PREFERENSI KUPU-KUPU FAMILIA

advertisement
PREFERENSI KUPU-KUPU FAMILIA PAPILIONIDAE DAN PIERIDAE
PADA TUMBUHAN DI WISATA AIR TERJUN COBAN RAIS
KOTA BATU, JAWA TIMUR
Kristin Kusuma Ratih, Sofia Ery Rahayu, Sulisetijono
Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Malang
Email korespondensi: [email protected]
ABSTRACT: The informations related to the preferences of butterflies in Coban Rais
Waterfall still inavailable. The objective of this study is to determine butterflies species
of Papilionidae and Pieridae family, and their preference toward plants at Coban Rais
Waterfall. This study is a descriptive exploratory study which was conducted in
January-June 2014, whereas the butterflies catching was done in February 2014. The
research method used in this study is point transect method (Bismark, 2011). The
butterflies were caught by insect net and the preference observations were done by
binocular. According to the result of the observation, it shows 12 butterfly species
which consists of 2 species of Papilionidae and 10 species of Pieridae. There are 10
preference plants. The foodplants of the buttterflies are Cassia sp., Lantana camara,
Stachytarphetae jamaicensis, and Bidens pilosa. Plants used by butterflies to perch on
are Mimosa pudica, Citrus sp., Ageratum conyzoides, Tridax procumbens, and
Pennisetum purpureum. The butterflies interest upon the plants is caused by attractants
which plants have and mechanoreseptors, chemoreceptors, and photoreceptors that
butterflies have. Therefore, butterflies and plants need each other to survive.
Keywords: Preference, Papilionidae Family, Pieridae Family, Coban Rais
Indonesia menduduki urutan ketiga setelah Brazil dan Kongo dalam pemilikan
keanekaragaman hayati (Boediono, 2013). Keanekaragaman serangga di Indonesia tercatat
menjadi salah satu yang terbesar di dunia bersama negara Brazil (Danar, 2011) dan rekor
spesies endemik kupu-kupu terbanyak dimiliki oleh Indonesia (Peggie, 2014). Sekitar 17.500
spesies kupu-kupu sedunia, Indonesia memiliki kira-kira 2000 spesies kupu-kupu dengan
7,5% diketahui merupakan spesies kupu-kupu Papilionidae. Berdasarkan laporan VaneWright & de Jong (2003 dalam Peggie, 2014), sekitar 890 spesies diperkirakan terdapat di
Sumatera, 640 spesies di Jawa, 800 spesies di Kalimantan, 560 spesies di Sulawesi, 350
spesies di Nusa Tenggara, 400 spesies di Maluku, dan lebih dari 500 spesies di Papua. Dari
sekitar 2000 spesies kupu-kupu Indonesia yang sudah teridentifikasi, baru beberapa spesies
saja yang sudah cukup banyak diketahui perihal perikehidupan serta habitat, namun dapat
dikatakan bahwa hampir seluruhnya tidak diketahui besar populasinya (Noerdjito & Aswari,
2003).
Kupu-kupu merupakan insekta yang menarik, memiliki berbagai warna tubuh dan
sayap, serta dapat ditemukan di mana-mana. Larvanya berkelompok di suatu inangnya dan
perubahan bentuk larvanya menjadi kupu-kupu sangat mudah diamati. Kupu-kupu berperan
penting dalam memelihara keanekaragaman hayati sebagai polinator. Penyerbukan yang
terjadi pada tumbuhan membantu perbanyakan tumbuhan secara alamiah. Oleh karena itu
kupu-kupu sangat bagus digunakan sebagai subyek untuk pengamatan ilmu pengetahuan dan
studi ilmiah serta obyek wisata (Kunte, 2006). Pengamatan ilmu pengetahuan dan studi
ilmiah dapat berupa penelitian kupu-kupu di suatu tempat dengan mengetahui keragamannya,
perkembangbiakannya maupun preferensinya. Hasil dari penelitian tersebut dapat digunakan
sebagai pameran atau obyek wisata yang dapat dikunjungi oleh masyarakat.
Kupu-kupu yang baru keluar dari kepompong memperoleh pasokan energi dari fase
sebelumnya (fase larva). Kupu-kupu dalam melangsungkan hidupnya memerlukan tumbuhan
inang untuk meletakkan telur-telurnya dan sebagai pakan larva (Noerdjito & Amir, 1992).
Kupu-kupu dalam mempertahankan hidupnya memerlukan tumbuhan berbunga sebagai
1
2
tumbuhan pakannya. Kupu-kupu menghisap nektar bunga dengan alat mulut yang disebut
probosis. Probosis akan memanjang ketika akan menghisap nektar dan menggulung ketika
tidak digunakan. Beberapa kupu-kupu lebih menyukai buah yang membusuk atau getah
pohon daripada nektar bunga (Maryland, 2009).
Kupu-kupu dapat dibagi dalam superfamilia Hesperioidea yang meliputi familia
Hesperiidae, dan superfamilia Papilionoidea yang meliputi familia Papilionidae, Pieridae,
Nymphalidae, Riodinidae, dan Lycanidae (Peggie & Amir, 2006). Setiap familia kupu-kupu
memiliki ketertarikan sendiri pada setiap tumbuhan dengan karakteristik masing-masing.
Kupu-kupu familia Papilionidae cenderung memiliki tumbuhan inang dan pakan pada familia
Rutaceae, sedangkan familia Pieridae cenderung memiliki pakan pada tumbuhan familia
Capparaceae dan Asteraceae.
Pemilihan familia Papilionidae karena sebagian besar merupakan jenis-jenis yang
berukuran besar dengan pola warna yang indah. Kedua pasang sayapnya mempunya venasi
(gurat-gurat) membentuk sel yang tertutup. Pada beberapa spesies pasangan sayap
belakangnya memanjang membentuk ekor. Beberapa spesies terbang lambat mirip burung
layang-layang sehingga sering disebut kupu-kupu sayap burung “birdwing” atau
swallowtails” (Noerdjito & Aswari, 2003). Pada familia Pieridae cenderung didominasi oleh
warna cerah yakni putih dan kuning serta terbangnya yang berkelompok. Perilaku terbang
kupu dewasa sangat bervariasi, genus Eurema, Elodina dan Leptosia memiliki kecepatan
terbang yang relatif lambat, lemah, berpindah-pindah dan dekat dengan permukaan tanah,
sedangkan genus Captopsilia, Appias, dan Cepora memiliki kecepatan terbang yang sangat
cepat, kuat, dan terarah. Genus Delias cenderung lambat ketika terbang, namun biasanya
terbangnya tinggi di antara pepohonan (Braby, 2004).
Wisata Air Terjun Coban Rais terletak di dusun Dresel, desa Oro-oro Ombo kota Batu.
Secara pengelolaan hutan terletak di petak 221 dan 225 Resor Polisi Hutan (RPH) Oro-oro
Ombo, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Pujon, Kawasan Penguasaan Hutan
(KPH) Malang dengan luas baku 4,5 ha. Terletak pada ketinggian 850 mdpl dengan suhu 1823°𝐶 dengan topografi berbukit dan curah hujan rata-rata 1.500 mm/tahun dan termasuk kelas
hutan lindung pinus dan rimba campur (Perhutani, 2012). Coban Rais relatif lebih alami
daripada obyek wisata coban lainnya, karena masih minimnya infrastruktur untuk menuju
kesana, selain itu masih belum ada informasi tentang preferensi kupu-kupu pada tumbuhan di
Coban Rais. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian preferensi kupu-kupu di Wisata Air
Terjun Coban Rais.
METODE
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif. Penelitian dilakukan
pada bulan Januari-Juni 2014, sedangkan penangkapan kupu-kupu familia Papilionidae dan
Pieridae dilakukan pada bulan Pebruari 2014 di Wisata Air Terjun Coban Rais. Identifikasi
dan analisis data dilakukan di Laboratorium Biologi, Universitas Negeri Malang. Lokasi
penelitian yaitu di sepanjang jalan menuju Wisata Air Terjun Coban Rais dengan
menggunakan metode transek titik (Bismark, 2011).
Pengambilan sampel kupu-kupu dan pengamatan preferensi kupu-kupu familia
Papilionidae dan Pieridae dilakukan di setiap titik transek. Kelima titik pengamatan ini dipilih
di daerah yang cerah, terang dan tenang. Batas radius pengamatan sekitar 10 meter dari titik
pengamat berdiri. Sedangkan jarak antar transek titik sekitar 500 meter dengan tujuan untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya perhitungan ganda. Preferensi diamati pada pukul
08.00-12.00 yang tersebar di 5 titik dengan cara mengamati dan mencatat semua kupu-kupu
yang terlihat sedang hinggap pada tumbuhan yang berada di titik lokasi tersebut dengan
kisaran waktu 10-20 menit. Tumbuhan preferensi dikategorikan menjadi 3 yaitu sebagai
tumbuhan pakan ketika kupu-kupu tampak menghisap nektar bunga dan sebagai tumbuhan
3
hinggap. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan dengan interval ulangan setiap
satu minggu sekali. Sebelum melakukan pengamatan, dilakukan pengukuran faktor abiotik di
setiap titik pengamatan. Pengukuran faktor abiotik meliputi suhu, intensitas cahaya dan
kelembapan udara.
Penangkapan kupu-kupu dilakukan dengan menggunakan jaring serangga. Kupu-kupu
yang telah ditangkap akan dilakukan pengawetan dan dilanjutkan dengan proses identifikasi.
Pengamatan kupu-kupu dibatasi pada morfologi luar kupu-kupu. Kupu-kupu yang telah
diamati kemudian diidentifikasi dengan cara mencocokkan bentuk serta corak sayap kupukupu dan dibandingkan dengan buku. Buku yang digunakan yaitu Practical Guide to the
Butterflies of Bogor Botanic Garden (Peggie & Amir, 2006). Identifikasi tumbuhan
dilakukan dengan mengamati ciri-ciri morfologi yang meliputi habitus, perakaran, batang,
daun, bunga, buah dan biji. Buku yang digunakan untuk identifikasi tumbuhan adalah Flora
untuk Sekolah di Indonesia (Steenis, 1975) dan The Mountain Flora of Java (Steenis, 1972).
Data penelitian berupa spesies individu kupu-kupu dan tumbuhan serta faktor abiotik yang
diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif untuk mengkaji spesies kupu-kupu
dan preferensinya pada tumbuhan yang ada di Wisata Air Terjun Coban Rais
HASIL
Pengukuran faktor abiotik juga dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan yang
sesuai untuk habitat kupu-kupu. Kondisi lingkungan di Wisata Air Terjun Coban Rais
disajikan pada Tabel 1 seperti berikut.
Tabel 1. Faktor Abiotik
No
1
2
3
Faktor Abiotik
Suhu Udara
Intensitas Cahaya
Kelembapan Udara
Rentang Nilai
22 - 29°𝐶
32-1735 ×100 lux
46-80%
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat 2 spesies kupu-kupu
Papilionidae yaitu Graphium sarpedon dan Papilio helenus serta 10 spesies kupu-kupu
Pieridae yaitu Appias pandione, Catopsilia scylla, Cepora judith, Delias belisama, Delias
pasithoe, Eurema hecabe, Eurema lacteola, Eurema tilaha, Hebomoia glaucippe, dan
Leptosia nina. Berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh 10 spesies tumbuhan yang
digunakan kupu-kupu sebagai tumbuhan hinggap dan tumbuhan pakan. Spesies tumbuhan itu
adalah Capparis sp., Mimosa pudica, Cassia sp., Citrus sp., Lantana camara,
Stachytarphetae jamaicensis, Ageratum conyzoides, Bidens pilosa, Tridax procumbens, dan
Pennisetum purpureum
Tumbuhan yang digunakan kupu-kupu sebagai tumbuhan pakan adalah Cassia sp.,
Lantana camara, Stachytarphetae jamaicensis, dan Bidens pilosa. Tumbuhan yang
digunakan kupu-kupu sebagai tumbuhan hinggap adalah Mimosa pudica, Citrus sp.,
Ageratum conyzoides, Tridax procumbens, dan Pennisetum purpureum. Tumbuhan yang
dijadikan preferensi oleh kupu-kupu paling banyak adalah Bidens pilosa dengan frekuensi 5
spesies kupu-kupu yang mengunjungi tumbuhan tersebut, sedangkan kupu-kupu yang
memiliki preferensi dengan lebih dari satu tumbuhan adalah Eurema hecabe yang memiliki
preferensi pada 6 spesies tumbuhan.
PEMBAHASAN
Berdasarkan data faktor abiotik yang telah diperoleh, kelembapan udara wilayah
Wisata Air Terjun Coban Rais berkisar antara 46% - 80%. Hal ini serupa dengan penelitian
Febrita dkk. (2013) yang menunjukkan kelembapan udara yang berkisar antara 53-73%.
4
Kelembapan udara lingkungan kupu-kupu yang optimal berkisar antara 60-75 %. Tinggi
rendahnya nilai kelembapan udara pada suatu daerah dipengaruhi oleh suhu udara. Semakin
tinggi suhu lingkungan maka semakin rendah kelembapan udara. Ketika berkembang biak,
kupu-kupu yang lebih tinggi yaitu berkisar antara 84-92%, namun kupu-kupu tidak mampu
beradaptasi pada daerah yang memiliki kelembapan terlalu tinggi yaitu >92% (Borror dkk.,
1992)
Berdasarkan data, suhu lingkungan di Wisata Air Terjun Coban Rais berkisar antara
22-29°𝐶. Suhu lingkungan tersebut sesuai dengan Jumar (1997) yang menyatakan bahwa
suhu lingkungan yang efektif berkisar antara 15°𝐶 sebagai suhu minimum, 25°𝐶 sebagai suhu
optimum, dan 45°𝐶 sebagai suhu maksimum. Di luar kisaran suhu tersebut, serangga akan
mati kedinginan atau kepanasan.
Berdasarkan data, intensitas cahaya di Wisata Air Terjun Coban Rais berkisar antara
32-1735 × 100 lux. Hal ini serupa dengan penelitian Yustitia (2012) bahwa intensitas cahaya
66912,66 lux merupakan nilai yang optimal untuk kupu-kupu. Intensitas cahaya merupakan
faktor abiotik yang sangat mempengaruhi keberadaan kupu-kupu. Kupu-kupu lebih menyukai
tempat terbuka atau tempat yang memiliki tutupan kanopi yang tidak terlalu rapat, karena
adaptasi kupu-kupu yang selalu membutuhkan sinar matahari untuk berjemur (Panjaitan,
2011). Peggie & Amir (2006) juga menyatakan bahwa umumnya kupu-kupu aktif pada hari
yang cerah, hangat, dan tenang, sekitar pukul 09.00-15.00.
Berdasarkan data kupu-kupu, diketahui bahwa kupu-kupu familia Papilionidae
Graphium sarpedon hanya mengunjungi Lantana camara warna merah muda untuk
menghisap nektar dan Papilio helenus mengunjungi Citrus sp.untuk hinggap. Hasil
pengamatan ini sesuai dengan Peggie & Amir (2006) bahwa Papilio helenus memanfaatkan
Citrus sp. sebagai tumbuhan pakan bagi larva (tumbuhan inang). Citrus sp. diketahui
memiliki kandungan terpenoid yang cukup tinggi sehingga mampu menarik serangga untuk
mengunjungi tumbuhan tersebut, sedangkan Lantana camara berwarna merah muda menjadi
daya tarik Graphium sarpedon karena warna yang cerah serta bentuk corolla yang pendek
yang cocok bagi probosis Graphium yang pendek (Orr & Kitching, 2010).
Kupu-kupu familia Pieridae yang memiliki aktivitas mengunjungi tumbuhan paling
banyak adalah Eurema hecabe dengan 6 spesies tumbuhan yang digunakan sebagai tumbuhan
pakan dan tumbuhan hinggap. Eurema hecabe diketahui sedang hinggap pada Mimosa
pudica, Lantana camara warna merah muda, Stachytarphetae jamaicensis, Ageratum
conyzoides, dan Pennisetum purpureum, sedangkan pada Bidens pilosa sebagai tumbuhan
pakan. Tumbuhan preferensi tersebut sesuai dengan Peggie & Amir (2006) dan Orr &
Kitching (2010) bahwa Eurema hecabe memanfaatkan Mimosaceae yaitu Mimosa sebagai
tumbuhan pakan bagi larva (tumbuhan inang) dan Verbenaceae sebagai tumbuhan pakan.
Pada hasil pengamatan diketahui bahwa Eurema hecabe sedang hinggap pada Mimosa pudica
yang kemungkinan merupakan tumbuhan inangnya.
Kupu-kupu memiliki struktur morfologi dan anatomi yang dapat menerima rangsangan
dari luar yaitu sistem indera yang dapat menerima rangsangan seperti cahaya, panas, kinetik
(mekanoreseptor dan reseptor suara), aroma dan rasa (kemoreseptor). Serangga mampu
menerima dan menanggapi berbagai rangsangan mekanik. Serangga sensitif terhadap
sentuhan asing terutama sentuhan dengan permukaan yang padat. Serangga mampu
mendeteksi gerakan di udara, gelombang suara dan kemampuan gravitasi dengan indera
(mekanosensila) khusus (Gillot, 2005).
Mekanoreseptor terdiri dari 3 sensor yaitu rambut sensorik yang terdapat pada seluruh
bagian tubuh yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh terhadap
lingkungan, proprioseptor yang merupakan organ indera yang merespon secara terus menerus
pada deformasi dan tekanan dalam tubuh, dan deteksi sinyal yang mendukung kinerja
proprioseptor. Selain mekanoreseptor, seranga juga mampu menerima gelombang suara,
5
contohnya pada larva yang akan berhenti bergerak ketika tubuhnya merespon suara. Respon
suara akan hilang ketika tubuh serangga tertutupi oleh air atau serbuk dan ketika rambut
sensoriknya tidak ada. Menurut Markl dan Tautz (1975 dalam Gillot, 2005), ulat bisa
mendengar suara pada jarak sampai sekitar 70 cm.
Preferensi kupu-kupu pada tumbuhan dilakukan karena pada kupu-kupu memiliki
kemoreseptor yang digunakan untuk pemilihan tempat makan, tempat untuk melakukan
oviposisi, tempat untuk kawin, dan tempat untuk berkembang biak (memilih inang) pada
tumbuhan. Kemoreseptor terdiri dari olfaktoreseptor (organ penciuman) yang terletak pada
antena. Seperti halnya manusia, serangga mampu mengenali 4 rasa yaitu manis (diterima),
asin, asam, dan pahit (tidak diterima), seperti kupu-kupu Pyrameis atalanta yang makan
sukrosa secara teratur akan memiliki sensitivitas ambang batas 10-1 – 10-2 M, namun ketika
tidak teratur maka sensitivitas meningkat hingga konsentrasi 8 x 10-5 M (Gillot, 2005).
Kandungan gizi pada tumbuhan juga mempengaruhi daya tarik kupu-kupu seperti
kandungan gula, terutama sukrosa yang menjadi phagostimulan penting bagi serangga
pemakan tumbuhan. Selain gula dan asam amino, nutrisi lainnya yang menjadi daya tarik
serangga adalah vitamin, fosfolipid, dan steroid yang merupakan turunan dari minyak
mustard. Banyak metabolit sekunder tanaman, termasuk alkaloid, terpenoid, fenolat, dan
glikosida, merupakan makanan pencegah untuk serangga fitofag. Dalam sumber makanan
yang diberikan mungkin akan ada campuran phagostimulan dan makanan pencegah untuk
keseimbangan dan menentukan palatabilitas keseluruhan makanan (Gillot, 2005).
Tumbuhan yang dijadikan preferensi oleh kupu-kupu paling banyak adalah Bidens
pilosa dengan frekuensi 5 spesies kupu-kupu yang mengunjungi tumbuhan tersebut. Kelima
kupu-kupu itu adalah Cepora judith, Delias belisama, Delias pasithoe, Eurema hecabe, dan
Eurema lacteola yang bersama-sama memanfaatkan Bidens pilosa sebagai tumbuhan pakan
kecuali Delias pasithoe. Hal ini disebabkan oleh warna Bidens pilosa yang menarik yaitu
warna kuning cerah dan keberadaan Bidens pilosa yang tersebar di seluruh sektor
pengamatan. Hal ini juga didukung oleh Davies & Butler (2008) bahwa kupu-kupu lebih
tertarik dengan warna-warna cerah seperti kuning, putih, merah, jingga, biru, dan ungu, serta
berdasarkan percobaan pada kupu-kupu monarch ditemukan bahwa kupu ini mengunjungi
bunga berwarna jingga 37 kali, berwarna kuning 21 kali, warna merah 5 kali, dan biru 4 kali.
Selain warna yang cerah, Bidens pilosa juga memiliki kandungan terpenoid yaitu minyak
atsiri yang cukup banyak diperoleh di bagian akarnya.
Pada Delias belisama dan Delias pasithoe memanfaatkan satu spesies tumbuhan yang
berbeda warna bunganya. Delias belisama memilih Lantana camara berwarna jingga sebagai
tumbuhan pakan, sedangkan Delias pasithoe memilih warna merah muda sebagai tumbuhan
pakannya. Hal ini dikarenakan serangga dapat membedakan warna-warna kemungkinan
karena adanya perbedaan pada sel-sel retina pada mata serangga. Kisaran panjang
gelombang yang dapat diterima serangga adalah 2540-6000 Å (Gustilin, 2008).
Menurut Yang dkk. (2005 dalam Shodiq, 2009), tiga karakteristik visual tanaman yang
menyebabkan suatu tanaman dipilih oleh serangga untuk meletakkan telur maupun makan
adalah ukuran, bentuk dan kualitas warna tanaman. Selain itu, serangga memiliki spektrum
warna yang berbeda dengan manusia. Hal ini didukung bahwa serangga hanya memiliki dua
tipe pigmen penglihatan, yaitu pigmen yang dapat menyerap warna hijau dan kuning terang,
serta pigmen yang dapat menyerap warna biru dan sinar ultraviolet (Gillot, 2005).
Faktor yang menyebabkan kupu-kupu tertarik pada tumbuhan yaitu adanya atraktan
pada tumbuhan. Atraktan ada 2 yaitu atraktan primer yang berupa pollen, nektar, minyak, dan
substansi lain yang terkandung pada tumbuhan tersebut, sedangkan atraktan sekunder berupa
warna dan bentuk bunga pada tumbuhan tersebut. Tumbuhan yang menjadi preferensi kupukupu sebagai tumbuhan pakan adalah Cassia sp., Lantana camara, Stachytarphetae
jamaicensis, dan Bidens pilosa. Keempat tumbuhan tersebut memiliki atraktan berupa warna
6
bunga yang cerah yaitu kuning, putih, jingga dan merah muda, bentuk bunga yang seperti
tabung serta memiliki aroma yang khas setiap bunganya.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kupu-kupu yang ditemukan sejumlah 12 spesies yang terdiri dari 2 spesies kupu-kupu
familia Papilionidae dan 10 spesies kupu-kupu familia Pieridae. Kupu-kupu familia
Papilionidae yaitu Graphium sarpedon dan Papilio helenus, sedangkan kupu-kupu
familia Pieridae yaitu Appias pandione, Catopsilia scylla, Cepora judith, Delias
belisama, Delias pasithoe, Eurema hecabe, Eurema lacteola, Eurema tilaha, Hebomoia
glaucippe, dan Leptosia nina.
2. Kupu-kupu berpreferensi pada tumbuhan Capparis sp., Mimosa pudica, Cassia sp.,
Citrus sp., Lantana camara, Stachytarphetae jamaicensis, Ageratum conyzoides, Bidens
pilosa, Tridax procumbens, dan Pennisetum purpureum. Tumbuhan yang digunakan
kupu-kupu sebagai tumbuhan pakan adalah Cassia sp., Lantana camara, Stachytarphetae
jamaicensis, dan Bidens pilosa. Tumbuhan yang digunakan kupu-kupu sebagai tumbuhan
hinggap adalah Mimosa pudica, Citrus sp., Ageratum conyzoides, Tridax procumbens,
dan Pennisetum purpureum.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang tumbuhan hinggap yang dapat dijadikan
sebagai tumbuhan inang maupun sebagai tumbuhan tempat kupu-kupu berteduh dan
istirahat dengan rentang waktu yang cukup lama, sehingga dapat menambah informasi
terkait preferensi kupu-kupu familia Papilionidae dan Pieridae pada tumbuhan di Wisata
Air Terjun Coban Rais.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang dilakukan di dalam laboratorium untuk menguji
preferensi kupu-kupu pada tumbuhan berdasarkan kandungan minyak atsiri ataupun
warna bunga pada tumbuhan.
DAFTAR RUJUKAN
Bismark, M. 2011. Prosedur Operasi Standar (SOP) Untuk Survei Keragaman Jenis Pada
Kawasan Konservasi. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan
Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Boediono. 2013. Lindungi Keanekaragaman Hayati Indonesia, (Online),
(http://www.wapresri.go.id/index/preview/berita/3032), diakses 18 Januari 2014.
Boror, D.J.; Triplehorn, C.A. & Johnson, N.F. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi
ke-6 (Terjemahan oleh Partosoedjono S.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Braby, M. F. 2004. The Complete Field Guide to Butterflies of Australia. Australis: CSIRO
Danar. 2011. Pengawetan Serangga=Banyak Dollar, (Online),
(http://imhpt.faperta.ugm.ac.id/2011/11/pengawetan-serangga-banyak-dolar/), diakses
18 Januari 2014.
Davies, H. & Butler, C.A. 2008. Do Butterflies Bite. New Brunswick, New Jersey & London:
Rutgers University Press.
Febrita, E., Yustina & Dahmania. 2013. Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu (Subordo
Rhopalocera) di Kawasan Wisata Hapanasan Rokan Hulu sebagai Sumber Belajar
pada Konsep Keanekaragaman Hayati. Pekanbaru: Universitas Riau.
Gillot, C. 2005. Entomology Third Edition. University of Saskatchewan Canada: Springer.
7
Noerdjito, W.A., Amir, M. 1992. Kekayaan Kupu-Kupu di Cagar Alam Bantimurung
Sulawesi Selatan dan Sekitarnya. PPPSDH Pustlitbang Biologi, LIPI : 330-337
Noerdjito, W.A. & Aswari P. 2003. Metode Survei dan Pemantauan Populasi Satwa.
Cibinong: Bidang Zoologi (Museum Zoologicum Bogoriens), Pusat Penelitian Biologi
– LIPI.
Maryland. 2009. Butterfly Gardenning. WindStar Wildlife Institute.
Panjaitan, R. 2011. Komunitas Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di
Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat.Thesis
diterbitkan. IPB.
Peggie, D. 2014. Mengenal Kupu-kupu. Bogor: Pandu Aksara Publishing.
Peggie, D. & Amir, M. 2006. Practical Guide to the Butterflies of Bogor Botanic Garden.
Cibinong: Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, LIPI.
Perhutani, W.W. 2012. Wana Wisata Sumber Darmi. (Online),
http://wanawisataperhutani.blogspot.com/2012/08/wana-wisata-sumber-darmi.html,
diakses pada tanggal 12 Maret 2014.
Schoohoven, L.M., Loon, J.J.A.V. & Dicke, M. 2005. Insect – Plant Biology (Second
Edition). Netherland: Laboratorium Entomologi, Universitas Wageningen.
Shodiq, M. 2009. Ketahanan Tanaman terhadap Hama. Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur: Fakultas Pertanian.
Steenis, C.G.G.J.V. 1972. The Mountain Flora of Java. Leiden: E.J. Brill & Co.
Steenis, C.G.G.J.V. 1975. Flora untuk Sekolah di Indonesia (Terjemahan oleh Surjowinoto,
M., Hardjosuwarno, S., Adisewojo, S.S, Wibisono, Partodidjojo, M.& Wirjahardja, S.).
Jakarta Pusat: PT Pradnya Paramita.
Yustitia, S. 2012. Keanekaragaman dan Kelimpahan Kupu-kupu di Kebun Botani UPI
Bandung. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Download