hubungan kesejahteraan guru dan persepsi kepemimpinan

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kinerja Mengajar Guru
1. Konsep Kinerja
Istilah kinerja berasal dari kata bahasa Inggris Job performance atau
performance yang diartikan sebagai prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang
dicapai seseorang. Mangkunegara dalam Muhamad (2010:15), menjelaskan bahwa
kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Berdasarkan pengertian diatas, dengan demikian kinerja dapat
dijelaskan sebagai suatu wujud keberhasilan yang dicapai oleh seseorang atau
organisasi sesuai dengan tugas dan fungsinya yang merupakan realisasi perpaduan
kemampuan, motivasi dan persepsi tentang bidang profesi atau pekerjaan yang
dimiliki. Organisasi pemerintah dan non pemerintah selalu menggunakan konsep
kinerja untuk mengukur keberhasilan atau prestasi didalam suatu organisasi. Dalam
setiap pekerjaan yang dilakukan seseorang baik di instansi pemerintah maupun non
pemerintah, bila tidak mendapatkan hasil yang baik dan untuk kinerja yang sudah
baik, harus dipertahankan dan ditingkatkan agar selalu mendapat apresiasi dan
prestasi.
Depdiknas
(http://ilyasismailputrabugis.blogspot.com:2009)
mengatakan
bahwa kinerja diartikan sebagai sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan
12
atau kemampuan kerja. Hal itu berarti bahwa kinerja selalu berhubungan dengan
keberhasilan, kesuksesan, dan prestasi yang diharapkan. Untuk itu setiap pekerjaan
yang dilaksanakan, jika tidak membawa hasil yang baik, maka perlu mendapat
perhatian untuk diperbaiki guna memperoleh tugas yang mendatangkan hasil yang
baik, maka perlu dipertahankan dan diupayakan untuk meningkatkannya. Dengan
demikian kinerja merupakan suatu perbuatan, suatu prestasi atau apa yang
diperlihatkan seseorang melalui tugas yang diemban yang didukung denga
keterampilan yang dimiliki.
Organisasi pemerintah atau non pemerintah, konsep kinerja bukanlah suatu
konsep yang asing karena kinerja sudah lazim digunakan untuk mengetahui suatu
keberhasilan atau prestasi didalam suatu kejadian usaha atau suatu organisasi.
Bernandin dan Russel dalam Bernadus Na’atonis (2005:10) mengatakan kinerja
sering dikaitkan dengan keberhasilan atau kesuksesan dalam bekerja yang berarti
prestasi yang harus dipertahankan, sehingga kegagalan atau ketidakberhasilan harus
diperbaiki. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia kata kinerja memiliki
tiga arti, yaitu sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, dan kemampuan
kerja.
Menurut Bernardin dan Russel dalam Bernadus Na’atonis (2005:10)
mengatakan ada enam karakter untuk mengukur kinerja, yaitu:
a. Kualitas (Quality) adalah ukuran untuk mengetahui sejauh mana
proses atau hasil ukuran untuk mengetahui sejauh mana proses
atau hasil kegiatan mendekati kesempurnaan atau mendekati
tujuan yang diharapkan.
13
b. Kuantitas (Quantity) adalah jumlah yang dihasilkan misalnya
jumlah unit, istilah-istilah nilai, dolar jumlah siklus kegiatan
yang diselesaikan.
c. Timeliness adalah tingkat sejauh mana kegiatan diselesaikan
pada waktu yang dikehendaki dengan memperhatikan
koordinasi out line serta waktu yang tersedia untuk kegiatan
lain.
d. Cost effectiveness adalah tingkat sejauh mana penggunaan
sumberdaya organisasi (manusia, keuangan, teknologi, dan
material) dimaksimalkan untuk mencapai hasil yang tinggi atau
pengurangan keahlian dari setiap penggunaan sumber daya.
e. Need for Supervision merupakan tingkat sejauh mana seorang
pekerja dapat melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa
memerlukan pengawasan seseorang supervisior untuk mencegah
tindakan yang kurang atau tidak diinginkan.
f. Interpersonal Impact merupakan tingkat sejauh mana pegawai
memelihara harga diri, nama baik untuk mencegah tindakan
yang kurang diinginkan. Tingkat dimana seorang pemain
mempromosikan perasaan harga diri, goodwill, dan kerja sama
antar rekan kerja dan bawahan.
2. Kinerja Mengajar guru
Berdasarkan keputusan Mendikbud RI No. 025/0/1995 tentang teknis
ketentuan pelaksanaan jabatan fungsional guru dan angka kredit unsur utama yang
merupakan refleksi kinerja guru diukur dari seberapa besar prestasi yang dicapai atau
dilaksanakan
oleh
guru
melalui
kemampuan
merencanakan
pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, melakukan evaluasi. Sedangkan unsur penunjang terdiri
dari pengembangan profesionalisme guru dan pengabdian masyarakat.
Kinerja mengajar guru dapat terlefeksi dalam tugasnya sebagai seorang
pengajar dan sebagai seorang administrator kegiatan pembelajaran, dengan kata lain
14
kinerja seorang guru dapat terlihat dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan
kegiatan terakhir yang dilaksanakan oleh guru adalah evaluasi. Candiasa dalam
Muhamad (2010:16) menjelaskan mengenai perumusan dalam lokakarya Pendidikan
Nasional, yang meliputi:
a. Merencanakan kegiatan pembelajaran, yang terdiri dari:
1) Merencanakan pembelajaran
2) Memilih bahan pembelajaran
3) Menyusun bahan pembelajaran
4) Menyusun tujuan pembelajaran khusus
5) Menentukan metode pembelajaran
6) Menentukan strategi pembelajaran
7) Menentukan alokasi waktu
8) Menentukan media pembelajaran
9) Menentukan sumber pembelajaran
10) Membuat alat penilaian hasil
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran, yang meliputi:
1) Menyampaikan bahan pembelajaran
2) Menggunakan alat/media pembelajaran
3) Memberikan kesempatan siswa untuk lebih aktif dalam
pembelajaran
4) Mengatur waktu secara efektif
5) Memanfaatkan fasilitas
6) Melaksanakan penilaian pembelajaran
7) Mengakhiri pembelajaran tepat waktu
c. Menilai kegiatan pembelajaran, terdiri dari:
1) Melakukan penilaian pembelajaran
2) Menerapkan evaluasi secara lisan dan tertulis
3) Mengadakan pembuatan materi yang diteskan
4) Menyusun kisi penyusunan soal tes
5) Membuat butir soal sesuai dengan materi
6) Menyusun evaluasi berdasarkan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik
7) Melakukan analisis hasil evaluasi belajar
8) Mengembalikan hasil evaluasi
15
9) Menggunakan hasil evaluasi sebagai bahan masukan
Berdasarkan pengertian diatas, maka kinerja menekankan pada tiga hal, yaitu:
a. Adanya pencapaian sesuatu
b. Adanya prestasi yang ditunjukkan
c. Adanya kemampuan kerja
Soedjiarto dalam Bernadus Na’atonis (2005:22) menyatakan ada tiga
kemampuan guru yang dituntut dalam proses belajar mengajar, yaitu:
a. Merencanakan program belajar mengajar artinya perencanaan
pembelajaran dibuat oleh guru sebagai pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran. Kegiatan dimana para guru
memvisualisasikan masa depan dengan menciptakan suatu
bingkai kerja untuk menuntun mereka dimasa yang akan dating.
Secara umum dasar dibuatnya perencanaan pembelajaran adalah
agar pembelajaran yang dilakukan guru lebih efektif karena guru
sudah memiliki persiapan sebelumnya.
b. Melaksanakan atau memimpin proses belajar mengajar
merupakan dasar terjadinya suatu pembelajaran artinya ada
interaksi antar guru dengan siswa, siswa dengan teman
sejawatnya, dan antara siswa dengan media atau sumber belajar
yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
c. Menilai kemajuan proses belajar mengajar artinya mentafsirkan
dan memanfaatkan hasil penelitian kemajuan belajar mengajar
dan informasi lainnya untuk menyempurnakan perencanaan dan
pelaksanaan proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian
tentang kinerja mengajar guru, dapat disimpulkan bahwa
kemauan dalam pelaksanaan pembelajaran dimulai dari
kemampuan membuat perencanaan kegiatan belajar mengajar,
kemampuan melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dan
kemampuan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar serta
mengadakan tindak lanjut guna menyempurnakan perencanaan
dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
16
Selain itu motivasi juga mempengaruhi kinerja mengajar guru. Motivasi ialah
tingkah laku manusia didorong oleh motif-motif tertentu. Sering didefinisikan
sebagai suatu kecenderungan untuk beraktivitas yang dimulai dari dorongan diri
sendiri dan diakhiri dengan penyesuaian diri. Motivasi pada dasarnya mengandung
tiga komponen yaitu: menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku
manusia. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada diri individu,
mengarahkan berarti menyalurkan perilaku dan menopang adalah menjaga perilaku
lingkungan sekitar.
Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik faktor yang akan dating dari dalam maupun yang dating dari lingkungan sekitar
dimana individu berada. Dari faktor yang berkaitan dengan keberhasilan suatu
organisasi atau lembaga, faktor tersebut merupakan faktor yang dominan dan dapat
menggerakkan faktor lain kearah efektivitas kerja individu.
3. Standar kinerja Guru
Guru professional dalam menjalankan tugasnya harus memiliki kompetensi.
Sudarmawan Danim (2010:111) mendefinisikan kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak dari seorang tenaga professional. Kompetensi juga dapat
diartikan sebagai spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki
seorang serta penerapannya dalam pekerjaan, sesuai dengan standar kinerja yang
dibutuhkan oleh masyarakat dan dunia kerja. Bila dikaitkan dengan masalah
17
keguruan kompetensi memiliki tiga taksonomi standar yang mencakup standar isi,
standar proses, dan standar penampilan. Standar isi meliputi muatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang disajikan dalam kegiatan pelatihan. Standar proses
mencakup criteria kinerja dalam aktivits transformasi pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang dituntut, termasuk daya dukung fasilitatifnya. Standar penampilan
berkenaan dengan perfomansi.
UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru dinyatakan apabila
memiliki empat kompetensi guru, yaitu:
a. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif
dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan
berakhlak mulia. Dalam kompetensi kepribadian guru
professional harus memiliki (a) kepribadian yang mantap dan
stabil meliputi bertindak sesuai dengan norma, (b) kepribadian
yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam bertindak
sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru, (c)
kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemanfaatn peserta didik, sekolah dan
masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan
bertindak, (d) kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki
perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan
memiliki perilaku yang disegani, (e) berakhlak mulia dan dapat
menjadi teladan meliputi bertindak sesuai dengan norma religius
(imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki perilaku
yang diteladani peserta didik.
b. Kompetensi paedagogik adalah kemampuan pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan sebagai potensi yang
dimilikinya. Dalam kompetensi paedagogik guru professional
harus dapat (a) memahami peserta didik secara mendalam
18
meliputi memahami peserta didik dan memanfaatkan prinsipprinsip perkembangan kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, dan
mengidentifikasi bekal awal peserta didik, (b) merancang
pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran yang meliputi memahami landasan
pendidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran,
menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik
peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar,
serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi
yang dipilih, (c) melaksanakan pembelajaran yang meliputi
menata latar (setting) pembelajaran dan melaksanakan
pembelajaran yang kondusif, (d) merancang dan melaksanakan
evaluasi pembelajaran yang meliputi merancang dan
melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar
secara
berkesinambungan
dengan
berbagai
metode,
menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil untuk menentukan
tingkat ketuntasan belajar (mastery level), dan memanfaatkan
hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program
pembelajaran secara umum, (e) mengembangkan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya meliputi
memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai
potensi akademik, dan memfasilitasi peserta didik untuk
mengembangkan berbagai potensi non akademik.
c. Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi
kurikulum mata pelajaran disekolah dan substansi keilmuan
menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan
metodelogi keilmuannya. Dalam kompetensi professional, guru
professional harus dapat (a) menguasai substansi keilmuan yang
terkait dengan kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep
dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan
materi ajar, memahami hubungan konsep antar mata pelajaran
terkait, dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam
kehidupan sehari-hari, (b) menguasai struktur dan metode
keilmuan yang meliputi menguasai langkah-langkah penelitian
dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan materi
bidang studi.
19
d. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar. Dalam kompetensi sosial, guru harus dapat
(a) bersifat inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif,
karena pertimbangan jenis kelamin, negara, ras, kondisi fisik,
latar belakang keluarga, dan status sosial keluarga. (b) dapat
berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan
sesame pendidik, tenaga pendidikan orang tua dan masyarakat.
(c) dapat beradaptasi ditempat bertugas diseluruh wilayah RI
yang memiliki keragaman sosial budaya dan (d) dapat
berkomunikasi dengan lisan maupun tulisan.
Berdasarkan kepmendiknas dan kebudayaan RI No. 025/0/1995 yang
dimaksud dengan standar prestasi kerja guru adalah kegiatan minimal yang wajib
dilakukan guru dalam proses belajar mengajar atau bimbingan. Kinerja guru sebuah
standar prestasi kerja yang dicapai guru dilihat dari indikator-indikator kepribadian,
paedagogik, professional, dan sosial.
Untuk melakukan penilaian terhadap kinerja mengajar guru diperlukan
standar tertentu sebagai acuan. Standar penilaian kinerja mengajar guru telah
ditetapkan dalam Keputusan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
Nomor 200/C/Kep/KP/1996, tanggal 02 Oktober 1996 yang berisi sebagai berikut:
“Tugas dan tanggung jawab seorang guru”, meliputi hal-hal: (1) membuat perangkat
program pengajaran yang meliputi (a) analisa materi pelajaran (AMP), (b) program
tahunan/semester, (c) program satuan pembelajaran, (d) program rencana
pembelajaran, (e) program mingguan dan (f) lembar kerja siswa; (2) melaksanakan
kegiatan pembelajaran, (3) melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan
harian, ulangan umum, ujian terkhir, (4) melaksanakan analisa hasil ulangan harian,
20
(5) menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan, (6) mengisi
daftar nilai siswa, (7) melaksanakan kegiatan membimbing kepada guru lain dalam
proses kegiatan belajar mengajar, (8) membuat alat pelajaran/alat peraga, (9)
menumbuhkembangkan sikap menghargai karya seni, (10) mengikuti kegiatan dan
mengembangkan serta permasyarakatan kurikulum, (11) melaksanakan tugas tertentu
di sekolah, (12) mengadakan pengembangan program pengajaran untuk menjadi
tanggung jawabnya, (13) membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa, (14)
mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran, (15) mengatur
kebersihan ruang kelas dan ruang praktikum, (16) mengumpulkan dan menghitung
angka kredit untuk kenaikan pangkatnya.
1. Motivasi Kerja Guru
Motivasi tidak timbul dari dalam diri manusia tetapi motivasi berasal dari
lingkungan sekitar juga mempengaruhi walaupun tidak terlalu dominan. Sumadi
dalam Muhamad (2010:25) mengatakan bahwa motivasi kerja guru yang paling
berhasil adalah pengarahan pada diri sendiri. Maksud dari motivasi ini mencakup
dalam situasi belajar memenuhi kebutuhan siswa dan guru. Seorang harus memiliki
motivasi diri yang kuat tanpa banyak rangsangan eksternal, walaupun eksternal juga
sangat mempengaruhi.
Motivasi diri yang berbasis kesenangan pada apa yang dikerjakan oleh guru
memang menjadi bagian dari hidupnya, terlepas dari ada atau tidak manfaatnya
ekonomi sosial. Kesejahteraan guru yang harus dimotivasi lebih dalam lagi karena
21
hal tersebut berkaitan dengan kehidupan. misalnya gaji guru tidak cukup dalam
kehidupan sehari-hari maka akan mempengaruhi didalam kelas, ketika mengajar guru
akan merasa kurang semangat dan mengakibatkan murid susah dalam mencerna
pelajaran yang diberikan. Untuk itu perlu motivasi kuat yang berasal dari dalam diri
guru itu sendiri.
Tugas kepala sekolah disini juga sebagai pemimpin yang lebih memotivasi
guru dalam kinerja mengajar di sekolah. Motivasi tidak hanya diberikan dalam
sebuah semangat dan dorongan saja. Tetapi motivasi juga bisa diwujudkan dengan
perbuatan yang berbentuk empati langsung dari kepala sekoah sehingga guru merasa
dirinya diperhatikan oleh kepala sekolah dengan baik.
A. Kesejahteraan
1. Pengertian Kesejahteraan
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pasal
1 menyatakan bahwa:
Kesejahteraan adalah pemenuhan kebutuhan atau keperluan yang bersifat jasmaniah
dan rohaniah baik dalam maupun diluar hubungan kerja yang secara langsung
maupun tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan
kerja yang aman dan sehat. Oleh karena itu kesejahteraan sangat berkaitan erat
dengan pemenuhan kebutuhan hidup seseorang baik secara material maupun secara
non material demi meningkatkan produktivitasnya.
22
Moeliono dalam David Alexio Guterres (2011:21) mengatakan bahwa
kesejahteraan merupakan salah satu faktor yang menentukan serta mendorong
semangat kerja seseorang. Kesejahteraan yang baik dapat memotivasi orang untuk
mengembangkan kemampuan secara optimal. Demikian pula halnya dengan
seseorang
guru
merasa
sejahtera
akan
berusaha
secara
optimal
untuk
mengembangkan kemampuan profesionalnya guru mencapai tujuan pendidikan yang
dicita-citakan bersama. Guru yang tidak sejahtera akan sulit mengkonsentrasikan diri
untuk mengembangkan profesinya, karena ia selalu menemui hambatan-hambatan
yang
menyebabkan
kurang
bersemangat
dalam
melihat
perluan
untuk
mengembangkan dirinya. Maka sejahtera bagi setiap orang memang bersifat relatif,
namun ada hal-hal yang dapat dijadikan criteria sekaligus indikator empirik dalam
menentukan tingkatan kesejahteraan.
Menurut Badudu dan Zein dalam Fransius lassa (2005:24) mengatakan
kesejahteraan adalah suatu hal atau keadaan sejahtera, keselamatan, dan ketentraman,
serta kemakmuran. Dapat diidentifikasikan bahwa kesejahteraan berkaitan dengan
keselamatan, ketentraman dan kemakmuran. Kesejahteraan sosial menurut Undangundang Pasal 2 Nomor 6 Tahun 1974, yaitu suatu tata kehidupan dan penghidupang
sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan
ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan
usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi
diri, keluarga, serta masyarakat, dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta
kewajiban manusia serta sesuai dengan Pancasila. Oleh karena itu dapat disimpulkan
23
bahwa seseorang guru bersedia melaksanakan kegiatan belajar mengajar karena
adanya keinginan untuk mendapatkan imbalan seperti: upah/gaji, tunjangan,
honorarium, atau insentif agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kesejahteraan erat kaitannya dengan kebutuhan hidup. Di sisi lain satu
kebutuhan telah terpenuhi, muncul kebutuhan yang lain. Menurut Maslow dalam
Fransius Lassa (2005:24-26) mengatakan tingkatan kebutuhan manusia, sebagai
berikut :
1. Kebutuhan Fisiologis
2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
4. Kebutuhan untuk dihargai
5. Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan fisiologis (physiological needs) merupakan kebutuhan yang paling
rendah tingkatnya dan memerlukan pemenuhan yang paling mendesak. Misalnya
kebutuhan makan, minum, air dan udara. Kebutuhan rasa aman (safety needs)
merupakan kebutuhan tingkat kedua ini adalah kebutuhan yang mendorong individu
untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungan,
misalnya kebutuhan akan pakaian, tempat tinggal, dan perlindungan atas tindakan
yang sewenang-wenang. Kebutuhan kasih sayang (belongingness and love needs)
merupakan kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif
atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesame jenis maupun
dengan yang berlainan jenis, dilingkungan keluarga ataupun dimasyarakat, misalnya
rasa disayangi, diterima dan butuhkan oleh orang lain. Kebutuhan akan harga diri
(esteem needs) merupakan kebutuhan terdiri atas dua bagian. Bagian pertama adalah
24
penghormatan atau penghargaan dari diri sendiri dan bagian yang kedua adalah
penghargaan dari orang lain. Misalnya hasrat untuk memperoleh kekuatan pribadi
dan penghargaan atas apa-apa yang dilakukannya. Kebutuhan akan aktualisasi diri
(need for self actualization) merupakan kebutuhan yang paling tinggi dan akan
muncul apabila kebutuhan yang ada dibawahnya sudah terpenuhi dengan baik.
Misalnya seorang pemusik menciptakan komposisi musik atau seorang ilmuwan
menemukan suatu teori yang berguna bagi kehidupan.
Jenis-jenis pelayanan dan program pelayanan yang diberikan organisasi dapat
berbeda-beda jenisnya dan jumlahnya, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Time off benefit yang meliputi hari-hari sakit, liburan, cuti, dan alasanalasan lain.
2. Jaminan terhadap resiko ekonomi.
3. Program-program pelayanan meliputi program rekreasi, kafetaria,
perumahan, beasiswa pendidikan, fasilitas pembelian, konseling finansial
yang legal, dan lain-lain.
Program kesejahteraan, dan pemberian berbagai fasilitas tersebut disebut
dengan berbagai macam istilah seperti benefit and services, program kesejahteraan,
program pelayanan, kompensasi pelengkap, tunjangan, dan lain-lain. Apapun istilah
yang digunakan, maksud dan tujuan pemberiaannya sama, yaitu untuk membantu
guru memenuhi kebutuhannya diluar kebutuhan rasa adil, kebutuhan fisik dalam
upaya meningkatkan komitmen pegawai kepada organisasi, meningkatkan komitmen
25
pegawai kepada organisasi, meningkatkan gangguan unjuk rasa sebagai faktor yang
sangat penting dalam usaha meningkatkan efektivitas organisasi.
Begitu pentingnya aspek kesejahteraan bagi pekerja termasuk guru, pihak
lembaga/pemerintah perlu mempertimbangkan kesejahteraan para guru. Apabila
pihak
lembaga/pemerintah
memberikan
perhatian
yang
memadai
terhadap
kesejahteraan, maka guru akan lebih giat dalam melaksanakan tugasnya. Seorang
guru akan lebih giat dalam menjalankan tugasnya apabila mereka merasa pihak
pemerintah akan memperhatikan kesejahteraan mereka dan memberikan perhatian
khusus bagi mereka. Memberikan perhatian kesejahteraan dapat diartikan bahwa
memberikan perhatian baik berbentuk material maupun non material. Material bisa
dalam bentuk gaji/upah, sedangkan non material bisa berbentuk penghargaan lain
seperti kenaikan pangkat.
Konsep kesejahteraan sangat luas pengertiannya maka konsep kesejahteraan
diturunkan dalam sub konsep yaitu dalam kaitannya dengan gaji/upah, tunjangan
jabatan, dan honorarium lainnya. Tunjangan jabatan misalnya: tunjangan kepala
sekolah, tunjagan wakil kepala sekolah, tunjangan wali kelas. Sedangkan honorarium
berkaitan dengan honor lembur, perjalanan dinas dan kepanitiaan. Maka dari itu
kesejahteraan berhubungan erat dengan aspek material dan aspek non material.
Indikator dari aspek material: gaji, tunjangan, honor, jaminan sosial, dan insentif.
Sedangkan indikator dari non material: kenaikan pangkat, kesempatan mendapatkan
promosi, suasana kerja, kepemimpinan dan kebijakan organisasi.
26
Berdasarkan uraian-uraian tentang kesejahteraan maka disimpulkan bahwa,
kesejahteraan adalah kondisi dari seorang yang diliputi oleh rasa keselamatan,
kesusilaan, ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan orang tersebut berusaha
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, keluarga, dan masyarakat dengan sebaikbaiknya berdasarkan nilai-nilai yang berlaku pada masyarakat lingkungan dia berada.
2. Tingkat Kesejahteraan
Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil
pendidikan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh sejauh
mana kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan belajar
mengajar. Namun demikian, posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil
pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan professional mengajar dan tingkat
kesejahteraan. Ukuran kesejahteraan sangat sulit diukur hanya dengan kecukupan
materi saja.
Tingkat kesejahteraan seorang guru dilihat melalui indikator sebagai berikut:
1) pengahasilan setiap bulan mencukupi kebutuhan pokok keluarga sehari-hari secara
tetap dan berkualitas. 2) kebutuhan pendidikan keluarga dapat terpenuhi secara baik
dan optimal. 3) memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan
berkelanjutan serta mengembangkan diri secara profesional. 4) menggunakan fasilitas
kesehatan dengan baik berdasarkan kebutuhan. Penghasilan yang dimaksudkan bukan
hanya penghasilan yang diperoleh dari gaji guru (baik pegawai negeri maupun
honorer), melainkan juga penghasilan lain yang diperoleh dari sumber lain. Pada
27
konteks ini tidak tertutup kemungkinan seorang guru memiliki pekerjaan tambahan
lain diluar tugasnya sebagai guru disebuah sekolah. Bahkan, pada sejumlah kasus
penghasilan guru sebagai tukang ojek lebih besar daripada gaji golongan III/C.
penghasilan tambahan serupa ini tentu akan menumbuhkan tingkat kesejahteraan
keluarga sehingga keluarga guru tersebut akan mampu meningkatkan taraf hidupnya,
memberikan pendidikan kepada anak-anaknya secara lebih baik, serta memiliki
kesempatan untuk mengembangkan dirinya sendiri bagi kepentingan karirnya.
3. Faktor Kesejahteraan
Kesejahteraan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kinerja
guru dalam meningkatkan kualitasnya, sebab semakin sejahteranya seorang guru
makan semakin tinggi kemungkinan untuk meningkatkan kinerjanya. Tujuan
kesejahteraan sosial adalah untuk menjamin kebutuhan hidup manusia sesuai dengan
standar kehidupan yang layak sehingga tidak mengganggu tugas dan profesi
seseorang dalam pencapaian tugas organisasi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan karyawan meliputi:
a. Faktor yang berhubungan dengan karyawan
1) gaji/upah yang baik
2) rekan kerja yang kompak
3) kondisi kerja yang aman
b. Faktor yang berhubungan dengan pimpinan
1) Pimpinan yang adil dan bijaksana
28
2) Sumber dana yang tersedia
3) Komunikasi
4) Penghargaan
Degan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
kesejahteraan individu antara lain adalah tingkat upah, jaminan sosial, penyediaan
fasilitas kesejahteraan, koperasi karyawan, dan usaha produktivitas lain di
perusahaan. Pemenuhan kebutuahan manusia dalam kesejahteraan adalah suatu upaya
pemenuhan material dan non material yang meliputi rasa aman, kesusilaan, dan
ketentraman lahir batin dalam upaya menjamin hak-hak asasi manusia sehingga dapat
menimbulkan produktivitas kerja.
Pemenuhan kebutuhan manusia merupakan syarat utama perwujudan rasa
sejahtera. Dalam kenyatan, sebagian besar seorang bekerja pada suatu organisasi
karena alasan pemenuhan kebutuhan non material. Oleh karena itu besar kecilnya
prestasi kinerja yang disumbangkan seseorang dalam suatu organisasi pada umumnya
sangat tergantung pada tingkat pemenuhan kebutuhan. Setiap individu yang bekerja
pada suatu organisasi berharap akan mendapatkan imbalan yang layak untuk
meningkatkan taraf hidupnya. Demikian pula halnya dengan seorang guru yang
bekerja disuatu lembaga pendidikan berharap mendapatkan imbalan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Karena guru yang tidak sejahtera akan sulit
mengembangkan profesinya, karena guru yang bersangkutan akan selalu menemui
hambatan-hambatan
yang
akan
menyebabkan
mengembangkan dirinya.
29
kurang
bersemangat
dalam
Dengan mengacu pada uraian diatas, maka faktor kesejahteraan memiliki
peran yang ikut mempengaruhi kinerja seorang guru. Hal ini berarti seorang akan
mengkonsentrasikan diri pada kegiatan belajar mengajar dan tidak akan melakukan
pekerjaan sampingan bila ia sudah meras terpenuhi kebutuhan hidupnya dengan kata
lain sudah merasa sejahtera.
C. Persepsi Kepemimpinan Demokratis
1. Pengertian Kepemimpinan
Istilah tentang kepemimpinan merupakan terjemahan dari “leadership” yang
berasal dari kata leader yang artinya pemimpin, ketua, kepala. Untuk memperluas
pandangan terhadap pengertian kepemimpinan para ahli berbeda-beda dalam
mendefinisikannya, diantara definisi kepemimpinan, yaitu:
a. Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi dalam Imam Wahyudi (2012:12)
mengatakan
kepemimpinan
adalah
seni
atau
kemampuan
untuk
mengkoordinasikan dan menggerakkan seseorang individu atau kelompok
kearah pencapaian tujuan yang diharapkan.
b. Miftah Thoha dalam Imam Wahyudi (2012:13) mengatakan kepemimpinan
adalah suatu aktifitas untuk mempengaruhi orang-orang agar mau diarahkan
untuk mencapai tujuan lembaga.
c. Moch. Idochi Anwar dalam Imam Wahyudi (2012:13) mengatakan
kepemimpinan merupakan usaha yang dilakukan seseorang dengan segenap
kemampuan
untuk
mempengaruhi,
30
mendorong,
mengarahkan,
dan
menggerakkan orang-orang yang dipimpin supaya mereka mau bekerja
dengan penuh semangat dan kepercayaan dalam mencapai tujuan-tujuan
organisasi.
d. Hadari Nawawi dalam Imam Wahyudi (2012:13) mengatakan kepemimpinan
adalah kemampuan menggerakkan, memberikan motivasi dan mempengaruhi
orang-orang agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada
pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan
yang dilakukan.
Kepemimpinan merupakan faktor penting yang paling menentukan berjalan
atau tidaknya suatu organisasi. Kepemimpinan juga merupakan salah satu faktor
penting yang mempengaruhi gagal atau berhasilnya sebuah lembaga (organisasi).
Kepala sekolah adalah pemimpin suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai
tugas dan tanggung jawabnya sangat besar. Karena ia merupakan motor penggerak,
penentu arah kebijakan lembaga pendidikan tersebut, yang akan menentukan
bagaimana tujuan sekolah dan pendidikan di lembaga tersebut pada umumnya dapat
direalisasikan. Sebagai pemimpin formal, kepala sekolah bertanggung jawab atas
tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya pemberdayaan tenaga pendidik (guru)
dan tenaga kependidikan (nonguru/TU, Staf, Pegawai, dll). Untuk itu, kepala sekolah
bertugas melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan baik yang berhubungan dengan
pencapaian tujuan pendidikan, maupun penciptaan iklim sekolah yang kondusif bagi
terlaksananya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Dalam hal ini strategi
kepemimpinan yang dilakukan menjadi sangat penting, karena laju perkembangan
31
atau program pendidikan yang ada pada setiap sekolah ditentukan oleh arahan,
bimbingan, serta visi yang ingin dicapai sekolah.
Dalam sebuah lembaga pendidikan formal, sosok pemimpin merupakan aspek
yang sangat mempengaruhi gerak dan hasil kerja personelnya. Begitu juga dengan
sosok pemimpin sebuah lembaga pendidikan layaknya sebuah sekolah mulai dari TK
hingga SMA/SMK/sederajat, di mana kepal a sekolah memiliki otoritas sendiri
dalam mempengaruhi aktivitas keseharian para karyawan untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Salah satu kegagalan dalam pengelolaan sekolah baik swasta
maupun negeri adalah lemahnya pemimpin dalam menjalankan tugas yang
diembannya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya peran serta pemimpin dalam
menentukan kebijakan yang diambil atau gaya kepemimpinannya tidak ideal. Oleh
karena itu, kinerja pemimpin kepala sekolah sangat dibutuhkan baik secara intern
maupun ekstern. Kepala sekolah merupakan seorang manajer di sekolahnya dan ia
harus bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian berubah
atau perbaikan program sekolah.
Keberhasilan pendidik di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala
sekolah dalam mengelola tenaga pendidik (guru) dan tenaga kependidikan (TU, staf,
karyawan, dll) yang tersedia dilembaga tersebut. Karena guru dan tenaga
kependidikan tersebut adalah motor penggerak dan laju proses pembelajaran yang
sedang berlangsung dalam suatu sekolah. Dan oleh karena profesionalitas tenaga
kependidikan haruslah selalu distimulasi dengan berbagai bentuk perkembangan
pemberdayaan yang mengarah pada pembaharuan serta peningkatan kompetensi baik
32
teoritis maupun praktis. Peran sentral tenaga kependidikan dalam meningkatkan
kualitas pendidik sulit diabaikan. Untuk mendapatkan SDM yang berkualitas yang
mampu bersanding dan bersaing dengan negara maju, diperlukan tenaga
kependidikan professional yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
Tenaga kependidikan tersebut perlu dikembangkan, dibina, dan diberikan
penghargaan yang layak sesuai dengan tuntutan visi, misi, dan tugas yang
diembannya.
Dalam kepemimpinannya seorang kepala sekolah dalam hal ini berupaya
untuk meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan
para guru dalam situasi yang kondusif, perilaku kepala sekolah harus dapat
mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan penuh
pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Mulyasa dalam Imam Wahyudi (2012:11) mengatakan perilaku pemimpin yang
positif dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu
untuk bekerja sama dengan kelompok dalam rangka mewujudkan lembaga
pendidikan.
Konsep tentang kepemimpinan kepala sekolah tidak dapat dilepaskan dari
konsep kepemimpinan secara umum. Kegiatan kepemimpinan harus diselenggarakan
oleh seseorang yang menduduki posisi atau jabatan tertentu yang dilingkungannya
terdapat sejumlah orang yang harus bekerja sama untuk mencapai tujuan. Hadari
Nawawi dalam Imam Wahyudi (2012:13) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan menggerakkan, memberikan motivasi, dan mempengaruhi orang-orang
33
agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan
melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang dilakukan. Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan (leadership) adalah proses
kegiatan seseorang yang memiliki seni atau kemampuan untuk mempengaruhi,
mengkoordinasikan menggerakkan individu-individu tanpa dipaksa dari pihak
manapun agar dapat bekerja sama secara teratur dalam upaya mencapai tujuan
bersama yang telah ditetapkan atau dirumuskan. Dan kepemimpinan tersebut dapat
timbul dari mana saja asalkan unsure-unsur dalam kepemimpinan itu terpenuhi,
antara lain: adanya orang yang mempengaruhi, adanya orang yang dipengaruhi,
adanya tujuan dan sasaran yang dicapai, adanya aktifitas, interaksi, dan otoritas.
Kepala sekolah terdiri dari dua kata yaitu “kepala dan sekolah”. Kata kepala
dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga.
Sedangkan sekolah menurut kamus besar Bahasa Indonesia: bangunan atau lembaga
untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan member pelajaran (menurut
tingkatannya) seperti Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),
Sekolah Menengah Atas (SMA). Dalam pengertian lain sekolah berarti waktu atau
tempat pertemuan antara murid saat diberi pelajaran oleh gurunya, sedangkan
pengertian yang lain sekolah berarti usaha untuk menuntut kepandaian (ilmu
pengetahuan). Ada juga yang mengartikan sekolah merupakan tempat untuk
mencerdaskan para peserta didik, menghilangkan ketidaktahuan atau memberantas
kebodohan mereka sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Menurut
Wahjosumidjo dalam Imam Wahyudi (2012:14) mengemukakan bahwa “secara
34
sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru
yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses
belajar, mengajar atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang member
pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Mulyasa (2012:16) mengatakan
kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan tingkat satuan pendidikan yang
harus dimiliki dasar kepemimpinan yang kuat. Untuk itu, setiap kepala sekolah harus
memahami kunci sukses kepemimpinannya.
Kepala sekolah harus mengoptimasi potensi guru, sehingga mereka dapat
berkembang dan berkinerja optimal. Menurut Arend dalam Danim (2009:27), ada
empat karakteristik yang sipersyaratkan oleh guru dan kepala sekolah dalam
mengelola pendidikan, yaitu:
a. Guru-guru yang efektif dan manajer sekolah menggunakan pengetahuan
sebagai pengendali dan pemandu seni mengajar.
b. Guru-guru yang efektif dan manajer sekolah membuat catatan-catatan penting
mengenai praktik-praktik terbaik.
c. Guru-guru yang efektif dan manajer sekolah mempunyai sikap dan
keterampilan untuk merefleksi dan membuat keputusan.
d. Guru-guru yang efektif dan manajer sekolah menjadi pembelajar untuk
mengajar sebagai proses yang tanpa limit.
Keempat karakteristik diatas mereferensikan model upaya yang harus
dilakukan oleh kepala sekolah untuk tugas-tugas kekepalasekolahan dalam rangka
penyadaran dan penguasaan guru pada proses kegiatan belajar mengajar dan
35
mengelola
kelas
secara
sistematik.
Tujuannya
untuk
memfasilitasi
dan
mempermudah peserta didik melaksanakan kegitan belajar agar mereka mampu
mengubah, mengembangkan atau mengendalikan sikap dan perilakunya yang
bermanfaat bagi dirinya dan lingkungan secara efektif dan efisien.
Berdasarkan konsep sifat dan sikap cara-cara pemimpin tersebut melakukan
dan mengembangkan kegiatan kepemimpinan dalam lingkungan kerja yang
dipimpinnya, maka kepemimpinan pendidikan dapat diklasifikasikan ke dalam empat
tipe, yaitu:
a. Tipe Otoriter
Tipe kepemimpinan otoriter disebut juga tipe kepemimpinan authoritarian.
Dalam kepemimpinan yang otoriter pemimpin bertindak sebagai dictator
terhadap
anggota-anggota
kelompoknya.
Baginya
memimpin
adalah
menggerakkan dan memaksa kelompok. Kekuasaan kelompok yang otoriter
hanya dibatasi oleh Undang-undang. Penafsirannya sebagai pemimpin tidak
lain adalah menunjukkan dan member perintah. Kewajiban bawahan hanyalah
mengikuti dan menjalankan perintah dan tidak boleh membantahkan dan
mengajukan saran sehingga bawahan diwajibkan untuk patuh mengikuti dan
menjalankan perintah, bawahan tidak boleh membantah atau mengajukan saran
kepada pemimpin. Pemimpin yang otoriter tidak mengkehendaki adanya rapat
atau musyawarah, mereka berkumpul hanya untuk menyampaikan intruksi saja.
Setiap adanya perbedaan pendapat dalam anggota kelompoknya diartikan
sebagai pembangkangan atau pelanggaran disiplin terhadapa perintah atau
36
intruksi yang diberikan. Pengawasan bagi pemimpin yang otoriter berarti
mengontrol, apakah segala perintah yang telah diberikan ditaati atau dijalankan
dengan baik bawahannya. Pemimpin melaksanakan inspeksi untuk mencari
kesalahan dan meneliti orang-orang yang tidak taat dan tidak percaya kepada
pemimpin, kemudian orang-orang semacam itu diancam dengan hukuman,
dipindahkan atau dipecat dari jabatannya. Sebaliknya anggota yang taat dan
patuh dapat menyenangkan pribadinya menjadi anak emas dan bahkan diberi
penghargaan. Kekuasaan yang berlebihan ini dapat menimbulkan sikap
menyerah tanpa kritik, sikap asal bapak senang dan kecenderungan untuk
mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan berlangsung.
Dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau menimbulkan
sikap apatis atau sifat-sifat pada anggota kelompok terhadap pemimpinnya.
b. Tipe Laissez Faire
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan
kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya.
Pemimpin sama sekali tidak memberikan control dan koreksi terhadap
bawahannya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada
bawahannya tanpa petunjuk dari pemimpin. Kekuasaan dan tanggung jawab
simpang siur, berserakkan secara tidak merata, diantara setiap anggotanya.
Dengan demikian mudah terjadi kekacauan-kekacauan dan bentrokanbentrokan. Tingkat keberhasilan organisasi semata-mata disebabkan karena
kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok dan bukan karena
37
pengaruh dari pemimpin. Struktur organisasi tidak jelas dan kabur, segala
kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pimpinan.
c. Tipe Demokratis
Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinan bukan sebagai
dictator,
melainkan
sebagai
pemimpin
ditengah-tengah
kelompoknya.
Hubungan dengan anggota kelompok bukan sebagai majikan terhadap
buruhnya, melainkan sebagai kakak terhadap adik-adiknya atau terhadap
saudara-saudaranya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi
anggota-anggota agar bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam tindakan dan usaha-usahanya ia selalu berpangkal pada kepentingan dan
kebutuhan
kelompoknya,
dan
mempertimbangkan
kesanggupan
serta
kemampuan kelompoknya.
d. Tipe Pseudo Demokratis
Tipe ini disebut juga demokratis semu atau manipulasi diplomatik. Pemimpin
yang bertipe ini hanya tampak saja yang bersikap demokratis padahal
sebenarnya ia bersikap demokratis. Misalnya jika ia mempunyai ide-ide,
pikiran, konsep-konsep yang ingin diterapkan dilembaga yang dipimpinnya,
maka hal tersebut didiskusikan dan dimusyawarahkan dengan bawahannya,
tetapi situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya
bawahan didesak agar menerima idea tau konsep tersebut sebagai keputusan
bersama.
38
2. Pengertian Demokratis
Pengertian demokrasi adalah sebauh pemerintah dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat. Istilah demokrasi secara bahasa mempunyai arti demokrasi berasal dari
dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemeritahan
atau memerintah. Istilah “demokrasi” berasal dari Yunani kuno yang diutarakan di
Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh
awal dari sebuah system yang berhubungan dengan hokum demokrasi modern.
Namun, arti istilah telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah
berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan system “demokrasi”
dibanyak negara. Demokrasi merupakan bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan
suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara)
atas dasar negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar
demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan
politik
negara (eksekutif, yudikatif, dan legislative) untuk diwujudkan dalam tiga jenis
lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang
sejajar satu sama lain.
Amin Rais (www.beritaterhangat.net:2012) mengatakan suatu negara disebut
sebagai negara yang demokratis jika memenuhi beberapa kriteria, yaitu: (1)
partisipasi dalam pembuatan keputusan, (2) persamaan didepan hokum, (3) distribusi
pendapat secara adil, (4) kesempatan pendidikan yang sama, (5) empat macam
kebebasan, yaitu kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan persuratkabaran,
kebebasan berkumpul, dan kebebasan beragama, (6) ketersediaan dan keterbukaan
39
informasi, (7) mengindahkan fatsoen atau tata karma politik, (8) kebebasan individu,
(9) semangat kerja sama, dan (10) hak untuk protes. Sedangkan Abdul rahman Wahid
(www.beritaterhangat.net:2012) mengatakan demokrasi adalah sebuah sistem
kehidupan yang menempatkan pendapat rakyat sebagai prioritas utama pengambilan
kebijakan, dimana pendapat tersebut harus memenuhi kriteria agama, susila, hokum
dan didasari semangat untuk menjunjung kemaslahatan bersama. Suara atau pendapat
rakyat harus diiringi rasa tanggung jawab dan komitmen positif atas pelaksanaannya
juga harus mengevalusi secara terus menerus agar selalu sesuai dengan kebutuhan
bersama.
3. Pengertian kepemimpina Demokratis
Kepala sekolah yang demokratis menafsirkan kepemimpinan bukan sebagai
faktor, melainkan sebagai pemimpin ditengah-tengah anggota kelompoknya atau
bawahannya. Hubungan dengan guru-guru dan penjaga bukan berarti sebagai majikan
terhadap buruhnya, melainkan sebagai kakak terhadap saudara-saudaranya. Kepala
sekolah yang demokratis selalu berusaha menstimulasi guru-guru dan penjaganya
agar bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan
usaha-usahanya ia selalu berpangkal pada ketinggian dan kebutuhan bawahannya,
dan mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan anggotanya. Dalam
melaksanakan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan
saran-saran bawahannya. Juga kritik yang membangun dari para bawahannya
diterima sebagai umpan balik dan dijadikan bahan pertimbangan dalam tindakan-
40
tindakan selanjutnya. Pemimpin mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan
menaruh kepercayaan pada bawahannya bahwa mereka mempunyai kesanggupan
bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. Kepala sekolah selalu berusaha
memupuk rasa persatuan dan kekeluargaan dan selalu berusaha membangun
semangat bawahannya dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya.
Disamping itu memberikan kesempatan kepada bawahannya agar mempunyai
kecakapan memimpin dengan jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan
tanggung jawabnya.
Kepala sekolah dalam menjalankan peran dan tugasnya akan menghadapi
berbagai masalah yang menyangkut kepentingan pribadi dan kepentingan bersama.
Setiap masalah perlu dipecahkan untuk dapat diambil keputusan guna dijadikan
pegangan dalam tidnakan selanjutnya. Bagi kepala sekolah yang demokratis
merundingkan masalah sudah merupakan kebiasaan ditempuh dengan cara berembuk
dengan bawahannya untuk mendapatkan berbagai pemikiran yang dikemukakan oleh
para bawahannya. Pendapat yang mula-mula berbeda dibahas melalui pendekatan
secara kekeluargaan yang lambat laun terjadi penyesuaian pendapat dan akhirnya
dapat tercapai kata sepakat. Kepala sekolah demokratis mempunyai asumsi bahwa
musyawarah itu perlu sekali karena merupakan kesempatan untuk membuka isi hati
setiap bawahannya untuk diketahui persamaan atau perbedaannya. Semua perbedaan
itu diadakan pendekatan kekeluargaan. Makna musyawarah untuk mencapai mufakat
adalah menyelesaikan masalah dengan keputusan sebaik-baiknya. Sehingga dalam
41
pelaksanaan selanjutnya tidak banyak mendapat hambatan bahkan mendapat
dukungan dari bawahannya dengan penuh tanggung jawab.
Kepala sekolah memiliki jabatan yang tinggi, untuk memangku jabatan kepala
sekolah demokratis yang dapat melaksanakan tugas-tugasnya dan memainkan
peranannya sebagai pemimpin yang baik dan sukses, maka dituntut beberapa
persyaratan jasmani, rohani dan moralitas yang baik bahkan persyaratan sosial
ekonomi yang layak. Berikut adalah persyaratan-persyaratan dari kepala sekolah
yang demokratis, yaitu:
a. Rendah Hati dan Sederhana
Kepala sekolah jangan bersikap sombong atau merasa lebih mengetahui dari
pada yang lainnya. Pemimpin hendaknya lebih banyak mendengarkan dan
berkata dari pada berkata dan menyuruh. Kelebihan pengetahuan dan kelebihan
kesanggupan itu hendaknya dipergunakan untuk membantu bawahannya bukan
untuk dipamerkan dan dijadikan kebanggan. Dengan demikian bawahan akan
mempunyai kepercayaan kepada diri sendiri dan akan lebih banyak berusaha
mempergunakan kesanggupannya sendiri.
b. Bersifat Suka Menolong
Kepala sekolah hendaknya selalu siap sedia untuk membantu bawahannya
tanpa diminta bantuannya. Akan tetapi bantuan yang diberikan jangan
dirasakan sebagai paksaan sehingga orang yang memerlukan bantuan itu justru
menolaknya meskipun ia sangat membutuhkannya. Seorang kepala sekolah
hendaknya selalu meluangkan waktu untuk mendengarkan kesulitan-kesulitan
42
yang disampaikannya bahwa pemimpin tersebut benar-benar tempat berlindung
dan pembimbingnya mereka.
c. Sabar dan Memilki Kestabilan Emosi
Seorang kepala sekolah hendaknya memiliki sifat sabar jangan cepat merasa
kecewa dan memperlihatkan kekecewaannya dalam mengahadapi kegagalan
dan kesukaran dan sebaliknya, jangan cepat merasa bangga dan sombong jika
bawahannya berhasil. Sifat ini akan memberikan perasaan aman terhadap
bawahannya. Mereka tidak merasa dipaksa, ditekan atau selalu dikejar-kejar
dalam menjalankan tugasnya. Mereka bebas membicarakan masalah-masalah
diantara mereka sendiri dan dengan pemimpinnya dan mereka juga tidak akan
lekas putus asa jika mendapatkan kesulitan. Sifat tidak sabar pada kepala
sekolah akan menghilangkan ketenangan kerja. Para bawahan akan merasa
tertekan jiwanya sehingga hal ini tentu mempengaruhi hasil kerja mereka.
d. Percaya Kepada Diri Sendiri
Seorang pemimpin hendaknya menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada
anggota atau bawahannya, percaya bahwa mereka akan dapat melaksanakan
tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya. Kepercayaan kepala sekolah
seperti ini hanya ada pada diri seorang pemimpin yang mempunyai
kepercayaan sepenuhnya kepada diri sendiri, percaya kepada kesanggupan
sendiri. Kepala sekolah yang percaya kepada dirinya sendiri dapat menyatakan
hal dalan sikap dan tingkah laku yang akan menimbulkan pula rasa percaya diri
pada bawahannya.
43
e. Jujur, Adil, Dapat Dipercaya
Sikap percaya pada diri sendiri pada bawahannya akan timbul karena adany
kepercayaan mereka terhadap kepala sekolahnya. Karena merasa menaruh
kepercayaan kepada pemimpinnya, mereka akan menjalankan kewajiban
dengan rasa patuh dan tanggung jawab.untuk menimbulkan rasa patuh,
pemimpin harus patuh pula terhadap diri sendiri, ialah dengan selalu menepati
janji, tidak cepat merubah haluan, hati-hati dalam mengambil keputusan dan
diteliti dalam melaksanakannya, berani mengakui kesalahan dan kekurangan
sendiri.
f. Keahlian dalam Jabatan
Syarat-syarat yang telah diuraikan diatas semuanya mengenai sifat-sifat watak
pribadi yang sebagian besar adalah pengaruh faktor pembawaan dan
lingkungan. Tetapi hal itu belum cukup. Untuk melaksanakan kepemimpinan
harus dapat pula didasarkan atas keahlian yakni, keahlian dalam bidang
pekerjaan yang dipimpinnya.
4. Konsep Persepsi Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu kebijakan sekolah,
yang akan menentukan bagaimana tujuan sekolah dan pendidikan pada umumya
direalisasikan. Sehubungan dengan MBS kepala sekolah dituntut untuk senantiasa
meningkatkan efektifitas kinerjanya. Kinerja kepemimpinan kepala sekolah dalam
kaitanya dengan MBS adalah segala upaya yang dilakukan dengan hasil yang dapat
44
dicapai mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Kepala sekolah
yang efektif dalam MBS dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut:
a. Mampu memberdayakan guru untuk proses pembelajaran dengan baik, lancar dan
produktif.
b. Dapat mengerjakan tugas tepat waktu
c. Mampu menjalin hubungan masyarakat untuk mewujudkan tujuan sekolah
d. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan.
e. Bekerja dengan tim manajemen
f. berhasil mewujudkan tujuan sekolah sesuai yang telah di tetapkan
Untuk memiliki kemampuan terutama keterampilan konsep, para kepala
sekolah diharapkan melakukan kegiatan-kegiatan berikut:
a. Senantiasa belajar dari pekerjaan terutama cara kerja para guru dan pegawai
b. Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana
c. Membaca berbagai hal mengenai kegiatan yang sedang dilaksanakan
d. Memanfaatkan hasi-hasil penelitian orang lain
e. Berfikir untuk masa yang akan datang
f. Merumuskan ide-ide yang dapat diuji coba
Selain itu kepala sekolah harus dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang
efektif sesuai dengan situasi dan kebutuhan serta motivasi para guru dan pekerja lain.
Agar kepemimpinan Kepala Sekolah efektif, beberapa sifat dan gaya kepemimpinan
seorang pemimpin (Kepala Sekolah) dalam menggalang hubungan baik dengan
orang-orang yang dipimpin yaitu:
45
a. Memberi contoh
b. Berkepentingan pada kualitas
c. Bekerja dengan landasan hubungan kemanusiaan yang baik
d. Memahami masyarakat sekitarnya
e. Memiliki sikap mental yang baik
f. Berkepentingan dengan staf dan sekolah
g. Melakukan kompromi untuk mencapai kesepakatan
h. Mempertahankan stabilitas
i. Mampu mengatasi stress
j. Menciptakan struktur agar sesuatu bisa terjadi
k. Mentolerir adanya kesalahan
l. Tidak menciptakan konflik pribadi
m. Memimpin melalui pendekatan yang positif
n. Tidak mendahului orang-orang yang dipimpinnya
o. Mudah dihubungi oleh orang
p. Memilkiki keluarga yang serasi
Kepemimpinan Kepala Sekolah harus dapat menggerakkan dan memotivasi
kepada:
a. Guru, untuk menyusun program, menyajikan program dengan baik, melaksanakan
evaluasi, melakukan analisis hasil belajar dan melaksanakan perbaikan dan
pengayaan secara tertib dan bertanggung jawab.
46
b. Karyawan, untuk mengerjakan tugas administrasi dengan baik, melaksanakan
kebersihan lingkungan secara rutin, melaksanakan tugas pemeliharaan gedung dan
perawatan barang-barang inventaris dengan baik dengan penuh kesada ran dan
tanggung jawab.
c. Siswa, untuk rajin belajar secara tertib, terarah dan teratur dengan penuh kesadaran
yang berorientasi masa depan; dan
d. Orang
tua
dan
masyarakat,
agar
mampu
untuk
menumbuhkan
dan
mengembangkan kemitraan yang lebih baik agar partisipasi mereka terhadap usaha
pengembangan sekolah makin meningkat dan dirasakan sebagai suatu kewajiban,
bukan sesuatu yang membebani.
Yang lebih penting lagi, kepemimpinan Kepala Sekolah harus dapat
memberikan kesejahteraan lahir batin, mengembangkan kekeluargaan yang lebih
baik, meningkatkan rasa kebersamaan dalam mencapai tujuan dan menumbuhkan
budaya positif yang kuat di lingkungan sekolah.
Kegiatan Kepala Sekolah tidak hanya berkaitan dengan pimpinan pengajaran
saja, melainkan meliputi seluruh kegiatan sekolah, seperti pengaturan, pengelolaan
sekolah, dan supervisi terhadap staf guru dan staf administrasi. Kepala Sekolah pada
dasarnya melakukan kegiatan yang beraneka macam dari kegiatan yang bersifat
akademik, administratif, kegiatan kemanusiaan dan kegiatan sosial.
Banyak kegiatan Kepala Sekolah yang sangat bermanfaat, yang bisa ditiru
oleh Kepala Sekolah lain dalam melaksanakan tugasnya. Beberapa sekolah yang
mempunyai prestasi yang baik di dalam pengelolaan sekolah (prestasi hasil belajar
47
siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat) dapat dijadikan bahan kajian oleh
sekolah lain dalam rangka mengelola sekolahnya sendiri. Walaupun disadari pula
bahwa tidak ada situasi yang sama yang dapat dijadikan landasan untuk pengelolaan
sekolah seperti guru, siswa, administrasi dan alat peralatan. Hal ini sangat
mempengaruhi bagi terciptanya sekolah yang efektif.
5. Persepsi Kepemimpinan Kepala Sekolah
Persepsi pada hakekatnya merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap
orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan maupun lewat penciuman. Aspek perasaan dan
penghayatan disini dirasa kurang tepat sebagai alat penerima informasi dari
lingkungan. Penginderaan merupakan aspek awal dalam menerima informasi yang
kemudian dipersepsikan pada berbagai indera seperti mencium, mendengar, melihat,
meraba sesuatu obyek, peristiwa, idea tau kegiatan.
Lebih luas lagi tentang pengertian persepsi sebagaimana dipaparkan oleh
Filley (www.endang965.wordpress.com:2012). Menurut Filley ada tiga komponen
utama dari proses persepsi sebagai berikut:
a. Seleksi merupakan proses psikologis yang sangat erat dengan
pengamatan atau stimulus yang diterima dari luar. Rangsangan
(stimulus) dari luar yang mencapai indera kita terbatas, baik
mengenai jenis, maupun mengenai intensitasnya. Namun
sebagian kecil stimulus yang mencapai kesadaran kita, karena
adanya proses penyaringan, disamping faktor intensitas
perhatian yang diberikan.
48
b. Intepretasi merupakan proses mengorganisasikan informasi
sehingga mempunyai arti bagi seseorang, intepretasi tergantung
kepada berbagai faktor, seperti pengalaman, sistem nilai,
motivasi, kepribadian, dan kecerdasan.
c. Reaksi merupakan intepretasi dari persepsi kemudian
diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku.
Informasi yang diterima individu mengenai obyek, peristiwa, kegiatan atau
ide, kemudian diorganisasikan dan diintepretasikan sehingga melahirkan pendapat
atau
pandangan.
Banyak
faktor
yang
mempengaruhi
seseorang
dalam
menginterprestasikan informasi yang diterimanya tentang obyek, peristiwa, ide atau
kegiatan tertentu, diantaranya pengalaman, motivasi, kecerdasan dan intensitas
perhatian yang diberikan.
Kenyataan diatas berlaku juga bagi guru-guru dalam menerima informasi
tentang kepemimpinan kepala sekolah. Informasi tersebut diintepretasikan ke dalam
bentuk pendapat atau pandangan. Pendapat atau pandangan tersebut merupakan
konstruksi dari masing-masing guru. Inilah yang merupakan realita kepemimpinan
kepala sekolah menurut guru. Persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah
terbentuk karena adanya informasi-informasi yang diterima oleh guru-guru tentang
kepemimpinan kepala sekolah. Informasi tersebut dapat kontak langsung dengan
kepala sekolah, dan dapat pula diterima dari guru-guru lain, karyawan tata usaha, dan
orang lain.
Tugas kepala sekolah sebagai pemimpin disekolah adalah memahami kultur
sekolah sebagai dasar dalam tata usaha meningkatkan kondisi-kondisi di sekolah,
49
sehingga tercipta perwujudan dan kegiatan belajar mengajar yang bermutu tinggi.
Kultur sekolah mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) Persepsi guru dan staf sekolah lainnya tentang cirri atau karakteristik dan
kualitas di sekolah
2) Pola kerja yang mencakup perilaku dalam berorganisasi di sekolah, seperti
motivasi, komunikasi, kepemimpinan, penentuan tujuan, evaluasi, dan
pengawasan
3) Persepsi guru dan staf lainnya yang mempengaruhi kinerja mereka
4) Kinerja guru yang mempengaruhi kinerja mereka
Sekolah yang sehat memiliki kultur organisasi sekolah yang baik. Sekolah
dikatakan sehat bila terdapat dorongan dan semangat yang tinggi. Moral kerja yang
tinggi jika kepala sekolah, guru, dan staf selalu bekerja dengan semangat yang tinggi,
sangat antusias, bergairah, dan sebagainya. Selanjutnya sekolah itu terhindar dari
tekanan-tekanan berbagai pihak. Kepemimpinan kepala sebagai istilah umum dapat
dirumuskan sebagai proses dengan sengaja mempengaruhi orang lain dalam
merealisasikan tujuan.
Persepsi kepemimpinan kepala sekolah mempunyai beberapa indikator guna
memberikan perhatian dan intelektual untuk mempengaruhi guru dalam mencapai
tujuan sebagai berikut:
a. Memberikan pengarahan kepada para guru terhadap sebuah tugas
b. Mendorong anda untuk mengembangkan kreativitas
c. Memberikan penghargaan terhadap ide-ide yang anda sampaikan
50
d. Memberikan perhatian tentang kebutuhan berprestasi anda
e. Tidak memberikan penjelasan mengenai kebijakan yang ada di sekolah
sehingga membingungkan guru
f. Dalam memberikan petunjuk pelaksanaan tugas kepada guru kurang
konsisten (berubah-ubah)
g. Memberikan kebijakan khusus pada guru bila ada kebijakan baru dari dinas
pendidikan
h. Jika terjadi kelalaian guru dalam pelaksanaan tugas, kepala sekolah
membiarkan saja
i. Sering mengingatkan guru untuk mencegah terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan
j. Baik guru yang kreatif atau yang biasa saja sering diberikan tugas yang sama
k. Secara teratur kepala sekolah memeriksa daftar kehadiran guru setiap hari
dalam tugas
l. Kepala sekolah tidak terlalu memperdulikan tingkat ketercapaian target
kurikulum
m. Saya menyimpulkan bahwa kepala sekolah memiliki perhatian yang lebih
terhadap kelengkapan persiapan guru
n. Kepala sekolah sering mengemukakan berbagai kekurangan dan kelemahan
guru dalam melaksanakan tugas pada saat rapat dewan guru
51
D. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian David Aleixo Guterres (2011:76) yang meneliti
hubungan kesejahteraan dengan kinerja mengajar guru SMA DI SUB DISTRITU
DOM ALEIXO DISTRITU DILI TIMOR LESTE menemukan bahwa terdapat
hubungan antara kesejahteraan dengan kinerja mengajar guru dengan nilai r sebesar
0,147.
Yuliati Eko Atmojo (2009:84) yang meneliti hubungan kepemimpinan
transformasional kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru SMA Negeri 1 dan
SMA Negeri 2 di Salatiga menemukan bahwa terdapat hubungan antara
kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru
dengan nilai r sebesar 0,513.
Muhamad (2010:83) yang meneliti hubungan kesejahteraan dan perilaku
kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru SD di Kec. Kedungjati
Kab. Grobogan menemukan bahwa terdapat hubungan antara kesejahteraan dan
perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru dengan nilai r
sebesar 0,663.
E. Kerangka Penelitian
Kinerja mengajar guru mempunyai andil yang sangat besar terhadap berhasil
tidaknya proses belajar mengajar. Ada faktor yang mempengaruhi keberhasilan
proses belajar mengajar, seperti: kematangan, hubungan peserta didik dengan guru,
kemampuan verbal, rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Guru
52
sebagai manusia yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam rangka
meningkatkan kinerja mengajarnya.
Kesejahteraan adalah pemenuhan kebutuhan dan keperluan yang bersifat
jasmaniah dan rohaniah baik di dalam maupun diluar hubungan kerja secara
lasngsung maupun tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja dalam
lingkungan kerja yang aman dan sehat. Kesejahteraan akan teratasi tergantung pada
guru yang menggunakan haknya dengan baik. Dengan cara lebih mengatur gaji
sehingga tidak perlu mencari uang tambahan, tunjangan guru digunakan secara
maksimal, fasilitas kesehatan dipakai ketika sakit dan harus dirawat di rumah sakit.
Kepemimpinan adalah kepemimpinan yang dipimpin berdasarkan kekuasaan
yang berada diluar kelompok. Kepala sekolah adalah seorang pemimpin yang muncul
karena dipilih berdasarkan kemampuan yang menonjol yang dimiliki. Kepemimpinan
berarti melibatkan bawahan yang harus memiliki kemampuan dan kemauan untuk
menerima arahan dari pimpinan.
Dengan demikian, dapat dijelaskan kinerja mengajar guru berhubungan
dengan kesejahteraan dan persepsi kepemimpinan demokratis kepala sekolah SMK
Negeri Kota Salatiga.
Penelitian ini akan mencari tahu besarnya hubungan kesejahteraan dan
persepsi kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru SMK Negeri
Kota Salatiga, seperti pada gambar berikut:
53
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
X1
X1: Kesejahteraan
X2: Persepsi Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah
Y:
Kinerja Mengajar Guru SMK Negeri Kota Salatiga
X2
F. Hipotesis Penelitian
Hamid (2011:43) mengatakan hipotesis adalah penjelasan yang bersifat
sementara untuk tingkah laku, kejadian dan peristiwa yang sudah atau akan terjadi.
Pada hakekatnya, hipotesis itu merupakan kontrol dari keseluruhan peneliti (termasuk
subjek, instrumen, perencanaan, prosedur, analisis, dan kesimpulan). Sugiyono
(2011:64) mengatakan hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban
teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.
Dari pernyataan diatas maka penulis merumuskan hipotesis dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara kesejahteraan dengan kinerja mengajar guru PNS di
kalangan SMK Negeri Kota Salatiga
54
Y
2. Ada hubungan antara persepsi guru terhadap kepemimpinan demokratis
kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru PNS di kalangan SMK Negeri
Kota Salatiga
3. Ada
hubungan
antara
kesejahteraan
dan
persepsi
guru
terhadap
kepemimpinan demokratis kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru PNS
di kalangan SMK Negeri Kota Salatiga
55
Download