PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KONSEP DIRI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN JAKARTA Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi Oleh: AKHMEDA FARKHAENI NIM: 103070029126 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 1 ABSTRAK (A) Fakultas Psikologi (B) Juni 2011 (C) Akhmeda Farkhaeni (D) Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Konsep Diri Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta (E) viii + 73 halaman + 28 Lampiran Kecerdasan Emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. kemampuan ini ditandai oleh adanya dimensi atau karakteristik-karakteristik, yaitu kemampuan mengenali emosi diri (self awareness), kemampuan mengelola emosi (self control), kemampuan untuk memotivasi diri (self motivation), kemampuan mengenali emosi orang lain (empathy), dan kemampuan membina hubungan dengan orang lain (social skill). Konsep diri adalah konsep diri adalah persepsi dan penilaian seorang individu atas dirinya sendiri secara menyeluruh baik fisik, psikologis, maupun sosial. Fitts yang membagi dimensi tersebut dibagi menjadi dua, yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal. Dimensi internal meliputi diri identitas, diri perilaku, dan diri penerimaan atau penilaian. Sedangkan dimensi eksternal meliputi diri fisik, diri etik-moral, diri pribadi, diri keluarga, dan diri sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap konsep diri mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Penelitian ini melibatkan 130 Subjek yang ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling atau sampel bertujuan. Untuk instrumen pengumpulan data, digunakan skala kecerdasan emosionan dan skala konsep diri. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik regresi dengan menggunakan program SPSS versi 19 pada komputer. Dari hasil perhitungan menggunakan pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai signifikasi aspekaspek kecerdasan emosional yang memberi pengaruh terhadap konsep diri, yaitu mengelola emosi diri (0,011), memotivasi diri (0,00), dan mwmbina hubungan dengan orang lain (0,13). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai F (54, 387) bila dibandingkan, maka nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel 2,44. Oleh karena itu Hipotesis alternatif diterima, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara kecerdasan emosional terhadap konsep diri. 2 Dari hasil perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional memiliki pengaruh positif terhadap konsep diri. Semakin tinggi kecerdasan emosi maka semakin tinggi pula konsep diri, sebaliknya bila kecerdasan emosi rendah maka semakin rendah konsep dirinya. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi memiliki kecerdasan emosional yang cenderung positif dan konsep diri yang juga cenderung positif. Selain itu, aspek kecerdasan emosional yang memiliki kontribusi besar terhadap konsep diri adalah mengenali emosi diri, yaitu 30,2%. Saran dari penelitian ini adalah kepada peneliti selanjutnya sebaiknya responden yang digunakan dalam uji coba tidak diikutsertakan kembali dalam penelitian yang sebenarnya. Dan peneliti dapat lebih menggali variabel yang akan diteliti dengan item-item yang lebih menggambarkan variabel tersebut. (F) Daftar Pustaka : 20 (1988-2009) + 2 bahan dari internet 3 KATA PENGANTAR Bismillahirahmannirrahim Alhamdulillahirrabbil’alamin, segala puji syukur yang tak terhingga kepada Alloh SWT. Atas segala anugerah yang diberikan, dan seluruh kekuatan yang diberikan sehingga terselesaikannya skripsi ini dengan judul “Pengaruh Kecerdasan emosional terhadap Konsep Diri Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.” Shalawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan nabi Muhammad SAW, semoga kelak kita mendapatkan syafaat dan mengumpulkan dalam golongan orang yang shalih. Skripsi ini ditulis dengan motivasi untuk mengembangkan ilmu dan bermanfaat, untuk itu penulis berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang berada disekitar penulis sebagai motivator dan inspirator dalam rangka penulisan skripsi ini. Penulis berterimakasih kepada: 1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Jahja Umar,Ph.D atas dukungannya kepada penulis selama menimba ilmu di Fakultas Psikologi. 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik, Ibu Fadhilah Suralaga,M.Si atas saran dan dukungannya yang banyak membantu penulis. 3. Dosen Pembimbing 1, Bapak Prof. Hamdan Yasun,M.Si atas bimbingan, masukan-masukan yang berharga dan sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Dosen Pembimbing 2, Bapak Prof.Dr.Abdul Mujib,M.Ag atas semua saran dan kritik serta bimbingannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Keluarga kecilkutercinta, suami dan anakku Syamilov atas doa, motivasi, dukungan, kesabaran, segala bantuan, dan kerelaan yang diberikan kepada penulis. 6. Keluarga besarku tersayang, ibu, bapak, mama, papa, kakak-kakak, dan adik-adikku atas doa, kesabaran dan dukungannya dalam proses pembuatan skripsi ini. 7. Saudara-saudara dan sahabat-sahabatku yang telah memotivasi, membantu, dan menemani penulis dalam mengerjakan skripsi. 4 8. Seluruh Staf di Fakultas Psikologi atas bantuannya dalam memenuhi kelengkapan administrasi selama proses pengerjaan skripsi. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan banyak bantuan yang penuh keikhlasan dan begitu berarti bagi penulisan skripsi ini. Demikian hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi semoga Allah Ta’ala memberikan balasan yang lebih banyak dan balasan terbaik bagi pihakpihak yang telah membantu penulis. Amiin Jakarta, Juni 2011 Penulis 5 DAFTAR ISI Halaman Judul ......................................................................................... i Halaman Pengesahan ............................................................................... ii Lembar Pengesahan ............................................................................... iii Dedikasi .................................................................................................. iv Abstrak ..................................................................................................... v Kata Pengantar ......................................................................................... vi Daftar Isi .................................................................................................. vii Daftar Tabel ............................................................................................. viii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1 1.2 Identifikasi Masalah ................................................................ 6 1.3 Pembatasan Masalah .............................................................. 7 1.4 Perumusan Masalah ............................................................... 8 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 8 1.6 Sistematika Penulisan .............................................................. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................... 10 2.1 Konsep Diri ............................................................................. 10 2.1.1 Definisi Konsep Diri ............................................... 10 2.1.2 Dimensi-dimensi Konsep Diri ................................. 13 2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ..... 16 2.2 Kecerdasan Emosional ........................................................... 20 2.2.1 Definisi Kecerdasan Emosional .............................. 20 2.2.2 Dimensi-dimensi Kecerdasan Emosional ................ 26 2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional ............................................ 29 2.3 Kerangka Berpikir .................................................................. 31 2.4 Hipotesis Penelitian ................................................................ 34 6 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 37 3.1 Jenis dan Metode Penelitian ................................................... 37 3.2 Definisi Variabel dan Variabel Operasional .......................... 38 3.3 Populasi, Sampel, dan Pengambilan Sampel ......................... 39 3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 41 3.5 Teknik Uji Instrumen .............................................................. 45 3.6 Teknik Analisis Data .............................................................. 49 BAB IV ANALISIS DATA ..................................................................... 51 4.1 Gambaran Umum Responden ................................................ 51 4.2 Deskripsi Statistik .................................................................. 52 4.3 Analisis Uji Hipotesis ........................................................... 53 4.3.1 Regresi Aspek-aspek Kecerdasan Emosional Terhadap Konsep Diri ............................................. 53 4.3.1 Regresi Aspek-aspek Kecerdasan Emosional Berdasarkan Dimensi Internal Konsep Diri ............. 56 4.3.1 Regresi Aspek-aspek Kecerdasan Emosional Berdasarkan Dimensi Eksternal Konsep Diri .......... 59 4.3.1 Regresi Berdasarkan Jenis Kelamin dan Semester Terhadap Konsep Diri ............................................. 62 4.4 Analisis Proporsi Varian untuk Masing-masing Independen Variabel ................................................................................. 64 BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ............................ 68 5.1 Kesimpulan ......................................................................... 68 5.2 Diskusi ................................................................................. 70 5.3 Saran ................................................................................... 73 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 7 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Skala Pengukuran Kecerdasan Emosional ................................ 41 Tabel 3.2 Blue Print Item-item Konsep Diri ............................................. 42 Tabel 3.3 Blue Print Item-item Kecerdasan Emosional ............................ 43 Tabel 3.4 Blue Print Item-item Kecerdasan Emosional Pasca Uji Coba .. 46 Tabel 3.5 Blue Print Item-item Konsep Diri Pasca Uji Coba .................... 47 Tabel 3.6 Kaidah Baku Koefisien Realibilitas Guillford .......................... 48 Tabel 4.1 Persentase Jumlah Sampel Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan .......................................................................... 51 Tabel 4.2 Distribusi Konsep Diri Terhadap Jenis Kelamin ...................... 52 Tabel 4.3 Descriptive Statistic .................................................................. 52 Tabel 4.4 Anova ....................................................................................... 53 Tabel 4.5 Model Summary ...................................................................... 54 Tabel 4.6 Koefisien Regresi .................................................................... 55 Tabel 4.7 Anova Dimensi Internal .......................................................... 57 Tabel 4.8 Model Summary Dimensi Internal ......................................... 57 Tabel 4.9 Koefisien Regresi Dimensi Internal ....................................... 58 Tabel 4.10 Anova Dimensi Eksternal .......................................................... 59 Tabel 4.11 Model Summary Dimensi Eksternal ......................................... 60 Tabel 4.12 Koefisien Regresi Dimensi Internal ....................................... 61 Tabel 4.13 Anova Jenis Kelamin dan Semester ....................................... 62 Tabel 4.14 Model Summary Jenis Kelamin dan Semester ...................... 63 Tabel 4.15 Koefisien Regresi Jenis Kelamin dan Semester ..................... 63 Tabel 4.16 Proporsi Varians Kecerdasan Emosional .............................. 65 Tabel 4.17 Proporsi Varians Jenis Kelamin dan Semester ........................ 66 8 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dikemukakan mengenai latar belakang penulisan, perumusan, dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Setiap manusia terdapat sifat-sifat positif dan juga sifat-sifat negatif dan masing-masing individu diharuskan untuk bertarung dalam dirinya sendiri untuk mengelola sifat-sifat baik dan buruk tersebut agar menjadikannya makhluk mulia. Sifat-sifat buruk manusia bisa menjadi dominan ketika ia selalu memperturutkan hawa nafsunya. Apabila dominasi ini tidak dilawan maka akan menyebabkan ia terjatuh dalam keburukan yang semakin lama semakin menguat. Emosi ialah bekal yang diberikan Allah kepada manusia yang membuatnya dapat melangsungkan hidupnya (Najati,2000:66). Emosi yang ada pada diri manusia datang dari berbagai faktor dan dapat memberikan efek positif maupun efek negatif. Apabila seorang individu dapat mengontrol atau mengendalikan emosinya, maka akan berdampak positif bagi dirinya dan juga orang lain. Begitu pula sebaliknya jika ia tidak dapat mengendalikan emosional yang muncul, maka hal tersebut dapat berdampak negatif pula bagi dirinya. Untuk itu Manusia diberikan akal dan hati untuk bisa mengendalikan emosinya. 9 Seseorang akan mengalami berbagai macam persoalan, sehingga persoalan itu akan menjadi semakin kompleks seiring dengan berjalannya usia dan banyaknya ilmu serta pengalaman yang telah didapat. Setiap permasalahan baik dalam tingkat yang mudah atau cepat untuk diselesaikan maupun sampai pada masalah yang membutuhkan banyak waktu dan tenaga kesemuanya harus segera dihadapi. Manusia menghadapi masalah dengan mencari-cari solusi agar permasalahan tersebut dapat terkendali hingga selesai, seluruhnya membutuhkan pengendalian emosi. Pengendalian emosi hanya dilakukan oleh diri individu sendiri. Masalah yang menuntut penyelesaian turut mengundang emosi. Emosi yang datang dapat mengacaukan proses penyelesaian masalah apabila tidak dikendalikan dengan baik. Misalnya, seorang mahasiswa sedang mengalami miss understanding dengan teman sepermainan/sebayanya. Jika mahasiswa itu tidak dapat mengendalikan rasa bencinya sehingga rasa benci lebih mendominasi daripada rasa sayang terhadap temannya maka yang terjadi adalah kemarahan, sisi-sisi kenegatifan yang muncul. Akan tetapi bila kebencian dapat diredam maka dia akan berusaha untuk memaafkan itu semua. Ia akan mencoba untuk tidak melarutkan rasa kemarahan dalam hatinya. Pergolakan emosi terjadi pada setiap manusia, tak terkecuali mahasiswa. Dalam perkembangannya, mahasiswa merupakan masa peralihan dari fase remaja akhir menuju fase dewasa awal dimana pada masa ini individu mengalami penyesuaian diri dari karakter remaja yang meletup-letup emosionalnya dan memiliki energi tinggi menuju kestabilan baik emosional maupun kepribadian. Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari bermacam pengaruh, seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman 10 sebaya serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja yang identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif. Bila aktivitasaktivitas yang dijalani di tempat belajar (perguruan tinggi) (pada umumnya mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktunya di kampus) tidak memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak energinya, maka seringkali meluapkan kelebihan energinya ke arah yang negatif, misalnya tawuran, penyalahgunaan obat terlarang dan pergaulan seks bebas. Hal ini menunjukkan betapa besar gejolak emosi yang ada dalam diri individu bila berinteraksi dalam lingkungannya. Para mahasiswa hendaknya memahami dan memiliki apa yang disebut kecerdasan emosional. Menurut Lazzari (Relawu, 2006:2) menyimpulkan bahwa bentuk-bentuk perilaku negatif berupa kekerasan, penyalahgunaan obat, dan bentuk perilaku lain yang merusak pada mahasiswa berhubungan dengan kurangnya kecerdasan emosi (emotional intelligence). Kecerdasan emosional bagi orang yang berkepribadian baik mampu menahan dan mengendalikan diri terhadap dorongan-dorongan hawa nafsunya (Hawari, 2005:142). Mahasiswa dikenal dengan sifatnya individual dengan segala kepentingan dan idealisme yang dimilikinya. Sehingga terkadang menjadi terkesan sibuk dalam menjalankan tugas-tugas atau kewajiban-kewajibannya dalam memenuhi kepentingan tersebut. Selain itu, para mahasiswa juga banyak berkutat dalam berbagai organisasi dengan tanggungjawab dan program-program kegiatan masing-masing yang biasanya lebih banyak waktu tergunakan didalamnya, belum lagi dengan kelompok-kelompok yang terbentuk dalam pergaulan. Hal ini sering 11 mengakibatkan berkurangnya komunikasi dan sosialisasi antar mahasiswa serta seringnya hanya berkumpul dengan sesama organisasi dan kelompok yang diikuti. Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal-hal seperti bagaimana mahasiswa mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha menyetarakan diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memahami, mengatur/mengelola, dan mengarahkan emosi dengan tepat. Menurut Goleman (2006) kemampuan ini ditandai oleh adanya dimensi atau karakteristik-karakteristik, yaitu kemampuan mengenali emosi diri (self awareness), kemampuan mengelola emosi (self control), kemampuan untuk memotivasi diri (self motivation), kemampuan mengenali emosi orang lain (empathy), dan kemampuan membina hubungan dengan orang lain (social skill). Kecerdasan emosional ini sungguh dibutuhkan setiap manusia dalam kehidupannya karena dapat dipastikan bahwa seorang individu tidak bisa lepas dari emosi diri dan dihadapkan dengan emosi orang lain, yang apabila dikelola dengan tepat maka berakibat baik bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Misalnya, seorang mahasiswa yang berselisih pendapat dengan mahasiswa lain, disini dapat dilihat apakah mahasiswa dapat menerima pendapat atau tetap berikeras pada pendapatnya tanpa mempedulikan pendapat mahasiswa lain. Hal utama dalam mencapai kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengenali diri sendiri atau kesadaran diri untuk dapat mengetahui emosi yang muncul dalam waktu tertentu. Konsep diri merupakan pandangan dan 12 penilaian individu terhadap dirinya sendiri dimana ia mempunyai kesadaran akan bagaimana dirinya baik secara fisik, psikologis, maupun sosial. Sehingga mampu untuk mengatur tingkah lakunya sesuai dengan kualitas konsep dirinya. Dengan mengenali dirinya secara menyeluruh berarti seseorang pun dapat mengetahui saat dirinya mengalami emosi, selanjutnya pengelolaan emosi agar emosi tersebut terkendali dan diarahkan dengan tepat. Konsep diri yang dimiliki seorang mahasiswa mengarahkannya untuk dapat mengetahui dan menilai dirinya seperti apa karakter, perilaku, dan bagaimana ia merasa puas dan menerima diri sepenuhnya. Selain itu, dengan konsep diri yang baik mahasiswa juga dapat melakukan penilaian tentang diri melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, dan hal-hal lain diluar dirinya. William D. Brooks dan Philip Emmert menyatakan konsep diri merupakan pandangan seseorang terhadap dirinya secara keseluruhan baik secara positif ataupun negatif. Secara positif ditandai dengan yakin akan kemampuannya mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disukai masyarakat, dan mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha memperbaikinya (Rakhmat, 2004:106). Penulis melakukan penelitian pada mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, yang berkedudukan di wilayah Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah merupakan Universitas yang menjadi tolak ukur Universitas keislaman di Indonesia, dimana terdapat keragaman latar belakang sosial budaya, adat, dan pendidikan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan mendapatkan 13 keragaman pada sampel yang diperoleh dari latar belakang sosial budaya, suku, pendidikan dan acuan keseragaman pada latarbelakang keislaman. Berdasarkan penjelasan di atas konsep diri terlihat mempunyai dimensi yang berkaitan dengan kecerdasan emosional. Kemampuan seseorang untuk memahami dirinya, seperti apa dirinya, dan bagaimana dirinya sehingga dapat menguasai atau mengendalikannya termasuk mengerti pada saat emosi muncul. Demikian juga dengan hubungan sosial yang terbina, bagaimana seorang mahasiswa membina hubungan dengan mahasiswa lain ditengah kegiatannya dalam perkuliahan organisasi dan kelompok. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti apakah dimensi-dimensi dari kecerdasan emosional memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri mahasiswa dan dimensi manakah dari kecerdasan emosional yang memberikan pengaruh besar bagi konsep diri mahasiswa tersebut. Dan penelitian ini peneliti beri judul “Pengaruh kecerdasan emosional terhadap konsep diri pada mahasiswa fakultas psikologi UIN Jakarta.” 1.2 Pertanyaan Penelitian Dalam penelitian ini dimungkinkan muncul beberapa pertanyaan yaitu: 1. Bagaimanakah kecerdasan emosional pada mahasiswa? 2. Bagaimanakah konsep diri seorang mahasiswa? 3. Adakah pengaruh kecerdasan emosional terhadap konsep diri? 4. Dimensi manakah dari kecerdasan emosional yang memberi pengaruh besar terhadap konsep diri? 14 1.3 Pembatasan Masalah Pada penelitian mengenai pengaruh kercerdasan emosional terhadap konsep diri pada mahasiswa penulis membatasi masalah sebagai berikut : a. Konsep diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persepsi atau penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri secara menyeluruh baik psikogis, sosial, maupun fisik. Konsep diri ini diukur dengan dimensidimensi konsep diri yang dikemukakan oleh Fitts yang membagi dimensi tersebut dibagi menjadi dua, yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal. Dimensi internal meliputi diri identitas, diri perilaku, dan diri penerimaan atau penilaian. Sedangkan dimensi eksternal meliputi diri fisik, diri etikmoral, diri pribadi, diri keluarga, dan diri sosial. b. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi-emosi secara tepat dalam menghadapi situasisituasi yang mempengaruhi dirinya yang muncul dari dalam diri seperti memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, menunda kepuasan, dan mengatur suasana hati. Maupun pengaruh dari luar diri seperti lingkungan sehingga sesuai dengan tujuan, mampu menanganinya secara efektif, dan memotivasi orang lain. Dimensi-dimensi kecerdasan emosional digunakan berdasarkan teori Daniel Goleman, yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan dapat membina hubungan dengan orang lain. c. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta semester 2 sampai semester 8. 15 1.4 Perumusan Masalah Perumusan masalah pada penelitian ini adalah : Adakah pengaruh kecerdasan emosional terhadap konsep diri pada mahasiswa Fakultas psikologi UIN Jakarta? 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji adakah pengaruh kecerdasan emosional terhadap konsep diri pada mahasiswa. 1.5.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai konsep diri dan kecerdasan emosional, serta mengenai bagaimanakah pengaruh kecerdasan emosional terhadap konsep diri. D. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini dijelaskan latar belakang penulisan, identifikasi, perumusan, dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN TEORI Pada bab II memaparkan kajian pustaka berisi teori-teori yang menjelaskan mengenai permasalahan yang akan diteliti, kerangka berpikir, dan hipotesa penulisan. 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab III ini menjelaskan metodologi penelitian yang berisi pendekatan penelitian, variable penelitian, definisi operasional variable penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, prosedur penelitian, metode uji instrumen, dan hasil uji instrumen. BAB IV ANALISIS DATA Pada bab IV ini memaparkan mengenai analisa data berisi hasil dari penelitian yang telah dilakukan. BAB V PENUTUP Pada Bab V ini menjelaskan kesimpulan, diskusi, dan saran DAFTAR PUSTAKA 17 BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab kedua ini penulis akan memaparkan secara teoritis mengenai konsep diri, dimensi-dimensi, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, kecerdasan emosional dan dimensi-dimensi kecerdasan emosional, kerangka berpikir, dan hipotesa. 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Definisi Konsep Diri Diri atau self menurut Sumadi Suryabrata (2002:246) dalam psikologi mempunyai dua arti, yaitu (a) sikap dan perasaan seseorang terhadap dirinya dan (2) suatu keseluruhan proses psikologis yang menguasai tingkah laku dan penyesuaian diri. Arti pertama itu dapat disebut pengertian self sebagai objek karena menunjukan sikap, perasaan, pengamatan, dan penelitian seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai objek. Dalam hal ini self itu berarti apa yang dipikirkan orang tentang dirinya. Arti yang kedua dapat disebut pengertian self sebagai proses. Dalam hal ini self itu adalah suatu kesatuan yang terdiri dari proses-proses seperti berpikir, mengingat, dan mengamati. Konsep diri muncul dari pengamatan atas diri sendiri hingga mendapat gambaran dan penilaian diri. Semakin berkembang seseorang, semakin lebih mampu dia mengatasi lingkungannya. Namun, sementara seseorang mengetahui lingkungannya ia pun mengetahui siapa dirinya, dan ia pun mengembangkan sikap 18 terhadap dirinya sendiri dan perilakunya. Pengetahuan dan sikap ini dikenal sebagai konsep diri (Hardy&Heyes, 1988:137). Hardy dan Heyes membagi konsep diri yang terdiri dari : a. Citra diri (self image). Bagian ini merupakan deskripsi sederhana, misalnya saya seorang pelajar, saya seorang kakak, saya seorang pemain bulutangkis, tinggi saya 160 cm, dan sebagainya. b. Harga diri (self esteem). Bagian ini meliputi suatu penilaian, suatu perkiraan mengenai pantas diri (self worth). Misalnya, saya peramah, saya agak pandai, dan sebagainya. Sedangkan Anita Taylor dkk, dalam Jalaludin Rakhmat (2004:100), mendefinisikan konsep diri sebagai,”all you think and feel about you, the entire complex of beliefs and attitudes you hold about yourself.” Dengan demikian, ada dua komponen konsep diri: komponen kognitif dan komponen afektif. Boleh jadi komponen kognitif Anda berupa,”Saya ini orang bodoh,” dan komponen afektif Anda berkata,”Saya senang diri saya bodoh; ini lebih baik bagi saya. Boleh jadi komponen kognitifnya seperti tadi, tapi komponen afektifnya berbunyi,”Saya malu karena saya menjadi orang bodoh.” Dalam psikologi sosial, komponen kognitif disebut citra diri (self image) dan komponen afektif disebut harga diri (self esteem). William James menyatakan bahwa pembahasan mengenai konsep diri merupakan suatu sistem yang diketahui sebagai teori self (self theory). James memberi batasan mengenai self atau yang disebutnya empirical me itu dalam arti yang umum sekali, yaitu sebagai keseluruhan dari segala yang oleh orang lain 19 disebut ”nya” (his) : tubuhnya, sifat-sifatnya, kemampuan-kemampuanya, musuhmusuhnya, pekerjaannya, penganggurannya, dan lain-lain. Dalam kamus psikologi J.P Chaplin (2005:451) menyebutkan konsep diri sebagai evaluasi individu mengenai diri sendiri, penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan. Wiliam D. Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai,” those physical, social, and psychological perceptions of our self that we have derived from experiences and our interaction with others.” Jadi konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial, dan fisik (Rakhmat, 2004:99). Menurut Wiliam H. Fitts (Agustiani, 2006:139) menjelaskan konsep diri secara fenomenologis, dan mengatakan bahwa ketika individu mempersepsikan dirinya, bereaksi terhadap dirinya, memberikan arti dan penilaian, serta membentuk abstraksi tentang dirinya, berati ia menunjukan suatu kesadaran diri (self awareness) dan kemampuan untuk keluar dari dirinya sendiri untuk melihat dirinya seperti yang ia lakukan terhadap dunia diluar dirinya. Diri secara keseluruhan (total self) seperti yang dialami individu disebut juga fenomenal. Diri fenomenal ini adalah diri yang diamati, dialami, dan dinilai oleh individu sendiri, yaitu diri yang ia sadari. Berdasarkan pengertian-pengertian konsep diri diatas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah persepsi dan penilaian seorang individu atas dirinya sendiri secara menyeluruh baik fisik, psikologis, maupun sosial. 2.1.2. Dimensi-dimensi dalam konsep diri 20 Konsep diri terbagi atas dua dimensi yang saling berkaitan satu sama lain. Fitts (Agustiani, 2006:13) membagi konsep diri dalam dua dimensi pokok, yaitu: a. Dimensi internal Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal (internal frame of reference) adalah penilaian yang dilakukan individu, yakni penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia didalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk : Identitas Diri (identity self) Bagian diri ini mengacu pada pertanyaan,”Siapakah saya?” dalam pertanyaan tersebut tercakup tabel-tabel dan simbol-simbol yang diberikan pada diri oleh individu yang bersangkutan untuk mengambarkan dirinya dan membangun identitasnya, misalnya,”Saya Ita.” Perilaku Diri (behavioral self) Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkahlakunya, yang berisikan segala kesadaran mengenai ”apa yang dilakukan oleh diri.” Penerimaan/penilaian Diri (judging self) Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator. Kedudukannya adalah sebagai perantara(mediator) antara diri identitas dan diri pelaku. Penilai diri menentukan kepuasan seseorang akan dirinya atau seberapa jauh seseorang menerima dirinya. Ketiga bagian internal ini mempunyai peranan yang berbeda-beda. Namun saling melengkapi dan berinteraksi membentuk suatu diri yang utuh dan menyeluruh. 21 b. Dimensi eksternal Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain diluar dirinya. Fitts membedakannya dalam lima bentuk, yaitu : Physical self Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang menmgenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik, tidak menarik), dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, kurus). Moral-ethical self Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungannya dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan keagamaannya, dan nilai-nilai moral yang dipegangnya yang meliputi batasan baik dan buruk. Personal self Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa 22 puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat. Family Self Diri keluarga menunjukan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukan seberapa jauh seseorang merasa terhadap dirinya sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya sebagai anggota dari suatu keluarga. Social Self Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan sekitarnya. Pembentukan penilaian individu terhadap bagian-bagian dirinya dalam dimensi eksternal ini dapat dipengaruhi oleh penilaian dan interaksinya dengan orang lain. 2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri M. Argyle (Heyes&Hardy, 1988:138) menyebutkan ada empat faktor yang sangat berkaitan yang berpengaruh terhadap konsep diri, yaitu : a. Reaksi dari orang lain Konsep diri terbentuk dalam waktu yang lama, dan pembentukan ini tidak dapat diartikan bahwa adanya reaksi yang tidak biasa dari seseorang yang akan dapat mengubah konsep diri. Akan tetapi, apabila tipe reaksi seperti ini sangat sering terjadi, atau apabila reaksi ini muncul karena orang lain yang memiliki arti (significant other), yaitu orang yang kita nilai seperti orang tua, 23 teman, dan lain-lain, maka mungkin reaksi ini berpengaruh terhadap konsep diri. Konsep diri dapat dibedakan menurut daerah keaktifan seseorang, misalnya sebagai seorang yang terpelajar, sebagai seorang olahragawan. Jadi, jati diri orang lain dapat mempengaruhi konsep diri seseorang tergantung kepada aspek tertentu mana yang membangkitkan respon. Konsep diri relatif stabil karena biasanya individu memilih teman-teman mana yang menganggap sebagaimana ia melihat diri sendiri karenanya mereka memperkukuh konsep diri. C.H. Cooley membuktikan bahwa dengan mengamati pencerminan perilaku terhadap respon orang lain seseorang dapat mempelajari diri sendiri. Misalnya, apabila para siswa merespon dengan baik pelajaran yang diberikan oleh seorang guru yang berarti menunjukan adanya minat pada diri subjek. Maka hal ini akan membantu guru tersebut membentuk citra dirinya sendiri sebagai guru yang baik, dan sebaliknya. b. Perbandingan dengan orang lain Konsep diri sangat tergantung kepada cara bagaimana membandingkan diri dengan orang lain. Orang-orang dewasa umumnya membuat perbandingan antara kakak dan adik, rata-rata seorang akan menganggap diri sebagai orang yang kurang pandai karena secara terus menerus membandingkan dirinya dengan salah seorang saudaranya yang lebih pandai. Individu biasanya lebih suka mambandingkan diri sendiri dengan orang yang hampir serupa dengannya. Jadi, bagian-bagian dari konsep diri berubah cukup cepat dalam suasana sosial. c. Peranan seseorang 24 Setiap orang memainkan peran yang berbeda-beda. Dalam peran tersebut diharapkan akan melakukan perbuatan dengan cara-cara tertentu. Jadi, harapan-harapan dan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan peran yang berbeda mungkin berpengaruh terhadap konsep diri seseorang. d. Identifikasi orang lain Cooper Smith menjelaskan bahwa anak-anak yang memiliki harga diri yang tinggi biasanya memiliki orang tua yang juga memiliki harga diri yang tinggi. Peran kelamin pun mempengaruhi konsep diri, dan di masyarakat seorang laki-laki dan perempuan seringkali berbeda sikap karakteristiknya didalam sifat-sifat seperti keagresifan dan sifat kompetitifnya. Satu dari berbagai cara bagaimana seorang anak menerima peran kelaminnya didalam mengembangkan konsep dirinya ialah dengan identifikasi terhadap orang tua yang berkelamin sama. Jalaludin Rakhmat (2004:100) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah : a. Orang lain Gabriel Marcel menyatakan,”Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu”. Bagaimana anda menilai diri saya, akan membentuk konsep diri saya. Harry Stack Sullivian menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan bersikap cenderung menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya, bila 25 orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita, dan menolak kita, kita akan cenderung tidak menyenangi diri kita. Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri seseorang. Ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling dekat. Mereka yang memiliki ikatan emosional, dari merekalah secara perlahan-lahan membentuk konsep diri. Senyuman, pujian, penghargaan, dan pelukan mereka menyebabkan seseorang menilai diri secara positif. Ejekan, cemoohan, dan hardikan membuatnya memandang diri secara negatif. b. Kelompok rujukan Dalam pergaulan masyarakat, setiap orang menjadi anggota berbagai kelompok. Setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu. Ada kelompok yang secara emosional mengikat, dan berpengaruh terhadap konsep diri. Ini disebut kolompok rujukan. Fitts (Agustiani, 2006:139) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri, yaitu: a. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan perasaan positif dan perasaan berharga. b. Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain. c. Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi diri dari potensi pribadi yang sebenarnya. 2.2. Kecerdasan Emosional 2.2.1. Pengertian Kecerdasan Emosional 26 Emosional berasal dari kata emosi. Secara etimologi, berasal dari akar bahasa latin “movere” yang berarti menggerakan, bergerak. Kemudian ditambah awalan “e” untuk memberi arti bergerak menjauh. Richard S. Lazarus menyatakan emosi dilukiskan dan dijelaskan secara berbeda oleh psikolog yang berbeda, namun semua sepakat bahwa emosi adalah bentuk yang kompleks dari organisme, yang melibatkan perubahan fisik dari karakter yang luas- dalam bernapas, denyut nadi, produksi kelenjar, dsb- dan dari sudut mental adalah suatu keadaaan senang atau cemas, yang ditandai adanya perasaan yang kuat dan biasanya dorongan dalam bentuk nyata dari suatu tingkah laku (Hude, 2006:16). Menurut Nelson dan Low (2003:2), emosi adalah suatu keadaan perasaan yang merupakan sebuah reaksi fisiologis dan fisik berdasarkan pengalaman sebagai perasaan-perasaan kuat dan perubahan fisiologis dimana tubuh siap untuk tindakan cepat. Emosi-emosi mendorong untuk bertindak. Secara fisiologis, emosi merupakan suatu proses jasmani yang berkaitan dengan perubahan yang tajam dalam meluapnya perasaan seseorang. Perubahan-perubahan ini terlihat jelas dalam perubahan denyut jantung, ritme pernapasan, banyaknya keringat, dsb. Secara psikologis, emosi dialami sebagai reaksi yang sangat menyenangkan atau reaksi paling tidak menyenangkan yang kini digambarkan dengan kata-kata seperti gembira dan marah. Emosi dapat dirumuskan sebagai satu keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, perubahan perilaku (Chaplin, 2008:163). Selain itu J.P. Chaplin juga mendefinisikan emosional merupakan satu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam serta dibarengi 27 dengan perasaan (feeling) yang kuat atau disertai keadaan afektif. Karena itu emosi lebih intens daripada perasaan sederhana dan biasa, dan mencakup pula organisme selaku satu totalitas. Jika perasaan lembut berisikan unsur kemarahan atau kejengkelan tidak dapat diamati oleh orang lain, maka kegusaran selalu dibarengi tingkahlaku yang amat hebat, mendalam, dan ekspresif, yang jelas dapat dibedakan, bahkan oleh pengamat awam sekalipun. Emosi menurut Goleman (2006) merujuk pada suatu perasaan dan pikiranpikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi terkadang dibangkitkan oleh motivasi, sehingga antara emosi dan motivasi terjadi hubungan interaktif. Emosi dapat mengaktifkan dan mengarahkan perilaku dengan cara yang sama seperti yang dilakukan motif biologis dan motif psikologis. Sebagian besar perilaku yang termotivasi mempunyai iringan efektif atau emosional, meskipun dalam usaha mencapai tujuan mungkin seseorang terlalu asyik memusatkan diri pada perasaannya saat itu. Kecerdasaan emosional dapat memberikan emosi-emosi kita untuk menjadi sumber dari informasi yang berguna dan peristiwa yang bijak, seperti dilawan untuk mengalihkan gangguan-gangguan, dan karena itu dapat secara signifikan meningkatkan kapasitas kita untuk sukses. Dan hal itu membantu kita lebih resilient dalam kenyataan tekanan hidup. Peter Salovey and John D. Mayer, in their influential article “Emotional Intelligence,” they defined: emotional intelligence as, “the subset of social intelligence that involves the ability to monitor one's own and others' feelings and emotions, to 28 discriminate among them and to use this information to guide one's thinking and actions”. Kecerdasan emosional adalah bagian dari kecerdasan sosial yang mencakup kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan dan emosi-emosi diri sendiri dan orang lain, membedakan antara keduanya, dan menggunakan informasi ini untuk memandu pikiran dan tindakan seseorang. Kecerdasan emosional menunjukan kepada kemampuan untuk mengenali maksud dari emosi dan hubungannya, mempertimbangkan, dan memecahkan masalah yang menjadi dasar emosi tersebut. Kecerdasan emosional meliputi kapasitas untuk memahami emosi-emosi, menyesuaikan emosi-menghubungkan perasaan-perasaan, mengerti keterangan/informasi dari emosi dan mengelolanya.(Meyer, 2001:9) Menurut Meyer dan Salovey kecerdasan emosi mencakup empat dimensi, yaitu (1) kemampuan kesadaran emosional untuk memahami emosi-emosi dengan benar, (2) kemampuan dalam menggunakan emosi-emosi: memudahkan atau mempercepat berpikir dengan tepat menghubungkan emosi ke sensasi dasar yang lain dan menggunakan emosi untuk mengubah pandangan, (3) kemampuan mengerti dan mengetahui makna dari emosi: kemampuan untuk menguraikan emosi-emosi menjadi beberapa bagian, kemampuan untuk mengerti kemungkinan perubahan dari satu perasaan ke perasaan lain, dan kemampuan mengerti perasaan-perasaan yang sulit, (4) kemampuan mengelola emosi: kemampuan mengelola emosi sendiri dan orang lain (Meyer, 2001:10). Bar-On (Relawu, 2007:12) mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai segala kemampuan nonkognitif, kompetensi-kompetensi, dan keterampilan-keterampilan yang mempengaruhi kesuksesan dalam menghadapi tuntutan lingkungan dan 29 tekanan-tekanan. Menurut Bar-On (Meyer, 2001:10) karakteristik kecerdasan emosional terdiri dari (1) dengan benar memahami kecerdasan emosi pribadi: kesadaran, ketegasan, penghornatan diri, aktualisasi diri, dan kemerdekaan, (2) memahami kecerdasan emosi antar pribadi: empati, hubungan antar pribadi, dan tanggungjawab sosial, (3) dengan benar memahami penyesuaian kecerdasan emosi: penyelesian masalah dan pengujian yang sebenarnya, (4) dengan benar memahami manajemen stres kecerdasan emosi: membiarkan/mengabaikan stres dan mengendalikan dorongan, (5) dengan benar memahami suasana hati secara umum: kebahagian dan optimis. Mempelajari dan mempraktekan kemampuan kecerdasaan emosional memberikan seseorang untuk mengarahkan dorongan tingkahlakunya dalam suatu penghargaan diri (Nelson, 2003:2). Sementara Cooper dan Sawaf masih dalam Nelson (2003:31) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi manusia, informasi, hubungan, dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan seharihari. Selanjutnya, Howes dan Herald mengatakan pada intinya, kecerdasaan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut dikatakannya bahwa emosi manusia berada diwilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasaan emosional menyediakan 30 pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain. Goleman (2006:45) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Ia pun berpendapat bahwa meningkatkan kualitas kecerdasan emosi sangat berbeda dengan IQ. Karena kemampuan yang murni kognitif relative tidak berubah, maka kecakapan emosi dapat dipelajari kapan saja. Tidak peduli orang itu peka atau tidak, pemalu, pemarah atau sulit bergaul dengan orang lain sekalipun dengan motivasi dan usaha yang benar, dapat mempelajari dan menguasai kecakapan emosi tersebut. Kecerdasan emosi ini dapat meningkat dan terus ditingkatkan sepanjang hidup kita. Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat simpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi-emosi secara tepat dalam menghadapi situasi-situasi yang mempengaruhi dirinya yang muncul dari dalam diri seperti memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, menunda kepuasan, dan mengatur suasana hati. Maupun pengaruh dari luar diri seperti lingkungan sehingga sesuai dengan tujuan, manpu menanganinya secara efektif, dan memotivasi orang lain. 2.2.2. Dimensi-dimensi Kecerdasan Emosional 31 Goleman mengungkapkan 5 (lima) wilayah atau komponen-komponen kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu : a. Mengenali emosi diri Self-awareness, mengamati diri sendiri dan mengenali perasaan yang terjadi. Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Socrates mengatakan, ”kenalilah dirimu”, menunjukan kesadaran akan perasaan diri sendiri sewaktu perasaan itu timbul. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan. Sehingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah. Kesadaran diri bukanlah perhatian yang larut ke dalam emosi, bereaksi secara berlebih-lebihan, dan melebih-lebihkan apa yang diserap. Kesadaran diri lebih merupakan modus netral yang mempertahankan refleksi-diri bahkan ditengah badai emosi. Menurut John Mayer (Goleman, 2006:63), kesadaran diri berarti waspada baik terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati. Seseorang yang memiliki kesadaran diri peka terhadap suasana hatinya, mereka mempunyai pola pirkir yang tajam untuk mengatur emosinya. b. Mengelola emosi 32 Managing emotions (mengelola emosi), menangani perasaan-perasaan dalam suatu sikap yang layak/pantas; mewujudkan penyebab-penyebab bagi perasaan khusus; dan menemukan cara untuk berdamai dengan takut, kecemasan, kemarahan, dan kesedihan. Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila : mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri. Mengelola emosi disebut juga kendali diri yang bertujuannya adalah keseimbangan emosi. Aristoteles (Goleman, 2006:77) mengamati, yang dikehendaki adalah emosi yang wajar, keselarasan antara perasaan dan lingkungan. Apabila emosi terlalu ditekan, terciptalah kebosanan dan jarak. Bila emosi tidak dikendalikan, terlampau ekstrem dan terus-menerus, emosi akan menjadi sumber penyakit, seperti depresi berat, cemas berlebihan, amarah yang meluap-luap, dan gangguan emosional yang berlebihan. c. Memotivasi diri Motivating self (memotivasi diri), menggali emosi-emosi dalam menjalankan tujuan, mempunyai kontrol diri emosional, menunda kepuasan, dan memadamkan/meredakan dorongan hati. Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal sebagai berikut : a) cara 33 mengendalikan dorongan hati; b) derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang; c) kekuatan berfikir positif; d) optimisme; dan e) keadaan flow (mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada satu objek. Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimilikinya maka seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya. d. Mengenali emosi orang lain Empathy (empati), menyatakan kepekaan pada perasaan orang lain dan peduli dan mengerti kenginginan mereka, menghargai perbedaan cara orang lain dalam merasakan sesuatu. Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Kemampuan berempati merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain. e. Membina hubungan dengan orang lain Handling relationships (menjaga hubungan dengan orang lain), berdamai dengan emosi-emosi orang lain, kecakapan sosial, dan kemampuan sosial. Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan seseorang akan mengalami 34 kesulitan dalam pergaulan sosial. Sesungguhnya karena tidak dimilikinya keterampilan-keterampilan semacam inilah yang menyebabkan seseroang seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan. 2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Walgito (1993) membagi faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi menjadi dua faktor yaitu : a. Faktor Internal. Faktor internal adalah apa yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal ini memiliki dua sumber yaitu segi jasmani dan segi psikologis. Segi jasmani adalah faktor fisik dan kesehatan individu, apabila fisik dan kesehatan seseorang dapat terganggu dapat dimungkinkan mempengaruhi proses kecerdasan emosinya. Segi psikologis mencakup didalamnya pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir dan motivasi. b. Faktor Eksternal. Faktor ekstemal adalah stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan emosi berlangsung. Faktor ekstemal meliputi: 1) Stimulus itu sendiri, kejenuhan stimulus merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memperlakukan kecerdasan emosi tanpa distorsi dan 2) Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi proses kecerdasan emosi. Objek lingkungan yang melatarbelakangi merupakan kebulatan yang sangat sulit dipisahkan. 35 Selain itu, Goleman (2006:268) menyatakan bahwa keluarga merupakan sekolah pertama untuk mempelajari emosi, dalam lingkungan yang akrab ini dipelajari bagaimana merasakan perasaan sendiri dan bagaimana orang lain menanggapi perasaan kita, bagaimana berpikir tentang perasaan-perasaan ini dan pilihan-pilihan apa yang kita miliki untuk bereaksi, serta bagaimana membaca dan mengungkapkan harapan dan rasa takut. Pembelajaran emosi ini bukan hanya melalui hal-hal yang diucapkan dan dilakukan oleh orangtua secara langsung kepada anak, melainkan juga melalui contoh-contoh yang mereka berikan sewaktu menangani perasaan mereka sendiri atau perasaan yang muncul antara suami dan istri. Karena anak adalah murid yang pintar, yang sangat peka terhadap transmisi emosi yang paling halus sekalipun dalam keluarga. Orangtua yang terampil secara emosional dapat sangat mambantu anak dengan memberikan dasar keterampilan emosional berikut: belajar bagaimana mengenali, mengelola, dan memanfaatkan perasaan-perasaan, berempati, dan menangani perasaan-perasaan yang muncul dalam hubungan-hubungan mereka. Keuntungan bagi anak-anak yang orangtuanya terampil secara emosional adalah serangkaian manfaat yang menakjubkan yang mencakup seluruh spektrum kecerdasan emosional (Goleman, 2006:271) 2.3. Kerangka Berpikir Allah swt. Menciptakan setiap manusia sempurna disertai dengan emosi sebagai bekal guna kelangsungan hidupnya. Melalui emosi manusia terdorong untuk melakukan sesuatu dalam memenuhi keinginan atau pun kebutuhannya. 36 Setiap individu dianugerahkan hati dan akal agar bisa mengontrol emosi yang muncul karena emosi dapat berakibat negatif bila tidak dikendalikan. Demikian juga mahasiswa adalah orang-orang yang sedang berjuang untuk mencapai kedudukan sosial yang diinginkan, dan bertarung dengan bermacam-macam problema hidup untuk memastikan diri, serta mencari pegangan untuk menentramkan batin dalam perjuangan hidup yang tidak ringan itu (Zakiyah Darajat, :128). Krisis identitas, rasa ingin tahu yang tinggi, dan semangat serta energi besar pada mahasiswa akan menuju ke hal yang negatif apabila lingkungan gagal untuk mengontrol, mengarahkan, mengajarkan, dan memfasilitasinya dalam hal positif secara tepat. Berbagai macam kasus yang sering terjadi seperti tawuran antar mahasiswa, baik lintas kampus maupun lintas fakultas dalam satu kampus yang sebagian berawal dari kesalahpahaman antar personal, seks bebas, dan narkoba merupakan hasil dari letupan-letupan emosi yang tidak dapat dikendalikan oleh individu itu sendiri. Emosional datang dari berbagai faktor internal maupun eksternal individu. Seseorang akan mengalami berbagai macam persoalan, persoalan itu akan menjadi semakin kompleks seiring dengan berjalannya usia dan banyaknya ilmu serta pengalaman yang telah didapat. Setiap permasalahan baik dalam tingkat yang mudah atau cepat untuk diselesaikan maupun sampai pada masalah yang membutuhkan banyak waktu dan tenaga kesemuanya harus segera dihadapi. Menghadapi masalah dengan mencari-cari solusi agar permasalahan tersebut dapat terkendali hingga selesai membutuhkan pengendalian emosi. Pengendalian emosi hanya dilakukan oleh diri individu sendiri, ini sungguh dibutuhkan setiap 37 manusia dalam kehidupannya karena dapat dipastikan bahwa seorang individu tidak bisa lepas dari emosi diri dan dihadapkan dengan emosi orang lain, yang apabila dikelola dengan tepat maka berakibat baik bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal-hal seperti bagaimana mahasiswa mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha menyetarakan diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif. Dalam membentuk kecerdasan emosional selain kemampuan yang bersifat internal; kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi, dan memotivasi diri,harus dilengkapi pula dengan kemampuan yang bersifat eksternal; mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lain. Kemampuan eksternal ini hanya didapatkan melalui interaksi dengan orang. Kesan tersebut berkaitan dengan individu yang mempunyai konsep diri, karena konsep diri merupakan persepsi atau pandangan seorang individu terhadap dirinya sendiri secara menyeluruh. Mahasiswa yang mempunyai konsep diri yang baik akan dapat menilai diri secara internal dan eksternal. Secara internal, ia akan memandang, menerima, dan menilai diri dan perilakunya dengan baik, bisa memahami dirinya dengan demikian ia mengetahui emosi yang terjadi pada dirinya sehingga mampu untuk mengendalikan emosi yang muncul itu dan mengarahkannya dengan tepat. Dan secara eksternal, ia akan memandang, 38 menerima, dan menilai dirinya berdasarkan kondisi fisik, moral, pribadinya, hubungan ia dengan keluarga dan hubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, setiap mahasiswa perlu untuk tetap menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan mahasiswa-mahasiswa yang lain walaupun tidak tergabung dalam satu organisasi dan kelompok yang sama. Dengan demikian adakah pengaruh dari kecerdasan emosional terhadap konsep diri pada mahasiswa? Berikut gambaran kerangka berpikir dalam penelitian ini: Mengenali Emosi Diri Mengelola emosi diri Kecerdasan Emosional Dimensi Internal Memotivasi diri Mengenali emosi orang lain KONSEP DIRI Dimensi Eksternal Membina hubungan dengan orang lain 2.4. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir diatas peneliti ingin melihat pengaruh variabel bebas (independent variable) terhadap variabel terikat (dependent variabel). Variabel bebas yang diteliti adalah kecerdasan emosional yang kemudian dipecah menjadi lima variabel menurut dimensi-dimensi kecerdasan emosional, yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain yang diasumsikan 39 mempengaruhi konsep diri dalam dimensi internal dan dimensi eksternal yang menjadi variabel terikat. Hipotesis utama penelitian (Ha1) : ”Ada Pengaruh Yang Signifikan Antara Kecerdasan Emosional Terhadap Konsep Diri Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.” Adapun hipotesis minor dalam penelitian ini: Ha2 = Ada pengaruh aspek mengenali emosi diri terhadap dimensi internal konsep diri mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Ha3 = Ada pengaruh aspek mengelola emosi terhadap dimensi internal Konsep diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Ha4 = Ada pengaruh aspek memotivasi diri terhadap dimensi internal konsep diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Ha5 = Ada pengaruh aspek mengenali emosi orang lain terhadap dimensi internal konsep diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Ha6 = Ada pengaruh aspek membina hubungan dengan orang lain terhadap dimensi internal konsep diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Ha7 = Ada pengaruh aspek mengenali emosi diri terhadap dimensi eksternal konsep diri mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Ha8 = Ada pengaruh aspek mengelola emosi terhadap dimensi eksternal Konsep diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Ha9 = Ada pengaruh aspek memotivasi diri terhadap dimensi eksternal konsep diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Ha10 = Ada pengaruh aspek mengenali emosi orang lain terhadap dimensi eksternal konsep diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta. 40 Ha11 = Ada pengaruh aspek membina hubungan dengan orang lain terhadap dimensi eksternal konsep diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta. 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab III mengenai Metodologi Penelitian ini berisi pendekatan dan metode penelitian, definisi variabel dan variabel operasional, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data. 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Sedangkan penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dituntut banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.(Arikunto, 2002:10) 2. Metode Penelitian Metode dari penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan jenis penelitian regresi. Penelitian deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menuji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Penelitian regresi adalah penelitian yang dirancang untuk memprediksi seberapa jauh perubahan nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dimanipulasi/diubah-ubah atau dinaik-turunkan. 3.2 Definisi Variabel dan Variabel Operasional 42 1. Definisi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai berbeda atau bervariasi. Variabel dibedakan menjadi dua, yaitu variabel terikat merupakan nilai-nilai dari objek penelitian yang terkait dengan permasalahan yang sedang diteliti, dan variabel bebas ialah variabel yang mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. a. Variabel Terikat (Dependent Variabel) : Konsep Diri b. Variabel Bebas (Independent Variabel) : Kecerdasan Emosional yang dibagi sesuai dengan dimensi-dimensinya, yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain. 2. Variabel Operasional Definisi operasional merupakan suatu definisi yang memberikan batasan atau arti suatu variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel tersebut. (Kerlinger, 1990:51). Variabel operasional dari penelitian ini adalah : a. Kecerdasan emosional Skor yang diperoleh dari mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta tentang kemampuan mengendalikan emosi kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi-emosi secara tepat dalam menghadapi situasi yang mempengaruhi dirinya yang diukur dengan skala kecerdasan emosional dengan indikator dimensidimensi kecerdasan emosi meliputi kesadaran diri (self awareness), mengelola 43 emosi (management emotional), memotivasi diri (self motivating), mengenali emsi orang lain (emphaty), membina hubungan dengan orang lain (handling relationships). b. Konsep diri Skor yang diperoleh dari mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarrta tentang persepsi atau penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri secara menyeluruh baik fisik, psikogis maupun social yang diukur berdasarkan skala konsep diri dengan indikator dimensi internal yang meliputi diri identitas, diri perilaku, dan diri penerimaan atau penilaian, dimensi eksternal mencakup diri fisik, diri etikmoral, diri pribadi, diri keluarga, dan diri sosial. 3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Psikologi. Fakultas psikologi UIN Jakarta berjumlah 748 mahasiswa. Jumlah tersebut terdiri atas 162 mahasiswa semester 2, 238 mahasiswa semester 4, 176 mahasiswa semester 6, dan 172 mahasiswa semester 8. Hal ini dikutip dari buku akademik tahun ajaran 2010/2011. 2. Sampel Sampel dari penelitian ini mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Psikologi sejumlah 130 mahasiswa semester 2 sampai semester 8. 44 3. Teknik sampling Teknik sampel menggunakan teknik sampel bertujuan atau purposive sample, yaitu pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang populasi sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2004:91). Pengambilan sampel dilakukan secara acak dimana setiap individu dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel (Hadi, 2004:83) 3.4 Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Penelitian Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode angket atau daftar isian. Metode angket adalah metode yang menggunakan angket sebagai instrumen dalam penelitiannya, yaitu sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Supranto (2000: 23), daftar isian adalah satu set pernyataan yang tersusun secara sistematis dan standar sehingga pertanyaan yang sama dapat diajukan terhadap setiap responden. Sistematis dimaksud disini bahwa item-item pernyataan disusun menurut logika sesuai dengan maksud dan tujuan pengumpulan data. Sedangkan yang dimaksud standar 45 adalah setiap item pertanyaan mempunyai pengertian, konsep, dan defini yang sama. Jenis pernyataan dalam kuesioner yang digunakan untuk penelitian ini berupa pernyataan tertutup dengan skala Likert. Skala Likert adalah skala untuk mengukur sikap atau pendapat individu, dalam skala ini subjek penelitian diminta memilih jawaban terhadap suatu penyataan yang paling sesuai dengan kondisinya. Skala alat tes untuk mengukur kecerdasan emosional pada penelitian ini terdiri dari empat tingkatan dengan nilai untuk pernyataan favorabel dan unfavorabel, sebagai berikut: Tabel 3.1. Skala Pengukuran Kecerdasan Emosional Skala Favorabel Unfavorabel SS= Sangat Sesuai 4 1 S= Sesuai 3 2 TS= Tidak Sesuai 2 3 STS= Sangat Tidak Sesuai 1 4 2. Instrumen Penelitian Instrumen pengukuran mengenai konsep diri positif diukur berdasarkan dimensi-dimensi konsep diri yang dikemukakan oleh Fitts. Skala konsep diri terdiri atas 30 pernyataan dengan butir-butir penyebaran berdasarkan dimensidimensi konsep diri sebagai berikut : Tabel 3.2. Blue Print item-item Konsep Diri 46 No 1. 2. Dimensi Internal Eksternal Sub Dimensi Favorable Unfavorable Diri Identitas 1, 2 3, 4 Diri Perilaku 5, 6 7, 8 Diri Penerimaan 9, 10 11, 12 Diri Fisik 13, 14 15, 16 Diri Keluarga 17, 18 19, 20 Diri Etik Moral 21, 22 23, 24 Diri Pribadi 25, 26 27 Diri Sosial 28, 29 30 16 14 Jumlah Sedangkan instrumen pengukuran mengenai kecerdasan emosional akan diukur menggunakan dengan skala kecerdasan emosional dengan 51 butir pernyataan yang meliputi lima dimensi kecerdasan emosional, yaitu self awareness, self control, self motivation, empathy, dan social skill dengan penyebaran butir-butir berdasarkan dimensi-dimensi kecerdasan emosional sebagai berikut: Tabel 3.3. Blue Print item-item Kecerdasan Emosional No Dimensi 1. SelfAwareness (Kesadaran Diri) 2. Self Control (managing emotion) (mengelola Indikator Favorable Unfavorable Mengamati diri sendiri 1, 3 2,4 Jumlah 8 Mengenali perasaan yang terjadi 5, 6, 7 8 Mengalami perasaan dalam suatu sikap yang layak 9, 11 10 10 47 emosi diri) 3. Self Motivation (Motivasi Diri) Empathy 4. 5. (Mengenali emosi oranglain) Mewujudkan penyebab bagi perasaan khusus 12, 13 14 Menemukan cara untuk berdamai dengan takut, cemas, marah, dan sedih 15, 16 17, 18 Menggali emosi dalam menjalankan tujuan 21, 51 19, 20 Mempunyai kontrol diri emosional 22 23, 24 Menunda kepuasan 25, 26 27 Meredakan dorongan hati 28 29, 30 Menyatakan kepekaan pada perasaan orang lain, peduli, dan mengerti keinginan mereka 31, 33, 34 32 Menghargai perbedaan cara oranglain dalam merasakan sesuatu 36, 37 35, 38, 39 40 41, 42 43, 44, 45 46 Berdamai Social Skill dengan emosi(Handling emosi orang Relationship) lain Kecakapan social 13 9 11 48 Kemampuan social Jumlah 48, 50 47, 49 28 23 51 3.5 Teknik Uji Instrumen Penelitian Uji instrumen penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah item-item pernyataan yang terdapat pada kuesioner telah sesuai atau tidak sesuai untuk mengukur permasalahan penelitian. Oleh karena itu, peneliti menguji validitas dan reliabilitas dari pernyataan-pernyataan dalam kuesioner dengan melakukan tryout kepada beberapa orang diluar sampel yang sesungguhnya akan diteliti tetapi dalam karakteristik yang sama. Uji validitas bertujuan untuk mengukur sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2004:5) dan uji reliabilitas untuk mengetahui sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Untuk mendapatkan alat ukur yang baik, dalam arti alat ukur tersebut dapat dipercaya dan tepat harus dilakukan pengujian reliabilitas dan validitas terhadap alat ukur tersebut. Sebelum melaksanakan penelitian yang sesungguhnya, dilakukan terlebih dahulu uji instrumen atau try out. Try out dilakukan pada 40 mahasiswa yang selanjutnya diikutsertakan kembali dalam penelitian sesungguhnya. Uji instrumen ini bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari instrumen itu sendiri. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi bivariate Pearson’s Product Moment. Analisis ini mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Item-item yang berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukan 49 item-item tersebut mampu memberikan dukungan dalam mengungkapkan apa yang ingin diungkap (Priyatno, 2010:90). Hasil yang diperoleh setelah dilakukan uji coba pada 40 mahasiswa tersebut terdapat beberapa item yang tidak valid sehingga harus dibuang. Berikut itemitem yang memiliki validitas karena r-hitung lebih sama dengan r-tabel : Instrumen Kecerdasan Emosional pasca uji coba : Tabel 3.4. Blue Print item-item Kecerdasan Emosional Pasca Uji Coba No Dimensi Favorable 1. Self-Awareness (Kesadaran Diri) 1, 3, 5, 6, 7 Self Control (managing emotion) 9*, 11*, 12*, 13, 15*, 16* 10*, 14*, 17*, 18 21*, 22*, 25*, 26*, 28 19*, 20*, 23, 24, 27*, 29*, 30* 31, 33*, 34*, 36*, 37* 32*, 35*, 38*, 39* Social Skill (Handling Relationship) 40, 43*, 44, 45, 48*, 50* 41*, 42*, 46*, Jumlah 17 19 2. Unfavorable Jumlah 2*, 4, 8* 2 8 (mengelola emosi diri) 3. Self Motivation (Motivasi Diri) Empathy 4. 5. (Mengenali emosi oranglain) 47*, 49* Instrumen Konsep Diri pasca uji coba Tabel 3.5. Blue Print item-item Konsep Diri Pasca Uji Coba 10 8 8 36 50 No 1. 2. Dimensi Internal Eksternal Sub Dimensi Favorable Unfavorable Diri Identitas 1, 2* 3*, 4* Diri Perilaku 5*, 6* 7*, 8* Diri Penerimaan 9*, 10* 11*, 12* Diri Fisik 13*, 14* 15*, 16* Diri Keluarga 17*, 18* 19*, 20* Diri Etik Moral 21*, 22* 23*, 24* Diri Pribadi 25, 26* 27* Diri Sosial 28*, 29 30* 13 14 Jumlah Pengujian reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini memakai metode internal konsistensi, melakukan hanya satu kali pengetesan pada sekelompok subjek yang diteliti, dengan formula Alpha Cronbach yang dihitung menggunakan SPSS 19 for windows. Tabel 3.6. Kaidah Baku Koefisien Reliabilitas Guilford Kriteria Koefisien Reliabilitas Sangat Reliabel > 0,9 Reliabel 0,7 – 0,9 Cukup Reliabel 0,4 – 0,7 Kurang Reliabel 0,2 – 0,4 Tidak Reliabel <0,2 Setelah dilakukan uji coba kemudian dihasilkan reliabilitas dari skala kecerdasan emosional sebesar 0,908 dan reliabilitas dari skala konsep diri sebesar 0,887. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa instrumen keduanya reliabel menurut kaidah baku koefisien reliabilitas Guilford diatas. 51 Berdasarkan hasil instrumen yang telah diuji coba, maka berikut skala atau instrumen yang digunakan untuk mengukur kecerdasan Emosional dan konsep diri : Tabel 3.7 Instrumen Pengukuran Kecerdasan Emosional No Dimensi 1. Self-Awareness (Kesadaran Diri) Favorable Unfavorable Jumlah 1, 2 2 Self Control (managing emotion) 3, 5, 6, 8, 9 4, 7, 10 2. 8 (mengelola emosi diri) 13, 14, 15, 16 Self Motivation (Motivasi Diri) 3. 11, 12, 17, 18, 19 10 36 Empathy 4. (Mengenali emosi oranglain) 5. 21, 22, 24, 25 Social Skill (Handling Relationship) 30, 33, 35 Jumlah 17 20, 23, 26, 27 8 28, 29, 31, 8 32, 34 19 36 Tabel 3.8 Instrumen Pengukuran Konsep Diri No 1. 2. Dimensi Internal Eksternal Sub Dimensi Favorable Unfavorable Diri Identitas 1 2, 3 Diri Perilaku 4, 5 6, 7 Diri Penerimaan 8, 9 10, 11 Diri Fisik 12, 13 14, 15 52 Diri Keluarga 16, 17 18, 18 Diri Etik Moral 20, 21 22, 23 Diri Pribadi 24 25 Diri Sosial 26 27 13 14 Jumlah 3.6 Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan multi regresi. Teknik multi regresi merupakan alat analisis yang menjelaskan tentang akibat-akibat dan besarnya akibat yang ditimbulkan oleh satu atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Taraf nyata atau signifikansi yang digunakan 5% (0,05) atau 1% (0,01) (Iqbal Hasan, 2004:145). Selanjutnya R2 dapat diuji signifikansinya seperti uji signifikan pada F test biasa. Selain itu juga uji signifikan bisa juga dilakukan dengan tujuan melihat apakah pengaruh dari IV terhadap DV signifikan atau tidak. Pembagi disini adalah R2 itu sendiri dengan df nya (dilambangkan k), yaitu sejumlah IV yang dianalisis, sedangkan penyebutnya (1 – R2) dibagi dengan df nya N – k – 1 dimana N adalah total sampel. Untuk df dari pembagi sebagai numerator sedangkan df penyebut sebagai denumerator. Jika digambarkan maka : Kemudian selanjutnya peneliti melakukan uji koefisien regresi dari tiap-tiap IV yang dianalisis. Maksud uji koefisien regresi adalah melihat apakah signifikan dampak dari tiap IV terhadap DV, oleh karenanya sebelum didapat nilai t dari tiap IV, harus didapat dahulu nilai standard error estimate dari b (koefisien regresi) 53 yang didapatkan melalui akar Msres dibagi dengan SSx. Setelah didapat nilai Sb barulah bisa dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri. Jika ditulis dengan rumus maka : 54 BAB IV ANALISIS DATA Pada bab ini akan dipaparkan mengenai hasil pengolahan data dari penelitian. Disini disampaikan gambaran responden dan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. 4.1. Gambaran Umum Responden Penelitian ini dilakukan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Psikologi. Dalam penelitian ini populasi reponden yang akan diteliti adalah mahasiswa UIN Jakarta Fakultas Psikologi sebanyak 748 mahasiswa. Jumlah tersebut terdiri atas 162 mahasiswa tingkat I, 238 mahasiswa tingkat II, 176 mahasiswa tingkat III, dan 172 mahasiswa tingkat IV. Dari jumlah populasi itu maka peneliti hanya mengambil sampel sebanyak 130 mahasiswa dengan persentasi berikut: Tabel 4.1 Persentase Jumlah Sampel Mahasiswa Laki-Laki Dan Perempuan Jenis Kelamin Jumlah Persentase Laki-laki 44 33,85% Perempuan 86 66,15% Total 130 100% Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah mahasiswa perempuan lebih banyak daripada mahasiswa laki-laki. Jumlah mahasiswa laki- 55 laki 44 orang sedangkan jumlah mahasiswa perempuan 86 orang yang diperoleh secara acak. Selanjutnya peneliti memaparkan distribusi frekuensi dan uji beda dengan ttest untuk mengetahui ada atau tidaknya beda rata-rata antara dua kelompok (lakilaki dan perempuan). Tabel 4.2 Distribusi Konsep Diri Terhadap Jenis Kelamin Group Statistics jeniskelamin konsepdiri N Mean Std. Deviation Std. Error Mean laki-laki 44 78.95 9.977 1.504 perempuan 86 79.65 6.126 .661 Berdasarkan tabel di atas perolehan mean dari mahasiswa laki-laki dan perempuan mempunyai selisih yang tidak jauh berbeda. Kemudian peneliti menguji dengan independent t-test, maka didapat tidak ada perbedaan antara mean laki-laki dan perempuan (P > 0,05). Hal ini bisa dilihat langsung pada selisih mean antara laki-laki dan perempuan. 4.2. Deskripsi Statistik Berikut ini adalah deskrpsi statistik berdasarkan skor dari subjek penelitian dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.3 Descriptive Statistic Descriptive Statistics N kecerdasanemosional Minimum Maximum 130 80 137 Mean 106.38 Std. Deviation 10.456 56 konsepdiri 130 Valid N (listwise) 130 61 106 79.42 7.617 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah subjek penelitian sebanyak 130 orang skor yang terendah untuk kecerdasan emosional adalah 80 dan skor tertinggi 137. Sedangkan skor konsep diri terendah 61 dan skor tertinggi 106. Adapun nilai rata-rata (mean) kecerdasan emosional 106,38 dan konsep diri 79,42. 4.3. Analisis Uji Hipotesis Pada tahapan ini, peneliti melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisis regresi multivarian melalui perhitungan SPSS 19.0. Uji hipotesis ini untuk mengetahui apakah IV berpengaruh kepada DV, melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians pada DV yang dijelaskan oleh IV, dan melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing – masing IV. 4.3.1. Regresi Aspek-aspek Kecerdasan Emosional terhadap Konsep Diri Untuk mengetahui bagaimana pengaruh seluruh independen variabel terhadap konsep diri maka didapatkan dari hasil uji F pada tabel berikut : Tabel 4.4 Anova ANOVAb Sum of Squares Model 1 Df Mean Square Regression 5139.849 5 1027.970 Residual 2343.720 124 18.901 Total 7483.569 129 F 54.387 Sig. .000a a. Predictors: (Constant), membinahub, mengenalemosidiri, berempati, mengelolaemosidiri, motivasidiri 57 b. Dependent Variable: konsepdiri Berdasarkan tabel Anova di atas diketahui hasilnya F-hitung 54,387 (>F-tabel 2,444) dengan tingkat signifikan 0,000. Hal ini menunjukan aspek-aspek mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain (empati), dan membina hubungan dengan orang lain pada Kecerdasan Emosi dapat digunakan untuk memprediksi Konsep Diri. Adjusted R square diketahui dari tabel berikut : Tabel 4.5 Model Summary Model Summary Model 1 R .829 R Square a Adjusted R Square .687 Std. Error of the Estimate .674 4.348 a. Predictors: (Constant), membinahub, mengenalemosidiri, berempati, mengelolaemosidiri, motivasidiri Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa perolehan Adjusted R square sebesar 0.674 atau 67,4%. Artinya proporsi varians terhadap konsep diri yang dijelaskan oleh semua independen variabel adalah sebesar 67,4%, sedangkan 32,6% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Selanjutnya untuk melihat koefisien regresi tiap independen variabel. Jika nilai t hitung > t tabel maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa IV tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap konsep diri. t-tabel diperoleh dengan memasukan rumus =tinv(0.05,n-2) dimana n=jumlah sampel, ttabel penelitian ini 1,98. Adapun ditampilkan pada tabel berikut : 58 Tabel 4.6 Koefisien Regresi Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Standardized Coefficients Std. Error 36.421 2.753 Mengenalemosidi ri .070 .048 Mengelolaemosid iri .185 Motivasidiri T Beta Sig. 13.228 .000 .091 1.455 .148 .072 .201 2.574 .011 .375 .071 .430 5.301 .000 Berempati .069 .055 .082 1.264 .208 Membinahub .161 .064 .175 2.510 .013 a. Dependent Variable: konsepdiri Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa aspek-aspek kecerdasan emosional tidak seluruhnya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri hal ini dapat diperhatikan pada kolom T (t-hitung) atau kolom sig. Jika sig< 0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap konsep diri dan sebaliknya, begitu juga jika t-hitung>t-tabel (1,98) maka variabel tersebut berpengaruh positif terhadap konsep diri.. Berikut paparan tabel diatas : 1. Pada aspek mengenali emosi diri diperoleh t-hitung sebesar 1,455 (<ttabel) dan nilai signifikan 0,148 (>0,05), hal ini menunjukan tidak adanya pengaruh aspek mengenali emosi diri terhadap konsep diri. 59 2. Pada aspek mengelola emosi diri nilai t 2,574 (>t-tabel) dan nilai signifikan 0,011 (<0,05), hal ini menunjukan adanya pengaruh yang signifikan antara aspek mengelola emosi diri terhadap konsep diri. 3. Aspek memotivasi diri perhitungan nilai t-hitung sebesar 5,301 dan signifikasi 0,000 ini menunjukan ada pengaruh yang sangat signifikan dari memotivasi diri terhadap konsep diri. 4. Aspek mengenali emosi orang lain (empati) hasil t-hitung 1,264 dan nilai signifikan 0,208, hal ini menunjukan tidak adanya pengaruh yang signifikan mengenali emosi orang lain terhadap konsep diri. 5. Pada aspek membina hubungan dengan orang lain memperoleh nilai signifikan sebesar 0,013(< 0,05) dengan nilai t-hitung 2,510 (>t-tabel) yang menunjukan adanya pengaruh positif terhadap konsep diri. Dengan demikian, jika ingin diberi intervensi mahasiswa fakultas psikologi untuk meningkatkankan konsep diri, maka aspek-aspek yang paling diperhatikan adalah mengelola emosi diri, memotivasi diri dan membina hubungan dengan orang lain. Sehingga dapat disusun persamaan regresi pada konsep diri, yaitu : Konsep Diri = 36.421 + 0.070*Mengenali emosi diri + 0.185*Mengelola emosi diri + 0.375*Motivasi Diri + 0.069*Empati + 0.161*Membina hubungan dengan orang lain 4.3.2. Regresi Kecerdasan Emosional Dihitung dengan Dimensi Internal Konsep Diri Untuk mengetahui pengaruh variabel aspek-aspek kecerdasan emosional terhadap dimensi internal dari konsep diri disajikan dalam tabel berikut : 60 Tabel 4.7 Anova Dimensi Internal ANOVAb Model 1 Sum of Squares df Mean Square F Regression 6125.690 5 1225.138 Residual 4296.496 124 34.649 10422.186 129 Total Sig. 35.358 .000a a. Predictors: (Constant), membinahub, mengenalemosidiri, berempati, mengelolaemosidiri, motivasidiri b. Dependent Variable: dimensinternal Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai uji F atau F-hitung diperoleh sebesar 35,358 dengan F-tabel 2,444 dan nilai signifikan 0,000. Hal ini menunjukan F-hitung > F-tabel artinya aspek-aspek mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain pada Kecerdasan Emosi dapat digunakan untuk memprediksi dimensi internal pada Konsep Diri. Untuk mengetahui kontribusi yang dilihat dari Adjusted R square dapat dilihat melalui tabel berikut : Tabel 4.8 Model Summary Dimensi Internal Model Summary Model 1 R R Square a .767 .588 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .571 5.88635 a. Predictors: (Constant), membinahub, mengenalemosidiri, berempati, mengelolaemosidiri, motivasidiri 61 Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa perolehan Adjusted R square sebesar 0.571 atau 57,1%. Artinya proporsi varians terhadap dimensi internal konsep diri yang dijelaskan oleh semua independen variabel adalah sebesar 57,1%, sedangkan 42,9% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Koefisien regresi tiap independen variabel dimensi internal terhadap konsep diri dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.9 Koefisien Regresi Dimensi Internal Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error 4.047 3.728 Mengenal emosi diri .060 .065 Mengelola emosi diri .462 Motivasi diri berempati Membina hubungan Coefficients t Beta Sig. 1.085 .280 .067 .927 .356 .097 .425 4.756 .000 .262 .096 .255 2.738 .007 -.039 .074 -.039 -.528 .598 .173 .087 .159 1.987 .049 a. Dependent Variable: dimensi internal Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa aspek-aspek kecerdasan emosional yang memiliki nilai yang signifikan pada hasil penelitian ini adalah mengelola emosi diri, memotivasi diri, dan membina hubungan dengan orang lain. Untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan cukup melihat nilai pada kolom sig atau kolom t (t-hitung). Dari tabel tersebut dapat dilihat perhitungan nilai t dari variabel mengenal emosi diri diperoleh sebesar 0,927 (< t-tabel 1,979) dengan signifikasi 0,356 yang menunjukan aspek mengenali emosi diri tidak mempengaruhi dimensi internal dari konsep diri, sedangkan mengelola emosi diri diperoleh sebesar 4,756 (> ttabel) diketahui t-tabel adalah 1,979 dan nilai signifikan 0,000, hal ini 62 menunjukan adanya pengaruh mengelola emosi diri terhadap konsep diri. Pada variabel memotivasi diri diperoleh hasil t-hitung 2,738 dan signifikasi 0,007 ini menunjukan ada pengaruh yang signifikan dari memotivasi diri terhadap dimensi internal konsep diri. Variabel mengenal emosi orang lain diperoleh sebesar -0,528 (< t-tabel 1,979) dengan signifikasi 0,598 yang menunjukan aspek mengenali emosi orang lain tidak mempengaruhi dimensi internal dari konsep diri, dan pada variabel membina hubungan dengan orang lain diperoleh sebesar 1,987 (< t-tabel 1,979) dengan signifikasi 0,049 yang menunjukan aspek membina hubungan mempengaruhi dimensi internal dari konsep diri. Sehingga dapat disusun persamaan regresi pada konsep diri, yaitu : Konsep Diri = 4.047 + 0.060*Mengenali emosi diri + 0.462*Mengelola emosi diri + 0.262*Motivasi Diri + -0.039*Mengenali Emosi Orang Lain + 0.173*Membina Hubungan Dengan Orang Lain 4.3.3. Regresi Kecerdasan Emosional Dihitung dengan Dimensi Eksternal Konsep Diri Untuk mengetahui bagaimana pengaruh independen variabel dimensi internal terhadap konsep diri maka didapatkan dari hasil uji F pada tabel berikut : Tabel 4.10 Anova Dimensi Eksternal b ANOVA Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression 5273.817 5 1054.763 Residual 4624.398 124 37.294 Total 9898.215 129 F Sig. 28.283 a. Predictors: (Constant), membinahub, mengenalemosidiri, berempati, mengelolaemosidiri, a .000 63 motivasidiri b. Dependent Variable: dimenseksternal Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai uji F atau F-hitung diperoleh sebesar 28,283 dengan F-tabel 2,444 dan nilai signifikan 0,000. Hal ini menunjukan F-hitung > F-tabel artinya aspek mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain (empati) dan membina hubungan dengan orang lain pada Kecerdasan Emosi dapat digunakan untuk memprediksi dimensi eksternal pada Konsep Diri. Untuk mengetahui kontribusi yang dilihat dari Adjusted R square dapat dilihat melalui tabel berikut : Tabel 4.11 Model Summary Dimensi Eksternal Model Summary Model 1 R Adjusted R Std. Error of the Square Estimate R Square a .730 .533 .514 6.10684 a. Predictors: (Constant), membinahub, mengenalemosidiri, berempati, mengelolaemosidiri, motivasidiri Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa perolehan Adjusted R square sebesar 0.514 atau 51,4%. Artinya proporsi varians terhadap dimensi eksternal konsep diri yang dijelaskan oleh semua independen variabel adalah sebesar 51,4%, sedangkan 48,6% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Koefisien regresi tiap independen variabel dimensi eksternal terhadap konsep diri dapat dilihat pada tabel berikut: 64 Tabel 4.12 Koefisien Regresi Dimensi Eksternal Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error 7.625 3.868 Mengenal emosi diri .034 .067 Mengelola emosi diri .038 Motivasi diri Coefficients t Beta Sig. 1.972 .051 .039 .502 .616 .101 .036 .374 .709 .476 .099 .474 4.785 .000 berempati .176 .077 .182 2.292 .024 Membina hubungan .125 .090 .118 1.386 .168 a. Dependent Variable: dimensi eksternal Dari tabel tersebut dapat dilihat perhitungan nilai t dari variabel mengenal emosi diri diperoleh sebesar 0,502 (< t-tabel) dengan signifikasi 0,616 dan mengelola emosi diri diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,374 (< t-tabel) diketahui ttabel adalah 1,979 dan nilai signifikan 0,709, hal ini menunjukan tidak adanya pengaruh mengenali emosi diri dan mengelola emosi diri terhadap dimensi eksternal konsep diri. Pada variabel memotivasi diri dan mengenali emosi orang lain (berempati) diperoleh hasil t-hitung 2,292 dan signifikasi 0,024 ini menunjukan ada pengaruh yang signifikan dari memotivasi diri dan mengenali emosi orang lain terhadap dimensi eksternal konsep diri. Selanjutnya, variabel membina hubungan dengan orang lain nilai t yang dihasilkan 1,386 (<t-tabel) dan nilai sig.0,168, hal ini menunjukan tidak adanya pengaruh membina hubungan dengan orang lain terhadap dimensi eksternal konsep diri. Sehingga dapat disusun persamaan regresi pada konsep diri, yaitu : 65 Konsep Diri = 7,625 + 0.034*Mengenali Emosi Orang Lain + 0.038*Mengelola Emosi diri + 0.476*Memotivasi diri + 0,176*Mengenali emosi Oranglain + 0,024*membina hubungan dengan orang lain 4.3.4 Regresi Berdasarkan Jenis Kelamin dan Semester Untuk mengetahui bagaimana pengaruh independen variabel jenis kelamin dan semester terhadap konsep diri maka didapatkan dari hasil uji F pada tabel berikut : Tabel 4.13 Anova Jenis Kelamin dan Semester ANOVAb Model 1 Sum of Squares Regression df Mean Square 21.441 2 10.721 Residual 7462.128 127 58.757 Total 7483.569 129 F Sig. .182 .833a a. Predictors: (Constant), semester, jeniskelamin b. Dependent Variable: konsepdiri Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai uji F atau F-hitung diperoleh sebesar 0,182 dengan F-tabel 3,068 dan nilai signifikan 0,833. Hal ini menunjukan F-hitung < F-tabel artinya jenis kelamin tidak dapat digunakan untuk memprediksi Konsep Diri. Untuk mengetahui kontribusi yang dilihat dari R square dapat dilihat melalui tabel berikut : 66 Tabel 4.14 Model Summary Jenis Kelamin dan Semester Model Summary Model 1 R R Square .054a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .003 -.013 7.665 a. Predictors: (Constant), semester, jeniskelamin Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa perolehan R square sebesar 0.003 atau 0,03%. Artinya proporsi varians terhadap konsep diri yang dijelaskan oleh semua independen variabel adalah sebesar 0,03 %, sedangkan 99,7 % sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Koefisien regresi tiap independen variabel jenis kelamin dan semester terhadap konsep diri dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.15 Koefisien Regresi Jenis Kelamin dan Semester Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error 77.598 3.086 jeniskelamin .691 1.421 semester .126 .358 Coefficients t Beta Sig. 25.141 .000 .043 .487 .627 .031 .353 .725 a. Dependent Variable: konsepdiri Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jenis kelamin dan semester adalah tidak signifikan pada konsep diri. Untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan cukup melihat nilai pada kolom sig atau kolom t (t-hitung). Jika sig< 0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan 67 pengaruhnya terhadap konsep diri dan sebaliknya, begitu juga jika t-hitung>t-tabel maka variabel tersebut berpengaruh positif terhadap konsep diri. Dari tabel tersebut dapat dilihat perhitungan nilai t dari variabel jenis kelamin diperoleh sebesar 0,487 (< t-tabel) dengan signifikasi 0,627 dan semester diperoleh sebesar 0,353 (< t-tabel) diketahui t-tabel adalah 1,979 dan nilai signifikan 0,725 hal ini menunjukan tidak adanya pengaruh jenis kelamin dan semester terhadap konsep diri. Sehingga dapat disusun persamaan regresi pada konsep diri, yaitu : Konsep Diri = 77,598 + 0,691*Jenis Kelamin + 0,126* Semester 4.4 Analisis Proporsi Varians Untuk Masing – masing Independent Variabel Pada tahapan ini bertujuan untuk melihat apakah signifikan atau tidaknya penambahan proporsi varians dari tiap IV, yang mana IV tersebut dianalisis secara satu per satu. Pada tabel terlihat kolom pertama adalah IV yang dianalisis secara satu per satu, kolom kedua merupakan total penambahan varians DV dari tiap IV yang dianalisis satu per satu tersebut, kolom ketiga merupakan nilai murni varians DV dari tiap IV yang dimasukkan secara satu per satu, kolom keempat adalah harga F hitung bagi IV yang bersangkutan, kolom df adalah derajat bebas bagi IV yang bersangkutan pula, yang terdiri dari numerator dan denumerator. Kolom Ftabel adalah kolom mengenai nilai/harga IV pada tabel F dengan df dan taraf level of significance 5 % yang telah ditentukan sebelumnya, harga pada kolom inilah yang akan dibandingkan dengan harga pada kolom F-hitung. Apabila harga Fhitung lebih besar daripada F-tabel (F-hitung>F-tabel) variabel dikatakan signifikan. Maka kolom selanjutnya, yaitu kolom signifikan akan dituliskan signifikan atau tidak signifikan. Jika signifikan artinya bahwa penambahan 68 (incremented) proporsi varians dari IV yang bersangkutan, dampaknya signifikan. Besarnya proporsi varians pada konsep diri dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.16 Proporsi Varians Kecerdasan Emosional IV R2 X1 X12 X123 X1234 X12345 TOTAL 0.302 0.547 0.655 0.660 0.674 R2 F CHANGE HITUNG 0.302 0.245 0.108 0.005 0.014 0.674 55.484 76.747 82.479 65.707 54.387 DF 124 124 124 124 124 F SIGNIFIKAN TABEL 2.44 2.44 2.44 2.44 2.44 SIGNIFIKAN SIGNIFIKAN SIGNIFIKAN SIGNIFIKAN SIGNIFIKAN Keterangan : X1 = Mengenali emosi diri X2 = Mengelola emosi diri X3 = Motivasi Diri X4 = Empati X5 = Membina hubungan dengan orang lain Dari tabel diatas dapat ringkas sebagai berikut : 1. Variabel mengenali emosi diri memberikan sumbangan sebesar 30,2 % dalam varians konsep diri. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F hitung = 55,484. 2. Variabel mengelola emosi diri memberikan sumbangan sebesar 24,5 % dalam varians konsep diri. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F hitung = 76,747. 69 3. Variabel motivasi diri memberikan sumbangan sebesar 10,8 % dalam varians konsep diri. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F hitung = 82,479. 4. Variabel empati memberikan sumbangan sebesar 0,5% dalam varians konsep diri. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F hitung = 63,707. 5. Variabel membina hubungan dengan orang lain memberikan sumbangan sebesar 1,4% dalam varians konsep diri. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F hitung = 54,387. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keseluruhan IV dari kecerdasan emosional dinyatakan signifikan sumbangannya terhadap konsep diri. Peneliti juga tertarik untuk meneliti adakah pengaruh jenis kelamin terhadap konsep diri. Adapun hasilnya pada tabel berikut : Tabel 4.18 Proporsi Varians Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Semester IV R2 F R2 CHANGE HITUNG DF F TABEL X1 0,002 0,002 0,242 127 3,915 0,003 0,001 0,182 127 3,915 X12 Keterangan : X1 = jenis kelamin X2 = semester SIGNIFIKAN TIDAK SIGNIFIKAN TIDAK SIGNIFIKAN 70 Dari hasil tabel diatas menyatakan bahwa : 1. Variabel jenis kelamin memberikan hanya memberikan kontribusi sebesar 2 % dalam konsep diri. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F hitung = 0,242. 2. Variabel membina hubungan dengan orang lain memberikan sumbangan sebesar 1% dalam varians konsep diri. Kontribusi tersebut sangat tidak signifikan secara statistik dengan F hitung = 0,182. Tabel menjelaskan bahwa jenis kelamin dan semester memiliki paling sedikit pengaruh terhadap konsep diri. 71 BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab ini, peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini juga akan dimuat kesimpulan, diskusi, dan saran. 5.1 Kesimpulan Hasil uji hipotesis pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : a. “Terdapat pengaruh secara signifikan dari dimensi-dimensi atau aspekaspek kecerdasan emosional terhadap konsep diri pada mahasiswa fakultas psikologi UIN Jakarta”. Semakin tinggi kecerdasan emosional mahasiswa berarti semakin tinggi pula konsep dirinya. b. Pada aspek mengenali emosi diri diperoleh nilai t-hitung 0,927 dan nilai signifikan 0,356, hal ini menunjukan tidak terdapat pengaruh mengenali emosi diri terhadap dimensi internal konsep diri. c. Pada aspek mengelola emosi diri diperoleh nilai t-hitung 4,756 (>t-tabel 1,979) dan nilai signifikan 0,000 hal ini menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan antara mengelola emosi diri terhadap dimensi internal konsep diri. d. Pada aspek memotivasi diri diperoleh nilai t-hitung 2,738 (>t-tabel) dan nilai signifikan 0,007 (<0,05)hal ini menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan antara memotivasi diri terhadap dimensi internal konsep diri. 72 e. Pada aspek memotivasi diri diperoleh nilai t-hitung 2,738 (>t-tabel) dan nilai signifikan 0,007 (<0,05)hal ini menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan antara memotivasi diri terhadap dimensi internal konsep diri. f. Pada aspek membina hubungan dengan orang lain diperoleh nilai t-hitung 1, 987 dan nilai signifikan 0,049, hal ini menunjukan ada pengaruh antara membina hubungan dengan orang lain terhadap dimensi internal konsep diri. g. Pada aspek mengenali emosi diri diperoleh nilai t-hitung 0,503 dan nilai signifikan 0,616, hal ini menunjukan tidak terdapat pengaruh mengenali emosi diri terhadap dimensi eksternal konsep diri. h. Pada aspek mengelola emosi diri diperoleh nilai t-hitung 0,374 dan nilai signifikan 0,709, hal ini menunjukan tidak adanya pengaruh mengelola emosi diri terhadap dimensi eksternal konsep diri. i. Pada aspek memotivasi diri diperoleh nilai t-hitung 4,785 dan nilai signifikan 0,000, hal ini menunjukan adanya pengaruh memotivasi diri terhadap dimensi eksternal konsep diri. j. Pada aspek mengenali emosi orang lain (empati) diperoleh nilai t-hitung 2,292 dan nilai signifikan 0,024, hal ini menunjukan ada pengaruh signifikan antara mengenali emosi orang lain terhadap dimensi eksternal konsep diri. k. Pada aspek membina hubungan dengan orang lain diperoleh nilai t-hitung 1, 386 dan nilai signifikan 0,168, hal ini menunjukan tidak ada pengaruh antara membina hubungan dengan orang lain terhadap dimensi eksternal konsep diri. 73 Pada kelima independen variabel aspek-aspek kecerdasan emosional, variabel yang memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap konsep diri, yaitu mengelola emosi diri, memotivasi diri, dan membina hubungan dengan orang lain. Aspek-aspek kecerdasan emosional tersebut mempunyai nilai signifikan yang tinggi 0,011 untuk mengelola emosi diri, 0,00 untuk memotivasi diri, dan 0,013 untuk membina hubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, berdasarkan hasil penelitian ini jika ingin diberi intervensi mahasiswa fakultas psikologi untuk meningkatkankan konsep diri, maka aspek-aspek yang paling diperhatikan adalah mengelola emosi diri, memotivasi diri dan membina hubungan dengan orang lain. Sedangkan pada proporsi varians atau kontribusi yang diberikan aspek-aspek kecerdasan emosional tersebut, yaitu 24,5% untuk mengelola emosi diri, 10,8 % untuk memotivasi diri, untuk 0,5% mengenali emosi orang lain, dan 1,4 % untuk membina hubungan dengan orang lain, serta 30,2% untuk mengenali emosi diri. Pada IV mengenali emosi orang lain, walaupun hasil yang diperoleh paling sedikit tetapi tetap mempunyai hubungan yang positif terhadap konsep diri. Pada variabel jenis kelamin dan semester tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri dengan sumbangan varians masing-masing 2% untuk jenis kelamin dan 1% berdasarkan semester, maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional berdasarkan jenis kelamin dan semester dengan konsep diri. 5.2 Diskusi Korelasi kelima variabel tersebut bersifat positif, hal ini sesuai dengan koefisien regresi mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, 74 mengenali emosi orang lain (empati), dan membina hubungan dengan orang lain pada DV tersebut yang bernilai postif. Artinya jika semakin tinggi mengenali emosi diri seorang mahasiswa, maka semakin tinggi pula konsep diri mahasiswa tersebut. Begitupun juga pada variabel mengelola emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain (empati), dan membina hubungan dengan orang lain. Dari hasil analisis data dibuktikan, bahwa mengenali emosi diri dan mengelola emosi diri memberikan sumbangan varians masing-masing sebesar 30,2 % dan 24,5% terhadap konsep diri, hal ini sesuai dengan teori dari Wiliam H. Fitts (Agustiani, 2006:139) menjelaskan konsep diri secara fenomenologis, dan mengatakan bahwa ketika individu mempersepsikan dirinya, bereaksi terhadap dirinya, memberikan arti dan penilaian, serta membentuk abstraksi tentang dirinya. Sedangkan pada motivasi diri, sumbangan varian sejumlah 10,8% terhadap konsep diri, hal ini bersesuaian dengan teori yang disampaikan Goleman (2006:45) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri dan dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Dari hasil analisis data dibuktikan, bahwa mengenali emosi orang lain dan mengelola emosi diri memberikan sumbangan masing-masing varians sebesar 30,2 % dan 24,5% terhadap konsep diri, selisih yang tidak terlalu jauh terhadap masing-masing faktor menunjukan hal ini sesuai dengan teori dari C.H. Cooley membuktikan bahwa dengan mengamati pencerminan perilaku terhadap respon orang lain seseorang dapat mempelajari diri sendiri. Variabel mengenali emosi 75 orang lain dan membina hubungan dengan orang lain juga merupakan variabel yang paling besar kontribusinya dalam pengaruhnya terhadap konsep diri. Mahasiswa sudah seharusnya dapat mengenali emosi dan mampu mengelola emosi dalam dirinya karena dengan kemampuan tersebut maka akan membuatnya peka kepada emosi orang lain. Ia menjadi bisa mengontrol diri apabila emosinya muncul sehingga tidak merugikan perasaan orang lain dan dengan mampu mengenali emosi seseorang akan dapat memahami bila suatu saat orang lain mengalami hal yang pernah dirasakan sebelumnya. Hal ini mencerminkan bagaimana konsep diri, jika seorang mahasiswa mempunyai konsep diri yang positif maka itu berasal dari bagaimana ia memandang dirinya secara positif yang kemudian menciptakan tingkah laku positif. Konsep diri dipengaruhi oleh pandangan orang lain terhadap diri, kemampuan untuk berempati dan membina hubungan dengan orang lain akan membentuk pandangan yang positif dari orang lain kepada dirinya sehingga konsep diri menjadi positif juga dan menghasilkan tingkah laku positif. 5.3 Saran Peneliti menyadari banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu peneliti membagi saran menjadi 2, yaitu saran teoritis dan saran praktis. Saran tersebut dapat dijadikan pertimbangan bagi penelitian lain yang akan meneliti yang sama. 76 5.3.1 Saran Teoritis Pada penelitian ini penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Peneliti dapat lebih menggali variabel yang diteliti melalui item-tem pernyataan yang lebih detail dalam menggambarkan variabel terutama pada variabel mengenali emosi diri. 2. Peneliti selanjutnya sebaiknya tidak menggunakan responden yang berbeda dalam menguji instrumen dan dalam melakukan penelitian yang sebenarnya 5.3.2 Saran Praktis 1. Untuk meningkatkan konsep diri, berdasarkan hasil penelitian ini, maka kecerdasan emosional pada mahasiswa juga perlu untuk ditingkatkan terutama pada aspek yang paling diperhatikan adalah mengelola emosi diri, memotivasi diri dan membina hubungan dengan orang lain. 2. Variabel mengenali emosi orang lain dan membina hubungan orang lain merupakan variabel yang paling besar kontribusinya terhadap konsep diri, maka hendaknya perlu bagi setiap mahasiswa untuk lebih peka terhadap emosi dan perasaan orang lain dan membina hubungan interaksi yang baik dengan mahasiswa yang lain.