perspective - Commonwealth Bank

advertisement
MARKET
PERSPECTIVE
Wealth Management Newsletter | Mei 2017
Fiscal Policy Effect
Dengan perubahan kebijakan ekonomi
diharapkan pertumbuhan ekonomi akan
semakin tinggi dan besar
GREETINGS
Nasabah yang terhormat,
Terima kasih atas kepercayaan Anda menjadi Nasabah setia Commonwealth Bank.
Pada edisi e-Market Perspective kali ini Kami mengulas mengenai pergerakan pasar
keuangan baik pasar saham maupun obligasi sepanjang bulan April 2017. Untuk
memberikan insight kepada nasabah mengenai kondisi perekonomian pada saat ini,
Kami membahas mengenai perubahan arah kebijakan ekonomi global yang mengarah
kepada kebijakan fiskal.
Ide penggunaan kebijakan fiskal sebagai stimulus ekonomi sebenarnya telah bergulir
sejak pertemuan G-20 pada Februari 2016 lalu, namun belum ada negara yang
langsung menerapkannya pada tahun tersebut. Wacana terus meningkat setelah
Amerika Serikat memiliki presiden baru pada November lalu dan menjadikan Amerika
Serikat sebagai negara pertama yang mengedepankan kebijakan fiskal untuk
menggerakan roda perekonomiannya. Salah satu kebijakan fiskal yang ditempuh
adalah pemotongan tarif pajak korporasi maupun perorangan.
Ternyata tidak hanya Amerika Serikat yang memilih kebijakan fiskal sebagai senjata
menghadapi perlambatan ekonomi global. Berdasarkan janji kampanye beberapa
kandidat presiden Perancis memperlihatkan bahwa penerapan kebijakan fiskal juga
akan dilakukan untuk menopang pertumbuhan ekonomi Perancis ke depannya.
Rencana penerapan kebijakan fiskal terus merambah ke beberapa negara lain,
tidak hanya di Eropa namun juga negara kawasan Asia. Diharapkan kebijakan fiskal
dapat menjadi formula yang ampuh untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi global
menggantikan kebijakan moneter yang telah berlangsung cukup lama.
Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai strategi dan rekomendasi
produk-produk investasi, Anda dapat menghubungi Relationship Manager Kami di
cabang terdekat.
Rustini Dewi
Director of Retail Banking
Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Mei 2017 | 1
EQUITY MARKET REVIEW
APRIL 2017
Pada awal bulan April IHSG melanjutkan penguatan hingga
menyentuh level 5.680, setelahnya IHSG terkoreksi hingga
pertengahan bulan di tengah kekhawatiran rilis laporan
keuangan kuartal pertama yang kurang baik.
Selama awal hingga pertengahan bulan April perkembangan
pasar global relatif flat, tidak ada berita signifikan yang
mempengaruhi pergerakan arah pasar. Pada awal bulan April
berita AS melakukan konfrontasi terhadap pemerintahan
resmi Suriah cukup menyita perhatian, namun tidak banyak
memberikan dampak pada pasar.
Kejutan terbesar pada bulan April datang dari Jakarta,
dengan kalahnya Gubernur incumbent saat ini Basuki
Tjahaja Purnama pada pemilihan Gubernur untuk masa
periode 2017-2022 pada 19 April lalu. Kekalahan Basuki
secara mutlak dengan selisih hingga 15% di luar dugaan
banyak lembaga survei.
Walaupun hasil pemilihan Gubernur dapat dikatakan di luar
dugaan, namun kondusifnya pelaksanaan Pilkada dapat
diapresiasi secara positif. Capital inflow terus mengalir
deras ke IHSG. Sementara berita yang paling dinantikan
pada April ini keluar cukup memuaskan. Bila pada awalnya
para analis cenderung skeptis akan rilis laporan keuangan
1Q17, namun hingga akhir April rilis laporan yang keluar
menunjukkan hasil 5% lebih tinggi dari ekspektasi analis.
Yield SBN 10 tahun naik tipis sebanyak 0,5 bps ke 7,05%
sepanjang April, sementara yield INDON 10 tahun turun 7,8
bps ke 3,78%.
Positifnya pasar obligasi salah satunya didorong oleh masih
derasnya arus dana investor asing yang mencatatkan netbuy sebesar Rp22,6 triliun, dimana sepanjang tahun ini
telah melakukan net-buy sebesar Rp80,01 triliun lebih
besar jika dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu
sebesar Rp63,4 triliun.
Selain arus dana investor asing, pasar obligasi mendapatkan
sentimen positif dari rilis data makro ekonomi seperti
cadangan devisa yang kembali meningkat ke USD121,8
miliar pada akhir Maret, inflasi Maret yang tercatat deflasi
sebesar 0,02% atau turun menjadi 3,61% YoY dan stabilnya
nilai tukar rupiah di kisaran Rp13,300 per dolar AS.
Meredanya risiko politik dalam negeri, setelah Pilkada DKI
putaran kedua berjalan lancar dan aman, ikut mendorong
penurunan presepsi risiko Indonesia serta didukung oleh
hasil pemilu Perancis putaran pertama yang dimenangkan
oleh Emmanuel Macron, kandidat pro Uni Eropa.
Yield Curve SBN
Hingga akhir April IHSG naik +7,34% YTD, MSCI World
Index naik +7,26% YTD, dan MSCI Emerging Market Index
naik +13,42% YTD. Sementara investor asing telah masuk
ke pasar saham sebesar Rp22,31 triliun.
Indeks Global Dalam Periode Uptrend
Sumber: Bloomberg
GLOBAL MARKET OUTLOOK
Tax Policy Change as Political Pledge
Sumber: Bloomberg
BOND MARKET REVIEW
APRIL 2017
Obligasi SBN dan INDON sama-sama mencatatkan total
return positif sepanjang bulan April. Kinerja SBN tercermin
dengan naiknya BINDO Index sebesar 0,85% ke level
209,82. Sementara positifnya kinerja INDON tercermin dari
kenaikan BEMSID Index sebesar 0,53% pada periode yang
sama.
Pemilihan Presiden Perancis untuk putaran pertama telah
dilaksanakan. Hasil pemilihan menunjukkan posisi pertama
ditempati Macron dengan suara 23,7% kemudian disusul
Le Pen dan Fillon dengan suara masing-masing 21,5% dan
19,9%. Hal yang menarik dari pemilihan Presiden Perancis
saat ini dapat dilihat dari kemiripan strategi yang diajukan
oleh masing-masing calon yaitu mengajukan pemangkasan
pajak. Ide yang cukup berani sebenarnya bila melihat
rasio hutang Perancis yang saat ini telah mencapai 96%,
bandingkan dengan Indonesia yang hanya memiliki rasio
hutang 27%. Kemungkinan para calon Presiden tersebut
tidak terlalu khawatir dengan bertambahnya hutang akibat
berkurangnya pendapatan pajak, mengingat bunga hutang
pemerintah Perancis yang tidak sampai 1%.
2 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Mei 2017
Janji populis pemangkasan pajak sebelumnya telah
sukses mengantarkan Donald Trump, yang awalnya tidak
diunggulkan untuk menduduki kursi kepresidenan. Namun
mempertimbangkan perkembangan ekonomi global saat
ini, apa yang dijanjikan Trump bukan hanya sekedar janji
politik, namun merupakan strategi yang dipandang oleh
Trump suatu kebutuhan untuk mengembalikan ekonomi AS
kembali pada masa jayanya.
Apa yang dipikirkan oleh AS saat ini tampak mulai
dipertimbangkan oleh negara-negara lainnya, termasuk
juga Indonesia yang sempat memiliki gagasan akan
melakukan pemangkasan pajak pendapatan namun masih
tertunda karena masih ketatnya anggaran pemerintah.
belahan dunia. Sukses tidaknya kebijakan moneter
dapat menjadi bahan perdebatan, namun kebijakan yang
abnormal seperti suku bunga negatif dan QE tidak dapat
dipertahankan selamanya, apalagi dengan melihat rasio
hutang pemerintah negara-negara maju terus meroket.
Global Earning per Share Growth
Y/Y%
20%
MSCI USA
MSCI EAFE
MSCI ACWI ex US
MSCI EM
15%
10%
5%
0%
Developed Country Debt to GDP Very High
-5%
-10%
Debt to GDP
-15%
140%
-20%
120%
-25%
2012
100%
80%
2013
2014
2015
2016
2017
Sumber: MSCI, Fidelity
60%
40%
20%
Tax Cut to Boost Productivity
0%
AS
German
2007
Perancis
Italy
Spanyol
2016
Sumber : Bloomberg diolah oleh Commonwealth Bank
Monetary Easing Era is Near to End
Sebelum mempertimbangkan kebijakan fiskal melalui
pemangkasan pajak, pada umumnya negara-negara maju
sangat mengandalkan, atau bahkan dapat dikatakan
terlalu mengandalkan kebijakan moneter yang dilakukan
oleh bank sentral dengan melakukan pemangkasan
suku bunga. Bahkan bank sentral beberapa negara maju
memperkenal strategi Negative Interest Rate Policy (NIRP)
atau suku bunga negatif. Strategi yang dapat dikatakan
kontroversial dimana deposan malah dirugikan karena
dipangkas dananya. Strategi ini menunjukkan bagaimana
frustasinya bank sentral untuk mengaktifkan kembali roda
ekonomi dengan inflasi sebagai indikator kuatnya.
Pada meeting G-20 pada bulan Februari tahun lalu
sesungguhnya para pelaku kebijakan ekonomi sepakat
bahwa kebijakan moneter saja tidaklah cukup, diperlukan
dukungan kebijakan fiskal untuk menstimulus kembali
bergeraknya roda ekonomi. Namun wacana tersebut
tidak tampak terlihat pada realisasi kebijakan selama
2016. Dengan banyaknya pergantian pemerintahan dan
diadakannya pemilu serta pilpres tahun ini, kemungkinan
realisasi kebijakan fiskal tersebut akan semakin besar ke
depannya.
Setelah sekian lama mengandalkan kebijakan moneter,
tanda-tanda perlambatan ekonomi global tampak sudah
menyentuh titik dasar. Angka rasio manufaktur, ekspor,
dan inflasi mulai menunjukkan peningkatan di berbagai
Setelah periode kebijakan moneter mendekati akhir
dan memasuki tahap normalisasi, maka dibutuhkan
strategi baru untuk memastikan terjaganya growth pada
perekonomian. Strategi yang digunakan adalah dengan
melakukan pemangkasan pajak oleh pemerintah.
Karl Marx filsuf atau ekonom yang mempopulerkan sistem
sosialis pernah berkata, untuk melenyapkan kapitalisme
caranya dengan menaikkan pajak, menaikan lagi, dan terus
dinaikan. Namun sejarah membuktikan sistem sosialis itu
gagal membuat perekonomian menjadi hidup dan tumbuh
berkembang. Sementara sistem kapitalisme pasar bebas,
walaupun banyak pembencinya, pembuat jurang kaya
dan miskin serta masih jauh dalam bentuk sempurna,
namun sampai saat ini terbukti merupakan sistem yang
paling mampu menggerakan roda ekonomi dan tumbuh
berkembang.
Ide memangkas tarif pajak akan mengurangi pendapatan
pemerintah dan pengeluaran pemerintah untuk social
security akan menjadi ide yang semakin populer ke
depannya. Dibandingkan dengan AS, negara-negara Eropa
memiliki beban pengeluaran untuk social security yang jauh
lebih besar terhadap ekonominya. Pemangkasan social
security jelas bukan tindakan yang populer dan merupakan
tantangan besar untuk diimplementasikan.
Dengan memangkas pajak pendapatan akan membuat
masyarakat
menjadi
lebih
bersemangat
dalam
meningkatkan kemakmuran, dan pada akhirnya membantu
mendorong roda ekonomi bergerak lebih cepat. Seperti
mengulangi apa yang dilakukan bangsa Eropa ketika
bermigrasi ke AS pertama kalinya, keinginan meraih
kemakmuran hingga akhirnya dapat bertumbuh menjadi
negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Mei 2017 | 3
Tax War on Global Scale Begin
Increasing Tax Revenue Doesn’t Always
a Good Things for Economy
90.0%
80.0%
70.0%
77.3%
72.0%
60.0%
50.0%
50.0%
40.0%
30.0%
15.5%
20.0%
1.4%
10.0%
3.3%
0.0%
-10.0
Portugal
Italy
France
-2.6%
Germany Greece United
United
Kingdom States
Tax Revenue Growth 1980 - 2015
Sumber: OECD diolah oleh Commonwealth Bank
Sumber: Kontan
Less Tax, Less Government Intervention,
More Growth
Ketika Indonesia sedang giat-giatnya untuk meningkatkan
pendapatan dari pajak, sebaliknya yang terjadi di negaranegara maju saat ini justru mempertimbangkan untuk
memangkas pendapatan dari pajak. Setidaknya ada dua
hal yang perlu dipertimbangkan. Pertama, rasio pemasukan
pajak pemerintah Indonesia saat ini masih sangat rendah
dibandingkan negara anggota OECD. Kedua, karena alasan
yang sama mengapa masyarakat Eropa berbondongbondong ke benua Amerika pasca ditemukannya oleh
Colombus, yakni keinginan membangun kemakmuran,
melepaskan diri dari beban pajak yang mencekik di Eropa
bagi kalangan bawah saat itu. Terlalu tingginya pajak justru
tidak sehat untuk perekonomian.
Dapat dilihat pada grafik sejak 1980 sampai sekarang
negara-negara Eropa yang mengalami peningkatan
pemasukan pajak paling besar justru negara-negara
yang ekonominya bermasalah saat ini seperti Yunani,
Italia, dan Portugal. Tentu terdapat alasan lain yang
menyebabkan ekonomi negara tersebut bermasalah,
namun meningkatnya pemasukan pajak juga memberikan
kontribusi yang signifikan. Terus meningkatnya pajak tidak
selalu berarti positif, terutama pada perekonomian.
Tidak ada formula yang pasti berapa idealnya rasio
penerimaan pajak terhadap PDB, sama halnya seperti
sistem kapitalis yang tidak sempurna, dan terus
berkembang mengikuti kondisi pasar yang dinamis. Namun
yang jelas perkembangan ekonomi global saat ini kembali
menuju ke arah tersebut, pemangkasan pajak, menjadi
lebih kapitalis, dan itu berarti government control less.
Yunani, Italia, dan Portugal yang merupakan
negara-negara yang ekonominya
bermasalah adalah negara-negara Eropa
yang mengalami peningkatan pemasukan
pajak paling besar.
EQUITY MARKET OUTLOOK
Kesuksesan penyelenggaraan pesta politik pemilihan
gubernur yang aman dan terkendali merupakan
hal yang perlu disambut positif oleh semua pihak,
termasuk bagi para investor yang memerlukan
kepastian bisnis.
Kemenangan Gubernur Terpilih Baru
Hampir serupa dengan yang terjadi pada saat referendum
Brexit, pada umumnya kalangan masyarakat kelas
menengah dan lebih moderat mengarahkan dukungannya
pada Gubernur incumbent. Namun hasil pemilihan
Gubernur 19 April lalu menunjukkan hasil yang sebaliknya.
Pasangan Anies-Sandiaga yang pada awal pencalonan
merupakan calon dengan potensi kemenangan terendah
menurut beberapa lembaga survey dan mendapatkan
dukungan partai politik paling sedikit berhasil keluar
menjadi pemenang.
Terlepas dari hasil pemilihan Gubernur yang cukup
mengejutkan, kesuksesan penyelenggaraan pesta politik
ini dengan aman dan terkendali merupakan hal yang
perlu disambut positif oleh semua pihak, termasuk bagi
para investor yang memerlukan kepastian bisnis. Hasil
pemilihan sendiri menunjukkan kemenangan mutlak bagi
pasangan Anies-Sandiaga dengan suara 57,9% dan 42,0%
dibandingkan pasangan Ahok-Djarot.
Track record pasangan Gubernur terpilih Anies-Sandiaga
dapat dikatakan sangat baik dan saling melengkapi.
Sebelum terjun ke dunia politik Anies Baswedan berasal
dari kalangan akademisi dengan bekerja sebagai Rektor
Universitas Paramadina dan sempat menjabat sebagai
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, sementara Sandiaga
Uno adalah seorang investment banker yang terkenal
dengan private equity-nya, Saratoga Investama Sedaya,
yang melantai di bursa pada tahun 2013.
4 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Mei 2017
sementara consumer confidence index saat ini berada di
level all time high.
Rilis 1Q17 Melampaui Ekspektasi
Melihat data penjualan ritel hingga bulan April, menunjukan
bahwa kalangan menengah dan atas sudah mulai
menunjukkan tren pemulihan. Namun data penjualan ritel
masyarakat kalangan bawah masih belum cukup solid,
in-line dengan data penjualan motor yang masih berada
dalam tren penurunan. Meski demikian dengan meningkat
pesatnya belanja modal perusahaan-perusahaan dan
meningkatnya belanja infrastruktur pemerintah dapat
mendorong penciptaan lapangan kerja dan meningkatkan
daya beli masyarakat kalangan bawah.
Uniknya bila tahun lalu Indonesia sebagai negara yang
mengandalkan
konsumsi
pada
perekonomiannya
dipandang sebagai sebuah keuntungan ketika terjadi
ketidakpastian pada perdagangan global, maka di
2017 cerita berbalik ketika angka menunjukan bahwa
perekonomian dunia mulai pulih, angka perdagangan dan
ekspor meningkat, sentimen growth story lebih berpusat
ke negara-negara yang mengandalkan ekspor. Dengan
demikian negara yang mengandalkan konsumsi dianggap
justru akan mengalami pemulihan yang lebih lambat.
Pandangan ini dapat dikatakan selaras dengan perfoma
IHSG yang dapat dikatakan terlambat mengalami kenaikan
dan menerima capital inflow dari investor global.
Sumber: Bloomberg
Perubahan Perkiraan Profit Korporasi
10%
Three-month change
5
0
-5
-10
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Sumber: Blackrock, Reuters, MSCI
Janji politik paling menarik dari Gubernur terpilih ini
adalah ide untuk memberikan DP rumah 0%. Pasangan ini
melihat banyak masyarakat Jakarta kalangan menengah
bawah masih mengalami kesulitan untuk membeli rumah
karena besarnya DP yang dibutuhkan. Anies memberikan
beberapa syarat kepada masyarakat untuk dapat memiliki
kesempatan mendapatkan program ini diantaranya adalah
penghasilan maksimal Rp7 juta dan menabung dengan
nominal tertentu secara disiplin ke Bank DKI minimal 6
bulan terakhir untuk mendapatkan rumah dengan kisaran
harga Rp350 juta. Saat ini pasangaan Anies-Sandiaga
mengklaim banyak pihak tertarik bekerja sama dengan
pemerintah Jakarta untuk menjalankan penyaluran
pendanaan tersebut.
Keunggulan Sekaligus Kelemahan Negara yang
Mengandalkan Konsumsi pada Perekonomiannya
Bermula dari mulai membaiknya harga komoditi, datadata ekonomi global menunjukkan pemulihan, manufaktur
berada di fase ekspansi dan angka perdagangan global
juga menunjukkan peningkatan. Sejalan dengan pemulihan
global, Indonesia juga menunjukkan tren pemulihan dan
diproyeksikan oleh World Bank akan bertumbuh 5,2% dan
5,3% di tahun 2017 dan 2018.
Dari sisi konsumen dan produsen di Indonesia menunjukkan
tren peningkatan kepercayaan bahwa ekonomi akan lebih
baik. Mayoritas emiten di Indonesia saat ini sudah mulai
menaikan belanja modal mereka secara cukup signifikan,
Hingga awal bulan April kekhawatiran pemulihan Indonesia
lebih lambat dari ekspektasi menjadi kekhawatiran para
ekonom. Angka konsumsi semen masih cenderung flat,
realisasi belanja pemerintah pada kuartal pertama juga
tidak sebaik tahun lalu. Namun dengan rilis angka ekspor
Indonesia meningkat 23,5% YoY pada Maret memberikan
harapan ekonomi Indonesia masih mampu bertumbuh
5,0% pada kuartal pertama ini.
Pemulihan Retail Kalangan Menengah Bawah
Lebih Lambat
Sumber: CLSA, Company
Belanja Modal Emiten Besar Meningkat
40%
2016
30%
17CL
20%
10%
0%
-10%
-20%
-30%
Conglo (Astra)
Sumber:: CLSA, Company
Telco
Tobacco
Consumer
Staples
Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Mei 2017 | 5
Rilis Laporan Keuangan 1Q17 di Atas Ekspektasi
Di luar ekspektasi para analis yang awalnya memprediksi
laporan keuangan pada kuartal pertama akan kurang
baik, namun hingga saat ini dari emiten yang telah merilis
laporan keuangan hampir 70% dari kapitalisasi IHSG
menunjukkan hasil 5% lebih tinggi dari konsensus, angka
yang sangat baik. Berdasarkan data Bloomberg, laba
bersih positif 1Q17 ini menunjukan peningkatan sebesar
25% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Baiknya angka
yang telah rilis merupakan salah satu katalis utama IHSG
terus melanjutkan penguatan, dan investor asing non-stop
terus masuk ke Indonesia.
Emiten telekomunikasi terbesar Indonesia, Telkom
Indonesia, mengalami kenaikan laba bersih hingga
mencapai 44% YoY. Untuk perusahaan dengan kapitalisasi
sebesar Telkom maka kenaikan ini merupakan angka yang
luar biasa. Sementara Astra International yang merupakan
proxy dari pertumbuhan otomotif di Indonesia juga
menunjukkan pertumbuhan laba bersih yang luar biasa,
yakni 64% YoY.
Rilis laporan keuangan perbankan juga menunjukkan hasil
yang cukup memuaskan. Bank Mandiri dan BRI mengalami
kenaikan laba bersih 7% YoY.
Apa yang mendorong investor asing terus masuk ke
Indonesia? Perbaikan fundamental ekonomi adalah
yang menjadi trigger utamanya. Meski masih dalam
proses perbaikan, namun kebijakan pemerintah dalam
pengelolaan ekonomi disambut positif oleh investor global.
Dalam catatan kami, investor asing semakin agresif
untuk akumulasi obligasi Indonesia setelah isu akan
adanya kenaikan peringkat investment grade dari S&P
dan meredanya risiko politik dalam negeri setelah
terselenggaranya Pilkada DKI putaran kedua dengan
lancar dan aman. Ini tercermin dari meningkatnya minat
asing dalam penyelenggaraan lelang SBN, dengan naiknya
rasio dana investor asing dari total obligasi yang diterbitkan
pemerintah dalam tiga lelang SBN terakhir.
Foreign in Auction
IDR trn
25.0
47.7%
20.0
37.5%
15.0
10.0
5.0 8.2%
6.9%
11.9%
30%
20%
4.9%
10%
28.0
24%
Telekomunikasi Indonesia Persero
7.2
46.7
67.5
44%
Unilever Indonesia
5.6
206.0
257.0
25%
Bank Central Asia
7.1
183.0
202.0
10%
Astra International
5.9
77.0
126.0
64%
Bank Rakyat Indonesia Persero
5.3
253.4
271.8
7%
Bank Mandiri Persero
4.4
163.6
174.8
7%
Gudang Garam
2.1
880.0
982.0
12%
Indofood CBP Sukses Makmur
1.6
81.0
94.0
16%
Bank Negara Indonesia Persero
1.9
161.0
173.0
7%
Sumber: Bloomberg diolah oleh Commonwealth Bank
BOND MARKET OUTLOOK
Foreign Flow Continues
25-Apr-17
26.8
11-Apr-17
7.3
Foreign Awarded
27-Mar-17
Hanjaya Mandala Sampoerna
Total Awarded
14-Mar-17
YoY
28-Feb-17
EPS Q1
2017
14-Feb-17
EPS Q1
2016
31-Jan-17
Weight
17-Jan-17
Name
31-Jan-17
-
Baiknya Rilis Q1 2017
50%
40%
31.6%
21.4%
19.2%
60%
0%
Awarded Ratio (RHS)
Sumber: DJPPR diolah oleh Commonwealth Bank
Apakah tren inflow asing ini akan terus berlanjut pada
bulan-bulan ke depan? Secara historikal pada bulan Mei
investor asing belum pernah mencatatkan net-sell dalam
3 tahun terakhir (2014-2016), namun secara historikal
pasar obligasi mencatatkan kinerja negatif pada bulan Mei
dengan probabilitas 71% dalam 7 tahun terakhir, sejalan
dengan tren kenaikan inflasi pada bulan Mei.
Sentimen yang beredar di pasar saat ini cederung
berimbang, dimana sentimen positif masih datang dari
kemungkinan dirilisnya laporan S&P terhadap kenaikan
credit rating Indonesia pada semester pertama dan FFR
yang belum dinaikan pada bulan Mei. Kestabilan nilai tukar
rupiah saat ini juga menciptakan kenyamanan investor
asing untuk terus memborong obligasi Indonesia.
Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini Indonesia merupakan
salah satu tujuan investasi bagi investor asing yang mencari
yield yang atraktif. Ini dapat dilihat dari derasnya arus dana
asing yang masuk ke pasar obligasi domestik.
Namun, risiko inflasi yang meningkat masih membayangi
pasar obligasi sepanjang tahun ini. Kondisi ini kemungkinan
akan berdampak terhadap pergerakan yield obligasi dalam
rentang yang terbatas.
Investor asing membukukan net-buy sebesar Rp80,01
triliun sepanjang tahun ini hingga akhir April. Angka tersebut
merupakan catatan tertinggi selama 5 tahun terakhir
dengan periode yang sama. Bahkan melebihi akumulasi
pada tahun 2014 di mana pasar obligasi mendapatkan
sentimen positif dari penyelenggaraan pemilu.
Bulan Mei ini pasar juga menunggu rilis data PDB Indonesia
1Q17 yang diprediksi akan sedikit meningkat menembus
level 5% YoY. Di mana faktor yang diperkirakan akan
menopang perbaikan PDB 1Q17 adalah perbaikan kinerja
ekspor dan investasi, meskipun komponen konsumsi
masyarakat masih akan rendah.
6 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Mei 2017
Indikator membaiknya investasi tercermin dari positifnya
pertumbuhan impor barang modal, indeks produksi
industri dan konsumsi semen pada 1Q17, meskipun
pertumbuhan konsumsi semen masih cukup rendah.
Rendahnya penerimaan pajak di tengah kebutuhan dana
yang besar untuk belanja pemerintah akan memperlebar
defisit anggaran, yang memicu meningkatnya supply
obligasi di pasar.
Sementara konsumsi masyarakat yang menjadi tulang
punggungan PDB Indonesia akan mengalami tekanan
seiiring dengan data penjualan mobil dan impor bahan
konsumsi yang melambat serta masih negatifnya
pertumbuhan penjualan sepeda motor.
Risiko capital outflow akan menghantui pasar keuangan
di tahun ini. Harus diakui bahwa porsi kepemilikan
investor asing di pasar saham maupun obligasi relatif
besar. Dengan membaiknya kondisi ekonomi AS maka
memperbesar tekanan outflow untuk keluar dari emerging
market yang dapat memberikan tekanan baik di pasar
saham maupun obligasi.
BINDO Index Heat Map
REKOMENDASI INVESTASI
Sumber: Bloomberg
RISKS TO WATCH
Meskipun risiko politik di benua Eropa sedikit mereda
setelah pada putaran pertama Emmanuel Macron
memenangkan pemilu presiden Perancis serta diprediksi
bahwa Macron juga akan unggul pada putaran kedua,
namun investor masih akan melihat pemilu legislatif
Perancis yang akan berlangsung pada Juni mendatang
untuk memastikan kekuatan pemerintahan presiden
terpilih.
Meningkatnya ketegangan geo-politik ikut meningkatkan
risiko investasi di emerging market karena dianggap lebih
berisiko dibanding developed market. Dengan tingginya
tensi geo-politik dapat membuat investor global kembali
flight to safe haven untuk melindungi investasinya.
Rencana Donald Trump untuk menaikkan tarif impor dan
merenegosiasikan perjanjian perdagangan menciptakan
ketidakpastian pada dunia usaha. Mengingat AS
merupakan negara dengan ekonomi terbesar di dunia,
maka kebijakan yang diambil dapat memberikan dampak
signifikan pada negara lainnya.
Janji Donald Trump untuk memangkas pajak korporasi
dan individu disambut positif oleh masyarakat AS.
Dampak dari pemangkasan pajak akan meningkatkan
permintaan dan pada akhirnya meningkatkan inflasi
melebihi inflasi rata-rata tahunan. Tingginya inflasi akan
memaksa The Fed menaikkan suku bunga dan membuat
harga obligasi berisiko terkoreksi.
Pada pasar Saham, membaiknya mood investor global
untuk masuk ke aset berisiko dengan didukung oleh
data ekonomi yang membaik seperti mulai ekspansinya
data manufaktur dan meningkatnya data perdagangan
membuat dana investasi terus mengalir ke pasar saham,
termasuk salah satunya Indonesia. Dengan tren pasar
saat ini yang kembali mengarah pada growth story,
maka arah investasi saat ini lebih berpusat ke ekuitas.
Perkembangan domestik saat ini juga cukup positif
dengan data ekspor yang mulai meningkat, sementara
rilis laporan keuangan mampu melampaui konsensus 5%
dari 70% emiten pada IHSG yang telah rilis. Walaupun
IHSG saat ini telah menyentuh 5.700 namun kami masih
tetap bullish pada kelas aset equity dan memberikan
rekomendasi aset alokasi 70% dari total portofolio.
Pada pasar obligasi, risiko kenaikan inflasi masih akan
menjadi tantangan pasar obligasi ke depan, meskipun
inflasi diprediksi akan berada dalam rentang target Bank
Indonesia yakni 4±1% hingga akhir tahun nanti. Selain
itu pada bulan Mei tahun ini juga bertepatan dengan
mulai masuknya bulan puasa yang secara historikal akan
menciptakan peningkatan inflasi.
Namun risiko inflasi yang dapat mendorong yield
obligasi bergerak naik kemungkinan dapat diimbangi
oleh sentimen positif akan dirilisnya laporan S&P
pada semester pertama ini, walaupun hasilnya masih
dipertanyakan. Namun selama nilai tukar rupiah stabil,
menurut Kami investor asing masih terus akan memburu
obligasi Indonesia karena menawarkan real yield yang
tinggi dibandingkan dengan negara-negara emerging
market lainnya. Derasnya capital inflow ini akan menjadi
penyeimbang ketika yield mulai tertekan naik. Ini yang
membuat Kami melihat bahwa pergerakan yield akan
terbatas selama bulan Mei ini. Secara jangka panjang
pasar obligasi masih cukup atraktif dan direkomendasikan
alokasi sebesar 30% dari total portofolio serta disesuaikan
dengan profil risiko Anda.
Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Mei 2017 | 7
ANALISA VALAS
Para pemimpin Kongres AS telah menyetujui anggaran belanja yang diajukan oleh Trump dan hal ini membuat
greenback kembali menguat terhadap rival utamanya di pasar global.
Anggaran belanja Pemerintah AS yang disepakati hingga 30 September, termasuk penambahan anggaran di sektor
militer. Kesepakatan ini cukup memberikan kelegaan dan menghindarkan shutdown aktivitas pemerintahan AS
yang sempat menjadi kekuatiran pasar di pekan lalu.
USD/IDR
Pergerakan USD/IDR hingga akhir April 2017 tergolong
cukup stabil dengan range antara 13240 – 13365 dengan
kecenderungan USD kembali menguat dikarenakan
pengajuan anggaran belanja oleh Trump yang disetujui oleh
kongres sampai dengan bulan September, ini memberikan
sentiment positif ke market. Untuk kedepannya market akan
kembali fokus dengan outlook suku bunga Amerika yang
diprediksi masih akan melanjutkan kenaikannya sampai akhir
tahun. Dari sisi lain data inflasi Indonesia dirilis mengalami
percepatan di level 4,17% dan kedepannya pasar menantikan
data GDP yang diprediksi naik dari 4,94% menjadi 5,03%.
Diperkirakan nilai tukar Rupiah akan berada di rentang 13,250
– 13,400 pada kisaran bulan Mei ini.
AUD/USD
Pada bulan April ini AUD bergerak dengan kecenderungan
turun dalam range 0.7440 – 0.7650
seiring dengan
merebaknya masalah geopolitik seperti konflik US-Suriah,
US-Korea Utara dan kembali turunnya harga bijih besi, RBA
memberikan indikasi bahwa pertumbuhan pasar tenaga kerja,
dan pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan naik secara
bertahap, dalam beberapa tahun ke depan akan sedikit di
atas 3%. Pernyataan tersebut membuat AUDUSD sempet
menguat sesaat, namun disisi lain penguatan masih tertahan
setelah RBA juga mengatakan penguatan kurs dollar Australia
dapat mempersulit pertumbuhan ekonomi di Australia. Selain
faktor RBA, AUDUSD juga melemah akibat aksi profit taking
melihat sejak pertengahan 2015, AUDUSD tidak pernah
mampu bergerak konsisten di atas level 0.7700. secara
keseluruhan momentum pertumbuhan ekonomi Australia
masih cukup terjaga. Untuk jangka waktu pendek AUD masih
cenderung berpotensi kembali melemah terhadap mata uang
lainnya dikarenakan kebijakan ekonomi Trump dan prospek
kenaikan suku bunga US untuk tahun ini masih cukup menyita
perhatian market. Ditambah lagi pertumbuhan ekonomi China
yang masih cenderung melambat.
Diperkirakan AUD/USD akan cenderung bergerak dengan
rentang 0.7450 – 0.7650 pada kurun waktu bulan Mei 2017.
EUR/USD
Nilai tukar Euro terhadap USD berhasil rebound kembali
ke level tertinggi selama kurun waktu 5 bulan dengan
range 1.0570 – 1.0950 di bulan April ini, dipicu oleh hasil
pemilu perancis yang memberikan dampak positif dengan
keunggulan tipis Emmanuel Macron atas Marine Le Pen. Untuk
selanjutnya pasar akan fokus dengan pemilu perancis puteran
ke-2 di mana kedua kandidat ini akan bertarung. komentar
dari petinggi-petinggi ECB yang memberikan indikasi bahwa
paket stimulus masih berpotensi berlanjut akan menahan
penguatan Euro untuk jangka waktu menengah.
Untuk jangka menengah diperkirakan EUR/USD akan
cenderung bergerak dalam rentang 1.0750 – 1.1050 pada
kurun waktu bulan Mei 2017.
GBP/USD
Pada bulan Maret ini poundsterling kembali bergerak
fluktuatif dengan range 1.2350 – 1.2965 dipicu oleh rencana
untuk mengadakan pemilu lebih cepat dibulan juni 2017
yang diajukan oleh PM Inggris Theresa May yang disetujui
oleh kongres. Beberapa data ekonomi memberikan indikasi
bahwa ekonomi inggris masih cukup terjaga momentumnya
seperti rilis CPI tahunan mengalami percepatan di level 2,3%
da GDP masih terjaga di level 2,1%.
Diperkirakan GBP/USD akan bergerak fluktuatif dalam
rentang 1.2600 – 1.3000 pada kurun waktu bulan Mei 2017.
8 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Mei 2017
USD/JPY
USDJPY masih bergerak sangat fluktuatif pada bulan April
ini, JPY kembali menguat dengan range 108.15 – 112.20
disebabkan oleh beberapa masalah geopolitik seperti
ketegangan Korea Utara dan isu politik di Eropa membuat
investor kembali memburu aset safe haven menyebabkan
JPY kembali menguat ke level 108.15 namun setelah masalah
geopolitik kembali mereda JPY kembali melemah di atas
level 111.00. BoJ juga memberikan indikasi akan tetap
berkomitmen menggunakan suku bunga dan pembelian aset
sebagai alat kebijakan utama untuk menghidupkan kembali
perekonomian.
Diperkirakan USD/JPY akan cenderung bergerak dengan
rentang 110.00 – 113.00 pada bulan Mei 2017.
RECOMMENDATION
USD/IDR
EUR/USD
GBP/USD
AUD/USD
USD/JPY
Expected buying level
13.250 - 13.300
1.0750 - 1.0800
1.2600 - 1.2650
0.7400 - 0.7450
111.00 - 111.50
Expected selling level
13.400 - 13.450
1.0950 - 1.1000 1.2950 - 1.3000
0.7650 - 0.7000 112.50 - 113.00
Long profit taking 13.400 and above
1.0950 and above
1.2950 and above
0.7650 and above
112.50 and above
Short profit taking 13.330 and below
1.0800 and below
1.2650 and below
0.7450 and below
111.50 and below
Long cut loss 13.150 - 13.200
1.0650 - 1.0700
1.2500 - 1.2550
0.7350 - 0.7400
109.00 - 109.50
Short cut loss 13.500 - 13.550
1.1050 - 1.1100
13050 - 1.3100
0.7750 - 0.7800
113.50 - 114.00
Entry Point
Profit Taking
Cut Loss
*Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
DISCLAIMERS
Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT
Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk
tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya
dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup”. Laporan
ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan
atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan. Laporan ini telah disusun tanpa
mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan,
pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota
dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk
penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapat manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal
ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas
dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi,
dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan jika perlu
mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi
laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini
adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat,
berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan,
baik tersurat atau tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan
setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang
ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda
atau bertentangan dengan, kesimpulan, pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di
tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak, memberitahukan perkembangan terkini atau harus
terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab
untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari
laporan ini. Setiap penilaian, proyeksidan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada
sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan
yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin
bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan
dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan.
Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang
didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya
dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki risiko investasi termasuk
hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya
untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah
hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara
apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan
terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau
telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini,
dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan/atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga
dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar
pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silakan melihat website
kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang
mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi Call Centre kami di
15000 30 atau email kami di [email protected].
10 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Mei 2017
Download