hasil rdg januari_koran tempo

advertisement
STABILITAS MAKROEKONOMI TERJAGA, BI RATE TURUN
JANUARI 2016
PERKEMBANGAN TERKINI : 6 FAKTOR UTAMA
Risiko ekonomi global sudah berkurang, meskipun masih dibayangi beberapa
tantangan. Sementara itu, stabilitas ekonomi domestik terjaga yang ditandai
oleh membaiknya beberapa indikator ekonomi utama.
EKONOMI GLOBAL
Ketidakpastian di pasar keuangan global mereda.
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA TAHUN 2015
1
5
Kenaikan suku bunga Amerika Serikat (FFR) dilakukan secara
bertahap dan telah diantisipasi oleh pelaku pasar.
Pemulihan ekonomi global masih terbatas, terutama di Tiongkok,
Eropa, dan Jepang.
Harga komoditas dan minyak dunia masih menurun
Rebalancing ekonomi Tiongkok yang masih terus berlanjut
DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN
5,0%
(yoy)
G
C
2%
2
Perkiraan
2015
Pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada triwulan IV 2015
diperkirakan belum menunjukkan
perbaikan secara signifikan,
meskipun telah dilakukan stimulus
fiskal dan relaksasi kebijakan
makroprudensial.
4,8%
(yoy)
Perbaikan Konsumsi dan Investasi
Pemerintah (G) memberi stimulus
pada ekonomi.
X
Konsumsi swasta (C) relatif stabil,
namun terdapat indikasi adanya
penurunan tabungan dan
pendapatan.
I
13 Miliar Dolar AS.
Perkiraan membaiknya neraca perdagangan barang tersebut didorong oleh naiknya
surplus neraca perdagangan nonmigas dan menurunnya defisit neraca perdagangan
migas.
Inflasi 2015 turun signifikan dibanding tahun sebelumnya, dari 8,36% (secara
tahunan) menjadi 3,35% (secara tahunan). Penurunan inflasi ini juga dibantu oleh
harga minyak dunia dan harga komoditas yang dalam tren menurun.
3
0,39%
4,84%
3,95%
(yoy)
(yoy)
(yoy)
(yoy)
6
STABILITAS SISTEM KEUANGAN (SSK)
Likuiditas cukup tinggi.
Rasio Kecukupan Modal
Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga
(CAR)
(DPK)
21,1%
NPL gross
2,7%
19,4%
Pertumbuhan DPK
9,8% (yoy)
7,7% (yoy)
Return on Asset (RoA)
Biaya Operasional/Pendapatan Operasional
(BOPO)
4,1%
(yoy)
Debt Service Ratio (DSR) korporasi
Efisiensi menurun
IMPOR + PEMBAYARAN
UTANG LUAR NEGERI
PEMERINTAH
Jumlah tersebut di atas standar kecukupan
internasional (sekitar 3 bulan impor)
NILAI TUKAR RUPIAH
SISI
EKSTERNAL
66,9% (yoy)
Ketidakpastian di pasar keuangan
global setelah kenaikan FFR pada 17
Desember 2015 dan kepastian bahwa
kenaikan FFR ke depan secara
bertahap mendorong kembalinya
aliran modal asing ke dalam negeri.
SISI
DOMESTIK
Kinerja Rumah Tangga (RT) menurun
84,5% (yoy)
Pertumbuhan DPK RT
Rp13.785
per US$
Optimisme terhadap prospek ekonomi
meningkat.
Namun kondisi stabilitas sistem keuangan masih menghadapi tantangan berupa :
Intermediasi melambat
Kinerja korporasi non keuangan menurun
Pertumbuhan Kredit
7,4 BULAN
Rupiah mengalami penguatan seiring dengan menurunnya
ketidakpastian di pasar keuangan global. Dibandingkan
dengan negara-negara berkembang lain, Rupiah mengalami
penguatan paling signifikan dalam triwulan IV 2015.
Dipengaruhi oleh:
4
Risiko kredit terjaga
Ketahahan permodalan menguat
ATAU
US$ 105,9 Miliar
didukung oleh :
- Penerbitan global bond
- Penarikan pinjaman LN Pemerintah
- Penerimaan hasil ekspor migas
Stabilitas Sistem Keuangan tetap solid ditopang oleh ketahanan permodalan yang
meningkat dan likuiditas perbankan yang cukup tinggi.
IMPOR
CADANGAN DEVISA
DESEMBER 2015
IHK
3,35%
7,7 BULAN
CADANGAN DEVISA
INFLASI
Inflasi Inti
(Core)
terhadap PDB.
Surplus neraca perdagangan barang Indonesia selama 2015 diperkirakan
mengalami perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya, dari sebesar 7 Miliar Dolar
AS menjadi
Investasi (I) swasta juga masih
lemah sejalan dengan menurunnya
kinerja perusahaan.
Inflasi Bahan
Makanan Bergejolak
(Volatile Food)
Surplus TMF diperkirakan lebih rendah
dibanding tahun sebelumnya. Hal
tersebut diakibatkan oleh ekspektasi
pelaku pasar terhadap perbaikan
ekonomi AS yang menyebabkan
keluarnya modal dari negara-negara
berkembang.
NERACA PERDAGANGAN BARANG
Pertumbuhan ekspor (X) masih tertahan
akibat permintaan global yang masih
lemah dan harga komoditas yang turun.
Inflasi Harga yang
Diatur Pemerintah
(Administered Prices)
TRANSAKSI MODAL & FINANSIAL (TMF)
Defisit transaksi berjalan sepanjang tahun
2015 terus membaik dibandingkan tahun
sebelumnya, yaitu dari 3,1%, diperkirakan
menjadi sekitar
PERTUMBUHAN EKONOMI
2014
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) untuk keseluruhan tahun 2015
diperkirakan mengalami defisit, namun lebih baik dari perkiraan semula.
Reformasi struktural pemerintah yang
konsisten
Penggunaan mata uang Rupiah di wilayah
NKRI. dan kredibel melalui rangkaian paket
kebijakan.
Kebijakan moneter yang berhati-hati dan
terukur.
4,01% (yoy)
PROSPEK KE DEPAN
RISIKO
Bank Indonesia masih mewaspadai berbagai risiko, seperti:
Y
Munculnya kembali
ketidakpastian terkait dengan
rencana kenaikan Fed Fund
Rate (FFR).
Risiko capital outflows yang
bersumber dari perkembangan
setiap saat (tail risk) di pasar
keuangan Tiongkok.
Perlambatan
ekonomi Tiongkok terutama
melalui jalur perdagangan.
Risiko likuiditas terkait dengan
rencana penerbitan Surat Utang
Negara (SUN) dengan jumlah lebih
besar pada awal tahun.
Pertumbuhan ekonomi
Indonesia diperkirakan akan
meningkat pada tahun 2016
Inflasi diperkirakan akan
berada pada sasaran
inflasi 2018
5,2-5,6% (yoy)
3,5±1% (yoy)
Pada 2016 pertumbuhan
kredit diperkirakan akan
terus meningkat
12-14%
BAURAN KEBIJAKAN (POLICY MIX)
FOKUS KEBIJAKAN BI
BI RATE
Bank Indonesia memandang bahwa ruang bagi pelonggaran
kebijakan moneter semakin terbuka dengan terjaganya stabilitas
makroekonomi, serta mempertimbangkan pula dengan meredanya
ketidakpastian pasar keuangan global pascakenaikan Fed-Fund Rate
(FFR).
TURUN 0,25%
7,25%
Rapat Dewan
Gubernur (RDG)
Bank Indonesia
pada 13-14 Januari
memutuskan:
Suku Bunga Lending Facility
TURUN 0,25%
7,75%
Mencapai
sasaran
inflasi
Selengkapnya dapat dilihat di
website Bank Indonesia
Penurunan BI Rate secara terukur diharapkan dapat memperkuat
pelonggaran kebijakan makroprudensial dan penurunan Giro Wajib
Minimum (GWM) yang telah dilakukan sebelumnya.
Suku Bunga Deposit Facility
TURUN 0,25%
5,25%
4±1%
pada 2016
dan 2017
Pelonggaran lebih lanjut akan dilakukan setelah asesmen
menyeluruh terhadap perekonomian domestik dan global dengan
tetap menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi dengan
Pemerintah dalam pengendalian inflasi, penguatan stimulus
pertumbuhan, dan reformasi struktural, sehingga mampu menopang
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Bank Indonesia
Call Center BI : 131
Download