MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PRESTASI MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS Bambang Riyanto1 Alumni S2 FKIP Unsri / Guru SMA Negeri 1 Kayuagung E-mail: [email protected] Rusdy A. Siroj2 Dosen S2 FKIP Unsri E-mail: [email protected] ABSTRAK The research aims are to know (1) the effect of learning approach toward mathematics echievement, (2) the effect of reasoning level student’s toward mathematics echievement, and (3) intraction between learning approach and reasoning level student’s toward mathematics echievement. The research method that be used is experiment research. Collecting data is conducted by reasoning test and echievement mathematics test. The research is experimented at Senior High School number 1 Kayuagung. Population of research is all student at tenth class grade that involve 7 class. The sample are class X.A that involve 31 student as experiment class and X.B that involve 31 student as control class. The research show that the Anova two way for approach learning is obtained F hitung = 15,982 and Ftabel=4,02, so F hitung > F tabel, or the mathematics echievement student that be following at constructivism approach is better than at conventional approach. The anova two way for level reasoning student’s is obtained F hitung = 39,489 and Ftabel=4,02, so Fhitung> F tabel, or The students that have high level reasoning is better than the students that have low level reasoning. The analysis of two way Anova for interaction between the approach learning and the level reasoning student’s is obtained F hitung = 0,265 and Ftabel=4,02, so F hitung < Ftabel, or there isn’t interaction between learning approach and the level reasoning student’s to reach mathematics echievement. Keywords: Learning Approach, Mathematical Reasoning and Mathematics Echievement komponen-komponen dan aturan komposisi atau PENDAHULUAN pengerjaan yang dapat menjalin hubungan Matematika pada hakekatnya merupakan secara fungsional antar komponen. Sehingga, sistem aksiomatis deduktif formal. Sebagai suatu matematika dikenal sebagai pengetahuan yang sistem terstruktur, sistematis, tersusun secara hierarkis, aksiomatis, matematika memuat 111 Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika dan terjalin hubungan fungsional yang erat antar ide yang tersirat, menyusun konjektur, analogi, komponen. dan Komponen-komponen tersebut generalisasi, menalar secara adalah fakta, konsep, prinsip dan prosedur. Ini menyelesaikan masalah berarti fakta, konsep, prinsip dan prosedur berkomunikasi secara tersebut tersusun secara hierarkis. Hal ini mengkaitkan ide matematika dengan kegiatan mengharuskan fakta, konsep, prinsip atau intelektual prosedur yang menjadi prasyarat perlu dikuasai matematika yang non rutin atau tingkat tinggi oleh peserta didik lebih dahulu, dari fakta, (high order mathematical thinking). konsep, prinsip atau prosedur lainnya. lainnya (problem logik, solving), matematika tergolong dan berpikir Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pernyataan ini sesuai dengan pendapat yang Pendidikan dikemukakan oleh Sumarmo (2003) bahwa bahwa tujuan mata pelajaran matematika di matematika dikenal sebagai pengetahuan yang sekolah untuk jenjang pendidikan dasar dan terstruktur dan sistematis dalam arti bagian- menengah adalah agar siswa mampu bagian matematika tersusun secara hierarkis dan 1) memahami konsep matematika, menjelaskan terjalin dalam hubungan fungsional yang erat. Dalam mata pelajaran (Depdiknas, keterkaitan antar 2006) dinyatakan konsep dan matematika, mengaplikasikan konsep atau algoritma, kurikulum tahun 2006 memuat rincian topik, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam kemampuan dasar matematika, dan sikap yang pemecahan masalah, diharapkan dimiliki siswa. Sumarmo (2003) menyatakan bahwa kemampuan dasar secara garis matematika 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, besar melakukan manipulasi matematika dalam dapat membuat generalisasi, menyusun bukti, atau diklasifikasikan dalam lima standar, yaitu (1) menjelaskan mengenal, memahami, dan menerapkan konsep, matematika, prosedur, prinsip dan ide matematika (2) menyelesaikan masalah 3) memecahkan gagasan masalah dan pernyataan yang meliputi matematika kemampuan memahami masalah, merancang (mathematical problem solving) (3) bernalar model matematika, menyelasaikan model, matematika dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (mathematical reasoning) (4) melakukan koneksi matematika (mathematical 4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, connection) dan (5) komunikasi matematika tabel, diagram atau media lain untuk (mathematical memperjelas keadaan atau masalah, Sumarmo communication). (2003) Selanjutnya menyatakan bahwa 5) memiliki sikap menghargai kegunaan kemampuan memahami ide matematika secara matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki lebih mendalam, mengamati data dan menggali rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam 112 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011 mempelajari matematika serta sikap ulet dan (2003) percaya diri dalam pemecahan masalah. penalaran dan pemahaman matematika siswa Berdasarkan tujuan di atas bahwa salah satu tujuan mata pelajaran matematika di sekolah adalah menggunakan penalaran pada pola dan matematika sifat, melakukan manipulasi dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Ini juga didukung oleh Ball, Lewis & Thamel (dalam Widjaya, 2010) bahwa “mathematical reasoning is the foundation for the construction of mathematical knowledge”. Hal ini berarti penalaran matematika adalah fondasi untuk mendapatkan atau menkonstruk pengetahuan matematika. Dengan demikian berarti guru di sekolah dasar dan menengah kemampuan harus penalaran mengembangkan siswa dalam pembelajaran matematika. Selanjutnya Jhonson dan Rising (1972) menyatakan bahwa “mathematics is a creation of the human mind, concened primarily with idea processes and reasoning”. Ini berarti bahwa matematika merupakan kreasi pemikiran manusia yang pada intinya berkait dengan ide-ide, proses-proses dan penalaran. Dengan demikian, guru matematika seharusnya mengembangkan kemampuan penalaran siswa di dalam proses pembelajaran matematika, tetapi kenyataan di lapangan berdasarkan hasil penelitian kemampuan penalaran siswa masih kurang, seperti yang dikemukakan oleh laporan penelitian Priatna menemukan kualitas kemampuan belum memuaskan, yaitu masing-masing sekitar 49 % dan 50 % dari skor ideal. Khusus untuk materi geometri, hasil penelitian bahwa penalaran siswa dalam ide geometri masih kurang, yaitu yang dikemukakan oleh Mistretta (2009) bahwa “Carroll found that junior high and senior high school students often lacked experience in reasoning about geometric ideas”. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan kemampuan penalaran siswa di sekolah dasar dan menengah. Berdasarkan analisis ulangan harian juga menunjukkan bahwa hanya 10% siswa yang hanya mampu menyelasaikan soal penalaran dan pembuktian dengan benar. Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru di SMA Negeri 1 Kayuagung dan wawancara dengan teman guru bahwa materi dimensi tiga selalu tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), dan siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soalsoal dimensi tiga dan prestasi matematika siswa juga masih kurang. Di SMA Negeri 1 Kayuagung dalam pembelajaran matematika juga masih menggunakan pendekatan konvensional. Salah satu penyebab kurangnya kemampuan penalaran dan prestasi matematika siswa adalah proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran atau tidak terjadi diskusi antara siswa dengan siswa dan 113 Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika siswa dengan guru. Dalam proses pembelajaran, pembelajaran dengan pendekatan konvensional siswa tidak mengeksplorasi, menemukan sifat- ini siswa menyelesaikan banyak soal tanpa sifat, menyusun konjektur kemudian mengujinya pemahaman yang mendalam, tidak melakukan tetapi hanya menerima apa yang diberikan oleh eksplorasi, menemukan sifat-sifat, menyusun guru atau siswa hanya menerima apa yang dan mengevalusi konjektur. Hal ini akan dikatakan oleh guru. Seperti yang dikemukakan mengakibatkan kemampuan penalaran siswa oleh Noraini (2000) bahwa: tidak berkembang sehingga prestasi matematika “students learn geometry by memorizing kurang. Ini juga sejalan dengan pendapat geometric properties rather than by exploring Turmudi (2008) bahwa strategi pembelajaran and discovering the underlying properties. yang bersifat menekankan kepada hafalan (drill) Another problem is that traditional approaches atau rote learning serta mengutamakan kepada of geometry instruction do not seem to help routine computation atau algebraic procedural students achieve the intended learning outcomes hendaknya sudah harus dikurangi dan diganti in the curriculum. By using just textbooks and dengan cara menekankan kepada pemahaman. chalkboards, classroom geometry experiences Pendapat ini sesuai dengan hasil penelitian hamper optimal learning”. Ratnaningsih (2004) bahwa kemampuan penalaran matematika, koneksi matematika, Hal ini menunjukkan bahwa salah satu pemecahan masalah yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan keseluruhan aspek dalam konvensional tergolong kurang. Selanjutnya geometri adalah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran matematika hasil adalah menggunakan pendekatan konvensional. Pembelajaran Pada menggunakan pembelajaran ini guru memberikan penelitian matematika melalui Lasati Teorema dan pembelajaran (2007) bahwa Phytagoras dengan pendekatan konstruktivisme definisi, sifat-sifat geometri dan memberikan dinyatakan efektif. Hasil penelitian ini juga contoh soal, siswa hanya pasif atau siswa tidak didukung oleh hasil penelitian Abdurahman melakukan eksplorasi, membuktikan sifat-sifat, (2002) menyusun konjektur kemudian mengevalusinya konstruktivisme dapat meningkatkan perolehan dan tidak terjadi diskusi kelompok atau antar belajar yang cukup signifikan. kelompok, guru yang aktif dalam pembelajaran, bahwa model pembelajaran Guru pada sekolah dasar dan menengah sedangkan siswa hanya menerima materi. Ini harus merupakan salah satu penyebab rendahnya pembelajaran, agar kemampuan penalaran dan kualitas pemahaman siswa terhadap matematika prestasi matematika siswa dalam mata pelajaran (Zulkardi,2001; IMSTEP-JICA, 1999). Pada matematika meningkat. Salah satu alternatif 114 mencari alternatif pendekatan JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011 pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan the students themselves have to be the primary adalah actors. Hal ini juga didukung pula oleh Anthony pendekatan konstruktivisme untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa (1999) bahwa: dalam mata pelajaran matematika. Dalam “learning is a process of knowledge pembelajaran matematika dengan pendekatan construction, konstruktivisme, siswa mengkonstruk sendiri not of knowledge recording or absorption; pengetahuannya di dalam benaknya baik secara learning individu maupun bersama teman (diskusi), is knowledge-dependent; dalam usaha mengembangkan kemampuan people use current knowledge to penalarannya, seperti yang dikemukakan oleh construct new knowledge; Wallace, Engel dan Mooney (dalam Asra dan the learner is aware of the processes of Sumiati, 2007: 47-48) bahwa teori belajar cognition and can control and regulate kognitif them”. memiliki postulat “untuk pengembangan penalaran pembelajaran harus dalam bentuk diskusi pembelajaran kelompok”. konstruktivisme, Dalam METODOLOGI PENELITIAN siswa mengkonstruksi pengetahuannya melalui diskusi Metode kelompok sehingga akan mampu meningkatkan Metode penelitian yang digunakan kemampuan penalaran dan prestasi matematika adalah metode eksprimen, dengan desain yang siswa. Hal ini bertentangan dengan pembelajaran digunakan adalah desain faktorial 2 3, seperti konvensional bahwa guru hanya memindahkan yang digambarkan pada Tabel 1. pengetahuannya kepada siswa atau siswa hanya menerima pengetahuan yang sudah jadi dari Tabel 1 Rancangan Penelitian gurunya, sehingga pembelajaran seperti ini kurang mampu meningkatkan kemampuan A penalaran siswa. Pendekatan Konstruktivisme Dalam pembelajaran matematika siswa Konvensional Pembelajaran harus mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, seperti yang dikemukankan oleh Slavin (2000) Kemampuan bahwa students must construct knowledge in Penalaran Penalaran Tinggi their own mind. Hal ini juga didukung oleh B Glaserfeld (dalam Yevdokimov,1999) bahwa Penlaran Sedang Penalaran Rendah learning is a process of construction in which 115 Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika 1. Populasi dan Sampel HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Kayuagung pada tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri atas 7 kelas, sedangkan sampel dalam penelitian ini diambil dua kelas secara cluster random sampling dari 7 kelas, yang terpilih kelas X B sebagai kelas kontrol dan kelas X A sebagai Hasil Penelitian Prestasi matematika siswa adalah nilai tes matematika pada pokok bahasan dimansi tiga setelah mengikuti Prestasi matematika siswa tersebut diperoleh setelah siswa mengikuti tes akhir (postes). Kelas eksperimen kelas eksprimen. pembelajaran. yang pembelajarannya dengan pendekatan konstruktivisme diikuti oleh 31 siswa. Sedangkan kelas kontrol pembelajarannya 2. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini teknik pengumpulan dengan pendekatan konvensional diikuti oleh 31 data dengan tes. Metode Tes siswa. Skor hasil tes akhir (postes) dari kelas terdiri dari: (i) Tes penalaran. Tes penalaran, eksperimen dan kelas kontrol penulis cantumkan digunakan untuk memperoleh data mengenai pada lampiran. kemampuan penalaran siswa; (ii) Tes prestasi Dalam penelitian ini siswa matematika, digunakan untuk memperoleh data dikelompokkan mengenai siswa. penalaran, kelompok penalaran tinggi, kelompok Sebelum perangkat instrumen tes ini digunakan penalaran sedang, dan kelompok penalaran terlebih dahulu dilakukan Validasi bahasa; validasi rendah berdasarkan Content; dan ujicoba. Hasil validasi dan ujicoba Sukjaya (1990: 290): menunjukkan bahwa istrumen ini sudah valid dan Kelompok penalaran tinggi: nilai X + 1S kemampuan matematika reliable. kedalam tiga kelompok pendapat Suherman dan Kelompok penalaran sedang: X - 1S nilai < X + 1S Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Analisis Anova Dua Jalur, sebelum Analisis Anova Dua Jalur terlebih Normalitas dan dahulu dilakukan Homogennitas. 116 Tabel 2 Rataan dan simpangan baku skor tes prestasi matematika uji Semua perhitungan analisis data ini menggunakan program SPSS for Windows Kelompok penalaran rendah: nilai < X - 1S Tingkat Pendekatan Pembelajaran Penalaran Konstruktivisme Konvensional Tingkat 𝑋= 74,95 𝑋= 61,28 Penalaran S = 6,47 S = 8,04 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011 Tinggi n=4 Selain n=5 uji normalitas, juga akan dilakukan uji kehomogenan data, yaitu seperti Tingkat 𝑋= 52,81 𝑋= 40,28 Penalaran S = 9,51 S = 6,82 Sedang n=23 n=23 Tingkat 𝑋= 37,275 𝑋= 29,17 Penalaran S = 6,28 S = 9,08 Rendah n=4 n=3 pada tabel berikut ini: Tabel 4 Uji Kehomogenan Varians Tes Prestasi Matematika F Dk F hitung Postes 1,33 Kesimpulan tabel (30,30) 2,38 Homogen Skor prestasi matematika siswa setelah Kriteria pengujian adalah F hitung < F tabel mendapat pembelajaran dalam materi dimensi untuk =0,01 adalah terima Ho, artinya data tiga yang merupakan hasil tes akhir (postes), bersifat homogen, sehingga berdasarkan tabel di baik kelas atas menunjukkan bahwa varians dua kelompok konvensional berdistribusi normal. Kesimpulan (eksperimen dan kontrol) untuk tes prestasi bahwa matematika adalah homogen. kelas konstruktisme seluruh data maupun atau skor prestasi matematika siswa berdistribusi normal, karena setelah dilakukan pengujian menggunakan statistik Chi-Kuadrat ( ), pada setiap kelas 2 2 2 nilai hasil perhitungan kurang dari dari tabel. Selengkapnya kecemasan uji matematika normalitas siswa data tersebut Dari uji kesamaan dua rataan prestasi siswa antara pendekatan kelas Pembelajaran konstruktivisme dengan (eksperimen) dengan kelas konvensional (kontrol), dengan uji t, didapat thitung = 3,56, dengan probabilitas 0,01. Karena probabilitas < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi dirangkum dalam tabel berikut : matematika siswa kelas eksperimen dengan Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Skor Prestasi Matematika Kelas 2 2 hitung table Kesimpulan 6,72 11,3 konstruktivisme lebih baik secara signifikan dari kelas kontrol. pada tabel di atas selanjutnya akan diuji secara 0,05) Konvensional kelas Besaran-besaran statistik yang diperoleh ( = Konstruktivisme 3,38 11,3 kelas kontrol atau prestasi matematika siswa Berdistribusi normal Berdistribusi normal statistik. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan anova dua jalur, dengan menggunakan program SPSS untuk mengetahui kelompok mana yang lebih unggul secara 117 Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika signifikan. Tujuan anova 2 jalur adalah menyelidiki dua pengaruh utama (main effect) dan satu pengaruh interaksi (interaction effect). Pengaruh utama yaitu perbedaan Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme dan Konvensional terhadap Prestasi Matamatika Siswa dan kemampuan penalaran siswa terhadap Prestasi Matematika Siswa. Pengaruh interaksi adalah pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan Penalaran terhadap Prestasi Matematika Siswa. Adapun hipotesis yang akan diuji adalah: 1. Ho1 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara prestasi matematika yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme dan dengan konvensional Ha1 : Terdapat pengaruh yang signifikan prestasi matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme dan dengan pendekatan konvensional 3. Ho3 : Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara tingkat penalaran dan pendekatan pembelajaran terhadap prestasi matematika siswa Ha3 : Terdapat interaksi yang signifikan antara tingkat penalaran dan pendekatan pembelajaran terhadap prestasi matematika siswa. Selanjutnya dari analisis varian dua arah dengan menggunakan interaksi, diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut: Tabel 9 Hasil Perhitungan Anova 2 x 2 Variabel terikat:: Hasil_Tes_Matematika Kua drat Tipe III Sumber Kebenaran model Intersep Pembelajaran Tingkat_Pen 2. Ho2 : Ha2 : 118 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan prestasi matematika antara siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi, sedang dan rendah Terdapat pengaruh yang signifikan prestasi matematika antara siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi, sedang dan rendah D - Kuadrat f rata 5 2,54 7212,73 7(a) 78082,0 56 Pendekatan_ alaran rata Jumlah 1050,24 1 5189,78 3 144 7 1 F . Eta parsial 21,9 ,00 52 0 118 82,0 8,23 56 6 0,24 1 259 2 Kuadrat 780 105 1 Sig 4,89 1 ,00 0 15,9 ,00 82 0 39,4 ,00 89 0 ,662 ,955 ,222 ,585 Pendekatan_ Pembelajaran * 34,845 2 Tingkat_Pen 17,4 22 alaran Kesalahan 3679,90 Total 154482, 4 722 Kebenaran 10892,6 Total 41 56 62 61 65,7 13 ,265 ,76 8 ,009 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011 Berdasarkan hasil perhitungan Anova-2 hitung > F tabel, hal ini berarti hipotesis statistik jalur tersebut di atas, dapat disimpulkan sebagai (Ho) kedua ditolak. Dengan demikian dapat berikut: disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi 1. Perbedaan Antara Prestasi Matematika matematika yang signifikan antara siswa yang Siswa yang Mengikuti Pembelajaran dengan memiliki tingkat penalaran tinggi, sedang dan Pendekatan Konstruktivisme dan dengan rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa skor Pendekatan Konvensional. prestasi matematika siswa yang memiliki Dari Tabel Anova di atas untuk kemampuan penalaran tinggi lebih baik daripada pendekatan pembelajaran diperoleh harga Fhitung siswa yang memiliki tingkat penalaran sedang untuk =0,05, df dan yang memiliki tingkat penalaran sedang pembilang =1 dan df penyebut = 58 adalah lebih baik daripada siswa yang memiliki tingkat Ftabel = F (1, 58, ) = 4,02. Dengan demikian F penalaran rendah. = 15,982. sedangkan F tabel hal ini berarti hipotesis statistik 3. Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan (Ho) pertama ditolak. Dengan demikian dapat Tingkat Kemampuan Penalaran Terhadap disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi Prestasi Matematika hitung > F tabel, matematika siswa yang signifikan antara siswa Dari hasil penelitian diperoleh data dengan mengenai rata-rata prestasi matematika dengan pendekatan konstruktivisme dan konvensional. Pendekatan Konstruktivisme pada siswa yang Rata-rata prestasi belajar dengan pendekatan memiliki penalaran tinggi adalah 74,95, siswa konstruktivisme adalah 53,66 sedangkan dengan yang memiliki penalaran sedang adalah didapat pendekatan konvensional adalah 42,32, sehingga rata-ratanya 52,81 dan siswa yang memiliki dapat disimpulkan bahwa prestasi matematika penalaran rendah didapat rata-ratanya 37,275. siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan Sedangkan prestasi matematika siswa dengan konstruktivisme adalah lebih baik daripada pendekatan konvensional pada siswa yang dengan pendekatan konvensional. memiliki penalaran tinggi adalah didapat rata- 2. Perbedaan Prestasi Matematika antara Siswa ratanya 61,28, siswa yang memiliki penalaran yang mengikuti pembelajaran yang memiliki kemampuan Penalaran sedang didapat rata-ratanya 40,28, dan siswa Tinggi, Sedang dan Rendah. yang memiliki penalaran rendah didapat rata- Dari Tabel Anova di atas untuk tahap ratanya 29,17. penalaran diperoleh harga Fhitung = 39,489. Untuk mengetahui ada atau tidak untuk = 0,05 dan df interaksi Penggunaan Pendekatan pembelajaran pembilang = 1 serta df penyebut = 58 adalah dan tingkat kemampuan penalaran terhadap Ftabel=F (1, 58, ) = 4,02. Dengan demikian F pencapaian prestasi matematika. Berdasarkan Sedangkan F tabel 119 Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika tabel anova di atas diperoleh F hitung = 0,265 pengetahuan adalah cukup baik, hal ini sedangkan F tabel diketahui sebesar 4,02. menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran Karena Fhitung < Ftabel, maka hipotesis nol siswa sudah mengaktifkan pengetahuan yang diterima. Hal ini berarti Tidak ada interaksi yang sudah dimilikinya dalam rangka mengkonstruk signifikan pengetahuan baru melalui proses diskusi. dalam penggunaan pendekatan pembelaran dan tingkat kemampuan penalaran Pengetahuan awal terhadap prestasi matematika. Gambar bentuk membangun pengetahuan baru seperti yang tidak terdapat interaksi tersebut dapat dilihat dikemukakan oleh Ernest (1991, 84) bahwa pada gambar berikut : pengetahuan awal sangat penting (pengetahuan untuk subjektif matematika) berperan dalam membuat atau Estimated Marginal Means of Hasil_Tes_Matematika mengkonstruksi pengatahuan baru (pengetahuan Tingkat_Penalaran 80.00 Tinggi Sedang Rendah Estimated Marginal Means 70.00 objektif matematika) melalui interaksi sosial, hal ini didukung juga oleh Sumarmo (2010) bahwa 60.00 salah satu disposisi kuat dan prilaku cerdas 50.00 40.00 adalah memanfaatkan pengalaman lama untuk 30.00 membentuk pengetahuan baru, misalnya 20.00 Konstruktivisme melakukan analogi dan berusaha mengaitkan Konvensional Pendekatan_Pembelajaran Gambar 3 Plot Interaksi Kemampuan Penalaran dan pengalaman lama terhadap kasus serupa yang Pendekatan Pembelajaran dihadapi. Hal ini juga sejalan dengan Bruner (1973) bahwa pembelajaran dikatakan efektif Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak adalah ketika siswa dapat lebih berkembang terdapat interaksi yang signifikan antara tahap dengan memanfaatkan informasi yang telah penalaran siswa dan pendekatan pembelajaran diterima atau dikenal dengan istilah “Going terhadap pencapaian prestasi matematika siswa. beyond the information given”, misalnya melihat Hal ini berarti prestasi matematika siswa yang di balik apa yang tertulis, sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan pendekatan menggunakan pengetahuan yang baru secara konstruktivisme lebih baik daripada dengan aktif untuk mengkonstruksi makna. Hal tersebut pembelajaran mengindikasikan konvensional untuk setiap kemampuan penalaran yang dimiliki oleh siswa. 120 eksperimen proses penerima informasi yang pasif melainkan harus mengkonstruksi tentang topik Berdasarkan kemampuan siswa pada kelompok pada pembelajaran yang efektif, siswa tidak sekadar menjadi PEMBAHASAN bahwa dalam membangun yang dipelajari. Pada kesempatan seperti ini siswa berkesempatan memberdayakan apa yang JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011 telah diketahuinya, sehingga pengetahuan ysng orang yang tahap penalarannnya konkret, 1 telah untuk orang meningkat menjadi awal formal dan 1 disegarkan. Dalam penelitian ini, kemampuan orang menjadi transisi. Dari satu orang siswa siswa dalam mengilustrasikan pengetahuan awal yang tahap penalarannya awal formal setelah adalah dilakukan dimilikinya sangat berkesempatan baik, sehingga dengan pembelajaran konstruktivisme ini siswa akan baik dalam penalarannya tetap tahap awal formal. Setelah dilakukan pembelajaran dengan dengan pendekatan konvensional pada kelas kontrol. pendekatan konstruktivisme terjadi interaksi Dari 19 orang siswa yang tahap penalarannya dalam kelompok, yaitu pada tahap eksplorasi konkret, ada 10 orang siswa meningkat menjadi dan interaksi antar kelompok, yaitu pada tahap tahap transisi dan 9 orang tetap pada tahap diskusi Pada konkret. Dari 12 orang siswa yang tahap pembelajaran konstruktivisme ini, guru berperan penalarannya transisi, ada 1 orang yang turun sebagai fasilitator, moderator, dan membimbing menjadi konkret dan 11 orang tetap pada tahap siswa transisi. Dalam dan pembelajaran penjelasan dalam konsep konstruktivisme yang dipelajarinya. penguasaan pembelajaran proses konsep. mengkonstruksi pengetahuan baru. Berdasarkan pada peningkatan tahap Pada tes penalaran menunjukkan bahwa penalaran siswa di atas, dapat disimpulkan pada tes awal (pretes) kemampuan penalaran bahwa siswa pada kelompok eksperimen lebih baik konstruktivisme lebih baik daripada pendekatan daripa siswa pada kelompok kontrol. Pada pretes konstruktivisme untuk kelas eksperimen terdapat 2 orang siswa kemampuan yang penalarannya konkret, 28 orang siswa yang pembelajaran penalarannya transisi serta 1 orang siswa yang konstruktivisme penalarannya awal formal, sedangkan untuk pembelajaran dengan pendekatan konvensional kelas kontrol terdapat 19 orang siswa yang tahap dalam meningkatkan kemampuan penalaran penalarannya konkret dan 12 orang siswa yang siswa. penalarannya pembelajaran transisi. Setelah dengan dilakukan pembelajaran dengan dalam penalaran pendekatan meningkatkan siswa. dengan lebih Berdasarkan Sehingga pendekatan baik daripada peningkatan tahap pendekatan penalaran siswa, pada pembelajaran dengan konstruktivisme pada kelas eksperimen dan pendekaran konstruktivisme yang menunjukkan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. bahwa Pada kelas eksperimen, dari konstruktivisme 28 orang siswa pembelajaran lebih dengan baik pendekatan baik dalam yang penalarannya transisi, ada 14 orang siswa meningkatkan tahap penalaran daripada dengan meningkat menjadi tahap awal formal, dari 2 pendekatan konvensional. Sehingga dapat 121 Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika disimpulkan bahwa kemampuan penalaran siswa penalaran dan prestasi matematika siswa. Hal ini dengan pembelajaran konstruktivisme lebih baik sesuai dengan pendapat Sumarmo (2003) bahwa daripada dengan pembelajaran konvensional. salah satu kemampuan dasar matematika adalah Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa bernalar matematika (mathematical reasoning). belum ada siswa yang memiliki kemampuan Berdasarkan analisis anova dua jalur penalaran formal. Keadaan ini menunjukkan menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi bahwa siswa di SMA Negeri 1 Kayuagung antara kemampuan penalaran dan pendekatan belum mampu berpikir formal. Sehingga dengan pembelajaran terhadap prestasi matematika menerapkan pembelajaran dengan pendekatan siswa. Hal ini berarti pada semua tingkat konstruktivisme akan mampu meningkatkan kemampuan kemampuan penalaran siswa sekolah menengah matematika siswa yang mengikuti pembelajaran atas. dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik penalaran siswa, prestasi Selain itu juga dengan uji-t menunjukkan dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran bahwa kemampuan penalaran siswa pada tes dengan pendekatan konvensional. Hal ini berarti akhir untuk siswa yang pembelajaran dengan bahwa prestasi matematika siswa dengan pendekatan konstruktivisme adalah lebih baik pembelajaran daripada dengan pembelajaran konvensional. adalah lebih baik daripada dengan pembelajaran jalur pendekatan konstruktivisme Berdasarkan hasil analisis anova dua konvensional untuk semua tingkat kemampuan juga penalaran siswa. menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap Siswa kelas X SMA Negeri 1 pada prestasi matematika siswa yaitu pembelajaran umumnya berusia 16 tahun. Jika dikaitkan dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik dengan tahap perkembangan intelaktual yang daripada dengan pendekatan konvensional. dikemukakan oleh Piaget, usia tersebut berada Dilihat dari kemampuan penalaran siswa juga pada tahap menunjukkan pengaruh lapangan menunjukkan bahwa belum ada siswa kemampuan penalaran terhadap prestasi siswa yang kemampuan berpikirnya pada tahap yaitu siswa yang kemampuan penalarannya formal. Sehingga perlu dilakukan pembelajaran tinggi memiliki prestasi matematika yang lebih matematika dengan pendekatan konstruktivisme baik dalam bahwa daripada penalarannya siswa rendah. terdapat yang Ini kemampuan berarti bahwa kemampuan penalaran berpengaruh terhadap prestasi matematika. Dengan demikian terdapat hubungan 122 yang erat antara kemampuan operasi formal. Kenyataan di rangka penalaran dan meningkatkan prestasi Sekolah Menengah Atas. kemampuan matematika siswa JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011 2. Bagi SIMPULAN guru matematika, sebaiknya menggunakan pendekatan konstruktivisme Dari hasil penelitian ini dapat sebagai alternatif dalam memperkaya variasi dikemukakan simpulan sebagai berikut: pembelajaran 1. Terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran mengkonstruksi sendiri pengetahuannya yang terhadap prestasi siswa, yaitu prestasi siswa akan yang pembelajarannya dengan pendekatan kemampuan konstruktivisme adalah lebih baik daripada matematika. dengan pendekatan konvensional. sehingga berimplikasi siswa terhadap penalaran dapat peningkatan dan prestasi 3. Bagi peneliti lain, bagi peneliti yang berminat 2. Terdapat pengaruh kemampuan penalaran lebih mendalami telaah dalam penelitian ini, terhadap prestasi siswa, yaitu prestasi siswa disarankan dapat mengambil sampel yang yang kemampuan penalarannya tinggi lebih lebih banyak lagi dan mengambil lebih baik daripada siswa yang penalarannya banyak lagi variabel lain yang dapat rendah. memprediksi 3. Berdasarkan analisis anova dua jalur, tidak terdapat interaksi antara pendekatan prestasi matematika siswa Sekolah Menengah Atas, sebagai contoh adalah variabel minat siswa. pembelajaran dan kemampuan penalaran terhadap prestasi siswa. Hal ini berarti DAFTAR PUSTAKA prestasi matematika siswa dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik daripada dengan Adurahman, Maman. 2002. Efektifitas Model pendekatan konvensional untuk semua level Konstruktivis atau tahap kemampuan penalaran siswa. Matematika pada Siswa SMU. Tesis dalam Pembelajaran Magister pada PPS UPI Bandung Press: SARAN Tidak Diterbitkan. Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, peneliti dapat menyarankan: 1. Bagi siswa, agar terus aktif belajar Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian matematika melalui proses diskusi untuk Suatu mengkonstruk Rineka Cipta. pengetahuan matematika sehingga kemampuan penalaran dan prestasi matematika meningkat. Pendekatan Praktik. Jakarta: Asra; Sumiati. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima 123 Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika Brewer, William F. 2008. Learning Teory: Constructivist Approach. (http://www.answer.com/topic/learning_t Bruner, Jhonson, D.A.; Rising, D.R. 1972. Guidelines for diakses 2 Januari 2009) Departemen L. (1973). Going Beyond the Pendidikan. Jakarta: Balitbang Depdiknas. Teaching Mathematics. Jakarta: Pendidikan dan Kebudayaan. Jumroh. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan 2003. Pengaruh Belajar Kelompok Kecil dan Penalaran Logis terhadap dalam Kemampuan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMU. Tesis Magister pada PPS UPI Bandung Press: ................2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas Tidak Diterbitkan. Kunandi. 2009. Penalaran Matematika. (online) ………. 2004. Peraturan tentang Penilaian http://file.upi.edu/Direktori/D%20- Perkembangan Anak Didik SMP No. %20FPMIPA/JUR.%20PEND.%20MA 506/C/Kep/PP/2004 TEMATIKA/196903301993031%20- November 2004. Tanggal Jakarta: 11 Ditjen Dikdasmen Depdiknas. dalam Bidang %20KUSNANDI/Penalaran%20Matema tika%20SMP.pdf [diakses, 17 Juli 2010] Djaali & Muljono, Pudji. 2004. Pengukuran Pendidikan. Jakarta: Lasati, Dwi. 2007. Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Pada Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri Teorema Pythagoras di kelas 8 SMP. Jakarta. Jurnal Pendidikan Inovatif, Vol. 3, No. 1, Dzaki, Muhammmad Faiq. 2009. Teori Belajar Konstruktivis dalam Pembelajaran September 2007. (http://jurnaljpi.files.wordpress.com/200 Fisika. 9/09/vol-3-no-1-dwi-lasati.pdf , diakses 2 (http://penelitiantindakankelas.blogspot.c Januari 2009) om/2009/03/teori-belajar-konstruktivisdalam.html, diakses 2 Januari 2009) Paul. 1991. The Philosophy Maja, Ibnu. 2006. Pendekatan Konstruktivisme dalam of Pembelajaran Matematika. (http://pustaka.polisriwijaya.ac.id/files/di Mathematics Education. London: The sk1/6/sstppolsri-gdl-ibnumajass-252- Falmer Press 2bahanse- Gagnon, George W; Colley, Michelle. 2006. Constructivist Learning Design. 124 , diakses 20 Juni 2010) eory_constructivist_approach_47_k, Information Given. New York: Norton Ernest, http://www.prainbow.com/cld/cldp.html 2.doc?PHPSESSID=3cda)a56a8e7faedf2 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011 15d31b7333b303, diakses tanggal 12 Januari 2010) Nani. 2004. Pengembangan Kemampuan Berfikir Matematik Siswa Nasoetion, N. 2007. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Ratnaningsih, Jakarta : Universitas Terbuka SMU Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis Magister pada PPS UPI Bandung Press: Tidak Diterbitkan. Noraini. 2000. Teaching and Learning of Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Geometry: Problems and Prospects. Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi (online) Pendidik http://myais.fsktm.um.edu.my/5101/ - 61k – [diakses 26 Desember 2009] dalam Pembelajaran yang Implementasi Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana. Rochmad. 2008. Penggunaan Pola Pikir Induktif Mistretta, Regina Geometric M. 2009. Enhancing Reasoning. (online) http://findarticles.com/p/articles/mi_m22 48/is_138_35/ai_66171011/pg_6/?tag=c ontent;col1 [diakses 24 Desember 2009] Murphy, Elizabeth. 2007. Characteristics of Constructivist Learning & Teaching. – Deduktif dalam Pembelajaran Matematika Beracuan Konstruktivisme. Makalah Seminar Nasional Pendidikan Sertifikasi Guru: Meningkatkan Kualitas Matematika di Indonesia. Di Kampus Pascasarjana UNNES Semarang, tanggal 16 Januari 2008 (online) http://rochmadunnes.blogspot.com/2008/01/penggunaa (online). http://www.ucs.mun.ca/~emurphy/stemn et/cle3.html [diakses 20 Juni 2010] n-pola-pi... - 94k [diakses 24 Desember 2009] Sabandar, Priatna, N. 2003. Kemampuan Penalaran dan Jozua. Matematika 2008. Pembelajaran dengan Menggunakan Pemahaman Matematika Siswa Kelas 3 Model. Sekolah dikti.org/ditnaga/files/PIP/mat- Lanjutan Tingkat Pertama (online) http://www.ditnaga- Negeri di Kota bandung. Disertasi inovatif.pdf [diakses 16 Juli 2010] Doktor pada PPS IKIP Bandung Press: Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Tidak Diterbitkan. Purwadarminta. 1989. Kamus Lengkap Bahasa Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. ------------. 1998. Kamus besar Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Suherman, E dan Sukjaya, Y. 1990. Petunjuk Bahasa Pendidikan Matematika. Bandung: Wijaya Kusumua 125 Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika Suksmono. 2006. Penalaran Matematika. (online) 20Bersaing%2009.pdf [diakses, 17 Juli 2010] http://radar.ee.itb.ac.id/~suksmono/Lectu Somarmo, Utari. 2010. Berfikir dan Disposisi res/el2009/ppt/3.%20Penalaran Matematik: %20Matematika.pdf [diakses, 17 Juli Bagaimana Dikembangkan pada Peserta 2010] Didik. Sumarmo, U. 1987. Kemampuan Pemahaman Mengapa dan (online) http://math.sps.upi.edu/wp- dan Penalaran Matematika Siswa SMA content/uploads/2010/10/Berfikir- Dikaitkan Disposisi-Matematk-.pdf [diakses, 12 dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar, Studi Juni 2010] Suryabrata, Sumadi. Deskriptif Analitis terhadap Siswa SMA Penelitian. Negeri dari Tujuh Kota di Jawa Barat. Persada Disertasi Doktor Pada PPS IKIP Bandung Press: Tidak Diterbitkan. Sumarmo, U. 2003.Berfikir Matematik Tingkat Tinggi: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Suparno, Paul. 2006. Filsafat Konstruktivisme Seminar Nasional dan Lokakarya, FKIP Suparno, Paul, et al. Abduktif-Deduktif Pada Topik-Topik Esensial Matematika Pendidikan. Martin. Conducting Penalaran (Berparadigma Calon Guru (online) http://file.upi.edu/Direktori/D%20%20FPMIPA/JUR.%20PEND.%20MA 1993. Planning Formative and Evaluation. Turmudi. 2008. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Mahasiswa 2002. Reformasi London, Philadelphia: Kogan Page. Sekolah Menengah untuk Meningkatkan Matematika Yogyakarta: Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Tessmer, Strategi Grafindo Bacon. Kanisius. Perluasan raja Theory and Practice. Boston: Allyn & dan Mahasiswa Calon Guru. Makalah Sumarmo, Utari; Kusnandi, Jupri, Al. 2009. Metodologi Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: dalam Agustus 2003 2009. Jakarta: Dikembangkan pada Siswa SD dan SM Universitas Sriwijaya, Palembang 20-21 Investigatif). Matematika Eksploratif Jakarta: Leuser dan Cita Pustaka. Uno, Hamzah.B. 2007. Metode Pembelajaran : TEMATIKA/196903301993031%20- Menciptakan Proses Belajar Mengajar %20KUSNANDI/Usul%20%20Hibah% yang Kreatif dan Efektif. Jakarta. Bumi Aksara. 126 Apa, JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 5. NO. 2 JULI 2011 Widjaya, Wanti. 2010. Design Realistic Dengan selesainya penulisan tesis ini, penulis Mathematics Education Lesson. Makalah mengucapkan terima kasih kepada Dr. Yusuf Seminar Nasional Pendidikan, Program Hartono sebagai pembimbing yang telah Pascasarjana memberikan bimbingan Universitas Sriwijaya, Palembang 1 Mei 2010. Winarno, Surahmad, selama penulisan tesis. 1980. Metodologi Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Yevdokimov. 1999. About a Constructivist Approach for Stimulating Students’ Thinking to Produce Conjecture and Their Proving in Active Learning of Geometry. (online) http://eprints.usq.edu.au/3352/1/1Yevdokimov_CERME4.pdf [diakses 24 Desember 2009] Zulkardi. (2001). Realistic Education Mathematics (RME) dan Contoh Pengajarannya pada Aljabar Linear di Sekolah Menengah. Makalah pada Seminar Sehari Realistic Mathematics Education. UPI Bandung. Zulkardi. 2002. Developing A Learning Environment on Realistic Mathematics Education for Indonesian Teachers. Student Disertasi. (http://projects.edte.utwente.nl/cascade/i mei/dissertation/disertasi.html) diakses 20 Juni 2010. 127 Riyanto, Memingkatkan Penalaran dan Prestasi Matematika 128