HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENERIMAAN DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi • ••& L II I.____ iterin·,·. Oleh : ·. , .. - -... -..~ ---:I/ .,,,.,. ,,.,._. .J g,&; . ~t'.:l-.. . . . ;.7.Q0. . . . .. dari : .. _..• I gl. : .. .... ,~, 0 'h lnrluk : ............:::.. <..~.L'.1...\... k1.i;;ifikasi : .........•............•••............... LIA RACHMAWATI NIM: 105070002337 FAKUL TAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 JBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENERIMAAN DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN ... ~ ..---- -·-··"-'""'""""""''''\ PERPUSTAKAAN UTi\MI.\ UIM SYAH!O JAl\i\RTI\ Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidaya u ah Jakarta untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi Oleh: LIA RACHMAWATI NIM.105070002337 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II M. Avicenna, M.H.Sc NIP: 19770906 20012 1004 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 I _j PENGESAHAN PANITIA UJIAN psi yang berjudul HUBUNGAN ANT ARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN ~ERIMAAN DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN telah diujikan 1m sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif 3yatullah Jakarta pada tanggal 7 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai 1h satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Jakarta, 7 Desember 2009 Sidang Munaqasyah, Dekan/ ua Merangkap Anggota, Pembantu Dekan/ Sekretaris Merangkap Anggota, ja Umar, Ph.D . 130 885 522 ora.~.M.s; NIP.19561223 1983 032001 Anggota Penguji I -2(?_...o"----, Rahmat Mulyono, M.Si '150 293 240 Pembimbing I ah M.Si . Zahrotu Ni : 19620724 1 8903 2001 Pembimbing II M. Avicenna, M.H.Sc NIP: 19770906 20012 1004 Syuk,uri .Jlpa rr-ane 1.(ita 9difikj e:l £ak,uNg,n rr-ane crer6aik, ABSTRAKSI (A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (B) Desember 2009 (C) Lia Rachmawati (D) Hubungan Kematangan Emosi dengan Penerimaan Diri Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan (E) Halaman : 78 hal + lampiran (F) Penerimaan diri diperlukan oleh setiap remaja yang tinggal dipanti asuhan agar mereka dapat mengenali diri mereka serta menerima keberadaannya dipanti asuhan. Penerimaan diri ini berasal dari dalam diri seseorang yang didasari dari proses dimana seseorang pada akhirnya mampu menerima segala kelebihan serta kekurangan yang mereka miliki. Penerimaan diri remaja panti asuhan dapat muncul ketika tingkat emosi remaja tersebut telah stabil dan melalui perbaikan diri di masa lalu. Tingkat emosi tersebut merupakan proses dimana seseorang mampu mengontrol emosinya dan tidak meledakkan emosinya dihadapan orang lain sehingga individu tersebut bisa mencapai tingkat kematangan, hal ini dikenal dengan istilah kematangan emosi.. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kematangan emosi dengan penerimaan diri remaja yang tinggal dipanti asuhan serta mengetahui seberapa besar sumbangan yang diberikan pada kematangan emosi terhadap penerimaan diri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitaif dan dilakukan dipanti asuhan Yayasan Masjid At-Taubah dengan subjek penelitian sebanyak populasi yang berada dipanti tersebut, yaitu 49 orang remaja dengan rentang usia 17 tahun sampai 18 tahun. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,773. Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sang at signifikan antara kematangan emosi dengan penerimaan diri. Artinya, semakin tinggi kematangan emosi maka semakin tinggi pula tingkat penerimaan diri seseorang. Sumbangan efektif yang diperoleh sebesar 59,7%, hal ini menggambarkan bahwa kematangan emosi memberikan sumbangan yang besar tehadap penerimaan diri, sedangkan 41,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mempengaruhi penerimaan diri, seperti dukungan sosial, pola asuh, harga diri, dan alain-lain. Dari hasil penelitian ini disarankan agar peneliti selanjutnya melakukan wawancara dan observasi agar mendapatkan hasil yang lebih lengkap, pemilihan subjek dilakukan tidak hanya pada remaja panti asuhan, namun pada remaja pada umumnya yang memiliki orang tua serta berusaha menambahkan variabel yang mungkin menjadi faktor penentu penerimaan diri, seperti harga diri, pola asuh, dukungan sosial, dan lain-lain. (G) Daftar Pustaka: 23 (1963-2008) KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wata'ala atas rahmat dan hidayah-Nya atas semua yang diberikan kepada umatnya. Shalawat dan salam saya haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam beserta sahabat dan keluarganya. Dengan Rasa syukur yang tiada henti atas terwujudnya skripsi yang berjudul "Hubungan Kematangan Emosi dengan Penerimaan Diri Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan". Skripsi ini diajukan guna melengkapi syarat dalam mencapai gelar Sarjana Psikologi Jenjang pendidikan Strata Satu Program Studi Psikologi pada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang bersedia membimbing, membantu, dan mendoakan kelancaran skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Jahja UmarPh.D 2. lbu Zahrotun Nihayah, M.Si sebagai dosen pembimbing I dan Bapak M. Avicenna M.H.Sc sebagai dosen pembimbing II yang dengan sabar dan berbesar hati dalam membimbing saya menuju terwujudnya skripsi ini 3. Bapak dan lbu staff Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas kesabaran dan kerjasamanya. 4. Papa dan Mama tercinta atas segala kasih sayang, doa, dan dukungannya. 5. Kakak dan adikku tersayang "Lusiyana Zuriyawati dan Fajri Abdillah" serta kakak iparku "Yudi Ferdianto", atas pengertian dan dukungannya. 6. Seluruh sahabat terbaik yang tidak tergantikan, lndri Dilapanga, Nuri Hafni, Diah Ayu, Dwinita, Dedi Ansyah, Nessa, Ima, Dijah, Nurul Kamilia, Hesty, Ari Pratiwi, Hani, Rahma,.Novitasari,K'Niken, Arum, lntan, Risti, Purwa Dewi, De'Ria,atas doa, dukungan dan perhatiannya. 7. Kepada pihak-pihak Panti Asuhan At-Taubah beserta subjek penelitian yang ikut terlibat dalam penelitian ini. 8. Juga kepada seluruh angkatan 2005 dan semua pihak yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini. Dengan ini saya selaku peneliti mempersembahkan sebuah karya tulis yang lnsya Allah bermanfaat yang berjudul . "Hubungan Kematangan Emosi dengan Penerimaan Diri Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan". Penulis menyadari keterbatasan dari skripsi ini, maka saya mohon kesediaan para pembaca untuk memaklumi segala kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Jakarta, Desember 2009 Penulis DAFTAR ISi ABSTRAKSI ................................................................................................ i KATA PENGANTAR ...................................................................................iii DAFTAR ISi ............................................................................................... v DAFTAR TABEL. ....................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 1.2 ldentifikasi Masalah .................................................................... 7 1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 7 1.3.1 Pembatasan Masalah ........................................................ 7 1.3.2 Perumusan Masalah ......................................................... 8 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 8 1.4.1 Tujuan Penelitian .............................................................. 8 1.4.2 Manfaat Penelitian ............................................................. 8 1.5 Sistematika Penulisan ................................................................ 9 Bab 2 Kajian Pustaka 2.1 Penerimaan Diri ........................................................................ 11 2.1.1 Definisi Penerimaan Diri .................................................. 11 2.1.2 Tahap-tahap Penerimaan Diri ......................................... 13 2.1.3Kondisi-kondisi yang menentukan penerimaan diri .......... 18 2.1.4 Aspek-sapek penerimaan diri. ......................................... 23 2.1.5 Dampak penerimaan diri bagi individu ............................ 24 2.2 Kematangan Emosi ................................................................. 26 2.2.1 Definisi kematangan emosi. ............................................26 2.2.2 Karakteristik kematangan emosi ..................................... 28 2.2.3 Ciri-ciri orang yang matang emosinya ............................. 30 2.3 Remaja .................................................................................... 30 2.3.1 Definisi remaja ................................................................30 2.3.2 Fase-fase masa remaja .................................................. 31 2.3.3 Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja ...37 2.3.4 Remaja panti asuhan ...................................................... 38 2.3.4.1 Karakteristik remaja panti asuhan ...........................39 Kerangka Berpikir ................................................................. 39 Bab 3 Metode Penelitian 3.1 Jen is penelitian ........................................................................ 42 3.3.1 Pendekatan Dan Metode Penelitian ................................ 42 3.3.2 Definisi Variabel Dan Operasional ................................... 43 3.2 Pengambilan Sampel. .............................................................. 44 3.2.1 Populasi Dan Sampel. .................................................... .44 3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel. .......................................... 45 3.3 Pengumpulan Data .................................................................. 46 3.3.1 Metode dan instrumen penelitian ................................... 46 3.3.2 Teknik Uji lntrumen Penelitian ........................................ 50 3.4 Teknik Analisis Data ................................................................ 54 3.5 Prosedur Penelitian ................................................................. 55 Bab 4 Hasil Penelitian 4.1 Gambaran Umum subjek penelitian ........................................ 57 4.2 Presentasi data ........................................................................ 60 4.2.1 Deskripsi Statistik ............................................................ 60 4.3 Uji Persyaratan ........................................................................ 62 4.3.1 Uji Normalitas .................................................................. 63 4.3.2 Uji Linearitas ................................................................... 63 4.4 Uji Hipotesis ............................................................................. 64 4.4.1 Hasil Uji Hipotesis Statitisk Pertama ............................... 64 4.4.2 Hasil Uji Hipotesis Statitisk kedua ................................... 66 4.5 Penelitian tambahan ................................................................ 68 Bab 5 Kesimpulan, Diskusi Dan Saran 5.1 Kesimpulan .............................................................................. 71 5.2 Diskusi ..................................................................................... 71 5.3 Saran ....................................................................................... 74 5.3.1 Saran teoritis ................................................................... 74 5.3.2 Saran praktis ................................................................... 75 Daftar Pustaka .......................................................................................... 77 LAMPIRAN - LAMPIRAN DAFTARTABEL Tabel 3.1 Format Skoring Skala Likert Tabel 3.2 Blue print skala kematangan Emosi Tabel 3.3 Blue print skala Penerimaan Diri Tabel 3.4 Blue Print Field Study Kematangan Emosi Tabel 3.5 Blue Print Field Study Penerimaan Diri Tabel 4.1 Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin Tbel 4.2 Gambaran subjek berdasarkan Usia Tabel 4.3 Gambaran subjek berdasarkan kelas Tabel 4.4 Gambaran subejk berdasarkan lama berada diasrama Tabel 4.5 Gambaran subjek berdasarkan status saat ini Tabel 4.6 Deskripsi statistik Tabel 4.7 Uji normalitas skala Kematangan emosi Tabel 4.8 Uji normalitas skala penerimaan diri Tabel 4.9 Model Summary and Parameter Estimates Tabel 4.10 Korelasi antar variabel Tabel 4.11 Korelasi antara aspek-aspek kematangan emosi dengan Variabel penerimaan diri Tabel 4.12 ANOVA Tabel 4.13 Model Summary Tabel 4.14 Coefficients DAFT AR GAMBAR Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir v DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat permohonan izin penelitian Lampiran 2 Surat keterangan benar mengadakan penelitian Lampiran 3 Kuesioner field study pertama dan kedua Lampiran 4: Skor field study kematangan emosi dan penerimaan diri Lampiran 5 Hasil uji reliabilitas dan uji validitas Lampiran 6 Hasil uji persyaratan dan uji Hipotesis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan seorang anak. Orang tua mempunyai peran penting dalam kaitannya dengan pendidikan, kebutuhan menumbuhkan rasa aman, kasih sayang, yang semua itu merupakan faktor kebutuhan psikologis anak. Penelantaran yang dilakukan oleh orang tua akan menganggu proses tumbuh kembang anak, karena anak yang tidak berkembang secara optimal dan kurang mendapat dukungan dari keluarga dan lingkungan akan tumbuh menjadi remaja yang tidak tangguh. Hurlock (1999) juga mengatakan masa remaja merupakan masa transisi, yaitu peralihan dari usia anak-anak menuju usia dewasa, pola emosi masa remaja adalah sama dengan masa kanak-kanak. Perbedaannya terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajat, dan khususnya pada pengendalian latihan individu terhadap ungkapan emosi mereka. Meningginya emosi dikarenakan mereka berada dibawah tekanan sosial, dan 2 menghadapi kondisi baru, sebab selama masa kanak-kanak mereka kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan tersebut. Moedjiono (2007) mengungkapkan remaja berada dalam pencarian kepastian hidup, misalnya mengenai masa depan, identitas diri, apa yang akan dikerjakan dalam hidup. Jika pengalaman yang ada tidak sesuai dengan harapan, anak akan merasa tidak ada kepastian diri, tidak memiliki masa depan sehingga remaja merasa tidak berarti. Kasus bunuh diri di kalangan remaja meningkat, setidaknya itu yang terekam oleh media massa. Menurut Dwidjo Saputro, dokter spesialis kesehatan jiwa dari Klinik Perkembangan Anak dan Kesulitan Belajar, umumnya anak atau remaja bunuh diri karena ada stresor psikososial. ltu bisa berupa tekanan dari keluarga, lingkungan, atau kondisi sosial ekonomi yang rendah. Ada beberapa remaja yang dihadapkan pada pilihan yang sulit ketika mereka harus berpisah dari keluarganya karena ketidakmampuan orang tuanya dalam membiayai hidup hingga mereka terlantar, ada pula remaja yang kehilangan orang tuanya sehingga mereka menjadi yatim, piatu atau bahkan yatim piatu. Dan mereka biasanya di tampung di sebuah tempat yang biasa dikenal dengan panti asuhan. 3 Radio Nederland Wereldomroep (2009), mengungkapkan Organisasi amal Save the Children baru saja menerbitkan laporan yang menunjukkan bahwa di beberapa negara, 90% di Ghana, 95% di Indonesia dan 98% di Eropa Timur dan Tengah setidaknya empat dari setiap lima anak yatim punya satu dan kadang dua orangtua yang tidak mampu merawat mereka. Saat ini, pedoman pembinaan kesejahteraan sosial anak dini (1999) mengungkapkan bahwa sasaran pelayanan panti asuhan tidak hanya diperuntukkan bagi anak yatim, piatu atau yatim piatu, tetapi juga untuk anak yang salah satu atau kedua orang tuanya sakit kronis, terpidana, korban bencana dan lain-lain. Hanya saja kehidupan remaja yang tinggal dipanti asuhan tidak sama dengan kehidupan remaja pada umumnya, mereka kurang memperoleh perhatian, kasih sayang ataupun bimbingan karena pengasuh harus berbagi kasih sayang dan perhatian dengan yang lain yang banyak jumlahnya dan tidak bisa memperhatikan secara mendalam. Menu rut Bustam (dalam Farid, 1993) karakteristik anak panti asuhan atau yatim piatu adalah kurang perhatian, kurang kasih sayang dan bimbingan dari orang tua, lingkungan hidup keluarganya bersifat kurang membantu bagi pertumbuhannya, kurang pendidikan dan pengetahuan, tidak memiliki bekal keterampilan untuk 4 hidupnya di hari-hari yang akan datang, kurang pakaian, kurang gizi dan vitamin, kurang bermain, dan tiada kepastian tentang hari esok. Tidak adanya orang tua disekeliling mereka, akan membuat emosi mereka terganggu, karena di dalam panti asuhan hanya terdapat pengasuh yang tidak bisa memberikan perhatian penuh seperti orang tua pada umumnya. Terutama pada remaja awal, ini adalah masa yang tidak realistik serta mereka mengalami ketidakstabilan emosi. Hall dalam Al-Mighwar (2006) menjelaskan pada remaja awal, mereka memandang diri sendiri dan orang lain berdasarkan keinginannya, bukan berdasarkan keyataan yang sebenarnya. Tidak heran bila sikap dan sifat remaja yang sangat antusias bekerja tiba-tiba menjadi lesu, dari sangat gembira menjadi sangat sedih, dari merasa percaya diri menjadi sangat ragu. Namun, seiring bertambahnya usia, remaja akan mengalami kestabilan emosi di usia 17 tahun, sebagaimana yang diungkapkan Al-Mighwar (2006), dalam aspek fisik dan psikis, laki-laki muda dan wanita muda menunjukkan kestabilan emosi. Hasil wawancara yang dilakukan Wulandari (1999) pada pengasuh panti asuhan, beberapa anak yang tinggal di panti asuhan dengan usia sekitar 13 tahun, mereka cenderung meluapkan emosi mereka dengan cara-cara yang 5 sering mengkhawatirkan pengasuh panti, seperti bertengkar dengan teman sekamar sampai terjadi pemukulan. Berbeda halnya dengan remaja yang berusia 18 tahun, ketika saya mewawancarai pengasuhnya mengenai emosi remaja tersebut, pengasuhnya pun menjawab bahwa remaja pada usia itu lebih banyak diam ketika bertengkar dengan teman sekolahnya atau teman sekamarnya. Mereka lebih sering mengungkapkan pada buku harian atau bercerita pada guru. Hurlock (1999) juga mengungkapkan remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila pada akhir masa remaja tidak segera melampiaskan emosi dihadapan orang lain melainkan menunggu pada saat dan tempat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih tepat, dan dengan cara-cara yang dapat diterima. Katkovsky, W & Garlow (1976), kematangan emosi merupakan suatu proses dimana kepribadian secara terus menerus barusaha mencapai keadaan tingkat emosi yang sehat baik secara intra maupun interpersonal. Dalam jurnal Endah Puspita Sari (2002) yang berjudul "Penerimaan Diri Pada Lanjut Usia ditinjau dari Kematangan Emosi " menunjukkan bahwa kematangan emosi berkorelasi positif dengan penerimaan diri. Semakin tinggi kematangan emosi individu lanjut usia maka semakin tinggi pula penerimaan 6 dirinya, dan sebaliknya semakin rendah kematangan emosi individu lanjut usia maka semakin rendah pula penerimaan dirinya. Dalam penelitian ini subjek memiliki penerimaan terhadap kondisi ketuaannya dengan baik karena memiliki kematangan emosi yang baik. Menurut Pannes (dalam Hurlock 1973) penerimaan diri adalah suatu keadaan dimana individu memiliki keyakinan akan karakteristik dirinya, serta mampu dan mau untuk hidup dengan keadaan tersebut. Jadi, individu dengan penerimaan diri memiliki penilaian yang realistis tentang potensi yang dimilikinya, yang dikombinasikan dengan penghargaan atas dirinya secara keseluruhan. Artinya, individu ini memiliki kepastian akan kelebihankelebihannya, dan tidak mencela kekurangan-kekurangan dirinya. Penerimaan diri juga terjadi melalui proses hingga akhimya seseorang dapat menerima dirinya secara utuh. Sedih, kecewa, marah, depresi, akan membawa seseorang pada penerimaan diri dan penyesuaian diri, sebagaimana yang diungkapkan Kubler-Ross (dalam Gargiulo, 1985). Berdasarkan uraian diatas, penting untuk diteliti bagaimana hubungan antara penerimaan diri dengan kematangan emosi remaja yang tinggal dipanti asuhan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai 7 Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penerimaan Diri Remaja yang tinggal di Panti Asuhan. 1.2 ldentifikasi Masalah a. Bagaimana tingkat kematangan emosi remaja yang tinggal dipanti asuhan? b. Bagaimana tingkat penerimaan diri remaja yang tinggal dipanti asuhan? c. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kematangan emosi dengan penerimaan diri remaja yang tinggal di panti asuhan? 1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.3.1 Pembatasan Masalah 1. Remaja yang dimaksud menurut Al-Mighwar (2006) ialah remaja akhir yang berusia 17-18 tahun yang tinggal dipanti asuhan. 2. Kematangan emosi Katkovsky, W & Garlow (1976) adalah proses dimana kepribadian secara terus menerus berusaha mencapai keadaan emosi yang sehat baik secara intra maupun interpersonal. 3. Penerimaan diri menurut Pannes (dalam Hurlock, 1973) ialah suatu keadaan dimana individu memiliki keyakinan akan karakteristik dirinya, serta mampu dan mau untuk hidup dengan keadaan tersebut, 8 sehingga ia mampu menerima kelebihan serta kekurangan yang dimilikinya. 1.3.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah "Apakah ada hubungan yang signifikan antara kematangan emosi dengan penerimaan diri remaja yang tinggal di panti asuhan?" 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kematangan emosi dan penerimaan diri pada remaja yang tinggal dipanti asuhan, serta memperoleh gambaran mengenai korelasi antara kematangan emosi dengan penerimaan diri pada remaja yang tinggal dipanti asuhan. 1.4.2 Manfaat Penelitian 1. Dalam melengkapi kajian ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi pendidikan dan psikologi perkembangan. 2 Dari sisi teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang kematangan emosi dan penerimaan diri remaja yang tinggal dipanti asuhan 9 3 Sebagai bekal ilmu pengetahuan dan dapat menggugah pemahaman bagi pengasuh panti asuhan untuk melatih dan berperan aktif dalam merawat anak asuhnya agar memiliki emosi yang matang sehingga penerimaan diri mereka juga semakin baik. 1.4 Sistematika Penulisan Peneliti menggunakan teknik penulisan American Psychological Association (APA) Style. Dan secara garis besar sistematika penulisan penelitian ini adalah: 1. Bab 1 pendahuluan, yang meliputi: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 2. Bab 2 kajian pustaka, yang meliputi: kematangan emosi, penerimaan diri, dan remaja. Pada penerimaan diri akan dipaparkan ; definisi penerimaan diri, tahap-tahap penerimaan diri, kondisi-kondisi yang menentukan penerimaan diri, aspek-aspek penerimaan diri, dan dampak penerimaan diri bagi individu. Pada kematangan emosi akan dipaparkan ; definisi kematangan emosi, karakteristik kematangan emosi dan ciri-ciri orang yang matang emosinya. Pada remaja akan dipaparkan ; definisi remaja,fase-fase masa remaja, perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja, remaja panti asuhan dan karakteristik remaja panti asuhan. 10 3. Bab 3 metodologi penelitian, yang meliputi: jenis penelitian (pendekatan dan metode penelitian), definisi variabel dan operasional variabel, pengambilan sampel (populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel), pengumpulan data (metode dan instrumen penelitian dan teknik uji instrumen penelitian), dan teknik analisa data serta prosedur penelitian 4. Bab 4 presentasi dan analisa data 5. Bab 5 kesimpulan, diskusi, dan saran BAB2 KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini, akan diuraikan kajian tentang kematangan emosi, penerimaan diri, dan remaja. Pada penerimaan diri akan dipaparkan ; definisi penerimaan diri, tahap-tahap penerimaan diri, kondisi-kondisi yang menentukan penerimaan diri, aspek-aspek penerimaan diri, dan dampak penerimaan diri bagi individu. Pada kematangan emosi akan dipaparkan ; definisi kematangan emosi, karakteristik kematangan emosi dan ciri-ciri orang yang matang emosinya. Pada remaja akan dipaparkan ; definisi remaja,fase-fase masa remaja, perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja, remaja panti asuhan dan karakteristik remaja panti asuhan. 2.1 Penerimaan diri 2.1.1 Definisi Penerimaan Diri Menurut Pannes (dalam Hurlock 1973) penerimaan diri adalah suatu keadaan dimana individu memiliki keyakinan akan karakteristik dirinya, serta mampu dan mau untuk hidup dengan keadaan tersebut. Jadi, individu dengan penerimaan diri memiliki penilaian yang realistis tentang potensi yang dimilikinya, yang dikombinasikan dengan penghargaan atas dirinya secara 11 12 keseluruhan. Artinya, individu ini memiliki kepastian akan kelebihankelebihannya, dan tidak mencela kekurangan-kekurangan dirinya. lndividu yang memiliki penerimaan diri mengetahui potensi yang dimilikinya dan dapat menerima kelemahannya. Hjelle dan Ziegler (1981) menyatakan bahwa individu dengan penerimaan diri memiliki toleransi terhadap frustrasi atau kejadian-kejadian yang menjengkelkan, dan toleransi terhadap kelemahan-kelemahan dirinya tanpa harus menjadi sedih atau marah. lndividu ini dapat menerima dirinya sebagai seorang manusia yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadi, individu yang mampu menerima dirinya adalah individu yang dapat menerima kekurangan dirinya sebagaimana dirinya mampu menerima kelebihannya. Jersild (1965) mendefinisikan penerimaan diri sebagai penilaian yang realistis terhadap potensi yang dimilikinya, memahami karakteristik dirinya dan mampu menerima kondisi yang ada dengan sesungguhnya. Penerimaan diri pada remaja yaitu dengan menyadari segala potensi-potensi yang dimiliki sehingga mereka mampu melakukan sesuatu yang diharapkannya. Hal tersebut sama dengan mereka mengetahui apa yang menjadi kekurangan, serta tidak menjadi suatu kesalahan bagi mereka. 14 1. Primary phase a. Shock Periode ini ditandai dengan tingkah laku seperti menangis berlebihan dan rasa ketidakberdayaan. b. Denial Penolakan merupakan sikap yang bertahan dapat timbul disebabkan ketakutan seperti ketidakmampuan potensi anak dimasa depan. Terkejut, tidak percaya, merasa terpukul dan menyangkal pernyataan bahwa kehilangan itu benar-benar terjadi. Secara sadar maupun tidak sadar seseorang yang berada pada tahap ini menolak semua fakta, informasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang dialaminya. lndividu merasa hidupnya menjadi tidak berarti lagi. Pada saat itu dia dalam keadaan terguncang dan pengingkaran, merasa ingin mati saja. Pada tahap ini seseorang tidak mampu berpikir apa yang seharusnya dia lakukan untuk keluar dari masalahnya. Dia tidak siap untuk menerima kondisinya. Oleh karenanya tahap pengingkaran merupakan suatu tahap yang sangat tidak nyaman dan situasi yang sangat menyakitkan. c. Grief and Depression Sedih merupakan reaksi yang penting dan berguna dan tidak harus disangkal. Perasaan ini sebagai tanda adanya perubahan mengenai konsep seorang anak menuju pada kenyataan yang terjadi. Depresi seringkali menjadi penyebab dari proses kesedihan. Depresi adalah kemarahan yang 15 berada di dalam. Moses (dalam Gargiulo, 1985) percaya kebanyakan orang memiliki perasaan kemahakuasaan didalam dirinya. Semua kejadian yang tidak menyenangkan tidak akan dialaminya. Masyarakat berpendapat bahwa depresi merupakan perasaan yang tidak pantas dan tidak dapat ditoleransi. Padahal ini merupakan proses yang normal, alami dan penting. Keadaan depresi ini dapat diubah menjadi reaksi yang pantas dan masuk aka!. Karena keadaan ini dapat memungkinkan anak untuk menerima segala sesuatu yang tidak dapat diubah. Penarikan diri dari sosial juga termasuk dalam tahap ini. lni menunjukkan tahap penyembuhan. lndividu sering menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau berbicara, takut, perasaan tidak menentu dan putus asa. Seseorang yang berada pada tahap ini setidaknya sudah mulai menerima apa yang terjadi padanya adalah kenyataan yang memang harus dia hadapi 2. Secondary phase a. Ambivalence Pada masa ini anak merasakan perasaan yang bertentangan antara menerima dan menolak kondisi yang terjadi. Perasaan negatif ini biasanya muncul dengan perasaan bersalah. b. Guilt Perasaan bersalah mungkin menjadi reaksi yang paling sulit untuk dilewati.Moses (dalam Gargiulo, 1985) percaya bahwa bukan karena rasa 16 bersalahnya itu saja, tetapi apa yang menyebabkan rasa bersalah itulah yang menyebabkan rasa sakit. Rasa bersalah itu identik dengan kata-kata "seandainya" yang berada dalam pikirannya. Selama tahap ini, reaksi yang umum adalah keinginan untuk membayar kesalahannya. Rasa bersalah adalah suatu hal yang normal dan penting, tetapi tidak harus dirasakan secara irasional dan berlebihan. c. Anger Marah merupakan sebuah penghadang untuk menuju penerimaan. Marah dapat disebabkan dua tipe. Tipe pertama secara umum dapat diterima, sering mengekspresikan keadilan dan bertanya "kenapa saya?". Tipe kedua adalah merubah marah kepada diri sendiri menjadi kepada orang lain, jauh dari orang lain dengan alasan harus ada yang disalahkan atas terjadinya ini semua. Wentworth (dalam Gargiulo, 1985) mengobservasi bahwa kemarahan tidak menyelesaikan apa-apa. Jika perasaan ini meningkat, maka mereka membutuhkan lingkungan yang mendukung dan menyadarkan bahwa perasaan itu merupakan sebuah proses yang normal dan natural. Kemarahan yang dialami oleh seseorang dapat diungkapkan dengan berbagai cara. lndividu mungkin menyalahkan dirinya sendiri dan atau orang lain atas apa yang terjadi padanya, serta pada lingkungan tempat dia tinggal. Pada kondisi ini individu tidak memerlukan nasihat, baginya nasihat adalah sebuah bentuk pengadilan Uudgement) yang sangat membuatnya menjadi lebih terganggu. 17 d. Shame and Embarrasment Perasaan ini timbul saat anak menghadapi lingkungan sosial yang menolak, mengasihani atau mengejek. Cunningham & Davis (dalam Bromley, dkk, 1998) menyatakan bahwa pada tahap ini seseorang mulai menerima dan mengenali bahwa kehidupannya memerlukan perubahan dan adaptasi. 3. Tertiary phase a. Bergaining Tahap ini merupakan tahap yang bersifat sangat personal dan jarang diketahui oleh orang lain. Bergaining (tawar-menawar) adalah suatu strategi dimana anak membuat perjanjian dengan Tuhan, ilmu pengetahuan atau pihak manapun yang mampu membuatnya kembali normal. Pada tahap ini seseorang berpikir seandainya dia dapat menghindari kehilangan itu. Reaksi yang sering muncul adalah dengan mengungkapkan perasaan bersalah atau ketakutan pada dosa yang pernah dilakukan, baik itu nyata ataupun hanya imajinasinya saja. Seringkali seseorang yang berada tahap ini berusaha tawar menawar dengan Tuhan agar merubah apa yang telah terjadi supaya tidak menimpanya. Sering juga dinyatakan dengan kata-kata "seandainya saya hati-hati", "kenapa harus terjadi pada keluarga saya". Sesungguhnya bargaining yang dilakukan seseorang tidak memberikan solusi apapun bagi permasalahan yang dia hadapi. b. Adaptation and Reorganization 18 Adaptasi merupakan proses yang membutuhkan waktu dan berkurangnya rasa cemas serta reaksi emosional lainnya. Tahap ini merupakan kondisi dimana anak mulai merasa nyaman dengan situasi yang ada. c. Acceptance and adjusment Penerimaan merupakan suatu proses yang aktif dimana anak secara sadar berusaha untuk mengenali, memahami, dan memecahkan masalah. Tetapi perasaan-perasaan negatif yang sebelumnya tidak akan hilang sepenuhnya. Dalam penerimaan diikuti dengan penyesuaian yang merupakan sebagai sebuah tingkah laku. Tingkah laku yang mengarah ke sisi positif dan bergerak maju. Penyesuaian memerlukan suatu perubahan dan pengaturan ulang tujuan dan ambisi. Hal ini merupakan sesuatu yang sulit dan sangat berhubungan dengan kepribadian seseorang. Wentworth (dalam gargiulo, 1985) berpendapat penyesuaian akan terjadi setelah penerimaan, saat mereka memahami keadaan mereka maka saat itulah anak berpikir membutuhkan penyesuaian. 2.1.3 Kondisi-kondisi yang menentukan penerimaan diri Dalam penerimaan diri, terdapat beberapa kondisi yang dapat menentukan bagaimana seseorang dapat menyukai dan menerima dirinya. Hurlock (1974) menjelaskan kondisi-kondisi yang dimaksud antara lain : 19 a. Self understanding (pemahaman diri) Pemahaman akan diri sendiri adalah persepsi tentang diri sendiri yang dapat timbul jika seseorang mengenali kemampuan dan ketidakmampuannya serta mau mencoba kemampuannya tersebut. lndividu dapat memahami dirinya sendiri tidak hanya bergantung pada kemampuan intelektual dirinya saja, melainkan juga pada setiap kesempatannya untuk mengenali diri sendiri. Pemahaman diri dan penerimaan diri berjalan secara berdampingan. lndividu yang memahami dirnya dengan baik, maka akan menerima dirinya sendiri dan tidak ada keinginan untuk berpura-pura menjadi orang lain, begitu juga sebaliknya. Hal ini berarti semakin orang dapat memahami dirinya sendiri, maka semakin ia dapat menerima dirinya. b. Realistic expectations (harapan yang rea/istis) Ketika harapan seseorang akan sesuatu hal adalah realistis, maka kesempatan untuk mencapainya akan terwujud apabila sesuai dengan harapannya. Hal ini dapat memberikan kepuasan pada diri sendiri yang sangat berkaitan dengan penerimaan diri. Harapan yang realistis bisa timbul bila individu menentukan sendiri harapannya yang disesuaikan dengan pemahaman mengenai kemampuannya, dan bukan diarahkan oleh orang lain dalam mencapai tujuannya. Jadi, ketika individu mamiliki harapan, seharusnya ia telah mampertimbangkan kemampuan dirinya dalam mencapai tujuannya tersebut. 20 c. Absence of environmental obstacles (tidak adanya hambatan lingkungan) Ketidakmampuan individu mencapai tujuannya dapat ditimbulkan dari lingkungan. Jika lingkungan sekitarnya menghalangi individu untuk menunjukkan potensinya atau untuk mengekspresikan dirinya, maka penerimaan dirinya tentu akan sulit tercapai. Sebaliknya, apabila didalam lingkungan individu mendapatkan dukungan dari orang tua, guru, dan temanteman, maka individu dapat mencapai tujuannya, merasa puas atas apa yang telah diraihnya, dan harapannya pun menjadi realistis. d. Favorable social attitudes (tingkah laku sosial yang sesuai) Ketika individu menunjukkan tingkah laku yang dapat diterima oleh masyarakat, Hal tersebut akan membantu untuk dapat menerima diri. Yang dimaksud favorable social attitudes disini adalah tidak adanya prasangka terhadap diri atau anggota keluarganya, lndividu mengakui akan kemampuan sosial yang dimiliki orang lain, tidak memandang buruk terhadap orang lain, serta adanya kesediaan individu untuk menerima kebiasaan atau norma lingkungan yang ada. e. Absence of severe emotional stress (tidak adanya stress emosional yang berat) Stress menandai kondisi tidak seimbang dalam diri individu yang menyebabkan individu bertingkah laku yang dipandang tidak sesuai oleh lingkungannya. Perubahan pandangan ini menyebabkan pandangan individu terhadap dirinya juga berubah ke arah yang negatif, sehingga berpengaruh 21 terhadap penerimaan dirinya. Selain itu, tidak adanya gangguan stress emosional yang berat memungkinkan seseorang untuk melakukan yang terbaik dan tidak hanya mementingkan kepentingan dirinya saja, tatapi juga orang lain. f. Preponderance of successes (kenangan akan keberhasilan) Kegagalan yang dialami oleh individu akan menimbulkan penolakan dalam dirinya, sedangkan keberhasilan dapat berpengaruh pada penerimaan dirinya. Ketika seseorang menerima kegagalan, maka ketika ia mengingat keberhasilan dapat membantu memunculkan penerimaan diri. Sebaliknya, kegagalan yang dialami dapat mengakibatkan penolakan dalam dirinya. g. Identification with well-adjusted people (identifikasi dengan orang yang memi/iki penyesuaian diri yang baik) Seseorang yang mengidentifikasikan dirinya dengan baik akan mampu beradaptasi dengan baik, Hal ini dapat membantu dirinya untuk mengembangkan sikap-sikap yang positif dalam hidupnya dan bersikap baik, sehingga dapat menilai diri dan menerima dirinya dengan baik h. Self perspective (perspektif diri) Seseorang yang mampu memperhatikan pandangan orang lain terhadap dirinya seperti ia memandang dirinya sendiri adalah seseorang yang memiliki pemahaman diri yang cukup baik,. Hal inilah yang membuat ia bisa menerima dirinya dengan baik dibandingkan seseorang yang memiliki perspektif yang sempit mengenai dirinya. Perspektif diri yang luas diperoleh melalui 22 pengalaman dan belajar. Dalam hal ini, usia dan tingkat pendidikaN memegang peranan penting bagi seseorang untuk dapat mengembangkan perspektif dirinya. i. Good childhood training (po/a asuh masa kecil yang baik) Meskipun ada bermacam-macam cara penyesuaian diri yang dilakukan seseorang untuk membuat perubahan dalam hidupnya, namun yang menentukan penyesuaian diri seseorang dalam hidupnya adalah pola asuh di masa kecil. Anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis didalamnya akan ada peraturan yang dapat mengajarkan kepada anak bagaimana ia menerima dirinya sebagai individu, dan cenderung berkembang untuk menghargai dirinya sendiri. Pola asuh yang diterapkan ini akan membentuk konsep diri anak, sehingga pengaruhnya terhadap penerimaan diri tetap ada meskipun usia individu terus bertambah. j. Stable self-concept (konsep diri yang stabil) Konsep diri yang stabil adalah satu cara bagaimana seseorang mampu melihat dirinya sendiri dengan cara yang sama dari waktu ke waktu. Hanya pada konsep diri yang sesuai seseorang mampu menerima dirinya sendiri. Karena apabila individu memiliki konsep diri yang tidak sesuai dengan dirinya, maka dapat terjadi penolakan dalam diri. lndividu yang tidak memiliki konsep diri yang stabil, bisa saja pada satu waktu ia menyukai dirinya, pada waktu lain ia membenci dirinya sendiri. lni akan membuatnya kesulitan untuk 23 menunjukkan siapa dirinya kepada orang lain karena ia sendiri merasa bertentangan terhadap dirinya sendiri. 2.1.4 Aspek-aspek Penerimaan Diri Sheerer (dalam Cronbach,1963) menjelaskan lebih lanjut mengenai karakteristik individu yang dapat menerima dirinya, yaitu: a. lndividu mempunyai keyakinan akan kemampuannya untuk menghadapi persoalan. b. lndividu menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia dan sederajat dengan orang lain. c. lndividu tidak menganggap dirinya aneh atau abnormal dan tidak ada harapan ditolak orang lain. d. lndividu tidak malu atau hanya memperhatikan dirinya sendiri. e. lndividu berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya. f. lndividu dapat menerima pujian atau celaan secara objektif. Sifat ini tampak dari perilaku individu yang mau menerima pujian, saran dan kritikan dari orang lain untuk pengembangan kepribadiannya lebih lanjut. g. lndividu tidak menyalahkan diri atas keterbatasan yang dimilikinya ataupun mengingkari kelebihannya. 25 yang tertuju padanya untuk dijadikan sebagai perbaikan alas segala kekurangan dalam diri. Penerimaan diri yang disertai dengan rasa aman dalam diri dapat mendukung seseorang untuk mengembangkan dirinya dan memungkinkan seseorang untuk menilai dan mengevaluasi dirinya secara realistis, sehingga dapat menggunakan potensinya secara efektif. Yang terpenting adalah, seseorang yang mampu menerima dirinya tidak akan mau untuk menjadi orang lain. la akan merasa puas dengan dirinya sendiri, dan tidak berpikir untuk berpura-pura menjadi orang lain. b. Dampak penerimaan diri dalam penyesuaian sosial Dalam penerimaan diri, biasanya disertai dengan adanya penerimaan akan orang lain. Penerimaan akan orang lain inilah yang mendukung penyesuaian sosial yang positif bagi seseorang. Seseorang yang dapat menerima dirinya akan merasa cukup aman untuk menerima orang lain, menaruh minat pada orang lain serta dapat menunjukkan empatinya kepada orang lain, sehingga ia memiliki penyesuaian sosial yang cukup baik daripada seseorang yang merasa rendah diri atau merasa tidak adekuat yang cenderung bersikap dimana ia hanya berorientasi pada dirinya sendiri (self oriented) dan sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 26 2.2 Kematangan Emosi 2.2.1 Definisi Kematangan Emosi Katkovsky, W & Garlow (1976), mengatakan istilah kematangan menunujukkan adanya proses menjadi. lndividu yang dianggap telah memenuhi persyaratan untuk disebut matang juga masih akan terus berkembang, sehingga pada tiap-tiap individu mungkin memiliki taraf kematangan yang berbeda pada waktu yang lalu maupun masa yang akan datang. Kematangan emosi merupakan suatu proses dimana kepribadian secara terus menerus barusaha mencapai keadaan tingkat emosi yang sehat baik secara intra maupun interpersonal. Menu rut Chaplin (2006), emotional maturity (kedewasaan emosional) adalah suatu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosional, dan karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi menampilkan pola emosional yang pantas bagi anak-anak, namun mereka mampu menekan atau mengontrolnya lebih baik, khususnya ditengah-tengah situasi sosial. Hurlock (1999) mengatakan bahwa kematangan emosi dapat dikatakan sebagai sebagai suatu kondisi perasaan atau reaksi perasaan yang stabil terhadap suatu objek permasalahan sehingga untuk mengambil suatu keputusan atau bertingkah laku didasari dengan suatu pertimbangan dan 27 tidak mudah berubah-ubah dari satu suasana hati ke dalam suasana hati yang lain. Menurit Hurlock (1999), anak laki-laki dan perempuan dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila pada akhir masa remaja tidak "meledakkan" emosinya dihadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih diterima. Petunjuk kematangan emosi yang lain bahwa individu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi tanpa pikir sebelumnya seperti anak-anak yang tidak matang. Al-Mighwar (2006) mengatakan bahwa kematangan emosi bisa dicapai bila remaja memperoleh gambaran tentang berbagai kondisi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Caranya, antara lain dengan membicarakan masalah pribadinya denganorang lain. Sebab, keterbukaan dan perasaan serta masalah pribadi dipengaruhi oleh rasa aman dalam interaksi sosial dan tingkat penerimaan orang lain terhadapnya. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kematangan emosi ialah suatu proses dimana individu mampu mengontrol emosinya dalam menghadapi berbagai situasi,hingga akhirnya mencapai tingkat dimana individu telah mampu menguasai emosinya dengan baik. 28 2.2.2 Karakteristik kematangan emosi Menurut Smitson (dalam Katkovsky & Garlow, 1976), ada beberapa karakteristik yang dapat digunakan untuk melihat suatu tingkat kematangan emosi diantaranya : a. Ke arah kemandirian (toward independence) Yang dimaksud dengan kea rah kemandirian disini adalah dapat menemukan apa yang dikehendaki serta bertanggung jawab akan keputusannya itu. b. Kemampuan untuk menerima realitas (ability to accept reality) Maksudnya adalah kemampuan untuk menerima kenyataan bahwa ia memiliki kesempatan, kemampuan serta tingkat intelegensi yang berbeda dengan orang lain. Dengan menyadari hal tersebut ia dapat menentukan pola tingkah laku yang tepat. c. Kemampuan beradaptasi (adaptability) Kemampuan untuk mudah menerima orang lain atau situasi tertentu dengan cara-cara yang berbeda. Salah satu hal yang paling membedakan antara orang yang emosinya sehat adalah pada tingkat fleksibility ini, dimana pada orang yang tidak sehat emosinya akan berespon secara kaku dalam menghadapi orang lain atau situasi tertentu. 29 d. Kesiapan merespon (readines to respond) Kesiapan merespon ini harus melibatkan kesadaran kita bahwa setiap individu adalah unit dan bahwa setiap orang memiliki hak-haknya sendiri. Dengan demikian diharapkan kita mampu merespon dengan tepat pada keunikan masing-masing individu. e. Kemampuan untuk seimbang (capacity to balance) lndividu dengan kematangan emosi yang tinggi menyadari bahwa sebagai makhluk sosial ia memiliki ketergantungan pada orang lain, namun ia tidak harus takut bahwa ketergantungan itu akan menyebabkan ia diperalat oleh orang lain. f. Kemampuan berempati (empathic understanding) Maksudnya adalah kemampuan untuk menempatkan diri dalam kedudukan orang lain, sehingga dapat memahami perasaan dan pikirannya. g. Kemampuan menguasai amarah (challenging anger) Untuk dapat mengendalikan amarahnya, seseorang harus mengenal batas sensitivitas dirinya. Jadi, dengan mengetahui hal-hal apa saja yang dapat membuat dirinya marah, ia akan dapat mengendalikan perasaan amarahnya. 30 2.2.3 Ciri-ciri orang yang matang emosinya Menurut Hollingwort seperti yang dikutip oleh Jersild (1978), ciri-ciri orang yang matang emosinya ialah : a. Mampu memberikan reaksi emosional secara bertahap b. lndividu yang matang emosinya dapat mengendalikan emosi bila menghadapi situasi tertentu, dan menunggu waktu yang tepat untuk memberi respon yang tepat sesuai dengan situasi yang dihadapi. c. Tidak menunjukkan kekecewaan yang berlebihan. lni terlihat pada caranya memberikan atau mengatasi rasa kasihan pada diri sendiri. 2.3 Remaja 2.3.1 Definisi Remaja Dalam Hurlock (1999), istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti "tumbuh" atau "tumbuh menjadi dewasa". Awai masa remaja biasanya disebut sebagai "usia belasan", kadang-kadang bahkan disebut "usia belasan yang tidak menyenangkan". Meskipun remaja yang lebih tua sebenarnya masih tergolong anak belasan tahun, sampai ia mencapai usia dua puluh satu tahun, namun usia belasan tahun yang secara populer dihubungkan dengan pola khas perilaku remaja muda-jarang jarang dikenakan pada 31 remaja yang lebih tua.biasanya disebut "pemuda" atau "pemudi'', atau malahan disebut "kawula muda" yang menunjukkan bahwa masyarakat belum melihat adanya perilaku yang matang selama awal masa remaja. Sarwono (2003) menjelaskan masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Masa ini seringkali menghadapkan individu yang bersangkutan pada situasi yang membingungkan, di satu pihak ia masih kanak-kanak, tetapi di lain pihak ia sudah harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Al-Mighwar (2006) berpendapat bahwa istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang bararti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi. Dalam bahasa lnggris, murahaqoh adalah adolescence yang berarti at-tadarruj (berangsur-angsur). Jadi, artinya adalah berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan pada hakikat umumnya, yaitu pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainnya secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap. 2.3.2 Fase-Fase Masa Remaja Hurlock {dalam Al-Mighwar, 2006) membagi masa remaja menjadi 2 bagian, yaitu: 32 a. Remaja awal (13 - 17 tahun) Ciri khas remaja awal yang tidak dimiliki masa-masa yang lain, diantaranya: 1. Tidak stabilnya emosi Menurut Hall dalam Al-Mighwar (2006), perasaan masa ini sangatlah peka, yaitu perasaan dan emosinya laksana hembusan badai dan topan dalam kehidupan. Karena itu, tidak heran bila sikap dan sifat remaja yang sangat antusias bekerja tiba-tiba menjadi lesu, dari sangat gembira menjadi sangat sedih, dari merasa percaya diri menjadi sangat ragu, termasuk dalam menentukan cita-cita. Dia belum bisa merencanakan dan menentukan pendidikan dan lapangan kerja lebih lanjut, terlebih lagi dalam persahabatan dan cinta ; plin-plan dalam bersahabat dan memilih pasangan 2. Lebih menonjolnya sikap dan moral Matangnya organ-organ seks mendorong masa remaja untuk mendekati lawan seksnya, sehingga terkadang berperilaku berlebihan yang dinilai tidak sopan oleh sebagian masyarakat, muncul keberaniannya untuk melakukan hal-hal yang hampir membahayakan, sehingga masalah dengan orang tua atau dewasa lainnya sering terjadi. 3. Mulai sempurnanya kemampuan mental dan kecerdasan Binet dalam Al Mighwar (2006) menjelaskan bahwa pada usia 12 tahun, kemampuan anak untuk mengerti informasi abstrak, baru sempurna. Dan pada usia 14 tahun, mulailah sempurna kemampuannya untuk mengambil kesimpulan dan informasi abstrak, sehingga remaja awal suka menolak hal- 33 hal yang tidak masuk akal. Bila dipaksa untuk menerima pendapat tanpa alasan rasional, mereka sering menentangnya, baik terhadap orangtua, guru atau orang dewasa lainnya. 4. Membingungkannya status Hal yang tidak hanya sulit ditentukan, tetapi juga membingungkan ialah status remaja awal, sehingga orang dewasa sering memperlakukannya secara berganti-ganti, karena masih ragu memberi tanggung jawab dengan alasan mereka masih kanak-kanak. 5. Banyaknya masalah yang dihadapi Banyak faktor yang menjadi masalah bagi remaja. Selain adanya ciri-ciri remaja tersebut diatas, sifat emosional remaja awal juga menjadikannya menghadapi banyak masalah. Karena emosionalistasnya lebih mendominasi kemampuan, dia kurang mampu untuk menyepakati pendapat orang lain yang kontradiktif dengan pendapatnya, sehingga seringkali muncul masalah baru, yaitu konflik sosial. Penyebab lain adalah semakin minimnya peran orang tua atau orang dewasa lain dalam membantu pemecahan masalahnya, meskipun hal itu terjadi karena ulahnya sendiri, yaitu menolak bantuan itu. Hal ini terjadi karena mereka menganggap bahwa orang dewasa terlalu tua untuk mengerti dan memahami perasaan, emsoi, sikap, kemampuan pikir dan status, sedangkan dirinya lebih mampu untuk melakukan semua itu. 6. Masa kritis 34 Kebimbangan masa remaja dalam menghadapi dan memecahkan atau menghindari suatu masalah menjadi indikasi kritisnya masa ini. Bila remaja tidak mampu menghadapi dan menyelesaikan masalahnya, dia akan menjadi orang dewasa yang bergantung pada orang lain. Sebaliknya, apabila dia mampu menghadapi dan menyelesaikan masalahnya, hal itu akan menjadi bekal untuk menghadapi berbagai masalah selanjutnya hingga dewasa. b. Remaja akhir (17-21 tahun) Ciri khas remaja akhir antara lain : 1. Mulai stabil Dalam aspek fisik dan psikis, laki-laki muda dan wanita muda menunjukkan peningkatan kestabilan emosi. Kesempurnaan pertumbuhan bentuk jasmani membedakannya dengan perubahan masa remaja awal. Pada masa ini terjdi keseimbangan tubuh dan anggotanya. Begitu pula kestabilan minat-minatnya ; menentukan sekolah, jabatan, pakaian, pergaulan dengan sesama ataupun lain jenis. Kestabilannya juga terjadi dalam sikap dan pandangan, artinya mereka relatif tetap atau mantap dan tidak mudah berubah pendirian hanya karena dibujuk atau dihasut. Gejala ini mengandung sisi positif. Dibanding masa-masa sebelumnya remaja akhir lebih dapat menyesuaikan diri dalam banyak aspek kehidupan. Sedikitnya, ada dua faktor yang berpengaruh terhadap proses kestabilan remaja akhir, yaitu sikap mendidik orang tua dan jarak tempat tinggal antara 36 puas, menjauhkan dirinya dari rasa kecewa, dan menghantarkannnya pada puncak kebahagiaan. c. Lebih matang menghadapi masalah Masalah yang dihadapi pada masa remaja akhir relatif sama dengan masalah yang dihadapi remaja awal. Cara menghadapi masalah itulah yang membedakannya. Bila remaja awal menghadapinya dengan sikap bingung dan tingkah laku yang tidak sefektif, remaja akhir menghadapinya dengan lebih matang. Kematangan itu ditunjukkan dengan usaha pemecahan masalah-masalah yang dihadapi; baik dengan cara sendiri amupun dengan diskusi dengan teman-teman sebaya. Langkah-langkah pemecahan masalah itu mengarahkan remaja akhir pada tingkah laku yang dapat lebih menyesuaikan diri dalam situasi perasaan sendri dan lingkungan disekitarnya. d. Lebih tenang perasaannya Remaja akhir, jarang memperlihatkan kemarahan, kesedihan, dan kecewa, sebagaimana terkjadi pada masa remaja awal. Hal ini dikarenakan remaja akhir telah memiliki kemampuan pikir dan kemampuan menguasai segala perasaannya dalam menghadapi berbagai kekecewaan atau hal-hal lain yang mengakibatkan kemarahan. Dia juaga telah berpandangan realistis dalam menentukan sikap, minat, cita-cita sehingga adanya berbagai kegagalan disikapinya dengan tenang. 37 2.3.3 Perubahan-perubahan yang terjadi pada Masa Remaja Hurlock (1999), mengatakan perubahan-perubahan fisik yang dialami remaja ialah: 1. Tinggi badan Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi dewasanya pad a usia 17/18 tahun dan bagi anak laki-laki satu tahun lebih dari usia tersebut. 2. Bera! badan Perubahan berat tubuh seiring dengan waktu sama dengan perubahan tinggi badan, hanya saja sekarang lebih menyebar ke seluruh tubuh. 3. Proporsi tubuh Berbagai bagian tubuh secara bertahap mencapai proporsinya. Misal: badan lebih lebar dan lebih kuat. 4. Organ seksual Pada laki-laki dan perempuan organ seksual mencapai ukuran dewasa pada periode remaja akhir, namun fungsinya belum matang sampai dengan beberapa tahun kemudian 5. Karakteristik sex sekunder Karakteristik sek sekunder utama mengalami perkembangan pada level dewasa pada periode remaja akhir. 38 2.3.4 Remaja Panti Asuhan Bustam (dalam Farid, 1993) mengatakan panti asuhan sebagai lembaga yang berusaha meningkatkan kesejahteraan anak yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat (UU RI no 4/1979 pasal 11) terus berusaha semaksimal mungkin menciptakan suasana kehidupan seperti suasana kehidupan dalam suatu keluarga, sehingga anak-anak yang diasuhnya terpenuhi kebutuhannya secara wajar akan kesejahteraan sosial yang memungkinkan bagi si anak untuk dapat rumbuh dan berkembang sewajarnya secara jasmaniah, rohaniah, dan sosialnya. Menurut pedoman pembinaan kesejahteraan sosial anak dini (1999), yang termasuk sasaran pelayanan panti asuhan adalah : a. Anak yatim, anak piatu dan anak yatim piatu b. Anak terlantar yang keluarganya mengalami perpecahan c. Anak yang salah satu atau kedua orang tuanya sakit kronis, terpidana, korban bencana dan lain-lain. Anak-anak yang diasuh dipanti asuhan dikarenakan oleh suatu keadaan yang tidak menyenangkan yaitu salah satu atau kedua orang tuanya telah meninggal dunia dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah sehingga ia merasa kehidupannya dan disokong oleh orang lain yang sengaja sebagi 39 orang tua pengganti dalam fungsinya untuk mencukupi seluruh kebutuhan fisik, psikis, dan sosial seluruh anak asuhnya. 2.3.4.1 Karakteristik Remaja Panti asuhan Bustam (dalam Farid,1993) mengatakan bahwa karakteristik anak panti asuhan, antara lain : a. Kurang perhatian, kurang kasih sayang dan bimbingan dari orang tua b. Lingkungan hidup keluarganya bersifat kurang membantu bagi pertumbuhannya c. Kurang pendidikan dan pengetahuan d. Tidak memiliki bekal keterampilan untuk hidupnya di hari-hari yang akan datang e. Kurang pakaian f. Kurang gizi dan vitamin g. Kurang bermain h. Tiada kepastian tentang hari esok Kerangka berpikir Remaja yang tinggal di panti asuhan memiliki perkembangan emosi yang berbeda dengan remaja yang memiliki keluarga I orang tua. Pada remaja yang memiliki orang tua, mereka mendapat bimbingan dan arahan agar dapat mandiri. Sedangkan pada remaja yang tinggal dipanti asuhan, mereka 40 belajar sendiri bagaimana mereka hidup mandiri tanpa bimbingan orang tua. Banyak dari mereka, yang awalnya tidak bisa menerima keberadaannya di panti asuhan. Mereka akan shock, sedih, marah, kecewa, karena orang tua mereka menempatkan mereka di panti asuhan. Namun, melalui pendidikan yang didapat, pengalaman-pengalaman yang mereka alami selama di panti, serta bertambahnya usia, sebenarnya mereka dapat belajar dan akhirnya mampu mengendalikan emosi mereka sehingga bisa menerima dirinya. Hal ini disebabkan karena mereka berada pada kondisi yang sama, sama-sama tidak didampingi orang tua, melakukan kegiatan secara bersaman-sama dan hanya mendapat pengasuhan yang terbatas. Sebagaimana yang diungkapkan Al-Mighwar (2006),kematangan remaja akhir ditunjukkan dengan usaha pemecahan masalah-masalah yang dihadapi; baik dengan cara sendiri amupun dengan diskusi dengan teman-teman sebaya. Langkahlangkah pemecahan masalah itu mengarahkan remaja akhir pada tingkah laku yang dapat lebih menyesuaikan diri dalam situasi perasaan sendri dan lingkungan disekitarnya. Hal ini juga sejalan dengan pernyataan Hurlock (1974) yang menyatakan bahwa salah satu karakteristik orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik adalah orang yang dapat mengenali segala kelebihan yang ada pada dirinya daripada kekurangannya. Dari uraian diatas, maka kematangan emosi akan mempengaruhi penerimaan diri remaja yang tinggal di panti asuhan. 41 Remaja Panti asuhan dengan karakteristik : Kurang kasih sayang, perhatian, gizi, pakaian, pendidikan, pengetahuan Matangnya emosi dengan karakteristik : Mandiri, mampu menerima realitas, 1nampu beradaptasi, rnerespon dengan baik,memiliki empati, mampu menguasai amarah Mampu menerin1a dirinya, dengan karekteristik : Mampu menghadapi persoalan, menganggap dirinya berharga, mampu menyesuaikan diri, bertanggung jawab, menerima kelebihan serta kekurangan yang dimiliki Hipotesis Dari uraian diatas dapat diajukan hipotesa sebagai berikut : Ha = tidak ada hubungan yang signifikan antara kematangan emosi dengan penerimaan diri pada remaja yang tinggal di panti asuhan. Ha= adanya hubungan yang signifikan antara kematangan emosi dengan penerimaan diri pada remaja yang tinggal di panti asuhan. 43 3.1.2. Definisi Variabel dan Operasional 3.1.2.1 Definisi Variabel Variabel adalah suatu sifat yang memiliki berbagai macam nilai (Kerlinger, 2006). Variabel dalam penelitian terdiri dari dua macam variabel yaitu satu variabel bebas dan satu variabel terikat dengan definisi sebagai berikut : a. Variabel bebas (independent variable) adalah kematangan emosi, yaitu sejauh mana individu dapat mengekspresikan emosinya secara tepat, yaitu dengan memunculkan mekanisme psikologi yang sesuai dan bermanfaat, untuk mengahdapi berbagai keadaan dalam kehidupan sehari-hari ; dimana kemampuan tersebut didasarkan pada pengalamanpengalamannya dimasa lalu dan keinginan individu untuk terus belajar dari kehidupannya. b. Variabel terikat (dependent variable) adalah Penerimaan diri, yaitu sejauh mana individu mampu menerima kelebihan dan kekurangan dirinya, dan mau hidup dengan keadaan tersebut, serta tahu cara meningkatkan dan memperbaiki kelebihannya serta mengecilkan kekurangannya untuk digunakan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. 3.1.2.2 Devinisi Operasional a. Operasionalisasi pada variabel kematangan emosi adalah pengukuran kematangan emosi berdasarkan hasil skor alat ukur pada aspek ke arah kemandirian, kemampuan menerima realitas, kemampuan beradaptasi, 44 kesiapan merespon, kemampuan untuk seimbang, kemampuan berempati, dan kemampuan menguasai amarah. b. Operasionalisasi pada variabel penerimaan diri adalah pengukuran penerimaan diri berdasarkan hasil skor alat ukur pada aspek memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menjalani kehidupan, menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan individu lain, individu tidak menganggap dirinya aneh atau abnormal dan tidak ada harapan ditolak orang lain, individu tidak malu atau hanya memperhatikan dirinya sendiri,individu berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya,m enerima pujian atau celaan atas dirinya secara objektif,individu tidak menyalahkan diri atas keterbatasan yang dimilikinya ataupun mengingkari kelebihannya 3.2. Pengambilan Sampel 3.2.1 Populasi Dan Sampel Sugiono (2008) mengatakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel ialah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. 45 Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/siswi Yayasan Masjid A-Taubah, Bekasi yang berjumlah 49 orang. Menurut Bailey dalam Iqbal (2002), menyatakan bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data statistik, ukuran sampel yang paling minimum adalah 30. Dalam uji coba penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 30 subjek. Sedangkan pada field study penelitian ini, jumlah subjek yang ditentukan oleh peneliti adalah sebanyak populasi yang terdapat pada Yayasan Mesjid At-Taubah, siswa/siswi yang berusia 17-18 tahun sebanyak 49 orang. 3.2.2.Teknik pengambilan sampel Penelitian ini menggunakan teknik sampel purposive sampling,cirinya yaitu penilaian dan upaya cermat untuk memperoleh sampel represntatif dengan cara meliputi wilayah-wilayah atau kelompok-kelompok yang diduga sebagai anggota sampelnya (Kerlinger, 2006). Untuk penggolongan sampel, karakteristik yang ditentukan adalah: 1. Remaja putra atau putri yang berusia 17-18 tahun. Adapun alasan pengambilan usia 17-18 sebagai subjek penelitian karena masalah kematangan emosi dan penerimaan diri 2. Remaja putra atau putri yang masih atau tidak memiliki kedua orang tua. 3. Remaja putra atau putri yang tinggal di panti asuhan. 46 3.3.Pengumpulan Data 3.3.1. Metode dan instrument penelitian Skala yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada skala model Liker!. Azwar (2007), menyatakan bahwa skala model Liker! adalah metode penskalaan pernyataan individu yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Dalam penelitian ini skala yang digunakan dalam pengumpulan data adalah: skala penerimaan diri dan skala kematangan emosi. Skala dalam penelitian ini terdapat 5 kategori jawaban dan masing-masing kategori ini memiliki nilai tertentu. Penilaiannya dapat terlihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.1 Bobot nilai Pernyataan Pilihan Favorabel Unfavorabel STS (Sangat Tidak setuju) 1 5 TS (Tidak setuju) 2 4 N (Netral) 3 3 S (Setuju) 4 2 SS (Sangat setuju) 5 1 48 Kemampuan berempati Kemampuan menguasai a ma rah Jumlah kepercayaan terhadap teman a. Mampu menempatkan diri dan memahami oerasaan teman asrama a. Mampu mengendalikan emosi ketika berhadapan dengan teman seasrama 7 2 37,48 51,63 4 9, 11 21,29 4 34 34 68 2. Skala Penerimaan Diri Skala ini disusun mengacu pada komponen kematangan emosi yang dibuat berdasarkan teori Sheerer dalam Cronbach (1963), yaitu: Tabel 3.2 Blue Print Penerimaan Diri Aspek Memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menjalani kehidupan a. b. Menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan individu lain a. lndividu tidak a. lndikator Percaya diri pad a kemampuan yang dimiliki Mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi baik dalam diri maupun lingkungan sekitar Seseorang yang menghargai dirinya dan bermanfaat bagi teman asramanya Tidak merasa Fav 1,16,34 41 Unfav 11,21,2 8 Jml 8 2 3,29 33,35 4 12, 17,4 4,30,40 6 49 menganggap dirinya aneh atau abnormal dan tidak ada harapan ditolak oranq lain lndividu tidak malu atau hanya memperhatikan dirinya sendiri lndividu berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya Menerima pujian atau celaan atas dirinya secara objektif lndividu tidak menyalahkan diri atas keterbatasan yang dimilikinya ataupun mengingkari kelebihannya Jumlah berbeda dengan teman lainnya a. Mau beradaptasi dengan orangorang di asrama dan lingkungannya b. Mengutamakan kepentingan orang lain dibandingkan kepentingan pribadi a. Berani menerima resiko atas apa yang telah diperbuat a. Bersedia memberikan dan menerima kritik dan saran dari oranq lain a. Menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki 2 13,15 5,22 4 27,31, 43 6,18,23 6 7,44 36,39 4 8,19,24 ,32 25,37,3 8,45 8 2 20,26,4 6 9,10,14 6 23 23 46 50 3.3.2. Teknik uji instrument penelitian Sebelum penelitian dilaksanakan, penulis melakukan uji coba (try out) alat tes. Adapun uji coba (try out) ini dilakukan dengan teknik purposive sampling sampling, yaitu suatu bentuk pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan. Dikatakan juga sebagai teknik pengambilan sampel bertujuan, yang memiliki syarat berdasarkan karakteristik tertentu. Uji coba instrumen dilakukan dengan maksud untuk : 1.Sejauh mana pemahaman sampel terhadap pernyataan atau item-item yang diberikan. 2.Mengetahui validitas instrumen, dimana skor tiap item dikorelasikan dengan skor total. Dan item yang valid akan digunakan pada penelitian sebenarnya. 3.Mengetahui tingkat reliabilitas instrumen. Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti melakukan uji instrumen yang diberikan kepada remaja siswa/siswi panti asuhan Yayasan Masjid At-taubah yang berjumlah 30 orang yang memenuhi kriteria sampel. a. Skala Kematangan Emosi Pada uji instrumen yang pertama dengan menggunakan 68 item terdapat 41 item yang valid, diantaranya pada nomor: 1,2,4,9, 11, 14, 16, 18, 19,21,23,24,25,26,28,30,32,34,35,39,40,42,43,44,45,46, 47,48,49,50,55,57,59,60,62,63,64,66,67,68. Hasil uji reliabilitas yang terdapat 51 pada skala kematangan emosi ialah sebesar a = 0,870. Lebih jelasnya item yang valid dapat dilihat pada tabel berikut ini: Aspek Ke arah kemandirian Kemampuan untuk menerima realitas Kemampuan beradaptasi Kesiapan merespon Kemampuan untuk seimbang Kemampuan berempati Kemampuan menguasai amarah Ju ml ah Tabel 3.3 Bl ue P. rm t Kemat anQan Emos1 lndikator Fav 1*,2* a. Bersikap dewasa dalam bergaul 23*,55*, b. Mampu menentukan ideide positif dan 64* bertanggung jawab alas ide tersebut 32*,39* a. Menerima kekurangan dan kelebihan yang ada dalam diri 16*,25*, 40* b. Mampu bersaing secara positif dengan teman asrama a. Mampu menyesuaikan 66*,67* diri dengan teman asrama dan lingkungan 59* baru dalam asrama Mampu menerima orang b. teman asrama c. Memiliki sikap cepat 26*,34*, tanggap terhadap teman 44* d. Peka terhadap kondisi yang teman alami 7*,45* c. Menyadari akan kebutuhan bergantung dengan dengan tern an d. Memberikan kepercayaan terhadap teman a. Mampu menempatkan diri dan memahami perasaan teman asrama a. Mampu mengendalikan emosi ketika berhadapan denaan teman seasrama Ket: * =Item yang valid Unfav 30* 3 14* 4 24* 3 4*,57* 5 42* 3 43* 2 50*,60*, 68* 6 18*,46* 4 19*,49* 35* 3 28*,47* 62* 3 48* 63* 2 9*, 11 * 21* 3 25 16 41 Jml 52 b. Skala Penerimaan Diri Setelah dilakukan uji coba instrumen dengan menggunakan 46 item,terdapat 28 item yang valid. Hasil reliabilitas pada uji instrumen yang pertama ialah a = 0,830. item yang valid diantaranya nomor: 1,2,4,5,6,7,8, 12, 13, 14, 15, 17, 19,20,22,24,28,29,30,31,32,33,37,39,41,42,43,4 4. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Aspek Memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menjalani kehidupan Menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat denqan individu lain lndividu tidak menganggap dirinya aneh atau abnormal dan tidak ada harapan ditolak oranq lain lndividu tidak malu atau hanya memperhatikan Tabel 3.4 Blue Print Penerimaan Diri lndikator Fav Unfav 1* 28* a. Percaya diri pad a 41* 2* kemampuan yang dimiliki b. Mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi baik dalam diri maupun lingkungan sekitar 33* a. Seseorang yang 29* menghargai dirinya dan bermanfaat bagi teman asrama a. Tidak merasa 12*, 17*, 4*,30* berbeda dengan 42* teman lainnya a. Mau beradaptasi dengan orangoranq di asrama 13*, 15* 5*,22* Jml 2 2 2 5 4 53 dirinya sendiri Jndividu berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya Menerima pujian atau celaan atas dirinya secara objektif lndividu tidak menyalahkan diri atas keterbatasan yang dimilikinya ataupun mengingkari kelebihannya Jumlah dan lingkungannya b. Mengutamakan kepentingan orang lain dibandingkan kepentingan oribadi a.Berani menerima resiko atas apa yang telah diperbuat a. Bersedia memberikan dan menerima kritik dan saran dari oranq lain a. Menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki 31*,43* 6* 3 7*,44* 39* 3 8*, 19*,2 37* 4*,32* 5 20* 14* 2 17 11 28 Pengujian validitas 1. Uji validitas skala Suatu tes atau skala dapat valid atau tidak valid untuk maksud ilmiah atau praktis yang hendak dicapai oleh si pengguna/ pemakai tes atau skala itu (Kerlinger, 2006). Untuk pengukuran kevalidan dilakukan korelasi antara skor item dengan skor total. Apabila skor yang didapat rendah maka item 54 '"·p;;PUS~ ~-U-11',: SYAHIO JA~l\RTA ' tersebut gugur atau dimodifikasi dan apabila skor yang didapat tingg1 ffia'Ka skor tersebut valid dan dijadikan sebagai item dalam skala penulisan. Pengujian Reliabilitas 2. Uji reliabilitas skala Reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji-ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekivalen yang berbeda atau dalam kondisi pengujian yang berbeda (Anastasi, 2007). Dalam aplikasinya reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxy·) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. sebuah instrumen dikatan reliabel apabila memiliki koefisien reliabilitas di atas 0,630 (Anastasi, 2007). Untuk menghitung korelasi antar variabel digunakan rumus koefisien korelasi pearson product moment dan perhitungannya dibantu dengan program SPSS 17.0 3.4 Teknik analisa data Dalam penelitian ini, untuk mengetahui hubungan antara kematangan emosi dengan penerimaan diri menggunakan rumus Product Moment Pearson dengan menggunakan sistem komputer SPSS 17.0 55 Untuk menghitung korelasi antar variabel digunakan rumus koefisien korelasi pearson product moment dan perhitungannya dibantu dengan program SPSS 17.0. 3.5 Prosedur penelitian Berkaitan dengan jalannya penelitian ini, peneliti merencanakan langkah langkah prosedur penelitian yang menunjang kelancaran dan keberhasilan penelitian ini, yaitu: 1. Persiapan 1). Dimulai dengan perumusan masalah 2). Menentukan variabel yang akan diteliti 3). Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran dan landasan teori yang tepat yang berkaitan dengan variabel penelitian. 4 ). Menentukan, menyusun dan mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala kematangan emosi dan skala peneimaan diri remaja panti asuhan. 5). Menentukan lokasi penelitian 2. Pengujian alat ukur (Try out) 3. Pelaksanaan penelitian 4. Pengolahan data 56 1). Melakukan skoring setiap hasil skala yang telah diisi oleh masing masing responden penelitian 2). Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh kemudian dibuat tabel data. 3). Melakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis penelitian dan korelasi antar variabel penelitian. 5. Tahap Pembahasan 1). Menginterpretasi dan membahas has ii analisis statistik berdasarkan teori. 2). Membuat kesimpulan hasil penelitian dengan memperhitungkan data penunjang yang diperoleh BAB4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang tinggal di Panti Asuhan berjumlah 49 orang, dengan kriteria (1) Perempuan dan laki-laki, (2) Usia antara 17-21 tahun, (3) Kelas, (4) Lama berada di asrama, (5) Status saat ini. Berikut ini adalah uraian gambaran umum dari subjek penelitian : Tabel 4.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase Laki-laki 27 55,10 % Perempuan 22 44,9 % Berdasarkan jenis kelamin, diketahui bahwa subjek terdiri dari 27 orang lakilaki dengan persentase sebesar 55, 10% dan 22 orang perempuan dengan persentase sebesar 44,9%. 59 Tabel 4.4 Gambaran Subjek Berdasarkan Lama Berada di Asrama Jumlah Presentase 1 24 48,97% Lama Berada 2 7 14,29 % di Asrama 3 7 14,29 % 4 6 12,24 % 5 5 10,21 % 49 100% Jumlah Berdasarkan lamanya subjek peneltian yang berada di panti asuhan selama 1 tahun terdiri dari 24 orang dengan persentase sebesar 48,97%, subjek penelitian yang berada di panti asuhan selama 2 tahun terdiri dari 7 orang dengan peresentase sebesar 14,29%, subjek penelitian yang berada di panti asuhan selama 3 tahun terdiri dari 7 orang dengan persentase sebesar 14,29%, subjek penelitian yang berada di panti asuhan selama 4 tahun tahun terdiri dari 6 orang dengan persentase sebesar 12,24%, subjek penelitian yang berada di panti asuhan selama 5 tahun terdiri dari 5 orang dengan persentase sebesar 10,21 %. 60 Tabel 4.5 Gambaran Subjek Berdasarkan Status Status saat ini Jumlah Presentase Memiliki orang tua 8 16,33% Yatim 14 28,57 % Pia tu 17 34,69 % Yatim-piatu 10 20,41 % Jumlah 49 100% Berdasarkan status mereka saat ini, yang masih memiliki orang tua terdapat 8 orang dengan presentase sebesar 16,33%, subjek yang termasuk anak yatim ada 14 orang dengan presentase sebesar 28,57%, yang termasuk anak piatu terdapat 17 orang dengan presentase sebesar 34,69%, dan yang termasuk yatim piatu ada 10 orang dengan presentase 20,41 %. 4.2. Presentasi Data 4.2.1. Deskripsi Statistik Di bawah ini akan dipaparkan deskripsi umum dari hasil skor perhitungan statistik dari skala yang dibagikan kepada subjek penelitian. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kematangan emosi dan penerimaan diri remaja yang tinggal di panti asuhan peneliti melakukan kategorisasi rentangan untuk setiap responden. Rentangan dibagi menjadi tiga interval 61 dengan kategori rendah, sedang dan tinggi. Untuk mengkategorisasikan peneliti terlebih dahulu menghitung mean media dan standar deviasi dari data yang didapat dengan mnggunakan SPSS 15.0, dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.6 Deskripsi Statistik N Valid Kematangan Penerim emosi aan diri 49 49 0 0 Mean 160.39 105.02 Median 158.00 106.00 Std. Deviation 12.921 8.625 Minimum 140 87 Maximum 185 125 Missing Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 49 subjek, variabel kematangan emosi dapat dilihat bahwa rata-rata (mean) sebesar 160.39, nilai minimum sebesar 140, nilai maksimum sebesar 185, dengan nilai standar deviation sebesar 158.00. Pada variabel penerimaan diri dapat dilihat bahwa rata-rata (mean) sebesar 105.02, nilai minimum sebesar 87, nilai maksimum sebesar 125, dengan nilai standar deviation sebesar 106.00. 62 4.3 Uji Persyaratan 4.3.1 Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang didapat tersebar secara normal atau tidak. Dalam hal ini yang diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara distribusi nilai sampel. Berikut adalah hipotesanya : Ho Ha : Populasi yang berdistribusi normal : Populasi yang berdistibusi tidak normal Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas dan a= 0,05 Jika probabilitas > 0,05, maka ho diterima Jika probabilitas < 0,05, maka ho ditolak a. Uji Normalitas Skala Kematangan Emosi Tabel 4.7 Kematangan Emosi Shapiro-Wilk Statistic Kematangan emosi .957 df Sig. 49 .073 Dari hasil uji normalitas menggunakan rumus Saphiro-Wilk pada SPSS 15.0 didapat nilai signifikansi sebesar 0,073 dan taraf signifikansi alpha 5% atau 63 sebesar 0,05. Nilai signifikansi yang didapat yaitu 0,073 lebih besar dari 0,05. Karena nilai signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpukan bahwa data terdistribusi normal. b. Uji Normalitas Skala Penerimaan Diri Tabel 4.8 Penerimaan Diri Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Penerimaan .982 49 .667 diri Dari hasil uji normalitas menggunakan rumus Saphiro-Wilk pada SPSS 15.0 didapat nilai signifikansi sebesar 0,667 dan taraf signifikansi alpha 5% atau sebesar 0,05. Nilai signifikansi yang didapat yaitu 0,667 lebih besar dari 0,05. karena nilai signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpukan bahwa data terdistribusi normal. 4.3.2 Uji Linearitas Uji linearitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah variabel yang akan diukur dapat dianalisis dengan model regresi. . Berikut ini hasil 64 model summary dan parameter estimates untuk melihat linearitas kematangan emosi dan penerimaan diri Tabel 4.9 Model Summary and Parameter Estimates Parameter Estimates Model Summary Equatio n Linear Constan R Square .597 F 69.569 df1 Sig. df2 1 47 .000 t b1 22.309 .516 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000, dengan taraf signifikansi sebesar 0,05. nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan menandakan bahwa hubungan antara variable kematangan emosi dengan penerimaan diri bersifat linear dan dapat dianalisis menggunakan teknik regresi linear. 4.4. Uji Hipotesis 4.4.1. Pengujian Hipotesis Statistik Pertama Untuk pengujian hipotesis peneliti menggunakan software SPSS 17,0. Berikut ini adalah hasil uji hipotesis: 65 Tabel 4.10 Korelasi Antar Variabel Kematangan emosi Ke ma tan Pearson Correlation gan Sig. (2-tailed) emosi N Penerima Pearson Correlation an diri Sig. (2-tailed) N Penerimaan diri 1 .773.. 49 .773.. .000 49 .000 49 1 49 Berdasarkan hasil di atas menunjukan bahwa korelasi antara variabel 1 yaitu kematangan emosi dan variabel 2 yaitu penerimaan diri mempunyai korelasi sebesar 0, 773. sedangkan r tabel pad a taraf signifikansi 5% dan 1% untuk sampel sebesar 49 orang adalah sebesar 0,281 dan 0,364. Adapun hipoptesis yang diajukan adalah: Ho1 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kematangan emosi dengan penerimaan diri remaja yang tinggal di panti asuhan Yayasan Masjid At-Taubah. H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara kematangan emosi dengan penerimaan diri remaja yang tinggal di panti asuhan Yayasan Masjid AtTaubah. 66 Karena r hitung yakni 0, 773 lebih besar dari r tabel baik pad a taraf signifikansi 5% yakni 0,281dan 1% yakni 0,364, maka hipotesis nol 1 (Ho1) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kematangan emosi dengan penerimaan diri ditolak. Dengan demikian hipotesis alternatif 1 (H1) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kematangan emosi dengan penerimaan diri diterima. 4.4.2. Pengujian Hipotesis Statistik kedua Untuk menjawab pertanyaan apakah terdapat sumbangan yang diberikan kematangan emosi terhadap penerimaan diri pada rumusan masalah, peneliti menggunakan rumus analisis regresi linear sederhana dengan menggunakan SPSS 17.0, dengan perincian sebagai berikut: Tabel 4.12 ANOVAb Sum of Squares Model 1 df Mean Square Regression 2131.179 1 2131.179 Residual 1439.801 47 30.634 Total 3570.980 48 a. Predictors: (Constant), Kematangan Emosi b. Dependent Variable: Penerimaan Diri F 69.569 Sig. .ooo• 68 Tabel 4.13 Model Summaryb Adjusted R Model R 1 .7733 Std. Error of R Square Square the Estimate .597 5.535 .588 a. Predictors: (Constant), Kematangan emosi b. Dependent Variable: Penerimaan diri Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa R square sebesar 0,597, nilai R square adalah nilai yang menunjukan seberapa besar sumbangan yang diberikan variabel kematangan emosi terhadap penerimaan diri. Maka sumbangan yang diberikan sebesar 59,7 % yang merupakan hasil kali 0,597 dengan 100%. Sedangkan faktor lain yang mempengaruhi penerimaan diri selain kematangan emosi dapat diketahui dengan cara (100% - 59,7% =41,3%) dapat dijelaskan oleh sebab-sebab lain. 4.5 Penelitian Tambahan Setelah diketahui nilai regresi dari kedua veriabel, maka peneliti ingin melihat sumbangan yang diberikan pada masing-masing aspek variabel. Berdasarkan hasil uji SPSS didapat degree of freedom (df), sebesar 1 dengan taraf signifikansi 0,05, maka diperoleh F label 4,00. Jika F hitung > F 69 tabel, maka aspek-aspek diatas dapat memberikan sumbangan untuk masing-masing variabel. Sedangkan nilai R square adalah nilai yang menunjukan seberapa besar sumbangan yang diberikan masing-masing aspek untuk masing-masing variabel. Tabel 4.14 Coefficients 3 Standardize Unstandardized d Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 1 t (Constant) Ke arah kemandirian Kemampuan untuk menerima realitas 28.726 .327 12.263 .433 .114 .755 .024 .455 .324 .344 .131 .940 .353 Kemampuan beradaptasi Kesiapan merespon Kemampuan untuk seimbang .885 .357 .283 2.484 .017 .637 .292 .349 2.184 .035 .542 .480 .131 1.129 .266 .790 .783 .122 1.009 .319 -.307 .548 -.056 -.560 .578 Kemampuan berempati Kemampuan menguasai amarah 2.343 Sig. a. Dependent Variable: Penerimaan Diri Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai t hitung yang didapat pada kelima aspek variabel Kematangan emosi adalah sebesar; 70 a. 0,755 pada aspek kearah kemandirian b. 0,940 pada aspek kemampuan menerima realitas c. 2,484 pada aspek kemampuan beradaptasi d. 2, 184 pada aspek kesiapan merespon e. 1, 129 pada aspek kemampuan untuk seimbang f. 1,009 pada aspek kemampuan berempati g. -0,560 pada aspek kemampuan menguasai amarah Nilai t tabel pada taraf signifikansi 5% dengan df 47 (n - 2 = 49 - 2) adalah sebesar 1,684. Nilai t hitung yang didapat dari aspek ke arah kemandirian, kemampuan menerima realitas, kemampuan untuk seimbang, kemampuan berempati dan kemampuan menguasai amarah < t tabel, maka dapat disimpulkan bahwa kelima aspek Kematangan emosi ini tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada variabel Penerimaan Diri. aspek kemampuan merespon memberikan kontribusi sebesar 2, 184 dan yang paling memberikan kontribusi bagi veriabel Penerimaan Diri ialah aspek kemampuan beradaptasi. 72 maka semakin rendah pula penerimaan dirinya. Dengan demikian hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima. Dalam penelitian ini, kematangan emosi dan penerimaan diri remaja yang tinggal di panti asuhan At-Taubah menunjukkan hubungan yang positif. Dari pengalaman-pengalamannya selama tinggal disana, akan membuat remaja tersebut banyak belajar dan mampu mandiri sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik. Menurut Hurlock (1974) salah satu karakteristik orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik adalah orang yang dapat mengenali segala kelebihan yang ada pada dirinya daripada kekurangannya. Seseorang yang mempunyai penyesuaian diri yang positif akan memiliki keyakinan pada diri sendiri dan adanya harga diri sehingga timbul kemampuan untuk menerima dan mengelola setiap kritikan yang tertuju padanya untuk dijadikan sebagai perbaikan alas segala kekurangan dalam diri. Remaja yang matang secara emosi, menurut Hurlock (1990) bila pada akahir masa remajanya tidak"meledakkan" emosinya dihadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan caracara yang lebih diterima. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Endah Puspita Sari (2002) mengenai penerimaan diri dan kematangan emosi pada lanjut usia menunjukkan bahwa kematangan emosi berkorelasi positif dengan penerimaan diri. Dalam 73 penelitian ini subjek memiliki penerimaan terhadap kondisi ketuaannya dengan baik karena memiliki kematangan emosi yang baik. Sumbangan efektif yang diberikan kematangan emosi terhadap penerimaan diri dalam penelitian ini adalah sebesar 59,7%, dan terdapat 41,3% faktor lain yang mempengaruhi penerimaan diri. Terkait dengan sumber-sumber lain yang mempengaruhi penerimaan diri yaitu dukungan sosial, konsep diri, harga diri. Dari masing-masing aspek, pada veriabel kematangan emosi, aspek kemampuan beradaptasi memberikan kontribusi paling besar bagi veriabel penerimaan diri, yaitu sebesar 2,848. Hurlock (1974) mengungkapkan salah satu karakteristik orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik adalah orang yang dapat mengenali segala kelebihan yang ada pada dirinya daripada kekurangannya. Karena penelitian ini bersifat kuantitatif, variabel data yang diperoleh lebih ditekankan pada jawaban subjek di lembaran skala, sedangkan observasi dan wawancara dilakukan hanya sekedar penunjang untuk memperjelas pembahasan. Sehingga hasil data yang ada hanya dapat digunakan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antar variabel dan sumbangan yang diberikan tetapi tidak dapat mengetahui dinamika dan mengapa terdapat 74 hubungan dan sumbangan antar variabel kematangan emosi dan penerimaan diri. Penelitian ini penting dilakukan karena kematangan emosi dan penerimaan diri terdapat dalam diri setiap orang. Bagi remaja yang tinggal dipanti asuhan, pengalaman-pengalaman yang dialami selama tinggal disana dapat membuat emosi remaja tersebut menjadi lebih matang, baik dalam menghadapi permasalahan maupun mengendalikan emosinya. Dengan begitu, mereka akan mampu menerima dirinya dengan baik. 5.3 Saran Berdasarkan pemaparan diatas terdapat berbagai keterbatasan pada penelitian ini. Maka untuk perkembangan skripsi selanjutnya peneliti perlu memberikan saran untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya, sebagai berikut: 5.3.1 Saran Teoritis 1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan agar peneliti mampu melakukan penelitian secara kualitatif dengan wawancara dan observasi secara berkesinambungan agar mendapatkan hasil yang lebih lengkap. 75 2. Pemilihan subjek hendaknya dilakukan pada remaja panti asuhan lainnya, karena panti asuhan saat ini memiliki aturan yang berbeda,sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Sampel yang akan diujikan sebaiknya lebih banyak daripada yang peneliti lakukan saat ini. Peneliti juga menyarankan agar penelitian selanjutnya dilakukan pada remaja pada umumnya sehingga dapat mengetahui tingkat kematangan emosi dan penerimaan diri 3. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel yang mungkin menjadi faktor penentu terjadinya penerimaan diri seperti dukungan dari orang terdekat dalam hal ini adalah pengasuh panti dapat lebih memperhatikan anak asuhnya. 4. Karena dalam penelitian ini terdapat 41,3% faktor lain yang mempengaruhi penerimaan diri, maka bagi para peneliti selanjutnya diharapkan untuk memasukkan variabel lain diluar variabel yang ada dalam penelitian ini seperti konsep diri, harga diri, dukungan sosial. 5.3.2 Saran Praktis 1. Bagi Remaja di Panti Asuhan Remaja diharapkan dapat lebih memahami arti penting dari penerimaan diri dan 76 dapat mengambil nilai-nilai yang positif, misalnya tidak menggantungkan diri pada orang lain, bertanggungjawab dan bisa menempatkan diri sebagaimana mestinya, sehingga mudah menyesuaikan diri dimanapun berada dan mampu mengembangkan semua potensi pada diri secara optimal serta diterapkan dan diwujudkan melalui hubungan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga sangat membantu pembentukan diri untuk menuju alam kedewasaan. 2. Bagi Pihak Panti Asuhan Hendaknya pihak panti melatih para remaja agar masalah psikologis yang mempengaruhi penerimaan diri remaja senantiasa diperhatikan oleh pihak panti asuhan. Panti asuhan sebaiknya menyediakan pengasuh yang dapat meluangkan waktu secara intensif dan memiliki selisih usia yang tidak terlalu jauh dengan remaja agar proporsional dalam mengasuh remaja tersebut. Mengingat latar belakang remaja yang masuk ke panti asuhan adalah remaja dengan latar belakang keluarga, ekonomi dan lain sebagainya yang kurang menguntungkan, maka hendaknya panti asuhan sebagai keluarga dapat menciptakan situasi yang menyenangkan bagi anak asuhnya, sehingga anak asuh merasa mendapatkan pengganti keluarganya. DAFT AR PUST AKA Al-Mighwar, M. 2006. Psikologi Remaja Petunjuk bagi Guru dan Orangtua. Bandung : Pustaka Setia Anastasi, Anne. 2007. Tes Psikologi (Psychological Testing) Edisi Ketujuh. Jakarta: PT lndeks. Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yoyakarta: PT Rineka Cipta. Az.war, Saifuddin. 2007. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Chaplin, J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persad a Cronbach, L.J. 1963. Educational Psychology 2 end Edition. New York: Harcourt, Bruce, and World Gargiulo, R.W. 1985. Working with Parents of Exceptional Children: a guide for professionals. Boston, USA : Houghton Mifflin Company 78 Hjelle, L.A an Ziegler, DJ.1981. Personality Theories: Basic Assumptions, Research, and Application. 2 end Edition. Tokyo: Mc Graw Hill Kogakusha. Ltd Hurlock. 1973. Adolescent Development. Tokyo: Mc Graw Hill Kogakusha, Ltd -----------. 1974. Personality Development. New Delhi: Mc Graw Hill Book co.Inc -----------. 1999. Psikologi Perkembangan suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta : Erlangga Iqbal, Hasan M. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Ghalia Indonesia. Jersild, A.T. 1965. The Psychology of Adolescent.New York. The McMillah -----------.1978. The Psychology of Adjusment: current Concept and Aplication. New York: Mc Graw Hill Katkovsky, W & Garlow, L. 1976. The Psychology of Adjusment :Current Concept & Application. New York : Mc Graw Hill Kerlinger, Fred N. 2006. Asas-Asas Penelitian Behavioran. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 80 WIB Nederland Wereldomroep. 2009. Menjadi Anak Yatim Karen Kemiskinan.www.mail-archive .com. Diambil pada tanggal 29 November 2009, pukul 23.05 WIB Wulandari. 1999. Apabila Anak-Anak Menjad iLiar.www.wordpress.com. Diambil pada tanggal 13 November 2009, pukul 02.45 WIB YAYASAN MASJID AT-TAUBAH HARAPAN· JAVA SMA ISLAM DARUTTAUBAH Terakreditasi : B. SK. No. : 02.00/440/BAP-SM/Xl/2008 JI. Tondano Raya No.1 Komp. Setia Bina Sarana Harapan Jaya, Bekasi Utara Telp.(021) 88850316, E-mail:[email protected] s. u.R ~T .. J~Ji~_T._~_R/~.N..9.J~ J~ N0 Jt.1?/SMA.ISKTIXTT!<\9 Yarni hertanda tarnmn dibawah ini Nama : Muhammad Misbah, S.Pd.I Temoat Tan1rnal Lahir : Teiml. 07 Juni 2009 Jabatan : Kepala SMA Islam Daruttaubah Alamat : n. Tondano Rava No.I Perum SBS Haraoan Java Bekasi Utara ·. Meneramrkan denf!an sesunf!lmhnva bahwa Nama : Lia Rachmawati Temoat Tanf!f!al Lahir: Bekasi. 04 Januari 1987 Alamat : Haraoan Java JI. Gununf! Selamet B. 276 Adalah benar nama tersebut telah melakukan penelitian guna memenuhi kelengkapan bahan skriosi di Yavasan Masiid Attaubah Bekasi. Demikian Surat Keteranf!an ini dibuat untuk diiadikan keoerluan sebagaimana mestinva. mad Misbah. S.Pd.J 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 ielek saya malas memulai pembicaraan ter!ebih dahulu ketika ada teman baru saya tidak canggung berbincang dengan teman baru yang sekamar dengan sava saya akan malu bertanya, meskipun saya tidak mengerti pelajaran yang dijelaskan oleh guru saya marah ketika mendapat teguran dari pengasuh panti asuhan saya akan tetap beke1ja sama dalam diskusi kelompok, meskipun saya tidak menyukai salah satu teman sekelompok saya saya sulit oercava dengan teman sava sava senang iika teman sava tertimoa musibah saya mengumpulkan tugas sekolah tepat waktu saya . tidak akan menyerah untuk mencapai nilai terbaik meskipun saya sering mendaoat nilai ielek saya bangga dengan prestasi saliabat saya,meskipun sebenarnya kita memiliki kemampuan yang sama saya akrab dengan semua teman-teman di asrama saya akan ikut berpartisipasi iika ada keria bakti di asrama saya alrnn betanya pada gurujika ac1a pelajaran yang tidak saya mengerti saya diam saja jika bertemu rnm1 di ialan saya beFL1saha untuk tidak marah ketika ada teman yang meledek saya saya belajar dengan tekun untuk mencaoai cita-cita saya ' Kucsioncr Field Study Kcduu - -.---··--·------- . N I' ERNY i\'l'i\i\N 0 s ~·- 1 2 3 4 5 SS· saya yakin bisa mencaoai cita-cita yang saya inginkan saya bersikap tenang dan terus berusaha untuk menyelesaikan tugas sekolah yang diberikan oleh guru saya dekat dengan pengasuh asrama maupun teman sekamar say a saya akan tamoil apa adanya di depan semua teman-teman saya akan tetap memperbaiki diri saya meskipun teman saya selalu memuii saya Saya lebih sulrn sendiri daripada bergabung dengan teman-teman sekamar saya Selama berada di asrama saya cenderung tidak memilih teman dalam bergaul i saya kecewa dengan kekurangan yang saya miliki saya tidak mau menjadi ketua kelas meskipun teman-tel11an menunjuk saya ' saya mengeluh jika tidak bisa menyelesaikan tugas sekolah yang diberikan oleh guru saya hanya mendiamkan teman saya ketika teman teman saya sedang sakit saya hanya akan bergaul dengan teman yang sederajat dengan saya saya tidak peduli dengan teman disekitar saya saya melaksanakan shalat tepat pada waktunya say a berterima kasih pada teman saya jika teman saya mengkritik saya ' Saya sering menunjukkan barang-barang baru milik saya agar saya dapat diterima oleh teman-teman asrama saya merasa cukup demran apa yang saya miliki saat ini saya akan membelikan obat untuk teman saya ketika teman saya sedang· sakit saya bangga dengan apa yang ada dalam diri saya saya biasanya menyisihkan uang untuk disumbangkan kepada orang yang kurang mampu saya senang menunda-nunda waktu shalat saya merasa puas dengan keadaan diri saya karena teman-teman selalu memuji saya meskipun saya memiliki banyak masalah, saya akan berusaha untuk mendengarkan saran teman saya saya akan tetap memberikan saran pada teman. saya meskipun saya menganh1k saya malu dengan penampilan fisik saya 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 STS TT 1 I I Ii !' ' . 6 TS . I I I 26 27 28 saya daoat menvelesaikan tugas tepat pada waktunva saya mampu mengikuti berbagai kegiatan disekolah Apapun kondisi dan situasinya dalam organisasi, saya akan tetap melaksanakan apa yang menjadi tugas saya :' i'"· :':• t-: ;; ' Field Study Kematangan Emosi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 n 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 1 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 3 4 4 5 5 4 4 4 5 2 3 5 3 1 2 5 3 4 3 4 5 2 3 3 3 2 4 4 2 5 3 3 3 3 3 3 2 3 5 4 4 3 3 1 3 4 4 4 4 5 4 4 5 3 4 4 4 4 4 5 5 4 2 5 4 4 3 3 5 2 5 5 4 3 4 4 3 3 5 1 4 5 5 3 4 3 5 5 5 3 3 4 1 5 2 4 5 5 4 5 3 5 3 4 5 3 4 5 5 5 4 3 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 3 5 2 5 3 4 4 5 6 4 4 3 1 3 4 4 4 4 3 2 5 5 4 4 2 5 3 5 5 4 4 2 2 4 3 3 4 3 3 2 5 7 5 5 1 3 3 5 5 5 3 1 5 4 3 5 4 4 4 3 4 2 3 5 4 4 4 5 4 3 4 4 3 5 8 4 3 4 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 3 2 4 4 5 4 3 ,5 4 5 4 4 4 4 9 10 11 5 5 5 5 2 3 3 5 3 4 4 4 4 4 2 5 3 4 5 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 5 5 "5 5 5 3 5 4 5 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 5 3 4 4 4 3 4 5 5 5 3 5 5 s 3 4 5 3 4 4 3 4 2 4 4 3 3 4 1 3 4 4 3 4 2 5 5 4 3 2 4 3 4 4 5 5 12 4 5 3 5 4 3 5 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 5 4 s 4 4 4 4 4 5 2 3 4 5 13 5 3 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 2 3 5 4 5 5 5 5 4 4 5 14 5 5 3 5 4 5 5 5 4 -4 5 4 5 5 4 4 5 5 4 2 5 5 4 1 4 5 4 4 4 4 4 5 15 5 4 3 4 3 3 5 3 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 3 5 3 5 3 4 4 5 4 2 3 5 16 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 3 4 5 3 4 3 4 3 3 5 4 3 3 2 4 17 5 5 3 5 2 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 s 3 4 2 4 3 4 5 2 4 4 18 5 5 3 5 4 5 4 4 5 5 3 4 3 4 4 4 4 3 2 1 4 5 5 3 3 4 3 5 5 4 3 4 19 20 1 3 4 4 4 4 5 4 2 4 4 3 4 5 5 3 4 4 4 3 -4- 4 4 4 5 4 4 4 5 3 4 4 5 5 3 4 2 3 4 2 5 5 5 4 3 4 4 5 3 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 21 22 4 5 5 5 3 4 4 5 5 4 4 5 4 5 2 4 4 4 2 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 3 5 3 5 4 2 5 4 4 5 4 s 4 5 4 4 4 3 5 5 5 4 5 4 3 5 3 5 4 4 3 5 23 3 5 3 4 3 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 5 3 5 5 4 5 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 24 5 5 1 2 4 5 3 4 4 1 4 5 5 5 5 5 5 4 4 1 5 5 4 4 3 5 5 5 5 5 4 5 25 4 2 3 1 3 4 2 4 2 3 3 2 1 2 2 2 4 2 5 4 3 5 3 4 3 1 2 1 1 2 4 2 26 5 4 3 2 4 2 4 4 2 3 3 4 4 4 -4 2 4 2 5 3 4 5 3 4 3 3 4 4 2 3 3 4 27 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 5 4 4 3 5 5 3 3 1 4 3 3 4 3 3 1 5 3 3 3 4 28 29 2 5 4 3 2 3 2 5 2 4 4 5 4 5 5 4 4 4 3 3 5- 5 4 4 2 5 2 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 2 5 3 4 5 s 4 4 5 3 4 4 3 5 4 2 4 5 4 4 3 4 4 3 4 5 4 30 3 5 4 3 3 5 5 4 4 3 5 4 4 3 4 3 5 4 4 4 5 4 4 5 2 4 4 5 4 4 4 4 31 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 5 32 5 5 4 5 3 5 5 4 4 3 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 s 5 4 4 5 2 4 5 3 5 5 33 5 5 5 3 5 4 5 4 4 5 5 5 3 4 3 4 5 4 3 3 5 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 34 4 4 3 5 3 5 4 4 4 5 5 4 5 4 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 1 5 4 4 4 5 35 5 4 3 4 4 4 5 4 4 5 3 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 3 4 36 37 3 5 5 5 4 4 2 5 5 4 5 4 5 5 3 5 4 4 5 4 3 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 3 4 4 5 2 5 4 5 5_5 3 4 4 5 4 4 4 5 3 4 5 5 5 4 4 4 3 4 5 5 38 1 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 2 4 4 5 4 4 3 3 4 5 3 3 4 5 4 5 5 4 4 4 39 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 2 5 5 4 5 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 5 40 1 3 2 4 4 5 1 4 4 5 3 4 5 5 4 4 5 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 2 4 41 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 1 5 s 4 4 3 5 3 5 4 4 3 5 jml 161 172 140 153 150 177 178 165 158 158 173 170 170 169 157 166 185 155 156 146 177 1a 158 158 140 168 140 177 161 147 144 181 ~4 4 4 O 4 4 3 3 O O 3 O 3 3 5 3 3 4 4 4 5 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 3 5 3 3 4 3 5 4 2 3 5 2 4 4 4 3 4 3 4 4 4 5 4 3 4 5 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 5 4 5 5 5 5 4 4 3 4 5 4 4 3 5 5 4 5 5 5 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 5 2 4 2 5 3 4 4 1 4 5 1 4 4 4 4 5 1 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 5 4 2 3 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 5 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 4 4 3 5 4 4 2 4 3 4 3 4 4 3 2 4 4 4 5 4 4 5 3 5 4 2 5 5 2 2 5 5 5 2 4 3 4 4 4 4 4 5 2 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 5 3 4 5 5 4 4 2 5 3 5 3 3 3 4 3 4 5 4 2 5 4 3 3 4 1 3 3 4 3 5 4 4 5 5 4 ·4 4 4 4 5 3 4 3 3 4 3 4 4 5 4 4 4 3 4 5 3 3 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 i 4 5 3 5 3 4 3 3 5 4 4 5 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 5 4 2 4 5 2 4 4 3 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 5 3 4 4 3 5 4 3 5 5 3 4 5 5 4 5 4 4 3 3 5 3 3 4 5 3 4 5 4 5 5 5 5 3 4 5 4 5 5 5 5 4 5 3 5 1 4 4 4 4 2 2 3 5 5 4 ·4 4 4 3 5 2 2 4 4 3 3 3 5 4 3 2 4 5 3 2 3 3 3 4 3 3 4 4 5 4 4 4 3 4 3 4 4 5 3 4 4 3 4 1 3. 4 4 4 4 5 3 4 5 3 3 4 3 4 5 3 3 4 5 4 4 3 4 5 5 4 2 3 4 4 3· 4 4 3 3 2 4 4 5 3 3 3 3 4 5 3 3 4 5 4 5 4 4 3 5 5 4 2 5 4 2 4 4 3 3 4 3 3 5 3 5 3 4 5 1 4 3 3 4 4 5 3 3 5 3 4 4 4 5 5 4 4· 5 5 3 5 3 3 5 4 3 3 4 5 5 4 5 4 5 3 5 3 3 4 3 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 3 5 3 4 5 5 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 1 3 4 2 5 3 5 3 3 .5 3 4 4 2. 5 5 3 4 4 5 3 10U 1 5 ~ 3 5 5 4 5 3 5 4 4 3 3 3 5 3 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 161 150 172 141 147 158 146 166 149 148 182 178 147 154 163 ~~ .) .q. 4 4 1 z 4 3 4 5 5 5 4 4 40 41 42 43 3 5 4 2 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 5 4 5 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 3 4 5 4 3 4 44 3 4 4 3 3 45 46 4 4· 4 4 5 4 3 3 4 2 4 4 5 1 3 3 4 3 3 4 5 3 3 3 1 3 3 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 3 4 3 4 4 3 5 3 3 3 4 4 4 5 4 5 5 3 4 2 3 47 4 4 4 5 5 4 2 3 4 1 48 49 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 3 4 3 5 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 5 4 5 4 4 3 4 4 3 5 2 4 2 4 2 4 3 4 4 1 2 3 4 4 3 4 3 3 2 4 3 4 1 5 3 3 4 5 4 4 5 3 4 3 4 4 3 2 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 5 4 3 2 3 2 3 5 2 4 5 4 4 4 5 4 4 2 4 4 4 4 4 5 3 5 4 4 4 4 4 4 5 1 4 2 3 3 3 3 5 3 4 4 4 3 3 4 4 5 5 5 5 3 4 4 4 3 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 3 5 4 4 5 4 4 4 4 101 108 97 104 105 94 115 113 95 110 116 SKALA KEMATANGAN EMOSI Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases Valid Excluded 8 Total % 30 100.0 0 .0 30 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .852 68 Item Statistics - Mean Std. Deviation N VAR00001 4.1667 .69893 30 VAR00002 4.4333 .62606 30 VAR00003 3.5667 .85836 30 VAR00004 3.8000 .76112 30 VAR00005 3.2667 .98027 30 VAR00040 3.9000 1.15520 30 VAR00041 2.5333 1.25212 30 VAR00042 3.4333 1.04000 30 VAR00043 3.6333 .88992 30 VAR00044 4.3333 .88409 30 VAR00045 3.5667 1.16511 30 VAR00046 4.0000 .87099 30 VAR00047 4.0000 .90972 30 VAR00048 3.9000 .75886 30 VAR00049 3.9667 .92786 30 VAR00050 4.0667 .78492 30 VAR00051 4.0000 .94686 30 VAR00052 3.8667 1.13664 30 VAR00053 3.1667 .94989 30 VAR00054 4.3333 .71116 30 VAR00055 3.8000 .88668 30 VAR00056 3.9333 .94443 30 VAR00057 4.2667 .86834 30 VAR00058 3.3000 1.20773 30 VAR00059 3.0667 1.11211 30 VAR00060 3.8333 1.01992 30 VAR00061 4.3000 .59596 30 VAR00062 3.5333 .86037 30 VAR00063 4.1667 1.08543 30 VAR00064 3.4333 1.19434 30 VAR00065 3.5000 .82001 30 VAR00066 3.6000 1.16264 30 VAR00067 3.9000 1.02889 30 VAR00068 4.1000 .88474 30 Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance Item Deleted if Item Deleted Corrected Item- Cronbach's Total Correlation Alpha if Item Deleted VAR00001 255.8000 365.407 .279 .850 VAR00002 255.5333 363.292 .405 .849 VAR00003 256.4000 376.869 -.128 .856 VAR00004 256.1667 363.523 .318 .850 VAR00005 256.7000 368.838 .094 .853 VAR00006 256.9667 372.309 -.005 .855 VAR00007 255.7333 361.857 .370 .849 VAR00008 256.5333 378.947 -.162 .858 VAR00009 256.3000 358.976 .298 .850 VAR00010 256.2333 363.151 .197 .852 VAR00011 256.2333 358.806 .419 .848 VAR00012 255.9000 367.679 .196 .851 VAR00013 256.6333 374.516 -.056 .856 VAR00014 ' 255.5667 363.220 .260 .850 VAR00015 255.2667 372.823 -.004 .854 VAR00016 255.4333 362.737 .318 .850 VAR00017 256.2333 369.151 .097 .853 VAR00018 255.8000 354.234 .489 .846 VAR00019 255.7667 356.599 .477 .847 VAR00020 256.3667 377.620 -.135 .857 VAR00021 256.1000 371.128 .067 .853 VAR00022 256.4000 367.145 .166 .852 VAR00023 256.2667 350.616 .529 .845 VAR00024 255.5333 355.982 .489 .847 VAR00025 256.1000 349.472 .606 .844 VAR00026 255.5000 358.672 .550 .847 VAR00027 255.3667 368.033 .265 .851 VAR00028 256.3333 358.644 .459 .848 VAR00029 256.7333 367.513 .146 .852 VAR00030 256.2000 360.441 .355 .849 VAR00031 256.4000 380.110 -.204 .858 VAR00066 256.3667 349.137 .526 .845 VAR00067 256.0667 352.133 .522 .846 VAR00068 255.8667 353.361 .577 .846 Scale Statistics Mean 259.9667 Variance 373.344 Std. Deviation 19.32210 N of Items 68 SKALA PENERIMAAN DIRI Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary . Cases. . % N Valid Excludeda Total 30 100.0 0 .0 30 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .762 46 Item Statistics Mean Std. Deviation N VAR00001 4.5000 .77682 30 VAR00002 3.3333 .99424 30 VAR00003 3.5667 .81720 30 VAR00004 3.7333 1.01483 30 VAR00005 4.1667 .83391 30 VAR00006 4.2667 .73968 30 VAR00007 3.4000 .89443 30 VAR00042 3.6667 .84418 30 VAR00043 3.5000 .77682 30 VAR00044 3.8667 .97320 30 VAR00045 2.9667 1.21721 30 VAR00046 4.0333 .85029 30 Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance Item Deleted if Item Deleted Corrected Item- Cronbach's Total Alpha if Item Correlation Deleted VAR00001 164.9333 154.064 .418 .751 VAR00002 166.1000 163.403 -.065 .769 VAR00003 165.8667 157;016 .247 .757 VAR00004 165.7000 153.114 .342 .753 VAR00005 165.2667 150.616 .558 .746 VAR00006 165.1667 156.489 .308 .755 VAR00007 166.0333 152.171 .443 .749 VAR00008 165.2333 153.978 .406 .751 VAR00009 166.2000 161.821 -.013 .769 VAR00010 166.2000 174.372 -.525 .784 VAR00011 165.6667 160.920 .040 .765 VAR00012 165.8667 153.292 .389 .751 VAR00013 165.6000 154.455 .346 .753 VAR00014 165.6000 160.662 .065 .763 VAR00015 166.6333 152.792 .291 .754 VAR00016 165.7667 159.357 .147 .760 VAR00017 165.4667 156.671 .267 .756 VAR00018 166.0667 155.720 .241 .757 VAR00019 165.7333 152.409 .441 .750 VAR00020 165.6333 151.551 .434. .749 VAR00021 165.8000 162.303 -.013 .766 VAR00022 165.2667 156.271 .295 .755 VAR00023 165.4333 154.875 .270 .756 - VAR00024 .165.5000 149.500 .588 .744 VAR00025 166.3000 167.390 -.228 .775 VAR00026 165.3667 159.413 .163 .760 VAR00027 165.9333 157.857 .191 .759 VAR00028 '166.0667 159.857 .093 .762 VAR00029 165.7667 147.978 .478 .745 VAR00030 165.8000 162.303 -.022 .768 VAR00031 165.6333 149.137 .564 .744 VAR00032 165.5667 149.840 .481 .747 VAR00033 165.5667 153.702 .335 .753 VAR00034 166.4333 160.254 .044 .766 VAR00035 165.5000 155.431 .260 .756 VAR00036 165.9667 159.620 .088 .763 VAR00037 165.6000 157.903 .134 .762 VAR00038 165.5667 159.220 .112 .762 VAR00039 165.2000 149.683 .509 .746 VAR00040 166.7000 163.045 -.064 .775 VAR00041 165.6667 151.816 .370 .751 VAR00042 165.7667 154.737 .347 .753 VAR00043 165.9333 154.064 .418 .751 VAR00044 165.5667 148.185 .574 .743 VAR00045 166.4667 165.982 -.151 .776 VAR00046 165.4000 156,662 .251 .757 Scale Statistics Mean 169.4333 Variance . ' 162.737 Std. Deviation 12.75683 N of Items 46 Uji Persyaratan dan Uji Hipotesis Deskripsi Statistik Kematangan Penerima emos1 an diri 49 49 (') 0 Mean 160.39 105.02 Median 158.00 106.00 Std. Deviation 12.921 8.625 Minimum 140 87 Maximum 185 125 N Valid Missing Uji Normalitas Kematangan Emosi Shapiro-Wilk df Statistic Kematangan .957 Sig. 49 .073 emos1 Penerimaan Diri Shapiro-Wilk Statistic Penerimaan diri ' .982 Sig. df 49 .667 beradapt asi .670 .722 .540 .265 1.000 .375 .403, .491 .216 .518 .364 .375 l.000 .322 .096 Ken1an1p .431 .487 .430 .075 .403 .322 l.000 .127 uan bere1npat i Kemarnp uan menguas ai .103 .035 .177 .239 .102 .096 .127 l.000 .000. .000 .000 .000 .000 .000 .001 .242 .015 .150 .000 .068 . .000 .405 .000 .000 .000 .001 .112 .033 .005 .304 .049 .004 .002 .243 .012 .256 kesiapan n1erespo i n ke1nainp uan untuk seimban .102 g amarah Peneri1na an diri Ke arah .000 ken1andir ian Ke111amp uan menerin1 a rcalitas Ke111ainp uan beradapt . asi kcsiapan 1nerespo n .000 ke1nan1p I .015 .000 .150 .000 .000 .000 .000 .033 .000 .068 .000 .005 .004 .001 .ODO .001 .304 .002 .012 .242 .405 .112 .049 .243 .256 uan untuk seilnban g Kemamp uan .192 berempat i Kemamp uan .192· . ' n1enguas ai amarah Penerima an diri Kearah kemandir ian Ken1a1np uan n1enerim a realitas 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 l(en1amp 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 uan beradapt asi kesiapan n1erespo n ' kemamp uan untuk sein1ban g Ke1nan1p uan beren1pat i Ken1atnp uan menguas ai a1narah Regression ANOVA ANOVAb Model J Sum of Squares Regression Residual Total ' df Mean Square 2131.179 1 2131.179 1439.801 47 30.634 3570.980 48 a. Predictors: (Constant), Kematangan Emosi b. Dependent Variable: Penerimaan Diri F 69.569 Sig. .000' Model Summaryb AdjustedR - . Model R 1 Std. Error of R Square Square the Estimate .597 5.535 .773a .588 a. Predictors: (Constant), Kematangan emosi b. Dependent Variable: Penerimaan diri PER PUST AKAAN UT AM;-\ UIN SYAHID JAKARTA j Tabel 4.14 CoefficientSR Unstandardized Coefficients I (Constant) Standardized Coefficients Std. Error B 28.726 12.263 Sig. t Beta 2.343 .024 Ke arah kemandirian .327 .4-33 .114 .755 .455 Kemampuan untuk menerima realitas .324 .344 .131 .940 .353 Kemampuan beradaptasi .885 .357 .283 2.484 .017 Kesiapan merespon .637 .292 . .349 2.184 .035 Kemampuan untuk seimbang .542 .480 .131 1.129 .266 Kemampuan berempati Kemampuan menguasai anmrah .790 .783 .122 1.009 .319 -.307 .548 -.056 -.560 .578 a. Dependent Variable: Penerimaan Diri