
34
Tabel IV. 1 Larutan Baku Kerja APMS dalam dapar asetat pH 4,2 ± 0,2
Kadar APMS
Volume Larutan Baku
Volume akhir Pengenceran
dalam Larutan
Induk yang Dipipet
dengan Dapar Asetat pH 4,2 ±
(μg/mL)
(mL)
0,2
50,0
1,0
0,5
25,0
0,5
2,0
1,0
25,0
4,0
0,5
10,0
5,0
2,0
25,0
8,0
3,0
10,0
12,0
d.
Penentuan panjang gelombang maksimal
Panjang gelombang maksimum ditentukan dengan menggunakan larutan
baku kerja APMS konsentrasi 2,0 dan 12,0 μg/mL. nilai absorbsi
tiap-tiap konsentrasi diamati dengan spektrofotomtri UV-VIS pada
rentang panjang gelombang 200-400 nm. Sebagai blanko digunakan
dapar asetat pH 4,2 ± 0,2. Panjang gelombang maksimum adalah
panjang gelombang dengan serapan maksimum.
e.
Penentuan persamaan kurva baku
Kurva baku dibuat dengan melakukan pengukuran larutan baku kerja
pada panjang gelombang maksimum terhadap blanko yang berisi
media solusi. Dari hasil pengamatan dibuat kurva serapan vs kadar,
kemudian dibuat perssamaan regresi y= bx + a (kadar sebagai aksis
dan serapan sebagai ordinat). Linieritas ditunjukkan dengan harga r,
dikatakan linier bila harga r yang diperolah lebih besar dari nilai r
tabel.
4.3.3 Pembuatan kurva baku APMS dalam larutan dapar fosfat
a.
Pembuatan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05
Sebagai media difusi digunakan larutan dapar fosfat pH 7,4 ±
0,05 yang dibuat dengan menambahkan 50,0 mL NaH2PO4 0,2 M
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
35
(diperoleh dengan melarutkan 27,589 gram NaH2PO4 dalam 1 L
aqua bebas CO2) ke dalam 450,0 mL NaH2PO4 0,1 M (diperoleh
dengan melarutkan 14,196 NaH2PO4 dalam 1 L aqua bebas CO2)
dan ditambahkan aquadest hingga volume 1 L.
b.
Pembuatan larutan baku induk APMS 100 ppm
Ditimbang dengan seksama 10,0 mg APMS, dilarutkan
dalam 10,0 mL etanol kemudian ditambahkan larutan dapar
fosfat pH 7,2 ± 0,05 sampai volume 100,0 mL pada labu ukur
dan dikocok sampai homogen.
c.
Pembuatan larutan baku kerja APMS
Dibuat larutan baku kerja APMS melalui pengenceran
larutan baku induk APMS dengan larutan dapat fosfat pH 7,2 ±
0,05 sehingga diperoleh larutan baku kerja dengan konsentrasi
0,5; 1,0; 2,0; 4,0; 6,0; 8,0; 10; 12,0; 15,0; 20,0 dn 30,0 μg/mL.
Larutan ini kemudian digunakan untuk menentukan panjang
gelombang maksimal APMS dan membuat kurva baku.
Digunakan larutan blanko dapar fosfat pH 7,2 ± 0,05.
Tabel IV. 2 Larutan Baku Kerja APMS dalam Dapar Fosfat pH 7,2 ± 0,05
Kadar APMS
Volume Larutan Baku
Volume akhir Pengenceran
dalam Larutan
Induk yang Dipipet
dengan Dapar Asetat pH 4,2 ±
(μg/mL)
(mL)
0,2
0,5
0,5
100,0
1,0
0,5
50,0
2,0
0,5
25,0
4,0
1,0
25,0
6,0
3,0
50,0
8,0
2,0
25,0
10,0
1,0
10,0
12,0
3,0
25,0
15,0
15,0
100,0
20,0
2,0
10,0
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
36
d.
Penetuan panjang gelombang maksimum
Panjang
gelombang
maksimum
ditentukan
dengan
menggunakan larutan baku kerja APMS konsentrasi 2,0 dan 12,0
μg/mL. nilai absorbsi tiap-tiap konsentrasi diamati dengan
spektrofotomtri UV-VIS pada rentang panjang gelombang 200400 nm. Sebagai blanko digunakan dapar fosfat pH 7,2 ± 0,05.
Panjang gelombang maksimum adalah panjang gelombang
dengan serapan maksimum.
e.
Penentuan persamaan kurva baku
Kurva baku dibuat dengan melakukan pengukuran larutan
baku kerja pada panjang gelombang maksimum terhadap blanko
yang berisi media solusi. Dari hasil pengamatan dibuat kurva
serapan vs kadar, kemudian dibuat perssamaan regresi y= bx + a
(kadar sebagai aksis dan serapan sebagai ordinat). Linieritas
ditunjukkan dengan harga r, dikatakan linier bila harga r yang
diperolah lebih besar dari nilai r tabel.
4.3.4 Pembuatan NLC
a.
Formulasi sistem NLC
Bahan
APMS
Setil alkohol
Asam oleat
Tween 80
propilenglikol
Dapar asetat
Tabel IV. 3 Formulasi Sistem NLC
Konsentrasi Formula
Fungsi
I
II
III
Bahan aktif
8,7 %*
8,7 %
8,7 %
Lipid padat
10 %
9,5 %
9%
Lipid cair
0,5 %
1%
Surfaktan
12 %
12 %
12 %
Ko20 %
20 %
20 %
surfaktan
Fase air
Ad
40 Ad 40 Ad 40
mL
mL
mL
IV
8,7 %
8,5 %
1,5 %
12 %
20 %
Ad
mL
Keterangan : *% b/v
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
40
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
37
b.
Cara pembuatan NLC
NLC-APMS dibuat dengan melebur lipid pada suhu 60ºC
menggunakan
hot
plate
ditambahkan
APMS
dalam
sambil
gelas
diaduk
beker,
kemudian
perlahan
dengan
menggoyang-goyangkan beker hingga APMS larut. Lalu
ditambahkan tween 80 panas, kemudian diaduk dengan UltraTurax High Shear Homogenizer dengan kecepatan 3200 rpm
selama 2 menit pada suhu 60 ± 0,5ºC. Setelah ditambahkan
propilenglikol panas dan diaduk lagi dengan kecepatan dan
waktu yang sama, lalu ditambahkan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2
panas hingga volum 20,0 mL. setelah itu dilakukan High Shear
Homogenization selama 8 menit dengan kecepatan 24000 rpm.
Tahap selanjutnya adalah tahap pendinginan yang dilakukan
dengan cara memindahkan emulsi tersebut dari High Shear
Homogenizer ke aats hot plate, kemudian diaduk menggunakan
magnetic stirrer dengan kecepatan 500 rpm hingga mencapai
suhu kamar. Tahap akhir adalah penimbangan NLC yang
diperoleh untuk mengetahui berat akhir NLC. Skema pembuatan
sistem SLN maupun NLC dapat dilihat pada gambar 4.2.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
38
Setil Alkohol + Asam Oleat
Dapar asetat pH 4,2 ± 0,2
Lelehkan pada suhu 60ºC di atas
hot plate
+ APMS (asam p-Metoksi sinamat)
Panaskan pada
suhu 70 ºC di
atas hot plate
+ Tween 80 panas (70 ± 0,5 ºC)
Aduk dengan Ultra-Turax
Homogenizer 3400 rpm selama 2’
dengan suhu 90 ± 0,5 ºC)
+ Propilenglikol panas (70 ± 0,5 ºC)
Aduk dengan Ultra-Turax
Homogenizer 3400 rpm selama 2’
dengan suhu 70 ± 0,5 ºC)
Fase lipid + Dapar asetat panas pH 4,2 ±
0,2 ad 40,0 mL
High Shear Homogenization selama 8’
dengan kecepatan 24000 rpm
Pre-emulsi
Aduk menggunakan magnetic
stirrer 500 rpm hingga
mencapai suhu kamar
NLC-APMS
Gambar 4. 2 Skema Pembuatan NLC dengan Metode High Shear
Homogenization
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
39
4.3.5
Uji homogenitas dan perolehan kembali APMS dalam sistem
SLN dan NLC
Uji homogenitas dan perolehan kembali dilakukan dengan
menimbang 50,0 mg sediaan SLN atau NLC APMS pada gelas beker,
kemudian ditambahkan 1 mL etanol dan ±5 mL dapar asetat. Campuran
tersebut kemudian disonikasi selama 30 menit untuk merusak sistem SLN
dan NLC sehingga baik APMS yang terjebak dalam matrik maupun yang
berada pada fase air dapat terlarut. Setelah disonikasi, ditambahkan dapar
asetat pH 4,2 ± 0,2 ad tepat tanda dalam labu ukur 25,0 mL. larutan
disaring menggunakan kertas saring, kemudian dpipet 5,0 mL dan
diencerkan kembali ad 25,0 mL dalam labu ukur 25,0 mL. hasil
pengenceran disaring menggunakan milipore. Larutan yang telah disaring
kemudian diukur serapannya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 200-400 nm. Serapan yang diperoleh dikonversikan menjadi
kadar dengan memasukkan ke dalam persamaan garis regresi yang telah
diperoleh dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2. Dilakukan tiga kali
repliasi untuk setiap sediaan kemudian dihitung nilai simpangan baku dan
% KV nya.
4.3.6
Uji karakteristik NLC
1. Pemeriksaan organoleptis NLC
Pemeriksaan organoleptis dilakukan secara visual
meliputi pemeriksaan warna, bau, dan konsistensi SLN.
2. Pemeriksaan ukuran NLC
Pemeriksaan ukuran partikel rata-rata dan distribusi
ukuran partikel NLC dilakukan dengan menggunakan
DelsaTM Nano. Sistem NLC yang diencerkan menggunakan
aqua bebas CO2 kemudian dimasukkan dalam kuvet dan
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
40
dilakukan pengamatan pada sudut 165º dan suhu 25ºC. Data
yang dihasilkan merupakan ukuran partikel yang dihitung
dari fluktuasi rata-rata intensitas hamburan cahaya.
3. Penentuan pH
Penetuan pH dilakukan menggunakan alat pH meter
dengan cara sebagai berikut : pH meter dikalibrasi
menggunakan larutan dapar standar pH 4,0 lalu elektroda
dibersihkan dan dikeringkan. Ditimbang 1 gram NLC lalu
diencerkan dengan 9 mL aqua bebas CO2, diaduk
menggunakan magnetic stirrer sampai homogen. Kemudian
elektroda dimasukkan ke dalam NLC yang telah diencerkan,
terakhir amati dan catat angka yang ditunjukkan oleh pH
meter.
4. Penentuan viskositas
Penentuan
kekentalan
viskositas
NLC
yang
dilakukan
dihasilkan
untuk
melihat
akibat
pengaruh
penambahan bahan lain seperti surfaktan dan akibat pengaruh
metode
pembuatan.
Pengukuran
viskositas
dilakukan
menggunakan alat viscometer Brookfiled Cone and Plate
dengan
kecepatan
putar
20
rpm.
sejumlah
sampel
dimasukkan ke dalam gelas kemudian dicelupi rotor yang
sesuai. Alat dijalankan dan amati angka yang tertera pada
skala.
5. Uji efisiensi penjebakan
Uji efisiensi penjebakan dilakukan dengan menimbang
100 mg dspersi NLC yang diencerkan dengan 10,0 mL dapar
asetat pH 4,2 ± 0,2 dan ditempatkan pada tabung kaca,
kemudian disentrifugasi selama 45 menit dengan kecepatan
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
41
1000 rpm. Supernatant diambil dan dianalisis dengan
spektrofotometer untuk mengetahui APMS yang tidak
terjebak. Selanjutnya kadar APMS yang tidak terjebak dalam
sistem NLC (Cf) dihitung dengan persamaan kurva baku.
Jumlah bahan aktif yang terjebak dalam NLC (DE = Drug
Entrapment) dihitung dengan rumus :
(%) = −
100%
Ct adalah konsentrasi awal APMS yang digunakan
dalam membuat suspensi. Selanjutnya dihitung rata-rata dan
harga simpangan baku efisiensi penjebakan APMS dalam
sistem NLC.
4.3.7 Uji pelepasan APMS dari sistem NLC
a.
Pembuatan media disolusi
Media disolusi yang digunakan adalah dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05.
Cara pembuatan dapar fosfat adalah dengan menambahkan 50,0 mL
NaH2PO4 0,2 M (diperoleh dengan melarutkan 27,589 gram NaH2PO4
dalam 1 L aqua bebas CO2) ke dalam 450,0 mL NaH2PO4 0,1 M
(diperoleh dengan melarutkan 14,196 NaH2PO4 dalam 1 L aqua bebas
CO2) dan ditambahkan aquadest hingga volume 1 L.
b.
Penyiapan membran difusi
Membran difusi yang digunakan dalam uji pelepasan APMS dari
sistem NLC ini adalah membran selofan. Cara preparasinya adalah
dengan menggunting membran sesuai ukuran disk kemudian direndam
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
42
dengan aquadest satu malam (± 12 jam). Sesaat sebelum digunakan,
membran ditiriskan sampai tidak ada air yang menempel.
c.
Perangkat alat uji pelepasan
Alat dan perlengkapan yang digunakan dalam laju pelepasan
APMS dari sistem NLC adalah rangkaian alat uji disolusi HansonResearch SR-6 yang dilengkapi dengan sel difusi serta pengaduk
berbentuk paddle.
Sel difusi terbuat dari bahan stailess steel berbentuk silinder pipih.
Tempat penampung sampel mempunyai garis tengah 2,9 cm dengan tebal
0,4 cm. sebagai pengaman untuk mencegah kebocoran, sel difusi
dilengkapi dengan karet penyekat berbentuk ring sebagai penghubung
antara tempat sampel dengan penghubungnya.
d.
Penyiapan sel difusi
Gelas arloji dan sudip ditimbang dalam kondisi kosong kemudian
NLC-APMS ditimbang ± 2 gram. Selanjutnya sel difusi diisi dengan
NLC-APMS dan permukaannya diratakan dengan sudip. Menimbang
kembali gelas arloji dan sudip beserta sisa NLC-APMS, kemudian
dihitung jumlah NLC-APMS yang masuk pada sel difusi. Diatasnya
dipasang ring penyekat dari karet unutk mencegah kebocoran, lalu diklem
dengan lempengan sel yang lain dnegan rapat.
e.
Pengukuran APMS yang terlepas dari sistem SLN dan NLC
Sel difusi yang telah berisi NLC-APMS dimasukkan dalam tabung
uji disolusi yang berisi larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 sebanyak 500
mL. suhu percobaan diatur pada 32ºC ± 0,5 ºC, paddle diputar dengan
kecepatan 100 rpm. Larutan sampel diambil sebanyak 5,0 mL
menggunakan spuit injeksi pada waktu 0, 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90, 120,
180, 240, 300, 360, 420, 480, 540, 600 dan 660 menit. Setiap
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
43
pengambilan sampel diganti dengan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05
dengan jumlah dan suhu yang sama. Cuplikan diamati serapannya
menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang
maksimum APMS sesuai penentuan panjang gelombang maksimum
APMS dalam dapar fosfat. Konsentrasi APMS dalam cuplikan dihitung
dengan menggunakan persamaan regresi kurva baku APMS dalam dapar
fosfat pH 7,4 ± 0,05. Untuk memperhitungkan pengenceran 5,0 mL media
pelepasan, kadar terukur dikoreksi dengan persamaan Wurster :
=
′
+
(
)
Keterangan :
Cn
: Kadar sebenarnya setelah dikoreksi
C’n
: Kadar terbaca (hasil perhitungan dari nilai serapan sample yang tebaca
pada spektrofotometer dalam ppm)
Cs
: kadar terbaca dari sampel sebelumnya
Vs
: Volume sampel
Vm
: Volume media
f.
Penentuan jumlah kumulatif APMS yang terlepas dari sistem
SLN dan NLC
Penentuan jumlah kumulatif APMS yang terlepas dari sistem NLC
per satuan luas membran (μg/cm2) tiap waktu diperoleh dari konsentrasi
(μg/mL) yang diperoleh setiap waktu ditambah koreksi Wurster kemudian
dikalikan dengan jumlah media (500 mL) dan selanjutnya dibagi luas
permukaan membran.
g.
Penentuan profil pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC
Dibuat kurva hubungan antara jumlah kumulatif APMS yang
terlepas per satuan luas membran (μg/cm2) terhadap akar waktu (menit1/2)
dari setiap sistem NLC.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
44
h.
Penentuan kecepatan pelepasan (fluks) APMS dari sistem SLN
dan NLC
Dari gambar profil pelepasan APMS yang dihasilkan, ditentukan
keadaan steady state terlebih dahulu, selanjutnya dibuat persamaan regresi
pada daerah steady state tersebut. Berdasarkan hukum difusi Higuchi,
slope dari persamaan regresi tersebut merupakan kecepatan pelepasan
(fluks) APMS dari sistem NLC. Kondisi steady state adalah kondisi
dimana membran berada dalam keadaan jenuh atau proses difusi sudah
berjalan konstan.
4.4
Analisis Data
4.4.1 Perhitungan parameter pelapasan APMS dari sistem NLC
a.
Penentuan Jumlah Kumulatif APMS yang Terlepas dari Sistem
NLC
Penentuan jumlah kumulatif APMS yang terlepas per satuan luas
membran tiap waktu (μg/cm2), dihitung dari konsentrasi yang diperoleh
setiap waktu (μg/mL) ditambah faktor koreksi Wurster kemudian
dikalikan dengan jumlah media (500 mL) dan selanjutnya dibagi luas
permukaan membran. Langkah berikutnya dibuat kurva hubungan antara
jumlah kumulatif APMS yang terlepas (μg/cm2) terhadap akar waktu
(menit1/2).
b.
Penentuan profil pelepasan APMS dari sistem NLC
Profil pelepasan APMS pada suhu 32ºC ± 0,5 ºC merupakan rerata
hubungan antara jumlah APMS yang terlepas (μg/cm2) vs akar waktu
(menit1/2). Data diperoleh dari replikasi tiga kali pengamatan.
c.
Skripsi
Penentuan kecepatan pelepasan (fluks) APMS dari sistem NLC
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
45
Dari kurva yang dihasilkan antara jumlah kumulatif APMS yang
terlepas (μg/cm2) vs akar waktu (menit1/2) jika mengikuti persamaan linier
maka fluks ditentukan dengan menghitung slope dari persamaan garis
linier. Namun, jika kurva yang dihasilkan mengikuti persamaan non linier,
maka fluks ditentukan dengan menghitung area dibawah kurva pelepasan
APMS. Area dibawah kurva dihitung menggunakan rumus trapesium.
4.4.2 Analisis statistika
Harga laju pelepasan (Fluks) APMS dianalisis dengan statistika
menggunakanmetode analisis varian (ANOVA) satu arah untuk
mengetahui apakah ada perbedaan fluks yang bermakna antara sistem
SLN dan NLC. Dari hasil analisis tersebut diperoleh nilai harga F hitung
yang kemudian dibandingkan dengan F table dan dilakukan uji HSD
(Honestly Significant Difference).
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Pemeriksaan Kualitatif Bahan Penelitian
Untuk memastikan bahwa bahan-bahan pembentuk sistem SLN
maupun NLC memiliki kemurnian yang sesuai dengan pustaka, maka
dilakukan pemeriksaan kualitatif APMS, setil alkohol, dan asam oleat
untuk kemudian dibandingkan dengan pustaka. Uji kualitatif tersebut
terdiri dari organoleptis, profil spektra inframerah, dan termogram DTA.
5.1.1 Pemeriksaan kualitatif APMS
Hasil pemeriksaan spektra IR dan suhu lebur APMS dapat dilihat
pada gambar 5.1, gambar 5.2 dan 5.3. Berdasarkan hasil pemeriksaan
kualitatif APMS yang dapat dilihat pada table V.1, spektra APMS
dibandingkan dengan spektra IR APMS dari pustaka, terlihat bahwa
APMS yang digunakan dalam penelitian memberikan serapan beberapa
gugus pada bilangan gelombang yang sesuai dengan rentang dalam
pustaka, begitu juga hasil pemeriksaan suhu lebur menggunakan DTA
yang sesuai dengan suhu lebur dalam pustaka.
Gambar 5. 1 Hasil pemeriksaan spektra IR APMS
46
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
47
Gambar 5. 2 Spektra IR APMS berdasarkan pustaka
(www.sigmaaldrich.com)
Gambar 5. 3 Termogram DTA APMS
Tabel V. 1 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel APMS
Pemeriksaan
Organoleptis
Suhu Lebur
Identifikasi spektra
inframerah
Gugus :
-C=O
-C-O
Pengamatan
Serbuk berwarna putih
174,1oC
Bilangan gelombang (cm-1)
:
Pustaka
Serbuk berwarna putiha)
173 – 175oCb)
Bilangan gelombang (cm-1)c):
1687,19
1116,29;1191,27;1217,22
1254,31
1623,23
1598,20
2847,18
1640-1820
1110-1300
-C=C alkena
1600-1650
-C=C aromatik
1475-1600
O-H karboksilat
2400 – 3400
Keterangan :
a) Pustaka berdasarkan sertifikat analisis yang didapatkan
b) Chemicalland21.com
c) Fessenden & Fessenden, 1999
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
48
5.1.2
Pemeriksaan kualitatif setil alkohol
Hasil pemeriksaan spektra IR setil alkohol dan spektra IR
berdasarkan pustaka dapat dilihat pada gambar 5.4, gambar 5.5, dan
gambar 5.6. Berdasarkan kualitatif setil alkohol yang dapat dilihat pada
table V.2, terlihat bahwa setil alkohol yang digunakan dalam penelitian
memberikan serapan beberapa gugus pada bilangan gelombang yang
sesuai dengan rentang dalam pustaka, namun suhu lebur setil alkohol
berbeda 0,8 oC dari rentang yang terdapat dalam pustaka.
Tabel V. 2 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel setil alkohol
Pemeriksaan
Organoleptis
Suhu Lebur
Identifikasi spektra
inframerah
Gugus :
-C=O
-C-O
-C=C alkena
-C=C aromatik
O-H karboksilat
O-H alkohol
Pengamatan
Butiran berwarna putih
53,8oC
Bilangan gelombang (cm-1) :
Pustaka (Rowe et al., 2009)
Butiran berwarna putih
47-53 oC
Bilangan gelombang (cm-1):
1686,27
1116,31; 1172,28; 1191,30;
1217,29; 1254,28; 1288,33
1622,29
1512,30; 1598,28
2848,27; 2971,26
3466,26
1640-1820
1110-1300
1600-1650
1475-1600
2400 – 3400
3400 – 3650
Gambar 5. 4 Hasil pemeriksaan spektra IR setil alkohol
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
49
Gambar 5. 5 Spektra IR setil alkohol berdasarkan pustaka
(sdbs.db.aist.go.jp)
Gambar 5. 6 Termogram DTA setil alkohol
5.1.3
Pemeriksaan kualitatif asam oleat
Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitatif asam oleat yang dapat
dilihat pada table V.3, asam oleat yang digunakan dalam penelitian
memberikan serapan beberapa gugus pada bilangan gelombang yang
sesuai dengan rentang dalam pustaka. Hasil pemeriksaan spektra IR asam
oleat dan spektra IR berdasarkan pustaka dapat dilihat pada gambar 5.7
dan gambar 5.8.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
50
Tabel V. 3 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel asam oleat
Pemeriksaan
Organoleptis
Pengamatan
Cairan kental berwarna
kuning kecoklatan
Bilangan gelombang (cm-1) :
Identifikasi spektra IR
Gugus :
-C=O
1737,18
-C-O
1171,32
-C=C alkena
1640,30
-C=C aromatik
1473,18
O-H karboksilat
2917,20
Keterangan :
a) Fessenden & Fessenden, 1999
Pustaka
Cair berwarna kekuningan
coklat.
Bilangan gelombang (cm-1)a):
1640-1820
1110-1300
1600-1650
1475-1600
2400 – 3400
Gambar 5. 7 Hasil pemeriksaan spektra IR asam oleat
Gambar 5. 8 Spektra IR asam oleat berdasarkan pustaka
(sdbs.db.aist.go.jp)
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
51
5.2
Penentuan kurva baku APMS
Penentuan kurva baku APMS dilakukan dalam dua larutan yaitu
larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 sebagai fase air pada sistem SLN mapun
NLC dan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 sebagai media uji pelepasan.
5.2.1
Kurva baku dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2
Kurva baku APMS dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 ini
digunakan untuk perhitungan kadar dalam uji homogenitas dan efisiensi
penjebakan sistem SLN dan NLC. Tahapan penentuan kurva baku APMS
dalam dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 µ= 0,998 adalah dengan menentukan
panjang gelombang maksimum APMS dan kemudian penentuan kurva
baku APMS.
5.2.1.1 Hasil penentuan panjang gelombang maksimum dalam
dapar asetat pH 4,2 ± 0,2
Panjang gelombang maksimum APMS dalam dapar asetat pH
4,2 ± 0,2 ditentukan dengan melakukan scanning seperti pada gambar 5.9
terhadap larutan baku kerja APMS pada kadar 1 ppm dan 12 ppm.
Berdasarkan hasil penentuan panjang gelombang maksimum APMS
diperoleh panjang gelombang maksimum APMS dalam dapar asetat 304,0
nm.
5.2.1.2 Hasil Penentuan kurva baku APMS dalam larutan dapar
asetat pH 4.2 ± 0.2
Kurva baku APMS diperoleh dari hasil pengukuran serapan
larutan baku kerja APMS dalam larutan dapar asetat pH 4.2 ± 0.2 dengan
berbagai kadar pada panjang gelombang maksimum APMS dalam larutan
dapar asetat (304,0 nm). Hasil pengukuran larutan baku kerja APMS
dapat dilihat pada tabel V.4. Berdasarkan hasil perhitungan gabungan dari
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
52
tiga kali replikasi diperoleh persamaan regresi y= 0.1348x - 8.429 x10-3
dengan koefisien korelasi 0.9998.
APMS 12 ppm
APMS 1 ppm
Gambar 5. 9 Profil serapan larutan baku kerja APMS pada larutan dapar
asetat pH 4,2 ± 0,2
Tabel V. 4 Nilai serapan APMS pada berbagai kadar dalam larutan dapar
asetat pH 4.2 ± 0.2 pada panjang gelombang maksimum 304,0 nm
Kadar (ppm)
0,1563
1,0200
2,0400
4,0800
6,1200
8,1600
12,2400
Serapan
0,018
0,128
0,264
0,536
0,817
1,094
1,641
2
serapan
1.5
1
y = 0.1348x - 0.0084
R² = 1
0.5
0
0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000
kadar (ppm)
Gambar 5. 10 Kurva baku serapan APMS dalam larutan dapar asetat pH
4.2 ± 0.2
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
53
5.2.2
Kurva baku dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05
Tahapan penentuan kurva baku APMS dalam dapar fosfat pH 7,4
± 0,05 adalah dengan menentukan panjang gelombang maksimum APMS
dan kemudian penentuan kurva baku APMS.
5.1
Hasil penentuan panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang maksimum APMS dalam dapar asetat
ditentukan dengan melakukan scanning terhadap larutan baku kerja
APMS pada kadar 0,5 ppm dan 15 ppm yang berbeda pada panjang
gelombang 200-400 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Berdasarkan hasil penentuan panjang gelombang maksimum
APMS diperoleh panjang gelombang maksimum APMS dalam dapar
fosfat 285,0 nm seperti yang terlihat pada gambar 5.11
APMS 15ppm
APMS 0.5ppm
Gambar 5. 11 Profil serapan larutan baku kerja APMS dalam larutan
dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
54
5.2 Hasil penentuan kurva baku APMS dalam larutan dapar fosfat
pH 7.4 ± 0.05
Kurva baku APMS diperoleh dari hasil pengukuran serapan
larutan baku kerja APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05
dengan kadar 0,5; 1,0; 2,0; 4,0; 6,0; 8,0; 10,0; 12,0; 5,0; 20,0; 30,0 ppm
pada panjang gelombang maksimum APMS dalam larutan dapar fosfat
(285,0 nm). Berdasarkan hasil perhitungan gabungan dari tiga kali
replikasi diperoleh persamaan regresi y = 0.11610x + 0.0285 dengan
koefisien korelasi 0.99895.
Tabel V. 5 Nilai serapan APMS pada berbagai kadar dalam larutan dapar
fosfat pH 7.4 ± 0.05 pada panjang gelombang maksimum 285,0 nm
Kadar (ppm)
0.505
1.010
2.020
4.040
6.060
8.080
10.100
12.120
15.150
20.200
Serapan
0.0530
0.1090
0.2350
0.4780
0.7430
0.9700
1.2280
1.5010
1.8390
2.4310
4
serapan
3
2
y = 0.115x + 0.020
R² = 0.994
1
0
0
10
20
30
40
kadar (ppm)
Gambar 5. 12 Kurva baku serapan APMS dalam larutan dapar fosfat pH
7.4 ± 0.05
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
55
5.3 Pemeriksaan pengaruh bahan tambahan terhadap serapan
APMS
Pemeriksaan pengaruh bahan tambahan terhadap serapan APMS
dilakukan dengan scanning panjang gelombang dapar asetat pH 4,2 ±
0,2, larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05, APMS dalam dapar asetat pH 4,2
± 0,2, APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05, SLN base, NLC
base, SLN APMS, serta NLC APMS.
Gambar 5. 13 Serapan larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2, APMS, SLN
base, NLC base, SLN APMS, dan NLC APMS dalam larutan dapar asetat
pH 4,2 ± 0,2
Gambar 5. 14 Serapan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05, APMS, SLN
base, NLC base, SLN APMS, dan NLC APMS dalam larutan dapar fosfat
pH 7,4 ± 0,05
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
56
Berdasarkan hasil scanning panjang gelombang, diketahui
bahwa bahan-bahan yang digunakan pada sistem SLN maupun NLC tidak
mempengaruhi serapan APMS pada panjang gelombang maksimalnya.
5.4
Hasil uji homogenitas dan peroleh kembali APMS dalam
sistem SLN maupun NLC
Tabel V. 6 Hasil perolehan kembali APMS dalam sistem SLN-NLC
dengan lipid setil alkohol:asam oleat
Formula
Rata-rata Perolehan
% KV
kembali ± SB (%)
(10:0)-APMS
114,48 ± 1,16
1,02
(9,5:5)-APMS
105,94 ± 1,48
1,40
(9:1)-APMS
104, 38 ± 0,18
0,17
(8,5:1,5)-APMS
102,46 ± 1,25
1,22
Dari keempat formula, berdasarkan table V.6 diatas uji
homogenitas APMS berada pada rentang 102,46-114,48% kadar yang
memenuhi persyaratan penetapan kadar bahan aktif dalam sediaan jadi
yaitu 80-120% (ICH Harmonised Tripartite Guidline, 2005) dan memiliki
nilai %KV 0,18-1,48% yang menunjukkan proses pembuatan sistem SLN
maupun NLC memiliki presisi yang baik.
5.5
Penentuan Karakteristik Sistem SLN-NLC APMS
Dilakukan penentuan karakteristik SLN-APMS maupun NLC-
APMS berupa orgnaoleptis, ukuran partikel, pH, viskositas, serta efisiensi
penjebakan.
5.5.1
Hasil pemeriksaan organoleptis sistem SLN-NLC APMS
Hasil pemerikasaan organoleptis sistem SLN-APMS dan NLC-
APMS pada berbagai formula dapat dilihat pada tabel V.7 berikut.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
57
Tabel V. 7 Hasil pemeriksaan organoleptis sistem SLN-NLC APMS
dengan lipid setil alkohol:asam oleat
Formula
Warna
Pengamatan
Bau
(10:0)-Base
Putih
Tidak berbau
(9,5:5)- Base
Putih
Tidak berbau
(9:1)- Base
(8,5:1,5)- Base
Putih
Putih
Tidak berbau
Tidak berbau
(10:0)-APMS
Putih
Tidak berbau
(9,5:5)-APMS
Putih
Tidak berbau
(9:1)-APMS
(8,5:1,5)-APMS
Putih
kekuningan
Putih
kekuningan
Tidak berbau
Tidak berbau
Konsistensi
Setengah padat,
kental
Setengah padat,
kental
Setengah padat, encer
Setengah padat, encer
Setengah padat,
kental
Setengah padat,
kental
Setengah padat,
kental
Setengah padat,
kental
Berdasarkan hasil pemeriksaan organoleptis, pada formula SLN
maupun NLC base, semakin tinggi kadar asam oleat, semakin encer
konsistensi sediaan, dan pada penamban APMS, terjadi perubahan warna
menjadi putih kekuningan pada peningkatan jumlah asam oleat pada
sistem NLC.
5.5.2
Hasil pengukuran ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS
Hasil pemerikasaan ukuran partikel sistem SLN-APMS dan
NLC-APMS pada berbagai formula dapat dilihat pada tabel V.8 dan
gambar 5.15. berdasarkan pengukuran partikel menggunakan Delsa Nano,
semakin tinggi kadar asam oleat dalam rasio lipid, semakin kecil ukuran
partikel matriks lipid.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Ukuran partikel rata-rata (nm)
58
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
Base
APMS
(10:0)
(9,5:0,5)
(9:1)
(8,5:1,5)
SLN dan NLC kadar lipid 10% (setil alkohol:asam
oleat)
Gambar 5. 15 Diagram ukuran partikel sistem SLN dan NLC APMS
dengan lipid 10% (setil alkohol:asam oleat)
Tabel V. 8 Ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS
Formula
Rerata ukuran partikel ± SB
Base
2267,67 ± 222,72
SLN
APMS
2336,4 ± 1118,203
Base
2896,56 ± 1539,54
NLC (95:5)
APMS
1620,36 ± 289,78
Base
1482,6 ± 231,89
NLC (90:10)
APMS
338,1 ± 7,35
Base
1347,03 ± 196,01
NLC (85:15)
APMS
276,8 ± 49,43
5.5.3
%KV
9,82
47,86
53,15
17,88
15,64
2,17
14,55
17,86
Hasil pengukuran polydispersity index (pi) ukuran partikel
sistem SLN-NLC APMS
Hasil pemerikasaan homogenitas ukuran partikel sistem SLN-
APMS dan NLC-APMS pada berbagai formula dapat dilihat pada tabel
V.9 berikut dan gambar 5.16. berdasarkan gambar 5.16 terlihat pada
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
59
peningkatan kadar asam oleat, baik pada formula SLN maupun NLC
mengalami penurunan nilai PI yang menunjukkan distribusi ukuran
partikel yang semakin homogen.
Tabel V. 9 Homogenitas ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS
Formula
SLN
NLC (95:5)
NLC (90:10)
NLC (85:15)
Base
APMS
Base
APMS
Base
APMS
Base
APMS
PI ± SB
0,633 ± 0,028
0,759 ± 0,213
0,768 ± 0,259
0,596 ± 0,049
0,474 ± 0,03
0,155 ± 0,002
0,476 ± 0,052
0,157 ± 0,021
%KV
4,47
28,05
33,83
8,30
6,68
1,84
10,95
13,98
Polydispersity Index (PI)
1.2
1
0.8
0.6
Base
0.4
APMS
0.2
0
(10:0)
(9,5:0,5)
(9:1)
(8,5:1,5)
SLN-NLC kadar lipid 10% (setil alkohol:asam oleat)
Gambar 5. 16 Diagram homogenitas ukuran partikel sistem SLN-NLC
APMS dengan lipid 10% (setil alkohol:asam oleat)
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
60
5.5.4
Hasil pengukuran pH sistem SLN-NLC
Hasil pemerikasaan pH sistem SLN-APMS dan NLC-APMS
pada berbagai formula dapat dilihat pada tabel V.10 berikut:
Tabel V. 10 pH sistem SLN-NLC APMS
Formula
PI ± SB
Base
4.08 ± 0.094
SLN
APMS
4.12 ± 0.037
Base
4.12 ± 0.412
NLC (95:5)
APMS
4.13 ± 0.041
Base
4.12 ± 0.068
NLC (90:10)
APMS
3.97 ± 0.009
Base
4.09 ± 0.061
NLC (85:15)
APMS
3.96 ± 0.021
5.5.5
%KV
0.518
1.499
0.237
1.648
0.988
2.304
0.915
1.016
Hasil penentuan viskositas sistem SLN-NLC
Hasil penentuan viskositas formula SLN dan NLC APMS dapat
dilihat pada tabel V.11 berikut:
Tabel V. 11 Viskositas sistem SLN-NLC APMS
Formula
Viskositas (cps)
SLN-APMS
982,4
NLC (95:5) –APMS
1170
NLC (90:10) –APMS
1105
NLC (85:15) –APMS
801,9
Pada tabel V.11 dapat dilihat bahwa NLC(8,5:1,5) dengan kadar
asam oelat tertinggi memiliki nilai viskositas yang paling rendah, dan
NLC (9,5:0,5) dengan kadar asam oelat terendah memiliki viskositas yang
paling tinggi.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
61
5.5.6
Hasil penentuan efisiensi penjebakan sistem SLN-NLC
APMS
Hasil pemerikasaan ukuran partikel sistem SLN-APMS dan
NLC-APMS pada berbagai formula dapat dilihat pada tabel V.12.
Berdasarkan hasil uji HSD pada table V.13 dan histogram pada gambar
5.15 diketahui terdapat perbedaan efektivitas penjerapan yang signifikan
dari setiap formula. Semakin tinggi kadar asam oleat, semakin tinggi
efisiensi penjebakannya.
Efisiensi Penjebakan (%)
Tabel V. 12 Efisiensi Penjebakan Sistem SLN-NLC APMS
Formula
Rata-Rata EP ± SB
(%)
% KV
SLN-APMS
NLC (95:5)-APMS
NLC (90:10)-APMS
NLC (85:15)-APMS
13.463 ± 0.2953
17.15 ± 0.3730
18.39 ± 0.0890
27.60± 0.4229
2.19
2.17
0.48
1.53
30
25
20
15
10
5
0
SLN-APMS
NLC (95:5)APMS
NLC (90:10)APMS
NLC (85:15)APMS
formula
Gambar 5. 17 Diagram efisiensi penjebakan sistem SLN dan NLC APMS
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
62
Sampel
Tabel V. 13 Hasil Uji HSD Efisiensi Penjerapan
Hasil Uji HSD untuk derajat kepercayaan (α)
0.05
N
1
2
3
4
SLN
3
NLC95
3
NLC90
3
NLC85
3
Sig.
5.6
1.34633
1.71457
1.83927
2.79457
1.000
1.000
1.000
1.000
Hasil Uji Pelepasan APMS dari Sistem SLN-NLC
Hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas dari
masing-masih formula dalam dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 dapat dilihat
selengkapnya pada lampiran. Hasil profil uji pelepasan dari keempat
formula kemudian dibandingkan dalam bentuk grafik dan dihitung laju
pelepasan (flux) APMS dari masing-masing formula. Nilai flux keempat
formula kemudian dianalisis menggunakan ANOVA satu arah dengan uji
HSD untuk mengetahui apakah ada perbedaan flux yang signifikan antara
keempat formula.
5.6.1
Penentuan profil pelepasan
Perbanding profil pelepasan sistem SLN-APMS maupun NLC-
APMS dapat dilihat pada gambar 5.17.
5.6.2
Hasil perhitungan laju pelepasan (fluks) apms dari sistem
SLN-NLC
Hasil Perhitungan Laju pelepasan APMS dalam sistem SLN dan
NLC dapat dilihat pada tabel V.14. Berdasarkan hasil uji HSD pada table
V.15, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada flux
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
63
dari keempat formula karena nilai signifikan level (0,285) lebih besar dari
0,05.
1200
Jumlah kumulatif/cm2 (µg/cm2)
1000
800
NLC(85:15)-APMS
600
NLC(90:10)-APMS
400
NLC(95:5)-APMS
200
SLN-APMS
0
0
200
400
600
800
-200
-400
Waktu (menit)
Gambar 5. 18 Kurva hubungan antara waktu (menit) dan jumlah
kumulatif APMS yang lepas dari sistem SLN maupun NLC
Tabel V. 14 Laju pelepasan APMS dalam sistem SLN-NLC
Formula
Rata-rata laju pelepasan
± SB (µg/cm2.menit)
% KV
SLN-APMS
1,2758 ± 0,0562
4,4071
NLC (95:5)-APMS
1,2296 ± 0,0918
7,4701
NLC (90:10)-APMS
1,4101 ± 0,0823
5,8382
NLC (85:15)-APMS
1,2538 ± 0,1272
10,14811
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Laju Pelepasan (µg/cm2.menit)
64
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
(10:0)
(9,5:5)
(9:1)
(8,5:1,5)
Formula
Gambar 5. 19 Histogram laju pelepasan APMS dari sistem SLN maupun
NLC
Tabel V. 15 Hasil uji ANOVA satu arah laju pelepasan APMS dari sistem SLN
dan NLC
Jumlah kuadrat
Rata-rata
kuadrat
df
F
Antar grup
.059
3
.020
Dalam grup
.104
8
.013
Total
.162
11
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
1.509
Afina F.A
Sig.
.285
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris
yang bertujuan untuk membandingkan efektivitas sistem SLN dan NLC
dalam hal ini laju pelepasan APMS sebagai model obat dari sistem SLN
dan NLC dengan kadar lipid 10% pada setiap formula. Sistem SLN tidak
mengandung asam oleat dan sistem NLC dibuat dengan perbedaan rasio
setil alkohol : asam oleat.
Tahap awal penelitian ini adalah melakukan uji kualitatif APMS,
setil alkohol, dan asam oleat untuk mengetahui kemurnian ketiga bahan
tersebut melalui pemeriksaan organolpetis, spektra IR dan suhu lebur
untuk kemudian dibandingkan dengan pustaka. Berdasarkan hasil
pemeriksaan kualitatif organoleptis, spektra IR, maupun suhu lebur, baik
APMS, setil alkohol, maupun asam oleat memiliki karakteristik yang
sesuai dengan pustaka. Adapun perbedaan suhu lebur pada setil alkohol
yang digunakan dalam penelitian ini yang suhu leburnya lebih tinggi
0,8 C dari rentang pustaka, hal ini dapat disebabkan oleh kemurnian
bahan setil alkohol yang digunakan. Setil alkohol juga mengandung
stearil alkohol yang memiliki jumlah atom C lebih banyak sehingga dapat
meningkatkan suhu leburnya (Rowe et al., 2009)
Tahap selanjutnya adalah pembuatan sistem SLN maupun NLC
dengan cara panas menggunakan metode High Shear Homogenization
dengan alat Ultra-Turrax pada kecepatan 24000 rpm selama 8 menit
terbagi dalam empat cycle. Suhu pemanasan sangat penting diperhatikan
selama proses pembuatan untuk menghindari pemanasan berlebihan yang
dapat menurunkan stabilitas obat maupun sediaan akibat proses oksidasi.
65
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
66
Pada
penetapan
kadar
APMS
dalam
uji
homogenitas,
perhitungan efisiensi penjebakan, dan uji pelepasan, digunakan metode
spektrofotometri UV-VIS yang diawali dengan penentuan panjang
gelombang maksimal dan penetapan kurva baku. Penentuan panjang
gelombang maksimal dan pembuatan kurva baku APMS dilakukan dalam
larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 sebagai fase air dan larutan dapar fosfat
pH 7,4 ± 0,05 sebagai media pada uji pelepasan. Kurva baku APMS
dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 digunakan untuk penetapan kadar
APMS pada uji homogenitas dan efisiensi penjebakan sistem SLN dan
NLC. Adapapun kurva baku APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7,4 ±
0,05 digunakan untuk penetapan kadar APMS yang terlepas pada uji
pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC. Dari hasil penentuan
panjang gelombang maksimal, diperoleh panjang gelombang maksimal
(λ) APMS dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 304,0 nm sementara
dalam larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 diperoleh panjang gelombang
maksimal (λ) 285,0 nm. Perbedaan panjang gelombang maksimal APMS
dalam kedua larutan dapar tersebut disebabkan oleh adanya gugus OH
sebagai gugus auksokrom pada struktur asam asetat yang dapat
menggeser serapan maksimal APMS ke arah yang lebih panjang atau
disebut pergeseran batokromik (Pavia et al., 2009). Adapun persamaan
garis dari kedua kurva baku telah memenuhi persayratan linearitas.
Untuk memastikan bahwa bahan tambahan tidak mengganggu
serapan APMS, dilakukan pemeriksaan pengaruh bahan tambahan pada
serapan APMS dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 sebagai fase air
sistem dan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 sebagai media pada uji
pelepasan. Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa bahan
penyusun sistem SLN maupun NLC tidak memberikan serapan APMS
pada panjang gelombang maksimalnya.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
67
Pada setiap pembuatan formula dilakukan tiga kali replikasi
untuk menjamin repetabilitas proses pembuatan yang ditunjukkan oleh
nilai simpangan baku atau %KV pada penetapan kadar APMS dalam
sediaan. Dari keempat formula, kadar APMS berada pada rentang 102,46114,48% kadar yang memenuhi persyaratan penetapan kadar bahan aktif
dalam sediaan jadi yaitu 80-120% (ICH Harmonised Tripartite Guidline,
2005) dan memiliki nilai %KV 0,18-1,48% yang menunjukkan proses
pembuatan sistem SLN maupun NLC dianggap memiliki repetabilitas
yang baik.
Tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah penentuan
karakteristik sistem SLN maupu NLC meliputi pemeriksaan organoleptis,
ukuran partikel, pH, viskositas, dan efisiensi penjebakan. Pada
pemeriksaan organoleptis yang terdiri dari warna, bau, dan konsistensi,
dari keempat formula, terjadi penurunan konsistensi pada sistem NLC
base dengan rasio setil alkohol : asam oleat 9:1 dan 8,5:1,5. Hal ini dapat
disebabkan oleh peningkatan jumlah asam oleat sebagai lipid cair yang
dapat menurunkan keteraturan kisi kristal yang berakibat pada penurunan
titik lebur sistem NLC (Souto and Müller, 2007). Penurunan titik lebur
berbanding lurus dengan penurunan konsistensi suatu zat dari padat
menuju cair, oleh karena itu, peningkatan kadar asam oleat menurunkan
konsistensi sistem NLC. Sementara pada sistem NLC-APMS dengan
rasio setil alkohol : asam oleat 9:1 dan 8,5:1,5 memiliki warna putih
kekuningan dibanding formula lain yang berwarna putih. Perbedaan
warna ini dapat disebabkan oleh jumlah asam oleat yang berwarna kuning
lebih tinggi dibandingkan dengan formula lainnya.
Berdasarkan hasil pengukuran ukuran partikel rata-rata, SLN dan
NLC base terjadi penurunan ukuran partikel sebanding dengan
peningkatan jumlah asam oleat. Namun pada sistem SLN dan NLC
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
68
dengan APMS, SLN dengan APMS memiliki ukuran partikel yang lebih
besar dibandingkan dengan basenya. Pada sistem NLC dengan APMS,
terjadi penurunan ukuran partikel sebanding dengan peningkatan jumlah
asam oleat. Hal ini dapat mengalami proses pelarutan dalam asam oleat
karena APMS larut dalam pelarut organik (Bovine Metabolome Database,
2015). Sementara pada seluruh formula, diperoleh pH pada rentang 3,954,13 yang memenuhi rentang pH sediaan maupun rentang pH kulit 4,006,00 (Zlotogorski, 1987).
Penentuan efisiensi penjebakan APMS dalam sistem SLN
maupun NLC dilakukan dengan metode sentrifugasi. Berdasarkan analisis
statistik menggunakan ANOVA satu arah, terdapat perbedaan efisiensi
penjebakan secara bermakna dari keempat formula, semakin tinggi kadar
asam oleat semakin besar efisiensi penjebakannya. Formula NLC dengan
rasio setil alkohol : asam oleat 8,5:1,5 memiliki nilai efisiensi penjebakan
tertinggi yaitu 27.60 ± 0.4229% dan formula SLN memiliki efisiensi
penjebakan terendah yaitu 13.463 ± 0.2953%. Hal ini dapat disebabkan
oleh beberapa hal diantaranya adalah asam oleat pada sistem yang
berfungsi sebagai lipid cair yang dapat menurunkan keteraturan kisi
kristal setil akohol sehingga dapat memuat bahan obat lebih banyak
(Zuang et al., 2010), selain itu asam oleat juga dapat melarutkan APMS
sehingga jumlah APMS yang terjebak dalam matriks lipid lebih besar
dibandingkan dengan sistem SLN yang tidak mengandung asam oleat.
Setelah penentuan karakteristik dilakukan, dilanjutkan dengan
uji pelepasan sistem SLN maupun NLC pada keempat formula. Uji
pelepasan dilakukan dengan tiga kali replikasi pada masing-masing
formula. Pada uji pelepasan keempat formula diperoleh jumlah kumulatif
APMS yang terlepas tidak berbeda bermakna dan berada pada rentang 3244%. Pada penelitain ini diketahi bahwa nilai efisiensi penjebakan APMS
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
69
dalam matriks lipid berada pada rentang 13-28% sehingga APMS yang
berada di fase air sekitar 72-87%, hal ini menujukkan bahwa obat yang
terlepas selama 720 menit dari keempat formula masih berasal dari fase
luar, yaitu fase air.
Berdasarkan hasil analisis statistik ANOVA satu arah, diketahui
tidak terdapat perbedaan bermakna pada laju pelepasan (flux) dari
keempat formula. Secara teori, laju pelepasan suatu obat dipengaruhi oleh
ukuran partikel, viskositas (Sinko and Singh, 2011), dan efisiensi
penjebakan obat dalam matriks lipid. Berdasarkan hukum difusi Fick II,
luas permukaan partikel berbanding lurus dengan jumlah obat yang
berdifusi (Sinko and Singh, 2011), semakin kecil ukuran partikel semakin
besar luas permukaannya sehingga jumlah yang berdifusi semakin besar.
Pada penelitian ini diperoleh ukuran partikel menurun seiring dengan
bertambahnya jumlah asam oleat, namun penurunan ukuran partikel ini
tidak memberikan pengaruh pada laju pelepasan APMS dari keempat
formula.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah afinitas bahan obat
dengan bahan pembawa. Semakin besar afinitas pembawa terhadap bahan
obat maka semakin kecil pelepasan dari pembawa. Sebaliknya, obat yang
memiliki afinitas kecil terhadap pembawa maka jumlah obat yang
dilepaskan juga semakin besar (Sinko and Singh, 2011). Adanya asam
oleat dalam penyusun matriks lipid menyebabkan afinitas APMS dalam
lipid lebih besar sehingga menghambat pelepasan.
Uji pelepasan pada penelitian ini merupakan hasil yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga afinitas APMS dalam asam
oleat dapat menghilangkan pengaruh ukuran partikel matriks lipid.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC
yang dengan kadar lipid 10% terdiri dari setil alkohol : asam oleat (10:0;
9,5:0,5; 9:1; dan 8,5:1,5), tween 80, dan propilenglikol selama 720 menit
disimpulkan bahwa peningkatan jumlah asam oleat belum mempengaruhi
laju pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC.
7.2
Saran
Perlu dilakukan uji pelepasan APMS yang lebih lama untuk
mengetahui pengaruh peningkatan jumlah asam oleat pada laju pelepasan
APMS dari sistem SLN dan NLC.
70
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR PUSTAKA
Bhaskar, K., Anbu, J., Ravichandiran, V., Venkateswarlu, V., & Rao, Y.
M. 2009. Lipid Nanoparticle for TranSBermal Delivery of Flurbiprofen:
Formulation, In Vitro, Ex Vivo and In Vivo Studies. BioMed Central ,
p.1-15.
Chen, C. C., Tsai, T. H., Huang, Z. R., & Fang, J. Y. 2010. Effects of
Lipophilic Emulsifiers on The Oral Administration of Lovastatin from
Nanostructured Lipid Carriers: Physicochemical Characterization and
Pharmacokinetics. European Journal of Pharmaceutics and
Biopharmaceutics Vol.74 , p.474-482.
Donovan, M. D., & Flanagan, D. R. 1996. Bioavailability of Disperse
Dosage Forms. In H. A. Lieberman, M. M. Rieger, & G. S. Banker,
Pharmaceutical Dosage Form: Disperse Sistem 2nd (pp. 315-370).
Marcel Dekker, Inc.
Dubey, A., P., P., & J., V. K. 2012. Nanostructured Lipid Carriers: A
Novel Topical Drug Delivery Sistem. International Journal of
PharmTech Research Vol.4 No.2 , p.705-714.
Hu, F. Q., Jiang, S. P., Du, Y. Z., Ye, Y. Q., & Zeng, S. 2005. Preparation
and Characterization of Stearic Acid Nanostructured Lipid Carriers by
Solvent Diffusion Method in An Aqueous Sistem. Colloids and Surfaces
B: Biointerfaces , p.167-173.
Kovacevic, A., Savic, S., Vuleta, G., Keck, C. M., & Müller, R. H. 2011.
Polyhydroxy Surfactants for The Formulation Of Lipid Nanoparticles
(SLN nad NLC): Effect on size, Physical Stability and Particle Matrix
Structure. International Journal of Pharmaceutics , p.163-172.
Li, B., & Ge, Z. Q. 2012. Nanostructured Lipid Carrier Improve Skin
Permeation and Chemical Stability of Idebenone. AAPS PharmSci Tech
Vol.13 No.1 , p.276-283.
Loo, C. H., Basri, M., Ismail, R., Lau, H. N., Tejo, B. A., Kanthimathi, M.
S., et al. 2013. Effect of Compositions in Nanostructured Lipid Carriers
(NLC) on Skin Hydration and Occlusion. International Journal of
Nanomedicine , p.13-22.
Mäder, K. 2006. Solid Lipid Nanoparticles as Drug Carriers. In V. P.
Torchilin, Nanoparticulate as Drug Carrier (pp. 187-205). London:
Imperial College Press.
Mühlen, A. Z., Schwarz, C., & Mehnert, W. 1997. Solid Lipd
Nanoparticles (SLN) for Controlled Drug Delivery-Drug Release nad
Release Mechanism. European Journal of Pharmaceutics and
Biopharmaceutics Vol.45 , p.149-155.
71
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
72
Müller, R. H., Mäder, K., & Gohla, S. 2000. Solid Lipid Nanoparticles
(SLN) for Controlled Drug Delivery- A Review of The State of The Art.
European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics , p.161-177.
Müller, R. H., Petersen, R. D., Hommos, A., & Pardeike, J. 2007.
Nanostructured Lipid Carriers (NLC) in Cosmetic Dermal Products
Vol.59. Advanced Drug Delivery Reviews , p.522-530.
Müller, R. H., Radtke, M., & Wissing, S. A. 2002. Solid Lipid
Nanoparticles (SLN) and Nanostructured Lipid Carriers (NLC) in
Cosmetic and Dermatological Preparation. Advance Drug Delivery
Reviews , p.S131-S155.
Qian, C., Decker, E. A., Xiao, H., & McClements, D. J. 2012. Solid Lipid
Nnao Particles : Effect of Carrier Oil and Emulsifier Type on Phase
Behavior and Physical Stability. J Am Oil Chem Soc , p.17-28.
Radomska, Radomska, A., & Dobrucki, R. 2000. The Use of Some
Ingredients for Microemulsion Preparation Containing Retinol and Its
Ester. International Journal of Pharmaceutics , p.131-134.
Rahmawan, T. G., Rosita, N., & Erawati, T. 2012. Characterisation of
Solid Lipid Nanoparticles p-Methoxycinnamic Acid (SLN-APMS)
Formulated With Different Lipid Component: Stearic Acid and Cetyl
Alcohol . PharmaScientia Vol.1 No.1 , p.16-20.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., & Quinn, M. E. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipients 6th Edition. London: Pharmaceutical Press.
Singhal, G. B., Patel, R. P., Prajapati, B. G., & Patel, N. A. 2011. Solid
Lipid Nanoparticles and Nano Lipid Carriers: As Novel Solid Lipid
Based Drug Carrier. International Research Journal of Pharmacy Vol.2 ,
p.40-52.
Sinko, P. J., & Singh, Y. 2011. Martin's Physical Pharmacy and
Pharmaceutical Science- Physical Chemical and Biopharmaceutical
Principle in The Pharmaceutical Science 6th Edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business.
Souto, E. B., & Müller, R. H. 2007. Lipid Nanoparticles (Solid Lipid
Nanoparticle and Nanosturctured Lipid Carriers) for Cosmetic, Dermal,
and Transdermal Aplication. In D. Thassu, M. Deleers, & Y. Pathak,
Nanoparticulate Drug Delivery Sistem (pp. 213-229). New York:
Informa Healthcare USA, Inc.
Tamjidi, F., Shahedi, M., Varshosaz, J., & Nasirpour, A. 2013.
Nanostructured Lipid Carriers (NLC): A potential delivery Sistem for
Bioactive Food Molecules. Innovative Food Science and Emerging
Technologies Vol.19 , p.29-43.
Umar, M. I., Asmawi, M. Z., Sadikun, A., Atangwo, I. J., Yam, M. F.,
Altaf, R., et al. 2012. Bioactivity-Guided Isolation of Ethyl-p-
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
73
methoxycinnamate, an Anti-Inflammatory Constituent, from Kaempferia
Galanga L. Extract. Molecules Vol.17 , p.8720-8734.
Vitorino, C., Alves, L., Antunes, F. E., Sousa, J. J., & Pais, A. C. 2013.
Design of Dual Nanostructired Lipid Carrier Formulation Based on
Physicochemical, Rheological, and Mechanical Properties. J. Nanopart
Res , p.1-14.
Vitorino, C., Carvalho, F. A., Almeida, A. J., Sousa, J. J., & Pais, A. C.
2011. The Size of Solid Lipid Nanoparticles: An Interpretation from
Experimental Design. Colloids and Surfaces B: Biointerfaces Vo.84 ,
p.117-130.
Vittalrao, M. A., Shanbag, T., Kumari, M., Bairy, K. L., & Shenoy, S.
2011. Evaluation of Antiinflammatory And Analgesic Activities of
Alcoholic Extract of Kaempferia Galanga in Rats. Indian J Physiol
Pharmacol Vol.55 No.1 , p.13-24.
Waghmare, A. S., Grampurohit, N. D., Gadhave, M. V., Gaikwad, D. D.,
& Jadhav, S. L. 2012. Solid Lipid Nanoparticles: A Promising Drug
Delivery Sistem. International Research Journal of Pharmacy Vol.3
No.4 .
Woo, J. O., Misran, M., Lee, P. F., & Tan, L. P. 2014. Development of a
Controlled Release of Salicylic Acid Loaded Stearic Acid-Oleic Acid
Nanoparticles in. The Scientific Worl Journal , p.1-10.
Zhuang, C. Y., Li, N., Wang, M., Zhang, X. N., Pan, W. S., Peng, J. J., et
al. 2010. Preparation and Characterization of Vinpocetine Loaded
Nanstructured Lipd Carriers (NLC) for Improved Oral Bioavailability.
International Journal of Pharmaceutics Vol.394 , p.179-185.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Lampiran 1. Sertifikat Analisis APMS
74
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
75
LAMPIRAN 2
Lampiran 2. Sertifikat analisis Asam Oleat
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
76
LAMPIRAN 3
Lampiran 3. Sertifikat Analisis Setil Alkohol
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
77
LAMPIRAN 4
Lampiran 4. Sertifikat Analisis Tween 80
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
78
LAMPIRAN 5
Lampiran 5. Sertifikat Analisis Propilenglikol
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
79
LAMPIRAN 6
Lampiran 6. Sertifikat Analisis Natrium Asetat
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
80
LAMPIRAN 7
Lampiran 7. Sertifikat Analisis Asam Asetat Glasial
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
81
LAMPIRAN 8
Lampiran 8. Sertifikat Hasil Uji Viskositas Sistem SLN-NLC APMS
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
82
LAMPIRAN 9
Lampiran 9. Tabel Efisiensi Penjebakan
Formula
SLN-APMS
NLC (95:5)-APMS
NLC (90:10)-APMS
NLC (85:15)-APMS
Skripsi
Efisiensi Penjebakan
1
2
3
13.877
13.307
13.206
17.660
16.991
16.786
18.513
18.300
18.365
27.046
28.069
27.699
Pengaruh kadar asam....
Rata-Rata ± SB
% KV
13.463 ± 0.2953
17.15 ± 0.3730
18.39 ± 0.0890
27.60± 0.4229
2.19
2.17
0.48
1.53
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
83
LAMPIRAN 10
Lampiran 10. Hasil Uji pelepasan APMS dari Sistem SLN dan NLC
1.
Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas
Formula I replikasi 1
Waktu
Serapan
Kadar
(ppm)
Koreksi wurster
(ppm)
Jumlah
kumulatif/volum
media (µg/500ml)
Jumlah
Kumulatif/cm2
(µg/cm2)
5
0.205
1.512
1.512
756
114.545
10
0.204
1.503
1.51812
759.06
115.009
15
0.215
1.599
1.62915
814.575
123.420
30
0.256
1.956
2.00214
1001.07
151.677
45
0.288
2.234
2.2997
1149.85
174.220
60
0.344
2.722
2.81004
1405.02
212.882
90
0.413
3.322
3.44326
1721.63
260.853
120
0.47
3.775
3.92948
1964.74
297.688
150
0.53
4.376
4.56823
2284.115
346.078
180
0.48
3.932
4.16799
2083.995
315.757
210
0.68
5.629
5.90431
2952.155
447.296
240
0.72
6.003
6.33834
3169.17
480.177
300
0.83
6.96
7.35537
3677.685
557.225
360
0.80
6.664
7.12897
3564.485
540.073
420
0.94
7.883
8.41461
4207.305
637.470
480
1.05
8.84
9.45044
4725.22
715.942
540
1.15
9.719
10.41784
5208.92
789.230
600
1.26
10.685
11.48103
5740.515
869.775
660
1.37
11.651
12.55388
6276.94
951.052
720
1.27
10.764
11.78339
5891.695
892.681
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
84
Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula I
replikasi 2
Waktu
Serapan
Kadar
(ppm)
Koreksi
wurster (ppm)
Jumlah
kumulatif/volum
media (µg/500ml)
Jumlah
Kumulatif/cm2
(µg/cm2)
5
0.137
0.920
0.920
460.183
69.725
10
0.031
-0.002
0.007
3.514
0.532
15
0.068
0.320
0.329
164.513
24.926
30
0.136
0.912
0.924
462.021
70.003
45
0.197
1.443
1.464
732.028
110.913
60
0.222
1.660
1.696
848.031
128.490
90
0.338
2.670
2.722
1361.118
206.230
120
0.35
2.774
2.853
1426.686
216.165
150
0.444
3.592
3.699
1849.608
280.244
180
0.473
3.845
3.988
1993.766
302.086
210
0.522
4.271
4.452
2226.218
337.306
240
0.565
4.645
4.869
2434.693
368.893
300
0.661
5.481
5.751
2875.674
435.708
360
0.785
6.560
6.885
3442.678
521.618
420
0.897
7.535
7.926
3962.859
600.433
480
0.969
8.161
8.628
4313.849
653.613
540
1.073
9.067
9.614
4807.224
728.367
600
1.173
9.937
10.575
5287.718
801.169
660
1.091
9.223
9.961
4980.570
754.632
720
1.357
11.538
12.368
6184.215
937.002
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
85
2.
Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas
Formula I replikasi 3
Waktu
Serapan
Kadar
(ppm)
Koreksi
Wurster (ppm)
Jumlah
kumulatif/volum
media (µg/500ml)
Jumlah
Kumulatif/cm2
(µg/cm2)
5
0.061
0.259
0.259
129.460
19.615
10
0.064
0.285
0.288
143.810
21.789
15
0.121
0.781
0.787
393.277
59.587
30
0.184
1.329
1.343
671.334
101.717
45
0.182
1.312
1.339
669.278
101.406
60
0.257
1.965
2.004
1002.208
151.850
90
0.335
2.644
2.703
1351.458
204.766
120
0.395
3.166
3.252
1625.772
246.329
150
0.457
3.705
3.823
1911.401
289.606
180
0.517
4.228
4.382
2191.025
331.973
210
0.571
4.698
4.894
2447.150
370.780
240
0.638
5.281
5.524
2762.195
418.514
300
0.758
6.325
6.622
3310.792
501.635
360
0.905
7.604
7.964
3982.104
603.349
420
0.999
8.423
8.858
4429.178
671.088
480
1.119
9.467
9.987
4993.483
756.588
540
1.201
10.181
10.795
5397.650
817.826
600
1.308
11.112
11.828
5914.175
896.087
660
1.406
11.965
12.792
6396.192
969.120
720
1.435
12.217
13.164
6582.213
997.305
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
86
3.
Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas
Formula II replikasi 1
Waktu
Serapan
Kadar
(ppm)
Koreksi
wurster (ppm)
Jumlah
kumulatif/volum
media (µg/500ml)
Jumlah
Kumulatif/cm2
(µg/cm2)
5
0.04
0.076
0.076
38.077
5.769
10
0.046
0.128
0.129
64.567
9.783
15
0.11
0.685
0.687
343.712
52.078
30
0.178
1.277
1.286
643.048
97.432
45
0.187
1.356
1.377
688.599
104.333
60
0.213
1.582
1.617
808.518
122.503
90
0.315
2.470
2.521
1260.292
190.953
120
0.337
2.661
2.737
1368.375
207.329
150
0.43
3.470
3.573
1786.379
270.664
180
0.474
3.853
3.990
1995.202
302.303
210
0.53
4.341
4.516
2258.159
342.145
240
0.584
4.811
5.030
2514.850
381.038
300
0.804
6.725
6.993
3496.258
529.736
360
0.877
7.361
7.695
3847.552
582.962
420
0.895
7.517
7.925
3962.685
600.407
480
0.947
7.970
8.453
4226.556
640.387
540
1.189
10.076
10.639
5319.495
805.984
600
1.276
10.833
11.497
5748.466
870.980
660
1.299
11.034
11.805
5902.720
894.351
720
1.294
10.990
11.872
5936.129
899.414
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
87
4.
Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas
Formula II replikasi 2
Waktu
Serapan
Kadar
(ppm)
Koreksi
wurster (ppm)
Jumlah
kumulatif/volum
media (µg/500ml)
Jumlah
Kumulatif/cm2
(µg/cm2)
10
0.098
0.581
0.581
290.470
44.011
15
0.13
0.859
0.865
432.626
65.549
30
0.184
1.329
1.344
671.910
101.805
45
0.162
1.138
1.166
582.822
88.306
60
0.213
1.582
1.621
810.444
122.795
90
0.265
2.034
2.089
1044.637
158.278
120
0.333
2.626
2.701
1350.718
204.654
150
0.372
2.966
3.067
1533.562
232.358
180
0.406
3.262
3.393
1696.345
257.022
210
0.462
3.749
3.913
1956.342
296.416
240
0.507
4.141
4.342
2170.909
328.926
300
0.685
5.690
5.932
2966.199
449.424
360
0.768
6.412
6.712
3355.831
508.459
420
0.765
6.386
6.750
3374.837
511.339
480
0.804
6.725
7.153
3576.480
541.891
540
0.939
7.900
8.395
4197.574
635.996
600
1.115
9.432
10.006
5002.959
758.024
660
1.143
9.676
10.344
5171.965
783.631
720
1.202
10.189
10.954
5477.089
829.862
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
88
5.
Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas
Formula II replikasi 3
Waktu
Serapan
Kadar
(ppm)
Koreksi
wurster (ppm)
Jumlah
kumulatif/volum
media (µg/500ml)
Jumlah
Kumulatif/cm2
(µg/cm2)
10
0.064
0.285
0.285
142.51
21.59
15
0.101
0.607
0.610
304.95
46.20
30
0.123
0.799
0.807
403.72
61.17
45
0.2
1.469
1.486
742.78
112.54
60
0.266
2.043
2.075
1037.33
157.17
90
0.358
2.844
2.896
1447.90
219.37
120
0.371
2.957
3.037
1518.69
230.10
150
0.457
3.705
3.815
1907.71
289.04
180
0.487
3.966
4.114
2056.78
311.63
210
0.486
3.958
4.145
2072.26
313.98
240
0.595
4.906
5.133
2566.38
388.84
300
0.803
6.717
6.992
3496.05
529.70
360
0.866
7.265
7.608
3803.78
576.33
420
0.872
7.317
7.732
3866.22
585.79
480
1.177
9.972
10.460
5230.04
792.43
540
1.224
10.381
10.969
5484.43
830.97
600
1.265
10.738
11.430
5714.75
865.87
660
1.266
10.746
11.546
5772.79
874.66
720
1.319
11.208
12.114
6057.16
917.75
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
89
6.
Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas
Formula III replikasi 1
Waktu
Serapan
Kadar
(ppm)
Koreksi
wurster (ppm)
Jumlah
kumulatif/volum
media (µg/500ml)
Jumlah
Kumulatif/cm2
(µg/cm2)
10
-0.158
-1.647
-1.647
-823.54
-124.77
15
-0.133
-1.430
-1.446
-722.98
-109.54
30
-0.052
-0.725
-0.755
-377.65
-57.22
45
-0.002
-0.289
-0.327
-163.69
-24.80
60
0.04
0.076
0.035
17.62
2.67
90
0.138
0.929
0.889
444.46
67.34
120
0.197
1.443
1.412
705.85
106.94
150
0.291
2.261
2.244
1122.11
170.01
180
0.356
2.826
2.833
1416.27
214.58
210
0.422
3.401
3.435
1717.61
260.24
240
0.486
3.958
4.026
2013.12
305.01
300
0.598
4.933
5.041
2520.28
381.86
360
0.748
6.238
6.395
3197.69
484.49
420
0.866
7.265
7.485
3742.37
567.02
480
1.017
8.579
8.872
4435.79
672.09
540
1.112
9.406
9.784
4892.09
741.22
600
1.256
10.659
11.132
5565.75
843.29
660
1.337
11.364
11.943
5971.53
904.77
720
1.394
11.860
12.553
6276.39
950.96
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
90
7.
Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas
Formula III replikasi 2
Waktu
Serapan
Kadar (ppm)
Koreksi
wurster (ppm)
Jumlah
kumulatif/volum
media (µg/500ml)
Jumlah
Kumulatif/cm2
(µg/cm2)
10
-0.218
-2.169
-2.169
-1084.63
-164.33
15
-0.127
-1.377
-1.399
-699.48
-105.98
30
-0.073
-0.907
-0.943
-471.38
-71.42
45
-0.033
-0.559
-0.604
-301.86
-45.73
60
0.028
-0.028
-0.078
-39.20
-5.94
90
0.1
0.598
0.548
273.96
41.51
120
0.178
1.277
1.233
616.38
93.39
150
0.241
1.826
1.794
896.92
135.89
180
0.299
2.330
2.317
1158.44
175.52
210
0.356
2.826
2.836
1418.13
214.86
240
0.431
3.479
3.517
1758.63
266.46
300
0.539
4.419
4.492
2246.00
340.30
360
0.645
5.342
5.459
2729.37
413.54
420
0.772
6.447
6.617
3308.73
501.32
480
0.865
7.256
7.491
3745.67
567.52
540
0.982
8.275
8.582
4291.09
650.16
600
1.097
9.275
9.666
4832.89
732.25
660
1.21
10.259
10.742
5371.00
813.78
720
1.156
9.789
10.375
5187.31
785.95
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
91
8.
Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas
Formula III replikasi 3
Waktu
Serapan
Kadar
(ppm)
Koreksi
wurster (ppm)
Jumlah
kumulatif/volum
media (µg/500ml)
Jumlah
Kumulatif/cm2
(µg/cm2)
10
-0.125
-1.360
-1.360
-679.93
-103.02
15
-0.096
-1.107
-1.121
-560.54
-84.93
30
-0.003
-0.298
-0.323
-161.37
-24.45
45
-0.056
-0.759
-0.787
-393.50
-59.62
60
0.058
0.233
0.198
98.78
14.96
90
0.147
1.007
0.974
487.23
73.82
120
0.204
1.503
1.481
740.31
112.16
150
0.274
2.113
2.105
1052.44
159.46
180
0.341
2.696
2.709
1354.56
205.23
210
0.402
3.227
3.267
1633.49
247.49
240
0.456
3.697
3.769
1884.61
285.54
300
0.56
4.602
4.711
2355.66
356.91
360
0.665
5.516
5.671
2835.59
429.63
420
0.787
6.577
6.788
3394.07
514.25
480
0.794
6.638
6.915
3457.41
523.85
540
1
8.431
8.774
4387.04
664.70
600
1.111
9.397
9.824
4912.22
744.27
660
1.235
10.477
10.998
5498.81
833.15
720
1.321
11.225
11.851
5925.43
897.79
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
92
9.
Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas
Formula IV replikasi 1
Waktu
Serapan
Kadar
(ppm)
Koreksi
wurster (ppm)
Jumlah
kumulatif/volum
media (µg/500ml)
Jumlah
Kumulatif/cm2
(µg/cm2)
10
0.035
0.033
0.033
16.31
2.47
15
0.062
0.268
0.268
133.97
20.29
30
0.136
0.912
0.915
457.33
69.29
45
0.184
1.329
1.342
670.76
101.63
60
0.229
1.721
1.746
873.23
132.30
90
0.3
2.339
2.382
1190.80
180.42
120
0.354
2.809
2.875
1437.48
217.80
150
0.421
3.392
3.486
1743.09
264.10
180
0.462
3.749
3.877
1938.46
293.70
210
0.512
4.184
4.350
2174.79
329.51
240
0.573
4.715
4.922
2461.16
372.90
300
0.652
5.403
5.657
2828.51
428.56
360
0.761
6.351
6.660
3329.85
504.52
420
0.664
5.507
5.879
2939.50
445.37
480
0.786
6.569
6.996
3497.93
529.99
540
1.021
8.614
9.107
4553.40
689.91
600
1.079
9.119
9.698
4848.86
734.67
660
1.112
9.406
10.076
5038.06
763.34
720
1.305
11.086
11.850
5924.95
897.72
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
93
10. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas
Formula IV replikasi 2
Jumlah
kumulatif/volum
media (µg/500ml)
Jumlah
Kumulatif/cm2
(µg/cm2)
-0.002
-1.08
-0.16
0.041
20.65
3.13
0.929
0.929
464.73
70.41
0.198
1.451
1.461
730.47
110.67
60
0.254
1.939
1.963
981.41
148.70
90
0.342
2.705
2.748
1374.05
208.19
120
0.426
3.436
3.506
1753.11
265.62
150
0.502
4.097
4.202
2101.01
318.33
180
0.567
4.663
4.809
2404.35
364.29
210
0.632
5.228
5.421
2710.52
410.68
240
0.69
5.733
5.978
2989.05
452.88
300
0.808
6.760
7.062
3531.21
535.03
360
0.944
7.944
8.314
4156.83
629.82
420
0.862
7.230
7.679
3839.71
581.77
480
1.091
9.223
9.745
4872.38
738.24
540
1.261
10.703
11.317
5658.27
857.31
600
1.371
11.660
12.381
6190.47
937.95
660
1.35
11.477
12.315
6157.38
932.93
720
1.59
13.566
14.518
7259.16
1099.87
Waktu
Serapan
Kadar
(ppm)
Koreksi
wurster (ppm)
10
0.031
-0.002
15
0.036
0.041
30
0.138
45
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
94
11. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas
Formula IV replikasi 3
Waktu
Serapan
Kadar
(ppm)
Koreksi
wurster (ppm)
Jumlah
kumulatif/volum
media (µg/500ml)
Jumlah
Kumulatif/cm2
(µg/cm2)
10
0.024
-0.063
-0.063
-31.54
-4.78
15
0.077
0.398
0.398
198.77
30.11
30
0.13
0.859
0.863
431.39
65.36
45
0.198
1.451
1.463
731.60
110.84
60
0.239
1.808
1.835
917.27
138.98
90
0.329
2.591
2.636
1317.96
199.69
120
0.409
3.288
3.358
1679.04
254.40
150
0.477
3.879
3.983
1991.39
301.72
180
0.569
4.680
4.822
2411.14
365.32
210
0.614
5.072
5.261
2630.36
398.54
240
0.672
5.577
5.816
2908.11
440.62
300
0.808
6.760
7.056
3527.81
534.51
360
0.926
7.787
8.150
4075.10
617.44
420
1.023
8.631
9.072
4536.15
687.29
480
1.152
9.754
10.281
5140.66
778.88
540
1.03
8.692
9.317
4658.54
705.83
600
1.233
10.459
11.171
5585.37
846.26
660
1.248
10.590
11.406
5702.94
864.08
720
1.26
10.694
11.616
5808.11
880.01
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
95
12. Tabel hasil perhitungan laju pelepasan (flux) APMS
Formula
SLN APMS
NLC(95:5) APMS
NLC(90:10) APMS
NLC(85:15) APMS
Skripsi
Flux
1a
1.2138
1b
1.2636
1c
1.3499
2a
1.2727
2b
1.102
2c
1.3143
3a
1.5265
3b
1.3552
3c
1.3487
4a
1.1067
4b
1.4171
4c
1.2376
Rata-rata
SB
% KV
1.275767
0.056225
4.407129
1.229667
0.091858
7.470121
1.410133
0.082326
5.838202
1.2538
0.127237
10.14811
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
13. Tabel hasil Perhitungan %APMS yang terlepas dari sistem SLN dan NLC selama 720 menit
Berat
Sediaan
dalam Disk
(µg)
Jumlah
APMS
dalam disk
(µg)
%Recovery
Jumlah
APMS total
(µg)
Kumulatif pada
jam ke-12
(µg/cm2)
APMS yg
terlepas (µg)
% terlepas
dari dalam
disk
1826600
15891.42
110.28
17525.06
892.68
5891.688
33.619
1829900
15920.13
110.28
17556.72
937
6184.2
35.224
1923600
16735.32
110.28
18455.71
997.3
6582.18
35.665
1852300
16115.01
110.49
17805.47
899.41
5936.106
33.339
1900000
16530
110.49
18263.99
830.71
5482.686
30.019
1898600
16517.82
110.49
18250.53
917.76
6057.216
33.189
1905700
16579.59
104.38
17305.77
949.59
6267.294
36.215
1912000
16634.4
104.38
17362.98
784.71
5179.086
29.828
2026400
17629.68
104.38
18401.86
895.55
5910.63
32.120
2104100
18305.67
102.46
18755.98
897.7
5924.82
31.589
2196800
19112.16
102.46
19582.31
1099.71
7258.086
37.064
2095300
18229.11
102.46
18677.54
879.81
5806.746
31.089
96
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
97
LAMPIRAN 11
Lampiran 11. Data Hasil Pengolahan Statistik ANOVA Satu Arah
1.
Flux
ANOVA
flux
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total
.059
.104
.162
Df
Mean Square
3
8
11
.020
.013
F
Sig.
1.509
.285
Multiple Comparisons
flux
Tukey HSB
95% Confidence Interval
(I) sampe
Mean
(J) sampe Difference (I-J)
NLC 85
NLC 90
-.1563333
.0929596
.391
-.454023
.141356
NLC 95
.0241333
.0929596
.993
-.273556
.321823
-.0219667
.0929596
.995
-.319656
.275723
NLC 85
.1563333
.0929596
.391
-.141356
.454023
NLC 95
.1804667
.0929596
.285
-.117223
.478156
SLN
NLC 90
SLN
NLC 95
SLN
Skripsi
Std. Error
Sig.
Lower
Bound
Upper
Bound
.1343667
.0929596
.509
-.163323
.432056
NLC 85
-.0241333
.0929596
.993
-.321823
.273556
NLC 90
-.1804667
.0929596
.285
-.478156
.117223
SLN
-.0461000
.0929596
.958
-.343789
.251589
NLC 85
.0219667
.0929596
.995
-.275723
.319656
NLC 90
-.1343667
.0929596
.509
-.432056
.163323
NLC 95
.0461000
.0929596
.958
-.251589
.343789
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
98
2.
Efisiensi Penjebakan
ANOVA
EP
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total
Df
342.788
.795
343.583
Mean Square
3
8
11
F
114.263
.099
Sig.
1.150E3
.000
Multiple Comparisons
flux
Tukey HSD
(J)
sampe
NLC 85
NLC 90
-.1563333
.0929596
.391
-.454023
.141356
NLC 95
.0241333
.0929596
.993
-.273556
.321823
-.0219667
.0929596
.995
-.319656
.275723
NLC 85
.1563333
.0929596
.391
-.141356
.454023
NLC 95
.1804667
.0929596
.285
-.117223
.478156
SLN
NLC 90
SLN
NLC 95
SLN
Skripsi
Mean
Difference (I-J) Std. Error
95% Confidence Interval
(I) sampe
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
.1343667
.0929596
.509
-.163323
.432056
NLC 85
-.0241333
.0929596
.993
-.321823
.273556
NLC 90
-.1804667
.0929596
.285
-.478156
.117223
SLN
-.0461000
.0929596
.958
-.343789
.251589
NLC 85
.0219667
.0929596
.995
-.275723
.319656
NLC 90
-.1343667
.0929596
.509
-.432056
.163323
NLC 95
.0461000
.0929596
.958
-.251589
.343789
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
99
3.
% APMS Terlepas dari sistem SLN dan NLC
ANOVA
Terlepas
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total
11.805
52.264
64.070
df
Mean Square
3
8
11
F
3.935
6.533
Sig.
.602
.632
Multiple Comparisons
Dependent Variable:Terlepas
95% Confidence
Interval
Tukey
HSB
(I) sampel
(J)
sampel
NLC 85
NLC 90
NLC 95
NLC 95
Upper
Bound
.526333 2.086948
.994
-6.15681 7.20948
.954
-5.61814 7.74814
.870
-8.27181 5.09448
NLC 85
-.526333 2.086948
.994
-7.20948 6.15681
NLC 95
.538667 2.086948
.993
-6.14448 7.22181
SLN
-2.115000 2.086948
.747
-8.79814 4.56814
NLC 85
-1.065000 2.086948
.954
-7.74814 5.61814
-.538667 2.086948
.993
-7.22181 6.14448
-2.653667 2.086948
.604
-9.33681 4.02948
NLC 85
1.588667 2.086948
.870
-5.09448 8.27181
NLC 90
2.115000 2.086948
.747
-4.56814 8.79814
NLC 95
2.653667 2.086948
.604
-4.02948 9.33681
SLN
Skripsi
Lower
Bound
1.065000 2.086948
NLC 90
SLN
Sig.
-1.588667 2.086948
SLN
NLC 90
Mean
Difference (I-J) Std. Error
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
100
LAMPIRAN 12
Lampiran 12. Tabel Hasil Pengukuran Ukuran Partikel Rata-Rata Sistem
SLN-NLC APMS
Formula
replikasi
Base
SLN
APMS
Base
NLC
(95:5)
APMS
Base
NLC
(90:10)
APMS
Base
NLC
(85:15)
APMS
Skripsi
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
Diameter
rata-rata
(nm)
2053,3
2497,9
2251,8
1727,7
1654,6
3626,9
1499,8
2642,6
4547,3
1295,2
1851,3
1714,6
1522,9
1691,7
1233,2
346,4
335,5
332,4
1199,3
1272,4
1569,4
315,1
221,0
294,3
PI
0,593
0,652
0,654
0,664
0,560
1,055
0,463
0,743
1,098
0,528
0,643
0,619
0,433
0,510
0,480
0,159
0,155
0,152
0,404
0,525
0,500
0,143
0,188
0,140
Pengaruh kadar asam....
Rerata diameter
(nm) ± SB
%KV
2267,67 ±
222,72
9,82
2336,4 ±
1118,203
47,86
2896,56 ±
1539,54
53,15
1620,36 ±
289,78
17,88
1482,6 ± 231,89
15,64
338,1 ± 7,35
2,17
1347,03 ±
196,01
14,55
276,8 ± 49,43
17,86
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
101
LAMPIRAN 13
Lampiran 13. Tabel Hasil Pengukuran pH sediaan SLN-NLC APMS
Formula
Base
SLN
APMS
Base
NLC
(95:5)
APMS
Base
NLC
(90:10)
APMS
Base
NLC
(85:15)
Skripsi
APMS
Replikasi
pH
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
4,08
4,19
3,96
4,15
4,16
4,07
4,18
4,11
4,08
4,13
4,08
4,18
4,15
4,03
4,19
3,96
3,98
3,98
4,13
4,00
4,13
3,98
3.96
3.93
Pengaruh kadar asam....
Rata-rata pH
± SB
4.08 ± 0.094
%KV
2.304
4.12 ± 0.037
0.915
4.12 ± 0.412
1.016
4.13 ± 0.041
0.988
4.12 ± 0.068
1.648
3.97 ± 0.009
4.09 ± 0.061
3.96 ± 0.021
0.237
1.499
0.518
Afina F.A
Download