BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pertumbuhan
ekonomi
merupakan
salah
satu
indikator
keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara
yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan penduduk suatu
negara secara keseluruhan dapat diukur melalui Pendapatan Domestik
Bruto (PDB).
Dalam dua dekade ini, setelah krisis keuangan yang melanda
perekonomian Indonesia di tahun 1997, pertumbuhan ekonomi di
Indonesia terlihat cukup pesat dan stabil. Hal tersebut dapat dilihat
berdasarkan Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Menurut Badan Pusat
Statistik Indonesia, PDB adalah total pendapatan yang diterima oleh
faktor-faktor produksi dalam kegiatan proses produksi di suatu negara
selama satu periode (setahun).
Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia
(2012) juga menjelaskan lebih rinci bahwa PDB merupakan salah satu
indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara
dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas
dasar konstan. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan,
sedang PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang
1
dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada
satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDB menurut harga berlaku
digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi,
pergeseran, dan struktur ekonomi suatu negara. Sementara itu, PDB
konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil
dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi
oleh faktor harga.1
PDB Indonesia atas harga berlaku dan harga konstan berdasarkan
pengeluaran tahun 2000 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada
gambar 1.1 berikut ini.
1
Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Informasi Dasar Produk Domestik
Bruto (PDB), Metadata, Mei 2012, hal. 14.
2
Gambar 1.1.
Produk Domestik Bruto Berdasarkan Pengeluaran
Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 di Indonesia,
2000 – 2013
(dalam miliyar)
10000
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
PDB Harga Konstan 2000
PDB Harga Berlaku
Sumber: Diolah dari Bank Indonesia 2014
Menurut pendekatan ini, PDB berdasarkan pengeluaran adalah
semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari: (1) Pengeluaran
konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, (2) konsumsi
pemerintah, (3) pembentukan modal tetap domestik bruto, (4) perubahan
inventori dan (5) ekspor neto (merupakan ekspor dikurangi impor).2
2
Ibid., hal. 15.
3
Dari gambar 1.1. dapat terlihat bahwa PDB berdasarkan
pengeluaran di Indonesia baik atas harga berlaku maupun harga konstan
2000 dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2013 selalu mengalami
peningkatan. Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan salah satu
jenis pengeluaran yang berkontribusi terhadap peningkatan PDB. Hal ini
menunjukkan bahwa pola hidup konsumtif masyarakat Indonesia menjadi
faktor yang sangat penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi.
PDB atas harga berlaku masih mengandung tingkat inflasi di
dalamnya sehingga pertumbuhan ekonomi tidak bisa terlihat dengan riil,
sedangkan PDB atas harga konstan telah menetapkan tahun dasar sehingga
pertumbuhan ekonomi dapat terlihat dengan jelas dan lebih riil. Karena hal
tersebut, PDB atas harga konstan lebih sering digunakan sebagai acuan
pertumbuhan ekonomi dan memiliki nama lain, yaitu PDB riil.
Pertumbuhan Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2012, dapat dilihat
pada gambar 1.2.
Pada gambar ini, secara umum sejak tahun 2001 pertumbuhan
Indonesia mengalami peningkatan walaupun mengalami penurunan di
tahun 2009 akibat krisis keuangan global menjadi di bawah 5 persen,
namun di tahun berikutnya pertumbuhan Indonesia cepat pulih dan stabil
dengan rata-rata pertumbuhan 6 persen.
4
Gambar 1.2.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia,
Atas Harga Konstan 2005 Amerika Serikat,
2000 – 2012
(dalam presentase)
7
6
5
4
3
2
1
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Indonesia
Sumber: Diolah dari World Bank 2014
Di sisi lain, kondisi perekonomian Indonesia bagi negara lain,
terutama negara-negara yang menjalin kerjasama tentunya sangat penting
dengan adanya perdagangan antara negara akibat semakin pesatnya
globalisasi. Apabila kondisi perekonomian suatu negara memburuk, hal
tersebut dapat mempengaruhi perekonomian negara lain (contagion effect).
Berikut ini pertumbuhan ekonomi Indonesia bila dibandingkan dengan
negara lain yang berada di dalam kawasan ASEAN.
5
Gambar 1.3.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand,
Atas Harga Konstan 2005 Amerika Serikat,
2000 – 2012
(dalam presentase)
16
14
12
10
8
6
4
2
0
-2
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
-4
Indonesia
Malaysia
Singapura
Thailand
Sumber: Diolah dari World Bank 2014
Gambar 1.3. menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan
beberapa negara lain di Asia Tenggara, yaitu Malaysia, Singapura, dan
Thailand. Pertumbuhan ekonomi Indonesia setelah krisis keuangan Asia di
tahun 1997 selalu positif dan cenderung stabil dengan rata-rata
pertumbuhan 5 persen per tahun sejak tahun 2000 sampai dengan tahun
2012, sedangkan negara lainnya seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand
6
di tahun 2001 dan 2009 sempat mengalami pertumbuhan ekonomi yang
negatif dan cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun.
Indeks Harga Konsumen (IHK) yang biasanya digunakan sebagai
ukuran tingkat inflasi di suatu negara merupakan faktor pembeda antara
PDB nominal dengan PDB riil, tingkat tukar nominal dan tingkat tukar riil,
serta tingkat bunga nominal dengan tingkat bunga riil.
Gambar 1.4.
Perkembangan Indeks Harga Konsumen Indonesia,
2000 – 2013
300
250
200
150
100
50
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
IHK 210 234 262 280 113 125 141 151 133 115 121 127 133 142
Sumber: Diolah dari BPS 2014
Badan Pusat Statistik Indonesia (2008) mendefinisikan Indeks
Harga Konsumen (IHK) sebagai salah satu indikator ekonomi yang
7
memberikan informasi mengenai harga barang dan jasa yang dibayar oleh
konsumen. Perhitungan IHK dilakukan untuk merekam perubahan harga
beli di tingkat konsumen (purchasing cost) dari sekelompok tetap barang
dan jasa (fixed basket) yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat.
Gambar 1.4. menunjukkan perkembangan indeks harga konsumen
Indonesia sejak tahun 2000 sampai dengan 2013.
Perkembangan tingkat inflasi Indonesia setelah krisis 1998 terlihat
lebih stabil bila dibandingkan saat krisis (pada tabel 1.1.). Pada saat krisis
di tahun 1997, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar
berakibat pada tingginya tingkat inflasi pada tahun 1998 yang melonjak
hingga mencapai 58,39 persen.
8
Tabel 1.1.
Perkembangan Inflasi Indonesia dan Nilai Dollar dalam Rupiah,
1997 – 2013
Nilai Dollar dalam
Tahun
Rupiah
(Rp)
1997
6,23
2909,38
1998
58,39
10013,6225
1999
20,49
7855,15
2000
3,72
8421,775
2001
11,5
10260,85
2002
11,88
9311,191667
2003
6,59
8577,133333
2004
6,24
8938,85
2005
10,45
9704,741667
2006
13,11
9159,316667
2007
6,41
9141
2008
9,78
9698,9625
2009
4,81
10389,9375
2010
5,13
9090,433333
2011
5,36
8770,433333
2012
4,28
9386,629167
2013
6,41
10461,24
Sumber: Diolah dari World Bank 2014
Inflasi
(%)
Dalam keadaan ini, Bank Indonesia pun mengambil sebuah
kebijakan, yaitu menerapkan free floating system pada nilai tukar rupiah
terhadap valuta asing, terutama dollar sehingga pada saat itu nilai tukar
rupiah berdasarkan pada kekuatan pasar. Dampaknya, di Bulan Juni 1997,
nilai rupiah yang awalnya Rp 2.447,- per dollar AS melemah menjadi Rp
13.535,- di Bulan Juni 1998, dan menguat kembali menjadi sekitar Rp
7.990,- di Bulan Mei 1999. Penguatan mata uang rupiah ini diikuti dengan
9
menurunnya tingkat inflasi menjadi 20,49 persen di tahun 1990 dan terus
menerus turun hingga di bawah 10 persen.
Pasca krisis moneter di tahun 1999, Undang-undang Nomor 13
Tahun 1968 tentang Bank Sentral tidak sesuai lagi dengan kondisi
perekonomian saat itu sehingga diganti dengan undang-undang baru, yaitu
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
Perubahan yang paling penting di sini adalah kedudukan Bank Indonesia
yang awalnya masih terdapat intervensi pemerintah di dalam menjalankan
otoritas moneternya, menjadi independen di dalam mencapai dan
memelihara stabilitas nilai rupiah.
Kestabilan nilai rupiah ini dapat dicapai melalui dua aspek, yaitu
kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa yang tercermin di
dalam laju inflasi serta kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap nilai
mata uang negara lain yang tercermin dalam perkembangan nilai tukar
rupiah terhadap mata uang negara lain. Berikut ini perkembangan nilai
dollar dalam rupiah dari tahun 2000 sampai 2013 yang ditunjukkan oleh
gambar 1.5.
10
Gambar 1.5.
Nilai Dollar dalam Rupiah,
2000 - 2013
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Rupiah
Sumber: Diolah dari World Bank 2014
Dari tahun 2000 sampai tahun 2013 rata-rata nilai dollar dalam
rupiah sekitar Rp 8.000,- sampai Rp 10.000,-. Fluktuasi nilai tukar rupiah
tersebut memiliki pengaruh terhadap belanja pemerintah akibat adanya
utang luar negeri yang biasanya dihitung dengan valuta asing, terutama
dollar.
Peranan
pemerintah
dalam
menangani
naik-turunnya
perekonomian tentunya sangat berpengaruh, terutama dalam hal
11
pengeluaran yang tersusun dalam APBN (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara) Indonesia tiap tahunnya. Selama ini, Indonesia
menerapkan defisit anggaran negara. Defisit anggaran negara adalah
selisih antara penerimaan negara dan pengeluarannya yang cenderung
negatif, yang
berarti pengeluaran negara lebih besar daripada
penerimaannya. Para ahli ekonomi menghitung defisit anggaran negara
bukan dari angka absolut, tetapi dengan mengukur rasio defisit anggaran
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Apabila kita menghitung defisit
anggaran negara sebagai presentase dari PDB, maka akan didapatkan
gambaran berapa persen suatu negara dapat menghimpun dana untuk
menutup defisit tersebut.3 Belanja pemerintah dari tahun 2000 sampai
2013 ditunjukkan oleh gambar 1.6.
Berdasarkan gambar tersebut, belanja pemerintah dari tahun ke
tahun cenderung mengalami peningkatan akibat pengeluaran-pengeeluaran
negara yang tidak diperkirakan sebelumnya serta depresiasinya nilai dollar
dalam rupiah.
Pump-priming
theory
menyatakan
bahwa
defisit
anggaran
pemerintah diperlukan untuk mendorong kegiatan ekonomi nasional agar
perekonomian terhindar dari kondisi resesi yang berkepanjangan. Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003, defisit anggaran pemerintah
merupakan selisih kurang antara pendapatan negara dan belanja negara
dalam tahun anggaran. Peraturan ini juga menetapkan bahwa defisit
3
David N. Hyman, Public Finance, Dryden Press, London, 1999, hal. 446.
12
anggaran pemerintah Indonesia tidak boleh melebihi 3 persen dari Produk
Domestik Bruto (PDB).
Gambar 1.6.
Belanja Pemerintah Indonesia,
2000-2013
(dalam triliun)
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pengeluaran Pemerintah Atas Harga Konstan 2000
Pengeluaran Pemerintah Atas Harga Berlaku
Sumber: Diolah dari Bank Indonesia 2014
Di sisi lain, sebagai negara berkembang dengan perekonomian
terbuka, perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh tingkat suku bunga
dunia dan pendapatan dunia. Suku bunga dunia tentu saja dapat
mempengaruhi investasi asing yang akan keluar masuk Indonesia, karena
13
hal tersebut mempengaruhi tingkat suku bunga domestik serta keadaan
investasi internasional di pasar keuangan global. Perkembangan suku
bunga dunia yang mengacu pada suku bunga Bank Sentral Amerika
Serikat (The Federal Reserve) dapat dilihat pada Gambar 1.7.
Gambar 1.7.
Suku Bunga Bank Sentral Amerika Serikat,
2000 - 2013
7
6
dalam persen
5
4
3
2
1
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Sumber: Diolah dari Bank Sentral Amerika Serikat 2014
Keadaan perekonomian Amerika Serikat yang dilanda krisis 2008
menyebabkan Bank Sentral Amerika Serikat melakukan pemangkasan
tingkat suku bunga untuk menghindari resesi dari situasi ini. Pemangkasan
14
suku bunga diharapkan dapat menenangkan pasar keuangan dan
perbankan.
Selain tingkat suku bunga dunia, pendapatan dunia juga
mempengaruhi perekonomian di mana tingkat impor Indonesia cukup
besar untuk beberapa komoditas yang tentu saja dapat berpengaruh
terhadap neraca perdagangan dan sangat sensitif terhadap perubahan nilai
tukar rupiah terhadap mata uang lainnya, terutama dollar.
Penelitian ini menggunakan model IS-MP-IA. Modifikasi IS-MP
diperkenalkan oleh aliran keynesian baru yang berpendapat bahwa
kebijakan
moneter
dapat
mempengaruhi
pertumbuhan
ekonomi
(Romer,2000). Dalam hal ini, model IS-MP-IA dalam menganalisis
makroekonomi dapat digunakan untuk meneliti hubungan antara inflasi
dengan pendapatan.
Selain itu, model IS-MP-IA juga
dapat menangkap pengaruh
kebijakan moneter yang dilaksanakan oleh bank sentral lebih baik karena
lebih berfokus kepada tingkat suku bunga daripada jumlah uang yang
ditawarkan. Fokusnya bank sentral dalam mengatur tingkat suku bunga
lebih realistis terutama dalam mengatur jumlah uang yang beredar serta
mengatur tingkat inflasi dalam perekonomian sebuah negara karena dalam
pendekatan MP, jumlah uang beredar tidak menjadi target utama bank
sentral tetapi melalui kebijakan tingkat suku bunga diharapkan bank
sentral dapat lebih mudah dalam mengatur jumlah uang yang beredar.
15
Dalam penelitian ini, terdapat enam variabel yang diteliti, di
antaranya adalah PDB riil Indonesia, IHK Indonesia, rasio pengeluaran
pemerintah Indonesia terhadap PDB Indonesia, nilai dollar dalam rupiah,
tingkat suku bunga dunia, serta pendapatan dunia.
Data yang digunakan merupakan data kuartalan yang diambil dari
tahun 2000 kuartal pertama, sampai pada tahun 2013 kuartal keempat.
Sedangkan alat analisis yang digunakan adalah VECM (Vektor Error
Correction Model) yang dapat menunjukkan pengaruh dalam jangka
pendek
dan
jangka
panjang
variabel-variabel
tersebut
terhadap
pertumbuhan ekonomi.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat
dirumuskan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan sistem
perekonomian terbuka relatif stabil daripada negara lain walaupun terdapat
goncangan dari dalam (endogen) serta dari luar (eksogen) negeri.
1.3
Pertanyaan Masalah
Dari permasalahan tersebut, terdapat beberapa masalah yang akan
dikaji dalam penelitian ini, yaitu:
1. Apakah
tingkat
indeks
harga
konsumen
Indonesia
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan seberapa
besar pengaruhnya?
16
2. Apakah rasio pengeluaran pemerintah Indonesia dengan PDB
Indonesia mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan
seberapa besar pengaruhnya?
3. Apakah
pendapatan
dunia
mempengaruhi
pertumbuhan
ekonomi Indonesia dan seberapa besar pengaruhnya?
4. Apakah nilai dollar dalam rupiah mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi Indonesia dan seberapa besar pengaruhnya?
5. Apakah tingkat suku bunga dunia mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi Indonesia dan seberapa besar pengaruhnya?
1.4
Tujuan Penelitian
Adapun beberapa tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1.
Untuk menganalisis pengaruh tingkat indeks harga konsumen
Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
2.
Untuk menganalisis pengaruh rasio pengeluaran pemerintah
Indonesia dengan PDB Indonesia terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
3.
Untuk menganalisis pengaruh pendapatan dunia terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
4.
Untuk menganalisis pengaruh nilai dollar dalam rupiah
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
5.
Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga dunia
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
17
1.5
Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat yang dapat dihasilkan dari penelitian ini, yaitu:
1.
Sebagai syarat peneliti dalam menyelesaikan studi jenjang
strata satu (S1).
2.
Sebagai upaya pengembangan ilmu pengetahuan karena
pendekatan yang digunakan masih cukup baru.
3.
Dapat memberikan gambaran pelaksanaan kebijakan moneter
dalam rangka mencapai stabilitas harga serta peranan
pemerintah, dalam hal ini yaitu kebijakan fiskal dan peranan
faktor eksternal terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
18
Download