11 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara. Lokasi penelitian secara geografis terletak pada koordinat 490496-494996 N dan 269185-272685 E, berada pada ketinggian 900->1100 m dpl (Gambar 1). Topografi wilayah cukup beraneka ragam berkisar 2%->30%. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah R & D PT. PG Tolangohula Paguyaman. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2013. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: sampel tanah yang diambil dari setiap satuan peta tanah (SPT) serta bahan-bahan untuk analisis di laboratorium. Sementara peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: altimeter, klinometer, kompas, parang, kalkulator, alat tulis menulis, GPS (global positioning system), komputer PC dan perangkat lunak SIG (software Arc View 3.3), Peta Rupa Bumi Lembar Kwandang Skala 1 : 50.000 (Bakosurtanal, 2000), Peta Jenis Tanah Skala 1 : 50.000, Peta Penggunaan Lahan Skala 1:100.000 (JICA, 2000) dan Peta Iklim Skala 1:1.000.000). 3.3 Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei pada tingkat semi detail dengan skala peta 1 : 50.000. Penentuan kelas kesesuaian lahan menggunakan faktor pembatas (limiting factors approach). Secara ringkas penentuan rekomendasi pengelolaan lahan dilakukan dengan mengkombinasikan dua aspek penilaian, yaitu: kesesuaian lahan dan keunggulan wilayah. Pada bagian akhir disajikan waktu tanam (crop calendars) kacang tanah dan kacang hijau. Secara rinci tahapan penelitian ini diuraikan sebagai berikut: a. Persiapan Pada tahap ini dilakukan studi literatur dan pengumpulan alat dan bahan yang dilakukan, serta pengurusan perizinan dan administrasi lain yang berkaitan dengan penelitian ini, disamping itu dilakukan orientasi medan untuk mengetahui 12 gambar daerah penelitian secara unum serta interpretasi peta pendukung untuk mendapatkan informasi yang penting sebagai acuan untuk membuat peta kerja. b. Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang terdiri atas: 1) Data tanah, diperoleh dari hasil survei tanah langsung di lapangan. 2) Data Iklim, yang diperoleh dari Stasiun Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika Provinsi Gorontalo dan stasiun klimatologi dan stasiun iklim yang ada disekitar daerah penelitian. 3) Data Sosial Ekonomi terdiri atas : a) Data primer yang diperoleh dari wawancara langsung dari petani kunci (1 atau 2 petani) sebagai petani kunci yang tinggal di daerah penelitian berupa data produksi, biaya dan pendapatan. b) Data sekunder yang diperoleh dari Kantor Camat dan Desa serta instansi terkait seperti BPS berupa data kependudukan. c. Analisis Data Biofisik Kegiatan pada tahap analisis data terdiri dari dua tahapan yang saling terkait yaitu : 1) Analisa data lapangan Kegiatan ini diwali dengan melakukan penyeragaman skala peta terhadap peta-peta yang belum sama skala petanya, selanjutnya peta-peta tersebut ditumpang tindihkan (overlay) untuk memperoleh peta unit lahan. Kemudian data lapangan setiap unit lahan itu dicocokan (matching) dengan persyaratan penggunaan lahan setiap tipe pemanfaatan lahan (Tabel 1, dan Tabel 2), sehingga di peroleh kelas-kelas kesesuain lahan untuk tipe pemanfaatan lahan dalam bentuk peta kesesuain lahan. 2) Analisis Sistem Informasi Giografi (GIS) Analisis sistem informasi giografi (GIS) Evaluasi kesuaian lahan menggunakan software Arcview GIS 3.3. Hal ini dilakukan untuk menyempurnakan/merevisi data sesuai data yang diperoleh saat pengamatan di lapangan. Kelas kesesuaian lahan ditentukan berdasarkan derajat dan jumlah pembatas yang dimiliki lahan untuk tanaman tumbuh normal dalam hal ini kriteria kelas kesesuaian lahan (Djaenuddin et al. 2003). 13 d. Analisa data sosial ekonomi 1) Analisis Keunggulan Komparatif secara Finansial Sebelum penentuan kelas kesesuain lahan setiap tipe pemanfaatan lahan diperoleh, diawali dengan pendeskripsian situasi yang ada (present situation) yang berkaitan dengan tipe pemanfaatan lahan seperti kondisi fisik, lingkungan, keadaan penduduk, sistem pertanian yang ada, ukuran pertanaian dan pendapatan dari bidang pertanian. Kemudian setelah diperoleh kelas kesesuaian lahan dilanjutkan dengan pendeskripsian setiap tipe pemanfaatan lahan yang ada dan yang direkomendasikan. Selanjutnya setiap tipe pemanfaatan lahan dilakukan analisa usaha tani, dimana analisa usaha tani yang digunakan adalah analisa parsial. Komponen-komponen usaha tani menurut Soekartawi (1995) yaitu: a) Biaya usaha tani merupakan total pengeluaran yang diperlukan dalam suatu usaha tani. Biaya itu sendiri terdiri atas biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang relatif tetap jumlahnya karena tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi, contohnya sewa tanah, pajakiuran irigasi dan biaya tidak tetap (variable cost) yaitu biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi, contohnya biaya sarana produksi. Biaya total (total cost) dapat dihitung dengan persamaan: TC =FC + VC, dimana TC adalah Total cost dan FC adalah Ficed cost dan VC adalah Variable cost. b) Penerimaan usaha tani merupakan perkalihan antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Total penerimaan (total revenue) dapat dihitung dengan persamaan : TR = Yi.Py Dimana TR adalah Total revenue, Y adalah produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani ke-i, Py adalah harga Y. c) Laba kotor usaha tani merupakan hasil pengurangan antara total penerimaan (total revenue) dengan biaya tidak tetap (variable cost). Laba kotor (gross margin) dapat dihitung dengan persamaan: GM = TR-FC 14 Dimana GM adalah gross margin, TR adalah total revenue, FC adalah variable cost. d) Pendapatan bersih merupakan hasil pengurangan antara laba kotor (gross margin) dengan biaya tetap (fised cost) pendapatan bersih petani (net farm income) dapat dihitung dengan persamaan: NFI = GM – FC Dimana NFI adalah net farm income, GM adalah gross margin, FC adalah fised cost. Untuk melihat apakah usaha ini menguntungkan atau merugikan, maka digunakan analias R/C ratio secara finasial. Persamaannya sebagai berikut: a = R/C, dimana R = Py. Y, C = FC + VC Jika nilai R/C>1.10 maka usaha tani itu menguntungkan nilai R/C = 1.10 maka usaha tani itu tidak untung dan juga tidak rugi, sedangkan R/C<1.10 maka usaha tani itu merugi. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk peta kelas kesesuaian lahan bersama informasi sosial ekonomi untuk setiap tipe pemanfaatan lahan tanaman musiman. 2) Analisis Keunggulan Komparatif berdasarkan Sektor Basis a) LQ (location quotient analysis) merupakan suatu teknik analisis yang digunakan untuk menunjukkan lokasi pemusatan/basis (aktifitas) pertanian. Model matematiknya, yaitu: LQ IJ X /X X /X IJ I. .J .. Dimana: Xij: derajat aktifitas ke-j di wilayah ke-i; Xi.: total aktifitas di wilayah ke-i; X.j: total aktifitas ke-j di semua wilayah; dan X..: derajat aktifitas total wilayah b) LI (Localization Index) merupakan salah satu index yang menggambarkan pemusatan relatif suatu aktifitas dibandingkan dengan kecenderungan total di dalam wilayah. Secara umum analisis ini digunakan untuk menentukan wilayah mana yang potensial untuk mengembangkan aktifitas tertentu. Persamaan LI ini 15 bisa dikatakan sebagai bagian dari persamaan LQ. Model matematiknya, yaitu : LI J 1 X X n 2 I 1 IJ .J X X I. .. Aturan untuk menginterpretasikan hasil analisis LI tersebut adalah : 1. Jika nilainya mendekati 0 berarti perkembangan suatu aktifitas cenderung memiliki tingkat yang sama dengan perkembangan wilayah dalam cakupan lebih luas. Tingkat perkembangan aktifitas akan relatif indifferent di seluruh lokasi. Artinya aktifitas tersebut mempunyai peluang tingkat perkembangan relatif sama di seluruh lokasi. 2. Jika nilainya mendekati 1 berarti aktifitas yang diamati akan cenderung berkembang memusat di suatu lokasi. Artinya aktifitas yang diamati akan berkembang lebih baik jika dilakukan di lokasilokasi tertentu. c) SI (Specialization Index) merupakan salah index yang menggambarkan pembagian wilayah berdasarkan aktifitas-aktifitas yang ada. Lokasi tertentu menjadi pusat bagi aktifitas yang dilakukan. Persamaan SI ini bisa pula dikatakan sebagai bagian dari persamaan LQ. Model matematiknya, yaitu : SI I P 12 J 1 X X IJ I. X X .J .. Konvensi yang harus diperhatikan dalam menginterpretasikan persamaan SI tersebut adalah: 1. Jika nilainya mendekati 0 berarti tidak ada kekhasan. Artinya sub wilayah yang diamati tidak memiliki aktifitas khas yang relatif menonjol perkembangannya dibandingkan di sub wilayah lain. 2. Jika nilainya mendekati 1 berarti terdapat kekhasan. Artinya sub wilayah yang diamati memiliki aktifitas khas yang perkembangannya relatif menonjol dibandingkan dengan di sub wilayah lain.