Chapter II - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Kredit
Kata ”Kredit” berasal dari bahasa latin credere yang berarti percaya atau
to belive atau to trust. Oleh karena itu, dasar pemikiran persetujuan pemberian
kredit oleh suatu lembaga keuangan Bank maupun Non Bank kepada seseorang
atau badan usaha yang berlandaskan kepercayaan.
Bila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan
memberikan nilai ekonomi (economic value) kepada seseorang atau badan usaha
berlandaskan kepercayaan saat itu, bahwa nilai ekonomi yang sama akan
dikembalikan kepada debitur setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan
kesepakatan yang sudah disetujui antara kreditur dan debitur (Tjoekam,1999:1).
Pengertian kredit menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu. Berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antar Bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.
a) Unsur-unsur Kredit
Dalam kata kredit terkandung unsur-unsur yang direkatkan menjadi satu.
Adapun unsur-unsur yang terkandung tersebut dalam pemberian suatu
fasilitas kredit yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan pemberi kredit, bahwa
kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali dimasa
tertentu dimasa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit.
2. Kesepakatan
Kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit
dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak
menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
3. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu.
Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah
disepakati. Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian
angsuran kredit yang sudah disepakati kedua belah pihak.
4. Resiko
Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan
memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau yang disebut
dengan kredit macet. Semakin panjang suatu kredit maka semakin
besar resikonya demikian pula sebaliknya.
5. Balas Jasa
Balas jasa merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit yang
dikenal dengan nama ”bunga”. Balas jasa dalam bentuk bunga dan
administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.
b) Tujuan dan Fungsi Kredit
Universitas Sumatera Utara
Adapun tujuan utama pemberian kredit antara lain :
1. Mencari keuntungan, yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari
pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga
yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi
kredit yang dibebankan kepada nasabah.
2. Membantu usaha nasabah, baik dana investasi maupun dana untuk
modal kerja.
3. Membantu pemerintah, semakin banyak kredit yang disalurkan oleh
pihak perbankan, maka semakin baik mengingat semakin banyak
kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.
Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit
adalah :
a. Penerimaan pajak
b. Membuka kesempatan kerja dalam
hal
ini
untuk
kredit
pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan
tenaga kerja baru sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang
masih menganggur.
c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, semakin besar kredit yang
disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang
beredar di masyarakat.
d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang
sebelumnya di impor dan apabila sudah dapat diproduksi didalam
negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat
devisa negara.
Universitas Sumatera Utara
Terdapat beberapa fungsi kredit dalam hubungannya dengan siklus
perekonomian dan perdagangan lalu lintas moneter. Menurut Muchadasyah
Sinungan (1993:21), fungsi-fungsi itu dalam garis besarnya adalah sebagai berikut
:
a. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari uang.
b. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari barang.
c. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
d. Kredit adalah salah satu alat stabilitas ekonomi.
e. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat
f. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
g. Kredit juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional.
Kredit Investasi adalah kredit yang digunakan untuk pengadaan barang
modal jangka panjang untuk kegiatan usaha nasabah. Kredit Eksploitasi atau
Kredit Modal Kerja (KMK) adalah kredit yang digunakan untuk membiayai
kebutuhan modal kerja nasabah. Contoh kredit modal kerja digunakan untuk
membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau bisa yang lainnya yang
berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
c) Prinsip-prinsip Pemberian Kredit
Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka Bank harus merasa yakin
bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut
diperoleh dari hasil penilaian kredit. Sebelum kredit tersebut disalurkan, penilaian
kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan
keyakinan tentang nasabahnya.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menghindari kerugian dan memperkecil resiko kredit di masa
mendatang, investigasi kredit yang tegas, spesifikasi, dan akurat harus dilakukan.
Tujuan dari investigasi kredit ini adalah untuk mengumpulkan informasi yang
akurat dan objektif sebanyak mungkin yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
kemampuan dan keinginan calon debitur melunasi kredit.
Menurut Reed dan Giil (1989), unsur-unsur yang harus tercakup dalam
investigasi kredit adalah :
a. Kapasitas untuk membayar
b. Karakter dan itikad baik
c. Kemampuan menghasilkan pendapatan
d. Asset yang dimiliki
e. Kondisi ekonomi
f. Faktor-faktor penting dalam usaha
Untuk mendapatkan hasil investigasi yang baik dan akurat Bank dapat
melakukan langkah-langkah berikut ini :
1. Wawancara dengan calon debitur, dan hasil wawancara diharapkan dapat
diperoleh informasi tentang visi, misi, kemampuan pengelolaan dan itikad
baik calon debitur.
2. Memeriksa kembali catatan-catatan Bank tentang debitur yang bersangkutan.
Hal ini dilakukan bila debitur telah lama atau pernah menjadi nasabah Bank.
3. Bank dapat menggunakan informasi-informasi yang berasal dari luar Bank
bersangkutan, seperti konsultan ekonomi atau konsultan usaha, bank-bank lain
yang pernah kerja sama dengan calon debitur.
4. Pengamatan langsung ke tempat usaha calon debitur.
Universitas Sumatera Utara
5. Laporan keuangan calon debitur, terutama neraca, laporan rugi laba dan
laporan perubahan modal.
d) Kriteria Pemberian Kredit
I. Prinsip 5C
Menurut Mandala Manurung dan Prathama Rahardja (2004;193), untuk
memaksimumkan kemungkinan keberhasilan kredit, maka prinsip 5C yaitu
character, capacity, capital, collateral, condition dapat diterapkan dalam analisis
kredit. Penilaian dengan analisis 5C adalah sebagai berikut :
1. Character
Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan
kredit benar-benar dapat dipercaya. Hal ini tercermin dari latar belakang si
nasabah baik yang bersifat pribadi atau umum. Hal ini dijadikan ukuran
kemauan nasabah untuk membayar dan melunasi kredit.
2. Capacity
Suatu analisa untuk melihat kemampuan nasabah untuk membayar kredit. Dari
penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola usahanya yang di
hubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman, sehingga akan
terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.
3. Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak dilihat laporan
keuangan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan
solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari
sumber mana saja modal yang ada sekarang ini dan persentase modal sendiri
dengan modal pinjaman.
Universitas Sumatera Utara
4. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik,
sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.
5. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun non fisik. Jaminan hendaknya nilainya melebihi jumlah kredit yang
diberikan dan diteliti keabsahannya serta kesempurnaannya.
Masih menurut Mandala Manurung dan Prathama Rahardja (2004;194),
selain prinsip 5C, konsep 7 P dan 3 R juga dapat diterapkan dalam pengambilan
keputusan pemberian kredit.
II. Konsep 7 P
Tujuh unsur dalam konsep 7 P yaitu :
1) Personality (kepribadian)
Tercakup dalam penilaian kepribadian calon debitur adalah tingkah
laku sejarah hidupnya yang mencakup sikap, emosi, dan tindakan
dalam menghadapi masalah.
2) Purpose (tujuan)
Menilai tujuan calon debitur dalam mengajukan permohonan kredit
dan berapa besar kredit yang diajukan.
3) Prospect (prospek)
Menilai prospek usaha yang direncanakan debitur, baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.
4) Payment (pembayaran)
Universitas Sumatera Utara
Menilai bagaimana cara calon debitur melunasi kredit, dari mana saja
sumber dana tersebut dan bagaimana tingkat kepastiannya.
5) Profitabillity (tingkat keuntungan)
Menilai berapa tingkat keuntungan yang diperkirakan akan diraih
calon debitur, bagaimana polanya, apakah makin lama semakin besar
atau sebaliknya.
6) Protection (perlindungan)
Menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan
perlindungan usaha. Apakah dalam bentuk jaminan barang, orang atau
asuransi.
7) Party
Bertujuan bagaimana calon debitur berdasarkan modal, loyalitas dan
karakternya. Pengklasifikasian ini akan menentukan perlakuan bank
dalam hal pemberian fasilitas.
Tujuan unsur dalam konsep 7P sebenarnya memiliki kesamaan dengan
unsur dalam konsep 5C. Misalnya unsur kepribadian memiliki kesamaan dengan
unsur karakter. Sedangkan unsur tujuan, prospek dan pembayaran dapat
memperjelas unsur kapasitas dalam konsep 5C. Unsur perlindungan dalam 7P
mungkin dapat disamakan dengan kolateral dalam konsep 5C.
III. Konsep 3R
Tiga komponen dalam konsep 3R adalah :
1. Return ( tingkat pengembalian usaha)
2. Repayment ( kemampuan membayar kembali)
Universitas Sumatera Utara
3. Risk Bearing Ability ( kemampuan menanggung resiko)
Unsur-unsur yang dibahas dalam konsep 3R sebenarnya juga telah dibahas
dalam analisis aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam pemberian kredit.
Konsep 3R memberi penekanan kepada aspek finansial dan analisis kredit.
e) Jenis-jenis Kredit
Jenis-jenis kredit dapat diklasifikasikan berdasarkan:
1) Berdasarkan Kegunaannya
Berdasarkan kegunaannya, jenis kredit dibagi atas :
a. Kredit Modal Kerja (KMK), yaitu kredit yang diberikan bank
kepada debitur untuk memenuhi kebutuhan modal kerja debitur.
Biasanya kredit yang diterima oleh debitur akan digunakan untuk
uang muka pembelian mesin-mesin, pembayaran gaji karyawan
dan lain-lain.
b. Kredit Investasi, yaitu kredit yang dikeluarkan oleh bank untuk
pembelian barang-barang modal debitur yang tidak akan habis
digunakan dalam satu periode.
2) Berdasarkan Tujuan Kredit
Berdasarkan tujuan kredit, kredit dibagi atas :
a. Kredit Produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan
usaha atau produksi atau investasi.
b. Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk tujuan
konsumsi pribadi, dimana dalam kredit ini tidak ada pertambahan
barang dan jasa yang dihasilkan karena memang digunakan secara
pribadi.
Universitas Sumatera Utara
c. Kredit Perdagangan, yaitu kredit yang digunakan untuk tujuan
usaha perdagangan. Biasanya untuk membeli barang dagangan
yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang
tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier, agen-agen
perdagangan yang akan membeli dalam jumlah besar.
3) Berdasarkan Jangka Waktu
Berdasarkan jangka waktu, kredit dibagi atas :
a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang memiliki jangka waktu
kurang dari atau paling lama satu tahun biasanya untuk keperluan
modal kerja.
b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka waktunya 1-3
tahun dan biasanya untuk investasi.
c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktu untuk
pengembaliannya 3-5 tahun . biasanya kredit ini digunakan untuk
investasi jangka panjang.
4) Berdasarkan Jaminan
Berdasarkan jaminannya, kredit terbagi atas :
a. Kredit dengan jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan suatu
jaminan berbentuk barang berwujud atau barang tidak berwujud.
Artinya
kredit
yang
dikeluarkan
akan
dilindungi
senilai
jaminannya.
b. Kredit Tanpa Jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan
barang tertentu atau orang tertentu. Kredit ini diberikan dengan
Universitas Sumatera Utara
melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik
si calon debitur selama ini.
5) Berdasarkan Sektor Usaha
Berdasarkan sektor usahanya, kredit terbagi atas :
a. Kredit untuk pertanian
b. Kredit untuk pertambangan
c. Kredit untuk perindustrian
d. Kredit untuk listrik, gas dan air
e. Kredit untuk konstruksi
f. Kredit untuk perdagangan
g. Kredit untuk angkutan
h. Kredit untuk jasa-jasa
f) Manfaat Kredit Secara Umum
Manfaat kredit secara umum yaitu:
 Manfaat bagi debitur
Manfaat bagi debitur antara lain :
a. Relatif mudah diperoleh bila usahanya memang feasible.
b. Telah ada lembaga yang kuat dimasyarakat perbankan yang
menawarkan jasanya di bidang penyediaan dana (kredit).
c. Biaya untuk memperoleh kredit (bunga biaya administrasi)
dapat diperkirakan dengan tepat hingga memudahkan para
pegusaha dalam menyusun rencana kerjanya untuk masa yang
akan datang.
 Manfaat bagi kreditur
Universitas Sumatera Utara
Manfaat bagi kreditur antara lain :
a. Memperoleh bunga kredit yaitu selisih antara bunga kredit
yang dibebankan kepada debitur dengan dikurangi oleh biaya
dana yang dibayarkan kepada nasabah penyimpan dana dan
dikurangi lagi dengan biaya-biaya overhead dalam mengolah
kredit tersebut.
b. Untuk menjaga solvabilitas dan profitabilitas usahanya.
c. Sarana untuk memasarkan produk dan jasa bank lainnya.
d. Untuk mempertahankan dan mengembangkan usahanya.
e. Untuk merebut pasar ( market share) dalam industri perbankan.
 Manfaat bagi pemerintah
Manfaat bagi pemerintah antara lain :
a. Sebagai alat untuk memacu pertumbuhan ekonomi
b. Sebagai alat pengendali moneter
c. Sebagai alat menciptakan lapangan kerja
d. Sebagai alat peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat
e. Sebagai sumber pendapatan negara
f. Sebagai alat untuk menciptakan pasar
 Manfaat bagi masyarakat
Manfaat bagi masyarakat antara lain :
a. Dengan adanya kelancaran proses perkreditan diharapkan akan
diperolehnya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan dapat
membuka lapangan kerja yang baru sehingga menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
kenaikan tingkat pendapatan dan pemerataan pendapatan
dimasyarakat.
b. Bermanfaat bagi masyarakat yang berprofesi sebagai akuntan
publik, notaris dan lain-lain.
c. Para pemilik dana yang disimpan di bank diharapkan agar dana
yang
disimpannya
tetap
aman
karena
bank
mampu
mengelolanya dengan baik.
d. Bagi masyarakat yang berprofesi sebagai suplier bahan-bahan
baku atau barang jadi untuk relasi usahanya akan merasa lebih
terjamin pembayaran utang relasi usahanya tersebut.
e. Dengan pemberian kredit bank membantu mendirikan usahausaha lain yang dapat mendukung usaha yang baru berdiri yang
dibiayai oleh bank.
2.1.2 Konsep dan definisi konsumsi
Pengeluaran konsumsi masyarakat atau rumah tangga merupakan salah
satu variabel makro ekonomi. Dalam identitas pendapatan nasional menurut
pendekatan pengeluaran, variabel ini lazim dilambangkan dengan huruf C, inisial
dari kata consumption. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari
pendapatan yang di belanjakan. Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi
semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran
konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan.
Secara makro agregat, pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus
dengan pendapatan nasional. Semakin besar pendapatan maka semakin besar pula
pengeluaran konsumsi. Perbandingan besarnya tambahan pengeluaran konsumsi
Universitas Sumatera Utara
terhadap pendapatan disebut hasrat marginal untuk berkonsumsi (Marginal
Propensity to Consume :MPC). Pada masyarakat yang kehidupan ekonominya
relatif belum mapan biasanya angka MPC mereka relatif besar, sementara angka
MPS mereka relatif kecil. Artinya jika memperoleh tambahan pendapatan maka
sebagian besar tambahan pendapatan tersebut akan teralokasi atau digunakan
untuk menyempurnakan konsumsinya.
Hal ini sebaliknya berlaku pada masyarakat yang kehidupan ekonominya
relatif lebih mapan. Menurut Rahardja (2001), pengeluaran konsumsi terdiri atas
konsumsi pemerintah (goverment consumption) dan konsumsi masyarakat atau
rumah tangga (household consumption).
Alasan yang mendasarinya antara lain:
1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki posisi terbesar dalam
total pengeluaran agregat.
2. Konsumsi rumah tangga bersifat endogenous dalam arti besarnya
konsumsi rumah tangga berkaitan dengan faktor-faktor lain yang
dianggap mempengaruhinya. Karena itu kita dapat menyusun model
dan teori ekonomi yang menghasilkan pemahaman tentang hubungan
tingkat konsumsi dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
Teori dan model tersebut dikenal dengan teori model konsumsi yang
telah terbukti bermanfaat bagi pengelola perekonomian makro.
3. Perkembangan masyarakat yang begitu cepat mengakibatkan perilakuperilaku konsumsi juga berubah cepat. Hal ini merupakan alasan lain
yang memuat studi tentang konsumsi rumah tangga tetap relevan.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan
menurut
BPS,
pengeluaran
konsumsi
adalah
semua
pengeluaran antara lain pengeluaran untuk makan, minum, pakaian, pesta/upacara,
barang-barang tahan lama dan lain-lain yang dilakukan oleh setiap anggota rumah
tangga, baik untuk keperluan pribadi maupun untuk keperluan rumah tangga.
Besar kecilnya jumlah pengeluaran untuk konsumsi individu atau rumah tangga
merupakan faktor yang turut menentukan perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi suatu daerah. Meningkatnya pengeluaran individu atau rumah tangga
akan mendorong peningkatan produksi barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi tersebut. Rencana konsumsi sebuah rumah tangga atau
individu tergantung pada:
a) Selera-selera, maksudnya sikap psikologis terhadap benda-benda yang
berbeda.
b) Jumlah uang yang akan dikeluarkan untuk tujuan konsumsi.
c) Harga benda-benda yang diduga.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah semua pembelian barang dan
jasa oleh rumah tangga yang tujuannya untuk dikonsumsi selama periode tertentu
dikurangi netto penjualan barang bekas. Konsep kecondongan mengkonsumsi
perlu dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu kecondongan mengkonsumsi
marginal dan kecondongan mengkonsumsi rata-rata. Definisi dan arti setiap
konsep ini adalah:
1. Kecondongan mengkonsumsi marginal atau secara ringkas selalu dinyatakan
sebagai MPC dapat didefinisikan sebagai perbandingan diantara pertambahan
konsumsi (∆C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposible
Universitas Sumatera Utara
(∆Yd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan
formula MPC=∆C/∆Yd.
2. Kecondongan mengkonsumsi rata-rata, atau secara ringkas selalu dinyatakan
sebagai APC dapat didefinisikan sebagai perbandingan diantara tingkat
pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposible (Yd). Nilai
APC dapat dihitung dengan menggunakan formula APC = C / Yd.
a) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi
Masyarakat
golongan
penerima
pendapatan
yang
rendah
akan
menghabiskan seluruh pendapatannya untuk konsumsi, yaitu memenuhi
kebutuhan pokoknya. Sehingga peningkatan pendapatan golongan masyarakat ini
akan digunakan untuk memperbaiki kualitas konsumsinya sehari-hari. Sedangkan
masyarakat penerima pendapatan tinggi, walaupun terjadi peningkatan pendapatan
tidak akan mempengaruhi tingkat konsumsi, karena konsumsi masyarakat
golongan ini sudah terencana dengan baik dan hampir sempurna. Sehingga
peningkatan pendapatan ini dapat digunakan untuk memperbaiki tabungan
mereka.
Menurut Mulia Nasution (1997:97) bahwa tingkat konsumsi yang terjadi
dapat dipengaruhi oleh :
1. Distribusi Pendapatan
Karena terjadi perbedaan marginal propensity to consume (MPC) antar
masyarakat berpenghasilan tinggi dengan masyarakat berpenghasilan rendah,
maka akan terjadi perubahan konsumsi apabila terjadi pemerataan pendapatan
yang lebih merata. Karena masyarakat berpenghasilan rendah MPC-nya lebih
tinggi di bandingkan masyarakat berpenghasilan tinggi, sehingga bila terjadi
Universitas Sumatera Utara
distribusi pendapatan yang lebih merata akan menciptakan peningkatan
konsumsi masyarakat berpenghasilan rendah ini.
2. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan sangat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang atau
masyarakat, karena semakin tinggi pendapatan masyarakat maka tingkat
konsumsi sudah semakin terencana, sehingga peningkatan-peningkatan
pendapatan bagi masyarakat berpenghasilan tinggi tidak akan mempengaruhi
konsumsi. Akan tetapi, pada masyarakat berpenghasilan rendah dan
masyarakat berpenghasilan menengah akan meningkatkan konsumsinya yang
belum sempurna apabila terjadi kenaikan pendapatan.
3. Tingkat Pajak
Besarnya pajak yang dikenakan pemerintah terhadap pendapatan akan
mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Bila masyarakat dikenakan pajak
yang sama rata misalnya 10%, ini akan mempengaruhi pendapatan yang siap
untuk dikonsumsikan. Semakin tinggi pajak yang dikenakan pemerintah
terhadap pendapatan, maka akan memperkecil konsumsi yang terjadi.
4. Tingkat Pendapatan yang Pernah Dicapai
Bila seseorang pernah mendapatkan pendapatan yang tinggi dalam jangka
pendek tingkat konsumsi tidak akan berubah sebesar penurunan pendapatan
yang terjadi. Sehingga tingkat pendapatan seperti ini akan memperbesar
tingkat konsumsi masyarakat (hipotesis pendapatan relatif). Jadi dengan
demikian tingkat pendapatan yang tertinggi dicapai seseorang akan
mempengaruhi tingkat konsumsi yang terjadi.
5. Banyaknya Barang Tahan Lama dalam Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Bila masyarakat telah mengkonsumsi barang tahan lama tahun x, maka pada
periode berikutnya konsumsi untuk barang jenis ini tidak akan dilakukan lagi
(barang tidak mengalami kerusakan dan masih dapat digunakan), sehingga
konsumsi barang tahan lama tahun Y tidak akan dilakukan lagi. Juga barang
tahan lama harganya relatif tinggi, sehingga masyarakat untuk membelinya
tentu diperlukan menabung terlebih dahulu (tabungan ini akan mempengaruhi
konsumsi masyarakat).
6. Banyak Alat Pembayar yang Likuid dalam Masyarakat
Pengeluaran konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak alat
pembayaran yang likuid yang dimiliki masyarakat. Semakin banyak alat
pembayaran yang likuid (dengan pendapatan yang sama) akan lebih besar
jumlah pengeluaran untuk konsumsi, dibandingkan dengan alat pembayaran
likuid sedikit yang ada dalam masyarakat.
7. Adanya Perkiraan Terjadinya Perubahan Harga
Perubahan harga pada masa yang akan datang kalau dapat diperkirakan
masyarakat sebelumnya maka akan sangat mempengaruhi tingkat konsumsi
masyarakat sekarang ini. Perkiraan masyarakat akan adanya devaluasi
khususnya masyarakat kota besar, hal ini akan menyebabkan kenaikan hargaharga. Oleh karena itu, konsumsi masyarakat yang dapat diperkirakan
kenaikan harga ini akan meningkatkan konsumsinya sekarang untuk
menghindari terjadinya kerugian akibat selisih harga.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tingkat
pengeluaran atau konsumsi dalam rumah tangga masyarakat yaitu :
 Penyebab Faktor Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
1) Pendapatan
Pendapatan yang meningkat tentu saja biasanya otomatis diikuti
dengan peningkatan pengeluaran konsumsi. Contoh: seseorang
yang tadinya makan nasi aking ketika mendapat pekerjaan yang
menghasilkan
pendapatan
atau
gaji
yang
besar
akan
meninggalkan nasi aking dan beralih ke nasi beras rajalele. Orang
yang tadinya makan sehari dua kali bisa jadi tiga kali ketika
mendapat tunjangan tambahan dari pabrik atau perusahaan
tempatnya bekerja.
2) Kekayaan
Orang kaya yang punya banyak aset riil biasanya memiliki
pengeluaran konsumsi yang besar. Contohnya seperti seseorang
yang memiliki banyak rumah kontrakan dan rumah kost biasanya
akan memiliki banyak uang tanpa harus banyak bekerja. Dengan
demikian orang tersebut dapat membeli banyak barang dan jasa
karena punya banyak pemasukan dari hartanya.
3) Tingkat Bunga
Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang
tinggi karena orang lebih tertarik menabung di Bank dengan
bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi dibanding dengan
membelanjakan banyak uang.
4) Perkiraan Masa Depan
Orang yang was-was tentang nasibnya dimasa yang akan datang
akan menekan konsumsi. Biasanya seperti orang yang mau
Universitas Sumatera Utara
pensiun, punya anak yang butuh biaya sekolah, ada yang sakit
butuh banyak biaya perobatan, dan lain sebagainya.
 Penyebab Faktor Demografi
1. Komposisi Penduduk
Dalam suatu wilayah jika jumlah orang yang usia kerja produktif
banyak maka konsumsinya juga akan tinggi. Bila yang tinggal di
kota ada banyak maka konsumsi suatu daerah akan tinggi juga.
Bila tingkat pendidikan sumber daya manusia di wilayah itu
tinggi-tinggi
maka
biasanya
pengeluaran
wilayah
tersebutmenjadi tinggi.
2. Jumlah Penduduk
Jika suatu daerah jumlah orangnya sedikit sekali maka biasanya
konsumsinya sedikit. Jika orangnya ada sangat banyak maka
konsumsinya juga akan banyak pula.
 Penyebab Faktor Lain
a) Kebiasaan adat sosial budaya
Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat
konsumsi seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat
astiadat untuk hidup sederhana biasanya akan memiliki tingkat
konsumsi yang kecil. Sedangkan daerah yang memiliki kebiasaan
gemar pesta adat biasanya memiliki pengeluaran yang besar.
b) Gaya hidup seseorang
Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat
pengeluaran yang tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup yang
Universitas Sumatera Utara
mewah dan gemar berhutang baik kepada orang lain maupun
dengan kartu kredit.
Sumber : www.bps.go.id
b) Cara Menghitung Konsumsi
 Rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga didapat dengan membagi
jumlah seluruh pengeluaran rumah tangga baik makanan, pendidikan,
kesehatan, perumahan dan lain-lainnya dengan jumlah rumah tangga
keseluruhan.
 Rata-rata pengeluaran rumah tangga per-jenis pengeluaran dapat dihitung
dengan membagi seluruh pengeluaran untuk jenis pengeluaran tertentu
dengan jumlah seluruh rumah tangga.
 Persentase pengeluaran untuk jenis pengeluaran tertentu dibanding dengan
pengeluaran rumah tangga total dihitung dari jumlah pengeluaran jenis
tertentu (misal makanan) dengan jumlah total pengeluaran rumah tangga
dikali seratus.
Rumus yang digunakan untuk mengestimasi konsumsi rumah tangga sebagai
berikut yaitu :
Xi,k = X1,k IBi,k / IBi,k
Keterangan:
Xi,k
= Konsumsi perkapita triwulan ”i”pada tahun k
Ibi,k
= IHK triwulan pada tahun k
X1, k
= Konsumsi perkapita dari data susenas tahun k
Universitas Sumatera Utara
I
= 1,2,3,4
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara
Konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku didapat dari rumus:
Ci,k = Xi,k . Pi,k
Dimana :
Ci,k
= Nilai konsumsi atas dasar harga berlaku triwulan ”i” tahun k
Xi,k
= Konsumsi perkapita triwulan ”i’ tahun k
Pi,k
= Penduduk triwulan ”i” tahun k
Dan konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan :
Cki,k = Pi,k . Co
Dimana:
Cki,k = Konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan
Pi,k
= Rata-rata penduduk triwulan
Co
= Konsumsi perkapita pada triwulan tahun dasar
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara
Jenis-jenis fungsi konsumsi (Dwi Eko Waluyo, 2003:44) dapat
digolongkan sebagai berikut :
1. Fungsi konsumsi menurut Keynes (Absolute income hypothesis)
Fungsi konsumsi Keynes sering disebut hipotesis pendapatan absolut, dimana
dalam bentuk konsumsi didasarkan pada asumsi, yaitu fungsi konsumsi Keynes
menunjukkan bentuk hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran
konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan harga yang konstan,
Universitas Sumatera Utara
pendapatan yang terjadi adalah pendapatan nasional yang sebenarnya bukan
pendapatan yang lalu atau yang akan datang.
Secara singkap dibawah ini disajikan beberapa catatan mengenai fungsi
konsumsi Keynes yaitu:
1. Variabel nyata
Yang dimaksud ialah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan
antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang kedua-duanya
dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan. Jadi bukannya
hubungan antara pendapatan nasional nominal dengan pengeluaran konsumsi
nominal. Mengingat bahwa masalah ini sudah banyak dibahas didepan maka
dapatlah dianggap tidak memerlukan tambahan penjelasan lebih lanjut.
2. Pendapatan yang terjadi
Dalam literatur banyak disebutkan bahwa pendapatan nasional yang
menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah yang terjadi atau
current national income. Penekanan ini sekedar untuk menunjukkan bahwa
yang dimaksud Keynes bukannya pendapatan yang terjadi dimasa datang atau
konsepsi-konsepsi pendapatan nasional lainnya yang ternyata oleh para
pemikir-pemikir sesudahnya dianggap bahkan ditemukan sangat besar
peranannya terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat.
3. Pendapatan absolut
Dalam literatur banyak pula disebut-sebut bahwa fungsi konsumsi Keynes
variabel pendapatan nasionalnya perlu diinterpretasikan sebagai pendapatan
nasional absolut yang dapat dilawankan pula misalnya dengan pendapatan
relatif, pendapatan permanen dan sebagainya lagi.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya ada dua hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
1. Fungsi konsumsi menurut Keynes tidak melalui titik silang sumbu 0,
melainkan memotong sumbu vertikal pada nilai C0 yang positif. Ini
membawa konsekuensi bahwa baik dalam hal fungsi berbentuk garis lurus
ataupun berbentuk garis lengkung seperti diasumsikan oleh Keynes,
meningkatnya pendapatan nasional mengakibatkan nilai APC menurun,
dan berlaku pula MPC < APC.
2. Fungsi konsumsi berbentuk lengkung dengan nilai MPC yang menurun
dengan meningkatnya pendapatan nasional.
Dari analisis konsumsi yang dikemukakan oleh Keynes tersebut terdapat dua
hal yang penting yaitu:
I. MPC < APC dalam jangka pendek
II. APC orang kaya lebih kecil dari APC orang miskin
Dimana Keynes memberikan formulasi model fungsi konsumsi yaitu
sebagai berikut ini:
C = f(Y), dimana bentuk fungsinya C = a + Cy
Keterangan:
C
= Konsumsi masyarakat riil
A
= Besarnya konsumsi pada tingkat Y = 0
C
= MPC = Hasrat konsumsi marginal ∆C/∆Y
Y
= Pendapatan nasional riil
Dari model diatas, bila digambar dalam bentuk kurva maka kurvanya adalah
sebagai berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1
Kurva fungsi konsumsi Keynes
Bentuk kurva tersebut membawa konsekuensi bahwa meningkatnya
pendapatan nasional akan meningkatkan hasrat konsumsi rata-rata (MPC) akan
lebih kecil dari pada APC.Pengertian pendapatan yang dijelaskan oleh Keynes
adalah pendapatan nasional yang berlaku (current national income) yang
merupakan pendapatan absolut. Penekana disini untuk menunjukkan bahwa yang
dimaksud pendapatan menurut Keynes, bukanlah pendapatan yang terjadi
sebelumnya atau pendapatan yang diharapkan akan terjadi pada saat yang akan
datang. Disamping variabel pendapatan, analisis Keynes juga membagi variabel
bukan pendapatan ( non-income) menjadi dua yaitu :
1. Faktor-faktor subyektif, misalnya : iklan, daya tarik barang
2. Faktor-faktor obyektif, misalnya: distribusi pendapatan,cara pembayaran yang
digunakan, dan aktiva-aktiva yang semula berpengaruh terhadap konsumsi.
2. Fungsi Konsumsi Menurut Simon Kuznets
Ada beberapa kesimpulan-kesimpulan penting yang dikemukakan yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Perlu dibedakan antara fungsi konsumsi jangka panjang atau long-run
consumption function dan fungsi konsumsi jangka pendek atau short-run
consumption function, oleh karena kedua macam fungsi konsumsi tersebut
dari hasil studi empiriknya ternyata mengalami bentuk yang berbeda.
b. Fungsi konsumsi jangka pendek ternyata mengalami pergeseran ke atas.
Kesimpulan ini, apabila diungkapkan dengan menggunakan bentuk standar
persamaan fungsi konsumsi kita C = C0 + bY, dapat kita katakan bahwa
nilai C0 tendensinya meningkat dari waktu ke waktu.
Gambar 2.2
Kurva Fungsi Konsumsi Kuznets
Universitas Sumatera Utara
•
Dalam fungsi konsumsi jangka panjang Kuznets mengatakan, bahwa untuk
APC tidak akan banyak berubah atau konstan sebagaimana digambarkan
Keynes (Keynes tidak membedakan konsumsi jangka panjang dan pendek).
Kurva konsumsi jangka panjang (LC) merupakan garis lurus yang melalui titik
silang sumbu 0. Ini juga dapat diartikan bilamana APC tidak berubah dalam
jangka panjang, maka MPC juga tidak akan berubah dari pendapatan yang
lain.
•
Dalam konsumsi jangka pendek ternyata mengalami pergeseran (digambarkan
garis SC) keatas, kesimpulan ini dapat mengungkapkan kepada kita. Dengan
menggunakan persamaan fungsi konsumsi C = co + MPC Y .
3. Fungsi konsumsi dengan hipotesis pendapatan relatif (relative income
hypothesis)
Fungsi konsumsi ini di kemukakan oleh James Dusenberry dimana dalam
bukunya income, saving and the theory ofconsumer behavior mengemukakan
pendapatnya bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama
oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Ia berpendapat
bahwa apabila pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi
pengeluarannya untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang
tinggi ini, mereka terpaksa mengurangi saving. Kalau pendapatan bertambah lagi,
konsumsi mereka juga akan bertambah. Akan tetapi bertambahnya tidak begitu
besar. Sedangkan mengenai saving akan bertambah besar dengan pesatnya.
Kenyataan seperti ini akan terus kita jumpai sampai pada tingkat pendapatan
tertinggi yang telah pernah dicapainya lagi. Sesudah puncak dari pendapatan
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan
bertambahnya
pengeluaran
untuk
konsumsi,
sedangkan
dilain
pihak,
bertambahnya saving tidak begitu cepat.
Didalam teorinya Duesenberry menggunakan dua asumsi yang digunakan
untuk mengamati faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap pengeluaran
konsumsi seseorang yaitu :
1. Selera rumah tangga atas barang konsumsim adalah independent. Artinya
pengeluaran konsumsi rumah tangga diperoleh konsumsi yang dilakukan oleh
masyarakat sekitarnya. Jadi faktor lingkungan dapat berpengaruh terhadap
pengeluaran konsumsi. Sebagai misal, seseorang yang memiliki kemampuan
pengeluaran konsumsi yang sederhana tinggal di tempat wilayah masyarakat
yang pengeluaran konsumsinya serba kecukupan dan mewah, secara otomatis
ada ransangan dari orang tersebut untuk mengikuti pola konsumsi masyarakat
sekitarnya (demonstration effect), begitu pula sebaliknya.
2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversible, artinya pola pengeluaran pada saat
penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat pola pengeluaran
mengalami
penurunan.
Didalam
pengertian
disini
dikatakan
bahwa
pengeluaran konsumsi seseorang dalam jangka pendek dipengaruhi oleh
besarnya pendapatan relatif. Pendapatan relatif disini adalah merupakan
pendapatan tertinggi yang pernah dicapai seseorang. Sebagai misal, apabila
pendapatan seseorang mengalami kenaikan secara otomatis konsumsi juga
mengalami kenaikan dengan proporsi tertentu, dan seterusnya bila pendapatan
mengalami penurunan, maka juga akan diikuti oleh penurunan konsumsinya.
Universitas Sumatera Utara
Akan tetapi proporsi penurunannya lebih kecil dibandingkan proporsi akibat
kenaikan pendapatan tadi.
Bentuk fungsi konsumsi masyarakat menurut Duesenberry akibat dari
adanya pendapatan relatif adalah sebagai berikut :
C=f[Y]
Yt Y*
Dimana :
Yt
= Pendapatan pada tahun t
Y*
= Pendapatan tertinggi yang pernah dicapai pada masa lalu
Lebih lanjut bentuk fungsi tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan
kurva sebagai berikut :
Gambar 2.3
Kurva Fungsi Konsumsi Dusenberry
Universitas Sumatera Utara
CL menunjukan besarnya pengeluaran konsumsi jangka panjang. Apabila
pendapatan
sebesar Oyo, maka besarnya pengeluaran konsumsi yang terjadi
adalah Byo, apabila pendapatan mengalami penurunan dari OYo menjadi OY1,
maka pengeluaran konsumsi tidak akan turun ke titik E. Pada kurva pengeluaran
jangka panjang (C) namun ke titik A pada kurva pengeluaran konsumsi jangka
pendek C1. Hal ini kurva pada saat terjadinya penurunan pendapatan pengeluaran
konsumsi rumah tangga tidak turun drastis melainkan bergerak turun secara
perlahan.
Dari pengamatan yang dilakukan Duesenberry mengenai pendapatan
relatif secara memungkinkan terjadi suatu kondisi yang demikian, apabila
seseorang pendapatannya mengalami kenaikan maka dalam jangka pendek tidak
akan langsung menaikan pengeluaran konsumsi secara proporsional dengan
kenaikan pendapatan, akan tetapi kenaikan pengeluaran konsumsinya lambat
karena seseorang lebih memilih untuk menambah jumlah tabungan dan sebaliknya
bila pendapatan turun seseorang tidak mudah terjebak dengan kondisi konsumsi
dengan biaya tinggi ( high consumption ).
4. Fungsi konsumsi dengan hipotesis siklus hidup (life cycle
hyphotesis)
Dikemukakan oleh A.Ando, R.Brumberg dan F.Modigliani yang mencoba
menerangkan pola pengeluaran konsumsi masyarakat berdasarkan kepada
kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada
umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya. Dalam modelnya tiga
tokoh ini menggunakan asumsi bahwa konsumsi bersikap rasional. Ini berarti
bahwa konsumen berusaha untuk memaksimumkan kepuasan dari aliran
Universitas Sumatera Utara
pendapatan yang ia perkirakan berlaku untuknya dan juga mengasumsikan bahwa
dalam memaksimumkan kepuasannya konsumen menghadapi batasan berupa
samanya nilai sekarang dari pada saving yang terjadi pada umur B sampai umur P
dengan hasil penjumlahan nilai sekarang daripada dissaving yang terjadi pada usia
muda dan usia tua.
Didalam teorinya dijelaskan bahwa pengeluaran konsumsi seseorang atau
masyarakat sangat tergantung dari perjalanan usia (umur). Teori ini membagi
pengeluaran konmsumsi menjadi tiga bagian atau tahapan yaitu berdasarkan
perjalanan umur seseorang. Tahap pertama dimulai dari usia 0 tahun sampai usia
kerja (usia tertentu/belum mandiri). Dalam tahap ini dakatakan oleh ketiga tokoh
tersebut bahwa seseorang melakukan konsumsi dalam kondisi dissaving, kenapa
demikian karena seseorang melakukan konsumsi sangat tergantung pada orang
lain.. Tahap kedua dimulai dari usia kerja sampai dengan usia dimana orang
tersebut sudah menjelang usia tua tahap ini dikatakan bahwa seseorang pada tahap
ini pengeluaran konsumsinya sudah tidak tergantung pada orang lain. Tahap
ketiga dikatakn bahwa pada tahap ini seseorang kembali berada dalam kondisi
dissaving, dengan kata lain bahwa seseorang melakukan konsumsi kembali
tergantung pada orang lain.
Dari pembagian tahapan diatas, kudian ketiga tokoh ini lebih memperjelas
analisanya dengan menggunakan pendekatan kurva yang disebut dengan kurva
hipotesa siklus hidup.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4
Kurva Fungsi Konsumsi Hipotesa Siklus Hidup
Gambar tersebut menjelaskan tentang tahapan-tahapan pengeluaran
konsumsi seseorang yang tergantung pada usia, dimana dengan bertambahnya
usia seseorang tingkat pengeluaran konsumsi semakin meningkat, akan tetapi
kemampuan untuk memperoleh pendapatan semakin lama semakin menurun.
Sumbu vertikal menunjukkan tingkat konsumsi seseorang dan sumbu horizontal
menunjukkan waktu (usia/umur) orang tersebut. Pada tahap I, dijelaskan bahwa
pada usia 0 tahun hingga t0 tahun seseorang melakukan pengeluaran konsumsinya
dalam kondisi dissaving (ada ketergantungan pada orang lain. Pada usia t0 tahun
hingga usia t1 tahun digambarkan bahwa pada usia tersebut sebenarnya seseorang
sudah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, akan tetapi kondisinya masih ada
ketergantungan dengan orang lain.
Tahap II, dimana dalam usia t1 tahun hingga usia t2 tahun menunjukkan
orang berkonsumsi sepenuhnya dalam kondisi saving artinya pengeluaran
Universitas Sumatera Utara
konsumsinya sudah tidak lagi bergantung pada orang lain. Pada tahap III ketika
seseorang pada usia tua dimana orang tersebut tidak mampu lagi bekerja
menghasilkan pendapatan sendiri, sehingga seseorang tersebut dapat dikatakan
bahwa orang berkonsumsi kembali dalam kondisi dissaving.
5. Fungsi Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen
(Permanent Income Hypothesis)
Dikemukakan oleh Milton Friedman yang
mengungkapkan hasil
pemikirannya mengenai penggunaan hipotesis pendapatan permanen untuk
menerangkan variabel agregatif
konsumsi dalam bukunya yang berjudul A
Theory of Consumption Function. Dengan menggunakan asumsi bahwa konsumen
bersifat rasional dalam mengalokasikan pendapatan yang diperolehnya selama
hayatnya diantara kurun-kurun waktu yang dihadapinya serta menghendaki pola
konsumsi yang kurang lebihnya merata dari waktu ke waktu. Milton Friedman
menarik kesimpulan bahwa konsumsi seorang konsumen atau suatu masyarakat
mempunyai hubungan yang positif dan proporsional dengan pendapatannya atau
pendapatan mereka yang bersangkutan. Dalam bentuk matematik dapat
diungkapkan :
Cp = kYp
Dimana :
Cp = Konsumsi permanen
Yp = Pendapatan permanen
k = Angka konstan yang menunjukkan bagian pendapatan permanen yang
dikonsumsi. Ini berarti 0 < k < 1.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Friedman tidak ada hubungan antara besarnya konsumsi
sementara dengan pendapatan sementara. Juga tidak ada hubungan antara
konsumsi permanen dengan konsumsi sementara. Demikian juga tidak ada
hubungan antara pendapatan permanen dengan pendapatan sementara. Model
formulasi kekayaan menurut Friedman adalah :
W=Yp/iW
Dimana :
W = kekayaan
Yp = pendapatan permanen
i = tingkat bunga
Formulasi pendapatan permanen seseorang (Yp) dapat diperoleh dari
formulasi kekayaan (W), sehingga :
Yp = i W
Pendapatan yang terukur (measured income) seseorang merupakan penjumlahan
dari pendapatan permanen dan pendapatan sementara, sehingga secara matematis
adalah sebagai berikut :
Y = Yp + Yt
Dimana :
Y adalah pendapatan yang terukur
Yp adalah pendapatan permanen
Yt adalah pendapatan sementara
Mengenai hubungan antara pendapatan permanen dengan pendapatan
sementara, ada dua asumsi berikut :
Universitas Sumatera Utara
• Tidak ada korelasi antara pendapatan permanen dengan pendapatan transitory,
karena pendapatan sementara merupakan faktor kebetulan saja.
• Pendapatan sementara tidak mempengaruhi pengeluaran konsumsi, artinya jika
seseorang mendapatkan transitory income yang bernilai positif, maka semuanya
ditabung, namun jika seseorang memperoleh penghasilan sementara negatif,
maka ia akan mengurangi tabungan dan tidak mempengaruhi pengeluaran
konsumsinya.
Y = Yp + Yt
C = Cp + Ct
2.1.3 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi adalah masalah makro
ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mempunyai arti sedikit
berbeda dengan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan
kenaikan PDB atau PNB riil. Sedangkan pembangunan ekonomi adalah
pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam aspek lain dalam
perekonomian seperti perkembangan pendidikan, perkembangan kemahiran
tenaga kerja, perbaikan teknologi dan kenaikkan dalam taraf kemakmuran
masyarakat. Pembangunan ekonomi hanya berlaku apabila pendapatan per kapita
mengalami kenaikkan secara berkepanjangan.
Tingkat pembangunan ekonomi dan taraf kemakmuran masyarakat yang
dicapai biasanya diukur oleh data pendapatan per kapita nominal. Pada saat ini,
untuk mengukur taraf kemakmuran masyarakat ditentukan juga per kapita PPP.
Pendapatan per kapita nominal dihitung dengan formula PDB dibagi dengan
Universitas Sumatera Utara
jumlah penduduk. Sedangkan pendapatan per kapita PPP disesuaikan dengan
menggunakan tingkat harga berlaku.
Sejak lama ahli-ahli ekonomi telah menganalisis faktor-faktor penting
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan kepada pertumbuhan
ekonomi yang berlaku diberbagai negara dapat disimpulkan bahwa faktor utama
yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan suatu negara adalah:
kekayaan sumber daya alam dan tanahnya, jumlah dan mutu tenaga kerja, barangbarang modal yang tersedia, tingkat teknologi yang digunakan dan sistem sosial
dan sikap masyarakat.
Beberapa teori telah dikemukakan yang menerangkan mengenai hubungan
diantara berbagai faktor produksi dengan pertumbuhan ekonomi. Pandanganpandangan teori tersebut antara lain :
1. Teori Pertumbuhan Klasik
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada empat faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu : jumlah penduduk,
jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta
tingkat
teknologi
yang
digunakan.
Walaupun
menyadari
bahwa
pertumbuhan ekonomi tergantung pada banyak faktor, ahli-ahli ekonomi
klasik
terutama
menitikberatkan
perhatiaannya
kepada
pengaruh
pertambahan penduduk pada pertumbuhan ekonomi.
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik hukum hasil
tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi. Ini berarti pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus
berlangsung. Pada permulaannya, apabila penduduk sedikit dan kekayaan
Universitas Sumatera Utara
alam relatif berlebihan, tingkat pengembalian modal dari investasi yang
dibuat adalah tinggi. Maka pengusaha akan mendapat keuntungan yang
besar. Ini akan menimbulkan investasi baru, dan pertumbuhan ekonomi
terwujud. Keadaan seperti ini tidak akan terus menerus berlangsung.
Apabila
penduduk
sudah
terlalu
banyak,
pertambahannya
akan
menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktivitas setiap
penduduk telah menjadi negatif. Maka kemakmuran masyarakat menurun
kembali. Ekonomi akan mencapai tingkat kemakmuran yang sangat
rendah. Apabila keadaan ini dicapai, ekonomi dikatakan telah mencapai
keadaan tidak berkembang (Stasionary State). Pada keadaan ini
pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup (subsistence).
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik setiap masyarakat tidak akan
mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak berkembang tersebut.
Berdasarkan kepada teori klasik ini, dikemukakan suatu teori yang
menjelaskan perkaitan diantara pendapatan perkapita dan jumlah
penduduk. Teori tersebut dinamakan teori perduduk optimum.
Teori pertumbuhan ekonomi klasik melihat bahwa apabila terdapat
kekurangan penduduk, produksi marginal adalah lebih tinggi daripada
pendapatan perkapita. Maka pertambahan penduduk akan menaikkan
pendapatan perkapita. Akan tetapi apabila pemduduk sudah semakin
banyak,
hukum
hasil
tambahan
yang
semakin
berkurang
akan
mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi marginal akan mulai
mengalami penurunan. Oleh karenanya pendapatan nasional dan
pendapatan perkapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya.
Universitas Sumatera Utara
Penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan pada suatu
jumlah penduduk yang tertentu produksi marginal telah sama dengan
pendapatan perkapita. Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai
nilai yang maksimum. Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan
penduduk optimum.
2. Teori Schumpeter
Teori ini menekankan tentang peranan usahawan yang akan
melakukan inovasi dan investasi untuk mewujudkan pertumbuhan
ekonomi. Dalam teori itu ditunjukkan bahwa para pengusaha merupakan
golongan yang akan terus menerus membuat pembaharuan atau inovasi
dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi: memperkenalkan
barang-barang baru, mempertinggi effisiensi cara memproduksi dalam
menghasilkan sesuatu barang, memperluas pasar sesuatu barang ke
pasaran-pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang
baru dan mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi dengan
tujuan mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan. Berbagai kegiatan
inovasi ini akan memerlukan investasi baru.
Di dalam mengemukakan teori pertumbuhannya Schumpeter
memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa perekonomiaan sedang
dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi keadaan ini tidak berlangsung
lama. Pada waktu keadaan tersebut berlaku, segolongan pengusaha
menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang
menguntungkan. Didorong oleh keinginan mendapatkan keuntungan dari
mengadakan pembaharuan tersebut, mereka akan meminjam modal dan
Universitas Sumatera Utara
akan melakukan penanaman modal. Investasi yang baru ini akan
meninggikan tingkat kegiatan ekonomi negara. Maka pendapatan
masyarakt akan bertambah dan seterusnya konsumsi masyarakat akan
bertambah tinggi. Kenaikkan tersebut akan mendorong perusahaanperusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan
penanaman modal baru. Maka menurut Schumpeter, investasi dapat
dibedakan kepada dua golongan: penanaman modal otonomi dan
penanaman modal terpengaruh. Penanaman modal otonomi adalah
penanaman modal yang ditimbulkan oleh kegiatan ekonomi yang timbul
sebagai akibat kegiatan inovasi.
Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan suatu
ekonomi semakin terbatas kemungkinan untuk melakukan inovasi. Maka
pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat jalannya. Pada
akhirnya akan tercapai tingkat “keadaan tidak berkembang” atau
“Stationary State”. Akan tetapi, berbeda dengan pandangan klasik, dalam
pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat
pertumbuhan yang tinggi. Pandangan ini berbeda dengan pandangan
klasik. Seperti telah diterangkan, menurut pandangan klasik tingkat
tersebut dicapai pada waktu perekonomian telah berada kembali pada
tingkat pendapatan subsisten, yaitu pada tingkat pendapatan yang sangat
rendah.
3. Teori Harrod-Domar
Teori ini menunjukkan peranan investasi sebagai faktor yang
menimbulkan pertambahan pengeluaran agregat. Teori ini pada dasarnya
Universitas Sumatera Utara
menekankan peranan segi permintaan dalam mewujudkan pertumbuhan
ekonomi. Dalam menganalisis mengenai masalah pertumbuhan ekonomi,
teori Harrod-Domar bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus
dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai suatu perekonomian
yang teguh atau steady growth dalam jangka panjang. Analisis HarrodDomar menggunakan pemisalan-pemisalan berikut: (i) barang modal telah
mencapai kapasitas penuh, (ii) tabungan adalah proporsional dengan
pendapatan nasional, (iii) rasio modal-produksi (capital output ratio) tetap
nilainya, dan (iv) perekonomian terdiri dari dua sektor.
Dalam analisisnya Harrod-Domar menunjukkan bahwa, walaupun
pada suatu tahun tertentu (misalnya tahun 2002) barang-barang modal
sudah mencapai kapasitas penuh, pengeluaran gregat pada tahun 2002
yaitu AE=C+I, akan menyebabkan kapasitas barang modal menjadi
semakin tinggi pada tahun berikutnya (tahun 2003). Dengan perkataan
lain, investasi yang berlaku dalam tahun 2002 akan menambah kapasitas
barang modal untuk mengeluarkan barang dan jasa pada tahun 2003.
Menyadari tentang pertambahan kapasitas barang modal tersebut,
analisis Harrod-Domar mengemukakan persoalan berikut: apakah syarat
yang perlu dipenuhi agar kapasitas barang modal yang bertambah itu
akan sepenuhnya digunakan?. Artinya: apakah syaratnya agar pada tahun
berikutnya (tahun 2003) barang-barang modal mencapai kapasitas penuh
kembali.
Analisis tersebut disimpulkan bahwa analisis Harrod-Domar
merupakan pelengkap kepada analisis Keynesian. Dalam analisis
Universitas Sumatera Utara
Keynesian yang diperhatikan adalah persoalan ekonomi jangka pendek.
Manakala teori Harrod-Domar memperhatikan prospek pertumbuhan
ekonomi jangka panjang. Melalui analisis Harrod-Domar dapat dilihat
bahwa: (i) dalam jangka panjang pertambahan pengeluaran agregat yang
berkepanjangan perlu dicapai untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi,
dan (ii) pertumbuhan ekonomi yang teguh hanya mungkin dicapai apabila
I + G + (X-M) terus menerus bertambah dengan tingkat yang
menggalakkan.
4. Teori Neo-Klasik
Melalui
perkembangan
kajian
teknologi
empirikal
dan
teori
ini
peningkatan
menunjukkan
kemahiran
bahwa
masyarakat
merupakan faktor yang terpenting yang meweujudkan pertumbuhan
ekonomi. Teori pertumbuhan Neo-Klasik melihat dari sudut pandangan
yang berbeda, yaitu dari segi penawaran. Menurut teori ini, yang
dikembangkan oleh Abramovits dan Solow, pertumbuhan ekonomi
tergantung
kepada
perkembangan
faktor-faktor
produksi.
Dalam
persamaan, pandangan ini dapat dinyatakan dengan persamaan:
∆Y = f (∆K, ∆L, ∆T)
Dimana :
∆Y = tingkat pertumbuhan ekonomi
∆K = tingkat pertumbuhan modal
∆L = tingkat pertumbuhan penduduk
∆T = tingkat perkenbangan teknologi
Universitas Sumatera Utara
Analisis Solow selanjutnya membentuk formula matematik untuk
persamaan itu dan seterusnya membuat pembuktian secara kajian empiris
untuk
menunjukkan kesimpulan berikut: Faktor terpenting yang
mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan
pertambahan tenaga kerja. Faktor yang paling penting adalah kemajuan
teknologi dan pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga kerja.
Sumbangan terpenting
bukanlah
dalam
menunjukkan
dari teori pertumbuhan
faktor-faktor
yang
Neo-Klasik
mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, tetapi daam sumbangannya untuk menggunakan
teori tersebut untuk mengadakan penyelidikan empiris dalam menetukan
peranan sebenarnya dari berbagai faktor produksi dalam mewujudkan
pertumbuhan ekonomi. Dalam penyelidikan mereka Abramovits dan
Solow menunjukkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat terutama
disebabkan oleh perkembangan teknologi. Di antara 80 hingga 90 persen
dari pertumbuhan ekonomi yang berlaku di Amerika Serikat di antara
pertengahan abad ke-19 dan ke-20 disebabkan oleh perkembangan
teknologi.
Setelah itu beberapa ahli ekonomi lain melakukan penyelidikan
yang sama sifatnya. Salah satu studi yang terkenal adalahyang dilakukan
oleh
Denison
yang
menganalisis
faktor
yang
mengakibatkan
perkembangan di negara maju di antara tahun 1950-1962. kesimpulan
kajian tersebut
adalah: pertambahan barang-barang modal hanya
mewujudkan 25 persen dari pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat, 18
persen dari pertumbuhan ekonomi di Eropa Barat dan 21 persen dari
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Inggris. Dengan kata lain studi
Denision menunjukkan bahwa bukan modal, tetapi teknologi dan
perkembangan keterampilan yang menjadi faktor utama yang mewujudkan
pertumbuhan ekonomi.
Pada masa sekarang ini kebanyakan negara-negara berkembang yang
menghadapi banyak masalah dalam mempercepat pertumbuhan dan pembangunan
ekonominya.
Universitas Sumatera Utara
Download