perubahan sosial budaya masyarakat desa lingkar

advertisement
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DESA
LINGKAR KAMPUS SEBAGAI DAMPAK KEBERADAAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SRI WULAN RAHMAWATI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Sosial
Budaya Masyarakat Desa Lingkar Kampus sebagai Dampak Keberadaan Institut
Pertanian Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Sri Wulan Rahmawati
NIM I34100127
ABSTRAK
SRI WULAN RAHMAWATI. Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa
Lingkar Kampus sebagai Dampak Keberadaan Institut Pertanian Bogor.
Dibimbing oleh RILUS A KINSENG
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji gelombang perubahan sosial yang
terjadi di Desa Babakan sejak kehadiran kampus IPB Dramaga. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengaruh yang ditimbulkan adalah pengaruh pada aspekaspek kehidupan masyarakat yakni aspek struktural dan kultural masyarakat Desa
Babakan. Perubahan pada aspek struktural adalah meningkatnya keberagaman
mata pencaharian, perubahan pola stratifikasi sosial, terbentuknya kelompokkelompok sosial yang baru, interaksi antar masyarakat yang semakin memudar
dan perubahan populasi kependudukan. Di samping itu, perubahan pada aspek
kultural masyarakat adalah perubahan unsur-unsur kebudayaan masyarakat desa,
pergeseran nilai dan norma dan perubahan gaya hidup. Sikap masyarakat terhadap
keberadaan kampus IPB sebagian besar bernilai positif. Sikap masyarakat
terhadap keberadaan kampus IPB memiliki hubungan yang negatif dengan
karakteristik masyarakat meliputi usia, tingkat pendapatan dan lama bermukim
masyarakat di Desa Babakan dan hubungan yang positif ditunjukkan oleh variabel
tingkat pendidikan. Selain itu, juga tidak terdapat perbedaan nyata karakteristik
jenis kelamin masyarakat dalam pembentukan sikap terhadap keberadaan kampus
IPB.
Kata kunci: perubahan sosial, perubahan struktural dan kultural dan sikap
masyarakat
ABSTRACT
SRI WULAN RAHMAWATI. Social-Cultural Change of Rural Community in
Villages Around the Campus as the Impact of Bogor Agricultural University
Existences. Supervised by RILUS A KINSENG
The objectives of this research is to analyze the waves of social change that
occurred in Babakan Village since the presence campus of IPB. The result showed
that the impact that caused is impact on community life aspects that is structural
aspects and cultural aspects of Babakan village community. The changes on
structural aspects are the increase of livelihoods diversity, the patterns of
stratification changes, the establishment of new social groups, increasingly fading
of social interaction and demographic pattern changes. Besides that, the changes
on cultural aspects of community are the elements of rural culture changes, the
shift of values and norms that exist in the society and also life style change of the
rural community. Public attitudes towards the existence of campus of IPB mostly
positive value. Public attitudes towards the presence of IPB’s campus has a
negative relationship with society characteristics including age, income level and
period of resided in Babakan village. Education level have positive relationship
with public attitudes. There is also no significant differences in gender
characteristic in the formation of attitudes towards the existence campus of IPB.
Keyword: Social change, structural and cultural change, public attitudes
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DESA
LINGKAR KAMPUS SEBAGAI DAMPAK KEBERADAAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SRI WULAN RAHMAWATI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul
Nama
NIM
: Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Lingkar Kampus
sebagai Dampak Keberadaan Institut Pertanian Bogor
: Sri Wulan Rahmawati
: I34100127
Disetujui oleh
Dr Ir Rilus A. Kinseng, MA
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul
Nama
NIM
Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Lingkar Kampus
sebagai Dampak Keberadaan Institut Pertanian Bogor
Sli Wulan Rahmawati
134100127
Disetujui oleh
Dr Ir ilus A. Kinseng, MA
Pembimbing
Tanggal Lulus:
2 1 JA N 201 4
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih, rahmat dan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Lingkar Kampus sebagai Dampak
Keberadaan Institut Pertanian Bogor (Kasus Desa Babakan, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor, Jawa barat)”. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi
syarat memperoleh gelar sarjana komunikasi dan pengembangan masyarakat,
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian yang ditulis dalam skripsi ini bertujuan untuk mengkaji
perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat Desa Babakan sebagai
dampak keberadaan kampus Institut Pertanian Bogor (IPB). Tujuan lainnya adalah
untuk menjadi referensi bagi semua pihak yang terkait. Penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari dukungan moral dan material dari berbagai pihak yang
mendukung penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Dosen Pembimbing, Bapak Dr Ir Rilus A Kinseng, MA selaku dosen pembimbing
yang telah memberi banyak inspirasi dan sabar membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada Orang tua Ayahanda Tr. Siallagan
dan Ibunda Rustina, serta kakak dan adik, Rahmat Immanuel dan Christ Van Dier,
atas doa dan segala bentuk dukungan juga dorongan semangat yang sangat besar
kepada penulis. Penulis juga berterima kasih kepada dosen beserta staf SKPM atas
ilmu yang diberikan selama masa perkuliahan. Tidak lupa juga penulis
mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Desa Babakan yang telah
meluangkan waktu untuk berbagi ilmu dan pengetahuan kepada penulis. Penulis
juga berterima kasih kepada rekan-rekan Departemen SKPM angkatan 47 atas
kebersamaannya selama kurang lebih 5 semester dan masukan serta dorongan
semangat yang diberikan selama penelitian. Terima kasih juga kepada rekan-rekan
program akselerasi SKPM 47 serta sahabat-sahabat lain yang tidak dapat saya
sebutkan namanya satu persatu.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak
pihak dan yang membacanya.
Bogor, Januari 2014
Sri Wulan Rahmawati
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Perubahan Sosial dan Budaya
Sumber dan Proses Perubahan Sosial
Level Perubahan Sosial
Perkembangan Perguruan Tinggi dan Perubahan sosial
Pengertian Sikap
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Definisi Konseptual
Definisi Operasional
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Geografis Desa Babakan
Kondisi Demografis
Infrastruktur Desa Babakan
Gambaran Aktivitas Ekonomi
PERUBAHAN STRUKTURAL MASYARAKAT DESA BABAKAN
SEJAK KEHADIRAN KAMPUS IPB
Sejarah Singkat Desa dan Dinamikanya
Dinamika Pemerintahan Desa
Ragam Mata Pencaharian
Stratifikasi Sosial
ix
ix
x
1
1
3
4
5
7
7
8
8
9
10
11
11
13
14
15
17
17
17
18
18
21
21
22
24
25
27
27
31
31
36
viii
Interaksi sosial
Pola Kependudukan
Kelompok-kelompok Sosial
PERUBAHAN KULTURAL MASYARAKAT DESA BABAKAN
SEJAK KEHADIRAN KAMPUS IPB
Masyarakat Lokal Desa Babakan
Perubahan Sistem Budaya Masyarakat Desa Babakan
Nilai dan Norma yang ada di Masyarakat
Perubahan Gaya Hidup Masyarakat Desa
SIKAP MASYARAKAT DESA BABAKAN TERHADAP
KEBERADAAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR (IPB)
Karakteristik Responden
Sikap Masyarakat terhadap Keberadaan kampus IPB
Hubungan antar sikap terhadap perubahan sosial dengan karakteristik
individu
Usia
Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendapatan
Lama bermukim
Pengabdian Masyarakat oleh Kampus IPB
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
39
45
49
51
51
52
56
58
61
61
64
65
65
66
68
69
70
72
75
75
76
79
81
105
ix
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Ranah identitas Perubahan berdasarkan Level perubahan sosial
Definisi Operasional
Luas dan persentase pemanfaatan lahan di Desa Babakan tahun 2013
Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di
Desa Babakan tahun 2013
Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan mata pencaharian di
Desa Babakan tahun 2013
Jumlah sarana pendidikan berdasarkan jenjang tingkat pendidikan di
Desa Babakan tahun 2013
Sarana Perhubungan Desa Babakan tahun 2013
Perubahan mata pencaharian penduduk Desa Babakan
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat usia responden
Jumlah responden menurut jenis kelamin responden
Jumlah responden menurut tingkat pendidikan responden
Jumlah responden menurut tingkat pendapatan responden
Jumlah responden menurut jenis mata pencaharian
Jumlah responden menurut lama bermukim responden di Desa
Babakan
Jumlah responden menurut sikap terhadap keberadaan kampus IPB
Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara usia
dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB.
Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara jenis
kelamin dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB
Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara tingkat
pendidikan dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB
Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara tingkat
pendapatan dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB
Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara lama
bermukim dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB
9
15
22
22
23
24
25
36
61
62
62
62
63
64
65
65
67
68
69
71
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
Kerangka pemikiran
Periodisasi perubahan yang terjadi di Desa Babakan
Perubahan lapisan stratifikasi sosial
Komposisi masyarakat Desa Babakan berdasarkan agama yang dianut
13
30
39
45
x
5
6
Ragam status kependudukan Masyarakat Desa Babakan
Perubahan aspek budaya masyarakat
49
59
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
Peta Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor
Kuesioner
Waktu Pelaksanaan Penelitian
Hasil Uji Analisis Statistik Menggunakan SPSS 16 for windows
Daftar Kerangka Sampling
Dokumentasi Penelitian
81
82
84
85
90
101
PENDAHULUAN
Bagian pendahuluan membahas landasan pemikiran dari penulisan skripsi
ini. Landasan pemikiran tersebut dipaparkan melalui latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian. Latar belakang
menggambarkan permasalahan umum dalam penelitian disertai dengan fakta-fakta
yang mendukung terhadap perubahan sosial masyarakat desa. Kemudian
permasalahan-permasalahan yang menjadi fokus penelitian dipaparkan dalam
perumusan masalah. Tujuan penelitian merupakan jawaban yang diharapkan
terhadap permasalahan-permasalahan penelitian. Sementara kegunaan penelitian
merupakan manfaat yang diharapkan oleh peneliti setelah penelitian ini dilakukan.
Latar Belakang
Layaknya sebuah organisme yang selalu mengalami perkembangan fisik dan
mental secara bertahap, masyarakat sebagai gabungan dari individu-individu yang
membentuk suatu kelompok juga mengalami perkembangan demi perkembangan
seiring berjalannya waktu. Perkembangan yang terjadi dalam masyarakat ini
merupakan bentuk dari perubahan sosial. Perubahan dan perkembangan ini tidak
terjadi dengan sendirinya, melainkan terdapat faktor-faktor yang menjadi
penyebab yang merupakan akibat dari interaksi dan aktivitas masyarakat baik
secara langsung maupun tidak langsung. Berbicara tentang perubahan sosial
merupakan hal yang lazim terjadi dalam sebuah masyarakat. Dengan kata lain, hal
yang patut dipertanyakan bukan mengenai ada tidaknya suatu perubahan dalam
suatu masyarakat melainkan komponen-komponen dalam perubahan tersebut.
Perubahan sosial menurut Gillin dan Gillin (1954) dalam Soekanto (1990)
merupakan suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, yang
disebabkan baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil,
komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi maupun penemuanpenemuan baru dalam masyarakat tersebut.
Perubahan yang terjadi dalam masyarakat juga terbagi menjadi dua yaitu
perubahan yang direncanakan (planned change) dan perubahan yang tidak
direncanakan (unplanned change). Perubahan berencana sering diidentikkan
dengan pembangunan yakni perubahan yang direncanakan untuk mencapai suatu
kondisi yang diinginkan atau yang dianggap lebih baik. Menurut Tjokroamidjojo
(1996) pembangunan adalah upaya masyarakat bangsa yang merupakan
perubahan sosial yang besar dalam berbagai bidang kehidupan untuk mewujudkan
kehidupan masyarakat yang lebih maju dan baik sesuai dengan pandangan
masyarakat pada masa itu. Tujuan pembangunan menurut UU nomor 25 tahun
2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) tahun 2000-2004
adalah untuk mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam pembukaan
UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
2
Koentjaraningrat (1997), mendefinisikan pembangunan sebagai serangkaian
upaya yang direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah, badan-badan atau
lembaga-lembaga internasional, nasional atau lokal yang terwujud dalam bentukbentuk kebijaksanaan, program, atau proyek, yang secara terencana mengubah
cara-cara hidup atau kebudayaan dari sesuatu masyarakat sehingga warga
masyarakat tersebut dapat hidup lebih baik atau lebih sejahtera daripada sebelum
adanya pembangunan tersebut. Departemen pendidikan dan kebudayaan misalnya,
dalam rangka membangun dan meningkatkan kualitas pendidikan ke arah yang
lebih baik disusun dalam suatu rencana strategis (RENSTRA). Salah satu dari
Rencana strategis tersebut penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana
pendidikan yang merata di seluruh provinsi guna mewujudkan misi meningkatkan
ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas layanan pendidikan.
Pembangunan infrastruktur pendidikan seperti perguruan tinggi tidak bisa
dipisahkan dari proses pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya
infrastruktur dan juga aktivitas yang menyertainya tentu juga akan menggerakkan
aktivitas ekonomi dan dinamika kependudukan yakni menjadi daya tarik bagi para
migran. Terbentuknya suatu aktivitas baru pada gilirannya akan berpengaruh
terhadap kehidupan dan aktivitas kawasan di sekitarnya. Masyarakat yang berada
di kawasan pembangunan infrastruktur tersebut secara sadar atau tidak harus
menyesuaikan diri dengan aktivitas baru yang akan terpola hingga mendorong
munculnya kegiatan baru yang dilakukan masyarakat. Dengan kata lain,
pembangunan infrastruktur pendidikan atau fasilitas publik lain di suatu daerah
tentu membawa perubahan baik secara sosial, ekonomi, dan budaya bagi
masyarakat di wilayah sekitarnya.
Keberadaan instansi pendidikan terutama perguruan tinggi, dalam kaitannya
dengan dinamika pergerakan penduduk, di sebagian besar kota di Indonesia telah
menjadi magnet dalam menarik penduduk baik pelajar, tenaga kependidikan
ataupun penduduk lainnya untuk bermukim di wilayah pendidikan tersebut.
Institusi pendidikan juga turut menjadi “simbol” dari suatu kota/wilayah, misalnya
saja Kota Depok dengan Universitas Indonesia, Bandung dengan Institut
Teknologi Bandung, Yogyakarta dengan Universitas Gajah Mada dan lain
sebagainya. Hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung menjadi salah
satu faktor penarik gerak penduduk dan bahkan sebagai aktor penggerak
perekonomian masyarakat. Di Jawa Barat, terkhusus Kota dan Kabupaten Bogor,
terdapat kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) yang merupakan salah satu
institusi pendidikan tinggi yang terpandang di Indonesia. Setiap tahunnya Institusi
ini menerima kurang lebih 3 700 mahasiswa baru untuk tingkat strata satu yang
berasal dari kota, provinsi dan bahkan kecamatan-kecamatan terpencil di
Indonesia. Data sekunder menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk Kota
Bogor selama sepuluh tahun terakhir sebesar 3.9 persen1 per tahun atau 20 000
jiwa per tahun, ditambah lagi masuknya penduduk yang berstatus tinggal
sementara di desa-desa di sekitar kampus yang berstatus sebagai pelajar atau
mahasiswa.
Kampus utama IPB secara administratif terletak di Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor, Jawa barat. Desa Babakan merupakan desa lingkar kampus IPB
yang berada dan bersinggungan paling dekat dengan aktivitas Kampus IPB.
1
Sumber: Bogor-Kita.com. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor 3,9% per tahun,
tertinggi di Indonesia.
3
Sebelum berdirinya Kampus IPB, wilayah desa tersebut merupakan wilayah bekas
perkebunan karet. Kini lahan perkebunan atau tegalan di Desa Babakan sudah
sangat langka untuk ditemui dan telah digantikan dengan bangunan berupa
perumahan, kios-kios dagang, dan pemondokan mahasiswa. Untuk dapat bertahan
di wilayahnya, masyarakat Desa Babakan harus dapat beradaptasi terhadap
gempuran perubahan yang terjadi akibat keberadaan kampus IPB ini.
Selain membawa dampak positif, tentu keberadaan kampus IPB juga
memberikan dampak yang negatif baik bagi masyarakat yang lebih dulu tinggal
dan menetap di Desa Babakan maupun bagi tata ruang pemukiman dan juga
lingkungan. Di satu pihak, keberadaan institusi pendidikan tinggi ini membuka
kesempatan bagi masyarakat untuk menunjang peningkatan kesejahteraan salah
satunya dengan ikut andil dalam aktivitas ekonomi dengan mendirikan berbagai
usaha yang berkaitan dengan kebutuhan dan fasilitas para pelajar, karyawan, dan
juga tenaga kependidikan. Di lain pihak, perkembangan Kampus IPB juga
menghilangkan akses masyarakat Desa Babakan terhadap lahan tegalan atau
perkebunan. Dalam artian menghilangkan akses masyarakat yang sebelumnya
berprofesi sebagi petani serta timbulnya tantangan persaingan ekonomi antara
masyarakat lokal dengan pengusaha pendatang yang melihat keberadaan kampus
IPB sebagai lahan ekonomi yang menguntungkan.
Hasil penelitian Suharyanto (2007) menyatakan bahwa secara ekonomi
keberadaan IPB memberikan kontribusi yang positif dalam meningkatkan
perekonomian masyarakat di sekitarnya. Secara formal, IPB membuka lapangan
pekerjaan dengan status PNS maupun pegawai biasa yang bekerja di bawah
naungan institusi IPB. Sedangkan secara informal, keberadaan kampus IPB
menumbuhsuburkan usaha-usaha seperti wiraswasta/pedagang maupun jasa.
Tentunya dampak keberadaan kampus IPB ini tidak hanya terbatas pada dampak
ekonomi saja namun juga berdampak dalam kehidupan sosial atau struktur
masyarakat yang lebih menarik untuk dikaji lebih dalam. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk menganalisis perubahan sosial dan budaya yang terjadi di Desa
Babakan sebagai dampak keberadaan kampus IPB.
Masalah Penelitian
Kehadiran IPB di Desa Babakan yang mencakup aktivitas akademisi dan
perkembangan kampus IPB secara fisik tentu akan membawa dampak bagi
masyarakat setempat, baik berupa dampak yang positif maupun dampak yang
negatif. Keberadaan kampus IPB mempengaruhi cara masyarakat asli
mempertahankan keeksistensiannya di lingkungan yang berubah dari keadaan
sebelum adanya kampus IPB. Berbicara tentang masyarakat yang merupakan satu
kesatuan unit dapat dilihat melalui dua dimensi yakni dimensi struktural dan
kultural. Dimensi kehidupan struktural masyarakat dapat terlihat dari cara
berinteraksinya masyarakat, kelompok-kelompok sosial yang ada, pola lapisan
dalam masyarakat, pola kependudukan, kepemimpinan dan juga mata pencaharian
penduduk. Oleh karena itu, menjadi penting untuk meneliti bagaimana dampak
keberadaan kampus IPB terhadap dimensi struktural masyarakat Desa Babakan,
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor?
Perubahan sosial juga erat kaitannya dengan perubahan kebudayaan. Davis
(1960) menyatakan bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan
4
kebudayaan. Dimensi lain selain dimensi struktural dalam masyarakat adalah
dimensi kultural. Tidak hanya pada dimensi struktural, keberadaan kampus IPB
ini juga akan berdampak terhadap kehidupan kultural atau budaya masyarakat
desa lingkar kampus terkhusus Desa Babakan. Beberapa literatur menyatakan
bahwa sebelum masuknya pembangunan kampus IPB, desa lingkar kampus
termasuk Desa Babakan merupakan desa yang homogen dengan mayoritas
penduduk bersuku Sunda. Seiring dengan perkembangan kampus IPB masyarakat
desa menjadi heterogen dengan masuknya pendatang-pendatang baik yang
berprofesi sebagai tenaga kependidikan, mahasiswa dan juga penduduk yang
sengaja masuk untuk mencari peluang-peluang sumber ekonomi. Oleh karena itu,
menjadi penting untuk meneliti bagaimana dampak keberadaan kampus IPB
terhadap dimensi kultural masyarakat Desa Babakan, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor?
Keberadaan kampus IPB dapat diartikan sebagai perkembangan
pembangunan dalam arti fisik dan juga aktivitas-aktivitas yang berhubungan
dengan institusi tersebut. Aktivitas-aktivitas institusi tersebut secara langsung
maupun tidak langsung akan berpengaruh pula dengan aktivitas masyarakat desa
tersebut. Dampak positif dan negatif keberadaan kampus IPB ini tentu dirasakan
oleh masing-masing individu, rumah tangga, maupun kelompok yang juga
memiliki beragam aktivitas dan kepentingan. Unit analisis perubahan sosial juga
mencakup perubahan yang terjadi dalam diri individu. Perubahan yang terjadi
pada diri individu tersebut dapat berupa perubahan sikap. Baron (2004)
menyatakan bahwa sikap merupakan evaluasi individu terhadap berbagai aspek
dunia sosial. Setiap individu dengan berbagai karakteristik yang berbeda tentu
memiliki sikap atau evaluasi terhadap lingkungan sosial mereka. Dapat diartikan
bahwa setiap individu di Desa Babakan memiliki respon yang berbeda-beda
terhadap kehadiran kampus IPB beserta aktivitas-aktivitas dan perkembangannya.
Oleh karena itu, menjadi penting untuk meneliti bagaimana sikap masyarakat
terhadap keberadaan kampus IPB dengan karakteristik individu yang berbeda?
Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak keberadaan
kampus IPB terhadap kehidupan sosial-budaya masyarakat Desa Babakan,
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Adapun tujuan penelitian secara lebih
rinci dirumuskan sebagai berikut:
1. Menganalisis dampak keberadaan kampus IPB terhadap dimensi struktural
masyarakat Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.
2. Menganalisis dampak keberadaan kampus IPB terhadap dimensi kultural
masyarakat Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.
3. Menganalisis sikap masyarakat terhadap keberadaan Kampus IPB dengan
karakteristik individu yang berbeda.
5
Kegunaan Penelitian
Mengacu kepada tujuan penelitian, maka kegunaan dilaksanakannya
penelitian ini terbagi menjadi kegunaan penelitian bagi akademisi, pemerintah dan
masyarakat, sebagai berikut:
1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
dan kajian untuk penelitian selanjutnya mengenai dampak pembangunan
khususnya pembangunan infrastruktur terhadap kehidupan sosial-budaya
masyarakat pedesaan.
2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
dan pemahaman kepada masyarakat mengenai dampak-dampak
keberadaan kampus IPB terhadap kehidupan sosial-budaya masyarakat
yang telah terjadi.
3. Bagi pemerintah dan Institut Pertanian Bogor, penelitian ini dapat
memberikan masukan berupa kritik dan saran kepada pemerintah dan juga
Civitas Akademika dan pengelola IPB sebagai pembuat kebijakan agar
lebih teliti dalam menetapkan kebijakan yang terkait dengan pembangunan
sebagai perubahan yang direncanakan.
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian ini menjelaskan acuan-acuan yang melandasi pemikiran terhadap
permasalahan dalam penelitian. Beberapa acuan diperoleh dari laporan hasil
penelitian, baik cetak maupun elektronik. Acuan tersebut memuat antara lain
perubahan sosial dan budaya, sumber dan proses perubahan sosial, level
perubahan sosial, perkembangan perguruan tinggi dan perubahan sosial,
pengertian sikap dan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap. Di samping itu,
bagian ini juga memaparkan kerangka pemikiran dari penelitian ini, hipotesis
penelitian, dan definisi operasional.
Perubahan Sosial dan Budaya
Beberapa ahli memandang masyarakat sebagai suatu yang “life” oleh karena
itu masyarakat pastilah berkembang dan kemudian berubah, maka kajian utama
perubahan sosial selalu menyangkut keseluruhan aspek kehidupan masyarakat
atau harus meliputi semua fenomena sosial yang menjadi kajian sosiologi
(Narwoko dan Suyanto 2011). Beragam pengertian dan batasan perubahan sosial
yang dikemukakan oleh para ahli sesuai dengan sudut pandang, bidang keilmuan
dan konteks penelitian masing-masing. Terlepas dari beragam pengertian tersebut,
terdapat persamaan aspek perubahan sosial yaitu perubahan sosial selalu terkait
dengan masyarakat dan kebudayaan serta dinamika keduanya.
Menurut C.W Mills dalam Vago (1989), perbedaan aktivitas dalam
kelompok sudah termasuk dalam perubahan sosial. Koening dalam Marius (2006)
juga mengutarakan hal yang serupa bahwa perubahan sosial merupakan
modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam kehidupan manusia. Pengertian yang
tidak jauh berbeda juga dinyatakan oleh Gillin dan Gillin dalam Soekanto (1982),
Perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima,
yang disebabkan baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil,
komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi maupun penemuanpenemuan baru dalam masyarakat tersebut.
Perubahan sosial juga dapat dianalisis dengan melihat perubahan struktur
dalam masyarakat. Davis (1960) mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan
yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat (Soekanto 1982). Davis (1960)
memberikan sebuah contoh, yakni timbulnya pengorganisasian buruh dalam
masyarakat kapitalis menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan antara
buruh dan majikan yang kemudian menyebabkan perubahan-perubahan dalam
organisasi politik. Soemardjan (1981) juga menyoroti perubahan sosial dari kaca
mata lembaga-lembaga di dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial merupakan
segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilainilai, sikap-sikap, dan pola-pola peri kelakuan di antara kelompok-kelompok
dalam masyarakat (Soemardjan 1981). Dengan kata lain, perubahan-perubahan
pada lembaga-lembaga masyarakat tersebut akan mempengaruhi segi-segi struktur
masyarakat lainnya.
8
Ogburn (1922) dalam Soekanto (1982) melihat perubahan sosial dalam
ruang lingkup unsur-unsur kebudayaan baik yang bersifat material maupun yang
immaterial. Pengertian ini tidak jauh berbeda dengan pengertian perubahan sosial
menurut Davis dalam Soekanto (1982) yang menyatakan bahwa perubahan sosial
merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan ini
mencakup: kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan seterusnya bahkan
perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial. Sebagai contoh
dalam suatu masyarakat terjadi perubahan logat bahasa akan tetapi perubahan ini
tidak mempengaruhi organisasi sosialnya. Keadaan tersebut lebih merupakan
perubahan kebudayaan dibandingkan dengan perubahan sosial. Davis juga
menyatakan bahwa perubahan dalam kebudayaan tidak mempengaruhi sistem
sosialnya.
Sumber dan Proses Perubahan Sosial
Perubahan sosial merupakan fungsi dari banyak faktor. Lauer (2001)
menyebut faktor-faktor penyebab perubahan sosial tersebut sebagai mekanisme
yang mendorong perubahan. Beberapa ahli menjelaskan mekanisme ujung
pangkal penyebab perubahan sosial melalui beberapa teori-teori perubahan sosial
seperti mekanisme konflik, keberadaan elit kreatif, faktor kekuatan eksternal dan
penyebab-penyebab lain (Narwoko dan Suyanto 2011). Untuk menjelaskan
mekanisme perubahan sosial sebaiknya dengan memahami 3 perspektif penting
yaitu Perspektif materialistik, perspektif idealistis, dan perspektif mekanisme
interaksionalis (Lauer 2001). Namun dalam sub bab ini perspektif yang akan
dibahas dalam menjelaskan sumber perubahan sosial adalah perspektif
meterialistik dan perspektif idealistis.
Argumentasi perspektif materialistik menyatakan bahwa teknologi atau
moda produksi ekonomi merupakan penyebab perubahan sosial. Lauer (2001)
menjelaskan bahwa terdapat 3 cara teknologi mempengaruhi atau menyebabkan
suatu perubahan, yaitu: (1) inovasi teknologi meningkatkan alternatif-alternatif
baru bagi masyarakat. Ketika masyarakat memilih alternatif baru tersebut maka ia
telah memulai perubahan di segala bidang, (2) teknologi mempengaruhi
perubahan dengan mengubah pola-pola interaksi, dan (3) teknologi baru
menimbulkan berbagai permasalahan sosial baru bagi masyarakat.
Perspektif yang kedua, yaitu perspektif idealistis yang menjelaskan bahwa
ideologi atau ide merupakan penyebab perubahan sosial. Budaya idealistis dapat
berupa ide, nilai-nilai dan ideologi. Terdapat 3 cara ide, nilai dan ideologi
menyebabkan perubahan (Lauer 2001): (1) ideologi melegitimasi arah perubahan
yang diinginkan, (2) ideologi menyediakan dasar solidaritas sosial, dan (3)
ideologi menghadapkan masyarakat pada suatu kontradiksi dan masalah.
Level Perubahan Sosial
Perubahan dapat terjadi pada tingkatan atau level-level tertentu sesuai
dengan bentuk dan proses perubahan yang terjadi. Seperti yang dikemukakan oleh
Lauer (2001), perubahan sosial merupakan perubahan fenomena sosial di berbagai
tingkat kehidupan manusia mulai dari tingkat individu hingga tingkat dunia. Lauer
9
membagi level analisis ke dalam 9 tingkatan, yaitu berturut-turut sebagai berikut:
individu, interaksi, organisasi, institusi, komunitas, masyarakat, kebudayaan,
peradaban, dan global. Di sisi lain, Vago (1989) menganalisis perubahan sosial
melalui komponen-komponen perubahan sosial yang dapat dilihat dari identitas
perubahan, level atau tingkatan, arah, kecepatan, dan besar perubahan. Lebih
ringkas lagi, Vago (1989) membagi level terjadinya perubahan sosial ke dalam 5
level yaitu seperti yang akan dipaparkan dalam tabel berikut:
Tabel 1 Ranah identitas Perubahan berdasarkan Level perubahan sosial
Tingkatan (level)
Ranah Identitas Perubahan
Individu
Sikap, kepercayaan, aspirasi dan motivasi
Kelompok
Pola interaksi, metode resolusi konflik, kohesi dan
kesatuan, serta kompetisi.
Organisasi
Struktur dan fungsi, hierarki, komunikasi, relasi
peran, produktivitas, rekrutmen, pola sosialisasi.
Institusi
Hubungan pernikahan dan keluarga, pendidikan,
praktek agama.
Masyarakat
Stratifikasi, ekonomi politik.
Sumber: Vago (1989)
Perkembangan Perguruan Tinggi dan Perubahan sosial
Konsep Pembangunan selalu diartikan sebagai suatu proses transformasi
yang bersifat linear yakni menuju tahap yang lebih baik dari kondisi yang ada
sebelumnya. Perubahan sosial tidak selalu berarti kemajuan, tetapi dapat pula
membentuk pola siklikal atau kemunduran. Dari sisi pengertian tersebut
perubahan sosial terlihat berbeda dengan pembangunan. Beberapa pengertian
menyebutkan bahwa pembangunan mengandung makna sebagai perubahan sosial
yang positif karena merupakan proses perubahan yang disengaja, direncanakan
dan terarah. Dengan kata lain, pembangunan berarti perubahan yang bertujuan
mengubah keadaan yang tidak di kehendaki ke arah yang dikehendaki.
Pembangunan juga dipandang sebagai proses penerapan pengetahuan dan
teknologi modern pada pelbagai segi atau bidang kehidupan masyarakat untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Koentjaraningrat (1997), mendefinisikan
pembangunan sebagai serangkaian upaya yang direncanakan dan dilaksanakan
oleh pemerintah, badan-badan atau lembaga-lembaga internasional, nasional atau
lokal yang terwujud dalam bentuk-bentuk kebijaksanaan, program, atau proyek,
yang secara terencana mengubah cara-cara hidup atau kebudayaan dari sesuatu
masyarakat sehingga warga masyarakat tersebut dapat hidup lebih baik atau lebih
sejahtera dari pada sebelum adanya pembangunan tersebut. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan misalnya, dalam rangka membangun dan
meningkatkan kualitas pendidikan ke arah yang lebih baik disusun dalam suatu
rencana strategis (RENSTRA). Salah satu dari rencana strategis tersebut
penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan yang merata di
seluruh provinsi guna mewujudkan misi meningkatkan ketersediaan,
keterjangkauan, dan kualitas layanan pendidikan.
10
Di bidang pendidikan, hasil penelitian Suharyanto (2007) menyimpulkan
bahwa keberadaan kampus IPB (Institut Pertanian Bogor) memberikan dampak
positif bagi perekonomian masyarakat di sekitarnya. Secara formal IPB membuka
lapangan pekerjaan dengan status PNS maupun pegawai biasa yang bekerja di
bawah naungan institusi IPB. Sedangkan secara informal, keberadaan kampus IPB
menumbuhsuburkan usaha-usaha seperti wiraswasta/pedagang maupun jasa.
Berkembangnya sektor informal sebagai alternatif lapangan usaha yang dapat
menyerap mereka yang tidak memiliki kualifikasi untuk masuk ke dalam sektor
formal, telah mampu menyerap tenaga kerja baik masyarakat lokal maupun
masyarakat pendatang yang menetap di daerah tersebut. Dengan kata lain,
keberadaan atau pembangunan fasilitas pendidikan yaitu kampus IPB mampu
menciptakan peningkatan pendapatan bagi masyarakat kabupaten Bogor.
Hasil penelitian Sabarudin (2007) memaparkan adanya perubahan harga
lahan di sekitar wilayah Universitas Katholik Parahyangan (UNPAR), Bandung,
sebagai respon dari pembangunan dan perkembangan yang terjadi di wilayah studi
tersebut yaitu keberadaan fasilitas sosial. Hasil studi ini menemukan bahwa pada
tahun 1965-1975 yakni sebelum pembangunan dan perkembangan UNPAR,
faktor penentu harga lahan adalah seberapa jauh lahan tersebut dari infrastruktur
jalan utama. Perubahan pun terjadi setelah keberadaan UNPAR, faktor penentu
harga lahan adalah keberadaan akses atau jalan utama, ketersediaan dan jumlah
fasilitas publik yang bersifat ekonomi. Pembangunan kamar sewa juga
mempengaruhi harga lahan dan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan fasilitas publik lainnya seperti rumah makan, toko/warung, dan
warnet.
Lase (2010) juga meneliti dampak keberadaan fasilitas pendidikan terhadap
wilayah di sekitarnya yaitu keberadaan Universitas Sumatera Utara (USU). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa keberadaan kampus USU adalah sebagai salah
satu penyebab kemacetan di ruas jalan besar pada jam-jam tertentu. Di bidang
ekonomi, keberadaan USU juga mempengaruhi pendapatan usaha kecil di sekitar
kampus. Hasil perhitungan membuktikan bahwa pendapatan usaha kecil dan
warung pada saat masa perkuliahan lebih tinggi dibandingkan dengan saat masa
liburan semester. Hal ini berarti keberadaan kampus USU memberikan dampak
positif terhadap peningkatan pendapatan usaha kecil dan warung di sekitarnya.
Pengertian Sikap
Baron (2004) menyatakan bahwa sikap merupakan evaluasi terhadap
berbagai aspek dalam dunia sosial. Sikap merupakan hal yang penting untuk
dikaji karena sikap sulit untuk diubah dan sangat mempengaruhi pemikiran sosial
seseorang terhadap sesuatu hal, meskipun sikap tidak selalu direfleksikan dalam
tingkah laku yang tampak. Selain itu sikap mewakili aspek kognisi sosial yang
sangat mendasar. Eagly dan Chaicken (1993) dalam Baron (2004) menyatakan
bahwa sikap sungguh merefleksikan sebuah fondasi yang penting dan awal dari
pemikiran sosial. Sikap sering kali mempengaruhi tingkah laku individu hal
tersebut terjadi ketika sikap yang dimiliki kuat dan mantap (Petty dan Krosnick
dalam Baron 2004).
Azwar (2007) menyatakan bahwa sikap merupakan suatu respon evaluatif.
Respon evaluatif berarti bahwa bentuk interaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu
11
timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi
kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif,
menyenangkan-tidak menyenangkan yang kemudian mengkristal sebagai potensi
reaksi terhadap objek sikap. Secara umum pendapat para ahli menyatakan sikap
terdiri dari komponen-komponen yang dibagi menjadi komponen afektif, konatif
dan kognitif. Salah satunya adalah Eagly dan Chaiken (Ramdhani 2008)
menyatakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap objek
sikap yang diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif, dan perilaku.
Sikap dalam bentuk kognitif merupakan representasi yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap yang umumnya dalam bentuk persepsi dan kepercayaan.
Fishbein dan Ajzen (1975) dalam Ramdhani (2008) menyatakan bahwa respon
evaluatif dalam bentuk kognitif meliputi beliefs yang dimiliki individu terhadap
objek sikap dengan berbagai atributnya. Sikap atau respon evaluatif dalam bentuk
afektif berupa perasaan individu terhadap objek sikap. Perasaan tersebut dapat
berbentuk perasaan senang dan tidak senang terhadap objek sikap. Sedangkan
respon evaluatif atau sikap dalam bentuk konatif adalah komponen sikap yang
berhubungan dengan kecendrungan untuk bertindak terhadap objek sikap.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Baron (2004) menyatakan bahwa sikap terbentuk melalui proses
pembelajaran sosial dan dipengaruhi oleh faktor genetik. Individu mengadopsi
prilaku orang melalui proses pembelajaran sosial saat berinteraksi dan
mengobservasi tingkah laku orang lain. Penelitian yang dilakukan terhadap
kembar identik menunjukkan bahwa sikap juga dipengaruhi oleh faktor genetik,
walaupun besarnya pengaruh sangat bervariasi untuk sikap yang berbeda. Dengan
kata lain, sikap dipengaruhi oleh faktor genetik adalah benar dalam batas-batas
tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Oskamp (1991) dalam
Ramdhani (2008) adalah faktor genetik dan fisiologik, pengalaman personal,
pengaruh orang tua, pengaruh kelompok sebaya atau kelompok masyarakat, dan
pengaruh dari akses terhadap media massa. Purwanto (1998) juga memaparkan
faktor pembentukan sikap dengan membaginya ke dalam dua kategori yaitu faktor
eksternal dan internal. Faktor intern yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri
orang yang bersangkutan sendiri. Kita tidak dapat menangkap seluruh rangsangan
dari luar melalui persepsi, oleh karena itu kita harus memilih rangsanganrangsangan mana yang akan kita teliti dan mana yang harus dijauhi. Pilihan ini
ditentukan oleh motif-motif dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri kita.
Faktor ekstern merupakan faktor di luar diri individu, di antaranya sifat objek
yang dijadikan sasaran sikap, kewibawaan orang yang mengemukakan sikap
tersebut, sifat kelompok yang mendukung sikap tersebut, media komunikasi yang
digunakan dalam menyampaikan sikap dan situasi pada saat sikap dibentuk.
Kerangka Pemikiran
Keberadaan kampus IPB menjadi motor penggerak terjadinya perubahan
bagi wilayah dan masyarakat desa lingkar kampus IPB. Aktivitas dan
12
perkembangan Kampus IPB tentu akan mempengaruhi kehidupan sosial dan
budaya masyarakat setempat. Sztompka (2011) menyatakan bahwa salah satu
konsep dasar dari sebuah perubahan adalah dimensi waktu yang berbeda.
Perubahan yang akan dikaji adalah perubahan yang terjadi dalam rentang waktu
tahun 1980 hingga tahun 2013. Alasan pemilihan waktu yaitu pada tahun 1980
merupakan tahun perkembangan kampus IPB dengan dimulainya pembangunan
fakultas-fakultas baru setelah fakultas kehutanan terlebih dahulu dibangun di
wilayah Dramaga yaitu sekitar tahun 1980. Selain itu, tahun inilah mulai
masuknya fasilitas listrik bagi masyarakat desa di sekitar kampus termasuk Desa
Babakan.
Masyarakat yang merupakan kumpulan dari individu-individu dan
kelompok, terdiri dari dimensi struktural dan juga kultural. Masuknya mahasiswa
dan para pendatang ke dalam sistem sosial masyarakat Desa Babakan dengan latar
belakang yang berbeda tentu akan menyebabkan perubahan-perubahan dalam
kehidupan bermasyarakat desa setempat. Penelitian ini melihat perubahan yang
terjadi dalam dimensi struktural dan kultural masyarakat sebagai dampak dari
keberadaan kampus IPB tersebut. Dalam dimensi struktural, analisis perubahan
yang terjadi adalah perubahan dalam stratifikasi sosial, interaksi sosial, pola
kependudukan, kelompok-kelompok sosial dan juga perekonomian masyarakat.
Dalam dimensi kultural, perubahan dilihat dari perubahan nilai, norma dan sistem
budaya masyarakat setempat. Vago (1989) menyatakan bahwa level analisis
perubahan sosial juga mencakup level individu yang dapat berupa sikap, aspirasi
dan motivasi. Baron (2004) menyatakan bahwa sikap merupakan evaluasi
individu terhadap berbagai aspek dunia sosial. Oleh karena itu, penelitian ini juga
akan mengukur sikap masyarakat terhadap keberadaan kampus IPB dan aktivitasaktivitas yang menyertainya. Pengukuran sikap ini pun hendak melihat perbedaan
sikap individu berdasarkan karakteristik usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
tingkat pendapatan dan lama bermukim.
13
Keterangan:
Diuji secara kuantitatif
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini meliputi hipotesis pengarah dan hipotesis
penguji. Berikut hipotesis uji dan hipotesis pengarah secara terperinci.
Hipotesis Uji:
Hipotesis uji merupakan dugaan terhadap hasil penelitian meliputi variabel
yang akan diuji secara kuantitatif. Hipotesis yang dapat ditarik dari penelitian ini
di antaranya:
1. Terdapat hubungan nyata antara sikap terhadap
dengan usia individu.
2. Terdapat perbedaan nyata antara jenis kelamin
dalam sikap terhadap keberadaan kampus IPB.
3. Terdapat hubungan nyata antara sikap terhadap
dengan tingkat pendidikan individu.
4. Terdapat hubungan nyata antara sikap terhadap
dengan tingkat pendapatan individu.
keberadaan kampus IPB
laki-laki dan perempuan
keberadaan kampus IPB
keberadaan kampus IPB
14
5. Terdapat hubungan nyata antara sikap terhadap keberadaan kampus IPB
dengan lama bermukim individu.
Hipotesis Pengarah:
Hipotesis pengarah merupakan dugaan hasil penelitian meliputi variabel
penelitian yang akan digali secara kualitatif. Berdasarkan kerangka pemikiran,
maka hipotesis pengarah yang dapat disusun ialah:
1. Diduga keberadaan kampus IPB menyebabkan perubahan dalam dimensi
struktural masyarakat setempat seperti dalam hal ragam mata pencaharian
penduduk, stratifikasi sosial, interaksi sosial, pola kependudukan, dan
kelompok-kelompok sosial.
2. Diduga keberadaan kampus IPB menyebabkan perubahan dalam dimensi
kultural masyarakat setempat seperti nilai, norma, gaya hidup dan sistem
budaya masyarakat Desa Babakan.
Definisi konseptual
Adapun definisi konseptual dalam penelitian ini antara lain:
1. Perubahan sosial-budaya masyarakat adalah perubahan dalam kehidupan
dimensi struktural dan kultur masyarakat Desa Babakan sejak keberadaan
kampus IPB Dramaga yang bersinggungan langsung dengan Desa
Babakan.
2. Perubahan struktural adalah perubahan dalam bidang mata pencaharian,
stratifikasi sosial, interaksi sosial, pola kependudukan dan kelompokkelompok sosial.
3. Perubahan kultural masyarakat adalah perubahan dalam bidang sistem
budaya masyarakat, nilai dan norma serta gaya hidup masyarakat.
4. Mata pencaharian adalah pekerjaan yang saat ini dominan dilakukan oleh
masyarakat desa penelitian.
5. Stratifikasi sosial adalah pembedaan masyarakat dalam lapisan-lapisan
secara bertingkat. Dasar kriteria yang umumnya dipakai untuk
menggolongkan masyarakat adalah kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan
ilmu pengetahuan
6. Sistem pemerintahan adalah tata aturan dalam mengatur dan menjalankan
kebijakan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
7. Interaksi sosial adalah komunikasi dan hubungan-hubungan yang terjadi
sedikitnya di antara dua individu atau lebih.
8. Populasi kependudukan adalah susunan struktur dan karakteristik
penduduk yang bertempat tinggal di Desa setempat
9. Kelompok-kelompok sosial gabungan sejumlah individu dengan sejumlah
aturan untuk mencapai tujuan bersama
10. Sistem budaya adalah unsur-unsur kebudayaan yang terdapat dalam suatu
masyarakat, yang terdiri dari sistem religi, sistem organisasi dan sosial
kemasyarakatan, sistem ilmu pengetahuan, sistem bahasa, sistem kesenian,
sistem pola mata pencaharian, dan sistem teknologi peralatan.
15
11. Nilai adalah konsepsi-konsepsi yang terdapat dalam pikiran sebagian besar
warga yang dijadikan orientasi bertindak sedangkan norma adalah
seperangkat peraturan yang disertai sanksi sebagai faktor pendorong untuk
mencapai ukuran nilai-nilai sosial tertentu.
Definisi Operasional
Definisi operasional untuk masing-masing variabel dijelaskan dalam Tabel
2 berikut:
Kategori
Sikap
Karakteristik
individu
Tabel 2 Definisi operasional
Variabel
Uraian
Sikap terhadap Kecendrungan individu dalam memberikan
keberadaan
respons atau menanggapi keberadaan kampus
kampus IPB di IPB baik keberadaan secara fisik maupun
Desa Babakan
dampak-dampak yang ditimbulkan di wilayah
Desa Babakan.
Sikap ini diukur dengan menggunakan skala
likert yang terdiri dari empat tingkatan
jawaban yaitu:
a. sangat setuju (Skor 4)
b. setuju (skor 3)
c. tidak setuju (skor 2)
d. sangat tidak setuju (skor 1)
dalam mengukur indikator sikap, responden
diminta untuk memilih pilihan pada setiap
pernyataan tentang sikap masyarakat terhadap
keberadaan kampus IPB. Pilihan jawaban
tersebut mempresentasikan suatu skala yang
mempunyai nilai positif sampai negatif.
Hasil dari pengambilan data kemudian
dilakukan pemberian skor sebagai berikut:
Skor minimum = 20
Skor maksimum = 80
Sikap negatif jika nilai skor berada pada
interval 20-50
Sikap positif jika nilai skor berada pada
interval 51-80
Usia
Selisih antara tahun responden dilahirkan
dengan tahun pada saat penelitian diadakan.
Faktor internal individu (usia) ini diberi skor
berdasarkan data yang didapat di lapangan,
usia dibagi menjadi tiga kategori yaitu:
a. Muda: jika umur responden 18-30 (diberi
skor 1)
b. Menengah: jika umur responden 31-50
16
(diberi skor 2)
Tua : jika umur responden ≥ 51 (diberi
skor 3)
Pembedaan responden secara biologis. Jenis
kelamin digolongkan menjadi dua kategori,
yaitu:
a. Laki-laki: diberi kode 1
b. Perempuan: diberi kode 2
Jenjang terakhir sekolah formal yang pernah
diikuti oleh responden. Tingkat pendidikan
digolongkan menjadi:
a. Rendah: jika tidak tamat SD dan tamat
SD (diberi skor 1)
b. Menengah: jika tamat SMP dan SMA
(diberi skor 2)
c. Tinggi: jika D3-sarjana (diberi skor 3)
Ukuran taraf hidup yang dilihat dari jumlah
penghasilan seseorang dalam satu bulan
terakhir. Berdasarkan data yang diperoleh dari
lapangan, tingkat pendapatan digolongkan
menjadi:
a. Pendapatan rendah jika ≤ x – ½ sd atau ≤
Rp. 346 000 (diberi skor 1)
b. Pendapatan menengah jika x – ½ sd x <
x + ½ sd atau Rp. 346 000 < x < Rp. 1
387 000 (diberi skor 2)
c. Pendapatan Tinggi jika ≥ x + ½ sd atau ≥
Rp. 1 387 000 (diberi skor 3)
Selisih antara waktu responden mulai
menetap dan berempat tinggal di Desa
Babakan dengan tahun penelitian diadakan.
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan,
lama bermukim digolongkan menjadi:
a. Lama bermukim baru/rendah jika waktu
bermukim di Desa Babakan ≤ 29 tahun
(diberi skor 1)
b. Lama bermukim sedang/menengah jika
waktu bermukim di Desa Babakan 29
tahun < x > 45 tahun (diberi skor 2)
c. Lama bermukim lama/tinggi jika waktu
bermukim sudah ≥ 45 tahun (diberi skor
3)
c.
Jenis kelamin
Tingkat
pendidikan
Tingkat
pendapatan
Lama
bermukim
METODE PENELITIAN
Metode penelitian menggambarkan pendekatan penelitian yang diterapkan
di lapangan. Pendekatan lapangan meliputi pendekatan penelitian, lokasi dan
waktu penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan, dan analisis
data. Pendekatan penelitian merupakan pendekatan yang dilakukan dalam
melakukan penelitian, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lokasi dan waktu
penelitian menggambarkan mengenai pemilihan lokasi dan waktu yang diperlukan
untuk penelitian, dimulai dari penyusunan proposal hingga laporan penelitian.
Teknik pengumpulan data memaparkan cara yang digunakan dalam menggali data
dan informasi dari responden dan informan. Teknik pengolahan dan analisis data
merupakan pemaparan cara mengolah data yang diperoleh dari hasil pengambilan
data dan informasi yang kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan dan hipotesis
yang diajukan.
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif dan
kuantitatif. Pendekatan kualitatif untuk pengambilan data yang bersifat deskriptif
berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya seperti
foto, dokumen, dan catatan-catatan lapang pada saat penelitian. Tujuan
pendekatan ini adalah untuk mengetahui informasi yang lebih dalam mengenai
proses perubahan sosial yang terjadi sejak awal kehadiran kampus IPB hingga
penelitian dilakukan, faktor-faktor atau sumber perubahannya, serta aspek-aspek
yang mengalami perubahan maupun yang tidak mengalami perubahan. Data
kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi lapang secara
partisipatif, dan penelusuran dokumen.
Pendekatan kuantitatif diperlukan untuk pengambilan data berupa angka.
Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap
keberadaan kampus IPB berdasarkan karakteristik individu, meliputi usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan lama bermukim. Data
kuantitatif diperoleh melalui metode survei, yaitu pengambilan data dari
responden yang merupakan sampel dari satu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang lengkap (Singarimbun dan Effendi
1987).
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai perubahan sosial masyarakat desa lingkar kampus IPB
ini dilakukan di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor
(Lampiran 1). Penelitian difokuskan di Desa Babakan secara keseluruhan.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena Desa
Babakan merupakan salah satu dari 17 desa lingkar kampus yang bersentuhan
langsung dengan aktivitas kampus IPB. Pengumpulan data primer dan data
sekunder dilakukan selama dua bulan dimulai dari bulan Oktober hingga bulan
November 2013. Dalam kurun waktu tersebut peneliti mengumpulkan semua data
18
dan informasi yang dibutuhkan dan digunakan dalam penyusunan skripsi. Waktu
penelitian secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3.
Teknik Pengumpulan Data
Penentuan responden dilakukan dengan populasi seluruh masyarakat Desa
Babakan. Unit analisis penelitian ini adalah individu untuk memperoleh data
kuantitatif mengenai sikap terhadap keberadaan kampus IPB dan unit analisis
masyarakat untuk melihat perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat asli
Desa Babakan. Teknik pengambilan sampel pada pendekatan kuantitatif
dilakukan melalui teknik pengambilan cluster sampling dengan membuat
kerangka sampling terlebih dahulu. Pemilihan teknik ini dikarenakan jumlah
penduduk Desa Babakan yang terlalu banyak dan batas administratif desa yang
luas. Oleh karena itu, Desa Babakan dibagi menjadi 3 kategori yaitu Rukun warga
(RW) yang letaknya jauh, sedang dan dekat dari Kampus IPB. Dari
pengkategorian wilayah tersebut sampel diambil secara acak. Sampel yang
diambil secara acak berjumlah 50 responden dengan masing-masing 25 responden
laki-laki dan 25 responden perempuan.
Pembuatan kerangka sampling dilakukan di awal sebelum memilih
responden. Sehubungan dengan pemilihan walikota Bogor yang baru saja
berlangsung maka nama-nama Daftar Pemilih Tetap (DPT) Desa Babakan
menjadi acuan dalam pembuatan kerangka sampling. Namun dalam penerapannya
di lapang, responden yang terpilih dalam kerangka sampling sulit untuk ditemui,
digantikan oleh responden yang ditemui di lapang. Responden ini bertindak
sebagai bagian penting dalam mengumpulkan data melalui pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif dengan menggunakan kuesioner yang berisi sejumlah
pernyataan terkait dengan sikap individu terhadap keberadaan Kampus IPB
(Lampiran 2). Skala pengukuran yang digunakan dalam mengukur sikap
masyarakat terhadap keberadaan kampus IPB menggunakan skala likert.
Informasi terkait aspek-aspek yang mengalami perubahan dan yang tidak
mengalami perubahan dihimpun melalui pendekatan kualitatif dengan observasi
dan wawancara mendalam kepada informan. Informan dipilih dengan teknik nonprobability sampling. Informan yang dipilih adalah pihak-pihak yang dianggap
memiliki informasi mengenai dinamika kehidupan sosial dan budaya masyarakat
setempat seperti kepala desa, tokoh agama, ketua RW/RT, dan pihak lainnya yang
mengetahui informasi penting terkait dengan perubahan sosial di Desa Babakan
yang meliputi aspek mata pencaharian, interaksi sosial, stratifikasi sosial,
kelompok sosial, pola kependudukan, budaya serta sistem nilai dan norma.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh melalui berbagai metode pengumpulan data, baik data
kualitatif maupun data kuantitatif, selanjutnya akan diproses guna menguraikan
informasi dan jawaban dari tujuan penelitian ini. Data hasil kuesioner kemudian
diolah dengan menggunakan program Microsoft excel dan SPSS 16 for windows.
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan beberapa teknik, antara lain dengan
19
tabel frekuensi, uji korelasi Rank spearman dan uji beda Chi square. Adapun
langkah dalam pengolahan data meliputi:
1. Editing kuesioner
2. Pengkodean data
3. Pemindahan data ke penyimpanan data (perangkat lunak yang digunakan
adalah Microsoft excel 2007)
4. Mengubah data dari Microsoft excel 2007 ke SPSS 16 for windows untuk
memudahkan pengolahan data
5. Perapihan data
6. Pengolahan data sesuai rencana analisis
Teknik pengolahan data kualitatif dilakukan dengan empat tahap meliputi
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dalam bentuk deskriptif dan
penarikan kesimpulan. Tahap pengumpulan data yaitu proses beradaptasi dengan
masyarakat dan melakukan pengumpulan data penelitian. Tahap reduksi data yaitu
proses menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir
dapat diambil.
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun
sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif, antara lain:
1. Teks naratif berbentuk catatan lapang.
2. Matriks, grafik, jaringan dan bagan. Bentuk-bentuk ini menggabungkan
informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih,
sehingga memudahkan untuk melihat keadaan yang terjadi.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Bagian ini membahas lokasi penelitian yang terdiri atas gambaran umum
kondisi geografis, kondisi demografis, kondisi infrastruktur desa, dan kondisi
aktivitas ekonomi masyarakat desa. Gambaran umum tersebut penting untuk
diketahui sebagai pengantar terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan.
Gambaran umum mengenai kondisi geografis merupakan gambaran mengenai
lokasi penelitian yang dilihat berdasarkan keadaan bentang alam. Kondisi
demografis digunakan sebagai bahan acuan untuk mengetahui karakteristik
penduduk di lokasi penelitian yang dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, tingkat
usia, data pergerakan penduduk, dan mata pencaharian. Kondisi infrastruktur desa
menggambarkan keadaan sarana dan prasarana desa.
Kondisi Geografis Desa Babakan
Desa Babakan merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini terletak
2.5 km dari kantor Kecamatan Dramaga, 25 km dari Ibu kota Kabupaten Bogor,
129 km dari Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, serta 60 km dari Ibu kota Negara RI.
Desa Dramaga dapat ditempuh dengan segala jenis kendaraan transportasi, baik
kendaraan roda dua maupun roda empat dengan kondisi jalan yang sudah
memadai atau jalan aspal/beton.
Desa Babakan terdiri dari empat dusun, sembilan Rukun Warga (RW), dan
35 Rukun Tetangga (RT). Keempat dusun tersebut dinamakan berdasarkan nomor
urut yakni dusun satu yang terdiri dari dua RW dan delapan RT meliputi kampung
Babakan raya dan jalan raya Dramaga, dusun kedua yang terdiri dari dua RW dan
enam RT meliputi Babakan Doneng dan kampung Leuwi Kopo, dusun ketiga
yang terdiri dari dua RW dan empat RT meliputi Babakan Tengah dan Babakan
Lebak serta dusun keempat yang terdiri dari tiga RW dan 17 RT meliputi
Kampung Cangkurawok dan Kampung Sengked. Secara geografis letak Desa
Babakan memiliki batas-batas administratif yakni Desa Cikarawang di sebelah
utara, Desa Dramaga di sebelah selatan, Desa Cibanteng di sebelah barat dan
Kelurahan Balumbang Jaya di sebelah timur.
Luas wilayah Desa Babakan ini ialah 334 384 ha yang terdiri dari 334 374
tanah darat dan 10 ha tanah sawah. Melalui pengamatan secara langsung terlihat
bahwa sebagian besar wilayah Desa Babakan merupakan ruang terbuka berupa
bangunan kios-kios dagang dan pemukiman, jarang sekali ditemukan lahan
garapan pertanian. Adapun lahan persawahan seluas 10 ha yang tercatat dalam
profil desa (Tabel 3) merupakan lahan laboratorium sawah milik IPB yang berada
di pinggir jalan raya, yang dikenal dengan sebutan sawah baru. Pemanfaatan lahan
atau penggunaan lahan di Desa Babakan berdasarkan profil desa tahun 2013 dapat
dilihat pada Tabel 3 berikut.
22
Tabel 3 Luas dan persentase pemanfaatan lahan di Desa Babakan tahun 2013
No
Pemanfaatan Lahan
Luas (ha)
Persentase (%)
1
Tanah Pemukiman
214 384.0
64.110
2
Tanah Pekuburan
2.5
0.001
3
Lahan Persawahan
10.0
0.003
4
Lahan Perkebunan
50.0
0.015
5
Prasarana Umum
20.0
0.006
6
Perkantoran
120.0
0.036
7
Lahan Pekarangan
5.0
0.001
8
Luas Taman
5.0
0.001
Sumber: Data profil Desa Babakan, 2013
Kondisi topografi Desa Babakan terletak pada ketinggian 196 meter di atas
permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 25-32 ºC. Curah hujan rata-rata di
Desa Babakan ialah sebesar 250-450 mm/th. Menurut profil desa, kondisi air di
desa ini masih tergolong bersih yang bersumber dari air tanah, sumur gali, sumur
pompa, sungai dan juga PDAM, namun hasil observasi dan hasil wawancara
mendalam membuktikan bahwa kualitas air bersih di desa tersebut sudah
mengalami penurunan dikarenakan pemukiman yang semakin padat.
Kondisi Demografis
Jumlah penduduk Desa Babakan yang tercatat sampai dengan akhir
November 2012 adalah 10 986 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak
5 260 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 5 726 jiwa. Jumlah Kepala
Keluarga (KK) sebanyak 1 998 KK yang tersebar di 35 Rukun Tetangga (RT).
Tingkat pendidikan penduduk Desa Babakan sudah mencapai tingkat pendidikan
atas bahkan hingga perguruan tinggi. Berikut jumlah penduduk Desa Babakan
menurut tingkat pendidikan.
Tabel 4 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di
Desa Babakan tahun 2013
No Tingkat pendidikan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
Tidak tamat SD
748
7.14
2
SD
2 477
22.55
3
SLTP
2 753
25.06
4
SLTA
2 943
26.79
5
Diploma
710
6.46
6
Sarjana
399
3.63
Sumber: Data profil Desa Babakan, 2013
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebesar 26.79 persen penduduk Desa
Babakan telah mengecap pendidikan menengah atas (SLTA), sebesar 25.06
persen berpendidikan menengah pertama (SLTP). Di samping itu, masih terdapat
sebesar 22.55 penduduk yang berpendidikan sekolah dasar dan 7.14 persen tidak
tamat sekolah dasar. Terdapat pula sebesar 6.46 persen penduduk Desa yang
23
sudah mengecap pendidikan tinggi Diploma dan sebesar 3.63 persen
berpendidikan Sarjana.
Data yang tercatat di profil desa tersebut sesungguhnya tidak
menggambarkan jumlah dan keadaan kependudukan di Desa Babakan secara
nyata. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk pendatang yang bertempat
tinggal di Desa Babakan tidak melapor dan mendaftarkan diri sebagai penduduk.
Penduduk yang tinggal di Desa Babakan diperkirakan lebih dari 15 000 jiwa,
selaras dengan penjelasan pihak aparat desa bahwa sebagain besar mahasiswa
yang masuk ke desa sebagian besar tidak mendaftarkan atau melaporkan diri ke
kantor desa. Mahasiswa atau tenaga kependidikan biasanya mulai mendaftarkan
diri jika membutuhkan identitas kependudukan seperti kartu keluarga atau Kartu
Tanda Penduduk (KTP).
Mata pencaharian penduduk Desa Babakan sangat beragam. Jika melihat
dari data profil desa sebagian penduduk Desa Babakan merupakan pensiunan dari
badan usaha yakni BUMN dan juga pensiunan PNS. Berikut data demografi
ekonomi atau jenis mata pencaharian penduduk Desa Babakan.
Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan mata pencaharian di
Desa Babakan tahun 2013
No
Jenis Mata Pencaharian
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
PNS UMUM
795
14.12
2
PNS Guru
49
0.87
3
Guru Honor/GTY/GTT
30
0.53
4
TNI
7
0.12
5
POLRI
5
0.09
6
Pensiunan TNI/POLRI
165
2.93
7
Pensiunan PNS
790
14.03
8
Pensiunan BUMN
1 955
34.71
9
Karyawan Swasta
855
15.18
10
Buruh/Swasta
358
6.36
11
Tukang
38
0.68
12
Wiraswasta
1
0.02
13
Pedagang Keliling
382
6.78
14
Pedagang
23
0.41
15
Pengemudi Ojeg
20
0.36
16
Ustadz
9
0.16
17
Dokter
9
0.16
18
Bidan
2
0.04
19
Politikus
3
0.05
21
Tidak Bekerja
136
2.42
Total
5 632
100.00
Sumber: Data profil Desa Babakan tahun 2013
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa sebesar 34.71 persen penduduk Desa
Babakan merupakan pensiunan dari BUMN, sebesar 15.18 persen bekerja sebagai
karyawan swasta, sebesar 14.12 persen merupakan PNS umum dan sebesar 14.03
merupakan pensiunan PNS. Selanjutnya sebesar 6.78 persen penduduk bekerja
24
sebagai pedagang keliling dan sebesar 6.36 merupakan buruh. Dapat dilihat pula
masih terdapat sebesar 2.42 penduduk desa yang tidak bekerja.
Penduduk Desa Babakan berdasarkan agama yang dianut juga sangat
beragam. Begitu pula dengan suku, tidak ada data yang sah mengenai suku yang
terdapat di Desa ini, namun jika dilihat melalui observasi, suku-suku yang
terdapat di Desa Babakan sudah sangat beragam. Hal ini selaras dengan
penjelasan pihak aparat desa yang mengatakan bahwa saat ini Desa Babakan bisa
dikatakan sebagai miniatur dari Indonesia. Keberagaman suku ini merupakan
akibat dari keberadaan kampus IPB yang mahasiswanya merupakan pelajar dari
berbagai penjuru tanah air serta ditambah lagi penduduk pendatang yang mencari
nafkah atau membuka usaha di Desa Babakan.
Infrastruktur Desa Babakan
Sarana dan prasarana desa merupakan hal yang penting untuk meningkatkan
akses masyarakat terhadap berbagai bidang dan pelayanan umum. Sarana dan
prasarana di Desa Babakan saat ini sudah relatif memadai meliputi sarana
pendidikan, sarana kesehatan, dan fasilitas publik lainnya. Tingkat pendidikan
merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
Berdasarkan profil desa, fasilitas pendidikan berupa sekolah sudah tergolong
memadai yakni sudah terdapat fasilitas pendidikan mulai dari tingkat PAUD
hingga SMK dan bahkan Perguruan Tinggi. Berikut data sarana dan prasarana
pendidikan berdasarkan data monografi desa.
Tabel 6 Jumlah sarana pendidikan berdasarkan jenjang tingkat pendidikan di
Desa Babakan tahun 2013
No
Jenjang sekolah
Status
Jumlah
1
PAUD
Swasta
3
2
TK
Swasta
2
3
SD
Negeri
4
4
SMP
Negeri
2
5
SMP
Swasta
1
6
SMA/SMK
Negeri
1
7
SMA/SMK
Swasta
3
8
Tempat-tempat Kursus
Swasta
2
9
Balai Latihan Kerja (BLK)
2
8
Institusi Perguruan Tinggi
Negeri
1
Sumber: Data profil Desa Babakan, 2013
Selain fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan di Desa Babakan juga sudah
memiliki pilihan dan dengan akses yang mudah. Berdasarkan profil desa terdapat
posyandu sebanyak 10 buah, poliklinik umum sebanyak empat buah,
BKIA/Rumah bersalin sebanyak dua buah dan apotik sebanyak empat buah.
Sedangkan untuk tenaga medis yang ada dan melakukan praktek secara umum di
Desa Babakan terdapat satu orang Dokter puskesmas, lima klinik dokter praktek
swasta dan dua orang bidan Desa Babakan. Selain itu, akses Desa Babakan ke
rumah sakit besar juga tergolong mudah dengan jarak tempuh yang tidak jauh dan
pilihan transportasi yang beragam.
25
Dalam hal keagamaan, sarana peribadatan di Desa Babakan terdapat 10
buah Masjid dan 14 buah Mushala. Mushala tersebar hampir di setiap RT dan
masjid tersebar hampir di setiap RW. Akses antar dusun di Desa Babakan cukup
mudah untuk memungkinkan warga bermobilisasi terbukti dengan adanya jalan
aspal atau jalan beton yang menghubungkan setiap dusun dan juga
menghubungkan dengan desa lain di sekitarnya. Berikut Tabel 7 memaparkan
data sarana perhubungan di Desa Babakan.
No
1
2
3
4
5
Tabel 7 Sarana Perhubungan Desa Babakan tahun 2013
Sarana Perhubungan
Jumlah
Jalan beton
5 Km
Jalan hotmix
2 Km
Jalan aspal
3 Km
Gang
5 Km
Jembatan
6 Buah
Sumber: Data profil Desa Babakan, 2013
Sarana dan prasarana baik kesehatan, pendidikan, dan fasilitas
perekonomian yang sudah tersebar di setiap dusun dapat dengan relatif mudah di
akses oleh warga. Di samping itu, semua dusun di Desa Babakan sudah dilalui
oleh angkutan umum seperti Angkot dan Ojeg. Begitu pula dengan sarana
penerangan listrik di desa ini telah menjangkau hampir seluruh wilayah
Kecamatan Dramaga yang dikelola oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Jaringan telepon rumah dan telepon seluler juga telah tersedia, terlihat dari
banyaknya jumlah usaha penjual pulsa telepon selular.
Letak yang secara fisik bersentuhan langsung dengan kampus IPB Dramaga
juga menjadi faktor yang menjadikan Desa Babakan memiliki aksesibilitas yang
tergolong mudah terhadap fasilitas-fasilitas sosial dan ekonomi seperti halnya
kantor pos, bank, telepon, pasar dan pertokoan. Data potensi Desa Babakan
menunjukkan terdapat sembilan unit minimarket1, empat buah fasilitas perbankan
berupa bank umum dan satu bank perkreditan rakyat serta terdapat 11 unit
akomodasi penginapan2 berupa hotel, wisma dan losmen.
Gambaran Aktivitas Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu pilar penting dalam menopang kehidupan
suatu masyarakat. Ketika aktivitas ekonomi desa meningkat, harapannya
pendapatan masyarakat desa pun dapat meningkat. Bidang ekonomi berkaitan erat
dengan bidang atau sektor pembangunan yang lain, seperti pendidikan, keamanan,
infrastruktur, keagamaan dan sosial budaya. Aktivitas ekonomi masyarakat Desa
Babakan seperti yang digambarkan pada Tabel 5 di atas tergolong sangat
beragam. Jika melihat kembali tabel jumlah penduduk berdasarkan mata
pencaharian terlihat bahwa penduduk Desa Babakan sebesar 34.712 persen
merupakan pensiunan BUMN, 15.181 persen karyawan swasta dan 14.027 persen
1
Sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran dengan label harga
dengan luas lantai < 400m2)
2
Akomodasi penginapan dengan izin usaha bukan sebagai hotel
26
merupakan pensiunan PNS. Keadaan ini menggambarkan bahwa profesi
masyarakat Desa Babakan merupakan masyarakat perdagangan yakni kurang
lebih 50 persen penduduknya bekerja di bidang industri dan jasa. Fakta ini sejalan
dengan data potensi Desa Babakan 2011 yang menyebutkan bahwa sumber
penghasilan utama sebagian besar penduduk adalah bidang jasa.
Uniknya melalui hasil pengamatan secara langsung dapat digambarkan
keberagaman aktivitas ekonomi yang berbeda berdasarkan lokasi tempat tinggal
yang berkaitan dengan jarak letak kampung atau dusun dari kampus IPB.
Pedagang, pengusaha kamar sewa dan wiraswasta banyak ditemui di wilayah
Kampung Babakan Raya, Babakan Tengah, Babakan Lebak dan Babakan
Doneng. Hal ini dikarenakan kampung ini terletak sangat dekat atau
bersinggungan langsung dengan aktivitas kampus IPB yang berkorelasi pada nilai
ekonomi dari lahan yang tinggi dan tingginya permintaan akan jasa perdagangan
untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa. Pekerjaan penduduk di daerah ini
meliputi: pemilik toko, pemilik kos-kosan, pedagang kaki lima, buruh cuci,
tukang bangunan, pengrajin, tukang ojek, penjahit, dan karyawan. Usaha koskosan dan pedagang sebagian besar yakni 90 persen sudah dikuasai oleh
pendatang.
Pegawai Negeri Sipil (PNS), karyawan IPB dan karyawan swasta banyak
ditemui di wilayah Kampung Cangkurawok dan Kampung Sengket, karena daerah
ini terletak relatif lebih jauh dari kampus dan tidak terpengaruh langsung dengan
riuh aktivitas kampus IPB, nilai ekonomi dari lahan dan permintaan akan kamar
sewa dan perdagangan tidak tinggi. Kampung Cangkurawok memiliki tipe
masyarakat yang sedikit berbeda dengan kampung atau dusun lainnya di Desa
Babakan. Kampung ini merupakan sentral penduduk pribumi atau penduduk
lokal, 95 persen penduduk merupakan penduduk asli Desa Babakan. Penduduk
pendatang di kampung ini hanya merupakan orang-orang terkait ikatan
perkawinan dengan orang luar desa dan beberapa (dalam jumlah yang sedikit)
mahasiswa atau siswa yang menyewa rumah atau kamar. Mayoritas pekerjaan
warga kampung Cangkurawok ini adalah sebagai pegawai atau karyawan di IPB
seperti pegawai tata usaha, satpam, petugas kebersihan dan juga karyawan swasta.
Selain itu, terdapat pula peran-peran dalam aktivitas ekonomi yang
berhubungan dengan karakteristik desa yang sudah tergolong sub-urban terkait
keberadaan kampus IPB yakni keberadaan buruh cuci, buruh kebersihan koskosan mahasiswa, penjaga kos-kosan, juru parkir, tukang ojek, dan pedagang
asongan. Peran-peran ini banyak dijumpai di wilayah Desa Babakan karena
tingginya permintaan akan peran tersebut terkait keberadaan mahasiswa. Peranperan ini dipegang oleh penduduk lokal maupun penduduk desa lain di sekitar
kampus IPB yang berbatasan dengan Desa Babakan.
PERUBAHAN STRUKTURAL MASYARAKAT DESA
BABAKAN SEJAK KEHADIRAN KAMPUS IPB
Bagian ini membahas perubahan dalam bidang struktural masyarakat Desa
Babakan setelah kehadiran kampus IPB. Pembahasan melingkupi sejarah singkat
desa, dinamika pemerintahan desa, ragam aktivitas perekonomian, stratifikasi
sosial, interaksi sosial, pola kependudukan dan kelompok-kelompok sosial.
Sejarah singkat desa merupakan pengantar untuk mengenal perubahan-perubahan
yang telah terjadi selama kurun waktu 50 tahun kehadiran kampus IPB di Desa
Babakan. Dinamika pemerintah merupakan penjabaran sejarah pemerintahan dan
pemimpin di pemerintahan Desa Babakan. Ragam aktivitas perekonomian
menjabarkan perubahan aktivitas-aktivitas ekonomi dan terbentuknya peran-peran
pelaku ekonomi baru setelah kehadiran kampus IPB. Selanjutnya stratifikasi sosial
membahas mengenai pola-pola pembagian lapisan-lapisan serta perubahanperubahan yang terjadi dalam masyarakat desa setempat. Begitu pula dengan
interaksi sosial yang membahas bentuk-bentuk interaksi serta kecendrungan
perubahan yang terjadi. Berikutnya perubahan pola kependudukan yang cukup
signifikan dan terbentuknya kelompok-kelompok sosial yang beragam dalam
lingkup Desa Babakan.
Sejarah Singkat Desa dan Dinamikanya
Kurang lebih 50 tahun yang lalu tepatnya sebelum kehadiran pembangunan
kampus IPB di Kecamatan Dramaga, wilayah Desa Babakan dan juga areal
kampus serta desa-desa di sekitar kampus merupakan wilayah perkebunan karet
yang dikelola oleh kuasa usaha kolonial (Onderneming). Salah satu bukti yang
paling diingat oleh informan adalah gedung kantor dan pabrik pengolahan karet
milik Onderneming tersebut merupakan gedung yang paling besar dan megah
pada masa itu. Pabrik tersebut merupakan satu-satunya pabrik pengolahan karet di
Dramaga dan sekitarnya yang berada di tengah areal kebun yang saat ini
merupakan lokasi masjid Al huriyah. Pada masa itu, masyarakat Desa Babakan
mayoritas bekerja sebagai buruh di pabrik penggilingan karet tersebut dan
sebagian lainnya bercocok tanam di kebun atau tegalan. Menurut beberapa
informan terdapat juga warga yang berprofesi sebagai petani dengan lokasi sawah
terletak di luar Desa Babakan yakni daerah Bubulak dan Laladon.
Setelah proses nasionalisasi perkebunan karet milik kolonial Belanda
menjadi milik negara, pabrik karet tersebut ditutup dan sebagai besar warga yang
bekerja sebagai buruh pabrik kehilangan mata pencaharian mereka. Warga
kemudian beralih pekerjaan menjadi pencari kayu bakar di areal bekas
perkebunan karet tersebut. Pada gilirannya, kayu bakar tersebut akan dijual oleh
pengumpul dengan tujuan pemasaran adalah ke daerah Jakarta. Sementara dalam
kondisi vacuum kepemilikan lahan bekas perkebunan karet tersebut, sejumlah
warga mulai memanfaatkannya menjadi tegalan. Tegalan-tegalan yang digarap
oleh rumah tangga-rumah tangga tersebut yang nantinya diklaim menjadi hak
milik oleh warga.
28
Hingga tahun 1961 ketika pembangunan kampus IPB di Dramaga dimulai,
bekas lahan perkebunan karet tersebut telah berubah menjadi hutan karet. Dengan
ditandai penanaman pohon pinus dan peletakan batu pertama oleh presiden
Soekarno menjadi penanda dimulainya pembangunan kampus yang berbasis
pertanian di tanah milik negara tersebut. Informan sangat mengingat inti dari
pidato yang disampaikan oleh Presiden Sukarno saat itu yakni “pertanian adalah
soal hidup dan mati” yang disambut dengan riuh tepuk tangan para hadirin yang
menyaksikannya. Menurut informan, daerah tersebut masih dapat dilihat saat ini
yakni daerah perkuliahan pinus yang terdapat di Fakultas Pertanian.
Periode pembangunan selanjutnya yakni pada tahun 1963 dibangunlah
fakultas pertama di kampus IPB Dramaga yakni kampus Fakultas Kehutanan atau
yang dikenal dengan sebutan kampus universal. Menurut Lurah setempat,
pembangunan kampus IPB di Dramaga merupakan pengembangan kampus IPB di
Baranang Siang terkait keterbatasan lahan. Hingga pada gilirannya, tahun 1968
IPB membangun asrama Sylviasari dan Sylvialestari. Keberadaan asrama ini
membuka peluang bagi beberapa ibu rumah tangga memperoleh pekerjaan baru
yaitu sebagai tukang cuci dan masak di kampus IPB.
Tahun 1975, IPB membangun fasilitas kampus lainnya seperti jalan lingkar
dalam kampus, GOR, dan lapangan bola. Pada masa inilah dimulainya perubahan
yang cukup signifikan di desa-desa lingkar kampus IPB yang ditandai dengan
masuknya penerangan atau listrik yakni pada tahun 1978. Tak lama setelah itu
dilakukan juga pembangunan fasilitas jalan di Desa Babakan. Kemudian pada
tahun 1980 dimulai pembangunan gedung-gedung kampus lainnya seperti
Fakultas Pertanian, gedung Grawida, Fakultas Peternakan dan Fakultas
Kedokteran Hewan. Pada masa ini, peranan penduduk Babakan semakin surut
dalam perkembangan kampus IPB.
Kondisi desa setelah adanya kampus IPB berubah dalam banyak hal
termasuk dalam jam aktivitas warga. Sebelum pembangunan jalan dan masuknya
penerangan listrik, aktivitas warga di malam hari sangat jarang sekali ditemukan,
seperti yang dikemukakan oleh salah seorang informan:
“Dulu Desa Babakan sangat sepi, jam tujuh malam saja sudah tidak
ada orang yang berani melewati jalanan karena kondisi jalan yang
tidak sebaik sekarang. Berbeda dengan sekarang sudah tidak ada
batasan waktu karena kondisi jalan yang sudah bagus ditambah lagi
penerangan yang sudah cukup memadai” (MUH, Ketua RW)
Perubahan-perubahan yang terjadi menurut penduduk Desa Babakan
tergolong pada perubahan yang positif karena menurut mereka kehadiran IPB
pada masa itu membuat kehidupan di desa mereka semakin membaik. Masyarakat
juga percaya bahwa keberadaan IPB tersebut bukanlah suatu kebetulan melainkan
sudah diperkirakan atau diketahui oleh orang tua terdahulu/buyut mereka.
Menurut informan, hal tersebut sesuai dengan cerita turun temurun dari buyut
mereka yang mengartikan arti nama Desa Dramaga yang secara harfiah berarti
pelabuhan. Desa Dramaga dan sekitarnya akan menjadi tempat berlabuh umat
manusia dari berbagai penjuru daerah di Indonesia untuk menimba ilmu.
“Desa Dramaga secara arti kata berarti pelabuhan bukan berarti
pelabuhan kapal seperti dramaga-dramaga pada umumnya, tapi lebih
29
dari pada itu. Dramaga menjadi tempat berlabuhnya orang-orang
pintar dari seluruh daerah di Indonesia yang menimba ilmu di IPB.
Buyut saya juga pernah bercerita bahwa di Desa Dramaga ini akan
ada kendaraan roda empat di atas atap-atap rumah yang artinya akan
banyak jalan-jalan layang yang akan dibangun untuk sampai ke Desa
Dramaga” (MUH, Ketua RW)
Selain itu masyarakat Desa Babakan juga mengenal istilah palalangon yang
sering diceritakan secara turun temurun oleh orang-orang terdahulu. Secara
harfiah palalangon berasalah dari kata pala dan langon, yang diartikan pala
sebagai kepala dan langon yang berarti bermacam-macam ilmu. Lengkapnya,
istilah palalangon diartikan sebagai “kepala yang diisi dengan berbagai disiplin
ilmu”. Menurut salah satu informan istilah tersebut sudah cukup sering didengar
oleh warga desa, namun hanya orang-orang yang memiliki keingintahuan lebih
mengenai desa mereka saja yang pada akhirnya mengetahui arti dari sebutan
palalangon tersebut.
Terlepas dari kepercayaan warga tersebut, tahun 1980-an adalah masa
perkembangan kampus IPB yang sangat pesat serta diikuti dengan semakin
ramainya pendatang baik yang berprofesi sebagai mahasiswa maupun pengusaha
dan penduduk yang ingin mengadu nasib di sekitar kampus IPB. Pada masa inilah
penduduk desa mulai melakukan transaksi penjualan lahan perumahan dan
pekarangan yang mereka tempati. Nilai ekonomis lahan yang meningkat
berkorelasi pada harga jual tanah yang tinggi pada masa itu dan membuat warga
asli mulai tergiur menjual lahan milik mereka dengan rasional dapat membeli
lahan yang lebih luas di desa lain.
Sebagian penduduk yang menjual lahan milik mereka pindah ke desa
pinggiran dengan harga beli lahan yang lebih rendah dan sebagian masih bertahan
di Desa Babakan dengan luas perumahan dan pekarangan yang sempit. Di sisa
luas lahan yang masih mereka miliki inilah beberapa penduduk asli Desa Babakan
membangun rumah dengan kondisi pekarangan yang sangat minim. Namun
terdapat pula warga yang memang tidak menjual lahan pekarangan dan
perumahan mereka. Penduduk yang masih menetap di Desa Babakan ini tidak
menjual lahan karena lokasi yang tidak strategis dan tidak bernilai ekonomi tinggi
serta memang secara sengaja berniat untuk mempertahankan tanah kelahiran
mereka.
“Mulai ramainya desa ini sekitar tahun 1980an, mahasiswa semakin
banyak dan pendatang juga semakin banyak yang menawar lahan dan
rumah-rumah warga untuk dijadikan kos-kosan. Karena harganya
tinggi, warga mau saja. Dengan uang segitu mereka bisa membeli
tanah yang lebih luas di desa-desa lingkar kampus seperti Cibanteng,
Cibereum dan Ciampea” (PAP, Pedagang)
Pemisahan secara tegas antara areal kampus dan ruang hidup masyarakat
Babakan dimulai dengan dibangunnya tembok pembatas atau yang dikenal
sebagai tembok berlin. Tujuan dibangunnya tembok ini adalah untuk memberikan
batas yang jelas antara wilayah administrasi kampus IPB dengan desa di
sekitarnya. Namun, sebagian masyarakat bahkan menganggap dengan
dibangunnya tembok pemisah ini IPB berupaya untuk membatasi interaksi
30
masyarakat dengan kampus IPB. Pendapat ini didasari oleh kenyataan bahwa
sebelum dibangunnya tembok pemisah tersebut penduduk masih memiliki akses
yang bebas untuk keluar masuk kampus IPB, namun saat ini akses masyarakat
sangat terbatas untuk masuk ke dalam kampus IPB. Hingga, terciptalah dua
bagian kelompok yang terpisah yaitu kampus IPB dan Desa Babakan sehingga
dinamai dengan tembok berlin. Tidak ada informasi yang jelas mengenai siapa
yang memberikan sebutan tersebut.
“Dulu masyarakat dengan IPB masih bersatu tidak ada batas. Dulu
mahasiswa Fahutan masih berbaur dengan masyarakat apa lagi
dengan rektornya Pak Andi Hakim. Mereka masih sering berkunjung
ke masyarakat. Tidak seperti sekarang sudah dibatasi dengan tembok
berlin, kalau menurut kami sebagai masyarakat awam, ini artinya
bahwa masyarakat dengan IPB sudah tidak boleh bergaul.” (JSA,
Ketua RT)
Kini secara kasat mata Desa Babakan sudah sangat berbeda jika
dibandingkan dengan keadaan dan penampakan fisik sebelum kehadiran kampus
IPB. Desa Babakan sudah tergolong sangat padat baik secara fisik bangunan
maupun berdasarkan jumlah jiwa yang beraktivitas di dalamnya. Kehadiran ribuan
mahasiswa setiap tahun ajaran baru setidaknya menuntut Desa Babakan untuk
menyediakan akses terhadap fasilitas tempat tinggal dan kebutuhan hidup lainnya.
Desa Babakan kini dijuluki sebagai “Miniatur Indonesia” karena pendatang yang
bermukim di desa berasal dari berbagai daerah, suku, dan agama yang tersebar di
seluruh Indonesia. Keadaan ini menjadi tantangan sekaligus dilema bagi
pemerintah desa, terkait dengan penataan pembangunan desa, seperti penuturan
dari lurah setempat berikut ini:
“Desa Babakan ini sendiri sudah seperti miniatur-nya Indonesia
karena semua suku, agama dan ras ada di Desa Babakan ini. Baik itu
mahasiswa, pedagang, pendatang dan lainnya di lahan yang hanya
seluas 334 384 ha ini. Keadaan ini sekaligus menjadi permasalahan
yang cukup rumit bagi kami, bagaimana agar perkembangan desa ini
tidak menyingkirkan penduduk lokal” (SYA, Lurah)
31
< 1961
1961
• Desa Babakan merupakan daerah bekas perkebunan milik
onderneming Belanda
• Dimulai pembangunan kampus IPB ditandai dengan peletakan batu
pertama oleh Presiden Soekarno
19631975
• Pembangunan Fakultas Kehutanan sebagai fakultas pertama di
wilayah kampus IPB Dramagga
• Pembagunan jalan lingkar kampus dan fasilitas kampus lainnya
19781980
• Masuknya fasilitas listrik di Desa-desa lingkar kampus
• Merupakan puncak ramainya pembangunan dan pemindahan
fakultas-fakultas di IPB
Gambar 2 Periodisasi perubahan yang terjadi di Desa Babakan
Dinamika Pemerintahan Desa
Setelah ditetapkan menjadi wilayah administratif sebagai desa,
pemerintahan Desa Babakan sudah mengalami pergantian lurah sebanyak tujuh
kali dengan masa jabatan yang beragam. Sebelum diresmikannya peraturan
mengenai batas masa pemerintahan desa yakni selama 5 tahun dan dapat terpilih
kembali untuk satu kali masa jabatan, lurah di Desa Babakan dapat menjabat
hingga 15-20 tahun masa pemerintahan. Pemilihan lurah masih berupa
penunjukan terhadap orang yang dituakan atau dipercaya warga sebagai
pemimpin. Namun lambat laun seiring dengan perkembangan peraturan
pemerintah terkait masa jabatan kepala desa/lurah dan mekanisme pemilihan
calon kepala pemerintahan termasuk desa, pemilihan kepala lurah sudah
dilakukan dengan cara yang demokratis, yakni dengan pemilihan langsung oleh
penduduk desa terhadap calon-calon lurah yang ada.
Walaupun mekanisme pemilihan sudah tergolong demokratis, yakni dipilih
langsung oleh masyarakat namun pemahaman mengenai sosok yang pantas
menjadi pemimpin masih termasuk dalam tipe kepemimpinan tradisional dalam
artian berdasarkan “keturunan”. Menurut penuturan aparat desa, pihak-pihak yang
mencalonkan dan terpilih sebagai lurah masih terkait dengan unsur keturunan
pejabat lurah. Penduduk Desa Babakan masih memiliki pemahaman bahwasanya
yang berhak menyandang dan dapat diterima sebagai pemimpin adalah mereka
yang merupakan keturunan dari lurah sebelumnya atau mewarisi sifat
kepemimpinan leluhurnya. Namun paham ini sudah dipatahkan dengan
terpilihnya lurah yang menjabat saat ini yang tidak memiliki riwayat keturunan
dari lurah-lurah yang sebelumnya yang pernah menjabat. Kriteria pemimpin sudah
lebih secara rasional dalam arti memenuhi persyaratan formal untuk diangkat dan
didudukkan sebagai pemimpin. Hal ini menjadi penanda bahwa pandangan dan
pengetahuan penduduk Desa Babakan sudah mulai berkembang, bahwasanya
32
siapa pun dapat menjadi pemimpin jika memiliki potensi dan mampu memimpin
masyarakat Desa Babakan.
Selama tujuh kali pergantian lurah, keseluruhan masa pemerintahan masih
di jabat oleh warga pribumi atau warga asli Desa Babakan. Menurut salah satu
informan, lurah yang menjabat pada umumnya dapat membangun hubungan dan
memiliki hubungan yang baik dengan kampus IPB. Bahkan beberapa dari lurah
yang pernah menjabat merupakan pensiunan karyawan IPB sehingga mampu
menciptakan dan menjembatani hubungan baik antara Desa Babakan dengan
Kampus IPB.
Ragam Mata Pencaharian
Pada dasarnya perkembangan demi perkembangan yang terjadi di Desa
Babakan bukan dipicu atau disebabkan peran serta dari pemerintah yang
umumnya berupa intervensi pembangunan. Desa Babakan dengan sendirinya
berubah melalui proses penyesuaian diri dengan mengikuti jejak perkembangan
kampus IPB. Desa Babakan mencoba beradaptasi dan berbenah diri dengan
perubahan-perubahan besar yang terjadi akibat keberadaan kampus IPB.
“Desa Babakan berkembang dengan sendirinya, berbenah untuk
menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan perkembangan atau
pembangunan dan mengikuti jejak perkembangan IPB, keberadaan
mahasiswalah yang menjadi pemicu berkembangnya desa ini” (SYA,
Lurah)
Dalam menyesuaikan dengan tuntutan perubahan yang terjadi akibat
keberadaan kampus, perubahan mata pencaharian pun terjadi di Desa Babakan.
Setelah proses nasionalisasi perkebunan karet milik Onderneming Belanda,
penduduk Desa Babakan yang merupakan buruh dan sebagian berprofesi sebagai
pegawai rendah di perkebunan karet tersebut beralih menjadi petani yang
menggarap kebun/tegalan yang mereka buka di lahan-lahan sisa perkebunan.
Selain berkebun, terdapat juga warga desa yang membuka lahan sawah. Sawah
yang dimaksud sebagian besar berada di luar Desa Babakan dan beberapa berada
di pinggiran desa atau perbatasan dengan desa lain.
“Dulu penduduk asli banyak yang bekerja sebagai buruh dan petani
berkebun dan ada beberapa pedagang tapi sedikit.” (CUC, Buruh
kebersihan kosan)
“Dulu banyak petani, saya juga dulu bertani nyawah di daerah
belakang perwira. Tapi karena sekarang sawahnya terpaksa dijual, ya
saya berdagang.” (SUH, Pedagang)
Saat ini secara kasat mata dapat dilihat bahwa lahan-lahan kebun/tegalan
milik penduduk sangat sulit ditemukan. Hal ini menjadi penguat bahwa telah
terjadi perubahan mata pencaharian asli penduduk lokal desa dan berubah menjadi
bentuk-bentuk yang baru. Petani yang berkebun dan mengolah lahan sawah sangat
sulit ditemukan atau bahkan tidak ada lagi yang berprofesi sebagai petani. Melalui
33
observasi dapat dengan jelas dilihat bahwa saat ini mata pencaharian penduduk
Desa Babakan sangat beragam terkait dengan keberadaan kampus IPB. Hal ini
didukung pula dengan data profil desa yang memuat daftar mata pencaharian
penduduk Desa Babakan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya.
Masyarakat desa setempat sudah memiliki tingkat diferensiasi mata pencaharian
yang tinggi karena semakin banyaknya pendatang dan terciptanya peran-peran
baru yang dimainkan oleh penduduk terkait keberadaan kampus IPB.
Pemusatan kegiatan aktivitas pendidikan di kampus Dramaga berarti
pemusatan kegiatan ekonomi di desa-desa lingkar kampus. Terkait dengan
tingginya permintaan pasar, perekonomian di Desa Babakan saat ini bercorak
perdagangan barang dan jasa. Keberadaan kampus IPB dengan ribuan mahasiswa
sebagai pendatang di Desa Babakan membuat semakin banyaknya pemukiman
warga yang disulap menjadi bangunan kos-kosan dan kios-kios dagang untuk
memenuhi kebutuhan kelompok mahasiswa tersebut. Jenis-jenis usaha yang
berkembang pun sangat beragam dengan target pasarnya adalah mahasiswa,
seperti halnya pedagang makanan, toko alat tulis, toko kelontong, jasa cuci kiloan
(laundry), usaha fotocopy, warung internet (warnet), juru parkir, toserba serta
usaha lainnya yang berhubungan dengan kebutuhan mahasiswa.
Desa Babakan bukan lagi merupakan desa bekas perkebunan yang
mayoritas penduduknya bekerja sebagai buruh dan petani berkebun. Desa
Babakan sudah menjadi desa dengan corak ekonomi perdagangan barang dan jasa.
Namun terciptanya peran-peran dan kesempatan berusaha yang baru ini tidak
sepenuhnya menguntungkan penduduk desa. Penduduk pribumi justru tersisihkan
dari persaingan ekonomi dengan hadirnya pemilik modal dari kelompok
pendatang. Dalam bidang perdagangan misalnya, pendatanglah yang lebih
menguasai bidang tersebut dibandingkan dengan penduduk pribumi. Para
pedagang yang termasuk pendatang menempati kios-kios yang disediakan dengan
sistem sewa ataupun hak milik dengan kondisi yang relatif tertata rapi, sementara
warga asli menempati sisa-sisa lahan di pinggir jalan sebagai pedagang kaki lima.
Tersingkirnya penduduk lokal dalam persaingan usaha ini dikarenakan
penduduk asli yang tergusur dari tanah milik mereka sendiri dengan menjual
lahan tersebut dengan harga yang relatif mahal. Selain itu, ketidakmampuan
membeli dan menyewa kios-kios dagang menjadi salah satu penyebab banyaknya
penduduk pribumi yang justru hanya menjadi pedagang kaki lima di sekitar
wilayah Babakan raya dan Babakan tengah yang menjadi sentral aktivitas
perdagangan. Ditambah lagi, banyak dari keluarga-keluarga penduduk lokal yang
tidak memiliki pengalaman dalam usaha atau perdagangan yang menyebabkan
hilangnya kesempatan untuk menikmati peluang perkembangan dalam usaha dan
perekonomian di Desa Babakan.
Usaha lain di samping bertumbuh suburnya usaha perdagangan, usaha
kamar sewa atau kos-kosan mahasiswa juga berkembang pesat dan memainkan
peran penting dalam perekonomian di Desa Babakan. Bangunan-bangunan
berlantai jamak yang merupakan kos-kosan mahasiswa menjadi primadona dan
dapat ditemui dalam jumlah yang banyak di Desa Babakan. Tingginya permintaan
akomodasi untuk menampung mahasiswa membuat usaha ini semakin marak, baik
dengan skala kecil maupun besar. Penyewaan akomodasi ini dapat berbentuk
penyewaan ruangan berupa kamar dan juga penyewaan rumah kontrakan.
34
Corak perekonomian yang ditandai dengan maraknya usaha kamar sewa
atau kos-kosan sendiri tidak sepenuhnya dinikmati oleh penduduk lokal. Seperti
yang sudah disebutkan bahwa penduduk dalam banyak kasus lebih memilih
menjual lahan pekarangan atau lahan perumahan milik mereka kepada pengusaha
dari luar karena tergiur dengan harga yang relatif mahal pada saat itu. Alhasil
mereka pindah ke luar dari Desa Babakan dan beberapa di antaranya hanya
memiliki pekarangan yang sempit dan kondisi rumah yang sederhana. Penduduk
lokal tidak memiliki modal untuk memperbaiki rumah mereka guna bersaing
dengan para pengusaha kosan yang membangun bangunan berlantai jamak untuk
menampung permintaan kamar sewa atau kos-kosan. Kelemahan ini membuat
mereka tidak menikmati peluang memperoleh pendapatan dari usaha penyewaan
rumah atau kamar sewa.
“Sangat disayangkan penduduk pribumi pemilik kosan dan toko-toko
di Desa Babakan ini hanya 10 persen. Itu terjadi karena banyak dan
mayoritas mereka menjual lahan dan silau dengan harga yang tinggi.
Selain itu alasan mereka juga tidak berbakat dan tidak punya
keahlian untuk berbisnis” (SYA, Lurah)
Para pemilik modal besar pun sudah mulai merambah bidang usaha
penyewaan kamar sewa dan kontrakan di Desa Babakan. Pembangunan
pemukiman berskala besar memang sudah banyak ditemui dan ditambah lagi
dengan masuknya pengusaha property profesional. Tampaknya para pengusaha
property juga tidak melewatkan peluang ekonomi yang sangat berpotensi bahkan
untuk investasi jangka panjang tersebut. Pembangunan apartemen kini sedang
berlangsung di wilayah desa setempat yakni di wilayah Babakan Doneng.
Perkembangan usaha yang semakin penuh dengan persaingan ini kelak diduga
akan mengeliminasi masyarakat lokal dalam bidang usaha penyediaan akomodasi
untuk mahasiswa/pelajar.
Selain dalam bidang perdagangan barang dan penyewaan kamar-kamar
kosan, terbuka pula kesempatan-kesempatan bekerja seperti jasa buruh cuci, buruh
masak, juru parkir, security gedung kos-kosan, pengelola (karyawan yang
dipercaya oleh pemilik usaha kamar sewa) kos-kosan dan buruh kebersihan koskosan kelompok mahasiswa. Umumnya peran-peran buruh cuci, buruh masak, dan
buruh kebersihan dimainkan oleh ibu rumah tangga atau perempuan. Sedangkan
peran-peran sebagai juru parkir dan security gedung kos-kosan dan pengelola koskosan ditempati oleh laki-laki.
Penduduk yang menjual tanah dan pindah ke desa lain juga banyak yang
akhirnya kembali lagi ke Desa Babakan atau areal kampus IPB untuk mencari
nafkah. Keadaan ini dikarenakan di desa baru yang mereka tinggali tidak terdapat
lapangan pekerjaan yang dapat menampung mereka dan tidak terdapat pula
kerabat atau sanak saudara yang mengarahkan mereka untuk mencari pekerjaan
yang sesuai. Mereka kembali mencari nafkah di areal kampus IPB dan Desa
Babakan sebagai buruh cuci atau Pedagang Kaki Lima (PKL).
“Walaupun sudah pindah ke Ciampea atau Cibanteng, tapi masih
banyak juga yang akhirnya datang lagi ke kampus cari makan. Ada
yang dagang atau jadi buruh cuci atau kerjaan-kerjaan lain. Soalnya
ya memang di sini banyak kesempatan cari uang” (SUH, pedagang)
35
Selain terdiferensiasi ke dalam bentuk yang beragam, tipe mata pencaharian
di Desa Babakan ini ternyata memiliki pola-pola khusus terkait wilayah tempat
tinggal. Pola mata pencaharian terbagi atas dasar perbedaan lokasi tempat tinggal,
yakni masing-masing lokasi memiliki kriteria khas mata pencaharian yang terbagi
menjadi dua pola yakni pemukiman para pegawai/karyawan kampus IPB dan
pemukiman para pedagang dan pebisnis. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga
administratif, IPB juga memberi kesempatan prioritas bagi warga Desa Babakan
dan desa lingkar kampus lainnya. Kampung Cangkurawok dan Kampung Sengked
yang letaknya tidak bersinggungan langsung dengan hiruk pikuk aktivitas
mahasiswa merupakan bagian Desa Babakan yang masih 90 persen warganya
adalah penduduk pribumi. Di dusun inilah banyak ditemui warga yang bekerja
sebagai pegawai/karyawan IPB, seperti yang dikemukakan oleh informan berikut:
“Kalau di daerah sini (Kampung Cangkurawok dan Kampung
Sengked) kebanyakan yang kerja di IPB, hampir 70 persen. Ada yang
jadi satpam, pegawai kebersihan, pegawai Tata Usaha (TU) dan ada
juga yang bantu-bantu mahasiswa atau dosen di laboratorium”
(DDH, karyawan swasta)
Secara geografis Kampung Cangkurawok dan Kampung Sengked tersebut
memiliki letak yang relatif jauh dari aktivitas dan hiruk pikuk kegiatan mahasiswa
sehingga tidak memungkinkan untuk membuka usaha-usaha seperti yang ditemui
di wilayah Babakan Tengah, Babakan Raya, Babakan Lebak dan Babakan
Doneng. Lahan di wilayah tersebut memiliki nilai ekonomis tidak tinggi jika
dibandingkan dengan wilayah Babakan. Jumlah mahasiswa yang menjangkau
kampung tersebut sangat sedikit.
“Mahasiswa di daerah sini ada tapi sangat sedikit. Biasanya
mahasiswa yang mencari kos-kosan di sini adalah mahasiswa tingkat
atas, semester tujuh ke atas karena mereka sudah tahu daerah-daerah
di sekitar kampus. Ditambah lagi di sini kosan juga tidak semahal di
daerah Babakan dan Perwira.” (MAR, pedagang)
Jika usahawan-usahawan seperti pedagang, pebisnis dan pemilik kos-kosan
banyak muncul di Daerah Babakan, yakni Babakan Raya, Babakan Tengah,
Babakan Lebak dan Babakan Doneng, maka kaum pegawai dan karyawan yang
bekerja di IPB justru lebih banyak dijumpai di daerah Kampung Cangkurawok
dan Kampung Sengked. Walaupun pada kenyataannya penduduk pribumi
terutama di daerah Babakan Raya, Babakan Tengah, Babakan Lebak dan Babakan
Doneng sudah tersisihkan dari persaingan ekonomi. Penduduk pendatang yang
justru banyak dijumpai di daerah tersebut sekaligus berjaya dan menikmati
perkembangan, sementara penduduk asli hanya berprofesi sebagai pedagang kaki
lima dan usaha-usaha makanan kecil-kecilan.
Keberadaan kampus IPB dalam derajat tertentu juga menyediakan
kesempatan kerja bagi warga Desa Babakan. Seperti yang telah disebutkan,
kebutuhan akan tenaga administrasi dan non-administrasi menjadi peluang bekerja
bagi warga Desa Babakan. Namun tidak mudah untuk dapat bekerja di kampus
IPB, dikarenakan adanya syarat tingkat pendidikan yang lagi-lagi membuat warga
36
Desa Babakan tidak dapat dengan mudah menikmati kesempatan kerja tersebut.
Seperti yang dikemukakan oleh informal berikut:
“Dalam hal membuka lapangan kerja bisa jadi dikatakan ya, bisa
juga tidak, karena standar IPB mencari pekerja adalah pendidikan.
Kebanyakan minimal tamat SLTA, sementara orang Babakan hanya
sedikit yang lulusan SLTA dulunya” (MUH, ketua RW)
Selain tingkat pendidikan, pemuda-pemudi desa tidak dengan mudah juga
dapat bekerja sebagai karyawan di IPB sebagai satpam dan peran-peran lainnya.
Kepemilikan jaringan atau koneksi dengan pihak yang mereka sebut sebagai
“orang dalam” di IPB menjadi faktor yang sangat menentukan. Sebagian besar
warga menganggapi hal tersebut sebagai perekrutan yang tidak transparan
dikarenakan jaringan atau „orang dalam‟ sangat berperan besar sehingga yang
dapat bekerja di IPB adalah keluarga dari pensiunan karyawan IPB pula. Bagi
sebagian besar warga desa, dapat bekerja di kampus IPB merupakan suatu
kebanggaan dan memiliki nilai sosial yang tinggi bagi masyarakat Desa Babakan.
Perubahan mata pencaharian telah terjadi dengan sangat signifikan di Desa
Babakan. Telah terjadi pengeliminasian peran-peran atau mata pencaharian asli
penduduk sebelum kehadiran kampus IPB. Timbulnya peran-peran baru di
masyarakat membuat mata pencaharian di Desa Babakan semakin beragam. Tabel
8 merupakan gambaran perubahan atas pencaharian di Desa Babakan sebelum dan
setelah adanya kampus IPB.
Tabel 8 Perubahan mata pencaharian penduduk Desa Babakan
Sebelum kehadiran kampus IPB
Setelah adanya kampus IPB
Petani
Buruh
Buruh
Karyawan dan Pegawai IPB
Pedagang
Karyawan swasta
Wirausaha
Pedagang
Pemilik kos-kosan
PNS
Juru Parkir
Buruh Cuci dan kebersihan Kos-kosan
Pedagang Kaki Lima
Security gedung kos-kosan
Pengelola kos-kosan
Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial menunjukkan adanya suatu hierarki sistematis yang terkait
dengan kedudukan/status serta peranan. Mengutip Nasikun (1995) struktur
masyarakat Indonesia ditandai oleh dua ciri yang bersifat unik yakni struktur
masyarakat secara horizontal dan vertikal. Stratifikasi masyarakat ini lebih
melihat struktur masyarakat secara vertikal antar lapisan yang sering
dikategorikan menjadi lapisan atas, menengah dan lapisan bawah. Mengutip
37
Schoorl (1974) terdapat hubungan timbal balik antara gejala perbesaran skala dan
diferensiasi dengan gejala stratifikasi sosial. Menurut hemat penulis dapat
diartikan bahwa terjadinya perubahan stratifikasi sosial dalam masyarakat
merupakan akibat dari adanya pengintegrasian masyarakat lokal ke dalam
masyarakat dengan skala yang lebih besar dan terjadi proses diferensiasi atau
pembedaan peran-peran yang ada dalam masyarakat.
Demikian halnya yang terjadi di Desa Babakan, masyarakat Desa Babakan
sebagai kelompok pribumi mengintegrasikan diri dengan masyarakat yang lebih
luas yakni para pendatang baik yang mencari nafkah maupun yang berstatus
sebagai mahasiswa. Juga telah menyebabkan terjadinya perubahan pola
stratifikasi atau pelapisan dalam masyarakat Desa Babakan. Bentuk stratifikasi
masyarakat yang ada saat ini bukan merupakan pola stratifikasi yang ada dalam
masyarakat sebelum kehadiran kampus IPB. Sebelum mengalami dinamika
kependudukan yang demikian pesat, tinggi atau rendahnya penilaian secara sosial
terhadap individu dilihat dari peran dan status orang tersebut dalam masyarakat.
Orang-orang yang dianggap lapisan atas merupakan orang-orang yang memiliki
pengaruh dan pengetahuan yang lebih dari masyarakat umum. Nilai sosial
seseorang yang bekerja di pemerintahan seperti halnya lurah dan sekretaris desa
relatif tinggi begitu pula dengan guru mengaji, ustad dan kepala dusun dan ketua
RW/RT.
“Dulu orang-orang yang disegani itu adalah guru ngaji dan pak
ustad, karena seperti dalam ajaran agama Islam kita harus
menghormati mereka. Selain itu juga pak lurah, karena pak lurah kan
pemimpin kita warga desa babakan.” (JSA, Ketua RT)
Lurah, kepala dusun dan para ketua RW/RT dianggap berkedudukan lebih
tinggi karena mereka merupakan pemimpin dan memiliki pengaruh di masyarakat.
Lurah dan ketua RW/RT merupakan orang yang dituakan dan menjadi tempat
masyarakat untuk memperoleh informasi. Tingginya penilaian masyarakat
terhadap peran-peran tersebut didasari oleh rasa hormat dan pengaruh orang
tersebut dalam masyarakat (power). Seorang yang menjabat sebagai ketua RT/RW
tidak lagi dipanggil seperti orang kebanyakan dengan sebutan nama, melainkan
dengan sebutan Pak RT x, atau pak RW x yang menunjukkan sebuah
penghormatan atas jabatan yang dimiliki seseorang tersebut.
“Begitu juga dengan Pak RW atau Pak RT, Kami dianggap dituakan
dan dipercaya oleh masyarakat di tempat masing-masing. Contohnya,
Saya sebagai RW, setelah menjabat jadi RT baik orang yang lebih tua
atau anak-anak semuanya memanggil Pak RT bukan dengan sebutan
nama lagi,” (JSA, Ketua RT)
Selain itu beberapa informan juga mengatakan bahwa sebelum kehadiran
kampus IPB, peran-peran yang dinilai lebih tinggi secara sosial adalah pemilik
lahan yang luas dan beberapa juragan pengumpul kayu bakar yang memasarkan
kayu bakar yang dikumpulkan oleh warga ke daerah Jakarta.
38
“Orang yang dihormati dan disegani itu orang-orang yang punya
tanah yang luas, juga pengumpul kayu bakar, yang punya mobil untuk
diangkut ke Jakarta” (RHM, Ibu rumah tangga)
Selain peran-peran yang dianggap lapisan atas tersebut pada golongan
berikutnya adalah masyarakat desa secara umum tanpa membeda-bedakan lagi
lapisan di antara mereka. Informasi ini mengindikasikan bahwa pola stratifikasi
dalam masyarakat pada saat itu hanya membagi masyarakat ke dalam dua lapisan
yakni lapisan atas yang ditempati oleh lurah, guru gaji (ustad), ketua dusun, dan
juragan pengumpul kayu bakar serta lapisan bawah yang ditempati oleh
masyarakat Desa Babakan yang mayoritas berprofesi sebagai buruh, petani dan
pedagang kecil. Stratifikasi sosial muncul karena adanya kedudukan yang berbeda
mengakses atau memiliki sesuatu yang dihargai oleh masyarakat.
Ukuran atau dasar yang umumnya dipakai untuk menggolongkan anggota
masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan,
ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan. Sebelum mengalami
perkembangan yang demikian signifikan, ukuran yang dijadikan dasar dalam
stratifikasi sosial pada masyarakat Desa Babakan adalah ukuran ilmu pengetahuan
dan ukuran kekuasaan. Kepemilikan ilmu pengetahuan mengenai pendidikan
agama dan pengetahuan pendidikan formal yang dimiliki oleh guru gaji (ustad)
serta ukuran kekuasaan yang dapat dilihat dari pengaruhnya dalam masyarakat
seperti halnya lurah, ketua dusun dan ketua RT/RW.
Seiring perkembangan Desa Babakan dan masuknya penduduk pendatang
dari luar desa, masyarakat lokal terintegrasi ke dalam masyarakat yang lebih
besar, baik yang tercatat sebagai penduduk maupun bukan penduduk di Desa
Babakan. Keadaan ini telah mengubah pola stratifikasi masyarakat desa.
Perubahan tersebut terletak pada pergeseran ukuran atau dasar dari pelapisan
masyarakat dan timbulnya lapisan baru dalam pola stratifikasi tersebut yakni
lapisan menengah. Lapisan atas memang masih ditempati oleh para pemuka
agama seperti ustad, dan guru ngaji dan selanjutnya pejabat pemerintahan desa
serta munculnya peran-peran baru yang berkecimpung dalam bidang
perekonomian di wilayah sentral ekonomi Babakan yakni para pedagang dan
pengusaha kamar sewa atau kos-kosan.
Kepala desa/Lurah dan sekretaris desa masih memiliki nilai sosial yang
tinggi di mata masyarakat. Peran ini masih menduduki lapisan atas karena
kedudukannya penting dalam administrasi pemerintahan desa. Selain itu kedua
pejabat desa ini yang banyak berperan menentukan keputusan-keputusan desa.
Sama halnya dengan kepala dusun, ketua RW dan RT. Pengaruh mereka masih
tetap kuat dalam kelompok-kelompok masyarakat pribumi dan juga pendatang
karena mereka memiliki hak dan tanggung jawab mengatur wilayah cakupan
kepemimpinannya baik untuk urusan administratif maupun untuk urusan-urusan
sosial.
“Orang yang disegani adalah orang yang bisa bergaul dengan
masyarakat, membina masyarakat, dan bisa menyatukan masyarakat,
bukan berdasarkan jabatan. Saya sudah menjabat selama 33 tahun
sebagai RT, orang desa segan sama saya. Kalau di desa ada yang
39
menyimpang langsung saya gebrak, karena peraturan-peraturan
pemerintah itu saya sudah tahu” (JSA, Ketua RT)
“Kesenjangan tidak begitu terlihat kalau di antara masyarakat
pribumi sendiri karena memang umumnya masih orang-orang
ekonomi menengah dan bawah, tidak ada yang menonjol. Golongan
kelas atas itu justru pada pengusaha dan pedagang pendatang yang
ada di daerah Babakan” (MUH, Ketua RW)
Pedagang dengan skala usaha besar, pengusaha atau wiraswasta, dan juga
pemilik kos-kosan secara ekonomi menempati lapisan atas karena menurut warga
usaha tersebut merupakan usaha yang sangat menguntungkan dan mampu
menghasilkan pendapatan yang tinggi setiap bulan/tahun. Begitu pula dengan para
pedagang skala menengah dan besar yang menempati kios-kios dagang di daerah
sentral perekonomian yaitu Babakan Raya dan Babakan Tengah. Di sisi lain,
beberapa informan beranggapan walaupun pendatang dapat digolongkan sebagai
lapisan atas karena mayoritas memiliki harta dan aset ekonomi yang jauh lebih
banyak dari pada masyarakat pribumi.
Selain para pengusaha dan pedagang di Desa Babakan, peran baru dengan
penilaian sosial yang tinggi bagi masyarakat lokal adalah penduduk yang bekerja
sebagai pegawai administrasi di kampus IPB. Hal ini dikarenakan pekerjaan
sebagai karyawan IPB merupakan profesi yang banyak diminati dan diinginkan
oleh masyarakat Desa Babakan. Seperti yang sudah disebutkan pada sub bab
sebelumnya, tidak banyak yang dengan mudah dapat bekerja di IPB. Selain
dikarenakan faktor syarat pendidikan yang menjadi penghalang bagi sebagian
besar calon pelamar juga perekrutan karyawan IPB yang dinilai masih
mengandung unsur nepotisme. Artinya, hanya orang-orang yang memiliki kerabat
yang dapat dengan mudah lolos seleksi bekerja di kampus IPB baik sebagai
pegawai maupun security (satpam).
Perubahan pola stratifikasi Desa Babakan sebelum adanya kampus IPB
dengan setelah adanya kampus IPB dapat digambarkan oleh Gambar 3 berikut:
Lurah Desa Babakan; Guru
ngaji, Ustad, Kepala RT/RW
dan kepala dusun
Lurah Desa Babakan,Guru ngaji/Ustad,
dan Pengusaha
Kepala RW/RT, Karyawan IPB (Satpam)
dan pedagang
Buruh, Petani dan Pedagang
kecil
Pola stratifikasi masyarakat sebelum kehadiran
kampus IPB (sebelum tahun 1963)
Buruh bangunan, buruh cuci, buruh
kebersihan kosan, juru parkir, pedagang
kecil dan PKL
Pola stratifikasi masyarakat setelah adanya
Kampus IPB (Tahun 2013)
40
Gambar 3 Perubahan pola stratifikasi masyarakat Desa Babakan
Interaksi sosial
Menurut Gilin dan Gilin dalam Soekanto (2012) interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia. Gelombang
perubahan yang terjadi di Desa Babakan sejak berdirinya kampus IPB berdampak
pula pada perubahan dalam hal interaksi dan hubungan-hubungan dalam
masyarakat. Masyarakat Desa Babakan yang awalnya merupakan masyarakat
yang relatif homogen baik berdasarkan suku, agama dan status ekonomi dan
dengan jumlah yang tidak besar kini berjumlah hampir sekitar 10 000 jiwa yang
tinggal di dalamnya.
Interaksi terjadi karena adanya kontak sosial dan komunikasi sedikitnya
antara dua individu. Terjadinya perubahan pola interaksi tidak hanya antar
penduduk lokal, perubahan interaksi pun terjadi antara penduduk lokal dengan
penduduk pendatang atau mahasiswa. Sebelum kehadiran IPB interaksi antar
masyarakat desa masih sangat erat dikarenakan masyarakat masih memiliki
kekuatan ikatan persaudaraan dan nilai kekeluargaan yang kuat. Selain karena
kehomogenan baik secara suku dan keturunan, pola pemukiman warga masih
sangat mungkin dijangkau dengan jarak yang tidak berjauhan. Masyarakat masih
mengenal tetangga satu sama lain yang ada di lingkungan pemukiman.
Keadaan berbeda ditemui saat ini, yakni menurut beberapa informan pola
interaksi semakin jarang dan sulit antar sesama masyarakat lokal. Keadaan ini
disebabkan jumlah penduduk asli yang tinggal di wilayah pemukiman sangat
sedikit. Keadaan ini terutama terjadi di daerah yang padat pendatang yakni daerah
Babakan Raya, Babakan Tengah, dan Babakan Lebak. Penduduk asli sudah
banyak yang tidak lagi bermukim di desa digantikan dengan semakin banyaknya
bangunan-bangunan berlantai jamak yang merupakan tempat tinggal atau koskosan mahasiswa.
Penduduk asli yang tersisa di pemukiman-pemukiman lama hanya
bersosialisasi dengan beberapa rumah tangga yang juga masih merupakan sanak
keluarga mereka yang masih bertahan di daerah tempat tinggal mereka tersebut.
Seperti yang dikemukakan oleh salah satu informan berikut:
“Untuk berinteraksi hanya dengan keluarga. Tidak ada tetangga,
hanya ngobrol ke keluarga di sebelah rumah. Dulu warga masih
ramai sebelum tahun 1980-an.” (PAP, Pedagang)
“Hubungan dengan tetangga semakin sulit, sudah banyak kos-kosan.
Kalau berhubungan dengan mahasiswa jarang, karena mahasiswa
enggan juga untuk menyapa warga. Jadi di sini hubungannya hanya
dengan tetangga di sini saja, ini juga masih keluarga besar, kakak,
adik atau sepupu” (CUC, Buruh kebersihan kosan)
Perbedaan aktivitas antar warga merupakan salah satu penyebab
berkurangnya sifat keguyuban dalam masyarakat itu sendiri. Tingkat kesibukan
41
dan rutinitas yang berbeda-beda telah mengikis aktivitas yang dilakukan secara
bersama-sama oleh penduduk. Terutama penduduk yang berprofesi sebagai
karyawan atau pegawai di kampus IPB yang sudah memiliki kepentingan dan
aktivitas yang berbeda yang berhubungan dengan aktivitas kampus IPB.
Sepertinya yang dikemukakan salah satu responden berikut:
“Kekompakan dan gotong royong warga berkurang karena mereka
punya kegiatan di luar yang berbeda yang berhubungan dengan
mahasiswa. Mereka punya kegiatan lain di luar yang berhubungan
dengan kampus.”(END, Buruh serabutan)
“Dulu mayoritas sebagai petani, tingkat kebersamaan dan gotong
royongnya masih tinggi. Sekarang kehidupannya sudah seperti
masyarakat perkotaan. Sudah sulit mengumpulkan warga. Ada
kegiatan bahkan kematian aja sudah sulit untuk saling membantu”
(SYA, Lurah)
Adapun wadah berupa ruang publik yang dapat mempertemukan warga
untuk bertatap muka adalah berupa gotong royong kebersihan, pengajian tingkat
RW dan pengajian desa. Selain dalam bentuk kegiatan seperti yang telah
disebutkan, bentuk interaksi masyarakat desa juga terlihat dari rasa saling
membantu warga dalam mengadakan hajatan. Perkembangan zaman dan
semakin majunya bidang ternyata juga telah menggerus keberadaan ruang publik
masyarakat. Sebagai contoh di Desa Babakan, hajatan yang sebelumnya juga
merupakan wadah untuk mempertemukan warga dengan saling bahu-membahu
mempersiapkannya, kini sudah jarang ditemui dan pemilik hajatan lebih memilih
cara yang efisien dan praktis. Warga pemilik hajatan lebih memilih
menggunakan jasa pemilik catering, seperti yang dikemukakan oleh informan
berikut ini:
“Dalam hal interaksi terdapat perbedaan antara dulu dengan
sekarang. Dulu warga masih saling membantu dalam hajatan-hajatan
namun saat ini lebih memilih mengupah orang lain misalnya dengan
jasa katering untuk pernikahan atau menggunakan teknologi yang ada
saat ini”(MUH, Ketua RW)
Bentuk gotong royong warga dapat dilihat dari kerja bakti yang diadakan,
kerja bakti di Desa Babakan saat ini sudah berbeda dari nilai-nilai gotong royong
lazimnya. Gotong royong warga tidak mengikutsertakan seluruh warga melainkan
dengan membayar jasa bagi warga yang dapat ikut membersihkan lingkungan
desa. Mereka yang ikut bergotong royong adalah warga yang tidak memiliki
kegiatan dan jasanya akan dibayar dari iuran warga. Kegiatan tersebut dinamakan
kerja bakti yang dilakukan dalam kurun waktu yang beragam di setiap RW.
Intensitas kerja bakti ini pun sudah sangat jarang karena kesadaran tanggung
jawab masyarakat akan kebersihan lingkungan sudah semakin terkikis. Di satu sisi
penduduk lokal mengalami penurunan semangat gotong royong dan di sisi lain,
pemilik bangunan kos-kosan mahasiswa dan pengusaha di sekitar Desa Babakan
memilih untuk membayar jasa kebersihan yang dikelola di masing-masing RW
atau RT. Hal ini dikarenakan sebagian besar para pemilik usaha kamar sewa
42
mahasiswa tersebut pada umumnya tidak berdomisili di Desa Babakan. Bahkan
pengelolaan kebersihan menggunakan sistem iuran dari tiap-tiap
gedung/bangunan yang dikelola oleh masing-masing RT.
“Kerja bakti ada tapi kondisinya tergantung dan tetap dibayar oleh
RT/RW, biasanya dua bulan atau 3 bulan sekali kerja bakti. Pemilik
kosan hanya mengandalkan RT/RW untuk membersihkan selokan di
pinggir jalan. Padahal penghasilan kosan jutaan per tahun. Tapi
tidak ada kepedulian terhadap kebersihan limbah yang di buang ke
selokan.”(PAP, Ketua RT)
Dalam hal gotong royong ternyata keberadaan IPB membawa pengaruh
yang positif. Saat kebiasaan dan nilai-nilai gotong royong dalam kerja bakti sudah
mulai tergerus dalam kehidupan masyarakat lokal, IPB relatif sering mengadakan
kegiatan kerja bakti dengan masyarakat. Terdapat kecendrungan warga lebih
banyak terlibat ketika gotong royong atau kerja bakti tersebut merupakan kerja
bakti bersama pihak atau oknum kampus IPB. Biasanya kegiatan ini
diselenggarakan oleh organisasi kemahasiswaan seperti BEM (Badan Eksekutif
Mahasiswa), UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), Himpunan Mahasiswa maupun
kepanitiaan-kepanitiaan acara tertentu dalam kampus IPB. Hal tersebut sesuai
dengan yang dikemukakan oleh salah satu informan berikut.
“Gotong royong memang sudah sangat jarang tapi tidak hilang
begitu saja justru sering ada kegiatan kerja bakti bersama IPB”
(HRA, Pedagang kelontong)
Perubahan interaksi ini juga dapat dilihat dari perubahan rasa kepercayaan
dalam lingkungan pemukiman masyarakat. Kepercayaan antar sesama warga dan
juga dengan warga di lingkungannya sudah sangat kritis. Hal ini dapat dilihat dari
kebiasaan masyarakat pada masa sebelumnya yang tidak terlalu
mempermasalahkan keamanan rumah dan barang milik mereka dengan lazim
membiarkan pintu rumah yang terbuka kini telah berubah. Saat ini masyarakat
justru semakin siaga akan tindak kejahatan yang terjadi di sekitar mereka. Pintu
rumah yang selalu terbuka menurut warga adalah simbol bahwa mereka terbuka
untuk berinteraksi dengan warga di sekitarnya kini semakin siaga dengan menutup
rapat-rapat rumah mereka dan seolah membatasi interaksi dengan warga lain.
Rasa saling percaya semakin berkurang. Seperti yang dikemukakan oleh salah
satu responden berikut:
“Kalau dulu rumah terbuka saja tidak ada rasa khawatir beda dengan
sekarang rumah harus ditutup dan dijaga benar-benar. Rasa percaya
sesama warga berkurang, harus ada rasa waswas.” (SKR, Ibu rumah
tangga)
Memudarnya Hubungan Antar Dusun
Selain dalam lingkup dusun, interaksi antar dusun atau kampung sedikit
banyak juga mengalami perubahan. Saat ini terdapat kecendrungan pemisahan
antar daerah dalam desa, dikarenakan perbedaan karakteristik dari berbagai segi
seperti perbedaan mata pencaharian dan perbedaan nilai-nilai ekonomi antar
43
dusun atau kampung tersebut. Daerah sentral ekonomi atau yang sering disebut
sebagai daerah “dollar” merupakan sebutan untuk dusun atau kampung yang
bersinggungan langsung dengan kampus IPB, yakni Babakan Raya, Babakan
Tengah, Babakan Doneng dan Babakan Lebak. Sementara itu daerah yang terletak
agak jauh seperti Kampung Sengked, Kampung Cangkurawok dan Leuwi Kopo
memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah.
Terdapat tipe karakteristik yang berbeda antar tiap dusun yang mendorong
masing-masing dusun memiliki rasa kecemburuan sosial akan kelebihan dusun
masing-masing. Misalnya saja penduduk lokal di wilayah yang terletak agak jauh
dari kampus IPB, yaitu Kampung Cangkurawok dan Kampung Sengked yang
menganggap daerah Babakan Raya, Babakan tengah, Babakan Lebak dan
Babakan Doneng merupakan daerah yang lebih unggul karena peluang berusaha
dan berdagang lebih tinggi di daerah tersebut. Keadaan ini membuat rasa
keguyuban antar dusun semakin berkurang. Adapun ruang publik yang
mempertemukan penduduk lingkup desa dalam satu wadah pertemuan salah
satunya adalah pengajian desa yang diadakan di kantor Desa Babakan setiap
bulan. Menurut Lurah desa warga yang hadir sangat sedikit, jumlah masyarakat
yang hadir setiap pertemuannya maksimal hanya 100 orang. Jika dibandingkan
dengan jumlah penduduk, jumlah tersebut hanya 10 persen dari penduduk Desa
Babakan yang tercatat secara administratif.
Keadaan ini berbeda jika dibandingkan dengan keguyuban masyarakat Desa
Babakan sebelumnya dengan masih ditemuinya kelompok formal dan informal
yang menyatukan aktivitas warga. Rasa antusias untuk berpartisipasi dalam acaraacara desa tersebut pun masih tergolong tinggi. Seperti yang dikemukakan oleh
salah satu informan berikut:
“Dulu desa masih memiliki organisasi kepemudaan tingkat desa,
Desa Babakan masih bersatu, masih sering adanya pertandinganpertandingan persahabatan. Kalau sekarang kurang terasa karena
pengaruh lingkungan. memang masih ada karang taruna tapi
kegiatannya sangat jarang”(JSA, Ketua RT)
Kecendrungan berkurangnya interaksi antar kampung atau dusun ini tidak
serta-merta menjadi pemisah atau bahkan menjadi pemicu terjadinya konflik. Di
Desa Babakan sendiri belum pernah terjadi konflik yang mencuat antar
masyarakat lokal dalam dusun-dusun tertentu. Konflik biasanya terjadi dengan
pendatang atau kelompok mahasiswa yang terkadang melakukan penyimpangan
dan membuat keresahan di lingkungan pemukiman warga.
“Konflik di masyarakat tidak ada, karena kita di sini masih satu
darah atau satu buyut, dan tali persaudaraan masih kuat. Pernah ada
keresahan yang biasanya dengan mahasiswa yang terkadang
menyimpang”(DAO, Karyawan IPB)
Secara teritorial penduduk Desa Babakan akan berinteraksi dengan
penduduk lain yang berdekatan dengan rumahnya. Sebelum kehadiran IPB
masyarakat masih sering berinteraksi dan membangun hubungan dengan tetangga
dan warga di sekitarnya karena rasa keguyuban masih tergolong tinggi. Namun
perubahan pun terjadi setelah banyaknya bangunan kos-kosan di lingkungan
44
pemukiman mereka. Penduduk lokal lebih sering berinteraksi di antara keluarga
mereka saja sementara untuk menjangkau penduduk asli yang lainnya relatif sulit
karena sudah berjauhan. Adapun interaksi dengan pemilik gedung-gedung
berlantai jamak yang merupakan kos-kosan mahasiswa sangatlah jarang begitu
pula interaksi dengan mahasiswa. Hal ini juga dikarenakan adanya perbedaan latar
belakang budaya dan kepentingan di antara kedua kelompok.
Memudarnya Hubungan Masyarakat dengan Mahasiswa
Selain memudarnya hubungan dengan sesama warga, ternyata hubungan
dan interaksi masyarakat lokal dengan mahasiswa pun juga semakin renggang.
Terdapat perbedaan interaksi antara mahasiswa sekarang dengan mahasiswa pada
masa baru berdirinya kampus IPB Dramaga. Terdapat kecendrungan mahasiswa
dan akademisi semakin apatis dan memisahkan diri dari masyarakat setempat.
Pada era tahun 80-90an mahasiswa dan akademisi masih sangat erat berbaur
dengan masyarakat. Bahkan sering ditemui mahasiswa yang tinggal tanpa
membayar biaya sewa kamar di rumah-rumah warga dikarenakan keterbatasan
keuangan. Mahasiswa dan masyarakat masih saling membantu dan masih
memiliki kepedulian. Begitu pula dengan mahasiswa dan akademisi terhadap
masyarakat desa setempat. Ketika masyarakat desa menghadapi kesulitan maka
mahasiswa siap membantu masyarakat.
“Pada zaman dulu masih ada penduduk yang memberikan kos atau
tempat tinggal gratis untuk mahasiswa tidak mampu yang berasal
dari daerah.” (PAP, Ketua RT)
“Sekarang interaksi masyarakat sudah sangat berbeda dengan dulu.
Mahasiswa yang dulu dengan yang sekarang juga berbeda.
Jangankan pemimpinnya, mahasiswanya saja sudah sangat tidak
berbaur dengan masyarakat” (CUC, Pedagang)
Ternyata perubahan keeratan hubungan masyarakat asli desa dengan
mahasiswa ini semakin pudar seiring dengan masuknya perubahan-perubahan
moralitas dan rasionalitas yang terjadi. Penyebabnya dapat dirumuskan menjadi
beberapa faktor yakni semakin senjangnya perbedaan antara kehidupan
masyarakat dengan mahasiswa, orientasi ekonomi masyarakat lokal yang semakin
tinggi dan juga dikarenakan mahasiswa kurang berbaur dengan penduduk lokal
yang menganggap mereka secara inferior.
Dalam kehidupan sehari-hari pun sering kali ditemui riak-riak potensi
konflik antara mahasiswa dengan masyarakat lokal. Tingginya tingkat
kriminalitas yang terjadi di sekitar pemukiman mahasiswa cenderung hanya
menempatkan mahasiswa sebagai korban pencurian. Keadaan ini menimbulkan
kecurigaan di antara dua belah pihak kelompok. Seperti yang dikemukakan oleh
salah seorang informan berikut:
“Banyak kehilangan atau pencurian yang terjadi dan mahasiswa
sering sekali seakan menyalahkan penduduk Desa Babakan, padahal
seharusnya kita harus sama-sama saling waspada” (PPG, Ketua RT)
45
Hubungan masyarakat dengan mahasiswa pun menunjukkan data yang
variatif dari hasil wawancara dengan beberapa informan. Di satu sisi keberadaan
mahasiswa yang masuk dalam sistem sosial masyarakat membawa dampak yang
positif. Dengan adanya mahasiswa yang dianggap berpengetahuan dan
berpengalaman lebih menurut masyarakat, membuat masyarakat memperoleh
pengetahuan tentang hal-hal yang baru yang tidak diperoleh di luar lingkungan
desa lingkar kampus yang didominasi oleh mahasiswa. Mahasiswa juga sering
membantu warga misalnya dengan mengajar ngaji di masjid atau mushala
terdekat. Seperti yang dikemukakan oleh informan berikut:
“Mahasiswa masuk ke desa terkadang juga ada yang membantu
masyarakat, ada yang ngajar gaji dan aktif di masjid. Karena adanya
kampus juga ada kursus baca tulis untuk orang-orang tua.” (RAH,
pedagang makanan)
Di sisi lain, keberadaan mahasiswa juga kerap kali menyebabkan keresahan.
Kurangnya tenggang rasa mahasiswa terhadap penduduk setempat sering
membuat warga terganggu akan keberadaan mahasiswa. Keadaan ini juga
dikarenakan adanya perbedaan kebudayaan antara masyarakat lokal dengan
mahasiswa yang menjadi pemicu potensi konflik di antara kedua kelompok.
seperti yang dikemukakan oleh informan berikut:
“Ada juga mahasiswa yang terkadang seenaknya sampai malam
masih berisik, dan terkadang ditegur sama warga. Tapi besoknya
berisik lagi, ya namanya mahasiswa. Pernah ada konflik dengan
warga tapi sudah lama karena ada saja mahasiswa yang suka bikin
masalah” (PAP, Ketua RT)
Bentuk interaksi antara masyarakat lokal dengan pendatang yang berstatus
mahasiswa dapat dikatakan sebagai bentuk persaingan (competition). Terlihat
bahwa telah terjadinya perubahan dari bentuk interaksi yang awalnya merupakan
kerja sama (cooperation) antara masyarakat dengan mahasiswa yang kini lebih
cenderung menjadi hubungan yang berpotensi konflik. Bentuk persaingan yang
dimaksud adalah persaingan memperoleh ruang hidup dan ruang sosial.
Kelompok mahasiswa yang semakin memadati wilayah pemukiman masyarakat
lokal cenderung tidak lagi memiliki tenggang rasa dan menghargai keberadaan
masyarakat lokal yang semakin lama semakin menjadi minoritas di tempat hidup
asli mereka secara turun-temurun. Keadaan ini seolah menjadi bom waktu dan
menjadi pemicu terjadinya konflik di Desa Babakan. Hal ini senada dengan yang
dikemukakan oleh lurah setempat:
“Dengan semakin beragamnya suku, ras, dan agama dapat menjadi
bom waktu pemicu konflik. Misalnya adanya warga yang melapor
mengenai pemakaian perumahan dosen menjadi tempat ibadah tanpa
izin, ada juga asrama-asrama mahasiswa yang berbasis suku yang
sering kali kurang bertoleransi dengan keberadaan penduduk
pribumi, dan sering kali dilaporkan melakukan pesta atau acara adat
yang tidak mengenal waktu. ” (SYA, Lurah)
46
Pola Kependudukan
Masyarakat Desa Babakan mengalami dinamika kependudukan yang cukup
signifikan sejak dimulainya pembangunan kampus IPB Dramaga. Hal ini
dikarenakan banyaknya pendatang yang masuk ke daerah-daerah di sekitar
kampus IPB. Perubahan pola kependudukan ditandai dengan masuknya
mahasiswa dan akademisi IPB dari berbagai daerah membuat Desa Babakan dapat
disebut sebagai miniatur Indonesia. Mahasiswa, akademisi dan pendatang lainnya
masuk ke dalam sistem sosial masyarakat Desa Babakan. Komposisi suku, agama,
dan ras yang ada di Desa Babakan semakin beragam, seperti yang terlihat pada
Gambar 4 berikut:
[VALUE]
[VALUE]
[VALUE] [VALUE]
92%
Islam
Kristen Katholik
Kristen protestan
Hindu
budha
Sumber: diolah dari data profil Desa Babakan, 2013
Gambar 4 Komposisi masyarakat Desa Babakan berdasarkan agama yang dianut
Selain pendatang yang berstatus sebagai mahasiswa, peningkatan jumlah
penduduk yang sangat signifikan ini disebabkan oleh banyaknya para pendatang
yang mengadu nasib menjadi karyawan atau mencoba berusaha di Desa Babakan.
Keadaan ini membuat masyarakat lokal menjadi minoritas secara demografis.
Menurut wawancara mendalam, komposisi penduduk Desa Babakan sebelum
kehadiran kampus IPB masih relatif homogen, baik dalam suku dan agama. Hal
tersebut senada dengan penuturan salah satu responden berikut:
“Dua puluh tahun yang lalu masih 80 persen di Desa Babakan
penduduk asli kalau sekarang 80 persen pendatang dan mungkin
hanya tinggal 20 persen yang pribumi. Orang pribuminya banyak
yang pindah. Kalau suku yang ada 20 tahun lalu mayoritas Sunda.
Sekarang segala suku sudah ada, karena mahasiswa dari manapun
ada.” (MUH, ketua RW)
Berbeda dengan kondisi kependudukan saat ini, keberagaman penduduk
yang tinggal di Desa Babakan sangat tinggi. Suku-suku yang tinggal menetap
maupun sementara di Desa Babakan yang berasal dari berbagai daerah di
Indonesia ada di Desa Babakan. Hal ini dikarenakan mahasiswa yang mengenyam
pendidikan di kampus IPB merupakan mahasiswa yang direkrut dan diterima dari
berbagai daerah bahkan hingga kecamatan-kecamatan terpencil di Indonesia.
47
Seperti halnya pepatah “di mana ada gula, di situ ada semut” kesempatan
memperoleh laba yang besar di pasar aktivitas kampus juga menjadi faktor
penarik penduduk pendatang untuk mengadu nasib dan berusaha di Desa
Babakan. Mereka berprofesi sebagai pengusaha dan pedagang di sekitar sentral
aktivitas perekonomian kampus IPB. Tidak dapat dipungkiri sebutan “miniatur
Indonesia” untuk Desa Babakan memang benar adanya terkait dengan
keberagaman penduduk yang tinggal di Desa Babakan.
Perubahan kondisi fisik tempat tinggal
Selain di lihat dari komposisi penduduk, perubahan yang terjadi dalam
kependudukan Desa Babakan juga ternyata mempengaruhi penampakan kondisi
fisik tempat tinggal masyarakat. Pola pemukiman sudah banyak berubah, seperti
yang dituturkan oleh salah satu informan bahwa perubahan yang paling terlihat
adalah kondisi fisik perumahan atau pemukiman warga. Tingginya permintaan
akan lahan telah mengubah bentuk-bentuk penggunaan lahan di Desa Babakan.
Sebelum berbagai gelombang perubahan masuk akibat keberadaan kampus IPB,
perumahan warga identik dengan pekarangan yang luas. Berikut penuturan dari
salah seorang informan:
“Dulunya pola perumahan warga masih memiliki lahan pekarangan
yang luas. Malah bisa dikatakan lebih luas pekarangan dari pada
luas rumahnya. Dulunya jarak dari rumah ke rumah itu jauh.” (SYA,
Lurah)
Saat ini keadaan seperti itu sudah sangat jarang terlihat, pemukiman terlihat
sangat padat. Tingginya nilai ekonomis tanah/lahan merupakan faktor utama
penyebabnya. Pekarangan warga telah disulap menjadi gedung-gedung berlantai
jamak dan kios-kios dagang. Kondisi jalan dan gang pun sangat tidak memadai.
Bangunan-bangunan perumahan warga, kos-kosan, dan kios-kios dagang tersebut
hanya dipisahkan dan terhubung oleh gang-gang kecil dan sempit. Keadaan ini
mengindikasikan adanya pengaturan tata ruang Desa Babakan yang sudah sangat
tidak tertata dengan baik. Bangunan-bangunan yang hanya dihubungkan oleh
gang-gang kecil dan ruang terbuka yang semakin sulit di temukan. Penduduk
lokal dan penduduk pendatang menempati luas pemukiman dengan luas sekitar
214 384 ha. Hanya saja kepadatan geografis Desa Babakan tidak di tampilkan
dalam bentuk angka rasio manusia dan lahan dikarenakan tidak adanya jumlah
penduduk akurat yang tinggal di Desa Babakan. Kepadatan manusia dan
bangunan ini mempengaruhi pula nilai estetika dan pengaturan tata ruang
pemukiman di Desa Babakan.
Pola Penyebaran Tempat tinggal
Pola persebaran pemukiman penduduk lokal memiliki tipe yang unik.
Penduduk lokal di daerah sentral perekonomian yang cenderung hanya tersisa
dalam jumlah yang sedikit dan memiliki pola yang berkelompok. Pendudukpenduduk lokal dapat ditemui berkelompok di wilayah-wilayah tertentu. Keluarga
Bapak P misalnya, dalam wilayah lingkup RT keluarga beliau menempati
48
pemukiman yang berdekatan dan masih memiliki ikatan saudara kandung. Dalam
lingkup lahan yang mereka tempati di dalamnya terdapat oleh tujuh keluarga inti
yang masih saudara kandung. Selain keluarga besar tersebut mereka tidak
memiliki tetangga yang merupakan penduduk asli. Pemukiman ini bertetangga
dengan gedung-gedung kos-kosan mahasiswa.
“Yang tinggal di daerah sini masih keluarga semua, masih kakakberadik jadi kalau untuk berinteraksi hanya dengan keluarga di
sekitar sini, karena sudah tidak ada tetangga”(PAP, Ketua RT)
Perubahan sosiodemografi ini menempatkan penduduk asli/pribumi menjadi
kaum minoritas di tanah sendiri. Lahan-lahan pekarangan dan bahkan perumahan
warga kini telah disulap menjadi bangunan-bangunan bernilai ekonomis yang
tinggi. Tingginya permintaan akan lahan menyebabkan maraknya penjualan lahan
oleh penduduk lokal dan membuat mereka harus pindah keluar dari lahan yang
secara historis milik mereka. Sementara penduduk asli yang masih bertahan di
Desa Babakan menempati sisa-sisa lahan dan tinggal berkelompok di lahan-lahan
yang relatif sempit. Pemukiman penduduk asli semakin tergeser menempati
bagian belakang, sedangkan bangunan-bangunan kos serta toko-toko yang ramai
berjajar di daerah yang langsung berbatasan dengan aktivitas kampus IPB
merupakan milik kaum pendatang.
Kondisi Fisik Tempat Tinggal
Kondisi tempat tempat tinggal penduduk lokal pun memiliki corak yang
sedikit unik yang secara kasa mata dapat kita bedakan dengan bangunan koskosan atau tempat tinggal mahasiswa. Melalui pengamatan secara langsung,
dengan mudah dapat dilihat perbedaan yang cukup terlihat. Ketika menjumpai
kondisi rumah yang buruk dan sempit di sebagian wilayah padat Babakan, maka
dapat di pastikan rumah tersebut adalah milik penduduk Desa Babakan. Ganggang senggol yang sangat sempit membatasi antara bangunan-bangunan kosan
dan perumahan warga. Kesenjangan sangat terlihat dengan kondisi bangunanbangunan kos-kosan dan perumahan pendatang yang cenderung lebih luas dan
megah dan berlantai jamak sementara pemukiman warga terlihat relatif sangat
kecil jika dibandingkan dengan bangunan-bangunan kos mahasiswa.
Namun jika dilihat dari status kepemilikan rumah dan lahan, peneliti
menemui informasi yang beragam. Sebagian besar lahan dan perumahan tersebut
masih merupakan hak milik warga. Beberapa kasus ditemui bahwa ketika menjual
lahan perumahan kepada pendatang, penduduk lokal tidak menjual seluruh tanah
milik mereka melainkan masih menyisakan sebidang tanah untuk tempat tinggal.
Terdapat pula penduduk lokal yang mengontrak, yang merupakan keluargakeluarga baru atau keluarga muda keturunan penduduk asli Desa Babakan yang
menyewa rumah milik sanak saudara atau penduduk asli yang lain.
Melihat kondisi pemukiman Desa Babakan setelah mengalami
perkembangan demi perkembangan dalam menyesuaikan diri dengan kehadiran
kampus IPB, dapat dikemukakan bahwa kampus IPB bukan mengurangi lahan
pertanian produktif warga tetapi justru memaksimalkan pemanfaatan lahan
perumahan dan pekarangan yang ada hingga saat ini semakin sempit dan terbatas.
49
Wilayah Desa Babakan bukanlah wilayah dengan basis pertanian produktif
melainkan wilayah bekas perkebunan yang dimanfaatkan oleh warga yang tinggal
di sekitarnya untuk berkebun.
Di sebagian wilayah yang lain di Desa Babakan, kehadiran kampus IPB
secara tidak langsung membuat warga secara terpaksa harus menjual lahan
persawahan mereka karena terdapat pembangunan apartemen milik pemodal
besar yang melihat potensi ekonomi besar di wilayah tersebut. Bangunan
apartemen ini masih dalam proses pembangunan di daerah kampung Babakan
Doneng wilayah RW 6. Beberapa lahan kebun dan sawah milik warga secara
terpaksa harus juga menjual lahan mereka karena tidak mungkin tetap
mempertahankan lahan tersebut di saat lahan kebun dan sawah milik warga lain di
sekitarnya sudah dipindah tangankan. Rasionalisasi kesulitan memperoleh irigasi
dan akses membuat beberapa warga sebagai informan akhirnya juga ikut menjual
lahan tersebut kepada pemilik modal besar tersebut dengan harga yang juga relatif
tinggi. Seperti yang dikemukakan oleh informan berikut:
“Katanya dulu kalau nyawah nanti tidak dikasih air atau tidak dikasih
jalan. Misalnya kita punya tanah disini yang lain udah pada ngejual,
terpaksa kita juga harus ngejual. Tidak mungkin kita sendiri yang
tetap bertahan.”(SKR, pedagang)
Selain berdampak pada pemukiman penduduk yang semakin padat dan
mengurangi estetika dan kerapihan bangunan di Desa Babakan, kehadiran kampus
IPB juga turut sebagai andil sebagai penyebab kemacetan di beberapa rusa jalan
terutama di sepanjang jalan raya Dramaga pada waktu-waktu sibuk seperti jamjam puncak aktivitas seperti di siang dan sore hari. Keberagaman tipe penduduk
yang tinggal di Desa Babakan jika digambarkan dalam diagram dapat rumuskan
seperti pada Gambar 5 berikut ini.
Gambar 5 Ragam status kependudukan masyarakat Desa Babakan
Kelompok-kelompok Sosial
Kelompok sosial merupakan kehidupan bersama manusia dalam himpunan
atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup secara guyub (Bungin 2006).
50
Kelompok-kelompok sosial yang terdapat di Desa Babakan cukup beragam,
karena selain kelompok-kelompok sosial yang terbentuk dalam masyarakat lokal
desa, terdapat pula kelompok-kelompok yang beranggotakan mahasiswa atau
akademisi. Kelompok yang ada berbeda dari kelompok yang sering ditemui di
desa pada umumnya, dikarenakan keberadaan Desa Babakan yang merupakan
desa lingkar kampus yang di dalamnya terdapat berbagai macam karakteristik
masyarakat yang berbeda kepentingan.
Dalam pandangan pendekatan konflik dalam memahami perubahan sosial
maka kelompok-kelompok yang terbentuk ini dapat disebut sebagai kelompok
semu (quasi-groups) yaitu pola-pola hubungan sosial yang berkembang di antara
para anggotanya terbentuk melalui proses yang tidak mereka sadari. Kelompok ini
tidak memiliki struktur hubungan-hubungan sosial yang disadari, akan tetapi para
anggotanya memiliki kepentingan-kepentingan dan mode-mode tingkah laku yang
sama (Nasikun 1995). Dalam masyarakat Desa Babakan, kelompok-kelompok ini
dapat dibagi menjadi kelompok masyarakat dan kelompok pendatang. Kelompok
pendatang ini mencakup kelompok para pengusaha, pedagang dan juga
mahasiswa. Masing-masing kelompok ini memiliki aktivitas, kepentingan dan
mode-mode tingkah laku yang berbeda-beda.
Kelompok masyarakat lokal identik dengan profesi pedagang kecil,
karyawan swasta dan karyawan IPB. Selain memiliki motif ekonomi untuk
kelangsungan hidup kelompok ini juga memiliki kesadaran lingkungan yang lebih
tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Hal ini dikarenakan wilayah desa
merupakan milik masyarakat lokal Desa Babakan secara turun temurun.
Kelompok mahasiswa memiliki pola tingkah laku dan motif yang sama yaitu
mengikuti pendidikan di kampus IPB dan mayoritas sebagai konsumen di wilayah
perekonomian Desa Babakan. Sementara kelompok pendatang berprofesi sebagai
pengusaha dan pelaku bisnis di wilayah kampus IPB.
Bungin (2006) mengemukakan bahwa kelompok sosial dalam suatu
masyarakat dapat berbentuk kelompok formal dan juga kelompok nonformal.
Selain kelompok-kelompok yang terbentuk secara alami dalam struktur
masyarakat Desa Babakan, terdapat pula beberapa kelompok formal dan informal.
Kelompok formal berupa kelompok-kelompok yang terbentuk dengan izin dari
pemerintah desa dan juga kelompok yang dibentuk oleh pemerintahan desa
setempat. Kelompok-kelompok ini di antaranya ibu-ibu kader posyandu yang
merangkap kelompok PKK dan kelompok karang taruna. Kelompok formal
lainnya berupa kelompok-kelompok bentukan program pemberdayaan kampus
IPB yang beragam salah satunya adalah kelompok wanita tani (KWT). Kelompok
wanita tani merupakan salah satu kelompok bentukan dari program-program
pemberdayaan kampus IPB yaitu pertanian hidroponik di bawah binaan LPPM1
IPB. Selain kelompok wanita tani terdapat pula kelompok tani yang walaupun
wilayah persawahan sudah sangat jarang ditemui di wilayah desa setempat.
Kelompok tani tersebut merupakan kelompok tani yang dibentuk dan inisiasi oleh
masyarakat desa sendiri yang kemudian disahkan keberadaannya oleh lurah
setempat. Kelompok tani ini memanfaatkan lahan sawah baru yang merupakan
lahan praktek pertanian IPB yang dipekerjakan kepada mereka.
1
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
51
Kelompok lainnya yang relatif tersebar di masing-masing RW adalah
kelompok Majelis Ta‟lim, yaitu kelompok keagamaan yang memberikan
tambahan ilmu tentang agama Islam. Kegiatan keagamaan ini rutin diadakan satu
kali setiap minggu dengan waktu yang berbeda-beda di setiap majelis. Kegiatan
yang diadakan berupa pengajian untuk para ibu dan bapak dengan waktu dan
intensitas yang berbeda-beda. Partisipasi para ibu dan bapak untuk menghadiri
pengajian ini cukup tinggi. Majelis Ta‟lim sudah ada dalam masyarakat sejak
masuknya agama Islam di masyarakat Desa Babakan dan hingga kini masih terus
aktif. Menurut beberapa responden kegiatan pengajian atau keagamaan justru
lebih membaik setelah berkembangnya Desa Babakan karena infrastruktur seperti
masjid dan mushala yang semakin banyak dan mudah untuk diakses serta
intensitas guru gaji juga lebih sering datang berkunjung ke masjid-masjid di
sekitar pemukiman warga. Hal ini senada dengan pemaparan salah satu informan
berikut:
“Kalau agama saya rasa malah semakin baik karena selain
masjidnya makin banyak dan dekat dengan rumah, ustad juga lebih
sering datang, dan pengajian lebih sering diadakan”(RHN, ibu rumah
tangga)
PERUBAHAN KULTURAL MASYARAKAT DESA BABAKAN
SEJAK KEHADIRAN KAMPUS IPB
Bagian ini membahas mengenai perubahan budaya masyarakat Desa
Babakan yang terdiri dari penjelasan mengenai masyarakat lokal Desa Babakan,
perubahan sistem budaya, nilai dan norma masyarakat serta perubahan gaya hidup
masyarakat Desa Babakan. Bagian penjelasan masyarakat lokal Desa Babakan
membahas mengenai asal-usul orang Babakan serta sistem budaya yang berlaku di
dalamnya. Sedangkan bagian lainnya membahas mengenai perubahan-perubahan
yang terjadi dengan membandingkannya pada waktu sebelum kehadiran kampus
IPB yang mencakup perubahan sistem budaya, perubahan nilai dan norma yang
berlaku di masyarakat serta perubahan gaya hidup masyarakat Desa Babakan.
Masyarakat Lokal Desa Babakan
Masyarakat desa yang menjadi informan dan responden secara sadar
ataupun tidak dalam berkomunikasi cenderung membedakan antara masyarakat
lokal dengan pendatang dengan sebutan “orang Babakan”. Sebutan “orang
Babakan” bukan karena berasal dari nama Desa Babakan belaka. Orang Babakan
memiliki arti bahwa terdapat ikatan kekerabatan dan keturunan di antara
komunitas orang Babakan tersebut. Para pendahulu yang tinggal di daerah
Babakan pada awalnya masih merupakan saudara yang memiliki hubungan
genealogis. Namun silsilah ini sudah sangat kabur dan sebagian besar Orang
Babakan saat ini sudah tidak mengetahui silsilah kekerabatan tersebut.
Penduduk asli Desa Babakan adalah bersuku Sunda, sama halnya dengan
suku-suku yang merupakan suku asli di daerah Jawa barat. Menurut informan,
Orang Babakan adalah suku asli Sunda yang masih identik dengan agama Islam
walaupun menurut sejarahnya suku Sunda juga mengalami pengaruh HinduBudha. Sistem nilai dan norma dalam kehidupan sehari-hari diatur dalam hukum
agama. Kebudayaan-kebudayaan yang ada pada orang asli Babakan ini umumnya
sama dengan kebudayaan mayoritas suku Sunda yang hidup di Jawa barat. Hasil
wawancara mendalam dengan informan tidak ditemukan kekhasan tersendiri dari
sistem kebudayaan masyarakat Sunda di Desa Babakan maupun wilayah di
sekitarnya. Bahasa yang digunakan oleh orang asli Babakan adalah bahasa Sunda
yang hingga saat ini masih tetap digunakan oleh suku Sunda pada umumnya,
hanya saja terdapat perubahan-perubahan penggunaan tingkat kebahasaan
dikarenakan sudah mengalami akulturasi dengan bahasa dari budaya luar dan
bahasa Indonesia sendiri.
Keberadaan orang Babakan secara kasat mata memang semakin sulit untuk
diidentifikasi karena sudah mengalami perbauran budaya baik akulturasi maupun
asimilasi dengan orang luar dari komunitas tersebut. Namun keberadaan orang
asli Babakan masih dapat dijumpai terutama di daerah-daerah kantung penduduk
asli yakni wilayah Kampung Cangkurawok dan Kampung Sengked. Menurut
informan, sekitar 80-90 persen penduduk di wilayah tersebut masih merupakan
orang asli Babakan. Selain dikarenakan tidak bersinggungan langsung dengan
pengaruh dan hiruk pikuk aktivitas kampus IPB, daerah ini juga masih memiliki
rasa kekerabatan yang relatif lebih kuat dan rasa memiliki tanah nenek moyang
52
yang masih terpelihara. Nilai ekonomi lahan juga tidak semahal seperti halnya di
wilayah sentral aktivitas ekonomi yang menjadi tempat bertumbuhnya usaha
perdagangan barang dan jasa.
Perubahan Sistem Budaya Masyarakat Desa Babakan
Periode masuknya berbagai gelombang perubahan akibat keberadaan
kampus IPB tidak hanya mengubah tatanan sosial masyarakat desa secara
struktur. Aktivitas kampus yang membawa para pendatang masuk ke desa juga
memicu terjadinya perubahan dalam hal budaya. Interaksi pendatang dengan latar
belakang budaya, agama, dan suku yang berbeda dengan orang-orang asli
Babakan menciptakan terjadinya pergeseran nilai-nilai dan norma yang
sebelumnya mengakar kuat di masyarakat. Perubahan sistem budaya akan dilihat
melalui tujuh unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1992) yakni sistem
religi, sistem organisasi dan sosial kemasyarakatan, sistem ilmu pengetahuan,
sistem bahasa, sistem kesenian, sistem pola mata pencaharian, dan sistem
teknologi peralatan.
Sistem keagamaan atau religi masyarakat asli Babakan dibagi menjadi dua
yakni masa pra-Islam dan Islam. Pembagian ini memudahkan menggambarkan
keadaan keagamaan masyarakat Desa Babakan yang sebelum masuknya pengaruh
Islam juga pernah mengalami dinamika pengaruh kepercayaan animisme,
pengaruh Hindu-Budha dan juga pengaruh Islam. Namun informan lebih mudah
menggolongkannya dengan sebutan masa pra-Islam dan masa setelah penduduk
Babakan menganut agama Islam. Bukti dari pengaruh masa pra-Islam terlihat dari
tradisi-tradisi yang pernah dilakukan oleh orang Babakan seperti pembakaran
kemenyan atau pemberian seserahan dalam jangka waktu tertentu sebagai wujud
ucapan terimakasih terhadap roh-roh leluhur, seperti yang dikemukakan oleh
informan berikut:
“Pernah ada dulu tradisi bakar kemenyan atau sajen di sudut-sudut
kampung untuk roh-roh leluhur, semacam adat yang biasanya
dilakukan oleh warga misalnya sekali sebulan, tapi itu dulu sekarang
sudah tidak ada lagi. Alhamdulillah semua sudah Islam” (PAP, Ketua
RT)
Perkembangan sistem kepercayaan masyarakat desa juga terlihat dari sudah
ditinggalkannya beberapa tradisi-tradisi yang menurut masyarakat setempat tidak
lagi sesuai dengan kepercayaan yang mereka anut. Tradisi tersebut salah satunya
adalah sedekah bumi atau ngaruwat yang menurut informan tidak lagi eksis
hingga saat ini dikarenakan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bertentangan
dengan nilai agama Islam yang mayoritas dianut oleh masyarakat Babakan
dewasa ini.
“Ada juga acara adat seperti sedekah bumi. Sedekah bumi atau
ngaruwat dulu dilakukan oleh tokoh-tokoh adat tapi sekarang sudah
tidak ada lagi karena diangap bertentangan dengan agama.”(SYA,
Lurah)
53
Sistem kepercayaan yang ada di masyarakat Desa Babakan saat ini telah
beraneka ragam. Menurut data profil desa setempat, masyarakat sudah sangat
majemuk yang terdiri dari agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan juga Budha.
Data ini belum menggambarkan keadaan keagamaan penduduk secara riil, karena
terdapat pula penduduk sementara yang tidak tercatat secara administratif sebagai
penduduk yang berstatus sebagai mahasiswa. Sistem kepercayaan dan prilaku
budaya penduduk sudah sangat beragam dan kompleks. Hal ini menjadi potensi
sekaligus tantangan jika masing-masing kelompok baik masyarakat lokal dan
pendatang tidak memiliki rasa tenggang rasa, maka keberagaman ini seolah akan
menjadi bom waktu yang memicu terjadinya konflik antara kelompok lokal dan
pendatang.
Unsur kebudayaan masyarakat selanjutnya dapat dilihat dari sistem
organisasi dan sosial kemasyarakatan. Sistem organisasi dan sosial
kemasyarakatan di Desa Babakan sudah cenderung menjadi kelompok-kelompok
yang lebih formal. Tidak ditemui lembaga-lembaga adat nonformal yang
mengelola kegiatan-kegiatan bersama dalam masyarakat. Seperti yang sudah
disebutkan pada bab sebelumnya, kelompok-kelompok ini pun merupakan
kelompok-kelompok yang dibentuk sebagai kaderisasi program-program
pengembangan atau pemberdayaan masyarakat baik dari kampus maupun
lembaga-lembaga swadaya. Pengganti kelembagaan adat, di Desa Babakan masih
ditemui kelompok-kelompok keagamaan seperti kelompok pengajian untuk para
ibu dan bapak. Walaupun tidak terdapat wadah kelembagaan adat yang sering
ditemui di wilayah pedesaan namun untuk urusan sosial kemanusiaan umumnya
menjadi tanggung jawab Dewan Kerohanian Masjid (DKM) setempat.
Selanjutnya, unsur sistem ilmu pengetahuan pun sudah cenderung maju di
Desa Babakan. Logikanya, keberadaan kampus IPB sebagai institusi perguruan
tinggi akan membawa peningkatan taraf pendidikan masyarakat di sekitarnya.
Perebutan kesempatan kerja yang mensyaratkan pendidikan menengah atas untuk
dapat bekerja di institusi IPB menjadi pemacu untuk meningkatkan pendidikan
masyarakat Desa Babakan. Selain itu menjadi suatu kebanggaan pula bagi
penduduk lokal Desa Babakan apabila dapat melanjutkan pendidikan di Kampus
IPB yang awalnya mereka anggap sulit untuk dicapai. Fasilitas pendidikan dari
tingkat sekolah dasar hingga tingkat menengah atas tidak sulit untuk ditemui di
wilayah desa setempat maupun wilayah desa lainnya dengan akses yang tidak
sulit. Pengetahuan akan hal-hal ilmiah yang mereka peroleh dari programprogram pemberdayaan yang diadakan baik oleh institusi IPB maupun dari
kelompok mahasiswa membuat warga lebih kaya pengetahuan, seperti yang
dikemukakan oleh informan berikut:
“Karena disekitarnya mahasiswa sedikit banyak lebih banyak tahu
istilah-istilah anak kuliahan, lagi pula suka banyak pelatihanpelatihan juga dari IPB atau dari mahasiswa” (SUH, Pedagang)
“Zaman sekarang orang sudah tidak percaya tahayul, sudah banyak
orang pintar di sini (RHN, Ibu rumah tangga)”
Unsur kebudayaan lainnya dapat pula dilihat dari sistem bahasa atau
penggunaan bahasa dalam masyarakatnya. Bahasa yang digunakan terbagi
menjadi dua, yakni bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Masyarakat lokal masih
54
menggunakan bahasa Sunda ketika berkomunikasi dengan sesama masyarakat
lokal atau masyarakat pendatang yang bersuku Sunda. Sementara penggunaan
bahasa Indonesia digunakan ketika berinteraksi dengan pendatang atau
mahasiswa. Hampir sebagian besar atau boleh dikatakan seluruh masyarakat lokal
Desa Babakan fasih menggunakan Bahasa Indonesia.
Begitu pula dengan sistem kesenian yang ada pada masyarakat Desa
Babakan, telah terjadi pemudaran sistem kesenian yang cukup signifikan.
Kesenian asli masyarakat Desa Babakan yang merupakan masyarakat bersuku
Sunda sudah sangat jarang ditemukan. Beberapa kesenian yang masih diingat oleh
informan adalah kesenian wayang golek, karawitan, jaipongan dan tanji sudah
jarang atau bahkan tidak ditemui lagi di Desa Babakan. Seperti yang dikemukakan
oleh beberapa informan berikut:
“Dulu masih sering ada pertunjukan wayang golek, perkembangan
agama juga dibawanya pake kesenian itu. Tapi buat anak sekarang
yang begituan udah kuno.” (JSA, Ketua RT)
“Untuk kesenian misalnya ada kesenian karawitan tapi sekarang
sudah tidak ada” (MAR, Pensiunan)
“Budaya yang ada berupa hiburan misalnya wayang golek,
jaipongan, tanji (ngamen) tapi kalau sekarang semuanya diganti
dengan dangdut” (UMR, Warga)
Pertunjukan-pertunjukan kesenian tradisional yang dulu pernah melekat
dalam kehidupan dan sifatnya berfungsi sebagai hiburan di masyarakat kini telah
digeser dengan kesenian dan hiburan-hiburan yang sesuai dengan perkembangan
zaman. Hal ini dapat terlihat dari hajatan warga yang sudah tidak lagi dijumpai
berbagai hiburan kesenian tradisional seperti yang disebutkan di atas. Hiburanhiburan yang umumnya dijumpai dalam hajatan warga adalah hiburan yang
identik dengan musik dangdut yang merupakan budaya dari luar masyarakat
Sunda pada umumnya.
Kebudayaan suatu masyarakat juga dapat dilihat dari sistem pola mata
pencaharian masyarakatnya. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya,
pola mata pencaharian masyarakat Desa Babakan sudah sangat terdiferensiasi.
Masyarakat di Desa Babakan tergolong masyarakat yang sudah mendekati tipe
masyarakat perkotaan. Jika dibandingkan sebelum keberadaan kampus IPB pola
mata pencaharian penduduk masih merupakan masyarakat agraris dengan
mengelola lahan tegalan bekas perkebunan karet. Saat ini pola perekonomian
Desa Babakan yang dominan adalah sektor perdagangan dan jasa. Aktivitas
ekonomi yang dominan menyesuaikan dengan tingginya permintaan kebutuhan
mahasiswa akan barang dan jasa.
Unsur kebudayaan selanjutnya adalah sistem teknologi peralatan.
Penggunaan teknologi di Desa Babakan mengalami perubahan yang sangat
signifikan. Hal ini didukung pula dengan lengkapnya fasilitas publik yang
memenuhi kebutuhan civitas kampus IPB. Penggunaan teknologi seperti telepon
genggam dan sepeda motor bukan merupakan hal yang langka lagi ditemukan di
Desa Babakan. Selain karena kebutuhan akan produk teknologi tersebut,
55
mudahnya akses masyarakat terhadap produk-produk teknologi tersebut juga
menjadi salah satu pendukung.
Perubahan aspek kultural yang terjadi di Desa Babakan karena adanya
upaya adaptasi budaya yang dilakukan oleh komunitas orang Babakan untuk dapat
menyesuaikan diri dengan dengan segala keadaan yang berubah di desa mereka.
Aktivitas-aktivitas budaya yang pernah eksis dan menjadi tradisi bagi orang
Babakan sangat beragam. Salah satu tradisi yang paling diingat oleh informan
adalah dalam tata acara peringatan Maulid nabi atau yang disebut acara Mauludan. Terdapat beberapa unsur khas tradisi yang hilang dalam perayaan maulud
tersebut seperti halnya keberadaan ambeng atau nasi tumpeng yang kini sudah
sangat jarang ditemui. Dalam perayaan maulid nabi dewasa ini sudah beragam
cara yang berbeda dilakukan oleh warga karena segala sesuatu yang semakin
mudah diakses dan praktis. Sementara keberadaan ciri khas ambeng tersebut
sudah semakin terpinggirkan.
“Ciri khas kalau memeringati maulid nabi dulu pakai ambeng atau
nasi tumpeng sekarang masih ada yang pakai dan ada yang tidak.
Sekarang sistemnya udah praktis saja karena segala sesuatu udah
gampang ditemui, apa aja bisa beli” (JSA, Ketua RT)
Beberapa informan memberi perhatian yang besar terhadap perayaan maulid
nabi ketika membicarakan aspek budaya karena peringatan tersebut biasanya
melibatkan seluruh warga desa tanpa terkecuali. Unsur lain selain tradisi nasi
tumpeng, dalam peringatan maulud nabi tersebut juga terdapat tradisi membaca
rawi atau shalawatan nabi. Menurut informan, hal ini sudah sangat jarang
dijumpai pada masa sekarang. Kebiasaan-kebiasaan tersebut mulai tergerus
seiring masuknya budaya-budaya yang dibawa oleh budaya luar.
“Salah satu tradisi yang paling saya ingat itu kalau maulud-an ada
acara dengan baca rawi (semacam shalawatan nabi), sekarang sudah
hampir jarang ditemui”(MAR, Pedagang)
Tradisi yang pernah ada di Desa Babakan yang masih diingat oleh informan
yang kini sudah tidak ditemui lagi di masyarakat Babakan, beberapa diantara
adalah aturan-aturan dalam menentukan waktu untuk mengadakan hajatan,
kebiasaan atau tradisi unik dalam upacara pernikahan dan pentas-pentas
tradisional yang dilakukan oleh tokoh-tokoh adat. Dalam merencanakan hajatan,
orang Babakan harus mengikuti aturan-aturan tertentu dengan pertimbangan hari
baik dan hari buruk untuk mengadakan hajatan. Selain itu ada pula tradisi dalam
adat perkawinan berupa pengarakan pengantin dengan menggunakan bambu dan
dibawa berkeliling desa. Seperti yang dikemukakan oleh informan berikut:
“Dulu kalau mau ngadain hajatan masih ada aturan penentuan
tanggal dan larang-larangan, kalau sekarang sudah enggak berlaku
lagi”(PAP, Ketua RT)
“Dulu ada tradisi kalo mau jadi pengantenan harus di gotong-gotong
pakai bambu atau diarak keliling kampung. Sekarang udah engga ada
sama sekali.” (JSA, Ketua RT)
56
Nilai dan Norma yang ada di Masyarakat
Kehidupan kultural suatu masyarakat juga dapat lihat dari nilai dan norma
yang masih terpelihara dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai dan norma menjadi
hal yang penting sebagai kontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut
informan perubahan yang paling besar yang dirasakan oleh warga adalah
perubahan nilai dan norma yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan
keadaan masyarakat sebelum mengalami berbagai gelombang perubahan yang
masuk ke Desa Babakan. Seperti yang dikemukakan oleh informan berikut:
“Norma dan nilai memudar, jauh sekali dengan sekarang. Dulu
masyarakat masih peduli dengan kegiatan-kegiatan di lingkungan dan
pengajian-pengajian. Setelah banyaknya budaya dari luar membuat
adat-istiadat berkurang. Masyarakat semakin tidak peduli dengan
lingkungan disekitarnya” (JSA, Ketua RT)
Pada dasarnya nilai merupakan hal yang tidak mudah berubah dalam suatu
masyarakat. Namun seiring dengan perubahan yang terjadi terdapat nilai dan
norma yang mulai ditinggalkan dan mulai digantikan dengan nilai dan norma
yang baru. Menurut sudut pandang teori interaksi-simbolik dalam (Lauer 2001)
perubahan nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat dimungkinkan karena adanya
interaksi dalam masyarakat itu sendiri. Sama halnya dengan nilai-nilai dan norma
yang mulai tergerus di dalam masyarakat Babakan. Nilai kesopanan berupa tata
krama dalam kehidupan sosial sudah semakin kabur. Penghormatan orang yang
lebih muda terhadap orang tua sudah tergerus dan menjadi hal yang lumrah.
Tidak sedikit dari warga yang sama sekali tidak mengenal tetangga di
lingkungan perumahan warga misalnya yang berprofesi sebagai mahasiswa
maupun pedagang. Adapun aturan bahwa tamu yang masuk ke desa harus segera
melapor kepada pengurus di lingkungan RT, jarang dilakukan oleh para
pendatang. Penduduk yang tidak mengenal satu sama lain ini cenderung kurang
berinteraksi atau berkomunikasi hingga seakan saling tidak bertegur sapa dan
tidak memiliki rasa hormat. Kehidupan penduduk yang semakin individualis
membuat penduduk seakan tidak memiliki tata krama dan sopan santun satu
terhadap yang lain. Seperti yang dikemukakan oleh informan berikut:
“Perubahan yang paling sangat dirasakan adalah perubahan tentang
tata krama dan sopan santun, atau prilaku orang disini. Orang-orang
yang sekarang sudah jauh sangat beda dengan tata krama orangorang dulu”(CUM, Pedagang)
Perubahan nilai akibat interaksi dengan budaya luar juga menggerus nilainilai kemanusiaan seperti nilai tolong-menolong antar sesama warga desa.
Kemajuan zaman dan perubahan pola pikir masyarakat juga turut menjadi
penyebab memudarnya rasa kekeluargaan dan nilai-nilai kemanusiaan di
dalamnya. Segala sesuatu dapat diperoleh dengan menggunakan uang dan
membuat intensitas untuk meminta bantuan kepada penduduk semakin berkurang.
Begitupula dengan derajat tingkat aktivitas warga yang berbeda-beda satu dengan
yang lainnya, membuat kontrol sosial yang ada semakin kabur.
57
“Nilai kemanusiannya berkurang saya rasa, tolong-menolong sudah
jarang. Segala sesuatunya sudah dibisniskan sekarang. Apapun bisa
jadi uang”(MAR, Pedagang)
Terdapat pula kecendrungan perubahan dasar dari nilai dan norma yang
berdasarkan adat istiadat tradisional berubah menjadi nilai dan norma yang
berlandaskan agama. Kebiasaan dan aturan-aturan yang didasarkan pada tradisi
adat kini sudah tidak lagi dipegang oleh penduduk karena tidak sesuai dengan
norma-norma agama. Sebagai contoh adalah pantangan untuk beraktivitas di jamjam tertentu yang tidak lagi berlaku di masyarakat desa setempat, seperti yang
dikemukakan oleh informan berikut:
“Ada pantangan untuk tidak beraktvitas di jam-jam 12 atau magrib.
Semua orang yang diluar rumah harus pulang kerumah. Sekarang
tidak lagi seperti itu, mau jam berapapun bebas beraktivitas” (PPG,
Ketua RT)
Semakin berkembangnya paham keagamaan dengan akses masyarakat yang
semakin mudah, maka nilai yang dipelihara oleh masyarakat Desa Babakan saat
ini adalah nilai keagamaan. Nilai-nilai agama dirasa justru semakin baik pada saat
ini. Walaupun perbedaan budaya dan latar belakang penduduk desa yang semakin
majemuk namun sebagian besar penduduk baik penduduk lokal maupun
penduduk pendatang menganut agama Islam. Oleh karena itu, nilai-nilai
keagamaanlah yang dapat menjadi kontrol sosial bagi sebagian besar penduduk
Desa Babakan.
“Nilai-nilai keagamaan dirasa justru lebih baik sekarang karena
pendidikan agama sudah semakin banyak”(RHN, Pedagang)
Keberadaan mahasiswa juga membuat kualitas moral kemanusiaan sudah
semakin buruk karena tidak adanya kontrol sosial berupa tradisi yang mengikat
dan mengatur tata pergaulan masyarakat. Sebagai contoh, dalam pergaulan dengan
lawan jenis dalam kalangan mahasiswa yang tidak sesuai dengan budaya
masyarakat setempat dan kerap kali menjadi masalah menurut pandangan warga
setempat. Tidak jarang terjadi tindakan asusila yang melibatkan mahasiswa dan
kejadian tersebut membuat citra mahasiswa buruk di mata masyarakat lokal.
Dalam menangani kasus hal tersebut tidak lagi berdasarkan norma-norma tradisi
setempat melainkan norma atau peraturan hukum positif yang menjadi tanggung
jawab pihak keamanan yang berwajib di daerah setempat.
“Mahasiswa terkadang banyak yang tidak menghargai masyarakat di
sekitarnya, prilaku dalam bergaul dengan lawan jenis terkadang
sangat menggangu” (NDA, Ibu rumah tangga)
Kehidupan Desa Babakan yang cenderung dinamis juga telah merubah cara
pandang masyarakat terhadap tenaga, barang dan jasa. Dengan kata lain, pola
pikir masyarakat Desa Babakan pun sudah mulai berubah. Desa Babakan yang
merupakan desa yang berbasis perdagangan baik perdagangan barang dan jasa
telah merubah pola pikir masyarakatnya ke arah yang lebih komersil. Segala
58
sesuatu dapat bernilai ekonomi dan menghasilkan uang. Seperti yang
dikemukakan oleh informan berikut:
“Warga sekarang cenderung lebih materialistis, ini karena pengaruh
lingkungan. Misalnya Bara yang sering disebut daerah dollar, segala
sesuatu dibisniskan, apalagi dengan banyak pendatang” (JSA, Ketua
RT)
“Dalam acara-acara hajatan dulunya masih saling membantu
misalnya masak, menghias dan yang lain-lain yang bisa dibantu.
Berbeda dengan sekarang yang lebih praktis” (MUH, Ketua RW)
Nilai kekeluargaan dan rasa tolong menolong telah banyak tergerus
perkembangan demi perkembangan Desa Babakan. Masyarakat cenderung lebih
materialistis dan menjadikan segala sesuatu menjadi komoditas yang dapat
diperjualbelikan. Hal tersebut menjadi lazim karena pengaruh dari para pendatang
yang juga sebagian besar sebagai pelaku ekonomi dan juga adanya faktor
kesempatan berupa permintaan pasar.
Perubahan Gaya Hidup Masyarakat Desa
Perkembangan teknologi telah banyak berperan mengubah gaya hidup
masyarakat Desa Babakan. Tren kepemilikan barang-barang mewah seolah
mewabah di tengah-tengah masyarakat. Kini sudah tidak asing lagi ditemui
sepeda motor di rumah-rumah warga desa, yang pada masa dulu merupakan hal
yang jarang dimiliki oleh warga. Begitu pula dengan kepemilikan alat komunikasi
seperti telepon genggam (handphone), saat ini hampir seluruh rumah tangga
memiliki handphone baik milik orang tua maupun kelompok umur remaja dan
anak-anak.
Berbicara mengenai anak-anak, telah banyak gaya hidup pada kelompok
usia muda ini yang jauh berubah jika dibandingkan masa kehidupan anak-anak
generasi informan. Anak-anak pada zaman dulu masih memiliki arena bermain di
ruang terbuka wilayah desa atau dengan kata lain anak-anak masih leluasa
bermain di kebun-kebun dan tegalan garapan penduduk desa. Berbeda dengan saat
ini, ruang bermain anak-anak desa adalah warung internet (warnet) dan rental
Playstation (Ps) yang banyak dijumpai di Desa Babakan. Masuknya berbagai
macam produk teknologi ini telah mengubah kehidupan kelompok umur muda
yang semakin konsumtif dan cenderung kurang produktif.
Kehidupan mahasiswa yang cenderung menjadi panutan bagi anak-anak dan
pemuda-pemudi Desa Babakan juga membawa dua sisi dampak. Di satu sisi,
kehidupan mahasiswa yang mencerminkan kebiasaan hidup yang teratur dan
berpendidikan menjadi pemacu para anak-anak untuk dapat seperti kelompokkelompok mahasiswa. Banyak juga mahasiswa yang berperan langsung mendidik
anak-anak dan pemuda di desa setempat dalam bidang pendidikan maupun
keagamaan. Keberadaan IPB juga mendorong penduduk pribumi semakin sadar
pentingnya meningkatkan pendidikan. Adanya keinginan untuk dapat berkuliah di
kampus IPB dan kehidupan yang lebih sukses seperti yang banyak mereka lihat
59
dan temui di kehidupan para pendatang di desanya, telah menjadi pemicu bagi
sebagian besar masyarakat untuk meningkatkan pendidikan anak-anak mereka.
Terdapat kecemburuan sosial dari masyarakat lokal akan hidup mahasiswa
yang serba berkecukupan dan cenderung lebih mampu. Kesenjangan sosial
membuat para pemuda desa juga hendak memiliki hal atau benda yang dimiliki
dan digunakan oleh para mahasiswa yang menjadi panutan atau role model
mereka. Dalam kasus ini terdapat kecendrungan terjadinya gejala cultural lag,
dimana kebudayaan yang bersifat material lebih cepat berubah dibandingkan
dengan nilai yang terkandung di dalamnya. Masyarakat mengadopsi hasil budaya
yang berupa material namun buta akan nilai-nilai dan kegunaan yang ada dari
benda (material) tersebut.
Gaya hidup masyarakat pribumi yang mengalami perubahan dengan
banyaknya pendatang yang masuk ke desa juga dapat dilihat dari cara
berkomunikasi. Gaya komunikasi langsung dan tatap muka telah digantikan
dengan menggunakan alat komunikasi seperti telepon genggam. Seperti yang
telah disebutkan, hampir semua penduduk lokal, baik orang tua maupun muda
kini memiliki alat komunikasi seperti handphone. Dalam penggunaan Bahasa,
sebelumnya penduduk lokal hanya menggunakan bahasa sunda dan beberapa
bahasa serapan dari bahasa Belanda. Kini tidak sedikit warga yang fasih
menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan para mahasiswa
maupun orang luar lainnya.
Gambar 6 Perubahan aspek kultural pada masyarakat Desa Babakan
SIKAP MASYARAKAT DESA BABAKAN TERHADAP
KEBERADAAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR (IPB)
Bagian ini menjelaskan jumlah responden menurut karakteristik responden
meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan lama
bermukim. Bagian ini juga memaparkan hasil analisis uji korelasi/hubungan dan
uji beda antara karakteristik individu dengan sikap masyarakat terhadap kehadiran
kampus IPB di Desa Babakan. Sikap terhadap kehadiran kampus IPB yang
dimaksud adalah penilaian positif dan negatif yang diberikan oleh responden
terhadap kehadiran kampus IPB serta aktivitas civitas akademika yang
menyertainya yang masuk dalam kehidupan masyarakat.
Karakteristik Responden
Sampel dalam penelitian ini adalah hasil acak dari penduduk Desa Babakan
yang dikategorikan berdasarkan daerah yang letaknya jauh, sedang, dan dekat dari
pengaruh langsung kampus IPB baik secara fisik maupun riuh aktivitas kampus.
Sampel selanjutnya disebut sebagai masyarakat Desa Babakan. Penelitian ini
mengambil 50 responden yang terdiri dari 25 responden berjenis kelamin laki-laki
dan 25 responden berjenis kelamin perempuan. Karakteristik responden pada
penelitian ini meliputi: usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan, tingkat
pendidikan, dan lama bermukim.
Usia digolongkan menjadi tiga kategori yaitu muda (kelompok 19-30
tahun), menengah (kelompok umur 31-50) dan tua (kelompok umur >51 tahun).
Tabel 9 menunjukkan jumlah responden berdasarkan tingkatan usia responden.
Tabel 9 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat usia responden
Tingkatan usia
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Muda
11
22
Menengah
25
50
Tua
14
28
Total
50
100
Sumber: Analisis data primer, 2013
Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa setengah dari jumlah responden
yakni sebesar 50 persen atau sebanyak 25 responden merupakan tingkatan umur
dewasa menengah yang berusia 30-50 tahun. Disusul pada tingkatan umur tua
sebanyak 14 responden dengan persentase 28 persen dan sisanya kelompok umur
muda sebanyak 11 orang dengan persentase 22 persen. Penggolongan kelompok
umur ini berdasarkan pengelompokan usia dewasa menurut Havigurst.
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dibagi menjadi dua
kategori, yaitu laki-laki dan perempuan. Jumlah responden berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat dari Tabel 10.
62
Tabel 10 Jumlah responden menurut jenis kelamin responden
Jenis kelamin
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Laki-laki
25
50
Perempuan
25
50
Total
50
100
Sumber: Analisis data primer, 2013
Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa jumlah responden terdistribusi
merata antara laki-laki dan perempuan, yakni sebanyak 25 responden laki-laki dan
25 responden perempuan. Jumlah masing-masing jenis kelamin sudah ditetapkan
dalam rancangan penelitian.
Apabila ditinjau dari segi pendidikan, mayoritas responden di Desa Babakan
pernah mengecap pendidikan formal. Jenjang tingkat pendidikan dikategorikan
menjadi rendah (tidak tamat SD-tamat SD), menengah (SMP-SMA), dan tinggi
(D3-Sarjana). Berikut tabel yang menunjukkan tingkat pendidikan responden
penelitian.
Tabel 11 Jumlah responden menurut tingkat pendidikan responden
Tingkatan pendidikan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Rendah
Menengah
Tinggi
Total
22
23
5
50
44
46
10
100
Sumber: Analisis data primer, 2013
Berdasarkan Tabel 11, tingkat pendidikan responden sebesar 46 persen
berpendidikan menengah (SMP-SMA) yaitu sebanyak 23 responden. Disusul
kemudian sebesar 44 persen berpendidikan rendah (tidak tamat SD-tamat SD)
yaitu sebanyak 22 responden. Terakhir, sebesar 10 persen berpendidikan tinggi
yaitu sebanyak 5 responden. Tingkat pendidikan merupakan hal yang penting bagi
masyarakat Desa Babakan untuk dapat menikmati peluang bekerja di kampus IPB
yang mensyaratkan pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas (SMA).
Responden memiliki tingkat pendapatan yang beragam yakni mulai
responden yang tidak memiliki pendapatan atau berpendapatan Rp. 0 hingga
berpendapatan Rp. 5 000 000. Tingkat pendapatan digolongkan menjadi rendah (x
< Rp 346 000), menengah (Rp 346 000 < x < Rp 1 387 000) dan tinggi (x >Rp 1
387 000 ). Tabel 12 menunjukkan tingkat pendapatan responden penelitian.
Tabel 12 Jumlah responden menurut tingkat pendapatan responden
Tingkat pendapatan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Rendah
21
42
Menengah
17
34
Tinggi
12
24
Total
50
100
Sumber: Analisis data primer, 2013
63
Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa 42 persen atau sebanyak 21 responden
berpenghasilan rendah yaitu kurang dari Rp346 000. Disusul kemudian 34 persen
atau sebanyak 17 responden berpenghasilan menengah yaitu responden yang
memiliki penghasilan lebih dari Rp346 000 dan kurang dari Rp1 387 000.
Sisanya, 24 persen atau sebanyak 12 responden berpenghasilan tinggi yaitu lebih
dari Rp1 387 000. Penggolongan tingkat pendapatan berikut menggunakan
standar deviasi dari data di lapangan.
Mata pencaharian responden juga cukup beragam. Tabel 13 menunjukkan
jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan.
Tabel 13 Jumlah responden menurut jenis mata pencaharian
Mata pencaharian
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Pedagang kelontong/Sembako
1
2
Pensiunan karyawan
4
8
Buruh
7
14
Karyawan swasta
3
6
Staf kantor desa
2
4
Honorer
3
6
Guru
1
2
Tutor PAUD
1
2
Supir angkot
1
2
Ibu rumah tangga
14
28
Usaha kamar sewa
1
2
Penjahit
1
2
Pedagang makanan
6
12
PNS
2
4
Office Boy
1
2
Staf ADM IPB
2
4
Total
50
100
Sumber: Analisis data primer, 2013
Berdasarkan Tabel 13 jumlah responden berdasarkan mata pencaharian
responden sebagian besar yakni 28 persen atau sebanyak 14 responden merupakan
ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan. Disusul kemudian sebanyak
14 persen atau sebanyak delapan responden bekerja sebagai buruh. Kategori buruh
sangat beragam yaitu buruh bangunan, buruh kebersihan kosan, dan buruh cuci
mahasiswa. Terdapat delapan persen atau sebanyak empat responden merupakan
pensiunan karyawan baik swasta maupun negeri serta terdapat enam persen atau
tiga responden bekerja sebagai honorer. Selanjutnya, sebesar empat persen atau
masing-masing dua responden bekerja sebagai staf kantor desa dan staf
administrasi di kampus IPB. Di samping itu, sebanyak 12 persen atau enam
responden merupakan pedagang makanan dalam skala kecil. Terakhir, sebesar dua
persen atau sebanyak masing-masing satu orang responden bekerja sebagai
pedagang sembako, guru, tutor PAUD, supir angkot, usaha kamar sewa, penjahit,
dan Office Boy.
Lama bermukim responden di Desa Babakan menjadi hal yang penting
untuk dilihat pengaruhnya terhadap sikap masyarakat akan kehadiran kampus IPB
Dramaga. Responden memiliki beragam kategori lama bermukim di Desa
64
Babakan. Lama bermukim digolongkan menjadi rendah (jika sudah bermukim di
Desa Babakan kurang dari 30 tahun), sedang (jika sudah bermukim di Desa
Babakan lebih dari 30 tahun dan kurang dari 45 tahun) dan lama (jika sudah
bermukim di Desa 45 tahun) Tabel 14 menampilkan tingkatan lama bermukim
responden di Desa Babakan.
Tabel 14 Jumlah responden menurut lama bermukim responden di Desa Babakan
Tingkatan lama
Jumlah responden (orang)
Persentase (%)
bermukim
Rendah
16
32
Sedang/Menengah
19
38
Lama
15
30
Total
50
100
Sumber: Analisis data primer, 2013
Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa sebanyak 32 persen atau 16
responden sudah tinggal di Desa Babakan selama kurang dari 30 tahun yang
dikategorikan sebagai kategori rendah. Sebanyak 38 persen atau 19 responden
sudah tinggal di Desa Babakan selama lebih dari 30 tahun dan kurang dari 45
tahun atau yang dikategorikan menengah/sedang. Selanjutnya sebanyak 30 persen
responden atau 15 responden merupakan warga yang sudah lama tinggal di Desa
Babakan yakni lebih dari 45 tahun. Penggolongan tingkatan lama bermukim
menggunakan standar deviasi agar responden tersebar dengan merata pada
kategori lama bermukim.
Sikap Masyarakat terhadap Keberadaan kampus IPB
Kehadiran kampus IPB di Kecamatan Dramaga berdampak pada perubahan
sosial dalam kehidupan masyarakat desa lingkar kampus, salah satunya adalah
masyarakat Desa Babakan. Perubahan terjadi pada aspek-aspek kehidupan
masyarakat meliputi aspek struktural dan kultural dan juga perubahan baik secara
fisik dan non-fisik wilayah Desa Babakan. Berdasarkan pada pembahasan bab-bab
sebelumnya perubahan yang terjadi meliputi stratifikasi sosial, interaksi sosial,
pola kependudukan, kelompok-kelompok sosial dan perubahan dalam aspek
kultural yang meliputi sistem budaya, nilai dan norma serta gaya hidup
masyarakat desa setempat. Perubahan-perubahan terjadi pada tingkat signifikansi
yang berbeda-beda.
Perubahan yang secara langsung maupun tidak langsung sebagai dampak
kehadiran kampus IPB Dramaga tersebut berimplikasi pada masyarakat sebagai
aktor utama yang berada dalam dinamika kehidupan Desa Babakan yang
ditunjukkan dalam pernyataan yang diberikan terkait perubahan sosial yang
terjadi. Bagian ini menganalisis sikap masyarakat terhadap keberadaan kampus
IPB Dramaga tersebut. Sikap masyarakat yang dimaksud adalah respon
masyarakat yang bersifat positif dan negatif. Sikap masyarakat Desa Babakan
terhadap keberadaan kampus IPB merupakan hal yang penting untuk diteliti.
Keberadaan kampus sebagai lembaga pendidikan negeri telah menjadi motor
penggerak utama perubahan sosial dan kebudayaan di Desa Babakan. Berbagai
65
gelombang perubahan telah terjadi dan membawa dampak baik positif maupun
negatif bagi desa setempat.
Sikap masyarakat terhadap kehadiran kampus IPB di Desa Babakan
merupakan kecendrungan bertindak, berpresepsi, berpikir dan merasa dalam
menghadapi objek, ide, situasi dan nilai. Manifestasi sikap terlihat dari tanggapan
seseorang yang menerima atau menolak, setuju atau tidak setuju terhadap objek
atau subjek. Sikap masyarakat ini berisi evaluasi positif dan negatif yang
dikategorikan menjadi sikap negatif dan positif dengan akumulasi skor negatif
(20-50) dan akumulasi skor positif (51-80). Hasil survei menggunakan kuesioner
dari 50 orang responden dapat dilihat pada Tabel 15/
Tabel 15 Jumlah responden menurut sikap terhadap keberadaan kampus IPB
Sikap
Jumlah responden (orang)
Persentase (%)
Positif
35
70
Negatif
15
30
Total
50
100
Sumber: Analisis data primer, 2013
Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa sebesar 70 persen memiliki sikap
positif terhadap keberadaan kampus IPB dan 30 persen memiliki sikap negatif
terhadap keberadaan kampus IPB. Hal ini mengindikasikan bahwa kehadiran
kampus IPB Dramaga berada pada dua sisi yakni membawa perubahan yang
menguntungkan bagi masyarakat desa setempat dan sisi lain juga membawa
dampak yang moderat atau negatif bagi kehidupan masyarakat Desa Babakan.
Hubungan Antara Sikap terhadap Keberadaan Kampus IPB dengan
Karakteristik Individu
Usia
Bagian ini merupakan pemaparan analisis hubungan antara usia individu
dengan sikap masyarakat terhadap keberadaan kampus IPB baik secara fisik
maupun aktivitas dari kampus IPB. Tabel 16 menunjukkan jumlah dan persentase
sikap masyarakat terhadap perubahan sosial menurut tingkat usia responden.
Tabel 16 Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara usia
dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB.
Jumlah dan persentase sikap terhadap keberadaan
kampus IPB
Usia
Total
Positif
Negatif
n
%
n
%
Tua
10
71.43%
4
28.57%
14 (100%)
Menengah
15
60.00%
10
40.00%
25 (100%)
Muda
10
90.90%
1
9.10%
11 (100%)
Total
35
70.00%
15
30.00%
50 (100%)
Sumber: Analisis data primer, 2013
66
Tabel 16 menunjukkan bahwa responden dengan kategori usia tua (>50
tahun) yang bersikap positif terhadap keberadaan kampus IPB adalah sebesar
71.43 persen dan yang bersikap negatif sebesar 28.57 persen. Pada kategori usia
dewasa menengah (31-50 tahun), responden yang bersikap positif terhadap
keberadaan kampus IPB adalah sebesar 60 persen dan yang bersikap negatif
sebesar 40 persen. Selanjutnya, pada kategori usia dewasa muda (18-30 tahun),
responden yang bersikap positif terhadap keberadaan kampus IPB adalah sebesar
90.9 persen dan yang bersikap negatif sebesar 9.10 persen. Tidak terdapat
kecendrungan responden menentukan sikap terhadap keberadaan kampus IPB
berdasarkan tingkat umur. Pada Lampiran 4 terdapat hasil pengolahan data
secara statistik menggunakan SPSS dengan uji korelasi Rank Spearman yang
menguji hubungan antara variabel usia responden dengan sikap terhadap
keberadaan kampus IPB.
Hasil perhitungan dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa angka
korelasi antara variabel sikap terhadap keberadaan kampus IPB dengan variabel
usia sebesar 0.393. Nilai p value Sig.(2-tailed) > alpa (0.10 = 10%) maka terima
H0 dan tolak H1 serta nilai korelasi yang bernilai negatif (r=-0.124), dapat
disimpulkan bahwa ada korelasi yang negatif antara variabel sikap terhadap
keberadaan kampus IPB dengan variabel usia. Sikap positif dan negatif terhadap
keberadaan kampus IPB memiliki hubungan yang tidak searah dengan
karakteristik usia responden. Semakin rendah usia responden maka cenderung
semakin positif sikap responden terhadap keberadaan kampus IPB dengan tingkat
signifikansi yang rendah. Dengan kata lain, responden yang memiliki usia
tergolong tua (>50 tahun) cenderung memiliki sikap yang negatif terhadap
keberadaan kampus IPB di Desa Babakan. Begitu pun dengan masyarakat yang
memiliki usia tergolong muda (18-30 tahun) cenderung memiliki sikap yang
positif terhadap keberadaan kampus IPB.
Hasil perhitungan korelasi antara variabel sikap dan usia dapat pula di
jelaskan secara kualitatif. Hasil ini menggambarkan bahwa masyarakat Desa
Babakan yang sudah tergolong usia tua kurang merasakan manfaat yang positif
dari keberadaan kampus IPB. Masyarakat golongan tua inilah yang mengetahui
dan merasakan periodisasi masuknya berbagai gelombang perubahan di Desa
Babakan baik sebelum adanya kampus IPB maupun setelah adanya kampus IPB.
Golongan umur tua mengetahui sisi positif dan negatif baik secara sosial maupun
ekonomi Desa Babakan. Golong umur muda cenderung bersikap positif
dikarenakan golongan umur muda dan juga menengah kurang mengetahui
dampak-dampak secara sosial dari kampus IPB. Masyarakat golongan umur muda
dan menengah lebih merasakan dampak yang positif dalam aspek ekonomi seperti
halnya kesempatan kerja dan kemajuan ekonomi di Desa Babakan.
Jenis Kelamin
Bagian ini menjelaskan pemaparan analisis hubungan antara jenis kelamin
dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB. Pada Tabel 17 berikut
menunjukkan jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara jenis
kelamin dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB.
67
Tabel 17 Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara jenis
kelamin dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB
Jumlah dan persentase sikap terhadap keberadaan
kampus IPB
Jenis
Total
Kelamin
Positif
Negatif
n
%
n
%
Laki-laki
16
64%
9
36%
25 (100%)
Perempuan
19
76%
6
24%
25 (100%)
Total
35
70%
15
30%
50 (100%)
Sumber: Analisis data primer, 2013
Tabel 17 menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin laki-laki yang
memiliki sikap positif terhadap keberadaan kampus IPB sebesar 64 persen dan
responden yang bersikap negatif sebesar 36 persen. Sedangkan responden yang
berjenis kelamin perempuan, terdapat sebesar 76 persen responden yang memiliki
sikap yang positif terhadap keberadaan kampus IPB dan 24 persen responden
yang memiliki sikap yang negatif terhadap keberadaan kampus IPB. Tidak
terdapat kecendrungan responden menentukan sikap terhadap keberadaan kampus
IPB berdasarkan jenis kelamin. Pada Lampiran 4 terdapat hasil pengolahan data
secara statistik menggunakan SPSS dengan uji Chi Square yang menguji
hubungan antara variabel sikap terhadap keberadaan kampus IPB dengan jenis
kelamin.
Hasil perhitungan dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa angka
korelasi antara variabel jenis kelamin dengan variabel sikap terhadap keberadaan
kampus IPB adalah sebesar 0.355. Nilai p value Asymp. Sig.(2-sided) > alpa
(0.10 = 10%) maka terima H0 dan tolak H1, artinya tidak ada perbedaan nyata
antar variabel jenis kelamin dengan variabel sikap responden terhadap keberadaan
kampus IPB. Dengan kata lain, tidak ada perbedaan yang signifikan antara jenis
kelamin laki-laki dan perempuan dalam pembentukan variabel sikap terhadap
keberadaan kampus IPB. Responden yang berjenis kelamin laki-laki tidak selalu
memiliki sikap yang positif terhadap keberadaan kampus IPB di Desa Babakan.
Begitu pun dengan responden berjenis kelamin perempuan tidak selalu memiliki
sikap yang negatif terhadap keberadaan kampus IPB.
Hasil analisis secara kuantitatif tersebut menggambarkan bahwa baik jenis
kelamin laki-laki maupun jenis kelamin perempuan tidak memiliki perbedaan
yang signifikan dalam menanggapi keberadaan kampus IPB dan perubahan yang
terjadi di Desa Babakan. Perubahan yang terjadi di Desa Babakan tidak
menguntungkan dan menyingkirkan gender atau jenis kelamin tertentu. Perubahan
yang terjadi di Desa Babakan dalam hal kesempatan kerja misalnya, tidak
menguntungkan perempuan atau pun laki-laki saja. Kesempatan kerja dan
berusaha terbuka bagi jenis kelamin perempuan maupun laki-laki seperti halnya
berdagang, bisnis usaha laundry, usaha sewa kamar kos-kosan mahasiswa, hingga
menjadi karyawan kampus IPB yakni satpam, petugas kebersihan dan pegawai
administrasi.
68
Tingkat Pendidikan
Bagian ini menjelaskan pemaparan analisis hubungan antara tingkat
pendidikan responden dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB. Tabel 18
berikut menunjukkan jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara
tingkat pendidikan dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB.
Tabel 18 Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara tingkat
pendidikan dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB
Jumlah dan persentase sikap terhadap keberadaan
kampus IPB
Tingkat
Total
Pendidikan
Positif
Negatif
n
%
n
%
Tinggi
3
60.00%
2
40.00%
5 (100%)
Menengah
17
73.91%
6
26.09%
23 (100%)
Rendah
15
68.18%
7
31.82%
22 (100%)
Total
35
70.00%
15
30.00%
50 (100%)
Sumber: Analisis data primer, 2013
Tabel 18 menunjukkan bahwa pada tingkat pendidikan yang tergolong
tinggi (D3-Sarjana), responden yang bersikap positif terhadap keberadaan kampus
IPB sebesar 60 persen dan responden yang bersikap negatif sebesar 40 persen.
Pada responden dengan tingkat pendidikan menengah (SMP-SMA) terdapat 73.91
persen yang memiliki sikap yang positif terhadap keberadaan kampus IPB dan
26.09 persen responden yang memiliki sikap yang negatif terhadap keberadaan
kampus IPB. Selanjutnya, pada responden yang tingkat pendidikan tergolong
rendah (tidak tamat SD-tamat SD), responden yang memiliki sikap yang positif
terhadap keberadaan kampus IPB sebesar 68.18 persen dan responden yang
memiliki sikap yang negatif sebesar 31.82 persen. Tidak terdapat kecendrungan
responden menentukan sikap berdasarkan tingkat pendidikan. Pada Lampiran 4
terdapat hasil pengolahan data secara statistik menggunakan SPSS dengan uji
korelasi Rank Spearman yang menguji hubungan antara variabel sikap responden
terhadap keberadaan kampus IPB dengan variabel tingkat pendidikan.
Hasil perhitungan dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa angka
korelasi antara variabel tingkat pendidikan dengan variabel sikap terhadap
keberadaan kampus IPB adalah sebesar 0.963. Nilai p value Sig.(2-tailed) > alpa
(0.10 = 10%) maka terima H0 dan tolak H1 dan nilai korelasi bernilai negatif
(r=0.007), artinya ada korelasi yang positif antara variabel sikap terhadap
keberadaan kampus IPB dengan variabel tingkat pendidikan. Sikap positif dan
negatif terhadap keberadaan kampus IPB memiliki hubungan yang searah dengan
karakteristik tingkat pendidikan responden. Semakin rendah tingkat pendidikan
responden maka cenderung semakin positif sikap responden terhadap keberadaan
kampus IPB dengan tingkat signifikansi yang rendah. Responden yang memiliki
tingkat pendidikan yang tergolong tinggi (D3-Sarjana) cenderung memiliki sikap
yang positif terhadap keberadaan kampus IPB di Desa Babakan. Begitu pun
dengan responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah (tidak tamat SD-SD)
cenderung memiliki sikap yang negatif terhadap keberadaan kampus IPB.
69
Hasil analisis secara kuantitatif ini dapat juga dijelaskan secara kualitatif.
Masyarakat Desa Babakan yang berpendidikan tinggi cenderung lebih bersikap
positif terhadap keberadaan kampus IPB dikarenakan masyarakat dengan tingkat
pendidikan tinggi lebih merasakan dampak yang positif dari kehadiran kampus
IPB. Salah satunya dikarenakan kesempatan kerja yang terbuka di kampus IPB
mensyaratkan tingkat pendidikan minimal sekolah menengah atas sederajat.
Kesempatan kerja yang terbuka bagi masyarakat lingkar kampus di kampus IPB
meliputi petugas kebersihan, petugas keamanan kampus, karyawan operasional
dan laboratorium hingga pegawai administrasi mensyaratkan pendidikan formal
SMA sederajat. Selain itu syarat pendidikan juga diperlukan untuk bekerja
sebagai karyawan dan pegawai swasta di sekitar kampus. Masyarakat
berpendidikan rendah secara otomatis tidak dapat menikmati kesempatan kerja
tersebut. Masyarakat berpendidikan rendah memanfaatkan kesempatan berusaha
seperti halnya berbisnis dan berdagang di wilayah kampus yang tidak
mensyaratkan pendidikan formal. Hal ini sejalan dengan informasi yang diperoleh
dari beberapa responden yang menyatakan bahwa bekerja di kampus IPB
merupakan pekerjaan yang diinginkan oleh warga Desa Babakan. Tingkat
pendidikan menjadi sangat penting untuk dapat bersaing menempati kesempatan
kerja di wilayah sekitar kampus IPB.
Tingkat Pendapatan
Bagian ini menjelaskan pemaparan analisis hubungan antara jenis kelamin
dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB. Pada Tabel 19 berikut
menunjukkan jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara tingkat
pendapatan dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB.
Tabel 19 Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara tingkat
pendapatan dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB
Jumlah dan persentase sikap terhadap keberadaan
kampus IPB
Tingkat
Total
Pendapatan
Positif
Negatif
n
%
n
%
Tinggi
8
66.67%
4
33.33%
12 (100%)
Menengah
12
70.59%
5
29.42%
17 (100%)
Rendah
15
71.43%
6
28.57%
21 (100%)
Total
35
70.00%
15
30.00%
50 (100%)
Sumber: Analisis data primer, 2013
Tabel 19 menunjukkan bahwa pada tingkat pendapatan dengan kategori
tinggi, responden yang memiliki sikap yang positif terhadap keberadaan kampus
IPB sebesar 66.67 persen dan responden yang memiliki sikap negatif terhadap
keberadaan kampus IPB sebesar 33.33 persen. Pada responden yang tergolong
tingkat pendapatan dengan kategori menengah, responden yang memiliki sikap
yang positif terhadap keberadaan kampus IPB sebesar 70.59 persen dan responden
yang memiliki sikap yang negatif sebesar 29.42 persen. Selanjutnya pada tingkat
pendapatan dengan kategori rendah, responden yang memiliki sikap yang positif
70
terhadap keberadaan kampus IPB sebesar 71.43 persen dan responden yang
memiliki sikap yang negatif sebesar 28.57 persen. Terdapat kecendrungan
responden menentukan sikap berdasarkan tingkat pendapatan. Pada Lampiran 4
terdapat hasil pengolahan data secara statistik menggunakan SPSS dengan uji
korelasi Rank Spearman yang menguji hubungan antara variabel sikap responden
terhadap keberadaan kampus IPB dengan variabel tingkat pendapatan.
Hasil perhitungan dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa angka
korelasi antara variabel sikap terhadap keberadaan kampus IPB dengan variabel
usia sebesar 0.797. Nilai p value Sig.(2-tailed) > alpa (0.10 = 10%) maka terima
H0 dan nilai korelasi yang bernilai negatif (r = -0.037), artinya ada korelasi yang
negatif antara variabel sikap terhadap keberadaan kampus IPB dengan variabel
tingkat pendapatan. Sikap positif dan negatif terhadap keberadaan kampus IPB
memiliki hubungan yang tidak searah dengan karakteristik tingkat pendapatan.
Dapat dikatakan bahwa semakin rendah tingkat pendapatan responden maka
semakin positif sikap responden terhadap keberadaan kampus IPB dengan
signifikansi yang rendah. Responden yang memiliki tingkat pendapatan yang
tergolong tinggi cenderung memiliki sikap yang negatif terhadap keberadaan
kampus IPB di Desa Babakan. Begitu pun dengan responden yang memiliki
tingkat pendapatan rendah cenderung memiliki sikap yang positif terhadap
keberadaan kampus IPB.
Secara kualitatif masyarakat Desa Babakan yang tergolong berpendapatan
rendah cenderung memandang negatif dampak yang kehadiran kampus IPB.
Namun, masyarakat Desa Babakan yang berpendapatan rendah juga
mengemukakan bahwa dengan adanya kampus IPB, kehidupan masyarakat desa
setempat lebih membaik dari sebelumnya. Kehidupan yang lebih membaik yang
dimaksud adalah akses terhadap fasilitas sosial, ekonomi dan infrastruktur yang
lebih mudah dan ketersediaan kesempatan berusaha seperti halnya berdagang di
wilayah kampus. Selain itu, menurut responden, kampus IPB juga ikut serta dalam
memberikan bantuan dan santunan bagi warga miskin di Desa setempat.
Pandangan ini yang memungkinkan sebagian masyarakat Desa Babakan yang
tergolong berpendapatan rendah cenderung bersikap positif terhadap keberadaan
kampus IPB walaupun pada dasarnya keberadaan masyarakat asli semakin
tersingkirkan dari persaingan, baik secara ekonomi maupun akses terhadap ruang
hidup di Desa Babakan.
Lama bermukim
Bagian ini menjelaskan pemaparan analisis hubungan antara jenis kelamin
dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB. Pada Tabel 20 berikut
menunjukkan jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara tingkat
pendapatan dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB.
71
Tabel 20 Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara lama
bermukim dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB
Jumlah dan persentase sikap terhadap keberadaan
kampus IPB
Lama
Total
Bermukim
Positif
Negatif
n
%
n
%
Tinggi
9
60.00%
6
40.00%
15 (100%)
Menengah
13
68.42%
6
31.58%
19 (100%)
Rendah
13
81.25%
3
18.75%
16 (100%)
Total
35
70.00%
15
30.00%
50 (100%)
Sumber: Analisis data primer, 2013
Tabel 20 menunjukkan bahwa pada responden yang lama bermukim di Desa
Babakan tergolong tinggi, responden yang memiliki sikap yang positif terhadap
keberadaan kampus IPB sebesar 60 persen dan responden yang memiliki sikap
yang negatif sebesar 40 persen. Sedangkan pada responden yang lama bermukim
di Desa Babakan tergolong menengah, responden yang memiliki sikap yang
positif terhadap keberadaan kampus IPB sebesar 68.42 persen dan responden yang
memiliki sikap yang negatif sebesar 31.58 persen. Selanjutnya, pada tingkat lama
bermukim di Desa Babakan yang tergolong rendah, responden yang memiliki
sikap yang positif terhadap keberadaan kampus IPB sebesar 81.25 persen dan
responden yang memiliki sikap yang negatif sebesar 18.75 persen. Terdapat
kecendrungan responden menentukan sikap berdasarkan tingkat lama bermukim
responden di Desa Babakan. Pada Lampiran 4 terdapat hasil pengolahan data
secara statistik menggunakan SPSS dengan uji korelasi Rank Spearman yang
menguji hubungan antara variabel sikap responden terhadap keberadaan kampus
IPB dengan variabel lama bermukim.
Hasil perhitungan dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa angka
korelasi antara variabel sikap terhadap keberadaan kampus IPB dengan variabel
lama bermukim sebesar 0.203. Nilai p value Sig.(2-tailed) > alpa (0.10 = 10%)
maka terima H0 dan nilai korelasi yang bernilai negatif (r = -0,183), artinya ada
korelasi yang negatif antara variabel sikap terhadap keberadaan kampus IPB
dengan variabel lama bermukim. Sikap positif dan negatif terhadap keberadaan
kampus IPB memiliki hubungan yang negatif (tidak searah) dengan karakteristik
lama bermukim responden. Dapat dikatakan bahwa semakin rendah kategori lama
bermukim responden di Desa Babakan maka semakin positif sikap responden
terhadap keberadaan kampus IPB dengan signifikansi yang rendah. Responden
yang sudah tinggal lama (>45 tahun) cenderung memiliki sikap yang negatif
terhadap keberadaan kampus IPB di Desa Babakan. Begitu pun dengan responden
yang tergolong masih baru tinggal di Desa Babakan ( x<30 tahun) cenderung
memiliki sikap yang positif terhadap keberadaan kampus IPB.
Hasil analisis secara statistik di atas didukung pula dengan pengamatan
secara kualitatif. Masyarakat Desa Babakan yang tergolong sudah lama tinggal di
Desa Babakan mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi di desa setempat
secara keseluruhan mulai dari hadirnya kampus IPB di Kecamatan Dramaga.
Golongan masyarakat dengan lama bermukim tergolong tinggi ini cenderung
bersikap negatif karena masyarakat melihat banyak dampak negatif yang terjadi di
Desa Babakan sejak kehadiran kampus IPB. Dampak negatif menurut kelompok
72
masyarakat yang telah lama bermukim ini meliputi dampak terhadap kepadatan
pemukiman, maraknya kriminalitas dan pencurian, prilaku usia muda yang
menyimpang, dan semakin sedikitnya warga asli yang tinggal di Desa Babakan.
Sedangkan kelompok masyarakat yang tergolong lama bermukim rendah
cenderung tidak mengetahui secara keseluruhan perubahan-perubahan yang terjadi
di Desa Babakan. Kelompok masyarakat ini lebih melihat dampak positif yang
terjadi akibat keberadaan kampus IPB seperti halnya semakin banyaknya
kesempatan kerja yang terbuka, mudahnya akses warga terhadap fasilitas
ekonomi, sosial, dan infrastruktur.
Pengabdian Masyarakat oleh Kampus IPB
Institut Pertanian Bogor adalah institusi pendidikan tinggi negeri yang
berbasiskan Badan Hukum Milik Negara (BHMN) yang berdiri secara otonom
dalam menyelenggarakan kegiatan tri dharma. Adapun visi kampus yang
merupakan 5 besar perguruan tinggi terbaik di Indonesia ini adalah menjadikan
IPB sebagai Perguruan Tinggi bertaraf internasional dalam pengembangan
sumberdaya manusia dan IPTEKS dengan kompetensi utama di bidang pertanian.
Selain mengemban tanggung jawab meningkatkan kualitas pendidikan dan
mencerdaskan warga Indonesia, perguruan tinggi di Indonesia juga mengemban
Tri Dharma perguruan tinggi yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian.
Dalam hal ini, kampus IPB telah melebarkan sayap dalam mengembangkan
penelitian dan pengabdian masyarakat yang telah dibuktikan dengan ribuan
inovasi-inovasi temuan IPB. Inovasi-inovasi tepat guna ini tentu membutuhkan
tempat untuk mengaplikasikannya yakni dengan menyalurkannya melalui
pengabdian kepada masyarakat.
IPB memiliki lembaga yang berfokus pada bidang penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat yaitu LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat). Selain menghasilkan riset, pengabdian masyarakat yang difasilitasi
LPPM IPB ini memiliki banyak bentuk program yakni terdapat program-program
yang langsung di bawah binaan LPPM IPB, program Himpunan program studi
mahasiswa yang difasilitasi oleh LPPM dan juga program pengabdian yang
dilakukan oleh kelompok Dosen. Program yang dilakukan oleh LPPM dalam
rangka pengabdian terhadap masyarakat di antaranya adalah Kuliah Kerja Profesi
(KKP) mahasiswa, IPB Goes To Field (IGTF), dan program Jum‟at keliling
(Jumling) untuk Desa Lingkar Kampus.1
Program pengabdian masyarakat di bawah binaan LPPM IPB ini sudah
tersebar luar hampir di Indonesia. Mayoritas adalah desa-desa di pulau Jawa dan
juga beberapa desa di bagian selatan Sumatera hingga pulau Kalimantan dengan
bekerja sama dengan perusahaan. Program-program pengabdian tersebut pun
sangat beragam disesuaikan dengan potensi daerah dari desa setempat. Selain
dana khusus dari institusi kampus IPB, program pengabdian masyarakat ini juga
turut didanai oleh Dikti (Direktorat Perguruan Tinggi).
Program Jumling yang merupakan program pengabdian terhadap 17 desa
lingkar kampus mencakup 17 desa di tiga kecamatan terdekat dengan kampus IPB
yakni 10 desa di Kecamatan Dramaga, empat desa Kecamatan Ciampea dan tiga
1
Informasi merupakan hasil wawancara langsung dengan pegawai LPPM IPB
73
desa Kecamatan Bogor Barat. Program ini sudah berlangsung sudah cukup lama
namun mulai intensif pada tahun 2009. Berbeda dengan dengan program
tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan, Endang (pegawai LPPM
IPB) menjelaskan bahwa pengabdian masyarakat ini merupakan bentuk
silaturahmi dan menjaga komunikasi yang baik antara pihak kampus IPB dengan
masyarakat di sekitarnya.
Kampus IPB adalah lembaga riset dan pendidikan. Oleh karena itu, jenis
pengabdian masyarakat yang akan dilakukan adalah pengaplikasian riset tepat
guna dalam kehidupan masyarakat yang disesuaikan dengan potensi desa
setempat. Untuk Desa Babakan sendiri terdapat tiga program pengembangan
masyarakat binaan LPPM yang di pimpin oleh wakil rektor bidang riset dan kerja
sama IPB. Program tersebut di antaranya:
1. PAUD dan Posyandu. Mencakup pemberdayaan PKK, pelatihan guru-guru
PAUD, Tour IPB cinta pertanian, Mapping PAUD lingkar kampus,
Penataan fisik halaman dan sekretariat
2. Pengolahan sampah Kampung Sengked, yang mencakup kegiatan kampung
bersih, pertamanan dan tempat sampah
Jika dibandingkan dengan desa lain bagian dari program Jumling ini,
program pengembangan masyarakat di Desa Babakan memang terbilang sedikit.
Menurut Bapak Endang, selaku pegawai LPPM, kendalanya adalah Desa Babakan
merupakan desa yang didominasi oleh para mahasiswa dibandingkan dengan
masyarakat lokalnya berbeda dengan desa-desa lingkar kampus lainnya. Namun
program-program yang diusung oleh kampus IPB masih berbentuk formalitas. Hal
ini berkorelasi dengan pendapat sebagian besar responden dan informan dari
masyarakat desa Babakan yang merasa tidak mendapat bantuan langsung dari
IPB. Program-program pembangunan tersebut tidak dirasakan oleh seluruh
kalangan masyarakat Desa Babakan khususnya warga asli yang seharusnya
menjadi prioritas khususnya di Desa Babakan.
Niatan untuk berkontribusi pada pembangunan Indonesia secara
keseluruhan tentunya merupakan niat yang sangat mulia. Hal tersebut sudah
berusaha dibuktikan oleh kampus IPB dengan kontribusi yang dimulai dari hal-hal
yang paling dekat dengan wilayah kampus IPB sendiri. Menjalin komunikasi yang
baik antara pihak universitas dan masyarakat tentu suatu hal yang mutlak untuk
dilakukan agar keberadaan kampus IPB juga berdampak bagi kemajuan
masyarakat di sekitarnya. Perguruan tinggi di Indonesia sering kali di sebut-sebut
sebagai „Mercusuar‟ yang dominan menyoroti permasalahan di wilayah-wilayah
yang jauh sementara wilayah terdekat cenderung luput dari perhatian. Selain
dampak ekonomi, kampus IPB seharusnya juga memperhatikan dampak sosial
kehadiran kampus bagi masyarakat di Desa-desa sekitarnya sehingga sebutan
sebagai institusi perguruan tinggi layaknya “Mercusuar” tidak ditudingkan pada
kampus IPB.
SIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini memaparkan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan di Desa Babakan sebagai salah satu desa lingkar kampus
IPB. Kesimpulan akan menjelaskan mengenai sumber perubahan sosial, aspekaspek perubahan sosial-budaya masyarakat yang mengalami perubahan dan yang
tidak mengalami perubahan serta hubungan antara karakteristik individu dengan
sikap terhadap keberadaan kampus IPB. Bagian ini juga memaparkan saran yang
menurut penulis penting sebagai bahan pertimbangan untuk seluruh stakeholder
yang berperan dalam peningkatan pembangunan dan kualitas hidup masyarakat
Desa Babakan.
Simpulan
Keberadaan kampus IPB Dramaga merupakan faktor pendorong utama
terjadinya perubahan sosial-budaya yang terjadi pada masyarakat Desa Babakan.
Kehadiran IPB yang membawa masuk budaya, teknologi serta pendatang yang
menuntut Desa Babakan untuk berbenah diri dan beradaptasi sesuai dengan
perkembangan wilayah lingkar kampus. Di samping itu, masuknya para
pengusaha dan pemilik modal menjadi saingan masyarakat lokal baik dalam
ekonomi maupun wilayah tempat tinggal dan tempat usaha. Identitas perubahan
terdiri atas aspek-aspek struktural dan aspek kultural. Perubahan pada aspek
struktural masyarakat meliputi (1) perubahan dinamika pemerintahan, masyarakat
semakin memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pemilihan pemimpin dan
peningkatan kesadaran demokrasi bahwa setiap warga desa memiliki kesempatan
yang sama untuk dapat menjadi pemimpin. Dengan kata lain, individu yang
memiliki visi yang maju untuk Desa Babakan dapat menjadi pemimpin, bukan
hanya penduduk yang memiliki silsilah keturunan lurah. (2) Perubahan ragam
mata pencaharian, adanya peralihan dari masyarakat yang bercorak agraris
menjadi masyarakat perdagangan. Terciptanya ragam mata pencaharian yang
kompleks dan sangat terdiferensiasi sesuai dengan tingginya permintaan pasar. (3)
Perubahan stratifikasi sosial, perubahan ditandai dengan bertambahnya lapisan
menengah dalam masyarakat desa dan bertambahnya lapisan atas yang dominan
diisi oleh pengusaha dan pedagang yang sukses berusaha di Desa Babakan. Dasar
pelapisan yang ada di masyarakat desa setempat cenderung berdasarkan
kepemilikan materi seperti halnya usaha skala besar mencakup perdagangan dan
penyedia akomodasi mahasiswa yang menjadi primadona usaha di wilayah
lingkar kampus. (4) Perubahan pola kependudukan, semakin majemuknya
komunitas di Desa Babakan membuat penduduk di desa ini dapat dibagi-bagi
menjadi penduduk asli, pendatang dan penduduk yang berstatus sebagai komuter
dan sirkuler. Penduduk Desa Babakan kini sudah sangat beragam dalam hal suku
dan agama yang ada di dalamnya, yang membuat desa ini dapat disebut sebagai
“miniatur Indonesia”. (5) Perubahan interaksi sosial masyarakat yang sudah
semakin memudar yang ditandai dengan kurangnya keguyuban baik antar
masyarakat lokal maupun antara masyarakat lokal dengan pendatang yang
berstatus mahasiswa. Rasa kekeluargaan, saling menghormati dan saling percaya
76
antar penduduk digantikan dengan rasa curiga, asing dan semakin apatis terhadap
sesamanya. (6) Terbentuknya kelompok-kelompok sosial baru yang ada dalam
masyarakat. Selain kelompok keagamaan dan kelompok formal yang dibentuk
oleh pengurus desa, terdapat pula kelompok-kelompok fungsional yang dibentuk
karena adanya program-program pemberdayaan dan pendampingan dari kampus
IPB.
Perubahan pada aspek struktural ini kemudian diikuti dengan perubahan
pada aspek kultural yakni perubahan pada sistem budaya, nilai dan norma serta
gaya hidup masyarakat desa. Masyarakat Desa Babakan sudah bergeser dari
budaya masyarakat tradisional ke arah masyarakat semi urban yang bercirikan
perdagangan barang dan jasa. Pergeseran nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat ditandai dengan pudarnya nilai-nilai tradisional dan digantikan dengan
nilai keagamaan. Norma yang berlaku tidak lagi norma tradisional digantikan
dengan hukum positif yang berlaku untuk seluruh penduduk di desa setempat.
Mengikuti perubahan yang terjadi seiring dengan perkembangan teknologi dan
peningkatan perekonomian, gaya hidup baik kelompok umur muda dan tua pun
juga mengalami perubahan. Selain perubahan prilaku, masyarakat lebih
mencerminkan sifat yang semakin konsumtif dan materialistis.
Sikap masyarakat terhadap keberadaan kampus IPB umumnya bersifat
positif namun secara spesifik memiliki ragam yang berbeda berdasarkan
karakteristik individu. Hasil uji Rank spearman menunjukkan karakteristik
individu meliputi usia, tingkat pendapatan, dan lama bermukim berkorelasi
negatif dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB. Sedangkan karakteristik
tingkat pendidikan berkorelasi positif dengan sikap terhadap keberadaan kampus
IPB. Hasil uji Chi Square menunjukkan hubungan yang negatif antara
karakteristik jenis kelamin dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB.
Dengan kata lain, tidak terdapat perbedaan nyata antara jenis kelamin dalam
pembentukan sikap terhadap keberadaan kampus IPB.
Perubahan sosial pada aspek-aspek kehidupan masyarakat Desa Babakan
menunjukkan perubahan yang cepat. Kurang lebih 50 tahun sejak kehadiran
kampus IPB Dramaga telah menyebabkan perubahan-perubahan yang sangat
signifikan dalam segala bidang kehidupan masyarakat desa. Kondisi geografis,
akses perjalanan menuju pusat kota yang mudah, infrastruktur pendidikan,
kesehatan dan transportasi yang memadai membuat mudahnya faktor-faktor
pendorong perubahan lainnya masuk ke Desa Babakan. Keadaan ini sekaligus
menjadi dilema bagi masyarakat Desa Babakan untuk menghadapi gelombang
perubahan yang terjadi. Persaingan ekonomi dan ruang hidup semakin
menyingkirkan masyarakat lokal dan menjadikan mereka bukan sebagai penikmat
kemajuan dan pelaku ekonomi melainkan hanya sebagai penonton. Hal ini
dikarenakan kurangnya pengalaman bisnis dan pengetahuan masyarakat Desa.
Saran
Hal yang dapat dijadikan masukan bagi para stakeholder yang berperan
dalam kesejahteraan masyarakat Desa Babakan dalam menerima gelombang
perubahan modernisasi antara lain:
1. Aparat pemerintah desa dituntut untuk lihai dalam mengatur sistem
kependudukan dan perekonomian yang berlangsung Desa Babakan agar
77
2.
3.
4.
masyarakat lokal juga ikut terlibat dalam aktivitas ekonomi di Desa
Babakan. Pemerintah Desa juga harus siap mengakomodasi
kepentingan berbagai pihak dan dapat meredam potensi konflik karena
adanya perbedaan budaya antara masyarakat lokal dan pendatang.
Masyarakat Desa Babakan juga harus lebih berperan aktif dalam
menanggapi perubahan yang terjadi baik di dalam maupun di luar
lingkungan desa. Masyarakat Babakan harus bisa memilih mana yang
baik dan dibutuhkan dan mana yang baik namun tidak dibutuhkan serta
turut menjadi pelaku ekonomi dan menikmati perkembangan juga
kesempatan yang tercipta akibat keberadaan kampus, bukan hanya
menjadi penonton.
Kelompok mahasiswa seharusnya lebih aktif menjalin komunikasi dan
interaksi dengan masyarakat lokal Desa Babakan. Ada baiknya
kehadiran mahasiswa lebih dirasakan membawa dampak yang positif
bagi masyarakat lokal misalnya dengan cara aktif dalam kerohanian
desa, membuka jasa-jasa pendidikan gratis bagi anak-anak desa lingkar
kampus dan menghargai nilai dan norma serta budaya masyarakat,
bukan bersikap apatis dengan masyarakat lokal di sekitarnya.
Kampus IPB sebagai institusi perguruan tinggi juga harus
meningkatkan perhatian dan komunikasi terutama bagi masyarakat
lokal di Desa Babakan yang semakin terpinggirkan. Perlunya
mempersiapkan baik secara materi dan mentalitas masyarakat Desa
Babakan untuk menghadapi perubahan dan modernisasi yang lebih
dahsyat lagi di waktu-waktu yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Agusta I. 2003. Teknik Pengumpulan dan analisis data kualitatif. Makalah. Dapat
diunduh
di:
http://ivanagusta.files.wordpress.com/2009/04/ivanpengumpulan-analisis-data-kualitatif.pdf
Azwar S. 2007. Sikap manusia: teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Belajar
Baron RA, Byrne D. 2004. Psikologi sosial. Penerjemah Ratna Djuwita dkk.
Jakarta [ID]: Erlangga
Bungin B.2006. Sosiologi komunikasi: Teori, Paradigma, dan diskursus teknologi
komunikasi di Masyarakat. Edisi pertama cetakan ketiga. Jakarta [ID]:
Kencana Prenada Media Group
Davis K.1960. Human Society. Cetakan ke-13. New York [US]: The Macmillan
Company.
KEMENDIKBUD [Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan]. 2010. Rencana
Strategis Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2010-2014.
Koentjaraningrat (1992). Kebudayaan, mentalitas dan pembangunan. Jakarta [ID]:
PT Gramedia
Lase JE. 2010. Dampak keberadaan kampus Universitas Sumatra Utara terhadap
pendapatan usaha kecil dan warung serta pola ruang di wilayah Sekitarnya.
[Tesis]. Sumatera Utara [ID] : Universitas Sumatera Utara. 104 hal. Dapat
diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/219 91
Lauer RH. 2001. Perspectives on social change. Perspektif tentang perubahan
sosial. Penerjemah Alimandan SU. Jakarta [ID]: PT Rineka Cipta.
Marius JA. 2006. Perubahan sosial. Jurnal Penyuluhan. 2(2) : 125-132. Dapat
diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/42870/
Jelamu.pdf
Narwoko JD, Suyanto B. 2011. Sosiologi teks pengantar dan terapan. Jakarta
[ID]: Kencana Prenada Media Group.
Nasikun. 1995. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta [ID]: PT Raja Grafindo Persada
Ramdhani N. 2008. Sikap dan prilaku: Dinamika psikologi mengenai perubahan
sikap
dan
perilaku.
Artikel.
Dapat
diunduh
di:
http://neila.staff.ugm.ac.id/wordpress/wpcontent/uploads/2009/09/bab2a1att
itude.pdf
Purwanto H. 1998. Pengertian dan sifat sikap. Sikap vol 62-63.
Sabarudin SF. 2007. Pengaruh keberadaan universitas parahyangan terhadap
perubahan harga lahan di sekitarnya. [Tesis]. Bandung [ID]: Institut
Teknologi
Bandung.
202
hal.
Dapat
diunduh
dari:
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-saldyfitri-27204-62007ts-5.pdf
Schrool JW. 1980. Modernisasi: Pengantar sosiologi pembangunan negara-negara
sedang berkembang. Jakarta [ID]: Gramedia
Singarimbun M, Efendi S. 1987. Metode penelitan survai. Jakarta [ID]: LP3ES
So AY, Suwarsono. 2006. Perubahan sosial dan pembangunan. Jakarta [ID]:
LP3ES
Soekanto S. 1990. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta [ID]: PT. Raja Grafindo
Persada
80
Soemardjan S. 1981. Perubahan sosial di Yogyakarta. Yogyakarta [ID]: Gadjah
Mada University Press
Suharyanto A. 2007. Dampak keberadaan IPB terhadap ekonomi masyarakat
sekitar kampus dan kontribusinya terhadap perekonomian Kabupaten
Bogor. [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.
Sztompka P. 2011. Sosiologi perubahan sosial. Jakarta: Prenada Media Group.
Tjokroamidjojo B. 1996. Perencanaan pembangunan. Jakarta [ID]: PT Gunung
Agung.
Vago S. 1989. Social change. New-Jersey: Prentice-Hall. 419 hal.
LAMPIRAN
81
Lampiran 1 Peta Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor
82
Lampiran 2 Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN
PERUBAHAN SOSIAL-BUDAYA MASYARAKAT DESA LINGKAR
KAMPUS SEBAGAI DAMPAK KEBERADAAN INSTITUT PERTANIAN
BOGOR (IPB)
No:
Tanggal:
Salam sejahtera bagi kita semua, semoga selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha
Esa. Perkenankan saya: Sri Wulan Rahmawati (I34100127), mahasiswa Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat – Fakultas Ekologi Manusia Institut
Pertanian Bogor untuk mengajukan beberapa pertanyaan yang tercantum dalam
lembar kuesioner ini. Kuesioner ini dibutuhkan untuk menggali data yang bermanfaat
untuk kepentingan penelitian dan penyelesaian tugas akhir saya. Untuk itu saya mohon
Bapak/Ibu dan saudara dapat bekerja sama dalam menjawab pertanyaan yang
terlampir pada kuesioner ini. Data yang saudara berikan terjamin kerahasiaannya dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Terimakasih.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Nama responden
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Pendidikan terakhir
Pendapatan per bulan
Mata pencaharian
Lama bermukim
:
:
:
:
:
:
:
:
B. Sikap Masyarakat terhadap Keberadaan Kampus IPB
Pilihlah jawaban dari pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda
checklist (√) sesuai dengan keyakinan Anda. Pilihan dibedakan menjadi:
SS
: Sangat setuju
S
: Setuju
TS
: Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju
No
1
2
3
4
Pernyataan
Peluang untuk bekerja masyarakat desa semakin
beragam dengan adanya Kampus IPB.
Semakin padatnya pemukiman di Desa Babakan
membuat masyarakat asli Desa Babakan pindah
keluar dari desa.
Penggunaan teknologi di Desa Babakan meningkat
dengan adanya kampus IPB.
Masyarakat Desa Babakan menjadi lebih
SS
S
0
TS
STS
83
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
individualis sejak adanya Kampus IPB.
Desa Babakan selalu dikutsertakan dalam programprogram kerja kampus IPB.
Aktivitas kampus dan mahasiswa sering kali
menghambat aktivitas warga desa.
Tingkat pendidikan dan kesadaran pentingnya
sekolah meningkat semenjak adanya kampus IPB.
Dengan adanya Kampus IPB, kekompakan dan
gotong royong masyarakat desa semakin berkurang.
Pendapatan masyarakat Desa Babakan semakin
meningkat dengan adanya kampus IPB.
Keberadaan kampus IPB dan pembangunannya
membuat warga kehilangan lahan dan sumber
penghidupan.
IPB berperan serta dalam memberdayakan
masyarakat Desa Babakan.
Pemukiman di Desa Babakan menjadi kumuh sejak
adanya kampus IPB
Meningkatnya kebutuhan akan pemondokan atau
kamar sewa mahasiswa menguntungkan
masyarakat Desa Babakan.
Dengan masuknya mahasiswa dan pendatang
membuat nilai dan norma yang ada di masyarakat
semakin pudar.
Saat ini di Desa Babakan, kesenjangan antara warga
yang kaya dan yang kurang mampu tidak terlalu
mencolok.
Keberadaan IPB juga menyebabkan meningkatnya
kriminalitas di Desa Babakan.
Keberadaan kampus IPB membuka kesempatan
bekerja bagi pemuda-pemudi Desa Babakan.
Keberadaan IPB hanya menguntungkan pendatang,
sementara penduduk Desa Babakan tidak
mengalami peningkatan perekonomian.
Kegiatan pemberdayaan dan bantuan program dari
kampus IPB merata untuk semua warga.
Saat ini masyarakat Desa Babakan cenderung lebih
materialistis.
84
Lampiran 3 Waktu Pelaksanaan Penelitian
N
o
Kegiatan
2013
Juni
1
1
Menyusun
proposal
skripsi
2
Kolokium
3
Revisi
proposal
4
Pengambilan
data lapang
5
Pengolahan
dan analisis
data
6
Penyusunan
draft skripsi
7
Sidang skripsi
8
Perbaikan
skripsi
Sep
2 3 4 1 2 3 4 1
2014
Okt
2 3 4
Nov
1
Des
Jan
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
85
Lampiran 4 Hasil Uji Analisis Statistik Menggunakan SPSS 16 for windows
Tabel frekuensi karakteristik responden dan sikap terhadap keberadaan kampus
IPB
Usia
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid rendah
11
22.0
22.0
22.0
sedang
25
50.0
50.0
72.0
tinggi
14
28.0
28.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
jenis kelamin
Frequency Percent
Valid laki-laki
Valid
Percent
Cumulative
Percent
25
50.0
50.0
50.0
perempuan
25
50.0
50.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
tingkat pendidikan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid rendah
22
44.0
44.0
44.0
sedang
23
46.0
46.0
90.0
tinggi
5
10.0
10.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
tingkat pendapatan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid rendah
21
42.0
42.0
42.0
sedang
17
34.0
34.0
76.0
tinggi
12
24.0
24.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
86
lama bermukim
Valid
Percent
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid rendah
16
32.0
32.0
32.0
sedang
19
38.0
38.0
70.0
tinggi
15
30.0
30.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
sikap
Valid
Percent
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif
15
30.0
30.0
30.0
positif
35
70.0
70.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
Tabulasi silang dan Uji korelasi Rank Spearman Variabel usia dengan variabel
sikap responden terhadap keberadaan kampus IPB.
usia * sikap Crosstabulation
Count
sikap
negatif
usia
muda
dewasa
tua
Total
positif
Total
1
10
11
10
15
25
4
10
14
15
35
50
87
Correlations
usia
Spearman's rho
usia
Correlation Coefficient
1.000
-.124
.
.393
50
50
-.124
1.000
.393
.
50
50
Sig. (2-tailed)
N
sikap
Correlation Coefficient
sikap
Sig. (2-tailed)
N
Tabulasi silang dan Uji korelasi Rank Spearman Variabel tingkat pendidikan
dengan variabel sikap responden terhadap keberadaan kampus IPB.
tingkat pendidikan * sikap Crosstabulation
Count
sikap
negatif
tingkat
pendidikan
positif
Total
rendah
7
15
22
sedang
6
17
23
tinggi
2
3
5
15
35
50
Total
Correlations
tingkat
sikap
Spearman's rho
sikap
Correlation Coefficient
1.000
.007
.
.963
50
50
Correlation Coefficient
.007
1.000
Sig. (2-tailed)
.963
.
50
50
Sig. (2-tailed)
N
tingkat pendidikan
pendidikan
N
88
Tabulasi silang dan Uji korelasi Rank Spearman Variabel tingkat pendapatan
dengan variabel sikap responden terhadap keberadaan kampus IPB.
tingkat pendapatan * sikap Crosstabulation
Count
sikap
negatif
tingkat
pendapatan
positif
Total
rendah
6
15
21
sedang
5
12
17
tinggi
4
8
12
15
35
50
Total
Correlations
tingkat
sikap
Spearman's rho
sikap
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
tingkat pendapatan
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
pendapatan
1.000
-.037
.
.797
50
50
-.037
1.000
.797
.
50
50
Tabulasi silang dan Uji korelasi Rank Spearman Variabel lama bermukim dengan
variabel sikap responden terhadap keberadaan kampus IPB.
lama bermukim * sikap Crosstabulation
Count
sikap
negatif
positif
Total
lama bermukim rendah
3
13
16
sedang
6
13
19
tinggi
6
9
15
15
35
50
Total
89
Correlations
sikap
Spearman's rho
sikap
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
lama bermukim
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
lama bermukim
1.000
-.183
.
.203
50
50
-.183
1.000
.203
.
50
50
Tabulasi silang dan Uji Beda Chi Square antara variabel jenis kelamin dengan
variabel sikap responden terhadap keberadaan kampus IPB.
jenis kelamin * sikap Crosstabulation
Count
sikap
negatif
jenis kelamin laki-laki
perempuan
Total
positif
Total
9
16
25
6
19
25
15
35
50
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
b
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided)
sided)
sided)
df
.857a
1
.355
.381
1
.537
.862
1
.353
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Casesb
.538
.840
1
.269
.359
50
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,50.
b. Computed only for a 2x2 table
90
Lampiran 4 Kerangka Sampling
1. Responden Jenis Kelamin
Laki-laki
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
NAMA
KHR
MOCH ENDANG
SAPUTRA
PARMA
M DARMA
SETIAWAN
M MULYANA
TATANG
SUPANDI
SYAIPUL HIDAYAT
LUKMAN
NULHAKIM
SUKARNA BIN
TAMIM
ABDUL GOFAR
PIRMANSYAH
ERIK ERLANGGA
BAESUNI
DEDI SUHENDI
RACHMAT
DIRMAN
AMING
APRIADI
DAI
DEKY SETIAWAN
OMA S.
M YUSUP
KHAERUDDIN
USMAN HAMIM
IWAN
IRWAN
M THOYYIB
ANWAR SANUSI
IRPAN SANUSI
BASTIAN A
PERMANA
AHMAD FAHRI
TOPIK HIDAYAT
MUH AMIRUDIN
FACHRUDIN SN,
BA
TURMUDI
A. MALIK
DODI SETIAWAN
SONY SUTARSA
ADINDA WIPUTRA
SAA
ANDRIYANSYAH
MUH INDRA
ARDIANSYAH
YUSUP SUPRIYADI
EKA SENTOSA
M. NASIR
SARIFUDIN
HIDAYAT
ROHMAT
SAEPULOH
M. MUSLIM
M. PAUZI
M. YAMIN
Jenis
kelamin
L
L
L
L
L
L
L
L
L
ALAMAT
RT/RW
01/ 03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
M. SYAPEI
EKA ERDIANSYAH
JAMALUDIN
DICKI
ZULKARNAEN
ENDANG
SUMANTA
ABDUL ROHIM
RIKAZ HAFIUDIN
M BADRUN
TAUPIK HIDAYAT
REZA FADILLAH
AGUS DARMAJI
M RAZI ERFIAN
PRANA YOGA
BUANA
AHMAD EFENDI
HENDRA
HIKMAWAN
UANG
HERMAWAN
M MAHPUD
AHMAD AGUNG
NUGRAHA
BUDI LAKSONO
SOLEH BIN USIN
TEGUH SANTOSA
AHMAD SUJANA
HAIDEL FACHMI
MTD
ADRIAN
SHOLAHUDDIN
ABDUL BASYIT
ENDI BIN MURSAIP
ISWANDI
AGUS SUDRAJAT
HIDAYAT
DENNY
ZULKIFLI
M SUKRON
IWAN SETIYAWAN
DESUWANTO
INANG
BUDI SETIAWAN
M YAKUB
HENDI SAFEI
ANDIKA HARYADI
MAMAN
HARUN APASIT
RIDHO ERYADHI
AMARUDIN
USMAN
END
HERDI
HERMAWAN
MARJUKI BIN ARI
SAHRONI
ISWANDI
SAID
SAMSUDIN
MUHAMAD EDI
ISMAIL
ENJAT SUDRAJAT
JAENAL ARIPIN
BUDI YANTO
OBAY SOBARI
RIDWAN FIRDAUS
AHMAD FAUJI
L
L
L
L
01/03
01/03
01/03
01/03
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/ 03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
91
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
JAJAT SUDRAJAT
SUHERMAN
RIDWAN
DAMADIL
UMR
SUHENDI
SAARTA
YUSMANSAH
DEDI WAHYUDI
SUGIH HERIAWAN
UHID BIN ARI
MUCHTAR
DURORI
AGUS SUPRIYADI
M. KAMALUDIN
SYAHPUTRA
M. ICHWAN
SYAHPUTRA
SUMYANI
USEP
IKAT BIN ARI
SUGIH HENDRIAN
UNUS
JUNAEDI
LUKY ADITIA
KOMARUDIN
M. ALDIANSYAH
AJI SUPARJI
ISKANDARSYAH
ADE SUPRIATNA
IRP
HERU
UJANG ADANG
ADE HIDAYAT
TOPIK HIDAYAT
KARNITA
ADE HENDRA
SUWANDI
ERIK LESMANA
ENJANG LESMANA
KEMAN
DEDEN
FIRMANSYAH
WAHYU
SUKARNA
SOPIAN
SUKANDAR
MAHRUP
SANUSI
ENANG S.
MFH
AHMAD YUSUP
TALIB
HERI SURYADI
MUHAMAD
HASANUDIN
ALEK KAPISA
ABDUL BAHRI
TOPIK HIDAYAT
AYUB
M. YUNUS
EMAD
INDRA PURNAMA
UCU SUPRIATNA
SUPARTA
L
L
L
02/03
02/03
02/03
L
L
L
L
L
L
L
L
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
L
L
02/03
02/03
L
02/03
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
L
L
L
L
L
L
L
L
L
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
HRA
ADE IRWIN
MAULANA
ADE NURTAMAN
HAERUL MUKHLIS
JUMIANTO
SUPARMAN
USMAN
SALIM
DUDI ADIANSYAH
SUPARDI
YUDA PERMANA
AHMAD SYARIEF
SUHENDAR
SUDRAJAT
TOPAN
SAPRI YUSUP
CHAERUL AMRI
NURHUDAYA
JAENAL YUSUP
DUDI HARYADI
SOFYAN HADI
CECEP
MAD KHOER
UCENG BIN MADI
HERMANSYAH
NAHYUDIN
GALIH IKRAR
KUSUMA
AGIL PRASETIO
AHMAD
SULAEMAN
CECEP SUHERMAN
JULYUS SANGAJI
MRD
RONI BASKORO
HAMIT
FANNY ISKANDAR
RUYANI
ERWINSYAH
BENNY SYAHBANI
ADI SUPRIATNA
IWAN SETIAWAN
ACEP
WAWI
DEDI HARIYADI
ATJENG
NOPAN
KURNIAWAN
ATMA WIDJAJA
DEDE
SUPRIYATNA
EMED EPANDI
FERI FEBRIAN
SUKARNA
AGUS
AHMAD
AWALUDIN
JAENUDIN
JSA
MULYADI
AGUNG SETIADI
IWAN SETIAWAN
(35)
AFIF ALFARIZAN
ADANG SUPANDI
MAMAT
L
L
02/03
02/03
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
92
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
MIRJAN HIDAYAT
SUPRIYADI
SAPUTRA
EDI JUNAEDI
MUHAMAD
RIDWAN
RUDI G SOEPARDI
KOSASIH
EKO PRASETYO
RIYANTO
MUHAMAD FARID
DAF
DHI
TRI PRASETYA
RIAN
FIRMANSYAH
ANA
EPENDI
ENUR
RAMDHAN
ALWAHDI
SUPRIADI
AHMAD PAUJI
HAERUDIN
SUGANDI
HENDRA
AGUSTIAN
DEDEN FITRI
SUHENDAR
ADE MAULANA
SAPRI
TATANG
SURYANA
MUH HOTAB
AFRIATNA RAZIB
MARDIAN
HADI WIKANTA
MAKSUM
DAO
ERWIN HANZAHNI
NURHIDAYAT
M. YULIANSYAH
APENDI
ASEP SOPIAN
ALPATAH
DADANG
SUPRIATIN
MARYADI
ILYAS
SAMSUDIN
ABDUL ROHMAN
M. BAEHAKI
IRFAN JUHARI
KAMAHADI
ROSYID
SUEB
M. HAMAMI
SARNATA
CECEP EFENDI
ASEP SAPRUDIN
HANIFTAH
IBNU NURUL
FURQON
M. MAHIRUDDIN
M DASUKI
M MUNIR PAHIM
M ROYOM SUUD
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
L
L
L
L
03/03
03/03
03/03
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
L
L
L
L
01/06
01/06
01/06
01/06
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
KUSMAWIJAYA
KOMARUDIN
MOH NURDIN
ASA
M. FADILLAH
HUDORI HIDAYAT
M. SAEFULLAH
YUSUP TOJIRI
SUHERI
ABDUL KOSIM
JUNAEDI
AGUS SUTISNA
M SUMANTRI
SULAEMAN
DJUMHARI
M SUPRI
M YUNUS
IWAN SUMARWAN
SUPAHMI ARYADI
AHMAD HAPID
SYAMSUL RIZAL
MOH HATTA
ARPAI
ACANG
MAMI
ARI KURNIAWAN
NURUL FALAH
KURNIAWAN
MAULANA
IKHSAN
AGUSMAN
M. ACE
AGUS SUDRAJAT
AMIR HAMZAH
HUDRI
HORI
ANDRI
NOVIANDRI
AANG HAERUDIN
TABRONI
ASMUDIN
ASFIAN
SAEFULAH
WAHYUDIN
RACHMAT
MOH.
YULIANSYAH
DSI
ARI HARDIKA
DAMRAWI
DAMA
DENIS SETIAWAN
DIAN PRATAMA
DIDI TURADI
AMSARI
AGUS SULAEMAN
UPEN
PRAYOGA DARMA
JAJANG
EDY BUDIONO
EFN
FERI A SYAFEI
HAMBALI
HERI
SAEPUDIN
SAEPUL BAHRI
M. JUFNI LAMERI
ADY RACHMADI
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
L
L
L
L
L
L
L
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
01/06
L
L
L
L
01/06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
93
352
353
354
355
356
357
358
359
360
361
362
363
364
365
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
377
378
379
380
381
382
383
384
385
386
387
388
389
390
391
392
393
394
395
396
397
398
399
400
401
402
403
404
405
406
407
408
409
410
411
HOTIB
M. DARSO
MASYUDI
LUKMAN
NURHAKIM
ILHAM HAYADI
IWAN RIDWAN
IYAS
EKO ISMANTO
M. ROZIKIN
MAD ENOH
WAHYUDIN
M. ANWAR
WAHYUDIN
M. FAJAR
M. MAHMUD
EFENDI
M. YUNUS
MAR
MOH. HATTA
ARPAI
M. ZAENUDIN
PARTA
JOKO SARI
ASMORO
SANTA
DYNAR SAPUTRA
SARDI
SOBIRIN
SUPANDI
ACHMAD
DARUSMAN
SYARIF HIDAYAT
WAHYUDIN
TEDAVIT
TEDY PEBRIANI
TEDDY MULYADI
MAHYUDIN
YUDISTIRA
M. USMUNI
ASEP WIHARJA
UYAN
YAHYA AMSORI
WAHYUDI
AHMAD NADHIF
ISLAMY
NUR HIDAYAT
A. M. JON
GUNAWAN
WIJAKSANA
IRSAN KUSWANDI
DODI
FIRMANSYAH
M. DAENURI
DARMA
BAHTIAR BARNAS
SONKUS MAIDA
FERDIANSYAH
M LUTHFI
KURDI A
M ALFIKAR
DIDI JUNAEDI
M UDIN ZAENUDIN
DJUNEB
ROHMAN
RULLI RUSLI
M ILHAM FAUZI
SAMSUDIN
M IRLAN MALIKI
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
02/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
412
413
414
415
416
417
418
419
420
421
422
423
424
425
426
427
428
429
430
431
432
433
434
435
436
437
438
439
440
441
442
443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
455
456
457
458
459
460
461
462
463
464
465
466
467
468
469
470
471
472
473
474
475
RAHMAT
DADANG
HARYADI
AMIR
SUHARI
IBRAHIM
USA
MAMAN ROHMAN
SUHADA
JADWALLUDIN
UKAR S
HAFIZ IMANUDIN
AGUS SETAWAN
YOPI
JARKASIH
ARMAN
SUPRIATNA
IRPAN PRIANSYAH
ANGGA PERMANA
PARTA KUSUMA
HUSEN
SUHERI
SUKARI
AHMAD ROMLI
SUHENDRI
HAERUDIN
ACHMAD DARUS
SUHANDA
ENDUNG
LUKMAN HAKIM
PEPEN
MEDI
KURNIAWAN
M DEDEN
YUDI HIDAYAT
OBAY SOBARI
LAMSANI
ERIK
DEDEM
JAKIANSYAH
SUHANDA
AJID SUJANA
ALIYAS
FIRMANSYAH
ANDA
DENI APRIADI
DERI SUNANDAR
ASEP IRAWAN
ASNADI
DEDE SUPRIADI
NHH
DENI WIJAYA
DRS ROMLI
ENDANG
RIVAL RIANSYAH
UTORO MH
FIKRI JAKA
IRMANA
HAERI PRIBADI
HAMDARI
HASANUDIN
HERMAN
RISDI RIANTO
HERI KUSWANTO
ARU SYAHRU
SYARIEF
AHMAD NAZIB
HUSEIN
IDAY
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
03/ 06
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
94
476
477
478
479
480
481
482
483
484
485
486
487
488
489
490
491
492
493
494
495
496
497
498
499
500
501
502
503
504
505
506
507
508
509
510
511
512
513
514
515
516
517
518
519
520
521
522
523
524
525
526
527
528
529
530
531
532
533
534
535
IRPANDI
HALDI HARIYADI
IDAS
INDRA GUNAWAN
IR. DADI KURNIA
M. BILDAN KARTA
PRAWIRA
IR. UTOYO
DENIS PRATAMA
JAJAT SUDRAJAT
JNT
LATIF
M. ARNAT
SUTISNA
CHAERUL SALEH
M. RUYANI
M. LULUS
OMAN ROHMAN
RAHDIANTO
SAHI BIN IJA
SANIIN
SAPRUDIN
SALAM
SUBANDI
SUBARNA
SUHERMAN
SUPARMAN
SUPRIADI
AYI
SUWANTA
SAEFUDIN
TATANG
ENDANG
JARKASIH
ANDRI TRIYANA
AMIRUDIN
DIDI JUMADI
YAHYA PRAWOTO
YUDISTIRA
YURIAL
ALI
ASEP SUPARMAN
BUDI
DANI BAKRI
ANDI
JUANA
JUNAEDI
M ABDUL
ROHMAT
MAMAT ACEP
SUHERMAN
MAHFUD
MUHIDIN
ABDULLAH
MUSTAR
M ALWI
OHAD
M AZI SYAHWAL
OZI
PPG
SAKRI
TAUFIQ IBRAHIM
JUHARA
UCI SANUSI
UDIN SETIAWAN
WAHYUDI
WAWAN
DARMAWAN
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
L
02/09
L
L
02/09
02/09
L
L
L
L
L
L
L
L
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
L
L
L
L
02/09
02/09
02/09
02/09
536
AMB
H.M SALAM
ARDITA
RIO MAULANA
DEDI
DERI SYARIF H
ENDANG
SETIAWAN
UGAN SUGANDA
TAUFIK HIDAYAT
SULAEMAN
IMAM
SUHENDRA
M ASEP RINALDI
YAYAT
SUPRIYATNA
ALI
ENCEP SUPRIYADI
SOFIAN HADI
HM SALAM
IFZAN AKBAR
MAHPUD
ANDRIANSYAH
537
538
539
540
541
542
543
544
545
546
547
548
549
550
551
552
553
554
555
2.
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
L
L
02/09
02/09
L
L
L
L
02/09
02/09
02/09
02/09
L
L
L
L
L
L
L
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
L
L
L
L
L
L
L
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
Responden Jenis Kelamin
Perempuan
NAMA
MSN
SITI AISAH
ATIKAH
ATIK SURASIH
FATMAH
BUDIWATI
SUSILAWATI S
YANI SURIATI
SITI RUKOYAH
SITI WASILAH
TOYAH
ANAH
ANIH
SITI SUMARNI
YENI ROHAYANI
ATI
DEDEH
KURNIASIH
SITI NURILAH
RAHMAWATI
YUNIARTI
MINTARSIH
ACAH
SITI SOPAH
SITI NURAENI
YAYAH
KARTIKAWATI
MAYA
SRIMARYATI
SCH
SITI MARWAH
Jenis
kela
min
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
ALA
MAT
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
P
P
01/03
01/03
95
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
DEDE SUDIANTI
DIAN ANDRIANI
JUMIATI
SYAMSIAH
NURUL
MAULIDIAH
UMI
ROLITA AINA
ROSWANDI
ROFIOH
RATNAWATI
ICIH
SITI HINDUN
TATI HARYATI
ETI NURHAYATI
ANAH
NURSIAH
SITI HOLIYAH
MARIAH
ASTUTI WENAH
DWI NANDA
SAPITRI
EJH
MUJI NURLILAH
MAIMUNAH
IFTI HIDAYAH
SITI HAPSAH
NURAENI
WINDA DEWI
ANDINI
SISKA ADITYA
LARASATI
INDAH
PERMATASARI
TUTI ALAWIYAH
KUSMIATI
SNH
ACIH
NOVI HARYANI
WIDANINGSIH
NY. SITI
MASITOH
SRI ENDANG
LESTARI
EVI
KURNIAWATI
ASIH
KARWATI
SUMARNI
SUMARIAH
YOYOH
WILDANUR
ADAWIYAH
ERLI
YUNEKANTARI
SITI NURMALA
IIS
SITI MARIAM
HILDA SOPIANTI
P
P
P
P
P
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
P
P
01/03
01/03
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
P
P
P
P
P
P
P
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
P
P
01/03
01/03
P
P
P
P
P
P
P
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
P
01/03
P
01/03
P
P
P
P
P
P
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
P
01/03
P
P
P
P
01/03
01/03
01/03
01/03
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
DEWI
SULISTIANI
LILIS SUHAERI
ILAH SUSWATI
MURTININGSIH
SUKARNI
HANDAYANI
SITI HOLISOH
IYUM
RANI NURANI
RINI
HANA FITRIANA
HALIMAH
SARNAH
YANTI
WIDA PURWANTI
ISMI APRILIANA
ANI ARIYANI
HASANAH
LILIS
ATJIH
AISAH
ENCAH
SITI ERNAWATI
LILIS
ENTIN KARTINI
ANDRIANI
SUMIATI
UNARCIH
WIGUNA
ERNA
NRN
FATIMAH
YUNINGSIH
MARIANUR
SANTI AMALIA
SITI YANTI
NSI
RML
RISA NUR
APRIANI
YUYUN
IRMAWATI
RIZKI SABANIA
SAIAH
SITI MAEMUNAH
MARDIAH
SANTI
DINA EFRIANA
SYAHPUTRI
ENI HARYANI
RACIH
HUSNUL
KARMILAH
MARLINA
FENI ASTRIANI
NYAI SUSWATI
ILAH SETIAWATI
P
01/03
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
01/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
P
P
P
P
P
P
P
P
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
P
P
P
02/03
02/03
02/03
P
P
P
P
02/03
02/03
02/03
02/03
96
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
ACIH SULASTRI
SITI YANAH
NUR AENI
ENAH
HADIJAH
AGUSTINAH
KOKOY
RUKOYAH
ASH
SITI SAWIYAH
WAWAT
MILA
RIKMAWATI
INA MARLINA
YATI HARYATI
CHOLISOH
ICIH
NETI JD
MITJANG BIN
ITJANG
SITI MANIROH
IIN INAYATI
SITI UNAY
SUSANTI
PURNAWATI
EDAH
SUHAENDAH
HADIJAH
SITI YANIH
YENI RAMLAN
NY. TARSIH
JAMILAH
MIRNAH
NANI RUSTINI
LELI DUMIATI
SUMIATI
SATI
NURHAYATI
SITI MAESAROH
SUPIYAH
M.
MELIANAWATI
M.
SUMIARSIH
SISKA PRATIWI
KOMARIAH
RHM
IRNA CAHYANI
TENTI
YULIANAH
URNI
NURMIANTI
ZULFA
HALIMAH
SITI HODIJAH
EMAY
TETI RAHAYU
EVA SUSANTI
YAYA
P
P
P
P
P
P
P
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
P
P
P
P
02/03
02/03
02/03
02/03
P
P
P
P
P
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
P
P
P
P
02/03
02/03
02/03
02/03
P
02/03
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
P
P
P
02/03
02/03
02/03
P
P
P
P
P
P
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
P
02/03
P
P
P
P
P
P
P
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
WIDIAWATI
RIKA SUSANTI
SUMIATI
NYI DJUNAH
FITRIA
YULIA
SITI ROSDIANA
SITI KULSUM
HENNY NUR
MALASARI
SARI YUNINGSIH
DEDE ROHANI
KAMILAH
DEVI ADRIATI
MARIAM
JUNAH
NINA MARLIANA
KUSMIATI
SITI SOFIAH
SITI HIKMAWATI
NANI
WIWIN
WINTARSIH
VICTOR
SIMAMORA
NDA
IKA YUSTIKA
SITI ISAH
SITI ROMLAH
MIFTAH FAHRIA
SITI CHAERIAH
YULIANI
MEY FITRIA SE
SITI NURLELA
HLM
SITI MARIAM
AENAB BT ABA
SANTI
YOYOH AMINAH
WINDA ZUNANI
TATI S.
PUTRI SEPTIANI
ASNA
ONAY
AAM HARMANI
ENUNG
HESTI
PUJIASTUTI
SITI WAHYUNI
NURJANAH
SITI MARIAH
INTAN RATNA
KOMALA
MIMIN
SUMINARSIH
CICIH
SSN
HINDUN
P
P
P
P
P
P
P
P
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
02/03
P
02/03
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
02/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
P
P
P
P
03/03
03/03
03/03
03/03
P
03/03
P
P
P
03/03
03/03
03/03
97
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
MUNAH
EUIS SUMIATI
SITI SULASTRI
IKMAWATI
GINA SUSANTI
SE
ANIS
SHINTA
SURYANTI
MANDASARI
WIDI ASTUTI
MUMUN
NUNIK SUNDARI
YATI MARYATI
AYU MURTI
NURUL FUADAH
SUSANTI (28)
YAYAN
MULYANI
EMIN
DDI
DIAN
DARMAWANTI
SITI AISAH
SELVIA
NURHAMIDAH
SITI MARIAM
NOVI SULASTRI
YULIANTI
HAPRAH
YATI
KURNIAWATI
DEWI SRI
HARTATI
HJ ASYIAH
TITI HADIJAH
NUNUNG
WASILAH
NURMANAH
MAE
RICKA
RACHMAWATI
SOPIAH
SHT
MIMIH
AAM MASANAH
YAYAN ARYANI
WASRI
SKR
YANIH
SITI QONAAH
HALIMAH
LUSIANA
OMYATI
IDA
MARYANIH
EMAH
MINTARSIH
SITI FARLINA
P
P
P
P
P
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
P
P
P
03/03
03/03
03/03
P
P
P
P
P
P
P
P
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
03/03
P
P
P
03/03
03/03
03/03
P
P
03/03
03/03
P
P
P
03/03
03/03
03/03
P
03/03
P
03/03
P
P
P
03/03
03/03
P
P
P
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332
NURHAYATI
SRI
DAMAIYANTI
UMDAH
NY ENIH
UWEN
ENAH
AAN
HALIMAH (62)
NUNUNG
APIAH
ANAH
ACAH
ENENG ROSIDAH
SITI GUMAESOH
NRL
NURBAETI
PATIMAH
WWH
ERNA AMELIA
FITRI LUSIANA
ONI ONIAWATI
YULIANINGSIH
SACI
SITI JUARIAH
ENCIH
MIMIN
TETI SAFARI
RUKOYAH
NURHAYATI (40)
RUKMINI
IIS HARYATI
NENENG
ROSNANI
ACAH
SITI AISYAH
AI NURMILA
ADAH
ROCHAYATI
MARLINA
SITI ROIDAH
NENGSIH
ICAH JUARIAH
SYAMSIAH
ANISAH
SITI HAWIAH
ASNAH
AWIL
SARINAYA
ELAH HASANAH
WAWAT
ROSNAWATI
AISAH
RINA MARIANA
SARI WAHYUNI
ERLY AMALIA
DESI
HANDAYANI
P
P
01/ 06
01/ 06
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
01/ 06
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
P
P
P
P
P
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
98
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
359
360
361
362
363
364
365
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
377
378
379
380
381
382
MARIANA
HENI NURAENI
EVA
BUDIASTUTI
NURIATI
MARIYANA
ISMIYANTI
FAUZIAH
FITRIA
HJ. A. FATIMAH
HJ. MARIAH
ISWANTI
IMAS
IIN
DEWI SARTIKA
YENI NURAENI
MNS
KOMARIAH
SITI MARIPAH
ELIH AMALIAH
MAMAY
MARLINAH
TRIAWATI
NURMA
YUNINGSIH
AISYAH
KURNIAWATI
SITI MINTARSIH
HARYATI
YUSI HERLIANTI
SHOLIPAH
MULYASIH
EGA ISMAYANTI
NANIK
SOPIAH
TUTI ALAWIAH
LAELA MUSTIKA
DEWI
AMINAH
WINARSIH
IDAH REZEKI
SUMARTINAH
SITI FATIMAH
NANA JUHANA
SITI NURJANAH
TELENAH
HEPIANAH
SITI JUBAEDAH
SANTI
PURNAMASARI
MAMAH
UMASIH
ENCUM
NURYANAH
YAYAN
SURYANI
MARYAMAH
NURYATI
P
P
P
02/06
02/06
02/06
P
P
P
02/06
02/06
02/06
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
P
02/06
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
P
P
P
P
P
P
P
P
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
P
P
02/06
02/06
P
P
P
P
P
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
P
P
02/06
02/06
383
384
385
386
387
388
389
390
391
392
393
394
395
396
397
398
399
400
401
402
403
404
405
406
407
408
409
410
411
412
413
414
415
416
417
418
419
420
421
422
423
424
425
426
427
428
429
430
431
432
433
434
IKA KURNIASIH
ERMA YUNITA
MARLINA
SUARNI
SITI MARPUAH
SRI AMANIATI
NANI
NENENG
SITI SALMAH
EUIS AISYAH
ANDRIANTI
MASROPAH
MAMAY
HERIYAH
ATIKAH
SALBIAH
NIA
NIRMALASARI
YAYAH
SITI YULIANA
ARENA
YULIA ROSITA
KARTIKA
UYAN
JUARIAH
YANTI
ROHMI
YANI APRIANTI
RAMSIH
SITI PERIAWATI
PRY MASTURI
SUNINGSIH
NINING
SOPIAH
LINA NURLINA
DARSIH
TATI SUMIATI
NENENG
RUKMINI
SITI EVIH
SOPIAH
NURLINA
ITOH
JUHAERIAH
JUBAEDAH SAID
NENENG
NURMASITO
HARYANI
RINI ANDRIANI S
LINA FARLINA
BEDAH
NUNUNG
SITI MAESAROH
ERNIYATI
ENDEH
UTI
IPAH LATIPAH
RUKIAH
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
02/06
P
P
02/06
02/06
P
02/06
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
02/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
P
03/06
P
P
P
P
P
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
99
435
436
437
438
439
440
441
442
443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
455
456
457
458
459
460
461
462
463
464
465
466
467
468
469
470
471
472
473
474
475
476
477
478
479
480
481
482
483
484
485
486
SITI NURMILA
NANA
JUNARSIH
ASMAWATI
SRI HAYATI
NINA
YUNINGSIH
ROHIMI
ROCHANI
SUTINI
ATI SUMIATI
SUHA
SUKARSIH
HALIMAH
ERUM
DAHLIA
RUMINAH
KESIH
SUGIARSIH
NENIH
RHN
YANI
SITI
AULAWIYAH
MARDIYANAH
ITOH (59)
LELA NURLELA
SITI ROSADAH
MIMIN
MINTARSIH
WIDA NENGSIH
SUWARSIH
ARSIH
ELPAH
MARPUAH
RUMSIH
ATI SUTINAH
IDA NURYANI
EPI SUPIANTI
ICIH
SARAH
LASTRIA
NENGSIH
SITI ZUBAEDAH
UNARSIH
SITI SUKARSIH
NURIATI
SRI SURYANI
NURAENI
ATI
ANEN
SARIFUDIN
ONASIH
UUN
DEWI UTARI
AISATUL
MUNAWAROH
NITA
P
P
P
P
P
P
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
487
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
491
492
493
P
P
P
P
P
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
03/06
01/09
01/09
01/09
01/09
P
P
P
P
P
P
P
P
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
P
P
P
P
01/09
01/09
01/09
01/09
P
01/09
488
489
490
494
495
496
497
498
499
500
501
502
503
504
505
506
507
508
509
510
511
512
513
514
515
516
517
518
519
520
521
522
523
524
525
526
527
528
529
530
531
532
533
534
535
536
537
ENUNG
YULIANA
YAHYA
YOSITA
DWIJAYANTI
NANAH DIANAH
HERLINA
WIDYANTI
IOS ROSDIANA
NUNIK RIANTINI
HJ. SITI
RUKAYAH
TENNY ATIAH
ICAH
PARTI
OJAH
IYAR SITI HAJAR
KEN SRI HARINI
SARI LESTARI
MIMIH
MARIANA EKA
PUTRI
RANI SALAM
MASITOH
ERNAH
RUKIAH
LISNAWATI
NYAI ANIH
UPIH SOPIAH
NILA INDRIANI
TANTI AULIA
ANAH Bt SARIF
MEMEN
TARI
RESTI EKAWATI
IIN
RANI S
ILAH
DEDEH
NENGSIH
KARTINI
YANI SURYANI
FANI FUJI
LESTARI
SISKANIA
DESRA FIRANA
NANI
LUSYIANA
ESIH
UMIATI
UKIT
SUMIYATI
SARI MANAH
RIEKE
HANDAYANI
SITI SEPTIATI
ATI
NENIH
SITI MARYAM
P
P
01/09
01/09
P
01/09
P
P
01/09
01/09
P
P
P
01/09
01/09
01/09
P
P
P
P
P
P
P
P
P
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
P
P
01/09
01/09
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
01/09
P
P
P
P
02/09
02/09
02/09
02/09
100
538
539
540
541
542
543
544
545
546
547
548
549
550
551
552
553
554
555
556
557
558
559
560
561
562
563
564
565
566
567
568
569
570
571
572
573
574
575
576
577
578
579
580
581
ERNAH
MIMIN SUMINAR
SILFA LISTINA
NENIH
RAHMAWATI
ALIYAH
DIAN SEPTIANI
OMI MERIAMI
ISMAYANTI
MAYLANI
WINDA
PEBRIANTI
NURUL AYU S
HJ SUKARSIH
ARTI SEPTIANI
RIA AGUSTIN
ARI NOVITA
SATI
CCM
AISAH
RATNA SAPRIO
AMAS
ASNAWATI
ICH
NURHALIMAH
SOFIAH
WIDAWIDIN
CUCU
TETI
MULYASARI
SARI
JJU
YANTI
RESTI PURNAMA
SSI
MLY
CUCUM
SUMARNI
KNI
MUMUN
SUGIARTI
ERLINA
MEINAR A
SRI HANDAYANI
RATNASARI O
SAMSIAH
EKA SUSANTI
SUPRIYANTI
DIAN
RACHMAWATI
P
P
P
P
02/09
02/09
02/09
02/09
P
P
P
P
P
P
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
P
P
P
P
P
P
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
P
P
P
P
P
P
P
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
02/09
101
Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian
Gambar 1 Kantor Desa Babakan
Gambar 2 Jalan raya Dramaga
Gambar 3 Rumah penduduk
Gambar 4 Sentral ekonomi kampung
Babakan raya
Gambar 5 Perumahan penduduk
lokal di wilayah Babakan Raya
Gambar 6 Salah satu bangunan
berlantai jamak yang merupakan koskosan mahasiswa
102
Gambar 7 Salah satu jalan masuk
kampus IP yang berbatasan langsung
dengan wilayah Babakan raya
Gambar 8 Gang-gang kecil yang
menjadi batas antar rumah penduduk
Gambar 9 Pemukiman penduduk
Gambar 10 Kios-kios dagang yang
bersinggungan langsung dengan jalan
utama
Gambar 11 Warung penduduk lokal
Gambar 12 Penampakan kampus IPB
dari sudut Desa Babakan
103
Gambar 13 Tembok Berlin
Gambar 14 Pedagang kaki lima di
wilayah Babakan raya
Gambar 15 Ruang terbuka tempat
anak-anak bermain di wilayah
kampung Sengked
Gambar 16 Tempat bermain anak di
wilayah Babakan raya yang padat
bangunan
Gambar 17 Maraknya bangunan dan
lahan yang dijual
Gambar 18 Usaha laundry, salah
satu usaha yang berkembang di Desa
Babakan
105
RIWAYAT HIDUP
Sri Wulan Rahmawati dilahirkan di kota kecil Siak Sri Inderapura,
Kabupaten Siak, Riau pada tanggal 06 maret 1992 sebagai anak kedua dari tiga
bersaudara pasangan Bapak Tr. Siallagan dan Ibu Rustina Nainggolan. Pendidikan
formal yang pernah ditempuh penulis adalah SD Negeri 001 Lubuk Dalam, Siak
(1998-2004), SMP Negeri 11 Siak (2004-2007), SMA Negeri 1 Siak (2007-2010),
dan pada tahun 2010 penulis menjadi salah satu penerima Beasiswa Utusan
Daerah untuk melanjutkan pendidikan sebagai mahasiswa di Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Selama aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti organisasi
kemahasiswaan. Penulis aktif sebagai pengurus di salah satu Komisi dalam Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) IPB sebagai
sekretaris komisi periode 2012/2013. Penulis juga aktif mengikuti berbagai
kepanitiaan dalam beberapa event di IPB seperti kepanitiaan Retreat mahasiswa
baru PMK IPB tahun 2012, kepanitiaan Kebaktian Awal Tahun Ajaran (KATA)
2011 PMK IPB, kepanitiaan Retreat Komisi Pelayanan Khusus (Kopelkhu) PMK
IPB tahun 2012, kepanitiaan Masa Perkenalan Departemen (MPD) angkatan 48
SKPM FEMA IPB 2012, kepanitian Keakraban PMK IPB tahun 2011 dan tahun
2012 serta kepanitiaan retreat Komisi Pelayanan Khusus (Kopelkhu) PMK IPB
tahun 2013.
Selain itu penulis juga berkesempatan menjadi asisten Praktikum Mata
kuliah Agama Kristen tahun akademik 2011-2012, asisten praktikum Mata Kuliah
Pengantar Ilmu Kependudukan tahun akademik 2013 serta asisten praktikum
Mata Kuliah Komunikasi Massa. Penulis merupakan salah satu mahasiswa
program akselerasi departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat. Prestasi yang pernah diraih oleh penulis yaitu usulan program
kreativitas mahasiswa (PKM) bidang kewirausahaan yang didanai oleh Dikti pada
tahun 2012. Penulis juga berkesempatan menjadi delegasi Institut Pertanian Bogor
dalam konferensi ilmiah 2nd ASEAN Academic Society International di Kasetsart
University, Bangkok, Thailand pada tahun 2013. Penulis memiliki ketertarikan
dalam isu-isu pengembangan masyarakat, lingkungan, politik, social studies, dan
development studies.
Download