bab ii kerangka ekonomi makro daerah

advertisement
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
BAB II
KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
2.1. Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Jawa Barat Tahun
Sebelumnya
Krisis ekonomi global yang terjadi sejak pertengahan Tahun 2008,
berdampak besar pada perekonomian Indonesia. Diperkirakan, dampak krisis
akan mencapai puncaknya pada triwulan I dan II 2009. Hal ini mengakibatkan
perekonomian Indonesia Tahun 2009 diperkirakan akan tumbuh lebih lambat dari
perkiraan awal (yang ditetapkan dalam APBN) dari semula diperkirakan 6%
menjadi sebesar 4,0-5,0% . Perlambatan tersebut disebabkan oleh kinerja ekspor
yang turun, dan mulai melemahnya daya beli masyarakat. Namun demikian,
dengan melihat perkembangan yang ada, diprediksikan bahwa setelah melewati
triwulan II yang merupakan titik terendah pertumbuhan ekonomi, terdapat
tanda-tanda pembalikan terhadap perekonomian. Secara perlahan kondisi
ekonomi makro akan meningkat seiring dengan membaiknya perekonomian
dunia ke arah pertumbuhan normal. Harapan kondisi makro ekonomi yang lebih
baik pada tahun 2010 tentu saja memerlukan dukungan kebijakan ekonomi yang
mampu mendorong aktifitas
perekonomian secara optimal.
Diperkirakan
perekonomian Jawa Barat 2010 juga akan mengalami perbaikan kinerja terutama
yang didorong oleh perbaikan perekonomian global, sedangkan perbaikan
perekonomian nasional juga akan mempengaruhi perekonomian Jawa Barat
dengan dampak yang lebih kecil.
Kinerja makro ekonomi dapat menjadi barometer seberapa besar
pencapaian stabilitas makro ekonomi yang ditunjukkan oleh pertumbuhan
ekonomi yang mantap, investasi tinggi, inflasi rendah, pengangguran dan
kemiskinan semakin menurun. Kinerja makroekonomi sebuah daerah pada tahun
tertentu tidak lepas dari kondisi faktor internal dan eksternal baik level nasional
maupun internasional. Dalam konteks sistem perekonomian terbuka dimana
Indonesia termasuk negara yang menganut dan aktif dalam globalisasi, kinerja
makroekonomi nasional dan daerah cukup rentan dengan gejolak eksternal.
Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010
II-1
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
Namun signifikan tidaknya efek dari gejolak eksternal tersebut tergantung pada
karakteristik ekonomi daerah Jawa Barat.
Berdasarkan variabel pembentuk PDRB Jawa Barat dari sisi permintaan,
karakteristik ekonomi daerah Jawa Barat identik dengan nasional yakni domestic-
demand led growth. Hal ini tercermin dari tingginya kontribusi konsumsi swasta
yang mencapai sekitar 65% terhadap total PDRB Jawa Barat dibandingkan
dengan variabel lainnya. Hal ini diyakini merupakan salah satu penyebab lebih
kuatnya daya tahan perekonomian terhadap kejutan eksternal belakangan ini,
dibandingkan dengan daerah yang sangat tergantung pada ekspor.
Dampak krisis ekonomi global mulai terasa di triwulan IV-2008. Sekalipun
karakteristik ekonomi merupakan domestic-demand led growth,
karena nilai
ekspor tekstil dan barang dari tekstil Jawa Barat cukup dominan dan berorientasi
ke pasar negara-negara maju yang terkena krisis sangat parah, maka secara
total nilai ekspor Jawa Barat menurun pada tahun 2008. Konsumsi swasta pun
melambat karena menurunnya penghasilan. Secara keseluruhan, efek krisis
ekonomi global berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekonomi Jawa
Barat. Pertumbuhan ekonomi Jabar yang terus naik dari tahun 2000 dan
mencapai 6,41% tahun 2007, untuk tahun 2008 diperkirakan mencapai 5.,4%, di
bawah nasional yang berhasil meraih pertumbuhan 6,1%. Pencapaian angka
tersebut
dilansir
lebih
baik
dibandingkan
dengan
negara-negara
yang
perekonomiannya berbasis ekspor.
Realisasi investasi PMA dan PMDN pada tahun 2008 naik 60,38%
dibandingkan tahun 2007, sehingga secara keseluruhan PMTB Jawa Barat
tumbuh 10% (Bank Indonesia Bandung, 2008). Namun karena pangsa PMTB
rendah dalam PDRB, kenaikan ini tidak memberikan efek signifikan pada
pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan investasi terutama didorong oleh komponen non bangunan.
Salah satu komponen non bangunan yang meningkat yaitu barang modal, seperti
mesin industri dan perlengkapannya serta mesin industri khusus. Meskipun
investasi
meningkat,
namun
pertumbuhan
secara
tahunan
mengalami
perlambatan, terutama terjadi pada investasi bangunan. Perlambatan laju
pertumbuhan investasi juga tercermin dari penurunan jumlah penyaluran kredit
baru untuk penggunaan investasi oleh bank umum di Jawa Barat (Bank
Indonesia Bandung, 2008).
Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010
II-2
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
Sementara dilihat dari sisi penawaran, melambatnya pertumbuhan
ekonomi dialami oleh hampir seluruh sektor ekonomi, kecuali sektor pertanian
dan sektor industri pengolahan yang masih tumbuh positif. Berdasarkan proyeksi
BPS, produksi tanaman pangan terutama padi, jagung, kedele meningkat
dibandingkan dengan tahun 2007. Demikian halnya dengan sub sektor perikanan,
pada tahun 2008 mencatat pertumbuhan positif. Pertumbuhan positif untuk
sektor industri pengolahan terjadi pada industri non migas, yakni sub sektor alat
angkutan, mesin, dan peralatan. Kondisi yang bertolak belakang terjadi pada sub
sektor tekstil, barang kulit dan alas kaki. Penurunan kinerja ini diperkirakan
akibat lemahnya daya saing harga produk tekstil lokal dibandingkan dengan
produk internasional, terutama setelah krisis ekonomi menimpa negara-negara
tujuan ekspor tekstil seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat. Pelemahan nilai
tukar rupiah juga berdampak negatif dalam menaikan biaya produksi terkait
dengan ketergantungan bahan baku impor yang sangat tinggi pada industri
tersebut (Bank Indonesia Bandung, 2008).
Melemahnya kinerja pertumbuhan ekonomi ternyata disertai dengan
tingginya inflasi. Hal ini akan berimplikasi negatif pada rendahnya daya beli
masyarakat. Oleh karena itu kebijakan stimulus fiskal diharapkan dapat
meminimalisasi penurunan daya beli masyarakat. Terlebih untuk karakteristik
perekonomian yang bersifat domestic-demand led growth, arah kebijakan
ekonomi secara umum harus diarahkan untuk tetap menjaga market size dan
daya beli masyarakat.
Pada tahun 2008 inflasi Jawa Barat melonjak mencapai 11.11%, padahal
pada tahun 2007 hanya sebesar 5.1%. Faktor pendorong utama peningkatan laju
inflasi di Jawa Barat selama tahun 2008 adalah faktor eksternal. Pada awal tahun
terjadi kenaikan harga beberapa komoditas strategis di pasar internasional,
seperti minyak bumi, CPO (Crude Palm Oil), gandum, emas dan kedelai sejak
akhir tahun 2007, yang telah mendorong inflasi Jawa Barat sejak awal tahun
hingga triwulan III-2008.
Melambatnya pertumbuhan ekonomi dan tingginya inflasi pada tahun
2008, secara agregat tidak berdampak pada meningkatnya pengangguran.
Sampai pada posisi Agustus 2008, jumlah angkatan kerja 18.74 juta, mengalami
peningkatan dari 18.24 juta orang pada tahun 2007. Tingkat pengangguran
terbuka pada Agustus 2008 sebesar 12.08% mengalami penurunan dibandingkan
Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010
II-3
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
dengan tahun 2007 yang mencapai 13.08%. Namun pada triwulan IV 2008
kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat diperkirakan mengalami penurunan,
sesuai temuan hasil survey dunia usaha yang dilakukan secara rutin oleh Bank
Indonesia Bandung, terutama berasal dari tiga sektor yakni pertambangan dan
penggalian, listrik, gas dan air, serta perdagangan, hotel dan restoran.
2.2. Proyeksi dan Rencana Target Makroekonomi Jawa Barat 2010
Melemahnya kinerja makroekonomi pada tahun 2008 akan semakin
memburuk pada tahun 2009 (setidaknya hingga triwulan II). Siklus bisnis
negara-negara maju diprediksi akan mencapai titik terendahnya pada Tahun
2009. Pemulihan makroekonomi dunia akan berlangsung lebih cepat yakni pada
triwulan terakhir Tahun 2009 jika upaya stimulus fiskal dan restrukturisasi
perbankan berjalan efektif. Banyak pihak optimis dengan keberhasilan program
stimulus fiskal tersebut sehingga yakin ekonomi dunia akan meningkat lagi pada
awal tahun 2010 dan tumbuh sekalipun belum dalam jalur trend pertumbuhan
normal.
Bangkitnya ekonomi dunia tentu saja akan memberikan dampak positif
bagi ekonomi nasional dan daerah Jawa Barat. Selain itu keunggulan daerah
yang membentuk kapasitas ekonomi untuk tumbuh cukup positif akan turut
memperkuat pencapaian pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dibandingkan
dengan tahun sekarang.
Berdasarkan perkiraan IMF dalam World Economic Outlook (WEO) 2009,
pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2010 mencapai 3%, meningkat signifikan
dibandingkan dengan proyeksi untuk tahun 2009 yang hanya mencapai 0.5%.
Amerika Serikat (AS) pada tahun 2010 diperkirakan akan tumbuh sebesar 1,6%,
Uni Eropa (UE) 0,2%, dan Jepang 0,6%. Membaiknya kinerja pertumbuhan
ekonomi dunia ini akan mendorong peningkatan permintaan untuk konsumsi
pangan maupun non-pangan. Artinya, peluang ekspor dari Indonesia termasuk
Jawa Barat terbuka lagi.
Bank Indonesia dalam buku Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014
memperkirakan kondisi perekonomian nasional akan membaik pada tahun 2010,
berdasarkan
asumsi
membaiknya
kinerja
ekspor,
peningkatan
konsumsi
masyarakat (efek perbaikan kinerja ekspor dan peningkatan penyerapan tenaga
kerja), meningkatnya investasi sebagai akibat meningkatnya aliran Foreign Direct
Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010
II-4
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
Investment (FDI) sebagai imbas membaiknya iklim investasi domestik dan global,
dukungan pengeluaran pemerintah, nilai tukar cenderung stabil, tekanan inflasi
menurun. Potensi tekanan inflasi tahun ini diperkirakan akan berkurang sejalan
dengan trend penurunan harga komoditas dunia. Tekanan dari sisi harga minyak
diperkirakan
akan
mulai
muncul
pada
2010
seiring dengan
perkiraan
membaiknya perekonomian dunia, sehingga dapat berpotensi mempengaruhi
besarnya nilai inflasi pada tahun 2010.
Dengan demikian, permintaan domestik diperkirakan akan tetap menjadi
kekuatan utama pertumbuhan ekonomi dan kinerja ekspor akan kembali
mengalami penguatan sejalan dengan mulai bangkitnya perekonomian global
pada tahun 2010. Penguatan sisi permintaan domestik ini mampu diimbangi
dengan meningkatnya daya dukung kapasitas perekonomian, sehingga mampu
menjaga kecukupan di sisi produksi.
Kapasitas perekonomian domestik Jawa Barat tampaknya lebih tinggi dari
nasional karena keunggulan daerah dari dominasi sektor industri pengolahan
yang didukung oleh industri kreatif yang melekat pada pencapaian value added
yang lebih tinggi pada sub sektor, terutama sub sektor tekstil, pakaian dan alas
kaki, sub sektor industri makanan, sub sektor industri pengolahan lainnya yakni
kerajinan tangan, dan juga pada produksi jasa berbasis teknologi informasi dan
seni. Selain itu potensi agribisnis terutama dari sub sektor tanaman pangan dan
perikanan yang memasok kebutuhan pasar ibukota negara, memiliki kapasitas
untuk terus ditingkatkan.
Keunggulan lain adalah keunggulan lokasi yang menarik sebagai daerah
tujuan investasi, maka PMA di Jawa Barat pun berpotensi meningkat. Perkiraan
yang optimis, aliran PMA global dapat membaik dengan cepat pada akhir tahun
2009 yang didorong oleh berakhirnya resesi di semester II-2009, sehingga
kawasan industri terutama di wilayah Bogor, Bekasi, Karawang, Bandung, Cimahi
akan kembali menerima aliran PMA tersebut. Terlebih jika kawasan industri di
daerah-daerah tersebut akhirnya terpilih sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
maka diprediksi aliran PMA akan lebih besar lagi dibandingkan dengan tahun
2009 sekarang.
Asumsi-asumsi
di
atas
diperkuat
dengan
optimisme
munculnya
kepemimpinan baru di tingkat nasional yang lebih visioner yang mampu
membentuk persepsi serta ekspektasi pasar yang positif, sehingga makro
Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010
II-5
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
ekonomi Jawa Barat dapat diproyeksikan sebagai berikut: Laju Pertumbuhan
Ekonomi (LPE) sebesar 4,6 – 5,06%, laju inflasi sebesar 6-7%, Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp. 314,67316,19 Trilyun, dan nilai investasi diproyeksikan sebesar Rp. 116,65-122,79
Trilyun.
Angka proyeksi pertumbuhan Jawa Barat diperoleh berdasarkan trend nya
yang ternyata telah menunjukan perilaku siklikalnya. Artinya, angka tersebut
telah menggambarkan potensi dan kapasitas perekonomian Jawa Barat sesuai
karakteristiknya.
Namun jika ingin dijadikan target sebaiknya ditingkatkan dari angka proyeksi
sesuai sasaran-sasaran makro pembangunan lainnya. Jika ditambah 10% dari
angka proyeksi maka target menjadi 5.06% (optimis), moderat 5% dari angka
proyeksi menjadi 4.83%. Angka proyeksi diperoleh berdasarkan trend sebagai
fungsi dari waktu yang juga mengakomodir fenomena faktual yang terjadi di
tingkat nasional dan global. Sesuai historical data yang menunjukan kapasitas
dan karakteristik perekonomian Jawa Barat, ekonomi akan tumbuh pada kisaran
4.6% - 5.06 %. Sementara target yang tertera dalam RPJMD sebesar 5% - 6%.
Terdapat irisan antara proyeksi dan target di angka 5%, dimana dalam proyeksi
ini merupakan batas atas, sedangkan di target batas bawah, sehingga perlu
upaya keras untuk mencapai target minimal 5%.
Dibandingkan angka asumsi inflasi nasional yang sebesar 4,5 – 5,5%,
pada Tahun 2010 inflasi Jawa Barat diproyeksikan di atas asumsi nasional, pada
kisaran 6 – 7%, kisaran ini diambil dengan memperhatikan trend besaran inflasi
Jawa Barat selama ini rata-rata lebih tinggi daripada nasional dan berdasarkan
proyeksi Bank Indonesia, kisaran inflasi Jawa Barat Tahun 2010 adalah 6,97,3%.
Sebagai informasi yang bersifat komplementer dari Bank Indonesia,
proyeksi perekonomian Jawa Barat dilakukan dengan menggunakan persamaan
simultan blok permintaan agregat, harga, dan moneter, diperoleh hasil proyeksi
sebagaimana bisa dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.
Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010
II-6
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
Tabel 2.1.
Proyeksi Indikator Ekonomi Jawa Barat Tahun 2010
Skenario
Pesimis
Moderat
Optimis
LPE
4,5%
4,9%
5,2%
Inflasi
6,9%
7,1%
7,3%
Sumber: Kantor Bank Indonesia Bandung, 2009
Sesuai dengan proyeksi indikator makro ekonomi yang diperoleh dari
analisa data series dan kondisi riil serta potensi Jawa Barat, target indikator
makro ekonomi Tahun 2010 direncanakan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel
2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2.
Target Indikator Makroekonomi Jawa Barat 2010
No
Indikator
1
Laju Pertumbuhan
Ekonomi (%)
2
Nilai PDRB atas dasar
harga konstan 2000 (Rp
Trilyun)
3
Inflasi
4
Investasi (PMTB harga
berlaku dalam Rp
Trilyun)
5
Laju Pertumbuhan
Investasi (%)
Realisasi
Tahun
2008 1)
Tahun 2009
(KU-APBD
2009)
Target Tahun
2010 2)
Target (RPJMD
2008 – 2013)
5,841)
5,5 – 5,8 %
4,6 – 5,06 %
5–6%
304,13 –
305,77
314,67 –
316,19
10 – 12 %
6–7%
97,59 –
101,07
116,65 –
122,79
115,98-122,42
6,0 – 8,0 %
12,43 %
10 – 12 %
289,99
1)
11,11
113,14
1)
??
Sumber: 1. Angka sangat sementara, hasil estimasi triwulanan Tahun 2008
2. Rencana Target berdasarkan analisis Bapeda Prov. Jabar.
2.3. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah
Sebagai
sebuah
perekonomian
daerah,
tantangan
dan
prospek
perekonomian Jawa Barat tahun 2010 tidak lepas dari kondisi faktor internal dan
eksternal baik level nasional maupun internasional. Dalam konteks sistem
perekonomian terbuka dimana Indonesia termasuk negara yang menganut dan
aktif dalam globalisasi, kinerja makroekonomi nasional dan daerah cukup rentan
Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010
II-7
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
dengan gejolak eksternal. Namun signifikan tidaknya efek dari gejolak eksternal
tersebut tergantung pada karakteristik ekonomi daerah Jawa Barat dan kekuatan
faktor internal.
Tantangan utama perekonomian Jawa Barat pada tahun 2010 secara
internal adalah pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, yakni
ekonomi tumbuh yang disertai dengan pemerataan dan penurunan tingkat
kemiskinan secara signifikan sehingga paradoksal pembangunan ekonomi dapat
ditekan. Tantangan utama tersebut melahirkan tantangan turunan yang terkait
dengan
pencapaian
efisiensi
dan
produktivitas
ekonomi
sektoral
sesuai
kapasitasnya, mendorong pembangunan wilayah perdesaan dan meningkatkan
keterkaitan ekonomi desa-kota, meningkatkan akses pelaku usaha mikro dan
kecil terhadap sumberdaya ekonomi produktif. Persoalan pemantapan kinerja
dan
stabilitas
ekonomi
pembangunan
ekonomi.
makro
sebagai
Pemantapan
prasyarat untuk
stabilitas
ekonomi
kesinambungan
makro
adalah
merupakan keharusan, mengingat masih adanya potensi gejolak eksternal terkait
masih sangat berfluktuatifnya harga minyak dunia dan ketidakseimbangan global
(global imbalances) pada aliran likuiditas yang mempengaruhi stabilitas moneter
dan ketahanan fiskal dalam negeri; percepatan pertumbuhan ekonomi perlu
terus dipacu dengan mengembangkan pertumbuhan yang lebih berimbang, yang
bertumpu pada peran investasi dan ekspor non migas. Pertumbuhan ekonomi
dengan percepatan yang lebih tinggi, terjaganya stabilitas ekonomi makro, dan
dengan pembenahan yang sungguh-sungguh pada sektor riil, diharapkan dapat
mendorong peningkatan investasi dan menciptakan lapangan kerja yang lebih
luas dengan fokus utama menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan.
Tantangan lain adalah optimalisasi dalam mendayagunakan angkatan
kerja lokal sehingga mampu mengakses peluang kerja yang berkembang, dan
menurunkan tingkat pengangguran. tantangan berikutnya adalah pertambahan
jumlah penduduk dan daya dukung lingkungan. Kekeringan, banjir, pencemaran
air, penggundulan hutan, abrasi pantai, pencemaran udara, penumpukan
sampah merupakan masalah serius yang bisa mengganggu sustainabilitas
perekonomian.
Tantangan secara eksternal di
tingkat nasional
adalah
tuntutan
pengelolaan ekonomi daerah yang tepat dalam kerangka pembangunan nasional,
penataan ekonomi yang berdaya saing dan iklim investasi yang semakin kondusif
Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010
II-8
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
di daerah-daerah lain. Sedangkan tantangan secara global terkait dengan
standarisasi produk, persaingan produk yang sama dari negara lain, tuntutan
konsumen asing yang semakin tinggi.
Pada saat yang bersamaan, dinamika ekonomi nasional dan global pun
menawarkan prospek yang cukup menjanjikan di tahun 2010. Siklus bisnis
negara-negara maju diprediksi akan mencapai titik terendahnya pada tahun 2009
dan pemulihan makroekonomi dunia akan berlangsung lebih cepat yakni pada
triwulan terakhir tahun 2009 jika upaya stimulus fiskal dan restrukturisasi
perbankan berjalan efektif. Banyak pihak optimis dengan keberhasilan program
stimulus fiskal tersebut sehingga yakin ekonomi dunia akan meningkat lagi pada
awal tahun 2010 dan tumbuh sekalipun belum dalam jalur trend pertumbuhan
normal.
Bangkitnya ekonomi dunia tentu saja akan memberikan dampak positif
bagi ekonomi nasional dan daerah Jawa Barat. Selain itu keunggulan daerah
yang membentuk kapasitas ekonomi untuk tumbuh cukup positif akan turut
memperkuat pencapaian pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dibandingkan
dengan tahun 2009.
Berdasarkan tantangan dan prospek telah yang digambarkan maka perlu
direspon dengan menetapkan strategi perekonomian yang hati-hati dan tepat
serta memiliki dimensi sektoral, kewilayahan dan lintas pelaku usaha, yang
ditujukan untuk melewati tantangan dengan memanfaatkan prospek, sebagai
berikut:
1. Orientasi pembangunan sektoral adalah peningkatan produktivitas sektor
pertanian dan perluasan produk agroindustri, penguatan kontribusi sektor
industri
pengolahan
terhadap
PDRB,
pengembangan
ekowisata,
agrowisata, wisata budaya, peningkatan pemanfaatan energi potensial
panas
bumi
dan
air.
Prasyarat
dalam
implementasinya
adalah
ketersediaan infrastruktur fisik yang memadai, peningkatan pengetahuan
dan skill pelaku ekonomi, penguatan kelembagaan.
2. Dimensi kewilayahan diarahkan membangun perdesaan dalam rangka
meningkatkan
keterkaitan
ekonomi
desa
dengan
kota
melalui
implementasi model-model pembangunan perdesaan yang relevan
dengan karakteristiknya.
Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010
II-9
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
3. Mendorong dan memfasilitasi kemitraan antara pengusaha besarmenengah dengan pelaku usaha mikro dan kecil.
4. Meningkatkan efektivitas Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
5. Memantapkan infrastruktur wilayah.
6. Memperkuat rantai nilai komoditas unggulan yang berdaya saing tinggi.
2.4. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
Target indikator makro ekonomi (Tabel 2.2), optimisme pertumbuhan
ekonomi Jawa Barat pada tahun 2010 berada di level sekitar 5% dengan tingkat
inflasi 7%. Angka pertumbuhan ekonomi tersebut bisa diposisikan sebagai target
yang cukup realistis berdasarkan justifikasi berbagai asumsi yang sudah dibahas
sebelumnya. Untuk mencapai angka ini perlu rumusan strategi yang akan
mendorong pertumbuhan sektor riil sebagaimana yang diharapkan.
Terdapat beberapa pertimbangan dalam menentukan arah kebijakan
ekonomi dan strategi pencapaiannya, yaitu potensi dan kapasitas perekonomian
Jawa Barat, isu strategis, upaya pencapaian visi misi Jawa Barat, keberlanjutan
dari program-program sebelumnya. Isu strategis dan pencapaian visi misi
bermuara pada kondisi semakin baiknya tingkat kesejahteraan sebagian besar
masyarakat Jawa Barat yang tercermin pada rendahnya pengangguran dan
tingkat kemiskinan.
Berdasarkan hasil sintesa komprehensif terhadap peta pembangunan
Jawa Barat yang mencakup aspek ekonomi, sosial, fisik, kelembagaan dan
lingkungan maka arah kebijakan perekonomian
Jawa Barat sebagaimana
tertuang dalam Grand Design Perekonomian adalah sebagai berikut:
1.
Penambahan kegiatan ekonomi produktif di sektor pertanian atau
perdesaan.
2.
Peningkatan daya saing industri manufaktur.
3.
Perluasan produk agroindustri .
4.
Pengembangan ekowisata, agrowisata, wisata budaya.
5.
Menginternalisasikan masalah lingkungan dalam kebijakan pembangunan.
6.
Mengintegrasikan aspek lingkungan dalam bisnis.
7.
Meningkatkan ketersediaan infrastruktur yang memadai baik jalan, irigasi,
listrik, bandara, pelabuhan, pusat pemasaran.
Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010
II-10
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
8.
Utilisasi energi air dan panas bumi.
9.
Perluasan akses pasar (lokal, regional, nasional dan internasional) bagi
produk Jabar.
10.
Peningkatan skill pelaku ekonomi.
11.
Penguatan kelembagaan (regulasi dan kebijakan yang hati-hati, fokus dan
tepat sasaran, transparan, keberpihakan, koordinasi dan sinergitas).
Orientasi pembangunan sektoral adalah peningkatan produktivitas sektor
pertanian dan perluasan produk agroindustri, penguatan kontribusi sektor
industri pengolahan terhadap PDRB, pengembangan ekowisata, agrowisata,
wisata budaya, peningkatan pemanfaatan energi potensial panas bumi dan air.
Prasyarat dalam implementasinya adalah ketersediaan infrastruktur fisik yang
memadai, peningkatan pengetahuan dan skill pelaku ekonomi, serta penguatan
kelembagaan.
Peningkatan produktivitas sektor pertanian dan perluasan produk
agroindustri, merupakan lanjutan perwujudan kebijakan sebelumnya dan
introduksi kebijakan lainnya yang mendukung pengembangan.
Artinya, pada
tahun 2010 kebijakan GEMAR, GAPURA UTARA dan SELATAN, GEMPITA,
pengembangan komoditas unggulan dan pertanian organik terus dilanjutkan dan
diperkuat dengan perluasan usaha melalui kegiatan investasi, penciptaan nilai
tambah melalui pengembangan agroindustri dan fasilitasi pelaksanaan pasar
petani di perkotaan.
Sedangkan untuk penguatan kontribusi sektor industri pengolahan
terhadap PDRB, pada tahun 2010 diwujudkan dengan peningkatan daya saing,
penguatan rantai proses industry (value chain), pengembangan industry kreatif,
pengembangan PPTSP, dan peningkatan kesadaran untuk proses produksi yang
ramah lingkungan.
Dengan asumsi tahun 2009 disepakati lokasi dan tipe wisata unggulan
yang akan dikembangkan, maka pada tahun 2010 diupayakan pengembangan
lokasi dan tipe wisata unggulan dengan enataan kawasan wisata sesuai
karakteristik dan 'image' yang ditawarkan dan penyiapan infrastruktur yang
mendukung lokasi wisata.
Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010
II-11
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
Khusus untuk peningkatan pemanfaatan energi potensial panas bumi
dan air, penemuan cadangan riil yang memenuhi kriteria geologi dan ekonomi
belum tentu bisa dilakukan sepenuhnya dalam jangka waktu satu tahun,
sehingga upaya pemetaan cadangan panas bumi dan air secara riil dimungkinkan
masih terus berlangsung sampai tahun 2010. Namun pada tahun ini seyogianya
sudah mulai dijajaki formulasi bentuk pengelolaannya.
Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010
II-12
Download