kearifan lokal obat-obatan di indonesia

advertisement
KEARIFAN LOKAL OBAT-OBATAN DI INDONESIA
Laporan Mata Kuliah KU4184
Antropologi
Oleh :
Kelompok 4B / Kelas 2
Glagah Putih
(10305014)
Sendyka Wilanda
(10506061)
Selvy Rosa
(10706019)
Mohammad Aringga Adisatria
(12206018)
Jupiter Midian Nababan
(12206098)
Nikolai S.
(13105136)
Wahyu Fahmy Wisudawan
(13506113)
MATA KULIAH DASAR UMUM SOSIOTEKNOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2010
BAB I
Pendahuluan
I. Latar belakang
Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung meningkat,
terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan yang
mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat. Obat tradisional dan tanaman obat
banyak digunakan masyarakat menengah kebawah terutama dalam upaya preventif,
promotif dan rehabilitatif. Sementara ini banyak orang beranggapan bahwa
penggunaan tanaman obat atau obat tradisional relatip lebih aman dibandingkan obat
sintesis.
Setiap manusia pada hakekatnya mendambakan hidup sehat. Kesehatan merupakan
salah satu kebutuhan dasar manusia, disamping kebutuhan akan sandang, pangan,
papan dan pendidikan, karena hanya dengan kondisi kesehatan yang baik serta tubuh
yang prima manusia dapat melaksanakan proses kehidupan untuk tumbuh dan
berkembang menjalankan segala aktivitas hidupnya. Maka tidak terlalu berlebihan,
jika ada selogan “Kesehatan memang bukan segala-galanya, tetapi tanpa kesehatan
anda tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan segala-galanya itu mungkin akan sirna”.
Untuk itu diperlukan upaya kesehatan terpadu (sehat jasmani, rohani dan sosial yang
meliputi pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) serta peningkatan kesehatan (promotif), salah satunya dengan
memanfaatkan tanaman obat yang dikemas dalam bentuk jamu atau obat tradisional.
Pengertian obat tradisional secara umum adalah obat jadi atau ramuan bahan alam
yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahanbahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman. Pada kenyataannya bahan obat alam yang berasal dari tumbuhan lebih
banyak dibandingkan yang berasal dari hewan atau mineral, sehingga sebutan obat
tradisional (OT) hampir selalu identik dengan tanaman obat (TO). Namun tidak
menutup kemungkinan bahwa tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki efek
samping yang merugikan, bila penggunaannya kurang tepat. Agar penggunaannya
optimal, perlu diketahui informasi yang memadai tentang kelebihan dan kelemahan
serta kemungkinan penyalahgunaan obat tradisional dan tanaman obat. Dengan
informasi yang cukup diharapkan masyarakat lebih cermat untuk memilih dan
menggunakan suatu produk obat tradisional atau tumbuhan obat dalam upaya
kesehatan.
II. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian yang kami lakukan adalah :
1. Mengetahui syarat- syarat umum yang harus dipenuhi oleh obat-obatan di Indonesia
2. Mengidentifikasi pengaruh unsur kebudayaan yang paling berpengaruh terhadap
pemilihan obat dalam masyarakat.
3. Menentukan pengobatan yang paling tepat untuk dikembangkan di Indonesia
III. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian kami adalah:
1. Bagaimana ketertarikan masyarakat terhadap penggunaan obat tradisional dan obat
sintetik?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kecenderungan masyarakat dalam penggunaan
obat?
3. Apakah agama, kepercayaan, dan lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap
pemilihan obat oleh seorang individu?
4. Bagaimana perkembangan teknologi pengolahan obat tradisional dan obat sintetik di
Indonesia?
5. Bagaimana tingkat keamanan, mutu, dan kualitas obat tradisional dan obat sintetik ?
6. Bagaimana prospek penjualan obat tradisional di masa yang akan datang?
IV. Batasan Masalah
Dalam makalah penelitian ini kami menganalisis perbandingan obat tradisional dan obat
sintetik dari segi kualitas, efek samping, dan pengolahannya.
Mempelajari hubungan langsung “Local Genius” (kearifan lokal) bidang obat – obatan
dengan tujuh unsur kebudayaan sistem pengetahuan, kesenian, sistem teknologi, sistem
kemasyarakatan, sistem religi, bahasa, dan mata pencaharian.
V. Metode Penelitian
Metode yang kami digunakan dalam penelitian ini adalah metoda primer dan sekunder.
Metode primer berupa data kuantitatif melalui pembagian kuesioner dengan objek
mahasiswa dan masyarakat sekitar kampus sedangkan data kualitatif diperoleh melalui
wawancara . Sedangkan metode sekunder berupa studi literatur
BAB II
TEORI DASAR
1. Teori Konsumsi
Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi pemerintah (government consumption) dan
konsumsi rumah tangga (household consumption/private consumption). Factor-faktor
yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga, antara lain :
1. Faktor Ekonomi
Empat faktor yang menentukan tingkat konsumsi, yaitu :
a. Pendapatan Rumah Tangga (Household Income)
Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi.
Biasanya makin baik tingkat pendapatan, tongkat konsumsi makin tinggi. Karena
ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli
aneka kebutuhan konsumsi menjadi semakin besar atau mungkin juga pola hidup
menjadi semakin konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik.
b. Kekayaan Rumah Tangga (Household Wealth)
Tercakup dalam pengertian kekayaaan rumah tangga adalah kekayaan rill (rumah,
tanah, dan mobil) dan financial (deposito berjangka, saham, dan surat-surat
berharga). Kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah
pendapatan disposable.
c. Tingkat Bunga (Interest Rate)
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi. Dengan tingkat
bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi (opportunity cost) dari kegiatan konsumsi
akan semakin maha. Bagi mereka yang ingin mengonsumsi dengan berutang dahulu,
misalnya dengan meminjam dari bankatau menggunakan kartu kredit, biaya bunga
semakin mahal, sehingga lebih baik menunda/mengurangi konsumsi.
d. Perkiraan Tentang Masa Depan (Household Expectation About The Future)
Faktor-faktor internal yang dipergunakan untuk memperkirakan prospek masa depan
rumah tangga antara lain pekerjaan, karier dan gaji yang menjanjikan, banyak
anggota keluarga yang telah bekerja.
Sedangkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain kondisi
perekonomian domestic dan internasional, jenis-jenis dan arah kebijakan ekonomi
yang dijalankan pemerintah.
2. Faktor Demografi
a.
Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara
menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per keluarga relative
rendah. Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar, bila jumlah penduduk
sangat banyak dan pendapatan per kapita sangat tinggi.
b. Komposisi Penduduk
Pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi, antara lain :
i.
Makin banyak penduduk yang berusia kerja atua produktif (15-64 tahun), makin
besar tingkat konsumsi. Sebab makin banyak penduduk yang bekerja, penghasilan juga makin besar.
ii.
Makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, tingkat konsumsinya juga makin
tinggi, sebab pada saat seseorang atau suatu keluarga makin berpendidikan
tinggi maka kebutuhan hidupnya makin banyak.
iii. Makin banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan (urban),
pengeluaran konsumsi juga semakin tinggi. Sebab umumnya pola hidup
masyarakat perkotaan lebih konsumtif disbanding masyarakat pedesaan.
3. Faktor-faktor Non Ekonomi
Faktor-faktor non-ekonomi yang paling berpengaruh
terhadap besarnya konsumsi
adalah faktor social budaya masyarakat. Misalnya saja, berubahnya pola kebiasaan
makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain
yang dianggap lebih hebat/ideal.
2. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar
pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
(1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan
sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi
juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love
needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin
dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam
arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang
terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadangkadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai
kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan
sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas
adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan
yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa
kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal,
mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh
dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur
manusia
dalam
kehidupan
organisasional,
teori
“klasik”
Maslow
semakin
dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi”
tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh
Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti
anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak
tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan
pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan
kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama
yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan
pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia
makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan
tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha
pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil
memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati
rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan
manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan
ini, perlu ditekankan bahwa :
• Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu
yang akan datang;
• Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari
pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
• Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya
suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam
pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis,
namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori
motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
3. Pandangan Psikoanalisa Sigmund Freud
Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah
sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Sehingga tingkah laku banyak
didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan.
Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan
sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.Menurut Freud pikiran-pikiran yang
direpres atau ditekan merupakan sumber perilaku yang tidak normal/menyimpang.
Pandangan lengkapnya antara lain :
1. Kesadaran dan Ketidaksadaran
2. Insting dan Kecemasan
a. Kecemasan objektif
b. Kecemasan neurotik
c. Kecemasan moral
3. Mekanisme pertahanan (defence mechanism)
a. Represi
b. Pembentukan reaksi (reaction formation)
c. Proyeksi (projection)
d. Penempatan yang keliru (dispacement)
e. Rasionalisasi (rasionalisation)
f. Supresi (supression)
g. Sublimasi (sublimation)
h. Kompensasi (compensation)
i.
Regresi (regression)
Freud menggunakan metode baru untuk menyembuhkan penderita tekanan Psikologis
yaitu asosiasi bebas dan analisis mimpi. Dasar terciptanya metode tersebut adalah dari
konsep alam bawah sadar, asosiasi bebas adalah metode yang digunakan untuk
mengungkap masalah-masalah yang ditekan oleh diri seseorang namun terus
mendorong keluar secara tidak disadari hingga menimbulkan permasalahan.
Sedangkan Analisis Mimpi, digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi
merupakan pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan
ini berisi keinginan, ketakutan dan berbagai macam aktivitas emosi lain, hingga
aktivitas emosi yang sama sekali tidak disadari. Sehingga metode Analisis Mimpi
dapat digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan
terpendam, baik berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak
disadari karena ditekan oleh seseorang. Ketika hal masalah-masalah alam bawah
sadar ini telah berhasil di-ungkap, maka untuk penyelesaian selanjutnya akan lebih
mudah untuk diselesaikan.
Hal-hal ini dilakukan untuk mengembangkan sesuatu yang kini dikenal sebagai "obat
dengan berbicara". Hal-hal ini menjadi unsur inti psikoanalisis. Freud terutama
tertarik pada kondisi yang dulu disebut histeria dan sekarang disebut sindrom
konversi.
4. Teori Evolusionisme
Evolusionisme adalah kepercayaan bahwa setiap masyarakat berkembang maju dari
permukaan yang sederhana melalui fase-faseyang semakin kompleks.
Counte percaya bahwa akal pikiran manusia berkembang melalui tiga fase: fase
teologis, fase metafisik, dan fase positif. Pada fase pertama masyarakat (primitif)
memandang benda-benda mati sebagai sesuatu yang hidup. Pada fase metafisik
masyarakat juga masih berpikir tentang kekuatan-kekuatan yang abstrak. Fase positif
adalah fase berpikir ilmiah dimana orang menjelaskan peristiwa-peristiwa dalam
kaitannya dengan proses alamiah.
5. Teori Difusi Inovasi
Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebar
dalam sebuah kebudayaan. Teori ini dipopulerkan oleh Everett Rogers pada tahun
1964 melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Ia mendefinisikan
difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai
saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial.
Inovasi merupakan ide, praktek, atau objek yang dianggap baru oleh manusia atau
unit adopsi lainnya. Teori ini meyakini bahwa sebuah inovasi terdifusi ke seluruh
masyarakat dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan
mengadopsi sebuah inovasi segera setelah mereka mendengar inovasi tersebut.
Sedangkan beberapa kelompok masyarakat lainnya membutuhkan waktu lama untuk
kemudian mengadopsi inovasi tersebut. Ketika sebuah inovasi banyak diadopsi oleh
sejumlah orang, hal itu dikatakan exploded atau meledak.
Difusi inovasi sebenarnya didasarkan atas teori di abad ke 19 dari seorang ilmuwan
Perancis, Gabriel Tarde. Dalam bukunya yang berjudul “The Laws of Imitation”
(1930), Tarde mengemukakan teori kurva S dari adopsi inovasi, dan pentingnya
komunikasi interpersonal. Tarde juga memperkenalkan gagasan mengenai opinion
leadership , yakni ide yang menjadi penting diantara para peneliti efek media
beberapa dekade kemudian. Tarde melihat bahwa beberapa orang dalam komunitas
tertentu merupakan orang yang memiliki ketertarikan lebih terhadap ide baru, dan dan
hal-hal teranyar, sehingga mereka lebih berpengetahuan dibanding yang lainnya.
Orang-orang ini dinilai bisa mempengaruhi komunitasnya untuk mengadopsi sebuah
inovasi.
6. Teori Modernisasi
merupakan teori yang digunakan untuk merangkum transformasi kehidupan sosial di
suatu negara. Teori melihat pada faktor-faktor internal suatu negara, sementara
menganggap bahwa, dengan bantuan, negara-negara "tradisional" dapat dibawa ke
pembangunan dengan cara yang sama dengan negara telah lebih maju. Teori
modernisasi
berupaya
untuk
mengidentifikasi
variabel-variabel
sosial
yang
berkontribusi pada kemajuan sosial dan pengembangan masyarakat, dan berusaha
untuk menjelaskan proses evolusi sosial. Tidak mengherankan, teori modernisasi
tunduk terhadap kritik yang berasal di antara komunis dan ideologi pasar bebas, teori
sistem dunia, globalisasi teori dan teori ketergantungan antara lain. Teori modernisasi
tidak hanya menekankan proses perubahan tetapi juga tanggapan-tanggapan terhadap
perubahan itu. Ini juga terlihat pada dinamika internal sementara mengacu pada
struktur sosial dan budaya dan adaptasi teknologi baru.
BAB III
Metoda Penelitian
I. Kuesioner
Pada bab ini, akan dibahas mengenai hasil survey kuesioner terhadap mahasiswa ITB
yang memiliki pengalaman dalam penggunaan obat tradisional dan obat sintetik.
Tujuan dari survey ini adalah untuk melihat,
1. Pilihan konsumsi mahasiswa dalam menggunakan obat tradisional atau obat sintetik
2. Contoh obat tradisional atau obat sintetik yang digunakan
3. Alasan menggunakan obat tradisional dan obat sintetik
4. Efek samping dalam penggunaan obat
5. Pendapat mahasiswa secara general dalam pemilihan obat yang lebih baik, yaitu
sedikit efek samping, harga obat yang terjangkau, dan apakah obat tersebut teruji
secara klinis oleh Departemen Kesehatan RI.
Berikut ini merupakan hasil kuesioner yang didapat,
1. Asal daerah
Jawa (%)
Sumatra (%)
Kalimantan (%)
Sulawesi (%)
Bali (%)
4.29 4.28 1.43
22.86
67.14
Gambar 1 Hasil Kuesioner Asal Daerah
2. Agama
1.43 1.43
7.14
17.14
72.86
Islam (%)
Kristen (%)
Katolik (%)
Hindu (%)
Budha (%)
Gambar 2 Hasil Kuesioner Agama
3. Penghasilan keluarga
17.14
20.00
62.86
< 1 jt (%)
1 - 2 jt (%)
> 2 jt (%)
Gambar 3 Hasil Kuesioner Penghasilan Keluarga
4. Pernah menggunakan obat tradisional
8.57
Ya (%)
Tidak (%)
91.43
Gambar 4 Hasil Kuesioner Pernah Menggunakan Obat Tradisional
5. Contoh obat tradisional yang digunakan











Daun pepaya
Daun kumis kucing
Jeruk nipis
Kunyit
Beras kencur
Kecap
Garam
Jamu
Telur ayam kampung
Pucuk Jambu
Jahe











Asam Jawa
Daun sirih
Lengkuas
Minyak tawon
Madu
Air kelapa
Minyak kobra
Buah maladewa
Temulawak
Mengkudu
Jus buah
6. Alasan menggunakan obat tradisional
11.91
11.90
7.14
69.05
Saran ortu (%)
Saran teman (%)
Pengetahuan (%)
dll. (%)
Gambar 5 Hasil Kuesioner Alasan Penggunaan Obat Tradisional
7. Efek samping dari penggunaan obat tradisional
10
90
Tidak (%)
Ya (%)
Gambar 6 Hasil Kuesioner Efek Penggunaan Obat Tradisional
8. Pernah menggunakan obat sintetik
0
Ya (%)
Tidak (%)
100
Gambar 7 Hasil Kuesioner Pernah Menggunakan Obat Sintetik
9. Contoh obat sintetik yang digunakan











Decolgen
Antalgin
Penisilin
Adem sari
Fix Formula 44
Paramex
OBH Combi
Parasetamol
Inza
Oskadon
Komix











Panadol
Biogesic
Amoxixilin
Stop cold
Bodrex
Promaag
Antimo
Actifed
Woods
Segar sari
Diatabs
10. Alasan menggunakan obat sintetik
34.10
37.5
18.18
10.22
Saran ortu (%)
Saran teman (%)
Pengetahuan (%)
dll. (%)
Gambar 8 Hasil Kuesioner Alasan Penggunaan Obat Sintetik
11. Efek samping dari penggunaan obat sintetik
41.43
58.57
Tidak (%)
Ya (%)
Gambar 9 Hasil Kuesioner Efek samping dari penggunaan obat sintetik
12. Obat yang lebih baik digunakan untuk penyembuhan 1 jenis penyakit tertentu
35.71
64.29
Tradisional (%)
Sintetik (%)
Gambar 10 Hasil Kuesioner Obat yang Lebih Baik untuk 1 Jenis Penyakit Tertentu Di Mata Masyarakat
13. Obat yang lebih baik digunakan oleh masyarakat sekarang ini
42.86
57.14
Tradisional (%)
Sintetik (%)
Gambar 11 Hasil Kuesioner Obat yang Lebih Baik Untuk Semua Jenis Penyakit Secara Umum Di Mata
Masyarakat
Dari hasil kuesioner di atas, dapat kita analisa bahwa,
1. 91.43% mahasiswa ITB pernah menggunakan obat tradisional dan sisanya tidak
pernah. Hal ini dikarenakan mayoritas mahasiswa berasal dari daerah yang warisan
budayanya, dalam hal ini suku, masih kuat. Obat tradisional merupakan warisan
budaya
yang
diturunkan
dari
generasi
ke
generasi
berikutnya
sehingga
penggunaannya masih dipegang oleh generasi sekarang.
2. Banyak contoh obat tradisional yang digunakan oleh mahasiswa, seperti:

Jeruk nipis dan kecap: menyembukan batuk

Jamu: untuk menyehatkan tubuh

Pucuk daun jambu: untuk menyembuhkan diare

Jahe: untuk menyembuhkan batuk

Daun sirih: untuk mengatasi masalah kewanitaan

Madu: untuk menjaga stamina tubuh

Air kelapa: untuk melancarkan peredaran darah

Temulawak: untuk menyembuhkan penyakit kuning

dan masih banyak fungsi lainnya.
3. Alasan orang menggunakan obat tradisional adalah

Saran orang tua (69.05%)
Hal ini dikarenakan, masih dipegangnya nasehat orang tua yang dihubungkan
dengan warisan budaya dan pengalaman orang tua itu sendiri.

Saran teman (7.14%)
Teman atau orang dekat juga berpengaruh terhadap informasi obat bagi
mahasiswa.

Pengetahuan (11.90%)
Bersumber dari buku, internet, dan hasil jurnal pengetahuan yang mengulas
tentang obat-obatan.

Dan lain-lain (11.91%)
Bersumber dari dokter, apoteker, perawat, maupun pelayan medis lainnya.
4. 10% mahasiswa mengalami efek samping terhdap penggunaan obat tradisional dan
sisanya tidak. Efek samping yang ditimbulkan a.l.: kantuk, lidah berwarna, dan rasa
obat yang pahit.
5. Semua mahasiswa ITB (100%) pernah menggunakan obat sintetik. Hal ini disebabkan
semakin bertambahnya jumlah obat di masyarakat, baik obat tradisional maupun
sintetik, yang didukung oleh kemajuan teknologi.
6. Banyak contoh obat sintetik yang digunakan, seperti:

Decolgen: menyembuhkan sakit kepala

Antalgin: menyembuhkan sakit gigi

Adem Sari: menyembuhkan panas dalam

Fix Formula 44: menyembuhkan batuk

Inza: menyembuhkan flu

Panadol: menyembuhkan demam

Promaag: menyembuhkan sakit maag

dan masih banyak fungsi lainnya.
7. Alasan orang menggunakan obat sintetik adalah

Saran orang tua (34.10%)

Saran teman (10.22%)

Pengetahuan (18.18%)

Dan lain-lain (37.5%), bersumber dari: iklan, spanduk, dokter, apoteker, dan
perawat.
Dari hasil di atas, dapat dilihat bahwa persentase untuk dll. lebih mendominasi. Hal
ini dikarenakan semakin banyak obat sintetik yang diproduksi dan diiklankan melalui
berbagai media sehingga informasinya lebih cepat berkembang dalam masyarakat
dibandingkan obat tradisional yang penyebaran informasinya dari mulut ke mulut.
8. Untuk efek samping yang ditimbulkan obat sintetik, 58.57% mahasiswa mengalami
efek samping dan sisanya tidak. Hal ini disebabkan adanya campuran zat kimia dalam
obat yang dihasilkan industri tersebut. Akumulasi zat kimia dalam tubuh ini juga
perlu kita perhatikan karena jika berlebihan akan menimbulkan penyakit tertentu yang
lebih berbahaya.
Efek samping yang ditimbulkan akibat penggunaan obat sintetik adalah kantuk, perut
mual, dan kepala pusing setelah mengkonsumsi obat tersebut, dan efek lainnya.
9. Untuk menyembuhkan 1 jenis penyakit tertentu, lebih baik menggunakan obat sintetik
(64.29%). Maksudnya adalah untuk menyembuhkan 1 jenis penyakit umum, seperti
batuk, pilek, demam, flu, dll., lebih baik menggunakan obat sintetik yang lebih praktis
dibandingkan obat tradisional.
Hal ini dikaitkan dengan banyaknya rutinitas masyarakat sehingga adanya anggapan,
tidak adanya waktu untuk mengolah obat tradisional untuk dikonsumsi dan lebih baik
menggunakan obat sintetik.
10. Untuk penggunaan jenis obat, 57.14% koresponden lebih memilih obat tradisional dan
sisanya obat sintetik. Maksudnya adalah penggunaan obat untuk menyembuhkan
semua jenis penyakit secara general.
Berikut ini merupakan perbandingan obat tradisional dan obat sintetik.
Obat Tradisional
Obat Sintetik

Lebih berkhasiat
 Lebih terjamin kualitasnya

Lebih alami
 Izin DepKes RI

Sedikit/tanpa efek samping
 Teruji klinis

Lebih murah
 Sesuai resep dokter

Memajukan ekonomi rakyat  Praktis
 Modern
Dari hasil kuesioner di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis obat yang lebih baik
digunakan oleh masyarakat sekarang adalah jenis obat tradisional.
BAB IV
Analisis dan Pembahasan
1. Sekilas tentang obat-obatan
Ada dua macam obat-obatan, yaitu:
a. Obat Bahan Alam:
i. Obat tradisional: obat yang pemakaiannya berdasarkan pemakaian empiris
turun temurun dan tidak ada pengujian pra klinis dan klinis
ii. Obat herbal terstandar: obat yang pemakaiannya berdasarkan pemakaian
empiris turun temurun dan sudah mengalami pengujian pra klinis
iii. Fitofarmaka: obat yang pemakaiannya berdasarkan pemakaian empiris turun
temurun dan sudah mengalami pengujian pra klinis dan klinis
b. Obat Sintetik: obat yang sebenarnya juga berasal dari tumbuhan atau hewan yang
diproses secara kimiawi untuk diambil zat aktifnya (zat yang berkhasiat). Misalnya
obat obat yang biasanya diresepkan oleh dokter.
2. Pembahasan
Obat-obatan termasuk salah satu barang yang dikonsumsi manusia dan termasuk barang
yang bisa dikomersialkan. Karena itu dalam mengamati perilaku manusia dalam
menggunakan obat-obatan, kita bisa menggunakan Teori Konsumsi. Berdasarkan Teori
Konsumsi dan hasil wawancara dan kuesioner, kami mengumpulkan faktor-faktor yang
mempengaruhi masyarakat dalam menggunakan obatan-obatan. Di dalam pembahasan
masing-masing faktor tersebut juga kami analisa dengan teori-teori psikologi dan sosial
lainnya yang mempengaruhi faktor-faktor tersebut.
a) Faktor Ekonomi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan suatu obat-obatan, baik itu obat
tradisional maupun obat modern atau sintetik, adalah faktor ekonomi. Diantaranya
adalah:
i. Harga Obat. Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara, responden
beranggapan bahwa lebih murah untuk menggunakan obat tradisional
daripada obat sintetik. Hal ini disebabkan obat sintetik adalah obat yang
sudah melalui uji klinis, berbeda dengan obat tradisional. Sehingga dalam
hal ini terdapat beban biaya penelitian yang dimasukkan ke dalam biaya
sintetik. Selain itu, obat sintetik juga didapatkan dari pengolahan kimiawi
yang juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit, berbeda dengan obat
tradisional yang umumnya pengolahannya masih sederhana atau sedikit
modern.
ii. Penghasilan dan kekayaan masyarakat. Hal ini sangat mempengaruhi
keputusan masyarakat dalam memilih obat sintetik atau obat tradisional. Hal
ini dapat terlihat berdasarkan hasil kuesioner bahwa masyarakat yang
penghasilannya besar cenderung menggunakan obat sintetik yang lebih
mahal.
b) Faktor Demografi
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi
secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per
keluarga relatif rendah. Artinya daya beli masyarakat dengan jumlah penduduk
yang banyak cenderung rendah sehingga daya beli terhadap obat-obatan juga ikut
rendah. Pada umumnya masyarakat dengan daya beli rendah jika sedang ditimpa
penyakit akan mengobati penyakitnya sendiri tanpa membeli obat sintetik atau obat
tradisional yang dijual pasaran, tapi mengobatinya dengan obat tradisional yang
langsung diperoleh sendiri dari alam.
c) Faktor Non Ekonomi
i.
Khasiat dan Kepercayaan. Obat sintetik umumnya lebih dipercaya daripada
obat tradisional. Hal ini disebabkan karena sudah banyak pembuktian ilmiah
tentang khasiat obat sintetik daripada khasiat obat tradisional. Hal ini tampak
pada hasil kuesioner bahwa sebanyak 35,72% responden memilih obat
tradisional dan 64,28% memilih obat sintetik. Data ini untuk kasus pada
penyakit yang non kronis. Adapun untuk penyakit kronis, umumnya
masyarakat memilih obat sintetik. Sebenarnya, pada umumnya masyarakat
lebih menganjurkan untuk menggunakan obat tradisional karena efek
sampingnya yang relatif lebih sedikit (menurut pengetahuan yang ada), namun
dalam kenyataannya masyakarat ingin supaya penyakitnya cepat sembuh dan
merasa aman dalam mengkonsumsi obat sehingga menggunakan obat farmasi
sintetik. Menurut teori Abraham H. Maslow (teori kebutuhan), selain
mementingkan kebutuhan fisiologis, masyarakat juga memiliki kebutuhan
akan rasa aman. Sehingga masyarakat lebih cenderung memilih obat yang
sudah terjamin khasiat dan efek sampingnya tidak terlalu membahayakan.
ii.
Kepercayaan tradisional. Ada sebagian masyarakat yang percaya dengan obat
tradisional karena motivasinya yang kuat terhadap agama dan
kepercayaannya. Hal ini disebabkan karena manusia hidup dikuasai oleh alam
bawah sadarnya yang sangat mempengaruhi tingakh laku mereka. Hal ini
dijelaskan di dalam teori Psikoanalisa Sigmund Freud.
iii.
Keluarga. Keluarga, terutama saran dari orang yang lebih tua sangat
menentukan keputusan seseorang memilih obat-obatan. Hal ini berdasarkan
hasil wawancara kami kepada beberapa responden yang berasal dari kalangan
mahasiswa.
iv.
Kepraktisan. Umumnya masyarakat beranggapan bahwa obat sintetik lebih
praktis daripada obat tradisional. Karena obat sintetik umumnya sudah
dikemas sedemikian rupa sehingga bisa langsung dikonsumsi. Berbeda dengan
sebagian obat tradisional yang harus melalui proses pengolahan terlebih
dahulu (karena banyak obat tradisional yang masih mentah / belum diolah)
atau harus dikonsumsi dengan prosedur tertentu. Tapi umumnya obat
tradisional yang berada di pasaran sudah dikemas dengan baik walaupun
terkadang masih sulit untuk dikonsumsi.
v.
Efek samping. Pada umumnya, maysarakat berpendapat bahwa obat sintetik
memiliki efek samping yang lebih besar dibandingkan obat tradisional.
Namun, para ahli farmasi yang kami wawancarai (beberapa dosen farmasi)
tidak membenarkan hal ini. Menurut mereka, persepsi ini disebabkan karena
publikasi tentang khasiat dan efek samping obat-obatan sintetik sudah tersebar
ke dalam masyarakat. Obat-obatan sintetik memang sudah melalui uji coba
klinis. Berbeda dengan kebanyakan obat tradisional yang masih jarang diteliti
oleh para ahli farmasi sehingga kurang banyak diketahui khasiat dan efek
sampingnya.
vi.
Pendidikan. Pada era sekarang, pendidikan sudah lebih maju dari era
sebelumnya sehingga masyarakat lebih percaya kepada obat yang sudah teruji
secara klinis (izin Departemen Kesehatan).
vii.
Asal daerah. Daerah perkotaan cenderung memilih obat sintetik sementara
daerah pedesaaan (ataupun yang masih terdapat hutan) cenderung memilih
obat tradisional.
viii.
Modernisasi teknologi dan kebudayaan. Semua responden menggunakan obat
farmasi, namun hanya sebagian saja yang menggunakan obat tradisional. Hal
ini disebabkan sudah menjadi hal yang umum di masyarakat untuk
menggunakan obat sintetik untuk mengobati penyakit. Ide menggunakan obat
sintetik sudah menjamur di dalam masyarakat karena pengaruh kuatnya
pengetahuan ilmiah tentang obat sintetik dan masyarakat sudah mulai melek
ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga lebih percaya perkataan para ahli
yang sudah melakukan penelitian sebelumnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan
pada teori difusi inovasi dan evolusionisme.
ix.
Pengaruh budaya asing. Menurut teori difusi, antar suku bangsa saling
mempengaruhi dalam pengembangan teknologi dan budaya obat-obatan,
misalnya obat-obatan dari cina dan arab masuk ke Indonesia.
BAB V
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada analisis terhadap data kuesioner, dan wawancara,
beberapa kesimpulan yang bisa ditarik adalah:
a) Masyarakat lebih memilih menggunakan obat sintetik dari pada obat tradisional
b) Faktor utama yang mempengaruhi penggunaan obat di masyarakat: keluarga,
khasiatnya, harga obat, kepraktisan, efek samping, tingkat pendidikan masyarakat
c) Agama, kepercayaan, dan lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap pemilihan
obat oleh seorang individu
d) Teknologi pengolahan obat tradisional dan sintetik sudah semakin berkembang
sesuai dengan tuntutan pasar
e) Obat sintetik berkhasiat dan cepat untuk mengobati penyakit, namun memiliki
efek samping yang cukup tinggi. Sementara obat tradisional cukup berkhasiat
namun lambat dalam mengobati penyakit, dan memiliki efek samping yang relatif
rendah.
f) Pasar obat tradisional cukup berprospek di waktu yang akan datang
2. Saran
a. Penggunaan obat tradisional seharusnya lebih meningkat dibandingkan dengan
penggunaan obat sintetik. Alasannya untuk memajukan ekonomi rakyat. Karena
umumnya masayarakat pedesaan yang memproduksi obat tradisional, sementara
sebagian besar masyarakat Indonesia tinggal di wilayah pedesaan.
b. Obat tradisional diharapkan memiliki khasiat yang lebih baik daripada obat
sintetik. Hal ini bisa dibuktikan dengan cara pengujian klinis pada obat-obatan
tradisional. Sebab sampai saat ini, masih banyak obat tradisional yang belum diuji
coba secara klinis.
c. Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan produsen-produsen obat-obatan
tradisional dalam pengembangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Chairil N. Siregar, Grand Theories, Middle Range And Specific Theories .
----------, Kumpulan Skripsi Online Full Content: http://one.indoskripsi.com/ , tanggal akses:
18 Oktober 2009
Blog Dokter, http://www.blogdokter.net, tanggal akses: 17 Oktober 2009
Wikipedia The Free Encyclopedia, http://en.wikipedia.org/ , tanggal akses: 17 Oktober 2009
LAMPIRAN
A. Tanaman Obat Indonesia
1. Swietenia macrophylla King.
Nama indonesia : Mahoni
Klasifikasi
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Anak kelas
: Rosidae
Bangsa
: Sapindales
Suku
: Meliaceae
Marga
: Swietenia
Jenis
: Swietenia macrophylla
Ciri Makroskopik
 Pohon (5-30 m)
 Batang bulat dan bergetah
 Daun majemuk, menyirip genap dan bulat telur
 Perbungaan majemuk
 Bunga kecil berwarna putih
 Buah bulat telur berwarna cokelat
Kandungan
Bijinya mengandung swietenin (B-F), swietenolid diasetat dan mengandung senyawa
lain turunan komponen di atas seperti swietenin asetat, swietenin tiglat,
detigloyswietenin, swietemahonin B.
Penggunaan

Hipertensi :
8 gram biji segar diseduh dengan 2 gelas air panas. Setelah dingin disaring lalu
dibagi menjadi 2 bagian. Minum pagi dan sore hari.

Kencing manis :
1/2 sendok teh serbuk biji mahoni diseduh dengan 1/3 cangkir air panas.
Diminum selagi hangat, 30 menit sebelum makan. Lakukan 2-3 kali sehari.
2. Melaleuca leucadendron
Nama indonesia : kayu putih
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Melaleuca
Spesies
: Melaleuca leucadendron
Ciri makroskopik

struktur pohon yang tinggi dengan ukuran 10 - 30 m

kulit batangnya berlapis-lapis

berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan kulit berwarna putih yang
terkelupas tidak beraturan

Permukaan daunnya berambut, berwarna hijau kelabu sampai hijau kecoklatan

Bila daun diremas atau dimemarkan akan berbau minyak kayu putih.

Buahnya berbentuk seperti lonceng dengan panjang 2,5 - 3 mm, lebar 3 - 4
mm, warnanya coklat muda sampai coklat tua

Bijinya halus, sangat ringan seperti sekam yang biasa disebut sari bolong
berbentuk seperti biji, berwarna kuning .
Kandungan

Daunnya mengandung minyak atsiri, sedangkan buahnya mengandung tanin,
1,8-cineole, Terpineol, Pinene, Myrsene, 4-terpineol, Linalool, Terpinena, dan
Terpinolene
Penggunaan

Batuk, Demam, Nyeri haid:
Minyak kayu putih secukupnya; Jeruk nipis 1 buah; Kapur sirih 2 jari tangan,
Peras buah jeruk nipis, kemudian tambahkan Kapur sirih dan Minyak kayu
putih kemudian diaduk sampai tercampur, Dioleskan pada punggung dan
dada; Untuk nyeri haid dioleskan pada perut
3. Phyllanthus acidus (L.) Skeells
Nama indonesia : Ceremai
Klasifikasi
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Euphorbiales
Suku
: Euphorbiaceae
Marga
: Phyllanthus
Jenis
: Phyllanthus acidus (L.) Skeells
Ciri makroskopik

Perdu atau pohon kecil

Batang aerial, percabangan simpodial

Daun tunggal, helaian berbentuk bulat telur sampai lonjong, permukaan licin
tidak berambut

Perbungaan majemuk (racemus)

Bunga berkelamin tunggal atau ganda, merah dan berbilangan 4

Buah drupa
Kandungan

Daun, batang : tannin, saponin, flavonoid, polifenol

Kayu
: tannin, saponin, flavonoid, polifenol, alkaloid

Akar
: saponin, asam galus, zat samak, zat beracun (toksik)

Buah
: vitamin C
Penggunaan

Daun :
Batuk berdahak, Menguruskan badan, Mual, Kanker, Sariawan

Kulit batang :
Asma, Sakit kulit

Biji :
Sembelit, Mual akibat perut kotor
Cara pemakaian : Daun atau kulit batang sebanyak 25 - 50 g direbus, lalu minum.
Untuk pemakaian luar, bahan-bahan tersebut digiling halus lalu ditempelkan ke
tempat yang sakit atau direbus.
4. Euphorbia hirta L
Nama indonesia : patikan kebo
Klasifikasi

Kingdom

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisio : Spermatophyta

Divisio
: Magnoliophyta

Kelas
: Magnoliopsida (dikotil)

Sub-kelas
: Asteridae

Ordo
: Magnoliophyta

Familia
: Euphorbiaceae

Genus
: Euphorbia

Spesies
: Euphorbia hirta
: Plantae (tumbuhan)
Ciri makroskopik
Terna, tegak atau memanjat, tinggi lebih kurang 20 cm, batang berambut,
percabangan selalu keluar dan pangkal batang dan tumbuh ke atas, warna merah atau
keunguan. Daun berbentuk jonong meruncing sampai tumpul, tepi daun bergerigi.
Perbungaan bentuk bola keluar dan ketiak daun bergagang pendek, berwarna dadu
atau merah kecokelatan. Bunga mempunyai susunan satu bunga betina dikelilingi oleh
lima bunga yang masing-masing terdini atas empat bunga jantan.
Kandungan

Fenolat : antiseptik urin

Tannin : antiviral antibacterial anti parasitic

Alkaloids

Fats and oils

Protein

Sugar
Penggunaan
Bronkhitis
Ramuan:
Herba Patikan Kebo segar
yang belum berbunga 10 gram
Air secukupnya
Cara pembuatan:
Dipipis.
Cara pemakaian:
Diminum 1 kali sehari 1/4 cangkir.
Lama pengobatan:
Diulang selama 14 hari.
Radang Usus
Ramuan:
Herba Patikan Kebo 7 gram
Rimpang Kunyit 4 iris
Air 110 ml
Cara pembuatan:
Dibuat infus.
Cara pemakaian:
Diminum 1 kali sehari 100 ml.
Lama pengobatan:
Diulang selama 14 hari.
Sakit Tenggorokan
Ramuan:
Patikan Kebo yang belum berbunga 10 tanaman
Air 110 ml
Cara pembuatan:
Dibuat infus.
Cara pemakaian:
Untuk berkumur 1 kali sehari 100 ml. Bila perlu dapat diencerkan dengan air
hangat, sebagian dapat ditelan.
Peringatan
Penggunaan yang terlalu banyak dapat menyebabkan sakit perut.
5. Cyperus rotundus L.
Nama indonesia : rumput teki
Klasifikasi

Kingdom

Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)

Superdivisii
: Spermatophyta (menghasilkan biji)

Divisio
: Magnoliophyta (berbunga)

Kelas
: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub-kelas
: Commelinidae

Ordo
: Cyperales

Familia
: Cyperaceae

Genus
: Cyperus

Spesies
: Cyperus rotundus L.
: Plantae (tumbuhan)
Ciri makroskopik

Bunga : Berwarna hijau kecoklatan, terletak di ujung tangkai dengan tiga tunas
kepala benang sari berwarna kuning jernih, membentuk bunga-bunga berbulir,
mengelompok menjadi satu berupa payung.

Buah : Berbentuk kerucut besar pada pangkalnya, kadang-kadang melekuk
berwarna coklat,

Biji : bijinya berbentuk kecil bulat, dan memiliki sayap seperti bulu yang
digunakan untuk proses penyerbukan.

Akar : Pada rimpangnya yang sudah tua terdapat banyak tunas yang menjadi
umbi berwarna coklat atau hitam. Rasanya sepat kepahit-pahitan dan baunya
wangi. Umbi-umbi ini biasanya mengumpul berupa rumpun.

Batang : Pada batang rumput teki ini memiliki ketinggian mencapai 10 sampai
75 cm.

Daun : berbentuk pita, berwarna mengkilat dan terdiri dari 4-10 helai, terdapat
pada pangkal batang membentuk rozel akar, dengan pelepah daun tertutup
tanah.
Kandungan
 Akar teki mengandung alkaloid, flavonoid dan minyak atsiri sebanyak 0,3-1%
yang isinya bervariasi, tergantung daerah asal tumbuhnya.
 Akar yang berasal dari Jepang berisi cyperol, cyperene I & II, alfa-cyperone,
cyperotundone dan cyperolone.
 Akar yang berasal dari China berisi patchoulenone dan cyperene.
Penggunaan

Umbi (rimpang).
Efeknya adalah seperti menormalkan siklus haid, menghilangkan sakit
(analgetik), melancarkan vital energi. Merupakan obat penting untuk penyakitpenyakit pada wanita (gynecological diseases). Kegunaannya antara lain
sebagai obat kuat, obat sakit perut, obat untuk memperlancar kencing, obat
cacingan, obat peluruh serta pengatur haid, sebagai air pencuci anti keringat

Untuk obat kejang perut dipakai ± 25 gram umbi segar Cyperus rotundus,
dicuci lalu ditumbuk, ditambah setengah gelas air matang kemudian diperas
dan disaring. Hasil saringan diminum sekaligus.
6. Merremia mammosa
Nama indonesia : Bidara upas / widara upas
Ciri makroskopik

Ciri : gundul dan melilit pada pepohonan, panjang 3-6 m.

Akar : bergantungan, mirip ubi yang memanjang.

Batang : ukuran kecil, agak licin dan warna agak gelap.

Daun : tunggal, pangkal daun berbentuk jantung/bundar, ujung daun lancip,
tepi daun rata dan berwarna hijau tua.

Umbi : mirip ubi jalar, berkumpul di dalam tanah, menggelondong/membulat.
Kulit tebal dan berwarna kuning kecoklatan. Getah kental dan berwarna putih,
bila kering warnanya menjadi coklat.

Bunga : berbentuk payung menggarpu, mahkota berwarna putih, kelopak
bunga berbentuk bundar telur/lonjong.
Kandungan

Getah segar mengandung zat pengoksidasi : memiliki peran dalam pengobatan
kanker alternatif

Pati

Damar

Resin

Zat pahit
Penggunaan
1. Umbi

Untuk diminum : umbi segar diparut atau digodok terlebih dahulu

Untuk pemakaian luar : umbi diiris tipis-tipis atau diparut menjadi bubur,
untuk dibalurkan ketempat yang sakit seperti luka, bengkak-bengkak, gigitan
ular dan sebagainya.

Radang usus buntu : ¼ jari umbi dicuci bersih, lalu diparut. Diremas dengan 1
sendok makan air gula, kemudian diperas dan disaring. Diminum sehari dua
kali.

Muntah darah, tifus : Umbi segar secukupnya dicuci bersih, lalu diparut. Peras
dengan sepotong kain sampai terkumpul sebanyak 1 gelas kecil, lalu diminum.

Buang air besar yang disertai darah dan lendir : 50 gram umbi dicuci, lalu
dipotong-potong. Tambahkan gula secukupnya, godok dengan 2 gelas air
bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin, disaring dan diminum sedikitsedikit.

Difteri : Umbi segar secukupnya dicuci, lalu diparut. Peras dengan sepotong
kain sampai terkumpul 1 gelas kecil. Kumur-kumur di tenggorokan selama 23
menit, lalu ditelan.

Keracunan makanan : Umbi segar secukupnya dicuci bersih, Ialu diparut.
Peras dengan sepotong kain sampai terkumpul ½ gelas, lalu diminum.

Serak, batuk kering : Umbi segar sebesar 1 jari tangan dicuci bersih, dipotong
tipis-tipis. Dikunyah 3-4 kali sehari.

Batuk : 100 gram umbi segar dicuci, lalu diparut. Tambahkan sirop gula batu
secukupnya, diaduk sampai merata lalu diperas dan disaring, kemudian
diminum.

Batuk rejan : 1/2 jari umbi segar dicuci, lalu diparut. Remas dengan 2 sendok
makan air masak dan 1 sendok makan madu. Diperas dan disaring. Diminum 2
kali sehari.

Kencing manis : 100 gram umbi segar dicuci bersih, Ialu diparut. Peras dengan
sepotong kain. Diminum setiap pagi, setengah jam sebelum makan.

Syphilis (lues) : Satu jari umbi segar dicuci bersih lalu diparut, tambahkan 2
sendok makan air masak dan 1 sendok makan madu murni, peras dan saring,
minum. Lakukan 3 kali sehari.

Kusta : ¾ jari umbi segar dicuci, lalu diparut. Tambahkan 4 sendok makan air
matang dan 2 sendok makan madu, diaduk merata. Peras dengan sepotong
kain, dibagi untuk 3 kali minum dalam sehari.

Kanker : ¾ jari umbi segar, cuci, parut, tambah 4 sendok makan air matang,
peras airnya. Bagi airnya untuk 3 kali minum dalam sehari dengan 2 sendok
makan madu, tempelkan ampasnya ke bagian yang sakit.

Gigitan ular : Umbi segar dicuci lalu diparut sampai menjadi adonan seperti
bubur. Tempelkan di atas luka gigitan, lalu dibalut.

Kencing batu : 10 gram umbi bidara upas, 10 gram daun kumis kucing, 15
gram daun keji beling, dicuci lalu umbi dipotong-potong seperlunya. Rebus
dengan 1 liter air, sampai tersisa 150 cc. Setelah dingin disaring lalu diminum.
Sehari 3 kali 50 cc.
2. Akar

memperlancar air susu ibu (ASI) : Kulit akar dikelupas kemudian direbus
hingga masak. Kemudian dikeringkan dan dikelupas, diremas halus dan dibuat
bubur. Bubur dioleskan pada payudara ibu yang sedang menyusui.
Selain itu, bubur ini dapat dimakan karena rasanya yang lezat.

Menutupi luka-luka yang tidak dalam : akar diiris-iris, kemudian dioleskan
pada tempat yang mengalami luka.

menyembuhkan luka bakar yang berat : akar diremas halus, lalu dioleskan
pada luka bakar yang berat.
3. Getah dan kulit batang

Penyembuhan terhadap bengkak yang berat pada muka (pipi, dahi dan pelupuk
mata)
Cara
pemakaian :
getah dioleskan pada
tempat
yang
mengalami
pembengkakan

penyembuhan terhadap batuk, difteri, radang paru-paru, muntah darah, sakit
batuk kering selanjutnya terhadap tifus.
Cara pemakaian : cairan getah diminum
4. Plantago major L.
Nama indonesia : Daun sendok
Klasifikasi

Kingdom
: Plantae

Divisi
: Magnoliophyta

Kelas
: Magnoliopsida

Ordo
: Lamiales/Plantaginales

Family
: Plantaginaceae

Genus
: Plantago

Spesies
: Plantago Major L.
Kandungan

Daun Plantago major mengandung saponin, flavonoida dan polifenol.

Herba : indikain dan plantagonin, suatu alkaloid dengan kerangka piridin.

Biji mengandung musilago hidrokolloid (10 – 30 %)
Penggunaan
 Akar : Keputihan (leukore), nyeri otot.
 Biji : Gangguan pencernaan pada anak (dispepsia), perangsang birahi
(afrodisiak), disuria, sukar buang air kecil, diare, disentri, cacingan,
penglihatan kabur, batuk disertai banyak dahak, darah tinggi (hipertensi), sakit
kuning (jaundice), dan rematik gout.
 Daun : Kaki terkilir, penyakit maag, penurun panas, gatal-gatal, penyakit beriberi basah, gangguan ginjal dan thypus, terkena gigitan ular atau serangga
Pemakaian

Rebus herba kering (10 - 15 g) / segar (15 30 g)  minum airnya.

Herba segar ditumbuk, diperas dan saring untuk diminum.

Rebus biji daun sendok (10-15g)  minum airnya.

pemakaian luar  herba segar dipipis  bubuhkan pada luka berdarah,
tersiram air panas / bisul  dibalut.

Pemakaian dengan cara direbus  airnya kumur-kumur pada dang gusi dan
sakit tenggorok.

Bisa juga digiling halus  salep  mengatasi bisul, abses, dan koreng.
5. Sauropus androgynus (L.) Merr.
Nama indonesia : Katuk
Klasifikasi

Kingdom

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisio : Spermatophyta

Divisio
: Magnoliophyta

Kelas
: Magnoliopsida

Sub-kelas
: Rosidae

Ordo
: Euphorbiales

Familia
: Euphorbiaceae

Genus
: Sauropus

Spesies
: Sauropus androgynus (L.) Merr.
: Plantae
Ciri makroskopik

Batang : Berkayu, bulat, bekas daun nampak jelas, tegak, masih muda hijau
setelah tua coklat kehijauan.

Buah : Bulat,beruang tiga, diameter ± 1,5 mm, hijau keputih-putihan.

Bunga : Majemuk, bentuk payung, di ketiak daun, mahkota bulat telur, ungu,
kepala putik tiga bentuk ginjal, benang sari satu atau lebih, tangkai 5-10 mm,
bakal buah menumpang, ungu.

Biji : Bulat, tiap buah berisi tiga biji, keras, putin.

Daun : tunggal, bertangkai, panjang tangkai 3 mm sampai 5 mm; helaian daun
berbentuk bundar memanjang atau bundar telur sampai lonjong; panjang 2 cm
sampai 4 cm; lebar 1,5 cm sampai 2,5 cm; ujung dan pangkal daun meruncing,
pinggir daun rata; permukaan atas dan bawah rata, licin, warna hijau sampai
hijau kecoklatan, tidak berambut; tulang daun jelas menonjol pada permukaan
bawah.
Kandungan

Kandungan daun katuk meliputi protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin
A, B, dan C. pirolidinon, dan metil piroglutamat serta p-dodesilfenol sebagai
komponen minor.

Dalam 100 g daun katuk terkandung: energi 59 kal, protein 6,4 g, lemak 1,0 g,
hidrat arang 9,9 g, serat 1,5 g, abu 1,7 g, kalsium 233 mg, fosfor 98 mg, besi
3,5 mg, karoten 10020 mcg (vitamin A), B, dan C 164 mg, serta air 81 g.
Tanaman katuk dapat meningkatkan produksi ASI diduga berdasarkan efek
hormonal dari kandungan kimia sterol yang bersifat estrogenik. Pada
penelitian terdahulu daun katuk mengandung efedrin.
Penggunaan


Demam dan Kencing Sedikit
Ramuan
: Akar Katuk 4 gram dengan campuran air 110 ml
Cara pembuatan
: Dibuat infus.
Cara pemakaian
: Diminum 2 kali sehari, tiap kali minum 100 ml.
Lama pengobatan
: Diulang selama 4 hari.
Pelancar ASI
Daun Katu segar beberapa helai, dibuat sayuran. Makan harus teratur dan
dipilih makanan yang bergizi. Sehingga dapat melancarkan ASI.

Frambusia
Untuk mengobatinya, siapkan seperempat genggam daun katuk yang telah
dicuci bersih dan digiling sampai halus. Tambahkan seperempat cangkir air
masak dan sedikit garam, lalu aduk sampai merata. Berikutnya, peras dan
saring. Air perasaan diminum, sedangkan ampasnya digosok-gosokan pada
bagian badan yang terserang frambusia.
Lakukan 2 kali sehari hingga
sembuh.

Sembelit
Untuk mengusir sembelit, siapkan 200 gram daun katuk yang segar, lalu
bersihkan. Rebus dengan segelas air selama 10 menit, lalu saring. Minum air
hasil saringan tersebut secara teratur.

Borok
Penelitian menunjukkan, pada ekstrak daun katuk ditemukan zat penghambat
pertumbuhan bakteri escherichia coli, staphylococcus aureus, dan salmonella
typhosa. Itu berarti, ekstrak daun katuk bisa menyembuhkan borok. Siapkan
segenggam daun katuk, lalu cuci dan lumatkan. Tempelkan lumatan daun
katuk pada bagian badan yang terserang borok
6. Curcuma zeodaria
Nama indonesia : temu putih
Klasifikasi

Kingdom
: Plantae

Divisi
: Spermatophyta

Kelas
: Angiospermae

Ordo
: Zingeberales

Famili
: Zingerbaceae

Genus
: Curcuma

Species
: Curcuma zeodaria (Berg) Rosae
Ciri makroskopik

Habitus : Semak, tinggi ± 2 m.

Batang : Semu, silindris, lunak, batang di da/am tanah membentuk rimpang,
hijau pucat.

Daun : Tunggal, lonjong, ujung meruncing, pangkal tumpul, panjang 0,6-1 m
lebar 10-20 cm, pertulangan menyirip, tipis, berbulu halus, hijau bergaris ungu

Bunga : Majemuk, bentuk tabung, di ketiak daun, panjang7-15 cm, benang
sari melekat pada mahkota,panjang ± 0,5 cm, tangkai putik panjang ± 2
cm,putih, mahkota lonjong, panjang ± 2 cm, putih

Buah : Kotak, bulat, diameter 2-4 mm, hijau

Biji : Bulat, hitam

Akar : Serabut, putih
Kandungan

Rimpangan temu putih mengandung 1-2,5% minyak menguap dengan
komposisi utama sesquiterpene.

Minyak menguap tersebut mengandung lebih dari 20 komponen seperti
curzerenone (zedoarin) yang merupakan komponen terbesar, curzerene,
pyrocurcuzerenone, curcumin, curcumemone, epicurcumenol, curcumol
(curcumenol),
isocurcumenol,
procurcumenol,
dehydrocurdone,
furanodienone, isofuranodienone, furanodiene, zederone, dan curdione.

Selain itu mengandung flavonoid, saponin, polifenol, sulfur, gum, resin,
tepung, dan sedikit lemak. Curcumol dan curdione berkasiat antikanker.
Penggunaan

Rebus rimpang temu putih kering (3-10 g). Untuk pemakaian luar, gunakan
minyak atsiri atau air pemerasan rimpang segarnya untuk pemakaian lokal,
seperti luka memar, berbagai macam kelainan kulit. Abu dari rimpangnya bisa
ditaburkan pada luka, borok, dan tubuh yang terkilir (keseleo). Rirnpang
Curcuma zedoaria berkhasiat untuk pelega perut. Untuk pelega perut dipakai ±
100 gram rimpang Curcuma zedoaria dicuci,diparut, diperas dan disaring.
Hasil saringan diminum sekaligus.

Temu putih memiliki sifat antikanker lewat kerja imunomodulator. Ekstraknya
akan memperbanyak jumlah limfosit, meningkatkan toksisitas sel pembunuh
kanker (natural killer) dan sintetis antibodi spesifik. Sifat-sifat ini akan
menguatkan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virus maupun sel kanker.
7. Antidesma bunius (L.)Spreng
Nama indonesia : Buni
Klasifikasi

Kingdom
: Plantae

Divisi
: Magnoliophyta

Sub divisi
: Angiospermae

Kelas
: Magnoliopsida

Sub kelas
: Rosidae

Bangsa
: Euphorbiales

Suku
: Euphorbiaceae

Marga
: Antidesma

Jenis
: Antidesma bunius (L.)Spreng.
Ciri makroskopik
Pohon buah, tinggi 15-30 m. Pohon berbatang sedang ini tersebar di Asia Tenggara
dan Australia, di Jawa tumbuh liar di hutan atau ditanam di halaman dan dapat
ditemukan dari dataran rendah sampai 1.400 m dpi. Daun tunggal, bertangkai pendek,
bentuknya. bulat telur sungsang sampai lanset, panjang 9-25 cm, tepi rata agak
bergelombang, ujung meruncing, pangkal tumpul. Daun muda warnanya hijau muda,
setelah tua menjadi hijau tua. Buni berumah dua, bunga dalam tandan, keluar dari
ketiak daun atau di ujung percabangan. Buahnya kecil-kecil panjang sekitar 1 cm,
bentuknya elips berwarna hijau, biia masak menjadi ungu kehitaman dan rasanya
manis sedikit asam. Biji pipih dengan rusuk berbentuk jala. Daun muda rasanya
sedikit asam, dapat disayur atau dimakan mentah sebagai lalab. Buah muda dirujak
dengan buah lain, sedang yang masak dapat dimakan langsung, diekstrak dengan
brandi, dibuat selai atau sirop. Daunnya oteh pembuat jamu disebut mojar, biasa
dipakai untuk campuran ramuan jamu kesehatan. Perbanyakan dengan biji atau
okulasi.
Kandungan

Kulit batang dan akar tannin dan saponin

Daun mengandung: Friedelin ( C30H50O)

Buah mengandung: procyanidins
Penggunaan

Obat penutup luka
10 gram daun buni segar, dicuci, diumbuk sampai lumat, tempelkan pada luka
balut dengan kain yang bersih.

Obat jantung berdebar
Buah buni yang telah masak 25 buah, tambahkan daun muda kacapiring 6
lembar, daun sembung 10 lembar, kayu manis 1 jari, jahe 1/2 jari, gula enau 2
jari, cuci dan potong-potong seperlunya. Rebus dengan 4 gelas air bersih
sampai tersisa 2 gelas. Setelah dingin disaring, lalu diminum. Sehari 2 kali,
setiap kali 1 gelas.

Obat kurang darah
Buah buni yang telah masak 50 buah, asam kawak 2 jari, rimpang kunyit 3/4
jari, cuci lalu tumbuk sampai halus. Tambahkan 1/2 cangkir air minum & 1
sendok makan madu, aduk sampai rata. Peras dan saring, lalu diminum.
Lakukan 2-3 kali sehari

Obat sifilis
Buah buni yang telah masak 50 buah, daun sambiloto 50 lembar, daun ngokilo
7 lembar, daun paria hutan 10 lembar, daun pegagan 10 lembar, batang
brotowali 1 jari, gula enau 3 jari, dicuci dan dipotong potong seperlunya.
Tambahkan 4 gelas air bersih, rebus sampai airnya tersisa 2 1/4 gelas. Setelah
dingin disaring, lalu diminum. Sehari 3 x 3/4 gelas.

Obat kurang darah
Buah buni yang telah masak 50 buah, asam kawak 2 jari, rimpang kunyit 3/4
jari, dicuci lalu ditumbuk sampai halus. Tambahkan 1/2 cangkir air minum
dan 1 sendok makan madu, aduk sampai merata. Peras dan saring, minum.
Lakukan 2-3 kali sehari.
8. Morinda citrifolia
Nama indonesia : Mengkudu
Klasifikasi

Kingdom
: Plantae

Divisi
: Magnoliophyta

Kelas
: Magnoliopsida

Ordo
: Gentianales

Familia
: Rubiaceae

Genus
: Morinda

Species
: Morinda citrifolia

Nama binomial
: Morinda citrifolia L.
Ciri makroskopik

Tinggi tanaman mengkudu antara empat sampai enam meter

Berdaun hijau lebar

Berbuah sepanjang tahun

Tanaman mulai berproduksi sekitar delapan bulan sejak ditanam dan
berproduksi terus sampai 20 tahunan.

Daun tunggal, umumnya berhadapan dengan interpetiollar stipula yang sering
bersatu, atau kadang – kadang dalam lingkaran ) interpetiollar stipula berubah
menjadi daun dan jumlahnya bertambah

Pada permukaan dalam stipula umum terdapat kolleter yang menghasilkan
lendir dan melindungi pertumbuhan kuncup

biji dengan endosperm berlemak atau beramilum atau hemiselulosa, kadang –
kadang tanpa endosperm.

buah kapsula, bakka, drupa, atau shizokarpium
Kandungan

Antrakuinon : sebagai anti bakteri / anti jamur.

Tanin : antioksidan biologis

Scopoletin : Meregulasi tekanan darah, aktivitas bakteriostatik, Aktivitas anti
inflamasi yang bisa
untuk
mengobati
penyakit
asma
dan
bronkial,
meregulasi serotonin dan mengurangi gelisah dan depresi

Damnacanthal : Merupakan inhibitor aktivitas tirosin kinase tertentu. Kinase
terlibat dalam onkogenesis dan memerantarai transduksi dan memproses
sinyal - sinyal ekstraseluler dan intraseluler dan mengontrol pembelahan sel.

Xeronine dan Proxeronine : mengatur bentuk dan rigditas (kekerasan) protein
– protein spesifik yang terdapat di dalam sel. Protein abnormal  gangguan
homeostasis. Xeronine hadir dalam jumlah sedikit, proxeronine jadir dalam
jumlah besar. Proxeronine : prekursor xeronine

Morindan dan Morindin : Zat warna merah, Morindan dari kulit akar,
mengkudu, Morindin dari kulit batang dan akar mengkudu

Karoten : Disimpan dalam hati dan diubah menjadi vitamin A sesuai
kebutuhan

Glikosida : Banyak terdapat pada bunga mengkudu

Asam Askorbat
Penggunaan

Hipertensi : 2 buah mengkudu dibuang bijinya, parut; sebuah mentimun parut
dan peras. Tuangkan air mentimun ke ramuan mengkudu, beri gula aren dan 2
gelas air panas, saring. Untuk diminum 3 kali sehari.

Cacing gelang. 2 buah mengkudu masak dicuci, parut, beri sesendok makan
garam, peras dengan kain. Untuk diminum 3 kali sehari.

Melancarkan air seni. 2 buah mengkudu masak dicuci, parut, beri sesendok
makan garam, peras dengan kain. Untuk diminum 3 kali sehari.

Batuk. 2 buah mengkudu masak dicuci, parut, peras, beri gula batu dan sedikit
air perasan air jeruk nipis. Minum 3 kali sehari.

Diabetes. Beberapa helai daun mengkudu dicuci, rebus sampai matang. Makan
sebagai lalap.

Radang usus. 2 buah mengkudu matang dicuci, lumatkan, peras, beri madu.
Minum 2 kali sehari.

Diare pada anak. 2 helai daun mengkudu dicuci, olesi minyak goreng, garang
di atas api sampai layu. Tempelkan sehelai di perut, sehelai di punggung,
bebat dengan gurita.

Kulit bersisik. 1 buah mengkudu masak diremas lalu digosokkan pada kulit
yang bersisik, diamkan 15 menit, lalu dicuci dengan air hangat. (4)

Hepatitis. 2 buah mengkudu masak diparut, peras, campur dengan gula batu.
Minum 2 kali sehari.

Eksem. Cuci 1 buah mengkudu, sedikit kulit pohon mengkudu, akar
mengkudu lalu rebus bersama, dinginkan, lalu pakai untuk mencuci eksem. (4)

Ketombe. 2-3 buah mengkudu matang dilumatkan, beri air, peras, airnya
dipakai untuk keramas. Biarkan selama 5 menit, bilas dengan air. Gunakan
shampoo untuk menghilangkan baunya.

Encok, pegal linu. 5 helai daun mengkudu yang besar dicuci, olesi dengan
minyak kelapa, garang di atas api sampai layu, panas-panas ditempelkan ke
bagian yang sakit.

Masuk angin. Rebus 1 buah mengkudu, sepotong rimpang lengkuas dengan 2
gelas air sampai airnya tinggal setengah. Untuk diminum 2 kali sehari

Radang tenggrorokan dan amandel. Beberapa helai daun mengkudu dicuci,
rebus sampai matangd. Makan sebagai lalap. Namun setiap setengah jam
sekali berkumur dengan air ramuan.
9. Centella asiatica (L.) Urb.
Nama indonesia : Pegagan
Klasifikasi
 Divisi
: Spermatophyta
 Sub Divisi
: Angiospermae
 Kelas
: Dicotyledonae
 Bangsa
: Umbillales
 Suku
: Umbilliferaceae
 Marga
: Centella
 Jenis
: Centella asiatica Urb.
Ciri makroskopik
 Habitus : Herba, tahunan, menjalar, panjang ±10cm
 Batang : Tidak berbatang
 Daun : Tunggal, tersusun dalam roset akar, dua sampai sepuluh, bentuk
ginjal, pangkal membulat, tepi beringgit, diameter 1-7 cm, tersusun dalam
roset yang terdiri atas 2 - 10 helai daun, kadang-kadang agak berambut,
pertulangan menyirip, tangkai 1-5 cm, hijau.
 Bunga : Majemuk, bentuk payung, di ketiak daun, tangkai ± 3cm, daun
pelindung dua, bulat telur, panjang ± 4mm, hijau kekuningan, mahkota
bentuk terompet, panjang ± 1 ½cm, lebar ± 8mm, biru muda.
 Buah : Pipih, berlekuk dua, berusuk, ungu kecoklatan.
 Akar : Tunggang, bulat, putih
Kandungan
 Asam Sentelat
 Asiatikosida
 Brahmic acid
 Madasiatic acid
 Asam Asiatat
 Asam Elaiodat
 Iso-Tankunisida.
 Garam-garam mineral seperti garam
kalium, natrium, magnesium,
kalsium, besi, vellarine, zat samak
Penggunaan
 Lepra
Segenggam pegagan segar, cuci, rebus dengan 2 gelas air sampai menjadi
3/4 gelas. Minum 3 kali @ 3/4 gelas per hari.
 Peluruh air seni
Digunakan ± 15gram serbuk daun Centella asiatica, diseduh dengan ½
gelas air matang panas setelah dingin disaring. Hasil saringan diminum
sekaligus.
 Hipertensi
20 helai daun pegagan segar rebus dengan 2 gelas air sampai menjadi 3/4
gelas, saring, minum 3 kali @ 3/4 gelas.
 Demam
Segenggam pegagan dicuci, lumatkan, beri 3/4 gelas air dan garam, aduk,
saring. Minum pagi hari sebelum sarapan.
 Batuk
Segenggam pegagan segar, cuci, lumatkan, beri air 3/4 gelas dan gula batu,
aduk, saring. Minum sekali sehari sampai sembuh.
 Mimisan
Segenggam daun pegagan dicuci, rebus dengan 3/4 gelas air, saring,
minum. Ulangi 3 kali sehari.
 Menambah nafsu makan
Segenggam daun pegagan segar dicuci, rebus dengan 2 gelas air sampai
airnya tinggal segelas. Minum sehari segelas.
 Keputihan
Cuci 15-30g herba pegagan segar sampai bersih. Tambahkan 3 gelas air,
lalu rebus sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring dan air
saringannya diminum sehari 2 kali, masing-masing 1/2 gelas.
 Pembengkakan hati (liver)
Cuci 5 ons pegagan segar, lalu rebus dalam air secukupnya sampai
mendidih (selama 15 menit). Setelah dingin, airnya diminum seperti teh.
Lakukan setiap hari secara rutin.
10. Gynura procumbens (Lour.) Merr
Nama indonesia : Daun dewa, beluntas
Klasifikasi

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Bangsa : Asterales

Suku : Asteraceae

Marga : Gynura

Jenis
: Gynura procumbens (Lour.) Merr.
Ciri makroskopik

Perbungaan : Perbungaan dengan susunan bunga majemuk cawan, 2- 7 cawan
tersusun dalam susunan malai (panicula) sampai malai rata (corymb), setiap
cawan mendukung 20-35 bunga, ukuran panjang 1,5- 2 cm, lebar 5-6 mm.

Bunga : Tangkai karangan dan tangkai bunga gundul atau berambut pendek,
tangkai karangan 0,5- 0,7 cm. Brachtea involucralis dalam berbentuk garis
berujung runcing atau tumpul, panjang 0,3 - 1 cm. Lebar 0,6 - 1,7 cm, gundul,
ujung berwama hijau atau coklat kemerahan. Mahkota merupakan tipe tabung,
panjang 1 - 1,5 cm, jingga kuningan atau jingga. Benang sari berbentuk jarum,
kuning, kepala sari berlekatan menjadi satu.

Buah : Buah berbentuk garis, panjang 4 - 5 mm, coklat.
Kandungan

Senyawa flavonoid, tanin, saponin, steroid (triterpenoid)

Metabolit sekunder : asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam pkumarat, asam p-hidroksi benzoat
Penggunaan
DAUN :
Luka terpukul, melancarkan sirkulasi, menghentikan perdarahan (Batuk darah,
muntah darah, mimisan), pembengkakan payudara, infeksi kerongkongan, tidak
datang haid, digigit binatang berbisa.
UMBI :
Menghilangkan bekuan darah (haematom) pembengkakan, tulang patah (Fraktur),
perdarahan sehabis melahirkan.
PEMAKAIAN : 15-30 gram daun segar, direbus atau ditumbuk kemudian diperas,
minum.
PEMAKAIAN LUAR : Secukupnya tumbuhan ini dilumatkan sampai seperti bubur,
ditempelkan ke tempat yang sakit.
KEGUNAAN :
1. Digigit ular / digigit binatang lain:
Umbi dilumatkan kemudian ditempelkan di tempat kelainan.
2. Kutil :
5 lembar daun dewa dihaluskan, dan dilumurkan pada tempat
berkutil, kemudian dibalut. Dilepas keesokan harinya.
CARA PEMAKAIAN:
1. Luka terpukul, tidak datang haid:
15-30 gram herba direbus atau ditumbuk, diambil airnya, campur
dengan arak yang sudah dipanaskan, minum.
2. Perdarahan pada wanita, pembengkakan payudara, batuk dan
muntah darah :
1 (satu) batang lengkap (15 gram) direbus, minum.
3. Kejang pada anak:
1 batang ditumbuk ambil airnya, dicampur arak, minumkan.
4. Luka terpukul, masuk angin:
6-9 gram umbi segar ditambah arak kuning (wong ciu) secukupnya,
kemudian dipanaskan, minum.
11.
Artemisia vulgaris, L.
Nama indonesia : Sudamala, jukut lokotmala
Klasifikasi
 Kingdom
: Plantae
 Superdivisio : Spermatophyta
 Divisio
: Magnoliophyta
 Kelas
: Magnoliopsida
 Sub-kelas
: Asteridae
 Ordo
: Asterales
 Familia
: Asteraceae
 Genus
: Artemisia
 Spesies
: Artemisia vulgaris L.

Kerabat dekat : Anuma, Mungi arab, Purwoceng gunung
Ciri makroskopik

Ciri umum : Bau aromatik lemah, rasa agak pahit, berambut halus dan berbau
tajam, semak menahun.

Batang : Setengah berkayu, percabangan banyak, beralur dan berambut,
tumbuh tegak, tinggi mencapai 1 m.

Daun : Daun tunggal, berbentuk bulat-telur dengan tepi berbagi, menjari,
ujung meruncing, kedua permukaan daun berambut halus. Warna daun hijau,
di bagian bawah warna lebih putih, duduk berseling, panjang 8-12 cm, lebar 68 cm.

Bunga : Bunga majemuk, kecil-kecil, warna kuning muda berbentuk bonggol
tersusun dalam rangkaian berbentuk malai yang tumbuh menunduk, keluar
dari ketiak daun dan ujung tangkai.

Buah : Kotak, bentuk jarum, kecil, cokelat.

Biji : Kecil, cokelat.
Kandungan
 Minyak menguap (Phellandrene, cadinene, thujvl alkohol), alfa-amirin, Alfathujone, fernenol, borneol, dehydromatricaria ester, cineole, linalool, terpinen4-ol, beta- karyophyllene, 1-quebrachitol,dan camphor.
 Akar dan batang : Inulin (mengandung artemose)
 Cabang kecil : Oxytocin, yomogi alkohol, dan ridentin.
 Daun: mengandung saponin, flavonoida, polifenol, tanin, skopoletin, dan
isoskopoletin.
 Komposisi kuantitatif dan kualitatif bervariasi sangat tergantung pada tanah,
iklim, waktu pemupukan dan masa panen.
Penggunaan

Daun segar yang digiling halus : pemakaian luar, misalnya pada luka berdarah,
bisul, borok dan penolak serangga.

Daun baru cina yang direbus : digunakan untuk mandi atau mengompres leher
yang kaku (tortikolis).

Teh daun baru cina:
1. Daun baru cina yang sudah diiris tipis diambil sebanyak 1 sendok teh.
2. Seduh bahan tersebut dengan 1 cangkir air panas, biarkan sampai dingin
3. Tambahkan madu untuk menambah rasa.
4. Sehari minum 3-4 kali, masing-masing 2 sendok teh.
5. Khasiatnya sebagai tonik, stimulan, diaforetik, dan emenagog.

Pemakaian luar sebagai Moksa
Daun dikeringkan, lalu digulung menyerupai cerutu.
Penggunaan :
Moksa dibakar sampai ujungnya menyala seperti cerutu, lalu digunakan untuk
memanasi titik akupunktur tertentu seperti pada nyeri lambung, tidak nafsu
makan, pendengaran kurang, kelumpuhan otot, sesak napas, pembengkakan
kronis hati dan limpa, penyakit tulang belakang, skrofula, pleuritis, rematik,
ekzema, dan gatal-gatal (pruritus).
12. Ruta chalepensis L. var angustifiola.
Nama indonesia : Aruda, godong minggu
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Sapindales
Famili: Rutaceae (suku jeruk-jerukan)
Genus: Ruta
Spesies: Ruta angustifolia (L.) Pers
Ciri makroskopik

Batang berkayu, silindris, ramping, percabangan banyak, lemah

Daun majemuk menyirip rangkap ganjil tidak bertangkai; helaian anak daun
berbentuk lanset atau jorong memanjang

Bunga majemuk dalam malai rata keluar di ujung ranting, kelopak bentuk
segitiga, putik satu putih, benang sari delapan, duduk pada dasar bunga, kepala
sari kuning, mahkota berbentuk mangkok warna kuning terang

Buah kecil, lonjong, terbagi menjadi 4 - 5 kotak, warnanya cokelat. biji kecil
berbentuk ginjal, warnanya hitam.

Secara mikroskopik, Fragmen pengenal adalah epidermis bawah; fragmen
epidermis atas; fragmen mesofil dengan kelenjar minyak; hablur kalsium
oksalat lepas; fragmen berkas pembuluh; serabut perisikel; fragmen pembuluh
kayu dengan penebalan tangga dan spiral.
Kandungan

Minyak atsiri mengandung : Metil-noniketone sampai 90%, ketone pinena,
edulinine, rhamno glikosid

Kulit bijinya mengandung : Kabosaginine, skimmianine
Penggunaan
1. Demam
Sebanyak 1/2 genggam herba inggu segar dicuci bersih lalu direbus
dengan 3 gelas air bersih sampai air rebusannya tersisa 3/4 bagian.
Setelah dingin Lalu disaring, dapat ditambah madu sebelum diminum.
Sehari 3 kali, masing-masing 3/4 gelas.
2. Kejang pada anak
a. Sebanyak 15 - 20 g daun inggu segar dicuci bersih Lalu potongpotong seperlunya. Rebus dengan 2 gelas air bersih sampai
tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, dibagi untuk 2 kali minum,
yaitu pagi dan sore hari.
b. Sebanyak 10 lembar daun inggu dicuci bersih dan digiling sampai
halus. Tambahkan cuka seperlunya, remas sampai merata. Setelah
selesai, adonan tadi dipakai untuk mengompres ubun-ubun anak
yang sedang kejang.
3. Nyeri ulu hati :
Sebanyak 1 5 g herba inggu segar dicuci dan direbus dengan 3
gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, Lalu
diminum sekaligus.
4. Merangsang haid :
Sebanyak 28 g herba inggu kering direbus dengan 3 gelas air bersih
sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, siap untuk dirninum.
Setiap kali minum cukup 1/2 gelas.
5. Kecikukan :
Sebanyak 3/5 genggam daun inggu dicuci, Lalu direbus dengan 3
gelas air bersih sampai airnya menjadi 3/4 bagian. Setelah dingin
disaring, siap untuk diminum. Sehari 3 kali, masing-masing 3/4 gelas.
Setiap kali minum dapat ditambah madu secukupnya.
6. Sakit telinga
Tiga genggam daun inggu segar dicuci bersih lalu dibilas dengan air
matang. Tumbuk sampai halus, kemudian peras dengan sepotong
kain. Air perasannya diteteskan pada telinga yang sakit.
7. Sakit kepala :
Satu genggam daun inggu segar dicuci bersih lalu ditumbuk sampai
lumat. Hasilnya dibagi dua sama banyak, tempelkan pada kedua
pelipis.
8. Sakit gigi :
Tiga lembar daun inggu segar dicuci bersih Lalu dibilas dengan air
matang. Lumatkan dengan jari sampai lunak. Masukkan ke dalam
lubang gigi lalu ditutup dengan kapas.
9. Ketombe, gudig :
Segenggarn daun segar, sepotong kunyit dan 1 sendok teh beras
dicuci bersih Lalu digiling halus sampai seperti bubur. Gosokkan
pada kulit kepala atau kulit yang terkena gudig.
10. Bisul
Segenggam daun inggu dicuci bersih lalu digiling halus. Hasil
gilingannya diperas dan air perasannya ini dicampur dengan bubuk
indigo. Gunakan untuk memoles bisul.
11. Hepatitis ;
Daun inggu segar sebanyak 1/3 genggam dicuci bersih, Lalu
tambahkan 3 gelas air bersih kemudian direbus sampai aimya tersisa
separo.
13. Myristica fragrans
Nama indonesia : Pala
Klasifikasi

Kingdom

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisio : Spermatophyta

Divisio
: Magnoliophyta

Kelas
: Magnoliopsida

Subkelas
: Magnolidae

Orde
: Magnoliales

Famili
: Myristicaceae

Genus
: Myristica

Spesies
: Myristica fragrans
: Plantae
Ciri makroskopik

Pohon : Pohon bertajuk
rimbun dengan tinggi hingga 18 cm, kulit kayu kasar
berwarna cokelat kehitaman, cabang-cabang pohon mendatar.

Daun : Bulat telur, elip lonjong ujungnya lancip hingga runcing, permukaan atas
berwarna hijau gelap, mengkilat, berbintik-bintik halus, daun muda berbulu pendek.

Bunga : Perbungaan berupa malai, berbentuk payung, bunga berwarna kuning terang,
bunga jantan dan bungan betina terpisah

Buah : Bentuk agak bulat, licin, panjang 3-6 cm, lebar sekitar 3-5,5 cm., berbentuk
drupa menggantung, bentuk hampir sama dengan buah aprikot, berwarna kuning. Bau
yang harum, rasa hangat. Buah matang akan terbelah dua, menampakkan arilus yang
berwarna merah pekat. Kulit buah pala (Myristicae pericarpium) memiliki bau yang
aromatis, ras agak pedas, dan menimbulkan rasa teba di lidah

Buah kering : Kulit buah sangat keras, permukaan luar dan dalam berwarna cokelat
hingga cokelat kehitaman., permukaan luar berkerut-kerut.
Kandungan

Miristisin (5-metoksi safrol)

Borneol

β-caryophyllene

Safrol

metil eugenol

cinnamaldehid
Penggunaan

Akar

Batang : Meredakan demam dan mengobati diare.

Daun : Mengobati sakit gigi.

Biji
: Mengobati penyakit kudis
: Sebagai rempah-rempah untuk bumbu masakan.
Minyak pala dari biji dapat digunakan untuk memberi rasa pada produkproduk makanan, untuk mengobati berbagai gangguan pencernaan, gangguan
psikologis dan gangguan sistem urin.
Mentega pala yang dapat digunakan sebagai bumbu pelengkap hidangan dan
karminatifum. Dalam bentuk sediaan
salep,
mentega
pala
berfungsi
menyembuhkan reumatik dan sebagai antiiritasi.

Seluruh bagian : untuk mengobati sakit kepala, dapat juga digunakan
penyubur rambut.

Maag
Ramuan:
Biji Pala (serbuk) 1 gram
Buah Pisang Batu (serbuk) 6 gram
Air 100 ml
Cara pernbuatan:
diseduh.
Cara pemakaian:
Diminum 1 kali sekali 100 ml.
Lama pengobatan:
Diulang selama 30 hari.
untuk

Menghentikan Muntah dan Mulas
Ramuan:
Biji Pala (serbuk) 1 sendok teh
Garam sedikit
Air secukupnya
Cara pembuatan:
Diseduh.
Cara pemakaian:
Diminum bersama ampasnya.

Suara Parau (Serak)
Ramuan:
Biji Pala (serbuk) 2 butir
Rimpang Jahe (dikukur) 3 rimpang
Bunga Kuncup Cengkih (serbuk) 7 biji
Air 50 ml
Cara pembuatan:
Diseduh.
Cara pernakaian:
Diborehkan pada leher; bila perlu, ditambah minyak kayu putih sedikit.
Lama pengobatan:
Diperbarui setiap 3 jam.

Peringatan :
Tidak dianjurkan penggunaan dengan takaran berlebihan.
14. Rauwolfia serpentine
Nama indonesia : Pule pandak
Klasifikasi

Sinonim
: Hunteria sundana Miq.; Ophyoxilon obversum Miq

Divisi
: Spermatophyla

Sub divisi
: Angiospermae

Kelas
: Dicotyledonae

Bangsa
: Apocynales

Suku
: Apocynaceae

Marga
: Rauwolfia

Jenis
: Rauwolfia serpentina
Ciri makroskopik

Perdu tegak, tahunan, tinggi mencapai 1 m, bergetah, batang silindris,
percabangan warna cokelat abu-abu, mengeluarkan cairan jernih bila
dipatahkan.

Daun tunggal, bertangkai pendek, duduk berkarang atau berhadapan bersilang,
bentuk taji atau bulat telur memanjang, ujung runcing, pangkal menyempit,
tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas hijau, permukaan bawah
warnanya lebih muda.

Perbungaan majemuk, bentuk payung yang keluar dari ujung tangkai, Pada
masa vegetatif, satu ruas terdiri dari 3 daun. Mahkota bunga bagian luar putih,
bagian dalam beralur kemerahan, membentuk tabung kecil dengan bagian
tengah berbentuk pundi-pundi.

Buahnya buah batu, bulat telur, masih muda hijau bila masak warnanya hitam.

Akar panjang dan besar.

Pule pandak kadang ditemukan di pekarangan rumah sebagai tanaman hias,
namun lebih sering tumbuh liar di ladang, hutan jati, atau tempat lainnya
sampai ketinggian 1.000 m dpl
Kandungan

Akar mengandung 3 grup alkaloid, yang jenis dan jumlahnya tergantung dari
daerah asal tumbuhnya. Grup I termasuk alkaline kuat (quarterary ammonium
compound): serpentine, serpentinine, sarpagine, dan samatine. Grup II (tertiary
amine derivate):
yohimbine,
ajmaline,
ajmalicine,
tetraphylline,
dan
tetraphyllicine. Grup III termasuk alkaline lemah (secondary amities):
reserpine, rescinnamine, deserpidine, raunesine, dan canescine.

Reserpine berkhasiat hipotensif

Ajmaline, serpentine, dan rescinnamine berkhasiat sedatif

Yohimbine merangsang pembentukan testosteron yang dapat membangkitkan
gairah
seks.
Berperan
pula
sebagai
antiinflamasi,hipotensif,
analgesik,antipiretik.
Penggunaan
1. Tekanan darah tinggi
Akar pule pandak sebanyak 50 g direbus dengan 3 gelas air sampai
tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring. Minumlah pagi dan sore hari,
masing-masing 1/2 gelas.
2. Sakit pinggang
Akar pule pandak sebanyak 50 g direndam dalam 1 gelas arak
selama 1 malam. Keesokan harinya diminum sekaligus, setelah
makan.
3. Sakit tenggorok
Akar pule pandak secukupnya setelah dicuci bersih lalu diiris tipistipis. Bahan tersebut lalu diisap-isap dalam mulut.
4. Sakit kepala, susah tidur, pusing, demam, radang kandung empedu,
memar, digigit ular berbisa, kurang nafsu makan, dan sakit perut.
Gunakan akar pule pandak sebanyak 10 - 15 g direbus dengan 3
gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring lalu diminum
2 kali, pagi dan sore, masing-masing 1/2 gelas.
5. Nyeri perut
Akar pule pandak dan pinang secukupnya dikunyah, airnya ditelan
dan ampasnya dibuang.
6. Demam, muntah-muntah
Akar pule pandak kering sebanyak 15 g dipotong kecil-kecil lalu
diremas-remas dalam 1 gelas air masak. Airnya ini diminum sekaligus.
7. Influenza
Daun pule pandak segar sebanyak 25 g dicuci lalu direbus dengan
3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum
sekaligus.
8. Digigit ular, memar
Daun pule pandak segar dicuci bersih lalu digiling halus. Bubuhkan
pada tempat yang sakit, lalu dibalut. Ganti 2 kali sehari.
9. Luka berdarah
Daun muda pule pandak segar secukupnya dicuci bersih lalu digiling
halus. Bubuhkan pada luka lalu dibalut.
10. Diare
Akar pule pandak segar sebanyak 2 g diiris tipis-tipis. Tambahkan
1/4 sendok teh garam, sambil diaduk merata. Akar ini kemudian
dikunyah dan airnya ditelan.
EFEK SAMPING :
Jarang terjadi efek samping yang berat. Penekanan sentral menimbulkan gejala sakit
kepala, mimpi buruk, rasa lelah, dan tidur tak nyenyak. Pada jantung dan pembuluh
darah menimbulkan gejala denyut jantung melambat, hidung tersumbat, dan kadang
gagal jantung (jarang terjadi). Pada sistem pencernaan menyebabkan mulut kering,
kontraksi lambung dan usus meningkat, sering buang air besar, atau diare.
CATATAN :
- Pule pandak meningkatkan keluarnya asam lambung sehingga dapat
menyebabkan perdarahan lambung.
- Penderita dengan penyakit lambung dan kondisi badan lemah jangan
minum rebusan pule pandak.
15. Catharanthus roseus (L.) G. Don
Nama indonesia : Tapak dara
Klasifikasi

Kingdom

Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)

Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Divisio
: Magnoliophyta (berbunga)

Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Subkelas
: Asteridae

Ordo
: Gentianales

Familia
: Apocynaceae

Genus
: Catharanthus

Spesies
: Catharanthus roseus (L.) G. Don
: Plantae (tumbuhan)
Ciri makroskopik

Terna tahunan

Tinggi sekitar 0,25 - 1 m

Memiliki getah putih

Bunga berbentuk terompet, terdiri dari 5 kelopak, berwarna merah muda atau
putih, lebar 3-4 cm

Panjang polong 2 – 2,5 cm, biji banyak berwarna hitam

Daun bulat telur, berwarna hijau tua, berukuran 2-4 cm, kedua permukaannya
mengkilap dan halus
Kandungan
Di dalam tanaman Catharanthus roseus terdapat > 70 alkaloid.
Alkaloid indol :

Vinkristin (VCR)

Vinblastin (VBL)

Leukokristin (LC)
Alkaloid lainnya :

Leurosin, Catharantine : Menurunkan kadar gula darah

Ajamalicine : Menurunkan tekanan darah

Vinblastin : Penyakit Hodgkin’s (kanker akibat kelenjar limfa, pankreas, dan
hati)

Vinkristin : Leukemia pada anak, lilfoma, kanker paru-paru, kanker serviks,
dan kanker payudara.
Penggunaan
1. Diabetes mellitus (sakit gula/kencing manis)
a. Bahan: 10 - 16 lembar daun tapakdara
Cara membuat: direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih hingga
tinggal 1 gelas
Cara menggunakan: setelah dingin diminum, diulangi sampai
sembuh.
b. Bahan: 35 - 45 gram daun tapakdara kering, adas pulawaras
Cara membuat: bahan tersebut direbus dengan 3 gelas air sampai
mendidih hingga tinggal 1 gelas
Cara menggunakan: setelah dingin diminum, diulangi sampai
sembuh.
c. Bahan: 3 lembar daun tapakdara, 15 kuntum bunga tapakdara
Cara membuat: direbus dengan 4 gelas air sampai mendidih hingga
tinggal 1,5 gelas
Cara menggunakan: diminum pagi dan sore setelah makan.
2. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
a. Bahan: 15 - 20 gram daun tapakdara kering, 10 gram bunga krisan
Cara membuat: direbus dengan 2,5 gelas air sampai mendidih dan
disaring.
Cara menggunakan: diminum tiap sore.
b. Bahan: 7 lembar daun atau bunga tapakdara
Cara membuat: diseduh dengan 1 gelas air dan dibiarkan beberapa
saat dan disaring
Cara menggunakan: diminum menjelang tidur.
3. Leukimia
Bahan: 20-25 gram daun tapakdara kering, adas pulawaras.
Cara membuat: direbus dengan 1 liter air dan disaring.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
4. Asma dan bronkhitis
Bahan: 1 potong bonggol akar tapakdara
Cara membuat: direbus dengan 5 gelas air.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
5. Demam
Bahan: 1 genggam (12 -20 gram) daun tapakdara, 3 potong batang
dan akar tapakdara
Cara membuat: direbus dengan 4 gelas air sampai mendidih hingga
tinggal 1,5 gelas.
Cara menggunakan: diminum pagi dan sore ditambah gula kelapa.
6. Radang Perut dan disentri
Bahan: 15 - 30 gram daun tapakdara kering
Cara membuat: direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih.
Cara menggunakan: diminum pagi dan sore dan ditambah dengan
gula kelapa.
7. Kurang darah
Bahan: 4 putik bunga tapakdara putih.
Cara membuat: direndam dengan 1 gelas air, kemudian ditaruh di luar
rumah semalam.
Cara menggunakan: diminum pagi hari dan dilakukan secara teratur.
8. Tangan gemetar
Bahan: 4 - 7 lembar daun tapakdara
Cara membuat: diseduh dengan 1 gelas air panas dan disaring.
Cara menggunakan: diminum biasa.
9. Gondong, bengkak, bisul dan borok
Bahan: 1 genggam daun tapakdara
Cara membuat: ditumbuk halus.
Cara menggunakan: ditempelkan pada luka bakar.
10. Luka bakar
Bahan: beberapa daun tapak dara, 0,5 genggam beras.
Cara membuat: direndam dengan air, kemudian ditumbuk
bersama-sama sampai halus.
Cara menggunakan: ditempelkan pada luka bakar.
11. Luka baru
Bahan: 2 - 5 lembar daun tapakdara
Cara membuat: dikunyah sampai lembut.
Cara menggunakan: ditempelkan pada luka baru.
16. Alstonia Scholaris
Nama indonesia : Kayu gabus, pulai, lame
Klasifikasi

Kingdom

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisio : Spermatophyta

Divisio
: Magnoliophyta

Kelas
: Magnoliopsida

Sub-Kelas
: Asteridae

Ordo
: Gentianales

Familia
: Apocynaceae

Genus
: Alstonia

Spesies
: Alstonia scholaris (L.) R.Br.
: Plantae
Ciri makroskopik

Akar : Tunggang dan berwarna cokelat

Batang : Berkayu, tegak, dan berwarna hijau gelap, percabangan menggarpu

Daun : Daun terpusar 4-9 helai, tunggal, bentuk lonjong sampai lanset atau
bentuk lonjong sampai bundar telur sungsang, ujung membulat, pangkal
runcing,tepi rata. Pertulangan menyirip, permukaan atas licin sedangkan
permukaan bawah buram.

Buah : Bumbung, bentuk pita, panjang 20-50mm, berwarna putih

Biji : Kecil, panjang 1,5-2 cm, berwarna putih, berambut pada bagian tepinya
dan berjambul pada bagian ujungnya.
Kandungan

Alstonin
:
Anti-malaria,
anti-kanker,
anti-psikotik,
anxiolitik,
dan
schizoprenia.

Ekitamin klorid : Anti-kanker, kemunduran pertumbuhan tumor, dan
fibrosarcoma.

Villalstonin : Antiamoeba, antiplasmodial, dan antikanker khususnya kanker
paru-paru

Lupeol asetat : Antifertilitas.
Penggunaan
1. Demam
a. Kulit batang pulai sebanyak 3 g dicuci bersih lalu direbus dengan
1 gelas air selama 15 menit. Setelah dingin disaring, tambahkan 1
sendok makan madu lalu diaduk merata. Minum sekaligus.
b. Kulit batang bagian dalam diremas-remas dengan daun kelici
(Caesalpinia crista Linn.) dan daun sembung, tambahkan sedikit
air. Peras dan saring, minum.
2. Malaria
Kulit batang pulai yang sudah digiling menjadi bubuk, diambil
sebanyak 2 sendok makan. Rebus dengan 2 gelas air bersih sampai
tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum sekaligus. Lakukan
setiap hari sampai sembuh. Selama minum obat ini, hindari makanan
yang asam dan pedas. Bila penyakitnya berat, gunakan kulit pulai
hitam.
3. Diare : Minumlah rebusan kulit batang pulai.
4. Memperkuat lambung :
Kulit batang pulai lapisan sebelah dalam diremas-remas dalam air,
minum.
5. Perut kembung, limpa membesar :
Kulit batang pulai bagian dalam. diremas-remas dengan cuka, lalu
minum.
6. Darah tinggi :
Kulit batang pulai 1/4 jari, daun kumis kucing dan daun poncosudo
sebanyak 1/5 genggam, daun pegagan, dan daun meniran masingmasing 1/4 genggam, buah ketapang 1 buah, gula enau 3 jari.
Semua bahan dicuci lalu dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan
3 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin disaring,
dibagi untuk 3 kaii minum. Setiap kaii minum cukup 3/4 gelas.
7. Kencing manis
Kulit batang pulai sebanyak 2 jari, dicuci lalu dipotong-potong
seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa
separonya. Setelah dingin disaring, minum 1/2 jam sebelum makan.
Sehari 2 kali, masing-masing 3/4 gelas.
8. Membangkitkan selera makan
Sebanyak 10 g bubuk dari kulit batang pulai diseduh dengan air
mendidih. Tambahkan air perasan 1 buah jeruk limau, 1 sendok
makan madu dan sedikit garam, aduk merata. Setelah dingin
diminum sekaligus.
9. Borok bernanah
Daun pulai kering digiling menjadi serbuk. Taburkan pada borok
bernanah setelah dibersihkan terlebih dahulu. Lakukan 2 kali sehari,
sampai sembuh.
10. Beri-beri
Ambil daun pulai yang masih muda sebanyak 16 lembar, masukkan
ke dalam bambu, lalu direbus dengan air,bersih. Air rebusannya
diminum pada pagi hari. Lakukan setiap hari sampai sembuh.
11. Wanita setelah melahirkan (untuk membersihkan organ dalam)
a. Sediakan daun pulai dan rimpang jahe yang segar secukupnya,
lalu cuci bersih. Buat menjadi jus atau ditumbuk sampai halus.
Saring dan peras, airnya lalu diminum.
b. Kulit pulai dibersihkan, tambahkan sepotong kunyit, sedikit jahe
dan separo buah pala. Rebus dengan cuka encer pada periuk
tanah yang tertutup rapat. Setelah mendidih diangkat. Minum
selagi hangat.
12. Sakit badan dan dada
Gunakan akar pulai yang dikunyah dengan pinang. Balurkan pada
badan yang sakit.
17. Annona muricata L.
Nama indonesia : sirsak
Klasifikasi

Kingdom

Subkingdom : Tracheobinta – Tanaman vaskular

Superdivisi
: Spermatophyta – Tanaman berbiji

Divisi
: Magnoliophyta – Tanaman berbunga

Kelas
: Magnoliopsida

Subkelas
: Magnoliidae

Orde
: Magnoliales

Famili
: Annonaceae

Genus
: Annona

Species
: Annona muricata
: Plantae
Ciri makroskopik

Bunga : 3 petal terluar berwarna hijau kekuningan dengan panjang 3,5 – 5 cm,
3 petal selanjutnya kuning – kuning pucat, bunga tunggal dalam berkas 1-2
berhadapan atau disamping daun, panjang stamen 4-5 mm

Buah : Berat sekitar 6,8 kg, Ukuran beragam, panjang 10-30 cm, lebar sekitar
15 cm, bentuk seperti hati, melengkung, kadang bergelombang. Kulit pahit,
berwarna hijau gela saat mentah, hijau kekuningan setelah matang, dan lunak,
buah tersegmen, tiap segmen berbentuk oval, halus, dan keras

Daun : Halus, mengkilap, hijau (bagian bawah warnanya lebih terang. Bentuk
oblong sampai elips dan meruncing diujungnya

Akar : Tunggang
Kandungan

Buah : Karbohidrat (terutama fruktosa), vitamin C, vitamin B1 dan B2

Kulit : Alkaloid (muricine dan nuricine)

Daun : Minyak atsiri, renin, KCl, tanin, sedikit alkaloid, Isolat golongan asam
fenolat, Isolat golongan flavanoid
Penggunaan
Ambeien
Bahan: buah sirsak yang sudah masak;
Cara membuat: diperas untuk diambil airnya sebanyak 1 gelas;
Cara menggunakan : diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
Sakit Kandung Air Seni
Bahan: buah sirsak setengah masak, gula dan garam secukupnya;
Cara membuat: semua bahan tersebut dimasak dibuat kolak;
Cara menggunakan : dimakan biasa, dan dilakukan secara rutin setiap hari selama 1
minggu berturut-turut.
Bayi Mencret
Bahan: buah-sirsak yang sudah masak;
Cara membuat: buah sirsak diperas dan disaring untuk diambil airnya;
Cara menggunakan : diminumkan pada bayi yang mencret sebanyak 2-3 sendok
makan.
Anyang-anyangen (sering kecing tetapi sedikit dan terasa sakit)
Bahan: sirsak setengah masak dan gula pasir secukupnya;
Cara membuat: sirsak dikupas dan direbus dengan gula bersama-sama dengan air
sebanyak 2 gelas; Cara menggunakan : disaring dan diminum.
Sakit Pinggang
Bahan: 20 lembar daun sirsak;
Cara membuat: direbus dengan 5 gelas air sampai mendidih hingga tinggal3 gelas;
Cara menggunakan : diminum 1 kali sehari 3/4 gelas.
Bisul
Bahan: daun sirsak yang masih muda secukupnya;
Cara membuat: ditumbuk halus dan ditambah 1/2 sendok air, diaduk sampai merata;
Cara menggunakan : ditempelkan pada bagian bisul.
18. Andrographis paniculata (Burm. F.) Wall. Ex. Nees
Nama indonesia : Sambiloto
Klasifikasi

Divisi
: Spermatophyta

Sub divisi
: Angiospermae

Kelas
: Dicotyledonae

Bangsa
: Solanales

Suku
: Acanthaceae

Marga
: Andrographis

Jenis
: Andrographis paniculata
Ciri makroskopik

Habitus: herba

Batang : hijau, berkayu, pangkal bulat, monopodial, kwadrangularis

Daun : hijau, tunggal, lanset, bersilang berhadapan, tulang menyirip, panjang
± 5 cm, lebar ± 1 ½ cm

Bunga : majemuk, rasemosa, tumbuh dari ketiak daun, benang sari dua, putik
pendek

Buah : bulat panjang, ujung runcing, masih muda hijau setelah tua coklat

Biji
: kecil, bulat

Akar
: tunggang, putih kecoklatan
Kandungan

Saponin, flavonoid, alkaloid, tanin

Komponen utama : Andrografolid

Daun dan batang : Deoksiandrografolid,neoandrografolid,14-deoksi-11-12didehidro andrografolid, homoandrografolid

Akar : Polimetoksiflavon, panikulin
Penggunaan
1. Tifoid
Daun sambiloto segar sebanyak 10 - 15 lembar direbus dengan 2
gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, tambahkan
madu secukupnya lalu diminum sekaligus. Lakukan 3 kali sehari.
2. Disentri basiler, diare, radang saluran napas, radang paru
Herba kering sebanyak 9 - 15 g direbus dengan 3 gelas air sampai
tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring. Air rebusannya diminum
sehari 2 kali, masing-masing 1/2 gelas.
3. Disentri
Herba krokot segar (Portulaca oleracea) sebanyak 500 g diuapkan
selama 3 - 4 menit, lalu ditumbuk dan diperas. Air perasan yang
terkumpul ditambahkan bubuk kering sambiloto sebanyak 10 g
sambil diaduk. Campuran tersebut lalu diminum, sehari 3 kali
masing-masing 1/3 bagian.
4. Influenza, sakit kepala, demam
Bubuk kering sambiloto sebanyak 1 g diseduh dengan cangkir air
panas. Setelah dingin diminum sekaligus, Lakukan 3 - 4 kali sehari.
5. Demam
Daun sambiloto segar sebanyak 1 genggam ditumbuk. Tambahkan
1/2 cangkir air bersih, saring lalu minum sekaligus. Daun segar yang
digiling halus juga bisa digunakan sebagai tapal badan yang panas.
6. TB paru
Daun sambiloto kering digiling menjadi bubuk. Tambahkan madu
secukupnya sambil diaduk rata lalu dibuat pil dengan diameter 0,5
cm. Pil ini Ialu diminum dengan air matang. Sehari 2 - 3 kali, setiap
kali minum 15 - 30 pil.
7. Batuk rejan (pertusis), darah tinggi
Daun sambiloto segar sebanyak 5 - 7 lembar diseduh dengan 1/2
cangkir air panas. Tambahkan madu secukupnya sambil diaduk.
Setelah dingin minum sekaligus. Lakukan sehari 3 kali.
8. Radang paru, radang mulut, tonsilitis
Bubuk kering herba sambiloto sebanyak 3 - 4,5 g diseduh dengan
air panas. Setelah dingin tambahkan madu secukupnya lalu diminum
sekaligus.
9. Faringitis
Herba sambiloto segar sebanyak 9 g dicuci lalu dibilas dengan air
matang. Bahan tersebut lalu dikunyah dan aimya ditelan.
10. Hidung berlendir (rinorea), infeksi telinga tengah (OMA), sakit gigi
Herba sambiloto segar sebanyak 9 - 15 g direbus dengan 3 gelas air
sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, lalu diminum 2 kali
sehari @ 1/2 gelas. Untuk OMA, herba segar dicuci lalu digiling
halus dan diperas. Airnya digunakan untuk tetes telinga.
11. Kencing manis
Daun sambiloto segar sebanyak 1/2 genggam dicuci lalu direbus
dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin
disaring, lalu diminum sehabis makan, 3 kali sehari @ 3/4 gelas.
12. Kencing nanah
Sebanyak 3 tangkai sambilo
19. Orthosiphon aristatus
Nama indonesia : Kumis kucing
Klasifikasi

Kingdom
: Plantae

Division
: Magnoliophyta

Class
: Magnoliopsida

Subclass
: Asteridae

Order
: Lamiales

Family
: Lamiaceae

Genus
: Orthosiphon

Species
: O. aristatus
Ciri makroskopik

Daun tunggal, bertangkai, letak berseling berhadapan,warna hijau, rapuh;
bentuk bulat telur, belah ketupat memanjang atau bentuk lidah tombak;
panjang 4 cm sampai 12 cm, lebar 1,5 cm sampai 8 cm.

Tangkai daun: persegi, warna agak ungu, panjang sampai 1 cm.

Helai daun: tepi bergerigi kasar tidak beraturan, kadang-kadang beringgit
tajam dan agak menggulung ke bawah, ujung daun dan pangkal daun
meruncing; permukaan licin, tetapi pada tepi daun dan di atas tepi daun
terdapat rambut pendek, terutama pada permukaan bawah.

Tulang daun: menyirip halus, urat daun sedikit, warna hijau atau ungu hijau
ungu.
Kandungan
Kandungan kimianya terutama senyawa

Golongan flavonoid dengan komponen utama sinensetin sinensetin

eupatorin eupatorin, dan ortosifonin ortosifonin

asam fenolat meliputi ester asam kafeat kafeat

asam rosmarinat rosmarinat

asam kafeil tartrat dan dikafeil tartrat tartrat

saponin saponin serta garam kalium.
Penggunaan

Tanaman ini dipercaya memiliki sifat antialergi, antihipertensi, antiinflamasi,
diuretik, antibakteri dan kemungkinan antikanker.

Daun dari tanaman aun Orthosiphon aristatus aristatus: radang selaput lendir
hidung hidung, radang ginjal ginjal, batu ginjal ginjal, , batu empedu empedu,
, arteriosclerosis, rematik, kencing manis, tekanan darah tinggi, radang
amandel, epilepsi, gangguan haid, gonorrhea, syphilis, albuminuria, dan
sebagai diuretik.
1. Diuretikum
Sebanyak ± 25 gram daun segar Orthosiphon aristatus dicuci dan direbus dengan 2
gelas air selama 15 menit. Hasil rebusan diminum sehari dua kali, ½ gelas pagi dan
sore.
2. Nephritis, edema (bengkak):
O. aristatus (kumis kucing) 30 gr, Planto asiatica (daun urat) 30 gr, Hedyotis diffusa
diffusa. (rumput lidah ular) 30 gr. Semuanya direbus.
3. Infeksi saluran kencing, sering kencing sedikit sedikit-sedikit (anyang anyanganyangan) :
O. aritatus aritatus, , Phyllanthus urinaria (meniran), Commelina communis
communis, masing , masing-masing 30 gr, kemudian direbus.
Download