BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak goreng merupakan media penggorengan bahan pangan yang banyak dikonsumsi masyarakat luas. Data menunjukkan bahwa produksi minyak goreng Indonesia meningkat dalam 5 tahun terakhir. Tahun 2009 produksi minyak sawit Indonesia mencapai 7,13 juta ton sedangkan tahun 2014 naik menjadi 13 juta ton. Banyaknya permintaan akan bahan pangan digoreng merupakan suatu bukti yang nyata besarnya jumlah bahan pangan digoreng yang dikonsumsi (CDMI, 2014). Minyak goreng mengalami kerusakan apabila dipanaskan berulang kali, kontak dengan air, udara, dan logam. Kerusakan minyak yang terjadi selama proses penggorengan meliputi oksidasi, polimerisasi, dan hidrolisis. Kerusakan minyak akibat pemanasan selama proses penggorengan akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi dari bahan pangan yang digoreng. Indikator kerusakan minyak antara lain adalah angka peroksida dan asam lemak bebas. Angka peroksida menunjukkan banyaknya kandungan peroksida di dalam minyak akibat proses oksidasi dan polimerisasi. Asam lemak bebas menunjukkan sejumlah asam lemak bebas yang dikandung oleh minyak yang rusak, terutama karena peristiwa oksidasi dan hidrolisis (Sudarmadji, 1989). Minyak yang rusak akibat peristiwa oksidasi, akan menghasilkan bahan pangan yang digoreng tidak menarik, cita rasa yang tidak enak, kerusakan berbagai vitamin dan asam lemak esensial yang terdapat di dalamnya, di samping telah terbukti adanya aktivitas karsinogenik dalam 1 minyak yang telah dipanaskan. Dampak karsinogenik terhadap tubuh adalah menyebabkan kanker dengan mengubah asam deoksinibonukleat (DNA) dalam sel-sel tubuh (Ketaren, 1986). Kerusakan minyak dapat diatasi dengan pemberian zat antioksidan. Zat antioksidan yang dikenal ada dua yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetik. Telah dilaporkan bahwa penggunaan antioksidan sintetik seperti Butylated Hydroxy Anisole (BHA) dan Butylated Hydroxy Toluene (BHT) dapat menimbulkan akibat buruk terhadap kesehatan manusia yaitu gangguan fungsi hati, paru, mukosa usus, dan keracunan pada dosis tertentu. Antioksidan alami hampir terdapat pada semua tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Sebagai contoh asam sitrat yang bersumber dari jeruk, βkaroten pada wortel, dan kurkumin pada kunyit (Ketaren, 2005). Proses penggorengan yang banyak dilakukan menggunakan tepung dan dicampur dengan bumbu berbahan dasar kunyit banyak dijumpai sebagai contoh digunakan untuk membuat kremes, lapisan menggoreng ikan dan tempe. Pada pembuatan kremes, kunyit difungsikan sebagai penguat rasa. Proses penggorengan seperti ini mengakibatkan warna kuning dalam minyak. Penambahan kunyit dalam adonan tepung untuk menggoreng bahan makanan diduga menahan terjadinya reaksi oksidasi dan hidrolisis pada minyak. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Dotulong (2009) tentang pemberian larutan kunyit yang menghambat reaksi oksidasi pada ikan tembang. Kunyit menggandung kurkumin dan mempunyai kemampuan alamiah untuk mencegah terjadinya reaksi oksidasi (Rukmana, 1995). 2 Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian pengaruh penambahan kunyit pada tepung pelapis penggorengan kremes terhadap angka asam dan peroksida dari minyak goreng jelantah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh frekuensi penggorengan terhadap angka asam dan peroksida minyak jelantah dari kremes yang ditambahkan tepung kunyit”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umun Untuk mengetahui pengaruh frekuensi penggorengan terhadap angka asam dan peroksida minyak jelantah dari kremes yang ditambahkan tepung kunyit. 2. Tujuan Khusus a. Mengukur angka asam dari minyak jelantah hasil penggorengan kremes yang ditambahkan tepung kunyit. b. Mengukur angka peroksida dari minyak jelantah hasil penggorengan kremes yang ditambahkan tepung kunyit. c. Menganalisis pengaruh frekuensi penggorengan terhadap angka asam minyak jelantah dari kremes yang ditambahkan tepung kunyit. d. Menganalisis pengaruh frekuensi penggorengan terhadap angka peroksida minyak jelantah dari kremes yang ditambahkan tepung kunyit. 3 e. Internalisasi nilai islam dalam penggunaan bahan makanan yang baik. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh frekuensi penggorengan terhadap angka asam dan peroksida minyak jelantah dari kremes yang ditambahkan tepung kunyit. 2. Bagi Masyarakat Dapat memberikan informasi dan wawasan kepada masyarakat pengaruh frekuensi penggorengan terhadap angka asam dan peroksida minyak jelantah dari kremes yang ditambahkan tepung kunyit. 3. Bagi Penelitian Lanjut Penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan masukan apabila mengadakan penelitian tentang pengaruh frekuensi penggorengan terhadap angka asam dan peroksida minyak jelantah dari kremes yang ditambahkan tepung kunyit. 4