BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Kesejahteraan Masyarakat
Tingkat kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik merupakan
tujuan akhir setiap program pembangunan. Selama bertahun-tahun pendapatan
per kapita banyak digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat.
P ertumbuhan pendapatan per kapita dari waktu ke waktu umumnya membawa
perubahan terhadap kesejahteraan masyarakat dengan arah yang
Pertimbangan
penggunaan
pendapatan
per
kapita
sebagai
sama.
indikator
kesejahteraan masyarakat karena data tersebut umumnya mudah diperoleh di
kantor-kantor statistik. Sebaliknya, data indikator kesejahteraan atau kemakmuran
masyarakat yang lebih kompleks, seperti persentase penduduk yang memiliki
rumah, menikmati fasilitas air bersih, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan,
pemilikan alat hiburan seperti televisi dan radio, jarang tersedia (Sukirno,
2001:85).
Peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dicapai karena keputusankeputusan publik pemerintah diimplementasikan dalam peran alokasi dan
distribusi atas sumber-sumber ekonomi yang dimiliki. Menurut United Nations
for Development Program (UNDP), pembangunan manusia merupakan suatu
model pembangunan yang ditujukan untuk memperluas pilihan bagi penduduk
yang dapat ditumbuhkan melalui upaya pemberdayaan penduduk (Swandewi,
2014:364). Hal ini dapat dicapai melalui program pembangunan khusunya
17
pada peningkatan kemampuan dasar manusia yaitu peningkatan dari segi
kesehatan, berupa umur panjang dan hidup sehat, mempunyai pengetahuan
dan keterampilan yang memadai agar dapat
digunakan untuk meningkatkan
partisipasi dalam kegiatan ekonomi serta mendapat penghasilan yang cukup
dengan
daya
beli
yang
layak. Selanjutnya
sejak
tahun 1990,
UNDP
mengembangkan sebuah indeks kinerja pembangunan yang kini dikenal
dengan Indeks Pembangunan Manusis (Human Development Index). Nilai IPM
ini diukur berdasarkan tiga indikator sebagai acuannya yaitu tingkat harapan
hidup, tingkat melek huruf dan pendapatan riil per kapita (Todaro, 2000:67).
Berikut merupakan kriteria angka Indeks Pembangunan Manusia:
Tabel 2.1 Kriteria Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Status Pembangunan Manusia
IPM
Rendah
<50
Menengah Bawah
50-65,9
Menengah Atas
66-79,9
Tinggi
>80
Sumber: www.lebakkab.go.id (diakses 2 Juli 2015)
2.1.2 Otonomi Daerah
Sesuai dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah (KPU,2004), dijelaskan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang,
dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
18
perundang-undangan. Sementara menurut Sriningsih (2013:2), otonomi daerah
pada dasarnya merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah
melalui pemberdayaan daerah dalam rangka pengelolaan pembangunan di
daerahnya. Upaya pemberdayaan daerah yang dilakukan oleh setiap pemerintah
daerah dalam menunjang kreativitas, inovasi dan kemandirian diharapkan mampu
dimiliki oleh setiap daerah sehingga pemerintah daerah tidak bergantung pada
pemerintah pusat. Salah satu pelaksanaan otonomi daerah adalah adanya
desentralisasi fiskal yaitu pemberian sumber-sumber penerimaan bagi daerah yang
dapat digali dan digunakan sendiri sesuai dengan potensi masing-masing.
(Santoso dkk, 2005:13).
Menurut Suparmoko (2002:95), desentralisasi muncul tidak lepas dari
adanya kelemahan-kelemahan pada sistem sentralisasi, diantaranya adanya
kesulitan dalam pelaksanaan program pembangunan daerah secara efektif untuk
negara seperti Indonesia, perlunya memasukkan pengalaman dan pengetahuan
mengenai daerah ke dalam proses pembentukan atau pengambilan keputusan,
kurangnya kesempatan pemerintah daerah untuk terlibat dalam melaksanakan
program pembangunan nasional. Menurut Kaho (1988:86) faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan otonomi daerah, yaitu:
1. Manusia sebagai pelaksana harus baik karena manusia merupakan subyek
dalam aktivitas pemerintahan. Manusialah yang merupakan pelaku dan
penggerak proses mekanisme dalam sistem pemerintahan. Mekanisme
system pemerintahan baik daerah maupun pusat hanya dapat berjalan
19
dengan baik dan dapat mencapai tujuan seperti yang dikehendaki, apabila
manusia sebagai subyek yang menggerakkannya baik pula.
2. Keuangan yang baik karena hampir tidak ada kegiatan pemerintahan yang
tidak membutuhkan biaya. Makin besar jumlah uang yang tersedia, makin
banyak pula kemungkinan kegiatan atau
pekerjaan
yang dapat
dilaksanakan. Demikian pula semakin baik pengelolaannya semakin
berdaya guna pemakaian uang tersebut. Dalam menciptakan suatu
pemerintahan daerah yang baik dan yang dapat melaksanakan tugas
otonominya dengan baik, maka faktor keuangan ini mutlak diperlukan.
3. Peralatan yang cukup baik merupakan setiap benda atau alat yang dapat
dipergunakan untuk memperlancar pekerjaan atau kegiatan pemerintah
daerah. Peralatan yang baik dalam hal ini jelas diperlukan bagi terciptanya
suatu pemerintah daerah yang baik seperti alat-alat kantor, alat-alat
komunikasi dan transportasi, dan sebagainya. Apalagi dalam organisasi
pemerintahan yang serba kompleks di abad teknologi modern sekarang ini,
alat-alat serba praktis dan efisien sangat dibutuhkan sekali. Namun dilain
pihak, peralatan yang baik tersebut tergantung pula pada kondisi keuangan
yang dimiliki serta kecakapan manusia atau aparat yang menggunakannya.
4. Organisasi dan manajemen yang baik merupakan oerganisasi dalam arti
struktur yaitu susunan yang terdiri dari satuan-satuan organisasi beserta
segenap pejabat, kekuasaan, tugasnya dan hubungannya satu sama lain,
dalam rangka mencapai sesuatu tujuan tertentu. Manajemen pemerintahan
daerah yang baik tergantung pada kepala daerah (beserta stafnya) dalam
20
menggerakkan peralatan seefisien dan seefektif mungkin untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan Undang-undang.
2.1.3 Desentralisasi Fiskal
Menurut
Boex
(2001:13)
dalam
Dewi
dan
Sutrisna
(2014:32),
desentralisasi fiskal merupakan pelimpahan wewenang dalam mengambil
keputusan dan pengelolaan fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah. Secara teoritis, desentralisasi fiskal bertujuan untuk mewujudkan
pemerintahan yang efektif dan efisien, menghargai keragaman lokal dengan
kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan akhirnya (Dewi dan Sutrisna, 2014:32).
Faridi (2011) menyatakan bahwa desentralisasi fiskal memiliki fungsi utama yaitu
untuk meningkatkan efisiensi sektor publik dan memberikan dampak pada
pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
Konsep desentralisasi fiskal atau dengan kata lain dikenal dengan money
follow function yang berarti bahwa pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah akan diikuti oleh pembagian wewenang dalam aspek
penerimaan pendanaan (Zulyanto, 2010) dalam Sudewi dan Wirathi (2013:137).
Desentralisasi sebagai suatu strategi ekonomi akan berjalan jika faktor
kelembagaannya diurus dengan baik. Pada Negara yang sedang melakukan proses
reformasi, desentralisasi ekonomi dapat dianggap sebagai kelembagaan
itu
sendiri. Artinya, desentralisasi diartikan sebagai rules of the game pemerintah
lokal untuk menangani perekonomian daerah. Dalam perpektif ini berhasil
tidaknya desentralisasi amat tergantung dari kelembagaan makro dan mikro yang
terbentuk. Jika tujuan makro ekonomi dari desentralisasi diarahkan untuk
21
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja di daerah, maka
pemerintah lokal harus menyusun kelembagaan ekonomi yang efisien untuk
menjaring investasi. Sementara itu, apabila tujuan dari desentralisasi difokuskan
kepada hubungan antar pelaku ekonomi, maka pemerintah lokal konsentrasi
kepada kebijakan yang membatasi proses eksploitasi satu pelaku ekonomi kepada
pelaku ekonomi lainnya (Yustika,2006:95).
Terlaksananya desentralisasi harus dapat memacu adanya persaingan
diantara pemerintah lokal untuk menjadikan daerahnya yang lebih baik. Hal ini
dapat dilihat dari semakin membaiknya pelayanan publik. Pemerintah lokal
berusaha untuk memahami dan memberikan yang terbaik sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh masyarakatnya, perubahan struktur ekonomi masyarakat dengan
peran serta masyarakat yang semakin besar dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat itu sendiri, serta partisipasi masyarakat setempat dalam pemerintahan
setempat. Desentralisasi fiskal harus diikuti oleh kemampuan pemerintah dalam
memungut pajak. Secara teori adanya kemampuan pajak, maka pemerintah daerah
memiliki sumber dana pembangunan yang besar. Desentralisasi fiskal akan
mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,
karena pemerintah daerah akan lebih efisien dalam produksi dan penyediaan
barang-barang publik. Menurut Oates (1993) dalam Dewi dan Sutrisna (2014:33),
desentralisasi fiskal akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena
pemerintah daerah akan lebih efisien dalam produksi dan penyediaan barangbarang publik. Oates juga menyatakan bahwa desentralisasi fiskal meningkatkan
efisiensi ekonomi yang kemudian berkaitan dengan dinamika pertumbuhan
22
ekonomi. Vasquez (2001:423) juga menyatakan bahwa apabila desentralisasi
fiskal mengutamakan pengeluaran publik, maka desentralisasi akan berdampak
langsung terhadap PDRB yang mencerminkan pertumbuhan ekonomi suatu
daerah. Pembelanjaan infrastruktur dan sektor sosial oleh pemerintah daerah lebih
memacu pertumbuhan ekonomi daripada kebijakan pemerintah pusat. Daerah
memiliki kelebihan dalam membuat anggaran pembelanjaan sehingga lebih
efisien dengan memuaskan kebutuhan masyarakat karena lebih mengetahui
keadaan daerahnya sendiri.
Dalam sistem pemerintahan yang sentralistik berbagai kebijakan
ditentukan secara nasional oleh pusat. Anggaran belanja pemerintah daerah sangat
bergantung pada alokasi yang diberikan pemerintah pusat termasuk dalam
pemanfaatannya. Keleluasaan dan kewenangan daerah dalam melaksanakan
aktivitas pemerintahan dan pembangunan sangat terbatas.Secara umum alasan
yang mendukung sentralisasi adalah pemerintah pusat dapat mengalokasikan
anggaran yang ada untuk menghasilkan barang dan jasa yang dapat dimanfaatkan
secara nasional. Berbeda dengan sistem sentralistik, pada sistem desentralisasi
peran pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi pemerintahan dan
pengelolaan anggaran sangat besar. Bodman et al. (2009) menyatakan bahwa
desentralisasi fiskal secara teoritis memiliki makna yaitu perubahan kekuasaan
dan tanggung jawab fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang
dapat berdampak meningkatkan ataupun mengurangi pertumbuhan ekonomi.
Desentralisasi fiskal diwujudkan dalam penyerahan kewenangan kepada
23
pemerintah daerah untuk melakukan pembelanjaan, memungut pajak, dan adanya
bantuan dalam bentuk transfer dari pemerintah pusat.
2.1.4 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu rencana
kegiatan pemerintah daerah yang disampaikan kedalam bentuk angka dan
menunjukan adanya suatu sumber dalam penerimaan yang merupakan target
terendah dan biaya yang merupakan sebagai batas tertinggi sebagai suatu periode
anggaran (Halim, 2007:12). APBD berperan dalam pengurusan umum yaitu
sebagai inti dari pengurusan umum keuangan daerah.
Menurut Mamesah (Halim, 2007:19), APBD merupakan rencana
operasional keuangan pemda, dan pada satu pihak menggambarkan perkiraan
pengeluaran yang tinggi, untuk membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek di
daerah selama satu tahun anggaran tertentu, dan pihak lain menggambarkan
perkiraan dari beberapa sumber penerimaan daerah untuk menutupi pengeluaran
yang dimaksud. Pada orde lama, telah dikemukakan oleh Wajong (Halim,
2007:19), APBD merupakan rencana pekerjaan keuangan (financial workplan)
yang dibuat agar suatu jangka waktu badan legislatif DPRD memberikan kredit
kepada badan eksekutif (kepala daerah), untuk melakukan pembiayaan demi
kebutuhan rumah tangga daerah yang sesuai dengan rancangan yang menjadi
dasar dalam penetapan anggaran, dan yang menunjukkan semua penghasilan agar
dapat menutup pengeluaran yang berlebihan.
Menurut Halim (2007:19), adapun unsur-unsur anggaran daerah yaitu yang
dirangkum menurut dua pengertian ahli sebelumnya, diantaranya:
24
a. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya yang secara rinci
b. Terdapat sumber penerimaan yang merupakan suatu target terendah dalam
menutupi biaya terkait aktivitas tersebut, dan terdapat biaya yang merupakan
batasan tertinggi pengeluaran yang akan dilaksanakan.
c. Jenis kegiatan dan proyek yang disampaikan dalam bentuk angka
d. Dan memiliki periode anggaran selama satu tahun.
Pada era reformasi menurut Halim (2007:20), karakteristik APBD
dijabarkan menjadi enam, yaitu.
1) Menurut pasal 30 UU Nomor 5 Tahun 1975, APBD disusun oleh DPRD
bersama-sama dengan kepala daerah
2) Adapun pendekatan yang digunakan dalam penyusunan anggaran adalah
pendekatan lineitem atau pendekatan tradisional. Pada pendekatan ini
anggaran disusun berdasarkan jenis penerimaan dan pengeluaran. Adapun
jenis pendekatan yang lebih maju, yaitu.
a. Program budgeting
Merupakan anggaran yang disusun berdasarkan pekerjaan yang akan
dijalankan
b. Performance budgeting
Merupakan
pengukuran
hasil
pekerjaan
sehingga
output
dapat
dibandingkan dengan pengeluaran dana yang telah dilakukan.
c. Planning, programming, and budgeting system (PPBS)
Merupakan pendekatan variasi dari Performance budgeting. PPBS
menggabungkan tiga unsur, yaitu perencanaan hasil, pemrograman
25
kegiatan fisik untuk mencapai hasil yang diharapkan dan penganggaran
alokasi dana yang diharapkan.
d. Zero bused budgeting
Merupakan pendekatan penganggaran dasar nol yang juga merupakan
variasi dari performance budgeting yang terfokus pada efisiensi anggaran.
3) Dalam siklus APBD terdiri atasa perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pemeriksaan, juga penyusunan dan penetapan perhitungan APBD.
4) Pada tahap pengawasan pemeriksa serta penyususn dan penetapan
perhitungan APBD, dalam pengendaian dan pemeriksaan /audit terdapat
APBD yang bersifat keuangan.
5) Pengawasan terhadap pengeluaran daerah dilakukan berdasarkan ketaatan
terhadap tiga unsur utama, yaitu unsur ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku, unsure kehematan dan efisiensi, dan hasil
program utamanya untuk proyek-proyek di daerah.
6) Penyusunan anggaran dan pembukuan saling keterkaitan dan mempengaruhi.
Pada era pasca reformasi, dalam bentuk APBD mengalami banyak
perubahan. Sejalan dengan perubahan yang terjadi, dalam bentuk APBD saat ini
berdasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yaitu
mengenai Pedoman Pengelolaan Uang Daerah. Pada era reformasi keuangan
daerah menginginkan laporan yang lebih informatif, oleh karena APBD terdiri
dari tiga bagian yaitu pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Pembiayaan
merupakan upaya agar APBD semakini informatif, yaitu dalam segi memisahkan
antara pinjaman dari pendapatan daerah.
26
Dalam bentuk APBD yang baru, pendapatan juga dibagi menjadi tiga yaitu
PAD, dana perimbangan, dan pendapatan lain-lain daerah yang sah. Selain itu
belanja dibagi menjadi empat, yaitu belanja aparatur daerah, belanja pelayanan
publik, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, juga belanja tidak terduga.
Dalam belanja aparatur daerah dijabarkan menjadi tiga bagian, yaitu belanja
administrsasi
umum,
belanja
operasi
dan
pemeliharaan,
serta
belanja
modal/pembangunan. Belanja pelayanan publik dikelompokkan menjadi tiga
yaitu, belanja administrsai umum, belanja operasi dan pemeliharaan, juga belanja
modal. Pembiayaan telah dikelompokkan berdasarkan sumbernya, yaitu terdapat
sumber penerimaan dan pengeluaran daerah. Sumber pembiayaan merupakan
sumber sisa lebih dari anggaran tahun sebelumnya, penerimaan pinjaman dan
obligasi, hasil penjualan asset daerah yang dipisahkan, juga terdapat transfer dari
cadangan. Sumber pembiayaan yang berupa pengeluaran daerah terdiri atas
pembayaran hutang pokok yang telah jatuh tempo, penyertaan modal, transfer ke
dalam dana cadangan, dan sisa anggaran tahun yang sedang berlangsung (Halim,
2007:22-23)
2.1.5 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi
merupakan
sebuah
parameter
dari
suatu
pelaksanaan pembangunan karena pertumbuhan ekonomi dapat mengukur tingkat
perkembangan aktivitas pada sektor-sektor ekonomi dalam suatu perekonomian
(Hasan, 2012) dalam Sugiarthi dan Supadmi (2014:6). Pertumbuhan ekonomi
adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang (Boediono,
1981:1). Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output per kapita yaitu
27
output total (GDP) dan jumlah penduduk. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai
GDP/GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari
tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi
atau tidak (Arsyad, 2004:13). Cara menghitung pertumbuhan ekonomi yaitu:
Rumus :
g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%..................................................................(1)
Keterangan:
g = tingkat pertumbuhan ekonomi
PDBs = PDB riil tahun sekarang
PDBk = PDB riil tahun kemarin
Menurut Cooray (2009) mengatakan pertumbuhan ekonomi akan tercipta
apabila pemerintah daerah memiliki tata pemerintahan yang baik. Ada beberapa
faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2011:429) yakni:
1. Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya
Kekayaan Alam suatu negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan
iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan hasil laut yang dapat
diperoleh, serta jumlah dan jenis kekayaan barang tambang yang tersedia.
Kekayaan alam akan dapat mempermudah dalam mengembangkan
perekonomian terutama pada masa permulaan pertumbuhan ekonomi.
Ketika pertumbuhan ekonomi baru bermula terdapat banyak hambatan
untuk mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi. Apabila suatu negara
mempunyai kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan dengan baik maka
hambatan pertumbuhan ekonomi akan dapat diatasi dan pertumbuhan
ekonomi akan tumbuh pesat.
28
2. Jumlah dan Mutu dari Penduduk dan Tenaga Kerja
Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong
bahkan penghambat suatu pertumbuhan ekonomi. Dorongan yang timbul
dari perkembangan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi bersumber
dari akibat pertambahan itu terhadap pasar. Perkembangan penduduk
menyebabkan besarnya luas pasar dari barang-barang yang dihasilkan
perusahaan
menjadi
perkembangan
besar
penduduk
pula.
akan
Karena
peranannya
menimbulkan
ini
dorongan
maka
kepada
pertambahan dalam produksi nasional dan tingkat kegiatan ekonomi.
Akibat buruk dari pesatnya pertambahan penduduk kepada pertumbuhan
ekonomi terutama dihadapi oleh masyarakat yang kemajuan ekonominya
belum tinggi tetapi telah menghadapi masalah kelebihan penduduk. Suatu
negara dipandang menghadapi masalah kelebihan penduduk apabila
jumlah penduduk adalah tidak seimbang dengan faktor-faktor produksi
lain yang tersedia, yaitu jumlah penduduk yang jauh melebihi faktor
produksi.
3. Barang-Barang Modal dan Tingkat Teknologi
Barang-barang modal penting artinya dalam meningkatkan keefisienan
pertumbuhan ekonomi. Barang-barang modal yang bertambah jumlahnya
dan teknologi yang telah bertambah modern memegang peranan penting di
dalam
mewujudkan
kemajuan
ekonomi.
Kemajuan
teknologi
menimbulkan beberapa efek positif dalam pertumbuhan ekonomi yang
menyebabkan pesatnya pertumbuhan ekonomi.
29
4. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat
Sistem sosial dan sikap masyarakat penting peranannya dalam
mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Sistem sosial yang dimiliki oleh
masyarakat yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi diantaranya
adalah masyarakat tidak ingin menggunakan cara modern dalam
melakukan proses produksi. Sikap masyarakat yang dapat memberikan
dorongan yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah
sikap berhemat dan bertujuan untuk investasi.
Ada beberapa alat pengukur dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu :
1. Produk Domestik Bruto apabila ditingkat nasional adalah jumlah barang
dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan
dinyatakan dalam harga pasar. Ketika PDB meningkat maka terjadi
pertumbuhan ekonomi.
2. Produk domestik regional bruto per kapita dapat digunakan sebagai alat
ukur pertumbuhan yang lebih baik dalam mencerminkan kesejahteraan
penduduk dalam skala daerah. Ketika PDRB per kapita tinggi
maka akan terjadi pertumbuhan ekonomi.
2.1.6 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Terdapat beberapa teori mengenai pertumbuhan ekonomi, diantaranya:
1. Teori Simon Kuznet
Pertumbuhan ekonomi akan menjadi lebih bermanfaat apabila diiringi
dengan peningkatan pemerataan pendapatan. Hipotesis Simon Kuznet
menjelaskan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
30
pendapatan. Kuznet berpendapat bahwa hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dan distribusi pendapatan adalah semakin tinggi koefisien gini
akan semakin rendah distribusi pendapatan (Arifin, 2008:61). Menurut
Kuznet pada tahap awal pendapatan per kapita terhadap kesenjangan
distribusi pendapatan cenderung meningkat. Tahap berikutnya ditribusi
pendapatan bertambah tinggi hingga pada tahap akhir kesenjangan
distribusi pendapatan akan menurun. Dasar dari hipotesis Kusnetz adalah
ketimpangan yang rendah yang terjadi dipedesaan dengan sektor yang
mendominasi adalah pertanian dibandingkan dengan perkotaan yang
didominasi oleh sektor jasa dan industri yang tingkat ketimpangan
pendapatanya tinggi, terjadi transformasi ekonomi dari sektor pertanian ke
sektor jasa (Arsyad, 2010:292).
2. Teori Walt Whitman Rostow
Menurut Rostow proses pembangunan ekonomi dibedakan ke dalam lima
tahapan (Arsyad, 2004:47) yaitu:
a. Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang fungsi produksinya
terbatas yang ditandai oleh cara produksi yang relatif masih primitif
yang didasarkan pada teknologi pra-Newton dan cara hidup masyarakat
yang masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang rasional
tetapi kebiasaan tersebut telah turun temurun. Menurut Rostow dalam
suatu masyarakat tradisional, tingkat produktivitas per pekerja masih
rendah. Oleh karena itu sebagian besar sumber daya manusia digunakan
untuk sektor pertanian.
31
b. Tahap prasyarat tinggal landas didefinisikan sebagai suatu masa dimana
masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai pertumbuhan atas
kekuatan sendiri. Pada tahap ini dan sesudahnya pertumbuhan ekonomi
akan terjadi secara otomatis.
c. Tahap tinggal landas, pada awal tahap ini terjadi perubahan yang drastis
dalam masyarakat seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang
pesat dalam inovasi, atau berupa terbukanya pasar-pasar baru. Sebagai
akibat dari perubahan-perubahan tersebut secara teratur akan tercipta
inovasi-inovasi
dan
peningkatan
investasi.
Rostow
mengambil
kesimpulan bahwa untuk mancapai tahap tinggal landas tidak satu
sektor ekonomi yang baku untuk semua negara yang bisa menciptakan
pembangunan ekonomi.
d. Tahap menuju kedewasaan diartikan sebagai masa dimana masyarakat
sudah secara efektif menggunakan teknologi modern pada hampir
semua kegiatan produksi. Pada tahap ini sektor-sektor pimpinan baru
muncul menggantikan sektor-sektor pimpinan lama yang akan
mengalami kemunduran.
e. Tahap konsumsi tinggi, pada tahap ini perhatian masyarakat telah lebih
menekankan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi
dan kesejahtraan masyarakat bukan lagi kepada masalah produksi.
2.1.7 Pendapatan Asli Daerah
Menurut Undang-Undang 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah (Perbendaharaan, 2004), pendapatan asli
32
daerah didefinisikan sebagai pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok
pemerintahan di daerah (Kepustakaan Perpusnas, 1974), yang menyatakan
sumber-sumber pendapatan asli daerah yaitu: pajak daerah, retribusi daerah,
perusahaan daerah dan lain-lain hasil usaha daerah yang sah. Pajak merupakan
sumber keuangan pokok bagi daerah-daerah di samping retribusi daerah.
Retribusi daerah adalah pembayaran-pembayaran kepada daerah yang dilakukan
oleh para pengguna jasa-jasa daerah. Perusahaan daerah adalah suatu badan usaha
yang dibentuk oleh daerah untuk memperkembangkan perekonomian daerah dan
untuk menambah penghasilan daerah (Kaho, 1988:127).
Menurut Suparmoko (2002:67) pendapatan asli daerah terdiri dari pajak
dan retribusi daerah, keuntungan perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah. Pajak merupakan iuran
wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada pemerintah tanpa
balas jasa langsung yang dapat ditunjuk, yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pajak ini digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Retribusi
daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan. Peningkatan pendapatan asli daerah yang
dianggap sebagai modal secara akumulasi akan lebih banyak menimbulkan efek
positif dan akan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
33
Pendapatan Asli Daerah termasuk sumber pendapatan yang dihasilkan
sendiri oleh daerah yang harus selalu dikembangkan guna membiayai beberapa
tanggung jawab belanja yang dibutuhkan bagi pengelolaan pemerintahan sehingga
kedauatan otonomi daerah yang nyata, luas dan bertangggung jawab sanggup
dijalankan (Sari dan Indrajaya, 2014:454). Menurut Halim (2007:264), adapun
yang tergolong Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang masuk ke dalam provinsi,
yaitu.
a.
Pajak Daerah terdiri dari pajak kendaraan bermotor, pajak kendaraan diatas
air, bea balik nama kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan di atas
air, pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan pajak air permukaan.
b.
Retribusi Daerah terdiri dari restribusi jasa umum, restribusi jasa usaha, dan
restribusi perizinan tertentu.
c.
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan terdiri dari bagian
laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/ BUMD, bagian
laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN,
bagian laba atas pernyataan modal pada perusahaan patungan/milik swasta.
d.
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah terdiri dari hasil penjualan asset
daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, tuntutan ganti
rugi (TGR), komisi, potongan dan keuntungan selisih nilai tukar rupiah,
pendapatan denda atas keterlambatan peaksanaan pekerjaan, pendapatan
daerah pajak, pendapatan denda retribusi, pendapatan hasil eksekusi atau
jaminan, pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan fasilitas umum,
34
pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pendapatan dari
angsuran/cicilan penjualan.
Adapun yang tergolong Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang masuk ke dalam
susunan pendapatan kabupaten/kota, yaitu.
a.
Hasil Pajak Daerah terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan,
pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian
golongan C, pajak parkir, pajak parkir bawah tanah, pajak sarang burung
wallet, pajak lingkungan
b.
Hasil Retribusi Daerah terdiri dari retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha,
dan retribusi perizinan tertentu
c.
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan terdiri dari bagian
laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, bagian
laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN, dan
bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta.
d.
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah terdiri dari hasil penjualan asset
daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro, pendapatan bunga
deposito, tuntutan ganti kerugian daerah, komisi, potongan dan selisih nilai
tukar rupiah, pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan,
pendapatan denda pajak, pendapatan denda retribusi, pendapatan hasil
eksekusi atas jaminan, pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan
fasilitas umum, pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan,
dan pendapatan dari anggaran/cicilan rumah.
35
Perusahaan daerah memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam
peningkatan PAD, namun pada beberapa daerah kontribusi perusahaan daerah
terlalu rendah. Dalam mengoptimalkan perusahaan daerah sebagai sumber
pendapatan
dalam
peningkatan
pendapatan
asli
daerah
perlu
adanya
profesionalisme dalam menjalankan perusahaan tersebut. Pendapatan daerah yang
berasal dari lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, antara lain: hasil penjualan
aset daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, tuntutan ganti
rugi, komisi, potongan, keuntungan selisih kurs, pendapatan denda atas
keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak dan retribusi,
pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, pendapatan atas fasilitas sosial dan
fasilitas umum, dan pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan penelitian.
Menurut Dwi Sundi (2013) dalam Putri dan Natha (2014:42), Pendapatan Asli
Daerah berperan sebagai sumber pendapatan dan pembiayaan pemerintah daerah
sebab pendapatan asli daerah merupakan tolak ukur dalam pelaksanaan otonomi
daerah.
2.1.8 Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum bertujuan
untuk pemerataan
kemampuan
keuangan antar daerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan
kemampuan keuangan
antar
mempertimbangkan kebutuhan
daerah
melalui
penerapan
formula
yang
dan potensi daerah. Dana Alokasi Umum
suatu daerah ditentukan atas dasar besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu
daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah (fiscal need) dan
potensi daerah (fiscal capacity) (Putri dan Natha, 2014:58). Alokasi DAU bagi
36
daerah yang potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskalnya kecil, akan
memperoleh alokasi DAU relatif kecil. Sebaliknya daerah yang potensi
fiskalnya kecil, namun kebutuhan fiskal besar akan memperoleh
alokasi
DAU relatif besar, agar pelayanan untuk kebutuhan dasar dapat terpenuhi.
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari APBN
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah
untuk
mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Dana Alokasi Umum merupakan komponen terbesar dalam dana
perimbangan dan peranannya sangat strategis dalam menciptakan pemerataan
dan keadilan antar daerah. Dana Alokasi Umum digunakan untuk mengurangi
ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan dan penguasaan pajak antara pusat
dan daerah, proporsi yang diberikan kepada daerah minimal sebesar 26%
(dua puluh enam persen) dari penerimaan dalam negeri neto. Dana alokasi
umum menekankan aspek pemerataan dan keadilan dimana formula dan
perhitungannya ditentukan oleh undang-undang. Penggunaan Dana Alokasi
Umum ditetapkan oleh daerah. Penggunaan Dana Alokasi Umum dan
penerimaan umum lainnya dalam APBD harus tetap pada kerangka pencapaian
tujuan pemberian otonomi kepada daerah yaitu peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, seperti pelayanan di bidang
kesehatan dan pendidikan.
2.1.9 Hubungan Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan daerah yang diperoleh daerah
berdasarkan peraturan perundang-undangan, dimana semakin tinggi pendapatan
37
asli daerah maka tingkat kemandirian daerah dalam mengelola daerahnya
dikatakan semakin baik dan ketergantungan terhadap subsidi yang diberikan oleh
pemerintah pusat berkurang. Semakin berkurang tingkat ketergantungan
pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat, menandakan bahwa pendapatan asli
daerah yang diperoleh meningkat dan semakin tinggi tingkat pendapatan asli
daerah maka pertumbuhan ekonomipun meningkat. Pendapatan asli daerah
merupakan cerminan desentralisasi fiskal, dimana menurut Ikeji (2011:121)
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah dapat dipicu dari
terwujudnya desentraliasasi fiskal.
Teori W.W. Rostow yang menyatakan bahwa pada tahap prasyarat tinggal
landas masyarakat mempersiapkan diri untuk mencapai pertumbuhan atas
kekuatan sendiri dan selanjutnya pertumbuhan ekonomi akan terjadi ecara
otomatis(Arsyad,2004). Hal ini menandakan pendapatan asli daerah berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sugiarthi dan Supadmi (2014)
mengemukakan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
2.1.10 Hubungan Dana Alokasi Umum terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Dana
Alokasi
Umum
bertujuan
untuk
pemerataan
kemampuan
keuangan antar daerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan
kemampuan keuangan
antar
daerah
melalui
penerapan
formula
yang
mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah. Dana Alokasi Umum suatu
daerah ditentukan atas dasar besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu daerah,
yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah (fiscal need) dan potensi daerah
38
(fiscal capacity) (Putri dan Natha, 2014:58). Alokasi DAU bagi daerah yang
potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskalnya kecil, akan memperoleh
alokasi DAU relatif kecil. Sebaliknya daerah yang potensi fiskalnya kecil,
namun kebutuhan fiskal besar akan memperoleh alokasi DAU relatif besar, agar
pelayanan untuk kebutuhan dasar dapat terpenuhi.
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari APBN
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah
untuk
mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Penggunaan Dana Alokasi Umum dan penerimaan umum lainnya
dalam APBD harus tetap pada kerangka pencapaian tujuan pemberian otonomi
kepada daerah yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Hasil penelitian sebelumnya dilakukan oleh Fabianus (2012), Setyawati
(2007) dalam Maryati (2010:4), semakin tinggi DAU yang diterima pemerintah
daerah, maka semakin meningkat nilai PDRB pemerintah daerah tersebut. Hal ini
disebabkan karena peran DAU sangat signifikan, karena belanja daerah lebih di
dominasi dari jumlah DAU. Senada dengan Alexiou (2009:1) menyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dipengaruhi oleh pengalokasian belanja
modal melalui anggaran dana alokasi umum yang dilakukan oleh pemerintah
daerah. Setiap DAU yang diterima pemerintah daerah akan ditujukkan untuk
belanja pemerintah daerah, salah satunya adalah untuk belanja modal. Hal ini
tidak jauh beda dari peran PAD yaitu dengan pembangunan infrastruktur dan
sarana prasarana oleh pemerintah daerah akan berdampak pada pertumbuhan
ekonomi.
39
2.1.11 Hubungan
Pertumbuhan
Ekonomi
terhadap
Kesejahteraan
Masyarakat
Prinsip otonomi daerah ini menggunakan prinsip otonomi yang seluasluasnya dengan arti bahwa pemerintah daerah diberikan kewenangan dalam
megatur, mengurus dan mengelola segala urusan rumah tangganya diluar urusan
pemerintah pusat (Maryati dan Endrawati, 2010:1). Menurut Jhingan (2000:694),
pembangunan ekonomi adalah salah satu dari berbagi upaya yang ada, yang dapat
dilaksanakan oleh pemerintah dalam menuju pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat sehingga setiap perencanaan dalam pembangunan akan
mempertimbangkan semua potensi ekonomi.
Perencanaan pembangunan dipandang sebagai pedoman atau panutan agar
dapat menghasilkan pembangunan yang lebih baik atau dengan kata lain dapat
dijadikan sebuah jembatan dalam sebuah perekonomian apabila pemerintah
mengharapkan keberhasilan yang lebih baik (Hakim, 2002:128). Maka dari itu,
suatu perencanaan yang matang dalam sebuah upaya pembangunan menjadi unsur
yang penting demi meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Salah satu indikator dalam melihat gejala pertumbuhan ekonomi adalah
PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Hal ini dikarenakan PDRB
mencerminkan kegiatan ekonomi yang dilaksanakan atau yang dapat dicapai
dalam satu periode. PDRB juga dapat digunakan sebagai tolak ukur kesejahtraan
masyarakat. PDRB itu sendiri merupakan jumlah nilai tambah barang dan jasa
yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di seluruh daerah dalam
40
tahun tertentu. Perekonomian yang tumbuh dan berkembang tidak bisa lepas dari
peran pemerintah melalui upaya-upaya yang direncanakan dan dilaksanakan
dengan tujuan kesejahteraan masyarakat.
2.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan dan penelitian sebelumnya yang telah diuraikan,
maka dapat diajukan rumusan hipotesis sebagai berikut:
1. Pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Bali.
2. Pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan pertumbuhan ekonomi
berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat pada kabupaten/kota di
Provinsi Bali.
3. Pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum berpengaruh terhadap
kesejahteraan
masyarakat
melalui
kabupaten/kota di Provinsi Bali.
41
pertumbuhan
ekonomi
pada
Download