KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMAN 2 BANJARBARU DALAM PEMBELAJARAN KONSEP KEANEKARAMAN HAYATI MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN H. Muhammad Zaini 1 Siti Noorhasanah 2; Aminuddin, PP3 Abstrak Penelitian pengembangan ini bertujuan 1) mengembangkan perangkat pembelajaran konsep keanekaraman hayati melalui pendekatan lingkungan dengan model kooperatif tipe belajar bersama, 2) menguji signifikansi hasil belajar 3) mengukur keterampilan berpikir kritis siswa. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Bacaan Siswa dan Lembar Kegiatan Siswa. Model makro yang digunakan adalah Model 4-D) yang terdiri dari empat tahap yaitu pendefenisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop) dan penyebaran (disseminate). Hasil penelitian diperoleh ada perbedaan hasil belajar produk dari 70,96 pada kelas kontrol dan 71,74 pada kelas perlakuan. Perbedaan skor diperoleh signifikasi hasil belajar produk antara kelas perlakuan dengan kelas kontrol (F = 78,99; P = 0,0001). Keterampilan berpikir kritis siswa terdiri atas 1) membandingkan, 2) menganalisis, 3) mensisntesis dan 4) menarik kesimpulan. keempat parameter keterampilan berpikir mempunyai nilai yang hampir sama pada setiap materi, untuk keterampilan berpikir membandingkan, menganilisis dan menarik kesimpulan mempunyai nilai baik, sedangkan untuk keterampilan berpikir mensintesis mempunyai nilai sedang. Kata Kunci: pendekatan lingkungan, berpikir kritis, hasil belajar, keanekaragaman hayati Konsep keanekaragaman hayati terdapat pada kelas X semester genap, salah satu kompetensi dasar adalah mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen, jenis, ekosistem, melalui kegiatan pengamatan. Berdasarkan pembelajaran tahun-tahun sebelumnya pembelajaran materi ini tidak terlalu sulit, kecuali pengembangan sumber belajar yang belum optimal. KTSP adalah sebuah kurikulum yang di dalamnya berupa pengembangan perangkat pembelajaran yang disusun, dilaksanakan, dievaluasi dan diperbaiki kembali oleh satuan pendidik. Setiap guru penting mengembangkan perangkat pembelajaran. Tetapi faktanya, dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sering kali pengembangannya tidak berjalan optimal. Karena masih berlaku pengajaran dengan 1 Dosen S1 dan S2 Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Guru SMA Negeri 2 Banjarbaru 3 Dosen S1 dan S2 Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. 2 sistem konvensional yaitu guru sebagai pusat pembelajaran dan siswa hanya mendengar dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Proses pembelajaran perlu disesuaikan dengan lingkungan belajar siswa agar dapat meningkatkan hasil belajar dan proses pembelajaran. Banyak strategi yang dapat dilakukan, salah satunya yaitu dengan menetapkan KKM yang sesuai untuk menetapkan standar nilai pada konsep keanekaragaman hayati. Nilai KKM untuk mata pelajaran Biologi di SMAN 2 Banjarbaru ditetapkan sebesar 70, untuk kelas X. Oleh karena itu, dalam proses pembelajarannya perlu dimaksimalkan agar dapat mencapai nilai standar yang diharapkan. Berdasarkan pengalaman mengajar di SMAN 2 Banjarbaru, hasil belajar siswa pada konsep keanekaragaman hayati telah mencapai nilai KKM yang ditetapkan. Akan tetapi proses belajar belum maksimal. Hal ini disebabkan penilaian belajar hanya terfokus pada hasil belajar saja. Hasil belajar yang diperoleh siswa untuk mencapai KKM yang ditentukan banyak melalui remedial dulu. METODE Penelitian ini tergolong deskriptif, populasi penelitian siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru yang berjumlah 203 orang siswa yang terbagi menjadi 8 kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X2 30 orang, X4 29 orang dan X6 30 orang Penentuan sampel menggunakan teknik nonprobality sampling. Teknik pengumpulan data ditentukan berdasarkan tujuan penelitian. 1. Pengembangan perangkat pembelajaran berupa Silabus, RPP, LKS, Kunci LKS, Lembar Penilaian, Kunci Lembar Penilain, dan Bahan Ajar. 2. Data hasil belajar produk dan proses melalui pengembangan perangkat pembelajaran konsep keanekaragaman hayati melalui pendekatan lingkungan dengan model kooperatif tipe belajar bersama terhadap keterampilan berpikir kritis di SMAN 2 Banjarbaru diperoleh dari tes awal dan tes akhir siswa pada kegiatan pembelajaran. 3. Data hasil belajar selama pembelajaran melalui pengembangan perangkat pembelajaran diperoleh dari hasil laporan LKS secara berkelompok. 4. Data keterampilan berpikir kritis siswa melalui pengembangan perangkat pembelajarani diperoleh dari kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal berpikir tingkat kritis. 5. Data proses belajar keterampilan berpikir meliputi kemampuan membandingkan, menganilisis, mensintesisis, dan menyimpulkan masing-masing dengan bobot nilai 10 untuk kegiatan pembelajaran siswa diperoleh dari kemampuan siswa dalam mengerjakan LKS. 6. Kinerja siswa ditetapkan dalam proses pengamatan, demikian juga keteramapilan perilaku berkarakter dan perilaku sosial ditetapkan berdasarkan pada proses pengamatan. 7. Data keterlaksanaan pembelajaran diperoleh dari hasil observasi dengan membandingkan RPP dengan pelaksanaan pembelajaran. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil belajar produk kelas perlakuan dan kelas kontrol disajikan pada Lampiran Rata-rata hasil belajar produk seperti Tabel 1. Tabel 1 ada peningkatan Tabel 1. Rata-rata Hasil Belajar Produk Variabel Terikat Produk Kelas Kontrol (N = 26) Kelas Perlakuan (N = 89) pretest Post tes pretest Post tes 44,03 70,96 39,26 71,74 rata-rata hasil belajar produk dari 70,96 pada kelas kontrol menjadi 71,74 pada kelas perlakuan. Kenaikan skor ini selanjutnya dilakukan uji signifikansi. Ringkasan data uji signifikansi hasil belajar produk seperti Tabel 2. Tabel 2 diperoleh signifikasi Tabel 2. Signifikansi Hasil Belajar Produk Sumber DB/DF JK/SS RK/MS F-rasio P>F Keterangan Regresi 2 7622,93 3811,46 78,99 0,0001 Signifikan Residual 112 5404,45 48,25 Total 13027,39 Keterangan: R-Square = 0,585147, c.v. = 9,700660 hasil belajar produk antara kelas perlakuan dengan kelas kontrol (F=78,99;P=0,0001) Hasil proses pembelajaran pada pembelajaran 1 dan 2 seperti Tabel 3. Tabel 3. Hasil Proses Belajar pada Pembelajaran 1 dan 2 Pertemuan I Kontrol Pertemuan II Eksperimen Kontrol Eksperimen Pre Test Post Test Pre Test Post Test Pre Test Post Test Pre Test Post Test 47,59 55,67 36,35 71,08 49,47 52,21 51,35 76,00 Table 4. Hasil Proses Belajar Kelompok Kelompok Pembelajaran 1 Pembelajaran 2 Skor nilai % Kategori Skor nilai % Kategori I 70 70,00 Sedang 76 76,00 Baik II 72 72,00 Sedang 80 80,00 Baik III 70 70,00 Sedang 76 62,00 Sedang IV 84 84,00 Baik 80 80,00 Baik V 70 70,00 Sedang 74 74,00 Sedang VI 72 72,00 Sedang 76 76,00 Baik skor rata-rata 76 78 Skor 100 100 78,00 Baik Maksimum Nilai Rata-rata 75,00 Sedang Keterangan:Baik (76-100%); Sedang (56-75%); Kurang (40-55%); Buruk (<40%) (Arikunto, 1998) Data proses pembelajaran seperti pada Tabel 4. menunjukkan pada pembelajaran 1 proses pembelajaran mencapai skor rata-rata 75 dengan persentase sebesar 75,00%. Sedangkan pada pembelajaran 2 mencapai skor rata-rata 78 dengan persentase sebesar 78,00%. Proses belajar pada pembelajaran 1 tergolong kategori sedang dan pada pembelajaran 2 dari persentase skor nilai yang diperoleh tergolong baik. Keterampilan berpikir kritis siswa terdiri atas 1) membandingkan, 2) menganalisis, 3) mensisntesis dan 4) menarik kesimpulan. Data hasil pengamatan keempat parameter ini disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5, keempat parameter keterampilan berpikir mempunyai nilai yang hampir sama pada setiap materi, untuk keterampilan berpikir membandingkan, menganilisis dan menarik kesimpulan mempunyai nilai baik, sedangkan untuk keterampilan berpikir mensintesis mempunyai nilai sedang. Tabel 5. Ringkasan Rata-rata kelompok Hasil Pengamatan Keterampilan Berpikir Kritis N o. Materi 1 Materi 2 Materi 3 Materi 4 Materi 5 Jml butir soal Skor Jml butir soal Skor Jml butir soal Sk or Jml butir soal Skor Jml butir soal 2 16 2 14 2 16 2 16 2. Membandingkan Menganalisis 1 8 1 8 1 8 1 3. Mensintesis 1 7 1 7 1 8 1 4. Menarik kesimpulan 1. Parameter Kategori Skor Skor ratarata 2 14 76% baik 7 1 8 78% baik 7 1 7 72% sedang 80% baik Keterangan: Baik (76-100%); Sedang (56-75%); Kurang (40-55%); Buruk (<40%) (Arikunto, 1998) Hasil belajar produk pada pertemuan pertama sudah menunjukkan adanya peningkatan yang dapat dilihat dari nilai pre test dan post test. Hal ini disebabkan karena latar belakang siswa dan masih kurangnya pengetahuan siswa tentang konsep keanekaragaman ini. Sedangkan pada pertemuan kedua, dapat dilihat bahwa nilai siswa sudah mengalami peningkatan dari standar KKM. Hasil belajar proses pada pertemuan pertama dan kedua sudah menunjukkan adanya peningkatan yang dapat dilihat dari nilai pre test dan post test. itu, diduga siswa juga kesulitan dalam menjawab soal-soal evaluasi. Hal ini disebabkan karena latar belakang siswa dan masih kurangnya pengetahuan siswa tentang konsep keanekaragaman hayati ini. Kemampuan siswa mengerjakan LKS pada pembelajaran 1 dan pembelajaran 2 mengalami peningkatan, dari kategori sedang meningkat menjadi kategori baik pada pembelajaran 2. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui pendekatan lingkungan mempunyai pengaruh posistif terhadap proses pembelajaran dilihat dari persentase kemampuan siswa mengerjakan LKS. Artinya Pembelajaran melalui pendekatan lingkungan mempunyai pengaruh positif terhadap proses pembelajaran. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung temuan ini (Zaini, dkk, 2008b; Zaini, dkk. 2009). Proses belajar termasuk kategori sedang. Skor rata-rata proses belajar sains pada pembelajaran 1 diperoleh 60,13, rata-rata pada pembelajaran 2 diperoleh 70,11 (Zaini, dkk. 2009). Hasil penelitian di atas sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, misalnya pada penelitian yang telah dilakukan oleh Afriyani (2006), pembelajaran menggunakan pendekatan lingkungan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman siswa tentang pembelajaran konsep ekosistem yang salah satunya diukur dengan tes keterampilan proses. Di samping itu, pembelajaran menggunakan pendekatan lingkungan juga dapat mengoptimalkan respon siswa yang meliputi kinerja siswa selama proses pembelajaran. Hidayah (2006) juga melaporkan hasil penelitian bahwa pendekatan lingkungan dapat mengoptimalkan proses belajar siswa pada subkonsep pencemaran air yang diukur melalui pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran. Pendekatan ini juga dapat mengoptimalkan proses pembelajaran berupa tes pengetahuan dan tes keterampilan proses. Selain dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, penggunaan pendekatan pembelajaran konstruktivis juga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa seperti yang dilaporkan sebelumnya (Pramono, 2009; Malik, 2010; Suparman, 2011; Chan, dkk, 2012). Pramono (2009) menyatakan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual dengan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa ke tahap yang lebih tinggi. Malik (2010) juga menunjukkan bahwa penggunaan model inkuiri dengan menggunakan virtual laboratory mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Begitu pula dengan Suparman (2011) yang melaporkan bahwa penggunaan model pembelajaran inkuiri multimedia interaktif berbasis computer juga mampu meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Chan, dkk (2012) juga melaporkan bahwa penggunaan model computer untuk kegiatan inkuiri dapat membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran di kelas, guru harus selalu menambahkan keterampilan berpikir yang baru dan mengaplikasikannya dalam pelajaran lain sehingga jumlah atau macam keterampilan berpikir siswa bertambah banyak. Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis. Ennis dalam Costa (1985), menyebutkan ada lima aspek berpikir kritis, yaitu a) memberi penjelasan dasar (klarifikasi), b) membangun keterampilan dasar, c) menyimpulkan, d) memberi penjelasan lanjut, dan e) mengatur strategi dan taktik. Sedangkan menurut R.H Ennis, berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan (Hassoubah, 2007: 87 Kondisi dunia yang semakin berkembang pesat menuntut adanya respon dengan pemikiran yang kritis dikalangan Guru. Untuk itu pembelajaran dengan penerapan ketrampilan berfikir kritis di kelas merupakan cara paling tepat untuk menjawab tantangan ini dalam rangka memperbaiki masalah pribadi dan sosial siswa sehingga siswa tidak lagi bersikap individualistis, egoistis, acuh tak acuh, malas berfikir, kurangnya rasa tanggung jawab, malas berkomunikasi dan berinteraksi. Diharapkan dengan pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan ketrampilan berfikir kritis di kalangan siswa. Keterampilan berpikir siswa yang diukur melalui 4 parameter mengalami peningkatan. Keempat parameter ini adalah 1) membandingkan, 2) menganalisis, 3) mensintesis, dan 4) menarik kesimpulan. Dalam hal membandingkan, menganalisis dan menarik kesimpulan siswa SMA Negeri 2 Banjarbaru dalam kategori baik. Sedangkan keterampilan mensintesis dalam kategori sedang. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan: 1. Penggunaan pendekatan lingkungan berpengaruh positif terhadap hasil belajar pada konsep keanekaragaman hayati siswa SMAN 2 Banjarbaru. 2. Keterampilan berpikir siswa yang diukur melalui 4 buah parameter, 3 buah parameternya kategori baik dan 1 buah parameternya katagori sedang. Parameter keterampilan berpikir membandingkan, menganalisis, dan menyimpulkan kategori baik, sedang keterampilan berpikir mensintesis kategori sedang. 3. Keterlaksanaan pembelajaran mengalami peningkatan. Berdasarkan hal ini berarti keterlaksanaan pembelajaran sudah sama dengan yang diharapkan. Beberapa saran yang dapat diberikan dalam penggunaan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran Biologi di SMA adalah: 1. Pada saat membawa siswa ke luar kelas, usahakan agar siswa harus tetap disiplin waktu dan menjaga ketertiban. 2. Lingkungan SMAN 2 Banjarbaru mempunyai keanekaragaman hayati tingkat jenisnya terbatas, usahakan pada penelitian selanjutnya mencari lingkungan yang memiliki keanekaraman hayati tingkat jenis yang lebih bervariasi 3. Waktu yang digunakan tidak sesuai dengan urutan materi pada kurikulum karena menyesuaikan dengan waktu yang dimiliki peneliti 4. Semoga perangkat pembelajaran ini bisa diuji cobakan ke sekolah lain. DAFTAR PUSTAKA Hassoubah, Zaleha Izhab. 2004. Developing Creative & Critical Thinking Skills. Terjemahan Bambang Suryadi. Bandung: Penerbit Nuansa. Hidayah, R. 2006. Mengoptimalkan Proses dan Hasil Belajar Sub Konsep Pencemaran Air dengan Menggunakan Pendekatan Lingkungan Siswa SMA kelas X SMAN 11 Banjaramsin Tahun ajaran 2005/2006. Skripsi. Program sarjana S-1 Pendidikan Biologi. FKIP UNLAM. Banjarmasin (tidak dipublikasikan) Malik, Adam. 2010. Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Menggunakan Virtual Laboratory Dan Real Laboratory Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Topik Listrik Dinamis. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Zaini, dkk. 2009. Pengembangan Model Perangkat Pembelajaran Sains dan Matematika dan Penerapannya dalam Kegiatan Belajar Mengajar dengan Model Pembelajaran Sekolah Hijau (For The Green School) untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Banjarmasin. FKIP Unlam. Zannah, Fathul. 2012. Hasil Belajar, Kinerja, dan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMA pada Pembelajaran Konsep Protista melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing. Tesis tidak dipublikasikan. Banjarmasin: Program Studi Magister Pendidikan Biologi Program Pascasarjana Unlam.