PENDAHULUAN Latar Belakang Kesejahteraan pegawai merupakan suatu tanggung jawab pemberi kerja, baik di sektor swasta maupun sektor publik. Pada sektor publik pemerintah pusat bertindak sebagai pemberi kerja yang berkewajiban mensejahterakan Pegawai Negeri, yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pegawai Negeri Sipil Daerah Otonom (PNS DO), Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Republik Indonesia (Polri). Terdapat beberapa program pemerintah untuk mensejahterakan Pegawai Negeri salah satunya program pensiun. Rosita (2013) menyatakan program pensiun merupakan jaminan hari tua kepada Pegawai Negeri yang berupa pemberian uang pensiun ketika pegawai mencapai usia pensiun ataupun meninggal pada masa aktif. Program pensiun diharapkan mampu mensejahterakan Pegawai Negeri. Untuk memperoleh manfaat dari program pensiun, Pegawai Negeri wajib membayar iuran pensiun/ premi. Iuran premi digunakan untuk membiayai manfaat pensiun dimasa depan dengan jumlah sesuai manfaat pensiun yang akan diterima, (Utami dkk., 2012). Karena pembiayaan yang digunakan untuk program pensiun berdasarkan dana bersama (sharing payment) antara pemerintah pusat sebagai pemberi kerja dan Pegawai Negeri sebagai pekerja yang ketentuan jumlah iuran ditentukan sesuai peraturan pemerintah, maka pemerintah dan Pegawai Negeri berkewajiban untuk bersama – sama membayar iuran pensiun. Pada pelaksanaan pembiayaan program pensiun oleh pemerintah pusat i sebagai pemberi kerja belum berjalan sesuai yang diharapkan. Iuran pensiun Pegawai Negeri pembiayaannya langsung dipotong dari gaji sebesar 4,75% untuk membayar iuran pensiun sebagai pekerja setiap bulan, (Lembaga Administrasi Negara 2014). Sedangkan pemerintah sebagai pemberi kerja membayar iuran pensiun pemerintah menggunakan dana APBN (pay as you go). Pasambuna et al. (2014) mengungkapkan bahwa APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang, sehingga pemerintah menganggarkan iuran pensiun pemerintah pada belanja pensiun setiap tahun dan tidak langsung membayar setiap bulan seperti Pegawai Negeri. Hal ini menyebabkan tidak tercapainya pembiayaan secara fully funded antara pemberi kerja dan pekerja. Karena pemerintah membayarnya setiap tahun bukan setiap bulan seperti Pegawai Negeri. Anggaran iuran pensiun pemerintah memiliki nilai yang materil, tetapi pemerintah belum memperoleh pengaturan yang jelas termasuk dasar hukum mengenai kewajiban pembayaran iuran pensiun pemerintah hingga pegawai meninggal, (BPK RI 2014). Padahal setiap tahun terdapat peningkatan pembiayaan iuran pensiun pemerintah, tercatat sejak tahun 2007 - 2013 utang kepada PT Taspen sebesar Rp 11.7 triliun. Tahun 2014 bahkan akan bertambah sebesar Rp 3 triliun sampai Rp 5 triliun, (BPK RI 2014).Berdasarkan BBC Indonesia (2014) Pemerintah setiap tahun juga harus menyisihkan anggaran Rp 40 triliun untuk membayar iuran pensiun bagi Pegawai Negeri. i Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran fenomena belanja pensiun yang ada pada LKPP tahun 2009 – 2013. Manfaat Penelitian 1. Bagi akademis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai belanja pensiun pemerintah selama lima tahun terakhir serta dapat digunakan sebagai referensi penelitian selanjutnya. 2. Bagi pemerintah diharapkan penelitian ini dapat menjadi evaluasi dan pertimbangan kebijakan pemerintah dalam mengelola belanja pensiun pemerintah di tahun mendatang agar pengungkapan iuran pemerintah menjadi lebih baik. KAJIAN PUSTAKA Belanja Pensiun Belanja pensiun merupakan alokasi dana iuran pensiun untuk membiayai program pensiun yang dianggarkan pada APBN, (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24/PMK. 02/2013 Tentang Tata Cara Perhitungan, Penyediaan, Pencairan Dan Pertanggungjawaban Dana Belanja Pensiun Yang Dilaksanakan Oleh PT Taspen). Belanja pensiun merupakan kontribusi pemerintah pusat kepada Pegawai Negeri atas pembayaran iuran pensiun. Iuran pensiun atau iuran premi berdasarkan penelitian Utami dkk., (2012) adalah iuran yang digunakan untuk membiayai manfaat pensiun dimasa depan, dengan jumlah sesuai manfaat pensiun yang akan diterima. i Iuran pensiun terjadi karena keikutsertaan pegawaidalam program pensiun. Rosita (2013) menyatakan bahwa program pensiun merupakan jaminan hari tua kepada pegawaiyang berupa pemberian uang pensiun ketika pegawai mencapai usia pensiun ataupun meninggal pada masa aktif. Pengelolaan pendanaan program pensiun merupakan tanggungjawab pemerintah pusat sebagai pemberi kerja, (Elvina 2012). Belanja pensiun dilaporkan pada Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) LKPP merupakan laporan pertanggungjawaban pemerintah atas pengelolaan APBN. Pasambuna et al. (2014) mengatakan bahwa APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang. APBN berisi rencana keuangan pemerintah pusat sesuai kebutuhan dan kemampuan pemerintah dalam menyelenggarakan dan menghimpun pendapatan negara selama satu tahun. Iuran pensiun yang dianggarkan melalui APBN juga harus dipertanggungjawabkan dalam LKPP. LKPP merupakan laporan keuangan yang bertujuan memberikan informasi mengenai posisi keuangan pemerintahan, (Mirza dan Rohman 2012). LKPP terdiri dari Laporan Realisasai APBN (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK) dan CaLK serta laporan kegiatan lembaga negara, kementrian dan departemen, (Budiartha 2009). Pada pelaporan LKPP menggunakan standar akuntansi sebagai pendoman. Iuran pensiun pada LKPP merupakan tanggungjawab pemerintah pusat. Iuran pensiun yang ada pada pemerintah pusat dibagi menjadi dua, yaitu iuran i normal dan iuran tambahan. Iuran normal merupakan iuran berdasarkan penghitungan aktuaris secara berkala,(Supnang 2012). alokasi iuran yang terkumpul digunakan untuk membiayai program pensiun Pegawai Negeri.Sedangkan iuran pensiun tambahan yang dibayarkan pemerintah karena kekurangan pendanaan. Iuran pensiun tambahan timbul ketika manfaat yang diterima pensiun Pegawai Negeri kurang, sehingga pemerintah menganggarkan iuran pensiun tambahan yang masuk pada klasifikasi kewajiban jangka panjang berdasarkan lampiran laporan dari PT Taspen dan PT Asabri. Iuran normal dan iuran tambahan dianggarkan pada APBN. Standar Akuntansi Belanja Pensiun belanja pensiun pada LKPP diatur berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan atas revisi Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 24 Tahun 2005. SAP merupakan standar serta prinsip yang digunakan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah, (Nugraheni dan Subaweh 2011). Pada SAP peraturan mengenai belanja pensiun ada pada PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban yang dijelaskan pada Buletin Teknis PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Utang. Pada SAP dijelaskan bahwa belanja pensiun yang merupakan kontribusi pemerintah atas iuran pensiun menggunakan sistem pembayaran pay as you go yang dibayar langsung melalui APBN ketika pegawai memasuki usia pensiun. Sebelumnya pemerintah telah menggunakan sistem pembayaran secara fully funded. Ketika pemerintah akan memngembalikan sistem pembayaran dari pay as you gomenjadi fully funded, pemerintah harus memenuhi kontribusi iuran pemerintah di masa lalu. Jumlah i nilai tunai dari kewajiban kontribusi pemerintah diakui sebagai utang pemerintah kepada dana pensiun atau utang pemerintah kepada pegawai tergantung sistm pembayaran yang digunakan. Kewajiban pensiun sebesar kewajiban aktuaria yang dikurangi kewajiban peserta. Analisis Belanja Pensiun Belanja pensiun diatur dalam akuntansi pemerintahan. Akuntansi pemerintahan merupakan suatu mekanisme teknik maupun analisis akuntansi yang diterapkan oleh lembaga – lembaga pemerintahan dalam mengelola dana pemerintahan, (Kema 2013). Untuk mengetahui apakah pemerintah pusat telah menggunakan dana belanja pensiun secara efektif dan efisien digunakan analisis belanja sebagai berikut : 1. Analisis Proporsi Belanja Pensiun . Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi iuran pensiun terhadap keseluruhan belanja pegawai. ππππ πππ‘ππ π πππ ππππππππ = π΅ππππππ ππππ ππ’π πππ‘ππ π΅ππππππ πππππ€ππ Sumber DJP RI (2013) 2. Analisis Pertumbuhan Belanja Pensiun (trends). Analisis ini dilakukan untuk mengetahui arah dan kecenderungan iuran pensiun. Apakah pertumbuhan iuran pensiun rasional dan dapat dipertaggungjawabkan. ππππ‘π’πππ’βπππ΅ππππππππππ ππ’π = i π πππππ ππ ππ΅πππππππ‘πβπ’ππ − π πππππ ππ ππ΅πππππππ‘πβπ’ππ − 1 π πππππ ππ ππ΅πππππππ‘πβπ’ππ − 1 Sumber DJP RI (2013) Sedangkan untuk mengetahui fenomena-fenomena belanja pensiun digunakan analisis sebagai berikut : 1. Analisis Rasio Kewajiban Aktuaria Pinjaman yang dilakukan pemerintah pada umumnya digunakan untuk membiayai perolehan aset tetap, (DJP RI 2013). Oleh karena intu analisis ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan pemerintah dalam membiayai kebutuhannya. Analisis rasio yang dilakukan merupakan modifikasi dari analisis rasio kewajiban yang diubah menjadi analisis kewajiban aktuaria. Analisis modifikasi ini dilakukan karena kekurangan pendanaan kewajiban aktuaria yang ada pada pemerintah pusat tidak dimasukkan dalam neraca hanya dijelaskan pada CaLK. Sehingga untuk mengetahui proporsi kewajiban aktuaria terhadap kewajiban jangka panjang tidak bisa. Oleh karena itu analisismodifikasi rasio kewajiban aktuaria yang dilakukan. Berikut analisis rasio kewajiban aktuaria yang dilakukan : a. Rasio Kewajiban AktuariaTerhadap Ekuitas Dana. Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pemerintah memerlukan ekuitas dana untuk membiayai kekurangan pendanaan kewajiban akturia yang nilainya material. π ππ πππΎππ€ππππππ π΄ππ‘π’πππππ‘ππβπππππΈππ’ππ‘ππ π·πππ = i πππ‘ππ πΎπππ’ππππππ πππππππππ πΎππ€ππππππ π΄ππ‘π’ππππ πππ‘πππΈππ’ππ‘ππ π·πππ b. Rasio Kewajiban Aktuaria Terhadap Aset. Rasio ini digunakan untuk menilai kemampuan pemerintah dalam melunasi kekurangan pendanaan kewajiban akturia mengunakan aset. Walaupun sumber dana pemerintah tidak hanya berdasarkan aset saja, tetapi juga dari sumber lain seperti pajak. Analisis untuk melihat kemampuan pemeritah mendanai kebutuhannya. π ππ πππΎππ€ππππππ π΄ππ‘π’πππππ‘ππβπππππ΄π ππ‘ = πππ‘πππΎπππ’ππππππ πππππππππ πΎππ€ππππππ π΄ππ‘π’ππππ πππ‘πππ΄π ππ‘ 2. Analisis Pertumbuhan Jumlah Pegawai Negeri Peserta Program Pensiun Analisis ini digunakan untuk membandingkan pertumbuhan belanja pensiun dengan pertubuhan peserta program pensiun. ππππ‘π’πππ’βπππππ πππ‘π πππππππ ππππ ππ’π = πππ πππ‘π π‘πβπ’π π − πππ πππ‘π π‘πβπ’π π − 1 πππ πππ‘π π‘πβπ’π π − 1 3. Analsis Pertumbuhan Belanja Gaji Analisis ini digunakan untuk membandingkan pertumbuhan belanja pensiun dengan pertumbuhan belanja gaji. ππππ‘π’πππ’βπππ΅ππππππ πΊπππ = π πππππ ππ ππ΅ππππππ πΊππππ‘πβπ’ππ − π πππππ ππ ππ΅ππππππ πΊππππ‘πβπ’ππ − 1 π πππππ ππ ππ΅ππππππ πΊππππ‘πβπ’ππ − 1 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu mengenai pengelolaan iuran pensiun. Misalnya penelitian Rosita (2013) mengenai Evaluasi Pencatatan Pendapatan atas Penerimaan Premi, Pembayaran Tabungan Hari Tua (THT) dan i Pensiun serta Pertanggungjawaban Kepada Kas Negara: studi kasus pada PT Taspen (persero) cabang Bogor. Penelitian Rosita mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan iuran pensiun yang dilakukan oleh PT Taspen selaku dana pensiun. Penelitian Utami dkk., (2012)mengenai Penggunaan Metode Projected Unit Credit dan Entry Age Normal dalam Pembiayaan pensiun. Penelitian Utami dkk., memiliki objek yang sama dengan penelitian Rosita yaitu dana pensiun, namun pada penelitian Utami dkk., meneliti tentang perbedaan penggunaan metode penghitungan untuk mengetahui perbedaan penggunaan metode penghitungan iuran pensiun Projected Unit Credit dan Entry Age Normal. Penelitian terdahulu memiliki kesamaan dengan penelitian ini. Dimana pada penelitian terdahulu sama-sama meneliti iuran pensiun. Namunobjek penelitian yang ditelitiberbeda, karena penelitian terdahulu objek yang diteliti adalah dana pensiun yaitu PT Taspen. Sedangkan penelitian ini meneliti mengenai fenomena belanja pensiun di pemerintahan yang bertindaksebagaipemberikerja. METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah LKPP untuk tahun 2009 sampai 2013 yang telah diaudit oleh BPK RI. Data LKPP tahun anggaran 2009 sampai dengan tahun 2013 digunakan untuk mengetahui gambaran perlakuan belanja pensiun, serta fenomena yang mempengaruhi belanja pensiun. Jenis dan Sumber data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data yang dianalisis dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan i data sekunder yang bersumber dari LKPP Audited yang telah diaudit BPK RI mulai dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Serta data yang berasal dari referensi dan publikasi sumber yang relevan seperti data peserta program pensiun pemerintah dari PT Taspen dan PT Asabri, Data dari website LAN, Direktorat Perbendaharaan Negara, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan RI (DJPK RI), BKN (Badan Kepegawaian Nasional) dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan peraturan belanja pensiun. Teknik Pengumpulan data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan catatan atau basis data baik berupa hardcopy maupun softcopy yang berhubungan dengan topik penelitian. Seperti data LKPP yang diperoleh dari hasil download pada website resmi BPK RI yaitu www.bpk.go.iddan data Pegawai Negeri peserta program pensiun pemerintah dari website PT Taspen dan PT Asabri. Untuk data peraturan terkait iuran pensiun pemerintah dan belanja pensiun diperoleh dari website resmi DJPK RI, BKN, serta sumber lain yang terkait. Teknik Analitis Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Dengan langkah – langkah analisis yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Mengumpulkan dan mengidentifikasikan semua data maupun peraturan tentang iuran pensiun pemerintah i 2. Menganalisis perubahan belanja pensiun menggunakan analisis proporsi, analisis pertumbuhan (trends), dan analisis rasio kewajiban. 3. Membandingkan analisis belanja pensiun dengan fenomena yang terjadi. 4. Menjelaskan dan mengintrepretasikan hasil penelitian 5. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Belanja Pensiun memiliki nilai yang material dan merupakan komponen yang didanai oleh masyarakat melalui pajak. Sehingga perlu diketahui apakah belanja pensiun digunakan secara efektif dan efisien untuk mempertanggungjawabkan penggunaan dana belanja pensiun. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis. Berikut hasil analisis yang telah dilakukan : Gambaran Umum Objek Penelitian Belanja pensiun pada LKPP setiap tahun memiliki kecenderungan meningkat. Kenaikan ini juga diikuti beberapa variabel yang lain. Berikut gambaran kenaikan belanja pensiun dan gambaran variabel yang berhubungan dengan belanja pensiun : i Dari gambaran data diatas dapat diketahui bahwa setiap tahun terjadi peningkatan belanja pensiun dengan nilai yang signifikan. Terlihat peningkatan yang terjadi diikuti juga dengan variabel yang lain seperti belanja gaji dan peserta program pensiun. Untuk belanja pegawai yang komponen didalamnya termasuk belanja pensiun setiap tahun juga mengalami peningkatan yang signifikan. Sedangkan kewajiban aktuaria yang merupakan kekurangan pendanaan kewajiban pensiun di masalalu terlihat bahwa setiap tahun terjadi kenaikan dengan jumlah yang besar. kewajiban aktuaria yang merupakan utang pemerintah apabila dilihat dari data diatas memiliki nilai nominal lebih besar dibandingkan dengan total kewajiban jangka panjang. Padahal kewajiban aktuaria merupakan bagian dari kewajiban jangka panjang. Hal ini karena kewajiban aktuaria tidak dicatat pada neraca walaupun nilainya sangat materil . Melihat gambaran dari data diatas bisa dilihat bahwa setiap variabel memiliki keterikatan. Untuk mengetahui hubungan dari belanja pensiun dengan fenomena kenaikan yang terjadi pada variabel diatas, berikut hasil analisis yang dilakukan. Analisis Proporsi Belanja Pensiun Analisis Belanja Pensiun dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi Belanja Pensiun terhadap belanja pegawai pemerintah pusat. Berikut hasil analisis proporsi iuran pensiun terhadap belanja pegawai : i Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa belanja pensiun yang dilaporkan pada LRA dan LAK memiliki proporsi yang rata - rata sama setiap tahun. Hanya pada tahun 2013 terjadi perbedaan pelaporan sebesar 1,39%. dari tahun 2009-2013 proporsi belanja pensiun yang paling tinggi adalah proporsi tahun 2009, sedangkan proporsi terendah terjadi pada tahun 2011. Walaupun demikian proporsi belanja pensiun merupakan proporsi yang paling mendominasi diantara komponen belanja pegawai yang lain, (lihat lampiran 1). Proporsi diatas menunjukkan bahwa anggaran dan pengeluaran terbesar untuk belanja pegawai adalahbelanja pensiun. Karena proporsi belanja pegawai yang terdapat pada belanja pensiun berkisar 34 % sampai 37 %. Sedangkan belanja pegawai yang lain hanya berkisar 0,1 % sampai 33%. Belanja Pensiun paling mendominasi diantara komponen belanja pegawai yang lain. Analisis Pertumbuhan Belanja Pensiun Analisis pertumbuhan iuran pensiun dilakukan untuk mengetahui bagaimana kecenderungan pertumbuhan belanja pensiun dari tahun ke tahun. Apakah terjadi peningkatan maupun penurunan. pertumbuhan iuran pensiun : i Berikut hasil analisis Hasil analisis diatas menunjukkan bahwa iuran pensiun setiap tahun memiliki kecenderungan pertumbuhan yang meningkat. Hal ini terlihat dari rata – rata total pertumbuhan sebesar 11,06 %. Dengan kenaikan tertinggi ada pada tahun 2009 sebesar 29 %. Setiap tahun diketahui bahwa belanja pensiun meningkat. Peningakatan belanja pensiun pada tahun 2010 – 2012 pada LRA dan LAK terjadi selisih yang tidak signifikan yaitu 0,01%. Walaupun begitu seharusnya nilai nominal belanja pensiun pada LRA dan LAK sama. Analasis Pertumbuhan Jumlah Pegawai Negeri Peserta Program Pensiun Analisis ini dilakukan untuk memberikan gambaran bahwa kenaikan maupun penurunan jumlah peserta progam pensiun yang ditanggung pemerintah mempengaruhi kenaikan maupun penurunan belanja pensiun. i Hasil analisis diatas menunjukkan bahwa setiap tahun terjadi peningkatan demgam rata – rata sebesar 4,66%. Terlihat peningkatan terbesar yang berkontribusi atas kenaikan jumlah peserta ada pada PNS DO. Selain itu pejabat negara, hakim dan TNI/ polripada PT Asabri ikut berkontribusi menaikkan julah peserta, karena setiap tahun menunjukkan kenaikan walaupun tidak sebesar PNS DO.Walupun secara keseluruhan terjadi peningkatan terdapat peserta program pensiun yang setiap tahun menunjukan penurunan. Seperti peserta dari PNS pusat dan TNI /Polri yang dicatat PT Taspen menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 5 tahun terjadi penurunan sebesar 1,12 % dan 8,48 %. Analisis Pertumbuhan Belanja Gaji Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan belanja gaji pada pemerintah pusat setiap tahun. Apakah kenaikan yang terjadi mempengaruhi pertumbuhan dari belanja pensiun. Berikut hasil analisis yang dilakukan. Dari data diatas menunjukkan bahwa setiap tahun terjadi kenaikan gaji untuk seluruh pegawai negeri dengan rata – rata sebesar 4,19 % dan 2,48 %. Terlihat bahwa presentase pertumbuhan belanja gaji yang dicatat pada LRA dan i LAK terjadi selisih yang cukup material antara 0,01 % sampai 22,68%. Dengan selisih nilai nominal yang paling signifikan terjadi pada tahun 2013. Untuk kenaikan gaji tertinggi terjadi pada tahun 2012 melihat total rata-rata kenaikan yang terjadi sebesar 12,65%. Analisis Rasio Kewajiban Aktuaria Terhadap Ekuitas Dana Dan Aset Lancar Analisis rasio kewajiban ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan pemerintah pusat dalam membiayai kewajiban, apabila kemungkinan terjadi ketidakmampuan pembayaran kewajiban. Melihat nilai kewajiban iuran pensiun yang terjadi memiliki nilai yang material. Berikut hasil analisis rasio kewajiban iuran pensiun terhadap ekuitas dana dan aset modal : Berdasarkan hasil analisis rasio kewajiban aktuaria terhadap ekuitas danamenunjukkan bahwa ekuitas dana yang paling terbebani oleh kewajiban aktuaria ada pada tahun 2010 sebesar 299,49 %. Sedangkan aset lancar yang mampu membiayai kewajiban aktuaria hanya pada tahun 2009, untuk tahun 20102012 aset lancar belum mampu membiayai kewajiban aktuaria. Dari hasil analisis rasio kewajiban aktuaria terlihat presentase yang cukup tinggi antara kewajiban i aktuaria terhadap ekuitas dana dan aset lancar. Walaupun demikian terlihat kenaikan yang terjadi pada tahun 2011 dan 2012 tidak sebesar tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa ekuitas dana dan aset lancar pemerintah setiap tahun terjadi peningkatan. Pembahasan Belanja pensiun yang merupakan alokasi iuran pensiun pemerintah pada APBN yang digunakan pemerintah untuk mendanai iuran pensiun Pegawai Negeri. Hal ini sesuai dengan penggunaan sistem pembayaran pensiun pay as you go yang digunakan pemerintah pusat. Berdasarkan Buletin Teknis PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Utang Bab V Kewajiban Pensiun pemerintah memenuhi kontribusi pembayaran iuran pensiun secara langsung melalui APBN dengan sistem sharing bersama dana pensiun. Berdasarkan hasil analisis proporsi belanja pensiun terhadap belanja pegawai menunjukkan bahwa proporsi pada LRA dan LAK rata - rata sama setiap tahun. Hanya pada tahun 2013 terjadi perbedaan pelaporan sebesar 1,39%. Selain itu proporsi belanja pensiun setiap tahun stabil yaitu 34 % sampai 37%. Proporsi ini wajar mengingat tanggungan pemerintah atas Pegawai Negeri yang besar. Sedangkan untuk pertumbuhan belanja pensiun menunjukkan peningakatan setiap tahun dengan rata rata sebesar 11.06 %. Contohnya pertumbuhan belanja pensiun yang terjadi pada tahun 2011 sebesar 29 %. Pada LRA dan LAK terjadi selisih pertumbuhan yang tidak signifikan yaitu 0,01%. Selisih yang terjadi pada LRA dan LAK bisa terjadi karena acuan yang digunakan i oleh pemerintah pada LKPP. Dimana LRA menggunakan acuan LKBUN sedangkan LAK menggunakan acuan LKKL. Perbedaan acuan ini memungkinkan terjadinya kesalahan pencatatan. Tetapi apabila terdapat selisih data yang bisa ditelusuri adalah LAK. Peningkatan belanja pensiun setiap tahun berhubungan dengan pertumbuhan dari jumlah peserta progam pensiun dan pertumbuhan belanja gaji. Berdasarkan hasil analisis pertumbuhan jumlah peserta progam pensiun Pegawai Negeri menunjukkan bahwa setiap tahun terjadi peningkatan yang signifikan. Terlihat pertumbuhan jumlah peserta program pensiun pada tahun 2010 merupakan pertumbuhan paling tinggi sebesar dibandingkan dengan pertumbuhan belanja pensiun, 1,79%. Apabila pada tahun 2011 pertumbuhan belanja pensiun juga mengalami kenaikan cukup tinggi setelah tahun 2009. Kenaikan yang terjadi berhubungan karena pada tahun 2011 belanja pensiun membiayai kenaikan pegawai negeri pada tahun 2010. Dimana pemerintah harus mendanai iuran pensiun Pegawai Negeri dengan jumlah sesuai dengan Pegawai Negeri peserta program pensiun yang ditanggung pemerintah pada tahun 2010. Karena ketika jumlah peserta meningkat maka jumlah iuran pensiun juga meningkat, begitu juga iuran kontribusi pemerintah yang dianggarkan pada belanja pensiun. Karena jumlah peserta program pensiun pada tahun 2010 meningkat, maka dampaknya pada tahun 2011 jumlah iuran pemerintah meningkat.Jadi wajar apabila peningkatan belanja pensiun tertinggi ada pada tahun 2011. Karena tahun 2011, 2012 dan 2013 pertumbuhan jumlah peserta dibawah persentase pertumbuhan pada tahun 2010. Berarti jumlah peserta i program pensiun mempengaruhi pertumbuhan belanja pensiun. Karena belanja pensiun dialokasikan untuk membiayai iuran pensiun Pegawai Negeri peserta program pensiun. Kenaikan maupun penurunan belanja pensiun juga berhubungan dengan belanja gaji. Belanja pensiun yang merupakan alokasi iuran pensiun akan meningkat bila jumlah gaji Pegawai Negeri juga meningkat. Karena gaji dari Pegawai Negeri merupakan sumber dana yang dipotong pemerintah untuk membiayai iuran pensiun Pegawai Negeri. Sehingga tanggungan iuran pensiun pemerintah juga meningkat. Sesuai hasil analisis pertumbuhan belanja gaji yang menunjukan kenaikan setiap tahun. Kenaikan yang terjadi relatif sama antara belanja gaji dengan belanja pensiun. Hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikan belanja gaji pada tahun 2011 merupakan kenaikan yang paling tinggi sebesar 12,6%. Apabila dibandingkan dengan kenaikan tahun 2011 pada belanja pensiun menunjukkan hal yang sama. karena belanja gaji merupakan total gaji yang diberikan kepada Pegawai Negeri dan akan dipotong 4,75 %, maka wajar apabila kenaikan belanja pensiun pada tahun 2011 besar. Belanja pensiun digunakan untuk membayar kontribusi iuran pensiun pegawai, jadi pada tahun dimana jumlah gaji meningkat maka jumlah iuran juga meningkat. Peningkatan ini juga mempengaruhi iuran yang dibayarkan pemerintah. Oleh karena itu ketika gaji pada tahun 2011 merupakan kenaikan yang paling besar, maka belanja pensiun yang dianggarkan pada tahun yang sama juga besar. Sistem pembayaran iuran pensiun pemerintah dilaksanakan dengan sistem sharing antara pemerintah pusat dengan dana pensiun pada tahun 1994 – 2008. i Untuk tahun 2009 pembayaran iuran pensiun yang merupakan kontribusi pemerintah 100% menggunakan dan APBN. Sistem sharing yang dilakukan sekarang menimbulkan kekurangan pendanaan. Karena pemerintah harus melunasi iuran pensiun menggunakan dana APBN padahal kewajiban aktuari yang timbul memiliki nilai yang besar. terlebih pegawai negeri yang ditanggung pemerintah setiap tahun meningkat. Kekurangan pendanaan kewajiban aktuaria yang terjadi memiliki nilai yang material. Nilai nominal dari kekurangan kewajiban aktuaria ini apabila dibandingkan dengan kewajiban jangka panjang nilainya lebih besar. Karena memang kekurangan kewajiban aktuaria tidak dicatat dalam neraca dan hanya dijelaskan pada CaLK, walaupun nilainya sangat material. kekuragan kewajiban aktuaria dengan nilai yang materil dapat mempengaruhi laporan keuangan. Berdasarkan hasil analisis rasio kewajiban aktuaria terhadap aset dan ekuitas dana menunjukkan bahwa, pertama untuk analisis rasio kewajiban aktuaria terhadap ekuitas danan menunjukkan bahwa pada tahun 2009diperoleh hasil analisis rasio sebesar 98,76% artinya setiap setiap Rp 1 ekuitas dana menanggung kewajiban iuran pensiun sebesar Rp 98,76. Pada tahun 2010 hasil analisis menunjukkan peningkatan yang besar dimana setiap Rp 1 ekuitas dana pemerintah menanggung Rp 299, 49. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah sangat terbebani oleh kewajiban iuran pensiun. Namun pada tahun 2011 – 2012 terjadi penurunan beban pemerintah, berarti pemerintah mulai memperbaiki pengelolaan keuangan. Namun perlu diketahui bahwa nilai dari kewajiban iuran pensiun pada tahun 2009 merupakan defisit kewajiban aktuaria tahun 2003 serta gabungan i tunjangan beras dan past service liability PT Asabri. Sedangkan untuk tahun 2010 merupakan total kewajiban aktuaria seluruh Pegawai Negeri, termasuk TNI dan Polri yang menjalani masa pensiun sampai 31 maret 1989. Jadi wajar bila terlihat kenaikan yang cukup besar dari tahun 2009 ke tahun 2010. Walupun kekurangan pendanaan kewajiban aktuaria ini tidak dicatat dalam LKPP, dan hanya dijelaskan dalam CaLK terlihat bahwa kewajiban ini mempunyai pengaruh yang besar apabila pemerintah tidak bisa membayar utang. Dan untuk hasil analisis rasio kewajiban aktuaria terhadap aset menunjukkan pola kenaikan dan penurunan yang sama dengan analisis rasio kewajiban terhadap ekuitas dana. Dimana pada tahun 2009 – 2010 terjadi peningkatan yang cukup tinggi, namun pada tahun 2011 - 2012 terjadi penurunan yang cukup sigifikan. Berdasarkan hasil analisis rasio kewajiban terhadap aset pada tahun 2009 sebesar 20,52 % artinya setiap Rp 1 kekurangan pendanaan kewajiban aktuaria pemerintah ditanggung oleh Rp 0,2052 aset. Sedangkan untuk tahun 2010 sebesar 77,55 % yang berarti setiap Rp 1 kekurangan pendanaan kewajiban aktuaria pemerintah ditanggung oleh Rp 0,7752 aset, terjadi kenaikan yang besar dan menunjukkan bahwa aset nilainya lebih kecil dibandingkan kekurangan pendanaan kewajiban aktuaria pemerintah. Tetapi pada tahun 2011 – 2012 terjadi penurunan, dimana pada tahun 2011 diperoleh hasil sebesar 62,17 % dan 54,75 %. Walaupun masih terlihat tinggi tetapi terdapat penurunan yang signifikan. Dari hasil analisis rasio kewajiban akturia terhadap ekuitas dana dan aset menunjukkan bahwa apabila kemungkinan pemerintah tidak dapat mencukupi i kebutuhannya maka ekuitas dana dan aset tidak dapat menjamin. Namun perlu diingat bahwa pembiayaan belanja pemerintah sumber dana bukan dari aset saja, tetapi juga berasal dari pungutan masyarakat seperti pajak. Untuk peningkatan jumlah kekurangan kewajiban aktuaria selain karena sistem sharing yang dilakukan antara pemerintah dan dana pensiun, peningkatan yang terjadi dipengaruhi oleh sistem pembayaran yang digunakan pemerintah. Seperti diketahui bahwa pemerintah saat ini menggunakan sistem pembayararan pay as you go. Sistem pembayaran pay as you go dilakukan dengan cara pegawai membayar iuran sampai pensiun, setelah itu pembayarn iuran pensiun ketika pegawai sudah pensiun dibayar oleh pemerintah. Yang menyebabkan kekurangan pendanaan besar karena ketika pegawai pensiun dan meninggal pemerintah yang membayar iuran pensiun, selanjutnya istri dan anak pegawai yang bersakutan pemerintah juga ikut membayar. Jadi wajar apabila dalam jangka panjang pemerintah akan terbebani kekurangan kewajiban aktuaria. Apabila dihitung berdasarkan contoh hasil penghitungan perolehan manfaat pensiun yang diterima pegawai dari potongan 4,75% setiap bulan dari gaji pokok ditambah tunjangan keluarga hanya mampu membiayai manfaat pensiun untuk beberapa bulan setelah pensiun, (lihat lampiran 5). anggaran iuran pensiun normal pemerintah akan semakin besar karena menanggung sampai Pegawai Negeri meninggal. Terlebih setiap tahunterdapat kecenderungan kenaikan jumlah Pegawai Negeri. Dan kenaikan yang terjadi akan mempengaruhi pendanaan kewajiban aktuaria pemerintah dalam jangka panjang, apabila tetap menggunakan sistem pembayaran pay as you go. Dimana beban pemerintah akan bertambah i besar seiring kenaikan jumlah peserta program pensiun yang ditanggung dan jumlah peserta program pensiun yang memasuki masa pensiun. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai belanja pensiun pada pemerintah pusat, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dan saran sebagai berikut : Kesimpulan 1. Belanja pensiun memiliki kontribusi yang besar terhadap belanja pegawai sebesar 34,82%, dengan kenaikan setiap tahun. Kenaikan yang terjadi berhubungan terhadap pertumbuhan jumlah peserta program pensiun dan pertumbuhan belanja gaji yang setiap tahun juga mengalami peningkatan. Dimana belanja pensiun dialokasikan untuk membiayai iuran pensiun Pegawai Negeri peserta program pensiun dan iuran pensiun pemerintah meningkat ketika gaji pegawai juga meningkat. Belanja pensiun yang dilaporkan pada LRA dan LAK peningkatan yang terjadi memiliki selisih yang tidak signifikan sebesar 0,01%. 2. Kontribusi iuran pensiun pemerintah dimasalalu yang belum terpenuhi menyebabkan kekurangan pendanaan kewajiban aktuaria. Kekurangan pendanaan terjadi karena penggunaan sistem pembayaran yang dilakukan pemerintah yaitu pay as you go dan sistem sharing antara pemerintah dan dana pensiun. i Saran Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka terdapat beberapa saran sebagai berikut : Pemerintah pusat sebaiknya mengubah sistem pembayaran pensiun secara pay as you go menjadi fully funded, karena sistempembayaranpensiunpay as you go menyebabkan pemerintah semakin terbebani dengan kekurangan pendanaan kewajiban aktuaria. Akibat dari penggunaan sistem pay as you go itu sendiri akan dirasakan pada jangka panjang. Mengingat akan terus bertambahnya jumlah Pegawai Negeri yang pensiun dan jumlah Pegawai Negeri baru. Kedua untuk penelitian selanjutnya, apabila ingin meneliti mengenai belanja pensiun pemerintah pusat dapat menambahkan LKKL dan LKBUN. Karena dalam LKKL dan LKBUN menjelaskan rician belanja pensiun untuk setiap Pegawai Negeri. Sehingga dapat diketahui nilai nominal belanja pensiun dari setiap Pegawai Negeri. Daftar Pustaka Budiartha, I. Ketut. 2009. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun Anggaran 2007. Input Jurnal Ekonomi Dan Sosial 2 (1). ftp1.perbendaharaan.go.id/ppakp/2013/modul/MODUL%20REGULER/ALK/. ( diakses pada 2 Agustus 2014) Kema, Ihwan. 2013. Penyajian Laporan Keuangan Daerah Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan Pada Pemerintah Kota Manado. Jurnal Riset Ekonomi Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 1 (3). Mirza, Rifka Amalia, dan Abdul Rohman. 2012. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2005 Sampai Tahun 2010. Fakultas Ekonomika dan Bisnis. i Nugraheni, Purwaniati, dan Imam Subaweh. 2011. Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis 13 (1). Octavia Bukit, Elvina. 2012. Analisis Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 18 Mengenai Akuntansi Dana Pensiun Pada Dana Pensiun Pertamina. Pasambuna, Nelby T., Sifrid S. Pangemanan, dan Dulloh Afandi. 2014. Pelaporan dan Pengungkapan Pos Belanja Modal Terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Kota Kotamobagu. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis danAkuntansi 1 (4). Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 24/PMK.02/2013 Tentang Tata Cara Penghitungan, Penyediaan, Pencairan, Dan Pertanggungjawaban Dana Belanja Pensiun Yang Dilaksanakan Oleh PT Taspen (Persero). Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2013 Tentang Investasi Iuran Dana Pensiun PT Asabri (Persero). Rosita, Siti Ita. 2013. Evaluasi Pencatatan Pendapatan Atas Penerimaan Premi, Pembayaran Tabungan Hari Tua (THT) Dan Pensiun Serta Pertanggungjawaban Kepada Kas Negara Studi Kasus Pada PT Taspen (Persero) Cabang Bogor. Jurnal Ilmiah Kesatuan (JIK) 12 (2): hal – 21. Supnang, Bambang. 2012. Program Pensiun. Jurnal Manajemen, Juni. http://dspace.library.uph.edu:8080/handle/123456789/665. Utami, Ayu Hapsari Budi, Yuciana Wilandari, dan Triastuti Wuryandari. 2012. Penggunaan Metode Projected Unit Credit Dan Entry Age Normal Dalam Pembiayaan Pensiun. Jurnal Gaussian 1 (1) : 47-54. www.bkn.go.id. (diakses pada tanggal 2 Mei 2014) www.bpk.go.id/lkpp. ( diakses pada 30 April 2014) www.bpk.go.id/news/utang-ri-masih-tinggi. ( diakses pada 27 April 2014) www.bbc.co.uk/indonesia/laporan_khusus/2010/09/100906_pensiunpegawaineger i1.shtml. ( diakses pada 29 April 2014) www.ksap.org/sap/buletin-teknis-dan-interpretasi-psap/. ( diakses pada 19 Mei 2014) www.lan.go.id. (diakses pada 2 Mei 2014) i i i i i i i i