JURNAL ILMU KESEHATAN IMMANUEL Volume 7, Nomor 1, Juni 2013 Penasehat: Ketua STIK Immanuel Pimpinan Redaksi: Blacius Dedi, SKM., M.Kep Mitra Bestari (Editorial Boards): F. Sri Susilaningsih, MN Prof. Elly Nurachman, MAppSc, Dn Sc, RN Dr. Budi Anna Keliat, M.App., Sc Wintari Hariningsih. SKp., SH., M.Hkes Anna Susana Salim, S.Kp., M.Kes Prof. Dr. Dewi Laelatul Badriah, M.Kes Dewan Redaksi: Antonius Ngadiran, S.Kep., Ners., M.Kep Gurdani Yogisutanti, SKM., MSc Reynaldi Tresnajaya. ST., MM Thema Zebua. SKM., M.MPd Dr. Dadang Arif Primana, MSc., SpKO., SpGK Redaktur Pelaksana: Stephanie Melia, S.Kep., Ners Yunus A.P., S.Kep., Ners Herwinda, S.Kep., Ners Periklanan dan Promosi: Dian Ekawati, Spd Sirkulasi: Robi Iskanda, S.Sos Hedie Kristiawan, S.Kom Sekretariat: Yuli Yulianti Keuangan: Yuliani, SE Alamat Redaksi: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Jl. KH. Wahid Hasyim 161 Bandung Telp/Fax : 022-5212326 ; Email : [email protected] i KATA SAMBUTAN Perguruan Tinggi sebagai penyelenggara pendidikan tinggi berkewajiban untuk mengembangka dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Salah satu upaya mewujudkan kualitas Perguruan Tinggi yang bermutu di antaranya adalah dengan melaksanakan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Salah satu unsur dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah penelitian, dan hasil penelitian tersebut dipublikasikan dalam bentuk suatu Jumal Penelitian. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan lmmanuel Bandung sebagai salah satu perguruan Tinggi di Indonesia, dalam perkembangannya bertanggung jawab untuk mewujudkan mutu pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan nasional maupun global. Pedoman dasar dan tujuan STIKes Immanuel adalah menjadi lembaga tinggi professional kesehatan yang berkompetensi komprehensif dengan fokus di bidang Sosial Ekonomi Kesehatan oleh karena itu STIKes Immanuel menerbitkan “Jurnal Ilmu Kesehatan Immanuel” yang terbit pertama kali pada bulan Desember 2006 dengan nomor ISSN 1410234X. Selanjutnya akan diterbitkan dua kali dalam setahun. Semoga dengan diterbitkannya “Jurnal Ilmu Kesehatan Immanuel” ini dapat berguna bagi semua civitas akademika. Selamat berpartisipasi dan selamat membaca. Bandung, Juni 2013 Ketua STIKes Immanuel iii PENGANTAR REDAKSI Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa hingga akhirnya Jurnal Ilmu Kesehatan Immanuel Volume 7, Nomor 1 ini dapat diterbitkan dengan lancar. Jumal Ilmu Kesehatan Immanuel adalah wadah untuk mengembangkan pengetahuan melalui penelitian maupun artikel ilmiah yang diterbitkan secara berkala oleh Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung. Peneliti yang menulis dalam Jumal ini tidak hanya berasal dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel, tetapi juga berasal dari Politeknik Ilmu Kesehatan Bandung dan Sekolah Ilmu Tinggi Kesehatan lain. Semoga Jurnal Ilmu Kesehatan Immanuel Volume 7, Nomor 1 yang terbit pada bulan Juni 2013 ini dapat bermanfaat dan terbit secara reguler untuk kepentingan kita semua. Bandung, Juni 2013 Redaksi v DAFTAR ISI Redaksi…………………………………………………………………………….... i Kata Sambutan.…………………………………………………………………….... iii Kata Pengantar…………………………………………………………………….... v Daftar Isi…………………………………………………………………………….... vii 1. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Dalam Melaksanakan Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara di Ruang Kemoterapi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung (Atin Karjatin, Kusrina)………………………………………………………………… 1 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Immanuel Bandung (Riry Santha Melsy, Nur Intan Hayati H. K., Srihesty Manan)………………………………………………………………… 3. Hubungan Motivasi Instrinsik Dengan Kesiapan Peserta Pelatihan 8 Menjadi Motivator Kesehatan Masyarakat (Elizabeth Ari).……………………………………………. 19 4. Tingkat Kepuasan Keluarga Pasien Terhadap Pelayanan Keperawatan di Ruang High Care Unit (HCU) Rumah Sakit Immanuel Bandung 2012 (Yuni Asty Harahap, Nur Intan Hayati H.K., Srihesty Manan)…………………………………………………………………… 32 5. Respon Stres Mahasiswa Si Keperawatan 2011 Dalam Mengikuti Metode Pembelajaran Tutorial di STIK Immanuel Bandung (Eni Rista Girsang, Yuliana Elias, Linda Hotmaida)…………………………………………………………………………… 41 6. Pengalaman Ibu Dalam Merawat Anak Yang Mengalami Down Syndrome di Rumah (Gryanita, Antonius Ngadiran, Liliek Fauziah)…………………………………. 51 7. Pengalaman Keluarga Dalam Mendampingi Anaknya Penderita Penyalahgunaan Napza di Rumah Palma Unit Napza Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, Bandung. Analisis Fenomologi. (Meriati Natalia Simandalahi, Thema Zebua, Anni Sinaga)……... 62 8. Mekanisme Koping Pada Pasien Dengan Coronary Arteri Disease Di Ruang High Care Unit (HCU) Rumah Sakit Immanuel Bandung (Nur Intan Hayati H.K.)……………… 9. Pengetahuan Kader Kesehatan Tentang Penyakit Menular di 71 Kelurahan Babakan Ciparay (Monika Ginting)…………………………………………………………………….. 84 10. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Oleh Perawat Terhadap Pasien Gangguan Jiwa di Ruang Tenang Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat (Ira Ocktavia)……………………. vii 93 11. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Dampak Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah Yang Akan Dilakukan Pengambilan Sampel Darah di Ruang Abednego Rumah Sakit Immanuel Bandung (Nancy Riana S., Rika Harini, Ria Angelina)………… 101 12. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Pada Balita di RW 06 Kelurahan Babakan Ciparay Wilayah Kerja Puskesmas Caringin Kota Bandung (Rita Andrayani, Gurdani Y., Berlyna D.)…………………………………………………………….. 117 13. Pengaruh Edukasi Perawatan Metode Kanguru Terhadap Pengetahuan dan Sikap Orang Tua Yang Memiliki Bayi Berat Lahir Rendah di Ruang Perinatologi RSUD Cibabat Kota Cimahi (Weni Lestari, Rika Harini, Sari Sarce)……………………………………………. 127 14. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Retardasi Mental Di Slb Bc YPLAB Banjaran (Tresiani Herawan, Antonius Ngadiran, Saurmian Sinaga)………………………. 146 15. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Posyandu Dengan Kunjungan Balita Ke Posyandu di Desa Jati Endah Kecamatan Cilengkrang Bandung (Lidia Natalia, Roselina Tambunan, Tri Ardayani)………………………………………………………………………………. viii 156 Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 7, Nomor 1, Juni 2013 ISSN 1410-234X PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK OLEH PERAWAT TERHADAP PASIEN GANGGUAN JIWA DI RUANG TENANG RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT Ira Ocktavia)* Abstrak Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus dimiliki oelh seorang perawat dan merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh Gambaran Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik oleh PerawatPada Pasien Ganguan Jiwa di Ruang Tenang Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yaitu suatu metode penelitian untuk mengetahui gambaran tentang suatu keadaan atau fenomena. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang berjumlah 28 orang, yang masih bekerja di ruang perawatan (ruang tenang) Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa 28 responden sebagian besar yaitu 17 orang (60,7%) memiliki pelaksanaan yang tinggi dalam melakukan komunikasi terapeutik, sisanya 11 orang (39,3%) memiliki pelaksanaan yang rendah dalam melakukan komunikasi terapeutik. Secara keseluruhan hasil penelitian tentang pelaksanaan perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik sebagian besar adalah rendah. Kata kunci: komunikasi, komunikasi terapeutik, perawat pelayanan yang berkualitas agar citra perawat senantiasa baik di mata masyarakat (sujana, 2008). Saat ini perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalamai perubahan yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai profesi. Proses ini merupakan proses perubahan yang sangat mendasar dan konsepsional, yangmencakup seluruh aspek keperawatan baik aspek pendidikan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kehidupan keprofesian dalam keperawatan. Oleh sebab itu jaminan pelayanan keperawatan yang berkualitas hanya dapat diperoleh dari tenaga keperawatan yang professional. PENDAHULUAN Perkembangan dunia kesehatan yang semakin pesat kian membuka pengetahuan masyarakat mengenai dunia kesehatan dan keperawatan. Hal ini ditandai dengan banyaknya masyarakat yang mulai menyoroti kinerja tenaga-tenaga kesehatan dan mengkritisi berbagai aspek yang terdapat dalam pelayanan kesehatan. Pengetahuan masyarakat yang semakin meningkat, berpengaruh terhadapat meningkatanya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan. Hal ini tentu saja merupakan tantangan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme selama memberikan 98 Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 7, Nomor 1, Juni 2013 ISSN 1410-234X Dalam konsep profesi terkait erat tifanilai sosial yaitu: pengetahuan yang mendalam dan sistematis, keterampilan teknis dan kiat yang diperoleh melalui latihan yang lama dan teliti, dan pelayanan atau angsuran kepada yang memerlukan berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan teknistersebut dengan berpedoman pada filsafat moral yang diyakini, yaitu etika profesi serta konsep-konsep dalam berkomunikasi (Andyca, 2008). Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukan dalam sistem, dimanadapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi maupun di luar profesi keperawatan yang bersifat konstan (Prasko, 2011). Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus dimiliki oleh seorang perawat dan merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan masalahnya (Hernimusti, 2012). Sudah seharusnya seorang perawat profesional memiliki kualitas komunikasi yang baik saat berhadapan dengan klien, keluarga maupun dengan siapa saja yang membutuhkan informasi mengenai masalah keperawatan terkait kesehatan klien. Peran perawat sebagai komunikator juga sangat berpengaruh terhadap citra perawat di mata masyarakat. Klien juga manusia yang membutuhkan interaksi pada saat ia menjalani asuhan keperawatan. Interaksi verbal antar komunitas terapeutik dengan pasien sedikit banyak akan berpengaruh terhadap peningkatan kesehatan klien. Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar sesame perawat dan profesi kesehatan lainnya, serta sumber informasi dan komunitas. Kualitas komunikasi yang dimiliki oleh seorang perawat merupakan faktor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga, dan komunitas (Sujana, 2008). Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan, didasarkan pada prinsip ‘humanity of nurse and clients’. Hubungan ini tidak hanya sekedar hubungan seorang penolong (helper/perawat) dengan kliennya, tetapi hubungan antara manusia yang bermartabat (Dult-battey, 2004). Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat merupakan suatu wadah komunitas terapeutik yang mampu memberi8kan pelayanan keperawatansejak pasien dirawat sampai pasien mampu mandiri dan kembali ke keluarganya. Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat yang 99 Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 7, Nomor 1, Juni 2013 ISSN 1410-234X di dalamnya terdapat komunitas terapeutik memiliki visi dan misi yakni: Visi: “ menjadi Rumah Sakit Jiwa Unggulan dan Pusat Rujukan Pelayanan Kesehatan Jiwa di Indonesia Tahun 2015”. Misi: 1. Melaksanakan dan mengembangkan pelayanan kesehatan jiwa quartener dengan unggulan Pelayanan Kesehatan Jiwa Anak Remaja, Rehabilitasi Mental dan Rehabilitasi Napza. 2. Meningkatan dan mengembangkan kualitas pelayanan kesehatan jiwa berstandar international. 3. Melaksanakan pendidikan tenaga kesehatan sebagai rumah sakit pendidikan kesehatan jiwa. 4. Meningkatan profesionalisme dan kesejahteraan SDM. Keterampilan perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik dapat dilihat dari proses pelaksanaan komunikasi terapeutik yang sampai saat ini belum berjalan secara optimaldan masih bersifat rutinitas. Ada beberapa kemungkinan kuirang berhasilnya komunikasi terapeutik pada pasien diantaranya jika ditinjau dari sefi pengetahuan, sikap perawat, tingkat pendidik, lingkungan dan jumlah tenaga kesehatan yang dirasa masih kurang. Untuk mempunyai sikap positif dalam komunikasi terapeutik maka diperlukan pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan kurang maka sikap dalam pengetahuan komunikasi terapeutik juga akan berkurang. Hal ini akan menjadi dampak pada psikologis pasien misalnya kecemasan, ketakutan dan perubahan sikap yang maladaptive. Untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya adalah menggunakan komunikasi terapeutik yang efektif, yang akan dan sedang dilakukan tindakan keperawatan seperti menggali perasaan, pikiran, perubahan perilaku sehingga akan meningkatkan keterbukaan perawatdan klien serta membantu memecahkan masalah psikologis klien. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, terlihat 5 perawat yang menggunakan komunikasi terapeutik sesuai tahapan yang ada, sementara 7 perawat lainya sudah menerapkan komunikasi terapeutik tetapi hanyapada fase orientasi dan persiapan belum diterapkan secara optimal. Hal ini dapat dilihat bahwa pasien merasa lebih tenang dan dekat dengan perawat yang menggunakan komunikasi dengan baik, efektif dan ramah. Berdasarkan data hasil studi pendahuluan yang telah dipaparkan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Oleh Perawat Terhadap Pasien Gangguan Jiwa di Ruang Tenang Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat”. 100 Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 7, Nomor 1, Juni 2013 ISSN 1410-234X Kerangka Konsep Penelitian Peran Perawat: a. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan. b. Peran perawat sebagai advokatklien. c. Peran perawat sebagaiedukator d. Peran perawat sebagaikoordinator e. Peran perawat sebagai kolaborator f. Peran perawat sebagai konsultan g. Peran perawat sebagai pembaharu. Sumber: Modifikasi Konsorsium Pelaksanaan komunikasi terapeutik oleh perawat di ruang tenang rumah sakit jiwa provinsi jawa barat dengan tahapan komunikasi terapeutik yang meliputi: a. Pelaksanaan perawat pada tahap preinteraksi b. Pelaksanaan perawat pada tahap oreintasi c. Pelaksanaanperawatpada ahap kerja d. Pelaksanaan perawat pada tahap terminasi Karakterristik Komunikasi Terapeutik: a. Ikhlas (Genuiness) b. Empati (Emphaty) c. Hangat (warmth) Ilmu Kesehatan, 1989, Suryani, 2005 dan Arwani, 2003 d. Mengidentifikasi pelaksanaan perawat pada tahap terminasi Populasi adalah keseluruhan subjek populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang berjumlah 28 orang yang masih bekerja di ruang perawatan (ruang tenang) Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini yang ingin dilihat adalah pelaksanaan perawat yang berkerja di ruang perawatan (ruang tenang). Tenil sampling yang digunakan adalah total sampling. Pemilihan teknik sampling tersebut karena jumlah populasi kurang dari 100 (Sugiono, 2003). Criteria sampel yang diambil dalam penelitian ini antara lain: METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yaitu suatu metode penelitian untuk mengetahui gambaran tentang fenomena (Arikunto, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai Pelaksanaan Komunikasi Oleh Perawat. Variabel adalah objek penekitian, atau apa yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian (Arikunto, 2006). Variabel dalam penelitian ini adalah pelaksanaan komunikasi terapeutik oleh perawat dengan sub variabel: a. Mengidentifikasi pelaksanaan perawat pada tahap pre-interaksi b. Mengidentifikasi pelaksanaan perawat pada tahap Orientasi c. Mengidentifikasi pelaksanaan perawat pada tahap kerja 101 Tinggi rendah a. Perawat yang bekerja di ruang Perawatan (ruang tenang) Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat b. Perawat yang bersedia menjadi responden Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau halhal yang diketahui (Arikunto, 2006). orientasi secara umum disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Perawat Pada Tahap Orientasi (perkenalan) di Ruang Tenang Kriteria Tinggi Rendah Total P(%) 50 50 100 Dilihat dari tabel distribusi hasil penelitian tentang pelaksanaan komunikasi terapeutik oleh perawat pada tahap perkenalan adalah sama. Pelaksanaan Perawat Pada Tahap Kerja Berdasarkan hasil penelitian pada sub variabel pelaksanaan komunikasi terapeutik oleh perawat pada tahap kerja secara umum disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan perawat pada tahap pre-interaksi Berdasarkan hasil penelitian pada sub variabel pelaksanaan komunikasi terapeutikoleh perawat pada tahap pre-interaksi secara umum disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Perawat Pada Tahap Pre-Interaksi (persiapan) di Ruang Tenang Kriteria Frekuensi Tinggi 8 Rendah 20 Total 28 Frekuensi 14 14 28 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Perawat Pada Tahap Kerja di Ruang Tenang Kriteria Tinggi Rendah Total P(%) 71,4 28,6 100 Frekuensi 16 12 28 P(%) 57,1 42,9 100 Dilihat dari tabel distribusi hasil penelitian tentang pelaksanaan komunikasi terapeutik oleh perawat pada tahap kerja sebagian besar adalah tinggi. Pelaksanaan Perawat pada Tahap Terminasi Berdasarkan hasil penelitian pada sub variabel pelaksanaan komunikasi terapeutik oleh perawat pada tahap terminasi secara umum disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Dilihat dari tabel distribusi hasil penelitian tentang pelaksanaan komunikasi terapeutik oleh perawatpada tahap persiapan sebagian besar adalah rendah. Pelaksanaan Perawat Pada Tahap Orientasi Berdasarkan hasil penelitian pada sub variabel pelaksanaan komunikasi terapeutik oleh perawat pada tahap 102 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Perawat Pada Tahap Terminasi di Ruang Tenang Kriteria Tinggi Rendah Total Frekuensi 11 17 28 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Oleh Perawat Terhadap Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden yang bekerja di ruang tenang memilikipelaksanaan yang rendah yaitu 60,7% dan sisanya tergolong tinggi yaitu 39,3%. P(%) 39,3 60,7 100 Dillihat dari tabel distribusi hasil penelitian tentang pelaksanaan komunikasi terapeutik oleh perawat pada tahap terminasi sebagian besar adalah tinggi. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Oleh Perawat terhadap Pasien Gangguan Jiwa di Ruang Tenang Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Berdasarkan hasil penelitian tentang komunikasi terapeutik oleh perawat dilihat dari 4 sub variabel secara umum disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Saran Berdasarkan hasil penelitian tentang Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Oleh Perawat Terhadap Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, maka penulis mengusulkan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadimasukan bagi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat untuk dapat membuat aturan atau prosedur tetap dan melakukan evaluasi khususnya tentang komunikasiterapeutik perawatkepada pasien, sehingga dapat menjadi acuan bagi perawat dalam meningkatkan kualitaskomunikasi yang baik antara Perawat dengan pasien. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Oleh Perawat Terhadap Pasien Gangguan Jiwa di Ruang Tenang Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Kriteria Tinggi Rendah Total Frekuensi 25 3 28 P(%) 89,3 10,7 100 Dilihat dari tabel distribusi hasil penelitian tentang pelaksanaan komunikasi terapeutik oleh perawat sebagian besar adalah rendah. 2. Bagi Perawat Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Semoga dapat menjadi masukan bagi perawat untuk dapat menerapkan komunikasi 103 terapeutik dengan baik yang sesuai dengan tahapan komunikasi terapeutik diawali tahap persiapan, perkenalan, kerja dan terminasi. terapeutik/ (diperoleh tanggal 07 Juni 2012) Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 3. Bagi Mahasiswa STIK Immanuek Bandung Dapat menjadi masukan bagi seluruh civitas akademika STIK Immanuel Bandung bahwa pentingnya komunikasi baik yang dapat dijadikan budaya di STIK Immanuel Bandung dengan menerapkan cinta kasih, peduli dan hormat karena dengan adanya komunikasi yang baik akan menghasilkan hubungan yang baik antara mahasiswa dengan mahasiwa, deosen dengan dosen dan desen dengan mahasiswa dan seluruh staff dosen STIK Immanuel Bandung. 4. Bagi Peneliti Lain kiranya hasil penelitian ini dapat lebih dikembangkan oleh peneliti lain yang memiliki minat untuk meneliti faktor-faktor lain yang berkontribusi dalam komunikasi terapeutik perawat, misalnya: Hubungan Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik dan tingkat kepuasan Klien dengan metode penelitian yang berbeda. ________. S. (2006). Prosedur Penelitian Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. ________. S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. Arwani. (2003). Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC. Azwar. (2003). Metodelogi Penelitian dan Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Batam Bina Rupa Aksara. ______ (2007). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Damaiyanti, M. (2008). komunikasiTerapeutik dalam praktek Keperawatan. Bandung: Refika Aditama. http://docs.google.com/www.depkes. go.id/downloads/psikososial (diperoleh tanggal 07 Juni 2012). DAFTAR PUSTAKA Andyca. (2008). Komunikasi Terapeutik. http://andyca.wordpress.com/ 2008/05/06/komunikasi- http://hernimusti.blogspot.com/2012/ 02/komunikasiterapeutik.html (diperoleh tanggal 07 Juni 2012. 104 http://www.prasko.com/2011/05/pera n-dan-fungsi-perawat.html (diperoleh tanggal 05 Juli 2012). ________. (2011). MetodePenelitian Kuantitatif dan R&D EdisiXIII. Bandung: Alfabeta. Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan cetakan 1. Jakarta: EGC. http://robbybee.wordpress.com/2009/ 10/06/komunikasi-terapeutik/ (diperoleh tanggal 25 Juli 2012). Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik Teori dan Praktik. Jakarta: EGC. http://perawattegal.wordpress.com/2 009/08/29/konsep-dasarkeperawatan-perkembangankonsep-dan-trenkeperawatan/ (diperoleh tanggal 25 Juli 2012). _______. (2006). Komunikasi Terapeutik Teori dan Praktik. Jakarta:EGC. Ira Ocktavia, S.Kep., Ners)* Staff Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Nursalam. (2008). Konsep san Penerapan Metodelogi penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Perry dan Potter. (2005). Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC. Rani Setiani Sujana. (2008). Peran Perawat Profesional dalam Membangun Citra Perawat Ideal di Mata Masyarakat. http://mhs.blog.ui.ac.id/rani.s etiani/2009/05/ (diperolehtanggal 5 Juni 2012). Riyanto, A. (2010). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Bandung: Nuha Medika. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. 105