BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

advertisement
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN SENGKETA
Nomor Permohonan: 005/SP-2/Set.Bawaslu/I/2013
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
Menimbang
: a. bahwa Bawaslu telah mencatat dalam Buku Registrasi
Penyelesaian Sengketa Pemilu, permohonan dari:
Nama
: DR. M.L. Denny Tewu, SE., MM.
Pekerjaan/Jabatan
: Ketua Umum Partai Damai Sejahtera
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
:
DPP PDS – Jl. LetJend. S. Parman N
Bundaran Slipi Jakarta Barat 11480
Nama
:
Pekerjaan/Jabatan
: Sekretaris Jenderal
Sahat H.M.T. Sinaga, SH., M.Kn.
Partai Damai Sejahtera
Kewarganegaraan
:
Indonesia
Alamat
:
DPP PDS – Jl. LetJend. S. Parman N
Bundaran Slipi Jakarta Barat 11480
Bertindak untuk dan atas nama Partai Damai Sejahtra (PDS)
dengan surat permohonan bertanggal 10 Januari 2013 yang
diterima di Bidang Penyelesaian Sengketa pada hari Selasa,
tanggal 15 Januari 2013, berdasarkan Berita Acara
Penerusan
Berkas
Permohonan
Nomor
007/SP1/Set.Bawaslu/I/2013 dan dicatat dalam Buku Registrasi
Perkara
Penyelesaian
Sengketa
Nomor
005/SP2/Set.Bawaslu/I/2013, perihal Permohonan Penyelesaian
Sengketa Pemilu Terkait Keputusan Komisi Pemilhan Umum
Nomor:05/Kpts/KPU/Tahun 2013, Tentang Penetapan Partai
Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2014.
b. Hasil Pemeriksaan
bahwa Bawaslu telah memeriksa permohonan dengan
hasil sebagai berikut:
1
1. Bahwa Bawaslu telah menerima, memeriksa dan
memutus permohonan dari Partai Damai Sejahtera (PDS)
sebagai berikut:
1 Nama
: DR. M.L. Denny Tewu, SE.,
MM.
Pekerjaan/Jabatan : Ketua Umum Partai Damai
Sejahtera
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat
: DPP PDS-Jl. Letjend.S.
Parman No. 6 G Bundaran
Slipi Jakarta Barat 11480
Nomor telepon/HP : (021) 530 7488
Nomor Faksimili
: (021) 536 70399
2 Nama
Pekerjaan/Jabatan
Kewarganegaraan
Alamat
Nomor
Telepon/HP
Nomor Faksimili
SAHAT H.M.T. SINAGA,
S. H., M.KN.
Sekretaris Jendral
Partai Damai Sejahtera
Indonesia
DPP PDS-Jl. Letjend.S.
Parman No. 6 G Bundaran
Slipi Jakarta Barat 11480
(021) 530 7488
(021) 536 70399
Bertindak untuk dan atas nama Dewan Pimpinan
Pusat Partai Damai Sejahtera (PDS)
Dalam hal ini diwakili dan/atau didampingi oleh
Kuasanya:
1. Hendrik R.E. Assa, S.H., MA.
2. Subastian Syamsu, S.H.
3. N. Arthur Rumimpunu, S.H.
berdasarkan Surat Kuasa Nomor 10.1/SK/NA-LO.I/13
Tertanggal
10-01-2013
Semuanya
adalah
Advokat/Penasehat Hukum dari NewF1 Arthur &
Partners Law Office, yang berkedudukan di Jalan
Danau Toba 104, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat
10210, Telp. (021) 5701505, Fax. (021) 5738105 baik
sendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan atas
nama Pemberi Kuasa;
selanjutnya disebut sebagai--------------------PEMOHON.
dengan surat permohonan bertanggal 10 Januari 2013
yang diterima di Bidang Penyelesaian Sengketa pada
hari Selasa, tanggal 15 Januari 2013, berdasarkan
Berita Acara Penerusan Berkas Permohonan Nomor
007/SP-1/Set.Bawaslu/I/2013 dan dicatat dalam Buku
Registrasi Perkara Penyelesaian Sengketa Nomor
005/SP-2/Set.Bawaslu/I/2013. Perihal Permohonan
Penyelesaian Sengketa Pemilu Terkait Keputusan
2
Komisi Pemilhan Umum Nomor:05/Kpts/KPU/Tahun
2013, Tentang Penetapan Partai Politik Peserta
Pemilihan Umum Tahun 2014.
Terhadap
KOMISI PEMILIHAN UMUM
yang kedudukan di Jalan Imam Bonjol Nomor 29,
Jakarta
Pusat,
Dalam
hal
ini
diwakili
dan/atau
didampingi oleh Kuasanya:
1)
Prof. Dr. Adnan Buyung Nasution
2)
Ali Nurdin,S.H.,S.T
3)
Rasyid Alam Perkasa Nasution,S.H
4)
Dr. Absar Kartabrata,S.H.,M.H
5)
Robikin Emhas,S.H.,M.H
6)
Arif Efendi,S.H
7)
Syarif Hidayatullah,S.H.,MBA
8)
Syamsudin S. Pesilette,S.H
berdasarkan Surat Kuasa Nomor: 28/KPU/I/2013
tanggal 17 Januari 2013 kesemuanya adalah para
Advokat yang tergabung dalam Tim Advokasi KPU,
dalam hal ini memilih kediaman (domisili) hukum di Jl.
Imam Bonjol No. 29 Jakarta Pusat, bertindak baik
sendiri-sendiri maupun bersama-sama;
selanjutnya disebut sebagai------------------TERMOHON.
1) Kewenangan
Bawaslu
Sengketa Pemilu:
terkait
Penyelesaian
a) Bahwa dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2012 (Bukti P-4) tentang Pemilihan Umum
Anggota
Dewan
Perwakilan
Perwakilan
Daerah,
dan
Rakyat,
Dewan
Dewan
Perwakilan
Rakyat Daerah (selanjutnya disebut UU Pileg),
dalam pasal 249 ayat (1), Pasal 250 ayat (1),
Pasal 257, Pasal 258 dan Pasal 259 ayat (2)
mengatur tentang kewenangan Badan Pengawas
Pemilu
(Bawaslu)
dalam
hal
menyelesaikan
sengketa Pemilu :
- Pasal 249 ayat (1) menyatakan, “Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota,
Panwaslu
3
Kecamatan,
Pengawas
Pemilu
Lapangan dan Pengawas Pemilu Luar Negeri
menerima laporan pelanggaran Pemilu pada
setiap tahapan Penyelenggaraan Pemilu.”
- Pasal 250 ayat (1) menyatakan, ”Laporan
pelanggaran Pemilu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 249 ayat (5) yang merupakan:
1) Pelanggaran kode etik penyelenggara
Pemilu diteruskan oleh Bawaslu kepada
Dewan
Kehormatan
Penyelenggara
Pemilu;
2) Pelanggaran
administrasi
Pemilu
diteruskan kepada KPU, KPU Provinsi,
atau KPU Kabupaten/Kota;
3) Sengketa
Pemilu
diselesaikan
oleh
Bawaslu; dan
4) Tindak Pidana Pemilu diteruskan kepada
Kepolisian Negara Republik Indonesia.”
- Pasal
257
menyatakan,”Sengketa
Pemilu
adalah sengketa yang terjadi antara peserta
Pemilu dan sengketa peserta Pemilu dengan
penyelenggara Pemilu sebagaimana akibat
dikeluarkannya
keputusan
KPU,
KPU
Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota.”
- Pasal 258 ayat (1) menyatakan, ”Bawaslu
berwenang menyelesaikan sengketa Pemilu.”
- Pasal 258 ayat (2) menyatakan, ”Bawaslu
dalam melaksanakan kewenangannya dapat
mendelegasikan kepada Bawaslu Provinsi,
Panwas Pemilu Lapangan, dan Pengawas
Pemilu Luar Negeri.”
- Pasal 258 ayat (3) menyatakan, ”Bawaslu
memeriksa dan memutus sengketa Pemilu
paling lama 12 (dua belas) hari sejak
diterimanya laporan atau temuan.”
- Pasal 258 ayat (4) menyatakan, ”Bawaslu
melakukan penyelesaian sengketa Pemilu
melalui tahapan :
1) Menerima dan mengkaji laporan atau
4
temuan; dan
2) Mempertemukan
pihak-pihak
bersengketa
untuk
yang
mencapai
kesepakatan melalui musyawarah dan
mufakat.
- Pasal 258 ayat (5) menyatakan,”Dalam hal ini
tidak tercapai kesepakatan antara pihak yang
bersengketa sebagaimana dimaksud pada
ayat
(4)
huruf
b
Bawaslu
memberikan
alternatif penyelesaian kepada pihak yang
bersengketa.”
- Pasal 259 ayat (2) menyatakan, ”Sengketa
Pemilu yang berkaitan dengan verifikasi
Partai Politik Peserta Pemilu dan daftar calon
tetap anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi,
dan
DPRD
Kabupaten/Kota
diselesaikan
terlebih dahulu di Bawaslu.”
b) Bahwa
Pemohon
dengan
ini
mengajukan
permohonan sengketa Pemilu antara Pemohon
dengan
Termohon
diterbitkannya
(KPU)
Keputusan
sebagai
Komisi
akibat
Pemilihan
Umum (KPU) Nomor: 05/Kpts/KPU/Tahun 2013,
Tertanggal 08 Januari 2013, Tentang : Penetapan
Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun
2014. Bahwa berdasarkan ketentuan-ketentuan
sebagaimana diatur dalam Pasal 249 ayat (1),
Pasal 250 ayat (1), Pasal 257, Pasal 258, Pasal
259 ayat (2) UU Nomor 8 Tahun 2012 di atas
telah membuktikan bahwa Bawaslu berwenang
menangani sengketa Pemilu antara Pemohon
dan Termohon tersebut.
2) Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon Dan
Termohon:
a) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Pasal 18
ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 tentang Pengawasan
atas Pelaksanaan Verifikasi Partai Politik Calon
Peserta Pemilu;
b) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Pasal 259
5
Tentang Penyelesaian Sengketa Pemilu.
c) Bahwa Pemohon adalah Partai Politik yang
sudah mendapatkan pengesahan sebagai badan
hukum yang sah sebagaimana Pengumuman
Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor: M.UM.06.08 – 179,
Tentang: Pendaftaran dan Pengesahan Partai
Politik, Tertanggal: 05 Nopember 2001 (Bukti P5);
d) Bahwa Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal
Dewan Pimpinan Pusat Partai Damai Sejahtera
(DPP PDS) bertindak untuk dan atas nama Partai
Damai Sejahtera (PDS) atau Pemohon dikuatkan
berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.HH14.AH.11.01 Tahun 2010, Tentang: Pengesahan
Perubahan
Kepengurusan
Dewan
Pimpinan
Pusat Partai Damai Sejahtera Periode 20102015, Tertanggal: 02 Nopember 2010 (Bukti P6).
3) Tenggang Waktu Pengajuan Permohonan
a) Bahwa baik dalam ketentuan dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 2012 maupun Peraturan
Bawaslu Nomor 15 Tahun 2012 Tentang Tata Cara
Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum Anggota
DPR, DPD dan DPRD, tidak diatur secara tegas
dan khusus tenggang waktunya permohonan
sengketa Pemilu kepada Bawaslu. Oleh karenanya
diajukannya
tenggang
permohonan
waktu
yang
ini
masih
dibenarkan
dalam
menurut
ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012
maupun ketentuan Peraturan Bawaslu Nomor 15
Tahun 2012, Tentang Tata Cara Penyelesaian
Sengketa Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD
dan DPRD yang dimaksud.
b) Bahwa oleh sebab itu, maka Partai Damai
Sejahtera (PDS) mengajukan permohonan ini
6
terkait dikeluarkannya surat dari Komisi Pemilihan
Umum (KPU) masing-masing Berita Acara Nomor:
05/BA/I/2013, Tentang Rekapitulasi Hasil Verifikasi
Faktual kepengurusan partai politik tingkat pusat,
tingkat propinsi dan tingkat kabupaten/kota serta
keanggotaan partai politik, Tanggal: 08 Januari
2013. Berita Acara Nomor: 08/BA/I/2013 Tentang:
Penetapan Partai Politik Peserta Pemilu Tahun
2014, Tanggal 08 Januari 2013. Keputusan Komisi
Pemilihan Umum Nomor: 05/Kpts/KPU/TAHUN
2013, Tentang Penetapan Partai Politik Peserta
Pemilihan Umum Tahun 2014, Tanggal: 08 Januari
2013.
4) Pokok Permohonan
bahwa Pemohon telah mengajukan permohonan
dengan surat permohonanya bertanggal 10 Januari
2013 yang diregistrasi pada tanggal 15 Januari 2013,
dengan nomor 005/SP-2/Set. Bawaslu/I/2013. Dan
telah dilakukan perbaikan pada tanggal 14 Januari
2013 yang pada pokoknya sebagai berikut:
Bahwa adapun alasan-alasan Pemohon mengajukan
permohonan aquo adalah sebagai berikut:
a) Bahwa Adanya Pelanggaran Hukum dan Asas
Kepastian Hukum, Diskriminasi,
Profesionalitas
Undang
serta
dalam
dan tidak
Pelanggaran
Verifikasi
Undang-
Faktual
dan
Penyampaian Hasil Verifikasi Faktual Partai
Politik Calon Peserta Pemilu Tahun 2014.
1
Bahwa
sebagaimana
putusan
Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia Nomor 52/PUUX/2012 tentang gugatan partai politik yang telah
diputus pada tanggal 15 Agustus 2012, (Bukti
P-26) pada halaman 6 tentang bunyi pasal 28D
ayat (1) UUD 45 menyatakan bahwa “ setiap
orang
7
berhak
atas
pengakuan,
jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama didepan hukum”,
kemudian masih pada halaman yang sama
memenuhi
pasal
281
ayat
(2)
UUD
45
menyatakan bahwa “Setiap orang berhak bebas
atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar
apapun
dan
berhak
mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu”. Kemudian dalam halaman 92
dalam
keputusan
Mahkamah
Konstitusi
tersebut pada poin (3.21) dalam pertimbangan
hukumnya menenyatakan menimbang bahwa
Mahkamah
dapat
pembentukan
melakukan
memahami
maksud
Undang-Undang
untuk
penyederhanaan
jumlah
partai
politik, namun penyederhanaan tidak dapat
dilakukan dengan memberlakukan syarat-syarat
yang berlainan kepada masing-masing partai
politik. Penyederhanaan partai politik dapat
dilakukan dengan menentukan syarat-syarat
administrasi tertentu untuk mengikuti pemilihan
umum, namun syarat-syarat tersebut harus
diberlakukan sama untuk semua partai politik
yang akan menjadi peserta pemilu tanpa
kecuali. Memberlakukan syarat yang berbeda
kepada peserta suatu kontestasi (pemilihan
umum) yang sama merupakan perlakuan yang
tidak sama atau perlakuan secara berbeda
(unequal treatment) yang bertentangan dengan
pasal 27 ayat (1) serta pasal 28D ayat (2) dan
ayat (3) UUD 45. Dengan demikian menurut
mahkamah, terhadap semua partai politik harus
diberlakukan persyaratan yang sama untuk
suatu kotestasi politik atau pemilihan umum
yang sama, yaitu pemilihan umum Tahun 2014.
2
Bahwa
Partai
Damai
Sejahtera
selaku
Pemohon dalam perkara ini sangat jelas tidak
diperlakukan sama didepan hukum serta terjadi
8
diskriminasi
verifikasi
dalam
faktual,
pelaksanaan
dimana
hal
ini
tahapan
adalah
pelanggaran hukum serta pelanggaran atas
UUD 45. Fakta bahwa verifikasi faktual yang
dilakukan
PDS
berbeda
dengan
verifikasi
faktual terhadap partai–partai yang mampu
lolos verifikasi faktual, dimana mereka diberikan
kesempatan selama 2 bulan waktu kerja
sedangkan PDS hanya 1 bulan dalam suasana
liburan
Natal
dan
Tahun
Baru
dengan
persyaratan yang sama, sehingga situasi dan
kondisi ini sangat merugikanPDS sebagai
kontestan yang seharusnya diperlakukan sama
dan adil sesuai konstitusi dan Undang –
Undang yang berlaku.
3
Bahwa dalam proses verifikasi administrasi
yang
dilakukan
oleh
Termohon/Komisi
Pemilihan Umum melanggar ketentuan UU
Nomor 8 Tahun 2012 dan Peraturan KPU
Nomor 14 Tahun 2012. UU Nomor 8 Tahun
2012 mengatur mengenai persyaratan yang
harus diserahkan partai politik dan yang akan
diverifikasi oleh KPU. Ketentuan ayat (2) Pasal
8 UU itu mengatur bahwa partai politik baru
dapat menjadi Peserta
Pemilu setelah
memenuhi persyaratan, antara lain:
Memiliki kepengurusan di 50 % (lima puluh
persen) jumlah kecamatan di kabupaten/kota
yang bersangkutan; memiliki anggota sekurangkurangnya 1.000 (seribu) orang atau 1/1.000
(satu perseribu) dari jumlah Penduduk pada
kepengurusan
partai
politik
sebagaimana
dimaksud pada huruf c yang dibuktikan dengan
kepemilikan kartu tanda anggota. Demikian
pula pada Pasal 15 UU Nomor 8 Tahun 2012,
ditegaskan
bahwa
dokumen
persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat
(3) meliputi : bukti keanggotaan partai politik
9
paling sedikit 1.000 (seribu) orang atau 1/1.000
(satu per seribu) dari jumlah penduduk pada
setiap kabupaten/kota; Selanjutnya verifikasi
Partai
Politik
Calon
Peserta
Pemilu
diperintahkan UU Nomor 8 Tahun 2012 melalui
Pasal
16
yang
menyebutkan
terhadap
:
berbunyi
KPU
ayat
(1)
melakukan
kelengkapan
dan
yang
verifikasi
kebenaran
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 terhadap partai politik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2).
Melalui paparan pasal-pasal di atas, UndangUndang Nomor 8 Tahun 2012 memerintahkan
bahwa :
(1) KPU melakukan verifikasi administrasi;
(2) Dua
berkas
administrasi
diverifikasi
adalah
yang
wajib
kepengurusan
kecamatan minimal 50 persen kecamatan
di kabupaten/kota dan administrasi bukti
keanggotaan
parpol
sebanyak
minimal
1000 atau 1/1000 jumlah penduduk di
kabupaten/kota.
Dasar hukum ini diperkuat dengan Peraturan
KPU Nomor 14 Tahun 2012 Pasal 15 ayat (1)
huruf f dan i yang menegaskan dua hal yang
sama:
bahwa
pengurus
kecamatan
dan
keanggotaan parpol adalah wajib dimasukkan
sebagai parameter verifikasi administrasi.
Namun fakta empiris proses verifikasi yang
dilakukan oleh Termohon/Komisi Pemilihan
Umum
adalah
mengabaikan
kepengurusan
kecamatan dan syarat minimal keanggotaan
parpol minimal 1000 atau 1/1000 jumlah
penduduk
sebagai
parameter
untuk
menentukan pemenuhan syarat dan kelulusan
verifikasi
administrasi.
Ini
terbukti
dari
pernyataan anggota KPU Hadar Nafis Gumay
10
dan Ida Budhiati dikutip soal fakta bahwa
persyaratan
kepengurusan
kecamatan
dan
keanggotaan parpol tidak dilakukan verifikasi
administrasi. Di Majalah TEMPO edisi 11
November di halaman 44 terungkap pernyataan
Anggota KPU dalam berita berjudul “Agar
Pemilu Punya Peserta”. Pada kolom ketiga
paragraf ke-4, 5 dan 6 tertulis sebagai berikut :
“Partai Amanat Nasional dan Gerindra
agaknya lebih siap jadi kontestan pemilu.
Jumlah
anggota
mereka
lebih
merata
ketimbang empat partai tadi. Sedangkan
jumlah pengikut PDIP juga tak mencukupi
kuota. Meski sama-sama belum memenuhi
syarat, kondisi Demokrat dan Golkar tak
terlampau parah.”(Bukti P-7)
Mensiasati hal tersebut, pada 25-28 Oktober
lalu, Komisi Pemilihan Umum menggelar rapat
maraton. “Perdebatan antar komisioner cukup
ramai,’’ kata seorang peserta rapat.
Anggota
Komisi
mengatakan:
Pemilu,
Ida
Undang-Undang
Budhiati,
Pemilihan
Legislatif tak menyebutkan secara teknis tata
cara
verifikasi.
pengecekan
Peraturan
memungkinkan
administrasi
dilakukan
berbarengan dengan pemeriksaan faktual. Atas
keputusan tersebut, kata Ida, “Kami siap
bertanggung jawab.” (Bukti P-8.1)
Dengan demikian amat jelas bahwa proses
verifikasi
administrasi yang meloloskan 16
parpol ke tahapan verifikasi faktual nyata-nyata
melanggar Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2012 dan Peraturan KPU Nomor 14 Tahun
2012 dan
4
itu berarti cacat hukum.
Bahwa pelaksanaan verifikasi parpol yang
sifatnya berjenjang atau bertahap bertentangan
dengan Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012
dan Peraturan KPU Nomor
11
15 Tahun 2012.
Pasal 17 ayat (1) Peraturan KPU Nomor 14
Tahun 2012. Bunyinya sebagai berikut : Setelah
verifikasi administratif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (1), KPU melakukan
verifikasi faktual paling lama 8 (delapan) hari
terhadap kebenaran persyaratan :
a. Jumlah dan susunan pengurus partai politik
di tingkat pusat;
b. Pemenuhan keterwakilan perempuan pada
kepengurusan partai politik tingkat pusat
sekurang – kurangnya 30 % (tiga puluh
persen);
c. Domisili kantor tetap dan dokumen yang sah
antara lain: sertifikat hak milik, surat pinjam
pakai, sewa atau kontrak sampai berakhirnya
tahapan Pemilu, yaitu pengucapan sumpah
janji anggota DPR, DPD, dan DPRD.
Pasal itu jelas menyebutkan bahwa setelah
verifikasi
administrasi
KPU
melanjutkan
dengan verifikasi faktual dan tidak dilakukan
pengumuman
partai
politik
yang
lolos
verifikasi administrasi.
Lampiran Peraturan KPU Nomor 15 Tahun
2012, Tentang: Tahapan dan Jadwal Pemilu.
Pada angka 3 tentang Pendaftaran dan
Verifikasi Peserta Pemilu, tertulis pada poin
h. Pemberitahuan penelitian administrasi
hasil perbaikan kepada :
1) KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota
23 s/d 29 Okt 2012;
2) Pimpinan partai politik tingkat pusat 23
s/d 29 Okt 2012.
d. Verifikasi faktual di tingkat KPU
1) Verifikasi faktual kepengurusan tingkat
pusat 30 Okts/d 6 Nov 2012.
Kedua peraturan inilah yang menjadi
rujukan atas proses yang berlangsung.
Tidak ada satu pasal pun pada kedua
12
peraturan ini yang menyiratkan bahwa
proses
verifikasi
secara
berjenjang
akumulatif.
bisa
namun
Dalam
tersebut
hasil
sifatnya
Peraturan
disebutkan:
penelitian
dilaksanakan
KPU
pemberitahuan
perbaikan
kepada
pimpinan partai politik tingkat pusat.
Tidak
pernah
pengumuman
politik
disebutkan
atau
yang
bahwa
penetapan
memenuhi
partai
syarat
administrasi atau tidak.
Filosofi Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2012 bahwa proses verifikasi partai
politik bersifat akumulatif dan bukan
berjenjang juga disampaikan oleh Ketua
Pansus RUU Pemilu, Anggota Komisi II
DPR RI Arief Wibowo, sebagimana
dikutip dalam pemberitaan :
- Dalam Sindo News Rabu 7 November
2012, “proses verifikasi partai politik
harus secara utuh dan penuh, tidak
bertahap bersifat akumulatif.” Terang
Politikus PDIP, Arif Wibowo.
- Direktur Sinergi Masyarakat untuk
Demokrasi
Indonesia
(Sigma)
bahwa
Verifikasi
mengatakan
berjenjang salahi Undang-Undang.
- Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012
tentang Pemilu Anggota DPR, DPD,
dan DPRD tidak mengenal adanya
tingkatan seleksi, karena itu keliru jika
pada
tahap
pendaftaran
sudah
dilakukan pemeriksaan dan ada 12
(dua
belas)
Parpol
yang
gugur
padahal verifikasi belum di mulai,
demikian
juga
verifikasi
yang
menjadi
13
dengan
dibuat
administrasi
tahapan
berjenjang
dan
faktual
menurut Said, verifikasi tidak perlu
dipisahkan karena bersifat kumulatif.
5
Bahwa seluruh konstruksi peraturan KPU yang
ada
masih
merupakan
peninggalan
KPU
sebelumnya, sejatinya memang dikonstruksikan
untuk pengumuman verifikasi yang sifatnya
akumulatif bukan berjenjang. Oleh karena itu,
rangkaian proses verifikasi partai politik yang
dilakukan KPU melanggar ketentuan Peraturan
KPU Nomor 14 dan 15 Tahun 2012.
6
Bahwa pelaksanaan verifikasi faktual 18 partai
politik yang direkomendasikan Bawaslu 12
Parpol dan diputus 18 Parpol oleh Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilu awalnya
tidak
memiliki
mengabaikan
landasan
ketentuan
hukum
dan
Undang-Undang.
Seyogianya verifikasi faktual 18 partai politik
harus diikuti dengan perubahan Peraturan KPU
Nomor 14 Tahun 2012 untuk menjadi pedoman
dalam
pelaksanaan
melaksanakan
verifikasi.
KPU
tersebut
ketika
ketentuan
memundurkan pengumuman partai politik yang
memenuhi
syarat.
Pada
awalnya
akan
diumumkan tanggal 25 Oktober 2012, namun
diubah menjadi 28 Oktober 2012. Sebelum itu,
KPU melakukan perubahan Peraturan KPU
Nomor 11 Tahun 2012 menjadi Peraturan KPU
Nomor 14 Tahun 2012 sebagai dasar hukum
pelaksanaan perubahan jadwal tersebut. Ini
sejalan dengan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2012 pasal 16 ayat (3) menegaskan,
ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
dan waktu verifikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan (2) diatur dengan peraturan
KPU. Namun terhadap pelaksanaan verifikasi
faktual terhadap 18 partai politik, termasuk
partai
14
politik
pemohon.
KPU
hanya
mendasarkan
pada
surat
KPU
No.
681/KPU/XII/2012 Tertanggal 03 Desember
2012 (Bukti P-8.2). Adapun PKPU No. 18
tertanggal
04
Desember
2012
yang
lampirannya tidak bernomor nanti diterbitkan
setelah proses verifikasi faktual telah berjalan.
7
Bahwa Badan Pengawas Pemilu melalui surat
kepada KPU Nomor : 870/Bawaslu/XI/2012,
Tanggal : 3 November 2012, telah menyatakan
bahwa terjadi pelanggaran administrasi dalam
proses verifikasi partai politik peserta Pemilu
2014. Pada butir 2 surat tersebut Bawaslu
menyatakan : “berdasarkan Temuan Bawaslu
dalam
Formulir
Temuan
002/TM/PILEG/XI/2012
Nomor
pada
tanggal
:
02
November 2012, dengan pokok temuan yakni
terkait
dengan
dugaan
pelanggaran
administrasi dan kode etik dalam proses
pendaftaran, penelitian administrasi, penelitian
administrasi
hasil
pengumuman
perbaikan,
penelitian
penundaan
administrasi
hasil
perbaikan, pengadaan dan penyelenggaraan
sistem informasi partai politik, ketertutupan
akses
bagi
Selanjutnya,
partai
politik
Bawaslu
dan
Bawaslu.”
melaporkan
dugaan
pelanggaran kode etik oleh anggota KPU
kepada Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu yang mendorong DKPP menggelar
sidang kode etik. Dengan demikian, proses
verifikasi
administrasi
partai
politik
telah
dilakukan oleh KPU secara tidak profesional,
tertutup
dan
menimbulkan
kecurigaan.
Lembaga ini tidak mandiri yang merupakan
pelanggaran atas Pasal 2 Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara
Pemilu.
8
Bahwa Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu melalui Putusan Nomor : 25-26/DKPP15
PKE-I/2012, Tanggal : 26 November 2012 pada
putusan
butir
1
dan
3
jelas-jelas
telah
memvonis bahwa KPU tidak bertindak cermat,
dan profesional dalam pelaksanaan verifikasi
partai politik. Walaupun dalam putusan itu KPU
disebutkan tidak berniat melanggar kode etik,
namun DKPP telah memvonis dan meminta
KPU bekerja lebih profesional, transparan, jujur,
adil dan akuntabel. Artinya, rangkaian proses
verifikasi
parpol
berdasarkan
yang
diselenggarakan
penilaian
dilaksanakan
secara
DKPP
kurang
telah
profesional,
kurang jujur, kurang transparan, kurang adil dan
kurang akuntabel (Bukti P-9).
9
Bahwa
Komisi
pelaksanaan
Pemilihan
verifikasi
Umum
partai
politik
dalam
telah
bertindak tidak profesional, tidak ada kepastian
hukum dan tidak proporsional dibuktikan oleh
dinamika dan konflik di antara para anggota
KPU dengan jajaran kesekretariatan jenderal
yang mencuat ke media massa dan dalam
persidangan
DKPP.
Seluruh
dinamika
itu
mengindikasikan ada yang tidak beres dan
sikap ngawur dalam proses verifikasi partai
politik dimaksud.
Uraian di atas dapat dibuktikan melalui faktafakta sebagaiberikut :
 Risalah Pokok-Pokok Jawaban Sekretariat
KPU dalam Sidang DKPP pada hari Selasa,
13 November 2012 (Bukti P-10). Pada
paragraf pertama baris ke-16 tertulis :
“Fakta berikutnya, demi terciptanya pemilu
yang
jujur
dan
adil,
sekretariat
mengusulkan agar pelaksanaan verifikasi
dilakukan di tempat tertentu yang tidak
mudah mempengaruhi verifikator terutama
oleh parpol (copy pokja dan SPT). Tapi
16
faktanya menunjukkan KPU membeberkan
“data utuh” yang belum diolah dan diberikan
kepada
parpol,
tersebut
menjadi
yang
seharusya
dokumen
KPU
data
tidak
disebarluaskan.”
 Harian Rakyat Merdeka halaman 3 memuat
berita dengan judul “Divonis DKPP, Karier
pejabat Setjen KPU Tamat/Tetap Masuk
Kantor Nunggu Dipulangkan’’, di kolom ke-5
baris ke-3, berdasarkan pengakuan Saiful
Bahri Johan, Wakil Kepala Biro Hukum
KPU, tertulis: “Selain itu Undang-Undang
mengamanatkan
setiap
tahapan
harus
sesuai jadwal. Tidak boleh dilanggar karena
ada sanksi hukumnya. “Tapi komisioner
KPU membuat peraturan yang bertujuan
menjustifikasi
tindakannya.
Langkah
ini
malah sangat melanggar Undang-Undang
Pemilu. Namun kenapa kasus ini tidak
dibuka sama sekali?’’ tanyanya. (Bukti P11)
10. Bahwa
Komisi
Pemilihan
pelaksanaan verifikasi partai
Umum
dalam
politik peserta
Pemilu 2014 jelas-jelas melanggar Pasal 2
Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2011,
Tentang:
Penyelenggara
Pemilu
dengan
bertindak tidak jujur, tidak adil, tidak profesional,
diskriminasi, tidak tertib dan tidak proporsional.
Komisi Pemilihan Umum bertindak tidak jujur,
terbukti dengan mengatakan pemohon tidak
menyerahkan berkas persyaratan adminstrasi
mengenai
81
(delapan
puluh
satu)
item
persyaratan adminitrasi (Bukti P-12). Padahal,
seluruh 81(delapan puluh satu) item yang
dinyatakan tidak memenuhi syarat karena tidak
diserahkan kepada KPU, faktanya pemohon
17
telah
serahkan
(Bukti
P-13),
sehingga
seharusnya pemohon dinyatakan memenuhi
syarat administrasi sebagaimana halnya 16
(enam belas) partai politik pada saat itu.
Komisi Pemilihan Umum bertindak tidak adil,
terbukti
dengan
hanya
memberikan
kesempatan verifikasi faktual kepada pelapor
dari Tanggal 5 sampai dengan 28 Desember
2012 atau selama 23 (dua puluh tiga) hari
(termasuk didalamnya hari libur Minggu dan
hari Natal). Ini amat tidak adil jika dibandingan
dengan waktu verifikasi faktual 16 partai politik
yang dimulai Tanggal 29 Oktober sampai
dengan 18 Desember 2012 atau selama 52
(lima puluh dua) hari.
Komisi
Pemilihan
Umum
bertindak
tidak
profesional dan tidak tertib, terbukti dari proses
pelaksanaan
dan
administrasi
partai
laporan
politik
hasil
verifikasi
yang
tidak
mencerminkan dokumen resmi yang dibuat oleh
sebuah lembaga negara yang amat strategis.
Dokumen yang disampaikan kepada partai
politik itu tidak lebih sebagai dokumen sampah
yang tidak memiliki legalitas apapun karena
hanya deretan matrik dan data yang tidak jelas
legalitas lembaga pengirimnya. Terbukti tidak
ada cap lembaga, tidak ada paraf dan tanda
tangan ketujuh anggota KPU (Bukti P-14).
Komisi
Pemilihan
Umum
bertindak
tidak
proporsional dan diskriminasi, terbukti dengan
fakta-fakta sebagai berikut :
•
KPU hanya mengalokasikan waktu 23 (dua
puluh tiga) hari dalam masa verifikasi
faktual kepada pemohon sedangkan untuk
18
16 (enam belas) partai politik 52 (lima puluh
dua) hari;
•
KPU kabupaten/kota meminta agar pelapor
mengumpulkan sampel-sampel yang akan
diverifikasi di seluruh
kabupaten
yang
jumlahnya puluhan hingga ratusan. Padahal
porsi tugas ini adalah menjadi tanggung
jawab
KPU
pemohon
kabupaten/kota.
mengalami
Jelas-jelas
kesulitan
karena
faktor waktu dan anggaran di daerah yang
terbatas (Bukti P- 15).
11. Bahwa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012
Pasal 15 huruf d
hanya mensyaratkan proses
verifikasi faktual keterwakilan 30
perempuan
politik
dalam
hanya
persen
kepengurusan
dilihat
dari
partai
tingkat
kepengurusan di tingkat pengurus pusat,
bukan kepengurusan di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota. Namun faktanya (Bukti P-16),
dalam melakukan verifikasi faktual, KPU
Provinsi dan Kabupaten/Kota menjadikan
parameter pemenuhan syarat keterwakilan
perempuan
sebanyak
kepengurusan
di
30
persen
jenjang
kabupaten/kota
dalam
provinsi
sebagai
dan
indikator
pemenuhan syarat yang menyatakan bahwa
partai politik memenuhi syarat dan tidak
memenuhi
syarat
kabupaten/kota
di
provinsi
bersangkutan.
atau
Dengan
demikian terjadi pelanggaran atas ketentuan
Pasal 15 huruf d Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2012.
12. Bahwa akibat tindakan KPU yang menyatakan
Pemohon tidak memenuhi syarat pada Tanggal
28 Oktober 2012, telah terjadi penghancuran
secara dahsyat oleh KPU terhadap pemohon
19
dalam bentuk runtuhnya moral pengurus parpol
di daerah, melemahnya semangat kader dan
bahkan yang paling fatal para kader pemohon
langsung
menyatakan
berhenti
dan
mengundurkan diri dalam keanggotaan partai
politik
(Bukti
langsung
yang
P-17
).
Dengan
demikian,
atau tidak langsung tindakan KPU
gegabah,
tidak
cermat
dan
tidak
profesional dalam pengumuman partai politik
yang lolos administrasi telah menghancurkan
struktur partai pemohon dan memerlukan waktu
serta suntikan semangat yang lebih untuk
memulihkannya. Namun faktanya kemudian
adalah, justru KPU membuat jadwal verifikasi
faktual yang begitu singkat untuk
Hal
inilah
beberapa
yang
menjelaskan
provinsi
pemohon
pemohon.
kenapa
tidak
di
dapat
memenuhi ketentuan keanggotaan di 75 %
Kabupaten. Persoalan menjadi berbeda jika
saja pemohon tidak dihancurkan secara moral
oleh pengumuman KPU yang sangat tidak
profesional tersebut. Karena itu, menjadi tidak
relevan
menjadikan
parameter
pemenuhan
keanggotaan parpol di 33 provinsi menjadi
syarat kelulusan kepada pemohon dalam fakta
nyata
KPU
telah
menghancurkan
pemohon
dan
memberikan
berbeda/
tidak
sama
waktu
dengan
moral
yang
kontestan
sebelumnya.
13. Bahwa
KPU
kabupaten/kota
terutama
di
wilayah Jawa tidak seluruhnya melaksanakan
verifikasi faktual keanggotaan dengan nyata
mendatangi anggota partai pemohon satu per
satu ke rumah-rumah. Dengan nalar sederhana
saja, kesimpulan ini dapat ditarik. Verifikasi
faktual anggota parpol yang tersebar di seluruh
wilayah kabupaten dilakukan oleh 20-an tenaga
20
pegawai KPU. Bagaimana mungkin 20 orang
dapat memverifikasi faktual 1.800 sampel (18
parpol x 100 sampel atau rata-rata 90 sampel
per orang verifiator) selama sepekan dengan
fakta anggaran verifikasi telah habis dan jarak
yang tersebar jauh. Inilah yang menjelaskan di
banyak daerah KPU kabupaten/kota meminta
partai pemohon menghadirkan 100 sampel ke
kantor KPU untuk diverifikasi (Bukti P-18).
Jelas-jelas kebijakan ini melanggar UndangUndang dan Peraturan KPU serta tidak bisa
dijalankan oleh karena biaya verifikasi telah
diatur dalam DIPA KPU dan bukan menjadi
biaya yang harus dikeluarkan partai politik.
Fakta ini makin memperkuat kesimpulan bahwa
verifikasi faktual sejatinya hanya asal jalan saja
dan tidak profesional. Oleh karena itu, menjadi
tidak relevan KPU mematok standar tinggi
ketika
kenyataannya
mereka
tidak
bisa
menjalankan secara konsisten, dan taat hukum
seluruh
aturan
yang
menjadi
dasar
Umum
banyak
pelaksanaan verifikasi.
14. Bahwa
Komisi
Pemilihan
melakukan kekeliruan administrasi dengan cara
tidak mengirimkan data administrasi Partai
Pemohon ke beberapa Komisi Pemilihan Umum
Daerah (KPUD) sehingga KPUD menolak
melakukan verifikasi faktual di Kabupaten/kota
dengan alasan tidak ada data/perintah dari KPU
Pusat dan KPU Propinsi untuk melakukan
verifikasi faktual terhadap partai Pemohon, hal
ini banyak dialami partai pemohon di beberapa
daerah, yang antara lain di Aceh (Kab. Bireun,
Kab.aceh jaya, Kab. Pidi Jaya, Kab. Aceh barat
daya dan Kab. Aceh Tenggara) (Bukti P-19),
di daerah Jawa Barat ( Kab. Subang) dan
Kalimantan Selatan (Kab. Kota baru) (Bukti P21
20).
15. Bahwa
atas
kejadian
ini
Pemohon
telah
mengirimkan surat tertanggal 14 Desember
2012 kepada Komisi Pemilihan Umum namun
tidak mendapat tanggapan (Bukti P-21).
16. Bahwa di Kab. Bandung Barat saat verifikasi
faktual tahap pertama anggota partai Pemohon
yang seharusnya didatangi oleh Termohon
dalam hal sampling kartu tanda anggota pada
alamat yang ada, namun pada kenyataannya
anggota
Pemohon
diminta
untuk
mengumpulkan serta membawa ke kantor
Termohon (Bukti P-22 ) hal ini melanggar
peraturan Termohon yakni Peraturan KPU
No.08 tahun 2012 Pasal 20 ayat 2 Poin G yang
menyatakan KPU kabupaten/kota melakukan
verifikasi
faktual
keanggotaan
dengan
mencocokan dan meneliti secara langsung
kesesuaian KTA dengan nama setiap anggota
partai politik.
17. Bahwa
di
Kabupaten
Bogor
KPUD
tidak
melakukan verifikasi faktual terhadap KTA PDS
sedangkan
DPC
Kabupaten
Bogor
sudah
menyerahkan data – data perbaikan tahap 2,
dimana dalam Berita Acara yang dikeluarkan
oleh KPU Kabupaten Bogor menyebutkan
bahwa KTA PDS telah diverifikasi faktual dan
dinyatakan TMS ( Tidak Memenuhi Syarat)
(Bukti P-27). Hal tersebut sudah kami nyatakan
dalam pernyataan keberatan pada Sidang
Pleno KPUD Bogor, KPUD Provinsi Jawa Barat
maupun KPU Pusat, akan tetapi protes maupun
keberatan kami tidak diindahkan.
18. Bahwa
pelaksanaan
laksanakan bertepatan
verifikasi
vaktual
di
jatuh pada hari raya
Natal bagi anggota pemohon (Bukti P-23);
19. Termohon tidak dapat membuktikan dalam
22
verifikasi keanggotaan
dilakukan secara
benar dan sesuai dengan peraturan perundangundangan
dengan
demikian
dalam
hal
Pemohon (PDS) memenuhi syarat termohon
tidak dapat memberikan dokumen hukum yang
membuktikan
pemohon
memenuhi
syarat.
Sebaliknya pada saat Termohon dinyatakan
TMS atau tidak memenuhi syarat, Termohon
tidak bisa membuktikan bukti-bukti Pemohon
TMS. Oleh karena itu, atas nama Keadilan
hukum dan prinsip-prinsip Pemerintahan yang
baik
dan
verifikasi
benar
serta
guna
faktual
yang
taat
seyogiyanya
kualifikasi
pelaksanaan
hukum
kebenaran
maka
syarat
keanggotaan Parpol dilakukan diskresi dan
sebagaimana telah dilakukan diskresi oleh KPU
atas persyaratan 50 % Kecamatan. Dengan
demikian Termohon wajib menyatakan bahwa
Pemohon telah memenuhi syarat keanggotaan
serta syarat-syarat lainnya sehingga dapat
dinyatakan sebagai Peserta Pemilu Tahun
2014;
20. Bahwa Termohon tidak melakukan verifikasi
vaktual
terhadap
pengurus
kecamatan
pemohon, tidak memberi tahu pelaksanaan
verifikasi
vaktual
yang
terjadi
dibeberapa
daerah pengurus Pemohon (Kab. Ende NTT),
(Bukti P-24.1) kemudian Termohon dalam hal
ini KPUD/ kab. kota baru Kalimantan Selatan
memberikan data sampling KTA milik partai lain
(Bukti P-24.2);
21. Bahwa dalam rapat pleno rekapiltulasi Tanggal
7 Januari 2013, Pelapor hanya menerima
dokumen
berupa
05/BA/I/2013
Surat
dengan
KPU
Nomor
lampiran
:
yang
menyatakan bahwa Partai Politik Pemohon
dinyatakan tidak memenuhi syarat sebagai
Peserta Pemilu dengan syarat sebagai Peserta
23
Pemilu
(Bukti
P-25).
menyampaikan
KPU
rekapitulasi
hanya
jumlah
kabupaten/kota tiap provinsi seluruh Indonesia
yang dinyatakan memenuhi syarat dan tidak
memenuhi syarat. Dalam hal sebuah propinsi
tidak
memenuhi
syarat,
mencantumkan
KPU
angka
hanya
jumlah
kabupaten/kotanya saja, namun tidak bisa
membuktikan secara hukum dalam hal mana di
kabupaten/kota tersebut Partai pemohon tidak
memenuhi
domisili
syarat.
kantor
Apabila
atau
bukti
kepengurusan,
rekening
tidak
memenuhi syarat di kabupaten/kota tersebut,
mana buktinya? Apabila partai pemohon tidak
memenuhi syarat keanggotaan 1000 atau
1/1000 dari jumlah penduduk, mana bukti
tertulis
bahwa
tiap
sampel
yang
harus
diverifikasi benar-benar telah didatangi. Dengan
fakta, bahwa anggaran KPU Kabupaten/Kota
telah habis ketika verifikasi faktual 18 parpol
dilaksanakan
serta
waktu
yang
amat
sempit/tidak adil (tidak sama dengan waktu
yang diberikan kepada 16 parpol yakni selama
2 bulan sedangkan kami kelompok 18 parpol
diberikan waktu tidak sampai sebulan). Pelapor
meyakini bahwa KPU tidak pernah secara
sungguh-sungguh
dan
nyata
melakukan
verifikasi faktual dan mendatangi satu persatu
sampel anggota yang harus ditanya kebenaran
keanggotaannya dalam Partai Politik Pemohon.
22. Bahwa dengan demikian, Surat Keputusan
Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Nomor :
05/Kpts/KPU/Tahun 2013 Tanggal 08 Januari
2013 tentang Penetapan Partai Politik Peserta
Pemilihan
Umum
Tahun
2014
yang
menyatakan bahwa Partai politik pemohon tidak
memenuhi syarat sebagai peserta pemilu tahun
24
2014 harus dinyatakan batal demi hukum.
b) Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas
Pemohon berkeberatan terhadap Keputusan
Komisi
Pemilihan
Umum
Nomor:
05/Kpts/KPU/TAHUN 2013, Tentang: Penetapan
Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun
2014,
Berita
Acara
Nomor:
05/BA/I/2013,
Tentang: Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual
Kepengurusan Partai Politik Tingkat Pusat,
Tingkat Provinsi dan Tingkat Kabupaten/Kota
Serta Keanggotaan Partai Politik dan Berita
Acara
Nomor
:
08/BA/I/2013,
Tentang:
Penetapan Partai Politik Peserta Pemilihan
Umum Tahun 2014, Tertanggal 08 Januari 2013.
PETITUM
1 Mengabulkan Permohonan Pemohon untuk
seluruhnya;
2 Membatalkan
dan
menyatakan
tidak
sah
Keputusan Komisi Pemilihan Umum masingmasing Nomor: 05/Kpts/KPU/TAHUN 2013,
Tentang: Penetapan Partai Politik Peserta
Pemilihan Umum Tahun 2014, Berita Acara
Nomor: 05/BA/I/2013, Tentang: Rekapitulasi
Hasil Verifikasi Faktual Kepengurusan Partai
Politik Tingkat Pusat, Tingkat Provinsi dan
Tingkat Kabupaten/Kota Serta Keanggotaan
Partai
Politik,
Berita
Acara
Nomor:
08/BA/I/2013, Tentang: Penetapan Partai Politik
Peserta Pemilihan Umum Tahun 2014; dan
3 Memerintahkan kepada
Komisi Pemilihan
Umum (KPU) / Termohon untuk menerbitkan
Keputusan serta Berita Acara yang menyatakan
bahwa
Partai
Damai
Sejahtera/Pemohon
memenuhi syarat verifikasi faktual, selanjutnya
memutuskan
dan
menetapkan
Pemohon
sebagai Partai Politik Peserta Pemilu Tahun
25
2014
berdasarkan
pembobotan
yang
proporsional dan berkeadilan sesuai konstitusi.
Demikian Permohonan Pemohon ini kami
sampaikan, dengan harapan Badan Pengawas
Pemilu Republik Indonesia dapat segera
memeriksa dan mengadili serta memutuskan
dengan benar dan dengan seadil-adilnya.
2. Bahwa
untuk
menguatkan
dalil-dalil
Pemohon
sebagaimana dimaksud diatas Pemohon mengajukan
bukti-bukti tertulis sebagai berikut:
1
Bukti P-1
: Keputusan
KPU
Nom
05/Kpts/KPU/2012, Tentang : Pen
Partai Politik Peserta Pemilihan
Tahun 2014;
2
Bukti P-2
: BeritaAcaraNomor: 05/BA/I/2013, T
: Rekapitulasi Faktual Kepeng
PartaiPolitik Tingkat Pusat dan
Kabupaten/Kota Serta Keanggotaan
Poltik
3
Bukti P-3
: Berita Acara Nomor : 08/BA/
Tentang : Penetapan Partai Politik P
Pemilihan Umum Tahun 2014
4
Bukti P-4
: Undang-Undang Nomor 8 Tahun
Tentang Pemilihan Umum Anggota
Perwakilan Rakyat, Dewan Perw
Daerah, dan Dewan Perwakilan
Daerah, dalampasal 249 ayat (1)
250 ayat (1), Pasal 257, Pasa
danPasal
259
ayat
(2),
T
Kewenangan Badan Pengawas P
Bawaslu )
5
Bukti P-5
: Pengumuman Menteri Kehakimand
Asas Manusia Republik Indonesia N
M.UM.06.08-179 Tentang ; Pend
dan Pengesahan Partai Politik ter
05 November 2001
6
Bukti P-6
: Keputusan Menteri Hukum dan Ha
Manusia Republik Indonesia No
M.AH-14.AH.11.01 Tahun 2010, T
Pengesahan Perubahan Kepeng
DewanPimpinan Pusat Partai
Sejahtera Periode 2010-2015 ter
02 November 2010
7
Bukti P-7
: Majalah Tempo edisi 11 Nov
halaman 44 (empat puluh
terungkap pernyataan Anggota
dalam berita berjudul “Agar Pemilu
Peserta” pada kolom ketiga par
keempat sampai keenam
8
Bukti P-8
Komisioner
K
: Pernyataan
Budhiati dalam Majalah Tempo e
November hal 44 dalam berita b
26
“Agar Pemilu Punya
paragrap 12 (duabelas)
Peserta”
pada
9
Bukti P-9
: Surat KPU Nomor : 681/KPU/XII/2012
tertanggal 03 Desember 2012, Tentang ;
Verifikasi Faktual Partai Politik Calon
Peserta Pemilu Tahun 2014
10
Bukti P-10
Dewan
Kehormatan
: Keputusan
Penyelenggara Pemilu Nomor : 2526/DKPP-PKE-I/2012,
tertanggal
26
November 2012
11
Bukti P-11
: Risalah Pokok-pokok jawaban Sekretariat
KPU dalam Sidang DKPP pada Hari
Selasa 13 November 2012
12
Bukti P-12
: Harian Rakyat Merdeka tanggal 01
Desember 2012, memuat berita berjudul
“Divonis DKPP, Karir Pejabat Sekjen KPU
Tamat”
13
Bukti P-13
: Bukti kesalahan KPU dalam pemeriksaan
berkas verifikasi administrasi
14
Bukti P-14
: Tanda Terima lengkap dokumen verifikasi
admisitrasi PDS saat diserahkan di KPU
Pusat
15
Bukti P-15
: Hasil Verifikasi Partai Damai Sejahtera
(PDS) dari KPU
16
Bukti P-16
: Surat KPU Nomor : 681/KPU/XII/2012,
tertanggal 03 Desember 2012 yang
melampirkan jadwal tahapan verifikasi
faktual, besertasurat-surat keberatan dan
fakta-fakta dari beberapad aerah
17
Bukti P-17
Republik
Indonesia
: Undang-Undang
Nomor : 08 Tahun 2012, Tentang
Pemilihan Umum Anggota DPR,DPD, dan
DPRD Pasal 15 huruf (d)
18
Bukti P-18
: Berita Acara KPU Nomor : 53/BA/X/2012,
Tentang Hasil Verifikasi PartaiPoltik Calon
Peserta Pemilu Tahun 2014
19
Bukti P-19
: Keberatan PDS di Provinsi
Tengah beserta lampirannya
20
Bukti P-20
: Surat DPP-PDS Nomor : 80/SE/DPPPDS/XII/2012, Perihal ; Verifikasi Faktual
Provinsi Aceh plus Tanda Terima
pengiriman surat di KPU Pusat
21
Bukti P-21
Keberatan
PDS
Kabupaten
: Surat
SubangProvinsi Jawa Barat dan Surat
Keberatan PDS Provinsi Kalimantan
Selatan
22
Bukti P-22
: Surat DPP-PDS Nomor : 80/SE/DPPPDS/XII/2012, Perihal ; Verifikasi Faktual
Provinsi Aceh plus Tanda Terima
pengiriman surat di KPU Pusat
27
Jawa
23
Bukti P-23
: Peraturan KPU Nomor : 8 Tahun 2012
Pasal 20 ayat (2)huruf (g), dan surat
keterangan KPU Kab. Bandung Barat
yang mewajibkan PDS mendatangkan
anggota PDS ke KPUD untuk di verifikasi
factual
24
Bukti P-24
: Surat Keberatan dari beberapa Kab/Kota
karena
verifikasi
factual
dilakukan
bertepatan dengan perayaan Hari Natal
25
Bukti P-25
: Surat Keberatan DPC-PDS Kab. Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
26
Bukti P-26
: Surat KPU Nomor : 05/BA/I/2013, Tentang
; Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual
Kepengurusan Partai Politik Tingkat Pusat,
Tingkat Provinsi dan Tingkat Kab/Kota
Serta Keanggotaan Partai Politik
27
Bukti P-27
: Putusan Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia Nomor : 52/PUU-X/2012, point
3.21
28
Bukti P-28
: Surat DPC Partai Damai Sejahtera
Kabupaten Bogor Nomor:02.1/PK/PDSKbBgr/I/2012, tertanggal 2 Januari 2012.
3. Bahwa selain bukti-bukti tertulis, Pemohon mengajukan
Saksi dan Ahli yang diperiksa pada tanggal 28 Januari
2013 dengan hasil pemeriksaan sebagai berikut:
a. I Gusti Putu Artha
• Ahli
berkaitan
pengalaman
menjadi
Penyelenggara Pemilu periode 2008-2012;
• Apabila Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012
diselesaikan pada tahun 2012, dan dapat
dilakukan bimbingan teknis di awal tahun 2012;
• pada pelaksanaan Pemilu Tahun 2009, ada
kesadaran
empirik
digunakan
Verifikasi
berjenjang.
• Contoh permasalahan apabila ada partai politik
yang sudah menyerahkan 17 item dan diterima
dan diberikan hak untuk diperbaiki, namun
terhadap partai politik yang baru memberikan 15
item, haknya hilang.
• Dalam Putusan DKPP diputuskan bahwa KPU
tidak terbukti mempunyai itikad buruk untuk
melanggar kode etik penyelenggara Pemilu dan
dalam Putusan DKPP diputuskan dalam verifikasi
faktual dengan tidak mengubah jadwal tahapan
Pemilu, namun bukan tidak mengubah penetapan.
• Apabila Putusan DKPP diputus berdekatan
dengan penetapan peserta Pemilu, apakah juga
akan dilakukan verifikasi dalam waktu yang
singkat.
• Verifikasi administrasi dan verifikasi faktual
menjadi satu kesatuan, dan akan diumumkan di
bagian akhir, dan ini lebih soft.
28
•
Tadi masalah anggaran, ada sejumlah berita baik
di media maupun di online termasuk fungsi gates
sendiri mengatakan bahwa ada problem anggaran
ketika proses verifikasi. Artinya apa, di KPU pusat
ada diskursus bahwa ini tak bisa dilaksanakan
karena angggaran terbatas. itu saya kira agak
gampang dibuktikan. Termasuk problem yang
sama di level daerah. Saya bisa membuktikan
bahwa teman-teman dari daerah. Saya kira
majelis juga bisa meminta keterangan pada
KPUD, kebetulan mereka ada di sini, apakah
mereka ada anggaran dalam melaksanakan virtual
18 parpol itu. Dan saya bisa membuktkan secara
tertulis semua risalah yang sudah disampaikan itu.
Lalu kemudian persoalan menyangkut KPK, tidak
bisa mengambil keputusan. Saya mengatakan
berdasarkan pengalaman saya bahwa tahun 2009
dalam waktu satu bulan saya tak bisa menarik
data dari papua ke pusat rekapitulasi. Dan itu
sudah diperdebatkan ketika menyusun peraturan
KPU sebelum kita. Makanya kemudian dibuat
komulatif. Maka kemudian asumsi yang sama
pada dinamika yang sama. saya sampaikan
analisis secara logika. Bagaimana mungkin semua
daerah di papua yang satu kecamatan dengan
kecamatan lain harus naik pesawat, bisa menyetor
data ke pusat dalam waktu yang terbatas itu. Tapi
jika nanti dituntut data-data secara tertulis. Saya
akan menyiapkan itu. Saya berikan kepada majlis.
Tapi saya minta waktu. Karena ini soal data.
Terima kasih.
b. Res Fobia
• Dosen Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya
Wacana.
• Ahli berangapan bahwa apa yang dilakukan KPU
terhadap 18 Partai politik yang tidak lolos
Verifikasi faktual dengan menerapkan waktu yang
singkat untuk melakukan verifikasi faktual
berikutnya pasca putusan DKPP itu merupakan
tindakan yang sangat merugikan partai politik
yang tidak lolos, apa yang dilakukan KPU itu
tanpa memperhatikan to Prespect dan to protect,
Kedua KPU dalam melakukan verifikasi itu jatuh
pada hari libur natal yang merupakan hak
universal manusia, jadi jelas apa yang dilakukan
oleh KPU itu adalah melanggar hukum, apalagi
KPU melakukan verifikasi itu bukan merupakan
haknya, itu adalah hak rakyat yang dilaksanakan
oleh KPU, seharusnya KPU juga mengaspirasi
suara rakyat termasuk juga suara rakyat yang
tergabung dalam Partai-Partai yang tidak lolos,
dengan demikian jelas bahwa telah terjadi crime of
methodologi bahkan dapat dibatakan bahwa KPU
29
•
•
•
itu juga telah melampaui kewenangan atau ultra
petitum.
Regulasi yang digunakan oleh KPU itu merupakan
regulasi yang merupakan produk politik yang
kemudian dalam jalannya melewati suatu proses
yang ternyata regulasi itu sangat merugikan pihak
lain, saya menangkap bahwa maksud dari KPU itu
mengatur
dalam
regulasinya
dengan
mencantumkan 30 % keterwakilan perempuan
dalam kepengurusan partai itu merupakan
semangat untuk melibatkan wanita dalam
berdemokrasi, akan tetapi kita juga harus melihat
bahwa di indinesia ini kesadaran wanita untuk
berpolitik itu masih kurang, seharusnya KPU
jangan menerapkan aturan itu kalau di Undangundang pemilu legeslatif saja tidak disebutkan,
yang disebutkan dalam Undang-undang itu hanya
kepengurusan DPW Pusat yang mensyaratkan
keterwakilan perempuan 30 % jadi KPU jangan
memaksakan aturan itu. Dalam ilmu hukum itu
juga ada sebuah ketentuan yang mengatakan jika
ada sebuah aturan hukum yang mengalami
perubahan ketika proses itu masih berlangsung,
itu saja mengatur bahwa harus digunakan aturan
yang meringankan, bukan sebaliknya seperti yang
di terapkan KPU justru menggunakan aturan yang
memberatkan pihak.
Jika terjadi sebuah kasus yang sampai memaksa
pihak lain untuk melakukan pendataan dokumen
ganda serta memasukkan orang ke dalam sebuah
perserikatan tanpa persetujuan dari yang
bersangkutan, itu juga merupakan pelanggaran
HAM juga, akan tetapi perlu diketahui juga bahwa
hukum itu tidak selalu menyediakan sanksi, jika
memang peserta pemilu itu salah sedangkan
aturannya itu belum ada, seharusnya ngomong
baik-baik saja sudah cukup, apalagi ini terkait
pemilu yang tujuannya adalah memilih wakil-wakil
rakyat jadi saya rasa kesepakatan antara KPU
dan partai-partai poltik yang tidak lolos itu justru
lebih tepat.
Disini saya hanya mau bicara bahwa hirarki
peraturan perundang-undangan, itu mengatur
bahwa peraturan dibawah itu tidak boleh
bertentangan dengan Undang-Undang yang
diatasnya, jadi jika itu terjadi berarti itu telah
melanggar konstitusional warga negara, jadi apa
yang dilakukan oleh KPU dengan mengeluarkan
regulasi yang melebihi apa yang di atur oleh
30
undang-undang itu merukan tafsir sendiri dari
KPU, dan ini harus diluruskan demi kebaikan
semuanya.
Bahwa Pemohon telah mengajukan kesimpulan tertulis,
adapun Kesimpulan yang Pemohon sampaikan ini adalah
sebagai berikut:
1. Bahwa sejak dilangsungkannya Musyawarah antara
Pemohon dengan Termohon yang dipimpin oleh
Mediator Ibu Endang dan Bapak Nasrullah pada tanggal
23 Januari 2013 di Bawaslu ternyata Termohon tidak
mengindahkan apa yang menjadi keberatan - keberatan
dari Pemohon untuk dapat lolos sebagai salah satu
Partai Peserta Pemilu 2014. Termohon dalam hal
tersebut tidak memberikan jawaban yang layak dan patut
hingga masuk pada persidangan ajudikasi pertama
namun pada persidangan ajudikasi kedua (terakhir)
Termohon baru memberikan jawaban kepada Pemohon
secara tertulis dengan tidak mendetail sesuai keberatankeberatan yang diajukan Pemohon,
2. Bahwa Termohon dalam Jawaban Termohon tertanggal
28 Januari 2013 butir 6 menyatakan pemohon
dinyatakan tidak memenuhi syarat (TMS) sebagai
peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Dewan Perwakilan
daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Tahun 2014, karena tidak memenuhi
persyaratan kepengurusan, keterwakilan perempuan,
domisili kantor dan keanggotaan 75 % (Tujuh Puluh Lima
Persen) pada sejumlah Kabupaten/Kota di 18 (Delapan
Belas) Provinsi.
Jawaban termohon tersebut adalah salah dan
menunjukkan tidak berdasarnya jawaban tersebut
mengingat termohon dalam jawaban lisan menyatakan
“keterwakilan perempuan di tingkat Kabupaten/Kota
bukanlah syarat guna mendapatkan penilaian Memenuhi
Syarat atau MS”. Termohon tidak cermat dan salah
menyatakan keanggotaan 75%. Karena tidak ada
Undang-Undang maupun Peraturan KPU yang mengatur
hal tersebut, hal ini menunjukan Termohon tidak serius
menghadapi sidang di Bawaslu RI.
3. Bahwa Pemohon dalam jawaban butir 2 menyatakan
“Partai Politik dapat menjadi peserta Pemilu setelah
memenuhi syarat secara kumulatif setelah dilakukan
tahapan verifikasi kelengkapan syarat pendaftaran,
verifikasi administrasi dan verifikasi faktual”. Berdasarkan
hasil verifikasi tersebut, Partai Damai Sejahtera (PDS)
dinyatakan Tidak Memenuhi Syarat (TMS). Hal itu tidak
31
terbukti karena selama pemeriksaan yang berakhir pada
hari senin, 28 Januari 2013 Termohon sama sekali tidak
memberikan bukti tertulis dalam proses pemeriksaaan
persidangan.
Dengan
demikian
menjadi
fakta
persidangan Termohon menerbitkan Keputusan KPU
Nomor: 05/Kpts/KPU/TAHUN 2013, Tentang Penetapan
Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2014
tanpa didukung alat-alat bukti yang sah secara hukum
sehingga keputusan tersebut adalah berdasar untuk
dibatalkan atau dinyatakan tidak sah.
4. Bahwa dari proses persidangan, Termohon Komisioner
KPU (Ibu Ida Budiarti) tatkala dikonfirmasi oleh Pemohon
membenarkan telah mempresentasikan juklak verifikasi
Parpol calon peserta Pemilu 2014 pada tanggal 29
November 2012 tanpa menguraikan dan menjelaskan
waktu tahapan verifikasi faktual untuk tingkat
Kabupaten/Kota melainkan hanya untuk tingkat pusat
dan tingkat Provinsi yang berlangsung pada tanggal 5 –
7 Desember 2012 yang mana PDS ditingkat pusat dan
tingkat Provinsi dinyatakan Memenuhi Syarat atau MS
100 %. Tanpa sosialisasi tiba-tiba KPU melaksanakan
verifikasi (tidak dibantah dalam persidangan) yang
berlangsung dari tanggal 5 – 11 Desember 2012. Bukti
bahwa KPU tidak transparan dan tidak adil menjalankan
perintah DKPP.
5. Pemohon memberikan tanggapan atas butir 4 Jawaban
Termohon sebagai
Melaksanakan Keputusan DKPP tersebut KPU
melakukan kebijakan kepada 18 Partai Politik dengan
mengoptimalkan waktu yang tersedia pada tahapan
pendaftaran, verifikasi dan penetapan partai politik
peserta pemilu sebagaimana di maksud pasal 16 ayat 2
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012,
bahwa
Termohon telah salah menerapkan ketentuan UndangUndang tersebut yang mengatakan bahwa verifikasi
sebagai mana dimaksud pada ayat 1 harus selesai
dilaksanakan paling lambat 15 (lima belas) bulan
sebelum hari pemungutan suara karena KPU bisa saja
menetapkan Peserta Pemilu untuk 16 partai yang telah
diverifikasi terlebih dahulu sejak tanggal 30 Oktober 2012
(hal itu diperkuat dengan keterangan saksi ahli bapak I
Gusti Putu Artha) oleh karena sebagaimana diakui pula
oleh Termohon dalam keterangan dipersidangan
maupun tercantum dalam butir ke 5 diktum keputusan
KPU Nomor 5 bahwa penetapan peserta Pemilu 2014
masih dimungkinkan berdasarkan keputusan Badan
Pengawas Pemilu atau Keputusan Pengadilan Tinggi
Tata Usaha Negara atau Putusan Mahkamah Agung
sebagaimana hal itu diatur dalam pasal 259 (ayat 2 dan
ayat 3) serta pasal 269 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
32
2012. Termohon akibat salah menerapkan ketentuan
Undang-undang maupun Keputusan DKPP telah terbukti
menjalankan verifikasi faktual terhadap pemohon secara
diskriminatif (diperkuat Keterangan saksi ahli bapak Kres
Fobia) padahal
sesuai Peraturan Bersama Komisi
Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilihan Umum
dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan
Umum Nomor 13 Tahun 2012 Nomor 11 Tahun 2012
Nomor 1 Tahun 2012, Tentang : Kode Etik
Penyelenggara Pemilihan Umum, tanggal 10 September
2012 yang merupakan implementasi dari Ketentuan
Undang-Undang nomor 15 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggara Pemilihan Umum dan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI),
Dewan Perwakilan Daerah (DPD dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Pasal 5 yang memuat :
Penyelenggara Pemilu berpedoman pada asas :
a. Mandiri
b. Jujur
c. Adil
d. Kepastian Hukum
e. Tertib
f. Kepentingan Umum
g. Keterbukaan
h. Proporsionalitas
i. Profesionalitas
j. Akuntabilitas
k. Efisiensi dan
l. Efektivitas.
6. Bahwa mekanisme pelaksanaan verifikasi parpol peserta
Pemilu cacat hukum karena :
a. Melanggar Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011
Pasal 2, Tentang : asas adil, jujur, transparan,
profesional dan kepastian hukum.
b. Melanggar Peraturan Bersama DKPP, KPU, Bawaslu
Nomor : 13, 11 dan 1 Tahun 2012, Tentang : Kode
Etik Penyelenggara Pemilu khususnya pasal 3, Pasal
10 huruf b dan Pasal 11 huruf a.
c. Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012 pasal 17 ayat
(1) .
7. KPU telah merugikan Pemohon dengan pengumuman
ketidaklolosan verifikasi administrasi dan menolak
melaksanakan perintah Bawaslu yang menyebabkan
kehancuran secara moral atas infrastruktur Partai
Pemohon.
8. Justru dalam pelaksanaan verifikasi pasca DKPP KPU
33
bertindak tidak adil dan setara yg merugikan pemohon,
terlebih - lebih suasana Natal tidak dijadikan bahan
pertimbangan (melanggar pasal 8 huruf c peraturan
bersama kode etik) dengan mengalokasikan waktu
verifikasi hanya 6 hari dibandingkan 16 parpol 25 hari.
Padahal, menurut saksi ahli, KPU bisa membuat
kebijakan yg lebih adil, profesional dan cermat dengan
menata tahapan verifikasi lebih terukur agar anggaran
dan jadwal bersifat setara dan adil.
9. Faktanya KPU tidak pernah memverifikasi admin
pengurus kecamatan dan pemenuhan KTA. Maka, agar
setara dan adil. seyogyanya KPU juga tidak menjadikan
faktual KTA menjadi dasar putusan menyatakan parpol
MS atau TMS dalam verifikasi faktual.
10. Berdasarkan poin 4, Termohon lolos dan MS di 33 prov,
lolos di 75 persen kabupaten tiap provinsi, dan oleh
karenanya seharusnya berhak menjadi peserta Pemilu
2014.
11. Pengajuan persoalan yang terjadi di 4 Provinsi (Aceh,
Jawa Baraat, Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara
Timur) hanyalah contoh dari tindakan-tindakan KPU yang
tidak profesional yang telah berdampak tidak baik
menjadi dasar KPU menyatakan Partai Damai Sejahtera
Tidak Memenuhi Syarat dibeberapa Kabupaten/Kota
yang ada di 18 provinsi. Fakta persidangan tentang
keberatan-keberatan yang disampaikan PDS baik
ditingkat Kabupaten/Kota, Provinsi sampai pada Sidang
Pleno KPU tidak mendapatkan jawaban atas keberatan –
keberatan PDS tersebut.
Pengumuman hasil verifikasi administrasi tanggal 28
Oktober 2012 yang menyatakan PDS TMS tanpa dasar
sebagaimana
dibenarkan
oleh
Bawaslu
dalam
rekomendasi tanggal 3 November 2012 tapi tidak
diindahkan oleh KPU sehingga berdampak terhadap
pengunduran
diri
para
pengurus
di
tingkat
Kabupaten/Kota. Dan akhirnya Keputusan DKPP
memutuskan 18 parpol termasuk PDS untuk
diikutsertakan dalam verifikasi faktual. Berdasarkan
kesaksian ahli statistik DR. Hamonangan Ritonga,MSc
bahwa perbedaan waktu mempengaruhi probabilitas
keberhasilan verifikasi faktual.
12. Jelas sekali terbukti di persidangan ajudikasi bahwa
Komisi pemilihan umum dalam prakteknya tidak
transparan!! Komisi pemilihan Umum telah melakukan
pelanggaran – pelanggaran hak asasi terhadap jutaan
penduduk Indonesia yang merupakan konstituen melalui
34
berita Acara KPU No : 05/BA/I/2013 tentang rekapitulasi
hasil verifikasi faktual kepengurusan parpol tingkat pusat,
provinsi dan kabupaten kota serta keanggotaan parpol.
Dalam sistem hukum continental yang dianut republik
Indonesia, maka kesalahan terhadap satu item dari
sistem – akan membuat hasil yang dicapai menjadi cacat
hukum atau tidak sah.
Berdasarkan kesimpulan Pemohon, mohon
mempertimbangkan, selanjutnya memutuskan :
1. Mengabulkan
seluruhnya;
Permohonan
Pemohon
majelis
untuk
2. Membatalkan dan menyatakan tidak sah verifikasi
keanggotaan yang telah dilakukan KPUD – KPUD
tingkat Kabupaten/Kota karena terbukti telah terjadi
diskriminasi waktu yang diberikan pada PDS serta
pelaksanaan di lapangan oleh KPUD – KPUD terjadi
pelanggran – pelanggaran.
3. Membatalkan dan menyatakan tidak sah Keputusan
Komisi Pemilihan Umum masing – masing Nomor :
05/Kpts/KPU/TAHUN 2013, tentang : Penetapan
Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2014,
Berita Acara Nomor : 05/BA/I/2013, Tentang :
Penetapan Partai Politik Peserta Pemilihan Umum
Tahun 2014; dan
4. Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum
(KPU) / Termohon untuk menerbitkan keputusan
serta berita Acara yang menyatakan bahwa Partai
Damai Sejahtera / Pemohon memenuhi syarat
verifikasi faktual, selanjutnya memutuskan dan
menetapkan Pemohon sebagai Partai Politik Peserta
Pemilu Tahun 2014 berdasarkan pembobotan yang
proporsional dan berkeadilan sesuai konstitusi.
Demikian kesimpulan ini kami sampaikan, dengan
harapan Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia
dapat memutus dengan seadil – adilnya.
4. Bahwa terhadap Permohonan Pemohon, termohon
mengajukan jawaban secara tertulis tertanggal 28 Januari
2013, adapun tanggapan dan/atau klarifikasi terhadap
dalil-dalil keberatan Pemohon menyatakan dalam pokok
perkara bahwa Termohon menolak seluruh dalil
Pemohon.
a) Bahwa
pokok
permohonan
Pemohon
mempermasalahkan produk hukum KPU baik dalam
35
bentuk Keputusan maupun Peraturan serta teknis
pelaksanaan verifikasi yang dilaksanakan di tingkat
provinsi dan kabupaten/kota.
b) Keputusan KPU Nomor 05/Kpts/KPU/TAHUN 2013.
Bahwa Keputusan KPU Nomor 05/Kpts/KPU/TAHUN
2013 hendaknya dipahami secara komprehensif,
dimana konsiderans dan diktum merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. KPU
menetapkan partai politik peserta pemilu dengan
memperhatikan
norma
ketentuan
peraturan
perundang-undangan sebagaimana diatur dalam UU
Nomor 8 Tahun 2012, Peraturan KPU Nomor 7 Tahun
2012 jo. Peraturan KPU Nomor 18 Tahun 2012,
Nomor 8 Tahun 2012 jo. Peraturan KPU Nomor 14
Tahun 2012, Petunjuk Teknis Verifikasi Partai Politik
dan Surat Edaran KPU. Partai politik dapat menjadi
peserta pemilu setelah memenuhi syarat secara
kumulatif setelah dilakukan tahapan verifikasi
kelengkapan
syarat
pendaftaran,
verifikasi
administrasi dan verifikasi faktual. Berdasarkan hasil
verifikasi tersebut, Partai Damai Sejahtera (PDS)
dinyatakan tidak memenuhi syarat sebagai peserta
Pemilu.
c) Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012.
Bahwa dalam rangka memenuhi pelayanan informasi,
sambil menunggu pengundangan oleh Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia, KPU mengunggah (upload)
Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012 yang telah
ditandatangani oleh Ketua KPU melalui website KPU.
Memperhatikan adanya ketidaklengkapan muatan
materi Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012 yang
tidak mencantumkan Pasal 20, KPU melakukan
pengecekan terhadap Peraturan KPU tersebut, baik di
dalam website maupun bahan yang disampaikan
kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk
dilakukan koreksi. Berdasarkan hasil koreksi,
Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012 yang
diundangkan telah sesuai dengan kebijakan KPU.
Dalam
persidangan
Dewan
Kehormatan
Penyelenggara Pemilu (DKPP), PDS bersatus sebagai
saksi Bawaslu yang menjadi Pengadu dalam perkara
dugaan pelanggaran kode etik oleh Ketua dan
anggota KPU. Dalam pengaduannya tersebut, PDS
mempersoalkan pengundangan Peraturan KPU
Nomor 14 Tahun 2012 vide halaman 8 angka 2
Putusan DKPP Nomor 25-26/DKPP-PKE-I/2012.
Terhadap
pengaduan
tersebut,
DKPP
telah
menerbitkan putusan, dimana amar putusannya
menyatakan KPU tidak mempunyai itikad buruk untuk
melanggar kode etik. Dengan demikian, peraturan
36
KPU Nomor 14 Tahun 2012 telah menjadi salah satu
obyek sengketa peradilan etik penyelenggara pemilu
dan diputus oleh DKPP. Karenanya tidak relevan
untuk diuji kembali melalui penyelesaian sengketa
Bawaslu.
d) Sumber data verifikasi faktual 18 Partai Politik.
Bahwa amar Putusan DKPP Nomor 25-26/DKPPPKE-I/2012 angka 3 menyebutkan membenarkan
rekomendasi Bawaslu agar KPU mengikutsertakan
partai politik yang tidak lolos verifikasi administrasi
untuk dilakukan verifikasi faktual dengan tidak
mengubah jadual tahapan Pemilu.
Melaksanakan putusan DKPP tersebut, KPU
menempuh kebijakan melakukan verifikasi faktual
terhadap 18 (delapan belas) partai politik dengan
mengoptimalkan waktu yang tersedia pada tahapan
pendaftaran, verifikasi, dan penetapan partai politik
peserta Pemilu sebagaimana dimaksud Pasal 16 ayat
(2) UU Nomor 8 Tahun 2012.
Untuk memberikan solusi sengketa dokumen partai
politik sebagai akibat 18 (delapan belas) partai politik
dinyatakan tidak memenuhi syarat administrasi, KPU
menempuh kebijakan sumber data verifikasi faktual
adalah dokumen yang diserahkan pimpinan pusat
partai politik kepada KPU dan telah dilakukan
verifikasi administrasi. Dalam hal terdapat perbedaan
jumlah dan jenis dokumen yang dimiliki oleh KPU
dengan yang diakui oleh partai politik, yang
bersangkutan
diberikan
kesempatan
untuk
menyerahkan dokumen pada masa perbaikan sesuai
tingkatan kepengurusan.
Kebijakan tersebut disampaikan kepada partai politik
melalui surat Nomor 676/KPU/XI/2012 tanggal 29
November
2012
dan
kepada
KPU
Provinsi/Kabupaten/Kota
melalui
surat
Nomor
681/KPU/XII/2012 tanggal 3 Desember 2012.
Disamping menerbitkan surat tersebut di atas, KPU
juga melakukan tatap muka dengan 18 (delapan
belas) partai politik untuk mensosialisasikan
pelaksanaan verifikasi faktual pasca putusan DKPP.
Kegiatan yang sama dilakukan KPU kepada KPU
Provinsi.
e) Bahwa terhadap dalil Pemohon sepanjang yang
mempersoalkan
tentang
pembentukan
norma,
penafsiran norma, dan penerapan norma harus
dikesampingkan
karena
tidak
relevan
untuk
dipersoalkan dalam forum ini.
f) Bahwa berdasarkan Rekapitulasi Hasil Verifikasi
Faktual Partai Politik yang menjadi lampiran
Keputusan KPU Nomor 05/Kpts/KPU/TAHUN 2013,
37
tanggal 8 Januari 2013 tentang Penetapan Partai
Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2014,
Pemohon dinyatakan Tidak Memenuhi Syarat (TMS)
sebagai Partai Peserta Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR
RI), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) tahun 2014,
karena tidak memenuhi persyaratan kepengurusan,
keterwakilan perempuan, domisili kantor, dan
keanggotaan 75% (tujuh puluh lima persen) pada
sejumlah kabupaten/kota di 18 (delapan balas)
provinsi.
g) Sanggahan KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota
terhadap dalil Pemohon tentang pelaksanaan
verifikasi faktual menjadi bukti yang tidak terpisahkan
dalam perkara ini.
5. Bahwa
terhadap
jawaban
Termohon,
Pemohon
memberikan tanggapan pada tanggal 23 Januari 2013
dan 28 Januari 2013 sebagai berikut:
b. Bahwa Pemohon secara nyata terbukti diperlakukan
berbeda serta adanya tindakan diskriminatif dalam
verifikasi faktual, dengan uraian sebagai berikut:
1) Sesuai Keputusan MK Nomor 52/PUU-X/2012
tanggal 15 Agustus 2012 yang menjadi dasar
proses verifikasi oleh KPU saat ini antara lain
berintikan
bahwa
sama/pemilu
dalam
2014
kontestasi
semua
Parpol
yang
harus
diperlakukan sama dan tidak boleh dibedabedakan atau diperlakukan diskriminatif.
2) Formulir
Temuan
Bawaslu
No:
002/TM/PILEG/X/2012 tertanggal 5 November
2012. Dalam kajiannya, Bawaslu menemukan
adanya dugaan pelanggaran administrasi dan
kode etik dalam proses pendaftaran, penelitian
administrasi
hasil
pengumuman
perbaikan,
perbaikan,penundaan
penelitianadministrasi
pengadaan
dan
hasil
penyelenggaraan
system informasi parpol serta ketertutupan akses
bagi parpol dan Bawaslu. Kesimpulannya Bawaslu
merekomendasikan 12 parpol termasuk PDS agar
dipelakukan adil dengan diikutkan dalam proses
38
verifikasi factual oleh KPU.
3) Faktanya KPU tidak mengindahkan Rekomendasi
Bawaslu bahkan menunggu keputusan DKPP No.
25-26/DKPP-PKE-I/2012 tanggal 26 November
2012 dengan keputusan yang intinya: DKPP telah
memvonis dan
meminta KPU bekerja lebih
profesional, transparan, jujur, adil dan akuntabel
dan
meminta
melakukan
verifikasi
factual
terhadap 18 parpol yang awalnya dinyatakan
gagal dalam verifikasi administrasi oleh KPU
dengan tidak merubah jadwal tahapan Pemilu.
Keputusan DKPP merupakan satu kesatuan dan
tidak bias diartikan secara terpisah-pisah oleh
KPU.
4) Bukti bahwa verifikasi factual terhadap PDS yang
tergabung dalam 18 parpol keputusan DKPP
dilakukan tidak professional, tidak transparan dan
tidak adil bisa dilihat dari sisdur vertual KPU
(terlampir)
yang
tidak
dilaksanakan
secara
konsisten serta jadwal virtual Kabupaten/kota
yang hanya 6 hari (5 s/d 11 Desember 2012)
terdapat dalam PKPU No. 18 tanggal 4 Desember
2012 jelas ada perbedaan perlakuan yang sangat
diskriminatif bila dibandingkan dengan virtual
Parpol sebelumnya yang mendapatkan alokasi
waktu 25 hari (30 Oktober 2012 s/d 24 November
2012) tentu sangat merugikan PDS yang tidak
pernah
dikomunikasikan
KPU
secara
resmi
kepada 18 Parpol (Pertemuan I dan terakhir KPU
dengan 18 Parpol sejak putusan DKPP adalah
tanggal 29 November 2012 dan jadwal virtual
kepengurusan
dan
keanggotaan
di
kabupaten/kota tidak disampaikan/disosialisasikan
saat itu, perhatikan PKPU No.18 Tgl 4 Desember
2012).Jelas disini ada ketidaktransparan KPU
terhadap kami.
5) Dalam
proses
vertual
di
lapangan
yang
sebenarnya sudah tidak sejalan dengan perintah
39
DKPP
dan
jadwal
vertual
di
tingkat
KPU
kabupaten/kota yang terdapat di PKPU No. 18,
terbukti
jelas
transparan,
KPU
diskriminatif
sehingga
dalam
keanggotaan
parpol
dan
hal
banyak
tidak
vertual
bukti-bukti
pelanggaran juga yang disampaikan termasuk
keterbatasan waktu yang sangat singkat dari
berbagai daerah.
6) Atas kerugian karena diperlakuan diskriminatif dan
tidak transparan tersebut, dimana PDS tetap
mampu menyelesaikan virtual tingkat Pusat dan
33 Provinsi Memenuhi Syarat (MS) 100 % serta
318 Kab/Kota memenuhi syarat dari 377 Kab/Kota
yang diwajibkan KPU, maka dengan ini sesuai
keputusan
DKPP
dan
demi
keadilan
dan
kebenaran serta kejujuran maka PDS meminta
Bawaslu RI memutuskan: PDS menjadi peserta
pemilu 2014.
7) Dalam jawaban lisannya komisioner KPU Ibu Ida
Budhiarti mengakui adanya kebijakan-kebijakan
khusus yang disepakati bersama parpol-parpol
untuk mendrop beberapa issue yang berkembang
berkaitan dengan sulitnya UU Pemilu no. 8 Tahun
2012 bila dilakukan secara konsisten, seperti
keterwakilan
perempuan,
kepengurusan
kecamatan, KTA dll. Pertanyaan mendasarnya
apakah diperbolehkan secara hukum KPU yang
dalam hal ini bertindak sebagai wasit berkompromi
dengan Parpol yang diibaratkan sebagai para
pemain ‘menyepakati’ suatu mekanisme tertentu
untuk
mendrop/mendiskresi
verifikasi
faktual
(Vertual) kecamatan yang jelas melanggar UU
Pemilu No 8 Tahun 2012 yang telah mengaturnya
secara
detail?
(Tim
hukum/saksi
ahli
akan
menjelaskannya secara ilmiah dan akademik).
8) Walaupun
sebenarnya
kalau
memang
diperbolehkan melakukan kesepakatan seperti itu
dan jelas KPU sudah melakukannya, maka
40
Bawaslu
dapat
mempertimbangkan
dan
memutuskan untuk mendiskresi terhadap proses
vertual KTA dan pengurus kabupaten kota, kantor
sekretariat, serta keterwakilan perempuan yang
lakukan secara bersamaan karena sempitnya
waktu hanya 6 hari (5 s/d 11 Desember 2012)
yang diberikan selama vertual bila dibandingkan
dengan kontestan atau Parpol yang mampu lolos
dalam proses vertual tersebut dengan alokasi
waktu 25 hari (30 Oktober 2012 s/d 24 November
2012), hal ini beralasan karena sebagaimana
verifikasi pengurus tingkat kecamatan oleh KPU
hanya sampai di vermin saja, maka khusus untuk
18 Parpol demi keadilan dan proporsionalitas
verifikasi kepengurusan tingkat kabupaten kota
dan keanggotaan cukup sampai di vermin saja,
hal ini tentunya tidak bertentangan dengan UU
Pemilu No.8 tahun 2012 atas yurisprudensi
terhadap perlakuan KPU di tingkat kecamatan
kepada Parpol yang lolos verifikasi. Kesalahan
yang
paling
mendasar
bahwa
KPU
tidak
transparan mensosialisasikan dan mendiskusikan
alokasi waktu yang hanya 6 hari untuk vertual
kepengurusan dan keanggotaan Parpol ditingkat
kabupaten/kota
di
seluruh
Indonesia
secara
serentak kepada 18 Parpol putusan DKPP.
9) Dalam pernyataannya Ibu Ida juga bahwa KPU
telah banyak membantu meringankan vertual 18
Parpol dalam berbagai hal, buktinya mana?
apakah ada dari 18 Parpol lulus ujian kalau
memang
ada
kemudahan
dari
mendapatkan
KPU?
justru
kemudahankami
merasa
dikelabui oleh KPU karena sejak putusan DKPP
secara resmi kami bertemu dengan KPU pada
tanggal 29 November 2012 sore atas undangan
KPU yang datang ke DPP PDS 2 Jam sebelum
acara,
saat
penjelasan
yang
disampaikan
hanyalah Sistem Prosedur Pelaksanaan Putusan
41
DKPP yang secara umum membahas alokasi
waktu untuk vertual Pusat dan Provinsi tetapi
sama sekali tidak menyampaikan alokasi waktu
untuk vertual kepengurusan dan keanggotaan di
tingkat kabupaten/kota. Hal ini bisa dibuktikan
dengan bahan presentasi yang disampaikan Ibu
Idha Budhiarti saat tanggal 29 November 2012
tersebut (terlampir sebagai bukti) dan sejak itu
tidak ada pertemuan resmi lagi karena sudah
waktunya vertual Pusat dan Provinsi, alokasi
jadwal vertual kabupaten kota hanya tercantum
pada
Lampiran
Surat
Ketua
KPU
No:
681/KPU/XII/201 Tanggal 3 Desember 2012 yang
ditujukan kepada Ketua KPUD Provinsi dan Ketua
KPUD Kabupaten/Kota serta PKPU No. 18
Tertanggal 4 Desember 2012 lalu kapan alokasi
waktu vertual kabupaten kota tersebut di bahas
dan didiskusikan dengan 18 Parpol? inilah bukti
begitu
mudahnya
komisioner
memberikan
pernyataan tanpa norma-norma kebenaran.
10) Dengan entengnya Komisioner KPU Ibu Idha
Budhiarti melontarkan perkataan, mengapa tidak
dilakukan upaya hukum sebelum selesai verifikasi
sebagai
bentuk
gentlement
agreement?
pertanyaannya aturan/ mekanisme apa yang
dapat
digunakan
untuk
melakukan
gugatan
terhadap komisioner sebagai wasit pada saat
vertual sedang berjalan, apalagi kalau tidak
didiskusikan secara terbuka atau transparan?
Apakah
Komisioner
KPU
lupa
bahwa
PDS
merupakan korban ketidak profesionalan KPU
yang secara sepihak dan arogan menggugurkan
18 Parpol dalam verifikasi administrasi (Vermin)
secara bertahap yang sebenarnya tidak dikenal
dalam UU Pemilu No. 8 Tahun 2012, apalagi
terbukti keputusannya salah khususnya terhadap
PDS yang jelas memiliki bukti tanda terima
seluruh persyaratan vermin yang diminta oleh
42
KPU. Saat kami datang meminta klarifikasi apakah
diterima? Pada kenyataannya Sekjen PDS dan
Ketua OKK diusir oleh Satpam KPU karena bukan
dari 16 Parpol yang telah dinyatakan lulus vermin,
walaupun kami sudah melakukan pengaduan
langsung ke Bawaslu untuk meminta keadilan saat
itu, yang menghasilkan rekomendasi Bawaslu
agar KPU mengikut sertakan 12 Parpol yang telah
melakukan gugatan di Bawaslu, namun kita lihat
hasilnya KPU dengan tegas menolak rekomendasi
Bawaslu tersebut, kalau kami bisa bertanya
kepada
Komisioner
KPU
dimana
gentle
agreement KPU saat itu, apakah mudah kami
melakukan gugatan/ upaya hukum terhadap KPU
yang arogan? waktu terus berlalu hingga satu
bulan akhirnya DKPP dengan mengungkapkan
bukti-bukti kesalahan dan ketidak profesionalan
KPU memutuskan agar KPU mengikut sertakan
vertual terhadap 18 Parpol dengan tanpa merubah
jadwal
namun
meminta
KPU
bekerja
lebih
Profesional, transparan, jujur adil dan akuntabel,
keputusan DKPP ini merupakan satu kesatuan
dan bukan berdiri sendiri-sendiri sehingga KPU
seharusnya tidak pantas menggunakan alasan
perintah DKPP tidak merubah jadwal tapi perintah
DKPP untuk bekerja lebih profesional, transparan,
jujur dan adil tidak disertakan. Kondisi seperti itu
apakah ada rasa empaty, atau rasa bersalah
ataupun menyadari dampak dari arogansinya dan
kesalahan KPU terhadap hancurnya pshycology
kami di DPP PDS yang dicaci maki pengurus dan
simpatisan se Indonesia karena dianggap tidak
becus
mengurus
administrasi
di
pusat,
ketidakpastian dan berbagai godaan parpol yang
lolospun cukup signifikan memporakporandakan
struktur
kepengurusan
dan
keanggotaan
di
daerah, ada banyak cucuran airmata terbuang
akibat ketidak Profesionalan KPU tersebut, dalam
43
situasi seperti itu jelas tidak cukup waktu untuk
kami berpikir menggugat keputusan Wasit KPU
yang tidak adil tersebut, sejujurnya dimana
integritas KPU? Dan jangan katakan 18 parpol
tidak memperingati KPU pada saat pertemuan
pada tanggal 29 November 2012 tersebut yang
hanya membahas alokasi vertual tingkat Pusat
dan Provinsi dengan perbedaan waktu yang 3-4
haripun sempat ditanyakan sehingga ada istilah:
“Mengapa 16 Parpol diberikan Daging dan kami
18 Parpol hanya diberikan Roti” kalau ada
notulennya KPU pasti kata-kata itu tercatat,
namun faktanya KPU tidak menanggapi serius
dan bahkan tidak membahas alokasi waktu vertual
untuk
kabupaten/kota
Masyarakatpun
setelah
pada
saat
itu.
pertemuan
itu
memperingati KPU, pada tanggal 1 Desember
2012 para pengamat Pemilu sudah memperingati
KPU dengan berbagai media memberitakannya
antara
lain
kutipannya
(bukti
terlampir):“Ada
indikasi pelanggaran kode etik yang dilakukan
KPU terkait aturan verifikasi faktual untuk 18
parpol
tersebut,”
ujar
Koordinator
Sinergi
Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma),
Said Salahudin di Jakarta, Sabtu (1/12).
Said pun membeber indikasi yang mengarah
diskriminasi itu. Di antaranya terkait alokasi waktu
untuk verifikasi faktual. Bagi parpol yang
sebelumnya
dinyatakan
lolos
verifikasi
administrasi, diberi kesempatan hingga 8 hari.
Namun terhadap 18 parpol yang awalnya dicoret
KPU namun akhirnya diikutkan dalam verifikasi
faktual atas perintah Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilu (DKPP), hanya diberi
waktu tiga hari saja. (Bayangkan kalau
masyarakat tahu bahwa perbedaan waktunya
bukan hanya 8 hari dan 3 hari saja, tetapi untuk
tingkat kabupaten kota perbandingannya adalah
25 hari dan 6 hari).
“Jadi saya pikir rancangan jadwal pelaksanaan
verifikasi faktual kepada 18 parpol tersebut
44
diskriminatif dan kurang cermat,” nilai Said dari
SIGMA.
Karenanya Said mengingatkan KPU agar
bertindak cermat. Menurutnya, jangan sampai
akibat ketidak cermatan KPU justru muncul
kekisruhan baru. (apakah ini bukan bukti bahwa
KPU tau masalahnya dan mengabaikannya begitu
saja?) bukankah ini sebuah akal-akalan dan
rekayasa KPU karena saat pertemuan I tanggal 29
November 2012, sisdur yang disampaikan hanya
tanggal vertual Pusat dan Provinsi, itupun sudah
dikatakan diskriminatif oleh Said Salahudin dari
SIGMA, jadi dari awal KPU jelas sudah tahu
bahwa perbedaan yang signifikan dalam vertual
keanggotaan
dan
Pengurus
di
tingkat
kabupaten/kota, keterwakilan perempuan dan
kantor sekretariat secara bersamaan yang hanya
6 hari akan menjebak tidak tercapainya 18 parpol
untuk mampu lolos dalam vertual tersebut?
dimana keadilan dan kejujuran serta transparansi
komisioner KPU saat itu, dan saat ini kalau kami
ditanyakan kenapa tidak protes saat itu, masih
adakah hati nurani sahabat-sahabat komisioner
KPU? padahal saat itu kami percaya sepenuhnya
bahwa KPU dengan jaminan DKPP seharusnya
tetap bersikap adil dan jujur serta transparan
untuk memperlakukan yang sama paling tidak
mendekati terhadap proses semua kontestan
sesuai keputusan MK No 52/PUU-X/2012 Tanggal
15 Agustus 2012 yang menjadi dasar dan
landasan berbagai PKPU yang dibuat oleh KPU.
11) Demikian juga pernyataan Komisioner KPU Ibu
Ida Budhiarti bahwa: “Perbedaan waktu bukanlah
tindakan diskriminasi karena itu adalah perintah
DKPP’, lalu perintah DKPP bahwa KPU juga harus
bekerja lebih profesional, transparan, jujur, adil
dan akuntabel diletakkan dimana? Masih ada file
SMS kami pada tanggal 30 November 2012 Jam
08:18 WIB kepada jajaran Pimpinan PDS Daerah
yang merupakan bukti tidak transparannya KPU,
yaitu ;“Shalom ! sesuai hasil pertemuan Pimpinan
KPU dgn Pimpinan 18 Parpol pd hari Kamis, tgl 29
Nov.’12 menindaklanjuti putusan DKPP, KPU
akan lakukan verifikasi faktual kpd DPP & DPW
PDS serentak mulai tanggal 5-7 Des.’12. Setelah
itu baru DPC, DPRan & KTA. Agar kita persiapkan
diri scr maximal thx, tlng disebarkan Gbu. DT”Jadi
Pasca pertemuan dengan KPU tersebut terbukti
45
kami tidak tau waktu untuk vertual di tingkat DPC /
kabupaten/kota, Jujur dan adilkah perbandingan
antara 6 hari dan 25 hari untuk vertual
kepengurusan
dan
keanggotaan
di
kabupaten/kota yang sengaja ditutupi untuk kami
mengerjakan sesuatu yang besar dan luas yang
menentukan nasib keikut sertaan PDS sebagai
Peserta Pemilu 2014, dimana hak kami untuk
mendapatkan informasi yang utuh? padahal
untuk menjalankan perintah DKPP secara
konsisten, KPU bisa saja menjalankan vertual
secara jujur dan adil tanpa harus melakukan
pembohongan publik dan diskriminasi terkait
alokasi waktu terhadap kami (saksi ahli mantan
KPU Pusat akan menjelaskannya secara
terbuka) dengan kondisi waktu hanya 6 hari pun
PDS mampu menyelesaikan lulus/ memenuhi
syarat di 318 kabupaten kota, dengan kondisi
geografis Indonesia yang berbeda-beda dan
dengan tingkat kesulitan yang berlainan, jadi bila
diberikan waktu 25 hari, maka niscaya untuk
mencapai 377 kabupaten kota secara matematis
harusnya bisa tercapai asalkan tidak dicurangi.
Untuk Vertual Pusat dan Provinsi dengan
perbedaan waktu yang sedikit hanya 2-3 hari PDS
mampu membuktikan lulus/ Memenuhi syarat di
tingkat Pusat dan 100% di 33 Provinsi di seluruh
Indonesia. Maaf kami tidak berbicara hukum yang
bermata dua seperti yang disampaikan Ibu Ida
bahwa ada yang menang dan kalah, kami
berbicara mengenai keadilan dan kebenaran yang
harus ditegakkan oleh segenap institusi negara ini.
(Saksi Ahli Statistik akan membuktikannya
berkaitan dengan sampling).
12) Ibu Ida juga menyampaikan bahwa PDS tidak
lolos di 18 Provinsi atau pada versi KPU sesuai
Berita
acara
No.
05/BA/I/2013
Tentang
Rekapitulasi hasil verifikasi faktual kepengurusan
parpol tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota
serta keanggotaan Parpol, PDS dinyatakan Tidak
Memenuhi Syarat (TMS) di kurang lebih 72
kabupaten/kota dari 377 kabupaten/kota untuk
pencapaian minimal 75% kabupaten/kota disetiap
Provinsi. Karena sebenarnya ditingkat Pusat dan
Provinsi PDS lolos 100% atau Memenuhi Syarat
(MS) di 33 Provinsi sesuai alokasi waktu yang
disosialisasikan KPU pada tanggal 29 November
2012 tersebut. Pada kesempatan ini perlu
disampaikan bahwa beberapa kabupaten/kota di 4
46
provinsi yang kami ajukan dalam permohonan
hanya merupakan sample dari berbagai ketidak
adilan KPU dimana partai harus mengumpulkan
anggota dalam suasana keterbatasan waktu dan
vertual pada masa liburan Natal dan Tahun Baru,
hal ini menimbulkan masalah karena saat menguji
kesahihan KTA di lapangan atau menghadirkan
anggota partai dilakukan pada waktu yang tidak
tepat, dapat juga dikatakan bahwa liburan natal
dan menjelang tahun baru adalah suatu hajatan
universal dan berlangsung di seluruh dunia.
Karena itu vertual pada waktu tersebut telah
bertentangan dengan situasi, kebutuhan dan
aspek yuridis-sosiologis bahkan yuridis-normatif
(karena ada penetapan hari libur nasional oleh
Pemerintah),
artinya
bertentangan
dengan
moment universal. Karena poin-poin tersebut,
maka dapat dianggap bahwa kerendahan hati
Umat Nasrani ternyata tidak dilihat sebagai suatu
perjuangan komitmen. Hasil Proyeksi yang secara
umum telah membawa PDS pada kategori Tidak
Memenuhi Syarat (TMS), tidak mewakili realitas
yang
sesungguhnya.
Secara
metodologis
kesimpulan tersebut mungkin telah bergerak di
bawah kendali asumsi yang keliru, atau bahkan
mungkin mengandung kesengajaan karena
kehadiran PDS akan merugikan beberapa partai
sebagai kompetitor, dan karenanya diragukan
realibilitasnya. Dalam hal ini mungkin telah terjadi
crime by methodology. (Bukti P-23) (saksi ahli
akan menjelaskan).
13) Sudah cukup kami ungkapkan isi hati kami,
karena jelas teori kami bahwa waktu 6 hari yang
awalnya disembunyikan dan tidak disosialisasikan
KPU tersebut bahkan partai manapun tidak akan
mampu lolos dari verifikasi faktual atas pengurus
kabupaten kota, kantor sekretariat, keterwakilan
perempuan dan KTA 1000 atau 1/1000 di minimal
377 kabupaten kota di seluruh Indonesia dengan
berbagai tingkat kesulitan yang berbeda, apalagi
bagi PDS dalam suasana Natalan yang sangat
berpengaruh terhadap:
-
Kesiapan anggota maupun pengurus;
-
secara psichologys sudah dihancurkan mental
pengurus dan anggota karena dinyatakan
gugur pada saat vermin;
-
Di banyak daerah laut pasang sehingga sulit
47
mengumpulkan anggota;
-
Suasana natalan dan menyambut tahun baru
bagi umat kristiani ini merupakan perayaan
besar dalam hidupnya;
-
dan berbagai kendala lainnya seperti
dibeberapa tempat ada masyarakat yang
bertanya kepada anggota PDS yang Muslim :
“Apakah kamu sudah pindah agama sehingga
mau
menjadi
anggota
PDS?”
untuk
menjelaskan kesalah pahaman seperti ini
tentunya dibutuhkan waktu yang cukup
panjang
supaya
masyarakat
dapat
memahaminya sebagai bagian daripada
edukasi politik.
Selanjutnya kami serahkan kepada Bawaslu RI
untuk menilainya secara jujur dan seadil-adilnya
dalam kerangka menegakkan keadilan dan
kebenaran sesuai norma hukum yang berlaku,
termasuk perlu kami sampaikan secara politis
mengutip pernyataan Pak Hidayat Nurwahid Ketua
Fraksi PKS yang mendukung perjuangan PDS di
Bawaslu karena dari 10 Partai yang telah
dinyatakan lolos belum ada golongan Kristen
terwakili di dalamnya, untuk itulah kiranya
sebagaimana Presiden Soekarno diawal Negara
ini berdiri tidak pernah mengabaikan keragaman
partai-partai kristen yang ada, saat era Bung
Karno ada Parkindo dan Partai Katolik yang
didukungnya, kini PDS telah 2 x mengikuti Pemilu
2004 dan 2009 kiranya juga diberikan
pertimbangan sebagai representasi kristiani dalam
Pemilu 2014.
14) Kami terbatas tetapi kami mengimani Allah kami
tidak terbatas, tanggapan pembelaan kami ini
akan diserahkan juga ke publik dan tembusan ke
institusi terkait, supaya masyarakat mendapatkan
informasi yang seutuhnya, kami berkeyakinan
dimana ada keadilan dan kebenaran maka disitu
akan tumbuh damai sejahtera, oleh karena itu
apapun keputusan Bawaslu RI, maka kami
sebagai anak bangsa menghormatinya, akhirnya
dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf
kepada Komisioner KPU dan kepada semua pihak
apabila ada kata dan sikap kami yang kurang
berkenan marilah kita junjung tinggi menjadikan
hukum sebagai panglima di Republik Indonesia
tercinta ini, demikianlah penyampaian kami,
48
biarlah segala puji dan hormat dan kemuliaan
kami kembalikan kepada Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi serta seluruh isinya
ini dan yang layak menerimanya Amin.
6. Bahwa untuk menguatkan dalil-dalil jawaban Termohon,
Termohon mengajukan bukti-bukti tertulis sebagai berikut:
T1
Keterangan
Dan
Dokumen
Verifikasi
KPU
Provinsi
Aceh
: 1. Copy Permohonan Partai Politik Ke
Bawaslu Partai Damai Sejahtera;
2. Copy Pernyataan Keberatan Hasil
Verifikasi Partai Politik Calon Peserta
Pemilu Anggota DPR, DPRD Provinsi
Dan DPRD Kabupaten/Kota Tingkat
Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota
Pidie
Jaya, Bireun, Tapaktuan, Abdya, Aceh
Jaya, Provinsi Aceh, tertanggal 3 Januari
203;
3. Copy Surat KIP Kabupaten Pidie Jaya
Berita Acara Rapat Pleno Terbuka
Rekapitulasi Hasil Verifikasi Pengurus
dan Anggota Partai Politik Nasional
Tingkat
Kabupaten
Pidie
Jaya
Nomor:270/30/XII/2012, tertanggal 29
Desember 2012;
4. Copy Surat KIP Kabupaten Pidie Jaya
Berita Acara Verifikasi Faktual Pengurus
dan Anggota Partai Politik Nasional
Tingkat
Kabupaten
Pidie
Jaya
Nomor:270/28/XII/2012, tertanggal 11
Desember 2012;
5. Copy Lampiran 6 Model F8-Parpol
Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual
Partai Politik Tingkat Kabupaten Pidie
Jaya Provinsi Aceh tertanggal 29
Desember 2012;
6. Copy
Model
F12-Parpol
Surat
Pernyataan atas nama Abdul Manan,
tertanggal 27 Desember 2012;
7. Copy Surat Perihal Penarikan Berkas
tertanggal 27 Desember 2012, oleh
Ketua Partai Damai Sejahtera atas nama
Nazir;
8. Copy Surat DPW Provinsi Aceh Partai
Damai
Sejahtera
Nomor:
(tanpa
nomor)/SK.DPC PDS/VII/2012, tentang
Pengangkatan
Pengurus
Dewan
Pimpinan
Cabang
Partai
Damai
Sejahtera Kabupaten Pidie Jaya perihal
Susunan Pengurus Dewan Cabang
Wilayah
Partai
Damai
Sejahtera
Kabupaten Pidie Jaya, tertanggal 26 Juli
2012;
9. Copy Surat Pernyataan atas nama Nazir,
tertanggal 22 Desember 2012;
49
10. Copy Berita Acara KIP Kabupaten
Bireuen
Nomor:12/BA/KIP/XII/2012,
tertanggal 5 Desember 2012;
11. Copy Surat KPU Kabupaten Bireun
Nomor:270/570/2012, perihal Verifikasi
Faktual Partai Politik Calon Peserta
Pemilu 2014 tertanggal 6 Desember
2012, yang ditujukan kepada Pimpinan
Partai Damai Sejahtera;
12. Copy Daftar Tanda Terima Surat
Verifikasi
Faktual
Parpol
No:270/570/XII/2012,
tertanggal
6
Desember 2012;
13. Copy Surat Komisi Independen Pemilihan
Kabuoaten
Bireuen,
perihal
Pemberitahuan Hasil Verifikasi Faktuaol
Partai Politik, tertanggal 12 Desember
2012;
14. Copy Tanda Terima Surat Untuk Partai
Politik Perihak Surat Pemberitahuan
Hasil Verifikasi Partai Politik;
15. Copy Lampiran 2 Model F-Parpol Tanda
Bukti Penerimaan Kartu Tanda Anggota
Partai Politik, tertanggal 18 Desember
2012;
16. Copy Surat KIP Kabupaten Bireuen
Nomor:270/701/2012, perihal Verifikasi
Faktual Partai Politik Calon Peserta
Pemilu 2014, tertanggal 20 Desember
2012, yang ditujukan kepada DPC Partai
Damai Sejahtera Kab Bireuen;
17. Copy Daftar Hadir tertanggal 24
Desember 2012, perihal acara Verifikasi
Faktual Partai Politik Partai Damai
Sejahtera Kab Bireuen;
18. Copy Daftar Hadir tertanggal 25
Desember 2012, perihal acara Verifikasi
Faktual Partai Politik Peserta Pemilu
Tahun 2014 Partai Damai Sejahtera Kab
Bireuen;
19. Copy Surat KIP Kabupaten Bireuen
Nomor:270/718/2012,
perihal
Pemberitahuan Verifikasi Faktual Hasil
Perbaikan, tertanggal 29 Desember
2012;
20. Copy Daftar Tanda Terima Surat,
tertanggal 29 Desember 2012;
21. Copy Daftar Tanda Terima Surat
tertanggak 29 Desember 2012;
22. Copy Berita Acara Rapat Pleno Terbuka
Rekapitulasi Hasil Verifikasi Pengurus
Dan Anggota Partai Politik Tingkat
Kabupaten/Kota KIP Kabupaten Bireuen
Nomor:270/721/XII/2012, tertanggal 29
Desember 2012;
23. Copy Lampiran 1 Model F8-Parpol
Lembaran Verifikasi Faktual Pengurus
50
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
51
Partai Politik Tingkat Kabupaten Partai
Damai Sejahtera Kabupaten Bireuen
Provinsi Aceh;
Copy Lampiran 6 Model F8-Parpol
perihal Rekapitulasi Hasil Verifikasi
Faktual
Partai
Politik
Tingkat
Kabupaten/Kota
Kabupaten
Bireuen
Provinsi Aceh tertanggal 29 Desember
2012;
Copy Berita Acara Verifikasi Faktual Hasil
Perbaikan Pengurus dan Anggota Partai
Politik
Tingkat
Kabupaten
Nomor:103/BA/KPU-AJ/2012, tertanggal
29 Desember 2012;
Copy Lampiran 6 Model F8-Parpol
Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual
Partai
Politik
Tingkat
Kabupaten
Kabupaten Aceh Jaya Provinsi Aceh,
tertanggal 29 Desember 2012;
Copy Surat KIP Kabupaten Aceh Jaya
Nomor:270/281/KIP-AJ/2012,
perihal
Penyampaian Hasil Verifikasi Faktual
Partai Politik Tambahan Tahap I Tingkat
Kabupaten, tertanggal 12 Desember
2012;
Copy Surat KIP Kabupaten Aceh Jaya
Nomor:270/273/KIP-AJ/2012,
perihal
Penyampaian Jadwal Verifikasi Faktual
Partai
Politik
Nasional
Tingkat
Kabupaten, tertanggal 06 Desember
2012;
Copy Surat KIP Kabupaten Aceh Jaya
Nomor:270/94/KIP-AJ/2012,
perihal
Undangan, tertanggal 26 Desember
2012;
Copy Model F8-Parpol Berita Acara
Verifikasi Faktual Hasil Perbaikan
Pengurus dan anggota Partai Politik
Tingkat Kabupaten Nomor:103/BA/KPUAJ/2012, tertanggal 29 Desember 2012;
Copy Lampiran 1 Model F8-Parpol
Lembaran
Verifikasi Faktual Hasil
Perbaikan Pengurus Partai Politik Tingkat
Kabupaten, Kabupaten Aceh Jaya,
Provinsi Aceh;
Copy Lampiran 2 Model F8-Parpol
Lembaran Verifikasi Faktual Anggota
Partai Politik Tingkat Kabupaten Aceh
Jaya PDS, tertanggal 27 Desember 2012;
Copy
Model
F12-Parpol
Surat
Pernyataan atas nama Afnidar, tertanggal
27 Desember 2012;
Copy
Model
F12-Parpol
Surat
Pernyataan atas nama Muri Burahman,
tertanggal 27 Desember 2012;
Copy
Model
F12-Parpol
Surat
Pernyataan atas nama Abd.Hamidali,
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
T2
tertanggal 27 Desember 2012;
Copy
Model
F12-Parpol
Surat
Pernyataan atas nama Abdullah Abu,
tertanggal 27 Desember 2012;
Copy
Model
F12-Parpol
Surat
Pernyataan atas nama Nurjannah,
tertanggal 27 Desember 2012;
Copy
Model
F12-Parpol
Surat
Pernyataan atas nama Muslim, tertanggal
27 Desember 2012;
Copy
Model
F12-Parpol
Surat
Pernyataan atas nama Muslim Anjani,
tertanggal 27 Desember 2012;
Copy
Model
F12-Parpol
Surat
Pernyataan atas nama Muhamad Isa,
tertanggal 27 Desember 2012;
Copy
Model
F12-Parpol
Surat
Pernyataan atas nama Syamsudin,
tertanggal 27 Desember 2012;
Copy
Model
F12-Parpol
Surat
Pernyataan atas nama Maimun Bahri,
tertanggal 27 Desember 2012;
Copy Berita Acara Rapat Pleno Terbuka
Rekapitulasi Verifikasi Pengurus Dan
Anggota Partai Politik Tingkat Kabupaten
Aceh
Barat
Daya
Nomor:270/092/BA/2012, tertanggal 29
Desember 2012;
Copy Lampiran 6 Model F8-Parpol
Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual
Partai Desember 2012;
Copy Lampiran 1 Model F8-Parpol
Lembaran Verifikasi Faktual Pengurus
Partai Politik Tingkat Kabupaten Ache
Barat Politik Tingkat Kabupaten Aceh
Barat Daya Provinsi tertanggal 29
Daya;
Copy Model F8-Parpol Berita Acara
Verifikasi Faktual Pengurus dan Anggota
Partai
Politik
Tingkat
Kabupaten
Nomor:270/100/BA/2012, tertanggal 29
Desember 2012;
Copy surat KPU Kabupaten Aceh Barat
Daya Nomor:270/252/2012, tertanggal 13
Desember 2012.
1. Copy Permohonan Partai Politik Ke
Bawaslu Partai Damai Sejaahtera
Provinsi NTT;
2. Copy Kronologi Pelaksanaan Verifikasi
Vaktual
Partai
Damai
Sejahtera
Kabupaten Ende, tertanggal 4 Januari
2012, yang ditanda tangani oleh Ketua
KPU Kabupaten ende;
3. Copy Tanggapan Atas Pernyataan
Keberatan Hasil Verifikasi Oleh Partai
Damai Sejahtera tertanggal 4 Januari
:
Keterangan
Dan
Dokumentasi
Verifikas
Kabupaten
Ende KPU
52
Provinsi
Nusa
Tenggara
Timur
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
53
2012 yang ditanda tangani oleh Ketua
KPU Kabupaten Ende;
Copy Surat KPU Kabupaten Ende
Nomor:106/KPU-KAB018433996/XII/2012, perihal Verifikasi
Faktual Partai Politik Calon Peserta
Pemilihan
Umum
Tahun
2014,
tertanggal 9 Desember 2012, yang
ditanda tangani oleh Ketua KPU
Kabupaten Ende dan ditujukan kepada
Pimpinan Partai Damai Sejahtera
Kabupaten Ende;
Copy Surat KPU Kabupaten Ende
Nomor:107/KPU-KAB.018433996/XII/2012, perihal Penyampaian
Hasil Verifikasi Faktual, tertanggal 13
Desember 2012, yang ditanda tangani
oleh Anggota A.n Ketua KPU
Kabupaten Ende;
Copy Lampiran Model F8-Parpol
Lembaran Verifikasi Faktual Anggota
Partai Politik Tingkat Kabupaten Partai
Damai Sejahtera Kabupaten Ende,
Provinsi NTT;
Copy Daftar Hadir Anggota Partai Yang
Diverifikasi
Faktual
Partai
PDS
Kecamatan Wolojita, yang ditanda
tangani Petugas Verifikasi atas nama F.
Olimpius;
Copy Daftar Hadir Anggota Partai Yang
Diverifikasi Faktual Partai PDS Ende
Tengah, yang ditanda tangani Petugas
Verifikasi atas nama Vinsensius Alom;
Copy Daftar Hadir Anggota Partai Yang
Diverifikasi
Faktual
Partai
PDS
Kecamatan Detukeli, yang ditanda
tangani Petugas Verifikasi atas nama F.
Olimpius;
Copy
Model
F12-Parpol
Surat
Pernyataan atas nama Maria MBU,
tertanggal Bulan Desember 2012;
Copy Tanda Terima Berita Acara Hasil
Verifikasi Faktual Partai Politik;
Copy Surat Keputusan DPP Partai
Damai
Sejahtera
Nomor:131/SK.DPP.PDS/I/2006
tentang
Pengangkatan
Pengurus
Dewan Pimpinan Cabang Partai Damai
Sejahtera Kabupaten Ende, tertanggal
16 Januari 2006;
Copy Lampiran Surat Keputusan DPP
Partai
Damai
Sejahtera
Nomor:131/SK.DPP.PDS/I/2006
tentang Penetapan DPC Kabupaten
Ende
Partai
Damai
Sejahtera,
tertanggal 18 Januari 2006;
Copy Permohonan Partai Politik Ke
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
54
Bawaslu Partai Damai Sejahtera
Kabupaten Ende;
Copy Surat KPU Kabupaten Ende
Nomor:103/KPU-Kab018.433996/XII/2012,
perihal
Sosialisasi
Pelaksanaan
Verifikasi
Faktual Partai Politik Calon Peserta
Pemilu 2014, tertanggal 4 Desember
2012;
Copy List Daftar Alamat yang dituju;
Copy Surat KPU Kabupaten Ende
perihal Radiogram berasal dari Ketua
KPU Kabupaten Ende di Ende,
tertanggal 4 Desember 2012;
Copy Isi Radiogram, yang ditanda
tangani oleh Anggota KPU Kabupaten
Ende;
Copy
Daftar
Hadir
Sosialisasi
Pelaksanaan Verifikasi Vaktual Partai
Politik Calon Peseta Pemilu Tahun
2014, tertanggal 5 Desember 2012;
Copy Surat KPU Kabupaten Ende
Nomor:105/KPU-Kab018.433996/XII/2012, perihal Verifikasi
Faktual Partai Politik Calon Peserta
pemilu 2014, tertanggal 5 Desember
2012;
Copy List Alamat Yang dituju;
Copy Lampiran 3 Model F8-Parpol
Berita Acara Pengambilan Sampel
Verifikasi Vaktual KeanggotaanPartai
Politik
Tingkat
Kabupaten
Nomor:176/BA/KPU/KAB018.433996/XII2012,
tertanggal
6
Desember 2012;
Copy Surat KPU Kabupaten Ende
Nomor:106/KPU-KAB081433996/XII/2012, perihal Verifikasi
Faktual Partai Politik Calon Peserta
pemilihan
Umum
Tahun
2014,
tertanggal 9 Desember 2012;
Copy Surat KPU Kabupaten Ende
Nomor:107/KPU-KAB.018433996/XII/2012, perihal Penyampaian
Hasil Verifikasi Faktual, tertanggal 13
Desember 2012;
Copy Tanda Terima Berita Acara
Verifikasi Faktual Partai Politik;
Copy Model F8-Parpol Berita Acara
Verifikasi Faktual Pengurus dan
Anggota
Partai
Politik
Tingkat
Kabupaten
Ende
tertanggal
13
Desember 2012;
Copy Surat KPU Kabupaten ende
Nomor:115/KPUKAB.018.433996/XII/2012,
perihal
Rapat Pleno Hasil Verifikasi Faktual 18
Parpol Tingkat Kab Ende, tertanggal 28
Desember 2012;
28. Copy Model F8-Parpol Berita Acara
Verifikasi Faktual Hasil Perbaikan
Pengurus Dan Anggota Partai Politik
Tingkat Kabupaten Ende, tertanggal 30
Desember 2012;
29. Copy Rekapitulasi Hasil Verifikasi
Faktual
Partai
Politik
Tingkat
Kabupaten/Kota
Kabupaten
Ende
Provinsi NTT;
30. Copy Daftar Hadir Rapat Pleno
Terbuka Hasil Verifikasi 18 Partai
Politik Tingkat Kabupaten ende,
tertanggal 30 Desember 2012.
Bukti T3
: Jawa Barat
1. Fotocopy Model F8-Parpol Berita Acara
Verifikasi Faktual Hasil Perbaikan
Pengurus dan Anggota Partai Politik
Tingkat
Kabupaten
Nomor:
58/BA/XII/2012, yang dibuat di Cibinong
pada tanggal 29 Desember 2012 ditanda
tangani oleh Ketua dan 3 anggota KPU
Kabupaten Bogor;
2. Fotocopy Lampiran I Model F8-Parpol
Lembaran Verifikasi Faktual Pengurus
Partai
Damai
Sejahtera
Tingkat
Kabupaten Bogor, Petugas Verifikasi
atas nama Tagiman, S.E., M.M;
3. Fotocopy Berita Acara Hasil Verifikasi
Faktual Keanggotaan Parpol Tingkat
Kabupaten/kota No : 57/BA/XII/2012 di
buat di Cibinong, 29 Desember 2012
yang ditandatangani oleh Ketua dan 3
orang anggota KPU Kabupaten Bogor.
4. Fotocopy Lampiran 6 Model F8 - Parpol
Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual
Partai Politik Tingkat Kabupaten Bogor
Provinsi Jawa Barat, di buat di Cibinong
29 Desember 2012 di tanda tangani
oleh Ketua dan 3 Anggota KPU
Kabupaten Bogor.
5. Fotocopy Model F8-Parpol Berita Acara
Verifikasi
Faktual
Pengurus
Dan
Anggota
Partai
Politik
Tingkat
Kabupaten Nomor: 786/BA/XII/2012,
yang dibuat di Subang, tertanggal 29
Desember 2012, yang ditanda tangani
oleh Ketua dan 4 Anggota KPU
Kabupaten Bogor;
6. Fotocopy Lampiran I Model F8-Parpol
Lembaran Verifikasi Faktual Pengurus
Partai
Damai
Sejahtera
Tingkat
Kabupaten Subang, Petugas Verifikasi
55
atas nama Asep kartika;
7. Fotocopy Lampiran 6 Model F8-Parpol
Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual
Partai Politik Tingkat Kabupaten Subang
Provinsi Jawa Barat, di buat di Subang
29 Desember 2012 di tanda tangani
oleh Ketua dan 4 Anggota KPU
Kabupaten Subang.
Bandung Barat
1. Fotocopy Model F8-Parpol Berita Acara
Verifikasi Faktual Hasil Perbaikan
Pengurus dan Anggota Partai Politik
Tingkat Kabupaten Bandung Barat
Nomor:
46/BA/KPU-Kab001.329865/XII/2012, yang dibuat di
Padalarang pada tanggal 29 Desember
2012 ditanda tangani oleh Ketua dan 4
anggota KPU Kabupaten Bandung
Barat;
2. Fotocopy Lampiran I Model F8-Parpol
Lembaran Verifikasi Faktual Pengurus
Partai
Damai
Sejahtera
Tingkat
Kabupaten Bandung Barat, Petugas
Verifikasi atas nama Syarief;
3. Fotocopy Lampiran 4 Model F8-Parpol
BA hasil verifikasi faktual keanggotaan
Partai
Politik
Tingkat
Kabupaten
Bandung Barat No: 47/BA/KPU-Kab011.329865/XII/2012
di
buat
di
Padalarang 29 Desember 2012 di
tandatangani oleh ketua dan 4 anggota
KPU Kabupaten Bandung Barat;
4. Fotocopy Lampiran 6 Model F8-Parpol
Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual
Partai
Politik
Tingkat
Kabupaten
Bandung Barat Provinsi Jawa Barat, di
buat di Padalarang 29 Desember 2012
di tanda tangani oleh Ketua dan 4
Anggota KPU Kabupaten Padalarang;
5. Fotocopy KTA kepengurusan Partai
Damai Sejahtera kabupaten Bandung
Barat.
Aceh
1. Fotocopy permohonan Partai Damai
Sejahtera Ke Bawaslu;
2. Fotocopy Pernyataan Keberatan hasil
Verifikasi Partai Politik Calon Peserta
Pemilu Anggota DPR, DPRD Provinsi,
dan DPRD Kabupaten/Kota tingkat
Pusat/Provinsi/kabupaten/Kota
Pidie
jaya, Bireun, tapaktuan, ABDYA, Aceh
56
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
57
jaya yang mengajukan keberatan
Herman N di Banda Aceh 3 januari 2013
Fotocopy Berita Acara Rapat Pleno
Terbuka Rekapitulasi Hasil Verifikasi
Pengurus Dan Anggota Partai Politik
Tingkat Kabupaten Pidie Jaya Nomor:
270/30/BA/XII/2012, yang dibuat di
Meureudu, tertanggal 29 Desember
2012, yang ditanda tangani oleh Ketua
dan 4 Anggota KPU Kabupaten Aceh
Selatan;
Fotocopy Berita Acara Verifikasi Faktual
Pengurus dan Anggota Partai Politik
Tingkat Kabupaten Pidie jaya, Nomor:
270/28/XII/2012,
yang
dibuat
di
Meureudu, tertanggal 11 Desember
2012, yang ditanda tangani oleh Ketua
dan 4 Anggota KPU Kabupaten Pidie
Jaya;
Fotocopy Lampiran 6 Model F8-Parpol
Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual
Partai Politik Tingkat Kabupaten/Kota
Kabupaten Pidie jaya Provinsi Aceh,
yang dibuat di Kota Jantho tertanggal 29
Desember 2012, yang ditanda tangani
oleh Ketua dan 4 Anggota KPU
Kabupaten Pidie Jaya;
Fotocopy Model F12-Parpol surat
pernyataan yang di buat oleh Abdul
Manan tanggal 27 Desember 2012;
Fotocopy penarikan berkas yang di buat
Nazir tanggal 27 Desember 2012;
Fotocopy SK DPC PDS/VII/2012 tentang
pengangkatan pengurus DPC Partai
Damai Sejahtera kabupaten Pidie Jaya
di buat banda Aceh 26 Juli 2012 ketua
Wenta Lingga;
Surat Pernyataan Nazir di buat
Meureudu 22 Desember 2012;
Fotocopy BA Nomor: 12/BA/KIP/XII/2012
yang ditandatangani oleh ketua dan 4
anggota KPU kabupaten Bireuen;
Fotocopy Surat KPU kabupaten Bireuen
Nomor: 270/570/2012 perihal Verifikasi
Faktual Partai Politik Calon Peserta
Pemilu 2014 tanggal 06 Desember 2014
di Bereuen;
Fotocopy Tanda terima surat verifikasi
Faktual parpol 270/570/XII/2012;
Fotocopy Surat KPU kabupaten Bireuen
Nomor:
270/686/2012/
perihal
pemberitahuan Verifikasi faktual Parpol
12 Desember 2012, Alibasyah Puteh,
S.P;
Fotocopy tanda terima surat untuk parpol
perihal surat pemberitahuan hasil
verifikasi Parpol;
15. Fotocopy lampiran 2 Model F-Parpol
tanda bukti penerimaan kartu tanda
anggota parpol hari selasa 18 Desember
2012 petugas penerima laila Qadri, S.H;
16. Fotocopy
surat
KPU
nomor:
270/701/2012 perihal verifikasi Faktual
parpol calon peserta pemilu 2014 di buat
bireuen
20
Desember
2012
di
tandatangani Mukhtaruddin S.H., M.H;
17. Fotocopy Daftar hadir verifikasi faktual
PDS senin 24 Desember 2012 petugas
verifikasi Faizah Humaira S.E;
18. Fotocopy Daftar hadir verifikasi faktual
PDS Kabupaten Bireuen, selasa 25
Desember 2012 petugas verifikasi
Faizah Humaira S.E;
19. Fotocopy
surat
KPU
nomor:
270/718/2012 perihal pemberitahuan
verifikasi Faktual hasil Perbaikan kepada
DPC PDS kabupaten Bireuen 29
Desember 2012 di tandatangani ketua
Alibasyah Puteh, S.P;
20. Fotocopy tanda terima surat untuk parpol
perihal surat pemberitahuan hasil
perbaikan, sabtu 29 Desember 2012;
21. Fotocopy Daftar Tanda terima Surat
tertanggal 29 Desember 2012 yang
ditandatangani oleh 3 Pimpinan partai
politik (PDS, Buruh, dan Republik);
22. Fotocopy Berita Acara Rapat Pleno
Terbuka Rekapitulasi Hasil Verifikasi
Pengurus dan Anggota partai politik
Tingkat Kab/Kota No : 270/721/XII/2012
di Bireun tertanggal 29 Desember 2012
yang ditandatangani oleh Ketua dan 3
Orang Anggota KIP Kabupaten Bireun;
23. Fotocopy Model F8 parpol Berita Acara
Verifikasi
Faktual
hasil
perbaikan
Pengurus dan Anggota partai politik
Tingkat
Kabupaten
No
:
270/710.3/XII/2012 di Bireun tertanggal
29 Desember 2012 yang ditandatangani
oleh Ketua dan 3 orang anggota KIP
Kabupaten Bireun;
24. Fotocopy lampiran 1 Model F8-parpol
Lembaran verifikasi faktual Pengurus
partai politik Tingkat kabupaten yang
ditandatangani oleh 7 orang petugas
verifikasi;
25. Fotocopy Lampiran 6 Model F-8 Parpol
Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual
partai politik Tingkat Kab/Kota Kab
Bireun tertanggal 29 Desember 2012
yang ditandatangani oleh Ketua dan 3
Orang Anggota KIP Kab Bireun;
26. Fotocopy Berita Acara Rapat Pleno
Terbuka Rekapitulasi Hasil Verifikasi
58
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
59
Pengurus dan Anggota partai politik
Tingkat Kabupaten No : 109/BA/KPUAJ/XII/2012 di Calang tertanggal 29
Desember 2012 yang ditandatangani
oleh Ketua dan 4 Orang Anggota KPU
Kabupaten Aceh Jaya.
Fotocopy Model F8 – Parpol Berita
Acara Verifikasi Faktual hasil perbaikan
Pengurus dan Anggota partai politik
Tingkat Kabupaten No : 103/7BA/KPUAJ/2012 di Calang tertanggal 29
Desember 2012 yang ditandatangani
oleh Ketua dan 4 orang anggota KPU
Kabupaten Aceh Jaya;
Fotocopy Lampiran 6 Model F8- parpol
Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual
partai politik Tingkat Kabupaten, Kab
Aceh Jaya tertanggal 29 Desember 2012
yang ditandatangani oleh Ketua dan 4
Orang Anggota KPU Kabupaten Aceh
Jaya;
Fotocopy Surat Penyampaian Hasil
Verifikasi Faktual partai politik tambahan
Tahap I Tingkat kabupaten No :
270/281/KIP-AJ/2012 kepada Ketua
DPC PDS di Calang tertanggal 12
Desember 2012 yang ditandatangani
oleh Ketua KIP Kab Aceh Jaya Yusrizal
Usman;
Fotocopy Surat penyampaian Jadwal
Verifikasi Faktual partai politik nasional
Tingkat kabupaten No : 270/273/KIPAJ/2012 kepada Ketua DPC PDS di
Calang tertanggal 06 Desember 2012
yang ditandatangani oleh Ketua KIP Kab
Aceh Jaya Yusrizal Usman;
Fotocopy
Surat
Undangan
No:
270/294/KPU-AJ/2012 kepada Ketua
DPC PDS di Calang tertanggal 26
Desember 2012 yang ditandatangani
oleh Ketua KPU Kab Aceh Jaya Yusrizal
Usman;
Fotocopy Model F8-Parpol Berita Acara
Verifikasi
Faktual
hasil
perbaikan
Pengurus dan Anggota partai politik
Tingkat Kabupaten No : 103/7BA/KPUAJ/2012 di Calang tertanggal 29
Desember 2012 yang ditandatangani
oleh Ketua dan 4 orang anggota KPU
Kabupaten Aceh Jaya;
Fotocopy Lampiran 1 Model F8- Parpol
Lembaran verifikasi faktual Pengurus
partai politik Tingkat kabupaten PDS Kab
Aceh Jaya yang ditandatangani oleh
petugas verifikasi T. Herpenni;
Fotocopy Lampiran 2 Model F8-Parpol
Lembaran verifikasi faktual Anggota
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
60
partai politik Tingkat kabupaten Aceh
Jaya Partai Damai Sejahtera tertanggal
27 Desember 2012 yang ditandatangani
oleh petugas verifikasi Anita Indah T;
Fotocopy Lembaran verifikasi faktual
Anggota partai politik Tingkat kabupaten
Aceh Jaya Partai Damai Sejahtera
tertanggal 27 Desember 2012 yang
ditandatangani oleh petugas verifikasi T.
Herpenni;
Fotocopy Lembaran verifikasi faktual
Anggota partai politik Tingkat kabupaten
Aceh Jaya Partai Damai Sejahtera
tertanggal 27 Desember 2012 yang
ditandatangani oleh petugas verifikasi
Cut Harlinda;
Fotocopy Model F12-parpol Surat
Pernyataan Bukan Anggota PDS dibuat
di Sabee tertanggal 27 Desember 2012
yang ditandatangani oleh Sdr. Afnida R;
Fotocopy Model F12-parpol Surat
Pernyataan Bukan Anggota PDS dibuat
di Paya Baru tertanggal 27 Desember
2012 yang ditandatangani oleh Sdr. Muri
Burhanan;
Fotocopy Model F12- Parpol
Surat
Pernyataan Bukan Anggota PDS dibuat
di Tanoh Manyong tertanggal 27
Desember 2012 yang ditandatangani
oleh Sdr. Abd. Hamid Ali;
Fotocopy Model F12-parpol
Surat
Pernyataan Bukan Anggota PDS dibuat
di Lhok Kruet tertanggal 27 Desember
2012 yang ditandatangani oleh Sdr.
Abdullah Abu;
Fotocopy Model F12-parpol Surat
Pernyataan Bukan Anggota PDS dibuat
di Lhok Kruet tertanggal 27 Desember
2012 yang ditandatangani oleh Sdr.
Nurjannah;
Fotocopy Model F12-parpol Surat
Pernyataan Bukan Anggota PDS dibuat
di Rigain tertanggal 27 Desember 2012
yang ditandatangani oleh Sdr. Muslim;
Fotocopy Model F12-parpol Surat
Pernyataan Bukan Anggota PDS dibuat
di Lhok Timon tertanggal 27 Desember
2012 yang ditandatangani oleh Sdr.
Muslim Anjani;
Fotocopy Model F12-parpol Surat
Pernyataan Bukan Anggota PDS dibuat
di Lhok Timon tertanggal 27 Desember
2012 yang ditandatangani oleh Sdr.
Muhamad Isa;
Fotocopy Model F12-parpol Surat
Pernyataan Bukan Anggota PDS dibuat
di Palo Raya tertanggal 27 Desember
46.
47.
48.
49.
50.
51.
2012 yang ditandatangani oleh Sdr.
Syamsudin;
Fotocopy Model F12-parpol Surat
Pernyataan Bukan Anggota PDS dibuat
di Lhok Timon tertanggal 27 Desember
2012 yang ditandatangani oleh Sdr.
Maimun Bahri;
Fotocopy Berita Acara Rapat Pleno
Terbuka Rekapitulasi Hasil Verifikasi
Pengurus dan Anggota partai politik
Tingkat Kabupaten Aceh Barat Daya No:
270/092/B/2012 di Blangpidie tertanggal
29 Desember 2012 yang ditandatangani
oleh Ketua dan 3 Orang Anggota KPU
Kabupaten Aceh Barat Daya;
Fotocopy Lampiran 6 Model F8-Parpol
Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual
partai politik Tingkat Kabupaten, Kab
Aceh Barat Daya di Blangpidie tertanggal
29 Desember 2012 yang ditandatangani
oleh Ketua dan 3 Orang Anggota KPU
Kabupaten Aceh Barat Daya;
Fotocopy Lampiran 1 Model F8-Parpol
Lembaran verifikasi faktual Pengurus
partai politik Tingkat kabupaten Partai
Damai Sejahtera Kabupaten Aceh barat
Daya (Tidak ditandatangani petugas
verifikasi);
Fotocopy Model F8-Parpol Berita Acara
Verifikasi Faktual Pengurus dan Anggota
partai politik Tingkat Kabupaten Nomor:
270/100/BA/2012
di
Blangpidie
tertanggal 29 Desember 2012 yang
ditandatangani oleh Ketua dan 3 orang
anggota KPU Kabupaten Aceh Barat
Daya;
Fotocopy Surat Pemberitahuan Nomor:
270/252/2012 Kepada Pimpinan PDS
Kab Aceh Barat Daya di Blangpidie
tertanggal 13 Desember 2012 yang
ditandatangani oleh Ketua KPU kab
Aceh Barat Daya nazli S. Ag.
7. Bahwa untuk memperkuat dalil-dalil jawaban Termohon,
Termohon juga menyampaikan kesimpulan tertulis yang
pada pokoknya sebagai berikut:
a) Berdasarkan rekapitulasi hasil verifikasi partai politik,
Partai Damai Sejahtera (PDS) tidak memenuhi
persyaratan kepengurusan minimal 75% (tujuhpuluh
lima persen) kabupaten/kota di 18 (delapan belas)
provinsi. Dengan demikian Partai Damai Sejahtera
(PDS) tidak dapat ditetapkan sebagai peserta Pemilu
karena tidak memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud ketentuan Pasal 8 ayat (2), Pasal 16 ayat
(1), dan Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2012.
b) Dalam permohonannya, Pemohon tidak menyebutkan
61
dan membahas semua daerah-daerah yang tidak
memenuhi syarat. Dalam proses pemeriksaan,
Pemohon hanya mampu menghadirkan beberapa
pengurus daerah Partai Damai Sejahtera (PDS),
dimana para pengurus tersebut tidak mampu
membuktikan bahwa Pemohon memenuhi syarat yang
ditentukan. Terhadap daerah yang disebutkan oleh
Pemohon dalam Permohonan, Termohon telah
memberikan keterangan secara langsung dari KPU
Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang didukung oleh
bukti-bukti terkait untuk membantah seluruh dalil-dalil
pemohon, di mana pada pokoknya berdasarkan hasil
verifikasi faktual Pemohon tidak memenuhi syarat
yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
c) Bahwa keterangan ahli yang dihadirkan oleh Pemohon
tidak memiliki signifikansi untuk mendukung dalil-dalil
Permohonan Pemohon karena tidak memiliki
keterkaitan secara langsung antara keterangan ahli
dengan dalil-dalil Pemohon.
d) Oleh karena itu, karena Pemohon tidak mampu
membuktikan
dalil-dalilnya
maka
permohonan
penyelesaian sengketa Pemilu yang diajukan oleh
Pemohon seharusnya ditolak atau setidak-tidaknya
tidak dapat diterima.
c. Pertimbangan Bawaslu
1) Kewenangan Bawaslu
Bahwa berdasarkan Pasal 258 ayat (1) dan Pasal 268
ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012
tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD juncto
Pasal 3 ayat (2) huruf a Peraturan Bawaslu Nomor 15
Tahun 2012 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa
Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD menyatakan
bahwa Bawaslu menyelesaikan sengketa Pemilu yang
timbul antara KPU dan Partai Politik Calon Peserta
Pemilu yang tidak lolos verifikasi sebagai akibat
dikeluarkannya Keputusan KPU tentang penetapan Partai
Politik Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17.
2) Kedudukan Hukum Para Pihak
a) Bahwa Partai Damai Sejahtera (PDS) berkedudukan
sebagai Partai Politik Calon Peserta Pemilu yang tidak
lolos sebagai peserta pemilu akibat dikeluarkannya
Keputusan KPU Nomor 05/KPTS/KPU/Tahun 2013
tentang Penetapan Partai Politik Peserta Pemiluhan
Umum Tahun 2014;
b) Bahwa Partai Damai Sejahtera (PDS) tercantum di
dalam daftar Partai Politik yang tidak lolos sebagai
peserta pemilu sebagaimana Lampiran II Keputusan
KPU Nomor 05/KPTS/KPU/Tahun 2013 angka 9
(sembilan);
c) Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf a Peraturan
Bawaslu Nomor 15 Tahun 2012 tentang Tata Cara
62
Penyelesaian Sengketa Pemilu Anggota DPR, DPD,
dan DPRD, Pemohon memiliki kedudukan hukum
untuk
mengajukan
permohonan
penyelesaian
sengketa Pemilu kepada Bawaslu.
3) Jangka Waktu.
Permohonan diajukan setelah termohon mengumumkan
Keputusan KPU Nomor 05/KPTS/KPU/Tahun 2013,
yakni pada tanggal 8 Januari 2013.
4) Pertimbangan Hukum
a) Menimbang bahwa Pemohon telah dinyatakan tidak
memenuhi syarat oleh Termohon berdasarkan
Rekapitulasi Hasil Verifikasi Faktual Partai Politik
sebagaimana lampiran Keputusan KPU Nomor
05/KPTS/KPU/Tahun 2013, yang disebabkan kurang
dari 75% ditingkat Kabupaten/Kota, dengan rincian
sebagaimana dalam tabel berikut:
NO.
WILAYAH
1
2
3
4
5
6
7
Aceh
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera selatan
Bengkulu
Lampung
Kep.Bangka
Belitung
Jawa Barat
Jawa Tengah
D.I. Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
NusaTenggara
Barat
NusaTenggara
Timur
Kalimantan Selatan
Sulawesi Selatan
Maluku Utara
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
b) Menimbang
bahwa
terhadap
KETERANGAN TIDAK
MEMENUHI SYARAT
Kurang di 5 Kab/Kota
Kurang di 12 Kab/Kota
Kurang di 2 Kab/Kota
Kurang di 1 Kab/Kota
Kurang di 2 Kab/Kota
Kurang di 5 Kab/Kota
Kurang di 1 Kab/Kota
Kurang di 4 Kab/Kota
Kurang di 20 Kab/Kota
Kurang di 4 Kab/Kota
Kurang di 3 Kab/Kota
Kurang di 2 Kab/Kota
Kurang di 1 Kab/Kota
Kurang di 5 Kab/Kota
Kurang di 1 Kab/Kota
Kurang di 3 Kab/Kota
Kurang di 5 Kab/Kota
Kurang di 1 Kab/Kota
dalil
Pemohon
yang
menyatakan bahwa adanya pelanggaran hukum dan asas
kepastian hukum, diskriminasi, dan tidak Profesionalitas
serta Pelanggaran Undang-Undang dalam Verifikasi Faktual
dan Penyampaian Hasil Verifikasi Faktual Partai Politik
Calon Peserta Pemilu Tahun 2014. Bawaslu menilai bahwa
bukan kewenangan Bawaslu untuk menilai hal tersebut
63
dalam penyelesaian sengketa Pemilu. Oleh karena itu,
Bawaslu tidak mempertimbangkan dalil Pemohon tersebut.
c) Bahwa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Pasal 15
huruf d
hanya mensyaratkan proses verifikasi faktual
keterwakilan
30
persen
perempuan
dalam
kepengurusan partai politik hanya dilihat dari tingkat
kepengurusan
di
tingkat
pengurus
pusat,
bukan
kepengurusan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Namun faktanya (Bukti P-16), dalam melakukan verifikasi
faktual, KPU Provinsi dan Kabupaten/Kota menjadikan
parameter pemenuhan syarat keterwakilan perempuan
sebanyak 30 persen dalam kepengurusan di jenjang
provinsi
dan
kabupaten/kota
sebagai
indikator
pemenuhan syarat yang menyatakan bahwa partai
politik memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat di
provinsi atau kabupaten/kota bersangkutan. Dengan
demikian terjadi pelanggaran atas ketentuan Pasal 15
huruf d Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012.
Bahwa setelah menilai dan mencermati dengan
seksama atas keterangan dan bukti yang diajukan oleh
Pemohon, jawaban dan bukti Termohon, Keterangan
Saksi-Saksi, Bawaslu berpendapat sebagai berikut:
• Bahwa ketentuan Pasal 8 ayat (2) huruf e UndangUndang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu
Anggota DPR, DPD, dan DPRD sudah secara tegas
mengatur bahwa 30% keterwakilan perempuan
dalam Kepengurusan hanya untuk pengurus di
tingkat pusat;
• Bahwa penjelasan Pasal 15 huruf d Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2012 yang menyatakan:“Yang
dimaksud
dengan
“penyertaan
keterwakilan
perempuan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh
persen) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan” adalah sebagaimana diatur
dalam Pasal 2 ayat (5), Pasal 20, dan Pasal 51 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang
Partai Politik sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2008 tentang Partai Politik.”
Bahwa terkait penjelasan Pasal 15 huruf d UndangUndang Nomor 8 Tahun 2012, Bawaslu menyatakan
64
hal-hal sebagai berikut:
• Bahwa fungsi dan peran penjelasan peraturan
perundang-undangan sudah secara tegas diatur di
dalam lampiran I Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan sebagai berikut:
- Angka 176. Penjelasan berfungsi sebagai
tafsir resmi pembentuk Peraturan Perundangundangan atas norma tertentu dalam batang
tubuh. Oleh karena itu, penjelasan hanya
memuat uraian terhadap kata, frasa, kalimat atau
padanan kata/istilah asing dalam norma yang
dapat disertai dengan contoh. Penjelasan
sebagai sarana untuk memperjelas norma
dalam
batang
tubuh
tidak
boleh
mengakibatkan terjadinya ketidakjelasan dari
norma yang dimaksud.
- Angka 177. Penjelasan tidak dapat digunakan
sebagai dasar hukum untuk membuat
peraturan lebih lanjut dan tidak boleh
mencantumkan rumusan yang berisi norma.
- Angka 178. Penjelasan tidak menggunakan
rumusan yang isinya memuat perubahan
terselubung terhadap ketentuan Peraturan
Perundangundangan
- Angka 186. Rumusan penjelasan pasal demi
pasal memperhatikan hal sebagai berikut:
a. tidak bertentangan dengan materi pokok
yang diatur dalam batang tubuh;
b. tidak memperluas, mempersempit atau
menambah pengertian norma yang ada
dalam batang tubuh;
c. tidak melakukan pengulangan atas materi
pokok yang diatur dalam batang tubuh;
d. tidak mengulangi uraian kata, istilah, frasa,
atau pengertian yang telah dimuat di dalam
ketentuan umum; dan/atau
e. tidak memuat rumusan pendelegasian
• Bahwa berdasarkan lampiran I Undang - Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, penjelasan Pasal
15 huruf d Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012
tidak boleh bertentangan, tidak memperluas atau
menambah pengertian norma yang ada di dalam
batang tubuh. Sedangkan Pasal 8 ayat (2) huruf e
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD mengatur
penyertaan 30% keterwakilan Perempuan di dalam
kepengurusan partai politik adalah pada di tingkat
pusat;
• Menimbang bahwa sebelum Bawaslu menjawab
mengenai pelaksanaan diskresi yang dianggap oleh
Pemohon telah diterapkan oleh Termohon dalam
melakukan verifikasi, Bawaslu terlebih dahulu akan
65
menguraikan bahwa diskresi berarti salah satu
sarana yang memberikan ruang gerak bagi pejabat
yang berwenang untuk melakukan tindakan tanpa
harus terikat sepenuhnya pada undang-undang.
Diskresi diperlukan sebagai pelengkap asas
legalitas, suatu asas hukum yang menyatakan
bahwa setiap tindakan atau perbuatan pejabat yang
berwenang harus berdasarkan ketentuan undangundang. Akan tetapi tidak mungkin bagi undangundang untuk mengatur segala macam hal dalam
praktik. Disinilah letak penting diperlukannya adanya
kebebasan atau diskresi pada pejabat publik.
Kebijakan yang berdasarkan diskresi, haruslah
berdasarkan suatu tujuan atau manfaat yang
dibenarkan hukum. Untuk itu terkait dengan dalil
pemohon yang pada pokoknya menginginkan untuk
juga diambil kebijakan diskresi terhadap pemenuhan
persyaratan keanggotaan dalam verifikasi partai
politik calon peserta pemilu, Bawaslu berpendapat
sesungguhnya tidak beralasan menurut hukum. Hal
ini didasarkan pada ketentuan bahwa peserta pemilu
dan
persyaratan
untuk
mengikuti
pemilu
mempersyaratkan syarat minimal keanggotaan
dimana status keanggotaan tersebut harus
dibuktikan dengan kartu tanda anggota. Persyaratan
ini sudah sangat jelas diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan sehingga tidak perlu
ditempuh langkah untuk mengambil kebijakan
diskresi. Terkait dengan pernyataan Pemohon
bahwa penyertaan 30% keterwakilan perempuan
sebagaimana di klaim oleh Pemohon sebagai bagian
dari diskresi yang dilakukan oleh Termohon menurut
Bawaslu tidak cukup beralasan. Demikian halnya
kepengurusan di 50% Kecamatan bersangkutan
sebagaimana dimuat dalam penjelasan Pasal 16
ayat (1) Undang-U Nomor 8 Tahun 2012, yang
menurut Pemohon sebagai bagian diskresi yang
dilakukan oleh Termohon tidak cukup beralasan.
Bawaslu menilai bahwa berbagai persyaratan
tersebut adalah syarat yang wajib dipenuhi oleh
partai politik calon peserta pemilu dan KPU dalam
melakukan verifikasi partai politik calon peserta
pemilu harus memberlakukan syarat yang sama dan
perlakuan yang sama (equal treatment). Dengan
demikian menurut Bawaslu, terhadap persyaratan
tersebut yang pokok adalah pemberlakuannya sama
terhadap seluruh partai politik calon peserta pemilu.
Adapun terhadap beberapa persyaratan yang telah
ditetapkan oleh Undang-Undang tidak diterapkan
oleh KPU, maka Bawaslu berpendapat bahwa tidak
diterapkannya persyaratan tersebut sebuah bentuk
pelaksanaan diskresi oleh KPU. Jadi Bawaslu
berpendapat
tidak
akan
mempermasalahkan
kebijakan tersebut, karena dalam mengeluarkan
diskresi yang terpenting bukanlah masalah
pengambilan kebijakan, melainkan masalah manfaat
yang hendak dicapai, yaitu demi kepentingan
66
masyarakat umum. Bawaslu juga berpendapat
bahwa pelaksanaan tidak diterapkannya persyaratan
lain tersebut juga tidak dimanfaatkan untuk
kepentingan lain, karena penerapannya dilakukan
terhadap seluruh partai yang menjadi calon peserta
pemilu. Selain itu, kebijakan KPU yang tidak
menerapkan persyaratan tersebut adalah untuk
mengatasi persoalan yang mendesak dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum dan juga
secara moral.
d) Menimbang bahwa Pemohon mendalilkan, Pemohon dalam
perkara ini sangat jelas tidak diperlakukan sama didepan
hukum
serta
tahapan
terjadi
verifikasi
diskriminasi
faktual,
dalam
dimana
hal
pelaksanaan
ini
adalah
pelanggaran hukum serta pelanggaran atas UUD Tahun
1945. Fakta bahwa verifikasi faktual yang dilakukan
Pemohon berbeda dengan verifikasi faktual terhadap
partai–partai yang mampu lolos verifikasi faktual, dimana
mereka diberikan kesempatan selama 2 bulan waktu kerja
sedangkan Pemohon hanya 1 (satu) bulan dalam suasana
liburan Natal dan Tahun Baru dengan persyaratan yang
sama(Bukti P-23);
Menimbang bahwa untuk menguatkan dalil Pemohon
mengajukan bukti P-23 yaitu:
1. Copy Surat DPC Partai Damai Sejahtera Kabupaten
Pinrang (bermaterai cukup dan telah dileges) Nomor:
025/DPC-PDS/PIN/XII/2012,
Ketua
Panwaslu
ditujukan
Kabupaten
Kepada
Pinrang,
Perihal
keberatan, yang pada pokoknya menyebutkan:
Menyanggah hasil keputusan pleno terbuka KPUD
Kabupaten
Pinrang,
karena
menyatakan
Kabupaten Pinrang tidak memenuhi syarat
verifikasi faktual, padahal
PDS
dalam
DPC PDS Kabupaten
Pinrang sudah memasukan persyaratan secara
lengkap dan siap menghadirkan 45 orang yang telah
di sampel KPUD, namun KPUD Kabupaten Pinrang
sudah tidak bersedia menerima dengan alas an
tahapan
perbaikan
sudah
selesai
tanggal
18
Desember 2012, padahal masih ada waktu 3 hari
sebelum pleno terbuka KPUD.
67
2. Copy pernyataan keberatan hasil verifikasi Partai
Damai
Sejahtera
Kabupaten
Sidrap
provinsi
Sulawesi Selatan tanggal 4 Januari 2013, yang pada
pokoknya verivikasi faktual PDS Kabupaten Sidrap
terhadap SK kepengurusan, kepemilikan kantor
secretariat telah memenuhi syarat (MS), terhadap
KTA sejumlah 32 Anggota sangat sulit dihadirkan
karena waktu tersebut bertepatan dengan persiapan
hari Raya Natal dan beberapa halangan lainya
seperti perkawinan dan kedukaan;
3. Copy pernyataan keberatan hasil verifikasi Partai
Damai Sejahtera Kabupaten Pare-Pare provinsi
Sulawesi Selatan tanggal 4 Januari 2013, yang pada
pokoknya verivikasi faktual PDS Kabupaten Sidrap
terhadap SK kepengurusan, kepemilikan kantor
sekretariat telah memenuhi syarat (MS), terhadap
KTA
sejumlah
dihadirkan
182
berhubung
Anggota
mereka
memang
sedang
sulit
pulang
kampong dalam rangka Raya Natal (Toraja & Toraja
Utara) disamping itu mereka harus berada di Toraja
&
Tana
Toraja
pemerintah
untuk
sehubungan
dengan
menggalakan
program
pariwisata
di
Sulawesi Selatan;
4. Copy pernyataan keberatan hasil verifikasi Partai
Damai
Sejahtera
Kabupaten
Baruu
provinsi
Sulawesi Selatan tanggal 4 Januari 2013, yang pada
pokoknya verivikasi faktual PDS Kabupaten Sidrap
terhadap SK kepengurusan, kepemilikan kantor
sekretariat telah memenuhi syarat (MS), terhadap
KTA
sejumlah
210
memang
sangat
sulit
mengumpulkan orang karena pada umumnya pulang
ke Tana Toraja dan Toraja hal ini karena bertepatan
dengan perayaan Natal.
Menimbang
terhadap
dalil-dalil
Pemohon
tersebut,
Termohon membantah dengan mengemukakan alasan
bahwa:
• perbedaan waktu verifikasi antara di 16 parpol versus
68
18 parpol karena adanya putusan DKPP
yang
memerintahkan Termohon untuk melakukan verifikasi
faktual terhadap 18 Parpol.
• DKPP memerintahkan Termohon untuk melakukan
verifikasi faktual dengan syarat Termohon dilarang
mengubah tahapan pemilu,
• amar putusan DKPP ini Termohon pahami bahwa
yang dimaksud tidak boleh mengubah tahapan pemilu
itu adalah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
UU No 8 Th 2012 disana sudah ada batasan waktu
bahwa
15
bulan
sebelum
pemungutan
suara
Termohon wajib menetapkan peserta pemilu
• putusan
DKPP
menyebutkan
Termohon
itu
secara
bahwa,
melakukan
terang
dan
memerintahkan
verifikasi
18
jelas
kepada
parpol
yg
dinyatakan TMS secara administratif,
• kalau ingin menggunakan konsep keadilan ini akan
menimbulkan ketidak adilan bagi 16 Parpol, kemudian
yang kedua bahwa didalam memfasilitasi 18 parpol
kami juga menempuh kebijakan yang memberikan
kelonggaran yang sangat luar biasa kepada 18 parpol
yang ini tidak dimiliki oleh 16 parpol lainnya. Ini juga
bisa di re-cek kembali terhadap kebijakan Termohon
yang memberikan keleluasaan kepada partai untuk
menyerahkan dokumen di daerah apabila ada dispute.
Bahwa setelah Bawaslu menilai dan mencermati dengan
seksama, keterangan dan bukti yang diajukan oleh
Pemohon, jawaban Termohon, bukti Pemohon Termohon,
saksi-saksi, Bawaslu berpendapat sebagai berikut:
1) Menimbang bahwa Putusan Nomor: 25 – 26/DKPPPKE-I/2012.
Dewan
Kehormatan
Penyelenggara
Pemilihan Umum, dalam Memutuskan angka 3 (tiga)
“….untuk mengikutsertakan dalam verifikasi faktual
dengan tidak mengubah jadwal tahapan Pemilu dan
kedelapan belas partai politik tersebut di atas harus
menyesuaikan
dengan ketentuan verifikasi
yang ditetapkan oleh KPU”.
69
faktual
2) Menimbang Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang Nomor
8
Tahun
2012,
yang
menyebutkan
“Verifikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus selesai
dilaksanakan paling lambat 15 (lima belas) bulan
sebelum hari pemungutan suara”.
3) Bahwa apa yang dilaksanakan oleh Termohon terkait
verifikasi faktual terhadap 18 (delapan belas) Partai
Politik pasca putusan DKPP adalah merupakan
perintah dari Putusan DKPP Nomor 25-26/DKPP-PKEI/2012. Dan msesuai dengan Undang-Undang Nomor
8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota
DPR, DPD dan DPRD;
4) Bahwa berdasarkan dalil Pemohon sebagaimana pada
butir d di atas, maka dalil yang menyatakan Pemohon
tidak diperlakukan sama dihadapan hukum serta telah
terjadi
diskriminasi
dalam
pelaksanaan
verifikasi
faktual adalah tidak beralasan secara hukum dan
karenanya dinyatakan tidak dapat diterima.
e) Menimbang Bahwa Pemohon mendalilkan dalam proses
verifikasi administrasi yang dilakukan oleh Termohon
melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012
dan Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012. UndangUndang
Nomor 8
Tahun
2012 mengatur
mengenai
persyaratan yang harus diserahkan partai politik dan yang
akan diverifikasi oleh Termohon. verifikasi yang dilakukan
oleh
Termohon
adalah
mengabaikan
kepengurusan
kecamatan dan syarat minimal keanggotaan parpol minimal
1000 atau 1/1000 jumlah penduduk sebagai parameter
untuk menentukan pemenuhan syarat dan kelulusan
verifikasi administrasi, dengan demikian amat jelas bahwa
proses verifikasi administrasi yang meloloskan 16 Partai
Politik ke tahapan verifikasi faktual nyata-nyata melanggar
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 dan Peraturan KPU
Nomor 14 Tahun 2012 dan itu berarti cacat hukum.
Bawaslu
menilai
administrasi
70
oleh
bahwa
pelaksanaan
Termohon
dengan
verifikasi
segala
kekurangannya
berdasarkan Laporan dan menjadi
temuan Bawaslu telah terjadi pelanggaran admnistrasi
pada
proses
verifikasi
direkomendasikan
administrasi,
kepada
serta
Termohon
telah
sebagai
pelanggaran administrasi, dan juga telah diputus oleh
DKPP berdasarkan pengaduan Bawaslu dan warga
masyarakat dan membenarkan rekomendasi pengadu
agar Termohon mengikut sertakan partai Politik yang
tidak lolos
verifikasi administrasi termasuk Pemohon,
untuk mengikuti verifikasi faktual sesuai dengan jadwal
yang
ditetapkan
Termohon.
Sehingga
persoalan
verifikasi administrasi yang didalilkan oleh Pemohon
melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2012, dan Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012 telah
selesai dengan Putusan DKPP
PKE-I/2012
tersebut,
Nomor 25-26/DKPP-
sehingga
Bawaslu
tidak
memberikan pertimbanganya.
f) Menimbang bahwa dalil Pemohon yang menyatakan
pelaksanaan verifikasi parpol yang sifatnya berjenjang atau
bertahap bertentangan dengan Peraturan KPU Nomor 14
Tahun 2012 dan Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2012.
Pasal 17 ayat (1) Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012.
Tidak ada satu pasal pun pada kedua peraturan ini yang
menyiratkan bahwa proses verifikasi bisa dilaksanakan
secara
berjenjang
Peraturan
KPU
namun
sifatnya
tersebut
akumulatif,
disebutkan:
dalam
pemberitahuan
penelitian hasil perbaikan kepada pimpinan partai politik
tingkat
pusat.
Tidak
pernah
disebutkan
bahwa
pengumuman atau penetapan partai politik yang memenuhi
syarat administrasi atau tidak.
Terhadap dalil Pemohon sebagaimana pada butir f
diatas maka Bawaslu berpendapat sebagai berikut:
Termohon
memiliki
menentukan
tahapan
kewenangan
atributif
penyelenggaraan
untuk
Pemilihan
Umum, terkait dengan pelaksanaan verifikasi dan
penetapan keabsahan persyaratan partai politik calon
71
peserta
Pemilihan
Umum
sebagaimana
ketentuan
yuridis sebagai berikut :
1) Pasal 4 Ayat (6) Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2012 yang menyatakan bahwa: “ketentuan lebih
lanjut mengenai rincian tahapan penyelenggaraan
pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
pemungungutan suara sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan peraturan
KPU”.
2) Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2012 yang menyatakan bahwa: “mengenai tata cara
penelitian administrasi dan penetapan keabsahan
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan peraturan KPU”.
3) Pasal 16 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2012 yang menyatakan bahwa: “Ketentuan lebih
lanjut mengenai pelaksanaan dan waktu verifikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur dengan peraturan KPU”.
Sehingga
Bawaslu
berpendapat
bahwa
tindakan
Termohon terkait dengan pembagian tahapan yang
terdiri atas pelaksanaan verifikasi administrasi dan
verifikasi faktual merupakan bagian dari pelaksanaan
kewenangan Termohon yang diberikan oleh UndangUndang sebagaimana ketentuan yang tercantum dalam
Pasal 4 ayat (6), Juncto Pasal 9 ayat (1) Juncto Pasal
16 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012.
g) Menimbang dalil Pemohon yang menyatakan pelaksanaan
verifikasi faktual 18 partai politik yang direkomendasikan
Bawaslu 12 Parpol dan diputus 18 Parpol oleh Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilu awalnya tidak memiliki
landasan hukum dan mengabaikan ketentuan UndangUndang. Verifikasi faktual 18 partai politik harus diikuti
dengan perubahan Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2012
untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaan verifikasi.
Termohon hanya mendasarkan pada surat KPU Nomor
681/KPU/XII/2012 Tertanggal 03 Desember 2012 (Bukti P8.2). Adapun PKPU Nomor 18 tertanggal 04 Desember
2012 yang lampirannya tidak bernomor nanti diterbitkan
setelah proses verifikasi faktual telah berjalan.
Terhadap dalil Pemohon sebagaimana pada butir g
72
diatas maka Bawaslu berpendapat sebagai berikut:
1) Delapan belas (18) Partai Politik, termasuk Pemohon
yang
diikutsertakan
dalam
verifikasi
faktual
merupakan perintah putusan DKPP Nomor: 25 –
26/DKPP-PKE-I/2012.
2) Putusan
Dewan
Kehormatan
Penyelenggara
Pemilihan Umum Nomor: 25– 26/DKPP-PKE-I/2012.,
pada
angka
tiga
(3)
menyebutkan:
“….untuk
mengikutsertakan dalam verifikasi faktual
dengan
tidak mengubah jadwal tahapan Pemilu
dan
kedelapan belas partai politik tersebut diatas harus
menyesuaikan dengan ketentuan verifikasi faktual
yang ditetapkan oleh KPU”.
3) Pasal 16 ayat (2) UU No. 8 Tahun 2012, yang
menyebutkan “Verifikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus selesai dilaksanakan paling
lambat
lima
belas
(15)
bulan
sebelum
hari
pemungutan suara”.
4) Bahwa apa yang dilaksanakan oleh Termohon
terkait verifikasi faktual terhadap ke delapan belas
(18) Partai Politik sesungguhnya merupakan tindak
lanjut dari Putusan DKPP Nomor 25-26/DKPP-PKEI/2012 dan telah sesuai dengan ketentuan dalam UU
No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD dan DPRD;
5) Dalil
Pemohon
yang
menyatakan
bahwa
pelaksanaan verifikasi faktual delapan belas (18)
partai politik tidak memiliki landasan hukum dan
mengabaikan ketentuan Undang-Undang adalah
tidak beralasan secara hukum dan karenanya
dinyatakan tidak dapat diterima.
h. Menimbang Dalil Pemohon Bahwa Badan Pengawas
Pemilu
melalui
surat
kepada
KPU
Nomor:
870/Bawaslu/XI/2012, Tanggal: 3 November 2012, telah
menyatakan bahwa terjadi pelanggaran administrasi
dalam proses verifikasi partai politik peserta Pemilu
2014. Pada butir 2 surat tersebut Bawaslu menyatakan:
73
“berdasarkan Temuan Bawaslu dalam Formulir Temuan
Nomor:
002/TM/PILEG/XI/2012
pada
tanggal
02
November 2012, dengan pokok temuan yakni terkait
dengan dugaan pelanggaran administrasi dan kode etik
dalam proses pendaftaran, penelitian administrasi,
penelitian administrasi hasil perbaikan, penundaan
pengumuman penelitian administrasi hasil perbaikan,
pengadaan dan penyelenggaraan sistem informasi
partai politik, ketertutupan akses bagi partai politik dan
Bawaslu.” Selanjutnya, Bawaslu melaporkan dugaan
pelanggaran kode etik oleh anggota KPU kepada
Dewan
Kehormatan
Penyelenggara
Pemilu
yang
mendorong DKPP menggelar sidang kode etik. Dengan
demikian, proses verifikasi administrasi partai politik
telah dilakukan oleh KPU secara tidak profesional,
tertutup dan menimbulkan kecurigaan. Lembaga ini
tidak mandiri yang merupakan pelanggaran atas Pasal 2
Undang-Undang
Nomor
15
Tahun
2011
tentang
Penyelenggara Pemilu.
Terkait dengan dalil Pemohon yang pada pokoknya
menyatakan bahwa Termohon tidak profesional tidak
relevan karena telah di Putus DKPP dengan Putusan
Nomor: 25-26/DKPP-PKE-I/2012 dan telah selesai.
i.
Bahwa dalil Pemohon yang menyatakan bahwa Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilu melalui Putusan
Nomor:
25-26/DKPP-PKE-I/2012,
Tanggal
26
November 2012 pada butir 1 dan 3 jelas-jelas telah
memvonis bahwa KPU tidak bertindak cermat, dan
profesional dalam pelaksanaan verifikasi partai politik.
Walaupun
dalam
putusan
itu,
KPU
oleh
DKPP
dinyatakan tidak berniat melanggar kode etik. Namun
demikian
DKPP
memerintahkan
melalui
kepada
putusan
KPU
agar
tersebut
telah
bekerja
lebih
profesional, transparan, jujur, adil dan akuntabel.
Dengan demikian Pemohon menyimpulkan, bahwa
proses verifikasi parpol yang diselenggarakan oleh
74
Termohon menurut penilaian DKPP telah dilaksanakan
secara
kurang
profesional,
kurang
jujur,
kurang
transparan, kurang adil dan kurang akuntabel (Bukti P9).
Terhadap dalil Pemohon sebagaimana pada butir i di
atas maka Bawaslu berpendapat bahwa Putusan DKPP
dalam perkara a quo butir 1 dengan tegas menyatakan
bahwa para Teradu tidak terbukti mempunyai itakad
buruk untuk melanggar kode etik penyelenggara Pemilu.
DKPP dalam putusan ini hanya mengingatkan agar para
Teradu
dapat
bekerja
secara
lebih
professional,
transparan, jujur, adil, dan akuntabel untuk seluruh
tahapan Pemilu berikutnya. Dengan demikian dalil
Pemohon menjadi terbantahkan secara hukum dan
karenanya tidak dapat diterima. Begitu pun pijakan
hukum Pemohon yang berlandaskan pada butir 3 dan
kemudian menarik kesimpulan yang serupa bahwa
kinerja Teradu kurang professional, transparan, jujur,
adil, dan akuntabel tidak beralasan secara hukum. butir
3 putusan DKPP dalam perkara a quo ini hanya
memerintahkan agar KPU mengikutsertakan ke delapan
belas (18) partai politik tidak lolos verifikasi administrasi
untuk diberi kesempatan mengikuti verifikasi faktual
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan KPU, dan
memerintahkan kepada KPU agar delapan belas (18)
Partai Politik calon Peserta Pemilu yang terdiri atas dua
belas (12) partai politik yang direkomendasikan oleh
Bawaslu ditambah enam (6) partai politik lainnya yang
tidak lolos verifikasi administrasi tetapi mempunyai hak
konstitusional yang sama
verifikasi
faktual
dengan
untuk diikutsertakan dalam
tidak
mengubah
jadwal
tahapan pemilu dan kedelapan belas partai politik
tersebut diatas harus menyesuaikan dengan ketentuan
verifikasi faktual yang ditetapkan oleh KPU.
j.
Menimbang bahwa Pemohon mendalilkan Termohon
dalam
pelaksanaan
75
verifikasi
partai
politik
telah
bertindak tidak profesional, tidak ada kepastian hukum
dan tidak proporsional dibuktikan oleh dinamika dan
konflik diantara para anggota KPU dengan jajaran
kesekretariatan jenderal yang mencuat ke media massa
dan dalam persidangan DKPP. Seluruh dinamika itu
mengindikasikan ada yang tidak beres dan sikap
ngawur dalam proses verifikasi partai politik dimaksud.
Terhadap dalil Pemohon sebagaimana pada butir j di
atas maka Bawaslu berpendapat bahwa Putusan DKPP
dalam perkara aquo bersifat final dan binding sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2011. Oleh karena itu, terhadap Putusan ini, tidak ada
lagi upaya hukum yang dapat ditempuh para pihak.
Dengan
demikian
dalil
Pemohon
sebagaimana
tercantum dalam butir j di atas dinilai tidak cukup
beralasan secara hukum dan karenanya dinyatakan
tidak dapat diterima.
k. Menimbang dalil Pemohon yang menyatakan Termohon
dalam pelaksanaan verifikasi partai politik peserta
Pemilu 2014 jelas-jelas melanggar Pasal 2 UndangUndang Nomor 15 Tahun 2011, dengan bertindak
tidak jujur, terbukti dengan mengatakan pemohon tidak
menyerahkan berkas persyaratan adminstrasi mengenai
81 (delapan puluh satu) item persyaratan adminitrasi
(Bukti P-12). Padahal seluruh 81 (delapan puluh satu)
item yang dinyatakan tidak memenuhi syarat karena
tidak diserahkan kepada Termohon, faktanya pemohon
telah serahkan (Bukti P-13), sehingga seharusnya
pemohon dinyatakan memenuhi syarat administrasi
sebagaimana halnya 16 (enam belas) partai politik pada
saat itu.
l.
Menimbang dalil Pemohon yang menyatakan Termohon
dalam pelaksanaan verifikasi partai politik peserta
Pemilu 2014 jelas-jelas melanggar Pasal 2 UndangUndang Nomor 15 Tahun 2011, dengan bertindak
76
tidak profesional dan tidak tertib, terbukti dari proses
pelaksanaan dan laporan hasil verifikasi administrasi
partai politik yang tidak mencerminkan dokumen resmi
yang dibuat oleh sebuah lembaga negara yang amat
strategis. Dokumen yang disampaikan kepada partai
politik itu tidak lebih sebagai dokumen sampah yang
tidak memiliki legalitas apapun karena hanya deretan
matrik dan data yang tidak jelas legalitas lembaga
pengirimnya. Terbukti tidak ada cap lembaga, tidak ada
paraf dan tanda tangan ketujuh anggota KPU (Bukti P14).
Terhadap dalil Pemohon sebagaimana pada butir k dan
butir l di atas maka
Bawaslu berpendapat
bahwa
berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan
DKPP dalam perkara a quo, pada prinsipnya Pemohon
tidak dapat membuktikan hal-hal sebagaimana yang
didalilkan oleh Pemohon.
m. Menimbang dalil Pemohon yang menyatakan langsung
atau tidak langsung tindakan Termohon yang gegabah,
tidak cermat dan tidak profesional dalam pengumuman
partai
politik
menghancurkan
yang
lolos
struktur
administrasi
partai
pemohon
telah
dan
memerlukan waktu serta suntikan semangat yang lebih
untuk memulihkannya. Dikarenakan tidak lolos dalam
verifikasi
administrasi,
Pengurus
PDS
mengalami
kesulitan, banyak yang berhenti dan mundur.
n. Bahwa akibat tindakan KPU yang menyatakan Pemohon
tidak memenuhi syarat pada Tanggal 28 Oktober 2012,
telah terjadi penghancuran secara dahsyat oleh KPU
terhadap pemohon dalam bentuk runtuhnya moral
pengurus parpol di daerah, melemahnya semangat kader
dan bahkan yang paling fatal para kader pemohon
langsung menyatakan berhenti dan mengundurkan diri
dalam keanggotaan partai politik (Bukti P-17 ). Dengan
demikian, langsung atau tidak langsung tindakan KPU
77
yang gegabah, tidak cermat dan tidak profesional dalam
pengumuman partai politik yang lolos administrasi telah
menghancurkan
struktur
partai
pemohon
dan
memerlukan waktu serta suntikan semangat yang lebih
untuk
memulihkannya.
Namun
faktanya
kemudian
adalah, justru KPU membuat jadwal verifikasi faktual
yang begitu singkat untuk pemohon. Hal inilah yang
menjelaskan kenapa di beberapa provinsi pemohon tidak
dapat
memenuhi
Kabupaten.
Pemohon
ketentuan
Persoalan
tidak
pengumuman
keanggotaan
menjadi
dihancurkan
KPU yang
di
75%
jika
saja
moral
oleh
berbeda
secara
sangat
tidak
profesional
tersebut. Karena itu, menjadi tidak relevan menjadikan
parameter pemenuhan keanggotaan parpol di 33 provinsi
menjadi syarat kelulusan kepada pemohon dalam fakta
nyata KPU telah menghancurkan moral pemohon dan
memberikan waktu yang berbeda/ tidak sama dengan
kontestan sebelumnya.
Terhadap dalil Pemohon sebagaimana pada butir m dan
butir n di atas maka Bawaslu berpendapat bahwa
berdasarkan fakta-fakta dalam persidangan DKPP pada
perkara a quo tidak terungkap dan dibuktikan bahwa dalil
yang disampaikan oleh Pemohon bahwa banyaknya
Pengurus PDS yang berhenti dan mundur adalah
disebabkan karena tindakan dari Pemohon, sehingga
dalil Pemohon tidak dapat diterima.
Bahkan pada butir n diatas Pemohon mendalilkan Hal
inilah yang menjelaskan kenapa di beberapa provinsi
pemohon tidak dapat memenuhi ketentuan keanggotaan
di 75% Kabupaten. Merupakan pengakuan Pemohon
yang tidak memenuhi syarat keanggotaan di 75%
Kabupaten/Kota.
o. Menimbang dalil Pemohon yang menyatakan Termohon
dalam pelaksanaan verifikasi partai politik peserta Pemilu
2014 jelas-jelas melanggar Pasal 2 Undang- Undang
Nomor 15 Tahun 2011, dengan bertindak tidak adil,
78
terbukti
dengan
hanya
memberikan
kesempatan
verifikasi faktual kepada pelapor dari Tanggal 5 sampai
dengan 28 Desember 2012 atau selama 23 (dua puluh
tiga) hari (termasuk didalamnya hari libur Minggu dan
hari Natal). Ini amat tidak adil jika dibandingan dengan
waktu verifikasi faktual 16 partai politik yang dimulai
Tanggal 29 Oktober sampai dengan 18 Desember 2012
atau selama 52 (lima puluh dua) hari.
p. Menimbang dalil Pemohon yang menyatakan Termohon
dalam pelaksanaan verifikasi partai politik peserta Pemilu
2014 jelas-jelas melanggar Pasal 2 Undang-Undang
Nomor
15
Tahun
2011
dengan
bertindak
tidak
proporsional dan diskriminasi, terbukti dengan fakta,
Termohon hanya mengalokasikan waktu 23 (dua puluh
tiga) hari dalam masa verifikasi faktual kepada pemohon
sedangkan untuk 16 (enam belas) partai politik 52 (lima
puluh dua) hari;
Terhadap dalil Pemohon sebagaimana pada butir o dan
butir p di atas maka Bawaslu berpendapat bahwa apa
yang dilaksanakan oleh Termohon terkait verifikasi Partai
Politik yang didalilkan oleh Pemohon sebagai bertindak
tidak proporsional dan diskriminasi, pasca Putusan
DKPP adalah merupakan perintah dari Putusan DKPP
Nomor 25-26/DKPP-PKE-I/2012. Dan sesuai dengan
Undang-Undang
Nomor
8
Tahun
2012
Tentang
Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD, maka
dalil yang menyatakan Termohon tidak bertindak adil
serta
tidak
proporsional
dan
diskriminasi
dalam
pelaksanaan verifikasi faktual adalah tidak beralasan
secara hukum dan karenanya dinyatakan tidak dapat
diterima.
q) Menimbang dalil Pemohon yang menyatakan Termohon
banyak melakukan kekeliruan administrasi dengan cara
tidak mengirimkan data administrasi Partai Pemohon ke
beberapa Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)
79
sehingga KPUD menolak melakukan verifikasi faktual di
Kabupaten/Kota dengan alasan tidak ada data/perintah
dari KPU Pusat dan KPU Propinsi untuk melakukan
verifikasi faktual terhadap partai Pemohon, hal ini banyak
dialami partai pemohon di beberapa daerah (Bukti P19), dan berbagai macam permasalahan, yang antara
lain:
• Di Provinsi Aceh
Bahwa dalil Pemohon yang menyatakan Termohon
tidak mengirimkan data administrasi Partai Pemohon
ke beberapa Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)
sehingga KPUD menolak melakukan verifikasi faktual
di Kabupaten/kota, Pemohon tidak dapat membuktikan
dalilnya sehingga Bawaslu tidak dapat menerima dalil
Pemohon.
• Di Provinsi Jawa Barat
a) Anggota Pemohon diminta untuk mengumpulkan
serta membawa ke kantor Termohon di Kabupaten
Bandung Barat (Bukti P-22).
Bahwa dalil Pemohon yang menyatakan Termohon
tidak melakukan verifikasi faktual dengan pola door
to
door
melainkan
menggunakan
pola
mengumpulkan pada satu tempat, Bawaslu
berpendapat
substansi
verifikasi
faktual
keanggotaan dapat saja dilakukan dengan dua
cara
tersebut
sehingga
Termohon
telah
melaksanakan substansi verifikasi faktual terhadap
keanggotaan partai politik.
b) tidak dilakukan verifikasi faktual terhadap KTA PDS
sedangkan
DPC
Kabupaten
Bogor
sudah
menyerahkan data-data perbaikan tahap 2, dimana
dalam Berita Acara yang dikeluarkan oleh KPU
Kabupaten Bogor menyebutkan bahwa KTA PDS
telah diverifikasi faktual dan dinyatakan TMS (Tidak
Memenuhi Syarat) di Kabupaten Bogor (Bukti P27).
Bawaslu berpendapat bahwa dalil Pemohon tidak
80
cukup beralasan karena penyerahan KTA diluar masa
perbaikan.
• Di Provinsi Kalimantan Selatan,
Termohon dalam hal ini KPUD/ kab. kota baru
memberikan data sampling KTA milik partai lain
(Bukti P-24.2)
Dalil
Pemohon
yang
menyatakan
Termohon
memverifikasi faktual KTA partai politik lain yang
bukan
milik
dibuktikan,
keanggotan
sehingga
Termohon
Bawaslu
tidak
dapat
berpendapat
dalil
Pemohon tidak diterima.
• Di Provinsi Nusa Tenggara Timur
bahwa Termohon tidak melakukan verifikasi vaktual
terhadap
pengurus
Kabupaten
pemohon,
tidak
memberi tahu pelaksanaan verifikasi vaktual yang
terjadi dibeberapa daerah pengurus Pemohon (Kab.
Ende NTT), (Bukti P-24.1).
Bawaslu berpendapat dalil Pemohon tidak dapat
dibuktikan.
r. Menimbang bahwa Pemohon telah dinyatakan tidak
memenuhi persyaratan di 18 provinsi oleh Termohon
berdasarkan
rekavitulasi
hasil
verifikasi
faktual
sebagaimana Keputusan KPU No 05/Kpts/KPU/2013,
maka Bawaslu berpendapat Pemohon tidak memenuhi
syarat
yang
diatur
dalam
peraturan
Perundang-
Undangan.
h) Kesimpulan
bahwa Bawaslu terhadap hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud huruf c, mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Bawaslu berwenang menyelesaikan sengketa Pemilu
sebagaimana permohonan a quo;
2) Pemohon memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan
permohonan a quo;
3) Permohonan a quo diajukan masih dalam jangka waktu
81
Download