BAB II LANDASAN TEORI A. Kinerja Mengajar Guru 1. Konsep Kinerja Istilah kinerja berasal dari kata bahasa Inggris Job performance atau performance yang diartikan sebagai prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang. Mangkunegara dalam Muhamad (2010:15), menjelaskan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Berdasarkan pengertian diatas, dengan demikian kinerja dapat dijelaskan sebagai suatu wujud keberhasilan yang dicapai oleh seseorang atau organisasi sesuai dengan tugas dan fungsinya yang merupakan realisasi perpaduan kemampuan, motivasi dan persepsi tentang bidang profesi atau pekerjaan yang dimiliki. Organisasi pemerintah dan non pemerintah selalu menggunakan konsep kinerja untuk mengukur keberhasilan atau prestasi didalam suatu organisasi. Dalam setiap pekerjaan yang dilakukan seseorang baik di instansi pemerintah maupun non pemerintah, bila tidak mendapatkan hasil yang baik dan untuk kinerja yang sudah baik, harus dipertahankan dan ditingkatkan agar selalu mendapat apresiasi dan prestasi. Depdiknas (http://ilyasismailputrabugis.blogspot.com:2009) mengatakan bahwa kinerja diartikan sebagai sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan 12 atau kemampuan kerja. Hal itu berarti bahwa kinerja selalu berhubungan dengan keberhasilan, kesuksesan, dan prestasi yang diharapkan. Untuk itu setiap pekerjaan yang dilaksanakan, jika tidak membawa hasil yang baik, maka perlu mendapat perhatian untuk diperbaiki guna memperoleh tugas yang mendatangkan hasil yang baik, maka perlu dipertahankan dan diupayakan untuk meningkatkannya. Dengan demikian kinerja merupakan suatu perbuatan, suatu prestasi atau apa yang diperlihatkan seseorang melalui tugas yang diemban yang didukung denga keterampilan yang dimiliki. Organisasi pemerintah atau non pemerintah, konsep kinerja bukanlah suatu konsep yang asing karena kinerja sudah lazim digunakan untuk mengetahui suatu keberhasilan atau prestasi didalam suatu kejadian usaha atau suatu organisasi. Bernandin dan Russel dalam Bernadus Na’atonis (2005:10) mengatakan kinerja sering dikaitkan dengan keberhasilan atau kesuksesan dalam bekerja yang berarti prestasi yang harus dipertahankan, sehingga kegagalan atau ketidakberhasilan harus diperbaiki. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia kata kinerja memiliki tiga arti, yaitu sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, dan kemampuan kerja. Menurut Bernardin dan Russel dalam Bernadus Na’atonis (2005:10) mengatakan ada enam karakter untuk mengukur kinerja, yaitu: a. Kualitas (Quality) adalah ukuran untuk mengetahui sejauh mana proses atau hasil ukuran untuk mengetahui sejauh mana proses atau hasil kegiatan mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan. 13 b. Kuantitas (Quantity) adalah jumlah yang dihasilkan misalnya jumlah unit, istilah-istilah nilai, dolar jumlah siklus kegiatan yang diselesaikan. c. Timeliness adalah tingkat sejauh mana kegiatan diselesaikan pada waktu yang dikehendaki dengan memperhatikan koordinasi out line serta waktu yang tersedia untuk kegiatan lain. d. Cost effectiveness adalah tingkat sejauh mana penggunaan sumberdaya organisasi (manusia, keuangan, teknologi, dan material) dimaksimalkan untuk mencapai hasil yang tinggi atau pengurangan keahlian dari setiap penggunaan sumber daya. e. Need for Supervision merupakan tingkat sejauh mana seorang pekerja dapat melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seseorang supervisior untuk mencegah tindakan yang kurang atau tidak diinginkan. f. Interpersonal Impact merupakan tingkat sejauh mana pegawai memelihara harga diri, nama baik untuk mencegah tindakan yang kurang diinginkan. Tingkat dimana seorang pemain mempromosikan perasaan harga diri, goodwill, dan kerja sama antar rekan kerja dan bawahan. 2. Kinerja Mengajar guru Berdasarkan keputusan Mendikbud RI No. 025/0/1995 tentang teknis ketentuan pelaksanaan jabatan fungsional guru dan angka kredit unsur utama yang merupakan refleksi kinerja guru diukur dari seberapa besar prestasi yang dicapai atau dilaksanakan oleh guru melalui kemampuan merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melakukan evaluasi. Sedangkan unsur penunjang terdiri dari pengembangan profesionalisme guru dan pengabdian masyarakat. Kinerja mengajar guru dapat terlefeksi dalam tugasnya sebagai seorang pengajar dan sebagai seorang administrator kegiatan pembelajaran, dengan kata lain 14 kinerja seorang guru dapat terlihat dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan kegiatan terakhir yang dilaksanakan oleh guru adalah evaluasi. Candiasa dalam Muhamad (2010:16) menjelaskan mengenai perumusan dalam lokakarya Pendidikan Nasional, yang meliputi: a. Merencanakan kegiatan pembelajaran, yang terdiri dari: 1) Merencanakan pembelajaran 2) Memilih bahan pembelajaran 3) Menyusun bahan pembelajaran 4) Menyusun tujuan pembelajaran khusus 5) Menentukan metode pembelajaran 6) Menentukan strategi pembelajaran 7) Menentukan alokasi waktu 8) Menentukan media pembelajaran 9) Menentukan sumber pembelajaran 10) Membuat alat penilaian hasil b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran, yang meliputi: 1) Menyampaikan bahan pembelajaran 2) Menggunakan alat/media pembelajaran 3) Memberikan kesempatan siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran 4) Mengatur waktu secara efektif 5) Memanfaatkan fasilitas 6) Melaksanakan penilaian pembelajaran 7) Mengakhiri pembelajaran tepat waktu c. Menilai kegiatan pembelajaran, terdiri dari: 1) Melakukan penilaian pembelajaran 2) Menerapkan evaluasi secara lisan dan tertulis 3) Mengadakan pembuatan materi yang diteskan 4) Menyusun kisi penyusunan soal tes 5) Membuat butir soal sesuai dengan materi 6) Menyusun evaluasi berdasarkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik 7) Melakukan analisis hasil evaluasi belajar 8) Mengembalikan hasil evaluasi 15 9) Menggunakan hasil evaluasi sebagai bahan masukan Berdasarkan pengertian diatas, maka kinerja menekankan pada tiga hal, yaitu: a. Adanya pencapaian sesuatu b. Adanya prestasi yang ditunjukkan c. Adanya kemampuan kerja Soedjiarto dalam Bernadus Na’atonis (2005:22) menyatakan ada tiga kemampuan guru yang dituntut dalam proses belajar mengajar, yaitu: a. Merencanakan program belajar mengajar artinya perencanaan pembelajaran dibuat oleh guru sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran. Kegiatan dimana para guru memvisualisasikan masa depan dengan menciptakan suatu bingkai kerja untuk menuntun mereka dimasa yang akan dating. Secara umum dasar dibuatnya perencanaan pembelajaran adalah agar pembelajaran yang dilakukan guru lebih efektif karena guru sudah memiliki persiapan sebelumnya. b. Melaksanakan atau memimpin proses belajar mengajar merupakan dasar terjadinya suatu pembelajaran artinya ada interaksi antar guru dengan siswa, siswa dengan teman sejawatnya, dan antara siswa dengan media atau sumber belajar yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. c. Menilai kemajuan proses belajar mengajar artinya mentafsirkan dan memanfaatkan hasil penelitian kemajuan belajar mengajar dan informasi lainnya untuk menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian tentang kinerja mengajar guru, dapat disimpulkan bahwa kemauan dalam pelaksanaan pembelajaran dimulai dari kemampuan membuat perencanaan kegiatan belajar mengajar, kemampuan melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dan kemampuan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar serta mengadakan tindak lanjut guna menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. 16 Selain itu motivasi juga mempengaruhi kinerja mengajar guru. Motivasi ialah tingkah laku manusia didorong oleh motif-motif tertentu. Sering didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untuk beraktivitas yang dimulai dari dorongan diri sendiri dan diakhiri dengan penyesuaian diri. Motivasi pada dasarnya mengandung tiga komponen yaitu: menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada diri individu, mengarahkan berarti menyalurkan perilaku dan menopang adalah menjaga perilaku lingkungan sekitar. Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang akan dating dari dalam maupun yang dating dari lingkungan sekitar dimana individu berada. Dari faktor yang berkaitan dengan keberhasilan suatu organisasi atau lembaga, faktor tersebut merupakan faktor yang dominan dan dapat menggerakkan faktor lain kearah efektivitas kerja individu. 3. Standar kinerja Guru Guru professional dalam menjalankan tugasnya harus memiliki kompetensi. Sudarmawan Danim (2010:111) mendefinisikan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dari seorang tenaga professional. Kompetensi juga dapat diartikan sebagai spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki seorang serta penerapannya dalam pekerjaan, sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan oleh masyarakat dan dunia kerja. Bila dikaitkan dengan masalah 17 keguruan kompetensi memiliki tiga taksonomi standar yang mencakup standar isi, standar proses, dan standar penampilan. Standar isi meliputi muatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang disajikan dalam kegiatan pelatihan. Standar proses mencakup criteria kinerja dalam aktivits transformasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dituntut, termasuk daya dukung fasilitatifnya. Standar penampilan berkenaan dengan perfomansi. UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru dinyatakan apabila memiliki empat kompetensi guru, yaitu: a. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Dalam kompetensi kepribadian guru professional harus memiliki (a) kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan norma, (b) kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru, (c) kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatn peserta didik, sekolah dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak, (d) kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani, (e) berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputi bertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik. b. Kompetensi paedagogik adalah kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan sebagai potensi yang dimilikinya. Dalam kompetensi paedagogik guru professional harus dapat (a) memahami peserta didik secara mendalam 18 meliputi memahami peserta didik dan memanfaatkan prinsipprinsip perkembangan kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal awal peserta didik, (b) merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran yang meliputi memahami landasan pendidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih, (c) melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar (setting) pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif, (d) merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level), dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum, (e) mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya meliputi memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non akademik. c. Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran disekolah dan substansi keilmuan menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodelogi keilmuannya. Dalam kompetensi professional, guru professional harus dapat (a) menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari, (b) menguasai struktur dan metode keilmuan yang meliputi menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan materi bidang studi. 19 d. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Dalam kompetensi sosial, guru harus dapat (a) bersifat inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif, karena pertimbangan jenis kelamin, negara, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial keluarga. (b) dapat berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesame pendidik, tenaga pendidikan orang tua dan masyarakat. (c) dapat beradaptasi ditempat bertugas diseluruh wilayah RI yang memiliki keragaman sosial budaya dan (d) dapat berkomunikasi dengan lisan maupun tulisan. Berdasarkan kepmendiknas dan kebudayaan RI No. 025/0/1995 yang dimaksud dengan standar prestasi kerja guru adalah kegiatan minimal yang wajib dilakukan guru dalam proses belajar mengajar atau bimbingan. Kinerja guru sebuah standar prestasi kerja yang dicapai guru dilihat dari indikator-indikator kepribadian, paedagogik, professional, dan sosial. Untuk melakukan penilaian terhadap kinerja mengajar guru diperlukan standar tertentu sebagai acuan. Standar penilaian kinerja mengajar guru telah ditetapkan dalam Keputusan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 200/C/Kep/KP/1996, tanggal 02 Oktober 1996 yang berisi sebagai berikut: “Tugas dan tanggung jawab seorang guru”, meliputi hal-hal: (1) membuat perangkat program pengajaran yang meliputi (a) analisa materi pelajaran (AMP), (b) program tahunan/semester, (c) program satuan pembelajaran, (d) program rencana pembelajaran, (e) program mingguan dan (f) lembar kerja siswa; (2) melaksanakan kegiatan pembelajaran, (3) melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan harian, ulangan umum, ujian terkhir, (4) melaksanakan analisa hasil ulangan harian, 20 (5) menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan, (6) mengisi daftar nilai siswa, (7) melaksanakan kegiatan membimbing kepada guru lain dalam proses kegiatan belajar mengajar, (8) membuat alat pelajaran/alat peraga, (9) menumbuhkembangkan sikap menghargai karya seni, (10) mengikuti kegiatan dan mengembangkan serta permasyarakatan kurikulum, (11) melaksanakan tugas tertentu di sekolah, (12) mengadakan pengembangan program pengajaran untuk menjadi tanggung jawabnya, (13) membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa, (14) mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran, (15) mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang praktikum, (16) mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkatnya. 1. Motivasi Kerja Guru Motivasi tidak timbul dari dalam diri manusia tetapi motivasi berasal dari lingkungan sekitar juga mempengaruhi walaupun tidak terlalu dominan. Sumadi dalam Muhamad (2010:25) mengatakan bahwa motivasi kerja guru yang paling berhasil adalah pengarahan pada diri sendiri. Maksud dari motivasi ini mencakup dalam situasi belajar memenuhi kebutuhan siswa dan guru. Seorang harus memiliki motivasi diri yang kuat tanpa banyak rangsangan eksternal, walaupun eksternal juga sangat mempengaruhi. Motivasi diri yang berbasis kesenangan pada apa yang dikerjakan oleh guru memang menjadi bagian dari hidupnya, terlepas dari ada atau tidak manfaatnya ekonomi sosial. Kesejahteraan guru yang harus dimotivasi lebih dalam lagi karena 21 hal tersebut berkaitan dengan kehidupan. misalnya gaji guru tidak cukup dalam kehidupan sehari-hari maka akan mempengaruhi didalam kelas, ketika mengajar guru akan merasa kurang semangat dan mengakibatkan murid susah dalam mencerna pelajaran yang diberikan. Untuk itu perlu motivasi kuat yang berasal dari dalam diri guru itu sendiri. Tugas kepala sekolah disini juga sebagai pemimpin yang lebih memotivasi guru dalam kinerja mengajar di sekolah. Motivasi tidak hanya diberikan dalam sebuah semangat dan dorongan saja. Tetapi motivasi juga bisa diwujudkan dengan perbuatan yang berbentuk empati langsung dari kepala sekoah sehingga guru merasa dirinya diperhatikan oleh kepala sekolah dengan baik. A. Kesejahteraan 1. Pengertian Kesejahteraan Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pasal 1 menyatakan bahwa: Kesejahteraan adalah pemenuhan kebutuhan atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah baik dalam maupun diluar hubungan kerja yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat. Oleh karena itu kesejahteraan sangat berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan hidup seseorang baik secara material maupun secara non material demi meningkatkan produktivitasnya. 22 Moeliono dalam David Alexio Guterres (2011:21) mengatakan bahwa kesejahteraan merupakan salah satu faktor yang menentukan serta mendorong semangat kerja seseorang. Kesejahteraan yang baik dapat memotivasi orang untuk mengembangkan kemampuan secara optimal. Demikian pula halnya dengan seseorang guru merasa sejahtera akan berusaha secara optimal untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya guru mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan bersama. Guru yang tidak sejahtera akan sulit mengkonsentrasikan diri untuk mengembangkan profesinya, karena ia selalu menemui hambatan-hambatan yang menyebabkan kurang bersemangat dalam melihat perluan untuk mengembangkan dirinya. Maka sejahtera bagi setiap orang memang bersifat relatif, namun ada hal-hal yang dapat dijadikan criteria sekaligus indikator empirik dalam menentukan tingkatan kesejahteraan. Menurut Badudu dan Zein dalam Fransius lassa (2005:24) mengatakan kesejahteraan adalah suatu hal atau keadaan sejahtera, keselamatan, dan ketentraman, serta kemakmuran. Dapat diidentifikasikan bahwa kesejahteraan berkaitan dengan keselamatan, ketentraman dan kemakmuran. Kesejahteraan sosial menurut Undangundang Pasal 2 Nomor 6 Tahun 1974, yaitu suatu tata kehidupan dan penghidupang sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat, dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia serta sesuai dengan Pancasila. Oleh karena itu dapat disimpulkan 23 bahwa seseorang guru bersedia melaksanakan kegiatan belajar mengajar karena adanya keinginan untuk mendapatkan imbalan seperti: upah/gaji, tunjangan, honorarium, atau insentif agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Kesejahteraan erat kaitannya dengan kebutuhan hidup. Di sisi lain satu kebutuhan telah terpenuhi, muncul kebutuhan yang lain. Menurut Maslow dalam Fransius Lassa (2005:24-26) mengatakan tingkatan kebutuhan manusia, sebagai berikut : 1. Kebutuhan Fisiologis 2. Kebutuhan akan rasa aman 3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi 4. Kebutuhan untuk dihargai 5. Kebutuhan aktualisasi diri Kebutuhan fisiologis (physiological needs) merupakan kebutuhan yang paling rendah tingkatnya dan memerlukan pemenuhan yang paling mendesak. Misalnya kebutuhan makan, minum, air dan udara. Kebutuhan rasa aman (safety needs) merupakan kebutuhan tingkat kedua ini adalah kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungan, misalnya kebutuhan akan pakaian, tempat tinggal, dan perlindungan atas tindakan yang sewenang-wenang. Kebutuhan kasih sayang (belongingness and love needs) merupakan kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesame jenis maupun dengan yang berlainan jenis, dilingkungan keluarga ataupun dimasyarakat, misalnya rasa disayangi, diterima dan butuhkan oleh orang lain. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs) merupakan kebutuhan terdiri atas dua bagian. Bagian pertama adalah 24 penghormatan atau penghargaan dari diri sendiri dan bagian yang kedua adalah penghargaan dari orang lain. Misalnya hasrat untuk memperoleh kekuatan pribadi dan penghargaan atas apa-apa yang dilakukannya. Kebutuhan akan aktualisasi diri (need for self actualization) merupakan kebutuhan yang paling tinggi dan akan muncul apabila kebutuhan yang ada dibawahnya sudah terpenuhi dengan baik. Misalnya seorang pemusik menciptakan komposisi musik atau seorang ilmuwan menemukan suatu teori yang berguna bagi kehidupan. Jenis-jenis pelayanan dan program pelayanan yang diberikan organisasi dapat berbeda-beda jenisnya dan jumlahnya, dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Time off benefit yang meliputi hari-hari sakit, liburan, cuti, dan alasanalasan lain. 2. Jaminan terhadap resiko ekonomi. 3. Program-program pelayanan meliputi program rekreasi, kafetaria, perumahan, beasiswa pendidikan, fasilitas pembelian, konseling finansial yang legal, dan lain-lain. Program kesejahteraan, dan pemberian berbagai fasilitas tersebut disebut dengan berbagai macam istilah seperti benefit and services, program kesejahteraan, program pelayanan, kompensasi pelengkap, tunjangan, dan lain-lain. Apapun istilah yang digunakan, maksud dan tujuan pemberiaannya sama, yaitu untuk membantu guru memenuhi kebutuhannya diluar kebutuhan rasa adil, kebutuhan fisik dalam upaya meningkatkan komitmen pegawai kepada organisasi, meningkatkan komitmen 25 pegawai kepada organisasi, meningkatkan gangguan unjuk rasa sebagai faktor yang sangat penting dalam usaha meningkatkan efektivitas organisasi. Begitu pentingnya aspek kesejahteraan bagi pekerja termasuk guru, pihak lembaga/pemerintah perlu mempertimbangkan kesejahteraan para guru. Apabila pihak lembaga/pemerintah memberikan perhatian yang memadai terhadap kesejahteraan, maka guru akan lebih giat dalam melaksanakan tugasnya. Seorang guru akan lebih giat dalam menjalankan tugasnya apabila mereka merasa pihak pemerintah akan memperhatikan kesejahteraan mereka dan memberikan perhatian khusus bagi mereka. Memberikan perhatian kesejahteraan dapat diartikan bahwa memberikan perhatian baik berbentuk material maupun non material. Material bisa dalam bentuk gaji/upah, sedangkan non material bisa berbentuk penghargaan lain seperti kenaikan pangkat. Konsep kesejahteraan sangat luas pengertiannya maka konsep kesejahteraan diturunkan dalam sub konsep yaitu dalam kaitannya dengan gaji/upah, tunjangan jabatan, dan honorarium lainnya. Tunjangan jabatan misalnya: tunjangan kepala sekolah, tunjagan wakil kepala sekolah, tunjangan wali kelas. Sedangkan honorarium berkaitan dengan honor lembur, perjalanan dinas dan kepanitiaan. Maka dari itu kesejahteraan berhubungan erat dengan aspek material dan aspek non material. Indikator dari aspek material: gaji, tunjangan, honor, jaminan sosial, dan insentif. Sedangkan indikator dari non material: kenaikan pangkat, kesempatan mendapatkan promosi, suasana kerja, kepemimpinan dan kebijakan organisasi. 26 Berdasarkan uraian-uraian tentang kesejahteraan maka disimpulkan bahwa, kesejahteraan adalah kondisi dari seorang yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan orang tersebut berusaha dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, keluarga, dan masyarakat dengan sebaikbaiknya berdasarkan nilai-nilai yang berlaku pada masyarakat lingkungan dia berada. 2. Tingkat Kesejahteraan Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh sejauh mana kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan belajar mengajar. Namun demikian, posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan professional mengajar dan tingkat kesejahteraan. Ukuran kesejahteraan sangat sulit diukur hanya dengan kecukupan materi saja. Tingkat kesejahteraan seorang guru dilihat melalui indikator sebagai berikut: 1) pengahasilan setiap bulan mencukupi kebutuhan pokok keluarga sehari-hari secara tetap dan berkualitas. 2) kebutuhan pendidikan keluarga dapat terpenuhi secara baik dan optimal. 3) memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan berkelanjutan serta mengembangkan diri secara profesional. 4) menggunakan fasilitas kesehatan dengan baik berdasarkan kebutuhan. Penghasilan yang dimaksudkan bukan hanya penghasilan yang diperoleh dari gaji guru (baik pegawai negeri maupun honorer), melainkan juga penghasilan lain yang diperoleh dari sumber lain. Pada 27 konteks ini tidak tertutup kemungkinan seorang guru memiliki pekerjaan tambahan lain diluar tugasnya sebagai guru disebuah sekolah. Bahkan, pada sejumlah kasus penghasilan guru sebagai tukang ojek lebih besar daripada gaji golongan III/C. penghasilan tambahan serupa ini tentu akan menumbuhkan tingkat kesejahteraan keluarga sehingga keluarga guru tersebut akan mampu meningkatkan taraf hidupnya, memberikan pendidikan kepada anak-anaknya secara lebih baik, serta memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya sendiri bagi kepentingan karirnya. 3. Faktor Kesejahteraan Kesejahteraan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kinerja guru dalam meningkatkan kualitasnya, sebab semakin sejahteranya seorang guru makan semakin tinggi kemungkinan untuk meningkatkan kinerjanya. Tujuan kesejahteraan sosial adalah untuk menjamin kebutuhan hidup manusia sesuai dengan standar kehidupan yang layak sehingga tidak mengganggu tugas dan profesi seseorang dalam pencapaian tugas organisasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan karyawan meliputi: a. Faktor yang berhubungan dengan karyawan 1) gaji/upah yang baik 2) rekan kerja yang kompak 3) kondisi kerja yang aman b. Faktor yang berhubungan dengan pimpinan 1) Pimpinan yang adil dan bijaksana 28 2) Sumber dana yang tersedia 3) Komunikasi 4) Penghargaan Degan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan individu antara lain adalah tingkat upah, jaminan sosial, penyediaan fasilitas kesejahteraan, koperasi karyawan, dan usaha produktivitas lain di perusahaan. Pemenuhan kebutuahan manusia dalam kesejahteraan adalah suatu upaya pemenuhan material dan non material yang meliputi rasa aman, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin dalam upaya menjamin hak-hak asasi manusia sehingga dapat menimbulkan produktivitas kerja. Pemenuhan kebutuhan manusia merupakan syarat utama perwujudan rasa sejahtera. Dalam kenyatan, sebagian besar seorang bekerja pada suatu organisasi karena alasan pemenuhan kebutuhan non material. Oleh karena itu besar kecilnya prestasi kinerja yang disumbangkan seseorang dalam suatu organisasi pada umumnya sangat tergantung pada tingkat pemenuhan kebutuhan. Setiap individu yang bekerja pada suatu organisasi berharap akan mendapatkan imbalan yang layak untuk meningkatkan taraf hidupnya. Demikian pula halnya dengan seorang guru yang bekerja disuatu lembaga pendidikan berharap mendapatkan imbalan yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Karena guru yang tidak sejahtera akan sulit mengembangkan profesinya, karena guru yang bersangkutan akan selalu menemui hambatan-hambatan yang akan menyebabkan mengembangkan dirinya. 29 kurang bersemangat dalam Dengan mengacu pada uraian diatas, maka faktor kesejahteraan memiliki peran yang ikut mempengaruhi kinerja seorang guru. Hal ini berarti seorang akan mengkonsentrasikan diri pada kegiatan belajar mengajar dan tidak akan melakukan pekerjaan sampingan bila ia sudah meras terpenuhi kebutuhan hidupnya dengan kata lain sudah merasa sejahtera. C. Persepsi Kepemimpinan Demokratis 1. Pengertian Kepemimpinan Istilah tentang kepemimpinan merupakan terjemahan dari “leadership” yang berasal dari kata leader yang artinya pemimpin, ketua, kepala. Untuk memperluas pandangan terhadap pengertian kepemimpinan para ahli berbeda-beda dalam mendefinisikannya, diantara definisi kepemimpinan, yaitu: a. Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi dalam Imam Wahyudi (2012:12) mengatakan kepemimpinan adalah seni atau kemampuan untuk mengkoordinasikan dan menggerakkan seseorang individu atau kelompok kearah pencapaian tujuan yang diharapkan. b. Miftah Thoha dalam Imam Wahyudi (2012:13) mengatakan kepemimpinan adalah suatu aktifitas untuk mempengaruhi orang-orang agar mau diarahkan untuk mencapai tujuan lembaga. c. Moch. Idochi Anwar dalam Imam Wahyudi (2012:13) mengatakan kepemimpinan merupakan usaha yang dilakukan seseorang dengan segenap kemampuan untuk mempengaruhi, 30 mendorong, mengarahkan, dan menggerakkan orang-orang yang dipimpin supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangat dan kepercayaan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. d. Hadari Nawawi dalam Imam Wahyudi (2012:13) mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan, memberikan motivasi dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang dilakukan. Kepemimpinan merupakan faktor penting yang paling menentukan berjalan atau tidaknya suatu organisasi. Kepemimpinan juga merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi gagal atau berhasilnya sebuah lembaga (organisasi). Kepala sekolah adalah pemimpin suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai tugas dan tanggung jawabnya sangat besar. Karena ia merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan lembaga pendidikan tersebut, yang akan menentukan bagaimana tujuan sekolah dan pendidikan di lembaga tersebut pada umumnya dapat direalisasikan. Sebagai pemimpin formal, kepala sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya pemberdayaan tenaga pendidik (guru) dan tenaga kependidikan (nonguru/TU, Staf, Pegawai, dll). Untuk itu, kepala sekolah bertugas melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan baik yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan, maupun penciptaan iklim sekolah yang kondusif bagi terlaksananya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Dalam hal ini strategi kepemimpinan yang dilakukan menjadi sangat penting, karena laju perkembangan 31 atau program pendidikan yang ada pada setiap sekolah ditentukan oleh arahan, bimbingan, serta visi yang ingin dicapai sekolah. Dalam sebuah lembaga pendidikan formal, sosok pemimpin merupakan aspek yang sangat mempengaruhi gerak dan hasil kerja personelnya. Begitu juga dengan sosok pemimpin sebuah lembaga pendidikan layaknya sebuah sekolah mulai dari TK hingga SMA/SMK/sederajat, di mana kepal a sekolah memiliki otoritas sendiri dalam mempengaruhi aktivitas keseharian para karyawan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu kegagalan dalam pengelolaan sekolah baik swasta maupun negeri adalah lemahnya pemimpin dalam menjalankan tugas yang diembannya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya peran serta pemimpin dalam menentukan kebijakan yang diambil atau gaya kepemimpinannya tidak ideal. Oleh karena itu, kinerja pemimpin kepala sekolah sangat dibutuhkan baik secara intern maupun ekstern. Kepala sekolah merupakan seorang manajer di sekolahnya dan ia harus bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian berubah atau perbaikan program sekolah. Keberhasilan pendidik di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga pendidik (guru) dan tenaga kependidikan (TU, staf, karyawan, dll) yang tersedia dilembaga tersebut. Karena guru dan tenaga kependidikan tersebut adalah motor penggerak dan laju proses pembelajaran yang sedang berlangsung dalam suatu sekolah. Dan oleh karena profesionalitas tenaga kependidikan haruslah selalu distimulasi dengan berbagai bentuk perkembangan pemberdayaan yang mengarah pada pembaharuan serta peningkatan kompetensi baik 32 teoritis maupun praktis. Peran sentral tenaga kependidikan dalam meningkatkan kualitas pendidik sulit diabaikan. Untuk mendapatkan SDM yang berkualitas yang mampu bersanding dan bersaing dengan negara maju, diperlukan tenaga kependidikan professional yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Tenaga kependidikan tersebut perlu dikembangkan, dibina, dan diberikan penghargaan yang layak sesuai dengan tuntutan visi, misi, dan tugas yang diembannya. Dalam kepemimpinannya seorang kepala sekolah dalam hal ini berupaya untuk meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif, perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Mulyasa dalam Imam Wahyudi (2012:11) mengatakan perilaku pemimpin yang positif dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerja sama dengan kelompok dalam rangka mewujudkan lembaga pendidikan. Konsep tentang kepemimpinan kepala sekolah tidak dapat dilepaskan dari konsep kepemimpinan secara umum. Kegiatan kepemimpinan harus diselenggarakan oleh seseorang yang menduduki posisi atau jabatan tertentu yang dilingkungannya terdapat sejumlah orang yang harus bekerja sama untuk mencapai tujuan. Hadari Nawawi dalam Imam Wahyudi (2012:13) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan, memberikan motivasi, dan mempengaruhi orang-orang 33 agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang dilakukan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan (leadership) adalah proses kegiatan seseorang yang memiliki seni atau kemampuan untuk mempengaruhi, mengkoordinasikan menggerakkan individu-individu tanpa dipaksa dari pihak manapun agar dapat bekerja sama secara teratur dalam upaya mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan atau dirumuskan. Dan kepemimpinan tersebut dapat timbul dari mana saja asalkan unsure-unsur dalam kepemimpinan itu terpenuhi, antara lain: adanya orang yang mempengaruhi, adanya orang yang dipengaruhi, adanya tujuan dan sasaran yang dicapai, adanya aktifitas, interaksi, dan otoritas. Kepala sekolah terdiri dari dua kata yaitu “kepala dan sekolah”. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan sekolah menurut kamus besar Bahasa Indonesia: bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan member pelajaran (menurut tingkatannya) seperti Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA). Dalam pengertian lain sekolah berarti waktu atau tempat pertemuan antara murid saat diberi pelajaran oleh gurunya, sedangkan pengertian yang lain sekolah berarti usaha untuk menuntut kepandaian (ilmu pengetahuan). Ada juga yang mengartikan sekolah merupakan tempat untuk mencerdaskan para peserta didik, menghilangkan ketidaktahuan atau memberantas kebodohan mereka sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Menurut Wahjosumidjo dalam Imam Wahyudi (2012:14) mengemukakan bahwa “secara 34 sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar, mengajar atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang member pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Mulyasa (2012:16) mengatakan kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan tingkat satuan pendidikan yang harus dimiliki dasar kepemimpinan yang kuat. Untuk itu, setiap kepala sekolah harus memahami kunci sukses kepemimpinannya. Kepala sekolah harus mengoptimasi potensi guru, sehingga mereka dapat berkembang dan berkinerja optimal. Menurut Arend dalam Danim (2009:27), ada empat karakteristik yang sipersyaratkan oleh guru dan kepala sekolah dalam mengelola pendidikan, yaitu: a. Guru-guru yang efektif dan manajer sekolah menggunakan pengetahuan sebagai pengendali dan pemandu seni mengajar. b. Guru-guru yang efektif dan manajer sekolah membuat catatan-catatan penting mengenai praktik-praktik terbaik. c. Guru-guru yang efektif dan manajer sekolah mempunyai sikap dan keterampilan untuk merefleksi dan membuat keputusan. d. Guru-guru yang efektif dan manajer sekolah menjadi pembelajar untuk mengajar sebagai proses yang tanpa limit. Keempat karakteristik diatas mereferensikan model upaya yang harus dilakukan oleh kepala sekolah untuk tugas-tugas kekepalasekolahan dalam rangka penyadaran dan penguasaan guru pada proses kegiatan belajar mengajar dan 35 mengelola kelas secara sistematik. Tujuannya untuk memfasilitasi dan mempermudah peserta didik melaksanakan kegitan belajar agar mereka mampu mengubah, mengembangkan atau mengendalikan sikap dan perilakunya yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungan secara efektif dan efisien. Berdasarkan konsep sifat dan sikap cara-cara pemimpin tersebut melakukan dan mengembangkan kegiatan kepemimpinan dalam lingkungan kerja yang dipimpinnya, maka kepemimpinan pendidikan dapat diklasifikasikan ke dalam empat tipe, yaitu: a. Tipe Otoriter Tipe kepemimpinan otoriter disebut juga tipe kepemimpinan authoritarian. Dalam kepemimpinan yang otoriter pemimpin bertindak sebagai dictator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Kekuasaan kelompok yang otoriter hanya dibatasi oleh Undang-undang. Penafsirannya sebagai pemimpin tidak lain adalah menunjukkan dan member perintah. Kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan perintah dan tidak boleh membantahkan dan mengajukan saran sehingga bawahan diwajibkan untuk patuh mengikuti dan menjalankan perintah, bawahan tidak boleh membantah atau mengajukan saran kepada pemimpin. Pemimpin yang otoriter tidak mengkehendaki adanya rapat atau musyawarah, mereka berkumpul hanya untuk menyampaikan intruksi saja. Setiap adanya perbedaan pendapat dalam anggota kelompoknya diartikan sebagai pembangkangan atau pelanggaran disiplin terhadapa perintah atau 36 intruksi yang diberikan. Pengawasan bagi pemimpin yang otoriter berarti mengontrol, apakah segala perintah yang telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik bawahannya. Pemimpin melaksanakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan meneliti orang-orang yang tidak taat dan tidak percaya kepada pemimpin, kemudian orang-orang semacam itu diancam dengan hukuman, dipindahkan atau dipecat dari jabatannya. Sebaliknya anggota yang taat dan patuh dapat menyenangkan pribadinya menjadi anak emas dan bahkan diberi penghargaan. Kekuasaan yang berlebihan ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik, sikap asal bapak senang dan kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan berlangsung. Dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau menimbulkan sikap apatis atau sifat-sifat pada anggota kelompok terhadap pemimpinnya. b. Tipe Laissez Faire Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak memberikan control dan koreksi terhadap bawahannya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa petunjuk dari pemimpin. Kekuasaan dan tanggung jawab simpang siur, berserakkan secara tidak merata, diantara setiap anggotanya. Dengan demikian mudah terjadi kekacauan-kekacauan dan bentrokanbentrokan. Tingkat keberhasilan organisasi semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok dan bukan karena 37 pengaruh dari pemimpin. Struktur organisasi tidak jelas dan kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pimpinan. c. Tipe Demokratis Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinan bukan sebagai dictator, melainkan sebagai pemimpin ditengah-tengah kelompoknya. Hubungan dengan anggota kelompok bukan sebagai majikan terhadap buruhnya, melainkan sebagai kakak terhadap adik-adiknya atau terhadap saudara-saudaranya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota-anggota agar bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya ia selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya. d. Tipe Pseudo Demokratis Tipe ini disebut juga demokratis semu atau manipulasi diplomatik. Pemimpin yang bertipe ini hanya tampak saja yang bersikap demokratis padahal sebenarnya ia bersikap demokratis. Misalnya jika ia mempunyai ide-ide, pikiran, konsep-konsep yang ingin diterapkan dilembaga yang dipimpinnya, maka hal tersebut didiskusikan dan dimusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya bawahan didesak agar menerima idea tau konsep tersebut sebagai keputusan bersama. 38 2. Pengertian Demokratis Pengertian demokrasi adalah sebauh pemerintah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Istilah demokrasi secara bahasa mempunyai arti demokrasi berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemeritahan atau memerintah. Istilah “demokrasi” berasal dari Yunani kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah system yang berhubungan dengan hokum demokrasi modern. Namun, arti istilah telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan system “demokrasi” dibanyak negara. Demokrasi merupakan bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas dasar negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif, dan legislative) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Amin Rais (www.beritaterhangat.net:2012) mengatakan suatu negara disebut sebagai negara yang demokratis jika memenuhi beberapa kriteria, yaitu: (1) partisipasi dalam pembuatan keputusan, (2) persamaan didepan hokum, (3) distribusi pendapat secara adil, (4) kesempatan pendidikan yang sama, (5) empat macam kebebasan, yaitu kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan persuratkabaran, kebebasan berkumpul, dan kebebasan beragama, (6) ketersediaan dan keterbukaan 39 informasi, (7) mengindahkan fatsoen atau tata karma politik, (8) kebebasan individu, (9) semangat kerja sama, dan (10) hak untuk protes. Sedangkan Abdul rahman Wahid (www.beritaterhangat.net:2012) mengatakan demokrasi adalah sebuah sistem kehidupan yang menempatkan pendapat rakyat sebagai prioritas utama pengambilan kebijakan, dimana pendapat tersebut harus memenuhi kriteria agama, susila, hokum dan didasari semangat untuk menjunjung kemaslahatan bersama. Suara atau pendapat rakyat harus diiringi rasa tanggung jawab dan komitmen positif atas pelaksanaannya juga harus mengevalusi secara terus menerus agar selalu sesuai dengan kebutuhan bersama. 3. Pengertian kepemimpina Demokratis Kepala sekolah yang demokratis menafsirkan kepemimpinan bukan sebagai faktor, melainkan sebagai pemimpin ditengah-tengah anggota kelompoknya atau bawahannya. Hubungan dengan guru-guru dan penjaga bukan berarti sebagai majikan terhadap buruhnya, melainkan sebagai kakak terhadap saudara-saudaranya. Kepala sekolah yang demokratis selalu berusaha menstimulasi guru-guru dan penjaganya agar bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya ia selalu berpangkal pada ketinggian dan kebutuhan bawahannya, dan mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan anggotanya. Dalam melaksanakan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran bawahannya. Juga kritik yang membangun dari para bawahannya diterima sebagai umpan balik dan dijadikan bahan pertimbangan dalam tindakan- 40 tindakan selanjutnya. Pemimpin mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan menaruh kepercayaan pada bawahannya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. Kepala sekolah selalu berusaha memupuk rasa persatuan dan kekeluargaan dan selalu berusaha membangun semangat bawahannya dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya. Disamping itu memberikan kesempatan kepada bawahannya agar mempunyai kecakapan memimpin dengan jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan tanggung jawabnya. Kepala sekolah dalam menjalankan peran dan tugasnya akan menghadapi berbagai masalah yang menyangkut kepentingan pribadi dan kepentingan bersama. Setiap masalah perlu dipecahkan untuk dapat diambil keputusan guna dijadikan pegangan dalam tidnakan selanjutnya. Bagi kepala sekolah yang demokratis merundingkan masalah sudah merupakan kebiasaan ditempuh dengan cara berembuk dengan bawahannya untuk mendapatkan berbagai pemikiran yang dikemukakan oleh para bawahannya. Pendapat yang mula-mula berbeda dibahas melalui pendekatan secara kekeluargaan yang lambat laun terjadi penyesuaian pendapat dan akhirnya dapat tercapai kata sepakat. Kepala sekolah demokratis mempunyai asumsi bahwa musyawarah itu perlu sekali karena merupakan kesempatan untuk membuka isi hati setiap bawahannya untuk diketahui persamaan atau perbedaannya. Semua perbedaan itu diadakan pendekatan kekeluargaan. Makna musyawarah untuk mencapai mufakat adalah menyelesaikan masalah dengan keputusan sebaik-baiknya. Sehingga dalam 41 pelaksanaan selanjutnya tidak banyak mendapat hambatan bahkan mendapat dukungan dari bawahannya dengan penuh tanggung jawab. Kepala sekolah memiliki jabatan yang tinggi, untuk memangku jabatan kepala sekolah demokratis yang dapat melaksanakan tugas-tugasnya dan memainkan peranannya sebagai pemimpin yang baik dan sukses, maka dituntut beberapa persyaratan jasmani, rohani dan moralitas yang baik bahkan persyaratan sosial ekonomi yang layak. Berikut adalah persyaratan-persyaratan dari kepala sekolah yang demokratis, yaitu: a. Rendah Hati dan Sederhana Kepala sekolah jangan bersikap sombong atau merasa lebih mengetahui dari pada yang lainnya. Pemimpin hendaknya lebih banyak mendengarkan dan berkata dari pada berkata dan menyuruh. Kelebihan pengetahuan dan kelebihan kesanggupan itu hendaknya dipergunakan untuk membantu bawahannya bukan untuk dipamerkan dan dijadikan kebanggan. Dengan demikian bawahan akan mempunyai kepercayaan kepada diri sendiri dan akan lebih banyak berusaha mempergunakan kesanggupannya sendiri. b. Bersifat Suka Menolong Kepala sekolah hendaknya selalu siap sedia untuk membantu bawahannya tanpa diminta bantuannya. Akan tetapi bantuan yang diberikan jangan dirasakan sebagai paksaan sehingga orang yang memerlukan bantuan itu justru menolaknya meskipun ia sangat membutuhkannya. Seorang kepala sekolah hendaknya selalu meluangkan waktu untuk mendengarkan kesulitan-kesulitan 42 yang disampaikannya bahwa pemimpin tersebut benar-benar tempat berlindung dan pembimbingnya mereka. c. Sabar dan Memilki Kestabilan Emosi Seorang kepala sekolah hendaknya memiliki sifat sabar jangan cepat merasa kecewa dan memperlihatkan kekecewaannya dalam mengahadapi kegagalan dan kesukaran dan sebaliknya, jangan cepat merasa bangga dan sombong jika bawahannya berhasil. Sifat ini akan memberikan perasaan aman terhadap bawahannya. Mereka tidak merasa dipaksa, ditekan atau selalu dikejar-kejar dalam menjalankan tugasnya. Mereka bebas membicarakan masalah-masalah diantara mereka sendiri dan dengan pemimpinnya dan mereka juga tidak akan lekas putus asa jika mendapatkan kesulitan. Sifat tidak sabar pada kepala sekolah akan menghilangkan ketenangan kerja. Para bawahan akan merasa tertekan jiwanya sehingga hal ini tentu mempengaruhi hasil kerja mereka. d. Percaya Kepada Diri Sendiri Seorang pemimpin hendaknya menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada anggota atau bawahannya, percaya bahwa mereka akan dapat melaksanakan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya. Kepercayaan kepala sekolah seperti ini hanya ada pada diri seorang pemimpin yang mempunyai kepercayaan sepenuhnya kepada diri sendiri, percaya kepada kesanggupan sendiri. Kepala sekolah yang percaya kepada dirinya sendiri dapat menyatakan hal dalan sikap dan tingkah laku yang akan menimbulkan pula rasa percaya diri pada bawahannya. 43 e. Jujur, Adil, Dapat Dipercaya Sikap percaya pada diri sendiri pada bawahannya akan timbul karena adany kepercayaan mereka terhadap kepala sekolahnya. Karena merasa menaruh kepercayaan kepada pemimpinnya, mereka akan menjalankan kewajiban dengan rasa patuh dan tanggung jawab.untuk menimbulkan rasa patuh, pemimpin harus patuh pula terhadap diri sendiri, ialah dengan selalu menepati janji, tidak cepat merubah haluan, hati-hati dalam mengambil keputusan dan diteliti dalam melaksanakannya, berani mengakui kesalahan dan kekurangan sendiri. f. Keahlian dalam Jabatan Syarat-syarat yang telah diuraikan diatas semuanya mengenai sifat-sifat watak pribadi yang sebagian besar adalah pengaruh faktor pembawaan dan lingkungan. Tetapi hal itu belum cukup. Untuk melaksanakan kepemimpinan harus dapat pula didasarkan atas keahlian yakni, keahlian dalam bidang pekerjaan yang dipimpinnya. 4. Konsep Persepsi Kepemimpinan Kepala Sekolah Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu kebijakan sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan sekolah dan pendidikan pada umumya direalisasikan. Sehubungan dengan MBS kepala sekolah dituntut untuk senantiasa meningkatkan efektifitas kinerjanya. Kinerja kepemimpinan kepala sekolah dalam kaitanya dengan MBS adalah segala upaya yang dilakukan dengan hasil yang dapat 44 dicapai mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Kepala sekolah yang efektif dalam MBS dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut: a. Mampu memberdayakan guru untuk proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif. b. Dapat mengerjakan tugas tepat waktu c. Mampu menjalin hubungan masyarakat untuk mewujudkan tujuan sekolah d. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan. e. Bekerja dengan tim manajemen f. berhasil mewujudkan tujuan sekolah sesuai yang telah di tetapkan Untuk memiliki kemampuan terutama keterampilan konsep, para kepala sekolah diharapkan melakukan kegiatan-kegiatan berikut: a. Senantiasa belajar dari pekerjaan terutama cara kerja para guru dan pegawai b. Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana c. Membaca berbagai hal mengenai kegiatan yang sedang dilaksanakan d. Memanfaatkan hasi-hasil penelitian orang lain e. Berfikir untuk masa yang akan datang f. Merumuskan ide-ide yang dapat diuji coba Selain itu kepala sekolah harus dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif sesuai dengan situasi dan kebutuhan serta motivasi para guru dan pekerja lain. Agar kepemimpinan Kepala Sekolah efektif, beberapa sifat dan gaya kepemimpinan seorang pemimpin (Kepala Sekolah) dalam menggalang hubungan baik dengan orang-orang yang dipimpin yaitu: 45 a. Memberi contoh b. Berkepentingan pada kualitas c. Bekerja dengan landasan hubungan kemanusiaan yang baik d. Memahami masyarakat sekitarnya e. Memiliki sikap mental yang baik f. Berkepentingan dengan staf dan sekolah g. Melakukan kompromi untuk mencapai kesepakatan h. Mempertahankan stabilitas i. Mampu mengatasi stress j. Menciptakan struktur agar sesuatu bisa terjadi k. Mentolerir adanya kesalahan l. Tidak menciptakan konflik pribadi m. Memimpin melalui pendekatan yang positif n. Tidak mendahului orang-orang yang dipimpinnya o. Mudah dihubungi oleh orang p. Memilkiki keluarga yang serasi Kepemimpinan Kepala Sekolah harus dapat menggerakkan dan memotivasi kepada: a. Guru, untuk menyusun program, menyajikan program dengan baik, melaksanakan evaluasi, melakukan analisis hasil belajar dan melaksanakan perbaikan dan pengayaan secara tertib dan bertanggung jawab. 46 b. Karyawan, untuk mengerjakan tugas administrasi dengan baik, melaksanakan kebersihan lingkungan secara rutin, melaksanakan tugas pemeliharaan gedung dan perawatan barang-barang inventaris dengan baik dengan penuh kesada ran dan tanggung jawab. c. Siswa, untuk rajin belajar secara tertib, terarah dan teratur dengan penuh kesadaran yang berorientasi masa depan; dan d. Orang tua dan masyarakat, agar mampu untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemitraan yang lebih baik agar partisipasi mereka terhadap usaha pengembangan sekolah makin meningkat dan dirasakan sebagai suatu kewajiban, bukan sesuatu yang membebani. Yang lebih penting lagi, kepemimpinan Kepala Sekolah harus dapat memberikan kesejahteraan lahir batin, mengembangkan kekeluargaan yang lebih baik, meningkatkan rasa kebersamaan dalam mencapai tujuan dan menumbuhkan budaya positif yang kuat di lingkungan sekolah. Kegiatan Kepala Sekolah tidak hanya berkaitan dengan pimpinan pengajaran saja, melainkan meliputi seluruh kegiatan sekolah, seperti pengaturan, pengelolaan sekolah, dan supervisi terhadap staf guru dan staf administrasi. Kepala Sekolah pada dasarnya melakukan kegiatan yang beraneka macam dari kegiatan yang bersifat akademik, administratif, kegiatan kemanusiaan dan kegiatan sosial. Banyak kegiatan Kepala Sekolah yang sangat bermanfaat, yang bisa ditiru oleh Kepala Sekolah lain dalam melaksanakan tugasnya. Beberapa sekolah yang mempunyai prestasi yang baik di dalam pengelolaan sekolah (prestasi hasil belajar 47 siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat) dapat dijadikan bahan kajian oleh sekolah lain dalam rangka mengelola sekolahnya sendiri. Walaupun disadari pula bahwa tidak ada situasi yang sama yang dapat dijadikan landasan untuk pengelolaan sekolah seperti guru, siswa, administrasi dan alat peralatan. Hal ini sangat mempengaruhi bagi terciptanya sekolah yang efektif. 5. Persepsi Kepemimpinan Kepala Sekolah Persepsi pada hakekatnya merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan maupun lewat penciuman. Aspek perasaan dan penghayatan disini dirasa kurang tepat sebagai alat penerima informasi dari lingkungan. Penginderaan merupakan aspek awal dalam menerima informasi yang kemudian dipersepsikan pada berbagai indera seperti mencium, mendengar, melihat, meraba sesuatu obyek, peristiwa, idea tau kegiatan. Lebih luas lagi tentang pengertian persepsi sebagaimana dipaparkan oleh Filley (www.endang965.wordpress.com:2012). Menurut Filley ada tiga komponen utama dari proses persepsi sebagai berikut: a. Seleksi merupakan proses psikologis yang sangat erat dengan pengamatan atau stimulus yang diterima dari luar. Rangsangan (stimulus) dari luar yang mencapai indera kita terbatas, baik mengenai jenis, maupun mengenai intensitasnya. Namun sebagian kecil stimulus yang mencapai kesadaran kita, karena adanya proses penyaringan, disamping faktor intensitas perhatian yang diberikan. 48 b. Intepretasi merupakan proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang, intepretasi tergantung kepada berbagai faktor, seperti pengalaman, sistem nilai, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. c. Reaksi merupakan intepretasi dari persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku. Informasi yang diterima individu mengenai obyek, peristiwa, kegiatan atau ide, kemudian diorganisasikan dan diintepretasikan sehingga melahirkan pendapat atau pandangan. Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menginterprestasikan informasi yang diterimanya tentang obyek, peristiwa, ide atau kegiatan tertentu, diantaranya pengalaman, motivasi, kecerdasan dan intensitas perhatian yang diberikan. Kenyataan diatas berlaku juga bagi guru-guru dalam menerima informasi tentang kepemimpinan kepala sekolah. Informasi tersebut diintepretasikan ke dalam bentuk pendapat atau pandangan. Pendapat atau pandangan tersebut merupakan konstruksi dari masing-masing guru. Inilah yang merupakan realita kepemimpinan kepala sekolah menurut guru. Persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah terbentuk karena adanya informasi-informasi yang diterima oleh guru-guru tentang kepemimpinan kepala sekolah. Informasi tersebut dapat kontak langsung dengan kepala sekolah, dan dapat pula diterima dari guru-guru lain, karyawan tata usaha, dan orang lain. Tugas kepala sekolah sebagai pemimpin disekolah adalah memahami kultur sekolah sebagai dasar dalam tata usaha meningkatkan kondisi-kondisi di sekolah, 49 sehingga tercipta perwujudan dan kegiatan belajar mengajar yang bermutu tinggi. Kultur sekolah mencakup hal-hal sebagai berikut: 1) Persepsi guru dan staf sekolah lainnya tentang cirri atau karakteristik dan kualitas di sekolah 2) Pola kerja yang mencakup perilaku dalam berorganisasi di sekolah, seperti motivasi, komunikasi, kepemimpinan, penentuan tujuan, evaluasi, dan pengawasan 3) Persepsi guru dan staf lainnya yang mempengaruhi kinerja mereka 4) Kinerja guru yang mempengaruhi kinerja mereka Sekolah yang sehat memiliki kultur organisasi sekolah yang baik. Sekolah dikatakan sehat bila terdapat dorongan dan semangat yang tinggi. Moral kerja yang tinggi jika kepala sekolah, guru, dan staf selalu bekerja dengan semangat yang tinggi, sangat antusias, bergairah, dan sebagainya. Selanjutnya sekolah itu terhindar dari tekanan-tekanan berbagai pihak. Kepemimpinan kepala sebagai istilah umum dapat dirumuskan sebagai proses dengan sengaja mempengaruhi orang lain dalam merealisasikan tujuan. Persepsi kepemimpinan kepala sekolah mempunyai beberapa indikator guna memberikan perhatian dan intelektual untuk mempengaruhi guru dalam mencapai tujuan sebagai berikut: a. Memberikan pengarahan kepada para guru terhadap sebuah tugas b. Mendorong anda untuk mengembangkan kreativitas c. Memberikan penghargaan terhadap ide-ide yang anda sampaikan 50 d. Memberikan perhatian tentang kebutuhan berprestasi anda e. Tidak memberikan penjelasan mengenai kebijakan yang ada di sekolah sehingga membingungkan guru f. Dalam memberikan petunjuk pelaksanaan tugas kepada guru kurang konsisten (berubah-ubah) g. Memberikan kebijakan khusus pada guru bila ada kebijakan baru dari dinas pendidikan h. Jika terjadi kelalaian guru dalam pelaksanaan tugas, kepala sekolah membiarkan saja i. Sering mengingatkan guru untuk mencegah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan j. Baik guru yang kreatif atau yang biasa saja sering diberikan tugas yang sama k. Secara teratur kepala sekolah memeriksa daftar kehadiran guru setiap hari dalam tugas l. Kepala sekolah tidak terlalu memperdulikan tingkat ketercapaian target kurikulum m. Saya menyimpulkan bahwa kepala sekolah memiliki perhatian yang lebih terhadap kelengkapan persiapan guru n. Kepala sekolah sering mengemukakan berbagai kekurangan dan kelemahan guru dalam melaksanakan tugas pada saat rapat dewan guru 51 D. Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian David Aleixo Guterres (2011:76) yang meneliti hubungan kesejahteraan dengan kinerja mengajar guru SMA DI SUB DISTRITU DOM ALEIXO DISTRITU DILI TIMOR LESTE menemukan bahwa terdapat hubungan antara kesejahteraan dengan kinerja mengajar guru dengan nilai r sebesar 0,147. Yuliati Eko Atmojo (2009:84) yang meneliti hubungan kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 2 di Salatiga menemukan bahwa terdapat hubungan antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru dengan nilai r sebesar 0,513. Muhamad (2010:83) yang meneliti hubungan kesejahteraan dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru SD di Kec. Kedungjati Kab. Grobogan menemukan bahwa terdapat hubungan antara kesejahteraan dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru dengan nilai r sebesar 0,663. E. Kerangka Penelitian Kinerja mengajar guru mempunyai andil yang sangat besar terhadap berhasil tidaknya proses belajar mengajar. Ada faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar, seperti: kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Guru 52 sebagai manusia yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam rangka meningkatkan kinerja mengajarnya. Kesejahteraan adalah pemenuhan kebutuhan dan keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah baik di dalam maupun diluar hubungan kerja secara lasngsung maupun tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat. Kesejahteraan akan teratasi tergantung pada guru yang menggunakan haknya dengan baik. Dengan cara lebih mengatur gaji sehingga tidak perlu mencari uang tambahan, tunjangan guru digunakan secara maksimal, fasilitas kesehatan dipakai ketika sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Kepemimpinan adalah kepemimpinan yang dipimpin berdasarkan kekuasaan yang berada diluar kelompok. Kepala sekolah adalah seorang pemimpin yang muncul karena dipilih berdasarkan kemampuan yang menonjol yang dimiliki. Kepemimpinan berarti melibatkan bawahan yang harus memiliki kemampuan dan kemauan untuk menerima arahan dari pimpinan. Dengan demikian, dapat dijelaskan kinerja mengajar guru berhubungan dengan kesejahteraan dan persepsi kepemimpinan demokratis kepala sekolah SMK Negeri Kota Salatiga. Penelitian ini akan mencari tahu besarnya hubungan kesejahteraan dan persepsi kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru SMK Negeri Kota Salatiga, seperti pada gambar berikut: 53 Gambar 2.1 Kerangka Penelitian X1 X1: Kesejahteraan X2: Persepsi Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah Y: Kinerja Mengajar Guru SMK Negeri Kota Salatiga X2 F. Hipotesis Penelitian Hamid (2011:43) mengatakan hipotesis adalah penjelasan yang bersifat sementara untuk tingkah laku, kejadian dan peristiwa yang sudah atau akan terjadi. Pada hakekatnya, hipotesis itu merupakan kontrol dari keseluruhan peneliti (termasuk subjek, instrumen, perencanaan, prosedur, analisis, dan kesimpulan). Sugiyono (2011:64) mengatakan hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. Dari pernyataan diatas maka penulis merumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Ada hubungan antara kesejahteraan dengan kinerja mengajar guru PNS di kalangan SMK Negeri Kota Salatiga 54 Y 2. Ada hubungan antara persepsi guru terhadap kepemimpinan demokratis kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru PNS di kalangan SMK Negeri Kota Salatiga 3. Ada hubungan antara kesejahteraan dan persepsi guru terhadap kepemimpinan demokratis kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru PNS di kalangan SMK Negeri Kota Salatiga 55