status tanah garapan kelompok tani anak negeri di

advertisement
JURNAL BERAJA NITI
ISSN : 2337-4608
Volume 3 Nomor 1 (2014)
http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja
© Copyright 2014
STATUS TANAH GARAPAN KELOMPOK TANI ANAK NEGERI DI
KELURAHAN SUNGAI KAPIH KECAMATAN SAMBUTAN KOTA
SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Adhie Musjahranie Swastya Putra1
([email protected])
Haris Retno Susmiyati2
([email protected])
La Syarifuddin3
([email protected])
Abstrak :
Adhie Musjahranie Swastya Putra, 09.0801.5004, Program Studi
Ilmu Hukum, Konsentrasi Agraria, Status Tanah Garapan Kelompok Tani
Anak Negeri Di Kelurahan Sungai Kapih Kecamatan Sambutan Kota
Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Di bawah bimbingan Ibu Haris Retno
Susmiyati, S.H.,M.H. dan Bapak La Syarifuddin, S.H.,M.H. Fungsi tanah adalah
hak atas tanah apa pun yang ada pada seseorang, tidaklah dapat dibenarkan,
bahwa tanahnya itu akan dipergunakan (atau tidak dipergunakan) semata-mata
untuk kepentingan pribadinya, apalagi kalau hal itu menimbulkan kerugian bagi
masyarakat. Penggunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaannya dan sifat
dari pada haknya hingga bermanfaat pula bagi masyarakat dan Negara. Selain itu
tanah juga harus dipelihara dengan baik agar bertambah kesuburannya serta
dicegah kerusakannya.
Penulisan ini mengangkat persoalan status tanah garapan Kelompok Tani
Anak Negeri di Kelurahan Sungai Kapih Kecamatan Sambutan Kota Samarinda
Provinsi Kalimantan Timur. Juga mengenai upaya hukum yang dapat dilakukan
oleh Kelompok Tani Anak Negeri untuk mendapatkan hak atas tanah yang telah
digarap di Kelurahan Sungai Kapih tersebut. Tujuan penelitian yaitu, untuk
mengetahui dan menganalisa status tanah garapan Kelompok Tani Anak Negeri di
Kelurahan Sungai Kapih Kecamatan Sambutan Kota Samarinda Provinsi
Kalimantan Timur. Juga untuk mengetahui dan menganalisa upaya hukum yang
dapat dilakukan oleh kelompok tani anak negeri untuk mendapatkan hak atas
tanah yang telah digarap di Kelurahan Sungai Kapih Kecamatan Sambutan Kota
Samarinda Provinsi Kalimantan Timur.Penelitian ini merupakan penelitian hukum
empiris (empirical law research). Pendekatanyang digunakan adalah Live Case
Study, yaitu pendekatan studi kasus pada peristiwa hukum yang dalam keadaan
1
2
3
Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 1
berlangsung atau belum berakhir. Kata Kunci: Tanah Terlantar, Permohonan
Hak Atas Tanah, Kelompok Tani
Pendahuluan
Pembahasan dan penanganan masalah lahan pertanian ini dapat
mengurangi jumlah lahan pertanian, terutama lahan sawah telah berlangsung
sejak dasawarsa 90-an. Adapun masalah yang terjadi di wilayah Sungai Kapih
Kecamatan Sambutan Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur, bahwa terdapat
lahan tanah yang sudah digarap oleh kelompok tani anak negeri selama kurang
lebih 17 tahun dari tahun 1997 hingga sekarang tahun 2013 mempunyai luas
lahan 40 Hektare, menghasilkan sebuah perkebunan dan pertanian yang
digunakan untuk menafkahi kehidupan masyarakat diwilayah tersebut, sekarang
tanah tersebut di klaim sebagai aset tanah milik PT. Kalimanis Plywood Industries.
Kelompok Tani Anak Negeri memiliki bukti surat terusan dari Pemerintah kota
Samarinda melalui Sekertariat Daerah Nomor: 030 546/BPK/V2/P12 menindak
lanjuti surat Gasfar Pera Nomor: 01/04/2012/Smr Tanggal 1 April 2012 tentang
lahan di Sungai Kapih Kecamatan Sambutan bukan aset Pemerintah Kota
Samarinda. Pada asal mula tanah tersebut adalah milik Koperasi Karyawan
Kalimanis, yang dibeli dari seorang warga yang bernama Haji Arni sebagai
pembuka lahan pertama seluas 40 Hektare, tertanggal 22 Agustus 1994 diberikan
sebesar Rp.50.000.000 untuk pembayaran tahap pertama kepada Haji Arni. Pada
tanggal 17 September 1994 dibuatlah surat keterangan untuk melepaskan hak
atas tanah kepada Koperasi Karyawan Kalimanis yang diwakilkan kepada M.
Anwar Mada sebagai Ketua Koperasi Karyawan kalimanis. Tanggal 23 Januari
1995 diberikan uang sebagai pelunasan sebesar Rp1.020.000.000 kepada Haji
2
STATUS TANAH GARAPAN KELOMPOK TANI (Adhie Musjahranie)
Arni yang diberikan oleh Koperasi Karyawan kalimanis yang diwakilkan oleh M.
Anwar Mada dengan Surat Pelepaskan Hak Atas Tanah (SPHT) yang telah tercatat
di kelurahan Sungai Kapih dengan Nomor 616/BH/315.NPWP.1.209.479.3.56
sebagai bukti sah kepemilikan atas tanah yang sudah beralih kepenguasaanya
dari Haji Arni ke pada Koperasi Karywan Kalimanis, dari kepemilikan yang dikuasai
oleh Koperasi Karyawan Kalimanis kemudian dikelola oleh PT. Kalimanis Plywood
Industries. Beberapa tahun kemudian tepatnya tahun 1997 terjadi isu akan
pailitnya perusahaan PT. Kalimanis Plywood Industries, dan saat itulah Kelompok
Tani Anak Negeri mulai menggarap tanah tersebut, dimana Kelompok Tani Anak
Negeri dengan inisiatifnya sendiri menggarap tanah milik Koperasi Karyawan
Kalimanis dengan dasar diri mereka sebagai mantan karyawan PT. kalimanis
Plywood Industries, walaupun mereka sebenarnya bukan anggota dari Koperasi
Karyawan Kalimanis, melaikan sebagai mantan pekerja di PT Kalimanis Plywood
Industries. Tak lama kemudian PT. Kalimanis Plywood Industries diyatakan pailit
pada tahun 2000 dan lahan tersebut ditinggalkan begitu saja oleh seluruh pemilik
maupun karyawan PT. Kalimanis Plywood Industries. Setelah diyatakan Kolap
padan tahun 2000 sekitar 100 petani bertani bercocok tanam diatas tanah yang
mereka anggap tanah terlantar dan tidak digunakan lagi oleh perusahaan PT.
Kalimanis Plywood Industries, berasarkan inisiatif mereka sendiri Kelompok Tani
Anak Negeri menggarap tanah tersebut guna untuk memenuhi kebutuhannya
sehari-hari setelah tidak berkerja di perusahan PT. kalimanis Plywood Industries.
Namun pada hal kasus di atas bahwa dijelaskan tanah seluas 40 hektare tersebut
3
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 1
yang digarap oleh kelompok tani anak negeri masih ada pemegang hak atas
tanah tersebut yaitu Koperasi Karyawan Kalimanis.
Dari uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik ingin melakukan
penelitian khususnya tentang status tanah garapan Kelompok Tani Anak Negeri di
Kelurahan Sungai Kapih Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda Provinsi
Kalimantan Timur, dimana akan dibahas mengenai upaya hukum yang dapat
dilakukan oleh Kelompok Tani Anak Negeri untuk mendapatkan hak atas tanah
yang telah digarap di Kelurahan Sungai Kapih Kecamatan Samarinda Ilir Kota
Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Agar penulisan berhasil sesuai dengan
yang diharapkan, maka perlu ditetapkan tujuan yang akan dicapai. Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisa status tanah garapan Kelompok Tani
Anak Negeri di Kelurahan Sungai Kapih Kecamatan Sambutan Kota
Samarinda Provinsi Kalimantan Timur.
2. Untuk mengetahui dan menganalisa upaya hukum yang dapat dilakukan
oleh kelompok tani anak negeri untuk mendapatkan hak atas tanah yang
telah digarap di Kelurahan Sungai Kapih Kecamatan Sambutan Kota
Samarinda Provinsi Kalimantan Timur.
Metode Penulisan dari penelitian ini dilakukan dengan jenis penelitian
hukum empiris (empirical law research). Hukum empiris menurut Soerjano
Soekanto terdiri dari penelitian identifikasi hukum dan penelitian terhadap
efektivitas hokum, Jika penelitian empiris mengadakan pengukuran terhadap
peraturan perUndang-undangan tertentu mengenai efektifitasnya, maka definisi-
4
STATUS TANAH GARAPAN KELOMPOK TANI (Adhie Musjahranie)
definisi operasionil dapat diambil dari peraturan perUndang-undangan tersebut.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Live Case Studyyaitu
pendekatan studi kasus pada peristiwa hukum yang dalam keadaan berlangsung
atau belum berakhir. Pada tipe pendekatan ini, peneliti melakukan pengamatan
(observation) langsung terhadap proses berlakunya hukum pada peristiwa
tertentu. Sesuai dengan jenis penelitian dan pendekatan penelitian yang
digunakan, maka lokasi penelitian oleh penulis tentukan di Kota Samarinda. Yaitu:
Kantor Badan Pertanahan Kota Samarinda, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
Kanwil Kalimantan Timur, Kantor Kecamatan Sambutan, dan Kantor Kelurahan
Sungai Kapih. Metode analisis yang akan penulis gunakan terhadap data-data
yang dipakai dalam penulisan ini adalah Deskriptif Kualitatif. Yang dikualitatifkan
artinya menganalisis dan memberikan gambaran dari data-data yang diambil dari
metode pengumpulan data, kemudian data-data tadi dianalisa dan diberikan
gambaran sesuai dengan data hasil kajian pustaka serta data dari lapangan baik
itu dari hasil observasi, wawancara, dan mengenai maksudnya data yang
diperoleh disajikan secara deskriptif dalam bentuk kalimat yang benar, logis dan
sistematis, sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang beragam, dan kemudian
dijadikan dasar dalam menarik kesimpulan.
Pembahasan
1. Status Tanah Garapan Kelompok Tani Anak Negeri di Kelurahan
Sungai Kapih Kecamatan Sambutan Kota Samarinda Provinsi
Kalimantan Timur
1.1.
Penguasaan Lahan Oleh Koperasi Karyawan Kalimanis
berdarsarkan Surat Pelepasan Hak Atas Tanah
5
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 1
Status tanah yang berada di Kelurahan Sungai Kapih Kecamatan
Sambutan seluas 40 hektar tersebut, sebelumnya di kuasai oleh Koperasi
Karyawan Kalimanis, berdasarkan Surat Pelepasan Hak Atas Tanah (SPHT)
yang sebagai bukti alas hak atas tanah yang tercatat di Kelurahan Sungai
Kapih dengan Nomor 616/BH/315.NPWP.1.209.479.3.56 tertanggal 23
Januari tahun 1995 dari pihak Haji Arni selaku anggota 59 pembuka lahan
pertama melepaskan hak atas tanah seluas 40 hektare kepada Koperasi
Karyawan Kalimanis. Namun, Kelompok Tani anak Negeri telah mengolah
tanah seluas 40 hektar tersebut sebagai tanah pertanian dan perkebunan,
selama ± 16 tahun, sejak tahun 1997 hingga tahun 2013. Artinya sudah
selama ± 16 tahun, tanah seluas 40 hektar telah ditelantarkan oleh pihak
Koperasi karyawan Kalimanis, sebagai pihak pemegang kuasa atas tanah
hak tersebut berdasarkan Surat Pelepasan Hak Atas Tanah (SPHT) tercatat
di Kelurahan Sungai Kapih, Nomor: 616/BH/315.NPWP.1.209.479.3.56
tertanggal 23 Januari tahun 1995.4
Surat Pelepasan Hak Atas Tanah (SPHT) yang dimiliki oleh Koperasi
Karyawan Kalimanis, berdasarkan hasil wawancara dengan Kasubsi
Pengaturan Tanah Pemerintah dan bagian Sengketa Kantor Badan
Pertanahan Nasional Kota Samarinda, mengatakan; “SPHT yang merupakan
produk dari Kelurahan sebagai bukti penguasaan terhadap sebidang tanah
tertentu dan merupakan alat bukti kepemilikan sebidang tanah tersebut.
Surat Pelepasan Hak Atas Tanah (SPHT) murupakan bukti kepemilikan hak
4
Hasil wawancara bapak Gasfar Pera selaku Ketua Kelompok Tani Anak Negeri, pada tanggal 16
Oktober tahun 2013 pada pukul 16.00 Wita.
6
STATUS TANAH GARAPAN KELOMPOK TANI (Adhie Musjahranie)
atas tanah dan bukti bahwa Koperasi Karyawan Kalimanis menguasai
bidang tanah tersebut. Maka sangat dianjurkan sekali untuk segera
didaftarkan di kantor pertanahan yang nantinya menjadi status hak milik
atas tanah tersebut serta bersertipikat bagi Koperasi Karyawan Kalimanis”.5
Dengan demikian SPHT hanya merupakan alas bukti pelepasan hak
atas tanah dari 59 orang pembuka lahan pertama kepada Koperasi
Karyawan Kalimanis terhadap tanah seluas 40 hektare dengan Nomor
Surat: 616/BH/315.NPWP.1.209.4793.56, tertanggal 23 Januari 1995.
Selanjutnya, Surat Pelepasan Hak Atas Tanah (SPHT) tersebut akan
menjadi bukti alas hukum dalam melakukan pendaftaran tanah. Jaminan
kepastian hukum pendaftaran tanah atau kebenaran data fisik dan data
yuridis bidang tanah dalam sertipikat, sangat tergantung pada alat bukti
kepemilikan tanah yang digunakan dasar bagi pendaftaran tanah. Di dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah
telah diatur penentuan alat-alat bukti berupa data fisik dan data yuridis
Pasal 12 untuk menentukan adanya hak-hak atas tanah secara jelas dan
bertujuan untuk memberikan kepastian hukum bagi pemilik hak yang
bermaksud mendaftarkan haknya Pasal 2, Pasal 3 dan Pasal Peraturan
Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
Sertipikat Hak atas tanah sebagai hasil akhir proses pendaftaran
tanah berisi data fisik (keterangan tentang letak, batas, luas bidang tanah,
serta bagian bangunan atau bangunan yang ada diatasnya bila di anggap
5
Hasil wawancara dengan Endang selaku kasubsi pengaturan tanah dan Sengketa di kantor Badan
Pertanahan Kota Samarinda pada tanggal 28 Agustus 2013 pada pukul 15.00 WIta.
7
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 1
perlu) dan data yuridis (keterangan tentang status tanah dan bangunan
yang di daftar, pemegang hak atas tanah dan hak-hak pihak lain,serta
beban-beban yang ada di atasnya). Dalam Pasal 1 Angka 20 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, disebutkan
bahwa sertifikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak
pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak
tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang
bersangkutan.
Dengan
memiliki
sertipikat,
maka
kepastian
hukum
berkenaan dengan jenis hak atas tanahnya, subyek hak dan obyek haknya
menjadi nyata. Bagi pemegang hak atas tanah, memiliki sertipikat
mempunyai nilai lebih. Sebab dibandingkan dengan alat bukti tertulis,
sertipikat merupakan tanda bukti hak yang kuat, artinya harus dianggap
benar sampai dibuktikan sebaliknya di pengadilan dengan alat bukti yang
lain. Menurut Undang-undang Pokok Agraria (UUPA), Pasal 19 ayat (2)
menyatakan bahwa sertipikat adalah surat tanda bukti hak atas tanah yang
berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Sertipikat sebagai surat bukti
tanda
hak,
diterbitkan
untuk
kepentingan
pemegang
hak
yang
bersangkutan, sesuai dengan data fisik yang ada dalam surat ukur dan
data yuridis yang telah di daftar dalam buku tanah.
Dengan demikian, filosofis pemberian hak atas tanah kepada
seseorang ataupun badan hukum didasarkan pada diperlukannya untuk
memenuhi kebutuhan pribadi atau usahanya yang nyata, serta adanya
8
STATUS TANAH GARAPAN KELOMPOK TANI (Adhie Musjahranie)
kewajiban untuk menggunakannya. Ini berarti, tanah bukan merupakan
komoditi perdagangan, walaupun dimungkinkan untuk dijual kepada pihak
lain jika ada keperluan. Tanah tidak bisa dijadikan obyek investasi sematamata, lebih-lebih dijadikan obyek spekulasi.
Dalam proses pendaftaran tanah, sertipikat adalah proses terakhir,
sedangkan SPHT adalah alas bukti penguasan hak atas tanah yang akan
digunakan
dalam
mengurus
sertipikat
tanah.
Dengan
demikian,
penguasaan tanah berdasarkan Surat Pelepasan Hak Atas Tanah (SPHT)
oleh Koperasi Karyawan Kalimanis belum cukup sebagai bukti kepemilikan
atas tanah hak seluas 40 hektare. Faktanya, penguasaan tanah hak
tersebut tidak digunakan sesuai fungsi dan kegunaan tanah tersebut
dengan membiarkan tanah hak tersebut terlantar dan dapat di proses
sebagai objek penetapan tanah terlantar.
1.2.
Status Lahan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2010 Tentang Penertiban dan Pendayagunaan
Tanah Terlantar
Pasal 15 UUPA 1960 menegaskan bahwa: “Memelihara tanah,
termasuk menambah kesuburannya serta mencegah kerusakannya adalah
kewajiban tiap-tiap orang, badan hukum atau instansi yang mempunyai
hubungan hukum dengan tanah itu, dengan memperhatikan pihak yang
ekonomis lemah”. Faktanya lahan yang diterlantar oleh Koperasi Karyawan
Kalimanis terletak di Kelurahan Sungai Kapih Kecamatan Sambutan Kota
Samarinda, seluas 40 hektar tidak diusahakan dan telah digarap oleh
Kelompok Tani Anak Negeri sejak tahun 1997 hingga saat ini. Sekalipun
9
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 1
berstatus tanah hak berdasarkan SPHT. Namun, karena tidak dimanfaatkan
atau tidak dipergunakan, akhirnya tanah ini kemudian digarap oleh
masyarakat setempat yang tergabung dalam Kelompok Tani Anak Negeri.
Selanjutnya, menurut Maria S. Sumarjono, bahwa apabila dalam
jangka waktu tanah hak oleh pemegang haknya tidak dimanfaatkan sesuai
dengan sifat dan tujuannya, maka tanah tersebut akan dinyatakan sebagai
tanah terlantar, yang akan menjadi dasar hapusnya hak atas tanah
tersebut untuk kemudian ditetapkan sebagai tanah Negara.6 Perlu diketahui
bahwa anggota-anggota Kelompok Tani Anak Negeri adalah mantan
karyawan dari PT. Kalimanis Plywood Industries, yang mengalami pailit.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti, ditemukan bahwa status
tanah sengketa awal mula merupakan tanah kepemilikan dari Koperasi
Karyawan Kalimanis, tanah hak tersebut kemudian diserahkan hak
pengelolaan kepada PT. Kalimanis Plywood Industries, dimana lahan
tersebut adalah lahan anggota-anggota Kelompok Tani Anak Negeri bekerja
ketika masih sebagai karyawan PT. Kalimanis Plywood Industries. Namun
pernyataan yang disampaikan oleh pihak kelurahan maupun pihak Koperasi
Karyawan Kalimanis tersebut tidak disertai bukti hukum.
Semenjak tahun 1997, tanah tersebut tidak dimanfaatkan oleh PT.
Kalimanis Plywood Industries hingga mengalami pailit dan ditetapkan
statusnya sebagai perusahaan yang mengalami pailit di tahun 2000.
Sejumlah karyawan yang diberhentikan karena pailitnya PT. Kalimanis
6
Maria S. Sumardjono., Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi Politik Dan Budaya.,PT.Kompas Media
Nusantara.,2008., Jakarta: Halaman 16
10
STATUS TANAH GARAPAN KELOMPOK TANI (Adhie Musjahranie)
Plywood Industries, kemudian masyarakat yang tergabung dalam anggota
Kelompok Tani Anak Negeri mengambil inisiatif untuk menggarap lahan
seluas 40 hektare yang ditinggalkan oleh PT. Kalimanis Plywood Industries.
Mantan karyawan ini kemudian mengggarap lahan tersebut sebagai tanah
garapan pertanian dan perkebunan, terhitung sudah 16 tahun sejak tahun
1997 hingga tahun 2013. Pada perjalanan proses penggarapan lahan
tersebut, maka terbentuklah Kelompok Tani anak Negeri.
Saat ini, pengaturan mengenai tanah terlantar terdapat di dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang
Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (Diundangkan di Jakarta
pada Tanggal 22 Januari 2010, Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 16). Sebelumnya, pengaturan mengenai tanah terlantar
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998 tentang
Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar. Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2010 di dalam ketentuan peralihan, pada Pasal 18,
menyatakan bahwa: “Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,
terhadap tanah yang telah diidentifikasi atau diberi peringatan sebagai
tanah terlantar berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998
tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar, dalam jangka
waktu 3 (tiga) bulan ditindaklanjuti sesuai dengan Peraturan Pemerintah
ini”. Selanjutnya, Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 di dalam
ketentuan penutup, pada pasal 19, menyebutkan bahwa: “Pada saat
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah Nomor 36
11
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 1
Tahun 1998 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar dan
peraturan pelaksanaannya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku”.
Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010, menyebutkan
bahwa: “Obyek penertiban tanah terlantar meliputi tanah yang sudah
diberikan hak oleh Negara berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan, Hak Pakai, dan Hak Pengelolaan, atau dasar penguasaan atas
tanah yang tidak diusahakan, tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan
sesuai dengan keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar
penguasaannya”. Sebagaimana telah dipaparkan pada bagian-bagian
sebelumnya, Koperasi Karyawan Kalimanis sebagai pemegang hak atas
tanah hak seluas 40 hektar berdasarkan SPHT tidak menggunakan tanah
hak tersebut sebagaimana fungsi dan kegunaannya selama 16 tahun.
Sehingga terhadap tanah hak tersebut dapat ditetapkan sebagai objek
penetapan tanah terlantar.
2. Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Kelompok Tani Anak
Negeri untuk mendapatkan hak atas tanah yang telah digarap di
Kelurahan Sungai Kapih Kecamatan Sambutan Kota Samarinda
Provinsi Kalimantan Timur
Upaya yang telah dilakukan oleh Kelompok Tani Anak Negeri untuk
memperoleh hak atas tanah lahan terlantar yaitu dengan menyampaikan
surat
permohonan
kepada
Pemerintah
Kota
Samarinda/Walikota
Samarinda, atas nama Gasfar Pera, dengan nomor surat: 01/04/12/Smr,
tanggal 1 April 2012, tentang Lahan Eks BPPN. Maksud surat ini adalah
mengenai permohonan mengenai tanah eks BPPN yang ditelah digunakan
12
STATUS TANAH GARAPAN KELOMPOK TANI (Adhie Musjahranie)
untuk mendapatkan kejelasan atas status tanah tersebut, yang terletak di
Kelurahan Sungai Kapih Kecamatan Sambutan. Selanjutnya, Pemerintah
Kota Samarinda telah melakukan koordinasi dengan pihak Direktorat
Jendral Kekayaan Negara (DJKN) Kanwil Kalimantan Timur pada tanggal 1
Juni 2012.
Dari
kordinasi
yang
telah
dilakukan
dengan
DKJN
Kanwil
Kalimantan Timur, Pemerintah Kota Samarinda telah menerbitkan surat
dengan nomor: Nomor: 030 546/BPK/V2/P12, tanggal 7 Juni 2012, kepada
DKJN Kanwil Kalimantan Timur, menyampaikan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Lahan tersebut bukan merupakan asset Pemerintah Kota Samarinda
tetapi berdasarkan data-data yang disampaikan adalah lahan eks BPPN;
2. Bahwa surat yang disampaikan Kelompok Tani Anak Negeri, atas nama
Gasfar Pera, akan dilanjutkan dan diproses berdasarkan peraturan
perundang-undangan;
3. Kepada Gasfar Pera, dianjurkan untuk melakukan koordinasi dengan
DJKN.
13
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 1
Bagan 1. Upaya yang dapat di tempuh oleh Kelompok Tani Anak
Negeri untuk mendapatkan hak atas tanah terlantar menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Penertiban dan Pendayagunaan
Tanah Terlantar.
Usulan dari Kelompok Tani Anak Negeri
(Pasal 2 PP 11/2010 Tentang Penertiban dan
Pendayagunaan Tanah Terlantar)
Objek Penertiban Tanah Terlantar, tanah Hak Koperasi
Karyawan Kalimanis seluas 40 Hektare (Pasal 2 & 3
PP 11/2010)
Identifikasi dan Penelitian pihak BPN (Pasal 4, 5, 6, &
7 PP 11/2010)
PENETAPAN STATUS TANAH TERLANTAR
(Pengambilalihan Tanah Hak Oleh Negara)
Pasal 9, 10, 11, 12, & 13 PP 11/2010
Permohonan Hak Atas Tanah kepada Negara mealalui
BPN yang dilakukan oleh pihak kelompok Tani Anak
Negeri
Sumber diolah dari Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 Tentang
Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar dan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Terhadap tanah disengketakan pada penelitian ini, belum dilakukan
upaya identifikasi dan penelitian, hingga penetapan status tanah terlantar.
Namun, terhadap tanah tersebut, telah diusahkan penggarapan atas tanah
hak oleh Kelompok Tani Anak Negeri. Penggarapan tanah tersebut sudah
berlangsung selama 16 tahun, sejak tahun 1997 hingga tahun 2013.
14
STATUS TANAH GARAPAN KELOMPOK TANI (Adhie Musjahranie)
Sementara itu, Koperasi Karyawan Kalimanis sebagai pemegang kuasa
tanah hak atas lahan seluas 40 hektar tersebut, tidak menggunakan tanah
tersebut sesuai sifat dan fungsi tujuan pemberian hak, atau tanah hak
tersebut ditelantarkan selama jangka waktu 16 tahun terhitung dari tahun
1997 hingga sekarang.
Pasal 2 Paraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 Tentang
Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar disebutkan bahwa obyek
penertiban tanah terlantar meliputi tanah yang sudah diberikan hak oleh
Negara berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak
Pakai, dan Hak Pengelolaan, atau dasar penguasaan atas tanah yang tidak
diusahakan, tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan
keadaannya
atau
sifat
dan
tujuan
pemberian
hak
atau
dasar
penguasaannya”. Sehingga, tanah seluas 40 hektar dengan pemegang hak
adalah Koperasi Karyawan Kalimanis berdasarkan SPHT merupakan tanah
yang masuk dalam kategori objek penertiban tanah terlantar. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Penertiban dan
Pendayagunaan Tanah Terlantar, maka perlu ditetapkan status lahan
sebagai
objek
penertiban
tanah
terlantar,
dengan
maksud
tidak
dimanfaatkannya tahan tersebut sesuai dengan sifat dan tujuan pemberian
hak atau dasar penguasaannya. Dengan demikian, Kelompok Tani Anak
Negeri dapat mengajukan permohonan hak atas tanah dengan mengajukan
usulan terkait penetapan tanah terlantar atas lahan garapan tersebut, yang
sudah digarap selama 16 tahun.
15
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 1
Dalam hal pengajuan hak atas tanah, Kelompok Tani Anak Negeri
dapat menyampaikan bukti atau keterangan atas tanah terlantar,
sebagaimana di atur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010
Tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar, Pasal 6 angka
(2), meliputi:
a. nama dan alamat Pemegang Hak;
b. letak, luas, status hak atau dasar penguasaan atas tanahdan keadaan
fisik tanah yang dikuasai Pemegang Hak;dan
c.keadaan yang mengakibatkan tanah terlantar.
Penutup
A. Kesimpulan
1. Terhadap tanah seluas 40 hektar yang telah di garap Kelompok Tani Anak
Negeri dari tahun 1997 hingga saat ini di Sungai Kapih Kecamatan
Sambutan dan dikuasai oleh Koperasi Karyawan Kalimanis berdasarkan
SPHT dapat ditetapkan sebagai objek penertiban tanah terlantar karena
tidak digunakan sesuai fungsi dan tujuan di berikan hak atau dasar
penguasaanya itu selama 16 tahun, berdasarkan ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan
Tanah Terlantar Pasal 2. PT. Kalimanis Plywood Industries seharusnya
berkewajiban menjaga dan memelihara tanah tersebut, dijelaskan pula
pada Pasal 15 UUPA 1960 menegaskan bahwa: “Memelihara tanah,
termasuk menambah kesuburannya serta mencegah kerusakannya adalah
kewajiban tiap-tiap orang, badan hukum atau instansi yang mempunyai
16
STATUS TANAH GARAPAN KELOMPOK TANI (Adhie Musjahranie)
hubungan hukum dengan tanah itu, dengan memperhatikan pihak yang
ekonomis lemah”.
2. - Upaya yang telah dilakukan oleh Kelompok Tani Anak Negeri untuk
memperoleh hak atas tanah lahan terlantar saat ini yaitu dengan
menyampaikan
surat
permohonan
kepada
Pemerintah
Kota
Samarinda/Walikota Samarinda, atas nama Gasfar Pera, dengan nomor
surat: 01/04/12/Smr, tanggal 1 April 2012, tentang Lahan Eks BPPN.
Maksud surat ini adalah mengenai permohonan pemerosesan tanah eks
BPPN yang ditelah digunakan untuk mendapatkan kepastian hukum atas
lahan garapan Kelompok Tani Anak Negeri yang terletak di Kelurahan
Sungai Kapih Kecamatan Sambutan, sebagai bukti lahan tersebut bukan
aset dari pemerintah Kota Samarinda. Pemerintah, dalam hal ini instansi
terkait belum melakukan identifikasi dan penelitian atas keadaan tanah
terlantar yang sedang diusahakan oleh para petani penggarap, dalam hal
ini ialah Kelompok Tani Anak Negeri.
-
Berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010
tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar Pasal 2, upaya
yang dapat dilakukan oleh Kelompok Tani Anak Negeri adalah melakukan
permohonan hak atas tanah kepada Negara melalui BPN dengan
melaporkan tanah yang dikuasai koperasi karyawan kalimanis adalah Objek
penetapan tanah terlantar dan dapat dilakukan permohonan hak atas tanah
oleh Kelompok Tani Anak Negeri yang telah menggarap lahan seluas 40
hektare tersebut selama 16 tahun hingga saat ini.
17
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 1
Daftar Pustaka
A. Buku
Arbitrase
dan
Alternatif
Penyelesaian
Priyatama.,
Sengketa.(NewsLetter:Kajian Hukum).
Dirdjosisworo, Soedjono., 1983, Pengantar Ilmu Hukum, Fajar Intrepratama,
Abdulrasyid,
Jakarta.
Friedman, Lawrance M., Sistem Hukum perspektif ilmu sosial, Penerbit Nusa
Media, cetakan kedua, Bandung.
Harsono, Boedi., 2005, Hukum Agraria Indonesia sejarah pembentukan
Undang-undang
Pokok
Agraria
Isi
dan
pelaksanaanya.
Djambatan,Jakarta.
Ilyas., 2005, Konsepsi hak garap atas tanah dlam sistem hukum pertanahan
Indonesia dalam kaitanya dengan ajaran Negara kesejahteraan
Kadir, Muhammad Abdul, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Aditya Citra
Bakti, Bandung.
Kansil, Cristine S.T., 2007, Kitab Undang-Undang Hukum Agraria, Sinar
Grafika, Jakarta.
Kertasapoetra., 1984, Hukum Tanah Jaminan UUPA Bagi Keberhasilan
Pendayagunaan Tanah, Bina Aksara, Jakarta.
Manan, Bagir., 1995, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstisi Suatu Negara,
Mandar Maju, Bandung.
Nasution, Bahdar Johan., 2008, Metode Penelitian Hukum, PT. Mandar Maju,
Bandung.
Parlindungan, A.P., 1999, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar maju,
Bandung.
Rahardjo, Satjipto., 2005, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,Bandung.
Salihendo, Jhon., 1994, Manusia, Tanah hak, dan Hukum, PT. Sinar Grafika,
Jakarta.
Simorangkir, J.C.T., 2008, kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.
Sodiki, Achmad., dan Maladi, Yanis., 2009, Politik Hukum Agraria , Mahkota
Kata, cetakan pertama,Malang.
Soekanto, Soerjono., 2008, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas
Indonesia, Jakarta.
Sumardjono, Maria S., 2008, Tanah dalam perpektif Hak Ekonomi Politik dan
Budaya, PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta.
Supriadi., 2008, Hukum agraria, PT.Sinar Grafika, Jakarta.
Sutedi, Adrian., 2007, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Sinar
Grafika, Jakarta.
18
STATUS TANAH GARAPAN KELOMPOK TANI (Adhie Musjahranie)
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Ketentuan Dasar Pokok-pokok Agraria.
Peraturan Pemerintah Negara Republik Indonesia Nomor 40 tahun 1996
tentang Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha dan Hak Pakai Atas
Tanah.
Peraturan Pemerintah Negara Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah.
Peraturan Pemerintah Negara Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010
tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar.
C. Artikel Internet
Artikel Berjudul, http://eprints.undip.ac.id, Diakses pada tanggal 5 Mei 2013
pada pukul 22:19 Wita.
www.landpolicy.com
D. Skripsi
Amin, Muhammad., 2012, Pengelolaan Lahan Percetakan Sawah di Desa
Sungai Tuak Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser Berdasarkan
Perjanjian Kerjasama Nomor: 520/ 480/ Distan tentang Pemanfaatan
Dana Bantuan Sosial untuk Penyediaan dan Perbaikan Infrastruktur
Pertanian dalam Mendukung Ketahanan Pangan Dalam Rangka
Perluasan Lahan, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Mulawarman,
Samarinda.
Jumiati., 2007, Studi tentang Pengaturan Batas Minimum dan Batas Maksimum
Tanah Pertanian di Kelurahan Lempake, Skripsi, Fakultas Hukum
Universitas Mulawarman, Samarinda.
19
Download