BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berangkat dari teori konstruksionis, analisis resepsi tentang Gafatar tersebut melihat 2 hal yaitu berita tentang Gafatar yang ditulis oleh media online merupakan hasil konstruksi dan bukan refleksi realitas karena media adalah agen konstruksi, hal berikutnya meskipun media telah mengkonstruksi tetapi khalayak bukan pembaca yang pasif, melainkan mempunyai penafsiran yang berbeda-beda terhadap teks media. Penelitian ini mengambil 4 media online yaitu kompas.com, sindonews.com, Islamlib.com dan Hidayatullah.com sebagai sumber berita sekaligus mewakili konstruksi media tersebut terhadap Gafatar. Khalayak sebagai audiens biasanya mempunyai cara pandang tersendiri dalam melihat dan memaknai sebuah pesan. Oleh karena itu, setiap khalayak akan menghasilkan persepsi yang berbeda-beda dalam memaknai sebuah pesan, tergantung dari bentuk sudut pandang khalayak saat memaknai pesan tersebut. Sudut pandang tersebut berupa pandangan, penangkapan, dan penafsiran tersendiri yang mempengaruhi cara mereka dalam memaknai sebuah pesan dalam berita. Sebuah pesan yang sama dan dikirimkan kepada khalayak audiensnya pasti akan memunculkan hasil penerimaan yang berbeda-beda, meskipun isi pesan yang disampaikan dan media yang digunakan juga 108 sama. Penerimaan seseorang akan sebuah pesan akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama mengenai karakteristik seseorang tersebut. Karakter atau kepribadian seseorang biasanya dibentuk oleh perlakuan lingkungan sekitarnya terhadap orang tersebut. Lingkungan sekitar tersebut dapat berasal dari pendidikan keluarga, pendidikan di sekolah, pergaulan dengan teman-teman, ataupun pengalaman yang dialami oleh diri seseorang dan pengalamannya berorganisasi. Lingkungan sekitar tersebut selanjutnya membentuk sebuah cara pandang tertentu dalam melihat sebuah hal atau fenomena, yang selanjutnya memunculkan sebuah opini atau makna dalam sebuah pesan informasi. Resepsi merupakan tahapan yang erat kaitannya dengan tahapan encoding-decoding. Decoding atau pemaknaan pesan adalah peran penerima pesan dalam menentukan makna pada pesan yang datang dari sumber atau pengirim pesan. Penelitian ini menggunakan 6 informan yaitu MK, AS, MAJ, FA, YS dan Nov. Pemilihan informan didasarkan representatif dari Informan. Karena Gafatar adalah isu yang terkait dengan masalah nasionalis dan agama, maka berdasarkan tujuan penelitian, pengambilan informan dilakukan dengan cara memilih informan dengan latar belakang yang berbeda, sehingga diharapkan persepsi atas berita juga berbeda. Informan dipilih berdasarkan afiliasinya terhadap organisasi sosial yang diikutinya. Informan terdiri dari 3 kategori, yaitu yang berafiliasi dengan organisasi sosial berlatar nasionalis 2 orang, 2 netral (tidak berafiliasi) dan 2 yang berafiliasi dengan organisasi dengan latar relegiusitas. 109 Hasil penelitian menyebutkan bahwa pada berita pertama dengan Judul “MUI: Gafatar Ajaran Sesat” yang ditulis kompas.com, resepsi pembaca berada pada posisi yaitu 5 orang sebagai Dominant reading dan 1 orang sebagai Negotiated reading. Berita ke 2 berjudul “Gafatar, ajaran yang menyimpang dan terorisme” yang ditulis oleh Sindonews.com, resepsi pembaca berada pada posisi yaitu 5 orang sebagai Dominant reading dan 1 orang sebagai Negotiated reading. Pada berita ke 3 yang berjudul “Gafatar dan mimpi membangun negeri” yang ditulis oleh Islamlib.com, resepsi informan terbagi menjadi 2 Dominant reading, 2 Negotiated reading dan 2 oppositional reading. Pada berita ke 4 yang berjudul “Eks Gafatar: Semua agama ada di Gafatar” yang ditulis oleh Hidayatullah.com, resepsi informan 3 Dominant reading, 2 Negotiated reading dan 1 oppositional reading. Karakteristik khalayak dalam penelitian ini hanya dilihat dari afiliasinya terhadap ormas nasionalis maupun agamis dan yang netral. Informan dalam penelitian ini tidak diamati dari intensitasnya membaca media online atau seberapa tergantung mereka dengan media online dibanding dengan media lainnya (koran atau televise) dan bagaimana perilaku mereka terhadap media (media Habbit). Sehingga informan dianalisis hanya berdasarkan latar belakang afiliasi terhadap ormas yang diikutinya sebagai faktor yang mewakili orientasi pandangannya (resepsinya). 110 Informan dengan latar belakang berbeda memberikan warna pemaknaan yang berbeda pula. Pada informan yang berafiliasi dengan organisasi sosial nasionalis (GMNI dan MKGR), cenderung menerima hal-hal yang berasal dari media nasionalis, meskipun variasi perseorangan mereka masuk dalam alternative (negosiated) dan oposisi. Untuk informan yang berlatar belakang organisasi keagamaan seperti HMI dan PMII dalam hal ini lebih cenderung ikut menerima pesan-pesan yang berbau nasionalis, meskipun variasi perorangan mereka masuk pada negosiated dan oposisi. Untuk yang netral, mereka lebih luwes untuk memilih pada berita yang cenderung ke nasionalis atau agamis, termasuk pada berita alternative. Jadi pada dasarnya, sebuah pesan yang ingin disampaikan oleh pembuatnya, melalui sebuah media tertentu, tidak serta merta pesan tersebut akan dipahami dan menghasilkan pemaknaan yang sama bagi setiap khalayaknya. Pesan yang sama, dengan cara penyampaian yang sama, dan melalui media yang sama pula, dapat direspon oleh khalayak dengan sikap dan opini yang berbeda-beda. Hal tersebut tergantung pada faktor dasar yang digunakan oleh setiap khalayak dalam sudut pandang mereka saat memaknai sebuah pesan. Oleh karena itu, sebuah kontroversi atau perbedaan sikap dan opini dari seseorang terhadap sebuah media yang membawa pesan tertentu, dapat dikatakan tidaklah salah, karena setiap khalayak, setiap orang, mempunyai persepsi yang berbeda-beda dalam memaknai sebuah objek, dalam hal ini adalah pesan berita tentang Gafatar. 111 B. Saran Berdasarkan penelitian ini, peneliti dapat menuliskan saran sebagai berikut: 1. Meskipun tidak ada media massa yang benar-benar obyektif, tetapi setidaknya pemberitaan harus dilakukan secara berimbang dan terkonfirmasi pada setiap sumbernya. 2. Penelitian ini tidak memasukkan media habit dalam pengamatanya, sehingga dimungkinkan ada informasi karakter dan perilaku informan yang bisa menjelaskan persepsi, untuk itu peneliti yang akan datang disarankan untuk memasukkan karakteristik informan yang lebih luas dengan mempertimbangkan gender atau tingkat pendidikan serta memasukkan media habit dalam pengamatan. 3. Pada penelitian selanjutnya, perlu ambil informan yang berlatar agama yang lebih “ekstrim” untuk mengakomodasi resepsi para agamis terhadap isu Gafatar (missal: Hizbut Tahrir, Islam Jamaah, atau MTA). 112