26. Anang Pribady - MMT – ITS

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
PERANCANGAN SISTEM KOLABORASI SUPPLY CHAIN UNTUK
MEMPERCEPAT PERTUMBUHAN UKM
Anang Pribady, Janti Gunawan, dan Budisantoso Wirjodirdjo
Pasca Sarjana Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
60111 Indonesia, E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Usaha Kecil dan menengah (UKM) memiliki peran yang sangat penting bagi
pertumbuhan perekonomian Indonesia seperti kontribusi pada PDB nasional dan penyerapan
tenaga kerja. UKM bukan tanpa masalah, kecilnya skala, usaha, kurangnya modal, kurangnya
pengetahuan, ketidakmampuan manajemen usaha dan kurangnya akses pasar menjadi masalah
umum UKM. Untuk mengatasi masalah-masalah UKM tersebut salah satunya dapat dilakukan
dengan menjadi bagian dari sebuah supply chain melalui strategi kolaborasi dalam bentuk
koperasi. Dengan model kolaborasi yang benar harapannya UKM dapat mengatasi masalah
masalah tersebut. Model kolaborasi disusun dengan menggunakan pendekatan sistem dinamik
karena kolaborasi UKM memiliki variable yang kompleks dan keterkaitan antar variabelnya
tinggi. Model yang dibuat dapat digunakan untuk merubah beberapa variabel dan melihat
hasilnya sehingga model ini dapat dijadikan bahan pertimbangan sbelum menentukan harga,
kualitas bahan baku, safety stock dan pengaruhnya pada market share. Dari hasil simulasi
didapatkan bahwa menjaga kepercayaan baik itu kepercayaan pemasok, pelanggan maupun
UKM sebagai anggota dalam kolaborasi sangat berpengaruh pada performa supply chain
UKM. Dengan menjaga kepercayaan masing masing stake holder terlihat perubahan
signifikan pada perkembangan performa supply chain dan pengaruhnya pada pertumbuhan
UKM.
Kata kunci : UKM, supply chain, kolaborasi, sistem dinamik
PENDAHULUAN
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu isu kunci di banyak negara
baik di negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia. Pembangunan sektor
UKM sangat penting untuk memperkuat industri besar sebagai pendukungnya (Kameyama
and Kobayashi 2001). UKM merupakan cikal bakal industri besar dimasa depan karena setiap
industri besar memiliki pengalaman memulai sebagai industri kecil. Tambunan (2002)
menyatakan bahwa industri kecil dapat merespon lebih cepat dan lebih fleksibel dibandingkan
dengan industri besar dalam menghadapi perubahan kondisi yang mendadak. Walaupun tidak
menampik kenyataan, banyak industri kecil yang merasakan dampak krisis.
UKM dengan perannya yang sangat besar bukan tanpa hambatan. UKM memiliki tantangan
struktural dan operasional yang perlu segera diatasi jika pembangunan ekonomi ingin dicapai,
karena mereka adalah mesin pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja dan transformasi sosial
ekonomi (Eyaa et al. 2010). Pengembangan UKM di Indonesia juga tak luput dari berbagai
masalah, baik itu masalah internal maupun eksternal.
Masalah umum yang sering dihadapi oleh UKM adalah keterbatasan modal kerja atau
modal investasi, kemampuan dalam mendapatkan bahan baku yang murah dengan kualitas
yang baik dan harga yang terjangkau, teknologi, sumberdaya manusia, kemampuan
managerial, informasi pasar, pemasaran, jaringan dan distribusi (Tambunan 2002), sedangkan
menurut Eyaa dan Ntayi (2010), kendala yang mempengaruhi kinerja UKM adalah daya saing
ISBN : 978-602-97491-6-8
A-26-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
dan kelangsungan hidup mereka, termasuk keterbatasan informasi pada pilihan pembiayaan,
pasokan yang tidak memadai dan mahal serta keterbatasan akses pada jaringan yang
diperlukan untuk peningkatan daya saing.
Keterbatasan-keterbatasan UKM seperti yang dijelaskan di atas perlu untuk disiasati
agar mereka dapat bersaing dan memiliki nilai kompetitif. Menurut Berry (1997)
keterbatasan-keterbatasan yang ada pada UKM menuntut UKM untuk berkolaborasi dengan
industri besar. Berry juga mengatakan bahwa
untuk mempercepat kemampuan
enterpreneurship, salah satu satu penentu utama dalam percepatan pembangunan UKM adalah
pembentukan hubungan antara industri besar dan UKM melalui pengaturan subkontrak.
Ketika bicara tentang subkontrak maka tidak akan pernah lepas dari supply chain.
Dalam sebuah supply chain, perusahaan adalah sekuat supply chain terlemahnya (koh
et al 2006) dalam (Eyaa et al. 2010). Dimana jika ada satu rantai yang lemah maka kinerja
dari supply chain tersebut adalah sekuat rantai terlemah tersebut. UKM sebagai salah satu
rantai dalam sebuah sistem supply chain mejadi elemen yang tidak bisa diabaikan. Kinerjanya
dalam supply chain akan mempengaruhi kinerja seluruh supply chain yang ada. Implikasinya
adalah bahwa agar dapat bersaing di pasar, UKM harus mengatasi kinerja supply chain
mereka dan juga mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam kinerja supply chain
mereka. Sebuah studi UKM di Thailand oleh Visara dan Hunt (2008) menetapkan bahwa
banyak pemilik dan manajer UKM tidak memiliki pengetahuan yang cukup pada praktek
bisnis serta kapasitas untuk menilai kinerja supply chain mereka (Eyaa et al. 2010).
Eyaa dan Ntayi (2010) telah meneliti tentang faktor yang mempengaruhi kinerja
supply chain pada UKM, penelitian yang dilakukan berpijak pada penelitian Simatupang
(2005) bahwa variabel yang berpengaruh pada kinerja kolaborasi supply chain adalah variabel
information sharing, decision synchronization dan incentive aligment. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa variabel decision synchronization tidak berdampak signifikan pada kinerja
supply chain. Namun belum ditemukan jurnal yang menjelaskan lebih lanjut tentang
perbedaan variabel signifikan dengan penelitian sebelumnya. Metode yang dipakai dalam
penelitian tersebut adalah metode regresi hirarki, dimana pada metode ini tidak dapat
menjelaskan perubahan perubahan variabel yang terjadi akibat umpan balik informasi, selain
itu juga tidak ada penjelasan tentang interdependensi yang terjadi pada masing masing
variabel. Pada penelitian tersebut, juga belum mempertimbangkan kelemahan UKM
dibandingkan industri besar, sehingga variabel yang digunakan belum mencerminkan
keseluruhan faktor yang berpengaruh pada kinerja supply chain UKM. Salah satu kelemahan
mendasar UKM adalah kurangnya kemampuan managerial dan koneksi. Nilai pengaruh
variabel yang hanya sebesar 29,4 persen pada penelitian yang dilakukan Ntayi dan eyaa
(2010) diduga karena tidak memasukkan variabel yang menjadi kelemahan UKM dan tidak
adanya informasi umpan balik sebagai dasar untuk kegiatan setelahnya. Dalam sistem sosial
ekonomi keterkaitan antar variabel juga penting, karena variable-variabel tersebut saling
berinteraksi satu sama lain.
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah sistem dynamic karena yang
akan disimulasikan adalah ekosistem dari supply chain yang berpengaruh pada kinerja supply
chain tersebut. Kolaborasi sendiri merupakan aspek yang dibangun dan berkembang terhadap
perubahan waktu.
System dynamic mempelajari dan mengatur sistem umpan balik yang kompleks,
seperti yang sering ditemukan dalam sistem bisnis dan sosial. Secara konseptual, konsep
umpan balik merupakan inti dari pendekatan sistem dinamik. Diagram loop umpan balik
informasi dan lingkaran sebab akibat adalah alat untuk mengkonseptualisasikan struktur
sistem yang kompleks dan untuk mengkomunikasikan model berbasis wawasan. Secara
intuitif, umpan balik terjadi ketika informasi yang dihasilkan dari beberapa tindakan bergerak
ISBN : 978-602-97491-6-8
A-26-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
melalui sistem dan akhirnya kembali dalam beberapa bentuk ke titik asal, berpotensi
mempengaruhi tindakan di masa depan (www.systemdynamic.org). Umpan balik dalam hal
ini memiliki arti bahwa situasi X mempengaruhi Y dan sebaliknya Y mempengaruhi X, yang
mungkin terjadi melalui suatu rantai sebab akibat (Arvitrida 2008). Demikian juga dalam
kolaborasi supply chain, contoh dalam variabel information sharing (X) terhadap kinerja
supply chain (Y), semakin berkualitas dan lengkap informasi yang diberikan, semakin baik
pula kinerja supply chain, peningkatan kinerja akan meningkatkan kepercayaan member
supply chain, hal ini akan membuat kemauan untuk sharing informasi pada waktu berikutnya
semakin besar. Pola ini terjadi di dunia nyata namun tidak dapat direpresentasikan dalam
penelitian yang dilakukan sebelumnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan strategi terbaik dalam rangka
mempercepat pertumbuhan UKM melalui kolaborasi supply chain. Startegi terbaik didapat
dari simulasi model kolaborasi supply chain UKM dengan terlebih dahulu memastikan
variabel-avariabel yang berpengaruh pada kinerja kolaborasi UKM dalam Supply chain
METODA
Pada Penelitian ini objek penelitian yang diambil adalah koperasi UKM Industri Batik.
Pemilihan koperasi sebagai model kolaborasi dipilih dengan beberapa alasan diantaranya
karena Koperasi meiliki badan hokum yang jelas yang dapat dijadikan sebagai bargaining
terhadap badan usaha yang lain yang akan diajak kerjasama, dan beberapa azas koperasi yang
bertujuan mensejahterakan anggotanya. SDM pengurus Koperasi memiliki latar belakang
pendidikan memadai untuk dapat ditingkatkan kompetensinya, dimana 50,6% adalah lulusan
SLTA dan 42.4% adalah lulusan sarjana (2012), seperti tertera pada gambar 5.3 tentang
komposisi latar belakang pendidikan pengurus koperasi.
Koperasi UKM memiliki beberapa jenis kolaborasi diantaranya adalah kolaborasi dengan
pemasok, kolaborasi dengan pembeli/distributor serta kolaborasi UKM sendiri sebagai
anggotanya . dari masing masing kolaborasi tersebut kepercayaan merupakan factor yang
penting untuk memastikan kerjasama berjalan dengan baik.
Pemodelan dimulai dengan membuat konseptual model kolaborasi supply chain UKM. Model
awal Kolaborasi dibuat sebagai acuan dasar dalam menentukan langkah dan kebutuhan data
selanjutnya. Gambar berikut merupakan konsep awal yang dibangun berdasarkan hipotesa
hasil studi literature
Gambar 1 Konseptual model awal
ISBN : 978-602-97491-6-8
A-26-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Studi Sistem Kolaborasi Supply Chain UKM
Tahapan awal yang dilakukan adalah studi literatur tentang kolaborasi supply chain di
UKM yang pernah diteliti sebelumnya. Pada tahap ini akan di pelajari tentang apa itu supply
chain, bagaimana penerapannya dalam UKM, bagaimana metode kolaborasi supply chain di
UKM, sampai pada pengukuran kinerja supply chain di UKM. Dalam studi literatur juga
memahami peran kepercayaan dalam suksesnya sebuah kolaborasi dan bagaimana memilih
metode atau pendekatan yang dapat mengakomodasi kebutuhan dalam penelitian ini.
Pembuatan Model Awal
Pada tahapan ini, model mulai dibangun dengan penetapan variabel-variabel yang
berpengaruh pada sistem pengembangan UKM baik itu variabel yang bisa kita kendalikan
(internal) maupun variabel yang tidak dapat kita kendalikan (eksternal). Variabel-variabel ini
didapat dari studi literatur dan studi lapangan yang dilakukan sebelumnya.
Setelah identifikasi variabel kemudian identifikasi causal loop atau diagram sebab akibat dari
masing masing variabel, pada tahapan ini semua keterkaitan langsung dari masing masing
variabel ditentukan hubungannya apakah itu positif atau negatif. Hasil dari tahapan ini akan
didapatkan beberapa diagram sebab akibat yang nantinya akan digabung menjadi sebuah
sistem utuh.
Pengumpulan data
Pengambilan data pada tahap ini didasarkan pada variabel-variabel yang ada pada
model konseptual, dimana diagram sebab akibat yang ada tersebut dicari data riilnya,
pengumpulan data pada tahap ini dilakukan dengan wawancara dengan pelaku di UKM yang
ditetapkan sebagai studi kasus. Untuk mempermudah proses wawancara, disiapkan daftar
pertanyaan dengan topik pertanyaan berkisar tentang kerjasama dengan Pemasok, kerjasama
dengan pelanggan dan manajemen koperasi dalam mengelola UKM sebagai anggotanya.
Perancangan Model Simulasi
Causal loop yang telah disusun kemudian dibuat formulasi matematis sebab akibatnya
sedemikian rupa sehingga mewakili kondisi data yang sebenarnya dengan data observasi
sebagai dasar formulasinya. Pada tahap ini juga dilakukan perancangan model simulasi
dengan konsep stock & flow diagram menggunakan perangkat lunak Vensim. Langkah
pertama yang dilakukan adalah mendesain satu loop dan memasukkan formula matematisnya.
Pembuatan formula matematis dilakukan dengan menganalisa data yang didapat, berupa
kolerasi antar variabel.Setelah dianggap sesuai maka dilanjutkan dengan menambahkan loop
berikutnya pada file simulasi. Perancangan ini dibuat sampai semua entitas yang berpengaruh
sudah dimasukkan kedalam model simulasi, dan model siap dijalankan.
ISBN : 978-602-97491-6-8
A-26-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
grade B
<bahan baku>
bahan baku
dipilih
Harga 1
<pesaing usaha>
grade C
<Minat pembeli>
harga 2
<unit rate>
<grade A>
harga 3
<skala lama
bekerja sama>
Harga beli
bahan baku
<unit rate>
Jumlah beli
safety stok
bahan baku
Kemampuan
Produksi
ketersediaan
tenaga kerja
<Anggota
Koperasi>
<Komitmen
pengiriman>
<Time>
gap produksi
gap tenaga
produksi
sisa
<unit rate>
kebutuhan
produksi
safety stok
produk
<unit rate>
bahan baku
bahan baku
Datang
delay pesan
bahan baku
kemampuan
<bahan baku> tenaga kerja
<unit rate>
bahan baku
Masuk
Pesanan
Akumulasi
sisa
pesanan
pengurangan
harga didapat
Dana Tersedia
<unit rate>
<Modal Usaha>
minimal bahan
baku
<kebutuhan
produksi>
batas
qtt2
batas
qtt1
Kebutuhan
bahan baku
Kecepatan
Produksi
Ketersediaan
Produk
flat
market share
delay Informasi
pemilihan
bahan baku
Harga beli total
potensial
pesanan
Demand
penambahan
sisa
<Akumulasi sisa
pesanan>
minimal produksi
jadwal produksi
Keuntungan
yang diinginkan
<unit barang>
<unit rate>
<unit rate>
Pengiriman
Pesanan
Delay Pengiriman
Harga Jual
harga
produksi UKM
Invoice
Pembayaran
pembagian
keuntungan
kas masuk
Koperasi
Delay
Pembayaran
<harga didapat>
<kualitas
produk>
<Time>
Pesanan Sampai
delay produksi
<unit rate>
<Kemampuan
Produksi>
<experience
curve>
<Anggota
Koperasi>
<Keuntungan
<harga
per UKM>
produksi UKM>
konversi kualitas
ke harga
unit rate
<Delay
Pengiriman>
Gambar 2 diagram stok & flow kolaborasi supply chain
UKM
<delay produksi>
Model simulasi dibuat dengan memastikan kolaborasi dengan pemasok, kolaborasi
dengan pelanggan dan kolaborasi UKM dalam koperasi terakomodasi. Model sebelum
menjalankan simulasi terlebihdahuli dipastikan kesesuaiannya dengan verifikasi model dan
validasi perilakunya. Dari hasil ferivikasi model sudah dinyatakan OK dan konsisten secara
dimensi. Hasil validasi juga menunjukkan bahwa perilaku model sudah mendekati kondisi
system sebenarnya.model yang sudah valid dapat dilihat pada gambar 2
HASIL DAN DISKUSI
Pada penelitian ini ada dua koperasi yang dijadikan sebagai objek penelitian yaitu
koperasi batik sidoarjo dan koperasi kampung unggulan Surabaya. Dua koperasi tersebut
sama-sama beranggotakan UKM namun memiliki pola manajemen yang berbeda. Pada
koperasi batik sidoarjo koperasi hanya berperan sebagai penyedia bahan baku untuk UKM
sebagai anggotanya sedangkan pada proses produksi dan pemasaran diserahkan kepada
masing masing UKM. Pada koperasi kampung unggulan surabaya peran koperasi mulai dari
penyediaan bahan baku, pengendali kualitas hasil produksi, ikut memasarkan batik dan
melakukan pelatihan produksi secara berkala pada UKM sebagai anggotanya. Frekuensi dan
kualitas komunikasi yang dilakukan oleh kedua koperasi juga berbeda, koperasi batik sidoarjo
melakukan pertemuan satu tahun sekali sedangkan koperasi kampung unggulan Surabaya
melakukan komunikasi setiap 3 bulan sekali. Kedua model tersebut disimulasikan selama 120
bulan atau 10 tahun dari hasil simulasi didapatkan bahwa koperasi model kedua memiliki
performa yang lebih baik dalam pertumbuhan UKM dan peningkatan penghasilannya.
Dari gambar 3a didapatkan bahwa pada kedua jenis koperasi pola grafik pertumbuhan
memiliki sifat yang hampir sama yaitu mengalami kenaikan di awal-awal tahun, namun pada
koperasi KBPIS mengalami penurunan drastis pada bulan ke 45. Anggota yang keluar pada
sejak bulan tersebut sampai pada akhirnya stagnan di bulan ke 63 dengan jumlah anggota
minimal. Sedangkan pada koperasi batik unggulan pertumbuhan anggota masih terus
berlangsung sampai bulan 58 namun juga terjadi penurunan anggota pada tahun berikutnya
walaupun tidak sedrastis KBPIS. Perbedaan ini dimungkinkan karena adanya manajemen
koperasi yang berbeda dengan intensitas komunikasi antar anggota pada KBPIS yang sangat
ISBN : 978-602-97491-6-8
A-26-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
kurang sehingga lebih banyak yang keluar. Pertumbuhan koperasi dipengaruhi oleh jumlah
keuntungan yang diterima oleh anggota koperasi.
Gambar 3b menjelaskan keuntungan yang diterima oleh anggota koperasi. Keuntungan
yang tergambar disini adalah keuntungan rata-rata anggota, jadi bukan merupakan cerminan
keuntungan masing-masing anggota koperasi. Keuntungan sesunggunya masing masing
anggota tergantung pada produktifitas dan kualitas produk masing masing anggota. Pada
gambaar 5.9 tersebut keuntungan naik turun dikarenakan adanya waktu waktu tertentu dimana
UKM belum selesai memproduksi pesanan sehingga pada waktu tersebut tidak ada
pemasukan. Faktor lain yang berpengaruh adalah adanya pesanan dari pasar. Jika sedang tidak
ada pesanan makan keuntungan juga tidak didapat pada bulan tersebut
(a)
(b)
Gambar 3 (a) pertumbuhan UKM sebagai Anggota Koperasi (b) Keuntungan rata-rata UKM
anggota koperasi
Dari hasil simulasi didapatkan ada kecenderungan penurunan UKM anggota
kolaborasi dan keuntungan rata-rata UKM pada kedua model. Pada penelitian ini kemudian
dilakukan berapa sekenario untuk memperbaiki trend yang kurang baik tersebut. Dari
beberapa sekenario didapakan bahwa meningkatkan kompetensi manajemen koperasi sebagai
pengelola UKM dan memperbaiki komunikasi berdampat signifikan untuk merubah trend
grafik sedua koperasi diatas. Seting variabel koperasi ungugulan dipilih sebagai dasar untuk
perbaikan berikutnya, dikarenakan baik dari segi pertumbuhan anggota maupun dari jumlah
keuntungan yang didapat lebih baik dari koperasi batik sidoarjo.
Pada sekenario ada beberapa variabel yang dirubah, yaitu peningkatan komunikasi
anggota menjadi 1 bulan sekali, pembuatan jadwal produksi sehinngga keterlambatan bahan
baku dapat dikurangi, keterlambatan pengiriman juga diperbaiki. Hasil sekenario ini dapat
dilihat pada gambar 3a dan 3b pada grafik sekenario. Pada strategi yang perbaikan yang
dilakukan berhasil mencegah terjadinya penurunan anggota koperasi yang terjadi pada kedua
objek penilitan yang dipilih.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan untuk mempercepat pertumbuhan UKM
kolaborasi supply chain harus memperhatikan kepercayaan anggota kolaborasi, masa
pembuatan produk, kualitas produk, harga produk, kualitas komunikasi kualitas manajemen.
Dengan menjaga kepercayaan masing masing stake holder dan manajemen yang baik terlihat
perubahan signifikan pada perkembangan performa supply chain dan pengaruhnya pada
pertumbuhan UKM.
ISBN : 978-602-97491-6-8
A-26-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Rekomendasi
Dalam strategi kolaborasi UKM perlu memperhatikan komunikasi yang baik. Dalam
mengelola komunikasi ini peran pengelola koperasi sangat penting. Mengingat tingkat
pendidikan UKM-UKM yang ada, akan sangat sulit untuk meningkatkan pemahaman UKM
dalam mengelola manajemne. Peningkatkan kemampuan manajemen cukup diberikan kepada
pengelola koperasi UKM yang notabene memiliki rata-rata pendidikan setingkat SMA dan
Sarjana. Peningkatan UKM lebih difokuskan kepada peningkatan kemampuan produksi.
Selanjutnya pada tahap pelaksanaan pengelolaan koperasi sebaiknya jangan hanya menjadi
penyedia bahan baku, namun terlibat langsung seluruh proses mulai pembelian bahan baku,
pemastian kualitas produk, pemasaran dan pemeliharaan komunikasi baik dengan pemasok,
konsumen maupun dengan UKM anggota koperasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arvitrida, Niniet Indah (2008), 'Simulasi koordinasi supply chain pisang: Studi kasus pisang
mas dari Lumajang', Simulation (Institut Teknologi Sepuluh Nopember).
Berry, Albert Ph, D (1997), 'SME Competitiveness : The Power of Networking and
Subcontracting', Development.
BPS 'Sensus ekonomi 2006',
Eyaa, Sarah, Ntayi, Joseph M, and Namagembe, Sheila (2010), 'COLLABORATIVE
RELATIONSHIPS AND SME SUPPLY CHAIN PERFORMANCE', Management, 6,
233-45.
Kameyama, Saburo and Kobayashi, Hidenori (2001), 'Model for SME Sector Development'.
Simatupang, Togar M (2005), 'An integrative framework for supply chain collaboration',
International Journal of Logistics Management, 16, 257-74.
Tambunan, Tulus (2002), 'DEVELOPMENT OF SMALL AND MEDIUM ENTERPRISES
IN INDONESIA ', Development, 1-42.
www.systemdynamic.org 'system dynamic society',
ISBN : 978-602-97491-6-8
A-26-7
Download