Pengaruh Dukungan Emosional Guru, Dukungan Instrumental Guru

advertisement
Pengaruh Dukungan Emosional Guru, Dukungan Instrumental Guru, dan
Kecemasan Matematika Siswa terhadap Keterlibatan Siswa dalam Belajar
Matematika
Peny Adreanty dan Linda Primana
1.
2.
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Depok
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Depok
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dukungan emosional dari guru, dukungan instrumental dari
guru, dan kecemasan matematika siswa terhadap keterlibatan siswa dalam belajar matematika. Partisipan
berjumlah 112 siswa kelas 4-5 sekolah dasar. Dukungan emosional, dukungan instrumental, dan kecemasan
matematika diukur menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Federici dan Skaalvik (2014). Keterlibatan
siswa dalam belajar matematika diukur menggunakan alat ukur School Engagement Measurement (SEM)MacArthur. Hasil utama penelitian mengungkapkan bahwa dukungan emosional, dukungan instrumental, dan
kecemasan matematika memiliki pengaruh signifikan terhadap keterlibatan siswa dalam belajar matematika
secara bersama-sama.
Lebih lanjut jika dilihat kontribusi setiap variabel prediktor secara terpisah, hanya
dukungan emosional dan kecemasan matematika yang memiliki pengaruh signifikan terhadap keterlibatan siswa
dalam belajar matematika sedangkan dukungan instrumental tidak.
The Influence of Emotional Teacher Support, Instrumental Teacher Support, and Student
Math Anxiety on Student Engagement in Math Subject
Abstract
This research aimed to examine the influence of emotional teacher support, instrumental teacher support, and
student math anxiety on student engagement in math subject. The participants were 112 elementary school
students in 4th - 5th grade. Emotional support, instrumental support, and math anxiety was measured using items
developed by Federici and Skaalvik (2014). Student engagement was measured using School Engagement
Measurement (SEM)-MacArthur. The result of this research revealed that emotional teacher support,
instrumental teacher support, and student math anxiety have significant impact on student engagement in math
subject simultaneously. Furthermore, if we look each predictors’ contribution separatedly, only emotional tacher
support and student math anxiety have significant impact, while the instrumental teacher support not.
Key words: Emotional teacher support, instrumental teacher support, math anxiety, student engagement, math
subject
Pendahuluan
Pendidikan dasar menjadi hal yang penting bagi seorang anak. Pendapat tersebut
didukung UU RI nomor 20 tahun 2003 Pasal 17 ayat 1 yang mengemukakan bahwa
1
Pengaruh dukungan…, Peny Adreanty, FPsi UI, 2014
Universitas Indonesia
2
pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Jenjang pendidikan dasar tersebut meliputi Sekolah Dasar (SD), Madrasah
Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MT), dan bentuk
lain yang sederajat (dalam www.dikti.go.id).
Salah satu pelajaran yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran siswa di sekolah dasar
adalah matematika. Wimbardi (2012) mengungkapkan bahwa kemampuan matematika sangat
diperlukan oleh manusia pada usia awal perkembangannya terutama pada saat anak duduk di
sekolah dasar karena kemampuan matematika diperlukan untuk secara kognitif membantu
siswa dapat berpikir logis dan kemampuan tersebut perlu dikuasai siswa sekolah dasar (SD)
untuk membantu mereka mencerna ilmu-ilmu yang akan datang pada kelas atau jenjang
pendidikan yang lebih tinggi (dalam www.beritasatu.com). Sayangnya, banyak siswa yang
memiliki sikap negatif terhadap pelajaran matematika (Rice, Barth, Guadagno, Smith, &
McCallum, 2013). Bodovski dan Farkas (2007) mengemukakan matematika merupakan
pelajaran yang penting karena keberhasilan dalam matematika tergantung dari keterlibatan
siswa dalam belajar matematika di sekolah dibandingkan dengan pelajaran lain seperti bahasa
yang pencapaiannya lebih kuat dipengaruhi keluarga.
Merasakan kelekatan secara emosi dan hadir secara fisik di sekolah tidak cukup untuk
membuat kesuksesan dalam akademis jika siswa tidak memiliki keterlibatan dalam belajar
(Skinner, Kindermann, & Furrer, 2009). Keterlibatan siswa diartikan sebagai tingkat
partisipasi aktif dari siswa dalam aktivitas pembelajaran, tujuan, nilai-nilai akademis,
lingkungan dan individu yang terkait (Skinner, dkk., 2009). Keterlibatan siswa menjadi hal
yang penting karena dapat memengaruhi hasil dalam pembelajaran dan perkembangan
(Reeve, Jang, Carrel, Jeon, & Barch, 2004). Marks (2000) mengemukakan bahwa
ketidakterlibatan siswa dari sekolah bisa menjadi akar dari proses perkembangan dasar yang
mendasari kegagalan sekolah dan putus sekolah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Bodovski dan Farkas (2007) pun menemukan bahwa keterlibatan siswa dalam belajar
matematika memiliki efek positif terhadap peningkatan pencapaian aademis dalam pelajaran
matematika.
Fredericks, dkk. (2004) mengemukakan bahwa keterlibatan siswa dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah dukungan dari guru. Hubungan antara
siswa dengan guru dapat mengembangkan sistem nilai akademis, mempertahankan
keterlibatan dalam jangka panjang, dan membentuk identitas diri siswa sebagai pembelajar
(McHugh, Horner, Colditz, & Wallace, 2012). Sejumlah penelitian memberikan bukti kuat
Universitas Indonesia
Pengaruh dukungan…, Peny Adreanty, FPsi UI, 2014
3
bahwa hubungan antara guru dan murid yang positif memprediksi tingkat keterlibatan siswa
dan motivasi, usaha, strategi pembelajaran adaptif, prestasi siswa dan kesejahteraan siswa
(Federici & Skaalvik, 2014). Klem dan Connell (2004) turut mengemukakan bahwa siswa
perlu merasakan bahwa guru terlibat dengan mereka, yaitu mengetahui dan peduli kepada
mereka.
Bentuk dukungan yang dapat diberikan guru diantaranya adalah dukungan sosial.
Metheny, dkk. (2008) mengemukakan bahwa guru merupakan sumber kunci untuk dukungan
sosial karena anak dan remaja menghabiskan banyak waktu mereka di sekolah. Anak yang
mendapatkan dukungan sosial yang positif dari guru dan teman sebaya akan menunjukkan
kompetensi sosial dan akademis yang baik pula (Wentzel, Battle, Russell, & Looney, 2010).
House (1987) menyebutkan terdapat empat jenis dukungan sosial, yaitu dukungan emosional,
dukungan instrumental, dukungan informasional, dan dukungan penghargaan.
Malecki dan Demaray (2003) mengemukakan bahwa sumber pemberian atas masingmasing jenis dukungan sosial dapat berbeda-beda. Akan tetapi, hasil penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa dukungan emosional dari guru yang mencakup perasaan cinta
dan kepercayaan merupakan dukungan yang paling unik dan kuat pengaruhnya terhadap
perkembangan keterampilan sosial dan kemampuan akademis siswa jika dibandingkan
dengan jenis dukungan sosial yang lain (Malecki & Demaray, 2003). Temuan dalam
penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa persepsi emosi positif terhadap guru
berhubungan dengan hasil pendidikan yang positif. Lebih lanjut, Federici dan Skaalvik (2014)
mengungkapkan bahwa siswa yang merasa didukung secara emosional lebih mungkin untuk
mengeluarkan usaha dalam belajar, meminta bantuan, dan menggunakan strategi
pembelajaran regulasi diri pada pelajaran matematika dimana hal tersebut peneliti asumsikan
sebagai bentuk dari adanya keterlibatan siswa dalam belajar matematika berdasarkan definisi
keterlibatan siswa yang sudah disebutkan sebelumnya.
Hasil penelitian yang dilakukan Federici dan Skaalvik (2014) menunjukkan bahwa
selain dukungan emosi, dukungan instrumental turut memiliki pengaruh yang besar terhadap
proses belajar siswa. Dukungan instrumental dari guru terbukti memprediksi tingkah laku
pencarian bantuan dalam diri siswa dimana hal tersebut diasumsikan sebagai bentuk adanya
keterlibatan belajar dalam matematika. Jika dukungan emosi ditandai dengan kepedulian,
maka dukungan instrumental ditandai dengan dukungan nyata, misalnya, ketika guru
membantu siswa memecahkan masalah atau menyelesaikan tugas yang sulit (Semmer,
Elvering, Jacobshagen, Perrot, Beehr, & Boos, 2008). Malecki dan Demaray (2003) juga
Universitas Indonesia
Pengaruh dukungan…, Peny Adreanty, FPsi UI, 2014
4
mengemukakan bahwa dukungan instrumental ditunjukkan dalam bantuan praktikal dan
sumber instrumental. Beberapa studi pun menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap
dukungan instrumental berpengaruh terhadap motivasi siswa dan dalam menjalankan
fungsinya dengan baik. Terlepas dari masih sedikitnya penelitian mengenai dukungan
instrumental terhadap siswa, penelitian yang dilakukan oleh Federici dan Skaalvik (2014)
menunjukkan bahwa dukungan instrumental patut dipertimbangkan untuk diberikan oleh
guru.
Selain dukungan guru, ada faktor internal yang dapat memengaruhi keterlibatan siswa
dalam belajar matematika. Terlepas dari pentingnya dalam kehidupan sehari-hari, matematika
sering dilihat sebagai topik yang sulit (Yuksel-Sahin, 2008). Kebanyakan individu mengalami
kekhawatiran dan ketakutan saat menghadapi informasi yang berhubungan dengan numerik
atau disebut dengan math anxiety atau kecemasan matematika (Maloney & Beilock, 2012).
Richardson dan Suinn mendefinisikan kecemasan matematika atau math anxiety sebagai
perasaan tertekan dan kecemasan yang muncul saat berhadapan dengan angka dan berbagai
permasalahan matematika dalam beragam konteks kehidupan dan akademis (Gierl & Bisanz,
1995 dalam Yukhel-Sahin, 2008). Dikatakan oleh Baker, Dilly, Aupperlee, dan Patil (2003
dalam Sakiz, Pape, & Hoy, 2012) bahwa dukungan sosial dan rendahnya kecemasan dalam
lingkungan pembelajaran pun berakibat pada sikap positif terhadap sekolah, keterlibatan yang
lebih hebat dalam kegiatan akademis, dan pencapaian akademis yang lebih baik. Hal tersebut
dapat mengindikasikan bahwa kecemasan matematika turut menjadi faktor yang berpengaruh
terhadap keterlibatan siswa dalam belajar matematika.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui, “Apakah terdapat pengaruh dari
dukungan emosional dari guru, dukungan instrumental dari guru, dan kecemasan matematika
terhadap keterlibatan siswa dalam belajar matematika?”.
Tinjauan Pustaka
Variabel yang dibahas sebanyak empat variabel, yaitu keterlibatan siswa dalam belajar
matematika, dukungan emosional guru, dukungan instrumental guru, dan kecemasan
matematika siswa.
Keterlibatan Siswa dalam Belajar Matematika
Belum ada yang mendefinisikan secara khusus istilah keterlibatan siswa dalam belajar
matematika, sehingga definisi yang digunakan masih merujuk pada istilah keterlibatan siswa
Universitas Indonesia
Pengaruh dukungan…, Peny Adreanty, FPsi UI, 2014
5
dalam belajar. Connell dan Wellborn (1981) mendefinisikan keterlibatan siswa sebagai
partisipasi aktif secara konstruktif, penuh antusias, memiliki keinginan, dan fokus secara
emosi serta kognitif dalam kegiatan akademis di sekolah. Keterlibatan siswa juga diartikan
sebagai tingkat partisipasi aktif dari siswa dalam aktivitas pembelajaran, tujuan, nilai-nilai
akademis, lingkungan dan individu yang terkait (Skinner, dkk., 2009). Menurut Fredricks,
dkk. (2004), keterlibatan siswa merupakan suatu konstruk multidimensional yang terdiri dari
tiga dimensi, yaitu keterlibatan tingkah laku, keterlibatan emosional, dan keterlibatan kognitif.
Matematika dipilih menjadi fokus dalam penelitian ini karena merupakan salah satu
pelajaran yang penting. Maloney dan Beilock (2012) mengemukakan bahwa kemampuan
matematika dasar merupakan hal yang penting untuk kesuksesan dalam sekolah dan
kehidupan sehari-hari sehingga usia siswa sekolah dasar merupakan usia yang penting untuk
mempelajari kemampuan matematika dasar. Lebih lanjut, menurut Bodovski dan Farkas
(2007), penyebab dari matematika menjadi pelajaran yang penting adalah karena progres
matematika bergantung dalam pembelajaran di sekolah dibandingkan dengan pelajaran lain
seperti bahasa dan seni yang pencapaiannya lebih kuat dipengaruhi keluarga. Oleh karena itu,
keterlibatan atau partisipasi siswa diperlukan untuk meraih kesuksesan dalam matematika.
Dukungan Emosional
Dukungan emosional didefinisikan sebagai tingkah laku yang menunjukkan
kepedulian terhadap orang lain. Tingkah laku tersebut meliputi kepedulian, empati,
kepercayaan, dan kesediaan untuk mendengarkan. Dukungan ini yang pada umumnya orang
artikan sebagai “dukungan” saat orang lain mendukung mereka (House, 1981 dalam Federici
& Skaalvik, 2014). Patrick, dkk. (2011) turut mengemukakan definisi dukungan emosional
dalam konteks pendidikan yaitu tingkah laku mencakup persepsi siswa tentang kepercayaan,
kehangatan, rasa hormat, dan cinta serta komunikasi empati dan perhatian dari guru mereka.
Dukungan emosional umumnya merujuk pada persepsi umum siswa terhadap guru atau guru
tertentu sebagai hangat, ramah, mendorong, dan menerima bahwa siswa memiliki
kemampuan yang berbeda. Dukungan emosional spesifik mengacu pada dukungan emosional
dalam situasi tertentu, misalnya, ketika seorang siswa bekerja pada tugas yang sulit atau
khawatir tentang tidak memiliki teman-teman di sekolah.
Dukungan Instrumental
Universitas Indonesia
Pengaruh dukungan…, Peny Adreanty, FPsi UI, 2014
6
House mendefinisikan dukungan instrumental sebagai tingkah laku yang melibatkan
pemberian bantuan, seperti menghabiskan waktu memberikan bantuan dan memodifikasi
lingkungan untuk kebutuhan mereka. Semmer, dkk. (2008) menyatakan bahwa dukungan
instrumental ditandai dengan dukungan nyata, misalnya, ketika guru membantu siswa
memecahkan masalah atau menyelesaikan tugas yang sulit. Dukungan instrumental
ditunjukkan melalui persepsi siswa terhadap bantuan praktikal dan sumber instrumental.
Bantuan tersebut meliputi pertanyaan, klarifikasi, koreksi, kolaborasi, dan peragaan dari guru
yang berkontribusi terhadap pemahaman, penyelesaian masalah, dan pengembangan
keterampilan (Malecki & Demaray, 2003).
Kecemasan Matematika Siswa
Kecemasan matematika merupakan masalah yang nyata yang dapat berdampak pada
tujuan pribadi seorang anak muda, keputusan dalam berkarir yang dibuat, dan masa depan
(Furner & Gonzalez-DeHass, 2011). Tobias (dalam Furner & Gonzalez-DeHass, 2011)
mendefinisikan kecemasan matematika sebagai perasaan tegang dan cemas saat berhadapan
dengan permasalahan manipulasi angka dan penyelesaian masalah matematika dalam
berbagai macam peristiwa kehidupan sehari-hari atau pun secara khusus dalam akademis. Jadi
kecemasan matematika adalah perasaan cemas saat berhadapan dengan permasalahan yang
berhubungan dengan angka dalam akademis.
Metode Penelitian
Tipe dan Desain Penelitian
Terdapat dua tipe penelitian menurut Gravetter dan Forzano (2009), yaitu penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif
karena dilakukan pengukuran terhadap respon setiap siswa untuk mendapatkan data berupa
skor yang kemudian akan dianalisis secara statistik dan hasil akhirnya disimpulkan dan
diinterpretasikan.
Gravetter dan Forzano (2009) menyebutkan terdapat lima desain penelitian atau yang
mereka sebut dengan strategi penelitian, yaitu penelitian deskriptif, penelitian korelasional,
penelitian eksperimental, penelitian kuasi-eksperimental, dan penelitian noneksperimental.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional karena bertujuan untuk melihat
hubungan antar variabel, yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, kecemasan
matematika, dan keterlibatan belajar matematika pada siswa dalam satu kelompok, yaitu
Universitas Indonesia
Pengaruh dukungan…, Peny Adreanty, FPsi UI, 2014
7
siswa sekolah dasar. Lalu lebih lanjut, dianalisis pengaruh dari variabel-variabel prediktor
terhadap variabel terikat.
Partisipan Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa sekolah dasar (SD). Klem dan Connel (2004)
mengemukakan bahwa ketidakterlibatan siswa dalam belajar sudah dimulai sejak sekolah
dasar. Selain itu, Metheny, dkk. (2008) mengemukakan bahwa dukungan dari guru
merupakan hal yang penting bagi anak-anak karena mereka banyak menghabiskan waktu di
sekolah dan guru menjadi sumber dukungan yang kuat. Dari populasi tersebut, sampel
penelitian ini adalah siswa kelas 4-5 SD diperkirakan berusia sekitar 9-11 tahun dimana usia
tersebut masih tergolong dalam kelompok anak sekolah dasar.
Pada kelas 4, anak sudah berusia 9 tahun dimana menurut Papalia, dkk. (2008)
kemampuan anak dalam pengorganisasian kalimat atau disebut sintaks juga berkembang pesat
pada usia tersebut. Anak-anak dapat membuat struktur kalimat dengan lebih elaboratif.
Kemampuan dalam membaca dan menulis pun sangat berkembang pada rentang usia ini,
maka diasumsikan anak sudah dapat mengolah informasi dari kuesioner dan memahami
pernyataan atau pun pertanyaan dalam kuesioner dengan lebih baik dibandingkan anak yang
berada di kelas 1-3. Selain itu, Maloney dan Beilock (2012) mengemukakan bahwa
kecemasan matematika biasanya mulai berkembang seiring dengan meningkatnya tingkat
kesulitan pelajaran matematika menuju akhir sekolah dasar. Dengan demikian, kelas 4-5
sekolah dasar dianggap memenuhi kriteria tersebut.
Pada penelitian ini, teknik sampling yang digunakan yaitu nonprobability sampling
karena peneliti tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah populasi siswa sekolah dasar di
Indonesia, lalu tipe nonprobability sampling yang digunakan yaitu convenience karena
sampel yang diambil dengan memilih partisipan yang mudah didapatkan atau ditemui.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner dengan rincian
sebagai berikut:
1. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur keterlibatan siswa dalam belajar yaitu
Student Engagement Measure (SEM)-MacArthur oleh Fredricks, dkk. (2005) yang
sebelumnya telah diadaptasi, dimodifikasi, dan digunakan dalam penelitian Mafaza
Universitas Indonesia
Pengaruh dukungan…, Peny Adreanty, FPsi UI, 2014
8
(2012). Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai reliabilitas sebesar 0.660, kemudian
peneliti juga menambahkan sebanyak 6 aitem pada alat ukur ini. Hasil reliabilitas alat
ukur ini secara umum pada saat pengambilan data menunjukkan reliabilitas sebesar
0.750 (menggunakan Cronbach Alpha).
2. Alat ukur dukungan emosional diadaptasi dari alat ukur yang dibuat oleh Federici dan
Skaalvik (2014). Uji reliabilitas alat ukur ini menunjukkan sebesar 0.591, kemudian
peneliti menambahkan satu aitem dalam alat ukur ini. Hasil reliablitas alat ukur saat
pengambilan data menunjukkan bahwa alat ukur ini memiliki reliabilitas sebesar 0.782
(menggunakan Cronbach Alpha).
3. Alat ukur dukungan instrumental juga diadaptasi dari alat ukur yang dibuat oleh
Federici dan Skaalvik (2014). Uji reliabilitas alat ukur ini menunjukkan hasil sebesar
0.716 (menggunakan Cronbach Alpha).
4. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kecemasan matematika juga diadaptasi
dari alat ukur yang dibuat oleh Federici dan Skaalvik (2014). Uji reliabilitas alat ukur
menunjukkan sebesar 0.830 (menggunakan Cronbach Alpha).
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan,
dan tahap pengolahan data.
Tahap Persiapan. Peneliti melakukan persiapan sebelum dilaksanakannya penelitian.
Pertama, peneliti mencari literatur dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, skripsi terkait
dukungan emosional, dukungan instrumental, keterlibatan siswa dalam belajar, dan
kecemasan matematika. Peneliti kemudian melakukan adaptasi terhadap tiga alat ukur dari
Federici dan Skaalvik dengan cara alih bahasa ke bahasa Indonesia. Setelah itu, dilakukan
analisis expert judgement oleh tiga orang dosen Psikologi UI. Alat ukur yang sudah melalui
expert judgement kemudian dilakukan uji keterbacaan. Selain melakukan uji keterbacaan
terhadap lima siswa kelas IV-B, peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa untuk
menyesuaikan alat ukur dengan konteks yang dialami siswa. Setelah itu, alat ukur tersebut
direvisi dan dibuat kedalam bentuk booklet, kemudian dilakukan uji coba. Untuk alat ukur
School Engagement Measurement (SEM)-MacArthur, peneliti tidak melakukan adaptasi alat
ukur yang berupa alih bahasa dan expert judgement karena sudah pernah ada penelitian yang
menggunakan alat ukur tersebut dan dalam bahasa Indonesia namun peneliti tetap melakukan
uji keterbacaan.
Universitas Indonesia
Pengaruh dukungan…, Peny Adreanty, FPsi UI, 2014
9
Tahap Pelaksanaan. Pengambilan data pada penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7,
8, 16, dan 17 Mei 2014. Sebelum dimulainya pengambilan data, peneliti terlebih dahulu
memberikan penjelasan mengenai petunjuk pengisian kuesioner di dalam kelas. Proses
pengambilan data yang mencakup instruksi dan pengerjaan menghabiskan waktu sekitar 4560 menit. Dari 128 kuesioner yang disebar di empat kelas (kelas IV-V) pada SDN 3 Pondok
Cina, hanya 112 kuesioner yang dapat diolah. Sebanyak 16 tidak dapat diolah karena ada
pernyataan yang tidak dijawab oleh partisipan atau usia partisipan yang ternyata sudah
melebihi kriteria.
Tahap Pengolahan Data. Data yang telah terkumpul pada tahap pelaksanaan,
dilakukan seleksi agar data yang tidak lengkap tidak dimasukkan dalam pengolahan data.
Data tersebut kemudian diolah secara kuantitatif menggunakan program SPSS (Statistical
Package for social Science) statistics.
Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dukungan emosional guru dan
dukungan instrumental guru yang dipersepsi siswa serta kecemasan matematika siswa
terhadap keterlibatan siswa dalam belajar matematika. Teknik statistik yang digunakan dalam
analisis utama hasil penelitian ini menggunakan pearson product moment dan multiple
regression. Pearson product moment digunakan pada tahap awal analisis untuk mengetahui
hubungan antara variabel dukungan emosional, dukungan instrumental, dan kecemasan
matematika dengan keterlibatan siswa dalam belajar matematika. Selanjutnya dilakukan
analisis multiple regression untuk mengetahui pengaruh dari dukungan emosional dari guru,
dukungan instrumental dari guru, dan kecemasan matematika pada siswa terhadap
keterlibatan siswa dalam belajar matematika yaitu teknik multiple regression.
Tabel 1 Hasil Perhitungan Pearson Correlation antara Dukungan Emosional, Dukungan
Instrumental, dan Kecemasan Matematika dengan Keterlibatan Siswa dalam Belajar
Matematika
Dukungan Emosional
Dukungan Instrumental
Kecemasan Matematika
**L.o.S 0.01 *L.o.S 0.05
r
0.505
0.456
-0.223
p
0.000**
0.000**
0.018*
Universitas Indonesia
Pengaruh dukungan…, Peny Adreanty, FPsi UI, 2014
10
Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat hubungan antara variabel dukungan emosional,
dukungan instrumental, dan kecemasan matematika dengan keterlibatan siswa dalam belajar
matematika. Antara dukungan emosional dengan keterlibatan siswa dalam belajar matematika
menunjukkan nilai r sebesar 0.505 dan signifikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan emosional dengan keterlibatan
siswa dalam belajar matematika.
Selanjutnya antara dukungan instrumental dengan keterlibatan siswa dalam belajar
matematika menunjukkan nilai r sebesar 0.456 dan signifikan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan instrumental
dengan keterlibatan siswa dalam belajar matematika. Terakhir, antara kecemasan matematika
dengan keterlibatan siswa dalam belajar matematika menunjukkan nilai r sebesar -0.223 dan
signifikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan
signifikan antara kecemasan matematika dengan keterlibatan siswa dalam belajar matematika.
Tabel 2 Hasil Perhitungan Multiple Regression dari Dukungan Emosional Guru,
Dukungan Instrumental Guru, dan Kecemasan Matematika Siswa terhadap
Keterlibatan Siswa dalam Belajar Matematika
Prediktor
Konstanta
Dukungan Emosional Guru
Dukungan Instrumental Guru
Kecemasan Matematika Siswa
F=16.190(p<0.01), R2=0.310
β
0.407
0.127
-0.211
p
.000
.002
.315
.010
Berdasarkan hasil perhitungan multiple regression tabel 2, diperoleh nilai F sebesar
16.190 dan signifikan (p = 0.000, <0.001). Hal ini menunjukkan bahwa model regresi yang
dihasilkan cocok dalam menggambarkan dukungan emosional guru, dukungan instrumental
guru, dan kecemasan matematika siswa sebagai prediktor dari keterlibatan siswa dalam
belajar matematika. Dengan demikian, dukungan emosional, dukungan instrumental, dan
kecemasan matematika dapat memprediksi terhadap keterlibatan siswa dalam belajar
matematika secara bersama-sama. Hasil perhitungan juga menunjukkan nilai R2 sebesar
0.310. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan emosional guru, dukungan instrumental guru,
dan kecemasan matematika siswa berpengaruh sebesar 31% terhadap keterlibatan siswa
dalam belajar matematika secara bersama-sama, sedangkan 69 % lainnya dipengaruhi faktor
selain variabel prediktor dalam penelitian ini.
Universitas Indonesia
Pengaruh dukungan…, Peny Adreanty, FPsi UI, 2014
11
Selanjutnya dilakukan analisis kontribusi setiap variabel prediktor dalam model
regresi yang dihasilkan. Ditemukan bahwa dukungan emosional guru berkontribusi positif
dan signifikan terhadap keterlibatan siswa dalam belajar matematika. Nilai beta yang
diperoleh sebesar 0.407 (p<0.01). Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu poin dari
dukungan emosional, maka akan meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar matematika
sebesar 0.407 poin. Selanjutnya, kecemasan matematika siswa menunjukkan pengaruh yang
negatif dan signifikan (p<0.05) terhadap keterlibatan siswa dalam belajar matematika dengan
nilai beta yang diperoleh sebesar -0.211. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu
poin kecemasan matematika akan menurunkan keterlibatan siswa dalam belajar matematika
sebesar 0.211. Pada dukungan instrumental guru menunjukkan nilai beta sebesar 0.127 namun
tidak signifikan karena nilai p sebesar 0.315 (p>0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa
secara terpisah, dukungan instrumental tidak berkontribusi secara signifikan terhadap
keterlibatan siswa dalam belajar matematika.
Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari
dukungan emosional
dukungan instrumental yang diberikan guru serta kecemasan
matematika siswa terhadap keterlibatan siswa dalam belajar matematika dimana 31%
keterlibatan siswa dalam belajar dapat diprediksi oleh dukungan emosional dari guru,
dukungan instrumental dari guru, kecemasan matematika secara bersama-sama, segkan 69%
sisanya diprediksi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak terukur dalam penelitian ini.
Dengan angka tersebut dapat dikatakan bahwa pengaruh yang diberikan dari tiga variabel
prediktor cukup besar walaupun pengaruh yang diberikan tidak mencapai 50%. Seperti yang
dikemukakan oleh Baker, dkk. (2003, dalam Sakiz, dkk., 2012) bahwa dukungan sosial,
dalam penelitian ini yang mengarah spesifik kepada dukungan emosional instrumental serta
rendahnya kecemasan dalam lingkungan pembelajaran dapat berakibat pada keterlibatan
siswa yang lebih hebat dalam kegiatan akademis.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan kontribusi masing-masing variabel prediktor,
yaitu dukungan emosional dari guru, dukungan instrumental dari guru,
kecemasan
matematika dalam memprediksi keterlibatan siswa dalam belajar matematika. Berdasarkan
hasil penghitungan dapat diketahui bahwa dukungan emosional guru kecemasan matematika
siswa berpengaruh secara signifikan secara masing-masing sedangkan dukungan instrumental
tidak signifikan dalam memprediksi keterlibatan siswa dalam belajar matematika saat terlepas
Universitas Indonesia
Pengaruh dukungan…, Peny Adreanty, FPsi UI, 2014
12
dari model regresi yang ada. Lebih lanjut, dukungan emosional guru lebih memengaruhi
keterlibatan siswa dalam belajar matematika dibandingkan dengan kecemasan matematika
dukungan instrumental guru.
Hasil temuan penelitian ini hampir serupa dengan hasil penelitian Malecki dan Demaray
(2003) yang menunjukkan bahwa dukungan emosional guru merupakan tipe dukungan yang
paling berkontribusi terhadap kemampuan sosial siswa
kompetensi akademis. Memang
penelitian tersebut tidak menunjukkan pengaruh terhadap keterlibatan siswa dalam belajar
matematika, namun hasil penelitian ini turut membuktikan bahwa dukungan emosional
merupakan dukungan yang paling berkontribusi dalam keterlibatan siswa.
Selain itu, Furrer dan Skinner (2003) melakukan penelitian menggunakan istilah lain
seperti relatedness, connectedness, belonging dimana hal tersebut dilihat sebagai hubungan
positif antara guru siswa atau dipersepsikan sebagai dukungan guru secara emosional yang
kemudian mendapatkan hasil bahwa dukungan guru secara emosional dapat memprediksi
keterlibatan siswa. Hal tersebut juga mengindikasikan bahwa dukungan emosional merupakan
dukungan yang penting bagi siswa.
Selain itu ditemukan kontribusi yang signifikan dari kecemasan matematika siswa
terhadap keterlibatan siswa dalam belajar matematika. Meski pengaruhnya lebih kecil
dibandingkan dukungan emosional dari guru, dapat dikatakan bahwa kecemasan matematika
pada siswa juga memiliki pengaruh terhadap keterlibatan siswa dalam belajar matematika.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat siswa mengalami perasaan cemas atau memiliki
ketakutan terhadap pelajaran matematika, siswa akan menjadi tidak nyaman sepanjang jam
pelajaran matematika menjadi tidak terlibat dalam pelajaran matematika.
Selanjutnya, ditemukan pula tidak signifikannya kontribusi dukungan instrumental
terhadap keterlibatan siswa dalam belajar matematika jika dilihat secara terpisah. Hasil
temuan ini bertolak belakang dengan penelitian Federici dan Skaalvik (2014) yang
menemukan bahwa dukungan instrumental lebih berpengaruh membantu siswa dalam
menghadapi pelajaran matematika
dukungan emosional tidak cukup kuat untuk berdiri
sendiri dalam membantu siswa dalam menghadapi pelajaran matematika. Penelitian ini justru
menemukan bahwa dukungan emosional secara terpisah pun cukup kuat pengaruhnya
terhadap keterlibatan siswa dalam belajar matematika, segkan dukungan instrumental tidak
cukup kuat untuk berdiri sendiri tanpa aya dukungan emosional.
Terkait tidak signifikannya pengaruh dukungan instrumental terhadap keterlibatan
siswa, peneliti mencurigai hal tersebut karena tingkat korelasi yang tinggi antara dukungan
Universitas Indonesia
Pengaruh dukungan…, Peny Adreanty, FPsi UI, 2014
13
instrumental dengan variabel prediktor lainnya. Setelah melihat kembali hasil korelasi antar
variabel, ditemukan bahwa dukungan instrumental berkorelasi dengan dukungan emosional
sebesar 0.767 signifikan. Menurut Cohen dan Holliday (1982, dalam Bryman dan Cramer,
2005) menyebutkan bahwa korelasi antara rentang 0.7-0.89 masuk dalam kategori tinggi. Hal
ini Federici dan Skaalvik (2014) mengungkapkan bahwa guru yang memberikan dukungan
instrumental bisa saja dipersepsikan siwa sebagai guru yang mendukung secara emosional.
Guru yang menolong siswanya untuk mengerti permasalahan matematika, memecahkan
persoalan matematika,
mengembangkan kemampuan dalam matematika, dikatakan
membantu siswa untuk lebih memahami matematika. Hal ini dapat menyebabkan siswa
memersepsi guru sebagai sosok yang hangat, peduli, ramah yang merujuk sebagai dukungan
emosional.
Kesimpulan
Tujuan utama penelitian ini untuk menguji pengaruh dukungan emosional guru dan
dukungan instrumental guru yang dipersepsi siswa serta kecemasan matematika siswa
terhadap keterlibatan siswa dalam belajar matematika. Berdasarkan hasil analisis utama, dapat
diketahui bahwa dukungan emosional guru dan dukungan instrumental guru yang dipersepsi
siswa serta kecemasan matematka pada siswa berpengaruh terhadap keterlibatan siswa dalam
belajar matematika secara bersama-sama. Selain itu, dapat diketahui bahwa dukungan
emosional guru yang dipersepsi siswa dan kecemasan matematika siswa dapat memprediksi
keterlibatan siswa dalam belajar matematika sedangkan dukungan instrumental guru tidak
dapat memprediksi keterlibatan siswa dalam belajar matematika secara tersendiri tanpa
adanya variabel lain. Lebih lanjut, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kontribusi
dukungan emosional guru dalam memprediksi keterlibatan belajar siswa lebih besar
dibandingkan dengan kecemasan matematika siswa, maka dapat dikatakan bahwa dukungan
emosional lebih memengaruhi keterlibatan siswa dalam belajar matematika dibandingkan
kecemasan matematika pada siswa itu sendiri.
Limitasi
Peneliti menyadari masih terdapat kekurangan dalam melakukan penelitian ini dimana
kekurangan tersebut dapat memengaruhi hasil penelitian ini. Berikut ini adalah kekurangankekurangan yang dirasakan peneliti dalam melakukan penelitian.
Universitas Indonesia
Pengaruh dukungan…, Peny Adreanty, FPsi UI, 2014
14
a.
Metode pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini hanya menggunakan
kuesioner yang mengukur persepsi siswa. Hal tersebut bisa menimbulkan bias pada
partisipan terhadap keadaan dirinya sendiri. Lebih lanjut, pada variabel dukungan
emosional dukungan instrumental dilakukan pengukuran persepsi siswa terhadap guru
matematika mereka yang bisa saja dipengaruhi oleh favoritisme atau ketakutan terhadap
guru mereka.
b.
Pada penelitian ini, tidak dapat dilihat status sosial ekonomi partisipan yang mungkin
bisa menjelaskan keterlibatan siswa dalam belajar matematika berdasarkan latar belakang
keluarga.
c.
Skala likert yang digunakan dalam alat ukur berupa kata-kata yang bisa saja masih sulit
untuk dipahami perbedaan antar skalanya walau sudah dilakukan uji keterbacaan
terhadap beberapa siswa.
Saran
Saran Metodologis
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menyarankan beberapa hal untuk
dilakukan dalam penelitian selanjutnya, yaitu sebagai berikut:
a.
Partisipan penelitian ini adalah siswa sekolah dasar usia 9-11 tahun yang sedang berada
di kelas 4-5. Hal tersebut menunjukkan bahwa sampel penelitian ini hanya berasal dari
dua tingkat kelas di sekolah dasar. Oleh sebab itu, akan lebih baik jika penelitian
selanjutnya mengambil sampel penelitian dari kelas satu sampai kelas 5 atau 6 untuk
lebih menggambarkan keadaan siswa sekolah dasar mengenai variabel yang diteliti.
b.
Berdasarkan poin a, metode yang digunakan untuk pengambilan data dapat ditambahkan
dengan observasi agar seluruh rentang usia sekolah dasar dapat tercapai, misalnya untuk
kelas 1-3 SD yang diasumsikan belum bisa mengolah kalimat pada kuesioner dengan
baik. Selain observasi, pengambilan data juga dapat digunakan melalui wawancara dan
unit analisis lain yaitu orang-orang terdekat siswa, seperti orang tua dan guru. Hal
tersebut dapat menambah keakuratan data kuesioner yang dijawab oleh siswa.
c.
Respon pilihan pada skala likert yang berupa kata-kata sebaiknya diganti menggunakan
smiley face agar siswa lebih dapat membedakan antar respon.
Saran Praktis
a.
Berdasarkan hasil utama penelitian ini, dapat dikatakan bahwa dukungan emosional
berpengaruh untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar matematika.
Universitas Indonesia
Pengaruh dukungan…, Peny Adreanty, FPsi UI, 2014
15
Dukungan emosional yang diberikan dapat mencakup kepedulian, keramahan,
kehangatan yang ditunjukkan guru.Oleh karena itu, penting bagi guru untuk membentuk
hubungan yang baik dengan siswa yang dalam hubungan tersebut menunjukkan
pemberian dukungan secara emosional kepada siswa, terutama saat siswa menghadapi
pelajaran yang mungkin dianggap sulit oleh siswa seperti pelajaran matematika.
b.
Selain dukungan emosional, hasil penelitian juga bahwa kecemasan matematika ikut
berpengaruh terhadap keterlibatan siswa dalam belajar matematika
hasil tambahan
penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kecemasan matematika antara
partisipan laki-laki perempuan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa orang tua, guru,
sosok penting yang didekat siswa sebaiknya tidak memberikan pangan kepada siswa
bahwa matematika merupakan hal yang menakutkan sementara itu disaat yang bersamaan
menekankan bahwa matematika merupakan hal yang penting. Selain itu, pihak-pihak
yang terkait dengan pembelajaran siswa sebaiknya menggunakan metode yang
menyenangkan untuk pelajaran matematika agar siswa lebih terlibat dalam belajar
meminimalkan terjadinya kecemasan matematika pada siswa.
c.
Sebaiknya guru turut memberikan dukungan instrumental kepada siswa untuk
memperkuat meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar matematika. Walau pun
secara terpisah dukungan instrumental tidak kuat untuk berdiri sendiri, namun saat
bersamaan dengan dukungan emosional terbukti memberikan pengaruh yang kuat.
d.
Psikolog sekolah hendaknya memerhatikan hal ini untuk kemudian dapat merancang
program sekolah, memberikan masukan, memberikan pelatihan kepada guru agar dapat
lebih peka terhadap siswanya serta menciptakan lingkungan sekolah yang menyenangkan
suportif.
e.
Untuk mencegah terjadinya ketidakterlibatan dalam diri siswa, siswa sebaiknya
mengutarakan keinginan kondisi kelas atau cara mengajar guru matematika.
f.
Siswa yang mengalami rendahnya keterlibatan dalam belajar matematika di kelas dapat
melihat bagaimana cara mengajar guru matematika mereka, jika ternyata belum cukup
memberikan
dukungan
emosional
dan
dukungan
instrumental,
siswa
dapat
mengkomunikasikannya kepada guru mereka.
Siswa yang memiliki kecemasan matematika sebaiknya memberanikan diri untuk mengatakan
mengenai kondisi mereka kepada guru matematika agar guru tahu dan dapat mengambil
tindakan untuk mengurangi kecemasan tersebut.
Universitas Indonesia
Pengaruh dukungan…, Peny Adreanty, FPsi UI, 2014
16
Daftar Referensi
A.n. (2012). Psikolog: Siswa SD Perlu Kemampuan Matematika. Terakhir diakses melalui
http://www.beritasatu.com/news/33574-psikolog-siswa-sd-perlu-kemampuanmatematika.html pada 9 Maret 2014.
Bryman, A., & Cramer, D. (2005). Quantitative Data Analysis with SPSS 12 and 13: A Guide
for Social Scientist. London: Routledge.
Bodovski, K. & Farkas, G. (2007). Mathematics Growth in Early Elementary School: The
Roles of Beginning Knowledge, Student Engagement, and Instruction. The Elementary
School Journal, 108 (2): 115-130.
Federici, R. A. & Skaalvik, E.M. (2014). Students’ Perceptions of Emotional and
Instrumental Teacher Support: Relation with Motivational and Emotional Responses.
International Education Studies, 7 (1), 21-35.
Fredricks, J. A., Blumenfeld, P.C., & Paris, A.H. (2004). School Engagement: Potential of
The Concept, State of The Evidence. Review of Educational Research, 74 (1), 59-109.
Fredricks, J. A., Blumenfeld, P. C., Friedel, J., & Paris, A. H. (2005). School Engagement.
Dalam K.A. Moore dan L. Lipman (Eds.), What do children need to flourish?:
conceptualizing and measuring indicators of positive development. New York: Kluwer
Academic/Plenum Press.
Furner, J, M. & Gonzalez-DeHass, A. (2011). How do Students’ Mastery and Performance
Goals Relate to Math Anxiety?. Eurasia Journals of Mathematics, Science &
Technology Education, 7(4); 227-242.
Hirschfield, P.J., & Gasper, J. (2011). The Relationship Between School Engagement and
Delinquency in Late Childhood and Early Adolescence. Journal Youth Adolescence,
40, 3-22.
House, J. S. (1987). Social Support and Social Forum. Sociology Forum, 2 (1).
Klem, A. M. & Connell, J.P. (2004). Relationships Matter: Linking Teacher Support to
Student Engagement and Achievement. Journal of School Health, 74, 7.
Malecki, C. K., & Demaray, M. C. (2003). What Type of Support Do They Need?
Investigating Student Adjustment as Related to Emotional, Informational, Appraisal,
and Instrumental Support. School PsychologyQuarterly, 18 (3); 231-252.
Universitas Indonesia
Pengaruh dukungan…, Peny Adreanty, FPsi UI, 2014
17
Maloney, E. A. & Beilock, S. L. Math Anxiety: Who Has it, Why It Develops, and How to
Guard Against It?. Trends in Cognitive Sciences, 16(8).
Marks, H. M. (2000). Student Enggement in Instructional Activity: Patterns in Elementary,
Middle, and High School Years. American Education Reasearch Journal, 37(1); 153184.
McHugh, R. M., Horner, C. G., Colditz, J. B., & Wallace, T. L. (2012). Bridges and Barriers:
Adolescent Perceptions of Student-Teacher Relationship. Urban Education, 48(1), 943. DOI: 10.1177/0042085912451585.
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. O. (2008). Human Development (10th. ed.). New
York: McGraw-Hill International.
Patrick, H., Kaplan, H., & Ryan, A. M. (2011). Positive Classroom Motivational
Environments: Convergence Between Mastery Goal Structure and Classroom Social
Climate. Journal of Educational Psychology, 103(2); 367-382.
Reeve, J., dkk. (2004). Enhancing Student’s Engagement by Increasing Teachers’ Autonomy
Support. Motivation and Emotion, 28(2).
Rice, L., Barth, J. M., Guadagno, R. E. Smith, G. P. A., McCallum, D. M. (2013). The Role
of Social Support in Students’ Perceived Abilities and Attitudes Toward Math and
Science. Journal of Youth Adolescence, 42: 1028-1040. DOI 10.1007/s10964-0129801-8.
Sakiz, G., Pape, S. J., & Hoy, A. W. (2012). Does Perceived Teacher Affective Support
Matter for Middle School Students in Mathematics Classrooms?. Journal of School
Psychology, 50, 235-255.
Semmer, N. K., Elfering, A., Jacobshagen, N., Perrot, T., Beehr, T. A., & Boos, N. (2008).
The Emotional Meaning of Instrumental Social Support. International Journal of
Stress Management, 15(3); 235-251.
Skinner, E. A., Kinderman, T. A., & Furrer, C. J. (2009). A Motivational Perspective on
Engagement and Disaffection: Conceptualization and Assessment of Children’s
Behavioral and Emotional Participation in Academic Activities in The Classroom.
Educational
and
Psychological
Measurement,
69
(3);
493-525.
DOI:
10.1177/0013164408323233.
Undang-undang
Republik
Indonesia
Nomor
20
Tahun
2003.
Diunduh
dari
www.dikti.go.id/files/atur/UU20-2003Sisdiknas.pdf pada tanggal 28 Februari 2014.
Universitas Indonesia
Pengaruh dukungan…, Peny Adreanty, FPsi UI, 2014
18
Wentzel, K. R., Battle, A., Russell, S. L., & Looney, L. B. (2010). Social Supports From
Teachers and Peers as Predictors of Academic and Social Motivation. Contemporary
Educational Psychology, 35, 193–202.
Yukhel-Sahin, F. (2008). Mathematics Anxiety Among 4th and 5th Grade Turkish
Elementary School Students. International Electric Journal of Mathematics
Education, 3(3).
Universitas Indonesia
Pengaruh dukungan…, Peny Adreanty, FPsi UI, 2014
Download