pengendalian limbah cair

advertisement
PENGENDALIAN LIMBAH CAIR
DI PABRIK BENANG KARET
PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA MEDAN
KARYA ILMIAH
MUTIA SARI
NIM. 062401029
PROGRAM DIPLOMA III KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
PERSETUJUAN
Judul
: Pengendalian Limbah Cair di Pabrik Benang Karet
PT. Industri Karet Nusantara Medan
Kategori
: Karya Ilmiah
Nama
: Mutia Sari
Nomor Induk Mahasiswa
: 062401029
Program Studi
: Diploma 3 Kimia Analis
Departemen
: Kimia
Fakultas
: Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Disetujui di :
Medan, Juni 2009
Diketahui
Departemen Kimia FMIPA USU
Dosen Pembimbing
(Dr. Rumondang Bulan Nst,MS)
NIP. 131 459 466
(Dr. Minto Supeno,MS)
NIP. 131 689 799
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
PERNYATAAN
PENGENDALIAN LIMBAH CAIR
DI PABRIK BENANG KARET
PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA MEDAN
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Mei 2009
Mutia Sari
NIM. 062401029
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
PENGHARGAAN
Syukur Alhamdulillah saya sampaikan kehadiran Allah SWT atas segala
karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini, serta
shalawat beriring salam saya sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang
telah memberikan suri teladan kepada umat manusia dan smoga kita semua mendapat
syafa’at-Nya kelak di Yaumil Mahsyar, Amin.
Adapaun tujuan penulisan karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Kimia Analis FMIPA-USU.
Untuk itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :
•
Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst,MSc selaku Ketua Departemen FMIPA USU.
•
Ibu Dr. Marpongahtun,MSc selaku Ketua Akademik Kimia Analis.
•
Bapak Dr. Minto Supeno,MS Dosen Pembimbing saya yang telah meyediakan
waktu dan pikiran dalam membimbing penulisan karya ilmiah ini.
•
Beserta Staf Pengajar dan Pegawai di FMIPA-USU.
•
Ibunda tercinta Nuraini SPd dan Ayahanda tercinta (Alm) Ramli Sani.
•
Beserta keluarga yang senantiasa mendoakan dan memberikan semangat
kepada penulis dalam mnyelesaikan pendidikan program D-III Kimia Analis
Universitas Sumatera Utara, serta sahabat-sahabat saya, Vina, Ela, Nuar dan
teman lainnya yang telah membantu dan mendukung saya dalam meyelesaikan
karya ilmiah ini.
Medan,
Mei 2009
Penulis
(Mutia sari)
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN
PERNYATAAN
PENGHARGAAN
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
…………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Permasalahan
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
…………………………………………….
…………………………………………….
…………………………………………….
…………………………………………….
ii
iii
iv
vii
viii
v
vi
1
2
3
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah …………………………………………………….
2.1.1. Komposisi Limbah
…………………………….
2.1.2. Klasifikasi Limbah Industri dan Karakteristiknya ……
2.1.3. Jenis Limbah dan Bahayanya
……………………..
2.1.4. Kualitas Limbah ……………………………………..
2.2. Teknologi Pengolahan Limbah ……………………………..
2.2.1. Pengolahan Limbah Cair …………………………….
2.2.2. Penanganan Limbah Padat …………………………….
6
7
7
8
10
12
13
21
BAB III BAHAN DAN METODE
3.1. Alat dan Bahan …………………………………………….
3.1.1. Alat-Alat …………………………………………….
3.1.2. Bahan-Bahan
…………………………………….
3.2. Persediaan Pereaksi
…………………………………….
3.2.1. Prosedur Analisa …………………………………….
3.3. Bagan Analisa …………………………………………….
22
22
23
23
24
27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data
…………………………………………………….
4.1.1. Data Hasil Analisa
…………………………….
4.1.2. Perhitungan
…………………………………….
4.2. Pembahasan
…………………………………………….
30
30
30
31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
……………………………………………. 36
5.2. Saran
……………………………………………………. 36
DAFTAR PUSTAKA
…………………………………………….. 37
LAMPIRAN …………………………………………………………….. 39
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Data Analisa Penanganan Limbah Cair PT. IKN Medan ……. 30
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
ABSTRAK
Pada pengolahan air limbah terdapat beberapa parameter kualitas yang
digunakan. Parameter kualitas air limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
parameter organic, karakteristik fisik, dan kontaminan spesifik. Parameter organic
merupakan ukuran jumlah zat organic yang terdapat dalam limbah. Parameter ini
terdiri dari total organic carbon (TOC), chemical oxygen deman (COD), biochemical
oxygen demand (BOD), minyak dan lemak (O&G), dan total petroleum hydrocarbons
(THP). Karakteristik fisik dalam air limbah dapat dilihat dari parameter total suspens
solids (TSS), pH, temperature, warna, bau, dan potensi reduksi. Sedangkan
kontaminan spesifik dalam air limbah dapat berupa senyawa organic atau inorganic.
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
RESTRAINT OF LIQUID EFFLUENT
IN THE RUBBER THREAD FACTORY
PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA MEDAN.
ABSTRACT
In the effluent treatment, there are some quality parameter that used. The
quality parameter of effluent water can devided into three, organic parameter, physic
characteristic and specific contaminate. Organic parameter is measure of substance in
effluent. This parameter consist of total organic carbon (TOC), chemical oxygen
demand (COD), biochemical oxygen demand (BOD), oil and fat (O&G), and total
petroleum hydrocarbons (TPH). While specific contaminate in effluent water can be
organic and inorganic substance.
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada dasarnya limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu
sumber aktivitas manusia maupun proses-proses alam atau belum mempunyai nilai
ekonomi bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negative.
Menurut sumbernya limbah dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
a. limbah domestic (rumah tangga)
b. limbah industri
c. limbah rembesan dan limpasan air hujan.
Limbah cair atau limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang merupakan
hasil dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Dengan semakin bertambah dan
meningkatnya jumlah penduduk dengan segala kegiatannya, maka limbah air juga
mengalami peningkatan. Pada umumnya limbah cair dibuang melebihi kemampuan
alam untuk menerima atau menampungnya, maka akan terjadi kerusakan lingkungan.
Limbah adalah sampah dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air
yang telah dipergunakan dengan hampir 0,1% dari padanya berupa benda-benda padat
yang terdiri dari zat organic.
Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik (rumah
tangga) maupun industri ke badan air dapat menyebabkan pencemaran lingkungan
apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku mutu limbah. Terdapat sebuah
penelitian yang mengemukakan bahwa 285 sampel dari 636 titik sampel sumber air
tanah telah tercemar oleh bakteri coli. Secara kimiawi, 75% dari sumber tersebut tidak
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
memenuhi baku mutu air minum yang parameternya dinilai dari unsur nitrat, nitrit,
besi, dan mangan.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian
lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun
industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat
setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan
teknologi masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan air buangan
untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini.
Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara
umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:
1. Pengolahan secara Fisika.
2. Pengolahan secara Kimia.
3. Pengolahan secara Biologi.
1.2. Permasalahan
1. Apakah sistem pengendalian limbah cair di pabrik benang karet PT. Industri
Karet Nusantara Medan telah memenuhi standar baku mutu air limbah yang
telah ditetapkan oleh Kepmen LH. No. KEP -51/MENLH/10/1995.
2. Parameter-parameter yang digunakan dalam pengendalian limbah cair di
pabrik benang karet PT. Industri Karet Nusantara Medan.
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
1.3. Tujuan
-
Untuk menghilangkan atau mengurangi zat-zat pencemar organic maupun
anorganik yang tersuspensi atau koloid yang terlarut yang terkandung di dalam
air limbah sebelum dibuang ke badan sungai.
-
Untuk memenuhi standart baku mutu air limbah yang telah ditetapkan oleh
menteri lingkungan hidup.
1.4.Manfaat
1. Dapat memberikan pengetahuan bahwa limbah cair PT. Industri Karet
Nusantara Medan telah layak dibuang ke badan air tanpa melakukan
pencemaran
perairan
disekitar
lingkungan,
setelah
dilakukan
proses
pengendalian limbah cair.
2. Sebagai informasi bagi masyarakat, agar masyarakat mengetahui kualitas air
limbah yang dibuang ke perairan sekitar lingkungan.
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat
padat, air dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya 30%
berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung zat cair (uap air)
sebanyak 15% dari tekanan atmosfer.
(Gabriel. 2001)
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk jasad hidup orang
banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh
sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudh tidak mampu memenuhi kebutuhan
yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan dometik yang semakin
menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap
sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air.
(Effendi.H. 2003)
Pencemaran air merupakan masalah lingkungan global, dan berhubungan erat
dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan tanah atau daratan. Jenis
pencemaran air yang paling banyak ditemukan adalah sebagai berikut :
a. Pencemaran mikroorganisme dalam air
b. Pencemaran air oleh bahan inorganik nutrisi tanaman
c. Limbah organik menyebabkan kurangnya oksigen terlarut
d. Pencemaran bahan kimia inorganik
e. Pencemaran bahan kimia organik
f. Sedimen dan bahan tersuspensi
(Darmono. 2001)
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
Defenisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP-02/MENKLH/I/I988 Tentang
Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah : masuk atau dimasukkannya mahluk hidup,
energi atau komponen lain ke dalam air atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu
yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya.
(Achmad Rukaesih. 2004)
Indikasi pencemaran air dapat kita ketahui baik secara visual maupun pengujian.
1. Perubahan pH (tingkat keasaman / konsentrasi ion hidrogen). Air normal yang
memenuhi syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH netral dengan kisaran nilai 6.5 –
7.5. Air limbah industri yang belum terolah dan memiliki pH diluar nilai pH netral,
akan mengubah pH air sungai dan dapat mengganggu kehidupan organisme di
dalamnya. Hal ini akan semakin parah jika daya dukung lingkungan rendah serta debit
air sungai rendah. Limbah dengan pH asam / rendah bersifat korosif terhadap logam.
2. Perubahan warna, bau dan rasa Air normal dan air bersih tidak akan berwarna,
sehingga tampak bening / jernih. Bila kondisi air warnanya berubah maka hal tersebut
merupakan salah satu indikasi bahwa air telah tercemar. Timbulnya bau pada air
lingkungan merupakan indikasi kuat bahwa air telah tercemar.
3. Timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut Endapan, koloid dan bahan terlarut
berasal dari adanya limbah industri yang berbentuk padat. Limbah industri yang
berbentuk padat, bila tidak larut sempurna akan mengendap didasar sungai, dan yang
larut sebagian akan menjadi koloid dan akan menghalangi bahan-bahan organik yang
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
sulit diukur melalui uji BOD karena sulit didegradasi melalui reaksi biokimia, namun
dapat diukur menjadi uji COD.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah)
2.1. Limbah
Pada dasarnya limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu
sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam atau belum mempunyai nilai
ekonomi yang negatif. Menurut sumbernya limbah dapat dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu :
1. Limbah domestik (rumah tangga)
2. Limbah Industri
3. Limbah rembesan dan limpasan air hujan
Komposisi limbah
Air limbah mengandung zat-zat/kontaminan yang dihasilkan dari sisa bahan
baku, sisa pelarut atau bahan aditif, produk terbuang atau gagal, pencucian dan
pembilasan peralatan, blowdown beberapa peralatan seperti kettle boiler dan sistem air
pendingin, serta sanitary wastes.
Limbah cair mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat
dan setiap saat. Akan tetapi, secara garis besar , zat-zat yang terkandung di dalam
limbah cair dapat dikelompokkan seperti pada skema berikut ini :
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
Air limbah
Air
bahan padat
-
Oragnik
protein
karbonhidrat
lemak
Anorganik
- butiran-butiran
- logam-logam
- garam-garam
(Djide Natsir. 1994)
Klasifikasi Limbah Industri dan Karakteristiknya
Karakteristik limbah:
1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. Berdampak luas (penyebarannya)
4. Berdampak jangka panjang (antar generasi)
Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah:
1. Volume limbah
2. Kandungan bahan pencemar
3. Frekuensi pembuangan limbah
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 bagian:
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah)
Berdasarkan nilai ekonominya, limbah dibedakan menjadi limbah yang
mempunyai nilai ekonomis dan limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis. Limbah
yang memmiliki nilai ekonomis yaitu limbah dimana dengan melalui proses lanjutan
akan memberikan nilai tambahan. Limbah non-ekonomis adalah suatu limbah
walaupun telah dilakukan proses lanjut dengan cara apapun tidak akan memberikan
nilai tambahan kecuali sekedar untuk mempermudah sistem pembuangan.
Jenis Limbah dan Bahayanya
1. Limbah Asam : Asam dapat menyebabkan luka pada kulit, selaput lendir,
selaput mata dan saluran pernapasan.
2. Limbah Basa : Bahan-bahan basa seperti ammonium hidroksida, potassium
hidroksida,
sodium
hidroksida,
sodium
sianida,
sodium
karbonat,
sodium
pryophospat, sodium silikat dan trisodium phispat tidak begitu berbahaya bagi sistem
saluran pernafasan, tetapi dapat menyebabkan iritasi pada kulit.
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
3. Limbah Garam dan Senyawa Lainnya : Sianida sangat beracun, dan dapat
mematikan bila tertelan. Menyebabkan iritasi kerongkongan, pusing-pusing, mabuk,
mual, lemah dan sakit kepala dan bahkan berhenti bernafas.
4. Limbah B-3
Limbah B-3 adalah limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki
sifat racun dan berbahaya, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalan jumlah relatfi
sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumber daya. Tingkat
bahaya yang disebabkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah,
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Macam Limbah Beracun
•
Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan.
•
Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api,
percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau
terbakar dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
•
Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena
melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak
stabil dalam suhu tinggi.
•
Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi
manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit
bila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
•
Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi
penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh
manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
•
Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada
kulit atau mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0
untuk limbah yang bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifa
(http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah_beracun)
Kualitas Limbah
Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari jumlah
kandungan bahan pencemar di dalam limbah. Kandungan pencemar di dalam limbah
terdiri dari berbagai parameter. Semakin kecil jumlah parameter dan semakin kecil
konsentrasinya, hal itu menunjukkan semakin kecilnya peluang untuk terjadinya
pencemaran lingkungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah ;
•
Volume limbah
•
Kandungan bahan pencemar
•
Frekuensi pembuangan limbah.
(Kristianto Philip. 2002)
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
Alasan menetapkan parameter-parameter dalam penanganan limbah cair adalah :
a. pH cairan limbah
Ditetapkannya parameter 6-9, ini bertujuan agar mikroorganisme dan biota
yang terdapat pada penerima tidak terganggu, dan bahkan diharapkan dengan pH yang
alkalis dapat menaikkan pH badan penerima seperti sungai yang umumnya digunakan
sebagai badan penerima. Oleh sebab itu keasaman limbah segar yang pH 4 dinaikkan
dengan penambahan alkali.
b. Biological Oxygen Demand (BOD)
Kebutuhan oksigen hayati yang diperlukan untuk merombak bahan organic
sering digunakan sebagai tolak ukur untuk menentukan kualitas limbah. Semakin
tinggi nilai BOD air limbah maka daya saringnya dengan mikroorganisme atau biota
yang terdapat pada badan penerima semakin tinggi. Nilai BOD umumnya digunakan
untuk menguji kandungan bahan organic dengan reaksi biokimia.
c. Chemical Oxygen Demand (COD)
Kelarutan oksigen kimiawi ialah oksigen ang diperlukan untuk merombak
bahan organic dan anorganik, oleh sebab itu nilai COD lebih besar dari nilai BOD.
Parameter ini digunakan sebagai perbandingan atau control terhadap nilai BOD.
Karena kandungan padatan limbah umumnya terdiri dari bahan organic maka
parameter yang dipakai ialah BOD. Total Suspended Solid, menggambarkan padatan
melayang dalam air limbah. Semakin tinggi TSS maka bahan organic membutuhkan
oksigen yang tinggi (BOD).
d. Kandungan NH3-N
Semakin tinggi kandungan NH3-N dalam cairan limbah, ini akan menyebabkan
keracunan pada biota. Oleh sebab itu parameter ini digunakan untuk spesifikasi mutu
limbah.
(Naibaho M. 1998)
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
2.2. Teknologi Pengolahan Limbah
Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik (rumah
tangga) maupun industri ke badan air dapat menyebabkan pencemaran lingkungan
apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku mutu limbah. Terdapat sebuah
penelitian yang mengemukakan bahwa 285 sampel dari 636 titik sampel sumber air
tanah telah tercemar oleh bakteri coli. Secara kimiawi, 75% dari sumber tersebut tidak
memenuhi baku mutu air minum yang parameternya dinilai dari unsur nitrat, nitrit,
besi, dan mangan.
Agar air limbah cair dapat dipergunakan kembali atau dibuang kembali ke
lingkungan maka perlu dilakukan usaha untuk memisahkan bahan-bahan komponen
pencemar ini dari dalam air. Untuk menggambarkan tingkat karakteristik limbah cair
sebagai indicator tingkat pencemar di dalam limbah maka dapat dilakukan pengukuran
kualitas air limbah biasanya disebabkan oleh kehadiran senyawa pencemar yang
umumnya adalah senyawa organic dan anorganik meliputi pengukuran kekeruhan
(intensitas cahaya, turbiditas), kelarutan zat padat (ppm), kelarutan zat tersuspensi
(ppm), tingkat keasaman (pH), larutan oksigen (DO), dan kebutuhan oksigen kimia
(COD).
Tahap pertama yang dilakukan adalah melakukan pengukuran pada senyawa
organic di dalam limbah. Pegukuran kasar yang sering digunakan adalah secara titrasi
menggunakan kalium permanganate, yaitu dengan mengetahui jumlah permanganate
yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan limbah, sehingga akan memberi gambaran
banyaknya senyawa organic di dalam limbah. Indicator yang lain yang digunakan
adalah mengukur DO dan COD untuk memberikan tingkat ketercemaran air limbah.
Semua ini hanya sebagai bahan dasar untuk perkiraan saja. Usaha yang paling perlu
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
dilakukan adalah memisahkan bahan-bahan pencemar ini dari dalam air sehingga air
dapat dipergunakan kembali disebut pengolahan limbah.
2.2.1. Pengolahan Limbah Cair
Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan
pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba
patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang
terdapat di alam.
Langkah-langkah yang digunakan pada proses untuk pegolahan limbah cair
dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Pengolahan Limbah Primer
Pengolahan limbah primer terhadap air limbah cair adalah penghilagan bahan
padat yang tidak melarut di dalam air seperti sampah, kotoran, dll. Langkah pertama
yang dilakukan adalah skrining yaitu menghilangkan bahan pencemar yang berukuran
besar yang masuk ke dalam limbah cair dengan menggunakan jarring atau peralatan
lain. Langkah selanjutnya adalah penghilangan partikel dengan ukuran yang lebih
kecil yang tidak dapat disaring dari dalam air dengan menggunakan grit removal,
yaitu bahan yang terbuat dari materi yang tidak dapat diurai oleh mikroorganisme
berbentuk seperti pasir.
Tahap selanjutnya adalah proses sedimentasi primer untuk menghilangkan
benda padat yang mengapung dan mengendap. Proses ini biasanya dilakukan melalui
penambahan senyawa kimia agar bahan pencemar dapat mengapung atau mengendap
berupa lemak dan dapat dikumpulkan.
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
2. Pengolahan Limbah Skunder
Pengolahan air limbah skunder adalah pengolahan air yang berasal dari
pemurnian air pada proses primer, biasanya dilakukan melalui proses biologi.
Pengaruh yang paling berbahaya dengan kehadiran senyawa organic bidegrable adalah
BOD, yaitu konsumsi oksigen terlarut di dalam air oleh mikroorganisme pada saat
mendegradasi senyawa organic.
Salah satu cara yang sering digunakan untuk pengolahan limbah cair secara
biologi adalah trickling filter yaitu dengan menyiramkan limbah pada permukaan
batuan atau wadah padat lainnya yang dipenuhi oleh mikroorganisme, sehingga
limbah dikonsumsi oleh mikroorganisme dalam terairasi (kaya oksigen) dan jumlah
oksigen yang diperlukan oleh organisme tersebut tidak terbatas.
Cara lain untuk pengolahan limbah skunder untuk proses pengolahan limbah
cair adalah melalui proses pengaktifan lumpur, yaitu dengan cara memasukkan
mikroorganisme ke dalam tangki pengolahan limbah sehingga cara ini sangat efektif
untuk mengolah limbah cair, dan produknya dapat dipergunakn sebagai gas atau
bahan bakar dan sebagai pupuk.
3. Pengolahan Limbah Tersier
Pengolahan limbah tersier adalah pengolahan limbah lanjutan sehingga semua
bahan pencemar yang terdapat dalam air harus diyakinkan telah hilang dari air.
Pengolahan limbah tersier dapat dikategorikan sebagai : (1) pembebasan bahan padat
tersuspensi, (2) menghilangkan bahan organic terlarut, (3) penghilangan bahan
anorganik terlarut. Setiap tahapan pengolahan air ini mempunyai tingkat kesulitan
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
bervariasi tergantung pada kualitas air limbah hasil pengolahan skunder. Bahan padat
tersuspensi adalah sebagai bahan sisa pengolahan mikroorganisme yang terdapat pada
bak sedimentasi skunder. Sedangkan senyawa organic terlarut adalah bahan organic
yang berbahaya atau berpotensi sebagai senyawa beracun terhadap mahluk hidup.
(Situmorang Manihar. 2007)
Pemilihan proses yang tepat didahului dengan mengelompokkan karakteristik
kontaminan dalam air limbah dengan menggunakan indikator parameter. Setelah
kontaminan dikarakterisasikan, diadakan pertimbangan secara detail mengenai aspek
ekonomi, aspek teknis, keamanan, kehandalan, dan kemudahan pengoperasian. Pada
akhirnya, teknologi yang dipilih haruslah teknologi yang tepat guna sesuai dengan
karakteristik limbah yang akan diolah. Setelah pertimbangan-pertimbangan detail,
perlu juga dilakukan studi kelayakan atau bahkan percobaan skala laboratorium yang
bertujuan untuk:
1. Memastikan bahwa teknologi yang dipilih terdiri dari proses-proses yang
sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah.
2. Mengembangkan dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk menentukan
efisiensi pengolahan yang diharapkan.
3. Menyediakan informasi teknik dan ekonomi yang diperlukan untuk penerapan
skala sebenarnya.
(http://majarimagazine.com)
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian
lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat
setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan
teknologi masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan air buangan
untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini.
Berdasarkan karakteristik limbah, proses pengolahan dapat digolongkan
mejadi 3 bagian, yaitu proses fisika, kimia, dan biologi.
1. Pengolahan Secara Fisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan,
diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap
atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening)
merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang
berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara
mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses
pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di
dalam bak pengendap.
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang
mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan
berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan
tersuspensi (clarification) atau pemekatan endapan lumpur (sludge thickening) dengan
memberikan aliran udara ke atas (air flotation).
Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk
mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk
menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam
proses osmosa.
Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan
senyawa aromatik (misalnya : fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama
jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi
membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil.
2. Pengolahan Secara Kimia
Pengolahan
air
buangan
secara
kimia
biasanya
dilakukan
untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam
berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia
tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya
berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tidak dapat
diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa
reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.
Pengendapan bahan tersuspensi yang tidak mudah larut dilakukan dengan
membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan
koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat
diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan
membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan
hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut
akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5.
Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada
konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2),
kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida. Pada dasarnya kita dapat
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya
pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.
3. Pengolahan secara biologi
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai
pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang
paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai
metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya. Pada dasarnya, reaktor
pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);
2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan
berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal
berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan
berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi.
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai
beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90%
(dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi
yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu
waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat
pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak
sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan
pendahuluan. Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga
termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti
Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun
dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan
waktu detensi 3-5 hari saja. Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme
tumbuh di atas media pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan
dirinya.
Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain:
1. trickling filter
2. cakram biologi
3. filter terendam
4. reaktor fludisasi.
(http://www.wattpad.com/)
Sistem pengoperasian proses biologis sangat memegang peranan penting.
Pengoperasian dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu operasi dengan adanya udara
dan tanpa udara.
1. Pengolahan dengan cara aerob
Pengolahan secara aerob adalah pengolahan dengan kondisi ada oksigen
tempat mikroorganisme yang akan menguraikan limbah.
Bahan organik + mikroorganisme + O2
CxHyOx → CO2 + H2O
CxHyOx + NH3 + O2 + NH3
Mikroorganisme di dalam air limbah berbentuk padatan (deposit). Dengan
keadaan ini maka metode yang dilakukan juga bermacam-macam, misalnya dengan
menggunakan kolam oksidasi.
2. Pengolahan dengan cara anaerob
Pada prinsipnya proses yang terjadi adalah mengubah bahan organik dalam
limbah air menjadi metan dan karbon monoksida tanpa adanya oksigen. Perubahan ini
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
dilaksanakan dalam dua tahap dengan dua kelompok bakteri yang berbeda. Pertama
zat organik diubah menjadi asam organik dan alkohol yang mudah menguap. Kedua,
melanjutkan perombakan senyawa asam organik menjadi metan.
(Agusnar.H. 2008)
Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kehidupan mahluk hidup
yang bersifat mikroskopik yang disebut mikroorganisme atau jasad renik, yaitu
mahluk hidup yang mempunyai ukuran sel sangat kecil dimana setiap selnya hanya
dapat dilihat dengan pertolongan mikroorganisme.
Pengolahan mikroorganisme dalam proses pengolahan limbah skunder mutlak
dibutuhkan baik secara aerob maupun secara anaerob. Perbedaan utama dalam
pengolahan primer dan pengolahan skunder adalah pada pengolahan primer
pengolahan dilakukan secara kimiawi dan tanpa membutuhkan mikroorganisme,
sedangkan pada pengolahan skunder adalah pengolahan biologi yang memerlukan
mikroorganisme.
(Sastrawijaya.T.A. 1991)
Faktor-faktor yang mempengaruhi jasad renik yang bersifat heterotrof adalah
tersedianya nutrien, air, suhu, pH, oksigen dan potensi dan potensi oksidasi-reduksi,
adanya zat penghambat dan adanya jasad renik lain. Jasad renik heterotrof
membutuhkan nutrisi untuk :
•
sumber karbon
•
sumber nitrogen
•
sumber energi
•
faktor pertumbuhan yaitu vitamin dan mineral.
(Murdijati Gardjito. 1992)
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
2.2.2. Penanganan Limbah Padat
Berdasarkan sifatnya, pengolahan limbah padat dapat dilakukan melalui dua cara :
•
Limbah padat tanpa pengolahan
•
Limbah padat dengan pengolahan
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum limbah diolah adalah :
•
Jumlah limbah
•
Sifat fisik dan kimia limbah
•
Kemungkinan pencemaran dan kerusakan lingkungan
•
Tujuan akhir yang hendak dicapai.
(Kristianto Philip. 2002)
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
BAB III
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
-
pH meter dengan elektroda glass
-
beaker glass 150 ml
-
beaker glass 250 ml
-
Erlenmeyer 125 ml
-
Erlenmeyer 500 ml
-
Gelas ukur 1000 ml
-
Pipet volum 25 ml
-
Pipet volum 10 ml
-
Pipet ukur 25 ml
-
Pipet ukur 10 ml
-
Hot plate
-
Thermometer 100oC
-
Larutan buffer 7,00
-
Labu destilasi 100 ml
-
Pipet berkala
-
Buret
-
Kondensor
-
Botol aquadest
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
3.1.2. Bahan
-
sampel air limbah
-
Aquadest
-
larutan buffer amonia pH 10.00
-
K2Cr2O7 0.02 N
-
H2SO4 (p)
-
Ag2SO4 1,25%
-
FeSO4 0,1 N
-
NH4F 3 M
-
Indicator Phenantrolin
-
Erio clorome black T
-
Larutan EDTA 0,01 N
-
Batu didih
Persediaan Pereaksi
1. Pembuatan ammonium florida 3 M
111 gram NH4F diencerkan dalam 1000 ml aquadest..
2. K2Cr2O7 0.02 N
14.7094 K2Cr2O7 diencerkan dengan 1000 ml aquadest.
3. Ag2SO4 1,25%
6.25 Ag2SO4 ditambahkan 257.75 H2SO4 (p), kemudian diencerkan dengan 500
ml aquadest..
4. Buffer amonia pH 10.00
54 gram NH4Cl, ditambahkan 350 ml NH3 25% kemudian diencerkan dengan
100 ml aquadest.
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
5. FeSO4 0.1 N
6.94 gram FeSO4 ditambahkan 12.50 ml H2SO4 (p) kemudian diencerkan
dengan 500 ml aquadest.
6. Indikator FeSO4 phenantrolin
FeSO4 0.695 gram dilarutkan dengan 100 ml aquadest, kemudian ditambahkan
1.485 gram phenantrolin.
7. Indikator EBT 1%
45 ml TEA ditambahkan dengan 15 ml etanoil.
8. Larutan EDTA 0.02 N
7.488 gram triptiplex dilarutkan dalam 2000 ml aquadest.
Prosedur Analisa
1. Analisa temperature
•
Diambil sampel sebanyak 250 ml
•
Dicelupkan thermometer berukuran 50°c
•
Amati pada thermometer
2. Analisa pH
• Ujung elektroda dicuci dengan air suling dan dilap dengan tissue sampai
kering
• Kemudian elektroda dimasukkan kedalam sampel air limbah
• Tekan tombol “3” untuk mengaktifkan alat pH meter
• Set temperature dengan menekan “9” dan tekan angka temperature yang
diinginkan/ sesuai temperature sample
• Angka pH dibaca setelah pH meter menunjukkan “Ready”
• Dicatat pH
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
3. Analisa COD
•
Pipet 25 ml K2Cr2O7 kedalam labu destilasi 500 ml
•
Perlahan-lahan (melalui buret) ditambahkan 30ml H2 SO4 pekat sambil
digoyang goyang
•
Pada saat campuran masih panas, perlahan-lahan melalui pipet berskala
ditambahkan sejumlah tertentu contoh sambil terus digoyang-goyang
hingga warna sempurna dari warna orange kemerah-merahan menjadi
merah orange kehitaman, dengan membandingkan blanko.
•
Tambahkan sejumlah asam sulfat pekat yang setara dengan volume contoh
•
Kemudian tambahkan 10ml Ag2SO4 1.25% dan beberapa butir batu apung
(batu didih) pasang reflex kondensor, reflex dilakukan selama 2 jam
(minimum).
•
Didinginkan ½ jam dan bilasi kondensor dengan air suling, campurkan
pembilas ke dalam labu destilasi didinginkan dengan air mengalir
•
Sebelum dititrasi tambahkan air suling sehingga volume menjadi kira-kira
4 x volume semula, tambahkan 5 tetes indicator phenantroline
•
Titrasi dengan ferro sulfat 0,1 N hingga warna menjadi coklat kemerah
merahan (titik akhir) titik equivalent ini biasanya cukup tajam dilakukan
titrasi blanko
COD =
(a − b) x8000
volumecontoh
Keterangan : a : ml FeSO4 0.1 N untuk larutan blanko
b : ml FeSO4 0.1 N untuk titrasi contoh
•
Catat kadar COD air limbah
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
4. Analisa kadar zinc
•
Pipet sample sebanyak 50 ml, kemudian ditambahkan ammonium florida
3M sebanyak 15 ml.
•
Stirer dengan magnetic bar stirer, ditambahkan buffer pH ± 3 ml.
•
Titrasi dengan EDTA 0.02 N menggunakan erio clorome black T sebanyak
5 tetes.
•
Lihat perubahan warna dari merah anggur menjadi biru
Zn ppm = ml EDTA 0.02 N x factor x 20.
•
Catat Kadar Zn air limbah.
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
Bagan Analisa
1. Analisa Temperature
Sample
← Diambil sebanyak 250 ml
← Dicelupkan thermometer berukuran 50°c
← diamati pada thermometer
Hasil
2. Analisa pH
Sample
← Dicuci ujung elektroda dengan air suling,
dan dikeringkan dengan tissue
← Dimasukkan elektroda ke dalam sampel
air limbah
← diaktifkan alat pH meter dengan menekan
tombol “3”
← diset temperature dengan menekan “9”
dan
tekan
angka
temperature
yang
diinginkan/ sesuai temperature sample
← dibaca Angka pH setelah pH meter
menunjukkan “Ready”
← Dicatat pH
Hasil
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
3. Analisa COD
K2Cr2O7
← Dipipet 25 ml dan dimasukkan ke dalam labu
destilasi 500 ml
← Ditambahkan 30
ml H2 SO4 pekat
sambil
digoyang-goyang secara perlahan-lahan (melalui
buret)
← ditambahkan sejumlah tertentu contoh sambil
terus digoyang-goyang, pada saat campuran
masih panas, perlahan menggunakan pipet
berskala hingga warna sempurna dari warna
orange kemerah-merahan menjadi merah orange
kehitaman, dengan membandinkan blanko.
Larutan merah orange kehitaman
← Ditambahkan asam sulfat pekat setara dengan
volume contoh
← Ditambahkan 10ml Ag2SO4 1.25% dan beberapa
butir batu didih, dipasang reflex kondensor
← Direflux dilakukan selama 2 jam (minimum).
← Didinginkan ½ jam dan bilas kondensor dengan
air suling, tambahkan air suling sehingga volume
menjadi kira-kira 4 x volume awal
← Ditambahkan 5 tetes indicator phenantroline
← Dititrasi dengan ferro sulfat 0,1 N hingga warna
menjadi coklat kemerah-merahan.
Hasil
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
4. Analisa Kadar Zink
sample
← Dipipet sebanyak 50 ml
← Ditambahkan ammonium florida 3M sebanyak
15 ml.
← Distirer dengan magnetic bar stirer, ditambahkan
buffer pH ± 3 ml.
← Ditambahkan 5 tetes erio clorome black T
← Titrasi dengan EDTA 0.02 N sampai terjadi
perubahan warna dari merah anggur menjadi biru
← Dicatat kadar Zn air limbah
Hasil
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
4.1.1. Data Hasil Analisa
Contoh data analisa pengendalian limbah cair di pabrik benang karet PT. Industri
Karet Nusantara Medan tanggal 06 April 2009.
No
Parameter
Post Aeration
Post Aeration
I
II
27
27
27
4.62
8.93
8.92
Equilization
0
1
Temperatur C
2
pH
3
COD (ppm)
-
192
180
4
Zinc (ppm)
159.63
1.84
0.91
4.1.2. Perhitungan
•
Pada analisa temperature, hasil data dapat dilihat langsung pada thermometer.
•
Pada analisa pH, hasil data dapat dilihat langsung pada alat pH meter.
•
Perhitungan analisa COD
COD =
(a − b) x8000
VolumeContoh
COD =
=
(11,1 − 8.85) x8000
10
2.25 x8000
10
= 180 mg/L
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
Keterangan : a = ml FeSO4 0.1 N untuk larutan blanko
b = ml FeSO4 0.1 N untuk larutan titrasi
•
Perhitungan analisa kadar Zink
Zn ppm = ml EDTA 0.02 N x factor x 20
= 0.05x 0.9174 x 20
= 0.91 ppm
4.2. PEMBAHASAN
Tehnik pengolahan air limbah dilakukan dengan mempertimbangkan kegunaan
badan penerima dan baku mutu limbah yang telah ditentukan. Pengolahan air limbah
di pabrik Industri Karet Nusantara merupakan air buangan (waste water) dari pabrik
PRTRA. Air buangan atau effluent yang berasal dari pengolahan benang karet
mempunyai sifat karakteristik atau ciri khas sebagai berikut :
1. pH sekitar 3 – 5.
2. Kandungan BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (chemical Oxygen
Demand) yang tinggi, kandungan NO3 dan NO2 yang tinggi.
3. Dipisahkan berdasarkan fase sludge, maka kandungan utamanya adalah Zn
(Zink) yang tinggi.
4. Berbau Asam asetat.
Tahap – tahap Pengolahan Air Limbah yaitu :
a. Collecting Reservoir
Air buangan yang berasal dari pengolahan benang karet dialirkan melalui
saluran parit ke bak collecting reservoir. Didalam bak collecting reservoir terdapat 3
sekat atau kisi dimana pada tiap – tiap pintu/ skat/ kisi tersebut terdapat saringan. Bak
ini berguna sebagai bak pengontrol sludge/ residu asam asetat dan karet sehingga
diharapkan waste water yang akan mengalir ke proses selanjutnya terbebas dari sludge
dan karet tersebut.
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
b. Equalisation Basin.
Air buangan dari collecting reservoir dialirkan ke dalam bak Equalisasi Basin.
Proses equalisation basin ini bertujuan untuk mengurangi atau mengembalikan variasi
variasi karakteristik air limbah agar segera tercapai kondisi yang optimum pada proses
pengolahan selanjutnya. Dengan adanya bak equalisasi ini diharapkan debit aliran dan
beban pencemaran yang bervariasi dapat diubah menjadi konstan atau mendekati
konstan.
Fungsi bak equalisasi adalah :
1. meredam bahan akibat adanya fluktasi bahan organis yang dapat menganggu
proses biologis aerob.
2. mengendalikan pH air limbah
3. mengurangi fluktasi debit air, sehingga bahan homogen secara merata atau
teratur diatur pegalirannya menuju proses selanjutnya.
4. mencegah terjadinya konsentrasi bahan-bahan homogen beracun yang tinggi
memasuki unit pengolahan biologis yang aerobic.
Pada bak equalisasi ini dilakukan aerasi agar terjadinya homogenitas air
limbah serta dapat terjadinya pencapaian Biochemical Oxygen Demand (BOD) yang
diinginkan.
c. Alaklization Basin.
Setelah dari bak equalisasi, air kemudian dipompakan ke dalam bak
alkalization basin. Proses alkalisasi ini dilakukan untuk memisahkan logam berat dari
air limbah dengan menaikkan pH asam menjadi basa. Dimana dalam hal ini air limbah
mengandung kadar Zink yang tinggi dan Zn merupakan salah satu jenis logam yang
mudah terikat dengan zat - zat lainnya.
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
Pada bak alkalization ini dilakukan pengandjusan larutan caustic soda
(penambahan NaOH 30%) dan penambahan polilektrolit yang secara otomatis akan
membentuk endapan. Dan yang berupa sludge cair akan dialirkan ke bak sedimentasi
basin.
d. Sedimentasi Basin.
Air buangan yang berasal dari bak alkalization akan dialirkan ke bak
sedimentasi. Proses sedimentasi ini bertujuan untuk mengendapkan fase Lumpur yang
terdapat pada air limbah sebagai hasil dari proses alkalisasi. Partikel air harus cukup
besar agar dapat diendapkan dalam jangka waktu tertentu. Kecepatan pengendapan
akan berbanding langsung dengan kuadrat diameter partikel–pertikelnya. Jika partikel
membentuk aglomerat maka kecepatan akan bertambah besar.
Bak sedimentasi ini berbentuk spiral atau dapat dikatakan berbentuk lingkaran
yang mempunyai 3 lapisan (3 screw). Air limbah yang akan diolah masuk kebahagian
tengah pada bak pengendapan, kemudian dialirkan kebahagian bawah dan kesamping.
Pada waktu air mengalir kepermukaan sludge akan jatuh ke dasar bak secara gravitasi,
kemudian air keluar melalui saluran yang dipasang secara radial.
e. Lifhting Pump Station.
Air limbah dari Bak Sedimentasi akan dialirkan ke Lifhting pump station,
dimana lifthing pump station ini berfungsi sebagai post sementara untuk pengumpulan
phase cair. Kemudian air akan dimasukkan ke dalam Neutralisasi Basin.
f. Neutralisasi Basin.
Bak netralisasi dilakukan untuk menetralkan air limbah dari pH 10 menjadi pH
7 (netral). Pada proses ini dilakukan pengadjusan dengan menambahkan asam sulfat
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
30%. Proses netralisasi ini bermanfaat untuk proses biologi, dimana diperlukan pH air
limbah antara 6 – 8 sehingga tercapainya kondisi yang optimum.
g. Bak Aerasi Lagon.
Air limbah kemudian dimasukkan ke dalam Bak Aerasi Lagon. Fungsi dari
bak aerasi lagon ini adalah untuk menurunkan kadar COD dan BOD pada air limbah.
Bak aerasi ini terdiri dari 5 lagon, dimana setiap lagon dilengkapi dengan aerator
dengan jumlah yang berbeda. Adapun jumlah aerator pada tiap - tiap lagon yaitu :

Lagon I terdapat 105 pcs.

Lagon II terdapat 98 pcs.

Lagon III terdapat 56 pcs.

Lagon IV terdapat 56 pcs.

Lagon V terdapat 56 pcs.
Dalam bak aerasi ini terjadi reaksi penguraian zat organic yang terkandung
didalam air buangan secara biokimia oleh mikroba yang menjadi gas karbin
monoksida dan sela yang baru. Jumlah mikroorganisme dalam lagon akan bertambah
banyak dengan dihasilkannya sel–sel yang baru.
Air buangan yang berasal dari lagon yang terakhir yaitu lagon V akan dialirkan
ke dalam Bak Clarifier, dimana pada bak ini terdapat 3 lingkaran (3screw). Prinsip
kerja dari bak bak clarifier ini yaitu dengan menggunakan sistem Spuy. Didalam
clarifier terjadi proses pengendapan, yang dilakukan untuk memisahkan padatan
tepung atau kotoran-kotoran yang mempunyai berat jenis yang lebih rendah dari
sludge akan dikembalikan ke bak equalisasi.
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
Kemudian air dimasukkan ke Post Aeration I dan Post Aeration II. Dimana
pada bak ini terjadi penguraian yang berlangsung dalam kondisi cukup O2 yang
berguna untu kelangsungan kehidupan mikroorganisme. Dari post aeration air
buangan dapat dibuang langsung ke badan sungai, yang tentunya terlebih dahulu
dianalisa di dalam laboratorium.
h. Thickening Basin.
Selanjutnya Sludge Phase limbah yang berasal dari bak sedimentasi akan
dimasukkan ke dalam bak thickening.
i. Diagfragma Pump Station (DPS) dan filter Press
Phase sludge kemudian akan ditarik ke dalam Diagfragma Pump Station
(DPS), selanjutnya akan dimasukkan ke dalam filter press. Filter press berfungsi untuk
mengepress kadar air dalam phase sludge.
Phase sludge dapat dibuang secara langsung ke lingkungan. Limbah ini juga
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman karena mengandung kadar Zink yang
cukup tinggi. PT. IKN Medan sendiri telah membuktikannya dengan menjadikan
limbah ini sebagai pupuk pada tanaman -tanaman yang ada disekitar pabrik, dan
ternyata tanaman tersebut tumbuh dengan subur.
j. Incenerator.
Phase sludge juga dapat dibakar di Incenerator dengan suhu 800oC. Dimana
dari 100 kg phase sludge setelah dibakar di incenerator akan berkurang menjadi 30 kg,
dengan kata lain mengurangi phase sludge sebanyak 70%.
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Sistem pengendalaian limbah cair di pabrik benang karet PT. Industri Karet
Nusantara Medan telah memenuhi baku mutu air limbah yang telah ditetapkan oleh
Kepmen LH. No. KEP -51/MENLH/10/1995.
5.2. Saran
Sebaiknya parameter-parameter yang digunakan dalam pengendalian PT.
Industri Karet Medan lebih lengkap, agar diperoleh hasil pengolahan limbah yang
sesuai dengan kepentingan umum dan keseimbangan dengan memperhatikan pihak
industri.
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta : Andi.
Agusnar. H. 208. Analisa Pencemaran dan Pengendalian Lingkungan. Medan : USUPress.
Djide Natsir. 1994. Pengolahan dan Analisis Limbah Secara Mikrobiologi. FMIPAUniversitas Hasanuddin. Ujung Pandang.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran. Jakarta : UI-Press.
Effendi. H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kansius.
Gabriel. J.F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta : Hipokrates.
Http://majarimagazine. com/ 2008/ 01/ Teknologi-Pengolahan-Limbah-B3/. Diakses
pada tanggal 23 April 2009.
Http://www.wattpad. com/ 79640 - Pengolahan-Limbah-Cair. Diakses pada tanggal 23
April 2009.
http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah_Beracun. Diakses pada tanggal 23 April 2009.
http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah. Diakses pada tanggal 23 April 2009
Kristianto Philip. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Murdijati Gardjito. 1992. Ilmu Pangan Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi Mikrobiologi.
Yogyakarta : UGM - Press
Muslimin.W.L. 1996. Mikrobiologi Lingkungan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Naibaho M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan : Pusat Penelitian
Kelapa Sawit.
Sastrawijaya. T.A. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Rineka Cipta.
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
Situmorang Manihar. 2007. Kimia Lingkungan. Cetakan-I. Medan : Penerbit FMIPAUniversitas Negeri Medan.
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
LAMPIRAN I
: KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
TENTANG
: BATASAN AIR LIMBAH UNTUK INDUSTRI
NOMOR
: KEP-51/MENLH/10/1995
TANGGAL
: OKTOBER 1995
BATASAN AIR LIMBAH UNTUK INDUSTRI
Parameter
Konsentrasi (mg/L)
COD
100 - 300
BOD
50 - 150
Minyak nabati
5 - 10
Minyak mineral
10 - 50
Zat padat tersuspensi (TSS)
200 - 400
pH
6.0 - 9.0
Temperatur
38 - 40 [oC]
Ammonia bebas (NH3)
1.0 - 5.0
Nitrat (NO3-N)
20 - 30
Senyawa aktif biru metilen
5.0 - 10
Sulfida (H2S)
0.05 - 0.1
Fenol
0.5 - 1.0
Sianida (CN)
0.05 - 0.5
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
LAMPIRAN 2
: PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA MEDAN
TENTANG
: PARAMETER PENANGANAN LIMBAH INDUSTRI
PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA MEDAN
No
Parameter
1
Temperatur
Satuan
Baku mutu
Pos Aerasi II
C
Maks. 40
27.5
Mg / L
Maks. 100
27.1
0
Zat padat
2
Tersuspensi
3
pH
-
6.0 – 9.0
8.6
4
Seng (Zn)
Mg / L
Maks. 10
0.6
5
Total nitrogen
Mg / L
Maks. 2.5
5.4
6
BOD
Mg / L
Maks. 100
3.0
7
COD
Mg / L
Maks. 250
75.7
8
DO
Mg / L
3–5
-
9
NH3
Mg / L
15
1.8
Mutia Sari : Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan, 2009.
Download