hubungan antara perilaku ibu hamil dengan tanda gejala hepatitis c

advertisement
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
JAIA 2016;1(2):43-55
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU IBU HAMIL DENGAN TANDA GEJALA
HEPATITIS C PADA BAYI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AL IHSAN
PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014
ABSTRAK
Giari Rahmilasari, Asrie Noer Pertiwi
STIKes ‘Aisyiyah Bandung
[email protected]
Hepatitis C tidak hanya terjadi pada dewasa saja, pada bayi baru lahir pun terjadi. Hal ini
dapat terjadi karena penularan dari ibu yang mengidap hepatitis C terhadap bayi. Tanpa
disadari, hepatitis C ini dapat menyebabkan morbiditas bahkan mortalitas bayi, sehingga
akan mempengaruhi angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Di RSUD Al Ihsan Provinsi
Jawa Barat terdapat kasus terjadinya hepatitis C pada bayi pada tahun 2014. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku ibu hamil dengan tanda dan gejala
hepatitis C pada bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provisi Jawa Barat Tahun 2014.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan crosssectional. Populasi yang digunakan adalah seluruh bayi dan ibu bayi dengan teknik random
sampling sejumlah 74 orang ibu dan bayi. Analisis data menggunakan analisis univariat dan
bivariat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian kecil (25,7%) ibu dengan
perilaku kesehatan yang kurang baik di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat 2014, sebagian
kecil (20,3%) bayi memiliki gejala hepatitis B. Terdapat hubungan antara perilaku ibu hamil
dengan tanda dan gejala hepatitis C pada bayi. Hasil uji chi-square diperoleh p value 0,022.
Nilai OR diketahui sebesar 5,484 (95%CI: 1,136-26,476) yang berarti ibu hamil dengan
perilaku kesehatan kurang dan cukup baik berpeluang sebesar 5,484 kali lebih besar
memiliki bayi dengan tanda dan gejala hepatitis C. Saran yang dapat disampaikan yaitu
ibu hendaknya menjaga pola hidup dan perilaku sehat agar dapat meminimalisir kejadian
hepatitis C yang dapat terjadi pada ibu dan menularkan pada bayinya. Oleh karena itu ibu
dapat berinisiatif sendiri untuk memeriksakan hepatitis C terlebih jika direkomendasikan
untuk memeriksakan hepatitis C di pelayanan kesehatan tertentu.
Kata kunci: hepatitis C, perilaku kesehatan
Abstract
Hepatitis C does not just happen to adults only, to the newborn is also occurs. This can result
from transmission from mothers who have hepatitis C to the baby. Unwittingly, hepatitis C can
cause morbidity and even mortality of infants, so it will affects maternal mortality and infant
mortality. At Al Ihsan Hospital in West Java province, an occurrence of hepatitis C in infants in
2014. The aim of this study was to determine the relationship between behavior of pregnant
women with signs and symptoms of hepatitis C to the baby at the General Hospital of Al Ihsan
Provision of West Java in 2014. This research is a quantitative study using cross-sectional
approach. The population used are all babies and mothers of infants with a random sampling
of 74 mothers and babies. Analyzed using univariate and bivariate. The results of this study
show that a small proportion (25.7%) of mothers with poor health behaviours in hospitals
Al Ihsan West Java Province in 2014, a small proportion (20.3%) infants had symptoms of
hepatitis B. There is a relationship between the behavior of pregnant women with signs and
symptoms of hepatitis C in infants. Results obtained chi-square test p value 0.022. OR unknown
value of 5.484 (95% CI: 1.136 to 26.476), which means pregnant women with poor health
behaviors and pretty good chance of 5.484 times more likely to have babies with signs and
symptoms of hepatitis C. The advice can be given that the mother should keep the pattern life
and health behaviors in order to minimize the incidence of hepatitis C that can occur in the
mother and infect the baby. Therefore, the mother can take the initiative themselves to check
especially if recommended to check hepatitis C in particular health care.
Keywords: hepatitis C, health behaviors
43
Giari Rahmilasari, Asrie Noer Pertiwi
LATAR BELAKANG
Tingginya angka kejadian hepatitis C
diduga kuat berhubungan erat dengan perilaku
masyarakat yang kurang baik, sehingga
berdampak langsung kepada kesejahteraan
masyarakat itu sendiri. Beberapa perilaku yang
dapat menyebabkan hepatitis C sangat mudah
di jumpai dan hal tersebut dapat mempengaruhi
terhadap kehidupan selanjutnya, terlebih lagi
pada seorang wanita yang akan mendapati
fase kehamilan, jika sudah terkena penyakit
hepatitis C maka akan berpengaruh terhadap
keberlangsungan hidup janin di kandungan, saat
kelahiran, bahkan kehidupan bayi selanjutnya.
Di Jawa barat sendiri beberapa penyakit
yang disertai dengan hepatitis C seperti HIV dan
infeksi menular seksual lainnya cukup tinggi.
Terlebih lagi di Bandung, penduduk Bandung yang
heterogen yang juga merupakan kota jasa dan
kota wisata sehingga objek kunjungan penduduk
dari penjuru Indonesia yang berdampak pada
kehidupan sosial warganya. Oleh karena
itu Bandung tidak lepas dari permasalahan
penyebaran penyakit menular seksual, salah satu
nya adalah hepatitis C. Menurut Seksi Pencegahan
dan pemberantasan Penyakit DinKes Kota
Bandung sebanyak 1.278 kasus IMS, dan salah
satu nya adalah Hepatitis C (Dinkes,2011).
Hepatitis C merupakan masalah kesehatan
yang sangat besar. Menurut data Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) swkitar 150 juta orang
didunia terinfeksi Virus Hepatitis C (VHC) kronis
dan diantaranya 350.000 orang meninggal setiap
tahunnya. Sementara di Indonesia dari data
Depkes RI dapat diperkirakan sekitar 6,6 – 7 juta
orang mengidap penyakit Hepatitis C dari 21
Provinsi (Depkes, 2104)
Berdasarkan hasil Surveilans Hepatitis C
oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan penyehatan Lingkungan pada tahun 2010-
&
JURNAL ASUHAN IBU
2011 yang dilaksanakan di 21 Propinsi, 53 Rumah
Sakit, 49 Laboratorium dan 26 Unit Tranfusi Darah
PMI, dengan jumlah 1.825.823 sampel, kasus
positif 29.480 orang, jumlah kasus terbanyak
didapatkan pada golongan umur 20-40 tahun,
sedangkan proporsi menururt jenis kelamin
menunjukan bahwa pada kelompok laki-laki 83%
dan 17% pada perempuan. (Kemenkes,2012)
Prevalensi VHC pada beberapa donor di
Indonesia berkisar 0,5-3,4%. Prevalensi Anti-VHC
pada virus Hepatitis akut 9,5%-20%, prevalensi
Anti-VHC pada sirosis hati berkisar 30,8-89,2%.
Data koinfeksi diperoleh dari beberapa penelitian
Rino S Gani (FKUI, RSCM) Penderita dengan
HIV (IVDU), ko infeksi 80%, penderita koinfeksi
dengan Hepatitis B berkisar 10-19%. Suryanto
Sidik (RS Mintoharjo) pada penderita dengan HIV,
31,6% ko infeksi dengan VHC (Kemenkes,2012).
Diketahui bahwa resiko tertinggi terhadap
hepatitis C yaitu pada pengguna jarum suntik
tidak steril (tato, tindik), pengguna obat-obatan
terlarang dengan cara injeksi, pekerjaan yang
berhubungan dengan darah dan produk darah
penderita HCV, penderita HIV dan bayi yang lahir
dari ibu penderita VHC. (Kemenkes,2012).
Seperti yang kita ketahui, bahwa hepatitis
C tidak hanya terjadi pada dewasa saja, pada bayi
baru lahir pun terjadi. Hal ini dapat terjadi karena
penularan dari ibu yang mengidap hepatitis C
terhadap bayi. Tanpa disadari, hepatitis C ini dapat
menyebabkan morbiditas bahkan mortalitas bayi,
sehingga akan mempengaruhi Angka Kematian
Ibu dan Angka Kematian Bayi.
Berdasarkan informasi awal yang di
peroleh pada peneliti pada tanggal 10 Juli tahun
2014 saat melakukan studi pendahuluan di
RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat terdapat
kasus terjadinya hepatitis C pada bayi pada
tahun 2014, hal ini terungkap berdasarkan hasil
pendokumentasian dalam catatan rekam medis
ANAK | Volume 1 | Nomor 2 | September 2016
44
Hubungan antara Perilaku Ibu Hamil dengan Tanda Gejala Hepatitis C pada Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2014
pasien terdapat 4 kasus heptitis C di Rumah Sakit
Al Ihsan Provinsi Jawa Barat. Berkaitan dengan
data-data tersebut diatas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara perilaku ibu hamil
dengan tanda gejala Hepatitis C pada bayi di
Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa
Barat Tahun 2014.
METODOLOGI
Rancangan Penelitian
Jenis-jenis penelitian sangat beragam
macamnya, disesuaikan dengan cara pandang
dan dasar keilmuan yang dimiliki oleh para
pakar dalam memberikan klasifikasi akan jenis
penelitian yang diungkapkan. Beberapa jenis
penelitian diantaranya, penelitian menurut
pendekatan analitik, menurut tujuan, menurut
waktu, menurut rancangan, dan menurut
beberapa catatan (Badriah,2006).
Jenis penelitian ini adalah penelitian
Analitik yaitu penelitian yang menggali bagaimana
dan mengapa sesuatu itu dapat terjadi, dan
dilanjutkan melakukan analisis hubungan antara
faktor efek dan resiko (Notoatmodjo, 2010).
Pendekatan penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah dengan pendekatan Cross
Sectional yaitu penelitian dengan melakukan
pengukuran atau pengamatan pada saat
bersamaan (sekali waktu) antara faktor risiko/
paparan dengan penyakit (Hidayat, 2011). Variabel
independen pada penelitian ini adalah perilaku
ibu hamil yang berisiko menimbulkan tanda dan
gejala hepatitis C pada bayi. Sedangkan variabel
dependen pada penelitian ini adalah terdapatnya
tanda dan gejala hepatitis C pada bayi.
Populasi dan Sampel
jumlah kelahiran hidup di RSUD Al Ihsan Provinsi
Jawa Barat pada tahun 2014 yaitu sebanyak 486
jumlah kelahiran hidup. Pengambilan sampel
menggunakan teknik Proportional Random
Sampling dengan cara diundi, sebesar 15% dari
jumlah populasi, yaitu sebanyak 74 orang.
Instrumen Penelitian
Kuesioner digunakan oleh peneliti dalam
mengukur variabel dependen dan independen
dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Analisa Data
Analisa Univariat
Analisa
univariat
dilakukan
untuk
mendeskripsikan jawaban kuesioner penelitian
ke dalam bentuk tabel (distribusi frekuensi) dan
grafik. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
distribusi frekuensi dari variabel independen/
bebas dan variable dependen/terikat. Analisis
Univariat bertujuan untuk melihat gambaran
dari setiap variabel. Hasil jawaban responden
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dan persentase.
Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang
dilakukan terhadap 2 variabel yang diduga
memiliki hubungan. Untuk mencari hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat,
penelitian dengan menggunakan uji Chi kuadrat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Berikut akan dipaparkan hasil penelitian
dalam tabel berdasarkan karakteristik responden
Populasi dalam penelitian ini adalah
45
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
| Volume 1 | Nomor 2 | September 2016
Giari Rahmilasari, Asrie Noer Pertiwi
Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Usia Responden di RSUD AlIhsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014
Karakteristik
Kunjungan
Klinik
n=20
Kunjungan
Rumah
n=21
Total
N=41
%
p
5
15
36,60
0,185
7
19
46,30
0,204
17,07
0,704
Usia
< 25
10
Paritas
Primipara
12
SD
3
Pendidikan
25-35
>35
Grandemultipara
SMA
Tabel 1 menggambarkan bahwa sebagian
besar responden berusia antara 20-35 Tahun yaitu
sebanyak 39 responden (52,70%), responden
yang berusia <20 Tahun sebanyak 19 responden
atau (25,68%), dan usia >35 Tahun sebanyak 16
responden atau (21,62%).
Berdasarkan Jenjang Pendidikan Responden
Tabel 2. Frekuensi dan Persentase Responden
Berdasarkan Jenjang Pendidikan Responden
di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun
2014
Pendidikan
Frekuensi
Persentase
(%)
SD
8
10,82
11
14,86
S1
12
29
D3
Total
74
18,92
39,18
16,22
100
Pada tabel 2 didapatkan data bahwa
sebagian besar jenjang pendidikan terakhir
responden SMA yaitu sebanyak 29 responden
atau 39,18%, jenjang pendidikan terakhir SMP
yaitu sebanyak 14 responden atau 18,92%,
jenjang pendidikan terakhir S1 yaitu sebanyak
&
JURNAL ASUHAN IBU
11
8
6
8
Perguruan Tinggi
SMA
7
1
SMP
14
13
1
Multipara
SMP
9
1
3
3
4
22
4
18
4
7
14
8
16
3
4
53,70
9,70
43,90
9,80
34,14
39,02
9,75
12 responden atau 16,22%, jenjang pendidikan
terakhir D3 sebanyak 11 responden atau 14,86%,
dan jenjang pendidikan terakhir SD yaitu 8
responden atau 10,82%.
Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Tabel 3. Frekuensi dan Persentase Responden
Berdasarkan Jenis Pekerjaan Responden di
RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun
2014
Pekerjaan
Frekuensi
Persentase
(%)
Tidak Bekerja
22
29,73
PNS
12
16,22
Wiraswasta
Pegawai Swasta
Total
19
21
74
25,68
28,38
100
Berdasarkan tabel di atas, peneliti
mendapatkan sebagian besar responden bekerja
sebagai IRT sebanyak 22 responden atau (29,73%),
responden yang bekerja sebagai wiraswasta 19
responden atau (25,68%), responden yang bekerja
sebaga Pegawai Swasta sebanyak 21 orang atau
(28,38%) dan responden yang bekerja sebagai
PNS sebanyak 12 responden atau (16,22%).
ANAK | Volume 1 | Nomor 2 | September 2016
46
Hubungan antara Perilaku Ibu Hamil dengan Tanda Gejala Hepatitis C pada Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2014
Berdasarkan Penghasilan Bulanan
Berdasarkan Usia Bayi
Tabel 4. Frekuensi dan Persentase Responden
Berdasarkan Penghasilan Responden di RSUD
Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014
Tabel 6. Frekuensi dan Persentase Responden
Berdasarkan Usia Balita yang Dilahirkan
Responden di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa
Barat Tahun 2014
Penghasilan
Frekuensi
Persentase
(%)
>2.000.000
28
37,84
Total
74
100
500.000 - 2.000.000
< 500.000
24
22
32,43
Kelamin
Bayi
Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase
(%)
Laki-laki
33
44,59
Perempuan
Total
41
74
55,41
100
Berdasarkan tabel di atas, peneliti
mendapatkan sebagian besar bayi yang dilahirkan
berjenis kelamin perempuan sebanyak 41 bayi
atau (55,41%), dan berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 33 responden atau (44,59%).
47
17 Bulan
8
10,81
14 Bulan
3
4,05
13 Bulan
12 Bulan
11 Bulan
10 Bulan
9 Bulan
8 Bulan
7 Bulan
6 Bulan
5 Bulan
yang
Tabel 5. Frekuensi dan Persentase Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin Bayi yang
Dilahirkan Responden di RSUD Al Ihsan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2014
Persentase
(%)
15 Bulan
sebanyak 24 responden atau (32,43%)
dan
berpenghasilan <5.00.000 sebanyak 22 responden
atau (29,73%).
Jenis
Frekuensi
16 Bulan
29,73
Berdasarkan tabel di atas, peneliti
mendapatkan
sebagian
besar
responden
berpenghasilan
>2.000.000 yaitu sebanyak
28 responden atau (37,84%), responden yang
berpenghasilan antara 5.00.000 – 2.000.000
Berdasarkan
Dilahirkan
Usia
Total
8
4
3
10,81
5,41
4,05
8
10,81
5
6,76
9
8
4
5
5
4
74
12,16
10,81
5,41
6,76
6,76
5,41
100
Berdasarkan tabel di atas, peneliti
mendapatkan sebagian besar bayi responden
berusia 17 bulan yaitu sebanyak 8 responden
atau (10,81%), bayi responden yang berusia
16 bulan sebanyak 8 responden atau (10,81%),
bayi responden yang berusia 15 bulan sebanyak
4 responden atau (5,41%), bayi responden
yang berusia 14 bulan sebanyak 3 responden
atau (4,05%), bayi responden yang berusia 13
bulan sebanyak 3 responden atau (4,05%), bayi
responden yang berusia 12 bulan sebanyak
8 responden atau (10,81%), bayi responden
yang berusia 11 bulan sebanyak 9 responden
atau (12,16%), bayi responden yang berusia
10 bulan sebanyak 8 responden atau (10,81%),
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
| Volume 1 | Nomor 2 | September 2016
Giari Rahmilasari, Asrie Noer Pertiwi
bayi responden yang berusia 9 bulan sebanyak
5 responden atau (6,76%), bayi responden
yang berusia 8 bulan sebanyak 4 responden
atau (5,41%), bayi responden yang berusia 7
bulan sebanyak 5 responden atau (6,76%), bayi
responden yang berusia 6 bulan sebanyak 5
responden atau (6,76 %), Dan bayi responden
yang berusia 5 bulan sebanyak 4 responden atau
(5,41%),
Gambaran Perilaku Ibu Hamil terhadap
Perilaku Kesehatan yang Dapat Mempengaruhi
Terjadinya Hepatitis C pada Bayi di Rumah
Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa
Barat Tahun 2014
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu
Hamil terhadap Perilaku Kesehatan yang
Dapat Mempengaruhi Terjadinya Hepatitis C
pada Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al
Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014
No
Perilaku
f
%
1
Kurang baik
19
25,7
Jumlah
74
100
2
3
Cukup Baik
28
Baik
27
37,8
36,5
Berdasarkan tabel 7 di atas diketahui
bahwa perilaku kesehatan ibu dengan ketgori
kurang baik sebanyak 19 orang (25,7%), 28 orang
(37,8%) cukup baik, dan 27 orang (36,5%) baik.
Dengan demikian sebagian kecil (25,7%) ibu
dengan perilaku kesehatan yang kurang baik di
RSUD AL Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014.
Gambaran Tentang Tanda dan Gejala Hepatitis C pada Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2014
Tabel 8. Tanda dan Gejala Hepatitis C pada Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa
Barat Tahun 2014
No
Hepatitis C
f
%
1
Terdapat tanda dan gejala Hepatitis C
15
20,3
2
Tidak terdapat tanda dan gejala Hepatitis C
Jumlah
Berdasarkan tabel 8 di atas diketahui
bahwa 15 orang bayi (20,3%) dengan tanda dan
gejala hepatitis C, 59 bayi (79.7%) bayi tidak
terdapat tanda dan gejala hepatitis C. Dengan
demikian sebagian kecil (20,3%) bayi memiliki
tanda dan gejala hepatitis C di RSUD Al Ihsan
Provinsi Jawa Barat
&
JURNAL ASUHAN IBU
59
74
79,7
100
Gambaran Hubungan antara Perilaku Ibu
Hamil dengan Tanda dan Gejala Hepatitis C
pada Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al
Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014
Hasil analisis data menggunakan tabel 3 x
2 diketahui terdapat sel dengan nilai ekspektasi
kurang dari 5 maka selanjutnya menggunakan
tabel kontingensi 2 x 2 dengan Fisher Exact sebagai
berikut:
ANAK | Volume 1 | Nomor 2 | September 2016
48
Hubungan antara Perilaku Ibu Hamil dengan Tanda Gejala Hepatitis C pada Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2014
Tabel 9. Gambaran Hubungan antara Perilaku Ibu Hamil dengan Tanda dan Gejala Hepatitis C pada
Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014
Kecemasan hari ke-3
Regulasi diri hari ke-3
Regulasi diri hari ke-6
r
p
0,433
0,050
Regulasi diri hari ke-14
Kecemasan hari ke-6
r
p
-0,295
0,194
Uji Pearson
Kecemasan hari ke-14
r
p
0,019
0,935
Berdasarkan tabel 9 di atas diketahui
bahwa ibu dengan perilaku kesehatan kurang
baik dan dan cukup baik bayinya terdapat
tanda dan gejala hepatitis C sebanyak 13 orang
(28,9%), sedangkan ibu hamil dengan perilaku
Hasil analisis data diketahui bahwa
sebagian kecil (25,7%) ibu dengan perilaku
kesehatan yang kurang baik di RSUD AL Ihsan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2014. Hal tersebu
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu
Perbedaan proporsi tersebut menandakan
adanya hubungan yang bermakna, hasil uji chi
square diperoleh rvalue = 0,022 (<0,05) sehingga
hipotesis nol ditolak yang berarti ada hubungan
antara perilaku ibu hamil dengan tanda dan gejala
hepatitis C Pada Bayi di Rumah Sakit Umum
Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014.
Septo dan Wardle (2004) mendefinisikan
perilaku beresiko terhadap kesehatan atau Health
Risk Behavior sebagai berbagai aiktivitas yang
dilakukan oleh orang-orang dengan frekuensi atau
intensitas yang meningkatkan resiko penyakit atau
cidera (Baban & Craciun, 2007). Istilah perilaku
kesehatan harus dibedakan dengan perilaku
beresiko (risk behavior) yang berarti perilaku yang
berhubungan dengan peningkatan kerentangan
terhadap penyakit tertentu (Nursalam & Efendi,
TT). Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan
gagal dan pengambilan risiko sering didefinisikan
sebagai keterlibatan dalam perilaku berilaku
berisiko
mungkin
memiliki
konsekuensi
berbahaya (Sales & Erwin,2009).
kesehatan baik sebanyak 2 orang (7,4%). Dengan
demikian proporsi ibu dengan perilaku kesehatan
kurang baik dan cukup baik serta memiliki
bayi dengan tanda dan gejala hepatitis C lebih
tinggi dibandingkan dengan ibu dengan perilaku
kesehatan baik di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa
Barat Tahun 2014.
Berdasarkan nilai OR diketahui sebesar
5.484 (CI: 1.136 - 26.476) yang berarti ibu hamil
dengan perilaku kesehatan kurang dan cukup
baik berpeluang sebesar 5.484 kali lebih besar
memiliki bayi dengan tanda dan gejala hepatitis C.
Gambaran tentang Perilaku Ibu Hamil
terhadap Perilaku Kesehatan yang Dapat
Mempengaruhi Terjadinya Hepatitis C pada
Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2014
49
tentang kesehatan. Perilaku berasal dari kata “peri”
dan “laku”. Peri berarti cara berbuat kelakuan
perbuatan, dan laku beraryi perbuatan, kelakuan,
cara menjalankan. Menurut Kamus Bahasa
Indonesia (2007) perilaku adalah tanggapan
atau reaksi individu terhadap rangsangan atau
lingkungan.
Menurut Hardywinoto (2007: 180)
dalam bidang kesehatan, pendidikan kesehatan
merupakan
bentuk
intervensi
terutama
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
| Volume 1 | Nomor 2 | September 2016
Giari Rahmilasari, Asrie Noer Pertiwi
terhadap perilaku. Faktor lingkungan non fisik,
akibat masalah-masalah sosial penanganannya
diperlukan pendidikan kesehatan. Dalam rangka
membina meningkatkan kesehatan masyarakat
ditunjukkan pada upaya melalui tekanan, paksaan
kepada masyarakat dan edukasi atau upaya
agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi
perilaku kesehatan. Agar intervensi atau upaya
tersebut efektif, faktor predisposisi ini mencakup
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, sistem yang dianut masyarakat, tingkat
pendidikan dan tingkat sosial ekonomi.
Selain itu, Hardywinoto (2007: 187)
menyatakan bahwa pekerjaan yang disertai
dengan pendidikan dan keterampilan akan
mendorong kemajuan setiap usaha sehingga
dapat meningkatkan pendapatan baik pendapatan
individu, kelompok maupun pendapatan nasional.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa sumber utama
kinerja yang efektif yang memengaruhi individu
adalah kelemahan intelektual, kelemahan
psikologis dan kelemahan fisik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Nurida (2012) yang menyatakan bahwa
sebagian kecil (21,2%) ibu hamil dengan perilaku
kesehatan yang kurang baik. Hasil penelitian
ini menjelaskan bahwa masih adanya ibu hamil
dengan perilaku kesehatan yang kurang baik. Oleh
karena itu diperlukan upaya penanggulangan
yang komprehensif, yaitu dengan cara melakukan
penyuluhan untuk menjaga pola hidup sehat,
terutama pada ibu hamil.
Gambaran tentang Tanda dan Gejala Hepatitis
C pada Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al
Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014
Hasil analisis data diketahui bahwa
sebagian kecil (20,3%) bayi memiliki tanda
dan gejala hepatitis C di RSUD Al Ihsan Provinsi
Jawa Barat. Masih adanya bayi dengan tanda dan
gejala hepatitis c diantaranya disebabkan oleh
&
JURNAL ASUHAN IBU
masih rendahnya kesadaran ibu dalam menjaga
kesehatannya.
Infeksi Virus Hepatitis C merupakan infeksi
sistemik dimana hati merupakan organ target
utama dengan kerusakan berupa inflamasi dan
atau nekrosis hepatosit serta infiltrasi panlobular
oleh sel molekuler (Diane Yusri, 2014;2) Hepatitis
C merupakan penyakit yang penting karena
bertanggung jawab atas sekitar 90% hepatitis
pasca transfusi dan di duga 3% populasi dunia
telah terinfeksi hepatitis C yang mempunyai masa
inkubasi sekitar 7 minggu (Braatmadja,2005:13)
Hepatitis C merupakan penyakit hati yang
disebabkan oleh Virus Hepatitis C (VHC), sebelum
ditemukannya Virus Hepatitis C dikenal 2 jenis
virus sebagai penyebab hepatitis, yaitu : Virus
Hepatits A dan Virus Hepatitis B (VHB). Terdapat
juga hepatitis bukan disebabkan oleh kedua virus
ini dan tidak dapat dikenal sehingga dinamakan
hepatitis non-A non-B (hepatitis NANB) yang pada
akhirnya setelah diindentifikasi virus baru ini
dinamakan virus hepatitis C (VHC). Berdasarkan
teori para ahli tersebut di atas, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
Hepatitis C merupakan penyakit yang disebabkan
oleh virus hepatitis C yang menyerang organ hati
dalam tubuh yang memiliki masa inkubasi selama
±7 minggu.
Infeksi VHC merupakan masalah yang
besar, karena pada sebagian kasus dapat menjadi
hepatitis kronis yang dapat menyebabkan
terjadinya sirosis hati dan kanker hati. Hampir
semua kasus hepatitis disebabkan oleh salah satu
dari lima jenis virus yaitu : hepatitis A,B,C,D dan
E. Perjalanan alamiah infeksi HCV dimulai sejak
virus hepatitis C masuk ke dalam darah dan terus
beredar dalam darah menuju hati, menembus
dinding sel dan masuk kedalam sel, lalu
berkembang biak. Hati menjadi meradang dan sel
hati mengalami kerusakan dan terjadi gangguan
fungsi hati dan mulailah perjalanan infeksi virus
ANAK | Volume 1 | Nomor 2 | September 2016
50
Hubungan antara Perilaku Ibu Hamil dengan Tanda Gejala Hepatitis C pada Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2014
hepatitis C yang panjang. Ada 2 mekanisme
bagaimana badan menyerang virus. Mekanisme
pertama melalui pembentukan antibodi yang
menghancurkan virus dengan menempel pada
protein bagian luar virus. Antibodi ini sangat
efektif untuk hepatitis A dan B, tetapi sebaliknya
antibodi imun tubuh yang diproduksi imun tubuh
terhadap HCV tidak bekerja sama sekali (Sulaiman
HA, Julitasari, 2007 ; 17)
Sekitar 15% pasien yang terinfeksi virus
hepatitis C dapat menghilangkan virus tersebut
dari tubuhnya secara spontan sayangnya,
mayoritas penderita penyakit ini menjadi kronis.
Dienstag telah meneliti 189 kasus hepatitis HAHB
ternyata dari jumlah tersebut 34% penderita
hepatitis kronik pensisten atau hepatitis kronik
lobuler, 40% hepatitis kronik aktif dan 18%
penderita sirosis hati (Dienstag,2005 ; 85)
Salah satu konsekuensi paling berat
hepatitis adalah kanker hati, hepatitis C kronis
merupakan salah satu bentuk penyakit hepatitis
paling berbahaya dan dalam waktu lain dapat
terjadi komplikasi. Penderita hepatitis kronis
beresiko menjadi penyakit hati tahap akhir dan
kanker hati, penyakit hati terutama hepatitis C
penyebab utama pada tranplantasi hati sekarang
ini. Saat hati menjadi rusak, hati tersebut
memperbaiki sendiri membentuk fibrosis,
yang menunjukan semakin parahnya penyakit,
sehingga hati menjadi sirosis.
Hampir semua mortalitas hepatitis C
berhubungan dengan komplikasi sirosis hati dan
kanker hati, dan hampir tidak pernah terjadi
klierns spontan virus hepatitis C pada hepatitis
kronik. Sepertiga dari pasien terinfeksi hepatitis
kronik tidak pernah menjadi sirosi. Sepertiga dari
kasus hepatitis kronik menjadi sirosis hati dalam
waktu 30 tahun dan sebagian dapat berkembang
menjadi kanker hati. Sedangkan sepertiga lagi
dalam waktu 20 tahun (PPHI, 2007 ;31).
51
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Nurida (2012) yang menyatakan bahwa
sebagian kecil (61,9%) bayi dengan tanda dan
gejala hepatitis C. Hasil penelitian ini menjelaskan
bahwa masih adanya bayi dengan tanda dan gejala
hepatitis C. Oleh karena itu diperlukan upaya
pencegahan yang komprehensif, yaitu dengan
cara memeberikan penyuluhan pada ibu hamil
untuk selalu menjaga pola hidup yang sehat.
Hubungan antara Perilaku Ibu Hamil dengan
Tanda dan Gejala Hepatitis C pada Bayi di
Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi
Jawa Barat Tahun 2014
Hasil analisis data diketahui bahwa ada
hubungan antara perilaku ibu hamil dengan tanda
dan gejala hepatitis C Pada Bayi di Rumah Sakit
Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun
2014, hasil uji chi square diperoleh pvalue = 0,022
(<0,05). Secara yang dimaksud denga perilaku
ibu hamil dalam penelitian ini adalah reaksi atau
tanggapan ibu hamil yang dapat menimbulkan
terjadinya sebuah akibat yang ditinjau dari,
faktor yang mempengaruhi perilaku, perubahan
perilaku kesehatan, perilaku beresiko, faktor yang
mempengaruhi perilaku beresiko, dan bentuk
perilaku berisiko.
Sedangkan yang dimaksud dengan
Hepatitis C merupakan penyakit yang disebabkan
oleh virus hepatitis C yang menyerang organ hati
dalam tubuh yang dapat disebabkan oleh perilaku
bersiko yang dilakukan sebelumnya, meliputi
tanda dan gejala hepatitis C. Diketahui bahwa
resiko tertinggi terhadap hepatitis C yaitu pada
pengguna jarum suntik tidak steril (tato, tindik),
pengguna obat-obatan terlarang dengan cara
injeksi, pekerjaan yang berhubungan dengan
darah dan produk darah penderita HCV, penderita
HIV dan bayi yang lahir dari ibu penderita VHC.
(Kemenkes,2012).
Berdasarkan data yang diperoleh dari
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
| Volume 1 | Nomor 2 | September 2016
Giari Rahmilasari, Asrie Noer Pertiwi
kuesioner yang dibagikan kepada responden
didapatkan hasil yang cukup banyak, diantaranya
fenomena sosial seperti berteman dengan
orang-orang yang bertato, berprofesi sebagai
PSK (Pekerja Seks Komersial) dan para mantan
pengguna narkoba. Jika melihat pada konteks
sosial hal ini sangat baik, mengingat bahwa kita
sebagai manusia harus saling bahu-membahu dan
tidak dapat hidup sendiri, bagaimanapun kondisi
dari rekan kita itu sendiri. Tapi tanpa disadari ini
merupakan jalan yang dapat memicu terjadinya
suatu dampak penyakit jika kita berinteraksi
kurang baik dengan mereka.
Selain fenomena sosial tersebut diatas,
beberapa responden pernah bekerja di tempat
yang beresiko memicu timbulnya penyakit
menular seksual. Telebih lagi didukung dengan
banyaknya pengunjung yang datang ke tempat
tersebut dari berbagai macam kalangan, profesi
dan latar belakang yang berbeda yang tentu nya
tidak diketahui sebelumnya.
Kejadian hepatitis C dapat ditularkan
dari beberapa sumber, seperti kontak seksual.
Dari data yang didapat dari hasil pengisian
kuesioner yang diisi oleh responden, sebanyak
55,4% responden pernah melakukan hubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan dan
67,6% pernah melakukan hubungan sesama jenis.
Sungguh sangat disayangkan, angka ini cukup
besar untuk ukuran responden yang berjumlah
74 responden. Mengingat kemungkinan mereka
tidak mengetahui kondisi tubuh pasangan
masing-masing, atau bahkan sudah mengetahui
tetapi mengabaikannya. Ini sangat mempengaruhi
terhadap kejadian hepatitis C yang dapat
ditularkan kepada keturunannya kelak.
Selain dari kontak seksual, dari penerimaan
donor darah yang tidak terjaga kualitasnya
dengan baik, dapat menyebabkan hepatitis C,
terlebih lagi jika tidak dilakukan pemeriksaan
darah lengkap sebelumnya pada darah pendonor
&
JURNAL ASUHAN IBU
yang sebenarnya menderita hepatitis C. Hal ini
akan berujung pada tertularnya penerima donor
darah dengan penyakit hepatitis C.
Dari kuesioner yang diberikan didaptkan
77% responden menerima donor darah
dikarenakan masalah tertentu yang berhubungan
dengan medis baik pada saat proses persalinan
atau sebelum dan sesudah bersalin. Dalam hal ini
tidak ditemukan virus hepatitis C yang disebabkan
karena donor darah pada responden.
Kita tidak boleh meremehkan beberapa
hal kecil yang dapat menimbulkan terjadinya
suatu akibat yang berdampak besar. Seperti
alat-alat yang banyak dijumpai di sekitar kita,
pencukur rambut, gunting kuku dan sebagainya
yang merupakan alat-alat pribadi tidak untuk
dipinjamkan kepada orang lain, karena mungkin
saja orang yang meminjam peralatan tersebut
sebelumnya sudah terjangkit hepatitis C. Oleh
karena itu kita harus berhati-hati dan memberikan
pengertian kepada rekan kita atau orang-orang
di sekitar kita yang akan meminjam peralatan
pribadi milik kita.
Untuk para tenaga kesehatan yang
berhubungan langsung dengan peralatan medis,
dengan berbagai macam cairan tubuh harus
berhati-hati dalam melayani pasien terutama
di rumah sakit, beberapa pasien tertentu yang
terjangkit virus atau penyakit yang cukup
berbahaya harus diperhatikan pemenuhan
kebutuhannya serta pencegahan infeksinya.
Seperti yang kita ketahui, bahwa hepatitis
C tidak hanya terjadi pada dewasa saja, pada bayi
baru lahir pun terjadi. Hal ini dapat terjadi karena
penularan dari ibu yang mengidap hepatitis C
terhadap bayi. Tanpa disadari, hepatitis C ini dapat
menyebabkan morbiditas bahkan mortalitas bayi,
sehingga akan mempengaruhi Angka Kematian
Ibu dan Angka Kematian Bayi.
Dengan adanya perilaku yang baik dari
ANAK | Volume 1 | Nomor 2 | September 2016
52
Hubungan antara Perilaku Ibu Hamil dengan Tanda Gejala Hepatitis C pada Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2014
ibu hamil maka angka kejadian hepatitis C pada
bayi akan menurun atau bahkan tidak ada sama
sekali, sebaliknya jika perilaku ibu hamil kurang
baik maka akan muncul angka kejadian hepatitis
C pada bayi sangat tinggi. Sering kali orang yang
menderita hepatitis C tidak menunjukan gejala
walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun
lamanya. Gejala-gejala dibawah ini mungkin
samar, misalnya lelah, perasaan tidak enak pada
perut kanan atas, hilang selera makan, sakit perut,
mual, muntah, pemeriksaan fisik seperti normal
atau menunjukan pembesaran hepar sedikit.
Beberapa pasien didapatkan spidernevi atau
eritema palmaris (Bell B, 2009).
Hasil laboratorium yang menyolok adalah
peninggian SGOT dan SGPT yang terjadi pada
kurun waktu 2 sampai 26 minggu setelah tertular.
Masa inkubasinya diantara hepatits akut A dan
hepatitis akut B, dengan puncaknya diantara 7
sampai 8 minggu setelah terkena infeksi (Sulaiman
HA, Julitasari 2007 ;17).
Penderita infeksi HCV biasanya berjalan
sublini, hanya 10% penderita yang dilaporkan
mengalami kondisi akut dengan ikterus. Infeksi
HCV jarang menimbulkan hepatits fulminan,
namun infeksi HCV akut yang berat pernah
dilaporkan pada penderita resipien transplantasi
hati, penderita dengan dasar penyakit hati
menahun dan penderita dengan konveksi HBV
(Hernomo K, 2003;21). Meskipun kondisi akutnya
ringan, sebagian besar akan berkembang menjadi
penyakit hati menahun (Harrison’s 1998; 149).
Infeksi HCV dinyatakan kronik jika deteksi RNA
HCV dalam darah menetap sekurang-kurangnya
6 bulan. Secara klinik hepatitis C mirip dengan
heptitis B. Gejala awal tidak spesifik dengan
gejala gastrointestinal diikuti dengan ikterus dan
kemudian diikuti perbaikan pada kebanyakan
kasus (PPHI, 2007 ; 21).
Infeksi kronik hepatitis C menunjukan
dampak klinik yang jauh lebih berat dibanding
53
infeksi hepatitis B. Kedua virus infeksi ini
dapat menimbulkan gangguan kualitas hidup,
meskipun masih dalam stadium presirotik dan
sering mengakibatkan komplikasi ekstra hepatik
(Hernomo K, 2003 ; 23). Pasien dengan hepatitis
C kronik dengan manifestasi gejala ekstrahepatik
yang biasanya disebabkan respon imun seperti
gejala rematoid, karatoconjungtivis sicca,
lichen planus, glomerulonefritis, limfoma dan
krioglobulinemia esensial campuran. Krioglobulin
telah dideteksi pada serum sekitar separuh pasien
dengan hepatitis C kronik (Mauss S, et al , 2009
;45).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Nurida (2012) yang menyatakan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara perilaku ibu
dengan tanda dan gejala hepatitis C pada bayi.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat
hubungan antara perilaku kesehatan ibu hamil
dengan tanda dan gejala hepatitis C. Oleh karena
itu ibu hamil hendaknya menjaga pola hidup sehat
dan berperilaku sehat agar dapat meminimalisisr
kejadian hepatitis C yang dapat terjadi kapanpun.
SIMPULAN DAN SARAN
Perilaku kesehatan ibu dengan ketgori
kurang baik sebanyak 25,7%, 37,8% cukup baik,
dan (36,5%) baik. Dengan demikian sebagian
kecil (25,7%) ibu dengan perilaku kesehatan yang
kurang baik di RSUD AL Ihsan Provinsi Jawa Barat
Tahun 2014. Terdapat tanda dan gejala hepatitis C
yang terjadi pada bayi sebanyak 20,3% dan tidak
terdapat tanda dan gejala hepatitis C pada bayi
sebanyak 79.7%. Dengan demikian sebagian kecil
20,3% bayi memiliki tanda dan gejala hepatitis
C di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat. Ada
hubungan antara perilaku ibu hamil dengan tanda
dan gejala hepatitis C Pada Bayi di Rumah Sakit
Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun
2014, hasil uji chi square diperoleh rvalue = 0,022
(<0,05). Berdasarkan nilai OR diketahui sebesar
5.484 (CI: 1.136 - 26.476) yang berarti ibu hamil
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
| Volume 1 | Nomor 2 | September 2016
Giari Rahmilasari, Asrie Noer Pertiwi
dengan perilaku kesehatan kurang dan cukup
baik berpeluang sebesar 5.484 kali lebih besar
memiliki bayi dengan tanda dan gejala hepatitis C.
Diharapkan untuk membuat struktur atau
petugas pelayanan penanggulangan hepatitis C
di RSUD Al Ihsan Bandung provinsi Jawa Barat,
mengingat telah diketahuinya beberapa kasus
hepatitis C yang terjadi diwilayah kerja RSUD Al
Ihsan Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2014.
Melakukan kegiatan pemeriksaan Hepatitis C pada
seluruh ibu hamil yang melakukan pemeriksaan
ke Rumah Sakit terutama ibu hamil yang sudah di
curigai atau di rekomendasikan untuk dilakukan
pemeriksaan Hepatitis C oleh pihak-pihak tertentu,
seperti rujukan dari bidan atau Puskesmas. Saran
bagi ibu hamil Ibu hendaknya menjaga pola hidup
dan perilaku sehat agar dapat meminimalisir
kerjadian hepatitis C yang dapat terjadi pada ibu
dan menularkan pada bayi nya. Oleh karena itu
ibu dapat berinisiatif sendiri untuk memeriksakan
Hepatitis C terlebih jika direkomendasikan untuk
memeriksakan Hepatitis C di pelayanan kesehatan
tertentu. Bagi warga masyarakat diharapkan
warga masyarakat dapat menyaring informasi
yang lebih banyak lagi mengenai perilaku apa
saja yang dapat mempengaruhi terjadinya
hepatitis C, karena hal ini menyangkut pada
upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat
itu sendiri. Terakhir untuk institusi pendidikan
pendidikan di bidang kesehatan, diharapkan
dalam proses pembelajaran di kampus harus lebih
meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang
hepatitis c, yang selanjutnya dapat di aplikasikan
pada saat Praktik Kerja Lapangan sebagai upaya
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi,
karena hal ini merupakan tugas bidan.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Balai Pustaka
Anonim. Ackogtg.Hepatits.Wordpress.com diakses
&
JURNAL ASUHAN IBU
pada 19 Juni 2015.
Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
_________, S. 2011. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Arini. 2013. Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui?.
Yogyakarta: Flashbook
Baban. A. Craciun C. 2007. Changing healthRisk Behaviours : a review of Theory and
Evidance-Based Interventions in Health
Psychology. Journal of Cognitive and
Behavioral psychotheraphies. Voll. VII. No
1, 2007.
Badriah. 2006. Metodologi Penelitian Ilmu-ilmu
Kesehatan. Bandung : PT.MULTAZAM
Depkes. 2014. Kejadian Hepatitis C di Indonesia.
Jakarta
Dienstag JL.2003. Non A Non B Hepatitis
Recognition, Epidemiology and Clinical
Gastroentenologi..
Dinkes. 2011. Profil Kesehatan Kota Bandung 2011
Eaton, Andrew, et al. 2011. Standard Methods for
Examination of Water and Wastwater. 21st
Edition. Marryland-USA: American Public
Health Association
Hernomo,K.2006. Pandangan Terkini Hepatitis
Virus B dan C dalam Praktek Klinik.
Surabaya
Hidayat, Azis Alimul. 2011. Metode Penelitian
Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika
Kemenkes RI. 2012. Pedoman pengendalian
Hepatitis Virus. Jakarta
ANAK | Volume 1 | Nomor 2 | September 2016
54
Hubungan antara Perilaku Ibu Hamil dengan Tanda Gejala Hepatitis C pada Bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2014
Mauss. S. Et al. 2009. Hepatology A Clinical
Textbook. Germany
Sugiono. 2013. Metode Peneltian Kualitatif dan
R&D. Bandung : Alfabeta
_________, Soekidjo.2008. Promosi Kesehatan & Ilmu
Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
_________ .2011. Statistika Untuk Penelitian Cetakan
Kedua Belas Revisi Terbaru. Bandung:
Alfabeta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodelogi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
_________, Soekidjo.2005. Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
_________, Soekidjo.2007. Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam & Effendi. 2011. Manajemen
Keperawatan Edisi 3. Jakarta : Salemba
Medika
Sugiyono . 2013. Metode penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sulaiman, HA. Julitasari. 2007. Selayang Pandang
Hepatitis C. Jakarta : Salemba Medika
Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian
Kebidanan
Kuantitatif-Kualitatif.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Wardle,J.,Haase,A.M,Steptoe,A.,Nillapun,M.
,Jonwutiwes,K.,&Bellisle,F.,(2004).
Gender Differences in Food Choice : The
Contrubytion of Health Belief and Dieting.
Annals of Behavioural Meicine. 27 (2) :
107-116
PPHI. 2007. Konsensus Penatalaksanaan Hepatitis
C Kronik. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kebidanan. Yayasan
Bima Pustaka
Sacher, RA. Mc.Pherson, RA. 2009. Widman’s
Clinical Interpretation of Laboratory Test.
Philadelphia : FA Davis Company
Subanada.2010. Rokok dan Kesehatan. Jakarta: UII
Pres
55
Warner, Saverin J, James W, Tankard,Jr. 2011.
Teori Komunikasi : Sejarah, Metode dan
Terapan di Dalam Media Massa. Edisi Ke 5.
Jakarta : Prenada Media
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
| Volume 1 | Nomor 2 | September 2016
Download