KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERHIMPUNAN TIM BANTUAN MEDIS MAHASISWA KEDOKTERAN INDONESIA Penyusun & Editor: Deno Madasa Subing, PMPATD Pakis Rescue Team FK Universitas Lampung Farisa Ariffatin, LAKESMA FK Universitas Brawijaya Kepala Staf Pendidikan dan Pelatihan: Sekar Rahadisiwi, KPLA FK Universitas Airlangga Staf Pendidikan dan Pelatihan: Aditya Agam Nugraha, TBMM Panacea FK Universitas Gadjah Mada Anindya Primaditha, TBM Chrestotes FK Universitas Pelita Harapan Azharani Anwar, TBM AXIS FKIK Universitas Tadulako Earlya Fevri Rifani, TBMM Panacea FK Universitas Gadjah Mada Faridah Alatas, PMPATD Pakis Rescue Team FK Universitas Lampung Made Agus Cahya, TBM Janar Duta FK Universitas Udayana Mega Ratnasari, TBM VERTEX FK Universitas Jember Raden Partinah, USMR FK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Rifka Ulfa Rosyida, TBM AXIS FKIK Universitas Tadulako Riky Setyawan, TBMM Panacea FK Universitas Gadjah Mada Rycha Dwi Syafutri, TBM FK USU PEMA Universitas Sumatera Utara 2 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah berkenan memberikan nikmat sehat dan nikmat iman sehingga kami staf Pendidikan dan Latihan PTBMMKI periode 2015/2016 diberikan kesempatan menyelesaikan buku materi kurikulum PTBMMKI 2015/2016 sehingga dapat terselesaikan dengan baik . Buku materi kurikulum PTBMMKI 2015/2016 ini merupakan salah satu program kerja dari staf Pendidikan dan Latihan PTBMMKI periode 2015/2016. Buku ini dibuat adalah sebagai panduan bagi anggota maupun nonanggota PTBMMKI yang mengacu pada daftar kompetensi kurikulum PTBMMKI 2015/2016. Buku ini berisi penjabaran materi dari kompetensi utama dan kompetensi tambahan kurikulum PTBMMKI 2015/2016. Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan buku ini secara terlampir. Mengingat kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, masih banyak perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan terhadap buku ini. Kami berharap buku ini dapat membawa banyak manfaat terhadap peningkatan kualitas anggota PTBMMKI ke depannya. Akhir kata, kami mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan buku kurikulum PTBMMKI 2015/2016 ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun juga sangat diharapkan kedepannya demi kesempurnaan buku ini. Semoga segala bentuk dukungan, ketulusan, dan do’a yang diberikan kepada kami mendapat limpahan pahala dari Allah SWT, Amin. Staf Pendidikan dan Pelatihan PTBMMKI 2015/2016 Penyusun 3 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 UCAPAN TERIMA KASIH Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuh Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah SWT Rabb semesta alam, atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyempurnaan buku ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasullallah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang senantiasa istiqomah dalam sunnahnya hingga akhir jaman. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa begitu banyak pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian buku ini. Melalui kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Staf BPP PTBMMKI 2015/2016 yang telah membantu dan memberikan saran yang membangun selama proses penyempurnaan buku ini. 2. Staf Pendidikan dan Pelatihan PTBMMKI sebelumnya yang telah berusaha membuat buku ini menjadi lebih baik. 3. Staf Pendidikan dan Pelatihan PTBMMKI 2015/2016 yang selalu memberikan motivasi serta dukungan selama proses penyempurnaan buku ini. 4 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4. Seluruh TBM unit yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian menyempurnakan buku tahun 2015 - PMPATD Pakis Rescue Team Univesitas Lampung - LAKESMA Universitas Brawijaya - TBM AXIS Universitas Tadulako - TBM Janar Duta Universitas Udayana - MAPADOKS Unissula - TBM Averroes Universitas Bengkulu - TBM FK USU PEMA Universitas Sumatera Utara 5. Rekan-rekan dan sahabat yang telah membantu secara personal dalam penyempurnaan buku tahun ini, semoga Allah membalas dengan balasan yang lebih baik dan menjadikan motivasi buat rekan-rekan lain untuk bisa berkontribusi tahun depan - Rifka Ulfa Rosyida, TBM AXIS Univ. Tadulako - Raden Partinah, UIN Syahid Medical Rescue - Rizky Arif Prasetyo, PMPATD Pakis Rescue Team - Nandya Dwizella, PMPATD Pakis Rescue Team - Osy Lu’lu Alfarossi, PMPATD Pakis Rescue Team - Muhammad Fakih Abdurrahman, PMPATD Pakis Rescue Team - Arsie Noor Faridah, LAKESMA Univ. Brawijaya - Eleonora Elsa Sucahyo, LAKESMA Univ. Brawijaya - Ika Ashmi Puspitasari, LAKESMA Univ. Brawijaya 5 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR......................................................................................................... 3 DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 6 KOMPETENSI UTAMA MATRA MEDIS EMERGENSY Initial Assessment ........................................................................................ Basic Life Support ....................................................................................... Advanced Trauma Life Support .................................................................. Trauma Muskuloskeletal ............................................................................ Resusitasi Cairan ........................................................................................ Syok ............................................................................................................ Trauma Lingkugan ..................................................................................... Envenomasi ................................................................................................ Intoksikasi ................................................................................................... Basic Surgical Skill ..................................................................................... 7 26 38 59 78 87 93 112 126 132 MATRA MEDIS NON EMERGENSY Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik ............................................................. 156 Farmakologi Praktis .................................................................................... 177 Kasus-Kasus Medis Non Emergency .......................................................... 190 KOMPETENSI TAMBAHAN MATRA PENUNJANG Navigasi Darat ............................................................................................ Komunikasi Lapangan ................................................................................ Evakuasi Medis Darat ................................................................................. Evakuasi Medis Perairan ............................................................................ Teknik Survival .......................................................................................... E-SAR.......................................................................................................... 209 234 249 258 270 286 MATRA MANAJEMEN Disaster Management ................................................................................. 298 Manajemen Operasional Lapangan ............................................................ 334 Team Building ............................................................................................ 340 MATRA ORGANISASI Kepemimpinan dan Kedipimpinan ............................................................. 349 Pendidikan Organisasi Nasional ................................................................. 364 6 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 KOMPETENSI UTAMA MATRA MEDIS EMERGENCY INITIAL ASSESSMENT 1. SCENE SURVEY Langkah pertama dalam prinsip penatalaksanaan kegawatdaruratan adalah dengan meninjau kondisi medan penyelamatan atau lokasi kejadian. Keselamatan diri, partner kerja, dan orang lain di sekitar lokasi kejadian selalu menjadi prioritas utama. Sebelum menjangkau korban, periksa kemungkingan adanya bahaya bagi penolong. Jangan memaksakan jika kondisi tidak memungkinkan. Tahapan scene survey, antara lain: 1.1 Memastikan keadaan lingkungan 1.1.1 Consider Mempertimbangkan segala informasi mengenai medan penyelamatan dari orangorang sekitar. Misalnya informasi dari saksi mata kejadian yang terpercaya. 1.1.2 Observe Mengamati secara langsung kondisi medan seperti binatang buas, orang-orang mencurigakan, jalan keluar penyelamatan, dan lain-lain. 1.1.3 Think Selalu memikirkan rencana cadangan jika terjadi perubahan situasi. Misalnya keadaan cuaca yang memburuk atau terjadi bencana susulan. 1.2 Memastikan kesadaran dari korban/pasien. Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak penolong harus melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban/pasien, dapat dengan cara menyentuh atau menggoyangkan bahu korban/pasien dengan lembut dan mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil memanggil namanya atau Pak !!! / Bu!!! / Mas!!! /Mbak !!!. 7 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.3 Meminta pertolongan. Jika ternyata korban/pasien tidak memberikan respon terhadap panggilan, segera minta bantuan dengan cara berteriak "Tolong !!!" untuk mengaktifkan sistem pelayanan medis yang lebih lanjut. 1.4 Memperbaiki posisi korban/pasien. Untuk melakukan tindakan BHD yang efektif, korban/pasien harus dalam posisi terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras. jika korban ditemukan dalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi korban ke posisi terlentang. Ingat! penolong harus membalikkan korban sebagai satu kesatuan antara kepala, leher dan bahu digerakkan secara bersama-sama. Jika posisi sudah terlentang, korban harus dipertahankan pada posisi horisontal dengan alas tidur yang keras dan kedua tangan diletakkan di samping tubuh. 2. TRIASE Triase adalah cara pemilahan pasien berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia serta mengatur prioritas pengelolaan korban dalam jumlah yang banyak. Tindakan ini berdasarkan prioritas ABC (Airway dengan kontrol servikal, Breathing dan Circulation dengan kontrol perdarahan) yang merupakan proses yang bersinambungan sepanjang pengelolaan medik gawat darurat. Proses triase inisial harus dilakukan oleh petugas pertama yang tiba atau berada ditempat dan tindakan ini harus dinilai ulang terus menerus karena status triase pasien dapat berubah. Bila kondisi memburuk atau membaik, lakukan retriase. 2.1 Prinsip-prinsip triase sebagai berikut: 2.1.1 Derajat ancaman jiwa Pasien yang terancam jalan pernapasannya, lebih diprioritaskan dari pada pasien yang terganggu sirkulasi atau neurologinya 2.1.2 Beratnya cedera Sebagai contoh, fraktur pada satu tulang prioritas lebih rendah dibandingkan bisa fraktur tersebut disertai dengan perdarahan 2.1.3 Kemungkinan terselamatkan Pasien dengan cedera hebat tidak selalu menduduki prioritas utama, harus dipertimbangkan kemungkinan pasien akan bertahan hidup atau tidak. 8 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2.1.4 Sumber daya Pasien yang kebutuhannya melampaui kapabilitas sumber daya, mendapat prioritas rendah sampai kebutuhan sumber daya tersebut terpenuhi. 2.1.5 Waktu, jarak, lingkungan Cedera yang dapat dikelola dengan cepat, meskipun beratnya cedera tergolong ringan dan ancamannya minimal terhadap jiwa, dapat mempunyai prioritas tinggi karena pendeknya waktu yang diperlukan untuk mengatasi masalah yang teridentifikasi. Jarak dan faktor lingkugan dalam perjalanan membawa pasien ke tempat terapi definitif juga perlu dipertimbangkan. Triase harus mencatat tanda vital, perjalanan penyakit praRS, mekanisme cedera, usia, dan keadaan yang diketahui atau diduga membawa maut. Temuan yang mengharuskan peningkatan pelayanan antaranya cedera multipel, usia ekstrim, cedera neurologis berat, tanda vital tidak stabil, dan kelainan jatung-paru yang diderita sebelumnya. 2.2 Dua jenis keadaan triase dapat terjadi: 2.2.1 Multiple Causalties Musibah massal dengan jumlah pasien dan beratnya cedera tidak melampaui kemampuan RS. Dalam keadaan ini pasien dengan masalah yang mengancam jiwa dan multi trauma akan dilayani terlebih dahulu. 2.2.2 Mass Causalties Musibah massal dengan jumlah pasien dan beratnya luka melampaui kemampuan RS. Dalam keadaan ini yang akan dilayani terlebih dahulu adalah pasien dengan kemungkinan survival yang terbesar, serta membutuhkan waktu, perlengkapan dan tenaga paling sedikit. 2.3 Tag Triage Tag (label berwarna dengan form data pasien) yang dipakai oleh petugas triase untuk mengindentifikasi dan mencatat kondisi dan tindakan medik terhadap korban. 9 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Gambar 1. Triase dan pengelompokan berdasar Tagging 2.3.1 Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin diresusitasi. 2.3.2 Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang memerlukan penilaian cepat serta tindakan medik dan transport segera untuk tetap hidup (misal : gagal nafas, cedera torako-abdominal, cedera kepala atau maksilo-fasial berat, shok atau perdarahan berat, luka bakar berat). 2.3.3 Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera yang kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat. Pasien mungkin mengalami cedera dalam jenis cakupan yang luas (misal : cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala atau tulang belakang leher tidak berat, serta luka bakar ringan). 2.3.4 Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien dengan cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera, memerlukan bantuan pertama sederhana namun memerlukan penilaian ulang berkala (cedera jaringan lunak, fraktura dan dislokasi ekstremitas, cedera maksilofasial tanpa gangguan jalan nafas, serta gawat darurat psikologis). 10 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. PRIMARY SURVEY Proses ini merupakan ABCDE-nya trauma dan berusaha untuk mengenali keadaan yang mengancam nyawa terlebih dahulu, dengan berpatokan pada urutan berikut: A airway : menjaga jalan napas dengan kontrol servikal B breathing : menjaga pernapasan dengan ventilasi C circulation : bantuan sirkulasi dengan kontrol perdarahan D disability : status neurologis E exposure : buka baju pasien, tetapi cegah hipotermia 3.1 A (AIRWAY) Jalan Napas 3.1.1 Pemeriksaan jalan napas. Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda asing. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan teknik cross finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk pada mulut korban. Gambar 1.1. Bentuk jari seperti kait dan keluarkan bendanya 11 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3.1.2 Membuka jalan napas. Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa pada korban tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan menutup faring dan laring, inilah salah satu penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh lidah dapat dilakukan dengan cara tengadah kepala topang dagu (Head tild - chin lift) dan manuver pendorongan mandibula (jaw thrust). Teknik membuka jalan napas yang direkomendasikan untuk orang awam dan petugas, kesehatan adalah tengadah kepala topang dagu, namun demikian petugas kesehatan harus dapat melakukan manuver lainnya. Gambar 1.2. Head tild - chin lift Gambar 1.3. Jaw thrust pada pasien kecurigaan fraktur cervikal 12 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3.1.3 Ingat Selama memeriksa dan memperbaiki airway, harus diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi pada leher bila dicurigai adanya kelainan vertebra servikalis. Jika ada, maka harus dipakai alat imobilisasi Gambar 1.4. Penolong menstabilkan kepala dan leher penderita, pelindung leher terpasang 3.2 B (BREATHING) Bantuan napas Terdiri dari 2 tahap : 3.2.1 Memastikan korban/pasien tidak bernapas. Dengan cara melihat pergerakan naik turunnva dada, mendengar bunyi napas dan merasakan hembusan napas korban/pasien. Untuk itu penolong harus mendekatkan telinga di atas mulut dan hidung korban/pasien, sambil tetap mempertahankan jalan napas tetap terbuka. Prosedur ini dilakukan tidak boleh melebihi 10 detik. 3.2.2 Memberikan bantuan napas. Jika korban/pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat dilakukkan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5 - 2 detik dan volume udara yang dihembuskan adalah 7000 - 1000 ml (10 ml/kg) atau sampai dada korban/pasien terlihat mengembang serta mendengar dan merasakan udara yang keluar pada ekspirasi . Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi 13 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 oksigen yang dapat diberikan hanya 16 - 17%. Penolong juga harus memperhatikan respon dari korban/pasien setelah diberikan bantuan napas. Cara memberikan bantuan pernapasan : 1. Mulut ke mulut Pemakaian alat pelindung dan masker tetap merupakan pilihan utama. Keputusan untuk melakukan pernapasan buatan dari mulut ke mulut bersifat personal. Bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan cara yang tepat dan efektif untuk memberikan udara ke paru-paru korban/pasien. Pada saat dilakukan hembusan napas dari mulut ke mulut, penolong harus mengambil napas dalam terlebih dahulu dan mulut penolong harus dapat menutup seluruhnya mulut korban dengan baik agar tidak terjadi kebocoran saat mengghembuskan napas dan juga penolong harus menutup lubang hidung korban/pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk mencegah udara keluar kembali dari hidung. Volume udara yang diberikan pada kebanyakkan orang dewasa adalah 700 1000 ml (10 ml/kg). Volume udara yang berlebihan dan laju inpirasi yang terlalu cepat dapat menyebabkan udara memasuki lambung, sehingga terjadi distensi lambung. Selain itu terdapat bahaya bagi penolong yaitu penyebaran penyakit, kontaminasi bahan kimia dan muntah penderita. Gambar 1.5. Mulut ke mulut 14 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Gambar 1.6. Memberikan pernapasan buatan melalui masker 2 . Mulut ke hidung Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut korban tidak memungkinkan, misalnya pada trismus atau dimana mulut korban mengalami luka yang berat, dan sebaliknya jika melalui mulut ke hidung, penolong harus menutup mulut korban/pasien. 3. Mulut ke Stoma Pasien yang mengalami laringotomi mempunyai lubang (stoma) yang menghubungkan trakhea langsung ke kulit. Bila pasien mengalami kesulitan pernapasan maka harus dilakukan ventilasi dari mulut ke stoma. 3.3 C (CIRCULATION) 3.3.1 Terdiri atas 3 penemuan klinis 1. Tingkat kesadaran Bila volume darah menurun, perfusi otak dapat berkurang yang akan mengakibatkan penurunan kesadaran. 2. Warna kulit Warna kulit dapat memberikan diagnosis hipovolemia. Pasien trauma dengan warna kulit kemerahan terutama pada wajah dan ekstrimitas jarang dalam keadaan hipovolemia. Sebaliknya, jika wajah pucat keabu-abuan dan kulit ekstrimitas pucat merupakan tanda hipovolemia. 15 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. Nadi Periksalah pada nadi yang besar seperti a.femoralis atau a.karotis. Nadi yang tidak cepat, teratur dan kuat menandakan normo-volemia, biasanya nadi yang tidak teratur merupakan tanda gangguan jantung dan tidak ditemukan pulsasi pada arteri besar yang merupakan pertanda diperlukannya resusitasi segera untuk memperbaiki volume dan cardiac output. Cara pemeriksaan a.carotis dapat ditentukan dengan meraba arteri karotis di daerah leher korban/ pasien, dengan dua atau tiga jari tangan (jari telunjuk dan tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba trakhea, kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kira-kira 1 - 2 cm raba dengan lembut selama 5 - 10 detik. Jika teraba denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa pernapasan korban dengan melakukan manuver tengadah kepala topang dagu untuk menilai pernapasan korban/pasien. Jika tidak bernapas lakukan bantuan pernapasan, dan jika bernapas pertahankan jalan napas 3.3.2 RJP (Resusitasi Jantung Paru) Jika tidak teraba nadi dalam 10 detik, mulai lakukan kompresi dada (LIHAT BAB 2). Gambar 1.6. Pemeriksaan arteri carotis 16 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3.4 D (DISABILITY) Neurologic Evaluation Penilaian meliputi tinkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda lateralisasi dan tingkat cedera spinal. Penurunan kesadaran dapat disebabkan oleh trauma langsung pada otak atau penurunan oksigenasi ke otak, jika terjadi penurunan harus dilakukan reevaluasi terhadap keadaan oksigenasi, ventilasi dan perfusi. GCS (Glasgow Coma Scale) adalah sistem skoring yang sederhana dan dapat menilai derajat/tingkat kesadaran penderita dengan kriteria yang secara kuantitatif dan terpisah yaitu respon membuka mata (E), respon motorik terbaik (M), dan respon verbal terbaik (V). 3.4.1 Cara Penilaian Skala Koma Glasgow Dalam kasus gangguan kesadaran maka auto anamnesis masih dapat dilakukan, hal ini terjadi pada kasus dimana gangguan kesadaran masih bersifat ringan, pasien masih dapat menjawab pertanyaan hasil auto anamnesis ini dapat dimanfaatkan untuk menetapkan adanya gangguan kesadaran yang bersifat psikiatrik, termasuk sendrom otak organik atau gangguan kesadaran yang bersifat neorologik (dinyatakan secara kualitatif maupun kuantitatif kedalam GCS). Respon perilaku dalam pemeriksaan GCS meliputi respon membuka mata, respon verbal dan respon motorik. Glasgow Coma Scale meliputi pengkajian reflek : 1. Respon membuka mata Penilaian membuka mata meliputi evaluasi terhadap keadaan terjaga, aspek pertama dari kesadaran. Jika mata pasien tertutup, maka keadaan terjaga pasien dinilai berdasarkan derajat stimulasi yang diperlukan agar pasien dapat membuka matanya. Membuka mata (terjaga selalu menjadi pengukuran pertama yang dilakukan sebagai bagian dari GCS karena tanpa hal tersebut kognisi tidak dapat terjadi. Membuka mata pasien tidak dapat dilakukan jika mata penderita membengkak. Skor penilaiannya adalah : A. Nilai 4 Membuka mata secara spontan, mata membuka tanpa harus diperintah atau disentuh (respon optimal). B. Nilai 3 Mata membuka sebagai respon terhadap stimulus verbal (biasanya nama paien) tanpa menyentuh pasien. Observasi mulai dari volume suara yang normal dan naikkan volume suara jika diperlukan dengan mengatakan perintah yang jelas. 17 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 C. Nilai 2 Mata membuka sebagai responterhadap nyeri sentral, misalnya penekanan trapezium, tekanan suborbital (direkomendasikan), sternal rub (menekan dan memutar diatas sternum. Stimulus nyeri hanya dilakukan jika pasien gagal merespon terhadap perintah yang jelas dan keras. D. Nilai 1 Mata tidak membuka walaupun dengan stimulus verbal dan nyeri sentral. Cara melakukan stimulus nyeri sentral meliputi : i. Cubitan trapezium Dengan cara menggunakan cubitan ibu jari dan jari telunjuk pada sekitar 5cm otot trapezius (diantara kepala dan bahu dan diputar). ii. Tekanan suborbital Teknik pelaksanaannya letakkan satu jari disepanjang margin supraorbital (pada tepi tulang disepanjang puncak mata) sampai mmenemukan takik atau lekukan. Tekanan pada daerah ini akan menyebabkan nyeri yang menyerupai jenis nyeri kepala. Kadang-kadang hal ini dapat membuat pasien meringis yang menyebabkan penutupan dan bukan pembukaan mata. Catatan : tidak boleh dilakukan jika pasien mengalami fraktur wajah. iii. Sternal rub teknik Pelaksanaannya tekan dengan kuat sternum menggunakan kuku-kuku jari. Catatan dapat dilakukan dengan metode lain karena pada metode ini dapat meninggalkan bekas pada kulit. 2. Respon verbal Penilaian respons verbal mencakup evaluasi kewaspadaan, aspek kedua dari kesadaran. Pada respons ini dilakukan penilaian secara komprehensif dari apa yang dilakukan oleh praktisi dan dilakukan evaluasi terhadap area yang berfungsi pada pusat yang lebih tinggi serta kemampuan untuk mengatakan dan mengekspresikan jawaban Disfasia atau ketidak mampuan berbicara dapat disebabkan oleh kerusakan pada pusat bicara di otak,misalnya setelah pembadahan intrakranial atau cedera kepala. Memastikan ketajaman pendengaran pasien dan pemahaman bahasa sebelum menilai respons ini merupakan hal yang penting. Ketidakmampuan berbicara 18 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 mungkin tidak selalu menunjukan pnurunan tingkat kesadaran.Selain itu,beberapa pasien mungkin membutuhkan stimulasi yang banyak untuk mempertahankan konsentrasi mereka ketika menjawab pertanyaan. Banyaknya stimulasi yang diperlukan harus dicatat sebagai bagian dari penilaian dasar. Skor penilaiannya adalah sebagai berikut: A. Nilai 5 Orientasi baik, pasien dapat mengatakan kepada praktisi siapa mereka, dimana mereka, dan hari, tahun, serta bulan saat ini (hindari menggunakan hari keberapa dari hari minggu ini atau tanggal). B. Nilai 4 Konfusi (bingung), pasien dapat melakukan percakapan dengan praktisi, namun tidak dapat menjawab secara akurat terhadap pertanyaan yang diberikan. C. Nilai 3 Kata-kata yang tidak tepat, pasien cenderung menggunakan kata-kata tunggal dari pada suatu kalimat dan tidak terdapat percakapan dua arah. D. Nilai 2 Suara yang tidak dimengerti, respons pasien diperoleh dalam bentuk suara-suara yang tidak jelas seperti ruangan atau gumaman tanpa kata-kata yang dapat dimengerti. Stimulus verbal dan juga stimulus nyeri mungkin diperlukan untuk mendapatkan respons dari pasien. Jenis pasien ini tidak waspada terhadap lingkungan sekitarnya. E. Nilai 1 Tidak ada respon, tidak didapatkan respon dari pasien walaupun dengan stimulus verbal maupun fisik. Catatan : catat sebagai “D” jika pasien mengalami disfasiadan “T” jika pasien menggunakan selang trakeal atau trakeostomi. 3. Respon Motorik Respon motorik dirancang untuk memastikan kemampuan pasien untuk mematuhi perintah dan untuk melokalisasi, menarik, atau merasakan posisi tubuh yang abnormal sebagai respon terhadap stimulus nyeri. Jika pasien tidak merespon dengan mematuhi perintah, maka respon terhadap stimulus nyeri harus 19 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 dinilai. Respon melokalisasi yang benar adalah pasien mengangkat lengannya setinggi dagu, misalnya menarik masker oksigen. Untuk membangkitkan respon ini direkomendasikan untuk melakukan cubitan trapezium, tekanan rigi supraorbital, atau tekanan pada tepi rahang. Untuk menghindari cidera jaringan lunak, maka setimulus diberikan tidak lebih dari sepuluh detik kemudian dilepaskan. Selain itu ketika memberikan stimulus, paling baik dimulai dengan tekanan yang ringan kemudian ditingkatkan sampai respon terlihat, yang penilaianya sebagai berikut : A. Nilai 6 Pasien mematuhi perintah, minta pasien untuk menjulurkan lidah, jangan minta pasien untuk hanya meremas tangan anda karena hal ini dapat menampilkan respon genggam primitif, pastikan perawat meminta mereka untuk melepasnya. Hal ini penting untuk memastikan bahwa respon yang didapat bukan hanya suatu gerakan reflek, sangat penting untuk meminta pasien melakukan dua perintah yang berbeda. B. Nilai 5 Melokalisasi pusat nyeri,jika pasien tidak merespon terhadap stimulus verbal, pasien dengan sengaja menggerakan lengan untuk menghilangkan penyebab nyeri. Tekanan rigi supraorbital dianggap merupakan tehnik yang paling dapat dipercaya karena paling kecil kemungkinannya untuk terjadi kesalah interpretasi. C. Nilai 4 Menarik diri dari nyeri : pasien melakukan fleksi atau melipat lengan menuju sumber nyeri namun gagal melokalisasi sumber nyeri. Tidak ada rotasi pergelangan tangan. D. Nilai 3 Fleksi terhadap nyeri : pasien memfleksikan atau melipat lengan. Ini ditandai oleh rotasi internal dan aduksi bahu dan fleksi pada siku dan jauh lebih lambat dari pada fleksi normal. E. Nilai 2 Ekstensi terhadap nyeri pasien mengekstensiakn lengan dengan meluruskan siku,kadang kadang disertai dengan rotasi internal bahu dan pergelangan tangan,kadang kadang disebut sebagai postur deserebrasi. 20 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 F. Nilai 1 Tidak ada respons, tidak ada respons terhadap stimulus nyeri yang internal. Glasgow coma scale berguna/bermanfaat untuk evaluasi dan penatalaksanaan pasien dengan gangguan kesadaran pasca trauma, juga untuk menentukan prognosis perawatan suatu penyakit. Penilaian GCS pada penderita dengan cedera kepala disamping untuk melakukan observasi juga untuk mengetahui faktor-faktor penyebab gangguan kesadaran. Selanjutnya nilai tiap – tiap pemeriksaan dijumlahkan, nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4 V5 M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1 V1 M1. Biasanya, pasien dengan nilai GCS dibawah 5 ialah pasien emergensi yang sulit dipertahankan keselamatannya. Berdasarkan buku Advanced Trauma Life Support, GCS berguna untuk menentukan derajat trauma/cedera kepala (trauma capitis). Derajat cedera kepala berdasarkan GCS: GCS : 14-15 = CKR (cedera kepala ringan) GCS :9-13 = CKS (cedera kepala sedang) GCS : 3-8 = CKB (cedera kepala berat) 3.5. E (EXPOSURE) Kontrol lingkungan Pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya dengan cara menggunting untuk memeriksa dan evaluasi pasien. Setelah pakaian dibuka, segera menyelimuti pasien agar tidak hipotermia. Pasien bisa dipakaikan selimut hangat, ruangan cukup hangat dan diberikan cairan intravena yang sudah dihangatkan. Jadi, yang terpenting adalah suhu tubuh pasien, bukan rasa nyaman petugas kesehatan. 4. SECONDARY SURVEY Secondary survey baru dapat dilakukan setelah primary survey selesai, RJP dilakukan dan ABC-nya pasien dipastikan membaik. Secondary survey adalah pemeriksaan kepala sampai kaki (head to toe examination) termasuk reevaluasi pemeriksaan tanda vital. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan neurologis lengkap, foto ronsen dan pemeriksaan lab termasuk GCS bisa di primary survey belum dilakukan. 21 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4.1 Anamnesis Setiap pemeriksaan lengkap memerlukan anamnesis mengenai riwayat perlukaan. Biasanya data ini tidak bias didapat dari penderita sendiri dan harus didapat dari keluarga tau petugas lapangan. Patut ditanyakan riwayat SAMPLE: S : Simptom A : Alergi M : Medikasi (obat yang diminum saat ini) P : Past Illness (penyakitpenyerta) / Pregnancy L : Last meal E : Even / Environment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan Mekanisme perlukaan sangat menentukan keadaan penderita. Jenis perlukaan dapat diramalkan dari mekanisme kejadian perlukaan itu. 4.1.1 Trauma biasanya dibagi menjadi beberapa jenis: 1. Trauma tumpul Dapat disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, terjatuh dan kegiatan rekreasi atau pekerjaan. Keterangan yang penting yang dibutuhkan kecelakaan lalu lintas mobil adalah pemakaian sabuk pengaman, deformasi kemudi, arah tabrakan, kerusakan kendaraan baik kerusakan major dalam bentuk luar atau hal – hal yang berhubungan dengan perlengkapan penumpang, dan terlemparnya keluar penumpang. Pola perlukaan pada penderita dapat diramalkan dari mekanisme traumanya. Trauma perlukaan juga sangat dipengaruhi usia dan aktivitas. 2. Trauma tajam Trauma akibat pisau atau benda tajam dan senjata api semakin sering ditemukan. Faktor yang menentukan jenis dan berat perlukaan adalah daerah tubuh yang terluka, organ yang terkena dan velositas (kecepatan). Dengan demikian maka velositas, kaliber, arah dan jarak dari senjata merupakan informasi yang sangat penting diketahui. 3. Trauma termal Luka bakar dapat terjadi sendiri atau dalam kombinasi dengan trauma tumpul atau trauma tajam akibat mobilter bakar, ledakan, benda yang terjatuh, usaha penyelamatan diri ataupun serangan pisau dan senjata api. 22 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Cedera dan keracunan monoksida dapat menyertai luka bakar. Secara khusus perlu ditanyakan tempat terjadinya kejadian perlukaan (ruang tertutup / terbakar) atau bahan yang ikut terbakar (bahan kimia, plastik, dsb) dan perlukaan lain yang menyertai. Hipotermia akut atau kronik dapat menyebabkan kehilangan panas umum atau lokal. Kehilangan panas dalam jumlah besar dapat terjadi walaupun tidak dalam suhu yang terlalu dingin (15-20OC) yaitu bila penderita memakai pakaian yang basah, tidak bergerak aktif atau minum alkohol, sehingga tubuh tidak bias menyimpan panas. 4. Trauma akibat bahan berbahaya (Hazardous Material) Kontak dengan bahan kimia, toksin atau radiasi perlu diketahui karena dua sebab. Pertama, disebabkan karena bahan – bahan ini dapat mengakibatkan berbagai macam kelainan pada jantung, paru atau organ tubuh lainnya. Kedua, bahan ini dapat berbahaya bagi tenaga kesehatan yang merawat penderita tersebut. 4.2 Pemeriksaan Fisik 4.2.1 Pemeriksaan kepala 1. Kelainan kulit kepala dan bola mata 2. Telinga bagian luar dan membrana timpani 3. Cedera jaringan lunak periorbital 4.2.2 Pemeriksaan leher 1. Luka tembus leher 2. Emfisema subkutan 3. Deviasi trakea 4. Vena leher yang mengembang 4.2.3 Pemeriksaan neurologis 1. Penilaian fungsi otak dengan Glasgow Coma Scale (GCS) 2. Penilaian fungsi medula spinalis dengan aktivitas motorik 3. Penilaian rasa raba / sensasi dan refleks 4.2.4 Pemeriksaan dada 1. Clavicula dan semua tulang iga 2. Suara napas dan jantung 3. Pemantauan ECG (bila tersedia) 23 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4.2.5 Pemeriksaan rongga perut (abdomen) 1. Luka tembus abdomen memerlukan eksplorasi bedah 2. Pasanglah pipa nasogastrik pada pasien trauma tumpul abdomen kecuali bila ada 4.2.6 Trauma wajah 1. Periksa dubur (rectal toucher) 2. Pasang kateter kandung seni jika tidak ada darah di meatus externus 4.2.7 Pelvis dan ekstremitas 1. Cari adanya fraktura (pada kecurigaan fraktur pelvis jangan melakukan tes gerakan apapun karena memperberat perdarahan) 2. Cari denyut nadi-nadi perifer pada daerah trauma 3. Cari luka, memar dan cedera lain 4.2.8 Pemeriksaan sinar-X (bila memungkinkan) untuk : 1. Dada dan tulang leher (semua 7 ruas tulang leher harus nampak) 2. Pelvis dan tulang panjang 3. Tulang kepala untuk melihat adanya fraktura bila trauma kepala tidak disertai defisit neurologis fokal 4.2.9 Foto atas daerah yang lain dilakukan secara selektif 1. Foto dada dan pelvis mungkin sudah diperlukan sewaktu survei primer 4.3 Transportasi Pasien Kritis Transportasi pasien-pasien kritis ini berisiko tinggi sehingga diperlukan komunikasi yang baik perencanaan dan tenaga-tenaga kesehatan yang sesuai. Pasien harus distabilisasi lebih dulu sebelum diberangkatkan. Prinsipnya pasien hanya ditransportasi untuk mendapat fasilitas yang lebih baik dan lebih tingggi di tempat tujuan. 4.3.1 Perencanaan dan persiapan meliputi : 1. Menentukan jenis transportasi (mobil, perahu, pesawat terbang) 2. Menentukan tenaga keshatan yang mendampingi pasien 3. Menentukan peralatan dan persediaan obat yang diperlukan selama perjalanan baik 4. kebutuhan rutin maupun darurat 5. Menentukan kemungkinan penyulit 6. Menentukan pemantauan pasien selama transportasi 24 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4.3.2 Komunikasi yang efektif sangat penting untuk menghubungkan : 1. Rumah sakit tujuan 2. Penyelenggara transportasi 3. Petugas pendamping pasien 4. Pasien dan keluarganya 4.3.3 Untuk stabilisasi yang efektif diperlukan : 1. Resusitasi yang cepat 2. Menghentikan perdarahan dan menjaga sirkulasi 3. Imobilisasi fraktur 4. Analgesia Ingat : Jika kondisi pasien memburuk lakukan evaluasi ulang dengan survey primer, berikan terapi yang adekuat untuk kondisi yang mengancam jiwa dan nilailah kembali fungsi organ yang terganggu dengan lebih teliti REFERENSI 1. Colquhoun MC, Handley AJ, Evans TR. 2004. ABC of Resuscitation 5th ed. BMJ Publishing Group 2. Fildes, John. 2008. Advanced Trauma Life Support for Doctors eight edition. Amerika : American College of Surgeons Committe on Trauma. 3. Materi Calcaneus On Respirology Emegency 2011. Airway Management oleh dr.Syafri K Arief,Sp.An. 4. Materi pertolongan pertama Palang Merah Indonesia 5. Seri PPGD. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat / General Emergency Life Support (GELS). Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) Cetakan Ketiga. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan R.I. 2006. 25 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 BASIC LIFE SUPPORT 1. Pengertian Basic Life Support Basic Life Support / Bantuan Hidup Dasar adalah tindakan pertolongan yang diberikan sesegera mungkin pada keadaan henti jantung (cardiac arrest), bertujuan untuk mempertahankan sirkulasi darah yang hilang pada penderita henti jantung mendadak dengan melakukan kompresi dada secara efektif dan benar, diikuti dengan pemberian ventilasi yang efektif sampai didapatkan sirkulasi sistemik secara spontan atau telah tiba peralatan yang lebih lengkap. Basic life support terdiri dari beberapa elemen: 1. penilaian awal, 2. Pemeliharaan saluran nafas, P 3. Penyelamatan pernapasan (seperti pernapasan dari mulut ke mulut) 4. Kompresi dada eksternal. Jika semua digabungkan maka hal ini disebut dengan istilah Resusitasi Jantung Paru (RJP). 1.1 Tujuan Bantuan Hidup Dasar Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal. 1.2 Indikasi Bantuan Hidup Dasar Tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) yang terkandung di dalam bantuan hidup dasar sangat penting terutama pada pasien dengan cardiac arrest dan atau respiratory arrest. 1.2.1 Henti napas Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasan dari korban/pasien. Henti napas dapat terjadi pada keadaan: 1. Tenggelam 2. Stroke 3. Obstruksi jalan napas 4. Epiglotitis 26 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 5. Overdosis obat-obatan 6. Tersengat listrik 7. Infark miokard 8. Tersambar petir 9. Koma akibat berbagai macam kasus. Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk kedalam darah untuk beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung. 1.2.2 Henti jantung Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi. Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya henti jantung. Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat medik yang bertujuan: 1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi. 2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang mengalami henti jantung atau henti napas melalui Resusitasi Jantung Paru (RJP). Resusitasi jantung Paru terdiri dari 2 tahap, yaitu : 1. Survei Primer (Primary Survey), yang dapat dilakukan oleh setiap Orang 2. Survei Sekunder (Secondary Survey), yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis terlatih dan merupakan lanjutan dari survei primer. 2. Penatalaksanaan Jalan Napas (Tanpa Alat) Obstruksi jalan napas oleh benda asing pada orang dewasa sering terjadi pada saat makan, muntahan, bekuan darah, atau partikel lain yang masuk yang dan mengobstruksi laring/ trakea daging merupakan penyebab utama obstruksi jalan napas dan berbagai macam bentuk makanan yang lain berpotensi menyumbat jalan napas pada anak-anak dan orang dewasa. 27 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Benda asing tersebut dapat menyebabkan obstruksi jalan napas sebagian (parsial) atau komplit (total). Pada obstruksi jalan napas parsial korban mungkin masih mampu melakukan pernapasan, namun kualitas pernapasan dapat baik atau buruk. Pada korban dengan pernapasan yang masih baik, korban biasanya masih dapat melakukan tindakan batuk dengan kuat, usahakan agar korban tetap bisa melakukan batuk dengan kuat sampai benda asing tersebut dapat keluar. Bila sumbatan jalan napas parsial menetap, maka aktifkan sistem pelayanan medik darurat. Obstruksi jalan napas parsial dengan pernapasan yang buruk harus diperlakukan sebagai obstruksi jalan napas komplit. Obstruksi jalan napas komplit (total), korban biasanya tidak dapat berbicara (afoni), sukar bernapas (dispnea sampai apnea), tidak lama kemudian wajah menjadi biru (sianosis). Biasanya korban memegang lehernya diantara ibu jari dan jari lainnya (v-sign). Bila sumbatan total berlangsung lebih dari 5 menit pada orang dewasa/ 8 menit pada anak, maka akan terjadi kerusakan pada otak dan jantung berhenti. Oleh karena itu, diperlukan ketepatan dalam menegakkan diagnosis dan kecepatan dalam melakukan tindakan pertolongan. Penatalaksanaan obstruksi jalan napas oleh benda asing: 2.1 Manuver Heimlich Untuk mengatasi obstruksi jalan napas oleh benda asing dapat dilakukan manuver Heimlich (hentakan subdiafragma abdomen). Suatu hentakan yang menyebabkan peningkatan tekanan pada diafragma sehingga memaksa udara yang ada di dalam paruparu untuk keluar dengan cepat sehingga diharapkan dapat mendorong atau mengeluarkan benda asing yang menyumbat jalan napas. Setiap hentakan harus diberikan dengan tujuan menghilangkan obstruksi, mungkin dibutuhkan hentakan 6 – 10 kali untuk membersihkan jalan napas. Pertimbangan penting dalam melakukan manuver Heimlich adalah kemungkinan kerusakan pada organ-organ besar. Perlu diperhatikan saat melakukannya pasien membungkuk agar sumbatan lebih mudah keluar. 2.2 Manuver Heimlich pada korban sadar dengan posisi berdiri atau duduk Penolong harus berdiri di belakang korban, melingkari pinggang korban dengan kedua lengan, kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan pada perut korban, sedikit di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum. Pegang erat 28 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 kepalan tangan dengan tangan lainnya, Tekan kepalan ke perut dengan hentakan yang cepat ke arah atas. Setiap hentakan harus terpisah dan dengan gerakan yang jelas. 2.3 Manuver Heimlich pada korban yang tergeletak (tidak sadar) Korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka keatas. Penolong berlutut disisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada perut korban di garis tengah sedikit di atas pusat dan jauh dibawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan diatas tangan pertama. Penolong menekan kearah perut dengan hentakan yang cepat kearah atas. Manuver ini dapat dilakukan pada korban sadar jika penolongnya terlampau pendek untuk memeluk pinggang korban. 29 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2.4 Manuver Heimlich pada yang dilakukan sendiri Pengobatan diri sendiri terhadap obstruksi jalan napas Kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut diatas pusat dan dibawah tulang sternum, genggam kepalan itu dengan kuat dan berikan tekanan ke atas ke arah diafragma dengan gerakan cepat, jika tidak berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi meja atau belakang kursi. 2.5 Penyapuan jari Manuver ini hanya dilakukan atau digunakan pada korban tidak sadar, dengan muka menghadap keatas buka mulut korban dengan memegang lidah dan rahang diantara ibu jari dan jari-jarinya, kemudian mengangkat rahang bawah. Tindakan ini akan menjauhkan lidah dari kerongkongan serta menjauhkan benda asing yang mungkin menyangkut ditempat tersebut. Masukkan jari telunjuk tangan lain menelusuri bagian dalam pipi, jauh ke dalam kerongkongan di bagian dasar lidah, sebelumnya bungkus jari yang akan mengait dengan kain agar kemudian lakukan gerakan mengait untuk melepaskan benda asing serta menggerakkan benda asing tersebut ke dalam mulut sehingga memudahkan untuk diambil. Hati-hati agar tidak mendorong benda asing lebih jauh kedalam jalan napas. 30 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. Resusitasi Jantung Paru Untuk prosedur BLS adalah D – R – C – A – B (danger-responsive-circulation– airway-breathing) oleh American Heart Association Guidelines for Cardiopilmonary Resuscitation and Emergency Cardiovaskular tahun 2010. 3.1 Danger (Penilaian Situasi) Sebelum melakukan RJP adalah menilai situasi apakah keadaan lingkungan cukup aman bagi penolong, misal adanya bahan toksik, aliran listrik, bahan peledak atau bangunan runtuh. Pastikan keselamatan penolong dan pasien terjamin (Lebih jelasnya lihat Bab 1) 3.2 Responsive (Penilaian Respon) Penilaian respon dilakukan setelah penolong yakin bahwa dirinya sudah aman untuk melakukan pertolongan. Penilaian respon dilakukan dengan menepuk-nepuk dan menggoyangkan penderita sambil berteriak memanggil penderita. Hal yang perlu diperhatikan setelah melakukan penilaian respon penderita: 1. Bila penderita menjawab atau bergerak maka usahakan tetap mempertahankan 2. posisinya seperti diawal atau diposisikan ke dalam posisi mantap (recovery position) sambil terus melakukan pemantauan tanda-tanda vital sampai bantuan datang. Gambar 2. Posisi pemulihan 3. Posisi supine bisa dengan mengganjal punggung, pasien aman, airway lapang dan memiringkan kepala ke kanan atau kiri 4. Posisi pemulihan merupakan pertolongan yang bertujuan untuk mempertahankan jalan napas bebas dari sumbatan pangkal lidah dan memperkecil kemungkinan aspirasi isi lambung/ muntahan 5. Bila korban tidak memberikan respon serta tidak bernapas atau bernapas tidak normal (gasping) , maka korban dianggap mengalami henti jantung. 31 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 6. Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan melakukan aktivasi sistem layanan darurat. Sistem ini penolong hendaknya menelepon sistem layanan darurat (atau sistem kode biru di RS), saat melakukan percakapan dengan petugas layanan hendaknya dijelaskan lokasi, kondisi dan bantuan yang sudah diberikan pada korban. 3.3 Circulation (Kompresi Jantung) Sebelum melakukan kompresi dada harus dipastikan keadaan tanpa nadi (Lihat Bab 1). Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya dapat diberikan bantuan sirkulasi atau yang disebut dengan kompresi jantung luar, dilakukan dengan teknik sebagai berikut : 1. Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum). 2. Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2 atau 3 jari ke atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakan tangan penolong dalam memberikan bantuan sirkulasi. 3. Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan di atas telapak tangan yang lainnya, hindari jari-jari tangan menyentuh dinding dada korban/pasien, jari-jari tangan dapat diluruskan atau menyilang. 4. Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 15 kali dengan kedalaman penekanan berkisar antara 1.5 - 2 inci (3,8 - 5 cm). 5. Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada dibiarkan mengembang kembali ke posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada. Selang waktu yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama dengan pada saat melakukan kompresi. (50% Duty Cycle). 6. Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah posisi tangan pada saat melepaskan kompresi. 7. Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 15 : 2 dilakukan oleh 1 penolong atau 5:1 jika dilakukan oleh 2 penolong jika korban/pasien tidak terintubasi dan kecepatan kompresi adalah 80-100 kali permenit (dilakukan 4 siklus permenit), untuk kemudian dinilai apakah perlu dilakukan siklus berikutnya atau tidak. Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik 60 – 80 mmHg, dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan 32 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 curah jantung (cardiac output) hanya 25% dari curah jantung normal. Selang waktu mulai dari menemukan pasien dan dilakukan prosedur dasar sampai dilakukannya tindakan bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik. Gambar 2.1. Menentukan titik tekan Gambar 2.2. Mulai menekan Gambar 2.3. RJP oleh 2 penolong 33 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Gambar 2.4. Teknik berdasarkan usia A. Infant, rasio 5:1 dengan kedalaman saat kompresi dada 1,5-2,5 cm dan saat breathing dengan lama waktu 1-1,5 detik B. Child, rasio 5:1 dengan kedalaman saat kompresi dada 2,5-4 cm dan saat breathing dengan lama waktu 1-1,5 detik Kapan menghentikan RJP 1. Bila RJP berhasil Ada denyut nadi karotis Perubahan warna kulit ( pucatkemerahan) Perubahan ukuran pupil mata Nafas spontan Batuk atau korban sadar 2. Penolong mengalami kelelahan 3. Datangnya bantuan dari medik atau orang yang lebih berpengalaman 3.4 Airway 3.4.1 Periksa jalan napas dalam keadaan terbuka/bersih 1. Adakah cairan (muntahan dll) 2. Adakah benda asing (makanan, gigi palsu dll) 3.4.2 Bila jalan nafas terhambat BEBASKAN! Gunakan teknik head tilt chin lift pada korban tidak cedera leher atau jaw thrust pada korban cedera leher (Lihat Bab 1). 34 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3.5 Breathing Periksa korban apakah bernapas atau tidak yang dapat dikenali tanda-tanda objektif yaitu sebagai berikut: 3.5.1 LIHAT (look) Bila pasien mengalami penurunan kesadaran maka memberi kesan hipoksia, hiperkarbia. Sianosis menunjukkan hipoksemia karena kurangnya oksigenasi dan dapat dilihat dari kuku serta kulit sekitar mulut. Otot-otot pernapasan yang tidak bergerak juga merupakan bukti adanya gangguan airway. Perhatikan naik turunnya dada yang simetris dan pergerakan dinding dada yang adekuat. 3.5.2 DENGAR (listen) Adanya suara-suara abnormal pernapasan menunjukkan jalur pernapasan yang tersumbat. 3.5.3 RABA (feel) Lokasi trakea dan dengan cepat ditentukan apakah trakea berada ditengah. Gambar 2.5. Periksa napas lihat, dengar, rasakan Pemberian napas buatan dilakukan setelah jalan napas terlihat aman. Tujuan utama memberikan bantuan napas adalah untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dengan metode mulut ke mulut, mulut ke hidung dan mulut ke stoma (Lihat Bab 1) 35 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4. Penatalaksanaan Paska Resusitasi Jantung Paru Perawatan paska resusitasi dilakukan segera setelah pasien kembali pada sirkulasi spontan sampai pasien dipindahkan ke unit perawatan intensif. Perawatan yang efektif pada periode ini akan memberikan hasil yang memuaskan terutama untuk perbaikan pada fungsi serebral. 4.1 Tindakan yang harus segera dilakukan : 1. Melakukan pengkajian berdasarkan ABCD sekunder 4.2 Airway Jalan napas 1. Mempertahankan jalan napas. 2. Memastikan letak ETT dengan pemeriksaan fisik (auskultasi paru kanan-kiri, lambung) pemantauan end tidal CO2 dan rontgen foto thoraks 4.3 Breathing (bantuan napas) 1. Memberikan oksigen 2. Memberikan tekanan positif seperti bantuan ventilasi dengan bagging atau ventilasi mekanik 3. Periksa perkembangan dada 4. Periksa saturasi oksigen (pulse oxymetri) dan analisa gas darah (AGD) 5. Pada pasien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan ventilasi mekanik maka harus diberikan obat pelemas otot dan sedasi. 6. Periksa kemungkinan terjadinya komplikasi seperti pneumotoraks, patah tulang iga dan letak ETT yang salah. 4.4 Circulation (sirkulasi) 1. Periksa tanda-tanda vital pasien 2. Berikan cairan NaCl atau dekstrosa aapat diberikan apabila pasien mempunyai riwayat hipoglikemia 3. Pemantauan EKG dan tekanan darah 4. Pemantauan produksi urine 5. Jika pada saat henti jantung dengan irama VF pasien belum mendapat anti aritmia maka obat anti aritmia dapat diberikan secara bolus kemudian dilanjutkan dengan pernberian dosis pemeliharaan. 6. Apabila anti aritmia sudah diberikan pada saat resusitasi maka pemberian anti aritmia tersebut dilanjutkan dengan dosis pemeliharan. 36 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 7. Diagnosis Banding A. Penyebab henti jantung dapat diketahui dengan cara melakukan : B. Pemeriksaan rontgen foto toraks C. Anamnesis ulang D. Pemeriksaan fisik E. Perekaman EKG 12 lead F. Pemeriksaan elektrolit darah. G. Tindakan lain H. Memasang nasogastric tube (NGT) I. Memasang kateter urine J. Mengatasi secara cepat gangguan keseimbangan elektrolit REFERENSI 1. Fildes, John. 2008. Advanced Trauma Life Support for Doctors eight edition. Amerika : American College of Surgeons Committe on Trauma. 2. Konsil Kedokteran Indonesia. 2002. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta 3. Materi pertolongan pertama Palang Merah Indonesia 4. Perhimpunanan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Buku Panduan Khusus Bantuan Hidup Jantung Dasar. Edisi 2013. Jakarta 5. Ramadhian MR, Hanriko R, Oktaria D. 2011. Buku CSL Blok Neurobehaviour. Bandar Lampung : FK UNILA 6. Schoolfield B. Highlights of the 2010 American Heart Association Guidlines for CPR amd ECC 37 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 ADVANCE TRAUMA LIFE SUPPORT 1. INTUBASI Merupakan prosedur medis dimana sebuah tabung dimasukkan ke dalam tenggorokan (trakea) melalui mulut atau hidung. Bila keadaan darurat akan dimasukkan melalui mulut. Walaupun pasien sadar atau tidak, pemberian obat untuk mempermudah prosedur ini akan tetap dilakukan. Setelah prosedur ini dilakukan, bila pasien sadar dokter akan memberi obat untuk mengurangi kecemasan atau ketidaknyamanan. Intubasi endoktrakeal dilakukan untuk : 1. Membuka jalan napas untuk memberikan oksigen, obat – obatan atau anastesi 2. Bantuan pernapasan karena penyakit tertentu (pneumonia, emfisema, gagal jantung, kolaps paru – paru) 3. Menghilangkan sumbatan pada jalan napas 4. Melindungi paru – paru pada pasien yang tidak bisa melindungi jalan napas (overdosis, stroke, perdarahan masif dari esofagus atau perut) 1.1 Resiko : 1. Infeksi 2. Trauma pada laring, kelenjang tiroid, pita suara, dan trakea atau esofagus 3. Perforasi pada bagian rongga dada bisa menyebabkan kolaps paru – paru 1.2 Faktor Predisposisi Komplikasi Kejadiannya bergantung pada beberapa faktur, seperti : 1.2.1 Faktor Pasien 1. Komplikasi mungkin terjadi pada bayi, anak- anak, dan perempuan dewasa karena memiliki laring yang lebih kecil dan lebih rentan terhadap edema jalan napas 2. Pasien yang memiliki kesulitan bernapas lebih rentan terhadap cedera dan hipoksia 3. Pasien dengan penyakit bawaan dan kronis (memungkinkan terjadinya trauma selama intervensi) 4. Komplikasi lebih mungkin terjadi saat kondisi darurat 38 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.2.2 Faktor Anastesi Terkait : 1. Dokter Anastesi : A. Pengetahuan,keterampilan teknis dan manajemen kemampuan seorang anastesis berperan penting selama intervensi dan hasil yang diberikan serta komplikasi yang terjadi B. Intubasi yang terburu – buru tanpa evaluasi pada jalan napas/persiapan dan peralatan yang kurang. 1.3 Orotracheal 1.3.1 Indikasi 1. Pada keadaan yang memerlukan kontrol definitif jalan napas (pada yang sedang mendapat anastesi umum) 2. Pasien sakit kritis dengan penyakit multisistem/ cedera 3. Keadaan darurat (masalah pada jantung/pernapasan, gagal melindungi jalan napas dari aspirasi, oksigenasi tidak memadai, dan berkemungkinan obstruksi saluran napas 1.3.2 Kontraindikasi Laringoskopi pada pasien dengan transeksi parsial trakea 1.3.3 Prosedur 1. Posisikan diri penolong berada pada jarak yang pas sehingga mata penolong cukup jauh dari pasien agar mempermudah penglihatan dengan binokular 2. Laringoskop berada di tangan kiri, buka mulut pasien dengan tangan kanan 3. Masukan laringoskop ke kanan lidah pasien 39 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4. Secara bertahap memindahkan laringoskop ke tengah dengan mendorong lidah ke kiri 5. Masukan laringoskop lebih dalam sampai menemukan epiglotis 6. Bila menggunanakan laringoskop dengan bagian pisau yang melengkung, tempatkan diujung epiglotitica vallecula (antara pangkal lidah dan epiglotis). 7. Bila menggunakan laringoskop dengan pisau lurus, tempatkan ujung posterior pisau ke epiglotis. 8. Bila letak ujung pisau telah benar, angkat laringoskop ke atas pada sudut 45 derajat untuk mengekspos pita suara. 9. Hati – hati jangan sampai tangan yang memegang gagang laringoskop menekuk atau menggoyangkan pisau ke gigi pasien (cedera gigi atau jaringan sekitarnya). 10. Masukkan tabung endoktrakeal ke sisi kanan mulut pasien (tabung tidak menghalangin penglihatan penolong terhdapa pita suara. 40 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 11. Masukkan terus tabung melalui pita suara sampai balon menghilang dari trakea. 12. Hilangkan stylet, dan majukan tabung samapi balon berada 3 – 4 cm dari pita suara. 13. Kembangkan balon endotrakeal dengan udara tekanan kecil diperlukan untuk menghindari kebocoran udara selama vntilasi tidal volume (biasanya butuh 10 ml udara). 14. Tahan tekanan pada krikoid sampai tabung dinyatakan berada di trakea. 1.4 Nasotracheal 1.4.1 Indikasi Pasien dengan riwayat bedah kepala dan leher 1. Bedah intra-oral dan orofaringeal 2. Prosedur intra-oral kompleks melibatkan prosedur rekonstruksi mandibula 3. Laringoskop kaku dan operasi microlaryngeal 4. Operasi gigi Indikasi secara umum 1. Intubasi pasien dnegan patologi intra-oral, kelainan struktural dan trsimus 2. Intubasi pasien dengan ketidakstabilan tulang belakang leher dan penyakit tulang belakang leher 3. Intubasi pasien dengan OSA 4. Perbesaran area bedah 5. Teknik pilihan untuk prosedur kepala dan leher yang lebih kompleks (melibatkan osteotomi mandibula) 6. Pilihan dalam keadaan endoskopi yang kaku/sulit terutama mikrolaringoskop 1.4.2 Kontraindikasi 1. Respon yang baik terhadap pemberian terapi oksigen dan terapi farmakologi selama persiapan intubasi nasotrakeal dan bila keadaan pasien semakin membaik. 2. Usia pasien kurang dar 12 tahun 3. Trauma wajah mayor (pada rahang atau hidung) 4. Apnea 41 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Kontraindikasi relatif : 1. Pasien menggunakan Coumadin atau antikoagulan lain 2. Pasien memiliki gangguan pembekuan darah 1.4.3 Prosedur 1. Menjelaskan kepada pasien perihal seluruh prosedur yang akan dilakukan dan jelaskan bahwa tabung akan tinggal selama beberapa hari atau lebih lama. Mintalah agar pasien dapat bekerja sama dengan baik. 2. Periksa kedua lubang hidung dan pilih yang lebih besar (bisa dengan penlight atau menutup salah satu lubang hidung yang rasakan aliran udara mana yang lebih besar). 3. Semprotkan anastesi topikal pada bagian hidung dan belakang tenggorokan serta vasokonstriktor (neosynephrine) untuk mati rasa mukosa dan mengurangi perdarahan. 4. Pasangkan kanul pada mulut pasien untuk menjaga oksigen selama melakukan prosedur. 5. Periksa ukuran balon pada tabung sudah tepat (ama tau 2 ukuran lebih kecil dari endotracheal tube). Secara rapat di bagian belakang adaptor 15mm di proksimal ujung tabung dan melumasi bagian distal (4cm) dengan xylocaine jelly. 6. Bila memungkinkan, posisi kepala pasien berada di garis tengah posisi netral. Pasien juga bisa duduk atau telentang. 7. Beri tahu pasien, mungkin akan merasa seperti tersedak atau batuk sat tabung dimasukkan dan minta pasien agar tetap tenang. 8. Dengan lembut dan yakin, tekan dengan stabil, masukkan tabung dan diarahkan ke oksipital yang ada tonjolan dibagian belakang tengkorak dan ubah arah (dimiringkan) menuju septum hidung. Bila terdapat tahanan pindah ke sisi satunya. Bila sudah mencapai nasofaring, putar tabung seperempat putaran. Jangan dipaksa. 9. Saat tabung sudah mencapai orofaring dibagian belakang mulut, dengarkan suara udara dari dalam tabung saat respirasi. Saat sudah mulai inhalasi, secara lembut dan tegas dorong tabung lebih masuk ke lubang hidung dan dengarkan 42 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 sampai masuk trakea. Jangan memaksa tabung turun karena bisa merobek laring. Bila posisi benar, tabung akan mudah masuk ke trakea. 10. Konfirmasi poisisi tabung dengan cara yang sama seperti prosedur endotrakeal. Kontrol perdarahan dnegan mencubit secara lembut lubang hidung disekitar tabung. 11. Masukan ET CO2 dengan tetap memantau tabung. Lihat ada atau tidaknya perubahan warna. Bila tidak ada perubahan warna pada pasien dengan tekanan menunjukkan letak tabung yang kurang pas. Keluarkan tabung dan lakukan intubasi kembali bila memungkinkan. 12. Bila tabung tidak masuk dengan mudah dalam percobaan pertama, tarik kembali ke orofaring dan mencoba reintergrasi selama inhalasi. Tindakan yang terlalu lama akan memperburuk hipoksia. Setiap tindakan dilakukan tidak lebih dari 30 detik. 13. Bila prosedur gagal, lepaskan alat – alat prosedur dan bantu napas pasien dnegan pemberian oksigen aliran tinggi dengan masker dan rujuk. 2. Pemasangan Guedel Oropharyngeal airway merupakan alat yang digunakan pada pasien dengan penurunan kesadaran, diletakkan dalam mulut untuk menjaga saluran nafas (airway) tetap terbuka dan mencegah lidah menutupi faring. Alat ini tidak dapat digunakan pada pasien yang sadar (alert or semiconscious) karena menstimulasi refleks muntah dan tersedak. 2.1 Indikasi : 1. Nafas Spontan 2. Tidak ada refleks muntah 3. Pasien tidak sadar, tidak mampu manuver manual 43 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2.2 Kontraindikasi 1. Pasien sadar 2.3 Komplikasi 1. Obstruksi jalan napas 2. Laringospasme (bila pemilihan ukuran OPA tidak tepat) 3. Muntah 4. Aspirasi 2.4 Prosedur Peralatan 1. Oropaharingeal 2. Jelly 3. Sarung tangan Prosedur 1. Bersihkan mulut dan faring dari sekresi, darah atau muntahan dengan menggunakan ujung penyedot faring yang kaku bila memungkinkan. 2. Pilih ukuran OPA yang tepat, yaitu dengan menempatkan OPA di samping wajah, dengan ujung OPA pada sudut mulut ujung yang lain pada sudut rahang bawah. Bila OPA diukur dan dimasukkan dengan tepat, makan OPA akan tepat sejajar dengan pangkal glotis. 3. Masukkan OPA sedemikian hingga ia berputar ke arah belakang ketika memasuki mulut. 4. Ketika OPA sudah masuk rongga mulut dan mendekati dinding posterior faring, putar lah OPA sejauh 180 derajat ke arah posisi yang tepat. 3. SUCTIONING Saluran napas bagian atas menghangatkan, membersihkan, dan melembabkan udara yang kita hirup. Dengan pemasangan tabung, udara yang bergerak melalui tabung lebih dingin, lebih kering, dan tidak bersih. Dalam menghadapi perubahan ini, tubuh memproduksi lendir lebih banyak. Penyedotan yang bisa dilakukan membersihkan lebidr dari tabung trakeostomi dan sangat penting untuk pernapasan yang tepa. Serta sekresi yang tersisa ditabung bisa jadi terkontaminasi dan infeksi dinding dada bisa terjadi. Hindari penyedotan yang terlalu sering karena bisa menyebabkan sekresi lebih banyak menumpuk. 44 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3.1 Membuang lendir dari tabung trakeostomi tanpa penyedotan 1. Bungkukan pasien dan minta untuk batuk lalu tangkap lendir dari tabung (bukan dari mulut atau hidung). 2. Semprotkan lautan garam steril-normal saline- (sekitar 5cc) ke dalam tabung trakeostomi untuk membantu membersihkan lendir dan batuk lagi. 3. Lepaskan kanula lalu pengisapan. 4. Telpon 911 bila napas belum normal setelah melakukan smeua langkah diatas. 5. Lepaskan tabung dan siapkan tabung cadangan. 6. Lanjutkan batuk, masukan saline, dan hisap sampai napas normal atau bantuan datang. 3.2 Kapan melakukan penghisapan 1. Penghisapan penting dilakukan bila lendir memblikir tabung dan menyebabkan pasien sulit bernapas. 2. Setiap kali pasien merasa atau mendengar derak lendir dari tabung/saluran napas. 3. Pagi hari saat pasien bangun. 4. Ketika pasien mengalami kesulitan bernapas. 5. Sebelum makan. 6. Sebelum pergi ke luar ruangan. 7. Sebelum tidur. Sekret harus bening atau putih. Jika berubah warna menunjukkan tanda infeksi. Jika perubahan warna bertahan hingga lebih dari tiga hari segera hubungi rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut. Jika ada darah pada sekret, tingkatkan kelembaban atau hisap dengan lembut. 3.3 Cara Suctioning Peralatan 1. Kateter penghisap yang bersih (pastikan memiliki ukuran yang tepat) 2. Air steril dan Normal Saline 3. Mesin penyedot 4. Penghubung tabung dan penghisap 5. Wadah untuk merendam kanula bagian dalam (bila ada) 6. Kuas trakeostomi (untuk membersihkan tabung trakeostomi) 7. Tabung trakeostomi tambahan 45 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Penanganan 1. Cuci tangan 2. Nyalakan mesin penghisap dan hubungkan dengan pipa penghubung ke mesin. Gunakan kateter penghisap bersih saat melakukan penyedotan. Kateter penyedut dilakukan berulang, tempatkan kateter pada wadah yang disediakan berisi air steril dan diamkan selama kurang lebih 30 detik untuk membersihkan skret didalamnya. Lalu bilas kateter dengan air selama beberapa menit kemudian rendam dalam lartan cuka dengan air steril (1:1) diamkan selama 15 menit. Sering – sering diaduk. Bilas kateter dalam air dingin dan udara kering. Biarkan kateter kering didalam wadah yang sudah disiapkan. Jangan gunakan kateter bila kaku atau retak. 3. Hubungkan kateter ke penghubung tabungan dan penghisap. 4. Pasien diminta berbaring dengan gulungan handuk/selimut kecil menyangga punggungnya. Bisa juga dengan posisi duduk. 5. Basahi kateter dengan air steril untuk pelumasan dan untuk menguji mesin penghisap dan dan saluran tabung. 6. Lepaskan kanula bagian dalam dari tabung (bila ada). 7. Ada beberapa jenis kanula bagian dalam, jadi hati hati saat meleapas kanula bagian dalam ini. 8. Hati – hati agar tidak melepas tabung saat mengeluarkan kanula. 9. Letakan dan rendam kanula bagian dalam ke wadah yang disediakan. 10. Hati – hati saat memasukkan kateter ke dalam tabung. Memungkinkan kateter mengikuti kelengkungan alami dari tabung treakeostomi. Jangan meninggalkan kateter dalam tabung selama lebih dari 5 – 10 detik karena pasien tidak akan bisa bernapas dengan baik bila kateter berada di dalam tabung. 11. Pasien kemungkinkan pulih dari penghisapan setidaknya tunggu 10 detik. 12. Hisap sedikit air steril dengan kateter untuk membersihkan sisa – sisa sekret. 13. Masukan kanula bagian dalam dari tabung tambahan (bila ada). 14. Matikan mesin dan buang kateter. 46 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4. CRICOTHYROIDOTOMY Langkah 1 : Posisikan tubuh pasien terlentang (supine) dengan posisi leher netral Langkah 2 : Palpasi cekukan/takik tiroid, interval krikotiroid, dan letak sternum untk menentukan orientasi Langkah 3 : Dekatkan seluruh peralatan yang dibutuhkan Langkah 4 : Siapkan pembedahan dan berikan bius lokal bila pasien sadar Langkah 5 : Stabilisasi tulang rawan tiroid dengan tangan kiri dan pertahankan stabilisasi sampai trakea terintubasi Langkah 6 : Buat insisi melintang pada kulit pada membran krikotiroid, dan secara hati – hati insisi membran secara melintang Langkah 7 : Masukkan hemostat atau trachea spreader ke insisi dan putar 90 derajat untuk membuka jalan napas 47 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Langkah 8 : Sisipkan ukuran yang tepat, belenggu/fiksasi endotracheal tube/tracheostomy tube dalam insisi membran krikotiroid, arahkan tabung secara distal ke dalam trakea Langkah 9 : Kembangkan manset dan pasang ventilasi Langkah 10 : Observasi perkembangan paru dan auskultasi dada untuk ventilasi yang adekuat Langkah 11 : Kuatkan endotracheal tube/tracheostomy tube pada pasien untuk mencegah agar tidak terlepas Langkah 12 : Perhatian jangan potong atau cabut kartilago krikoid dan atau tiroid 4.1 Komplikasi Pembedahan Cricothyroidotomy 1. Aspirasi (misal : darah) 2. Membuat bagian palsu dalam jaringan 3. Laryngeal stenosis 4. Membuat terjadinya perdarahan atau hematoma 5. Laserasi pada esofagus 6. Laserasi pada trakea 7. Mediastinal emphysema 8. Kelumpuhan pusat suara atau suara serak 48 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 5. NEEDLE THORACOCENTESIS Needle thoracocentesis merupakan intervensi awal yang dilakukan terhadap pasien dengan pneumothorax spontan primer. Intervensi ini merupakan intervensi langsung yang diterima dalam kasus – kasus tension pneumothorax. Intervensi ini akan dilanjutkan dengan pemeriksaan X- ray pada dada dan drainase pada bagian yang diberi intervensi. 5.1 Indikasi 1. Pneumothorax spontan primer 2. Tension pneumothorax 5.2 Kontraindikasi Thoracocentesis harus dipertimbangkan dengan berkonsultasi dengan dokter emergensi : 1. Pneumothorax spontan pada pasien yang memiliki penyakit paru – paru 2. Penumothorax traumatis tanpa tension pneumothorax 5.3 Penanganan 1. Pantau terus keadaan jantung pasien dan pulse oximetry 2. Letakkan pasien trauma dengan kepala mengahdap ke atas dan posisi telentang 3. Bisa juga posisi pasien duduk dengan sudut 45 derajat 4. Palpasi bagian dada (batas atas costae ke 3 di midclavicular line)-intercostae ke 2 di midclavicular line atau intercostae ke 5 pada midaxillary line- lalu asepsis area tersebut dengan betadine (swab) 49 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 5. Siapkan spuit 5 cc 6. Tusukan jarum dari atas costae ke tiga untuk menghindari pembuluh interkostal dan saraf 7. Hati – hati saat memasukkan jarum pada saat jarum sudah masuk ke dalam rongga pleura sementara lakukan aspirasi 8. Setelah masuk rongga pleura penolong akan mendengar suara ‘pop’ dan melihat gelembung memasuki jarum suntik. Pada keadaan tension penumothorax, penolong akan merasakan perubahan resistensi. 9. Bila sudah, keluarkan jarum dengan lembut dan yakin dengan teknik withdrawl dan biarkan kateter menetap pada area tusukan 10. Amankan kateter dengan memfiksasi untuk mencegah gagalnya tindakan dan membuat satu jalur untuk pengeluaran gelembung 11. Lakukan pemantauan terus – menerus pada letak kateter 12. Bantu ventilasi bila memang masih diperlukan 13. Bersiaplah untuk melakukan intervensi ulang bila tension pneumothorax kembali terjadi. Tension pneumothorax merupakan keadaan dimana meningkatnya pasokan udara dalam rongga pleura yang biasanya disebabkan karena laserasi pada paru yang menyebabkan udara masuk ke dalam paru namun tidak bisa keluar kembali. Tekanan positif ventilasi bisa berkemungkinan menyebabkan buruknya efek ‘satu-jalur-katup’. 50 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Peningkatan tekanan pada rongga pleura mendorong mediastiunum ke arah yang berlawanan dengan hemithorax, dan obstruksi vena kembali ke jantung. Hal ini menyebabkan ketidakstabilan sirkulasi dan menyebabkan bertahannya trauma yang didapat. Tanda – tanda klasik pada tension pneumothorax adalah deviasi pada jalur trakea dari samping dengan ketegangan, perluasan (hyper expanded) area dada, peningkatan perkusi dada dan perluasan bidang dada yang sedikit bergerak saat respirasi. Tekanan vena sentral biasanya meningkat, tapi akan normal atau rendah pada keadaan hipovolemik. Akan tetapi tanda – tanda tersebut biasanya tidak muncul dan biasanya yang terjadi pada pasien adalah takikardi, takipnea, dan hipoksia. Tanda – tanda ini diikuti oleh kolaps sirkulasi dengan hipotensi dan trauma lanjutan dengan pulseless electrical activity (PEA). Suara nafas dan perkusi suara thorax mungkin akan sulit diindentifikasi pada bagian yang trauma 51 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 6. TUBE THORACOTOMY Tube Thoracotomy merupakan suatu tindakan/prosedur dalam menangani kondisi patologis dalam rongga pleura (pneumonia atau kanker, yang menyebabkan cairan ekstra untuk didalam rongga di sekitar paru – paru(efusi pleura). Tabung pada dada yang mungkin bisa menyebabkn pendarahan di sekitar paru – paru (haematothoraks). Tube thoracotomy yaitu menempatkan sebuah tabung plastik berongga antara tulang rusuk dan dada untuk mengalirkan cairan atau udara dari sekitar paru – paru. Tabung ini juga sering dihubungkan dengan mesin untuk membantu drainase. Tabung tetap di dada sampai semua atau sebagian besar cairan/udara keluar, biasanya beberapa hari. Kadang obat – obatan khusus juga diberikan melalui tabung ini. 6.1 Resiko Resiko komplikasi serius jarang terjadi (perdarahan dan infeksi). Resiko yang dirasakan biasanya nyeri saat pemasangan, perdarahan saat penyisipan tabung, dan infeksi bakteri yang masuk melalui tabung. 6.2 Indikasi 1. Pneumothorax Spontaneous 2. Tension Pneumothorax 3. Penetrating Chest Trauma 4. Haemothorax 5. Parapneumonic effusion (bila sudah kompleks) 6. Empyema 7. Malignant leurl effusion 8. Pleurodiesis Recurrent Malignant 9. Pleurodiesis effusion 10. Chylothorax 11. Bronchopleural fistula 12. Haemodinamik pasien yang tidak stabil 6.3 Kontraindikasi 1. Paru – paru melekat pada dinding dada di seluruh hemithorax 2. Koagulopati 3. Peningkatan resiko perdarahan dan infeksi pada tempat penyisipan 52 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 7. BLOOD TRANFUSION Merupakan transfusi darah yang aman, prosedur umum dimana darah akan diberikan ke resipien melalui intravena (IV) pada salah satu pembuluh darah pasien. Transfusi darah dilakukan untuk menggantikan darah yang hilang selama operasi atau karena cedera serius. Tranfusi juga dilakukan bila tubuh tidak dapat memproduksi darah dengan baik karena suatu penyakit tertentu. Selama tranfusi darah, jarum kecil yang digunakan untuk memasukkan infus ke dalam pembuluh darah. Memalui jalur ini, pasien akan menerima darah yang sehat. Prosedur ini biasanya memkna waktu sekita 1 – 4 jam, tergantung jumlah darah yang dibutuhkan. Setiap orang memiliki salah satu jenis darah (A, B, AB, atau O). Serta darah setiap orang memiliki rhesus positif atau negatif. Darah yang digunakan dalam transfusi harus bisa bekerja sama dengan golongan darah pasien/resipien. Bila tidak, antibodi (protein) dalam darah yang baru ditransfusikan akan membuat resipien sakit. Komponen – komponen darah meliputi : 7.1 Whole Blood (WB) Darah simpan : 1. Berisi 250 – 350 cc 2. Kadar Hb 12 g/dL, hematokrit 35% - 45% 3. Trombosit tak berfungsi, F V dan F VIII nihil 4. Suhu simpan 2oC – 6oC, 30 menit keluar dari penyimpanan harus ditransfusikan 5. Tidak steril, bisa menularkan hepatitis B dan C, HIV, Sifilis, dan malaria. 6. Indikasi : perdarahan akut+hipovolemia, transfusi tukar 7. Kontraindikasi : anemia kronik, gagal jantung insipien 8. Dilarang memasukkan apapun kecuali saline 9. Batas waktu transfusi 4 jam 53 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 7.2 Packed Red Cell (PRC) 1. Volume 150 – 250 ml 2. Kadar Hb 20 g/dL, hematokrit 55% - 75% 3. Penyimpanan dan resiko infeksi = darah penuh 4. Indikasi : Menambah eritrosit pada anemia kronik dan perdrahan akut setelah resusitasi dengan cairan kristaloid atau koloid. 7.3 Thrombocyte Concentrate (TC) 1. Volume 50 ml, trombosit > 55x109 trombosit 2. Di rak agitasi suhu 200C - 240C, disimpan 72 jam 3. Indikasi : perdrahan ok trombositopenia/ trombopatia 4. Kontraindikasi : 54 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 ITP, TTP, DIC yang tidak diobati Trombositopenia dengan septicaemia Hipersplenisme 5. Transfusi set harus baru, selesai 20 menit/kantong 6. Bila kantong kosong bilas dengan saline 10 – 20 cc, dikocok, infuskan lagi 7. Dosis 1 kantong TC/10 kgBB, diberikan sampai perdarahan berhenti atau masa perdarahan < 2x kontrol 8. Golongan darah TC donor dan resipien sama. Tidak perlus crossmatch. 7.4 Fresh Frozen Plasma (FFP) 1. Plasma berusia ≤ 6 jam dari penyadapan darah, dibekukan pada ≤ - 25oC sampai 1 tahun, volume 150 ml 2. Faktor pembekuan, albumin dan imunoglobulin stabil. Sekali mencair tidak bisa disimpan lagi, disuhu kamar > 6 jam rusak. 3. Indikasi : perdarahan karena kurang faktor pembekuan multipel (penyakit liver/sirosis, overdosis warfarin, transfusi warfarin, DIC, dan TTP) 4. Dosis 15ml/kgBB, golongan darah FFP dan resipien harus sama, tidak perlu crossmatch 5. Setelah mencair dalam 30 menit harus sudah diinfuskan 6. Infus 1 kantong FFP selesai dalam 20 menit 55 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 7.5 Cryoprecipitate (AHF) 1. Volume 10 – 20 ml/unit 2. Isi F VIII : 80 – 100 IU dan fibrinogen 150 – 300 mg 3. Suhu ≤ - 250C sampai 1 tahun 4. Indikasi pada perdarahan karena defisiensi F VIII: Von Willebrand disease, Hemofilia A, dan DIC 5. Golongan darah donor dan resipien harus sama, tidak perlu crossmatch 6. Dosis 1 kantong/ 1 – 6 kgBB tergantung berat perdarahan 7. Setelah mencair segera infuskan dengan transfusion set baru, selesai 20 menit/kantong 8. bila kantong kosong, bilas dengan aline 10 – 20 cc, kocok dan infuskan lagi. 56 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 REFERENSI 1. Jacob L, Heller. 2014. Endotracheal https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003449.htm Intubation. diakses pada 31 Desember 2015 2. V, Divatia J dan Bhowmick K. 2005. Complication of endotracheal Intubation and Other Airway Management Procedures. http://medind.nic.in/iad/t05/i4/iadt05i4p308.pdf diakses pada 31 Desember 2015 3. Kabrhel, Christopher, et al. 2007. Orotracheal Intubation. The New England Journal of Medicine. http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMvcm063574 diakses pada 31 Desember 2015 4. Hall CEJ and Shutt LE. Nasotracheal Intubation for Head and Neck Surgery. Anaesthesia 2003; 58; 249-256 County of San Mateo. 2002. Nasotracheal Intubation. http://smchealth.org/sites/default/files/docs/6765284Procedures7.pdf diakses pada 31 Desember 2015 5. Johns Hopkins Medicine. 2015. Suctioning. http://www.hopkinsmedicine.org/tracheostomy/living/suctioning.html diakses pada 31 Desember 2015 6. American College of Surgeons Committee on Trauma. 2008. Advanced Trauma Life Support Student Course Manual 8th Edition. Chicago: American College of Surgeons 7. The Royal Childrens’s Hospital Melbourne. http://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline_index/Needle_Thoracocentesis/ diakses pada 31 Desember 2015 8. Jones, Steve. Needle Thoracocentesis Pneumothorax/Hemothorax. http://www.clemc.us/images/PneumothoraxHemopneumothorax_Needle_Decompression.pdf diakses pada 31 Desember 2015 9. Trauma. 2004. Chest Trauma Pneumothorax http://www.trauma.org/archive/thoracic/CHESTtension.html Tension. diakses pada 31 Desember 2015 10. America Thoracic Society. 2004. Chest Tube Thoracostomy. https://www.thoracic.org/patients/patient-resources/resources/chest-tubethoracostomy.pdf diakses pada 1 Januari 2015 57 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 11. British Journal of Hospital Medicine. 2006. Tube Thoracostomy How to Insert A Chest Drain. https://www.ucl.ac.uk/anaesthesia/StudentsandTrainees/Tube_Thoracostomy diakses pada 1 Januari 2015 12. Hogg, Jeremy R, et al. 2011. Tube Thoracostomy A Review for The Interventional Radiologist. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3140253/pdf/sir28039.pdf diakses pada 1 Januari 2015 13. Hogg, Jeremy R, et al. 2011. Tube Thoracostomy A Review for The Interventional Radiologist. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3140253/pdf/sir28039.pdf diakses pada 1 Januari 2015 14. NIH (National Heart Lung and Blood Institute. 2012. Explore Blood Tranfussion. https://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/bt daikses pada 1 Jnuari 2015 15. Budiman. 2014. Tata Cara Transfusi. Workshop Transfusi Paramedik: Malang 16. Dorland, W.A Newman. 2012. DORLAND’S POCKET MEDICAL DICTIONARY, 28th Ed. Singapore: Elsevier. ISBN 978-979-044-070-8. Pp 32-33; 265; 1141-1142. 17. ICRC. 2002. Emergency Medical Items Catalogue 18. FKUNISSULA. Buku Panduan Skill Lab Pengelolaan Bantuan Nafas Dasar dan Lanjut 58 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 TRAUMA MUSKULOSKELETAL 1. LUKA 1.1 Pengertian Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan. Menurut InETNA, luka adalah sebuah injuri pada jaringan yang mengganggu proses selular normal, luka dapat juga dijabarkan dengan adanya kerusakan pada kuntinuitas/kesatuan jaringan tubuh yang biasanya disertai dengan kehilangan substansi jaringan. 1.2 Klasifikasi Luka Luka dibedakan berdasarkan : 1.2.1 Berdasarkan penyebab 1. Ekskoriasi atau luka lecet 2. Vulnus scisum atau luka sayat 3. Vulnus laseratum atau luka robek 4. Vulnus punctum atau luka tusuk 5. Vulnus morsum atau luka karena gigitan binatang 6. Vulnus combotio atau luka bakar 1.2.2 Berdasarkan ada/tidaknya kehilangan jaringan 1. Ekskoriasi 2. Skin avulsion 3. Skin loss 1.2.3 Berdasarkan derajat kontaminasi 1. Luka bersih A. Luka sayat elektif B. Steril, potensial terinfeksi C. Tidak ada kontak dengan orofaring, traktus respiratorius, traktus elimentarius, traktus genitourinarius. 2. Luka bersih tercemar A. Luka sayat elektif B. Potensi terinfeksi : spillage minimal, flora normal C. Kontak orofaring, respiratorius, elimentarius dan genitourinarius D. Proses penyembuhan lebih lama 59 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. Luka tercemar A. Potensi terinfeksi: spillage dari traktus elimentarius, kandung empedu, traktus genito urinarius, urine B. Luka trauma baru : laserasi, fraktur terbuka, luka penetrasi. 4. Luka kotor A. Akibat proses pembedahan yang sangat terkontaminasi B. Perforasi visera, abses, trauma lama. 1.3 Tipe Penyembuhan luka Terdapat 3 macam tipe penyembuhan luka, dimana pembagian ini dikarakteristikkan dengan jumlah jaringan yang hilang. 1. Primary Intention Healing (penyembuhan luka primer) yaitu penyembuhan yang terjadi segera setelah diusahakan bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan. 2. Secondary Intention Healing (penyembuhan luka sekunder) yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan primer. Tipe ini dikarakteristikkan oleh adanya luka yang luas dan hilangnya jaringan dalam jumlah besar. Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka. 3. Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka tertier) yaitu luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridement. Setelah diyakini bersih, tepi luka dipertautkan (4-7 hari). Luka ini merupakan tipe penyembuhan luka yang terakhir. 60 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Gambar 4. Tipe penyembuhan luka 1.4 Fase Penyembuhan Luka Proses penyembuhan luka memiliki 3 fase yaitu fase inflamasi, proliferasi dan maturasi. Antara satu fase dengan fase yang lain merupakan suatu kesinambungan yang tidak dapat dipisahkan. 1.4.1 Fase Inflamasi Tahap ini muncul segera setelah injuri dan dapat berlanjut sampai 5 hari. Inflamasi berfungsi untuk mengontrol perdarahan, mencegah invasi bakteri, menghilangkan debris dari jaringan yang luka dan mempersiapkan proses penyembuhan lanjutan. 1.4.2 Fase Proliferasi Tahap ini berlangsung dari hari ke 6 sampai dengan 3 minggu. Fibroblast (sel jaringan penyambung) memiliki peran yang besar dalam fase proliferasi. 1.4.3 Fase Maturasi Tahap ini berlangsung mulai pada hari ke 21 dan dapat berlangsung sampai berbulan-bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang. Dalam fase ini terdapat remodeling luka yang merupakan hasil dari peningkatan jaringan kolagen, pemecahan kolagen yang berlebih dan regresi vaskularitas luka. 1.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamis karena merupakan suatu kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi saling berkesinambungan. Proses penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal saja pada luka, namun dipengaruhi pula oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. 61 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Faktor Instrinsik adalah faktor dari penderita yang dapat berpengaruh dalam proses penyembuhan meliputi : usia, status nutrisi dan hidrasi, oksigenasi dan perfusi jaringan, status imunologi, dan penyakit penyerta (hipertensi, DM, Arthereosclerosis). Faktor Ekstrinsik adalah faktor yang didapat dari luar penderita yang dapat berpengaruh dalam proses penyembuhan luka, meliputi : pengobatan, radiasi, stres psikologis, infeksi, iskemia dan trauma jaringan. 1.6 Komplikasi Penyembuhan Luka Komplikasi dan penyembuhan luka timbul dalam manifestasi yang berbeda-beda. Komplikasi yang luas timbul dari pembersihan luka yang tidak adekuat, keterlambatan pembentukan jaringan granulasi, tidak adanya reepitalisasi dan juga akibat komplikasi post operatif dan adanya infeksi. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah : hematoma, nekrosis jaringan lunak, dehiscence, keloids, formasi hipertropik scar dan juga infeksi luka. 1.7 Penatalaksanaan/Perawatan Luka Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan. 1.7.1 Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi). 1.7.2 Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik seperti: 1. Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit). 2. Halogen dan senyawanya A. Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum luas dan dalam konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3 jam B. Povidon Yodium (Betadine, septadine dan isodine), merupakan kompleks yodium dengan polyvinylpirrolidone yang tidak merangsang, mudah dicuci karena larut dalam air dan stabil karena tidak menguap. C. Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk antiseptik borok. 62 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 D. Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa biguanid dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah larut dalam air, tidak merangsang kulit dam mukosa, dan baunya tidak menusuk hidung. 3. Oksidansia A. Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan funngisida agak lemah berdasarkan sifat oksidator. B. Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk mengeluarkan kotoran dari dalam luka dan membunuh kuman anaerob. 4. Logam berat dan garamnya A. Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. B. Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%. Sifatnya bakteriostatik lemah, mempercepat keringnya luka dengan cara merangsang timbulnya kerak (korts) C. Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%). 5. Derivat fenol A. Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik wajah dan genitalia eksterna sebelum operasi dan luka bakar. B. Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan. 6. Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol), berupa serbuk berwarna kuning dam konsentrasi 0,1%. Kegunaannya sebagai antiseptik borok bernanah, kompres dan irigasi luka terinfeksi. Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama waktu rawat dan meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka. Selain larutan antiseptik yang telah dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain yang saat ini sering digunakan yaitu Normal Saline. Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan cairan yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap liternya mempunyai komposisi natrium klorida 9,0 g dengan osmolaritas 308 mOsm/l setara dengan ion-ion Na+ 154 mEq/l dan Cl- 154 mEq/l. 63 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.7.3 Pembersihan Luka Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris. Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu : 1. Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan mati dan benda asing. 2. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati. 3. Berikan antiseptik 4. Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal 5. Bila perlu lakukan penutupan luka 1.7.4 Penjahitan luka Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertiam. 1.7.5 Penutupan Luka Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal. 1.7.6 Pembalutan Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom. 1.7.7 Pemberian Antibiotik Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik. 64 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.7.8 Pengangkatan Jahitan Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi. NO Lokasi Waktu (hari) 1 Kelopak mata 3 2 Pipi 3-5 3 Hidung, dahi, leher 5 4 Telinga, kulit kepala 5-7 5 Lengan, tungkai, tangan ,kaki 7-10+ 6 Dada, punggung, abdomen 7-10+ Sumber. Walton, 1990:44 REFERENSI 1. Indonesia Enterostomal Therapy Nurse Association (InETNA) & Tim Perawatan Luka dan Stoma Rumah Sakit Dharmais. 2004.Perawatan Luka. Jakarta : Makalah Mandiri. 2. Mansjoer.Arif, dkk. Eds.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 3. Walton,Robert L. 1990. Perawatan Luka dan Penderita Perlukaan Ganda, Alih bahasa. Sonny Samsudin, Cetakan I. Jakarta : EGC. 65 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2. FRAKTUR 2.1 Definisi Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh. 1.2.Klasifikasi fraktur Fraktur dibedakan atas beberapa klasifikasi, antara lain: 1.2.1 Klasifikasi etiologis 1. Fraktur traumatik. Terjadi karena trauma yang tiba-tiba. 2. Fraktur patologis. Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di dalam tulang. 3. Fraktur stres. Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu. 2.2.2. Klasifikasi klinis 1. Fraktur tertutup (simple fracture). Suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar 2. Fraktur terbuka (compound fracture). Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) atau from without (dari luar) 3. Fraktur dengan komplikasi (compicated fracture). Fraktur yang disertai dengan komplikasi misalnya malunion, delayed union, infeksi tulang 66 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2.2.3 Klasifikasi radiologis Klasifikasi ini berdasarkan atas: 1. Lokalisasi A. Difasial B. Metafisial C. Intra-artikuler D. Fraktur dengan dislokasi 2. Konfigurasi A. Fraktur transversal B. Fraktur oblik C. Fraktur spiral D. Fraktur Z E. Fraktur segmental F. Fraktur kominutif, fraktur lebih dari dua fragmen G. Fraktur baji, biasanya pada vertebra karena trauma kompresi H. Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo, misalnya fraktur epikondilus humeri, fraktur trokanter mayor, fraktur patela I. Fraktur depresi, karena trauma langsung, misalnya pada tulang tengkorak J. Fraktur impaks K. Fraktur pecah (burst), dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah, misalnya pada fraktur vertebra, patela, talus, kalkaneus L. Fraktur epifisis 3. Menurut ekstensi A. Fraktur total B. Fraktur tidak total (fraktur crack) C. Fraktur buckie atau torus D. Fraktur garis rambut E. Fraktur green stick 4. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya A. Tidak bergeser (undisplaced) B. Bergeser (displaced) Bergeser dapat terjadi dalam 6 cara: Bersampingan, angulasi, rotasi, distraksi, over-riding dan impaksi 67 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.3 Penanganan Awal Fraktu Sebelum terapi definitive fraktur dilakukan, perhatian ditujukan pada pertolongan pertama prinsip (Advanced Trauma Life Support (ATLS)), penilaian klinis pasien dengan kemungkinan adanya luka atau komplikasi, dan resusitasi. Pertolongan pertama: 1.3.1 Memastikan jalan nafas bersih, 1.3.2 Memastikan apakah ada perdarahan eksternal Sangat jarang kasus perdarahan yang memerlukan torniket. Semua perdarahan biasa dapat dikontrol dengan membebat rapat luka, hanya jika perdarahan hebat dengan kondisi pasien berbaring yang memerlukan tekanan dari torniket. Penekanan daerah perdarahan arteri utama di ujung tungkai juga dapat dilakukan untuk mengontrol perdarahan 1.3.3 Membersihkan luka 1.3.4 Menyediakan alat imobilisasi untuk fraktur lengan dan tungkai. ”2 prinsip pembidaian yaitu jika terdapat fraktur pada sendi maka pembidaian pada dua tulang dan jika fraktur pada tulang maka pembidaian melewati dua sendi.” 1.3.5 Membuat pasien nyaman selama menunggu bantuan/ambulans datang 1. Apabila perlu memindahkan pasien dengan fraktur tulang panjang, lakukan traksi untuk meringankan nyeri. 2. Apabila ada fraktur spinal column, penanganan kemudiam pindahkan, untuk mencegah keparahan lebih lanjut. Maka penting untuk mencegah fleksi dan ekstensi spinal karena dapat membuat pergeseran. Mempersiapkan proteksi leher berupa cervical collar sebelum memindahkan pasien. REFERENSI 1. Anonim. Princple of Fracture Treatment Article. 2. Prawira, harry. Fracture. Fakultas Kedokteran Universitas Riau. RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Juli. 2008. 68 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. DISLOKASI Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). 1. Mudah dikenal 2. Perubahan bentuk anatomi 3. Nyeri hebat 4. Tindakan emergency 5. Tidak mengancam jiwa 6. Periksa denyut nadi, persarafan distal lesi 7. Sanggah & luruskan extremitasi (posisi menyenangkan penderita) 8. Rujuk 3.1 Amputasi 1. Perdarahan 2. Mengancam jiwa 3. Tindakan balut tekan 4. Ambil bagian teramputasi 5. Simpan dalam kantong plastic 6. Diluarnya bungkus es 7. Bisa vabilitasnya > 4 jam 3.2 Riwayat Trauma & Penatalaksanaannya 1. Mengetahui riwayat trauma extremitas 2. Membereskan jalan napas, pernapasan, sirkulasi 3. Trauma pada tungkai (jatuh dari ketinggian) sering disertai trauma lumbal 4. Trauma pada lutut pasien disertai dengan trauma panggul 5. Jatuh pada lengan menyebabkan trauma pada lengan dan siku dievaluasi bersamaan. 6. Hal yang sama pada lutut & proksimal tibia fibula 7. Trauma bahu dapat melibatkan leher, dada atau bahu 8. Fraktur pelvis sering menyebabkan kehilangan darah yang sangat banyak 69 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3.3 Penatalaksanaan 3.3.1 Hati-hati pada fraktur pelvis dan tulang besar & harus control perdarahan 3.3.2 Secondary survey : 1. Look : lihat, inspeksi : ada luka? 2. Feel : raba, palpasi : bagaimana nvd? 3. Move : gerakan, jangan lakukan bila ada fraktur. 4. Ukur apa ada perbedaan panjang extremitas 3.3.3 Periksa semua persendian dari sakit danpergerakan 3.3.4 Ukur dan catat denyut nadi, pergerakan & sensibilitas extremitas distal 3.3.5 Krepitasi adalah tanda fraktur 3.3.6 Krepitasi tulang diimobilisasi untuk melindungi jaringan lunak 3.3.7 Krepitasi ujung tulang yang patah saling bersinggungan satu sama lain & menyebabkan kerusakan jaringan lebih lanjut 3.4 Spalk 3.4.1 Tujuan spinting (spalk) 1. Untuk mencegah pergerakan tulang yang patah 2. Kapan digunakan splinting tidak ada aturan, kalau ragu-ragu lebih baik pasang saja 3.4.2 Peraturan umum dalam splinting 1. Harus benar-benar melihat bagian-bagian dari yang luka 2. Periksa & catat sensasi distal sebelum & setelah splinting 3. Lakukan traksi jika pasien menunjukkan angulasi dan denyut nadi tidak teraba 4. Luka terbuka harus ditutup 5. Splint untuk imobilisasi persendian di atas dan di bawah 6. Luruskan spint dengan benar 7. Jangan lakukan penekanan di bawah kulit 8. Lakukan splint sebelum memindahkan pasien 9. Splint luka yang memungkinkan saja 3.4.3 Penatalaksanaan cidera yang spesifik 1. Tulang belakang : imobilisasi harus dilakukan untuk mencegah pasalise seumur hidup 2. Pelvis : dimasukkan dalam trauma extremitas 70 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. Femur : biasanya patah pada 1/3 tengah pangkal paha dan sendi 4. Dislokasi panggul adalah hal yang berbeda 5. Lutut : raktur sangat serius karena arteri berada diatas dan dibawah 6. Tibia dan fibula : terjadinya compartment syndrome 7. Bahu : disertai kerusakan parah dari dada dan leher 8. Siku : dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan saraf 9. Tangan dan pergelangan tangan : biasanya jatuh atau penarikan yang terlalu kuat 10. Kaki dan tangan : fraktur multiple yang terbuka dan avulsi 3.4.4 Beberapa Hal Yang Penting Dalam Menangani Fraktur & Dislokasi 1. Harus mengetahui mekanisme fraktur dan komplikasinya 2. Mulai dengan primary survey 3. Lihat dan periksa bagian luka 4. Waspada pada patah tulang 5. Catat pembuluh darah dan sensasi sebelum dan sesudah pemasangan splinting 6. Luruskan persendian dengan hati-hati 7. Curiga fraktur!! Lakukan imobilisasi 8. Splint pasien pada waktu yang tepat 9. Ragu-ragu pada tulang belakang lakukan aplinting pada long spine board 10. Jangan sia-siakan golden hour REFERENSI 1. Rasjad, Chairuddin. 2006. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar : Bintang Lamumpatue. 71 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4. STRAIN DAN SPRAIN 4.1 Definisi Cedera paling sering yang dialami ketika berolahraga adalah otot terkilir yang dalam istilah medis disebut dengan sprain dan strain. Sprain adalah teregangnya ligamen (jaringan ikat/penghubung yg kuat) sehingga menimbulkan robekan parsial/sebagian, hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi. Strain adalah teregangnya otot dan tendon (jaringan ikat/penghubungan yg kuat yg menghubungkan otot dengan tulang) karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan. 4.2 Klasifikasi Strain dan Sprain 4.2.1 Berdasarkan berat ringannya cedera, strain dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu: 1. Strain Tingkat I Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi robekan pada jaringan m. tendineus. 2. Strain Tingkat II Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada unit m.tendineus. Tahap ini menimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga kekuatan berkurang. 3. Strain Tingkat III Pada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit m. tendineus. Biasanya hal ini membutuhkan tindakan pembedahan jika diagnosis dapat ditetapkan. 4.2.2 Berdasarkan berat ringannya cedera terbagi sprain menjadi tiga tingkatan, yaitu: 1. Sprain Tingkat I Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkakan dan rasa sakit pada daerah tersebut. 2. Sprain Tingkat II Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut. 72 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. Sprain Tingkat III Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehingga kedua ujungya terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal. 4.3 Penatalaksanaan 4.3.1 Prinsip terapinya adalah RICE: 1. R = rest/istirahat. 2. I = ice. Ingat, es bukan kompres hangat! Saat cedera baru berlangsung, akan terjadi robekan pembuluh darah, pembuluh darah sekitar tempat cedera akan melebar (dilatasi) sebagai respon peradangan. Pemberian kompres dingin/es akan menyempitkan (vasokonstriksi) pembuluh darah yg melebar sehingga mengurangi bengkak. Kompres dingin bisa dilakukan 1-2 kali sehari, jangan lebih dari 20 menit karena justru kan mengganggu sirkulasi darah. Sebaliknya, saat cedera sudah kronik, tanda-tanda peradangan seperti bengkak, warna merah, nyeri hebat sudah hilang, maka prinsip pemberian kompres hangat bisa dilakukan. 3. C = compression. Kompres/penekanan pada bagian cedera, bisa dilakukan dengan perban/dibalut. Jangan terlalu erat, tujuannya untuk mengurangi pembengkakan. 4. E = elevation. Jika ankle kaki yg terkilir, sering-sering istirahat dengan kaki diangkat atau dengan diganjal. Tujuannya untuk mengurangi pembengkakan. Pemberian obat anti sakit dan anti radang bisa diberikan atas petunjuk dokter. Menurut Hardianto wibowo (1995:26) perawatan yang dapat diakukan adalah sebagai berikut: A. Sprain/strain tingkat satu (First degree) Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukut diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya. 73 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 B. Sprain/strain tingkat dua (Second degree) Kita harus memberi pertolongan dengan metode RICE. Disamping itu kita harus memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. C. Sprain/strain tingkat tiga (Third degree) Tetap melakukan metode RICE sesuai dengan urutanya kemudian dikirim kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali. Beberapa jurnal kedokteran olahraga dari American Journal of Sports Medicine telah mengungkap bahwa obat anti nyeri dan anti radang dapat membantu pasien untuk segera kembali menggunakan bagian tubuh yang cedera sehingga dapat mengurangi bengkak/edema. Hanya saja patut diketahui bahwa tidak semua anti nyeri memiliki efek yang baik. Anti nyeri yang disarankan untuk dikonsumsi tanpa memiliki efek samping yang buruk untuk penyembuhan cedera ligamen antara lain adalah piroxicam, meloxicam, dan ibuprofen. 4.4 Macam-macam Sport Injury 4.4.1 Bursitis dan Tendonitis Bursitis adalah inflamasi bursa sac. Bursa sac berlokasi diantara tulang dnegan kulit. Dapat terjadi kulit yang bergesekan dengan ujung runcing tulang pada tubuh seperti di lutut, pundak, dan siku. Ketika bursa sac menjadi teritisasi, ini akan menyebabkan nyeri dan tidak nyaman di dekat sendi. Tendonitis adalah radang atau iritasi tendon. Etiologi : Bursitis dan tendonitis dapat disebabkan aktivitas yang ekstrim, berlangsung lama, atau tekanan berulang-ulang pada bursa sac atau tendon. Bursa sac atau tendon dapat menjadi radang dan ditemukan terbanyak pada sendi (pundak, pinggang, lutut, pergelangan tangan, siku, dll). Gejala : Nyeri, tidak nyaman, kaku dan mungkin bangkak pada daerah yang terkena 74 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Terapi : 1. R.I.C.E (rest ice compression elevation) 2. Meregangkan dengan lembut dan merilekskan area, konsultasi dengan profesional 3. Jika nyeri maish terasa, segera konsul ke ahli kesehatan 4.4.2 Cedera ACL ACL (Anterior Cruciate Ligament) adalah satu diantara empat ligamen besar yang penting untuk stabilitas sendi lutut. Cedera ACL terjadi ketika ligamen robek Etiologi : Robekan ACL umumnya disebaban olahraga yang memerlukan putaran atau mulai dan berhenti, seperti sepak dengan bola, basket, robek ski. Pasien ACL biasanya complain trauma tiba tiba dengan lutut bengkok. Gejala : Nyeri, bengkak, atau suara letukan pada lutut dan sendi lutut tidak stabil Terapi : 1. Memberi es pada lutut untuk merekdakan pembengkakan, selam minimal 20 menit, 2-3 kali sehari 2. Mengistirahatkan sampai bengkak hilang 3. Mulai terapi fisik untuk mengembalikan rentang gerak sebisa mungkin 4. Tindakan operasi sering digunakan untuk memperbaiki kerusakan 4.4.3 Shin Splint Periosteum adalah lapisan pada tulang. Shin splint adalah radang karena kerusakan otot di sepanjang tulang kering karena beban yang berlebihan Penyebab : Orang yang bermain olahraga yang memerlukan banyak berlari, aktivitas berulang-ulang pada permukaan keras, dan 75 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 banyak kegiatan mulai-berhenti dapat menyebabkan cedera ini. Atau karena penggunaan otot kaki yang berlebihan. Gejala : Nyeri, tidak nyaman, radang dan bengkak. Nyeri ditandai di awal olahraga dan setelah istirahat. Terapi : 1. Istirahat. Hindari penggunaan berlebihan 2. Memberikan es pada daerah cedera untuk mengurangi pembengkakan. 3. Meregangkan dengan lembut dan merilekskan area, konsultasi dengan profesional. 4. Jika nyeri maish ada, segera konsultasi ahli kesehatan 4.4.4. Tennis elbow (siku tenis) Tennis elbow (atau epikondilitis lateral) adalah radang pada tendon yang melekat pada siku Penyebab : Penyebab umumnya adalah penggunaan berlebihan otot lengan. Orang yang berolahraga banyak menggunakan lengan seperti tenis, golf lebih mudah terkena kondisi ini Gejala : Nyeri dan tidak nyaman pada ujung runcing tulang siku, saat menggerakkan lengan. Nyeri biasanya terjadi ketika menggarakkan atau meemeras sesuatu. Namun, nyeri tetap ada walaupun sudah istirahat Terapi : 1. Menghindari kegiatan yang memnyebabkan nyeri dan tidak nyaman. Modifikasi gerakan untuk menghindari rasa tidaknyaman, menggunakan splint siku dapat memabtu meringankan nyeri dan dapat merilekskan tendon. 2. Memberi es pada siku untuk meredakan bengkak dan nyeri. 3. Meregangkan dengan lembut dan merilekskan area, otot dan tendon siku lengan dan pergelangan tangan 4. Jika nyeri maish ada 6-12 minggu, tindakan operasi mungkin diperlukan 76 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4.5 Hal-hal yang harus dihindari pada cedera olahraga: 4.5.1 Heat (panas) 1. Pemanasan dapat meningkatkan perdarahan di lokasi tersebut 2. Hindari mandi air panas, sauna, air botol paas dan kantong air panas 4.5.2 Alkohol Alkohol meningkatkan perdarahan dan pembengkakan pada daerah luka dan menunda kesembuhan 4.5.3 Running (berlari) 1. Berlari atau aktivitas lain dapat menyebabkan kerusakan lebih parah. 2. Tidak melanjutkan aktivitas olahraga hingga 72 jam setelah trauma, atau sampai tenaga kesehatan profesional mengizinkan untuk beraktivitaas lagi 4.5.4 Massage (pemijatan) 1. Pemijatan dapat meningkatkan perdarahan dan pembengkakan dan harus dihindari selama 72 jam setelah trauma. 2. Jika trauma dipijat dalam 72 jam pertama, maka dapat memperlama kesembuhan REFERENSI 1. Anonim. 2002. Managing Your Sports Injury Article. Acc SportSmart 77 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 RESUSITASI CAIRAN 1. Fisiologi Keseimbangan Cairn Tubuh Sebagai komponen terbesar dari tubuh manusia, air dapat diperoleh dari makanan dan minuman. Kandungan air pada saat bayi baru lahir adalah sekitar 75% berat badan, sedangkan pria dewasa 60% dan wanita dewasa 50%. Sisanya adalah protein, lemak, karbohidrat, dan lain-lain. Dengan demikian persentase cairan di dalam tubuh selalu berubah sesuai dengan usia dan komposisi tubuh. Usia Kilogram berat (%) Bayi prematur 80 3 bulan 70 6 bulan 60 1-2 tahun 59 11-16 tahun 58 Dewasa 58-60 Dewasa dengan obesitas 40-50 Dewasa kurus 70-75 Tabel 1.Persentase Cairan di Dalam Tubuh Sesuai dengan Usia Cairan tubuh berada dalam dua kompartemen besar yaitu intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah sekitar 2/3 total cairan tubuh atau 40% berat badan, sedangkan cairan ekstraseluler adalah sekitar 1/3 total cairan tubuh atau 20 % berat badan. Untuk selanjutnya, cairan ekstraseluler dibagi lagi menjadi plasma dan cairan interstisial. Elektrolit utama kompartemen intraseluler adalah kalium (K+), sedangkan ekstraseluler adalah (Na+), klorida (Cl-), dan bikarbonat (HCO3-). Kompartemen cairan ini bersifat dinamis yang dipisahkan oleh membran sel yang sangat selektif. Pergerakan cairan berlangsung mengikuti gradien difusi yang difasilitasi pula oleh transporter atau pompa seluler. Perbedaan gradien ini membentuk tekanan osmotik yaitu tekanan yang dibutuhkan untuk mencegah perpindahan cairan melalui membran semipermeabel ke cairan dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Adapun tekanan osmotik plasma adalah 285 ± 5 mOsm/L. 78 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Pergerakan antara cairan intraseluler dan ekstraseluler ini memenuhi hukum Starling yaitu: Pergerakan cairan = Kx [(Pc-Pi) –(II c-II i)] K= koofisien filtrasi kapiler, Pc=tekanan hidrostatik kapiler, Pi=tekanan hidrostatik interstisial, IIc =tekanan onkotik kapiler, II i = tekanan onkotik interstisial. Saat cairan keluar dari kapiler, tekanan hidrostatik dalam kapiler akan menurun, sedangkan tekanan onkotik akan meningkat. Peningkatan tekanan onkotik ini akan menyebabkan reabsorpsi cairan ke dalam lumen kapiler. Oleh karena itu, 90% cairan yang semulanya masuk ke interstisial akan kembali ke intravaskular, sisanya akan kembali melalui sistem limfatik. Volume sirkulasi cairan yang efektif dipengaruhi oleh: 1. saraf simpatis melalui baroreseptor, 2. katekolamin, 3. sistem renin-angiostensin-aldosteron, 4. ADH (anti diuretic hormone) Kebutuhan harian air adalah 50 ml/kgBB, natrium 2 mEq/kgBB, kalium 1 mEq/ kgBB. Ekskresi air hampir selalu disertai dengan ekskresi natrium baik melalui urin, tinja, atau keringat. Oleh karena itu, terapi kekurangan air (dehidrasi) selalu diberikan cairan infuse yang mengandung natrium. Selanjutnya, kadar kalium dalam plasma hanya 2% dari total kalium di dalam tubuh. Gambar 5. Perbandingan cairan-cairan tubuh 79 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2. TEKNIK RESUSITASI CAIRAN 80 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. JENIS CAIRAN INTRAVENA Cairan intravena terdiri dari tiga jenis, yaitu: 3.1 Cairan kristaloid Cairan yang mengandung zat dengan berat molekul rendah (<8000 Dalton) dengan atau tanpa glukosa. Contoh kristaloid adalah ringer laktat, normal saline. Cairan ini memiliki sifat tekanan onkotik rendah sehingga cepat terdistribusi ke seluruh ruang ekstraseluler. 3.2 Cairan koloid Cairan yang mengandung zat dengan berat molekul tinggi (>8000 Dalton) misalnya albumin, HES, dekstran. Cairan ini memiliki sifat tekanan onkotik tinggi sehingga sebagian besar akan tetap tinggal di ruang intravaskular. 3.3 Cairan khusus Dapat digunakan untuk koreksi atau indikasi khusus, misalnya NaCl 3% kasus hiponatremia simtomatik berat, Biknat untuk asidosis, manitol untuk edema otak. 3.3.1 Kristaloid 1. Ringer laktat Ringer laktat merupakan cairan yang umum digunakan dalam replacement therapy untuk syok hipovolemik, diare, trauma, dan luka bakar. Ringer laktat merupakan cairan paling fisiologis jika dibutuhkan volume yang besar. Laktat dalam RL dimetabolisme oleh hati menjadi bikarbonat untuk memperbaiki asidosis metabolik. RL tidak cukup untuk rumatan pada hipokalemia. Jika digunakan sebagai rumatan, RL harus ditambah glukosa untuk mencegah ketosis. 2. Ringer Komposisi Ringer mendekati RL, namun kadar ion kloridanya teralu tinggi sehingga dalam jumlah besar menimbulkan asidosis dilusional dan asidosis hiperkloremia. Ringer tidak mengandung laktat sehingga tidak diindikasikan untuk memperbaiki asidosis. 3. Normal saline Normal saline (NaCl 0,9%) digunakan sebagai cairan resusitasi pada kasus kadar ion natrium rendah, alkalosis, retensi kalium, pilihan untuk kasus trauma kepala, dan mengencerkan sel darah merah sebelum transfusi. Cairan NS tidak mengandung ion bikarbonat dan kalium. Kadar ion natrium dan 81 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 klorida relatif tinggi sehingga dapat terjadi asidosis hiperkloremia, asidosis dilusional, dan hipernatremia. 4. Dekstrosa Sediaan dekstrosa ada yang 5% dan 10%. Dekstrosa 5% dalam air (D5W) digunakan untuk mengganti kekurangan air dan cairan rumatan untuk pasien dengan restriksi natrium. Dekstrosa 5% tidak boleh diberikan pada pasien trauma kapitis, karena dekstrosa dan air dapat berpindah secara bebas ke dalam sel otak. Sekali berada dalam sel otak, dekstrosa dimetabolisme dengan sisa air, menyebabkan edema otak. Tabel 2. Komposisi Cairan Kristaloid 82 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3.3.2 Koloid 1. Albumin Albumin 5% digunakan ketika kristaloid gagal mempertahankan volume plasma untuk beberapa saat. Albumin digunakan ketika terdapat kebocoran atau kekurangan protein dari celah vaskular, misalnya peritonitis atau luka bakar ekstensif. 2. Produk darah Terutama digunakan jika ada perdarahan. 3. Fraksi protein plasma 4. Koloid sintetik (dextran) Dextran meningkatkan aliran darah melalui mikrosirkulasi, dengan menurukan viskositas darah. Dextran juga memiliki efek antiplatelet. Koloid Kristaloid 1. Molekul besar 4.5 Molekul kecil 2. Tidak larut sempurna 4.6 Larut sempurna 3. Mikroemboli 4.7 Membuat sumbatan 4. Tahan 4-6 jam dalam IV 4.8 Tahan 2-3 jam dalam IV 5. Cepat meningkat dalam sirkulasi 4.9 Lambat 4.10 Elektrolit/ karbohidrat 6. Protein mahal 7. Jumlah koloid 4.11 Murah sebanding dengan volume darah yang hilang 4.12 Jumlah kristaloid 3-4 kali vol darah yang hilang 4.13 Menimbulkan 8. Dapat menimbulkan anafilaksis sehingga dinding dada menurun 9. Koagulopati 10. Albumin ekspansibilitas edema bisa 4.14 Jarak memperberat depresi miokard pada pasien sehingga kapiler-sel oksigenasi bertambah jaringan terganggu syok Tabel 3. Perbandingan Koloid dan Kristaloid 83 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4. INDIKASI TERAPI CAIRAN Apabila homeostasis cairan terganggu, maka akan terjadi pergerakan cairan dari interstisial menuju intravaskular seperti dalam dehidrasi dan penyebab turunnya tekanan darah lainnya. Sebaliknya, kelebihan cairan atau hipoalbuminemia akan menyebabkan pergerakan cairan dari intravaskular menuju interstisial. Untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, maka diperlukan terapi rumatan cairan. Rumatan cairan dan elektrolit mempertimbangkan cairan yang hilang dari rerata insensible losses, rerata metabolisme dan pengeluaran energi, rerata hilangnya cairan dari urin dan lainnya, dan anggapan bahwa fungsi ginjal normal. Perdarahan Tiap 1 mL darah yang hilang digantikan dengan 3 mL cairan kristaloid isotonis seimbang atau 1 mL cairan koloid/darah Third space losses Digantikan dengan cairan kristaloid isotonis seimbang (contoh: Ringer Laktat) Keringat berlebihan Digantikan dengan D5W ¼ NS dengan 5 mEq KCl/L Gastric and colonic losses Digantikan dengan D5W ½ NS dengan 30 mEq KCl/L Bile, pancreas, and small Digantikan dengan cairan kristaloid isotonis bowel losses seimbang (contoh: Ringer Laktat) Tabel 4. Indikasi terapi penggantian cairan Dalam menentukan banyaknya cairan yang hilang dapat melalui: 1. Berat badan merupakan informasi penting dalam terapi penggantian cairan. Perubahan berat badan yang cepat menunjukkan perubahan total cairan tubuh. 2. Riwayat kehilangan cairan melalui muntah, diare, urin yang harus dipertajam mengenai frekuensi dan volumenya. 3. Pemeriksaan fisik berupa status mental, tekanan darah, frekuensi nadi, membran mukosa, turgor kulit, dan warna kulit. 4. Pemeriksaan laboratorium dilihat dari kimia serum, hematokrit, dan analisis urin. 84 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Sebagai contoh, terapi penggantian cairan diberikan pula pada pasien syok yang ditandai dengan hipoperfusi multi organ dan hipoksia jaringan. Adapun tanda-tanda syok adalah mean arterial pressure yang menurun, takikardia, takipneu, perubahan status mental, akral dingin, oliguri, dan asidosis laktat. Penyebab syok adalah penurunan curah jantung (cardiac output), penurunan resistensi vaskular sistemik, atau keduanya. Untuk selanjutnya, syok dikategorikan menjadi hipovolemik, kardiogenik, dan curah jantung yang tinggi/ resistensi vaskular sistemik yang menurun seperti pada syok septik. Syok hipovolemik sendiri ditandai dengan akral dingin dan capillary refill yang lambat. 5. MAINTENANCE FLUID The Holliday-Segard nomogram memperkirakan kehilangan cairan setiap harinya, dan kebutuhan cairan harinya seperti berikut : 1. 100 ml/kg pada 10 kg pertama berat badan 2. 50 ml/kg pada 10 kg kedua berat badan 3. 20 ml/kg pada sisa berat badan selanjutnya Formula hitungan : 85 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Untuk kemudahan, pada 24 jam dibagi perjamnya menjadi 1. 100 ml/kg/24 jam = 4 ml/kg/jam pada 10 kg pertama berat badan 2. 50 ml/kg/24 jam = 2 ml/kg/jam pada 10 kg kedua berat badan 3. 20 ml/kg/24 jam = 1 ml/kg/jam pada sisa berat badan selanjutnya Contoh : pada orang berat badan 40 kg, cairan maintenance menjadi : 4. 40 ml/jam + 20 ml/jam + 20 ml/jam = 80 ml/jam REFERENSI 1. Powel, jeremy. 2011. British Consensus Guidelines on Intravenous Fluid Therapy f or Adult Surgical Patients. BAPEN. 86 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 SYOK 1. DEFINISI Syok (renjatan) dapat diartikan sebagai keadaan terdapatnya pengurangan yang sangat besar dan tersebar luas pada kemampuan pengangkutan oksigen serta unsur unsur gizi lainya secara efektif ke berbagai jaringan sehingga timbul cedera seluler yang mula mula reversible dan kemudian apabila syok berlangsung lama menjadi irreversible. Selain itu syok merupakan suatu kelainan progresif yang menyebabkan kematian bila masalahmasalh yang mendasarinya tidak dikoreksi. Yang menjadi masalah yang mendasari bias seperti kehilangan banyak darah/exsanguinations, trauma atau luka bakar yang luas, infark miokard, emboli paru, dan sepsis. Tanpa memandang sebabnya, syok ditandai oleh hipoperfusi sistemik jaringan; yang bisa disebabkan oleh curah jantung yang berkurang atau oleh berkurangnya volume darah efektif yang beredar. Akibatnya adalah menjadi gangguan perfusi jaringan dan hipoksia. 2. KLASIFIKASI SYOK Bentuk bentuk syok yang paling sering dijumpai dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan kelainan, berikut : 2.1 Syok kardiogenik, disebabkan oleh curah jantung yang rendah akibat kegagalan pompa jantung. Penyebabnya bisa berupa karena : 1.Kerusakan otot jantung (infark), akibat dari depresi berat kinerja jantung sistolik. Tekanan arteri sistolik <80 mmHg, indeks jantung berkurang dibawah 1,8L/menit/m2. 2. Aritmia ventrikel, dimana tekanan pengisian ventrikel kiri meningkat umumnya diatas 18mmHg. 3. Tekanan dari luar (tamponade jantung). 4. Aliran darah yang tersumbat (misalnya, emboli paru). Dapat terlihat jelas atau tidak. Gejala yang tampak pasien sering terlihat tak berdaya , pengeluaran urin berkurang dari 20mL/jam, ekstremitas dingin dan sianotik. 2.2 Syok hipovolemik, disebabkan oleh curah jantung yang rendah akibat hilangnya volume darah atau plasma (misalnya, akibat perdarahan atau kehilangan cairan pada luka bakar luas. 2.3 Syok septik, termasuk dalam syok distributif disebabkan oleh vasodilatasi arteri dan pengumpulan darah pada vena yang berpangkal dari respon imun sistemik terhadap infeksi mikroba. 87 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Selain itu kadang kadang syok bias disebabkan oleh hilangnya tonus pembulu darah yang berkaitan dengan anestesi atau trauma medulla spinalisa (syok neurogenik). Syok anafilaktik disebabkan oleh vasodilatasi sistemik dan meningkatnya permeabilitas pembulu darah yang dipicu oleh reaksi hipersensitivitas yang diperantarai oleh suatu immunoglobulinE. Syok neurogenik dan syok anafilaktik termasuk dalam golongan syok distributive bersama dengan syok septic. 3. PATOGENESIS Beberapa karakteristik pathogenesis syok sama tanpa memperhatikan penyebab yang mendasari. Jalur akhir dari syok adalah kematian sel. Begitu sejumlah besar sel dari organ vital telah mencapai stadium ini, syok menjadi irreversible, dan kematian terjadi meskipun telah dilakukan koreksi terhadap penyebab/masalah yang mendasarinya. Mekanisme pathogenesis yang menyebabkan kematian sel tidak sepenuhnya dipahami. Syok umumnya cenderung berkembang melalui tiga tahap umum, kecuali bila kelainan yang ada sangat massif dan mematikan dengan cepat (misalnya, hilangnya darah/exsanguinations dari suatu aneurisme aorta yang ruptur). Tahap tahap ini telah diketahi dengan lebih jelas pada syok hipovolemik namun juga dapat dipakai secara umum pada syok bentuk lain : 1. Tahap awal non-progresif, yaitu saat mekanisme kompensasi reflex diaktifkan dan perfusi organ organ vital dipertahankan. Pada tahap ini berbagai mekanisme neurohumoral bekerja membantu mempertahankan curah jantung dan tekanan darah. Mekanisme ini meliputi reflex baroreseptor , pelepasan katekolamin dan hormone antidiuretik, pengaktifan jalur rennin-angiostensin-aldosteron, dan rangsangan simpatis umum. 2. Tahap progresif, ditandai oleh hipoperfusi jaringan dan mulainya sirkulasi yang memberuk dan gangguan metabolism, termasuk asidosis. Tahap ini terjadi karna penyebab yang mendasari timbulnya syok tidak dikoreksi. Sejalan dengan hipoksia jaringan yang meluas, organ organ vital terpengaruh dan mulai mengalami kegagalan organ. 3. Tahap irreversible, yaitu saat jejas sel dan jaringan sangat berat sehingga walaupun defek hemodinamik diperbaiki , tidak memungkinkan pasien selamat. Jejas sel yang meluas tergambarkan dari kebocoran enzim lisosomal, yang memperburuk keadaan syok. Fungsi kontraktil otot jantung memburuk , antara lain oleh karena meningkatnya pembentukan nitrat oksida. Pada tahap ini dimana 88 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 kegagalan organ yang terjadi walaupun diberikan pengobatan yang terbaik, biasanya proses akan terus berlanjut hingga berakhir pada kematian. 4. MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinis yang timbul dibagi menjadi 2 yakni secara umum yang sama terjadi pada semua syok dan secara khusus yang spesifik terhadap tipe syok. 1. Secara umum, Syok selalu ditandai oleh hipotensi yang pada orang dewasa pada umumnya merujuk pada tekanan arteri rata-rata kurang dari 60 mmHg. Manifestasi umum yang lain berupa takikardi, oligouria, sensorium berkabut dan dingin, ekstremitas berburik menunjukan aliran darah ke kulit berkurang. Asidosis metabolic, sering disebabkan karena kadar adam laktat darah meningkat, menunjukan aliran darah kebanyak jaringan yang tidak adekuat berkepanjangan. 2. Secara khusus, pada pasien syok kardiogenik mempunyai gejala dan tanda penyakit jantung, termasuk peningkatan tekanan pengisian katup , irama gallops, dan tanda gagal jantung yang akut lainnya. Pada pasie syok hipovolemik sering mempunyai riwayat pendarahan saluran makanan atau perdarahan dari tempat lain atau tanda kehilangan volume besar jelas melalui diare dan/atau muntah. Pada pasien syok septic keadaan tidak ada neutropenia berat, bias terdapat tanda infeksi local (pneumonitis, pielonefritis atau abses abdomen) serta demam dan menggigil. 5. DIAGNOSIS 5.1 Syok membakat (Impending shock) 1. Penurunan atau perubahan kesadaran 2. Hipotensi, pada orang dewasa tekanan darah sistolik di bawah 90 mmHg. Bila terdapat keraguan (pasien hipertensi), amati tanda vital ortostatik. 3. Tanda vital ortostatik (terutama pada syok hipovolemik), yaitu perbedaan tekanan darah dan atau frekuensi nadi pada posisi telentang dengan posisi duduk atau berdiri sebesar 10 mmHg dan atau di atas 15 kali/menit. Fenomena ini merupakan indikasi kuat kekurangan volume cairan intra vaskular ringan sampai sedang. 4. Hipotensi perifer. Kulit teraba dingin, lembab, dan isi nadi lemah. 89 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 5.2 Tingkat syok 1. Syok ringan; kehilangan volume darah dibawah 20% dari volume total. Hipoperfusi hanya terjadi pada organ non vital seperti kulit, jaringan lemak, otot rangka, dan tulang. Gambaran klinik perasaan dingin, hipotensi postural, takikardi, pucat, kulit lembab, kolaps vena-vena leher, dan urin yang pekat. Kesadaran masih normal, diuresis mungkin berkurang sedikit dan belum terjadi asidosis metabolik. 2. Syok sedang; kehilangan 20% sampai 40% dari volume darah total. Hipoperfusi merambat ke organ non vital seperti hati, usus dan ginjal, kecuali jantung dan otak. Gambaran klinik haus, hipotensi telentang, takikardi, liguria atau anuria, dan asidosis metabolik. Kesadaran relatif normal. 3. Syok berat; kehilangan lebih dari 40% dari volem darah total. Hipoperfusi terjadi juga pada janberattung atau otak. Gambaran klinik; penurunan kesadaran (agitasi atau delirium), hipotensi, takikardia, nafas cepat dan dalam, oliguria, asidosis metabolik. 6. PENATALAKSANAAN Secara umum , tujuan penanganan syok adalah : 1. Mempertahankan tekanan arterial rerata (mean) diatas 60 mmHg (pada orang dewasa normal) untuk menjamin perfusi yang memadai pada organ-organ vital. 2. Mempertahankan aliran darah pada organ organ yang paling sering mengalami kerusakan syok, misalnya ginjal, hepar, SSP dan paru paru. 3. Mempertahank kadar laktat darah arterial dibawah 22 mmol/L. (karena pengukuran kadar laktat bisasanya tidak tersedia secara “on line”, tujuan ini harus sering dinilai secara retrospektif. Bentuk bentuk syok yang spesifik memerlukan terapi yang ditujukan kepada proses yang mendasarinya. 6.1 Terapi umum 6.1.1 Letakkan pasien pada posisi telentang kaki lebih tinggi agar aliran darah otak maksimal. Gunakan selimut untuk mengurangi pengeluaran panas tubuh. 6.1.2 Periksa adanya gangguan respirasi. Dagu ditarik kebelakang supaya posisi kepala menengadah dan jalan nafas bebas, beri O2, kalau perlu diberi nafas buatan. 90 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 6.1.3 Pasang segera infus cairan kristaloid dengan kanul yang besar (18, 16) 6.1.4 Lakukan pemeriksaan fisik yang lengkap termasuk kepala dan punggung. Bila tekanan darah dan kesadaran relatif normal pada posis telentang, coba periksa dengan posisi duduk atau berdiri. 6.1.5 Keluarkan darah dari kanul intravena untuk pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, penentuan golongan darah, analisis gas darah elektrolit. Sampel darah sebaiknya diambil sebelum terapi cairan dilakukan. 6.1.6 Pada syok hipovolemik, kanulasi dilakukan pada v.safena magna atau v.basilika dengan kateter nomor 16 perkutaneus atau vena seksi. Dengan memakai kateter yang panjang untuk kanulasi v.basilika dapat sekaligus untuk mengukur tekanan vena sentral (TVS). 6.1.7 Pada kecurigaan syok kardiogenik, kanulasi vena perkutan pada salah satu vena ekstrimitas atas atau vena besar leher dilakukan dengan kateter nomor 18-20. 6.1.8 Peubahan nilai PaCO2, PaO2, HCO3, dan PH oada analisis gas darah dapat dipakai sebagai indikator beratnya gangguan fungsi kardiorespirasi, derajat asidosis metabolik, dan hipoperfusi jaringan. 6.1.9 Beri oksigen sebanyak 5-10 L/menit dengan kanul nasal atau sungkup muka dan sesuaikan kebutuhan oksigen PaO2. Pertahankan PaO2 tetap di atas 70 mmHg. 6.1.10 Beri natrium bikarbonat 1 atau 2 ampul bersama cairan infus elektrolit untuk mempertahankan nilai Ph tetap di atas 7,1, walaupn koreksi asidosis metabolik yang terbaik pada syok adalah memulihkan sirkulasi dan perfusi jaringan. 6.1.11 Terapi medikamentosa segera 1. Adrenalin dapat diberikan jika terdapat kolaps kardivaskuler berat (tensi/nadi hampir tidak teraba) dengan dosis 0,5-1 mg larutan 1 : 1000 intra muskuler atau 0,1-0,2 mg larutan 1 : 1000 dalam pengenceran denan 9 ml NaCl 0,9 % intra vena. Adrenalin jangan dicampur dengan natrium bikarbonat karena adrenalin dapat menyebabkan inaktivasi larutan basa. 2. Infus cepat dengan Ringer‟s laktat (50 ml/menit) terutama pada syok hipovolemik. Dapat dikombinasi dengan cairan koloid (dextran L). 3. Vasopresor diberikan pada syok kardiogenik yang tidak menunjukkan perbaikan dengan terapi cairan. Dopamin dapat diberikan dengan dosis 2,5 Ug/kg/menit (larutkan dopamin 200 mg dalam 500 ml cairan dekstrosa 5%. Setiap ml larutan mengandung 400 Ug dopamin). Dosis dopamin secara 91 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 bertahap dapat ditingkatkan hingga 10-20 Ug/kg/menit. Pemberian vasopresor pada hipovolemia sedang sampai berat tidak bermanfaat. 6.1.12 Pantau irama jantung dan buat rekaman EKG (terutama syok kardiogenik). Syok adalah salah satu predisposisi aritmia karena sering disertai gangguan keseimbangan elektrolit, asam dan basa. 6.1.13 Pantau diuresis dan pemeriksaan analisis urin. 6.1.14 Pemeriksaan foto toraks umumnya bergantung pada penyebab dan tingkat kegawatan syok. Semua pasien syok harus dirujuk ke rumah sakit, terutama untuk perawatan intensif REFERENSI 1. Anderson SP, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-prose penyaki jlid 1, ed 4.1995. Jakarta: EGC. 2. Anthony S. Fauci, 2008. Harrison’s Internal Medicine, 17th Edition, USA, McGraw – Hill, page 218 – 223. 3. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku ajar patologi. 7 nd ed , Vol. 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007 : 90-93 4. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, jilid 1, ed 3. 2001. Jakarta: Media Aesculapius. 5. Muhiman, Muhardi, dkk. Anestesiologi. 2004. Jakarta: Bagian anestesiologi dan terapi intensif FKUI. 6. Sudoyo, Aru W., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1, Ed 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2007. 92 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 TRAUMA LINGKUNGAN 1. MOUNTAIN SICKNESS Penyakit di daerah ketinggian dibagi menjadi 3 sindrom yaitu : acute mountain sickness (AMS), high altitude cerebral edema (HACE), and high altitude pulmonary edema (HAPE). 1.1 Akut Mountain Sickness (AMS) AMS adalah bentuk paling umum dari penyakit daerah ketinggian yang paling berpengaruh pada 25% dari semua pendaki yang berada di atas ketinggian 8000 kaki atau (2500 m). Gejala utama dari AMS adalah sakit kepala, disertai dengan kelelahan, napas tersengal- sengal, pucat (kebiruan pada bibir dan kuku), kehilangan nafsu makan, mual, dan kadang- kadang muntah. Onset sakit kepala biasanya 2- 12 jam setelah tiba di ketinggian yang lebih tinggi. 1.1.1 Gejala : Gejala yang timbul bergantng pada kecepatan mendaki dan tenaga yang dikerahkan saat mendaki. Gejala yang timbul mulai dari ringan sampai mengancam jiwa. Keadaan ini bisa berakibat pada sistem syaraf, paru – paru, otot, dan jantung. Gejalan ringan – sedang : 1. Sulit tidur 2. Pusing 3. Kelelahan 4. Sakit kepala 5. Kehilangan nafsu makan 6. Mual atau muntah 7. Denyut jantung cepat 8. Napas pendek dan sulit 93 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Gejala pada keadaan yang lebih berat : 1. Warna kebiruan pada kulit (sianosis) 2. Dada terasa sesak 3. Kebingungan 4. Batuk (dapat disetertai darah) 5. Kesadaran menurun 6. Kulit pucat 7. Sempoyongan 8. Sesak napas saat istirahat 1.1.2 Pemeriksaan dan Penanganan Diagnosis AMS termasuk dehidrasi, kelelahan, hipoglikemia, hipotermia, atau hiponatremia. Pendaki dengan AMS dapat turun ke daerah dengan ketinggian ≥ 1.000 ft (300 m), dan gejaladengan cepat akan mereda. Atau, dengan memberikan oksigen tambahan pada 2 L per menit akan meredakan sakit kepala dengan cepat. Pendaki dengan AMS juga dapat dengan aman etap di ketinggian mereka saat ini dan mengobati gejalanya dengan analgesik ( aspirin, ibuprofen atau lainnya NSAID) untuk sakit kepala. Promethazine (25-50 mg) berguna untuk pengobatan mual dan muntah. Steroid, khususnya deksametason, yang efektif dalam mengurangi gejala. Dapat juga diberikan acetazolamide, yang akan mempercepat aklimatisasi, tetapi lebih baik untuk profilaksis daripada pengobatan. Asetazolamide, sebuah anhydrase inhibitor karbonat, harus diberikan dalam dosis 240 mg dua kali sehari selama 3-5 hari. Ini membantu dan mempercepat aklimatisasi. Jika gejala semakin memburuk pendaki yang beristirahat di ketinggian yang sama, harus turun. Disarankan untuk bernafas lebih cepat dan lebih dalam serta berjalan pelanpelan,ambil istirahat setiap langkah untuk mengurangi kebutuhan oksigen. 1.1.3 Pencegahan Kematian akibat AMS Pendaki umumnya harus mengetahui tentang penyakit di daerah ketinggian, hal ini bertujuan tidak untuk mencegah terjadinya kematian. Meskipun kematian akibat AMS jarang terjadi akibat timbulnya gejala dan perjalanan klinis yang cukup lambat. Tiga hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian akibat AMS yaitu : 94 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1. Mengetahui gejala awal dari penyakit ketinggian, dan bersedia untuk mengakui ketika mereka terserang AMS ( jangan memaksakan tetap naik) 2. Jangan pernah tidur pada ketinggian yang lebih tinggi ketika mengalami gejala penyakit AMS, tidak peduli seberapa kecil mereka tampak menunjukkan gejalanya. 3. Turun jika gejala menjadi lebih buruk saat beristirahat pada ketinggian yang sama. 1.2 HAPE (High Altitude Pulmonay Oedema) Merupakan keadaan dimana terjadi pasokan cairan didalam paru – paru yang mencegah ruang untuk oksigen masuk dalam setiap napas dan bisa menyebabkan sesak napas. Keadaan sesak napas ini bukanlah hal wajar yang terjadi pada saat berada diatas ketinggian. Dan harus selalu dijadikan tanda sebagai awal terjadinya HAPE. HAPE juga menyebabkan demam dan batuk dengan cairan (ludah) berbuih. HAPE dan HACE sering terjadi bersamaan. 1.3 HACE (High Altitude Cerebral Oedema) Sebagai bentuk parah/berat dari Acute Mountain Sickness, merupakan keadaan dimana terdapat cairan yang mengisi otak. Dapat menyebabkan kebingungan, kecanggungan, dan berbicara gagap. Tanda awalnya adalah timbulnya rasa malas dan mudah marah. Hal terjadi sebelum kematian biasanya penurunan kesadaran dan atau mengantuk. Tabel Dosis obat yang direkomendasikan untuk mencegah dan mengobati Penyakit di daerah ketinggian MEDICATION Acetazolamide INDICATION ROUTE AMS, HACE Oral prevention DOSE 125 mg twice a day; 250 mg twice a day if >100 kg. Pediatric: 2.5 mg/kg every 12 h AMS treatment1 250 mg twice a day Pediatric: 2.5 mg/kg every 12 h Oral 95 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Dexamethasone Nifedipine Tadalafil Sildenafil Salmeterol AMS, HACE Oral prevention 2 mg every 6 h or 4 mg every 12 h Pediatric: should not be used for prophylaxis AMS, HACE Oral, IV, IM treatment AMS: 4 mg every 6 h HACE: 8 mg once, then 4 mg every 6 h Pediatric: 0.15 mg/kg/dose every 6 h up to 4 mg HAPE prevention Oral 30 mg SR version every 12 h, or 20 mg SR version every 8 h HAPE treatment Oral 30 mg SR version every 12 h, or 20 mg SR version every 8 h HAPE prevention HAPE prevention HAPE prevention Oral 10 mg bid Oral 50 mg every 8 h Inhaled 125 μg bid2 REFERENSI 1. Hackett PH, Rennie D, Levine HD. 1976. The incidence, importance, and prophylaxis of acute mountain sickness. Lancet. (http://wwwnc.cdc.gov/travel/yellowbook/2014/chapter-2-the-pre-travelconsultation/altitude-illness) 2. Heller, Jacob L. 2015. Acute Mountain Sickness. (https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000133.htm diakses pada 20 Desember 2015) 3. J. Paralikar Dr. Swapnil. Department of Physiology, Medical College, Baroda, India. Occupational Health Consultant, Baroda Textile Effects Limited, Baroda, India. Dr. Swapnil J. Paralikar, 18, Taksh Bungalows, Near Shobhana Nagar, Vasna Road, Baroda - 390 021, India. E-mail:[email protected] (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2923424/) 96 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2. HYPOTHERMIA Terlalu lama kedinginan, khususnya dalam cuaca berangin dan hujan, dapat menyebabkan mekanisme pemanasan tubuh terganggu sehingga menyebabkan penyakit kronis. Hipotermia terjadi ketika suhu tubuh seseorang turun di bawah 35 ° C (95 ° F). Suhu tubuh normal adalah sekitar 37 ° C (98,6 ° F). Hipotermia dapat dengan cepat dan dapat mengancam jiwa sehingga harus diperlakukan sebagai darurat medis. Kondisi hipotermia biasanya disebabkan oleh berada di lingkungan yang dingin dan dapat dipicu oleh kombinasi dari hal –hal yang terjadi dilingkungan tersebut dalam kondisi dingin untuk waktu yang lama. Orang yang sangat berisiko adalah mereka yang sudah lanjut usia atau sakit dan tidak dapat bergerak dengan mudah untuk menghasilkan panas. Bayi juga lebih rentan untuk terkena hipotermia karena kemampuan tubuh mereka 'untuk mengatur suhu mereka belum sepenuhnya dikembangkan. Orang-orang yang menghabiskan banyak waktu di luar dalam kondisi cuaca dingin, seperti pendaki dan pemain ski, juga pada merupakan faktor risiko terkena hipotermia. 2.1 Gejala dan Tanda Tanda-tanda hipotermia bervariasi tergantung pada seberapa rendah suhu seseorang telah menurun. 2.1.1 Hipotermia ringan Jika seseorang memiliki hipotermia ringan (umumnya dengan suhu tubuh 3235 ˚ C), gejala tidak selalu jelas, tetapi mereka dapat mencakup: 1. Menggigil konstan 2. Kelelahan 3. Energi menurun 4. Kulit dingin atau pucat 5. Bernapas cepat (hiperventilasi) 2.1.2 Hipotermia moderat Sedang kasus hipotermia (umumnya dengan suhu tubuh 28-32 ˚ C) dapat mencakup gejala seperti: 1. Tidak mampu untuk berpikir atau memperhatikan 2. Kebingungan 3. Hilangnya pertimbangan dan penalaran (seseorang dengan hipotermia dapat memutuskan untuk menghapus pakaian meskipun sangat dingin) 97 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4. Kesulitan bergerak di sekitar 5. Hilangnya koordinasi 6. Kantuk 7. Bicara cadel 8. Lambat, pernapasan dangkal (hipoventilasi) Orang dengan suhu tubuh 320C atau lebih rendah biasanya akan berhenti menggigil sepenuhnya. Ini adalah tanda bahwa kondisi mereka memburuk dan bantuan medis darurat diperlukan. 2.1.3 Hipotermia parah ( Hipotermia Akut) Gejala-gejala hipotermia berat (suhu tubuh di bawah 28 ˚ C) dapat meliputi: 1. Ketidaksadaran 2. Dangkal atau tidak bernapas 3. Lemah, tidak teratur atau tidak pulsa 4. Pupil melebar 2.1.4 Hipotermia pada bayi 1. Kulit merah terang dan dingin 2. Sangat rendahnya energi 3. Tangisan yang lemah 2.2 Penanganan 1. Tangani pasien dengan yakin Batasi pergerakan pasien, hanya bila diperlukan untuk bergerak. Hindari pemijatan dan penggosokan pasien. Pergerakkan yang terlalu banyak dan kuat akan memicu terjadinya henti jantung. 2. Pindahkan korban ke tempat yang lebih hangat Bila memungkinkan ke tempat yang kering juga. Bila tidak memungkinkan untuk memindahkan pasien, hindari tubuh pasien dari dingin dan angin sebisa mungkin. 3. Lepaskan pakaian yang basah 4. Bungkus tubuh korban dengan selimut hangat Gunakan selimut atau mantel yang hangat dan kering untuk menghangatkan korban. Tutupi kepala dan seluruh tubuh korban kecuali muka, biarkan wajah korban terbuka. 98 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 5. Hindari tubuh korban dari tanah/lantai yang dingin Bila berada diluar, baringkan korban dengan selimut atau appaun ynag memiliki permukaan hangat yang menjadi alas punggung korban. 6. Pantau Pernapasan Pada hipotermia berat dapat menimbulkan penurunan kesadaran/pingsan tanpa tanda – tanda yang jelas dari denyut nadi dan pernapasan. Bila pernapasan berhenti atau sangat lemah dan dangkal, segera lakukan CPR bila sudah terlatih. 7. Berbagi kehangatan tubuh Untuk menghangatkan tubuh seseorang yang hipotermi dapat dilakukan cara dengan melepaskan pakaian dan berbaring disebelah korban, lalu buat kontak antar kulit dan selimuti tubuh penolong dan korban dengan selimut kering. 8. Berikan minuman yang menghangatkan Bila korban sadar dan mampu menelan, berikan minuman hangat, non alkohol, dan minuman non kafein untuk membantu menghangatkan tubuh. 9. Berikan kompres hangat dan kering Gunakan kantung plastik berisi air hangat untuk membantu korban untuk menghangatkan diri. Jangan berikan kompres hangat pada ekstremitas. Panas yang diberikan pada ekstremitas akan membuat darah yang dingin kembali ke jantung, paru – paru, dan otak dan dapat menyebabkan suhu inti tubuh menurun serta berakibat fatal. 10. Jangan langsung terpapar panas Jangan gunakan air panas atau lampu pemanas untuk menghangatkan korban. Suhu panas yang ekstrim justru dapat merusak kulit atau bahkan lebih parah, menyebabkan detak jantung yang tidak teratur ,bisa menyebabkan henti jantung. 11. Obat Terapi Ketika seorang dengan hipotermia, sasaran organ kardiovaskular akan merespon minimal untuk sebagian besar obat-obatan. Selain itu, dosis yang kumulatif dapat menyebabkan keracunan selama proses rewarming karena terjadi peningkatan mengikat obat untuk protein, metabolisme terganggu dan ekskresi. Sebagai contoh, pemberian dosis berulang digoxin atau insulin tidak akan efektif saat pasien hipotermia, dan obat residual berpotensi beracun selama proses rewarming. Tekanan arteri rata-rata minimal 60 mmHg harus tercapai. Jika hipotensi tidak merespon kristaloid / koloid infus dan rewarming, dopamin dosis rendah (2 sampai 5g / kg per min) dapat diberikan. 99 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 REFERENSI 1. Danzl DF. Hypothermia and frostbite. In: Fauci AS, Harrison TR. 2008 . Harrison's Principles of Internal Medicine. 17th ed. McGraw Hill : New York, NY. http://www.emergency.cdc.gov/disasters/winter/staysafe/hypothermia.asp 2. Hayward, J.S. et al. Accidental Hypothermia: An Experimental Study of Inhalation Rewarming. Aviation Space Environmental Medicine. 46(10):1236-1240, and personal communication. (http://www.hypothermia.org/hypothermia.htm) 3. Mayo Clinic. 2014. Hypothermia: Treatment.(http://www.mayoclinic.org/diseasesconditions/hypothermia/basics/treatment/con-20020453 diakses 20 Desember 2015 jam 01.47 WIB) 4. Mayo Clinic. 2014. Hypothermia: Symptoms. (http://www.mayoclinic.org/diseasesconditions/hypothermia/basics/symptoms/con-20020453 diakses pada 19 Desember 2015 DAN NHS. 5. Symptoms of Hypothermia.http://www.nhs.uk/Conditions/Hypothermia/Pages/ Symptoms.aspx diakses pada 19 Desember 2015. 100 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. HEAT STROKE Heat stroke adalah kondisi mengancam jiwa dimana suhu tubuh mencapai lebih dari 40°C atau lebih. Heat stroke dapat disebabkan karena kenaikan suhu lingkungan, atau aktivitas yang dapat meningkatkan suhu tubuh. Heat stroke dikategorikan sebagai exertional atau nonexertional. Exertional heat stroke biasanya terjadi pada atlet yang biasanya melakukan kegiatan olahraga pada suhu kamar dan / atau kelembaban yang lebih tinggi dari normal sehingga terjadi kelebiham produksi panas. Sedangkan, nonexertional atau classic heat stroke biasanya terjadi pada anak atau orang tua pada iklim yang sangat panas. Heat stroke bisa terjadi secara tiba – tiba tanpa peringatan. Jika sistem pendingin tubuh gagal maka suhu tubuh meningkat secara cepat. Heat stroke adalah kedaruratan medis akut yang disebabkan oleh kegagalan mekanisme pengaturan panas tubuh. Biasanya terjadi selama keadaan panas, terutama ketika diikuti oleh kelembaban yang tinggi. Heat stroke membutuhkan penanganan emergensi. Heatsroke yang tidak ditangani dapat mempercepat kerusakan pada otak, jantung, ginjal, dan otot – otot. Kerusakan akan terjadi lebih buruk pada penanganan yang lebih lama tertunda, dan meningkatkan resiko komplikasi yang serius atau kematian 3.1 Penyebab 1. Heatstroke terjadi karena paparan panas dari lingkungan dan aktivitas berat 2. Pemakaian pakaian yang berlebih (terlalu tebal) 3. Minum minuman beralkohoL 4. Dehidrasi 3.2 Gejala 1. Kenaikan suhu sampai 40°C atau lebih (tanda utama) 2. Tidak berkeringat. Jika heat stroke disebabkan oleh karena suhu lingkungan yang sangat panas maka kulit akan cenderung terasa panas dan kering saat disentuh. Bila disebabkan oleh karena aktivitas yang berlebihan makan kulit akan terasa lembab. 101 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. Kemerahan pada kulit 4. Nafas menjadi cepat dan terasa berat 5. Denyut jantung semakin cepat 6. Nadi menjadi cepat 7. Pupil dilatasi 8. Sakit kepala seperti ditusuk tuduk 9. Gejala saraf lain seperti : kejang, tidak sadar, halusinasi, delirium, kebingungan 3.3 Pencegahan 1. Tetap berada di dalam ruangan yang sejuk 2. Minum air putih dalam jumlah yang cukup sebelum melakukan aktivitas di luar ruangan. 3. Kurangi minuman seperti : teh ,kopi, alkohol dan yang dapat memicu dehidrasi . 4. Memakai pakaian yang ringan, longgar, berwarna cerah , berbahan katun dan dapat menyerap keringat serta panas tubuh. 5. Melindungi diri dari matahari dengan menggunakan payung atau topi saat berada di luar ruangan. 6. Jangan berada di luar ruangan pada saat matahari sedang sangat terik (antara jam 10 pagi sampai jam 4 sore) sebisa mungkin. 7. Jika melakukan aktivitas di luar ruangan, usahakan untuk sering minum setiap 15 sampai 20 menit sekali walaupun tidak merasa haus. 8. Jangan tinggal atau meninggalkan seseorang dalam mobil yang diparkir dengan kondisi tertutup saat cuaca panas. 9. Jangan berolah raga keras saat kondisi cuaca panas. Sebagai penggantinya, lakukan olah raga saat pagi atau sore hari. 10. Minum air yang banyak terutama jika urine berwarna kuning tua untuk menggantikan cairan yang hilang lewat keringat. Minumlah air atau air garam jika anda berkeringat banyak (campurkan 1 sendok teh garam pada ¼ liter air (quart water)) . Dapat juga dengan minum cairan olah raga yang sudah tersedia dalam kemasan. 11. Jika merasakan sangat panas, usahakan untuk mendinginkan dengan cara membuka jendela atau memakai kipas angin maupun AC. 12. Kurangi berlama-lama di hot tube atau heated whirlpool (<15 menit). Jangan berendam jika hanya sendirian 102 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3.4 Penatalaksanaan 1. Memastikan korban mengalami heat stroke 2. Memindahkan korban ke tempat sejuk dan berventilasi baik , gunakan kipas angin dan pakeannditanggalkan. 3. Mengguyur korban dengan air dingin di seluruh tubuh 4. Massage kulit untuk mengatasi efek vasokonstriksi dari air dingin dan mempercepat aliran darah. 5. Memeriksa suhu rektal tiap 10 menit jangan sampai kurang dari 38,5oC (untuk pertimbangan etis bisa dilakukan di sublingual). Axilla<sublingual<rektal. Berati sublingual suhunya jangan sampai kurang 38oC. 6. Memperhatikan penderita jangan sampai relaps (kambuh). 7. Obat-obatan jika perlu : infus cairan. Sedatif hanya diberikan bila kejang terusmenerus,misalnya Diazepam 10-20 mg iv. Dapat dilakukan 3x dengan selang waktu 30-60 menit suntikan sebelumnya.Jangan berikan morfin atau epinefrin REFERENSI 1. Casa Douglas J, PhD, ATC, FACSM et all . 2007. Validity of Devices That Assess Body Temperature During Outdoor Exercise in the Heat. USA : National Athletic Trainers‟ Association 2. Glazer James L. M.D. 2005. Management of Heatstroke and Heat Exhaustion. Maine Medical Center: Portland, Maine Am Fam Physician 3. Mayo Clinic. 2014. Heatsrtoke: Treatment. (Online) http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/heat-stroke/basics diakses pada 19 Desember 2015) 4. www.journalofathletictraining.org 103 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4. FROSTBITE Frostbite terjadi ketika suhu jaringan turun di bawah jaringan (dibawah 0,55oC/ 31 F). Ketika bagian dari tubuh, seperti lengan, tangan, kaki, atau kaki, memiliki kerusakan jaringan akibat terkena cuaca dingin atau air, ini disebut frostbite. Frostbite merupakan suatu kondisi darurat medis. Terjadi pembentukan kristal es kemudian mendistorsi dan menghancurkan bentuk sel. Setelah endotelium pembuluh darah rusak, berlangsung cepat trombosis mikrovaskular kemudian terjadi iskemia sehingga mulai kolaps, terjadi peningkatan meningkatkan tekanan jaringan, dan edema terbentuk. Frostbite dapat menyebabkan gangren dan hilangnya bagian tubuh yang terkena . 4.1 Tanda dan Gejala Frostbite Ringan sampai Sedang 1. Kulit kemerahan yang terasa dingin untuk disentuh 2. Merasa "kesemutan " atau mati rasa 3. Pembengkakan ringan 4. Nyeri, sering parah, selama proses rewarming 4.2 Tanda dan Gejala Frostbite Parah 1. Kulit pucat atau lilin yang terasa dingin atau wooden 2. Mati rasa dari daerah membeku, yang dapat bertahan bahkan setelah rewarming 3. Melepuh 4. Pembengkakan meluas 5. Scabs Hitam ( ini sering terbentuk setelah cedera itu sendiri ) 6. Kerusakan pada jaringan di bawah kulit membeku, termasuk otot, tendon, tulang rawan, sendi, dan tulang 4.3 Penanganan 1. Pindahkan individu ke lingkungan yang hangat 2. Melepaskan pakaian yang basah dan menjaga supaya tetap kering 3. Berikan orang minuman hangat saat sadar 4. Lepaskan perhiasan dari daerah radang dingin 104 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 5. Jangan menggosok, pijat, atau merendam bagian tubuh yang membeku (karena mungkin tidak mengenali seberapa besar cedera daerah sampai setelah itu telah rewarmed). 6. Balut dengan perban kering dapat diterapkan pada daerah frostbite untuk melindunginya. 4.4 Pencegahan 1. Batasi waktu anda di luar ketika cuaca dingin 2. Jika harus berada di luar ruangan, pastikan memakai lapisan pakaian hangat dan kering. Disarankan untuk memakai sarung tangan, dan tutupan kepala karena lebih dari 20 % dari panas tubuh hilang melalui kepala serta alas kaki yang tahan air. 3. Lepaskan pakaian basah sesegera mungkin 4. Saat dalam dingin, jangan gunakan alkohol atau zat lain, karena alkohol dapat meningkatkan kehilangan panas. 5. Jangan gunakan produk tembakau di lingkungan dingin karena tembakau dapat meningkatkan kehilangan panas dari tubuh dan menurunkan sirkulasi REFERENSI 1. Danzl DF. Hypothermia and frostbite. In: Fauci AS, Harrison TR. 2008 . Harrison's Principles of Internal Medicine. 17th ed. McGraw Hill : New York, NY. 2. Janet M. Torpy, MD. 2011. Frostbite. American College of Emergency Physicians, National Library of Medicine, National Institutes of Health, Arctic Health, University of Maryland Medical Center : JAMA (Journal of the American Medical Association) 3. Medscape. 2015. Frostbite. (Online) http://emedicine.medscape.com/article/926249overview. diakses pada 19 Desember 2015 . 4. Stephen, Robert L. 2015. Hypothermia and Frostbite. (Online) http://www.slremeducation.org/wp-content/uploads/2015/06/Chapter-131.-Hypothermiaand-Frostbite.pdf diakses pada 19 Desember 2015. 105 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 5. LUKA BAKAR Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi. Luka Bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda – benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air dan lain – lain) atau zat – zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat). Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. seluruh kulit beratnya 16% berat tubuh. kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus, dan kulit bagian medial lengan atas. sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu, dan bokong. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. pembuluh darah kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan enimbulkan bula yang banyak elektrolit. hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan – pelan, maksimal teradi setelah delapan jam. Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang menghisap. Oedem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga. dapat juga keracuman gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan mengikat haemoglobin dengan kuat sehingga haemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mula dan muntah. pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih dari 60% haemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal. Setelah 12 – 24 jam, permeabiitas kapiler mulai membaik, dan mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. ini ditandai dengan meningkatnya diuresis. 106 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 5.1 DERAJAT LUKA BAKAR 5.1.1 Luka Bakar Grade I 1. Disebut juga luka bakar superfisial 2. Mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai mengenai daerah dermis. 3. Sering disebut sebagai epidermal burn. 4. Kulit tampak kemerahan, sedikit oedem, dan terasa nyeri. 5. Pada hari keempat akan terjadi deskuamasi epitel (peeling). Gambar E.1. Luka bakar derajat I 5.1.2 Luka Bakar Grade II 1. Superficial Partial Thickness A. Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis B. Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat daripada luka bakar grade I C. Bula yang muncul beberapa jam setelah terkena luka D. Bila buka disingkirkan akan terlihat luka berwarna merah muda yang basah E. Luka sangat sensitif dan akan menjadi lebih pucat bila terkena tekanan F. Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu (bila tidak terkena infeksi), tapi warna kulit tidak akan sama seperti sebelumnya. 107 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Gambar E.2. Luka bakar derajat II 2. Deep Partial Thickness A. Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis B. Disertai juga dengan bula C. Permukaan berbecak merah muda dan putih karena variasi dari vaskularsasi pembuluh darah (bagian yang putih hanya sedikit pembuluh darah dan yang merah muda mempunyai beberapa aliran darah) D. Luka akan sembuh dalam 3 – 9 minggu. 5.1.3 Luka Bakar Grade III 1. Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen 2. Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung – ujung saraf dan pembuluh darah sudah hancur. 3. Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis smaapi mengenai otot dan tulang. Gambar E.3. Luka bakar derajat III 108 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 5.2 MENGHITUNG LUAS LUKA BAKAR Untuk luka bakar luar, perkirakan presentasi daerah yang terkena. Untuk orang dewasa digunakan rule of nine. Setiap bagian yang dsebut dibawah ini mempunyai luas 9% dari luas permukan tubuh : thorax bagian depan, thorax bagian belakang, abdomen bagian depan, abdomen bagian beakang, setiap lengan, bagian depan setiap tungkai, bagian belakang setiap tungkai, kepala dan leher. Daerah perineum mempunyai luas 1%. Pada anak – anak, daerah kepala proporsinya lebih besar. Pengukuran lain yang dipakai adalah telapak tangan, diana daerah seluas telapak tangan mewakili 1% luas permukaan tubuh. 5.3 PERTOLONGAN PERTAMA PADA PASIEN LUKA BAKAR 1. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala. 2. Singkirkan baju, perhiasan, dan benda – benda lain yang membuat efek torniket, karena jaringan yang terkena luka bakar akan menjadi oedem 3. Setelah sumber panas dihilangkan, rendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir sekurang – kurangnya lima belas menit. 109 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4. Dinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil. 5. Tapi pendinginan tidak dapat dilakukan bila luka bakar lebih luas karena bahay terjadinya hipotermia. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada luka bakar apapun. Beberapa pertimbangan lain dalam menangani pasien dengan luka bakar, yaitu: 1. Pembersihan dan perawatan luka (wound debridement) dan pemberian antibiotik berspektrum luas untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder yang dapat berakhir menjadi sepsis nantinya. 2. Pemberian tetanus toxoid (TT) dan serum anti-tetanus (ATS) untuk mencegah infeksi tetanus. 3. Pemberian analgesik opioid yang dititrasi untuk menghindari timbulnya syok neurogenik. 4. Pemasangan kateter urin untuk meninjau fungsi ginjal dan keberhasilan terapi pengganti cairan (1 ml/ kgBB/ jam). 5. Terapi nutrisi, dalam hal ini diet tinggi kalori dan tinggi protein guna mendukung kebutuhan kalori dan pembentukkan kembali jaringan yang telah rusak sebelumnya. 6. Rehabilitasi dan fisioterapi yang ditujukkan untuk mengembalikan fungsi sensorik, motorik dan mencegah terjadinya kontrakktur. 7. Pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan darah rutin, faal ginjal, faat hati, pemeriksaan elektrolit dan analisa gas darah untuk mengevaluasi kembali pasien. 5.4 EVALUASI AWAL Prinsip penanganan luka bakar sama seperti penanganan luka akibat trauma lain. Saat menilai “airway” perhatikan apakah terdapat luka bakar inhalasi. biasanya ditemukan sputum karbonat, rambut atau bulu hidung yang gososng. Luka bakar pada wajah, oedema oropharyngeal, perubahan suara, perubahan status mental. Bila benar terdapat luka bakar inhalasi lakukan intubasi endotracheal, kemudian beri oksigen melalu mask face atau endotracheal tube. Luka bakar biasanya berhubungan dengan luka lain. Anamnesis secara singkat dan cepat arus dilakukan pertama kali untuk menentukan mekanisme dan waktu terjadinya trauma. 110 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 REFERENSI 1. Dobson, Michael B. 1994. Penuntun Praktis Anastesi. Jakarta : EGC 2. Jerome FX Naradzay. http://www. emedicine. com/med/Burns, Thermal. dan Mayo Clinic 3. Palang Merah Indonesia. Prinsip Penanganan Luka Bakar 4. St. John Ambulance. First Aid: First on The Scene: Activity Book, Chapter 19 5. Staff. Burns First Aid. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus 6. Wim de Jong. 2005. Luka Bakar: Bukua Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC 7. David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka Dalam. 8. Becker, James M. Essentials of Surgery Edisi 1. Philadelphia: Saunders Elsevier 111 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 ENVENOMASI 1. DEFINISI Menurut arti bahasa, envenomasi adalah keracunan akibat bisa. Kasus envenomasi ini merupakan kasus kegawatdaruratan yang perlu penanganan secara cepat dan tepat. Envenomasi adalah proses dimana racun disuntikkan dengan gigitan (atau sengatan) dari hewan berbisa. Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Kebanyakan racun ditransmisikan melalui gigitan pada kulit korban, tetapi beberapa racun ada yang diterapkan secara eksternal, terutama untuk jaringan yang sensitif seperti jaringan yang mengelilingi mata. 2. JENIS-JENIS ENVENOMASI 2.1 Mamalia Beracun Gigitan mamalia ke manusia biasanya menimbulkan edema lokal, luka dengan nyeri ringan, dan sedikit menimbulkan efek sistemik. Beberapa contohnya antara lain : 1. The short-tailed shrew, ditemukan di Amerika Utara 2. The solenodon, ditemukan di Amerika Tengah 3. The platypus, ditemukan di Australia dengan racun dihasilkan oleh kelenjar di dasar kaki belakang. 2.2 Hewan Laut 1. Jellyfish/ubur-ubur : The Box Jellyfish Irukandji 2. Bluebottles 3. The Blue-Ringed Octopus / gurita 4. Sea Snakes 5. Fish stings, Stingray Barbs 2.3 Gigitan Hewan Tersangka Rabies Rabies merupakan penyakit endemik di Afrika dan Asia. Penyakit ini merupakan penyakit akibat virus yang berasal dari hewan yang dapat menimbulkan kematian, ditransmisikan ke manusia melalui kontak (umumnya gigitan dan cakaran) dengan hewan terinfeksi. 2.3.1 Agen penyebab : Lyssaviruses of the Rhabdoviridae family. 112 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2.3.2 Host : Canidae, termasuk anjing, rubah, anjing hutan, serigala, kucing, sigung, raccoons, kelelawar vampire dan musang. 2.3.3 Patogenesis : 1. Penularan melalui luka gigitan dan lecet akibat cakaran hewan penderita rabies. 2. Virus akan mengikatkan pada Ach-reseptor pada sel neuron sampai ke daerah axon. 3. Terjadi perpindahan infeksi pasif asam inti virus seara centripetal di dalam axon menuju ke central nervus system. 4. Replikasi virus ini akan menyebabkan depresi, coma bahkan kematian. 2.3.4 Terdapat dua bentuk epizootic rabies yaitu urban rabies yang terjadi pada jenis mamalia pet animal dan sylvatic rabies yang terjadi pada jenis mamalia liar . 2.3.5 Klinis : 1. Masa inkubasi : 1 minggu hingga lebih, umumnya 1 bulan 2. Fase prodormal : malaise, anorexia,sakit kepala, nausea, vomit, sakit tenggorokan dan demam. 3. Fase sensorik : sensasi abnormal di sekitar tempat infeksi 4. Fase eksitasi : ketegangan, ketakutan, hyperlacrimasi, dilatasi pupil, keringat berlebihan, halusinasi, kaku otot, keinginan melawan, dysphagia sehingga hypersalivasi dan hydrophobia. 5. Fase kematian : akibat paralisa otot pernafasan. 2.3.6 Penanganan Awal Pada manusia yang tergigit hewan di daerah tertular rabies perlu diwaspadai. Luka gigitan harus sesegera mungkin dicuci dengan detergen selama 5 – 10 menit di bawah air yang mengalir sebagai upaya untuk merusak envelope dari virus rabies. Selanjutnya diberi alcohol 70% atau iodium tincture. Luka sebaiknya tidak dijahit, bila harus dijahit maka dilakukan setelah diberi local antiserum dan jahitan tidak boleh terlalu erat sehingga menghalangi pendarahan atau drainase. 113 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2.3.7 Penanganan lanjutan 1. Anti-rabies imunoglobulin secara berangsur-angsur ke dalam luka dan dengan infiltrasi di sekitar luka; 2. Menunda penjahitan luka; jika penjahitan diperlukan, pastikan bahwa imunoglobulin telah diterapkan secara lokal 3. Di tempat yang ditentukan, mulai pengobatan anti-tetanus dan terapi antimikroba dan obat-obatan untuk mengendalikan infeksi selain rabies WHO Recommendations on Rabies Post-Exposure Treatment and the Correct Technique of Intradermal immunization against Rabies 114 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2.3.8 Pencegahan Pencegahan imunologis terhadap rabies pada manusia adalah dengan memberikan Human Rabies Immunoglobulin (HRIG) secepat mungkin setelah terpajan untuk menetralisir virus pada luka gigitan, dengan dosis tunggal 20IU/kg BB, setengahnya diinjeksikan ke dalam dan di sekitar luka dan setengahnya diberikan IM. Selanjutnya diberikan vaksin pada tempat yang berbeda untuk mendapatkan imunitas aktif dengan HDCV atau RVA dalam 5 dosis0,5 atau 1,0 cc IM pada daerah deltoid. Dosis pertama diberikan segera setelah gigitan (pada saat yang sama diberikan dosis tunggal HRIG) dan dosis selanjutnya pada hari ke 3, 7, 14 dan 28 setelah dosis pertama 2.4 Gigitan Ular Berbisa 2.4.1 Ciri-ciri ular tidak berbisa 1. Bentuk kepala : segiempat panjang 2. Gigi taring : kecil 3. Bekas gigitan : luka halus berbentuk lengkungan 2.4.2 Ciri-ciri ular berbisa 1. Bentuk kepala : segitiga 2. Gigi taring : dua besar di rahang atas 3. Bekas gigitan : dua luka gigitan utama akibat gigi taring Gambar 8.1. Perbedaan ular berbisa dengan ular yang tidak berbisa 115 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2.4.3 Gejala klinis 1. Gigitan Elapidae a. Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan rasa sakit yang berdenyut, kaku pada kelopak mata, bengkak di sekitar mulut. b. Gambaran sakit yang berat, melepuh, dan kulit yang rusak. c. Setelah digigit ular 15 menit : muncul gejala sistemik. 10 jam : paralisis urat-urat di wajah, bibir, lidah, tenggorokan, sehingga sukar bicara, susah menelan, otot lemas, kelopak mata menurun, sakit kepala, kulit dingin, muntah, pandangan kabur, mati rasa di sekitar mulut. Kematian dapat terjadi dalam 24 jam 2. Gigitan Viperidae a. Gejala lokal timbul dalam 15 menit, atau setelah beberapa jam berupa bengkak di dekat gigitan yang menyebar ke seluruh anggota badan. b. Gejala sistemik muncul setelah 5 menit atau setelah beberapa jam. c. Keracunan berat ditandai dengan pembengkakan di atas siku dan lutut dalam waktu 2 jam atau ditandai dengan perdarahan hebat. 116 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. Gigitan Hydropiidae (ular laut) a. Segera timbul sakit kepala, lidah terasa tebal, berkeringat, dan muntah. b. Setelah 30 menit sampai beberapa jam biasanya timbul kaku dan nyeri menyeluruh, dilatasi pupil, spasme otot rahang, paralisis otot, mioglobulinuria yang ditandai dengan urin warna coklat gelap (ini penting untuk diagnosis), ginjal rusak, henti jantung. 4. Gigitan Rattlesnake dan Crotalidae a. Gejala lokal: ditemukan tanda gigitan taring, pembengkakan, ekimosis, nyeri di daerah gigitan, semua ini indikasi perlunya pemberian polivalen crotalidae antivenin. b. Anemia, hipotensi, trombositopeni 117 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Gambar 8.2. Kumpulan gejala gigitan ular berbisa 118 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. PENATALAKSANAAN 3.1 Pertolongan pertama (First Aid) 3.1.1 Cek ABC (airway, brething, circulation) 3.1.2 Tenangkan korban yang cemas 3.1.3 Inspeksi area gigitan : cari tanda gigitan taring (fang marks), edema, eritema, nyeri lokal, perdarahan, memar, dan nekrosis jaringan (terutama akibat gigitan ular dari famili Viperidae) 3.1.4 Buka semua cincin, perhiasan, jam tangan dan benda apapun yang ketat yang menghambat aliran darah 3.1.5 Lakukan Pressure Bandage Immobilisation (PBI) 1. tujuan : mencegah pergerakan dan kontraksi otot yang dapat meningkatkan penyebaran bisa ke dalam aliran darah dan getah bening 2. Teknik : A. Bersihkan area gigitan dengan cairan faal atau air steril B. Gunakan perban kasar elastis (lebar ± 10-15 cm), lakukan pembebatan di area gigitan mulai dari distal (jari kaki) ke bagian proksimal sampai menutupi seluruh tungkai. C. Periksa neurovaskularisasi pada bagian yang dibebat untuk menghindari hambatan aliran darah. D. Posisikan daerah yang tergigit tetap berada di bawah jantung untuk mengurangi aliran bisa E. Jangan lepas perban sebelum ke tempat pelayanan medis. F. Jaga stabilitas jalan nafas, fungsi pernafasan, sirkulasi 3.1.6 Lakukan resusitasi bila ditemukan hipotensi berat dan shock, shock perdarahan, kelumpuhan saraf pernafasan, nekrosis lokal, dan kondisi buruk lainnya 3.1.7 Segera bawa korban ke Rumah sakit secepatnya dengan aman 3.1.8 Yang harus dihindari : 1. NO suction dan NO incisions 2. NO ice directly on wound 3. NO tourniquets 4. NO alcohol on wound 5. NO electric shock or „folk remedies‟ 6. NO antihistamin dan kortikosteroid 119 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 120 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3.2 Perawatan di rumah sakit 3.2.1 Pengobatan syok/gagal napas Atasi syok jika timbul.Paralisis otot pernapasan dapat berlangsung beberapa hari dan hal ini memerlukan intubasi (lihat buku panduan pelatihan APRC/APLS dari UKK PGD-IDAI) dan ventilasi mekanik (lihat buku panduan pelatihan Ventilasi Mekanik pada Anak dari UKK PGD-IDAI) hingga fungsi pernapasan normal kembali; atau ventilasi manual (dengan masker atau pipa endotrakeal dan kantung (Jackson Rees) yang dilakukan oleh staf dan atau keluarga sementara menunggu rujukan ke rumah sakit rujukan yang lebih tinggi terdekat. Perhatikan keamanan fiksasi pipa endotrakeal. Sebagai alternatif lain adalah trakeostomi elektif. 3.2.2 Antibisa Jika didapatkan gejala sistemik atau lokal yang hebat (pembengkakan pada lebih dari setengah ekstremitas atau nekrosis berat) berikan antibisa jika tersedia. Siapkan epinefrin SK atau IM bila syok dan difenhidramin IM untuk mengatasi reaksi alergi yang terjadi setelah pemberian antibisa ular (lihat di bawah).Berikan antibisa polivalen. Ikuti langkah yang diberikan dalam brosur antibisa. Dosis yang diberikan pada anak sama dengan dosis pada orang dewasa. Larutkan antibisa 2-3 kali volume garam normal berikan secara intravena selama 1 jam. Berikan lebih perlahan pada awalnya dan awasi kemung-kinan terjadi reaksi anafilaksis atau efek samping yang seriusJika gatal atau timbul urtikaria, gelisah, demam, batuk atau kesulitan bernapas, hentikan pemberian antibisa dan berikan epinefrin 0.01 ml/kg larutan 1/1000 atau 0.1 ml/kg 1/10.000 SK. Difenhidramin 1.25 mg/kgBB/kali IM, bisa diberikan sampai 4 kali perhari (maksimal 50 mg/kali atau 300 mg/hari). Bila anak stabil, mulai kembali berikan antibisa perlahan melalui infus.Tambahan antibisa harus diberikan setelah 6 jam jika terjadi gangguan pembekuan darah berulang, atau setelah 1-2 jam, jika pasien terus mengalami perdarahan atau menunjukkan tanda yang memburuk dari efek neurotoksik atau kardiovaskular. 121 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Transfusi darah tidak diperlukan bila antibisa telah diberikan. Fungsi pembekuan kembali normal setelah faktor pembekuan diproduksi oleh hati. Tanda neurologi yang disebabkan antibisa bervariasi, tergantung jenis bisa. Pemberian antibisa dapat diulangi bila tidak ada respons. Antikolinesterase dapat memperbaiki gejala neurologi pada beberapa spesies ular (lihat buku standar pediatri untuk penjelasan lebih lanjut). 3.2.3 Pengobatan lain Pembedahan Mintalah pendapat/pertimbangan bedah jika terjadi pembengkakan pada ekstremitas, denyut nadi melemah/tidak teraba atau terjadi nekrosis lokal. Tindakan bedah meliputi: Eksisi jaringan nekrosisInsisi selaput otot (fascia) untuk menghilangkan limb compartments, jika perlu skin grafting, jika terjadi nekrosis yang luas trakeostomi (atau intubasi endotrakeal) jika terjadi paralisis otot pernapasan dan kesulitan menelan. 3.2.4 Perawatan penunjang Berikan cairan secara oral atau dengan NGT sesuai dengan kebutuhan per hari. Buat catatan cairan masuk dan keluar. Berikan obat pereda rasa sakit. Elevasi ekstremitas jika bengkak. Berikan profilaksis antitetanus. Pengobatan antibiotik tidak diperlukan kecuali terdapat nekrosis. Hindari pemberian suntikan intramuskular. Pantau ketat segera setelah tiba di rumah sakit, kemudian tiap jam selama 24 jam karena racun dapat berkembang dengan cepat. 122 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4. SENGATAN SERANGGA Black Widow (latrodectus mactans) Tidak agresif- kecuali merasa sarang telurnya terancam Gejala klinis : - Gejala awal : seperti tercocok peniti (pinprick sensation), sakit tumpul (dull ache) - Gejala sistemik : kram beberapat otot, berkeringat, vomitus, hipertensi Arizona Recluse Spider: (Loxosceles arizonica) Hanya ditemukan di arizona, california, texas dan mexico Gejala awal : asimptomatik Luka gigitan : red white & blue Arizona Bark Scorpion (Centruroides sculpturatus) Biasa ditemukan di USA Gejala awal : setelah gigitan tidak tampak luka lakukan tap tes Gejala sistemik : Agitasi, takikardi, penjalaran ke sekitar mata, otot fasik, susah kontrol pernafasan 123 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Vespidae (wasps/ tawon) Alat sengatnya tidak mempunyai kaitkait, sehingga tidak tertinggal pada tubuh ketika menyengat mangsanya. Setelah menyengat, tidak langsung mati APIDAE (Bees/ LEBAH MADU) Alat sengatnya mempunyai kait-kait dan tertingal pada tubuh mangsanya setelah menyengat Setelah menyengat akan mati Racun yang dihasilkan mengandung: melitten menyebabkan neurotoksiks, sedangkan fosfolipase A dan Hyaluronidase dapat menyebabkan hemolisis. Gejala : angio-oedem, nausea, dyspnoe, oedem pd wajah, koma dan dapat meninggal; 80% bagi yang sangat sensitif dapat meninggal CHILOPODA Gejala : merah dan bengkak pada ekstremitas, sensai terbakar, gatal, sakit kepala, mual muntah, palpitasi 124 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Pengobatan sengatan serangga 4.1 Apidae (lebah madu) 1. bila jarumnya tertinggal di badan, jgn lgsg dicabut, tetapi tekanlah pelan-pelan dengan pisau atau jari tangan sampai jarum lebah tersebut keluar. 2. Kemudian tempat sengatan dikompres dengan air dingin atau es; jk perlu berikan kortikosteroid cream/ zalf 3. Bila ada gejala sistemik beri injeksi Adrenalin, Antihistamin dan kortikosteroid 4.2 Chilpoda Reasuransi dan nyeri bantuan dalam bentuk kombinasi analgesik dan obat antiinflamasi nonsteroid dan antihistamin dan anxiolytics, jika dianggap aman dalam setiap kasus tertentu. Ketinggian ekstremitas dan administrasi obat diuretic jika bahaya sindrom kompartment muncul. Korban harus menerima vaksinasi tetanus toksoid dan harus diamati selama 4 jam sebelum dibuang dari pengawasan medis. 125 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 INTOKSIKASI Intoksikasi adalah kondisi yang terjadi akibat pemberian zat psikoaktif dan menyebabkan gangguan pada tingkat kesadaran, kognisi, persepsi, penilaian, yang berpengaruh pada fungsi lainnya. Intoksikasi merupakan salah salah satu kegawatdaruratan medis yang sering terjadi dan dapat terjadi dimana saja. Baik itu di rumah, lingkungan kerja, dan bahkan di pegunungan. Keracunan bukanlah hal yang dianggap remeh dikarenakan dapat mengakibatkan kematian jika tidak ditangani dengan benar. Oleh karena itu, penanggulanan keracunan harus diketahui oleh semua masyarakat. Khususnya pertolongan pertama dalam mengatasi keracunan sebelum pertolongan lanjut dari dokter. Gejala umum Turunnya frekuensi nafas, pupil yang melebar (dilatasi), turunnya laju nafas, denyut jantung menjadi lebih cepat atau lebih lambat, pusing, diare, cramp perut, keringat dingin, halusinasi, air liur yang berlebihan (hipersalivasi), sianosis (kebiruan pada kulit), penurunan kesadaran. 1. Intoksikasi Makanan Keracunan pangan yang disebabkan oleh produk toksik bakteri patogen (baik itu toksin maupun metabolit toksik) disebut intoksikasi. Bakteri tumbuh pada pangan dan memproduksi toksin. Jika pangan ditelan, maka toksin tersebut yang akan menyebabkan gejala, bukan bakterinya. Beberapa bakteri patogen yang dapat mengakibatkan keracunan pangan melalui intoksikasi adalah: 1.1 Bacillus cereus Bacillus cereus merupakan bakteri yang berbentuk batang dan tergolong bakteri Gram-positif, bersifat aerobik, dan dapat membentuk endospora. lalu bereproduksi dan menimbulkan toksin dalam usus atau telah tertelan toksin tersebut. Ada dua tipe toksin yang dihasilkan oleh Bacillus cereus, yaitu toksin yang menyebabkan diare dan toksin yang menyebabkan muntah (emesis) 1.1.1 Gejala : 1. Bila toksin penyebab diare (mencemari sayuran dan daging) : mula, nyeri perut (seperti kram), diare berair, yang terjadi 8 – 16 jam setelah mengkonsumsi makanan. 126 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2. Bila toksin penyebab muntah (mencemari pangan berbahan beras, kentang tumbuk, mengandung pati, dan tunas sayuran) : gejala yang timbul lebih parah dan akut serta berhubungan dengan saluran pencernaan bagian atas, berupa mula dan muntah yang dimulai 1 – 6 jam setelah mengkonsumsi makanan yang tercemar. Tindakan pengendalian khusus : pengendalian suhu efektif untuk mencegah pertunasan dan pertumbuhan spora. Bila tidak ada lemari pendingin, disarankan untuk memasak pangan dalam jumlah yang sesuai untuk segera dikonsumsi. Toksin yang berkaitan dengan sindrom muntah bersifat resisten terhadap panas dan pemanasan berulang, proses penggorengan oangan juga tidak akan menghancurkan toksin tersebut. 1.2 Clostridium botulinum Merupakan bakteri Gram-positif yang dpaat membentuk spora tahan panas, bersifat anaerobik, dan tidak tahan asam tinggi. Toksin yang dihasilkan (botulinum) bersifat neurotoksik (menyebabkan paralisis) dan toksin ini bersifat termolabil. Pemanasan pangan sampai suhu 80oC selama 30 menit cukup untuk merusak toksin. Sedangkan spora bersifat resisten terhadap suhu pemanasan normal dan dapat bertahan hidup dalam pengeringan dan pembekuan. 1.2.1 Gejala : Mual, muntah, pening, sakit kepala, pandangan berganda, tenggorokan dan hidung terasa kering, nyeri perut, letih, lemah otot, paralisis, dan pada beberapa kasus kematian. Gejala timbul dalam 12 – 36 jam setelah toksin tertelan. Masa sakit berlangsung selama 2 – 14 hari. 1.2.2 Penanganan : Tidak ada penanganan spesifik untuk keracunan ini, kecuali mengganti cairan tubuh yang hilang. 1.2.3 Tindakan pengendalian khusus : penerapan sterilisasi panas dan penggunaan nitrit pada daging yang dipasteurisasi, memasak makanan kaleng dengan seksama (rebus dan aduk selama 15 menit), simpan makanan pada lemari pendingin, dan menghindari konsumsi pangan kaleng yang kemasannya telah mengembung. 127 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.3 Staphilococcus aureus Terdapat 23 spesies Staphlococcus, tetapi Staphilococcus aureus merupakan bakteri yang paling banyak menyebabkan keracunan pangan. Bakteri ini berbentuk kokus/bulat, tergolong dalam bakteri Gram-positif, bersifat aerobik fakultatif, dan tidak membentuk spora. Toksin yang dihasilkan bakteri ini bersifat tahan panas sehingga tidak mudah rusak pada suhu memasak normal. Bakteri bisa mati namun toksin tetap tinggal dan toksin dapat mati bila dalam pendidihan minimal 30 menit. Pangan yang tercemar merupakan pangan yang kaya protein, misalnya daging, ikan, susu, dan daging unggas; produk pangan matang yang ditujukan dikonsumsi dalam keadaan dingin, seperti salad, puding, dan sandwich; produk pangan yang terpapar pada suhu hangat selama beberapa jam; pangan yang disimpan pada lemari pendingin yang terlalu penuh atau yang suhunya kurang rendah; serta pangan yang tidak habis dikonsumsi dan disimpan pada suhu ruang. 1.3.1 Gejala : Dapat terjadi dalam jangka waktu 4 – 6 jam, berupa mual, muntah (lebih dari 24 jam), diare, hilang nafsu makan, kram perut yang hebat, distensi abdominal, demam ringan. Pada beberapa kasus berat dapat timbul sakit kepala, kram otot, dan perubahan tekanan darah. 1.3.2 Penanganan : Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang akibat muntah atau diare. Pengobatan antidiare biasanya tidak diperlukan. 1.3.3 Gejala Keracunan Pangan dan Penatalaksanaannya 1. Gejala : A. Biasanya dimulai 2 – 6 jam setelah mengonsumsi pangan yang tercemar (waktunya bisa lebih panjang atau pendek tergantung cemaran ) B. Mual dan muntah C. Kram perut D. Diare (bisa disertai darah) E. Demam dan menggigil F. Rasa lemah dan lelah G. Sakit kepala 128 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2. Penatalaksanaan : A. Bila muntah dan diare berlangsung kurang dari 24 jam bisa melakukan perawatan dirumah B. Mencegah dehidrasi (memberi minum) C. Bila masih mual dan muntah sebaiknya tidak diberikan makanan padat D. Hindari konsumsi alkohol, minuman berkafein, dan minuman gula E. Penanganan lanjut bisa dibawa ke puskesmas atau rumah sakit F. Bila diare dan tidak bisa minum, maka rehidrasi dilakukan secara intarvena. G. Bila yang keracunan adalah bayi, anak kecil, orang lanjut usia, wanita hamil, dan orang yang mengalami gangguan sistem imun maka perlu dibawa ke rumah sakit segera H. Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, atau norit. I. Kosongkan lambung (racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara : i. Dimuntahkan : Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di tenggorokan) ii. Kontraindikasi : Cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang. J. Bilas lambung : i. Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah. ii. Bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 % , atau asam asetat 5 %. iii. Pembilasan sampai 20 kali, rata-rata volume 250 cc. iv. Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang. K. Bilas Usus Besar : bilas dengan pencahar, diuretik 129 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. Intoksikasi Zat Kimia 3.1 Faktor yang mempengaruhi intoksikasi zat kimia : 1. Tingkat pengetahuan pengguna 2. Sikap/perilaku pengguna 3. Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) 4. Kurangnya informasi mengenai resiko penggunaan zat kimia 5. Keracunan Asam / Basa Kuat (Asam Klorida, Asam Sulfat, Asam Cuka Pekat, Natrium Hidroksida, Kalium Hidroksida). A. Dapat mengenai kulit, mata atau ditelan. B. Gejala : nyeri perut, muntah dan diare. C. Tindakan : i. Keracunan pada mata : Posisi kepala ditengadahkan dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya. Buka kelopak mata perlahan dan aliri dengan aquades atau NaCl 0,9% secara perlahan samapai zat racunnya diperkirakan sudah hilang (hindari bekas larutan pencucian mengenai wajah atau mata lainnya) selanjutnya tutup mata dengan kassa steril. ii. Keracunan ditelan / tertelan : a. Asam kuat dinetralisir dengan antasida b. Basa kuat dinetralisir dengan sari buah atau cuka c. Jangan bilas lambung atau tindakan emesis d. Beri antibiotik dan antiinflamasi. iii. Keracunan formalin : Bilas lambung dengan larutan amonia 0,2 %, kemudian diberi minum norit / air susu. iv. Keracunan insektisida : Berikan pencahar, bilas lambung v. Keracunan senyawa hidrokarbon : Jangan dimuntahkan, beri pencahar, bilas lambung. vi. Keracunan karbon mono-oksida : Berikan oksigen 130 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 REFERENSI 1. Aggarwal Praveen, Handa Rohini. Acute Poisoning – Management Guidelines. New Delhi : India Institute of Medical Sciences, Ansari Nagar 2. Djoko, Widodo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta: Interna Publishing 3. Hoving D.J Van. 2011. Emergency management of acute poisoning. Tygerberg, South Africa : African Journal of Emergency Medicine (http://www.afjem.org/article/S2211-419X(11)00042-5/fulltext) 4. Sentra Informasi Keracunan Nasional Badan POM RI. 2014. Keracunan Pangan Akibat Bakteri Patogen. (Online) http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/Keracunan-Pangan-Akibat-BakteriPatogen3.pdf. diakses pada 19 Desember 2015 131 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 BASIC SURGICAL SKILL 1. PENGERTIAN Merupakan ilmu dasar bedah untuk menangani pasien yang mengalami trauma minor atau lesi minor. Ilmu ini bisa diperoleh melalui pelatihan medical personnel, termasuk kegawatdaruratan medis guna memperlengkapi tenaga medis 2. ALAT DAN BAHAN Dalam pembedahan sering diperlukan alat medis atau peralatan pembantu yang harus masuk ke daerah sekitar lapangan pembedahan. Alat - alat ini harus mengalami desinfeksi terlebih dahulu sebelum dibawa ke kawasan pembedahan. Alat yang akan langsung dipakai untuk pembedahan dan bersinggungan dengan lapangan pembedahan harus disterilkan dengan cara yang telah dijelaskan di atas. Alat - alat bedah ini harus tetap berada dalam daerah ruang pembedahan agar tidak terjadi infeksi silang, dan pada setiap akhir dari pembedahan, harus selalu didesinfeksi atau disterilkan segera setelah dipakai dan sesuai dengan pemakaiannya. Alat yang bergerak bebas keluar masuk karena harus dipakai bersama dibatasi hanya sampai daerah di luar kawasan kain steril, yaitu sekitar meja bedah dan di tempat ahli anastesi bekerja. Peralatan bedah adalah alat- alat yang dirancang untuk digunakan pada kegiatan pembedahan. Dari semua peralatan bedah yang dibutuhkan untuk suatu tindakan pembedahan, yang paling terpenting adalah peralatan bedah yang steril dan benang. Masing - masing dari peralatan tersebut memiliki fungsi tersendiri. 2.1 Jenis - Jenis Peralatan Bedah Minor 2.1.1 Nald vooder/Needle Holder/Nald Heacting Gunanya adalah untuk memegang jarum jahit (nald heacting) dan sebagai penyimpul benang. 132 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2.1.2 Gunting 1. Gunting Diseksi (disecting scissor) dua jenis yaitu, lurus dan bengkok. Ujungnya biasanga runcing. Terdapat dua tipe yang sering digunakan yaitu tipe Moyo dan tipe Metzenbaum. 2. Gunting Benang ada dua macam gunting benang yaitu bengkok dan lurus, kegunaannya adalah memotong benang operasi, merapikan luka. 3. Gunting Pembalut/Perban kegunaannya adalah untuk menggunting plester dan pembalut. 2.1.3 Pisau Bedah Pisau bedah terdiri dari dua bagian yaitu gagang dan mata pisau (mess/bistouri/blade). Kegunaanya adalah untuk menyayat berbagai organ atau bagian tubuh manusia. Mata pisau disesuaikan dengan bagian tubuh yang akan disayat. 2.1.4 Klem (Clamp) 1. Klem Arteri Pean Ada dua jenis yang lurus dan bengkok. Kegunaanya adalah untuk hemostatis untuk jaringan tipis dan lunak. 133 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2. Klem Kocher Ada dua jenis bengkok dan lurus. Sifatnya mempunyai gigi pada ujungnya seperti pinset sirugis. Kegunaannya adalah untuk menjepit jaringan agar tidk meleset dari klem, dan hal ini dimungkinkan dengan adanya gigi ada ujung klem. Tidak ditujukan untuk hemostasis 3. Klem Allis Penggunaan klem ini adalah untuk menjepit jaringan yang halus dan menjepit tumor kecil. 134 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4. Klem Babcock Penggunaanya adalah menjepit dock atau kain operasi serta tumor yang agak besar dan rapuh. 2.1.5 Retraktor (Wound Hook) 1. Retraktor langenbeck penggunaannya adalah untuk menguakan luka. 2. Retraktor Volkman penggunaannya adalah untuk menguakan luka, pemakaian retractor (ukurannya) disesuaikan dengan lebar luka. Ada yang mempunyai 2 gigi, 3 gigi dan 4 gigi. Dua gigi untuk luka kecil, 4 gigi untuk luka besar. Terdapat juga retractor bergigi tumpul. 135 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2.1.6 Pinset 1. Pinset Sirugis Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan pada waktu diseksi dan penjahitan luka, memberi tanda pada kulit sebelum memulai insisi. 2. Pinset Anatomis Penggunaannya adalah untuk menjepit kassa sewaktu menekan luka, menjepit jaringan yang tipis dan lunak. 3. Pinset Splinter Penggunaannya adalah untuk mengadaptasi tepi-tepi luka ( mencegah overlapping). 136 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2.1.7 Deschamps Aneurysm Needle Penggunaannya adalah untuk mengikat pembuluh darah besar. 2.1.8 Wound Curet Penggunaannya dalah untuk mengeruk luka kotor, mengeruk ulkus kronis. 2.1.9 Sonde (Probe) Penggunaannya adalah untuk penuntun pisau saat melakukan eksplorasi, dan mengetahui kedalam luka. 137 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2.1.10 Korentang Penggunaannya adalah untuk mengambil instrumen steril, mengambil kassa, jas operasi, doek, dan laken steril. 2.1.11 Jarum bedah Jarum bedah disebut juga jarum hecthing (Suturu needles atau surgical needles) digunkana untuk menjahit luka, umumnya luka operasi. Pada umumnya terbuat dari logam (stainless steel). Biasanya jarum-jarum bedah dijual tersendiri, lepas dari benang badahnya. Tapi sekarang banyak dijual jarum-jarum bedah berikut benangnya dalam kemasan satu-satu. Jarum yang demikian disebut atroumatic needle, karena menimbulkan trauma, sebab benang tersebut langsung dijepit kedalam ujung jarum yang satunya lagi. Klasifikasi Pemilihan jarum bedah antara lain : jarum yang digunakan agar berperan aktif dalam penyembuhan luka dan tidak merubah atau merusak jaringan tubuh. Bentuk, ukuran, dan rancangan jarum dipilih yang sesuai dengan prosedur operasi. Struktur jarum bedah. 138 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Bagian – bagian dari jarum bedah, terdiri atas: 1. Ujung jarum ( point of needle ) 2. Badan / Batang ( body / shat needle ) 3. Mata jarum ( eye needle ) Ujung Jarum Bedah 1. Taper. Ujung jarum taper dengan batang bulat atau empat persegi cocok digunakan untuk menjahit daerah aponeurosis, otot, saraf, peritoneum, pembuluh darah, katup. 2. Blunt. blunt point dan batang gepeng cocok digunakan untuk menjahit daerah usus besar, ginjal, limpa, hati 139 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. Triangular. Ujung segitiga dengan batang gepeng atau empat persegi. Bisa dipakai untuk menjahit daerah kulit, fascia, ligamen, dan tendon. 4. Tapercut. Ujung jarum berbentuk segitiga yang lebih kecil dengan batang gepeng, bisa digunakan untuk menjahit fascia, ligaments, uterus, rongga mulut, dan sebagainya. 2.1.12 Benang bedah Ada tiga hal yang menentukan pemilihan jenis benang jahit, yaitu jenis bahannya,kemampuan tubuh untuk menyerapnya dan susunan filamentnya. Benang yang dapat diserap melalui reaksi enzimatik pada cairan tubuh kini banyak dipakai. Penyerapan benang oleh jaringan dapat berlangsung antara tiga hari sampai tiga bulan tergantung jenis benang dan kondisi jaringan yang dijahit. Menurut bahan asalnya, benang dibagi dalam benang yang terbuat dari usus domba meskipun namanya catgut dan dibedakan dalam catgut murni yang tanpa 140 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 campuran dan catgat kromik yang bahannya bercampur larutan asam kromat. Catgut murni diserap cepat, kira kira dalam waktu satu minggu sedangkan catgut kromik diserap lebih lama kira kira 2-3 minggu. Disamping itu ada benang yang terbuat dari bahan sintetik, baik dari asam poliglikolik maupun dari poliglaktin910 yang inert dan memiliki daya tegang yang besar. Benang ini dalam dipakai pada semua jaringan termasuk kulit. Benang yang dapat diserap menimbulkan reaksi jaringan setempat yang dapat menyebabkan fistel benang atau infiltrate jaringan yang mungkin ditandai adanya indurasi. Benang yang tidak dapat diserap oleh tubuh terbuat umumnya dari bahan yang tidak menimbulkan reasksi jaringan karena bukan merupakan bahan biologik. Benang ini dapat berasal dari sutera yang sangat kuat dan liat, dari kapas yang kurang kuat dan mudah terurai, dan dari polyester yang merupkan bahan sintetik yang kuat dan biasanya dilapisi teflon. Selain itu terdapat juga benang nailon yang berdaya tegang besar, yang terbuat dari polipropilen yang terdiri atas bahan yang sangat inert dan baja yang terbuat dari baja tahan karat. Karena tidak dapat diserap maka benang akan tetap berada di jaringan tubuh. Benang jenis ini biasanya di gunakan pada jaringan yang sukar sembuh. Bila terjadi infeksi akan terbentuk fistel yang baru dapat sembuh setelah benang yang bersifat benda asing dikeluarkan. Benang alami terbuat dari sutera atau kapas. Kedua bahan alami ini dapat bereaksi dengan jaringan tubuh meskipun minimal karena mengandung juga bahan kimia alami. Daya tegangnya cukup dan dapat diperkuat bila dibasahi terlebih dahulu dengan larutan garam sebelum digunakan. Bahan sintetik terbuat dari polyester, nailon atau polipropilen yang umumnya dilapisi oleh bahan pelapis Teflon atau Dacron. Dengan lapisan ini, permukaannya lebih mulus sehingga tidak mudah bergulung atau terurai. Benang mempunyai daya tegang yang besar dan dipakai untuk jaringan yang memerlukan kekuatan penyatuan yang besar. Menurut bentuk untaian seratnya, benang dapat berupa monofilament bila hanya terdiri dari satu serat saja, dan polifilamen bila terdiri atas banyak serat yang diuntai menjadi satu. Cara menguntainya dapat sejajar dibantu bahan pelapis atau di untai bersilang sehingga penampangnya lebih bulat, lebih lentur dan tidak mudah bergulung. 141 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Benang baja dapat berbentuk monofilament atau polifilamen, sering dipakai pada sternum setelah torakotomi, jika terkontaminasi mudah terjadi infeksi. 2.1.13 Seide (silk/sutera) Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi dengan perekat, tidak diserap tubuh. Pada penggunaan disebelah luar maka benang harus dibuka kembali. Warna : hitam dan putih Ukuran : 5,0-3 Kegunaan : menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri (arteri besar) dan sebagai teugel (kendali) 2.1.14 Plain catgut Diserap tubuh dalam waktu 7-10 hari Warna : putih dan kekuningan Ukuran : 5,0-3 Kegunaan : untuk mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit subkutis dan dapat pula dipergunakan untuk menjahit kulit terutama daerah longgar (perut, wajah) yang tak banyak bergerak dan luas lukanya kecil. Plain catgut harus disimpul paling sedikit 3 kali, karena dalam tubuh akan mengembang. 2.1.15 Chromic catgut Berbeda dengan plain catgut, sebelum dipintal ditambahkan krom, sehinggan menjadi lebih keras dan diserap lebih lama 20-40 hari. Warna : coklat dan kebiruan Ukuran : 3,0-3 Kegunaan : penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam waktu 10 hari, untuk menjahit tendo untuk penderita yang tidak kooperatif dan bila mobilisasi harus segera dilakukan. 2.1.16 Ethilon Benang sintetis dalam kemasan atraumatis (benang langsung bersatu dengan jarum jahit) dan terbuat dari nilon lebih kuat dari seide atau catgut. Tidak diserap tubuh, tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan jaringan tubuh lain Warna : biru dan hitam Ukuran : 10,0-1,0 142 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Penggunaan : bedah plastic, ukuran yang lebih besar sering digunakan pada kulit, nomor yang kecil digunakan pada bedah mata. 2.1.17 Ethibond Benang sintetis(polytetra methylene adipate). Kemasan atraumatis. Bersifat lembut, kuat, reaksi terhadap tubuh minimum, tidak terserap. Warna : hiaju dan putih Ukuran : 7,0-2 Penggunaan : kardiovaskular dan urologi 2.1.18 Vitalene Benang sintetis (polimer profilen), sangat kuat lembut, tidak diserap. Kemasan atraumatis. Warna : biru Ukuran : 10,0-1 Kegunaan : bedah mikro terutama untuk pembuluh darah dan jantung, bedah mata, bedah plastik, menjahit kulit. 2.1.19 Vicryl Benang sintetis kemasan atraumatis. Diserap tubuh tidak menimbulkan reaksi jaringan. Dalam subkuitis bertahan 3 minggu, dalam otot bertahan 3 bulan. Warna : ungu Ukuran : 10,0-1 Penggunaan : bedah mata, ortopedi, urologi dan bedah plastic 2.1.20 Supramid Benang sintetis dalam kemasan atraumatis. Tidak diserap. Warna : hitam dan putih Kegunaan : penjahitan kutis dan subkutis. 2.1.21 Linen Dari serat kapas alam, cukup kuat, mudah disimpul, tidak diserap, reaksi tubuh minimum. Warna : putih Ukuran : 4,0-0 Penggunaan : menjahit usus halus dan kulit, terutama kulit wajah. 143 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2.1.22 Steel wire Merupakan benang logam terbuat dari polifilamen baja tahan karat. Sangat kuat tidak korosif, dan reaksi terhadap tubuh minimum. Mudah disimpul. Warna : putih metalik ,kemasan atraumatuk Ukuran : 6,0-2 Kegunaan : menjahit tendo 1. Ukuran benang Ukuran benang dinyatakan dalam satuan baku eropa atau dalam satuan metric. Ukuran terkecil standar eropa adalah 11,0 dan terbesar adalah ukuran 7. Ukuran benang merupakan salah satu factor yang menentukan kekuatan jahitan. Oleh karena itu pemilihan ukuran benang untuk menjahit luka bedah bergantung pada jaringan apa yang dijahit dan dengan pertimbangan factor kosmetik. Sedangkan kekuatan jahitan ditentukan oleh jumlah jahitan, jarak jahitan, dan jenis benangnya. Pada wajah digunakan ukuran yang kecil (5,0 atau 6,0). Spesifikasi material benang bedah : A. Steril, harus steril sewaktu digunakan. B. Diketahui kekuatan untuk memegang jaringan ( tensil strength ) yang sesuai jenis material benang. C. Diketahui massa penyerapan ( absorption rate ) yaitu lamanya benang habis diserap tubuh. D. Simpul aman, diketahui jumlah minimal tali simpul yang aman untuk setiap jenis benang, artinya tetap tersimpul selama proses penyembuhan luka. E. Mudah untuk digunakan. F. Dapat digunakan untuk segala jenis operasi. G. Reaksi/trauma jaringan yang minimal, diameter benang bedah yang dianjurkan dipergunakan adalah ukuran terkecil yang paling aman untuk setiap jenis jaringan yang dijahit, massa material benang dan reaksi jaringan sekecil mungkin. 144 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2. Ukuran benang bedah disepakati adalah sebagai berikut : A. Ukuran terbesar adalah 1 dan ukuran terkecil adalah 11-0 atau 12-0. B. Ukuran dimulai dari nomor 1 dan ukuran bertambah besar dengan bertambah 1, sedangkan apabila ukuran bertambah kecil maka ditambah 0. C. Ukuran benang system Eropa ( metric gauge ) adalah metric 0,1 ( 0,010 – 0,019 mm ) sampai metric 10 ( 1,00 – 1,09 ). D. Ukuran benang system Amerika ( imperial gauge ) ukuran 11-0 ( 0,010 – 0,019 ) sampai ukuran 7 ( 1,00 – 1,09 ). E. Dalam kemasan selain dicantumkan diameter juga panjang benang dalam cm. 3. Klasifikasi benang bedah Berdasarkan keberadaannya didalam tubuh pasien dibagi atas : A. Diserap ( absorbable sutures ) : Merupakan jenis benang yang materialnya dibuat dari jaringan collagen mamalia sehat atau dari sintetik polimer. Material di dalam tubuh akan diserap yang lamanya bervariasi, sehingga tidak ada benda asing yang tertinggal di dalam tubuh. B. Tidak diserap ( non ansorbable sutures ) : Merupakan benang yang dibuat dari material yang tahan terhadap enzim penyerapan dan tetap berada dalam tubuh atau jaringan tanpa reaksi penolakan selama bertahun – tahun. Kelebihan dari benang ini adalah dapat memegang jaringan secara permanen. Kekurangan dari benang ini adalah benang ini menjadi benda asing yang tertinggal didalam tubuh dan kemungkinan akan menjadi fistel. Berdasarkan materi / bahan, dibagi atas A. Bahan alami, dibagi atas : i. Diserap (absorbable) : Dibuat dari collagen yang berasal dari lapisan sub. Mukosa usus domba dan serabut collagen tendon flexor sapi. Contoh : Surgical catgut plain : Berasal dari lapisan sub. Mukosa usus domba dan serabut collagen tendon flexor sapi tanpa campuran. 145 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 ii. Tidak diserap (non ansorbable sutures) : Jenis ini terbuat dari linen, ulat sutra (silk) seperti surgical silk, virgin silk dan dari kapas (cotton) seperti surgical cotton. Ada juga yang terbuat dari logam sehingga mempunyai tensil strength yang sangat kuat, contoh : metalik sutures (stainless steel). B. Bahan sintetis (buatan), dibagi atas : i. Diserap (absorbable) : Terbuat dari sintetik polimer, sehingga mudah diserap oleh tubuh secara hidrolisis dan waktu penyerapan oleh tubuh mudah diprediksi, contoh : Polyglactin 910, Polylactin 910 polylastctin 370 dan calcium state (Coated Vicryl®), Polylactin 910 polylastctin 370 dan calcium state (Vicryl Rapide®), Poliglikolik. ii. Tidak diserap (non absorbable) : Terbuat dari bahan buatan (sintetis) dan dibuat sedemikian rupa sehingga reaksi jaringan yang timbul sangat kecil, contoh : Polypropamide (Ethilon®), Polypropylene (Prolene®) Berdasarkan penampang benang, dibagi atas : A. Monofilamen (satu helai), terbuat dari satu lembar benang, tidak meneyerap cairan (non capilarity). Keuntungan : Kelebihan dari jenis ini adalah permukaan benang rata dan halus, tidak memungkinkan terjadinya nodus infeksi dan tidak menjadi tempat tumbuhnya mikroba. Kelemahan : Kelemahannya adalah memerlukan penanganan simpul yang khusus karena relatif cukup kaku dan tidak sekuat multifilament. Contoh : Catgut, PDS, dan Prolene B. Multifilamen , Terbuat dari bebeapa filament atau lembar bahan benang yang dipilih menjadi satu. Keuntungan : Kelebihan jenis ini adalah benang lebih kuat dari monofilament, lembut dan teratur serta mudah digunakan. Kerugian : Kelemahannya adalah karena ada rongga maka dapat menjadi tempat menempelnya mokroba dan sedikit tersendat pada saat melalui jaringan. Contoh : Vicryl, Silk, Ethibond 146 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Pemilihan material benang bedah oleh para ahli bedah didasarkan atas : 1. Karakteristik biologi dari material dalam jaringan yaitu diserap atau tidak diserap dan bersifat capilarity atau non capilarity. 2. karakteristik dan penyembuhan jaringan. 3. Lokasi dan panjang dari sayatan yang menjadi pertimbangan kosmetik. 4. Ada tidaknya infeksi, kontaminasi dan drainese. Pertimbangan ini mengingat kemungkinan benang akan menjadi pembentukan jaringan granulasi dan proses yang menjadi rongga ( sinus ) atau menjadi inti pengerasan yang kemungkinan berbentuk batu apabila dipakai pada operasi kandung kemih atau kandung empedu. 5. Problem pasien seperti kegemukan, debil, umur penyakit lain yang mengganggu proses penyembuhan yang lebih lama sehingga memerlukan penguatan yang lebih lama. 6. Karakteristik fisik dari material benang untuk menembus jaringan, pengikatan simpul dan juga alasan khusus tiap ahli bedah. 3. TEKNIK ASEPSIS DAN ANTISEPSIS Sterilisasi adalah penghancuran atau pemusnahan terhadap semua mikroorganisme. Asepsis adalah prinsip bedah untuk mempertahankan keadaan bebas kuman. Keadaan asepsis merupakan syarat mutlak dalam tindakan bedah. Antisepsis adalah cara dan tindakan yang diperlukan untuk mencapai keadaan bebas kuman patogen. Tujuan tindakan asepsis dalam pembedahan adalah untuk mencegah masuknya bakteri pada luka pembedahan. Pencapaian tingkat asepsis dimulai dengan mensterilkan alat-alat, jubah operasi, sarung tangan, benang bedah, dan kasa pembalut yang kontak dengan luka operasi. Kemudian, lakukan desinfeksi pada kulit tempat pembedahan dengan menggunakan sediaan antiseptik. Cara sterilisasi Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara : 1. Tanpa tekanan berupa pemanasan basah, pemanasan kering dan ‘flamber’. 2. Dengan tekanan yaitu dengan menggunakan system otoklaf 147 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4. Secara Kimiawi : Cara sterilisasi kimiawi dilakukan dengan menggunakan tablet formalin, gas etilen oksida, larutan aniseptik. 5. Radiasi yaitu dengan menggunakan sinar X dan sinar UV. Radiasi, digunakan unuk mensterilkan tabung suntik plastic, sarung tangan, kateter, infus set, selang sonde dan kamar operasi. 6. Pemanasan basah dengan temperature > 100 C selama 15-30 menit. Alat-alat yang direbus harus dalam keadaan bersih dan seluruh alat harus terendam dalam air. Cara ini dignakan untuk mensterilkan: instrument operasi terutama yang terbuat dari logam, kateter karet dan logam, alat –alat dari plastik atau kaca tahan panas, kain kasa dan tuffer yang akan digunakan. 7. Pemanasan kering, pemanasan kering dilakukan tanpa pengaturan tekanan udara secara khusus. Disini digunakan oven, temperature 170 C (160-180C) dalam waktu 12 jam. Cara ini dignakan untuk mensterilkan alat bedah ( pisau dan gunting dibungkus kain agar tidak tumpul), kaca tahan panas(pyrex), kasa ,doek,laken, jas operasi. 8. Flamber berarti membakar dengan spritus atau alkohol 96%. Bahan bakar harus cukup untuk member nyala minimum selama 5 menit. Cara ini mudah dikerjakan, cepat dan cocok dalam keadaan darurat, dan sterilitasnya terjamin. Alat yang dibakar harus dalam keadaan bersih dan kering dan tempat membakar sebaiknya alumunium atau wadah yang terbuat dari logam tahan karat. Cara ini jangan sering digunakan pada alat dari logam karena alat akan berubah warna dan rusak, gunting dan pisau juga akan mudah tumpul. 9. Autoclave dilakukan dengan memasak dengan uap bertekanan 750 mmHg dan temperature 120 C. waktu dapat dipersingkat dengan menaikkan tekanan atau temperature. Dengan cara ini dalam tempo 13 menit spora dan bakteri akan mati. Digunakan unuk mensterilkan kain kasa, doek, laken operasi dan jas operasi. Dipakai untuk mensterilkan sarung tangan operasi, kateter balon, kasa dan pembalut. Autoclave 148 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 10. Gas etilen oksida , cairan ini dapat membunuh spora, bakteri serta virus dan jamur pathogen. Sifatnya toksik dan mudah terbakar. Cara ini baik untk alat tak tahan panas. Dipakai untuk mensterilkan alat endoskopi, alat yang terbuat dari karet, gunting dan mata pisau operasi. 11. Larutan antiseptik dilakukan dengan cara membilas atau merendam alat-alat dengan lartan terebut. Larutan antiseptik digunakan untuk mensterilkan alat bedah, alat-alat yang tajam, kateter dan korentang. 4. TEKNIK ANASTESI LOKAL Dilakukan penyuntikan di sekitar area operasi. Suntikan dilakukan di daerah subkutis. Teknik yang berkembang saat ini adalah field block, yaitu menginfiltrasi suatu area dengan target operasi ditengahnya. Setelah seluruh pinggir area diinfiltrasi, area tepat diatas insisi diinfiltrasi lagi. Jika daerah yang akan dioperasi cukup besar, kemungkinan dierlukan infiltrasi pada beberapa tempatagar area yang diinfiltrasi menjadi luas. Kedalaman infiltrasi tergantung dari jenis luka. 4.1 Teknik 1. Masukan jarum di salah satu sudut luka 2. Arahkan jarum ke area kanan luka, lakukan aspirasi (pastikan tidak terkena pembuluh darah), jarum dicabut tetapi tidak sampai lepas dari kulit sambil obat dikeluarkan. 3. Kemudian jarum dibelokkan ke arah kiri luka, aspirasi, jarum dicabut sambil obat dikeluarkan. 4. Lakukan anestesi dengan teknik yang sama pada sudut luka sebelahnya, sehingga tampak pada gambar. 5. Cek anestesi dengan menjepitkan pinset 149 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4.2 Komplikasi tindakan anestesi 1. Hematom : terjadi karena pecahnya pembuluh darah ketika anestesi, yang kemudian darah berkumpul di submukosa sehingga menimbulkan benjolan. Jika terjadi hematom, kita evaluasi beberapa saat apakah henatom itu terus membesar atau teta.jika terus membesar, kita harus berusaha mencari pembuluh darah yang pecah dan mengikatnya kemudian membuang bekuan darah yanng berkumpul. Tetapi jika hematom tidak membesar, hanya diperlukan membuang masa hematom nya saja. 2. Oedem : disebabkan terlalu banyak obat anestesi yang diberikan sehingga obat tersebut berkumpul di jaringan ikat longgar mukosa dan sub mukosa. Hal ini akan mempersulit ketika melakukan penjaitan. Udem akibat anestesi ini diabsorbsi dalam 24 jam. 3. Shock anafilatik 4.3 Kontraindikasi : 1. Alergi atau hipersensitivitas terhadap obat anestesi lokal yang telah diketahui. Kejadian ini mungkin disebabkan oleh kelebihan dosis atau suntikan intravaskular. 2. Kurangnya tenaga terampil yang mampu mengatasi atau mendukung teknik tertentu. 3. Kurangnya prasarana resusitasi. 4. Tidak tersedianya alat injeksi yang steril. 5. Infeksi lokal atau iskemik pada tempat suntikan. 6. Pembedahan luas yang membutuhkan dosis toksis anestesi lokal. 7. Distorsi anotomik atau pembentukan sikatriks. 8. Risiko hematoma pada tempat-tempat tertentu. 9. Pasien yang sedang menjalani terapi sistemik dengan antikoagulan. 10. Jika dibutuhkan anestesi segera atau tidak cukup waktu bagi anestesi lokal untuk bekerja dengan sempurna. 11. Kurangnya kerja sama atau tidak adanya persetujuan dari pihak penderita. 150 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 5. TEKNIK JAHIT SEDERHANA (SIMPLE SUTURE) 5.1 Simple Interupted Suture Indikasi : pada semua luka Kontraindikasi : tidak ada Teknik penjaitan dilakukan sebagai berikut : 1. Lakukan pembersihan luka dengan NaCl 0,9% 2. Lakukan antiseptik luka menggunakan cairan antiseptik dengan cara sentrifugal (dari arah dalam keluar) 3. Lakukan pemasangan doek bolong steril 4. Lakukan anestesi infiltrasi/field block 5. Jarum disuntikan pada kulit sisi pertama dengan sudut sekitar 90 derajat sekitar 1 cm dari ujung luka, masuk subkutan kemudian dilanjutkan dengan menusukan jarum sekitar 1 cm dari ujung luka pada kulit sisi lainnya. 6. Perlu diingat lebar dan kedalaman jaringan kulit dan subkutan diusahakan agar tepi luka yang dijahit dapat mendekat dengan posisi membuka ke arah luar ( everted). 7. Jarak antara jahita satu dengan jahitan lainnya kurang lebih 1 cm. 8. Benang dapat dipegang, jarum tidak boleh dipegang dengan tangan. Gunakan pinset untuk memegang jarum. 9. Kemudian dibuat simpul dan geser simpul ke tepi luka (simpul tidak berada diatas luka), lakukan 2-3 kali simpul agar jahitankuat, simpul pertama menentukan kekuatan ikatan. Buatlah simpul yang dapat mendekatkan luka, tidak terlalu kencang dan tidak pula terlalu kendor. 10. Potong sisa benang 1,5-2 cm diatas simpul (bila benang absorable maka benang dipotong tepat di atas simpul) dengan teknik memiringkanguntung guna menghindari terpotongnya jaringan. 11. Rapihkan jahitan, perhatikan eversi luka, gunakan pinset untuk mengeversikan luka jahitan bila dibutuhkan 12. Bersihkan sisa perdarahan bila ada,beri antiseptik dan tutup luka dengan menggunakan kasa. 151 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 5.2 Jahitan Matras 1. Jahitan Matras Horisontal Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama. Memberikan hasil jahitan yang kuat. 2. Jahitan Matras Modifikasi Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada daerah subkutannya. 152 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. Jahitan Matras Vertikal Jahitan dengan menjahit secara mendalam di bawah luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena didekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini. 4. Jahitan Kontinyu Simpul hanya pada ujung-ujung jahitan, jadi hanya dua simpul. Bila salah satu simpul terbuka, maka jahitan akan terbuka seluruhnya. Jahitan ini jarang dipakai untuk menjahit kulit. 5. Jahitan Jelujur Sederhana (Continous Over and Over) Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar. 153 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 6. Jahitan Jelujur Feston (Interlocking Suture) Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa. 7. Jahitan Intradermal Memberikan hasil kosmetik yang paling bagus (hanya berupa satu garis saja). Dilakukan jahitan jelujur pada jaringan lemak tepat di bawah dermis. 154 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 6. TEKNIK SIMPUL SEDERHANA (KNOTYING) Dalam pembuatan simpul jahitan, simpul jahitan yang akan dilatih yaitu simpul square knot atau reef knot. Setelah penjahitan kulit selesai dikerjakan lakukan evaluasi pada jahitan kemudian luka ditutup dengan kasa. Pasien perlu diberikan edukasi yang meliputi diet, perawatan luka seperti luka tidak boleh terkena air dan tidak boleh kotor, serta kapan pasien kembali ke dokter untuk kontrol serta pengangkatan jahitan. Pengangkatan jahitan rata-rata dilakukan pada hari ke 7 s.d 11 kecuali untuk wajah pada hari ke 4-5 karena pada daerah wajah memiliki vaskularisasi yang baik, bahkan apabila terlalu lama bekas jahitan akan menyebabkan kosmetik yang kurang baik. Apabila pemberian obat diperlukan maka jangan lupa untuk memberi penjelasan tentang dosis obat, cara pakai obat, dan efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh obat. Melepas jahitan setelah luka sampai pada waktu pengambilan jahitan : 1. Sebelumnya area jahitan dibersihkan secara aseptik 2. Kait simpul jahitan dengan forceps dan tarik simpul sedikit terangkat, guntinglah benang di bawah simpul sedekat mungkin dari kulit dengan posisi pronasi 450 . 3. Tariklah benang kearah yang berlawanan dengan letak simpul, agar benang yang di luar tidak masuk ke dalam jaringan. 4. Lakukan dressing pada luka REFERENSI 1. Doherty, GM. 2006. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : McGraw Hill. 2. Ethicon Inc. 1994. Wound Closeure Manual. Johnson and Johnson Company. 3. Karakata S, Bachsinar B. 1995. Bedah Minor. Jakarta : Hipokrates. 4. Reksoprodjo, S. 2000. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara. 155 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 KOMPETENSI UTAMA MATRA MEDIS NON-EMERGENCY ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK 1. ANAMNESIS 1.1 Definisi Menurut asal katanya, anamnesis merupakan sebuah percakapan untuk mengingat kembali riwayat penyakit pasien khususnya berdasarkan ingatan pasien. Anamnesis atau wawancara menjadi langkah pertama dalam tata cara kerja yang harus ditempuh untuk membuat diagnosis. Mengumpulkan riwayat penyakit yang lengkap merupakan langkah penting untuk mengerti dan memahami penyakit yang sedang dihadapi penderita. Langkah tersebut perlu ditempuh untuk menegakkan diagnosis, tetapi mempunyai arti yang berbeda-beda dalam proses diagnostik Pada tingkat yang paling dasar, percakapan dengan pasien ini memiliki tiga tujuan, yaitu menciptakan hubungan yang saling percaya dan mendukung (sambung rasa dokter-pasien), mengumpulkan informasi, dan menyampaikan informasi. Informasi yang dimaksud adalah data medis organobiologis, psikososial serta lingkungan pasien. Informasi yang didapat dari wawancara dengan pasien biasanya akan memberikan kontribusi yang lebih untuk suatu pemecahan masalah daripada informasi yang didapat dari pemeriksaan jasmani atau uji diagnostik. 1.2 Jenis anamnesis Pada umumnya, terdapat 2 jenis anamnesis yaitu autoanamnesis dan alloanamnesis. Autoanamnesis merupakan anamnesis terhadap pasien itu sendiri. Namun pada beberapa kondisi metode autoanamnesis ini tidak dapat menghimpun informasi yang dibutuhkan. Sehingga anamnesis dilakukan melalui bantuan orang lain misalnya keluarga/relasi terdekat atau yang membawa pasien tersebut ke rumah sakit. Anamnesis yang didapat dari informasi orang lain ini disebut alloanamnesis. 156 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Alloanamnesis dapat dikerjakan pada keadaan sebagai berikut: 1. Pasien dengan penurunan atau perubahan kesadaran. 2. Pasien bayi, anak-anak atau orang sangat tua 3. Untuk konfirmasi auto anamnesis 1.3 Teknik anamnesis : 1.3.1 Teknik wawancara yang terampil 1. Dengarkan secara aktif A. Penuh perhatian saat mendengarkan keluhan pasien B. Waspada terhadapt status emosional pasien C. Gunakan keterampilan verbal dan nonverbal untuk mendorong pasien mengembangkan pembicaraannya 2. Ajukan pertanyaan yang adaptif A. Arahkan pertanyaan dari hal yang umum ke khusus B. Ajukan pertanyaan untuk memicu respons yang bisa diukur C. Ajukan pertanyaan satu demi satu D. Berikan pertanyaan dengan lebih dari satu pilihan jawaban E. Mintalah penjelasan lebih lanjut dari apa yang disampaikan pasien 3. Komunikasi nonverbal A. Perhatikan kontak mata, ekspresi wajah, postur tubuh, posisi serta gerakan kepala seperti menggeleng atau mengangguk, jarak interpersonal, dan posisi lengan atau tungkai seperti disilangkan, netral atau terbuka. B. Bergeraklah mendekati pasien atau terlibat dalam kontak fisik untuk menyampaikan rasa empati kepada pasien 4. FasilitasiDorong pasien agar berbicara lebih banyak dengan memfasilitasinya melalui postur, gerakan, atau kata-kata kita. 5. Mengulangi perkataan 6. Respons yang empatik dengan mengenali perasaannya terlebih dahulu 7. Pengesahan dengan mempercayai dan mengakui pengalaman emosionalnya 8. Menentramkan perasaan 9. Resume 10. Menekankan peralihan 157 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.3.2 Keluhan utama Keluhan utama adalah keluhan terpenting yang membawa pasien meminta pertolongan dokter atau petugas kesehatan lainnya. Keluhan utama dapat berupa nyeri, gejala tidak enak (seperti kelelahan), kehilangan fungsi normal atau keluhan kejiwaan (seperti cemas, depresi), yang tidak harus merupakan masalah sebenarnya. 1.3.3 Anamnesis terpimpin Sebagai tahapan diagnosis, seorang klinisi akan berusaha melakukan wawancara dengan memusatkan pada persoalan-persoalan yang menjadi keluhan utama pasien. Pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan kepada suatu diagnosa penyakit tertentu ini disebut Anamnesis Terpimpin. Anamnesis ini berpedoman pada empat pokok pemikiran (The Fundamental Four), yaitu : 1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) 2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) 3. Riwayat Kesehatan Keluarga 4. Riwayat Sosial dan Ekonomi Sedangkan untuk menggali tentang RPS dalam anamnesis ini diperlukan data tentang tujuh butir mutiara anamnesis (The Sacred Seven), yaitu : 1. Lokasi dan penjalaran Lokasi secara tepat, dalam atau superfisial, terlokalisir atau difus 2. Onset / awitan dan kronologis Onset, durasi, periodisitas, frekuensi 3. Kuantitas keluhan Tipe onset, intensitas/keparahan menggunakan skala tertentu, disabilitas. 4. Kualitas keluhan/ sifat sakit 5. Faktor-faktor yang memperberat 6. Faktor-faktor yang memperingan 7. Gejala klinik yang menyertai 158 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.3.4 Anamnesis Sistematis/ Anamnesis Sistem Setelah melakukan anamnesa terpimpin, untuk melakukan penyaringan terhadap gejala lain atau penyakit yang belum dikemukakan oleh pasien yang mungkin tidak dikeluhkan karena tertutupi oleh gejala yang lebih berat lainnya, maka dialkukan anamnesa secara sistematis berdasarkan organ atau sistem organ. Jika tidak ada keluhan, ditulis negatif, tanpa tambahan lain. Bila ada keluhan, perlu dibuat deskripsinya secara lengkap. Tabel 1. Komponen Anamnesis Komponen dari Anamnesis Identifikasi Waktu pengambilan data pasien. Identitas, misalnya nama pasien, usia, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, status perkawinan Sumber data, biasanya pasien sendiri, namun dapat pula berasal dari anggota keluarga, teman, surat rujukan atau rekam medis Reliabilitas (Keandalan) Tingkat dapat dipercaya bervariasi, tergantung daridaya ingat pasien, kepercayaan pasien kepada dokter dan mood. Keluhan Utama Gangguan terpenting yang dirasakan pasien sehingga membawa pasien datang mencari pertolongan. Sebaiknya disertai data lamanya keluhan tersebut Riwayat Penyakit Sekarang Penjelasan dari keluhan utama, mendeskripsikan perkembangan gejala dari keluhan utama tersebut. Dimulai saat pertama kali pasien merasakan keluhan itu, yang merupakan akhir masa sehat. Menemukan adanya gejala penyerta dan mendeskripsikannya Mencari hubungan antara keluhan-keluhan dengan faktor atau suasana psikologis dan emosional pasien Termasuk pikiran dan perasaan pasien tentang penyakitnya Termasuk obat-obatan yang digunakan, riwayat alergi, riwayat merokok, riwayat konsumsi alkohol 159 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Riwayat Penyakit Dahulu Keterangan terperinci dari semua penyakit yang pernah dialami dan sedapat mungkin dituliskan menurut urutan waktu Penyakit yang diderita sewaktu kecil Penyakit yang diderita sesudah dewasa beserta waktukejadiannya. Riwayat alergi dan riwayat operasi. Riwayat pemeliharaan kesehatan, seperti imunisasi, screening test, pengaturan pola hidup. Riwayat Keluarga Riwayat mengenai ayah, ibu, saudara laki-laki, saudara perempuan pasien, dituliskan tentang umur dan keadaan kesehatan masing-masing bila masih hidup, atau umur waktu meninggal dan sebabnya. Gambarkan bagan keluarga yang berhubungan dengan keadaan ini. Tuliskan hal-hal yang berhubungan dengan peranan hereditas atau kontak di antara anggota keluarga yang dekat atau yang agak dekat. Ada atau tidaknya penyakit spesifik dalam keluarga, misalnya hipertensi, penyakit koroner, dan lain sebagainya Riwayat Pribadi, Jelaskan tingkat pendidikan, status psikis, sosial ekonomi dan Psikologis, Sosial pola hidup Ekonomi dan Budaya Anamnesis sistem Tuliskan semua keluhan dan kelainan patologik yang bukan bagian dari penyakit sekarang dan yang belum ditulis dalam bab penyakit-penyakit dahulu. REFERENSI 1. Burnside-Mc Glynn, 1995. Adams Diagnosis Fisik, EGC, Jakarta. 2. DeGowin, RL. and Brown, DD. 2000. .Diagnostic Examination.7th ed. New York. MacGraw-Hill.1-36. 3. Fletcher SW.2000. Clinical decision making: approach to the patient, In: Goldman: Cecil Textbook of Medicine, 21st ed., London. W. B. Saunders Company, 78-9. 160 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2. PEMERIKSAAN FISIK 2.1 Definisi Pemeriksaan fisik umum merupakan pemeriksaan awal yang dilakukan di saat pertama kali seorang dokter melakukan pemeriksaan fisik pada seorang pasien. 2.2 Keadaan Umum General assessment atau penilaian umum (atau general survey) adalah penilaian terhadap pasien secara utuh dan cepat, mencakup fisik pasien, sikap, mobilitas dan beberapa parameter fisik (misalnya tinggi, berat badan dan tanda-tanda vital). Penilaian umum memberikan gambaran/kesan mengenai status kesehatan pasien. 2.2.1 Tampak Fisik, Sikap dan Mobilitas Menilai kesan pasien dilihat dari karakteristik: 1. Umur Ciri-ciri wajah pasien dan struktur tubuh harus sesuai dengan keterangan umur yang dinyatakan oleh pasien. 2. Warna kulit Warna kulit pasien harus rata dan pigmentasi harus konsisten dengan latar belakang genetik pasien. Perubahan sianosis dapat mudah diamati pada bibir dan rongga mulut, sedangkan pallor (kulit pucat) dan jaundice (kulit menjadi kuning) mudah dideteksi dari warna jari kuku dan konjungtiva mata. Indikasi : A. Sianosis : nafas pendek/shortness of breath (kesulitan bernafas) penyakit paru-paru, gagal jantung, atau tercekik B. Pallor : penyakit anemia, syok, kanker C. Jaundice : penyakit hati atau saluran empedu yang tersumbat oleh batu empedu. 3. Wajah Gerakan wajah harus simetris, dan ekspresi wajah harus sesuai dengan perkataan pasien. Ekspresi wajah yang tidak sesuai dengan perkataan dapat merupakan indikasi adanya penyakit kejiwaan. Indikasi : A. Paralisis salah satu sisi wajah : stroke atau trauma fisik, Bells Palsy B. Wajah yang datar atau tidak menunjukkan emosi pada wajah : penyakit parkinson dan depresi 161 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4. Tingkat kesadaran Pasien harus waspada dan sadar akan waktu, tempat dan orang. A. Penilaian Kualitas Tingkat Kesadaran Compos mentis : Baik/sempurna Apatis : Perhatian berkurang Somnolens : Mudah tertidur walaupun sedang diajak berbicara Sopor/Delirium : Dengan rangsangan kuat masih memberi respon gerakan Sopor comatous : Hanya tinggal reflek kornea Coma : Tidak memberi respon sama sekali B. Penilaian Kuantitatif Tingkat Kesadaran Aspek Eye Mata Verbal Motorik Keterangan / - Spontan membuka mata Nilai 4 - Membuka mata dengan perintah (suara) 3 - Membuka mata dengan rangsang nyeri 2 - Tidak membuka mata dengan rangsang apapun 1 - Berorientasi baik 5 - Bingung (bisa membentuk kalimat tapi arti keseluruhan kacau) 4 - Bisa membentuk kata tapi tidak bisa membentuk kalimat 3 - Bisa mengeluarkan suara yang tidak memiliki arti 2 - Tidak bersuara/ unrespon 1 - Menurut perintah 6 - Dapat melokalisir rangsang nyeri 5 - Menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak (withdrawal) 4 - Menjauhi rangsang nyeri 3 - Ekstensi spontan 2 - Tak ada gerakan 1 162 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 C. Kriteria : i. Compos Mentis : 15 ii. Coma : No eye opening, no ability to follow commands, no word verbalizations (3-8) iii. Severe Head Injury----GCS score of 8 or less iv. Moderate Head Injury----GCS score of 9 to 12 v. Mild Head Injury----GCS score of 13 to 15 5. Tanda-tanda distress akut Tanda distress pernafasan : nafas pendek, wheezing atau menggunakan otototot aksesori untuk membantu bernafas. Tanda distress emosi : rasa gelisah, tegang, mudah terkejut dan/atau menangis. 6. Nutrisi Berat badan pasien harus sesuai dengan tinggi badannya, dan lemak tubuh harus terdistribusi merata. Pinggang pasien lebih besar daripada pinggul : penyakit obesitas (misalnya diabetes, hipertensi, penyakit arteri koroner). Pasien tampak kakhektik, atau sangat kurus dengan mata cekung dan pipi tirus : penyakit wasting kronik (misalnya kanker, starvasi, dehidrasi). 7. Struktur tubuh Kedua sisi tubuh pasien harus terlihat dan bergerak sama. Gambar 1. Abnormal spinal curvatures: kyphosis, lordosis, and scoliosis 163 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 8. Pakaian dan penampilan Pakaian pasien harus sesuai dengan cuaca, bersih, dan pas. Pasien harus kelihatan bersih dan berpenampilan sesuai usia, jenis kelamin, pekerjaan, golongan sosial ekonomi dan latar belakang budayanya. 9. Sikap Pasien harus mau bekerjasama/kooperatif dan berinteraksi dengan baik. Berbicara jelas dan dapat dimengerti, dengan pilihan kata yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan budayanya. 10. Mobilitas/gerakan Cara berjalan pasien harus lancar, tetap dan seimbang dan kaki sesuai lebar bahu. 2.2.2 Tanda-tanda vital Pengukuran tanda-tanda vital memberikan informasi yang berharga terutama mengenai status kesehatn pasien secara umum. Tanda-tanda vital meliputi : temperatur/suhu tubuh, denyut nadi, laju pernafasan/respirasi, dan tekanan darah. 1. Temperatur/Suhu Tubuh Pengukuran suhu tubuh merupakan bagian rutin pada hampir semua penilaian klinis, karena dapat menggambarkan tingkat keparahan penyakit (misalnya, infeksi). Rentang suhu tubuh normal untuk dewasa adalah 36,4-37,2°C (97,5 – 99,0 °F). Suhu tubuh normal dapat dipengaruhi oleh ritme biologis, hormonhormon, olahraga dan usia. A. Rute Oral Rute ini merupakan rute pengukuran suhu tubuh yang akurat dan mudah dilakukan pada pasien yang sadar. Temperatur tubuh pada dewasa yang diukur melalui rute oral adalah 37°C (98,6 °F). Namun, pengukuran suhu oral tidak dianjurkan pada kondisi pasien tidak sadar, gelisah, atau tidak dapat menutup mulutnya. Untuk mengukur suhu oral menggunakan termometer kaca : i. Guncangkan termometer sampai air raksa turun hingga 35°C (96°F) atau kurang. 164 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 ii. Letakkan ujung termometer di bawah lidah, dan minta pasien untuk merapatkan kedua bibirnya. iii. Tunggu selama 3-5 menit, kemudian baca hasilnya pada termometer B. Rute Rektal Rute rektal merupakan cara paling akurat untuk mengukur temperatur tubuh. Dengan cara ini, suhu tubuh dewasa yang terukur normalnya adalah 37,5°C (99,5 °F) ; 0,5°C (1°F) lebih tinggi daripada rute oral. Rute rektal merupakan rute pilihan untuk pasien bayi, pasien yang bingung, koma, atau tidak dapat menutup mulut karena intubasi, mandibulanya dikawat, bedah facial, dan sebagainya. Untuk mengukur suhu rektal : i. Minta pasien berbaring miring dengan sendi paha difleksikan ii. Lumasi ujung termometer dan masukkan sedalam 3-4 cm ke dalam saluran anus dengan arah menuu umbilikus . iii. Cabut ujung termometer setelah didiamkan selama 3 menit, kemudian baca hasil pengukuran. C. Rute Axilla Rute axilla digunakan hanya jika rute oraldan rectal tidak dapat dilakukan. Suhu tubuh dewasa yang diukur melalui rute axilla adalah 36,5°C (97,7°F), yang berarti 0,5°C lebih renadah daripada rute oral. Untuk mengukur suhu axilla : i. Letakkan termometer di ketiak di tengah axilla. ii. Termometer dijepit di bawah lengan pasien. iii. Lipat lengan pasien ke dadanya agar termometer tetap di tempatnya. iv. Biarkan termometer selama 5 menit padaanak-anak dan 10 menit pada pasien dewasa. D. Rute Timpani Termometer untuk rute timpani mempunyai ujung probe yang diletakkan ke dalam telinga. Termometer ini memiliki sensor inframerah yang mendeteksi suhu darah yang mengalir melalui gendang telinga. Metode ini tidak invasif, cepat dan efisien. Untuk mengukur suhu tubuh melalui rute timpani ini: 165 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 i. Pasang penutup disposable yang baru pada ujung probe ii. Letakkan probe ke dalam kanal telinga pasien iii. Hati-hati jangan memaksa probe dan jangan menutup kanal. iv. Hidupkan alat dengan memencet tombol. v. Baca angka yang muncul dalam 2-3 detik. 2. Denyut Nadi Denyut nadi ini dapat diraba/palpasi untuk menilai kecepatan jantung, ritme dan fungsinya. Karena mudah diakses, nadi pada radial tangan adalah metode yang paling banyak digunakan untuk mengukur kecepatan jantung; dipalpasi melalui arteri tangan (radial) pada pergelangan tangan anterior. Selain kecepatan denyut nadi, ritme denyut nadi juga harus dievaluasi. Normalnya, ritme nadi adalah tetap dan rata. Jika ritme tidak teratur, disebut aritmia. Tabel 1. Kecepatan jantung normal untuk berbagai kelompok usia Usia Kecepaatan jantung (BPM) Bayi baru lahir (newborn) 70‐170 1‐6 tahun 75‐160 6‐12 tahun 80‐120 Dewasa 60‐100 Usia Lanjut 60‐100 Atlet yang terkondisi baik 50‐100 3. Kecepatan Pernapasan (Respiratory Rate/ RR) Inspeksi dilakukan untuk mengevaluasi kecepatan pernafasan pasien. Untuk mengukur kecepatan pernafasan: A. Jaga agar posisi pasien tetap selama melakukan pengukuran kecepatan pernafasan B. Amati dada atau abdomen pasien selama respirasi C. Hitung jumlah pernafasan (inhalasi dan ekshalasi dihitung sebagai satu pernafasan) dalam 30 detik, dan jika ritme teratur, jumlah yang dihitung dikalikan 2. D. Jika ritme tidak teratur, hitung jumlah nafas dalam 1 menit. E. Catat nilai sebagai respirasi per menit (rpm). 166 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Tabel 2. Kecepatan pernafasan normal untuk berbagai kelompok usia Usia Pernapasan (rpm) 2‐6 tahun 21‐30 6‐10 tahun 20‐26 12‐14 tahun 18‐22 Dewasa 12‐20 Lanjut usia 12‐20 4. Tekanan Darah Tekanan darah adalah kekuatan darah ketika mendorong dinding arteri. Tekanan darah tergantung pada luaran kardiak, volume darah yang diejeksi oleh ventrikel permenit, dan tahanan pembuluh darah perifer. Tekanan darah mempunyai dua komponen: sitolik dan diastolik. Tekanan darah sistolik menggambarkan tekanan maksimum pada arteri ketika kontraksi ventrikel kiri (atau sistol), dan diatur oleh volume stroke (atau volume darah yang dipompa keluar pada setiap denyut jantung). Tekanan darah diastolik adalah tekanan saat istirahat yaitu tekanan dari darah antar kontraksi ventrikel. Tabel 3. Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa usia >18 tahun Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) Normal <120 <80 Prehipertensi 120‐139 80‐89 Stage 1 140‐159 90‐99 Stage 2 >160 >100 Hipertensi 167 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Tabel 4. Modifikasi Gaya Hidup dalam Penatalaksanaan Hipertensi Modifikasi Rekomendasi Tindak Perkiraan Lanjut Tekanan Penurunan Darah Sistolik (rentang) Menurunkan berat badan Menjaga berat badan normal 5‐20 mmHg/10 kg (BMI 18,5‐24,9 kg/m2) Menggunakan turunnya berat badan perencanaan Mengkonsumsi buah‐buahan, 8‐14 mmHg diet makan DASH sayuran dan produk susu rendah lemak Mengurangi konsumsi Asupan natrium tidak lebih 2‐8 mmHg natrium dari makanan dari 100 mmol/hari (2,4 g natrium atau 6 g NaCl) Aktivitas fisik Aktivitas fisik aerobik teratur 4‐9 mmHg misalnya jalan cepat (paling sedikit 30 menit per hari, hampir setiap hari) Membatasi konsumsi alkohol Alcohol tidak lebih dari 2 2‐4 mmHg kali minum per hari untuk laki‐laki dan tidak lebih dari 1 kali minum sehari untuk perempuan dan individu yang ringan berat badannya. 168 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2.2.3 Pemeriksaan Regional 1. Kulit Inspeksi A. Perhatikan warna kulit (palor, sianosis, kemerahan, kekuningan) B. Lesi & trauma : perhatikan lokasi, distribusi, susunan, tipe, dan warnanya Palpasi A. Tugor (hidrasi) B. Kelembaban C. Suhu (hangat / dingin) D. Tekstur (kasar / halus) E. Ketebalan (tebal /tipis) F. Mobilitas dan edema 2. Kepala Lakukan pemeriksaan inspeksi dan palpasi pada : A. Rambut (kuantitas, penyebaran, tekstur) B. Kulit kepala(Benjolan / lesi) C. Tulang tenggorak (ukuran) : hidrosefalus, normosefalus, dan lain – lain. D. Wajah (simetris & ekspresi wajah): paralisis wajah, emosi, edema dsb 3. Mata A. Uji ketajaman penglihatan (visus) dan skrining lapang pandang Lakukan pemeriksaan pada setiap mata kiri dan kanan satu persatu menggunakan optotype snellen yang dipasang pada jarak 6 meter dari penderita. B. Posisi dan kesejajaran mata : simetris kanan & kiri. Nilai adanya strabismus (juling) tidak. C. Observasi kelopak mata: lagophtalmus (tidak mampu menutup mata dg sempurna), ptosis (tidak bisa membuka kelopak mata). D. Inspeksi sklera, konjungtiva, kornea, iris, dan lensa E. Bandingkan kedua pupil dan lakukan tes reaksi terhadap cahaya (langsung dan tidak langsung). F. Dengan oftalmoskop, lakukan inspeksi fundus okuli 169 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4. Telinga Inspeksi aurikel, kanalis auditorius, dan membran timpani : Periksa ketajaman pendengaran. Jika ketajaman berkurang, periksa lateralisasi (tes Weber) dan bandingkan hantaran udara dengan hantaran tulang (tes Rinne) 5. Hidung dan Sinus A. Lakukan pemeriksaan pada hidung bagian luar B. Inspeksi mukosa nasalis, septum nasalis, dan konkha nasalis menggunakan senter dan spekulum nasal C. Palpasi : memeriksa nyeri tekan pada sinus frontalis dan maksilaris 6. Tenggorok (mulut dan faring) Inspeksi : bibir, mukosa oral, gusi, gigi, lidah, palatum, tonsil, dan faring 7. Leher Inspeksi dan palpasi kelenjar limfe servikal dan kelenjar tiroid: massa atau pulsasi abnormal pada leher. Palpasi : adanya deviasi trakea/ tidak Observasi untuk mengamati suara dan usaha pasien dalam bernafas 8. Punggung Inspeksi dan palpasi tulang belakang dan otot punggung 9. Toraks anterior dan posterior serta paru Inspeksi dan palpasi tulang belakang serta otot punggung sebelah atas. 10. Dada A. Lakukan inspeksi : simetri, keterlambatan gerak dinding dada B. Palpasi secara menyeluruh C. Perkusi untuk menilai ketinggian suara pekak diafragma D. Auskultasi : identifikasi bunyi normal dan tambahan 11. Payudara, Aksila, dan Nodus Epitroklearis A. Pada wanita, inspeksi payudara dengan kedua lengan dilemaskan, kemudian diangkat dan selanjutnya dengan kedua tangan ditaruh di pinggang. B. Palpasi payudara : benjolan, neri tekan, tekstur massa C. Pada laki-laki atau wanita, inspeksi aksila dan palpasi kelenjar limfe (nodus) aksilaris serta nodus epitroklearis 170 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 12. Sistem kardiovaskular A. Pengukuran JVP B. Tinggikan kepala pasien hingga 300 untuk melakukan observasi pulsasi vena jugularis dan ukur tekanan vena jugularis terhadap angulus sterni C. Inspeksi : bentuk dada dan iktus kordis D. Palpasi i. Letak iktus kordis pada 3 posisi (terlentang/supinasi, left lateral decubitus, duduk condong ke depan). Kemudian laporkan lokasi, diameter, amplitudo, dan durasi ulsasi iktus kordis. ii. Mencari adanya thrill (getaran karena bising jantung) E. Perkusi Menentukan batas redam kiri jantung dan kanan jantung F. Auskultasi i. Dengarkan bunyi jantung pada daerah apeks kordis dan margo sternalis inferior dengan mengunakan stetoskop bell. ii. Dengarkan bunyi jantung pada setiap daerah auskultatorik dengan stetoskop membran. iii. Dengarkan : bunyi jantung pertama dan kedua, bunyi jantung tambahan, bising jantung, dan splitting 13. Abdomen A. Inspeksi (Pasien dalam posisi terlentang) : bentuk, massa, lesi B. Palpasi Palpasi ringan : menilai lesi pada permukaan atau dalam otot, membuat pasien relaks sebelum melakukan palpasi medium dan dalam. Palpasi medium : menilai lesi medieval pada peritoneum , massa, nyeri tekan. Palpasi dalam : menilai organ dalam rongga tubuh (hepar, ginjal dan lien) dan dapat dilakukan dengan satu atau dua tangan C. Perkusi : hepar, lien, dan daerah posterior pada sudut kostovertebralis (curiga infeksi ginjal) D. Auskultasi secara menyeluruh 171 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 14. Ekstremitas Bawah A. Pasien berbaring i. Sistem vaskuler perifer a. Inspeksi : edema, perubahan warna kulit atau ulkus b. Palpasi : denyut nadi femoralis, nadi poplitea, kelenjar limfe inguinalis, gejala pitting edema ii. Sistem Muskuloskeletal a. Inspeksi : deformitas atau pembengkakan sendi b. Palpasi sendi dan tindakan manuverPeriksa range of movement (ROM) : keterbatasan gerak iii. Sistem saraf a. Periksa untuk menilai massa, tonus, dan kekuatan otot b. Pemeriksaan sensorik dan refleks (fisiologis dan patologis) B. Pasien berdiri i. Sistem vaskular perifer Inspeksi vena varikosa ii. Sistem muskuloskeletal Pemeriksaan untuk menilai kelurusan tulang belakang dan ROM, kelurusan tungkai dan kedua kaki. iii. Genitalia dan hernia pada laki-laki Periksa penis serta isi skrotum untuk mencari hernia. iv. Sistem saraf a. Amati cara pasien berjalan dan kemampuan berjalan dengan telapak kaki, berjinjit pada ujung jari kaki, berjalan dengan tumit, melompat di tempat, dan menekuk lutut b. Lakukan tes Romberg 15. Sistem saraf A. Status mental B. Nervus kranialis C. Sistem motorik i. Massa otot, tonus, dan kekuatan otot ii. Fungsi serebellum : gerakan silih berganti yang cepat, point-to-point movements, finger-to-nose, dan lain – lain. 172 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 D. Sistem sensorik i. Tes nyeri, suhu, sentuhan lembut, vibrasi, dan diskriminasi. ii. Bandingkan sisi kanan dan kiri serta proksimal dengan distal pada tungkai. E. Refleks : refleks fisiologis dan patologis 16. Pemeriksaan tambahan A. Rectal toucher pada pria i. Inspeksi daerah sakrokoksigeal dan perianal ii. Palpasi anus, rektum dan prostat B. Genitalia dan rektum pada wanita i. Periksa genitalia eksterna, vagina, dan serviks ii. Lakukan Pap smear, rektovagina, dan rektum iii. Palpasi uterus dan adneksa 3. Pengisian Medial Record Menurut Permenkes RI No269/Menkes/PER/III/2008, medical record atau rekam medis kesehatan adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 3.1 Manfaat: 3.1.1 Pengobatan Pasien Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan dan menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang harus diberikan kepada pasien. 3.1.2 Peningkatan Kualitas Pelayanan Membuat rekam medis bagi penyelenggaraan praktik kedokteran dengan jelas dan lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal. 3.1.3 Pendidikan dan Penelitian Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan kronologis penyakit, pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat untuk bahan 173 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 informasi bagi perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang profesi kedokteran dan kedokteran gigi. 3.1.4 Pembiayaan Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan tersebut dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien. 3.1.5 Statistik Kesehatan Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya untuk mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk menentukan jumlah penderita pada penyakit-penyakit tertentu. 3.1.6 Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik. 3.2 Isi Rekam Medis 3.2.1 Rekam Medis Pasien Rawat Jalan Isi rekam medis sekurang-kurangnya memuat catatan/dokumen tentang : 1. Identitas pasien 2. Pemeriksaan fisik 3. Diagnosis/masalah 4. Tindakan/pengobatan 5. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien 3.2.2 Rekam Medis Pasien Rawat Inap Rekam medis untuk pasien rawat inap sekurang-kurangnya memuat : 1. Identitas pasien 2. Pemeriksaan 3. Diagnosis/masalah 4. Persetujuan tindakan medis (bila ada) 5. Tindakan/pengobatan 6. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien 3.3 Jenis Rekam Medis 1. Rekam medis konvensional 2. Rekam medis elektronik 174 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3.4 Pengisian Rekam medis secara umum Pengisian rekam medis pasien harus lengkap dan akurat. 3.4.1 Pada identitas harus diisi lengkap meliputi : 1. Nama 2. Jenis kelamin 3. Tempat tanggal lahir 4. Umur 5. Alamat 6. Pekerjaan 7. Pendidikan 8. Golongan darah 9. Status pernikahan 10. Nama orang tua 11. Pekerjaan orang tua 12. Nama suami/istri 3.4.2 Pada anamnesis dituliskan : 1. Keluhan utama 2. RPS 3. RPD 4. Pada pasien bayi/anak ditambah : A. Riwayat kehamilan ibu dan persalinan B. Status imunisasi C. Pohon keluarga D. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan pasien E. Riwayat pemberian makanan 3.4.3 Pada pemeriksaan fisik dituliskan : 1. Kesan umum 2. Tanda vital 3. Inspeksi 4. Palpasi 5. Perkusi 6. Auskultasi 7. Untuk pasien anak ditambah status gizi 175 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3.4.4 Diagnosis/masalah 3.4.5 Rencana penatalaksanaan atas masalah pasien, pengobatan, atau tindakan 3.4.6 Pemeriksaan laboratorium Penulisan rekam medis harus sesuai dengan tata cara penulisan rekam medis yaitu : 1. Ditulis secara lengkap dan menyeluruh 2. Ada nama, waktu, dan tandatangan dokter atau tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan, PIN (pada rekam medis elektronik). 3. Tidak boleh diganti/ dihapus. 4. Bila keliru harus dicoret dan kemudian dibenarkan dan diberi paraf REFERENSI 1. Bickley, Lynn S, Peter. 2002. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. EGC. Jakarta 2. Anderson FD, Maloney JP. Taking blood pressurecorrectly: it's no off-the-cuff matter. Nursing 1994;24:34-39. 3. American Pharmaceutical Association Comprehensive Weight Management Protocol Panel. APhA drug treatment protocols: comprehensive weight management in adults. J Am Pharm Assoc 2001;41:25-31. 4. Hidayat, Syamsu. 2006. Manual Rekam Medis. Konsil Kedokteran Indonesia. Jakarta 5. Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII). NIH publication 03-5233. Bethesda, 2003. 6. National Heart, Lung, and Blood Institute. Clinical Guidelines on the Identification, Evaluation, and Treatment of Overweight and Obesi ty in Adul ts. NIH publication 98-4083. Bethesda, 1998. 7. Teasdale G, Jennett B. Assessment of coma and impaired consciousness. Lancet 1974; 81-84. 8. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC‐VII). NIH Publication 03‐5233. Bethesda, 2003 176 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 FARMAKOLOGI PRAKTIS 1. AINS (Anti Inflamasi Non Steroid) Inflamasi adalah nama lain dari radang, dimana ditandai dengan tanda: merah, panas, bengkak, nyeri, dan gagalnya fungsi. Obat ini diberikan untuk mengatasi radang dengan ciri-ciri diatas.Obat AINS menghambat suatu enzim bernama siklooksigenase (COX 1 dan COX2), yang nantinya mengubah asam arakidonat menjadi ProstaglandinE2. COX 1 mempunyai fungsi yang baik yaitu proteksi lambung, namun COX 2 untuk peradangan. AINS ada yang menghambat COX 2 saja dan ada yang sekaligus, sehingga obat AINS ini mempunyai efek samping terhadap Lambung (iritasi lambung) Berikut pembagian obat AINS: 1.1 Meloxicam 7,5 mg Keterangan: Meloxicam merupakan AINS derivate asam enolat yang bekerja dengan cara menghambat biosintesis prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi melalui penghambatan COX 2 sehingga proses inflamasi dapat dihambat tanpa efek samping terhadap ginjal dan GIT. Dosis : 1. Pada OA: 7,5 mg 1x1 hari, jika diperlukan dapat ditingkatkan 15mg 1 hari 2. Pada RA: 15 mg 1x 1 hari, dapat dikurangi menjadi 7,5 mg/hari tergantung respon klinis. Untuk pasien resiko tinggi dan gagal ginjal diberi dosis awal 7,5 mg 1x1 hari Indikasi : OA dan RA Efek samping : 1. Gangguan GI: sakit perut, konstipasi, diare, dyspepsia, flatus, mual, muntah. 2. Seluruh tubuh: edema, nyeri 3. SSP: pusing, sakit kepala 4. Hematologi: anemia 5. Muskuloskeletal: arthralgia, back pain 6. Psikiatri: insomnia 7. Pernafasan: batuk, infeksi saluran nafas 8. Kulit: pruritus, rash 9. Saluran kemih : peningkatan miksi, infeksi saluran kemih. 177 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.2 Natrium Diklofenak 25 mg Keterangan : Mempunyai efek alnalgesik dan antipiretik. Menghambat aktivitas siklooksigenase melalui pengurangan produksi prostaglandin oleh jaringan. Indikasi : Pengobatan akut dan kronis gejala rheumatoid artiritis, osteoarthritis, dan ankilosing spondylitis. Dosis : Dewasa 75-150 mg sehari: 2-3 kali dosis terbagi sebelum makan. Efek samping 1. GIT : perdarahan git, tukak lambung, usus, perforasi pasien tukak lambung dan usus. 2. SSP : pusing, sakit kepala, mycolonix, encephalopathy, mual,muntah kejang 3. Lokal : rasa nyeri, terbakar pada tempat injeksi, pada kejadian yang terbatas abses dan nekrosis local Kejadian terbatas: reaksi kulit yang parah (erythema multiforme, steve Johnson syndrome, lyell.s syndrome, reaksi bolus), dan fotosensitivitas 1.3 Piroxicam Dosis: Sediaan 10 mg dan 20 mg Dewasa: RA, OA, Spondilitis: dosis awal 20 mg dalam dosis tunggal. Dosis pemeliharaan 20 mg sehari. Gout akut: mula mula 40 mg sehari dosis tunggal, diikuti 4-6 hari berikutnya 40mg dosis tunggal atau terbagi. Gang. Musculoskeletal akut: 40 mg sebagai dosis tunggal atau terbagi selama 2 hari, selanjutnya 20 mg 7-14 hari. Keterangan Antiinflamasi, analgetik dan antipiretik. Diperkirakan dapat menghambat biosintesis prostaglandin melalui penghambatan yang reversible terhadap enzim siklooksigenase. 178 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Indikasi Terapi simptomatik rematoid artritis, osteoarthritis, ankilosing spondylitis, gangguan musculoskeletal akut, dan gout akut. Efek Samping Gangguan GIT: stomatitis, anoreksia, distress epigastricum, mual, konstipasi, stomach discomfort, nyeri abdomen. Edema, pusing ,sakit kepala, ruam kulit, pruritis, penurunan hemoglobin dan hematokrit. 1.4 Asam Mefenamat Dosis: 500 mg. Dewasa dan anak >14 thn: dosis awal 500 mg, selanjutnya 250 mg tiap 6 jam. Sesuai kebutuhan setelah makan. Keterangan Merupakan senyawa turunan asam antranilat dengan efek Analgesi, Antiinflamasi yang bekerja menghambat aktivitas enzim siklooksigenase, sehingga menurunkan pembentukan prekursos prostaglandin dan tromboksan dan asam arakhidonat, secara kompetitif menghambat ikatan prostaglandin dengan reseptornya. Indikasi Menurunkan rasa nyeri ringan sampai sedang, pengobatan tidak lebih dari 1 minggu. Efek Samping Permasalahan GIT (diare,mual,muntah,nyeri perut,konstipasi), hemolitis, sakit kepala, vertigo, pusing. Perhatian untuk penderita tukak saluran cerna, anak dibawah 14 tahun, wanita hamil, gangguan fungsi ginjal. 1.5 Paracetamol Dosis Sediaan Paracetamol 500 mg Dewasa: 3dd1 1-2 kaplet Anak-anak: 3dd1 ¨ù-1 kalpet Keterangan Analgetik antipiretik yang cepat diabsorbsi tanpa menimbulkan iritasi lambung, konstipasi. 179 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Indikasi Untuk menyembuhkan demam dan berbagai nyeri pada: sakit kepala, otot, sendi, gigi, influenza, nyeri haid, demam, nyeri karena peradangan. Efek Samping Reaksi alergi: urtikaria/eritem, mual, muntah. 2. OBAT MAAG 2.1 Antasida Dewasa: maag= diminum saat perut kosong dapat mengurangi nyeri 20-60 menit Guna: Merupakan basa basa lemah untuk menetralkan asam lambung, sehingg dapat meningkatkan pH. Dipakai pada tukak lambung usus dengan rasa terbakar pada hati, maag, dan refluks gastroesofagus (kondisi dimana HCl dapat naik ke atas lambung). Beberapa obat mempunyai fungsi melindungi permukaan antacid. 2.2.AH-2: Cimetidine Reseptor histamin terdiri dari histamin 1, 2, 3.Histamin 1 baca di anti alergi. Reseptor Histamin 2 yang diisi oleh histamin dapat menyebabkan peningkatan asam lambung dan pepsin naik karena dapat memperbanyak pengeluaran HCl melalui protein kinase. Dosis sediaan: 400mg Dewasa: maag= 1 kali sehari setelah makan malam Guna: Menghambat reseptor histamine H2 di lambung yang memicu produksi asam klorida, sehingga PH lambung meningkat menjadi 6-7. Dipakai sebagai obat maag, tukak lambung dan usus. Efek Samping: diare (sementara), nyeri otot, pusing-pusing, reaksi kulit. 2.3 PPI: Omeprazole Dosis Sediaan 20 mg Dewasa: 20 mg atau 40 mg sekali sehari. Guna: Menyebabkan penghambatan asam lambung, dipakai pada maag yang tidak mempan obat AH-2 (cimetidine) atau maag kronis. Efek Samping: Jangka panjang perlu diperhatikan pertumbuhan bakteri berlebihan di sel cerna (karena fungsi asam lambung/HCl untuk membunuh bakteri) 180 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. OBAT DIARE 3.1 Loperamide Dosis Sediaan 2 mg. Dewasa: 4 mg (2tablet dulu) baru diikut 2 mg berikutnya setelah BAB. Maksimal 8 tablet 1 hari Guna: Mengurangi gerak peristaltic usus sehingga mengurangi motilitas/pergerakan dan menormalisasikan sel-sel yang hipersekresi. Baik untuk diare akut dan diare wisatawan tanpa darah dan tidak demam Efek Samping: mual,muntah, pusing, mulut kering, kemerahan kulit 3.2 Attapulgite Dewasa: 1,2-1,5 gram setiap BAB. Maksimal 9 gram sehari Guna: Mengabsorbsi kuman, racun yang menyebabkan diare, mengurangi kehilangan cairan tubuh, mengurangi frekuensi diare, dan memperpadat konsistensi feses Efek Samping: sembelit 4. MUAL MUNTAH 4.1 Metoclorpramid Sediaan: 1 tablet 10 mg Dewasa: 3xsehari 5-10 mg Guna : Memperkuat pergerakan dan pengosongan lambung (berdasarkan stimulasi saraf kolinergis, khasiat dopamine di pusat dan perifer), serta kerja langsung otot polos. Antiemetis/anti mual muntah karena blockade dopamine di CTZ Dipakai pada semua jenis mual/muntah, kecuali oleh mabok jalan/mabuk darat Efek samping: mengantuk dan gelisah 4.2 Domperidone Sediaan: 1 tablet 10 mg Dewasa: 3xsehari 10-20 mg sebelum makan Guna: memperkuat pergerakan dan pengosongan lambung. Antiemetis/anti mual muntah karena blockade dopamine di CTZ. Dipakai untuk mual muntah selain mabuk darat, mis: pada kemoterapi dan migraine, dan kondisi dimana asam lambung dapat kembali ke esophagus. Efek samping: alergi, kaku otot usus 181 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4.3 Dimenhidrinat Sering dikenal dengan nama antimo. Merupakan jenis anti histamine 1 (baca dibawah) Dewasa: sebelum perjalanan 50-100mg satu kali. Guna : - Mabuk jalan dan muntah karena kehamilan Efek samping: mengantuk berat 5. ANTI ALERGI Anti Histamin I: Mengantagonis histamin dengan memblok reseptor H1 yang terdapat di otot pembuluh, bronkus, saluran cerna, kandung kemih, rahim, dan kapiler. Efek histamin adalah: kontraksi otot polos bronkus, usus rahim; memperlebar pembuluh darah (dapat menyebabkan penurunan tekanan darah); permeabilitas kapiler meningkat (akibatnya udem/bengkak/bentol pada kulit); pengeluaran berlebihan ingus, air mata, ludah; stimulasi ujung saraf sehingga merah dan gatal-gatal. Bagaikan kursi (reseptor) yang dapat ditempati manusia (bagaikan histamin atau antihistamin), kerja histamin dan anti histamin adalah saling berebut kursi (reseptor). Tidak dapat menghindarkan timbulnya reaksi alergi, sehingga baiknya digunakan sebelum paparan alergen (misalnya alergi udang, sehingga makan antihistamin dahulu sebelum makan udang). 5.1 Obat anti histamine 1 generasi 1: obat ini menyebabkan mengantuk 5.1.1 CTM Sediaan 4mg Dewasa: 3x1 sehari. Tidak melebihi 24 mg satu hari Guna: - Reaksi alergi misalnya rhinitis allergic (bersin karena alergi), dapat menjadi tambahan pada obat batuk Efek samping: mengantuk 5.2 Obat anti histamine 1 generasi 2: tidak sedative dan waktu kerja obat lebih panjang 5.2.1 Cetirizine dan loratadine Sediaan 10 mg Dewasa: 1 x 10 mg per HARI Guna: Penggunaan pada reaksi alergi. Pada rhinitis(bersin karena alergi), gatalgatal/biduran (urtikaria) Efek samping: sakit kepala, bibir kering 182 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 6. OBAT ASMA Pada asma terjadi hal-hal berikut: 1. Inflamasi/radang saluran pernafasan : terjadinya pengeluaran berlebihan lendir, penebalan otot polos. 2. Obstruksi/terhalangnya pengeluaran nafas: terjadi karena bengkaknya saluran pernafasan, konstriksi otot sal.pernafasan, pembentukan lendir. Hal ini menyebabkan kesulitan mengeluarkan nafas (ekspirasi) 3. Hyperresponsive/reaksi berlebihan bronkus Obat pada asma terdiri dari obat pereda cepat (quick reliever) dan controller. 6.1 Quick Reliever: 6.1.1 Salbutamol (Beta 2 agonis) Sediaan 2 dan 4 mg Bekerja pada reseptor B2 (banyak di trakea dan bronkus) yang menyebabkan pengubahan ATP menjadi cAMP sehingga menyebabkan bronkodilatasi atau pelebaran otot bronkus yang baik untuk asma (baca penyebab asma di atas) Dosis: 2-4 mg pada spasme akut. Maksimal 32 mg/hari Guna: Penggunaan pada reaksi asma. Dapat berupa inhaler dan berfungsi untuk pereda asma yang mempunyai efek cepat 6.1.2 Aminofilin (meltilxantin) Bekerja dengan merelaksasi otot paru dan bronkus dan menyebabkan paru kurang sensitive terhadap allergen. Guna: Penggunaan pada reaksi asma 7. OBAT FLU BATUK 7.1 Flutamol (PCT, Fenil Propanolamin HCL,CTM, Gliseril Guaiakolat) Dosis Sediaan: PCT (500 mg), Fenil propanolamin HCl 15 mg, CTM 2 mg, Gliseril Guaiakolat 50 mg Dewasa: 1 kaplet. 3-4x sehari Anak 6-12 tahun L ¨ö kaplet, 3x sehari 183 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Indikasi Analgesik antipiretik/pereda nyeri dan penurun suhu tubuh (PCT), ekspektoran/perangsang pengeluaran dahak (GG), antihistamin/untuk meredakan rangsangan batuk/gatal (CTM), dekongestan hidung/penyempit pembuluh darah dan hipersekresi (Fenilpropanolamin HCL). Untuk meringankan gejala flu: demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin bersin disertai batuk Efek Samping Mengantuk, gang pencernaan, gang psikomotor, takikardi, aritmia, mulut kering, palpitasi, retensi urin.Jangka panjang dan dosis besar menyebabkan kerusakan hati. 8. KORTIKOSTEROID 8.1 Dexametason Sediaan: 0.5 mg. Dosis tergantung kebutuhan/berat ringannya penyakit. Untuk alergi: Dewasa : Awal, 0,75-9 mg/hari, terbagi dalam 2-4 dosis. Indikasi Obat anti inflamasi (radang) yang kuat dan anti allergi (asma bronkial, dermatitis atopik, alergi obat, rinitis alergi) Efek Samping Bila berkepanjangan dapat mengakibatkan efek katabolik steroid seperti kehabisan protein, osteoporosis dan penghambatan pertumbuhan anak dll. 8.2 Metilprednisolon Sediaan: 4 mg. Dewasa, tergantung penyakit: 4-48 mg. Keterangan Glukokrtikoid turunan prednisolone dengan efek kerja dan penggunaan yang sama seperti senyawa induknya. Tidak mempunyai aktifitas retensi natrium. Indikasi Peradangan kulit dan saluran nafas tertentu, penyakit hematologik, hiperkalsemia terkait kanker, abnormalitas fungsi adrenokortikal, penyakit kolagen, alergi. Efek Samping Pemberian jangka panjang/dosis besar pada gangguan elektrolit dan cairan tubuh, lemah otot, resistensi terhadap infeksi menurun, gangguan penyembuhan luka, meningkatnya tekanan darah, katarak, gangguan pertumbuhan pada anak. 184 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 9. ANTIBIOTIK 9.1 Amoxicilin 500 mg Keterangan: Turunan penisilin semi sintetik dan stabil dalam suasana asam lambung. Amox diabsorbsi cepat dan baik pada saluran pencernaan tidak bergantung ada/tidaknya makanan.Amox aktif terhadap organisme gram positif dan negative. Indikasi: 1. Infeksi kulit dan jaringan lunak : Stafilokokus bukan penghasil penisilinase, Streptokokus, E coli. 2. Infeksi saluran nafas: H Influenza, Streptokokus pneumoni, Stafilokokus bukan penghasil penisilinase, E. Coli. 3. Infeksi saluran genitourinary: E coli, P mirabilis, Streptokokus faecalis. 4. Gonorrhea: N gonorrhea Dosis: Dewasa dan anak bb >20kg: 250-500 mg tiap 8 jam Efek samping : 1. Reaksi kepekaan: Erythema maculopapular rashes, urtikaria, serum sickness 2. Reaksi kepekaan seperti anafilaksis 3. Gangguan sal pencernaan: mual, muntah, diare 4. Reaksi hematologi 9.2 Cefadroxil 500 mg Keterangan: Merupakan antibiotic semisintetik golongan Cephalosporin yang bersifat bakterisid terhadap mikroorganisme gram positif dan gram negatif. Bekerja menghambat pembentukan dinding sel mikroorganisme. Dosis dewasa: sehari 1-2 g Anak-anak : sehari 25-50 mg/kg berat badan, dibagi dalam 2 dosis. Pengobatan 2-3 hari sampai setelah gejala infeksi hilang Indikasi: Infeksi sedang dan berat: 1. Infeksi saluran nafas atas dan bawah 2. Infeksi kulit dan jaringan lunak 3. Infeksi traktus genitouria 4. Osteomielitis dan artritis septik Efek samping : Diare, mual, muntah, gatal, angioedema, pseudomembran colitis 185 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 10. OBAT ANTI HIPERTENSI 10.1 Captopril Indikasi: Penghambat ACE efektif untuk hipertensi ringan, sedang, berat, hipertensi, gagal jantung kongestif Dosis: 25-100mg/2x pemberian/hari Kontraindikasi: Hamil trimester 2 dan 3 Efek Samping: Batuk kering, rash, disgeusa 10.2 HCT Indikasi: Hipertensi dengan fungsi ginjal normal Dosis: 12,5-25mg/1x pemberian/hari Efek Samping: Hipokalemi meningkatkan efek toksin, obat digitalis, hiper Ca, hiperglikemia, urisemia, hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia 10.3 Nifedipine Dosis: 15-30 mg/3x pemberian/hari Efek samping: Hipotensi, reflek simpatis kuat, ex: takikardia, palpitasi 10.4 Furosemid Indikasi: Lebih efektif daripada Tiazid (HCT) untuk hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal atau gagal jantung Dosis: 20 (1x) . 80mg/2x pemberian/hari Efek Samping: Hipokalemi meningkatkan efek toksin, obat digitalis, hiper Ca, hiperglikemia, urisemia, hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia 11. CARA PENULISAN RESEP OBAT Berikut beberapa singkatan dalam resep : a.c (ante coenam) = sebelum makan p.c (post coenam) = setelah makan a.j (ante jentaculum) = sebelum makan pagi p.r.n (pro renatera) = jika perlu ad libit (ad libitum) = sesuka hati pulv (pulveratus) = diserbukkan 186 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 im = intramuskular iv = intravena ue (usus externus) = pemakaian luar ui (usus internus) = pemakaian dalam sc = sub cutan col. Or (colutio oris) = kumur-kumur sup. = supositoria Contoh Cara Penulisan dan Baca Resep Kasus : “pasien dengan keluhan panas batuk berdahak, pilek, sudah 3 hari” Dx/Diagnosis : common cold R/ Amoxicillin tab No X ʃ3 dd tab I R/ GG tab No X ʃ3 dd tab I R/ CTM tab No X ʃ3 dd tab I R/ Vit C tab No X ʃ3 dd tab I Cara baca : Ambil amoxicillin, GG, CTM, Vit C masing-masing 10 tablet, diberikan 3x1/hari Ket : R/ = recipe (ambillah) Tab = tablet Dd = de die (sehari) Catatan : setiap menulis resep obat digarisbawahi dan diberi paraf. Cara baca resep yang lain : R/ Allopurinol tab 100 mg No X ʃ1-1-1 Artinya : Allopurinol bentuk : tablet, dosis : 100 mg. Jumlah : 10 tablet, diminum 3x sehari masing-masing 1 tablet. 187 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 R/ Hct 25 mg tab No X ʃ 1-0-0 Artinya :Hidrocloritiazid dosis 25 mg, jumlah 10 tablet, diminum 1x pada pagi hari. R/ Paracetamol syrup 60ml flac No I ʃ 3 dd Cth 1 Kalau kodenya Ket : C :Cochlear (cobarium) = sendok makan Cth : Cochlear thease = sendok teh Flac : flacon R/ Amox Pct GG 1 1 2 1 2 2 Vit C 1 2 Saccarom lastic QS Mfl pulv dtd No IX ʃ 3 dd pulv I Ket :kita buat puyernya masing-masing sejumlah ¨ö x 9 = 3 tablet. Saccarom lactis adalah suatu pemanis. mfla : misce fag lege artis : campur dan buat menurut cara semestinya dtd : de tales doses : berikan sebanyak dosis tersebut 11.1 Obat Tetes R/ erlamycetin ED flac No I ʃ 3 dd gtt 1-2 ODS Cara baca :1 flacon erlamycetin 1-2 tetes, 3x sehari pada mata/ telinga kanan-kiri tergantung bagian mana yang sakit. 11.2 Obat Luar R/ 2-4 zalf tube I ʃ Ue R/ Hidrocortison 1% cream tube I ʃ Ue Ket :Ue = Usus Externus 188 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 11.3 Obat Diare R/ medocair/ Diatab tab X ʃ 2-1-1 Catatan : untuk obat diare 2-1-1 bukan dibaca 2 pagi, siang dan malam 1 Maksud dari resep ini adalah setelah pasien menerima obat, diare pertama setelah itu diberi minum obat sebanyak 2 tablet. Kemudian untuk diare berikutnya cukup 1 tablet dan kalau diare sudah berhenti dihentikan penggunaannya untuk menghindari sembelit. 11.4 Resep Injeksi R/ ectacobalamin inj 1 cc ʃ Imm Ket : Imm : in monum medici : berikan ke tangan dokter Inj : injection : suntik 189 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 KASUS-KASUS MEDIS NON EMERGENCY 1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) 1.1 Definisi Merupakan Infeksi pada bagian saluran pernafasan atas; yaitu hidung, sinus dan faring. Sehingga ISPA ini terdiri dari rinitis, sinusitis, epiglotitis, laringitis, faringitis dan juga common cold. Infeksi ini dapat diakibatkan oleh virus, mikroba maupun fungi. 1.2 Gejala dan Tanda Pada infeksi yang disebabkan virus, umumnya ditemukan keadaan sebagai berikut (contoh viral nasopharyngitis): 1. Eritema mukosa hidung dan edema 2. Nasal discharge: discharge yang banyak lebih khas pada infeksi virus, sekresi yang pada awalnya jernih biasanya menjadi putih berawan, kuning, atau hijau selama beberapa hari. 3. Napas berbau busuk 4. Demam: jarang pada orang dewasa, tetapi mungkin ada pada anak-anak dengan infeksi rhinoviral. Sedangkan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri, ciri-cirinya sebagai berikut (contoh Group A streptococcal pharyngitis): 1. Eritema, pembengkakan, atau eksudat tonsil atau faring 2. Suhu 38,3 ° C (100,9 ° F) atau lebih tinggi 3. Pembesaran nodus cervicalis anterior (≥ 1 cm) 4. Tidak adanya konjungtivitis, batuk, dan rhinorrhea; yang merupakan gejala dari ISPA yang disebabkan virus 1.3 Penyakit 1.3.1 Sinusitis Dalam wajah kita terdapat suatu rongga yang disebut dengan para-nasal sinus. Terdapat 4 pasang sinus; sinus maxillary, ethmoid, sphenoid, frontal. Sinus ini memiliki lapisan mukosa, jika lapisan ini terinfeksi maka produksi mukosa akan meningkat, sehingga sinus ini akan dipenuhi oleh mukosa. Pengeluaran mukosa berlebihan ini melalui nasal cavity. Terkadang inflamasi karena infeksi tersebut 190 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 akan mengakibatkan obstruksi saluran menuju nasal cavity, sehingga mukosa akan menumpuk di sinus, sehingga akan mengakibatkan sakit kepal. Sinus juga berfungsi untuk resonansi suara. Sehingga, jika sinus terpenuhi oleh mukosa maka resonansi suara ketika orang berbicara akan berbeda. Maka orang yang terkena sinusitis akan memiliki suara yang berbeda dengan biasanya. 1.3.2 Epiglotitis Epiglotis merupakan suatu tulang rawan yang tertutup lapisan epitel, dimana epiglotis ini tertempel di bagian anterior tulang rawan tiroid. Epiglotis ini berfungsi untuk menghindari makanan masuk ke dalam saluran nafas. Ketika makanan masuk maka faring dan laring akan naik dan epiglotis menutupi saluran nafas sementara. Ketika epiglotis terinfeksi maka akan ada bahaya obstruksi saluran nafas. Infeksi sebagian besar diakibatkan oleh bakteri Haemophilus influenzae. Biasanya terjadi pada anak-anak karena ukuran saluran nafasnya lebih kecil, sehingga lebih mudah mengalami obstruksi. Pada kasus ini sangat dihindari untuk menekan lidah untuk melihat obstruksi, karena akan memperparah obstruksi. Bunyi yang diakibatkan oleh obstruksi ini adalah stridor. 1.3.3 Laringitis Merupakan kondisi inflamasi dari laring, dimana paling sering terjadi karena suatu infeksi atau pun akibat dari suatu iritan seperti asap rokok. Inflamasi dari laring dapat mengakibatkan perubahan suara pada pasien, karena inflamasi ini dapat menghambat pita suara dalam bergetar secara bebas. 1.4 Prinsip Penatalaksanaan Awal Kebanyakan infeksi saluran pernapasan atas dapat didiagnosis dan diobati sendiri di rumah oleh kebanyakan orang pada umumnya. Terapi simtomatis merupakan andalan pengobatan ISPA pada orang dewasa dengan sistem imun yang baik, meskipun terapi antimikroba atau antiviral yang tepat dibutuhkan pada pasien tertentu. 2. Common Cold Umumnya sama dengan prinsip pada ISPA. 191 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. Cephalgia Rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah atas kepala memanjang dari orbital sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital dan sebagian daerah tengkuk). Klasifikasi ini secara garis besar membagi nyeri kepala menjadi dua yaitu nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer kemudian dibagi menjadi empat kategori yaitu: 1. Migraine 2. Nyeri kepala tipe tegang 3. Nyeri kepala cluster – trigerminal 4. Nyeri kepala primer lainnya. Nyeri kepala sekunder 1. Nyeri kepala pasca trauma 2. Nyeri kepala organik 3. Perdarahan subaracnoid, neuralgia trigeminus. 4. Penyakit sistemik 5. Sesudah pungsi lumbal 3.1 Gejala dan Tanda 3.1.1 Migren Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga. Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dam pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. 192 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3.1.2 Cluster Headache Cluster Headache adalah bentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria. Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun kekuatannya. Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap klorpromazin. 3.1.3 Tension Headache Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai “beban berat yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot. 3.2 Prinsip Penatalaksanaan Awal 3.2.1 Analgetikum, misalnya : 1. Asam salisilat 500 mg tablet, dosis 150 mg/hari. 2. Metampiron 500 mg tablet, dosis 1500 mg/hari. 3. Asam mefenamat 250 – 500 mg tablet, dosis 750 – 1500 mg/hari. 3.2.2 Penenang / ansiolitik, misalnya : 1. Klordiasepoksid 5 mg tablet, dosis 15-30 mg/hari. 2. Klobazepam 10 mg tablet, dosis 20 – 30 mg/hari. 3. Lorazepam 1-2 mg tablet, dosis 3 – 6 mg/hari. 3.2.3 Antidepresan, misalnya : 1.Maprotiline 25, 50, 70 mg tablet, dosis 25 – 75 mg/hari. 2. Amineptine 100 mg tablet, dosis 200 mg/hari. 3. Anestesia / analgetik lokal misalnya injeksi prokain. 193 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4. Epigastric Pain Syndrome Nyeri epigastrik mengacu pada reaksi abdominal tertentu yang berhubungan dengan beberapa gangguan pada epigastrium. Nyeri timbul secara teratur ketika regio epigastrik mengalami kerusakan. Kerusakan ini dapat terlihat dari aktivitas diaphragma. Rektus abdominus menimbulkan penonjolan pada dinding abdomen bagian atas. Rasa sakit tersebut dapat bervariasi dari mulai yang ringan sampai yang berat. 4.1 Gejala dan Tanda Nyeri epigastrik bervariasi tergantung penyebabnya. Berikut beberapa contoh penyebab yang dapat menjadi manifestasi dari nyeri epigastrik. 1. Oesophageal Diseases: Kelainan ini merupakan yang umum ditemui namum memerlukan saran medis bila terdapat gejala regurgitasi, rasa tidak nyaman pada daerah retro-sternal, dan rasa mulas muncul. Pada refluks terdapat nyeri dada, sakit tenggorokan, suara serak, batuk kronis, sensasi membengkak di tenggorokan dan asma. 2. Ulcer Gastric dan Duodenal: Peptic ulcer ditandai dengan adanya pembentukan ulcer pada dinding duodenal. 3. Hepatobiliary Disorder : Pada kasus ini, terbentuk kristal solid di kandung empedu yang mempengaruhi cairan empedu, hati dan empedu. 4. Pancreatitis : Inflamasi pankreas yang menyebabkan nyeri pada epigastrium. 194 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4.2 Prinsip Penatalaksaan Awal Berikut ini adalah obat yang umumnya dipakai untuk nyeri epigastrium yang normal: 1. Cimetidine: dipakai pada ulkus peptikum dengan menghambat produksi asam lambung. Cimetidine adalah antagonis histamin H2-reseptor yang dipakai oleh pasien untuk rasa nyeri yang seperti terbakar. 2. Antasida: zat untuk menyeimbangkan keasaman lambung. Natrium bikarbonat pada obat ini terutama digunakan untuk mencegah maag atau refluks asam. 3. Ranitidin: Ini adalah salah satu pesaing H2-reseptor histamin yang menghambat produksi asam lambung. Hal ini biasanya digunakan untuk ulkus peptikum paten dan penyakit gastro-esofagus-refleks (GERD). 4. Ibuprofen: Ini termasuk dalam obat anti-inflamasi non-steroid yang biasanya memainkan peran penting dalam mengobati demam, pembengkakan dan nyeri. Obat ini memiliki efek anti-platelet ringan dan juga bertindak sebagai vasokonstriktor. 5. Diare Diare adalah peningkatan massa tinja, bertambahnya frekuensi buang air besar atau fluiditas (tingkat keenceran) tinja yang lebih tinggi. Diare dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu karena adanya infeksi enteral dan parenteral, imuninodefisiensi, terapi, maupun karena tindakan tertentu lainnya. Infeksi enteral dapat disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa, dan cacing. Sedangkan infeksi parenteral dapat disebabkan oleh karena intoksisitas makanan, alergi dan malabsorbsi. 5.1 Gejala dan Tanda menurut Guandallini (2013): 1. Dehidrasi : lesu, kesadaran menurun, membran mukosa kering, mata cekung, berkurangnya air mata, turgor kulit buruk, perlambatan pengisian kapiler 2. Gagal tumbuh dan kekurangan gizi : berkurangnya massa otot/lemak atau edema perifer 3. Nyeri perut / kram 4. Borborygmi 5. Eritema perianal 195 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 5.2 Prinsip Penatalaksaan Awal Untuk penatalaksanaan diare akut pada orang dewasa karena infeksi terdiri atas: 1. Rehidrasi, terdapat empat hal penting yang perlu diperhatikan yaitu: jenis, jumlah, jalan masuk atau cara dan jadwal pemberian cairan. 2. Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi, tentukan jenis diare koleriform atau disentriform dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang yang terarah. 3. Terapi simtomatis, dengan pemberian obat antidiare diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan rasional. 4. Terapi definitif, edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan; higiene perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti selain terapi farmakologi. Sedangkan pada diare kronis penatalaksanaan terdiri dari penatalaksanaan simtomatis dan kausal. Sebenarnya sebagian besar sama dengan penatalaksanaan pada diare akut, namun diperlukan bebrapa tambahan yang bersifat simtomatis. Penatalaksanaan simtomatis terdiri dari rehidrasi, pemberian antispasmodik, antikolinergik, obat antidiare, antiemetik, vitamin dan mineral, obat ekstrak enzim pankreas, alumunium hidroksida, fenotiazin dan asam nikotinat. Sedangkan untuk pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun noninfeksi. Pada diare yang disebabkan karena infeksi, obat diberikan berdasarkan etiologinya. 6. Disentri Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah. Berdasarkan penyebabnya disentri dapat dibedakan menjadi dua yaitu disentri amuba dan disentri basiler. Penyebab yang paling umum yaitu adanya infeksi parasit Entamoeba histolytica yang menyebabkan disentri amuba dan infeksi bakteri golongan Shigella yang menjadi penyebab disentri basiler. 6.1 Gejala dan Tanda 6.1.1 Parasit Entamoeba hystolytica hidup dalam usus besar, parasit tersebut mempunyai dua bentuk, yaitu bentuk yang bergerak dan bentuk yang tidak bergerak. Parasit yang berbentuk tidak bergerak tidak menimbulkan gejala, sedangkan bentuk yang bergerak bila menyerang dinding usus penderita dapat 196 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 menyebabkan mulas, perut kembung, suhu tubuh meningkat, serta diare yang mengandung darah dan bercampur lendir, namun diarenya tidak terlalu sering. 6.1.2 Disentri basiler biasanya menyerang secara tiba – tiba sekitar dua hari setelah kemasukan kuman/bakteri Shigella. Gejalanya yaitu demam, mual dan muntahmuntah, diare dan tidak napsu makan. Bila tidak segera diatasi, dua atau tiga hari kemudian keluar darah, lendir atau nanah dalam feses penderita. Pada disentri basiler, penderita mengalami diare yang hebat yaitu mengeluarkan feses yang encer hingga 20-30 kali sehari sehingga menjadi lemas, kurus dan mata cekung karena kekurangan cairan tubuh (dehidrasi). Hal tersebut tidak bisa dianggap remeh, karena bila tidak segera diatasi dehidrasi dapat mengakibatkan kematian. Gejala lainnya yaitu perut terasa nyeri dan mengejang. 6.2 Prinsip Penatalaksanaan Awal 6.2.1 Rehidrasi Dalam keadaan darurat, dehidrasi yang ringan dapat diatasi dengan pemberian cairan elektrolit (oralit) untuk mengganti cairan yang hilang akibat diare dan muntah-muntah. Apabila dehidrasi cukup berat, setelah diberi oralit atau larutan campuran gula dan garam sebagai pertolongan pertama, sebaiknya penderita di bawa ke rumah sakit untuk diberikan perawatan. Obat yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi disentri dan diare diantaranya mempunyai efek sebagai adstringent (pengelat) yaitu dapat mengerutkan selaput lendir usus sehingga mengurangi pengeluaran cairan diare dan disentri, selain itu juga mempunyai efek sebagai antiradang, dan antibakteri. 7. Konjungtivitis Konjunctivitis (konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia. 7.1 Klasifikasi dan Etiologi 1. Konjungtivitis Bakteri 2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut 3. Konjungtivitis Viral 4. Konjungtivitis Alergi 197 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 5. Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore) 7.2 Gejala dan Tanda 7.2.1 Konjungtivitis Bakteri Gejalanya, dilatasi pembuluh darah, edema konjungtiva ringan, epifora dan rabas pada awalnya encer akibat epifora tetapi secara bertahap menjadi lebih tebal atau mukus dan berkembang menjadi purulen yang menyebabkan kelopak mata menyatu dalam posisi tertutup terutama saat bangun tidur pagi hari. Eksudasi lebih berlimpah pada konjungtivitis jenis ini. Dapat ditemukan kerusakan kecil pada epitel kornea. 7.2.2 Konjungtivitis Bakteri Hiperakut Sering disertai urethritis. Infeksi mata menunjukkan sekret purulen yang masif. Gejala lain meliputi mata merah, iritasi, dan nyeri palpasi. Biasanya terdapat kemosis, kelopak mata bengkak, dan adenopati preaurikuler yang nyeri. Diplokokus gram negatif dapat diidentifikasi dengan pewarnaan Gram pada sekret. Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topikal dan sistemik. 7.2.3 Konjungtivitis Alergi Mata gatal, panas, mata berair, mata merah, kelopak mata bengkak, pada anak biasanya disertai riwayat atopi lainnya seperti rhinitis alergi, eksema, atau asma. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel plasma, limfosit dan basofil. 7.2.4 Konjungtivitis Viral Gejalanya : Pembesaran kelenjar limfe preaurikular, fotofobia ,sensasi adanya benda asing pada mata. Epifora , kemerahan dan bisa terjadi nyeri periorbital. Konjungtivitis dapat disertai adenopati, demam, faringitis, ISPA 7.2.5 Konjungtivitis gonore Tanda – tanda gonore adalah sebagai berikut: 1. Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO 2. Merupakan penyebab utama oftalmia neonatorum 3. Memberikan sekret purulen padat sekret yang kental 4. Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari 5. Perdarahan subkonjungtiva dan kemot 198 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 7.3 Prinsip Penatalaksanaan Awal 7.3.1 Konjungtivitis Bakteri Sebelum ada hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotik tunggal, selama 3-5 hari. Kemudian bila tidak memberikan hasil yang baik, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata disertai antibiotik spektrum obat salep luas tiap jam mata untuk tidur atau salep mata 4–5x/sehari. 7.3.2 Konjungtivitis Bakteri Hiperakut Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topikal dan sistemik. Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih atau dengan garam fisiologik setiap ¼ jam. Kemudian diberi salep penisilin setiap ¼ jam. Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000 – 20.000 unit /ml setiap 1 menit sampai 30 menit. Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Disusul pemberian salep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari. Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokokus. Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut – turut negatif. 7.3.3 Konjungtivitis alergi Penatalaksanaan berupa kompres dingin dan menghindarkan penyebab pencetus penyakit. Biasanya diberikan obat Antihistamin atau bahan vasokonstriktor dan pemberian astringen, sodium kromolin, steroid topikal dosis rendah. Rasa sakit dapat dikurangi dengan membuang kerak-kerak dikelopak mata dengan mengusap pelan-pelan dengan salin (garam fisiologis). Pemakaian pelindung seluloid pada mata yang sakit tidak dianjurkan karena akan memberikan lingkungan yang baik bagi mikroorganisme. 7.3.4 Konjungtivitis viral Pemberian antihistamin/dekongestan topikal. Kompres hangat atau dingin dapat membantu memperbaiki gejala. 7.3.5 Konjungtivitis gonore Penatalaksanaan pada konjungtivitis gonore berupa pemberian penisilin topikal mata dibersihkan dari sekret. Pencegahan merupakan cara yang lebih aman yaitu dengan membersihkan mata bayi segera setelah lahir dengan memberikan salep kloramfenikol. 199 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 8. Malaria Malaria adalah penyakit yang berpotensi mengancam nyawa yang disebabkan oleh infeksi protozoa Plasmodium yang ditransmisikan oleh nyamuk Anopheles betina infektif. Infeksi Plasmodium falciparum membawa prognosis yang buruk dengan angka kematian yang tinggi jika tidak diobati, tetapi memiliki prognosis yang sangat baik jika didiagnosis dini dan diobati dengan tepat. 8.1 Gejala dan Tanda Pasien dengan malaria biasanya menunjukkan gejala beberapa minggu setelah infeksi, meskipun simtomatologi dan masa inkubasinya dapat bervariasi, tergantung pada faktor-faktor host dan spesies penyebab. Gejala klinis meliputi: 1. Sakit kepala (tercantum dalam hampir semua pasien dengan malaria) 2. Batuk 3. Kelelahan 4. Rasa tidak enak 5. Menggigil 6. Arthralgia 7. Mialgia 8. Paroxysm fever, menggigil, dan berkeringat (setiap 48 atau 72 jam, tergantung pada spesies) Gejala yang kurang umum adalah sebagai berikut: 1. Anorexia dan lesu 2. Mual dan muntah 3. Diare 4. Penyakit kuning Kebanyakan pasien dengan malaria tidak memiliki temuan fisik spesifik, tetapi splenomegali dapat terjadi. 8.2 Prinsip Penatalaksanaan Awal Terapi bergantung dari spesies penyebab infeksi seperti berikut: Plasmodium falciparum, P vivax, P ovale, P malariae, P knowlesi. Rekomendasi umum untuk pengobatan farmakologis malaria adalah sebagai berikut : 200 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1. Malaria P falciparum: terapi Kinin berbasis adalah dengan kinin sulfat ditambah doxycycline atau klindamisin atau pirimetamin - sulfadoksin, terapi alternatif adalah artemeter - lumefantrine, atovakuon - proguanil, atau mefloquine. 2. Malaria P vivax, P ovale: Chloroquine ditambah primaquine 3. Malaria P malariae: Chloroquine 4. Malaria P knowlesi: sama seperti malaria P falciparum 9. Demam Berdarah Dengue Demam berdarah dengue adalah infeksi yang berat dan berpotensi mematikan, yang disebarkan melalui nyamuk, terutama spesies Aedes aegypti. 9.1 Gejala dan Tanda Gejala awal dari DBD mirip dengan demam dengue. Namun setelah beberapa hari, pasien menjadi lebih lemas, berkeringat, dan dapat diikuti dengan keadaan seperti shock. Perdarahan tampak seperti titik kecil darah di kulit (petechiae). Gejala awal meliputi: 1. Penurunan nafsu makan 2. Demam 3. Sakit kepala 4. Nyeri sendi atau otot 5. Malaise 6. Muntah Gejala fase akut meliputi 1. Lemas yang diikuti dengan ekimosis, petechiae, ruam, memburuknya gejala awal. 2. Keadaan seperti shock: berkeringat, akral-akral dingin 9.2 Prinsip Penatalaksanaan Awal Karena DBD disebabkan oleh virus yang belum diketahui pasti vaksin ataupun obatnya, maka penatalaksanaannya berdasarkan gejala, seperti sebagai berikut: 1. Transfusi darah segar atau platelet bisa mengatasi masalah perdarahan 2. Pemberian cairan dan elektrolit secara intravena dapat mengatasi ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh. 3. Terapi rehidrasi secara intravena juga untuk mengatasi dehidrasi. 4. Terapi oksigen mungkin dibutuhkan untuk mengatasi rendahnya oksigen darah. 5. Perawatan suportif di sarana kesehatan yang menunjang 201 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 10. Demam Thypoid Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut usus halus yang disebabkan infeksi Salmonella typhi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh feses dan urin dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. Tifoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis. 10.1 Gejala dan Tanda Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi, atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat (38.840.50C). Sifat demam adalah meningkat perlahan-perlahan dan terutama sore hingga malam hari. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia relatif, lidah yang berselaput (lidah kotor), hepatomegali, splenomegali, meterioismus, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis. Gejala-gejala lain berupa tubuh menggigil, batuk, sakit tenggorokan. Roseolae jarang ditemukan pada orang Indonesia. 10.2 Prinsip Pengobatan Awal Pengobatan penderita demam tifoid di terdiri dari pengobatan suportif meliputi istirahat, diet, dan medikamentosa. Istirahat bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Antibiotika, seperti ampicillin, kloramfenikol, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan ciprofloxacin sering digunakan untuk merawat demam tifoid di negara-negara barat. Bila tak terawat, demam tifoid dapat berlangsung selama tiga minggu sampai sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30% dari kasus yang tidak terawat. Vaksin untuk demam tifoid tersedia dan dianjurkan untuk orang yang melakukan perjalanan ke daerah endemik (terutama di Asia, Afrika, dan Amerika Latin). 202 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 11. Dermatitis Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen (bahan kimia, fisik (sinar matahari dan suhu), mikroorganisme (bakteri dan jamur) dan atau faktor endogen yang menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. 11.1 Klasifikasi dari dermatitis 1. Dermatitis kontak iritan 2. Dermatitis kontak alergik 3. Dermatitis atopik 4. Dermatitis stasis 5. Neurodermatitis sirkumskripta 6. Dermatitis numularis 7. Dermatitis autosensitisasi 11.2 Gejala dan Tanda 11.2.1 Dermatitis Kontak Iritan Dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit reaksi peradangan kulit non imunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi. Gejala klinis Kelainan kulit yang terjadi beragam tergantung pada sifat iritan. Predileksi yang terjadi pada kedua tangan, kaki dan daerah yang terpajan. DKI Akut 1. Penyebab luka bakar oleh bahan kimia, iritan kuat : asam dan basa kuat (NaOH, KOH). 2. Ketika terjadi menyebabkan reaksi segera timbul. 3. Kulit terasa pedih, panas, dan rasa terbakar, kelainan yang terjadi eritema,edema dan bila mungkin juga nekrosis sedangkan pinggiran kulit berbatas tegas dan asimetris. DKI Subakut 1. Gambaran klinis dan gejala sama dengan DKI Akut tetapi baru muncul 8 sampai 24 jam atau lebih setelah kontak. Contoh bahan iritan: podofilin, antralin,asam hidrofluorat,etilen. 203 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2. Jadi setelah kontak terjadi tidak langsung menyebabkan reaksi karena semua itu tergantung faktor yang mempengaruhi, apakah konsentrasinya lebih rendah atau tergantung faktor indivindu itu sendiri seperti ketebalan kulit. Contohnya : penderita kontak dengan bahan iritan dan merasa pedih esok harinya, awalnya eritema setelah itu sorenya menjadi vesikel dan nekrosis. DKI Kronis 1. Dermatitis yang paling sering terjadi. 2. Penyebabnya adalah kontak berulang-ulang dengan iritan lemah tetapi DKI Kronis dapat terjadi karena bekerja sama dengan berbagai faktor. Misalnya faktor kekerapan yang mempengaruhi. 3. Kulit kering, eritema, skuama, lambat laun hiperkeratosis, dan likenifikasi, dan difus. 4. Bila kontak berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris (fisur). Contoh : tukang cuci , keluhan penderita umumnya gatal dan nyeri karena fisur tetapi ada juga yang hanya merasa kulit kering tanpa eritema. Penatalaksanaan Memakai alat pelindung ditempat kerja dan menghindari pajanan bahan iritan. Bila DKI sembuh tanpa pengobatan topikal berikan pelembab. Sistemik antihistamin, antibiotik, kortikosteroid (luas), roborantia Topikal jika basah kompres terbuka dengan sol KmnO4, jika kering dengan salep kortikosteroid. 11.2.2 Dermatitis kontak Alergik Gejala Klinis Gatal. Pada keadaan akut, dimulai dengan bercak eritematosa yang berbatas jelas, lalu diikuti dengan edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah dan menimbulkan erosi dan eksudasi. Pada keadaan kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. 204 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Penatalaksanaan 1. Non farmakologi: Upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan allergen penyebab dan menekan kelainan kulit yang timbul. 2. Farmakologi: Kortikosteroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi peradangan pada DKA akut yang ditandai dengan eritema, edema, vesikel atau bula, serta eksudatif. Misalnya dengan prednisone 30mg/hari. Umumnya kelainan kulit akan mereda setelah beberapa hari. Kelainan kulit cukup dikompres dengan larutan garam faal atau larutan air salisil 1:1000. Untuk DKA ringan atau akut yang telah mereda (setelah diberikan kortikosteroid sistemik) cukup diberikan kortikosteroid atau makrolaktam (pimecrolimus atau tacrolimus) secara topical. 11.2.3 Dermatitis Atopik Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar igE dalam seru dan riwayat atopi pada keluarga. Gejala klinis Kulit kering, pucat/redup, kadar lipid kurang, evaporasi meningkat, jari tangan terasa dingin, cemas, egois, frustasi Gejala utama Pruritus biasanya hilang timbul dan biasanya pruritus hebat pada malam hari. Jika penderita menggaruk biasanya menjadi papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi, dan krusta. Penatalaksanaan : 1. Umum Menyingkirkan faktor yang memperberat atau memicu pasien untuk menggaruk. Mandi dengan pembersih yang mengandung pelembab. 2. Pengobatan topikal Umumnya kulit penderita dermatitis atopik ini relatif kering, sehingga menyebabkan mikroorganisme lebih mudah masuk kedalam tubuh melalui 205 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 kulit tersebut. Penanganannya dengan cara memberikan pelembab krim hidrofilik urea 10% dan kortison 1% atau setelah mandi, kulit dilap hingga kering dan kemudian memakai emolien. Pemakaian dosis pada bayi untuk pengobatan topikal yaitu salep steroid potensi rendah (hidrokortison 1-2,5%), untuk remaja dan dewasa digunakan salep steroid potensi tengah. Bila penyakit sudah terkontrol, gunakan pemakaian intermitten 2 kali seminggu agar tidak cepat kambuh, dan gunakan salep potensi paling rendah. 3. Sistemik Bisa menggunakan kortikosteroid untuk mengendalikan eksaserbasi akut, dan gunakan secara berselang atau bertahap agar tidak menimbulkan efek samping berlebih. Antihistamin juga digunakan untuk mengurangi rasa gatal. 4. Terapi sinar Bisa menggunakan terapi sinar UVA dan UVB, biasanya digunakan untuk dermatitis atopik yang berat dan luas. 11.2.4 Dermatitis stasis Dermatitis statis adalah dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena (hipertensi vena) tungkai bawah. Gambaran klinis Tekanan vena meningkat pada tunkai bawah menyebabkan pelebaran vena, varises, edema. Kemudian lama-kelamaan kulit akan berwarna merah kehitaman dan timbul purpura (karena ekstravasasi sel darah merah kedalam dermis). Kelainan dimulai dipermukaan tungkai bawah bagian medial lateral. Meluas hingga kebawah lutut. Terjadi eritema, skuama, kadang eksudasi, dan gatal. Jika lama kelamaan, kulit menjadi tebal dan fibrotik 1/3 tungkai bawah. Pengobatan : 1. Untuk edema : tungkai dinaikan pada saat tidur atau duduk. Diangkat keatas permukan jantung selama 30 menit. 2. Memakai kaos kaki penyangga varises atau pembalut elastis. 3. Eksudat dikompres dan setelah kering diberi krim kortikosteroid. 4. Antibiotik sistemik untuk infeksi sekunder 206 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 REFERENSI 1. Bourke, et al. 2009. Guidelines For The Management of Contact Dermatitis: an update. Tersedia dalam : http://www.bad.org.uk/portals/_bad/guidelines/clinical%20guidelines/contact%20derma titis%20bjd%20guidelines%20may%202009.pdf. Diakses pada tanggal 10 Februari 2014 2. Chaitanya, G. 2013. Epigastric Pain - Location, Causes and Treatment. http://emedicalhub.hubpages.com/hub/Epigastric-Pain. (diakses pada 15 Februari 2014) 3. Djuanda, Adhi. 2011. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 4. Dorland, W. 2002. Kamus Kedokteran DORLAND. Edisi 29. Jakarta: EGC. 5. Guandallini, S. 2013. Diarrhea. http://emedicine.medscape.com/article/928598- overview. (diakses pada 8 Februari 2014) 6. Harsono, 2009. Kapita Selekta Neurologi. Edisi II. Yogyakarta: Gadjahmada University Press. 7. Harsono, 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi V. Yogyakarta: Gadjahmada University Press. 8. Ilyas, S, Yulianti, SR. 2012. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keempat. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 9. Mansjoer, et al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius. 10. Meneghetti, A. 2013. Upper Respiratory Tract Infection. http://emedicine.medscape.com/article/302460-overview. (diakses pada 31 Januari 2014) 11. PAPDI. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 12. Perez-Jorge, E. 2013. Malaria. http://emedicine.medscape.com/article/221134- overview. (diakses pada 8 Februari 2014) 13. Ramaiah, S. 2007. All You Wanted To Know About Diare. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Popular 14. Riordan-Eva, P., Whitcher, J.P., 2009. Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury. Edisi 17. Jakarta: EGC. 15. Suryadi, et al. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Percetakan Penebar Swadaya 207 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 16. Vyas, J. 2012. Dengue Hemorrhagic Fever. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001373.htm. (diakses pada 8 Februari 2014) 17. Widjaja. 2007. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan Dan Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga 18. Widodo, djoko. 2006. Demam Tifoid. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 208 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 KOMPETENSI TAMBAHAN MATRA PENUNJANG NAVIGASI DARAT PENDAHULUAN Tersesat dalam jangka waktu yang panjang bukanlah hal yang menyenangkan. Navigasi yang baik adalah keahlian dalam membaca peta, dan menginterpretasikannya sehingga peta dapat menunjukkan dimana posisi anda dan ke mana tujuan anda, juga banyak jalurnya. Tips untuk navigasi yang baik, pertama, letakkan peta anda di tangan atau di tempat yang mudah diambil, kedua, sering-sering mengacu pada peta terutama pada saat istirahat, pada saat melewati sungai, dinding, atau jalan setapak dan periksa pada peta anda. apabila anda tidak yakin dengan posisi anda sekarang, jangan terburu-buru, cobalah tentukan posisi anda sebelumnya lalu cocokkan pada peta (bukan sebaliknya), kalkulasikan waktu dan jarak yang sudah ditempuh dan perkirakan di mana posisi anda sekarang. Kata “Navigasi” kita kenal dalam penerbangan ataupun pelayaran, adapun kata “Darat” hanya membedakan dalam pemakaiannya di medan, sebab ada berbagai macam navigasi, diantaranya adalah : i. Navigasi Darat ii. Navigasi Laut, iii. Navigasi Udara iv. Navigasi Sungai v. Navigasi Rawa vi. Navigasi Gurun Pasir Navigasi darat adalah Tehnik menentukan posisi (kedudukan) serta arah perjalanan baik di peta maupun di medan sebenarnya. Adapun pemahaman navigasi adalah suatu kemampuan atau daya rekam dan membaca peta dengan bentang bumi pada suatu daerah yang sedang atau akan kita tempuh dengan bantuan peralatan navigasi. 209 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 PERALATAN NAVIGASI DARAT 1. Alat-alat tulis a. Buku tulis b. Pensil, rautan dan penghapus. c. Bolpoin 4 warna : hitam, hijau, merah, biru. d. Penggaris: segitiga, busur derajat 2. Peta Topografi Peta Topografi berasal dari bahasa yunani, Topos berarti tempat atau lapangan, Graphos berarti gambaran atau catatan. Peta topografi yaitu peta yang menggambarkan suatu tempat di permukaan fisik bumi yang dinyatakan dengan garis-garis ketinggian atau garis kontur dan disertai berbagai keterangan secara rinci mengenai daerah yang terpetakan. Karakteristik unik yang membedakan peta topografi dari jenis peta lainnya adalah peta ini menunjukkan kontur topografi atau bentuk tanah di samping fitur lainnya seperti jalan, sungai, danau, dll. Karena peta topografi menunjukkan kontur bentuk tanah, maka peta jenis ini merupakan jenis peta yang paling cocok untuk kegiatan outdoor dari peta kebanyakan. 3. Kompas Kompas adalah alat penunjuk arah. Karena sifat kemagnetikannya, jarum kompas akan selalu menunjukkan arah utara-selatan, tapi arah utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas tersebut adalah arah utara magnetis bumi. 4. Busur Derajat Pada pemakaiannya, busur derajat sudah jarang digunakan karena sekarang ada alat yang namanya protactor, rumer yang fungsinya sama dan di dalamnya ada pembagian karvak dalam beberapa skala peta. 5. Curvimeter Curvimeter adalah alat untuk menghitung jarak horizontal pada route lintasan yang berkelok-kelok di peta. 210 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 6. Altimeter Altimeter adalah alat pengukur ketinggian yang bisa membantu pengguna menunjukkan posisi dengan melihat garis ketinggian (kontur) pada peta topografi yang sedang kita gunakan. Pada medan gunung yang tinggi, kompas sering tidak digunakan, dan altimeter akan lebih bermanfaat. Dengan melewati pegunungan yang sudah kita kenal maka kita dapat mengetahui posisi (ketinggian) di peta. Namun yang harus kita lakukan sebelum altimeter kita gunakan harus di kalibrasi dengan benar. 7. Pedometer Pedometer adalah alat untuk mengukur langkah kaki, namun alat yang letaknya di pinggang ini jarang digunakan atau sebatas pelengkap saja. 8. Protaktor dan rumerator Adalah alat untuk membatu menunjukan satuan koordinat dipeta berbagai skala, baik Co.Gride maupun Co.Geografis, dan juga bisa pengganyi busur derajat PENGERTIAN PETA Peta adalah representasi grafis dari bagian permukaan bumi yang ditarik ke skala, seperti yang terlihat dari atas. Menggunakan warna, simbol, dan label untuk mewakili fitur yang ditemukan pada permukaan bumi. Representasi yang ideal akan terwujud jika setiap fitur dari daerah yang dipetakan dapat ditunjukkan dalam bentuk yang benar. Untuk dapat dimengerti, peta harus diwakili dengan tanda konvensional dan simbol. Pada peta skala 1:250.000, simbol yang ditentukan untuk membangun mencakup areal seluas 500 meter persegi di atas tanah, sebuah simbol jalan adalah setara dengan lebar jalan sekitar 520 kaki di tanah, simbol untuk rel kereta api tunggal adalah setara dengan rel kereta api sekitar 1.000 kaki pada tanah. 211 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 PETA TOPOGRAFI 1.2 Judul Peta Judul peta terdapat pada atas tengah peta dan di tulis dengan huruf besar sekaligus sebagai penunjuk arah utara peta. 1.3 Nomor peta. Nomor Peta terdapat pada bagian pojok kanan atas peta, nomor peta dimaksudkan untuk menujukkan kedudukan peta tersebut di wilayah Indonesia selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat peta, nomor peta juga berguna sebagai petunjuk bila kita memerlukan peta daerah lain disekitar daerah yang terpetakan, dan biasanya dibagian bawah peta juga dicantukan indek nomer yang mencantumkan nmer-nomer peta yang ada di sekeliling peta tersebut. 212 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.4 Tahun peta Terdapat pada bagian bawah sebelah kiri atau kanan dan di situ juga di sebutkan nama badan atau instansi pembuatnya.jadi bisa di jadikan acuan,semakin besar tahun pembuatannya,maka semakin akurat juga data yang di sajikan oleh peta tersebut. 1.5 Skala peta Disebut juga KEDAR PETA adalah perbandingan antara jarak dua titik di peta dengan jarak darat / horizontal dua titik di lapangan dalam satuan yang sama. Ini untuk menentukan jarak antara obyek atau lokasi pada peta, ukuran area tertutup, dan bagaimana skala dapat mempengaruhi jumlah detail yang ditampilkan. Menurut kategorinya, skala peta dibagi ke dalam tiga kategori. Yaitu skala kecil, menengah dan besar 1.5.2 Kecil. Peta dengan skala 1:1.000.000 dan lebih kecil digunakan untuk perencanaan umum dan untuk studi strategis (peta bawah pada Gambar 2-1). Peta skala kecil standar memiliki skala 1:1.000.000. Peta ini meliputi area yang sangat besar dengan mengorbankan detail. 1.5.3 Menengah. Peta dengan skala lebih besar dari 1:1.000.000 tetapi lebih kecil dari 1:75,000 digunakan untuk perencanaan operasional (peta tengah pada Gambar 21). Peta ini mengandung detail dengan jumlah sedang. Peta skala menengah standar memiliki skala 1:250.000. Ada juga peta dengan skala 1:100.000. 213 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.5.4 Besar. Peta dengan skala 1:75,000 dan lebih besar digunakan untuk perencanaan taktis, administrasi, dan logistik (peta atas pada Gambar 2-1). Peta jenis inilah yang sering ditemukan dan digunakan pihak militer. Peta skala besar standar 1:50.000, namun banyak daerah telah dipetakan dengan skala 1:25.000. Skala angka Contoh 1 : 25.000 Berarati jarak 1 cm pada peta = 25.000cm (250m) jarak horizontal di medan sebenarnya. 1 : 50.000 berarti jarak 1 cm di peta = 50.000 cm (500m) jarak horizontal di medan sebenarnya. Rumus : Skala peta = jarak di peta jarak horizontal di medan SP = JP JM Contoh soal . Di ketahui : skala peta 1: 50.000 Jarak peta = 2 cm Di Tanya : berapa jarak mendatar pada medan? Jawab : Skala peta = jarak peta Jarak mendatar ___1__ 2 cm 50000 = jm jadi jarak di medan (JM) = 50.000 x 2 cm = 100000 cm = 1000 m = 1 km Skala garis atau kedar grafis. Skala garis adalah adalah garis yang dibagi dalam sejumlah perbandingan satuan pengukuran. Mengukur jarak di peta dengan mistar,tali,akar atau apa saja lalu di ukur pada skala garis atau kedar grafis . Berarti tiap bagian sepanjang blok garis mewakili 1 km jarak horizontal sebenarnya. 214 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Tidak semua benda di medan di gambarkan sesuai dengan skala peta, misalnya jembatan, lebar sungai, tadah hujan ( kecil), mata air, bangunan, lebar jalan, lebar rel kereta api, dan sebagainya. Contoh Skala 1: 50.000 berarti tiap bagian sepanjang blok garis panjang di sebelah kanan titik 0 adalah 1 km jarak horizontal sebenarnya. tiap blok garis pendek di sebelah kiri titik 0 adalah pembagian lebih kecil dari balok panjang (per- 100 m). Tanpa harus menghitung, untuk keperluan praktis, kita dapat mengetahui suatu jarak horizontal menggunakan skala garis dengan metode kertas salin. 1) Letakkan pada peta, sepotong kertas yang menghubungkan A-B 2) Tandai pada kertas salin : A dan B 3) Pindahkan dan letakkan kertas secara berhimpit pada diagram skala garis. 4) Ketahui jarak A-B dengan melihat angka blok garis pada diagram skala garis (3,5 km,pada gambar). 1.6. Arah peta Yang di maksud arah peta adalah arah utara pada peta. Telah di singgung di atas pada judul peta,dan bisa kita lihat dengan memperhatikan arah / posisi pada tulisan – tulisan di peta. Misalnya : nama – nama daerah, nama- nama gunung,tetapi tidak mengacu nama- nama sungai, sebab penulisan nama sungai menurut arah aliran sungai itu sendiri. Yang perlu di perhatikan adalah arah Utara Peta / UP ( Utara Grid / UG = Grid North / GN ), yang di lambangkan dengan huruf Y (sumbu Y). Ada tiga macam arah Utara: 1.6.1 Utara peta / grid north. 1.6.2 Utara sebenarnya / true north. 1.6.3 Utara magnetis / magnetic north. 215 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Utara sebenarnya (US) adalah arah yang menunjukkan kutub utara bumi (utara geografis).di lambangkan dengan symbol binatang,karena utara segaris dengan binatang (kutub) utara,msks di kenal pula sebagai utara astronomis. Utara magnetis (UM) adalah arah yang menunjukkan kutub utara magnetis bumi.di lambangkan dengan jarum atau mata panah.kutub utara magnetis bumi letaknya tidak bertepatan dengan kutub utara bumi,kira-kira di utara kanada, sebelah tenggara dari kutub utara bumi,di samudra arktik.karena pengaruh rotasi bumi.letak kutub magnetis bumi ber geser dari tahun ke tahun (sekitar 25 mil per tahun). Utara magnetis adalah arah utara yang di tunjukkan oleh jarum magnetis kompas, biasanya di sebut dengan utara kompas (UK). Untuk keperluan praktis ,utara peta, utara sebenarnya, dan utara magnetis dapat di anggap sama. Untuk keperluan yang lebih menuntut ketelitian, perlu di perhitungkan adanya ikhtilaf peta, ikhtilaf magnetis, variasi magnetis. Hubungan antara US, UM, UG, dan variasi magnetis akan di pelajari setelah pengetahuan dasar ini di pahami dengan baik. 1.7. Jenis Peta Peta pilihan untuk navigator adalah peta topografi skala 1:50.000. Ketika beroperasi di tempat-tempat asing, kita mungkin menemukan bahwa produk-produk peta belum diproduksi untuk mencakup daerah tertentu pada lokasi operasi kita, atau mungkin tidak tersedia untuk unit kita ketika kita membutuhkannya. Oleh karena itu, kita harus siap untuk menggunakan peta yang diproduksi oleh pemerintah asing yang mungkin tidak memenuhi standar untuk akurasi yang ditetapkan. Peta-peta ini sering menggunakan simbol-simbol yang mirip dengan yang ditemukan pada peta produksi negara kita tetapi memiliki makna sangat berbeda. 216 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.7.1 Planimetrik Peta. Peta ini hanya menyajikan posisi horizontal untuk fitur yang diwakili. Berbeda dari peta topografi, peta ini biasanya diwakili oleh garis kontur. Terkadang, peta jenis ini disebut juga peta garis. 1.7.2 Peta Topografi. Ini adalah peta yang menggambarkan fitur medan dengan cara yang terukur (biasanya melalui penggunaan garis kontur), serta posisi horisontal untuk fitur yang diwakili. Posisi vertikal, atau bantuan, biasanya diwakili oleh garis kontur pada peta topografi militer. Pada peta yang menunjukkan relief, ketinggian dan kontur diukur dari bidang daerah ukur vertikal tertentu, biasanya permukaan laut. Gambar 3-1 menunjukkan peta topografi yang khas. 1.7.3 Peta yg dibuat dengan potret. Ini adalah reproduksi dari foto udara yang di atasnya diberi grid baris, data marginal, nama tempat, nomor rute, level penting, batas-batas, dan skala perkiraan dan arah. 1.7.4 Peta Operasi Bersama. Peta ini didasarkan pada format standar 1:250.000 peta topografi skala menengah militer, tetapi peta ini berisi informasi tambahan yang diperlukan dalam operasi udara dan darat secara bersamaan (Gambar 2-2). Sepanjang tepi utara dan timur detail, grafis melampaui lembar peta standar untuk memberikan informasi tumpang tindih dengan lembar yang berdekatan. Peta ini baik untuk digunakan dalam format darat dan udara. Setiap versi diidentifikasi dalam margin yang lebih rendah sebagai grafis operasi bersama (udara atau darat). Terdapat informasi topografi identik pada keduanya, tapi versi darat menunjukkan elevasi dan kontur dalam meter dan versi udara menunjukkan elevasi dan kontur dengan kaki (feet). Layer (elevasi), pewarnaan dan bayangan ditambahkan sebagai bantuan untuk bahan interpolasi. Kedua versi menekankan fasilitas airlanding (ditampilkan dalam warna ungu), tapi versi udara memiliki simbol tambahan untuk mengidentifikasi bantuan dan rintangan untuk navigasi udara. 1.7.5 Photo Mozaik. Ini adalah bagian foto udara yang biasa disebut mozaik dalam penggunaan topografi. Mosaik berguna sekali ketika waktu tidak memungkinkan penyusunan peta yang lebih akurat. Ketepatan mozaik tergantung pada metode yang digunakan dalam persiapan dan mungkin berbeda dari sekadar efek gambar yang baik dari sebuah peta planimetrik. 1.7.6 Terrain Model. Ini adalah model skala fitur yang menunjukkan medan, dan dalam skala besar model menunjukkan bentuk industri dan budaya. Peta ini menyediakan 217 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 sarana untuk memvisualisasikan daratan untuk tujuan perencanaan, indoktrinasi dan untuk briefing. 1.7.7 Peta Kota Militer. Peta ini termasuk peta topografi (biasanya pada skala 1:12.550, kadang-kadang sampai 1:5.000), yang menunjukkan rincian kota. Didalamnya terdapat hal terperinci seperti jalan-jalan, nama jalan, bangunan penting, dan elemen lain dari lansekap kota penting untuk navigasi dan operasi militer di medan perkotaan. Skala dari sebuah peta kota militer tergantung pada pentingnya dan ukuran kota, kepadatan detail, dan informasi intelijen yang tersedia. 1.7.8 Peta Khusus. Ini adalah peta untuk tujuan khusus, seperti mobilitas, komunikasi, dan peta penyerangan. Peta ini biasanya di cetak di dalam skala lebih kecil dari 1:100.000 tetapi lebih besar dari 1:1.000.000. Peta tujuan khusus adalah salah satu jenis peta yang telah dirancang atau dimodifikasi untuk memberikan informasi yang tidak tercakup di peta standar. Beberapa subyek yang dibahas adalah: 1. Medan. 2. Karakteristik Drainase. 3. Vegetasi. 4. Iklim. 5. Pesisir dan pantai pendaratan. 6. Jalan dan jembatan. 7. Rel kereta api. 8. Lapangan udara. 9. Daerah perkotaan. 10. Tenaga listrik. 11. Lokasi bahan bakar. 12. Sumber daya air permukaan. 13. Sumber daya air tanah. 14. Daerah industri. 15. Jalur lintasan. 16. Kesesuaian untuk pembangunan lapangan terbang. 17. Operasi penerjunan pasukan. 218 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.8. Garis ketinggian / garis kontur. Garis kontur adalah garis khayal yang berkelok-kelok tak beraturan dan tertutup ,menghubungkan beberapa titik yang mempunyai ketinggian sama dari permukaan air laut. Pada medan sebenarnya, permukaan bumi merupakan suatu bidang yang tidak rata.hal ini di sebabakan karena ada : gunung, lembah, jurang, sungai, laut, tebing dan lainnya. Ketidak rataan ini di sebut RELIEF yang jika pada peta di sebut dengan KONTUR yang dapat memberikan gambaran tentang ketidak rataan suatu medan diatas peta dan sekaligus kita dapat membayangkan bentuk medan yang sebenarnya. 1.8.1. Sifat / ciri – ciri garis kontur : 1. Tidak pernah terputus / selalu tertutup. 2. Tidak pernah ber cabang. 3. Tidak pernah berpotongan,kecuali bila menggambarkan lereng terjal yang vertikal atau menonjol (over hang). 4. Garis kontur dengan ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis kontur dengan ketinggian yang lebih tinggi,kecuali pada kawah atau danau. Beda ketinggian antara dua garis kontur adalah tetap / sama walaupun kerapatan kedua garis kontur itu berubah-ubah. A. Daerah datar mempunyai garis kontur jarang-jarang, sedangkan daerah terjal / curam mempunyai garis kontur yang rapat / berdekatan. B. Punggungan gunung / bukit terlihat di peta sebagai rangkaian kontur berbentuk huruf “U” yang ujungnya melengkung menjauhi puncak. C. Lembah terlihat di peta sebagi rangkaian kontur berbentuk huruf “V” yang ujung nya tajam dan menjorok ke arah puncak. D. Angka (harga kontur / kontur tebal) yang tertera pada garis kontur selalu mengarah ke daerah yang lebih tinggi. E. Garis ketinggian yang menyatakan setengah ketinggian dari dua garis kontur yang berurutan , di gambarkan dengan garis putus-putus. F. Garis putus-putus tegak menyatakan daerah kawah atau danau G. Peta keluaran Bakosurtanal (1: 50.000)membuat garis kontur tebal untuk kelipatan 250 meter atau selang 10 garis kontur.(250,500,750,1000,1250 meter dst) H. Peta keluaran AMS ( 1: 50.000) membuat garis kontur tebal untuk kelipatan 100 meter atau selang 4garis kontur(100,200,300,….500 meter dst) 219 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 I. Peta keluaran direktorat geologi bandung tidak seragam ketentuan ketebalan garis konturnya,jadi tidak ada ketentuan khusus dan seragam untuk penentuan garis kontur tebal. J. Gambar Kontur 220 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.8.2. Interval kontur. Perbedaan tinggi antara dua garis kontur yang berurutan. Mencari interval kontur adalah setengah dari bilangan angka ribuan pada skala peta atau satu per dua ribu kali skala peta yang dinyatakan dalam meter. Contoh : skala 1 : 50.000 Maka interval konturnya = ½ x 50 meter = 25 meter Atau 1/2000 x 50.000 meter = 25 meter. 1.9. Koordinat peta Koordinat adalah kedudukan suatu titik (lokasi / posisi ) pada peta. Koordinat di tentukan dengan menggunakan system sumbu X Y, yaitu garis-garis yang saling berpotongan tegak lurus.Sistem koordinat yang resmi di pakai pada peta ada dua yaitu : 1.9.1. Koordinat Geografis (Geographical Coordinate). Sumbu yang di gunakan adalah garis bujur( bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus terhadap katulistiwa, dan garis lintang ( lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan katulistiwa.koordinat geografis di nyatakan dalam satuan derajat (◦), menit („), dan detik (“). 1.9.2. Koordinat Grid (Grid Coordinate). Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak terhadap suatu titik acuan (datum). Koordinat grid yang lazim di pakai di peta adalah koordinat grid UTM (Universal Transverse Mercator).sumbu yang di gunakan adalah sumbu X dan Y. Garis horizontal di beri nomor urut dari barat ke timur / kiri ke kanan (sumbu X). 221 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Garis vertical di beri nomor urut dari selatan ke utara / bawah ke atas ( sumbu Y). Sistem koordinat grid mengenal penomoran : 4, 6, 8, dan 14 angka. Untuk daerah yang luas di pakai penomoran 4 atau 6 angka, dan untuk daerah yang lebih sempit / detail dengan penomoran 8 atau 14 angka. Koordinat grid 14 angka, terdiri dari 7 angka absis (X) dan 7 angka ordinat (y). Untuk penulisan koordinat lebih sedikit digit bisa dari koordinat digit yang lebih banyak. Gambar. 1.10. Legenda peta. Legenda peta biasanya di sertakan pada bagian bawah peta, ada juga yang meletakkan di sebelah kanan peta. Legenda ini memuat arti dan symbol, warna dan keterangan yang di pakai pada peta tersebut. Untuk kepentingan navigasi darat simbol-simbol yang penting diketahui antara lain : jalan setapak, jalan raya, sungai, pemukiman, puncak, dan sebagainya 222 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 MEMBACA PETA Yang terpenting dalam bernavigasi adalah kemampuan untuk menginterpretasikan peta, yaitu kemampuan membaca peta dan membayangkan keadaan medan yang sebenarnya. Oleh karena itu kita harus benar-benar paham : sifat-sifat garis kontur (sudah di bahas di depan) Ketinggian tempat Menentukan ketinggian suatu tempat dapat di lakukan dengan dua cara : 1. Lihat interval kontur peta, lalu hitung ketinggian tempat yang ingin di ketahui. Memang ada rumus umum : interval kontur = 1/2000 skal peta. Tetapi rumus ini tidak selalu benar, sebab beberapa peta topografi keluaran direktorat geologi bandung aslinya berskala 1 : 50.000 (interval kontur 25 meter), tetapi kemudian di perbesar menjadi ber skala 1 : 25.000 dengan interval kontur tetap 25 meter. Dalam suatu misi SAR gunung hutan misalnya , sering suatu peta di perbesar dengan cara di foto kopi. Untuk ini, interval kontur peta tersebut harus tetap di tulis atau di sertakan keterangan di foto kopi berapa persen. 2. Bila ketinggian kontur tidak di cantumkan, maka kita harus menghitung ketinggian suatu tempat dengan mencari 2 titik berdekatan yang harga ketinggiannya tercantum. a. Hitung selisih ketinggian antara kedua titik tersebut. Hitung berapa kontur yang terdapat antar kebuanya (jangan menghitung kontur yang sama harganya bila kedua titik terpisah oleh lembah) b. Dengan mengetahui selisih ketinggian dua titik tersebut dan mengetahui juga jumlah kontur yang terdapat, dapat di hitung berapa interval konturnya ( harus merupakan bilangan bulat) c. Lihat kontur terdekat dengan salah satu titk ketinggian (bila kontur terdekat itu berada di atas titik, maka harga kontur itu lebih besar dari titik ketinggian. Bila kontur berada di bagian bawah, harganya lebih kecil). Hitung harga kontur terdekat itu yang harus merupakan kelipatan dari harga interval kontur yang telah di ketahui di atas. Lakukan perhitungan di atas beberapa kali sampai yakin harga yang di dapat untuk setiap kontur benar. Cantumkan harga beberapa kontur pada peta anda agar mudah mengingatnya. 223 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Titik Triangulasi Selain dari garis-garis kontur, kita dapat juga mengetahui tinggi suatu temapt dengan pertolongan titik ketinggian. Titik ketinggian ini biasanya di sebutdengan titik triangulasi. Yaitu suatu titik atau benda berupa pilar/tonggak/patok yang menyatakan tinggi relative suatu tempat dari permukaan laut. Titik triangulasi di gunakan oleh jawatan- jawatan topografi untuk menentukan ketinggian suatu temapat dalam pengukuran ilmu pasti pada waktu pembuatan peta. Di lapangan, pilar ini berupa tugu dan terdapat keteranga. Macam titik triangulasi, yaitu primer (P), sekunder (s), tertier (T), kuartier (Q), da titik antara (TP). Contoh titk triangulasi : Δp.140/ 78 Artinya : pilar tipe primer (P), pilar ke- 140, pada ketinggian 78 meter diatas permukaan laut (dpl). Dengan mengetahui ketinggian tugu tersebut di lapangan. Pilar triangulasi dapat di jadikan patokan untuk mengalibrasi altimeter. Mengenal tanda medan Di samping tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta topografi kita bisa menggunakan bentuk-bentuk atau bentang alam yang menyolok di lapangan dan mudah di kenali di peta, yang akan kita sebut sebagai tanda medan. beberapa tanda medan dapat anda “baca” dari peta sebelum anda berangkat ke lokasi, tetapi kemudian harus anda cari di lokasi. 1. Puncak gunung atau bukit, punggungan gunung , lembah antara dua puncak , dan bentuk-bentuk tonjolan lain yang menyolok. 2. Lembah yang curam, sungai, pertemuan anak sungai, kelokan sungai, tebing-tebing di tepi sungai. 3. Belokan jalan, jembatan (potongan sungai dengan jalan). Ujung desa, simpang jalan. 4. Bila berada di pantai, muara sungai dapat menjadi tanda medan yang sangat jelas.begitu juga tanjung yang menjorok ke laut, teluk-teluk yang menyolok,pulaupulau kecil, delta, dan sebagainya. 5. Di daerah dataran atau rawa-rawa biasanya sukar mendapat tonjolan permukaan bumi atau bukit-bukit yang dapat di pakai sebagai tanda medan. pergunakan belokanbelokan sungai. Cabang-cabang sungai, muara-muara sungai kecil. 224 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 6. Dalam penyusuran di sungai, kelokan tajam, cabang sungai, tebing-tebing, delta, dan sebagainya, dapat di jadikan sebagai tanda medan. Pengertian tanda ini mutlak perlu dikuasainya. Akan selalu di gunakan pada uraian selanjutnya tentang teknik peta kompas. Teknik Contouring Contouring dapat diartikan dengan salah satu penerapan ilmu medan peta yaitu menempuh perjalanan tanpa menggunakan kompas. Dalam melakukan teknik contouring dituntut untuk lebih teliti dalam pengamatan medan. Karena jika kita sudah salah menentukan posisi dengan contouring maka akan mempersulit perjalanan kita dan mungkin akan tersesat. Jika kita di lapangan dengan membawa peta maka teknik contouring dapat dilakukan, dengan mengamati bentukan dengan acuan arah KAKIBATAS (kanan, kiri, bawah, atas). Tanda-tanda medan yang dapat digunakan adalah: - Puncak-puncak bukit - Bentukan sungi - Punggungan bukit dan terjal/landainya bukit - Dan lain lain 2. KOMPAS Kompas merupakan salah satu peralatan navigasi utama untuk di gunakan bersamaan dengan peta. Sebuah peta tidak akan memiliki nilai lebih jika tidak ada kompas. Dengan adanya kompas kita dapat mengetahui arah gerakan, azimuth magnetik suatu point dll. Berbagai jenis kompas: 2.1.Kompas lensatik merupakan jenis kompas yang simpel dan sering kita temui. terdiri dari 3 bagian : cover, base dan lensa. 225 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Cover atau penutup kompas berguna untuk melindungi jarum magnetik dan piringan azimuth saat tidak digunakan. Di bagian tengahnya terdapat kawat bidik untuk membidik point atau titik. Base atau tubuh kompas memiliki bagian sebagai berikut: - Cakra angka atau piringan azimuth / floating dial bertumpu pada suatu poros, sehingga dapat berputar bebas saat berotasi. - Pelindung piringan azimuth adalah kaca atau plastik bening yang memiliki garis indek tetap berwana hitam. - Cincin gerigi pada saat diputar akan berbunyi klik, dan tiap klik menandakan rotasi sebanyak 3°, total ada 120 klik dalam satu lingkaran penuh. Lensa digunakan untuk membaca azimuth dan memiliki celah bidik yang digunakan bersamaan dengan kawat bidik pada cover. Celah bidik ini juga digunakan untuk mengunci piringan azimuth agar tidak bergerak saat ditutup. Celah bidik harus dibuka lebih dari 45° agar piringan azimuth bergerak bebas. 2.2.Kompas Prima 2.3.Kompas Silva 226 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Kalibrasi Kompas Sebelum menggunakan kompas, kita harus terlebih dahulu memastikan kompas berfungsi dengan benar dan akurat, untuk itu kita harus memerhatikan beberapa hal: 1. Set semua kompas yang akan dipakai (seragamkan dengan kompas yang standar). Untuk checking yang paling mudah yaitu kita pergi ke titik triangulasi, dengan catatan daerah tersebut telah kita ketahui SPM-nya (missal 0o00‟00”). Plot salah satu tanda medan yang terlihat jelas dari triangulasi dan juga terdapat di peta, catat besar sudut petanya, missal 50‟. Pada kompas standar, besar sudut kompas bila kita membidik tanda medan tersebut dari titik triangulasi juga harus sebesar 50‟. (Catatan: cara kita membidik dan plotting sudah benar). 2. Perhatikan angka-angka pembagian derajat yang terdapat pada piringan kompas (untuk keseragaman sebaiknya menggunakan kompas dengan pembagian derajat 6400, maka di lapangan kita harus menghitung lagi. Teknik Penggunaan Kompas 1. Teknik Centerhold. Pertama, kompas dibuka secara penuh hingga tutup membentuk suatu bidang datar dengan base. Kemudian buka lensa (rear-sight) secara maksimal, biarkan link mengapung dengan bebas. Berikutnya, tempatkan ibu jari pada cincin, membentuk suatu dasar yang baik beserta jari kelingking dan manis, sedangkan jari telunjuk diletakkan sepanjang sisi kompas. Tempatkan ibu jari dari tangan lain antara lensa dan bezel-ring, jari telunjuk sepanjang sisi lain dari kompas, dan jari yang sisanya di sekitar jari dari tangan lain. Tarik siku kearah badan, ini akan memposisikan kompas di antara dagu dan pinggang. Untuk mengukur azimuth, secara sederhana, putar seluruh badan kearah obyek, tutup kompas akan menunjuk langsung ke obyek tersebut. Ketika sedang menunjuk obyek, perhatikan dan baca azimuth, sesuaikan garis index. Teknik ini lebih disukai karena lebih mudah, cocok pada semua kondisi jarak penglihatan, dan dapat digunakan tanpa harus melepas kacamata. 227 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2. Teknik Compass-To-Cheek. Buka tutup kompas hingga posisi vertical; kemudian buka pula rear-sight agak condong ke depan (45o). sejajarkan rear-sight slot dan front-sight dengan obyek yang diinginkan. Kemudian mengerling dan perhatikan skala yang ditunjukkan oleh link untuk membaca azimuth. Teknik ini sangat baik digunakan dalam membidik obyek, dan merupakan teknik terbaik untuk tujuan ini. 3. Teknik Passing Kompas (point to point) Teknik ini sering digunakan dalam melakukan sebuah operasi SAR. Teknik ini lebih mudah dilakukan pada medan yang landai dan luas, digunakan pula untuk mengatasi rintangan yang menghalangi perjalan kita, misal sungai atau jarang. Cara melakukan passing kompas adalah: 3.1.Tentukan titik (lokasi) yang menjadi tujuan kita, pada peta. 3.2.Hitung sudut peta dengan kompas dari titik awal kita menuju titik tujuan dan tentukan pula back azimuth nya. 3.3.Kunci arah kompas. 3.4.Perintahkan satu atau dua orang rekan kita untuk menuju arah bidikan kompas sebatas pandangan mata. 3.5.Kemudian anda bergerak ke depan rekan anda dan melakukan hal yang sama dengan point ketiga. 3.6.Posisi jarum kompas harus selalu berimpit dengan N dan S (Utara dan Selatan) (dalam keadaan terkunci) Teknik ini sering digunakan untuk mengatasi rintangan yang menghalangi perjalanan kita, misal jurang, sungai, dll. Yang utama adalah menentukan arah bidikan dan mengirimkan rekan sebagai pionir pencari jalan, dengan catatan tidak terlepas dari jangkauan mata dan segera menempati arah bidikan kompas. 228 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Selain itu, kadang lintasan yang akan kita lalui terhalang oleh rintangan, seperti tebing, rawa, atau danau, dsb, sehingga kita tidak dapat melewatinya, maka cara mengatasinya adalah: A. Pada awal rintangan, misal titik A, perjalanan dibelokkan ke kanan atau ke kiri dengan sudut kompas baru yaitu sudut kompas awal ditambah atau dikurangi 90o. B. Ikuti arah lintasan yang baru hingga melewati lebarnya rintangan, misallnya pada titik B, jarak yang dilalui haruslah dihitung, misal dalam X langkah. C. Dari titik B, arah lintasan dikembalikan kea rah sudut kompas awal dan berjalan sampai rintangan terlewati, misalnya titik C. D. Dari titik C, sudut awal kompas dikurangi ± 90o dan berjalan dengan X langkah sampai ke titik misalnya D. E. Dari titik D, arah lintasan dikembalikan ke sudut semula, maka kita sudah kembali pada jalur kita semula. Teknik Mengunci Kompas Kompas Siang Hari a. Kompas diletakkan pada telapak tangan b. Putar hingga azimuth obyek yang diinginkan didapatkan, sesuaikan dengan garis index. Pertahankan posisi azimuth c. Putar bezel-ring sampai garis pengunci disejajarkan dengan panah (arah utara). Ketika semuanya telah segaris, berarti kompas telah dikunci. d. Untuk mengikuti suatu azimuth, gunakan teknik centerhold kemudian putar badan hingga arah utara segaris dengan garis pengunci. Kemudian buat bidang segaris antara obyek dengan kawat bidik, lalu kunci kompas pada azimuth yang diinginkan. Jarak penglihatan terbatas (kompas malam hari) a. Putar bezel-ring hingga mencapai garis pengunci, sesuaikan dengan garis index. b. Azimuth yang diinginkan dibagi dengan angka tiga, hasil bagi merupakan jumlah klik yang digunakan pada saat memutar bezel-ring. c. Putar bezel-ring berdasarkan klik. Jika azimuth yang diinginkan lebih kecil dari 180o, maka bezel-ring diputar berlawanan dengan arah jarum jam. Sebagai contoh, azimuth yang diinginkan 51o, maka 51o:3=17 klik berlawanan arah jarum jam. Jika azimuth yang diinginkan lebih besar dari 180o, maka diperkurangkan dengan 229 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 160o kemudian dibagi dengan 3 untuk memperoleh banyaknya klik. Bezel-ring diputar searah dengan jarum jam. Sebagai contoh, azimuth yang diinginkan adalah 330o, 360o – 330o=30, 30o=10 klik searah jarum jam. d. Kunci kompas dan gunakan teknik centerhold e. Ketika kompas akan digunakan pada malam hari, jika memungkinkan azimuth awal haruslah diset selagi masih tersedia cahaya. Dengan azimuth awal sebagai dasar, azimuth lain dapat ditentukan dengan mengalikan jumlah klik bezel-ring dengan angka tiga. * Azimuth dan Back-azimuth Azimuth adalah sudut yang terbentuk karena penyimpangan dari arah utara peta, besarnya azimuth / sudut dinyatakan dengan derajat ( ) dan sudut dihitung sesuai arah jarum jam. Cara mengukur sudut peta. 1. Tempatkan 0 selalu di utara. 2. Tempatkan gromet (bagian tengah busur) pada titik yang akan diukur besaran sudutnya. 3. Yakinkan garis dapat dibaca berada pada angka yang tertera di busur derajat. 4. Besarnya sudut adalah sesuai nilai angka yang dilalui garis. Back azimuth adalah sudut balik dari suatu arah, dimana nilai sudutnya diperoleh jika: 1. Arah kurang dari 1800 maka back azimuthnya adalah (arah + 1800 = Back azimuth). 2. Arah lebih dari 1800 maka back azimuthnya adalah (arah – 1800 = Back azimuth) 230 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. ORIENTASI MEDAN 3.1 Mengenal Tanda Medan Disamping legenda sebagai pengenal tanda medan, bentukan-bentukan alam yang cukup mencolok dan mudah dikenal dapat kita pergunakan juga sebagai tanda medan. Tand medan harus kita ketahui dan kita cocokan pada peta sebelum kita memulai pengembaraan. Tanda medan yang cukup mudah untuk diamati dapat berupa: 1. Puncakan gunung atau bukit dan bentukan-bentukan tonjolan lain yang cukup ekstrim 2. Punggungan merupakan rangkaian kontur yang menyeruipai huruf V menjorok mendekati puncak 3. Saddle, daerah pertemuan 2 ketinggian 4. Belokan kujalan sungai jembatan ujung jalan 5. Garis batas pantai muara sungai, tanjung, dan teluk yang mudah kita kenali Masih banyak tanda medan yang dapat kita kenali dan kita cocokan dengan keadaan di alamnya. Jam terbang akan sangat menambah pengetahuan tentang tanda medan ini. 3.2. Orientasi Medan Dengan Kompas Untuk mengetahui posisi kita saat berada di alam bebas, yang penting untuk melakukan penentuan arah mata angina (U,S,B dan T), lalu menentukan arah utara peta. Setelah itu menentukan posisi kita dengan pasti. Ada 2 cara yang dapat digunakan untuk menentukan posisi kita, yaitu: 3.2.1 Resection Resection merupakan cara untuk mengetahui posisi kita di peta. Langkah-langkah melakukan resection: 1. Dengan menggunakan busur derajat dan penggaris, buatlah garis dari titik sasaran dengan acuan besar sudut peta.). 2. Lakukan hal yang sama dengan titik kedua, missal Y. Bila kita melakukannya benar maka akan didapatkan titik perpotongan antara kedua garis tersebut. 3. Titik perpotongan itulah posisi kita di peta. 231 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3.2.2 Intersection Intersection merupakan cara menentukan posisi orang lain/tempat lain pada peta, langkahnya adalah: 1. Lihatlah dan perhatikan tanda medan yang mudah dikenal di lapangan, seperti puncak bukit, pegunungan, tikungan potong, sungai ataupun tebing. 2. Lakukan orientasi (sesuai dengan bentang alam), kemudian cocokkan dengan peta. Bidikkan kompas dari posisi anda berdiri (letaknya sudah pasti diketahui di medan dan di peta) ke sasaran bidik (obyek). Misal tempat anda berdiri adalah X, dengan hasil bidikan 130o terhadap sasaran. Maka sudut peta adalah 130o (azimuth). 3. Dengan menggunakan busur derajat dan penggaris, buatlah garis dari titik sasaran dengan acuan besar sudut peta. 4. Lakukan hal yang sama di tempat kedua, missal Y. Bila kita melakukannya dengan benar maka akan didapatkan titik perpotongan antara kedua garis tersebut (usahakan selisih sudut antara X dan Y antara 30o-150o). 5. Titik perpotongan itulah posisi kita di peta. Intersection bisa dilakukan bila sasaran bidik dapat kita melihat dari dua tempat yang berbeda, dengan jelas. 232 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3.3 Orientasi Medan Tanpa Peta dan Kompas Bila kita berada di alam bebas tanpa membawa peta dan kompas, kita dapat menggunakan tanda-tanda alam untuk menunjukkan arah perjalanan kita, diantaranya adalah: 1. Matahari hanya dapat digunakan pada siang hari, yaitu mengetahui arah barat dan timur. 2. Bintang pada malam hari dapat menggunakan bintang untuk mengetahui arah perjalanan kita, antara lain: Bintang Pari menunjukkan arah selatan Bintang Orion menunjukkan arah timur dan barat 3. Kuburan Islam menghadap ke utara. 4. Masjid menghadap kiblat, untuk wilayah Indonesia mengarah ke sekitar barat laut. 5. Bagian pohon yang berlumut tebal menunjukan arah timur, karena pada pagi hari sinar matahari belum terik. REFERENSI 1. Navigasi Darat BASARNAS 2. Materi Navigasi Darat Basarnas Seminar Nasional Baksos Nasional PTBMMKI 2014 3. Booklet Musyawarah Nasional XI Jambore Nasional XVII 4. Aidi,Laili.2009.Pengenalan Dasar Navigasi Darat.ASTACALA PMPA ITTELKOM Jungle Rescue – SAR Jayapura http://sarjayapura.com/2012/02/jungle-rescue/ 233 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 KOMUNIKASI LAPANGAN PENDAHULUAN Dalam keadaan survival jiwa anda tergantung pada 4 hal yaitu : perlindungan dari cuaca (dingin, hujan, panas), makanan, air dan regu pencari. Juga dalam kegiatan operasi, seperti operasi SAR, pendakian dalam regu, pertolongan bencana alam, komunikasi memegang peranan penting dalam operasi tersebut. Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain sangat vital untuk dikuasai dalam berkegiatan di alam terbuka. Hal ini akan sangat terasa apabila kita berada dalam kondisi survival dimana kita harus mampu memberikan isyarat untuk memberitahukan atau meminta pertolongan pada seorang yang mungkin dapat memberikan pertolongan pada kita. Komunikasi dengan sarana radio dua arah (HT) Kita sering melihat banyak anggota Polisi, TNI, Pemadam, SAR dan instansi lain menggunakan radio dua arah yang lebih dikenal dengan nama "HT". Masyarakat umum juga saat ini mulai banyak yang memanfaatkan HT tersebut untuk berbagai kegiatan. Bagaimana penggunaan alat tersebut? JENIS KOMUNIKASI LAPANGAN 1. Semaphore Semaphore adalah isyarat praktis dalam penyampaian pesan dengan menggunakan sepasang bendera. Biasanya digunakan untuk penyampaian pesan jarak jauh tetapi masih dapat ditangkap oleh mata manusia. Komunikasi ini biasanya digunakan dalam keadaan gawat darurat. 234 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Huruf A berlaku juga untuk angka 1, huruf B berlaku juga untuk angka 2, huruf C berlaku juga untuk angka 3, dan seterusnya. Isyarat yang umum digunakan : 1.1. tanda panggilan : U R (beberapa kali) 1.2. tanda selesai : A R (beberapa kali) 1.3. tanda siap menerima : K 1.4. tanda belum siap menerima : Q (pengirim diminta menunggu) 1.5. tanda satu kata dimengerti : C 1.6. tanda minta diulangi : I M I 1.7. tanda berita dapat diterima : R 1.8. tanda pemisah kata: bendera kanan diputer searah jarum jam 1.9. tanda satu huruf salah : E 8 kali, kemudian semua kata diulangi 1.10.tanda angka dipakai sebelum pengiriman dan setelah pengiriman selesai diakhiri dengan huruf J 2. Morse Morse adalah suatu bentuk isyarat komunikasi berupa kode kombinasi panjang dan pendek yang mewakili semua huruf, angka, dan tanda baca. Komunikasi ini juga dapat digunakan dalam keadaan gawat darurat. Alat-alat yang biasa digunakan dalam komunikasi morse adalah : 2.1 Peluit Isyarat yang digunakan dalam menggunakan peluit adalah dengan menggunakan panjang-pendek suara tiupan. 2.2 Cahaya Biasanya menggunakan cahaya sorot (senter) yang ditutup dengan kain berwarna merah/jingga karena intensitas cahayanya paling dapat diterima dengan baik oleh mata manusia. Isyarat yang digunakan dengan menggunakan panjang – pendek sinar cahaya. 235 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Tanda Baca : Tanda . direpresentasikan dengan .-.-.Tanda , direpresentasikan dengan –..– Tanda : direpresentasikan dengan —… Tanda - direpresentasikan dengan -….Tanda / direpresentasikan dengan -..-. 236 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. Komunikasi radio Komunikasi radio adalah cara berkomunikasi yang paling efisien di dalam komunikasi lapangan. Secara umum radio dapat diartikan sebagai hubungan jarak jauh dengan menggunakan peralatan elektronik, misalnya pesawat SSB (Single Side Band), walkie talkie, pesawat CB, dan jenis-jenis pemancar/penerima lainnya. Komunikasi radio dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: 3.1 Telephony: AM (Amplitudo Modulation), FM (Frequency Modulation), A3J (SSB) 3.2 Telegraphy, kode morse. Alat yang paling sering digunakan di dalam kegiatan alam bebas untuk berkomunikasi jarak jauh melalui radio adalah TRX (Transceiver) yang berarti Transmitter (TX) dan Receiver (RX). Alat ini adalah alat komunikasi dua arah yang digunakan secara bergantian. Artinya apabila pemancar yang bekerja, maka penerimanya mati dan sebaliknya. Bagian pokok dari radio: i. Antena ii. Receiver (Penerima) dan Transmitter (Pemancar) iii. Power Supply iv. Mike v. Speaker dan Volume vi. S-Meter (Signal Meter) vii. Chanenel/Frekuensi 4. Komunikasi Darurat Anda dengan api dan asap cara yang paling sederhana untuk memberitahukan letak posisi kita adalah dengan membuat api dan asap, agar mudah terlihat dari kejauhan. Untuk malam hari dapat membuat api yang besar agar mudah terlihat pada kegelapan. Untuk membuat api yang besar dapat menggunakan daun, ranting dan dahan-dahan kering tetapi harus dijaga agar api tidak menimbulkan kebakaran hutan. Untuk siang hari dapat membuat asap tebal yang mengepul. Untuk daerah yang berhutan lebat dan hujan, asap tebal putih akan lebih mudah terlihat. Untuk membuat asap hitam, gunakan bensin, oli, kain yang dicelupkan ke dalam minyak tanah, potongan karet atau plastik. Untuk asap putih gunakan daun-daun yang masih hijau , lumut, ranting, atau percikan air ke dalam api. Namun ada juga cara untuk 237 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 memberitahukan posisi kita yaitu dengan asap yang telah dikemas dalam kaleng yang disebut smoke. Berikut merupakan warna Isyarat dari asap beserta artinya: Asap jingga: Saya sedang dalam bahaya dan memerlukan pertolongan segera. Cermin Survival Cermin ini berbentuk segi empat yang memiliki sermin dikedua belah sisinya. Mempunyai 2 lubang; satu ditengah dan satu lainya di sudut. Cermin ini sangat efektif dalam menarik perhatian. Kain sebagai kode darat ke udara tanda ini digunakan untuk memberikan isyarat dari darat ke udara. Biasanya menggunakan kain yang berwarna kontras dengan medan di sekitarnya. Gelombang radio secara umum dapat dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu: a. Gelombang radio yang dapat menembus lapisan benda-benda (tembok, besi, kayu) yaitu LF (Low Frequency) dan HF (High Frequency). b. Gelombang radio yang tidak dapat menembus lapisan benda-benda di atas, yaitu gelombang kategori VHF (Very High Frequency) dan UHF (Ultra High Frequency). FASILITAS KOMUNIKASI SAAT DARURAT 1. Point to Point / Direct Dari radio langsung ke radio lainnya 2. Repeater Dari radio menuju repeater/radio pancar ulang untuk menjangkau radio dalam cakupan wilayah yang lebih luas 238 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. Repeater to Repeater 4. Internet Radio Gateway 5. Komunikasi Lewat Satelit 6. APRS (Automatic Packet Reporting System) APRS (Automatic Packet Reporting System) Komponen inti dari APRS sendiri adalah suatu alat yang bernama TNC (Terminal Node Controler). Dengan menghubungkan perangkat radio kita dengan TNC dan GPS, maka kita telah membangun APRS kita sendiri. APRS digunakan untuk mencari data atau informasi di lapangan. Jadi setiap ada data baru yang diperoleh di lapangan, tim dapat langsung melaporkan data k epos komando. Fungsi APRS: 1. Sebagai tracker 1 arah Untuk membangun APRS dengan fungsi sebagai tracker 1 arah, peralatan yang dibutuhkan adalah: (i) radio, (ii) TNC, dan (iii) GPS tanpa layar 2. Sebagai tracker 2 arah Untuk membangun APRS dengan fungsi sebagai tracker 2 arah, peralatan yang dibutuhkan adalah: (i) radio, (ii) TNC, dan (iii) GPS dengan layar. 3. Sebagai alat penerima/pengirim pesan text 4. Sebagai alat untuk manajemen informasi 239 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 TIPS BAGI USER HT A. Kenali dan pahami penggunanaan tiap jenis radio, karena : i. Setiap merek berciri khas berbeda terutama dari segi modelnya. ii. Setiap merek punya dua model yaitu manual dan digital B. Cek kelengkapan dan kelayakan radio, dengan cara : i. Cek bagian-bagian radio, a.l; tombol, antenna, konektor, kabel (apabila memakai mount antenna). ii. Pastikan kondisi baterai full, siapkan juga baterai cadangan dan batterry charger (utk pemakaian lama), perhatikan pula charging duration. C. Kuasai bahasa standar komunikasi ; International Alphabetic dan Local Alphabetic. Lihat lampiran D. Kuasai kode-kode komunikasi (Sandi Perhubungan Mobilisasi). Lihat lampiran Kenali kode-kode penting untuk akses informasi yang berharga baik dalam hal keamanan maupun keselamatan. E. Perhatikan dan kuasai teknik calling/dialing dengan sesama user. Setelah selesai, cek kembali alat sebelum disimpan. ETIKA BERKOMUNIKASI 1. Komunikasi Point to Point 1.1 Memantau dahulu/memonitor pada frekwensi/kanal yang diinginkan. 1.2 Wajib menyebutkan CALLSIGN dan tempat/posisi memancar. 1.3 Menyebutkan callsign dan mengucapkan kata ganti pada akhir pembicaraan. 1.4 Memberikan kesempatan/prioritas pada penyampai berita-berita yang penting. 1.5 Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. 1.6 Mengatur jalur/kanal apabila muncul pertama kali di kanal/frekwensi. 1.7 Apabila jalur kanal sibuk sementara butuh komunikasi agak panjang dengan seseorang, sebaiknya bergeser (tidak memonopoli kanal/jalur/frekwensi). 1.8 Menggunakan kode TEN (10), kode eight (8) pada RAPI atau kode “Q” pada pada ORARI untuk efisiensi komunikasi. 1.9 Membiasakan menulis di log book, dicatat dengan siapa berkomunikasi dan kapan/tanggal dan waktu komunikasi dilakukan. 1.10 Menggunakan nama panggilan. 1.11 Di larang menjadi net pengendali apabila sedang dalam stasiun gerak. 240 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2. Komunikasi Melalui Repeater/Pancar ulang 2.1 Radio Pancar Ulang (RPU) adalah stasiun radio yang digunakan untuk memancar ulangkan pesan melalui pesawat yang jangkauanya lebih luas. 2.2 Monitor dahulu selama 3-5 menit. 2.3 Memperhatikan siapa yang sedang berkomunikasi. 2.4 Memperhatikan apa yang sedang dikomunikasikan. 2.5 Masuk pada spasi atau interval (tidak perlu menggunakan kata break atau contact), dengan menyebutkan callsign dan apabila ingin berkomunikasi / memanggil komunikasi langsung memanggil dengan menyebut orang yang di panggil dan tidak perlu tergesa-gesa, komunikasikan dengan kata-kata yang jelas dan mudah dimengerti/difahami. 2.6 Apabila ada hal yang bersifat darurat/emergency silahkan gunakan interupsi pada spasi/interval. 2.7 Jangan memonopoli frekwensi dengan berkomunikasi hanya dengan satu orang, dan selalu memberikan kesempatan kepada orang lain yang mau menggunakan pancar ulang. 2.8 Membiasakan mengucapkan kata ganti pada akhir pembicaraan. 2.9 Memberikan kesempatan kepada pengguna dilapangan. 2.10 Mengutamakan / memberikan kesempatan pada pembawa berita yang bersifat emergency / darurat. 3. Penggunaan Kata INTERUPSI 3.1 Apabila mau memotong / menyela pembicaraan disebabkan ada sesuatu informasi yang penting, gunakan pada saat jeda komunikasi atau spasi, kemudian masuk dengan menyebutkan Callsign. 3.2 Monitor/menunggu sampai di sebutkan callsign atau sampai sudah dipersilahkan menggunakan jalur Beberapa cara komunikasi lapangan antara lain : 1. Asap dan api 2. Semaphore 3. Morse 4. Sinar lampu 241 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 5. Cermin survival 6. Bendera flare atau sign pistol atau pyrotehnik 7. Kode – kode keadaan darurat 8. Kain di tanah 9. Gerakan badan 10. Gerakan pesawat LAMPIRAN : KODE ALPHABETIC KODE LOKAL INTERNASIONAL A AMBON ALPHA B BANDUNG BETA C CEPU CHARLIE D DEMAK DELTA E ENDE ECHO F FLORES FOXROT G GARUT GOLF H HALONG/HONGKONG HOTEL I IRIAN INDIA J JAKARTA JULIET K KENDAL KILO L LOMBOK LIMA M MEDAN MIKE (baca: MAIK) N NAMLEA NOVEMBER O OPAK OSCAR P PATI PAPA Q QUIBEC QUIBEC R REMBANG ROMEO S SOLO SIERA T TIMUR/TEGAL TANGO (baca: TENGGO) U UMAR UNIFORM V VICTOR VICTOR 242 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 W WILIS WHISKY X X-RAY X-RAY Y YOGYA YANGKE (baca: YENKI) Z ZULLU ZULLU SANDI UNTUK KOMUNIKASI PERHUBUNGAN MOBILISASI KODE KETERANGAN 1-1 Hubungan pusat melalui telepon 1 - 1S Hubungan pusat melalui telepon, segera 1-2 Pribadi menghadap ke pusat 1 - 2S Pribadi menghadap ke pusat, segera 1-3 Temui pelapor, dan minta keterangan yang lengkap 3-1 Diminta kartu Keterangan Penduduk/Identitas 3-2 Diminta kartu mengenai Surat Tanda Nomor Kendaraan 3-3 Diminta Surat Izin Mengemudi 3 - 3M Kecelakaan Lalu Lintas, kerugian materiil 3 - 3L Kecelakaan Lalu Lintas, korban luka 3 - 3K Kecelakaan Lalu Lintas, kerusakan materiil, korban meninggal 3-4 Kecelakaan Lalu Lintas, tersangka melarikan diri 3-5 Kecelakaan Lalu Lintas, korban meninggal, tersanngka melarikan diri 4-1 Kerusakan di ….. 6-5 Ada kebakaran di ….. 7-1 Ambulan segera diperlukan 7-2 Ambulan segera dikirim 7-3 Ambulan segera ditambah 7-4 Mobil Derek segera diperlukan 7-5 Mobil Derek segera dikirim ke ….. 7-6 Barisan Pemadam Kebakaran agar segera ditambah 7-7 Barisan Pemadam Kebakaran sudah dikirim 7-8 Agar juru potret segera didatangkan 7-9 Juru potret sudah dikirim 243 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 8-1 Pemancar diterima lemah/kurang baik 8-2 Pemancar/pesawat diterima dengan baik 8-3 Penerimaan kurang jelas agar menggunakan penghubung lain 8-4 Bagaimana penerimaan daya pancar 8-5 Berhenti memancar, kecuali keadaan darurat 8-6 Mengerti 8 - . 7 Teruskan berita ini kepada ….. 8-8 Sedang sibuk dan tidak ada di tempat 8-9 Apakah saudara dapat berhubungan dengan ….. 8 - 10 Pesawat dipadamkan selanjutnya berhubungan dengan telepon 8 - 11 Kembali ke udara 8 - 12 Segera diulangi penerimaan terganggu 8 - 13 Siap melaksanakan tugas selanjutnya 8 - 14 Laporan terlalu cepat, berbicara agak lambat 8 - 15 Minta informasi keadaan cuaca 8 - 16 Minta waktu (jam) yang tepat (jam berapa) 9-1 Tugas pengawal 9-2 Tugas mengawal Tamu VIP 9-3 Tugas mengawal Presiden 10 - 1 Selesaikan secepat mungkin 10 - 2 Saudara berada di mana/saya berada di ….. 10 - 3 Berita/perintah terakhir dihapus 10 - 4 Berita ini tidak untuk umum 10 - 5 Untuk diumumkan kepada semua jajaran 10 - 6 Untuk diumumkan kepada semua anggota 10 - 7 Tidak sesuai dengan peraturan/perintah dilarang 10 - 8 Menuju ke ….. 244 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 TARUNA = Berita Asap dan Api : Warna Isyarat Arti Asap jingga Saya sedang dalam bahaya dan memerlukan pertolongan segera. Asap merah Oleh kapal selam I, sedang mencoba untuk timbul secara darurat. Asap jingga 2 kali Oleh pesawat terbang SAR I, dengan selang beberapa saya telah melihat survivor detik Putih 2 kali & kuning 2 Oleh kapal selam, kali dengan selang 3 Saya sedang timbul detik Hembusan asap hitam Oleh kapal, atau putih berturut-turut Rubah haluan anda untuk menghindari daerah terlarang antara 10 detik Bendera : Prosedur : 1. Prosedur isyarat bendera diambil dari buku isyarat internasional 2. Isyarat yang penting dalam lalu lintas berita SAR 2.1. JA : saya mengalami tabrakan 2.2. DO : saya hanyut, minta bantuan segera 2.3. AT : saya kandas, minta bantuan segera 2.4. DQ : saya mengalami kebakaran, minta bantuan segera 2.5. LV : saya kehabisan bahan bakar 2.6. DV: saya mengalami kebocoran, minta bantuan segera 2.7. FM: saya tenggelam, kirm bantuan segera untuk menolong penumpang dan anak buah kapal 2.8. VC : isyarat anda dimengerti dan bantuan sedang menuju tempat anda 2.9. DN : saya datang untuk memberikan bantuan 245 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Flare atau Sign Pistol atau Piroteknik Warna Isyarat Arti Merah 1 kali atau berulang Saya sedang dalam bahaya, ualng, minta bantuan segera. Oleh kapal selam : Akan timbul secara darurat, hati-hati. Oleh para rescue : Tidak mungkin untuk meneruskan rencana Merah 2 kali Oleh para rescue : Korban luka-luka, memerlukan dokter dan para medis Merah 1 kali, hijau 1 kali Oleh para rescue : Pesawat radio tidak bekerja, berikan penggantinya Hijau 1 kali Oleh pesawat terbang : Minta izin untuk mendarat ( digunakan di dekat lapangan udara ) Hijau 2 kali Oleh kapal selam : Telah menembakkan torpedo latihan Oleh para rescue : Laporan awal, semua berjalan baik Oleh para rescue : Survivor telah siap untuk diambil sesuai perjanjian Oleh pesawat terbang SAR atau kapal SAR : Saya telah melihat survivor Hijau 1 kali, tiap 5 hingga Oleh pesawat terbang SAR atau kapal SAR : Agar ABK 10 menit (krew) yang dalam keadaan bahaya membuat isyarat piro merah. ( interval dikurangi separuhnya bila isyarat piro merah telah kelihatan ) Hijau berkali-kali Oleh pesawat terbang : Saya punya berita penting untuk dikirim Putih 1 kali Oleh pesawat terbang : Kapal selam ada di bawah saya Oleh kapal laut : Orang jatuh ke laut Oleh para rescue : Siap untuk menerima alat untuk mengapung atau acrokit Putih 2 kali Oleh para rescue : Siap untuk menerima pemberian peralatan MA-1 246 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Putih 2 kali dengan selang Oleh kapal selam : Saya sedang timbul, hati-hati waktu 3 menit Putih berturut-turut dengan selang waktu 10 Oleh pesawat terbang atau kapal : Ubah haluan anda untuk menghindari daerah ini menit Putih berulang-ulang Oleh pesawat terbang : Saya dalam kesulitan dan harus menghindar Putih 1 kali, hijau 1 kali Oleh para rescue : Siap untuk menerima pemberian peralatan sekoci penolong Putih 1 kali, merah 1 kali Oleh para rescue : Alat pengapung rusak, drop penggantinya Putih 2 kali, hijau 1 kali Oleh pesawat terbang SAR : Rescue berhasil baik Putih 2 kali, merah 1 kali Oleh pesawat terbang SAR : Rescue tidak berhasil Kuning 1 kali Oleh kapal selam : Akan naik hingga kedalaman periscope Isyarat kain di tanah yang bekerja sama dengand pesawat terbang Isyarat oleh unsur darat atau tim SAR Isyarat Arti Dibagi menjadi dua kelompok dan setiap kelompok menuju kea rah tanda panah Informasi yang diterima bahwa pesawat ke arah ini Semua personil telah ditemukan H Hanya ditemukan sebagian personel saja NN Tidak ditemukan apa-apa, pencarian akan dilanjutkan XX Tidak mungkin meneruskan, akan kembali ke pangkalan LLL Operasi selesai, akan kembali ke pangkalan 247 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Isyarat oleh unsur darat atau tim SAR dan survivor Isyarat Arti I Memerlukan dokter, luka parah II Memerlukan suplay obat-obatan LL Semua baik W Memerlukan ahli mesin Pesawat rusak berat I> Akan mencoba lepas landas Kemungkinan akan mendarat di sini REFERENSI 1. International Telecommunication and Amateur Union 2. ORARI / Organisasi Amatir Radio Indonesia 3. RAPI / Radio Antar Peduduk Indonesia 4. World Conference on International Telecommunications 2012". Itu.int. Retrieved 12 October 2012. 5. "International Telecommunication Regulations" (PDF). Retrieved 12 October 2012. 6. Internet Society. International Telecommunication Regulations 7. Peraturan kepala badan nasional penanggulangan bencana nomor 06 tahun 2013 tentang pedoman radio komunikasi kebencanaan 8. http://www.basarnas.go.id/index.php/halaman/47/sistem-komunikasi-sar 9. Materi Navrat & Komlap Seminar Nasinal Bakti Sosial Nasional 2014 10. Basarnas – Sistem Komunikasi SAR 11. http://www.basarnas.go.id/index.php/halaman/47/sistem-komunikasi-sar 12. APRS (Automatic Packet Reporting System) Untuk Penanggulangan Bencana – Syafraufgisqu.2013 248 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 EVAKUASI MEDIS DARAT PENGERTIAN Evakuasi medis adalah proses pemindahan pasien yang terluka atau sakit dari lokasi kejadian menuju rumah sakit terdekat. Beberapa hal yang harus dipersiapkan daam merencanakan evakuasi 1. Mempersiapkan tim bantuan medis 2. Data Perlu adanya infomasi mengenai suatu bencana seperti 2.1.Kronologis 2.2.Jumlah korban 2.3.Jumlah kerusakan 2.4.Upaya penanggulangan yang sudah dilakukan 2.5.Akses ke lokasi 2.6.Pelayanan darurat yang dibutuhkan PRINSIP DASAR Prinsip utama dari evakuasi medis darat : 1. Don’t further harm 2. Don’t move causality unless absolutely necessary 3. Don’t endanger yourself 4. Explain clearly 5. One command SYARAT-SYARAT EMD Syarat-syarat sebelum melakukan evakuasi medis darat adalah dengan melakukan stabilisas, yaitu suatu tindakan yang dilakukan agar korban menjadi stabil. Hal tersebut meliputi : 1. Memastikan keadaan umum korban serta respon yang diberikan 2. Memastikaan tidak adanya gangguan pernafasan 3. Nadi korban teratur 4. Perdarahan telah dihentikan 5. Luka telah di balut 6. Bila terjadi patah tulang telah di immobiloisasi, misalnya dengan di bidai 249 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Sebelum melakukan Evakuasi, kita harus menyiapkan: 1. Peralatan Pendukung Evakuasi Dasar Penolong dalam evakuasi harus menyiapkan alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker, dan kacamata pelindung. 2. Peralatan Dasar Perawatan Korban evakuasi harus ditangani segera, sehingga sebagai penolong maka alat-alat seperti tandu, tali, oksigen, neck colar, dan P3K sangat diperlukan. 3. Peralatan Akses Korban Terperangkap Korban evakuasi yang terperangkap pada suatu tempat harus segera dipindahkan, oleh karena itu peralatan seperti rantai, kait, dan bor diperlukan untuk membuka akses jalan missal pada gedung tertutup, gua, atau lereng. 4. Memilih lintasan Bila kita melakukan evakuasi di daerah yang sulit dilalui, maka kita harus memilih lintasan yang paling ringan dengan memperhitungkan peralatan dan personil yang tersedia. Sebelum evakuasi dimulai harus di lakukan penelitian dan pembersihan jalur yang akan dilalui oleh tim survey. Bisa juga dengan kendaraan seperti helicopter untuk memantau area dari atas. Aturan-aturan dalam melakukan evakuasi 1. Aturan Dasar Pengangkatan Pengangkutan korban yang tidak melihat keadaan korban dapat memperparah dan mencelakai korban, sehingga dalam pengangkatan korban terdapat aturan-aturan dasar sehingga posisi kita sebagai penolong nyaman dan tidak melukai korban atau diri sendiri. 1.1 Rencanakan gerakan 1.2 Gunakan kaki, bukan punggung. Tempatkan posisi kaki senyaman mungkin, salah satu kaki ke depan guna menjaga keseimbangan. 1.3 Bawa beban berat sedekat mungkin dengan tubuh 1.4 Atur gerakan dengan kompak 1.5 Jika kehilangan keseimbangan/pegangan, letakkan korban, atur posisi kembali, lalu mulai kembali mengangkat. 250 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2. Hal-hal yang harus diperhatikan jika membawa korban dengan tandu 2.1. Tandu diperiksa dari kerusakan, dicoba apa mampuo menahan berat korban. 2.2. Korban tidak sadar yang dibawa ke tenpat jauh, sebaiknya selalu diikat. 2.3. Penoloang yang palign berpengalaman, memberi komando untuk tiap gerakan. 2.4. Kaki korban selalu di depan, kecuali pada keadaan : 2.4.1. Korban cedera tungkai berat menuruni tangga / turun di tempet miring. 2.4.2. Korban hipotermia, menuruni tangga / turun di tempat miring. 2.4.3. Korban dengan stroke / kompresi otak tidak boleh diangkat dengan kepala lebih rendah dari kaki. TEKNIK EVAKUASI 1. Evakuasi tanpa menggunakan alat bantu Dengan satu penolong 1.1 Human crutch Kondisi pasien sadar dan dapat berjalan dengan dipapah. A. Dapat dikerjakan dengan 1 atau 2 penolong. B. Teknik: penolong berdiri disamping bagian yang sakit (kecuali pada cedera ekstremitas atas), lingakarkan tangan penolong pada pinggang korban, kalungkan lengan korban pada leher penolong, lalu genggang pergelangan tangan korban dengan tangan lain, setelah itu berjalan secara perlahan mengikuti langhkah korban. 1.2 Cradle method A. Kondisi pasien sadar. B. Dapat dilakukan dengan satu atau dua penolong C. Berat badan korban lebih ringan dari berat penolong. D. Perhatikan bila ada cedera spinal. E. Teknik: penolong jongkok atau melutut disamping anak/korban, satu lengan ditempatkan di bawah paha korban dan lengen alinnya melingkari punggung. Korban dipegang dengan mantap dan didekapkan ke tubuh, penolong berdiri dengan meluruskan lutut dan pinggul. 251 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.3 Pick a bag A. Korban dalam keadaan sadar. B. Berat badan korban lebih ringan dari penolong C. Teknik: penolong berjongkok membelakangi korban, minta korban untuk mengalungkan lengannya ke leher penolong. Angakt korban secara perlahan, tangan penolong menyangga korban pada paha. Usahakan agar punggung penolong tetap lurus. 1.4 Fireman lift A. Digunakan untuk pasien sadar maupun tidak sadar, dengan syarat tidak terdapat cedera pada servikal, dan fraktur pada ekstremitas ataupun vertebrae. B. Berat badan korban lebih ringan dari penolong. 1.5 One rescuer drag A. Digunakan untuk korban sadar maupun tidak sadar. B. Lantai dalam kondisi licin dan bebas hambatan. C. Tidak untuk pasien cedera servikal maupun fraktur pada ektremitas atas serta scapulae. 252 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.6 Pack-strap carry A. Untuk korban yang cukup berat denga jarak yang cukup jauh. B. Tidak digunakan untuk korban cedera thorax, servikal, vertebrae, dan lengan Dengan dua atau lebih penolong 1.1 Human crutch dengan dua penolong 253 KURIKULUM PTBMMKI STAF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2.2.Fore-and-aft carry A. Dilakuakn oleh dua penolong dari depan dan belakang korban. B. Tidak dilakukan pada korban dengan cedera bahu atau tangan. C. Teknik: dudukkan korban, penolong satu berada di antara kedua paha korban menghadap depan memegang bawah lutut korban, penolong kedua berada di belakang memegang korban dari ketiak. Mengangkat korban bergiliran dari penolong di belakang diikuti penolong di depan dengan jeda sementara. 2.3.Cradle method dengan dua penolong 2.4.Two-handed seat A. Korban sadar B. Dilakukan dengan dua penolong C. Teknik: kedua penolong berjongkok berhadapan dengan tangan menyilangmembentuk kotak untuk dudukan korban. Tangan korban memeluk leher penolong dari belakang. 254 2. Dengan menggunakan alat bantu 2.3 Chair carry A. Alat mudah ditemukan dimana saja. B. Bukan kursi plastik maupun kersi lipat. C. Memindahkan korban dengan kursi. D. Hati-hati bila ada cedera spinal. E. Perkirakan beban yang daoat dibawa oleh kursi. 2.4 Drag method A. Digunakan untuk korban sadar maupun tidak sadar. B. Lantai dalam kondisi licin dan bebas hambatan. C. Tidak untuk pasien cedera servikal dan fraktur pada ektremitas atas serta scapulae. D. Teknik: dengan menyerak korban dengan memberi alas terlbih dahulu dengan matras atau kain tebak untuk mengurangi gesekan. 3. Dengan menggunakan tandu 3.1. Digunakan terutama pada korban-korban yang tidak sadar atau fraktur pada ektrmitas bawah, terutama pada korban cedera servikal. 3.2. Curiga korban dengan curiga cedera spinal: A. Korban jatuh dari ketinggian dan kecelakaan kecepatan tinggi B. Terdapat cedera supraclavicula C. Pernapasan paradoksal D. Keluimpuhan anggota gerah E. Terdapar multiple trauma KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3.3. Ciri-ciri pasien cedera servikal A. Pasien tidak sadar B. Keluar darah dari lelinghan dan hidung C. Luka jejas di sekitar bahu / clavicula D. Pernafasan tidak teratur 3.4.Lakukan teknik berikut jika dicurigai terdapat trauma spinal. 3.4.1. Inline immbilization Posisi leher dan batang badan harus segaris Amankan leher dengen neck collar atau yang sejenis (sandal bag) Jika tidak tesedia, ammankan dengan dipenggang 256 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3.4.2. Pindahkan dengan log roll Untuk memeriksa bagian bawah korban. Untuk meposisikan krban sebelum pindah ke stretcher. Dikerjakan oleh sekurang-kurangnya tiga penolong 3.4.3. Gunakan scoop stretcher atau spine board untuk memindahkan korban 3.5. Langkah-langkah dalam mengangkat tandu 3.5.1. Seorang pengangkat berdiri di keempat ujung tandu. Jika ada tiga orang, dua berdiri dekat kepala dan satu kaki. 3.5.2. Semua penganghkat jongkok dan memegang mengikuti aba-aba, bangkit serentak dan berdiri memegang tandu secara rata. 3.5.3. Aba-aba selanjutnya semua pengangkat melangkahkan kaki sebelah dalam dengan lanhgkah pendek. 3.5.4. Untuk menurunkan korban, para pengangkat berhenti kalau ada abaaba. Pada aba-aba berikutnya semua jongkok dan meletakkan tanduhati-hati. Setelah melakukan evakuasi, monitoring dan evaluasi perlu diadakan guna memantau pelaksaan dan menilai hasil dari pelaksanaan upaya penanganan darurat bencana yang dilakukan. REFERENSI 1. Seminar Materi Pertolongan Pertama Latihan oleh BASARNAS 257 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 EVAKUASI MEDIS PERAIRAN PRINSIP DASAR Untuk evakuasi korban dalam air diperlukan teknik penyelamatan. Teknik penyelamatan yang digunakan berprinsip pada ketenangan dalam bertindak, sehingga dapat memilih cara penanganan yang tepat. Prinsip penyelamatan di air adalah untuk menolong tanpa menambah korban baru dan menolong tanpa menyebabkan timbulnya cedera fatal. Beberapa hal yang harus selalu diingat, diketahui dan dilaksanakan oleh seorang penolong, yaitu: 1. Penolong harus terlebih dahulu mengamankan diri sendiri sebelum memberikan pertolongan kepada korban. Karena biasanya korban tenggelam akan mengalami kepanikan dan cenderung akan menggapai, memegang atau merangkul benda-benda disekitarnya serta meronta-ronta guna menyelamatkan dirinya. Hal ini sangat berbahaya jika si penolong tidak siap dengan kondisi tesebut. 2. Penolong ketika menjumpai korban tenggelam sebaiknya segera mencari bantuan terdekat, sambil terus berusaha untuk mengamati kondisi korban. 3. Penolong tidak berusaha untuk memberikan pertolongan pertama di air, karena itu sangat berbahaya tapi memberikannya setelah sampai ditempat yang aman di darat. Teknik mempertahankan dan menyelamatkan diri: 1. Water trappen Saat jatuh ke dalam air, hal yang pertama dilakukan adalah melakukan gerakan menginjak-injak air atau seperti mengayuh sepeda (water trappen). Hal tersebut dilakukan guna menjaga agar kepala tidak masuk ke dalam air yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas. Jangan berusahan untuk menginjak dasar air karena akan menambah ketakutan dan kepanikan. 2. Melepaskan pakaian Pakaian yang terkena air akan menjadi lebih berat dan dapat mengganggu gerak dalam mempertahankan diri. Untuk mengurangi beban tubuh, sebaiknya pakaian dilepaskan. Akan tetapi lihat kondisi air terlebih dahulu. Jika kondisi air terlalu dingin, maka pakaian bisa membantu mempertahankan suhu tubuh meskipun beban tubuh menjadi lebih besar. 258 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. Mengurangi minum air Apabila terjatuh di laut, hindari minum air laut, air seni, air perasan binatang laut ataupun membasahi bibir dengan air laut. Air yang paling aman adalah air hujan. Jika persediaan air tawar yang dimiliki sedikit, jumlah air yang diminum kurang lebih 100 cc per hari. 4. Berpegang pada benda mengapung Jika tidak ada pelampung atau batang kayu yang dapat digunakan untuk bertahan, pakaian dapat dibuat menjadi pelampung. Berikut cara membuatnya: 4.1.Pelampung dari celana panjang Celana yang telah dilepaskan diikatkan pada kedua bagian kaki, dapat diikat satu per satu maupun diikat menjadi satu serta kancingkan bagian pinggang. Untuk membuat celana benar-benar menjadi sebuah pelampung, celana harus diisi udara dengan cara meniup dari dalam air ataupun dengan mengibaskan celana ke arah udara dengan bagian pinggang menghadap ke bawah. Setelah celana terpenuhi oleh udara, celana dapat didekap ataupun dikalungkan di Ieher. Untuk mempertahankan bentuk pelampung celana, lakukan peniupan ulang setiap beberapa selang waktu. 4.2.Pelampung dari kemeja Untuk kemeja dapat dibuat dengan cara mengancingkan bagian leher pada leher dan mengikat ujung-ujung lengannya serta menghadapkan bagian kancing baju pada tubuh. Kemeja akan berfungsing apabila sudah berisi udara, untuk mengisi udara, kibaskan bagian pinggang kemeja ke luar udara dan tarik ke dalam air kemudian pegang bagian pinggang kemeja dengan erat. Apabila telah habis udaranya dapat dilakukan pengisian ulang dengan cara yang sama. Penggunaan pelampung kemeja dengan posisi telentang. 4.3.Pelampung dari rok Pembuatan pelampung dengan menggunakan rok dengan tetap menggugunakan rok dan pegang bagian bawah dengan kedua tangan lalu kibaskan rok untuk mengisi udara setelah itu rapatkan bagian bawah rok pada tubuh. Berenanglah dalam keadaan terlentang dengan bantuan pelampung rok. 259 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Beberapa hal yang harus diketahui ketika melakukan pertolongan diri sendiri : 1. Daya apung Daya apung dibagi menjadi tiga, yaitu daya apung positif atau tubuh berada di permukaan, daya apung negatif atau tubuh tenggelam dan di antara keduanya. 2. Mengambang Mengambang adalah usaha mengambangkan tubuh tanpa melakukan gerakan, tekanan air akan mendorong tubuh ke atas dengan sendirinya. Biasanya untuk beristirahat di antara uapaya penyelamatan. 3. Treading Treading adalah usaha berenang mengambang secara vertikal, kepala berada di atas permukaan air dan biasanya untuk mengetahui arah penyelamatan. 4. Berenang Ada empat gaya renang yang harus dikuasai seorang relawan, yaitu gaya bebas, gaya punggung, gaya dada dan gaya kupu-kupu. 5. Menggunakan pelampung Pelampung berfungsi menjaga hidung dan mulut agar tetap berada di atas air, digunakan dengan cara dipegang atau disandar ke bawah lengan dan pelampung sendiri tidak untuk dinaiki. JENIS-JENIS EVAKUASI MEDIS PERAIRAN Teknik-teknik menolong korban dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Penyelamatan dari darat : 1.1 Tanpa alat Apabila korban dapat dijangkau dengan raihan tangan atau dengan jangkauan kaki yang terjulur yang dapat diraih oleh korban, tidak perlu alat bantu. Hal yang perlu diperhatikan adalah penolong harus memperhatikan keselamatan diri agar tidak menjadi korban berikutnya. 260 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.2 Dengan alat 1.2.1 Handuk/kayu/tongkat Penggunaan alat bantu ini disesuaikan dengan jarak korban dengan tepi dan menjadi lebih aman apabila penolong tidak dapat berenang karena bantuan handuk/kayu/tongkat dilakukan tanpa harus bersentuhan dengan air. Handuk/kayu/tongkat diarahkan ke arah korban sedapat mungkin diarahkan bagian tangan sehingga korban dapat meraih handuk/kayu yang diberikan. 1.2.2 Ban pelampung (ringbuoy) Ban pelampung digunakan untuk korban yang berada lebih jauh ke tengah. Ban pelampung diikatkan pada seutas tali yang digunakan untuk menarik korban yang telah berpegang pada ban pelampung. Panggil korban terlebih dahulu sebelum melempar. Hal ini berfungsi supaya korban melihat benda dan arah lemparan kita. Ban pelampung dilemparkan ke belakang korban secara perlahan, ban pelampung ditarik hingga korban tersangkut seperti ikan terperangap jala. Tersangkutnya korban pada ban pelampung membuat korban berusaha meraih ban pelampung dan setelah korban berpegangan maka tariklah dengan perlahan hingga mencapai tepi. 2. Penyelamatan langsung (turun ke air) Apabila korban berada jauh di tengah perairan. Penyelamatan ini dilakukan oleh orang yang mahir berenang sehingga keselematan korban dan penolong dapat terjaga. Sebelum melakukan pertolongan sebaiknya penolong melakukan komunikasi dengan korban unmk mengurangi kepanikan. Korban yang berada dalam keadaan panik dapat membuat penolong ikut celaka karena dipegang terlalu erat hingga tidak dapat bergerak. Metode yang harus dikuasai terlebih dahulu adalah melepaskan diri dari pelukan korban agar dapat memberikan pertolongan lebih lanjut. 261 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Teknik Melepaskan Diri 1. Korban memegang dari arah belakang Rapatkan dagu pada dada, pegang bagian lengan atas korban, dan dorong tubuh ke dalam air sehingga menjauh dari korban. Setelah terlepas berputarlah dan muncul kepermukaan dan berhadapan dengan korban kemudian memberikan pelampung yang dibawa. 2. Korban memegang dari arah depan Rapat dagu pada dada, pegang bagian lengan atau tubuh korban dan dorong tubuh ke dalam air sehingga menjauh dari korban. Keluarlah kepermukaan dan memberikan pertolongan lanjut dengan memberikan pelampung pada korban. Setelah korban menggunakan pelampung, korban dapat dibawa ke tepi dengan cara ditarik oleh penolong yang berenang ke tepi. Apabila penolong tidak menggunakan pelampung, penolong dapat langsung menarik korban dengan tangan ataupun mendorong korban ke arah tepi. Teknik membawa korban: 1. Tanpa alat Prinsipnya yaitu: i. CEPAT ii. MULUT KORBAN TETAP DI ATAS AIR iii. PENOLONG MENGONTROLGERAKAN KORBAN iv. PENOLONG DPT BERGERAK BEBAS v. DIBUTUHKAN STAMINA dan KEKUATAN 1.1 The hip carry rescue Membawa korban dengan menggunakan gaya dada terbalik serta kedua tangan memegangi korban. Cara memegang korban yaitu menyilangkan salah satu tangan dari bawah lengan dan menyilang di depan dada korban dan dikaitkan pada tangan satunya. Posisi kepala berada di bahu tempat tangan penolong yang digunakan untuk menyilang. Keadaan korban harus diperhatikan agar wajah terutama hidung dan mulut tidak terkena riak air. 262 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.2 Armpit tow Menolong korban yang masih dalam keadaan sadar tetapi tidak mampu lagi untuk berenang ke tepi sehingga membutuhkan pertolongan untuk dapat mencapai tepi. Penolong memegang lengan korban secara berlawanan dengan tangan penolong yang akan membantu. Apabila peolong memegang dengan tangan kanan, lengan kiri korbanlah yang dipegang tepatnya di pangkal lengan. Posisi korban dalam keadaan terlentang dan penolong menarik korban dengan berenang menggunakan gaya dada. 1.3 Wrist tow Menolong korban yang masih dalam keadaan sadar tetapi tidak mampu lagi untuk berenang ke tepi sehingga membutuhkan pertolongan untuk dapat mencapai tepi. Penolong memegang pada bagian perbanan tangan dengan posisi bagian dalam tangan korban menghadap ke atas kemudian penolong memegang tangan korban dengan mengaitkan ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah di perbanan tangan korban. Apabila tangan kanan korban yang dipegang, tangan kanan penolonglah yang digunakan untuk menarik korban. Kemudian, penolong membawa korban dengan menggunakan gaya dada dan hanya dengan bantuan satu tangan saja. 263 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.4 Tired swimmer tow Teknik ini digunakan untuk menolong korban yang kelelahan di tengah perairan dan tidak sanggup untuk menepi, teknik ini digunakan pada korban yang masih dapat diajak komunikasi. Penolong berenang dengan gaya dada seperti biasa dan korban didorong ke tepi. Posisi korban telentang dengan kedua kaki disangkutkan pada pinggang penolong dan kedua tangan berpegang pada bahu penolong. 2. Dengan alat 2.1 Tube rescue Tube rescue adalah alat pelampung yang terbuat dari bahan yang elastis dengan kedua ujungnya memiliki kaitan untuk mengunci saat membawa korban. Alat ini digunakan melingkari badan korban. Kait pada tube diletakkan pada punggung sehingga posisi korban dalam keadaan telentang. Penolong berenang ke tepi dengan menggunakan gaya crawl. Apabila korban dalam keadaan panik, korban didekati dengan memberikan tube terlebih dahulu setelah korban berpegang kemudian ikat badan korban dengan tube kemudian ditarik. Korban yang telah tidak sadar segera lingkarkan tube pada korban dan telentangkan korban dan segera memberi napas buatan sebisa mungkin untuk membuka jalan pernapasan setelah itu bawa korban ke tepi. 264 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2.2 Board rescue Board rescue adalah alat yang menyerupai papan selancar. Papan ini digunakan untuk mengangkut korban baik yang kelelahan maupun yang dalam keadaan tidak sadar. Cara mengendarai board rescue adalah dengan posisi bersimpuh pada atas papan dan mengayuh dengan kedua tangan secara bersamaan, untuk melakukan pengereman dengan cara menurunkan kaki dan secara bersamaan mengambil posisi duduk dengan kedua kaki berada pada sisi yang berlainan. Cara yang kedua dengan posisi telungkup di atas papan dan mengayuh dengan satu tangan bergantian seperti gerakan tangan gaya crawl, untuk menghentikannya dengan mengayuhkan tangan ke arah depan secara bersamasama. Setelah sampai di tempat korban, yang dilakukan adalah mengangkat korban ke atas papan. Cara mengangkat korban sadar, menghentikan papan dengan posisi korban berada di sebelah kanan papan. Kemudian, korban berusaha sendiri untuk naik ke atas papan dan penolong membantu serta mengimbangi agar papan tidak terbalik. Setelah berada di atas papan posisi korban tertelungkup dan penolong juga dalam posisi yang sama kemudian bersama-sama mengayuh board rescue. Apabila korban dalam keadaan tidak sadar, penolong menghentikan papan dengan bagian kiri papan yang mendekat dengan korban. Raih tangan kiri korban dan letakkan pada tepi papan kemudian papan diputar sebanyak dua kali sehingga korban berada di atas papan dan benarkan posisi korban untuk dapat dibawa ke tepi. Bantuan napas buatan juga dapat diberikan sebelum membawa korban ke atas papan dengan meletakkan kepala korban pada tepi papan dan kaki penolong turun dari sisi yang berbeda, setelah jalan pernapasan terbuka kemudian korban dinaikkan ke papan. Cara masuk ke air yang aman dan perlu diperhatikan oleh penolong : 1. Slide in entry Digunakan jika relawan tidak mengetahui kondisi perairan maupun kedalamannya. Cara ini paling aman dilakukan. Langkah-langkahnya adalah membuat posisi seaman mungkin di tepi air, memasukkan salah satu kaki ke air, merasakan pijakan kaki apakah berbahaya atau tidak, menjatuhkan badan dan digunakan untuk menahan berat badan. 265 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2. Step in Digunakan jika air jernih, kedalaman diketahui dan tidak ada benda-benda yang membahayakan dalam di dalam air. Langkah-langkahnya adalah melihat arah tujuan di air, melangkah dengan hati-hati pada tepian air, ketika sudah masuk ke air, pastikan lutut dan kaki menekuk atau kaki menyentuh bokong. 3. Compact jump Digunakan untuk mencapai kedalaman yang lebih dari dua meter. Langkahlangkahnya adalah meletakkan kedua tangan menyilang pada dada, melangkah ke tepian air dengan kedua kaki dalam posisi lurus, gerakan tubuh vertikal dan memakai pelindung sesuai kebutuhan, setelah dalam air pengereman dapat dilakukan dengan tangan dan kaki. 4. Straddle entry Digunakan jika masuk ke air yang dalam dari ketinggian rendah dan korban dapat terlihat. Teknik ini tidak digunakan pada ketinggian lebih dari satu meter atau pada perairan dangkal. Langkah-langkahnya adalah mengambil jarak yang cukup dari tepian, melakukan loncatan dengan satu kaki lurus dan kaki lainnya agak menekuk, posisi tangan lurus ke samping dan ke depan serta pandangan juga lurus ke dapan. Berikutnya setelah masuk ke dalam air, melakukan gerakan menekan tangan ke bawah dan menggerakan kaki seperti gunting dan menjaga agar kepala tetap di atas air. 5. Shallow dive Digunakan pada perairan yang jernih, kedalaman air dapat diketahui dan keadaan di bawah air dapat dilihat. 266 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Perlengkapan pertolongan di air : 1. Perahu Perahu pertolongan di air harus tahan benturan dan abrasi, biasanya terbuat dari campuran sintetis nylon, karet sintetis, PVC, neophrene, dan hipalon. Perahu juga harus mudah dikendalikan. 2. Pompa Berfungsi memasukkan udara ke dalam perahu, yang bisa terdiri dari dari pompa tangan dan pampa kaki. 3. Repair Kit Terdiri dari lem, benang, nylon, jarum jahit dan bahan penambal 4. Tali penyelamat Berfungsi untuk penyelamatan, juga berguna untuk linning dan scouting. Tali yang digunakan ter buat dari bahan nylon berwarna mencilok agar dapat dilihat oleh korban. 5. Kantung kedap air Berfungsi untuk menyimpan kamera, obat-obatan, makanan dan benda-benda lain agar tidak basah. 6. Carabiner Alat yang terbuat dari alumunium alloy, berfungsi untuk menghubungkan satu alat dengan lainnya, misalnya throw bag dengan D–ring atau cincin yang ada di samping perahu. 267 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 7. Dayung Berfungsi untuk manuver, mengarahakan, menambah dan mengurangi kecepatan perahu. 8. Helm Berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan yangterbuat dari bahan yang kuat tapi ringan dengan lubang-lubang kecil di atasnya. 9. Jaket pelampung Berfungsi untuk mengapungkan tubuh dan melindungi bagian tubuh dari benturan 10. P3K Obat-obatan dann peralatan perawatan yang harus disesuaikan dengan kondisi medan, cuaca dan waktu tempuh menuju korban. 11. Peluit Untuk membantu memberikan kode bahaya tertentu 12. Rescue Sled Inflatable Litter Digunakan untuk mengevakuasi korban 13. Floatation Colar Alat tambahan evakuasi dengan menambahkan basket strethcer agar dapat mengapung 14. Ring Buoy Alat penyelamat korban tenggelam yang digunakan dengan cara melalmparkannya ke korban agar dipegang. 15. Perlatan selam Peralatan selammini bisa terdiri dari snorkel, baju selam, tabung oksigen dan lain sebagainya. 268 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 16. Sea view under water viewer Alat untuk melihat keadaan di bawah air Tipe jaket pelampung dibagi menjadi lima, yaitu : 1. Tipe I atau off shore life jacket Digunakan pada korban di air dengan posisi korban dapat dari depan maupun dari belakangpenolong dan mempunyai daya apung 20 ton. Merupakan jaket penyelamat yang abik agar tetap mengapung pada air yang bergelombang apabila pertolongan datang terlambat. Biasanya dapat ditemukan pada kapal-kapal komersial. 2. Tipe II atau near shore buoyant vest Hampir sama dengan tipe I, tetapi mempunyai ukuran yang lebih besar, mempunyai daya apung 15,5 ton dan digunakan pada air yang tenang. 3. Tipe III atau floatation aid Merupakan pelampung yang paling nyaman dan memiliki banyak ukuran, daya apung 15, 5 ton dan dengan posisi wajah di atas. 4. Tipe IV atau throwable device Penggunaannya dengan melemparkan pada korban, berbentuk seperti cincin yang dapat mengapung dengan tali untuk menarik. Pemakaiannya dengan mendekatkan ke dada, jaket pelampung ini sangat penting dalam keadaan darurat. 5. Tipe V atau special use devices Dirancang untuk aktivitas tertentu, petunjuk penggunaanya biasanya terdapat pada label di pelampung REFERENSI 1. Danardi, Wasti. Teknik penyelamatan di air. 2006. http://journal.uny.ac.id/index.php/medifora/article/viewFile/4757/4116 . 269 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 SURVIVAL 1. PENGERTIAN Yang dimaksud dengan survival adalah kelangsungan hidup seseorang dimana seseorang itu tidak mendapatkan/menerima fasilitas/pelayanan yang sempurna/semestinya secara teratur karena adanya pengaruh atau masalah yang timbul pada waktu itu. Dengan demikian kelangsungan hidup seseorang itu sangat tergantung pada kemampuan dirinya sendiri untuk mempertahankan hidupnya. Survival secara umum diartikan sebagai kemampuan untuk mempertahankan hidup dalam keadaan kritis/marjinal. Kemampuan mempertahankan diri tergantung pada sikap mental, emosional, pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan orang yang sedang berusaha untuk mempertahankan hidupnya dari keadaan yang sangat kritis atau orang yang sedang melaksanakan survival disebut survivor. 2. KONDISI, BAHAYA DAN MEDAN YANG DIHADAPI Kondisi yang dihadapi seorang survivor antara lain : 1. Phisikologis : panik, takut, cemas, kesepian, bingung, tertekan, bosan dll. 2. Fisiologis : sakit, lapar, haus, luka dll. 3. Lingkungan : panas, dingin, kering, hujan, angin dll. Sedangkan faktor yang menyebabkan seorang gagal dalam bersurvival antara lain : 1. Rasa kesunyian. 2. Rasa putus asa atau perasaan sudah tidak ada harapan lagi. 3. Rasa jemu terhadap lingkungan/situasi. 4. Kebutuhan jasmani seperti rasa lapar, haus dll yang dapat menipu diri sendiri sehingga mental menjadi lemah. Namun secara umum bahaya bergiat di alam bebas dapat dibedakan menjadi : 1. Bahaya yang berasal dari dalam diri kita sendiri (subjective danger). Subjective danger dapat terjadi karena persiapan kita yang asal-asalan, ketelodoran, pengetahuan yang minimal dan lain sebagainya. Berdasarkan itulah kita prediksi dan kita antisipasi dengan melalui persiapan perjalanan yang lebih baik (manajamen ekspidisi). 270 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2. Bahaya yang berasal dari luar/lingkungan (Objective Danger). Objective danger lebih banyak terjadi karena faktor alam yang kita hadapi semisal cuaca, binatang buas dan sebagainya. Berdasarkan medan yang dihadapi, survival dapat dibedakan menjadi : 1. Survival di hutan (jungle survival). 2. Survival di laut (sea survival). 3. Survival di padang pasir (desert survival). 4. Survival di kutub (artic/antartic survival). 5. Survival di perkotaan (urban survival). 6. Survival di bahaya nuklir (nuclear survival). Menurut tindakan yang dilakukan ketika kita melakukan survival, kegiatan survival dapat dibedakan menjadi : 1. Survival menetap (static survival). 2. Survival bergerak (dynamic survival). Untuk memilih bentuk mana yang akan kita tempuh diantaranya dapat mempertimbangkan beberapa faktor antara lain kondisi fisik, persedian bahan makanan, ada tidaknya peralatan maupun tempat perlindungan (shelter), ada tidaknya perlengkapan pendukung seperti alat masak, alat komunikasi, peta, kompas, survival kit dan lain sebagainya. Pilihan kita untuk menentukan apakah akan menetap atau bergerak akan berpengaruh terhadap lama tidaknya kita mengalami kondisi survival. 3. MODAL DASAR SURVIVAL Modal dasar menghadapi survival adalah : 1. Semangat mempertahankan hidup. Hal ini menjadi aspek yang penting karena tanpa adanya semangat yang tinggi maka kemungkinan lebih jauh untuk bertahan dalam kondisi yang kritis akan semakin kecil. 2. Kesiapan diri. Kesiapan baik fisik, mental dan juga keterampilan serta pengetahuan yang terkait dengan kondisi survival seperti : peta dan kompas, ilmu medan, botani dan zoologi praktis, PPPK dsb. 271 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. Alat pendukung. Jumlah dan jenis peralatan yang dipersiapkan sebelumnya menjadi faktor yang cukup tinggi dalam usaha mempertahankan hidup. Yang dimaksud dengan pengertian diatas adalah sikap mental yang tercermin seperti dalam buku KOMANDO PERAJURIT yaitu sebuah buku pegangan bagi para anggota TNI yang akan terjun di lapangan baik di medan hutan atau perkotaan. Dalam buku itu dijelaskan : S : Sadarilah sungguh-sungguh situasimu. U : Untuk malang tergantung ketenanganmu. R : Rasa takut dan panik harus kau kuasai. V : Vacuum/kosong, isilah dengan segera. I : Ingatlah dimana kau berada. V : Viva/hidup, hargailah dia. A : Adat istiadat setempat patut ditiru. L : Latihlah dirimu dan belajarlah selalu. Selanjutnya perlu patokan untuk bertindak yang mengikuti hal-hal sebagai berikut : S : Stop and Sitting (berhenti dan duduk, beristirahat, menenangkan diri, jangan panik). T : Thinking (berpikir secara tenang, gunakan akal, sadari kondisi anda). O : Observe (amati keadaan lingkungan, tentukan arah). P : Planning (buat rencana, dan pikir konsekuensinya). Atau : 1. Berpikir. 2. Rencanakan selanjutnya. 3. Perhitungkan dengan matang. 4. Evaluasi sebelum dikerjakan. 5. Bertindak/kerjakan sesuai patokan/pengetahuan. 272 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4. KEBUTUHAN UTAMA DALAM SURVIVAL Kebutuhan utama dalam survival adalah : 1. Tali temali. 2. Memanfaatkan peralatan yang dibawa dan yang ada di alam. 3. Peta dan kompas. 4. Menguasai tanda-tanda alam. 5. PPPK. 5. TEKNIK SURVIVAL (SURVIVAL TECHNIQUES) Setidaknya terdapat 5 hal yang harus diusahakan pemenuhannya selama melakukan tindakan survival, meliputi : B : Bivac (bivouac)/shelter. A : Air (water). J : Jerat (trapping). A : Api (fire). K : Komunikasi (communications). 6. BIVAK (BIVOUAC)/SHELTER Bivak artinya bermalam di alam terbuka. Bivak, dimaksudkan sebagai tempat perlindungan yang aman dan nyaman untuk melindungi diri dari faktor-faktor lingkungan dan alam yang ekstrim seperti halnya panas, dingin, angin, binatang buas, dan sebagainya. Jadi kesimpulannya bivak adalah tempat perlindungan (shelter). Hal ini dilakukan karena dalam keadaan darurat saat dimana anda belum dapat menentukan kapan anda dapat keluar dari keadaan yang tidak menentu tersebut, maka anda harus senantiasa menjaga dan memelihara kondisi badan anda, salah satunya adalah dengan cara melindungi tubuh anda. Kondisi fisik anda akan menurun sebesar 80% pada 24 jam pertama bila anda terluka, sedang bila anda tidak terluka penurunan kondisi fisik mulai berkurang pada 3 hari pertama. Membuat bivak/shelter dapat menggunakan peralatan yang kita bawa atau bahan yang tersedia di alam. Yang perlu diperhatikan dalam membuat bivak/shelter adalah : 6.1 Pilihlah lokasi atau kondisi medan yang baik, rata (punggungan, lembah, basah, kering, terbuka, tertutup dan lain sebagainya). 6.2 Fasilitas alam yang menunjang (pohon, daun, lubang dll). 273 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 6.3 Jangan dibuat di daerah terbuka (puncak) karena angin bertiup sangat kencang. 6.4 Jangan dibuat di daerah yang kemungkinan aliran air jika hujan. 6.5 Jangan dibuat di tepi sungai, gua, pinggir tebing, yang mudah longsor dan di dasar sungai yang kering. 6.6 Jangan dibuat di bawah lembah karena cuaca di bawah lembah pada malam hari sangat dingin (frose). 6.7 Periksalah bahan-bahan yang anda miliki dan amatilah lingkungan di sekitar tempat yang anda rencanakan untuk bivak/shelter. Materi bivak/shelter, dalam membuat bivak/shelter ada beberapa macam bahan yang dapat dipakai, dibagi atas : 1. Bahan dari alam (pohon (yang utuh maupun tumbang), daun-daunan, gua dan lubang). 2. Bahan yang kita bawa (ponco, jas hujan, lembaran plastik, ransel, tali, golok, pisau) 3. Kombinasi. 7. AIR (WATER) Dalam keadaan survival, air merupakan salah satu prioritas dalam survival. Manusia dapat bertahan hidup tanpa air sama sekali adalah dalam waktu 2 sampai 5 hari pada keadaan tidak terluka sedangkan dengan air saja tanpa makanan manusia dapat bertahan hidup sampai kurang lebih 3 minggu (wallahualam bisawab). Dalam hutan tropis seperti di negara kita air dibedakan menjadi : 7.1 Air yang dapat diminum langsung. Syaratnya adalah air tersebut tidak berwarna dan berbau seperti air hujan. Atau jika tidak didapat sumber dapat dicari dari tumbuhan/tanaman yang tidak beracun. 7.2 Air tercemar yang dengan proses sederhana/dimurnikan terlebih dahulu dapat diminum, seperti : A. Air yang tergenang B. Air berlumpur C. Air sungai besar, dan D. Air yang didapat dari menggali pasir 274 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 7.2.1 Air tercemar yang membutuhkan proses rumit seperti : Air belerang Air limbah pabrik Air rawa dengan tingkat keasaman tinggi, dan sebagainya. 7.3 Berikut beberapa cara untuk mendapatkan air : 7.3.1 Pada tanaman A. Pada tanaman yang berbatang lunak seperti batang randu muda, bila batang bagian atas akan keluar air. B. Pada tanaman beruas dan menjalar seperti rotan muda dan tebu dengan car memotongnya. C. Pada pohon bambu yang masih muda. D. Pada pelepah enau dan nipah. E. Pada bunga kantong semar. F. Pada pohon pisang, dan G. Pada tanaman merambat seperti lumut. 7.3.2 Tanah batu A. Tanah kapur lebih banyak mata airnya, karena kapur mudah dilarutkan sehingga mudah dibentuk saluran air. B. Sepanjang dinding lembah yang memotong lapisan berpori. C. Pada daerah granit, carilah bukit berumput paling hijau, kemudian gali dasar daerah yang mempunyai rumput paling hijau tersebut. 7.3.3 Tanah gembur A. Carilah daerah lembah, karena permukaan air dekat dengan permukaan tanah. B. Di tanah gembur ini air mudah didapat. 7.3.4 Sepanjang pantai A. Galilah pasir ditempat yang kelihatan lembab. Dan ingat kita tidak menemukan air tawar, inipun dapat disaring dengan pasir. 7.3.5 Tanah tandus A. Melihat arah terbang burung dan hinggap, dimana kemungkinan kita akan menemukan air. B. Beberapa tumbuhan tertentu, dapat menentukan tempat air. C. Tempat binatang mengais, indikator ada kantong air. D. Jalan terakhir dengan mengumpulkan embun. 275 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 7.3.6 Di pegunungan A. Menggali bekas aliran sungai. B. Lumut diperas. C. Tumbuhan basah lainnya. 7.3.7 Dengan mengikuti jejak hewan Dengan mengikuti jejak hewan menyusui kita dapat juga menemukan sumber air karena mereka berkecenderungan menuju sumber air pada pagi dan sore hari. 8. MAKANAN (FOOD) Makanan sangat dibutuhkan sebagai penunjang perlindungan tubuh dari dalam. Sebab makanan dibutuhkan untuk menambah kalori yang memberikan tenaga pada otot dan mengganti sel-sel dan jaringan yang telah rusak. Baik tumbuhan atau hewan, hampir semua dapat dimakan. Tergantung adaptasi tubuh kita. Baik berupa akar (umbi), daun, buah dan sebagainya. Makanan dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain : 1. Sumber makanan dari hewan. Makanan yang bersumber dari hewani adalah makanan yang banyak mengandung lemak dan protein. 2. Sumber makanan dari tumbuhan. Makanan yang didapat dari tumbuhan akan memberikan anda karbohidrat selain itu tumbuhan yang mempunyai serat dapat membantu anda dalam memperlancar pencernaan. Makanan yang anda makan pada saat anda berada dalam kondisi survival haruslah terdiri dari berbagai jenis ini untuk menghindari keracunan dari makanan yang anda makan bila berlebihan, dan perlu adanya variasi makanan untuk kebosanan. Selain itu dapat anda kenal jenis tumbuhan dan hewan yang harus anda jauhi karena beracun, berbisa atau dapat mengancam keselamatan jiwa anda. Hal ini banyak gunanya bagi setiap kegiatan yang berlangsung di alam bebas. Bila kita ragu-ragu atau tidak mengenal tumbuh-tumbuhan dengan pasti, maka yang perlu diperhatikan : 276 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 A. Menghindari tumbuhan yang berwarna mencolok. B. Dicoba dahulu dengan mencicipi atau mengoleskan pada tangan, tunggu beberapa menit. Bila teras gatal atau menyengat, jangan dimakan. Tetapi semua tergantung dari fisik tiap orang yang mencoba. C. Jangan memakan satu jenis tumbuhan terlalu banyak. Usahakan agar banyak memakan tumbuhan lain sedikit-sedikit. D. Perhatikan dengan seksama keadaan sekitar tumbuhan itu, apakah ada bekas gigitan, rengutan atau jejak hewan. Bila indikator ini berarti dapat dimakan E. Hindarkan makan jamur apapun bila kita awam masalah ini. F. Hewan, sama juga dengan tumbuhan, tergantung tega, jijik atau suka. Untuk ular, potonglah sejengkal dari arah kepala dan ekor gunanya untuk menghindari bisa. Untuk mengetahui tumbuhan yang dapat dimakan (prinsipnya) : A. Bila kita kenal atau atas petunjuk penduduk setempat. B. Tumbuhan yang dapat dimakan binatang, khususnya binatang menyusui. Beracun atau tidak, dicoba atau dicicipi atau getahnya dioleskan di tangan, gatal atau tidak seperti tersebut diatas. Prinsip mengenal tumbuhan beracun : A. Buah dengan warna mencolok. B. Getah yang berwarna putih susu, kemerahan, kehitaman biasanya membuat gatal (pada batangnya). C. Umumnya daun yang permukaannya berbulu. D. Ketika dimakan menimbulkan rasa panas atau pahit. 9. JERAT (TRAPPING) Jerat merupakan kemampuan kita untuk mencari dan atau memanfaatkan sarana yang kita bawa maupun kita temukan untuk membuat suatu bentuk tertentu yang dapat mendukung kegiatan survival. Bentuk dimaksud dapat berupa bentuk bangunan pioneering maupun jerat dan atau jebakan guna mencari bahan makanan atau menuju ke tempat yang diperkirakan merupakan lokasi yang lebih baik (evakuasi), atau menuju ke arah pertolongan. Hal ini tergantung pada kemampuan kita untuk menemukan bahan baik yang berupa kayu maupun tali atau bahan pendukung lain. 277 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Bahan-bahan untuk membuat jerat biasanya dari tali yang anda miliki, jenis-jenis jerat yang umum digunakan di hutan-hutan Indonesia adalah jerat kelinci, jerat burung, dan jerat binatang-binatang kecil. 10. API (FIRE) Api fungsinya adalah sebagai penghangat tubuh anda selain itu dapat meningkatkan faktor phisikologis baik itu dari segi mental maupun emosi, api dapat juga digunakan sebagai tanda-tanda/kode dan fungsi lainnya adalah untuk memasak makanan dan minuman. Berdasarkan hal itu dapat dimaklumi jika seorang survivor sebelum melakukan kegiatan lain menyalakan api untuk meningkatkan semangatnya. Fungsi lain api diantaranya : i. Alat penerangan ii. Memasak makanan dan minuman iii. Mengusir binatang iv. Membuat tanda atau kode (alat komunikasi) Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat api ialah jangan membuat api terlalu besar, tapi buatlah api kecil beberapa buah, hal ini akan memberikan panas yang lebih baik dibandingkan dengan sebuah api yang besar dan api yang kecil mudah dikendalikan. 11. KOMUNIKASI (COMMUNICATION) Hal ini terkait dengan kemampuan survivor untuk mengkomunikasikan keberadaanya kepada lingkungan maupun pihak lain guna usaha pertolongan lebih lanjut. Hal ini bisa jadi terkait dengan pemanfaatan peralatan yang kita bawa maupun dengan mempergunakan media yang telah tersedia di alam. Komunikasi dimaksud diantaranya dapat dilakukan dengan membuat tanda jejak yang teratur disepanjang rute yang ditempuh, memanfaatkan alat komunikasi yang ada seperti peluit, HT, cermin survival, panel, morse, semaphore, teriakan atau dengan membuat isyarat asap. 278 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 12. PERLENGKAPAN SURVIVAL (SURVIVAL KIT) Perlengkapan survival (survival kit) adalah perlengkapan untuk membantu anda sewaktu berada pada keadaan survival. Sebelum anda melakukan suatu perjalanan sebaiknya anda mempersiapkan seperangkat peralatan survival dalam bentuk yang sangat sederhana. Contoh daftar perlengkapan survival (survival kit) (standar Special Air Service (SAS) Inggris) adalah : 1. Korek api (disimpan dalam tabung film) 2. Lilin 3. Gergaji fleksibel 4. Kaca cembung (membuat api dengan matahari) 5. Jarum jahit dan benang (disimpan di dalam suatu wadah, contoh di dalam tabung film) 6. Mata kail dan knur 7. Kompas 8. Peta light (lampu kristal yang dapat menyala sendiri ¡V di Indonesia alat ini masih jarang bahkan tidak ada sama sekali) 9. Kawat baja panjang 60 ¡V 90 cm (untuk menjerat binatang, pengikat dll) 10. Perlengkapan PPPK (medical kit) 11. Pisau bedah 12. Plester biasa dan kupu-kupu 13. Kondom atau pembalut wanita (untuk tempat air) 14. Kaleng semir isi tembakau Dalam prakteknya, peralatan yang dibawa dapat disesuaikan dengan kemampuan. 13. PERKIRAAN CUACA, BOTANI DAN ZOOLOGI PRAKTIS Materi tentang perkiraan cuaca, botani dan zoologi praktis merupakan materi tambahan yang bukan bagian dari materi survival. Tetapi dalam melaksanakan survival seorang survivor harus mengetahui tentang materi tambahan ini yaitu perkiraan cuaca, botani dan zoologi praktis untuk memutuskan tindakan apa yang dilakukan selanjutnya selain mempertimbangkan fisik, persediaan bahan makanan, ada tidaknya peralatan maupun tempat perlindungan (shelter), ada tidaknya perlengkapan pendukung seperti alat masak, alat komunikasi, peta, kompas, survival kit dan lain sebagainya. 279 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 A. PERKIRAAN CUACA Cuaca ialah keadaan hawa/udara disuatu tempat pada suatu saat tertentu dan tidak berlangsung lama. Dengan perkataan lain : cuaca sebentar-sebentar dapat berubah, sedang iklim lebih tetap dalam jangka waktu yang lebih lama. Untuk mengetahui cuaca hari ini maka diperlukan pengamatan dipagi hari. Yang mana cara ini sering dipraktekkan oleh para penggembala ternak untuk meramal cuaca hari ini. Beberapa cara memperkirakan cuaca adalah : 1. Merah pada malam hari : cuaca baik 2. Merah pada pagi hari : akan turun hujan 3. Kuning pada waktu matahari terbenam : berarti angin 4. Kuning pucat waktu matahari terbenam : berarti hujan 5. Embun dan kabut pada pagi hari : cuaca baik 6. Matahari terbit dari awan yang rendah : cuaca baik 7. Matahari terbit dari awan yang tinggi : berarti hujan 8. Awan halus : cuaca baik 9. Awan terbatas terang : berarti angin 10. Awan bergerigi : berarti angin kuat 11. Awan menggumpal/mengumpul : akan turun hujan 12. Asap menjulang tinggi : cuaca cerah 13. Asap langsung menyebar : akan turun hujan 14. Burung-burung pada berterbangan dengan cepat : akan turun hujan B. BOTANI PRAKTIS Secara garis besar tumbuhan dalam materi ini dibedakan atas dua bagian yaitu : 1. Tumbuhan yang berguna (dapat dimakan, dipakai sebagai obat, mengandung air) 2. Tumbuhan yang berbahaya (beracun) 3. Tumbuhan Yang Dapat Dimakan Bagian tumbuhan yang dapat dimakan dan memberikan energi cukup adalah umbi, baik umbi batang, maupun umbi akar, setelah itu baru buah, biji dan daun. Ciri tumbuhan yang dapat dimakan : a. Bagian tumbuhan yang masih muda b. Tumbuhan yang tidak mengandung getah 280 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 c. Tumbuhan yang tidak berbulu d. Tumbuhan yang berbau kurang sedap e. Tumbuhan yang dimakan oleh mamalia Langkah-langkah yang perlu diperhatikan apabila akan memakan tumbuhan : a. Makan tumbuhan yang sudah dikenal b. Makan jangan satu jenis tanaman saja c. Sebaiknya jangan makan tumbuhan yang buahnya berwarna ungu, karena dikhawatirkan mengandung racun alkaloid d. Cara memakan buah-buahan yang belum anda kenal adalah dengan mengoleskan sedikit ke bibir dan ditunggu reaksinya, bila tidak ada rasa aneh (panas, pahit) berarti cukup aman e. Yang paling enak adalah dengan terlebih dahulu memasak bagian tumbuhan yang akan dimakan Contoh tumbuhan yang dapat dimakan : i. Umbi di dalam tanah : jenis dari talas kentang bengkuang, paku tanah ii. Bagian batangnya : umbut muda pisang sagu empulur batangnya, begonia iii. Buah : kismis kelapa, arbei hutan, konyal iv. Biji : padi jagung, biji rumput teki, biji saninten yang sudah tua v. Bunga : turi, pisang vi. Daun : rasamala, melinjo, babadotan, tespong, antanan. 1. Tumbuhan Obat Tumbuhan obat dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu : a. Tumbuhan obat yang dapat dimakan/diminum b. Tumbuhan obat luar Adapun tumbuhan yang dapat dipergunakan sebagai obat luar maupun yang dapat dimakan/diminum adalah : 1.1 Tumbuhan obat yang dapat dimakan/diminum 1.1.1. Bratawali (anamitra cocculus) tumbuhannya merayap terdapat di hutan atau di kampung. Batangnya direbus rasanya pahit, kegunaannya anti demam, anti malaria, pembersih luka, menambah nafsu makan. 281 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.1.2. Keji beling/ngokilo (strobilatus) semak dan di hutan ambil daunnya dimasak untuk obat pinggang dan infeksi/keracunan pada pencernaan. 1.1.3. Sembung/sembung manis (blumen balsmifira) jenis rumput-rumputan terdapat di padang rumput, yang banyak anginnya daunnya diseduh dengan air panas, dapat dipergunakan untuk sakit panas, sakit perut. 1.2 Tumbuhan obat luar, untuk luka 1.2.1 Getah pohon kamboja, untuk menghilangkan bengkak, gosok getah pada bagian tubuh yang bengkak, biarkan 24 jam bersihkan dengan minyak kelapa kemudian dengan air hangat, juga untuk terkilir. 1.2.2 Air godokan bratawali untuk mencuci luka, juga air batang randu/kapuk hutan. 1.2.3 Daun sambiloto ditumbuk halus atau daun ploso yang juga ditumbuk untuk anti gigitan kalajengking. 1.2.4 Kirinyuh. 2. Tumbuhan Beracun 2.1. Getah pohon paku putih dapat menyebabkan kebutaan. 2.2. Getah pohon ranggas, ingas/semplop sangat berbahaya karena merusak jaringan.Getah jambu monyet, menyebabkan gatal-gatal 2.3. Buah aren mentah juga dapat menyebabkan gatal-gatal 2.4. Kecubung, beracun dan memabukkan bila dimakan. 2.5. Rarawean, dapat menyebabkan gatal-gatal dan pedih. 2.6. Daun pulus, juga dapat menyebabkan sangat gatal dan panas. 3. Tumbuhan Berguna Lainnya 3.1. Tumbuhan penyimpan air : tumbuhan beruas (bambu, rotan), tumbuhan merambat, kantong semar, kaktus. 3.2. Tumbuhan pembuat atap perlindungan : daun nipah, aren, sagu. 3.3. Indikator air bersih : tespong, selada air. 282 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Bila di hutan anda menemukan jamur sebaiknya jangan dimakan, karena sulit untuk membedakan mana jamur yang bisa dimakan, mana yang beracun, kecuali yang sudah ahli. Juga kadar kalori jamur sangat rendah, karena tubuh jamur banyak mengandung air. Pedoman umum yang dipergunakan untuk menentukan jamur yang dapat dimakan, seperti tidak berwarna mencolok, tidak bercahaya, tidak memiliki gelang pada tangkainya, tidak berbau memuakkan, tidak memberi efek warna hitam bila disentuhkan ke benda perak. Pedoman seperti ini sebenarnya sangat menyesatkan dan berbahaya. Banyak jamur yang mempunyai ciri-ciri seperti di atas justru beracun. Contohnya : Amanita Phallorder berwarna putih kecoklatan, tidak mempunyai gelang, justru memiliki racun mematikan manusia. Amanita Verna dan Amanita Virosa berwarna putih bersih memiliki racun yang dapat mematikan. Ketiga jamur ini bila dimakan, selama 30 menit kemudian akan menyebabkan perut sakit sekali. Bila tidak dirawat segera, 6 atau 8 jam kemudian akan mati. C. ZOOLOGI PRAKTIS Sebagian besar hewan, pada prinsipnya dapat dimakan. Kesulitan adalah bagaimana cara mendapatkannya. Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang habitat, dan tingkah laku binatang tersebut. Untuk menangkap hewan diperlukan sebuah keberanian untuk mengambil keputusan. Misalnya : binatang selalu mencari air untuk keperluan sehariharinya. Tetapi bila anda ingin mendapatkan bermacam hewan harus menuju sumber air. Dalam hal ini anda akan dihadapkan pada suatu masalah. Bila didekat sumber air banyak hewannya berarti juga banyak hewan yang berbahaya bagi anda. 1. Habitat Hewan Habitat dapat diartikan sebagai tempat dimana suatu mahluk hidup (hewan) bisa tinggal/banyak dijumpai. Seperti misalnya : ikan banyak di air (sungai,danau, laut) tidak pernah anda menemukan ikan yang ada di puncak pohon, kecuali yang dibawa oleh burung bangau ke atas pohon. Habitat yang paling banyak jenis hewannya adalah pantai dan laut dangkal. Semakin tinggi permukaan tanah, jenis hewan yang ada semakin sedikit. Jadi bila tersesat di gunung dan ingin mencari makanan (hewan) jangan terus naik ke puncak gunung, lebih baik turun, kemungkinan menemukan berbagai jenis hewan adalah besar. 283 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2. Perilaku Hewan Perilaku setiap jenis hewan adalah khas. Kapan anda mudah menangkap suatu hewan, kapan harus menghindarinya. Pada musim kawin, hewan-hewan biasanya kurang peka terhadap sekelilingnya. Burung-burung pindah dari daerah dingin ke daerah panas. Ikan salem atau belut yang berpindah tempat di sungai dan laut untuk bertelur. Ular yang menjaga telur/anaknya biasanya tambah ganas. 3. Binatang Berbahaya 3.1 Nyamuk : di daerah malaria 3.2 Lalat dayak/lalat kerbau (besarnya 2 kali lalat biasanya). Terdapat di hutan Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya. Bekas gigitannya bengkak dan gatal, bisa infeksi. 3.3 Tawon/lebah : berbahaya jika disengat dalam jumlah besar bisa mematikan. 3.4 Kelabang (sentipoda), kalajengking. Bekas sengatannya sakit, bengkak. Mengurangi rasa sakitnya dengan amoniak, tembakau, daun sembiloto. “Pada dasarnya survival lebih merupakan sikap mental daripada penguasaan pengetahuan. Meskipun demikian tidak berarti bahwa pengetahuan dapat diabaikan”. 284 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 REFERENSI 1. ODK dan Diklat. Gerakan Pramuka Gudep BL. 11. 033 ¡V 11. 034 Racana Raden Puteri Silamaya. Lampung. Oktober 2000. 2. Praktek Kerja Lapangan (PKL). PT Gula Putih Mataram. Lampung. Juli ¡V Agustus 2002. 3. Pendidikan Dasar Ilmu Hutan dan Gunung. Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang dan Solo. September 2002. 4. Orientasi Pengenalan dan Pendidikan Lingkungan. Community Involvement in Urban Development (CIUD). Yogyakarta. Oktober 2002. 5. Green Mapper Training (Pelatihan Pembuatan Peta Hijau) . Bapedalda DIY, Yayasan Dian Desa, Kapijja 21 dan CIUD. Yogyakarta. Januari 2003. 6. Raimuna Nasional 2003. Gerakan Pramuka. Yogyakarta. Juli 2003. 7. Pengembangan Green Map Sebagai Media Pendidikan Lingkungan. Community Involvement in Urban Development (CIUD). Yogyakarta. Desember 2003. 285 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 EXPLORE SEARCH AND RESCUE PENDAHULUAN Definisi SAR adalah pencarian dan pemberian pertolongan yang meliputi usaha dan kegiatan mencari, menyelamatkan, memberikan pertolongan terhadap orang dan material yang hilang atau menghadapi bahaya. Untuk kegiatan SAR di Indonesia, ruang lingkup tugasnya dijelaskan berdasarkan Keppres SAR di Indonesia, ruang lingkup tugasnya dijelaskan berdasarkan Keppres no. II tahun 1972 meliputi musibah penerbangan dan pelayaran. Dalam perkembangannya kemudian mencakup juga penanganan musibah akibat bencana alam (atas permintaan Bakornas PBA), dan kini termasuk juga untuk mengamati musibah-musibah rekreasi. Kedua hal yang terakhir itu sebetulnya tidak termasuk lingkup tugas-tugas SAR. 1. Pengertian Umum SAR 1.1 Definisi SAR : SAR adalah employment (pekerjaan) dari personil yang terlatih dan fasilitasfasilitas, guna menolong jiwa manusia dan sesuatu yang berharga dengan cara yang seefisien mungkin dengan mencapai hasil yang semaksimal. 1.2 SAR Militer : Yang dimaksud dengan SAR militer adalah dimana survivornya terdiri dari personil militer sebagai akibat dari organisasi-organisasi dan pertempuran. Tapi bila survivor itu (walaupun orang militer) hilang pada suatu pendakian, maka ini merupakan SAR biasa. 1.3 Objek SAR: Yang disebut dengan objek SAR adalah suatu yang dalam keadaan terpencil dan terisolasi. Objek SAR ini juga disebut ‘Missing Target’. Dalam makalah ini akan dijabarkan tahapan pelaksanaan suatu operasi exploler search and rescue yang di Indonesia mungkin dikenal dengan istilah SAR Gunung Hutan. Metode yang dipakai pada SAR tidaklah terlalu berbeda dengan praktek SAR yang telah dilakukan sebelumnya hanya telah dilakukan penyempurnaan teknis sesuai dengan medan gunung hutan yang dihadapi oleh tim SAR. 286 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.4 ORGANISASI SAR Organisasi Operasi SAR: 1. SC (SAR coordinator) : biasanya pejabat mempunyai wewenang dalam penyediaan fasilitas. 2. SMC (SAR Mission coordinator) : harus orang yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam mementukan MPP (Most Probable Position), menentukan pencarian, strategi pencarian (berapa unit, teknik, dan fasilitasnya). 3. OSC (On scane commander) : tidak mutlak ada, tapi juga lebih dari satu, tergantung wilayah komunikasi, dan kesulitan jangkuannya. 4. SRU (Search and Rescue Unit) 2. Prinsip Operasi Pencarian 2.1 Pengendalian Kewenangan BASARNAS 2.2 Informasi 2.2.1 Informasi sebelum pelaksanaan (pre search information) A. Tentang subjek yang hilang B. Keadaan cuaca dan prakiraan cuaca C. Daerah pencarian D. Personil dan sumberdaya yang tersedia. 2.2.2 Informasi selama oprasi pencarian A. Dari tim – tim pencari di lapangan B. Dari masyarakat sekitar kejadian walaupun belum dapat dipastikan akurasinya. C. Dari sumber lain yang dapat dipercaya (ATC, Polisi, teman korban, dll) 2.3 Komunikasi Sistem komunikasi yang effisien sangat penting dalam pengendalian dan sebagai saluran informasi. 287 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2.4 Mobilitas Mobilitas merupakan hal pokok dalam pelaksanaan pencarian (reconnaisance search). Mobilitas tinggi dari setiap personil di lapangan sangat berpengaruh terhadap kemungkinan cepatnya korban ditemukan. 2.5 Fleksibilitas Rencana operasi SAR harus flexibel , setiap menerima informasi baru mungkin dibutuhkan perubahan operasi pencarian di daerah lain diluar daerah pencarian yang telah direncanakan. 2.6 Personil Secara ideal personil – personil yang digunakan dalam operasi SAR di darat adalah personil yang terlatih dalam bergerak di medan gunung dan hutan, memiliki disiplin tinggi serta memiliki teknik dan pengetahuan tentang operasi pencarian. SYARAT-SYARAT PENGGUNAAN ESAR Manajemen Operasi SAR Tahapan SAR Untuk mempermudah problem operasional SAR, Suatu kegiatan operasi SAR dibagi dalam tahapan sbb : 1. Awareness Stage (Tahap Kekhawatiran) Kekhawatiran bahwa suatu keadaan darurat mungkin akan muncul. Termasuk didalamnya penerimaan informasi keadaan darurat dari seseorang atau organisasi. 2. Initial Action Stage (Tahap Kesiapan) Aksi persiapan diambil untuk menyiagakan fasilitas SAR dan mendapatkan informasi yang lebih jelas. Termasuk didalamnya : Mengevaluasi dan mengklasifikasikan informasi yang didapat. Menyiapkan fasilitas SAR. Pencarian awal dengan komunikasi. Pada kasus yang gawat, dilaksanakan aksi secepatnya setelah tahapan tersebut bila keadaan mengharuskan. 288 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Planning Stage (Tahap Perencanaan) Suatu pengembangan perencanaan yang efektif, dimana termasuk didalamnya: 1. Perencanaan pencarian dan penentuan lokasi pencarian. 2. Perencanaan pertolongan dan evakuasi. Kedua hal tersebut dapat terperinci : 2.1 Menentukan posisi paling mungkin. 2.2 Luas search area. 2.3 Tipe pola pencarian. 2.4 Perencanaan pencarian optimum. 2.5 Perencanaan pencarian yang dapat dicapai. 2.6 Memilih metode petolongan yang terbaik. 2.7 Perencanaan pertolongan optimum. 2.8 Perencanaan pertolongan yang dapat dicapai. 2.9 Memilih titik pembebasan yang aman bagi korban. 2.10 Memilih fasilitas kesehatan yang memuaskan bagi korban yang cedera. Operatio Stage (Tahap Operasi) Termasuk didalamnya : 1. Fasilitas SAR bergerak / berangkat kelokasi kejadian. 2. Melakukan pencarian. 3. Membantu pesawat / kapal yang mendapat gangguan / kecelakaan. 4. Memberi perawatan gawat darurat pada korban yang membutuhkan. 5. Membebaskan korban yang cedera kepada perawatan kesehatan yang memuaskan. Dalam opearasi dilakukan : 1. Memberikan briefing kepada pasukan pelaksana. 2. Mengirim / memberangkatkan fasilitas SAR. 3. Melakukan / melaksanakan operasi di lokasi kejadian. 4. Melakukan penggantian/penjadwalan pasukan pelaksana di lokasi kejadian. 5. Memberikan perawatan gawat darurat kepada para korban. 6. Membebaskan korban yang cedera dan mengalami penderitaan fasilitas yang memuaskan. 7. Melaksanakan debriefing pasukan pelaksana. 289 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Mission Conclusion Stage (Tahap Konklusi Misi) Tahap konklusi misi SAR adalah gerakan dari seluruh fasilitas SAR yang digunakan dari suatu titik pembebasan yang aman ke lokasi semula darinya. Termasuk didalamnya : 1. Kembali kepangkalan pencarian (base camp) 2. Debriefing terakhir 3. Mengisi bahan bakar kembali 4. Memuat / mengatur kembali perlengkapan yang dibawa 5. Menyiapkan awak pasukan pelaksana yang akan kembali 6. Membuat dokumentasi operasi SAR 7. Kembali ke pangkalan semula masing-masing 1. Manajemen Operasi SAR Darat 1.1 SAR system Terdiri dari 5 komponen pendukung : Organisasi : Merupakan struktur organisasi SAR, meliputi aspek pengerahan koordinasi, komando dan pengendalian, kewenangan, tanggung jawab untuk penanganan suatu musibah. Fasilitas : Adalah komponen berupa unsur, peralatan, perlengkapan serta fasilitas pendukung lainnya yang dapat digunakan dalam operasi misi SAR. Komunikasi : Adalah komponen berupa penyelenggaraan komunikasi sebagai sarana untuk melakukan fungsi deteksi terjadinya musibah, fungsi komando, dan pengendalian operasi, serta membina kerja sama/ koordinasi selama operasi SAR berlangsung. Emergency Care (Perawatan Gawat Darurat) Adalah komponen berupa penyediaan fasilitas perawatan gawat darurat yang bersifat sementara, termasuk memberikan dokter terhadap korban ditempat kejadian musibah sampai ketempat penampungan / fasilitas yang lebih memadai. 290 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Dokumentasi Adalah komponen berupa pendataan laporan dari kegiatan, analisa serta data-data kemampuan yang akan menunjang efisiensi pelaksanaan operasi SAR serta untuk perbaikan / pengembangan kegiatan – kegiatan misi SAR yang akan datang. 1.2 Pengumpulan informasi Tahap proses informasi : 1. Pengumpulan 2. Pemilahan 3. Evaluasi 4. Penyebaran 1.3 Apresiasi pencarian Pengujian dari semua faktor yang terdapat dalam satu keadaan, secara berturut – turt untuk menentukan kemungkinan cara bertindak. Fase – fase dalam pelaksanaan apresiasi : 1. Penentuan sasaran 2. Menguji faktor – faktor yang relevan 3. Merumuskan cara –cara bertindak 4. Memilih yang terbaik 5. Menyusun perencanaan sasaran 2 Penilaian dan perencanaan operasi 2.1 Prinsip – prinsip perencanaan 2.1.1 Rencana harus sederhaa 2.1.2 Pastikan bahwa rencana tersebut berkait langsung dengan sasaran 2.1.3 Pastikan bahwa rencana tersebut didasarkan atas analisa deduksi yang logis. 2.2 Penilaian 2.2.1 Jangka waktu bertahan hidup atau Time Frame For Survival (TFFS) orang hilang 2.2.2 Periode mobilitas orang hilang 291 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2.2.3 Daerah pencarian 2.2.4 Jumlah waktu di daerah pencarian 3 Daerah pencarian Penentuan daerah pencarian dihitung berdasarkan ploting jarak perjalanan korban dari titik terakhir dijumpai atau dilihat, dalam bentuk gari lurus, yang merupakan jari – jari lingkaran yang diplot di peta. Daerah pencarian terbagi atas dua kategori 3.1 Possible search area 3.1.1 Perhitungan radius possible search area menggunakan perhitungan matematika sederhana yaitu : waktu x kecepatan (T x V). Hasil perhitungan tersebut merupakan radius dari titik terakhir korban dilihat. 3.1.2 Untuk menghitung possible search area, harus dihitung lingkaran, dengan rumus ( ) 3.1.3 Possible search area biasanya didapat dalam ukuran yang cukup besar. Catatan : r = Dihitung dari hari sebeum operasi pencarian – hari selama operasi pencarian. = 3,14. 3.2 Probable search area 3.2.1 Berpatokan pada possible search area dengan faktor – faktor yang harus diperhatikan mengenai korban juga dengan menghitung keadaan medan. 3.2.2 Pengetahuan tentang keadaan daerah setempat memegang, peranan penting dalam peniaian probable search area 3.2.3 Probable search area dapat berbentuk bagian dari possible search area. 4 Perintah, briefing, dan debrifing 5 Pengakhiran tugas operasi 292 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 TEKNIK PENGGUNAAN E-SAR 1. Preliminary Mode Cara/tehnik pendahuluan dengan mencari atau mengumpulkan data dan informasi subjek mulai dati tim pencari dimintakan bantuannya sampai kedatangannya ke lokasi. Terbentuknya formasi rencana pencarian awal, pernitungan dan perkiraan posisi subjek yang hilang. 2. Confinment Mode Cara/tehnik membuat garis batas untuk mengurung subjek yang hilang agar tetap berada dalam area pencarian. Kapan digunakan : a. Pada awal operasi pencarian b. Bila salah perhitungan, maka subjek akan bergerak lebih jauh Metode yang digunakan : 2.1 Trail block Tim kecil dengan kemampuan handal diberi tugas menutup semua jalan setapak. Tugasnya mencatat setiap orang yang masuk dan keluar area pencarian. Catatan : Tempat tidak boleh kosong 2.2 Road block Tim pencari bertugas menutup jalan utama yang diperkirakan kemungkinan subjek akan melalui jalan tersebut. Tugasanya mencatat setiap orang yang keluar masuk area pencarian, biasanya tugas ini dikerjakan oleh kelompok hobby ( seperti : penggemar jeep, harley, dll). 2.3.Look out Tim pencari ditempatkan pada posisi yang dapat mengamati daerah yang cukup luas atau extrim sehingga dapat melihat jauh dan berusaha memancing atau menarik subje untuk mendekat. Cara menarik perhatian subjek : Membuat asap, bunyi – bunyian, lampu, dll 293 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2.4.Camp in Tim pencari ditempatkan di cabang pertemuan jalan setapak atau pertemuan sungai yang memungkinkan tempat tersebut jadi perhatian subjek untuk ke lokasi tersebut. 2.5.Track traps Tim pencari yang bertugas menjebak subjek dengan memperhatikan jejak – jejak yang dilaluinya dan melakukan pengecekan secara periodik. 2.6.String line Tim pencari membuat bentang tali untuk menarik perhatian subjek. Tehnik ini umumnya digunakn pada daerah berpohon lebat dan bersemak 3. Detection Mode : Cara/ tehnik dengan memeriksa tempat – tempat yang dicurigai bila dirasa perlu maka pencarian dapat dilakukan dengan cara penyapuan diperhitungkan untuk menemukan subjek atau barang ceceran subjek. Metode ini terbagi menjadi : 3.1 Tipe I 3.1.1 Pencarian dengan memeriksa area yang diduga terdapat subjek 3.1.2 Pencarian dilakukan tergesa – gesa 3.1.3 Hasil penyelidikan untuk rencana pencarian selanjutnya. Kapan digunakan : 1. Pada awal operasi pencarian 2. Setiap saat untuk memeriksa area yang diakini belum tersapu serta untuk pemeriksaan ulang. 3. Metode yang digunakan dengan mobilisasi tinggi mengecek : jalan setapak, sungai, daerah/ medan yang sulit, dll. 294 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3.2 Tipe II 3.2.1 Pencarian dilakukan dengan cepat dan sistematis pada daerah yang luas dengan personil terbatas. 3.2.2 Tehnik pencarian dengan penyapuan yang akan menghasilkan kemungkinan ketamu subjek atau ceceran cukup tinggi. Kapan digunakan : 1. Pada awal operasi pencarian 2. Pada situasi search area yang luas dan tidak ada daerah khusus yang bisa di identifikasi. 3.3 Tipe III 3.3.1 Pencarian dilakukan dengan cermat dan sistematis serta ketat pada daerah pencarian yang kecil dengan personil memadai 3.3.2 Tehnik pencarian dengan penyapuan yangakan menghasilkan kemungkinan subjek cukup tinggi. Kapan digunakan : A. Bila metode tipe II sudah dilakukan B. Search area terbatas tim pencari mencukupi C. Penemuan bukti – bukti yang pasti. 4. Tracking Mode Cara/ tehnik dengan mengikuti jejak atau barang yang tercecer yang ditinggalkan subjek. 5. Evacuation Mode Cara/ tehnik pemberian perawatan kepada korban dan membawanya ke tempat yang memungkinkan untuk perawatan lebih lanjut. Dari kelima metode itu, anggota regu ‘Exploler search and Rescue (ESAR) team umumnya akan banyak terlihat pada confinement, detection, dan evacuation. 295 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Sikap Mental Selama Pencarian i. Melihat kebelakang kita ii. Pencarian menemukan tanda-tanda jejak iii. Efisiensi dan ketelitian (behubungan dengan spasi) iv. Pencarian malam (sebaiknya dihindarkan karena gelap dan resikonya lebih besar). Rescue (Menyelamatkan) Pada tahap ini sebenarnya merupakan tugas dari kelompok rescue, bukan merupakan tugas dari kelompok search, tetapi biasanya kelompok search ini dibebani tugas dari kelompok rescue. yang harus dilakukan pada tahapan ini ialah : a. Dari SAR Mission coordination (SMC) akan diberi waktu evakuasi. b. Bila mendengar bunyi helicopter maka segera beri tanda hubungan darat udara dengan ‘morse’ atau ‘asap’ / panel orange. c. Pada waktu helicopter akan mendarat seluruh anggota tidak boleh berada ditempat leanding. Pindahkan penderita / korban ke helicopter dengan prioritas sbb: 1. Korban paling berat. 2. Korban yang ringan. 3. Korban yang sudah tewas. Selesainya sebuah misi SAR adalah bila telah dinyatakan oleh SMC. Operasi SAR tidak berakhir sampai dengan ditemukannya korban tapi sampai korban diselamatkan. Operasi pertolongan atau penyelamatan (rescue operation) ini mungkin dapat terjadi bersamaan dengan operasi pencarian (search operation) yang belum berakhir. KESIMPULAN Bantuan dalam operasi SAR bukan hanya melakukan tugas untuk lapangan. Akhir kata bagi mereka yang ingin berpartisipasi dalam kegiatan SAR dapat mulai dengan melengkapi pengetahuan / ketrampilan dalam bidang SAR dan menunjang lainnya sesuai dengan kondisi Indonesia. 296 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 REFERENSI 1. Balai Pendidikan dan Pelatihan Badan SAR Nasional., 2015, Pelatihan Jungle Rescue Bagi Potensi SAR di Gunung Promasan Ungaran, BASARNAS, Jakarta Pusat. 297 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 KOMPETENSI TAMBAHAN MATRA MANAJEMEN DISASTER MANAGEMENT 1. PENGERTIAN BENCANA Bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia dan/atau oleh keduanya yang mengakibatkan korban penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat. 2. PRINSIP 2.1 Prinsip Penanggulangan Bencana 1. Cepat dan tepat 2. Prioritas 3. Koordinasi dan keterpaduan 4. Berdaya guna dan berhasil guna 5. Transparansi dan akuntabilitas 6. Kemitraan 7. Pemberdayaan 8. Nondiskriminatif 3. ORGANISASI PENANGGULANGAN BENCANA Kelembagaan dapat ditinjau dari sisi formal dan non formal. Secara formal, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan focal point lembaga pemerintah di tingkat pusat. Sementara itu, focal point penanggulangan bencana di tingkat provinsi dan kabupaten/kota adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Dari sisi non formal, forum-forum baik di tingkat nasional dan lokal dibentuk untuk memperkuat penyelenggaran penanggulangan bencana di Indonesia. Di tingkat nasional, terbentuk Platform Nasional (Planas) yang terdiri unsur masyarakat sipil, dunia usaha, perguruan tinggi, media dan lembaga internasional. 298 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4. MANAJEMEN KEGAWATDARURATAN Penilaian awal korban cedera kritis akibat cedera multipel merupakan tugas yang menentang dan tiap menit bisa berarti hidup atau mati. Sistem Pelayanan Tanggap Darurat ditujukan untuk mencegah kematian dini karena trauma yang bisa terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam sejak cedera (kematian segera karena trauma, immediate, terjadi saat trauma. Perawatan kritis, intensif, ditujuan untuk menghambat kematian kemudian, late, karena trauma yang terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa minggu setelah trauma). 299 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Menunjuk petugas RHA (Rapid Health Assessment) merupakan pertugas yang meniai keadaan secara cepat dengan mengumpulkan data medis, epidmiologis, dan kesling, mengnalisisnya seta menyimpulkannya, Gunanya untuk mengajukan permintaan jumlah dan jenis bantuan ke instansi terkait. Menunjuk petugas pelaksanan kegiatan di lapangan dengan lokasi kerja masing – masing : 4. Komando/komunikasi/logistik: biasanya pada satu lokasi 5. Ekstrikasi 6. Triase 7. Tindakan 8. Transportasi Dalam situasi bencana sudah pasti akan timbul korban, dari yang ringan sampai yang berat bahkan meninggal dunia. Kondisi tersebut masih ditambah dengan jumlah korban yang seringkali melebihi kondisi sehari-hari. Keadaan tersebut akan mudah menimbulkan kepanikan dan kekacauan dalam penanganan korban di rumah sakit. Pimpinan bertanggung jawab untuk mengelola sumber daya yang dimilikinya untuk diatur dan dikoordinasikan. Disinilah diperlukan pengorganisasian yang tepat dari semua unsur yang ada di dinas kesehatan. Dengan pengorganisasian yang efektif dan efisien maka penanganan korban dapat dilakukan dengan lebih tertata. Inilah yang sering disebut “order with in chaos”. Prinsip-prinsip pengorganisasian adalah kekacauan tidak dapat dihindarkan untuk selalu terjadi dalam fase awal setiap kejadian bencana atau kecelakaan. Setiap rencana operasional penanganan bencana harus berusaha untuk memendekkan fase awal yang “chaotic” atau kacau ini. Dasar Pemikiran yaitu : 1. Rencana pengorganisasian untuk penanganan bencana harus berdasarkan pada struktur organisasi yang sudah ada. 2. Kemungkinan kegagalan akan besar apabila dibuat struktur organisasi baru yang berbeda. 3. Buatlah rencana yang sesederhana mungkin tapi tetap komprehensif. 4. Selalu tanamkan didalam benak kita bahwa: “Catatan perencanaan yang menyeluruh bagus untuk persiapan dan training/pelatihan, namun dalam kasus kegawatdaruratan hanya checklist yang akan bermanfaat/membantu” 300 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 5. ALUR KOMUNIKASI DAN KOORDINASI PENANGGULANGAN BENCANA 5.1 Informasi saat bencana 5.1.1 Bagan alur penyampaian informasi langsung Infromasi awal tentang krisis pada saat kejadian bencana dar lokasi bencana langsung dikirim ke dinkes kab/kota atau provinsi, maupun PPK Setjen Depkes dengan menggunakan saranan komunikasi yang paling memungkinkan pada saat itu. Informasi dapat disampaikan oleh masyarakat, unit pelayanan kesehatan dan lain – lain. Unit penerimaan informasi harus melakukan konfirmasi. 301 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 5.1.2 Alur penyampaian informasi penilaian kebutuhan cepat secara berjenjang Informasi penilaian kebutuhan cepat disampaikan secara berjenjang mulai dari institusi kesehatan di lokasi bencana ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, kemudian diteruskan ke Dinas Kesehatan Provinsi, dari Provinsi ke Depkes melalui PPK dan di laporkan ke Menteri Kesehatan. Alur informasi bisa dilihat pada bagan berikut : 302 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 5.1.3 Alur penyampaian informasi perkembangan PK-AB Informasi perkembangn disampaikan secara berjenjangan mulai dari institusi kesehatan di lokasi bencana ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, kemudian diteruskan ke Dinas Kesehatan Provinsi, dari Provinsi ke Depkes melalui PPK dan dilaporkan ke Menteri Kesehatan. Alur informasi bisa dilihat pada bagan berikut : 1. Tingkat Puskesmas A. Menyampaikan infromasi pra bencana ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. B. Menyampaikan informasi rujuka ke RS Kabupaten/Kota bila perlu. C. Menyampaikan informasi perkembangan bencana ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 303 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2. Tingkat Kabupaten/Kota A. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan informasi awal bencana ke Dinas Kesehatan Provinsi. B. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan penilaian kebutuhan pelayanan di lokasi bencana. C. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan laporan hasil penilaian kebutuhan pelayanan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan memberi respon ke Puskesmas dan RS Kabupaten/Kota. D. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan informasi perkembangan bencana ke Dinas Kesehatan Provinsi. E. RS Kabupaten/Kota menyampaikan informasi rujukan dan perkembangannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan RS Provinsi bila diperlukan. 3. Tingkat Provinsi A. Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan bahwa informasi awal kejadian dan perkembangannya ke Depkes melalui PPK. B. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan kajian terhadap laporan hasil penilaian kebutuhan pelayanan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. C. Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan laporan hasil kajian ke PPK dan memberi respon ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan RS Provinsi. D. RS Provinsi menyampaikan informasi rujukan da perkembangannya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan RS Rujukan Nasional bila diperlukan. 4. Tingkat Pusat A. PPK menyampaikan informasi awal kejadian, hasil kajian penilaian kebutuhan pelayanan dan perkembangannya ke Sekretari Jendral Depkes, Pejabat Eselon I dan Eselon II terkait serta tembusan ke Mentei Kesehatan. B. PPK melakukan kajian terhadap laporan hasil penilaian kebtuhan pelayanan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi. C. Rumah Sakit Umum Pusat Nasional menyampaikan informasi rujukan dan perkembangannya ke PPK bila dipelrukan. 304 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 D. PPK berserta unit terkait di lingkungan Depkes merespons kebutuhan pelayanan kesehatan yang diperlukan. 5.2 Penyampaian Informasi yang diperoleh dapat disampaikan dengan menggunakan : 1. Kurir 2. Radio Komunikasi 3. Telepon 4. Faksimili 5. E-mail 6. SMS 6. RESPON BENCANA 6.1 Pre Penanganan Bencana 6.1.1 Preventif Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana (UU no. 24/2007). Upaya tidak mempertemukan bahaya dengan kerentanan/kapasitas. Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya). Misalnya : 1. Melarang pembakaran hutan dalam perladangan 2. Melarang penambangan batu di daerah yang curam. Contoh kegiatan : 1. Membuat Peta Daerah Bencana 2. Mengadakan dan mengaktifkan isyarat-isyarat tanda bahaya 3. Menyusun Rencana Umum Tata Ruang 4. Menyusun Perda mengenai syarat keamanan, bangunan, pengendalian limbah dsb. 5. Mengadakan peralatan/perlengkapan Ops. PB 6. Membuat Protap, Juklak, Juknis PB. 7. Perbaikan kerusakan lingkungan. 305 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 6.1.2 Mitigasi Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui : 1. Pembangunan fisik maupun 2. Penyadaran dan 3. Peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU24/2007) Upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana Bentuk mitigasi : 1. Mitigasi struktural (membuat chekdam, bendungan, tanggul sungai, rumah tahan gempa, dll.) 2. Mitigasi non-struktural (peraturan perundang-undangan, pelatihan, dll.) Contoh mitigasi : 1. Menegakkan peraturan yg telah ditetapkan 2. Memasang tanda-tanda bahaya/larangan 3. Membangun Pos-pos pengamanan, pengawasan/pengintaian 4. Membangun sarana pengaman bahaya dan memperbaiki sarana kritis (tanggul, dam, sudetan dll) 5. Pelatihan Kebencanaan 6.1.3 Kesiapsiagaan Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU 24/2007). Ada 9 kegiatan dalam komponen kesiapsiagaan: A. Penilaian Risiko (risk assessment) B. Perencanaan siaga (contingency planning) C. Mobilisasi sumberdaya (resource mobilization) D. Pendidikan dan Pelatihan (training & education) E. Koordinasi (coordination) F. Manajemen Darurat (response mechanism) G. Peringatan Dini (early warning) H. Manajemen Informasi (information systems) I. Gladi / Simulasi (drilling/simulation) Misalnya: Penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi evakuasi, Rencana Kontinjensi, dan sosialisasi peraturan / pedoman penanggulangan bencana. 306 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 6.2 Penanganan Lapangan 6.2.1 Manajemen Koordinasi Lapangan Penanggulangan masalah kesehatan di lapangan yaitu penanggulangan di lokasi mulai dari tingkat kecamatan sampai pada tingkat kabupaten/kota dengan memperhatikan aspek koordinasi dan kepemimpinan yang didukung oleh sumberdaya internal dan bantuan dari luar. Koordinasi adalah upaya menyatupadukan berbagai sumber daya dan kegiatan organisasi menjadi suatu kekuatan sinergis, agar dapat melakukan penanggulangan masalah kesehatan masyarakat akibat kedaruratan dan bencana secara menyeluruh dan terpadu sehingga dapat tercapai sasaran yang direncanakan secara efektif serta harmonis. Upaya menciptakan koordinasi yang baik merupakan salah satu aspek kesiapsiagaan Penanggulangan Masalah Kesehatan. Koordinasi penanggulangan masalah kesehatan ini meliputi koordinasi internal berupa kerja sama lintas program dari sumber daya yang berbeda (Pemerintah, Ornop, LSM, Swasta dan masyarakat) di daerah rawan bencana. Program tersebut antara lain mengintregasikan upaya penilaian kebutuhan kesehatan akibat bencana; pelayanan kesehatan dasar dan spesialistik; perbaikan gizi darurat; imunisasi, pengedalian vektor, sanitasai dan dampak lingkungan; penyuluhan kesehatan; bantuan logistik kesehatan dan lain-lain. Koordinasi internal ini mengoptimalkan kegiatan organisasi pemerintah, non pemerintah, LSM, dan lainlain yang mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama. 1. Kerangka Konsep Koordinasi 307 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Koordinasi memerlukan : A. Manajemen penanggulangan masalah kesehatan yang baik. B. Adanya tujuan, peran dan tanggung jawab yang jelas dari organisasi. C. Sumber daya dan waktu yang akan membuat koordinasi berjalan. D. Jalannya koordinasi berdasarkan adanya informasi dari berbagai tingkatan sumber informasi yang berbeda. Untuk memperoleh efektifitas dan optimalisasi sumber daya PMK diperlukan persyaratan tertentu antara lain: A. Komunikasi berbagai arah dari berbagai pihak yang dikoordinasikan. B. Kepemimpinan dan motivasi yang kuat disaat krisis. C. Kerjasama dan kemitraaan antara berbagai pihak. D. Koordinasi yang harmonis. Keempat syarat tersebut dipadukan untuk menyusun : A. Perencanaan B. Pengorganisasian C. Pengendalian D. Evaluasi Penanggulangan Masalah Kesehatan. 2. Sistem Koordinasi Penanggulangan Masalah Kesehatan Komponen A. Badan atau media untuk berkoordinasi B. Unit atau pihak yang dikoordinasikan C. Pertemuan reguler D. Tugas pokok dan tanggung jawab yang jelas E. Informasi dan laporan F. Kerjasama pelayanan dan sarana G. Aturan (Code of conduct) organisasi yang jelas 308 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. Koordinasi Pada Saat Kedaruratan Bencana 309 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4. Manajemen Penanggulangan Bencana di Lapangan (Tingkat Kabupaten/Kota) Penanggulangan korban bencana di lapangan pada prinsipnya harus tetap memperhatikan factor safety/ keselamatan bagi penolongnya, setelah itu baru prosedur dilapangan yang memerlukan kecepatan dan ketepatan penanganan, secara umum pada tahap tanggap darurat dikelompokkan menjadi kegiatan sebagai berikut : A. Pencarian korban (Search) B. Penyelamatan korban (Rescue) C. Pertolongan pertama (Live saving) D. Stabilisasi korban E. Evakuasi dan rujukan Upaya ini ditujukan untuk menyelamatkan korban semaksimal mungkin guna menekan angka morbiditas dan mortalitas. Hal dipengaruhi oleh jumlah korban, keadaan korban, geografi, lokasi, fasilitas yang tersedia di lokasi dan sumberdaya yang ada. Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah : organisasi dilapangan, komunikasi, dokumen dan tata kerja. 5. Koordinasi Pasca Kedaruratan/Bencana Koordinasi dan pengendalian di lapangan pasca kerawanan bencana. Koordinasi dan pengendalian merupakan hal yang sangat diperlukan dalam penanggulangan dilapangan, karena dengan koordinasi yang baik diharapkan menghasilkan output/ keluaran yang maksimal sesuai sumber daya yang ada meminimalkan kesenjangan dan kekurangan dalam pelayanan, adanya kesesuaian pembagian tanggung jawab demi keseragaman langkah dan tercapainya standard penanggulangan bencana dilapangan yang diharapkan. Koordinasi yang baik akan menghasilkan keselarasan dan kerjasama yang efektif dari organisasi-organisasi yang terlibat penanggulangan bencana di lapangan. Dalam hal ini perlu diperhatikan penempatan struktur organisasi yang tepat sesuai dengan tingkat penanggulanganbencana yang berbeda, serta adanya kejelasan tugas, tanggung jawab dan otoritas dari masing-masing komponen/ organisasi yang terus menerus dilakukan secara lintas program dan lintas sektor mulai saat persiapan, saat terjadinya bencana dan pasca bencana. Kegiatan 310 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 pemantauan dan mobilisasi sumber daya dalam penanggulangan bencana di lapangan pada prinsipnya adalah : A. Melaksanakan penilaian kebutuhan dan dampak keselamatan secara cepat (Rapid Health Assesment) sebagai dasar untuk pemantauan dan penyusunan program mobilisasi bantuan. B. Melaksanakan skalasi pelayanan dan mobilisasi organisasi yang terkait dalam penanggulangan masalah akibat bencana dilapangan, mempersiapkan sarana pendukung guna memaksimalkan pelayanan. C. Melakukan mobilisasi tim pelayanan ke lokasi bencana (On site) beserta tim surveilas yang terus mengamati keadaan lingkungan dan kecenderungan perubahan-perubahan yang terjadi. Kendala koordinasi : A. Gangguan aksesibilitas B. Gangguan keamanan C. Pertimbangan politik D. Keengganan untuk mengamati tujuan Masalah khusus koordinasi : A. Penundaan inisiatif B. Keikutsertaan pemerintah sangat minim dengan pertimbangan : tidak prioritas, adanya konflik pemerintah dengan pihak lain, badan internasional tidak sepaham dengan pemerintah, dan perbedaan tujuan karena adanya konflik internal dalam sektor pemerintah. C. Pembagian tugas tidak berjalan D. Kerangka waktu tidak disepakati E. Pengalihan tugas 6.2.2 Pembuatan Posko, RS Lapangan, dan Ambulance Protokol 1. Pembuatan Posko Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tangap darurat, dan rehabilitasi, serta rekonstruksi. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang 311 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, serta pemulihan prasarana dan sarana. Masa tanggap darurat bencana adalah jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah atau pemerintah daerah. Pos Komando Kedaruratan adalah pos komando yang dibentuk pada saat keadaan darurat yang meliputi tahap siaga darurat, tahap tanggap darurat dan transisi dari tahap tanggap darurat ke tahap pemulihan yang dapat berupa pos komando tanggap darurat dan atau pos komando lapangan dan pos pendukung yang merupakan satu kesatuan sistem penanganan darurat. Pos Komando Tanggap Darurat Bencana adalah institusi yang berfungsi sebagai pusat komando operasi tanggap darurat bencana, untuk mengkoordinasikan, mengendalikan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan tanggap darurat bencana. Pos Komando Lapangan Tanggap Darurat Bencana merupakan institusi yang bertugas melakukan penanganan tanggap darurat bencana secara langsung di lokasi bencana. Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Nasional berkedudukan di ibu kota negara, Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Provinsi berkedudukan di ibu kota provinsi, Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Kabupaten/Kota berkedudukan di ibukota kabupaten/kota atau di tempat lain sesuai kondisi yang ada. Pada bencana skala nasional dapat dibentuk Pos Komando Tanggap Darurat Aju di provinsi dan pada bencana skala provinsi dapat dibentuk Pos Komando Tanggap Darurat Aju di kabupaten/kota yang terkena bencana. Jangka waktu keberadaan pos komando tanggap darurat bencana bersifat sementara selama masa tanggap darurat dan beroperasi selama 24 (dua puluh empat) jam setiap hari serta dapat diperpanjang atau diperpendek waktunya sesuai dengan pelaksanaan tanggap darurat. A. Persyaratan Lokasi i. Pos Komando Tanggap Darurat Bencana dapat menempati bangunan atau tenda. ii. Bangunan atau tenda pos komando tanggap darurat bencana menempati lokasi yang strategis dengan kriteria: 312 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 a. Mudah diakses oleh berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan tanggap darurat bencana. b. Aman dan terbebas dari ancaman bencana. c. Memiliki lahan parkir yang memadai. d. luas lahan sekurangkurangnya 500 m2. B. Pembentukan Pos Komando (Posko) Pembentukan Pos Komando Tanggap Darurat Bencana, dapat dilakukan pada tahap siaga darurat untuk jenis bencana yang terjadi secara berangsur-angsur, seperti banjir dan gunung meletus, atau segera setelah dinyatakan status bencana untuk jenis bencana yang terjadi secara tiba-tiba, seperti tanah longsor, gempa dan tsunami. Untuk jenis bencana yang terjadi secara berangsur-angsur, pembentukan Pos Komando Tanggap Darurat Bencana dengan cara meningkatkan status Pusat Pengendali Operasi Wilayah Provinsi/ Kabupaten/Kota. Sedangkan untuk jenis bencana yang terjadi secara tibatiba, proses pembentukan pos komando tanggap darurat bencana, dilakukan melalui 4 (empat) tahapan yang harus dilaksanakan secara keseluruhan menjadi satu rangkaian sistem komando yang terpadu, yaitu: C. Informasi Kejadian Awal Bencana Informasi Awal data kejadian bencana dapat diperoleh melalui berbagai sumber antara lain laporan instansi/lembaga terkait, media massa, masyarakat, dan internet. Kebenaran informasi tersebut diatas perlu dikonfirmasi dengan pertanyaan apa, kapan, dimana, bagaimana, berapa, penyebab, akibat yang ditimbulkan dan upaya yang telah dilakukan serta kebutuhan yang mendesak. D. Penugasan Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana i. Dari informasi kejadian awal yang diperoleh, BPBD/SATLAK PB dan atau BNPB menugaskan BNPB/BPBD/SATLAK PB) Tim Reaksi Cepat (TRC tanggap darurat bencana, untuk melaksanakan tugas pengkajian secara cepat dan tepat, serta 313 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 memberikan dukungan pendampingan dalam rangka kegiatan tanggap darurat. ii. Hasil pelaksanaan tugas TRC BNPB/BPBD/SATLAK PB tanggap darurat dan masukan dari berbagai instansi/lembaga terkait merupakan bahan pertimbangan bagi: a. Kepala BPBD/SATLAK mengusulkan kepada PB Kabupaten/Kota Bupati/Walikota dalam untuk rangka menetapkan status/tingkat bencana skala kabupaten/kota. b. Kepala BPBD Provinsi untuk mengusulkan kepada Gubernur dalam rangka menetapkan status/tingkat bencana skala provinsi. c. Kepala BNPB untuk mengusulkan kepada Presiden RI dalam rangka menetapkan status/tingkat bencana skala nasional. E. Penetapan Status/Tingkat Bencana i. Berdasarkan usul sesuai butir 2b di atas maka : a. Bupati/Walikota menetapkan status/tingkat bencana skala kabupaten/kota. b. Gubernur menetapkan status/tingkat bencana skala provinsi. c. Presiden RI menetapkan status/tingkat bencana skala nasional. ii. Tindak lanjut dari penetapan status/tingkat bencana tersebut, maka Kepala BNPB/BPBD Provinsi/BPBD/SATLAK PB Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya dapat menunjuk seorang pejabat sebagai komandan tanggap darurat bencana sesuai status/tingkat bencana skala nasional/daerah. F. Pembentukan Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Presiden/Gubernur/Bupati/Walikota atas usul Kepala BNPB/ BPBD Provinsi/BPBD/SATLAK PB Kabupaten/Kota sesuai status/tingkat bencana dan tingkat kewenangannya : i. Mengeluarkan Surat Keputusan pembentukan Pos Komando Tanggap Darurat Bencana. ii. Melaksanakan mobilisasi sumberdaya manusia, peralatan dan logistik serta dana dari instansi/lembaga terkait dan/atau masyarakat. 314 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 iii. Meresmikan pembentukan Pos Komando Tanggap Darurat Bencana. iv. Bilamana pemerintah kabupaten/kota atau provinsi tidak ada BPBD, maka yang melaksanakan pembentukan Pos Komando Tanggap Darurat adalah instansi/ Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menangani bencana. 2. Rumah Sakit Lapangan A. Persiapan Pendirian Rumas Sakit Lapang Sebelum menggerakkan RS lapangan kita perlu mengirimkan tim aju yang mempunyai pengalaman dan kemampuan dalam pengelolaan RS lapangan. Jumlah tim aju yang dikirim minimal 3 (tiga) orang terdiri dari tenaga teknis yang mempunyai pengalaman dalam membangun RS lapangan, tenaga medis dan sanitarian. Tim aju bertugas untuk melakukan penilaian mengenai lokasi pendirian tenda dan peralatannya. Penilaian oleh tim aju tersebut penting untuk memastikan bahwa RS lapangan yang akan didirikan memang didasarkan pada kebutuhan, berada di tempat yang aman, memiliki akses yang mudah dijangkau, dan sumber air dan listrik yang masih dimiliki paska terjadinya bencana. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan penilaian untuk pendirian RS lapangan di lokasi bencana, antara lain: i. Keamanan. Lokasi pendirian RS lapangan harus berada di wilayah yang aman dari bencana susulan, misalnya, tidak berpotensi terkena gempa susulan atau banjir susulan. Jika bencana berkaitan dengan konflik maka lokasi RS lapangan harus berada di wilayah yang netral dan mendapat jaminan keamanan dari kedua pihak yang bertikai. ii. Akses. Dalam penetapan lokasi pendirian RS lapangan, kita harus memperhitungkan kemudahan akses bagi petugas dan pasien, juga untuk mobilisasi logistik. iii. Infrastruktur. Apakah terdapat bangunan yang masih layak dan aman dipergunakan sebagai bagian dari RS lapangan. Jika tidak, apakah ada lahan dengan permukaan datar dan keras yang dapat digunakan untuk pendirian RS lapangan. Apakah tersedia prasarana seperti sumber air bersih dan listrik yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan operasional RS 315 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 lapangan. Selain itu, perlu pula dipertimbangkan ketersediaan bahan bakar untuk menghidupkan genset dan kebutuhan operasional lain. iv. Sistem komunikasi. Apakah tersedia sistem komunikasi di lokasi pendirian RS lapangan atau apakah diperlukan sistem komunikasi yang independen bagi RS lapangan. Faktor komunikasi memegang peranan penting baik untuk keperluan internal rumah sakit maupun untuk hubungan eksternal terkait dengan pelaporan, koordinasi dan mobilisasi tenaga dan logistik, dsb. Pendirian RS lapangan memerlukan dukungan dari berbagai aspek dengan kata lain sumber daya. Sumber daya (y.i., tenaga kesehatan dan nonkesehatan, sarana, prasarana, dan peralatan) yang diperlukan di dalam pendirian RS lapangan dilakukan oleh daerah yang akan mengirimkan tim RS Lapangan. Pendirian RS lapangan memerlukan tenaga yang sudah terlatih dalam hal operasionalisasi RS lapangan, yang terdiri dari tenaga medis dan nonmedis yang akan menjadi tim inti RS lapangan. Tim inti harus dipersiapkan sejak awal dan terdiri dari unsur manajerial, klinisi, keperawatan, penunjang medis, sarana, dan prasarana, biasanya merupakan tim yang melekat pada sistem RS atau dibentuk oleh suatu institusi atau badan dengan melibatkan berbagai unsur. Tenaga medis RS lapangan dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang memang menjadi tujuan pendirian RS lapangan. Contoh tenaga medis yang terlibat, antara lain: 1. dokter umum 2. dokter spesialis bedah 3. dokter spesialis bedah tulang 4. dokter anestesi 5. dokter penyakit dalam 6. dokter spesialis kandungan 7. dokter spesialis anak 8. dokter spesialis jiwa 24 9. perawat mahir (gawat darurat, kamar bedah, intensif, rawat bedah) 10. perawat anestesi 316 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 11. perawat umum 12. radiografer 13. tenaga analisis laboratorium 14. apoteker dan asisten apoteker 15. ahli gizi/dietisien 16. tenaga rekam medis 17. tenaga elektro medik, dan 18. tenaga sanitarian Selain tenaga medis, tenaga non-medis juga diperlukan untuk mendukung kelancaran operasionalisasi RS lapangan. Tenaga non-medis yang terlibat, antara lain: 1. pengemudi/supir 2. juru masak 3. tenaga administrasi 4. tenaga laundry 5. tenaga teknisi listrik dan mesin 6. tenaga pembantu umum (untuk tenaga gudang, kebersihan, dll.) 7. tenaga keamanan Beberapa pendekatan yang dapat dijadikan pertimbangan untuk melakukan perhitungan kebutuhan obat dalam situasi bencana, yaitu: 1. Melihat jenis bencana yang terjadi, misalnya bencana banjir, bencana gunung meletus, bencana kebakaran hutan, bencana kebakaran, bencana akibat konflik (huruhara). Berdasarkan data tersebut, kita dapat melakukan perhitungan yang relatif sesuai dengan kebutuhan selain jenis obat yang disediakan juga dapat mendekati kebutuhan nyata. 2. Mendata jumlah pengungsi, berikut usia dan jenis kelaminnya 3. Pedoman pengobatan yang umum digunakan. Dalam hal ini sebaiknya merujuk pada Pedoman Pengobatan yang diterbitkan oleh Depkes. 317 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Agar penyediaan obat dan perbekalan kesehatan dapat membantu pelaksanaan pelayanan kesehatan pada saat kejadian bencana, jenis obat dan perbekalan kesehatan harus sesuai dengan jenis penyakit dan pedoman pengobatan yang berlaku. (DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar terapi rumah sakit.) Perlengkapan RS lapangan harus memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan, kemanfaatan, dan layak pakai. Perlengkapan tersebut dapat mencakup alat medis, penunjang medis, dan alat non-medis. 318 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 B. Pendirian Rumah Sakit Lapangan Pendirian Rumah Sakit Lapangan (RS lapangan) di daerah bencana dapat dilakukan dengan memperhatikan sarana dan fasilitas pendukung yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung operasionalisasi RS lapangan seperti bangunan, listrik, air, dan MCK atau dengan mendirikan tenda di ruang terbuka. Tahapan dalam pendirian RS lapangan, antara lain: i. Menetapkan tata letak (site plan) RS lapangan berdasarkan prioritas. ii. Menyiapkan lokasi atau lahan untuk pendirian tenda serta sarana dan fasilitas pendukung yang akan digunakan. iii. Mempersiapkan sistem drainase untuk menghindari genangan air. iv. Membersihkan permukaan lokasi pendirian tenda dari benda tajam yang dapat merusak tenda, dan apabila permukaan tanah tidak datar harus diratakan dahulu. v. Menyiapkan pembatas (pagar) sebagai pengaman dan menetapkan satu pintu masuk dan satu pintu keluar untuk membatasi keluar masuk orang yang tidak berkepentingan. vi. Mendirikan tenda berikut secara berurutan sesuai prioritas. Berikut merupakan macam – macam tenda yang didirikan pada rumah sakit lapangan : i. Tenda Gudang ii. Tenda Unit Gawat Darurat (UGD) iii. Tenda Bedah iv. Tenda Perawatan v. Tenda Intensive Care Uni (ICU) vi. Tenda Farmasi vii. Tenda Personel dan Administrasi viii. Tenda Laundry dan Sterilisasi ix. Tenda X-Ray x. Tenda Processing Film 319 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Berikut merupakan macam – macam prasarana yang diperlukan di rumah sakit lapangan sebagai penunjang : i. Alat – alat Kesehatan ii. Prasarana Radio Komunikas iii. Pengbangkit Daya Listrik (Generator Set) iv. Prasarana Penerangan v. Prasarana Air Bersih vi. Prasarana Pembuangan Limbah vii. Prasarana Laundry dan Sterilisasi viii. Prasarana Pelayanan Gizi (Dapur Umum) ix. Prasarana Toilet dan Kamar Mandi 3. Ambulance Protocol A. Macam Lampu Rotator Ada 3 macam lampu rotator yang diijinkan penggunaannya di Indonesia. Hal ini sesuai dengan UU no. 22 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, pasal 59 ayat 5 yang berbunyi: Penggunaan lampu isyarat dan sirene sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sebagai berikut: i. Lampu isyarat warna biru dan sirene digunakan untuk mobil petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia; ii. Lampu isyarat warna merah dan sirene digunakan untuk mobil tahanan, pengawalan Tentara Nasional Indonesia, pemadam kebakaran, ambulans, palang merah, dan jenazah; dan ii. Lampu isyarat warna kuning tanpa sirene digunakan untuk mobil patroli jalan tol, pengawasan sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, perawatan dan pembersihan fasilitas umum, menderek Kendaraan, dan angkutan barang khusus. Namun, berdasarkan PPRI (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia) no. 44 tahun 1993 tentang kendaraan dan pengemudi, ambulans disebutkan sebagai kendaraan yang diperbolehkan memakai lampu rotator berwarna biru. 320 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 PERATURAN TAHUN PEMERINTAH REPUBLIK 1993TENTANGKENDARAAN INDONESIANOMOR DAN 44 PENGEMUDI Pasal 66Lampu isyarat berwarna biru hanya boleh dipasang pada kendaraan bermotor : 1. petugas penegak hukum tertentu; 2. dinas pemadam kebakaran; 3. penanggulangan bencana; 4. ambulans; 5. unit palang merah; 6. mobil jenazah. Menanggapi peraturan tersebut, IKABI (Ikatan Ahli Bedah Indonesia) merekomendasikan kepada karoseri untuk memasang lampu rotator merah dan biru di tengah atas kendaraan. Jadi, untuk sementara mobil ambulans boleh memakai lampu rotti bulat dan light bar merah-biru atau biru-biru. B. Bunyi Sirine dan Artinya Ambulans umumnya dilengkapi dengan 5 jenis suara sirine, yaitu yelp, wail, phaser, hi-lo dan horn. Fungsi dari jenis suara ini pun berbedabeda. Wail digunakan ketika kendaraan berjalan di jalur yang lurus, yelp digunakan ketika kendaraan berada di persimpangan, hi-lo digunakan sebagai kombinasi untuk mendapatkan perhatian yang lebih efektif, dan horn digunakan seperti klakson untuk memberikan peringatan lebih jika suara-suara lainnya tidak mendapat perhatian pengguna jalan lain. C. Tenaga Medis dan Peralatan di Ambulans Sebelum mengetahui petugas-petugas atau tenaga medis yang bertugas serta peralatan yang ada di ambulans, kita harus mengetahui terlebih dahulu jenis-jenis ambulans. Jenis ambulans terdiri dari ambulans transport, ambulans gawat darurat, ambulans rumah sakit lapangan, dan ambulans pelayanan medis bergerak. Petugas atau tenaga medis dan peralatan yang dibutuhkan disesuaikan dengan jenis ambulans. 321 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 i. Ambulans Transport Tujuan Penggunaan : Pengangkutan penderita yang tidak memerlukan perawatan khusus/tindakan darurat untuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak akan timbul kegawatan selama perjalanan. Petugas : Satu orang supir dengan kemampuan BHD (Bantuan Hidup Dasar) dan berkomunikasi serta satu orang perawat dengan kemampuan PPGD (pertolongan Pertama Gawat Darurat) Peralatan : a. Tabung oksigen dengan peralatannya b. Alat penghisap cairan/lendir 12 volt DC c. Peralatan medis PPGD (tensimeter dengan manset anakdewasa, dll) d. Obat – obatan sederhana, cairan infus secukupnya ii. Ambulans Gawat Darurat Tujuan Penggunaan : Pertolongan penderita gawat darurat pra rumah sakit, pengangkutan penderita gawat darurat yang sudah distabilkan dari lokasi kejadian ke tempat tindakan definitif atau ke rumah sakit, sebagai kendaraan transport rujukan. Petugas : Satu orang pengemudi dengan kemampuan PPGD dan komuniasi, satu orang perawat berkemampuan PPGD, dan satu orang dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS. Peralatan : Peralatan Rescue : a. Lemari obat dan peralatan b. Tanda pengenal dari bahan pemantul sinar c. Peta wilayah setempat d. Persyaratn lain menurut perundangan yang berlaku e. Lemari es/freezer atau kotak pendingin 322 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Peralatan Medis : a. Tabung oksigen dengan perlatan bagi dua orang b. Peralatan medis PPGD c. Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan anak/bayi d. Suction pump manual dan listrik 12 volt DC e. Peralatan monitor jantung dan nafas f. Alat monitor dan diagnostik g. Peralatan defibrilator untuk anak dan dewasa h. Minor surgery set i. Obat – obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya j. Entonox atau gas anastesi k. Kantung mayat l. Sarung tangan disposable m. Sepatu boot iii. Ambulans Rumah Sakit Lapangan Tujuan Penggunaan : Merupakan gabungan ebebrapa ambulans gawat darurat dan ambulans pelayanan medik beregrak. Sehari – hari berfungsi sebagai ambulans gawat darurat. Petugas : Seorang pengemudi berkemampuan PPGD dan komunikasi, seorang perawat berkemampuan PPGD atau BTLS/BCLS, dan seorang dokter berkemampuan ATLS/ACLS. Peralatan : Peralatan Rescue : a. Lemari obat dan peralatan b. Tanda pengenal dari bahan pemantul sinar c. Peta wilayah setempat dan detailnya d. Persyaratan lain menurut perundangan yang berlaku e. Lemari es/freezer atau kotak pendingin 323 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Peralatan Medis : a. Tabung oksigen dengan peralatan bagi dua orang b. Peralatan medis PPGD c. Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan anak/bayi d. Suction pump manual dan listrik 12 volt DC e. Peralatan monitor jantung dan nafas f. Alat monitor dan diagnostik g. Peralatan defibrilator untuk anak dan dewasa h. Minor surgery set i. Obat – obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya j. Entonox atau gas anastesi k. Kantung mayat l. Sarung tangan disposable m. Sepatu boot iv. Ambulans Pelayanan Medik Bergerak Tujuan Penggunaan : Melaksanakan salah satu upaya pelayanan medik di lapangan. Digunakan sebagai ambulans transport. Petugas : Seorang pengemudi berkemampuan PPGD dan komunikasi, Seorang perawat berkempuan PPGD dengan jumlah sesuai kebutuhan, dan paramedis lain sesuai kebutuhan serta dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS. Peralatan : Peralatan Rescue : a. Peta wilayah setempat b. Persyaratn lain menurut perundangan yang berlaku c. Lemari es/freezer atau kotak pendingin Peralatan Medis : a. Tabung oksigen dengan peralatan b. Peralatan medis PPGD 324 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 c. Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan anak/bayi d. Suction pump manual dan listrik 12 volt DC e. Obat – obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya f. Sarung tangan disposable g. Sepatu boot D. Peraturan Lain Khusus Ambulans Sebagian besar undang-undang memperbolehkan pengemudi kendaraan emergensi untuk : i. Memarkir kendaraannya di manapun, selama tidak merusak hak milik atau membahayakan nyawa orang lain. ii. Melewati lampu merah dan tanda berhenti. Beberapa negara mengharuskan pengemudi ambulans untuk berhenti terlebih dahulu saat lampu merah, lalu melintas dengan hati-hati. Negara lain hanya menginstruksikan pengemudi untuk memperlambat laju kendaraan dan melintas dengan hati-hati. iii. Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului setelah memberi sinyal yang tepat, memastikan jalurnya aman, dan menghindari hal-hal yang membahayakan nyawa dan harta benda. iv. Mengabaikan peraturan yang mengatur arah jalur dan aturan berbelok ke arah tertentu, setelah memberi sinyal dan peringatan yang tepat. Dengan adanya pengecualian tentang beberapa peraturan lalin untuk ambulans, bukan berarti ambulans bebas dikemudikan dengan kecepatan yang ugal-ugalan. Ada batasan kecepatan yang diperbolehkan dalam mengemudi ambulans, yaitu 60 km/jam ketika berangkat mengambil penderita dan maksimum 40 km/jam ketika membawa pasien di dalamnya. Hal ini dikarenakan kecepatan yang tinggi akan menyebabkan stress pada pasien, terlebih lagi jika sirine dibunyikan. Dan perlu digaris bawahi, jika ambulans membawa pasien dengan penyakit jantung, sirine TIDAK BOLEH dibunyikan. Jadi, ambulans hanya diperbolehkan menyalakan lampu rotator saja, karena dikhawatirkan stress akibat bunyi sirine akan berakibat fatal pada pasien penyakit jantung. 325 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 6.2.2 Triage Triage adalah proses khusus memilah dan memilih pasien berdasarkan beratnya penyakit menentukan prioritas perawatan gawat medik serta prioritas transportasi, artinya memilih berdasarkan prioritas dan penyebab ancaman hidup. Triage merupakan suatu sistem yang digunakan dalam mengidentifikasi korban dengan cedera yang mengancam jiwa untuk kemudian diberikan prioritas untuk dirawat atau dievakuasi ke fasilitas kesehatan. 1. Tujuan Triage A. Identifikasi cepat korban yang memerlukan stabilisasi segera (lebih ke perawatan yang dilakukan di lapangan). B. Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan. C. Untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa dan kecacatan. 2. Prinsip Triage dan Tata Cara Melakukan Triage Triage dilakukan berdasarkan observasi terhadap 3 hal, yaitu : A. Pernapasan (respiratory) B. Sirkulasi (perfusion) C. Status mental (mental state) Dalam pelaksanaannya biasanya dilakukan tag label triage yang dipakai oleh petugas triage untuk mengidentifikasi dan mencatat kondisi untuk tindakan medis terhadap korban. 3. Pengelompokan Triage Berdasarkan Tag Label A. Prioritas 0 (hitam) Pasien meninggal atau cedera parah yang jelas tidak mungkin untuk diselamatkan B. Prioritas 1 (merah) Penderita cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan tindakan medik atau transport segera untuk meyelamatkan hidupnya. Misalnya penderta gagal nafas, henti jantung, luka bakar berat, perdarahan parah dan cedera kepala berat. C. Prioritas 2 (kuning) Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera dan tingkat yang kurang berat dan dipastikan tidak akan mengancam jiwa dalam waktu 326 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 dekat. Misalnya cedera abdomen tanpa syok, luka bakar ringan, frakur atau patah tulang tanpa syok, dan jenis – jenis penyakit lainnya. D. Prioritas 3 (hijau) Pasien dengan cedera minor dan tingkat penyakit yang tidak membutuhkan pertolongan segera serta tidak mengancam nyawa dan tidak menimbulkan kecacatan. 4. Klasifikasi Triage A. Triage di tempat Dilakukan ditempat korban ditemukan atau pada tempat penampungan, triage ini dilakukan oleh tim pertolongan pertama sebelum korban dirujuk ke tempat pelayanan medik lanjutan B. Triage Medic Dilakukan pada saat korban memasuki pos pelayanan medik lanjutan yang bertujuan untuk menentukan tingkat perawatan dan tindakan pertolongan yang dibutuhkan oleh korban. C. Triage evakuasi Triage ini ditunjukkan pada korban yang dapat dipindahkan pada rumah sakit yang telah siap menerima korban, seperti bencana massal. 6.3 Pasca Penanganan Bencana 2.4.4. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Bencana yang disertai dengan pengungsian sering menimbulkan berbagai masalah, terumata masalah kesehatan masyarakat yang besar. Dalam sitausi bencana selalu terjadi kedaruratan semua aspek kehidupan. Terjadinya kelumpuhan pemerintahan, rusaknya fasilitas umum, terganggunya sistem komunikasi dan transportasi, lumpuhnya pelayanan umum yang mengakibatkan terganggunya tatanan kehidupan masyarakat. Jatuhnya korban jiwa, hilangnya harta benda, meningkatnya angka kesakitan merupakan dampak dari adanya bencana. Kebutuhan pelayanan kesehatan tiap – tiap penduduk rentan adalah tidak sama karena mereka mempunyai karakteristik kebutuhan pelayanan kesehatan yang berbeda. Pelayanan kesehatan pada bayi berbeda dengan kebutuhan pelayanan kesehatan pada penduduk lansia. Sehingga perlu kiranya 327 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 untuk menggali informasi dari masyarakat mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan yang dharapkan oleh para penduduk rentan atau penduduk yang beresiko tersebut berkenaan dengan dampak kesehatan pasca bencana. Penggalian informasi, keinginan da saran dari kelompok penduduk rentan adalah suatu proses pencarian informasi dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia khusunya pada kelompok penduduk yang rentan dan beresiko terkena penyakit dengan adanya bencana tersebut. Tindakan penting yang dapat menolong mengurangi penderitaan korban bencana adalah dengan memberikan perlindungan, keamanan, maupun stabilisasi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan pengungsi dan melibatkan mereka dalam mengatur semua aspek kehidupannya yang baru. 1. Mortalitas Fasilitas kesehatan harus memiliki catatan kematian pasien termasuk sebab kematiannya dan informasi demografi lain yang relevan. 2. Morbiditas Fasilitas kesehatan yang menyediakan pelayanan kesehatan, termasuk klinik untuk balita dan program pemberian makanan yang selektif, haruslah memiliki catatan harian medis pasien yang menginformasikan nama, umur, jenis kelamin, diagnosa klinis, hasil laboratorium, dan pengobatan. 3. Program Kesehatan Utama Penyebab utama kematian dan penyakit yang paling sering muncul dalam situasi darurat adalah campak, diare (termasuk kolera), infeksi pernapasan, kurang gizi, dan malaria. Untuk itu, prioritas yang seharusnya dimasukkan dalam program tanggapan darurat adalah : A. Pengurangan dampak negatif dari penyakit – penyakit yang kerap muncul dalam situasi darurat. Harus ada upaya untuk meringankan (mitigasi) dari efek bencana yang mungkin dapat melibatkan kisaran strategi kedokteran dan kesehatan pencegahan, termasuk imunisasi untuk penyakit menular, perbaikan sanitasi, personal hiegene, bahaya pembuangan limbah, kontrol vektor dan cacing, kontrol imigrasi dan bea cukai, pendidikan dan peringatan dini masyarakat. 328 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 B. Kesehatan reproduksi perihal keselamatan ibu yang meliputi persalinan dan antenatal care (ANC). C. Meningkatkan kapasitas yang meliputi : i. Pendidikan kesehatan Pendidikan kesehatan hendaknya memberikan perhatian pada pengelolaan limbah kotoran manusia, sampah, air bersih, dan kebersihan pribadi. ii. Pengelolaan logistik obat – obatan iii. Pelayanan laboratorium iv. Informasi sektor vital seperti : a. Persediaan air minum b. Persediaan kakus per orang c. Jumlah populasi dengan penampungan yan memadai d. Jumlah sabun yang disediakan untuk setiap orang per bulannya e. Melaksanakan kontrol vektor 4. Makanan dan Gizi Respon cepat yang diambil adalah : A. Memperkirakan keadaan kesehatan dan gizi secepat mungkin B. Menjamin tersedianya makanan, transportasi, penyimpanan, minyak goreng, dan peralatan memasak. C. Mengatur program pemberian makanan bagi pengungsi D. Mengawasi jalannya program dan buat perubahan jika diperlukan. Pengawasan program pemberian pangan dapat dilakukan dengan cara : A. Pengawasan makanan, melihat kualitas dan kuantitas makanan, serta mengawasi pendistribusian makanan. B. Membicarakan mutu makanan dengan pengungsi. C. Penilaian kebutuhan lainnya. 329 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 5. Air Respon cepat yang diambil adalah : A. Menghitung kebutuhan dan kemungkinana suplai air B. Menilai kualitas dan kuantitas sumber air C. Menjaga sumber – sumber air yang ada dari polusi D. Membangun sumber – sumber air dan sistem penyimpanan serta distribusi untuk menjamin air bersih yang cukup E. Menguji kualitas air F. Membentuk infrastruktur untuk operasi dan pemeliharaan air G. Jika sumber air lokal tidak bisa menyediakan air dalam jumlah tertentu (minimum) dalam waktu cepat, para pengungsi sebaiknya dipindahkan. 6. Kesehatan Lingkungan Respon cepat yang diambil adalah : A. Mengumpulkan tinja pada satu tempat dan mencegah pencemaran terhadap sumber – sumber air. B. Menentukan tempat – tempat yang berpotensi untuk pembutan sarana sanitasi C. Menentukan metode pembuangan tinja, sampah dan air limbah. D. Mengendalikan vektor yang mengancam kesehatan, seperti nyamuk, lalat, kutu, binatang kecil, tikus, dan hama lainnya. E. Merencanakan tim sanitasi untuk membangun dan memelihara prasarana. F. Mendirikan pelayanan pengendalian ancaman hama G. Membentuk sistem pemantauan untuk smeua pelayanan kesehatan lingkungan H. Memasukkan kebersihan lingkungan sebagai bagian pendidikan kesehatan I. Mengendalikan debu dengan cara menyiram jalan dan membatasi lalu lintas J. Mengendalikan air limbah dan menyediakan salutan pembuangannya. 330 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 6.3.2 Trauma Healing Pemulihan dari trauma membutuhkan waktu, berusaha meluangkan waktu untuk diri anda, jangan terlalu memaksa proses penyembuhan dan bersabarlah dalam melewati langkah – langkah pemulihan. Terkait dengan penanganan trauma (trauma healing) terdapat metode sederhana antara lain: A. Jangan mengisolasi diri. Usahakan untuk menjalani hubungan dengan orang lain dan hindari mengabiskan waktu sendiri. B. Mintalah bantuan kepada anggota keluarga, teman, konselor, atau pemuka agaman yang bisa anda percaya. Bisa juga bergabung dengan support group atau grup – grup dikusi yang khusus memberikan dukungna untuk masalah trauma. C. Lakukan aktivitas sehari – hari seperti berjalan kaki, tidur, makan, bekerja dan berolah raga. Jangan lupa untuk membuat jadwal untuk erelaksasi dan aktivitas sosial. D. Kesehatan, banyaklah istirahat, berolah raga teratur, dan makan teratur. Hindari alkohol dan obat terlarang. Alkohol dan obat terlarang dapat memperburuk symptom trauma dan memperburuk perasaan – perasaan depresi, kecemasan, dan isolasi. E. Lakukan pelepasan emosi, jangan tahan tangisan, mengangislah samapi puas. Pelepasan emosi secara fisik dapat membantu mengurangi beban. F. Apabila masalah tidak juga menghilang dan korban merasa terbebani, itu pertanda bahwa korban memerlukan bantuan profesional untuk membantu menangani masalahnya. 331 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 REFERENSI 1. Depkes RI. Pedoman Koordinasi Penanggulangan Bencana Di Lapangan. http://www.depkes.go.id/resources/download/penanganankrisis/pedoman_koordinasi_penanggulangan_bencana_di_lapangan.pdf diakses pada 2 Januari 2016 2. Depkes RI. 2008. Pedoman Pengelolaan Rumah Sakit Lapangan Untuk Bencana. http://www.depkes.go.id/resources/download/penanganan-krisis/ pedoman_rumah_sakit_lapangan_untuk_bencana.pdf diakses pada 2 Januari 2016 3. ID Medis. 2014. Triase Gawat Darurat Lengkap PPGD. http://www.idmedis.com/2014/03/triase-gawat-darurat-lengkap-ppgd.html diakses pada 2 Januari 2016 4. BNPB. 2010. Pedoman Pembentukan Pos Komando Tanggap Darurat Bencana. http://www.gitews.org/tsunamikit/en/E6/further_resources/national_ level/peraturan_kepala_BNPB/Perka%20BNPB%2014 2010_%20Pedoman%20Pembentukan%20Pos%20Komando%20Tanggap%20 Darurat%20Bencana.pdf diakses pada 2 Januari 2015 5. BNPB. Sistem Penanggulangan Bencana. http://www.bnpb.go.id/pengetahuanbencana/sistem-penanggulangan-bencana diakses pada 2 Januari 2016 6. PUSDIKLAT. Manajemen Bencana Jejaring Untuk Penanggulangan Bencana. http://www.pusdiklataparaturkes.net/Downloads/Diklat%20Kepemimpinan/Pelatihan%20PKP%20 Kepala%20Dinkes/MODUL.4%20PKP%20KADINKES/B.%20Manajemen% 20Bencana/Pokok%20Bahasan%204%20Jejaring%20untuk%20Penanggulang an%20Bencana/File%20Materi/PB44B1.PDF diakses pada 2 Januari 2016 7. FK UNAND. 2013. Manajemen Bencana Alam. http://fk.unand.ac.id/images/SL_Blok_4.3_A.pdf diakses pada 2 Jnuari 2016 8. Siswantobp. Peran SOP Dalam Mitigasi dan Penanganan Bencana. http://wiki.openstreetmap.org/w/images/7/73/Mitigasi-bencana.pdf diakses pada 2 Januari 2016 9. Wihayanti, Punik M, et al. 2010. Analisis Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Penduduk Rentan Pasca Bencana Erupsi Merapi di Desa Mranggen Kecamatan Srumbing Kabupaten Magelang Jawa Tengah. 332 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 http://dppm.uii.ac.id/dokumen/proposal/merapi/RE_PUNIK_MUMPUNI.pdf diakses pada 2 Januari 2016 10. Pusat Studi Kebijakan dan Sosial. Pengelolaan Kesehatan Masyarakat Dalam Kondisi Bencana. http://johana.staff.ugm.ac.id/wp- content/uploads/chpss_3.pdf diakses pada 2 Januari 2016 11. Khazanah. 2010. Trauma Healing. http://kepri.kemenag.go.id/file/ file/Prospek06/vzht1386575650.pdf diakses pada 2 Januari 2016 12. Menkes RI. 2006. Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisi Akibat Bencana. http://dinkes.surabaya.go.id/portal/files/kepmenkes/ Kepmenkes%20064.pdf diakses pada 3 Januari 2016 333 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 MANAJEMEN OPERASIONAL LAPANGAN 1. PENDAHULUAN Dalam kehidupan kita sehari-hari baik itu dijalani secara individu/personal maupun secara berkelompok/berorganisasi membutuhkan rencana-rencana dalam mencapai tujuan. Rencana telah disusun secara umum atau detail tanpa didukung kemampuan menajemen (kemampuan menajerial seseorang/sekelompok orang) sulit untuk dilaksanakan dalam perwujudan tujuan rencana tersebut, begitupun sebaliknya. Berorganisasi membutuhkan menajemen yang jauh lebih kompleks agar tercapai tujuan mereka. Kemampuan memanage dalam pelaksanaan, pengontrolan dan evaluasi sebuah rencana yang telah disusun dengan baik menentukan hidup matinya organisasi. Meskipun demikian langkah awal senantiasa dimulai dari bagaimana organisasi mampu menyusun perencanaan. 2. PERENCANAAN Perencanaan bisa didefinisikan sebagai melaksanakan proses penilaian keadaan, menentukan tujuan jangka pendek, dan tujuan jangka panjang dan tindakan – tindakan yang harus dilaksanakan untuk mencapainya.Sehingga perencanaan penting dilakukan baik sebelum maupun sesudah keadaan yang tak terkendali. Dan perencanaan operasi harus didasarkan pada kebutuhan yang terinci dan penilaian akan sumber daya. Adapun klasifikasi Rencana, yaitu : 1. Rencana Operasi (Operation Planning) 2. Rencana Cadangan (Alternative Planning) Kedua tipe rencana tersebut jika digabung maka disebut sebagai master planning, sehingga dapat menciptakan kondisi terkendali dan mengantisipasi kondisi yang tak terkendali. Kesimpulannya rencana operasi tanpa rencana cadangan akan terjebak dalam keadaan yang tak terkendali, begitupun dengan rencana cadangan tanpa rencana opersi akan menjadi jasad sebuah ide. 3. UNSUR-UNSUR RENCANA OPERASI 3.1 Nama Instansi 3.2 Nama Kegiatan 3.3 Waktu Pelaksanaan 334 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3.4 Jenis Kegiatan 3.5 Tempat Kegiatan 3.6 Tujuan 1. Tujuan Khusus 2. Tujuan Umum 3.7 Identifikasi dan Penetapan Sumber Daya 3.7.1 Man Power 1. Jumlah 2. Job description 3.7.2 Method 1. Internal 2. Eksternal 3.7.3 Material 1. Sarana transport 2. Peralatan medis dan obat – obatan 3. Perlengkapan medis tim dan pribadi 3.7.4 Money 1. Dana BPP 2. Dana pribadi 3.7.5 Rule 1. Etika tim medis (khusus RO tim medis) 2. Surat kesepakatan 3.7.6 Information 1. Keadaan medan 2. Iklim dan cuaca 3. Keadaan sosial budaya masyarakat 3.7.7 Time 1. Waktu (time schedule) 2. Tempat 3.8 Objek Sasaran 1. Panitia 2. Peserta 3. Masyarakat 335 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3.9 Target Kegiatan Prinsip : SMART (Spesific, Measureable, Achieveable, Reality, Time Based) 3.10 Standar Keberhasilan Prinsip : 4EP (Ekonomis, Etis, Efektif, Efisien, Produktif) 3.11 Skenario Lapangan 1. Time schedule tim 2. Rencana operasi lapangan 3.12 Alternative Planning 1. Sistematis 2. Realistis 4. AKSI DAN KONTROL 4.1 Rencana Operasi (Operating Planning) Rencana operasi merupakan sebuah alat manajemen yang vital yang pembuatannya haru didasarkan pada berbagai masalah, kebutuhan – kebutuhan, dan penilaian ketersediaan sumber daya. 4.1.1 Membuat Rencana Operasi Hal yang pertama dilakukan ialang ‘kenali masalah dengan pertanyaan’ lalu diikuti dengan : 1. Menentukan prioritas program 2. Menentukan tujuan 3. Mengidentifikasi sumber daya yang tersedia i. Men power (manusia: kemampuan, jumlah, dan psikologis) ii. Material (sarana : peralatan dan perlengkapan) iii. Method (metode/tata kerja) iv. Money (pendanaan) v. Rules (aturan, etika) vi. Information (keadaan medan, iklim, cuaca, dll) vii. Time (waktu) 4. Merinci tindakan – tindakan yang perlu diambil oleh mereka yang bertanggung jawas atas berbagai sektor dalam operasi tersebut 336 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4.1.2 Tugas Rencana Operasi 1. Mengevaluasi rencana – rencana yang sudah ada dan keterangan dalam rencana cadangan. 2. Melakukan penilaian atas masalah – masalah, berbagai kebutuhan, mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan mendesak yang belum terpenuhi. 3. Tentukan tujuan keseluruhan. 4. Perjelas asumsi – asumsi rencana operasi. 5. Tentukan langkah – langkah kerja untuk mencapai tujuan keseluruhan. 6. Menentukan tujuan dan langkah – langkah tindakan untuk mencapai tujuan pada tingkat sektoral. 7. Mengalokasikan tanggung jawab. 8. Menentukan mekanisme – mekanisme kerja sama. 9. Menentukan mekanisme pengaturan. 10. Mencatat dan mensosialisasikan rencana, memantau kemajuan, melakukan koreksi tindakan dan mengatur serta merevisi rencana. 4.1.3 Melaksanakan Tugas Rencana Operasi 1. Senantiasa mempersiapkan diri atau tim bahwa ada kecenderungan untuk menunda perencanaan operasi oleh karena ketiadaan informasi (masih lebih baik keterbatasan informasi) dan karena kebutuhan akan sumber daya yang mendesak yang dapat dipenuhi tanpa sebuah rencana. 2. Rencana cadangan harus menggunakan hasil rencana cadangan untuk menghadapi keadaan yang kurang terkendali, dan menyiapkan rencana operasinya. Pertimbangkan bahwa beberapa hal dalam rencana cadangan akan dijelaskan seiring dengan perjalanan waktu. 3. INGAT ! RENCANA OPERASI YANG PALING EFEKTIF ADALAH YANG DIKEMBANGKAN OLEH ATAU DENGAN MEREKA YANG AKAN MELAKSANAKAN RENCANA TERSEBUT. Maksudnya adalah semua faktor yang mempengaruhi rencana operasi harus diseimbangkan (mengutamakan isu-isu yang penting) agar mudah menyusun rencana operasi dalam waktu singkat 337 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 sehingga tidak menjadi kadaluwarsa sebelum dilaksanakan dan tidak bertele-tele agar mudah diperbaharui. 4. INGAT ! RENCANA OPERASI MERUPAKAN SEBUAH PROSES. Maksudnya adalah rencana operasi harus terus menerus diperbaharui seiring perkembangan keadaan, pelaksanaan rencana harus dipantau dan mengambil tindakan untuk mengoreksi hal-hal yang salah, disesuaikan dan direvisi. 4.2 Rencana Cadangan (Alternative Planning) Rencana cadangan merupakan proses perencanaan ke depan, dalam keadaan yang penuh dengan ketidakpastian, keadaan dimana sudah disepakati berbagai skenario dan tujuan, tindakan – tindakan menajerial dan teknis sudah terdefinisikan, dan sistem – sistem tanggapan potensial sudah diatur pelaksanannya guna mencegah, atau menanggapi keadaan tidak atau kurang terkendali. Berdasarkan definisi diatas, maka hal yang penting untuk menganggap rencana cadangan merupakan sebuah proses perencanaan seperti halnya rencana operasi, dimana sekelompok orang atau organisasi untuk selalu bekerjasama terus menerus agar dapat merumuskan tujuan – tujuan dan mendefinisikan tanggung jawab dan tindakan – tindakan baik bersifat manajerial ataupun teknis sehingga dapat membentuk sebuh sistem tanggapan potensial. Rencana cadangan membangun kapasitas organisasi dan harus menjadi dasar bagi perencanaan operasi dan tanggapan terdahap kedaan yang tidka atau kurang terkendali. Karena tanpa rencana cadangan sebelumnya, banyak waktu yang terbuang untuk membuat rencana guna menanggapi keadaan yang tak terkendali. 4.2.1 Waktu untuk merencankan sebuah rencana cadangan Tidak ada aturan waktu untuk kapan memulai, kecuali bila tidka ada informasi Langkah awal menyusun rencana cadangan 1. LAKUKAN! Penilaian Awal sebagai tanggapan terhadap „peringatan dini‟ yaitu langkah pengumpulan, analisa dan penggunaan informasi untuk lebih mendalami pemahaman mengenai keadaan terkini dan kemungkinankemungkinan yang akan terjadi, seperti angket, inspeksi visual, agenda acara, pengalaman, dan lain – lain. Meskipun penilaian awal telah dilaksanakan, JANGAN HENTIKAN PENILAIAN sebab penilaian susulan sangat erat 338 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 kaitannya dengan penilaian awal yang akan menjadi dasar untuk menyusun rencana operasi. 2. Prinsipnya : PENILAIAN YANG LEBIH RINCI AKAN MENYUSUL SEIRING PERKEMBANGAN KEADAAN DAN KEBUTUHAN AKAN SUMBER DAYA; PENILAIAN TIDAK PERNAH BERHENTI. 3. JANGAN! T unda dalam menyusun rencana cadangan, karena tidak ada peraturan kapan persisnya rencana cadangan dimulai di susun, kecuali dalam kondisi “kegamangan” atau kebingungan akibat ketiadaan informasi. Makanya, “AMATLAH BAIK UNTUK MERENCANAKAN YANG TIDAK PERLU DARIPADA TIDAK MERENCANAKAN HAL YANG PERLU” 4. LAKUKAN! Pertemuan-pertemuan sesering mungkin baik itu pertemuan besar ataupun kecil (bedasarkan peserta pertemuan) agar dapat mencegah rencana cadangan yang statis yang cenderung akan kadaluwarsa dan menciptakan rasa aman yang semua. Dengan terus menerus menelaah dan memperbaharui tolok ukur kesiapan perencanaan secara berkala, maka tolok ukur kesiapan yang sudah dilaksanakan dapat terus dipertahankan. 339 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 TEAM BUILDING 1. Pendahuluan Karena berbagai kemajuan teknologi, kompetisi global, dan ketahanan ekonomi dalam masyarakat yang kompleks, banyak jabatan menuntut adanya kolaborasi di antara manusia lintas departemen atau lintas keakhlian. Intinya, pikiran orang banyak akan lebih baik ketimbang pikiran satu orang saja. Membangun sebuah tim adalah suatu proses memilih, mengembangkan, memberikan kemudahan, dan melatih sebuah kelompok kerja agar berhasil mencapai tujuan bersama. Di dalamnya mencakup memotivasi anggota-anggota agar merasa bangga dalam melaksanakan tugas kelompoknya. Pembangun tim (team builder) harus mampu memenuhi tuntutan tugas (kualitas hasil, tepat waktu, dsb.) dan memenuhi kebutuhan anggota-anggota kelompok (adil, tidak konflik, dsb). Melalui kerjasama dan saling berbagi pengetahuan serta keterampilan, sebuah tim seringkali mamapu menyelesaikan tugas secara efektif, ketimbang dilakukan oleh seorang individu. Tim boleh jadi merupakan kelompok kerja yang reltif permanen, namun juga bisa bersifat temporer yang bertugas untuk menyelesaikan sebuah proyek tertentu. Tim yang relatif permanen biasanya dinamakan natural team work”, sedangkan yang temporer banyak disebut “a cross-functional action team” – biasanya terdiri dari orang – orang dari berbagai bagian atau departemen. Bentuk tim yang dianggap paling maju ialah “self-directed”, karenanya tim semacam ini kurang memerlukan pengawasan, dan memiliki otoritas penuh dalam penyelesaian tugas – tugasnya. Agar tim bisa bekerja secara efektif dala mengenbangkan motivasi, kedekatan, dan produktivitas, banyak organisasi yang memandang pembangunan tim merupakan salah atu aspek dari pengenbangan organisasi. 2. Tujuan Tim Tim dibangun dengan tujuan untuk membantu kelompok fungsional menjadi lebih efektif. Karena rasa individualisme dan persaingan atar pribadi relatif tajam dalam organisasi, maka tidak semua kelompok kerja dapat dikategorikan ke dalam suatu tim. Secara spesifik, membangun sebuah tim artinya harus mengembangkan semangat, saling percaya, kedekatan, komunikasi, dan produktivitas. 1. Semangat : Muncul karena masing-masing anggota percaya bahwa 340 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 mereka memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Makin tinggi tingkat kepercayaan mereka atas kemampuannya, makin besar pula motivasi mereka untuk menyelesaikan tugas dengan baik. 2. Saling percaya : Rasa saling percaya antar sesama anggota merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap anggota tim, agar tim mampu bekerja secara efektif. 3. Kedekatan : Kedekatan antar anggota merupakan perasaan yang mampu menyatukan anggota secara sukarela. Suatu kelompok yang kohesif adalah kelompok yang dimiliki oleh setiap anggotanya. Mereka mempunyai tingkat loyalitas yang tinggi terhadap kelompoknya. Umumnya kelompok yang kohesif akan lebih produktif. 4. Komunikasi : Agar tim bisa berfungsi dengan baik, semua anggota harus mempunyai kemampuan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi secara baik, bicara secara terbuka satu sama lain, memecahkan konflik yang ada, dan secara bersama menghadapi masalah. 5. Produktivitas : Tim seyogianya dapat menyelesaikan tugas yang tidak mungkin dilaksanakan perorangan. Melalui saling berbagi sumber daya, keterampilan, pengetahuan, kepemimpinan, maka tim berpotensi sangat lebih efektif daripada perorangan. 3. Proses Membangun Tim Tidak ada satu cara khusus yang dipakai untuk membangun sebuah tim. Tujuan untuk membangun tim yang bersemangat, memiliki kedekatan, saling percaya, dan produktif dapat dilakukan dengan banyak cara. Apapun caranya, hal yang penting diingat adalah tim itu sendiri harus mengembangkan kemampuan mengidentifikasikan persoalan kerja mereka dan sekaligus juga memecahkannya. Lima tahap atau langkah yang umumnya dilakukan dalam membangun sebuah tim diuraikan di bawah ini. 1.1 Langkah 1 : Membentuk Struktur Tim Setiap tim harus bekerja dengan suatu struktur yang memadai agar berdaya menangani isu-isu berat dan memecahkan persoalan-persoalan yang rumit. Walau struktur bisa berbeda antara perusahaan satu dengan lainnya, namun komponen yang umumnya ada meliputi : 341 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1. Tim Pengarah, yang terdiri atas manajer-manajer tingkat atas, pimpinan serikat kerja (kalau ada), manajer lini, penyelia, pimpinan tim, dan orang-orang penting lainnya. Seperti seorang pilot, kelompok tersebut menetapkan seperangkat tindaka,sebagai narasumber ,pemberi umpan balik atas kegiatan tim. 2. Perancang Tim, merupakan tim lintas sektoral yang mencakup anggotaanggota dari semua jenjang dan fungsi dalam organisasi. Anggotanya terdiri atas para penyelia dan para manajer. 3. Pemimpin, merupakan unsur penting bagi keberhasilan tim. Pemilihan pemimpin merupakan faktor penting, mereka harus yang bergaya partisipatif. Pemimpin tipe X kurang tepat untuk diminta sebagai pemimpin tim. 4. Rapat-rapat, merupakan aktivitas yang terpenting. Agenda ini harus difasilitasi dan dilakukan relatif sering. Pimpinan harus dilatih untuk mengelola proses rapat dan proses terjadinya hubungan antar pribadi. Proses rapat antara lain mencakup perencanaan dan penggunaan agenda, mengelola jalannya rapat, mendistribusikan notulen rapat, mengatur bahan dan waktu rapat. Saat rapat berlangsung pimpinan rapat harus mampu meningkatkan partisipasi semua anggota untuk mengeluarkan gagasannya, mengatasi pertentangan akibat adanya perbedaan pendapat, menangani anggota-anggota yang “sulit”, dan menciptakan suasana rapat yang dinamis. 5. Proses konsultasi. Kehadiran pihak ketiga dalam upaya membimbing, mengajar, membantu menyelesaikan konflik, kadang sangat diperlukan. Karena sesungguhnya mereka bukan anggota tim, konsultan dapat memberikan tantangan bagi anggota tim. Mereka bisa lebih obyektif dan bisa lebih bebas bekerja dan berpendapat ketika membantu tim. Konsultan juga bisa membantu membangun aturan- aturan dan cara-cara kerja. Mereka bisa diminta untuk mendidik anggota tim dalam menggunakan peralatan, metode kerja, dan memecahkan masalah agar tim bisa lebih produktif. 1.2 Langkah 2 : Mengumpulkan Infromasi Membangun tim harus dimulai dengan penilaian diri anggota kelompok (selfassesment), untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh setiap anggota. Pengembangan tim dapat ditetapkan berdasarkan data yang diperoleh dari survai tentang sikap, wawancara dengan anggota tim, dan pengamatan atas diskusi342 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 diskusi kelompok. Cara-cara tersebut bermanfaat untuk menilai sejumlah hal, antara lain iklim komunikasi, rasa saling percaya, motivasi, kemampuan memimpin, pencapaian konsensus, dan nilai kelompok. 1.3 Langkah 3 : Membicarakan Kebutuhan Informasi yang diperoleh dalam langkah II harus dirangkum dan diumpanbalikan kepada anggota tim. Tim harus mendiskusikannya secara terbuka, dan mencoba menginterpretasikannya. Melalui proses ini akan ditemukan sejumlah kebutuhan ; kekuatan yang ada harus dicoba dipertahankan dan dikembangkan sedangkan kelemahan harus segera diatasi. Proses ini bisa berlangsung dalam beberapa kali pertemuan guna menemukan hal-hal yang memang sangat dibutuhkan. Proses ini sangat penting dalam upaya untuk menetapkan sendiri tujuan tim. Melalui pemahaman atas kekuatan dan kelemahan diri sendiri, tim sudah dalam kondisi siaga untuk mendiagnosis masalah dan menemukan jalan keluarnya. 1.4 Langkah 4 : Merencanakan Sasaran dan Menetapkan Cara Pencapaiannya Begitu isu-isu diklarifikasikan, tim harus menetapkan tujuan dan misinya, serta menetapkan prioritas kegiatan. Hal yang paling utama dilakukan oleh tim adalah bekerja pada isu yang oleh anggota dianggap paling penting. Dengan agenda yang ditetapkan sendiri, tim akan lebih komit pada proses pelaksanaan dan pengembangannya. Kelompok harus mengembangkan skedul tentatif dan rencana tindakan guna mencapai tujuan. Konsultan akan sangat membantu dengan cara memberikan saran-saran tentang teknik atau kegiatan yang mungkin dilakukan dalam upaya mencapai tujuan. Pengembang organisasi atau spesialis pelatihan harus mengetahui jenis latihan, film, modul-modul, atau studi kasus, membantu kelompok agar mengembangkan ketrampilan yang diperlukan bagi efektivitas kerja tim. 1.5 Langkah 5 : Mengembangkan Keterampilan Sebagian besar proses “pembangunan tim” akan memusatkan kegiatannya pada pengembangan ketrampilan yang diperlukan untuk menciptakan tim yang berkinerja tinggi. Seperti halnya para atlit olah raga, setiap anggota tim harus belajar bermain, bergerak, dan mempraktekan ketrampilan mereka. Beberapa jenis ketrampilan yang sangat diperlukan dalam membangun tim yang baik adalah : 343 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.5.1 Kesadaran untuk mengembangkan kelompok Harus disadari oleh semua anggota tim bahwa kemajuan suatu tim dilakukan melalui tahapan – tahapan yang bisa diprediksi, yaitu fase orientasi, fase evaluasi, dan fase kontrol. Fase orientasi ditandai oleh adanya ragu-raguan para anggota kelompok akan peran mereka. Mereka kurang memahami apa yang harus mereka lakukan selaku anggota tim. Pada fase evaluasi, anggota cenderung mengalami konflik yang disebabkan oleh kekurang-setujuan mereka terhadap cara-cara penyelesaian tugas. Dalam fase ini kelompok bisa terpecah-pecah dalam beberapa koalisi. Dalam fase kontrol, kelompok kembali bersatu, karena mereka mulai memahami satu sama lainnya. Apa yang terjadi di atas merupakan gejala normal yang banyak terjadi. Faktor kepemimpinan merupakan hal yang paling krusial dalam hal ini. Jika pimpinannya baik maka ketiga fase tersebut tidak berlangsung lama, sehingga tim dapat segera bisa berfungsi. 1.5.2 Klarifikasi peran Bahkan ketika tim sudah mulai bekerja, kadang mereka masih bingung tentang apa yang harus mereka lakukan, dan juga siapa yang harus melakukannya. Dalam upaya mencapai tugas-tugas kelompok, setiap anggota harus memahami peran mereka masing-masing. Mereka harus tahu dengan baik apa yang harus mereka kerjakan dan juga batas-batas kewenangannya. Uraian jabatan formal seringkali tidak sesuai dengan harapan masing- masing anggota, oleh karena itu pembagian peran sebaiknya dibicarakan bersama. Dalam diskusi ini harus dibahas misi kelompok, kepada siapa kelompok harus melaporkan hasil kerjanya?, kewenangan apa yang dipunyai kelompok?, siapa yang menentukan pimpinan mereka?, apakah anggota kelompok setuju pada pembagian pekerjaan?, dan apakah peran masing-masing anggota kelompok tidak bertentangan atau tumpang tindih satu sama lainnya?. Seperti hanya dengan anggota tim olahraga, kelompok kerja memerlukan pengetahuan tentang apa yang dimainkan oleh dirinya dan diri anggota lainnya. Berdiskusi dengan tujuan menjernihkan atau mengklarifikasikan peran masing-masing anggota merupakan agenda penting memulai kerja dalam tim 344 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.5.3 Pemecahan masalah Memahami bagaimana menggunakan teknik-teknik pemecahan masalah merupakan hal penting yang menunjang keberhasilan kerja tim. Setiap anggota tim harus bisa berpartisipasi menggunakan beberapa cara dasar dalam memecahkan masalah di bawah ini : 1. Diagram Pareto, menggambarkan masalah-masalah yang dihadapi oleh tim. Setiap “bar” menunjukan tingkat seringnya masalah tertentu muncul, atau biaya yang diakibatkan oleh adanya masalah. Tim harus berupaya untuk memecahkan masalah yang sering muncul atau yang dampaknya paling merugikan. 2. Diagram Alur Kerja, menggambarkan langkah-langkah kerja yang harus dilakukan mulai dari awal sampai dengan akhir. Dengan mempelajari diagram tersebut setiap anggota dapat membayangkan proses kerja tim secara keseluruhan. 3. Diagram Sebab-Akibat, biasanya juga disebut dengan nama diagram “tulang ikan”. Di dalamnya tertera masalah utama dan secara berurutan hal-hal lain yang diperirakan sebagai penyebab munculnya masalah. 4. “Brainstorming”, setiap anggota kelompok diberi kesempatan untuk mengembangkan gagasan-gagasan sebebas dan sebanyak mungkin. Setiap gagasan dituliskan dalam “flip-chart”. Anggota tidak diperkenankan untuk “membunuh” gagasan segila apapun. Melalui cara ini diharapkan muncul pemikiran kreatif guna pemecahan masalah. 5. Rencana tindakan, memungkinkan apa yang telah diputuskan untuk segera dilaksanakan. Peran dan tanggungjawab diberikan, laporan diperlukan. Biasanya temuan-temuan dan rencana tindakan disajikan di hadapan manajemen atau panitia pengarah untuk memperoleh persetujuan, atau sebagai informasi dan komunikasi. 6. Bagan pertanggung-jawaban menggambarkan kegiatan-kegiatan, waktunya, tekniknya, dan orang yang melaksanakannya. Adanya bagan ini semua anggota tim mengetahui secara rinci keseluruhan proses kegiatan yang sedang berlangsung. 345 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.5.4 Konsensus dalam mengambil keputusan Sebagian besar keputusan di tempat kerja dibuat oleh pihak yang memiliki kekuasaan. Konsensus terjadi manakala semua anggota mengatakan : “Saya sepakat dengan keputusan itu, walau tidak 100% setuju, namun saya sangat mendukungnya”. Konsensus berbeda dengan demokratis. Keputusan yang diambil secara demokratis mengandalkan pada suara terbanyak, artinya masih ada anggota tim yang tidak setuju, yaitu minoritas. Pihak yang tidak setuju biasanya tidak sungguh- sungguh bersedia melaksanakan hasil keputusan. Dalam teknik pengambilan keputusan melalui konsensus yang sebenarnya, keputusan diambil setelah semua anggota setuju. Melalui penambahan waktu dan kesabaran, setiap anggota mengemukakan secara panjang lebar pendapatnya sehingga semua pihak mengerti. Konsensus tidak hanya merupakan cara terbaik dalam pengambilan keputusan, namun juga berpotensi memunculkan komitmen tinggi pada diri setiap anggota tim untuk melaksanakannya. Kualitas keputusan melalui consensus memang sangat baik, sehingga memudahkan pelaksanaannya karena semua yang mengambil keputusan sepakat atas apa yang telah diputuskan. Pengambilan keputusan secara konsensus tidaklah mudah, oleh karena itu setiap anggota perlu memperoleh latihan guna memiliki ketrampilan yang diperlukan. Studi kasus yang diikuti oleh analisis akan terlihat beberapa perilaku : “Apakah anggota kelompok mendengar-kan gagasan-gagasan secara obyektif?”, “Apakah setiap anggota kelompok telah diberikan kesempatan bicara secara memadai?” ”Apakah ada pihak yang mendominasi?”, “Apakah kelompok mampu memecahkan pertentangan?”. Pengambilan keputusan secara konsensus harus dilakukan secara sistematis dan sabar. Tidak perlu tergesa-gesa. Apabila kelompok mencapai konsensus, tim akan dapat bekerja secara maksimal. Mengatasi konflik Bukan hal yang aneh jika suatu kelompok yang terdiri atas orang-orang yang berbeda latar belakang, berpotensi memunculkan konflik. Jika tim gagal menangani konflik dengan semestinya maka akan gagal mencapai tujuan. Dengan dikembangkannya ketrampilan mengelola konflik, maka walaupun terjadi konflik, 346 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 tim masih memperoleh manfaat daripadanya. Pandangan yang saling bertentangan satu sama lain, jika dikelola dengan baik justru akan menciptakan suatu keputusan yang lebih baik. Sebuah tim dapat mengembangkan kapasitas menangani konflik melalui berbagai cara, misalnya diskusi terbuka tentang konflik itu sendiri atau melalui diskusi yang tangguh yang penuh perdebatan dan skeptisme. Permainan peran (role playing), dan latihan-latihan membantu tim mengembangkan komunikasi terbuka yang diperlukan untuk menyelesaikan konflik secara produktif. Tim yang berkinerja tinggi antara lain dicirikan dengan adanya anggota-anggota yang kritis, namun masih saling menghargai satu sama lainnya. Evaluasi hasil Sebagai suatu tim kerja yang senantiasa berfungsi, tim harus mengevaluasi hasil kegiatannya guna mengetahui keberhasilan atau pun kegagalannya. Dalam beberapa kasus, hasil dari adanya tim kerja dapat diukur berdasarkan kriteria baku produktivitas atau keluaran. Jika produktivitas lebih baik daripada sebelumnya maka dapat dikatakan tim tersebut efektif. Kesalahan yang makin berkurang, biaya produksi makin kecil, tingkat turn over menurun, adalah beberapa tanda bahwa tim bekerja secara efektif. Pemasok dan juga pelanggan yang menggunakan jasa tim harus pula dijadikan sumber informasi keberhasilan atau kegagalan tim. 2. Ciri – Ciri Tim Yang Berkinerja Tinggi 1. Seluruh anggota mempunya tekad menyelesaikan tujuan atau misi yang dikembangkannya. 2. Tim bekerja dalam lingkungan yang anggotanya saling terbuka dan percaya satu sama lainnya. 3. Seluruh anggota merasa memiliki tim, dan secara sukarela mereka berpartisipasi di dalamnya. 4. Anggota terdiri atas orang dengan pengalaman, gagasan, pandangan, yang berbeda, dan perbedaan ini dihargai. 5. Semua anggota tim secara terus menerus belajar dan memperbaiki dirinya. Hal ini membantu meningkatkan kemampuan tim memecahkan persoalan 347 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 6. Semua anggota tim mengerti peranan dan tanggung-jawabnya, saling menghargai satu sama lainnya 7. Keputusan diambil berdasarkan konsensus 8. Setiap anggota tim berkomunikasi secara terbuka, langsung, dan saling mendengarkan satu sama lainnya secara obyektif dan penuh kesabaran 9. Tim dapat menangani konflik tanpa harus memunculkan permusuhan. 10. Pimpinan tim, apakah temporer atau tetap, mempraktekan gaya kepemimpinan partisipatif. 348 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 KOMPETENSI TAMBAHAN MATRA ORGANISASI KEPEMIMPINAN DAN KEDIPIMPINAN 1. Kepemimpinan dan Kedipimpinan 1.2.Pengertian Kepemimpinan dan Kedipimpinan Kepemimpinan (leadership) adalah proses memotivasi orang lain untuk mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sumber lain berpendapat bahwa kepemimpinan adalah suatu upaya merealisasikan tujuan perusahaan dengan memadukan kebutuhan para individu untuk terus tumbuh berkembang dengan tujuan organisasi. Perlu diketahui bahwa para individu merupakan anggota dari perusahaan. Dan sumber lainnya mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu kreasi yang berkaitan dengan pemahaman dan penyelesaian atas permasalahan internal dan eksternal organisasi. Dari ketiga definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu upaya dari seorang pemimpin untuk dapat merealisasikan tujuan organisasi melalui orang lain dengan cara memberikan motivasi agar orang lain tersebut mau melaksanakannya, dan untuk itu diperlukan adanya keseimbangan antara kebutuhan individu para pelaksana dengan tujuan perusahaan. Lingkup kepemimpinan tidak hanya terbatas pada permasalahan internal organisasi, melainkan juga mencakup permasalahan eksternal. Dalam konteks penugasan audit, secara internal seorang ketua tim harus dapat menggerakkan anggota tim sedemikian rupa sehingga tujuan audit dapat dicapai. Seorang ketua tim harus dapat memahami kelebihan dan kekurangan anggota timnya, sehingga dapat menentukan penugasan yang harus diberikan kepada setiap anggota tim. Dilain pihak, secara ekternal seorang ketua tim harus dapat mempengaruhi audit agar mau menjadi mitra kerjanya dan memperlancar ataupun membantu tugastugas ketua tim dalam rangka mencapai tujuan audit. Untuk dapat mengatasi permasalahan internal dan eksternal tersebut, ketua tim harus mempunyai kemampuan interpersonal serta teknik 349 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 komunikasi yang baik sehingga dapat memotivasi anggota tim dan mempengaruhi auditee dengan baik. Tujuan Kepemimpinan Tugas memimpin adalah untuk mmeberikan informasi hubungan dan sumber daya lain yang dibutuhan kepada para pengikut agar mereka bisa mencapai berbagai tujuan mereka. Pemimpin yang efektif semestinya bisa menunjukkan jalan guna membantu pengikut-pengikut mereka mendapatkan hal hal yang mereka butuhkan demi pencapaian tujuan kerja dan mempermudah perjalanan serta menghilangkan berbagai rintangannya. Fungsi Kepemimpinan Kedipimpinan. Staff (yang dipimpin), harus memahami konsep organisasi secara gamblang, tidak sekedar di otak, namun juga harus meresapi hingga ke alam bawah sadar. Rela dalam dipimpin adalah modal awal untuk menjadi pemimpin yang kuat. Semua akan berbenturan dengan hukum timbal balik. Serta memang tidak ada organisasi tanpa kepatuhan. Dan kepatuhan adalah milik staff, menjalankan perintah yang telah disepakati dengan sunggu – sungguh. Kepatuhan terhadap perintah pimpinan adalah bersifat mutlak selama tidak bertolak belakang dengan nilai – nilai moral hukum yang ada di negara ini. Keniscayaan dalam sebuah gerombolan manusia, ada yang memiliki kelebihan dan ada yang memiliki kekurangan. Sewajarnya harus saling melengkapi, tidak saling menjatuhkan satu sama lain. Sikap dewasa adalah pada 350 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 saat mau menerima hasil – hasil yang telah disepakati bersama. Tentu dengan penuh tanggung jawab serta kesungguhan agar gerak organisasi tidak terhambat dengan adanya permasalahan – permasalahan internal organisasi. 2. Hal Yang Diperhatikan Ketika Memimpin dan Dipimpin Dalam Suatu Kelompok/Organisasi Kepemimpinan berperan sangat penting dalam manajemen karena unsur manusia merupakan variabel yang teramat penting dalam organisasi. Seperti dikemukakan di atas bahwa yang terlibat dan bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan organisasi terdiri dari para manajer, para supervisor, dan para pelaksana. Manusia memiliki karakteristik yang berbeda-beda mempunyai kepentingan masing-masing, yang bahkan saling berbeda dan berakibat terjadi konflik. Perbedaan kepentingan tidak hanya antar individu di dalam organisasi, tetapi juga antara individu dengan organisasi di mana individu tersebut berada. Sangat mungkin bahwa perbedaan hanya dalam hal yang sederhana, namun ada kalanya terjadi perbedaan yang cukup tajam. Tanpa kepemimpinan yang baik, hal-hal yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan pengorganisasian tidak akan dapat direalisasikan. Kepemimpinan sangat diperlukan agar semua sumber daya yang telah diorganisasikan dapat digerakkan untuk merealisasikan tujuan organisasi. Domingo, dalam membahas kepemimpinan kualitas (quality leadership) mengemukakan bahwa manajemen tingkat puncak harus kokoh berinisiatif untuk mengedepankan pentingnya kepemimpinan kualitas. Pimpinan puncak harus mendorong seluruh pegawai dan harus menjadi teladan. Segala pikiran dan perkataannya harus merefleksikan filosofi kualitas yang diterapkan perusahaan. Pimpinan puncak harus berpikir dan bertindak demi kualitas dalam segala situasi dan bersedia mendengarkan siapa pun, bahkan dari seseorang yang berada di tingkat paling bawah, yang mau menyumbangkan pendapatnya untuk peningkatan kualitas. Domingo mengartikan kualitas sebagai “melakukan sesuatu yang benar secara benar sejak awal” (“doing the right thing right the first time”). Domingo juga mengatakan bahwa “menghendaki kualitas berarti berbuat baik untuk melayani konsumen”. Domingo mengemukakan tiga hal dari tujuh belas dasar kepemimpinan yang diterapkan di General Douglas McArthur, yaitu selalu mengemukakan pertanyaan-pertanyaan berikut dalam setiap tindakannya, sebagai berikut: 351 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1. Apakah seluruh kekuatan yang ada pada saya telah saya arahkan untuk mendorong, memberikan insentif, dan membebaskan dari kelemahan dan kesalahan? 2. Apakah setiap perbuatan saya telah membuat bawahan saya mau mengikutinya? 3. Apakah saya secara konsisten dapat menjadi teladan dalam karakter, berpakaian, sopan-santun? Dari tiga hal yang dikemukakan Domingo tersebut dapat diketahui bahwa seorang pemimpin harus selalu berorientasi pada keberhasilan kepemimpinannya. Seluruh kekuatannya difokuskan pada upaya mendorong dan memotivasi bawahannya agar mau melaksanakan kegiatan untuk mencapai tiujuan organisasi dan setiap langkah serta penampilannya diharapkan menjadi suri teladan bagi bawahannya. Dengan demikian pemimpin yang baik selalu memberikan pelayanan terbaik kepada bawahannya, bukan sebaliknya, meminta dilayani oleh para bawahannya. Seorang pemimpin juga rela mengorbankan kepentingan pribadinya untuk kemajuan para bawahannya, yang sebenarnya hal ini juga untuk keberhasilan organisasinya. 2.1 Sikap Seorang Pemimpin Dalam Menghadapi Situasi Seorang pemimpin kadang menghindari terjadinya konflik dalam lembaga yang dipimpinnya. Tetapi perlu disadari bahwa konflik dalam suatu organisasi merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan. Dalam batas-batas tertentu konflik tidak selamanya merugikan justru sangat bermanfaat bagi penciptaan perilaku yang efektif. Oleh sebab itu perlu seni mengelola konflik, yaitu: membuat standard an penilaian, menentukan masalah kontroversial dan konflik, menganalilsa situasi dan evaluasi terhadap konflik, dan akhirnya pemimpin harus memilih tindakan yang tepat terhadap penyimpangan yang menimbulkan konflik. 1. Pemecahan persoalan, sebagai anggapan dasar bahwa semua pihak mempunyai keinginan untuk menanggulangi konflik, oleh sebab itu perlu dicari ukuran-ukuran yang dapat memuaskan pihak yang terlibat dalam konfllik dan persoalan harus selalu dilalui dua tahap penting yaitu proses penemuan gagasan dan proses pematangannya. 2. Musyawarah, dalam musyawarah terlebih dahulu ditentukansecara jelas apa yang menjadi persoalan. Kemudian kedua belah pihak yang sedang dalam pertikaian mengadakan pembahasan untuk mendapatkan titik pertemuan. Pada waktu 352 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 musyawarah dapat dikembangkan suatu konsesus bahwa setelah terjadi kesepakatan, masing-masing pihak harus mencegah terjadinya konflik. 3. Mencari lawan yang sama, dalam hal ini semua pihak diajak untuk lebih bersatu,kaarena harus menghadapi pihak ketiga sebagai pihak yang dianggap merupakan lawan dari kedua belah pihak yang bertikai. 4. Mensub organisasikan kepentingan dan tujuan pihak-pihak yang sedang konflik kepada kepentingan dan tujuan yang lebih tinggi. Dalam strategi ini usaha penanggulangan konflik dilakukan dengan menemukan kepentingan dan tujuan pihak-pihak yang bertikai. 5. Peningkatan interaksi dan komunikasi, pihak-pihak yang berkonflik dapat meningkatkan interaksi dan komunikasi mereka, pada suatu saat mereka juga akan lebih mengerti dan menghargai dasar pemikiran dan perilaku pihak lain. Penghargaan dalam hal ini penting sekali karena dapat mengurangi pandangan buruk terhadap kelompok lain. 6. Latihan kepekaan, pihak-pihak yang berkonflik diajak masuk dalam satu kelompok. Tiap kelompok diberi kesempatan menyatakan pendapatnya, termasuk pendapat negative pihak lainnya. Untuk pihak yang dikritik diharapkan mendengarkan lebih dahulu, kemudian dapat pula mengemukakan pendapatnya sehingga dengan masing-masing mengeluarkan pendapatnya akan merasa puas. 7. Meminta bantuan kepada pihak ketiga, strategi ini bila terjadi konflik dalam suatu kelompok, bantuan pimpinan kelompok sangat ditunggu. Bila terjadi konflik antar kelompok dalam suatu organisasi bantuan pimpinan organisasi merupakan suatu strategi diharapkan dapat menyelesaikannya. Selanjutnya mengetahui di bidang apa terjadi pertikaian dengan konflik politik, konflik wewenang hukum. Ini penting pihak ketiga yang kiranya dianggap tepat untuk menanggulangi akibat negatif dari suatu konflik. 8. Koordinasi, koordinasi dapat menimbulkan konflik dan dapat juga menangani konflik. Suatu usaha koordinasi dapat menjadi salah satu sumber konflik. Karena melalui koordinasi seseorang dapat menjadi koordinator sedang yang lain berperan sebagai yang dikoordinasikan. Pihak kedua dituntut perilaku untuk melaksanakan perubahan tersebut dengan baik 353 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2.2 Sikap Kedipimpinan 2.2.1 Konsep Karakteristik Bawahan Karakteristik bawahan adalah ciri-ciri kematangan, kemampuan, kebutuhan, pengalaman, dan kepuasan yang dimiliki oleh pegawai di suatu organisasi, khususnya organisasi pendidikan. Karakteristik bawahan sangat menentukan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan oleh pimpinan pendidikan. Misalnya saja bawahan dengan kemampuan kerja tinggi lebih cocok diterapkan gaya kepemimpinan suportif, sementara bawahan yang mempunyai kemampuan rendah memerlukan bantuan, bimbingan, dan pengarahan dalam melaksanakan tugas sehari-hari, sehingga cocok diterapkan gaya kepemimpinan direktif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakteristik bawahan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin. 2.2.2 Komponen-Komponen Karakteristik Bawahan Kemampuan bawahan dan karakteristik bawahan mencakup aspek-aspek kematangan, lokus kontrol, kemampuan melaksanakan tugas, kebutuhan berprestasi, pengalaman, kebutuhan untuk kejelasan, kepuasan, semangat kerja, pengetahuan tentang pekerjaan, kebutuhan sosial, dan kesiapan menerima tanggung jawab. 2.2.3 Hubungan antara Karakteristik Bawahan dan Gaya Kepemimpinan Hasil penelitian Mathieu menemukan bahwa bawahan dengan kebutuhan berprestasi rendah lebih suka kepemimpinan direktif (yang berorientasi pada tugas), sementara bawahan dengan kebutuhan berprestasi tinggi menginginkan kepemimpinan suportif. Dalam kaitannya dengan kebutuhan bawahan terhadap kejelasan, bawahan yang memiliki kebutuhan terhadap kejelasan tinggi lebih terpuaskan dengan kepemimpinan direktif, sementara bawahan dengan kebutuhan terhadap kejelasan rendah terpuaskan oleh kepemimpinan yang suportif. 3. Mengelola Pikiran dan Membangun Sukses Bersama Kelompok/Organisasi 3.1 Ciri – Ciri Pemimpin Baik dan Ideal 3.1.1 Mereka terus belajar Pemimpin yang berprinsip menganggap hidupnya sebagai proses belajar yang tiada henti untuk mengembangkan lingkaran pengetahuan mereka. Di saat yang sama, mereka juga menyadari betapa lingkaran ketidaktahuan mereka juga 354 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 membesar. Mereka terus belajar dari pengalaman. Mereka tidak segan mengikuti pelatihan, mendengarkan orang lain, bertanya, ingin tahu, meningkatkan ketrampilan dan minat baru. 3.1.2 Mereka berorientasi pada pelayanan Pemimpin yang berprinsip melihat kehidupan ini sebagai misi, bukan karier. Ukuran keberhasilan mereka adalah bagaimana mereka bisa menolong dan melayani orang lain. Inti kepemimpinan yang berprinsip adalah kesediaan untuk memikul beban orang lain.. 3.1.3 Mereka memancarkan energi positif Secara fisik, pemimpin yang berprinsip memiliki air muka yang menyenangkan dan bahagia. Mereka optimis, positif, bergairah, antusias, penuh harap, dan mempercayai. Mereka memancarkan energi positif yang akan mempengaruhi orang-orang di sekitarnya. Dengan energi itu mereka selalu tampil sebagai juru damai, penengah, untuk menghadapi dan membalikkan energi destruktif menjadi positif. 3.1.4 Mereka mempercayai orang lain Pemimpin yang berprinsip mempercayai orang lain. Mereka yakin orang lain mempunyai potensi yang tak tampak. Namun tidak bereaksi secara berlebihan terhadap kelemahan-kelemahan manusiawi. Mereka tidak merasa hebat saat menemukan kelemahan orang lain. Ini membuat mereka tidak menjadi naif. 3.1.5 Mereka hidup seimbang Pemimpin yang berprinsip bukan ekstrimis. Mereka tidak menerima atau menolak sama sekali. Meraka sadar dan penuh pertimbangan dalam tindakannya. Ini membuat diri mereka seimbang, tidak berlebihan, mampu menguasai diri, dan bijak. Sebagai gambaran, mereka tidak gila kerja,tidak fanatik, tidak menjadi budak rencana-rencana. 3.1.6 Mereka melihat hidup sebagai sebuah petualangan Pemimpin yang berprinsip menikmati hidup. Mereka melihat hidup ini selalu sebagai sesuatu yang baru. Mereka siap menghadapinya karena rasa aman mereka datang dari dalam diri, bukan luar.Mereka menjadi penuh kehendak, inisiatif, kreatif, berani, dinamis, dan cerdik. Karena berpegang pada prinsip, mereka tidak mudah dipengaruhi namun fleksibel dalam menghadapi hampir semua hal. Mereka benar-benar menjalani kehidupan yang berkelimpahan. 355 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3.1.7 Mereka sinergistik Pemimpin yang berprinsip itu sinergistik. Mereka adalah katalis perubahan. Setiap situasi yang dimasukinya selalu diupayakan menjadi lebih baik. Karena itu, mereka selalu produktif dalam cara cara baru dan kreatif. Dalam bekerja mereka menawarkan pemecahan sinergistik, pemecahan yang memperbaiki dan memperkaya hasil, bukan sekedar kompromi dimana masing-masing pihak hanya memberi dan menerima sedikit. 3.1.8 Mereka berlatih untuk memperbarui diri Pemimpin yang berprinsip secara teratur melatih empat dimensi kepribadian manusia: fisik, mental, emosi, dan spiritual. Mereka selalu memperbarui diri secara bertahap. Dan ini membuat diri dan karakter mereka kuat, sehat dengan keinginan untuk melayani yang sangat kuat pula. Para peneliti di University of Michigan dengan tegas menganjurkan kepemimpinan yang berorientasi anggota dalam perilaku mereka. Pemimpin yang berorientasi anggota terkait dengan produktivitas kelompok yang lebih tinggi dan kepuasan kerja yang lebih baik. Pemimpin pemimpin yang berorientasi produksi cenderung berhubungan dengan produktivitas kelompok yang rendah dan kepuasan pekerjaan yang lebih buruk. 1. Level 1. di mana seorang pemimpin hanya mengandalkan jabatannya saja. Sekalipun level ini memiliki kelebihan, tetap saja ada sangat banyak kekurangan dari kepemimpinan semacam ini. Saat pemimpin itu berhasil mengembangkan diri dan mengatasi semua kekurangan yang ada, ia akan naik ke tahap selanjutnya. 2. Level 2. Di sini, pemimpin memperoleh perkenanan anggota timnya untuk memimpin mereka dan para anggota tim itu mengikuti sang pemimpin karena mereka ingin, bukan karena keharusan. Di level ini, suasana di tempat kerja menjadi lebih menyenangkan dan kerja sama meningkat. Pemimipin yang terus menggunakan kesempatan dan kemampuannya untuk terus mengembangkan diri akan mencapai tahan selanjutnya. 3. Level 3. Produktivitas. Karena produktivitas itu terukur dan tidak bisa dimanipulasi, level ini akan membedakan mereka yang benar-benar bisa memimpin dengan mereka yang hanya sekadar bersosialisasi. Saat seorang pemimpin benar-benar produktif, ia akan menerima tantangan selanjutnya untuk naik ke tahap selanjutnya. 356 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4. Level 4. Mengembangkan Orang Lain. Di level 4 orang-orang yang dimpimpin oleh sang pemimpin ini berubah menjadi pemimpin dan mulai memimpin orang-orang lainnya lagi. 5. Level 5. Puncak dari kepemimpinan. Pemimpin yang mencapai level ini biasanya sudah sangat senior dan pengaruhnya melampaui batasan-batasan industrinya Kedipimpinan. Setiap manusia pasti memiliki prinsip kesukaan yang sama, seperti senang dibantu, disanjung, dan diajak kerjasama. Celah itu pasti ada, sehingga dalam menghadapi seorang pemimpin dengan berbagai tipe, cukup perlu memenuhi prinsip – prinsip pola komunikasi antar personal, maka BERES. Bisa jadi terkadangn ada permasalahan /konflik dalam sebuah organisasi, hal tersebut wajar, namun gerak organisasi tetap harus berjalan. Selama car memimpinnya tidak melewati batas wajar, maka perlakukanlah secara wajar dengan best effort juga tentunya. 4. Komunikasi Efektif Seorang Pemimpin dan Seorang Yang Dipimpin Komunikasi secara mudah dapat diartikan sebagai peristiwa dimana seseorang menyampaikan informasi kepada orang lain. Sementara efektif artinya sesuai dengan sasaran/niat maupun tujuan saat seseorang menyampaikan informasi atau pesannya. Dengan demikian komunikasi efektif dapat diartikan secara bebas sebagai peristiwa transfer informasi yang sesuai dengan tujuan. Oleh karena itu secara generik unsur-unsur komunikasi terdiri dari Pengirim pesan (Sender), penerima pesan (receiver) dan pesan (message) yang disampaikan. Agar komunikasi berlangsung secara efektif dibutuhkan adanya interaksi yang baik antara unsur-unsur komunikasi yang meliputi beberapa proses berikut ini : 1. Media (channel) yang tepat 2. Proses encoding, yaitu proses mental yang mengartikulasikan ide kedalam pernyataan. 3. Proses Decoding, yaitu proses mental untuk memaknai informasi menjadi pesan memory dan pemahaman. 4. Feedback (umpan balik), yaitu respon baik verbal maupun non verbal dari lawan bicara. 357 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 5. Pengkondisian lingkungan yang meminimalisir noisy. Termasuk dalam lingkungan ini adalah kondisi psiko-behavior dari komunikator maupun kondisi lingkungan fisik di sekitarnya. 4.1 Etika Berkomunikasi Etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang mau kita lakukan dalam situasi tertentu dalam hidup kita seharihari.Serta membantu kita untuk membuat pilihan, pilihan nilai yang terjelma dalam sikap dan perilaku kita yang sangat mewarnai dan menentukan makna kehidupan kita. Etika minimal terdiri dari tiga pilar, yaitu pertama, sikap netral terhadap konsepsi tentang ‘baik’. Konsepsi ini menghargai hak akan kemandirian moral. Kedua, prinsip memghindar dari merugikan pihak lain.Prinsip ini berasal dari cara berpikir konsekunsalis yang sangat peduli pada efek yang menimpa individu, bisa berupa kerugian fisik atau psikologis. Ketiga, prinsip utuk menempatkan nilai yang sama pada suara atau kepentingan setiap orang Tidak menjadikan orang lain sarana, tetapi tujuan pada dirinya. 4.2 Hambatan dalam berkomunikasi Ada beberapa hambatan yang berpotensi memperlambat atau menyimpangkan komunikasi yang efektif dalam hal ini kita menyorot beberapa hambatan penting tersebut : 1. Penyaringan Penyaringan merujuk pada upaya pengirim yang dengan sengaja memanipulasi informasi sehingga akan menjadi lebih nyaman bagi penerima. Sebagai contoh, 358 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 ketika seorang manajer mengatakan kepada atasannya hal hal yang menurutnya ingin didengar oleh atasannya, ia sedang melakukan penyaringan informasi. Dengan demikian komunikasi keatas pun menjadi terdistorsi. 2. Persepsi selektif Penerima dalam proses komunikasi secara selektif melihat dan mendengar berdasarkan kebutuhan moitvasi, pengalaman, latar belakang dan karakterisktik pribadi mereka yang lain. 3. Kelebihan informasi Suatu kondisi ketika informasi yang harus kita olah melebihi kapasitas pemrosesan seorang individu. 4. Emosi apa yang tengah dirasakan oleh penerima ketika menerima suatu komunikasi akan mempengaruhi cara dia menyampaikannya. 5. Bahasa Kata-kata bisa memeiliki arti yang berbeda untuk orang yang berbeda. Umur, pendidikan, dan latar belakang kultural adalah 3 variabel menonjol yang memepengaruhi bahasa yang digunakna seseorang dan definisi yang ia berikan pada kata-kata. 4.3 Ciri-ciri komunikator yang baik Diperlukan persyaratan tertentu untuk para komunikator dalam sebuah program komunikasi, baik dalam segi sosok kepribadian maupun dalam kinerja kerja. Dari segi kepribadian, agar pesan yang disampaikan bisa diterima oleh khalayak maka seseorang komunikator mempunyai hal berikut : 3. Memiliki kedekatan (proximility) dengan khalayak. Jarak seseorang dengan sumber memengaruhi perhatiannya pada pesan tertentu. Semakin dekat jarak semakin besar pula peluang untuk terpapar pesan itu. Hal ini terjadi dalam arti jarak secara fisik ataupun secara sosial. 4. Mempunyai kesamaan dan daya tarik sosial dan fisik. Seorang komunikator cenderung mendapat perhatian jika penampilan fisiknya secara keseluruhan memiliki daya tarik (attractiveness) bagi audiens. 5. Kesamaan (similirity) merupakan faktor penting lainnya yang memengaruhi penerimaan pesan oleh khalayak. Kesamaan ini antara lain meliputi gender, pendidikan, umur, agama, latar belakang sosial, ras, hobi, dan kemampuan 359 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 bahasa. Kesamaan juga bisa meliputi masalah sikap dan orientasi terhadap berbagai aspek seperti buku, musik, pakaian, pekerjaan, keluarga, dan sebagainya. 6. Dikenal kredibilitasnya dan otoritasnya. Khalayak cenderung memerhatikan dan mengingat pesan dari sumber yang mereka percaya sebagai orang yang memiliki pengalaman dan atau pengetahuan yang luas. Menurut Ferguson, ada dua faktor kredibilitas yang sangat penting untuk seorang sumber: dapat dipercaya (trustworthiness) dan keahlian (expertise). Faktor-faktor lainnya adalah tenang/sabar (compusere), dinamis, bisa bergaul (sociability), terbuka (extroversion) dan memiliki kesamaan dengan audiens. 7. Pandai dalam cara penyampaian pesan. Gaya komunikator menyampaikan (delivery) pesan juga menjadi faktor penting dalam proses penerimaan informasi. 8. Dikenal status, kekuasaan dan kewenangannya. Status di sini menunjuk kepada posisi atau ranking baik dalam struktur sosial maupun organisasi. Sedangkan kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) mengacu pada kemampuan seseorang memberi ganjaran (reward) dan hukuman (punishment). 4.4 Pentingnya komunikasi efektif dalam peranan seorang pemimpin dan aktivis organisasi Komunikasi dengan kepemimpinan sangat erat hubungannya. Seorang pemimpin harus memiliki wawasan yang luas, jujur, bertanggung jawab, berani dalam mengambil keputusan, dan ia juga harus mempunyai keahlian berkomunikasi yang sangat baik. Karena komunikasi dapat menentukan berhasil atau tidaknya seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya. Setiap pemimpin pasti memiliki bawahannya dimana bawahannya tersebut akan mengeluarkan gagasan/ide yang akan dipaparkan. Sehingga seorang pemimpin tersebut dapat mengambil keputusan berdasarkan gagasan/ide tersebut. Keyakinan dan kepercayaan hanya dapat terbentuk apabila pemimpin menyadari suatu lingkungan yang harmonis antara pimpinan dengan para bawahannya yang dapat benar-benar berkomunikasi dengan baik yang sejalan dengan makna fungsi komunikasi. Dalam sebuah organisasi setiap orang yang terlibat di dalamnya ketika melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, baik selaku pimpinan maupun para staff , agar semua pekerjaan dapat terlaksana dengan lancar dan harmonis untuk mencapai 360 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 tujuan bersama yang disepakati dan ditetapkan, maka unsur kerjasama harus senantiasa tercipta dengan baik. Dengan terjadinya proses kerjasama maka unsur komunikasi pun dengan sendirinya akan tercipta, karena apa pun bentuk instruksi, informasi dari pimpinan , masukan, laporan dari bawahan ke pimpinan, antara sesama bawahan senantiasa dilakukan melalui proses komunikasi. 4.5 Trik dalam menjalin hubungan dan kerja sama Kemampuan mengembangkan hubungan baik dengan orang lain, bukanlah sesuatu hal yang sulit. Namun kemampuan membina hubungan baik dengan orang lain dapat dipelajari. Terdapat 15 pedoman membina hubungan baik dengan orang lain adalah seperti berikut ini. 1. Tidak Mementingkan Diri Sendiri Orang-orang yang perhatian utamanya dipusatkan pada diri mereka sendiri dalam berhubungan dengan orang lain jarang yang bisa mengembangkan hubungan baik yang baik. 2. Memberikan PerhatianSalah satu kunci hubungan yang baik dan keberhasilan dalam hidup dinyatakan dalam satu ungkapan: "Orang banyak tidak akan peduli seberapa jauh yang Anda ketahui hingga mereka tahu seberapa jauh Anda peduli 3. Mengenali Lebih JauhBanyak tahu tentang seseorang merupakan pertanda positif bahwa dia mempunyai perhatian, dan ini akan menciptakan ikatan yang positif dan langgeng. 4. Tidak Menganggap Remeh Nilai Seseorang dengan Siapa Berhubungan Banyak orang yang ingin mendapat pengaruh besar, tapi kurang memahami bagaimana caranya mempengaruhi. Temuilah setiap orang dengan sikap positif dan harapkan agar setiap pertemuan menghasilkan sesuatu yang positif. Layanilah setiap orang sama pentingnya, maka Anda tidak akan pernah menganggap rendah siapapun. 5. Tidak Mengambil Keuntungan dari Orang Lain Mengajukan din sendiri dengan mengorbankan orang lain hanya memberi kesan seolah-olah kita sukses. Dalam jangka panjang, hal ini tidak hanya akan merugikan Anda, tapi juga orang lain. Bilamana seseorang mengambil 361 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 keuntungan dari orang lain, berarti dia mengurangi kesempatan dirinya sendiri untuk masa depannya 6. Meminta Nasehat atau Bantuan Banyak orang yang senang bila memperoleh kesempatan untuk menunjukkan keahliannya. Mereka pun akan merasa senang bila mereka membantu anda. 7. Membawalah Selalu "Sesuatu" Hubungan yang paling baik adalah hubungan dimana kedua belah pihak saling memberi dan menerima. Bila Anda ingin agar hubungan selalu positif, usahakan untuk selalu membawa suatu hal yang positif pada saat bertemu dengan seorang teman. 8. Menjaga Perasaan Orang lain Meskipun keinginan kita untuk selalu rasional dan bersikap logis, bila ingin sukses dalam hubungan dengan orang lain, bersabarlah dengan perasaan orang lain. Anda akan berhubungan dengan orang lain dengan lebih berhasil dengan memperhatikan emosinya daripada memperhatikan pikirannya. 9. Bersiap Memberikan Pelayanan Kepada Orang lain Bila Anda mencari kesempatan untuk membantu orang lain, maka Anda akan hidup lebih bahagia dan mampu mengembangkan banyak hubungan yang baik. Pelayanan secara positif dapat menimbulkan hubungan yang positif pula. 10. Menjadi Seorang Pendengar yang Baik Salah satu ciri khas dari orang yang mahir menciptakan hubungan adalah bahwa dia mempunyai kemampuan mendengarkan dengan penuh perhatian selagi orang lain berbicara. 11. Bicaralah dengan Kata-kata yang Sesuai dengan Minat Orang Lain Strategi yang terbaik untuk digunakan bila memulai satu hubungan adalah memfokuskan perhatian Anda pada apa yang disukai oleh orang lain tersebut. Bila anda tanggap, biasanya Anda dapat belajar mengenai minat orang lain dengan cepat 12. Membuatlah Orang Lain Merasa Penting Membuat orang lain merasa penting adalah bagian dari seorang pemikir positifTidak ada ruginya bagi kita untuk memuji orang lain dan menghormatinya agar membuatnya merasa penting, bahkan ini akan menciptakan hal-hal yang luar biasa bagi orang lain. 362 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 13. Menjadi Orang yang Dapat Dipercaya dan Konsisten Ada beberapa hal yang dapat merusak suatu persahabatan dengan lebih cepat atau lebih parah lagi bila seseorang mengingkari suatu kepercayaan. Ini terjadi bila orang tidak konsisten, dimana bedanya kata dan perbuatan. 14. Menghindari Perdebatan Perdebatan adalah usaha dengan paksa untuk merubah pendapat orang lain. Ini selalu menghasilkan satu pihak "menang" dan lainnya "kalah". Pembicaraan adalah pertukaran pikiran atau gagasan dengan tujuan mencapai pemecahan terbaik bagi semua pihak yang terlibat 15. Menjadi Seorang Pengamat Manusia Bila Anda benar-benar mampu mengerti manusia atau orang, mengetahui ketakutan, harapan dan impian mereka, maka Anda akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan hubungan tersebut. Bicaralah dengan orang-orang tersebut, dengarkanlah idaman Kati mereka. Kedipimpinan. Menerjemahkan dan memahami informasi dari pemimpin.Hanya ada dua penyebab hancurnya organisasi, yaitu : pemimpin yang tidak mampu menyampaikan visi misinya, atau staff yang tidak mampu memahami bahasa pemimpinnya. Komunikasi yang baik merupakan modal awal kesuksesan organisasi, sedang komunikasi yang buruk merupakan awal dari sebuah kehancuran organisasi. Sehingga, informasi dari seorang pemimpin harus dipahami dengan baik oleh staff – staffnya, agar didapat distribusi informasi yang tidak mengalami kecacatan. Persering untuk melakukan konsolidasi dengan pimpinan, karena semakin jarang bertemu, sekalipu informasi tetap jalan, maka akan membuka peluang besar timbulnya missed communication. Daftar Pustaka 1. TPAK Tim. 2007. Kepemimpinan. http://pusdiklatwas.bpkp.go.id/namafile/ 388/Kepemimpinan_Final_08.pdf diakses pada 3 Januari 2015 2. Soetopo, H. 2010. Kepemimpinan Pendidikan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Saliman, dalam artikel kepemimpinan yang berjudul kepemimpinan , konflik dan strategi penanggulanganya. http://eprints.uny.ac.id. diakses pada 4 Januari 2016 363 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 PENDIDIKAN ORGANISASI NASIONAL PTBMMKI 1. Apa Itu PTBMMKI Perhimpunan Tim Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran Indonesa (PTBMMKI) merupakan suatu wadah berkumpulnya Tim Bantuan Medis (TBM), Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA), dan UKM dari seluruh Fakultas Kedokteran di Indonesia yang bergerak di bidang kegawatdaruratan medis serta kegiatan kemanusiaan. 1.1 Lambang PTBMMKI berbentuk lingkaran dengan tepi berwarna hitam. 1.2 Komponen di dalam lambang terdiri dari: 2. Tulisan “PERHIMPUNAN TIM BANTUAN MEDIS MAHASISWA KEDOKTERAN INDONESIA” dan “PTBMMKI” 3. Lambang Star of Life 4. Gambar sayap 5. Tongkat dengan dua ular 1.3 Ketentuan penulisan: 1. Menggunakan jenis huruf Times New Roman, kapital, tebal (bold) dan berwarna hitam. 2. Tulisan “PERHIMPUNAN TIM BANTUAN MEDIS MAHASISWA KEDOKTERAN INDONESIA” ditulis melingkar mengikuti lingkaran dalam lambang dengan potongan “INDONESIA” dengan seluruh huruf sebesar dengan huruf pertama pada kalimat “PERHIMPUNAN TIM BANTUAN MEDIS KEDOKTERAN”, berspasi antar huruf dan terletak di bawah. 3. Tulisan “PTBMMKI” terletak diantara tulisan “PERHIMPUNAN TIM BANTUAN MEDIS MAHASISWA KEDOKTERAN” dengan lambang Star of Life. 364 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.4 Ketentuan lambang Star of Life: 1. Terletak tepat di tengah lingkaran 2. Berwarna orange 3. Berbentuk bintang dan jumlah tangan enam dengan ujung tumpul. 1.5 Ketentuan gambar sayap: 1. Terletak sejajar dengan tangan kedua dan ketiga dari lambang Star of Life 2. Bejumlah 2 (dua) buah, kanan dan kiri 3. Berwarna emas 1.6 Ketentuan tongkat dengan dua ular: 1. Terletak tepat di tengah lingkaran 2. Ular berwarna putih dengan tepi hitam 3. Tongkat berwarna hitam, ujung atas lebih lebar dari ujung bawah 4. Dua ular saling membelit dengan 3 (tiga) belitan. 1.7 Lambang Star of Life ditimpa oleh gambar sayap yang ditimpa oleh tongkat dengan dua ular. 1.8 Struktur Organisasi Struktur organisasi PTBMMKI adalah terdiri dari: 1. Dewan Perwakilan Organisasi (DPO) 2. Badan Pengurus Pusat (BPP) 3. Pengurus Wilayah (PW) 1.9 Dewan Perwakilan Organisasi (DPO) Dewan Perwakilan Organisasi berisi tujuh orang perwakilan organisasi yang dulu pernah menjabat sebagai Badan Pengurus Pusat, ketujuh orang DPO tersebut ialah : 1. Abdullah Azzam dari TBMM HUMERUS FK UII 2. Yenny Apriliya dari LAKESMA FK UB 3. Vandy P. Andilolo dari TBM AXIS FKIK UNTAD 4. Eduard Syaiful dari PMPTAD PAKIS RESCUE TEAM FK UNILA 5. Puti Alimah dari TBM Trisakti FK U SAKTI 6. Ade Putra Saalino dari TBM ISCHIADICUS FK UHO 7. Hardwiko Defityanto dari TBM Coronarius FK UNMAL 365 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.10 Badan Pengurus Pusat (BPP) Badan Pengurus Pusat terbagi atas badan inti dan kepala staff setiap divisi. Berikut daftar nama badan inti dan kepala staff PTBMMKI : 1.10.1 Ketua PTBMMKI : Jonathan Grantomo dari FK BEM IKM FK UI 1.10.2 Wakil Ketua PTBMMKI : Ade Triansyah Emsil dari TBM AXIS UNTAD 1.10.3 Sekretaris PTBMMKI : Fadhila Dea Safira dari TBM BEM IKM FK UI Marwah Herliani dari TBM FK USU 1.10.4 Bendahara PTBMMKI : Gassani Amalia dari TBM BEM IKM FK UI Hazrina Julia dari USMR 1.10.5 Kepala Staf Penanggunalangan Bencana : Jihad Muhammad Jihad dari LAKESMA FK UB Gambaran Tugas Divisi : Tugas staf penanggulangan bencana yaitu melaporkan bencana, berkoordinasi dengan Tim Reaksi Cepat dan Tim Medis di lokasi bencana serta mengkoordinir penggalangan bantuan nasional PTBMMKI. 1.10.6 Kepala Staf Pendidikan dan Latihan : Sekar Rahadisiwi dari TBM KPLA Gambaran Tugas Divisi : Tugas dari staf diklat adalah sebagai unit yang mewadahi anggota-anggota PTBMMKI dalam hal peningkatan kualitas anggotanya dalam bentuk pendidikan dan pelatihan yang diatur dalam kurikulum. 1.10.7 Kepala Staf Hubungan Luar : Dara Lalita D dari TDM Yarsi Gambaran Tugas Divisi : Staf Hubungan Luar bergerak dalam ekternalisasi guna mewujudkan PTBMMKI yang mandiri dan dikenal oleh instansi-instansi yang ada di Indonesia maupun Mancanegara. Aplikasi nyata staff Hublu PTBMMKI adalah menjada terjalinnya 366 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 kerja sama antara PTBMMKI dengan Mitra terkait seperti BASARNAS, IDI, BNPP, BNPB dan organisasi lainnya. 1.10.8 Kepala Staf Administrasi Organisasi : Sutria Nirda S dari PMPTAD PAKIS RESCUE TEAM FK UNILA Gambaran Tugas Divisi : Staf Administrasi Organisasi memiliki tugas membantu sekretaris dalam mengelola administrasi organisasi dan menyimpan arsip administrasi organisasi. 1.10.9 Kepala Staf Keuangan : Dissa Yulianita S dari TBM Vertex Gambaran Tugas Divisi : Staf Keuangan bertugas dalam membantu bendahara mengelola keuangan dan melaksanakan usaha-usaha pencarian dana. 1.10.10 Kepala Staf Informasi dan Komunikasi : Destika Sari dari PMPTAD PAKIS RESCUE TEAM FK UNILA Gambaran Tugas Divisi : Staf Infokom memiliki wewenang dalam hal penyaluran informasi ke seluruh anggota PTBMMKI, dan bertanggung jawab mewadahi komunikasi agar anggota PTBMMKI serta menjadi jembatan penghubung antar TBM Unit, PTBMMKI dan masyarakat. 1.11 Pengurus Wilayah PTBMMKI terbagi atas 5 wilayah dengan masing – masing wilayah memiliki struktur kepengurusan sendiri. Berikut adalah perwakilan setiap wilayah yang menjabat sebagai koordinator wilayah : 1. Wilayah 1 : Deya F Gesmelly dari TBM FK USU 2. Wilayah 2 : Alya B Destiani dari TBM Trisakti 3. Wilayah 3 : Mega Elisa Hasyim dari PMPA Vagus FK UNS 4. Wilayah 4 : Anastasha P H dari TBM KPLA FK UNAIR 5. Wilayah 5 : Yudi Indrawan dari TBM Calamus Scriptorius FK UNLAM 367 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.11.1 Proker dan Keanggotaan Wilayah 1 Proker Wilayah 1 1. Perekrutan Pengurus Wilayah 1 2. Rapat koordinasi/kerja wilayah cawu 1 3. Latihan Gabungan, Seminar dan Bakti Sosial Wilayah I dan Pengenalan Organisasi Wilayah (POW) 4. Follow Up TBM Peninjau dan Inisiasi Wilayah 1 5. Latihan Gabungan Unit dan Tenda Tensi Wilayah 6. Uang Kas Wilayah 7. Pengumpulan Database TBM Wilayah 1 8. Sosial Media Wilayah 1 9. Rakerwil Cawu II direct meeting Anggotan Wilayah 1 Anggota Tetap 1. TBM FK USU PEMA FK USU 2. TBM FK UISU Medan 3. TBM FK UMSU 4. TBM FK Univ. Riau 5. Hipocrates Emergency Team FK Unand 6. An-Nahl Emergency Team FK UNBRAH 7. TBM Aset FK UNJA Jambi 8. TBM AVERROES PSPD Univ. Bengkulu 9. TBM Sriwijaya FK Unsri Palembang 10. PMPATD PAKIS Rescue Team Univ. Lampung 11. TBM Coronarius FK Malahayati Anggota Peninjau 1. TBM Manuver FK UMP Palembang Anggota Inisiasi 1. TBM Lambda FK Univ.Batam 2. ISET FK Unimal Aceh 3. TBM FK Unsyiah Kuala Univ. SyaKuala Aceh 4. TBM FK Methodis Sumatra Utara 5. TBMM FK UHKBP NOMENSEN 368 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 1.11.2 Proker dan Keanggotaan Wilayah 2 Proker Wilayah 2 1. Rapat koordinasi wilayah (RAKORWIL) 2. Family Gathering 3. Latihan Gabungan Wilayah (LATGABWIL) 4. Seminar wilayah dan Baksos Wilayah (SEMWIL BAKSOSWIL) 5. Rapat Koordinasi Siaga Banjir Jakarta-Bandung 6. Inisiasi Desa Binaan Wilayah 2 7. Musyawarah Wilayah 2 8. Tenda Tensi Wilayah 2 9. Buletin PTBMMKI Wilayah 2 Anggota Wilayah 2 Anggota Tetap 1. TBM Trisakti FK Universitas Trisakti 2. KBK Avicenna FK UPN “Veteran” Jakarta 3. UIN Syahid Medical Rescue FK UIN Jakarta 4. TBM Galenus FK Univ. Kristen Maranatha Bandung 5. TBM Chrestotes FK UPH Jakarta 6. TBM BEM IKM FK UI 7. TBM Medisar FK Univ. Atmajaya Jakarta 8. TBM UMRC FK Universitas Tarumanegara Jakarta 9. TBM Meridien FK Universitas Muhammadiyah Jakarta 10. Tim Darurat Medik FK Univ. Yarsi Anggota Inisiasi 1. TBM AMP 2. TBM UNISBA 3. TBM UKRIDA 4. TBM UNJANI 1.11.3 Proker dan Keanggotaan Wilayah 3 Proker Wilayah 3 1. Rapat Koordinasi Wilayah 2. Medical Emergency Rescue 369 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 3. Latihan Gabungan Wilayah 4. Bakti Sosial Wilayah 5. Family Gathering Anggota Wilayah 3 Anggota Tetap 1. TBM ALERT FKIK UMY 2. TBMM Humerus FK UII 3. TBMM PANACEA FK UGM 4. PMPA VAGUS FK UNS 5. MAPADOKS FK UNISULA 6. MALADICA FK UNDIP 7. OSIPITAL FK UNSOED 8. TBMM Aorta FK UKDW Anggota Peninjau: 1. TBM Gyrus FK UMS 2. TBMM CITO FK UNIMUS 3. TBM FK UMP 1.11.4 Proker dan Keanggotaan Wilayah 4 Proker Wilayah 4 1. Pembentukan Pengurus Wilayah 4 2. Rapat Koordinasi Wilayah 4 3. Seminar Wilayah dan Bakti Sosial Wilayah 4 4. Latihan Gabungan Wilayah 4 5. Tenda Tensi Wilayah 4 6. Pembinaan TBM Peninjau, TBM Inisiasi Wilayah 4 dan Inisiasi Pembentukam TBM Unit di Wilayah 4 7. Penindaklanjutan Social Media Account dan Sistem Komunikasi Wilayah 4 8. Database TBM Unit Wilayah 4 9. Database Fakultas Kedokteran Wlayah 4 yang belum memiliki TBM 10. Pendataan Kurikulum Anggota PTBMMKI 11. Gathering and Sharing Moment Anggota TBM Unit Wilayah 4 370 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 Anggota Wilayah 4 Anggota Tetap: 1. TBM KPLA FK Unair 2. TBMM Nurul Qolbi FK UMM 3. TBM Vertex Univ. Jember 4. Lakesma FK Univ. Brawijaya 5. TBM Janar Duta FK Univ. Udayana 6. TBM Bumi Gora FK Unram Anggota Peninjau: 1. TBM RINJANI Univ. Islam Al Azhar 2. TBM Nusa Cendana 3. TBM Spine FK Univ. Wijaya Kusuma 4. MRT FK Univ Islam Malang 5. TBM FK Uiv HangTuah 6. TBM Baswaraprada Univ. Warmadewa Anggota Inisiasi: 1. TBM KOMODO FK UNUSA 1.11.5 Proker dan Keanggotaan Wilayah 5 Proker Wilayah 5 1. RAKORWIL 2. Baksos Wilayah 3. Seminar Wilayah 4. Latihan Gabungan Wilayah 5. Pembuatan dan Pengaktifan Media Sosial PTBMMKI Wilayah 5 6. Inisiasi TBM Baru dan Follow Up TBM Peserta Peninjau Munas XIII 7. Pembuatan Rekening Bank Wilayah 5 dan Pengambilan iuran 8. Tenda Tensi Anggota Wilayah 5 Anggota Tetap: 1. TBM Calcaneus FK Univ. Hasanudin 2. TBM 110 FK Univ. Muslim Indonesia 3. TBM Calamus Scriptorius FK Univ. Lambung Mangkurat 371 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 4. TBM Azygos FK Univ. Mulawarman 5. TBM Axis FK Univ. Tadulako 6. TBM Ischiadicus FK Univ. Halu Oleo 7. TBM Arteria FK Universitas Al Khairat 8. TBM FK Universitas Muhammadiyah Makassar Anggota Peninjau: 1. TBM FK UNPATI Anggota Inisasi: 1. TBM BORNEO FK UNTAN 2. FK UNPAR 3. FK UNSRAT 4. FK UNCEN 1.12 Kegiatan Nasional dan Wilayah PTBMMKI 1. Musyawarah Nasional 2. Jambore Nasional 3. Rapat Kerja Nasional 4. Seminar Nasional 5. Pendidikan Organisasi Nasional 6. Seminar Wilayah 7. Bakti Sosial Wilayah 8. Pendidikan Organisasi Wilayah 9. Latihan Gabungan Wilayah 2. Sejarah, Visi Misi, Latar Belakang PTBMMKI dan Ruang Lingkup Kerja PTBMMKI (Penjabaran fungsional atau peran dari tiap divisi dari PTBMMKI) 2.1 Sejarah PTBMMKI PTBMMKI terbentuk pada tanggal 19 September 1992 di Semarang oleh organisasi kepecinta-alam mahasiswa di beberapa FK untuk menyatukan mahasiswa yang siap di terjun di bencana sebagai tim bantuan medis (TBM). “TERHIMPUN DALAM PERSAUDARAAN UNTUK KEMANUSIAAN” 372 KURIKULUM PTBMMKI 2015/2016 STAF PENDIDIKAN DAN LATIHAN PTBMMKI 2015/2016 2.2 Visi & Misi Visi Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Indonesia terutama dalam bidang kegawatdaruratan medis. Misi Menjadikan PTBMMKI sebagai wadah koordinasi diantara organisasi tim bantuan medis mahasiswa kedokteran se-Indonesia, dalam hal: 1. Mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi 2. Memberikan bantuan kepada korban bencana terutama di bidang kegawatdaruratan medis 3. Penyaluran dan pengembangan minat, bakat dan ilmu bagi mahasiswa kedokteran Indonesia terutama dalam bidang kegawatdaruratan medis. 2.3 Tujuan 1. Bantuan penanganan kesehatan kepada masyarakat dalam menanggulangi bencana dan kecelakaan pra rumah sakit. 2. Pengabdian kepada masyarakat dalam ruang lingkup yaitu memberikan penyuluhan kesehatan dan bantuan kesehatan kepada masyarakat terutama yang berkaitan dengan kegawatdaruratan medis. 3. Penyaluran dan pengembangan minat mahasiswa kedokteran Indonesia dalam bidang ilmu penunjang pemberian bantuan kesehatan, kepencintaalaman dan lingkungan hidup dalam semangat persaudaraan. 373