1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Belajar merupakan suatu proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap Winkel (dalam Purwanto, 2009: 39). Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengamatan. Minat terhadap kajian proses belajar dilandasi oleh keinginan untuk memberikan pelayanan pengajaran dengan hasil yang maksimal. Pengajaran merupakan proses membuat belajar terjadi dalam diri anak. Pengajaran bukanlah menginformasikan materi agar dikuasai siswa, tetapi memberikan kondisi agar siswa menguasahakan terjadinya belajar dalam dirinya. Siswa tidaklah dalam kedudukan yang positif, tetapi aktif mengusahakan proses belajarnya sendiri. Oleh karena itu, pengajaran dilakukan untuk membuat siswa melakukan belajar, maka pengajaran kan dilakukan dengan sebaik-baiknya dengan memahami bagaimana proses belajar tejadi pada siswa. Proses belajar merupakan proses yang utuh dan kompleks. Keunikan itu disebabkan karena hasil belajar terjadi pada individu yang belajar, tidak pada orang lain, dan setiap individu menampilkan perilaku belajar yang berbeda. 2 Perbedaan penampilan itu disebabkan karena setiap individu mempunyai karakteristik individualnya yang khas, seperti minat intelegensi, perhatian, bakat, dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai cara yang khas untuk mengusahakan proses belajar yang terjadi dalam dirinya. Individu yang berbeda dapat melakukan proses belajar dengan kemampuan yang berbeda dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Begitupula individu yang sama mempunyai kemampuan yang berbeda dalam belajar aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai materi yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan. Purwanto (2009: 40). Mengemukakan bahwa hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapat karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw material) menjadi barang jadi (finished good). Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya. Perubahan perilaku akibat kegiatan belajar mengakibatkan siswa memiliki penguasaan terhadap materi pelajaran yang diajarkan dalam kegiatan belajar 3 mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pemberian tekanan penguasaan materi akibat perubahan dalam diri siswa setelah belajar. Menurut Soedijarto hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. (dalam Purwanto, 2009: 46). Disimpulkan oleh Purwanto bahwa hasil belajar adalah perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian ini didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Berdasarkan berbagai teori dari pakar tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah capaian perubahan dalam diri siswa sebagai akibat dari proses belajar mengajar. 2.1.2 Hasil Belajar Tolak Peluru Kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada tempat penelitian sebesar 75. Oleh karena itu analisa ketuntasan hasil belajar dilakukan untuk mengetahui pencapaian hasil belajar yang diperoleh siswa setelah menerima penerapan model pembelajaran modifikasi terhadap hasil belajar tolak peluru selama 4 kali pertemuan dalam 2 siklus. Pengukuran pencapaian ketuntasan hasil belajar diukur dengan menggunakan indikator pengamatan yang terdiri dari : (a) cara memegang peluru, (b) cara meletakkan peluru di bawah telinga dekat leher, (c) cara mengambil awalan dengan gaya menyamping (d) cara menolak peluru dan sikap akhir menolak peluru. 4 Hasil belajar siswa yang mencapai pada ketuntasan sebelum dilakukan tindakan siklus sebanyak 7 orang atau sebesar 30,43%, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 15 orang atau sebesar 65,21%, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 20 orang atau atau sebesar 86,95%. Dengan demikian, indikator kinerja terpenuhi pada siklus II, maka penelitian tindakan kelas berhenti pada siklus ini. Hal ini dikatakan bahwa hasil penerapan model pembelajaran modifikasi dapat meningkatkan hasil belajar tolak peluru 2.1.3 Hakikat Tolak Peluru Salah satu gerak dalam lempar adalah tolak peluru. Menurut Mitranto dan Slamet, (2010:29) bahwa tolak peluru adalah salah satu olahraga dengan teknik melempar. Senada dengan hal tersebut Guntur, (2009:51) mengemukakan tolak peluru merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk mencapai lemparan atau tolakan yang sejauh-jauhnya. Peluru yang digunakan terbuat dari besi berbentuk oval dengan berat 3 kg, 4 kg, 5 kg, dan 7 kg. Berbeda dengan pendapat ahli lain, sesuai dengan namanya, tolak peluru dilakukan dengan dilempar melainkan ditolak atau didorong, Jarver (dalam Pujiarto, 2013:3). Tolak peluru yaitu olahraga atletik dengan menggunakan peluru. Peluru dilempar dengan cara ditolakkan. Tolakan ialah gerakan menyalurkan tenaga pada suatu benda yang menghasilkan kecepatan pada benda tersebut dan memiliki daya dorong ke muka yang kuat (Kurniadi, dkk (2010:13). Dalam melaksanakan tolakan, dapat menggunakan gaya menyamping atau membelakangi sektor lemparan. Hal ini dikemukakan oleh Widyastuti dan Suci (2010:21). 5 Gambar 2.1. Peluru (Sumber : Anonim1, 2013.Gambar Peluru. http://www.gambarpeluru.co.id.) Menurut Widyastuti, dan Agus, (2010:21) terdapat beberapa teknik dasar dalam tolak peluru, diantaranya: a. Cara Memegang Peluru Supaya dalam menolak peluru dapat berhasil secara maksimal dan tidak jatuh, maka perlu memperhatikan cara-cara memegang peluru dengan benar. Ada pun cara memegang peluru, sebagai berikut: 1) peluru di letakan pada telapak tangan dan dipegang jari-jari tangan; 2) peluru diletakan di atas jari telunjuk, tengah dan jari manis. Sedang ibu jari dan kelingking menahan peluru di samping; 3) peluru diletakan di atas jari-jari, sedang ibu jari sebagai penahan. Gambar 2.2 Tiga Cara Memegang Peluru (Sumber: Widyastuti dan Agus, 2010:21) 6 b. Cara Meletakkan Peluru Setelah Peluru dipegang dengan benar, kemudian peluru ritempelkan pada leher di bawah rahangdan didukung dengan tangan. Peluru bagian atas menempel pada dagu dan siku tidak lebih dari 90o (Widyastuti, dan Agus, 2010:21) Gambar 2.3 Cara Meletakan Peluru (Sumber: Widyastuti dan Agus, 2010:21) c. Teknik Menolak Peluru Menurut Roji, (2006:38) Teknik menolak peluru dengan awalan menyamping meliputi: 1. Tahap persiapan : a. Berdiri kedua kaki dibuka selebar bahu, posisi menyamping arah tolakan. b. Peluru diletakkan pada leher di bawah rahang. c. Tangan kiri lurus dan rileks ke arah tolakan untuk menjaga keseimbangan. d. Pandangan ke arah tolakan. 2. Tahap gerakan : a. Tarik kaki yang berada di depan merapat kaki belakang agak menyilang ke belakang, lalu ayunkan ke depan sejauh mungkin dengan sedikit terangkat ke atas hingga kaki belakang bergeser ke depan. 7 b. Pada saat kaki diayunkan ke depan menyentuh tanah, putar pinggang ke depan dan dada menghadap arah tolakan. c. Dorong lengan yang memegang peluru ke depan atas membentuk sudut ± 45°. d. Saat peluru sudah berada pada titik terjauh dari badan (lengan lurus), lepaskan peluru dari genggaman tangan dibantu oleh pergerakan pergelangan tangan dan jari-jari tangan. e. Pandangan ke arah tolakan. 3. Akhir gerakan : a. Kaki kanan digerakkan ke depan menggantikan kaki kiri hingga tumpuan berpindah pada kaki kanan. b. Badan condong ke depan. c. Kaki lurus ke belakang rileks dengan lutut agak tertekuk tergantung. d. Pandangan ke arah tolakan. (Roji, 2006 : 38) Gambar 2.4. Rangkaian Teknik Menolak Peluru (Sumber: http://novanramadhani.files.wordpress.com/) Hal yang perlu diperhatikan dalam Teknik Tolak Peluru adalah cara memegang awalan gerakan tolakan sikap badan saat menolak. Ketentuan diskualifikasi/kegagalan peserta tolak peluru meliputi : 8 a. Menyentuh balok batas sebelah atas b. Menyentuh tanah di luar lingkaran c. Keluar masuk lingkaran dari muka garis tengah d. Dipangil selama 3 menit belum menolak e. Peluru ditaruh di belakang kepala f. Peluru jatuh di luar sektor lingkaran g. Menginjak garis lingkar lapangan h. Keluar lewat depan garis lingkar i. Keluar lingkaran tidak dengan berjalan tenang j. Peserta gagal melempar sudah 3 kali lemparan. Gambar 2.5. Lapangan Tolak Peluru (Sumber : Nugraha, 2010:63) Ketentuan Lapangan Tolak Peluru yaitu : a. Lingkaran tolak peluru harus dibuat dari besi, baja ata bahan lain yang cocok yang dilengkungkan, bagian atasnya harus rata dengan permukaan tanah luarnya. Bagian dalam lingkaran tolak dibuat dari emen , aspal atau bahan lain yang padat tetapi tidak licin. Permukaan dalam lingkaran tolak harus datar anatara 20 mm sampai 6 mm lebih rendah dari bibir atas lingkaran besi. 9 b. Garis lebar 5 cm harus dibuat di atas lingkaran besi menjulur sepanjang 0.75 m pada kanan kiri lingkaran garis ini dibuat dari cat atau kayu. c. Diameter bagian dalam lingkaran tolak adalah 2,135 m. Tebal besi lingkaran tolak minimum 6 mm dan harus dicat putih. Sudut yang dibentuk untuk arah tolakan adalah 45 derajat. d. Balok penahan dibuat dari kayu atau bahan lain yang sesuai dalam sebuah busur/lengkungan sehingga tepi dalam berhimpit dengan tepi dalam lingkaran tolak, sehingga lebih kokoh. e. Lebar balok 11,2-30 cm, panjangnya 1,21-1,23 m didalam, tebal 9,8-10,2 cm. Anonim2, (http://www.gambarlapangantolakpeluru.co.id) 2.1.4 Model Pembelajaran Secara umum istilah model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Sedangkan pembelajaran merupakan upaya untuk meningkatkan hasil belajar. Kegiatan pembelajaran dianggap penting karena dapat menjadikan siswa untuk mempelajari mata pelajaran geografi misalnya. Disamping itu juga dapat menjadikan anak didik akan mendapat petunjuk yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga pada akhir pembelajaran siswa dapat menguasainya. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Sagala (2009 : 57) bahwa model pembelajaran adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, desain pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar dengan bantuan program 10 komputer, dengan kata lain adalah bantuan alat-alat yang mempermudah siswa dalam proses belajar”. Winataputra (2007: 90) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mangajar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola yang menerangkan bagaimana mempermudah cara belajar siswa di dalam kelas dengan menggunakan alat-alat bantu dalam rangka pencapaian tujuan belajar yang baik. Model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, yang berfungsi sebagai pedoman guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola lingkungan pembelajaran dan mengelola kelas. Dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran diperlukan perangkat pembelajaran yang dapat disusun dan dikembangkan oleh guru. 2.1.5 Model Pembelajaran Modifikasi Secara umum modifikasi diartikan sebagai usaha untuk mengubah atau menyesuaikan. Namun secara khusus modifikasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menciptakan dan menampilkan sesuatu hal yang baru, unik, dan menarik (http://sumbarahambali.blogspot.com/). Dengan melakukan modifikasi sarana maupun prasarana, tidak akan mengurangi aktivitas siswa dalam 11 melaksanakan pelajaran pendidikan jasmani (http://pojokpenjas.blogspot.com/). Modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru agar proses pembelajaran dapat mencerminkan “Developmentally Aproppriate Practice” (DAP). Esensi Modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunnya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya seperti yang dikembangkan oleh Samsudin (2008:58). Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi lebih terampil. Senada dengan Lutan, (dalam Samsudin, 2008:72) menyatakan bahwa modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan, dengan tujuan agar siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran, meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi dan dapat melakukan pola gerak secara benar. Pendekatan ini dimaksudkan agar materi dapat disajikan sesuai dengan tahapan perkembangan siswa, baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Keunggulan dari pembelajaran modifikasi menurut Soepartono, (2004:32) meliputi: (1) menumbuhkan perubahan interaksi dalam pembelajaran yaitu guru lebih akrab dengan siswa dan terbuka terhadap respon siswa; (2) kehadiran siswa dalam kegiatan pembelajaran menjadi lebih meningkat. Ini ada kaitannya dengan meningkatnya kegairahan siswa mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani, seperti dilaporkan pula banyak siswa meminati pendidikan jasmani setiap hari; (3) pembelajaran berkembang karena substansi dan proses belajar mengajarnya 12 selaras dengan sifat anak suka bermain sebagai kebutuhan dasar mereka. Melalui ujicoba di kelas partisipasi siswa dan guru tinggi sehingga merangsang kreativitas mereka terutama dalam pengembangan sumber belajar; (4) waktu pembelajaran lebih efisien dan aktivitas pembelajaran lebih bervariasi; (5) pelaksanaan pembelajaran tidak terikat dengan sarana dan prasarana standar olahraga, melainkan dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di sekolah dan sekitarnya, misalnya kardus, daun kering, bangku, ranting, dan lain-lain; (7) guru pendidikan jasmani tidak merasa terbebani dan dapat menerima kurikulum berbasis kompetensi dan model pembelajaran dengan pendekatan modifikasi; (8) guru merasakan adanya inovasi pergeseran nilai dari pembelajaran yang berorientasi pada pengayaan gerak dasar . 2.1.6 Pembelajaran Modifikasi Pada Tolak Peluru Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran yang dimodifikasi dalam bentuk permainan. Pembelajaran tolak peluru di sekolah dasar akan lebih menarik apabila divariasikan dalam beragam variasi permainan, hal ini akan mempermudah siswa dalam menerima proses pembelajaran. Bahkan menurut Samsudin, (2008:59) aktivitas permainan lebih mengarah kepada kegiatan bermain. Karakteristik kegiatan bermainnya dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan peragaan ketangkasan fisik, yang bentuknya meliputi aktivitas keterampilan, kesegaran jasmani, atau kombinasi dari keduanya. Ada pula yang berpendapat bahwa permainan bermanfaat bagi perkembangan biologis dan juga pendidikan. Melalui permainan dapat dikembangkan kestabilan dan pengendalian 13 emosi yang sangat penting bagi keseimbangan mental. Melalui permainan juga dapat dikembangkan kecepatan proses hubungan hidup antara indiv idu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, bahkan antara negara dan bangsa sedunia. Menurut Roji, (2006:39) model pembelajaran tolak peluru gaya menyamping dapat dimodifikasi kebentuk permainan seperti menolak bola tenis. Model pembelajaran ini dilakukan dengan dua cara yaitu : a) Menolak peluru dari depan dada menggunakan dua tangan. b) Menolak peluru dari sikap menghadap arah tolakan menggunakan satu tangan. Diawali dengan gerak melangkah kaki kanan ke depan hingga bahu kiri menghadap arah gerakan. Agar tidak membahayakan, gerakan ini dilakukan bisa berpasangan dan berhadapan atau dalam formasi berbanjar/lingkaran. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan di sekolah dasar harus benar-benar mencapai tujuannya. Penyampaiannya dapat dipermudah dengan 1) pemilihan metode ajar, 2) pemilihan materi ajar, 3) strategi dan model pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar guru tidak bertindak sebagai seorang diktator yang hanya mendikte, namun juga menggali kemampuan siswa. Proses tersebut diharapkan terjadi sebuah interaksi pembelajaran positif. 2.2 Hipotesis Tindakan Jika menggunakan model pembelajaran modifikasi, maka hasil belajar tolak peluru pada siswa kelas V SDN 7 Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango dapat ditingkatkan? 14 2.3 Indikator Kinerja Adapun indikator kinerja dalam penelitian ini adalah: Jika kemampuan siswa kelas V SDN 7 Tilongkabila terhadap gerak dasar tolak peluru telah meningkat menjadi 75 % ke atas, maka penelitian ini dinyatakan selesai.