Tinjauan Empiris Terhadap Kinerja Industri Asuransi yang Go Public

advertisement
TINJAUAN EMPIRIS TERHADAP KINERJA INDUSTRI A~NSI
YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA .,-.,.
PERIODE 2004-2008
',;..
. ';• .·:·' ·.~:....
·~-..;
Anggi Fltriani
Alumnus Fakultas Elwnomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
Apritl.ni Dorkas R.A
Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
As one of risk management techniques, insurance is gaining popularity among Indonesian people. There is a
strong demand toward an evaluation of the performance ofinsurance industry over the time. The evaluation is
done in order to maintain society's trust upon the industry healthiness. This research aims to evaluate insurance
industry performance during the 2004-2008 period. The empirical data is gathered from Indonesian Stock
Exchange website and Biro Perasuransian, which is then analyzed with solvability ratio, liquidity ratio,
profitability ratio, and premium stabilization ratio. The research shows that performanceof the insurance
industry in lndones ian Stock Exchange for 2004-2008 periods was good despite the global economic crisis and
natural disasters which occurred in Indonesia. In the future, there is a needfor insurance industry to anticipate
an adverse condition such as global economic crisis and natural disasters in Indonesia by increasing its
capability in bringing out anticipative actions.
Keywords: insurance, insurance industry performance, insurance industry
Pendahuluan
Perkembangan usaha asuransi dewasa ini memberikan bukti yang nyata bahwa.manfaat adanya usaha
asuransi tidak hanya dirasakan oleh mereka yang berhubungan langsung dengan usaha asuransi
(pemegang polis, perusahaan asuransi dan seluruh yang terlibat didalamnya) tetapi juga dinikmati oleh
seluruh anggota masyarakat. Semakin terpelajarnya masyarakat membuat tingkat kesadaran
masyarakatpun semakin besar untuk mencari cara agar dapat menghindari atau melimpahkan resiko
yang terjadi kepada pihak lain karena pada hakikatnya, kehidupan yang dialami setiap manusia penuh
dengan ketidak pastian misalnya terjadinya musibah kematian, kecelakaan, klaim sakit ataupun
kerugian akibat bencana yang dapat terjadi sewaktu-waktu menimbulkan rasa tidak aman.
Salah satu cara untuk mengalihkan resiko tersebut adalah dengan berasuransi. Asuransi diibaratkan
seperti payung yang bisa melindungi dari risiko yang muncul sehingga asuransi dapat dikatakan
sebagai pengelola resiko yang akan terjadi. Asuransi merupakan sebuah produk keuangan yang
memiliki fungsi untuk memberikan perlindungan keuangan atas resiko atau musibah yang mungkin
terjadi.
Industri asuransi memiliki beberapa fungsi yaitu menarik uang dari dan menyalurkan kepada
masyarakat (Thomas 1998 dalam Wijaya 2003). Definisi ini diperkuat oleh Undang-Undang No.2
(dua) tahun 1992 ten tang usaha perasuransian, asuransi atau pertanggungan yang didefinisikan sebagai
perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih, dengan penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hokum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang
103
Jumal Ekonomi dan Bisnis Vol. XV No.2 September 2009: 103-119
tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorangyang dipertanggungkan.
Industri asuransi sebagai lembaga keuangan lain juga perlu meningkatkan kinerjanya mengingat bahwa
industri asuransi merupakan suatu mekanisme pemindahan resiko yang dananya sebagian besar berasal
dari pihak tertanggung. Oleh sebab itu industri asuransi harus melakukan perbaikan terus menerus.
Industri asuransi akan dapat melakukan perbaikan bila industri asuransi tersebut dapat mengukur
kinerjanya dengan baik. Selain dapat melakukan perbaikan, pengukuran kinerja juga dapat digunakan
untuk menilai target keberhasilan dengan membandingkannya dengan kinerja masa lalu. Kinerja
keuangan industri asuransi merupakan basil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus
menerus oleh manajemen. Oleh karena itu untuk menilai kinerja keuangan, perlu dilibatkan analisa
dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan
menggunakan ukuran komparatif{Wijaya 2003).
Hasil penelitian Nenny (2004) menunjukkan pentingnya pengawasan kinerja terhadap perusahaanperusahaan dalam industri asuransi. Alasan utama pengawasan tersebut adalah adanya fakta bahwa
seluruh nilai (value) darijanji (promise) yang dijual pada masyarakatoleh perusahaan asuransi terletak
pada kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Penelitian inijuga sejalan dengan Alfred (2002)
yang menyatakan bahwa perusahaan asuransi sebagai lembagajasa keuangan perlu mempunyai kinerja
keuangan yang "sehat" sehingga dapat memberikan rasa aman dan kepuasan bagi masyarakat.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Djuarta (2004) membuktikan bahwa performance PT. Asuransi
Pan in Life berbeda dari performance dari industri sejenis.
Beberapa penelitian tentang perkembangan industri asuransi telah dilakukan juga di India. Penelitian
Sinha (2005) menunjukkan perkembangan industri asuransi yang semakin menjanjikan dengan
semakin tingginya kesadaran berasuransi. Sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar
diimbangi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi yang mencapai 9,4 persen pada tahun 2007,
India menjadi salah satu negara yang berupaya menggarap pasar asuransi jiwanya dengan lebih baik
(Siddiqui 2009).
Hasil penelitian tersebut bermanfaat untuk lebih meneliti industri asuransi mengingat banyaknya
masalah yang terjadi. Contohnya adalah kasus yang pemah terjadi di PT Jamsostek, dimana
pengelolaan dana JHT Gaminan hari tua) yang tidak optimal merugikan hak peserta program
Jamsostek. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat analisis rasio keuangan yang seharusnya tidak layak
untuk penempatan deposito (www.kompas.com ). Selain itu, kasus yang terjadi di perusahaan asuransi
Allianz Life Indonesia yang bergerak di bisnis asuransi jiwa dan Allianz Utama Indonesia untuk
asuransi umum telah memberikan gambaran tentang pentingnya analisis kinerja perusahaan asuransi.
(http://bersamatoba.com ).
Menilik contoh·lersebut analisis kinerja pada industri asuransi mempunyai peranan untuk mengetahui
kondisi industri asuransi di masa yang akan datang dan untuk menjaga kelangsungan hidup industri
asuransi. Menteri Keuangan mengeluarkan Keputusan No.424/KMK,06/2003 tanggal30 September
2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang merupakan
pengganti Keputusan Menteri Keuangan No.481/KMK.O 17.1999. Tujuan utama penerapan peraturan
tersebut adalah dalam rangka menghadapi dan mengantisipasi perkembangan yang terjadi dalam
industri perasuransian agar dapat diandalkan dan kompetitif dalam perekonomian nasional serta
104
Tinjauan Empiris terhadap Kinerja lndustri Asuransi (A. Fitriani & A. Dorkas)
melindungi pemegang polis agar setiap klaim yang diajukan akan selalu dapat dibayar sepanjang klaim
tersebutmemang sesuai dengan kondisi polis.
Berdasarkan manfaat dari pengukuran dan penilaian kinerja pada industri asuransi dan masih
langkanya penelitian pada industri asuransi ini, maka penelitian tentang kinerja industri asuransi
menarik untuk dilakukan mengingat satu-satunya informasi yang bisa diperoleh masyarakat adalah
laporan keuangan yang dipublikasikan dan menurut AAUI (Asosiasi Asuransi Umum Indonesia)
sebagai lembaga asosiasi asuransi, Perasuransian Indonesia baru mengeluarkan rekapitulasi laporan
keuangan tahun 2008. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan tinjauan empiris
terhadap kinerja industri asuransi yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008. Melalui
penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kinerja keuangan industri asuransi yang
go public periode 2004-2008 dan memberi masukan kepada industri asuransi tentang pentingnya
peningkatan kinerja keuangan dalam rangka meningkatkan kepercayaan public.
Kerangka Teoretis
Ana/isis Kinerja IndustriAsuransi
Analisis kinerja merupakan suatu pemeriksaan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang dapat
membantu menemukan jawaban dari berbagai masalah keuangan yang digunakan sebagai alat bagi
manajer untuk menetapkan perencanaan investasi, operasi serta permodalan dan sebagai alat bagi para
investor di ~alam melakukan penilaian, membuat perkiraan ataupun membuat proyeksi (Trenggono
2004 dalam Alam 2006). Pemeriksaan kinerja keuangan perusahaan bertujuan untuk menghasilkan
perbaikan atau pengelolaan aktivitas dan pencapaian basil dari obyek yang diperiksa dengan cara
memberikan saran-saran tentang upaya yang dapat ditempuh guna pendayagunaan sumber-sumber
secara ekonomi dan efektif(Buyung 1998 dalam Wijaya 2003).
Salah satu cara mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan adalah dengan analisis rasio yang
diartikan sebagai alat-alat analisis yang digunakan untuk mengukur kekuatan dan kelemahan yang
dihadapi perusahaan di bidang keuangan. Rasio ini merupakan alat yang diartikan dalam artian relatif
maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu an tara faktor yang satu dengan faktor yang lain
dalam suatu laporan keuangan (Satria 1993 dalam Alam 2006). Tujuan dari analisis rasio adalah
menjadikan perusahaan asuransi di Indonesia sehat dan lebih kompetitif dalam menghadapi persaingan
dalam dunia bisnis.
Potensi pasar asuransi atau penetrasi pasar industri asuransi bergantung pada tingkat aktivitas ekonomi
suatu negara, kesadaran terhadap risiko diantara para penduduknya dan kedalaman sistem finansial
negara tersebut (Sinha 2008). Berdasarkan basil penelitiannya di India, pemanfaatan peluang pasar di
masa mendatang sangat terbuka dengan maraknya bancassurance dan deregulasi industri asuransi
yang membuka peluang variasi penetapan harga.
Peluang tersebut mesti diimbangi dengan kinerja dari industri asuransi yang dapat diukur dengan alat
analisis seperti Data Envelopment Analysis (DEA) (Malhotra dan Rashnu 2008) dan juga dengan
analisis rasio. Menurut Gupta dan Heufner ( 1972) rasio-rasio keuangan tertentu memiliki manfaat atau
arti yang berbeda ketika diasosiasikan dengan karakteristik industri tertentu yang berbeda. Sejalan
dengan Gupta dan Heufuer adalah apa yang dikemukakan oleh Foster (1986) yang mengemukakan
bahwa rasio tertentu antara industri yang satu dengan lainnya memiliki perbedaan yang signifikan.
Dalam perkembangan selanjutnya, penelitian lain mencoba menemukan prediktor yang tepat dalam
105
Jumal Ekonomi dan Bisnis Vol. XV No.2 September 2009: 103-119
analisis kinerja industri asuransi seperti yang dilakukan oleh Willenborg (1992), pada industri asuransi
properti/ casualty.
Industri asuransi merupakan usaha jasa keuangan dengan menghimpun dana masyarakat melalui
pengumpulan premi dan memberikan perlindungan akibat peristiwa yang tidak pasti. Oleh sebab itu,
industri asuransi tidak terlepas dari masalah penilaian kinerja keuangan. Gambaran mengenai
bagaimana kondisi kinerja keuangan industri asuransi dapat diperoleh dengan mengadakan analisis
terhadap laporan keuangannya. Untuk itu industri asuransi sebagai penghimpun dana masyarakat
melalui pengumpulan premi harus memiliki kinerja yang baik supaya kelangsungan hidup perusahaanperusahaan asuransidapat terjaga dengan baik pula.
Elimia (200 1) mengatakan bahwa kinerja keuangan menunjukkan prestasi atau basil kerja perusahaan
asuransi pada suatu periode tertentu. Oleh sebab itu imtuk mengetahui gambaran tentang basil kinerja
diperlukan alat analisis laporan keuangan dengan indikator-indikator khusus, karen a adanya perbedaan
sifatdan karakteristik industri asuransi dengan industrijasa yang lainnya. Salah satu cara pengukuran
indikator adalah dengan menggunakan rasio tertentu atas akun-akun dalam laporan keuangan yang
digunakan untuk menentukan seberapa baik atau buruknya keadaan kinerja keuangan industri asuransi.
Rasio-rasio keuangan dapat dipakai sebagai ukuran evaluasi kinerja keuangan dengan cara mengamati
bagaimana kecenderungan rasio-rasio tersebut naik, turun ataukah konstan. Rasio yang digunakan
untuk menilai keuangan industri asuransi antara lain:
Rasio SolvabUitas
Solvabilitas merupakan kemampuan industri asuransi untuk mempunyai dana yang cukup dalam
melanjutkan usahanya di masa yang akan datang. Menurut Keputusan Menteri Keuangan
No.424/KMK.06/2003 industri asuransi wajib memenuhi tingkat solvabilitas yang dihitung dengan
menggunakan RBC (Risk Based Capital). lndustri asuransi setiap saat wajib memenuhi tingkat
solvabilitas umum sebesar 120 persen dari risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat deviasi
dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban. Tingkat solvabilitas dihitung dengan mengurangi seluruh
kewaj iban kecuali pinjaman subordinasi dari kekayaan yang diperkenankan.
Rasio Likuiditas
Secara umum likuiditas berhubungan erat dengan kemampuan industri asuransi untuk memenuhi
kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi. Sedangkan kekuatan membayar industri asuransi
pada saat tertentu terlihat padajumlah dari alat-alat pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki oleh
industri asuransi pada saat tersebut. Kemampuan membayar industri asuransi merupakan kekuatan
membayar dalam memenuhi semua kewajiban fmansial yang segera harus dipenuhi. Kemampuan
membayar industri asuransi baru dapat diketahui setelah membandingkan kekuatan membayar
perusahaan dis,.. dengan kewajiban-kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi di lain pihak.
Kelebihan likuiditas ditinjau dari pihak pemegang polis yaitu jika sewaktu-waktu pemegang polis
menghentikan polisnya atau jika sudah jatuh tempo masa klaimnya perusahaan-perusahaan asuransi
dapat segera membayar klaim terse but dengan cepat. Semakin cepat perusahaan-perusahaan asuransi
melunasi klaim yang diajukan oleh pemegang polis, maka semakin tinggi kemampuan Iikuiditasnya.
Sedangkan kelemahannya adalah jika dilihat dari sisi profitabilitasnya, karena biasanya interest
returnnyajauh lebih kecil.
106
Tinjauan Empiris terhadap Kinerja Industri Asuransi (A. Fitriani & A. Dorkas)
Rasio Profltabilitas
Rasio profitabilitas adalah ukuran mengenai kemampuan perusahaan-perusahaan asuransi dalam
menghasilkan keuntungan selama periode tertentu. Dalam rasio profitabilitas ini dapat dikatakan
sampai sejauh mana keefektifan dari keseluruhan manajemen dalam menciptakan keuntungan bagi
perusahaan-perusahaan asuransi terse but.
Rasio Stabilitas Premium
Rasia stabilitas premium adalah ukuran mengenai kemampuan perusahaan-perusahaan dalam
mengukur kestabilan operasi dengan menggunakan premi secara efektif dan untuk mengetahui
kenaikan atau penurunan yang terjadi padajumlah prem i
Metode Riset
Data dan Pemilihan Sampel
Sum ber datadalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabell
Somber Data dalam Penelitian
Jenis Data
Rasio solvabilitas
Somber Data
Rasio likuiditas
Catatan laporan keuangan
industri asuransi yang go public
di Bursa Efek Indonesia periode
2004-2008
Neraca
Rasia profitabilitas
Neraca dan laporan laba rugi
Rasio stabilitas premium
Laporan laba rugi
Alamat
www.idx.co.id
www.idx.co.id dan
Perasuransian Indonesia
www.idx.co.id dan
Perasuransian Indonesia
www.idx.co.id dan
Perasuransian Indonesia
Pengambilan sam pel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling, menggunakan kriteria
yaitu:
1.
2.
Industri asuransi yang go public dan mempublikasikan laporan tahunan melalui internet periode
2004-2008 di Bursa Efek Indonesia. (www.idx.co.id)
Mem it iki kelengkapan data yang dibutuhkan
Berdasarkan kriteria.tersebut diperoleh lO Perusahaan asuransi yang meliputi 9 perusahaan asuransi
kerugian dan 1 perusahaan asuransijiwa. Semua perusahaan ini dijadikan sam pel penelitian ini.
107
Jumal Ekonomi dan Bisnis Vol. XV No.2 September 2009: 103-119
Pengukuran Variabel
i.
Rasio solvabilitas:
solvency margin
minimum solvency margin
..................................................... (1)
Keterangan:
a. Solvency Margin= Total AdmittedAsset Total Kewajiban
b. Minimum Solvency Margin = Asset Default + Cash Flow Mismatch + Currency Mismatch +
Claim Risk+ Pricing Risk+ Reinsurance Risk
Dalam penelitian ini, nilai rasio solvabilitas merupak:an basil rekapitulasi dari catatan laporan keuangan
industri asuransi yang go public periode 2004-2008. Admitted asset atau kekayaan yang
diperkenankan menurut KMK No.424/KMK.06/2003 Bab III pasal 10 yaitu hams dimiliki oleh
perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dalam bentukjenis investasi danjenis bukan investasi:
Tabel2
Jenis Investasi yang diperkenankan
Jenis Investasi
Dasar
Penilaian
Proporsi Batasan Investasi
Deposito berjangka
Nominal
maksimal 20 persen dari total investasi
Sertifikat deposito
Saham yang tercatat dibursa efek
Tunai
Nilai Pasar
Nilai Pasar
maksimal 20 persen dari total investasi
Obligasi dan medium term notes
Unit penyertaan reksa dana
Penyertaanlangsung
Bangunan
Pinjaman hipotik
Pinjaman polis
Aktiva Bersih
Nilai Ekuitas
maksimal 20 persen dari total
maksimal 20 persen dari total
maksimal 20 persen dari total
maksimal 10 persen dari total
investasi
investasi
investasi
investasi
NJOP
Sisa Pinjaman
Sisa Pinjaman
maksimal 20 persen dari total investasi
maksimal 20 persen dari total investasi
maksimal 80 persen dari nilai tunai polis
Sumber: KMK No.424/KMK.06/2003 Bab III pasal 10 huruf a
Tingkat solvabilitas menurut Keputusan Menteri Keuangan No.4241KMK.06/2003 pasal3 ayat 1 (satu)
dihitung dari kegagalan pengelolaan kekayaan (asset default), ketidakseimbangan antara proyeksi arus
kekayaan dan kewajiban (cash flow mismatch), ketidakseimbangan antara nilai kekayaan dan
kewajiban dalam setiap mata uang (currency mismatch), perbedaan antara beban klaim yang terjadi
dan beban klaimtang diperkirakan (claim risk), ketidakcukupan premi akibat perbedaan basil investasi
yang diasumsikan dalam penetapan premi dengan basil investasi yang diperoleh (pricing risk) dan
ketidakmampuan pihak reasuraduruntuk memenuhi kewajiban membayar klaim (reinsurance risk).
108
Tinjauan Empiris terhadap Kinerja lndustri Asuransi (A. Fitriani & A. Dorkas)
Tabel3
Jenis Bukan Investasi yang diperkenankan
Jenis Bukan Investasi
Dasar Penilaian
Kas dan bank
nominal
Tagihan premi penutupan langsung nilai sisa tagihan
Tagihan reasuransi
nilai sisa tagihan
Tagihan hasil investasi
nilai sisa tagihan
Ban gunan
NJOP
Perangkat keras komputer
nilai buku
Proporsi Batasan Bukan Investasi
maksimal 2 bulan dari pembayaran
prem1
maksimal 2 bulan dari jatuh tempo
pembayaran
maksimal 2 bulan sejak tanggal
investasi menjadi hak perusahaan
asuransi
maksimal 20 persen bagi asuransi
kerugian dan maksimal 30 bagi
asuransi jiwa masing-masing dari
modal sendiri tahun berjalan
maksimal 20 persen dari modal sendiri
tahun berjalan
Sumber: KMK No.424/KMK.06/2003 Bab III pasal 10 hurufb
Rasio Likuiditas
Kekayaan Lancar yangjangka waktu kurang t tahun
Kewajiban yang akan dibayarkan dan yang mungkin
di bayarkan dalam j angka t tahun
.................. (2)
Keterangan:
a. Kekayaan lancar yang jangka waktu kurang 1 tahun terdiri dari kas dan bank, piutang premi
penutupan langsung, piutangreasuransi dan piutang hasil investasi
b. Kewajiban yang akan dibayarkan dan yang mungkin dibayarkan dalam jangka 1 tahun terdiri dari
utang klaim, utang reasuransi, utang komisi, utang pajak, biaya yang masih harus dibayar, utang
lain-lain, kewajiban manfaat polis masa depan, premi yang belum merupakan pendapatan dan
estimasi kewajiban klaim.
Dalam hallikuiditas pemerintah tidak menentukan standar tingkat likuiditas yang harus dipenuhi oleh
suatu perusahaan asuransi. Menurut Mulian (2004) yang penting adalah setiap perusahaan asuransi
yang ada harus memiliki tingkat likuiditas yang bisa jadi antara perusahaan yang satu dengan yang lain
berbeda dan standar untuk bisa dikatakan liquid antara perusahaan yang satu dengan yang lain juga
berbeda tergantung dari struktur kewajiban masing-masing perusahaan.
Rasio Profitabilitas
a.
Rasio Beban Klaim
Beban Klaim
Pendapatan Premi Netto
.......................................................... (3)
109
Jumal Ekonomi dan Bisnis Vol. XV No.2 September 2009: 103-119
b.
Rasio Pengemba~ian Investasi
_P_e;...n_d;...apar.;..;....ta_n_B;...e;:.;;rs...;;ih..;...;;.;;In;;...;.v..;;..e;;;.;;st.;;;;as;.;;.i__ ...................................................(4)
Total Investasi
Rasio Stabilitas Premium
a. Rasio retensi sendiri
--:P~r,.;;..em........;:-:iN:;.e;..;tt;;.;;o;..._____
............................................................( 5)
PremiBruto
b. Rasio Pertumbuhan Premi
_P_r;...em...;...,.;;.i,.;;..N..;.e,.;;..tto,.;;..;...T.;;;ah;.;;.u;;;.;;n;..;;L;;..al;;;;;.;;.u__ ...................................................... (6)
Prenii Netto Tahun Beljalan
Tinjauan Empiris terhadap Kinerja Industri Asuransi yang Go Public di Bursa Efek
Indonesia Periode 2004-2008
Ana/isis Posisi Solvabilitas
Standar minimum yang harus dipenuhi dalam menentukan solvabilitas berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan No.424/KMK.06/2003 adalah 120 persen. Berikut ini adalah grafik rasio solvabilitas
industri asuransi yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008.
Grafik 1
Rasio Solvabilitas lndustri Asuransi yang Go Public
di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008
%
350 ~---------------------------------------------------------------------.
300 +-------r----------------1 -=--~--~-~·======---•~-------.c--~
250 ~--------------------------------------------------------~
200
+---------r-----~--------T----------.-------~
2004
Sumber:
2005
2006
2007
2008
Tahun
oala sekunder, diolah (2008)
Pada grafik 1, rasio solvabilitas industri asuransi yang go public di Bursa Efek Indonesia dari tahun
2004-2006 mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan industri asuransi memperbesar nilai kekayaan
yang diperkenankan (admitted asset), antara lain dengan melakukan investasi yang merupakan sarana
paling tepat sebab asuransi adalah lembaga pengelola resiko jangka panjang. Adanya program
penjaminan Pemerintah dalam kepemilikan deposito berjangka berdasarkan Keputusan Gubemur
Bank Indonesia tanggal 8 April 2004 seperti yang terdapat dalam catatan laporan keuangan asuransi
110
Tinjauan Empiris terhadap Kinerja Industri Asuransi (A. Fitriani & A. Dorkas)
dan kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar I 000.23 pada tahun 2004 menjadi
1805.52 pada tahun 2006 juga turut memicu kenaikan basil investasi.
Tahun 2007-2008 rasio solvabilitas industri asuransi mengalami penurunan dikarenakan industri
asuransi meningkatkan nilai investasi saham lebih besar dibandingkan dengan nilai investasi pada
deposito akibat dari kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di tahun 2007 yang nilainya
mencapai tingkattertinggi sepanjang dari tahun 1996 yaitu sebesar2745,83. Banyaknya investasi yang
dilakukan oleh industri asuransi memberi dampak terhadap penurunan nilai ekuitas yang
mengakibatkan RBC menjadi berkurang. Sedangkan Menurut Kepa1a Biro Perasuransian BapepamLK lsa Rachmatarwata (www.bisnis.co.id) pada tahun 2008 penurunan RBC terjadi karena adanya
penurunan nilai investasi akibat kondisi investasi ditahun 2008 yang tidak kondusif di pasar modal
mendorong nasabah tidak memperpanjang polisnya sehingga perusahaan-perusahaan asuransi harus
mengurangi ekuitas yang mengakibatkan nilai RBC mengalami penurunan.
Dari sisi regulasi, adanya perubahan ketentuan tentang MOM (modal disetor minimum) pada PPNo 73
tahun 1992 yang telah diubah menjadi PP 63 tahun 1999 memberikan dampak bagi solvabilitas industri
asuransi yang diharapkan mampu melindungi pemegang polis agar setiap klaim yang diajukan dapat
dibayar oleh perusahaan asuransi. Selanjutnya terbitnya ketentuan PP No 39 tahun 2008 akan
memampukan insutri asuransi menjadi lebih kompetitif di masa yang akan datang.
Tingkat solvablitas industri asuransi yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008
menunjukkan bahwa rata-rata industri asuransi telah memenuhi kriteria kesehatan asuransi
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.424/KMK.06/2003. Adanya BTSM (batas tingkat
solvabilitas minimun) sesuai dengan keputusan Menkeu Nomor.4241KMK.06 tahun 2003 tanggal30
September 2003 tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi
memberikan dampak bagi kinerja industri asuransi yangjika dilihat dari segi RBC (risk based capital)
mengalami peningkatan dari standar yang telah ditentukan yaitu 120 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa industri asuransi dapat lebih mengukur resiko yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi
pengelolaan kekayaan dan kewajiban. Sedangkan ketentuan Menkeu Nomor.1581KMK.010/2008
yang merupakan pengganti dari keputusan Menkeu Nomor.424/KMK.06/2003 diharapkan industri
asuransi lebih dapat diandalkan dalam perekonomian nasional mengingat industri asuransi harus
mempunyai dana yang cukup dalam menutup resiko yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi
pengelolaan kekayaan dan kewajiban.
Keadaan tersebut menjamin kemampuan industri asuransi untuk mempunyai dana yang cukup dalam
melanjutkan usahanya di masa yang akan datang, dengan mempertimbangkan resiko-resiko yang akan
terjadi akibat deviasi pengelolaan kekayaan dan kewajiban.
Ana/isis Posisi Likuiditas
Likuiditas pada industri asuransi diukur dengan membandingkan antara kekayaan lancar yangjangka
waktunya kurang dari satu tahun dengan kewajiban lancar yang akan dibayarkan dalam jangka waktu
kurang dari satu tahun.
Ill
Jumal Ekonomi dan Bisnis Vol. XV No.2 September 2009: I03-119
Grafik2
Rasio Likuiditas lndustri Asuransi Yang Go Public
di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008
%
~tj==~~·~==~=-~~4~1
2004
2005
2006
2007
2008
Tahun
Sumber: Data sekunder yang diolah (2008)
Dari Grafik 2 tersebut, tahun 2004-2007 rasio likuiditas berada pada kisaran lebih dari 50 persen. Hal
ini dikarenakan basil penelaah manajemen yang menetapkan piutang reasuransi dapat tertagih
seluruhnya. Selain itu, analisa kolektibilitas manajemen terhadap masing-masing saldo piutang pada
akhir tahun, meyakinkan pendapat manajemen mengenai jumlah penyisihan piutang ragu-ragu yang
dibentuk cukup untuk menutup kerugian yang mungkin timbul atas tidak tertagihnya piutang premi dan
adanya hubungan istimewa membuat manajemen berkeyakinan bahwa piutang dapat ditagih karena
adanya perjanjian dengan beberapa pelanggan dimana pelanggan-pelanggan tersebut akan
menyelesaikan hutang mereka dengan batas waktu yang ditentukan. Sedangkan pada tahun 2008 rasio
likuiditas mengalami penurunan karena pada tahun 2008 Indonesia terkena dampak krisis
perekonomian global. Hal ini memberikan dampak pada sektor keuangan industri asuransi dengan
merosotnya rasio likuiditas menjadi 16 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan rasio likuiditas
sepanjang tahun 2008 sebagai akibatdari krisis perekonomian global memicu meningkatnya kewajiban
lancar misalnya adanya estimasi kewajiban klaim yang sudah terjadi akan tetapi belum dilaporkan
(incurred hut not reported), kenaikan hutang klaim, hutang reasuransi, hutang komisi, hutang pajak,
hutang lain-lain, kewajiban manfaat polis masa depan dan pren;ti yang belum merupakan pendapatan.
Kinerja keuangan khususnya posisi likuiditas pada industri asuransi di Bursa Efek Indonesia periode
2004-2008 dalam keadaan baik meskipun pada tahun 2008 rasio likuiditas mengalami penurunan yang
merupakan dampak dari krisis perekonomian global yang terjadi tahun 2008.
Analisis Posisi Profitabililas
Pengukuran profitabilitas pada industri asuransi yang go public di BEl periode 2004-2008
menggunakan perhitungan rasio beban klaim dan rasio pengembalian investasi.
Rasio Beban Kla.f"
•J
Rasio ini menunjukkan klaim yang terjadi pada industri asuransi dibandingkan dengan pendapatan
premi yang diterima oleh industri asuransi.
112
12UJUUJ:
Tinjauan Empiris terhadap Kinerja Industri Asuransi (A. Fitriani & A. Dork:as)
Grafik3
Rasio Beban Klaim Industri Asuransi yang Go Public
di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008
%
100
50
0
j
•
2004
•
2005
•
2006
•
2007
2008
I
Tahun
Sumber: Data sekunder yang diolah (2008)
Dari Grafik 3 menunjukkan bahwa rata-rata rasio beban klaim per tahun 2004-2007 mengalami
kenaikan. Kenaikan ini disebabkan meningkatnya pembayaran klaim yang harus ditanggung industri
asuransi dalam menanggung pasca bencana dimana kerugian .finansial yang mungkin menimpa
seseorang atau sebuah lembaga dapat dipindahkan kepada pihak lain yaitu industri asuransi.
Sedangkan di tahun 2008 rasio beban klaim menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena
keadaan ekonomi yang mulai pulih dari pasca bencana.
Adanya extraordinary event seperti bencana yang terjadi pada 2004-2006 memberikan dampak bagi
kinerja industri asuransi yang tercermin dari rasio beban klaim yang mengalami peningkatan selama
periode 2004-2006. Hal ini memberi dampak pada periode berikutnya mengingat adanya bencana
yang terjadi semakin menyadarkan masyarakat akan pentingnya berasuransi guna mengurangi
konsekuensi yang tidak pasti akibat dari suatu keadaan yang merugikan. Dam'pak dari meningkatnya
rasio beban klaim tercermin dalam peluang meningkatnya pertumbuhan premi tahun berjalan
dibandingkan dengan rasio pertumbuhan premi tahun lalu bagi industri asuransi, dimana hal ini dapat
meningkatkan pula rasio pertumbuhan premi. Kenaikan rasio ini mengindikasikan kemampuan
industri asuransi dalam menaikkan pendapatan premi dimasa yang akan datang. Hal ini dikarenakan
masyarakat akan percaya dan menjadi sadar akan pentingnya asuransi untuk mengganti kerugian yang
diderita tertanggung.
Rasio Pengembalian Investasi
Rasio ini memberikan indikasi secara umum mengenai kualitas investasi serta mengukur basil
pengembalian dari investasi.
%
10
5
0
Grafik4
Rasio Pengembalian Investasi Industri Asuransi yang Go Public
di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008
====
.-------------------------------~~------------,1
-
2004
2005
2006
2007
Thhoo
2008
Sumber: Data sekunder yang diolah (2008)
113
Jumal Ekonomi dan Bisnis Vol. XV No.2 September 2009: I03-119
Dari Grafik 4 menunjukkan bahwa penurunan yang terjadi pada rasio pengembalian investasi tabun
2004-2005 dikarenakan penurunan nilai aktiva bersib reksadana mengakibatkan kenaikan kerugian
yang belum direalisasi atas penurunan nilai pasar efek sebingga basil investasi industri asuransi
mengalami penurunan. Sedangkan pada tahun 2008 rasio pengembalian investasi mengalami
penurunan karena efek dari penempatan saham di pasar modal terkena dampak dari krisis
perekonomian global sebingga menyebabkan nilai indeks barga saham gabungan (IHSG) turun
menjadi 1355,41. Dampak dari penurunan nilai indeks barga sabam (THSG) di tahun 2008
menyebabkan penurunan basil investasi industri asuransi sebingga rasio pengembalian investasi
mengalami penurunan.
Dari kedua rasio terse but di atas, menunjukkan bahwa kinerja industri asuransi yang go public di Bursa
Efek Indonesia periode 2004-2008 yang dilibat dari posisi rasio profitabilitas dalam keadaan yang baik.
Meskipun rasio pengembalian investasi mengalami penurunan tahun 2005 dan tahun 2008 akan tetapi
penurunan ini dapat dipahami sebagai dampak kondisi ekonomi yang tidak terlepas dari perusahaanperusahaan asuransi yang sifatnya merupakan usaha jangka panjang.
Analisis Posisi Stabilitas Premium
Rasio stabilitas premium yaitu mengukur kestabilan operasi dalam menggunakan premi. Dalam
penelitian ini, pengukuran posisi stabilitas premium menggunakan perbitungan rasio retensi sendiri
dan rasio pertumbuban premi.
Rasio Retensi Sendiri
Rasio retensi sendiri merupakan jumlah atau sebagian resiko dimana industri asuransi ingin
menahannya untuk pos-pos sendiri atau perkiraan sendiri
Grafik5
Rasio Retensi Sendiri Industri Asuransi Yang Go Public
di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008
%
76
74
·n
70
68
2004
-----
---2005
2006
----- ..
2007
2008
Tahun
Sumber: Data sekunder yang diolah (2008)
.j
Dari Grafik 5 menunjukkan bahwa kinerja industri asuransi dilibat dari rasio r'etensi sendiri periode
2004-2007 cenderung mengalami peningkatan akibat dari jumlab premi bruto yang lebib kecil
dibandingkan dengan peningkatan premi netto. Hal ini membuktikan bahwa industri asuransi berusaha
untuk tetap bisa mengelola resiko sendiri tanpa dukungan perusahaan reasuransi dengan
memperbatikan profit resiko yang dibuat masing-masing perusabaan asuransi yang didasarkan pada
premi bruto. Sedangkan penurunan rasio retensi pada tahun 2008 dapat dipabami sebagai kenaikan
premi reasuransi yang menyebabkan premi neto mengalami penurunan. Kenaikan premi reasuransi
dikarenakan tingginya keperluan atas kapasitas reasuransi akibat dari recovery yang barns secepatnya
114
Tinjauan Empiris terhadap Kinelja Industri Asuransi (A. Fitriani & A. Dorkas)
ditanggung oleh industri asuransi dalam menghadapi penutupan polis asuransi pada masa krisis
perekonomian global tahun 2008.
Kinerja industri asuransi dinilai dari rasio retensi sendiri adalah dalam keadaan baik meskipun pada
tahun 2008 terdapat penurunan. Namun penurunan rasio retensi sendiri pada tahun 2008 tidak serta
merta berdampak pada kinerja industri yang buruk melainkan mengindikasikan mengenai kemampuan
industri asuransi dalam menutup resiko yang terjadi.
Pertumbuhan Premi
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kenaikan atau penurunan yang terjadi padajumlah premi netto
dan memberikan indikasi mengenai tingkat kestabilan operasi.
Grafik6
Rasio Pertumbuhan Premi Industri Asuransi yang Go Public
di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008
%
100 . - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ,
~~ v?§~~.:::......:---??C-====~·
+---1
2004
I
2005
2006
2007
2008
Tahun
Sumber: Data sekunder yang diolah (2008)
Dari Grafik 6 menunjukkan bahwa rasio pertumbuhan premi cenderung mengalami kenaikan
meskipun pada tahun 2005-2006 terjadi penyimpangan (anomali) karena pada periode tersebut rasio
pertumbuhan premi justru menurun. Namun penyimpangan tersebut dikarenakan adanya bencana
yang terns menerus terjadi semakin menyadarkan masyarakat akan pentingnya berasuransi, sehingga
pada tahun 2005-2006 premi netto tahun berjalan cenderung lebih besar dibandingkan denganjumlah
premi netto tahun lalu yang mengakibatkan rasio pertumbuhan premi tahun 2006 mengalami
penurunan. Hal ini dikarenakan adanya extra ordinary event yang mengakibatkan peningkatan jumlah
penerimaan premi dari tahun sebelumnya sehingga dampak dari adanya extra ordinary event baru
benar-benar terasa pada periode 2006-2007 sebab rasio pertumbuhan premi cenderung mengalami
kenaikan.
Secara umum, rasio stabilitas preinium yaitu rasio retensi sendiri dan rasio pertumbuhan premi pada
industri asuransi yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008 dalam keadaan baik .
Analisis kinerja industri asuransi yang go public di BEl periode 2004-2008 secara keseluruhan dapat
dilihat pada tabel berikut:
115
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. XV No.2 September 2009: 103-119
Tabel4
Tabel Rekapitulasi Analisis Kinerja lndustri Asuransi
yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008
Rasio
2004
2005
2006
268.28
275.08
308.46
0.57
0.54
a. Behan Klaim
0.58
b. Pengembalian Investasi
2008
Kriteria
299.82
295.64
Baik
0.58
0.55
0.46
Baik
0.59
0.61
0.66
0.52
Baik
0.08
0.06
0.07
0.09
0.06
Baik
a. Retensi Sendiri
0.70
0.72
0.72
0.74
0.72
Baik
b. Pertumbuhan premi
0.89
0.98
0.86
0.91
0.94
Baik
RBC
Likuiditas
2007
Profitabilitas
Rasio Stabilitas Premium
Sumber: Data sekunder yang diolah (2008)
Berdasarkan rekapitulasi, kinerja industri asuransi yang dilihat dari posisi rasio solvabilitas dalam
keadaan baik. Hal ini dikarenakan pada periode penelitian nilai RBC sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan yaitu minimal 120 persen. Kemampuan industri asuransi yang go
public di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008 dilihat dari posisi likuiditasnya dalam keadaan yang
baik meskipun mengalami penurunan di tahun 2008, akan tetapi penurunan ini dapat dipahami sebagai
dampak dari krisis perekonomian global.
Untuk rasio beban klaim menunjukkan kenaikan di tahun 2004-2007. Kenaikan ini dapat dipahami
sebagai akibat dari kemampuan industri asuransi dalam membayar klaim yang terjadi akibat dari pasca
bencana. Hal ini membuktikan bahwa kinerja industri asuransi baik karena kenaikan rasio beban klaim
dapat menaikkan pendapatan premi dimasa yang akan datang. Sedangkan di tahun 2008 rasio ini
mengalami penurunan alcibat dari bencana yang berangsur-angsur mulai pulih.
Berbeda dengan rasio beban klaim, rasio pengembalian investasi menunjukkan penurunan pada tahun
2005 karena adanya penurunan nilai aktiva bersih reksadana mengakibatkan kenaikan kerugian yang
belum direalisasi atas penurunan nilai pasar efek sehingga basil investasi industri asuransi mengalami
penurunan. Sedangkan penurunan rasio pengembalian investasi yang terjadi pada tahun 2008
dikarenakan adanya efek dari penempatan saham di pasar modal terkena dampak dari krisis
perekonomian global sehingga menyebabkan nilai indeks harga saham gabungan (IHSG) turun
menjadi 1355,41.
Selanjutnya rasio retensi sendiri juga cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2004-2007 dan
mengalami penu?nan di tahun 2008. Penurunan rasio retensi pada tahun 2008 tidak berarti berdampak
pada kinerja iiidustri yang buruk melainkan dapat dipahami sebagai kemampuan industri asuransi
dalam menutup resiko yang terjadi. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan premi reasuransi akibat dari
recovery yang harus secepatnya ditanggung oleh industri asuransi dalam menghadapi penutupan polis
asuransi pada masa krisis perekonomian global tahun 2008.
Kinerja industri asuransi yang dilihat dari rasio pertumbuhan premi juga mengindikasikan bahwa
industri asuransi mempunyai kinerja yang baik. Meskipun terdapat penyimpangan tahun 2005-2006
karena pada periode tersebut rasio pertumbuhan premi justru menurun akibat dari kecenderungan
116
Tinjauan Empiris terhadap Kinerja Industri Asuransi (A. Fitriani & A. Dorkas)
premi netto tabun berjalan yang lebih besar dibandingkan dengan jumlab premi netto tabun lalu.
Namun penyimpangan ini dapat dipahami sebagai dampak dari adanya bencana yang terus menerus
terjadi semakin menyadarkan masyarakat akan pentingnya berasuransi.
Pembabasan dan Kesimpulan
Kinerja industri asuransi yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008 menunjukkan
peningkatan yang tercerrnin pada Risk Based Capital (RBC) yang berada di atas standar. Sedangkan
dilihat dari sisi likuiditas dalam keadaan baik meskipun mengalami penurunan di tabun 2008, yang
merupakan dampak dari krisis perekonomian global. Posisi profitabilitas selama periode penelitian
yang terdiri dari rasio beban klaim dan rasio pengembalian investasi menunjukkan kinerja industri
asuransi dalam keadaan baik meskipun sempat mengalami penurunan dari tahun 2005 dan tabun 2008
sebagai akibat dari kemampuan industri asuransi dalam membayar klaim yang terjadi akibat dari pasca
bencana yang nan tiny a dapat menaikkan premi di masa yang akan datang. Hasil kinerja yang sama juga
diperlihatkan dari posisi rasio stabilitas premium yang terdiri dari rasio retensi sendiri dan rasio
pertumbuhan investasi. Meskipun rasio retensi sendiri yang mengalami penurunan tahun 2008 akan
tetapi dapat dimengerti sebagai kemampuan industri dalam menutup resiko akibat dari recovery yang
harus secepatnya ditanggung oleb industri asuransi dalam mengbadapi penutupan polis asuransi pada
masa krisis perekonomian global tahun 2008. Hal yang sama juga terjadi pada rasio pertumbuban
premi, meskipun terjadi penyimpangan tabun 2005-2006 akan tetapi penyimpangan ini merupakan
akibat dari adanya bencana yang terus menerus dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya berasuransi.
Implikasi dan Keterbatasan
Berdasarkan basil penelitian, kinerja industri asuransi secara umum menunjukkan basil yang baik,
terutama untuk rasio profitabilitas dan stabilitas premium. Untuk rasio likuiditas, walaupun
menunjukkan basil yang baik selama periode penelitian, namun di masa yang akan datang perlu
diperbatikan besarannya mengingat adanya kecenderungan penurunan sejak tahun 2006. Selain itu, di
masa yang akan datang, industri asuransi perlu mengantisipasi dampak extraordinary events seperti
krisis perekonomian global dan bencana alam atau kerugianfinancia/lainnya.
Keterbatan Penelitian
Adapun keterbatasan yang dapat mempengarubi basil penelitian yaitu tidak terdapat karakteristik
pembeda seperti size, afiliasi berbasis bank dalam industri asuransi, dan usia listing industri asuransi.
Saran untukPenelitian Mendatang
Mengingat industri asuransi merupakan usaba jangka panjang dan menilik peranan industri asuransi
dalam meminimalisir resiko kerugian yang ada akibat krisis perekonomian global dan bencana yang
ada sehingga masyarakat akan semakin sadar akan pentingnya berasuransi maka dalam penelitian
mendatang dibarapkan dalam menilai dan mengukur kinerja asuransi dapat melibat karakteristik
pembeda seperti size, afiliasi berbasis bank dalam industri asuransi dan usia listing industri asuransi.
117
Jumal Ekonomi dan Bisnis Vol. XV No.2 September 2009: 103-119
Daftar Pustaka
Alam, Sinyo Pramudita Kumia. 2006. Ana/isis Pengaruh Kinelja Keuangan yang Diukur dengan
Rasio Early Warning System terhadap Return Saham pada Perusahaan Asuransi Kerugian
yang terdajtar di BEJ. Skripsi Program S 1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya
Wacana(tidak dipublikasikan).
Alfred. 2002. Ana/isis Perbandingan Kinelja Keuangan Perusahaan Asuransi PT. Lippo General
Insurance Tbk, PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk, PT. Panin Insurance Tbk Pada Periode 20002002. Diakses melalui http://etd.enprints. ums.ac.id/ 20/l/B200040344.pdf. 28 Januari 2010.
Djuarta. 2004. Analisa Performance Perusahaan Asuransi (Studi Kasus PT. Asuransi Panin Life
Indonesia) Tahun 2001-2004. Diakses meiaiui http://etd.enprints. ums.ac.id. 27 Januari
2010.
Elimia, Devy Indriani. 2001. Ana/isis Kinerja Keuangan PT. Asuransi Wahana Tata Periode Tahun
1999-2000. Skripsi ProgramS I Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (tidak
dipublikasikan ).
Foster, G. 1986.Financial Statement. Second Edition, Prentice Hall, Singapore Inc.
Gupta, M.C. dan R.J. Heufner. 1972. A Cluster Analysis Study of Financial Ratios and Industry
Characteristics. Journal ofAccounting Research, Kelo/a, 7: 114-133.
Helfert, A. 2000. Financial Ratio Analysis, New Jersey, Prentice Hall.
Keputusan Menteri Keuangan, KMK No.424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Perusahaan Asuransi
Dan Reasuransi. Diakses melalui www.bapepam.go.id
Laporan TahunanPerusahaanAsuransi. diakses melalui www.idx.co.id
Malhotra, D.K dan Rashmi M. 2008. Financial Statement Analysis Using Data Envelopment Analysis.
Northeast Decision Sciences Institute Proceedings, 330-335.
Mulian, Yulius. 2004. Ana/isis Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi Jiwa. Skripsi ProgramS I
Fakulta.s Ekonom i Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan).
Nenny, Natalia. 2004. Ana/isis Kinerja Keuangan Asuransi Jiwa dengan menggunakan Bib/iografi.
Diakses melalui http://etd.enprints. ums.ac.id. 27 Januari 20 I 0.
-1
Perasuransian Indonesia. Diakses melalui www.bapepam.go.id
Puspitosari, Luki. 2005. Pengaruh Likuiditas, So/vabi/itas, Profitabi/itas dan Aktivitas Perusahaan
terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Laporan Keuangan. Skripsi Program S1 Fakultas
Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan).
118
Tinjauan Empiris terhadap Kinerja lndustri Asuransi (A. Fitriani & A. Dorkas)
Rini, Elly Puspita. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Organisasi Nirlaba: Yayasan Kemanusiaan Ibu
Pertiwi. Skripsi Program Sl Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (tidak
dipublikasikan).
Sinha, T. 2005. An Analysis of the Evolution of Insurance in India. Working Paper Series,
www.ssm.com.
----=---:--2005. The Indian Insurance Industry: Challenges and Prospects. Working Paper
Series, www.ssm.com.
----::::-:-:---::-:-2008. A Study on Financial Performance of Indian non-life Insurance Industry.
Working Paper Series, www.ssm.com.
Siddiqui, S. 2009. Indian Life Insurance Sector: An Overview. Working Paper Series, www.ssm.com
Supramono dan Utami. 2003. Desain Proposal Penelitian StudiAkuntansi dan Keuangan. Univesitas
Kristen Satya Wacana, Salatiga.
Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
www.bapepam.go.id
Diakses melalui
Willenborg, M. In Search of Candidate Predictor Variables: Financial Statement Analysis in the
Property/ Casualty Insurance Industry. Journal ofInsurance Regulation, Spring I 0 (3 ): 268312.
'
Wijaya, Michael Prasetia. 2003. Komparasi Kinerja Bank dan Asuransi di Bursa Efek Jakarta Tahun
2001. Skripsi Program S I Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (tidak
dipublikasikan).
http://www.bersamatoba.com. 9 Desember 2009
http://www.bisnis.co.id. 11 Juni 2010
http://www.kompas.com. 26 November 2009.
119
Download