BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN SENGKETA Nomor Permohonan: 005/SP-2/Set.Bawaslu/I/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM Menimbang : a. bahwa Bawaslu telah mencatat dalam Buku Registrasi Penyelesaian Sengketa Pemilu, permohonan dari: Nama : DR. M.L. Denny Tewu, SE., MM. Pekerjaan/Jabatan : Ketua Umum Partai Damai Sejahtera Kewarganegaraan : Indonesia Alamat : DPP PDS – Jl. LetJend. S. Parman N Bundaran Slipi Jakarta Barat 11480 Nama : Pekerjaan/Jabatan : Sekretaris Jenderal Sahat H.M.T. Sinaga, SH., M.Kn. Partai Damai Sejahtera Kewarganegaraan : Indonesia Alamat : DPP PDS – Jl. LetJend. S. Parman N Bundaran Slipi Jakarta Barat 11480 Bertindak untuk dan atas nama Partai Damai Sejahtra (PDS) dengan surat permohonan bertanggal 10 Januari 2013 yang diterima di Bidang Penyelesaian Sengketa pada hari Selasa, tanggal 15 Januari 2013, berdasarkan Berita Acara Penerusan Berkas Permohonan Nomor 007/SP1/Set.Bawaslu/I/2013 dan dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Penyelesaian Sengketa Nomor 005/SP2/Set.Bawaslu/I/2013, perihal Permohonan Penyelesaian Sengketa Pemilu Terkait Keputusan Komisi Pemilhan Umum Nomor:05/Kpts/KPU/Tahun 2013, Tentang Penetapan Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2014. b. Hasil Pemeriksaan bahwa Bawaslu telah memeriksa permohonan dengan hasil sebagai berikut: 1 1. Bahwa Bawaslu telah menerima, memeriksa dan memutus permohonan dari Partai Damai Sejahtera (PDS) sebagai berikut: 1 Nama : DR. M.L. Denny Tewu, SE., MM. Pekerjaan/Jabatan : Ketua Umum Partai Damai Sejahtera Kewarganegaraan : Indonesia Alamat : DPP PDS-Jl. Letjend.S. Parman No. 6 G Bundaran Slipi Jakarta Barat 11480 Nomor telepon/HP : (021) 530 7488 Nomor Faksimili : (021) 536 70399 2 Nama Pekerjaan/Jabatan Kewarganegaraan Alamat Nomor Telepon/HP Nomor Faksimili SAHAT H.M.T. SINAGA, S. H., M.KN. Sekretaris Jendral Partai Damai Sejahtera Indonesia DPP PDS-Jl. Letjend.S. Parman No. 6 G Bundaran Slipi Jakarta Barat 11480 (021) 530 7488 (021) 536 70399 Bertindak untuk dan atas nama Dewan Pimpinan Pusat Partai Damai Sejahtera (PDS) Dalam hal ini diwakili dan/atau didampingi oleh Kuasanya: 1. Hendrik R.E. Assa, S.H., MA. 2. Subastian Syamsu, S.H. 3. N. Arthur Rumimpunu, S.H. berdasarkan Surat Kuasa Nomor 10.1/SK/NA-LO.I/13 Tertanggal 10-01-2013 Semuanya adalah Advokat/Penasehat Hukum dari NewF1 Arthur & Partners Law Office, yang berkedudukan di Jalan Danau Toba 104, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat 10210, Telp. (021) 5701505, Fax. (021) 5738105 baik sendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa; selanjutnya disebut sebagai--------------------PEMOHON. dengan surat permohonan bertanggal 10 Januari 2013 yang diterima di Bidang Penyelesaian Sengketa pada hari Selasa, tanggal 15 Januari 2013, berdasarkan Berita Acara Penerusan Berkas Permohonan Nomor 007/SP-1/Set.Bawaslu/I/2013 dan dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Penyelesaian Sengketa Nomor 005/SP-2/Set.Bawaslu/I/2013. Perihal Permohonan Penyelesaian Sengketa Pemilu Terkait Keputusan 2 Komisi Pemilhan Umum Nomor:05/Kpts/KPU/Tahun 2013, Tentang Penetapan Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2014. Terhadap KOMISI PEMILIHAN UMUM yang kedudukan di Jalan Imam Bonjol Nomor 29, Jakarta Pusat, Dalam hal ini diwakili dan/atau didampingi oleh Kuasanya: 1) Prof. Dr. Adnan Buyung Nasution 2) Ali Nurdin,S.H.,S.T 3) Rasyid Alam Perkasa Nasution,S.H 4) Dr. Absar Kartabrata,S.H.,M.H 5) Robikin Emhas,S.H.,M.H 6) Arif Efendi,S.H 7) Syarif Hidayatullah,S.H.,MBA 8) Syamsudin S. Pesilette,S.H berdasarkan Surat Kuasa Nomor: 28/KPU/I/2013 tanggal 17 Januari 2013 kesemuanya adalah para Advokat yang tergabung dalam Tim Advokasi KPU, dalam hal ini memilih kediaman (domisili) hukum di Jl. Imam Bonjol No. 29 Jakarta Pusat, bertindak baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama; selanjutnya disebut sebagai------------------TERMOHON. 1) Kewenangan Bawaslu Sengketa Pemilu: terkait Penyelesaian a) Bahwa dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 (Bukti P-4) tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Perwakilan Daerah, dan Rakyat, Dewan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (selanjutnya disebut UU Pileg), dalam pasal 249 ayat (1), Pasal 250 ayat (1), Pasal 257, Pasal 258 dan Pasal 259 ayat (2) mengatur tentang kewenangan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dalam hal menyelesaikan sengketa Pemilu : - Pasal 249 ayat (1) menyatakan, “Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu 3 Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan dan Pengawas Pemilu Luar Negeri menerima laporan pelanggaran Pemilu pada setiap tahapan Penyelenggaraan Pemilu.” - Pasal 250 ayat (1) menyatakan, ”Laporan pelanggaran Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 249 ayat (5) yang merupakan: 1) Pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu diteruskan oleh Bawaslu kepada Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu; 2) Pelanggaran administrasi Pemilu diteruskan kepada KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota; 3) Sengketa Pemilu diselesaikan oleh Bawaslu; dan 4) Tindak Pidana Pemilu diteruskan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia.” - Pasal 257 menyatakan,”Sengketa Pemilu adalah sengketa yang terjadi antara peserta Pemilu dan sengketa peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu sebagaimana akibat dikeluarkannya keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota.” - Pasal 258 ayat (1) menyatakan, ”Bawaslu berwenang menyelesaikan sengketa Pemilu.” - Pasal 258 ayat (2) menyatakan, ”Bawaslu dalam melaksanakan kewenangannya dapat mendelegasikan kepada Bawaslu Provinsi, Panwas Pemilu Lapangan, dan Pengawas Pemilu Luar Negeri.” - Pasal 258 ayat (3) menyatakan, ”Bawaslu memeriksa dan memutus sengketa Pemilu paling lama 12 (dua belas) hari sejak diterimanya laporan atau temuan.” - Pasal 258 ayat (4) menyatakan, ”Bawaslu melakukan penyelesaian sengketa Pemilu melalui tahapan : 1) Menerima dan mengkaji laporan atau 4 temuan; dan 2) Mempertemukan pihak-pihak bersengketa untuk yang mencapai kesepakatan melalui musyawarah dan mufakat. - Pasal 258 ayat (5) menyatakan,”Dalam hal ini tidak tercapai kesepakatan antara pihak yang bersengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b Bawaslu memberikan alternatif penyelesaian kepada pihak yang bersengketa.” - Pasal 259 ayat (2) menyatakan, ”Sengketa Pemilu yang berkaitan dengan verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu dan daftar calon tetap anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota diselesaikan terlebih dahulu di Bawaslu.” b) Bahwa Pemohon dengan ini mengajukan permohonan sengketa Pemilu antara Pemohon dengan Termohon diterbitkannya (KPU) Keputusan sebagai Komisi akibat Pemilihan Umum (KPU) Nomor: 05/Kpts/KPU/Tahun 2013, Tertanggal 08 Januari 2013, Tentang : Penetapan Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2014. Bahwa berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 249 ayat (1), Pasal 250 ayat (1), Pasal 257, Pasal 258, Pasal 259 ayat (2) UU Nomor 8 Tahun 2012 di atas telah membuktikan bahwa Bawaslu berwenang menangani sengketa Pemilu antara Pemohon dan Termohon tersebut. 2) Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon Dan Termohon: a) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Pasal 18 ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 tentang Pengawasan atas Pelaksanaan Verifikasi Partai Politik Calon Peserta Pemilu; b) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Pasal 259 5 Tentang Penyelesaian Sengketa Pemilu. c) Bahwa Pemohon adalah Partai Politik yang sudah mendapatkan pengesahan sebagai badan hukum yang sah sebagaimana Pengumuman Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.UM.06.08 – 179, Tentang: Pendaftaran dan Pengesahan Partai Politik, Tertanggal: 05 Nopember 2001 (Bukti P5); d) Bahwa Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Damai Sejahtera (DPP PDS) bertindak untuk dan atas nama Partai Damai Sejahtera (PDS) atau Pemohon dikuatkan berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.HH14.AH.11.01 Tahun 2010, Tentang: Pengesahan Perubahan Kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat Partai Damai Sejahtera Periode 20102015, Tertanggal: 02 Nopember 2010 (Bukti P6). 3) Tenggang Waktu Pengajuan Permohonan a) Bahwa baik dalam ketentuan dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 2012 maupun Peraturan Bawaslu Nomor 15 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD, tidak diatur secara tegas dan khusus tenggang waktunya permohonan sengketa Pemilu kepada Bawaslu. Oleh karenanya diajukannya tenggang permohonan waktu yang ini masih dibenarkan dalam menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 maupun ketentuan Peraturan Bawaslu Nomor 15 Tahun 2012, Tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD yang dimaksud. b) Bahwa oleh sebab itu, maka Partai Damai Sejahtera (PDS) mengajukan permohonan ini 6 terkait dikeluarkannya surat dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) masing-masing Berita Acara Nomor: 05/BA/I/2013, Tentang Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual kepengurusan partai politik tingkat pusat, tingkat propinsi dan tingkat kabupaten/kota serta keanggotaan partai politik, Tanggal: 08 Januari 2013. Berita Acara Nomor: 08/BA/I/2013 Tentang: Penetapan Partai Politik Peserta Pemilu Tahun 2014, Tanggal 08 Januari 2013. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor: 05/Kpts/KPU/TAHUN 2013, Tentang Penetapan Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2014, Tanggal: 08 Januari 2013. 4) Pokok Permohonan bahwa Pemohon telah mengajukan permohonan dengan surat permohonanya bertanggal 10 Januari 2013 yang diregistrasi pada tanggal 15 Januari 2013, dengan nomor 005/SP-2/Set. Bawaslu/I/2013. Dan telah dilakukan perbaikan pada tanggal 14 Januari 2013 yang pada pokoknya sebagai berikut: Bahwa adapun alasan-alasan Pemohon mengajukan permohonan aquo adalah sebagai berikut: a) Bahwa Adanya Pelanggaran Hukum dan Asas Kepastian Hukum, Diskriminasi, Profesionalitas Undang serta dalam dan tidak Pelanggaran Verifikasi Undang- Faktual dan Penyampaian Hasil Verifikasi Faktual Partai Politik Calon Peserta Pemilu Tahun 2014. 1 Bahwa sebagaimana putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 52/PUUX/2012 tentang gugatan partai politik yang telah diputus pada tanggal 15 Agustus 2012, (Bukti P-26) pada halaman 6 tentang bunyi pasal 28D ayat (1) UUD 45 menyatakan bahwa “ setiap orang 7 berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama didepan hukum”, kemudian masih pada halaman yang sama memenuhi pasal 281 ayat (2) UUD 45 menyatakan bahwa “Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”. Kemudian dalam halaman 92 dalam keputusan Mahkamah Konstitusi tersebut pada poin (3.21) dalam pertimbangan hukumnya menenyatakan menimbang bahwa Mahkamah dapat pembentukan melakukan memahami maksud Undang-Undang untuk penyederhanaan jumlah partai politik, namun penyederhanaan tidak dapat dilakukan dengan memberlakukan syarat-syarat yang berlainan kepada masing-masing partai politik. Penyederhanaan partai politik dapat dilakukan dengan menentukan syarat-syarat administrasi tertentu untuk mengikuti pemilihan umum, namun syarat-syarat tersebut harus diberlakukan sama untuk semua partai politik yang akan menjadi peserta pemilu tanpa kecuali. Memberlakukan syarat yang berbeda kepada peserta suatu kontestasi (pemilihan umum) yang sama merupakan perlakuan yang tidak sama atau perlakuan secara berbeda (unequal treatment) yang bertentangan dengan pasal 27 ayat (1) serta pasal 28D ayat (2) dan ayat (3) UUD 45. Dengan demikian menurut mahkamah, terhadap semua partai politik harus diberlakukan persyaratan yang sama untuk suatu kotestasi politik atau pemilihan umum yang sama, yaitu pemilihan umum Tahun 2014. 2 Bahwa Partai Damai Sejahtera selaku Pemohon dalam perkara ini sangat jelas tidak diperlakukan sama didepan hukum serta terjadi 8 diskriminasi verifikasi dalam faktual, pelaksanaan dimana hal ini tahapan adalah pelanggaran hukum serta pelanggaran atas UUD 45. Fakta bahwa verifikasi faktual yang dilakukan PDS berbeda dengan verifikasi faktual terhadap partai–partai yang mampu lolos verifikasi faktual, dimana mereka diberikan kesempatan selama 2 bulan waktu kerja sedangkan PDS hanya 1 bulan dalam suasana liburan Natal dan Tahun Baru dengan persyaratan yang sama, sehingga situasi dan kondisi ini sangat merugikanPDS sebagai kontestan yang seharusnya diperlakukan sama dan adil sesuai konstitusi dan Undang – Undang yang berlaku. 3 Bahwa dalam proses verifikasi administrasi yang dilakukan oleh Termohon/Komisi Pemilihan Umum melanggar ketentuan UU Nomor 8 Tahun 2012 dan Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012. UU Nomor 8 Tahun 2012 mengatur mengenai persyaratan yang harus diserahkan partai politik dan yang akan diverifikasi oleh KPU. Ketentuan ayat (2) Pasal 8 UU itu mengatur bahwa partai politik baru dapat menjadi Peserta Pemilu setelah memenuhi persyaratan, antara lain: Memiliki kepengurusan di 50 % (lima puluh persen) jumlah kecamatan di kabupaten/kota yang bersangkutan; memiliki anggota sekurangkurangnya 1.000 (seribu) orang atau 1/1.000 (satu perseribu) dari jumlah Penduduk pada kepengurusan partai politik sebagaimana dimaksud pada huruf c yang dibuktikan dengan kepemilikan kartu tanda anggota. Demikian pula pada Pasal 15 UU Nomor 8 Tahun 2012, ditegaskan bahwa dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) meliputi : bukti keanggotaan partai politik 9 paling sedikit 1.000 (seribu) orang atau 1/1.000 (satu per seribu) dari jumlah penduduk pada setiap kabupaten/kota; Selanjutnya verifikasi Partai Politik Calon Peserta Pemilu diperintahkan UU Nomor 8 Tahun 2012 melalui Pasal 16 yang menyebutkan terhadap : berbunyi KPU ayat (1) melakukan kelengkapan dan yang verifikasi kebenaran persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terhadap partai politik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2). Melalui paparan pasal-pasal di atas, UndangUndang Nomor 8 Tahun 2012 memerintahkan bahwa : (1) KPU melakukan verifikasi administrasi; (2) Dua berkas administrasi diverifikasi adalah yang wajib kepengurusan kecamatan minimal 50 persen kecamatan di kabupaten/kota dan administrasi bukti keanggotaan parpol sebanyak minimal 1000 atau 1/1000 jumlah penduduk di kabupaten/kota. Dasar hukum ini diperkuat dengan Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012 Pasal 15 ayat (1) huruf f dan i yang menegaskan dua hal yang sama: bahwa pengurus kecamatan dan keanggotaan parpol adalah wajib dimasukkan sebagai parameter verifikasi administrasi. Namun fakta empiris proses verifikasi yang dilakukan oleh Termohon/Komisi Pemilihan Umum adalah mengabaikan kepengurusan kecamatan dan syarat minimal keanggotaan parpol minimal 1000 atau 1/1000 jumlah penduduk sebagai parameter untuk menentukan pemenuhan syarat dan kelulusan verifikasi administrasi. Ini terbukti dari pernyataan anggota KPU Hadar Nafis Gumay 10 dan Ida Budhiati dikutip soal fakta bahwa persyaratan kepengurusan kecamatan dan keanggotaan parpol tidak dilakukan verifikasi administrasi. Di Majalah TEMPO edisi 11 November di halaman 44 terungkap pernyataan Anggota KPU dalam berita berjudul “Agar Pemilu Punya Peserta”. Pada kolom ketiga paragraf ke-4, 5 dan 6 tertulis sebagai berikut : “Partai Amanat Nasional dan Gerindra agaknya lebih siap jadi kontestan pemilu. Jumlah anggota mereka lebih merata ketimbang empat partai tadi. Sedangkan jumlah pengikut PDIP juga tak mencukupi kuota. Meski sama-sama belum memenuhi syarat, kondisi Demokrat dan Golkar tak terlampau parah.”(Bukti P-7) Mensiasati hal tersebut, pada 25-28 Oktober lalu, Komisi Pemilihan Umum menggelar rapat maraton. “Perdebatan antar komisioner cukup ramai,’’ kata seorang peserta rapat. Anggota Komisi mengatakan: Pemilu, Ida Undang-Undang Budhiati, Pemilihan Legislatif tak menyebutkan secara teknis tata cara verifikasi. pengecekan Peraturan memungkinkan administrasi dilakukan berbarengan dengan pemeriksaan faktual. Atas keputusan tersebut, kata Ida, “Kami siap bertanggung jawab.” (Bukti P-8.1) Dengan demikian amat jelas bahwa proses verifikasi administrasi yang meloloskan 16 parpol ke tahapan verifikasi faktual nyata-nyata melanggar Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 dan Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012 dan 4 itu berarti cacat hukum. Bahwa pelaksanaan verifikasi parpol yang sifatnya berjenjang atau bertahap bertentangan dengan Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012 dan Peraturan KPU Nomor 11 15 Tahun 2012. Pasal 17 ayat (1) Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012. Bunyinya sebagai berikut : Setelah verifikasi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1), KPU melakukan verifikasi faktual paling lama 8 (delapan) hari terhadap kebenaran persyaratan : a. Jumlah dan susunan pengurus partai politik di tingkat pusat; b. Pemenuhan keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat sekurang – kurangnya 30 % (tiga puluh persen); c. Domisili kantor tetap dan dokumen yang sah antara lain: sertifikat hak milik, surat pinjam pakai, sewa atau kontrak sampai berakhirnya tahapan Pemilu, yaitu pengucapan sumpah janji anggota DPR, DPD, dan DPRD. Pasal itu jelas menyebutkan bahwa setelah verifikasi administrasi KPU melanjutkan dengan verifikasi faktual dan tidak dilakukan pengumuman partai politik yang lolos verifikasi administrasi. Lampiran Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2012, Tentang: Tahapan dan Jadwal Pemilu. Pada angka 3 tentang Pendaftaran dan Verifikasi Peserta Pemilu, tertulis pada poin h. Pemberitahuan penelitian administrasi hasil perbaikan kepada : 1) KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota 23 s/d 29 Okt 2012; 2) Pimpinan partai politik tingkat pusat 23 s/d 29 Okt 2012. d. Verifikasi faktual di tingkat KPU 1) Verifikasi faktual kepengurusan tingkat pusat 30 Okts/d 6 Nov 2012. Kedua peraturan inilah yang menjadi rujukan atas proses yang berlangsung. Tidak ada satu pasal pun pada kedua 12 peraturan ini yang menyiratkan bahwa proses verifikasi secara berjenjang akumulatif. bisa namun Dalam tersebut hasil sifatnya Peraturan disebutkan: penelitian dilaksanakan KPU pemberitahuan perbaikan kepada pimpinan partai politik tingkat pusat. Tidak pernah pengumuman politik disebutkan atau yang bahwa penetapan memenuhi partai syarat administrasi atau tidak. Filosofi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 bahwa proses verifikasi partai politik bersifat akumulatif dan bukan berjenjang juga disampaikan oleh Ketua Pansus RUU Pemilu, Anggota Komisi II DPR RI Arief Wibowo, sebagimana dikutip dalam pemberitaan : - Dalam Sindo News Rabu 7 November 2012, “proses verifikasi partai politik harus secara utuh dan penuh, tidak bertahap bersifat akumulatif.” Terang Politikus PDIP, Arif Wibowo. - Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) bahwa Verifikasi mengatakan berjenjang salahi Undang-Undang. - Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD tidak mengenal adanya tingkatan seleksi, karena itu keliru jika pada tahap pendaftaran sudah dilakukan pemeriksaan dan ada 12 (dua belas) Parpol yang gugur padahal verifikasi belum di mulai, demikian juga verifikasi yang menjadi 13 dengan dibuat administrasi tahapan berjenjang dan faktual menurut Said, verifikasi tidak perlu dipisahkan karena bersifat kumulatif. 5 Bahwa seluruh konstruksi peraturan KPU yang ada masih merupakan peninggalan KPU sebelumnya, sejatinya memang dikonstruksikan untuk pengumuman verifikasi yang sifatnya akumulatif bukan berjenjang. Oleh karena itu, rangkaian proses verifikasi partai politik yang dilakukan KPU melanggar ketentuan Peraturan KPU Nomor 14 dan 15 Tahun 2012. 6 Bahwa pelaksanaan verifikasi faktual 18 partai politik yang direkomendasikan Bawaslu 12 Parpol dan diputus 18 Parpol oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu awalnya tidak memiliki mengabaikan landasan ketentuan hukum dan Undang-Undang. Seyogianya verifikasi faktual 18 partai politik harus diikuti dengan perubahan Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012 untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaan melaksanakan verifikasi. KPU tersebut ketika ketentuan memundurkan pengumuman partai politik yang memenuhi syarat. Pada awalnya akan diumumkan tanggal 25 Oktober 2012, namun diubah menjadi 28 Oktober 2012. Sebelum itu, KPU melakukan perubahan Peraturan KPU Nomor 11 Tahun 2012 menjadi Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012 sebagai dasar hukum pelaksanaan perubahan jadwal tersebut. Ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 pasal 16 ayat (3) menegaskan, ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan dan waktu verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur dengan peraturan KPU. Namun terhadap pelaksanaan verifikasi faktual terhadap 18 partai politik, termasuk partai 14 politik pemohon. KPU hanya mendasarkan pada surat KPU No. 681/KPU/XII/2012 Tertanggal 03 Desember 2012 (Bukti P-8.2). Adapun PKPU No. 18 tertanggal 04 Desember 2012 yang lampirannya tidak bernomor nanti diterbitkan setelah proses verifikasi faktual telah berjalan. 7 Bahwa Badan Pengawas Pemilu melalui surat kepada KPU Nomor : 870/Bawaslu/XI/2012, Tanggal : 3 November 2012, telah menyatakan bahwa terjadi pelanggaran administrasi dalam proses verifikasi partai politik peserta Pemilu 2014. Pada butir 2 surat tersebut Bawaslu menyatakan : “berdasarkan Temuan Bawaslu dalam Formulir Temuan 002/TM/PILEG/XI/2012 Nomor pada tanggal : 02 November 2012, dengan pokok temuan yakni terkait dengan dugaan pelanggaran administrasi dan kode etik dalam proses pendaftaran, penelitian administrasi, penelitian administrasi hasil pengumuman perbaikan, penelitian penundaan administrasi hasil perbaikan, pengadaan dan penyelenggaraan sistem informasi partai politik, ketertutupan akses bagi Selanjutnya, partai politik Bawaslu dan Bawaslu.” melaporkan dugaan pelanggaran kode etik oleh anggota KPU kepada Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu yang mendorong DKPP menggelar sidang kode etik. Dengan demikian, proses verifikasi administrasi partai politik telah dilakukan oleh KPU secara tidak profesional, tertutup dan menimbulkan kecurigaan. Lembaga ini tidak mandiri yang merupakan pelanggaran atas Pasal 2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu. 8 Bahwa Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu melalui Putusan Nomor : 25-26/DKPP15 PKE-I/2012, Tanggal : 26 November 2012 pada putusan butir 1 dan 3 jelas-jelas telah memvonis bahwa KPU tidak bertindak cermat, dan profesional dalam pelaksanaan verifikasi partai politik. Walaupun dalam putusan itu KPU disebutkan tidak berniat melanggar kode etik, namun DKPP telah memvonis dan meminta KPU bekerja lebih profesional, transparan, jujur, adil dan akuntabel. Artinya, rangkaian proses verifikasi parpol berdasarkan yang diselenggarakan penilaian dilaksanakan secara DKPP kurang telah profesional, kurang jujur, kurang transparan, kurang adil dan kurang akuntabel (Bukti P-9). 9 Bahwa Komisi pelaksanaan Pemilihan verifikasi Umum partai politik dalam telah bertindak tidak profesional, tidak ada kepastian hukum dan tidak proporsional dibuktikan oleh dinamika dan konflik di antara para anggota KPU dengan jajaran kesekretariatan jenderal yang mencuat ke media massa dan dalam persidangan DKPP. Seluruh dinamika itu mengindikasikan ada yang tidak beres dan sikap ngawur dalam proses verifikasi partai politik dimaksud. Uraian di atas dapat dibuktikan melalui faktafakta sebagaiberikut : Risalah Pokok-Pokok Jawaban Sekretariat KPU dalam Sidang DKPP pada hari Selasa, 13 November 2012 (Bukti P-10). Pada paragraf pertama baris ke-16 tertulis : “Fakta berikutnya, demi terciptanya pemilu yang jujur dan adil, sekretariat mengusulkan agar pelaksanaan verifikasi dilakukan di tempat tertentu yang tidak mudah mempengaruhi verifikator terutama oleh parpol (copy pokja dan SPT). Tapi 16 faktanya menunjukkan KPU membeberkan “data utuh” yang belum diolah dan diberikan kepada parpol, tersebut menjadi yang seharusya dokumen KPU data tidak disebarluaskan.” Harian Rakyat Merdeka halaman 3 memuat berita dengan judul “Divonis DKPP, Karier pejabat Setjen KPU Tamat/Tetap Masuk Kantor Nunggu Dipulangkan’’, di kolom ke-5 baris ke-3, berdasarkan pengakuan Saiful Bahri Johan, Wakil Kepala Biro Hukum KPU, tertulis: “Selain itu Undang-Undang mengamanatkan setiap tahapan harus sesuai jadwal. Tidak boleh dilanggar karena ada sanksi hukumnya. “Tapi komisioner KPU membuat peraturan yang bertujuan menjustifikasi tindakannya. Langkah ini malah sangat melanggar Undang-Undang Pemilu. Namun kenapa kasus ini tidak dibuka sama sekali?’’ tanyanya. (Bukti P11) 10. Bahwa Komisi Pemilihan pelaksanaan verifikasi partai Umum dalam politik peserta Pemilu 2014 jelas-jelas melanggar Pasal 2 Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2011, Tentang: Penyelenggara Pemilu dengan bertindak tidak jujur, tidak adil, tidak profesional, diskriminasi, tidak tertib dan tidak proporsional. Komisi Pemilihan Umum bertindak tidak jujur, terbukti dengan mengatakan pemohon tidak menyerahkan berkas persyaratan adminstrasi mengenai 81 (delapan puluh satu) item persyaratan adminitrasi (Bukti P-12). Padahal, seluruh 81(delapan puluh satu) item yang dinyatakan tidak memenuhi syarat karena tidak diserahkan kepada KPU, faktanya pemohon 17 telah serahkan (Bukti P-13), sehingga seharusnya pemohon dinyatakan memenuhi syarat administrasi sebagaimana halnya 16 (enam belas) partai politik pada saat itu. Komisi Pemilihan Umum bertindak tidak adil, terbukti dengan hanya memberikan kesempatan verifikasi faktual kepada pelapor dari Tanggal 5 sampai dengan 28 Desember 2012 atau selama 23 (dua puluh tiga) hari (termasuk didalamnya hari libur Minggu dan hari Natal). Ini amat tidak adil jika dibandingan dengan waktu verifikasi faktual 16 partai politik yang dimulai Tanggal 29 Oktober sampai dengan 18 Desember 2012 atau selama 52 (lima puluh dua) hari. Komisi Pemilihan Umum bertindak tidak profesional dan tidak tertib, terbukti dari proses pelaksanaan dan administrasi partai laporan politik hasil verifikasi yang tidak mencerminkan dokumen resmi yang dibuat oleh sebuah lembaga negara yang amat strategis. Dokumen yang disampaikan kepada partai politik itu tidak lebih sebagai dokumen sampah yang tidak memiliki legalitas apapun karena hanya deretan matrik dan data yang tidak jelas legalitas lembaga pengirimnya. Terbukti tidak ada cap lembaga, tidak ada paraf dan tanda tangan ketujuh anggota KPU (Bukti P-14). Komisi Pemilihan Umum bertindak tidak proporsional dan diskriminasi, terbukti dengan fakta-fakta sebagai berikut : • KPU hanya mengalokasikan waktu 23 (dua puluh tiga) hari dalam masa verifikasi faktual kepada pemohon sedangkan untuk 18 16 (enam belas) partai politik 52 (lima puluh dua) hari; • KPU kabupaten/kota meminta agar pelapor mengumpulkan sampel-sampel yang akan diverifikasi di seluruh kabupaten yang jumlahnya puluhan hingga ratusan. Padahal porsi tugas ini adalah menjadi tanggung jawab KPU pemohon kabupaten/kota. mengalami Jelas-jelas kesulitan karena faktor waktu dan anggaran di daerah yang terbatas (Bukti P- 15). 11. Bahwa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Pasal 15 huruf d hanya mensyaratkan proses verifikasi faktual keterwakilan 30 perempuan politik dalam hanya persen kepengurusan dilihat dari partai tingkat kepengurusan di tingkat pengurus pusat, bukan kepengurusan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Namun faktanya (Bukti P-16), dalam melakukan verifikasi faktual, KPU Provinsi dan Kabupaten/Kota menjadikan parameter pemenuhan syarat keterwakilan perempuan sebanyak kepengurusan di 30 persen jenjang kabupaten/kota dalam provinsi sebagai dan indikator pemenuhan syarat yang menyatakan bahwa partai politik memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat kabupaten/kota di provinsi bersangkutan. atau Dengan demikian terjadi pelanggaran atas ketentuan Pasal 15 huruf d Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012. 12. Bahwa akibat tindakan KPU yang menyatakan Pemohon tidak memenuhi syarat pada Tanggal 28 Oktober 2012, telah terjadi penghancuran secara dahsyat oleh KPU terhadap pemohon 19 dalam bentuk runtuhnya moral pengurus parpol di daerah, melemahnya semangat kader dan bahkan yang paling fatal para kader pemohon langsung menyatakan berhenti dan mengundurkan diri dalam keanggotaan partai politik (Bukti langsung yang P-17 ). Dengan demikian, atau tidak langsung tindakan KPU gegabah, tidak cermat dan tidak profesional dalam pengumuman partai politik yang lolos administrasi telah menghancurkan struktur partai pemohon dan memerlukan waktu serta suntikan semangat yang lebih untuk memulihkannya. Namun faktanya kemudian adalah, justru KPU membuat jadwal verifikasi faktual yang begitu singkat untuk Hal inilah beberapa yang menjelaskan provinsi pemohon pemohon. kenapa tidak di dapat memenuhi ketentuan keanggotaan di 75 % Kabupaten. Persoalan menjadi berbeda jika saja pemohon tidak dihancurkan secara moral oleh pengumuman KPU yang sangat tidak profesional tersebut. Karena itu, menjadi tidak relevan menjadikan parameter pemenuhan keanggotaan parpol di 33 provinsi menjadi syarat kelulusan kepada pemohon dalam fakta nyata KPU telah menghancurkan pemohon dan memberikan berbeda/ tidak sama waktu dengan moral yang kontestan sebelumnya. 13. Bahwa KPU kabupaten/kota terutama di wilayah Jawa tidak seluruhnya melaksanakan verifikasi faktual keanggotaan dengan nyata mendatangi anggota partai pemohon satu per satu ke rumah-rumah. Dengan nalar sederhana saja, kesimpulan ini dapat ditarik. Verifikasi faktual anggota parpol yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten dilakukan oleh 20-an tenaga 20 pegawai KPU. Bagaimana mungkin 20 orang dapat memverifikasi faktual 1.800 sampel (18 parpol x 100 sampel atau rata-rata 90 sampel per orang verifiator) selama sepekan dengan fakta anggaran verifikasi telah habis dan jarak yang tersebar jauh. Inilah yang menjelaskan di banyak daerah KPU kabupaten/kota meminta partai pemohon menghadirkan 100 sampel ke kantor KPU untuk diverifikasi (Bukti P-18). Jelas-jelas kebijakan ini melanggar UndangUndang dan Peraturan KPU serta tidak bisa dijalankan oleh karena biaya verifikasi telah diatur dalam DIPA KPU dan bukan menjadi biaya yang harus dikeluarkan partai politik. Fakta ini makin memperkuat kesimpulan bahwa verifikasi faktual sejatinya hanya asal jalan saja dan tidak profesional. Oleh karena itu, menjadi tidak relevan KPU mematok standar tinggi ketika kenyataannya mereka tidak bisa menjalankan secara konsisten, dan taat hukum seluruh aturan yang menjadi dasar Umum banyak pelaksanaan verifikasi. 14. Bahwa Komisi Pemilihan melakukan kekeliruan administrasi dengan cara tidak mengirimkan data administrasi Partai Pemohon ke beberapa Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) sehingga KPUD menolak melakukan verifikasi faktual di Kabupaten/kota dengan alasan tidak ada data/perintah dari KPU Pusat dan KPU Propinsi untuk melakukan verifikasi faktual terhadap partai Pemohon, hal ini banyak dialami partai pemohon di beberapa daerah, yang antara lain di Aceh (Kab. Bireun, Kab.aceh jaya, Kab. Pidi Jaya, Kab. Aceh barat daya dan Kab. Aceh Tenggara) (Bukti P-19), di daerah Jawa Barat ( Kab. Subang) dan Kalimantan Selatan (Kab. Kota baru) (Bukti P21 20). 15. Bahwa atas kejadian ini Pemohon telah mengirimkan surat tertanggal 14 Desember 2012 kepada Komisi Pemilihan Umum namun tidak mendapat tanggapan (Bukti P-21). 16. Bahwa di Kab. Bandung Barat saat verifikasi faktual tahap pertama anggota partai Pemohon yang seharusnya didatangi oleh Termohon dalam hal sampling kartu tanda anggota pada alamat yang ada, namun pada kenyataannya anggota Pemohon diminta untuk mengumpulkan serta membawa ke kantor Termohon (Bukti P-22 ) hal ini melanggar peraturan Termohon yakni Peraturan KPU No.08 tahun 2012 Pasal 20 ayat 2 Poin G yang menyatakan KPU kabupaten/kota melakukan verifikasi faktual keanggotaan dengan mencocokan dan meneliti secara langsung kesesuaian KTA dengan nama setiap anggota partai politik. 17. Bahwa di Kabupaten Bogor KPUD tidak melakukan verifikasi faktual terhadap KTA PDS sedangkan DPC Kabupaten Bogor sudah menyerahkan data – data perbaikan tahap 2, dimana dalam Berita Acara yang dikeluarkan oleh KPU Kabupaten Bogor menyebutkan bahwa KTA PDS telah diverifikasi faktual dan dinyatakan TMS ( Tidak Memenuhi Syarat) (Bukti P-27). Hal tersebut sudah kami nyatakan dalam pernyataan keberatan pada Sidang Pleno KPUD Bogor, KPUD Provinsi Jawa Barat maupun KPU Pusat, akan tetapi protes maupun keberatan kami tidak diindahkan. 18. Bahwa pelaksanaan laksanakan bertepatan verifikasi vaktual di jatuh pada hari raya Natal bagi anggota pemohon (Bukti P-23); 19. Termohon tidak dapat membuktikan dalam 22 verifikasi keanggotaan dilakukan secara benar dan sesuai dengan peraturan perundangundangan dengan demikian dalam hal Pemohon (PDS) memenuhi syarat termohon tidak dapat memberikan dokumen hukum yang membuktikan pemohon memenuhi syarat. Sebaliknya pada saat Termohon dinyatakan TMS atau tidak memenuhi syarat, Termohon tidak bisa membuktikan bukti-bukti Pemohon TMS. Oleh karena itu, atas nama Keadilan hukum dan prinsip-prinsip Pemerintahan yang baik dan verifikasi benar serta guna faktual yang taat seyogiyanya kualifikasi pelaksanaan hukum kebenaran maka syarat keanggotaan Parpol dilakukan diskresi dan sebagaimana telah dilakukan diskresi oleh KPU atas persyaratan 50 % Kecamatan. Dengan demikian Termohon wajib menyatakan bahwa Pemohon telah memenuhi syarat keanggotaan serta syarat-syarat lainnya sehingga dapat dinyatakan sebagai Peserta Pemilu Tahun 2014; 20. Bahwa Termohon tidak melakukan verifikasi vaktual terhadap pengurus kecamatan pemohon, tidak memberi tahu pelaksanaan verifikasi vaktual yang terjadi dibeberapa daerah pengurus Pemohon (Kab. Ende NTT), (Bukti P-24.1) kemudian Termohon dalam hal ini KPUD/ kab. kota baru Kalimantan Selatan memberikan data sampling KTA milik partai lain (Bukti P-24.2); 21. Bahwa dalam rapat pleno rekapiltulasi Tanggal 7 Januari 2013, Pelapor hanya menerima dokumen berupa 05/BA/I/2013 Surat dengan KPU Nomor lampiran : yang menyatakan bahwa Partai Politik Pemohon dinyatakan tidak memenuhi syarat sebagai Peserta Pemilu dengan syarat sebagai Peserta 23 Pemilu (Bukti P-25). menyampaikan KPU rekapitulasi hanya jumlah kabupaten/kota tiap provinsi seluruh Indonesia yang dinyatakan memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat. Dalam hal sebuah propinsi tidak memenuhi syarat, mencantumkan KPU angka hanya jumlah kabupaten/kotanya saja, namun tidak bisa membuktikan secara hukum dalam hal mana di kabupaten/kota tersebut Partai pemohon tidak memenuhi domisili syarat. kantor Apabila atau bukti kepengurusan, rekening tidak memenuhi syarat di kabupaten/kota tersebut, mana buktinya? Apabila partai pemohon tidak memenuhi syarat keanggotaan 1000 atau 1/1000 dari jumlah penduduk, mana bukti tertulis bahwa tiap sampel yang harus diverifikasi benar-benar telah didatangi. Dengan fakta, bahwa anggaran KPU Kabupaten/Kota telah habis ketika verifikasi faktual 18 parpol dilaksanakan serta waktu yang amat sempit/tidak adil (tidak sama dengan waktu yang diberikan kepada 16 parpol yakni selama 2 bulan sedangkan kami kelompok 18 parpol diberikan waktu tidak sampai sebulan). Pelapor meyakini bahwa KPU tidak pernah secara sungguh-sungguh dan nyata melakukan verifikasi faktual dan mendatangi satu persatu sampel anggota yang harus ditanya kebenaran keanggotaannya dalam Partai Politik Pemohon. 22. Bahwa dengan demikian, Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor : 05/Kpts/KPU/Tahun 2013 Tanggal 08 Januari 2013 tentang Penetapan Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2014 yang menyatakan bahwa Partai politik pemohon tidak memenuhi syarat sebagai peserta pemilu tahun 24 2014 harus dinyatakan batal demi hukum. b) Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Pemohon berkeberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor: 05/Kpts/KPU/TAHUN 2013, Tentang: Penetapan Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2014, Berita Acara Nomor: 05/BA/I/2013, Tentang: Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual Kepengurusan Partai Politik Tingkat Pusat, Tingkat Provinsi dan Tingkat Kabupaten/Kota Serta Keanggotaan Partai Politik dan Berita Acara Nomor : 08/BA/I/2013, Tentang: Penetapan Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2014, Tertanggal 08 Januari 2013. PETITUM 1 Mengabulkan Permohonan Pemohon untuk seluruhnya; 2 Membatalkan dan menyatakan tidak sah Keputusan Komisi Pemilihan Umum masingmasing Nomor: 05/Kpts/KPU/TAHUN 2013, Tentang: Penetapan Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2014, Berita Acara Nomor: 05/BA/I/2013, Tentang: Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual Kepengurusan Partai Politik Tingkat Pusat, Tingkat Provinsi dan Tingkat Kabupaten/Kota Serta Keanggotaan Partai Politik, Berita Acara Nomor: 08/BA/I/2013, Tentang: Penetapan Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2014; dan 3 Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) / Termohon untuk menerbitkan Keputusan serta Berita Acara yang menyatakan bahwa Partai Damai Sejahtera/Pemohon memenuhi syarat verifikasi faktual, selanjutnya memutuskan dan menetapkan Pemohon sebagai Partai Politik Peserta Pemilu Tahun 25 2014 berdasarkan pembobotan yang proporsional dan berkeadilan sesuai konstitusi. Demikian Permohonan Pemohon ini kami sampaikan, dengan harapan Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia dapat segera memeriksa dan mengadili serta memutuskan dengan benar dan dengan seadil-adilnya. 2. Bahwa untuk menguatkan dalil-dalil Pemohon sebagaimana dimaksud diatas Pemohon mengajukan bukti-bukti tertulis sebagai berikut: 1 Bukti P-1 : Keputusan KPU Nom 05/Kpts/KPU/2012, Tentang : Pen Partai Politik Peserta Pemilihan Tahun 2014; 2 Bukti P-2 : BeritaAcaraNomor: 05/BA/I/2013, T : Rekapitulasi Faktual Kepeng PartaiPolitik Tingkat Pusat dan Kabupaten/Kota Serta Keanggotaan Poltik 3 Bukti P-3 : Berita Acara Nomor : 08/BA/ Tentang : Penetapan Partai Politik P Pemilihan Umum Tahun 2014 4 Bukti P-4 : Undang-Undang Nomor 8 Tahun Tentang Pemilihan Umum Anggota Perwakilan Rakyat, Dewan Perw Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah, dalampasal 249 ayat (1) 250 ayat (1), Pasal 257, Pasa danPasal 259 ayat (2), T Kewenangan Badan Pengawas P Bawaslu ) 5 Bukti P-5 : Pengumuman Menteri Kehakimand Asas Manusia Republik Indonesia N M.UM.06.08-179 Tentang ; Pend dan Pengesahan Partai Politik ter 05 November 2001 6 Bukti P-6 : Keputusan Menteri Hukum dan Ha Manusia Republik Indonesia No M.AH-14.AH.11.01 Tahun 2010, T Pengesahan Perubahan Kepeng DewanPimpinan Pusat Partai Sejahtera Periode 2010-2015 ter 02 November 2010 7 Bukti P-7 : Majalah Tempo edisi 11 Nov halaman 44 (empat puluh terungkap pernyataan Anggota dalam berita berjudul “Agar Pemilu Peserta” pada kolom ketiga par keempat sampai keenam 8 Bukti P-8 Komisioner K : Pernyataan Budhiati dalam Majalah Tempo e November hal 44 dalam berita b 26 “Agar Pemilu Punya paragrap 12 (duabelas) Peserta” pada 9 Bukti P-9 : Surat KPU Nomor : 681/KPU/XII/2012 tertanggal 03 Desember 2012, Tentang ; Verifikasi Faktual Partai Politik Calon Peserta Pemilu Tahun 2014 10 Bukti P-10 Dewan Kehormatan : Keputusan Penyelenggara Pemilu Nomor : 2526/DKPP-PKE-I/2012, tertanggal 26 November 2012 11 Bukti P-11 : Risalah Pokok-pokok jawaban Sekretariat KPU dalam Sidang DKPP pada Hari Selasa 13 November 2012 12 Bukti P-12 : Harian Rakyat Merdeka tanggal 01 Desember 2012, memuat berita berjudul “Divonis DKPP, Karir Pejabat Sekjen KPU Tamat” 13 Bukti P-13 : Bukti kesalahan KPU dalam pemeriksaan berkas verifikasi administrasi 14 Bukti P-14 : Tanda Terima lengkap dokumen verifikasi admisitrasi PDS saat diserahkan di KPU Pusat 15 Bukti P-15 : Hasil Verifikasi Partai Damai Sejahtera (PDS) dari KPU 16 Bukti P-16 : Surat KPU Nomor : 681/KPU/XII/2012, tertanggal 03 Desember 2012 yang melampirkan jadwal tahapan verifikasi faktual, besertasurat-surat keberatan dan fakta-fakta dari beberapad aerah 17 Bukti P-17 Republik Indonesia : Undang-Undang Nomor : 08 Tahun 2012, Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR,DPD, dan DPRD Pasal 15 huruf (d) 18 Bukti P-18 : Berita Acara KPU Nomor : 53/BA/X/2012, Tentang Hasil Verifikasi PartaiPoltik Calon Peserta Pemilu Tahun 2014 19 Bukti P-19 : Keberatan PDS di Provinsi Tengah beserta lampirannya 20 Bukti P-20 : Surat DPP-PDS Nomor : 80/SE/DPPPDS/XII/2012, Perihal ; Verifikasi Faktual Provinsi Aceh plus Tanda Terima pengiriman surat di KPU Pusat 21 Bukti P-21 Keberatan PDS Kabupaten : Surat SubangProvinsi Jawa Barat dan Surat Keberatan PDS Provinsi Kalimantan Selatan 22 Bukti P-22 : Surat DPP-PDS Nomor : 80/SE/DPPPDS/XII/2012, Perihal ; Verifikasi Faktual Provinsi Aceh plus Tanda Terima pengiriman surat di KPU Pusat 27 Jawa 23 Bukti P-23 : Peraturan KPU Nomor : 8 Tahun 2012 Pasal 20 ayat (2)huruf (g), dan surat keterangan KPU Kab. Bandung Barat yang mewajibkan PDS mendatangkan anggota PDS ke KPUD untuk di verifikasi factual 24 Bukti P-24 : Surat Keberatan dari beberapa Kab/Kota karena verifikasi factual dilakukan bertepatan dengan perayaan Hari Natal 25 Bukti P-25 : Surat Keberatan DPC-PDS Kab. Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) 26 Bukti P-26 : Surat KPU Nomor : 05/BA/I/2013, Tentang ; Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual Kepengurusan Partai Politik Tingkat Pusat, Tingkat Provinsi dan Tingkat Kab/Kota Serta Keanggotaan Partai Politik 27 Bukti P-27 : Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor : 52/PUU-X/2012, point 3.21 28 Bukti P-28 : Surat DPC Partai Damai Sejahtera Kabupaten Bogor Nomor:02.1/PK/PDSKbBgr/I/2012, tertanggal 2 Januari 2012. 3. Bahwa selain bukti-bukti tertulis, Pemohon mengajukan Saksi dan Ahli yang diperiksa pada tanggal 28 Januari 2013 dengan hasil pemeriksaan sebagai berikut: a. I Gusti Putu Artha • Ahli berkaitan pengalaman menjadi Penyelenggara Pemilu periode 2008-2012; • Apabila Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 diselesaikan pada tahun 2012, dan dapat dilakukan bimbingan teknis di awal tahun 2012; • pada pelaksanaan Pemilu Tahun 2009, ada kesadaran empirik digunakan Verifikasi berjenjang. • Contoh permasalahan apabila ada partai politik yang sudah menyerahkan 17 item dan diterima dan diberikan hak untuk diperbaiki, namun terhadap partai politik yang baru memberikan 15 item, haknya hilang. • Dalam Putusan DKPP diputuskan bahwa KPU tidak terbukti mempunyai itikad buruk untuk melanggar kode etik penyelenggara Pemilu dan dalam Putusan DKPP diputuskan dalam verifikasi faktual dengan tidak mengubah jadwal tahapan Pemilu, namun bukan tidak mengubah penetapan. • Apabila Putusan DKPP diputus berdekatan dengan penetapan peserta Pemilu, apakah juga akan dilakukan verifikasi dalam waktu yang singkat. • Verifikasi administrasi dan verifikasi faktual menjadi satu kesatuan, dan akan diumumkan di bagian akhir, dan ini lebih soft. 28 • Tadi masalah anggaran, ada sejumlah berita baik di media maupun di online termasuk fungsi gates sendiri mengatakan bahwa ada problem anggaran ketika proses verifikasi. Artinya apa, di KPU pusat ada diskursus bahwa ini tak bisa dilaksanakan karena angggaran terbatas. itu saya kira agak gampang dibuktikan. Termasuk problem yang sama di level daerah. Saya bisa membuktikan bahwa teman-teman dari daerah. Saya kira majelis juga bisa meminta keterangan pada KPUD, kebetulan mereka ada di sini, apakah mereka ada anggaran dalam melaksanakan virtual 18 parpol itu. Dan saya bisa membuktkan secara tertulis semua risalah yang sudah disampaikan itu. Lalu kemudian persoalan menyangkut KPK, tidak bisa mengambil keputusan. Saya mengatakan berdasarkan pengalaman saya bahwa tahun 2009 dalam waktu satu bulan saya tak bisa menarik data dari papua ke pusat rekapitulasi. Dan itu sudah diperdebatkan ketika menyusun peraturan KPU sebelum kita. Makanya kemudian dibuat komulatif. Maka kemudian asumsi yang sama pada dinamika yang sama. saya sampaikan analisis secara logika. Bagaimana mungkin semua daerah di papua yang satu kecamatan dengan kecamatan lain harus naik pesawat, bisa menyetor data ke pusat dalam waktu yang terbatas itu. Tapi jika nanti dituntut data-data secara tertulis. Saya akan menyiapkan itu. Saya berikan kepada majlis. Tapi saya minta waktu. Karena ini soal data. Terima kasih. b. Res Fobia • Dosen Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana. • Ahli berangapan bahwa apa yang dilakukan KPU terhadap 18 Partai politik yang tidak lolos Verifikasi faktual dengan menerapkan waktu yang singkat untuk melakukan verifikasi faktual berikutnya pasca putusan DKPP itu merupakan tindakan yang sangat merugikan partai politik yang tidak lolos, apa yang dilakukan KPU itu tanpa memperhatikan to Prespect dan to protect, Kedua KPU dalam melakukan verifikasi itu jatuh pada hari libur natal yang merupakan hak universal manusia, jadi jelas apa yang dilakukan oleh KPU itu adalah melanggar hukum, apalagi KPU melakukan verifikasi itu bukan merupakan haknya, itu adalah hak rakyat yang dilaksanakan oleh KPU, seharusnya KPU juga mengaspirasi suara rakyat termasuk juga suara rakyat yang tergabung dalam Partai-Partai yang tidak lolos, dengan demikian jelas bahwa telah terjadi crime of methodologi bahkan dapat dibatakan bahwa KPU 29 • • • itu juga telah melampaui kewenangan atau ultra petitum. Regulasi yang digunakan oleh KPU itu merupakan regulasi yang merupakan produk politik yang kemudian dalam jalannya melewati suatu proses yang ternyata regulasi itu sangat merugikan pihak lain, saya menangkap bahwa maksud dari KPU itu mengatur dalam regulasinya dengan mencantumkan 30 % keterwakilan perempuan dalam kepengurusan partai itu merupakan semangat untuk melibatkan wanita dalam berdemokrasi, akan tetapi kita juga harus melihat bahwa di indinesia ini kesadaran wanita untuk berpolitik itu masih kurang, seharusnya KPU jangan menerapkan aturan itu kalau di Undangundang pemilu legeslatif saja tidak disebutkan, yang disebutkan dalam Undang-undang itu hanya kepengurusan DPW Pusat yang mensyaratkan keterwakilan perempuan 30 % jadi KPU jangan memaksakan aturan itu. Dalam ilmu hukum itu juga ada sebuah ketentuan yang mengatakan jika ada sebuah aturan hukum yang mengalami perubahan ketika proses itu masih berlangsung, itu saja mengatur bahwa harus digunakan aturan yang meringankan, bukan sebaliknya seperti yang di terapkan KPU justru menggunakan aturan yang memberatkan pihak. Jika terjadi sebuah kasus yang sampai memaksa pihak lain untuk melakukan pendataan dokumen ganda serta memasukkan orang ke dalam sebuah perserikatan tanpa persetujuan dari yang bersangkutan, itu juga merupakan pelanggaran HAM juga, akan tetapi perlu diketahui juga bahwa hukum itu tidak selalu menyediakan sanksi, jika memang peserta pemilu itu salah sedangkan aturannya itu belum ada, seharusnya ngomong baik-baik saja sudah cukup, apalagi ini terkait pemilu yang tujuannya adalah memilih wakil-wakil rakyat jadi saya rasa kesepakatan antara KPU dan partai-partai poltik yang tidak lolos itu justru lebih tepat. Disini saya hanya mau bicara bahwa hirarki peraturan perundang-undangan, itu mengatur bahwa peraturan dibawah itu tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang yang diatasnya, jadi jika itu terjadi berarti itu telah melanggar konstitusional warga negara, jadi apa yang dilakukan oleh KPU dengan mengeluarkan regulasi yang melebihi apa yang di atur oleh 30 undang-undang itu merukan tafsir sendiri dari KPU, dan ini harus diluruskan demi kebaikan semuanya. Bahwa Pemohon telah mengajukan kesimpulan tertulis, adapun Kesimpulan yang Pemohon sampaikan ini adalah sebagai berikut: 1. Bahwa sejak dilangsungkannya Musyawarah antara Pemohon dengan Termohon yang dipimpin oleh Mediator Ibu Endang dan Bapak Nasrullah pada tanggal 23 Januari 2013 di Bawaslu ternyata Termohon tidak mengindahkan apa yang menjadi keberatan - keberatan dari Pemohon untuk dapat lolos sebagai salah satu Partai Peserta Pemilu 2014. Termohon dalam hal tersebut tidak memberikan jawaban yang layak dan patut hingga masuk pada persidangan ajudikasi pertama namun pada persidangan ajudikasi kedua (terakhir) Termohon baru memberikan jawaban kepada Pemohon secara tertulis dengan tidak mendetail sesuai keberatankeberatan yang diajukan Pemohon, 2. Bahwa Termohon dalam Jawaban Termohon tertanggal 28 Januari 2013 butir 6 menyatakan pemohon dinyatakan tidak memenuhi syarat (TMS) sebagai peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Dewan Perwakilan daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tahun 2014, karena tidak memenuhi persyaratan kepengurusan, keterwakilan perempuan, domisili kantor dan keanggotaan 75 % (Tujuh Puluh Lima Persen) pada sejumlah Kabupaten/Kota di 18 (Delapan Belas) Provinsi. Jawaban termohon tersebut adalah salah dan menunjukkan tidak berdasarnya jawaban tersebut mengingat termohon dalam jawaban lisan menyatakan “keterwakilan perempuan di tingkat Kabupaten/Kota bukanlah syarat guna mendapatkan penilaian Memenuhi Syarat atau MS”. Termohon tidak cermat dan salah menyatakan keanggotaan 75%. Karena tidak ada Undang-Undang maupun Peraturan KPU yang mengatur hal tersebut, hal ini menunjukan Termohon tidak serius menghadapi sidang di Bawaslu RI. 3. Bahwa Pemohon dalam jawaban butir 2 menyatakan “Partai Politik dapat menjadi peserta Pemilu setelah memenuhi syarat secara kumulatif setelah dilakukan tahapan verifikasi kelengkapan syarat pendaftaran, verifikasi administrasi dan verifikasi faktual”. Berdasarkan hasil verifikasi tersebut, Partai Damai Sejahtera (PDS) dinyatakan Tidak Memenuhi Syarat (TMS). Hal itu tidak 31 terbukti karena selama pemeriksaan yang berakhir pada hari senin, 28 Januari 2013 Termohon sama sekali tidak memberikan bukti tertulis dalam proses pemeriksaaan persidangan. Dengan demikian menjadi fakta persidangan Termohon menerbitkan Keputusan KPU Nomor: 05/Kpts/KPU/TAHUN 2013, Tentang Penetapan Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2014 tanpa didukung alat-alat bukti yang sah secara hukum sehingga keputusan tersebut adalah berdasar untuk dibatalkan atau dinyatakan tidak sah. 4. Bahwa dari proses persidangan, Termohon Komisioner KPU (Ibu Ida Budiarti) tatkala dikonfirmasi oleh Pemohon membenarkan telah mempresentasikan juklak verifikasi Parpol calon peserta Pemilu 2014 pada tanggal 29 November 2012 tanpa menguraikan dan menjelaskan waktu tahapan verifikasi faktual untuk tingkat Kabupaten/Kota melainkan hanya untuk tingkat pusat dan tingkat Provinsi yang berlangsung pada tanggal 5 – 7 Desember 2012 yang mana PDS ditingkat pusat dan tingkat Provinsi dinyatakan Memenuhi Syarat atau MS 100 %. Tanpa sosialisasi tiba-tiba KPU melaksanakan verifikasi (tidak dibantah dalam persidangan) yang berlangsung dari tanggal 5 – 11 Desember 2012. Bukti bahwa KPU tidak transparan dan tidak adil menjalankan perintah DKPP. 5. Pemohon memberikan tanggapan atas butir 4 Jawaban Termohon sebagai Melaksanakan Keputusan DKPP tersebut KPU melakukan kebijakan kepada 18 Partai Politik dengan mengoptimalkan waktu yang tersedia pada tahapan pendaftaran, verifikasi dan penetapan partai politik peserta pemilu sebagaimana di maksud pasal 16 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012, bahwa Termohon telah salah menerapkan ketentuan UndangUndang tersebut yang mengatakan bahwa verifikasi sebagai mana dimaksud pada ayat 1 harus selesai dilaksanakan paling lambat 15 (lima belas) bulan sebelum hari pemungutan suara karena KPU bisa saja menetapkan Peserta Pemilu untuk 16 partai yang telah diverifikasi terlebih dahulu sejak tanggal 30 Oktober 2012 (hal itu diperkuat dengan keterangan saksi ahli bapak I Gusti Putu Artha) oleh karena sebagaimana diakui pula oleh Termohon dalam keterangan dipersidangan maupun tercantum dalam butir ke 5 diktum keputusan KPU Nomor 5 bahwa penetapan peserta Pemilu 2014 masih dimungkinkan berdasarkan keputusan Badan Pengawas Pemilu atau Keputusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara atau Putusan Mahkamah Agung sebagaimana hal itu diatur dalam pasal 259 (ayat 2 dan ayat 3) serta pasal 269 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 32 2012. Termohon akibat salah menerapkan ketentuan Undang-undang maupun Keputusan DKPP telah terbukti menjalankan verifikasi faktual terhadap pemohon secara diskriminatif (diperkuat Keterangan saksi ahli bapak Kres Fobia) padahal sesuai Peraturan Bersama Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilihan Umum dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2012 Nomor 11 Tahun 2012 Nomor 1 Tahun 2012, Tentang : Kode Etik Penyelenggara Pemilihan Umum, tanggal 10 September 2012 yang merupakan implementasi dari Ketentuan Undang-Undang nomor 15 Tahun 2012 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Dewan Perwakilan Daerah (DPD dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pasal 5 yang memuat : Penyelenggara Pemilu berpedoman pada asas : a. Mandiri b. Jujur c. Adil d. Kepastian Hukum e. Tertib f. Kepentingan Umum g. Keterbukaan h. Proporsionalitas i. Profesionalitas j. Akuntabilitas k. Efisiensi dan l. Efektivitas. 6. Bahwa mekanisme pelaksanaan verifikasi parpol peserta Pemilu cacat hukum karena : a. Melanggar Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Pasal 2, Tentang : asas adil, jujur, transparan, profesional dan kepastian hukum. b. Melanggar Peraturan Bersama DKPP, KPU, Bawaslu Nomor : 13, 11 dan 1 Tahun 2012, Tentang : Kode Etik Penyelenggara Pemilu khususnya pasal 3, Pasal 10 huruf b dan Pasal 11 huruf a. c. Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012 pasal 17 ayat (1) . 7. KPU telah merugikan Pemohon dengan pengumuman ketidaklolosan verifikasi administrasi dan menolak melaksanakan perintah Bawaslu yang menyebabkan kehancuran secara moral atas infrastruktur Partai Pemohon. 8. Justru dalam pelaksanaan verifikasi pasca DKPP KPU 33 bertindak tidak adil dan setara yg merugikan pemohon, terlebih - lebih suasana Natal tidak dijadikan bahan pertimbangan (melanggar pasal 8 huruf c peraturan bersama kode etik) dengan mengalokasikan waktu verifikasi hanya 6 hari dibandingkan 16 parpol 25 hari. Padahal, menurut saksi ahli, KPU bisa membuat kebijakan yg lebih adil, profesional dan cermat dengan menata tahapan verifikasi lebih terukur agar anggaran dan jadwal bersifat setara dan adil. 9. Faktanya KPU tidak pernah memverifikasi admin pengurus kecamatan dan pemenuhan KTA. Maka, agar setara dan adil. seyogyanya KPU juga tidak menjadikan faktual KTA menjadi dasar putusan menyatakan parpol MS atau TMS dalam verifikasi faktual. 10. Berdasarkan poin 4, Termohon lolos dan MS di 33 prov, lolos di 75 persen kabupaten tiap provinsi, dan oleh karenanya seharusnya berhak menjadi peserta Pemilu 2014. 11. Pengajuan persoalan yang terjadi di 4 Provinsi (Aceh, Jawa Baraat, Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Timur) hanyalah contoh dari tindakan-tindakan KPU yang tidak profesional yang telah berdampak tidak baik menjadi dasar KPU menyatakan Partai Damai Sejahtera Tidak Memenuhi Syarat dibeberapa Kabupaten/Kota yang ada di 18 provinsi. Fakta persidangan tentang keberatan-keberatan yang disampaikan PDS baik ditingkat Kabupaten/Kota, Provinsi sampai pada Sidang Pleno KPU tidak mendapatkan jawaban atas keberatan – keberatan PDS tersebut. Pengumuman hasil verifikasi administrasi tanggal 28 Oktober 2012 yang menyatakan PDS TMS tanpa dasar sebagaimana dibenarkan oleh Bawaslu dalam rekomendasi tanggal 3 November 2012 tapi tidak diindahkan oleh KPU sehingga berdampak terhadap pengunduran diri para pengurus di tingkat Kabupaten/Kota. Dan akhirnya Keputusan DKPP memutuskan 18 parpol termasuk PDS untuk diikutsertakan dalam verifikasi faktual. Berdasarkan kesaksian ahli statistik DR. Hamonangan Ritonga,MSc bahwa perbedaan waktu mempengaruhi probabilitas keberhasilan verifikasi faktual. 12. Jelas sekali terbukti di persidangan ajudikasi bahwa Komisi pemilihan umum dalam prakteknya tidak transparan!! Komisi pemilihan Umum telah melakukan pelanggaran – pelanggaran hak asasi terhadap jutaan penduduk Indonesia yang merupakan konstituen melalui 34 berita Acara KPU No : 05/BA/I/2013 tentang rekapitulasi hasil verifikasi faktual kepengurusan parpol tingkat pusat, provinsi dan kabupaten kota serta keanggotaan parpol. Dalam sistem hukum continental yang dianut republik Indonesia, maka kesalahan terhadap satu item dari sistem – akan membuat hasil yang dicapai menjadi cacat hukum atau tidak sah. Berdasarkan kesimpulan Pemohon, mohon mempertimbangkan, selanjutnya memutuskan : 1. Mengabulkan seluruhnya; Permohonan Pemohon majelis untuk 2. Membatalkan dan menyatakan tidak sah verifikasi keanggotaan yang telah dilakukan KPUD – KPUD tingkat Kabupaten/Kota karena terbukti telah terjadi diskriminasi waktu yang diberikan pada PDS serta pelaksanaan di lapangan oleh KPUD – KPUD terjadi pelanggran – pelanggaran. 3. Membatalkan dan menyatakan tidak sah Keputusan Komisi Pemilihan Umum masing – masing Nomor : 05/Kpts/KPU/TAHUN 2013, tentang : Penetapan Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2014, Berita Acara Nomor : 05/BA/I/2013, Tentang : Penetapan Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2014; dan 4. Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) / Termohon untuk menerbitkan keputusan serta berita Acara yang menyatakan bahwa Partai Damai Sejahtera / Pemohon memenuhi syarat verifikasi faktual, selanjutnya memutuskan dan menetapkan Pemohon sebagai Partai Politik Peserta Pemilu Tahun 2014 berdasarkan pembobotan yang proporsional dan berkeadilan sesuai konstitusi. Demikian kesimpulan ini kami sampaikan, dengan harapan Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia dapat memutus dengan seadil – adilnya. 4. Bahwa terhadap Permohonan Pemohon, termohon mengajukan jawaban secara tertulis tertanggal 28 Januari 2013, adapun tanggapan dan/atau klarifikasi terhadap dalil-dalil keberatan Pemohon menyatakan dalam pokok perkara bahwa Termohon menolak seluruh dalil Pemohon. a) Bahwa pokok permohonan Pemohon mempermasalahkan produk hukum KPU baik dalam 35 bentuk Keputusan maupun Peraturan serta teknis pelaksanaan verifikasi yang dilaksanakan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. b) Keputusan KPU Nomor 05/Kpts/KPU/TAHUN 2013. Bahwa Keputusan KPU Nomor 05/Kpts/KPU/TAHUN 2013 hendaknya dipahami secara komprehensif, dimana konsiderans dan diktum merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. KPU menetapkan partai politik peserta pemilu dengan memperhatikan norma ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam UU Nomor 8 Tahun 2012, Peraturan KPU Nomor 7 Tahun 2012 jo. Peraturan KPU Nomor 18 Tahun 2012, Nomor 8 Tahun 2012 jo. Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012, Petunjuk Teknis Verifikasi Partai Politik dan Surat Edaran KPU. Partai politik dapat menjadi peserta pemilu setelah memenuhi syarat secara kumulatif setelah dilakukan tahapan verifikasi kelengkapan syarat pendaftaran, verifikasi administrasi dan verifikasi faktual. Berdasarkan hasil verifikasi tersebut, Partai Damai Sejahtera (PDS) dinyatakan tidak memenuhi syarat sebagai peserta Pemilu. c) Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012. Bahwa dalam rangka memenuhi pelayanan informasi, sambil menunggu pengundangan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, KPU mengunggah (upload) Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012 yang telah ditandatangani oleh Ketua KPU melalui website KPU. Memperhatikan adanya ketidaklengkapan muatan materi Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012 yang tidak mencantumkan Pasal 20, KPU melakukan pengecekan terhadap Peraturan KPU tersebut, baik di dalam website maupun bahan yang disampaikan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk dilakukan koreksi. Berdasarkan hasil koreksi, Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012 yang diundangkan telah sesuai dengan kebijakan KPU. Dalam persidangan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), PDS bersatus sebagai saksi Bawaslu yang menjadi Pengadu dalam perkara dugaan pelanggaran kode etik oleh Ketua dan anggota KPU. Dalam pengaduannya tersebut, PDS mempersoalkan pengundangan Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012 vide halaman 8 angka 2 Putusan DKPP Nomor 25-26/DKPP-PKE-I/2012. Terhadap pengaduan tersebut, DKPP telah menerbitkan putusan, dimana amar putusannya menyatakan KPU tidak mempunyai itikad buruk untuk melanggar kode etik. Dengan demikian, peraturan 36 KPU Nomor 14 Tahun 2012 telah menjadi salah satu obyek sengketa peradilan etik penyelenggara pemilu dan diputus oleh DKPP. Karenanya tidak relevan untuk diuji kembali melalui penyelesaian sengketa Bawaslu. d) Sumber data verifikasi faktual 18 Partai Politik. Bahwa amar Putusan DKPP Nomor 25-26/DKPPPKE-I/2012 angka 3 menyebutkan membenarkan rekomendasi Bawaslu agar KPU mengikutsertakan partai politik yang tidak lolos verifikasi administrasi untuk dilakukan verifikasi faktual dengan tidak mengubah jadual tahapan Pemilu. Melaksanakan putusan DKPP tersebut, KPU menempuh kebijakan melakukan verifikasi faktual terhadap 18 (delapan belas) partai politik dengan mengoptimalkan waktu yang tersedia pada tahapan pendaftaran, verifikasi, dan penetapan partai politik peserta Pemilu sebagaimana dimaksud Pasal 16 ayat (2) UU Nomor 8 Tahun 2012. Untuk memberikan solusi sengketa dokumen partai politik sebagai akibat 18 (delapan belas) partai politik dinyatakan tidak memenuhi syarat administrasi, KPU menempuh kebijakan sumber data verifikasi faktual adalah dokumen yang diserahkan pimpinan pusat partai politik kepada KPU dan telah dilakukan verifikasi administrasi. Dalam hal terdapat perbedaan jumlah dan jenis dokumen yang dimiliki oleh KPU dengan yang diakui oleh partai politik, yang bersangkutan diberikan kesempatan untuk menyerahkan dokumen pada masa perbaikan sesuai tingkatan kepengurusan. Kebijakan tersebut disampaikan kepada partai politik melalui surat Nomor 676/KPU/XI/2012 tanggal 29 November 2012 dan kepada KPU Provinsi/Kabupaten/Kota melalui surat Nomor 681/KPU/XII/2012 tanggal 3 Desember 2012. Disamping menerbitkan surat tersebut di atas, KPU juga melakukan tatap muka dengan 18 (delapan belas) partai politik untuk mensosialisasikan pelaksanaan verifikasi faktual pasca putusan DKPP. Kegiatan yang sama dilakukan KPU kepada KPU Provinsi. e) Bahwa terhadap dalil Pemohon sepanjang yang mempersoalkan tentang pembentukan norma, penafsiran norma, dan penerapan norma harus dikesampingkan karena tidak relevan untuk dipersoalkan dalam forum ini. f) Bahwa berdasarkan Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual Partai Politik yang menjadi lampiran Keputusan KPU Nomor 05/Kpts/KPU/TAHUN 2013, 37 tanggal 8 Januari 2013 tentang Penetapan Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2014, Pemohon dinyatakan Tidak Memenuhi Syarat (TMS) sebagai Partai Peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) tahun 2014, karena tidak memenuhi persyaratan kepengurusan, keterwakilan perempuan, domisili kantor, dan keanggotaan 75% (tujuh puluh lima persen) pada sejumlah kabupaten/kota di 18 (delapan balas) provinsi. g) Sanggahan KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota terhadap dalil Pemohon tentang pelaksanaan verifikasi faktual menjadi bukti yang tidak terpisahkan dalam perkara ini. 5. Bahwa terhadap jawaban Termohon, Pemohon memberikan tanggapan pada tanggal 23 Januari 2013 dan 28 Januari 2013 sebagai berikut: b. Bahwa Pemohon secara nyata terbukti diperlakukan berbeda serta adanya tindakan diskriminatif dalam verifikasi faktual, dengan uraian sebagai berikut: 1) Sesuai Keputusan MK Nomor 52/PUU-X/2012 tanggal 15 Agustus 2012 yang menjadi dasar proses verifikasi oleh KPU saat ini antara lain berintikan bahwa sama/pemilu dalam 2014 kontestasi semua Parpol yang harus diperlakukan sama dan tidak boleh dibedabedakan atau diperlakukan diskriminatif. 2) Formulir Temuan Bawaslu No: 002/TM/PILEG/X/2012 tertanggal 5 November 2012. Dalam kajiannya, Bawaslu menemukan adanya dugaan pelanggaran administrasi dan kode etik dalam proses pendaftaran, penelitian administrasi hasil pengumuman perbaikan, perbaikan,penundaan penelitianadministrasi pengadaan dan hasil penyelenggaraan system informasi parpol serta ketertutupan akses bagi parpol dan Bawaslu. Kesimpulannya Bawaslu merekomendasikan 12 parpol termasuk PDS agar dipelakukan adil dengan diikutkan dalam proses 38 verifikasi factual oleh KPU. 3) Faktanya KPU tidak mengindahkan Rekomendasi Bawaslu bahkan menunggu keputusan DKPP No. 25-26/DKPP-PKE-I/2012 tanggal 26 November 2012 dengan keputusan yang intinya: DKPP telah memvonis dan meminta KPU bekerja lebih profesional, transparan, jujur, adil dan akuntabel dan meminta melakukan verifikasi factual terhadap 18 parpol yang awalnya dinyatakan gagal dalam verifikasi administrasi oleh KPU dengan tidak merubah jadwal tahapan Pemilu. Keputusan DKPP merupakan satu kesatuan dan tidak bias diartikan secara terpisah-pisah oleh KPU. 4) Bukti bahwa verifikasi factual terhadap PDS yang tergabung dalam 18 parpol keputusan DKPP dilakukan tidak professional, tidak transparan dan tidak adil bisa dilihat dari sisdur vertual KPU (terlampir) yang tidak dilaksanakan secara konsisten serta jadwal virtual Kabupaten/kota yang hanya 6 hari (5 s/d 11 Desember 2012) terdapat dalam PKPU No. 18 tanggal 4 Desember 2012 jelas ada perbedaan perlakuan yang sangat diskriminatif bila dibandingkan dengan virtual Parpol sebelumnya yang mendapatkan alokasi waktu 25 hari (30 Oktober 2012 s/d 24 November 2012) tentu sangat merugikan PDS yang tidak pernah dikomunikasikan KPU secara resmi kepada 18 Parpol (Pertemuan I dan terakhir KPU dengan 18 Parpol sejak putusan DKPP adalah tanggal 29 November 2012 dan jadwal virtual kepengurusan dan keanggotaan di kabupaten/kota tidak disampaikan/disosialisasikan saat itu, perhatikan PKPU No.18 Tgl 4 Desember 2012).Jelas disini ada ketidaktransparan KPU terhadap kami. 5) Dalam proses vertual di lapangan yang sebenarnya sudah tidak sejalan dengan perintah 39 DKPP dan jadwal vertual di tingkat KPU kabupaten/kota yang terdapat di PKPU No. 18, terbukti jelas transparan, KPU diskriminatif sehingga dalam keanggotaan parpol dan hal banyak tidak vertual bukti-bukti pelanggaran juga yang disampaikan termasuk keterbatasan waktu yang sangat singkat dari berbagai daerah. 6) Atas kerugian karena diperlakuan diskriminatif dan tidak transparan tersebut, dimana PDS tetap mampu menyelesaikan virtual tingkat Pusat dan 33 Provinsi Memenuhi Syarat (MS) 100 % serta 318 Kab/Kota memenuhi syarat dari 377 Kab/Kota yang diwajibkan KPU, maka dengan ini sesuai keputusan DKPP dan demi keadilan dan kebenaran serta kejujuran maka PDS meminta Bawaslu RI memutuskan: PDS menjadi peserta pemilu 2014. 7) Dalam jawaban lisannya komisioner KPU Ibu Ida Budhiarti mengakui adanya kebijakan-kebijakan khusus yang disepakati bersama parpol-parpol untuk mendrop beberapa issue yang berkembang berkaitan dengan sulitnya UU Pemilu no. 8 Tahun 2012 bila dilakukan secara konsisten, seperti keterwakilan perempuan, kepengurusan kecamatan, KTA dll. Pertanyaan mendasarnya apakah diperbolehkan secara hukum KPU yang dalam hal ini bertindak sebagai wasit berkompromi dengan Parpol yang diibaratkan sebagai para pemain ‘menyepakati’ suatu mekanisme tertentu untuk mendrop/mendiskresi verifikasi faktual (Vertual) kecamatan yang jelas melanggar UU Pemilu No 8 Tahun 2012 yang telah mengaturnya secara detail? (Tim hukum/saksi ahli akan menjelaskannya secara ilmiah dan akademik). 8) Walaupun sebenarnya kalau memang diperbolehkan melakukan kesepakatan seperti itu dan jelas KPU sudah melakukannya, maka 40 Bawaslu dapat mempertimbangkan dan memutuskan untuk mendiskresi terhadap proses vertual KTA dan pengurus kabupaten kota, kantor sekretariat, serta keterwakilan perempuan yang lakukan secara bersamaan karena sempitnya waktu hanya 6 hari (5 s/d 11 Desember 2012) yang diberikan selama vertual bila dibandingkan dengan kontestan atau Parpol yang mampu lolos dalam proses vertual tersebut dengan alokasi waktu 25 hari (30 Oktober 2012 s/d 24 November 2012), hal ini beralasan karena sebagaimana verifikasi pengurus tingkat kecamatan oleh KPU hanya sampai di vermin saja, maka khusus untuk 18 Parpol demi keadilan dan proporsionalitas verifikasi kepengurusan tingkat kabupaten kota dan keanggotaan cukup sampai di vermin saja, hal ini tentunya tidak bertentangan dengan UU Pemilu No.8 tahun 2012 atas yurisprudensi terhadap perlakuan KPU di tingkat kecamatan kepada Parpol yang lolos verifikasi. Kesalahan yang paling mendasar bahwa KPU tidak transparan mensosialisasikan dan mendiskusikan alokasi waktu yang hanya 6 hari untuk vertual kepengurusan dan keanggotaan Parpol ditingkat kabupaten/kota di seluruh Indonesia secara serentak kepada 18 Parpol putusan DKPP. 9) Dalam pernyataannya Ibu Ida juga bahwa KPU telah banyak membantu meringankan vertual 18 Parpol dalam berbagai hal, buktinya mana? apakah ada dari 18 Parpol lulus ujian kalau memang ada kemudahan dari mendapatkan KPU? justru kemudahankami merasa dikelabui oleh KPU karena sejak putusan DKPP secara resmi kami bertemu dengan KPU pada tanggal 29 November 2012 sore atas undangan KPU yang datang ke DPP PDS 2 Jam sebelum acara, saat penjelasan yang disampaikan hanyalah Sistem Prosedur Pelaksanaan Putusan 41 DKPP yang secara umum membahas alokasi waktu untuk vertual Pusat dan Provinsi tetapi sama sekali tidak menyampaikan alokasi waktu untuk vertual kepengurusan dan keanggotaan di tingkat kabupaten/kota. Hal ini bisa dibuktikan dengan bahan presentasi yang disampaikan Ibu Idha Budhiarti saat tanggal 29 November 2012 tersebut (terlampir sebagai bukti) dan sejak itu tidak ada pertemuan resmi lagi karena sudah waktunya vertual Pusat dan Provinsi, alokasi jadwal vertual kabupaten kota hanya tercantum pada Lampiran Surat Ketua KPU No: 681/KPU/XII/201 Tanggal 3 Desember 2012 yang ditujukan kepada Ketua KPUD Provinsi dan Ketua KPUD Kabupaten/Kota serta PKPU No. 18 Tertanggal 4 Desember 2012 lalu kapan alokasi waktu vertual kabupaten kota tersebut di bahas dan didiskusikan dengan 18 Parpol? inilah bukti begitu mudahnya komisioner memberikan pernyataan tanpa norma-norma kebenaran. 10) Dengan entengnya Komisioner KPU Ibu Idha Budhiarti melontarkan perkataan, mengapa tidak dilakukan upaya hukum sebelum selesai verifikasi sebagai bentuk gentlement agreement? pertanyaannya aturan/ mekanisme apa yang dapat digunakan untuk melakukan gugatan terhadap komisioner sebagai wasit pada saat vertual sedang berjalan, apalagi kalau tidak didiskusikan secara terbuka atau transparan? Apakah Komisioner KPU lupa bahwa PDS merupakan korban ketidak profesionalan KPU yang secara sepihak dan arogan menggugurkan 18 Parpol dalam verifikasi administrasi (Vermin) secara bertahap yang sebenarnya tidak dikenal dalam UU Pemilu No. 8 Tahun 2012, apalagi terbukti keputusannya salah khususnya terhadap PDS yang jelas memiliki bukti tanda terima seluruh persyaratan vermin yang diminta oleh 42 KPU. Saat kami datang meminta klarifikasi apakah diterima? Pada kenyataannya Sekjen PDS dan Ketua OKK diusir oleh Satpam KPU karena bukan dari 16 Parpol yang telah dinyatakan lulus vermin, walaupun kami sudah melakukan pengaduan langsung ke Bawaslu untuk meminta keadilan saat itu, yang menghasilkan rekomendasi Bawaslu agar KPU mengikut sertakan 12 Parpol yang telah melakukan gugatan di Bawaslu, namun kita lihat hasilnya KPU dengan tegas menolak rekomendasi Bawaslu tersebut, kalau kami bisa bertanya kepada Komisioner KPU dimana gentle agreement KPU saat itu, apakah mudah kami melakukan gugatan/ upaya hukum terhadap KPU yang arogan? waktu terus berlalu hingga satu bulan akhirnya DKPP dengan mengungkapkan bukti-bukti kesalahan dan ketidak profesionalan KPU memutuskan agar KPU mengikut sertakan vertual terhadap 18 Parpol dengan tanpa merubah jadwal namun meminta KPU bekerja lebih Profesional, transparan, jujur adil dan akuntabel, keputusan DKPP ini merupakan satu kesatuan dan bukan berdiri sendiri-sendiri sehingga KPU seharusnya tidak pantas menggunakan alasan perintah DKPP tidak merubah jadwal tapi perintah DKPP untuk bekerja lebih profesional, transparan, jujur dan adil tidak disertakan. Kondisi seperti itu apakah ada rasa empaty, atau rasa bersalah ataupun menyadari dampak dari arogansinya dan kesalahan KPU terhadap hancurnya pshycology kami di DPP PDS yang dicaci maki pengurus dan simpatisan se Indonesia karena dianggap tidak becus mengurus administrasi di pusat, ketidakpastian dan berbagai godaan parpol yang lolospun cukup signifikan memporakporandakan struktur kepengurusan dan keanggotaan di daerah, ada banyak cucuran airmata terbuang akibat ketidak Profesionalan KPU tersebut, dalam 43 situasi seperti itu jelas tidak cukup waktu untuk kami berpikir menggugat keputusan Wasit KPU yang tidak adil tersebut, sejujurnya dimana integritas KPU? Dan jangan katakan 18 parpol tidak memperingati KPU pada saat pertemuan pada tanggal 29 November 2012 tersebut yang hanya membahas alokasi vertual tingkat Pusat dan Provinsi dengan perbedaan waktu yang 3-4 haripun sempat ditanyakan sehingga ada istilah: “Mengapa 16 Parpol diberikan Daging dan kami 18 Parpol hanya diberikan Roti” kalau ada notulennya KPU pasti kata-kata itu tercatat, namun faktanya KPU tidak menanggapi serius dan bahkan tidak membahas alokasi waktu vertual untuk kabupaten/kota Masyarakatpun setelah pada saat itu. pertemuan itu memperingati KPU, pada tanggal 1 Desember 2012 para pengamat Pemilu sudah memperingati KPU dengan berbagai media memberitakannya antara lain kutipannya (bukti terlampir):“Ada indikasi pelanggaran kode etik yang dilakukan KPU terkait aturan verifikasi faktual untuk 18 parpol tersebut,” ujar Koordinator Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin di Jakarta, Sabtu (1/12). Said pun membeber indikasi yang mengarah diskriminasi itu. Di antaranya terkait alokasi waktu untuk verifikasi faktual. Bagi parpol yang sebelumnya dinyatakan lolos verifikasi administrasi, diberi kesempatan hingga 8 hari. Namun terhadap 18 parpol yang awalnya dicoret KPU namun akhirnya diikutkan dalam verifikasi faktual atas perintah Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), hanya diberi waktu tiga hari saja. (Bayangkan kalau masyarakat tahu bahwa perbedaan waktunya bukan hanya 8 hari dan 3 hari saja, tetapi untuk tingkat kabupaten kota perbandingannya adalah 25 hari dan 6 hari). “Jadi saya pikir rancangan jadwal pelaksanaan verifikasi faktual kepada 18 parpol tersebut 44 diskriminatif dan kurang cermat,” nilai Said dari SIGMA. Karenanya Said mengingatkan KPU agar bertindak cermat. Menurutnya, jangan sampai akibat ketidak cermatan KPU justru muncul kekisruhan baru. (apakah ini bukan bukti bahwa KPU tau masalahnya dan mengabaikannya begitu saja?) bukankah ini sebuah akal-akalan dan rekayasa KPU karena saat pertemuan I tanggal 29 November 2012, sisdur yang disampaikan hanya tanggal vertual Pusat dan Provinsi, itupun sudah dikatakan diskriminatif oleh Said Salahudin dari SIGMA, jadi dari awal KPU jelas sudah tahu bahwa perbedaan yang signifikan dalam vertual keanggotaan dan Pengurus di tingkat kabupaten/kota, keterwakilan perempuan dan kantor sekretariat secara bersamaan yang hanya 6 hari akan menjebak tidak tercapainya 18 parpol untuk mampu lolos dalam vertual tersebut? dimana keadilan dan kejujuran serta transparansi komisioner KPU saat itu, dan saat ini kalau kami ditanyakan kenapa tidak protes saat itu, masih adakah hati nurani sahabat-sahabat komisioner KPU? padahal saat itu kami percaya sepenuhnya bahwa KPU dengan jaminan DKPP seharusnya tetap bersikap adil dan jujur serta transparan untuk memperlakukan yang sama paling tidak mendekati terhadap proses semua kontestan sesuai keputusan MK No 52/PUU-X/2012 Tanggal 15 Agustus 2012 yang menjadi dasar dan landasan berbagai PKPU yang dibuat oleh KPU. 11) Demikian juga pernyataan Komisioner KPU Ibu Ida Budhiarti bahwa: “Perbedaan waktu bukanlah tindakan diskriminasi karena itu adalah perintah DKPP’, lalu perintah DKPP bahwa KPU juga harus bekerja lebih profesional, transparan, jujur, adil dan akuntabel diletakkan dimana? Masih ada file SMS kami pada tanggal 30 November 2012 Jam 08:18 WIB kepada jajaran Pimpinan PDS Daerah yang merupakan bukti tidak transparannya KPU, yaitu ;“Shalom ! sesuai hasil pertemuan Pimpinan KPU dgn Pimpinan 18 Parpol pd hari Kamis, tgl 29 Nov.’12 menindaklanjuti putusan DKPP, KPU akan lakukan verifikasi faktual kpd DPP & DPW PDS serentak mulai tanggal 5-7 Des.’12. Setelah itu baru DPC, DPRan & KTA. Agar kita persiapkan diri scr maximal thx, tlng disebarkan Gbu. DT”Jadi Pasca pertemuan dengan KPU tersebut terbukti 45 kami tidak tau waktu untuk vertual di tingkat DPC / kabupaten/kota, Jujur dan adilkah perbandingan antara 6 hari dan 25 hari untuk vertual kepengurusan dan keanggotaan di kabupaten/kota yang sengaja ditutupi untuk kami mengerjakan sesuatu yang besar dan luas yang menentukan nasib keikut sertaan PDS sebagai Peserta Pemilu 2014, dimana hak kami untuk mendapatkan informasi yang utuh? padahal untuk menjalankan perintah DKPP secara konsisten, KPU bisa saja menjalankan vertual secara jujur dan adil tanpa harus melakukan pembohongan publik dan diskriminasi terkait alokasi waktu terhadap kami (saksi ahli mantan KPU Pusat akan menjelaskannya secara terbuka) dengan kondisi waktu hanya 6 hari pun PDS mampu menyelesaikan lulus/ memenuhi syarat di 318 kabupaten kota, dengan kondisi geografis Indonesia yang berbeda-beda dan dengan tingkat kesulitan yang berlainan, jadi bila diberikan waktu 25 hari, maka niscaya untuk mencapai 377 kabupaten kota secara matematis harusnya bisa tercapai asalkan tidak dicurangi. Untuk Vertual Pusat dan Provinsi dengan perbedaan waktu yang sedikit hanya 2-3 hari PDS mampu membuktikan lulus/ Memenuhi syarat di tingkat Pusat dan 100% di 33 Provinsi di seluruh Indonesia. Maaf kami tidak berbicara hukum yang bermata dua seperti yang disampaikan Ibu Ida bahwa ada yang menang dan kalah, kami berbicara mengenai keadilan dan kebenaran yang harus ditegakkan oleh segenap institusi negara ini. (Saksi Ahli Statistik akan membuktikannya berkaitan dengan sampling). 12) Ibu Ida juga menyampaikan bahwa PDS tidak lolos di 18 Provinsi atau pada versi KPU sesuai Berita acara No. 05/BA/I/2013 Tentang Rekapitulasi hasil verifikasi faktual kepengurusan parpol tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota serta keanggotaan Parpol, PDS dinyatakan Tidak Memenuhi Syarat (TMS) di kurang lebih 72 kabupaten/kota dari 377 kabupaten/kota untuk pencapaian minimal 75% kabupaten/kota disetiap Provinsi. Karena sebenarnya ditingkat Pusat dan Provinsi PDS lolos 100% atau Memenuhi Syarat (MS) di 33 Provinsi sesuai alokasi waktu yang disosialisasikan KPU pada tanggal 29 November 2012 tersebut. Pada kesempatan ini perlu disampaikan bahwa beberapa kabupaten/kota di 4 46 provinsi yang kami ajukan dalam permohonan hanya merupakan sample dari berbagai ketidak adilan KPU dimana partai harus mengumpulkan anggota dalam suasana keterbatasan waktu dan vertual pada masa liburan Natal dan Tahun Baru, hal ini menimbulkan masalah karena saat menguji kesahihan KTA di lapangan atau menghadirkan anggota partai dilakukan pada waktu yang tidak tepat, dapat juga dikatakan bahwa liburan natal dan menjelang tahun baru adalah suatu hajatan universal dan berlangsung di seluruh dunia. Karena itu vertual pada waktu tersebut telah bertentangan dengan situasi, kebutuhan dan aspek yuridis-sosiologis bahkan yuridis-normatif (karena ada penetapan hari libur nasional oleh Pemerintah), artinya bertentangan dengan moment universal. Karena poin-poin tersebut, maka dapat dianggap bahwa kerendahan hati Umat Nasrani ternyata tidak dilihat sebagai suatu perjuangan komitmen. Hasil Proyeksi yang secara umum telah membawa PDS pada kategori Tidak Memenuhi Syarat (TMS), tidak mewakili realitas yang sesungguhnya. Secara metodologis kesimpulan tersebut mungkin telah bergerak di bawah kendali asumsi yang keliru, atau bahkan mungkin mengandung kesengajaan karena kehadiran PDS akan merugikan beberapa partai sebagai kompetitor, dan karenanya diragukan realibilitasnya. Dalam hal ini mungkin telah terjadi crime by methodology. (Bukti P-23) (saksi ahli akan menjelaskan). 13) Sudah cukup kami ungkapkan isi hati kami, karena jelas teori kami bahwa waktu 6 hari yang awalnya disembunyikan dan tidak disosialisasikan KPU tersebut bahkan partai manapun tidak akan mampu lolos dari verifikasi faktual atas pengurus kabupaten kota, kantor sekretariat, keterwakilan perempuan dan KTA 1000 atau 1/1000 di minimal 377 kabupaten kota di seluruh Indonesia dengan berbagai tingkat kesulitan yang berbeda, apalagi bagi PDS dalam suasana Natalan yang sangat berpengaruh terhadap: - Kesiapan anggota maupun pengurus; - secara psichologys sudah dihancurkan mental pengurus dan anggota karena dinyatakan gugur pada saat vermin; - Di banyak daerah laut pasang sehingga sulit 47 mengumpulkan anggota; - Suasana natalan dan menyambut tahun baru bagi umat kristiani ini merupakan perayaan besar dalam hidupnya; - dan berbagai kendala lainnya seperti dibeberapa tempat ada masyarakat yang bertanya kepada anggota PDS yang Muslim : “Apakah kamu sudah pindah agama sehingga mau menjadi anggota PDS?” untuk menjelaskan kesalah pahaman seperti ini tentunya dibutuhkan waktu yang cukup panjang supaya masyarakat dapat memahaminya sebagai bagian daripada edukasi politik. Selanjutnya kami serahkan kepada Bawaslu RI untuk menilainya secara jujur dan seadil-adilnya dalam kerangka menegakkan keadilan dan kebenaran sesuai norma hukum yang berlaku, termasuk perlu kami sampaikan secara politis mengutip pernyataan Pak Hidayat Nurwahid Ketua Fraksi PKS yang mendukung perjuangan PDS di Bawaslu karena dari 10 Partai yang telah dinyatakan lolos belum ada golongan Kristen terwakili di dalamnya, untuk itulah kiranya sebagaimana Presiden Soekarno diawal Negara ini berdiri tidak pernah mengabaikan keragaman partai-partai kristen yang ada, saat era Bung Karno ada Parkindo dan Partai Katolik yang didukungnya, kini PDS telah 2 x mengikuti Pemilu 2004 dan 2009 kiranya juga diberikan pertimbangan sebagai representasi kristiani dalam Pemilu 2014. 14) Kami terbatas tetapi kami mengimani Allah kami tidak terbatas, tanggapan pembelaan kami ini akan diserahkan juga ke publik dan tembusan ke institusi terkait, supaya masyarakat mendapatkan informasi yang seutuhnya, kami berkeyakinan dimana ada keadilan dan kebenaran maka disitu akan tumbuh damai sejahtera, oleh karena itu apapun keputusan Bawaslu RI, maka kami sebagai anak bangsa menghormatinya, akhirnya dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf kepada Komisioner KPU dan kepada semua pihak apabila ada kata dan sikap kami yang kurang berkenan marilah kita junjung tinggi menjadikan hukum sebagai panglima di Republik Indonesia tercinta ini, demikianlah penyampaian kami, 48 biarlah segala puji dan hormat dan kemuliaan kami kembalikan kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi serta seluruh isinya ini dan yang layak menerimanya Amin. 6. Bahwa untuk menguatkan dalil-dalil jawaban Termohon, Termohon mengajukan bukti-bukti tertulis sebagai berikut: T1 Keterangan Dan Dokumen Verifikasi KPU Provinsi Aceh : 1. Copy Permohonan Partai Politik Ke Bawaslu Partai Damai Sejahtera; 2. Copy Pernyataan Keberatan Hasil Verifikasi Partai Politik Calon Peserta Pemilu Anggota DPR, DPRD Provinsi Dan DPRD Kabupaten/Kota Tingkat Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota Pidie Jaya, Bireun, Tapaktuan, Abdya, Aceh Jaya, Provinsi Aceh, tertanggal 3 Januari 203; 3. Copy Surat KIP Kabupaten Pidie Jaya Berita Acara Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi Hasil Verifikasi Pengurus dan Anggota Partai Politik Nasional Tingkat Kabupaten Pidie Jaya Nomor:270/30/XII/2012, tertanggal 29 Desember 2012; 4. Copy Surat KIP Kabupaten Pidie Jaya Berita Acara Verifikasi Faktual Pengurus dan Anggota Partai Politik Nasional Tingkat Kabupaten Pidie Jaya Nomor:270/28/XII/2012, tertanggal 11 Desember 2012; 5. Copy Lampiran 6 Model F8-Parpol Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual Partai Politik Tingkat Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh tertanggal 29 Desember 2012; 6. Copy Model F12-Parpol Surat Pernyataan atas nama Abdul Manan, tertanggal 27 Desember 2012; 7. Copy Surat Perihal Penarikan Berkas tertanggal 27 Desember 2012, oleh Ketua Partai Damai Sejahtera atas nama Nazir; 8. Copy Surat DPW Provinsi Aceh Partai Damai Sejahtera Nomor: (tanpa nomor)/SK.DPC PDS/VII/2012, tentang Pengangkatan Pengurus Dewan Pimpinan Cabang Partai Damai Sejahtera Kabupaten Pidie Jaya perihal Susunan Pengurus Dewan Cabang Wilayah Partai Damai Sejahtera Kabupaten Pidie Jaya, tertanggal 26 Juli 2012; 9. Copy Surat Pernyataan atas nama Nazir, tertanggal 22 Desember 2012; 49 10. Copy Berita Acara KIP Kabupaten Bireuen Nomor:12/BA/KIP/XII/2012, tertanggal 5 Desember 2012; 11. Copy Surat KPU Kabupaten Bireun Nomor:270/570/2012, perihal Verifikasi Faktual Partai Politik Calon Peserta Pemilu 2014 tertanggal 6 Desember 2012, yang ditujukan kepada Pimpinan Partai Damai Sejahtera; 12. Copy Daftar Tanda Terima Surat Verifikasi Faktual Parpol No:270/570/XII/2012, tertanggal 6 Desember 2012; 13. Copy Surat Komisi Independen Pemilihan Kabuoaten Bireuen, perihal Pemberitahuan Hasil Verifikasi Faktuaol Partai Politik, tertanggal 12 Desember 2012; 14. Copy Tanda Terima Surat Untuk Partai Politik Perihak Surat Pemberitahuan Hasil Verifikasi Partai Politik; 15. Copy Lampiran 2 Model F-Parpol Tanda Bukti Penerimaan Kartu Tanda Anggota Partai Politik, tertanggal 18 Desember 2012; 16. Copy Surat KIP Kabupaten Bireuen Nomor:270/701/2012, perihal Verifikasi Faktual Partai Politik Calon Peserta Pemilu 2014, tertanggal 20 Desember 2012, yang ditujukan kepada DPC Partai Damai Sejahtera Kab Bireuen; 17. Copy Daftar Hadir tertanggal 24 Desember 2012, perihal acara Verifikasi Faktual Partai Politik Partai Damai Sejahtera Kab Bireuen; 18. Copy Daftar Hadir tertanggal 25 Desember 2012, perihal acara Verifikasi Faktual Partai Politik Peserta Pemilu Tahun 2014 Partai Damai Sejahtera Kab Bireuen; 19. Copy Surat KIP Kabupaten Bireuen Nomor:270/718/2012, perihal Pemberitahuan Verifikasi Faktual Hasil Perbaikan, tertanggal 29 Desember 2012; 20. Copy Daftar Tanda Terima Surat, tertanggal 29 Desember 2012; 21. Copy Daftar Tanda Terima Surat tertanggak 29 Desember 2012; 22. Copy Berita Acara Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi Hasil Verifikasi Pengurus Dan Anggota Partai Politik Tingkat Kabupaten/Kota KIP Kabupaten Bireuen Nomor:270/721/XII/2012, tertanggal 29 Desember 2012; 23. Copy Lampiran 1 Model F8-Parpol Lembaran Verifikasi Faktual Pengurus 50 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 51 Partai Politik Tingkat Kabupaten Partai Damai Sejahtera Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh; Copy Lampiran 6 Model F8-Parpol perihal Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual Partai Politik Tingkat Kabupaten/Kota Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh tertanggal 29 Desember 2012; Copy Berita Acara Verifikasi Faktual Hasil Perbaikan Pengurus dan Anggota Partai Politik Tingkat Kabupaten Nomor:103/BA/KPU-AJ/2012, tertanggal 29 Desember 2012; Copy Lampiran 6 Model F8-Parpol Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual Partai Politik Tingkat Kabupaten Kabupaten Aceh Jaya Provinsi Aceh, tertanggal 29 Desember 2012; Copy Surat KIP Kabupaten Aceh Jaya Nomor:270/281/KIP-AJ/2012, perihal Penyampaian Hasil Verifikasi Faktual Partai Politik Tambahan Tahap I Tingkat Kabupaten, tertanggal 12 Desember 2012; Copy Surat KIP Kabupaten Aceh Jaya Nomor:270/273/KIP-AJ/2012, perihal Penyampaian Jadwal Verifikasi Faktual Partai Politik Nasional Tingkat Kabupaten, tertanggal 06 Desember 2012; Copy Surat KIP Kabupaten Aceh Jaya Nomor:270/94/KIP-AJ/2012, perihal Undangan, tertanggal 26 Desember 2012; Copy Model F8-Parpol Berita Acara Verifikasi Faktual Hasil Perbaikan Pengurus dan anggota Partai Politik Tingkat Kabupaten Nomor:103/BA/KPUAJ/2012, tertanggal 29 Desember 2012; Copy Lampiran 1 Model F8-Parpol Lembaran Verifikasi Faktual Hasil Perbaikan Pengurus Partai Politik Tingkat Kabupaten, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh; Copy Lampiran 2 Model F8-Parpol Lembaran Verifikasi Faktual Anggota Partai Politik Tingkat Kabupaten Aceh Jaya PDS, tertanggal 27 Desember 2012; Copy Model F12-Parpol Surat Pernyataan atas nama Afnidar, tertanggal 27 Desember 2012; Copy Model F12-Parpol Surat Pernyataan atas nama Muri Burahman, tertanggal 27 Desember 2012; Copy Model F12-Parpol Surat Pernyataan atas nama Abd.Hamidali, 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. T2 tertanggal 27 Desember 2012; Copy Model F12-Parpol Surat Pernyataan atas nama Abdullah Abu, tertanggal 27 Desember 2012; Copy Model F12-Parpol Surat Pernyataan atas nama Nurjannah, tertanggal 27 Desember 2012; Copy Model F12-Parpol Surat Pernyataan atas nama Muslim, tertanggal 27 Desember 2012; Copy Model F12-Parpol Surat Pernyataan atas nama Muslim Anjani, tertanggal 27 Desember 2012; Copy Model F12-Parpol Surat Pernyataan atas nama Muhamad Isa, tertanggal 27 Desember 2012; Copy Model F12-Parpol Surat Pernyataan atas nama Syamsudin, tertanggal 27 Desember 2012; Copy Model F12-Parpol Surat Pernyataan atas nama Maimun Bahri, tertanggal 27 Desember 2012; Copy Berita Acara Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi Verifikasi Pengurus Dan Anggota Partai Politik Tingkat Kabupaten Aceh Barat Daya Nomor:270/092/BA/2012, tertanggal 29 Desember 2012; Copy Lampiran 6 Model F8-Parpol Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual Partai Desember 2012; Copy Lampiran 1 Model F8-Parpol Lembaran Verifikasi Faktual Pengurus Partai Politik Tingkat Kabupaten Ache Barat Politik Tingkat Kabupaten Aceh Barat Daya Provinsi tertanggal 29 Daya; Copy Model F8-Parpol Berita Acara Verifikasi Faktual Pengurus dan Anggota Partai Politik Tingkat Kabupaten Nomor:270/100/BA/2012, tertanggal 29 Desember 2012; Copy surat KPU Kabupaten Aceh Barat Daya Nomor:270/252/2012, tertanggal 13 Desember 2012. 1. Copy Permohonan Partai Politik Ke Bawaslu Partai Damai Sejaahtera Provinsi NTT; 2. Copy Kronologi Pelaksanaan Verifikasi Vaktual Partai Damai Sejahtera Kabupaten Ende, tertanggal 4 Januari 2012, yang ditanda tangani oleh Ketua KPU Kabupaten ende; 3. Copy Tanggapan Atas Pernyataan Keberatan Hasil Verifikasi Oleh Partai Damai Sejahtera tertanggal 4 Januari : Keterangan Dan Dokumentasi Verifikas Kabupaten Ende KPU 52 Provinsi Nusa Tenggara Timur 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 53 2012 yang ditanda tangani oleh Ketua KPU Kabupaten Ende; Copy Surat KPU Kabupaten Ende Nomor:106/KPU-KAB018433996/XII/2012, perihal Verifikasi Faktual Partai Politik Calon Peserta Pemilihan Umum Tahun 2014, tertanggal 9 Desember 2012, yang ditanda tangani oleh Ketua KPU Kabupaten Ende dan ditujukan kepada Pimpinan Partai Damai Sejahtera Kabupaten Ende; Copy Surat KPU Kabupaten Ende Nomor:107/KPU-KAB.018433996/XII/2012, perihal Penyampaian Hasil Verifikasi Faktual, tertanggal 13 Desember 2012, yang ditanda tangani oleh Anggota A.n Ketua KPU Kabupaten Ende; Copy Lampiran Model F8-Parpol Lembaran Verifikasi Faktual Anggota Partai Politik Tingkat Kabupaten Partai Damai Sejahtera Kabupaten Ende, Provinsi NTT; Copy Daftar Hadir Anggota Partai Yang Diverifikasi Faktual Partai PDS Kecamatan Wolojita, yang ditanda tangani Petugas Verifikasi atas nama F. Olimpius; Copy Daftar Hadir Anggota Partai Yang Diverifikasi Faktual Partai PDS Ende Tengah, yang ditanda tangani Petugas Verifikasi atas nama Vinsensius Alom; Copy Daftar Hadir Anggota Partai Yang Diverifikasi Faktual Partai PDS Kecamatan Detukeli, yang ditanda tangani Petugas Verifikasi atas nama F. Olimpius; Copy Model F12-Parpol Surat Pernyataan atas nama Maria MBU, tertanggal Bulan Desember 2012; Copy Tanda Terima Berita Acara Hasil Verifikasi Faktual Partai Politik; Copy Surat Keputusan DPP Partai Damai Sejahtera Nomor:131/SK.DPP.PDS/I/2006 tentang Pengangkatan Pengurus Dewan Pimpinan Cabang Partai Damai Sejahtera Kabupaten Ende, tertanggal 16 Januari 2006; Copy Lampiran Surat Keputusan DPP Partai Damai Sejahtera Nomor:131/SK.DPP.PDS/I/2006 tentang Penetapan DPC Kabupaten Ende Partai Damai Sejahtera, tertanggal 18 Januari 2006; Copy Permohonan Partai Politik Ke 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 54 Bawaslu Partai Damai Sejahtera Kabupaten Ende; Copy Surat KPU Kabupaten Ende Nomor:103/KPU-Kab018.433996/XII/2012, perihal Sosialisasi Pelaksanaan Verifikasi Faktual Partai Politik Calon Peserta Pemilu 2014, tertanggal 4 Desember 2012; Copy List Daftar Alamat yang dituju; Copy Surat KPU Kabupaten Ende perihal Radiogram berasal dari Ketua KPU Kabupaten Ende di Ende, tertanggal 4 Desember 2012; Copy Isi Radiogram, yang ditanda tangani oleh Anggota KPU Kabupaten Ende; Copy Daftar Hadir Sosialisasi Pelaksanaan Verifikasi Vaktual Partai Politik Calon Peseta Pemilu Tahun 2014, tertanggal 5 Desember 2012; Copy Surat KPU Kabupaten Ende Nomor:105/KPU-Kab018.433996/XII/2012, perihal Verifikasi Faktual Partai Politik Calon Peserta pemilu 2014, tertanggal 5 Desember 2012; Copy List Alamat Yang dituju; Copy Lampiran 3 Model F8-Parpol Berita Acara Pengambilan Sampel Verifikasi Vaktual KeanggotaanPartai Politik Tingkat Kabupaten Nomor:176/BA/KPU/KAB018.433996/XII2012, tertanggal 6 Desember 2012; Copy Surat KPU Kabupaten Ende Nomor:106/KPU-KAB081433996/XII/2012, perihal Verifikasi Faktual Partai Politik Calon Peserta pemilihan Umum Tahun 2014, tertanggal 9 Desember 2012; Copy Surat KPU Kabupaten Ende Nomor:107/KPU-KAB.018433996/XII/2012, perihal Penyampaian Hasil Verifikasi Faktual, tertanggal 13 Desember 2012; Copy Tanda Terima Berita Acara Verifikasi Faktual Partai Politik; Copy Model F8-Parpol Berita Acara Verifikasi Faktual Pengurus dan Anggota Partai Politik Tingkat Kabupaten Ende tertanggal 13 Desember 2012; Copy Surat KPU Kabupaten ende Nomor:115/KPUKAB.018.433996/XII/2012, perihal Rapat Pleno Hasil Verifikasi Faktual 18 Parpol Tingkat Kab Ende, tertanggal 28 Desember 2012; 28. Copy Model F8-Parpol Berita Acara Verifikasi Faktual Hasil Perbaikan Pengurus Dan Anggota Partai Politik Tingkat Kabupaten Ende, tertanggal 30 Desember 2012; 29. Copy Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual Partai Politik Tingkat Kabupaten/Kota Kabupaten Ende Provinsi NTT; 30. Copy Daftar Hadir Rapat Pleno Terbuka Hasil Verifikasi 18 Partai Politik Tingkat Kabupaten ende, tertanggal 30 Desember 2012. Bukti T3 : Jawa Barat 1. Fotocopy Model F8-Parpol Berita Acara Verifikasi Faktual Hasil Perbaikan Pengurus dan Anggota Partai Politik Tingkat Kabupaten Nomor: 58/BA/XII/2012, yang dibuat di Cibinong pada tanggal 29 Desember 2012 ditanda tangani oleh Ketua dan 3 anggota KPU Kabupaten Bogor; 2. Fotocopy Lampiran I Model F8-Parpol Lembaran Verifikasi Faktual Pengurus Partai Damai Sejahtera Tingkat Kabupaten Bogor, Petugas Verifikasi atas nama Tagiman, S.E., M.M; 3. Fotocopy Berita Acara Hasil Verifikasi Faktual Keanggotaan Parpol Tingkat Kabupaten/kota No : 57/BA/XII/2012 di buat di Cibinong, 29 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Ketua dan 3 orang anggota KPU Kabupaten Bogor. 4. Fotocopy Lampiran 6 Model F8 - Parpol Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual Partai Politik Tingkat Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, di buat di Cibinong 29 Desember 2012 di tanda tangani oleh Ketua dan 3 Anggota KPU Kabupaten Bogor. 5. Fotocopy Model F8-Parpol Berita Acara Verifikasi Faktual Pengurus Dan Anggota Partai Politik Tingkat Kabupaten Nomor: 786/BA/XII/2012, yang dibuat di Subang, tertanggal 29 Desember 2012, yang ditanda tangani oleh Ketua dan 4 Anggota KPU Kabupaten Bogor; 6. Fotocopy Lampiran I Model F8-Parpol Lembaran Verifikasi Faktual Pengurus Partai Damai Sejahtera Tingkat Kabupaten Subang, Petugas Verifikasi 55 atas nama Asep kartika; 7. Fotocopy Lampiran 6 Model F8-Parpol Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual Partai Politik Tingkat Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat, di buat di Subang 29 Desember 2012 di tanda tangani oleh Ketua dan 4 Anggota KPU Kabupaten Subang. Bandung Barat 1. Fotocopy Model F8-Parpol Berita Acara Verifikasi Faktual Hasil Perbaikan Pengurus dan Anggota Partai Politik Tingkat Kabupaten Bandung Barat Nomor: 46/BA/KPU-Kab001.329865/XII/2012, yang dibuat di Padalarang pada tanggal 29 Desember 2012 ditanda tangani oleh Ketua dan 4 anggota KPU Kabupaten Bandung Barat; 2. Fotocopy Lampiran I Model F8-Parpol Lembaran Verifikasi Faktual Pengurus Partai Damai Sejahtera Tingkat Kabupaten Bandung Barat, Petugas Verifikasi atas nama Syarief; 3. Fotocopy Lampiran 4 Model F8-Parpol BA hasil verifikasi faktual keanggotaan Partai Politik Tingkat Kabupaten Bandung Barat No: 47/BA/KPU-Kab011.329865/XII/2012 di buat di Padalarang 29 Desember 2012 di tandatangani oleh ketua dan 4 anggota KPU Kabupaten Bandung Barat; 4. Fotocopy Lampiran 6 Model F8-Parpol Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual Partai Politik Tingkat Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat, di buat di Padalarang 29 Desember 2012 di tanda tangani oleh Ketua dan 4 Anggota KPU Kabupaten Padalarang; 5. Fotocopy KTA kepengurusan Partai Damai Sejahtera kabupaten Bandung Barat. Aceh 1. Fotocopy permohonan Partai Damai Sejahtera Ke Bawaslu; 2. Fotocopy Pernyataan Keberatan hasil Verifikasi Partai Politik Calon Peserta Pemilu Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota tingkat Pusat/Provinsi/kabupaten/Kota Pidie jaya, Bireun, tapaktuan, ABDYA, Aceh 56 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 57 jaya yang mengajukan keberatan Herman N di Banda Aceh 3 januari 2013 Fotocopy Berita Acara Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi Hasil Verifikasi Pengurus Dan Anggota Partai Politik Tingkat Kabupaten Pidie Jaya Nomor: 270/30/BA/XII/2012, yang dibuat di Meureudu, tertanggal 29 Desember 2012, yang ditanda tangani oleh Ketua dan 4 Anggota KPU Kabupaten Aceh Selatan; Fotocopy Berita Acara Verifikasi Faktual Pengurus dan Anggota Partai Politik Tingkat Kabupaten Pidie jaya, Nomor: 270/28/XII/2012, yang dibuat di Meureudu, tertanggal 11 Desember 2012, yang ditanda tangani oleh Ketua dan 4 Anggota KPU Kabupaten Pidie Jaya; Fotocopy Lampiran 6 Model F8-Parpol Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual Partai Politik Tingkat Kabupaten/Kota Kabupaten Pidie jaya Provinsi Aceh, yang dibuat di Kota Jantho tertanggal 29 Desember 2012, yang ditanda tangani oleh Ketua dan 4 Anggota KPU Kabupaten Pidie Jaya; Fotocopy Model F12-Parpol surat pernyataan yang di buat oleh Abdul Manan tanggal 27 Desember 2012; Fotocopy penarikan berkas yang di buat Nazir tanggal 27 Desember 2012; Fotocopy SK DPC PDS/VII/2012 tentang pengangkatan pengurus DPC Partai Damai Sejahtera kabupaten Pidie Jaya di buat banda Aceh 26 Juli 2012 ketua Wenta Lingga; Surat Pernyataan Nazir di buat Meureudu 22 Desember 2012; Fotocopy BA Nomor: 12/BA/KIP/XII/2012 yang ditandatangani oleh ketua dan 4 anggota KPU kabupaten Bireuen; Fotocopy Surat KPU kabupaten Bireuen Nomor: 270/570/2012 perihal Verifikasi Faktual Partai Politik Calon Peserta Pemilu 2014 tanggal 06 Desember 2014 di Bereuen; Fotocopy Tanda terima surat verifikasi Faktual parpol 270/570/XII/2012; Fotocopy Surat KPU kabupaten Bireuen Nomor: 270/686/2012/ perihal pemberitahuan Verifikasi faktual Parpol 12 Desember 2012, Alibasyah Puteh, S.P; Fotocopy tanda terima surat untuk parpol perihal surat pemberitahuan hasil verifikasi Parpol; 15. Fotocopy lampiran 2 Model F-Parpol tanda bukti penerimaan kartu tanda anggota parpol hari selasa 18 Desember 2012 petugas penerima laila Qadri, S.H; 16. Fotocopy surat KPU nomor: 270/701/2012 perihal verifikasi Faktual parpol calon peserta pemilu 2014 di buat bireuen 20 Desember 2012 di tandatangani Mukhtaruddin S.H., M.H; 17. Fotocopy Daftar hadir verifikasi faktual PDS senin 24 Desember 2012 petugas verifikasi Faizah Humaira S.E; 18. Fotocopy Daftar hadir verifikasi faktual PDS Kabupaten Bireuen, selasa 25 Desember 2012 petugas verifikasi Faizah Humaira S.E; 19. Fotocopy surat KPU nomor: 270/718/2012 perihal pemberitahuan verifikasi Faktual hasil Perbaikan kepada DPC PDS kabupaten Bireuen 29 Desember 2012 di tandatangani ketua Alibasyah Puteh, S.P; 20. Fotocopy tanda terima surat untuk parpol perihal surat pemberitahuan hasil perbaikan, sabtu 29 Desember 2012; 21. Fotocopy Daftar Tanda terima Surat tertanggal 29 Desember 2012 yang ditandatangani oleh 3 Pimpinan partai politik (PDS, Buruh, dan Republik); 22. Fotocopy Berita Acara Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi Hasil Verifikasi Pengurus dan Anggota partai politik Tingkat Kab/Kota No : 270/721/XII/2012 di Bireun tertanggal 29 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Ketua dan 3 Orang Anggota KIP Kabupaten Bireun; 23. Fotocopy Model F8 parpol Berita Acara Verifikasi Faktual hasil perbaikan Pengurus dan Anggota partai politik Tingkat Kabupaten No : 270/710.3/XII/2012 di Bireun tertanggal 29 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Ketua dan 3 orang anggota KIP Kabupaten Bireun; 24. Fotocopy lampiran 1 Model F8-parpol Lembaran verifikasi faktual Pengurus partai politik Tingkat kabupaten yang ditandatangani oleh 7 orang petugas verifikasi; 25. Fotocopy Lampiran 6 Model F-8 Parpol Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual partai politik Tingkat Kab/Kota Kab Bireun tertanggal 29 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Ketua dan 3 Orang Anggota KIP Kab Bireun; 26. Fotocopy Berita Acara Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi Hasil Verifikasi 58 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 59 Pengurus dan Anggota partai politik Tingkat Kabupaten No : 109/BA/KPUAJ/XII/2012 di Calang tertanggal 29 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Ketua dan 4 Orang Anggota KPU Kabupaten Aceh Jaya. Fotocopy Model F8 – Parpol Berita Acara Verifikasi Faktual hasil perbaikan Pengurus dan Anggota partai politik Tingkat Kabupaten No : 103/7BA/KPUAJ/2012 di Calang tertanggal 29 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Ketua dan 4 orang anggota KPU Kabupaten Aceh Jaya; Fotocopy Lampiran 6 Model F8- parpol Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual partai politik Tingkat Kabupaten, Kab Aceh Jaya tertanggal 29 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Ketua dan 4 Orang Anggota KPU Kabupaten Aceh Jaya; Fotocopy Surat Penyampaian Hasil Verifikasi Faktual partai politik tambahan Tahap I Tingkat kabupaten No : 270/281/KIP-AJ/2012 kepada Ketua DPC PDS di Calang tertanggal 12 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Ketua KIP Kab Aceh Jaya Yusrizal Usman; Fotocopy Surat penyampaian Jadwal Verifikasi Faktual partai politik nasional Tingkat kabupaten No : 270/273/KIPAJ/2012 kepada Ketua DPC PDS di Calang tertanggal 06 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Ketua KIP Kab Aceh Jaya Yusrizal Usman; Fotocopy Surat Undangan No: 270/294/KPU-AJ/2012 kepada Ketua DPC PDS di Calang tertanggal 26 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Ketua KPU Kab Aceh Jaya Yusrizal Usman; Fotocopy Model F8-Parpol Berita Acara Verifikasi Faktual hasil perbaikan Pengurus dan Anggota partai politik Tingkat Kabupaten No : 103/7BA/KPUAJ/2012 di Calang tertanggal 29 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Ketua dan 4 orang anggota KPU Kabupaten Aceh Jaya; Fotocopy Lampiran 1 Model F8- Parpol Lembaran verifikasi faktual Pengurus partai politik Tingkat kabupaten PDS Kab Aceh Jaya yang ditandatangani oleh petugas verifikasi T. Herpenni; Fotocopy Lampiran 2 Model F8-Parpol Lembaran verifikasi faktual Anggota 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 60 partai politik Tingkat kabupaten Aceh Jaya Partai Damai Sejahtera tertanggal 27 Desember 2012 yang ditandatangani oleh petugas verifikasi Anita Indah T; Fotocopy Lembaran verifikasi faktual Anggota partai politik Tingkat kabupaten Aceh Jaya Partai Damai Sejahtera tertanggal 27 Desember 2012 yang ditandatangani oleh petugas verifikasi T. Herpenni; Fotocopy Lembaran verifikasi faktual Anggota partai politik Tingkat kabupaten Aceh Jaya Partai Damai Sejahtera tertanggal 27 Desember 2012 yang ditandatangani oleh petugas verifikasi Cut Harlinda; Fotocopy Model F12-parpol Surat Pernyataan Bukan Anggota PDS dibuat di Sabee tertanggal 27 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Sdr. Afnida R; Fotocopy Model F12-parpol Surat Pernyataan Bukan Anggota PDS dibuat di Paya Baru tertanggal 27 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Sdr. Muri Burhanan; Fotocopy Model F12- Parpol Surat Pernyataan Bukan Anggota PDS dibuat di Tanoh Manyong tertanggal 27 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Sdr. Abd. Hamid Ali; Fotocopy Model F12-parpol Surat Pernyataan Bukan Anggota PDS dibuat di Lhok Kruet tertanggal 27 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Sdr. Abdullah Abu; Fotocopy Model F12-parpol Surat Pernyataan Bukan Anggota PDS dibuat di Lhok Kruet tertanggal 27 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Sdr. Nurjannah; Fotocopy Model F12-parpol Surat Pernyataan Bukan Anggota PDS dibuat di Rigain tertanggal 27 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Sdr. Muslim; Fotocopy Model F12-parpol Surat Pernyataan Bukan Anggota PDS dibuat di Lhok Timon tertanggal 27 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Sdr. Muslim Anjani; Fotocopy Model F12-parpol Surat Pernyataan Bukan Anggota PDS dibuat di Lhok Timon tertanggal 27 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Sdr. Muhamad Isa; Fotocopy Model F12-parpol Surat Pernyataan Bukan Anggota PDS dibuat di Palo Raya tertanggal 27 Desember 46. 47. 48. 49. 50. 51. 2012 yang ditandatangani oleh Sdr. Syamsudin; Fotocopy Model F12-parpol Surat Pernyataan Bukan Anggota PDS dibuat di Lhok Timon tertanggal 27 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Sdr. Maimun Bahri; Fotocopy Berita Acara Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi Hasil Verifikasi Pengurus dan Anggota partai politik Tingkat Kabupaten Aceh Barat Daya No: 270/092/B/2012 di Blangpidie tertanggal 29 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Ketua dan 3 Orang Anggota KPU Kabupaten Aceh Barat Daya; Fotocopy Lampiran 6 Model F8-Parpol Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual partai politik Tingkat Kabupaten, Kab Aceh Barat Daya di Blangpidie tertanggal 29 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Ketua dan 3 Orang Anggota KPU Kabupaten Aceh Barat Daya; Fotocopy Lampiran 1 Model F8-Parpol Lembaran verifikasi faktual Pengurus partai politik Tingkat kabupaten Partai Damai Sejahtera Kabupaten Aceh barat Daya (Tidak ditandatangani petugas verifikasi); Fotocopy Model F8-Parpol Berita Acara Verifikasi Faktual Pengurus dan Anggota partai politik Tingkat Kabupaten Nomor: 270/100/BA/2012 di Blangpidie tertanggal 29 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Ketua dan 3 orang anggota KPU Kabupaten Aceh Barat Daya; Fotocopy Surat Pemberitahuan Nomor: 270/252/2012 Kepada Pimpinan PDS Kab Aceh Barat Daya di Blangpidie tertanggal 13 Desember 2012 yang ditandatangani oleh Ketua KPU kab Aceh Barat Daya nazli S. Ag. 7. Bahwa untuk memperkuat dalil-dalil jawaban Termohon, Termohon juga menyampaikan kesimpulan tertulis yang pada pokoknya sebagai berikut: a) Berdasarkan rekapitulasi hasil verifikasi partai politik, Partai Damai Sejahtera (PDS) tidak memenuhi persyaratan kepengurusan minimal 75% (tujuhpuluh lima persen) kabupaten/kota di 18 (delapan belas) provinsi. Dengan demikian Partai Damai Sejahtera (PDS) tidak dapat ditetapkan sebagai peserta Pemilu karena tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal 8 ayat (2), Pasal 16 ayat (1), dan Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012. b) Dalam permohonannya, Pemohon tidak menyebutkan 61 dan membahas semua daerah-daerah yang tidak memenuhi syarat. Dalam proses pemeriksaan, Pemohon hanya mampu menghadirkan beberapa pengurus daerah Partai Damai Sejahtera (PDS), dimana para pengurus tersebut tidak mampu membuktikan bahwa Pemohon memenuhi syarat yang ditentukan. Terhadap daerah yang disebutkan oleh Pemohon dalam Permohonan, Termohon telah memberikan keterangan secara langsung dari KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang didukung oleh bukti-bukti terkait untuk membantah seluruh dalil-dalil pemohon, di mana pada pokoknya berdasarkan hasil verifikasi faktual Pemohon tidak memenuhi syarat yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. c) Bahwa keterangan ahli yang dihadirkan oleh Pemohon tidak memiliki signifikansi untuk mendukung dalil-dalil Permohonan Pemohon karena tidak memiliki keterkaitan secara langsung antara keterangan ahli dengan dalil-dalil Pemohon. d) Oleh karena itu, karena Pemohon tidak mampu membuktikan dalil-dalilnya maka permohonan penyelesaian sengketa Pemilu yang diajukan oleh Pemohon seharusnya ditolak atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima. c. Pertimbangan Bawaslu 1) Kewenangan Bawaslu Bahwa berdasarkan Pasal 258 ayat (1) dan Pasal 268 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD juncto Pasal 3 ayat (2) huruf a Peraturan Bawaslu Nomor 15 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD menyatakan bahwa Bawaslu menyelesaikan sengketa Pemilu yang timbul antara KPU dan Partai Politik Calon Peserta Pemilu yang tidak lolos verifikasi sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan KPU tentang penetapan Partai Politik Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17. 2) Kedudukan Hukum Para Pihak a) Bahwa Partai Damai Sejahtera (PDS) berkedudukan sebagai Partai Politik Calon Peserta Pemilu yang tidak lolos sebagai peserta pemilu akibat dikeluarkannya Keputusan KPU Nomor 05/KPTS/KPU/Tahun 2013 tentang Penetapan Partai Politik Peserta Pemiluhan Umum Tahun 2014; b) Bahwa Partai Damai Sejahtera (PDS) tercantum di dalam daftar Partai Politik yang tidak lolos sebagai peserta pemilu sebagaimana Lampiran II Keputusan KPU Nomor 05/KPTS/KPU/Tahun 2013 angka 9 (sembilan); c) Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf a Peraturan Bawaslu Nomor 15 Tahun 2012 tentang Tata Cara 62 Penyelesaian Sengketa Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD, Pemohon memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan penyelesaian sengketa Pemilu kepada Bawaslu. 3) Jangka Waktu. Permohonan diajukan setelah termohon mengumumkan Keputusan KPU Nomor 05/KPTS/KPU/Tahun 2013, yakni pada tanggal 8 Januari 2013. 4) Pertimbangan Hukum a) Menimbang bahwa Pemohon telah dinyatakan tidak memenuhi syarat oleh Termohon berdasarkan Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual Partai Politik sebagaimana lampiran Keputusan KPU Nomor 05/KPTS/KPU/Tahun 2013, yang disebabkan kurang dari 75% ditingkat Kabupaten/Kota, dengan rincian sebagaimana dalam tabel berikut: NO. WILAYAH 1 2 3 4 5 6 7 Aceh Sumatera Barat Jambi Sumatera selatan Bengkulu Lampung Kep.Bangka Belitung Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali NusaTenggara Barat NusaTenggara Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan Maluku Utara 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 b) Menimbang bahwa terhadap KETERANGAN TIDAK MEMENUHI SYARAT Kurang di 5 Kab/Kota Kurang di 12 Kab/Kota Kurang di 2 Kab/Kota Kurang di 1 Kab/Kota Kurang di 2 Kab/Kota Kurang di 5 Kab/Kota Kurang di 1 Kab/Kota Kurang di 4 Kab/Kota Kurang di 20 Kab/Kota Kurang di 4 Kab/Kota Kurang di 3 Kab/Kota Kurang di 2 Kab/Kota Kurang di 1 Kab/Kota Kurang di 5 Kab/Kota Kurang di 1 Kab/Kota Kurang di 3 Kab/Kota Kurang di 5 Kab/Kota Kurang di 1 Kab/Kota dalil Pemohon yang menyatakan bahwa adanya pelanggaran hukum dan asas kepastian hukum, diskriminasi, dan tidak Profesionalitas serta Pelanggaran Undang-Undang dalam Verifikasi Faktual dan Penyampaian Hasil Verifikasi Faktual Partai Politik Calon Peserta Pemilu Tahun 2014. Bawaslu menilai bahwa bukan kewenangan Bawaslu untuk menilai hal tersebut 63 dalam penyelesaian sengketa Pemilu. Oleh karena itu, Bawaslu tidak mempertimbangkan dalil Pemohon tersebut. c) Bahwa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Pasal 15 huruf d hanya mensyaratkan proses verifikasi faktual keterwakilan 30 persen perempuan dalam kepengurusan partai politik hanya dilihat dari tingkat kepengurusan di tingkat pengurus pusat, bukan kepengurusan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Namun faktanya (Bukti P-16), dalam melakukan verifikasi faktual, KPU Provinsi dan Kabupaten/Kota menjadikan parameter pemenuhan syarat keterwakilan perempuan sebanyak 30 persen dalam kepengurusan di jenjang provinsi dan kabupaten/kota sebagai indikator pemenuhan syarat yang menyatakan bahwa partai politik memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat di provinsi atau kabupaten/kota bersangkutan. Dengan demikian terjadi pelanggaran atas ketentuan Pasal 15 huruf d Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012. Bahwa setelah menilai dan mencermati dengan seksama atas keterangan dan bukti yang diajukan oleh Pemohon, jawaban dan bukti Termohon, Keterangan Saksi-Saksi, Bawaslu berpendapat sebagai berikut: • Bahwa ketentuan Pasal 8 ayat (2) huruf e UndangUndang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD sudah secara tegas mengatur bahwa 30% keterwakilan perempuan dalam Kepengurusan hanya untuk pengurus di tingkat pusat; • Bahwa penjelasan Pasal 15 huruf d Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 yang menyatakan:“Yang dimaksud dengan “penyertaan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan” adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (5), Pasal 20, dan Pasal 51 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.” Bahwa terkait penjelasan Pasal 15 huruf d UndangUndang Nomor 8 Tahun 2012, Bawaslu menyatakan 64 hal-hal sebagai berikut: • Bahwa fungsi dan peran penjelasan peraturan perundang-undangan sudah secara tegas diatur di dalam lampiran I Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan sebagai berikut: - Angka 176. Penjelasan berfungsi sebagai tafsir resmi pembentuk Peraturan Perundangundangan atas norma tertentu dalam batang tubuh. Oleh karena itu, penjelasan hanya memuat uraian terhadap kata, frasa, kalimat atau padanan kata/istilah asing dalam norma yang dapat disertai dengan contoh. Penjelasan sebagai sarana untuk memperjelas norma dalam batang tubuh tidak boleh mengakibatkan terjadinya ketidakjelasan dari norma yang dimaksud. - Angka 177. Penjelasan tidak dapat digunakan sebagai dasar hukum untuk membuat peraturan lebih lanjut dan tidak boleh mencantumkan rumusan yang berisi norma. - Angka 178. Penjelasan tidak menggunakan rumusan yang isinya memuat perubahan terselubung terhadap ketentuan Peraturan Perundangundangan - Angka 186. Rumusan penjelasan pasal demi pasal memperhatikan hal sebagai berikut: a. tidak bertentangan dengan materi pokok yang diatur dalam batang tubuh; b. tidak memperluas, mempersempit atau menambah pengertian norma yang ada dalam batang tubuh; c. tidak melakukan pengulangan atas materi pokok yang diatur dalam batang tubuh; d. tidak mengulangi uraian kata, istilah, frasa, atau pengertian yang telah dimuat di dalam ketentuan umum; dan/atau e. tidak memuat rumusan pendelegasian • Bahwa berdasarkan lampiran I Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, penjelasan Pasal 15 huruf d Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tidak boleh bertentangan, tidak memperluas atau menambah pengertian norma yang ada di dalam batang tubuh. Sedangkan Pasal 8 ayat (2) huruf e Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD mengatur penyertaan 30% keterwakilan Perempuan di dalam kepengurusan partai politik adalah pada di tingkat pusat; • Menimbang bahwa sebelum Bawaslu menjawab mengenai pelaksanaan diskresi yang dianggap oleh Pemohon telah diterapkan oleh Termohon dalam melakukan verifikasi, Bawaslu terlebih dahulu akan 65 menguraikan bahwa diskresi berarti salah satu sarana yang memberikan ruang gerak bagi pejabat yang berwenang untuk melakukan tindakan tanpa harus terikat sepenuhnya pada undang-undang. Diskresi diperlukan sebagai pelengkap asas legalitas, suatu asas hukum yang menyatakan bahwa setiap tindakan atau perbuatan pejabat yang berwenang harus berdasarkan ketentuan undangundang. Akan tetapi tidak mungkin bagi undangundang untuk mengatur segala macam hal dalam praktik. Disinilah letak penting diperlukannya adanya kebebasan atau diskresi pada pejabat publik. Kebijakan yang berdasarkan diskresi, haruslah berdasarkan suatu tujuan atau manfaat yang dibenarkan hukum. Untuk itu terkait dengan dalil pemohon yang pada pokoknya menginginkan untuk juga diambil kebijakan diskresi terhadap pemenuhan persyaratan keanggotaan dalam verifikasi partai politik calon peserta pemilu, Bawaslu berpendapat sesungguhnya tidak beralasan menurut hukum. Hal ini didasarkan pada ketentuan bahwa peserta pemilu dan persyaratan untuk mengikuti pemilu mempersyaratkan syarat minimal keanggotaan dimana status keanggotaan tersebut harus dibuktikan dengan kartu tanda anggota. Persyaratan ini sudah sangat jelas diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan sehingga tidak perlu ditempuh langkah untuk mengambil kebijakan diskresi. Terkait dengan pernyataan Pemohon bahwa penyertaan 30% keterwakilan perempuan sebagaimana di klaim oleh Pemohon sebagai bagian dari diskresi yang dilakukan oleh Termohon menurut Bawaslu tidak cukup beralasan. Demikian halnya kepengurusan di 50% Kecamatan bersangkutan sebagaimana dimuat dalam penjelasan Pasal 16 ayat (1) Undang-U Nomor 8 Tahun 2012, yang menurut Pemohon sebagai bagian diskresi yang dilakukan oleh Termohon tidak cukup beralasan. Bawaslu menilai bahwa berbagai persyaratan tersebut adalah syarat yang wajib dipenuhi oleh partai politik calon peserta pemilu dan KPU dalam melakukan verifikasi partai politik calon peserta pemilu harus memberlakukan syarat yang sama dan perlakuan yang sama (equal treatment). Dengan demikian menurut Bawaslu, terhadap persyaratan tersebut yang pokok adalah pemberlakuannya sama terhadap seluruh partai politik calon peserta pemilu. Adapun terhadap beberapa persyaratan yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang tidak diterapkan oleh KPU, maka Bawaslu berpendapat bahwa tidak diterapkannya persyaratan tersebut sebuah bentuk pelaksanaan diskresi oleh KPU. Jadi Bawaslu berpendapat tidak akan mempermasalahkan kebijakan tersebut, karena dalam mengeluarkan diskresi yang terpenting bukanlah masalah pengambilan kebijakan, melainkan masalah manfaat yang hendak dicapai, yaitu demi kepentingan 66 masyarakat umum. Bawaslu juga berpendapat bahwa pelaksanaan tidak diterapkannya persyaratan lain tersebut juga tidak dimanfaatkan untuk kepentingan lain, karena penerapannya dilakukan terhadap seluruh partai yang menjadi calon peserta pemilu. Selain itu, kebijakan KPU yang tidak menerapkan persyaratan tersebut adalah untuk mengatasi persoalan yang mendesak dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan juga secara moral. d) Menimbang bahwa Pemohon mendalilkan, Pemohon dalam perkara ini sangat jelas tidak diperlakukan sama didepan hukum serta tahapan terjadi verifikasi diskriminasi faktual, dalam dimana hal pelaksanaan ini adalah pelanggaran hukum serta pelanggaran atas UUD Tahun 1945. Fakta bahwa verifikasi faktual yang dilakukan Pemohon berbeda dengan verifikasi faktual terhadap partai–partai yang mampu lolos verifikasi faktual, dimana mereka diberikan kesempatan selama 2 bulan waktu kerja sedangkan Pemohon hanya 1 (satu) bulan dalam suasana liburan Natal dan Tahun Baru dengan persyaratan yang sama(Bukti P-23); Menimbang bahwa untuk menguatkan dalil Pemohon mengajukan bukti P-23 yaitu: 1. Copy Surat DPC Partai Damai Sejahtera Kabupaten Pinrang (bermaterai cukup dan telah dileges) Nomor: 025/DPC-PDS/PIN/XII/2012, Ketua Panwaslu ditujukan Kabupaten Kepada Pinrang, Perihal keberatan, yang pada pokoknya menyebutkan: Menyanggah hasil keputusan pleno terbuka KPUD Kabupaten Pinrang, karena menyatakan Kabupaten Pinrang tidak memenuhi syarat verifikasi faktual, padahal PDS dalam DPC PDS Kabupaten Pinrang sudah memasukan persyaratan secara lengkap dan siap menghadirkan 45 orang yang telah di sampel KPUD, namun KPUD Kabupaten Pinrang sudah tidak bersedia menerima dengan alas an tahapan perbaikan sudah selesai tanggal 18 Desember 2012, padahal masih ada waktu 3 hari sebelum pleno terbuka KPUD. 67 2. Copy pernyataan keberatan hasil verifikasi Partai Damai Sejahtera Kabupaten Sidrap provinsi Sulawesi Selatan tanggal 4 Januari 2013, yang pada pokoknya verivikasi faktual PDS Kabupaten Sidrap terhadap SK kepengurusan, kepemilikan kantor secretariat telah memenuhi syarat (MS), terhadap KTA sejumlah 32 Anggota sangat sulit dihadirkan karena waktu tersebut bertepatan dengan persiapan hari Raya Natal dan beberapa halangan lainya seperti perkawinan dan kedukaan; 3. Copy pernyataan keberatan hasil verifikasi Partai Damai Sejahtera Kabupaten Pare-Pare provinsi Sulawesi Selatan tanggal 4 Januari 2013, yang pada pokoknya verivikasi faktual PDS Kabupaten Sidrap terhadap SK kepengurusan, kepemilikan kantor sekretariat telah memenuhi syarat (MS), terhadap KTA sejumlah dihadirkan 182 berhubung Anggota mereka memang sedang sulit pulang kampong dalam rangka Raya Natal (Toraja & Toraja Utara) disamping itu mereka harus berada di Toraja & Tana Toraja pemerintah untuk sehubungan dengan menggalakan program pariwisata di Sulawesi Selatan; 4. Copy pernyataan keberatan hasil verifikasi Partai Damai Sejahtera Kabupaten Baruu provinsi Sulawesi Selatan tanggal 4 Januari 2013, yang pada pokoknya verivikasi faktual PDS Kabupaten Sidrap terhadap SK kepengurusan, kepemilikan kantor sekretariat telah memenuhi syarat (MS), terhadap KTA sejumlah 210 memang sangat sulit mengumpulkan orang karena pada umumnya pulang ke Tana Toraja dan Toraja hal ini karena bertepatan dengan perayaan Natal. Menimbang terhadap dalil-dalil Pemohon tersebut, Termohon membantah dengan mengemukakan alasan bahwa: • perbedaan waktu verifikasi antara di 16 parpol versus 68 18 parpol karena adanya putusan DKPP yang memerintahkan Termohon untuk melakukan verifikasi faktual terhadap 18 Parpol. • DKPP memerintahkan Termohon untuk melakukan verifikasi faktual dengan syarat Termohon dilarang mengubah tahapan pemilu, • amar putusan DKPP ini Termohon pahami bahwa yang dimaksud tidak boleh mengubah tahapan pemilu itu adalah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan UU No 8 Th 2012 disana sudah ada batasan waktu bahwa 15 bulan sebelum pemungutan suara Termohon wajib menetapkan peserta pemilu • putusan DKPP menyebutkan Termohon itu secara bahwa, melakukan terang dan memerintahkan verifikasi 18 jelas kepada parpol yg dinyatakan TMS secara administratif, • kalau ingin menggunakan konsep keadilan ini akan menimbulkan ketidak adilan bagi 16 Parpol, kemudian yang kedua bahwa didalam memfasilitasi 18 parpol kami juga menempuh kebijakan yang memberikan kelonggaran yang sangat luar biasa kepada 18 parpol yang ini tidak dimiliki oleh 16 parpol lainnya. Ini juga bisa di re-cek kembali terhadap kebijakan Termohon yang memberikan keleluasaan kepada partai untuk menyerahkan dokumen di daerah apabila ada dispute. Bahwa setelah Bawaslu menilai dan mencermati dengan seksama, keterangan dan bukti yang diajukan oleh Pemohon, jawaban Termohon, bukti Pemohon Termohon, saksi-saksi, Bawaslu berpendapat sebagai berikut: 1) Menimbang bahwa Putusan Nomor: 25 – 26/DKPPPKE-I/2012. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum, dalam Memutuskan angka 3 (tiga) “….untuk mengikutsertakan dalam verifikasi faktual dengan tidak mengubah jadwal tahapan Pemilu dan kedelapan belas partai politik tersebut di atas harus menyesuaikan dengan ketentuan verifikasi yang ditetapkan oleh KPU”. 69 faktual 2) Menimbang Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012, yang menyebutkan “Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus selesai dilaksanakan paling lambat 15 (lima belas) bulan sebelum hari pemungutan suara”. 3) Bahwa apa yang dilaksanakan oleh Termohon terkait verifikasi faktual terhadap 18 (delapan belas) Partai Politik pasca putusan DKPP adalah merupakan perintah dari Putusan DKPP Nomor 25-26/DKPP-PKEI/2012. Dan msesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD; 4) Bahwa berdasarkan dalil Pemohon sebagaimana pada butir d di atas, maka dalil yang menyatakan Pemohon tidak diperlakukan sama dihadapan hukum serta telah terjadi diskriminasi dalam pelaksanaan verifikasi faktual adalah tidak beralasan secara hukum dan karenanya dinyatakan tidak dapat diterima. e) Menimbang Bahwa Pemohon mendalilkan dalam proses verifikasi administrasi yang dilakukan oleh Termohon melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 dan Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012. UndangUndang Nomor 8 Tahun 2012 mengatur mengenai persyaratan yang harus diserahkan partai politik dan yang akan diverifikasi oleh Termohon. verifikasi yang dilakukan oleh Termohon adalah mengabaikan kepengurusan kecamatan dan syarat minimal keanggotaan parpol minimal 1000 atau 1/1000 jumlah penduduk sebagai parameter untuk menentukan pemenuhan syarat dan kelulusan verifikasi administrasi, dengan demikian amat jelas bahwa proses verifikasi administrasi yang meloloskan 16 Partai Politik ke tahapan verifikasi faktual nyata-nyata melanggar Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 dan Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012 dan itu berarti cacat hukum. Bawaslu menilai administrasi 70 oleh bahwa pelaksanaan Termohon dengan verifikasi segala kekurangannya berdasarkan Laporan dan menjadi temuan Bawaslu telah terjadi pelanggaran admnistrasi pada proses verifikasi direkomendasikan administrasi, kepada serta Termohon telah sebagai pelanggaran administrasi, dan juga telah diputus oleh DKPP berdasarkan pengaduan Bawaslu dan warga masyarakat dan membenarkan rekomendasi pengadu agar Termohon mengikut sertakan partai Politik yang tidak lolos verifikasi administrasi termasuk Pemohon, untuk mengikuti verifikasi faktual sesuai dengan jadwal yang ditetapkan Termohon. Sehingga persoalan verifikasi administrasi yang didalilkan oleh Pemohon melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012, dan Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012 telah selesai dengan Putusan DKPP PKE-I/2012 tersebut, Nomor 25-26/DKPP- sehingga Bawaslu tidak memberikan pertimbanganya. f) Menimbang bahwa dalil Pemohon yang menyatakan pelaksanaan verifikasi parpol yang sifatnya berjenjang atau bertahap bertentangan dengan Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012 dan Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2012. Pasal 17 ayat (1) Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012. Tidak ada satu pasal pun pada kedua peraturan ini yang menyiratkan bahwa proses verifikasi bisa dilaksanakan secara berjenjang Peraturan KPU namun sifatnya tersebut akumulatif, disebutkan: dalam pemberitahuan penelitian hasil perbaikan kepada pimpinan partai politik tingkat pusat. Tidak pernah disebutkan bahwa pengumuman atau penetapan partai politik yang memenuhi syarat administrasi atau tidak. Terhadap dalil Pemohon sebagaimana pada butir f diatas maka Bawaslu berpendapat sebagai berikut: Termohon memiliki menentukan tahapan kewenangan atributif penyelenggaraan untuk Pemilihan Umum, terkait dengan pelaksanaan verifikasi dan penetapan keabsahan persyaratan partai politik calon 71 peserta Pemilihan Umum sebagaimana ketentuan yuridis sebagai berikut : 1) Pasal 4 Ayat (6) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 yang menyatakan bahwa: “ketentuan lebih lanjut mengenai rincian tahapan penyelenggaraan pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan pemungungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan peraturan KPU”. 2) Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 yang menyatakan bahwa: “mengenai tata cara penelitian administrasi dan penetapan keabsahan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan KPU”. 3) Pasal 16 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 yang menyatakan bahwa: “Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan dan waktu verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan KPU”. Sehingga Bawaslu berpendapat bahwa tindakan Termohon terkait dengan pembagian tahapan yang terdiri atas pelaksanaan verifikasi administrasi dan verifikasi faktual merupakan bagian dari pelaksanaan kewenangan Termohon yang diberikan oleh UndangUndang sebagaimana ketentuan yang tercantum dalam Pasal 4 ayat (6), Juncto Pasal 9 ayat (1) Juncto Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012. g) Menimbang dalil Pemohon yang menyatakan pelaksanaan verifikasi faktual 18 partai politik yang direkomendasikan Bawaslu 12 Parpol dan diputus 18 Parpol oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu awalnya tidak memiliki landasan hukum dan mengabaikan ketentuan UndangUndang. Verifikasi faktual 18 partai politik harus diikuti dengan perubahan Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012 untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaan verifikasi. Termohon hanya mendasarkan pada surat KPU Nomor 681/KPU/XII/2012 Tertanggal 03 Desember 2012 (Bukti P8.2). Adapun PKPU Nomor 18 tertanggal 04 Desember 2012 yang lampirannya tidak bernomor nanti diterbitkan setelah proses verifikasi faktual telah berjalan. Terhadap dalil Pemohon sebagaimana pada butir g 72 diatas maka Bawaslu berpendapat sebagai berikut: 1) Delapan belas (18) Partai Politik, termasuk Pemohon yang diikutsertakan dalam verifikasi faktual merupakan perintah putusan DKPP Nomor: 25 – 26/DKPP-PKE-I/2012. 2) Putusan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor: 25– 26/DKPP-PKE-I/2012., pada angka tiga (3) menyebutkan: “….untuk mengikutsertakan dalam verifikasi faktual dengan tidak mengubah jadwal tahapan Pemilu dan kedelapan belas partai politik tersebut diatas harus menyesuaikan dengan ketentuan verifikasi faktual yang ditetapkan oleh KPU”. 3) Pasal 16 ayat (2) UU No. 8 Tahun 2012, yang menyebutkan “Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus selesai dilaksanakan paling lambat lima belas (15) bulan sebelum hari pemungutan suara”. 4) Bahwa apa yang dilaksanakan oleh Termohon terkait verifikasi faktual terhadap ke delapan belas (18) Partai Politik sesungguhnya merupakan tindak lanjut dari Putusan DKPP Nomor 25-26/DKPP-PKEI/2012 dan telah sesuai dengan ketentuan dalam UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD; 5) Dalil Pemohon yang menyatakan bahwa pelaksanaan verifikasi faktual delapan belas (18) partai politik tidak memiliki landasan hukum dan mengabaikan ketentuan Undang-Undang adalah tidak beralasan secara hukum dan karenanya dinyatakan tidak dapat diterima. h. Menimbang Dalil Pemohon Bahwa Badan Pengawas Pemilu melalui surat kepada KPU Nomor: 870/Bawaslu/XI/2012, Tanggal: 3 November 2012, telah menyatakan bahwa terjadi pelanggaran administrasi dalam proses verifikasi partai politik peserta Pemilu 2014. Pada butir 2 surat tersebut Bawaslu menyatakan: 73 “berdasarkan Temuan Bawaslu dalam Formulir Temuan Nomor: 002/TM/PILEG/XI/2012 pada tanggal 02 November 2012, dengan pokok temuan yakni terkait dengan dugaan pelanggaran administrasi dan kode etik dalam proses pendaftaran, penelitian administrasi, penelitian administrasi hasil perbaikan, penundaan pengumuman penelitian administrasi hasil perbaikan, pengadaan dan penyelenggaraan sistem informasi partai politik, ketertutupan akses bagi partai politik dan Bawaslu.” Selanjutnya, Bawaslu melaporkan dugaan pelanggaran kode etik oleh anggota KPU kepada Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu yang mendorong DKPP menggelar sidang kode etik. Dengan demikian, proses verifikasi administrasi partai politik telah dilakukan oleh KPU secara tidak profesional, tertutup dan menimbulkan kecurigaan. Lembaga ini tidak mandiri yang merupakan pelanggaran atas Pasal 2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu. Terkait dengan dalil Pemohon yang pada pokoknya menyatakan bahwa Termohon tidak profesional tidak relevan karena telah di Putus DKPP dengan Putusan Nomor: 25-26/DKPP-PKE-I/2012 dan telah selesai. i. Bahwa dalil Pemohon yang menyatakan bahwa Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu melalui Putusan Nomor: 25-26/DKPP-PKE-I/2012, Tanggal 26 November 2012 pada butir 1 dan 3 jelas-jelas telah memvonis bahwa KPU tidak bertindak cermat, dan profesional dalam pelaksanaan verifikasi partai politik. Walaupun dalam putusan itu, KPU oleh DKPP dinyatakan tidak berniat melanggar kode etik. Namun demikian DKPP memerintahkan melalui kepada putusan KPU agar tersebut telah bekerja lebih profesional, transparan, jujur, adil dan akuntabel. Dengan demikian Pemohon menyimpulkan, bahwa proses verifikasi parpol yang diselenggarakan oleh 74 Termohon menurut penilaian DKPP telah dilaksanakan secara kurang profesional, kurang jujur, kurang transparan, kurang adil dan kurang akuntabel (Bukti P9). Terhadap dalil Pemohon sebagaimana pada butir i di atas maka Bawaslu berpendapat bahwa Putusan DKPP dalam perkara a quo butir 1 dengan tegas menyatakan bahwa para Teradu tidak terbukti mempunyai itakad buruk untuk melanggar kode etik penyelenggara Pemilu. DKPP dalam putusan ini hanya mengingatkan agar para Teradu dapat bekerja secara lebih professional, transparan, jujur, adil, dan akuntabel untuk seluruh tahapan Pemilu berikutnya. Dengan demikian dalil Pemohon menjadi terbantahkan secara hukum dan karenanya tidak dapat diterima. Begitu pun pijakan hukum Pemohon yang berlandaskan pada butir 3 dan kemudian menarik kesimpulan yang serupa bahwa kinerja Teradu kurang professional, transparan, jujur, adil, dan akuntabel tidak beralasan secara hukum. butir 3 putusan DKPP dalam perkara a quo ini hanya memerintahkan agar KPU mengikutsertakan ke delapan belas (18) partai politik tidak lolos verifikasi administrasi untuk diberi kesempatan mengikuti verifikasi faktual sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan KPU, dan memerintahkan kepada KPU agar delapan belas (18) Partai Politik calon Peserta Pemilu yang terdiri atas dua belas (12) partai politik yang direkomendasikan oleh Bawaslu ditambah enam (6) partai politik lainnya yang tidak lolos verifikasi administrasi tetapi mempunyai hak konstitusional yang sama verifikasi faktual dengan untuk diikutsertakan dalam tidak mengubah jadwal tahapan pemilu dan kedelapan belas partai politik tersebut diatas harus menyesuaikan dengan ketentuan verifikasi faktual yang ditetapkan oleh KPU. j. Menimbang bahwa Pemohon mendalilkan Termohon dalam pelaksanaan 75 verifikasi partai politik telah bertindak tidak profesional, tidak ada kepastian hukum dan tidak proporsional dibuktikan oleh dinamika dan konflik diantara para anggota KPU dengan jajaran kesekretariatan jenderal yang mencuat ke media massa dan dalam persidangan DKPP. Seluruh dinamika itu mengindikasikan ada yang tidak beres dan sikap ngawur dalam proses verifikasi partai politik dimaksud. Terhadap dalil Pemohon sebagaimana pada butir j di atas maka Bawaslu berpendapat bahwa Putusan DKPP dalam perkara aquo bersifat final dan binding sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011. Oleh karena itu, terhadap Putusan ini, tidak ada lagi upaya hukum yang dapat ditempuh para pihak. Dengan demikian dalil Pemohon sebagaimana tercantum dalam butir j di atas dinilai tidak cukup beralasan secara hukum dan karenanya dinyatakan tidak dapat diterima. k. Menimbang dalil Pemohon yang menyatakan Termohon dalam pelaksanaan verifikasi partai politik peserta Pemilu 2014 jelas-jelas melanggar Pasal 2 UndangUndang Nomor 15 Tahun 2011, dengan bertindak tidak jujur, terbukti dengan mengatakan pemohon tidak menyerahkan berkas persyaratan adminstrasi mengenai 81 (delapan puluh satu) item persyaratan adminitrasi (Bukti P-12). Padahal seluruh 81 (delapan puluh satu) item yang dinyatakan tidak memenuhi syarat karena tidak diserahkan kepada Termohon, faktanya pemohon telah serahkan (Bukti P-13), sehingga seharusnya pemohon dinyatakan memenuhi syarat administrasi sebagaimana halnya 16 (enam belas) partai politik pada saat itu. l. Menimbang dalil Pemohon yang menyatakan Termohon dalam pelaksanaan verifikasi partai politik peserta Pemilu 2014 jelas-jelas melanggar Pasal 2 UndangUndang Nomor 15 Tahun 2011, dengan bertindak 76 tidak profesional dan tidak tertib, terbukti dari proses pelaksanaan dan laporan hasil verifikasi administrasi partai politik yang tidak mencerminkan dokumen resmi yang dibuat oleh sebuah lembaga negara yang amat strategis. Dokumen yang disampaikan kepada partai politik itu tidak lebih sebagai dokumen sampah yang tidak memiliki legalitas apapun karena hanya deretan matrik dan data yang tidak jelas legalitas lembaga pengirimnya. Terbukti tidak ada cap lembaga, tidak ada paraf dan tanda tangan ketujuh anggota KPU (Bukti P14). Terhadap dalil Pemohon sebagaimana pada butir k dan butir l di atas maka Bawaslu berpendapat bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan DKPP dalam perkara a quo, pada prinsipnya Pemohon tidak dapat membuktikan hal-hal sebagaimana yang didalilkan oleh Pemohon. m. Menimbang dalil Pemohon yang menyatakan langsung atau tidak langsung tindakan Termohon yang gegabah, tidak cermat dan tidak profesional dalam pengumuman partai politik menghancurkan yang lolos struktur administrasi partai pemohon telah dan memerlukan waktu serta suntikan semangat yang lebih untuk memulihkannya. Dikarenakan tidak lolos dalam verifikasi administrasi, Pengurus PDS mengalami kesulitan, banyak yang berhenti dan mundur. n. Bahwa akibat tindakan KPU yang menyatakan Pemohon tidak memenuhi syarat pada Tanggal 28 Oktober 2012, telah terjadi penghancuran secara dahsyat oleh KPU terhadap pemohon dalam bentuk runtuhnya moral pengurus parpol di daerah, melemahnya semangat kader dan bahkan yang paling fatal para kader pemohon langsung menyatakan berhenti dan mengundurkan diri dalam keanggotaan partai politik (Bukti P-17 ). Dengan demikian, langsung atau tidak langsung tindakan KPU 77 yang gegabah, tidak cermat dan tidak profesional dalam pengumuman partai politik yang lolos administrasi telah menghancurkan struktur partai pemohon dan memerlukan waktu serta suntikan semangat yang lebih untuk memulihkannya. Namun faktanya kemudian adalah, justru KPU membuat jadwal verifikasi faktual yang begitu singkat untuk pemohon. Hal inilah yang menjelaskan kenapa di beberapa provinsi pemohon tidak dapat memenuhi Kabupaten. Pemohon ketentuan Persoalan tidak pengumuman keanggotaan menjadi dihancurkan KPU yang di 75% jika saja moral oleh berbeda secara sangat tidak profesional tersebut. Karena itu, menjadi tidak relevan menjadikan parameter pemenuhan keanggotaan parpol di 33 provinsi menjadi syarat kelulusan kepada pemohon dalam fakta nyata KPU telah menghancurkan moral pemohon dan memberikan waktu yang berbeda/ tidak sama dengan kontestan sebelumnya. Terhadap dalil Pemohon sebagaimana pada butir m dan butir n di atas maka Bawaslu berpendapat bahwa berdasarkan fakta-fakta dalam persidangan DKPP pada perkara a quo tidak terungkap dan dibuktikan bahwa dalil yang disampaikan oleh Pemohon bahwa banyaknya Pengurus PDS yang berhenti dan mundur adalah disebabkan karena tindakan dari Pemohon, sehingga dalil Pemohon tidak dapat diterima. Bahkan pada butir n diatas Pemohon mendalilkan Hal inilah yang menjelaskan kenapa di beberapa provinsi pemohon tidak dapat memenuhi ketentuan keanggotaan di 75% Kabupaten. Merupakan pengakuan Pemohon yang tidak memenuhi syarat keanggotaan di 75% Kabupaten/Kota. o. Menimbang dalil Pemohon yang menyatakan Termohon dalam pelaksanaan verifikasi partai politik peserta Pemilu 2014 jelas-jelas melanggar Pasal 2 Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2011, dengan bertindak tidak adil, 78 terbukti dengan hanya memberikan kesempatan verifikasi faktual kepada pelapor dari Tanggal 5 sampai dengan 28 Desember 2012 atau selama 23 (dua puluh tiga) hari (termasuk didalamnya hari libur Minggu dan hari Natal). Ini amat tidak adil jika dibandingan dengan waktu verifikasi faktual 16 partai politik yang dimulai Tanggal 29 Oktober sampai dengan 18 Desember 2012 atau selama 52 (lima puluh dua) hari. p. Menimbang dalil Pemohon yang menyatakan Termohon dalam pelaksanaan verifikasi partai politik peserta Pemilu 2014 jelas-jelas melanggar Pasal 2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 dengan bertindak tidak proporsional dan diskriminasi, terbukti dengan fakta, Termohon hanya mengalokasikan waktu 23 (dua puluh tiga) hari dalam masa verifikasi faktual kepada pemohon sedangkan untuk 16 (enam belas) partai politik 52 (lima puluh dua) hari; Terhadap dalil Pemohon sebagaimana pada butir o dan butir p di atas maka Bawaslu berpendapat bahwa apa yang dilaksanakan oleh Termohon terkait verifikasi Partai Politik yang didalilkan oleh Pemohon sebagai bertindak tidak proporsional dan diskriminasi, pasca Putusan DKPP adalah merupakan perintah dari Putusan DKPP Nomor 25-26/DKPP-PKE-I/2012. Dan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD, maka dalil yang menyatakan Termohon tidak bertindak adil serta tidak proporsional dan diskriminasi dalam pelaksanaan verifikasi faktual adalah tidak beralasan secara hukum dan karenanya dinyatakan tidak dapat diterima. q) Menimbang dalil Pemohon yang menyatakan Termohon banyak melakukan kekeliruan administrasi dengan cara tidak mengirimkan data administrasi Partai Pemohon ke beberapa Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) 79 sehingga KPUD menolak melakukan verifikasi faktual di Kabupaten/Kota dengan alasan tidak ada data/perintah dari KPU Pusat dan KPU Propinsi untuk melakukan verifikasi faktual terhadap partai Pemohon, hal ini banyak dialami partai pemohon di beberapa daerah (Bukti P19), dan berbagai macam permasalahan, yang antara lain: • Di Provinsi Aceh Bahwa dalil Pemohon yang menyatakan Termohon tidak mengirimkan data administrasi Partai Pemohon ke beberapa Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) sehingga KPUD menolak melakukan verifikasi faktual di Kabupaten/kota, Pemohon tidak dapat membuktikan dalilnya sehingga Bawaslu tidak dapat menerima dalil Pemohon. • Di Provinsi Jawa Barat a) Anggota Pemohon diminta untuk mengumpulkan serta membawa ke kantor Termohon di Kabupaten Bandung Barat (Bukti P-22). Bahwa dalil Pemohon yang menyatakan Termohon tidak melakukan verifikasi faktual dengan pola door to door melainkan menggunakan pola mengumpulkan pada satu tempat, Bawaslu berpendapat substansi verifikasi faktual keanggotaan dapat saja dilakukan dengan dua cara tersebut sehingga Termohon telah melaksanakan substansi verifikasi faktual terhadap keanggotaan partai politik. b) tidak dilakukan verifikasi faktual terhadap KTA PDS sedangkan DPC Kabupaten Bogor sudah menyerahkan data-data perbaikan tahap 2, dimana dalam Berita Acara yang dikeluarkan oleh KPU Kabupaten Bogor menyebutkan bahwa KTA PDS telah diverifikasi faktual dan dinyatakan TMS (Tidak Memenuhi Syarat) di Kabupaten Bogor (Bukti P27). Bawaslu berpendapat bahwa dalil Pemohon tidak 80 cukup beralasan karena penyerahan KTA diluar masa perbaikan. • Di Provinsi Kalimantan Selatan, Termohon dalam hal ini KPUD/ kab. kota baru memberikan data sampling KTA milik partai lain (Bukti P-24.2) Dalil Pemohon yang menyatakan Termohon memverifikasi faktual KTA partai politik lain yang bukan milik dibuktikan, keanggotan sehingga Termohon Bawaslu tidak dapat berpendapat dalil Pemohon tidak diterima. • Di Provinsi Nusa Tenggara Timur bahwa Termohon tidak melakukan verifikasi vaktual terhadap pengurus Kabupaten pemohon, tidak memberi tahu pelaksanaan verifikasi vaktual yang terjadi dibeberapa daerah pengurus Pemohon (Kab. Ende NTT), (Bukti P-24.1). Bawaslu berpendapat dalil Pemohon tidak dapat dibuktikan. r. Menimbang bahwa Pemohon telah dinyatakan tidak memenuhi persyaratan di 18 provinsi oleh Termohon berdasarkan rekavitulasi hasil verifikasi faktual sebagaimana Keputusan KPU No 05/Kpts/KPU/2013, maka Bawaslu berpendapat Pemohon tidak memenuhi syarat yang diatur dalam peraturan Perundang- Undangan. h) Kesimpulan bahwa Bawaslu terhadap hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud huruf c, mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Bawaslu berwenang menyelesaikan sengketa Pemilu sebagaimana permohonan a quo; 2) Pemohon memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan a quo; 3) Permohonan a quo diajukan masih dalam jangka waktu 81